Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH
UMKM ( Studi Pada Pelaku Usaha Tempe di Desa Bringin Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang )
Oleh:
Ayu Triyas Septyaningrum
NIM : 212011057
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
The aimed of this research is to examine how implementation of financial
management that applied by businessmen (UMKM) which is production of tempe
in the Bringin village, district of Semarang about their business management. The
methods of this research is study case, the number of population and sample in
this study were 13 business UMKM that stir in production of tempe around
Bringin village.The instrument used in this research is questionnaire and
interview. And the analysis tool is quantitative descriptive. The results showed
that 1 ) based on aspect capital gains, on UMKM groups under 5 years, the
capital resources derived from their own capital, provision for income and
inheritance, and while for age group above 5 years, the capital gains derived from
own capital, provision for income, inheritance and debt from
Bank/cooperative/BMT. 2)Based on aspect for the use of fee, in UMKM groups
under 5 years, the fee that they had for the deposito, buy all facilities that
supported to work for example credits a motorcycle or cars, provide for the family
necessity and to increase their capital labour, while the UMKM groups above 5
years also doing the same thing for example for saving, paying a debt of
bank/corporation/BMT, provide for the family necessity and to increase their
capital labour.3) Bassed on aspect of assets management, UMKM groups under 5
years and above 5 years assets management is performing by recording profit and
loss, simple balance and HPP. Nevertheless, for that groups also found some
businessmen who never do recording, 2 person (25%) from UMKM groups under
5 years and 3 person (60%) from UMKM groups above 5 years.
Keywords : Financial Management, UMKM, production business
viii
SARIPATI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana penerapan manajemen
keuangan yang diterapkan oleh pelaku usaha UMKM yang bergerak dibidang
produksi tempe di Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang dalam
pengelolaan usahanya.Metode penelitian dalam penelitian ini adalah studi kasus,
jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah 13 orang pelaku usaha
UMKM yang bergerak dibidang produksi tempe di wilayah Desa Bringin.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan wawancara.
Alat analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.Hasil penelitian
menunjukkan, bahwa 1) Berdasarkan aspek perolehan modal, pada UMKM
kelompok usia kurang dari5 tahun sumber modalnya berasal dari modal sendiri,
penyisihan laba, dan warisan, sedang pada kelompok usia lebih dari 5 tahun
sumber modalnya berasal dari modal sendiri, penyisihan laba, warisan, dan hutang
Bank, Koperasi/BMT, 2) Berdasarkan aspek penggunaan dana, pada UMKM
kelompok usia kurang dari 5 tahun dana yang dimiliki untuk ditabung, pembelian
fasilitas penunjang kerja seperti kredit kendaraan roda dua dan empat, mencukupi
kebutuhan keluarga, dan untuk tambahan modal usaha. Sementara pada UMKM
kelompok usia lebih dari 5 tahun juga melakukan hal yang sama, yaitu ditabung,
membayar hutang Bank, Koperasi/BMT, mencukupi kebutuhan keluarga, dan
untuk tambahan modal usaha, 3) Berdasarkan aspek pengelolaan aset, pada
UMKM kelompok usia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 5 tahun pengelolaan
aset dilakukan dengan melakukan pencatatan laba rugi, neraca sederhana, dan
HPP. Namun demikian pada kelompok tersebut juga ditemukan sebagian pelaku
usaha yang tidak melakukan pencatatan, 2 orang (25%) dari kelompok lebih dari 5
tahun, dan 3 orang (60%) dari kelompok pelaku usaha kurang dari 5 tahun.
Kata Kunci: Manajemen Keuangan,umkm, usaha produksi
ix
KATA PENGANTAR
Kebutuhan hidup yang semakin tinggi, membuat orang berputar otak
untuk membuka usaha agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu usaha
yang cukup mudah dilakukan adalah berjualan salah satu makanan pendamping
yang disukai oleh masyarakat yaitu tempe. Namun sebagaian pengusaha tidak
melakukan memanajemen keuangan yang tepat. Bagi pengusaha yang penting
pendapatan hasil usaha mampu memenuhi kebutuhan hidup.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih belum
sempurna. Penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun
guna menyempurnakan karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis dapat
bermanfaat bagi pembacanya, khususnya bagi pengusahan UMKM di Desa
bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
Salatiga, 3 Mei 2016
Penulis
x
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat serta kasih-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan dan dapat
melewati tantangan demi tantangan yang ada selama proses penyelesaian skripsi
ini dengan judul “IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN OLEH
UMKM (Studi Pada Pelaku Usaha Produksi Tempe di Desa Bringin
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang)“,
Selesainya kertas kerja ini tidak terlepas dari doa, dukungan, bantuan,
bimbingan, serta pendamping dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak dan Ibu selaku orang tua dan keluarga Besar yang selalu
memberikan yang terbaik bagi penulis. Terimakasih atas doa,
dukungan, kesabaran, serta perhatian dan kasih sayangnya selama ini.
2. Maria Rio Rita, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
selalu memberi arahan dan petunjuk kepada penulis.
3. Linda Ariany Mahastanti, SE, M,Sc selaku dosen walistu di selama
penulis mengikuti kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW.
4. Prof. Christantius Dwiatmadja, SE, ME, PhD selaku Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
5. Kaprodi Manajemen, pengajar dan staff pegawai Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang telah member ilmu
dan pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi.
6. Suamiku Sahid Fikri Hidayat, Anak-anakku Amel dan Sabrina,
Teman-temanku Restituta Ria, Anastasia Dewi, Indah wulandari,
Yuni Eka dan Diana, terimakasih atas dukungan dan doanya.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
xi
Akhir kata “Tak ada gading yang tak retak” penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Salatiga, 3 Mei 2016
xii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ................ i
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIASI ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
SARIPATI ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) ................................................. 5
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ........................................ 5
Kekuatan dan Kelemahan UMKM....................................................... 6
Manajemen Keuangan .......................................................................... 8
Penelitian Pendahuluan ....................................................................... 11
METODE PENELITIAN ................................................................................. 12
Populasi dan Sampel ............................................................................ 12
Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 12
Indikator Variabel ................................................................................ 13
Jenis Penelitian ..................................................................................... 13
Tahap-tahap Penelitian ......................................................................... 14
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................................. 16
Karakteristik Responden ...................................................................... 16
Analisis kualitatif ................................................................................. 18
Sumber Modal UMKM ........................................................................ 18
Alokasi Dana ( Pengunaan Dana ) ....................................................... 19
xiii
Aktivitas Pengelolaan Aset Usaha ....................................................... 20
Jenis Laporan Keuangan yang disusun oleh UMKM .......................... 21
Evaluasi Kondisi Keuangan Usaha ...................................................... 24
Pembahasan .......................................................................................... 25
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 29
Kesimpulan .......................................................................................... 29
Saran ..................................................................................................... 29
Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang ................ 30
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31
LAMPIRAN ..................................................................................................... 32
Lampiran 1 Kuisoner Penelitian
Lampiran 2 Transkip Penelitian
Lampiran 3 Dokumen Pencatatan Laporan Keuangan yang dilakukan oleh beberapa
Responden
1
PENDAHULUAN
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah sektor perekonomian
yang sangat penting di Indonesia. Estimasi pertumbuhan pelaku usaha tersebut
mencerminkan bahwa setiap pertumbuhan 1% PDB akan menciptakan 42.797
pelaku usaha baru di Indonesia. Selain kontribusinya terhadap ekonomi Indonesia,
UKM dipandang sebagai sektor yang handal dalam menghadapi terpaan krisis
ekonomi. Hal ini terbukti ketika terjadi krisis ekonomi beberapa tahun lalu, UKM
masih tetap eksis sementara usaha besar banyak yang gulung tikar (Astuti dkk,
2014).
Kajian Bank Indonesia pada tahun 2009, peran penting UMKM dapat
ditinjau dalam tiga indikator. Pertama, berdasar jumlah unit industrinya. Data
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 mencatat jumlah UMKM mencapai 56,54
juta unit atau setara dengan 99,99% dari total unit usaha di Indonesia. Kedua,
berdasar kemampuannya untuk menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2012, UMKM
tercatat mampu menyediakan lapangan kerja bagi 107 juta lebih tenaga kerja atau
menyerap sekitar 97% angkatan kerja. Ketiga, berdasar kontribusinya terhadap
pendapatan nasional. UMKM mampu menyumbang 59,8% dari total Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2012 (Probosari, 2014).
Sementara untuk Jawa Tengah, berdasarkan laporan Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro dan Menengah per 11 Juli 2014, jumlah UMKM di Jawa Tengah
yang telah dibina selama periode 2008–Semester I 2014 adalah sebanyak 96.960
unit, dengan perincian, 1) UMKM Produksi/Non Pertanian sebanyak 33.277 unit,
2) UMKM Pertanian sebanyak 17.032 unit, 3) UMKM Perdagangan sebanyak
2
35.227 unit, 4) UMKM Jasa sebanyak 11.424 unit. Jumlah tenaga kerja yang
diserap adalah sebanyak 574.756 orang, dengan total aset UMKM sebesar Rp.
12,385 triliun dan omset sebesar Rp. 15,680 triliun (Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro dan Menengah, 2014).
Terlepas dari kekuatan UMKM dalam memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan perekonomian di Indonesia, UMKM juga memiliki kelemahan,
diantaranya, yaitu: profesionalisme pengelolaan keuangan. Sebenarnya,
kesalahan paling umum yang dilakukan pengusaha UKM dalam mengelola
keuangan adalah mencampur uang usaha dengan uang pribadi. Mungkin karena
usaha masih kecil, berpikir tidak masalah jika mencampur uang usaha dengan
uang pribadi. Namun yang kebanyakan terjadi, sulit membedakan pengeluaran
pribadi dan usaha. Akibatnya, keperluan pribadi sedikit demi sedikit
menggerogoti saldo uang usaha (www.wirausahaindonesia.com).
Hasil penelitian Bank Indonesia (2008) juga menyebutkan hal yang sama,
banyak pelaku UMKM tidak melakukan pemisahan antara uang pribadi dan uang
perusahaan, sehingga operasionalisasi keuangan usaha menjadi tumpang tindih.
Sebesar 57,93% pelaku UMKM memiliki 1 (satu) rekening, sebesar 24,83%
memiliki 2 (dua) rekening, sedangkan hanya sebesar 17,24% memiliki 3 (tiga)
rekening (www.bi.go.id). Hasil penelitian Hasyim (2013) pada pelaku usaha
distro di Kota Medan juga memberikan bukti empiris yang sama, bahwa pelaku
usaha distro umumnya sulit untuk memisahkan uang perusahaan dengan uang
pribadi.
3
Pada umumnya pelaku usaha UMKM lebih tertarik pada ide-ide bisnis
mereka dan menganggap manajemen keuangan adalah hal yang akan berjalan
dengan sendirinya. Mereka berpikir jika bisnis bagus, keuangan juga akan sama
bagusnya. Jika usaha untung, maka uang akan mengalir begitu saja. Anggapan
tersebut ada benarnya, tetapi dapat menyesatkan. Sebab manajemen keuangan
bukan sekedar bagaimana memanajemen uang kas. Lebih dari itu, manajemen
keuangan adalah bagaimana mengelola kekayaan untuk menghasilkan keuntungan
dan memanfaatkan sumber-sumber modal untuk membiayai usaha (Dianita,
2011).
Berdasarkan uraian penjelasan tersebut di atas menegaskan bahwa
manajemen keuangan merupakan salah satu hal yang penting diterapkan oleh
pelaku usaha UMKM sebagai upaya dalam mendukung keberhasilan usaha yang
dijalankan. Sebab bagaimanapun juga bisnis bukan hanya sekedar bagaimana
menghasilkan uang, melainkan juga bagaimana membelanjakan dan
mengendalikannya.
Desa Bringin merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang. Menurut Menurut catatan administrasi di Desa Bringin
terdapat 13 (tiga belas) orang pelaku usaha UMKM yang bergerak dibidang
produksi tempe, dimana 3 (tiga) orang pelaku usaha baru memulai usahanya <6
bulan.
Untuk memperoleh gambaran yang signifikan tentang manajemen
keuangan pelaku usaha UMKM produksi tempe di wilayah tersebut, peneliti
melakukan wawancara dengan 5 orang pelaku usaha atau 50% dari jumlah pelaku
4
usaha yang ada. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 5 Pebruari
2015 dengan 5 (lima) pelaku usaha produksi tempe, yaitu Bapak Ripo, Bapak
Agus, Bapak Sirin, Ibu Munisah, Bapak Moel, dan Bapak Kamid diperoleh
keterangan bahwa masih terdapat pelaku usaha yang tidak melakukan manajemen
keuangan dengan baik, seperti: tidak melakukan pencatatan hasil usaha (laba rugi)
maupun evaluasi hasil usaha
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa pelaku usaha belum
menerapkan manajemen keuangan dengan baik. Namun demikian hasil
wawancara tersebut tentu tidak dapat dijadikan sebagai sebuah generalisasi untuk
menyimpulkan bahwa para pelaku usaha UMKM yang bergerak di bidang
produksi tempe di Desa Bringin Kecamatan Bringin belum mampu menerapkan
manajemen keuangan yang baik. Berdasarkan fenomena tersebut di atas maka
dirasakan perlunya penelitian yang lebih mendalam.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana manajemen
keuangan yang diterapkan oleh pelaku usaha UMKM yang bergerak dibidang
produksi tempe di Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang dalam
pengelolaan usahanya.
Manfaat dilakukan penelitian ini bagi para pelaku usaha UMKM adalah
memberikan masukan kepada pelaku usaha UMKM tentang pentingnya
menerapkan manajemen keuangan dalam pengelolaan usaha. Sementara secara
akademis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lainnya
5
yang memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian dengan topik yang sejenis
namun dengan metode lain.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Keuangan
Menurut Sartono (2008), manajemen keuangan dapat diartikan sebagai
manajemen dana yang baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam
berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk
pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efesien.
Menurut Husnan (2010:6), manajemen keuangan adalah pengaturan
kegiatan keuangan dalam suatu organisasi. Manajemen keuangan menyangkut
kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan.
Sugiono (2009:5) membagi manajemen keuangan kedalam 3 (tiga)
fungsi, yaitu:
1. Perolehan Dana
Perolehan dana atau keputusan pendanaan menitikberatkan pada dua
hal, salah satunya, yaitu keputusan mengenai penetapan sumber dana yang
diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan
untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek,
hutang jangka panjang dan modal sendiri.
Menurut Tasfirin (2011:25) perolehan dana atau sumber dana dari
UMKM diperoleh dari 3 (tiga) sumber, yaitu: 1) Modal internal (Modal
sendiri, laba ditahan, usaha lain yang dijalankan), 2) Modal Eksternal (Bank,
Lembaga Non Bank, Bantuan Pemerintah, Bantuan LSM), 3) Modal
kerjasama (sebagian dana dari pihak luar: keluarga/ rekan bisnis).
2. Penggunaan Dana
Penggunaan dana atau keputusan investasi menunjukkan keputusan
terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi
7
ini merupakan keputusan yang paling penting. Hal ini dikarenakan keputusan
investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap rentabilitas investasi dan
aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang. Rentabilitas investasi
(return on investment) merupakan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Tasfirin (2011:26), bentuk-bentuk
keputusan investasi yang dilakukan UMKM dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga) jenis, yaitu: 1) Diinvestasikan diluar usaha (Ditabung/dibelikan tanah
usaha/dll), 2) Diinvestasikan kembali untuk mendukung kemajuan usaha, 3)
Digunakan untuk kebutuhan konsumtif (kebutuhan yang tidak ada
hubungannya dengan pengembangan usaha).
3. Pengelolaan Aset (Aktiva)
Manajer keuangan bersama manajer lainnya dalam suatu perusahaan
bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang
ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pembatasan
asset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut
menuntut manajer keuangan untuk lebih memperhatikan pengelolaan aktiva
lancar daripada aktiva tetap.
Tasrifin (2011:27) menjelaskan, bahwa bentuk-bentuk pengelolaan
aset yang dilakukan oleh UMKM dapat dilihat dari aktivitas pelaku usaha
dalam melakukan pencatatan keuangan, evaluasi pencacatan keuangan, dan
kepastian ketetapan penggunaan dana oleh pelaku usaha.
Melalui manajemen keuangan yang tepat diharapkan terdapat efisiensi
sehingga biaya yang dikeluarkan (misalnya untuk periode tertentu) lebih kecil
dari hasil (pendapatan) yang diperoleh. Kondisi seperti ini menunjukkan
8
perusahaan memperoleh keuntungan, namun yang diinginkan adalah bukan
sekadar perusahaan dapat memperoleh laba, melainkan bagaimana agar laba
tersebut terus meningkat dan berkelanjutan. Apabila kondisi ini tercapai, maka
cadangan modal akan semakin besar sehingga dapat digunakan sebagai
tambahan modal pada periode berikutnya (Budiwati, 2010 :8).
Berdasarkan penjelasan tentang manajemen keuangan di atas, maka
secara sederhana manajemen keuangan adalah manajemen mengenai fungsi
keuangan, dan fungsi manajemen keuangan merupakan bagaimana
mempergunakan serta menempatkan dana yang ada. Fungsi-fungsi yang ada
dalam perusahaan harusnya dilaksanakan dengan baik mengingat fungsi-fungsi
yang ada saling berkaitan satu sama lain. Manajemen keuangan memiliki tiga
kegiatan utama, yaitu: 1) Perolehan Dana, 2) Penggunaan Dana, 3) Pengelolaan
Aset (Aktiva).
Perolehan Dana, merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh sumber
dana entah itu berasal dari internal perusahaan ataupun bersumber dari eksternal
perusahaan. Penggunaan Dana, merupakan aktivitas menggunakan atau
menginvestasikan dana yang ada pada berbagai bentuk aset. Sedang pengelolaan
Aset (Aktiva), aktivitas ini adalah kegiatan yang dilakukan setelah dana telah
didapat dan telah diinvestasikan atau dialokasikan kedalam bentuk aset (aktiva),
dana harus dikelola secara efektif dan efisien. Jadi dengan aktivitas-aktivitas
tersebut, maka fungsi pengambilan keputusan manajemen keuangan adalah
keputusan mengenai pendanaan, investasi dan manajemen aset (aktiva).
9
UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)
Menurut UU No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah, usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Usaha kecil adalah
usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau badan
usaha bukan merupakan anak cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha kecil atau Usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan.
Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) menurut UU
Nomor 20 Tahun 2008 digolongkan berdasarkan jumlah aset dan omset yang
dimiliki oleh sebuah usaha.
Tabel 1.
Kriteria Penggolongan UMKM
No. Usaha Kriteria
Asset Omset
1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 juta
2 Usaha Kecil >50 juta-500 juta >300 juta-2,5 milyar
3 Usaha Menengah >500 juta-10
milyar
>2,5 milyar-50
milyar
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecel dan Menengah, 2012
10
Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah Berdasar Perkembangan, selain
berdasar Undang-undang tersebut, dari sudut pandang perkembangannya
Rahmana (2008) mengelompokkan UMKM dalam beberapa kriteria, yaitu:
1) Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan
sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal
sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.
2) Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat
pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3) Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah
memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak
dan ekspor.
4) Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah
memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi
Usaha Besar (UB).
Kekuatan dan Kelemahan UMKM
UMKM dengan skalanya yang serba terbatas ternyata memliliki sejumlah
kekuatan. Yaitu kemampuan melakukan fleksibilitas dalam menghadapi berbagai
tantangan lingkungan. Kegiatan usaha yang menurut perhitungan skala ekonomis
tidak mungkin dilakukan oleh perusahaan besar pada dasarnya menjadi kekuatan
usaha kecil. Kekuatan yang dimaksud adalah: (Hartati, 2014)
11
1. Mengembangkan kreativitas usaha baru. Kreativitas tidak selalu dilakukan
dengan menampilkan produk baru namun dapat dilakukan dengan meniru
produk yang telah beredar.
2. Melakukan inovasi.
3. Ketergantungan usaha besar terhadap usaha kecil.
4. Daya tahan usah akecil terhadap pasca krisis Tahun 1998.
Sebaliknya dari sejumlah kekuatan ternyata UKM juga tidak luput dari factor
kelemahan. Factor kelemahan juga disebabkan oleh karakteristik ukuranya yang
kecil. Kelemahan tersebut antara lain:
1. Lemahnya keterampilan manajemen, pelaku usaha seringkali berangkat
berwirausaha dengan sumberdaya seadanya sehingga menjadi tidak siap.
Begitu juga dalam penyediaan modal atau peralatan lainnya juga
ketidaksiapan dalam hal penguasaaan kompetensi bidang usaha maupun
rendahnya keterampilan manajemen.
2. Tingkat kegagalan dan penyebabnya. Menurut Siropolis (1994) dalam Hartati
(2014) tingkat kegagalan usaha kecil sebesar 44 % disebabkan oleh
kurangnya kompetensi dalam dunia usaha, yaitu kurangnya penguasaan
tentang bidang usaha yang dijalankan dan kemampuan mengelola kegiatan
usaha secara fisik. Penyebab kegagalan yang kedua adalah akibat lemahnya
kemampuan manajemen (17%) yaitu pengelolaan SDM dan sumberdaya
lainnya. Ketiga adalah ketidakseimbangan pengalaman.
3. Keterbatasan sumberdaya, meliputi keterbatasan dana, peralatan fisik dan
informasi mengenai wawasan yang dimiliki.
12
Penelitian Pendahuluan
Penelitian Hasyim (2013) menunjukkan, sebagian besar distro telah
menyusun dan menggunakan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi
keuangan dan persediaan mereka serta untuk pengambilan keputusan. Namun
pada indikator pengendalian keuangan, pelaku distro umumnya sulit untuk tidak
menggunakan uang perusahaan menjadi uang pribadi, pelaku usaha distro
umumnya membutuhkan hutang untuk menjalankan usahanya. Sebagian besar
pinjaman itu berasal dari perbankan. Pelaku distro juga memiliki keuntungan yang
lebih besar dari biaya modal yang dihadapakan kepada mereka.
Penelitian Ermalina (2013) menunjukkan, dalam hal pencatatan
keuangan usaha, para pelaku usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kecamatan
Ciputat menganggap penting untuk dilakukan. Namun dalam tataran teknis,
mereka sering mengabaikannya. Hal ini dikarenakan kesulitan dan merasa tidak
penting untuk melakukannya karena mereka menganggap tidak berpengaruh
terhadap keberhasilan usahanya. Di samping itu mereka tidak tahu tentang cara
melakukan pencatatan keuangan usaha, hal ini dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang rendah.
Penelitian Rita dan Priyanto (2011) menunjukkan, semua UMKM merasa
bahwa manajemen keuangan bukan merupakan hal yang penting, mereka lebih
mementingkan pemasaran. Pencatatan usaha dan keuangan (SME Records)
seadanya, tidak rutin dan tidak ada pola yang terstruktur.
13
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 13 orang pelaku usaha UMKM
produksi tempe di Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
Populasi dalam penelitian ini seluruhnya diambil sebagai sampel penelitian, jadi
sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 13 orang pelaku usaha tempe.
Teknik yang digunakan dalam penentuan jumlah sampel penelitian ini
adalah sampling jenuh/sensus, yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil
semua anggota populasi menjadi sampel (Hidayat, 2010:83).
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner dan wawancara.
Kuesioner adalah daftar pernyataan atau pertanyaan yang sudah tersusun
dengan baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) dan interviewer
(dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan
tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2002:116). Dengan metode tersebut maka
akan diperoleh tanggapan responden atas daftar pertanyaan dalam kuesioner, yang
dalam hal ini berkaitan dengan implementasi manajemen keuangan oleh pelaku
usaha UMKM produksi tempe di Desa Bringin yang dinilai dari aspek perolehan
dana, penggunaan dana, dan pengelolaan aset.
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan bilamana dua orang atau lebih bertatap muka,
14
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan
(Nurbuko dan Achmadi, 1999). Wawancara yang digunakan adalah teknik
wawancara bebas terpimpin, yaitu pewawancara hanya membuat pokok-pokok
masalah yang akan diteliti, dan langsung mendatangi lokasi penelitian dan
melakukan wawancara langsung dengan responden, berkenaan dengan
implementasi manajemen keuangan oleh pelaku usaha UMKM produksi tempe di
Desa Bringin Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang.
Indikator Variabel
Tabel 2.
Indikator Variabel
Variabel Penelitian Dimensi Indikator Empiris
Manajemen keuangan Aspek perolehan
dana
1) Modal internal (Modal
sendiri, laba ditahan, usaha
lain yang dijalankan)
2) Modal Eksternal (Bank,
Lembaga Non Bank, Bantuan
Pemerintah, Bantuan LSM)
3) Modal kerjasama (sebagian
dana dari pihak luar:
keluarga/ rekan bisnis)
Aspek penggunaan
dana
1) Diinvestasikan diluar usaha
(Ditabung/dibelikan tanah
usaha/dll)
2) Diinvestasikan kembali untuk
mendukung kemajuan usaha.
3) Digunakan untuk kebutuhan
konsumtif (kebutuhan yang
tidak ada hubungannya
dengan pengembangan
usaha).
Aspek pengelolaan
aset
1) Melakukan pencatatan
keuangan.
2) Melakukan evaluasi
pencatatan keuangan.
3) Memastikan ketepatan
penggunaan dana.
Sumber: Sugiono, 2009, dan Tasfirin, 2011
15
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Moleong (2008:6)
menyatakan studi kualitatif merupakan suatu bentuk penelitian untuk memahami
fenomena yang dialami langsung oleh subjek penelitian, misalnya berupa
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan maupun pemikiran.
Strategi yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu strategi
pengungkapan atau inquiry, dimana peneliti mengeksplorasi secara mendalam
tentang suatu program, peristiwa, aktivitas, proses atau seorang individu atau
lebih. Kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan
informasi secara terperinci dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan
data pada suatu waktu tertentu, dalam hal ini, studi kasus tentang implementasi
manajemen keuangan oleh UMKM pelaku usaha produksi tempe di Desa Bringin
Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif. Berkaitan dengan hal tersebut maka langkah-langkah yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
16
Tabel 3.
Tahap-Tahap Penelitian
Waktu Hal-hal yang dilakukan peneliti
Tanggal, 18 Maret
2016
a. Melakukan ijin kepada fakultas untuk meminta surat
penelitian.
18 Maret
2016
b. Melakukan ijin kepada lurah setempat dengan
menyerahkan surat bukti penelitian.
21 Maret
2016
c. Melakukan pengumpulan data dengan mewawancarai
pelaku usaha. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti
menggunakan panduan wawancara (terlampir).
22 Maret
2016
d. Melakukan rekap hasil wawancara dengan pelaku
usaha.
24 Maret
2016
e. Menyajikan data dalam bentuk tabel
28 Maret
2016
f. Melakukan penarikan kesimpulan & melakukan
verifikasi data. Berkenaan dengan hal tersebut
kemungkinan peneliti akan melakukan pengumpulan
data lagi jika data yang diperoleh kurang memenuhi
apa yang menjadi tujuan penelitian.
7 April
2016
g. Peneliti kembali melakukan wawancara kembali
kepada pelaku usaha karena terdapat beberapa data
yang sekiranya belum terpenuhi selama pelaksanaan
penelitian awal.
9 April
2016
h. Peneliti melakukan penyajian data kembali dalam
bentuk tabel, dan gambar (contoh laporan laba rugi &
neraca yang dibuat pelaku usaha)
12April
2016
i. Peneliti melakukan penarikan kesimpulan &
melakukan verifikasi data (Data hasil penelitian
dinilai telah memenuhi apa yang menjati tujuan
penelitian)
17
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Hasil penelitian diperoleh data karakteristik dari 13 responden penelitian
sebagai berikut:
Tabel 4.
Karakteristik Responden
No Keterangan jumlah % Jumlah
1 Umur
25-33 2 15 13
>33-41 3 23
>41-49 2 15
>49-57 3 23
>57 3 23
2 Jenis Kelamin Laki-laki 10 77 13
Perempuan 3 23
3 Pendidikan Tidak Sekolah 1 8 13
SMP 3 23
SMA 9 69
4 Lama Usaha < 5 tahun 5 38 13
>5 tahun 8 62
5 Jumlah Karyawan Tidak Memiliki 7 54 13
1 orang 1 8
2 orang 1 8
4 orang 2 15
5 orang 1 8
6 orang 1 8
6 Kategori Usaha Mikro 7 54 13
Kecil 2 15
Menengah 4 31
Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2016
18
Tabel di atas menjelaskan, bahwa dari segi umur mayoritas responden
masing-masing memiliki umur >33-41 tahun (3 orang atau 23%), >49-57 tahun (3
orang atau 23%), dan >57 tahun (3 orang atau 23%), sementara minoritas
responden masing-masing berumur 25-33 tahun (2 orang atau 15%), dan >41-49
tahun (2 orang atau 15%).
Berdasarkan jenis kelaminnya, mayoritas responden berjenis kelamin
laki-laki (10 orang atau 77%), sedang minoritas responden berjenis kelamin
perempuan (3 orang atau 23%).
Berdasarkan pendidikannya, mayoritas responden berpendidikan SMA (9
orang atau 69%), sedang minoritas responden tidak sekolah (1 orang atau 8%),
sementara responden lainnya, yaitu 3 orang (23%) berpendidikan SMP.
Berdasarkan lama usaha yang dijalankan, mayoritas responden telah
menjalankan usaha > 5 tahun (8 orang atau 62%), sementara minoritas responden,
yaitu menjalankan usaha <5 tahun (5 orang atau 38%).
Berdasarkan jumlah karyawan yang dimiliki, mayoritas responden pada
dasarnya menjalankan usahanya sendiri tanpa memiliki karyawan (7 orang atau
54%), sedang minoritas responden, masing-masing 1 orang (8%) memiliki
jumlah karyawan sebanyak 1 orang, 2 orang, 5 orang, dan 6 orang. Sedang
responden lainnya, yaitu 2 orang (15%) memiliki karyawan sebanyak 2 orang.
Berdasarkan kategori usaha yang dijalankan, mayoritas responden
tergolong pengusaha mikro dengan omset usaha setahun rata-rata sebesar 48 juta
19
s/d 132 juta (7 orang atau 54%), sedang minoritas responden, yaitu 2 orang (15%)
tergolong sebagai pelaku usaha kecil dengan omset usaha setahun rata-rata
sebesar 312 juta s/d 384 juta. Responden lainnya, yaitu 4 orang (31%)
dikategorikan sebagai pelaku usaha menengah dengan omset usaha setahunnya
rata-rata 2,52 milyar s/d 2,88 milyar.
Secara singkat uraian penjelasan tersebut di atas menunjukkan, bahwa
mayoritas responden penelitian masing-masing memiliki umur >33-41 tahun (3
orang atau 23%), >49-57 tahun (3 orang atau 23%), dan >57 tahun (3 orang atau
23%), berjenis kelamin laki-laki (10 orang atau 77%), berpendidikan SMA (9
orang atau 69%), telah menjalankan usaha > 5 tahun (8 orang atau 62%),
menjalankan usahanya sendiri tanpa memiliki karyawan (7 orang atau 54%),
tergolong pengusaha mikro dengan omset usaha setahun rata-rata sebesar 48 juta
s/d 132 juta (7 orang atau 54%), dan sebagai catatan, usaha yang dijalankan murni
dibangun sendiri oleh responden atau bukan merupakan usaha warisan dari orang
tua.
Analisis Kualitatif
Pada sub bab ini akan dijabarkan tentang manajemen keuangan yang
dijalankan oleh UMKM pelaku usaha produksi tempe di Desa Bringin Kecamatan
Beringin Kabupaten Semarang, berikut penjelasannya:
Sumber Modal UMKM
Hasil penelitian menunjukkan beberapa sumber modal 13 pelaku usaha
sebagai berikut:
20
Tabel 5.
Sumber Modal UMKM
Sumber Modal UMKM
Lama Usaha
<5 Tahun
Lama Usaha
>5 Tahun
jumlah % jumlah %
a. Modal Sendiri, Penyisihan Laba 4 80 1 12,5
b. Modal Sendiri, Pinjaman Koperasi
(BMT) 0 0 1 12,5
c. Modal Sendiri 0 0 2 25
d. Modal Sendiri, Warisan 1 20 1 12,5
e. Modal Sendiri, Pinjaman Bank 0 0 1 12,5
f. Modal Sendiri, Pinjaman Bank dan
Koperasi 0 0 1 12,5
g. Modal Sendiri, Warisan, Pinjaman
Bank 0 0 1 12,5
Jumlah 5 100 8 100,00
Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2016
Pada UMKM kelompok usia < 5 tahun menunjukkan, bahwa pada
dasarnya sumber modal usaha berasal dari modal sendiri, penyisihan laba,
warisan, dan pinjaman (bank, koperasi/BMT). Pada kelompok UMKM usia < 5
tahun, sumber modalnya berasal dari modal sendiri, penyisihan laba, dan warisan.
Maka salah satu hal yang membedakan sumber modal usaha kedua kelompok
tersebut, yaitu modal yang berasal dari pinjaman (Bank, Koperasi/BMT) pada
kelompok usaha > 5 tahun.
21
Alokasi Dana (Penggunaan Dana)
Adapun alokasi dana yang dilakukan oleh 13 orang pelaku usaha dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel.6
Alokasi Dana UMKM
Hasil Usaha
Lama Usaha
< 5 tahun
Lama Usaha
> 5 tahun
jumlah % jumlah %
a. Ditabung, Mencukupi Kebutuhan Keluarga 3 60 1 12,50
b. Ditabung, Mencukupi Kebutuhan Keluarga, Modal
Usaha, Pemenuhan Fasilitas Kerja (Kredit pick up,
Sepeda motor) 2 40 0 0
c. Ditabung, Mencukupi Kebutuhan Keluarga, Modal
Usaha. 0 0 2 25
d. Ditabung, Mencukupi Kebutuhan Keluarga, Modal
Usaha, Membayar Hutang 0 0 3 37,5
e. Ditabung, Mencukupi Kebutuhan Keluarga,
Membayar Hutang 0 0 1 12,5
f. Mencukupi Kebutuhan Keluarga, Modal Usaha 0 0 1 12,5
Jumlah 5 100 8 100
Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2016
Pada UMKM kelompok usia < 5 tahun pada umumnya mengalokasikan
dana untuk ditabung, mencukupi kebutuhan keluarga, modal usaha, dan
pemenuhan fasilitaskerja, seperti kredit mobil pick up, dan sepeda motor.
Sementara untuk UMKM kelompok usia > 5 tahun pengalokasian dana untuk
ditabung, mencukupi kebutuhan keluarga, modal usaha, membayar hutang bank,
dan koperasi (BMT).
22
Melihat penjelasan tersebut, pada dasarnya apa yang dilakukan oleh
kedua kelompok pelaku usaha dalam hal pengalokasian dana tidak terlalu berbeda,
dimana pada UMKM kelompok usia < 5 tahun terdapat sebagian (2 orang atau
40%) yang mengalokasikan dananya untuk pemenuhan fasilitas kerja, seperti
kredit mobil, dan sepeda motor. Sementara pada UMKM kelompok usia > 5 tahun
terdapat sebagian pelaku usaha (3 orang atau 38%) yang mengalokasikan dananya
untuk kebutuhan pembayaran hutang untuk menambah modal usaha yang
berputar.
Aktivitas Pengelolaan Aset Usaha
Berikut adalah aktivitas pengelolaan aset usaha yang dilakukan 13 orang
pelaku usaha,
Tabel 7.
Aktivitas UMKM dalam Pengelolaan Aset Usaha
Aktivitas UMKM dalam Pengelolaan Aset Usaha
Lama Usaha
< 5 tahun
Lama Usaha
> 5 tahun
jumlah % jumlah %
a. Melakukan Pencatatan 2 40 6 75
b. Tidak Melakukan Pencatatan 3 60 2 25
Jumlah 5 100 8 100
Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2016
Tabel di atas menjelaskan, bahwa aktivitas UMKM dalam pengelolaan
aset usaha pada kelompok usia < 5 tahun dan > 5 tahun pada dasarnya sama,
dimana terdapat pelaku usaha yang melakukan pencatatan, dan tidak melakukan
23
pencatatan. Namun demikian pada dasarnya mayoritas pelaku usaha baik yang
berusia < 5 tahun dan > 5 tahun melakukan pencatatan (6 orang atau 75%),
sementara pada pelaku usaha usia < 5 tahun terdapat 3 orang pelaku usaha (60%)
yang tidak melakukan pencatatan, dan pada pelaku usaha > 5 tahun terdapat 2
orang (25%) yang tidak melakukan pencatatan.
Alasan sebagian pelaku usaha tidak melakukan pencatatan karena hal
tersebut terlalu merepotkan, yang penting usaha yang dijalankan selama ini lancar,
serta dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan untuk ditabung.
Jenis Laporan Keuangan Yang Disusun Oleh UMKM
Jenis laporan keuangan yang disusun oleh pelaku usaha dapat dilihat
pada penjelasan di bawah ini:
Tabel 8.
Laporan Keuangan Yang Disusun Oleh UMKM
Laporan Keuangan Yang Disusun Oleh UMKM
Lama Usaha
< 5 tahun
Lama Usaha
> 5 tahun
jumlah % jumlah %
a. Laba rugi 1 20 4 50
b. Laba rugi, Neraca sederhana 1 20 2 25
c. Tidak melakukan 3 60 2 25
Jumlah 5 100 8 100
Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2016
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa laporan keuangan yang disusun oleh
kedua kelompok pelaku usaha adalah sama, yaitu laba rugi, neraca sederhana, dan
tidak melakukan penulisan laporan sama sekali. Namun demikian jika dicermati
24
pada kelompok pelaku usaha > 5 tahun mayoritas melakukan pencatatan dalam
bentuk laba rugi (50%), dan hanya 2 orang saja (25%) yang melakukan pencatatan
usaha secara baik (laba rugi dan neraca), sementara 2 orang lainnya (25%) sama
sekali tidak melakukan pencatatan.
Pada kelompok UMKM usia < 5 tahun, terdapat 1 orang (20%) pelaku
usaha yang melakukan pencatatan dalam bentuk laporan laba rugi, 1 orang (20%)
melakukan pencatatan laba rugi, neraca, dan 3 orang pelaku usaha (60%) sama
sekali tidak melakukan pencatatan laporan keuangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka kualitas pelaporan
keuangan yang dilakukan oleh pelaku usaha > 5 tahun lebih baik dibanding pada
pelaku usaha kelompok < 5 tahun. Sehingga dapat dikatakan semakin lama usia
usaha yang dikelola pelaku usaha, pelaku usaha lebih memandang penting
kebutuhan pelaporan keuangan tersebut.
Evaluasi Kondisi Keuangan Usaha
Berikut evaluasi kondisi keuangan usaha yang dilakukan pelaku usaha,
Tabel 9.
Evaluasi Kondisi Keuangan Usaha
Evaluasi Kondisi Keuangan Usaha
Lama Usaha
< 5 tahun
Lama Usaha
> 5 tahun
jumlah % jumlah %
a. Setiap hari 1 20 5 62,5
b. 1 Minggu 1 20 1 12,5
c. Tidak Pernah 3 60 2 25
Jumlah 5 100 8 100
Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2016
25
Tabel di atas menjelaskan, bahwa pada prinsipnya pola evaluasi kondisi
keuangan yang dilakukan oleh UMKM yang berusia > 5 tahun, dan < 5 tahun
adalah sama, yaitu setiap hari, dan setiap 1 minggu sekali. Sementara pada
UMKM kelompok usia > 5 tahun masih terdapat pelaku usaha yang menyatakan
tidak pernah melakukan evaluasi keuangan (2 orang atau 25%), sedang pada
UMKM kelompok usia < 5 tahun terdapat 3 orang pelaku usaha (60%) yang tidak
pernah melakukan evaluasi keuangan.
26
Pembahasan
Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa pada dasarnya manajemen
keuangan yang diterapkan oleh mayoritas UMKM pada kelompok usia < 5 tahun
dan > 5 tahun adalah sama. Berdasarkan sumber modalnya sebagian UMKM, baik
yang telah memiliki usia < 5 tahun dan > 5 tahun berasal dari modal sendiri,
sementara lainnya berasal dari sumber penyisihan laba, dan warisan. Sedikit hal
yang membedakan sumber permodalan kedua kelompok UMKM tersebut, yaitu:
adanya sumber modal yang berasal dari hutang (bank, koperasi) yang dimiliki
oleh UMKM dengan usia > 5 tahun.
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan pelaku usaha, diperoleh
penjelasan bahwa kebijakan hutang yang ditempuh oleh pelaku usaha semata-
mata untuk lebih meningkatkan aktivitas usaha yang dijalankan selama ini, bukan
diperuntukkan untuk kebutuhan yang sifatnya konsumtif seperti halnya
mencukupi kebutuhan keluarga, atau kebutuhan lainnya di luar usaha, hutang
dilakukan semata-mata karena menambah jumlah modal usaha karena permintaan
produk yang meningkat. Fakta tersebut tentu menunjukkan bahwa kebijakan
hutang yang ditempuh oleh pelaku usaha tetap merupakan hal yang positif.
Hal lain yang menunjukkan kesamaan kedua kelompok pelaku usaha
tersebut juga dapat dilihat dari sisi alokasi dana. Hasil penelitian menunjukkan,
bahwa UMKM yang berusia < 5 tahun rata-rata mengalokasikan dana yang
dimilikinya untuk ditabung, pembelian fasilitas penunjang kerja seperti pembelian
kendaraan roda dua dan empat, mencukupi kebutuhan keluarga, dan untuk
tambahan modal usaha. Sementara UMKM yang berusia > 5 tahun juga
melakukan hal yang sama. Hal yang membedakan satu-satunya, yaitu adanya
27
alokasi untuk pembayaran hutang pada UMKM usia > 5 tahun. Namun demikian
jika lebih dicermati keduanya tetap melakukan hal yang sama, pembelian fasilitas
usaha, seperti halnya mobil dan kendaraan yang dilakukan melalui kredit untuk
menunjang mobilitas usaha juga dapat dipersamakan dengan hutang, sebab setiap
bulan pelaku usaha juga harus membayar biaya sewa kendaraan yang dipakainya.
Maka dapat dikatakan jika bahwa dari sisi alokasi usaha yang diterapkan oleh
kedua kelompok pelaku usaha adalah sama.
Pada dasarnya hal yang dilakukan kedua kelompok usaha tersebut wajar
adanya, dimana disaat usaha baru berjalan hal yang perlu dilakukan selain
mengalokasikan dananya untuk kebutuhan tabungan, mencukupi kebutuhan
keluarga, tambahan modal usaha, penting bagi pelaku usaha untuk
mengalokasikan sebagian dananya untuk melengkapi fasilitas kerja yang dimiliki,
seperti: pembelian mobil, dan sepeda motor dengan kredit ringan. Kebijakan
tersebut tepat untuk dilakukan, sebab selain mendukung terciptanya mobilitas
usaha yang lebih baik, investasi kerja dimasa yang akan datang, dan juga dapat
dijadikan sebagai sebuah sarana untuk mencegah pengeluaran kebutuhan-
kebutuhan yang tidak penting.
Begitu juga langkah yang diambil oleh sebagian pelaku usaha usia > 5
tahun untuk menambah modal melalui hutang adalah hal yang tepat, sebab saat
usaha sudah mulai berkembang dan terus mengalami peningkatan ada baiknya
memang melakukan hutang, sebab selain menambah modal usaha, usaha tersebut
juga dapat digunakan untuk mengukur efektifitas usaha yang dijalankan selama
ini. Namun demikian pelaku usaha juga perlu mempertimbangkan juga besarnya
28
tabungan yang dimilikinya, artinya hutang harus lebih rendah dari besarnya
tabungan yang dimiliki.
Hal yang sama juga ditunjukkan dari aktivitas UMKM dalam pengelolaan
aset usaha. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar UMKM baik yang
berusia <5 tahun maupun > 5 tahun telah melakukan pencatatan. Pada sisi laporan
yang disusun oleh UMKM juga menunjukkan kesamaan, yaitu mayoritas pelaku
usaha sama-sama melakukan penyusunan laporan keuangan dalam bentuk laba
rugi. Sementara pada kedua kelompok juga sama-sama menunjukkan, terdapat
pelaku usaha yang telah menyusun laporan keuangan dengan baik dalam bentuk
laba rugi, dan neraca sederhana. Sementara jika dilihat dari pola evaluasi kondisi
keuangan juga menunjukkan hal yang sama, bahwa kedua kelompok sama-sama
melakukan evaluasi setiap hari, dan setiap 1 minggu sekali.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka mayoritas pelaku usaha UMKM
yang bergerak dibidang produksi tempe di Desa Bringin Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang telah melakukan praktek manajemen keuangan dalam
pengelolaan usahanya. Temuan-temuan tersebut setidaknya sejalan dengan
temuan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hasyim (2013) yang
menunjukkan, bahwa sebagian besar distro telah menyusun dan menggunakan
laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan dan persediaan mereka
serta untuk pengambilan keputusan.
Penelitian Ermalina (2013) juga memberikan dukungan, bahwa dalam hal
pencatatan keuangan usaha, para pelaku usaha Mikro dan Kecil (UMK) di
Kecamatan Ciputat menganggap penting untuk dilakukan. Namun dalam tataran
teknis, mereka sering mengabaikannya. Hal ini dikarenakan kesulitan dan merasa
29
tidak penting untuk melakukannya karena mereka menganggap tidak berpengaruh
terhadap keberhasilan usahanya. Di samping itu mereka tidak tahu tentang cara
melakukan pencatatan keuangan usaha, hal ini dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang rendah.
Hasil penelitian juga menemukan, terdapat 2 orang pelaku usaha (25%)
pada kelompok usia > 5 tahun, dan 3 orang (60%) yang yang tidak melakukan
pencatatan keuangan dan evaluasi keuangan. Adanya perbedaan jumlah pelaku
usaha yang tidak melakukan pencatatan dan eveluasi keuangan tersebut
memberikan gambaran bahwa kualitas manajemen keuangan yang diterapkan oleh
kelompok pelaku usaha usia > 5 tahun lebih baik dibanding pada kelompok
pelaku usaha < 5 tahun. Hasil wawancara peneliti dengan kedua pelaku usaha
tentang alasan mereka tidak melakukan pencatatan dan evaluasi, selain karena
tidak ada waktu, hal tersebut menurut mereka tidaklah begitu penting. Menurut
mereka yang penting, usaha yang dijalankan selama ini lancar, serta dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan untuk ditabung.
Sementara jika dilihat karakteristiknya, kelompok pelaku usaha < 5 tahun
sebagian besar berpendidikan SMA (3 orang atau 60%), dan lainnya 2 orang
(40%) berpendidikan SMP, dan jika dilihat dari segi usia berada pada kisaran 25
s/d 57 tahun serta seluruhnya berjenis kelamin laki-laki (5 orang atau 100%).
Kemudian jika dilihat skala usaha yang dijalankan, mayoritas usaha yang
dijalankan masih dalam skala mikro (4 orang atau 80%), dan hanya 1 orang
pelaku usaha saja (20%) yang dikategorikan dalam skala kecil.
Pada kelompok pelaku usaha > 5 tahun, mayoritas pelaku usaha memiliki
tingkat pendidikan SMA (5 orang atau 62,50%), 2 orang pelaku usaha
30
berpendidikan SMP (25%), dan 1 orang pelaku usaha tidak sekolah (12,50%). Jika
dilihat usia pelaku usaha, 3 orang pelaku usaha (37,50%) memiliki usia > 57
tahun, 2 orang pelaku usaha (25%) memiliki usia >41-49 tahun, dan 2 orang
pelaku usaha (25%) memiliki usia >49-57 tahun. Dilihat dari jenis kelaminnya
mayoritas pelaku usaha memiliki jenis kelamin laki-laki, yaitu 5 orang (62,50%),
sedang hanya 3 orang pelaku usaha (37,50%) yang berjenis kelamin perempuan.
Kemudian dilihat dari skala usaha yang dijalankan, 4 orang pelaku usaha (50%)
memiliki usaha skala menengah, 1 orang pelaku usaha (12,50%) memiliki usaha
skala kecil, dan 3 orang pelaku usaha (37,50%) memiliki skala usaha mikro.
Jika dibandingkan karakteristik kedua kelompok pelaku usaha sebenarnya
tidak terlalu jauh, baik dilihat dari segi umur, tingkat pendidikan yang rata-rata
adalah lulusan SMA, dan dari segi jenis kelamin kedua kelompok pelaku usaha
juga didominasi oleh pelaku usaha dengan jenis kelamin laki-laki, hanya saja yang
membedakan skala usaha yang dijalankan, pada kelompok usaha < 5 tahun
didominasi usaha skala mikro sementara pada kelompok usaha > 5 tahun lebih
didominasi oleh kelompok pelaku usaha skala menengah
Temuan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Dianita (2011),
bahwa pada umumnya pelaku usaha UMKM lebih tertarik pada ide-ide bisnis
mereka dan menganggap manajemen keuangan adalah hal yang akan berjalan
dengan sendirinya. Mereka berpikir jika bisnis bagus, keuangan juga akan sama
bagusnya. Jika usaha untung, maka uang akan mengalir begitu saja. Anggapan
tersebut ada benarnya, tetapi dapat menyesatkan. Sebab manajemen keuangan
bukan sekedar bagaimana memanajemen uang kas. Lebih dari itu, manajemen
31
keuangan adalah bagaimana mengelola kekayaan untuk menghasilkan keuntungan
dan memanfaatkan sumber-sumber modal untuk membiayai usaha.
Temuan hasil penelitian ini setidaknya juga sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan Rita dan Priyanto (2011), semua UMKM merasa bahwa
manajemen keuangan bukan merupakan hal yang penting, mereka lebih
mementingkan pemasaran. Pencatatan usaha dan keuangan (SME Records)
seadanya, tidak rutin dan tidak ada pola yang terstruktur.
32
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan aspek perolehan modal, pada UMKM kelompok usia kurang dari
5 tahun sumber modalnya berasal dari modal sendiri, penyisihan laba, dan
warisan, sedang pada kelompok usia lebih dari 5 tahun sumber modalnya
berasal dari modal sendiri, penyisihan laba, warisan, dan hutang Bank,
Koperasi/BMT.
2. Berdasarkan aspek penggunaan dana, pada UMKM kelompok usia kurang
dari 5 tahun dana yang dimiliki untuk ditabung, pembelian fasilitas penunjang
kerja seperti kredit kendaraan roda dua dan empat, mencukupi kebutuhan
keluarga, dan untuk tambahan modal usaha. Sementara pada UMKM
kelompok usia lebih dari 5 tahun juga melakukan hal yang sama, yaitu
ditabung, membayar hutang Bank, Koperasi/BMT, mencukupi kebutuhan
keluarga, dan untuk tambahan modal usaha.
3. Berdasarkan aspek pengelolaan aset, pada UMKM kelompok usia kurang dari
5 tahun dan lebih dari 5 tahun pengelolaan aset dilakukan dengan melakukan
pencatatan laba rugi, neraca sederhana, dan HPP. Namun demikian pada
kelompok tersebut juga ditemukan sebagian pelaku usaha yang tidak
melakukan pencatatan, 2 orang (25%) dari kelompok lebih dari 5 tahun, dan 3
orang (60%) dari kelompok pelaku usaha kurang dari 5 tahun.
33
Saran
Bagi kelompok pelaku usaha usia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 5
tahun yang belum melakukan pencatatan ada baiknya melakukan pencatatan dan
evaluasi dalam pengelolaan usahanya, sebab dengan melakukan kegiatan
pencatatan dan evaluasi usaha banyak manfaat yang dapat diterima oleh pelaku
usaha itu sendiri. Selain dapat mengetahui sejauhmana perkembangan usaha yang
dijalankan selama ini, melalui kegiatan tersebut pelaku usaha dapat secara jelas
dan pasti mengetahui aliran dari penggunaan uang masuk dan keluar selama ini.
Selain itu melalui kegiatan tersebut juga akan mempermudah pelaku usaha untuk
memperoleh tambahan modal usaha jika sewaktu-waktu membutuhkan dari
lembaga keuangan.
Sementara bagi Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Semarang, ada
baiknya pihak dinas membantu pelaku usaha dengan memberikan pelatihan-
pelatihan yang baik tentang manajemen keuangan, sehingga usaha-usaha skala
UMKM yang dirintis oleh sebagian masyarakat selama ini tetap eksis, dan dapat
berkembang dengan baik.
Keterbatasan dan Saran untuk penelitian mendatang
Keterbatasan yang dialami adalah ketakutan pada respoden terhadap
peneliti karena pemikiran dari responden, peneliti dari petugas sensus UMKM
dari pusat dan survei dari Dinas Kementerian Koperasi usaha mikro, kecil dan
menengah sehingga informasi yang mereka berikan kepada peneliti tidak bisa
langsung menyeluruh harus diadakan pendekatan terhadap respoden agar mereka
mau memberikan informasi yang kita butuhkan.
34
Saran bagi penelitian selanjutnya agar lebih memperhatikan kedetailan
informasi yang ingin ditanyakan kepada responden, agar tidak melakukan
wawancara secara berulang seperti yang dilakukan penelitian sebelumnya.
Perlunya pendekatan terhadap responden, supaya informasi yang mereka berikan
lebih terbuka dan lebih mendetail.
35
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, M., Catur W. H., Sulistyowati, W., Udisubakti, dan Dana P. 2014. Analisis
Hubungan Produktivitas Dengan Technology Content PadaUsaha Kecil
& Menengah (UKM). Spektrum Industri, 2014, Vol. 12, No. 1, 1 – 112.
Budiwati, Netti, dan Suzanti, Lizza, 2010. Hand Out Manajemen Keuangan
Koperasi. Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Fakultas
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.
Dianita, 2011. Studi Penerapan Pencatatan Keuangan pada Usaha Mikro dan
Kecil (UMK) (Studi Kasus pada Usaha Mikro dan Kecil Pengrajin
Sepatu dan Sandal Wanita di Wilayah Surabaya Utara dan Barat),
Inspirasi, Vol 1, No. 18, 10 April 2011.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro dan Menengah, 2014. Laporan Pembangunan
Sektor Koperasi dan UMKM Semester I. Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro dan Menengah.
Ermalina, 2013. Implementasi Pencatatan Keuangan Oleh Pengusaha Mikro-Kecil
di Kecamatan Ciputat. Jurnal Liquidity Vol. 2, No. 1, Januari-Juni
2013, hlm. 66-72.
Furqan, A. C., dan Karim. 2011. Problematika Praktik Akuntansi. Tesis
Universitas
Tandukalo.
Hasyim, D, 2013. Kualitas Manajemen Keuangan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) (Studi Kasus Pada Distribution Store (Distro) di Kota
Medan). JUPIIS VOLUME 5 Nomor 2, Desember 2013.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
http://www.bi.go.id
36
Husnan, S. 2010. Manajemen Keuangan : Prinsip dan Penerapan Jangka
Panjang. Yogyakarta. BPFE.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyono, Sri, 2005. Statistika Untuk Ekonomi & Bisnis. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurbuko, C., dan Achmadi, A. 1999. Metodologi Penelitian. Cetakan Kedua.
Jakarta : Bumi Aksara.
37
Lampiran 1
Kuisoner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
A. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah daftar pertanyaan dengan teliti sebelum bapak / ibu / saudara menjawab
2. Jawaban dapat diberikan dengan cara :
a. Untuk pengisian ”Nama Responden” boleh diisi dengan nama atau hanya inisial.
b. Berilah tanda checklist/centang (√) sesuai dengan pilihan jawaban anda pada
kolom yang tersedia.
a. Nama Responden : .............................................................
b. Umur : ............................................................
c. Jenis Kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan
d Pendidikan Terakhir : 1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Akademi (D III)
5. Sarjana (S1)
6. Lain-lain ........................
B. MANAJEMEN KEUANGAN UMKM
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Bacalah instrumen ini secara seksama.
2. Jawablah dengan jujur dan apa adanya, agar jawaban yang bapak / ibu / saudara
berikan dapat memberikan informasi yang berguna sesuai dengan tujuan instrumen
penelitian.
3. Berilah tanda checklist/centang ( √ ) pada salah satu kotak pilihan yang paling sesuai
dengan apa yang bapak / ibu / saudara lakukan selama ini dalam mengelola usaha.
38
Pertanyaan Pilihan Jawaban
( Boleh menjawab lebih dari 1 ( satu )
pilihan )
1. Modal usaha yang anda jalankan selama ini
berasal dari?
Modal anda sendiri
Laba usaha yang disisihkan
Pinjaman bank
Pinjaman koperasi/BMT
Bantuan pemerintah
Bantuan LSM
Pinjaman dari keluarga keluarga
Modal gabungan dengan rekan bisnis
Lainnya, sebutkan :
2. Hasil usaha yang anda jalankan selama ini
digunakan untuk .....
Sebagian diinvestasikan dalam bentuk
tabungan
Sebagian diinvestasi untuk membeli
tanah
Sebagian diinvestasikan pada hal-hal
lain yang menguntungkan (selain
tabungan & tanah)
Sebutkan :
Sebagian dimasukkan lagi sebagai
tambahan modal usaha
Seluruhnya untuk mencukupi
kebutuhan keluarga.
Lainnya, sebutkan :
39
3. Apa yang anda lakukan dalam pengelolaan
aset?
Melakukan pencatatan keuangan dari
hasil usaha.
Tidak pernah sama sekali melakukan
pencatatan transaksi usaha.
Menggunakan informasi keuangan
untuk pengambilan keputusan usaha
Lainnya, sebutkan :
4. Bentuk pencatatan keuangan yang anda
lakukan terdiri dari . . . . .
5. Kegiatan pencatatan biasanya dilakukan
oleh ?
Pemilik
Karyawan
Lainnya, sebutkan :
6. Bagaimana anda melakukan evaluasi
keuangan anda?
Setiap hari
1 minggu sekali
1 bulan sekali
Tidak pernah
Lainnya, sebutkan :
40
41
42
Lampiran 3
Dokumen Pencatatan Laporan Keuangan yang dilakukan oleh beberapa Responden
Gambar 1. Contoh Dokumen Pencatatan Laporan Keuangan oleh Bp.Agus Warsito
Gambar 2. Contoh Dokumen Pencatatan Laporan keuangan oleh Bp.Krusrianto
43
Gambar 3. Contoh Dokumen Pencatatan Laporan Keuangan oleh Bp.Suwoloyo