Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
84
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL
DALAM MENINGKATKAN SIKAP POSITIF DISIPLIN
SISWA SEKOLAH DASAR
Samuel Patra Ritiauw
Elsinora Mahananingtyas
Nathalia Yohanna Johannes
Nurhayati PGSD FKIP Universitas Pattimura
Email: [email protected]
ABSTRACT
The aim of conducting this research is to know the implementation of cultural local
based learning in enhancing positive attitude of discipline to fourth grade students of SD
Negeri 85 Ambon. The result of preliminary observation showed that the students were
less of positive attitude. The less of students' less positive attitude can be seen on time
discipline, not neatly in wearing uniform,disobey school rules, and undisciploned in
attitude. Based on these problems, the research was carried out to increase positive
discipline of attitude toward the implementation of cultural local based learning.
Keywords: Local Culture Based Learning, Positive Discipline Attitude.
PENDAHULUAN
Budaya merupakan elemen penting dalam pembentukan generasi bangsa, karena dengan
memahami budaya lokal serta belajar dari budaya lokal, siswa tidak terasing dari budayanya sendiri
serta dapat meningkatkan kecintaan siswa terhadap budaya lokal, Malatuny dan Ritiauw (2018:35).
Kecintaan siswa terhadap budaya lokal, dapat dikembangkan melalui pendidikan berbasis budaya
lokal, oleh karena itu guru memegang peranan yang sangat penting dalam mengimplementasikan
pendidikan berbasis budaya lokal. Santrock (2007:269) menjelaskan bahwa pendidikan memegang
peranan penting dalam membantu siswa memahami budayanya, karena Tylor (1871:443)
menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan “ a complex whole which includes knowledge, belief,
art, law, morals, customs, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of
society”. Dengan demikian, maka memahami dan mengimplementasikan budaya lokal dalam
kehidupan tiap hari siswa merupakan faktor utama dalam pembangunan masyarakat Indonesia
seutuhnya.
Dengan demikian, belajar budaya merupakan proses belajar satu kesatuan yang utuh dan
menyeluruh dari beragam perwujudan yang dihasilkan dan atau berlaku dalam suatu komunitas.
Fahrurrozi (2004:1) dan Alexson, (2010:15) mengungkapkan bahwa proses belajar dapat terjadi di
mana dan kapan saja sepanjang hayat dan sekolah merupakan salah satu tempat proses belajar
terjadi. Fahrurrozi (2004:1) juga mengemukakan bahwa sekolah merupakan tempat kebudayaan,
karena pada dasarnya proses belajar merupakan proses pembudayaan. Dalam hal ini, proses
pembudayaan di sekolah adalah untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk
mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa. Senada
dengan pendapat di atas, Santrock (2007: 343) menjelaskan bahwa kontribusi budaya, interaksi
sosial dan sejarah dalam pengembangan mental/perilaku anak sangat berpengaruh pada aspek
perkembangan sosio-historiskultural, dan sangat berdampak pada persepsi, memori dan cara
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
85
berpikir anak. Hal ini dikarenakan budaya mengajarkan anak tentang nilai-nilai budaya, sehingga
mereka memahami lingkungan budayanya, Warsiti (2015:3).
Sekolah dalam hal ini berperan sebagai lembaga pewarisan nilai-nilai dalam kehidupan
siswa, serta mempersiapkan siswa untuk hidup, baik secara akademis dan sebagai agen moral dalam
masyarakat. Lickona (1991:45) menjelaskan bahwa sekolah merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang mengemban tugas penanaman nilai karakter. Karakter adalah cara berpikir atau
berperilaku yang merupakan aplikasi dari nilai-nilai kebaikan seseorang di lingkungannya
(Mahananingtyas, 2019:105). Nilai-nilai karakter itu antara lain kejujuran, keterbukaan, toleransi,
kebijaksanaan, disiplin diri, kemanfaatan, saling menolong dan kasih sayang, keberanian, dan nilai-
nilai demokrasi, Lickona (1991:45); Jhonson, (2011:109). Sedangkan kajian empirik Pusat
Kurikulum menyebutkan Nilai-nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan
pendidikan nasional tersebut adalah : (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja
Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat kebangsaan,
(11) Cinta tanah air, (12) Menghargai prestasi, (13) Bersahabat/komunikatif, (14) Cinta damai, (15)
Gemar membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, dan (18) Tanggung jawab. Dari
sejumlah nilai karakter yang ada, salah satu nilai karakter yang perlu di tingkatkan adalah nilai
karakter disiplin, yang dalam penelitian ini diartikan sebagai sikap positif disiplin.
Menurut Flanagan (2013:49) dalam presentasinya di “Australasian Conference on Child
Abuse and Neglect”, positif disiplin adalah upaya orang tua dalam; Memperkuat hubungan dengan
anak; Memahami perspektif anak-anak; Membangun empati; Mempromosikan pengaturan diri (self-
regulation); Mengurangi hukuman; Memperkuat kepercayaan, dan; Memfasilitasi pemecahan
masalah. Dalam hal ini, Flanagan, (2013:57) menjelaskan lebih lanjut sikap positif disiplin secara
operasional sebagai berikut:
Tabel. 1.1 Sikap Positif Disiplin Oleh Flanagan
Positif Disiplin bukanlah …
Positif Disiplin adalah …
Membiarkan anak melakukan apapun yang mereka mau
Membantu anak mengembangkan kontrol diri sepanjang waktu
Tidak memiliki aturan Mengomunikasikan dengan jelas
Bereaksi cepat terhadap situasi Menghormati anak dan mendapatkan
rasa hormat dari mereka
Menghukum dari pada memukul atau membentak
Mengajari anak bagaimana membuat keputusan yang baik
Membangun keterampilan dan kepercayaan diri anak
Mengajarkan sikap respek anak terhadap perasaan orang lain
Tabel 1.1 di atas harus dapat diwujudkan oleh guru di kelas dalam menumbuhkan sikap
positif disiplin, yang dalam implementasinya guru harus mampu mengembangkan kontrol diri pada
setiap siswa, mengembangkan rasa hormat dan empati dalam kelas, membantu siswa mengambil
keputusan yang baik, sampai siswa diajarkan agar tetap respek dengan teman. Pendapat ini sejalan
dengan Wynne (1991:17) bahwa untuk sekolah dasar pengembangan sikap positif disiplin harus
dapat diwujudkan pada aktivitas di kelas. Kelas yang dicirikan oleh suasana positif disiplin dan
secara akademik memotivasi siswa adalah kelas di mana perilaku menyimpang jarang terjadi.
Disiplin adalah seperangkat kondisi dinamik yang ada dalam diri siswa, individual maupun kolektif,
yang dinampakkan dalam kelas dalam batas-batas ketertiban dan kepantasan, Johannes (2017:67)
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
86
Berry (1994:56) juga menjelaskan bahwa pada tingkat sekolah dasar kedisiplinan akan lebih
mudah dipahami oleh siswa, jika diimplementasikan dalam bentuk contoh kongkrit dalam
kehidupan tiap hari siswa baik di sekolah dan di masyarakat. Maka dari itu, pengintegrasian budaya
lokal dalam pengembangan sikap positif disiplin penting diterapkan pada pembelajaran di sekolah
dasar. Pengintegrasian budaya lokal dan sikap positif disiplin diwujudkan melalui penggalian nilai-
nilai yang terkandung dalam budaya lokal yang memiliki nilai positif, Ritiauw (2017:357). Nilai-
nilai positif inilah yang merupakan starting poin dalam merancang pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna.
METODE
Sugiyono (2013:2) menjelaskan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut
terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian mix methods. Mix methods
adalah metode penelitian dengan mengkombinasikan antara metode penelitian kualitatif dan
kuantitaif dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga akan memperoleh data yang koprehensif, valid,
reliabel, dan objektif, (Creswell 2010:153; Sugiyono 2011:18).
Pada penelitian ini, pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisis referensi hasil-hasil
penelitian dan hasil wawancara yang kemudian dijadikan rujukan dalam pengembangan desain dan
strategi implementasi pembelajaran berbasis budaya lokal di sekolah dasar. Untuk melihat ada
tidaknya peningkatan sikap positif disiplin siswa sekolah dasar, maka peneliti menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan uji normalitas N-Gain. Analisis uji normalitas N-Gain merupakan
peningkatan kemampuan yang dimiliki siswa setelah pembelajaran. Gain diperoleh dari selisih
antara hasil pretest dan postest. N-gain adalah gain yang ternormalisasi, perhitungan N-gain ini
bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain dari seorang
siswa Hake (1999:328).
Menurut Hake (1999:328) skor gain-ternormalisasi yaitu perbandingan skor gain aktual
dengan skor gain-maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa sedangkan skor
gain-maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa. Dengan demikian, skor
gain-ternormalisasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
N-Gain = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Keterangan :
Skor Postest = Skor final/Akhir
Skor Pretest = Skor Inisial/Awal
Skor Ideal = Skor tertinggi yang diperoleh
Hasil perhitungan N-gain ternormalisasi menurut Hake (1999:329) diinterpretasikan sesuai
dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 1.2 Kriteria N-Gain
Rentang Gain Ternormalisasi Kriteria
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3≤ g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
87
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data Hasil Penelitian Pertemuan I
Bertolak dari beberapa teori tentang langkah-langkah pembelajaran berbasis budaya yang
telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini peneliti mengembangkan langkah-langkah
pembelajaran berbasis budaya lokal antara lain dapat kita lihat pada sintaks pembelajaran berbasis
budaya lokal sebagai berikut:
Gambar 1.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal
Implementasi sintaks pembelajaran berbasis budaya lokal dapat terlihat melalui kegiatan
guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Tabel 1.3 Peran Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
No
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1 Identifikasi budaya lokal
yang ada di daerah
Guru mengidentifikasi
budaya lokal Maluku
Siswa memperhatikan,
mencermati, dan
Fase 8 Penarikan kesimpulan mengenai
pembelajaran yang telah dilaksanakan
Sintaks
Pembela
jaran
Berbasis
Budaya
Lokal
Fase 1 Identifikasi budaya lokal daerah
setempat
Fase 2 Identifikasi pengetahuan pribadi
siswa mengenai budaya lokal daerah
setempat
Fase 3 Mendefinisikan materi
pembelajaran berbasis budaya lokal
Fase 4 Menyajikan contoh-contoh yang
berkaitan dengan materi pembelajaran
berbasis budaya lokal
Fase 5 Memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengekspresikan
pikirannya
Fase 6 Memotivasi siswa agar menyadari pentingnya mengenal budaya
lokal
Fase 7 Diskusi kelompok atau curah
pendapat materi yang sedang dipelajari
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
88
setempat Mengajak siswa
menyanyikan lagu daerah
Maluku
melaksanakan apa yang
disampaikan oleh guru
Mengajak siswa
mendengarkan cerita rakyat
daerah Maluku
Mengaitkan cerita/lagu
dengan tujuan pembelajaran
Menjelaskan tujuan
pembelajaran
2 Identifikasi pengetahuan
pribadi siswa mengenai
budaya local
Guru mengidentifikasi
pengetahuan pribadi siswa
tentang budaya Maluku terkait materi
Memberikan contoh dan
tanggapan tentang budaya
Maluku yang didiskusikan terkait materi
Melakukan Tanya jawab
Meminta siswa berdiskusi
3 Mendefinisikan materi
pembelajaran berbasis
budaya local
Mendefinisikan pengertian
keragaman sosial dan
budaya provinsi Maluku
Siswa memperhatikan,
mencermati apa yang
disampaikan oleh guru
Menjelaskan macam-macam
keragaman budaya provinsi
Maluku
4 Menyajikan contoh-
contoh yang berkaitan
dengan materi
pembelajaran berbasis budaya local
Memberikan contoh
keragaman budaya provinsi
Maluku
Siswa memperhatikan,
mencermati apa yang
disampaikan oleh guru
Menjelaskan makna yang
terkandung pada setiap keragaman budaya Maluku
5 Memberi kesempatan
kepada siswa untuk
mengekspresikan
pikirannya baik dalam
bentuk tindakan maupun
hasil karya
Guru memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk mengekspresikan
macam-macam keragaman
budaya Maluku
Siswa membaca dan
memaknai cerita batu
badaong
Siswa menyayikan lagu
daerah Maluku
Siswa mempraktikkan tari
lenso
6 Memotivasi siswa agar
menyadari pentingkan
mengenal budaya lokal daerah setempat
Memaknai setiap
keberagaman budaya
Siswa memperhatikan,
mencermati apa yang
disampaikan oleh guru Mengaitkan makna
keberagaman dengan tingkah laku yang perlu
dimunculkan sehari-hari
7 Diskusi kelompok atau curah pendapat tentang
materi pembelajaran
Diskusi kelompok Siswa berpartisipasi secara aktif dalam diskusi
kelompok Presentasi hasil kerja
kelompok
Meluruskan pemahaman antar kelompok
Mendeskripsikan sikap
positif disiplin yang
diperoleh dalam diskusi
8 Penarikan kesimpulan
mengenai pembelajaran
yang telah dilaksanakan
Menentukan sikap positif
disiplin yang harus dimiliki
oleh siswa
Memahami sikap positif
disiplin yang harus
dilaksanakan, serta
melakukan refleksi secara
bersama-sama. Melaksanakan sikap positif
disiplin
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
89
Melakukan refleksi tentang
sikap positif disiplin yang
harus dimiliki
Melakukan evaluasi akhir
Implementasi PBBL dalam meningkatkan sikap positif disiplin pada pertemuan I melalui
tabel dan grafik data hasil akhir pretest dan postest yang diperoleh maka dapat diketahui
peningkatan yang dapat dicapai siswa dengan menggunakan rumus N-Gain ternormalisasi yang
digambarkan pada data sebagai berikut:
Tabel 1.4 Data Nilai Akhir Pretes dan Postest
Kelas Pra-Eksperiment SD Negeri 85 Ambon
No Nama Pretest Postest N-Gain Kriteria
1 J.A 75 94 0,76 Tinggi
2 Y.T 76 92 0,666 Sedang
3 A.S 82 98 0,888 Tinggi
4 J.A.L 78 92 0,636 Sedang
5 S.L 73 94 0,777 Tinggi
6 Y.F 76 92 0,666 Sedang
7 M.P 72 91 0,678 Sedang
8 B.E 72 90 0,642 Sedang
9 J.C.L 73 92 0,703 Tinggi
10 K.T 68 82 0,437 Sedang
11 S.L.N 70 94 0,8 Tinggi
12 M.L 78 92 0,636 Sedang
13 D.L 66 85 0,558 Sedang
14 E.T 80 96 0,8 Tinggi
15 M.H 69 84 0,483 Sedang
Jumlah 1.108 1.368 10,13
Rata-rata 73,86 91,2 0,675
(Sumber: Hasil Penelitian SD Negeri 85 Ambon Kelas IV 2019)
Berdasarkan tabel 1.4 data hasil nilai sikap positif disiplin pretest dan postest pada
pertemuan I dalam N-Gain ternormalisasi dengan jumlah siswa 15 orang, dengan jumlah nilai rata-
rata pretest adalah 73,86 dan jumlah nilai rata-rata Postest adalah 91,2 serta Jumlah nilai rata-rata
N-Gain 0,675.
Grafik 1.1 Data Hasil Jumlah Nilai Pretest dan Postest
Peningkatan Sikap Positif Disiplin Pada Pertemuan I
11081370
0100200300400500600700800900
100011001200130014001500
Pretest Postest
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
90
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan sikap posistif disiplin
melalui pembelajaran berbasis budaya lokal pada pertemuan I dengan jumlah nilai sebelum
diberikannya perlakuan (Pretest) 1.108 dan jumlah nilai sesudah diberikannya perlakuan (Postest)
1.368 dengan jumlah nilai dari data tersebut selisih antara jumlah nilai Pretest dan Postest adalah
260.
Grafik 1.2 Data Hasil Jumlah Nilai Rata-rata Pretest dan Postest
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan sikap positif disiplin
melalui pembelajaran berbasis budaya lokal pada pertemuan I dengan jumlah nilai rata-rata sebelum
diberikannya perlakuan (Pretest) 73,8% dan jumlah nilai rata-rata sesudah diberikannya perlakuan
(Postest) dengan jumlah nilai 91,2% dari hasil tersebut selisih antara jumlah nilai rata-rata Pretest
dan Postest adalah 17,4%.
Data Hasil Penelitian Pertemuan II
Pada implementasi pembelajaran berbasis budaya lokal dalam meningkatkan sikap positif
disiplin pada pertemuan ke-II melalui tabel data dan grafik hasil akhir pretest dan postest yang
diperoleh maka dapat diketahui tingkat hasil belajar yang dapat dicapai siswa dengan menggunakan
rumus N-Gain ternormalisasi yang digambarkan pada data sebagai berikut:
Tabel 1.5 Data Nilai Akhir Pretes dan Postest Pada Pertemuan II
Kelas Pra-Eksperiment SD Negeri 85 Ambon
No Nama Pretest Postest N-Gain Kriteria
1 J.A 87 94 0,538 Sedang
2 Y.T 90 98 0,8 Tinggi
3 A.S 96 100 1 Tinggi
4 J.A.L 84 97 0,812 Tinggi
5 S.L 86 94 0,571 Sedang
6 Y.F 92 99 0,875 Tinggi
7 M.P 87 96 0,692 Sedang
8 B.E 94 100 1 Tinggi
9 J.C.L 90 96 0,6 Sedang
10 K.T 86 94 0,571 Sedang
11 S.L.N 82 97 0,833 Tinggi
12 M.L 80 92 0,6 Sedang
74
91
0102030405060708090
100
Pretest Postest
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
91
13 D.L 90 97 0,7 Sedang
14 E.T 90 99 0,9 Tinggi
15 M.H 86 97 0,785 Tinggi
Jumlah 1.320 1.450 11,277
Rata-rata 88 96,66 0,751
(Sumber: Hasil Penelitian SD Negeri 85 Ambon Kelas IV 2019)
Berdasarkan tabel 1.5 data hasil nilai sikap positif disiplin pretest dan postest dalam N-Gain
ternormalisasi pada pertemuan ke-II dengan jumlah siswa 15 orang, dengan jumlah nilai rata-rata
pretest adalah 88 dan jumlah nilai rata-rata Postest adalah 96.66 serta Jumlah nilai rata-rata N-Gain
0,751. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 1.3 Data Hasil Jumlah Nilai Pretest dan Postest
Peningkatan Sikap Positif Disiplin Pada Pertemuan II
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan sikap positif disiplin
melalui pembelajaran berbasis budaya lokal pada pertemuan ke-II dengan jumlah nilai sebelum
diberikannya perlakuan (Pretest) 1.320 dan jumlah nilai sesudah diberikannya perlakuan (Postest)
1.450 dengan jumlah nilai dari data tersebut selisih antara jumlah nilai Pretest dan Postest adalah
130.
Grafik 1.4 Data Hasil Jumlah Nilai Rata-rata Pretest dan Postest
Peningkatan Sikap Positif Disiplin Pada Pertemuan II
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan sikap positif disiplin
melalui pembelajaran berbasis budaya lokal pada pertemuan ke-II dengan jumlah nilai rata-rata
sebelum diberikannya perlakuan (Pretest) 88% dan jumlah nilai rata-rata sesudah diberikannya
1320 1450
0100200300400500600700800900
100011001200130014001500
Pretest Postest
8897
0102030405060708090
100
Pretest Postest
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
92
perlakuan (Postest) dengan jumlah nilai 96,6% dari hasil tersebut selisih antara jumlah nilai rata-
rata Pretest dan Postest adalah 9%.
Pembahasan
Pembelajaran berbasis budaya lokal dapat dirancang sedemikian rupa kemudian disusun
untuk mengamati peningkatan sikap positif disiplin dalam menghasilkan pembelajaran yang efektif
dan efisien. Sikap positif disiplin sangat berkaitan dengan self efficacy yang dimiliki oleh seseorang.
Mahananingtyas (2019:16) mengemukakan bahwa self efficacy merupakan keyakinan seseorang untuk
menyelesaikan segala hal. Orang lebih mungkin terlibat dalam perilaku disiplin ketika mereka yakin bahwa mereka mampu menjalakan pekerjaan tersebut dengan sukses, yaitu ketika mereka memiliki self efficacy
yang tinggi (Bandura, 1997:384). Self efficacy adalah suatu komponen dari keseluruhan perasaan diri
seseorang. Begitu juga dengan sikap disiplin positif yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan harus meyakini bahwa ia mampu untuk melakukannya dengan baik. Dengan demikian peserta didik mampu untuk mengambil keputusan dengan baik berdasarkan
keyakinan yang dimilikinya. Pembahasan desain pembelajaran berbasis budaya lokal dalam meningkatkan sikap positif
disiplin dapat dilihat melalui beberapa langkah-langkah pembelajaran berbasis budaya lokal yang
akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran antara lain:
1. Identifikasi budaya lokal yang ada di daerah setempat.
2. Identifikasi pengetahuan pribadi siswa mengenai budaya lokal.
3. Mendefinisikan materi pembelajaran berbasis budaya lokal
4. Menyajikan contoh-contoh yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran berbasis
budaya lokal.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan pikirannya baik dalam
bentuk tindakan maupun hasil karya.
6. Memotivasi siswa agar menyadari pentingnya mengenal budaya lokal.
7. Diskusi kelompok atau curah pendapat tentang materi pembelajaran berbasis berbasis
budaya lokal yang sedang dipelajari.
8. Penarikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan rekapitulasi data akhir pertemuan I yang diperoleh dari peningkatan sikap
positif disiplin maka dapat dijelaskan mengenai empat indikator skala sikap positif disiplin yang
diberikan, siswa mampu menjawab pernyataan dengan perolehan nilai pada pertemuan pertama,
dengan jumlah nilai sebelum diberikannya perlakuan (pretest) adalah 1.108 dengan nilai rata-rata
73,86, jumlah nilai sesudah diberikannya perlakuan (postest) adalah 1.368 dengan nilai rata-rata
91,2, serta jumlah nilai N-Gain 10,13 dengan jumlah nilai rata-rata 0,675.
Sedangkan berdasarkan data hasil perhitungan menggunakan rumus N-Gain ternormalisasi
menggunakan Pretest dan Postest, maka dapat disimpulkan bahwa pada kelas interpretasi indeks
gain dengan jumlah siswa sebanyak 15 responden yang memiliki kategori tinggi sebanyak 6
responden dengan jumlah persentase yaitu 40% sedangkan pada kategori sedang sebanyak 9
responden dengan jumlah persentase 60% dan pada kategori rendah tidak ada reponden yang
memiliki kategori rendah.
Berdasarkan rekapitulasi data akhir pertemuan II yang diperoleh dari peningkatan sikap
positif disiplin yang diberikan, siswa mampu menjawab pernyataan dengan perolehan nilai pada
pertemuan kedua, dengan jumlah nilai sebelum diberikannya perlakuan (pretest) adalah 1.320
dengan nilai rata-rata 88, jumlah nilai sesudah diberikannya perlakuan (postest) adalah 1.450
dengan nilai rata-rata 96,66, serta jumlah nilai N-Gain 11,277 dengan jumlah nilai rata-rata 0,751.
Sedangkan berdasarkan data hasil perhitungan menggunakan rumus N-Gain ternormalisasi
menggunakan Pretest dan Postest, maka dapat disimpulkan bahwa pada kelas interpretasi indeks
gain dengan jumlah siswa sebanyak 15 responden yang memiliki kategori tinggi sebanyak 8
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
93
responden dengan jumlah persentase yaitu 53% sedangkan pada kategori sedang sebanyak 7
responden dengan jumlah persentase 47% dan pada kategori rendah tidak ada reponden yang
memiliki kategori rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa data hasil akhir Pretest dan Postest yang
diperoleh melalui Implementasi Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal dalam Meningkatkan Sikap
Positif Disiplin pada Siswa Kelas IV SD Negeri 85 Ambon, memiliki peningkatan yang cukup baik
dengan tingkatan hasil yang dicapai sebesar 53% persentase kategori Tinggi dan 47% persentase
kategori Sedang dalam perhitungan N-Gain dikategorikan sebagai hasil yang cukup baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang berjudul “Implementasi
Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal dalam Meningkatkan Sikap Positif Disiplin Pada Siswa Kelas
IV SD Negeri 85 Ambon”. Maka dapat dikemukakan kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut:
Penerapan Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal sangat mempengaruhi peningkatan sikap
positif disiplin siswa, dapat dilihat dari perolehan jumlah nilai pretest dan postest serta nilai rata-
rata pretest dan postest pada angket pertemuan I yang telah diberikan kepada siswa, dengan jumlah
nilai pretest 1.108 dan postest 1.368 serta nilai rata-rata pretest 73,8% dan posttest 91,2%.
Sedangkan perolehan jumlah nilai pretest dan postest serta nilai rata-rata pretest dan postest pada
angket pertemuan II yang telah diberikan kepada siswa, dengan jumlah nilai pretest 1.320 dan
postest 1.450 serta nilai rata-rata pretest 88% dan posttest 96,6%. Dari jumlah nilai pretest dan
postest serta nilai rata-rata pretest dan posttest data akhir tersebut dapat membuktikan bahwa
Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal dapat meningkatkan sikap positif disiplin siswa pada SD
Negeri 85 Ambon.
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat dikembangkan lagi Pembelajaran Berbasis
Budaya Lokal yang ada di Ambon. Melalui pembelajaran dengan bertumpu pada kearifan budaya
lokal, kita belajar untuk mengambil kebijakan-kebijakan yang berguna untuk masyarakat pada
tingkat lokal, khususnya di Ambon. Kebijakan yang dimaksud antara lain di bidang kesehatan,
pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan pengabdian pada masyarakat di Ambon.
Dalam kearifan lokal terkandung pula kearifan budaya lokal. Kearifan budaya lokal menghasilkan
pengetahuan lokal yang sudah menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, adat dan budaya
setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Alexon. 2010. Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya. Bengkulu: FKIP UNIB Press.
Bandura, A. 1997. Self-efficacy:the exercise of control. New York: Free-man.
Creswell, John W. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. https://dx.doi.org/10.4135/9781506335193.n2
Fahrurrozi, Muh. 2004. Pembelajaran Berbasis Budaya : Model Inovasi Pembelajaran dan
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Seminar Nasional Pendidikan Karakter
dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen.
Flanagan, Karen. (2013). “Positive Discipline in Everyday Parenting & Teaching”. Materi
presentasi untuk Australasian Conference on Child Abuse and Neglect. 12th November
2013.
Hake, R, R. (1999).Analyzing Change/Gain Scores.AREA-D American Education Research
Association’s Devision. D, Measurement and Research Methodology.
Johannes, Nathalia. 2017. Peningkatan Sikap Positif Disiplin Melalui Pengelolaan Kelas Bagi
Siswa SD Negeri 41 Ambon, Jurnal Pedagodika dan Dinamika Pendidikan. Vol. 7. No. 2,
hal. 66-78.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
94
Johnson, Elaine B. 2011. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-
Mengajar Mengasikkan dan Bermakna, Bandung: Kaifa Learning
Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and
Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books.
Mahananingtyas, Elsinora. 2019. Jurnal Belajar untuk Meningkatkan Motivasi dan Efikasi Diri
Mahasiswa PGSD, Prosiding Seminar Nasional PGSD UNIKAMA. Vol. 3. No. 1, hal. 12-23.
_______. 2019. Implementasi Pendidikan Karakter pada Mata Kuliah Pengembangan Pendidikan
IPS, Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Nasional : Merawat Memori Kolektif untuk
Indonesia yang Harmoni. Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Pattimura. Hal. 105-
112.
Malatuny, Yakob Godlif dan Ritiauw, Samuel Patra. 2018. Eksistensi Pela Gandong sebagai Civic
Culture dalam Menjaga Harmonisasi Masyarakat di Maluku, Jurnal Sosio Didaktika. Vol.
5, No 2, hal. 35-46.
Ritiauw Samuel Patra, Maftuh B, and Malihah E. 2017. The Development Of Design Model Of
Conflict Resolution Education Based On Cultural Values Of Pela, Jurnal Cakrawala
Pendidikan., Vol. 36, No. 1, hal. 35–40.
Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta : PT. Erlangga
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tylor. E. B. 1871. Primitive Culture: Researches into The Development of Mythologi, Philosophy,
Religion, Art, and Custom. Vol. 1. London: Bradbury, Evans, and Co., Printers, Whitefriars.
Warsiti. 2015. Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal dalam Pembentukan karakter Toleransi pada
Anak Kelompok B di TK Negeri Pembina Kabupaten Purbalingga. Skripsi: Universitas
Negeri Semarang.
Wynne, E. A. 1991. “Character And Academics In The Elementary School”. Dalam Benninga J.S.
(Penyunting). Moral, Character,And Civic Education In The Elementary School. New York:
Teachers College, Columbia University.