131
IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat PT. Pertamina EP. Asset 3 Subang Field Sumardjo Adi Firmansyah Leonard Dharmawan Yulia Puspadewi Wulandari

IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

IMPLEMENTASI CSR MELALUI

PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT:

Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

PT. Pertamina EP. Asset 3 Subang Field

Sumardjo

Adi Firmansyah

Leonard Dharmawan

Yulia Puspadewi Wulandari

Page 2: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

IMPLEMENTASI CSR MELALUI

PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT:

Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

PT. Pertamina EP. Asset 3 Subang Field

Penyusun:

Sumardjo

Adi Firmansyah

Leonard Dharmawan

Yulia Puspadewi Wulandari

Page 3: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

IMPLEMENTASI CSR MELALUI

PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT:

Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

PT. Pertamina EP. Asset 3 Subang Field

Penyusun:

Sumardjo

Adi Firmansyah

Leonard Dharmawan

Yulia Puspadewi Wulandari

Foto-foto:

Dokumentasi CARE IPB dan

PT. Pertamina EP. Asset 3 Subang Field

Gambar cover depan:

http://www.amadeus.com/

Gambar cover belakang:

http://griyatilawah.com/

Diterbitkan oleh :

CARE IPB

Kampus IPB Baranangsiang

Cetakan pertama, Juli 2014

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Dilarang memperbanyak buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit

ISBN 978-602-71091-0-0

Page 4: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

i

KATA PENGANTAR

Suatu model pengembangan masyarakat yang dapat diamati

secara konkrit pada saat ini dinilai sudah menjadi kebutuhan

mendesak. Berbagai upaya pengembangan masyarakat telah

banyak dilakukan oleh banyak pihak, namun banyak pula yang

kurang menghasilkan suatu dampak yang signifikan untuk dijadikan

contoh bagi pengembangan masyarakat sekitarnya. Pengembangan

di dalam konteks implementasi tanggung jawab sosial perusahaan

(Corporate Social Responsibility) semakin menjadi kebutuhan, selain

disebabkan oleh adanya aturan hukum yang mengatur dan

mewajibkan adanya CSR, dan pedoman penerapan CSR yang

tertuang dalam ISO 26000, juga semakin mendesak setelah

menguat dan meluasnya kesadaran masyarakat atas adanya

dominasi akses sumberdaya oleh pemodal kuat terhadap pemodal

lemah dan atau masyarakat setempat. Hal ini mengingat

operasionalisasi suatu perusahaan selain menghasilkan manfaat

berupa keuntungan, juga tidak terlepas dari dampak, diantaranya

dampak negatif yang berimplikasi pada biaya sosial.

Kegagalan program pengembangan masyarakat yang sering

ditemukan selama ini, baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah

maupun swasta, antara lain disebabkan ketidaktepatan metodologi

perencanaan program yang digunakan serta metode

implementasinya. Buku ini menyajikan metode partisipatif pengkajian

sumberdaya masyarakat dalam rangka perencanaan program

Community Development (Comdev) yang disertai dengan teknik

serta contoh-contoh yang konkrit. Pada bagian lain, buku ini juga

menampilkan inovasi pemberdayaan masyarakat yang

dikembangkan oleh PT. Pertamina EP Asset 3 Subang Field dalam

mengimplentasikan program pengembangan masyarakat. Di bagian

akhir buku ini membahas tentang pelajaran-pelajaran penting

pemberdayaan masyarakat dalam rangka CSR.

Page 5: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

ii

Ucapan terima kasih disampaikan kepada PT. Pertamina EP.

Asset 3 Subang Field dan seluruh pihak yang mendukung sehingga

buku ini dapat diselesaikan. Buku ini tersusun berkat kerjasama

CARE IPB dengan PT. Pertamina EP. Asset 3 Subang Field.

Semoga buku ini dapat memberikan inspirasi dan kontribusi bagi

pengembangan program CSR di masa mendatang.

Bogor, Juli 2014

Penyusun

Page 6: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vi

1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. CSR: Implementasi Good Corporate Governance ............... 1

1.2. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Konsep CSRPT.

Pertamina EP. Asset 3 Subang Field ................................... 2

1.3. Strategi Community Development PT. Pertamina EP. Asset 3

Subang Field ........................................................................ 4

2. LANDASAN OPERASIONAL CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR): FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, HUKUM .. 5

2.1. Mengapa Corporate Social Responsibility Penting Bagi

Perusahaan .......................................................................... 6

2.2. Dasar Hukum Implementasi CSR ......................................... 8

2.3 Tata kelola Organisasi CSR : ISO 26000:2010(Guidance on

Social Responsibility) ......................................................... 12

3. METODA PARTISIPATIF IDENTIFIKASI POTENSI

SUMBERDAYA MASYARAKAT ................................................. 16

3.1. Pemetaan ........................................................................... 17

3.2. Transek .............................................................................. 23

3.3. Kalender Musim .................................................................. 28

3.4. Sejarah Perkembangan Desa ............................................. 32

3.5. Kajian Mata Pencaharian .................................................... 37

3.6. Kalender Harian .................................................................. 41

3.7. Kajian Peran dan Manfaat Lembaga ................................... 44

Page 7: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

iv

4. INOVASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PT. PERTAMINA

EP.ASSET 3 SUBANG FIELD .................................................... 48

4.1. Kampung Eco Green .......................................................... 49

4.2. Perencanaan Partisipatif ..................................................... 51

4.3. Pengembangan Jamur Terpadu ......................................... 56

4.4. Ternak Domba Terpadu ...................................................... 66

5. PENUTUP: PELAJARAN IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT DALAM CSR ..................................................... 80

5.1. Pelajaran dari Isu seputar Implementasi PP Nomor 47 Tahun

2012 ................................................................................... 80

5.2. Pelajaran dari beberapa acuan dalam implementasi CSR .. 90

5.3. Pelajaran dari Perspektif pentingnya penerapan CSR ........ 92

5.4. Pelajaran terkait Prioritas Isyu Penerapan CSR .................. 96

5.5. Pelajaran terkait dengan pemberdayaan masyarakat dalam

implementasi CSR ............................................................. 99

5.6. Prinsip-prinsip dalam ISO 26000:2010 (Guidance on Social

Responsibility) .................................................................. 110

DAFTAR RUJUKAN ...................................................................... 113

PROFIL TIM PENULIS .................................................................. 115

Page 8: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Hasil Transek di Desa Pasirukem ................................. 26

Tabel 3.2. Form Kalender Musim ................................................... 30

Tabel 3.3. Contoh Kalender musim untuk Komoditi Unggulan di

Desa Cidahu, Subang ................................................... 31

Tabel 3.4. Visualisasi Alur Sejarah: ............................................... 36

Tabel 3.5. Contoh Sejarah Program Pembangunan Desa ............. 36

Tabel 3.6. Contoh Identifikasi Jenis Pekerjaan di Desa ................. 39

Tabel 3.7. Kegiatan Harian Komunitas .......................................... 44

Tabel 4.1. Potensi, Permasalahan dan kebutuhan Desa Pasirjaya,

Karawang ..................................................................... 54

Tabel 4.2. Proyeksi Populasi, Jumlah Kotoran, Kebutuhan Jerami

dan Potensi Pengurangan Emisi CO2 Program Ternak

Domba Terpadu ............................................................ 76

Tabel 5.1. Perbedaan CSR dan PKBL ........................................... 83

Tabel 5.2. Perkembangan Level Keberdayaan menurut Aspek

Keberdayaan .............................................................. 104

Tabel 5.3. Perkembangan Level Pemberdayaan menurut Aspek

Pemberdayaan ........................................................... 106

Page 9: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Pilar Program Comdev PT. Pertamina EP Asset 3

Subang Field ............................................................. 3

Gambar 2.1. Acuan Cakupan CSR versi ISO 26000..................... 10

Gambar 3.1. Unsur-Unsur Utama PRA ......................................... 17

Gambar 3.2. Hasil Pemetaan Desa secara Partisipatif ................. 22

Gambar 3.3. Proses Pemetaan Secara Partisipatif ....................... 23

Gambar 3.4. Rantai Tataniaga Hasil Nelayan ............................... 40

Gambar 3.6. Hasil kajian kelembagaan di Desa Pasirukem .......... 47

Gambar 4.1. Dampak Pengembangan Kampung Eco Green ....... 51

Gambar 4.2. FGD dalam rangka mendapatkan masukan

masyarakat untuk Penyusunan Renstra Comdev PT.

Pertamina EP Subang Field .................................... 52

Gambar 4.3. Implementasi Partisipatif .......................................... 52

Gambar 4.4. Skema Implementasi Program CSR PT. Pertamina

EP. Asset 3 Subang Field ........................................ 53

Gambar 4.5. Model pengembangan jamur terpadu berbasis

pemanfaatan jerami di Sukamulya (Sumber: PEP

Subang, 2014) ......................................................... 57

Gambar 4.6. Rencana Pengembangan Jamur Merang ................. 57

(PEP Asset 3 Subang Field, 2013) ........................... 57

Gambar 4.7. Kegiatan Pembentukan dan Pertemuan Kelompok .. 59

Gambar 4.8. Pelatihan Kelompok Budidaya Jamur....................... 60

Gambar 4.9. Kegiatan Pembuatan Pupuk Organik ....................... 60

Gambar 4.10. Proses Budidaya Jamur ........................................... 61

Gambar 4.11. Pengomposan jerami dengan Kapur ........................ 61

Gambar 4.12. Pemasukan Media ................................................... 61

Gambar 4.13. Pemilahan Bibit Jamur ............................................. 62

Gambar 4.14. Jamur Siap Panen ................................................... 62

Gambar 4.15. Jamur Kualtas Super (a) dan Jamur Kualtas BS (b) . 62

Gambar 4.16. Kegiatan Pelatihan Pembuatan Masakan dan Snack

Jamur ...................................................................... 63

Page 10: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

vii

Gambar 4.17. Trend Peningkatan Produksi dan Pendapatan

Kelompok Jamur Terpadu di Desa Sukamulya (PEP

Asset 3 Subang Field, 2013) ................................... 64

Gambar 4.18. Multiflier Efek Pengembangan Jamur Terpadu (PEP

Asset 3 Subang Field, 2013) ................................... 65

Gambar 4.19. Inovasi fermentasi dengan menggunakan blower

(PEP Subang Field, 2014) ....................................... 66

Gambar 4.20. Rencana pengembangan usaha ternak terpadu di

Cidahu-Subang dan Pasirukem-Karawang .............. 67

Gambar 4.21. Model Kemitraan Program Ternak Domba Terpadu 68

Gambar 4.22. Mekanisme Perisapan Program Ternak Domba

Terpadu ................................................................... 69

Gambar 4.23. Pertemuan awal Pembentukan Kelompok di

Pasirukem ............................................................... 70

Gambar 4.24. Pertemuan awal Pembentukan Kelompok di Cidahu70

Gambar 4.25. Proses Pembuatan Kandang di Cidahu .................... 71

Gambar 4.26. Kandang Domba Terpadu di Cidahu dan Pasirukem 72

Gambar 4.27. Ternak Domba Penggemukan .................................. 72

Gambar 4.29. Ternak Domba di Cidahu .......................................... 73

Gambar 4.28. Ternak Domba Pembibitan ....................................... 73

Gambar 4.30. Serah Terima Ternak Domba di Pasirukem .............. 74

Gambar 4.31. Pelatihan Ternak Domba Terpadu di Pasirukem ...... 74

Gambar 4.32. Pelatihan Ternak Domba Terpadu di Cidahu ........... 75

Gambar 4.33. Proyeksi Peningkatan Populasi, Hasil Kotoran Dan

Tambahan Pendapatan Dari Usaha Ternak Domba 75

Gambar 4.34. Proyeksi Kebutuhan Jerami Usaha Ternak Domba . 77

Gambar 4.35. Potensi Pengurangan Emisi CO2 dari Usaha Ternak

Domba .................................................................... 77

Gambar 4.36. Perbandingan Kondisi Awal dan Kondisi Saat Ini .... 78

Gambar 4.37. Kemitraan ABG-C dalam Program Usaha Ternak

Domba .................................................................... 78

Gambar 4.38. Kandang sebagai Pusat Kegiatan Masyarakat ........ 79

Gambar 5.1. Ruang Lingkup TJSL: pasar, lokasi kerja, masyarakat,

dan lingkungan hidup .............................................. 82

Gambar 5.2 Cakupan Pengaruh CSR dalam kehidupan dan

lingkungan ............................................................... 87

Page 11: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

viii

Gambar 5.3. CSR mempertimbangkan Ruang Pengaruh

(Sumber: Welford, 2011) ......................................... 88

Gambar 5.4. Aspek-aspek Milenium Development Goal ............... 91

Gambar 5.5. Filosofi Gagasan Corporate Social Responsibility .... 96

Gambar 5.6. Subjek Inti Tanggung Jawab Sosial (Sumber:ISO

26000: 2010 Guidance on Social Responsibility ) .... 98

Gambar 5.7. Perkembangan Tingkat Keberdayaan dan

Mekanisme Pemberdayaan ................................... 102

Gambar 5.8. Misi Utama Pemberdayaan Masyarakat dalam

rangka Implementasi CSR ..................................... 107

Page 12: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

1

1. PENDAHULUAN

1.1. CSR: IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PT. Pertamina EP Asset 3

Subang Field merupakan salah satu

operator negara dalam menjalankan

industri migas. Kegiatan usaha PT.

Pertamina EP Asset 3 Subang Field

banyak bersinggungan dengan

beragam stakeholder, khususnya

masyarakat dan lingkungan di sekitar

operasional perusahaan. Untuk itu PT

Pertamina EP Asset 3 Subang Field tidak hanya terbatas pada

orientasi mencari dan memproduksikan sumber migas untuk

memenuhi pasokan sumber energi dalam negeri yang identik dengan

peningkatan profit perusahaan, akan tetapi people dan planet juga

menjadi perhatian.

Perkembangan industri yang dinamis dan kompetitif

memotivasi PT. Pertamina EP sebagai induk perusahaan PT.

Pertamina EP Asset 3 Subang Field untuk menerapkan program

Good Corporate Governance (GCG) sebagai upaya untuk

meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas Perseroan.

Program GCG juga bertujuan untuk mewujudkan nilai pemegang

saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan

pemangku kepentingan lainnya. Salah satu indikator good corporate

governance diantaranya adalah komitmen berkesinambungan

terhadap pembangunan ekonomi, serta komunitas lokal dan

masyarakat luas pada umumnya. Corporate Social Responsibility

(CSR) yang digulirkan PT. Pertamina EP memiliki misi penting yaitu

menjawab kepercayaan yang diberikan dengan keinginan untuk lebih

memberikan arti bagi masyarakat lokal dimana perusahaan berada.

People

PlanetProfit

Page 13: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

2

Sesuai dengan kebijakan perusahaan, PT Pertamina EP

Asset 3 Subang Field senantiasa berusaha menciptakan suasana

kegiatan operasi yang ramah lingkungan sehingga dapat menjadi

perusahaan yang dicintai masyarakat. Melalui suasana kerja

demikian maka hubungan dengan lingkungan masyarakat di sekitar

kegiatan operasinya terasa aman, nyaman, dan dinamis.

Bukti implementasi CSR PT. Pertamina EP Asset 3 Subang

Field bukan hanya ditunjukkan dari kondisi lingkungan kerja yang

dinamis tetapi juga dibuktikan dengan diraihnya Proper Hijau selama

tiga kali berturut-turut. Didukung oleh SDM yang handal dan

pengalaman selama 30 tahun lebih, PT. Pertamina EP Asset 3

Subang Field bertekad meningkatkan produktifitas dan menciptakan

kemajuan yang berkelanjutan seiring dengan perkembangan bisnis.

1.2. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KONSEP CSR PT.

PERTAMINA EP. ASSET 3 SUBANG FIELD

Kesadaran mengenai kebutuhan implementasi CSR telah

menjadi trend global. Banyak model dan pola implementasi CSR

yang berkembang dan diimplementasikan oleh perusahaan-

perusahaan dalam dan luar negeri, ada yang berbasis karikatif

(charity), CSR berbasis kedermawanan (philanthropy) ada pula yang

berbasis pemberdayaan masyarakat (community development).

PT. Pertamina EP Asset 3 Subang Field selama ini telah

berupaya melaksanakan program Comdev/CSR, antara lain melalui

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dan juga program

CSR lainnya yang tersebar di dalam berbagai program. Upaya

mewujudkan komitmen memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya

kepada masyarakat sekitar melalui program CSR juga ditunjukkan

dengan senantiasa memperbaiki kinerja pelaksanaan CSR setiap

saat. Kegiatan social mapping sebagai dasar penentuan isu strategis

dan kebutuhan masyarakat menjadi landasan dalam penyusunan

program CSR PT. Pertamina EP Asset 3 Subang. Penyusunan

Dokumen Rencana Strategis Community Development PT.

Page 14: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

3

Pertamina EP Asset 3 Subang Field telah dilakukan agar program-

program CSR yang direncanakan bisa terlaksana dengan lebih baik,

fokus, terarah, sustainable, tepat sasaran serta dapat mengangkat

citra positif perusahaan.

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu

pendekatan yang dipilih dalam implementasi CSR PT. Pertamina EP

Asset 3 Subang. Model Community based development project yang

dipilih diharapkan mampu mengedepankan pembangunan

keterampilan dan kemampuan kelompok masyarakat. Dengan

membawa konsep “pembangunan berbasis komunitas” PT.

Pertamina EP Asset 3 Subang berkolaborasi dengan mitra-mitra

strategis berupaya mendorong terwujudnya masyarakat yang

mandiri, berdaya dan memiliki kapasitas untuk mampu meraih

kesejahteraan dalam rangka mencapai penghidupan yang lebih baik.

Terdapat lima pilar Program Comdev PT. Pertamina EP

Asset 3 Subang Field terdiri dari: ekonomi, pendidikan, kesehatan,

lingkungan dan infrastruktur (Gambar 1). Keseluruhannya mengarah

pada satu tujuan yaitu mewujudkan masyarakat mandiri.

Gambar 1.1. Pilar Program Comdev PT. Pertamina EP Asset 3

Subang Field

Page 15: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

4

1.3. STRATEGI COMMUNITY DEVELOPMENT PT. PERTAMINA EP.

ASSET 3 SUBANG FIELD

Telah dituangkan dalam dokumen Rencana Strategis

(Renstra) CSR PT. Pertamina Asset 3 Subang Field 2014-2018, ada

tujuh strategi dalam penyelenggaraan Comdev :

1. Penguatan sinergi kemitraan dengan pihak-pihak terkait

2. Penguatan sistem manajemen melalui pemantapan SOP dan

implementasinya

3. Penguatan kualitas SDM melalui implementasi standar

kompetensi

4. Implementasi Comdev berpedoman pada standar

internasional (MDGs, ISO 26000 & GRI)

5. Pemberdayaan masyarakat disertai pendampingan

6. Mengembangkan publikasi Comdev didukung sistem

dokumentasi terintegrasi

7. Mengembangkan struktur organisasi Comdev yang kondusif

Ketujuh strategi disusun dengan mengakomodir berbagai

konsep pembangunan berkelanjutan antara lain Milenium

Development Goals (MDGs), ISO 26000 & GRI, dan lain-lain.

Page 16: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

5

2. LANDASAN OPERASIONAL CORPORATE

SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR): FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, HUKUM

Berkembangnya tingkat kesadaran dan kecerdasan

masyarakat terkait dengan kehadiran perusahaan di dalam

lingkungan mereka, telah membawa pada suatu kebutuhan bagi

perusahaan untuk mampu mengembangkan tanggungjawab sosial

perusahaan (CSR). Hal ini disebabkan operasional perusahaan

selain menghasilkan manfaat berupa keuntungan bagi perusahaan

yang bersangkutan, faktanya kegiatan perusahaan tidak jarang

mendatangkan dampak sosial ekonomi dan bahkan biaya sosial bagi

kehidupan masyarakat yang berada pada posisi menjadi

stakeholdersnya.

Apa yang dimaksud tanggung jawab sosial perusahaan

(CSR)? CSR adalah wujud tanggung jawab sebuah organisasi

(perusahaan) terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan

dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan.

Tanggung jawab tersebut yang diwujudkan dalam bentuk perilaku

transparan dan etis, yang sejalan dengan pembangunan

berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; dengan

mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan

dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku

internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara

menyeluruh” (ISO 26000: 2010).

CSR merupakan wujud upaya sungguh-sungguh entitas

bisnis untuk : (1) meminimumkan dampak negatif dan

memaksimumkan dampak positif operasi perusahaan terhadap

seluruh pemangku kepentingan; (2) dalam ranah ekonomi, sosial dan

lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan; (3)

konsekuensi terhadap operasional perusahaan berupa komitmen

perusahaan dalam mempertanggungjawabkan ekses yang

Page 17: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

6

diakibatkan kegiatan operasionalnya, yang dipandang dari sisi

ekonomis, sosial dan lingkungan, (4) agar terwujud adanya

keseimbangan dengan menghasilkan manfaat dari dampak-dampak

tersebut bagi perusahaan maupun bagi lingkungannya.

Komitmen perusahaan/korporasi untuk bertanggung jawab

terhadap dampak-dampaknya dapat mencakup pada aspek-aspek:

ekonomi/pasar, sosial dan lingkungan hidup (Tripple Bottomline),

yaitu Profit (keuntungan), People (masyarakat), Planet (lingkungan);

menjadi “tetangga yang baik” dengan memberikan maslahat (good

cause) kepada masyarakat dan sebagai warga korporasi yang baik

(good corporate citizen) menyumbang pada aspek pembangunan

berkelanjutan (sustainable development). CSR berpotensi menjadi

wujud kontribusi menyeluruh dari dunia usaha terhadap

pembangunan berkelanjutan, dengan mempertimbangkan dampak

ekonomi, sosial dan lingkungan dari kegiatannya.

2.1. MENGAPA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PENTING BAGI

PERUSAHAAN

Kenapa perusahaan perlu menerapkan tanggung jawab

Sosial atau yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility

(CSR)? Di dalam operasional terhadap keputusan-keputusannya,

tidak jarang dihadapkan pada hambatan, gangguan dan kendala

untuk mencapai kondisi optimum, yang disebabkan oleh munculnya

konflik-konflik kepentingan dengan lingkungannya. Konflik-konflik

kepentingan tersebut dapat berupa: situasi yang dirasakan sebagai

dominasi atau bahkan ‘perampasan’ hak akses masyarakat terhadap

sumber daya di lingkungan, dampak sosial ekonomi operasional

perusahaan terhadap lingkungannya, dampak operasional

perusahaan terhadap stakeholdernya dan lain sebagainya yang

terkait dengan implikasi dari kehadiran perusahaan di lingkungannya.

Realitanya, perusahaan dapat berproduksi atau beroperasi

secara optimal dan berkelanjutan apabila didukung oleh suasana

yang kondusif untuk bisa melakukan kegiatan produktif yang

Page 18: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

7

berkelanjutan. Suasana kondusif tersebut dapat berupa faktor

internal perusahaan, namun juga tidak kalah pentingnya berupa

faktor eksternal perusahaan. Di dalam uraian ini lebih menekankan

pada faktor eksternal perusahaan yang berkaitan dengan suasana

yang kondusif bagi perusahaan tersebut.

Penerapan CSR berpotensi dapat menjadi upaya untuk

memperoleh licence to operate dari masyarakat setempat, sekaligus

menjadi bagian dari risk management perusahaan untuk meredam

atau menghindari konflik sosial. Di samping itu CSR juga mestinya

berpotensi memberikan citra perusahaan yang khas, baik, dan etis di

mata publik; dan dapat menciptakan customer loyalty.

Dalam perkembangan dunia usaha kelas menengah dan

besar khususnya telah terjadi pergeseran kepemilikan dari

kepemilikan pribadi ke pemilikan publik. Implikasi adanya pergeseran

kepemilikan dunia usaha, dari kepemilikan pribadi menjadi

kepemilikan publik, dicermati dapat berupa: Secara tidak langsung,

hal ini bermakna perusahaan tidak lagi hanya sebatas institusi bisnis,

tetapi telah bergeser menjadi institusi sosial, serta dunia usaha tidak

hanya bertugas mencari keuntungan, tetapi juga harus berperan

menjadi institusi yang memiliki tanggungjawab sosial (Gunawan

2008; Sumardjo 2013).

Page 19: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

8

2.2. DASAR HUKUM IMPLEMENTASI CSR

Regulasi Nasional terkait dengan tanggung jawab sosial dan

lingkungan (TJSL) tertuang dalam UU 40 Tahun 2007 dan PP 47

Tahun 2012 adalah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

yang disahkan DPR tanggal 20 Juli 2007 menandai babak baru

pengaturan CSR di negeri ini. Social Responsibility menjadi

kewajiban baru standar bisnis yang harus dipenuhi seperti layaknya

standar ISO (ISO 26000 on Social Responsibility) sehingga tuntutan

dunia usaha menjadi semakin jelas atas pentingnya program CSR

dijalankan oleh perusahaan apabila menginginkan keberlanjutan dari

perusahaan tersebut.

Di dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas, batasan TJSL adalah: “komitmen

perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan

yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat,

maupun masyarakat pada umumnya“

Peraturan perundangan terkait TJSL termuat dalam

ketentuan hukum berikut:

1. UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT).

PT yang menjalankan usaha di bidang dan/atau

bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan

tanggung jawab sosial dan lingkungan.

2. UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Hukum Milik Negara

(BUMN). Dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan Menteri

Negara BUMN No. 4 Tahun 2007 – Pendanaan dalam BUMN

dikenal juga PKBL yang besarnya 2% dari laba bersih.

3. UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal: Setiap

penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab

sosial perusahaan.

Page 20: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

9

4. UU No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial:

Badan usaha memiliki peran dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial yang dilakukan sebagai tanggung jawab

sosial dan lingkungan, dan

5. PP 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan.

Dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 pasal 74, secara tersirat,

bahwa untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi,

seimbang, dan sesuai, dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya

masyarakat setempat.

1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidangdan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajibmelaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroanyang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikankepatutan dan kewajaran.

3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial danLingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

CARE IPB

Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan

kegiatan usahanya di bidang sumberdaya alam” adalah Perseroan

yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumberdaya

alam. “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya berkaitan

dengan sumberdaya alam” adalah Perseroan yang tidak mengelola

Page 21: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

10

dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan

usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.

Selanjutnya disebutkan bahwa: bagi perusahaan yang mengabaikan

ketentuan tersebut, “Dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan”, adalah dikenai segala bentuk

sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait.

Di dalam implementasi CSR atau TJSL menurut versi ISO

2600 mencakup 7 (tujuh) aspek sebagaimana tersaji dalam Gambar

2.1.

Gambar 2.1. Acuan Cakupan CSR versi ISO 26000

Sebagai pengelola CSR setidaknya harus memahami

dimensi-dimensi atau aspek-aspek CSR antara lain mencakup (1)

Dimensi CSR yang menyangkut kebijakan dan etika bisnis, serta

berkaitan dengan budaya perusahaan dan resolusi konflik; (2)

Dimensi yang menyangkut kesejahteraan karyawan/pekerja,

misalnya kesamaan peluang, hubungan pegawai, standar pekerjaan,

pemeriksaan kinerja, kompensasi, keluwesan jam kerja,

pertumbuhan dan pengembangan kualitas pegawai, penyudahan

Social Responsibility

Organizational governance

Human rights

Labour paractices

The Environment

Fair operating process

Consumer issues

Social Development

Page 22: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

11

pegawai dan pemberdayaan pegawai; (3) Dimensi Penerapan

Pasar, antara lain perlindungan konsumen, kepuasan pelanggan,

pembayaran memadai dan ketepatan waktu pelayanan; (4) Dimensi

Tanggung Jawab Kebijakan Fiskal, pengawasan dan

pengendaliannya; (5) Dimensi Hubungan Internasional, seperti Hak

Azasi Manusia, Standar Pegawai dan Lingkungan, Pembelian dan

Kontrak, serta komitmen internasional; (6) Dimensi Akuntabilitas,

mencakup audit tanggung jawab sosial, pemantauan, dan pelaporan

kepada stakeholders; (7) Dimensi Lingkungan yaitu pengelolaan

emisi/limbah, regulasi lingkungan, pernyataan kebijakan lingkungan,

manajemen lingkungan dan komunikasi, serta struktur sosial dan

sumberdaya manusia; serta (8) Dimensi Pengembangan

Masyarakat, yaitu pemetaan partisipatif, keterlibatan dalam

pengembangan masyarakat, kelembagaan, pengembangan usaha

ekonomi spasial, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial budaya,

keterlibatan dalam komunitas, bantuan dan pelayanan masyarakat,

seni budaya, Infrastruktur ekonomi dan transportasi, serta upaya

penguatan daya saing masyarakat.

Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR

ini, menjadi trend global (Gunawan 2008, dalam Sumardjo 2013),

seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global

terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan produksi

dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak

azasi manusia (HAM). Bank-bank di Eropa menerapkan kebijakan

dalam pemberian pinjaman hanya kepada perusahaan yang

mengimplementasikan CSR dengan baik. Sebagai contoh, bank-

bank Eropa hanya memberikan pinjaman pada perusahaan-

perusahaan perkebunan di Asia apabila ada jaminan dari

perusahaan tersebut, yakni ketika membuka lahan perkebunan tidak

dilakukan dengan membakar hutan.

Trend global lainnya dalam pelaksanaan CSR di bidang

pasar modal adalah penerapan indeks yang memasukkan kategori

saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan CSR. Sebagai

contoh, New York Stock Exchange memiliki Dow Jones Sustainability

Page 23: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

12

Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan yang dikategorikan

memiliki nilai corporate sustainability dengan salah satu kriterianya

adalah praktik CSR. Begitu pula London Stock Exchange yang

memiliki Socially Responsible Invesment (SRI). Inisiatif ini mulai

diikuti oleh otoritas bursa saham di Asia, seperti Hangseng Stock

Exchange dan Singapura Stock Exchange. Hal ini untuk memenuhi

regulasi, hukum dan aturan yg mengaturnya dan sekaligus sebagai

investasi sosial perusahaan untuk mendapatkan image yang positif

sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan.

Di dalam Undang-undang No.25 tahun 2007 tentang

Penanaman Modal terkait dengan CSR ini secara tersirat telah

diamanatkan pada pasal-pasal berikut:

1. Pasal 15 (2) setiap penanam modal berkewajiban

melaksanakan tanggung jawab perusahaan, (4)

menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi

kegiatan usaha penanaman modal

2. Pasal 16 (4) setiap penanam modal bertanggung jawab

melestarikan lingkungan hidup

3. Pasal 17 setiap penanam modal yang mengusahakan

sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib

mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan

lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup,

yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

4. Pasal 34 badan usaha atau usaha perseorangan tidak

memenuhi kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial

akan dikenai sanksi administratif.

2.3 TATA KELOLA ORGANISASI CSR : ISO 26000:2010(GUIDANCE

ON SOCIAL RESPONSIBILITY)

Mengacu pada ISO 26000 (2010) setidaknya ada tujuh aspek

dalam mengelola CSR dalam suatu organisasi perusahaan yang

Page 24: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

13

perlu diperhatikan, yaitu menyangkut : (1) Tata Kelola Organisasi, (2)

terkait Hak Azasi Manusia, (3) kepedulian terhadap aspek

lingkungan, (4) praktek operasional perusahaan yang adil (fearness),

(5) terkait isu-isu konsumen, (6) partisipasi masyarakat dan

pengembangan masyarakat, dan (7) menyangkut ketenagakerjaan.

Sistem yang dirancang dan diimplementasikan oleh sebuah

organisasi dalam mencapai tujuannya (tata kelola organisasi) dalam

menerapkan CSR pada dasarnya perlu mempertimbangkan prinsip-

prinsip: akuntabilitas, transparansi, perilaku etis, penghormatan pada

kepentingan stakeholder dan kepatuhan pada hukum dalam setiap

pengambilan keputusannya. Organisasi harus memiliki komitmen

baik dalam proses pengambilan keputusan, pengelolaan sistem dan

penyusunan struktur organisasi yang dirancang untuk

memungkinkannya mengaplikasikan prinsip-prinsip dan praktek

tanggung jawab sosial tersebut.

Keputusan dalam penyusunan program-program CSR yang

diprioritaskan oleh organisasi sebaiknya didasarkan pada prioritas

yang ditetapkan berdasarkan hasil pemetaan sosial, kebutuhan dan

potensi sumberdaya lokal (due diligence), dengan

mempertimbangkan hal-hal, antara lain terkait: (1) sejauhmana

terkandung kondisi yang berpotensi menimbulkan risiko pelanggaran

HAM, sehingga perlu dihindari, (2) upaya mengatasi masalah yang

berpotensi dikeluhkan oleh masyarakat terkait dengan operasional

perusahaan, (3) mengantisipasi kemungkinan terjadinya diskriminasi

dan kelompok-kelompok rentan, serta (4) upaya menghormati hak-

hak sipil, ekonomi, sosial budaya, dan politik, serta hak-hak dasar

ketenagakerjaan.

Di dalam praktek khususnya terkait dengan ketenagakerjaan

hal-hal yang perlu manajemen CSR perhatikan antara lain; (1) tata

hubungan kerja ketenagakerjaan, (2) kondisi kerja dan jaminan

sosial, kesehatan dan keselamatan kerja, pelatihan dan

pengembangan sumberdaya manusia, serta lingkungan kerja yang

kondusif, melalui (3) sikap antisipatif permasalahan ketenagakerjaan

Page 25: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

14

melalui dialog-dialog yang kondusif mewujudkan sinergi bagi pihak-

pihak terkait.

Menurut ISO 26000 (2010), aspek lingkungan yang perlu

diperhatikan berkaitan dengan upaya-upaya: pencegahan polusi dan

penangan dampak operasional perusahaan, penggunaan

sumberdaya yang berkelanjutan, dan mitigasi dan adaptasi terhadap

perubahan iklim, serta upaya perlindungan lingkungan dan

keragaman hayati dan restorasi habitat flora dan fauna khas lokal.

Sedangkan yang berkaitan dengan praktek operasional perusahaan

yang adil (fearness), hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: baik

berupa praktek pencegahan kemungkinan terjadinya tindakan

koruptif, keterlibatan yang bertanggung jawab dalam urusan

kebijakan pembangunan, persaingan yang sehat/adil, dan promosi

tanggung jawab sosial dalam rantai pasokan (supply chain), maupun

penghormatan terhadap hak cipta.

Selanjutnya yang juga tidak kalah pentingnya dalam subyek

utama ISO 26000 (2010) adalah menyangkut partisipasi dan

pengembangan masyarakat, serta isu-isu konsumen. Partisipasi dan

pengembangan masyarakat merupakan isu yang sangat populer,

bahkan sering dipahami secara kurang tepat, bahwa pelibatan dan

pengembangan masyarakat inilah yang disebut CSR. Terkait dengan

partisipasi dan pengembangan masyarakat ini hal-hal yang perlu

dipertimbangkan untuk dikembangan dalam program CSR, antara

lain: (1) upaya pelibatan masyarakat dalam Investasi sosial, (2)

kepedulian terhadap aspek kesehatan, pendidikan dan kebudayaan,

(3) Penciptaan lapangan kerja dan peningkatan keterampilan (4)

pengembangan dan akses atas teknologi, dan (5) upaya

meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan pendapatan

masyarakat, terutama area berpotensi terdampak oleh operasional

perusahaan.

Kemudian hal-hal yang berkaitan dengan isu-isu konsumen

yang sebaiknya dapat dipertimbangkan dalam implementasi CSR

antara lain: (1) upaya mewujudkan pemasaran yang adil, melalui

informasi yang faktual dan tidak bias, serta praktik kontraktual yang

Page 26: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

15

adil, (2) upaya pemeliharaan kesehatan dan keselamatan konsumen,

(3) memelihara hubungan yang baik untuk terwujudnya konsumsi

yang berkelanjutan, (4) pelayanan dan dukungan terhadap

konsumen, serta proaktif dalam penyelesaian keberatan (disclaimer),

(5) terkait proteksi dan privasi data konsumen, (6) akses terhadap

pelayanan esensial organisasi, serta (7) pendidikan dan penyadaran

bagi perilaku konsumen yang kondusif.

Page 27: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

16

3. METODA PARTISIPATIF IDENTIFIKASI POTENSI SUMBERDAYA MASYARAKAT

Metode yang digunakan untuk pengkajian potensi

sumberdaya masyarakat dan wilayah adalah Participatory Rural

Appraisal (PRA). PRA merupakan sekumpulan metode/pendekatan

yang diharapkan dapat digunakan untuk memfasilitasi masyarakat

sehingga dapat: (1) saling berbagi pengetahuan dan pengalaman;

(2) menganalisis kondisi kehidupannya; (3) membuat rencana

kegiatan berdasarkan hasil analisisnya.

Tujuan pengkajian desa secara partisipatif adalah: (1)

Masyarakat mampu mengetahui potensi dan permasalahannya

sendiri secara rinci, sebagai tujuan jangka pendek. (2) Menggugah

dan menumbuhkan kesadaran, bahwa warga masyarakat memiliki

potensi dan sekaligus menghadapi masalah, sebagai tujuan jangka

panjang. Metode kajian ini tidak hanya menekankan teknik-teknik

pengumpulan data semata, melainkan lebih besar porsinya

bermakna sebagai sebuah proses pembelajaran masyarakat yang

terus-menerus sejak penelitian awal, perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan hingga evaluasi akhir. Sebelum masyarakat ikut serta

melakukan perencanaan, seharusnyalah mereka mengetahui kondisi

dalam bentuk data yang sudah didokumentasi dengan baik.

Page 28: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

17

Gambar 3.1. Unsur-Unsur Utama PRA

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan oleh pendamping: (1)

Bersikaplah santun dan bersahabat pada siapapun; (2) Manfaatkan

waktu senggang masyarakat untuk berinteraksi; (3) Banyak

mengamati dan mencatat; (4) Jangan sekali-kali menggurui; (5)

Gunakan pertanyaan bila bermaksud mengembangkan proses

penyadaran; (6) Banyak belajar dari masyarakat/ menggali informasi;

(7) Hindari sikap oportunis (menonjolkan jasa seseorang). Beberapa

tools yang dapat digunakan untuk pengkajian desa secara

paritisipatif dijelaskan pada penjelasan berikut.

3.1. PEMETAAN

Peta adalah gambar, atau bentuk atau bentuk miniatur yang

menunjukkan satu posisi terhadap bagian lainnya. Pemetaan adalah

kegiatan membuat peta yang diawali dengan melakukan survey,

wawancara, observasi kemudian disajikan dalam bentuk gambar

atau bentuk miniatur yang mudah dipahami dan dimengerti oleh

warga masyarakat.

Penggunaan

Teknik-teknik

PRA

Terjadi Proses

Pembelajaran Bersama

Menghasilkan

Output/Keluaran

Pelaksanaan PRA yang

benar adalah yang terdiri dari 3 unsur utama PRA

1 2

3

Page 29: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

18

Tujuan pemetaan adalah: (1) Mengetahui sebaran

pemukiman penduduk berdasarkan tingkat kesejahteraannya. (2)

Mengetahui sebaran sumber daya alam, sarana prasarana yang ada

di desa. (3) Mempelajari keadaan masyarakat (terutama masyarakat

miskin, perempuan, pemuda, dan kaum marginal lainnya)

menyangkut akses dan kontrol terhadap sarana-sarana umum yang

ada. (4) Mempelajari keadaan masyarakat (terutama masyarakat

miskin, perempuan, pemuda, dan kaum marginal lainnya)

menyangkut akses dan kontrol terhadap sumber daya alam dan

sumber daya lainnya di masyarakat.

Membuat peta sosial atau peta lokasi pemberdayaan

masyarakat secara partisipatif tentunya melibatkan partisipasi

masyarakat lokal yang telah ahli dan menguasai daerah (medan)

dalam pembuatan peta. Sehingga peta tersebut menjadi lebih akurat

dalam hal tata letak maupun batas-batasnya. Di era modern ini

dalam pembuatan peta bisa menggunakan GPS untuk menandai

batas maupun lokasi peta tersebut, walau demikian tetap harus

melibatkan masyarakat lokal yang telah menguasai daerah tersebut.

Pada daerah terpencil atau yang tidak terdapat sinyal tetap

diperlukan peralatan sederhana yang dibawa oleh fasilitator maupun

yang tersedia di lokasi tempat PRA. Hal-hal yang harus dipersiapkan

dan dilakukan diantaranya sebagai berikut.

Alat dan bahan yang digunakan adalah: (1) Material lokal

untuk menggambar yang dikenal oleh peserta, seperti: bubuk warna,

abu batu bata, pasir, kapur tulis, batang korek api, tali kulit batang

pisang. Bahan lainnya seperti lembaran kertas buram besar, atau

kertas sampul coklat, tali, dan spidol dapat digunakan apabila mudah

didapat dan murah serta bila peserta terbiasa menggunakannya. (b)

Material lokal yang ada sebagai tanda atau simbol seperti benih,

bijibijian, daun, bubuk warna, kertas minyak, atau benda rumah

tangga. (c) Kertas origami, lem, benang, gunting. Peserta diskusi

terdiri dari wakil anggota masyarakat dari semua golongan (laki-laki,

perempuan, kaya, miskin, kaum muda dan kaum marginal lainnya)

Page 30: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

19

dan dari semua dusun. Waktu yang diperlukan sesuai kebutuhan,

perkiraan 4 x 60 menit.

Langkah-langkah:

1. Fasilitator menjelaskan tujuan kegiatan, alur proses, dan waktu

yang dibutuhkan dalam pemetaan sosial ini,

2. Fasilitator memulai membantu diskusi dengan kelompok

masyarakat untuk mengembangkan daftar legenda yang akan

dimasukkan dalam pemetaan. Seperti jalan, gang/lorong, jalan

setapak, dan rumah (tandai menurut klasifikasi kesejahteraan

yang mereka buat); tanda-tanda utama seperti hutan, bukit,

ladang; fasilitas umum seperti sekolah, dan mesjid, gereja, atau

kuil; semua sumber air, baik alami maupun buatan. Jika diskusi

topikal untuk sarana air bersih dan sanitasi, gambarkan semua

sarana sanitasi umum dan rumah-rumah yang memiliki jamban

(didapat melalui proyek atau lainnya), rumah dari laki-laki dan

perempuan yang terlibat dalam pembangunan atau

pemeliharaan pelayanan air bersih dan sanitasi; dan rumah-

rumah laki-laki atau perempuan yang menerima pelatihan

bentuk apapun.

3. Kelompok laki-laki dan perempuan, secara gabungan atau

terpisah, tergantung hubungan gender, menggambar peta

pemukiman setempat. Tergantung kondisi setempat dan

keberadaan ruang dan material, yang mungkin mereka pilih

untuk menggambarkannya di atas kertas berukuran besar (2-4

lembar kertas flip chart yang disatukan), menggunakan alat

gambar yang biasa mereka gunakan), di atas lantai atau tanah

terbuka.

4. Legenda dijelaskan menggunakan material lokal, seperti biji-

bijian, benih, tepung, atau kapur untuk pemetaan di atas lantai,

atau simbol-simbol lain untuk pemetaan di atas kertas. Jika peta

dibuat di atas lantai atau tanah terbuka, pastikan untuk

menyalinnya kedalam kertas setelah kegiatan selesai.

Page 31: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

20

5. Minta kelompok diskusi untuk memberikan tanda tentang

keadaan akses terhadap sumber daya alam dan sarana/fasilitas

umum.

6. Ajak peserta diskusi untuk bersama-sama menghitung rumah

tangga berdasarkan peringkat kesejahteraannya.

7. Ajak peserta mendiskusikan hal – hal di bawah ini :

a) Identifikasi potensi sumber daya desa seperti : sumber

mata air, irigasi, lahan pertanian (basah dan kering),

ternak, hutan, dll

b) Identifikasi sarana umum yang ada di desa

(Puskesmas/Pustu/ Polindes, Sekolah, Balai Desa,

Koperasi Desa, Pasar desa, dll)

c) Siapa yang memanfaatkan sumber daya alam yang ada

(Bagaiamana orang miskin, perempuan, pemuda dan

kaum marginal lainnya) dalam memanfaatkan sumber

daya ini ?

d) Siapa yang memanfaatkan sumber daya umum yang ada

(Bagaimana orang miskin, perempuan, pemuda dan

kaum marginal lainnya) dalam memanfaatkan sumber

daya umum yang ada?

e) Potensi sumber daya yang mana yang dilihat, dan dapat

dikembangkan?

f) Bagaimana peta sosial ini dapat digunakan untuk

perencanaan dan pengelolaan aset desa, dan dapat

bermanfaat bagi desa, orang miskin, kaya,perempuan,

pemuda dan kaum marginal lainnya

g) Minta 2 orang wakil peserta perempuan dan laki-laki

untuk menyampaikan apresiasinya atas proses dan hasil

pemetaan sosial yang mereka hasilkan

Informasi Minimum yang Diharapkan:

a. Jumlah dan jenis serta lokasi sarana umum yang dibuat

masyarakat baik yang dibuat oleh masyarakat sendiri

maupun dibuat proyek sebelumnya.

Page 32: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

21

b. Pembatasan wilayah untuk sarana yang ada serta

mengklarifikasi akses rumah tangga terhadap sarana yang

ada.

c. Lokasi keluarga kaya, miskin dan menengah berdasarkan

kriteria yang disetujui dan kaitannya dengan akes dan kontrol

terhadap sarana yang ada.

d. Rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap sarana

yang ada.

e. Rumah-rumah anggota masyarakat yang berperan dalam

pembangunan dan pemeliharaan sarana menurut gender dan

tingkat sosial.

Contoh peta yang disusun secara partisipatif dapat dilihat

pada Gambar 3.2. Pada gambar tersebut merupakan peta Desa

Pasirukem. Peta dibuat secara sederhana dengan melibatkan

partisipasi masyarakat untuk mengenali lokasi-lokasi kelembagaan

desa, bangunan-bangunan yang menjadi akses vital masyarakat.

Melalui peta ini kita bisa mendapatkan gambaran tentang seberapa

jauh pemanfaatan lahan desa untuk pemukiman, pertanian, dan

Box 3.1. Tips Bagi Fasilitator

a. Fasilitator harus memastikan bahwa kelompok diskusi telah terwakili dari

masing-masing lokasi (Dusun, RW, RT) oleh kelompok campuran

anggota masyarakat laki-laki, perempuan, kaum muda,dan kaum

marginal lainnya serta kaya dan miskin

b. Media yang dipergunakan dapat memberikan kemudahan bagi

masyarakat yang terlibat

c. Media (kertas gambar) cukup besar, sehingga gambar/simbol tidak

berhimpitan.

d. Tempat yang digunakan adalah tempat yang setiap orang mudah untuk

hadir (baik kaya, miskin, laki-laki, perempuan dan kaum muda serta

kaum marginal lainnya)

e. Terlindung dari gangguan cuaca

f. Jaga arus diskusi jangan ada dominasi pembicara

g. Sepakati semua simbol yang akan tertera pada peta bersama

masyarakat.

Page 33: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

22

usaha produktif lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada peta digital

dimana kita belum bisa mengetahui apa dan dimana bangunan-

bangunan seperti sekolah, tempat ibadah, kantor desa, puskesmas

dan lainnya.

Gambar 3.2. Hasil Pemetaan Desa secara Partisipatif

Hasil dari pemetaan desa secara partisipatif selanjutnya

dapat diolah menjadi data digital kemudian daerah-daerah sosial

hasil pemetaan dapat di tandai dengan tanda. Lokasi tanda merah

bisa di buat legenda sebagai kantor desa. Bisa juga diberikan tanda

di peta dengan warna yang berbeda, misal untuk daerah sawah dan

sebagainya.

Cara mengumpulkan informasi dengan partisipasi

masyarakat sehingga posisi peta tersebut lebih akurat sesuai dengan

pengetahuan masyarakat lokal. Penyusunan peta secara partisipatif

dapat dilakukan dengan peralatan yang sudah disiapkan dan

dilakukan secara sederhana yang bisa dilihat pada Gambar 3.3.

Page 34: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

23

Gambar 3.3. Proses Pemetaan Secara Partisipatif

Gambar di atas menunjukan bagaimana proses pelaksanaan

pemetaan potensi dan lokasi sosial desa secara partisipatif. Bersama

masyarakat membuat menyusun peta sosial secara sederhana yang

nantinya bisa dibuat secara digital untuk hasil yang lebih baik dan

lebih akurat. Pembuatan peta sosial yang dilakukan masyarakat di

atas terlihat masyarakat saling melengkapi dan saling

mengkonfirmasi sehingga hasil dari pemetaan tersebut lebih sesuai

dengan kenyataan di lapangan

3.2. TRANSEK

Transek adalah sebuah teknik untuk mengetahui keadaan

desa secara partisipatif dengan cara menelusuri dan mengamati

wilayah desa. Tujuan dilakukannya transek adalah meningkatkan

motivasi dan partisipasi warga dalam membahas potensi yang

dimiliki dan masalah yang dihadapi desa dengan cara meninjau

lokasi dimana potensi dan masalah itu ada.

Page 35: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

24

Manfaat kegiatan transek adalah: (1) Menumbuhkan dan

meningkatkan motivasi serta partisipasi warga untuk peduli pada

potensi yang dimiliki dan masalah yang dihadapi oleh desa. (2) Desa

memiliki aset berupa data/informasi tentang potensi dan masalah.

Penelusuran lokasi (transek) dilakukan untuk memfasilitasi

masyarakat agar mendiskusikan keadaan sumber-sumber daya

dengan cara mengamati langsung hal yang didiskusikan di lokasinya.

Menurut fokus informasi yang digali, transek terdiri dari:

Pertama, transek sumberdaya umum, adalah penelusuran desa

guna melakukan pengamatan/observasi tentang potensi/masalah

umum di wilayah pemukiman desa seperti: pemukiman dan tataletak

perumahan, pengaturan halaman, kantor desa, sekolah, puskesmas,

tempat ibadah, jalan, mandi cuci kakus (MCK), saluran air, fasilitas

sosial dan fasilitas umum.

Kedua, transek sumberdaya alam, adalah penelusuran desa

guna melakukan pengamatan/observasi khusus tentang sumber

daya alam. Sumber daya alam dimaksud antara lain: (a) Geografi

terdiri dari topografi (berupa bentuk, kemiringan dan keadaan

permukaan alam); jenis, kesuburan, tata guna lahan (sawah, kebuh,

hutan, padang gembalaan); air dan daerah tangkapannya. (b) Pola

usaha tani, antara lain jenis tanaman penting, kegunaan,

produktifitas, hasil panen. (c) Teknologi setempat, antara lain sistem

pengelolaan air, penahan erosi, pagar hidup. (d) Kekayaan alam,

antara lain pasir dan batu sungai/gali, sumber air bersih.

Ketiga, transek tematik adalah penelusuran desa guna

melakukan pengamatan/observasi tema/topik-topik tertentu,

misalnya tentang hama tikus, wereng, kesehatan anak, pendidikan

dasar dan lain sebagainya.

Persiapan pelaksanaan kegiatan transek yang sebaiknya

secara khusus diperhatikan adalah mempersiapkan tim dan

masyarakat yang akan ikut, termasuk menetukan kapan dan dimana

akan berkumpul. Juga dipersiapkan alat-alat tulis, kertas lebar

(palano), karton warna-warni, kertas berwarna, lem, spidol warna-

Page 36: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

25

warni. Juga akan menyenangkan apabila membawa perbekalan

(makanan).

Peserta terdiri dari tim PRA dan masyarakat, biasanya

terdapat anggota masyarakat yang menjadi penunjuk jalan. Tim PRA

sebaiknya memiliki anggota atau narasumber yang memahami hal-

hal yang sudah diperkirakan akan dikaji dalam kegiatan transek ini,

terutama masalah-masalah teknis pertanian.

Secara keseluruhan, penelusuran desa/transek dibagi

menjadi tiga tahapan besar, yaitu persiapan, penelusuran dan

pembuatan gambar. Pertama, persiapan. Kegiatan yang dilakukan

antara lain adalah sebagai berikut:

a. Persiapkan topiknya.

b. Persiapkan tim, sebaiknya berasal dari warga desa setempat.

c. Buat jadwal kegiatan, menentukan lokasi yang akan dikunjungi,

menentukan titik awal, menentukan lintasan

d. Persiapkan peralatannya, seperti kertas plano, buku catatan,

spidol, lem.

Kedua, penelusuran dengan perjalanan dan pengamatan/

observasi, kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Berangkat dari titik awal yang telah disepakati.

b. Penelusuran oleh tim yang terdiri dari warga desa. Sebaiknya

fasilitator hanya mendampingi.

c. Membuat catatan-catatan berikut hsil diskusi di lokasi.

d. Ulangi penelusuran bila diperlukan.

Ketiga, pembuatan gambar, kegiatan yang dilakukan antara

lain adalah sebagai berikut:

a. Buatlah kesepakatan tentang simbol yang akan digunakan

berikut artinya.

b. Mintalah kelompok-kelompok penelusuran untuk membuat

bagan. Selama kelompok menggambar, fasilitator selalu

mendampingi.

c. Bahas kembali gambar/bagan yang telah selesai hingga tidak

ada keraguan diantara anggota tim.

Page 37: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

26

d. Cantumkan nama anggota tim, fasilitator, tanggal dan tempat

pembuatannya sebagai alat pertanggungjawaban.

Transek dilakukan dengan penelusuran lokasi desa yang

melibatkan masyarakat desa yang mengetahui seluk-beluk lokasi

desa secara rinci, dalam melakukan transek ini penting satu atau dua

orang informan masyarakat lokal untuk ikut dalam pembuatan

transek ini sehingga hasil transek bisa menggambarkan secara

umum lokasi kegiatan. Hal-hal yang bisa dikaji dalam transek ini

meliputi potensi pada lahan, penggunaan lahan, status lahan, tingkat

potensi kesuburan tanah untuk kepentingan pertanian, kemiringan

tanah dan masalah-masalah yang pernah, sering atau berpotensi

timbul di lahan tersebut. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel

3.1.

Tabel 3.1. Hasil Transek di Desa Pasirukem

Pemanfaa-

tan lahan

Sawah (padi) Peternakan, kebun

tanaman keras

Pemukiman

penduduk

Kesuburan

tanah

Baik Cukup baik cukup

Produk Padi Ternak dan hasil

kebun

-

Potensi Peternakan bebek Peternakan domba Kerajinan tangan

(tas dari sampah)

Masalah Banjir pada musim

hujan

Banjir pada

musim hujan

Page 38: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

27

Pada Tabel 3.3 dapat dilihat beberapa aspek penggunaan

lahan berdasarkan irisan bumi dari daerah yang pada kasus Desa

Pasirukem Kecamatan Cimalaya Kulon Kabupaten Karawang. Pada

gambar tersebut dapat dilihat bahwa lahan desa tersebut dibagi

dalam beberapa gambaran, setiap irisan menggambarkan situasi

yang ada di atas lahan tersebut.

Untuk penggunaan lahan sendiri terbagi menjadi 3 yaitu areal

sawah, areal peternakan dan kebun dan areal pemukiman.

Pemukiman kebun sendiri adalah kebun yang berada di tengah-

tengah pemukiman. Pemukiman kebun terbagi menjadi dua.

Diantaranya pemukiman kebun dengan pemanfaatan tanaman pada

gambar pertama adalah dengan menanam pohon jambu, bambu,

dan jati dengan tingkat kemiringan lahan yang cenderung datar dan

tingkat kesuburan tanah yang cukup untuk tanaman pekarangan.

Pada daerah pemukiman terdapat potensi pengolahan sampah

menjadi kerajinan karena sudah ada warga yang terampil membuat

tas dari sampah, masalah curah hujan yang tidak menentudi

pemukiman sering mengakibatkan kebanjiran pada musim hujan.

Tidak jauh dari area pemukiman ada area yang digunakan

untuk memelihara hewan ternak, walaupun beberapa lokasi

peternakan ada warga yang membangun rumah di dekatnya. Area

peternakan juga di tanami tanaman seperti bambu yang biasa dibuat

bahan bangunan tempat tinggal. Peternakan disini umumnya berupa

peternakan ayam dan peternakan yang terbaru adalah ternak domba

yang merupakan program pemberdayaan masyarakat dari PT.

Pertamina EP. Tingkat kesuburan tanah cukup baik, karena warga

sudah mulai mengolah limbah ternak menjadi pupuk di area ini,

untuk masalah tidak terlihat masalah yang signifikan, tidak seperti di

daerah pemukiman yang rawan banjir ketika musim hujan, area ini

cenderung lebih tinggi sehingga tidak terjati banjir. Area ini memang

potensial untuk beternak.

Lokasi berikutnya adalah irisan dari area persawahan. Di

wilayah Desa Pasirukem ini memang sebagian besar masyarakat

adalah petani. Sebagian besar area desa apabila kita melihat dari

Page 39: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

28

hasil transek merupakan area pertanian sawah. Produksi utama di

area ini tentu saja padi, walaupun di sekitar area ini dipelihara juga

unggas yaitu bebek. Kesuburan tanah di area ini terbilang baik

karena tanah yang sering diolah hal itu dapat dilihat dari takaran

kesuburan tanah dan hasil produksi padinya. Untuk masalah di area

ini sama dengan area pemukiman, terjadi banjir di beberapa lokasi

sawah ketika musim hujan.

3.3. KALENDER MUSIM

Kalender musim adalah alat untuk mengetahui masa-masa

kritis pada kehidupan masyarakat, yaitu saat-saat dirasakannya

masalah-masalah yang menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar

dan terjadi cukup krusial dan berulang-ulang. Dalam teknik PRA

tidak selalu suatu alat kajian dapat mengindentifikasi semua jenis

data yang dibutuhkan. Setiap alat kajian yang digunakan dalam

setiap kegiatan (pekerjaan) mempunyai karakteristik yang tersendiri.

Alat kajian kalender musim lebih banyak dapat menghimpun data

yang berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat. Kalender

musim dibuat untuk mengkaji kegiatan-kegiatan dan keadaan yang

terjadi berulang dalam suatu kurun waktu tertentu (musiman) dalam

kehidupan masyarakat. Kegiatan dan keadaan tersebut dituangkan

dalam jangka waktu 1 tahun (12 bulan).

Tujuan penyusunan kalender musim adalah: (1) Mengetahui

keadaan dan pola kegiatan masyarakat, sehingga diperoleh profil

kegiatan utama masyarakat sepanjang tahun. (2) Mengetahui profil

kegiatan masyarakat, sehingga terlihat pola pemanfaatan waktu

masyarakat yaitu saat masyarakat sibuk dan saat masyarakat

mempunyai waktu luang dalam setahun. (3) Mengetahui keterlibatan

laki-laki dan perempuan dalam melaksanakan kegiatan. (4)

Mengetahui faktor–faktor yang mendukung masyarakat dalam

menjalakan kegiatan musiman.

Peserta diskusi untuk menyusun kalender musim adalah

perempuan, orang miskin, orang mampu, kaum muda, kaum

marginal lainnya. Adapun alat dan bahan yang diperlukan adalah:

Page 40: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

29

metaplan, flipchart, spidol, batu, benih, daun, atau bahan lokal

lainnya. Waktu yang dibutuhkan, sekitar 2 x 60 menit.

Langkah-langkah:

1. Jelaskan maksud, tujuan dan proses diskusi yang akan

dilakukan, waktu yang dibutuhkan untuk proses diskusi.

2. Ajak masyarakat untuk mendiskusikan “jenis-jenis kegiatan atau

kejadian yang terjadi berulang-ulang setiap tahun”.

3. Sepakati pula nama-nama bulan yang biasa dipakai sebagai

patokan di desa, bisa menggunakan bulan nasional atau bulan

arab. Sepakati bersama masyarakat kegiatan utama yang akan

dicantumkan dalam kalender.

4. Sepakati pula simbol yang akan dipakai untuk tiap jenis kegiatan

atau kejadian. Simbol dapat menggunakan bahan yang mudah

dikenali dengan bahan lokal yang tersedia.

5. Ajak peserta untuk mengisi kolom-kolom pada setiap kegiatan

pada bulan-bulan mana banyak/padat, bulan apa kurang dan

bulan apa tidak ada kejadian/kegiatan.

6. Minta masyarakat untuk memindahkan hasil tersebut kedalam

lembar flipchart yang telah disiapkan.

7. Fasilitator menggali informasi terkait faktor–faktor yang

mendukung masyarakat dalam menjalankan kegiatan musiman.

8. Fasilitatsi bersama masyarakat menggali peran perempuan dan

laki – laki dalam kegiatan produksi (musiman), siapa melakukan

apa?

9. Minta wakil peserta satu perempuan dan satu laki–laki untuk

menyampaikan kesan selama proses diskusi

Informasi Minimum yang Diharapkan:

1. Sistem kalender yang dipakai oleh masyarakat

2. Iklim, curah hujan dan ketersediaan air

3. Pola tanam/panen, biaya pertanian, hasil pertanian dan tingkat

produksi

4. Ketersediaan tenaga kerja

Page 41: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

30

5. Musim bekerja di kota

6. Kesehatan (musim wabah penyakit)

7. Kegiatan sosial/kemasyarakatan

8. Faktor pendukung kegiatan masyarakat

Tabel 3.2. Form Kalender Musim

Kegiatan/

Komoditi

Bulan

Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Dst.

Pertanyaan Kunci:

1. Apa saja kegiatan masyarakat yang dilakukan setiap tahun

secara terus menerus

2. Ada berapa musim yang ada di desa ini

3. Pada musim apa masyarakat melakukan kegiatan sosial

kemasyarakatan

4. Apa aset yang dimiliki masyarakat untuk mendukung

kegiatannya

5. Bagaimana partisipasi perempuan, miskin, orang kaya, pemuda

dan kaum marginal lainnya.

Box 3.2. Tips Bagi Fasilitator:

1. Lakukan Analisa kalender musim, yaitu :

a. Sebab – terjadi masalah-masalah di dalam pengelolaan kegiatan mereka

b. Sebab terjadinya masa-masa kritis di masyarakat (kekeringan,wabah,

kurang makan, dsb)

c. Apakah terdapat hubungan sebab akibat dalam masalah – masalah tersebut

d. Gambaran peran laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan kegiatan

musiman

e. Solusi apa yang telah dilakukan masyarakat untuk mengatasinya

2. Catat seluruh masalah, potesi dan informasi yang muncul dalam diskusi dengan

cermat

Page 42: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

31

KomoditasUtama

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Padi

Jamur Merang

Itik

Lele

Kelapa

Mangga Gajah

Sukun

Ikan mas

2 kal i panen selama satu tahun

Set iap bulan sepanjang tahun

Set iap bulan sepanjang tahun

Setiap bulan sepanjang tahun

Setiap bulan sepanjang tahun terutama di bulan ramadhan

4 kal i panen selama satu tahun

Setiap bulan sepanjang tahun

4 kal i panen selama satu tahun

Tabel 3.3. Contoh Kalender musim untuk Komoditi Unggulan di Desa

Cidahu, Subang

Contoh pada Tabel Tabel 3.4. merupakan contoh lain untuk

kalender musim komoditas di suatu komunitas/desa. Komoditas

pada contoh kedua dapat dibedakan dengan tingkat intensitas

pekerjaan pada komoditi tersebut misal petani mulai menggarap

sawah (padi) antara bulan Maret-Juni dan Agustus-November.

Sedangkan untuk ikan lele dan itik adalah intensitas peternakan,

dimana masyarakat menghabiskan waktu untuk mengelola hewan

ternak mereka. Keterangan warna pada gambar diatas

menggambarkan tingkat intensitas kegiatan masyarakat pada suatu

komoditas misalkan pada tanaman padi selama Maret-Juni dan

Agustus-November intensitas masyarakat pada tanaman padi

berada pada tingkat sedang. Indikator warna merah pada tabel

mengindikasikan tingkat intensitas yang tinggi seperti pengelolaan

ternak. Sedangkan intensitas masyarakat terhadap komoditi kelapa

cenderung rendah sepanjang tahun.

Page 43: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

32

3.4. SEJARAH PERKEMBANGAN DESA

Teknik penelusuran sejarah perkembangan desa adalah

teknik PRA yang dipergunakan untuk mengungkap kembali sejarah

masyarakat di suatu lokasi tertentu berdasarkan penuturan

masyarakat sendiri. Peristiwa-peristiwa dalam sejarah desa tersebut

disusun secara beruntun menurut waktu kejadiannya (secara

kronologis), dimulai dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

lampau yang masih dapat diingat, sampai dengan peristiwa-peristiwa

saat ini.

Tujuan penulusuran sejarah perkembangan desa adalah (1)

Untuk mendapatkan informasi umum berkaitan dengan asal–usul

desa dan mengkaji sejauh mana terjadi perkembangan/perubahan

terutama yang menyangkut kesuksesan warga dan desa, akses dan

kontrol orang miskin, perempuan dan kaum marginal lainnya. (2)

Mengkaji latar belakang perubahan yang terjadi, kiat – kiat sukses

dalam menghadapi perubahan, terutama orang miskin dan

perempuan.

Manfaat kajian sejarah desa, antara lain: (1) Bagi 'orang

dalam' (masyarakat): diskusi yang terjadi memiliki potensi untuk

memperkuat kesadaran masyarakat akan keberadaannya dirinya,

karena diskusi tersebut mengajak masyarakat untuk menceriterakan

kembali sejarah dan perkembangan masyarakatnya. (2) Bagi 'orang

luar': diskusi tersebut akan memberikan wawasan dan pemahaman

tentang masyarakat desa tersebut, baik sejarahnya maupun cara

pandang masyarakat terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi. Dengan pemahaman sejarah, program yang dikembangkan

diharapkan akan mepertimbangkan keadaan yang telah berakar di

masa lampau. (3) Hasil diskusi teknik ini adalah gambaran umum

keadaan desa sehingga dapat dimunculkan topik-topik informasi

yang masih perlu dikaji lebih lanjut dengan teknik-teknik lainnya.

Jenis-jenis informasi yang seringkali muncul adalah:

Sejarah terbentuknya pemukiman penduduk desa, asal-usul

penduduk yang merintis pemukiman tersebut, perkembangan

Page 44: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

33

jumlah penduduk, serta berbagai peristiwa yang berkenaan

dengan hal itu.

Keberadaan dan pengelolaan sumberdaya alam, seperti

lahan sawah, pekarangan, tegalan, ladang penggembalaan,

sumber air irigasi, dan sebagainya.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam status kepemilikan,

penguasaan, dan pemanfaatan tanah/lahan.

Pengenalan dan penanaman jenis-jenis tanaman baru, dan

penerapan teknologi baru lainnya.

Terjadinya wabah penyakit yang pernah melanda penduduk

desa, kapan terjadinya, jenis wabah penyakitnya, berapa

orang yang terkena dan menjadi korban, dan sebagainya.

Tanggapan masyarakat atas berbagai masukan dan kegiatan

pembinaan yang telah diterima masyarakat, serta masalah-

masalah yang dihadapi dan berbagai alternatif

pemecahannya, pengalaman masyarakat dalam mengatasi

permasalahan tersebut, tingkat keberhasilan dalam

mengatasi permasalahan tersebut, kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengatasi permasalahan tersebut, dan

sebagainya.

Pembangunan sarana dan prasarana umum, seperti jalan,

saluran irigasi, sekolah, puskesmas, tempat-tempat ibadah,

lapangan olah raga, dan sebagainya. Kapan pembangunan

dilakukan, dan siapa yang memprakarsai pembangunan

sarana-prasarana tersebut.

Sejarah dan struktur organisasi pemerintahan desa, person-

person yang menduduki jabatan dalam organisasi desa,

tahun berapa, efektivitas perkembangan sistem organisasi

desa tersebut, dan sebagainya.

Topik-topik lainnya yang sesuai dengan kebutuhan program

atau tujuan pelaksanaan PRA yang direncanakan.

Setiap kelompok masyarakat senantiasa memiliki sejarahnya

sendiri yang menjadikannya berbeda dari kelompok-kelompok

masyarakat yang lain. Sejarah tersebut menjadi bagian dari

Page 45: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

34

kebanggaan suatu masyarakat. Sejarah itu bukanlah sejarah tertulis,

tetapi sejarah "lisan" yang hidup di kalangan masyarakat, dalam

ingatan warga yang mengalaminya dan diteruskan dari generasi ke

generasi melalui cerita-cerita. Menelusuri sejarah perkembangan

desa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Alat dan bahan yang diperlukan adalah: flipchart, metaplan,

spidol dan isolasi. Peserta diskusi yang perlu dilibatkan adalah

perempuan, orang miskin, pemuda, kaum marginal lainnya. Waktu

yang diperlukan: sesuai kebutuhan, perkiraan 2 x 60 menit

Langkah-langkah:

1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan maksud dari kegiatan ini.

2. Ajak masyarakat melakukan diskusi dengan topik-topik yang

ringan, misalnya kondisi desa atau sumberdaya alam yang ada

saat ini termasuk kejadian kejadian dan perubahan-perubahan

penting yang terjadi.

3. Diskusikan dampak perubahan tersebut terhadap kelompok

miskin dan perempuan, serta akses dan kontrol mereka terhadap

perubahan yang terjadi. Gali informasi berkaitan kiat-kiat sukses

dalam menghadapi perubahan –perubahan yang terjadi.

4. Temukan kiat – kiat sukses / keberhasilan warga setempat yang

bisa dijadikan pemicu dalam mendorong terjadinya perubahan di

warga

5. Fasilitator bersama masyarakat menyalin hasil diskusi pada

flipchart dan tempelkan di dinding untuk proses diskusi lebih

lanjut; Tanyakan mengapa suatu kejadian tersebut dianggap

penting, sebab kejadian dan akibat dari kejadian tersebut bagi

masyarakat terutama bagi masyarakat miskin, perempuan,

pemuda, dan kaum marginal lainnya. Dan apakah ada hubungan

sebab akibat dari peristiswa tersebut

6. Minta wakil 2 orang peserta perempuan dan laki-laki untuk

menyampaikan hasil – hasil diskusi terkait sejarah sukses

masyarakat.

Page 46: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

35

Informasi minimum yang diharapkan dalam penelusuran

sejarah desa: (1) Sejarah terbentuknya pemukiman, asal-usul

penduduk dan perkembangannya serta peristiwa yang berkaitan

dengan hal tersebut. (b) Keberadaan dan pengelolaan sumber daya

alam, akses dan kontrol orang miskin, perempuan, kaum muda dan

kaum marginal lainnya, terhadap Sumber Daya Alam dan Sarana

yang ada. (3) Topik-topik penting lainnya yang berpengaruh terhadap

kehidupan orang miskin dan perempuan.

Box 3.3. Tips Bagi Fasilitator:

Seringkali masyarakat tidak mengetahui dengan tepat terjadinya

peristiwa di masa lampau, untuk itu cukup dengan memperkirakan saja

waktu kejadian dengan pendekatan zaman

Seringkali peristiwa yang diingat masyarakat tidak berurutan. Untuk

memudahkan pengurutan, gunakan metaplan dan ditempelkan secara

permanen setelah diskusi berakhir.

Informasi yang muncul adalah kejadian-kejadian yang diingat oleh

masyarakat dan tergantung pada tujuan diskusi. Pada diskusi topikal,

informasi akan lebih spesifik.

Page 47: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

36

Tabel 3.4. Visualisasi Alur Sejarah:

TAHUN KEJADIAN / PERISTIWA

Contoh dari sejarah bisa dilengkapi dengan beberapa

kejadian seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.5. Contoh Sejarah Program Pembangunan Desa

Program Tahun Sasaran Pendukung

Utama

Manfaat

PNPM 2007 Masyarakat

tidak mampu

Depdagri,

menko kesra,

Masyarakat

Peningkatan

kesadaran,

kesehatan,

pendidikan

Raksa

Desa

2003-

Skrg

Pembangunan

Fisik

danUMKM

Perintah Desa

dan

Masyarakat

Perbaikan fisik

dan ekonomi

lemah

PPK 2002-

2004,

2006

Pembangunan

Fisik

Kecamatan,

Pemda

Perbaikan

infrastruktur desa

PEMP 2001 Nelayan DKP Peningkatan

ekonomi nelayan

JPS 1996-

2000

Masyarakat

tidak mampu

Pemerintah

desa,Depsos

Peningkatan

kesejahtera an

masy. Miskin

Page 48: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

37

3.5. KAJIAN MATA PENCAHARIAN

Teknik kajian mata pencaharian adalah teknik PRA yang

digunakan untuk mengkaji berbagai aspek mata pencaharian

masyarakat. Jenis-jenis mata pencaharian beserta aspek-aspeknya

digambarkan di dalam sebuah bagan. Informasi yang dikaji yaitu

jenis-jenis kegiatan atau keterampilan masyarakat yang dapat/telah

menjadi sumber mata pencaharian, baik pertanian maupun bukan

pertanian, ataupun bidang jasa.Informasi tentang berbagai aspek

mata pencaharian ini bisa didapatkan langsung dari warga

masyarakat, tetapi akan lebih baik bila dilakukan oleh para pelaku

mata pencaharian yang bersangkutan. Selain itu, analisis kita bisa

dilengkapi dengan data sekunder dari kantor desa setempat.

Tujuan kajian mata pencaharian adalah mengkaji berbagai

aspek dari mata pencaharian masyarakat atau sumber kehidupan

baik yang dilakukan di dalam desa maupun di luar desa.

Memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai berbagai aspek dari

mata pencaharian masyarakat, baik yang dilakukan di dalam desa

maupun ke luar desa. Tujuan khusus yang kadangkala perlu

diperhatikan adalah perubahan-perubahan jenis pekerjaan yang

berkembang di masyarakat dengan terjadinya pembangunan.

Aspek-aspek kajian tersebut antara lain: jumlah orang yang

melakukan setiap jenis pekerjaan, keadaan-keadaan mata

pencaharian tersebut memenuhi kebutuhan atau tidak, keadaan

pasar dan pemasaran, ketersediaan dan keadaan bahan baku untuk

usaha, ketersediaan dan keadaan tenaga kerja baik perempuan

maupun laki-laki dan keterampilannya, serta tingkat pendapatan

masyarakat.

Mata pencaharian atau pekerjaan merupakan kegiatan

mendasar masyarakat manapun untuk kelangsungan hidupnya, baik

itu menghasilkan kebutuhan hidup sendiri, maupun untuk pertukaran

atau diperjualbelikan dengan orang lain. Bila suatu program

menganggap bahwa aspek mata pencaharian peserta akan dijadikan

salah satu titik masuk untuk tujuan pengembangan masyarakat,

Page 49: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

38

maka diperlukan suatu cara yang mampu menyerap pandangan

masyarakat tentang pengembangan mata pencaharian mereka. Hal

ini akan mendasari bagi pengembangan perencanaan program.

Fasilitator yang akan memfasilitasi kajian mata pencaharian

masyarakat perlu memiliki pengetahuan awal tentang jenis-jenis

mata pencaharian. Hal ini akan sangat membantu dalam

mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis yang tepat untuk

memandu diskusi. Oleh karenanya sebaiknya data sekunder tentang

mata pencaharian dikaji juga akan membantu apabila pemandu telah

mengamati lingkungan dan kegiatan-kegiatannya. Alat dan

bahanyang diperlukan untuk diskusi adalah: spidol, flipchart,

metaplan, batu, benih atau bahan lokal. Adapun waktu yang

dibutuhkan dapat diseuaikan dengan kebutuhan, perkiraan 4 x 60

menit.

Langkah – langkah diskusi kajian mata pencaharian:

1. Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan dari proses

diskusi yang akan dilakukan.

2. Ajak masyarakat untuk mendiskusikan jenis-jenis pekerjaan

atau mata pencaharian yang ada di desa. Tulis semua dalam

metaplan kemudian ditempel di dinding.

3. Kemudian pisahkan mana pekerjaan-pekerjaan masyarakat

yang utama (biasanya yang paling menghasilkan dan paling

banyak dilakukan oleh masyarakat).

4. Bahas kelebihan dan kelemahan dari masing-masing jenis

pekerjaan tersebut.

5. Sepakati dengan peserta tentang aspek yang akan dibahas

dalam kajian mata pencaharian (aspek meliputi “jumlah orang

yang melakukan setiap jenis pekerjaan”, “keadaan mata

pencaharian tsb (memenuhi kebutuhan atau tidak)”.

“Keadaan pasar dan pemasaran”, “ketersediaan dan keadaan

bahan baku untuk usaha”, “ketersediaan dan keadaan tenaga

kerja, baik perempuan maupun laki-laki” dan

“keterampilannya” serta “tingkat pendapatan dari masing-

masing jenis mata pencaharian”.

Page 50: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

39

Setelah menjalankan langkah-langkah di atas maka dapat

dibuat tabel jenis-jenis pekerjaan untuk mengidentifikasi apa saja

pekerjaan yang dilakukan atau di jalani masyarakat di suatu desa/

komunitas. Sehingga kita bisa mengetahui tingkat kesibukan dan

waktu luang. Hal ini bermanfaat ketika akan ada program yang

masuk atau yang akan di rencanakan untuk dilakukan di suatu desa

atau komunitas. Contoh tabel identifikasi jenis pekerjaan dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.6. Contoh Identifikasi Jenis Pekerjaan di Desa

Jenis Pekerjaan (contoh) Jumlah

Laki-Laki Perempuan

Nelayan 39 12

Petani 20 15

Pedagang 15 17

Peternak 22 5

PNS 12 3

Pegawai swasta 8 17

Tidak bekerja/serabutan 15 21

Selain membuat pengelompokan pekerjaan kajian mata

pencaharian bisa juga untuk mengetahui tata niaga suatu usaha

misalnya jenis pekerjaan yang paling banyak dilakukan masyarakat

Box 3.4. Tips Bagi Fasilitator

Informasi tentang berbagai aspek mata pencaharian ini bisa

didapatkan langsung dari warga masyarakat namun akan lebih baik

bila didapat langsung dari pelaku mata pencaharian

Kadangkala perlu diperhatikan adalah perubahan-perubahan jenis

pekerjaan yang berkembang di masyarakat seiring dengan

tearjadinya pembangunan

Page 51: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

40

PT.BESAR

Nelayan Taweu/Toke Penjual Bakul

Pasar/Pengecer PT. KECIL

dalam suatu komunitas adalah nelayan. Nelayan mencari ikan

tentunya untuk di jual walaupun sebagian kecil ada yang dikonsumsi

sendiri. Untuk menganalisis pendapatan nelayan kita bisa membuat

rantai tataniaga, rantai ini untuk melihat seberapa panjang produk

sampai ke tangan pembeli dan dapat juga dijadikan acuan untuk

meningkatkan pendapatan nelayan. Contoh rantai tataniaga dapat

dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.4. Rantai Tataniaga Hasil Nelayan

Gambar di atas merupakan transaksi ekonomi, para nelayan

yang menggunakan sistem bagi hasil dengan para pemilik perahu

(taweu), sedangkan taweu melakukan proses bagi hasil atau pinjam

meminjam modal dengan pemodal atau penjual. Sistem jual beli ikan

berlaku antara penjual atau pemilik modal dengan Bakul atau

pengumpul, dan jual beli juga berlaku antara bakul dengan bakul

besar (PT. KECIL) dengan skala nasional. Selanjutnya PT. KECIL

menjual ikan khususnya ikan layur ke PT. BESAR dengan skala

internasional untuk di ekspor.

Page 52: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

41

3.6. KALENDER HARIAN

Kalender atau jadwal sehari dibuat untuk mengetahui kondisi

kehidupan masyarakat di rumah tangga khususnya dalam hal:(1)

Kapan (jam berapa) suatu pekerjaan dilakukan; (2) Siapa yang

melakukannya dan berapa lama; (3) Bagaimana pembagian beban

kerjanya. Tujuan pembuatan kalender musim adalah: (1)

Mengetahui pembagian tanggung jawab dan tugas antara

perempuan dan laki-laki, ibu, bapak dan anak-anak dalam satu

rumah tangga. (2) Mengetahui kegiatan yang dilakukan apakah

produktif atau tidak produktif. (3) Membantu keluarga menganalisa

waktu yang digunakan setiap harinya.

Kalender harian dibuat dengan cara melakukan tanya jawab

secara langsung kepada masyarakat lokal yang menjadi responden

atau narasumber. Berikut hal-hal yang harus dipersiapkan dan

langkah-langkah membuat kalender harian secara partisipatif di

pedesaan dengan menggunakan metode diskusi, wawancara dan

tanya jawab terhadap beberapa orang sebagai narasumber.

Alat dan bahan: metaplan, spidol besar, spidol kecil warna,

flipchart dan lem. Peserta diskusi: keluarga yang terdiri dari bapak,

ibu dan anak laki–laki dan perempuan dari 3–4 peringkat

kesejahteraan. Waktu yang dibutuhkan sesuai kebutuhan, perkiraan

2 x 60 menit.

Langkah – Langkah:

1 Kunjungi suatu rumah tangga dengan terlebih dahulu membuat

janji dengan orang yang akan dikunjungi.

2 Penjelasan maksud, tujuan dan menjelaskan proses kegiatan

ini.

3 Tanyakan “siapa anggota yang ada dalam keluarga (rumah

tangga) rata-rata di desa ?”

4 Minta peserta menuliskan kegiatan sehari-hari/tugas dan

tanggungjawab sehari-hari sejak bangun tidur hingga tidur

kembali misalnya: memasak, mandi dll. Tulis dalam metaplan

kecil dari setiap kegiatan yang diungkapkan. Dilakukan terus

Page 53: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

42

sampai semua anggota keluarga mengidentifikasi kegiatan dan

tugas serta tanggung jawabnya sehari.

5 Selanjutnya meminta peserta untuk mengurutkan peran-peran

tsb. dari bangun pagi sampai istirahat siang dan akhirnya

sampai tidur malam.

6 Minta peserta untuk mengoreksi kembali apakah urutan yang

ada sudah tepat atau masih ada yang perlu diperbaiki.

Kemudian hasil ditempel pada flipchart.

7 Minta peserta menganalisa pekerjaan yang dilakukan pada

keluarga dan pekerjaan yang dilakukan di luar rumah.

8 Minta kepada peserta untuk menyimpulkan hasil diskusi

berkaitan dengan kesibukan dan beban kerja.

9 Fasilitator menyimpulkan hasil diskusi dan pastikan bahwa

semua peserta tidak keberatan dengan hasil diskusi tersebut.

10 Minta wakil keluarga menyampaikan apa yang dirasakan/

manfaat dari diskusi kalender kerja harian.

Setelah mengikuti langkah-langkah di atas hasil penelusuran

kegiatan sehari keluarga di desa dapat dilihat pada gambar di bawah

ini.

Box 3.5. Tips Bagi Fasilitator:

a. Sebaiknya fasilitator menyiapkan daftar pertanyaan

b. Lakukan penggalian informasi dari aktifitas harian anggota

keluarga

c. Diskusikan dengan keluarga tentang potensi yang dimilikinya

serta kegiatan dan pola hubungan yang diharapkan

d. Catat semua proses, pendapat seluruh informasi dalam diskusi

ini

Page 54: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

43

Gambar 3.5. Contoh Hasil Kalender Sehari (Sumber: Wibowo, 2010)

Dari gambar di atas kita bisa melihat waktu luang dari rata-

rata masyarakat di suatu desa atau komunitas waktu luang ini di

identifikasi agar dapat melakukan dikusi secara FGD yang

melibatkan pihak kepala keluarga (laki-laki), perempuan atau ibu

rumah tangga, dan anak muda atau pemuda. Sehingga kita bisa

mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mengajak masyarakat

berpartisipasi ketika akan menyusun program dan menjalankan

program yang akan dilaksanakan pada suatu komunitas Secara

rundown dapat dibuat dalam Tabel 3.7 sebagai berikut;

5

6

7

Bapak

Anak

00/24 1

2

3

4

8

9

10

11 12

23

22

21

20

19

18

17

16

15

14

13

Ibu

Page 55: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

44

Tabel 3.7. Kegiatan Harian Komunitas

No Jam Bapak Ibu Anak

1. 04.00-06.00 Mempersiapkan peralatan kerja

Masak, menyiapkan bekal

Tidur

2. 06.00-09.00 Bertani di sawah Mempersiapkan sarapan, membersihkan rumah

Sarapan, sekolah

3. 09.00-12.00 Mengurus ternak, makan siang

Mempersiapkan makan siang

Sekolah

4. 12.00-15.00 Istirahat, membeli peralatan usaha

Makan siang, Pekerjaan rumah

Istirahat, makan siang

5. 15.00-18.00 Ke sawah kegiatan sosial

kegiatan sosial masyarakat

Main, kegiatan sekolah

6. 18.00-21.00 Mandi,makan, nonton Tv

Mandi, makan, nonton tv

Mandi,makan,belajar,nonton tv

7. 21.00-24.00 Nonton tv, istirahat Istirahat Istirahat (tidur)

8. 24.00-04.00 Tidur Tidur Tidur

3.7. KAJIAN PERAN DAN MANFAAT LEMBAGA

Teknik pembuatan tabel hubungan kelembagaan merupakan

teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi kajian hubungan

antara masyarakat dengan lembaga-lembaga yang terdapat di

lingkungannya.Informasi yang dikaji dalam pembuatan bagan

hubungan kelembagaan adalah: (1) Lembaga secara umum, yaitu

informasi mengenai semua lembaga yang berhubungan dengan

masyarakat desa, baik yang berada di dalam desa tersebut, maupun

yang berada di luar desa, tetapi berhubungan dengan desa

(misalnya puskesmas di kecamatan). Jenis lembaga yang dikaji

adalah: lembaga-lembaga lokal (tradisional), lembaga-lembaga

Page 56: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

45

pemerintah (misal pemerintahan desa, puskesmas, KUD, dsb),

lembaga-lembaga suasta, misalnya lembaga swadaya masyarakat.

(2) Lembaga-lembaga khusus, yaitu informasi mengenai lembaga-

lembaga tertentu, misalnya lembaga yang kegiatannya berhubungan

dengan pertanian saja, kesehatan saja, lembaga adat, dsb.

Sumber informasi utama adalah warga masyarakat, terutama

mereka yang secara langsung atau tidak langsung mempunyai

pengalaman yang menyangkut lembaga-lembaga yang

bersangkutan. Informasi dari masyarakat dapat dicek silang dengan

informasi dari pengelola lembaga yang bersangkutan. Sementara

itu, data sekunder dapat juga digunakan sebagai perbandingan.

Tujuan mengkaji kelembagaan masyarakat adalah: (1)

Melihat keberadaan dan peranan berbagai lembaga di desa bagi

masyarakat terutama masyarakat miskin, perempuan, pemuda dan

kaum marginal lainnya. (2) Melihat sejauhmana hubungan diantara

lembaga-lembaga yang ada dengan masyarakat miskin, perempuan,

pemuda dan kaum marginal lainnya. (3) Menganalisis sejauh mana

manfaat lembaga bagi masyarakat. (4) Melihat sejauh mana

keterlibatan berbagai kelompok masyarakat di dalam kegiatan

kelembagaan tersebut.

Setiap masyarakat pasti terdapat berbagai lembaga, baik

lembaga adat/tradisional yang tumbuh dan berkembang di dalam

masyarakat itu sendiri, maupun lembaga-lembaga dari 'luar', seperti

lembaga pemerintah atau swasta. Ada lembaga yang bersifat

longgar (perkumpulan atau kelompok), ada pula lembaga-lembaga

yang organisasinya jelas (pemerintahan desa).

Salah satu hal yang penting dipertimbangkan dalam usaha

pengembangan masyarakat adalah pemanfaatan potensi lembaga-

lembaga tersebut. Oleh karenanya, keberadaan dan tingkat

penerimaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga tersebut perlu

diperhitungkan dalam setiap usaha pengembangan masyarakat.

Teknik diagram venn merupakan teknik PRA yang sering

dipergunakan untuk melihat hubungan berbagai lembaga yang

Page 57: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

46

terdapat di desa, sehingga diagram ini dikenal sebagai 'bagan

hubungan kelembagaan'.

Peserta diskusi kajian kelembagaan adalah wakil perempuan,

orang miskin, orang mampu, kaum muda, kaum marginal lainnya.

Alat dan bahan: spidol, flipchart, metaplan, tanda panah, gunting,

dan isolasi. Waktu yang diperlukan sekitar 2 x 60 menit

Langkah-langkah:

1. Menjelaskan maksud, tujuan, waktu yang akan digunakan,

dan proses kegiatan yang akan dilakukan.

2. Minta peserta menyebutkan lembaga-lembaga apa saja

yang ada di desa

3. Ajak peserta untuk menganalisis, “tingkat manfaat yang

dirasakan masyarakat dari keberadaan setiap lembaga

tersebut”. Kemudian petakan, yaitu makin besar manfaat

yang dirasakan divisualkan dengan ukuran lingkaran yang

makin besar. Artinya ukuran lingkaran menjadi ukuran

tingkat manfaat lembaga yang dirasakan masyarakat.

4. Setelah semua selesai dipetakan, dilanjutkan dengan

kajian keterkaitan dan hubungan antara lembaga yang ada

dengan masyarakat. Semakin jauh hubungan antara

masyarakat dengan lembaga tersebut, maka letak

lingkaran akan semakin jauh dari lingkaran masyarakat.

5. Kemudian kaitkan dengan kepengurusan dalam lembaga

dan jenis kegiatan, untuk melihat sejauh mana keterlibatan

dan peran masyarakat miskin, orang perempuan,pemuda

dan kaum marginal lainnya di desa tersebut.

6. Apakah ada organisasi formal dan informal yang

menangani kebutuhan perempuan? jika ada, bagaimana

organisasi tersebut dapat terlibat dalam kegiatan yang

diusulkan.

Page 58: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

47

7. Organisasi, kelompok, atau individu apa yang dapat dipakai

untuk menggerakan dan melatih perempuan, pemuda, dan

kaum marginal lainnya dalam pelaksanaan kegiatan

8. Minta satu wakil peserta memberikan kesan dan pesan

berkaitan proses dan hasil diskusi.

Informasi minimum yang diperoleh adalah: (1) Nama lembaga

formal dan non formal yang ada di dusun/masyarakat. (2) Manfaat,

peran dan fungsi lembaga yang dirasakan masyarakat. (3)

Partisipasi kuantitatif dan kualitatif (laki-laki, perempuan, pemuda

dan kaum marginal) dalam lembaga tersebut. (4) Perwakilan dan

peran (laki-laki, perempuan, miskin, pemuda dan kaum marginal

lainnya) dalam pengambilan keputusan dan dalam memilih wakil

kepengurusan organisasi warga.

Gambar 3.6. Hasil kajian kelembagaan di Desa Pasirukem

Page 59: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

48

4. INOVASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PT. PERTAMINA EP. ASSET 3 SUBANG FIELD

Tujuan utama setiap upaya pembangunan yang disampaikan

melalui komunikasi pembangunan, pada dasarnya adalah untuk

merubah perilaku masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu

hidup yang mencakup banyak aspek, baik ekonomi, sosial, budaya,

ideologi, politik maupun pertahanan dan keamanan (Kustiyah, 2011).

Karena itu pesan-pesan pembangunan yang dikomunikasikan harus

mampu mendorong atau mengakibatkan terjadinya perubahan-

perubahan yang memiliki sifat “pembaharuan” yang biasa disebut

dengan istilah keinovatifan atau “innovativeness”. Rogers dan

Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai: ide-ide baru,

praktek-praktek baru atau obyek-obyek yang dirasakan sesuai

sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat sasaran. Sedangkan

Lionberger dan Gwin (1982) mengartikan inovasi tidak sekedar

sebagai sesuatu yang baru, tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu

yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaharuan

dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu. Pengertian “baru” di

sini mengandung makna bukan sekedar: ”baru diketahui” oleh pikiran

(cognitive), akan tetapi juga baru karena belum diterima secera luas

oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude), dan juga

baru dalam pengertian belum diterima dan dilaksanakan/diterapkan

oleh seluruh warga masyarakat setempat. Mardikanto (1998)

mendefinisikan inovasi adalah sesuatu ide, perilaku, produk,

informasi dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui,

diterima, dan digunakan diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian

besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat

digunakan untuk mendorong terjadinya perubahan-perubahan di

segala aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan-

perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat

yang bersangkutan.

Page 60: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

49

Inovasi pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan PT.

Pertamina EP Asset 3 Subang antara lain: pengembangan kampung

eco green, proses perencanaan dan implementasi program secara

partisipatif, pengembangan jamur merang secara terpadu,

pengembangan ternak terpadu serta pengembangan usaha mandiri

melalui PKBM Assolahiyah. Pembahasan lebih detail mengenai

inovasi pemberdayaan masyarakat oleh Pertamina Subang disajikan

pada bagian berikutnya.

4.1. KAMPUNG ECO GREEN

Istilah “Kampung Eco Green” pada program CSP

Pertamina Subang mengadaptasi dari istilah eco village atau yang

biasa disebut green village. Kedua konsep ini merupakan konsep

yang tetap mengedepankan aspek lingkungan ditengah

pembangunan wilayah yang semakin pesat dan memanfaatkan

sumberdaya alam secara tidak baik. Secara konsep, pembangunan

ecovillage dan green village sama, dan dapat diterapkan pada

skalaperkotaan maupun pedesaan. Eco village tersebut merupakan

pembangunan kawasan yang mempertimbangkan pencapaian

kualitas individu, keluarga, masyarakat serta kualitas lingkungan

alam yang berkelanjutan. Konsep eco village lahir dalam KTT Bumi

1992 di Rio de Janeiro Brazil, akibat dari laporan komite dunia

mengenai lingkungan pada tahun 1987 yang mengakui pemanasan

global, kelangkaan air, ancaman pada spesies yang hidup dan

kemiskinan global yang terus meningkat (gen.ecovillage.org). Selain

itu, sebelumnya (Gilman, 1991) juga menetapkan sebuah definisi

mengenai ecovillage yaitu permukiman dengan fitur lengkap dimana

aktivitas manusia terintegrasi dengan alam dengan cara mendukung

pembangunan manusia yang sehat dan dapat berhasil dilanjutkan ke

masa depan. Prinsip tersebut berusaha mengintegrasikan

kelestarian lingkungan sosial dengan cara hidup dengan

mengintegrasikan berbagai aspek disain ekologi, permaculture

(permanen agrokulture), bangunan ekologi, produksi hijau, energi

alternatif, bangunan masyarakat dan sebagainya (Global Eco-village

network dalam Nurlaelih, 2005). Adanya permukiman tersebut

Page 61: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

50

mengedepankan fungsi ekologi dan tetap mengedepankan dimensi

komunitas, budaya dan ekonomi dalam melaksanakan

pembangunan.

PT.Pertamina EP Subang saat ini sedang menginisasi

Kampung Eco Green di enam desa sekitar operasional perusahaan,

yaitu Desa Sukamulya, Desa Pasirjaya, Desa Pasirukem, Desa

Karangligar (Karawang), Desa Cidahu dan Kelurahan Dangdeur

(Subang). Kampung Eco Green yang dimaksud adalah kampung

atau desa yang menerapkan asas pelestarian fungsi lingkungan

dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, baik pelestarian

fungsi pada komponen lingkungan (biotik, abiotik maupun komponen

sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat).

Pengembangan kampong eco green juga merupakan salah satu

solusi untuk mempercepat MDGs sekaligus menyelesaikan potensi

masalah di lingkungan pedesaan.

Kampung eco green berangkat dari tiga filosopi, yaitu:

ekologi, sosial, dan ekonomi. Ekologi berkaitan dengan bagaimana

masyarakat di dusun ini mengelola sumberdaya yang ada

berdasarkan prinsip-prinsip keharmonisan. Artinya, didasarkan pada

daya dukung lahan dan kondisi lingkungan. Kedua, sosial itu

berkaitan dengan budaya dan masyarakat setempat. Ketiga, aspek

ekonomi, ini berkaitan dengan dampak dari penerapan dua filosopi

awal tadi. Artinya, pelaksanaan prinsip-prinsip ekologi dan sosial

ternyata memiliki implikasi positif bagi perekonomian warga.

Upaya yang dilakukan menuju kampung yang berwawasan

lingkungan diantaranya adalah pengembangan jamur terpadu

dengan memanfaatkan limbah jerami, pengembangan ternak domba

terpadu, pengembangan usaha mandiri melalui PKBM Assolahiyah

dan pemanfaatan pekarangan dengan vegetasi produktif. Untuk saat

ini, pengembangan kampung eco green melalui tiga program utama

(jamur tepadu, ternak terpadu dan belajar usaha mandiri) dan

program tambahan, yaitu pemanfaatan pekarangan. Program ini

telah berkontribusi dalam pengurangan emisi gas dan pemanfaatan

limbah, sebagaimana disajikan pada Gambar 4.1. berikut.

Page 62: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

51

Gambar 4.1. Dampak Pengembangan Kampung Eco Green

4.2. PERENCANAAN PARTISIPATIF

Perencanaan program Comdev PT Pertamina EP. Asset 3

Subang Field dilakukan secara partisipasif dengan melibatkan pihak-

pihak terkait, terutama perwakilan tokoh-tokoh masyarakat sebagai

sasaran program. Untuk mendapatkan masukan secara khusus,

perusahaan melakukan Focus Group Discussion (FGD) di beberapa

desa, yang merupakan wilayah operasi. Bagi masyarakat

perencanaan partisipatif ini adalah merupakan sesuatu yang baru,

sehingga cara perencanaan seperti ini dapat dikatakan sebagai

inovasi bagi masyarakat. Inovasi yang dimaksud disini adalah bentuk

kekuasaan yang diberikan, dimana biasanya masyarakat pasif,

namun dalam program ini mereka aktif dalam perencanaan, bahkan

dalam implementasi dan pelaksanaan program.

Page 63: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

52

Gambar 4.2. FGD dalam rangka mendapatkan masukan masyarakat

untuk Penyusunan Renstra Comdev PT. Pertamina EP Subang Field

Gambar 4.3. Implementasi Partisipatif

Page 64: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

53

Tahapan perencanaan program Comdev dimulai dengan

social mapping, penyusunan rencana strategis (Renstra),

penyusunan rencana kerja (Renja), implementasi program, dan

monev program.

Gambar 4.4. Skema Implementasi Program CSR PT. Pertamina EP.

Asset 3 Subang Field

Kegiatan social mapping bertujuan untuk mengetahui potensi,

permasalahan serta kebutuhan masyarakat desa binaan. Selain itu,

melalui social mapping juga akan diketahui aspek kelembagaan

serta aktor dan stakeholders yang berperan dalam pembangunan

desa dan masyarakat. Berikut ini disajikan potensi dan

permasalahan di Desa Pasirjaya, sebagai salah satu desa yang

berada di wilayah operasi PT. Pertamina EP Asset 3 Subang Field.

Sosmap

Penyusunan Renstra

Penyusunan Renja

Implementasi Program

Monev Program

Page 65: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

54

Tabel 4.1. Potensi, Permasalahan dan kebutuhan Desa Pasirjaya,

Karawang

Potensi Permasalahan Kebutuhan

Pertanian ; padi sawah, hortikultura : mangga,jamur

Gangguan produksi akibat banjir

Gangguan produksi akibat hama keong

Produksi tinggi tetapi banyak di bawa keluar wilayah dan

menjadi komoditas unggulan wilayah lain

Pengendalian banjir Pemanfaatan hama keong

untuk pakan Meningkatkan daya tawar

petani melalui dukungan proses produksi hilir guna

menciptakan brand produk

Pengembangan peternakan (sapi, domba, dan itik)

• Usaha peternakan masih berupa usaha sampingan mmengingat skala usaha kecil

• Teknik budidaya di angon, rawan terkena penyakit

• Penguatan usaha secara berkelompok

• Teknik penyediaan pakan alternatif

Pengembangan perikanan

• Usaha perikanan tangkapbelum berkembang

• Bantuan perahu untuk usaha perikanan tangkap

• Pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan laut

Pengolahan makanan : keripik,kerupuk, manisan, terasi

• Pemasaran • Kualitas dan kuantitas

produksi

• Pendampingan usaha • Pengembangan Modal • Dukungan Pemasaran

Agar pelaksanaan Comdev perusahaan terlaksana dengan

lebih baik, fokus, terarah, dapat mengangkat value perusahaan dan

sustainable, PT. Pertamina EP. Asset 3 Subang Field juga telah

menyusun Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Community

Development 2014-2018 dan setiap tahun juga disusun rencana

kerja (Renja). Pada box berikut disajikan visi dan misi program

comdev PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field.

Page 66: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

55

Box 4.1. Visi Misi Program Comdev (PEP Asset 3 Subang Field,

2014)

Visi:

“Terwujudnya masyarakat mandiri di sekitar wilayah operasi perusahaan di Subang, Karawang dan

Purwakarta”

Misi: 1. Meningkatkan kualitas SDM di sekitar wilayah

operasi di Subang, Karawang dan Purwakarta 2. Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat di

sekitar wilayah operasi di Subang, Karawang dan Purwakarta

3. Berkontribusi untuk mewujudkan prasarana wilayah yang layak dan berkualitas di sekitar operasi perusahaan di Subang, Karawang dan

Purwakarta 4. Mewujudkan lingkungan lestari di sekitar operasi

perusahaan di Subang, Karawang dan Purwakarta

Tujuan: 1. Meningkatnya taraf pendidikan dan derajat

kesehatan masyarakat di sekitar operasi di Subang, Karawang dan Purwakarta

2. Meningkatnya pendapatan masyarakat di sekitar operasi di Subang, Karawang dan Purwakarta

3. Meningkatnya kualitas prasarana wilayah di sekitar operasi di Subang, Karawang dan Purwakarta

4. Meningkatnya kualitas lingkungan di sekitar operasi di

Subang, Karawang dan Purwakarta

Page 67: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

56

4.3. PENGEMBANGAN JAMUR TERPADU

Desa Sukamulya merupakan salah satu desa yang terletak di

Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang. Desa ini merupakan

salah satu desa yang berada di sekitar wilayah operasi PT Pertamina

EP. Desa Sukamulya mempunyai potensi dalam bidang pertanian

baik pekerja ataupun iklim yang menunjang dalam mengembangkan

agribisnis sebagai mata pencaharian utama. Salah satu komoditas

tanaman yang potensial dikembangkan adalah jamur merang.

Pengembangan jamur merang terpadu berdasarkan analisis potensi

dan masalah sebagai berikut:

Box 4.2. Analisis Potensi dan Masalah Pengembangan Jamur

Potensi:

Desa Sukamulya merupakan

sentra produksi jamur merang

Bahan baku melimpah dan

mudah diperoleh

Membuka lapangan kerja baru

Menambah pendapatan

keluarga

Sumber pangan sehat bergizi

Olahan jamur banyak digemari

masyarakat

Harga jual menguntungkan

Biaya produksi terjangkau

Masalah:

Hasil produksi jamur rendah

Jerami selama ini banyak

dibakar

Tidak ada tempat untuk stok

jerami selama enam bulan

Teknologi yang digunakan

tradisional

Petani jamur banyak dikuasai

oleh tengkulak

Belum ada usaha olahan

makanan jamur

Sumber: Laporan implementasi program jamur merang PEP Subang, 2013

Keterpaduan model pengembangan masyarakat berbasis

jamur ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 68: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

57

Gambar 4.5. Model pengembangan jamur terpadu berbasis

pemanfaatan jerami di Sukamulya (Sumber: PEP Subang, 2014)

Arahan pengembangan pemberdayaan berbasis jamur

terpadu disajikan pada skema berikut.

Gambar 4.6. Rencana Pengembangan Jamur Merang

(PEP Asset 3 Subang Field, 2013)

Page 69: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

58

Program jamur terpadu ini telah dimulai PT Pertamina EP

Asset 3 tahun 2012. Kegiatan awal pada tahun tersebut dimulai

dengan pembentukan kelompok, pembangunan infrastruktur, dan

peningkatan pengetahuan SDM. Pelaksanaan pembentukan

kelompok ini bertujuan untuk: (1) Memudahkan pengorganisasian

para petani jamur baik dalam hal pelaksanaan bimbingan,

pengorganisasian maupun penanganan kegiatan-kegiatan lainnya.

Untuk memudahkan pelaksanaannya. (2) Merupakan wadah

pembelajaran bagi petani jamur untuk mengatasi kebutuhan dan

permasalahan dari masing-masing anggota agar menjadi lebih

berdaya.

Dalam hal pembentukan kelompok ini dilakukan berdasarkan

kedekatan domisili dimasing-masing RT, RW maupun blok yang ada

di Desa Sukamulya. Pembentukan kelompok jamur ini sebelumnya

sudah dibentuk dengan nama Mulia Abadi sesuai dengan nama

Gapoktan yang ada di Desa Sukamulya, begitu juga dengan

pengurus dan rekeningnya sama dengan Pengurus dan rekening

Gapoktan. Untuk menghindari kerancuan dan kekeliruan

administrasi, maka disepakati mengadakan musyawarah kelompok

untuk merevisi nama kelompok, pengurus dan buku rekening yang

ada. Dari hasil musyawarah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

nama Kelompok berubah dari Mulia Abadi menjadi “Sentosa”

dengan susunan kepengurusan sebagai berikut, Ketua: H. Mukhlis

Kamil, Sekretaris : H. Sudin, Bendahara : Darja, Anggota : H.

Ma’munir Rohmat, Erman, Karnita, Pardi.

Page 70: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

59

Gambar 4.7. Kegiatan Pembentukan dan Pertemuan Kelompok

Setelah pembentukan kelompok dilakukan maka pada

pertemuan selanjutnya dilakukan pelatihan sederhana tentang dasar-

dasar kelompok UKM dimaksudkan untuk membekali para pengurus

dan anggota kelompok untuk mengelola kelompok tahap selanjutnya.

Pelatihan sederhana tersebut dilaksanakan dengan cara pengarahan

dan bimbingan kepada para anggota dan pengurus kelompok yang

meliputi aspek fungsi, peran dan tanggungjawab pengurus dan

anggota UKM, Penguatan aspek administrasi, baik yang menyangkut

organisasi dan keuangan UKM. Pendampingan pada aspek

kelembagaan lebih difokuskan pada penguatan fungsi dan peran

serta tanggung jawab pengurus dan bimbingan dalam pembuatan

buku-buku organisasi termasuk pembuatan Buku Anggota.

Bimbingan terhadap aspek keuangan UKM lebih ditujukan

untuk memberikan pemahaman dan motivasi tentang pentingnya

pencatatan keuangan dan rutinitas tabungan anggota. Motivasi

kelancaran angsuran pinjaman serta konsekuensi bagi anggota yang

Page 71: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

60

terlambat dalam mencicil pinjaman. Kegiatan lain yang dilakukan

selain penguatan anggota kelompok adalah wawancara tentang

wawasan pengetahuan kelompok. Wawancara ini maksudkan untuk

mengukur sejauh mana pengetahuan dan latar belakang dari

anggota kelompok ini tentang budidaya jamur, pengalaman berapa

tahun, jenis pelatihan yang sudah pernah diikuti dan faktor-faktor lain

yang berhubungan dengan teknik budidaya dan pemasaran.

Setelah dibentuk kelompok, maka tahapan selanjutnya

adalah pelatihan budidaya jamur merang. Tahapan kegiatan

budidaya jamur merang dilakukan oleh kelompok dimulai dari

penyiapan media tanam, penanaman, pembuatan pupuk organik

cair, dan panen seperti terlihat pada urutan gambar di bawah ini:

Gambar 4.8. Pelatihan Kelompok Budidaya Jamur

Kemudian tahun 2013 upaya penguatan sistem

pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan peningkatan

produktivitas dan kualitas, pemanfaatan limbah media jamur menjadi

pupuk organik, pemanfataan kemampuan entrepreneurship (olahan

jamur merang).

Gambar 4.9. Kegiatan Pembuatan Pupuk Organik

Page 72: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

61

Gambar 4.10. Proses Budidaya Jamur

Gambar 4.11. Pengomposan jerami dengan Kapur

Gambar 4.12. Pemasukan Media

Page 73: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

62

Gambar 4.13. Pemilahan Bibit Jamur

Gambar 4.14. Jamur Siap Panen

(a) (b)

Gambar 4.15. Jamur Kualtas Super (a) dan Jamur Kualtas BS (b)

Rencana di tahun 2014, pengembangan dengan

pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) sebagai sentra

Jamur Merang dan olahannya. Di tahun 2015 diharapkan sudah

Page 74: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

63

tercipta kemandirian kelompok, dan setelah itu akan didapatkan

kemandirian secara berkelanjutan dengan pemeliharaan

keberhasilan melalui sistem pemberdayaan dan pertanian terpadu.

Gambar 4.16. Kegiatan Pelatihan Pembuatan Masakan dan Snack

Jamur

Secara garis besar pelaksanaan program pemberdayaan

masyarakat kepada warga pelaku pembudidayaan jamur merang di

Desa Sukamulya, Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang dapat

dikatakan cukup mendapat respon positif. Kegiatan pengembangan

jamur merang ini dirasakan sangat bermanfaat dan tepat sasaran

karena sesuai dengan potensi dan kebutuhan yang ada. Warga yang

telah dibentuk kelompok tani difasilitasi untuk dapat kembali aktif

dalam membudidayakan jamur merang. Kegiatan ini menambah

kegiatan produktif warga dan mengoptimalkan pemanfaatan potensi

lokal. Dukungan dan antusiasme anggota kelompok tani untuk turut

berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan program budidaya jamur

merang melalui kemitraan, pembinaan serta pendampingan yang

digulirkan menjadi wujud nyata respon positif tersebut. Dampak

kegiatan adalah tingkat produktivitas warga yang semakin tinggi.

Page 75: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

64

Gambar berikut menyajikan trend peningkatan produkasi dan

pendapatan kelompok jamur merang terpadu. Berdasarkan gambar

tersebut dapat diketahui bahwa terdapat trend peningkatan produksi

dan pendapatan kelompok jamur terpadu.

Gambar 4.17. Trend Peningkatan Produksi dan Pendapatan

Kelompok Jamur Terpadu di Desa Sukamulya (PEP Asset 3 Subang

Field, 2013)

Pengembangan program jamur terpadu ini juga telah

memberikan effek ganda yang positif terhadap pengembangan

masyarakat lainnya. Dari awalnya hanya pengembangan kelompok

budidaya, saat ini telah terbentuk kelompok pengolahan yang

dikelola oleh ibu-ibu. Berikut ini gambaran efek pengembangan

masyarakat berbasis jamur terpadu.

Page 76: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

65

Gambar 4.18. Multiflier Efek Pengembangan Jamur Terpadu (PEP

Asset 3 Subang Field, 2013)

Pengembangan jamur merang terpadu mempunyai dampak

yang positif terhadap lingkungan. Hal ini karena media jamur

memanfaatkan limbah jerami sebagai media tanam. Kondisi di Desa

Sukamulya umumnya limbah jerami akan dibakar oleh petani.

Pembakaran 1 ton jerami akan menghasilkan 1.068 kg CO2. Pada

program budidaya jamur di Desa Sukamulya, total jerami yang

dimanfaatkan sebagai media tanam jamur merang adalah 7.200 ton/

tahun. Oleh karena itu melalui program budidaya jamur di Desa

Sukamulya, PT. Pertamina EP Asset 3 Subang Field telah berhasil

mengurangi emisi CO2 hingga 7.689.600 kg/tahun.

Beberapa inovasi penting dalam program ini adalah:

pengembangan usaha jamur sistem kelompok, pengembangan

sistem zero waste, pemanfaatan media kapas untuk media tanam

jamur serta penggunaan blower untuk fermentasi.

Page 77: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

66

Gambar 4.19. Inovasi fermentasi dengan menggunakan blower

(PEP Subang Field, 2014)

4.4. TERNAK DOMBA TERPADU

Program ini berupa penggemukan dan pembibitan ternak

domba yang diintegrasikan dengan pengolahan kotoran dan hasil

samping. Juga terintegrasi dengan penanaman tanaman produktif di

sekitar kandang. Pendampingan usaha ternak domba yang

didampingi oleh tim pendamping dari CARE LPPM IPB. Pemerintah

Desa juga berperan untuk mengawasi perkembangan kegiatan

kelompok. Penyuluh pertanian/peternakan dan dokter hewan

setempat berperan untuk mendampingan secara teknis kegiatan

usaha ternak. Pengertian terpadu dalam program ini adalah:

peternak berusaha ternak secara komunal/terpusat di suatu lokasi.

Selain berusaha budidaya (penggemukan dan pembibitan), juga

terpadu dengan pengolahan kotoran dan hasil samping lainnya.

Terpadu juga dalam hal komoditas, dimana secara bertahap di lokasi

kandang akan ditanam tanaman produktif (pangan dan hortikultura).

Penyelenggaraan program Ternak Domba Terpadu tahun 2014

dilaksanakan di dua lokasi yaitu Dusun Wagirsari Desa Pasirukem

Page 78: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

67

kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang dan Dusun Karang

Cagak Desa Cidahu Kecamatan Pagaden Barat Kabupaten Subang.

Tujuan kegiatan ini adalah (1) Peningkatan kesejahteraan

penerima manfaat kegiatan melalui agribisnis ternak domba. (2)

Membuka peluang berusaha di bidang peternakan, (3) Mewujudkan

kemandirian masyarakat khususnya penerima manfaat, (4)

Memperkuat peran kelompok dalam usaha agribisnis domba, (5)

Sebagai usaha awal perintisan lokasi program menjadi sentra domba

mandiri yang memiliki usaha domba sebagai dari hulu ke hilir.

Adapun sasaran program adalah keluarga dengan kategori rumah

tangga miskin (RTM), dengan persyaratan: (1) Punya

pengalaman/pernah beternak domba. (2) Belum pernah

mendapatkan bantuan program baik dari pemerintah maupun

swasta. (3) Berminat tinggi untuk terlibat dalam budidaya ternak

domba.

Gambar 4.20. Rencana pengembangan usaha ternak terpadu di

Cidahu-Subang dan Pasirukem-Karawang

Dalam pelaksanaan program ini PEP Subang Field

melibatkan pihak-pihak terkait, antara lain Pemerintah Desa, SKPD

Page 79: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

68

Dinas Peternakan setempat, serta pendamping dari IPB. Model

skematik kemitraan disajikan pada Gambar 4.21.

Gambar 4.21. Model Kemitraan Program Ternak Domba Terpadu

Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam program ini adalah:(1)

Seleksi anggota kelompok, (2) Pertemuan awal dengan calon

anggota dan pembentukan kelompok, (3) Pembangunan kandang

secara gotong royong oleh anggota kelompok, (4) Pengadaan ternak

domba, (5) Serah terima kandang dan ternak domba, (6) Pelatihan

usaha ternak domba, (7) Pelaksanaan pemeliharaan usaha ternak

domba.

a. Seleksi anggota kelompok.

Untuk mendapatkan anggota yang sesuai kriteria tersebut,

tim pendamping program bekerja sama dengan Pihak Pemerintah

Desa setempat untuk memberikan rekomendasi nama-nama calon

anggota kelompok, yang selanjutnya di verifikasi oleh Tim

Pendamping/CDO di lapangan. Seleksi dilakukan melalui wawancara

langsung maupun kunjungan ke rumah calon peserta sasaran.

Page 80: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

69

Setelah dilakukan seleksi, penerima manfaat terpilih dikumpulkan

untuk mendapatkan arahan program sekaligus memastikan

komitmen kesediaan terlibat dalam program. Pada pertemuan

tersebut dijelaskan pola kemitraan yang dijalankan, hak dan

kewajiban masing-masing pihak sehingga dicapai kesepakatan.

Guna menguatkan rencana ini, maka di awal program penerima

manfaat wajib menandatangani surat kesepakatan kerjasama dalam

kelompok disaksikan aparat setempat.

Pemilihan anggota kelompok didasarkan kepada kriteria

sebagai berikut: (1) Punya pengalaman/pernah beternak domba. (2)

Belum pernah mendapatkan bantuan program baik dari pemerintah

maupun swasta. (3) Berminat tinggi untuk terlibat dalam budidaya

ternak domba.

Gambar 4.22. Mekanisme Perisapan Program Ternak Domba

Terpadu

b. Pertemuan awal dengan calon anggota

Pertemuan awal dengan kelompok bertujuan untuk

menyamakan persepsi tentang pelaksanaan program ternak domba

terpadu. Dalam pertemuan tersebut juga dibahas tentang aturan-

aturan kelompok dalam program ternak domba terpadu. Pada akhir

Page 81: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

70

pertemuan disepakati pembentukan kelompok dan dibuat surat

pernyataan kesediaan bergabung dalam kelompok ternak yang

dibentuk. Untuk Kelompok Ternak Domba di Cidahu diberi nama

Kelompok Berkah Mandiri Jaya dan kelompok ternak di Pasirukem

diberi nama Kelompok Bina Usaha Mandiri.

Gambar 4.23. Pertemuan awal Pembentukan Kelompok di

Pasirukem

Gambar 4.24. Pertemuan awal Pembentukan Kelompok di Cidahu

b. Pembangunan kandang secara partisipatif

Kelompok ternak bersama mitra membangun kandang

komunal secara bersama-sama, dengan pendamping dari tim CARE

LPPM IPB selaku konsultan. Pada proses pembangunan kandang,

PT. Pertamina EP. Asset 3 Subang Field berkontribusi dalam

pengadaan material sedangkan kelompok ternak berkontribusi dalam

Page 82: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

71

hal tenaga kerja penyiapan kandang. Alokasi waktu bagi kegiatan

pembangunan kandang kurang lebih 3 minggu.

Terkait dengan kepemilikan lahan, maka di awal kegiatan

dibuat surat pernyataan kesediaan meminjamkan lahan dari pemilik

lahan dengan komitmen yang disepakati oleh setiap kelompok.

Kelompok juga wajib mendapatkan surat pernyataan persetujuan

dari masyarakat sekitar lokasi kandanguntuk menghindari konflik di

kemudian hari.

Kandang yang dibangun berukuran kurang lebih 100 m2,

dialokasikan untuk kandang pembibitan dan kandang penggemukan.

Untuk kandang pembibitan terdiri atas kandang induk dan anak

domba, kandang pejantan dan kandang isolasi bagi domba yang

sakit.Desain kandang serta penggunaan material disesuaikan

dengan kondisi masing-masing lokasi serta kesediaan material di

masing-masing lokasi. Hanya prinsip awal yang digunakan adalah

kandang berada antara 50-100 cm dari permukaan tanah dengan

tujuan bagian bawah kandang dapat dipergunakan untuk

pengumpulan kotoran ternak. Material kandang dapat terdiri dari

kayu maupun bambu serta atap terbuat dari asbes. Kegiatan

pembuatan kandang berlangsung selama kurang lebih 3 minggu.

Selain pengadaan kandang juga dilakukan pengadaan

peralatanseperti timbangan, ember, dll serta pembangunan sumur

pompa air. Adapun untuk areal budidaya rumput pakan dilakukan di

areal yang sama serta areal sekitar.

Gambar 4.25. Proses Pembuatan Kandang di Cidahu

Page 83: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

72

Gambar 4.26. Kandang Domba Terpadu di Cidahu dan Pasirukem

c. Pengadaan Ternak Domba

Proses pengadaan ternak dilakukan setelah kandang siap

menampung domba. Pengadaan ternak baik bagi pembibitan

maupun penggemukan dicari dari wilayah terdekat dengan tujuan

untuk memudahkan adaptasi ternak terhadap lingkungan. Jumlah

ternak domba hingga saat ini adalah 80 ekor untuk dua wilayah

dengan asumsi masing-masing penerima manfaat akan menerima 4-

5 ekor ternak terdiri dari ternak penggemukan dan pembibitan.

Beberapa syarat yang ditetapkan untuk ternak penggemukkan antara

lain:

1. Domba jantan sehat

2. Kepala tegak

3. Dilihat dari depan badan

terlihat besar, kaki lurus dan

jarak antar kaki lebar

4. Dilihat dari samping badan

terlihat tinggi,panjang dan

dalam, punggung lurus,

bentuk badan persegi

panjang.

Gambar 4.27. Ternak

Domba Penggemukan

Page 84: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

73

Adapun untuk domba pembibitan prasyarat antara lain :

a. Domba betina, diusahakan

sudah siap bunting atau

sudah bunting 3-4 bulan

b. Sehat dan tidak cacat

Terkait pemilihan ternak

Tim CARE LPPM IPB

melibatkan ahli ternak domba

untuk mendapatkan ternak

pilihan terbaik.

Gambar 4.29. Ternak Domba di Cidahu

d. Serah terima kandang dan ternak domba

Kegiatan serah terima ternak domba dilaksanakan

bersamaan dengan acara pelatihan budidaya ternak domba terpadu.

Kegiatan serah terima domba dari Pertamina EP Subang

dilaksanakan pada 13 Juni 2014 di Pasirukem, Kab. Karawang dan

17 Juni 2014 di Cidahu, Kabupaten Subang. Penyerahan ternak

domba dilakukan secara simbolis oleh PT. Pertamina EP Asset 3

Subang Field diwakili oleh Bapak Yosi kepada ketua kelompok

ternak domba terpadu binaan Pertamina EP Subang Field di masing-

masing wilayah.

Gambar 4.28. Ternak

Domba Pembibitan

Page 85: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

74

Gambar 4.30. Serah Terima Ternak Domba di Pasirukem

e. Pelatihan usaha ternak domba

Kegiatan ini dilakukan setelah proses pembangunan kandang

dan pengadaan ternak selesai dilakukan. Pelatihan dilakukan

dengan menghadirkan ahli ternak atau praktisi serta melibatkan

dinas peternakan. Pelatihan berlangsung selama dua hari dengan

materi antara lain: budidaya domba dan hijauan, reproduksi dan

kesehatan ternak, pembuatan pakan alternatif, dan manajemen

pengelolaan usaha ternak domba.

Pelatihan dilakukan dengan metode paparan, demonstrasi

dan praktek indoor maupun outdoor. Peserta pelatihan meliputi

penerima manfaat maupun peternak lokal yang berminat untuk

mengembangkan pengetahuan usaha ternak domba.

Gambar 4.31. Pelatihan Ternak Domba Terpadu di Pasirukem

Page 86: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

75

Gambar 4.32. Pelatihan Ternak Domba Terpadu di Cidahu

Sampai buku ini selesai disusun, program pengembangan

ternak domba baru berjalan kurang dari satu tahun (sekitar 3 bulan),

sehingga kinerja usaha belum bisa diukur dari sisi manfaat

ekonominya. Namun demikian apabila program ini dijalankan sesuai

rencana maka potensi peningkatan populasi dan pendapatan

kelompok disajikan sebagai berikut.

Gambar 4.33. Proyeksi Peningkatan Populasi, Hasil Kotoran Dan

Tambahan Pendapatan Dari Usaha Ternak Domba

Page 87: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

76

Jenis-jenis inovasi yang akan dilakukan dari ternak domba

terpadu adalah (1) Limbah kotoran dijadikan pupuk organic cair/ poc

dengan sistem pengolahan terpadu. (2) Pengurangan bau kotoran

melalui inovasi pakan limbah sayuran pasar. (3) Pengurangan jumlah

emisi melalui pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak.

Tabel 4.2. Proyeksi Populasi, Jumlah Kotoran, Kebutuhan Jerami

dan Potensi Pengurangan Emisi CO2 Program Ternak Domba

Terpadu

Hasil 2014 2015 2016

Populasi ternak (ekor) 80 114 210

Feses/kotoran ternak (kg) 8,640

12,312

22,680

Kebutuhan jerami (ton) 58

82

151

Pengurangan Emisi CO2 61,516.80

87,661

161,482

*pembakaran 1kg jerami akan menghasilkan emisi CO2 1068 kg

Program ternak domba terpadu dengan memanfaatkan

limbah jerami sebagai pakan mempunyai dampak yang positif

terhadap lingkungan. Sebagaimana diketahui, umumnya limbah

jerami akan dibakar oleh petani. Pembakaran 1 ton jerami akan

menghasilkan 1.068 Kg CO2.Jerami dapat dimanfaatkan menjadi

pakan ternak melalui teknik fermentasi.Dalam 1 tahun pertama,

program ternak domba terpadu (total 80 ekor) membutuhkan 58 ton

jerami, dan akan meningkat sejalan dengan peningkatan populasi

ternak.Melalui program ternak domba terpadu di Desa Pasirukem

dan Cidahu, dalam 3 tahun (hingga 2016), PT. Pertamina EP. Asset

3 Subang berpotensi akan mengurangi emisi CO2 sebesar 310 ton.

Page 88: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

77

Gambar 4.34. Proyeksi Kebutuhan Jerami Usaha Ternak Domba

Gambar 4.35. Potensi Pengurangan Emisi CO2 dari Usaha Ternak

Domba

Program ternak domba terpadu telah memberikan contoh

kepada masyarakat untuk memanfaatkan lahan secara optimal.

Dalam hal ini lokasi kandang domba terpadu awalnya merupakan

lahan yang kurang produktif, dan saat ini menjadi lebih produktif

dengan adanya kegiatan peternakan.

58

82

151

-

20

40

60

80

100

120

140

160

2014 2015 2016

Kebutuhan jerami (ton)

61.517

87.661

161.482

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

180.000

2014 2015 2016

Pengurangan Emisi CO2

Page 89: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

78

Gambar 4.36. Perbandingan Kondisi Awal dan Kondisi Saat Ini

Melalui program ternak terpadu, juga Pertamina EP Asset 3

Subang telah berhasil menginisiasi terbangunnya kemitraan antara

masayarakat, SKPD setempat dan IPB serta Pertamina. Kemitraan

dalam program pengembangan masyarakat menjadi hal yang sangat

penting.

Gambar 4.37. Kemitraan ABG-C dalam Program Usaha Ternak

Domba

Page 90: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

79

Hal lain yang cukup positif melalui program ini adalah lokasi

kandang ternak saat ini menjadi pusat kegiatan baru masyarakat

setempat. Masyarakat diluar anggota kelompok bias belajar tentang

beternak, selain itu juga dengan adanya anak-anak yang bermain di

kandang akan memberikan pendidikan dini tentang usaha ternak

domba.

Gambar 4.38. Kandang sebagai Pusat Kegiatan Masyarakat

Beberapa inovasi dalam program ternak terpadu adalah:

model kandang domba komunal, model kandang ternak yang

terpadu dengan tanaman, penggunaan teknik silase dalam

penyediaan pakan ternak, dan pemanfaatan jerami sebagai limbah

ternak.

Page 91: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

80

5. PENUTUP: PELAJARAN IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM CSR

5.1. PELAJARAN DARI ISU SEPUTAR IMPLEMENTASI PP NOMOR 47

TAHUN 2012

Di dalam PP nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung jawab

Sosial dan Lingkungan (TJSL) dalam pasal-pasalnya telah

diamanatkan sebagai berikut. Pada Pasal 1 dalam Peraturan

Pemerintah ini yang dimaksud dengan: Perseroan Terbatas yang

selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang

merupakan Persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya

terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas serta peraturan pelaksanaannya.

Selanjutnya dijelaskan Rapat Umum Pemegang Saham yang

selanjutnya disebut RUPS adalah organ Perseroan yang mempunyai

wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan

Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan/atau

anggaran dasar. Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang

dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan. Perseroan untuk

kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan

Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar

pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Dewan

Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan

anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.

Pada Pasal 2 dinyatakan “Setiap Perseroan selaku subjek

hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan”.

Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 menjadi kewajiban bagi Perseroan yang menjalankan

Page 92: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

81

kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber

daya alam berdasarkan Undang-Undang (Pasal 3). Kewajiban

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan baik di dalam

maupun di luar lingkungan Perseroan.

Selanjutnya diamanatkan pada Pasal 4, bahwa “Tanggung

jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan

rencana kerja tahunan Perseroan setelah mendapat persetujuan

Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran dasar

Perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-

undangan”. Rencana kerja tahunan Perseroan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) memuat rencana kegiatan dan anggaran

yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan

lingkungan.

Beberapa Kesalahan Umum yang sering ditemukan pada

beberapa perusahaan dalam implementasi CSR yang masih banyak

ditemukan. Beberapa kesalahan umum, yang perlu diluruskan atau

diperbaiki tersebut antara lain (Jalal 2008; Sumardjo 2013):

1) Ada kerancuan antara CSR, Pengembangan Masyarakat

(Community Development-CD) dan PKBL bagi BUMN;

2) Ada kecenderungan CSR identik dengan kegiatan yang

bersifat amal (charity);

3) CSR hanya mencakup aspek social;

4) Organisasi CSR hanya merupakan unit tempelan, dan

CSR hanya untuk perusahaan besar, serta memisahkan

CSR dari bisnis inti perusahaan;

5) CSR untuk diri sendiri, bukan sepanjang supply chain;

6) Setelah produk sampai konsumen, tak ada lagi CSR;

7) CSR cuma tambahan biaya belaka;

8) CSR dibiayai secara after-profit;

9) CSR adalah upaya pemolesan citra perusahaan

sehingga perusahaan menganggap bahwa CSR

sepenuhnya voluntari atau sukarela;

10) Mempraktikkan CSR dalam ranah eksternal

Page 93: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

82

Terkait dengan kerancuan antara CSR dengan Community

Development (CD). CD adalah kegiatan pengembangan masyarakat

oleh perusahaan yang diarahkan untuk memperbesar akses

masyarakat untuk mencapai kondisi sosial, ekonomi dan budaya

yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Community development merupakan bagian dari Corporate Social

Responsibility (CSR). Sedangkan terkait kerancuan antara CSR dan

PKBL, terutama dalam hal pembiayaan. CSR merupakan biaya

operasional perusahaan, terlepas dari perusahaan itu untung

ataukah belum menguntungkan, sedangkan PKBL dibiayai dari

persentase keuntungan perusahaan. Apabila perusahaan belum

mengembangkan PKBL bisa jadi karena perusahaan tersebut belum

memperoleh keuntungan dari operasionalnya. PKBL ini berlaku

khususnya untuk perusahaan dengan katagori BUMN.

Gambar 5.1. Ruang Lingkup TJSL: pasar, lokasi kerja, masyarakat,

dan lingkungan hidup

Jadi pengaturan CSR (PP No 47 tahun 2012) pada dasarnya

dimaksudkan untuk:

1. meningkatkan kesadaran perseroan terhadap pelaksanaan

tanggung jawab sosial dan lingkungan di Indonesia;

Page 94: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

83

2. memenuhi perkembangan kebutuhan hukum dalam

masyarakat mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan;

dan

3. menguatkan pengaturan tanggung jawab sosial dan

lingkungan yang telah diatur dalam berbagai peraturan

perundang-undangan sesuai dengan bidang kegiatan usaha

Perseroan yang bersangkutan.

Secara keseluruhan setidaknya ada enam perbedaan antara

CSR dengan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) yang

berlaku bagi Perusahaan milik Negara (BUMN), yaitu menyangkut:

(1) dasar hukum, (2) sasaran/tujuan, (3) obyek peraturan, (4) sifat

peraturan, (5) lingkup tanggungjawab, dan (6) perlakuan anggaran.

Secra rinci diskripsi perbedaan diantara keduanya (CSR dan PKBL)

dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Perbedaaan CSR dan PKBL

CSR PKBL

Dasar Hukum

Ps. 74 UU No. 40 tahun 2007

Peraturan Pemerintah (masih dalam Rancangan)

Ps.2 ayat (1) huruf e dan Ps.88 ayat (1) UU No.19 Tahun 2003 jo. Peraturan Meneg BUMN No.PER-05/MBU/2007

Sasaran/Tujuan

Menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya setempat secara berkelanjutan (Penjelasan Ps.74 ayat (1)

Program Kemitraan : Untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri

Program Bina Lingkungan : Pemberdayaan kondisi sosial masyarakat

Obyek Peraturan

Perusahaan (Perseroan Persero (termasuk Persero

Page 95: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

84

CSR PKBL

Terbatas) yg menjalankan kegiatan usaha dibidang / berkaitan dengan Sumber Daya Alam (SDA) (Ps.74 ayat (1))

Perusahaan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan SDA, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam (Penjelasan Ps.7 ayat (1)

Terbuka) dan Perum (Ps.2 ayat (1) dan (2) Peraturan Meneg BUMN No.PER-05/MBU/2007)

Sifat Peraturan

Memaksa (wajib dilaksanakan) bagi perusahaan yang terkait SDA dan/atau perusahaan yang usahanya berdampak pada fungsi kemampuan SDA, apabila tidak dilaksanakan, maka dapat dikenakan sanksi (Ps.74 ayat (3)

Terhadap Persero dan Perum, sifat peraturan memaksa (wajib dilaksanakan) karena Program tersebut dijadikan salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan Persero / Perum (Ps. 2 ayat (1) jo. Ps.30 ayat (1) Peraturan Meneg BUMN No.PER-05/MBU/2007)

Lingkup Tanggung Jawab

Terbatas di lingkungan/masyarakat di wilayah kegiatan usaha Perusahaan (Penjelasan Ps.7 ayat (1)

Lebih luas dari lingkup Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 (tidak sebatas wilayah tempat kegiatan usaha Persero atau Perum)

Perlakuan Anggaran

• Diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan

Maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan

Maksimal 2% (dua persen) dari

Page 96: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

85

CSR PKBL

kepatutan dan kewajaran (Ps.74 ayat (2)

laba bersih untuk Program Bina Lingkungan.

Sering ditemukan kerancuan dalam implementasi CSR dan

PKBL terjadi dalam suatu perusahaan milik negara disebabkan oleh

kurangnya pemahaman pimpinan, khususnya pimpinan puncak atas

perbedaan tersebut. Akibatnya terjadi kelemahan dalam

implementasi CSR maupun PKBL pada perusahaan yang

bersangkutan. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan perlu

mendapat masukan atas pemahaman adanya perbedaan antara

CSR dan PKBL tersebut, terutama oleh pimpinan di tingkat

menengah maupun atas yang bertangjawab atas pelaksanaan CSR.

Secara konsep Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

(PKBL) yang dilaksanakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak

jauh berbeda dengan best practices CSR yang dilakukan oleh

perusahaan swasta sehingga dapa dikatakan bahwa PKBL

merupakan salah satu wujud praktek CSR yang dilakukan oleh

BUMN. Cakupan PKBL- BUMN juga diharapkan untuk mampu

mewujudkan tiga pilar utama pembangunan (triple tracks) yang telah

dicanangkan pemerintah dan merupakan janji politik kepada

masyarakat, yaitu: (1) pengurangan jumlah pengangguran; (2)

pengurangan jumlah penduduk miskin; dan (3) peningkatan

pertumbuhan ekonomi.

Melalui PKBL diharapkan terjadi peningkatan partisipasi

BUMN untuk memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi, sosial,

dan lingkungan masyarakat dengan fokus diarahkan pada

pengembangan ekonomi kerakyatan untuk menciptakan pemerataan

pembangunan

Page 97: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

86

Berkembangnya isyu seputar praktik Corporate Social

Responsibility antara lain menyebabkan terbentuknya persepsi

bahwa meski dana dalam jumlah besar telah dikucurkan, manajemen

CSR dibentuk, serta strategi dan program pembangunan nyata telah

dilakukan perusahaan, namun fakta menunjukkan bahwa tuntutan,

ketidakpuasan serta demo dari masyarakat dan aktivis LSM masih

berlangsung. Ada apa dengan CSR? Apa sekedar kosmetikkah

praktik CSR yang dilakukan perusahaan? Apa perusahaan bertindak

bagai sinterklas dengan dominasi kegiatan giving dan charity yang

jauh dari membangun kemandirian? Atau mungkin, tuntutan

masyarakat yang terlalu berlebihan?

Diakui atau tidak diakui, selama ini perusahaan, pemerintah

dan masyarakat telah melakukan praktik CSR dengan caranya

masing-masing dan seringkali ketiganya berjalan sendiri- sendiri,

tanpa mencoba membangun komunikasi dan hubungan yang

harmonis. Implementasi CSR kurang memperhatikan prinsip-

prinsip berikut : (1) Akuntabilitas, (2) Transparensi, (3) Perilaku Etis,

(4) Penghormatan, baik kepada kepentingan Stakeholder,maupun

kepatuhan kepada Hukum, serta (5) Penghormatan baik kepada

norma perilaku internasional, maupun norma penegakan Hak Asasi

Manusia (HAM).

Pengaruh implementasi CSR pada dasarnya dapat

dikelompokkan ke dalam empat katagori, dapat dilihat pada Gambar

5.2 dan Gambar 5.3. yaitu : (1) pengaruh terhadap faktor-faktor yang

bersifat internal langsung; (2) pengaruh tak langsung, yaitu terhadap

mitra kerja, penduduk setempat, diskriminasi rekrutmen tenaga kerja,

serta kesenjangan sosial dan lainnya; (3) pengaruh langsung yang

dapat dirasakan atau menimpa masyarakat setempat, berupa

dampak positif/ negatif kehadiran perusahaan; serta (4) pengaruh tak

langsung atas keberadaan lingkungan makro peraturan perundangan

dan perkembangan infrastruktur.

Page 98: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

87

Operasi Inti

Pemerintah

Masyarakat

setempat

Mitra bisnis

Pengaruh Tak langsung: UU/ rezim

hukum, syarat2/ infrastruktur

Pengaruh langsung: polusi, korupsi,

suap

Pengaruh Tak langsung: mitra kerja,

hak2 penduduk setempat, suap,

kesenjangan sosial

Kontrol tk tinggi: standar kerja, kesehatan

dan keselamatan kerja, dampak

lingkungan

Gambar 5.2 Cakupan Pengaruh CSR dalam kehidupan dan

lingkungan

Implikasi dari pemahaman cakupan ruang pengaruh CSR,

seyogyanya penyusunan program CSR mempertimbangkan hal-hal

berikut:

1. Kebutuhan masyarakat: program disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat sehingga dapat memberikan manfaat

yang lebih luas.

2. Inovasi dan spesifik lokasi dan spesifik sasaran : program

ditujukan sesuai dengan isu sosial yang spesifik dan

dilakukan dengan pendekatan yang inovatif.

3. Potensial mengatasi isyu: dalam jangka panjang, secara

potensial akan dapat mengatasi isyu-isyu sosial.

4. Strategis: program secara strategis ditujukan untuk

mengantisipasi masalah sosial dan akan mempertegas

pencapaian tujuan.

5. Kemitraan: perencanaan program dan implementasinya

secara partisipatif, berupa kemitraan yang harmonis antara

perusahaan, pemerintah, masyarakat (LSM), dan perguruan

tinggi.

Page 99: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

88

Gambar 5.3. CSR mempertimbangkan Ruang Pengaruh (Sumber:

Welford, 2011)

Implikasi Kebijakan CSR terhadap Arahan Program, antara lain:

1. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan

kelembagaan (manajemen) CSR;

2. Peningkatan kuantitas pendanaan sesuai kebutuhan yang

berkembang dan integrasi sumber-sumber pendanaan CSR;

3. Diversifikasi pendekatan dan strategi CSR yang berbasis

komunitas (community based) dan partisipatif (participatory

approach);

4. Diversifikasi program CSR berdasarkan perubahan pola

adaptasi, struktur sosial, dan orientasi nilai budaya menurut

kelompok-kelompok sosial, pelapisan sosial, dan ring-side

yang berbasis pada peta komunitas dan sosial; dan

5. Mengembangkan kelembagaan kolaboratif antar pihak terkait,

yang mampu memformulasikan dan mengimplementasikan

kebijakan dan program dari berbagai stakeholders dalam

kerangka CSR.

Khusus terkait dengan kemitraan perlu dirancang untuk

terwujudnya sinergi dengan pihak terkait, baik pada elemen

perusahaan, masyarakat, pemerintah, maupun akademisi perguruan

tinggi. Misalnya IPB sejak tahun 2007 dalam implementasi dharma

pengabdian pada masyarakat menerapkan konsep kemitraan ABG-

Page 100: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

89

C, yaitu kemitraan yang melibatkan elemen akademisi, bisnis,

pemerintah (goverment) dan masyarakat (community). Kemitraan

sinergis ABG-C inilah yang senantiasa mewarnai kiprah CARE IPB

dalam mengemban tugas Tridharma Perguruan Tingginya. Peran-

peran pihak terkait dapat dijabarkan sebagai berikut. Peran yang

dimainkan pemerintah: Peran pemerintah setidaknya menyangkut

hal-hal yang sifatnya: mandating, fasilitating, partnering, endorsing

sehingga terwujud sinergi kegiatan bersama pemerintah. Pemberian

Mandat (mandating) sesuai penyusunan standar kinerja bisnis, dan

penyediaan peraturan perundangan/ Perda terkait. Pemerintah

berperan memfasilitasi (fasilitating) terwujudnya suasana kondusif

diantaraanya dengan sistem insentif bagi praktek CSR yang berhasil

melakukanperbaikan sosial dan lingkungan. Selanjunya peran

pemerintah juga mengembangkan kemitraan (partnering), baik yang

berupa kemitraan strategis antara pemerintah, dunia bisnis,

masyarakat, dan akademisi, maupun upaya terwujudnya masyarakat

madani yang diindikasikan oleh terjadinya harmoni sosial dan

lingkungan, serta memperkuat pengembangan partisipan dan

fasilitator pembangunan. Di samping itu, juga pemerintah berperan

memberi dukungan (Endorsing) politik dan kebijakan yang kondusif

bagi terwujudnya kemitraan sinergis.

Kemitraan Masyarakat-Dunia Usaha, sesuai harapan

masyarakat terhadap dunia usaha, yaitu upaya pemberdayaan yang

dapat meningkatkan pendapatan, kontribusi perusahaan, dan

tumbuhnya kebanggaan. Keterlibatan masyarakat dalam program

CSR setidaknya untuk berkontribusi meningkatkan manfaat

komunitas pada perusahaan dan manfaat perusahaan pada

komunitas. Kehadiran perguruan tinggi atau akademisi dapat

menjadi fasilitator dan dinamisator pemberdayaan atau

pengembangan masyarakat membangun model-model

pengembangan masyarakat yang efektif mewujudkan sinergi

pembangunan berkelanjutan masyarakat, serta pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan di sekitar operasional perusahaan.

Page 101: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

90

5.2. PELAJARAN DARI BEBERAPA ACUAN DALAM IMPLEMENTASI CSR

Di dalam menerapkan konsep Corporate Social

Responsibility (CSR) di Indonesia ada beberapa pedoman indikator

yang dijadikan acuan dalam mengukur kinerja CSR. Salah satu

pedoman implementasi CSR adalah Sustainable Development

(Deklarasi Rio de Janeiro, 1992), yang pada dasarnya yaitu:

1. Mengutamakan manusia. “Manusia berhak atas

kehidupan yg sehat dan produktif selaras dengan alam”

2. Menggunakan perspektif jangka panjang.Melindungi

kepentingan generasi mendatang.

3. Mempertimbangkan biaya dan keuntungan.

4. Menciptakan sistem ekonomi yang terbuka dan suportif.

5. Memberantas kemiskinan dan bentuk-bentuk pengucilan

social.

6. Menghargai batas-batas lingkungan.

7. Prinsip kehati-hatian (akuntabel, responsif, efisien dan

efektif).

8. Menggunakan pengetahuan ilmiah (inovatif dan

progresif).

9. Transparan, informatif, partisipatif, dan adil.

10. Mendenda pencipta pencemaran (lisensi, otorisasi dan

perizinan)

Acuan pengukuran kinerja CSR yang lainnya, dikaitkan

dengan Milenium Development Goals. Gambaran secara detil dapat

dilihat pada Gambar 5.4. Terdapat tujuh aspek yang menjadi target

pembangunan sampai tahun 2015. Yang dikehendaki oleh negara-

negara di dunia, khususnya di Indonesia.

Implikasi atas implementasi Pasal 74 UU Perseroan Terbatas

No. 40/2007 terhadap pelaksanaan PKBL BUMN seperti Pertamina

antara lain adalah:

Page 102: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

91

1. Memperkuat peran PKBL dan bersifat wajib (mandatory)

khususnya bagi BUMN di bidang SDA yaitu yang

bergerak pada sektor energi, perkebunan, kehutanan,

pertambangan, semen, kertas dan telekomunikasi dan

atau yang terkait SDA seperti sektor aneka industri,

sandang, kosntruksi, baja dan konstruksi baja dan lain-

lain.

2. Untuk BUMN yang tidak terkait langsung dengan SDA

misalnya BUMN di bidang keuangan maka pelaksanaan

PKBL bersifat sukarela (voluntary) namun karena BUMN

juga terikat oleh pasal 2 ayait 1e dan Pasal 88 ayat 1 dari

UU No. 19 tahun 2003 menyebabkan BUMN sebagai

Agent of Development harus aktif dan berperan serta

dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada

pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan

masyarakat di wilayah operasional BUMN.

Gambar 5.4. Aspek-aspek Milenium Development Goal

MDGs

2. Mewujudkanpendidikan dasar untuk

semua

3. kesetaraan gender dan pemberdayaan

perempuan

4. Menurunkanangka kematian

anak

5. Meningkatkankesehatan ibu dan nak

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria serta penyakit

lainnya

7. Memastikankelestarian lingkungan

8. Promote global partnership for development

1. Memberantaskemiskinan dan

kelaparan

Page 103: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

92

5.3. PELAJARAN DARI PERSPEKTIF PENTINGNYA PENERAPAN CSR

Fakta menunjukkan selain, perspektif hukum sebagaimana

telah diuraikan pada awal tulisan ini, ternyata perlu disadari bahwa

banyak perspektif lain yang merupakan hal yang berperan penting

dalam pentingnya implementasi CSR. Perspektif yang dimaksud

adalah perspektif-perspektif atau sudut pandang: sejarah, filosofis,

ekonomi, ekologis, sosiologis, ideologis, bisnis dan politik.

1. Perpektif Kesejarahan. Bangsa Indonesia mengalami sejarah

yang panjang dalam dominasi ekonomi, sosio-politik dan

kebudayaan, ketika Pemerintah Hindia Belanda menduduki

wilayah Nusantara ini. VOC sebagai manifestasi company

menguasai ekonomi dan mendominasi akses sumberdaya

alam dan lingkungan disadari dalam sejarah sebagai bentuk

penindasan terhadap rakyat. Ketika itu belum dikenal istilah

CSR. Kesadaran yang meluas bangsa di Nusantara ini

menyebabkan munculnya konflik atau disebut pemberontakan

terhadap penguasa, yaitu pemerintah Hindia Belanda. Kini

kehadiran corporat pada sebagian masyarakat Indonesia

mulai terpersepsikan sebagai layaknya bentuk subordinasi

kumpeni dan difasilitasi Sistem Pemerintahan Hindia Belanda

terhadap rakyat Indonesia. Hal ini mengindikasikan

pentingnya CSR dari perspektif kesejarahan.

2. Perspektif filosofif. Kehadiran perusahaan menengah dan

besar selain menimbulkan keuntungan bagi perusahaan

ternyata juga menimbulkan dampak biaya sosial bagi

masyarakat di lingkungannya. Tidak terhindarkan munculnya

konflik sosial, yang tidak jarang dipicu oleh peran provokator

yang memanfaatkan kesempatan dalam situasi kritis

berpotensi memicu konflik. Kondisi seperti ini, berimplikasi

pada betapa pentingnya sinergi kemitraan antara Perusahaan

(corporate), dengan masyarakat (Community), yang

difasilitasi oleh Pemerintah (Government), yang difasilitasi

oleh para cerdik-cendikia (Academician), yang oleh IPB

dikembangkan sebagai konsep kemitraan sinergis ABG-C

Page 104: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

93

(Academiciant, Business, Goverment and Community) dalam

pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan.

3. Perspektif hukum. Seperti telah dijelaskan sebagaimana

diterbitkannya peraturan perundangan antara lain: UU No

40/2007 tentang PT; UU No 19/2003 tentang BUMN; UU No

25/2007 tentang Penanaman Modal/PKBL; UU No 11/ 2011

tentang Kesejahteraan Sosial; UU No 47/2012 tentang TJSL

4. Perspektif ekonomi. Masyarakat sebagai lingkungan

perusahaan merasakan keadilan atas hak akses sumberdaya

ekonomi, terkait dengan kehadiran operasional perusahaan.

Terjadi ketimpangan yang semakin nyata pada perusahaan-

perusahaan yang kurang efektif dan kurang tepat

menerapkan CSR, antara lain berupa ketimpangan akses

sumberdaya ekonomi/nafkah masyarakat, akses modal

usaha, dan akses pasar yang sering berpotensi memicu

konflik sosial.

5. Perspektif ekologis. Dampak lingkungan yang timbul dari

operasional perusahaan menimbulkan biaya sosial bagi

masyarakat terutama di area dampak langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu, dibutuhkan kompensasi

setidaknya terhadap potensi dampak yang mungkin timbul,

kadang tidak sekedar dikendalikan, namun juga perlu dijaga

oleh perusahaan agar tidak menimbulkan gangguan terhadap

kehidupan lingkungan, baik fisik, sosial budaya maupun

ekonomi yang berpotensi konflik.

6. Perspektif sosiologis. Kehadiran perusahaan di lingkungan

masyarakat bila tidak atau kurang disertai kearifan berpotensi

mengganggu harmoni lingkungan kehidupan yang telah ada,

yang tidak jarang menimbulkan potensi konflik sosial karena

kesenjangan akses sumberdaya alam dan sosial ekonomi

politik, yang berdampak pada lemahnya aseptabilitas

operasional perusahaan di masyarakat. Dunia bisnis kini telah

menjelma menjadi institusi paling berkuasa di muka bumi

selama setengah abad terakhir ini. Akankah muncul

kesadaran bahwa dunia bisnis besar identik dengan

Page 105: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

94

kumpeni? Akankah muncul kesadaran bahwa pemerintah

yang melegitimasinya adalah penjajah? Fakta, keperkasaan

dunia bisnis ternyata tidak selalu sejalan dengan perbaikan

kesejahteraan masyarakat pada tataran global maupun

nasional (Indonesia). Di sinilah perlunya tanggung jawab

sosial perusahaan untuk menjembatani kesenjangan ini.

7. Perspektif Ideologi. Keberlanjutan pembangunan

membutuhkan keseimbangan antara kiprah dunia bisnis

(profit), pengelolaan kesejahteraan dan keadilan sosial

(people), dan terpeliharanya kelestarian sumberdaya dan

lingkungan (planet). Faktanya, dalam banyak kasus

meminjam istilah Elkington (1994) dalam konsep triple bottom

line, profit lebih mengemuka dan mendominasi pengelolaan

people, dan planet. Akibatnya harmoni interaksi dan

hubungan sosial terkikis dan menguat potensi konflik sosial.

8. Perpektif Bisnis. Dari 100 besar penguasa ekonomi dunia, 53

di antaranya adalah korporasi dan 47 nya adalah negara.

Sekitar 65 ribu korporasi transnasional bersama 850 ribu

afiliasi asingnya menguasai 10% total Gros Domestic Product

(GDP) dan 33% ekspor dunia. Contoh: Penjualan tahunan

General Motor sebanding dengan GDP Denmark. Omset

Exxon Mobil melebihi gabungan GDP 180 negara miskin dan

berkembang. Di balik fakta ini dominasi dunia bisnis besar

mulai disadari identik dengan penindasan, dalam batas

tertentu dirasakan sebagai bentuk perampasan hak dan

terjadi ketidakadilan. Oleh sebab itu, dikembangkan ISO

26000 on Social Responsibility, agar keresahan sosial tidak

mewarnai kehidupan bisnis masyarakat.

9. Perspektif Politik. Komitmen banyak negara untuk

mengembangkan upaya pengentasan dampak kemiskinan/

kekurangsejahteraan telah dikembangkan dan disepakati

konsep milenium development goals (MDGs). Pemerintah

dengan sumberdaya yang dimiliki mengalami keterbatasan

dalam mengejar target-target MDGs, oleh karena itu kepada

perusahaan yang beroperasi disuatu daerah, diharapkan

Page 106: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

95

berkontribusi terhadap upaya pencapaian target-target politik

seperti dalam MDGs, melalui implementasi program CSR.

Dimensi sosio-politik yang menjadi landasan perlunya

penerapan program CSR setidaknya ada empat alasan, berkaitan

dengan upaya mengatasi kelemahan-kelemahan berikut:

1. Ketidakpastian hukum dalam pelaksanaan program CSR,

yang berpotensi menyebabkan: Perilaku serba canggung

antar stakeholders, potensi munculnya miss-preseption dan

ketegangan berbasis data dan realitas sosial.

2. Kesenjangan akses terhadap layanan pembangunan kepada

masyarakat yaitu : muncul komunitas surplus akses versus

komunitas dengan akses marginal.

3. Konflik Kepentingan: Masyarakat lokal dengan perusahaan,

dan

4. Terganggunya rasa keadilan (sense of equity): munculnya

kecemburuan sosial, ketidakberdayaan, sikap fatalistik dan

agresivitas, serta ancaman munculnya perilaku menyimpang

yang meluas.

Sebagaimana terlihat pada Gambar 5.5 setidaknya ada tiga

indikator terkait dengan dampak ekonomi perusahaan, yakni surplus

atau keuntungan, menurunnya ketergantungan pada produk impor,

stimulus pada ekonomi lokal (jasa dan produk lokal yang dibeli).

Empat indikator lainnya, terkait dengan impak sosial, misalnya:

kontribusi pajak, kesempatan kerja, pendidikan dan kesehatan

pekerja dan masyarakat. Ada tiga indikasi dampak lingkungan,

misalnya: terkait penggunaan air dan energi, minimalisasi kerusakan

ekologis, pengendalian cemaran air, udara dan tanah. Konsep Triple

Bottom Line, yang mengutamakan keseimbangan aspek ekonomi,

sosial dan lingkungan, berpotensi memperkuat terwujudnya

kesejahteraan sosial apabila didukung oleh tatakelola pemerintahan

yang baik, transparan, akuntabel, partisipatif dan berkeadilan.

Kondisi seperti inilah yang diharapkan dapat terwujudnya sinergi

pemerintah, masyarakat dan perusahaan dalam mewujudkan tujuan

pembangunan secara berkelanjutan.

Page 107: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

96

Gambar 5.5. Filosofi Gagasan Corporate Social Responsibility

5.4. PELAJARAN TERKAIT PRIORITAS ISYU PENERAPAN CSR

Setelah lebih dari 20 tahun dideklarasikan pedoman

implementasi CSR adalah Sustainable Development (Deklarasi Rio

de Janeiro, 1992), masihkah ada kecenderungan seperti ini dalam

realitas impementasi CSR?

1. CSR sekedar sebagai “pemadam kebakaran” (Bush Fire)

dan “obat penenang”.

2. CSR dibutuhkan saat kondisi terjepit: “konflik dengan

masyarakat”.

3. CSR masih cenderung bersifat karitatif (corporate giving

bukan sustainability program).

4. Marginalisasi CSR dalam operasional perusahaan, masih

rendahnya komitmen CEO (Top Management), sehingga

posisi CSR menjadi marginal.

Page 108: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

97

Apabila hal-hal yang semestinya dihindari tersebut masih

mengemuka, maka dikhawatirkan keberlanjutan operasional

perusahaan berpotensi terganggu karena tidak berupaya untuk

mengelola potensi konflik sosial secara memadai dan berkelanjutan.

Menyadari hal itu (Ramayana 2012; Sumardjo 2013)

sependapat dengan pandangan-pandangan Welford (2011) untuk

menilai pentingnya: memahami tanggung jawab sosial organisasi,

memahami subyek inti tanggungjawab sosial, dan memperhatikan

pentingnya memperhatikan prioritas isu.

Dalam memahami tanggung jawab sosial sebuah organisasi,

antara lain diperlukan upaya Uji Tuntas (Due Diligence), yang

memperhatikan penentuan relevansi Subjek Inti dan signifikansi Isu,

dengan cara menentukan relevansi subjek inti CSR dan menentukan

signifikansi isu terkait dengan operasional perusahaan. Penentuan

prioritas isu terkait penerapan CSR perlu didasarkan pada

pemahaman atas realita ruang pengaruh (Sphere of Influence) suatu

organisasi yang bersangkutan.

Setidaknya ada delapan hal penting terkait Subjek Inti

Tanggung Jawab Sosial, yaitu : (1) tata kelola organisasi

(governance), (2) faktor organisasional (organizational), (3) Hak

Azasi Manusia (human rights), (4) ketenagakerjaan (labor practice),

(5) lingkungan (environment), (6) operasional yang adil (fair

operating prctices), (7) isyu di tingkat konsumen (consumer isyu),

dan (8) keterlibatan masyarakat dan pengembangan masyarakat

(community involvement and development), sebagai mana disajikan

dalam Gambar 5.6.

Page 109: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

98

Gambar 5.6. Subjek Inti Tanggung Jawab Sosial (Sumber:ISO

26000: 2010 Guidance on Social Responsibility )

Uji tuntas (due diligent) adalah proses mengidentifikasi

dampak sosial, lingkungan dan ekonomi yang aktual dan potensial

putusan dana aktivitas organisasi yang dilakukan secara

komprehensif dan proaktif. Di dalam menerapkan atau melakukan

due diligent ini perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Konteks lokal (country contex).

2. Potensi konsekuensi-konsekuensi dari aktivitas organisasi.

3. Kebijakan organisasi mengenai core subject

4. Dampak kebijakan organisasi yang eksis

5. Berbagai pendekatan dan alat untuk memantau kinerja SR

6. Tindakan-tindakan minimasi dampak negatif.

Penentuan Prioritas Isu terkait dengan pembangunan berkelanjutan,

aspek-aspek atau komitmen-komitmen berikut antara lain perlu

dipertimbangkan:

1. Kepatuhan pada hukum nasional dan norma internasional.

2. Perhatian terhadap potensi pelanggaran HAM.

3. Perhatian terhadap praktik-praktik yang berpotensi

membahayakan kehidupan dan kesehatan masyarakat dan

lingkungan hidup.

Page 110: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

99

4. Perhatian terhadap praktik-praktik yang berpotensi dapat

berdampak negatif atau buruk pada lingkungan.

5. Melakukan identifikasi isu-isu terutama apabila kinerja

organisasi masih jauh di bawah kinerja operasional dan

praktek CSR terbaik.

Penentuan prioritas isu terkait dengan dampak isyu pada

aktivitas tanggung jawab sosial organisasi, antara lain menyangkut

komitmen terhadap :

1. Perhatian utama dan penting dari pemangku kepentingan.

2. Kebutuhan waktu untuk penyelesaian isu yang menjadi

prioritas.

3. Perhatian terhadap isu yang pentingbagi percepatan

pencapaian tujuan organisasi.

4. Perhatian terhadap isu yang memiliki implikasi biaya tinggi

apabila tidak segera ditangani.

5. Perhatian terhadap isu yang bisa diimplementasikan segera

dan dapat mendorong peningkatan kesadaran positif untuk

berkembang di dalam organisasi.

5.5. PELAJARAN TERKAIT DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DALAM IMPLEMENTASI CSR

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa partisipasi

masyarakat sangat dibutuhkan dalam pengembangan masyarakat,

terkait dengan implementasi CSR. Masalah seputar implementasi

Program (Wheelen dan Hunger, 1995; Sumardjo 2013):

1. Implementasi berjalan lebih lambat dari rencana yang telah

disusun.

2. Ada masalah besar yang tidak terantisipasi dalam

perencanaan program CSR.

3. Koordinasi kegiatan antar pihak yang diharapkan

berpartisipasi tidak berlangsung efektif.

Page 111: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

100

4. Ada kegiatan yang saling berlawanan dan muncul krisis yang

mengganggu perhatian.

5. Kemampuan pihak yang terlibat tidak memadai untuk

mendukung implementasi program.

6. Ada faktor-faktor lingkungan eksternal yang tidak dapat

dikontrol secara efektif.

7. Kurang adanyaarah yang jelas dari manajer-manajer/

pimpinan terkait program CSR.

8. Kurangnya komitmen pihak-pihak terkait dalam

melaksanakan tugasnya.

9. Buruknya rumusan tugas-tugas penting dan pembagiannya

dalam kegiatan-kegiatan implementasi program CSR.

10. Pemantauan kegiatan CSR yang kurang didukung sistem

informasi yang memadai.

Kenapa ada masyarakat yang tidak/ belum aktif berpartisipasi

dalam upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka

pengembangan masyarakat? Hal ini dapat dilihat dari tiga hal berikut,

yaitu (1) kemungkinan masyarakat tidak mengetahui seluk beluk

adanya program CSR, sehingga ketidaktahuannya ini

menyebabkannya tidak memiliki kesempatan untuk berpartisipasi,

(2) warga masyarakat yang bersangkutan tidak tahu manfaat dari

adanya program CSR sehingga tidak memiliki kemauan (tidak

tertarik) tertarik untuk berpartisipasi aktif, atau kalau pun tahu namun

ada masalah ketidak sesuaian nilai (value) kehidupannya sehingga

tidak tertarik dan bahkan menolak atau menentangnya, dan (3)

warga masyarakat tersebut tidak memiliki kemampuan untuk tidak

ikut terlibat dalam program CSR yang dikembangkan, misalnya

karena tidak memiliki keterampilan yang memadai, tidak memiliki

akses karena faktur waktu, tenaga, sarana, atau dana, sehingga

tidak mampu aktif berpartisipasi.

Gambaran tersebut menunjukkan bahwa prasyarat partisipasi

mencakup tiga hal, yaitu (1) adanya kesempatan, (2) adanya

kemampuan, dan (3) adanya kemampuan warga masyarakat untuk

Page 112: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

101

berpartisipasi dalam program CSR. Bila salah satu saja dari ketiga

aspek tersebut lemah, maka partisipasi warga masyarakat juga akan

menjadi lemah. Oleh karena itu aspek yang lemah dari prasyarat

partisipasi tersebut harus diperkuat agar warga masyarakat tersebut

berpartisipasi aktif dalam program CSR.

Agar pemberdayaan itu berlangsung efektif ada tiga hal yang

perlu mendapat perhatian, yaitu: (1) perlunya restrukturisasi

kelembagaan dasar masyarakat sedemikian rupa sehingga semakin

mengarah kepada terwujudnya keleluasan berekspresi, dan semakin

berkembangnya inisiatif pemenuhan kebutuhan-kebutuhan azasi

masyarakat; (2) peninjauan atau review kebijakan-kebijakan yang

ada sedemikian rupa, sehingga kebijakan yang tidak memihak

masyarakat perlu dikritisi agar menjadi ada keberpihakan yang jelas

terhadap pengembangan masyarakat; dan (3) mengkritisi program-

program yang pernah ada dan mengganti program top-down dengan

bottom up yang konvergen dan dan partisipatif. Lebih dikembangkan

suasana yang kondusif untuk terwujudnya partisipasi baik pihak

masyarakat, aparat instansi teknis, dan pihak-pihak yang berperan

sebagai perantara, seperti pendamping, LSM, perguruan tinggi, dan

dunia bisnis melalui program CSRnya.

Di dalam banyak kasus ditemukan proses pemberdayaan

pada dasarnya tidak bersifat instan, melainkan memerlukan waktu

dan tahapan pengembangannya sesuai dengan tingkat kesiapan

masyarakat. Lama atau tidaknya waktu yang dibutuhkan sangat

tergantung seberapa intensif perubahan atau restrukturisasi itu perlu

dilakukan, semakin siap masyarakat berubah semakin singkat waktu

yang dibutuhkan. Pada Gambar 5.7 dilukiskan gambaran mekanisme

pemberdayaan dapat dilaksanakan (Wibowo 2012)

Page 113: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

102

13

Mechanism of Empowerment

Year

1-2 Year

2-3

Year

3-4

Year

4-5

Year

>5

Hibah Seed

Capital

Revolving Credit Partner

ship

Mechanism of Empowerment

Lev

el o

f S

elf

Rel

ian

ce

(Wibowo 2012)

Gambar 5.7. Perkembangan Tingkat Keberdayaan Dan Mekanisme

Pemberdayaan

Pada Gambar 5.7. dilukiskan bagaimana perlakuan dalam

proses pemberdayaan dengan tingkat kesiapan atau kematangan

masyarakat untuk berubah dan berkembang secara berkelanjutan.

Masyarakat tumbuh dan berkembangan dari yang berciri subsisten

atau apatis, ke berdaya, dan pada tingkat kematangan atau kesiapan

tertinggi apabila masyarakat tersebut mandiri (Sumardjo 2014).

Kesejahteraan masyarakat lebih terwujud secara berkelanjutan

manakala kebanyakan warga masyarakat telah mencapai tingkat

kemandirian, sehingga mampu bermitra sinergis dengan pihak lain.

Kebanyakan warga masyarakat mampu saling memperkuat, saling

mendukung, saling dapat dipercaya, dan saling ‘menghidupi’ satu

sama lain dengan pihak-pihak yang menjadi mitranya.

Masyarakat yang subsisten dapat berkembang menjadi

berdaya dan selanjutnya pada tingkat keberdayaan yang tertinggi

disebut mandiri. Ciri-ciri warga masyarakat yang telah berkembang

Page 114: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

103

menjadi mandiri yaitu (Sumardjo 1999): (1) mampu memahami diri

dan potensinya untuk bertindak proaktif dalam mengantisipasi dan

menghadapi masa depannya, (2) mampu merencanakan

(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan), (3) mampu

mengarahkan dirinya sendiri, tidak terdominasi pihak lain, (4)

memiliki kekuatan untuk berunding secara setara atau dialog, (5)

memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan

kerjasama secara saling menguntungkan (interdependen),

dan mampu bertanggung jawab atas sikap, keputusan dan

tindakannya. Masyarakat berdaya apabila masyarakat yang tahu,

mengerti, faham termotivasi, berkesempatan, memanfaatkan

peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternatif,

mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu

mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai

dengan situasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat

yang memiliki sifat berdaya seperti yang diharapkan harus dilakukan

secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi

masyarakat secara bertanggung jawab.

Tujuan akhir pemberdayaan masyarakat adalah

terbentuknya individu dan masyarakat menjadi mandiri, sejahtera

dan bermartabat. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir,

bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.

Konsekuensi dan tanggung jawab utama dalam program

pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan adalah

masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan.

Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material,

ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan

komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip

pemberdayaan (Jamasy 2004; Sumardjo 1999). Secara rinci,

perkembangan tingkat keberdayaan dapat diikuti temuan yang

dirumuskan Sumardjo (2014) dari pengalamannya memberdayakan

masyarakat dan mengaplikasikan teori pemberdaya dalam karya

nyatanya.

Page 115: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

104

Tabel 5.2. Perkembangan Level Keberdayaan menurut Aspek

Keberdayaan

NO ASPEK

KEBERDAYAAN

LEVEL PERKEMBANGAN KEBERDAYAAN

FATALIS BERDAYA MANDIRI

1. Hubungan Sosial Dependent Independent Interdependent

2. Proses Sosial Konflik/kompromis Kompetisi Kemitraan

3. Prakarsa Follower Self

helf/confident

Leader

4. Kondisi Subordinatif Kompromis Setera/adil

5. Kompetensi Apatis Terampil Ahli

6. Suasana Batin Submisif Controled Wisdom

7. Konvergensi Kerjasama Kolaboratif Kemitraan

8. Status Hub. Pertemanan Kolegial Mitra sinergis

9. Dampak

intervensi

Penaklukan Pemberdayaan Penyuluhan

10. Kapasitas Imitator Readiness Berdaulat

11. Perkembangan Tertinggal Swakarya Swakarsa

12. Sifat Adopsi Late Adopter Pelopor Inovator

13. Sikap Menonjol Prasangka Waspada Trust

Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan

kognitif, psikomotorik, afektif, dan konatif, serta sumber daya lainnya

yang bersifat fisik/material. Kondisi kognitif pada hakikatnya

merupakan keluasan wawasan dan kemampuan berpikir yang

dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka

Page 116: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

105

mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kemampuan

psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan otot yang dimiliki

warga masyarakat dalam upaya mendukung masyarakat pemenuhan

kebutuhan kehidupannya, dalam rangka melakukan aktivitas

pembangunan. Kondisi afektif adalah merupakan kecenderungan

perasaan yang dimiliki oleh individu yang mencapai keberdayaan,

dalam bersikap dan berperilaku proaktif dan bahkan antisipatif dalam

beradaptasi terhadap perkembangan atau perubahan di lingkungan

hidupnyaa. Kondisi konatif merupakan suatu perilaku tindakan warga

masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang

sensitif terhadap terwujudnya nilai-nilai pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu proses

pribadi dan atau sosial, sebagai suatu upaya untuk mewujudkan

suatu penguatan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan

kebebasan bertindak. Hal ini berarti memberi daya, memberi kuasa

(power), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya.

Pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien

mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil

keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan

dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan

sosial dalam melakukan tindakan. Orang-orang diberdayakan

menuju kemandiriannya, melalui usaha mereka sendiri dan

akumulasi penguatan pengetahuan, ketrampilan serta sumber

lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada

pertolongan dari hubungan eksternal. Proses pemberdayaan

mengandung dua kecenderungan. Kecenderungan pertama atau

kecenderungan primer, menekankan pada proses memberikan atau

mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan

kepada masyarakat agar individu lebih berdaya, sedangkan

kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder menekankan

pada proses stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar

mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa

yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog (Robinson

1994; Ife 1995; Pranarka & Vidhyandika 1996; Payne 1997;

Sumardjo 2010).

Page 117: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

106

Tabel 5.3. Perkembangan Level Pemberdayaan menurut Aspek

Pemberdayaan

NO KEBERDAYAAN

PEMBERDAYAAN

LEVEL PERKEMBANGAN PEMBERDAYAAN

PEMERDAYA PEMBERDAYA PEMANDIRI

1. Pendekatan Penaklukan Pemberdayaan Penyuluhan

2. Proses Sosial Konflik/kompr

omis

Kompetisi Kemitraan

3. Prakarsa Follower Self

helf/confident

Leader

4. Kondisi Subordinatif Kompromis Setera/adil

5. Kompetensi Menggurui Melatih Mendampingi

6. Suasana Batin Dominatif Controlled Wisdom

7. Komunikasi Linier Interaktif Konvergen

8. Status Hub. Top Down Kolegial Mitra Sinergis

9. Sifat intervensi Penaklukan Pendampingan Penyuluhan

10. Kapasitas Agen Guru Pendamping Konsultan

11. Perkembangan Perekayasaan Advokasi Konsultasi

12. Adopsi Pemaksaan Penyadaran Kreatif-Inisiatif

13. Sikap Menonjol Penguasa Kompromi Trust

Misi utama pemberdayaan adalah (1) mengembangkan

proses penyadaran warga masyarakat, (2) mengembangkan

kemampuan pengorganisasian komunitas, (3) mengembangkan

kaderisasi, (4) mengembangkan akses dukungan teknis, dan (5)

memperkuat kapasitas masyarakat dalam mengelola sistem sosial

Page 118: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

107

internal dan yang terkait dengan sistem lainnya. Secara rinci dapat

dilihat pada Gambar 5.8.

Penyadaran

PengorganisasianKaderisasi

Dukungan teknis

Pengelolaan sistem

1

3

4

5

2

Tidak tahu, tidak sadar, lamban/mandeg(karena sebab yang saling terkait)

Perlu pemahamanyang mendasar danmenyeluruh

•Mengacu pada prinsipmemanfaatkankelembagaan berakar kuat

•Menilai kembali kinerjanya

•Dasar sebagai penguatanorganisasi ygmemungkinkan masy. berdaya

•Pendamping harus menyadarkan MASYARAKAT & PENYELENGGARA PROGRAM•Pengenalan potensi diri & lingkungan, peluang baru (dari dlm/luar)

•Kesadaran merupakan perisai hidup yang mendorong dinamika masyarakat untuk memenuhi kebutuhan bersama secara optimal

Setiap program padahakekatnya memilikikeharusanmempersiapkan kader-kader pengembangkeswadayaan lokal yang akan mengambil alihtugas pendamping

Memerlukan bantuan suatu lembaga dari luar yang menguasai sumberdaya informasi & teknologi (bisa aparat pemerintah/swasta

Masyarakat sistemyang terkait dengansistem yg lain, yang tidak selalu tersedia

dan atau terpenuhi ditingkat lokal

(Wibowo 2012; Sumardjo 2014)

Gambar 5.8. Misi Utama Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka

Implementasi CSR

Fasilitator yang bertindak sebagai pendamping harus mampu

(1) menyadarkan masyarakat dan penyelenggara program atas

petensi sumberdaya, permasalahan dan kebutuhan masyarakat, (2)

memfasilitasi pengenalan baik potensi diri dan lingkungan, maupun

peluang baru (dari dalam/luar sistem sosial masyarakat), serta (3)

mengembangkan kesadaran merupakan bekal hidup yang

mendorong dinamika masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

bersama secara optimal.

Page 119: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

108

Pemberdayaan dalam upaya pengembangan masyarakat,

perencanaan program atau kegiatan masyarakat perlu dilakukan

secara partisipatif. Rencana adalah suatu proses atau kegiatan

dalam rangka menyusun rencana kegiatan. Rencana segala hal

yang belum dilakukan tetapi diharapkan akan dilakukan. Apa yang

dimaksud perencanaan partisipatif? Perencanaan partisipatif adalah

suatu proses untuk menghasilkan rencana yang dilakukan oleh

semua pihak yang terkait dalam suatu bidang dan pihak-pihak untuk

merencanakan secara bersama-sama (partisipatif) dan terbuka.

Di dalam pemberdayaan masyarakat di perdesaan

perencanaan partisipatif ini populer atau lebih dikenal dengan

Participatory Rural Apraissal (PRA). Di dalam melaksanakan PRA

perlu waspadai kelemah-kelamahan yang perlu disadari dan

diantisipasi, yaitu pendekatan tersebut :

1. Sangat tergantung ketrampilan dan sikap fasilitator

2. Keterpakuan pada kegiatan menerapkan teknik dan lupa

bahwa sebenarnya teknik PRA hanyalah alat dalam proses

pengalihan ketrampilan analisis kepada masyarakat

3. Kehilangan arah dan dangkal (banjir informasi) tetapi tidak

subtansial dan mendalam

4. Kembali melakukan komunikasi satu arah (kebiasaan dahulu)

dan bukan dialog

5. Karena sifat PRA terbuka, muncul beda pendapat dan bisa

menyebabkan konflik

6. Menganggap PRA sebagai 'resep' (pendekatan fleksibel dan

terbuka)

7. Terpatok pada waktu (perlu waktu, seharusnya tidak boleh

terburu-buru)

8. Merancang PRA dengan biaya mahal (walaupun teknik-teknik

sederhana)

9. Kemungkinan masih mengutamakan target

10. Kemungkinan terjadinya partisipasi menjadi semu

11. PRA menjadi rutinitas

Page 120: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

109

12. Kemungkinannya kurang berhasil menempatkan masyarakat

masih sebagai subyek

13. Seolah melakukan atau mengatasnamakan PRA, pada hal

yang dilakukan RRA

14. Kemungkinan terjadinya kekecewaan atau mengecewakan

masyarakat karena tidak semua dapat terlibat dalam

pengambilan keputusan maupun dalam kegiatan

pemberdayaan.

Setidaknya perlu disadari sepenuhnya bahwa dua perspektif

yang mendasari pendekatan partisipatif, diantaranya (Jemieson

1989) dalam Mekkelsen 2003):Pertama, pelibatan masyarakat

setempat dalam pemilihan, perancangan, perencanaan dan

pelaksanaan program (persepsi, pola pikir, nilai-nilai, pengetahuan

harus dipertimbangkan) partisipasi aktif dalam seluruh kegiatan; dan

Kedua, membuat umpan balik yang pada hakekatnya merupakan

bagian yang tidak terlepaskan dalam pembangunan. Dengan

partisipatif terjadi suasana yang kondusif dalam keefektifan program,

sehingga terjadi hal-hal yang lebih kondusif dalam hal-hal: kontribusi

sukarela dari masyarakat pada program karena ikut serta dalam

pengambilan keputusan; terjadi proses pemekaan (membuat peka)

masyarakat untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan

menanggapi program pengembangan masyarakat; Suatu proses

aktif dalam mengemukakan berbagai pendapat dan mengambil

inisiatif menggunakan kebebasan; Keterlibatan sukarela oleh

masyarakat dalam menentukan perubahan; serta keterlibatan

masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungannya.

Akhirnya, berikut sederat pertanyaan-pertanyaan untuk

menilai apakah suatu program CSR sudah dipersiapkan dengan

baik?

1. Apakah sudah ada kejelasan bahwa manfaat CSR telah

diperhitungkan secara adil, masing-masing pihak

mendapatkan manfaat secara proporsional?

Page 121: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

110

2. Apakah rencana tindakan sudah jelas mencantumkan skala

waktu dan tanggung jawab?

3. Apakah semua pihak yang terlibat mengetahui tugasnya

dan kapan harus melaksanakan tugasnya?

4. Apakah semua kegiatan telah terintegrasi satu sama lain?

5. Apakah mereka yang terlibat punya cukup waktu

mempersiapkannya?

6. Dapatkah program dilaksanakan sesuai dengan waktu

yang disepakati? Apakah dimungkinkan ada perubahan?

7. Apakah semua bahan, alat bantu, sarana siap pada

waktunya? Jelaskah siapa yang bertanggungjawab?

8. Apakah pihak yang kompeten telah dilibatkan dalam

pelaksanaan program ?

9. Apakah ada kontradiksi dengan kegiatan lain di

masyarakat? Sejauhmana telah terkoordinasikan?

10. Apakah keterlibatan pemimpin formal dan non formal

sudah proporsional berkontribusi dalam perencanaan &

pelaksanaan?

5.6. PRINSIP-PRINSIP DALAM ISO 26000:2010 (GUIDANCE ON

SOCIAL RESPONSIBILITY)

Di awal, terkait dengan Prinsip-prinsip dalam ISO

26000:2010 Guidance on Social Responsibility, telah diungkapkan

bahwa ada sejumlah prinsip dalam menyelenggarakan CSR, yaitu:

akuntabilitas, transparensi, perilaku etis, penghormatan kepada

Kepentingan Stakeholder, kepatuhan kepada Hukum, penghormatan

kepada Norma Perilaku Internasional dan Penegakan HAM. Terkait

dengan akuntabilitas yang membuktikan bahwa organisasi

bersangkutan melakukan segala sesuatu dengan benar. Di sini yang

diperlukan adalah potensi dampaknya terhadap seluruh pemangku

kepentingan, dalam hal dampak organisasi atas masyarakat dan

lingkungan—termasuk dampak yang tak disengaja atau tak

Page 122: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

111

diperkirakan. Organisasi seharusnya menerima bahkan mendorong

penyelidikan mendalam atas dampak operasionalnya.

Sebuah organisasi harus berperilaku etis sepanjang waktu,

dengan menegakkan kejujuran, kesetaraan dan integritas. Promosi

perilaku etis sedapat mungkin dilaksanakan atau ditempuh melalui

upaya: (1) pengembangan struktur tata kelola yang mendorong

perilaku etis, (2) membuat dan mengaplikasikan standar perilaku

etis, dan (3) terus menerus meningkatkan standar perilaku etis.

Sebuah organisasi harus menghormati dan menanggapi kepentingan

seluruh stakeholder-nya. Oleh karena itu yang harus dilakukan

adalah: (1) mengidentifikasi, (2) menanggapi kebutuhan, (3)

mengenali hak-hak legal dan kepentingan yang sah, serta (4)

mengenali kepentingan yang lebih luas terkait dengan pembangunan

berkelanjutan.

Pemangku kepentingan organisasi perlu diidentifikasi dengan

baik, terutama terkait hal-hal berikut: Kepada siapa saja organisasi

memiliki kewajiban hukum?; Siapa saja yang potensial terkena

dampak positif dan negatif dari keputusan dan aktivitas organisasi?;

Siapa saja yang biasanya dilibatkan manakala suatu isu muncul?;

Siapa yang bisa membantu organisasi dalam mengelola dampak

yang ditimbulkannya?; Siapa saja yang akan dirugikan kalau

mereka tidak diikutsertakan dalam pembinaan hubungan

(engagement)?, serta Siapa saja dalam value chain yang terkena

dampak? Dengan memahami persoalan tersebut, organisasi dapat

mengambil keputusan dan tindakan secara lebih tepat dan arif, bagi

terbangunan operasional organisasi yang lancar dan produktif.

Di dalam operasional organisasi, pengelola organisasi harus

menunjukkan tindakan nyata atas kepatuhan terhadap hukum yang

berlaku di lingkungan operasional bisnis (perusahaan)nya.

Organisasi harus menerima bahwa kepatuhan pada hukum adalah

suatu kewajiban. Di dalam hal ini yang seharusnya dilakukan

manajemen adalah: (1) patuh pada semua regulasi, (2) memastikan

bahwa seluruh aktivitasnya sesuai dengan kerangka hukum yang

relevan, (3) patuh pada seluruh aturan yang dibuatnya sendiri secara

Page 123: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

112

adil dan imparsial, (4) mengetahui perubahan-perubahan dalam

regulasi, dan (5) secara periodik memeriksa kepatuhannya.

Di negara-negara di mana hukum nasionalnya atau

implementasinya tidak mencukupi untuk melindungi kondisi

lingkungan dan sosialnya, sebuah organisasi harus berusaha untuk

mengacu kepada norma perilaku internasional. Hal ini sejalan

dengan prinsip ISO 26000 (2010) yaitu Penghormatan terhadap

Norma Perilaku Internasional

Seringkali operasional organisasi disoroti karena terkait

dengan terjadi pelanggaran HAM. Pada dasarnya, sejalan dengan

prinsip ISO 26000 (2010) maka setiap organisasi harus menghormati

HAM, serta mengakui betapa pentingnya HAM serta sifatnya yang

universal. Hal-hal yang seharusnya dilakukan dalam manajemen

organisasi adalah: (1) manakala ditemukan situasi HAM tidak

terlindungi, organisasi tersebut harus melindungi HAM, dan tidak

bukan sebaliknya justru mengambil kesempatan dari situasi itu, dan

(2) apabila tak ada regulasi HAM di tingkat nasional, maka

seharusnyalah organisasi mengacu pada standar HAM internasional.

ISO 26000 (2010) dibuat pertama kali dengan tujuan untuk

perlindungan konsumen, kemudian membesar menjadi perlindungan

untuk seluruh pemangku kepentingan dengan 7 subjek (kumpulan

isu) inti (Jalal, 2012). Telah diluncurkan pada tanggal 1 November

2010, setelah disetujui 93% negara anggota ISO yang memilih,

termasuk Indonesia.Sifatnya adalah guidance, sehingga paling dekat

dengan standar manajemen. Sedangkan, Global Reporting Indicator

(GRI) sebagai ukuran pelaporan kinarja implementasi CSR, dibuat

dengan konsensus pemangku kepentingan global, sejak 23 Maret

2011 telah menggunakan G3.1. Pada bulan Mei 2013 akan

diluncurkan G4. Selanjutnya dijelaskan bahwa GRI bukan kerangka

manajemen, melainkan kerangka pelaporan kinerja. Ketika tak ada

kerangka lain, banyak perusahaan menggunakannya sebagai

kerangka manajemen untuk aspek sosial dan lingkungan. Pada

bulan Juni 2012, di ajang Rio+20, pelaporan keberlanjutan sangat

didorong untuk menjadi praktek global.

Page 124: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

113

DAFTAR RUJUKAN

Anonim, 2014. Laporan Implementasi Program Ternak Domba

Terpadu. PT. Pertamina EP. Asset 3 Subang Field.

_______, 2014. Rencana Strategis Program Community Development 2014-2018. PT. Pertamina EP. Asset 3 Subang Field.

_______, 2013. Keunggulan Kinerja Lingkungan dan Community Development PT. Pertamina EP. Asset 3 Subang Field. Bahan presentasi. Jakarta, 07 November 2013.

_______, 2013. Laporan Implementasi Program Jamur Merang Terpadu. PT. Pertamina EP. Asset 3 Subang Field.

Eklington J. 1997. Cannibal with Fork: The Triple Bottom Line of 21 st Century Business. Oxford, Ux K : Capstone.

Ife, Jim. 1995. Rethinking Social Work, torard Critical Practice. Merbourne: Addison Westley Longman Australia Pty Limited. Melbourne.

Ife Jim. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives- Vision, Analysis and Practise. Melbourne, Australia: Longman.

_______.2002. Community Development. Ed. 2th. French Forest, New South Wales: Pearson Education Australia.

Ife, Jim dan Treseirero F. 2008. Community Development : Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Diterjemahkan oleh Sastrawan Manullang, Nurul Yakin dan M.Nursyahid. Yogyakarta [ID]. Pustaka Pelajar.

Jalal, 2012. ISO 26000:2010 Guidance on Social Responsibility, Sebuah Pengantar. Pelatihan ISO 26000 Departemen KPM, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Bogor, 6 Oktober 2011 www.csrindonesia.com

Kustiyah, 2010. Adopsi Inovasi Dalam Pemberdayaan Bisnis Mikro. GEMA, Th. XXIII/41/Agustus 2010 - Januari 2011

Manap, Noviansyah 2012. Subjek Inti dalam ISO 26000:2010 Guidance on Social Responsibility. Pelatihan ISO 26000 Departemen KPM, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Bogor, 6 Oktober 2011 www.csrindonesia.com

Page 125: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

114

Mardikanto. T 2002. A Selecting Reading in Agricultural Extension: Lesson and Practices, 2002

Payne M. 1997. Social Work and Community Care . London :

McMillan.

Rahman, Muhammad Taufik A. 2012. Prinsip-prinsip dalam ISO 26000:2010Guidance on Social Responsibility. Pelatihan ISO 26000 Departemen KPM, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Bogor, 6 Oktober 2011 www.csrindonesia.com

Robinson JR. 1994. Community Development in Prespective. Ames: Iowa State University Press.

Samuel O. Idowu, Celine Louche. 2011. Theory and Practice of Corporate Social Responsibility. Google.co.id.book.

Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian Petani (Kasus di Propinsi Jawa Barat). Bogor [ID]: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

________. 2010. Penyuluhan Menuju Pengembangan Kapital Manusia dan Kapital Sosial dalam Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat. Orasi Ilmiah Guru Besar IPB. Bogor.

_______. 2012. Review Refleksi Model Penyuluhan dan Inovasi Penyuluhan Masa Depan. Makalah dalam Seminar Nasional Membangun Penyuluhan Masa Depan yang Berkeadilan dan Menyejahterakan di Bogor [ID], Tanggal 22 Februari 2012.

_______. 2012. Penyusunan Naskah Akademis Dalam Rangka Perumusan Perda Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (CSR) Di Kabupaten Bogor. Care LPPM IPB. Bogor.

_______. 2014. Kompetensi, Kapasitas, Keberdayaan dan Kemandirian. Care LPPM IPB. Bogor.

Welford. R. Frog S. 2011. Corporate Social Responsibility in Asdian Supply Chance. Corp Soc Responsibility Invoronment Management. 13: 166-176.

Wibowo, Rimun 2012. Teknik PRA Untuk Identifikasi Potensi, Masalah Dan Kebutuhan Masyarakat. Kumpulan Materi Pelatihan CSR, Care LPPM IPB. Bogor

Page 126: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

115

PROFIL TIM PENULIS

Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS.

Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS. lahir di Sukoharjo, 25 Februari 1958. Riwayat Pendidikan, 1976 lulus SMA Negeri 1 Karanganyar Solo, 1982 lulus Jurusan Ilmu-ilmu Sosial-Ekonomi FAPERTA IPB, 1988 lulus magister sains Sosiologi Pedesaan, 1999 lulus doktor dalam bidang Penyuluhan Pembangunan IPB. Menjadi guru besar dalam Bidang Penyuluhan Pembangunan sejak 2007 pada Fakultas Ekologi Manusia IPB. Kini menjadi anggota Senat Akademik IPB sebagai perwakilan guru besar; dan anggota Komisi Pascasarjana IPB

sebagai perwakilan FEMA. Kini menjadi Ketua Program Studi bidang Penyuluhan Pembangunan Pascasarjana IPB. Sebelumnya Ketua Program Studi Pascasarjana S2 dan S3 bidang Komunikasi Pembangunan Pertanian (KMP) 2003-2009 dan Ketua Program Studi Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat tahun 2000-2003..

Tahun 2000-2003 menjadi kepala bagian Penyuluhan Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian FAPERTA IPB. Sejak tahun 2003-kini menjadi Kepala Laboratorium/ Bagian Komunikasi dan Penyuluhan pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Menjadi peneliti dan pengelola data dan dokumentasi Pusat Studi Pembangunan periode 1983-1993. Kini menjadi Kepala Pusat Kajian Resolusi Konflik dan Pemberdayaan (CARE LPPM IPB) sejak 2009 sampai sekarang. Dalam bidang profesi, kini menjadi Ketua Komisi Penyuluhan Pertanian Nasional dan menjadi anggota sejak tahun 2004, Anggota Dewan Pakar pada Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (PERHIPTANI), Ketua Umum Perhimpunan Ahli Penyuluhan Pembangunan Indonesia (PAPPI), Working group untuk pengembangan sertifikasi profesi penyuluhan dan fasilitator pemberdayaan masyarakat di Indonesia dan Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Penyuluh Sosial Indonesia. Dalam pengabdian pada masyarakat 2000-2003 sebagai Direktur Program dan Pengembangan pada Center for Regional Resources Development

Page 127: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

116

and Community Empowerment (CRESCENT), 2005-2007 menjadi Direktur Program dan Pengembangan pada Center for Human Resources Development and Applied Technology (CREATE). Kini menjadi anggota Tim Pemberdayaan Masyarakat LPPM IPB dan Tim Pokja Revitalisasi Program Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan (PSP3) KEMENPORA RI.

Saat ini sedang menggeluti (ketua tim) pengembangan model resolusi konflik dalam masyarakat di sekitar tambang menggunakan dana kompetitif penelitian strategis dari DIKTI. Beberapa tahun sebelumnya juga mengembangkan kajian (sebagai ketua tim) model pengembangan SDM Pertanian menuju pertanian berbudaya industri di era globalisasi dari dana hibah bersaing Dikti. Telah banyak karya ilmiah yang ditulis dalam bentuk Buku, Jurnal, Hasil Penelitian, Hasil Pemberdayaan Masyarakat, maupun makalah seminar dalam berbagai forum seminar : ketahanan pangan; penyuluhan pertanian; pemberdayaan masyarakat; komunikasi pembangunan; pengembangan wilayah perdesaan; pengembangan kemitraan; corporate social responsibility; dan pemberdayaan masyarakat. Buku-buku yang telah diterbitkan dalam lima tahun terakhir antara lain: "Pemberdayaan Masyarakat Pesisir" (Crescent), "Pemberdayaan Sosial Menuju Masyarakat Mandiri" (Gramedia Media Sarana); "Pembangunan dan Kemiskinan di TTS" (Yayasan Obor); "Kemitraan Agribisnis" (Penebar Swadaya); dan masih banyak karya buku yang lainnya dan karya-karya pada tahun-tahun sebelumnya.

Page 128: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

117

Adi Firmansyah, SP.

Adi Firmansyah, lahir di Ciamis, 28 Juni

1979. Riwayat pendidikan, 1997 lulus SMA

Negeri 1 Ciamis, 2002 lulus Sarjana

Jurusan Ilmu-ilmu Sosial-Ekonomi

FAPERTA IPB. Sejak 2003 menjadi

Peneliti Muda pada Lembaga Penelitian

dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut

Pertanian Bogor (CARE LPPM IPB). Tahun

2009 sampai saat ini menjadi Ketua Divisi

CSR dan Pemberdayaan pada lembaga

penelitian yang sama. Sejak 2004 terlibat aktif dalam berbagai

kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, antara lain:

Penyusunan Social Mapping & Renstra Comdev PT. Pertamina EP

Asset 3 Subang Field (2014), Pendampingan Program Comdev PT.

Pertamina EP Asset 3 Subang Field (2014), Studi Social Mapping

desa-desa sekitar PT. Gunung Madu Plantation (2012),

Perencanaan Pusat Pelatihan dan Pengembangan Agribisnis PT.

Adaro Indonesia (2012), Kajian Persepsi Masyarakat terhadap

Comdev VICO Indonesia (2011), Penyusunan Desain Program CSR

PKT Bontang (2011), Tim Pendamping Desa Model Mandiri di

Sekitar Tambang Adaro (2009-2012), Tim Pendamping Desa Model

Mandiri di Dusun Gading, Gunung Kidul (2009-2010), Kajian Model

Resolusi Konflik Pertambangan-DIKTI (2009-2010), Penyusunan

Rencana Jangka Panjang CSR PT. Adaro Indonesia (2008), Studi

Kebijaksanaan Bidang Pemberdayaan Sosial-Kementrian

Pembangunan Daerah Tertinggal (2006), Studi Pengembangan

Potensi dan Kapasitas Lokal Masyarakat Adat-Kementerian

Pembangunan Daerah Tertinggal (2005). Sejak 2009, aktif sebagai

instruktur dalam berbagai pelatihan terkait CSR/Comdev yang

diselenggarakan oleh CARE LPPM IPB. Saat ini sedang menggeluti

penelitian tipologi konflik perkebunan menggunakan dana kompetitif

penelitian strategis dari DIKTI.

Page 129: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

118

Leonard Dharmawan SP, MSi.

Leonard Dharmawan, SP, MSi. lahir di

Bogor, 29 Mei 1987. Riwayat Pendidikan,

tahun 2004 lulus SMU Negeri 5 Bogor, tahun

2008 lulus Sarjana Jurusan Ilmu-ilmu Sosial-

Ekonomi program Studi Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat FAPERTA IPB,

tahun 2012 lulus Magister Sains Komunikasi

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Program Pasca Sarjana IPB.

Menjadi Dosen tetap IPB dalam bidang Komunikasi sejak 2013 pada

Program Diploma IPB. Sejak tahun 2008 terlibat dalam beberapa

kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat, diantaranya :

Penyusunan Social Mapping Comdev PT. Pertamina EP Asset 3

Subang Field (2014), Kajian Persepsi Masyarakat terhadap Comdev

VICO Indonesia (2011), Penyusunan Desain Program CSR PKT

Bontang (2011), Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Desa

Cikahuripan Pelabuhan Ratu oleh Lembaga penelitian dan

pengabdian masyarakat (LPPM) IPB (2008). Kegiatan Penelitian

salah satunya; Sistem Diseminasi Inovasi Pertanian Berbasis

Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Keberdayaan Petani

Sayuran (2012) Litbang DEPTAN.

Page 130: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

119

Yulia Puspadewi Wulandari, SP.

Yulia Puspadewi Wulandari, lahir di Bogor, 13 Juli 1979. Riwayat pendidikan, 1997 lulus SMA Negeri 2 Bogor, 2002 lulus Sarjana Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian IPB. Sejak 2003 menjadi Peneliti Muda pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bergabung di bawah bendera CARE LPPM IPB sejak tahun 2007 serta terlibat aktif dalam beragam program penelitian dan pemberdayaan masyarakat. Penulis merupakan

anggota tim penulis text book pengajaran bagi Konservasi Hutan dan Pencegahan Kebakaran Hutan bagi siswa dan guru SMP, kerjasama dengan JICA (Japan International Coorporation Agency) dan Departemen Kehutanan RI (2004). Anggota Tim Penyusun Best Practice Paper Jurnalisme dan Pendidikan Lingkungan Hidup kerjasama Danish International Development Agency (DANIDA) Project Phase 2 dan Kementerian Lingkungan Hidup (2008). Terlibat aktif dalam kegiatan community development khususnya di bidang pendidikan non formal sebaga Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sharing di Kabupaten Bogor dan pengurus Yayasan Cipadali di Cipanas-Cianjur. Terlibat aktif dalam penyelenggaraan program keaksaraan tingkat nasional oleh lima perguruan tinggi sejak tahun 2005-2010. Anggota Tim Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Program pengentasan Buta Aksara di Provinsi Jawa Barat (2008). Penulis terlibat dalam kegiatan penelitian Kajian Model Pemberdayaan Ketahanan Pangan di Wilayah Perbatasan Antar Negara: Studi Kasus di Betun-Atambua Nusa Tenggara Timur (2013) serta penelitian Kajian Model Pemberdayaan Ketahanan Pangan di Kawasan Rawan konflik Timika Papua (2014)

Page 131: IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM ...care.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/E-book-inovasi...IMPLEMENTASI CSR MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT: Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

120

ISBN 978-602-71091-0-0