56
i IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM ( Studi Pada Pelaku Usaha Tempe di Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang ) Oleh: Ayu Triyas Septyaningrum NIM : 212011057 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

i

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH

UMKM ( Studi Pada Pelaku Usaha Tempe di Desa Bringin Kecamatan Bringin

Kabupaten Semarang )

Oleh:

Ayu Triyas Septyaningrum

NIM : 212011057

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

ii

Page 3: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

iii

Page 4: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

iv

Page 5: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

v

Page 6: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

vi

Page 7: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

vii

ABSTRAK

The aimed of this research is to examine how implementation of financial

management that applied by businessmen (UMKM) which is production of tempe

in the Bringin village, district of Semarang about their business management. The

methods of this research is study case, the number of population and sample in

this study were 13 business UMKM that stir in production of tempe around

Bringin village.The instrument used in this research is questionnaire and

interview. And the analysis tool is quantitative descriptive. The results showed

that 1 ) based on aspect capital gains, on UMKM groups under 5 years, the

capital resources derived from their own capital, provision for income and

inheritance, and while for age group above 5 years, the capital gains derived from

own capital, provision for income, inheritance and debt from

Bank/cooperative/BMT. 2)Based on aspect for the use of fee, in UMKM groups

under 5 years, the fee that they had for the deposito, buy all facilities that

supported to work for example credits a motorcycle or cars, provide for the family

necessity and to increase their capital labour, while the UMKM groups above 5

years also doing the same thing for example for saving, paying a debt of

bank/corporation/BMT, provide for the family necessity and to increase their

capital labour.3) Bassed on aspect of assets management, UMKM groups under 5

years and above 5 years assets management is performing by recording profit and

loss, simple balance and HPP. Nevertheless, for that groups also found some

businessmen who never do recording, 2 person (25%) from UMKM groups under

5 years and 3 person (60%) from UMKM groups above 5 years.

Keywords : Financial Management, UMKM, production business

Page 8: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

viii

SARIPATI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana penerapan manajemen

keuangan yang diterapkan oleh pelaku usaha UMKM yang bergerak dibidang

produksi tempe di Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang dalam

pengelolaan usahanya.Metode penelitian dalam penelitian ini adalah studi kasus,

jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah 13 orang pelaku usaha

UMKM yang bergerak dibidang produksi tempe di wilayah Desa Bringin.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan wawancara.

Alat analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.Hasil penelitian

menunjukkan, bahwa 1) Berdasarkan aspek perolehan modal, pada UMKM

kelompok usia kurang dari5 tahun sumber modalnya berasal dari modal sendiri,

penyisihan laba, dan warisan, sedang pada kelompok usia lebih dari 5 tahun

sumber modalnya berasal dari modal sendiri, penyisihan laba, warisan, dan hutang

Bank, Koperasi/BMT, 2) Berdasarkan aspek penggunaan dana, pada UMKM

kelompok usia kurang dari 5 tahun dana yang dimiliki untuk ditabung, pembelian

fasilitas penunjang kerja seperti kredit kendaraan roda dua dan empat, mencukupi

kebutuhan keluarga, dan untuk tambahan modal usaha. Sementara pada UMKM

kelompok usia lebih dari 5 tahun juga melakukan hal yang sama, yaitu ditabung,

membayar hutang Bank, Koperasi/BMT, mencukupi kebutuhan keluarga, dan

untuk tambahan modal usaha, 3) Berdasarkan aspek pengelolaan aset, pada

UMKM kelompok usia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 5 tahun pengelolaan

aset dilakukan dengan melakukan pencatatan laba rugi, neraca sederhana, dan

HPP. Namun demikian pada kelompok tersebut juga ditemukan sebagian pelaku

usaha yang tidak melakukan pencatatan, 2 orang (25%) dari kelompok lebih dari 5

tahun, dan 3 orang (60%) dari kelompok pelaku usaha kurang dari 5 tahun.

Kata Kunci: Manajemen Keuangan,umkm, usaha produksi

Page 9: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

ix

KATA PENGANTAR

Kebutuhan hidup yang semakin tinggi, membuat orang berputar otak

untuk membuka usaha agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu usaha

yang cukup mudah dilakukan adalah berjualan salah satu makanan pendamping

yang disukai oleh masyarakat yaitu tempe. Namun sebagaian pengusaha tidak

melakukan memanajemen keuangan yang tepat. Bagi pengusaha yang penting

pendapatan hasil usaha mampu memenuhi kebutuhan hidup.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih belum

sempurna. Penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun

guna menyempurnakan karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis dapat

bermanfaat bagi pembacanya, khususnya bagi pengusahan UMKM di Desa

bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

Salatiga, 3 Mei 2016

Penulis

Page 10: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

x

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

rahmat serta kasih-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan dan dapat

melewati tantangan demi tantangan yang ada selama proses penyelesaian skripsi

ini dengan judul “IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH

UMKM (Studi Pada Pelaku Usaha Produksi Tempe di Desa Bringin

Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang)“,

Selesainya kertas kerja ini tidak terlepas dari doa, dukungan, bantuan,

bimbingan, serta pendamping dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dengan segala

kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak dan Ibu selaku orang tua dan keluarga Besar yang selalu

memberikan yang terbaik bagi penulis. Terimakasih atas doa,

dukungan, kesabaran, serta perhatian dan kasih sayangnya selama ini.

2. Maria Rio Rita, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

selalu memberi arahan dan petunjuk kepada penulis.

3. Linda Ariany Mahastanti, SE, M,Sc selaku dosen walistu di selama

penulis mengikuti kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW.

4. Prof. Christantius Dwiatmadja, SE, ME, PhD selaku Dekan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

5. Kaprodi Manajemen, pengajar dan staff pegawai Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang telah member ilmu

dan pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi.

6. Suamiku Sahid Fikri Hidayat, Anak-anakku Amel dan Sabrina,

Teman-temanku Restituta Ria, Anastasia Dewi, Indah wulandari,

Yuni Eka dan Diana, terimakasih atas dukungan dan doanya.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Page 11: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

xi

Akhir kata “Tak ada gading yang tak retak” penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Salatiga, 3 Mei 2016

Page 12: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

xii

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ................ i

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIASI ................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

SARIPATI ........................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5

UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) ................................................. 5

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ........................................ 5

Kekuatan dan Kelemahan UMKM....................................................... 6

Manajemen Keuangan .......................................................................... 8

Penelitian Pendahuluan ....................................................................... 11

METODE PENELITIAN ................................................................................. 12

Populasi dan Sampel ............................................................................ 12

Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 12

Indikator Variabel ................................................................................ 13

Jenis Penelitian ..................................................................................... 13

Tahap-tahap Penelitian ......................................................................... 14

ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................................. 16

Karakteristik Responden ...................................................................... 16

Analisis kualitatif ................................................................................. 18

Sumber Modal UMKM ........................................................................ 18

Alokasi Dana ( Pengunaan Dana ) ....................................................... 19

Page 13: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

xiii

Aktivitas Pengelolaan Aset Usaha ....................................................... 20

Jenis Laporan Keuangan yang disusun oleh UMKM .......................... 21

Evaluasi Kondisi Keuangan Usaha ...................................................... 24

Pembahasan .......................................................................................... 25

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 29

Kesimpulan .......................................................................................... 29

Saran ..................................................................................................... 29

Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang ................ 30

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31

LAMPIRAN ..................................................................................................... 32

Lampiran 1 Kuisoner Penelitian

Lampiran 2 Transkip Penelitian

Lampiran 3 Dokumen Pencatatan Laporan Keuangan yang dilakukan oleh beberapa

Responden

Page 14: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

1

PENDAHULUAN

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah sektor perekonomian

yang sangat penting di Indonesia. Estimasi pertumbuhan pelaku usaha tersebut

mencerminkan bahwa setiap pertumbuhan 1% PDB akan menciptakan 42.797

pelaku usaha baru di Indonesia. Selain kontribusinya terhadap ekonomi Indonesia,

UKM dipandang sebagai sektor yang handal dalam menghadapi terpaan krisis

ekonomi. Hal ini terbukti ketika terjadi krisis ekonomi beberapa tahun lalu, UKM

masih tetap eksis sementara usaha besar banyak yang gulung tikar (Astuti dkk,

2014).

Kajian Bank Indonesia pada tahun 2009, peran penting UMKM dapat

ditinjau dalam tiga indikator. Pertama, berdasar jumlah unit industrinya. Data

Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 mencatat jumlah UMKM mencapai 56,54

juta unit atau setara dengan 99,99% dari total unit usaha di Indonesia. Kedua,

berdasar kemampuannya untuk menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2012, UMKM

tercatat mampu menyediakan lapangan kerja bagi 107 juta lebih tenaga kerja atau

menyerap sekitar 97% angkatan kerja. Ketiga, berdasar kontribusinya terhadap

pendapatan nasional. UMKM mampu menyumbang 59,8% dari total Produk

Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2012 (Probosari, 2014).

Sementara untuk Jawa Tengah, berdasarkan laporan Dinas Koperasi dan

Usaha Mikro dan Menengah per 11 Juli 2014, jumlah UMKM di Jawa Tengah

yang telah dibina selama periode 2008–Semester I 2014 adalah sebanyak 96.960

unit, dengan perincian, 1) UMKM Produksi/Non Pertanian sebanyak 33.277 unit,

2) UMKM Pertanian sebanyak 17.032 unit, 3) UMKM Perdagangan sebanyak

Page 15: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

2

35.227 unit, 4) UMKM Jasa sebanyak 11.424 unit. Jumlah tenaga kerja yang

diserap adalah sebanyak 574.756 orang, dengan total aset UMKM sebesar Rp.

12,385 triliun dan omset sebesar Rp. 15,680 triliun (Dinas Koperasi dan Usaha

Mikro dan Menengah, 2014).

Terlepas dari kekuatan UMKM dalam memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan perekonomian di Indonesia, UMKM juga memiliki kelemahan,

diantaranya, yaitu: profesionalisme pengelolaan keuangan. Sebenarnya,

kesalahan paling umum yang dilakukan pengusaha UKM dalam mengelola

keuangan adalah mencampur uang usaha dengan uang pribadi. Mungkin karena

usaha masih kecil, berpikir tidak masalah jika mencampur uang usaha dengan

uang pribadi. Namun yang kebanyakan terjadi, sulit membedakan pengeluaran

pribadi dan usaha. Akibatnya, keperluan pribadi sedikit demi sedikit

menggerogoti saldo uang usaha (www.wirausahaindonesia.com).

Hasil penelitian Bank Indonesia (2008) juga menyebutkan hal yang sama,

banyak pelaku UMKM tidak melakukan pemisahan antara uang pribadi dan uang

perusahaan, sehingga operasionalisasi keuangan usaha menjadi tumpang tindih.

Sebesar 57,93% pelaku UMKM memiliki 1 (satu) rekening, sebesar 24,83%

memiliki 2 (dua) rekening, sedangkan hanya sebesar 17,24% memiliki 3 (tiga)

rekening (www.bi.go.id). Hasil penelitian Hasyim (2013) pada pelaku usaha

distro di Kota Medan juga memberikan bukti empiris yang sama, bahwa pelaku

usaha distro umumnya sulit untuk memisahkan uang perusahaan dengan uang

pribadi.

Page 16: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

3

Pada umumnya pelaku usaha UMKM lebih tertarik pada ide-ide bisnis

mereka dan menganggap manajemen keuangan adalah hal yang akan berjalan

dengan sendirinya. Mereka berpikir jika bisnis bagus, keuangan juga akan sama

bagusnya. Jika usaha untung, maka uang akan mengalir begitu saja. Anggapan

tersebut ada benarnya, tetapi dapat menyesatkan. Sebab manajemen keuangan

bukan sekedar bagaimana memanajemen uang kas. Lebih dari itu, manajemen

keuangan adalah bagaimana mengelola kekayaan untuk menghasilkan keuntungan

dan memanfaatkan sumber-sumber modal untuk membiayai usaha (Dianita,

2011).

Berdasarkan uraian penjelasan tersebut di atas menegaskan bahwa

manajemen keuangan merupakan salah satu hal yang penting diterapkan oleh

pelaku usaha UMKM sebagai upaya dalam mendukung keberhasilan usaha yang

dijalankan. Sebab bagaimanapun juga bisnis bukan hanya sekedar bagaimana

menghasilkan uang, melainkan juga bagaimana membelanjakan dan

mengendalikannya.

Desa Bringin merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Bringin

Kabupaten Semarang. Menurut Menurut catatan administrasi di Desa Bringin

terdapat 13 (tiga belas) orang pelaku usaha UMKM yang bergerak dibidang

produksi tempe, dimana 3 (tiga) orang pelaku usaha baru memulai usahanya <6

bulan.

Untuk memperoleh gambaran yang signifikan tentang manajemen

keuangan pelaku usaha UMKM produksi tempe di wilayah tersebut, peneliti

melakukan wawancara dengan 5 orang pelaku usaha atau 50% dari jumlah pelaku

Page 17: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

4

usaha yang ada. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 5 Pebruari

2015 dengan 5 (lima) pelaku usaha produksi tempe, yaitu Bapak Ripo, Bapak

Agus, Bapak Sirin, Ibu Munisah, Bapak Moel, dan Bapak Kamid diperoleh

keterangan bahwa masih terdapat pelaku usaha yang tidak melakukan manajemen

keuangan dengan baik, seperti: tidak melakukan pencatatan hasil usaha (laba rugi)

maupun evaluasi hasil usaha

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa pelaku usaha belum

menerapkan manajemen keuangan dengan baik. Namun demikian hasil

wawancara tersebut tentu tidak dapat dijadikan sebagai sebuah generalisasi untuk

menyimpulkan bahwa para pelaku usaha UMKM yang bergerak di bidang

produksi tempe di Desa Bringin Kecamatan Bringin belum mampu menerapkan

manajemen keuangan yang baik. Berdasarkan fenomena tersebut di atas maka

dirasakan perlunya penelitian yang lebih mendalam.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana manajemen

keuangan yang diterapkan oleh pelaku usaha UMKM yang bergerak dibidang

produksi tempe di Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang dalam

pengelolaan usahanya.

Manfaat dilakukan penelitian ini bagi para pelaku usaha UMKM adalah

memberikan masukan kepada pelaku usaha UMKM tentang pentingnya

menerapkan manajemen keuangan dalam pengelolaan usaha. Sementara secara

akademis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lainnya

Page 18: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

5

yang memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian dengan topik yang sejenis

namun dengan metode lain.

Page 19: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

6

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Keuangan

Menurut Sartono (2008), manajemen keuangan dapat diartikan sebagai

manajemen dana yang baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam

berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk

pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efesien.

Menurut Husnan (2010:6), manajemen keuangan adalah pengaturan

kegiatan keuangan dalam suatu organisasi. Manajemen keuangan menyangkut

kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan.

Sugiono (2009:5) membagi manajemen keuangan kedalam 3 (tiga)

fungsi, yaitu:

1. Perolehan Dana

Perolehan dana atau keputusan pendanaan menitikberatkan pada dua

hal, salah satunya, yaitu keputusan mengenai penetapan sumber dana yang

diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan

untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek,

hutang jangka panjang dan modal sendiri.

Menurut Tasfirin (2011:25) perolehan dana atau sumber dana dari

UMKM diperoleh dari 3 (tiga) sumber, yaitu: 1) Modal internal (Modal

sendiri, laba ditahan, usaha lain yang dijalankan), 2) Modal Eksternal (Bank,

Lembaga Non Bank, Bantuan Pemerintah, Bantuan LSM), 3) Modal

kerjasama (sebagian dana dari pihak luar: keluarga/ rekan bisnis).

2. Penggunaan Dana

Penggunaan dana atau keputusan investasi menunjukkan keputusan

terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi

Page 20: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

7

ini merupakan keputusan yang paling penting. Hal ini dikarenakan keputusan

investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap rentabilitas investasi dan

aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang. Rentabilitas investasi

(return on investment) merupakan kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Tasfirin (2011:26), bentuk-bentuk

keputusan investasi yang dilakukan UMKM dapat dikelompokkan menjadi 3

(tiga) jenis, yaitu: 1) Diinvestasikan diluar usaha (Ditabung/dibelikan tanah

usaha/dll), 2) Diinvestasikan kembali untuk mendukung kemajuan usaha, 3)

Digunakan untuk kebutuhan konsumtif (kebutuhan yang tidak ada

hubungannya dengan pengembangan usaha).

3. Pengelolaan Aset (Aktiva)

Manajer keuangan bersama manajer lainnya dalam suatu perusahaan

bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang

ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pembatasan

asset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut

menuntut manajer keuangan untuk lebih memperhatikan pengelolaan aktiva

lancar daripada aktiva tetap.

Tasrifin (2011:27) menjelaskan, bahwa bentuk-bentuk pengelolaan

aset yang dilakukan oleh UMKM dapat dilihat dari aktivitas pelaku usaha

dalam melakukan pencatatan keuangan, evaluasi pencacatan keuangan, dan

kepastian ketetapan penggunaan dana oleh pelaku usaha.

Melalui manajemen keuangan yang tepat diharapkan terdapat efisiensi

sehingga biaya yang dikeluarkan (misalnya untuk periode tertentu) lebih kecil

dari hasil (pendapatan) yang diperoleh. Kondisi seperti ini menunjukkan

Page 21: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

8

perusahaan memperoleh keuntungan, namun yang diinginkan adalah bukan

sekadar perusahaan dapat memperoleh laba, melainkan bagaimana agar laba

tersebut terus meningkat dan berkelanjutan. Apabila kondisi ini tercapai, maka

cadangan modal akan semakin besar sehingga dapat digunakan sebagai

tambahan modal pada periode berikutnya (Budiwati, 2010 :8).

Berdasarkan penjelasan tentang manajemen keuangan di atas, maka

secara sederhana manajemen keuangan adalah manajemen mengenai fungsi

keuangan, dan fungsi manajemen keuangan merupakan bagaimana

mempergunakan serta menempatkan dana yang ada. Fungsi-fungsi yang ada

dalam perusahaan harusnya dilaksanakan dengan baik mengingat fungsi-fungsi

yang ada saling berkaitan satu sama lain. Manajemen keuangan memiliki tiga

kegiatan utama, yaitu: 1) Perolehan Dana, 2) Penggunaan Dana, 3) Pengelolaan

Aset (Aktiva).

Perolehan Dana, merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh sumber

dana entah itu berasal dari internal perusahaan ataupun bersumber dari eksternal

perusahaan. Penggunaan Dana, merupakan aktivitas menggunakan atau

menginvestasikan dana yang ada pada berbagai bentuk aset. Sedang pengelolaan

Aset (Aktiva), aktivitas ini adalah kegiatan yang dilakukan setelah dana telah

didapat dan telah diinvestasikan atau dialokasikan kedalam bentuk aset (aktiva),

dana harus dikelola secara efektif dan efisien. Jadi dengan aktivitas-aktivitas

tersebut, maka fungsi pengambilan keputusan manajemen keuangan adalah

keputusan mengenai pendanaan, investasi dan manajemen aset (aktiva).

Page 22: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

9

UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)

Menurut UU No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah, usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Usaha kecil adalah

usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau badan

usaha bukan merupakan anak cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau

besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha menengah adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan

atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dengan Usaha kecil atau Usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan.

Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) menurut UU

Nomor 20 Tahun 2008 digolongkan berdasarkan jumlah aset dan omset yang

dimiliki oleh sebuah usaha.

Tabel 1.

Kriteria Penggolongan UMKM

No. Usaha Kriteria

Asset Omset

1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 juta

2 Usaha Kecil >50 juta-500 juta >300 juta-2,5 milyar

3 Usaha Menengah >500 juta-10

milyar

>2,5 milyar-50

milyar

Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecel dan Menengah, 2012

Page 23: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

10

Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah Berdasar Perkembangan, selain

berdasar Undang-undang tersebut, dari sudut pandang perkembangannya

Rahmana (2008) mengelompokkan UMKM dalam beberapa kriteria, yaitu:

1) Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan

sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal

sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

2) Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat

pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3) Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah

memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak

dan ekspor.

4) Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah

memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi

Usaha Besar (UB).

Kekuatan dan Kelemahan UMKM

UMKM dengan skalanya yang serba terbatas ternyata memliliki sejumlah

kekuatan. Yaitu kemampuan melakukan fleksibilitas dalam menghadapi berbagai

tantangan lingkungan. Kegiatan usaha yang menurut perhitungan skala ekonomis

tidak mungkin dilakukan oleh perusahaan besar pada dasarnya menjadi kekuatan

usaha kecil. Kekuatan yang dimaksud adalah: (Hartati, 2014)

Page 24: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

11

1. Mengembangkan kreativitas usaha baru. Kreativitas tidak selalu dilakukan

dengan menampilkan produk baru namun dapat dilakukan dengan meniru

produk yang telah beredar.

2. Melakukan inovasi.

3. Ketergantungan usaha besar terhadap usaha kecil.

4. Daya tahan usah akecil terhadap pasca krisis Tahun 1998.

Sebaliknya dari sejumlah kekuatan ternyata UKM juga tidak luput dari factor

kelemahan. Factor kelemahan juga disebabkan oleh karakteristik ukuranya yang

kecil. Kelemahan tersebut antara lain:

1. Lemahnya keterampilan manajemen, pelaku usaha seringkali berangkat

berwirausaha dengan sumberdaya seadanya sehingga menjadi tidak siap.

Begitu juga dalam penyediaan modal atau peralatan lainnya juga

ketidaksiapan dalam hal penguasaaan kompetensi bidang usaha maupun

rendahnya keterampilan manajemen.

2. Tingkat kegagalan dan penyebabnya. Menurut Siropolis (1994) dalam Hartati

(2014) tingkat kegagalan usaha kecil sebesar 44 % disebabkan oleh

kurangnya kompetensi dalam dunia usaha, yaitu kurangnya penguasaan

tentang bidang usaha yang dijalankan dan kemampuan mengelola kegiatan

usaha secara fisik. Penyebab kegagalan yang kedua adalah akibat lemahnya

kemampuan manajemen (17%) yaitu pengelolaan SDM dan sumberdaya

lainnya. Ketiga adalah ketidakseimbangan pengalaman.

3. Keterbatasan sumberdaya, meliputi keterbatasan dana, peralatan fisik dan

informasi mengenai wawasan yang dimiliki.

Page 25: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

12

Penelitian Pendahuluan

Penelitian Hasyim (2013) menunjukkan, sebagian besar distro telah

menyusun dan menggunakan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi

keuangan dan persediaan mereka serta untuk pengambilan keputusan. Namun

pada indikator pengendalian keuangan, pelaku distro umumnya sulit untuk tidak

menggunakan uang perusahaan menjadi uang pribadi, pelaku usaha distro

umumnya membutuhkan hutang untuk menjalankan usahanya. Sebagian besar

pinjaman itu berasal dari perbankan. Pelaku distro juga memiliki keuntungan yang

lebih besar dari biaya modal yang dihadapakan kepada mereka.

Penelitian Ermalina (2013) menunjukkan, dalam hal pencatatan

keuangan usaha, para pelaku usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kecamatan

Ciputat menganggap penting untuk dilakukan. Namun dalam tataran teknis,

mereka sering mengabaikannya. Hal ini dikarenakan kesulitan dan merasa tidak

penting untuk melakukannya karena mereka menganggap tidak berpengaruh

terhadap keberhasilan usahanya. Di samping itu mereka tidak tahu tentang cara

melakukan pencatatan keuangan usaha, hal ini dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang rendah.

Penelitian Rita dan Priyanto (2011) menunjukkan, semua UMKM merasa

bahwa manajemen keuangan bukan merupakan hal yang penting, mereka lebih

mementingkan pemasaran. Pencatatan usaha dan keuangan (SME Records)

seadanya, tidak rutin dan tidak ada pola yang terstruktur.

Page 26: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

13

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 13 orang pelaku usaha UMKM

produksi tempe di Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

Populasi dalam penelitian ini seluruhnya diambil sebagai sampel penelitian, jadi

sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 13 orang pelaku usaha tempe.

Teknik yang digunakan dalam penentuan jumlah sampel penelitian ini

adalah sampling jenuh/sensus, yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil

semua anggota populasi menjadi sampel (Hidayat, 2010:83).

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner dan wawancara.

Kuesioner adalah daftar pernyataan atau pertanyaan yang sudah tersusun

dengan baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) dan interviewer

(dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan

tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2002:116). Dengan metode tersebut maka

akan diperoleh tanggapan responden atas daftar pertanyaan dalam kuesioner, yang

dalam hal ini berkaitan dengan implementasi manajemen keuangan oleh pelaku

usaha UMKM produksi tempe di Desa Bringin yang dinilai dari aspek perolehan

dana, penggunaan dana, dan pengelolaan aset.

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan bilamana dua orang atau lebih bertatap muka,

Page 27: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

14

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan

(Nurbuko dan Achmadi, 1999). Wawancara yang digunakan adalah teknik

wawancara bebas terpimpin, yaitu pewawancara hanya membuat pokok-pokok

masalah yang akan diteliti, dan langsung mendatangi lokasi penelitian dan

melakukan wawancara langsung dengan responden, berkenaan dengan

implementasi manajemen keuangan oleh pelaku usaha UMKM produksi tempe di

Desa Bringin Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang.

Indikator Variabel

Tabel 2.

Indikator Variabel

Variabel Penelitian Dimensi Indikator Empiris

Manajemen keuangan Aspek perolehan

dana

1) Modal internal (Modal

sendiri, laba ditahan, usaha

lain yang dijalankan)

2) Modal Eksternal (Bank,

Lembaga Non Bank, Bantuan

Pemerintah, Bantuan LSM)

3) Modal kerjasama (sebagian

dana dari pihak luar:

keluarga/ rekan bisnis)

Aspek penggunaan

dana

1) Diinvestasikan diluar usaha

(Ditabung/dibelikan tanah

usaha/dll)

2) Diinvestasikan kembali untuk

mendukung kemajuan usaha.

3) Digunakan untuk kebutuhan

konsumtif (kebutuhan yang

tidak ada hubungannya

dengan pengembangan

usaha).

Aspek pengelolaan

aset

1) Melakukan pencatatan

keuangan.

2) Melakukan evaluasi

pencatatan keuangan.

3) Memastikan ketepatan

penggunaan dana.

Sumber: Sugiono, 2009, dan Tasfirin, 2011

Page 28: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

15

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Moleong (2008:6)

menyatakan studi kualitatif merupakan suatu bentuk penelitian untuk memahami

fenomena yang dialami langsung oleh subjek penelitian, misalnya berupa

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan maupun pemikiran.

Strategi yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu strategi

pengungkapan atau inquiry, dimana peneliti mengeksplorasi secara mendalam

tentang suatu program, peristiwa, aktivitas, proses atau seorang individu atau

lebih. Kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan

informasi secara terperinci dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan

data pada suatu waktu tertentu, dalam hal ini, studi kasus tentang implementasi

manajemen keuangan oleh UMKM pelaku usaha produksi tempe di Desa Bringin

Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kualitatif. Berkaitan dengan hal tersebut maka langkah-langkah yang

dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

Page 29: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

16

Tabel 3.

Tahap-Tahap Penelitian

Waktu Hal-hal yang dilakukan peneliti

Tanggal, 18 Maret

2016

a. Melakukan ijin kepada fakultas untuk meminta surat

penelitian.

18 Maret

2016

b. Melakukan ijin kepada lurah setempat dengan

menyerahkan surat bukti penelitian.

21 Maret

2016

c. Melakukan pengumpulan data dengan mewawancarai

pelaku usaha. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti

menggunakan panduan wawancara (terlampir).

22 Maret

2016

d. Melakukan rekap hasil wawancara dengan pelaku

usaha.

24 Maret

2016

e. Menyajikan data dalam bentuk tabel

28 Maret

2016

f. Melakukan penarikan kesimpulan & melakukan

verifikasi data. Berkenaan dengan hal tersebut

kemungkinan peneliti akan melakukan pengumpulan

data lagi jika data yang diperoleh kurang memenuhi

apa yang menjadi tujuan penelitian.

7 April

2016

g. Peneliti kembali melakukan wawancara kembali

kepada pelaku usaha karena terdapat beberapa data

yang sekiranya belum terpenuhi selama pelaksanaan

penelitian awal.

9 April

2016

h. Peneliti melakukan penyajian data kembali dalam

bentuk tabel, dan gambar (contoh laporan laba rugi &

neraca yang dibuat pelaku usaha)

12April

2016

i. Peneliti melakukan penarikan kesimpulan &

melakukan verifikasi data (Data hasil penelitian

dinilai telah memenuhi apa yang menjati tujuan

penelitian)

Page 30: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

17

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Hasil penelitian diperoleh data karakteristik dari 13 responden penelitian

sebagai berikut:

Tabel 4.

Karakteristik Responden

No Keterangan jumlah % Jumlah

1 Umur

25-33 2 15 13

>33-41 3 23

>41-49 2 15

>49-57 3 23

>57 3 23

2 Jenis Kelamin Laki-laki 10 77 13

Perempuan 3 23

3 Pendidikan Tidak Sekolah 1 8 13

SMP 3 23

SMA 9 69

4 Lama Usaha < 5 tahun 5 38 13

>5 tahun 8 62

5 Jumlah Karyawan Tidak Memiliki 7 54 13

1 orang 1 8

2 orang 1 8

4 orang 2 15

5 orang 1 8

6 orang 1 8

6 Kategori Usaha Mikro 7 54 13

Kecil 2 15

Menengah 4 31

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2016

Page 31: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

18

Tabel di atas menjelaskan, bahwa dari segi umur mayoritas responden

masing-masing memiliki umur >33-41 tahun (3 orang atau 23%), >49-57 tahun (3

orang atau 23%), dan >57 tahun (3 orang atau 23%), sementara minoritas

responden masing-masing berumur 25-33 tahun (2 orang atau 15%), dan >41-49

tahun (2 orang atau 15%).

Berdasarkan jenis kelaminnya, mayoritas responden berjenis kelamin

laki-laki (10 orang atau 77%), sedang minoritas responden berjenis kelamin

perempuan (3 orang atau 23%).

Berdasarkan pendidikannya, mayoritas responden berpendidikan SMA (9

orang atau 69%), sedang minoritas responden tidak sekolah (1 orang atau 8%),

sementara responden lainnya, yaitu 3 orang (23%) berpendidikan SMP.

Berdasarkan lama usaha yang dijalankan, mayoritas responden telah

menjalankan usaha > 5 tahun (8 orang atau 62%), sementara minoritas responden,

yaitu menjalankan usaha <5 tahun (5 orang atau 38%).

Berdasarkan jumlah karyawan yang dimiliki, mayoritas responden pada

dasarnya menjalankan usahanya sendiri tanpa memiliki karyawan (7 orang atau

54%), sedang minoritas responden, masing-masing 1 orang (8%) memiliki

jumlah karyawan sebanyak 1 orang, 2 orang, 5 orang, dan 6 orang. Sedang

responden lainnya, yaitu 2 orang (15%) memiliki karyawan sebanyak 2 orang.

Berdasarkan kategori usaha yang dijalankan, mayoritas responden

tergolong pengusaha mikro dengan omset usaha setahun rata-rata sebesar 48 juta

Page 32: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

19

s/d 132 juta (7 orang atau 54%), sedang minoritas responden, yaitu 2 orang (15%)

tergolong sebagai pelaku usaha kecil dengan omset usaha setahun rata-rata

sebesar 312 juta s/d 384 juta. Responden lainnya, yaitu 4 orang (31%)

dikategorikan sebagai pelaku usaha menengah dengan omset usaha setahunnya

rata-rata 2,52 milyar s/d 2,88 milyar.

Secara singkat uraian penjelasan tersebut di atas menunjukkan, bahwa

mayoritas responden penelitian masing-masing memiliki umur >33-41 tahun (3

orang atau 23%), >49-57 tahun (3 orang atau 23%), dan >57 tahun (3 orang atau

23%), berjenis kelamin laki-laki (10 orang atau 77%), berpendidikan SMA (9

orang atau 69%), telah menjalankan usaha > 5 tahun (8 orang atau 62%),

menjalankan usahanya sendiri tanpa memiliki karyawan (7 orang atau 54%),

tergolong pengusaha mikro dengan omset usaha setahun rata-rata sebesar 48 juta

s/d 132 juta (7 orang atau 54%), dan sebagai catatan, usaha yang dijalankan murni

dibangun sendiri oleh responden atau bukan merupakan usaha warisan dari orang

tua.

Analisis Kualitatif

Pada sub bab ini akan dijabarkan tentang manajemen keuangan yang

dijalankan oleh UMKM pelaku usaha produksi tempe di Desa Bringin Kecamatan

Beringin Kabupaten Semarang, berikut penjelasannya:

Sumber Modal UMKM

Hasil penelitian menunjukkan beberapa sumber modal 13 pelaku usaha

sebagai berikut:

Page 33: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

20

Tabel 5.

Sumber Modal UMKM

Sumber Modal UMKM

Lama Usaha

<5 Tahun

Lama Usaha

>5 Tahun

jumlah % jumlah %

a. Modal Sendiri, Penyisihan Laba 4 80 1 12,5

b. Modal Sendiri, Pinjaman Koperasi

(BMT) 0 0 1 12,5

c. Modal Sendiri 0 0 2 25

d. Modal Sendiri, Warisan 1 20 1 12,5

e. Modal Sendiri, Pinjaman Bank 0 0 1 12,5

f. Modal Sendiri, Pinjaman Bank dan

Koperasi 0 0 1 12,5

g. Modal Sendiri, Warisan, Pinjaman

Bank 0 0 1 12,5

Jumlah 5 100 8 100,00

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2016

Pada UMKM kelompok usia < 5 tahun menunjukkan, bahwa pada

dasarnya sumber modal usaha berasal dari modal sendiri, penyisihan laba,

warisan, dan pinjaman (bank, koperasi/BMT). Pada kelompok UMKM usia < 5

tahun, sumber modalnya berasal dari modal sendiri, penyisihan laba, dan warisan.

Maka salah satu hal yang membedakan sumber modal usaha kedua kelompok

tersebut, yaitu modal yang berasal dari pinjaman (Bank, Koperasi/BMT) pada

kelompok usaha > 5 tahun.

Page 34: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

21

Alokasi Dana (Penggunaan Dana)

Adapun alokasi dana yang dilakukan oleh 13 orang pelaku usaha dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel.6

Alokasi Dana UMKM

Hasil Usaha

Lama Usaha

< 5 tahun

Lama Usaha

> 5 tahun

jumlah % jumlah %

a. Ditabung, Mencukupi Kebutuhan Keluarga 3 60 1 12,50

b. Ditabung, Mencukupi Kebutuhan Keluarga, Modal

Usaha, Pemenuhan Fasilitas Kerja (Kredit pick up,

Sepeda motor) 2 40 0 0

c. Ditabung, Mencukupi Kebutuhan Keluarga, Modal

Usaha. 0 0 2 25

d. Ditabung, Mencukupi Kebutuhan Keluarga, Modal

Usaha, Membayar Hutang 0 0 3 37,5

e. Ditabung, Mencukupi Kebutuhan Keluarga,

Membayar Hutang 0 0 1 12,5

f. Mencukupi Kebutuhan Keluarga, Modal Usaha 0 0 1 12,5

Jumlah 5 100 8 100

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2016

Pada UMKM kelompok usia < 5 tahun pada umumnya mengalokasikan

dana untuk ditabung, mencukupi kebutuhan keluarga, modal usaha, dan

pemenuhan fasilitaskerja, seperti kredit mobil pick up, dan sepeda motor.

Sementara untuk UMKM kelompok usia > 5 tahun pengalokasian dana untuk

ditabung, mencukupi kebutuhan keluarga, modal usaha, membayar hutang bank,

dan koperasi (BMT).

Page 35: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

22

Melihat penjelasan tersebut, pada dasarnya apa yang dilakukan oleh

kedua kelompok pelaku usaha dalam hal pengalokasian dana tidak terlalu berbeda,

dimana pada UMKM kelompok usia < 5 tahun terdapat sebagian (2 orang atau

40%) yang mengalokasikan dananya untuk pemenuhan fasilitas kerja, seperti

kredit mobil, dan sepeda motor. Sementara pada UMKM kelompok usia > 5 tahun

terdapat sebagian pelaku usaha (3 orang atau 38%) yang mengalokasikan dananya

untuk kebutuhan pembayaran hutang untuk menambah modal usaha yang

berputar.

Aktivitas Pengelolaan Aset Usaha

Berikut adalah aktivitas pengelolaan aset usaha yang dilakukan 13 orang

pelaku usaha,

Tabel 7.

Aktivitas UMKM dalam Pengelolaan Aset Usaha

Aktivitas UMKM dalam Pengelolaan Aset Usaha

Lama Usaha

< 5 tahun

Lama Usaha

> 5 tahun

jumlah % jumlah %

a. Melakukan Pencatatan 2 40 6 75

b. Tidak Melakukan Pencatatan 3 60 2 25

Jumlah 5 100 8 100

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2016

Tabel di atas menjelaskan, bahwa aktivitas UMKM dalam pengelolaan

aset usaha pada kelompok usia < 5 tahun dan > 5 tahun pada dasarnya sama,

dimana terdapat pelaku usaha yang melakukan pencatatan, dan tidak melakukan

Page 36: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

23

pencatatan. Namun demikian pada dasarnya mayoritas pelaku usaha baik yang

berusia < 5 tahun dan > 5 tahun melakukan pencatatan (6 orang atau 75%),

sementara pada pelaku usaha usia < 5 tahun terdapat 3 orang pelaku usaha (60%)

yang tidak melakukan pencatatan, dan pada pelaku usaha > 5 tahun terdapat 2

orang (25%) yang tidak melakukan pencatatan.

Alasan sebagian pelaku usaha tidak melakukan pencatatan karena hal

tersebut terlalu merepotkan, yang penting usaha yang dijalankan selama ini lancar,

serta dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan untuk ditabung.

Jenis Laporan Keuangan Yang Disusun Oleh UMKM

Jenis laporan keuangan yang disusun oleh pelaku usaha dapat dilihat

pada penjelasan di bawah ini:

Tabel 8.

Laporan Keuangan Yang Disusun Oleh UMKM

Laporan Keuangan Yang Disusun Oleh UMKM

Lama Usaha

< 5 tahun

Lama Usaha

> 5 tahun

jumlah % jumlah %

a. Laba rugi 1 20 4 50

b. Laba rugi, Neraca sederhana 1 20 2 25

c. Tidak melakukan 3 60 2 25

Jumlah 5 100 8 100

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2016

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa laporan keuangan yang disusun oleh

kedua kelompok pelaku usaha adalah sama, yaitu laba rugi, neraca sederhana, dan

tidak melakukan penulisan laporan sama sekali. Namun demikian jika dicermati

Page 37: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

24

pada kelompok pelaku usaha > 5 tahun mayoritas melakukan pencatatan dalam

bentuk laba rugi (50%), dan hanya 2 orang saja (25%) yang melakukan pencatatan

usaha secara baik (laba rugi dan neraca), sementara 2 orang lainnya (25%) sama

sekali tidak melakukan pencatatan.

Pada kelompok UMKM usia < 5 tahun, terdapat 1 orang (20%) pelaku

usaha yang melakukan pencatatan dalam bentuk laporan laba rugi, 1 orang (20%)

melakukan pencatatan laba rugi, neraca, dan 3 orang pelaku usaha (60%) sama

sekali tidak melakukan pencatatan laporan keuangan.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka kualitas pelaporan

keuangan yang dilakukan oleh pelaku usaha > 5 tahun lebih baik dibanding pada

pelaku usaha kelompok < 5 tahun. Sehingga dapat dikatakan semakin lama usia

usaha yang dikelola pelaku usaha, pelaku usaha lebih memandang penting

kebutuhan pelaporan keuangan tersebut.

Evaluasi Kondisi Keuangan Usaha

Berikut evaluasi kondisi keuangan usaha yang dilakukan pelaku usaha,

Tabel 9.

Evaluasi Kondisi Keuangan Usaha

Evaluasi Kondisi Keuangan Usaha

Lama Usaha

< 5 tahun

Lama Usaha

> 5 tahun

jumlah % jumlah %

a. Setiap hari 1 20 5 62,5

b. 1 Minggu 1 20 1 12,5

c. Tidak Pernah 3 60 2 25

Jumlah 5 100 8 100

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2016

Page 38: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

25

Tabel di atas menjelaskan, bahwa pada prinsipnya pola evaluasi kondisi

keuangan yang dilakukan oleh UMKM yang berusia > 5 tahun, dan < 5 tahun

adalah sama, yaitu setiap hari, dan setiap 1 minggu sekali. Sementara pada

UMKM kelompok usia > 5 tahun masih terdapat pelaku usaha yang menyatakan

tidak pernah melakukan evaluasi keuangan (2 orang atau 25%), sedang pada

UMKM kelompok usia < 5 tahun terdapat 3 orang pelaku usaha (60%) yang tidak

pernah melakukan evaluasi keuangan.

Page 39: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

26

Pembahasan

Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa pada dasarnya manajemen

keuangan yang diterapkan oleh mayoritas UMKM pada kelompok usia < 5 tahun

dan > 5 tahun adalah sama. Berdasarkan sumber modalnya sebagian UMKM, baik

yang telah memiliki usia < 5 tahun dan > 5 tahun berasal dari modal sendiri,

sementara lainnya berasal dari sumber penyisihan laba, dan warisan. Sedikit hal

yang membedakan sumber permodalan kedua kelompok UMKM tersebut, yaitu:

adanya sumber modal yang berasal dari hutang (bank, koperasi) yang dimiliki

oleh UMKM dengan usia > 5 tahun.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan pelaku usaha, diperoleh

penjelasan bahwa kebijakan hutang yang ditempuh oleh pelaku usaha semata-

mata untuk lebih meningkatkan aktivitas usaha yang dijalankan selama ini, bukan

diperuntukkan untuk kebutuhan yang sifatnya konsumtif seperti halnya

mencukupi kebutuhan keluarga, atau kebutuhan lainnya di luar usaha, hutang

dilakukan semata-mata karena menambah jumlah modal usaha karena permintaan

produk yang meningkat. Fakta tersebut tentu menunjukkan bahwa kebijakan

hutang yang ditempuh oleh pelaku usaha tetap merupakan hal yang positif.

Hal lain yang menunjukkan kesamaan kedua kelompok pelaku usaha

tersebut juga dapat dilihat dari sisi alokasi dana. Hasil penelitian menunjukkan,

bahwa UMKM yang berusia < 5 tahun rata-rata mengalokasikan dana yang

dimilikinya untuk ditabung, pembelian fasilitas penunjang kerja seperti pembelian

kendaraan roda dua dan empat, mencukupi kebutuhan keluarga, dan untuk

tambahan modal usaha. Sementara UMKM yang berusia > 5 tahun juga

melakukan hal yang sama. Hal yang membedakan satu-satunya, yaitu adanya

Page 40: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

27

alokasi untuk pembayaran hutang pada UMKM usia > 5 tahun. Namun demikian

jika lebih dicermati keduanya tetap melakukan hal yang sama, pembelian fasilitas

usaha, seperti halnya mobil dan kendaraan yang dilakukan melalui kredit untuk

menunjang mobilitas usaha juga dapat dipersamakan dengan hutang, sebab setiap

bulan pelaku usaha juga harus membayar biaya sewa kendaraan yang dipakainya.

Maka dapat dikatakan jika bahwa dari sisi alokasi usaha yang diterapkan oleh

kedua kelompok pelaku usaha adalah sama.

Pada dasarnya hal yang dilakukan kedua kelompok usaha tersebut wajar

adanya, dimana disaat usaha baru berjalan hal yang perlu dilakukan selain

mengalokasikan dananya untuk kebutuhan tabungan, mencukupi kebutuhan

keluarga, tambahan modal usaha, penting bagi pelaku usaha untuk

mengalokasikan sebagian dananya untuk melengkapi fasilitas kerja yang dimiliki,

seperti: pembelian mobil, dan sepeda motor dengan kredit ringan. Kebijakan

tersebut tepat untuk dilakukan, sebab selain mendukung terciptanya mobilitas

usaha yang lebih baik, investasi kerja dimasa yang akan datang, dan juga dapat

dijadikan sebagai sebuah sarana untuk mencegah pengeluaran kebutuhan-

kebutuhan yang tidak penting.

Begitu juga langkah yang diambil oleh sebagian pelaku usaha usia > 5

tahun untuk menambah modal melalui hutang adalah hal yang tepat, sebab saat

usaha sudah mulai berkembang dan terus mengalami peningkatan ada baiknya

memang melakukan hutang, sebab selain menambah modal usaha, usaha tersebut

juga dapat digunakan untuk mengukur efektifitas usaha yang dijalankan selama

ini. Namun demikian pelaku usaha juga perlu mempertimbangkan juga besarnya

Page 41: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

28

tabungan yang dimilikinya, artinya hutang harus lebih rendah dari besarnya

tabungan yang dimiliki.

Hal yang sama juga ditunjukkan dari aktivitas UMKM dalam pengelolaan

aset usaha. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar UMKM baik yang

berusia <5 tahun maupun > 5 tahun telah melakukan pencatatan. Pada sisi laporan

yang disusun oleh UMKM juga menunjukkan kesamaan, yaitu mayoritas pelaku

usaha sama-sama melakukan penyusunan laporan keuangan dalam bentuk laba

rugi. Sementara pada kedua kelompok juga sama-sama menunjukkan, terdapat

pelaku usaha yang telah menyusun laporan keuangan dengan baik dalam bentuk

laba rugi, dan neraca sederhana. Sementara jika dilihat dari pola evaluasi kondisi

keuangan juga menunjukkan hal yang sama, bahwa kedua kelompok sama-sama

melakukan evaluasi setiap hari, dan setiap 1 minggu sekali.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka mayoritas pelaku usaha UMKM

yang bergerak dibidang produksi tempe di Desa Bringin Kecamatan Bringin

Kabupaten Semarang telah melakukan praktek manajemen keuangan dalam

pengelolaan usahanya. Temuan-temuan tersebut setidaknya sejalan dengan

temuan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hasyim (2013) yang

menunjukkan, bahwa sebagian besar distro telah menyusun dan menggunakan

laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan dan persediaan mereka

serta untuk pengambilan keputusan.

Penelitian Ermalina (2013) juga memberikan dukungan, bahwa dalam hal

pencatatan keuangan usaha, para pelaku usaha Mikro dan Kecil (UMK) di

Kecamatan Ciputat menganggap penting untuk dilakukan. Namun dalam tataran

teknis, mereka sering mengabaikannya. Hal ini dikarenakan kesulitan dan merasa

Page 42: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

29

tidak penting untuk melakukannya karena mereka menganggap tidak berpengaruh

terhadap keberhasilan usahanya. Di samping itu mereka tidak tahu tentang cara

melakukan pencatatan keuangan usaha, hal ini dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang rendah.

Hasil penelitian juga menemukan, terdapat 2 orang pelaku usaha (25%)

pada kelompok usia > 5 tahun, dan 3 orang (60%) yang yang tidak melakukan

pencatatan keuangan dan evaluasi keuangan. Adanya perbedaan jumlah pelaku

usaha yang tidak melakukan pencatatan dan eveluasi keuangan tersebut

memberikan gambaran bahwa kualitas manajemen keuangan yang diterapkan oleh

kelompok pelaku usaha usia > 5 tahun lebih baik dibanding pada kelompok

pelaku usaha < 5 tahun. Hasil wawancara peneliti dengan kedua pelaku usaha

tentang alasan mereka tidak melakukan pencatatan dan evaluasi, selain karena

tidak ada waktu, hal tersebut menurut mereka tidaklah begitu penting. Menurut

mereka yang penting, usaha yang dijalankan selama ini lancar, serta dapat

mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan untuk ditabung.

Sementara jika dilihat karakteristiknya, kelompok pelaku usaha < 5 tahun

sebagian besar berpendidikan SMA (3 orang atau 60%), dan lainnya 2 orang

(40%) berpendidikan SMP, dan jika dilihat dari segi usia berada pada kisaran 25

s/d 57 tahun serta seluruhnya berjenis kelamin laki-laki (5 orang atau 100%).

Kemudian jika dilihat skala usaha yang dijalankan, mayoritas usaha yang

dijalankan masih dalam skala mikro (4 orang atau 80%), dan hanya 1 orang

pelaku usaha saja (20%) yang dikategorikan dalam skala kecil.

Pada kelompok pelaku usaha > 5 tahun, mayoritas pelaku usaha memiliki

tingkat pendidikan SMA (5 orang atau 62,50%), 2 orang pelaku usaha

Page 43: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

30

berpendidikan SMP (25%), dan 1 orang pelaku usaha tidak sekolah (12,50%). Jika

dilihat usia pelaku usaha, 3 orang pelaku usaha (37,50%) memiliki usia > 57

tahun, 2 orang pelaku usaha (25%) memiliki usia >41-49 tahun, dan 2 orang

pelaku usaha (25%) memiliki usia >49-57 tahun. Dilihat dari jenis kelaminnya

mayoritas pelaku usaha memiliki jenis kelamin laki-laki, yaitu 5 orang (62,50%),

sedang hanya 3 orang pelaku usaha (37,50%) yang berjenis kelamin perempuan.

Kemudian dilihat dari skala usaha yang dijalankan, 4 orang pelaku usaha (50%)

memiliki usaha skala menengah, 1 orang pelaku usaha (12,50%) memiliki usaha

skala kecil, dan 3 orang pelaku usaha (37,50%) memiliki skala usaha mikro.

Jika dibandingkan karakteristik kedua kelompok pelaku usaha sebenarnya

tidak terlalu jauh, baik dilihat dari segi umur, tingkat pendidikan yang rata-rata

adalah lulusan SMA, dan dari segi jenis kelamin kedua kelompok pelaku usaha

juga didominasi oleh pelaku usaha dengan jenis kelamin laki-laki, hanya saja yang

membedakan skala usaha yang dijalankan, pada kelompok usaha < 5 tahun

didominasi usaha skala mikro sementara pada kelompok usaha > 5 tahun lebih

didominasi oleh kelompok pelaku usaha skala menengah

Temuan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Dianita (2011),

bahwa pada umumnya pelaku usaha UMKM lebih tertarik pada ide-ide bisnis

mereka dan menganggap manajemen keuangan adalah hal yang akan berjalan

dengan sendirinya. Mereka berpikir jika bisnis bagus, keuangan juga akan sama

bagusnya. Jika usaha untung, maka uang akan mengalir begitu saja. Anggapan

tersebut ada benarnya, tetapi dapat menyesatkan. Sebab manajemen keuangan

bukan sekedar bagaimana memanajemen uang kas. Lebih dari itu, manajemen

Page 44: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

31

keuangan adalah bagaimana mengelola kekayaan untuk menghasilkan keuntungan

dan memanfaatkan sumber-sumber modal untuk membiayai usaha.

Temuan hasil penelitian ini setidaknya juga sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan Rita dan Priyanto (2011), semua UMKM merasa bahwa

manajemen keuangan bukan merupakan hal yang penting, mereka lebih

mementingkan pemasaran. Pencatatan usaha dan keuangan (SME Records)

seadanya, tidak rutin dan tidak ada pola yang terstruktur.

Page 45: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

32

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka

penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan aspek perolehan modal, pada UMKM kelompok usia kurang dari

5 tahun sumber modalnya berasal dari modal sendiri, penyisihan laba, dan

warisan, sedang pada kelompok usia lebih dari 5 tahun sumber modalnya

berasal dari modal sendiri, penyisihan laba, warisan, dan hutang Bank,

Koperasi/BMT.

2. Berdasarkan aspek penggunaan dana, pada UMKM kelompok usia kurang

dari 5 tahun dana yang dimiliki untuk ditabung, pembelian fasilitas penunjang

kerja seperti kredit kendaraan roda dua dan empat, mencukupi kebutuhan

keluarga, dan untuk tambahan modal usaha. Sementara pada UMKM

kelompok usia lebih dari 5 tahun juga melakukan hal yang sama, yaitu

ditabung, membayar hutang Bank, Koperasi/BMT, mencukupi kebutuhan

keluarga, dan untuk tambahan modal usaha.

3. Berdasarkan aspek pengelolaan aset, pada UMKM kelompok usia kurang dari

5 tahun dan lebih dari 5 tahun pengelolaan aset dilakukan dengan melakukan

pencatatan laba rugi, neraca sederhana, dan HPP. Namun demikian pada

kelompok tersebut juga ditemukan sebagian pelaku usaha yang tidak

melakukan pencatatan, 2 orang (25%) dari kelompok lebih dari 5 tahun, dan 3

orang (60%) dari kelompok pelaku usaha kurang dari 5 tahun.

Page 46: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

33

Saran

Bagi kelompok pelaku usaha usia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 5

tahun yang belum melakukan pencatatan ada baiknya melakukan pencatatan dan

evaluasi dalam pengelolaan usahanya, sebab dengan melakukan kegiatan

pencatatan dan evaluasi usaha banyak manfaat yang dapat diterima oleh pelaku

usaha itu sendiri. Selain dapat mengetahui sejauhmana perkembangan usaha yang

dijalankan selama ini, melalui kegiatan tersebut pelaku usaha dapat secara jelas

dan pasti mengetahui aliran dari penggunaan uang masuk dan keluar selama ini.

Selain itu melalui kegiatan tersebut juga akan mempermudah pelaku usaha untuk

memperoleh tambahan modal usaha jika sewaktu-waktu membutuhkan dari

lembaga keuangan.

Sementara bagi Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Semarang, ada

baiknya pihak dinas membantu pelaku usaha dengan memberikan pelatihan-

pelatihan yang baik tentang manajemen keuangan, sehingga usaha-usaha skala

UMKM yang dirintis oleh sebagian masyarakat selama ini tetap eksis, dan dapat

berkembang dengan baik.

Keterbatasan dan Saran untuk penelitian mendatang

Keterbatasan yang dialami adalah ketakutan pada respoden terhadap

peneliti karena pemikiran dari responden, peneliti dari petugas sensus UMKM

dari pusat dan survei dari Dinas Kementerian Koperasi usaha mikro, kecil dan

menengah sehingga informasi yang mereka berikan kepada peneliti tidak bisa

langsung menyeluruh harus diadakan pendekatan terhadap respoden agar mereka

mau memberikan informasi yang kita butuhkan.

Page 47: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

34

Saran bagi penelitian selanjutnya agar lebih memperhatikan kedetailan

informasi yang ingin ditanyakan kepada responden, agar tidak melakukan

wawancara secara berulang seperti yang dilakukan penelitian sebelumnya.

Perlunya pendekatan terhadap responden, supaya informasi yang mereka berikan

lebih terbuka dan lebih mendetail.

Page 48: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

35

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, M., Catur W. H., Sulistyowati, W., Udisubakti, dan Dana P. 2014. Analisis

Hubungan Produktivitas Dengan Technology Content PadaUsaha Kecil

& Menengah (UKM). Spektrum Industri, 2014, Vol. 12, No. 1, 1 – 112.

Budiwati, Netti, dan Suzanti, Lizza, 2010. Hand Out Manajemen Keuangan

Koperasi. Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Fakultas

Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.

Dianita, 2011. Studi Penerapan Pencatatan Keuangan pada Usaha Mikro dan

Kecil (UMK) (Studi Kasus pada Usaha Mikro dan Kecil Pengrajin

Sepatu dan Sandal Wanita di Wilayah Surabaya Utara dan Barat),

Inspirasi, Vol 1, No. 18, 10 April 2011.

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro dan Menengah, 2014. Laporan Pembangunan

Sektor Koperasi dan UMKM Semester I. Dinas Koperasi dan Usaha

Mikro dan Menengah.

Ermalina, 2013. Implementasi Pencatatan Keuangan Oleh Pengusaha Mikro-Kecil

di Kecamatan Ciputat. Jurnal Liquidity Vol. 2, No. 1, Januari-Juni

2013, hlm. 66-72.

Furqan, A. C., dan Karim. 2011. Problematika Praktik Akuntansi. Tesis

Universitas

Tandukalo.

Hasyim, D, 2013. Kualitas Manajemen Keuangan Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) (Studi Kasus Pada Distribution Store (Distro) di Kota

Medan). JUPIIS VOLUME 5 Nomor 2, Desember 2013.

Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta: Salemba

Medika.

http://www.bi.go.id

Page 49: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

36

Husnan, S. 2010. Manajemen Keuangan : Prinsip dan Penerapan Jangka

Panjang. Yogyakarta. BPFE.

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyono, Sri, 2005. Statistika Untuk Ekonomi & Bisnis. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nurbuko, C., dan Achmadi, A. 1999. Metodologi Penelitian. Cetakan Kedua.

Jakarta : Bumi Aksara.

Page 50: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

37

Lampiran 1

Kuisoner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

A. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

PETUNJUK PENGISIAN

1. Bacalah daftar pertanyaan dengan teliti sebelum bapak / ibu / saudara menjawab

2. Jawaban dapat diberikan dengan cara :

a. Untuk pengisian ”Nama Responden” boleh diisi dengan nama atau hanya inisial.

b. Berilah tanda checklist/centang (√) sesuai dengan pilihan jawaban anda pada

kolom yang tersedia.

a. Nama Responden : .............................................................

b. Umur : ............................................................

c. Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

d Pendidikan Terakhir : 1. SD

2. SMP

3. SMA

4. Akademi (D III)

5. Sarjana (S1)

6. Lain-lain ........................

B. MANAJEMEN KEUANGAN UMKM

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Bacalah instrumen ini secara seksama.

2. Jawablah dengan jujur dan apa adanya, agar jawaban yang bapak / ibu / saudara

berikan dapat memberikan informasi yang berguna sesuai dengan tujuan instrumen

penelitian.

3. Berilah tanda checklist/centang ( √ ) pada salah satu kotak pilihan yang paling sesuai

dengan apa yang bapak / ibu / saudara lakukan selama ini dalam mengelola usaha.

Page 51: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

38

Pertanyaan Pilihan Jawaban

( Boleh menjawab lebih dari 1 ( satu )

pilihan )

1. Modal usaha yang anda jalankan selama ini

berasal dari?

Modal anda sendiri

Laba usaha yang disisihkan

Pinjaman bank

Pinjaman koperasi/BMT

Bantuan pemerintah

Bantuan LSM

Pinjaman dari keluarga keluarga

Modal gabungan dengan rekan bisnis

Lainnya, sebutkan :

2. Hasil usaha yang anda jalankan selama ini

digunakan untuk .....

Sebagian diinvestasikan dalam bentuk

tabungan

Sebagian diinvestasi untuk membeli

tanah

Sebagian diinvestasikan pada hal-hal

lain yang menguntungkan (selain

tabungan & tanah)

Sebutkan :

Sebagian dimasukkan lagi sebagai

tambahan modal usaha

Seluruhnya untuk mencukupi

kebutuhan keluarga.

Lainnya, sebutkan :

Page 52: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

39

3. Apa yang anda lakukan dalam pengelolaan

aset?

Melakukan pencatatan keuangan dari

hasil usaha.

Tidak pernah sama sekali melakukan

pencatatan transaksi usaha.

Menggunakan informasi keuangan

untuk pengambilan keputusan usaha

Lainnya, sebutkan :

4. Bentuk pencatatan keuangan yang anda

lakukan terdiri dari . . . . .

5. Kegiatan pencatatan biasanya dilakukan

oleh ?

Pemilik

Karyawan

Lainnya, sebutkan :

6. Bagaimana anda melakukan evaluasi

keuangan anda?

Setiap hari

1 minggu sekali

1 bulan sekali

Tidak pernah

Lainnya, sebutkan :

Page 53: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

40

Page 54: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

41

Page 55: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

42

Lampiran 3

Dokumen Pencatatan Laporan Keuangan yang dilakukan oleh beberapa Responden

Gambar 1. Contoh Dokumen Pencatatan Laporan Keuangan oleh Bp.Agus Warsito

Gambar 2. Contoh Dokumen Pencatatan Laporan keuangan oleh Bp.Krusrianto

Page 56: IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH UMKM

43

Gambar 3. Contoh Dokumen Pencatatan Laporan Keuangan oleh Bp.Suwoloyo