12
 1 UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KONSEP BANGUN RUANG DENGAN MEDIA REALIA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI PREMULUNG NO. 94 KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA TAHUN P ELAJARAN 2011/2012 Oleh: Tri Murti Handayani, S. Pd. M. Pd. NIP. 19620120 198201 2 010  Kepala SD Negeri Premulung No. 94 Surakarta ABSTRACT The objective of the research is to improve the students’ achievement in mathematics for clas V students of SD Negeri Premulung No. 94  Kecamatan Laweyan Kota Surakarta academic year 2011/2012 in the concept of geometry through real media. The research is a Classroom Action Research. The research was done in class V of 2 nd  semester. The subject of the research were students of class V of 2 nd  semester at SD Negeri Premulung No. 94 Kecamatan  Laweyan Kota Surakarta academic year 2011/2012 consisted of 48  students. The research was done within three months at 2 nd  semester,  started on February up to April 2012. The object of the research was mathematics learning in the concept of geometry.  Based on the analysis, the research concludes that the application of real media was effective in improving students’ achievement in mathematics concept of geometry for students of class V of 2 nd  semester at SD Negeri Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta academic year 2011/2012.  Keywords: Learning achievement, rea l media.  LATAR BELAKANG Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Sampai saat ini, pelajaran matematika masih menjadi masalah bagi siswa. Hal ini dapat dilihat dari keluhan siswa yang mengatakan bahwa matematika itu sulit, dan nilai matematika lebih rendah daripada mata pelajaran yang lain. Kondisi ini terlihat pada siswa kelas V di SD Negeri Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, di mana dari 48 anak yang ada, baru ada 23 anak atau 47.92% yang mencapai ketuntasan belajar dengan KKM sebesar 64. Sisanya, sebanyak 25 anak atau 51.08%  belum menc apai ketuntasan belajar pada konsep bangun ruang. Dengan demikian siswa yang harus mengikuti remedial mencapai 25 anak. Hal ini menunjukkan fakta bahwa pelajaran matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Data tingkat ketuntasan belajar siswa kelas V  pada seme ster II dapat disajikan sebagai  berikut:

Jurnal PTK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penelitian Tindakan Kelas, Matematika SD

Citation preview

  • 1

    UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KONSEP

    BANGUN RUANG DENGAN MEDIA REALIA BAGI SISWA KELAS V SD

    NEGERI PREMULUNG NO. 94 KECAMATAN LAWEYAN KOTA

    SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

    Oleh:

    Tri Murti Handayani, S. Pd. M. Pd.

    NIP. 19620120 198201 2 010

    Kepala SD Negeri Premulung No. 94 Surakarta

    ABSTRACT

    The objective of the research is to improve the students achievement in mathematics for clas V students of SD Negeri Premulung No. 94

    Kecamatan Laweyan Kota Surakarta academic year 2011/2012 in the

    concept of geometry through real media.

    The research is a Classroom Action Research. The research was done

    in class V of 2nd

    semester. The subject of the research were students of

    class V of 2nd

    semester at SD Negeri Premulung No. 94 Kecamatan

    Laweyan Kota Surakarta academic year 2011/2012 consisted of 48

    students. The research was done within three months at 2nd

    semester,

    started on February up to April 2012. The object of the research was

    mathematics learning in the concept of geometry.

    Based on the analysis, the research concludes that the application of

    real media was effective in improving students achievement in mathematics concept of geometry for students of class V of 2

    nd semester at

    SD Negeri Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta

    academic year 2011/2012.

    Keywords: Learning achievement, real media.

    LATAR BELAKANG

    Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

    Sekolah Dasar. Sampai saat ini, pelajaran

    matematika masih menjadi masalah bagi siswa. Hal ini dapat dilihat dari keluhan

    siswa yang mengatakan bahwa matematika

    itu sulit, dan nilai matematika lebih rendah

    daripada mata pelajaran yang lain. Kondisi ini terlihat pada siswa kelas

    V di SD Negeri Premulung No. 94

    Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, di mana dari 48 anak yang ada, baru ada 23

    anak atau 47.92% yang mencapai

    ketuntasan belajar dengan KKM sebesar 64. Sisanya, sebanyak 25 anak atau 51.08%

    belum mencapai ketuntasan belajar pada

    konsep bangun ruang. Dengan demikian siswa yang harus mengikuti remedial

    mencapai 25 anak. Hal ini menunjukkan

    fakta bahwa pelajaran matematika dianggap

    sebagai mata pelajaran yang sulit. Data tingkat ketuntasan belajar siswa kelas V

    pada semester II dapat disajikan sebagai

    berikut:

  • 2

    Tabel 1 Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Kelas V

    Semester II SD Negeri Premulung No. 94

    Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun

    Pelajaran 2011/2012

    No. Ketuntasan Jumlah %

    1. Tuntas 23 47.92%

    2. Belum Tuntas 25 51.08%

    Jumlah 48 100%

    Mengacu kenyataan di atas maka

    untuk mengatasi kesulitan belajar

    matematika pada konsep bangun ruang yang diajarkan di kelas V, guru perlu

    menggunakan program pembelajaran yang

    tepat. Selama ini kegiatan pembelajaran dilakukan hanya dengan bantuan berupa

    media gambar, yaitu guru menggambar

    bangun ruang di papan tulis.

    Bertitik tolak dari kelemahan pengajaran klasikal di mana siswa kurang

    mendapat pelayanan sesuai dengan

    kemampuan, bakat dan minatnya, maka perlu adanya pengajaran dengan

    menggunakan media sebagai alat bantu

    dalam pembelajaran agar anak dapat

    berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi mereka masing-masing. Dalam

    pengajaran menggunakan media model,

    siswa memperoleh pengalaman pembelajaran yaitu dapat meraba dan

    menyentuh secara langsung sehingga

    pemahaman lebih meningkat. Berdasarkan latar belakang masalah

    tersebut maka penulis mengadakan

    penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Konsep Bangun Ruang dengan Media

    Realia Bagi Siswa Kelas V SD Negeri

    Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran

    2011/2012.

    TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan penelitian adalah untuk

    meningkatkan prestasi belajar matematika

    siswa kelas V SD Negeri Premulung No. 94

    Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun

    pelajaran 2011/2012 pada konsep bangun

    ruang melalui penggunaan media realia.

    MANFAAT PENELITIAN

    1. Manfaat Bagi Siswa

    a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat Bagi siswa dapat digunakan sebagai motivasi belajar supaya tidak

    mengalami kesulitan belajar

    matematika.

    b. Dapat memberikan manfaat berupa pengalaman pembelajaran yang lebih

    konkrit setelah mengikuti tindakan

    pembelajaran.

    2. Manfaat Bagi Guru

    a. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk menemukan solusi untuk meningkatkan pemahaman siswa

    terhadap konsep yang diajarkan

    dalam pembelajaran khususnya matematika.

    b. Memberikan manfaat berupa penambahan wawasan dan pengalaman menerapkan metode

    pembelajaran yang bervariasi.

    KAJIAN TEORI

    1. Tinjauan tentang Prestasi Belajar

    Pengertian belajar menurut Slameto

    (1995) dikatakan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku

    secara keseluruhan sebagai hasil

    pengalamannya sendiri dalam interaksi

    dengan lingkungan (hal. 2) Pengertian lain tentang belajar dikemukakan oleh

    Dimyati Mahmud (1990) yang

    menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dari dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman (h. 14). Dengan demikian belajar yang paling efektif adalah belajar melalui

    pengalaman.

    Dari definisi di atas dapat

    disimpulkan, bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan agar diperoleh

    perubahan tingkah laku. Dalam

  • 3

    penelitian ini yang dimaksud dengan

    belajar adalah suatu usaha dengan

    melakukan latihan dalam proses belajar

    agar memperoleh pengalaman atau perubahan tingkah laku di dalam

    kepribadian yang bersifat menetap

    dalam jangka waktu yang lama. Prestasi belajar Prestasi belajar

    terdiri dari kata prestasi dan belajar. Prestasi menurut pendapat

    Poerwadarminta (1986) adalah hasil maksimal dari suatu pekerjaan atau

    kecakapan (h. 768). Sedangkan belajar menurut Kamus PPPB (1992) pada hakekatnya adalah berusaha agar mendapatkan suatu kepandaian (h. 664).

    Menurut Gagne (dalam Dahar,

    1996), belajar adalah sesuatu proses di mana suatu organisasi berubah

    perilakunya sebagai akibat pengalaman (h. 11). Belajar adalah suatu perubahan tingkat laku sebagai

    hasil dari pengalaman, belajar bukanlah menghafalkan fakta-fakta yang terlepas-

    lepas, melainkan mengaitkan konsep-

    konsep yang baru pada konsep yang

    telah ada dalam struktur kognitif. Menurut Djamarah (1997) belajar adalah

    proses perubahan tingkah laku berat pengalaman dan latihan (h. 11). Sejalan dengan pendapat di atas,

    Slameto (1995) mengartikan belajar

    sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

    secara keseluruhan sebagai hasil

    pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (h. 2). Menurut Sumadi Suryabrata (1981) belajar adalah

    aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang

    belajar aktual maupun potensial (h. 2). Perubahan itu pada hakikatnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang

    berlaku dalam waktu yang relatif lama

    dan perubahan itu terjadi karena usaha.

    Selanjutnya menurut Witherington dan Buchori (1988), belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian yang

    ternyata pada adanya pola sambutan

    baru yang berupa suatu pengertian (h. 56).

    Pada intinya prestasi belajar adalah hasil maksimal dari suatu pekerjaan atau

    kegiatan (kegiatan belajar) untuk

    menambah atau mengumpulkan sejumlah pengetahuan atau kecakapan.

    Prestasi belajar berarti pula hasil yang

    dicapai individu melalui usaha yang

    dialami secara langsung dan merupakan aktivitas yang bertujuan memperoleh

    ilmu pengetahuan, ketrampilan maupun

    kecakapan dalam situasi tertentu. Prestasi belajar juga berarti hasil yang

    dicapai oleh seseorang setalah

    melaksanakan serangkaian kegiatan belajar.

    Prestasi belajar menurut Winarno

    Surachmad (1982) adalah menilai prestasi belajar para siswa dalam bentuk ulangan untuk memperoleh

    angka-angka sebagai acuan untuk

    menentukan berhasil tidaknya seorang siswa dalam belajar (32). Sedangkan menurut Masrun dan Sri Mulyani

    Martinah (1983: 12) prestasi belajar

    adalah penilaian atau pengukuran untuk

    mengetahui apakah bahan atau

    materi yang disajikan oleh guru

    telah diserap dengan baik atau

    sebaliknya sehingga dapat

    diketahui sejauh mana para siswa

    dapat menangkap dan mengerti

    materi yang sedang dipelajarinya

    (h. 12).

    Kemudian menurut Surya (1983) bahwa prestasi belajar merupakan

    seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses belajar di sekolah yang

    dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan hasil test prestasi

    belajar (h. 115). Dari beberapa pendapat tersebut di

    atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

    prestasi siswa adalah perubahan tingkah

  • 4

    laku siswa baik pengetahuan, sikap

    maupun ketrampilan hasil dari aktivitas

    belajar yang ditetapkan dalam bentuk

    angka atau nilai. Atau dengan ungkapan lain bahwa prestasi belajar adalah

    mengukur sejauh mana proses kegiatan

    belajar mengajar dapat diserap oleh para siswa.

    Prestasi belajar siswa secara nyata

    dapat dilihat dalam bentuk kuantitatif

    yaitu angka. Prestasi belajar itu dalam periode tertentu diperoleh dengan

    mendapatkan rapor. Prestasi belajar

    siswa dalam kenyataannya antara siswa yang satu dengan yang lain tidaklah

    sama. Siswa yang belajar baik, tepat

    dalam menggunakan waktu belajar cenderung mendapatkan prestasi belajar

    yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang

    kurang tepat cara belajarnya cenderung

    mendapatkan prestasi belajar yang rendah.

    Keberhasilan belajar seseorang

    dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

    prestasi belajar menurut Masrun (1992)

    dapat diklasifikasikan sebagai faktor eksternal dan faktor internal. (h. 37) Faktor-faktor eksternal adalah yang

    berasal dari luar diri si pelajar dan ini

    masih dapat digolongkan menjadi dua golongan dengan catatan bahwa

    overlapping tetap ada, yaitu: (a) faktor-

    faktor sosial; dan b) faktor-faktor non sosial. Faktor internal, yaitu faktor-

    faktor yang berasal dari dalam diri si

    pelajar, dan inipun dapat lagi

    digolongkan menjadi dua golongan, yaitu: (a) faktor fisiologis; dan (b) faktor

    psikologis.

    2. Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika

    Pengertian matematika Menurut

    Sunardi (1997) dikatakan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bilangan

    beserta hubungannya. (h. 1) Sependapat dengan Sunardi, Herman Hudoyo (1998) menjelaskan bahwa

    matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas kalau

    dibandingkan dengan disiplin ilmu lain.

    Maka pembelajaran matematika seyogyanya tidak disamakan begitu saja

    dengan ilmu yang lain. (h. 1) Karena peserta didik yang belajar matematika itupun berbeda-beda pula

    kemampuannya, oleh karena itu

    kegiatan belajar mengajar haruslah

    diatur sekaligus memperhatikan kemampuan yang belajar.

    Menurut Lerner yang dikutip oleh

    Mulyono Abdurrahman (2003): mengemukakan bahwa matematika disamping bahwa simbol juga

    merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan,

    mencatat, dan mengkomunikasikan ide

    mengenai elemen dan kuantitas. (h.25). Dari pendapat diatas dapat penulis

    simpulkan bahwa matematika adalah

    ilmu yang mempelajari sifat khas

    dibandingkan ilmu yang lain yang mempelajari tentang seluk beluk

    bilangan. Dalam penelitian ini yang

    dimaksud dengan matematika adalah

    disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas dibanding dengan ilmu yang lain dalam

    mengekspresikan hubungan kuantitatif

    yang memudahkan manusia berpikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan

    sehari-hari.

    3. Tinjauan tentang Media Realia

    Secara umum kegunaan media

    pembelajaran dalam proses belajar

    mengajar menurut Hamalik (1992)

    adalah untuk memperjelas penyajian pesan dan mengatasi verbalisme,

    keterbatasan ruang waktu dan daya

    indera. Dalam penjelasannya, Hamalik mencontohkan: 1) objek yang terlalu

    besar dapat diganti dengan model,

    gambar, realitas. 2) objek yang kecil dibantu dengan Proyektor Mikro, Film

    atau gambar. 3) gerak yang terlalu cepat

    atau lambat dapat dibantu dengan Time

    Lapse atau High Speed Photograft. 4) kejadian masa lalu dapat ditampilkan

  • 5

    lewat film, rekaman, video. 5) objek

    yang terlalu kompleks dapat disajikan

    dengan model, diagram atau gambar. 6)

    konsep yang terlalu luas dapat divisualisasikan dalam bentuk gambar,

    film.

    Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan

    kesempatan untuk menemukan kembali

    ide dan konsep matematika dengan

    bimbingan orang dewasa (Gravemeijer dalam Zulkardi, 2010: 7). Upaya ini

    dilakukan melalui penjelajahan berbagai

    situasi dan persoalan-persoalan realistik. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada

    realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Slettenhaar,

    2000). Prinsip penemuan kembali dapat

    diinspirasi oleh prosedur-prosedur

    pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan

    konsep matematisasi.

    Dua jenis matematisasi diformulasikan oleh Treffers (dalam

    Zulkardi, 2010: 6), yaitu matematisasi

    horisontal dan vertikal. Contoh

    matematisasi horisontal adalah pengidentifikasian, perumusan, dan

    penvisualisasi masalah dalam cara-cara

    yang berbeda, dan pentransformasian masalah dunia real ke masalah

    matematik. Contoh matematisasi

    vertikal adalah representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan

    penyesuaian model matematik,

    penggunaan model-model yang berbeda,

    dan penggeneralisasian. Kedua jenis matematisasi ini mendapat perhatian

    seimbang, karena kedua matematisasi

    ini mempunyai nilai sama (Van den Heuvel-Panhuizen, 2000).

    Dalam RME, pembelajaran diawali

    dengan masalah kontekstual (dunia nyata), sehingga memungkinkan mereka menggunakan pengalaman

    sebelumnya secara langsung. Proses

    penyarian (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan oleh De

    Lange (dalam Zulkardi, 2010: 5) sebagai

    matematisasi konseptual. Melalui

    abstraksi dan formalisasi siswa akan

    mengembangkan konsep yang lebih

    komplit. Kemudian, siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep

    matematika ke bidang baru dari dunia

    nyata (applied mathematization). Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-

    konsep matematika dengan pengalaman

    anak sehari-hari perlu diperhatikan

    matematisi pengalaman sehari-hari (mathematization of everyday

    experience) dan penerapan matematikan

    dalam sehari-hari (Bonotto, 2000). Dua proses matematisasi yang berupa siklus

    di mana dunia nyata tidak hanya sebagai sumber matematisasi, tetapi juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan

    kembali matematika.

    Berdasarkan penjelasan di atas,

    maka proses dalam pembelajaran

    matematika realita dapat disajikan ke

    dalam bagan berikut.

    Gambar 1 Konsep Matematisasi De Lange

    Sumber: Zulkardi, 2010: 5

    KERANGKA PEMIKIRAN

    Metode dan strategi pendekatan yang

    digunakan peneliti untuk meningkatkan

    pemahaman siswa terhadap konsep bangun

    ruang melalui penggunaan media konkrit. Di dalam pembelajaran menggunakan

    media kongkrit ini guru menyampaikan

    materi pembelajaran disertai dengan peragaan berupa alat bantu pelajaran.

    Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan

    seluruh siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih kongkrit dalam

    pembelajaran matematika sehingga

    pemahaman semakin meningkat.

  • 6

    Adapun alur kerangka pemikiran yang

    ditunjukkan untuk mengarahkan jalannya

    penelitian agar tidak menyimpang dari

    pokok-pokok permasalahan, maka kerangka pikir diatas dilukiskan dalam sebuah

    gambar skema agar peneliti mempunyai

    gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah

    sebagai berikut:

    Gambar 2 Kerangka Pemikiran

    HIPOTESIS TINDAKAN

    Berdasarkan landasan teori, kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis

    tindakan kelas sebagai berikut:

    penggunaan media realia efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada konsep bangun ruang pada siswa kelas

    V semester II SD Negeri Premulung No. 94

    Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun pelajaran 2011/2012.

    METODE PENELITIAN

    Setting Penelitian

    Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SD

    Negeri Premulung No. 94 Kecamatan

    Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 pada kelas V semester II. Alasan

    pemilihan adalah karena peneliti mengajar

    di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan tindakan.

    Waktu Penelitian

    Penelitian direncanakan dalam waktu 3 (tiga) bulan yaitu dari persiapan penelitian

    bulan Pebruari 2012 sampai dengan

    penyusunan laporan penelitian bulan April

    2012.

    Subjek Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Semester II SD Negeri

    Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan

    Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 48 orang siswa. Penentuan

    subjek dilandasi adanya alasan bahwa siswa

    kelas V semester II di SD Negeri

    Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012

    mempunyai tingkat ketuntasan belajar yang

    rendah dalam pembelajaran matematika.

    Prosedur Penelitian

    Sesuai dengan tujuan penelitian, maka

    jenis penelitian yang paling tepat adalah maka jenis penelitian yang digunakan

    adalah penelitian tindakan kelas

    (Classroom Action Research). Penelitian

    tindakan kelas menurut pendapat Elliott (2001: 1) disebutkan bahwa penelitian

    tindakan kelas adalah sebagai berikut:

    the process through which teachers collaborate in evaluating their

    practice jointly; raise awareness of

    their personal theory; articulate a

    shared conception of values; try out new strategies to render the values

    expressed in their practice more

    consistent with the educational values they espouse; record their work in a

    form which is readily available to and

    understandable by other teachers; and thus develop a shared theory of

    teaching by researching practice (Elliott, 2001: 1).

    Berdasarkan pendapat Elliott, dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas

    merupakan proses di mana guru

    bekerjasama dalam mengevaluasi pelaksanaan tugas mengajar yang dilakukan

    dengan tujuan meningkatkan kualitas

    pembelajaran. Proses siklus kegiatan dalam penelitian

    tindakan kelas menurut Kemmis dan

    Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 65) dapat

  • 7

    digambarkan ke dalam bagan skematis

    sebagai berikut.

    Gambar 3. Model Penelitian Tindakan dari

    Kemmis dan Taggart

    Teknik Pengumpulan Data

    1. Observasi

    Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung

    (Sutopo, 2002 : 59) baik secara formal

    maupun informal untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran matematika

    dengan menggunakan media realia di

    kelas V semester II SD Negeri

    Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran

    2011/2012, mengamati secara langsung

    tehadap peristiwa / kegiatan pembelajaran matematika konsep

    bangun ruang yang meliputi: a)

    kemampuan guru dalam menjelaskan kompetensi dasar dan indikator dalam

    pembelajaran, b) kemampuan

    mengembangkan pendekatan, metode

    dan media dalam pembelajaran matematika konsep bangun ruang; c)

    Penguasaan Kelas; dan d) kemampuan

    menggunakan alat penilaian.

    2. Tes

    Tes yang digunakan dalam

    pengumpulan data berupa tes hasil

    belajar matematika. Tes dilakukan pada setiap akhir siklus tindakan untuk

    mengumpulkan data mengenai tingkat

    kompetensi siswa dalam penguasaan konsep bangun ruang.

    Validitas Data

    Data yang berhasil digali,

    dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, diusahakan kemantapan dan

    kebenarannya. Agar data dapat dijamin

    kenbenarannya, didalam penelitian ini digunakan triangulasi data atau disebut

    sumber data (Sutopo, 2002 : 79). Cara ini

    mengarah pada penggunaan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data

    yang sama atau sejenis, akan lebih mantap

    kebenarannya bila digali dari beberapa

    sumber data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber

    yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya

    bilamana dibandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain.

    Teknik Analisis Data

    Prosedur analisisnya menggunakan

    model alur dari Kemmis dan Taggart yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan

    perkembangan dan perubahan subjek

    setelah subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi

    tertentu dengan pembelajaran tindakan

    dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil.

    Indikator Kinerja Penelitian

    Indikator untuk mengukur

    keberhasilan tindakan pembelajaran guna peningkatan prestasi belajar matematika

    adalah sebagai berikut:

    1. Siswa dianggap menguasai konsep apabila sudah memperoleh nilai > KKM

    untuk mata pelajaran matematika, atau

    nilai > 64. 2. Pembelajaran dianggap berhasil apabilai

    nilai rata-rata kelas > KKM atau rata-

    rata kelas > 64.

  • 8

    3. Pembelajaran dianggap berhasil apabila jumlah siswa yang sudah mencapai

    ketuntasan belajar dengan nilai > 64

    sudah mencapai > 80% dari seluruh jumlah siswa yang ada.

    HASIL PENELITIAN DAN

    PEMBAHASAN

    Hasil Penelitian

    1. Deskripsi Kondisi Awal Hasil tes ulangan harian yang

    diperoleh dari 48 orang siswa kelas V semester II SD Negeri Premulung No.

    94 Kecamatan Laweyan Surakarta pada

    semester II tahun pelajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa dari 48 siswa

    ternyata baru 23 orang siswa atau

    47,92% yang sudah memperoleh nilai di atas KKM sebesar 64. Sisanya

    sebanyak 25 orang siswa atau 52.08%

    belum mencapai ketuntasan belajar.

    Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 45 dan nilai tertinggi 80.

    Nilai rata-rata kelas diperoleh sebesar

    61,98. Dengan demikian, secara klasikal siswa kelas V Semester II SD Negeri

    Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan

    Surakarta tahun pelajaran 2011/2012

    belum mencapai batas tuntas minimal yang dipersyaratkan dalam

    pembelajaran matematika.

    Data perolehan nilai hasil ulangan harian dapat disajikan pada tabel di

    bawah ini:

    Tabel 2 Nilai Hasil Belajar Kondisi Awal

    No. Ketuntasan Jumlah %

    1. Tuntas 23 47,92 %

    2. Belum Tuntas 25 52,08 %

    Jumlah 48 100%

    Nilai Rata-rata 61.98

    Nilai Terendah 45

    Nilai Tertinggi 80

    Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal tindakan dapat

    digambarkan ke dalam diagram batang

    sebagai berikut:

    Gambar 4 Diagram Batang Data Tingkat

    Ketuntasan Belajar Kondisi Awal

    2. Deskripsi Tindakan Siklus I

    Berdasarkan hasil tes yang

    dilaksanakan setelah akhir pembelajaran

    tindakan Siklus I dapat diketahui bahwa pembelajaran matematika dengan media

    realia dapat meningkatkan prestasi

    belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai terendah yang diperoleh

    siswa mengalami peningkatan dari 45

    pada kondisi awal menjadi 50. Nilai tertinggi mengalami peningkatan dari 80

    pada kondisi awal menjadi sebesar 85

    pada akhir tindakan Siklus I.

    Nilai rata-rata yang diperoleh siswa mengalami peningkatan dari 61.98 pada

    kondisi awal meningkat menjadi sebesar

    66.88 pada akhir tindakan Siklus I. Atas dasar hal ini maka secara klasikal nilai

    rata-rata hasil belajar siswa pada

    tindakan Siklus I sudah melampaui batas tuntas minimal yang ditetapkan, yaitu

    66.98 > 64.

    Ditinjau dari ketuntasan belajar,

    jumlah siswa yang sudah mencapai batas tuntas minimal dengan nilai 64

    adalah sebanyak 31 orang siswa atau

    64.58%. Siswa yang masih belum mencapai batas tuntas sebanyak 17

    orang siswa atau 35.42%. Data

    ketuntasan belajar siswa pada tindakan

    Siklus I dapat disajikan ke dalam tabel berikut.

    22

    24

    26

    23

    25

    Tuntas Belum Tuntas

  • 9

    Tabel 3

    Nilai Hasil Belajar Tindakan Siklus I

    No. Ketuntasan Jumlah %

    1. Tuntas 31 64,58 %

    2. Belum Tuntas 17 35,48 %

    Jumlah 48 100%

    Nilai Rata-rata 66.88

    Nilai Terendah 50

    Nilai Tertinggi 85

    Data tingkat ketuntasan belajar

    siswa pada tindakan Siklus I dapat

    digambarkan ke dalam diagram batang sebagai berikut:

    Gambar 5 Diagram Batang Data Tingkat

    Ketuntasan Belajar Tindakan Siklus I

    Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus I dapat

    diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai

    berikut:

    a. Pembelajaran matematika dengan media realia dapat meningkatkan

    prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya

    nilai rata-rata hasil belajar siswa dari

    61.98 pada kondisi awal menjadi

    66.88 pada akhir tindakan Siklus I.

    b. Nilai rata-rata kelas sudah melampaui KKM yang ditetapkan,

    yaitu 66.88 > 64, meskipun demikian pembelajaran belum dapat dikatakan

    berhasil. Hal ini diindikasikan

    dengan belum tercapainya ketuntasan kelas di mana tingkat ketuntasan

    belajar siswa < 80% atau 64.52 <

    80%.

    c. Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I

    adalah: (a) belum berubahnya pola

    pembelajaran yang berpusat pada

    guru menjadi pola pembelajaran

    berpusat pada siswa; (b) dampak

    produk berupa penguasaan kompetensi penuh secara klasikal

    belum tercapai, yaitu mencapai

    tingkat ketuntasan kelas sebesar 80%.

    3. Deskripsi Tindakan Siklus II

    Berdasarkan hasil refleksi dan

    evaluasi pelaksanaan tindakan pembelajaran pada Siklus I, terutama

    yang menyangkut beberapa hal yang

    direkomendasikan pada Siklus I, selanjutnya disusun rencana tindakan

    pembelajaran Siklus II. Perencanaan ini

    merupakan upaya untuk meningkatkan dampak produk dari tindakan

    pembelajaran yang lebih baik.

    Berdasarkan hasil tes yang

    dilaksanakan pada akhir tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa prestasi

    belajar siswa mengalami peningkatan

    dibandingkan dengan hasil tindakan siklus sebelumnya. Hasil tes

    menunjukkan adanya peningkatan, yaitu

    nilai terendah mengalami peningkatan

    dari 50 pada akhir tindakan Siklus I menjadi 60 pada akhir tindakan Siklus

    II.

    Nilai tertinggi mengalami peningkatan dari 85 pada akhir tindakan

    Siklus I menjadi 90 pada akhir tindakan

    Siklus II. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan dari 66.88 pada

    akhir tindakan Siklus I menjadi 72.29

    pada akhir tindakan Siklus II. Mengingat

    bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa > KKM atau 72.29 > 64,

    maka secara klasikal siswa kelas V

    semester II SD Negeri Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta

    sudah mencapai ketuntasan belajar

    dalam pembelajaran matematika konsep bangun ruang.

    Ditinjau dari ketuntasan belajar,

    jumlah siswa yang sudah mencapai

    batas tuntas minimal dengan nilai 64 adalah sebanyak 44 orang siswa atau

    0

    20

    40

    Tuntas Belum Tuntas

    31

    17

  • 10

    91,67%, sedangkan yang masih belum

    mencapai batas tuntas sebanyak 4 orang

    siswa atau 8,33%. Data ketuntasan

    belajar siswa pada tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut:

    Tabel 4

    Nilai Hasil Belajar Tindakan Siklus II

    No. Ketuntasan Jumlah %

    1. Tuntas 44 91,67 %

    2. Belum Tuntas 4 8,33 %

    Jumlah 48 100%

    Nilai Rata-rata 72.29

    Nilai Terendah 60

    Nilai Tertinggi 90

    Data tingkat ketuntasan belajar

    siswa pada tindakan pembelajaran Siklus II dapat digambarkan ke dalam

    diagram sebagai berikut:

    Gambar 6 Diagram Batang Data Tingkat

    Ketuntasan Belajar Tindakan Siklus II

    Berdasarkan hasil evaluasi tindakan

    pembelajaran pada Siklus II dapat

    diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut:

    a. Pembelajaran matematika dengan media realia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini

    ditunjukkan dengan meningkatnya

    nilai rata-rata hasil belajar siswa dibandingkan dengan tindakan siklus

    sebelumnya, yaitu dari 66.88 pada

    akhir tindakan Siklus I meningkat

    menjadi 72.29 pada akhir tindakan Siklus II.

    b. Pembelajaran matematika dengan media realia dianggap berhasil dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

    kelas V semester II SD Negeri

    Premulung No. 94 Kecamatan

    Laweyan Kota Surakarta tahun

    pelajaran 2011/2012. Hal ini

    diindikasikan dengan tercapainya

    ketuntasan kelas secara klasikal, yaitu dengan tingkat ketuntasan

    sebesar 91.67%.

    c. Adanya siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, yaitu sebanyak 4

    orang atau 8.33% diberikan

    perlakuan khusus berupa

    pembelajaran remedial sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan

    belajar dengan nilai > 64.

    d. Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I

    sudah tercapai pada tindakan Siklus

    II. Hal tersebut meliputi: (a) sudah berubahnya pola pembelajaran yang

    berpusat pada guru menjadi pola

    pembelajaran berpusat pada siswa;

    (b) dampak produk berupa penguasaan kompetensi penuh secara

    klasikal sudah tercapai, yaitu

    mencapai tingkat ketuntasan kelas > 80% atau 91.67% > 80%.

    Pembahasan

    Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa penggunaan media realia efektif untuk meningkatkan prestasi belajar

    matematika pada konsep bangun ruang pada siswa kelas V semester II SD Negeri

    Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan

    Kota Surakarta Tahun pelajaran 2011/2012 terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai

    rata-rata hasil belajar siswa dan tingkat

    ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

    Pada tindakan Siklus I, hasil yang

    diperoleh belum optimal. Untuk itu guru melakukan perbaikan dengan mengubah

    skenario pembelajaran pada tindakan Siklus

    II dengan model diskusi kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih aktif dalam

    kegiatan pembelajaran.

    Tindakan perbaikan dengan mengubah

    skenario pembelajaran cukup berhasil. Hal ini diindikasikan dengan tercapainya

    indikator kinerja penelitian berupa nilai

    0

    50

    Tuntas Belum Tuntas

    44

    4

  • 11

    rata-rata kelas > KKM dan tingkat

    ketuntasan belajar siswa > 80%.

    Ditinjau dari nilai hasil belajar yang

    diperoleh siswa, nilai terendah, tertinggi, maupun nilai rata-rata yang diperoleh siswa

    dalam pembelajaran matematika mengalami

    peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai terendah hasil belajar

    matematika yang diperolah siswa pada

    kondisi awal adalah sebesar 45, nilai

    tertinggi 80, dan nilai rata-rata sebesar 61.98.

    Nilai hasil belajar siswa mengalami

    peningkatan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, yaitu dengan nilai

    terendah sebesar 50, nilai tertinggi 85, dan

    nilai rata-rata sebesar 66.88. Pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II, nilai hasil

    belajar siswa mengalami peningkatan

    dibandingkan dengan tindakan Siklus I,

    yaitu dengan nilai terendah sebesar 60, nilai tertinggi 90, dan nilai rata-rata sebesar

    72.29.

    Tabel 5 Perkembangan Nilai Hasil Belajar Siswa

    No. Nilai Awal Siklus

    I

    Siklus

    II

    1. Rata-rata 45 50 60

    2. Nilai

    Terendah

    80 85 90

    3. Nilai

    Tertinggi

    61.98 66.88 72.29

    Peningkatan nilai hasil belajar siswa dari kondisi awal hinga akhir tindakan

    Siklus II pada tabel di atas selanjutnya

    dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut:

    Gambar 7 Diagram Peningkatan Nilai Hasil

    Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingg

    Tindakan Siklus II

    Penggunaan media realia dalam

    pembelajaran matematika dapat

    meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini

    sesuai dengan pendapat Zulkardi (2010: 5) yang mengatakan bahwa dalam RME,

    pembelajaran diawali dengan masalah

    kontekstual (dunia nyata), sehingga memungkinkan mereka menggunakan

    pengalaman sebelumnya secara langsung.

    Proses penyarian (inti) dari konsep

    yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan oleh De Lange (dalam Zulkardi, 2010: 5)

    sebagai matematisasi konseptual. Melalui

    abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih

    komplit.

    Kemudian, siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matema-

    tika ke bidang baru dari dunia nyata

    (applied mathematization). Oleh karena

    itu, untuk menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak

    sehari-hari perlu diperhatikan matematisi

    pengalaman sehari-hari (mathematization of everyday experience) dan penerapan

    matematikan dalam sehari-hari (Bonotto,

    2000). Dua proses matematisasi yang

    berupa siklus di mana dunia nyata tidak hanya sebagai sumber matematisasi, tetapi

    juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan

    kembali matematika.

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seperti yang

    tertuang pada bab IV, maka dapat ditarik

    suatu kesimpulan sebagai berikut:

    penggunaan media realia efektif untuk meningkatkan prestasi belajar

    matematika pada konsep bangun ruang

    pada siswa kelas V semester II SD Negeri Premulung No. 94 Kecamatan

    Laweyan Kota Surakarta Tahun

    pelajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai

    rata-rata hasil belajar siswa dan tingkat

    ketuntasan belajar siswa pada setiap

    siklus tindakan yang dilakukan.

    45 50

    6061.98 66.8872.2980

    85 90

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Awal Siklus I Siklus II

  • 12

    B. Saran

    Berdasarkan hasil penelitian ini,

    maka ada beberapa hal yang perlu

    disarankan, antara lain sebagai berikut:

    1. Bagi Guru Kelas

    Suatu metode pembelajaran belum

    tentu cocok diterapkan untuk semua materi pelajaran. Untuk itu perlu

    adanya pemilihan metode

    pembelajaran yang tepat sesuai

    dengan materi pelajaran atau pokok bahasan yang diajarkan.

    2. Bagi Siswa

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penentu keberhasilan dalam

    belajar adalah aktivitas siswa dalam

    pembelajaran. Untuk itu disarankan kepada siswa agar selalu terlibat aktif

    dalam kegiatan pembelajaran.

    DAFTAR PUSTAKA

    Bonotto, Cinzia. 2000. Mathematics in and out of school : is it possible connect

    these contexts ? Exemplification from

    an activity in primary schools. http://www.nku.edu/~sheffield/

    bonottopbyd.htm diakses pada 10 Juli

    2011.

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994) Kurikulum Pendidikan Dasar.

    Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

    Dimyati Mahmud (1990) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

    Kartikawati, Etty. (1997) Hakekat

    Bimbingan di SD. Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan UT.

    Hasan Rachjadi (1997) Dasar-dasar

    Pendidikan. Bandung: P3G.

    Herman Hudoyo. (1998) Belajar Mengajar Matematika. Bandung: CV. Angkasa.

    Marika Subrata dan Munzayanah (1992)

    Remedial Teaching. Surakarta: UNS.

    Moh. Suryo dan Moh. Amien (1989)

    Pengejaran Remedial. Jakarta: Rineka

    Cipta.

    Mulyono Abdurrahman (1996) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

    Jakarta: Departemen Pendidikan dan

    Kebudayaan.

    --------. (1999). Pendidikan Bagi Anak

    berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka

    Cipta.

    --------. (2003) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka

    Cipta.

    Ngalim Purwanto (1990) Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja

    Rosdakarya.

    Program Akta Mengajar V-B. (1985) Komponen Dasar Pendidikan. Jakarta:

    Departemen Pendidikan dan

    Kebudayaan UT.

    Slameto. 2005. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Krida. Jakarta: Bumi

    Aksara.

    Sunardi (1997) Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar. Surakarta: UNS.

    --------. (2000) Ortopedagogik Umum II

    Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta:

    UNS.

    Van den Heuvel-Panhuizen. 2000.

    Realistic Mathematics Education Work

    in Progress. http://www.fi.uu.nl/en/indexpulicaties.

    html. diakses pada 10 Juli 2011

    Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:

    PT Remaja Rosdakarya.

    Zulkardi. 2010. How to Design Mathematics Lessons based on the Realistic Approach? http://www.reocities.com/ratuilma/rme

    .html diakses pada 10 Juli 2011.