135
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 259 INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN INFORMASI WEBSITE, LUAS LINGKUP PELAPORAN INTERNET, DAN NILAI PERUSAHAAN I Made Narsa [email protected] Fitri Fenti Pratiwi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga ABSTRACT Objectives of this research are to examine, firstly, is there any difference of firm value between corporations which apply Internet Financial Reporting (IFR) and which don’t. Secondly, is there any effect of degree of website information disclosure (TPIW) and Broad scope of internet reporting (LPI) to firm value (Q). To test the robustness of this research, this research use firm size (SIZE) and profitability (ROA) as control variables. Samples of this research were 184 non financial corporations registered in Indonesia Stock Exchange during 2012.The result shows that the companies that do IFR proven have a higher firm value than companies that don’t. This difference is statistically significant. This research also document that TPIW, LPI, and ROA have a significant positive effect on firm value, but SIZE has negative effect. This result implies that company which conduct IFR, do more website information disclosure, and has a broad scope of internet reporting could be a good signal for investor so that it increases the firm value. Keywords: internet financial reporting, firm value, website information disclosure, profitability, size. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji, (1) apakah ada perbedaan nilai perusahaan antara perusahaan yang menerapkan Internet Financial Reporting (IFR) dan perusahaan yang tidak menerapkan. (2) apakah ada pengaruh tingkat pengungkapan informasi website (TPIW) dan luas lingkup pengungkapan IFR (LPI) terhadap nilai perusahaan (Q). Untuk menguji kerobasan hasil, penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan (SIZE) dan profitabilitas (ROA). Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 184 perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI selama tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan IFR terbukti memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan. Perbedaan ini secara statistik signifikan. Penelitian ini juga mendokumentasi bahwa TPIW, LPI, dan ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sementara SIZE berpengaruh negatif. Temuan penelitian ini mengimplikasi bahwa perusahaan yang melakukan IFR, melakukan pengungkapan informasi lewat website yang semakin banyak, dan memiliki lingkup pengungkapan informasi website yang luas dapat menjadi sinyal positif bagi investor sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Kata kunci: internet financial reporting, nilai perusahaan, pengungkapan informasi website, profitabilitas, ukuran. PENDAHULUAN Penggunaan internet, dalam dunia yang semakin global, sudah menjadi suatu kebutuhan yang sangat signifikan pada segala aspek kehidupan. Menurut Ash- baugh et al. (1999) dan Debreceny et al. (2002), internet menjadi media penyampai- an informasi yang penting karena mem- punyai keunggulan seperti mudah me- nyebar (pervasiveness), tidak mengenal batas

INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

259

INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN INFORMASIWEBSITE, LUAS LINGKUP PELAPORAN INTERNET,

DAN NILAI PERUSAHAAN

I Made [email protected] Fenti Pratiwi

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

ABSTRACT

Objectives of this research are to examine, firstly, is there any difference of firm value between corporationswhich apply Internet Financial Reporting (IFR) and which don’t. Secondly, is there any effect of degree ofwebsite information disclosure (TPIW) and Broad scope of internet reporting (LPI) to firm value (Q). To test therobustness of this research, this research use firm size (SIZE) and profitability (ROA) as control variables.Samples of this research were 184 non financial corporations registered in Indonesia Stock Exchange during2012.The result shows that the companies that do IFR proven have a higher firm value than companies thatdon’t. This difference is statistically significant. This research also document that TPIW, LPI, and ROA have asignificant positive effect on firm value, but SIZE has negative effect. This result implies that company whichconduct IFR, do more website information disclosure, and has a broad scope of internet reporting could be a goodsignal for investor so that it increases the firm value.

Keywords: internet financial reporting, firm value, website information disclosure, profitability, size.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji, (1) apakah ada perbedaan nilai perusahaan antara perusahaanyang menerapkan Internet Financial Reporting (IFR) dan perusahaan yang tidak menerapkan. (2)apakah ada pengaruh tingkat pengungkapan informasi website (TPIW) dan luas lingkuppengungkapan IFR (LPI) terhadap nilai perusahaan (Q). Untuk menguji kerobasan hasil, penelitian inimenggunakan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan (SIZE) dan profitabilitas (ROA). Jumlahsampel yang diteliti sebanyak 184 perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI selama tahun 2012.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan IFR terbukti memiliki nilaiperusahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan. Perbedaan inisecara statistik signifikan. Penelitian ini juga mendokumentasi bahwa TPIW, LPI, dan ROAberpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sementara SIZE berpengaruh negatif. Temuanpenelitian ini mengimplikasi bahwa perusahaan yang melakukan IFR, melakukan pengungkapaninformasi lewat website yang semakin banyak, dan memiliki lingkup pengungkapan informasiwebsite yang luas dapat menjadi sinyal positif bagi investor sehingga dapat meningkatkan nilaiperusahaan.

Kata kunci: internet financial reporting, nilai perusahaan, pengungkapan informasi website,profitabilitas, ukuran.

PENDAHULUANPenggunaan internet, dalam dunia

yang semakin global, sudah menjadi suatukebutuhan yang sangat signifikan padasegala aspek kehidupan. Menurut Ash-

baugh et al. (1999) dan Debreceny et al.(2002), internet menjadi media penyampai-an informasi yang penting karena mem-punyai keunggulan seperti mudah me-nyebar (pervasiveness), tidak mengenal batas

Page 2: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

260 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 259 – 273

(borderless-ness), real-time, berbiaya rendah(low cost), dan mempunyai interaksi yangtinggi (high interaction) serta diintegrasidengan teks, angka, gambar, animasi, video,dan suara. Internet menjadi alternatif mediapelaporan yang utama, sehingga informasitentang kinerja perusahaan dapat dijangkausecara global oleh stakeholder. Penggunaaninternet telah menjadi salah satu alat danmedia yang mendukung keterbukaan dantransparansi pelaporan informasi karenadapat mengurangi tingkat asimetri infor-masi, sehingga dapat mempercepat lajupertumbuhan perusahaan.

Stakeholder membutuhkan sistem pe-laporan yang fleksibel yang akan me-mungkinkan mereka memperoleh informasidengan cara yang lebih mudah. Internetmenawarkan suatu bentuk unik peng-ungkapan yang menjadi media bagi per-usahaan dalam menyediakan informasikepada masyarakat luas sesegera mungkin(Abdelsalam et al., 2007). Atas dasar itulahmuncul suatu media tambahan dalam pe-nyajian laporan keuangan melalui internetyang lazim disebut Internet FinancialReporting (IFR). Menurut Lai et al. (2010)secara sederhana, IFR dapat didefinisisebagai pencantuman informasi keuanganperusahaan melalui internet pada websiteresmi perusahaan dan mendukung per-pindahan periode paper-based reporting sys-tem ke paper-less reporting system.

IFR mempunyai dua elemen yangdapat membantu perusahaan untuk me-ngetahui seberapa luas kinerja pelaporan-nya, yaitu tingkat pengungkapan informasiwebsite dan lingkup pelaporan internet.Sedangkan, esensi dari IFR adalah derajatatau kuantitas pengungkapan (Ashbaugh etal., 1999). Semakin tinggi tingkat peng-ungkapan informasi dalam kuantitas atautransparansi, maka semakin besar dampakdari pengungkapan tersebut terhadapkeputusan investor.

Tujuan jangka panjang perusahaanadalah meningkatkan nilai perusahaanmelalui peningkatan kemakmuran pemilikatau para pemegang saham. Jika perusaha-

an berjalan lancar, maka nilai sahamperusahaan akan meningkat. Secara teoretis,apabila nilai sahamnya tinggi bisa dikata-kan nilai perusahaannya juga baik. Nilaiperusahaan sangat penting karena nilaiperusahaan yang tinggi akan diikuti olehtingginya kemakmuran pemegang saham.Semakin tinggi harga saham semakin tingginilai perusahaan. Nilai perusahaan yangtinggi menjadi keinginan para pemilikperusahaan, karena dengan nilai perusaha-an yang tinggi menunjukkan kemakmuranpemegang saham juga tinggi.

Hasil penelitan-penelitian sebelumnyamengenai IFR tidak konsisten (Afifur-rahman dan Hapsoro, 2005; Aly et al., 2010;Craven dan Marston, 1999; Lestari danChariri, 2005). Oleh karena itu diperlukanadanya suatu penelitian lanjutan gunamenguji model teoretis dari model tersebutsecara empiris. Penelitian ini bertujuanuntuk menguji (1) Apakah terdapat per-bedaan nilai perusahaan antara perusahaanyang menerapkan Internet Financial Report-ing dengan perusahaan yang tidak me-nerapkan; (2) Apakah tingkat pengungkap-an informasi website serta lingkup pelaporaninternet pada perusahaan yang menerapkanInternet Financial Reporting berpengaruhterhadap nilai perusahaan.

TINJAUAN TEORETISTeori Keagenan

Dalton et al. (2007) mengungkapkanbahwa teori keagenan menyebabkan per-bedaan kepentingan dan kurangnya ke-selarasan tujuan, preferensi, dan tindakanantara pihak prinsipal dan agen. Konflikkepentingan inilah yang kemudian disebutdengan masalah keagenan (agency problem).Ketidakseimbangan pemilikan informasiantara pihak manajemen sebagai penyediainformasi dan pemegang saham (share-holder) sebagai pengguna informasi merupa-kan masalah inti dari asimetri informasi.Untuk mengatasi hal ini, pemilik meng-haruskan pihak manajemen untuk menyiap-kan laporan keuangan standar agar dapat

Page 3: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Internet Financial Reporting ... – Narsa, Pratiwi 261

memonitor dan mengendalikan tindakanmanajemen dan sebagai wujud pertang-gungjawaban. Teori keagenan menjelaskanbahwa agen akan berusaha memenuhiseluruh keinginan prinsipal. Menurut teoriini, asimetri informasi antara manajemendan pemegang saham yang tinggi akanmenyebabkan kebutuhan informasi olehpemegang saham sebagai prisipal yanglebih banyak dan dari sumber dan mediayang beragam.

Teori SinyalTeori sinyal merupakan teori yang

menjelaskan bahwa perusahaan harus me-manfaatkan informasi laporan keuanganuntuk memberi sinyal positif maupunnegatif kepada pihak eksternal. Doronganuntuk mengungkap informasi ini munculsebagai salah satu cara untuk mengatasiasimetri informasi antara pihak internalperusahaan dengan pihak eksternal karenaperusahaan memiliki informasi lebih ba-nyak mengenai apa yang sudah dilakukanperusahaan dan prospek perusahaan daripada pihak eksternal (Wolk et al., 2001).Berdasarkan teori sinyal, perusahaan akanselalu mencoba untuk memberi tingkatpengungkapan yang sama dengan per-usahaan lain dalam industri yang samakarena jika tingkat pengungkapan informasiperusahaan tidak sama dengan tingkatpengungkapan perusahaan lain akan me-nyebabkan stakeholder mencurigai pihakmanajemen perusahaan menyembunyikaninformasi yang kurang baik (CravendanMarston, 1999). Perkembangan jaman yangdiiringi dengan berkembangnya teknologisemakin meningkatkan permintaan pemilikatau investor perusahaan akan kecepatandan sistem pelaporan yang fleksibel se-hingga informasi dapat diakses denganlebih mudah (Abdelsalam et al., 2007).

Di samping itu, teori sinyal digunakansebagai dasar untuk menguji mengenaiinformation content (kandungan informasi)dalam peristiwa pengungkapan InternetFinancial Reporting (IFR). Teori sinyal

mengemukakan bagaimana cara perusaha-an memberi sinyal berupa informasi kepadainvestor. Sinyal tersebut diantaranya berupainformasi tentang kinerja perusahaan, baikinformasi keuangan maupun non keuangandalam pengungkapan IFR, sehingga sinyaltersebut dapat mempengaruhi reaksi inves-tor yang terefleksi dalam perubahan hargasaham, sebagaimana yang ditunjukkanmelalui informasi abnormal return sahamperusahaan.

Keberadaan reaksi investor terhadappengungkapan Internet Financial Reporting(IFR) juga dipengaruhi oleh tingkat infor-masi dan ruang lingkup pengungkapanInternet Financial Reporting (IFR). Tingkatinformasi dan ruang lingkup pengungkap-an IFR merupakan faktor penting dariInternet Financial Reporting (IFR). Semakintinggi tingkat kuantitas pengungkapaninformasi, maka semakin besar dampak daripengungkapan IFR pada keputusan inves-tasi investor. Di samping itu, adanya tingkatpengungkapan IFR yang tinggi memilikikecenderungan mempunyai nilai abnormalreturn yang lebih besar dan selanjutnyadiikuti oleh perubahan harga saham yangbergerak lebih cepat (Lai et al., 2010).

Teori StakeholderTeori Stakeholder mengasumsikan bah-

wa perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor saja, akan tetapi jugaharus bertanggung jawab kepada berbagaikelompok dalam masyarakat yang memilikihubungan dengan perusahaan. Kondisi initerbentuk karena perilaku dan keputusanyang dibuat oleh perusahaan akan memilikipengaruh terhadap kesejahteraan masya-rakat (Masykur, 2013).

Fassin (2009) menyatakan bahwahubungan antar pihak-pihak yang ber-kepentingan dengan perusahaan (stake-holder) pada dasarnya dapat dikelompokkanmenjadi 3 (tiga) kelompok yaitu stakeholder(yaitu kelompok yang memiliki hak atasperusahaan dan selanjutnya perusahaanmemiliki tanggung jawab terhadap

Page 4: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

262 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 259 – 273

kelompok tersebut), stakewatcher (yaitukelompok yang tidak memiliki hak atasperusahaan namun mereka berkepentinganuntuk memihak kepentingan dari stakeholdersecara langsung, dan seringkali dilakukandengan berbagai macam cara seperti ber-bagai bentuk proses maupun menjadipenengah, namun biasanya perusahaansulit untuk mempengaruhi mereka, misal-nya pressure group), dan stakekeeper (yaitukelompok yang meskipun tidak memilikihak atas perusahaan namun kelompoktersebut memiliki pengaruh dan kekuasaanyang kuat untuk mempengaruhi per-usahaan melalui berbagai peraturan-per-aturan yang dibuat maupun berbagaihambatan-hambatan yang dihadapi).

Internet Financial Reporting (IFR)Pelaporan keuangan yang diungkap

melalui internet adalah informasi keuanganyang disampaikan oleh pihak manajemenperusahaan kepada pihak pemangku ke-pentingan (stakeholder), khususnya investor.Informasi yang disampaikan kepada pasartersebut dapat mempengaruhi reaksi pasaratau reaksi investor. Selanjutnya investorakan merespon informasi tersebut sebagaisebuah sinyal terhadap adanya peristiwa(event) tertentu. Respon para investor ter-hadap pengungkapan pelaporan keuanganmelalui internet dapat berupa respon positifatau respon negatif. Investor akan memberisebuah respon positif jika informasi yangdipublikasi merupakan informasi baik(goodnews) dan sebaliknya investor akanmemberi sebuah respon negatif jika infor-masi yang dipublikasi merupakan informasibadnews (Mooduto, 2013).

IFR adalah pencantuman informasikeuangan perusahaan melalui internet atauwebsite resmi perusahaan (Lai et al., 2010).Pengungkapan melalui website ini di-maksudkan agar informasi dapat tersediabagi siapapun, dimanapun, dan kapanpun.IFR disebut sebagai pengungkapan sukarela(voluntary disclosure), hal ini bukan dilihatdari isinya, tetapi dari media atau alat yangdigunakan (Barac, 2004). Keuntungan pe-

nerapan IFR menurut Almilia (2009) antaralain adalah, pertama penggunaan internetsebagai media penyampaian laporan ke-uangan merupakan suatu penghematanbagi perusahaan karena tidak perlu lagimencetak laporan keuangan menggunakankertas. Proses pendistribusian laporan ke-uangan kepada pihak yang berkepentinganjuga lebih efisien dan real-time, karena pihakyang ingin melihat laporan keuanganperusahaan dapat langsung memperoleh-nya melalui internet. Kedua, kemudahandalam mengakses informasi terkini, yangmana setiap investor dapat mengaksesinformasi laporan keuangan dengan cepatdan mudah dimanapun dan kapanpunmereka mau. Ketiga menyediakan mediakomunikasi dua arah antara manajemenperusahaan dan pengunjung website. Be-berapa perusahaan bahkan telah mengizin-kan pengunjung website mereka untukmendaftar sebagai anggota agar dapatdikirimi email tentang berita-berita me-ngenai hal-hal terbaru tentang perusahaan.

Ashbaugh et al. (1999) mengungkapkanelemen penting IFR adalah derajat ataukuantitas pengungkapan. Semakin tinggitingkat pengungkapan informasi dantransparansi sebuah perusahaan, semakinbesar dampak dari pengungkapan tersebutterhadap keputusan investor. IFR juga me-miliki kelemahan, yaitu informasi yangdiungkap mungkin kurang akurat apabilaperusahaan hanya mengutamakan kecepat-an dalam menyampaikan laporan keuangandaripada keakuratannya. Selain itu, per-usahaan kompetitor akan lebih mudahmengetahui informasi laporan keuanganperusahaan, sehingga sangat berisiko dalamperebutan pangsa pasar (Damayanti danSupatmi, 2012).

Tingkat Pengungkapan Informasi WebsiteTingkat pengungkapan informasi web-

site pertama kali digunakan oleh Ettredge etal. (2002) untuk mengukur tipe pelaporaninformasi yang ada dalam website per-usahaan dengan menggunakan item-item

Page 5: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Internet Financial Reporting ... – Narsa, Pratiwi 263

pengukurannya, yaitu berita terkini, infor-masi keuangan, dan informasi saham. Lai etal. (2010) kembali mengadaptasi tingkatpengungkapan informasi website ini danmemotivasinya dengan menambahkan duatipe pelaporan informasi website perusahaanyang menerapkan IFR, yaitu profil dasarperusahaan dan item operasional. Tingkatpelaporan informasi website ini bergunauntuk mengetahu kuantitas informasi yangada dalam website perusahaan. Semakintinggi tingkat pengungkapan informasi web-site perusahaan, maka semakin besar dam-pak dari pengungkapan tersebut terhadapkeputusan investor.

Pasar akan bereaksi apabila terdapatinformasi yang relevan memasuki pasar.Internet Financial Reporting (IFR) merupakanpengungkapan yang bersifat voluntary(sukarela) yang berisi informasi, baikberupa informasi keuangan maupun non-keuangan. Pengungkapan IFR ini akanmenjadi pendorong (stimulus) bagi investoruntuk mengambil sikap dalam pengambilankeputusan investasi yang selanjutnya akanmampu mengubah keseimbangan pasar.Kondisi tersebut pada akhirnya akan mem-pengaruhi transaksi perdagangan sahamperusahaan, misalnya volume perdagangansaham, frekuensi perdagangan saham, danharga saham.

Di samping itu, pengungkapan IFRakan mampu mempercepat akses investorterhadap informasi yang diberikan. Ke-cepatan informasi yang diterima pihakinvestor melalui IFR akan memperpendekdelay aksesibilitas informasi, sehingga hargasaham pada perusahaan yang menerapkanIFR akan bersifat responsif. Dengan demi-kian maka dapat disimpulkan bahwa pe-rubahan harga saham perusahaan di-pengaruhi oleh baik kuantitas maupunkualitas informasi yang diungkap oleh per-usahaan. Penelitian yang dilakukan Easleyet al. (2002) menunjukkan bahwa kuantitasdan kualitas informasi perusahaan akanmampu mempengaruhi harga saham dalamkeseimbangan. Di samping itu, penelitianjuga menyimpulkan bahwa investor yang

memperoleh informasi lebih relevan akanmampu meningkatkan return yang lebihtinggi pada investasi yang dilakukan.

Lingkup Pelaporan InternetLingkup pelaporan internet di-

kembangkan oleh Ashbaugh et al. (1999)dan Craven dan Marston (1999) dan diguna-kan kembali oleh Lai et al. (2010) untukmeneliti penerapan IFR secara lebih luas.Tujuan dari penggunaan lingkup pelaporaninternet adalah sebagai informasi tambahandalam website pusat yang dimiliki perusaha-an. Lingkup pelaporan internet digunakanuntuk melihat dan mengukur struktur web-site pusat yang dimiliki perusahaan ter-hubung dengan website lain baik yang adadi dalam perusahaan ataupun di luarperusahaan. Item-item yang ada dalam ling-kup pelaporan internet adalah website bursasaham, website anak perusahaan dan divisiutama, website unit bisnis strategis, danwebsite milik perusahaan hulu sepertipemasok dan produsen, serta perusahaanhilir seperti distributor, pengecer, dankonsumen.

Nilai PerusahaanTujuan utama perusahaan menurut

theory of the firm adalah memaksimalkankemakmuran atau nilai perusahaan (Salva-tore, 2005). Memaksimalkan nilai perusaha-an merupakan salah satu upaya perusahaanuntuk mencapai tujuan utama perusahaanmelalui peningkatan kemakmuran parapemegang saham. Nilai perusahaan meng-gambarkan seberapa baik manajemen me-ngelola perusahaan

Dalam penelitian ini, nilai perusahaandidefinisi menggunakan konsep nilai pasar.Adanya informasi mengenai peluang inves-tasi melalui harga saham perusahaan akanmemberi sinyal positif tentang pertumbuh-an perusahaan di masa yang akan datangsehingga dapat meningkatkan nilai per-usahaan (Fama, 1978). Semakin tinggi hargasaham, semakin tinggi tingkat kemakmuranpemegang saham dan membuat nilaiperusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan

Page 6: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

264 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 259 – 273

yang tinggi akan membuat pasar menjadipercaya tidak hanya pada kinerja per-usahaan saat ini, namun juga pada prospekperusahaan di masa depan. Umumnya,untuk mencapai tujuan tersebut, para pe-modal menyerahkan pengelolaan perusaha-an kepada para profesional. Dalam hal ini,para profesional diposisikan sebagai mana-jer ataupun dianggap komisaris (Nurleladan Islahuddin, 2008).

Tobin’s Q dinilai dapat memberi infor-masi yang paling baik karena memasukkanseluruh aset dan liabilitas perusahaan(Sukamulja dan Sukmawati, 2004). Semakinbesar nilai Tobin’s Q, semakin baik prospekpertumbuhan perusahaan di masa depan.Hal ini disebabkan oleh semakin besarnyanilai pasar aset perusahaan yang di-bandingkan dengan nilai buku aset per-usahaan, dan berarti semakin besar pulakerelaan investor untuk mengeluarkanpengorbanan yang lebih besar demi me-miliki perusahaan tersebut (Sukamulja danSukmawati, 2004).

Ukuran PerusahaanUkuran perusahaan adalah ukuran

besar kecilnya suatu perusahaan. Setiapperusahaan memiliki agency cost yang ber-beda-beda. Menurut Oyelere dan Karuppu(2012), agency cost tersebut berupa biayapenyebarluasan laporan keungan, termasukbiaya cetak dan biaya pengiriman laporankeuangan kepada pihak-pihak yang ditujuoleh perusahaan. Perusahaan besar (big)memiliki agency cost yang lebih tinggidaripada perusahaan kecil. Hal ini di-karenakan perusahaan besar memiliki ke-wajiban yang lebih besar dalam me-nyampaikan laporan keuangan secara leng-kap dan cepat kepada shareholder sebagaiwujud pertanggungjawaban manajemenkepada para shareholder-nya.

Profitabilitas PerusahaanProfitabilitas merupakan suatu aspek

penting yang menjadi acuan bagi investoratau pemilik perusahaan untuk menilai

kinerja manajemen dalam mengelola ataumenjalankan suatu perusahaan. Perusaha-an-perusahaan dengan tingkat profitabilitasyang baik akan cenderung memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyebar-luaskan informasi mengenai perusahaan,terutama informasi keuangan karenaprofitabilitas yang tinggi merupakan salahsatu indikasi bahwa perusahaan tersebuttelah melakukan dan mencapai kinerjadengan baik. Hal tersebut juga bertujuanuntuk meningkatkan kepercayaan investordalam melakukan berbagai keputusaninvestasi yang lebih baik pada perusahaantersebut.

Disisi lain, perusahaan dengan kinerjaperusahaan yang buruk akan lebih menolakuntuk mengungkap laporan keuangannyakepada para pihak yang berkepentingandan lebih memilih untuk membatasi aksesinformasi akuntansinya (Srimindarti, 2008).

Internet Financial Reporting dan NilaiPerusahaan

Sebuah informasi dapat menjadi pe-micu bagi pembuat keputusan untukmengevaluasi kembali keputusannya dankemudian dari hal tersebut mereka meng-ambil sebuah tindakan yang dianggap te-pat. Ketika perusahaan menyediakan infor-masi dan berkomunikasi dengan pasarnyamenggunakan tingkat transparansi yangberagam akan memberi konsekuensi berupaakumulasi reputasi perusahaan yang secarasiginifikan berkontribusi pada nilai per-usahaan di masa sekarang maupun masadepan perusahaan. Salah satu cara efektifyang dapat dilakukan perusahaan untukmenyampaikan informasi di masa global iniadalah dengan IFR karena memberi ke-mudahan bagi stakeholder untuk mengaksesinformasi perusahaan secara cepat, akurat,dan fleksibel. Informasi yang diungkap per-usahaan memiliki pengaruh terhadap nilaiperusahaan. Kunggulan dari penggunaanIFR memicu perusahaan untuk meng-ungkap informasi lebih banyak, trans-paran, dan relevan. Berdasarkan perjelasan

Page 7: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Internet Financial Reporting ... – Narsa, Pratiwi 265

tersebut hipotesis pertama dapat dirumus-kan sebagai berikut:

H1 : Nilai perusahaan yang menerapkanInternet Financial Reporting lebih tinggidaripada nilai perusahaan yang tidakmenerapkan Internet Financial Report-ing.

Tingkat Pengungkapan Informasi Website,Lingkup Pelaporan Internet, dan NilaiPerusahaan

Debreceny et al. (dalam Prasetya danIrwandi, 2012) menyatakan bahwa peng-gunaan internet memiliki beberapa ke-untungan yaitu pelaporan keuanganmenjadi lebih cepat dan mudah sehinggadapat diakses oleh siapa pun, kapan pundan dimana pun. Di samping itu, ke-untungan internet adalah mempercepatpenyajian informasi keuangan serta meng-hemat biaya karena perusahaan tidak perluuntuk mengeluarkan biaya mencetak lapor-an keuangan maupun biaya untuk distri-busi laporan keuangan yang tidak beradadalam satu geografis, sehingga penyampai-an informasi dapat dilakukan dengan lebihcepat dan dapat meningkatkan frekuensipenyajian informasi keuangan.

Di Indonesia penelitian mengenaiInternet Financial Reporting telah dilakukanoleh Lestari dan Chariri (2005) yang me-neliti faktor–faktor yang memengaruhipraktik pelaporan keuangan melalui inter-net dalam website perusahaan di Indonesia.Populasi penelitian ini adalah perusahaan–perusahaan yang terdaftar di Bursa EfekJakarta pada tahun 2005, kecuali perusaha-an–perusahaan finansial. Variabel inde-penden yang digunakan adalah ukuranperusahaan, likuiditas, jenis industri,leverage, reputasi auditor, dan umur listingperusahaan. Sedangkan variabel dependenyang digunakan adalah pelaporan keuang-an melalui internet dalam website perusaha-an (IFR). Hasil penelitian menunjukkanbahwa faktor–faktor seperti ukuran per-usahaan, likuiditas, leverage, reputasi audi-tor, dan umur listing perusahaan ber-

pengaruh terhadap praktik IFR. Akan te-tapi, faktor–faktor yang lain seperti profita-bilitas dan jenis industri tidak memengaruhipilihan perusahaan untuk menggunakaninternet sebagai media pelaporan keuanganmelalui website yang dimiliki perusahaan.

IFR merupakan sebuah jalan keluaryang efektif untuk mengurangi permasalah-an asimetri informasi. Terdapat dua elemenpenting dalam IFR yang digunakan oleh Laiet al. (2010) untuk melihat tingkat trans-paransi informasi yang dilakukan olehperusahaan yaitu tingkat pengungkapaninformasi website dan lingkup pelaporaninternet. Semakin tinggi tingkat peng-ungkapan dan lingkup pelaporan dalamkuantitas transparansi, semakin besar dam-pak dari pengungkapan tersebut pada proses pengambilan keputusan investor. Ber-kurangnya asimetri informasi pada per-usahaan dapat menyebabkan naiknya nilaiperusahaan secara signifikan. Dengan demi-kian, dapat disimpukan apabila perusahaanmempunyai derajat transparansi yang ting-gi melalui tingkat pelaporan informasiwebsite dan lingkup pelaporan internet, danakan memberi manfaat pada tingginya nilaiperusahaan karena berkurangnya asimetriinformasi dan ketidakpastian prospek per-usahaan di masa depan. Hipotesis keduadapat dirumuskan sebagai berikut ini:

H2a : Tingkat pengungkapan informasi web-site pada perusahan yang menerapkanInternet Financial Reporting berpe-ngaruh positif terhadap nilai per-usahaan.

H2b : Lingkup pelaporan internet pada per-usahan yang menerapkan InternetFinancial Reporting berpengaruh positifterhadap nilai perusahaan.

METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan dengan pen-

dekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatifadalah suatu proses menemukan penge-tahuan yang menggunakan data berupaangka sebagai alat yang dapat digeneralisasiuntuk membuktikan hipotesis. Data yang

Page 8: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

266 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 259 – 273

digunakan dalam penelitian ini adalah datasekunder, yaitu sumber yang tidak lang-sung memberi data kepada pengumpuldata, misalnya melalui orang lain atau lewatdokumen (Sugiyono, 2008).

Populasi penelitian ini yaitu perusaha-an non finansial yang terdaftar di IndonesianStock Exchange (IDX) pada tahun 2012dengan kriteria yaitu data keuanganperusahaan lengkap dan disajikan dalam

mata uang rupiah. Kemudian, seluruhperusahaan yang memenuhi kriteria ter-sebut dijadikan sebagai sampel dalampenelitian ini (sampel jenuh). Pada peneliti-an ini sampel dibedakan menjadi duakelompok yaitu perusahaan yang menerap-kan IFR dan perusahaan yang tidak me-nerapkan IFR. Data target populasi dansampel disajikan pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1Target Populasi dan Sampel

Kriteria Jumlah TotalPerusahaan yang menerapkan Internet Financial Reporting 92Perusahaan yang mempunyai website tetapi tidak menerapkanInternet Financial Reporting

41

Perusahaan yang mempunyai website, tetapi tidak update ataudalam gangguan

10

Perusahaan yang tidak mempunyai website 41Perusahaan yang tidak menerapkan Internet FinancialReporting

92

Total Sampel 184

Definisi Operasional VariabelVariabel-variabel yang diteliti dalam

penelitian ini adalah: Internet FinancialReporting (IFR); Tingkat PengungkapanInformasi Website (TPIW); Lingkup Pelapor-an Internet (LPI); dan sebagai variabelkontrol adalah Ukuran Perusahaan (SIZE);Profitabilitas (ROA), dan Nilai Perusahaan(Q). Nilai perusahaan merupakan kondisitertentu yang telah dicapai oleh suatuperusahaan sebagai gambaran dari ke-percayaan masyarakat terhadap perusaha-an setelah melalui suatu proses kegiatanselama beberapa tahun, yaitu sejak per-usahaan tersebut didirikan sampai dengansaat ini.

Meningkatnya nilai perusahaan ter-sebut adalah merupakan sebuah prestasiyang sesuai dengan keinginan para pemilik-nya, karena dengan meningkatnya nilaiperusahaan, maka kesejahteraan para pe-milik juga akan meningkat. Dalam peneliti-

an ini nilai perusahaan diukur denganmenggunakan ukuran Tobin’s Q.

Q =

Keterangan:Q : Nilai PerusahaanMVS : Market Value of all outstanding

Shares yang diperoleh dari per-kalian jumlah saham yang beredardengan harga penutupan saham

D : Nilai buku dari total hutangTA : Nilai buku dari total aset

Apabila nilai Tobin’s Q lebih dari satu,maka mengindikasikan bahwa perusahaanmemiliki nilai pasar yang melebihi hargapenggantian (price replacement) atas aset.Sebaliknya, jika nilai Tobin’s Q kurang darisatu, menunjukkan bahwa perusahaan telahkehilangan nilainya karena adanya ketidakmampuan manajemen untuk membayarmodal pemilik (owners capital) dengan rasio

Page 9: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Internet Financial Reporting ... – Narsa, Pratiwi 267

yang lebih besar dari rasio minimum dayatarik bisnis.

Internet Financial Reporting adalah pen-cantuman informasi keuangan perusahaanmelalui internet atau website resmi per-usahaan. Dalam penelitian ini, IFR dinyata-kan sebagai variabel dummy. Cara pem-berian kode dummy umumnya mengguna-kan kategori yang dinyatakan denganangka 1 (included group) dan 0 (excludedgroup) atau dengan kata lain 1 untukperusahaan yang menerapkan IFR dan 0untuk lainnya.

Tingkat Pengungkapan Informasi Web-site adalah tipe laporan termasuk cakupanjenis pelaporan informasi yang ada dalamwebsite perusahaan dengan menggunakanitem-item pengukurannya, yaitu berita ter-kini, informasi keuangan, dan informasisaham. Pengukuran pada variabel ini meng-gunakan skala poin 4. Profil dasar per-usahaan diberi nilai 1 poin. Nilai 2 poindiberikan untuk laporan keuangan kuartaldan laporan setengah tahunan atau tahunansederhana. Satu set lengkap laporankeuangan (kuartalan, setengah tahun atautahunan) dan laporan tahunan direksi diberipoin 3. Pelaporan rinci tahunan direksitermasuk strategi bisnis perusahaan dananak perusahaan divisi utama dan tujuanserta rencana bisnis diberikan 4 poin.

Lingkup pelaporan internet adalahstruktur website pusat yang dimiliki per-usahaan terhubung dengan website lain baikyang ada di dalam perusahaan ataupun diluar perusahaan. Item-item yang ada dalamlingkup pelaporan internet adalah websitebursa saham, website anak perusahaan dandivisi utama, website unit bisnis strategis,dan website milik perusahaan hulu sepertipemasok dan produsen, serta perusahaanhilir seperti distributor, pengecer, dankonsumen. Variabel lingkup pelaporaninternet ini diukur dengan menggunakanvariabel dummy yaitu nilai 1 untuk per-usahaan yang mempunyai item peng-ungkapan internet dan 0 untuk perusahaanyang lainnya yang tidak mempunyai itempengungkapan internet.

Ukuran Perusahaan, diukur denganlogaritma natural dari total aset perusahaanyang diperoleh dari laporan keuanganperusahaan, yaitu: Ukuran perusahaan (size)= ln (Total Aset). Profitabilitas Perusahaandiukur menggunakan ROA (Return OnAsset) yang diperoleh dari laba bersihsetelah pajak dibagi dengan total aset.Rumus Return On Asset dapat dijabarkanmenjadi sebagai berkut:

Keterangan:Net Income = Laba bersih setelah pajakTotal Aset = Nilai buku total aset per-

usahaan

Model EmpirisPengujian pengaruh variabel-variabel

independen terhadap variabel dependendalam penelitian ini menggunakan analisisregresi linier berganda (multiple regression)yang merupakan analisis untuk meng-ekspresikan hubungan linier antara duavariabel atau lebih. Berikut ini adalah modelempiris penelitian tersebut:

Q = α + β1TPIW + β2LPI + β3SIZE +β4ROA + e

Keterangan:Q = Nilai perusahaan pada per-

usahaan yang menerapkanIFR

α = Konstantaβ1, β2, β3, β4 = Koefisien regresiTPIW = Tingkat pengungkapan infor-

masi websiteLPI = Lingkup pelaporan internetSIZE = Ukuran perusahaan yang di-

ukur dengan total asetROA = Profitabilitas yang diukur

menggunakan Return onAsset

e = Error term, yaitu tingkat ke-salahan penduga dalam pe-nelitian

Page 10: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

268 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 259 – 273

ANALISIS DAN PEMBAHASANDeskripsi Hasil Penelitian

Sebelum pengujian hipotesis, perlu di-deskripsi karakteristik data penelitian de-ngan menggunakan analisis deskriptif un-tuk memberi gambaran mengenai variabel-variabel yang diteliti. Uji normalitas datajuga dilakukan untuk mendeteksi distribusidata penelitian yang digunakan. Apabila

data penelitian terdistribusi normal, makauji beda akan dilakukan dengan Uji tSampel Independen, namun apabila sebalik-nya data penelitian tidak terdistribusi nor-mal, maka penelitian ini akan mengguna-kan Uji Mann Whitney. Tabel 2 berikutmenyajikan statistik deskriptif variabel-variabel penelitian.

Tabel 2Statistik Deskriptif Internet Financial Reporting dan Nilai Perusahaan

N Minimum Maximum Mean Standard Dev.IFR 184 0,00 1,00 0,50 0,50Q 184 0,13 14,04 2,04 2,06Catatan:IFR adalah Internet Financial reporting dan Q adalah nilai perusahaan

Berdasar Tabel 2, variabel InternetFinancial Reporting (IFR) menunjukkan nilairata-rata sebesar 0,50 dan deviasi standarsebesar 0,50. Nilai minimum penerapan IFRadalah 0,00 dan nilai maksimum adalah1,00. Rata-rata dan deviasi standar variabelnilai perusahaan (Q) adalah sebesar 2,04dan 2,06. Nilai minimum untuk Q adalah0,13 dan maksimumnya adalah 14,04.Deviasi standar variabel Internet FinancialReporting (IFR) dan nilai perusahaan (Q)relatif kecil, hal tersebut menunjukkanbahwa keragaman kelompok data untuk

masing-masing variabel kecil sehingga datapenelitian layak untuk dilakukan pengujian.Sedangkan statistik deskriptif variabelpenelitian ini disajikan dalam tabel 3.

Tingkat pengungkapan informasi web-site (TPIW) memiliki nilai rata-rata dandeviasi standar sebesar 0,68 dan 0,19. Nilaiminimum TPIW adalah 0,20 dan nilaimaksimum TPIW adalah 1,00. Variabellingkup pelaporan internet mempunyairata-rata sebesar 0,71 dan deviasi standar0,24.

Tabel 3Statistik Deskriptif TPIW, LPI, SIZE, ROA, dan Q

N Minimum Maximum Mean Standard Dev.TPIW 92 0,20 1,00 0,68 0,19LPI 92 0,25 1,00 0,71 0,24SIZE 92 23,55 32,84 28,48 1,71ROA 92 -0,26 0,58 0,10 0,12Q 92 1,00 13,88 2,59 2,09

Catatan:TPIW adalah tingkat pengungkapan informasi website, LPI adalah luas lingkuppengungkapan IFR, SIZE adalah ukuran perusahaan, ROA adalah profitablitas, dan Qadalah nilai perusahaan.

Page 11: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Internet Financial Reporting ... – Narsa, Pratiwi 269

Nilai minimum untuk LPI sebesar 0,25dan nilai maksimum LPI adalah 1,00.Variabel ukuran perusahaan menunjukkanrata-rata sebesar 28,48 dan deviasi standaryaitu 1,71. Nilai minimum SIZE adalah23,55 dan nilai maksimum sebesar 32,84.Variabel profitabilitas mempunyai rata-rata0,10 dan deviasi standar sebesar 0,12. Nilaiminimum ROA adalah -0,26 dan nilaimaksimum sebesar 0,58. Nilai perusahaanmempunya rata-rata sebesar 2,59 dandeviasi standar sebesar 2,09. Nilai minimumuntuk Q yaitu 1,00, sedangkan nilaimaksimumnya adalah 13,88. Deviasi stan-dar variabel penelitian relatif kecil sehinggadata penelitian layak dilakukan pengujian.

Selanjutnya penelitian ini dilakukan

proses uji normalitas data dan hasil ujinormalitas data disajikan dalam tabel 4berikut ini. Dari hasil Asymp. Sig. (2 tailed)dalam Tabel 4 tampak bahwa data ter-distribusi tidak normal, maka dalam ujibeda digunakan Uji U-Mann Whitney. Hasilpengujian disajikan dalam tabel 5.

Hasil pengujian statistik pada Tabel 4menunjukkan bahwa terdapat perbedaannilai perusahaan antara perusahaan yangmenerapkan IFR dan yang tidak menerap-kan IFR. Hasil pengujian statistik padaTabel 4 menunjukkan bahwa terdapat per-bedaan nilai perusahaan antara perusahaanyang menerapkan IFR dan yang tidakmenerapkan IFR.

Tabel 4Hasil Uji Normalitas

Non IFR IFR

N 92 92Normal Parameter Mean 1,49 2,59

Std. Deviation 1,89 2,09Most Extreme Differences Absolute 0,29 0,24

Positive 0,29 0,24Negative -0,24 -0,22

Kolmogorov-Smirnov Z 2,77 2,31Asymp. Sig. (2-tailed) 0,00 0,00

Tabel 5Hasil Uji U-Mann Whitney

IFR N Mean Ranks Sum of RankNilai Perusahaan 0 92 64,20 5906,50

1 92 120,80 11113,50Total 184

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000

Ini berarti IFR merupakan sebuahsolusi yang efektif bagi perusahaan untukmenyediakan lebih banyak informasi de-ngan tingkat transparansi dan relevansiyang tinggi. Setiap informasi yang disedia-kan menjadi salah satu sinyal positif bagi

investor untuk membuat keputusan yanglebih baik untuk berinvestasi ke perusahaan(Afifurrahman dan Hapsoro, 2005). Kuanti-tas, transparansi, dan fleksibilitas informasimengenai peluang investasi perusahaantersebut akan memberi sinyal positif ten-

Page 12: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

270 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 259 – 273

tang pertumbuhan perusahaan di masayang akan datang, sehingga dapat me-ningkatkan nilai perusahaan. Hasil inimendukung penelitian yang dilakukan diAmerika Latin oleh Mendes et al. (2004), diIndonesia oleh Afifurrahman dan Hapsoro(2005), dan di Taiwan oleh Lai et al. (2010).Hal ini membuktikan bahwa penggunaaninternet oleh perusahaan di negara ber-kembang semakin meningkat dari tahun ketahun dan memberi hasil yang baik berupa

tingginya nilai perusahaan, sehingga kondi-si tersebut menyebabkan perusahaan dapatlebih bersaing dalam perdagangan globalyang semakin luas.

Selanjutnya hasil analisis pengujiansetiap variabel penelitian yaitu tingkatpengungkapan informasi website (TPIW),luas lingkup pengungkapan IFR (LPI),ukuran perusahaan (SIZE), profitablitas(ROA), dan nilai perusahaan (Q) disajikandalam tabel 5 berikut ini.

Tabel 5Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Model Koefisien T Sig.tKonstanta 6,26 2,24 0,28TPIW 3,59 3,84 0,00LPI 1,60 2,20 0,03SIZE -0,28 -2,81 0,01ROA 8,13 5,53 0,00R = 0,68R2 = 0,46F = 18,33Sig. F = 0,00Variabel Terikat : Nilai Perusahaan (Q)

Hasil statistik pada Tabel 5 menunjuk-kan bahwa tingkat pengungkapan informasiwebsite dengan koefisien 3,59 dan nilai t 3,84signifikan pada level 1 persen. Demikianpula variabel lingkup pelaporan internetmemiliki koefisien 1,60, nilai t sebesar 2,20signifikan pada level 5%. Ini berarti keduavariabel tersebut berpengaruh signifikanterhadap nilai perusahaan. TPIW dan LPImerupakan derajat atau kuantitas daripengungkapan informasi perusahaan me-lalui internet yang salah satunya adalahinformasi keuangan. Objek dari tingkatpengungkapan informasi website dan ling-kup pelaporan internet adalah konten atauisi dan link penghubung yang ada dalamsebuah website perusahaan. Apabila tingkatatau derajat transparansi ini mencapai ting-kat yang tinggi, maka stakeholder terutamainvestor akan mendapat informasi yanglebih relevan, tepat waktu, bahkan lebihawal mengenai perusahaan dan kemudian

dapat mempengaruhi keputusan investormengenai prospek perusahaan di masa de-pan. Hasil ini mendukung penelitian yangdilakukan Lai et al. (2010) serta Nurunnabidan Hossain (2012).

Variabel kontrol yang digunakan da-lam penelitian ini yaitu ukuran perusahaandan profitabilitas, dan hasil pengujianmenunjukkan bahwa ukuran perusahaanberpengaruh negatif signifikan terhadapnilai perusahaan. Hasil penelitian ini men-dukung temuan penelitian sebelumnya(Afifurrahman dan Hapsoro, 2005; Harjito,2006; Siallagan dan Machfoedz, 2006).Semakin besar perusahaan akan diikutidengan semakin besar pula risiko yang di-hadapi perusahaan. Beberapa hal ini dapatmenimbulkan berbagai masalah serius bagiperusahaan, salah satunya adalah rentanterjadinya asimetri informasi, sehingga tiapperusahaan wajib mempunyai cara yanglebih efektif dan efisien untuk mengelola

Page 13: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Internet Financial Reporting ... – Narsa, Pratiwi 271

perusahaannya. Penelitian ini membuktikanbahwa tidak semua perusahaan besar mam-pu mengelola nilai perusahaannya denganefektif dan efisien.

Profitabilitas perusahaan mempunyaipengaruh positif signifikan terhadap nilaiperusahaan. Hasil ini konsisten denganpenelitian Aly et al. (2010) dan Lai et al.(2010). Perusahaan-perusahaan dengan ting-kat profitabilitas yang baik akan memilikidorongan yang lebih kuat untuk menyebar-luaskan informasi mengenai perusahaan-nya, terutama informasi keuangan, karenaprofitabilitas yang tinggi merupakan salahsatu indikasi bahwa perusahaan tersebuttelah mencapai kinerja dengan baik.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Dari temuan riset ini, dapat ditariksimpulan bahwa IFR mempengaruhi nilaiperusahaan. Perusahaan yang menerapkanInternet Financial Reporting memiliki nilaiperusahaan lebih besar dibandingkan de-ngan perusahaan yang tidak menerapkanInternet Financial Reporting.

Tingkat pengungkapan informasi web-site (TPIW) dan lingkup pelaporan internet(LPI) juga menunjukkan pengaruh positifterhadap nilai perusahaan. Dengan demi-kian dua elemen penting IFR yaitu semakintinggi tingkat pengungkapan informasiwebsite dan lingkup pelaporan internet ter-bukti dapat meningkatkan nilai perusahaan.Ukuran perusahaan berpengaruh negatifdan signifikan terhadap nilai perusahaansedangkan profitabilitas perusahaan ber-pengaruh positif dan signifikan terhadapnilai perusahaan.

SaranImplikasi dari hasil penelitian ini

adalah bahwa penggunaan internet padasaat ini dan masa-masa yang akan datangadalah bukan sebuah keniscayaan. Investasipada bidang ini adalah sebagai upaya untukmeningkatkan tanggungjawab perusahaandan perlu mendapat perhatian serius. Di

samping itu, kehadiran teknologi informasiakan memberi keuntungan ganda. Pertamaakan meningkatkan efisiensi biaya dan jugaefisiensi operasi. Kedua, teknologi informasiberperan sebagai enabler, yang memampu-kan perusahaan meningkatkan posisi stra-tegis.

Penyajian informasi dalam formatInternet Financial Reporting menjadi semakinpenting bagi perusahaan kecil, mengingataksesibilitas publik terhadap perusahaan-perusahaan kecil relatif lebih terbatasdibandingkan dengan perusahaan besar.

DAFTAR PUSTAKAAbdelsalam, O., S. Bryant, dan D. Street.

2007. An Examination of the Compre-hensiveness Corporate Internet Report-ing Provided by London ListedCompanies. Journal of InternationalAccounting Research 6(2): 1-33.

Afifurrahman, W. dan D. Hapsoro. 2005.Pengaruh Pengungkapan Sukarela me-lalui Website terhadap Nilai Perusaha-an pada Perusahaan yang Terdaftar diBursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi danManajemen 19(1): 1-14.

Almilia, L. S. 2009. Analisa KomparasiIndeks Internet Financial Reportingpada Website Perusahaan Go Publik diIndonesia. Paper presented at the SeminarNasional Aplikasi Teknologi Informasi,Yogyakarta.

Aly, D., J. Simon, dan K. Hussainey. 2010.Determinants of corporate InternetReporting: Evidence from Egypt.Managerial Auditing Journal 25(2): 182-202.

Ashbaugh, H., K. M. Johnstone, dan T. D.Warfield. 1999. Corporate Reporting onthe Internet. Accounting Horizons 13(3):241-257.

Barac, K. 2004. Financial reporting on theinternet in South Africa. MeditariAccountancy Research 12(1): 1-20.

Craven, B. M. dan C. L. Marston. 1999.Financial Reporting on the Internet by

Page 14: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

272 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 259 – 273

Leading UK Companies. The EuropeanAccounting Review1 8(2): 321-333.

Dalton, D. R., M. A. Hitt, dan S. T. Certo.2007. The Fundamental Agency Prob-lem and Its Litigation: Independence,Equity and the Market for CorporateControl. Academy of Management Annals1: 1-64.

Damayanti, K. dan Supatmi. 2012. InternetFinancial Reporting (IFR) dan ReaksiPasar. Proceeding: Pekan Ilmiah DosenFEB Universitas Kristen Satya Wacana:613-626.

Debreceny, R., G. L. Gray, dan A. Rahman.2002. The Determinants of InternetFinancial Reporting. Journal of Accoun-ting and Public Policy 21: 371-394.

Easley, D., S. Hvidkjaer, dan M. O’Hara.2002. Is Information Risk a Deter-minant of Asset Returns Journal ofFinance 7(5).

Ettredge, M., V. J. Richardson, dan S. Scholz.2002. Determinants of VoluntaryDissemination of Financial Data AtCorporate Web Sites.Paper presented atthe Hawaii International Conference onSystem Sciences, Hawaii.

Fama, E. F. 1978. The Effects of a Firm’sInvestment and Financing Decisions onthe Welfare of Its Security Holders. TheAmerican Economic Review: 272-284.

Fassin, Y. 2009. The Stakeholder ModelRefined. Journal of Business EthicsD/7012/13.

Harjito, D. A. 2006. Substitution Relation-ship Between The Agency ProblemControl Mechanisms in Malaysia:Simultaneous Equation Analysis. SiasatBisnis 11(2): 117-127.

Lai, S. C., C. Lin, H. Li, dan F. H. Wu. 2010.An Empirical Study of the Impact ofInternet Financial Reporting on StockPrices. The International Journal of DigitalAccounting Research 10: 1-26.

Lestari, H. S. dan A. Chariri. 2005. AnalisisFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Pe-laporan Keuangan melalui Internet(Internet Financial Reporting) dalamWebsite Perusahaan. Unpublished Thesis.

Fakultas Ekonomi Universitas Dipo-negoro.

Masykur, I. 2013. Faktor-Faktor yang Mem-pengaruhi Pengungkapan Kinerja Per-usahaan di Website. Skripsi. FakultasEkonomi dan Bisnis UniversitasHasanuddin Makassar.

Mendes, D. S., A. Luiz, dan D. L. Alves.2004. The Voluntary Disclosure ofFinancial Information on the Internetand the Firm Value Effect in Compa-nies Across Latin America.

Mooduto, W. I. S. 2013. Reaksi Investor atasPengungkapan Internet Financial Re-porting. Jurnal Reviu Akuntansi danKeuangan 3(2): 479-492.

Nurlela, R. dan Islahuddin. 2008. PengaruhCorporate Social Responsibility Ter-hadap Nilai Perusahaan denganProsentase Kepemilikan ManajemenSebagai Variabel Moderating. Paperpresented at the Simposium NasionalAkuntansi XI, Pontianak.

Nurunnabi, M. dan M. A. Hossain. 2012.The Voluntary Disclosure of InternetFinancial Reporting (IFR) in anEmerging Economy: A Case of DigitalBangladesh. Journal of Asia BusinessStudies 6(1): 17-42.

Oyelere, P. dan N. Kuruppu. 2012. Volun-tary Internet Financial ReportingPractices of Listed Companies in theUnited Arab Emirates. Journal of AppliedAccounting Research 13(3): 298-315.

Prasetya, M. dan S. A. Irwandi. 2012.Faktor-Faktor yang MempengaruhiPelaporan Keuangan melalui Internet(Internet Financial Reporting) padaPerusahaan Manufaktur di Bursa EfekIndonesia. The Indonesian AccountingReview 2(2): Juli.

Salvatore, D. 2005. Managerial Economic:Ekonomi Manajerial dalam PerekonomianGlobal (Kelima ed.). Jakarta: SalembaEmpat.

Siallagan, H. dan M. Machfoedz. 2006.Mekanisme Corporate Governance,Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan.

Page 15: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Internet Financial Reporting ... – Narsa, Pratiwi 273

Paper presented at the Simposium NasionalAkuntansi IX, Andalas, Padang.

Srimindarti, C. 2008. Ketepatan Waktu Pe-laporan Keuangan. Fokus Ekonomi 7(1):14-21.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis.Penerbit Alfabeta, Bandung

Sukamulja dan Sukmawati. 2004. GoodCorporate Governance di SektorKeuangan: Dampak Good Corporate

Governance terhadap Kinerja Per-usahaan (Kasus di Bursa Efek Jakarta).Benefit 8(1).

Wolk, H. I., M. G. Tearney dan J. L. Dodd.2001. Accounting Theory: A Concep-tual and Institutional Approach. 5thEdition, Cincinnati, Ohio, South-WestrnCollege Publishing.

Page 16: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

242

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM WHISTLE BLOWER SYSTEM

R. [email protected]

Nurul Hasanah Uswati DewiDjuwito

STIE Perbanas Surabaya

ABSTRACT

The research aims to observe the role of the organization of internal auditors and the witness protection agencyas external factors influencing an internal auditor to be a whistle blower. The study also explores the influencesof the internal auditor competencies, the moral attitude of the internal auditor and the ethical behavior ofcompany’s internal auditors as internal factors influencing an internal auditor to be whistle blower. Theresearch samples are a hundred and one internal auditors in some corporate in Indonesia. The main method ofthis research is a survey research, the research done by taking a sample of the population and the use ofquestionnaires. The result of statistical test of the study explains that only the ethical behavior of internalauditors significantly influences a person to be a whistle blower. Although less significantly the moral attitude ofthe internal auditor also influences a person to be a whistle blower. While the existence of a professionalorganization of internal auditors, the witness protection agency, as well as the competence of the internal auditoris not considered necessary for the internal auditor to be a whistle-blower. This problem’s limitation appearsbecause in Indonesia there are not many researches observing about whistle blower, so the research model isweak. Beside that in Indonesia is not an act about whistle blower yet.

Key words: whistle blower, external factor, internal factor

ABSTRAK

Riset ini bertujuan untuk meneliti peran organisasi profesi auditor internal serta lembagaperlindungan saksi sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi auditor eksternal sebagai whistleblower. Riset ini juga menggali pengaruh kompetensi, sikap moral, serta perilaku etis dari auditorinternal untuk menjadi whistle blower. Sampel penelitian ini sebanyak seratus satu (101) auditorinternal dari beberapa perusahaan di Indonesia. Metode utama penelitian ini adalah penelitian survei,yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi dan menggunakankuisioner. Partial Least Square digunakan untuk menganalisis data penelitian. Hasil uji statistikpenelitian ini menunjukkan bahwa hanya perilaku etis internal auditor yang berpengaruh signifikanbagi seseorang untuk menjadi whistle blower. Meski tidak signifikan sikap moral auditor internal jugamempengaruhi sikap seseorang untuk menjadi whistle blower. Sedangkan keberadaan organisasiprofesi dari auditor internal, lembaga perlindungan saksi, serta kompetensi auditor internal tidakdianggap perlu bagi auditor internal untuk menjadi seorang whistle blower. Keterbatasan penelitian inidikarenakan belum banyaknya penelitian tentang whistle blower di Indonesia, sehingga modelpenelitian ini masih lemah. Di samping itu belum adanya undang-undang whistle blower juga memberipengaruh terhadap penelitian ini.

Kata kunci: whistle blower, faktor eksternal dan internal

PENDAHULUANAssociation of Certified Fraud Examiners

(2012) menjelaskan bahwa empat puluh tiga(43) prosen kecurangan/kejahatan kerah

putih diketahui karena terdapat pihak/orang yang lapor. Lebih dari lima puluh(50) prosen dilaporkan oleh karyawanperusahaan atau organisasi tersebut. Salah

Page 17: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Faktor Internal Dan Eksternal ... – Wilopo, Dewi, Djuwito 243

satu profesi yang dapat memantau sertamengetahui kemungkinan terjadinya tinda-kan kejahatan kerah putih atau fraud adalahauditor internal (International Chamber ofCommerce (ICC), 2008). Auditor internaldapat berprofesi sebagai auditor internalpublik, auditor internal manajemen, mau-pun auditor internal pemerintah (pajak).Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentangpemberantasan tindak pidana korupsi sertaUU No. 8 Tahun 2010 tentang tindak pidanapencucian uang memungkinkan auditorinternal untuk menyampaikan kepada pi-hak berwenang berbagai tindak kejahatankerah putih atau fraud yang dilakukan olehperusahaan termasuk manajemen perusaha-an. Hal ini dikarenakan pelaku kejahatankerah putih atau fraud melakukan tindakpidana pencucian uang tidak hanya me-nyimpan uang di perbankan, tetapi jugamenyimpan uang dalam bentuk lain, sepertiproperti, valuta asing, dan berbagai aktivi-tas investasi lainnya (McKoy, 2012).

Dengan adanya kedua UU tersebut,maka sebagai profesi, auditor internal dapatbertindak sebagai whistle blower dalam halpencegahan kejahatan kerah putih termasuktindak pidana pencucian uang. Whistle-blowing adalah semua upaya yang dilaku-kan seorang karyawan atau mantan karya-wan untuk mengungkap atau menyatakankesalahan dalam atau oleh organisasi (Dasdan Aldrin, 2007). Whistle-blowing adalahkasus yang semakin umum terjadi dalamprogram penegakan (Heyes dan Kapur,2009).

Namun langkah sebagai whistle blowerbagi auditor internal bukanlah sesuatu yangtidak mengandung risiko. Hal ini jugamenyangkut prinsip etika profesi auditorinternal, khususnya yang berkaitan denganprinsip keenam yaitu kerahasiaan.

Meski sudah ada UU tentang per-lindungan saksi, auditor internal yangbertindak sebagai whistle blower juga dapatmenjadi sasaran berbagai pihak yang me-rasa dirugikan, termasuk kemungkinan“senjata makan tuan” karena pencemarannama baik, serta ancaman dari institusi

tempat auditor internal bekerja. Olehkarenanya faktor eksternal seperti keber-adaan dan peran dari organisasi profesi,serta peranan dari perlindungan saksi,sangat berperan dalam mendorong auditorinternal untuk bertindak sebagai whistleblower. Selain faktor eksternal, faktor inter-nal pribadi dari auditor internal, sepertitingkat kompetensi yang dimiliki oleh audi-tor internal, sikap moral auditor internal,serta perilaku etis dari auditor internal jugamenentukan peran auditor internal sebagaiwhistle blower (Antara, 2008).

Oleh karena itu, berkaitan denganperan auditor internal sebagai whistle blowerterdapat pertanyaan dan permasalahan:Pertama, apakah faktor–faktor internal yaitukompetensi auditor internal, sikap moralauditor, dan perilaku etis internal dapatmenentukan dan memberikan pengaruhsehingga auditor internal bersedia menjadiwhistle blower?. Kedua, apakah faktor–faktoreksternal yaitu peran organisasi profesi danperlindungan saksi dapat menentukan danmemberikan pengaruh sehingga auditorinternal bersedia menjadi whistle blower?

Dengan demikian tujuan penelitian iniadalah untuk: Pertama, menguji pengaruhfaktor–faktor internal yaitu kompetensiauditor internal, sikap moral auditor, danperilaku etis internal terhadap keputusanauditor internal menjadi whistle blower.Kedua, menguji faktor–faktor eksternalyaitu peran organisasi profesi dan per-lindungan saksi terhadap keputusan audi-tor internal menjadi whistle blower.

TINJAUAN TEORETISWhistle Blower

Whistle blower adalah karyawan, man-tan karyawan atau pekerja, anggota darisuatu institusi atau organisasi yang me-laporkan tindakan yang dianggap melang-gar ketentuan kepada pihak yang ber-wenang. Tindakan yang dianggap melang-gar ketentuan berarti melanggar hukum,aturan, dan persyaratan yang menjadiancaman pihak publik atau kepentinganpublik.

Page 18: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

244 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 242 – 258

Whistle blower terdiri atas tipe internalwhistle blower dan eksternal whistle blower.Internal whistle blower adalah seorangpekerja atau anggota suatu organisasi didalam suatu perusahaan atau institusi yangmelaporkan suatu tindakan pelanggaranhukum, aturan, dan atau persyaratankepada karyawan lainnya atau atasannyayang ada di dalam perusahaan atau institusitersebut, sedangkan eksternal whistle bloweradalah seorang pekerja atau anggota suatuanggota organisasi di dalam suatu per-usahaan atau institusi yang melaporkansuatu tindakan pelanggaran hukum, aturan,dan atau persyaratan kepada pihak luarinstitusi, organisasi, atau perusahaan. Biasa-nya eksternal whistle blower melaporkansegala tindakan pelanggaran tersebut ke-pada media, penegak hukum, atau peng-acara, bahkan kepada agen-agen pengawaspraktik korupsi ataupun institusi peme-rintah lainnya.

Secara umum seorang “whistle blower”tidak akan dianggap sebagai “orang per-usahaan atau institusi/organisasi” karenatindakannya melaporkan pelanggaran hu-kum yang dilakukan oleh pihak perusahaanatau organisasi. Secara lengkap seorangwhistle blower dianggap telah menyimpangdari kepentingan perusahaan atau organi-sasi. Namun bila pengungkapan tersebutdiminta oleh hukum atau diminta atasperintah lembaga pemerintah atau agen-agen pemerintah, maka laporan whistleblower tersebut tidak dapat dianggapsebagai pengkhianatan (Mansbach, 2007). DiAmerika Serikat tidak ada kasus seorangwhistle blower diadili karena dianggap se-bagai pengkhianatan, apalagi bila perusaha-an atau organisasi tersebut telah melakukantindakan pelanggaran hukum.

Perkembangan Whistle BlowerMenjadi seorang whistle blower akan

meningkatkan pengakuan yang berskaladunia sebagai cara penting untuk menjamintransparansi dan integritas pasar global(Dworkin, 2007). Sumbangan pihak dalamperusahaan dengan memberi informasi ten-

tang hal-hal salah yang dilakukan perusaha-an, khususnya di situasi yang begitukompleks dan berbeda seperti saat ini.

Berbagai kasus kecurangan yang di-lakukan oleh perusahaan-perusahaan ber-skala dunia di USA pada awal 2000an,seperti Enron, WorldCom, Xerox, dan lain-lain memunculkan Sarbanes-Oxley Act,2002 (SOX Act), yang mengatur antara lainmekanisme tentang whistle blower. KonggresUSA pada saat tersebut menyatakan bahwaSOX Act berusaha mendorong dan me-lindungi whistle blower dalam berbagai cara,termasuk memberi nama samaran kepadaseseorang yang menjadi whistle blower,menetapkan pinalti atau hukuman kepadaseseorang atau institusi yang melakukanpembalasan dendam terhadap whistleblower. Demikian pula SOX Act memberisarana yang jelas kemana seorang whistleblower akan menyampaikan laporan dantemuannya.

Dengan berkembangnya upaya untukpemberantasan korupsi di Indonesia,khususnya setelah era reformasi, makamuncul dengan berbagai motif, seseorangyang “berani” dikategori sebagai whistleblower. Namun menjadi seorang whistleblower di Indonesia bukannya tanpa risiko(Tempo Interaktif, 2008). Sebagai saksikunci, dapat mengalami tiga ancaman se-kaligus. Pertama, ancaman atau intimidasidari orang-orang yang mereka beberkannamanya. Kedua, seorang whistle blowerberisiko terkena efek “senjata makan tuan”dari pengakuan dan informasi yang merekaberikan kepada media massa, lembagaantikorupsi, pengacara, atau aparat hukumlainnya. Ucapan mereka dapat dijadikansasaran delik pencemaran nama baik,sehingga tidak jarang seorang whistle blowerjustru dijebloskan ke penjara. Ketiga,ancaman yang juga bakal dihadapi seorangwhistle blower datang dari kalangan internalperusahaan atau institusi. Whistle blowermenghadapi risiko penurunan pangkat,skorsing, intimidasi, atau diskriminasi dariinstitusi tempat berkarya yang merasa di-

Page 19: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Faktor Internal Dan Eksternal ... – Wilopo, Dewi, Djuwito 245

rugikan dan atau dipermalukan atas pe-laporannya.

Peran Auditor Internal sebagai WhistleBlower

Auditor internal, baik yang bekerja diorganisasi, maupun sebagai auditor internalpublik, menduduki posisi yang khususyang memberi hak istimewa atas sepe-rangkat informasi yang secara potensialdapat menyingkap perilaku manajemenpuncak yang menyimpang (yang memberihak istimewa atas seperangkat informasiyang secara potensial harus menyingkapperilaku manajemen puncak yang me-nyimpang (Richardson dan Richardson,2007). Perilaku manajemen puncak yangmenyimpang dapat menyebabkan biayaekonomi, sosial, serta emosional yang besarbagi pemangku kepentingan yang tidakbersalah serta menyebabkan kegagalan-kegagalan perusahaan pada dekade terakhirini seperti yang terjadi pada akhir-akhir ini(Verschoor, 2002). Jadi, bila manajemenpuncak melakukan perilaku yang me-nyimpang dan merugikan para pemangkukepentingan, dan para auditor internaldalam organisasi maupun auditor internalpublik dapat mengidentifikasi perilakuyang tidak benar tersebut, maka para audi-tor internal tersebut harus lebih memihakpada kepentingan publik dengan bertindaktindakan sebagai whistle blower (Bouville,2008). Auditor internal harus menjadi pah-lawan bagi para pemangku kepentingan.

Faktor-Faktor yang Menentukan AuditorInternal sebagai Whistle Blower

Sikap dan tindakan auditor internalbaik auditor internal maupun sebagaiauditor eksternal dipengaruhi oleh berbagaifaktor. Faktor-faktor tersebut dapat dibagimenjadi faktor eksternal pribadi auditorinternal, serta faktor internal pribadi siauditor internal. Faktor eksternal tersebutdapat terdiri atas peran organisasi profesi,serta perlindungan sebagai saksi bila se-orang auditor internal melakukan tindakansebagai whistle blower. Di samping itu faktor

internal pribadi auditor internal yaitukompetensi, sikap moral serta perilaku etisdari auditor internal yang dapat mem-pengaruhi perilaku auditor internal sebagaiwhistle blower (Lezar dan Spaeth, 2002).

Peran organisasi profesiOrganisasi profesi, selain sebagai tem-

pat untuk berorganisasi dari suatu profesi,juga merupakan pusat moral bagi paraanggotanya (Saleh, 2008). Menjadi pusatmoral berarti organisasi profesi berperanuntuk mendorong para anggotanya untukbertindak sebagai whistle blower bila di-perlukan dan sesuai dengan ketentuanperaturan atau undang-undang yang ber-laku. Organisasi profesi harus melindungiberbagai kepentingan auditor dan auditoreksternal organisasi sehingga mereka dapatberperilaku etis ataupun bertindak sebagaiwhistle blower (Kleckner and Jackson, 2004).Dengan demikian dapat disimpulkan bah-wa semakin efektif kinerja dari organisasiprofesi, maka akan semakin etis perilakuauditor internal serta semakin baik tindakanmereka di saat menjadi whistle blower.

Perlindungan saksiIndonesia dengan dikeluarkannya

Undang-Undang nomor 13 tahun 2006 telahmemberi perlindungan kepada saksi (mau-pun korban) maupun kepada mereka yangbertindak sebagai whistle blower (UU nomor13 tahun 2006 dan Kleckner dan Jackson,2004). Dengan demikian, semakin terdapatketentuan perlindungan sebagai saksi, makasemakin auditor internal akan berperilakuetis, serta semakin besar niat mereka untukmenjadi whistle blower.

Kompetensi Auditor internalSeorang yang memperoleh pendidikan

auditor internal dan gelar auditor internal,tentunya melalui proses yang panjang danmemerlukan ketekunan tersendiri (Baker,2008). Dalam proses sebagai seorangprofesional, seorang auditor internal,khususnya auditor internal publik di-wajibkan untuk memperoleh satuan kredit

Page 20: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

246 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 242 – 258

profesi setiap tahunnya. Satuan kreditprofesi ini lazimnya berupa penyegaranmaupun penambahan pengetahuan olehorganisasi (Institut Akuntan Publik Indo-nesia (IAPI), 2009). Dengan peningkatankompetensi secara terus menerus dan ber-kesinambungan, maka auditor internal di-harapkan memiliki kepribadian yang akanbersikap etis bila mengetahui tindak ke-jahatan kerah putih atau fraud. Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa se-makin tinggi kompetensi seorang auditorinternal, akan semakin mereka bersediamenjadi seorang whiste blower.

Sikap Moral Auditor InternalIntegritas merupakan nilai-nilai yang

sangat diperlukan dan dimiliki oleh auditorinternal. Dengan integritas, maka auditorinternal akan semakin bertindak jujur, adil,serta berpegang secara terus menerus padakode etik profesi auditor internal (MediaPertamina, 2008). Salah satu pengukur dariintegritas auditor internal adalah sikapmoral auditor internal. Pengukuran sikapmoral auditor internal ini dapat mengguna-kan model pengukuran moral yang di-

kembangkan oleh Kohlberg (1969) dan Rest(1979) dalam bentuk instrumen DefiningIssues Test. Dengan demikian semakin tinggisikap moral auditor internal, maka semakinbesar pula kemauan mereka untuk menjadiseorang whistle blower.

Perilaku Etis Auditor internalWilopo (2006) menemukan bahwa peri-

laku etis atau tidak etis dari auditor internalakan memberikan pengaruh terhadap ke-cenderungan kejahatan yang dilakukan olehpara auditor internal dalam bentuk ke-curangan auditor internal. Sebaliknya, peri-laku etis adalah perilaku yang tidak me-nyalahgunakan kedudukan/posisi, perilakuyang tidak menyalahgunakan kekuasaan,perilaku yang tidak menyalahgunakansumber daya organisasi, serta perilaku yangpeduli terhadap kondisi perusahaan (Robin-son dan Bennet, 1995; Tang dan Chiu, 2003).Dengan demikian, semakin tinggi perilakuetis seorang auditor internal, semakin besarkemauan mereka untuk menjadi whistleblower. Rerangka konseptual penelitiandisajikan dalam gambar 1 berikut ini.

Gambar 1Rerangka Konseptual

Kompetensi Auditor Internal

Moralitas Auditor Internal

Whistle BlowerPerilaku Etis Auditor Internal

Organisasi Profesi

Perlindungan Saksi

Page 21: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Faktor Internal Dan Eksternal ... – Wilopo, Dewi, Djuwito 247

Berdasarkan rerangka konseptual ter-sebut, dapat dirumuskan hipotesis peneliti-an sebagai berikut:H1: Semakin tinggi kompetensi auditor

internal, maka semakin besar ke-inginan dan kemauan auditor internaluntuk menjadi whistle blower

H2: Semakin tinggi tingkat moralitasauditor internal, maka semakin besarkeinginan dan kemauan auditor inter-nal untuk menjadi whistle blower

H3: Semakin tinggi perilaku etis auditorinternal, maka semakin besar ke-inginan dan kemauan auditor inter-nal untuk menjadi whistle blower

H4: Semakin besar peran organisasi profesidalam menata perilaku auditor inter-nal, maka semakin besar keinginanauditor internal untuk menjadi whistleblower

H5: Semakin terdapat perlindungan saksikepada auditor internal, maka se-makin besar keinginan dan kemauanauditor internal untuk menjadi whistleblower

METODE PENELITIANPendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan pengembang-an dari penelitian Wilopo dan Nurul (2012).Pengembangan yang dilakukan adalah de-ngan memperluas cakupan penelitian yangdahulunya mencakup wilayah Jawa Timurmenjadi seluruh Indonesia. Penelitian inibertujuan menguji secara empiris pengaruhperan organisasi profesi, perlindungansaksi, kompetensi auditor internal, sikapmoral auditor internal, perilaku etis auditorinternal serta peran auditor internal ter-hadap whistle blower. Rancangan penelitianini merupakan rancangan penelitian kausal(causal studies) (Cooper dan Emory, 1995).Hal ini karena penelitian ini bermaksudmeneliti faktor-faktor yang mempengaruhiperan auditor internal sebagai whistle blower.

Penelitian ini juga disebut penelitianpenjelasan (explanatory research), karenatujuannya adalah untuk menjelaskan pe-ngaruh antar variabel melalui pengujian

hipotesis (Malhotra, 2010). Metode utamapenelitian ini adalah penelitian survei, yaitupenelitian yang dilakukan dengan meng-ambil sampel dari populasi dan meng-gunakan kuisioner sebagai alat pengumpul-an data pokok.

Populasi dan SampelPenelitian ini dilakukan di seluruh

Indonesia. Hal ini dikarenakan populasipenelitian adalah para auditor internal,yaitu auditor internal yang bekerja diperusahaan-perusahaan yang berada diIndonesia.

Mengingat perilaku etis dan kemauanuntuk menjadi whistle blower merupakannilai–nilai yang dimiliki oleh para auditorinternal yang bekerja di perusahaan, makapopulasi penelitian ini adalah para auditorinternal yang bekerja di berbagai per-usahaan di Indonesia. Mengingat auditorinternal di Indonesia memiliki organisasiprofesi, maka auditor internal yang diambilsebagai sampel adalah para auditor internalyang tergabung dalam Forum KomunikasiSatuan Pengawasan Internal (FKSPI).

Teknik dan Prosedur Pengumpulan DataPengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan teknik dan prosedursebagai berikut: a) Kuesioner. Kuesioner me-rupakan satuan model yang di dalamnyaberisi beberapa pertanyaan atau pernyataanyang berhubungan dengan variabel-varia-bel penelitian. Pernyataan peneliti danjawaban responden dikemukakan secaratertulis melalui kuesioner. Setelah kuesionerdiberikan kepada responden untuk kemudi-an diisi dan dikembalikan, tahap selanjut-nya adalah mengevaluasi kuesioner yangtelah dikumpulkan kembali untuk me-nyeleksi apakah kuesioner tersebut diisilengkap dan layak digunakan sebagai datapenelitian. b) Wawancara. Wawancara me-rupakan teknik pengumpulan data dalammetode survei yang menggunakan per-tanyaan secara lisan kepada subyekpenelitian. Wawancara digunakan untukmemperoleh informasi secara langsung dari

Page 22: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

248 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 242 – 258

responden untuk melengkapi hal-hal yangdiperlukan dalam penelitian. Jenis datayang digunakan adalah data kualitatif yangdikuantifisir, yaitu data penelitian yang ber-bentuk kualitatif yang diangkakan (skoring).

Variabel dan Definisi Operasional Varia-bel PenelitianKlasifikasi Variabel Penelitian

Kerlinger (1986) menyatakan bahwavariabel adalah konstruk atau sifat yangakan dipelajari. Oleh karena itu variabeldikelompokkan berdasar sifat pengukuran-nya atau dapat tidaknya suatu variabeldiukur secara langsung atau harus ditaksirmelalui indikator-indikatornya. Dengandemikian maka variabel tersebut dapatdikelompokkan menjadi variabel inde-penden dan variabel dependen denganpemahaman masing-masing variabel se-bagai berikut: Variabel independen yaituvariabel yang memberi pengaruh terhadapperan auditor internal sebagai whistle blower.Variabel tersebut adalah kompetensi audi-tor internal, sikap moral auditor internal,perilaku etis auditor internal, keberadaandan peran organisasi profesi, serta per-lindungan saksi, sedangkan variabel de-penden yaitu variabel yang dipengaruhioleh variabel independen, yaitu peranauditor internal sebagai whistle blower.

Definisi Operasional Variabel Penelitian1. Whistle blower

Whistle blower adalah karyawan, mantankaryawan atau pekerja, anggota darisuatu institusi atau organisasi yang me-laporkan suatu tindakan yang dianggapmelanggar ketentuan kepada pihak yangberwenang. Respon responden diukurdengan skala Likert 1–5.

2. Peran organisasi profesiOrganisasi profesi adalah kumpulan dariorang profesional. Organisasi tersebutlazimnya memiliki kode etik organisasi,sehingga peran organisasi profesi dapatdiartikan sebagai peran dari organisasiprofesi untuk mengatur dan melindungi

kepentingan anggotanya, khususnya da-lam menghadapi dilema etika. Responresponden diukur dengan skala Likert 1–5.

3. Perlindungan saksiPerlindungan saksi adalah perlindunganyang diberikan kepada seseorang yangdapat memberi keterangan guna ke-pentingan penyelidikan, penyidikan, pe-nuntutan, dan pemeriksaan di sidangpengadilan tentang suatu perkara pidanayang ia lihat sendiri dan/atau ia alamisendiri (UU No. 13 tahun 2006). Responsresponden diukur dengan skala Likert 1–5.

4. Kompetensi Auditor internalKompetensi auditor internal adalahkeahlian yang dimiliki auditor internalyang diperoleh melalui pendidikan danpengalaman. Kompetensi profesional di-bagi menjadi dua (2) fase terpisah, yaitu1) pencapaian kompetensi profesionaldan 2) pemeliharaan kompetensi profesi-onal (Ikatan Auditor Internal Indonesia,1998). Respon responden diukur denganskala Likert 1–5.

5. Sikap Moral Auditor InternalPengukuran moralitas manajemen ber-asal dari model pengukuran moral yangdikembangkan Kohlberg (1969) dan Rest(1979) dalam bentuk instrumen DefiningIssues Test. Instrumen ini berbentukkasus dilema etika. Moralitas manajemendiukur melalui 6 (enam) butir instrumenyang mengukur setiap tahapan moralitasmanajemen melalui kasus dilema etikaauditor internal. Hasil pengukuran atasdilema etika auditor internal ini me-rupakan cerminan moralitas manajemenperusahaan.

6. Perilaku Etis Auditor InternalPerilaku etis auditor internal diukurdengan instrumen yang dikembangkanRobinson dan Bennet (1995) dan Tangdan Chiu (2003) dan diukur denganempat item pertanyaan. Respon respon-den diukur dengan skala Likert 1–5.

Page 23: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Faktor Internal Dan Eksternal ... – Wilopo, Dewi, Djuwito 249

Teknik Analisis DataUji validitas dilakukan pada validitas

item-item pertanyaan dalam kuesioner.Pengujian dilakukan dengan cara meng-hitung korelasi antara skor masing-masingitem pertanyaan dengan skor total. Suatukuesioner dikatakan valid apabila per-tanyaan pada kuesioner mampu meng-ungkap sesuatu yang akan diukur olehkuesioner tersebut atau dikatakan valid jikaprobabilitasnya kurang dari 0,05 atau rhitung lebih besar dari r tabel dan bernilaipositif. Uji validitas ini dilakukan denganbantuan komputer dengan menggunakankonsep korelasi Product Moment dariPearson (Ghozali, 2012).

Penelitian ini menggunakan teknikanalisis kuantitatif. Dalam penelitian ini,analisis kuantitatif dilakukan dengan caramengkuantifikasi data-data penelitian se-hingga menghasilkan informasi yangdibutuhkan untuk analisis data. Sebelumdiolah, data yang sudah terkumpul harusdilakukan Purification dan Refinement de-ngan melakukan evaluasi terhadap validitasdan reliabilitas konstruk berdasarkan levelabstraksi dengan menilai convergent validitydan discriminant validity serta evaluasigoodness of fit model (Ghozali, 2012). Prosestersebut dilakukan dengan bantuan softwareSmart PLS 2.0 dan data yang telah ter-kumpul direkap dalam format CommaDelimited. Software Smart PLS digunakankarena setiap variabel penelitian memilikiindikator-indikator.

ANALISIS DAN PEMBAHASANGambaran Subyek Penelitian

Penelitian ini mengambil respondenauditor internal dalam perusahaan (SatuanPengawasan Internal). Sebelum dilakukanpenyebaran kuesioner, dilakukan FocusGroup Discussion (FGD) mengenai instru-men penelitian. FGD dilakukan pada pe-ngurus Forum Komunikasi Satuan Peng-awasan Internal (FKSPI). Teknik pengambil-an data dilakukan dengan mengikuti

penyebaran kuesioner pada para anggotaauditor internal di seluruh perusahaanIndonesia yang tergabung dalam ForumKomunikasi Satuan Pengawasan Internal(FKSPI). Responden yang didapat adalahsebagai berikut: (1) Perolehan kuesionermelalui FKSPI Seminar Whistle BlowerSystem sebanyak 30 Kuesioner dan (2)Perolehan kuesioner melalui MusyawarahNasional FKSPI sebanyak 71 Kuesionersehingga total kuesioner yang masuk dandiolah sebanyak 101.

Karakteristik responden berdasarkanjenis kelamin terdiri atas laki-laki sebanyak83 orang dan perempuan sebanyak 16orang, sedangkan 2 orang tidak menyebut-kan jenis kelaminnya. Berdasarkan karakter-istik responden berdasarkan lama be-kerjanya terdiri atas 1-5 tahun sebanyak 13orang, 6-10 tahun sebanyak 6 orang, > 10tahun sebanyak 77 orang, dan sebanyak 5orang tidak menyebutkan lama bekerjanyadi perusahaan.

Analisis DataAnalisis Model PengukuranAnalisis ini digunakan untuk mengetahuitingkat validitas dan reliabilitas masing-masing indikator dan konstruk. Tahapdalam analisis model pengukuran ini yaitu:a. Analisis Validitas Konvergen (Conver-

gent Validity)1. Validitas konvergen dapat diketahui

dengan melihat nilai dari loadingfactor, reliabilitas konstruk, dan AVEdan disajikan dalam gambar 2.Berdasarkan gambar 2, nilai loadingfactor yang dihasilkan oleh datatersebut sudah memenuhi syaratvaliditas yaitu > 0.5 sehingga datatersebut dapat dikatakan valid dansiap untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu menguji signifikansiloading factor dengan t statistic.

2. Tahap berikutnya ini dilakukandengan melakukan boothstrappingyang menghasilkan nilai t statistic.

Page 24: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

250 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 242 – 258

Tabel 1Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)

OriginalSample (O)

SampleMean (M)

StandardDeviation(STDEV)

StandardError

(STERR)

T Statistics(|O/STERR|)

KPS10 <- KPS 0.856099 0.833295 0.076498 0.076498 11.191203KPS11 <- KPS 0.859401 0.850026 0.063453 0.063453 13.543933KPS12 <- KPS 0.883351 0.872660 0.059119 0.059119 14.942037KPS13 <- KPS 0.930689 0.907183 0.074801 0.074801 12.442274KPS14 <- KPS 0.731693 0.705555 0.128323 0.128323 5.701978MA15 <- MA 0.906893 0.871863 0.166499 0.166499 5.446852MA16 <- MA 0.883735 0.846901 0.173362 0.173362 5.097619MA17 <- MA 0.899670 0.867514 0.169243 0.169243 5.315836MA18 <- MA 0.822905 0.792538 0.166889 0.166889 4.930841MA19 <- MA 0.611964 0.587196 0.177651 0.177651 3.444743MA20 <- MA 0.769618 0.743290 0.152795 0.152795 5.036934PES6 <- PES 0.907820 0.906878 0.052049 0.052049 17.441670PES7 <- PES 0.957981 0.944134 0.040206 0.040206 23.826603PES8 <- PES 0.944451 0.927958 0.050276 0.050276 18.785184

PES9 <- PES 0.913796 0.895238 0.063615 0.063615 14.364571

POP1 <- POP 0.898262 0.875515 0.071043 0.071043 12.643879POP2 <- POP 0.917757 0.900892 0.053394 0.053394 17.188417POP3 <- POP 0.838191 0.828839 0.053170 0.053170 15.764448POP4 <- POP 0.842789 0.826595 0.076353 0.076353 11.038122POP5 <- POP 0.821899 0.812735 0.062716 0.062716 13.105020

PS10 <- PS 0.921077 0.905700 0.048703 0.048703 18.912206PS6 <- PS 0.875063 0.858234 0.095326 0.095326 9.179639PS7 <- PS 0.979208 0.971150 0.043280 0.043280 22.625023PS8 <- PS 0.951441 0.938554 0.050277 0.050277 18.923989PS9 <- PS 0.944560 0.935022 0.039667 0.039667 23.812031

WB1 <- WB 0.835877 0.823338 0.056022 0.056022 14.920526WB2 <- WB 0.792558 0.758320 0.125416 0.125416 6.319449WB3 <- WB 0.755210 0.736713 0.115219 0.115219 6.554571WB4 <- WB 0.786337 0.771648 0.070511 0.070511 11.151989WB5 <- WB 0.714700 0.697156 0.141047 0.141047 5.067088

Page 25: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Faktor Internal Dan Eksternal ... – Wilopo, Dewi, Djuwito 251

Gambar 2Uji Validitas Konvergen

Berdasarkan hasil analisis, nilai tstatistic masing-masing loading factordisajikan dalam tabel 1 dan me-nunjukkan angka > 1.96 sehinggadata-data tersebut memiliki validitasyang signifikan.

3. Tahap selanjutnya yaitu mengukurtingkat validitas dan reliabilitas.Untuk menguji reliabilitas konstruktersebut dilakukan dengan melihatComposite Reliability. Dalam peneliti-an ini, standar yang digunakanuntuk menilai apakah data yangterkumpul reliabel atau tidak yaitu >0.7. Dari output yang dihasilkandalam tabel 2, masing-masing kons-

truk telah menunjukkan angka diatas 0.7 sehingga dapat dikatakanbahwa data reliable.

Tabel 2Composite Reliability

Composite Reliability

KPS 0.930957MA 0.924980PES 0.963115POP 0.936608PS 0.971957WB 0.884339

Page 26: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

252 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 242 – 258

4. Selanjutnya melihat nilai AVE. Halini dimaksudkan untuk melihatapakah data tersebut telah valid ataubelum. Standar yang digunakanuntuk mengukur tingkat validitasyaitu nilai AVE > 0.5. Data semuakontruk dalam tabel 3 menunjukkanbahwa nilai AVE > 0.5 sehinggadapat dikatakan memenuhi syaratvaliditas konvergen.

Tabel 3AVE

AVEKPS 0.730668MA 0.676139PES 0.867219POP 0.747506PS 0.874080WB 0.605260

b. Analisis Validitas Diskriminan(Discriminant Validity)Selanjutnya dilakukan analisis atasvaliditas diskriminan. Dalam analisis initerdapat 2 tahap yaitu: Pertama, melihatcross loading. Pada hasil cross loadingsetiap konstruk sudah menunjukkanangka korelasi yang lebih tinggi denganmasing-masing indikatornya, sehinggadapat dikatakan bahwa konstruk mam-pu menjelaskan varian pada setiapindikatornya lebih tinggi jika dibanding-kan dengan indikator konstruk lainnya.Dapat disimpulkan bahwa data tersebutmemiliki validitas diskriminan yangbaik sebagaimana disajikan dalam tabel4. Kedua, membandingkan korelasiantar konstruk dengan akar kuadratAVE Korelasi maksimal konstruk KPSyaitu 0.854251; sedangkan akar AVEyaitu sebesar 0.854791. Konstruk MAmemiliki korelasi maksimum sebesar0.704937; sedangkan akar AVE yaitu0.822277. Selengkapnya, setiap konstrukmemiliki nilai akar AVE lebih besar darikorelasi maksimal antar konstruk.Maka, secara umum semua indikator

telah memiliki validity discriminant yangbaik dalam menyusun variabel-variabel-nya sebagaimana disajikan dalam tabel5.

c. Analisis Model StrukturalModel struktural dalam PLS diukurdengan menggunakan R2 untuk variabeldependen dan koefisien path yangditunjukkan dengan t statistic untukmenguji signifikansi hipotesis dan nilaiR2. Skor koefisien path yang ditunjukkandengan t statistic memiliki standar 1.96.1. Analisis R-squareBerdasarkan pengolahan data meng-gunakan PLS, nilai koefisien determinasiyang dihasilkan Goodness of Fit padamodel PLS dapat diketahui dari nilai R2.Semakin tinggi nilai R2 maka dapatdikatakan bahwa model semakin fitdengan data. Nilai R2 menunjukkankonstruk WB sebesar 0.537894 artinyabesarnya pengaruh KPS, MA, PES, POP,dan PS terhadap WB sebesar 53.79%.2. Uji KausalitasHasil pengujian hipotesis dapat diper-oleh dengan cara membandingkan nilait statistic dengan standar yang telahditetapkan yaitu 1.96. Hasil statistikmenunjukkan bahwa hanya variabelPerilaku Etis Satuan Pengawasan Inter-nal (PES) yang berkorelasi signifikandengan Whistle Blower (WB). Hal inidapat dilihat dari hasil t statistic yangmenunjukkan angka di atas 1.96. Untukvariabel Kompetensi Auditor Internal(KPS), Moralitas Auditor Internal (MA),Peran Organisasi Profesi (POP), danPerlindungan Saksi (PS) memiliki nilai tstatistic kurang dari 1.96 sehinggakeempat variabel tersebut memilikihubungan korelasi yang tidak signifikanterhadap Whistle Blower (WB). Hasilpengujian disajikan dalam tabel 6.

Pengaruh Kompetensi Auditor internal(KPS) terhadap Whistle Blower (WB). Darihasil statistik diketahui bahwa variabel KPStidak memiliki pengaruh terhadap WB.

Page 27: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Faktor Internal Dan Eksternal ... – Wilopo, Dewi, Djuwito 253

Tabel 4Cross Loadings

KPS MA PES POP PS WB

KPS10 0.856099 0.397600 0.735726 0.628858 0.646047 0.517678KPS11 0.859401 0.530648 0.762140 0.635820 0.672591 0.535924KPS12 0.883351 0.468100 0.743981 0.608041 0.706907 0.539722KPS13 0.930689 0.501756 0.811970 0.630365 0.742036 0.481030KPS14 0.731693 0.277554 0.566178 0.483800 0.503425 0.334487MA15 0.451882 0.906893 0.461287 0.505290 0.606467 0.275497MA16 0.405303 0.883735 0.417035 0.493976 0.547394 0.352301MA17 0.419848 0.899670 0.420253 0.439527 0.571015 0.325353MA18 0.483828 0.822905 0.450113 0.515853 0.666373 0.362069MA19 0.329728 0.611964 0.357504 0.408348 0.473196 0.198242MA20 0.454795 0.769618 0.479392 0.521044 0.596261 0.311034PES6 0.723003 0.459842 0.907820 0.646559 0.647930 0.762688PES7 0.839307 0.531274 0.957981 0.758585 0.762511 0.629483PES8 0.831327 0.503362 0.944451 0.703606 0.732502 0.626232PES9 0.798781 0.463289 0.913796 0.679629 0.720106 0.632658POP1 0.702609 0.606934 0.743609 0.898262 0.751375 0.523898POP2 0.722231 0.560829 0.755653 0.917757 0.750237 0.553497POP3 0.521885 0.438559 0.598123 0.838191 0.562898 0.555999POP4 0.526750 0.441556 0.561568 0.842789 0.587881 0.455095POP5 0.557316 0.476868 0.552503 0.821899 0.546166 0.494907PS10 0.685802 0.607690 0.688905 0.705681 0.921077 0.469411PS6 0.669443 0.746253 0.640589 0.734836 0.875063 0.429028PS7 0.754030 0.676510 0.746765 0.704262 0.979208 0.514753PS8 0.780672 0.631695 0.764502 0.668546 0.951441 0.514747PS9 0.716195 0.648742 0.731578 0.671806 0.944560 0.514765WB1 0.439078 0.310043 0.623938 0.556994 0.428635 0.835877WB2 0.427653 0.181659 0.500072 0.363767 0.344582 0.792558WB3 0.413005 0.273104 0.440884 0.400018 0.315638 0.755210WB4 0.427806 0.317855 0.556131 0.487719 0.448016 0.786337WB5 0.511376 0.362519 0.623775 0.483290 0.465753 0.714700

Page 28: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

254 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 242 – 258

Tabel 5Latent Variable Correlations

KPS MA PES POP PS WB

KPS 1.000000MA 0.519577 1.000000PES 0.854251 0.524738 1.000000POP 0.704077 0.585785 0.746956 1.000000PS 0.772698 0.704937 0.766113 0.742627 1.000000WB 0.573952 0.378836 0.718206 0.600472 0.524224 1.000000

AVE Akar AVEKPS 0.730668 0.854791MA 0.676139 0.822277PES 0.867219 0.931245POP 0.747506 0.864584PS 0.874080 0.934922WB 0.605260 0.777984

Tabel 6Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

OriginalSample (O)

Sample Mean(M)

StandardDeviation(STDEV)

StandardError (STERR)

T Statistics(|O/STERR|)

KPS -> WB -0.150363 -0.104499 0.217173 0.217173 0.692365MA -> WB 0.008973 0.018412 0.097525 0.097525 0.092008PES -> WB 0.773327 0.696015 0.277112 0.277112 2.790669POP -> WB 0.206302 0.247091 0.130107 0.130107 1.585628PS -> WB -0.111577 -0.103935 0.144300 0.144300 0.773231

Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisienjalur sebesar -0.150363 dan nilai t statisticsebesar 0.692365 kurang dari 1.96. Temuanini menunjukkan bahwa seorang auditorinternal yang berkehendak menjadi WhistleBlower tidak tergantung dari apakah se-orang auditor internal tersebut memilikikompetensi atau keahlian yang memadai.Auditor internal yang tidak memahami atautidak ahli pun dapat menjadi Whistle Blower.Yang penting adalah kemauan dari auditorinternal tersebut untuk mengungkap ke-

jahatan yang terjadi di organisasinya.Temuan ini berbeda dengan pendapat Lezardan Spaeth (2002) yang menyatakan bahwaseseorang berkehendak menjadi WhistleBlower ini tergantung pada kompetensinya.

Pengaruh Moralitas Auditor Internal(MA) terhadap Whistle Blower (WB). Darihasil statistik dapat diketahui bahwavariabel MA tidak memiliki pengaruhterhadap WB. Hal ini ditunjukkan oleh nilaikoefisien jalur sebesar 0.008973 dan nilai tstatistic sebesar 0.092008 kurang dari 1.96.

Page 29: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Faktor Internal Dan Eksternal ... – Wilopo, Dewi, Djuwito 255

Temuan ini menunjukkan bahwaseorang auditor internal menjadi WhistleBlower itu tidak tergantung dari apakahseseorang itu memiliki sikap moral yangmemadai atau tidak. Meski sikap moralnyatidak atau kurang baik seorang auditorinternal dapat menjadi Whistle Blower. Halini dimungkinkan karena sebagian besarkejahatan kerah putih atau fraud dilakukansecara kolutif. Seringkali seseorang yangterlibat dalam kejahatan tersebut mau ataubersedia mengungkap keberadaan kejahat-an tersebut karena dijanjikan keringananhukuman bila bersedia mengungkap faktakejahatan yang sebenarnya yang jauh lebihbesar dari dugaan atau sangkaan per-mulaan. Hasil temuan ini berbeda denganpendapat Kohlberg (1969) dan Rest (1979)yang menyatakan bahwa seseorang ber-kehendak menjadi Whistle Blower ini ter-gantung pada moralitas yang dimiliki.

Pengaruh Perilaku Etis Satuan Peng-awasan Internal (PES) terhadap WhistleBlower (WB). Dari hasil statistik dapat di-ketahui bahwa variabel PES memilikipengaruh positif dan signifikan terhadapWB. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisienjalur sebesar 0.773327 yang bertanda positifdan signifikan pada alpha 5% yang di-tunjukkan oleh nilai t statistic sebesar2.790669 yang lebih dari 1.96.

Temuan ini menunjukkan bahwa peri-laku etis yang dimiliki oleh auditor internalatau satuan pengawasan internal mem-pengaruhi sikap dan niat untuk menjadiWhistle Blower. Temuan ini mendukungtemuan Wilopo (2006) yang menyatakanbahwa perilaku etis atau tidak etis dariauditor internal akan memberi pengaruhterhadap kecenderungan kejahatan yangdilakukan oleh para auditor internal dalambentuk kecurangan auditor internal. Demi-kian pula temuan ini mendukung hasilpenelitian Robinson dan Bennet (1995) sertaTang dan Chiu (2003) yang menyatakanbahwa perilaku etis adalah perilaku yangtidak menyalahgunakan kedudukan/posisi,perilaku yang tidak menyalahgunakankekuasaan, perilaku yang tidak menyalah-

gunakan sumber daya organisasi, sertaperilaku yang peduli terhadap kondisiperusahaan. Pengaruh Peran OrganisasiProfesi (POP) terhadap Whistle Blower (WB).Dari hasil statistik dapat diketahui bahwavariabel POP tidak memiliki pengaruhterhadap WB. Hal ini ditunjukkan oleh nilaikoefisien jalur sebesar 0.206302 dan nilai tstatistic sebesar 1.585628 kurang dari 1.96.

Temuan ini menunjukkan bahwa paraauditor internal atau satuan pengawasaninternal tidak atau kurang mempercayaiorganisasi profesinya akan berperan untukmemberi perlindungan bila seorang auditorinternal mengungkap kejahatan yang terjadidi perusahaan atau organisasi tempat diabekerja. Sikap ini dimaklumi karena organi-sasi profesi di Indonesia belum benar-benarmenjadi organisasi yang profesional yangmemiliki perangkat dan sistem yang benar-benar memberi perlindungan bila anggota-nya melakukan suatu tindakan yang etis.Sebaliknya, organisasi profesi akan mem-beri sanksi yang memadai bila anggotanyaterlibat dalam suatu kejahatan tertentu.Temuan ini berbeda dengan hasil penelitiandari Kleckner dan Jackson (2004) yangmenyatakan bahwa organisasi profesi akanmemberi perlindungan kepada anggotanya,khususnya bila menghadapi permasalahanyang berkaitan dengan sikap etis.

Pengaruh Perlindungan Saksi (PS)terhadap Whistle Blower (WB). Dari hasilstatistik dapat diketahui bahwa variabel PStidak memiliki pengaruh terhadap WB. Halini ditunjukkan oleh nilai koefisien jalursebesar -0.111577 dan nilai t statistic sebesar0.773231 kurang dari 1.96.

Temuan ini menunjukkan bahwa paraauditor internal tidak yakin bahwa lembagaperlindungan saksi akan memberi per-lindungan bila mereka menjadi WhistleBlower. Hal ini karena dalam faktanya meskiIndonesia sudah memiliki undang-undangtentang perlindungan saksi, namun dalamkenyataannya banyak kejadian yang sese-orang berani mengungkap suatu kejahatantertentu serta menjadi saksi di pengadilanakan dipersalahkan atau dituntut tindak

Page 30: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

256 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 242 – 258

pidana untuk perkara tersebut atau perkara-perkara yang lain. Temuan ini berbedadengan hasil penelitian Kleckner danJackson (2004) yang menyatakan bahwalembaga perlindungan saksi akan memberiperlindungan kepada anggotanya, khusus-nya bila menghadapi permasalahan yangberkaitan dengan sikap etis.

Perancangan dan implementasi SistemPengendalian Intern (SPI) merupakan tang-gung jawab manajemen. Pada sudut pan-dang yang lain, aktivitas operasional yangkompleks menuntut manajemen mem-butuhkan suatu fungsi/departemen baruyang disebut audit internal. Audit internalmerupakan fungsi penilaian independenyang ada di perusahaan untuk memeriksadan mengevaluasi kegiatan perusahaansebagai jasa yang diberikan kepada per-usahaan. Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa dari persepsi auditor internal se-bagai pihak yang dianggap berperan untukmengetahui kejahatan kerah putih ataufraud, seseorang dapat atau mau menjadiWhistle Blower sangat ditentukan oleh peri-laku etis dari berbagai pihak dalam per-usahaan atau organisasi. Perilaku etis initermasuk perilaku etis dari manajemen per-usahaan untuk bersedia menerima infor-masi tentang kejahatan kerah putih untukdilakukan perbaikan. Meski tidak signi-fikan, dalam berbagai kasus sikap moraldari auditor eksternal berperan dalammenentukan auditor internal untuk menjadiWhistle Blower, sedangkan keberadaanorganisasi profesi dari auditor internal,lembaga perlindungan saksi, serta kompe-tensi auditor internal tidak dianggap perlubagi auditor internal untuk menjadi seorangWhistle Blower.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Kebijakan Whistle Blower adalah proseskaryawan yang bekerja di perusahaanpublik atau swasta mengungkap klaimmalpraktek dalam organisasi (Saha, 2011).Penelitian ini merupakan pengembangandari penelitian Wilopo dan Nurul (2012).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuidan menggali faktor-faktor yang berpe-ngaruh terhadap sistem Whistle Blower diIndonesia. Penelitian ini menggali bahwafaktor-faktor yang mempengaruhi sistemwhistle blower adalah faktor internal daneksternal. Faktor internal adalah kompe-tensi auditor internal, sikap moral auditorinternal, dan perilaku etis auditor internal.Sedangkan faktor eksternal adalah peranorganisasi profesi auditor internal danlembaga perlindungan saksi. Hasil peng-ujian statistik menunjukkan bahwa hanyaperilaku etis auditor internal yang ber-pengaruh signifikan terhadap sistem whistleblower di Indonesia. Sikap moral dariauditor eksternal dalam berbagai kasus jugaberperan dalam menentukan dan berpe-ngaruh bagi auditor internal untuk menjadiwhistle blower. Sedangkan faktor-faktor yanglain tidak berpengaruh secara signifikan.Hasil ini merupakan pengembangan daripenelitian yang dilakukan Wilopo danNurul (2012) yang menemukan bahwauntuk mengembangkan corporate governancedi Indonesia diperlukan sistem whistleblower yang dipengaruhi dan ditentukanoleh keberadaan lembaga perlindungansaksi. Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa sistem whistle blower ini hanya dapatdikembangkan di Indonesia bila auditorinternal memiliki perilaku yang etis sertasikap moral yang baik.

SaranPenelitian tentang whistle blower me-

rupakan topik penelitian yang relatif belumbanyak dilakukan di Indonesia. Di sampingitu di Indonesia sistem whistle blower masihbelum banyak diterapkan di dalam per-usahaan ataupun organisasi-organisasipemerintahan dan lainnya. Sampai dengansaat ini Indonesia juga belum memilikiUndang-Undang tentang whistle blower.Oleh karena itu penelitian selanjutnyasebaiknya mengembangkan model peneliti-an yang lebih komprehensif mengenaiwhistle blower.

Page 31: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Faktor Internal Dan Eksternal ... – Wilopo, Dewi, Djuwito 257

DAFTAR PUSTAKAAntara. 2008. Revisi Undang–Undang Pen-

cucian Uang Perluas WewenangPPATK.

Association of Certified Fraud Examiners.2012. Report to the Nations.

Baker, N. 2008. See no evil, hear no evil,speak no evil. Internal Auditor, April:39–43.

Bouville, M. 2008. Whistle Blowing andMorality. Journal of Business Ethics. 2008,springer.

Copeer, D. R. dan C. W. Emory. 1995.Business Research Methods. Chicago:Irwin.

Das, S. G. dan R. Aldrin. 2007. Whistle-Blowing and Competitive Advantage.Journal of Indian Management, April-June 2007, Cochin, India.

Dworkin, T. M. 2007. SOX and Whistle-blowing. Michigan Law Review. June(105): 1757–1780.

Heyes, A. G. dan S. Kapur. 2009. AnEconomic Model of Whistle BlowerPolicy. The Journal of Law, Economics andOrganization 25(1): 157-182.

Ikatan Auditor Internal Indonesia. 1998.Kode Etik Ikatan Auditor internal Indo-nesia.

Ghozali, I. 2012. Structural Equation Model-ing: Metode Alternatif dengan PartialLeast Square (Edisi 3). Semarang: Badanpenerbit Universitas Diponegoro.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).2009. Daftar Pembelajaran ProfesionalLanjutan untuk tahun 2009. Downloaddari situs www.iapi.or.id

International Chamber of Commerce (ICC).2008. ICC Guidelines on Whistleblowing.

Lezar, T. dan M. Spaeth. 2002. Blowing theWhistle. Risk Management, April.

Kerlinger, F. N. 1986. Foundations of behavio-ral research (3rd Ed.). New York: Holt,Rinehart and Winston.

Kleckner dan Jackson. 2004. Sarbanes-Oxleyand the Whistle-Blower Protections.The CP Journal.

Kohlberg, L. 1969. Stage and Sequence: TheCognitive – Development Approach

Moral Action to Socialization. In D.A.Goslin (Ed). Handbook of socializationtheory and research. Chicago: Rand-McNally: 347–480.

Malhotra, N. K. 2010. Marketing Research: anapplied orientation (6th Ed.). New Jersey:Prentice Hall.

Mansbach, A. 2007. Political Surplus ofwhistleblowing: a case study. BusinessEthics: a European Review April 16(2):124–131.

McKoy, D. V. 2012. Whistle Blowing and theLaw. Working Paper.

Media Pertamina, 2008. Whistle Blower,Pengingat Kita agar Tidak Korupsi.Edisi No. 33, Tahun XLIV, 18 Agustus.

Rest, J. 1979. Developing in Judging MoralIssues. Menneapolis, MN: University ofMinnesota Press.

Richardson S. dan B. Richardson. 2007. TheAccountant as Whisleblower. The Indo-nesian Accounting Society.

Robinson, S. L. dan R. J. Bennet. 1995. ATypology of Deviant worksplaceBehaviors: A Multidimensional ScalingStudy. Academy of Management Journal18(2): 555-572.

Saha, O. 2011. Whistle Blower Policy.Working Paper.

Saleh, A. O. 2008. Perlindungan bagiWhistle blower. Tempo Interaktif, 26September.

Tang T. L. P. dan R. K. Chiu. 2003. Income,Money Etic, Pay Satisfaction, Commit-ment, and Unetichical Behavior: Is theLove of Money the Root of Evil forHong Kong Emplyees? Journal ofBusiness Ethics 46: 13–20.

Tempo Interaktif. 2008. Perlindungan bagiWhistle blower. 26 September.

Undang-Undang Republik Indonesia No.20. 2001. Perubahan atas Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang–Undang Republik Indonesia No.13. 2006. Undang–Undang tentang Per-lindungan Saksi dan Korban.

Undang–Undang Republik Indonesia No. 8.2010. Perubahan atas Undang–Undang

Page 32: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

258 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 242 – 258

No. 15 tahun 2002 tentang TindakPidana Pencucian Uang.

Verschoor, C. C. 2002. A reader responds toethics of Enron whistle blower. StrategicFinance, Agust.

Wilopo, 2006. Analisis Faktor–Faktor yangBerpengaruh terhadap KecenderunganKecurangan Auditor Internal: Studipada Perusahaan Publik dan Badan

Usaha Milik Negara di Indonesia.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 9(3):September.

Wilopo dan Nurul. 2012. The Effectivenessof Whistle Blower in ImprovingCorporate Governance. Proceeding of 2nd

Accounting Research and EducationConference (AREC 2012) UniversitiTeknologi Mara, Malaysia.

Page 33: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

219

JOB RELEVANT INFORMATION DESENTRALISASI DAN PARTISIPASIANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

Jasintha Dessy [email protected]

Department of Accounting, State Polytechnic of Kupang, NTT

ABSTRACT

This study aimed to examine the effect of budget participation on managerial performance by using Job RelevantInformation as an intervening variable and combined with decentralization as a moderating variable. Thepopulation in this study are all companies in various industries in East Java in 2013. Data were analyzed usingpath analysis models and Moderating Regression Analysis. Based on test results found that budgetaryparticipation and Relevant Job Information influence on managerial performance as well as the budgetaryparticipation influence the Job Relevant Information. This suggests that the high level of participation budgetingwill improve managerial performance and with the availability of information relevant to the task of allowingsubordinates to be able to exchange information with the boss, so as to create the budget process better andproduce a more effective decisions on eventually will support the manager to get better performance.The resultsof further testing, found that decentralization does not moderate the effect of budget participation on managerialperformance. This suggests that the higher delegation of authority granted to managers in their companiesremain excluded and given responsibility for preparing the budget, this is due to the pressure from superiors(leaders).

Key words: job relevant information, decentralization, budgeting participation and managerial performance

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerjamanajerial dengan menggunakan Job Relevant Information sebagai variabel intervening dan di-kombinasikan dengan variabel desentralisasi sebagai pemoderasi. Populasi dalam penelitian iniadalah seluruh perusahaan dalam berbagai industri di Jawa Timur pada tahun 2013. Teknik analisisdata menggunakan model Path Analysis dan Moderating Regression Analysis. Berdasarkan hasilpengujian ditemukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran dan Job Relevant Information ber-pengaruh terhadap kinerja manajerial demikian halnya juga dengan partisipasi penyusunan anggaranberpengaruh terhadap Job Relevant Information. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya tingkatpartisipasi penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial dan dengan adanyaketersediaan informasi yang relevan dengan tugas memungkinkan bawahan untuk dapat salingbertukar informasi dengan atasan, sehingga dapat menciptakan proses penyusunan anggaran yanglebih baik dan menghasilkan suatu keputusan yang lebih efektif yang pada akhirnya akanmendukung kinerja manajer menjadi lebih baik. Hasil pengujian selanjutnya, menemukan bahwadesentralisasi tidak memoderasi pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerjamanajerial. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendelegasian wewenang yang diberikankepada para manajer dalam perusahaan mereka tetap tidak dilibatkan dan diberikan tanggungjawabdalam penyusunan anggaran, hal ini disebabkan karena adanya tekanan dari atasan (pimpinan).

Kata kunci: job relevant information, desentralisasi, partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.

PENDAHULUANPerusahaan perlu menetapkan tujuan

di dalam melakukan pengelolaan perusaha-

an, kemudian membuat rencana kegiatanuntuk mencapai tujuan dan sasaran ter-sebut. Salah satu unsur terpenting yang

Page 34: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

220 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 219 – 241

digunakan manajemen dalam perencanaanperusahaan adalah anggaran. Anggaran se-bagai pedoman kerja dan sasaran yangingin dicapai oleh suatu organisasi, selainitu anggaran juga dapat digunakan olehmanajemen sebagai alat bantu untuk me-ngetahui kinerja (performance) dan dapatmemotivasi manajemen dalam upaya untukmencapai kinerja yang lebih baik dimasayang akan datang.

Kinerja adalah hasil atau tingkat ke-berhasilan seseorang secara keseluruhan se-lama periode tertentu didalam melaksana-kan tugas. Peningkatan kinerja manajerialmembutuhkan partisipasi aktif karyawandalam setiap kegiatan operasi perusahaanmelalui kecakapan dan informasi yangdiberikan. Salah satu kegiatan perusahaanyang membutuhkan partisipasi aktif karya-wan adalah penyusunan anggaran. Olehkarena itu manajemen perlu menyusunanggaran dengan baik karena anggaran me-rupakan gambaran perencanaaan seluruhaktivitas kegiatan operasional perusahaan.

Keberhasilan setiap penyusunan ang-garan dapat ditentukan oleh cara penyusun-an anggaran itu sendiri. Pendekatan yangdigunakan dalam penelitian ini adalahpendekatan partisipatif (top down dan buttomup) yang mana pendekatan partisipatif inimelibatkan semua tingkatan manajemenuntuk mengembangkan rencana anggaran.Perusahaan tentunya dapat menggabung-kan dua pendekatan tersebut kedalam pe-nyusunan anggaran sehingga proses per-siapan anggaran menjadi lebih efektif.Efektifitas pelaksanaan anggaran akan ter-wujud sesuai dengan tujuan perusahaan,jika didukung oleh orang-orang yang ada didalam organisasi. Keterlibatan orang-orangdalam organisasi untuk merancang ang-garan merupakan salah satu bagian dariliteratur akuntansi keperilakuan (behavioralaccounting) yang mana membahas hubung-an antara partisipasi penyusunan anggarandengan kinerja manajerial.

Berkaitan hubungan antara partisipasianggaran dengan kinerja manajerial, ter-dapat beberapa pembahasan hasil peneliti-

an yang bervariasi dan tidak konsisten.Penelitian yang dilakukan oleh Rosidi(2000), Chong dan Chong (2002), Coryanata(2004), Yusfanigrum dan Ghozali (2005),Nor (2007), Rihardjo (2009), Indarto danAyu (2011), Gul et al., (1995), Kren (1992).Namun hasil penelitian Adi (2006) mem-buktikan bahwa partisipasi anggaran dankinerja manajerial memiliki hubungan yangnegatif artinya bahwa dengan adanyapartisipasi tidak memberikan pengaruhterhadap kinerja.

Hasil penelitian yang masih me-nimbulkan perbedaan ini menarik untukdikaji lebih lanjut dengan menggunakanpendekatan kontijensi (contingency theory).Teori kontijensi diperlukan dalam peneliti-an ini untuk mengevaluasi efektifitas peng-anggaran partisipatif terhadap kinerjamanajerial (Rihardjo, 2009). Studi ini dimaksudkan untuk memperjelas hubunganantara partisipasi penyusunan anggarandengan kinerja manajerial, serta mencobauntuk mengembangkan teori berkaitanhubungan partisipasi penyusunan anggar-an terhadap kinerja manajerial denganmengkombinasikan job relevant informationsebagai variabel intervening dan desentrali-sasi sebagai variabel moderating.

Penggunaan informasi yang ber-hubungan dengan tugas (Job Relevant Infor-mation) akan membantu bawahan dalammeningkatkan pilihan tindakan manajemenmenjadi lebih baik. JRI merupakan infor-masi yang dapat membantu manajer dalammemilih tindakan yang terbaik melaluiupaya yang diinformasikan berupa kondisiorganisasi dilihat dari tingkat perekonomi-an, keuangan, pemasaran dan lainnya,sehingga tentunya sangat membantu mem-berikan pengetahuan yang lebih baik ke-pada manajer mengenai altenatif keputusandan tindakan yang dibutuhkan untukpencapaian kinerja dan tujuan organisasi.JRI dapat meningkatkan kinerja melaluipemberian perkiraan yang lebih akurat me-ngenai lingkungan sehingga dapat dipilihrangkaian tindakan efektif yang terbaik(Kren, 1992).

Page 35: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Job Relevant Information Desentralization And Budgeting Participation... – Tapatfeto 221

Desentralisasi dalam organisasi ber-kaitan erat dengan struktur organisasi yangmemberikan gambaran mengenai kekuasa-an dalam suatu organisasi. Struktur organi-sasi memiliki peranan dalam mempe-ngaruhi kinerja (efisiensi dan efektifitas)pada tingkat organisasi maupun tingkatsub unit karena adanya desentralisasi,kualitas pengambilan keputusan menjadilebih baik dibandingkan sentralisasi, sebabpara manajer lebih memahami kondisi unityang dipimpinnya (Govindarajan danAnthony, 2007). Dengan adanya pembagiankekuasaan yang terdesentralisasi, makapara manajer memiliki kesempatan untukberpartisipasi secara aktif dalam prosespenyusunan anggaran yang pada akhirnyaakan memberikan dukungan motivasi ke-pada bawahan untuk meningkatkankinerjanya.

Berdasarkan uraian diatas makarumusan masalah dalam penelitian iniadalah: (1) Apakah partisipasi penyusunananggaran berpengaruh terhadap kinerjamanajerial?, (2) Apakah partisipasi pe-nyusunan anggaran berpengaruh terhadapjob relevant information?, (3) Apakah jobrelevant information berpengaruh terhadapkinerja manajerial? (4) Apakah desentrali-sasi memoderasi pengaruh antara parti-sipasi penyusunan anggaran dan kinerjamanajerial?

Penelitian ini bertujuan untuk (1)menguji secara empiris pengaruh partisipasipenyusunan anggaran terhadap kinerjamanajerial, (2) menguji secara empiris pe-ngaruh partisipasi penyusunan anggaranterhadap job relevant information, (3) mengujisecara empiris pengaruh job relevant infor-mation terhadap kinerja manajerial serta (4)menguji secara empiris pengaruh antarapartisipasi penyusunan anggaran dankinerja manajerial, yang dimoderasi olehdesentralisasi.

TINJAUAN TEORETISKonsep Partisipasi

Partisipasi penganggaran merupakanproses yang menggambarkan individu-

individu yang terlibat dalam penyusunananggaran dan mempunyai pengaruh ter-hadap target anggaran sehingga pada akhirperiode anggaran dan setelah dilakukanpenilaian secara menyeluruh maka akantimbul tindakan berupa penghargaan (re-ward) atas pencapaian target anggaran ter-sebut ataupun sebaliknya sebagai hukuman(punishment) atas kegagalan pencapaiantarget yang sudah direncanakan.

Pendekatan yang digunakan dalampenelitian ini yaitu pendekatan partisipasi,yang mana pendekatan ini mengutamakanproses kerjasama dalam pengambilan ke-putusan. Agar pelaksanaan anggaran sesuaidengan apa yang telah ditentukan terlebihdahulu, maka keterlibatan dari pihak-pihakyang terkait tidak dapat dihindari lagi,dengan kata lain partisipasi dari bawahanikut berperan dalam penyusunan anggaranini (Riyadi, 2007). Dengan ikut serta ber-partisipasi dalam penyusunan anggaran,para manajer juga akan lebih memahamimasalah yang mungkin timbul pada saatpelaksanaan anggaran (Indarto dan Ayu,2011). Partisipasi dapat dikatakan sebagaisuatu proses pengambilan keputusan secarabersama oleh dua pihak atau lebih, se-hingga hasil keputusan tersebut memilikidampak di masa yang akan datang bagipara pembuat keputusan tersebut.

Konsep AnggaranAnggaran dapat diartikan sebagai

pedoman kerja dan sasaran yang ingin di-capai oleh suatu organisasi, selain itu ang-garan juga dapat digunakan oleh manaje-men sebagai alat bantu untuk mengetahuikinerja (performance) dan dapat memotivasimanajemen dalam upaya untuk mencapaikinerja yang lebih baik dimasa yang akandatang (Riharjo, 2009). Anggaran yang ter-lalu menekan, cenderung menimbulkansikap agresif manajer tingkat bawah ter-hadap manajer tingkat atas yang kemudiandapat mengakibatkan inefisiensi dan pe-nurunan kinerja.

Pada umumnya definisi anggaran me-miliki 4 unsur (Wirjono dan Raharjono,

Page 36: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

222 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 219 – 241

2007), yaitu: 1) Rencana, anggaran merupa-kan rencana yang telah disusun untukmemberikan arah bagi perusahaan di masayang akan datang. 2) Mencakup seluruhkegiatan perusahaan, yaitu semua kegiatanyang dilakukan oleh seluruh bagian yangada dalam perusahaan. Anggaran berfungsisebagai pedoman kerja sehingga harusmencakup seluruh kegiatan perusahaan. 3)Satuan moneter, anggaran dinyatakan da-lam satuan unit moneter yang dapat di-terapkan pada berbagai kegiatan perusaha-an yang beraneka ragam. Satuan moneterberguna untuk menyeragamkan semuakegiatan perusahaan yang beraneka ragamsehingga mudah untuk diperbandingkandan dianalisis. 4) Jangka waktu tertentu,anggaran disusun untuk jangka waktu ter-tentu yang akan datang sehingga memuattaksiran-taksiran tentang segala sesuatuyang akan terjadi dan akan dilakukan dimasa mendatang.

Anggaran dapat digunakan untuk me-ningkatkan kualitas pengambilan keputus-an yang mana dapat diketahui perkiraanpendapatan, biaya perbaikan, biaya per-lengkapan, dan sebagainya sehingga per-usahaan dapat menghindari pengeluaranbiaya-biaya yang tidak diperlukan danmengatasi pembelian yang tidak penting.Keputusan yang lebih baik tersebut dapatmenghindari timbulnya masalah serta dapatmenghasilkan kondisi keuangan yang lebihbaik.

Partisipasi Penyusunan AnggaranPartisipasi anggaran bertujuan untuk

membentuk sikap, perilaku karyawan, danmanajer merasa memiliki dan menumbuh-kan pengaruh motivasional terhadap tujuananggaran. Para manajer departemen harusmemiliki input yang penting dalam meng-anggarkan pendapatan dan biaya karenamereka terlibat langsung dan sangat me-mahami kegiatan departemen mereka.Anggaran yang disusun oleh karyawanharus dapat memberikan rekomendasi,merevisi angka-angka dalam anggaran biladiperlukan, dan menyetujui ataupun tidak

menyetujui item-item yang utama (Apri-wandi, 2012). Input karyawan sangat di-perlukan karena mereka sangat memahamioperasi perusahaan. Partisipasi dalam peng-anggaran merupakan faktor kritis yangdapat mempengaruhi keefektifan perusaha-an secara keseluruhan.

Selain membentuk sikap dan perilaku,partisipasi anggaran juga sangat membantumanajer level atas untuk dapat meng-komunikasikan tujuan perusahaan padasemua manajer unit dibawahnya sehinggamemudahkan pengkoordinasian kegiatanmaupun evaluasi kinerja manajer tersebut.Melalui partisipasi dapat mendorong mana-jer untuk mengidentifikasi tujuan, me-nerimanya dengan suatu komitmen danbekerja agar dapat mencapainya (Wentzel,2002; Chong dan Chong, 2002). Pada dasar-nya program anggaran akan lebih berhasiljika bawahan dilibatkan atau diperkenan-kan bertanggungjawab mengendalikan bia-ya dan menyusun anggaran untuk areapertanggungjawabannya.

Konsep KinerjaSeseorang mempunyai prestasi tinggi

apabila memiliki keinginan dan mampuberbuat lebih baik daripada yang lain.Kinerja (performance) merupakan gambaranmengenai tingkat pencapaian pelaksanaansuatu kegiatan atau program organisasiuntuk pencapaian sasaran, tujuan, misi danvisi organisasi. Otley (1999) mendefinisikankinerja sebagai acuan yang berkaitan eratdengan kegiatan melakukan pekerjaan,dalam hal ini meliputi hasil kerja yangdicapai.

Secara umum dapat dikatakan bahwakinerja merupakan prestasi yang dapatdicapai oleh individu organisasi dalamperiode tertentu. Kebutuhan berprestasi(sence of achievement) tersebut merupakansalah satu kebutuhan terkuat dalam dirimanusia. Dalam kebutuhan ini manusiamerasa apa yang menjadi pekerjaan pentingsehingga akan menyelesaikan pekerjaan itudengan lebih baik.

Page 37: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Job Relevant Information Desentralization And Budgeting Participation... – Tapatfeto 223

Kinerja ManajerialSeseorang dengan tingkat kepuasan

kerja tinggi menunjukkan sikap yang positifterhadap apa yang dikerjakan. Kinerjamanajerial merupakan suatu kondisi yangseharusnya diketahui dan diinformasikankepada pihak-pihak tertentu untuk me-ngetahui seberapa jauh tingkat pencapaianhasil suatu organisasi, dihubungkan dengantujuan organisasi yang bersangkutan sertamengetahui dampak positif dan negatifsuatu kebijakan operasional yang ditetap-kan dan digambarkan dalam Bahasa pe-rencanaan yang disebut dengan anggaran(Rihardjo, 2009).

Kinerja manjerial merupakan bentukkinerja para anggota individu dalam sebuahorganisasi guna melaksanakan kegiatanmanajerial seperti perencanaan, investigasi,koordinasi, supervisi, pemilihan staf, nego-siasi dan perwakilan. Kinerja manajerialberperan sebagai faktor yang dapat me-ningkatkan keefektifan kinerja suatu organi-sasi (Puspaningsih, 2002). Tolak ukur ke-efektifan suatu organisasi dapat terlihat daritercapainya tujuan anggaran dan bawahanmendapat kesempatan untuk terlibat atauberpartisipasi dalam proses penyusunananggaran serta memotivasi bawahan untukmengidentifikasi dan melakukan negosiasidengan atasan mengenai target anggaran,menerima kesepakatan anggaran danmelaksanakannya.

Job Relevant InformationKetersediaan informasi yang ber-

hubungan dengan tugas akan meningkat-kan perencanaan untuk mencapai tujuanyang ditetapkan, yang pada akhirnya akanmeningkatkan kinerja. Terdapat dua ke-untungan yang diperoleh dari adanya trans-fer informasi dari bawahan kepada atasan,yaitu atasan dapat mengembangkan strategiyang lebih baik yang dapat disampaikankepada bawahan, sehingga kinerja akanmeningkat (Himawan dan Ika, 2010).

Informasi yang berhubungan dengantugas (Job Relevant Information) sebagaiinformasi yang memfasilitasi pembuatan

keputusan manajerial. Penggunaan infor-masi yang berhubungan dengan tugas (JRI)akan membantu bawahan dalam me-ningkatkan pilihan tindakan manajemenmenjadi lebih baik (Yusfaningrum danGhozali, 2005). Kren (1992) mendefinisikanjob relevant information sebagai informasiyang tersedia bagi manajer untuk me-ningkatkan efektifitas keputusan yang ber-kaitan dengan tugas dan membantu mana-jer dalam memilih tindakan terbaik melaluiinformed effort yang lebih baik.

DesentralisasiDesentralisasi dalam organisasi ber-

kaitan erat dengan struktur organisasi yangmemberikan gambaran mengenai kekuasa-an dalam suatu organisasi. Struktur organi-sasi memiliki peranan dalam mempe-ngaruhi kinerja (efisiensi dan efektifitas)pada tingkat organisasi maupun tingkat subunit karena adanya desentralisasi, kualitaspengambilan keputusan menjadi lebih baikdibandingkan sentralisasi, sebab para mana-jer lebih memahami kondisi unit yangdipimpinnya (Govindarajan dan Anthony,2007). Dengan struktur desentralisasi makaakan memberikan rasa tangungjawab yanglebih besar kepada para manajer dalamkegiatan perencanaan dan pengendalian,sehingga mereka membutuhkan kewenang-an yang lebih besar bila dibandingkandengan struktur sentralisasi.

Hubungan Partisipasi Penyusunan Ang-garan dan Kinerja Manajerial

Pendekatan yang digunakan dalampenelitian ini yaitu pendekatan partisipasi,yang mana pendekatan ini memungkinkanpara manajer yang akan bertanggungjawabatas kinerja anggaran, untuk berpartisipasidalam pengembangan anggaran dan me-nentukan besarnya anggaran. Program ang-garan akan lebih berhasil jika bawahandilibatkan atau diperkenankan bertanggungjawab mengendalikan biaya dan menyusunanggaran untuk area pertanggungjawaban-nya masing-masing.

Page 38: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

224 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 219 – 241

Setiap anggaran yang akan digunakandi periode mendatang didasarkan ataskinerja masa lalu yang berisi rencana strate-gis dalam pengambilan keputusan (McGill,2001). Anggaran partisipatif selain diguna-kan sebagai pendekatan manajerial jugadapat digunakan untuk menilai seberapajauh pencapaian kinerja seseorang. Ang-garan partisipatif dapat dinilai sebagaipendekatan manajerial yang dapat me-ningkatkan kinerja setiap anggota organi-sasi sebagai individual karena denganadanya partisipasi dalam penyusunan ang-garan diharapkan setiap individu mampumeningkatkan kinerjanya sesuai dengantarget yang telah ditetapkan sebelumnya(Sardjito dan Muthaher, 2007). Adapundampak positif dari adanya partisipasibawahan terhadap motivasi manajerial(Anthony dan Govindarajan, 2007) yaitu: 1)Kemungkinan ada penerimaan yang lebihbesar atas cita-cita anggaran jika anggarandipandang berada dalam kendali pribadimanajer, dibandingkan bila dipaksakansecara eksternal. Hal ini mengarah kepadakomitmen pribadi yang lebih besar untukmencapai cita-cita tersebut. 2) Hasil pe-nyusunan anggaran partisipatif adalah per-tukaran informasi yang efektif. Besar ang-garan yang telah disetujui merupakan hasildari keahlian dan pengetahuan pribadi daripembuat anggaran, yang paling dekatdengan lingkungan produk/pasar.

Indarto dan Ayu (2011) membuktikanbahwa hubungan partisipasi anggaran ter-hadap kinerja manjerial positif signifikan.Hal ini sesuai dengan keadaan yang terjadipada perusahaan besar di Jawa Tengahyang menerapkan manajer tingkat meneng-ah (manajer fungsional) turut berperan aktifdalam penyusunan anggaran untuk me-ningkatkan kinerja manajerialnya. Selanjut-nya penelitian yang dilakukan oleh Rosidi(2000) menemukan bahwa variabel partisi-pasi, komitmen dan job relevant informationsecara bersama-sama berpengaruh secarapositif dan signifikan terhadap prestasikerja yang mana menjelaskan bahwa kuat-nya hubungan antara partisipasi dan pres-

tasi karena adanya pengaruh tidak lang-sung yang positif dari commitment dan jobrelevant information. Hasil yang sama jugadibuktikan dengan penelitian Chong danChong (2002) yang menunjukkan bahwapartisipasi penyusunan anggaran mem-pengaruhi komitmen bawahan terhadaptujuan anggaran. Adanya pengaruh komit-men terhadap tujuan anggaran secarasimultan akan menggerakkan pengaruhinformasi kepada tingginya keterlibatan dirimanajer tingkat bawah sehingga merekaakan meningkatkan usaha untuk me-ngumpulkan, menukarkan dan mengguna-kan JRI yang pada akhirnya akan me-ningkatkan kinerja mereka. Coryanata(2004) membuktikan bahwa hubungan anta-ra partisipasi dalam penyusunan anggarandan kinerja manajerial positif dan signifikanhanya pada pelimpahan wewenang yangterdesentralisasi serta interaksi komitmenorganisasi yang tinggi. Selanjutnya Peneliti-an Yusfaningrum dan Ghozali (2005) me-nemukan bahwa partisipasi anggaran ber-pengaruh positif dan signifikan terhadapkinerja manajerial. Nor (2007) membuktikanbahwa partisipasi penyusunan anggaranberpengaruh positif signifikan terhadapkinerja manajerial, hal ini menunjukkanbahwa jika partisipasi dalam penyusunananggaran tinggi maka kinerja manajerialakan meningkat. Penelitian Rihardjo (2009)membuktikan bahwa penganggaran partisi-patif secara signifikan berpengaruh ter-hadap kinerja manajerial pada organisasipemerintah daerah. Kren (1992) membukti-kan bahwa partisipasi anggaran mem-punyai hubungan positif dengan kinerjamanajerial melalui job relevant information.Selanjutnya penelitian yang dilakukan olehGul et al., (1995) membuktikan bahwaorganisasi dengan tingkat desentralisasiyang tinggi menunjukkan hubungan yangpositif antara partisipasi anggaran dankinerja manajerial dan pada tingkatnyayang rendah hubungannya adalah negatif.

Akan tetapi hasil penelitian Adi (2006)membuktikan bahwa hubungan partisipasianggaran terhadap kinerja negatif, artinya

Page 39: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Job Relevant Information Desentralization And Budgeting Participation... – Tapatfeto 225

bahwa proses penyusunan anggaran dipemerintah daerah di dinas pemerintahanKota Surabaya dan Pemerintah KabupatenSidoarjo disusun oleh para kepala dinas dankabag, hal ini disebabkan karena tidakadanya faktor internal dan eksternal dalammelibatkan kasubsi dan staf untuk me-nentukan dan menetapkan isi anggaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, makahipotesis yang dapat diajukan untuk meng-uji partisipasi penyusunan anggaran adalah:H1 : Partisipasi penyusunan anggaran ber-

pengaruh positif terhadap kinerjamanajerial.

Hubungan Partisipasi dalam PenyusunanAnggaran dan Job Relevant Information

Partisipasi dalam penyusunan anggar-an mampu mengurangi ketimpangan infor-masi, dimana informasi yang dibutuhkanmanajer adalah informasi yang relevandengan bidang pekerjaaannya. Penggunaaninformasi yang berhubungan dengan tugas(JRI) tentunya akan membantu bawahan/pelaksana anggaran dalam meningkatkanpilihan tindakan manajemen yang lebihbaik. Dengan Job Relevant Information tentu-nya mampu memberikan pemahaman yanglebih baik kepada manajer mengenai alter-natif keputusan dan tindakan yang perludiambil dalam proses penyusunan anggar-an guna pencapaian tujuan (Kren, 1992).

Rosidi (2000) menguji partisipasi da-lam penganggaran dan prestasi manajer:pengaruh komitmen organisasi dan infor-masi job-relevant. Sampel penelitian ini di-lakukan kepada para manajer di perusaha-an go public yang terdaftar pada BEJ danBES (Indonesian Capital Market Directory).Hasil penelitiannya membuktikan bahwavariabel partisipasi dan job relevant infor-mation secara bersama-sama berpengaruhsecara positif dan signifikan terhadap pres-tasi kerja yang mana menjelaskan bahwakuatnya hubungan antara partisipasi danprestasi karena adanya pengaruh tidaklangsung yang positif dari job relevantinformation. Chong dan Chong (2002) meng-uji peran komitmen tujuan anggaran dan job

relevant information (JRI) diantara hubunganpartisipasi anggaran terhadap kinerjamanajerial. Sampel yang diambil secaraacak dari perusahaan manufaktur diAustralia. Hasil Pengujian membuktikanbahwa partisipasi penyusunan anggaranmempengaruhi komitmen bawahan ter-hadap tujuan anggaran. Adanya pengaruhkomitmen terhadap tujuan anggaran secarasimultan akan menggerakkan pengaruhinformasi kepada tingginya keterlibatan dirimanajer tingkat bawah sehingga merekaakan meningkatkan usaha untuk me-ngumpulkan, menukarkan dan mengguna-kan Job Relevant Information yang padaakhirnya akan meningkatkan kinerja me-reka. Yusfaningrum dan Ghozali (2005)menguji pengaruh partisipasi anggaran ter-hadap kinerja manajerial melalui komitmentujuan anggaran dan Job Relevant Informationsebagai variabel intervening. Penelitiannyaberhasil membuktikan bahwa partisipasiberpengaruh positif dan signifikan terhadapjob relevant information artinya bahwa dalamproses partisipasi, bawahan diberi ke-sempatan untuk memberikan masukan be-rupa informasi yang dimilikinya kepadaatasan sehingga atasan akan memperolehpemahaman yang lebih baik tentangpengetahuan yang relevan dengan tugas(task relevant knowledge). Indarto dan Ayu(2011) menguji pengaruh partisipasi dalampenyusunan anggaran terhadap kinerjamanajerial perusahaan melalui kecukupananggaran, komitmen organisasi, komitmentujuan anggaran, dan Job Relevant Infor-mation. Hasil pengujian membuktikan bah-wa partisipasi anggaran secara signifikanberhubungan dengan Job Relevant Infor-mation dan Job Relevant Information secarasignifikan berhubungan dengan kinerjamanajerial sehingga dapat dikatakan pe-nelitian ini mendukung hipotesis alternatif(Ha) diterima. Kren (1992) menguji partisi-pasi anggaran dan kinerja manajerial: dam-pak informasi dan volatilitas lingkungan.Sampel Penelitian dilakukan kepada paramanajer divisi dari 96 perusahaan manu-faktur yang tercatat dalam Fortune 500.

Page 40: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

226 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 219 – 241

Hasil penelitiannya membuktikan bahwaPartisipasi anggaran mempunyai hubunganpositif dengan kinerja manajerial melalui jobrelevant information, artinya bahwa partisi-pasi anggaran tidak berhubungan secaralangsung dengan kinerja manajerial akantetapi melalui JRI.

Untuk meneliti hubungan antarapartisipasi penyusunan anggaran dan jobrelevant information diturunkan hipotesissebagai berikut:H2 : Partisipasi penyusunan anggaran

berpengaruh positif terhadap jobrelevant information.

Hubungan Job Relevant Information danKinerja Manajerial

Tersedianya informasi yang ber-hubungan dengan tugas akan meningkat-kan perencanaan untuk mencapai tujuanyang ditetapkan, yang pada akhirnya akanmeningkatkan kinerja manajer. Partisipasimanajer dalam penyusunan anggaran akanmeningkatkan usaha manajer untuk mem-prediksi lingkungan dan mengarahkan per-hatian manajer pada keputusan dan peri-laku yang diperlukan di masa yang akandatang (Indarto dan Ayu, 2011). Job RelevantInformation dapat meningkatkan kinerjakarena memberikan prediksi yang lebihakurat mengenai kondisi lingkungan danmemberikan seleksi yng efektif untuk me-lakukan tindakan terbaik. Job Relevant Infor-mation sangat dibutuhkan untuk mengambillangkah strategis dalam pencapaian tujuanyang telah ditetapkan (Kren,1992).

Rosidi (2000) menguji partisipasi da-lam penganggaran dan prestasi manajer:pengaruh komitmen organisasi dan infor-masi Job-Relevant. Hasil penelitiannya mem-buktikan bahwa variabel partisipasi, jobrelevant information secara bersama-samaberpengaruh secara positif dan signifikanterhadap prestasi kerja yang mana men-jelaskan bahwa kuatnya hubungan antarapartisipasi dan prestasi karena adanyapengaruh tidak langsung yang positif darijob relevant information. Chong dan Chong(2002) menguji peran komitmen tujuan ang-

garan dan job relevant information (JRI)diantara hubungan partisipasi anggaranterhadap kinerja manajerial. Sampel dilaku-kan pada manajer level menengah, yangdiambil secara acak dari perusahaan manu-faktur di Australia. Hasil penelitiannyamembuktikan bahwa JRI dan kinerjamanajerial berhubungan positif dan signi-fikan (path coefficient = 0,26, p<0,05), hal inimenunjukkan bahwa ketika para karyawanmenjalankan tujuan-tujuan anggaran makamereka akan meningkatkan usaha untukmengumpulkan dan menggunakan job rele-vant information yang akan memfasilitasiproses pembuatan keputusan sehingga tuju-an anggaran bisa tercapai. Indarto dan Ayu(2011), menguji pengaruh partisipasi dalampenyusunan anggaran terhadap kinerjamanajerial perusahaan melalui kecukupananggaran, komitmen organisasi, komitmentujuan anggaran, dan Job Relevant Infor-mation. Hasil pengujian menunjukkan bah-wa partisipasi anggaran secara signifikanberhubungan dengan Job Relevant Infor-mation dan Job Relevant Information secarasignifikan berhubungan dengan kinerjamanajerial sehingga dapat dikatakan pe-nelitian ini mendukung hipotesis alternatif(Ha) diterima.

Akan tetapi penelitian Yusfaningrumdan Ghozali (2005) yang menguji partisipasiterhadap kinerja melalui job relevant infor-mation, membuktikan bahwa partisipasi me-miliki hubungan positif signifikan terhadapJRI namun JRI memiliki hubungan positiftidak signifikan terhadap kinerja.

Untuk meneliti hubungan antara jobrelevant information dan kinerja manajerialdisusun hipotesis 3, yaitu:H3 : Job relevant information berpe-

ngaruh secara positif terhadap kinerjamanajerial.

Hubungan Desentralisasi dan KinerjaManajerial

Desentralisasi dapat dikatakan sebagaibentuk penyebaran atau pelimpahan secarameluas mengenai kekuasaan dalam mem-buat keputusan bagi tingkatan-tingkatan

Page 41: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Job Relevant Information Desentralization And Budgeting Participation... – Tapatfeto 227

manajer yang lebih rendah. Dimana struk-tur sentralisasi yang tinggi, sebagian ke-putusan diambil pada tingkat hirarkiorganisasi yang tertinggi, dan apabila se-bagian otorisasi didelegasikan pada levelyang rendah dalam organisasi, makaorganisasi tersebut lebih desentralisasi.

Struktur organisasi desentralisasi se-cara umum ditujukan guna pengambilankeputusan yang terjadi dalam suatu organi-sasi. Struktur organisasi yang bersifat de-sentralisasi memberikan gambaran bahwapimpinan puncak mendelegasikan we-wenang dan pertanggungjawaban padabawahannya dan bawahan tersebut diberikekuasaan atau wewenang untuk membuatberbagai macam keputusan (Riyadi, 2007).Dengan adanya pembagian kekuasaan yangterdesentralisasi, maka para manajer me-miliki kesempatan untuk berpartisipasi se-cara aktif dalam proses penyusunan ang-garan yang pada akhirnya akan memberi-kan dukungan motivasi kepada bawahanuntuk meningkatkan kinerjanya.

Rihardjo (2009), menguji pengaruh de-sentralisasi dan komitmen organisasionalterhadap hubungan antara penganggaranpartisipatif dan kinerja manajerial. Sampelpenelitian dilakukan kepada kepala SatuanKerja Perangkat Daerah sampai 2 tingkatdibawah kepala SKPD yang menjadi pesertaworkshop nasional pengelolaan keuangandaerah. Hasil Penelitian membuktikan bah-wa interaksi antara penganggaran partisi-patif dan struktur organisasi desentralisasisecara signifikan mempengaruhi kinerjamanajerial. Gul et al. (1995) dalam pe-nelitiannya membuktikan bahwa interaksiantara partisipasi penyusunan anggarandengan pelimpahan wewenang yang ter-desentralisasi secara positif signifikan mem-pengaruhi kinerja manajerial. Hal ini me-nunjukan bahwa semakin tinggi tingkatdesentralisasi yang diberikan pada manajerdalam berpartisipasi pada proses penyusun-an anggaran akan mengakibatkan kinerjamanajerial yang semakin tinggi pula.Coryanata (2004), menguji pelimpahan we-wenang dan komitmen organisasi dalam

hubungan antara partisipasi penyusunananggaran dan kinerja manajerial. Hasil pe-nelitiannya membuktikan bahwa hubunganantara partisipasi dalam penyusunan ang-garan dan kinerja manajerial positif dansignifikan hanya pada pelimpahan we-wenang yang terdesentralisasi serta inter-aksi komitmen organisasi yang tinggi.Riyadi (2007) menguji pengaruh desentrali-sasi, motivasi dan partisipasi anggaran ter-hadap kinerja manajerial. Hasil penelitian-nya membuktikan bahwa 1) desentralisasimemiliki pengaruh yang positif terhadappartisipasi anggaran, yang mana dengansemakin tinggi tingkat desentralisasi dalampengambilan keputusan yang diberikankepada manajer, maka semakin tinggi pulapartisipasi manajer dalam keterlibatan pe-nyusunan anggaran. 2) secara signifikan de-sentralisasi mempengaruhi kinerja manajerial dengan tingkat signifikansi sebesar 5%,koefisien jalur dari pengaruh tersebutsebesar 0,204 dengan nilai probability sebesar0,035. Hasil ini menunjukkan bahwa se-makin tinggi tingkat desentralisasi yangdiberikan pimpinan kepada bawahan ataumanajer, maka semakin tinggi pula kinerjamanajerial yang diperoleh manajer tersebut.Hal ini berarti bahwa pembagian kekuasaanyang terdesentralisasi mendorong paramanajer/bawahan untuk berpartisipasi ak-tif dalam penyusunan anggaran. Adi (2006)menguji pengaruh partisipasi penyusunananggaran terhadap kinerja pemimpin de-ngan desentralisasi dan dukungan organi-sasi sebagai variabel moderating. Hasil pe-nelitian membuktikan bahwa pengaruhpartisipasi anggaran setelah berinteraksidengan desentralisasi ditunjukkan dengankoefisien negatif -72,375 dan tidak signi-fikan 0,092, hal ini membuktikan bahwapengaruh partisipasi dalam penyusunananggaran tetap tidak mendukung walaupunpada pelimpahan wewenang yang ter-desentralisasi dalam mempengaruhi kinerjapemimpin dengan baik. Nor (2007), mengujidesentralisasi dan gaya kepemimpinan se-bagai variabel moderating dalam hubunganantara partisipasi penyusunan anggaran

Page 42: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

228 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 219 – 241

dan kinerja manajerial. Hasil penelitian initidak memperoleh dukungan yang signi-fikan terhadap hipotesis yang menyatakanbahwa semakin tinggi tingkat kesesuaianantara partisipasi dalam penyusunan ang-garan dengan desentralisasi, maka semakintinggi kinerja manajerial. Kondisi ini di-sebabkan oleh adanya faktor seperti struk-tur organisasi yang masih terpusat (sentra-listis), dimana para manajer level bawahtidak didelegasikan untuk membuat ke-bijakan secara independen karena manajerlevel atas berasumsi bahwa tanggungjawabakhir atas tugas yang dilakukan oleh para

manajemen level bawah juga merupakantanggungjawabnya.

Berdasarkan bukti-bukti empiris yangdikemukakan diatas, maka rumusan hipo-tesis yang dikembangkan dalam penelitianini adalah sebagai berikut:H4 : Desentralisasi memoderasi pengaruh

Partisipasi penyusunan anggaranterhadap kinerja Manajerial secarapositif

Hubungan antar variabel tersebutdapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1Rerangka Konseptual

Sumber : Analisis Penulis

METODE PENELITIANPendekatan penelitian ini adalah

positivistik. Dalam penelitian ini metodeyang digunakan adalah metode penelitiansurvey. Jenis penelitian ini adalah deskriptifverifikatif (causal) yang bertujuan untukmenjelaskan aspek-aspek yang relevan de-ngan fenomena yang diamati dan untukmengetahui hubungan kausalitas antarvariabel melalui suatu pengujian hipotesis.Lokasi penelitian yaitu pada perusahaanmanufaktur yang ada di wilayah JawaTimur berdasarkan data dari Badan PusatStatistik tahun 2013.

Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh perusahaan dalam berbagai indus-tri di Jawa Timur pada tahun 2013 yangjumlahnya sebanyak 6288 buah, disajikanpada Tabel 1.

Statistik tahun 2013Sampel dalam penelitian ini ditetapkan

dengan menggunakan rumus dari Slovin(Riduwan dan Kuncoro, 2012) sbb:= . = 6288(6288 0.1 ) + 1= 99,8 = 100 ( )

Job RelevantInformation (JRI)

KinerjaManajerial (KM)

PartisipasiAnggaran

(PA)

Desentralisasi(DS)

H1

H4

H3H2

Page 43: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Job Relevant Information Desentralization And Budgeting Participation... – Tapatfeto 229

Tabel 1Data Populasi Perusahaan Manufaktur berskala sedang dan besar di Jawa Timur

Tahun 2013

No. Jenis Industri Jumlah1 Industri makanan 1.6302 Industri minuman 233 Industri pengolahan tembakau 5594 Industri tekstil 4765 Industri pakaian jadi 5386 Industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki 3377 Idustri kayu, barang dari kayu, gabus dan barang anyaman dari

rotan, bambu, dan sejenisnya353

8 Industri kertas dan barang dari kertas 1529 Industri percetakan dan reproduksi media rekaman 10210 Industri produk dari batubara dan penggilingan minyak bumi 1911 Industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia 20212 Industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional 6413 Industri karet, barang dari karet dan plastik 42914 Industri barang galian bukan logam 33415 Industri logam dasar 9116 Industri barang logam bukan mesin dan peralatannya 20717 Industri komputer, barang elektronik, dan opteik 2718 Industri peralatan listrik 6619 Industri mesin dan perlengkapan 6920 Industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer 5821 Industri alat angkut lainnya 6222 Industri furnitur 41023 Industri pengolahan lainnya 20924 Iasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan 2125 Industri alat angkutan, selain kendaraan bermotor roda empat atau

lebih1

26 Industri pengolahan lainnya 627 Industri daur ulang 23

Total 6.228Sumber: data diolah dari Badan Pusat

Berdasarkan rumus slovin diatas, makabanyaknya sampel yang akan digunakandalam penelitian ini sebanyak 100 respon-den. Metode pengambilan sampel non-probabilitas ini dilakukan dengan metodepurposive sampling. Purposive sampling me-rupakan pemilihan sampel yang sesuaidengan tujuan penelitian. Responden yangdiharapkan dalam penelitian ini adalahseluruh manajer yang terlibat dalam prosespenyusunan anggaran termasuk didalam-

nya adalah manajer level satu sampai levelempat dibawah direktur utama.

Penelitian ini, menggunakan datasekunder dan data primer. Data sekunderdiperoleh dari Badan Pusat Statistik JawaTimur tahun 2013 sedangkan data primermerupakan data yang langsung diperolehdari subjek yaitu berupa persepsi manajer.Instrumen yang digunakan dalam peneliti-an ini yaitu berupa kuesioner.

Page 44: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

230 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 219 – 241

Operasional VariabelPartisipasi Anggaran (PA), Partisipasi

anggaran berhubungan dengan keterlibatanmanajer untuk ikut serta dalam menentu-kan tujuan yang hendak dicapai oleh per-usahaan, diwujudkan dalam bentuk pe-rencanaan aktivitas unit organisasi dalampenyusunan anggaran. Partisipasi pe-nyusunan anggaran diukur dengan meng-gunakan instrumen Chong dan Chong(2002). Indikator yang digunakan antaralain: Keterlibatan, Ide, Usulan, Kontribusi,Revisi Anggaran.

Job Relevant Information (JRI) sebagaivariabel intervening berhubungan dengankemampuan untuk menerima informasiyang relevan dengan bidang pekerjaan/tugas yang diberikan atasan, sehingga dapatdigunakan untuk pengambilan keputusanyang efektif dan mampu mengevaluasialternatif-alternatif keputusan penting. JRIdiukur menggunakan instrumen Kren(1992). Indikator yang digunakan antaralain: Pemahaman, Kecukupan Informasi,Informasi Strategis, Kejelasan Informasi,Kemampuan mendapat Informasi, Menge-tahui lingkungan eksternal perusahaan.

Desentralisasi (DS), sebagai variabelmoderating merupakan penyebaran pe-limpahan wewenang/kekuasaan secara me-luas didalam membuat keputusan olehtingkatan manajer yang lebih rendah. De-sentralisasi diukur menggunakan instrumenGul et al. (1995). Indikator yang digunakanantara lain: Jalur komunikasi, Proses siste-matis, Pelimpahan wewenang dalam peng-ambilan keputusan, Pengembangan kerjasama tim, Pelatihan dan pengembanganstaff, Pengalokasian sumber dana, Staff:Promosi dan mutasi.

Kinerja Manajerial (KM), Kinerja ber-hubungan dengan pencapaian tujuan ang-garan dengan mempertimbangkan sisi moti-vasi untuk mencapainya. Kinerja diukurdengan menggunakan instrumen Kren(1992). Indikator yang digunakan antaralain: Perencanaan, Investigasi, Peng-koordinasian, Evaluasi, Pengawasan, Pe-

milihan Staff, Negosiasi, Perwakilan, Ting-kat Kinerja.

Analisis DataUji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas dan reliabilitasyang dilakukan dalam penelitian ini meng-gunakan SPSS. Pengujian ini dimaksudkanuntuk menambah keyakinan peneliti ter-hadap penggunaan instrumen yang telahdigunakan oleh peneliti terdahulu dan telahdimodifikasi sesuai dengan kebutuhan padapenelitian ini. Pengujian terhadap variabelpenelitian ini menggunakan model Analysispath dan Moderating Regression Analysis.

Uji Normalitas DataUji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel ter-ikat dan variabel bebas keduanya mem-punyai distribusi data normal ataukah tidak(Ghozali, 2011). Model regresi yang baikadalah memiliki distribusi data normal ataumendekati normal.

Teknik Pengujian HipotesisHipotesis 1 sampai dengan hipotesis 3

diuji dengan menggunakan model analisisjalur (Analysis path), dengan bentuk per-samaannya sebagai berikut:KM = PA + JRI + e2 …………………………………....(1)JRI = PA + e1 ………………………………(2)

Sedangkan hipotesis 4 (H4) diujimenggunakan MRA (Moderating RegressionAnalysis), dengan bentuk persamaannyasebagai berikut:KM = PA + DS + PA*DS + e3 ……...….(3)Keterangan:KM = Kinerja ManajerialPA = Partisipasi Penyusunan AnggaranJRI = Job Relevant InformationDS = DesentralisasiPA*DS = Interaksi Penyusunan Anggaran

dan Desentralisasi = Koefisien MRA = Koefisien Pathe1 – e3 = Residual yang distandarisasi

Page 45: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Job Relevant Information Desentralization And Budgeting Participation... – Tapatfeto 231

Kriteria Pengujian hipotesis 1-4 adalahsebagai berikut:a) Hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 3

menggunakan koefisien , H0 diterimajika nilai t hitung < t tabel atau nilai pvalue > 0,05, dan Ha diterima jika nilai thitung > t tabel atau nilai p value < 0,05.

b) Hipotesis 4 menggunakan koefisien , H0

diterima jika nilai t hitung < t tabel ataunilai p value > 0,05 dan Ha diterimajika > 0 dan nilai t hitung > t tabel ataunilai p value < 0,05.

ANALISIS DAN PEMBAHASANProses Pengambilan Data di Lapangan

Penyebaran kuesioner ini dilakukandengan 2 cara yaitu mengantar langsung keperusahaan dan menggunakan jasa pe-ngiriman pos (mail survey). Kuesioner yangdikirim melalui pos sejumlah 360 set dan

yang diantarkan langsung sejumlah 40 set(Total 400set), Jumlah kuesioner yang kem-bali 107set dan dari jumlah tersebut ada 16responden yang mengisi data secara tidaklengkap serta respondennya tidak sesuaidengan kriteria yang ditetapkan peneliti,sehingga kuesioner yang dapat digunakanuntuk dianalisis adalah sebanyak 91 respon-den.

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwajumlah dan jabatan responden yang terlibatdalam proses penyusunan anggaran padaperusahaan manufaktur di Jawa Timuryaitu terdiri dari 54,9% middle manager,lower manager 38,5 %, Lainnya 5,5% dan1,1% adalah top manager. Hal ini meng-indikasikan bahwa perusahaan sudah me-libatkan manajer tingkat bawah di dalampenyusunan anggaran namun keterlibatan-nya belum secara merata.

Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 2Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan

No. Jabatan Frekuensi Prosentasi (%)1 Top Management 1 1,12 Middle Management 50 54,93 Lower Management 35 38,54 Lainnya (sub bagaian) 5 5,5

Total 91 100%Sumber : Data Olahan Penulis dari SPSS

Tabel 3Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)1 SMU 6 6,62 D3 28 30,83 S-1 47 51,64 S-2 10 11,05 S-3 0 0

Total 91 100%Sumber : Data Olahan Penulis dari SPSS

Page 46: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

232 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 219 – 241

Pada Tabel 3 diatas terlihat bahwakarakteristik responden berdasarkan pen-didikan sebagian besar adalah tenaga kerjaberpendidikan tinggi, dimana sebesar 51,6%adalah sarjana S-1, 30,8% adalah Diploma,11,0% adalah S-2. Hal ini menunjukkanbahwa tingkat pendidikan responden sa-ngat penting untuk menduduki jabatan se-bagai top manager, middle manager, lowermanager, Lainnya (sub bagian) didalamorganisasi perusahaan.

Uji Validitas dan RealibilitasHasil uji validitas dan realibilitas

instrumen variabel Partisipasi, JRI, De-sentralisasi dan Kinerja Manajerial memilikihasil uji signifikan korelasi (r) lebih besardari r tabel = 0,2605, dan memiliki koefisiencronbach alpha 0.797 lebih dari 0,60 sehinggasemua variabel pada tiap item pertanyaandikatakan valid dan reliable untuk dapat

digunakan dalam pengolahan data se-lanjutnya.

Uji NormalitasHasil pengujian uji normalitas terlihat

pada kolom Kolmogorov-smirnov dapatdilihat pada tabel 4.

Hasil pengujian uji normalitas padatabel 4 terlihat bahwa nilai signifikanPartisipasi = 0,068, JRI = 0,062, Desentrali-sasi = 0,083 dan Kinerja = 0,085. Karenasignifikansi untuk seluruh variabel lebihbesar dari 0,05 maka dapat disimpulkanbahwa data berdistribusi normal.

Analisis Pengaruh Partisipasi terhadapKinerja Manajerial

Hasil analisis regresi antara Partisipasianggaran terhadap Kinerja Manajerial di-sajikan pada tabel 5.

Tabel 4Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova

Statistik df SigPartisipasi 0,112 91 0,068JRI 0,152 91 0,062Desentralisai 0,119 91 0,083Kinerja 0,097 91 0,085

Sumber: (data) diolah Penulis dari SPSS

Tabel 5Pengujian Model Hipotesis 1

Variabel Koefisien Nilai t Nilai pIndependen PathPartisipasi(PA) 0,376 3,782 0,000Variabel dependen : Kinerja Manajerial (KM)R square : 0,444Koefisien korelasi (rKMPA) : 0,595

Sumber : Data Olahan Penulis (SPSS)

Hasil pengujian empiris pada hipotesispertama membuktikan bahwa partisipasipenyusunan anggaran berpengaruh positifsignifikan terhadap kinerja manajerial. Hal

ini terlihat dari hasil analisis diperolehkoefisien path sebesar 0,376, secara statistikvariabel ini berpengaruh signifikan dengannilai t-hitung sebesar 3,782 serta didukung

Page 47: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Job Relevant Information Desentralization And Budgeting Participation... – Tapatfeto 233

dengan p value sebesar 0,000 < 0,05 artinyabahwa Ho ditolak dan H1 diterima, buktiempiris ini menyatakan bahwa tingginyapartisipasi dari manajer tingkat bawahdalam penyusunan anggaran akan me-ningkatkan kinerja manajerial. Besarnya Rsquare adalah 0,444 yang mengindikasikanbahwa kontribusi variabel partisipasi danJRI terhadap kinerja manajerial sebesar44,4% dan sisanya sebesar 55,6% di-pengaruhi oleh faktor lain diluar modelpenelitian ini.

Hasil temuan ini konsisten denganpenelitian Yusfaningrum dan Ghozali (2005)yang memasukkan variabel komitmen tuju-an anggaran dan JRI sebagai variabel inter-vening untuk menguji hubungan partisipasianggaran dan kinerja manajerial, hasil pe-nelitiannya membuktikan bahwa partisipasianggaran berpengaruh positif dan signi-fikan terhadap kinerja manajerial. Penelitianini sejalan dengan penelitian Kren (1992),Gul et al (1995), Rosidi (2000), Chong danChong (2002), Coryanata (2004), Nor (2007),Rihardjo (2009) serta Indarto dan Ayu (2011)yang membuktikan bahwa partisipasi ang-garan secara positif signifikan memilikihubungan dengan kinerja manajerial secaralangsung.

Melalui penyusunan anggaran secarapartisipatif pada perusahaan manufaktur,maka kinerja para manajer tingkat bawahakan semakin tinggi dengan dasar pemikir-an bahwa ketika rancangan anggaran secarapartisipatif dapat terlaksana, maka karya-wan akan menginternalisasikan tujuan ataustandar yang sudah ditetapkan dan secaraindividu memiliki rasa tanggungjawabuntuk mencapai tujuan tersebut karenamereka merasa sudah ikut serta dan terlibatdalam penyusunan anggaran. Internalisasitujuan organisasi memiliki peranan pentingdidalam meningkatkan efektifitas organisasidengan mengurangi terjadinya konflikkepentingan antara tujuan pribadi dantujuan organisasi perusahaan. Partisipasimemunculkan rasa percaya diri yang tinggidari seorang manajer tingkat bawah sebagai

bentuk motivasi dalam diri untuk memberi-kan ide/gagasan anggaran, usulan anggar-an, kontribusi anggaran, merevisi anggaran,sehingga keterlibatannya dalam penyusun-an anggaran akan meningkatkan rasa tang-gungjawab dalam mewujudkan sasarananggaran dan meningkatkan kinerja mana-jerial yang meliputi perencanaan, investi-gasi, pengkoordinasian, evaluasi, pe-ngawasan, pemilihan staff, negosiasi, per-wakilan dan kinerjanya secara keseluruhan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa pro-gram anggaran pada perusahaan manu-faktur di Jawa Timur akan jauh lebih ber-hasil jika bawahan dilibatkan atau diper-kenankan bertanggung jawab mengendali-kan biaya dan menyusun anggaran untukmasing-masing area pertanggungjawaban.

Hasil temuan penelitian ini tidak men-dukung penelitian yang dilakukan Adi(2006) yang telah membuktikan bahwapartisipasi tidak mempunyai pengaruhlangsung terhadap kinerja manajer, hal inidisebabkan karena adanya pengaruh darivariabel-variabel lain.

Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaranterhadap Job Relevant Information

Hasil analisis regresi antara partisipasipenyusunan anggaran terhadap Job relevantinformation disajikan pada tabel 6.

Hasil pengujian empiris pada hipotesiskedua yang membuktikan bahwa partisi-pasi penyusunan anggaran berpengaruhpositif signifikan terhadap job relevant infor-mation sebagai variabel intervening. Hal initerlihat dari hasil analisis diperoleh koefi-sien path sebesar 0,578, secara statistikvariabel ini berpengaruh signifikan dengannilai t-hitung sebesar 6,679 dan didukungdengan p value sebesar 0,000 < 0,05 artinyabahwa hipotesis Ho ditolak dan H1 di-terima.

Hal ini menunjukkan bahwa tingginyapartisipasi dalam penganggaran akan me-ningkatkan penggunaan job relevant infor-mation.

Page 48: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

234 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 219 – 241

Tabel 6Pengujian Model Hipotesis 2

Variabel Independen Koefisien Path Nilai t Nilai pPartisipasi (PA) 0,578 6,679 0,000Variabel dependen : JRIR square : 0,334Koefisien korelasi (rJRIPA) : 0,578

Sumber : Data Olahan Penulis (SPSS)

Besarnya R square adalah 0,334 yangmengindikasikan bahwa kontribusi variabelpartisipasi terhadap JRI sebesar 33,4% dansisanya sebesar 66,6% dipengaruhi olehfaktor lain diluar model penelitian ini.

Penelitian ini konsisten dengan pe-nelitian yang dilakukan Indarto dan Ayu(2011) yang menguji pengaruh partisipasidalam penyusunan anggaran terhadapkinerja manajerial perusahaan melalui ke-cukupan anggaran, komitmen organisasi,komitmen tujuan anggaran, dan Job RelevantInformation. Hasil pengujian menunjukkanbahwa partisipasi anggaran secara signi-fikan berhubungan dengan kecukupan ang-garan, komitmen organisasi, komitmentujuan anggaran dan Job Relevant Informationsehingga dapat dikatakan bahwa penelitianini mendukung hipotesis alternatif (Ha)diterima. Yusfaningrum dan Ghozali (2005)yang menganalisis pengaruh partisipasianggaran terhadap kinerja manajerial me-lalui komitmen tujuan anggaran dan JobRelevant Information sebagai variabel inter-vening, penelitiannya berhasil membuktikanbahwa partisipasi berpengaruh positif dansignifikan terhadap job relevant information.Dalam proses partisipasi, bawahan diberikesempatan untuk memberikan masukanberupa informasi yang dimilikinya kepadaatasan sehingga atasan akan memperolehpemahaman yang lebih baik tentang penge-tahuan yang relevan dengan tugas (taskrelevant knowledge). Penelitian ini jugadidukung oleh penelitian Kren (1992) yangmenunjukkan bahwa job relevant informationberfungsi sebagai variabel interveningantara partisipasi anggaran dan kinerja

manajerial. Dari hasil penelitian Kren (1992)memberikan bukti bahwa partisipasi ber-hubungan positif dengan JRI, dengan di-perolehnya JRI maka kinerja manajerialakan meningkat. Rosidi (2000), Marsudi danGhozali (2001), Chong dan Chong (2002)berhasil membuktikan bahwa partisipasiberpengaruh positif dan signifikan terhadapjob relevant information. Partisipasi dapatdikatakan sebagai suatu proses pengambil-an keputusan secara bersama oleh duapihak atau lebih. Melalui proses partisipasi,bawahan mendapat kesempatan untukmemberikan masukan berupa informasikepada atasannya sehingga atasan memper-oleh pemahaman yang lebih baik tentangpengetahuan yang relevan dengan tugas.

Berdasarkan hasil penelitian ini makadapat dikatakan bahwa semakin tingginyaketerlibatan manajer tingkat bawah padaperusahaan manufaktur didalam penyusun-an anggaran dengan memberikan ide ang-garan, usulan anggaran, kontribusi anggar-an, merevisi anggaran pada masing-masingarea pertanggungjawaban menyebabkanpenggunaan job relevant information yangtinggi. Hal ini menunjukkan bahwa peng-gunaan partisipasi dalam penganggarandengan melibatkan manajer tingkat bawahakan meningkatkan penggunaan job relevantinformation karena melalui penyusunananggaran secara partisipatif memungkinkanbawahan untuk dapat saling bertukar infor-masi dengan atasan, sehingga dapat men-dukung terciptanya pemahaman yang lebihbaik mengenai proses penyusunan anggar-an yang relevan dengan tugas. Selain itudengan adanya partisipasi anggaran, me-

Page 49: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Job Relevant Information Desentralization And Budgeting Participation... – Tapatfeto 235

mungkinkan bawahan untuk mengemuka-kan kritiknya serta mencari informasi bagipenyelesaian tugas.

Analisis Pengaruh JRI terhadap KinerjaManajerial

Hasil analisis regresi Job relevant infor-mation terhadap Kinerja Manajerial disaji-kan pada tabel 7. Hasil pengujian empirispada hipotesis ketiga membuktikan bahwa

job relevant information berpengaruh positifsiginifikan terhadap kinerja manajerial.

Hal ini terlihat dari hasil analisisdiperoleh koefisien path sebesar 0,248,secara statistik variabel ini berpengaruhsignifikan dengan nilai t-hitung sebesar2,251 didukung dengan p value sebesar 0,027< 0,05, artinya bahwa hipotesis Ho ditolakdan H1 diterima.

Tabel 7Pengujian Model Hipotesis 3

Variabel Koefisien Nilai t Nilai pIndependen PathJRI 0,248 2,251 0,027Variabel dependen : Kinerja Manajerial (KM)R square : 0,444Koefisien korelasi (rKMJRI) : 0,564

Sumber : Data Olahan Penulis (SPSS

Hal ini menunjukkan bahwa semakintinggi penggunaan Job Relevant Informationakan meningkatkan kinerja manajerial.Besarnya R square adalah 0,444 yangmengindikasikan bahwa kontribusi variabelpartisipasi dan JRI terhadap kinerjamanajerial sebesar 44,4% dan sisanyasebesar 55,6% dipengaruhi oleh faktor laindiluar model penelitian ini.

Hasil temuan ini konsisten denganpenelitian yang dilakukan oleh Indarto danAyu (2011) yang menguji pengaruh partisi-pasi dalam penyusunan anggaran terhadapkinerja manajerial perusahaan melalui ke-cukupan anggaran, komitmen organisasi,komitmen tujuan anggaran, dan Job RelevantInformation yang membuktikan bahwa JobRelevant Information secara signifikan ber-hubungan dengan kinerja manajerial se-hingga dapat dikatakan penelitian inimendukung hipotesis alternatif (Ha) di-terima. Hal ini sesuai dengan keadaan yangterjadi pada perusahaan besar di JawaTengah yang menerapkan manajer tingkatmenengah (manajer fungsional) turut ber-peran aktif dalam penyusunan anggaran

untuk meningkatkan kinerja manajerialnyadengan memberikan kecukupan anggaran,komitmen organisasi, komitmen tujuananggaran, dan Job Relevant Information bagipara manajernya. Penelitian ini juga di-dukung oleh Kren (1992), Rosidi (2000),Marsudi dan Ghozali (2001), Chong danChong (2002) yang menemukan buktibahwa Job Relevant Information dan kinerjamanajerial berhubungan secara positif dansignifikan. Job relevant information ber-hubungan dengan penilaian seberapa luaskemampuan manajer untuk menerimainformasi yang dapat digunakan dalampengambilan keputusan yang efektif sertamengevaluasi alternatif-alternatif keputusanpenting.

Suatu keputusan dikatakan dapat me-ningkatkan kinerja manajer secara efektif,apabila dalam proses pengambilan keputus-an memiliki ketersediaan informasi yangcukup dan akurat. Bawahan biasanya me-miliki informasi yang lebih akurat me-ngenai faktor-faktor yang mempengaruhikinerja, daripada atasan mereka (Kren,1992). Tersedianya informasi yang ber-

Page 50: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

236 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 219 – 241

hubungan dengan tugas akan meningkat-kan perencanaan untuk mencapai tujuanyang ditetapkan, yang pada akhirnya akanmeningkatkan kinerja. Dengan penggunaanJob Relevant Information oleh manajer tingkatbawah pada perusahaan manufaktur makapara manajer akan memiliki pemahamanyang lebih baik dalam memilih alternatiftindakan yang diperlukan untuk peng-ambilan keputusan yang sesuai dengantujuan perusahaan. Tindakan yang tepatakan meningkatkan pencapaian hasil yanglebih baik sehingga akan meningkatkankinerja manajerial. Hal ini menunjukkanbahwa dengan adanya ketersediaan infor-masi yang cukup dan relevan dengan tugasbagi para manajer tingkat bawah didalammenyelesaikan pekerjaannya, maka dapatdikatakan bahwa pekerjaannya dapat ber-jalan dengan baik dan bahkan dapat me-ningkatkan pencapaian kinerja manajerialyang menyangkut perencanaan, Investigasi,pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan,pemilihan staf, negosiasi, perwakilan, ki-nerja secara keseluruhan.

Akan tetapi hasil penelitian ini tidakmendukung penelitian yang dilakukan olehYusfaningrum dan Ghozali (2005) yangmenemukan bahwa hubungan job relevantinformation dengan kinerja manajerial me-miliki hubungan positif tidak signifikan.Hal ini disebabkan karena adanya penerap-an dimensi budaya organisasi power distanceyang lebar dimana para atasan mempunyaiotoritas yang mutlak, akibatnya penetapantujuan anggaran yang cenderung bersifatsubyektif serta mengarah kepada ke-pentingan principal sehingga penggunaanJRI yang dilakukan manajer tidak signifikandengan peningkatan kinerja manajerial.

Analisis Desentralisasi memoderasi Pe-ngaruh Partisipasi terhadap KinerjaManajerial

Hasil perhitungan analisis MRAvariabel Desentralisasi sebagai pemoderasihubungan antara partisipasi terhadap Ki-nerja Manajerial disajikan pada tabel 8.

Tabel 8Pengujian Model Hipotesis 4

Variabel Independen Koefisien MRA Nilai t Nilai pPA*DS -1,562 -1,236 0,220Variabel dependen : Kinerja Manajerial (KM)R square : 0,414

Sumber : Data Olahan Penulis dari (SPSS

Berdasarkan hasil analisis MRA (mode-rated regression analysis) di atas, diperolehkoefisien MRA sebesar (–1.562), secarastatistik hasil ini berpengaruh secara negatiftidak signifikan dengan nilai t hitungsebesar –1,236 dan p-value sebesar 0,220 >0,005, maka dapat dikatakan bahwa H0

diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa desentralisasitidak memoderasi hubungan partisipasiterhadap kinerja manajerial. Besarnya Rsquare adalah 0,414 yang mengindikasikanbahwa kontribusi variabel desentralisasidalam memoderasi hubungan partisipasi

terhadap kinerja sebesar 41,4% dan sisanyasebesar 58,6% dipengaruhi oleh faktor laindiluar model penelitian ini.

Hasil ini dapat diinterpretasikan bahwadesentralisasi memperlemah pengaruhpartisipasi penyusunan anggaran terhadapkinerja manajerial, artinya semakin tinggitingkat desentralisasi, semakin lemahhubungan partisipasi anggaran terhadapkinerja manajerial.

Hasil penelitian pengujian hipotesis 4ini bertolak belakang dengan penelitianyang dilakukan oleh Rihardjo (2009) yangmenguji pengaruh desentralisasi dan

Page 51: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Job Relevant Information Desentralization And Budgeting Participation... – Tapatfeto 237

komitmen organisasional terhadap hubung-an antara penganggaran partisipatif dankinerja manajerial menemukan bahwainteraksi antara penganggaran partisipatifdan struktur desentralisasi organisasi se-cara signifikan mempengaruhi kinerjamanajerial. Gul et al. (1995) yang mengujipartisipasi terhadap kinerja manajerialdengan desentralisasi sebagai variabelmoderating. Hasilnya menunjukkan bahwapartisipasi anggaran berhubungan positifsignifikan dengan kinerja pada tingkatdesentralisasi yang tinggi. Hasil penelitianini juga tidak sejalan dengan penelitianyang dilakukan oleh Coryanata (2004) danRiyadi (2007) yang membuktikan bahwahubungan antara partisipasi dalam pe-nyusunan anggaran dan kinerja manajerialpositif dan signifikan hanya pada pe-limpahan wewenang yang terdesentralisasi.

Pelimpahan wewenang dalam organi-sasi berkaitan erat dengan struktur organi-sasi. Pelimpahan wewenang yang ter-desentralisasi diperlukan karena dalamstruktur yang terdesentralisasi para mana-jer/bawahan diberikan wewenang dantanggungjawab yang lebih besar dalampengambilan keputusan. Berdasarkan hasilpengujian tersebut, menunjukkan bahwapara manajer dalam organisasi perusahaanmanufaktur dengan tingkat desentralisasiyang tinggi, merasa dirinya kurang ber-tanggung jawab dan sedikit terlibat dalamperencanaan anggaran karena merasamengalami tekanan dari atasan (pimpinan)sehingga para manajer tingkat bawah me-mandang anggaran sebagai sesuatu halyang kurang berguna dan membatasi ke-kuasaan mereka, sehingga dapat dikata-kan bahwa dengan adanya penerapandesentralisasi dalam hal komunikasi, prosessistematis, pengambilan keputusan, kerjasama tim, pelatihan dan pengembanganstaf, alokasi sumber dana dan staff akanmemperlemah hubungan partisipasi pe-nyusunan anggaran terhadap kinerjamanajerial. Artinya semakin tinggi tingkatdesentralisasi, semakin lemah hubunganpartisipasi anggaran terhadap kinerja mana-

jerial. Ada 3 hal yang menyebabkan de-sentralisasi memperlemah pengaruh partisi-pasi penyusunan anggaran terhadap kinerjamanajerial: Pertama, adanya kecenderungangaya kepemimpinan dalam proses peng-ambilan keputusan masih berpusat padapemilik perusahaan (sentralistik) serta ada-nya tekanan dari pimpinan perusahaan.Adanya tekanan dari pimpinan perusahaansehingga masih menimbulkan keenggananbagi para manajer di level bawahnya untukmenerapkan desentralisasi. Kedua, masihbelum sempurnanya peraturan internalperusahaan yang mengatur proses de-sentralisasi dalam pengambilan keputusan,khususnya peraturan internal perusahaan.Ketiga, kondisi perusahan manufaktur didaerah Jawa Timur masih didominasi olehperusahaan Non-go public yang pada dasar-nya penerapan kepemimpinan manajerialmasih diberlakukan terhadap owner per-usahaan sehingga hak desentralisasi dalamhal kepercayaan dan tanggungjawab yangdiberikan kepada manajer tingkat bawahtidak diterapkan secara maksimal. Hal inimenandakan bahwa penerapan desentrali-sasi bagi manajer tingkat bawah padaperusahaan manufaktur di Jawa Timurmasih sulit untuk dilakukan.

Akan tetapi hasil penelitian ini sejalandengan penelitian yang dilakukan oleh Nor(2007) yang menguji Desentralisasi dangaya kepemimpinan sebagai variabel mode-rating dalam hubungan antara partisipasipenyusunan anggaran dan kinerja, mem-buktikan bahwa kesesuain antara partisi-pasi anggaran dengan variabel kontijensi(desentralisasi) terhadap kinerja manajerialbukanlah merupakan kesesuain terbaik.Kondisi ini disebabkan oleh adanya faktorseperti struktur organisasi yang masihterpusat (sentralistis), dimana para manajerlevel bawah tidak didelegasikan untukmembuat kebijakan secara independenkarena manajer level atas berasumsi bahwatanggungjawab akhir atas tugas yang di-lakukan oleh para manajemen level bawahjuga merupakan tanggungjawabnya. Se-lanjutnya penelitian Adi (2006), yang meng-

Page 52: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

238 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 219 – 241

uji partisipasi penyusunan anggaran ter-hadap kinerja pemimpin dengan meng-gunakan desentralisasi dan dukunganorganisasi sebagai variabel moderating.

Hasilnya membuktikan bahwa denganadanya interaksi desentralisasi memilikikoefisien negatif -72,375 dan signifikansi0,092 terhadap hubungan partisipasi dankinerja, hal ini menggambarkan bahwapengaruh partisipasi dalam penyusunananggaran tetap tidak mendukung walaupunpada pelimpahan wewenang yang ter-desentralisasi dalam mempengaruhi kinerjapemimpin dengan baik.

Model Hasil PenelitianModel hasil penelitian dapat dilihat padagambar 2

Hubungan Pengaruh Langsung dan TidakLangsung

Kombinasi hasil koefisien jalur yangdiamati, pengaruh langsung, pengaruh ti-dak langsung dan pengaruh total dapatdilihat pada tabel 9. Pengaruh partisipasianggaran terhadap kinerja secara langsungsebesar 0,376, sementara pengaruh tidaklangsung partisipasi anggaran terhadapkinerja melalui Job Relevant Information se-bagai variabel intervening diperoleh dengancara JRI = ( r12 X KMJRI) atau sebesar 0,143= (0,578 x 0,248).

Maka dapat dikatakan bahwa pe-ngaruh partisipasi anggaran terhadap kiner-ja manajerial melalui JRI sebagai variabelintervening akan dapat memberikan efekmediasi, walaupun tidak terlalu bermaknakarena memiliki nilai pengaruh tidak lang-sung lebih kecil daripada pengaruh lang-sung (0,143 < 0,376).

Gambar 2Hasil Analisis Jalur

Sumber : Analisis Penulis

Tabel 9Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Hubungan Koefisien Pengaruh Pengaruh TotalVariabel Jalur langsung Tidak Langsung Pengaruh

Melalui JRIPartisipasi dengan JRI r12 0,578 - 0,578Partisipasi dengan r1KM 0,376 0,143 0,519Kinerja (melalui JRI)

Sumber : data dianalisis penulis

e1

KMJRI= 0,248r12=0,578

e2

JRI

KinerjaManajerial (KM)

Partisipasi(PA)

Desentralisasi(DS)

KMDS = -1,562

KMPA = 0,376r1KM= 0,595

Page 53: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Job Relevant Information Desentralization And Budgeting Participation... – Tapatfeto 239

Pengaruh total partisipasi anggaranterhadap kinerja manajerial melalui JRI ada-lah Total= (r1KM + JRI) atau sebesar 0,519 =(0,376 + 0,143), hal ini menunjukkan bahwadengan keluarnya variabel JRI sebagaivariabel intervening maka pengaruh partisi-pasi terhadap kinerja manajerial semakinlemah yaitu dari 0,519 menjadi 0,376.Sehingga dapat dikatakan bahwa tingginyakinerja manajerial tidak hanya karenapartisipasi manajer dalam penyusunan ang-garan, tetapi juga karena adanya pengaruhvariabel lain yaitu job relevant information.

SIMPULAN, KETERBATASAN, DANSARANSimpulan

Simpulan dari hasil pengujian hipo-tesis adalah sebagai berikut: Pertama,Secaraempiris terbukti bahwa partisipasi pe-nyusunan anggaran berpengaruh secarapositif terhadap kinerja manajerial. Inimenunjukkan bahwa semakin tinggi tingkatpartisipasi dalam penyusunan anggaranakan meningkatkan kinerja manajerial yangtinggi atau dapat ditarik simpulan bahwadengan adanya penyusunan anggaran se-cara partisipatif, maka kinerja para manajerakan semakin tinggi. Kedua, Secara empiristerbukti bahwa partisipasi penyusunan ang-garan berpengaruh secara positif terhadapjob relevant information sebagai variabelintervening. Hal ini menunjukkan bahwatingginya partisipasi dalam penganggaranakan meningkatkan penggunaan job relevantinformation. Melalui penyusunan anggaransecara partisipatif memungkinkan bawahanuntuk dapat saling bertukar informasidengan atasan, sehingga dapat mendukungterciptanya pemahaman yang lebih baikmengenai proses penyusunan anggaran.Ketiga, Secara empiris terbukti bahwa Jobrelevant information berpengaruh secarapositif terhadap kinerja manajerial. Hal inimenunjukkan bahwa semakin tinggi peng-gunaan Job Relevant Information akan me-ningkatkan kinerja manajerial. Suatu ke-putusan dikatakan dapat meningkatkankinerja manajer secara efektif, apabila dalam

proses pengambilan keputusan memilikiketersediaan informasi yang cukup. Ke-empat, Secara empiris terbukti bahwa de-sentralisasi tidak memoderasi hubunganpartisipasi penyusunan anggaran terhadapkinerja manajerial dengan koefisien Mode-rating Regression Analysis bernilai negatif.Artinya bahwa dengan adanya desentrali-sasi sebagai variabel moderating justru akanmemperlemah pengaruh partisipasi pe-nyusunan anggaran terhadap kinerja Mana-jerial. Hal ini mengindikasikan bahwa paramanajer dalam organisasi dengan tingkatdesentralisasi yang tinggi, merasa dirinyakurang bertanggung jawab dan sedikit ter-libat dalam perencanaan anggaran karenamerasa mengalami tekanan dari atasan(pimpinan) sehingga para manajer tingkatbawah memiliki pandangan tentang ang-garan sebagai sesuatu hal yang kurangberguna dan bahkan merasa sangat mem-batasi keluasaannya.

KeterbatasanKeterbatasan penelitian ini adalah se-

bagai berikut: Pertama, Penelitian ini hanyamenggunakan hubungan variabel kontijensiberupa JRI sebagai variabel intervening dandesentralisasi sebagai variabel moderatingterhadap hubungan partisipasi dengankinerja manajerial dan tidak memper-timbangkan beberapa variabel kontijensilainnya yang mungkin mempengaruhihubungan partisipasi dengan kinerja mana-jerial yang berkenaan (relevan) dengansituasi dalam penyusunan anggaran padaorganisasi perusahaan manufaktur. Kedua,Partisipasi manajer dalam organisasi per-usahaan terhadap penyusunan anggaransudah dilakukan namun masih belum se-penuhnya, hal ini dikarenakan pengambilankeputusan yang bersifat sentralistik dalampenyusunan anggaran yang masih didomi-nasi oleh pemilik perusahaan. Ketiga,Responden terbatas pada manajer dalamperusahaan manufaktur, yang mana ke-mungkinan penelitian ini akan menunjuk-kan hasil yang berbeda jika responden yangdigunakan pada para manajer unit bisnis

Page 54: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

240 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 219 – 241

lainnya, misalkan perusahaan jasa atauperusahaan dagang. Keempat, Pertanyaankueisoner yang digunakan untuk semuakomponen pekerjaan manajer yang ber-kaitan dengan anggaran masih bersifatumum dan hanya berdasarkan sebuah per-sepsi, alangkah baiknya penggunaan kuesi-oner dapat dimodifikasi dan disesuaikandengan fakta pada masing-masing kompo-nen fungsi dan tugas manajer secara nyatadi industri manufaktur. Kelima, Penggunaanjumlah sampel belum representative denganpenetapan jumlah sampling, hal ini di-karenakan adanya beberapa respondenyang telah melakukan pengisian kuesionersecara tidak lengkap.

SaranAdapun saran untuk peneliti berikut-

nya: Pertama, Dapat memperluas beberapahubungan variabel kontijensi lainnya yang(relevan) berkenaan dengan situasi dalampenyusunan anggaran terhadap kinerjaorganisasi bisnis. Misalnya dengan me-nambah variabel motivasi, komitmenorganisasi, asimetri informasi dan lain-lain.Kedua, Responden terbatas pada manajerdalam perusahaan manufaktur, yang manakemungkinan penelitian ini akan me-nunjukkan hasil yang berbeda jika respon-den yang digunakan pada para manajerunit bisnis lainnya, misalkan perusahaanjasa atau perusahaan dagang. Ketiga, Per-tanyaan kuesioner yang digunakan untuksemua komponen pekerjaan manajer yangberkaitan dengan anggaran masih bersifatumum dan hanya berdasarkan persepsi.Pertanyaan kuesioner sebaiknya dimodifi-kasi dan disesuaikan dengan masing-masing komponen fungsi manajer secaranyata di industri manufaktur. Keempat,Penggunaan jumlah sampel yang belumrepresentative dengan penetapan jumlahsampling, diharapkan untuk penelitianlanjutan jika mengalami kondisi yang samamaka perlu dilakukan pengiriman kuesio-ner tahap dua untuk dapat melengkapipengisian kuesioner.

DAFTAR PUSTAKAAdi, B. 2006. Pengaruh Partisipasi Pe-

nyusunan Anggaran Terhadap KinerjaPemimpin Dengan Desentralisasi danDukungan Organisasi sebagai VariabelModerating. Thesis. Program PascaSarjana Universitas Brawijaya. Malang.

Apriwandi. 2012. Pengaruh Locus ofControl, Budaya Paternalistik, Kapasi-tas Individu, terhadap KeefektifanPenganggaran Partisipatif dan Budge-tary Slack dalam Peningkatan KinerjaManajerial. Jurnal Kajian ManajemenBisnis 1(2): 109-133.

Badan Pusat Statistik Jatim. 2013. DirektoriPerusahaan Industri Besar dan SedangJawa Timur Tahun 2013. CV. Bina MediaMandiri.Surabaya.

Chong, V. K. dan K. M. Chong. 2002. BudgetGoal Commitment and InformationalEffects of Budget Participation onPerformance: A Structural EquationModeling Approach. Behavioral ResearchIn Accounting 14: 65-86.

Coryanata, I. 2004. Pelimpahan Wewenangdan Komitmen Organisasi dalamHubungan antara Partisipasi Pe-nyusunan Anggaran dan KinerjaManajerial. Makalah Simposium NasionalAkuntansi VII Denpasar: 616-632.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariatedengan Program SPSS 19. Edisi 5. Pener-bit Universitas Diponegoro. Semarang.

Govindarajan, V. dan R. N. Anthony .2007.Management Control Systems. 12th ed.McGraw-Hill International Edition.Boston.

Gul, F. A., J. S. L. Tsui., S. C. C. Fong dan H.Y. L. Kwok. 1995. Decentralisation as aModerating Factor in the BudgetaryParticipation-Performance Relation-ship: Some Hongkong Evidence.Accounting and Business Research 25(98):107-113.

Himawan, A. K. dan A. Ika S. 2010. Pe-ngaruh Komitmen Organisasi, GayaKepemimpinan dan Job Relevant Infor-mation (JRI) terhadap Hubungan anta-ra Partisipasi Anggaran dan Kinerja

Page 55: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Job Relevant Information Desentralization And Budgeting Participation... – Tapatfeto 241

Manajerial. Jurnal Ekonomi dan Bisnis5(9): 65-79.

Indarto, S. L. dan S. D. Ayu 2011. PengaruhPartisipasi dalam Penyusunan Anggar-an terhadap Kinerja Manajerial Per-usahaan Melalui Kecukupan Anggaran,Komitmen Organisasi, Komitmen Tuju-an Anggaran dan Job Relevant Infor-mation. Seri Kajian Ilmiah 14(1): 1-44.

Kren, L. 1992. Budgetary Participation andManagerial Performance: The Impact ofInformation and EnvironmentalVolatility. The Accounting Review 67(3):511-526.

Marsudi, S. A. dan I. Ghozali. 2001.Pengaruh Partisipasi Penganggaran,Job Relevant Information (JRI) danVolatilitas Lingkungan TerhadapKinerja Manajerial. Jurnal Akuntansi danAuditing Indonesia 5(2): 101-120.

McGill, R. 2001. Performance Budgeting. TheInternational Journal of Public SectorManagement 14(5): 376-390.

Mulyasari, W. dan S. Sugiri. 2004. PengaruhKeadilan Persepsian, Komitmen padaTujuan, dan Job Relevant Informationterhadap hubungan antara Pengang-garan Partisipatif dan Kinerja Manajer.Simposium Nasional Akuntansi VIIDenpasar: 439-462

Nor, W. 2007. Desentralisasi Gaya Ke-pemimpinan Sebagai Variabel Modera-ting Dalam Hubungan antara Partisi-pasi Penyusunan Anggaran danKinerja Manajerial. Makalah SimposiumNasional Akuntansi X Makassar: 1-27.

Otley, D. 1999. Performance Management: AFramework for Management ControlSystem Research. Management Accoun-ting Research 10: 363-382.

Puspaningsih, A. 2002. Pengaruh PartisipasiDalam Penyusunan Anggaran Ter-hadap Kepuasan Kerja dan KinerjaManajer. Jurnal Akuntansi dan AuditingIndonesia 6(2): 65-79.

Riduwan dan E. A. Kuncoro. 2012. CaraMenggunakan dan Memaknai AnalisisJalur. Cetakan 4. Penerbit Alfabeta.Bandung.

Rihardjo, I. B. 2009. Pengaruh desentralisasidan komitmen organisasional terhadaphubungan antara penganggaranpartisipatif dan kinerja manjerial. JurnalEkuitas 13(3): 326-348.

Riyadi, S. 2007. Pengaruh Desentralisasi,Motivasi dan Partisipasi AnggaranTerhadap Kinerja Manajerial PadaPerusahaan Manufaktur Yang Ter-daftar Di Bursa Efek Jakarta. MajalahEkonomi 17(2): 157-180.

Rosidi. 2000. Partisipasi dalam Pengang-garan dan Prestasi Manajer: PengaruhKomitmen Organisasi dan InformasiJob Relevant. Jurnal Ekonomi danManajemen 1(1): 1-15.

Sardjito, B. dan O. Muthaher. 2007. Pe-ngaruh Partisipasi Penyusunan Ang-garan Terhadap Kinerja Aparat Pe-merintah Daerah: Budaya Organisasidan Komitmen Organisasi SebagaiVariabel Moderating. Prosiding Simpo-sium Nasional Akuntansi X Makassar:1-24.

Yusfaningrum dan I. Ghozali 2005. AnalisisPengaruh Partisipasi Anggaran ter-hadap Kinerja Manajerial MelaluiKomitmen Tujuan Anggaran dan JobRelevant Information sebagai VariabelIntervening. Prosiding Simposium Nasio-nal Akuntansi VIII Solo: 656-666.

Wentzel, K. 2002. The Influence of FairnessPerceptions and Goal Commitment onManagers’ Performance in a BudgetSetting. Behavioral Research in Accoun-ting 14: 247-271.

Wirjono, E. R. dan A. B. Raharjono. 2007.Pengaruh Karakteristik PersonalitasManajer terhadap Hubungan antaraPartisipasi dalam Penyusunan Anggar-an dengan Kinerja Manajerial. JurnalKinerja 11(1): 50-63.

Page 56: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

201

PENGARUH MOTIVASI, KUALITAS LAYANAN, DAN KEPUASANWISATAWAN TERHADAP IMAGE DAERAH TUJUAN WISATA

[email protected]

Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Gajayana Malang

ABSTRACT

The rapid growth of tourism industry has to incourage the development in local region, increased nationalincomes, improve people’s welfare and prosperity; and this can grow the national patriotism and culturalvalues. Therefore, the management and enhancement of the image of Tourist Destination Areas (TDA) is a stepthat should get continously and serious attention. The aimed of this study is to examine and analyze either director indirect effects of values of tourist motivation, service quality and tourist satisfaction on Tourist DestinationArea (TDA). Data that we need in this research, we collected from a sample consist of 200 respondens. Thepopulation are all of the tourists who came from out of Malang Raya and who wanted to visit TDA inMalangRaya. Data were analyzed by using a descriptive and inferential statistical methods. The findings of thisresearch explained that the service quality and tourist motivation increased, then it will be able to increase thevalue of tourist satisfaction in the tourist destination areas. On the other hand, the tourism service quality couldimprove the image of tourism destination area directly. Further, through the tourist satisfaction, and increase inthe value of tourist motivation and service quality can indirectly improve the tourist image of the DTW.

Keywords: tourism, motivation, service quality, satisfaction, image

ABSTRAK

Pertumbuhan industri pariwisata yang semakin pesat dapat mendorong pembangunan daerah,meningkatkan devisa negara, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta dapatmenambah rasa cinta tanah air, bangsa dan nilai-nilai budaya. Oleh karena itu, pengelolaan danpenguatan image suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) merupakan langkah yang harus mendapatkanperhatian yang serius secara terus menerus. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji danmenganalisis pengaruh nilai motivasi wisatawan, kualitas layanan dan kepuasan wisatawan secaralangsung dan tidak langsung terhadap image DTW. Data yang dibutuhkan untuk penelitian inidiperoleh dari sampel sebanyak 200 responden. Adapun populasi terdiri dari seluruh wisatawan yangberasal dari luar Malang Raya dan bertujuan untuk berwisata ke DTW Malang Raya. Data dianalisismenggunakan metode statistik deskriptif dan inferensial. Temuan penelitian ini menjelaskanbahwa semakin meningkat nilai motivasi wisatawan dan kualitas layanan wisata akan dapatmeningkatkan nilai kepuasan wisatawan terhadap Daerah Tujuan Wisata. Di samping itumeningkatnya kualitas layanan wisata dapat secara langsung meningkatkan image wisatawanterhadap DTW. Selanjutnya melalui kepuasan wisatawan, peningkatan nilai motivasi wisatawan dankualitas layanan secara tidak langsung dapat meningkatkan image wisatawan terhadap DTW.

Keywords: pariwisata, motivasi, kualitas layanan, kepuasan, image

PENDAHULUANPertumbuahan industri pariwisata

yang semakin pesat dapat mendorong pem-bangunan daerah, meningkatkan devisanegara, yang selanjutnya dapat meningkat-kan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

serta dapat menambah rasa cinta tanah air,bangsa dan nilai-nilai budaya (Fandeli,2008; Martaleni, 2010). Menurut Worldtourism Organization (2014), penerimaanpariwisata internasional mencapai 1159miliar dolar pada tahun 2013, naik dari

Page 57: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

202 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 201 – 218

1097 miliar dollar pada tahun 2012. Selainitu, jumlah kedatangan wisatawan inter-nasional ke depan diperkirakan trendnyameningkat rata-rata sebesar 3,3% per tahun,dan mulai tahun 2010 sampai tahun 2030sekitar 43 juta lebih kedatangan wisatawaninternasional setiap tahun dan sebesar 1,8miliar kedatangan wisata pada tahun 2030.

Sementara itu, sektor pariwisata diIndonesia terus memberikan peran dalammeningkatkan devisa negara melalui pe-ningkatan jumlah kunjungan wisata danpenyerapan tenaga kerja. Peningkatan ter-sebut sebagaimana tercermin dalam laporankinerja kementerian pariwisata dan ekono-mi kreatif pada tahun 2014, dimanakunjungan wisatawan mancanegara (wis-man) pada tahun 2013 sebanyak 8,80 juta.Dibanding dengan jumlah kunjungan wis-man pada tahun 2012, yaitu sebanyak 8,04juta maka jumlah kunjungan wisman padatahun 2013 dapat dikatakan mengalamipertumbuhan sebesar 9.42%. Adapun jum-lah kunjungan wisatawan nusantara (wis-nus) pada tahun 2013 mencapai 248 jutaperjalanan atau naik sebesar 1,10% di-banding jumlah kunjungan tahun 2012 yaitusebanyak 245,29 juta perjalanan. Sementaraitu dampak terbesar sektor pariwisataterhadap perekonomian adalah dalam halpenyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2013terdapat sekitar 10.18 juta orang bekerjapada sektor-sektor pariwisata, yang berartibahwa terjadi penyerapan tenaga kerjasebanyak 8.89% terhadap kesempatan kerjanasional.

Pengembangan dan peningkatan ke-pariwisataan di Indonesia mendapatdukungan sangat kuat dari pemerintahRepubik Indonesia. Hal ini terlihat dengandikeluarkannya Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentangKepariwisataan, dimana untuk mewujud-kan harapan dari undang-undang tersebutdiamanatkan bahwa setiap kepala daerahdituntut untuk mendukungnya. Martaleni(2011) menjelaskan bahwa pengembanganpariwisata, bukanlah hanya tanggung jawabpemerintah pusat, melainkan juga merupa-

kan tanggung jawab bersama antara pe-merintah pusat dan pemerintah daerah.Sebagai pemegang kekuasaan dan ke-wenangan, tentunya pemerintah daerah le-bih menguasai dan memahami tentangpotensi daerahnya, sehingga dapat lebihtepat dalam menentukan obyek wisata yangperlu dikembangkan.

Malang Raya, yang terdiri atas KotaMalang, Kabupaten Malang, dan Kota Batumerupakan bagian integral dari negaraRepublik Indonesia. Dengan demikian Pe-merintah Daerah di masing-masing daerahtersebut juga mempunyai kewajiban untukmeningkatkan peran pariwisatanya dalamrangka mendukung roda pembangunan didaerah Malang Raya khususnya, dan dinegara Indonesia pada umumnya. Dari segigeografis, Malang Raya mempunyai potensiyang memungkinkan pertumbuhan danpengembangan wilayahnya berbasis padapariwisata. Salah satu potensi yang dapatmendukung adalah kondisi alam sekitar-nya, dimana Kota Malang sebagai kotapendidikan, Kabupaten Malang dengan be-ragam pantainya dan kota Batu denganiklimnya yang dingin dan sejuk (Martaleni,2011).

Berdasarkan uraian tersebut, tampakbahwa sumberdaya alam Malang Rayasangat menunjang untuk pengembanganpariwisata. Pengembangan daya tarik wisa-ta dapat dilakukan melalui berbagai hal,diantaranya melalui peningkatan kualitaslayanan secara terus menerus pada objek-objek wisata, perbaikan sarana pendukung,dan sebagainya, sehingga hal ini diharap-kan akan dapat memuaskan wisatawan.Kepuasan wisatawan merupakan tujuandari pengelola wisata dan pemerintah ter-kait serta merupakan topik penting dalammanajemen pariwisata, karena kepuasanwisatawan terhadap Daerah Tujuan wisata(DTW) dapat berpengaruh pada image danloyalitas wisatawan (Labato, 2006; Andaleebdan Conway, 2006; Wu, 2007; Tsung, 2009;Yuksel et al, 2010). Selain itu, karena imagemerupakan kunci dalam membangun posisisuatu daerah tujuan wisata, sehingga

Page 58: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Motivasi, Kualitas Layanan, Dan Kepuasan Wisatawan... – Martaleni 203

menciptakan image positif daerah tujuanwisata harus terus diupayakan (Faulantet al,2008; Martaleni, 2010).

Dalam rangka pengembangan strategipemasaran, mengukur image daerah tujuanwisata dan mengidentifikasi seberapa puaswisatawan dengan kualitas layanan wisatayang ditawarkan merupakan keharusanyang tidak dapat diabaikan. Dengan demi-kian akan memudahkan dalam melakukanpromosi tentang daerah tujuan wisata(Ibrahim dan Gill, 2005; Chi dan Qu, 2008;Brunner, Stocklin, dan Opwis, 2008; Park,dan Yoon, 2009; Chen dan Chenet al,2010).Bila mengkaji tentang kualitas layananwisata dan image tidak terlepas dari peranmotivasi wisatawan terhadap kepuasanwisatawan, karena tingkat kepuasan wisata-wan terhadap apa yang dirasakan saat ber-ada di daerah tujuan wisata dapat dipengaruhi oleh apa yang menjadi motivasi-nya berwisata sehingga akan berimplikasipada strategi pemasaran pariwisata (Yoondan Uysal, 2005; Coreria da Valle, 2007;Park, dan Yoon, 2009; Mohammad dan Som,2010; Devesaet al, 2010).

Berdasarkan uraian dari latar belakangdiatas, maka permasalahan dalam peneliti-an ini dapat dirumuskan sebagai berikut:Apakah motivasi wisatawan, kualitas layan-an wisata dan kepuasan wisatawan secaralangsung dan tidak langsung berpengaruhpositif terhadap image DTW, sedangkan,tujuan dari penelitian ini adalah untukmenguji dan menganalisis pengaruh nilaimotivasi wisatawan, kualitas layanan wisa-ta dan kepuasan wisatawan secara langsungdan tidak langsung terhadap image DTW.

TINJAUAN TEORETISMotivasi

Pada umumnya setiap unit bisnis baikyang bergerak di bidang manufacture mau-pun jasa memiliki perencanaan strategisyang dapat mengidentifikasi peluang,ancaman dan arah di masa yang akandatang. Bila sebuah unit bisnis me-ngembangkan berbagai strategi untukmencapai perencanaan strategis, maka nilai

dari unit bisnis tersebut dapat dimaksimal-kan. Salah satu strategi yang dapat di-kembangkan oleh sebuah unit bisnis adalahstrategi pemasaran dengan meningkatkannilai terhantar pada konsumen. Untuk itu,diperlukan pemahaman tentang motivasiseseorang dalam keputusannya membelisuatu produk. Lamb et al, (2005) menyata-kan dengan mempelajari motivasi, parapelaku pasar dapat menganalisis faktor-faktor utama yang mempengaruhi sese-orang dalam membeli atau tidak membelisuatu produk.

Motivasi merupakan kebutuhan yangmemadai yang dapat mendorong seseoranguntuk bertindak. Seseorang memiliki ba-nyak kebutuhan pada waktu tertentu, danbeberapa kebutuhan bersifat biogenis, ke-butuhan tersebut muncul dari tekananbiologis seperti lapar, haus, tidak nyaman.Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis,yang muncul dari tekanan psikologis sepertikebutuhan akan pengakuan, penghargaanatau rasa bagian dari suatu kelompok ataukomunitas, sehingga kebutuhan akan men-jadi motif jika ia didorong hingga mencapailevel intensitas yang memadai (Kotler danKeller, 2012).

Lamb et al. (2005) menyatakan bahwamotivasi merupakan kekuatan pendorongyang menyebabkan seseorang melakukantindakan untuk memenuhi kebutuhannya.Abrahan Maslow, seorang psikolog, me-ngembangkan teori hirarki kebutuhan(hierarcy of needs) dengan memperingkatkebutuhan seseorang menjadi lima tingkat-an: physiological needs, safety needs, socialneeds, esteem needs dan self-actualization needs(Kotler dan Keller, 2012).

Berdasarkan uraian dari motivasi dantingkatan kebutuhan seseorang, dapat di-jelaskan bahwa seorang akan terdorongmelakukan pembelian pada suatu produkbila produk tersebut dapat memenuhi ke-butuhannya. Dengan demikian pelaku pe-masaran dapat menawarkan dan meng-iklankan produknya berdasarkan tingkat-an kebutuhan seorang wisatawan. Kebutuh-an paling dasar seseorang adalah fisiologis

Page 59: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

204 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 201 – 218

(physiological needs) yaitu kebutuhan akanmakanan, minuman dan tempat tinggal.Karena hal-hal itu sangat penting untukkelangsungan hidup, maka kebutuhan ituharus terlebih dahulu dipenuhi. Terkaitdengan produk wisata, secara umum me-rupakan kebutuhan sekunder atau kebutuh-an kedua. Namun tujuan utama seseorangberwisata adalah untuk memenuhi ke-butuhan relaksasi, kebersamaan dengankelurga. Untuk itu, iklan yang menampil-kan ke bersamaan dengan keluarga padaalam yang indah, menarik dan sejukmerupakan suatu contoh pesan iklan untukmenarik wisatawan dalam memenuhi ke-butuhan sekunder atau social need.

Kualitas LayananDewasa ini produk jasa sangat men-

dominasi kehidupan masyarakat dan per-kembangannya yang sedemikain pesat se-iring dengan perkembangan sektor-sektorlainnya (Tjiptona dan Chandra, 2011).Kualitas jasa atau kualitas layanan (servicequality) berkontribusi signifikan bagi pen-ciptaan diferensiasi, positioning, dan strategibersaing setiap organisasi pemasaran, baikperusahaan manufaktur maupun penyediajasa. Sayangnya, minat dan perhatian padapengukuran kualitas jasa baru berkembangsejak dekade 1980-an (Tjiptona dan Chan-dra, 2011). Lebih lanjut dikatakan bahwajasa adalah mencakup semua aktivitasekonomi yang outputnya bukanlah produkatau kostruksi fisik, yang secara umumkonsumsi dan produksinya dilakukan padawaktu yang sama, dan nilai tambah yangdiberikan dalam bentuk yang secara prinsipintangible bagi pembeli utamanya.

Kotler dan Keller (2012) membedakanlima kategori tawaran perusahan kepadapasar, sebagai berikut: a) Pure tangible good,b) Tangible good with accopanying service, c)Hybrid, d). Mayor service with accompanyingminor goods and services, dan e) Pure service.Dari kategori jasa tersebut dapat dijelaskanbahwa penawaran jasa kepada konsumendapat dilakukan berupa murni barangtanpa disertai jasa, barang disertai jasa,

kombinasi barang dan jasa hampir se-imbang, jasa utama yang disertai barangsebagai tambahan dan murni jasa.

Pembahasan tentang kualitas jasa me-rupakan bagian yang sangat kompleks,karena penilaian kualitas jasa berbedadengan penilaian terhadap kualitas produk,terutama karena sifatnya yang tidak nyata(intangible) dan produksi serta konsumsiberjalan secara simultan. Disamping per-bedaan karakteristik ini, dalam penilaiankualitas jasa wisatawan terlibat secaralangsung serta ikut di dalam proses jasa.Dengan demikian penilaiannya tergantungpada bagaimana tanggapan wisatawan ter-hadap jasa yang dikonsumsi atau yang di-rasakannya. Melalui penelitian pasar, setiappenyedia jasa harus dapat menentukan apayang menjadi kebutuhan atau keinginanutama wisatawan. Penilaian wisatawan ter-hadap kualitas jasa berbeda dengan pe-nilaian terhadap produk berwujud.

Dalam konteks penilaian kualitas pro-duk maupun jasa dapat dinyatakan bahwaharapan wisatawan memiliki peranan yangbesar sebagai standar perbandingan dalamevaluasi kualitas maupun kepuasan (Kotlerdan Keller, 2012). Selanjutnya, dinyatakanbahwa yang dimaksud dengan kepuasanwisatawan terhadap suatu jasa adalah per-bandingan antara persepsi wisatawan ter-hadap jasa yang diterima dan harapannyasebelum menggunakan jasa tersebut. Apa-bila harapannya terlampaui, berarti jasatersebut telah memberikan suatu kualitasyang luar biasa dan juga akan menimbulkankepuasan yang sangat tinggi (very satisfy).Sebaliknya, apabila harapannya itu tidaktercapai, maka diartikan kualitas jasa ter-sebut tidak memenuhi apa yang diinginkan-nya atau perusahaan tersebut gagal me-layani wisatawannya. Apabila harapannyasama dengan apa yang dia peroleh, berartiwisatawan itu puas (satisfy)

KepuasanMengkaji dan memahami tingkat ke-

puasan pelanggan telah menjadi konsepsentral dalam sebuah bisnis dan manajemen

Page 60: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Motivasi, Kualitas Layanan, Dan Kepuasan Wisatawan... – Martaleni 205

suatu organisasi. Kepuasan pelanggan telahmemberikan manfaat-manfaat penting da-lam bisnis yang meliputi keterkaitan positifdengan loyalitas pelanggan, membangunsebuah image organisasi, meningkatkantoleransi harga, dan sebagainya. Definisikepuasan yang terdapat dalam berbagailiteratur cukup beragam, Kotler dan Keller(2012) mendefinisikan kepuasan sebagaiperasaan suka/tidak suka seseorang ter-hadap suatu produk setelah membanding-kan prestasi produk tersebut denganharapannya.

Kotler dan Keller (2012) mengidentifi-kasi empat metode untuk mengukur ke-puasan pelanggan. Pertama, sistem keluhanpelanggan dan saran, dimana setiap organi-sasi yang berorientasi pada pelanggan(customer-oriented) perlu menyediakan ke-sempatan dan akses yang mudah dannyaman bagi para pelanggan guna me-nyampaikan saran, kritik, pendapat, dankeluhan mereka. Kedua, Ghost shopping atauMystery shopping, merupakan salah satu carauntuk memperoleh gambaran mengenaikepuasan pelanggan dengan mempekerja-kan beberapa orang ghost shopping untukberperan atau berpura-pura sebagai pelang-gan potensial produk perusahaan ataupesaing. Mereka diminta berinteraksi de-ngan staf penyedia jasa dan menggunakanproduk/jasa perusahaan. Ketiga, Lost custo-mer analysis, yaitu menghubungi parapelanggan yang telah berhenti membeliatau yang telah pindah pemasok agar dapatmemahami mengapa hal itu terjadi dansupaya dapat mengambil kebijakan per-baikan selanjutnya. Keempat Survei kepuas-an pelanggan, yaitu riset kepuasan pe-langgan dilakukan dengan menggunakanmetode survei, baik survei melalui pos,telepon, e-mail, websits, maupun wawancaralangsung.

ImagePitana (2009) menyatakan bahwa image

merupakan ide atau kepercayaan yangdimiliki wisatawan tentang produk ataupelayanan yang mereka beli atau mereka

akan beli. Image destinasi tidak selaluberdasarkan pengalaman atau fakta, tetapidapat dibentuk sedemikian rupa sehinggamenjadi faktor motivasi atau pendorongyang kuat untuk melakukan perjalananwisata ke destinasi tersebut. Ini memberiarti bahwa kepercayaan, ide, serta impresiseseorang sangat besar pengaruhnya ter-hadap sikap dan perilaku serta respon yangmungkin akan dilakukannya.

Suatu perusahaan akan terlihat melaluiimage-nya baik yang positif atau negatif.Image yang positif akan memberikan artiyang baik terhadap produk perusahaantersebut dan lebih lanjut dapat meningkat-kan jumlah penjualan. Sebaliknya penjualansuatu produk akan mengalami penurunanjika imagenya dipandang negatif olehmasyarakat. Dalam industri pariwisataimage dapat diukur dari dua komponen:pertama berdasarkan atribut berbasis holis-tik dan kedua berbasis atribut fungsionalyang lebih abstrak. Lebih lanjut Hankinson(2005) berpendapat bahwa mengukur imagedaerah tujuan wisata dapat dilakukan me-lalui dimensi keseluruhan atraksi padadaerah tujuan wisata, fungsionalitas dansuasana. Dari uraian tentang pengukuranimage tersebut dapat dipahami bahwa da-lam mengevaluasi image seseorang terhadapsuatu objek dapat dilihat dari aspek kognitifdan afektif. Komponen kognitif merupakankepercayaan dan pengetahuan mengenaiobjek atau orang, sedangkan afektif me-wakili perasaan terhadap objek (sedih,senang, dan sebagainya).

Menurut Yoeti (2006), salah satu halyang menentukan pengembangan kepari-wisataan adalah pemasaran kepariwisataan.Lebih jauh Yoeti (2006) menekankan bahwaistilah produk wisata atau produk pari-wisata kurang tepat, seharusnya digunakanistilah produk industri pariwisata, karenahanya industri yang menghasilkan produk,sedangkan wisata dan pariwisata tidak.Memasarkan produk industri pariwisatajauh lebih kompleks sifatnya dibandingkandengan memasarkan produk yang lain.Produk industri pariwisata secara umum

Page 61: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

206 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 201 – 218

telah diakui sebagai produk jasa (Vellas danBecherel, 2008).

Penelitian Sebelumnya dan Pengembang-an Hipotesis

Melakukan kajian tentang motivasiwisatawan mengunjungi suatu DTW perlumendapatkan perhatian yang serius daripengelola DTW atau pemerintah terkait.Selain motivasi seseorang melakukan wisatamerupakan suatu segmen yang dapatmempengaruhi efektifitas pengembanganwisata (Parkdan Yoon, 2009) juga dapatmempengaruhi kepuasan yang dirasakanoleh wisatawan terhadap DTW baik secaralangsung maupun secara tidak langsung.Kajian tentang pengaruh motivasi dankepuasan wisatawan, belum begitu banyakmenarik perhatian peneliti sebelumnya,namum Yoon dan Uysal (2005) telah meng-uji dampak motivasi dan kepuasan padaloyalitas wisatawan dan temuan penelitian-nya mengungkapkan bahwa motivasi ber-pengaruh tidak signifikan pada kepuasanwisatawan. Berbeda dengan Devesaet al.(2010), yang melakukan penelitian diSpanyol dengan tujuan menginvestigasihubungan antara motivasi dan kepuasanwisatawan, menyimpulkan bahwa motivasiberpengaruh positif pada kepuasan wisata-wan. Berdasarkan uraian tersebut diatas,hipotesis penelitian yang akan diuji adalahsebagai berikut:H1 : Semakin tinggi motivasi wisatawan

untuk berwisata, semakin meningkatkepuasan wisatawan.

Selain dipengaruhi oleh motivasiwisatawan juga dapat dipengaruhi olehtingkat kualitas dari berbagai bentuklayanan yang diberikan pada wisatawanmulai wisatawan memasuki lingkunganDTW sampai wisatawan kembali me-ninggalkan DTW, tingkat kepuasan wisata-wan dapat dipengaruhi oleh banyak hal.Banyak kajian telah dilakukan dengantujuan menguji pengaruh kualitas layananterhadap kepuasan konsumen, seperti yangdilakukan oleh Labato (2006), Andaleeb dan

Conway (2006), Wu (2007), Tsung (2009),Yuksel Et al, (2010), Martaleni, (2011). Secaraumum hasil kajian tersebut menunjukkanbahwa semakin meningkat kualitas layananakan semakin meningkatkan kepuasanwisatawan. Berbeda dengan hasil kajianCorreia dan Valle (2007), Hutchinson atal,(2009) dan Chen dan Tsai (2007), yang jugamenguji pengaruh kualitas layanan ter-hadap kepuasan, mengungkapkan bahwapelayanan yang diberikan tidak berpe-ngaruh positif terhadap kepuasan konsu-men atau semakin meningkat kualitaslayanan tidak dapat meningkatkan kepuas-an konsumen. Dengan demikian dapat di-rumuskan sebuah hipotesis sebagai berikut:H2 : Semakin tinggi nilai kualitas layanan

wisata, semakin meningkatkan ke-puasan wisatawaan.

Perbaikan dan pengembangan kualitaslayanan wisata secara terus menerus me-rupakan suatu keharusan yang tidak dapatditawar oleh pegelola wisata dan peme-rintah terkait, bila ingin memenangkan per-saingan di pasar yang semakin kompetitif.Peningkatan kualitas layanan akan ber-dampak pada image positif wisatawan baiksecara langsung maupun tidak langsungdan dapat dijadikan sebagai kunci dalammembangun positioning DTW (Faulantet al,2008; Martaleni, 2010). Penelitian yang ber-tujuan menguji pengaruh kualitas layananterhadap image, telah dilakukan olehHankinson (2005), Kandampully dan Hsin-Hui Hu (2007), Chen dan Chen (2010) dansecara umum mengungkapkan bahwa, se-makin meningkat kualitas layanan yangdiberikan oleh DTW dan hotel akan se-makin meningkatkan image konsumen ter-hadap DTW dan hotel.H3 : Semakin tinggi kualitas layanan

wisata, semakin meningkat imagewisatawan.

H4 : Tingginya motivasi wisatawan dankualitas layanan wisata secara tidaklangsung akan meningkatkan imagewisatawan melalui kepuasan.

Page 62: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Motivasi, Kualitas Layanan, Dan Kepuasan Wisatawan... – Martaleni 207

Rerangka KonseptualBerdasarkan pada kajian teoretis dan

empiris, dapat disusun rerangka konsep-tual sebagaimana terlihat pada Gambar 1.Dalam penelitian ini digunakan empatvariabel, yaitu motivasi, kualitas layanan,kepuasan dan image. Selanjutnya akan

diteliti tentang pengaruh antar variabel,dalam hal ini pengaruh motivasi dankualitas layanan secara langsung terhadapkepuasan, pengaruh tidak langsung darimotivasi dan kualitas layanan terhadapimage melalui kepuasan, dan pengaruhlangsung kualitas layanan terhadap image.

Gambar 1Kerangka Konseptual

METODE PENELITIANDaerah Tujuan Wisata (DTW) Malang

Raya merupakan objek kajian dari peneliti-an ini dengan populasi adalah seluruhwisatawan nusantara yang berasal dari luarMalang Raya dan bertujuan untuk ber-wisata (bukan bertujuan untuk bisnis) diDTW Malang Raya. Pengambilan sampeldilakukan secara purposive sampling. Pe-nentuan besarnya sampel mengacu padapendapat para pakar

Alat analisis data yang digunakan da-lam penelitian ini adalah Structural EquationModeling berbasis Component (CBSEM) yangumum dikenal dengan Partial Least Square(PLS). Dalam penelitian ini terdapat 16manifest (indikator) formatif, sehinggabesarnya sampel yang diambil sebagai-mana pendapat Solimun (2008) yaitu 10 x 16= 160. Sementara itu, untuk mengantisipasiterjadinya data bias, maka banyaknyasampel ditambah 25% dari 160, sehingga

total sampel yang digunakan adalah sebesar200.

Jenis data dalam penelitian ini me-rupakan data primer yang dikumpulkandengan menggunakan kuesioner sebagaiinstrumen penelitian. Jawaban-jawaban dariresponden dikuantitatifkan serta diukurdengan skala Likert lima kategori yang ber-kisar dari “sangat tidak setuju” sampaidengan “sangat setuju”. Selain itu, variabelyang akan dianalisis dalam penelitian inidiklasifikasikan menjadi dua kelompok,yakni variabel independen dan variabeldependen. Variabel independen di-kelompokkan menjadi tiga variabel yaitu:(a) Motivasi wisatawan, yang diukurdengan 4 (empat) indikator, yaitu: ber-istirahat/relaksasi, mencari ketenangan/keheningan, kebersamaan dengan keluargadan kontak dengan alam. (b) Kualitaslayanan wisata, yang diukur dengan 3 (tiga)indikator, yaitu: daya tarik objek wisata,kondisi sarana pendukung dan empati

Motivasi(M)

Imaga(I)

Kepuasan(K)

KualitasLayanan

(KL)

Page 63: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

208 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 201 – 218

(emphaty), (c) Kepuasan wisatawan yangdiukur dengan perbandingan antara harap-an dan kenyataan pada masing-masingindikator kualitas layanan wisata. Variabeldependen dalam penelitian ada Image DTWyang diukur dengan 3 (tiga) indikator,yaitu: iklim, biaya wisata, kondisi alam.

Penyebaran kuesioner dilakukan padabulan Februari hingga Agustus 2011 ber-tempat di tempat-tempat rekreasi yangberada di wilayah Kota Malang, KabupatenMalang dan Kota Batu. Beberapa tempatrekreasi yang digunakan untuk penyebarankuesioner di Kota Malang antara lain pusatbelanja Matos, MX, Pasar Besar dan pusatoleh-oleh Sanan. Sementara itu, untuk pe-nyebaran kuesioner di Kabupaten Malangantara lain di Taman Rekreasi Sengkaling,Taman Rekreasi Wendit dan TamanRekreasi Pantai Balekambang. Di Kota Batuantara lain Taman Rekreasi BNS, TamanRekreasi Jatim Park, Taman RekreasiSelecta. Kuesioner disebarkan kepada parawisatawan baik yang sedang berada didalam tempat rekreasi maupun yangsedang berada di luar tempat rekreasi(sedang beristirahat). Penentuan respondendilakukan secara acak dan dalam waktuyang berbeda.

ANALISIS DAN PEMBAHASANTehnik pengumpuan data dilakukan

melalui penyebaran kuesioner kepada se-banyak 200 orang responden dan dilakukanlangsung bertemu dengan responden, di-mana setiap responden diminta untukmengisi satu exemplar kuesioner. Dengandemikian jumlah kuesioner yang terkumpuljuga sebanyak 200. Adapun banyaknyaresponden di masing-masing kota/kabu-paten adalah: Kota Malang sebanyak 60orang, Kabupaten Malang sebanyak 50orang dan Kota Batu sebanyak 90 orang.Karakteristik demografi responden se-lengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 1.Karakteristik demografi meliputi jeniskelamin, umur, pendidikan, pekerjaan danbesarnya dana yang dibelanjakan selamaberwisata.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskanbahwa sebaran jenis kelamin respondenterdiri atas 54% responden laki-laki dan46% responden wanita. Usia respondenberkisar antara 15 tahun hingga lebih dari51 tahun dengan persentase terdiri atas57,5% responden berusia antara 15 dan 20tahun, 18% responden berusia antara 21 dan30 tahun, 11% responden berusia antara 31dan 34 tahun, 11,5% responden berusiaantara 35 dan 50 tahun dan 2% respondenberusia lebih dari 51 tahun. Persentasetertinggi dari tingkat pendidikan respondenadalah 57,5% berpendidikan SLTA, 21%responden berpendidikan SLTP dan 0,5%responden berpendidikan Pascasarjana. Di-tinjau dari sisi pekerjaan, sebanyak 63%responden sebagai mahasiswa/pelajar, se-banyak 12,5% bekerja sebagai PNS/BUMN,pegawai swasta, pengusaha/berwiraswatadan sebanyak 7% bekerja dalam bidangpekerjaan lainnya. Besar dana yang di-belanjakan selama berwisata di MalangRaya, berkisar antara kurang dari Rp.500.000,- dan lebih dari Rp. 2.000.000,-.Sebanyak 44,05% responden mengatakanmembelanjakan dana kurang dari Rp.500.000,- Sebanyak 32% responden mem-belanjakan dana antara Rp. 500.000,- danRp. 1.000.000,-, sebanyak 15,05% respondenmembelanjakan dana antara Rp. 1.000.000,-dan Rp. 2.000.0000,-, dan sebanyak 8%responden membelanjakan dana lebih dariRp. 2.000.000,-. Berdasarkan data tersebutdapat dikatakan bahwa responden yangdigunakan merupakan sampel yang dapatmerepresentasikan populasi baik ditinjaudari jenis kelamin, usia, pekerjaan, danbesarnya dana yang dibelanjakan.

Variabel Motivasi WisatawanVariabel motivasi wisatawan diukur

dengan menggunakan empat indikator ya-itu indikator beristirahat/relaksasi, mencariketenangan, kebersamaan dengan keluarga,dan kontak dengan alam. Masing-masingindikator diukur berdasarkan jawabanresponden atas pertanyaan yang diajukandalam kuesioner.

Page 64: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Motivasi, Kualitas Layanan, Dan Kepuasan Wisatawan... – Martaleni 209

Tabel 1Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik Frekuensi(orang)

%

Jenis Kelamin Laki-laki 108 54Perempuan 92 46

Total 200 100Usia 15-20 th 115 57,5

21-30 th 36 1831-34 th 22 1135-50 th 23 11,5> 51 th 4 2

Total 200 100Pendidikan Formal SD 9 4,5

SLTP 42 21SLTA 115 57,5Diploma 6 3Sarjana 27 13,5Pascasarjana 1 0,5

Total 200 100Pekerjaan PNS/ BUMN 16 20,69

Pegawai Swasta 25 14,66Pengusaha/Wiraswasta 18 12,50TNI 1 0,5Mahasiswa/Pelajar 126 63Lainya 14 7

Total 200 100Besar dana yang dibelanjakan

selama kunjunganKurang dari Rp. 500.000,- 89 44,05Rp. 500.000,- – Rp. 1.000.000,- 64 32Rp. 1.000.000,- - Rp. 2.000.000,- 31 15,05Lebih dari Rp. 2.000.000,- 16 8Total 200 100

Pada setiap pertanyaan disediakan 5pilihan jawaban, yaitu sangat tidak setujuyang diberi bobot 1, tidak setuju diberibobot 2, netral diberi bobot 3, setuju diberibobot 4, dan sangat setuju diberi bobot 5.Persentase dari jumlah responden yangmemberikan jawaban atas pertanyaan ter-sebut dikalikan dengan masing-masingbobot dan menghasikan nilai rata-ratasetiap indikator variabel sebagaimana ter-cantum pada kolom kedua dalam Tabel 2.Berdasarkan Tabel 2 tersebut tampak bahwaindikator keempat yaitu kontak dengan

alam memperoleh rata-rata tertinggi, di-susul kebersamaan dengan keluarga, ber-istirahat/relaksasi dan mencari ketenanganmerupakan indikator yang paling lemah.Hal tersebut menunjukkan bahwa motivasiutama wisatawan berkunjung ke DTWMalang Raya adalah untuk dapat me-nikmati alam bersama keluarga. Selanjutnyanilai rata-rata keseluruhan sebesar 4,03dapat diinterpretasikan bahwa motivasiwisatawan memiliki nilai yang tinggi dalammenentukan image sebuah DTW.

Page 65: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

210 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 201 – 218

Tabel 2Nilai Rata-rata Variabel

Variabel Indikator Rata-rata

Rata-ratakeseluruhan

Motivasi Wisatawan

Beristirahat/relaksasi 4,06

4,03Mencari ketenangan 3,87Kebersamaan dengan keluarga 4,09Kontak dengan alam 4,12

Kualitas LayananDaya Tarik Obyek Wisata 3,94

3,73Kondisi Sarana Pendukung 3,87Empati 3,55

Kepuasan WisatawanKepuasan terhadap daya tarik obyekwisata 3,80 3,70Kepuasan terhadap sarana pendukung 3,79Kepuasan terhadap empati 3,52

Image DTWIklim 4,19

4,05Biaya wisata 3,72Kondisi Alam 4,24

Variabel Kualitas LayananVariabel Kualitas Layanan diukur

dengan menggunakan tiga indikator yaitudaya tarik objek wisata, kondisi saranapendukung, dan empati. Masing-masingindikator diukur berdasarkan jawabanresponden atas pertanyaan yang diajukandalam kuesioner. Pada setiap pertanyaandisediakan 5 pilihan jawaban dan masing-masing jawaban diberi bobot sebagaimanadi atas. Nilai rata-rata setiap indikatorvariabel sebagaimana tercantum padakolom kedua dalam Tabel 2. BerdasarkanTabel 2 tersebut, tampak bahwa indikatorpertama yaitu daya tarik obyek wisataberada pada level paling tinggi dengan rata-rata sebesar 3,94, kemudian disusul kondisisarana pendukung dan empati. Hal inidapat di- maknai bahwa wisatawan yangberkunjung ke DTW lebih memperhatikandaya tarik obyek wisata yang ditawarkanoleh DTW seperti tersedianya berbagaimacam objek wisata. Selanjutnya wisatawanakan mem- perhatikan kondisi saranapendukung yang tersedia dan tingkatempati masyarakat atau petugas wisatadalam melayani dan memperlakukanwisatawan saat berada di DTW MalangRaya.

Variabel Kepuasan WisatawanVariabel kepuasan wisatawan diukur

dengan menggunakan tiga indikator yaituperbandingan antara harapan dan kenyata-an pada keseluruhan daya tarik objek wisa-ta, perbandingan antara harapan dan ke-nyataan pada semua sarana pendukungyang disediakan dan perbandingan antaraharapan dan kenyataan dari perhatian yangdiberikan oleh petugas dan penduduksekitar. Masing-masing indikator diukurberdasarkan jawaban responden atas per-tanyaan yang diajukan dalam kuesioner.Pada setiap pertanyaan disediakan 5 pilihanjawaban dan masing-masing jawaban diberibobot sebagaimana di atas. Nilai rata-ratasetiap indikator variabel sebagaimana ter-cantum pada kolom kedua dalam Tabel 2.Berdasarkan Tabel 2 tersebut, dapat dijelas-kan bahwa indikator pertama yaitu per-bandingan antara harapan dan kenyataanpada keseluruhan daya tarik objek wisatayang diterima dipersepsikan paling tinggioleh wisatawan yaitu dengan rata-rata 3,8,kemudian disusul indikator perbandinganantara harapan dan kenyataan pada semuasarana pendukung yang disediakan,sedangkan indikator ketiga yaitu per-

Page 66: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Motivasi, Kualitas Layanan, Dan Kepuasan Wisatawan... – Martaleni 211

bandingan antara harapan dan kenyataandari perhatian yang diberikan oleh petugasdan penduduk sekitar dipersepsikan palinglemah oleh wisatawan. Hal ini dapatdimaknai bahwa kepuasan wisatawan ter-hadap daya tarik obyek wisata merupakanfaktor utama dalam penentuan tingkatkepuasan wisatawan terhadap DTW yangselanjutnya akan berdampak pada imageDTW. Nilai rata-rata keseluruhan indikatorpada variabel kepuasan wisatawan sebesar3,7 dapat diinterpretasikan bahwa wisata-wan menilai kepuasan yang dirasakanmemiliki kontribusi yang tinggi dalammenentukan image DTW.

Variabel ImagePada Tabel 2 tampak bahwa indikator

ketiga yaitu kondisi alam berada pada levelpaling tinggi, disusul indikator iklim danbiaya wisata dipersepsikan paling lemaholeh wisatawan. Hal ini dapat dimaknaibahwa wisatawan memandang kondisialam DTW yang indah merupakan imageutama dari Daerah Tujuan Wisata MalangRaya. Selanjutnya, nilai rata-rata keseluruh-an indikator pada variabel image sebesar 4,5

berada dalam kategori tinggi. Sehinggadapat dijelaskan bahwa wisatawan menilaiDTWmemiliki image yang kuat.

Pengujian Goodness of Fit ModelPengukuran (Outer Model)

Pengujian goodness of fit pada outermodel untuk setiap variabel yang meng-gunakan indikator refleksif pada dasarnyaadalah pengukuran convergent validity,discriminant validity dan composite reliability.Pada penelitian ini, hanya ada tiga variabeldengan indikator refleksif yaitu motivasi,kepuasan, dan image. Hasil pengujian ada-lah sebagai berikut:

Convergent ValidityPengujian convergent validity diuji de-

ngan melihat nilai outer loading apakah diatas 0,5 atau tidak. Tabel 3 menunjukkanseluruh nilai loading indikator konstrukmemiliki nilai di atas 0,5, meskipun ada satuindikator image yang nilainya di bawah 0,5akan tetapi cukup dekat nilainya dengan0,5, sehingga dapat dijelaskan bahwa peng-ukuran ini memenuhi persyaratan validitaskonvergen.

Tabel 3Hasil Pengujian Convergent Validity

Variabel Indikator OuterLoading

Keterangan

MotivasiWisatawan

Beristirahat 0,740 ValidMencari ketenangan 0,805 ValidKebersamaan dengan keluarga 0,563 ValidKontak dengan alam 0,750 Valid

KepuasanWisatawan

Kepuasan terhadap daya tarik wisata 0,733 ValidKepuasan terhadap sarana pendukung 0,820 ValidKepuasan terhadap empati 0,795 Valid

Image DTWIklim 0,494 ValidBiaya murah 0,599 ValidKondisi alam 0,964 Valid

Data hasil penelitian, diolah (2011)

Discriminant ValidityPengujian discriminant validity meng-

gunakan nilai akar AVE yang dibandingkan

dengan korelasi antar variabel laten. Hasilpengujian disajikan pada Tabel 4 berikut:

Page 67: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

212 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 201 – 218

Tabel 4Hasil Pengujian Discriminant Validity

Variabel AVE AkarAVE

Skor Korelasi Antar Variabel LatenMotivasi Kepuasan Image

Motivasi Wisatawan 0,519 0,720 0,401 0,382Kepuasan Wisatawan 0,712 0,844 0,401 0,525ImageDTW 0,614 0,784 0,382 0,525

Data hasil penelitian, diolah (2011)

Hasil pengujian menunjukkan nilaiakar AVE (average variance extracted) mem-perlihatkan nilai yang lebih besar daripadaskor korelasi antar variabel latennya,sehingga dapat dinyatakan semua konstrukmemenuhi kriteria validitas diskriminan.

Composite ReliabilityHasil pengujian reliability mengguna-

kan nilai composite reliability untuk variabelmotivasi wisatawan, kepuasan wisatawan,image DTW berturut-turut adalah 0,809,0,881 dan 0,826. Hasil pengujian menunjuk-kan bahwa nilai composite reliability lebihbesar dari 0,7. Hal ini dapat diinterpretasi-kan bahwa semua konstruk memenuhikriteria composite reliability.

Pengujian Goodness of Fit Model Struktur-al (Inner Model)

Pengujian Goodness of Fit modelstruktural pada inner model menggunakan

nilai predictive-relevance (Q2) dan diperolehmenggunakan rumus:

Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R42 )Adapun nilai R2 dari masing-masing varia-bel endogen dalam penelitian ini, berturut-turut variabel kepuasan wisatawan danimage DTW, adalah R12 = 0.374 dan R42 =0.326. Dengan demikian diperoleh nilaipredictive-relevance adalah:Q2 = 1 – (1 – 0,374) (1 – 0,326)= 0,5781 =57,81%

Nilai predictive relevance tersebut meng-indikasikan bahwa keragaman data yangdapat dijelaskan oleh model tersebut adalahsebesar 57,81% atau dengan kata laininformasi yang terkandung dalam data57,81% dapat dijelaskan oleh model ter-sebut. Sedangkan sisanya 42.19% dijelaskanoleh variabel lain (yang belum terkandungdalam model) dan error. Dengan demikianmodel struktural yang telah terbentuk telahsesuai

Tabel 5Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model

VariabelDependent Variabel Independent

Koefisien JalurPengaruhLangsung

Koefisien Jalur PengaruhTidak Langsung

Stdsize t-stat Variabel

ModeratingStdsize

KepuasanWisatawan

Motivasi Wisatawan 0,143 2,344*Kualitas Layanan 0,543 8,272*

Image DTWKualitas Layanan 0,280 3,894*Motivasi dan KualitasLayanan 0,358 5,334* Kepuasan

Wisatawan 2,80

Data hasil penelitian, diolah (2011).Keterangan: tanda * menyatakan signifikan pada taraf 5%

Page 68: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Motivasi, Kualitas Layanan, Dan Kepuasan Wisatawan... – Martaleni 213

Hasil Pengujian Hipotesis PenelitianHasil pengujian hipotesis penelitian dalaminner model (structural model) tercantumdalam Tabel 5. Hasil pengujian hipotesis

tersebut secara lengkap digambarkan dalambentuk jalur-jalur sebagaimana dapat dilihatpada Gambar 2.

Gambar 2Diagram Jalur Hasil Pengujian Hipotesis Inner Model

Berdasarkan Gambar 2, dapat dijelaskanbahwa terdapat bukti empiris untukmenerima semua hipotesis yang manahubungan antar variabel yang diuji ber-pengaruh positif, baik secara langsungmaupun tidak langsung.

PEMBAHASANPengaruh Motivasi Wisatawan terhadapKepuasan Wisatawan

Dari hasil penelitian pada Tabel 5memperlihatkan bahwa adanya pengaruhpositif antara motivasi wisatawan terhadapkepuasan wisatawan. Hal ini dapat di-maknai bahwa semakin tinggi motivasiwisatawan untuk relaksasi, mencari

ketenangan, kebersamaan dengan keluargadan kontak dengan alam, maka akansemakin tinggi pula kepuasan yang di-rasakan wisatawan terhadap kualitas layan-an yang diterima pada daerah tujuanwisata. Temuan penelitian ini sejalan de-ngan kajian yang dilakukan oleh Devesaetal. (2010) di Spanyol, Penelitian yangbertujuan menginvestigasi hubungan antaramotivasi dan kepuasan wisatawan, meng-ungkapkan bahwa motivasi berpengaruhpada kepuasan wisatawan.

Sementara itu, temuan penelitian inibertentangan dengan temuan dari kajianYoon dan Uysal (2005). Dimana penelitian-nya mengungkapkan bahwa motivasi ber-

0,143*

0,740

M.3

0,563

0,805

M.4

M.1

M.2

0,750

Motivasi(M)

0,217

0,104

0,861

KY.3

KY.1

KY.2

KualitasLayanan (KY)(KY)

0,839 0,8530,840

0,280*

K.2 K.3K.1

Kepuasan(K)

0,543*0,358*

0,820

0,795

0,733

I.1

I.2

I.3

Image(I)

Page 69: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

214 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 201 – 218

pengaruh tidak signifikan pada kepuasanwisatawan. Perbedaan temuan dari keduapenelitian tersebut dapat bersumber daribeberapa hal, diantaranya indikator sebagaiparameter yang digunakan, alat analisisdata dan objek kajian yang berbeda. Sepertipada penelitian Devesa et al. (2010) motivasiwisatawan dikelompokan ke dalam empatcluster, yaitu 1)Visitor looking for tranquillity,rest and contact with nature, 2. Cultural visitor3) Priximity, gastronomic and nature visitor 4).Return tourist. Dengan menggunakan ANO-VA, faktor dan cluster sebagai alat analisis.Sementara itu, Yoon dan Uysal (2005)menggunakan exciting, education, relaxation,achievement, family togetherness, escape, safety/fun dan away from home and seeing sebagaiparameter motivasi wisatawan. Objek pe-nelitiannya adalah wisatawan yang tinggaldi hotel pada Northern Cyprus-Mediterra-nia, dan dianalisis dengan Structural Equa-tion Modelling (SEM).

Dari uraian tersebut di atas dapat di-maknai bahwa motivasi wisatawan me-ngunjungi DTW dapat berpengaruh atautidak berpengaruh positif pada kepuasanyang dirasakan wisatawan terhadap DTW.Dengan demikian, hal ini dapat dijadikanbahan masukan bagi pengelola dan pe-merintah terkait dalam merancang strategipengelolaan sebuah DTW. Terkait denganhasil penelitian ini yang menyatakan bahwamotivasi wisatawan berpengaruh positifpada tingkat kepuasan wisatawan, maka kedepan pengelolaan DTW harus selalu men-jaga kondisi objek-objek wisata yang di-tawarkan agar dapat memenuhi kebutuhanwisatawan selama berwisata di DTW.Beberapa strategi yang dapat dilakukanadalah tetap membuat DTW dan sekitarnyamenjadi daerah yang aman, seperti amandari teror, keributan, demonstrasi dan se-bagainya.

Selanjutnya, membuat situasi dankondisi di DTW khususnya di tempat objek-objek wisata sebagai tempat yang nyamanuntuk berinteraksi dengan keluarga sertaalamnya yang tetap terjaga dengan baik.

Pengaruh Kualitas Layanan terhadapKepuasan Wisatawan

Dari hasil pengujian hipotesis padaTabel 5 memperlihatkan bahwa adanyapengaruh positif antara kualitas layananterhadap kepuasan wisatawan, ini dapatdimaknai semakin tinggi kualitas layananyang ditunjukkan dengan daya tarik objekwisata, kondisi sarana pendukung dan em-pati masyarakat sekitar kepada wisatawan,maka akan semakin tinggi pula kepuasanyang dirasakan wisatawan. Temuan pe-nelitian ini mendukung teori service me-nurut Kotler dan Keller (2012) yang men-jelaskan bahwa apabila kualitas layananyang dirasakan melampaui harapan wisata-wan, berarti jasa tersebut telah memberikansuatu kualitas yang luar biasa dan juga akanmenimbulkan kepuasan yang sangat tinggi(very satisfy). Sebaliknya, apabila harapan-nya itu tidak tercapai, maka diartikankualitas jasa tersebut tidak memenuhi apayang diinginkannya atau perusahaan ter-sebut gagal melayani wisatawannya. Apa-bila harapannya sama dengan apa yang diperoleh, berarti wisatawan itu puas (satisfy).Secara empiris, temuan penelitian ini sejalandengan hasil penelitian Ibrahim dan Gill(2005), Andaleeb dan Conway (2006),Kandampully dan Hu (2007), Martaleni(2011) yang menjelaskan bahwa kualitaslayanan berpengaruh signifikan terhadapkepuasan wisatawan. Di sisi lain hasilpenelitian ini bertentangan dengan temuanpenelitian, Coreria dan Valle (2007).

Hutcinson, et al. (2009) yang me-ngatakan bahwa kualitas layanan tidakberpengaruh signifikan terhadap kepuasanwisatawan. Perbedaan temuan penelitiantersebut, dapat disebabkan oleh banyak hal,diantaranya: perbedaan tempat penelitian,karakteristik responden, populasi dan jum-lah sampel yang digunakan dan sebagainya.Coreria dan Valle (2007) melakukan pe-nelitian tentang “Why people travel to exoticplaces”dengan populasi wisatawan Portugis.Dari hasil analisisnya menjelaskan bahwawisatawan Portugis tidak puas terhadapkualitas layanan yang ditawarkan, karena

Page 70: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Motivasi, Kualitas Layanan, Dan Kepuasan Wisatawan... – Martaleni 215

wisatawan yang datang ke tempat wisatatidak hanya bermotivasi untuk berwisatatapi juga untuk memecahkan konflik yangdirasakan. Bila wisatawan datang ke tempatwisata untuk memecahkan konflik, ke-mungkinan kualitas layanan yang diberikantidak menjadi harapannya.

Dari temuan penelitian tersebut, dapatdimaknai bahwa peningkatan kualitaslayanan yang diberikan pada DTW tidakserta merta dapat meningkatkan kepuasanwisatawan, namun, dalam penelitian inidiungkapkan bahwa peningkatan kualitaslayanan memberikan dampak positif bagikepuasan wisatawan. Hal ini dapat di-jadikan sebagai bahan masukan oleh pe-ngelola objek wisata dan pemerintah terkaitdalam perencanaan tentang kualitas layan-an. Peningkatan kualitas layanan wisatamerupakan keharusan yang tidak dapatdiabaikan, mengingat kebutuhan dan ke-inginan wisatawan yang terus berubah danbervariasi akan produk wisata. Beberapabentuk peningkatan kualitas layanan wisatayang dapat dilakukan adalah: penambahanobjek-objek wisata yang lebih menarik bagikeluarga, akses transportasi yang semakinmudah dan lancar, fasilitas umun yangnyaman dan bersih serta peningkatan em-pati petugas melalui pelayanan yang lebihramah, dan lebih komunikatif.

Pengaruh Kualitas Layanan TerhadapImage

Dari hasil penelitian pada Tabel 5memperlihatkan bahwa adanya pengaruhpositif antara kualitas layanan terhadapimage. Artinya semakin tinggi kualitaslayanan wisata yang diwujudkan dengandaya tarik objek wisata, sarana pendukungdan empati, maka akan semakin tinggi pulaimage wisatawan terhadap DTW MalangRaya sebagai daerah tujuan wisata yangmemiliki iklim yang sejuk, berbiaya murahdan sebagai daerah tujuan wisata alam.

Temuan penelitian ini mendukungteori dari Kotler dan Kelller (2012) yangmenjelaskan bahwa image merupakan bagi-an penting dalam menilai kualitas jasa.

Apabila dalam pikiran wisatawan sudahtertanam kesan yang positif kepada per-usahaan jasa tertentu, meskipun terjadibeberapa kesalahan dalam penyampaianjasa, maka kekurangan ini dapat ditutupoleh image positif ini. Hasil kajian empirisini mendukung temuan dari Kandampullydan Hsin-Hui Hu (2007); Martaleni (2011)dimana temuannya mengungkapkan bahwakualitas layanan wisata berpengaruh signi-fikan pada image.

Penjelasan ini memberikan pemaham-an bahwa agar image daerah tujuan wisataMalang Raya selalu positif, maka pihakyang berwenang di Malang Raya harusselalu meningkatkan kualitas layanan daridaya tarik obyek wisata yang ditawarkanpada wisatawan. Mempertahankan dan me-ningkatkan kualitas layanan yang dapatdilakukan melalui pembenahan obyek-obyek wisata yang ada, meningkatkan skillsumberdaya manusia, dan memberikanedukasi pada masyarakat sekitar akan artipentingnya memberikan perhatian padawisatawan. Temuan penelitian ini sejalandengan penelitian yang telah dilakukanoleh Hankinson (2005) dan Kandampully,Hsin-Hui Hu (2007) masing-masing me-lakukan penelitian di daerah tujuan wisataUK dan Hotel di Mouritius. Kedua pe-nelitian tersebut dapat mengungkapkanbahwa, semakin meningkat kualitas layananyang diberikan oleh daerah tujuan wisatadan hotel akan semakin meningkatkanimage wisatawan terhadap daerah tujuanwisata dan hotel. Temuan ini dapat di-maknai bahwa penelitian yang dilakukanpada objek kajian dan daerah yang berbeda,dapat menghasilkan temuan yang sama.

Pengaruh Motivasi Wisatawan dan Kuali-tas Layanan terhadap Image melaluiKepuasan

Dari hasil penelitian memperlihatkanbahwa adanya pengaruh positif secara tidaklangsung antara motivasi wisatawan dankualitas layanan terhadap image melaluikepuasan. Hal ini memberikan maknabahwa semakin tinggi motivasi wisatawan

Page 71: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

216 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 201 – 218

untuk berwisata dan tingginya nilai kualitaslayanan wisata akan dapat meningkatkanimage daerah tujuan wisata dengan terlebihdulu wisatawan merasa puas terhadapDTW.

Temuan ini sejalan dengan hasil pe-nelitian Kandampully dan Hsin-Hui Hu(2007), Chi dan Qu (2008) yang menjelaskanbahwa kepuasan wisatawan berpengaruhsignifikan dengan image. Demikian jugadalam temuan penelitian Kandampully danHsin-Hui Hu, 2007; Chen dan Tsai, 2007;Chi dan Qu, 2008; Brunner. Stocklin, danOpwis, 2008; Park, D-Y dan Yoon, Y-S, 2009;Chen dan Chen, 2010) menjelaskan bahwakepuasan pelanggan secara signifikan mem-pengaruhi citra (image). Ini dapat diartikanbahwa penelitian yang dilakukan padaobyek dan lokasi yang berbeda dapat ber-laku juga pada penelitian ini, yang memilihdaerah tujuan wisata sebagai obyek kajian-nya. Pemenuhan kepuasan wisatawan me-rupakan faktor penting yang secara tidaklangsung dapat meningkatkan image DTWMalang Raya.

Kepuasan wisatawan pada daerahtujuan wisata Malang Raya dapat terpenuhibila kenyataan yang mereka rasakan akanadanya daya tarik obyek wisata, saranapendukung yang memadai, petugas yangramah dan penduduk yang bersahabatsesuai dengan harapan. Daya tarik obyekwisata yang ditawarkan harus benar-benarbervariasi sesuai kebutuhan wisatawan.Sebagai contoh adanya wisata rekreasi yangmenarik dan nyaman, wisata belanja de-ngan keragaman produk yang berkualitas,pelayanan dengan penuh keramahan danharga yang terjangkau serta keindahan alamyang tetap terjaga.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Berdasarkan pembahasan yang dijelas-kan sebelumnya, maka dapat ditarik be-berapa simpulan sebagai berikut. Pertama,semakin tinggi motivasi wisatawan untukberistirahat (relaksasi) bersama keluargadalam rangka mencari ketenangan/ke-

heningan di tempat yang dapat langsungkontak dengan alam, akan semakin mem-pertinggi kepuasan wisatawan terhadapDTW Malang Raya. Kedua, semakin me-narik obyek wisata dengan dilengkapisarana pendukung yang baik disertai de-ngan keramahan dan empati petugas danpenduduk terhadap wisatawan, semakinmempertinggi kepuasan wisatawan. Keada-an ini secara langsung dapat memperkuatimage DTW Malang Raya. Ketiga, semakintinggi motivasi wisatawan dan kualitaslayanan wisata secara tidak langsung me-lalui kepuasan wisatawan dapat mem-perkuat image DTW Malang Raya sebagaiDTW yang memiliki iklim sejuk, berbiayamurah dan kondisi alam yang indah.

SaranKajian image DTW akan lebih lengkap

apabila melibatkan semua wisatawan, yaituwisatawan nusantara, wisatawan bisnisserta wisatawan mancanegara. Sementaraitu dalam peneitian ini hanya melibatkanwisatawan nusantara. Oleh karena ituuntuk penelitian berikutnya disarankanuntuk melakukan kajian dengan melibatkanwisatawan bisnis dan mancanegara sehing-ga akan diperoleh informasi yang lebihdalam dan menyeluruh tentang image DTWMalang Raya.

DAFTAR PUSTAKAAndaleeb, S. S dan Conway. 2006. Customer

Satisfaction in The Restaurant Industry:An Examination of The Transaction–Specific Model. Journal or ServiceMarketing 20(1): 3-11.

Anonim, 2014. Tourism Highlights. WorldTourism Organization UNWTO

Anonim. 2012. Rencana Strategis (RENSTRA)Direktorat Pengembangan Destinasi Wisa-ta 2012-2014, Kementerian PariwisataKreatif.

Brunner, T. Stocklin, M dan Opwis, K. 2008.Satisfaction, Image, and Loyalty: NewVersus Experienced Customers. Euro-pean Journal of Marketing 42(9): 1095-1105.

Page 72: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Motivasi, Kualitas Layanan, Dan Kepuasan Wisatawan... – Martaleni 217

Chen, C. F dan F-S Chen. 2010. ExperienceQuality, Perceived Value, Satisfactionand Behavirol Intentions For HeritageTourists. Tourism Management 31(1): 29-35.

Chen, C. F dan D. C. Tsai. 2007. HowDestination Image and EvaluationFactors affect Behavioral Intentions.Tourism Managemen (28): 1115-1122.

Chi, C, G. G dan Qu, Hailin. 2008.Examining The Structural RelationshipsOf Destination Image, Tourist Satisfac-tion and Loyalty: An integratedapproach. Tourism Management 29(4):624-636.

Correia, A dan P. O. D. Valle. 2007. WhyPeople Travel to Exotic Places.International Journal of Culture 1(1): 45-61.

Devesa, M., M Laguna dan A. Palacios.2010. The Role Motivation In VisitorSatisfaction: Empirical Evidence InRural. Tourist. Tourism Management31(4): 557-542.

Fandeli, C. 2008. Mengembangkan PariwisataBerbasis Masyarakat, Pusat Studi Pari-wisata Universitas Gajah Mada.

Faullant, R., K. Matzler dan J. Fuller. 2008.The Impact of Satisfaction and Imageon Loyalty: The Case of Alpine SkiResorts. Managing Service Quality 18(2):163-178.

Hankinson, G. 2005. Destination BrandImage A Business Tourism Perspective.Journal Of Service Marketing 19(1): 24-32.

Hutchinson, J., F. Lay dan Y. Wang. 2009.Understanding The Relationships OfQuality Value, Equity, Satisfaction,And Behavioral Intentions Among GolfTravelers. Tourist Management 30(2):298-308.

Ibrahim, E.E dan J. Gill. 2005. A PositioningStrategy for a Tourism Destination,Based on Analysis of CustomersPerception and Satisfactions. MarketingIntelegence and Planning 23(2): 172-188 .

Kandampully dan H. H. Hu. 2007. DoHoteliers Need To Manage Image ToRetain Loyal Customer? International

Journal Of Contemporary HospitalityManagement 19(6): 435 - 443

Kotler, P dan K. L Keller. 2012. MarketingManagement, 14 nd Pearson Education,Inc, New Jersey.

Labato, L. H dan M. M. S. Radila. 2006.Tourism Destination Image, satisfactionand Loyalty: A study in Ixtapa-Zihuan-tanego. Tourism Geographies 8(4): 343-358.

Lamb, C. W., J. F Hair dan C. Mc Daniel.2005. Pemasaran, PT. Salemba Empat,Jakarta.

Martaleni. 2010a. Arti dan PengukurannImage Daerah Tujuan Wisata. JurnalManajemen Gajayana (JMG) 7(1): 49-56.

_________.2010b. Pengembangan Pariwisatasebagai Pemberdayaan EkonomiMasyarakat, Prosiding Seminar NasionalKewirausahaan I, UB-Malang, 263-271

_________.2011. Image Daerah Tujuan Wisa-ta: Suatu Tinjauan Dari PerspektifWisatawan Nusantara. EKUITAS,Jurnal Ekonomi dan Keuangan 15(4): 501-522.

Mohammad, B. A. M, dan A. P. M. Som.2010. An Analysis Push and Pull TravelMotivation of Foreign Tourists toJordan. International Journal of Businessand Management 5(12): 41-50.

Park, D. B dan Y. S. Yoon. 2009.Segmentation by Motivation in RuralTourism: A Korean Case Study.Tourism Management 30(1): 99-108.

Pitana, I. G dan I. K. S. Diarta. 2009.Pengantar Ilmu Pariwisata. Andi Ofset,Yogyakarta

Solimun, 2008. Memahami Metode Kuanti-tatif Mutakhir: Structural EquationModeling and Partial Least Square,Program Studi Statistika FMIPAUniversitas Brawijaya, Malang.

Tjiptono, F dan G. Chandra. 2011. Service,Quality and Satisfaction. Andi. Yogya-karta.

Tsung, H. L. 2009. A Structural Model forExaming How Destination Image andInterpretation Services Affect FutureVisitation Behavior: a case study of

Page 73: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

218 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 201 – 218

Taiwan’s Taomi eco-village. Journal ofSustainable Tourism 17(6): 727-745.

Vellas, F dan L. Becherel. 2008. PemasaranPariwisata International Sebuah Pendekat-an Strategis. Yayasan Obor Indonesia.

Wu, C. H, J. 2007. The Impact of customer-to-customer Interaction and CustomerHomogenity on Customer Satisfactionin Tourism service-the service EnconterProspective, Tourism Management289(6): 1518-1528.

Yoeti, H. O. A. 2006. Tours and TravelMarketing, PT. Pradnya Paramita,Jakarta

Yoon, Y dan M. Uysal. 2005. An Examinatinof the Effects of Motivation andsatisfaction on Destination Loyaty: aStructural Model. Tourist Management26(1): 45-56.

Yuksel, A. Yuksel, F dan Y. Bilim. 2010.Destination attachment: Effects onCustomer Satisfaction and Cognitive anConative loyalty. Tourism Management31(2): 274-284.

Page 74: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

181

PERANAN DUKUNGAN SOSIAL PADA INTERAKSI POSITIFPEKERJAAN-KELUARGA DAN KEPUASAN HIDUP

Endang [email protected]

Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura

ABSTRACT

The objectives of this research is to examine and analyze the role of professional and personal social support on ofboth directions of positive interactions of work-family (work-family enrichment and family-work enrichment)and life satisfaction of employees on the work and family. The research was conducted on the employees fromthree public sector organizations in Pontianak, includes health service, finance and telecomunication sector. Thedata was collected from 120 employees. Samples were determined through purposive sampling method withsample criteria that worked in the public sector and are married. Methods of data collection by questionnaire.Data was analyzed using Structural Equation Modeling (SEM) with Partial Least Square (PLS). The resultsshowed that 1) professional social support has significant positive effect on work-family enrichment; 2) personalsocial support has significant positive effect on family-work enrichment; 3) work-family enrichment hassignificant positive effect on job satisfaction; 4) work-family enrichment has significant positive effect on familysatisfaction; 5) family-work enrichment has no significant effect on job satisfaction; and 6) family-workenrichment has significant positive effect on family satisfaction.

Keywords: Profesional Social Support, Personal Social Support, Work-Family Enrichment, Family-WorkEnrichment, Job Satisfaction, Family Satisfaction.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis peranan dukungan sosial profesionaldan personal terhadap dua arah interaksi positif pekerjaan-keluarga (pengayaan pekerjaan-keluargadan pengayaan keluarga-pekerjaan) serta kepuasan hidup karyawan pada pekerjaan dan keluarga.Penelitian dilakukan pada karyawan tetap dari tiga organisasi sektor publik di Kota Pontianak,mencakup sektor pelayanan kesehatan, keuangan dan telekomunikasi. Data dikumpulkan dari 120karyawan. Sampel ditentukan melalui metode purposive sampling dengan kriteria sampel yang bekerjapada sektor publik dan sudah menikah. Metode pengumpulan data dengan kuesioner. Analisis datadilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) melalui pendekatan Partial LeastSquare (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) dukungan sosial profesional berpengaruhpositif signifikan terhadap pengayaan pekerjaan-keluarga; 2) dukungan sosial personal berpengaruhpositif signifikan terhadap pengayaan keluarga-pekerjaan; 3) pengayaan pekerjaan-keluarga ber-pengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja; 4) pengayaan pekerjaan-keluarga berpengaruhpositif signifikan terhadap kepuasan keluarga; 5) pengayaan keluarga-pekerjaan berpengaruh positiftidak signifikan terhadap kepuasan kerja; dan 6) pengayaan keluarga-pekerjaan berpengaruh positifsignifikan terhadap kepuasan keluarga.

Kata kunci: Dukungan Sosial Profesional, Dukungan Sosial Personal, Pengayaan Pekerjaan-Keluarga,Pengayaan Keluarga-Pekerjaan, Kepuasan Kerja, Kepuasan Keluarga.

PENDAHULUANPekerjaan dan keluarga merupakan

dua domain kehidupan yang berbedanamun saling berhubungan antara satu

dengan yang lain. Artinya, kedua domaintersebut tidak dapat dipisahkan dan salingmempengaruhi, namun tuntutan pekerjaanseringkali bertentangan dengan tuntutan

Page 75: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

182 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 181 – 200

keluarga. Bahkan, seringkali pekerjaan di-desain seolah-olah karyawan tidak mem-punyai tanggung jawab keluarga (Bailyn etal., 2001) Hal ini menimbulkan konflik antarperan (Greenhaus dan Beutell, 1985).Hasilnya, sebagian besar studi-studi inter-aksi pekerjaan-keluarga memfokuskan padapengaruh negatif interaksi kedua domaintersebut (Bhargava dan Baral, 2009; Brum-melhuis dan Bakker, 2012; Chu, 2010;Grzywacz dan Marks, 2000; McNall et al.,2009; Stoddard dan Madsen, 2007).

Kritik muncul terhadap gagasan yangmenyatakan bahwa peran pekerjaan dankeluarga selalu bersaing (Brummelhuis danBakker, 2012; Haar dan Bardoel, 2008;Greenhaus dan Powell, 2006), karena padadasarnya kedua peran dapat saling mem-berikan manfaat dan berpengaruh positif.Pengaruh positif antar peran muncul ketikaketerlibatan individu dalam berbagai perandalam waktu yang bersamaan (misalnyaperan dalam pekerjaan dan keluarga) salingmemberikan manfaat yang mungkin dapatlebih besar dibandingkan biayanya (Wayne,2009).

Manfaat yang diperoleh individu se-perti keterampilan dan perilaku baru dalamdomain pekerjaan atau pengalaman suasanahati positif dan peningkatan harga diri da-lam domain keluarga ditransfer ke domainlainnya. Jika individu berhasil meng-aplikasikan manfaat pada domain lainnyadan memungkinkan individu berfungsilebih efektif dalam peran lainnya, makadikatakan terjadi interaksi positif pekerjaan-keluarga (Wayne, 2009). Aspek penting da-lam perkembangan literatur sisi positifinteraksi pekerjaan-keluarga adalah ber-bagai istilah yang digunakan peneliti untukmengeksplorasi konsep tersebut, namunistilah yang banyak digunakan penelitiuntuk menggambarkan interaksi positifpekerjaan-keluarga berdasarkan tinjauan 19penelitian yang dilakukan Greenhaus danPowell (2006) adalah pengayaan pekerjaan-keluarga (work-family enrichment). Mirip de-ngan konsep konflik pekerjaan-keluarga,pengayaan memiliki sifat dua arah yaitu

pengayaan pekerjaan-keluarga (work-familyenrichment) dan pengayaan keluarga-pekerjaan (family-work enrichment) (Frone,2003).

Perkembangan studi-studi tentanginteraksi positif pekerjaan-keluarga tidakterlepas dari kerangka teoritis yang di-paparkan Sieber (1974) tentang teoriakumulasi peran dan Marks (1977) melaluipendekatan ekspasionis. Teori akumilasiperan Sieber menjelaskan mengapa indi-vidu memilih untuk berpartisipasi dalamberagam peran. Menurut Sieber (1974),individu memperoleh beragam pengharga-an dengan mengambil domain yang be-ragam, seperti keistimewaan peran yanglebih besar, ketegangan yang rendah dalamsatu peran mengurangi pengaruh padaperan lain, peningkatan status yang lebihbesar, dan pengayaan kepribadian (misal-nya fleksibel, lebih toleransi terhadapketidakcocokan) yang mengarah kepadakepuasan peran lebih besar dibandingkanstres. Sementara pendekatan ekspasionisdari Marks menyatakan bahwa beberapaperan memungkinkan menghasilkan pe-ngaruh positif dalam bentuk meningkatnyaenergi pada peran lain. Keefektifan me-nangani beragam peran majemuk akannampak terutama bagi individu yangmemiliki sumberdaya yang lebih banyakatau mungkin lebih penting dan lebih tepat(Schultz, 2009). Hal ini berdasarkan padapengalaman pengayaan yang tinggi padasatu peran akan dapat mengurangi konflikperan lainnya.

Mengelola interaksi positif pekerjaandan keluarga secara simultan merupakantantangan yang terus-menerus akan di-hadapi organisasi dan individu yang be-kerja dan memiliki tanggung jawabkeluarga. Interaksi positif antara kehidupanpekerjaan dan keluarga menduduki posisipenting dalam kehidupan karyawan,organisasi, dan profesional sumberdayamanusia bilamana praktik-praktik sumber-daya manusia di tempat kerja ingin men-ciptakan lingkungan kerja yang positif danproduktif. Perhatian yang diberikan organi-

Page 76: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Peranan Dukungan Sosial Pada Interaksi Positif... – Dhamayantie 183

sasi terhadap karyawan tentang manfaatmengkombinasikan peran pekerjaan dankeluarga akan membantu karyawan dalammengelola tanggung jawab kedua domain(Stoddard dan Madsen, 2007), memungkin-kan memberikan solusi bagi organisasiuntuk menarik dan mempertahankan indi-vidu yang kapabel (Rashid et al., 2011), danmemberikan peningkatan outcome yangberhubungan dengan individu, keluargadan organisasi (Bhargava dan Baral, 2009;McNall et al., 2009). Untuk itu, pendekatanholistik diperlukan untuk menghadapitantangan dalam menyatukan kehidupanpekerjaan dan keluarga agar dapat mem-berikan hasil yang lebih produktif (Bailyn etal., 2001).

Berdasarkan tipologi Allen et al. (2000),konsekuensi dari interaksi pekerjaan-keluarga mencakup kategori yang berkaitandengan pekerjaan (kepuasan kerja, komit-men afektif, keinginan berpindah kerja),kategori yang berkaitan dengan bukanpekerjaan (kepuasan keluarga dan kepuas-an hidup) dan kategori yang berkaitandengan kesehatan (kesehatan fisik danmental). Hasil investigasi analisis meta yangdilakukan McNall et al. (2009) terhadap 21studi pengayaan pekerjaan-keluarga dan 25studi pengayaan keluarga-pekerjaan, baikyang dipublikasikan maupun tidak, me-nunjukkan bahwa konsekuensi pengayaanpekerjaan-keluarga dan keluarga pekerjaanmencakup aspek-aspek yang berhubungandengan pekerjaan (kepuasan kerja, komit-men afektif, keinginan berpindah pekerja-an), yang tidak berhubungan dengan pe-kerjaan (kepuasan keluarga, kepuasan hi-dup) dan kesehatan (fisik, mental). Peneliti-an lainnya menunjukkan konsekuensi dariinteraksi positif pekerjaan-keluarga sepertikinerja, kepuasan kerja, kepuasan keluarga,kepuasan hidup, komitmen afektif, danperilaku sosial organisasi (Bhargava danBaral, 2009; Carlson et al., 2010; Hasan et al.,2009).

Implikasi bagi individu dan organisasiadalah berusaha memfokuskan pada cara-cara untuk meningkatkan interaksi positif

pekerjaan-keluarga sebagai alternatif me-ngurangi dampak negatif dari konflikpekerjaan-keluarga (McNall et al., 2009;Warner dan Hausdorf, 2009). Untukpengembangan karir dan keseimbangandalam hubungan keluarga beberapa aspeksumberdaya yang diperlukan antara laindukungan sosial profesional dan personal(Ezzedeen dan Ritchey, 2009). Dukungansosial profesional diperoleh dari atasan,mentor, rekan kerja, dan orang lain yangada dalam domain pekerjaan, sementaradukungan sosial personal diperoleh darilingkungan keluarga seperti pasangan (sua-mi/istri), anak-anak, orang tua/mertua, danteman-teman. Dukungan sosial profesionaldan personal diperlukan mengingat tuntut-an dunia kerja yang semakin berat dankebutuhan anggota keluarga akan perhati-an. Dalam domain pekerjaan, berbagaitekanan terjadi seperti jam kerja, jadwalkerja yang tidak fleksibel, konflik peran,ambiguitas peran, kegiatan yang membatasigerak, dan harapan dari atasan (Greenhausdan Beutell, 1985). Dalam domain keluarga,tekanan dapat ditimbulkan dari anak-anakyang masih kecil, pekerjaan suami/istri,keluarga besar, kurangnya dukunganpasangan, pertengkaran dalam keluarga,dan harapan anggota keluarga akan ke-hangatan dan sifat terbuka (Higgins danDuxbury, 1992).

Pentingya pengkajian peranan dukung-an sosial terhadap interaksi positif pe-kerjaan-keluarga dan kepuasan hidup jugatidak terlepas dari kondisi riil yang nampak.Peningkatan jumlah wanita dalam angkatankerja di Indonesia (43,5% dari seluruhangkatan kerja), peningkatan jumlahpasangan karir ganda (dual-career family)dimana suami dan istri memiliki pekerjaandan tanggung jawab keluarga sehinggamayoritas anak-anak tumbuh dengan keduaorang tua yang bekerja di luar rumah(Mondy, 2008) dan meningkatnya jumlahrumah tangga perorang tua tunggal akibatperceraian (hingga 2010, angka perceraiandi Indonesia meningkat 70%), merupakantantangan dan peluang bagi organisasi

Page 77: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

184 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 181 – 200

untuk peka dan lebih fleksibel terhadapkebutuhan individu.

Dukungan sosial merupakan sumber-daya yang penting dalam memperkayahubungan peran pekerjaan dan keluarga,namun penelitian-penelitian tentang inter-aksi positif pekerjaan-keluarga sebelumnyabelum banyak mengeksplorasi peranantersebut. Hasil-hasil penelitian sebelumnyalebih banyak mengeksplorasi antesedeninteraksi positif pekerjaan-keluarga sepertikarakteristik personal (pendidikan, pen-dapatan, gender, ras) dan stres (stres pekerjaan, stres keluarga), serta keterlibatanpsikologis di tempat kerja dan rumah(Grzywacz dan Marks, 2000; Washington,2006). Terbatasnya hasil-hasil penelitianempiris yang menguji pengaruh dukungansosial dengan interaksi positif pekerjaan-keluarga dan kepuasan hidup, memungkin-kan untuk mengkaji lebih lanjut peranandukungan sosial yang secara logis mem-bantu karyawan mengelola peran dalamdomain pekerjaan dan keluarga. Selain itu,dukungan sosial telah digunakan sebagaianteseden dalam penelitian interaksi negatifpekerjaan-keluarga (MdSidin et al., 2010;Namayandeh et al., 2010; Ryan et al., 2001),sehingga dukungan sosial yang dapatmemberikan bantuan instrumental untukmembantu karyawan mengubah tuntutanpekerjaan dan keluarga yang saling ber-saing menjadi saling memberikan manfaat,memungkinkan juga untuk digunakan da-lam penelitian interaksi positif pekerjaan-keluarga. Penelitian Bhargava dan Baral(2009) menunjukkan dukungan sosial kru-sial untuk pengayaan pekerjaan-keluarga.

Objek penelitian berfokus pada karya-wan tetap yang telah menikah dan bekerjapada sektor publik di Kota Pontianak yangbanyak terlibat dalam pemenuhan kebutuh-an dan pelayanan kepada masyarakat.Sektor publik di Kota Pontianak telah men-jadi bagian penting dari setiap upayareformasi birokrasi dalam menyajikan pe-layanan bagi pemenuhan kebutuhan sertaakomodasi berbagai kepentingan dan ke-sejahteraan masyarakat. Oleh karena itu,

untuk memenuhi tuntutan tersebut,dukungan sosial diperlukan karyawansebagai satu fungsi ikatan sosial untukmengurangi beban atau permasalahan yangdihadapi karyawan sektor publik dalamdomain pekerjaan dan keluarga sehinggamenghasilkan pekerjaan yang berkualitas.

Berdasarkan uraian di atas, tujuan daripenelitian ini adalah untuk menguji pe-ngaruh dukungan sosial terhadap interaksipositif pekerjaan-keluarga dan kepuasanhidup pada karyawan sektor publik di KotaPontianak. Pengujian ini relevan untuk di-lakukan mengingat masalah yang dihadapikaryawan sektor publik terkait dengan sifatpekerjaan yang dimiliki karyawan di sektorpublik seperti beban kerja berlebihan dantekanan waktu ditempat kerja sepertibanyaknya pekerjaan yang harus diselesai-kan, disamping tuntutan keluarga yangharus dipenuhi.

TINJAUAN TEORETISDukungan Sosial

Dukungan sosial menggambarkanhubungan individu dengan lingkungansosialnya. Hubungan ini melibatkan ber-bagai aspek dukungan yang diterima indi-vidu atau komunitas sosial dari orang laindan lingkungan sosial yang lebih luas.Dukungan sosial menurut Gotlieb (1983)merupakan informasi verbal atau nonverbal, saran, bantuan nyata atau tingkahlaku yang diberikan orang-orang yangdekat dengan subjek di dalam lingkungansosialnya atau berupa kehadiran dan hal-halyang memberikan keuntungan emosionalatau berpengaruh pada tingkah laku pe-nerimanya. Dengan adanya dukungan so-sial ini seseorang akan merasa mudahdalam menjalankan peran yang beragam.

Sarafino (1990) membagi dukungansosial dalam lima macam antara laindukungan instrumental, informasional,emosional, harga diri dan kelompok sosial.Dukungan instrumental merupakan bentukdukungan berupa penyediaan materi se-perti pinjaman uang, pemberian barang,makanan serta pelayanan. Dukungan

Page 78: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Peranan Dukungan Sosial Pada Interaksi Positif... – Dhamayantie 185

informasional merupakan bentuk dukunganyang mencakup pemberian informasi, saranatau umpan balik tentang situasi dankondisi individu. Dukungan emosional ada-lah bentuk dukungan yang membuat indi-vidu memiliki perasaan nyaman, yakin,diperdulikan dan dicintai oleh sumberdukungan sosial sehingga individu dapatmenghadapi masalah dengan lebih baik.Dukungan pada harga diri adalah bentukdukungan berupa penghargaan positif padaindividu, pemberian semangat, persetujuanpada pendapat individu, perbandinganyang positif dengan individu lain. Dukung-an dari kelompok sosial adalah bentukdukungan yang akan membuat individumerasa sebagai anggota dari suatu ke-lompok yang memiliki kesamaan minat danaktifitas sosial dengannya.

Berdasarkan sumbernya, dukungansosial dibagi menjadi dua kategori yaitudukungan sosial dari domain pekerjaan(dukungan sosial profesional) dan dukung-an sosial dari domain keluarga (dukungansosial personal). Dukungan sosial profesi-onal dapat diperoleh dari supervisor, mentor,rekan kerja dan pihak lain yang ber-hubungan dengan pekerjaan, sementaradukungan sosial personal diperoleh daripasangan (suami/istri), orang tua, anak-anak dan teman-teman (Ezzedeen danRitchey, 2009). Dukungan sosial profesionaldapat mengurangi beban yang diterimadalam pekerjaan, sedangkan dukungansosial personal mengurangi beban dalamperan keluarga.

Interaksi Positif Pekerjaan-KeluargaDasar yang dapat digunakan untuk

menjelaskan interaksi positif pekerjaan-keluarga adalah teori pertukaran sosialyang dikemukakan Blau (1964). Teori per-tukaran sosial menekankan tindakan suka-rela individu yang dimotivasi oleh hasilyang diharapkan dari orang lain. Tiga poinutama dari teori tersebut adalah tindakansukarela, hasil yang diharapkan, dan hasilyang diperoleh dari pihak lain. Misalnya,karyawan yang membantu rekannya yang

menghadapi beban kerja yang berlebihberharap rekannya akan melakukan halyang sama untuk dirinya (Zhang et al.,2011). Aplikasi teori ini dalam interaksipekerjaan-keluarga adalah bila karyawanmerasakan organisasi mereka membantumereka mengelola peran pekerjaan dankeluarga, mereka kemungkinan merasadidukung dan diperhatikan oleh organisasi(McNall et al., 2009), seperti perasaan positifterhadap pekerjaan dan organisasi.

Gagasan bahwa kehidupan pekerjaandan keluarga dapat saling memberikanmanfaat diperkenalkan Sieber (1974) danMarks (1977). Menurut Wayne (2009), ke-duanya pertama kali menantang hipotesis“kelangkaan sumberdaya” dan berpendapatbahwa keterlibatan dalam beragam peranmemberikan manfaat yang mungkin dapatlebih besar dibandingkan biayanya sertamemberikan dasar teori pengaruh positifberagam peran yang memperluas lensainteraksi pekerjaan-keluarga dari perspektifkonflik.

Sieber melalui teori peningkatan peranmenjelaskan bahwa beragam peran dapatdihubungkan dengan berbagai pengharga-an seperti keistimewaan peran, keamananstatus, sumberdaya, pengayaan pribadi, dankepuasan diri. Dengan kata lain keterlibatandalam beragam peran dapat meningkatkanfungsi dalam peran lain lebih baik(Washington, 2006).

Marks (1977) kemudian mengembang-kan teori ekspansi dalam merespon hipo-tesis kelangkaan. Marks memandang energimanusia sebagai fenomena supply-demanddan berpendapat bahwa ketika individumenggunakan energi untuk menampilkanberagam peran, tubuh akan menghasilkanenergi untuk menampilkan peran lain.Marks menegaskan bahwa keteganganperan tidak disebabkan oleh pertentangantuntutan peran yang berbeda tetapi olehketidakseimbangan peran, dimana terdapatperbedaan kepentingan antara peran yangdijalankan, dan ketegangan peran tidakakan terjadi bila semua komitmen memilikinilai-nilai positif atau negatif yang sama.

Page 79: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

186 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 181 – 200

Karena norma-norma dan peran budayadalam keluarga dan organisasi berubahsecara dramatis, peningkatan perhatianterhadap teori ekspansi telah membawapara peneliti untuk berpikir ulang tentanghubungan positif antara peran pekerjaandan keluarga (Zhang et al., 2011).

Selanjutnya Crouter (1984) meng-ungkapkan teori limpahan positif, teori inimengenalkan potensi-potensi limpahanpositif interaksi pekerjaan-keluarga dansebaliknya berupa dukungan kehidupankeluarga, fasilitasi, dan meningkatkan ke-hidupan kerja. Berbeda dengan konflikpekerjaan-keluarga, pengayaan pekerjaan-keluarga merujuk pada sejauh mana pe-ngalaman dalam satu peran meningkatkankualitas hidup dalam peran lain (Greenhausdan Powell, 2006). Greenhaus dan Powell(2006) menyatakan bahwa istilah pengayaansinonim dengan peningkatan, limpahanpositif, dan fasilitasi. Persamaannya adalahmasing-masing konstruk menggambarkansaling mempengaruhi secara positif antarapekerjaan dan keluarga. Sama halnya de-ngan konflik pekerjaan-keluarga, pengaya-an mempunyai sifat dua arah. Artinya,manfaat yang diperoleh dari pekerjaan dandiaplikasikan pada keluarga (pengayaanpekerjaan terhadap keluarga) atau diper-oleh dari keluarga dan diaplikasikan padapekerjaan (pengayaan keluarga terhadappekerjaan).

Carlson et al. (2006) mengembangkandan memvalidasi skala untuk mengukurpengayaan pekerjaan-keluarga dan keluar-ga-pekerjaan. Arah pekerjaan terhadapkeluarga mencakup pengembangan, afekdan modal. Pengembangan terjadi bilaketerlibatan dalam pekerjaan membawapada perolehan atau perbaikan keterampil-an, pengetahuan, perilaku, atau cara me-mandang sesuatu yang membantu individumenjadi anggota keluarga lebih baik. Afekdidefinisikan bila keterlibatan dalam pe-kerjaan menghasilkan keadaan emosionalpositif atau sikap yang membantu individumenjadi anggota keluarga lebih baik. Modalterjadi bila keterlibatan dalam pekerjaan

menghasilkan tingkat sumberdaya psiko-sosial seperti rasa aman, keyakinan, pres-tasi, atau pemenuhan diri yang membantuindividu menjadi anggota keluarga lebihbaik. Sementara arah keluarga terhadappekerjaan mencakup pengembangan, afekdan efisiensi. Pengembangan terjadi bilaketerlibatan dalam keluarga membawapada perolehan atau perbaikan keterampil-an, pengetahuan, perilaku atau cara me-mandang sesuatu yang membantu individumenjadi karyawan lebih baik. Afek terjadibila keterlibatan dalam keluarga menghasil-kan keadaan emosional positif atau sikapyang membantu individu menjadi karya-wan lebih baik. Efisiensi terjadi bila ke-terlibatan dalam keluarga memberikanperasaan fokus atau perasaan urgensi yangmembantu individu menjadi karyawanlebih baik.

Meskipun riset-riset telah banyak men-demostrasikan bahwa kehidupan pekerjaandan keluarga mempunyai kapabilitas untukmemperkaya peran lain, masih sedikit riset-riset empirik yang didesain untuk me-mahami seluk beluk proses pengayaan(Schultz, 2009).

Kepuasan HidupDalam kehidupan organisasi modern,

kepuasan hidup karyawan dijadikan ukur-an tingkat kematangan organisasi, dantanda bahwa organisasi dikelola denganbaik. Oleh karena itu, organisasi melaluidepartemen sumber daya manusia harussenantiasa memonitor kepuasan karyawansebagai upaya antisipasi dampak negatifterhadap kepuasan yang rendah. Kepuasanhidup dibagi menjadi tiga bagian yaitukepuasan kerja, kepuasan keluarga dankepuasan kesejahteraan (Rashid et al. 2011).Dalam penelitian ini kepuasan hidup yangdigunakan yaitu kepuasan kerja dan ke-puasan keluarga.

Schermerhorn (2002) menjelaskan bah-wa kepuasan kerja merupakan sebuah sikapyang penting dan dapat mempengaruhiperilaku di tempat kerja. Robbins (2003)mendeskripsikan kepuasan kerja yang

Page 80: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Peranan Dukungan Sosial Pada Interaksi Positif... – Dhamayantie 187

merujuk ke sikap umum seseorang individuterhadap pekerjaannya yang menunjukkankalau seseorang dengan tingkat kepuasanyang tinggi akan memperlihatkan sikappositif terhadap pekerjaannya, sebaliknyaseseorang yang tidak puas dengan pe-kerjaannya menunjukkan sikap yang negatifterhadap perkerjaan. Sementara Luthans(2005) mendefinisikan kepuasan kerja ada-lah sikap yang dimiliki karyawan mengenaipekerjaannya. Kepuasan kerja menunjukkansikap pribadi seseorang sehingga kepuasandan ketidakpuasan yang dirasakan tiap-tiapkaryawan jelas berbeda.

Luthans (2005) membagi kepuasankerja menjadi tiga dimensi. Pertama, ke-puasan kerja adalah suatu emosi yangmerupakan respon terhadap situasi kerja.Hal ini tidak dapat dilihat tetapi hanyadapat dirasakan dan akan tercermin dalamsikap karyawan. Kedua, kepuasan kerjadinyatakan dengan hasil yang sesuai ataubahkan melebihi yang diharapkan. Ketiga,kepuasan kerja biasanya dinyatakan dalamsikap, misalnya semakin loyal pada per-usahaan, bekerja dengan baik, berdedikasitinggi pada perusahaan, tertib dan me-matuhi peraturan serta sikap-sikap lainyang bersifat positif. Kepuasan keluargamerujuk pada reaksi afektif terhadapkeluarga, yang merefleksikan sejauh manaindividu mempunyai perasaan positiftentang situasi keluarga mereka. Dengankata lain, kepuasan keluarga merupakankeadaan emosional yang menyenangkan(positif) yang berasal dari penilaian sese-orang sebagai anggota keluarga. Seseorangyang mempunyai sikap positif terhadapkeluarga nya berarti mempunyai kepuasankeluarga yang tinggi, sebaliknya seseorangyang mempunyai sikap negatif terhadapkeluarganya, berarti mempunyai tingkatkepuasan keluarga yang rendah (Frone etal., 1992).

Hubungan Dukungan Sosial denganInteraksi Positif Pekerjaan-Keluarga

Powell dan Greenhaus (2006) memberi-kan sebuah model untuk memahami bagai-

mana proses satu peran dapat memperkayaperan yang lain. Dalam modelnya, Powelldan Greenhaus (2006) menyatakan salahsatu sumberdaya yang dapat dihasilkandalam satu peran yang mempengaruhikualitas kehidupan dalam peran yang lainadalah sumberdaya modal sosial.

Dukungan sosial profesional diperolehdari supervisor, mentor, rekan kerja danpihak lain yang berhubungan denganpekerjaan. Dukungan supervisor atau mentormenggambarkan persepsi karyawan apakahsupervisor atau mentor sensitif terhadapmasalah-masalah yang berhubungan de-ngan pekerjaan. Dukungan supervisor krusi-al untuk pengayaan pekerjaan-keluargakarena supervisor dapat mengurangi bebandan ketegangan dalam pekerjaan. Hal inijuga didukung oleh penelitian Bhargavadan Baral (2009) yang menunjukkan bahwadukungan supervisor merupakan prediktorpengayaan pekerjaan-keluarga dan keluar-ga-pekerjaan.

Dukungan dari rekan kerja diperolehdi tempat kerja dari interaksi dengan semuakaryawan. Menurut Mustafa et al. (2012),rekan kerja mempunyai peluang yang unikuntuk memberikan dukungan karena me-reka mempunyai pemahaman yang jelastentang sifat tekanan yang dihadapi rekankerjanya. Rekan kerja menawarkan bantuanemosional dan instrumental terhadapkaryawan untuk menyeimbangkan peranpekerjaan dan keluarga. Rekan kerja me-miliki posisi optimal untuk menawarkandukungan bagi karyawan untuk meng-hadapi konflik pekerjaan-keluarga karenamereka memiliki pengetahuan pertamatentang tekanan yang berhubungan dengantempat kerja. Meskipun mayoritas peneliti-an dukungan rekan kerja mengurangikonflik pekerjaan-keluarga, rekan kerja jugadimungkinkan memberikan bantuan instru-mental untuk membantu karyawan meng-ubah tuntutan pekerjaan dan keluarga yangsaling bersaing. Dalam menyelesaikanpekerjaan misalnya, dukungan rekan kerjamemfasilitasi keluarga mencakup menutupiatau menukar tugas-tugas pekerjaan atau

Page 81: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

188 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 181 – 200

shift kerja, memberikan material atauinformasi yang hilang terhadap rekan kerjakarena masalah keluarga, atau mendukungrekan kerja meninggalkan pekerjaan untukmerawat anak sakit (Mesmer-Magnus danViswesvaran, 2008).

Dukungan sosial personal yang di-peroleh dari keluarga seperti pasangan(suami/istri), orang tua, anak-anak danteman-teman. Dukungan keluarga diakuisebagai salah satu sumberdaya yang dapatmeningkatkan peran pekerjaan dan keluar-ga, terlebih dalam budaya kolektif. Lu et al.(2009) menguji proposisi dan menemukanbahwa dukungan sosial diasosiasikan de-ngan pengayaan pekerjaan-keluarga.

Kesadaran akan pentingnya karyawandalam organisasi dan keinginan karyawanuntuk mencapai kualitas kehidupan yanglebih baik telah mengarahkan subjekpenelitian pada interaksi positif pekerjaan-keluarga. Beberapa waktu terakhir, peneliti-an tentang interaksi positif antara domainpekerjaan dan keluarga mengalami per-kembangan. Namun, masih sedikitnyaekspansi yang dilakukan peneliti mengenaianteseden interaksi positif pekerjaan-keluarga, mendorong peneliti meng-integrasikan salah satu model yang di-

rancang Powell dan Greenhaus yaitusumberdaya dukungan sosial sebagai se-buah penjelasan mengenai pengayaanpekerjaan-keluarga dan keluarga-pekerjaandan dampaknya terhadap kepuasan hidup.Frone (2003) memandang dukungan sosialmerupakan anteseden terpenting daripengayaan pekerjaan-keluarga.

Hubungan Interaksi Positif Pekerjaan-Keluarga dengan Kepuasan Hidup

Teori akumulasi peran Sieber menjadidasar untuk menjelaskan manfaat akumu-lasi peran yang lebih besar dan menghasil-kan kepuasan hidup (Haar dan Bardoel,2008). Penelitian McNall et al. (2009) danMcNall et al. (2010) menemukan bahwainteraksi positif pekerjaan-keluarga baikpengayaan pekerjaan-keluarga dan keluar-ga-pekerjaan berhubungan dengan kepuas-an kerja.

Beberapa penelitian juga membuktikanbahwa peningkatan limpahan positif akanmempengaruhi kepuasan keluarga lebihbesar (Edwards dan Rothbard, 2000; Haardan Bardoel, 2000). Selain itu, tingginyalimpahan positif berhubungan denganrendahnya konflik perkawinan (Grzywaczdan Marks, 2000).

Gambar 1Anteseden, Moderator dan Konsekuensi Utama Pengayaan Pekerjaan-Keluarga

Sumber: Wayne (2009).

*Positive relationship indicates facilitation

Domain ResourcesEnablingBoundary spanningPsychologicalPersonalCharacteristic

Work-Family& Family-Work

EnrichmentDevelopmentalAffectiveSocial capitalEfficiency

Individual Outcomese.g., satisfaction or performancein domain for the individual

System-level outcomese.g., work group cohesion,productivity or family or maritalquality or well-being

Gain-Demand FitReinforcement

Page 82: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Peranan Dukungan Sosial Pada Interaksi Positif... – Dhamayantie 189

Dukungan terhadap dua arah limpah-an positif pekerjaan-keluarga dan keluarga-pekerjaan berhubungan positif dengan ke-puasan keluarga (Haar dan Bardoel, 2008).Bhargava dan Baral (2009) juga telah mem-buktikan dampak pengayaan pekerjaan-keluarga terhadap kepuasan kerja sedang-kan dampak pengayaan keluarga-pekerjaanadalah kepuasan kerja dan kepuasankeluarga. Sementara penelitian Hasan et al.(2009) mendukung pengayaan pekerjaan-keluarga berhubungan positif dengan ke-puasan kerja sedangkan pengayaan keluar-ga-pekerjaan berhubungan positif dengankepuasan keluarga. Analisis meta McNall etal. (2009) juga menunjukkan bahwa baikpengayaan pekerjaan-keluarga dan keluar-ga pekerjaan berdampak terhadap kepuasankerja, kepuasan keluarga dan kepuasan

hidup. Demikian juga penelitian Carlson etal. (2010) yang telah membuktikan bahwakepuasan kerja dan kepuasan keluarga me-rupakan konsekuensi yang didapat dariinteraksi positif pekerjaan-keluarga. Wayne(2009) membangun sebuah model umumyang lebih komprehensif yang meng-gambarkan anteseden, moderator dankonsekuensi dari pengayaan pekerjaan-keluarga seperti yang ditunjukkan padaGambar 1.

Berdasarkan kajian teoritis dan hasil-hasil empiris yang menunjukkan hubunganantar variabel serta kerangka konseptualdasar Wayne pada Gambar 1, maka di-kembangkan rerangka konseptual peneliti-an seperti ditunjukkan pada Gambar 2 danhipotesis penelitian sebagai berikut:

Gambar 2Rerangka Konspetual Penelitian

Sumber: Olahan Penulis

H1 : Dukungan sosial professional ber-pengaruh positif signifikan terhadappengayaan pekerjaan-keluarga.

H2 : Dukungan sosial personal berpe-ngaruh positif signifikan terhadappengayaan keluarga-pekerjaan.

H3 : Pengayaan pekerjaan-keluarga berpe-ngaruh positif signifikan terhadapkepuasan kerja.

H4 : Pengayaan pekerjaan-keluarga berpe-ngaruh positif signifikan terhadapkepuasan keluarga.

H5 : Pengayaan keluarga-pekerjaan berpe-ngaruh positif signifikan terhadapkepuasan kerja.

H6 : Pengayaan keluarga-pekerjaan berpe-ngaruh positif signifikan terhadapkepuasan keluarga.

METODE PENELITIANJenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis peneliti-an penjelasan (explanatory research). Explana-tory research bertujuan untuk menjelaskanpengaruh dan hubungan antar variabelpenelitian dan menguji hipotesis yang telahdirumuskan terlebih dahulu (Singarimbun,1995).

Dukungan SosialProfesional (prof)

Dukungan SosialPersonal (pers)

PengayaanPekerjaan-Keluarga

(ppk)

PengayaanKeluarga-Pekerjaan

(pkp)

KepuasanKerja (puas)

KepuasanKeluarga(keluarga)

Page 83: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

190 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 181 – 200

Populasi, Sampel dan Teknik Pengambil-an Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh karyawan tetap yang sudah me-nikah pada sektor publik di Kota Pontianakantara lain sektor pelayanan kesehatan,keuangan dan telekomunikasi. Penarikansampel sejumlah 120 karyawan. Pengambil-an sampel menggunakan teknik purposivesampling dengan kriteria 1) bekerja padasektor publik; dan 2) sudah menikah.Response rate dari hasil kuesioner yangdisebar sebesar 97%.

Definisi Operasional VariabelVariabel dalam penelitian ini meliputi

variabel eksogen yaitu dukungan sosialprofesional (prof) dan dukungan sosialpersonal (pers), variabel intervening yaitupengayaan pekerjaan-keluarga (ppk) danpengayaan keluarga-pekerjaan (pkp), sertavariabel endogen yaitu kepuasan kerja(puas) dan kepuasan keluarga (keluarga).

Dukungan sosial profesional (prof)Dukungan sosial profesional adalah

suatu transaksi interpersonal dalam pe-kerjaan yang melibatkan bantuan dalambentuk dukungan instrumen yang diterimaindividu sebagai anggota jaringan sosial.Instrumen pengukuran dukungan sosialprofesional diukur dengan menggunakanindikator: bantuan dari atasan/rekan kerja,saran atau umpan balik dari atasan/rekankerja, kepedulian atasan/rekan kerja, peng-hargaan positif dari atasan/rekan kerja, dandukungan atasan/rekan kerja dalam pe-kerjaan.

Dukungan sosial personal (pers)Dukungan sosial personal adalah suatu

transaksi interpersonal dalam keluargayang melibatkan bantuan dalam bentukdukungan instrumen yang diterima indi-vidu sebagai anggota jaringan sosial. Instru-men pengukuran dukungan sosial personaldiukur dengan menggunakan indikator:bantuan dari orang tua/pasangan/anak-anak/teman, saran atau umpan balik dari

orang tua/pasangan/anak-anak/teman, ke-pedulian orang tua/pasangan/anak-anak/teman, penghargaan positif dari orang tua/pasangan/anak-anak/teman, dan dukung-an orang tua/pasangan/anak-anak/temandalam pekerjaan.

Pengayaan pekerjaan-keluarga (ppk)Pengayaan pekerjaan-keluarga me-

nunjukkan sejauh mana pengalaman dalampekerjaan dapat meningkatkan kualitaskehidupan keluarga. Pengayaan pekerjaan-keluarga diukur dengan item-item yangdiadaptasi dari Carlson et al. (2006), yaitu:pengembangan; terjadi bila keterlibatandalam pekerjaan membawa pada perolehanatau perbaikan keterampilan, pengetahuan,perilaku atau cara memandang sesuatuyang membantu individu menjadi anggotakeluarga lebih baik, afek; terjadi bila ke-terlibatan dalam pekerjaan menghasilkankeadaan emosional positif atau sikap yangmembantu individu menjadi anggotakeluarga lebih baik, dan modal; terjadi bilaketerlibatan dalam pekerjaan menghasilkantingkat sumberdaya seperti rasa aman,keyakinan, prestasi atau pemenuhan diriyang membantu individu menjadi anggotakeluarga lebih baik.

Pengayaan keluarga-pekerjaan (pkp)Pengayaan keluarga-pekerjaan me-

nunjukkan sejauh mana pengalaman dalamperan keluarga dapat meningkatkan kuali-tas kehidupan pekerjaan. Pengayaan keluar-ga-pekerjaan diukur melalui item-item dariCarlson et al. (2006) antara lain: pe-ngembangan; terjadi bila keterlibatan dalamkeluarga membawa pada perolehan atauperbaikan keterampilan, pengetahuan, peri-laku atau cara memandang sesuatu yangmembantu individu menjadi karyawanlebih baik, afek; terjadi bila keterlibatandalam keluarga menghasilkan keadaanemosional positif atau sikap yang mem-bantu individu menjadi karyawan lebihbaik, dan efisiensi; terjadi bila keterlibatandalam keluarga memberikan perasaan fokus

Page 84: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Peranan Dukungan Sosial Pada Interaksi Positif... – Dhamayantie 191

atau perasaan urgensi yang membantuindividu menjadi karyawan lebih baik.

Kepuasan kerja (puas)Kepuasan kerja adalah keadaan emosi-

onal menyenangkan maupun tidak me-nyenangkan terhadap pekerjaan. Kepuasankerja diukur dengan item-item dari JobDescription Index meliputi: puas denganpekerjaan, puas dengan gaji, puas denganpromosi, puas dengan supervisor, dan puasdengan teman sekerja.

Kepuasan Keluarga (keluarga)Kepuasan Keluarga adalah keadaan

emosional individu terhadap kehidupankeluarga. Kepuasan keluarga diukur de-ngan menggunakan item-item dari Hack-man dan Oldham (1975) yang terdiri darikepuasan terhadap peran dalam keluargadan kepuasan dengan kehidupan keluarga.

Semua item-item penelitian diukurdengan menggunakan skala Likert denganskala 1 (sangat tidak setuju) sampai 5(sangat setuju).

Uji Validitas dan Reliabilitas InstrumenPenelitian

Instrumen pengumpulan data dalampenelitian ini adalah kuesioner. Kuesionerberisi sejumlah pernyataan dari indikator-indikator variabel penelitian. Sebelum se-luruh kuesioner disampaikan kepadaresponden, terlebih dahulu dilakukan ujicoba kuesioner terhadap 30 orang respon-den. Tujuannya adalah untuk mengetahuiapakah alat ukur yang digunakan dalamkuesioner memiliki validitas dan reliabilitaspengukuran. Pengujian validitas meng-gunakan Pearson’s Product Moment Core-lation, sementara pengujian reliabilitas di-lakukan dengan menggunakan Cronbach’salpha. Hasil uji validitas dan reliabilitasmenunjukkan semua item valid dan semuavariabel reliabel.

Teknik AnalisisModel analisis yang digunakan dalam

penelitian ini melalui Structural Equation

Modeling (SEM) melalui pendekatan partialleast square (PLS). PLS adalah structuralequation modeling (SEM) berbasis componentatau variance (Ghozali, 2008). Kegunaan PLSadalah untuk mendapatkan model struktur-al yang powerfull guna tujuan prediksi(Solimun, 2011) dan tidak mengasumsikandata harus dengan pengukuran skala ter-tentu serta jumlah sampel kecil dan mengujikeseluruhan kesesuaian model (overall modelfit) dengan baik (Ghozali, 2008).

ANALISIS DAN PEMBAHASANPenelitian dilakukan pada karyawan

yang sudah menikah dan bekerja di sektorpublik. Dari 120 kuesioner yang disebarkan,sebanyak 116 kuesioner kembali dan dapatdiolah lebih lanjut (response rate sebesar97%). Deskripsi responden penelitian me-nunjukkan jenis kelamin responden hampirseimbang (pria 48%, wanita 52%). Padadasarnya pria dan wanita mempunyaiharapan peran kerja, dukungan sosialprofesional dan personal, tingkat interaksipositif pekerjaan-keluarga, dan kepuasanhidup yang sama. Namun, beberapa lite-ratur interaksi pekerjaan-keluarga me-nunjukkan hipotesis gender yang berbeda.Umur responden sebagian besar beradapada rentang 31-40 tahun sebanyak 46%.Rentang umur tersebut menunjukkanresponden berada pada umur produktif.Mayoritas pendidikan responden adalahSarjana. Semakin tinggi tingkat pendidikandiharapkan berkorelasi dengan kemampuanresponden untuk dapat mengimplemen-tasikan interaksi positif pekerjaan-keluarga.Masa kerja responden sebanyak 33,6%selama lebih dari 20 tahun. Masa kerja yangrelatif panjang menunjukkan individu su-dah mampu mengelola interaksi pekerjaan-keluarga sehingga menghasilkan outcomeyang positif.

Pengujian Model Pengukuran (OuterModel)

Pengujian model pengukuran variabellaten untuk indikator refleksif dilakukanuntuk melihat validitas masing-masing

Page 85: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

192 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 181 – 200

indikator dan menguji reliabilitas darivariabel laten. Menurut Ghozali (2008) danSolimun (2011), kriteria validitas indikatordievaluasi dengan convergent dan dis-criminant validity, sementara reliabilitasvariabel laten diukur dengan compositerealibility.

Validitas konvergen dengan indikatorrefleksif dinilai berdasarkan korelasi antaraitem score/component score dengan constructscore (Ghozali, 2008). Indikator dianggapvalid jika memiliki nilai loading (originalsample estimate) di atas 0,5 dan atau nilai T-

Statistic di atas 1,96 (Solimun, 2011: 119). Ujivaliditas konvergen dengan SmartPLSdapat dilihat dari results for outer loadingspada Tabel 1. Berdasarkan nilai outer loadingatau T-statistik menunjukkan semua indi-kator pada variabel dukungan sosialprofesional, dukungan sosial personal,pengayaan pekerjaan-keluarga, pengayaankeluarga-pekerjaan, kepuasan kerja dankepuasan keluarga memenuhi kriteria vali-ditas konvergen, artinya semua indikatorpada variabel-variabel tersebut mampumengukur variabel latennya.

Tabel 1Result for Outer Loadings

Original SampleEstimate

Mean ofSubsamples

StandardDeviation

T-Statistic

Dukungan Sosial Profesionalprof1 0,648 0,630 0,102 6,352prof2 0,764 0,760 0,050 15,324prof3 0,817 0,815 0,036 23,005prof4 0,760 0,761 0,080 9,482prof5 0,630 0,627 0,076 8,311Dukungan Sosial Personalpers1 0,590 0,563 0,118 4,983pers2 0,810 0,796 0,059 13,645pers3 0,655 0,632 0,109 5,981pers4 0,792 0,793 0,049 16,331pers5 0,568 0,568 0,114 4,979Pengayaan Pekerjaan-Keluargappk1 0,906 0,903 0,021 42,212ppk2 0,904 0,906 0,023 39,198ppk3 0,848 0,836 0,049 17,403Kepuasan Kerjapuas1 0,815 0,810 0,050 16,416puas2 0,712 0,703 0,068 10,403puas3 0,723 0,730 0,059 12,197puas4 0,838 0,830 0,038 21,914puas5 0,704 0,686 0,086 8,217Pengayaan Keluarga-Pekerjaanpkp1 0,919 0,917 0,017 54,078pkp2 0,865 0,861 0,037 23,534pkp3 0,919 0,919 0,018 51,088Kepuasan Keluargakeluarga1 0,921 0,918 0,017 52,715keluarga2 0,896 0,889 0,035 25,471

Sumber: Data Primer Diolah

Page 86: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Peranan Dukungan Sosial Pada Interaksi Positif... – Dhamayantie 193

Validitas diskriminan dengan indikatorrefleksif dinilai berdasarkan cross loading(Solimun, 2011). Jika korelasi konstrukdengan indikator pengukuran lebih besar

daripada ukuran konstruk lainnya, makakonstruk laten memprediksi ukuran padablok mereka lebih baik daripada ukuranpada blok lainnya (Ghozali, 2008).

Tabel 2Cross Loading

Profesional Personal PPK Puas PKP Keluargakeluarga1 0,413 0,373 0,610 0,556 0,696 0,921keluarga2 0,528 0,376 0,575 0,522 0,696 0,896pers1 0,537 0,590 0,202 0,369 0,294 0,350pers2 0,281 0,810 0,370 0,414 0,378 0,434pers3 0,288 0,655 0,246 0,409 0,246 0,297pers4 0,279 0,792 0,320 0,370 0,396 0,337pers5 0,229 0,568 0,237 0,139 0,270 0,284pkp1 0,400 0,350 0,510 0,442 0,919 0,677pkp2 0,366 0,300 0,430 0,336 0,865 0,528pkp3 0,436 0,344 0,494 0,421 0,919 0,703ppk1 0,463 0,434 0,906 0,579 0,698 0,793ppk2 0,382 0,292 0,904 0,487 0,581 0,684ppk3 0,401 0,407 0,848 0,473 0,569 0,623prof1 0,648 0,374 0,325 0,465 0,516 0,422prof2 0,764 0,338 0,341 0,424 0,482 0,544prof3 0,817 0,406 0,429 0,703 0,582 0,562prof4 0,760 0,280 0,347 0,656 0,414 0,321prof5 0,630 0,350 0,404 0,405 0,407 0,563puas1 0,488 0,303 0,511 0,815 0,456 0,635puas2 0,515 0,420 0,370 0,712 0,411 0,366puas3 0,413 0,300 0,331 0,723 0,386 0,407puas4 0,480 0,379 0,430 0,838 0,419 0,558puas5 0,312 0,319 0,297 0,704 0,309 0,407

Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan hasil cross loading padaTabel 2 menunjukkan bahwa semua indi-kator masing-masing variabel memprediksivariabel latennya sendiri lebih baik dari-pada indikator variabel laten yang lain, halini ditunjukkan oleh nilai korelasi konstrukdengan indikator pengukuran lebih besardaripada ukuran konstruk lainnya, artinyasemua indikator masing-masing variabeltelah memenuhi validitas diskriminan.

Metode lainnya untuk menguji vali-ditas diskriminan adalah dengan mem-bandingkan nilai akar AVE untuk setiapvariabel laten dengan koefisien korelasi

antar varibel laten (Solimun, 2011). Jika akarAVE lebih besar dari korelasi antaravariabel laten tersebut dengan variabel latenlainnya, maka validitas diskriminan ter-penuhi.

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkanvariabel laten dukungan sosial profesional,dukungan sosial personal, pengayaanpekerjaan-keluarga, pengayaan keluarga-pekerjaan, kepuasan kerja dan kepuasanhidup memiliki nilai akar AVE lebih besardari pada korelasi antar variabel latentersebut, sehingga semua variabel latenmemenuhi validitas diskriminan.

Page 87: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

194 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 181 – 200

Tabel 3AVE, Square Root AVE, and Correlations of the Latent Variables

AVE RootSquare

AVE

Profesional Personal PPK Puas PKP Keluarga

Profesional 0,529 0,727 1,000Personal 0,476 0,690 0,425 1,000PPK 0,785 0,886 0,531 0,529 1,000Puas 0,578 0,760 0,546 0,472 0,626 1,000PKP 0,813 0,902 0,540 0,497 0,825 0,518 1,000Keluarga 0,825 0,908 0,485 0,434 0,793 0,539 0,762 1,000Sumber: Data Primer Diolah

Reliabilitas komposit digunakan untukmenguji kekonsistenan pengertian butir-butir instrumen penelitian menurut penilai-an responden. Instrumen penelitian dikata-kan reliabel jika nilai reliabilitas komposit di

atas 0,7 (Solimun, 2011). Nilai reliabilitaskomposit pada Tabel 4 menunjukkanmasing-masing variabel laten telah me-menuhi reliabilitas komposit yang baik.

Tabel 4Composite Reliability

CompositeReliability

Dukungan Sosial Profesional 0,848Dukungan Sosial Personal 0,817Pengayaan Pekerjaan-Keluarga 0,916Kepuasan Kerja 0,872Pengayaan Keluarga-Pekerjaan 0,929Kepuasan Keluarga 0,904

Sumber: Data Primer Diolah

Pengujian Model Struktural (Inner Model)Model struktural (inner model) di-

evaluasi dengan melihat goodness of fit me-lalui nilai R-square masing-masing variabelendogen dan Q-squarepredicitive relevance.Setelah memenuhi goodness of fit, selanjut-nya dilakukan interpretasi terhadap koefi-sien jalurnya.

Nilai R-square digunakan untuk menilaipengaruh variabel laten independen ter-hadap variabel laten dependen apakahmempunyai pengaruh yang substantif(Ghozali, 2008). Tabel 5 menunjukkan nilaiR-square variabel endogen.

Nilai R-square variabel pengayaanpekerjaan-keluarga sebesar 0,281, artinyavariabilitas variabel pengayaan pekerjaan-

keluarga dijelaskan oleh variabilitas varia-bel dukungan sosial profesional sebesar28,1% sedangkan 71,9% dijelaskan olehvariabel lain di luar model. Nilai R-squarevariabel pengayaan keluarga-pekerjaan se-besar 0,247, artinya variabilitas variabelpengayaan keluarga-pekerjaan dijelaskanoleh variabilitas variabel dukungan sosialpersonal sebesar 24,7% sedangkan 75,3%dijelaskan oleh variabel lain di luar model.Nilai R-square variabel kepuasan kerjasebesar 0,392, artinya variabilitas variabelkepuasan kerja dijelaskan oleh variabilitasvariabel pengayaan pekerjaan-keluarga danpengayaan keluarga-pekerjaan sebesar39,2% sedangkan 60,8% dijelaskan olehvariabel lain di luar model. Nilai R-square

Page 88: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Peranan Dukungan Sosial Pada Interaksi Positif... – Dhamayantie 195

variabel kepuasan keluarga sebesar 0,665,artinya variabilitas variabel kepuasankeluarga dijelaskan oleh variabilitas varia-bel pengayaan pekerjaan-keluarga dan

pengayaan keluarga-pekerjaan sebesar66,5% sedangkan 33,5% dijelaskan olehvariabel lain di luar model.

Tabel 5R-Square

R-SquarePengayaan Pekerjaan-Keluarga 0,281Kepuasan Kerja 0,392Pengayaan Keluarga –Pekerjaan 0,247Kepuasan Keluarga 0,665

Sumber: Data Primer Diolah

Q-squarepredicitive relevance mengukurseberapa baik nilai observasi dihasilkanoleh model dan estimasi parameternya.Nilai Q-square lebih besar dari nol me-nunjukkan bahwa model mempunyai nilaipredictive relevance. Rumus Q2 = 1 – (1 – R12)(1 – R22) (1 – R32) (1 – R42), sehingga besarnyanilai Q2 = 1 – (1 – 0,281) (1 – 0,392) (1 – 0,247)(1 – 0,665) = 0,890. Nilai Q-square tersebutmenunjukkan bahwa model sangat baik,

yaitu mampu menjelaskan kepuasan kerjadan keluarga sebesar 89% sedangkansisanya 11% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Koefsien parameter jalur dapat dilihatdari result for inner weights. Untuk menilaisignifikansi jalur struktural yang dihipo-tesiskan dapat dilihat dari nilai T-statistikyang lebih besar atau sama dengan 1,96.Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6Results for Inner Weights

Koefisien Jalur T-Statistic KeteranganDukungan Sosial Profesional ->PengayaanPekerjaan-Keluarga

0.531 8.340 Signifikan

Dukungan Sosial Personal ->PengayaanKeluarga-Pekerjaan

0.497 6.655 Signifikan

Pengayaan Pekerjaan-Keluarga ->Kepuasan Kerja

0.622 4.206 Signifikan

Pengayaan Pekerjaan-Keluarga ->Kepuasan Keluarga

0.516 4.479 Signifikan

Pengayaan Keluarga-Pekerjaan ->Kepuasan Kerja

0.005 0.031 TidakSignifikan

Pengayaan Keluarga-Pekerjaan ->Kepuasan Keluarga

0.336 2.994 Signifikan

Sumber: Data Primer Diolah

Hasil estimasi koefisien parameterpengaruh antar variabel menunjukkan limajalur yang signifikan dengan nilai koefisienpositif yaitu pengaruh dukungan sosialprofesional terhadap pengayaan pekerjaan-keluarga, pengaruh dukungan sosial

personal terhadap pengayaan keluargapekerjaan, pengaruh pengayaan pekerjaan-keluarga terhadap kepuasan kerja, pe-ngaruh pengayaan pekerjaan-keluarga ter-hadap kepuasan keluarga dan pengaruhpengayaan keluarga-pekerjaan terhadap

Page 89: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

196 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 181 – 200

kepuasan keluarga. Dengan demikian hipo-tesis dalam model dapat diterima. Semen-tara jalur yang tidak signifikan adalahpengaruh pengayaan keluarga-pekerjaan

terhadap kepuasan kerja. Gambar 3 me-nunjukkan model hasil penelitian setelahjalur yang tidak signifikan dikeluarkanyang didukung oleh data empirik.

Gambar 3Model Hasil Penelitian

Sumber: Data Primer Diolah

Pembahasan Hasil PenelitianPenelitian ini memfokuskan pada 1)

peranan dukungan sosial profesional danpersonal terhadap pengayaan pekerjaan-keluarga dan keluarga pekerjaan; 2) pe-ngaruh pengayaan pekerjaan-keluarga dankeluarga-pekerjaan terhadap kepuasan kerjadan kepuasan keluarga. Hasil penelitianmembuktikan bahwa hanya satu hipotesisyang diajukan yang ditolak, yaitu pengaruhpengayaan keluarga-pekerjaan terhadap ke-puasan kerja, sedangkan hipotesis lainnyadapat diterima.

Temuan penelitian mengindikasikanbahwa dukungan sosial profesional dandukungan sosial personal berpengaruh po-sitif dan signifikan terhadap pengayaanpekerjaan-keluarga dan pengayaan keluar-ga-pekerjaan. Hasil penelitian ini berhasilmembuktikan model yang diajukan Powelldan Greenhaus (2006) dan Warner danHausdorf (2009) bahwa sumberdaya modalsosial (dukungan sosial profesional ataupersonal) dapat mempengaruhi kualitaskehidupan dalam peran lainnya (pekerjaanatau keluarga). Sumberdaya modal sosialdapat berupa materi, pengaruh dan infor-masi yang diperoleh dari relasi inter-personal dalam peran pekerjaan dan keluar-

ga. Hasil penelitian ini juga mendukungpenelitian Bhargava dan Baral (2009) yangmenyimpulkan bahwa dukungan supervisormerupakan prediktor dari pengayaanpekerjaan-keluarga dan dukungan keluargasebagai prediktor pengayaan keluarga-pekerjaan, penelitian Chu (2010) yang mem-buktikan dukungan keluarga berpengaruhterhadap pengayaan pekerjaan-keluarga.Selain itu, penelitian ini berkesesuaiandengan temuan penelitian Lu et al. (2009)yang menunjukkan bahwa dukungan sosialberhubungan dengan pengayaan pekerjaan-keluarga.

Dukungan sosial dalam lingkungankerja diperlukan setiap individu karenadukungan sosial yang diperoleh dari super-visor, rekan kerja, mentor dan pihak lainyang berhubungan dengan pekerjaan akandapat mengurangi beban dan keteganganyang dirasakan karyawan terhadap pe-kerjaannya (Bahrgava dan Baral, 2009).Dalam lingkungan kerja, dukungan darisupervisor, rekan kerja, mentor dan pihaklain yang berhubungan dengan pekerjaanmerupakan sumber dukungan sosial. Super-visor diakui dapat memainkan peran pen-ting dalam mengembangkan peran danharapan karyawan, sehingga perilaku

0,516 (s)

0,336 (s)

0,622 (s)

0,497 (s)

0,531 (s)Dukungan SosialProfesional (prof)

Dukungan SosialPersonal (pers)

PengayaanPekerjaan-

Keluarga (ppk)

PengayaanKeluarga-

Pekerjaan (pkp)

KepuasanKerja (puas)

KepuasanKeluarga(keluarga)

Page 90: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Peranan Dukungan Sosial Pada Interaksi Positif... – Dhamayantie 197

supervisor berdampak secara langsungterhadap reaksi afektif bawahannya (Boz etal., 2009). Rekan kerja memiliki peran yangsangat besar dalam memberikan dukungansosial. Rekan kerja biasanya bersedia ber-bagi beban dan tanggung jawab kerja yangdirasakan berlebihan atau tidak dapat di-jalani, memberikan bantuan materi maupunmoril terhadap karyawan yang mengalamikesulitan. Demikian halnya dukungan so-sial personal yang diperoleh dari orang tua,pasangan, anak-anak dan teman sangatdiperlukan dalam meningkatkan interaksipositif pekerjaan-keluarga.

Menurut Wayne (2009) sumberdaya(termasuk sumberdaya modal sosial) me-rupakan kontributor utama hubungan po-sitif antara pekerjaan-keluarga dan keluar-ga-pekerjaan. Sumberdaya dalam domainpekerjaan memprediksi pengayaan pekerja-an-keluarga, sementara sumberdaya dalamdomain keluarga memprediksi pengayaankeluarga-pekerjaan. Dengan demikian,dukungan sosial profesional dan personalmemungkinkan untuk meningkatkan inter-aksi positif pekerjaan dan keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwapengayaan pekerjaan-keluarga berpengaruhpositif dan signifikan terhadap kepuasankerja dan kepuasan keluarga. Hasil peneliti-an ini mendukung kategori yang dibuatAllen et al. (2000) dan hasil meta analisisMcNall et al. (2009) bahwa konsekuensipengayaan pekerjaan-keluarga dapat ber-kaitan dengan pekerjaan (kepuasan kerja)dan bukan pekerjaan (kepuasan keluarga).Penelitian ini juga konsisten dengan modelyang diajukan Wayne (2009) dan temuanpenelitian yang dilakukan Carlson (2010),Hasan (2009) dan Schultz (2009) bahwapengayaan pekerjaan-keluarga dapat me-ningkatkan kepuasan kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwapengayaan keluarga-pekerjaan berpengaruhpositif signifikan terhadap keluarga tetapitidak berpengaruh signifikan terhadap ke-puasan kerja. Hasil penelitian mendukungkategorisasi yang dibuat Allen et al. (2000)yang menyatakan bahwa konsekuensi

pengayaan keluarga-pekerjaan berkaitandengan keluarga namun tidak konsistendengan yang berkaitan dengan pekerjaan.Temuan ini juga mendukung penelitianBhargava dan Baral (2009) dan Hasan et al.(2009) bahwa pengayaan keluarga-pekerja-an berhubungan positif dengan kepuasankerja.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pem-bahasan yang telah diuraikan, maka dapatditarik simpulan bahwa 1) dukungan sosialprofesional berpengaruh positif signifikanterhadap pengayaan pekerjaan-keluarga; 2)dukungan sosial personal berpengaruhpositif signifikan terhadap pengayaankeluarga-pekerjaan; 3) pengayaan pekerja-an-keluarga berpengaruh positif signifikanterhadap kepuasan kerja; 4) pengayaanpekerjaan-keluarga berpengaruh positifsignifikan terhadap kepuasan keluarga; 5)pengayaan keluarga-pekerjaan berpengaruhpositif tidak signifikan terhadap kepuasankerja; 6) pengayaan keluarga-pekerjaan ber-pengaruh positif signifikan terhadap ke-puasan keluarga.

SaranBerdasarkan hasil penelitian, beberapa

saran yang dapat disampaikan. Pertama,organisasi tidak hanya memfokuskan padapenanganan interaksi negatif pekerjaan-keluarga (konflik pekerjaan-keluarga dankeluarga-pekerjaan) tetapi juga perlu me-ngembangkan strategi untuk meningkatkaninteraksi positif pekerjaan-keluarga melaluipengembangan sumberdaya modal sosialmaupun sumberdaya lainnya seperti ke-terampilan, sumberdaya psikologis danfisik, fleksibilitas, sumberdaya materialserta sumberdaya lainnya. Pengembangansumberdaya tersebut dapat dilakukanmelalui kebijakan tentang dukungan sosialatau program-program pelatihan yangdapat meningkatkan pengalaman dalamperan pekerjaan dan keluarga. Kedua,peneliti selanjutnya perlu mengembangkan

Page 91: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

198 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 181 – 200

penelitian dengan menginvestigasi sumber-daya-sumberdaya lainnya yang dapat di-hasilkan dari peran pekerjaan dan keluargasehingga dapat meningkatkan interaksipositif pekerjaan dan keluarga.

Keterbatasan PenelitianPenelitian ini memiliki beberapa ke-

terbatasan diantaranya, jumlah sampel yangrelatif sedikit dan pengambilan data di-lakukan dengan metode cross-section yanghanya mengobservasi fenomena pada satutitik sehingga tidak dapat menjelaskanperubahan dari populasi yang diamatidalam waktu berbeda.

DAFTAR PUSTAKAAllen, T. D., D. E. L. Herst, C. S. Bruck, dan

M. Sutton. 2000. Consequences Associ-ated with Work-to-family Conflict: Areview and Agenda for Future Re-search. Journal of Occupational HealthPsychology 5: 278-308.

Bailyn, L., R. Drago, dan T. A. Kochan. 2001.Integrating Work and Family Life: AHolistic Approach. MIT Sloan School ofManagement. Massachusetts.

Bhargava, S. dan R. Baral. 2009. Antecedentsand Consequences of Work-FamilyEnrichment among Indian Managers.Psychological Studies 54: 213-225.

Brummelhuis L. L. dan A. B. Bakker. 2012.A Resource Perspective on the Work-Home Interface: The Work-Home Re-sources Model. American Psychologist: 1-12.

Boz, M., I. Matrtinez, dan L. Munduate.2009. Breaking Negative Consequencesof Relationship Conflicts at Work: TheModerating Role of work FamilyEnrichment and Supervisor Support,The Colegio Oficial de Psicologos deMadrid 25(2): 113-120.

Carlson, D. S., J. G. Grzywacz, dan K. M.Kacmar. 2010. The Relationship ofSchedule Flexibility and Outcomes Viathe Work-Family Interface. Journal ofManagerial Psychology 25(4): 330-355.

Carlson, D. S., M. K. Kacmar, J. H. Wayne,dan J. G. Grzywacs. 2006. Measuringthe Positive Side of Work-FamiyInterface: Development and Validationof a Work-family Enrichment Scale.Journal of Vocational Behavior 68(1): 131-164.

Chu, C. W. L. 2010. Development andValidation of A Multidimensional Scaleof Work-Family Enrichment in AChinese Context. Disertation. AstonUniversity.

Crouter, A. C. 1984. Spillover from Familyto Work: The Neglected Side of theWork-Family Interface. Human Relati-ons 37(6): 425-41.

Edwards, J. R. dan N. P. Rothbard. 2000.Mechanisms Linking Work and Family:Clarifying the Relationship betweenWork and Family Construcs. Academyof Management Review 25: 178-199.

Ezzedeen, S. R. dan K. G. Ritchey. 2009.Career Advancement and FamilyBalance Strategies of Executive Women.Gender in Management: An InternationalJournal 24(6): 388-411.

Frone, M. R. 2003. Work-Family Balance.Handbook of Occupational Health Psycho-logy. American Psychology Association.Washington DC.

Frone, M. R., M. Russell, dan M. L. Cooper.1992. Antecedents and OutcomesWork-Family Conflict: Testing a Modelof the Work-Family Interface. Journal ofApplied Psychology 77(1): 65-78.

Ghozali, I. 2008. Structural Equation Model-ing: Metode Alternatif dengan PartialLeast Square. Edisi 2. Badan PenerbitUniversitas Diponegoro. Semarang.

Gotlieb, B. H. 1983. Social Support Strategies:Guidelines for Mental Health Practice.Sage Publication Inc. California.

Greenhaus, J. H. dan N. J. Beutell. 1985.Sources of Conflict between Work andFamily Roles. Academy of ManagementReview 10(1): 76-88.

Greenhaus, J. H. dan G. N. Powell. 2006.When Work and Family are Allies: ATheory of Work-Family Enrichment.

Page 92: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Peranan Dukungan Sosial Pada Interaksi Positif... – Dhamayantie 199

Academy of Management Review 31(1):72-92.

Grzywacz, J. G. dan N. F. Marks. 2000.Reconceptualizing the Work-FamilyInterface: An Ecological Perspective onthe Correlates of Positive and NegativeSpillover between Work and Family.Journal of Occupational Health Psychology5: 111-126.

Haar, J.M. dan E.A. Bardoel. 2008. PossitiveSpillover from the Work-Family Inter-face: A Study of Australian Employees.Asia Pasific Journal & Human Resources46(3): 276-287.

Hasan, Z., M. F. Dollard dan A. H.Winefield. 2009. Work-Family Enrich-ment: Sharing Malaysian’ Experiences.Proceedings of the 8th Industrial &Organisational Psychology ConferenceSydney.

Lu, J. F., O.L. Siu, P. Spector, dan K. Shi.2009. Antecedents and Outcomes of aFour-Fold Taxonomy of Work-FamilyBalance in Chinese Employed Parents.Journal of Occupational Health Psychology14:182–192.

Luthans, F. 2005. Organizational Behavior.10th ed. The McGraw-Hill Companies,Inc. Boston.

Marks, S. R. 1977. Multiple Role and RoleStrain Some Notes on Human EnergyTime and Commitment. AmericanSociological Review 2: 921-936.

McNall, L. A., A. D. Masuda dan J. M.Nicklin. 2010. Flexible Work Arrange-ments, Job Satisfaction, and TurnoverIntentions: The Mediating Role ofWork-to-Family Enrichment. TheJournal of Psychology 144(1): 61-81.

McNall, L. A., J. M. Nicklin, dan A. D.Masuda. 2009. A Meta-Analytic Reviewof the Consequences Associated withWork-Family Enrichment. Journal ofBusiness and Psychology 25(3): 381-396.

Mondy, R. W. 2008. Manajemen Sumber DayaManusia. Edisi ke-10. Erlangga. Jakarta.

Mustafa, N., A. Ahmad dan J. Uli. 2012. TheImpact of Work-family Factors in the

Relationships Between Organizationaland Occupational Characteristics andIntention to Stay. Asian Journal ofBusiness and Management Sciences 1(1):109-128.

Namayandeh, H., S. N. Yacoob, dan R.Juhari. 2010. The Influences of WorkSupport and Family Support on Work-Family Conflict (W-FC) AmongMarried Female Nurses in Shiraz Iran.Journal of American Science 6(12): 534-540.

Powell, G. N. dan J. H. Greenhaus. 2006. Isthe Opposite of Positive Negative?Untangling the Complex Relationshipbetween Work-Family Enrichmnet andConflict. Career Development Inter-national 11(7): 650-659.

Rashid, W. E. W., M. S. Nordin, A. Omar,dan I. Ismail. 2011. Social Support,Work-Family Enrichment and LifeSatisfaction among Married Nurses inHealth Service. International Journal ofSocial Science and Humanity 1(2): 150-155.

Robbins, S.P. 2003. Organizational Behavior.10th ed. Prentice Hall. New Jersey.

Ryan, A. M., A. D. Kriska, B. J. West, dan J.M. Sacco. 2001. Anticipated Work/Family Conflict and Family MemberViews: Role in Police Recruiting.Policing: An International Journal of PoliceStrategies & Management 24(2): 228-239.

Sarafino, E. P. 1990. Health Psychology:Biophysical Interactions. John Wiley &Sons. Toronto.

Schermerhorn, J. R. 2002. Management. 7th

ed. John Wiley & Sons. New York.Schultz, Lisa A. 2009. Exploring the

Relationship Between the Positive andNegative Sides of the Work-FamilyInterface: The Role of Enrichment inBuffering the Effects of Time, Strain,and Behavior-Based Conflict. Disertati-on. Purdue University. Indiana.

Sieber, S. D. 1974. Toward a Theory of RoleAccumulations. American SociologicalReview 39(4): 567-578.

Page 93: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

200 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 181 – 200

Solimun. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat:SEM dan PLS. FMIPA UniversitasBrawijaya. Malang.

Stoddard, M. dan S. R. Madsen. 2007.Toward an Understanding of the LinkBetween Work-Family Enrichment andHealth. Academy of Human ResourceDevelopment conference of the Americas.

Warner, M. A. dan P. A. Hausdorf. 2009.The Positive Interaction of Work andFamily Roles: Using Need Theory toFurther Understand the Work-Family

Interface. Journal of Managerial Psycho-logy 24(4): 372-285.

Wayne, J. H. 2009. Reducing ConceptualConfusion: Clarifying the “Positive”Side of Work and Family. Paperpresented at the Annual Conference for theSociety of Industrial/OrganizationalPsychologist New Orlean Los Angeles.

Zhang, H., X. Zhou, Y Wang, dan M. H.Cone. 2011. Work-to Family Enrich-ment and Voice Behavior in China: TheRole of Modernity. Front. Bus. Res.China 5(2): 199-218

Page 94: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

165

NIAT ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI:SEBUAH KAJIAN EMPIRIS ONLINE BUSINESS

[email protected]

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi and Bisnis UNS Surakarta

ABSTRACT

The objective of this study is to examine the relationships of variables of Technology Acceptance Model andTheory of Planned Behavior, i.e. perceived easy of use, perceived usefulness, attitude, subjective norm, perceivedbehavioral control, and intention. Setting of this study is students conducting online business. Respondents ofthis research were students of Universitas Sebelas Maret that have intention to re-use internet to do theirbusiness. Based on purposive sampling method, there were 161 participants in this research completingquestioner that have passed validity and reliability test. In order to test the hypotheses that have beenformulated, SEM GeSCA was applied. According to output of GeSCA, the value of FIT, AFIT, and GFI are60.1%, 59.5%, and 0.989 respectively. That means the research model is fit. Furthermore, there are fivehypotheses not be rejected include perceived easy to use influences perceived usefulness; perceived usefulnesseffects to attitude; attitude and perceived behavioral control impact to intention. Meanwhile, the hypothesesaround the effect of perceived easy to use to attitude and subjective norm to intention are rejected.

Keywords: technology acceptance model, theory of planned behavior, entrepreneurships, online business

ABSTRAK

Penelitian ini menguji hubungan antara variabel dalam Technology Acceptance Model, yang meliputivariabel perceived easy to use, perceived usefulness, sikap, dan niat dengan Theory of Planned Behavior yangmencakup sikap, subjective norm, dan perceived behavioral control. Setting penelitian adalah mahasiswayang melakukan online business. Pengujian instrumen berdasarkan confirmatory factor analysis untukpengujian validitas dan cronbach alpha untuk pengujian reliabilitas. Berdasarkan purposive samplingmethod, terdapat 161 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Selanjutnya, pengujianhipotesis menggunakan analisis SEM-GeSCA. Hasil pengujian mengindikasikan bahwa modelpenelitian fit karena nilai FIT, AFIT, dan GFI berturut-turut sebagai berikut 60,1%; 59,5%;0,989. Olehkarena itu, pengujian hipotesis bisa dilakukan. Terdapat lima hipotesis yang didukung, yaknipengaruh perceived easy to use terhadap perceived usefulness; pengaruh perceived usefulness terhadapsikap dan juga terhadap niat; pengaruh sikap terhadap niat; dan pengaruh perceived behavioral controlterhadap niat. Namun hipotesis tentang pengaruh perceived easy to use terhadap sikap dan pengaruhsubjective norm terhadap niat tidak didukung.

Kata kunci: technology acceptance model; theory of planned behavior; wirausaha; online business

PENDAHULUANBadan Pusat Statistik (BPS) melalui

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)pada bulan Maret 2006 menyebutkan bah-wa jumlah penduduk miskin di Indonesiasebesar 39,05 juta atau 17,75 persen daritotal 222 juta penduduk. Penduduk miskinbertambah empat juta orang dibanding

yang tercatat pada Februari 2005. Datatentang pengangguran berada pada kisaran10,8%-11% dari tenaga kerja yang masukkategori sebagai pengangguran terbuka.Situasi tersebut menunjukkan bahwa masa-lah pengangguran termasuk yang ber-pendidikan tinggi akan berdampak negatifterhadap stabilitas sosial kemasyarakatan

Page 95: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

166 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 165 – 180

(www. kelembagaan.dikti.go.id, 2009).Kenyataan di lapangan, sebagian besar

lulusan perguruan tinggi adalah kategoripencari kerja bukan pencipta kerja. Hal inimengindikasi bahwa aktivitas kewirausaha-an (Entrepreneurial Activity) yang relatifmasih rendah. Entrepreneurial Activity di-terjemahkan sebagai individu aktif dalammemulai bisnis baru dan dinyatakan dalampersen total penduduk aktif bekerja. Se-makin tinggi indek Entrepreneurial Activitymaka semakin tinggi level entrepreneurshipsuatu negara (Boulton dan Turner, 2005dalam www.kelembagaan.dikti.go.id,2009).

Salah satu pilar dalam pembentukansoftskill wirausaha adalah kemampuanuntuk bertindak efisien dengan tidak me-lupakan penciptaan nilai tambah untukkemakmuran. Usaha pencapaian kondisitersebut bisa dilakukan dengan berbagaimetode, satu diantaranya adalah maksimali-sasi teknologi informasi. Aplikasi teknologiinformasi di bidang bisnis, seperti e-commerce, berdampak luas, yakni terbuka-nya akses ke hulu dan hilir, terbukanyaakses ke supplier dan konsumen. Salah satutrend aplikasi teknologi informasi di bidangbisnis yang memberi manfaat yang besaradalah e-commerce. Oleh karena itu, pe-ngembangan kewirausahaan perlu jugamemperhatikan sisi intangible, yakni pe-nguasaan softskill melalui adopsi e-commerce.

Secara teoritis, model yang berpe-ngaruh langsung terhadap adopsi teknologiadalah Technology Acceptance Model-TAM-(Davis, 1989). Pengembangan model ter-sebut diikuti dengan penggunaan modeldari Davis dengan dua variabel utama yaituusefullness dan ease of use sebagai variabelutama dalam TAM (Davis, 1986). Variabelusefullness merujuk pada situasi dimanakonsumen menyadari manfaat dari peng-gunaan suatu teknologi, sedangkan variabeleasy of use merupakan kesadaran bahwateknologi tersebut dapat konsumen aplikasi-kan tanpa mengalami banyak hambatan.Kedua variabel ini berada dalam ranahkognitif.

Kajian menunjukkan bahwa aplikasiTAM banyak dilakukan pada situasi yangbersifat mandatory (Templeton and Byrd,2003). Sifat mandatory menunjukkan bahwaadopsi teknologi merupakan kewenanganatasan dalam struktur organisasi formal.Kondisi tersebut menyiratkan bahwa indi-vidu dalam organisasi melakukan tindakanberdasarkan instruksi bukan merupakankebutuhan yang muncul dari kesadaran.Pada sisi lain, perilaku individu yang di-dasari kesadaran akan sangat mungkinberbeda dampaknya dengan yang didasarikewajiban. Oleh karena itu, kajian aplikasiTAM dalam setting yang nonmandatorymenjadi menarik untuk dilakukan.

Model kedua adalah theory of plannedbehavior-TPB- (Ajzen, 1991) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku niat,yang terbentuk melalui attitude toward thebehavior, subjective norm, dan perceived behavi-oral controll. Hasil penelitian ini menunjuk-kan bahwa antecedent niat seseorang dalambertindak dibentuk oleh ketiga variabeltersebut, yakni attitude towards the bahavior,subjective norm, dan perceived behavioralcontroll. Pada saat yang bersamaan intentionitu sendiri merupakan antecedent daribehavior (Ajzen, 1991).

Atttitude toward the behavior menunjuk-kan evaluasi terhadap perilaku yang bisabersifat positif maupun negatif, subjectivenorm merupakan pengaruh sosial yangditerima individu yang berdampak padaperilaku bertindak atau tidak bertindak,sedangkan perceived behavioral controll ada-lah kemudahan atau kesulitan untuk ber-tindak dan kemungkinan berdampak lang-sung atau tidak langsung terhadap perilakuitu sendiri (Blanchard et al., 2003)

Tujuan penelitian ini adalah meng-analisis hubungan antara variabel dalamTAM dan TPB dalam setting online business.Kedua pendekatan tersebut mengacu padaniat untuk bertindak sebagai pembentukvariabel bertindak (behavioral). Penelitian inimenarik dilakukan karena selama iniaplikasi TAM lebih banyak dilakukan padakondisi mandatory (Davis, Bagozzi, and

Page 96: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Niat Adopsi Teknologi Informasi:... – Haryanto 167

Warshaw, 1989; Templeton and Byrd, 2003),sedangkan pada studi ini aplikasi TAMbersifat kerelaan atau nonmandatory.Kedua, penelitian ini juga menganalisis TPByakni menguji variabel subjective norm danperceived behavioral sebagai variabel yangdiduga berpengaruh dalam niat adopsionline business. Ketiga, setting studi padamahasiswa yang memiliki bisnis online,setting penelitian ini belum banyak di-analisis.

TINJAUAN TEORETISTAM merupakan pendekatan yang

sering dilakukan untuk memahami peri-laku individu dalam adopsi teknologi.Variabel TAM meliputi perceived easy to use,perceived usefulness, sikap, dan niat (Davis,1989). Sedangkan, TPB meliputi variabelsikap, subjective norm, perceived behavioralcontrol, dan niat (Ajzen, 1991). Keduapendekatan tersebut memiliki irisan yangkuat dalam hal sikap dan niat. Oleh karenaitu, penelitian ini membangun konstruksiberdasarkan kekuatan irisan kedua model.

Technology Acceptance Model (TAM)Adopsi teknologi merupakan ranah

yang menjadi hal menarik saat ini seiringdengan perkembangan teknologi informasi.Kehidupan sehari-hari tidak bisa lepas padaketergantungan teknologi informasi, olehkarena itu memahami perilaku individudalam adopsi teknologi menjadi kajianyang banyak dilakukan. TAM dikembang-kan untuk mampu memotret motivasiindividu dalam adopsi teknologi (Davis,1989). Dasar utama TAM adalah bahwasetiap individu memiliki motivasi yang bisadijelaskan berkaitan dengan sikap terhadapadopsi teknologi (Chuttur, 2009).

Terdapat dua variabel utama yangmempengaruhi sikap dan niat adopsiteknologi, yakni perceived easy of use (PEU)dan perveived usefulness (PU) (Davis, 1993;1989; Davis et al., 1989; Yusoff andMuhammad, 2009). Perceived easy to usemerupakan persepsi kemudahan sebuahsistem. Menurut Davis et al. (1989) percei-

ved easy to use adalah tingkat keyakinanseseorang bahwa dalam menggunakansuatu sistem akan terbebas dari usaha.Teknologi yang mempunyai perintah-perintah yang mudah ditemukan danmudah dimengerti akan mempengaruhipersepsi seseorang bahwa teknologi ter-sebut mudah digunakan. Sistem informasiyang dipersepsikan lebih mudah oleh peng-guna dan mempunyai kompleksitas yanglebih sedikit akan memiliki kemungkinanyang lebih tinggi untuk diadopsi dandigunakan.

Sedangkan perceived usefulness (PU)merujuk pada kemanfaatan yang diterimaketika mengadopsi sistem tersebut. Secaraspesifik perceived usefulness adalah tingkatkepercayaan seseorang bahwa suatu tekno-logi yang digunakan akan mampu me-ningkatkan kinerjanya (Davis et al., 1989).Pengertian ini menunjukkan bahwa per-sepsi kemanfaatan merupakan sebuahukuran dari kesulitan atau usaha yang beratpada akhirnya akan menimbulkan per-hatian untuk menggunakan suatu tekno-logi. Perceived usefulness merupakan sebuahukuran dari suatu harapan atas pengguna-an suatu sistem. Perceived usefulness jugadapat diartikan sebagai besarnya persepsikonsumen mengenai kegunaan teknologiatau sistem informasi.

Berdasarkan TAM, perceived easy to usedan perceived usefulness berpengaruh ter-hadap sikap individu dalam adopsi tekno-logi. Sikap merupakan tendensi psikologisyang diekpresikan melalui derajad yangmana seseorang melakukan evaluasi yangbersifat favorable atau unfavorabel atasperilakunya (Fishbein and Ajzen, 1974; 1981;Ajzen, 1991). Ajzen (1991) menyatakan bah-wa perasaan favorable atau unfavorable di-kaitkan dengan penerimaan seseorang ter-hadap stimulus dari suatu objek yangdinilainya. Penilaian individu dalam hal initerkait kuat pengalaman individu ber-sangkutan. Jadi, respon individu, baikpositif maupun negatif, dipengaruhi olehstimulus yang diterima. Bila stimulus yangditerima dirasakan sebagai sesuatu yang

Page 97: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

168 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 165 – 180

baik atau sesuai dengan harapan maka akanmenimbulkan sikap positif terhadap stimu-lus tersebut, begitu pula sebaliknya.

Lebih lanjut TAM menyatakan bahwasikap yang terbentuk memiliki pengaruhyang positif terhadap niat bertindak atauniat mengadopsi teknologi. Niat merupakanindikator motivasi individu dalam ber-tindak, niat menunjukkan seberapa kerasseseorang mencoba dan seberapa banyakusaha yang dilakukan untuk bisa bertindak(Ajzen, 1991). Sejalan dengan definisi ter-sebut maka niat merupakan proxy yangpaling kuat bagi pengukuran perilaku atauvariabel bertindak.

Theory of Planned Behavior (TPB)Teori ini menyatakan bahwa perilaku

seseorang bisa diprediksi berdasarkan niat,sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap,subjective norm, dan perceived behavioralcontrol. Pendekatan ini merupakan backbonedari TAM yang dikembangkan oleh Davis(Chuttur, 2009).

Subjective norms adalah sebuah fungsidari satu set belief yang dipengaruhi olehindividu-individu utama disekitar sese-orang, seperti orangtua, suami atau istri,teman dan sebagianya (Fishbein and Ajzen,1974). Peran individu tersebut seringkalimenyatakan “persetujuan atau tidak per-setujuan” terhadap perilaku orang yangbersangkutan. Subjective norms dalam mo-del TPB fokus pada seberapa besar orang-orang disekeliling mempengaruhi keputus-an seorang individu.

Perceived behavioral control merujukpada kontrol mengenai kemampuan diri.Oleh karena itu perceived behavioral controldidefinisikan sebagai perilaku seseorangyang dipengaruhi oleh keyakinan terhadapkemampuan yang dimilikinya untuk ber-tindak (Ajzen, 1991). Hal ini mengindikasibahwa motivasi intrinsik memiliki perananbesar dalam mendasari tindakan individu.

HipotesisHasil penelitian terdahulu menunjuk-

kan bahwa perceived easy to use berpengaruh

terhadap perceived usefulness. Semakin mu-dah sebuah sistem teknologi maka ber-dampak terhadap kemanfaatan yang di-terima dari adopsi teknologi tersebut. Lebihlanjut, variabel perceived easy to use danperceived usefulness memiliki pengaruh ter-hadap terbentuknya sikap individu dalamadopsi teknologi. Hal ini didukung olehhasil penelitian Davis et al. (1989); Davis(1989); Cowen (2009); Yusoff and Muham-mad (2009); Shen Demei, Laffey James, LinYinmei (2006). Oleh karena itu, dirumuskanhipotesis sebagai berikut:H1 : Perceived easy to use (PEU) mem-

pengaruhi perceived usefulness (PU).H2 : Perceived easy to use (PEU berpe-

ngaruh terhadap sikap.H3 : Perceived usefulness (PU) berpengaruh

terhadap sikap.Penelitian Ajzen (1991); Fishbein and

Ajzen (1974; 1981); Vallerand et al. (1992)menyatakan bahwa niat dipengaruhi olehsikap, subjective norm, dan perceived behavio-ral control. Hal ini mengindikasi bahwa niatindividu untuk melakukan suatu tindakandipengaruhi oleh variabel sikap, subjectivenorm, dan perceived behavioral control. Ketigavariabel tersebut memiliki peranan yangvital dalam pembentukan niat yang me-rupakan proxy kuat atas perilaku ataukeputusan bertindak individu.

Selain itu, hasil penelitian Davis (1993;1989); Davis et al. (1989); Almahamid,Mcadams, Kalaldeh, and Eed, (2010) me-nyatakan bahwa perceived usefulness ber-pengaruh positif dan signifikan terhadapniat adopsi teknologi. Hasil kajian tersebutmenunjukkan bahwa semakin besar manfa-at yang dirasakan individu dalam adopsiteknologi, semakin kuat juga niat untukmengadopsi teknologi terkait. Berdasarkanpenelitian-penelitian tersebut, maka di-rumuskan hipotesis sebagai berikut:H4 : Sikap berpengaruh positif terhadap

niatH5 : Subjective norms berpengaruh positif

terhadap niatH6 : Perceived behavioral control berpe-

ngaruh positif terhadap niat

Page 98: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Niat Adopsi Teknologi Informasi:... – Haryanto 169

H7 : Perceived usefulness mempengaruhiniat

Model PenelitianTAM dan TPB merupakan dua pen-

dekatan tentang analisis keperilakuan.TAM berfokus pada perilalku individudalam adopsi teknologi, yang dikembang-kan atas variabel perceived easy to use,perceived usefulness, sikap, dan niat (Davis,1989). Variabel perceived easy to use danperceived usefulness merupakan antesedenvariavel sikap. Selanjutnya variabel niatadopsi dipengaruhi secara langsung oleh

variabel perceived usefulness dan variabelsikap.

TPB merupakan model yang berfokuspada analisis perilaku inidividu dalam bertindak. Perilaku individu dalam bertindakdipengaruhi secara langsung oleh niat un-tuk bertindak, sedangkan niat dipengaruhioleh sikap, subjective norm, dan perceivedbehavioral control (Ajzen, 1991).

Berdasarkan kedua pendekatan ter-sebut, maka model penelitian ini di-konstruksi. Berikut adalah model dalampenelitian ini:

Gambar 1Model Penelitian

Sumber: Konstruksian peneliti, 2014

METODE PENELITIANPengumpulan data untuk pengujian

hipotesis yang dikonstruksikan mengguna-kan kuesioner. Oleh karena itu data pe-nelitian ini termasuk ketegori data primer.Kuesioner penelitian ini sudah melewatipengujian instrumen, sehingga layak diper-gunakan dalam pengumpulan data. Lebihlanjut dilakukan pengujian model melaluimeasurement of fit model, bila model fit makatahap berikutnya, yakni pengujian hipotesisdilakukan.

Populasi dan SampelResponden penelitian merupakan

mahasiswa UNS yang pernah melakukandan berniat untuk kembali berbisnis secara

online. Responden diambil dari populasipenelitian yakni mahasiswa UNS yangpernah berbisnis secara online. Populasitersebut memiliki anggota, namun tidakbisa dipastikan besaran jumlahnya. Olehkarena itu penelitian ini menggunakannonprability sampling method (Sekaran, 1992;Crask, Fox, and Stout, 1995; Aaker, Kumar,and Day, 2000) dengan teknik pengambilansampel berdasarkan purposive sampling,yakni dengan penetapan kriteria anggotapopulasi yang berniat kembali untukmelakukan bisnis online. Data diperolehmelalui isian kuesioner oleh partisipanpenelitian. Key statement dalam kuesionerharus diisi partisipan untuk memastikanbahwa responden memenuhi kriteria yang

NiatSikap

Perceivedusefulness

Perceivedeasy to use

SubjectiveNorms

PerceivedBehavioralControl

H7

H3

H2

H4

H5

H6H1

Page 99: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

170 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 165 – 180

telah ditetapkan sehingga tujuan penelitianterpenuhi.

Pengujian Instrumen PenelitianKuesioner sebagai instrumen peneliti-

an diadopsi dari penelitian terdahulu(Fishbein and Ajzen, 1974; Davis, 1989;1993; Vallerand et al., 1992; Venkatesh, 2000)yang disesuaikan dengan kondisi settingpenelitian. Skala pengukuran dalam kuesio-ner adalah skala interval dengan pendekat-an Likert 5 points, yakni 1 (sangat tidaksetuju) sampai dengan 5 (sangat setuju)(Sekaran, 1992).

Uji instrumen meliputi uji validitasyang dilakukan untuk memastikan bahwaitem pernyataan kuesioner mengukurvariabel yang seharusnya diukur, dan ujireliabilitas untuk menguji konsistensi itempernyataan. Pengujian dilakukan denganconfirmatory factor analysis (CFA) untuk ujivaliditas dan cronbach alpha untuk ujireliabilitas.

Pengujian validitas dalam penelitianini melalui tahapan pengujian sampel kecildan sampel besar. Pengujian validitassampel kecil bertujuan untuk memastikanbahwa instrumen penelitian layak dalamhal validitas dan reliabilitas sebagai sumberpengumpulan data. Tahapan sampel kecildilakukan terhadap sampel sebesar 60responden.

Hasil pengujian validitas denganconfirmatory factor analisis menunjukkanbahwa beberapa item kuesioner nilainyakurang dari 0.4 dan juga ada beberapa yangoverloading. Oleh karena itu, dilakukantelaah lebih lanjut terhadap pilihan kata.Hasil telaah menunjukkan pilihan katatidak ada masalah, misal ambigu. Akhirnyadilakukan proses trial error dengan caramelakukan dropping item yang bermasalah.Terdapat 12 item yang harus didrop dantidak diikutkan dalam proses berikutnya.Item tersebut meliputi variabel perceivedeasy of use (peou1, peou2), perceived useful-ness (pu1, pu2, pu3, pu4), perceived behavioralcontrol (pbc1, pbc2, pbc3, pbc4, pbc5), dansubjective norm (sni1). Proses dropping item

dilakukan tanpa mengurangi kemampuanitem kuesioner dalam mengukur variabel.

Instrumen yang lolos dalam pengujiansampel kecil selanjutnya dipergunakanuntuk pengumpulan data. Sebanyak 161responden berpartisipasi dalam penelitianini. Sebelum analisis lanjut, dilakukan ujivaliditas kembali dengan sampel sebanyak160. Hasil pengujian validitas menunjukkanbahwa item kuesioner mampu mengukurvariabel yang seharusnya diukur. Loadingfactor setiap indikator instrument penelitiandiatas rule of thumb, yakni 0,4 dan juga tidakada indikator yang mengalami overloading.Hasil ini menunjukkan bahwa instrumentpenelitian memenuhi kaidah validitas yangdipersyaratkan. Setiap item mengukurvariabel yang seharusnya diukur berdasar-kan pengkelompokkan loading factor itempada kolom factor.

Besaran nilai loading berkisar padaangka 0,7. Angka tersebut menunjukkanbahwa indikator instrumen penelitian inimemiliki kekuatan yang baik dalam meng-ukur variabel. Hal ini sesuai kaidah besaranloading yang menyatakan bahwa semakinbesar nilai loading maka semakin kuatindikator tersebut dalam mengukur varia-bel. Lihat apendiks C.

Selanjutnya, instrumen penelitian jugaharus lolos pengujian reliabilitas. Uji relia-bilitas bertujuan untuk memastikan bahwainstrumen penelitian memiliki konsistensidan stabilitas dalam mengukur konsep danmampu menilai “goodness” dari alat ukur(Sekaran, 1992). Cronbach Alpha diper-gunakan sebagai pengujian reliabilitasdengan cut off nilai alpha lebih dari atausama dengan 0,6 (Sekaran, 1992).

Hasil pengujian reliabilitas dengansoftware SPSS 16 menghasilkan nilai cron-bach alpha lebih besar dari 0,6. Hal tersebutmembuktikan bahwa seluruh variabel pe-nelitian lolos uji reliabilitas. Secara berturut-turut, hasil uji reliabilitas adalah 0,920(perceived easy to use); 0,780 (perceived useful-ness); 0,926 (attitude/sikap); 0,720 (subjectivenorms); 0,652 (perceived behavioral control);0,895 (intention to use/niat). Lihat Apendiks

Page 100: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Niat Adopsi Teknologi Informasi:... – Haryanto 171

D. Jadi, secara keseluruhan instrumenpenelitian ini tidak menghadapi kendalauntuk pengumpulan data. Instrumen mam-pu dipergunakan dalam pengumpulandata, sehingga data yang dianalisis lebihlanjut secara kaidah statistik tidak ber-masalah.

Measures of Fit ModelAnalisis SEM-GeSCA mensyaratkan

bahwa model yang dikonstruksi fit bilamemenuhi salah satu unsur dari GFI atauSRMR. Sedangkan nilai FIT dan AFITdalam GeSCA sepadan dengan nilai R² danadjusted R² dalam analisis regresi. Tabel 1merupakan hasil measures of fit model studiini.

Tabel 1Measures of Fit Model

Indikator SkorFIT 0,601AFIT 0,595GFI 0,989SRMR 0,157NPAR 51

Sumber: Data primer diolah, 2014

Skor FIT dan AFIT berturut-turut60,1% dan 59,5% mengindikasi bahwavariabel perceived easy to use, perceivedusefulness, sikap, subjective norm, perceivedbehavioral control, dan niat mampu men-jelaskan model 59,5% sedangkan 39,5%dijelaskan oleh variabel yang tidak diamatidalam studi ini. GFI 0,989 diatas cut-off yangdisyaratakan yakni 0,900, skor ini me-nunjukkan bahwa model yang diteliti me-miliki level fit yang tinggi, artinya modelfit. Sedangkan nilai SRMR yang disyaratkansebesar kurang dari atau sama dengan 0,08tidak terpenuhi. Namun, model dalamstudi ini tetap dikategorikan fit (Hwangand Park, 2014).

ANALISIS DAN PEMBAHASANProfile Responden

Partisipan studi ini adalah mahasiswayang memiliki online business dan berniatuntuk menggunakan kembali. Profileresponden meliputi kategori jenis kelamin,lama waktu telah melakukan bisnis secaraonline, dan jumlah transaksi rata-rata setiapbulan. Detail responden ditampilkan ditabel 2.

Tabel 2Profile Responden

Kategori Jumlah Persentase (%)Jenis Kelamin

Pria 93 58%Wanita 68 42%

Lama Berbisnis online>= 2 tahun 47 29%< 2 tahun 114 71%

Frekuensi transaksi /bulan>= 3 138 86%< 3 23 14%

Sumber: Data primer diolah, 2014

Mayoritas responden penelitian iniadalah pria dengan lama berbisnis kurangdari 2 tahun dan besaran frekuensi tran-saksi lebih dari 3 kali dalam sebulan. Ber-

dasarkan jenis kelamin, walaupun mayo-ritas pria namun selisih antara pria danwanita tidak berbeda jauh. Hal ini meng-indikasi bahwa relatif tidak ada perbedaan

Page 101: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

172 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 165 – 180

jenis kelamin dalam menekuni bisnisonline. Hal berbeda tampak dalam hal lamaberbisnis, mayoritas responden mulai me-lakukan bisnis online belum lebih dari 2tahun. Namun, walaupun lama berbisnissebagian besar kurang dari 2 tahun tapimayoritas melakukan transaksi lebih dari 3kali dalam sebulan. Hasil ini membuktikanbahwa partisipan penelitian ini memilikipemahaman yang baik dalam sistem onlinebusiness.

Pengujian HipotesisPengujian hipotesis menggunakan

software SEM GeSCA (Generalized Structur-ed Component Analysis) yang dikembangkanoleh Hwang and Park (2014). AnalisisGeSCA diklaim lebih powerful dibanding-kan analisis SEM yang lain dengan per-timbangan fasilitas bootstrap memungkin-kan diabaikannya asumsi kecukupansampel dan normalitas data, selain itukemampuan untuk menganalisis modelyang bersifat reflektif maupun formatif(Solimun, 2013).

Berdasarkan analisis SEM-GeSCA, ter-dapat lima hipotesis yang didukung dandua hipotesis yang ditolak. Analisis ber-dasarkan nilai CR dengan level signifikansi5%, yakni lebih dari atau sama dengan 1,96.Secara rinci ditampilakan di Tabel 3 danGambar 2.

Tabel 3Path Coefficients

HubunganVariabel Estimastes

SE CR

PU->A 0.348 0.076 4.57*

PU->ITU 0.250 0.083 3.0*

A->ITU 0.161 0.074 2.16*

PBC->ITU 0.342 0.105 3.25*

SNI->ITU -0.145 0.062 2.35*

PEOU->PU 0.415 0.104 3.97*

PEOU->A 0.083 0.101 0.83*Signifikan pada 5%Sumber: Data primer diolah, 2014

Gambar 2Nilai Estimates Model Penelitian

Sumber: Data primer diolah, 2014.

Berdasarkan pengujian hipotesis de-ngan derajad signifikansi 5% dengan nilaiCR lebih dari atau sama dengan 1,96 makahasil penelitian ini mengindikasikan bahwahipotesis 2 dan hipotesis 5 tidak didukung.Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa

perceived easy to use berpengaruh terhadapsikap tidak didukung karena nilai CR tidakmemenuhi cut-off sebesar lebih dari atausama dengan 1,96 pada level signifikansi5%.

NiatSikap

Perceivedusefulness

Perceivedeasy to use

SubjectiveNorms

PerceivedBehavioralControl

0,250

0,348

0,083

0,161

-0,145

0,3420,415

Page 102: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Niat Adopsi Teknologi Informasi:... – Haryanto 173

Selanjutnya, hipotesis 5 yang menyata-kan bahwa subjective norm berpengaruhpositif terhadap niat, tidak didukung. Hasilmenujukkan bahwa nilai CR sebesar 2,35diatas 1,96 pada level signifikansi 5%,namun nilai hubungan bersifat negatifyakni -0,145, sedangkan hipotesis lainnyadidukung. Hipotesis 1 yang menyatakanbahwa perceived easy to use berpengaruhterhadap perceived usefulness, didukung.Nilai CR sebesar 3,97 diatas 2,56 pada levelsignifikansi sebesar 1%. Hasil ini meng-indikasi bahwa semakin mudah sistemonline business dioperasikan maka semakintinggi persepsi kemanfaatan sistem ter-sebut.

Hipotesis 3 yang menyebutkan bahwaperceived usefulness mempengaruhi sikap,didukung. Nilai CR sebesar 4,57 diatas cutoff level 1%, yakni 2,56. Hal ini me-nunjukkan bahwa bila individu merasakanmanfaat dari sistem online business makaindividu bersangkutan memiliki sikap yangpositif terhadap adopsi online business.

Hipotesis berikutnya, yakni hipotesis 4menyatakan bahwa sikap berpengaruh ter-hadap niat, didukung. Berdasarkan skor CRsebesar 2,16 diatas rule of thumb sebesar 1,96pada level signifikansi 5%. Hasil ini meng-indikasikan bahwa sikap positif terhadapadopsi online business mempengaruhi niatuntuk tetap menggunakan online business.

Hipotesis selanjutnya tentang pe-ngaruh perceived behavioral control terhadapniat yang merupakan hipotesis 6 didukung.Skor CR sebesar 3,25 diatas 2,56 pada levelsignifikansi 1%. Hasil ini membuktikanbahwa keyakinan (ability confident) dalamdiri individu mempengaruhi niat adopsi.

Terakhir, hipotesis 7 yang menyatakanbahwa perceived usefulness berpengaruhterhadap niat, didukung. Besaran nilai CRadalah 3,0 menunjukkan bahwa nilai ter-sebut diatas 2,56 untuk level signifikansi1%. Kemanfaatan yang diterima ketikamenggunakan sistem online business mem-perkuat niat untuk tetap mengunakansistem tersebut.

Pengujian MediasiAnalisis mediasi dalam penelitian ini

menggunakan Sobel test (Baron and Kenny,1986). Rumus perhitungan Sobel test adalah

z_value = (a x b)/SQRT (b2 x SEa2 + a2 xSEb2)dimana:

a = koefisien regresi standardized pe-ngaruh variabel penjelas X terhadap varia-bel mediasi M; SEa = standard error untukkoefisien a; B = koefisien regresi standardi-zed pengaruh variabel mediasi terhadapvariabel dependen Y; SEb = standard erroruntuk koefisien b.

Bila nilai z-value ≥ 1,96 atau tingkatsignifikansi statistik z (p-value) ≤ 0,05 makapengaruh tak langsung variabel independenterhadap variabel dependen melalui media-tor (Preacher and Hayes, 2004).

Pengujian mediasi dilakukan antaravariabel perceived usefulness terhadap sikapdan sikap terhadap niat. Oleh karena itu,variabel sikap dianalisis apakah sebagaivariabel mediasi atau bukan variabel media-si. Hasil perhitungan dengan Sobel testmenunjukkan bahwa Z-value sebesar 1,965.Hasil ini mengindikasi bahwa variabel sikapmemoderasi hubungan antara perceivedusefulness dengan niat. Berdasarkan analisisGeSCA (lihat gambar 2) hubungan langsungmaupun tidak langsung antara perceivedusefulness dengan niat berpengaruh signi-fikan, oleh karena itu maka mediasinyabersifat parsial.

PembahasanBerdasarkan kekuatan prediksian antar

hubungan variabel, niat adopsi online busi-ness dalam studi ini lebih kuat dipengaruhioleh faktor intinsik yakni perceived behavioralcontrol (nilai estimates: 0,342). Hasil inimengindikasi bahwa kayakinan individuterhadap kemampuan dalam adopsi niatonline business merupakan faktor dominandalam keputusan adopsi.

Selain itu, perceived usefulness jugaberperanan kuat dalam pembentukan niatadopsi (nilai estimates: 0,250). Kemanfaatanyang diterima dari online business menjadi-

Page 103: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

174 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 165 – 180

kan individu memiliki niat untuk meng-adopsi online business. Semakin banyakmanfaat yang dirasakan maka semakintinggi niat adopsi, begitu pula sebaliknya.Sedangkan jalur sikap merupakan kekuatanberikutnya yang membentuk niat adopsi.Sikap positif terhadap aktifitas onlinebusiness menciptakan niat adopsi onlinebusiness tersebut. Lebih lanjut, sikap me-rupakan variabel yang memediasi secaraparsial hubungan perceived usefulness de-ngan niat. Hal ini mengindikasi bahwaperubahan niat adopsi online business yangdipengaruhi oleh perceived usefulness se-bagai fungsi dari variabel sikap (Baron andKenny, 1986).

Hubungan antara subjective normdengan niat tidak berpengaruh positif.Subjective norm dalam penelitian ini me-rujuk pada orang-arang terdekat, sepertikeluarga, kerabat, dan teman. Subjectivenorm mewakili faktor eksternal indvidu dantidak berdampak positif terhadap niatadopsi online business. Faktor utama pe-nyebab adalah individu dalam penelitianini merupakan personal yang pernahmelakukan online business dan frekuensitransaksi cukup tinggi (lihat tabel 3).Kondisi ini berdampak pada rasa percayadiri yang tinggi untuk adopsi kembali onlinebusiness, sehingga faktor eksternal menjaditidak dominan.

Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa TPB memiliki kekuatan prediksianyang bagus untuk setting adopsi onlinebusiness bagi wirausaha. Namun perlukehati-hatian dalam hubungan subjectivenorm terhadap niat, karena nilai hubunganbersifat negatif. Faktor utama terbentuknyahubungan negatif ini diprediksi karenasetting penelitian ini berbeda dengan pe-nelitian terdahulu. Setting studi ini focuspada niat ulang untuk adopsi onlinebusiness. Individu yang telah mengadopsisistem memiliki keyakinan diri yang tinggisehingga faktor eksternal yakni subjectivenorm justru tidak signifikan. Oleh karenaitu, pembentukan niat untuk adopsi onlinebusiness dibentuk oleh sikap terhadap online

business, dan perceived behavioral control.Hasil studi ini mendukung penelitianterdahulu yang dilakukan oleh (Fishbeinand Ajzen, 1974; 1981; Ajzen, 1991; Ajzenand Fishbein, 1969).

Hasil yang relatif sama juga di-tunjukkan oleh TAM. Secara keseluruhanTAM mampu memprediksi mengenaiperilaku adopsi online business. Namun,pengujian lanjut perlu dilakukan untukhubungan antara perceived easy to use ter-hadap sikap karena hubungan ini tidakterbukti. Fokus utama adopsi TAM ber-dasarkan hasil studi ini adalah perceivedusefulness (kemanfaatan) menjadi faktordominan dalam setting adopsi ulang onlinebusiness dibandingkan perceived easy to use(kemudahan). Hasil akan berbeda didugaterjadi pada penelitian dengan setting yangbelum mengadopsi online business.

SIMPULANSimpulan

Model penelitian dalam studi iniberfokus pada niat ulang adopsi onlinebusiness pada setting mahasiswa yang ber-bisnis online. Hasil analisis menunjukkanbahwa niat ulang adopsi online businessbertumpu pada keyakinan diri akan ke-mampuan menjalankan sistem onlinebusiness. Lebih dari itu, faktor manfaat darisistem yang diadopsi juga merupakanpertimbangan. Selain itu, sikap positif yangdibentuk dari persepsi manfaat yang di-rasakan berpengaruh juga terhadap niatadopsi.

Hal yang berbeda terjadi pada persepsikemudahan yang tidak berpengaruh ter-hadap sikap serta peranan orang-orangdekat juga tidak berdampak. Hal ini kuatdiduga berkaitan dengan setting penelitian.

Implikasi ManajerialAplikasi hasil penelitian ini bagi

pembentukan wirausaha muda berbasisteknologi informasi dan atau bagi pe-ngembangan adopsi online business ber-tumpu pada pembentukan keyakinan akankemampuan menjalankan sistem teknologi

Page 104: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Niat Adopsi Teknologi Informasi:... – Haryanto 175

informasi. Keyakinan tersebut dibentukterutama melalui motivasi intrinsik bahwaketika yakin mengoperasikan sistem ter-sebut maka pasti berhasil (nilai estimates0,601: lihat apendiks A) .

Faktor berikutnya adalah kemanfaatansistem yang diadopsi, manfaat utama onlinebusiness yang berpengaruh kuat terhadapadopsi sistem adalah kemudahan ber-interaksi dengan konsumen (estimates0,442: lihat apendiks B). Oleh karena itu,fokus utama pengembangan online businessdengan memperkuat keyakinan bahwasistem tersebut mampu menciptakan ke-mudahan kontak dengan konsumen di-bandingkan dengan sistem konvensional

Terakhir, faktor sikap terhadap sistemonline business. Prioritas aplikasi faktorsikap adalah dengan menciptakan penilaianpositif terhadap online business (nilai esti-mates 0,289: lihat apendiks A). Selain itujuga dengan memperkuat persepsi bahwaadopsi sistem tersebut merupakan pilihanyang baik dan bijak dalam era teknologiinformasi saat ini.

Keterbatasan PenelitianStudi ini berfokus pada niat adopsi

ulang online business pada kalangan maha-siswa. Oleh karena itu, perlu kehati-hatianuntuk generalisasi model. Konteks antaraniat adopsi ulang dengan niat adopsi bisaberbeda, sehingga penelitian lanjut dapatdilakukan pada setting niat adopsi bagiindividu yang belum pernah melakukanonline business.

DAFTAR PUSTAKAAaker, D. A., Kumar, V., and Day, G. S.

2000. Marketing Research (7th ed.).Singapore: John Wiley and Sons, Inc.

Ajzen, I. (1991). The Theory of PlannedBehavior. Organizational Behavior andHuman Decision Process 211(50): 179-211.

Ajzen, I., and Fishbein, M. 1969. ThePrediction of Behavioral Intention in aChoice Situation. Journal Of Experimen-tal Social Psychology 5: 400-416.

Almahamid, S., Mcadams, A. C., Kalaldeh,T. A. L., and Eed, M. O. T. A. Z. A.2010. The Relationship Between Percei-ved Usefulness , Perceived Ease Of Use,Perceived Information Quality, AndIntention To Use E-Government.Journal of Theoretical and Applied Infor-mation Technology.

Baron, R. M., and Kenny, D. A. (1986). TheModerator-Mediator Variable Distinc-tion in Social Psychological Research:Conceptual, Strategic, and StatisticalConsiderations. Journal of Personalityand Social Psychology 51(6): 1173–1182.

Blanchard, C. M., Courneya, K. S., Rodgers,W. M., Fraser, S. N., Murray, T. C.,Daub, B., and Black, B. (2003). Is theTheory of Planned Behavior a UsefulFramework for Understanding ExerciseAdherence During Phase II CardiacRehabilitation ? Journal of Cardiopulmo-nary Rehabilitation 23: 29-39.

Chuttur, M. 2009. Overview of the Techno-logy Acceptance Model: Origins, Develop-ments and Future Directions 9: 9–37).

Cowen, J. B. 2009. The Influence of Percei-ved Usefulness, Perceived Ease of Use,and Subjective Norm on the Use ofComputed Radiography Systems: APilot Study.

Crask, M., Fox, R. J., and Stout, R. G. 1995.Marketing Research: Principles and Appli-cations. New Jersey: Prentice Hall.

Davis, F. D. 1989. Perceived Usefulness,Perceived Ease Of Use, And UserAccep. MIS Quarterly (September): 319–340.

Davis, F. D. 1993. User Acceptance of Infor-mation Technology: System Character-istics, User Perceptions, and BehavioralImpacts. Intl. J. Man-Machine Studies 38:475–487.

Davis, F. D., Bagozzi, R. P., and Warshaw, P.R. 1989. User Acceptance Of ComputerTechnology: A Comparison Of TwoTheoretical Models. Management Science35(8): 982–1003.

Fishbein, M., and Ajzen, I. 1974. AttitudeToward Objects As Predictors of Single

Page 105: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

176 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 165 – 180

and Multiple Behavioral Criteria.Psychological Review 81(1): 59–74.

Fishbein, M., and Ajzen, I. 1981. Attitudesand Voting Behaviour: An Applicationof the Theory of Reasoned Action.Progress in Applied Social Psychology 1:253–313.

Hwang, H., and Park, S. 2014. GeneralizedStructure Component Analysis. www.sem-gesca.org.

Preacher, K., and Hayes, A. 2004. Spss AndSas Procedures For Estimating IndirectEffects In Simple Mediation Models.Behavior Research Methods, Instru-ments, and Computers : A Journal OfThe Psychonomic Society, Inc 36(4): 717–737.

Sekaran, U. 1992. Research Methods forBusiness: A Skill Building Approach(Second Edi.). Singapore: John Willeyand Sons, Inc.

Shen Demei, Laffey James, Lin Yinmei, andH. X. 2006. Social Influence for Percei-ved Usefulness and Ease-of-Use ofCourse Delivery Systems Demei Shen,James Laffey, Yimei Lin, and XinxinHuang University of Missouri, Colum-bia. Journal of Intercative Online Learning5(3): 270-282.

Solimun. 2013. Technical Assistance: Generali-zed Structure Component Analysis.

Templeton, G. F., and Byrd, T. A. 2003.Determinants of the Relative Advan-tage of a Structured SDM During theAdoption Stage of Implementation.Information Technology and Management4(4): 409-428.

Vallerand, R. J., Deshaies, P., Cuerrier, J.-P.,Pelletier, L. G., and Mongeau, C. 1992.Ajzen and Fishbein’s Theory ofReasoned Action as Applied to MoralBehavior: A Confirmatory Analysis.Journal of Personality and Social Psycho-logy 62(1): 98-109.

Venkatesh, V. 2000. Determinants of Percei-ved Ease of Use: Integrating Control,Intrinsic Motivation, and Emotion intothe Technology Acceptance Model.Information System Research 11(4): 342–365.

Yusoff, Y. M., and Muhammad, Z. 2009.Individual Differences , Perceived Easeof Use, and Perceived Usefulness in theE-Library Usage. Computer and Infor-mation Science 2(1): 2-9.

Page 106: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Niat Adopsi Teknologi Informasi:... – Haryanto 177

Apendiks AMeasurement Model

Variable Loading Weight SMCEstimate SE CR Estimate SE CR Estimate SE CR

PU AVE = 0.691, Alpha =0.777PU3 0.804 0.055 14.54* 0.442 0.041 10.7* 0.646 0.085 7.61*

PU5 0.852 0.042 20.1* 0.420 0.046 9.1* 0.727 0.072 10.12*

PU6 0.838 0.032 26.2* 0.342 0.046 7.42* 0.701 0.053 13.27*

A AVE = 0.817, Alpha =0.925A1 0.875 0.033 26.82* 0.277 0.018 15.32* 0.765 0.057 13.42*

A2 0.924 0.019 49.88* 0.289 0.026 10.95* 0.853 0.034 25.12*

A3 0.891 0.026 34.72* 0.263 0.024 10.77* 0.794 0.046 17.44*

A4 0.925 0.018 52.0* 0.278 0.026 10.61* 0.856 0.033 26.23*

PBC AVE = 0.740, Alpha =0.645PBC6 0.870 0.037 23.3* 0.601 0.041 14.64* 0.758 0.065 11.72*

PBC7 0.850 0.038 22.51* 0.561 0.045 12.46* 0.722 0.064 11.22*

ITU AVE = 0.711, Alpha =0.893ITU1 0.897 0.031 28.77* 0.258 0.026 9.95* 0.805 0.055 14.52*

ITU2 0.886 0.031 28.51* 0.276 0.022 12.32* 0.785 0.054 14.43*

ITU3 0.800 0.062 12.89* 0.214 0.027 7.88* 0.640 0.096 6.65*

ITU4 0.859 0.034 25.38* 0.230 0.021 10.7* 0.739 0.058 12.75*

ITU5 0.766 0.067 11.37* 0.203 0.027 7.44* 0.587 0.103 5.71*

SN AVE = 0.643, Alpha =0.698SN2 0.566 0.141 4.02* 0.284 0.067 4.26* 0.321 0.120 2.67*

SN3 0.898 0.020 45.93* 0.455 0.026 17.33* 0.806 0.035 23.02*

SN4 0.895 0.017 51.6* 0.481 0.031 15.38* 0.802 0.031 25.78*

PEOU AVE = 0.759, Alpha =0.919peou3 0.776 0.056 13.94* 0.223 0.019 11.72* 0.602 0.085 7.07*

peou4 0.894 0.025 35.81* 0.219 0.021 10.3* 0.800 0.045 17.97*

peou5 0.919 0.017 54.86* 0.236 0.020 11.65* 0.845 0.031 27.57*

peou6 0.920 0.017 55.43* 0.257 0.022 11.5* 0.846 0.030 27.98*

peou7 0.837 0.034 24.54* 0.212 0.015 14.56* 0.700 0.056 12.46*

CR* = significant at .05 level

Page 107: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

178 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 165 – 180

Measurement Model

Variable Loading Weight SMCEstimate SE CR Estimate SE CR Estimate SE CR

PU AVE = 0.691, Alpha =0.777PU3 0.804 0.055 14.54* 0.442 0.041 10.7* 0.646 0.085 7.61*

PU5 0.852 0.042 20.1* 0.420 0.046 9.1* 0.727 0.072 10.12*

PU6 0.838 0.032 26.2* 0.342 0.046 7.42* 0.701 0.053 13.27*

A AVE = 0.817, Alpha =0.925A1 0.875 0.033 26.82* 0.277 0.018 15.32* 0.765 0.057 13.42*

A2 0.924 0.019 49.88* 0.289 0.026 10.95* 0.853 0.034 25.12*

A3 0.891 0.026 34.72* 0.263 0.024 10.77* 0.794 0.046 17.44*

A4 0.925 0.018 52.0* 0.278 0.026 10.61* 0.856 0.033 26.23*

PBC AVE = 0.740, Alpha =0.645PBC6 0.870 0.037 23.3* 0.601 0.041 14.64* 0.758 0.065 11.72*

PBC7 0.850 0.038 22.51* 0.561 0.045 12.46* 0.722 0.064 11.22*

ITU AVE = 0.711, Alpha =0.893ITU1 0.897 0.031 28.77* 0.258 0.026 9.95* 0.805 0.055 14.52*

ITU2 0.886 0.031 28.51* 0.276 0.022 12.32* 0.785 0.054 14.43*

ITU3 0.800 0.062 12.89* 0.214 0.027 7.88* 0.640 0.096 6.65*

ITU4 0.859 0.034 25.38* 0.230 0.021 10.7* 0.739 0.058 12.75*

ITU5 0.766 0.067 11.37* 0.203 0.027 7.44* 0.587 0.103 5.71*

SN AVE = 0.643, Alpha =0.698SN2 0.566 0.141 4.02* 0.284 0.067 4.26* 0.321 0.120 2.67*

SN3 0.898 0.020 45.93* 0.455 0.026 17.33* 0.806 0.035 23.02*

SN4 0.895 0.017 51.6* 0.481 0.031 15.38* 0.802 0.031 25.78*

PEOU AVE = 0.759, Alpha =0.919peou3 0.776 0.056 13.94* 0.223 0.019 11.72* 0.602 0.085 7.07*

peou4 0.894 0.025 35.81* 0.219 0.021 10.3* 0.800 0.045 17.97*

peou5 0.919 0.017 54.86* 0.236 0.020 11.65* 0.845 0.031 27.57*

peou6 0.920 0.017 55.43* 0.257 0.022 11.5* 0.846 0.030 27.98*

peou7 0.837 0.034 24.54* 0.212 0.015 14.56* 0.700 0.056 12.46*

CR* = significant at .05 level

Page 108: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Niat Adopsi Teknologi Informasi:... – Haryanto 179

Apendiks BInstrumen Penelitian1. Perceived Easy to Use

a. Mudah dan fleksibelb. Cepat memahamic. Mudah menggunakand. Jelas dan mengertie. Secara keseluruhan mudah

digunakan2. Perceived Usefulness

a. Bisa berhubungan dengankonsumen

b. Mengetahui informasi seputarkonsumen

c. Mengetahui keinginan konsumen

3. Sikap (Attitude)a. Bijakb. Positifc. Bermanfaatd. Baik

4. Perceived Behavioral Controla. Mampu melakukanb. Bila yakin maka bisa melakukan

5. Intention (Niat)a. Akan menggunakan kembalib. Menggunakan kembali untuk

transaksi penjualanc. Tertarik kembalid. Menggunakan kembali karena ide

yang baguse. Didukung oleh staf/karyawan.

Apendiks COutput Uji Validitas

Factor

1 2 3 4 5 6peou3 .630

peou4 .863

peou5 .874peou6 .912

peou7 .735pu5 .760

pu6 .705

a1 .770a2 .885

a3 .832

a4 .899pbc6 .441

pbc7 .767itu1 .796

itu2 .780

itu3 .696itu4 .739

itu5 .639

sni3 .764sni2 .448

sni4 .903

Page 109: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

180 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 165 – 180

Output Uji Validitas

Factor

1 2 3 4 5 6peou3 .630

peou4 .863

peou5 .874peou6 .912

peou7 .735pu5 .760

pu6 .705

a1 .770a2 .885

a3 .832

a4 .899pbc6 .441

pbc7 .767itu1 .796

itu2 .780

itu3 .696itu4 .739

itu5 .639

sni3 .764sni2 .448

sni4 .903Peou:perceived easy of use;pu:perceived usefulness; a:attitude (sikap);pbc:perceivedbehavioral control;itu:intention to use (niat);sni:subjective normSumber: Data primer diolah, 2014

Apendiks DOutput Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach AlphaPerceived easy to use 0,920Perceived usefulness 0,780Attitude (sikap) 0,926Subjective norms 0,720Perceived behavioral control 0,652Intention to use (niat) 0,895

Sumber: Data primer diolah, 2014

Page 110: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

139

PENGARUH KUALITAS FUNGSIONAL, KUALITAS TEKNIK DAN CITRATERHADAP KEPUASAN PELANGGAN RUMAH SAKIT

Rachmad [email protected]

Universitas Trunojoyo Madura

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of functional quality, technical quality and company image to the patient'ssatisfaction. Measuring the quality of services in this study conducted by assessing the customers' perception ofservice quality as suggested Grönroos. Functional quality measure aspects of service delivery process while thetechnical quality measure results of the services provided by the service providers. Functional quality andtechnical quality have an influence in the formation of customers' perception of the image of the hospital. Theunit of analysis in this study is the patient or the patient's family Hospital. The sample in this study using aproportional stratifield random sampling method sampling. Sampling from a random member of the populationand stratified proportionally, this is done if the population is heterogeneous. Questionnaires were collectedprocessed using Structural Equation Modeling (SEM). This study showed a positive and significant impact ofthe variable functional quality, technical quality and image of patient satisfaction. Positive and significantimpact of the variable functional quality and technical quality of the image while the variable effect of functionalquality and technical quality of patient satisfaction is a direct effectand indirect effect through a image variable.

Keywords: functional quality, technical quality, image and satisfaction

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kualitas fungsional, kualitas teknik dan citra rumahsakit terhadap kepuasan pelanggan. Pengukuran kualitas jasa pada penelitian ini dilakukan denganmenilai persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa seperti yang disarankan Gronroos. Kualitasfungsional mengukur aspek-aspek proses penyampaian jasa sedangkan kualitas teknis mengukurhasil dari jasa yang diberikan oleh penyedia jasa. Kualitas fungsional dan kualitas teknis memilikipengaruh dalam pembentukan persepsi pelanggan terhadap citra rumah sakit. Unit analisis padapenelitian ini adalah pelanggan atau keluarga pelanggan Rumah Sakit. Pengambilan sampel padapenelitian ini menggunakan metode proportional stratifield random sampling yaitu pengambilansampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, hal ini dilakukan jikapopulasinya heterogen. Kuisioner yang terkumpul diolah menggunakan metode Structural EquationModelling (SEM). Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan dari variabelkualitas fungsional, kualitas teknis dan citra terhadap kepuasan pelanggan. Pengaruh positif dansignifikan dari variabel kualitas fungsional dan kualitas teknis terhadap citra sedangkan pengaruhvariabel kualitas fungsional dan kualitas teknis terhadap kepuasan pelanggan adalah pengaruhlangsung dan pengaruh tidak langsung melalui variabel citra.

Kata kunci: kualitas fungsional, kualitas teknik, citra dan kepuasan

PENDAHULUANRumah sakit merupakan salah satu

institusi pelayanan kesehatan yang tidakhanya berfungsi untuk mengatasi masalahkesehatan yang dialami oleh pasien, tetapipelayanan yang diberikan mencakup dari

aspek promotif, preventif, kuratis sertarehabilitatif. Hal tersebut telah dijelaskandalam Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 44 Tahun 2009 Tentang RumahSakit. Rumah sakit sebagai salah satufasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki

Page 111: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

140 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 139 – 164

peran yang sangat strategis dalam upayamempercepat peningkatan derajat kesehat-an. Pelayanan yang diharapkan adalah pe-layanan yang berkualitas, sehingga mampumengurangi angka kesakitan dan kematianserta menciptakan masyarakat sehat sejah-tera. Kualitas pelayanan yang baik darisebuah rumah sakit tercermin pada kepuas-an pelanggan sehingga ada keinginan untukmenggunakan pelayanan sejenis diwaktuyang lain. (Baharuddin, 2004). Kualitasharus dimulai dari kebutuhan pelanggandan berakhir pada persepsi pelanggan, yangberarti bahwa kualitas yang baik bukandilihat dari persepsi pihak penyedia jasadalam hal ini rumah sakit, tetapi ber-dasarkan pada persepsi pelanggan atau pe-langgan. Kualitas pelayanan kesehatansuatu rumah sakit dapat tercermin dari per-sepsi pelanggan atas pelayanan kesehatanyang diterima dan persepsi tersebut akanberlanjut pada proses terbentuknya citrabagi rumah sakit. (Tjiptono, 2005)

Pelayanan kesehatan yang berkualitastampak dari pengelolaan sarana pelayanankesehatan yang profesional dan dikelolaoleh lembaga yang memiliki kredibilitas.Pengelolaan lembaga pelayanan kesehatanyang baik, tidak hanya mengedepankanbusiness oriented namun juga memper-hatikan aspek sosial dengan memperhati-kan corporate social responsibility. Rumahsakit harus selalu berkomitmen tinggi me-majukan dan mengembangkan sumberdaya rumah sakit, seperti kualitas sumberdaya manusia (SDM) pemberi pelayanan,sarana dan prasarana dengan teknologiyang baik untuk bisa memberikan pelayan-an yang bermutu kepada masyarakat.

Mutu pelayanan publik saat ini masihbanyak kendala dan hambatan terutamadalam hal kualitas pelayanan. Masyarakatsemakin pintar dan menuntut terciptanyatata kelola manajemen penyelenggara jasakesehatan yang baik yang menjunjung ting-gi prinsip-prinsip transparansi, partisipasi,efisiensi, akuntabilitas, serta menghargaimartabat masyarakat sebagai konsumenbaik dari aspek pelayanan maupun kompe-

tensi sebuah penyelenggara jasa kesehatan.Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanankesehatan bagi orang sakit atau sebagaitempat menyediakan dan memberikan pe-layanan kesehatan yang meliputi berbagaimasalah kesehatan. Rumah sakit juga me-rupakan salah satu institusi penyelenggarajasa kesehatan yang kompleks, padat pakardan padat modal. Kompleksitas ini munculkarena pelayanan rumah sakit menyangkutberbagai fungsi pelayanan, pendidikan danpenelitian, serta mencakup berbagai jenistingkatan disiplin keahlian.

Pelayanan terhadap rumah sakit dipengaruhi oleh tiga faktor yakni pasien,rumah sakit, dan lingkungan. Sosio demo-grafi dan sosio psikologis pasien mem-pengaruhi pelayanan terhadap rumah sakit.Penggunaan pelayanan kesehatan padaumumnya pada anak-anak dan orang tuakarena pada usia anak dan orang tua rentanterserang penyakit. Pendidikan yang lebihtinggi akan mempunyai informasi tentangkesehatan yang lebih banyak dibandingkandengan pendidikan rendah, sehingga sadarakan arti mempertahankan kesehatan akandirinya. Pendidikan yang tinggi juga me-mungkinkan kesempatan atau akses yanglebih besar untuk memperoleh pekerjaandengan pendapatan yang lebih tinggi orangtua yang berpendidikan dan berpenghasilantinggi cenderung lebih sering akan meng-gunakan pelayanan kesehatan. Sedangkansosio psikologis pasien seperti persepsisehat sakit, harapan dan persepsi terhadappelayanan rumah sakit mempengaruhi ke-butuhan individu untuk memanfaatkantempat pelayanan kesehatan secara lang-sung. Pengetahuan seseorang terhadap se-buah pelayanan kesehatan juga dapat me-ningkatkan kunjungan pasien di tempattersebut karena tempat tersebut dapat di-jadikan tempat rujukan jika mereka sakit(Notoatmojo, 2005).

Ketersedian SDM rumah sakit me-rupakan faktor yang mempengaruhi pe-layanan. Sumber daya manusia yang cukupbaik ditinjau dari segi kualitas maupunjumlah akan sangat berpengaruh terhadap

Page 112: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Kualitas Fungsional, Kualitas Teknik Dan Citra... – Hidayat 141

pelayanan kesehatan. Sikap dan responpetugas kesehatan terhadap pelanggan jugatidak dapat dipandang sebelah mata dalampemanfaat pelayanan kesehatan. Pelayanankesehatan dapat dipengaruhi ketanggapanpetugas terhadap pelayanan yang di-berikannya kepada masyarakat. Pelanggantidak akan menggunakan kembali institusipelayanan kesehatan atau pindah ke rumahsakit lain disebabkan karena perilaku stafatau personil yang tidak menyenangkan,misalnya pelayanan terlambat atau perilakuyang tidak manusiawi. Fasilitas rumah sakittergantung dari jenis dan tingkat atau kelasrumah sakit. Rumah sakit dengan fasilitasterbatas dan kemampuan pelayanan yangterbatas pula hanya mampu merawat pen-derita dengan penyakit ringan, apabila adapelanggan dengan penyakit lebih berat akanmerujuk ke rumah sakit lain yang lebihbaik. Fasilitas umum seperti ruang tunggu,toilet dan lapangan parkir juga mem-pengaruhi kepuasan pelanggan (Wijono,2008).

Model kualitas layanan yang populerdan hingga kini banyak dijadikan acuandalam riset pemasaran adalah modelservqual (service quality). Amponsah andUlrich (2009) meneliti hubungan penyedialayanan kesehatan dan kepuasan pelangganpenyedia layanan kesehatan. Pelangganrumah sakit swasta dan pemerintah cen-derung sangat puas dengan pelayanankesehatan. Pelanggan rumah sakit swastasekitar 12 persen lebih mungkin puas di-bandingkan pelanggan rumah sakit peme-rintah. Zaim et. al., (2010) menyatakankepuasan pelanggan rumah sakit (tangi-bility, kehandalan, kesopanan dan empati)berpengaruh signifikan terhadap kepuasanpelanggan. Ranajit and Anirban (2011)meyatakan kepuasan pasien dan kualitaspelayanan dipertimbangkan bersama-samauntuk stabilitas organisasi rumah sakit.Ilioudi et. al., (2013) menggunakan metodeSurvei online untuk mengetahui kepuasanpelanggan rumah sakit. Kepuasan pasienterkait dengan sejauh mana kebutuhanperawatan kesehatan umum dan kebutuhankondisi spesifik terpenuhi. Pasien puas

dengan pelayanan kesehatan terutama padalayanan klinis, layanan obat-abatan, peranaktif perawat, profesionalime layanan ke-sehatan. Amponsah and Ulrich (2009); Zaimet. al., (2010); Ranajit and Anirban (2011);Ilioudi et. al., (2013) menggunakan modelServqual yang populer untuk mengukurkualitas layanan. Meskipun banyak ke-terbatasan pendekatan SERVQUAL, instru-men ini diterapkan untuk mengukur kuali-tas pelayanan dan kepuasan pasien RumahSakit. Para peneliti telah menyarankan mo-del yang berbeda dan metode untuk meng-ukur kepuasan pasien mengingat kualitaspelayanan sebagai salah satu pendahulu-nya.

Pengukuran kualitas layanan rumahsakit pada penelitian ini berangkat daripendekatan model Gronroos. Model Gronroosdigunakan karena memiliki model kualitasjasa yang lebih lengkap dibandingkanmodel Servqual. Model memaparkan tigadimensi utama atau faktor yang diper-gunakan konsumen dalam menilai kualitasyaitu outcome related (technical quality),process related (functional quality) danimaged related dimensions. Ketiga dimensi inikemudian dijabarkan yaitu (1) Professiona-lism and skills merupakan outcome related,dimana pelanggan menganggap bahwapenyedia jasa, karyawan, sistem operasionaldan sumber daya fisiknya memiliki penge-tahuan dan keterampilan yang dibutuhkanuntuk memecahkan masalah pelanggansecara profesional. (2) Attitudes dan Beha-viour merupakan process related, dimanapelanggan menganggap merasa bahwakaryawan dalam memberikan pelayananselalu memperhatikan mereka dan berusahamembantu memecahkan masalah pelang-gan secara spontan dan dengan senang hati.(3) Accessibility and Flexibility merupakanprocess related. Pelanggan merasa penyediajasa, lokasi, jam kerja karyawan dan sistemoperasionalnya dirancang dan dioperasikansedemikian rupa sehingga pelanggan dapatmengaksesnya dengan mudah. Selain itujuga dirancang dengan maksud agar dapatbersifat fleksibel dalam menyesuaikan per-mintaan dan keinginan pelanggan. (4)

Page 113: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

142 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 139 – 164

Reliability and Truthworthness merupakanprocess related. Pelanggan meyakini bahwaapapun yang terjadi atau telah disepakati,mereka bisa mengandalkan penyedia jasa,karyawan dan sistemnya dalam memenuhijanji-janjinya dan bertindak demi kepenting-an pelanggan. (5) Service and Recovery me-rupakan process related. Pelanggan meyakinibahwa apabila ada kesalahan atau bilaterjadi sesuatu yang tidak diharapkan, pe-nyedia jasa akan segera dan secara aktifmengambil tindakan untuk mengendalikansituasi dan menemukan solusi yang tepat.(6) Servicescape merupakan process related.Pelanggan bahwa kondisi fisik dan aspeklingkungan service encounter lainnya men-dukung pengalaman positif atas proses jasa.(7) Reputation and Credibility merupakanimaged related. Pelanggan meyakini bahwabisnis penyedia jasa dapat dipercaya.(Gronroos, 2007)

Peran citra sangat mempengaruhi ke-berhasilan kegiatan suatu lembaga sepertirumah sakit. Menurut Zeithaml et. al.,(2009), citra rumah sakit yang baik me-rupakan aset bagi kebanyakan rumah sakit,karena citra dapat berdampak kepadapersepsi atas kualitas, nilai dan kepuasan.Menurut Ryu et al., (2008) citra adalahseperangkat kepercayaan, daya ingat dankesan-kesan yang dimiliki seseorang ter-hadap suatu objek. Sikap dan tindakanorang terhadap suatu objek sangat di-tentukan oleh citra objek tersebut. Pengerti-an citra itu sendiri abstrak atau intangible,tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasilpenilaian, penerimaan, kesadaran danpengertian, baik semacam tanda respek danrasa hormat, dari publik sekelilingnya ataumasyarakat luas terhadap rumah sakitsebagai sebuah badan usaha ataupun ter-hadap personilnya (dipercaya, profesional,dan dapat diandalkan dalam pemberianpelayanan yang baik). Terciptanya suatucitra rumah sakit yang baik di mata kha-layak atau publiknya akan banyak meng-untungkan. Kualitas fungsional mengukuraspek-aspek proses penyampaian jasasedangkan kualitas teknis mengukur hasil

(outcome) dari jasa yang diberikan olehpenyedia jasa (provider).

Studi ini diharapkan dapat memberi-kan hasil yang lebih komprehensif tentangkualitas fungsional dan kualitas teknismemiliki pengaruh dalam pembentukanpersepsi pelanggan terhadap citra rumahsakit. Penelitian ini menganalisis pengaruhkualitas fungsional, kualitas teknik dan citrarumah sakit terhadap kepuasan pelangganRumah Sakit Pemerintah di Madura. Se-panjang pengetahuan peneliti, studi teoripemasaran jasa dan studi empirik, studidalam topik yang sama belum pernah di-lakukan. Secara teoritis terdapat justifikasiempirik bahwa diduga terdapat hubunganyang kuat dan kausal antara kualitas fungsi-onal dan kualitas teknik terhadap dan citrarumah sakit. Justifikasi lain yang bisa di-tarik adalah adanya hubungan antarakualitas fungsional dan kualitas teknik ter-hadap kepuasan pelanggan Rumah Sakitbaik secara langsung maupun diantarai olehcitra rumah sakit. Disamping itu teori-teoripemasaran jasa memberi dukungan atasjustifikasi yang telah dikemukakan. Olehkarena itu pengujian teori ini pada situasiempirik patutlah didukung.

TINJAUAN TEORETISKata kualitas mengandung banyak

definisi dan makna. Beberapa definisi yangberbeda tentang kualitas dari berbagailiteratur yang banyak dikutip dan diadap-tasi. Definisi kualitas menurut beberapapakar. Lymperopoulos et al., (2006), “Qualityis the degree of excellence or superiority of anorganization goods and services.” Kualitasmerupakan tingkat keunggulan dari suatubarang dan jasa suatu organisasi harusdapat menjadi pembeda dengan keunggul-an yang ditawarkan oleh barang dan jasaorganisasi lainnya. Kualitas merupakansuatu kondisi dinamis yang berhubungandengan produk, jasa, manusia, proses danlingkungan yang memenuhi atau melebihiharapan. Akhtar (2011) mendefinisikankualitas sebagai suatu strategi dasar bisnisyang menghasilkan barang dan jasa yang

Page 114: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Kualitas Fungsional, Kualitas Teknik Dan Citra... – Hidayat 143

memenuhi kebutuhan dan kepuasan kon-sumen internal dan eksternal, secara eks-plisit dan implisit. Arries (2008) men-definisikan kualitas adalah seluruh ciri sertasifat suatu produk atau pelayanan yangberpengaruh pada kemampuan untuk me-muaskan kebutuhan yang dinyatakan atauyang tersirat. Berdasarkan beberapa definisidi atas, maka kualitas merupakan nilaikasesuaian atau lebih dari barang dan jasadalam memenuhi kebutuhan dan kepuasanpelanggan.

Konsep dasar kualitas dari suatupelayanan (jasa) ataupun kualitas dari suatuproduk dapat didefinisikan sebagai pe-menuhan yang dapat melebihi dari keingin-an ataupun harapan dari pelanggan (kon-sumen). Definisi kualitas layanan (jasa)berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatanpenyampaiannya untuk mengimbangiharapan pelanggan. Kualitas jasa adalahtingkat keunggulan yang diharapkan danpengendalian kualitas atas tingkat ke-unggulan tersebut untuk memenuhi ke-inginan pelanggan. Dengan kata lain adadua faktor utama yang mempengaruhikualitas jasa menurut Boshoff (2004) yaituexpected service dan perceived service. Apabilajasa yang diterima atau dirasakan (PercevedService) sesuai dengan yang diharapkanmaka kualitas jasa dipersepsikan baik danmemuaskan. Jika jasa yang diterima me-lampaui harapan pelanggan maka kualitasjasa yang dipersepsikan sebagai kualitasjasa ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterimalebih rendah daripada yang diharapkan,maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Chiand Qu, (2008) meyatakan baik tidaknyakualitas jasa tergantung pada kemampuanpenyedia jasa dalam memenuhi harapanpelanggan secara konsisten.

Menurut Pasuraman, et al., (2005) me-nyebutkan bahwa ada 10 dimensi yangdigunakan pelanggan untuk menilai kuali-tas pelayanan yaitu: (1) Tampilan elemenfisik (Tangible). Dimensi ini mencakup ter-sedianya fasilitas fisik, peralatan, sumberdaya manusia, materi-materi untukkomunikasi yang merupakan buktinya

(Tangible) pelayanan. (2) Keandalan (Re-liability). Dimensi ini mencakup keandalandalam menepati janji yang telah diberikan,kinerja yang akurat dan konsisten. (3)Responsivitas (Responsiveness). Dimensi inimencakup kesiapan dan kesediaan parakaryawan untuk membantu para pelanggandan menyampaikan jasa secara tepat. (4)Komunikasi (Communication). Dimensi inimencakup penyampaian informasi kepadapara pelanggan dalam bahasa yang mudahmereka pahami, serta selalu mendengarkansaran dan keluhan pelanggan. Termasukdidalamnya adalah penjelasan mengenaijasa/layanan yang ditawarkan, biaya jasa,trade-off antara jasa dan biaya, serta prosespenanganan masalah potensial yang mung-kin timbul. (5) Kredibilitas (Credibility).Dimensi ini mencakup dapat dipercayanyapemberi pelayanan, keyakinan akan pe-layanan yang diberikan dan jaminan ataspelayanan yang telah diberikan. (6) Keamanan (Security). Dimensi ini mencakupbebas dari resiko, rasa takut dan keragu-raguan atas pelayanan yang telah diberikan.(7) Kompetensi (Competence). Dimensi inimencakup dimilikinya kemampuan, ke-terampilan, dan pengetahuan yang dibutuh-kan untuk pelaksanaan pelayanan. (8)Sopan santun (Courtesy). Dimensi ini men-cakup keramahan karyawan, kesopanan,hormat, tenggang rasa dan kedekatan de-ngan pelanggannya. (9) Pemahaman padapelanggan (Understanding the customer). Di-mensi ini mencakup usaha untuk mengenalidan mengerti akan kebutuhan pelanggan.(10) Akses. Dimensi ini mencakup ke-mudahan akan mendapatkan pelayananyang baik dalam mencapai lokasi, komuni-kasi dengan petugas maupun kemudahandalam penyelesaian masalah yang adahubungannya dengan pelayanan.

Dalam perkembangan selanjutnyaRavichandran et al, (2010) menemukan bah-wa sepuluh dimensi yang ada dapat di-rangkum menjadi hanya lima dimensipokok, kelima dimensi tersebut adalah: (1)Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputifasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dansarana komunikasi. (2) Reliability (kehandal-

Page 115: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

144 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 139 – 164

an), yaitu kemampuan dalam memberikanpelayanan dengan segera dan memuaskanserta sesuai dengan yang telah dijanjikan.(3) Responsiveness (daya tangkap), yaitukeinginan para staf untuk membantu parapelanggan dan memberikan pelayanandengan tanggap. (4) Assurance (jaminan),yaitu mencakup kemampuan, kesopanandan sifat dapat dipercaya yang dimiliki parastaf, bebas dari bahaya, resiko ataupun

keraguraguan. (5) Empaty, yaitu meliputikemudahan dalam melakukan hubungan,komunikasi yang baik, dan perhatian de-ngan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.(6) Pada hakikatnya pengukuran kualitassuatu jasa hampir sama dengan pengukurankepuasan pelanggan yaitu ditentukan olehvariabel harapan dan kinerja yang dirasa-kan (perceived performance).

Gambar 1Model Kualitas Gronroos

Sumber : Gronroos (2007: 117)

Menurut Gronroos, kualitas jasa me-rupakan hasil dari proses evaluasi kon-sumen yang membandingkan persepsinyaterhadap service delivery dan output yangdihasilkan dengan apa yang mereka harap-kan. (Rahman et al., 2012). Model Gronroosmemiliki kualitas jasa yang lebih lengkapdibandingkan model Servqual yang di-kemukakan Parasuraman. Gronroos meng-gunakan dimensi kualitas fungsional (pro-cess related) dan kualitas teknis (outcomerelated) serta citra dalam melakukan pe-ngukuran kualitas jasa. Model Servqualhanya menjelaskan dimensi kualitas fungsi-

onal saja. Model kualitas jasa yang di-kembangkan oleh Gronroos dapat dilihatpada Gambar 1., adapun penjelasan kompo-nen kualitas adalah: (1) Kualitas teknis(outcome related) merupakan keluaran dariinteraksi konsumen dan penyedia jasa yaituapa yang diterima atau dirasakan pelang-gan setelah proses interaksi antara penjualdan pembeli berakhir. Kualitas teknik me-rupakan hasil akhir dari proses pelayananjasa. Apa (What) yang dirasakan pelanggansetelah proses interaksi berakhir merupakanhal yang sangat diperhatikan pelangganketika melakukan penilaian atau evaluasi

Expetedservice

ExperiencedservicePerceved Service Quality

TechnicalQuality :

what

FunctionalQuality :

How

Image

Page 116: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Kualitas Fungsional, Kualitas Teknik Dan Citra... – Hidayat 145

terhadap kualitas pelayanan seperti waktutunggu dan waktu pelayanan. (2) Kualitasfungsional (process related) adalah bagai-mana proses pelayanan disajikan termasukinteraksi antara penjual dan pembeli.Kualitas fungsional selalu dinilai pelanggansecara objektif. (3) Citra perusahaan.(Gronroos, 2007)

Luo and Homburg, (2007) menyatakancitra perusahaan merupakan keseluruhankesan yang terbentuk dalam pikiran publikatau masyarakat terhadap suatu perusaha-an. Faullant et al., (2008) mendefinisikancitra sebagai representasi penilaian-penilai-an dari konsumen, baik konsumen yangpotensial, konsumen yang kecewa. Ter-masuk kelompok-kelompok lain yang ber-kaitan dengan perusahaan seperti pemasok,agen maupun para investor. Apabila citraperusahaan baik dimata konsumen, makakesalahan-kesalahan kecil mengenai prosesmaupun output yang dilakukan perusahaanakan dimaafkan oleh pelanggan (Dimitria-des, 2006; Santos, 2003). Apabila kesalahan-kesalahan tersebut, sering terjadi, maka citraperusahaan akan menurun. Apabila citraperusahaan sudah buruk maka permasalah-an kualitas biasanya dianggap lebih burukdaripada kondisi sebenarnya.

Ada beberapa pengertian mengenaikepuasan pelanggan yang dikemukakanoleh beberapa pakar, diantaranya Chi andQu, (2008) menandakan bahwa kepuasanpelanggan merupakan tingkat perasaanseseorang setelah membandingkan kinerjaatau hasil yang dia rasakan dibanding de-ngan harapannya, sedangkan Olorunniwoet al., (2006) mengartikan bahwa kepuasanpelanggan adalah hasil (outcome) yang di-rasakan atas penggunaan produk dan jasa,sama atau melebihi harapan yang diingin-kan. Berdasarkan definisi pakar di atas,maka kepuasan pelanggan merupakan nilaitimbal balik yang sesuai dirasakan sese-orang berdasarkan aktivitas purna beliproduk dan jasa. Nilai timbal balik berupaperbandingan atas harapan yang diinginkansebelum penggunaan produk dan jasa dan

setelahnya, nilai yang didapatkan apakahsama atau lebih dari yang diharapkan.

Spreng et al., (2009) menyatakan bahwaperasaan puas timbul ketika pelangganmembandingkan persepsi mereka mengenaiperformance produk atau jasa dengan harap-an mereka. Hidayat (2009) menyatakanpuas atau tidak puasnya seorang pelangganditentukan oleh kesesuaian harapan pe-langgan dengan persepsi pelanggan padakinerja aktual layanan tersebut. Pelangganakan puas jika perusahaan mampu mem-berikan layanan sesuai harapannya. Pelang-gan akan membentuk harapannya darikinerja seharusnya dari suatu layanan.Harapan atas kinerja dibandingkan dengankinerja aktual layanan. Jika kinerja aktuallebih besar atau sama dengan harapan makakepuasan akan terjadi. Gandhi and Kang(2010) mengemukakan bahwa kepuasanpelanggan merupakan evaluasi terhadapsurprise yang inheren atau melekat padapemerolehan produk dan pengalamankonsumsi. Tjiptono (2007) menyatakan ke-puasan pelanggan adalah hasil pembeliandan pemakaian yang didapatkan dari per-bandingan antara reward dan biaya pembeli-an dengan konsekuensi yang diantisipasisebelumnya.

Menurut teori equity, seseorang akanpuas bila hasil (outcome) yang diperolehdibandingkan dengan input yang diguna-kan dirasakan fair atau adil. Kepuasanterjadi apabila pelanggan merasa bahwarasio hasil terhadap input-nya proporsionalterhadap rasio yang sama apabila di-pandang orang lain. Sedangkan teori attri-bution menyatakan bahwa ada tiga dimensiyang menentukan keberhasilan dan ke-gagalan outcome sehingga dapat ditentu-kan apakah suatu pembelian memuaskanatau tidak memuaskan. Ketiga dimensitersebut yaitu: (1) stabilitas atau variabilitasyaitu apakah faktor penyebabnya sementaraatau permanen; (2) locus of causality yaituapakah penyebabnya berhubungan dengankonsumen atau dengan pemasar; (3) control-lability yaitu apakah penyebab tersebutberada dalam kendali ataukah dihambat

Page 117: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

146 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 139 – 164

oleh faktor luar yang tidak dapat di-pengaruhi. Pendapat pelanggan berkenaandengan apa yang diterimanya disebutsebagai nilai kualitas yang diharapkan. Parapelanggan akan dipuaskan, jika kualitasaktual yang mereka terima Iebih baik danpada yang mereka harapkan. Suatu kesalah-an yang umum dilakukan didalam peng-ukuran kualitas adalah dengan meng-asumsikan bahwa kualitas aktual samadengan kualitas yang diharapkan.

Kualitas harapan adalah apa yangdiharapkan oleh para pelanggan didalampenggunaan suatu barang atau jasa. Promo-si, periklanan dan kabar dari mulut kemulut mempunyai pengaruh yang besarterhadap kualitas harapan ini. Jika harapanyang dibuat terlalu rendah, pelanggan akanpergi kemanapun, kemudian memilih jenisproduk yang bagaimanapun, dan produktersebut akan memenuhi atau bahkan me-lampaui harapannya. Namun jika ekspek-tasi (harapan) pelanggan tersebut terlalutinggi, pelanggan tersebut tidak akan dapatdipuaskan walau bagaimanapun tingginyaaktual yang ditawarkan. Tujuan akhir dankepuasan pelanggan adalah membentukpersepsi dan harapan pelanggan terhadapproduk yang dipasarkan sehingga pelang-gan merasa puas dan menjadi pelangganfanatik terhadap produk perbankan yangdihasilkan. Namun perlu diketahui jugabahwa harapan pelanggan terbentuk karenadipengaruhi juga oleh pengalaman pembeli-an terdahulu, komentar teman dan kenalan-nya serta janji informasi pemasar dansaingannya.

Kepuasan pelanggan adalah tingkatperasaan pelanggan setelah membanding-kan kinerja (hasil) yang dia rasakan di-bandingkan dengan harapannya. Jadi ke-puasan pelanggan terbentuk setelah terjadi-nya persepsi terhadap nilai penawaran ataudengan kata lain tingkat kepuasan pelang-gan adalah fungsi dari perbedaan antarakinerja yang dirasakan dengan harapan.Kepuasan pelanggan terjadi jika penilaiandan produk perbankan yang digunakan

minimal sama atau melebihi harapanpelanggan, sedangkan ketidakpuasan ter-jadi jika hasil penilaian tersebut tidakmemenuhi atau berada dibawah harapanpelanggan. Sementara itu dalam pengukur-an terhadap kepuasan pelanggan, Fornell(2004) menggunakan 3 item dalam meng-ukur kepuasan pelanggan yaitu: (1) overallsatisfaction (kepuasan pelanggan secaramenyeluruh) adalah hasil evaluasi danpengalaman konsumsi sekarang yang ber-asal dan kebiasaan, kendala dan standari-sasi pelayanan; (2) confirmation of expectation(konfirmasi harapan) adalah tingkat ke-sesuaian antara kinerja dan harapan pelang-gan; dan (3) comparison of ideal (perbanding-an dengan kondisi ideal) adalah kinerjaproduk dibandingkan dengan kondisi idealmenurut persepsi pelanggan.

Mengetahui tingkat kepuasan konsu-men merupakan faktor penting yang harusdiperhatikan untuk menjawab voice of custo-mer (suara konsumen), sehingga didapatkankemampuan untuk menjawab keinginankonsumen tersebut (Aiello e.t al., (2003).Adapun metode yang dapat digunakanuntuk mengukur kepuasan pelanggan me-nurut Yamit (2005), antara lain: (1) SistemPengaduan. Sistem ini memberikan ke-sempatan kepada pelanggan untuk mem-berikan saran, keluhan, dan bentuk ketidak-puasan lainnya dengan cara menyediakankotak saran. (2) Survey Pelanggan atauKonsumen. Survey pelanggan atau kon-sumen merupakan cara yang umum di-gunakan dalam mengukur kepuasan pe-langgan, misalnya, melalui surat pos,telepon, atau wawancara secara langsung.(3) Panel Pelanggan atau Konsumen. Per-usahaan mengundang pelanggan ataukonsumen yang setia terhadap produk danmengundang pelanggan yang telah berhentimembeli atau telah pindah menjadi pe-langgan perusahaan lain.

Hipotesis PenelitianMenurut Azwar (2007), hipotesis pe-

nelitian adalah keterangan sementara dari

Page 118: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Kualitas Fungsional, Kualitas Teknik Dan Citra... – Hidayat 147

hubungan fenomena-fenomena yang kom-pleks. Hipotesis menyatakan hubungan apayang kita cari atau kita pelajari. Berdasarkanmodel dasar penelitian dalam Gambar 2.terdapat beberapa hipotesis yang dapatdirumuskan untuk menguji model antaralain:H1 : Kualitas fungsional mempengaruhi

kepuasan pelangganH2 : Kualitas teknis mempengaruhi ke-

puasan pelangganH3 : Citra rumah sakit mempengaruhi

kepuasan pelangganH4 : Kualitas fungsional mempengaruhi

citra rumah sakitH5 : Kualitas teknis mempengaruhi citra

rumah sakitH6 : Kualitas fungsional mempengaruhi

kepuasan pelanggan melalui citrarumah sakit

H7 : Kualitas teknis mempengaruhi ke-puasan pelanggan melalui citrarumah sakit

Pembentukan model penelitian terdiridari beberapa tahap dimulai dari identifi-kasi dimensi kualitas jasa, identifikasivariabel kepuasan pelanggan, pembentukanmodel dasar penelitian dan operasionalisasivariabel penelitian. Pengukuran kualitasjasa pada penelitian ini dilakukan denganmenilai persepsi pelanggan terhadap kua-litas jasa seperti yang disarankan Gronroos.Dimensi-dimensi kualitas jasa pada peneliti-an ini menggunakan dimensi kualitas jasaGronroos yang terbagi menjadi 3 dimensi,yaitu: (1) Kualitas fungsional. (2) Kualitasteknis. (3) Citra. Dimensi kualitas teknis dankualitas fungsional akan membentuk citraperusahaan Gronroos (2007). Definisidimensi kualitas jasa penelitian ini dapatdilihat pada Tabel 1.

Tabel 1Definisi Dimensi Kualitas Jasa

Demensi kualitas Definisi ReferensiKualitas fungsional(process related)

Proses penyajian layanan jasa atau proses transferkualitas teknis/ hasil akhir jasa dari penyedia jasakepada pelanggan. Gronroos

(2007)Kualitas teknis(outcome related)

Hasil (output) yang dirasakan pelanggan setelah prosesinteraksi antara penyedia jasa dan pelanggan telahberakhir.

Citra Persepsi pelanggan mengenai citra rumah sakit

Definisi aspek kualitas Gronroos me-milki cakupan yang luas sehingga diperlu-kan beberapa sub variabel untuk menjelas-kan konstruk dimensi kualitas fungsional,kualitas teknis dan citra. Berdasarkan lite-ratur review, item variabel penelitian ter-lihat banyak kesamaan definisi padamasing-masing dimensi kualitas jasa yangakan dijadikan sumber acuan penelitian ini.Dimensi kualitas fungsional pada penelitianini di definisikan dengan sub variabel yaitu:Reliability, Assurance, Tangible, Emphaty, danResponsiveness (RATER) seperti yang di

gunakan pada penelitian Rahmulyono(2008) yang mendasarkan penelitiannyapada hasil penelitian Zeithaml et. al., (2009).Penelitian ini juga mengacu pada hasilpenelitian Kang dan James (2004) yangmenjadikan variabel RATER sebagai subvariabel dimensi kualitas fungsional.Dimensi kualitas teknis pada penelitian inididefinisikan sebagai Profesionalism sepertiyang digunakan pada penelitian Puspita(2009). Adapun definisi dari masing-masingvariabel pada penelitian ini dapat dilihatpada Tabel 2.

Page 119: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

148 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 139 – 164

Kualitas JasaRumah Sakit

KepuasanPasien

Tabel 2Definisi dimensi kualitas jasa

Variabel Sub Variabel Definisi Referensi

KualitasFungsional

Reliability Kemampuan dalam memberikan pelayan-an dengan segera dan memuaskan sertasesuai dengan yang telah dijanjikan.

Zeithaml et.al., (2009)

Assurance Mencakup kemampuan, kesopanan dansifat dapat dipercaya yang dimiliki parastaf, bebas dari bahaya, resiko ataupunkeraguraguan.

Zeithaml et.al., (2009)

Tangible meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,pegawai, dan sarana komunikasi.

Zeithaml et.al., (2009)

Emphaty Meliputi kemudahan dalam melakukanhubungan, komunikasi yang baik, danperhatian dengan tulus terhadap kebutuh-an pelanggan.

Zeithaml et.al., (2009)

Responsiveness Keinginan para staf untuk membantu parapelanggan dan memberikan pelayanandengan tanggap.

Zeithaml et.al., (2009)

KualitasTeknis

Profesionalism Tanggapan pelanggan bahwa penyedia jaaapelayanan menjamin dan mengatasimasalah yang diatasinya dengan terampildan profesional

Puspita, I(2009)

Citra Citra Citra rumah sakit dimata pelanggan Gronroos (2007)

Dalam penelitian ini, kepuasan diukurmelalui metode directly reported satisfactionyaitu pengukuran dengan menggunakanitem-item spesifik yang menanyakan lang-sung tingkat kepuasan yang dirasakanpelanggan. Pada penelitian ini kepuasanpelanggan rumah sakit adalah evaluasi pe-langgan secara keseluruhan dengan mem-bandingkan kinerja aktual dengan harapannya menurut Kotler (2003). Tjiptono (2005)menyatakan kepuasan pelanggan di-pengaruhi oleh kualitas jasa. PenelitianRahmulyono (2008), menyimpulkan kuali-tas rumah sakit memberikan pengaruhsignifikan terhadap kepuasan pelanggan.Dari penelitian tersebut diperoleh modelhubungan kualitas jasa dan kepuasanpelanggan yang dapat dilihat pada Gambar2.

Gambar 2Hubungan antara kualitas jasa rumah sakit

dan kepuasan pelangganSumber : Rahmulyono. (2008)

Gronroos membagi komponen kualitasmanjadi dua yaitu kualitas fungsional(process related) dan kualitas teknis (outcomerelated) yang akan membentuk citra rumahsakit. Model kualitas jasa Gronroos me-miliki kualitas jasa yang lebih lengkapdibandingkan model Servqual yang di-kemukakan Parasuraman, et al., (2005).Model Gronroos menggunakan dimensikualitas fungsional (process related) dankualitas teknis (outcome related) serta citra

Page 120: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Kualitas Fungsional, Kualitas Teknik Dan Citra... – Hidayat 149

Gambar 3Model pengukuran

K1

K2

Reliability

Reponsiveness

Empathy

TangibleKualitas

Fungsional

KepuasanPasien

KualitasTeknikalProfesionalism

E3

E4

E5

E2

E1

Anssurance

A1

A2

A3

T3

T4

T5

T2

T1

R1

R2

R3

R4

Re1

Re2

Re3

Re4

P1

P2

P3

CitraH3

H4

H5H2

H1

I1

I2

I3

Page 121: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

150 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 139 – 164

dalam melakukan pengukuran kualitas jasa,sedangkan model Servqual hanya menjelas-kan dimensi kualitas fungsional saja. Pe-nelitian ini menguji kualitas jasa Gronroospada layanan rumah sakit yang dihubung-kan dengan kepuasa pelanggan rumahsakit.

Hasil penelitian diharapkan bahwakualitas fungsional, kualitas teknis dan citraberpengaruh signifikan terhadap kepuasanpelanggan. Model penelitian dibentuk ber-dasarkan penelitian yang menyimpulkankualitas pelayanan memberikan pengaruhsignifikan terhadap kepuasan pelanggan.Kualitas fungsional, kualitas teknis dan citraberpengaruh signifikan terhadap kepuasan.Pada model penelitian ini dimensi kualitasfungsional definisikan dengan sub variabelyaitu: Reliability, Assurance, Tangible, Empha-ty, dan Responsiveness (RATER), sedangkandimensi kualitas teknis didefinisikan de-ngan sub variabel sebagai Profesionalism.Model penelitian yang disusun berdasarhipotesis yang telah diuraikan dapat dilihatpada Gambar 3.

METODE PENELITIANPenelitian dimulai dengan melakukan

survey dan observasi lapangan yang ber-tujuan untuk mengetahui permasalahanyang ada, terutama tentang obyek yangakan dijadikan fokus penelitian. Pengukur-an kualitas jasa pada penelitian ini dilaku-kan dengan menilai persepsi pelangganterhadap kualitas jasa seperti yang disaran-kan Gronroos. Dimensi-dimensi kualitasjasa pada penelitian ini menggunakan di-mensi kualitas jasa Gronroos yang di terbagimenjadi 3 dimensi, yaitu kualitas fungsional, kualitas teknis dan citra. Respondenyang dipilih dalam penyebaran kuisionerpenelitian ini adalah keluarga pelangganyang mengetahui proses pelayanan rumahsakit. Kriteria ini digunakan untuk me-mastikan bahwa responden mengerti de-ngan baik pertanyaan-pertanyaan darikuisioner dan dapat memberikan jawabanyang baik dan benar sesuai dengan persepsi

kualitas yang dirasakan. Pertanyaan dalamkuisioner penelitian berupa pertanyaanpositif, ini dilakukan berdasarkan penelitianSugiono (2010) yang menyatakan bahwaitem pertanyaan negatif akan menimbulkankebinggungan dan perasaan frustasi darisebagian responden. Skala yang digunakanuntuk mengukur persepsi pelanggan adalahskala likert dari 1 sampai 5 (sangat setuju,setuju, tidak ada pendapat, tidak setuju,sangat tidak setuju). Penggunaan 5 poinskala Likert ini dapat menurunkan tingkattekanan yang dialami responden saat meng-isi kuesioner serta dapat meningkatkantingkat respon (Masyhuri dan Zainudin,2009). Kuisioner yang terkumpul diolahmenggunakan metode Structural EquationModelling (SEM).

Pada penelitian ini menggunakan indi-kator penelitian (variabel teramati) sejumlahn = 29. Wijanto (2008) menyarankan bah-wa paling rendah rasio 5 responden pervariabel teramati akan mencukupi untukdistribusi normal ketika sebuah variabellaten mempunyai beberapa indikator (varia-bel teramati). Mengacu pada Wijanto (2008:46), maka jumlah data yang harus diambilpada penelitian ini adalah 5 kali indikator(variabel teramati) yakni 29 X 5 = 145 data.Pengambilan sampel pada penelitian inimenggunakan Metode proportional stratifieldrandom sampling yaitu pengambilan sampeldari anggota populasi secara acak dan ber-strata secara proporsional, hal ini dilakukanjika populasinya heterogen (tidak sejenis).Tiap sub populasi ini secara acak diambilanggota sampelnya (Umar, 2004: 84). Sam-pel yang diambil dalam penelitian ini ber-dasarkan wilayah rumah sakit (Bangkalan,Sampang, Pamekasan dan Sumenep). De-ngan jumlah data yang diambil sebanyak145 data yang tersebar sesuai denganwilayah penelitian, maka jumlah sampeluntuk masing-masing wilayah diambilberdasarkan rumus perhitungan:

Page 122: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Kualitas Fungsional, Kualitas Teknik Dan Citra... – Hidayat 151

Keterangan:ni : Jumlah sampel pada setiap wilayahNi : Jumlah populasi pada setiap wilayahN : Total populasin : Total sampel

Dari rumus perhitungan diperolehproporsi jumlah sampel secara lengkapdapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3Proporsi Jumlah Sampel(pelanggan rawat inap)

No. Wilayah Populasirata-rata

pelanggan(00)

Proporsisampel

1. Bangkalan 53 332. Sampang 68 433. Pamekasan 75 474. Sumenep 36 23

Total 232 145Sumber: Data Diolah.

ANALISIS DAN PEMBAHASANHasil pengolahan data model struktu-

ral menunjukan path diagram antara variabellaten eksogen ke variabel laten endogenyang terdiri dari T-Value (nilai yang di-gunakan untuk uji signifikan konstruk),standardized solution (nilai parameter yangdigunakan untuk menentukan arah danbesar pengaruh) dan persamaan modelmatematik pada model struktural. Gambar4 adalah Path Diagram model strukturalkepuasan pelanggan.

Hasil analisis terhadap ukuran GOFKualitas Fungsional dapat dirangkum padaTabel 4. Diketahui bahwa terdapat 9 ukuranGOF yang menunjukkan kecocokan yangkurang baik, sedangkan 6 ukuran GOF yangmenunjukkan kecocokan baik, maka dapatdisimpulkan bahwa kecocokan keseluruhanmodel adalah kurang baik. Untuk itu perludilakukan respesifikasi model untuk me-ningkatkan kecocokan antara model data.

Gambar 4Path diagram Estimasi Parameter Model Struktural

Page 123: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

152 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 139 – 164

Gambar 5Path diagram Pengujian T-test Model Struktural

Tabel 4Hasil Uji Kecocokan Keseluruhan Model

Ukuran GOF Target TingkatKecocokan

Hasil Estimasi TingkatKecocokan

Chi-Square P Nilai P>0,05 Chi-Square= 487,02 (P = 0,0) Kurang baikNCP Interval Nilai yang kecil Interval

Sempit284,69 (230,86 ; 345,99) Kurang baik

RMSEA P (closefit)

RMSAE ≤ 0,08 P ≥ 0,5 0,22 0,00 Kurang baik

ECVI Nilai yang kecil dan dekatdengan ECVI Saturated

M*=2,60 S*=0,92 I*=18,73 Good fit

AIC Nilai yang kecil dan dekatdengan AIC Saturated

M*=374,69 S*=132,00I*=2697,58

Good fit

CAIC Nilai yang kecil dan dekatdengan CAIC Saturated

M*=470,13 S*=394,69I*=2741,33

Good fit

NFI NFI ≥ 0,90 0,82 Marginal fitNNFI NNFI ≥ 0,90 0,72 Kurang baikCFI CFI ≥ 0,90 0,80 Marginal fitIFI IFI ≥ 0,90 0,80 Marginal fitRFI RFI ≥ 0,90 0.76 Kurang baikCN CN ≥ 200 20.58 Kurang baikRMR Standardized RMR ≤ 0,05 0.12 Kurang baikGFI GFI ≥ 0,90 O,71 Kurang baikAGFI AGFI ≥ 0,90 0,45 Kurang baik*M : Model; *S : Saturated; I : Independence

Page 124: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Kualitas Fungsional, Kualitas Teknik Dan Citra... – Hidayat 153

Respesifikasi Model StrukturalRespesifikasi model untuk memper-

baiki kecocokan model terhadap data. Me-manfaatkan informasi pada modificationindices diperoleh informasi untuk pe-nambahan lintasan (path) diantara variabellaten dengan variabel teramati dan pe-nambahan error covariance yang secaradefault menyatakan semua kesalahan diasumsikan tidak berkorelasi. Informasiuntuk penambahan lintasan (path) diantara

variabel laten dengan variabel teramatitidak digunakan karena akan merubahhipotesis penelitian, sedang error covariancetidak semua digunakan hanya koverasidiantara 2 kesalahan yang menurunkanChi-square terbesar dan model pengukurandari variabel laten yang sama yang akandigunakan. Adapun CFA hasil Respesifikasimodel struktural dapat dilihat padaGambar 6.

Gambar 6Path diagram Estimasi Parameter Respesifikasi Model Struktural

Gambar 7Path diagram Pengujian T-test Respesifikasi Model Struktural

Page 125: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

154 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 139 – 164

Analisis kecocokan Respesifikasi modelstruktural atau overall model fit ini di-tunjukkan untuk mengevaluasi derajat ke-cocokan atau Goodness of fit (GOF) antara

data dengan model. Hasil analisis terhadapukuran GOF Respesifikasi model strukturaldapat dirangkum pada Tabel 5.

Tabel 5Uji Kecocokan Keseluruhan Model Respesifikasi Model Struktural

UkuranGOF

Target Tingkat Kecocokan Hasil Estimasi TingkatKecocokan

Chi-Square P

Nilai P>0,05 Chi-Square= 222,68 (P = 0,0) Kurang baik

NCPInterval

Nilai yang kecil IntervalSempit

125,97 (90,21 ; 169,28) Kurang baik

RMSEA P(close fit)

RMSAE ≤ 0,08 P ≥ 0,5 0,16 0,00 Kurang baik

ECVI Nilai yang kecil dan dekatdengan ECVI Saturated

M*=1,54 S*=0,92 I*=18,73 Good fit

AIC Nilai yang kecil dan dekatdengan AIC Saturated

M*=221,97 S*=132,00I*=2697,58

Good fit

CAIC Nilai yang kecil dan dekatdengan CAIC Saturated

M*=341,27 S*=394,69I*=2741,33

Good fit

NFI NFI ≥ 0,90 0,92 Good fitNNFI NNFI ≥ 0,90 0,89 Marginal fitCFI CFI ≥ 0,90 0,93 Good fitIFI IFI ≥ 0,90 0,93 Good fitRFI RFI ≥ 0,90 0.87 Marginal fitCN CN ≥ 200 38.91 Kurang baikRMR Standardized RMR ≤ 0,05 0.096 Kurang baikGFI GFI ≥ 0,90 O,83 Marginal fitAGFI AGFI ≥ 0,90 0,69 Kurang baik*M : Model; *S : Saturated; I : Independence

Tabel 6Hubungan Kausal Model Struktural

PathNilai-

t Koefisien R2 SimpulanKF KP 5,34 0,21 0,61 Berpengaruh positif dan signifikanKT KP 5,35 0,17 Berpengaruh positif dan signifikanI KP 10,20 0,66 - Berpengaruh positif dan signifikan

KF I 7,12 0,56 0,46 Berpengaruh positif dan signifikanKT I 2,73 0,18 Berpengaruh positif dan signifikan

Terdapat 6 ukuran GOF yang me-nunjukan kecocokan yang kurang baik,sedangkan 9 ukuran GOF yang menunjuk-kan kecocokan baik, maka dapat di-simpulkan bahwa kecocokan keseluruhan

model ada- lah baik. Dari Tabel 6. diketahuibahwa semua parameter menunjukkanpengaruh positif dan signifikan dalammenunjukkan pengaruh antar varibel lateneksogen terhadap varibel laten endogen.

Page 126: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Kualitas Fungsional, Kualitas Teknik Dan Citra... – Hidayat 155

Analisis Uji HipotesisSelanjutnya analisis dalam model

struktural adalah untuk mengestimasi para-meter dari pengaruh antar variabel, yangsekaligus juga akan membuktikan hipotesispenelitian. Hasil analisis Hipotesis peneliti-an adalah: (1) Hubungan variabel KualitasFungsional (KF) dengan Kepuasan Pelang-gan (KP) menunjukkan pengaruh positifdan signifikan, ini menunjukkan uji hipo-tesis adalah Terima H1 (Kualitas fungsionalmempengaruhi kepuasan pelanggan). (2)Hubungan variabel Kualitas Teknis (KT)dengan Kepuasan Pelanggan (KP) me-nunjukkan pengaruh positif dan signifikan,ini menunjukkan Terima H2 (Kualitas teknismempengaruhi kepuasan pelanggan). (3)Hubungan variabel citra (I) dengan Kepuas-an Pelanggan (KP) menunjukkan pengaruhpositif dan signifikan, ini menunjukkan ujihipotesis adalah Terima H3 (Citra rumahsakit mempengaruhi kepuasan pelanggan).(4) Hubungan variabel Kualitas Fungsional(KF) dengan variabel citra (I) menunjukkanpengaruh positif dan signifikan, ini me-nunjukkan uji hipotesis adalah Terima H4

(Kualitas fungsional mempengaruhi citrarumah sakit). (5) Hubungan variabel Kua-litas Teknis (KT) dengan varibel citra (I)menunjukkan pengaruh positif dan signi-fikan, ini menunjukkan uji hipotesis adalahTerima H5 : Kualitas teknis mempengaruhicitra rumah sakit

Dalam mengevaluasi model Gronroos(2007), perlu membandingkan path yangmenuju ke Kepuasan Pelanggan untuk me-mahami peran citra dalam persepsi kualitasjasa. Jika besar dari koefisien lintasan antaracitra dan Kepuasan Pelanggan lebih besardibandingkan dengan koefisien lintasanlangsung antara Kualitas Fungsional danKualitas Teknis terhadap Kepuasan Pelang-gan, maka hasil ini akan mendukung perancitra sebagai faktor mediasi. Ini menunjuk-kan bahwa: (1) Besar dari koefisien lintasanantara citra dan Kepuasan Pelanggan lebihbesar dibandingkan dengan koefisien lintas-an langsung antara Kualitas Fungsionalterhadap Kepuasan Pelanggan ini me-

nunjukkan uji hipotesis adalah Terima H6 :

Kualitas fungsional mempengaruhi kepuas-an pelanggan melalui citra rumah sakit. (2)Besar dari koefisien lintasan antara citra danKepuasan Pelanggan lebih besar dibanding-kan dengan koefisien lintasan langsungantara Kualitas Teknis terhadap KepuasanPelanggan ini menunjukkan uji hipotesisadalah Terima H7 : Kualitas Teknis mempe-ngaruhi kepuasan pelanggan melalui citrarumah sakit.

Pengaruh Kualitas Fungsional TerhadapKepuasan Pelanggan

Rumah sakit sebagai penyedia layanankesehatan yang memiliki peran yang sangatstrategis dalam upaya mempercepat pe-ningkatan derajat kesehatan. Kualitas pe-layanan yang baik tercermn pada kualitasteknis dari aparat atau SDM rumah sakitbaik itu dokter, perawat ataupun SDMpenunjang lainnya. (Baharuddin, 2004).Gronroos menggunakan dimensi kualitasfungsional dan kualitas teknis serta citradalam melakukan pengukuran kualitas jasa,sedangkan model Servqual hanya menjelas-kan dimensi kualitas fungsional saja. Hasilpenelitian ini menguji kualitas jasa Gron-roos yang di integrasikan dengan BauranPemasaran. Hasil penelitian menyimpulkanbahwa kualitas fungsional, kualitas teknisdan citra berpengaruh signifikan terhadapkepuasan pelanggan. Hasil penelitian inijuga mendukung penelitian Rahmulyono(2008) yang menyimpulkan kualitas fungsi-onal memberikan pengaruh signifikan ter-hadap kepuasan pelanggan. Tjiptono (2005)menyatakan kepuasan pelanggan di pe-ngaruhi oleh kualitas jasa.

Kualitas fungsional berpengaruh posi-tif dan signifikan terhadap kepuasan pe-langgan. Hal ini berarti bahwa semakin baikkualitas fungsional yang diberikan olehRumah Sakit maka pelanggan semakinmerasa puas terhadap layanan rumah sakittersebut. Selanjutnya, hubungan kausalitasantara variabel kualitas fungsional denganindikator tangibles, reliability, empathy,responseveness dan assurance mempunyai

Page 127: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

156 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 139 – 164

pengaruh positif dan signifikan denganvariabel kepuasan pelanggan dengan indi-kator overall satisfaction dan comparison ofideal. Atau dengan kata lain jika tangibles,reliability, empathy, responsiveness danassurance semakin baik maka overall satis-faction, dan comparison of ideal juga akansemakin baik. Hubungan kualitas fungsi-onal dan kepuasan pelanggan tidak lepasdari pembicaraan kreativitas fungsionalrumah sakit. Untuk mewujudkan suatulayanan berkualitas yang bermuara padakepuasan pelanggan Rumah Sakit harusmampu mengidentifikasi siapa pelanggan-nya sehingga mampu memahami secarakeseluruhan pelanggan puas dengan pe-layanan rumah sakit dan seluruh pelayananrumah sakit sudah ideal. Hal ini pentingkarena kepuasan pelanggan merupakanperbandingan antara persepsi denganharapan pelanggan terhadap layanan per-bankan yang dirasakan pelanggan.

Berdasarkan analisis karakteristik pe-langgan Rumah Sakit maka dapat dijelaskanbahwa sebagian besar pelanggan RumahSakit didominasi wanita, dengan usia pe-langgan 30-40 tahun dan status perkawinanmenikah. Pendidikan pelanggan sebagianbesar adalah universitas dengan statuspekerjaan adalah wiraswasta, rata-ratapenghasilan Rp.1.000.000 s/d Rp. 5.0000.000per bulan. Jika melihat karakteristikpelanggan maka dapat disimpulkan bahwapelanggan Rumah Sakit adalah pelanggandengan latar belakang mampu, tahu danbisa membandingkan kualitas fungsionalyang baik dan yang mampu menilai danmerasakan kepuasan kepada pelanggan.Pelanggan memberikan penilaian yang baikterhadap proses layanan yang diberikanoleh rumah sakit. Hal ini dibuktikan dengantingginya apresiasi atau penilaian pelang-gan untuk masing-masing indikator kualitasfungsional. Sehingga dapat disimpulkanbahwa sebenarnya Rumah Sakit telahmampu memberikan kualitas fungsionalyang baik. Kualitas fungsional yang baiktersebut berpengaruh terhadap persepsi dan

harapan pelanggan Rumah Sakit sehinggapelanggan cenderung memberikan penilai-an yang baik terhadap indikator-indikatorkepuasan pelanggan. Hal ini bisa dibukti-kan dengan nilai yang diberikan pelangganuntuk variabel kepuasan pelanggan. Se-benarnya pelanggan Rumah Sakit sudahmerasa terpuaskan dengan kualitas layananyang diberikan oleh Rumah Sakit.

Hasil studi ini juga membuktikanbahwa kajian teoritis dan studi empirikyang menyatakan dan membuktikan ada-nya hubungan kausalitas yang positif dansignifikan antara kualitas fungsional dankepuasan pelanggan juga dapat digunakanuntuk studi dibidang kesehatan di Indo-nesia khususnya pada Rumah Sakit. Hasilstudi ini mendukung dan memperkuat hasilstudi yang dilakukan oleh peneliti se-belumnya yaitu Gandhi and Kang (2010),Mileide et al., (2013), Cronin dan Taylor(2009), Jyotsna (2012), Rahim et. al., (2010),Fornell (2004), Li and Suomi (2009), Bei andChian (2006). Gandhi and Kang (2010) me-mandang kualitas fungsional sebagai ting-kat kepuasan yang ditimbulkan karena ada-nya suatu transaksi khusus antara rumahsakit dan pelanggan yang merupakankondisi psikologis yang dihasilkan ketikafaktor emosi mendorong harapan dan me-nyesuaikan dengan pengalaman meng-konsumsi pada waktu terdahulu. Hal iniberarti ada perbedaan apabila kualitasfungsional dipandang sebagai suatu sikap,sebab antara kepuasan dengan sikap adalahhal yang berbeda. Sikap pelanggan bersifatrelatif terhadap layanan rumah sakit,sedangkan kepuasan merupakan reaksiemosional terhadap pengalaman meng-konsumsi sebelumnya. Sejalan dengan per-bedaan tersebut maka kualitas fungsionaljuga dapat dibedakan dengan tingkatkepuasan sebab persepsi tentang kualitaslayanan merupakan suatu hasil pertimbang-an menyeluruh atau sikap dalam menang-gapi keunggulan suatu pelayanan, semen-tara tingkat kepuasan berkaitan hañya pada

Page 128: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Kualitas Fungsional, Kualitas Teknik Dan Citra... – Hidayat 157

suatu transaksi secara khusus dalamperiode yang relatif singkat.

Mileide et al., (2013) menyatakan bah-wa kualitas fungsional merupakan penilai-an atau sikap global yang berkenaan de-ngan superioritas suatu layanan sedangkankepuasan pelanggan adalah respon daripenilaian tersebut. Cronin dan Taylor (2009)menyatakan bahwa kepuasan pelangganmembantu pelanggan dalam memperbaikiatau merevisi persepsi terhadap kualitasfungsional. Kualitas fungsional merupakanbentuk sikap penilaian pelanggan secaramenyeluruh dan jangka panjang. Tujuanyang ingin dicapai adalah upaya pemenuh-an kebutuhan dan keinginan pelangganserta ketepatan penyampaiannya untukmengimbangi harapan pelanggan (kepuas-an pelanggan). Tujuan ini mengarah kepadapencapaian ideal expectation di mana layananyang diberikan oleh rumah sakit adalahtingkat kinerja optimum atau yang terbaikseperti yang diharapkan pelanggan. Pe-langgan akan menilai kualitas fungsionalberdasarkan pengalaman yang dialaminyaselama berinteraksi dengan pihak rumahsakit. Pengalaman positif akan memperkuatpersepsi pelanggan tentang kualitas fungsi-onal yang pada akhirnya berpengaruh padakepuasan pelanggan. Demikian sebaliknyapengalaman negatif menyebabkan pelang-gan berperilaku tidak menyenangkan atautidak puas dengan layanan yang diberikan.Hal ini didukung oleh Zeithaml et. al.,(2010) menyatakan kepuasan lebih ekslusifyang dipengaruhi oleh kualitas fungsional.

Fornell (2004) mengemukakan bahwakualitas fungsional adalah hasil evaluasidan pengalaman konsumsi saat sekarangdan diharapkan mempunyai pengaruhlangsung dan positif terhadap kepuasanpelanggan secara menyeluruh. Jyotsna(2012) menyatakan bahwa kualitas fungsi-onal memiliki hubungan positif denganintensi perilaku menyenangkan danhubungan negatif dengan perilaku tidakmenyenangkan. Kualitas fungsional me-rupakan sikap yang ditentukan dari per-sepsi pelanggan terhadap kualitas fungsi-

onal. Terdapat hubungan kausalitas antarakualitas fungsional dengan kepuasan pe-langgan. Kualitas fungsional dikatakan baikapabila dapat memenuhi atau dapat me-lampaui harapan pelanggan. Jika rumahsakit melakukan proses layanan yang tidaksesuai dengan harapan pelanggan, makarumah sakit tidak memberikan kualitaslayanan yang baik. Hal ini akan berakibatadanya ketidakpuasan pelanggan. Jika ru-mah sakit memberikan kualitas layananyang sesuai harapan pelanggan maka ke-puasan pelanggan akan dicapai. Kepuasanpelanggan dipengaruhi oleh kualitas fungsi-onal. Bei and Chian (2006); Li and Suomi(2009) menyatakan bahwa kualitas fungsi-onal mempengaruhi kepuasan pelanggan.Tingkat kepuasan pelanggan dipengaruhioleh dimensi kualitas fungsional.

Pengaruh Kualitas Teknis Terhadap Ke-puasan Pelanggan

Kualitas teknis berpengaruh positif dansignifikan terhadap kepuasan pelanggan.Hal ini berarti bahwa semakin baik kualitasteknis yang diberikan oleh Rumah Sakitmaka pelanggan akan merasa puas ter-hadap layanan rumah sakit. Selanjutnya,hubungan kausalitas antara variabel kuali-tas teknis dengan indikator profesionalismmempunyai pengaruh positif dan signifikandengan variabel kepuasan pelangganrumah sakit. Hasil penelitian ini Gronroosmenggunakan dimensi kualitas fungsional(process related) dan kualitas teknis (outcomerelated) serta citra dalam melakukan peng-ukuran kualitas jasa. Kualitas jasa Gronroosyang di integrasikan dengan Bauran Pe-masaran. Hasil penelitian menyimpulkanbahwa kualitas fungsional, kualitas teknisdan citra berpengaruh signifikan terhadapkepuasan pelanggan. Aspek kualitasGronroos memilki cakupan yang luassehingga di perlukan beberapa sub variabeluntuk menjelaskan konstruk dimensi kuali-tas fungsional, kualitas teknis dan citra.Berdasarkan literatur review, item variabelpenelitian terlihat banyak kesamaan definisipada masing-masing dimensi kualitas jasa

Page 129: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

158 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 139 – 164

yang akan dijadikan sumber acuan pe-nelitian ini. Aspek kualitas teknis lebihmengarah kepada sikap profesionalismepara penyedia layanan rumah sakit. Aspekini berupa tanggapan pelanggan bahwapenyedia jaaa pelayanan menjamin danmengatasi masalah yang diatasinya denganterampil dan profesional

Keterampilan dan keahlian perawatdalam menangani penyakit yang dideritapelanggan dan Profesionalisme petugasmempunyai pengaruh positif dan signifikandengan variabel kepuasan pelanggandengan indikator overall satisfaction dancomparison of ideal. Atau dengan kata lainjika profesionalism SDM rumah sakit semakinbaik maka overall satisfaction, dan comparisonof ideal juga akan semakin baik. Hubungankualitas teknis dan kepuasan pelanggantidak lepas dari pembicaraan kreativitas dankemampuan teknis SDM rumah sakit baik itdokter, perawat dan tenaga teknis lainnya.Untuk mewujudkan suatu layanan ber-kualitas yang bermuara pada kepuasanpelanggan Rumah Sakit harus mampumengidentifikasi siapa pelanggannya se-hingga mampu memahami secara ke-seluruhan pelanggan puas dengan pelayan-an rumah sakit dan seluruh pelayananrumah sakit sudah ideal. Hal ini pentingkarena kepuasan pelanggan merupakanperbandingan antara persepsi denganharapan pelanggan terhadap layananperbankan yang dirasakan pelanggan.

Berdasarkan analisis karakteristik pe-langgan Rumah Sakit maka dapat dijelaskanbahwa pelanggan Rumah Sakit adalah pe-langgan dengan latar belakang mampu,tahu dan bisa membandingkan kualitasteknis yang baik dan yang mampu menilaidan merasakan kepuasan kepada pelang-gan. Pelanggan memberikan penilaian yangbaik terhadap proses layanan yang di-berikan oleh rumah sakit. Hal ini di-buktikan dengan tingginya apresiasi ataupenilaian pelanggan untuk masing-masingindikator kualitas fungsional. Sehingga da-pat disimpulkan bahwa sebenarnya Rumah

Sakit telah mampu memberikan kualitasfungsional yang baik. Kualitas teknis yangbaik tersebut berpengaruh terhadap per-sepsi dan harapan pelanggan Rumah Sakitsehingga pelanggan cenderung memberikanpenilaian yang baik terhadap indikator-indikator kepuasan pelanggan. Hal ini bisadibuktikan dengan nilai yang diberikanpelanggan untuk variabel kepuasan pe-langgan. Sebenarnya pelanggan RumahSakit sudah merasa terpuaskan dengankualitas layanan yang diberikan olehRumah Sakit.

Hasil studi ini juga membuktikanbahwa kajian teoritis dan studi empirikyang menyatakan dan membuktikan ada-nya hubungan kausalitas yang positif dansignifikan antara kualitas teknis dankepuasan pelanggan juga dapat digunakanuntuk studi dibidang kesehatan di Indo-nesia khususnya pada Rumah Sakit. Hasilpenelitian ini mendukung pendapat Wijono(2008) yang menyatakan ketersedian SDMrumah sakit merupakan faktor yang mem-pengaruhi pelayanan. Sumber daya manu-sia yang cukup baik ditinjau dari segikualitas maupun jumlah akan sangat ber-pengaruh terhadap pelayanan kesehatan.Sikap dan respon petugas kesehatan ter-hadap pelanggan juga tidak dapat di-pandang sebelah mata dalam pemanfaatpelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatandapat dipengaruhi ketanggapan petugasterhadap pelayanan yang diberikannyakepada masyarakat. Pelanggan tidak akanmenggunakan kembali institusi pelayanankesehatan atau pindah ke rumah sakit laindisebabkan karena perilaku staf atau per-sonil yang tidak menyenangkan, misalnyapelayanan terlambat atau perilaku yangtidak manusiawi.

Pengaruh Citra Terhadap KepuasanPelanggan

Citra berpengaruh positif dan signi-fikan terhadap kepuasan pelanggan. Hal iniberarti bahwa semakin baik citra RumahSakit di mata pelanggan berpengaruh

Page 130: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Kualitas Fungsional, Kualitas Teknik Dan Citra... – Hidayat 159

terhadap kepuasan pelanggan rumah sakit.Selanjutnya, hubungan kausalitas antaravariabel citra mempunyai pengaruh positifdan signifikan dengan variabel pelangganrumah sakit. Rumah sakit sebagai institusiyang memberikan pelayanan jasa harusmemperhatikan kualitas pelayanan padasemua sistem yang terait. Tenaga medis,paramedis dan non medis akan mampubekerja dengan baik melayani pelanggan,jika didukung dengan fasilitas gedung,peralatan diagnotik, fasilitas penunjangmedis yang memadai dan suasana kerjayang nyaman. Selain itu yang sangat pen-ting harus diperhatikan adalah sikap danpenampilan petugas rumah sakit. Petugasrumah sakit di dalam memberikan pelayan-an kesehatan harus dapat meyakinkan,dapat megerti kebutuhan dan memberikankenyamanan pada pelanggan, ramah, tang-gap, cepat serta mempunyai kemampuandalam melayani pelanggan. Citra terhadaprumah sakit mempunyai beberapa makna,ada yang dinilai baik, biasa saja dan adapula yang dinilai kurang baik bahkan tidakbaik. Hal tersebut merupakan hasil dariusaha rumah sakit didalam memberikanpelayanan yang mampu memuaskanpelanggannya. Citra yang positif bisa merupakan suatu kekuatan bagi pihak rumahsakit dalam kegiatan pemasarannya. Di-mana, pelanggan atau konsumen yang telahmempunyai penilaian positif akan cen-derung merasa terpuaskan dengan layananrumah sakit (Fajarwati, 2007).

Pengaruh Kualitas fungsional TerhadapCitra Rumah Sakit

Kualitas fungsional berpengaruh posi-tif dan signifikan terhadap citra rumahsakit. Hal ini berarti bahwa semakin baikkualitas fungsional yang dipersepsikan olehpelanggan Rumah Sakit berpengaruh ke-pada citra rumah sakit akan semakin baik dimata pelanggan. Selanjutnya, hubungankausalitas antara variabel kualitas fungsi-onal mempunyai pengaruh positif dansignifikan dengan variabel citra rumahsakit. Citra rumah sakit bisa dijadikan suatu

faktor untuk mengevaluasi kualitas layananyang diberikan rumah sakit. Interaksi yangterjadi antara lain pelanggan denganpetugas serta fasilitas yang tersedia danjuga kondisi lingkungan rumah sakit secaraumum terbukti berpengaruh terhadap citrarumah sakit. Kesan dan pengalaman yangdirasakan pelanggan baik pengalaman sen-diri maupun pengalaman orang lain selamamenjalani proses pelayanan kesehatan akanmempengaruhi perepsi pelanggan. Baiktidaknya citra rumah sakit tergantung dariusaha rumah sakit dalam memberikanpelayanan yang berkualitas pada pelang-gan. Apabila pelayanan yng diterma sesuaidengan apa yang diharapkan, maka kualitaspelayanan akan dipersepsika baik olehpelanggan. Taget yang diharapkan adalahsetiap pelanggan yang telah memanfaatkanpelayanan rumah sakit akan terpuaskan danpercaya terhadap kualitas layanan yangtelah diterima. Hal ini sesuai denganpenelitian Lestari (2004) yang menyatakanbahwa pelayanan kesehatan merupakantolak ukur kualitas rumah sakit. Bila suaturumah sakit telah memberikan pelayanankesehatan dengan baik sehingga dapatmemberikan kepuasan kepada pelanggan-nya, ini berarti rumah sakit tersebut telahmemiliki kualitas yang baik, yang padaakhirnya akan tercipta citra rumah sakityang positif dimata masyarakat.

Citra tidak dapat dibentuk atau dicetakseperti membuat barang dipabrik, akan te-tapi citra tersebut adalah kesan yang di-peroleh sesuai dengan pengetahuan danpemahaman seseorang tentang sesuatu.Citra tersebut akan terbentuk dari bagaimana rumah sakit melaksanakan kegiatanoperasionalnya, yang mempunyai landasanutama pada segi kualitas fungsionalnya.Citra suatu rumah sakit merupakan wujudnyata dari persepsi pelanggan sebagai hasildari transaksi antara penyedia dan peng-guna jasa serta bagaimana pelanggan mem-peroleh jasa tersebut. Dan pengalamandalam menggunakan jasa tersebut me-rupakan sebuah fungsi dari dua dimensikualitas yang telah dibagi oleh Gronroos

Page 131: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

160 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 139 – 164

menjadi dua dimensi yaitu technical quality(kualitas teknis) dan functional quality(kualitas fungsional). (Puspita, 2009).

Pengaruh Kualitas teknis Terhadap Citrarumah sakit

Kualitas teknis berpengaruh positif dansignifikan terhadap citra rumah sakit. Halini berarti bahwa semakin baik kualitasteknis yang dipersepsikan oleh pelangganRumah Sakit maka citra rumah sakit akansemakin baik di mata pelanggan. Se-lanjutnya, hubungan kausalitas antaravariabel kualitas teknis dengan indikatorprofesionalism mempunyai pengaruh positifdan signifikan dengan variabel citra rumahsakit. Profesionalism dalam pelayanan ke-sehatan berkaitan dengan pengetahuan,keahlian teknis dan pengalaman dalammemberikan pelayanan kesehaatan. Setiapprofesi menuntut adanya profesionalitasdalam bidangnya masing-masing. Profesi-onalitas tersebut dapat berupa keahlian,keterampilan dan pengalaman di bidang-nya. Seseorang dikatakan profesional jikamengerti, memahami dan mejalankantugasnya sesuai dengan bidang dan ke-terampilannya. (Hume, and Mort (2008).Pelayanan di rumah sakit sangat di-pengaruhi oleh para profesional yang adadidalamnya. Rumah sakit harus memilikisumber daya manusia yang profesional baiktenaga medis maupun non medis dalammemberikan pelyanan kesehatan yang ber-kualitas kepada pelanggan.

Hasil penelitian ini sejalan denganpendapat Gronroos (2007) yang menyata-kan profesionalism merupakan salah satukriteria penilaian kualitas jasa yang ber-pengaruh terhadap citra, dimana pelangganmenganggap bahwa pengetahuan danketerampilan pada karyawan pada suatupenyedia jasa sangat dibutuhkan untukmemecahkan masalah pelanggan secaraprofesional. Hasil penelitian ini juga sesuaidengan pendapat Pohan (2003) yang me-nyatakan, profesionalism harus memenuhikompetensi teknik yang menyangkut ke-

terampilan, kemampuan dan kinerja pem-beri pelayanan kesehatan. Penyimpangankecil dalam standar pelayanan kesehatandapat menurunkan kualitas pelayanankesehatan dan membahayakan jiwa pe-langgan yang pada akhirnya berakibat padamenurunnya citra rumah sakit dimatamasyarakat. Hasil penelitin ini sesuai de-ngan pendapat Azwar (2003) yang menyata-kan, tinggi rendahnya kualitas teknis sangatdipengaruhi oleh sumber daya rumah sakit,termasuk tenaga kesehatan. Peran ke-terampilan tenaga kesehatan sangat pentingkarena jika petugas kesehatan terampildalam melakukan pekerjaan dan tugasnya,maka akan berdampak terhadap citrarumah sakit.

Pengaruh Kualitas fungsional TerhadapKepuasan Pelanggan melalui Citra RumahSakit

Rumah sakit yang mampu memberikankualitas fungsional rumah sakit secaraotomatis akan mampu memberikan kesanimpresi, perasaan/konsesi yang ada padapublik terhadap rumah sakit. Citra rumahsakit akan terbentuk yang merupakan kesanpsikologis dan gambaran dari berbagaikegiatan suatu perusahaan di mata kha-layak publiknya yang berdasarkan penge-tahuan, tanggapan serta pengalaman-pengalaman yang telah diterimanya. Citratimbul karena pemahaman akan suatu ke-nyataan pemahaman yang berasal dariinformasi yang tidak lengkap juga akanmenghasilkan citra yang tidak sempurna.Citra yang sempurna menyebabkan pelang-gan atau konsumen mempunyai penilaianpositif akan cenderung merasa terpuaskandengan layanan rumah sakit (Kotler, 2003).Kualitas fungsional kesehatan suatu rumahsakit dapat tercermin dari persepsi pe-langgan rumah sakit atas pelayanan ke-sehatan yang diterima dan persepsi tersebutakan berlanjut pada proses terbentuknyaimage bagi rumah sakit dan diakhiri dengankepuasan pelanggan rumah sakit. (Munfa-qiroh, 2007).

Page 132: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Kualitas Fungsional, Kualitas Teknik Dan Citra... – Hidayat 161

Pelanggan yang sudah merasakankualitas fungsional mempunyai persepsidan kesan yang diperoleh sesuai penge-tahuan dan pengalaman seseorang tentangsesuatu. Jika persepsi dan kesan yang di-dapatkan adalah positif maka pelangganakan mempunyai keyakinan yang positifterhadap kualitas fungsional rumah sakit.Citra terbentuk dari kesan dan keyakinanyang positif terhadap kualitas fungsionalrumah sakit. Citra dibentuk berdasarkanimpresi, berdasarkan pengalaman yang di-alami seseorang terhadap sesuatu untukmengambil keputusan. Citra positif me-nyebabkan pelanggan melakukan peng-ulangan terhadap layanan yang sudah di-dapatnya. Kepuasan terbentuk akibat ada-nya pengulangan terhadap layanan rumahsakit. Pelanggan yang tidak puas akancendrung mempunyai citra negatif terhadaprumah sakit terhadap kualitas layanan yangdidapatnya. (Buchari, 2003)

Pengaruh Kualitas teknis Terhadap Ke-puasan Pelanggan melalui Citra RumahSakit

Kualitas teknis berpengaruh positif dansignifikan terhadap kepuasan pelanggandengan melalui citra rumah sakit. Hal iniberarti bahwa semakin baik kualitas teknisyang diberikan oleh Rumah Sakit makapelanggan semakin merasa puas terhadaplayanan rumah sakit tersebut. Selanjutnya,hubungan kausalitas antara variabel kuali-tas Teknis dengan indikator profesionalismyang meliputi pengalaman dan keahliandokter dalam menangani penyakit yangdiderita pelanggan. Apabila kualitas fungsi-onal yang diberikan sesuai dengan yangdiharapkan oleh pelanggan, maka kualitasfungsional kesehatan tersebut akan diper-sepsikan baik oleh pelanggan tersebut. Citrayang baik, akan didapatkan oleh suaturumah sakit, jika rumah sakit tersebutmampu memberikan pelayanan yang me-muaskan kepada pelanggan maupunkeluarga pelanggan. Dengan citra yang baikatau yang positif yang dibentuk oleh suaturumah sakit dimata pelanggan, maka pe-

langgan tersebut akan merasa puas dengankualitas fungsional yang diberikan rumahsakit. (Rahman, et al., 2012).

Wijono (2008) mengatakan bahwa fak-tor kompetensi teknis yang terkait denganketerampilan, kemampuan, dari pemberiatau petugas jasa pelayanan merupakanfaktor yang turut menentukan mutu atau-pun kualitas dari pelayanan kesehatantersebut. Dimana dengan mutu ataupunkualitas teknis yang baik akan bisa me-nimbulkan kesan yang baik pula dihatipelanggan yang pada akhirnya menyebab-kan kepuasan pelangga rumah sakit. tenagamedis, paramedis dan non medis akanmampu bekerja dengan baik melayani pe-langgan, jika didukung dengan fasilitasgedung, peralatan diagnotik, fasilitas pe-nunjang medis yang memadai dan suasanakerja yang nyaman. Selain itu yang sangatpenting harus diperhatikan adalah sikapdan penampilan petugas rumah sakit.Petugas rumas sakit di dalam memberikanpelayanan kesehatan harus dapat meyakin-kan, dapat megerti kebutuhan dan mem-berikan keyamanan pada pelanggan, ra-mah, tanggap, cepat serta mempunyaikemampuan dalam melayani pelanggan.Citra terhadap rumah sakit mempunyaibeberapa makna, ada yang dinilai baik,biasa saja dan ada pula yang dinilai kurangbaik bahkan tidak baik. Hal tersebutmerupakan hasil dari usaha rumah sakit di-dalam memberikan pelayanan yang mampumemuaskan pelanggannya.

SIMPULANPengaruh kualitas fungsional, kulitas

teknis dan citra terhadap kepuasan pe-langgan adalah positif dan signifikan.Pengaruh kualitas fungsional dan kualitasteknis terhadap citra adalah positif dansignifikan. Pengaruh (effect) kualitas fungsi-onal dan kualitas teknis terhadap kepuasanpelanggan adalah pengaruh langsung (directeffect) dan pengaruh tidak langsung (indirecteffects) melalui variabel citra. Hasil peneliti-an ini mendukung model kualitas jasaGronroos. Hal ini karena besar koefisien

Page 133: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

162 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 139 – 164

lintasan (path) antara citra dengan KepuasanPelanggan lebih besar dibandingkan de-ngan koefisien lintasan (path) kualitasfungsional dan kualitas teknis terhadapkepuasan pelanggan, maka hasil ini akanmendukung peran citra sebagai faktormediasi (mediating factor), sesuai denganmodel kualitas jasa Gronroos. Dalam meng-evaluasi model Gronroos, perlu mem-bandingkan path yang menuju ke KepuasanPelanggan untuk memahami peran citradalam persepsi kualitas jasa. Jika besar darikoefisien lintasan (path) antara citra danKepuasan Pelanggan lebih besar dibanding-kan dengan koefisien lintasan (path) lang-sung antara Kualitas Fungsional dan Kuali-tas Teknis terhadap Kepuasan Pelanggan,maka hasil ini akan mendukung peran citrasebagai faktor mediasi (mediating factor).

DAFTAR PUSTAKAAiello, A., Garman, A., and Morris, B. S.

2003. Patient satisfaction with nursingcare: A multilevel analysis. Journal ofQuality Management in Health Care 12(3):187-191.

Akhtar, J. 2011. Determinants of ServiceQuality and Their Relationship withBehavioural Outcomes: Empirical Stu-dy of the Private Commercial Banks inBangladesh. International Journal ofBusiness and Management 6(11).

Amponsah, Edward Nketiah and UlrichHiemenz. 2009. Determinants of Con-sumer Satisfaction of Health Care inGhana: Does Choice of Health CareProvider Matter. Global Journal ofHealth Science 1(2): 50-61.

Arries, E. J., and Newman, O. 2008. Out-patients’ Experiences of Quality-ServiceDelivery at a Teaching Hospital inGauteng. Health SA Gesondheid 13(1):40-54.

Azwar, 2003. Program Menjaga Mutu Pe-layanan Kesehatan, IDI, Jakarta.

Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. PustakaPelajar. Jogjakarta.

Baharuddin, K, Djati, S. 2004. KualitasLayanan dan Loyalitas Pasien (Studipada Rumah Sakit Umum Swasta diKota Singaraja–Bali). Jurnal ManajemenDan Kewirausahaan 13(1): 32-39.

Bei, Lien-T. and Chiao, Yu-Ching. 2006. TheDeterminant of Customer Loylity: AnAnalysis of Intangibile factors in Threeservice industries. International Journalof Commerce of Management 16(3): 162-177.

Boshoff, C., and Gray, B. 2004. The relation-ships between service quality, customersatisfaction and buying intentions inthe private hospital industry. SouthAfrican Journal of Business Management35(4): 27-37.

Buchari, Alma. 2003. Manajemen Pemasarandan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Chi, C. G.-Q., and Qu, H. 2008. Examiningthe structural relationships of desti-nation image, tourist satisfaction anddestination loyalty: An integrated ap-proach. Tourism Management 29: 624-636.

Cronin, J. Joseph Jr., Julie Baker, Brian L.Bourdeau, E. Deanne Brocato, and ClayM. Voorhees. 2009. It Depends: TheInfluence of Moderating Variables onthe Effects of Waiting Time in Services.The Journal of Service Research 12(2):138–150.

Dimitriades, Z. S. 2006. Customer satis-faction, loyalty and commitment inservice organizations–Some evidencefrom Greece. Management Research News29(12): 782-800.

Fajarwati (2007). Analisis Pengaruh PersepsiPasien Tentang Mutu pelayanan Dok-ter Terhadap Loyalitas pasien DiPoliklinik Umum Instalasi Rawat JalanRumah sakit Panti Wilasa CitarumSemarang. Tesis. Universitas Dipo-negoro, Semarang.

Faullant, R., Matzler, K., and Füller, J. 2008.The impact of satisfaction and image onloyalty: the case of Alpine ski resorts.Managing Service Quality, 18(2), 163-178.

27

Page 134: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

Pengaruh Kualitas Fungsional, Kualitas Teknik Dan Citra... – Hidayat 163

Fornell, C. 2004 Predictive Capabilities,www.theacsi.org (accessed October 13).

Gandhi, Shelly and Kang, LakhwinderSingh. 2010. Customer Satisfaction, ItsAntecedents and Linkage BetweenEmployee Satisfaction and CustomerSatisfaction: A Study. Asian Journal ofBusiness and Management Sciences l(1):129-137.

Gronroos, C. N. 2007 Service Managementand Marketing: Customer Management inService Competition, John Wiley andSons, Ltd, Chichester.

Hidayat, Rachmad. 2009. Pengaruh KualitasLayanan, Kualitas Produk dan NilaiNasabah Terhadap Kepuasan danLoyalitas Nasabah Bank Mandiri. JurnalManajemen dan Kewirausahaan 11(1): 59-72.

Hume, M. and Mort, G. S. 2008. Satisfactionin performing arts: the role of value.European Journal of Marketing 42(3/4):311-326.

Ilioudi, Stamatia, Athina Lazakidou andMaria Tsironi, 2013. Importance ofPatient Satisfaction Measurement andElectronic Surveys: Methodology andPotential Benefits. International Journalof Health Research and Innovation 1(1):67-87.

Jyotsna Hirmukhe. 2012. Measuring InternalCustomers’ Perception on ServiceQuality Using SERVQUAL in Adminis-trative Services. International Journal ofScientific and Research Publications 2(3):1-6.

Kang, G. D. and James, J. 2004. ServiceQuality Dimension an Examination ofGronroos’s Service Quality Model.Managing Service Quality 14(4): 266-277.

Kotler, Philip. 2003. Marketing Management.Eleeventh Edition. New Jersey: PrenticeHall International Inc.

Lestari, T. R. P. 2004. Pemasaran PelayananKesehatan di rumah Sakit sebagaiUpaya Menciptakan Image Positif diMasyarakat. Jurnal Manajemen Adminis-trasi Rumah Sakit Indonesia. UniversitasIndonesia. Jakarta.

Li H. and Suomi R. 2009. A Proposed Scalefor Measuring E-service Quality Inter-national Journal of u-and e-Service, Scienceand Technology 2(1): 2-9.

Luo, X., and Homburg, C. 2007. NeglectedOutcomes of Customer Satisfaction.Journal of Marketing 71(2): 133-149.

Lymperopoulos, C., Chaniotakis, I, E., &Soureli, M. 2006. The importance ofservice quality in bank selection formortgage loans, Managing ServiceQuality 16(4): 365-379.

Masyhuri dan Zainudin. 2009. MetodologiPenelitian Pendekatan Praktis dan Apli-kasi. PT Refika Aditama Bandung.

Mileide Morais Pena, Edenise Maria Santosda Silva, Daisy Maria Rizatto Tronchin,Marta Maria Melleiro. 2013. The use ofthe quality model of Parasuraman,Zeithaml and Berry in health services.Rev Esc Enferm USP 47(5): 1227-32.

Munfaqiroh, S. 2007. Atribut Serqual UntukMenilai Kualitas pelayanan, Pengaruh-nya terhadap Image (Studi Pada peng-guna jasa Rumah Sakit BersalinSudiarjo). Jurnal Arthavidya 8(1):1-15.

Notoatmojo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teoridan Aplikasi. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Olorunniwo, F., Hsu, M. K., and Udo, G. J.2006. Service quality, customer satis-faction and behavioural intentions inthe service factory. Journal of ServicesMarketing 20(1): 59-72.

Parasuraman, A., Zeithaml, V.A., andMalhotra, A. 2005. E-S-QUAL: A multi-ple item scale for electronic servicequality. Journal of Service Research 7(3):213-233.

Puspita. 2009. Hubungan persepsi pasiententang kualitas pelayanan denganCitra RSUD Kabupaten Aceh Tamian.Tesis. Universitas Sumatera Utara.

Pohan, I. 2003. Jaminan Mutu layanan Ke-sehatan. EGC. Jakarta.

Ryu, K., Han, H. and Kim, T-H. 2008. Therelationships among overall quick-casual restaurant image, perceivedvalue, customer satisfaction, andbehavioural intentions, International.

Page 135: INTERNET FINANCIAL REPORTING, PENGUNGKAPAN …

164 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 2, Juni 2014 : 139 – 164

Journal of Hospitality Management 27:459-469.

Rahim Mosahab, Osman Mahamad and T.Ramayah. 2010. Service Quality,Customer Satisfaction and Loyalty: ATest of Mediation. International BusinessResearch 3(4): 72-80.

Rahman, Muhammad Sabbir, Abdul HigheKhan and Md. Mahmudul Haque. 2012.A Conceptual Study on the Relation-ship between Service Quality towardsCustomer Satisfaction: Servqual andGronroos’s Service Quality ModelPerspective. Asian Social Science 8(13):Published by Canadian Center ofScience and Education.

Rahmulyono, Anjar. 2008. Analisis Pe-ngaruh Kualitas Pelayanan tehadapKepuasan Pasien Puskesmas Depok I diSleman. Tesis. Universitas Islam Indo-nesia.

Ranajit Chakraborty and Anirban Majum-dar. 2011. Measuring Consumer Satis-faction In Helath Care Sector: TheApplicability of Servqual. Journal ofArts, Science and Commerce 11(4): 149-160.

Ravichandran, K., B. Tamil Mani, S. ArunKumar and S. Prabhakaran. 2010.Influence of Service Quality onCustomer Satisfaction Application ofServqual Model. International Journal ofBusiness and Management 5(4): 117-124.

Santos, J. 2003. E-service quality: a model ofvirtual service quality dimensions.Managing Service Quality, 13(3), 233-246.

Spreng, Richard A., Linda Shi and ThomasPage. 2009. Service Quality andSatisfaction in Business-to-BusinessServices. Journal of Business andIndustrial Marketing 24(8): 537-548.

Sugiono, 2010. Metode Penelitian KuantitatifKualitatif dan R & D. Penerbit Alfabeta,Badung.

Tjiptono, F. 2005. Analisis Kesenjangan Di-mensi Kualitas Pelayanan BerdasarkanPersepsi Manajemen Dan PersepsiPasien Pada Unit Rawat Inap DiRumah Sakit Umum Daerah DokterAbdul Azis Singkawang KalimantanBarat. Jurnal Manajemen dan Akuntansi5(1): 78-100.

Tjiptono, F. 2007. Pemasaran Jasa. Malang:Bayu Media Publishing

Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian untukSkripsi dan Tesis. Cetakan 3. Jakarta: PTGrafindo Persada.

Wijanto, S. 2008. Struktural Equation Model-ing dengan Lisrel 8.8. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Wijono, D. 2008. Manajemen Mutu RumahSakit dan Kepuasan Pasien, Prinsip danPraktek. CV. Duta Prima Airlangga.Surabaya.

Yamit, Zulian. 2005. Manajemen KualitasProduk dan Jasa. Edisi. 1, Cetakan. 4.Yogyakarta: Ekonisia Kampus FakultasEkonomi UII Yogyakarta.

Zaim, H., Nizamettin Bayyurt and SelimZaim. 2010. Service Quality AndDeterminants Of Customer SatisfactionIn Hospitals: Turkish Experience.International Business and EconomicsResearch Journal 9(5): 51-58.

Zeithaml, V. A., Bitner, M. O., and Gremler,D. E. 2009. Services Marketing: Inte-grating Customer Focus Across the Firm.Mcgraw-Hill/Irwin, New York.

Zeithaml, Valarie A., Mary Jo Bitner,Dwayne D. Gremler. 2010. ServicesMarketing Strategy. John Wiley & SonsLtd.