11
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt 84 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM MENINGKATKAN SIKAP POSITIF DISIPLIN SISWA SEKOLAH DASAR Samuel Patra Ritiauw Elsinora Mahananingtyas Nathalia Yohanna Johannes Nurhayati PGSD FKIP Universitas Pattimura Email: [email protected] ABSTRACT The aim of conducting this research is to know the implementation of cultural local based learning in enhancing positive attitude of discipline to fourth grade students of SD Negeri 85 Ambon. The result of preliminary observation showed that the students were less of positive attitude. The less of students' less positive attitude can be seen on time discipline, not neatly in wearing uniform,disobey school rules, and undisciploned in attitude. Based on these problems, the research was carried out to increase positive discipline of attitude toward the implementation of cultural local based learning. Keywords: Local Culture Based Learning, Positive Discipline Attitude. PENDAHULUAN Budaya merupakan elemen penting dalam pembentukan generasi bangsa, karena dengan memahami budaya lokal serta belajar dari budaya lokal, siswa tidak terasing dari budayanya sendiri serta dapat meningkatkan kecintaan siswa terhadap budaya lokal, Malatuny dan Ritiauw (2018:35). Kecintaan siswa terhadap budaya lokal, dapat dikembangkan melalui pendidikan berbasis budaya lokal, oleh karena itu guru memegang peranan yang sangat penting dalam mengimplementasikan pendidikan berbasis budaya lokal. Santrock (2007:269) menjelaskan bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam membantu siswa memahami budayanya, karena Tylor (1871:443) menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan “ a complex whole which includes knowledge, belief, art, law, morals, customs, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society”. Dengan demikian, maka memahami dan mengimplementasikan budaya lokal dalam kehidupan tiap hari siswa merupakan faktor utama dalam pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya. Dengan demikian, belajar budaya merupakan proses belajar satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh dari beragam perwujudan yang dihasilkan dan atau berlaku dalam suatu komunitas. Fahrurrozi (2004:1) dan Alexson, (2010:15) mengungkapkan bahwa proses belajar dapat terjadi di mana dan kapan saja sepanjang hayat dan sekolah merupakan salah satu tempat proses belajar terjadi. Fahrurrozi (2004:1) juga mengemukakan bahwa sekolah merupakan tempat kebudayaan, karena pada dasarnya proses belajar merupakan proses pembudayaan. Dalam hal ini, proses pembudayaan di sekolah adalah untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa. Senada dengan pendapat di atas, Santrock (2007: 343) menjelaskan bahwa kontribusi budaya, interaksi sosial dan sejarah dalam pengembangan mental/perilaku anak sangat berpengaruh pada aspek perkembangan sosio-historiskultural, dan sangat berdampak pada persepsi, memori dan cara

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL …

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL …

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

84

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL

DALAM MENINGKATKAN SIKAP POSITIF DISIPLIN

SISWA SEKOLAH DASAR

Samuel Patra Ritiauw

Elsinora Mahananingtyas

Nathalia Yohanna Johannes

Nurhayati PGSD FKIP Universitas Pattimura

Email: [email protected]

ABSTRACT

The aim of conducting this research is to know the implementation of cultural local

based learning in enhancing positive attitude of discipline to fourth grade students of SD

Negeri 85 Ambon. The result of preliminary observation showed that the students were

less of positive attitude. The less of students' less positive attitude can be seen on time

discipline, not neatly in wearing uniform,disobey school rules, and undisciploned in

attitude. Based on these problems, the research was carried out to increase positive

discipline of attitude toward the implementation of cultural local based learning.

Keywords: Local Culture Based Learning, Positive Discipline Attitude.

PENDAHULUAN

Budaya merupakan elemen penting dalam pembentukan generasi bangsa, karena dengan

memahami budaya lokal serta belajar dari budaya lokal, siswa tidak terasing dari budayanya sendiri

serta dapat meningkatkan kecintaan siswa terhadap budaya lokal, Malatuny dan Ritiauw (2018:35).

Kecintaan siswa terhadap budaya lokal, dapat dikembangkan melalui pendidikan berbasis budaya

lokal, oleh karena itu guru memegang peranan yang sangat penting dalam mengimplementasikan

pendidikan berbasis budaya lokal. Santrock (2007:269) menjelaskan bahwa pendidikan memegang

peranan penting dalam membantu siswa memahami budayanya, karena Tylor (1871:443)

menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan “ a complex whole which includes knowledge, belief,

art, law, morals, customs, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of

society”. Dengan demikian, maka memahami dan mengimplementasikan budaya lokal dalam

kehidupan tiap hari siswa merupakan faktor utama dalam pembangunan masyarakat Indonesia

seutuhnya.

Dengan demikian, belajar budaya merupakan proses belajar satu kesatuan yang utuh dan

menyeluruh dari beragam perwujudan yang dihasilkan dan atau berlaku dalam suatu komunitas.

Fahrurrozi (2004:1) dan Alexson, (2010:15) mengungkapkan bahwa proses belajar dapat terjadi di

mana dan kapan saja sepanjang hayat dan sekolah merupakan salah satu tempat proses belajar

terjadi. Fahrurrozi (2004:1) juga mengemukakan bahwa sekolah merupakan tempat kebudayaan,

karena pada dasarnya proses belajar merupakan proses pembudayaan. Dalam hal ini, proses

pembudayaan di sekolah adalah untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap,

pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk

mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa. Senada

dengan pendapat di atas, Santrock (2007: 343) menjelaskan bahwa kontribusi budaya, interaksi

sosial dan sejarah dalam pengembangan mental/perilaku anak sangat berpengaruh pada aspek

perkembangan sosio-historiskultural, dan sangat berdampak pada persepsi, memori dan cara

Page 2: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL …

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

85

berpikir anak. Hal ini dikarenakan budaya mengajarkan anak tentang nilai-nilai budaya, sehingga

mereka memahami lingkungan budayanya, Warsiti (2015:3).

Sekolah dalam hal ini berperan sebagai lembaga pewarisan nilai-nilai dalam kehidupan

siswa, serta mempersiapkan siswa untuk hidup, baik secara akademis dan sebagai agen moral dalam

masyarakat. Lickona (1991:45) menjelaskan bahwa sekolah merupakan salah satu lembaga

pendidikan yang mengemban tugas penanaman nilai karakter. Karakter adalah cara berpikir atau

berperilaku yang merupakan aplikasi dari nilai-nilai kebaikan seseorang di lingkungannya

(Mahananingtyas, 2019:105). Nilai-nilai karakter itu antara lain kejujuran, keterbukaan, toleransi,

kebijaksanaan, disiplin diri, kemanfaatan, saling menolong dan kasih sayang, keberanian, dan nilai-

nilai demokrasi, Lickona (1991:45); Jhonson, (2011:109). Sedangkan kajian empirik Pusat

Kurikulum menyebutkan Nilai-nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan

pendidikan nasional tersebut adalah : (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja

Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat kebangsaan,

(11) Cinta tanah air, (12) Menghargai prestasi, (13) Bersahabat/komunikatif, (14) Cinta damai, (15)

Gemar membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, dan (18) Tanggung jawab. Dari

sejumlah nilai karakter yang ada, salah satu nilai karakter yang perlu di tingkatkan adalah nilai

karakter disiplin, yang dalam penelitian ini diartikan sebagai sikap positif disiplin.

Menurut Flanagan (2013:49) dalam presentasinya di “Australasian Conference on Child

Abuse and Neglect”, positif disiplin adalah upaya orang tua dalam; Memperkuat hubungan dengan

anak; Memahami perspektif anak-anak; Membangun empati; Mempromosikan pengaturan diri (self-

regulation); Mengurangi hukuman; Memperkuat kepercayaan, dan; Memfasilitasi pemecahan

masalah. Dalam hal ini, Flanagan, (2013:57) menjelaskan lebih lanjut sikap positif disiplin secara

operasional sebagai berikut:

Tabel. 1.1 Sikap Positif Disiplin Oleh Flanagan

Positif Disiplin bukanlah …

Positif Disiplin adalah …

Membiarkan anak melakukan apapun yang mereka mau

Membantu anak mengembangkan kontrol diri sepanjang waktu

Tidak memiliki aturan Mengomunikasikan dengan jelas

Bereaksi cepat terhadap situasi Menghormati anak dan mendapatkan

rasa hormat dari mereka

Menghukum dari pada memukul atau membentak

Mengajari anak bagaimana membuat keputusan yang baik

Membangun keterampilan dan kepercayaan diri anak

Mengajarkan sikap respek anak terhadap perasaan orang lain

Tabel 1.1 di atas harus dapat diwujudkan oleh guru di kelas dalam menumbuhkan sikap

positif disiplin, yang dalam implementasinya guru harus mampu mengembangkan kontrol diri pada

setiap siswa, mengembangkan rasa hormat dan empati dalam kelas, membantu siswa mengambil

keputusan yang baik, sampai siswa diajarkan agar tetap respek dengan teman. Pendapat ini sejalan

dengan Wynne (1991:17) bahwa untuk sekolah dasar pengembangan sikap positif disiplin harus

dapat diwujudkan pada aktivitas di kelas. Kelas yang dicirikan oleh suasana positif disiplin dan

secara akademik memotivasi siswa adalah kelas di mana perilaku menyimpang jarang terjadi.

Disiplin adalah seperangkat kondisi dinamik yang ada dalam diri siswa, individual maupun kolektif,

yang dinampakkan dalam kelas dalam batas-batas ketertiban dan kepantasan, Johannes (2017:67)

Page 3: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL …

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

86

Berry (1994:56) juga menjelaskan bahwa pada tingkat sekolah dasar kedisiplinan akan lebih

mudah dipahami oleh siswa, jika diimplementasikan dalam bentuk contoh kongkrit dalam

kehidupan tiap hari siswa baik di sekolah dan di masyarakat. Maka dari itu, pengintegrasian budaya

lokal dalam pengembangan sikap positif disiplin penting diterapkan pada pembelajaran di sekolah

dasar. Pengintegrasian budaya lokal dan sikap positif disiplin diwujudkan melalui penggalian nilai-

nilai yang terkandung dalam budaya lokal yang memiliki nilai positif, Ritiauw (2017:357). Nilai-

nilai positif inilah yang merupakan starting poin dalam merancang pembelajaran yang

menyenangkan dan bermakna.

METODE

Sugiyono (2013:2) menjelaskan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut

terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian mix methods. Mix methods

adalah metode penelitian dengan mengkombinasikan antara metode penelitian kualitatif dan

kuantitaif dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga akan memperoleh data yang koprehensif, valid,

reliabel, dan objektif, (Creswell 2010:153; Sugiyono 2011:18).

Pada penelitian ini, pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisis referensi hasil-hasil

penelitian dan hasil wawancara yang kemudian dijadikan rujukan dalam pengembangan desain dan

strategi implementasi pembelajaran berbasis budaya lokal di sekolah dasar. Untuk melihat ada

tidaknya peningkatan sikap positif disiplin siswa sekolah dasar, maka peneliti menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan uji normalitas N-Gain. Analisis uji normalitas N-Gain merupakan

peningkatan kemampuan yang dimiliki siswa setelah pembelajaran. Gain diperoleh dari selisih

antara hasil pretest dan postest. N-gain adalah gain yang ternormalisasi, perhitungan N-gain ini

bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain dari seorang

siswa Hake (1999:328).

Menurut Hake (1999:328) skor gain-ternormalisasi yaitu perbandingan skor gain aktual

dengan skor gain-maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa sedangkan skor

gain-maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa. Dengan demikian, skor

gain-ternormalisasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

N-Gain = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Keterangan :

Skor Postest = Skor final/Akhir

Skor Pretest = Skor Inisial/Awal

Skor Ideal = Skor tertinggi yang diperoleh

Hasil perhitungan N-gain ternormalisasi menurut Hake (1999:329) diinterpretasikan sesuai

dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 1.2 Kriteria N-Gain

Rentang Gain Ternormalisasi Kriteria

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3≤ g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

Page 4: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL …

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

87

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data Hasil Penelitian Pertemuan I

Bertolak dari beberapa teori tentang langkah-langkah pembelajaran berbasis budaya yang

telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini peneliti mengembangkan langkah-langkah

pembelajaran berbasis budaya lokal antara lain dapat kita lihat pada sintaks pembelajaran berbasis

budaya lokal sebagai berikut:

Gambar 1.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal

Implementasi sintaks pembelajaran berbasis budaya lokal dapat terlihat melalui kegiatan

guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Tabel 1.3 Peran Guru dan Siswa dalam Pembelajaran

No

Tahap Pembelajaran

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

1 Identifikasi budaya lokal

yang ada di daerah

Guru mengidentifikasi

budaya lokal Maluku

Siswa memperhatikan,

mencermati, dan

Fase 8 Penarikan kesimpulan mengenai

pembelajaran yang telah dilaksanakan

Sintaks

Pembela

jaran

Berbasis

Budaya

Lokal

Fase 1 Identifikasi budaya lokal daerah

setempat

Fase 2 Identifikasi pengetahuan pribadi

siswa mengenai budaya lokal daerah

setempat

Fase 3 Mendefinisikan materi

pembelajaran berbasis budaya lokal

Fase 4 Menyajikan contoh-contoh yang

berkaitan dengan materi pembelajaran

berbasis budaya lokal

Fase 5 Memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk mengekspresikan

pikirannya

Fase 6 Memotivasi siswa agar menyadari pentingnya mengenal budaya

lokal

Fase 7 Diskusi kelompok atau curah

pendapat materi yang sedang dipelajari

Page 5: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL …

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

88

setempat Mengajak siswa

menyanyikan lagu daerah

Maluku

melaksanakan apa yang

disampaikan oleh guru

Mengajak siswa

mendengarkan cerita rakyat

daerah Maluku

Mengaitkan cerita/lagu

dengan tujuan pembelajaran

Menjelaskan tujuan

pembelajaran

2 Identifikasi pengetahuan

pribadi siswa mengenai

budaya local

Guru mengidentifikasi

pengetahuan pribadi siswa

tentang budaya Maluku terkait materi

Memberikan contoh dan

tanggapan tentang budaya

Maluku yang didiskusikan terkait materi

Melakukan Tanya jawab

Meminta siswa berdiskusi

3 Mendefinisikan materi

pembelajaran berbasis

budaya local

Mendefinisikan pengertian

keragaman sosial dan

budaya provinsi Maluku

Siswa memperhatikan,

mencermati apa yang

disampaikan oleh guru

Menjelaskan macam-macam

keragaman budaya provinsi

Maluku

4 Menyajikan contoh-

contoh yang berkaitan

dengan materi

pembelajaran berbasis budaya local

Memberikan contoh

keragaman budaya provinsi

Maluku

Siswa memperhatikan,

mencermati apa yang

disampaikan oleh guru

Menjelaskan makna yang

terkandung pada setiap keragaman budaya Maluku

5 Memberi kesempatan

kepada siswa untuk

mengekspresikan

pikirannya baik dalam

bentuk tindakan maupun

hasil karya

Guru memberikan

kesempatan kepada siswa

untuk mengekspresikan

macam-macam keragaman

budaya Maluku

Siswa membaca dan

memaknai cerita batu

badaong

Siswa menyayikan lagu

daerah Maluku

Siswa mempraktikkan tari

lenso

6 Memotivasi siswa agar

menyadari pentingkan

mengenal budaya lokal daerah setempat

Memaknai setiap

keberagaman budaya

Siswa memperhatikan,

mencermati apa yang

disampaikan oleh guru Mengaitkan makna

keberagaman dengan tingkah laku yang perlu

dimunculkan sehari-hari

7 Diskusi kelompok atau curah pendapat tentang

materi pembelajaran

Diskusi kelompok Siswa berpartisipasi secara aktif dalam diskusi

kelompok Presentasi hasil kerja

kelompok

Meluruskan pemahaman antar kelompok

Mendeskripsikan sikap

positif disiplin yang

diperoleh dalam diskusi

8 Penarikan kesimpulan

mengenai pembelajaran

yang telah dilaksanakan

Menentukan sikap positif

disiplin yang harus dimiliki

oleh siswa

Memahami sikap positif

disiplin yang harus

dilaksanakan, serta

melakukan refleksi secara

bersama-sama. Melaksanakan sikap positif

disiplin

Page 6: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL …

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

89

Melakukan refleksi tentang

sikap positif disiplin yang

harus dimiliki

Melakukan evaluasi akhir

Implementasi PBBL dalam meningkatkan sikap positif disiplin pada pertemuan I melalui

tabel dan grafik data hasil akhir pretest dan postest yang diperoleh maka dapat diketahui

peningkatan yang dapat dicapai siswa dengan menggunakan rumus N-Gain ternormalisasi yang

digambarkan pada data sebagai berikut:

Tabel 1.4 Data Nilai Akhir Pretes dan Postest

Kelas Pra-Eksperiment SD Negeri 85 Ambon

No Nama Pretest Postest N-Gain Kriteria

1 J.A 75 94 0,76 Tinggi

2 Y.T 76 92 0,666 Sedang

3 A.S 82 98 0,888 Tinggi

4 J.A.L 78 92 0,636 Sedang

5 S.L 73 94 0,777 Tinggi

6 Y.F 76 92 0,666 Sedang

7 M.P 72 91 0,678 Sedang

8 B.E 72 90 0,642 Sedang

9 J.C.L 73 92 0,703 Tinggi

10 K.T 68 82 0,437 Sedang

11 S.L.N 70 94 0,8 Tinggi

12 M.L 78 92 0,636 Sedang

13 D.L 66 85 0,558 Sedang

14 E.T 80 96 0,8 Tinggi

15 M.H 69 84 0,483 Sedang

Jumlah 1.108 1.368 10,13

Rata-rata 73,86 91,2 0,675

(Sumber: Hasil Penelitian SD Negeri 85 Ambon Kelas IV 2019)

Berdasarkan tabel 1.4 data hasil nilai sikap positif disiplin pretest dan postest pada

pertemuan I dalam N-Gain ternormalisasi dengan jumlah siswa 15 orang, dengan jumlah nilai rata-

rata pretest adalah 73,86 dan jumlah nilai rata-rata Postest adalah 91,2 serta Jumlah nilai rata-rata

N-Gain 0,675.

Grafik 1.1 Data Hasil Jumlah Nilai Pretest dan Postest

Peningkatan Sikap Positif Disiplin Pada Pertemuan I

11081370

0100200300400500600700800900

100011001200130014001500

Pretest Postest

Page 7: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL …

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

90

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan sikap posistif disiplin

melalui pembelajaran berbasis budaya lokal pada pertemuan I dengan jumlah nilai sebelum

diberikannya perlakuan (Pretest) 1.108 dan jumlah nilai sesudah diberikannya perlakuan (Postest)

1.368 dengan jumlah nilai dari data tersebut selisih antara jumlah nilai Pretest dan Postest adalah

260.

Grafik 1.2 Data Hasil Jumlah Nilai Rata-rata Pretest dan Postest

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan sikap positif disiplin

melalui pembelajaran berbasis budaya lokal pada pertemuan I dengan jumlah nilai rata-rata sebelum

diberikannya perlakuan (Pretest) 73,8% dan jumlah nilai rata-rata sesudah diberikannya perlakuan

(Postest) dengan jumlah nilai 91,2% dari hasil tersebut selisih antara jumlah nilai rata-rata Pretest

dan Postest adalah 17,4%.

Data Hasil Penelitian Pertemuan II

Pada implementasi pembelajaran berbasis budaya lokal dalam meningkatkan sikap positif

disiplin pada pertemuan ke-II melalui tabel data dan grafik hasil akhir pretest dan postest yang

diperoleh maka dapat diketahui tingkat hasil belajar yang dapat dicapai siswa dengan menggunakan

rumus N-Gain ternormalisasi yang digambarkan pada data sebagai berikut:

Tabel 1.5 Data Nilai Akhir Pretes dan Postest Pada Pertemuan II

Kelas Pra-Eksperiment SD Negeri 85 Ambon

No Nama Pretest Postest N-Gain Kriteria

1 J.A 87 94 0,538 Sedang

2 Y.T 90 98 0,8 Tinggi

3 A.S 96 100 1 Tinggi

4 J.A.L 84 97 0,812 Tinggi

5 S.L 86 94 0,571 Sedang

6 Y.F 92 99 0,875 Tinggi

7 M.P 87 96 0,692 Sedang

8 B.E 94 100 1 Tinggi

9 J.C.L 90 96 0,6 Sedang

10 K.T 86 94 0,571 Sedang

11 S.L.N 82 97 0,833 Tinggi

12 M.L 80 92 0,6 Sedang

74

91

0102030405060708090

100

Pretest Postest

Page 8: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL …

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

91

13 D.L 90 97 0,7 Sedang

14 E.T 90 99 0,9 Tinggi

15 M.H 86 97 0,785 Tinggi

Jumlah 1.320 1.450 11,277

Rata-rata 88 96,66 0,751

(Sumber: Hasil Penelitian SD Negeri 85 Ambon Kelas IV 2019)

Berdasarkan tabel 1.5 data hasil nilai sikap positif disiplin pretest dan postest dalam N-Gain

ternormalisasi pada pertemuan ke-II dengan jumlah siswa 15 orang, dengan jumlah nilai rata-rata

pretest adalah 88 dan jumlah nilai rata-rata Postest adalah 96.66 serta Jumlah nilai rata-rata N-Gain

0,751. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 1.3 Data Hasil Jumlah Nilai Pretest dan Postest

Peningkatan Sikap Positif Disiplin Pada Pertemuan II

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan sikap positif disiplin

melalui pembelajaran berbasis budaya lokal pada pertemuan ke-II dengan jumlah nilai sebelum

diberikannya perlakuan (Pretest) 1.320 dan jumlah nilai sesudah diberikannya perlakuan (Postest)

1.450 dengan jumlah nilai dari data tersebut selisih antara jumlah nilai Pretest dan Postest adalah

130.

Grafik 1.4 Data Hasil Jumlah Nilai Rata-rata Pretest dan Postest

Peningkatan Sikap Positif Disiplin Pada Pertemuan II

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan sikap positif disiplin

melalui pembelajaran berbasis budaya lokal pada pertemuan ke-II dengan jumlah nilai rata-rata

sebelum diberikannya perlakuan (Pretest) 88% dan jumlah nilai rata-rata sesudah diberikannya

1320 1450

0100200300400500600700800900

100011001200130014001500

Pretest Postest

8897

0102030405060708090

100

Pretest Postest

Page 9: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL …

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

92

perlakuan (Postest) dengan jumlah nilai 96,6% dari hasil tersebut selisih antara jumlah nilai rata-

rata Pretest dan Postest adalah 9%.

Pembahasan

Pembelajaran berbasis budaya lokal dapat dirancang sedemikian rupa kemudian disusun

untuk mengamati peningkatan sikap positif disiplin dalam menghasilkan pembelajaran yang efektif

dan efisien. Sikap positif disiplin sangat berkaitan dengan self efficacy yang dimiliki oleh seseorang.

Mahananingtyas (2019:16) mengemukakan bahwa self efficacy merupakan keyakinan seseorang untuk

menyelesaikan segala hal. Orang lebih mungkin terlibat dalam perilaku disiplin ketika mereka yakin bahwa mereka mampu menjalakan pekerjaan tersebut dengan sukses, yaitu ketika mereka memiliki self efficacy

yang tinggi (Bandura, 1997:384). Self efficacy adalah suatu komponen dari keseluruhan perasaan diri

seseorang. Begitu juga dengan sikap disiplin positif yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan harus meyakini bahwa ia mampu untuk melakukannya dengan baik. Dengan demikian peserta didik mampu untuk mengambil keputusan dengan baik berdasarkan

keyakinan yang dimilikinya. Pembahasan desain pembelajaran berbasis budaya lokal dalam meningkatkan sikap positif

disiplin dapat dilihat melalui beberapa langkah-langkah pembelajaran berbasis budaya lokal yang

akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran antara lain:

1. Identifikasi budaya lokal yang ada di daerah setempat.

2. Identifikasi pengetahuan pribadi siswa mengenai budaya lokal.

3. Mendefinisikan materi pembelajaran berbasis budaya lokal

4. Menyajikan contoh-contoh yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran berbasis

budaya lokal.

5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan pikirannya baik dalam

bentuk tindakan maupun hasil karya.

6. Memotivasi siswa agar menyadari pentingnya mengenal budaya lokal.

7. Diskusi kelompok atau curah pendapat tentang materi pembelajaran berbasis berbasis

budaya lokal yang sedang dipelajari.

8. Penarikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan rekapitulasi data akhir pertemuan I yang diperoleh dari peningkatan sikap

positif disiplin maka dapat dijelaskan mengenai empat indikator skala sikap positif disiplin yang

diberikan, siswa mampu menjawab pernyataan dengan perolehan nilai pada pertemuan pertama,

dengan jumlah nilai sebelum diberikannya perlakuan (pretest) adalah 1.108 dengan nilai rata-rata

73,86, jumlah nilai sesudah diberikannya perlakuan (postest) adalah 1.368 dengan nilai rata-rata

91,2, serta jumlah nilai N-Gain 10,13 dengan jumlah nilai rata-rata 0,675.

Sedangkan berdasarkan data hasil perhitungan menggunakan rumus N-Gain ternormalisasi

menggunakan Pretest dan Postest, maka dapat disimpulkan bahwa pada kelas interpretasi indeks

gain dengan jumlah siswa sebanyak 15 responden yang memiliki kategori tinggi sebanyak 6

responden dengan jumlah persentase yaitu 40% sedangkan pada kategori sedang sebanyak 9

responden dengan jumlah persentase 60% dan pada kategori rendah tidak ada reponden yang

memiliki kategori rendah.

Berdasarkan rekapitulasi data akhir pertemuan II yang diperoleh dari peningkatan sikap

positif disiplin yang diberikan, siswa mampu menjawab pernyataan dengan perolehan nilai pada

pertemuan kedua, dengan jumlah nilai sebelum diberikannya perlakuan (pretest) adalah 1.320

dengan nilai rata-rata 88, jumlah nilai sesudah diberikannya perlakuan (postest) adalah 1.450

dengan nilai rata-rata 96,66, serta jumlah nilai N-Gain 11,277 dengan jumlah nilai rata-rata 0,751.

Sedangkan berdasarkan data hasil perhitungan menggunakan rumus N-Gain ternormalisasi

menggunakan Pretest dan Postest, maka dapat disimpulkan bahwa pada kelas interpretasi indeks

gain dengan jumlah siswa sebanyak 15 responden yang memiliki kategori tinggi sebanyak 8

Page 10: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL …

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

93

responden dengan jumlah persentase yaitu 53% sedangkan pada kategori sedang sebanyak 7

responden dengan jumlah persentase 47% dan pada kategori rendah tidak ada reponden yang

memiliki kategori rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa data hasil akhir Pretest dan Postest yang

diperoleh melalui Implementasi Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal dalam Meningkatkan Sikap

Positif Disiplin pada Siswa Kelas IV SD Negeri 85 Ambon, memiliki peningkatan yang cukup baik

dengan tingkatan hasil yang dicapai sebesar 53% persentase kategori Tinggi dan 47% persentase

kategori Sedang dalam perhitungan N-Gain dikategorikan sebagai hasil yang cukup baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang berjudul “Implementasi

Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal dalam Meningkatkan Sikap Positif Disiplin Pada Siswa Kelas

IV SD Negeri 85 Ambon”. Maka dapat dikemukakan kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut:

Penerapan Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal sangat mempengaruhi peningkatan sikap

positif disiplin siswa, dapat dilihat dari perolehan jumlah nilai pretest dan postest serta nilai rata-

rata pretest dan postest pada angket pertemuan I yang telah diberikan kepada siswa, dengan jumlah

nilai pretest 1.108 dan postest 1.368 serta nilai rata-rata pretest 73,8% dan posttest 91,2%.

Sedangkan perolehan jumlah nilai pretest dan postest serta nilai rata-rata pretest dan postest pada

angket pertemuan II yang telah diberikan kepada siswa, dengan jumlah nilai pretest 1.320 dan

postest 1.450 serta nilai rata-rata pretest 88% dan posttest 96,6%. Dari jumlah nilai pretest dan

postest serta nilai rata-rata pretest dan posttest data akhir tersebut dapat membuktikan bahwa

Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal dapat meningkatkan sikap positif disiplin siswa pada SD

Negeri 85 Ambon.

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat dikembangkan lagi Pembelajaran Berbasis

Budaya Lokal yang ada di Ambon. Melalui pembelajaran dengan bertumpu pada kearifan budaya

lokal, kita belajar untuk mengambil kebijakan-kebijakan yang berguna untuk masyarakat pada

tingkat lokal, khususnya di Ambon. Kebijakan yang dimaksud antara lain di bidang kesehatan,

pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan pengabdian pada masyarakat di Ambon.

Dalam kearifan lokal terkandung pula kearifan budaya lokal. Kearifan budaya lokal menghasilkan

pengetahuan lokal yang sudah menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, adat dan budaya

setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Alexon. 2010. Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya. Bengkulu: FKIP UNIB Press.

Bandura, A. 1997. Self-efficacy:the exercise of control. New York: Free-man.

Creswell, John W. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. https://dx.doi.org/10.4135/9781506335193.n2

Fahrurrozi, Muh. 2004. Pembelajaran Berbasis Budaya : Model Inovasi Pembelajaran dan

Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Seminar Nasional Pendidikan Karakter

dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen.

Flanagan, Karen. (2013). “Positive Discipline in Everyday Parenting & Teaching”. Materi

presentasi untuk Australasian Conference on Child Abuse and Neglect. 12th November

2013.

Hake, R, R. (1999).Analyzing Change/Gain Scores.AREA-D American Education Research

Association’s Devision. D, Measurement and Research Methodology.

Johannes, Nathalia. 2017. Peningkatan Sikap Positif Disiplin Melalui Pengelolaan Kelas Bagi

Siswa SD Negeri 41 Ambon, Jurnal Pedagodika dan Dinamika Pendidikan. Vol. 7. No. 2,

hal. 66-78.

Page 11: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL …

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092

http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

94

Johnson, Elaine B. 2011. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-

Mengajar Mengasikkan dan Bermakna, Bandung: Kaifa Learning

Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and

Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books.

Mahananingtyas, Elsinora. 2019. Jurnal Belajar untuk Meningkatkan Motivasi dan Efikasi Diri

Mahasiswa PGSD, Prosiding Seminar Nasional PGSD UNIKAMA. Vol. 3. No. 1, hal. 12-23.

_______. 2019. Implementasi Pendidikan Karakter pada Mata Kuliah Pengembangan Pendidikan

IPS, Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Nasional : Merawat Memori Kolektif untuk

Indonesia yang Harmoni. Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Pattimura. Hal. 105-

112.

Malatuny, Yakob Godlif dan Ritiauw, Samuel Patra. 2018. Eksistensi Pela Gandong sebagai Civic

Culture dalam Menjaga Harmonisasi Masyarakat di Maluku, Jurnal Sosio Didaktika. Vol.

5, No 2, hal. 35-46.

Ritiauw Samuel Patra, Maftuh B, and Malihah E. 2017. The Development Of Design Model Of

Conflict Resolution Education Based On Cultural Values Of Pela, Jurnal Cakrawala

Pendidikan., Vol. 36, No. 1, hal. 35–40.

Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta : PT. Erlangga

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Tylor. E. B. 1871. Primitive Culture: Researches into The Development of Mythologi, Philosophy,

Religion, Art, and Custom. Vol. 1. London: Bradbury, Evans, and Co., Printers, Whitefriars.

Warsiti. 2015. Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal dalam Pembentukan karakter Toleransi pada

Anak Kelompok B di TK Negeri Pembina Kabupaten Purbalingga. Skripsi: Universitas

Negeri Semarang.

Wynne, E. A. 1991. “Character And Academics In The Elementary School”. Dalam Benninga J.S.

(Penyunting). Moral, Character,And Civic Education In The Elementary School. New York:

Teachers College, Columbia University.