6

Click here to load reader

Implementasi Model Advance Organizer berbentuk Peta Konsep

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Implementasi Model Advance Organizer berbentuk Peta Konsep

IMPLEMENTASI MODEL ADVANCE ORGANIZER BERBENTUK PETA KONSEP UNTUK MEREMEDIASI KESULITAN BELAJAR

SISWA DI KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK PADA MATERI SUHU DAN KALOR

Ricky Meily Irapanirianda

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan model advance organizer berbentuk peta konsep untuk meremediasi kesulitan belajar siswa di kelas X SMA Negeri 10 Pontianak pada materi suhu dan kalor. Bentuk penelitian berupa Pre-Experimental Design dengan rancangan One Group Pretest-Postest Design. Dua puluh enam (26) siswa kelas XB dipilih secara intact group berpartisipasi dalam penelitian ini. Alat pengumpul data yang digunakan berupa tes diagnostik (pretes) berbentuk concept map labelling task dan tes hasil belajar (postes) berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan sebanyak 30 soal. Postes dibuat dengan berdiskusi langsung dengan guru sehingga validitas ekologi dari penelitian ini terjamin. Hasil pretes menunjukkan 73% siswa mengalami kesulitan. Hasil postes menunjukkan bahwa hanya satu siswa yang tidak mencapi nilai KKM sebesar 70. Rata-rata nilai siswa sebesar 81,19. Hasil uji-t menunjukkan bahwa remediasi menggunakan model advance organizer berbentuk peta konsep secara signifikan dapat mengatasi kesulitan serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa (thitung = 8,67; df = 25; 5%). Tingkat efektivitasnya dihitung dengan rumus Effect Size adalah tinggi (0,75). Hasil penelitian ini diharapkan dapat diimplementasikan oleh guru dalam pembelajaran, sehingga guru menjadi lebih variatif dalam mengelola pelajaran. Kata kunci : Remediasi, kesulitan belajar, model pembelajaran Advance Organizer berbentuk

peta konsep, suhu dan kalor.

Pendahuluan

Salah satu cara mengatasi kesulitan belajar siswa adalah melakukan remediasi.

Remediasi diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki kegiatan

pembelajaran yang kurang berhasil serta membetulkan kekeliruan yang dilakukan siswa

(Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007: 6.22). Salah satu cara untuk meremediasi kesulitan

belajar siswa ialah menggunakan model advance organizer.

Model advance organizer diperkenalkan oleh David Ausubel (1968). Advance organizer

digunakan untuk mengarahkan perhatian para siswa ke materi yang akan mereka pelajari dan

menolong siswa untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan

untuk membantu menanamkan pengetahuan baru (Dahar, 2011: 100). Advance organizer

memiliki beberapa bentuk. Salah satu antaranya adalah peta konsep.

Peta konsep adalah teknik visual untuk menunjukkan struktur informasi bagaimana

konsep-konsep dalam suatu domain tertentu saling berhubungan yang dibuat berdasarkan teori

Page 2: Implementasi Model Advance Organizer berbentuk Peta Konsep

Ausable tentang belajar bermakna yang menekankan hasil belajar tentang suatu pengetahuan

yang baru dipengaruhi oleh pengetahuan yang ada sebelumnya (Sutrisno, Kresnadi dan

Kartono, 2007: 5.26).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan model advance

organizer berbentuk peta konsep untuk meremediasi kesulitan belajar siswa di kelas X SMA

Negeri 10 Pontianak pada materi suhu dan kalor. Dihipotesiskan bahwa remediasi dengan

menggunakan model advance organizer berbentuk peta konsep dapat menuntaskan hasil

belajar siswa kelas X SMA Negeri 10 Pontianak.

Tiga langkah kegiatan remediasi ini adalah: advance organizer, presentasi materi atau

tugas, dan penguatan struktur kognitif (Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun, 2009:

289).

Metode Penelitian

Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini berupa Pre Experimental Design dengan rancangan One Group

Pretes-Postes Design (Sugiyono, 2008: 110-111). Pretes berupa tes diagnostik berbentuk peta

konsep untuk menggali kesulitan siswa tentang suhu dan kalor. Postes berupa tes hasil belajar

yang disusun oleh guru sendiri untuk menentukan ketuntasannya (KKM: 70).

Gambar 1 menunjukkan bagan perbandingan antara penelitian konvensional (sering

digunakan) penelitian yang dilakukan ini.

Gambar 1. Perbandingan antara penelitian ini terhadap penelitian konvensional

Pretes

Remediasi

Postes

Perbandingan Penurunan Skor Pretes dan Postes

Penelitian konvensional Penelitian yang dilakukan

Pretes (Tes Diagnostik)

Jenis Kesulitan

Remediasi

Postes (Tes Hasil Belajar)

Nilai Dibandingkan dengan KKM

Page 3: Implementasi Model Advance Organizer berbentuk Peta Konsep

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 10 Pontianak tahun

ajaran 2011/2012 yang terdiri dari enam kelas yaitu kelas XA (32 orang), XB (32 orang), XC (32

orang), XD (32 orang), XE (32 orang), dan XF (32 orang) yang telah menyelesaikan

pembelajaran tentang materi suhu dan kalor. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XB

sebanyak 26 orang yang dipilih secara intac group. (Intact group adalah teknik untuk

menentukan sampel secara utuh dari populasi dengan merujuk pada pilihan kelas) (Leo

Sutrisno, Hery Kresnadi, dan Kartono, 2007: 4.24.)

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pretes dan postes. Pretes berupa

tes diagnostik berbentuk concept map labelling task (lihat Gambar 2). Peta Konsep yang

lengkap akan diadaptasi dari HyperPhysics (2005). Postes berupa tes hasil belajar berbentuk

pilihan ganda dengan lima pilihan. Tes ini dibuat dengan berdiskusi langsung dengan guru

yang mengajar mata pelajaran fisika, sehingga validitas ekologi dari penelitian ini dapat

terjamin. Validitas ekologi merujuk seberapa tinggi kesesuaian temuan itu dalam situasi nyata

atau keadaan yang sebenarnya. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan validitas ekologi

perlu dipertimbangkan, yaitu: metode, material, dan ’setting’ dari kegiatan itu harus

diusahakan semirip mungkin dengan keadaan yang sesungguhnya (Sutrisno, 2011).

Analisis Data

1. Analisis data pretes.

Analisis ini diarahkan untuk mengetahui distribusi kesulitan belajar siswa menurut

konsep-konsep suhu dan kalor. Peta konsep yang telah dilengkapi oleh para siswa

dianalisis.

Konsep-konsep tersebut adalah a. Suhu merupakan derajat panas suatu benda. b. Suhu suatu benda dinyatakan dengan skala Kelvin, Celcius, Fahrenheit dan

Reamur. c. Suhu diukur dengan termometer.

Gambar 2. Concept Map Labelling Task.

Suhu

Ukuran derajat panas

Termometer

Kelvin Celcius Fahrenheit Reamur

a

b

c

Page 4: Implementasi Model Advance Organizer berbentuk Peta Konsep

2. Analisis data postes

Hasil analisis disajikan dalam bentuk nilai. Nilai hasil belajar ini, selanjutnya

dihitung nilai rata-rata dan standar deviasinya. Hasil tes ini akan dibandingkan

dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Fisika di SMA

Negeri 10 Pontianak yaitu 70 dengan menggunkan uji-t (Sudjana, 2005: 227).

Tingkat efektivitas remediasi kesulitan belajar siswa dengan menggunakan model

advance organizer berbentuk peta konsep ditetapkan dengan pedoman barometer efektivitas

John Hattie (2009). Effect Size remediasi menggunakan uji-t satu sampel (Smolkowski,

2006).

Hasil

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 9 – 21 April 2012 di SMA Negeri 10 Pontianak.

Ada tiga puluh dua (32) siswa berpartisipasi dalam penelitian ini. Tetapi, data yang dianalisis

berasal dari dua puluh enam (26) siswa Mereka ini mengikuti semua kegiatan selama

penelitian.

Pretes diberikan pada pertemuan pertama tanggal 9 April 2012 dengan menggunakan

concept map labelling task. Remediasi dilakukan pada tanggal 14 dan 16 April 2012 dengan

pembelajaran ulang menggunakan model advance organizer berbentuk peta konsep. Dua kali

pertemuan di kelas. Remediasi diberikan untuk dua peta konsep. Peta konsep I berisi

pengertian suhu, skala termometer dan pemuaian. Peta konsep II berisi pengertian kalor,

satuan kalor, kalor laten dan perubahan wujud zat. Kedua peta konsep ini diberikan pada awal

pembelajaran. Pertemuan ketiga dilanjutkan dengan peta konsep III yang berisi konsep kalor

jenis, kapasitas kalor, asas Black dan perpindahan kalor.

Postes diberikan pada pertemuan terakhir. Hasil postes ini dibandingkan dengan nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Siswa yang nilainya mencapai KKM,

kesulitannya sudah dapat teratasi.

Hasil pretes

Hasil pretes menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam

materi suhu dan kalor. Pada peta konsep I siswa mengalami kesalahan terbanyak dalam

menjawab soal pada konsep pemuaian (100%). Sedangkan siswa sedikit mengalami kesulitan

dalam menentukan titik beku (19%) dan titik didih skala termometer (23%). Secara

keseluruhan persentase kesalahan siswa pada peta konsep I sebesar 46,5%.

Pada peta konsep II siswa mengalami kesalahan terbanyak dalam menjawab soal pada

konsep perubahan wujud zat (100%). Kesalahan terkecil siswa dalam menjawab soal pada

Page 5: Implementasi Model Advance Organizer berbentuk Peta Konsep

peta konsep II yaitu pada konsep menguap (62%). Secara keseluruhan persentase kesalahan

siswa pada peta konsep II sebesar 83%.

Siswa mengalami kesalahan terbanyak pada peta konsep III dalam menjawab soal

tentang hubungan kalor jenis dan massa dalam kapasitas kalor (100%). Sedangkan, siswa

sedikit mengalami kesulitan dalam menentukan kalorimeter sebagai alat ukur kalor (58%).

Secara keseluruhan persentase kesalahan siswa pada peta konsep III sebesar 90%.

Hasil postes

Para siswa yang mengalami kesulitan belajar menurut hasil pretes, diolah dan dinilai

seperti yang berlaku disekolah. Kemudian, nilai-nilai ini dibandingkan dengan nilai KKM

(70). Data yang diolah berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa

remediasi menggunakan model advance organizer berbentuk peta konsep secara signifikan

dapat mengatasi kesulitan belajar siswa (thitung= 8,67; ttabel = 1,708; df = 25; 5%). Effect

sizenya 0,75 (tinggi).

Pembahasan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan model

advance organizer berbentuk peta konsep untuk meremediasi kesulitan belajar siswa di kelas

XB SMA Negeri 10 Pontianak pada materi suhu dan kalor.

Selain penelitian ini, ada beberapa penelitian lain yang juga menggunakan advance

organizer untuk meremediasi siswa. Ilhamsyah (2010) menggunakan advance organizer

dengan mind map. Hasil menunjukkan bahwa pembelajaran ulang menggunakan

pembelajaran Advance Organizer dengan Mind Map efektif untuk meremediasi miskonsepsi

siswa tentang Hukum Newton di kelas VIII SMP Negeri 6 Tebas.

Penelitian ini menggunakan advance organizer berbentuk peta konsep. Keunggulan

peta konsep dapat membantu memetakan konsep-konsep fisika yang akan dipelajari siswa,

dapat memperjelas hubungan antar konsep, dapat mengungkap konsep-konsep yang kurang

tepat diserap siswa serta dapat menjadi alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana siswa

menerima konsep-konsep secara benar. Karena itu, penggunaan peta konsep tersebut banyak

manfaatnya dari pada penggunaan mind map.

Dalam penelitian ini, selain dalam proses pembelajaran peta konsep juga digunakan

sebagai tes awal untuk menggali kesulitan siswa dalam mempelajari konsep-konsep fisika.

Letak penggunaan peta konsep inilah yang menjadikan penelitian ini berbeda dengan

penelitian lain (Reri, 2009). Karena itu, diharapkan para guru menggunakan peta konsep sebagai

alternatif media pembelajaran untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.

Page 6: Implementasi Model Advance Organizer berbentuk Peta Konsep

Kesimpulan dan Saran

Penelitian ini menemukan bahwa remediasi menggunakan model advance organizer

berbentuk peta konsep secara signifikan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa di kelas

XB SMA Negeri 10 Pontianak pada materi suhu dan kalor (thitung = 8,67; ttabel = 1,708; df

= 25; 5%). Harga ESnya sebesar 0,75. Disarankan penelitian lanjutan yang

mengembangkan peta konsep sebagai salah satu bentuk tes hasil belajar secara lebih

intensif dan mendalam.

Penghargaan

Terima kasih kepada Dr. Leo Sutrisno yang telah bersedia mengoreksi dan memberi

masukan pada artikel ini.

Referensi Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Hyperphysics. (2005). Heat and Thermodynamics. (online). (http://hyperphysics.phy-

astr.gsu.edu/hbase/HFrame.htm diakses 25 Oktober 2011). John Hattie. (2009). Meta Analyst in Education. (Online).

(http://www.learningandteaching.info/teaching/what_works.htm, dikunjungi 18 desember 2011).

Joyce, Bruce, Marsha Weil dan Emily Calhoun. (2009). Models of Teaching (Model-model Pembelajaran). (Edisi Delapan). (Penerjemah: Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Smolkowski, Keith. (2006). Effect Size Formulas. (Online). (http://www.ori.org/~keiths/Files/Methods/Formulas_EffectSizes.pdf dikunjungi 18 Desember 2011).

Sudjana. (2005). Metoda Penelitian. Bandung: Tarsito. Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sutrisno, Leo, Hery Kresnadi dan Kartono. (2007). Bahan Ajar Untuk Pengembangan

pembelajaran IPA SD. Pontianak: LPPJ PGSD. Sutrisno, Leo. (2011, 11 Desember 2011). Validitas Ekologi. Pontianak Post. (Online).

(http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail & id=102683 dikunjungi 12 Desember 2011).

Reri. (2009). Remediasi Dengan Menggunakan Peta Konsep untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Pontianak Pada Materi Usaha. Pontianak: FKIP UNTAN (skripsi).

Ilhamsyah, M. (2010). Pembelajaran Ulang Menggunakan Model Pembelajaran Advance organizer Dengan Mind Map untuk Meremediasi Miskonsepsi Siswa Tentang Hukum Newton di Kelas VIII SMP Negeri 6 Tebas. Pontianak: FKIP UNTAN (skripsi).