12
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN AKAR MERUNG (Coptosapelta tomentosa Valeton K.Heyne) TERHADAP RADIKAL BEBAS DPPH (1,1 DIFENIL-2-PIKRIL HIDRAZIL) Antioxidant activities of Akar merung (Coptosapelta tomentosa Valeton K.Heyne) To DPPH (1,1 Difenil-2-Pikril Hidrazil) Free Radical Achmad Fauzi Al’ Amrie, Prof. Dr. H. Muh. Amir M, M.Kes, dan Herman, S.Pd., M.Si Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman ABSTRAK Telah dilakukan pengujian aktivitas antioksidan akar merung (Coptosapelta tomentosa Valeton K. Heyne). Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas antioksidan dalam penelitian adalah dengan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1- difenil-2-pikrilhidrazil). Pengujian ini dilakukan terhadap ekstrak kasar akar merung, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi n-butanol. Pengukuran dilakukan menggunakan spektofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 517 nm. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis regresi linier untuk mendapatkan nilai Inhibition Concentration 50 % (IC 50 ) dari masing-masing ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akar merung memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC 50 dari ekstrak kasar, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan n-butanol masing-masing sebesar 113,6 ppm, 75,44 ppm, 97,64 ppm, dan 412,5 ppm. Kata Kunci : Antioksdian, Akar merung, Difenil Pikril Hidrazil PENDAHULUAN Radikal bebas merupakan suatu molekul yang sangat reaktif karena mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif karena kehilangan satu atau lebih elektron dan untuk mengembalikan keseimbangannya maka radikal bebas berusaha mendapatkan elektron dari molekul lain sehingga elektronnya menjadi berpasangan (Dalimartha & Soedibyo,1998). Radikal bebas bersifat reaktif, dan jika tidak diinaktifkan akan dapat merusak makromolekul pembentuk sel, yaitu protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat, sehingga dapat menyebabkan penyakit degeneratif. Pada penelitian lebih lanjut telah diteliti bahwa sekitar 40 penyakit mencakup aterosklerosis, hipertensi, iskemik, Alzheimer, Parkinson, kanker dan peradangan disebabkan oleh radikal bebas. Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan endogen seperti enzim catalase, glutathione peroxidase, superoxide dismutase, dan glutathione transferase. Namun jika senyawa radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar atau antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal yang terbentuk. Beberapa studi epidemilogi menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi antioksidan fenolik alami yang

Jurnal Antioksidan Akar Merung

Embed Size (px)

Citation preview

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN AKAR MERUNG

(Coptosapelta tomentosa Valeton K.Heyne) TERHADAP RADIKAL BEBAS DPPH

(1,1 DIFENIL-2-PIKRIL HIDRAZIL)

Antioxidant activities of Akar merung

(Coptosapelta tomentosa Valeton K.Heyne) To DPPH (1,1 Difenil-2-Pikril Hidrazil) Free

Radical

Achmad Fauzi Al’ Amrie, Prof. Dr. H. Muh. Amir M, M.Kes, dan Herman, S.Pd., M.Si

Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman

ABSTRAK

Telah dilakukan pengujian aktivitas antioksidan akar merung (Coptosapelta

tomentosa Valeton K. Heyne). Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas

antioksidan dalam penelitian adalah dengan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1-

difenil-2-pikrilhidrazil). Pengujian ini dilakukan terhadap ekstrak kasar akar merung, fraksi

n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi n-butanol. Pengukuran dilakukan menggunakan

spektofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 517 nm. Data yang diperoleh dianalisis

menggunakan analisis regresi linier untuk mendapatkan nilai Inhibition Concentration 50 %

(IC50) dari masing-masing ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akar merung

memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 dari ekstrak kasar, fraksi n-heksan, fraksi etil

asetat, dan n-butanol masing-masing sebesar 113,6 ppm, 75,44 ppm, 97,64 ppm, dan 412,5

ppm.

Kata Kunci : Antioksdian, Akar merung, Difenil Pikril Hidrazil

PENDAHULUAN

Radikal bebas merupakan suatu molekul yang sangat reaktif karena mempunyai

satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif karena

kehilangan satu atau lebih elektron dan untuk mengembalikan keseimbangannya maka

radikal bebas berusaha mendapatkan elektron dari molekul lain sehingga elektronnya menjadi

berpasangan (Dalimartha & Soedibyo,1998).

Radikal bebas bersifat reaktif, dan jika tidak diinaktifkan akan dapat merusak

makromolekul pembentuk sel, yaitu protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat, sehingga

dapat menyebabkan penyakit degeneratif. Pada penelitian lebih lanjut telah diteliti bahwa

sekitar 40 penyakit mencakup aterosklerosis, hipertensi, iskemik, Alzheimer, Parkinson,

kanker dan peradangan disebabkan oleh radikal bebas. Kerusakan oksidatif atau kerusakan

akibat radikal bebas dalam tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan endogen

seperti enzim catalase, glutathione peroxidase, superoxide dismutase, dan glutathione

transferase. Namun jika senyawa radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi

batas kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari

luar atau antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal yang terbentuk. Beberapa studi

epidemilogi menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi antioksidan fenolik alami yang

terdapat dalam buah, sayur mayur, dan tanaman serta produk-produknya mempunyai manfaat

besar terhadap kesehatan yakni dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit jantung koroner

(Ghiselli, 1998). Hal ini disebabkan karena adanya kandungan beberapa vitamin (A, C, E,

dan folat), serat, dan kandungan kimia lain seperti polifenol yang mampu menangkap radikal

bebas (Rohman, 2009).

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih

elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam (Suhartono,

2002). Antioksidan sintetik seperti BHA, (butil hidroksi anisol), BHT (butil hidroksi toluen),

PG (propil galat), dan TBHQ (tert-butil Hidrokuinon) dapat meningkatkan terjadinya

karsinogenesis (Amarowicz et al., 2000) dan berbagai studi mengenai BHA dan BHT

menunjukkan bahwa komponen ini dapat menimbulkan tumor pada hewan percobaan pada

penggunakan dalam jangka panjang sehingga penggunaan antioksidan alami mengalami

peningkatan (Andarwulan, 1996).

Akar Merung (Coptosapelta tomentosa Valeton K. Heyne) oleh masyarakat Kutai

Kartanegara, Kalimantan Timur berkhasiat sebagai obat encok atau sakit pinggang,

menambah stamina, digunakan juga sebagai obat hipertensi, diabetes melitus, afrodisiaka,

serta antikanker. Kandungan kimia yang terdapat pada Akar Merung antara lain saponin,

alkaloid, senyawa fenolik, dan antrakuinon. Adanya kandungan senyawa fenolik didalam

akar merung diduga memiliki kemampuan sebagai antioksidan.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan rendemen ekstrak akar merung serta

menguji aktivitas antioksidan ekstrak kasar dan fraksi – fraksi akar merung.

METODOLOGI

Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar merung

(Coptosapelta tomentosa Valeton K. Heyne) yang diperoleh dari hutan desa Tanjung Batu,

Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Spesimen diidentifikasi di

laboratorium Dendrologi dan Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman.

Bahan kimia meliputi kristal DPPH (1,1-Difenil-Pikril-2-Hidrazil), etanol, n-

heksana, etil asetat, n- butanol.

Peralatan yang digunakan yaitu bejana maserasi, rotary evaporator (BUCHI R200),

desikator, mikropipet, vorteks, dan spektrofotometer visibel (THERMO GENESYS 20).

Cara Kerja

Pembuatan Ekstrak kasar dan fraksi Akar merung

Akar merung dikeringkan tanpa terkena cahaya matahari langsung dipotong kecil-

kecil kemudian dimaserasi dengan etanol, diamkan 2 x 24 jam. Saring hasil maserasi dan

residu hasil penyaringan dimaserasi kembali dengan etanol yang baru dan filtrat yang

diperoleh diuapkan pelarutnya dengan rotari evaporator sampai diperoleh ekstrak kental.

Ekstrak kental ini dimasukkan dalam desikator untuk proses penguapan maksimal. Lakukan

proses maserasi ini sampai diperoleh filtrat yang bening yang diperkirakan senyawa aktif

dalam akar merung sudah habis. Kemudian ekstrak kasar di fraksinasi menggunakan n-

heksana, etil asetat, dan n-butanol.

Penentuan Rendemen Ekstrak

Presentase rendemen ekstrak akar merung diperoleh dengan cara menghitung

perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi dan fraksinasi terhadap akar

merung kering yang digunakan. Rumus rendemen yang digunakan adalah sebagai berikut :

Rendemen Ekstrak = x 100 %

Pembuatan Larutan DPPH

Kristal DPPH ditimbang sebanyak 0,004 gram kemudian dilarutkan dalam etanol

dengan menggunakan labu ukur coklat 100 mL sehingga konsentrasinya 40 ppm.

Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak

3 mL ekstrak ditambahkan dengan 2 mL larutan DPPH 40 ppm. Campuran larutan

ini di homogenkan dengan menggunakan vorteks dan dibiarkan ditempat gelap pada suhu

kamar selama 45 menit. Kemudian larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang

517 nm terhadap blanko (yang terdiri atas 3 mL ekstrak atau fraksi dan 2 mL etanol).

Dilakukan juga pengukuran terhadap kontrol yang terdiri atas 2 mL DPPH 40 ppm dan 3 mL

etanol. Besarnya aktivitas antioksidan ekstrak dihitung dengan menggunakan rumus:

% Aktivitas Antioksidan = x 100%

Metode Analisis

Metode analisis statistik yang digunakan adalah regresi linier untuk mendapatkan

nilai IC50 serta analisis sidik ragam (ANOVA). Uji dilanjutkan dengan uji Duncan jika

diperoleh perbedaan yang signifikan antara aktivitas ekstrak dan fraksi. Pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui ekstrak atau fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan yang

terbaik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen Ekstrak Akar Merung

Proses penyarian akar merung dengan maserasi dilakukan selama dua hari dengan

bantuan pengadukan tiga kali setiap harinya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari

300 g simplisia akar merung yang direndam dengan 4 L pelarut etanol menghasilkan 32,95 g

ekstrak kasar akar merung sehingga rendemen dari ekstrak kasar terhadap akar merung kering

yaitu 10,98 %. Selanjutnya dilakukan fraksinasi ekstrak kasar dengan menggunakan pelarut

yang berbeda kepolarannya. Ekstrak kasar akar merung sebanyak 10 g difraksinasi

Absorbansi Kontrol – Absorbansi Sampel

Absorbansi Kontrol

Berat (g) Sampel Mula-mula

Berat (g) Ekstrak didapat

menggunakan pelarut sebagai berikut : n-heksana, etil asetat, dan n-butanol. Masing-masing

berat dari fraksi dan rendemennya terhadap Akar Merung kering disajikan selengkapnya pada

Tabel 1.

No Sampel Berat Ekstrak (Gram) Rendemen (%) terhadap

sampel kering

1 Ekstrak Kasar 32,95 g 10,98 %

2 Fraksi n-Heksana 1,25 g 1,37 %

3 Fraksi Etil Asetat 2,19 g 2,41 %

4 Fraksi n-Butanol 5,83 g 6,41 %

Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa rendemen tertinggi dari fraksinasi ekstrak

akar merung adalah pada fraksi n-butanol sebesar 6,41 %. Sedangkan rendemen terendah dari

fraksinasi ekstrak akar merung adalah fraksi n-heksan sebesar 1,37 %. Dari hasil ini dapat

dikatakan bahwa senyawa polar yang ada pada Akar Merung jauh lebih banyak dibandingkan

dengan senyawa non polar.

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar Akar Merung

Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak kasar akar merung dengan menggunakan

metode DPPH memberikan nilai IC50 sebesar 113,6 ppm (Tabel 2). IC50

adalah bilangan yang

menunjukkan konsentrasi ekstrak (mikrogram/mililiter) yang mampu menghambat proses

oksidasi sebesar 50%, atau mampu meredam radikal bebas yaitu sebesar 50%. Semakin kecil

nilai IC50

berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik, suatu senyawa

dikatakan sebagai antioksidan jika nilai IC50 kurang dari 200 ppm (Molyneux, 2004).

Tabel 2. Hasil Pengujian Ekstrak Kasar Akar Merung

No Konsentrasi Absorbansi % Aktivitas

Antioksidan

Persamaan

Regresi Linier IC50

1 20 ppm

0,328

14,65 %

y = b x + a

y = 0,3696 x + 8

r = 0,993

113,6 ppm

2 40 ppm

0,304

21,04 %

3 80 ppm

0,227

41,48 %

4 160 ppm

0,132

65,71 %

Keterangan : Absorbansi Kontrol DPPH yaitu 0,385

Tabel 1. Jumlah Ekstrak Pada Masing-Masing Fraksi dan Rendemen

Gambar grafik 1 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka

semakin tinggi persentase aktivitas antioksidannya. Persamaan regresi linear memiliki nilai b

yang positif, sehingga menunjukkan bahwa kurva nilai persen aktivitas antioksidan

merupakan kurva peningkatan. Koefisien b merupakan koefisien arah regresi linier dan

menyatakan perubahan rata-rata variabel y untuk setiap perubahan variabel x (Sudjana,

2002). Dari data terlihat pada ekstrak kasar akar merung, didapatkan nilai a = + 8, sehingga

dapat dikatakan untuk setiap x (konsentrasi sampel) bertambah 1 ppm, maka y (% inhibisi)

bertambah atau meningkat sebesar 8 %. Dari hasil dapat dikatakan eksrak akar merung

memiliki aktivitas antioksidan karena memiliki nilai IC50 kurang dari 200 ppm yaitu sebesar

113,6 ppm.

Aktivitas Antioksidan Fraksi n-heksana Akar Merung

Tabel 3. Hasil Pengujian Fraksi n - heksana Akar Merung

Keterangan : Absorbansi Kontrol DPPH yaitu 0,307

Pengujian aktivitas antioksidan fraksi n-heksana akar merung dengan menggunakan

metode DPPH memberikan nilai IC50 sebesar 69,02 ppm (Tabel 3). Nilai IC50 ini merupakan

No Konsentrasi Absorbansi

Rata-rata

% Aktivitas

Antioksidan

Persamaan

Regresi Linier IC50

1 25 ppm

0,229

25,54 %

y = 0,54648 x + 12,285

r = 0,9992

69,02 ppm

2 50 ppm

0,183

40,52 %

3 75 ppm

0,145

52,67 %

4 100 ppm

0,101

67,03 %

Gambar 1. Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Akivitas Antioksidan

Ekstrak Kasar Akar merung

bilangan yang menunjukkan 69,02 ppm fraksi n – heksana mampu menghambat proses

oksidasi sebesar 50%, atau mampu meredam radikal bebas yaitu sebesar 50%. Semakin kecil

nilai IC50

berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan

Gambar 3, grafik menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi fraksi n-heksana,

maka semakin tinggi persentase aktivitas antioksidannya. Persamaan regresi linear memiliki

nilai b yang positif, sehingga menunjukkan bahwa kurva nilai persen aktivitas antioksidan

merupakan kurva peningkatan.

Koefisien b merupakan koefisien arah regresi linier dan menyatakan perubahan rata-

rata variabel y untuk setiap perubahan variabel x (Sudjana, 2002). Dari data terlihat pada

ekstrak kasar akar merung, didapatkan nilai a = 12,28, sehingga dapat dikatakan untuk setiap

x (konsentrasi sampel) bertambah 1 ppm, maka y (% inhibisi) bertambah atau meningkat

sebesar 12,28 %. Dari hasil dapat dikatakan eksrak akar merung memiliki aktivitas

antioksidan karena memiliki nilai IC50 kurang dari 200 ppm yaitu sebesar 69,02 ppm.

Aktivitas Antioksidan Fraksi etil asetat Akar Merung

Pengujian aktivitas antioksidan fraksi etil asetat akar merung dengan menggunakan

metode DPPH didapatkan nilai IC50 sebesar 97,64 ppm (Tabel 4). Pada konsentrasi 97,64

ppm menunjukkan konsentrasi fraksi etil asetat yang mampu menghambat proses oksidasi

sebesar 50%, atau mampu meredam radikal bebas yaitu sebesar 50%. Semakin kecil nilai

IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan

sebagai antioksidan jika nilai IC50 kurang dari 200 ppm (Molyneux, 2004). Dari hasil dapat

dikatakan fraksi etil asetat akar merung memiliki aktivitas antioksidan karena memiliki nilai

IC50 kurang dari 200 ppm yaitu sebesar 69,02 ppm.

Gambar 2. Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Akivitas Antioksidan

Fraksi n - heksana Akar merung

Tabel 4. Hasil Pengujian Fraksi Etil Asetat Merung

Keterangan : Absorbansi Kontrol DPPH yaitu 0,307

Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi fraksi etil asetat, maka

semakin tinggi persentase aktivitas antioksidannya. Persamaan regresi linear memiliki nilai b

yang positif, sehingga menunjukkan bahwa kurva nilai persen aktivitas antioksidan

merupakan kurva peningkatan.

Koefisien b merupakan koefisien arah regresi linier dan menyatakan perubahan rata-

rata variabel y untuk setiap perubahan variabel x (Sudjana, 2002). Dari data terlihat pada

ekstrak kasar akar merung, didapatkan nilai a = 9,967, sehingga dapat dikatakan untuk setiap

x (konsentrasi sampel) bertambah 1 ppm, maka y (% inhibisi) bertambah atau meningkat

sebesar 9,967 %.

Aktivitas Antioksidan Fraksi n-butanol Akar Merung

Pengujian aktivitas antioksidan fraksi n – butanol akar merung dengan

menggunakan metode DPPH memberikan nilai IC50 sebesar 435,93 ppm (Tabel 5). Semakin

kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik, suatu senyawa

dikatakan sebagai antioksidan jika nilai IC50 kurang dari 200 ppm nilai IC50 dan jika yang

diperoleh berkisar antara 200-1000 ppm, maka zat tersebut kurang aktif namun masih

No Konsentrasi Absorbansi

Rata-rata

% Aktivitas

Antioksidan

Persamaan

Regresi Linier IC50

1 25 ppm

0,252

18,14 %

y = 0,41 x + 9,967

r = 0,996

97,64 ppm

2 50 ppm

0,208

32,15 %

3 100 ppm

0,145

52,77 %

4 150 ppm

0,092

70,03 %

Gambar 3. Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Akivitas Antioksidan

Fraksi etil asetat Akar merung

berpotensi sebagai zat antioksidan (Molyneux, 2004). Dari parameter tersebut fraksi n –

butanol akar merung masih memiliki aktivitas antioksidan, namun kurang aktif atau lemah.

Hal ini dapat diakibatkan karena dalam fraksi ini mengandung banyak senyawa yang tidak

memiliki aktivitas antioksidan sehingga mempengaruhi konsentrasinya, begitu juga dengan

ekstrak lain.

Tabel 5. Hasil Pengujian Fraksi n – butanol Akar Merung

Keterangan : Absorbansi Kontrol DPPH yaitu 0,400

Berdasarkan Gambar 4, grafik menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi

fraksi n-butanol, maka semakin tinggi persentase aktivitas antioksidannya. Persamaan regresi

linear memiliki nilai b yang positif, sehingga menunjukkan bahwa kurva nilai persen aktivitas

antioksidan merupakan kurva peningkatan. Koefisien b merupakan koefisien arah regresi

linier dan menyatakan perubahan rata-rata variabel y untuk setiap perubahan variabel x

No Konsentrasi Absorbansi

Rata-rata

% Aktivitas

Antioksidan

Persamaan

Regresi Linier IC50

1 400 ppm

0,215

46,50 %

y = 0,06707x + 20,76

r = 0,996

435,93 ppm

2 500 ppm

0,178

55,60 %

3 600 ppm

0,154

61,50 %

4 700 ppm

0,131

67,17 %

5 800 ppm

0,103

74,25 %

Gambar 4. Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Akivitas Antioksidan

Fraksi n-butanol Akar merung

(Sudjana, 2002). Dari data terlihat pada ekstrak kasar akar merung, didapatkan nilai a =

20,34, sehingga dapat dikatakan untuk setiap x (konsentrasi sampel) bertambah 1 ppm, maka

y (%inhibisi) bertambah atau meningkat sebesar 20,34 %.

Ekstrak Yang Memberikan Aktivitas Antioksidan Terbaik

Berdasarkan hasil regresi linier didapatkan nilai IC50 dari ekstrak kasar, fraksi n –

heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi n - butanol dari akar merung pada Tabel dan Gambar

berikut :

Tabel 6. Perbandingan nilai IC50 masing-masing sampel

Berdasarkan Tabel 6 dan grafik serta parameternya, semakin kecil nilai IC50 dari

ekstrak maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya ditinjau dari segi efisiensi. Maka dari

pengujian dapat disimpulkan bahwa fraksi n-heksana akar merung yang memberikan aktivitas

antioksidan terbaik, dibandingkan dengan fraksi lainnya.

Selain itu nilai IC50 dengan replikasinya yang diperoleh dari masing-masing larutan

uji kemudian dianalisis dengan analisis statistik anova satu arah untuk melihat perbedaan

yang signifikan atau berbeda nyata dengan taraf kepercayaan 5%. Hasil analisa Nilai IC50 dari

keempat sampel uji dilakukan uji statistik secara Anava satu arah menunjukkan bahwa

keempat sampel dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang bermakna atau beda signifikan.

Pengujian ini terlihat ada perbedaan yang signifikan antara ekstrak kasar, fraksi n-heksana,

fraksi etil asetat, dan fraksi n-butanol akar merung dengan nilai Thitung > Ttabel. Kemudian

dilakukan uji lanjutan, yaitu uji BNJD (Beda nyata Jujur Duncan) untuk mendapatkan ekstrak

atau fraksi mana yang terbaik. Hasilnya adalah fraksi n – heksana memiliki aktivitas

antioksidan terbaik dibandingkan dengan ekstrak kasar, fraksi etil asetat dan fraksi n –

butanol.

No Sampel Nilai IC50

1

2

3

4

Ekstrak Kasar

Fraksi n – heksana

Fraksi Etil Asetat

Fraksi n – butanol

113,6 ppm

69,02 ppm

97,64 ppm

436,8 ppm

Metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan akar merung

Berdasarkan uji pendahuluan akar merung mengandung senyawa metabolit sekunder

yaitu golongan Alkaloid, senyawa fenolik, antrakuinon serta saponin. Dari data tersebut,

senyawa metabolit sekunder yang dapat berpotensi sebagai antioksidan yaitu golongan

alkaloid dan golongan fenolik.

Senyawa fenolik telah diketahui memiliki berbagai efek biologis seperti aktivitas

antioksidan melalui mekanisme sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkhelat

logam, peredam terbentuknya oksigen singlet serta pendonor elektron. Senyawa fenolik yaitu

senyawa dengan suatu gugus hidroksi (–OH) yang terikat pada karbon cincin aromatik.

Senyawa ini diklasifikasikan dalam dua bagian yaitu fenol sederhana dan polifenol. Fenol

sederhana disebut juga asam fenolat contohnya katekol dengan 2 gugus OH dan pirogalol

dengan 3 gugus OH, sedangkan senyawa polifenol contohnya fenilpropanoid, kuinon, tanin,

flavonoid dan beberapa terpenoid (Harborne,1987). Senyawa-senyawa polifenol mampu

menghambat proses oksidasi melalui mekanisme penangkapan radikal (radical scavenging)

dengan cara menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada elektron yang tidak

berpasangan dalam radikal bebas sehingga banyaknya radikal bebas menjadi berkurang.

radikal bebas senyawa-senyawa fenolik ini kemudian terstabilkan secara resonansi. dan

karena itu tak reaktif dibandingkan dengan kebanyakan radikal bebas lain sehingga dapat

berfungsi sebagai antioksidan yang efektif.

Proses penangkapan radikal ini melalui mekanisme pengambilan atom hidrogen dari

senyawa antioksidan oleh radikal bebas sehingga radikal bebas menangkap satu elektron dari

antioksidan. Dengan penangkapan radikal tersebut mengakibatkan ikatan rangkap diazo pada

DPPH berkurang sehingga terjadinya penurunan absorbansi. Radikal bebas sintetik yang

digunakan yaitu DPPH (Difenil Pikril Hidrazil).

Senyawa DPPH bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui pengambilan atom

hidrogen dari senyawa antioksidan untuk mendapatkan pasangan elektron. Senyawa yang

bereaksi sebagai penangkap radikal akan mereduksi DPPH yang dapat diamati dengan

adanya perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning ketika elektron ganjil dari radikal

DPPH telah berpasangan dengan hidrogen dari senyawa penangkap radikal bebas yang akan

membentuk DPPH-H tereduksi (Molyneux, 2004) dengan mekanisme sebagai berikut :

Senyawa Fenol Radikal Fenol Radikal Fenol Stabil

Gambar 5. Peredaman radikal dan Resonansi Radikal fenol

KESIMPULAN

a. Rendemen ekstrak akar merung (Coptosapelta Tomentosa Valeton) terhadap sampel

kering yang diperoleh yaitu 10,98 % untuk ekstrak kasar, 1,37 % untuk fraksi n – heksana,

2,41 % untuk fraksi etil asetat, dan 6,41 % untuk fraksi n – butanol.

b. Akar Merung (Coptosapelta Tomentosa Valeton) memiliki aktivitas antioksidan terhadap

radikal DPPH.

c. Nilai IC50 dari ekstrak kasar akar merung adalah 113,60 ppm , fraksi n – heksana 69,02

ppm, fraksi etil asetat 97,64 ppm, dan fraksi n – butanol 432,30 ppm.

d. Fraksi yang memberikan aktivitas antioksidan terbaik adalah fraksi n – heksana dengan

nilai IC50 sebesar 69,02 ppm.

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, N., H. Wijaya, dan D.T. Cahyono, 1996, Aktivitas Antioksidan dari Daun Sirih

(Piper betle L), dalam Suratmo. 2009. Potensi Ekstrak Daun sirih merah (Piper

crocatum) sebagai Antioksidan. Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas

Brawijaya ; Malang.

Amarowicz, R. Naczk, M., and Shahidi, F. 2000. Antioxidant Activity of Crude Tannins of

Canola and Rapeseed Hulls. JAOCS.

Dalimartha S and Soedibyo M. 1998. Awet Muda. Dengan Tumbuhan Obat dan Diet

Suplemen, dalam Praptiwi, dkk. 2006. Nilai peroksida dan aktivitas anti radikal

bebas (DPPH) ekstrak metanol Knema laurina. Majalah Farmasi Indonesia.

Ghiselli, A., Nardini, M., Baldi, A., and Scaccini, C. 1998. Antioxidant Activity of Different

Phenolics Fractions Separated from an Italian Red Wine, dalam Riyanto. S,

2005. Daya antioksidan ekstrak etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L)

Jack) secara in vitro. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada ; Yogjakarta.

Gambar 6. Reaksi Radikal DPPH dengan senyawa antioksidan

DPPHH DPPH Antioksidan

Rohman A. Riyanto S. Rizka D. 2009. Penangkapan Radikal DPPH (1,1-diphenyl-2-

picrylhidrazyl) oleh ekstrak buah psidium guajava. L dan Averrhoa carambola.

L. Fakultas Farmasi UGM ; Yogjakarta.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito : Bandung

Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. 2002. Oxygen toxicity by radiation and effect of glutamic

piruvat transamine (GPT) activity rat plasma after vitamine C treatment, dalam

Suratmo. 2007. Uji aktivitas antioksidan ekstrak belimbing wuluh (averrhoa

bilimbi, l.) Terhadap 1,1-diphenyl-2- picrylhidrazyl (DPPH). Jurnal Teknologi

Farmasi Fakultas Teknik Universitas Setia Budi ; Yogjakarta.