Upload
surya-desa-skm-mkes
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/30/2019 Jurnal Klb Dbd
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-klb-dbd 1/10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 374 - 383
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Nurhayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
GAMBARAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR
BIASA (KLB) ANTRAKS YANG TERJADI DI DESA KARANGMOJOKECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH TAHUN
2011
Nurhayati*), Sri Yuliawati**), Lintang Dian Saraswati**)
*) Alumnus FKM UNDIP, **)Dosen Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKMUNDIP
ABSTRAK
Antraks merupakan penyakit zoonosis yang perlu ditangani secara strategis
karena berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa. Pada tahun 2011ditemukan KLB antraks pada manusia di desa Karangmojo Kabupaten Boyolali.KLB antraks kemudian akan diatasi melalui kegiatan penyelidikan epidemiologidan penanggulangan kasus. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkankegiatan penyelidikan dan penanggulangan KLB yang terjadi di desaKarangmojo Kabupaten Boyolali pada tahun 2011. Jenis penelitian ini adalahpenelitian deskriptif. Subyek penelitian ini terbagi dua yaitu subyek penelitianutama dan triangulasi. Subyek penelitian utama dipilih berdasarkan metode purposive sample yaitu petugas surveilans yang berada di Puskesmas Klego II,Dinas Kesehatan, dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali yaitu5 petugas dan subyek penelitian triangulasi 2 orang. Hasil penelitian ini adalahketerlambatan pelaksanaan penyelidikan epidemiologi disebabkan oleh
transportasi dan SDM yang kurang memadai, kesalahan diagnosa penyakit olehDinas Kesehatan, dan kendala dalam proses peminjaman sarana pengambilansampel. Kendala dalam pelaksanaan epidemiologi adalah kurangnya SDM, tidakadanya transportasi yang tersedia selama 24 jam, dan tidak adanya saranapengambilan sampel di Dinas Kesehatan. Vaksinasi tidak pernah dilaksanakansebelum KLB terjadi di desa Karangmojo dan dilaksanakan setelah KLB terjadioleh Dinas Peternakan. Disinfeksi dilaksanakan di seluruh lingkungan desaKarangmojo kecuali pada sungai. Dapat disimpulkan bahwa penyelidikanepidemiologi dan penaggulangan KLB antraks telah dilaksanakan sesuai dengantata laksana namun terjadi keterlambatan. Saran bagi Puskesmas Klego agar selalu menghimbau masyarakat untuk segera melaporkan hewan sakit agar mencegah terjadinya KLB antraks kembali
Kata Kunci : antraks, penyelidikan, penanggulangan, KLB
PENDAHULUAN
Indonesia masih menghadapipermasalahan penyakit hewan yangsecara alami dapat menular kemanusia atau sebaliknya yangdisebut zoonosis. Masalah zoonosis
perlu dikendalikan karena dalam
kondisi tertentu berpotensi menjadiKLB atau pendemi. Selain ituancaman zoonosis di Indonesiamaupun di dunia cenderung terusmeningkat dan berimplikasi padaaspek sosial, ekonomi, keamanan
dan kesejahteraan masyarakat.
7/30/2019 Jurnal Klb Dbd
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-klb-dbd 2/10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 374 - 383
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Nurhayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
Salah satu penyakit zoonosis yang
perlu mendapat perhatian adalahantraks.1 Antraks adalah penyakit yang
disebabkan Bacillus anthracis.Penyakit ini dapat menyerang hewandomestik maupun liar, terutamahewan herbivora, seperti sapi,domba, kambing, beberapa spesiesunggas dan dapat menyerangmanusia (zoonosis).2,3 Antraksmerupakan penyakit zoonosispenting dan strategis sehingga perlu
ditangani dengan baik. Tingkatkematian karena antraks sangattinggi terutama pada hewanherbivora yang mengakibatkankerugian ekonomi dan mengancamkeselamatan manusia.4
Boyolali merupakan salahsatu sentra perdagangan ternakterbesar di Jawa Tengah. Antrakspada manusia di Kabupaten Boyolaliditemukan sejak tahun 1990 hinggatahun 2011. Sehingga Boyolali
merupakan salah satu daerahendemis antraks di Jawa Tengah.Pada tahun 2011 ditemukan dua kalikasus antraks tipe kulit padamanusia yaitu pada bulan Februaridi Desa Karangmojo KabupatenBoyolali sebanyak 16 dan ditetapkansebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
KLB antraks adalahterjadinya satu kasus baru antraksatau lebih pada manusia dengansebagian kasus menunjukkan tanda-
tanda patogomonik atau adanyabukti laboratorium. Apabiladitemukan kriteria-kriteria tersebutmaka kemudian akan dilaksanakansuatu kegiatan penyelidikanepidemiologi.5 Kegiatan penyelidikanepidemiologi dilaksanakan olehpuskesmas, Dinas Kesehatan, danDinas Peternakan dan Perikanan.Dari hasil penyelidikan epidemiologitersebut kemudian akan dilakukan
penanggulangan kasus berupakegiatan vaksinasi, disinfeksi dan
pencegahan dengan menambah
pengetahuan masyarakat melaluikegiatan penyuluhan dan pelatihanpetugas. Tujuan dari penelitian iniadalah mengetahui gambaranpenyelidikan dan penanggulanganKLB Antraks yang terjadi di desaKarangmojo Kecamatan KlegoKabupaten Boyolali tahun 2011.
MATERI DAN METODEJenis Penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif.Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh petugas penanggulanganKLB di Puskesmas Klego II, DinasKesehatan, dan Dinas Peternakandan Perikanan Kabupaten Boyolaliyang berjumlah 14 orang. Subyekpenelitian ini diambil denganmenggunakan teknik purposivesampling yaitu teknik pengambilansampel berdasarkan pertimbangan.6
Purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel yang disesuaikandengan tujuan penelitian yaitupetugas yang melakukan kegiatanpenyelidikan epidemiologi langsungke tempat kejadian antraks di desaKarangmojo sehingga didapatkan jumlah sampel petugas sebanyak 5orang petugas dan sampeltriangulasi sebanyak 2 orang.
Variabel yang diteliti adalahpelaksanaan penyelidikanepidemiologi dan pelaksanaan
penanggulangan kasus antara lainvaksinasi, disinfeksi, penyuluhanmasyarakat dan pelatihan petugas.Instrumen penelitian inimenggunakan pedoman wawancaramendalam dengan format yangdikembangkan dari definisi istilahmasing-maing variabel. Datapenelitian dianalisis denganmenyajikan dalam bentuk matrikshasil wawancara mendalam yang
kemudian diambil hal-hal pokoknyadan diambil kesimpulan.
7/30/2019 Jurnal Klb Dbd
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-klb-dbd 3/10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 374 - 383
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Nurhayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambaran Umum Antraks di
Kabupaten BoyolaliPenyakit antraks di
Boyolali sudah ada sejak tahun1990. Hingga tahun 2011 sudahtercatat beberapa kali kasusantraks pada manusia, sehinggabeberapa wilayah di KabupatenBoyolali dinyatakan sebagaidaerah endemis atau rawanterkena antraks. Daerah
tersebut antara lain Kecamatan Andong, Simo, Ampel, Musuk,Teras, Sambi, Boyolali,Mojosongo, dan daerah barurawan antraks adalahKecamatan Klego. KabupatenBoyolali merupakan daerahendemis antraks karenamerupakan salah satu sentrapeternakan terbesar di JawaTengah, selain itu spora antraksyang dapat bertahan hingga
puluhan tahun menyebabkanpenyakit antraks terus muncul diKabupaten Boyolali. Tipe kasusantraks yang paling banyakterjadi dari tahun 2000 sampaitahun 2011 adalah tipe antrakskulit sebesar 68% dan antrakspencernaan sebesar 32%. 7
B. Karakteristik RespondenSeluruh subyek penelitian baikutama maupun triangulasiberada pada kategori usia
dewasa yaitu 31-48 tahun.Seluruh subyek penelitianberlatar belakang pendidikansarjana.
C. Hasil Wawancara Mendalam1. Penyelidikan
EpidemiologiPenyelidikan
Epidemiologi merupakansalah satu rangkaiankegiatan surveilans antraks.
Penyelidikan Epidemiologidimaksudkan untuk
mengetahui hal-hal terkait
penegakkan diagnosisdengan pengambilansampel, identifikasi faktor risiko, pencarian sumber penularan dan adanya kasusbaru. PenyelidikanEpidemiologi dilaksanakanmaksimal 24 jam setelahada laporan dari masyarakatataupun puskesmas danrumah sakit.5,8 Pada KLByang terjadi di desa
Karangmojo, kegiatanpenyelidikan epidemiologidilaksanakan dua harisetelah adanya laporankasus dari Puskesmas KlegoII. Berdasarkan hasilwawancara mendalam haltersebut disebabkan olehbeberapa faktor yaitu tidaktersedianya saranapengambilan sampel diDinas Kesehatan sehingga
Dinas Kesehatan perlumeminjam instansi lain.Pengobatan penderitadilakukan dengan menunggupenderita datang ke tempatpengobatan dengan instruksikepala dusun setempat.
PelaksanaanPenyelidikan Epidemiologiberbeda-beda padamasing-masing instansi. Haltersebut menyebabkan
petugas tidak mengetahuikegiatan penyelidikanepidemiologi yangdilaksanakan instansi lain,sebagai contohnya petugassurveilans PuskesmasKlego II tidak mengetahuidengan baik kegiatanvaksinasi yang dilakukanoleh Dinas Peternakan danPerikanan. Begitu pula
subyek penelitian triangulasiyang hanya mengetahui
7/30/2019 Jurnal Klb Dbd
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-klb-dbd 4/10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 374 - 383
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Nurhayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
kegiatan yang dilaksanakan
oleh masing-masinginstansi tempat bekerja.Dapat disimpulkan bahwakerjasama ketiga instansikurang baik.
Pada kasus yangterjadi di KLB desaKarangmojo diketahuibahwa waktu laporan kasusdari Puskesmas Klego II keDinas Kesehatanmengalami keterlambatan
dengan jangka waktukurang lebih dua minggu.Berdasarkan hasilwawancara mendalam haltersebut dapat disebabkanoleh beberapa hal yaitupenderita tidak berobat diPuskesmas wilayahKarangmojo yaituPuskesmas Klego II,sehingga petugas terlambatmengetahui kejadian
antraks di masyarakat. Saatmengetahui kejadiandimana banyak masyarakatyang memiliki gejala klinissama, pengobatandilakukan tetapi obat yangdiberikan tidak tepat. Hallain yang menyebabkanketerlambatan laporankasus adalah pola pikir masyarakat yang takutmelaporkan ternaknya yang
mati. Hal tersebutdikarenakan masyarakatakan mengalami kerugianekonomi sehinggamasyarakat lebih memilihuntuk menyembelih sendirihewan yang mati danmenjual murah kepadamasyarakat desa.
2. Penanggulangan KLBa. Vaksinasi Hewan
Berdasarkan hasilwawancara mendalam
vaksinasi sudah
dilakukan tapi hanyasebagian kecil yangmengetahui dengan jelasfrekuensi pelaksanaanserta aturanpelaksanaan vaksinasi,subyek penelitiantersebut adalah petugasyang berasal dari DinasPeternakan danPerikanan. Vaksinasidilaksanakan dua
minggu setelahpengobatan terhadaphewan ternak terlebihdahulu. Vaksinasidilakukan tidak hanya diwilayah terjadinya kasustetapi juga wilayah lainyang berbatasanterutama yang menjadilalu lintas hewan ternak.Salah satu subyekpenelitian utama
menyatakan vaksinasidapat dilaksanakan 2xkarena tersedianyadana.
Pencegahan danpengendalian antraksyang digunakan diIndonesia sampai saatini adalah dengan caravaksinasi. Vaksinasiantraks merupakantindakan pencegahan
dan pengendalian yangdiberikan kepada ternakyang berisiko terkenaantraks. Programpengendalian danpemberantasan penyakithewan menular dilakukan secarabertahap berdasarkanprioritas terhadappenyakit hewan
strategis, yaitu penyakithewan yang berdampak
7/30/2019 Jurnal Klb Dbd
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-klb-dbd 5/10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 374 - 383
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Nurhayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
kerugian ekonomi tinggi
karena bersifat menular,menyebar danmortalitasnya tinggi,serta berpotensimengancam kesehatanmasyarakat.9
b. DisinfeksiBerdasarkan hasil
penelitian kegiatandisinfeksi telahdilaksanakan setelahKLB terjadi. Disinfeksi
dilakukan olehmasyarakat desaKarangmojo bersamadengan DinasPeternakan danPerikanan. Padapelaksanaannya terjadisedikit kendala dimanamasyarakat tidak mauberpartisipasi. Disinfeksidilakukan denganmenyemprotkan
formalin ke tempat-tempat yang didugabanyak terdapat sporaantraks seperti tempatmenyembelih sapi,mengubur sapi,kandang, tanah sekitar rumah serta padaperalatan untukmenyembelih hewansakit. Pada kasus yangterjadi di desa
Karangmojo penularanantraks diduga berasaldari salah satu sungaisimana sungai tersebutdigunakan untukmencuci organ dalamsapi sakit yangdisembelih. Namunpada sungai tersebuttidak disemprot olehformalin karena
dikhawatirkan akanmeracuni sungai karena
sungai tersebut
digunakan warga untukmencuci dan mengalirisawah.
Penyemprotandisinfektan tidak bisadilakukan dengan cepatdan efektif apabila tidakadanya partisipasimasyarakat itu sendiri.Selain itu hingga saat inikegiatan disinfeksibukan menjadi kegiatan
yang dapat rutindilaksanakan.Pelaksanaan disinfeksidilakukan di desa-desaendemis atau risikotinggi.
c. Penyuluhan MasyarakatBerdasarkan hasil
wawancara mendalampada KLB yang terjadi didesa Karangmojo,penyuluhan kepada
masyarakat mengenaipenyakit antraks belumpernah dilaksanakanHaltersebut mengakibatkanmasyarakat desaKarangmojo tidakmengetahui tentangpenyakit antraks.Sedangkan masyarakatdisana mayoritas adalahpetani dan memilikiternak dirumahnya
sehingga berisiko tinggiterjadinya kasus antraks.
Sebagian besar subyek penelitian baikutama maupuntriangulasi mengetahuipelaksanaan penyuluhankepada masyarakat.Penyuluhandilaksanakan melaluikegiatan posyandu dan
rutin dilaksanakan. Salahsatu subyek penelitian
7/30/2019 Jurnal Klb Dbd
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-klb-dbd 6/10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 374 - 383
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Nurhayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
utama mengatakan
pemberian pengetahuankepada masyarakat jugadilaksanakan denganpembagian leaflet danpenyuluhan sampai keaparat desa dankecamatan. Sebagianbesar subyek penelittianmengatakan bahwa tidakada kendala yang berartidalam pelaksanaanpenyuluhan. Selain itu
partisipasi masyarakat juga tergolong baikkarena masyarakatantusias untuk bertanyaterutama ciri-ciri danpenanganan hewanternak karena sebagianbesar masyarakat didesa Karangmojo adalahseorang petani danpeternak. Penyuluhanmerupakan salah satu
cara untuk meningkatkanpengetahuanmasyarakat. Menurutpenelitian Sri Rahayu(2007) penyuluhanterbukti meningkatkanpengetahuanmasyarakat.10
d. Pelatihan PetugasBerdasarkan hasil
wawancara mendalam,diketahui bahwa
sebagian besar subyekpenelitian belum pernahmendapatkan pelatihanterutama sebelum KLBterjadi. Satu subyekpenelitian utama yangpernah mendapatkanpelatihan menyebutkanpelatihan yang didapatadalah mengenaipenyakit menular pada
hewan. Sedangkan satusubyek penelitian
triangulasi mengatakan
pelatihan yang pernahdidapatkan petugasadalah mengenai KLBsecara umum.
Pelatihan dapatmempengaruhi perilakukerja dan yang paling jelas adalah dapatmemperbaikiketerampilan yangdiperlukan petugasdalam menyelesaikan
pekerjaannya. Di dalammeningkatkan mutupelayanan kesehatan,perlu diadakan suatupelatihan terhadappetugas. 11,12 Sebagianbesar petugassurveilans belummendapatkan pelatihanmengenai penangananKLB khususnya untukpenyakit antraks. Hal
tersebut mengakibatkanpetugas kesehatan diPuskesmas Klego IItidak mengetahui gejalaantraks saat KLB terjadisehingga terjadiketidaktepatanpengobatan kepadamasyarakat.
SistemKewaspadaan Dini KLB(SKD-KLB) merupakan
kewaspadaan terhadappenyakit berpotensi KLBbeserta faktor-faktor yang mempengaruhinyadengan menerapkanteknologi surveilansepidemiologi dandimanfaatkan untukmeningkatkan sikaptanggap kesiapsiagaan,upaya-upaya
pencegahan dantindakan
7/30/2019 Jurnal Klb Dbd
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-klb-dbd 7/10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 374 - 383
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Nurhayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
penanggulangan
kejadian luar biasa yangcepat dan tepat. 13 SKDKLB memiliki tujuanmengidentifikasi adanyaancaman KLB,terselenggaranyaperingatankewaspadaan dini KLB,terselenggaranyakesiapsiagaanmenghadapikemungkinan terjadinya
KLB, dan terdeteksisecara dini adanyakondisi rentan KLB.8
Sistem KewaspadaanDini untuk mencegahtimbulnya KLB antraksdilaksanakan kebeberapa sasaran,mulai dari masyarakatsampai petugaspuskesmas dan dinas.Kegiatan yang dapat
dilakukan adalahpenyuluhan kepadamasyarakat danpelatihan tenaga medisdan paramedis.14 Dapatdisimpulkan bahwaSistem KewaspadaanDini terkait penyakitantraks tidak berjalandengan baik di Boyolalisehingga KLB dapatterjadi di desa
Karangmojo.
SIMPULAN1. Pelaksanaan penyelidikan
epidemiologi sudahdilaksanakan sesuai dengantata laksana oleh masing-masing instansi baik PuskesmasKlego II, Dinas Kesehatan,Dinas Peternakan danPerikanan.
2. Pelaksanaan penyelidikanepidemiologi mengalami
keterlambatan karena
transportasi dan SDM yangkurang memadai, kesalahandiagnosa penyakit oleh DinasKesehatan, dan kendala dalamproses peminjaman saranapengambilan sampel.
3. Permasalahan terkaitketerlambatan laporan dariPuskesmas Klego II ke DinasKesehatan disebabkan olehpengetahuan dan responpetugas yang kurang mengenai
penyakit antraks, banyaknyapenderita yang berobat ke luar Puskesmas Klego II,masyarakat yang tidak maumelapor apabila ada hewanyang sakit karena takutmengalami kerugian ekonomi.
4. Vaksinasi tidak pernahdilaksanakan sebelum KLBterjadi di desa Karangmojo dandilaksanakan setelah KLBterjadi oleh Dinas Peternakan
dimana pelaksanaannya sangattergantung dengan dana danSDM yang tersedia.
5. Disinfeksi dilaksanakan diseluruh lingkungan desaKarangmojo kecuali padasungai yang diduga merupakansalah satu tempat penyebaranspora antraks tidak disemprotdengan formalin karenadikhawatirkan akan meracunidan mencemari sungai tersebut.
6. Sistem Kewaspadaan Dinidinilai kurang karena di desaKarangmojo tidak pernahdilakukan penyuluhan terhadapmasyarakat dan pelatihanterhadap petugas sebelum KLBterjadi.
SARAN1. Bagi Dinas Kesehatan untuk
memberikan pelatihan yang
menitikberatkan pada tatalaksana penanggulangan KLB
7/30/2019 Jurnal Klb Dbd
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-klb-dbd 8/10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 374 - 383
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Nurhayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
antraks terhadap petugas
penanggulangan KLB di seluruhpuskesmas di Boyolali agar tidak terjadi keterlambatanlaporan apabila ditemukankasus antraks kembali.
2. Bagi Dinas Peternakan untukmengadakan kegiatan disinfeksisecara berkala pada daerah-daerah endemis atau risikotinggi untuk pencegahan danpengendalian denganmelibatkan peran aktif
masyarakat.3. Bagi Puskesmas Klego II agar
selalu menghimbau masyarakatuntuk melaporkan apabilaterdapat hewan mati mendadakdan gejala klinis antraks padamanusia dengan kegiatanpenyuluhan rutin ataupunpemasangan poster-poster ditempat umum
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI.Komisi Nasional PengendalianZoonosis, 2011. (online),(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1541-komisi-nasional-pengendalian-zoonosis.html,diakses tanggal 5 Januari2012).
2. Todar K. Bacillus anthracis and Anthrax . Departement of Bacteriology. Madison USA:
University of Wisconsin, 2002.3. Office International Des
Epizooties (OIE). Anthrax. In:Manual of StandardsDiagnostic and Vaccines.World Health Organization,2000 p. 235-239.
4. World Health Organization(WHO). Guidelines for thesurveillance and control of anthrax in humans and animals, 4th Ed . Departementof Communicable Disease
Surveillance and Response .
Turnbull, P.C (Eds.). WorldHealth Organization, 2008. 5. Dinas Kesehatan Jawa
Tengah. Revisi Buku PedomanPenyelidikan danPenanggulangan KejadianLuar Biasa. Pemprov JawaTengah: Semarang, 2009
6. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV AlfaBeta, 2007
7. Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali. Profil KesehatanKabupaten Boyolali Tahun2011. Boyolali: DinkesKabupaten Boyolali. 2012
8. Depkes. Kepmenkes No.1116/Menkes/SK/VIII/2003tentang PedomanPenyelenggaraan SistemSurveilans Epidemiologi Kesehatan. Jakarta, 2003
9. Sjamsul B. dan Eny M.Kebijakan Pengendalian
Penyakit Strategis DalamRangka Mendukung ProgramKecukupan Daging Sapi 2010 .(Online) Lokakarya NasionalKetersediaan IPTEK dalamPengendalian PenyakitStrategis pada TernakRumainansia Besar. 2011.(http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/attachments/247_70.pdf , diakses pada 21September 2012)
10. Sri R. Pengaruh PenyuluhanKesehatan TerhadapPengetahuanPrimiparaTentang ASI Eksklusif di RSIA AssalamGemolong Kabupaten Sragen. Tidak Diterbitkan. 2007
11. Robbin, Stephen. PerilakuOrganisasi . Jakarta: PTPrenhalindo, 2001
12. Notoatmojo S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan
7/30/2019 Jurnal Klb Dbd
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-klb-dbd 9/10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 374 - 383
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Nurhayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta, 200313. Depkes. Kepmenkes No.949/Menkes/SK/VIII/2004tentang PedomanPenyelenggaraan SistemKewaspadaan Dini KejadianLuar Biasa. Jakarta, 2004
14. Departemen Kesehatan RI. Antraks :Pedoman dan ProtapPenatalaksanaan Kasus.Jakarta: Sub. Dit Zoonosis,Direktorat P2B2, Ditjen PPM
dan PLP, 2007
7/30/2019 Jurnal Klb Dbd
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-klb-dbd 10/10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 374 - 383
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Nurhayati
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012