8
1 PENGARUH TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK 2,4 ATA 3X30 MENIT SELAMA 5 HARI TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH NETROFIL DARAH PADA PENYEMBUHAN LUKA IRIS HARI KE-5 PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (THE EFFECT OF HYPERBARIC OXYGEN THERAPY 2,4 ATA GIVEN FOR 3X30 MINUTES DURING 5 DAYSTOWARDS INCREASE TOTAL NEUTROPHILS ON THE 5 th DAY OF INCISED WOUND HEALING OF WISTAR RATS) Pradita Mayhendra Jaya *Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Hang Tuah Surabaya ABSTRAK : Setiap kejadian luka, tubuh akan berupaya mengembalikan komponen-komponen jaringan yang rusak. Terapi oksigen hiperbarik merangsang produksi sumsum tulang, sehingga membantu meningkatkan produksi netrofil. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah terapi oksigen hiperbarik dapat meningkatkan jumlah netrofil darah pada penyembuhan luka iris hari ke-5 pada tikus putih jantan galur Wistar. Penelitian ini menggunakan metode post test only control group design yang dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya dan di Lakesla, RSAL dr.Ramelan Surabaya. Enam belas ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang dibagi kedalam 2 kelompok: kelompok 1 tikus dengan luka iris tanpa terapi oksigen hiperbarik dan kelompok 2 tikus dengan luka iris diberi terapi oksigen hiperbarik 2,4 ATA 3x30 menit dalam 5 hari. Setelah 5 hari perlakuan, dilakukan pemeriksaan jumlah netrofil darah pada masing-masing kelompok. Rerata kelompok 1( = 26,63%) dan kelompok 2 ( = 33,88%). Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (P<0,05) antara kelompok tikus dengan luka iris tanpa terapi oksigen hiperbarik dan kelompok tikus dengan luka iris diberi terapi oksigen hiperbarik (P= 0,342). Jadi dapat disimpulkan ada kecenderungan peningkatan jumlah netrofil pada rerata dari kelompok tikus dengan luka iris hari ke-5 tanpa terapi oksigen hiperbarik dan kelompok tikus dengan luka iris hari ke-5 diberi terapi oksigen hiperbarik. Kata kunci : luka iris, netrofil, oksigen hiperbarik ABSTRACT : A body will restore the damaged tissue components and create a new structure. Hyperbaric oxygen therapy is able to increase bone marrow production in order to enhance the neutrophil production as a part of leukocyte. The purpose of this research is to study that Hyperbaric Oxygen Therapy will enhance the neutrophil count on the 5 th day of incised wound healing of male Wistar Rats. This research use post test only control group design method which has been done in Biochemistry Laboratory Faculty of Medicine, Hang Tuah University and Lakesla at Dr. Ramelan Naval Hospital Surabaya. Sixteen male Wistar Rats was divided into 2 groups: the first group was incised and treated without Hyperbaric Oxygen Therapy and second group was incised and treated with Hyperbaric Oxygen Therapy 2,4 ATA 3x30 minutes for 5 days. All rats was checked the total blood neutrophil on day 5 for each group. The average of the total neutrophil of the first group was 26,63% whereas the second group 33,88%. The Mann Whitney test showed there was not significant differences between the incised group without and with hyperbaric oxygen therapy (P = 0,342). The conclusion of this study showed that hyperbaric oxygen therapy tend to increase total blood neutrophil in day 5 of the incised wound healing. Keywords: incised wound, neutrophils, hyperbaric oxygen PENDAHULUAN Latar Belakang Pada saat melakukan aktifitas setiap hari dapat mengalami luka besar ataupun kecil. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang (Baxter,1990). Luka iris (incised wound) adalah luka akibat benda atau alat yang bermata tajam, terjadi dengan suatu tekanan ringan atau goresan pada permukaan tubuh. Dapat disebabkan oleh alat-alat seperti pisau, pecahan kaca, silet, pedang dan sebagainya(Apuranto, 2012). Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan komponen-komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk

Jurnal Skripsi hiperbarik

  • Upload
    hendra

  • View
    19

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal Skripsi hiperbarik

1

PENGARUH TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK 2,4 ATA 3X30 MENIT SELAMA

5 HARI TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH NETROFIL DARAH PADA

PENYEMBUHAN LUKA IRIS HARI KE-5 PADA TIKUS PUTIH JANTAN

GALUR WISTAR

(THE EFFECT OF HYPERBARIC OXYGEN THERAPY 2,4 ATA GIVEN FOR 3X30

MINUTES DURING 5 DAYSTOWARDS INCREASE TOTAL NEUTROPHILS ON THE 5th

DAY OF INCISED WOUND HEALING OF WISTAR RATS)

Pradita Mayhendra Jaya

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Hang Tuah Surabaya

ABSTRAK : Setiap kejadian luka, tubuh akan berupaya mengembalikan komponen-komponen

jaringan yang rusak. Terapi oksigen hiperbarik merangsang produksi sumsum tulang, sehingga

membantu meningkatkan produksi netrofil. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah

terapi oksigen hiperbarik dapat meningkatkan jumlah netrofil darah pada penyembuhan luka iris hari ke-5 pada tikus putih jantan galur Wistar. Penelitian ini menggunakan metode post test only

control group design yang dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas

Hang Tuah Surabaya dan di Lakesla, RSAL dr.Ramelan Surabaya. Enam belas ekor tikus putih

(Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang dibagi kedalam 2 kelompok: kelompok 1 tikus

dengan luka iris tanpa terapi oksigen hiperbarik dan kelompok 2 tikus dengan luka iris diberi terapi

oksigen hiperbarik 2,4 ATA 3x30 menit dalam 5 hari. Setelah 5 hari perlakuan, dilakukan

pemeriksaan jumlah netrofil darah pada masing-masing kelompok. Rerata kelompok 1( =

26,63%) dan kelompok 2 ( = 33,88%). Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat

perbedaan bermakna (P<0,05) antara kelompok tikus dengan luka iris tanpa terapi oksigen

hiperbarik dan kelompok tikus dengan luka iris diberi terapi oksigen hiperbarik (P= 0,342). Jadi dapat disimpulkan ada kecenderungan peningkatan jumlah netrofil pada rerata dari kelompok tikus

dengan luka iris hari ke-5 tanpa terapi oksigen hiperbarik dan kelompok tikus dengan luka iris hari

ke-5 diberi terapi oksigen hiperbarik.

Kata kunci : luka iris, netrofil, oksigen hiperbarik

ABSTRACT : A body will restore the damaged tissue components and create a new structure.

Hyperbaric oxygen therapy is able to increase bone marrow production in order to enhance the

neutrophil production as a part of leukocyte. The purpose of this research is to study that

Hyperbaric Oxygen Therapy will enhance the neutrophil count on the 5th day of incised wound

healing of male Wistar Rats. This research use post – test only control group design method which

has been done in Biochemistry Laboratory Faculty of Medicine, Hang Tuah University and Lakesla at Dr. Ramelan Naval Hospital Surabaya. Sixteen male Wistar Rats was divided into 2

groups: the first group was incised and treated without Hyperbaric Oxygen Therapy and second

group was incised and treated with Hyperbaric Oxygen Therapy 2,4 ATA 3x30 minutes for 5 days.

All rats was checked the total blood neutrophil on day 5 for each group. The average of the total

neutrophil of the first group was 26,63% whereas the second group 33,88%. The Mann – Whitney

test showed there was not significant differences between the incised group without and with

hyperbaric oxygen therapy (P = 0,342). The conclusion of this study showed that hyperbaric

oxygen therapy tend to increase total blood neutrophil in day 5 of the incised wound healing.

Keywords: incised wound, neutrophils, hyperbaric oxygen

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada saat melakukan aktifitas

setiap hari dapat mengalami luka besar

ataupun kecil. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana

secara spesifik terdapat substansi

jaringan yang rusak atau hilang (Baxter,1990). Luka iris (incised wound)

adalah luka akibat benda atau alat yang

bermata tajam, terjadi dengan suatu tekanan ringan atau goresan pada

permukaan tubuh. Dapat disebabkan

oleh alat-alat seperti pisau, pecahan

kaca, silet, pedang dan sebagainya(Apuranto, 2012). Setiap

kejadian luka, mekanisme tubuh akan

mengupayakan mengembalikan komponen-komponen jaringan yang

rusak tersebut dengan membentuk

Page 2: Jurnal Skripsi hiperbarik

2

struktur baru dan fungsional sama

dengan keadaan sebelumnya. Proses

penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal,

tetapi juga sangat dipengaruhi oleh

faktor endogen, seperti: umur, nutrisi,

imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolic (Baxter,1990).

Proses penyembuhan luka akan

terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan

serta tergantung pada tipe/jenis dan

derajat luka. Sehubungan dengan adanya

perubahan morfologik, tahapan penyembuhan luka terdiri dari atas Fase

inflamasi dimana proses yang

menghentikan perdarahan dan mempersiapkan tempat luka menjadi

bersih dari benda asing atau kuman

sebelum dimulai proses penyembuhan dilanjutkan dengan Fase

proliferasi/granulasi; pembentukan

jaringan granulasi untuk menutup defek

atau cedera pada jaringan yang luka kemudian terakhir, Fase

maturasi/deferensiasi; memoles jaringan

penyembuhan yang telah terbentuk menjadi lebih matang dan fungsional

(Morris dan Malt,1995).

Terapi hiperbarik oksigen di negara-negara maju telah berkembang

dengan pesat. Terapi ini telah dipakai

untuk menanggulangi bermacam

penyakit, baik penyakit akibat penyelaman maupun bukan penyelaman.

Di Indonesia, kesehatan hiperbarik telah

mulai dikembangkan oleh kesehatan TNI AL pada tahun 1960 dan terus

berkembang sampai saat ini

(Rijadi,2009). Pengaruh oksigen

hiperbarik terhadap sel jaringan tubuh dapat membantu proses penyembuhan

luka dalam keadaan tertentu. Penelitian

dan kenyataan klinis menunjukkan bahwa pada luka selalu terdapat hipoksia

dan bahwa adanya oksigen merupakan

faktor yang menentukan dalam proses penyembuhan luka dan faktor penting

dalam pertahanan terhadap infeksi

(Rijadi,2009). Salah satu fungsi terapi

oksigen hiperbarik pada penyembuhan luka adalah oxidative leucocyte killing,

yang paling banyak melibatkan netrofil,

dan berguna untuk mencegah infeksi

yang tidak terkontrol pada luka,

sehingga mempercepat penyembuhan luka (Rijadi, 2009). Neutrofil adalah tipe

leukosit yang paling umum dan

membentuk 40-75% komponen dari sel

darah putih yang beredar. Neutrofil menjadi sangat motil dan fagositik

ketika melakukan fungsi utamanya

selama fase inflamasi akut. Sel-sel ini merespon ketika terjadi luka pada

jaringan dimana neutrofil melepaskan

enzim-enzim yang mendegradasi

komponen jaringan, mengingesti dan menghancurkan jaringan yang rusak dan

membunuh mikroorganisme yang

menginvasi, terutama bakteri (Young et al, 2000). Infeksi yang berkepanjangan

juga menginduksi proliferasi precursor

leukosit di sumsum tulang yang disebabkan oleh peningkatan produksi

colony stimulating factor (CSF).

Rangsangan produksi CSF juga

diperantarai oleh IL-1 dan TNF. Sehingga terjadi peningkatan jumlah

netrofil pada darah, karena pengeluaran

timbunan cadangan leukosit pada sumsum tulang dan peningkatan

pembentukan leukosit pada sumsum

tulang (Ahmad, 2004).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang akan

dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan post test only

control group design yaitu suatu

eksperimen yang kelompok intervensi dan kelompok kontrolnya sudah

dirandomisasi (Notoatmodjo,2002).

Populasi sampel dalam penelitian ini

menggunakan hewan coba tikus putih jantan galur Wistar dengan berat badan

150-250 gram, berumur 2-3 bulan

dengan kondisi sehat fisik. Pembagian kelompok hewan coba dilakukan secara

random dan terdiri dari 2 kelompok

yaitu : K1 : Kelompok kontrol menggunakan 8

tikus dengan luka iris 3 cm di punggung

sampai subcutis hari ke-5 tanpa pemberian oksigen hiperbarik 2,4 ATA

3x30 menit selama 5 hari.

Page 3: Jurnal Skripsi hiperbarik

3

K2 : Kelompok perlakuan menggunakan

8 tikus dengan luka iris 3 cm di

punggung sampai subcutis hari ke-5 hari ke-5 diberi terapi oksigen hiperbarik

2,4 ATA 3X30 menit selama 5 hari

berturut – turut. Besar sampel pada

penelitian ini adalah 60 0rang responden.

Teknik pengambilan sampel

penelitian untuk pengelompokan perlakuan menggunakan metode Simple

Random Sampling karena sampel hewan

coba diambil secara acak.

Kriteria inklusi adalah jenis Wistar, umur ± 2-3 bulan, berat badan ±

150 gram, jenis kelamin jantan.

Kriteria Ekslusi adalah Tikus cacat secara anatomi, bukan strain

wistar, jenis kelamin betina, berat badan

tidak mencapai 150 gram atau lebih dari 250 gram.

Kriteria Drop out adalah tikus

sakit dalam masa persiapan atau adaptasi

(tubuh melemah, kurang lincah, mata pudar, nafsu makan turun, bulu kasar

dan berdiri), tikus mati dalam masa

penelitian. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah : kandang

berukuran 40 x 30 x 12 cm, tempat makanan (pelet), tempat minum untuk

tikus, timbangan torbal (Thorsion

balance) untuk berat badan tikus,

lempengan logam untuk alas pembedahan tikus, alat pembedahan

tikus berupa pisau, gunting, dan pinset,

tabung reaksi 5 ml, spuit tiga millimeter untuk mengambil sampel darah, tissue

dan kapas, stopwatch yang digunakan

untuk menghitung waktu selama 90

menit, ruangan oksigen hiperbarik (chamber) hewan, serie:

2000/04420140 CE 0197 93/42 MDD,

oksigen 100%, jarum suntik, alat ukur untuk memeriksa jumlah netrofil.

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sampel darah tikus putih jantan galur Wistar dengan berat

badan 150-170 gram berumur kurang

lebih 2-3 bulan dengan kondisi sehat

fisik yang dicampur dengan larutan Ethylene Diamine Tetra Acetate

(EDTA) agar tidak menggumpal.

Data yang diperoleh dalam

penelitian ini kemudian diolah secara

statistic dengan menggunakan program SPSS 17.0. Data yang diperoleh dari

hasil penelitian disajikan dengan uji

statistic deskriptif. Sebelumnya

dilakukan uji normalitas. Apabila hasilnya normal, maka dilakukan uji t

bebas (independent t-test). Apabila

hasilnya tidak normal, maka dilakukan uji Mann-Whitney.

Alur dari penelitian ini adalah

HASIL PENELITIAN Data yang didapat dari hasil

penelitian berupa rerata jumlah netrofil

darah pada kelompok hewan coba dengan luka iris hari ke-5 tanpa diberi

terapi oksigen hiperbarik (26,63%) dan

kelompok hewan coba dengan luka iris

hari ke-5 diberi terapi oksigen hiperbarik (33,88%), dapat dilihat pada Gambar

5.1.

Page 4: Jurnal Skripsi hiperbarik

4

Gambar 5.1 Rerata Jumlah Netrofil

Darah Pada Kelompok Hewan Coba Dengan Luka Iris Hari Ke-5 Tanpa

Diberi Terapi Oksigen Hiperbarik Dan

Kelompok Hewan Coba Dengan Luka Iris Hari Ke-5 Diberi Terapi Oksigen

Hiperbarik.

Hasil Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah data

yang akan dianalisis berdistribusi

normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas menggunakan parameter

Saphiro-Wilk karena besar sampel

kurang dari 50. Hasil uji normalitas jumlah

netrofil darah pada kelompok hewan

coba dengan luka iris hari ke-5 tanpa

diberi terapi oksigen hiperbarik dan kelompok hewan coba dengan luka iris

hari ke-5 diberi terapi oksigen

hiperbarik, dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Dengan

Menggunakan Parameter Saphiro-Wilk

Berdasarkan Tabel 5.2

menunjukkan hasil signifikan pada

kelompok hewan coba yang diberi terapi oksigen hiperbarik menunjukkan nilai

signifikansinya 0,001. Syarat suatu data

agar berdistribusi normal yaitu nilai

signifikansinya P > 0.05. Jadi data tersebut berdistribusi tidak normal, maka

harus dilakukan transformasi data agar

data berdistribusi normal.

Hasil Transformasi Data

Hasil transformasi data kelompok

hewan coba dengan luka iris hari ke-5

tanpa diberi terapi oksigen hiperbarik dan kelompok hewan coba dengan luka

iris hari ke-5 diberi terapi oksigen

hiperbarik, dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Hasil Transformasi Data

Dari Tabel 5.3 menunjukkan nilai

signifikan P kelompok hewan coba

dengan luka iris hari ke-5 yang diberi terapi oksigen hiperbarik yaitu 0,002

yang berarti data masih berdistribusi

tidak normal. Syarat suatu data agar

berdistribusi normal yaitu nilai signifikansinya P > 0.05. Jika data

masih berdistribusi tidak normal maka

untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang bermakna diantara ke

dua kelompok tikus dilakukan uji Mann-

Whitney.

Hasil Uji Mann-Whitney

Hasil uji Mann-Whitney

kelompok hewan coba dengan luka iris hari ke-5 tanpa diberi terapi oksigen

hiperbarik dan kelompok hewan coba

dengan luka iris hari ke-5 diberi terapi oksigen hiperbarik, dapat dilihat pada

Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Hasil Uji Mann-Whitney

Hasil P=0,342 menunjukkan tidak

terdapat perbedaan bermakna . Syarat

hasil bermakna: P<0,05 Jadi dapat disimpulkan bahwa

tidak ada perbedaan bermakna jumlah

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

Rerata jumlah Neutrofil

26.63%

33.88%

H5(-)

H5(+)

Page 5: Jurnal Skripsi hiperbarik

5

netrofil darah pada luka iris hari ke-5

antara kelompok hewan coba yang tanpa

diberi terapi oksigen hiperbarik dan kelompok hewan coba yang diberi terapi

oksigen hiperbarik selama 5 hari.

PEMBAHASAN Penelitian ini untuk mengetahui

pengaruh terapi oksigen hiperbarik 2,4

ATA 3x30 menit selama 5 hari terhadap peningkatan jumlah netrofil pada

penyembuhan luka iris hari ke 5 pada

tikus putih jantan galur wistar. Pada

penelitian ini terdapat kelompok hewan coba dengan luka iris hari ke-5 tanpa

diberi terapi oksigen hiperbarik dan

kelompok hewan coba dengan luka iris hari ke-5 diberi terapi oksigen

hiperbarik.

Pada penelitian terhadap manusia pemberian terapi oksigen hiperbarik

dilakukan selama 90 menit pada tekanan

2,4 ATA berdasarkan penelitian

sebelumnya untuk mendapatkan efek terapeutik yang baik (Nugroho, 2010)

dan untuk menghindari efek yang tidak

diinginkan selama penelitian karena pada pemberian terapi oksigen

hiperbarik yang melebihi 90 menit dan

tekanan 2,5 ATA akan terjadi suatu mekanisme keracunan oksigen yang

dikemukakan oleh Jain (1996) sehingga

terjadi efek keracunan pada metabolisme

cerebral, mengakibatkan inhibisi enzim dan pembentukan radikal bebas. Dan

menurut Balentine, pemberian terapi

oksigen hiperbarik yang melebihi 90 menit dan tekanan 2,5 ATA dapat

menyebabkan mekanisme jejas pada sel

yang dapat mengakibatkan perubahan

enzim, membran dan inti sel serta dapat mengakibatkan perubahan tidak

langsung seperti iskemia, hipoksia,

asidosis, anemia dan hiperbilirubinemia. Pada saat pemberian terapi

oksigen hiperbarik dengan tekanan 2,4

ATA juga dapat menghasilkan penurunan pembentukan radikal bebas

(Reacrive Oxigen Species) dibandingkan

pada peberian oksigen hiperbarik pada

tekanan 3 ATA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Hang

Tuah Surabaya dan di Lakesla, Rumah

Sakit Angkatan Laut Dr.Ramelan

Surabaya selama 5 hari. Berdasarkan analisis data, pada

kelompok hewan coba dengan luka iris

hari ke-5 tanpa diberi oksigen hiperbarik

menunjukkan nilai rerata 26,63% dan kelompok hewan coba dengan luka iris

hari ke-5 diberi terapi oksigen hiperbarik

menunjukkan nilai rerata 33,88%. Salah satu fungsi terapi oksigen

hiperbarik pada penyembuhan luka

adalah oxidative leucocyte killing, yang

paling banyak melibatkan netrofil, dan berguna untuk mencegah infeksi yang

tidak terkontrol pada luka, sehingga

tidak memperlambat penyembuhan luka karena terdapat infeksi (Rijadi, 2009).

Netrofil merupakan sel yang

terbanyak dalam leukosit, netrofil dapat mencerna atau menghancurkan

penyebab cedera, membunuh bakteri

atau mikroba lainnya, dan mendegradasi

jaringan nekrotik dan antigen asing. Netrofil nantinya akan mengalami

fagositosis dan pengeluaran berbagai

enzim yang merupakan suatu proses penting yang didapat dari

terakumulasinya netrofil di daerah

inflamasi (Sjamsuhidajat, 2004). Leukosit memiliki beberapa

macam sel, dan netrofil termasuk salah

satu macam sel leukosit yang berjenis

polimorfonuklear, dan mempunyai presentasi terbanyak pada leukosit. Pada

saat terjadi luka dan terjadi infeksi,

leukosit akan merespon stimulus infeksi atau imunologis dan reaksi toksin,

dengan menghasilkan dan melepaskan

IL-1, IL-6, dan TNF-α ke sirkulasi

darah. Infeksi akan menyebabkan efek sistemik inflamasi, yang merupakan

peningkatan jumlah leukosit hingga

15.000 atau 20.000 sel per mililiter, bahkan dapat mencapai jumlah luar

biasa hingga 40.000 atau 100.000 per

mililiter. Leukositosis terjadi pada awalnya disebabkan oleh percepatan

pengeluaran sel dari timbunan cadangan

pascamitosis di sumsum tulang yang

diinduksi oleh IL-1 dan TNF, serta berhubungan dengan kenaikan jumlah

netrofil yang belum matang pada aliran

Page 6: Jurnal Skripsi hiperbarik

6

darah. Infeksi yang berkepanjangan juga

menginduksi proliferasi precursor

leukosit di sumsum tulang yang disebabkan oleh peningkatan produksi

colony stimulating factor (CSF).

Rangsangan produksi CSF juga

diperantarai oleh IL-1 dan TNF. Terapi oksigen hiperbarik dapat merangsang

produksi sumsum tulang, sehingga salah

satunya membantu meningkatkan produksi netrofil yang termasuk

leukosit, yang diperantarai oleh CSF

pada sumsum tulang. Sehingga terjadi

peningkatan jumlah netrofil pada darah, karena pengeluaran timbunan cadangan

leukosit pada sumsum tulang dan

peningkatan pembentukan leukosit pada sumsum tulang (Sjamsuhidajat, 2004).

Salah satu fungsi netrofil dalam

proses penyembuhan luka adalah melakukan fagositosis benda asing dan

bakteri di daerah luka selama 3-5 hari

dan kemudian akan digantikan oleh sel

makrofag yang berperan lebih besar jika dibanding dengan netrofil pada proses

penyembuhan luka. Fungsi makrofag

disamping fagositosis adalah: dapat mensintesa kolagen, membentuk

jaringan granulasi bersama-sama dengan

fibroblast, memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasi, dan

juga membentuk pembuluh kapiler baru

atau angiogenesis (Sjamsuhidajat, 2004).

Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau

kuman serta terbentuknya makrofag dan

fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai pedoman/parameter bahwa fase

inflamasi ditandai dengan adanya:

eritema, hangat pada kulit, edema dan

rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-5 (Morris dan

Malt,1995).

Berdasarkan hasil Uji Mann-Whitney menunjukkan hasil signifikansi

= 0,342 (P>0,05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna jumlah netrofil antara

kelompok hewan coba dengan luka iris

pada hari ke 5 yang diberi terapi oksigen

hiperbarik dan kelompok hewan coba tanpa diberi terapi oksigen hiperbarik.

Ketidak signifikansian penelitian

ini mungkin dikarenakan beberapa

faktor, seperti : adaptasi tikus didalam chamber hiperbarik, lamanya waktu

dalam pemberian terapi oksigen

hiperbarik, lamanya waktu istirahat saat

setelah pemberian terapi oksigen hiperbarik 30 menit pertama ke 30 menit

kedua dan 30 menit ketiga, dapat juga

dikarenakan faktor stress yang dihasilkan oleh kejadian eksternal

(misalnya fisik atau lingkungan) dan

faktor internal (misalnya fisiologis atau

psikologis), yang dimaksud dengan adanya stressor adalah yang dapat

menginduksi perubahan pada

keseimbangan biologis hewan coba (Dany, 2000).

Hasil penelitian terapi oksigen

hiperbarik 2,4 ATA 3x30 menit selama 5 hari, belum menunjukkan hasil yang

signifikan, oleh karena itu mungkin

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

dengan tekanan 2,4 ATA selama 2x30 menit.

Pada hasil penelitian ini terjadi

peningkatan netrofil pada hari ke-5 yang cukup tinggi pada rerata kelompok

hewan coba dengan luka iris hari ke-5

tanpa diberi terapi oksigen hiperbarik

( = 26,63%) dan kelompok hewan coba

dengan luka iris hari ke-5 diberi terapi

oksigen hiperbarik ( = 33,88%), tetapi secara statistik masih belum

menunjukkan hasil yang signifikan.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian eksperimental dengan post test only

control group design terbukti dari rerata

bahwa terapi oksigen hiperbarik 2,4 ATA 3x30 menit selama 5 hari dapat

meningkatkan jumlah netrofil darah

pada penyembuhan luka iris hari ke-5, tetapi belum ada perbedaan yang

bermakna secara statistik antara

kelompok hewan coba dengan luka iris

hari ke-5 tanpa diberi terapi oksigen hiperbarik dan kelompok hewan coba

dengan luka iris hari ke-5 diberi terapi

oksigen hiperbarik. Jadi terdapat kecenderungan peningkatan jumlah

netrofil pada rerata dari kelompok

Page 7: Jurnal Skripsi hiperbarik

7

hewan coba dengan luka iris hari ke-5

tanpa diberi terapi oksigen hiperbarik

(26,63%) dan kelompok hewan coba dengan luka iris hari ke-5 diberi terapi

oksigen hiperbarik (33,88%).

SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian dengan terapi oksigen hiperbarik pada

luka iris dengan 2,4 ATA selama

60 menit. 2. Terapi oksigen hiperbarik selama

3x30 menit belum menunjukkan

hasil yang signifikan, maka perlu

dilakukan penelitian terapi oksigen hiperbarik pada

penyembuhan luka iris selama

2x30 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Apuranto,H et al. 2012.Ilmu Kedokteran

Forensik dan Medikolegal. Eighth Edition.

DepartemenIlmu kedokteran forensik

dan medikolegal Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Arjono, A.S. (2004). Petunjuk

Praktikum Patologi Klinik. Surabaya: Laboratorium Patologi

Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Hang Tuah. Baxter C ; The nomal healing process.

In: New Directions in wound

Healing. Wound care manual ;

February 1990.Princetion, NJ:E.R &Sons,Inc;1990.

Farris and Griffith, 1962 ; Prosedur

Pemeliharaan dan Pengambilan Darah pada Hewan Coba

Penelitian.

Gill, A L and Bell, C N A. 2004.

Hyperbaric Oxygen its Uses, mechanisms of action and

outcomes. Oxford journals.

Available from: URL: http://qjmed.oxfordjournals.org/content/

97/7/385.2.full

Guyton, A.C., Hall, J.E. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Singapore: Elsevier.

Hoediyanto, Hariadi, A. (2012). Ilmu

Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya:

Departemen Ilmu Kedokteran

Forensik dan Medikkolegal

Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga Surabaya. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/202

83057-T%20Nuh%20Huda.pdf

http://www.nursingtimes.net/acute-

wounds-an-overview-of-the-physiological-healing-

process/204990.article

http://www.rsaldrmintohardjo.com/index.php?pg=pelayanan_kubt

Junqueira and Carneiro. 2004. Histologi

Dasar. Edisi 10. Penerbit Buku

Kedokteran ECG. Jakarta. Kumar et al. 2010. Robbins Cotran

Patologic Basis of Disease 8th

edition. Saunders , Elsevier. Philadelphia.

Kusumawati, 2004 ; Bersahabat dengan

Hewan Coba. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

McCulloch, Joseph M., Kloth, Luther

C., Feedar, Jeffry A. 1995.

Wound Healing in Alternatives Management, 2

nd edition. Jean

Francois Vilain. Philadelphia.

Morris P J and Malt R A, edition : Text book of surgery ,Sec.1 Wound

Healing, New York –Oxford-

Tokyo Oxford University Press ;1995.

Notoatmojo S, 2002. Metodologi

Penelitian Kesehatan; Rineka

Cipta, Jakarta. Nugroho, 2010 ; Administrasi Oksigen

Hiperbarik.

Pagana, K.D., Pagana, T.J. (2006). Mosby’s Manual of Diagnostic

and Laboratory Tests. Missouri:

Elsevier.

Rijadi S, R. (2009). Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik.

Surabaya: Lakesla.

Sjamsuhidajat, R., Jong W. (2005). Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Steel and Torrie, 1991 :Rumus Besar Sample.

Suriadi. (2004). Perawatan Luka.

Jakarta: CV. Sagung Seto.

Young Barbara et al. 2000. Wheather’s Functional Histology. Fifth

Edition.El Sevier. New York.

Page 8: Jurnal Skripsi hiperbarik

8