Upload
ipaks446102859
View
133
Download
11
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Formalin
Citation preview
IMPACT OF FORMALIN TO THE ENVIRONMENTAL AND HEALTH
A. Formalin
1. Sejarah singkat
Formaldehid awalnya disintesa kimiawan asal Rusia, Alexander
Butlerov pada tahun 1859, tetapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1967.
Formaldehid dihasilkan dari reaksi cahaya matahari dan oksigen terhadap
metana dan hirdokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehid terdapat
dalam bentuk gas, larutan, dan padatan.
Menurut IPCS (international programme on chemical safety), lembaga
khusus dari tiga organisasi PBB yaitu ILO, UNEP dan WHO yang peduli pada
keselamatan penggunaan bahan-bahan kimiaawi, secara umum ambang
batas aman formaldehid dalam tubuh kita adalah 1 mg per kilogram berat
badan
2. Peraturan Pemerintah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1168/MENKES/PER/X/1999 yang merupakan perubahan dari Peraturan
Menteri Kesehatan No.722/MENKES/IX/1988 tentang bahan tambahan
makanan, telah mengatur jenis bahan tambahan makanan yang diijinkan dan
yang dilarang penggunaannya. Pada lampiran dua Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.1168/MENKES/PER/X/1999 menyebutkan
bahwa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan adalah:
asam borat dan senyawaannya, asam salisilat dan garamnya,
dietilpirokarbonat, dulsin, kalium klorat, kloramfenikol, minyak nabati yang
dibrominasi, nitrofurazon, formalin, kalium bromate.
3. Definisi, Sifat Fisik, dan Sifat Kimia
a) Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) Nomor
1168/MenKes/PER/X/1999, formalin merupakan bahan kimia yang
penggunaannya dilarang untuk produk makanan. Formalin dikenal juga
dengan nama formaldehid. Formaldehid (CH2O) merupakan suatu campuran
organic yang dikenal dengan nama aldehyde, membeku pada suhu < 92 C
dan mendidih pada suhu 300 0C. Di pasaran formalin dapat diperoleh dalam
bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan
10 %, serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5
gram.
Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-
beda antara lain: Formol , Morbicid , Methanal , Formic aldehyde, Methyl
oxide, Oxymethylene, Methylene aldehyde, Oxomethane, Formoform,
Formalith, Karsan, Methylene glycol, Paraforin, Polyoxymethylene glycols,
Superlysoform, Tetraoxymethylene, Trioxane.
Formalin merupakan bahan kimia yang sangat berbahaya bagi
kesehatan.
Formalin merupakan nama dagang dari larutan formaldehida. Sebenarnya
formalin adalah desinfektan yang aktif terhadap bakteri, virus dan cendawan,
serta berguna untuk mengawetkan jaringan. Di bidang kedokteran, zat kimia
ini digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi dan mayat. Sedangkan di
bidang industri digunakan pada industri mesin, tekstil, pupuk dan kimia.
Pada setiap kemasan formalin selalu diberi label dengan tanda gambar
tengkorak. Kemasan formalin di dasar kotak berwarna jingga yang berarti
bahan beracun berbahaya.
Bahan dasar formalin yang banyak beredar di pasar umumnya
mempunyai konsentrasi 37-40%. Formalin sebagai antibacterial agent dapat
memperlambat aktivitas bakteri. Dalam makanan yang mengandung banyak
protein, maka formalin bereaksi dengan protein dalam makanan tersebut dan
membuat makanan awet. Tapi ketika masuk ke dalam tubuh, maka dia
bersifat mutagenik dan karsinogenik yang dapat merusak organ tubuh.
Formalin sangat mudah diserap melalui saluran pernapasan dan
pencernaan. Kandungan formalin pada makanan tidak dapat dihilangkan
meskipun sudah dilakukan perendaman atau pencucian dengan air panas.
b) Sifat fisik
Sifat fisik larutan formaldehid adalah merupakan cairan jernih, tidak
berwarna atau hamper tidak berwarna, bau busuk, uap merangsang selapu
lender hidung dan tenggorokan dan jika disimpan di tempat dingin dapat
menjadi keruh. Biasanya disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari
cahaya dengan suhu tempat penyimpanan di atas 20 0C.
c) Sifat Kimia
Formaldehid pada umumnya memiliki sifat kimia yang sama dengan
aldehid namun lebih reaktif daripada aldehid lainnya. Formaldehid merupakan
elektrofil sehingga bias dipakai dalam reaksi subsitusi aromatic elektrofilik dan
senyawa aromatic serta bias mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena.
Keadaan analisis basa mengakibatkan formaldehid bias menghasilkan asam
format dan methanol.
Sifat-sifat fisik dan kimia Formaldehid adalah sebagai berikut:
=> berat molekul : 30,03
=> density gas : 1,04
=> melting point : -118 ° C
=> baling point : -19,2 DC (bentuk gas) 960C (bentuk cair)
=> exlosivity range dengan udara : 7 -73 ( vol%) 87-910 (g/m3)
=> konstanta Henry, (H) : 0,02 Pa m3/mol
=> tekanan uap : 101,3 kPa pada -19 °c 52,6 kPa pada-33
°c
=> specific gravity (SG) : 0,815
Faktor Konversi: 1 ppm Formadehid = 1,2 mg/m3 pada 250C, 1066
mbar.1 mg Formaldehyde/m3 = 0,83 ppm.
4. Kegunaan
Formaldehyde merupakan gas yang larut dalam air dengan konsterasi
37 % dan dikenal sebagai formalin. Sudah sejak lama dipakai untuk
mempersiapkan vaksin-vaksin melalui mensterilkan bakteri atau
menginaktifkan barkteri atau toksin maupun virus tanpa merusak
antigenitasnya. Untuk keperluan ini dibutuhkan konsentrasi sampai 0,1 %.
Formaldehid dapat juga digunakan sebagai gas dalam mensterilkan
permukaan-permukaan yang kering, misalnya di dalam kamar dimana pasien
mengalami infeksi yang serius atau jika hendak mempersiapkan penjualan
pemakaian alat-alat plastic dalam laboratorium bakteriologis. Akan tetapi,
reaksi yang terjadi pada permukaan itu hanya berdasarkan absorpsi dan
menghasilkan sebuah polimer (paraformaldehid) yang reversible. Proses
absorpsi yang tidak diinginkan : formaldehid tidak dapat menembus
(penetrasi) substansi-substansi yang poreus (berlubang) sehingga
menghasilkan sisa-sisa (residu) yang sukar diuraikan atau dikeluarkan,
karena sifatnya yang sukar memproses depolimerisasi deposit dari
paraformaldehid tersebut. Akibatnya terbentuklah kelembaban yang tinggi
pada permukaan bakteri.
Formaldehid dapat digunakan untuk membasmi sebagian bakteri,
sehingga sering digunakan sebagai disenfektan dan juga sebagai bahan
pengawet. Sebagai desinfektan, formaldehid dimanfaatkan untuk pembersih
lantai, kapal, gudang, dan pakaian. Formaldehid dipakai sebagai pengawet
dal vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan formaldehid dipakai untuk
mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehid
sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk
sementara mengawetkan bangkai.
Beberapa kegunaan lain dari formaldehid adalah :
Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya
Bahan pembuatan sutra sintesis, zat pewarna, cermin, dan kaca
Penegras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia fotografi
Bahan pembuatan pupuk dalam urea
Bahan untuk pembuatan parfum
Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku
Pencegah korosi untuk sumur minyak
Secara lazim formalin banyak digunakan dalam industri dan juga
dalam dunia sanitasi,antara lain digunakan sebagai:
Bahan pengawet mayat dan specimen penelitian.
Untuk membuat toksoid dalam imunolok.
Kadar 8% digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran.
Formalin 8% dalam larutan alcohol 70% untuk sterilisasi sputum
pasien tuberculosis.
Formalin digunakan sebagai desinfektan alat-alat hemodialisis dan
Bahan pengawet dalam pembuatan produk kosmetik termasuk cat
kuku.
Bahan pengawet pencuci piring, shampo mobil, lilin, perawat sepatu,
serta produk pembersih rumah tangga dalam kosentrasi di bawah
1%.
Pembasmi lalat dan serangga lainnya (insektisida).
Menghilangkan bakteri yang biasa hidup pada sisik ikan. Bahan
pembuat sutera buatan.
Penguat warna cat pada perabotan rumah tangga termasuk
peralatan makan yang terbuat dari melamin.
Pembuatan cermin kaca.
Dalam fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin
dan kertas.
Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Sebagai campuran bahan peledak.
Bahan pembuatan produk parfum. ¾ Bahan perekat untuk produk
kayu lapis(plywood.)
Pencegah korosi pada sumur minyak bumi.
Dalam konsntrat yang sangat kecil (kurang dari ! %), formalin
digunakan sebgagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti
pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit,
perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.
Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi
polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea,
atau melamina, formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras.
Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk
kayulapis/tripleks atau karpet. Lebih dari 50% produksi formaldehida
dihabiskan untuk produksi resin formaldehida. Untuk mensintesis bahan-
bahan kimia, formaldehida dipakai untuk produksi alkohol polifungsional
seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak.
Turunan formaldehida yang lain adalah metilena difenil diisosianat,
komponen penting dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena
tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX
(bahan peledak).
Pemakaian formaldehid pada tekstil
Proses pembuatan tekstil diawali dengan pembuatan benang terlebih
dahulu. Langkah berikutnya benang tersebut diolah dengan mesin tenun
sehingga membentuk kain. Berbagai jenis serat digunakan dalam pembuatan
tekstil, yaitu serat alami, setengah alami dan sintesis.
Hasil produksi serat utama dunia adalah dari kapas (cotton), sedangkan serat
kimia yang terendah adalah wol. Untuk serat buatan khususnya nylon,
polyester dan acrylix saat ini hasilnya sangat tinggi.
Proses terakhir pembuatan tekstil adalah proses pencelupan dan
penyempurnaan (finishing), yang keduanya bertujuan untuk meningkatkan
nilai komersil dari kain. Pada proses ini ditambahkan bahan-bahan dan zat
kimia termasuk air. Bahan kimia untuk menghasilkan efek penyempurnaan
dengan cara adhesi atau pengikatan dengan serat disebut zat untuk
penyempurnaan, yang meliputi minyak penyempurnaan, bahan kanji, zat
penyempurna resin, dan zat penyempurna lain untuk tahan air, lahar api, anti
jamur, anti ngengat, tahan mengkeret, untuk kebersihan dan lain-lain.
Sedangkan air adalah sumber produksi yang penting sekali untuk
pencelupan dan penyempurnaan, dan diperlukan jumlah air yang besar.
Formaldehid digunakan secara langsung untuk anti ngengat dan anti
jamur pada proses finishing. Jenis formaldehid yang juga digunakan adalah
Aminoplastis (Urea formaldehid Resin) yang bermanfaat sebagai anti kusut
pada proses pembuatan kain katun (cotton). Di Amerika (CPSC, 1979) kira-
kira 85% tekstil menggunakan treatment Aminoplastis. Dari hasil analisa
kuantitative pada 112 sample kain tekstil di Industri pakaian wanita American
textile dan distributor, yang menyebutkan bahwa diperoleh kandungan
konsentrasi Formaldehyde berkisar antara 1 -3517 ppm : untuk jenis serat
Cotton 100% diperoleh kandunyan konsentrasi 1560 ppm, sedangkan jenis
serat acrylic diperoleh 160 ppm.
Cara mengedentifikasi keberadaan formalin pada ikan asin
Keberadaan formalin pada ikan asin hanya bisa dibuktikan dengan uji
laboratorium. Metode penentuan dengan menambahkan cairan FeCl3 dan
asam sulfat pekat kedalam cairan hasil destilasi dari perebusan ikan asin.
Dikatakan positif mengandung formalin jika timbul cincin warna violet dan
negative bila tidak timbul cincin warna violet.
Standar Kadar Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin
Standar kadar formaldehid pada peralatan rumah tangga yang terbuat
dari bahan melamin umumnya menggunakan standar Food Grade. Food
grade adalah salah satu isitilah untuk menjelaskan golongan material yang
layak dipakai untuk memproduksi perlengkapan makan. Suatu material
dianggap Food Grade apabila material tersebut tidak akan memindahkan atau
mentransfer zat-zat yang berbahaya/beracun ke makanan yang kita makan.
Saat ini di Indonesia standar Food Grade belum tersedia, jadi standar
yang digunakan adalah standard Internasional yaitu ISO 14528-3 tahun 1999,
Pasific- Melamine Formaldehide Powder Molding Campounds yang
menyatakan bahwa jumlah kandungan formaldehid yang boleh terdapat pada
peralatan makan melamin tidak boleh lebih dari 3 ppm.
5. Bahan Tamabahan Makanan, Ketentuan Penggunaan Dan Ambang
batas formalin
a. Bahan Tambahan Makanan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722 Men
Kes/Per/IX/1998 bahan tambahan makanan (BTM) adalah bahan yang
biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan bukan merupakan komposisi
khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja
ditambahkan ke dalam untuk maksud tehnologi (termasuk organoleptik) pada
pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan atau
pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan
(langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat
khas makanan.
1. Bahan tambahan makanan yang diujikan dan dilarang
penggunaannya
dalam jumlah berlebih, melebihi batas maksimum.
a. Bahan tambahan makanan yang diijinkan dalam peraturan
Menteri
Kesehatan RI No. 722/Men Kes/ Per/IX/1998 tentang bahan tambahan
makanan yang meliputi anti oksidan (anti oxidan), anti kempal (anti
caking regulator), pengatur keasaman (acidity regulator), pemanis
buatan (artifical sweetener), pemutih dan pematang tepung (flour
treatmusi agen), pengawet (presertive), pengemulsi, pemantap,
pengental (emulsifier, stabilizer, thickener), pengeras (Fiming agen),
pewarna (Colour), penyedap rasa, penguat rasa (Flavour, flavour
enhancer), sekuritrans (sequestrant).
b. Makanan yang diijinkan mengandung lebih dari satu macam anti
oksidan maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas
maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak lebih dari satu.
c. Makanan yang diijinkan mengandung lebih dari satu macam
pengawet, maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas
maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidk boleh lebih dari satu.
d. Batas penggunaan secukupnya adalah penggunaan sesuai
dengan cara produksi yang baik, yang maksudnya jumlah yang
ditambahkan pada
makanan tidak melebihi jumlah yang wajar yang diperlukan sesuai
tujuan penggunaan bahan tambahan makanan tersebut.
e. Pada bahan tambahan makanan golongan pengawet batas
maksimum penggunaan garam benzoat dihitung sebagai asam
benzoat, garam sorbat atau senyawa sulfit sebagai SO2. bahan
tambhan makanan dilarang digunakan dalam makanan berdasarkan
peraturan menteri kesehatan RI No. 722 / Men Kes / Per / IX / 198812)
asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya, asam Salisilat (Salicylic
acid) dan garamnya, diettil pirokarbonat (Diethyl pyrocarbonate /
DEPC), dulcin (dulcin, kalium Klorat (Potasium Chlorate),
klorampenikol (Chloramphenicol), minyak nabati yang dibrominasi,
nitrofurazon (Nitrofurazone), formalin (Formaldehyde).
2. Penggunaan Bahan Tambahan Makanan
Penggunaan bahan tambahan makanan tidak boleh sembarangan
hanya dibenarkan untuk tujuan tertentu saja, misalnya untuk
mempertahankan gizi makanan. Penggunaan bahan tambahan
makanan dibenarkan pula untuk tujuan mempertahankan mutu atau
kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat organoleptiknya dari
sifat alami.
Di samping itu juga diperlukan dalam pembuatan, pengolahan,
penyediaan, perlakuan, perawatan, pembungkusan, pemindahan atau
pengangkutan. Selain itu setiap tambahan makanan mempunyai batas-
batas penggunaan maksimum seperti diantaranya diatur dalam
peraturan menteri kesehatan RI No. 722 / Men Kes / Per / IX / 1988.
Pemakaian bahan tambahan makanan diperkenankan bila bahan
tersebut mememnuhi persyaratan sebagai berikut.
a. Pemeliharaan kualitas gizi pangan
b. Peningkatan kualitas lebih stabilitas simpan sehingga
mengurangi kehilangan bahan pangan.
c. Membuat bahan pangan lebih menarik bagi konsumen yang
tidak mengarah pada penipuan.
d. Diutamakan untuk membantu proses pengolahan bahan
pangan. Penggunaan bahan tambahan makanan harus dapat menjaga
produk tersebut dari hal-hal yang merugikan konsumen. Oleh karena
itu pemakaian bahan tambahan makanan ini tidak diperkenankan bila :
1) Menutupi adanya tehnik pengolahan dana penanganan yang
salah
2) Menipu konsumen
3) Menyebabkan penurunan nilai gizi
4) Pengaruh yang dikehendaki bisa diperoleh dengan pengolahan
secara lebih baik dan ekonomis Keamanan pemakaian bahan
tambahan makanan adalah merupakan persyaratan utama.
Pemakaiannya diijinkan dalam bahan pangan harus merupakan
kebutuhan minimum yang ditetapkan. Masalah yang biasa timbul pada
penggunaan bahan tambahan makanan yaitu apabila penggunaannya
melanggar atau menyimpang dari ketentuan yang ada dan
penggunaan bahan tambahan makanan yang melebihi batas
ketentuan.
3. Masalah Penggunaan Bahan Tambahan Makanan Kimiawi
Kasus penyalahgunaan bahan tambahan makanan biasa terjadi
adalah penggunaan bahan tambahan yang dilarang untuk bahan
pangan dan penggunaan bahan makanan melebihi batas yang
ditentukan. Masalah yang menyebabkan timbulnya penyalahgunaan
bahan tambahan makanan tersebut adalah kurangnya pengetahuan
produsen terhadap penggunaan bahan tambahan makanan. Penyebab
lain produsen berusaha memenuhi kebutuhan dengan keuntungan
yang besar dan pada dasarnya konsumen ingin mendapatkan bahan
makanan dalam jumlah banyak dengan harga murah. Munculnya
bahan tambahan makanan dipergunakan untuk mempertahankan
kondisi makanan agar tetap baik. Upaya tersebut dilakukan karena
perhitungan waktu distribusi dan daya tahan pangan itu sendiri,
sehingga muncul efek penggunaan bahan-bahan pengawet. Dalam
proses penanganan pangan perlu memperhatikan segi-segi lain seperti
kesehatan manusia sebagai komponen pangan itu sendiri. Dalam arti
bahwa apabila bahan pengawet tersebut ternyata akan berdampak
buruk pada kesehatan manusia maka penggunaannya harus
dipertimbangkan kembali, dihentikan atau diganti dengan bahan
pengawet lain yang lebih aman.
Sesuai dengan undang-undang no. 7 tahun 1997 tentang pangan
atau lazim disebut undang-undang pangan pada pasal 10 ayat
(1berbunyi : setiap orang memproduksi pangan untuk diedarkan
dilarang untuk menggunakan bahan apapun sebagai sebagai bahan
tambahan makanan yang dinyatakan terlarang atau melampaui
ambang batas maksimal. Penjelasan ayat (2) menyebutkan
penggunaan bahan tambahan pangan dalam produksi pangan yang
tidak mempunyai resiko terhadap kesehatan manusia dapat
dibenarkan karena hal tersebut memang lazim dilakukan, namun
penggunaan bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan makanan
atau penggunaan bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan
pangan secara berlebihan sehingga melampaui ambang batas
maksimal tidak dibenarkan karena dapat merugikan atau
membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi pangan
tersebut.
b. Ketentuan Pengunaan Bahan Kimia
Penggunaan bahan kimia di lingkungan kerja sulit untuk dihindari.
Walaupun pemakaiannya sudah dilarang atau dibatasi terutama apabila suatu
zat kimia sangat toksik. Sebagian besar bahaya pemakaian bahan kimia di
lingkungan kerja diakibatkan terhirupnya bahan kimia tersebut dan masuk ke
dalam tubuh manusia (inhasi) atau kontak kulit dengan zat- zat tersebut.
Informasi tentang bahan kimia dapat dilihat pada label kemasan bahan
kimia dari produsen, ataupun dari Material Safety Data Sheet (MSDS). Dari
informasi ini dapat diketahui Spesifikasi dari bahan, hasil sampingan, tindakan
safety yang dapat dilakukan serta limbah yang dihasilkan. Pemakai bahan
kimia sudah seharusnya mengetahui informasi tentang bahan yang dipakai.
Keberadaan bahan kimia di lingkungan kerja diupayakan tidak melewati
konsentrasi yang telah diatur.
Di Indonesia perihal batas pemajanan bahan kimia di lingkungan
kerja yang diperbolehkan tertuang dalam surat Edaran Menaker No.SE
02/Menaker/1978 tanggaJ 22 Maret 1978 tentang Nilai Ambang Batas (NAB).
Nilai Ambang Batas atau Threshold Limit Value adalah konsentrasi zat-zat
kimia di udara yang menggambarkan suatu kondisi dimana hampir semua
pekerja mungkin terpapar berulang kali, hari demi hari tanpa menimbulkan
efek yang merugikan. NAB digunakan sebagai pedoman dalam pengendalian
bahaya- bahaya kesehatan, dan tidak dapat digunakan sebagai batas antara
konsentrasi yang aman dan tidak aman.
c. Secara detail NAB terbagi atas 3 kategori yaitu:
1. Threhold Limit Value-Time Weight Average (TLV -TWA) , yaitu
konsentrasi rata-rata untuk 8 jam kerja normal dan 40 jam seminggu, dimana
hampir seluruh pekerja mungkin terpapar berulang-ulang, hari demi hari tanpa
timbulnya gangguan yang merugikan.
2. TL V-Short Term Exposure Limit (TL V-STEL), yaitu konsentrasi
dimana pekerja dapat terpapar terus menerus untuk jangka pendek yaitu 15
menit, tanpa mendapat gangguan berupa iritasi, kerusakan jaringan yang
menahun dan tidak dapat kembali, dan narkonis derajat tertentu dimana
dapat meningkatkan kecelakaan atau mengurangi efisiensi pekerja.
3. TL V-Ceiling (TL V-C) yaitu konsentrasi yang tidak Doleh di lampaui
setiap saat. Nilai Ambang Batas Formaldehyde berdasarkan Surat Edaran
Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. SE-02/Men/1978
adalah 2 ppm (nilai KTD). Nilai KTD berarti kadar tertinggi yang
diperkenankan atau disebut ceiling. Threshold Limit Values (TL V) menurut
ASHRAE. (American Society For Healting, Refrigerating and Air Conditioning
Enginer) untuk Indoor Air Quality adalah 0,1 ppm untuk 8 jam kerja (TWA)
dan Ceilillg 0,2 ppm. OSHA, untuk TWA 3 ppm dan ceiling 5 ppm. NIOSH,
untuk TWA 0,016 ppm dan ceiling 0,1 ppm. ACGIH, untuk Ceiling adalah 0,3
ppm. NAB Formaldehyde yang telah disebutkan diatas, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat Tabel 1.
Konsentrasi
formaldehid
TLV, ppm
TWA CEILING
CGIH - 0,3
ASHRAE 0,1 0,2
NAB - 2
BILOSH 0.016 0,1
6. Ciri produk yang mengandung formalin
Ayam potong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah
busuk
Bakso yang tidak rusak sampai 5 hari pada suhu kamar dan
memiliki tekstur yang sangat kenyal
Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar,
insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, bau
menyengat khas formalin.
Ikan asin yang tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu
kamar, warna ikan bersih dan cerah, namun tidak berbau khas
ikan asin.
Tahu yang biasanya berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah
hancur, awet hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari
pada suhu lemari es, bau menyengat khas formalin.
Mie Basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar
(25 derajat celcius), bau menyengat, kenyal, tidak lengket dan
agak mengkilap.
7. Pemeriksaan Kualitatif Formalin
Secara kualitatif formalin dapat diperiksa melalui beberapa cara,
yaitu :
1. Reaksi dengan perak amoniakal
Pemeriksaan formaldehid dengan penambahan pereaksi Tollens
dengan pemanasan akan menghasilkan cermin perak pada dinding
tabung reaksi.
Reaksi ini terjadi berdasarkan sifat reduksi gugus aldehid dari formalin
Reaksi :
AgNO3 + NaOH AgOH putih + NaNO3
2 AgOH Ag2O abu-abu + H2O
Ag2O + 4 NH4OH 2 Ag(NH3)2OH + 3 H2O
HCHO + 2 Ag(NH3)2OH + 3 H2O 2 Ag cermin perak +
HCOOH + 4 NH4OH
2. Reaksi dengan asam kromatropat
Reaksi spesifik untuk mengidentifikasi larutan formaldehid adalah
pembentukan warna dengan asam kromatropat. Reaksi ini terjadi
berdasarkan kondensasi formaldehid dengan sistem aromatik dari
asam kromatropat. Sebanyak 5 ml asam kromatropat dimasukkan
dalam tabung reaksi kemudian ditambah 1 ml destilat. Larutan
kemudian dipanaskan dalam penangas air yang mendidih selama 15
menit. Selama pemanasan diamati warna ungu yang terbentuk yang
menunjukkan ada tidaknya kandungan formaldehid.
8. Pemeriksaan kuantitatif formalin
Secara kuantitatif formaldehid dapat diperiksa melalui beberapa cara,
yaitu :
1. Titrasi Asam-Basa
a. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III
Timbangkan seksama 3 gram, tambahkan dengan campuran 25 ml
hidrogen peroksida encer dan 50 ml natrium hidroksida 1 N hangatkan
di atas tangas air hingga pembuihan berhenti. Titrasi dengan asam
klorida 1 N menggunakan indikator larutan fenolftalein P. Lakukan
titrasi blangko. 1 ml larutan hidroksida 1 N setara dengan 30,03 mg
CH2O.
b. Metode Spektrofotometri
Metode yang digunakan adalah metode spektrofotometri sinar tampak
dengan menggunakan pereaksi Reagen Nash yang dapat bereaksi
dengan larutan formaldehid menghasilkan warna kuning yang mantap
dan diukur pada panjang gelombang maksimumnya.
B. Sumber
Beberapa sumber dari formaldehid adalah :
Berasal dari pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya
Dari bahan pembuatan sutra sintesis, zat pewarna, cermin, dan kaca
Dari penegras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia fotografi
Dari bahan pembuatan pupuk dalam urea
Dari bahan untuk pembuatan parfum
Dari bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku
C. Efek terhadap kesehatan
Akibat yang ditimbulkan dari pemaparan formalin
a. Bahaya jangka pendek paparan formalin murni
Formalin dalam keadaan murni sering digunakan pada industri kayu lapis,
industri cat, pengawetan mayat, dan lain sebagainya. Untuk itu perlu
diwaspadai
bahaya formalin yang dapat timbul dalam jangka pendek. Uap formalin rentan
untuk terhirup antara lain:
Iritasi, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan.
Batuk-batuk
Gangguan pernafasan
Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti: radang
paru, pembengkakan paru
Tanda-tanda umum: bersin, radang tenggorokan, sakit dada yang
berlebihan, jantung berdebar, mual muntah
Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian
Formalin murni atau larutan formalin, berupa cairan yang sangat
mudah terpercik, misalnya saat menuang formalin jika mengenai kulit, maka
pada kulit akan terjadi perubahan warna kulit, kulit terasa terbakar, menjadi
merah, mengeras dan mati rasa.
Jika larutan formalin mengenai mata maka dapat menimbulkan iritasi
mata, mata menjadi merah, sakit, gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan
air
mata.
Pada konsentrasi tinggi menyebabkan rusaknya lensa mata.
Keadaaan yang paling mengkhawatirkan adalah pada saat formalin atau
larutannya tertelan. Hal ini akan mengakibatkan:
Mulut, tenggorokan, perut terasa terbakar
Sakit jika menelan
Mual, muntah, diare
Sakit perut yang hebat
Sakit kepala yang hebat, Tekanan darah turun
Dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, ginjal dan
susunan syaraf pusat
Kejang, tidak sadar hingga koma.
b. Bahaya jangka panjang paparan formalin murni
Bahaya yang kemungkinan akan terjadi pada jangka panjang jika terjadi
pemaparan formalin secara terus menerus adalah :
Radang selaput lendir hidung
Batuk-batuk serta gangguan pernafasan, sensitasi paru
Kanker pada hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak
Luka pada ginjal
Gangguan haid dan kemandulan pada wanita
Efek neuropsikosis : sakit kepala, mual, gangguan tidur, cepat marah,
keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat
berkurang
Hal ini terjadi pada saat uap formalin terhirup secara terus menerus
dalam waktu yang relative lama. Pemaparan formalin murni atau larutannya
pada kulit pada jangka waktu lama akan mengakibatkan terjadinya perubahan
warna kulit, kulit terasa terbakar, menjadi merah, mengeras, mati rasa dan
radang kulit yang menimbulkan gelembung dapat merusak jaringan tubuh
serta bahan yang bersifat iritasi yaitu bahan baik padatan maupun cairan
yang jika terjadi kontak secara langsung dan apabila kontak tersebut terus
menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan.
Formalin termasuk bahan yang bersifat iritasi dan karsinogenik.
Pengaruh terhadap badan
Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti
kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena
resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan
salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar
di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan
iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air
mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.
Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum,
bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida
dikonversi menjadi asam format yang meningkatkan keasaman darah,
tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau
sampai kepada kematiannya.
Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh
protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang
percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker
dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh
para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan
apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang
digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik
terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.
Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan
konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haematomesis
(muntah darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis
100 gram dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu 3 jam.
Bahaya formalin
Formaldehid yang terhirup lewat pernafasan (inhalasi) akan segera
diabsorbsi ke paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala,
rhinitis, rasa terbakar, dan lakrimasi (keluar air mata dan pada dosis yang
lebih tinggi bias buta), bronchitis edema pulmonary atau pneumonia karena
dapat mengecilkan bronchus dan menyebabkan akumulasi cairan di paru.
Pada orang yang sensitive dapat menyebabkan alergi, asma, dan dermatis.
Jika masuk lewat penelanan (ingestion) sebanyak 30 ml (2 sendok makan)
dari larutan formaldehyde dapat menyebabkan kematian, hal ini disebabkan
sifat korosif larutan formaldehid terhadap mukosa saluran cerna lambung,
disertai mual, muntah, nyeri, pendarahan, dan perforasi. Jika terpapar secara
terus-menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal, dan jantung.
Formalin sangat mudah diserap melalui saluran pernapasan dan
pencernaan. Kandungan formalin pada makanan tidak dapat dihilangkan
meskipun sudah dilakukan perendaman atau pencucian dengan air panas.
Formaldehid inilah zat aktif yang membuat formalin berguna sebagai
bahan baku pabrik-pabrik mesin plastik, peledak, senyawa busa, disinfektan,
dan insektisida.
Namun formaldehid murni (kadar 100%) sangat langka di pasar.
Karena ia
berwujud gas tak berwarna dan berbau sangat tajam, dengan titik leleh -21
dan -92 derajat celcius. Formaldehid sangat beracun dan menyebabkan iritasi
selaput lendir, pada pernapasan atas, mata, juga kulit. Ia juga dapat
mengakibatkan reaksi alergi, kerusakan ginjal, kerusakan gen, dan mutasi
yang dapat diwariskan.
Sifat merusak ini terletak pada gugus Carbon Oksida (CO) atau
aldehid.
Gugus ini bereaksi dengan gugus amina, pada protein menghasilkan
metenamin atau heksametilentetramin.
Formaldehid akan bereaksi dengan Dioxyribosa Nucleic Acid (DNA)
atau
Ribonucleic Acid (RNA) sehingga data informasi genetik menjadi kacau.
Akibatnya, penyakit-penyakit genetik baru mungkin akan muncul. Bila gen-
gen rusak itu diwariskan, maka akan terlahir generasi dengan cacat gen.
Tambahan lagi, bila sisi aktif dari protein-protein vital dalam tubuh
dimatikan oleh formaldehid, maka molekul-molekul itu akan kehilangan fungsi
dalam metabolisme. Akibatnya, kegiatan sel akan terhenti. Itu sebabnya,
wadah-wadah formaldehid harus diberi label tengkorak. Artinya beracun. Dan,
perlu kehati-hatian dalam menanganinya. Tapi formaldehid dalam formalin
tidak sereaktif formaldehid murni. Meski larutan yang stabil dengan titik didih
960C ini tetap merupakan pereduksi sangat kuat. Ia juga dapat meracuni
tubuh, baik menyusup lewat pernapasan, pencernaan, maupun kulit.
Konsentrasi terendah formalin yang dapat mematikan manusia lewat
pernapasan adalah 17 mg per meter kubik per 30 menit, dan lewat mulut
sebesar 108 mg per kilogram berat badan.
Saat formalin dipakai mengawetkan makanan, gugus aldehid spontan
bereaksi dengan protein-protein dalam makanan. Jika semua formaldehid
habis bereaksi, sifat racun formalin hilang. Protein makanan yang telah
bereaksi dengan formalin tidak beracun dan tidak perlu ditakuti.
Namun nilai gizi makanan itu menjadi rendah, karena proteinnya
berubah.
Protein-protein dalam tahu berformalin, misalnya, menjadi sukar dihidrolisis
oleh
enzim-enzim pencernaan (tripsin). Modifikasi struktur rantai samping residu
lisin dan arginin akibat reaksi dengan formaldehid membuat pusat aktif tripsin
tidak mampu mengenali sisi spesifik pemutusan ikatan peptida pada protein
tahu. Ini yang membuat tahu berformalin jauh lebih sulit dicerna ketimbang
tahu bebas formalin.
Makanan berformalin akan beracun hanya jika di dalamnya
mengandung sisa formaldehid bebas. Sisa formaldehid bebas (yang tidak
bereaksi) hampir selalu ada dan sulit dikendalikan. Itulah sebabnya, formalin
untuk pengawet makanan tidak dianjurkan karena sangat berisiko. Cara
sederhana untuk menghilangkan sisa formaldehid bebas dalam formalin
adalah penguapan sampai kering (di atas 100 derajat celsius).
Tidak menggunakan formalin untuk bahan pengawet makanan adalah
langkah terbaik. Bahan beracun tak identik dengan bahan tidak bermanfaat.
Formalin memang bukan untuk pengawet makanan. Sifat racun formalin
cocok untuk antiseptik toilet, disinfektan, senyawa pembalsem, dan pensteril
tanah.
D. Efek terhadap lingkungan
Efek formalin terhadap lingkungan terhadap penggunaan sebagai
bahan disenfektan sangat banyak digunakan, sehingga ada banyak
komponen lingkungan yang dapat menjadi implikasi seperti tanah, air,
vegetasi yang akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
E. Usaha pencegahan
Pengendalian Formaldehid
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meminimalkan atau jika
mungkin meniadakan efek yang merugikan dari suatu bahan kimia. Untuk
mengetahui kemungkinan bahaya-bahaya di lingkungan kerja yang
diperkirakan dapat menimbulkan efek kesehatan pada pekerja, ditempuh 4
langkah utama, yaitu Antisipasi, Recognisi, Evaluasi dan Pengendalian.
Antisipasi adalah suatu aktifitas untuk memperkirakan potensial hazard
terhadap pekerja yang timbul ditempat kerja dengan suatu metoda tertentu
yang strategis. Dalam langkah antisipasi ini, dapat digunakan data-data
sekunder dari industri, atau dengan study literatur.
Recognisi adalah aktifitas untuk mengindentifikasi dan mengukur
berbagai potensial hazard yang ada di lingkungan kerja untuk memberikan
masukan yang logis dengan metoda yang sistematis sehingga cocok untuk
tindak lanjut. Ada beberapa metoda yang dapat digunakan dalam recognisi,
yang paling populer
adalah "Walk Trough Survey". Untuk survey ini sebaiknya dilakukan oleh
seseorang yang telah berpengalaman, karena bahaya atau resiko yang
terlewatkan untuk dikenali akan terlewatkan dalam evaluasi dan
pengendalian.
Evaluasi lingkungan kerja, dilakukan untuk menguatkan apa yang
ditemukan pada recognisi, menetapkan karakteristiknya dan memberi
gambaran cakupan dan luas pemaparan. Ini diperlukan sebagai dasar untuk
penetapan desain dan langkah pengendaliannya. Setelah didapatkan
gambaran lengkap dan menyeluruh dari pemaparan, kemudian
dibandingkan dengan standard kesehatan kerja yang berlaku, misalnya nilai
ambang batas. Pada evaluasi ini juga harus dikemukakan kondisi-kondiir
pemaparan yang meliputi lama pemaparan, berbagai kemungkinan jalan
masuk ke dalam tubuh, jenis dan aktivitas fisik pekerja yang terganggu.
Pengendalian adalah upaya untuk mengurangi atau meniadakan pemaparan
bahan berbahaya di lingkungan kerja. Untuk melakukan pengendalian, dapat
dipilih tehnologi yang paling tepat dan mungkin dilaksanakan, atau tehnologi
yang mudah, murah, dan bermanfaat. Pemilihan teknologi, sebaiknya
mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:
Jenis bahaya yang potensial, sumber serta lokasinya. � Apakah sumber bahaya bisa dihilangkan secara menyeluruh. � Apakah mungkin dilakukan substansi bahan, alaI, atau cara kerja. � Apakah kontak dengan hazard dapat dikurangi. �
Secara hierarkhi, pengendalian hazard yang diutamakan adalah
pengendalian pada sumbernya, lalu lingkungan kerjanya, terakhir adalah
langsung pada pekerjanya. Pengendalian formaldehid pada lingkungan kerja
adalah cara yang dapat dipilih untuk mengurangi efek pemaparan.
Cara yang dipilih adalah Sistem Ventilasi. Di dalam sistem ventilasi
diperlukan 4 komponen besar yaitu:
1. Power supply
2. Sistem Udara Masuk.
3. Sistem Udara Keluar.
4. Enclosure.
Ada dua sistem dalam prinsip aliran udara ini yaitu : supply sistem dan
exhaust sistem. Exhaust sistem prinsipnya adalah untuk memindahkan udara
kontaminan dari ruang kerja, sedangkan supplay sistem adalah
menambahkan udara ke dalam ruang kerja. Selain itu fungsi lain dari sistem
supplay adalah untuk menggerakkan udara kearah yang diinginkan, juga
digunakan untuk mengganti udara yang telah dipindahkan oleh exhaust
sistem. Sehingga apabila ada exhaust sistem dengan sendirinya harus ada
supplay sistem. Pengendalian untuk perseorangan (personal protection)
dapat dilakukan dengan
pemakaian sarung tangan, geogle (kaca mata) dan respirator. Khusus
respirator, yang boleh digunakan adalah respirator yang telah
direkomendasikan oleh NIOSH sesuai untuk bahan kimia terutama
Formaldehyde.
F. Usaha pencegahan keracunan
Pertolongan pertama bila terjadi keracunan akut
Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang
dialami korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang aktif (norit) bila
tersedia. Jangan melakukan rangsangan agar korban muntah, karena akan
menimbulkan resiko trauma korosif pada saluran cerna atas. Di rumah sakit
biasanya tim medis akan melakukan bilas lambung (gastric lavage),
memberikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu
penglihatan pada saat endoskopi). Endoskopi adalah tindakan untuk
mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna. Untuk
meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodialisis
(cuci darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tanda-tanda
asidosis metabolik berat
Tindakan Pencegahan Terhadap Formaldehid
Tindakan pencegahan terhadap formaldehid dilakukan berdasarkan jalur
masuk formalin tersebut ke dalam tubuh, yaitu :
1. Terhirup
Untuk mencegah agar tidak terhirup gunakan alat pelindung untuk pernafasan
seperti masker, kain, atau alat pelindungnya yang dapat mencegah
kemungkinan masuknya formaldehid ke dalam hidung atau mulut. Lengkapi
alat ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan.
2. Terkena Mata
Gunakan pelindung mata atau kaca mata, penahan yang tahan terhadap
percikan. Sediakan air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna
apabila terjadi keadaan yang darurat.
3. Terkena Kulit
Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok dan gunakan sarung
tangan yang tahan bahan kimia.
4. Tertelan
Hindari makan, minum, merokok selama bekerja dan cuci tangan sebelum
makan.
DAFTAR PUSTAKA
Artha, E. 2007. Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Pada Berbagai
Jenis Peralatan Makan Melamin Di Kota Medan Tahun 2007.
Skripisi, Medan : USU Press.
Baner, Albert. L. 2000. Plastic Packaging Materials for Food. Wiley-
VCH. USA: 34-35.
Block, S.S. 1977. Desinfection, Sterilization, and Preservation, Edisi ke-2,
588, Philadelphia.
Burgess, William A, 1981. Recognition Of Health Hazard In Industry. John
Wiley & Sons, NewYork.
Gita, A. 2010. Dampak Formalin Terhadap Kesehatan Dampak
Penggunaan Formalin Dan Borax.
http://githa.student.umm.ac.id/2010/07/02/dampak-formalin-terhadap-
kesehatan/.
Gennaro, 1990. Remington’s Pharmaceutical Science., Eighteenth
Edition. Easton : Mack Publishing Company.
Groliman, A. 1962. Pharmacology and Theyrapetics, Edisi ke-5, Lea
Febiger, Philadelphia.
Horwitz, W., 1970. Official Method of Analysis of Official Analytical
Chemist., Fifteenth Edition. Station Washington D.C.
Kusnawidjaja, 1993. Pengaruh Proses Kimia Terhadap Kesehatan
Masyarakat., Bandung : Penerbit Alumni.
Kusnoputranto, Haryoto., 1995, Toksikologi Lingkungan, FKMUI dan
Puslit Sumber Daya Manusia dan Lingkungan, Jakarta.
Naria, E., Resiko Pemajanan Formaldehid Sebagai Baha Pengawet Teksti
Di Lingkungan Kerja, Medan : USU Press.
Nisma, F., Almawati, S., Ani, K. S. 2012., Pengaruh Suhu Dan Waktu
Perendaman Terhadap Pengurangan Kadar Formaldehid Dalam
Wadah Peralatan Makan Melamin Menggunakan
Spektrofotometer Uv-Vis, Jakarta : Jurusan farmasi. FMIPA.
UHAMKA
Shreve, Norris.,1956., Chemical Process Industries., Edisi Keempat,
Kogakusha : Mc. Graw Hill International Book Company.
Siege et. al 1983, Formaldehyde Risk Assesment for Occupationally
exposed Workers, Regulatory Toxicology and Pharmacology Vol. 3,
No.4.
Theines, C.H., and Haley, T.J. 1955. Clinical Toxicology, Edisi ke-3, 60,
193, 310, Lea & Febiger, Philadelphia.
Widyaningsih, T.D., 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk
Pangan., Surabaya : Penerbit Trubus Agrisarana
Widodo, J., 2006. Pengaruh Formalin Bagi Sistem Tubuh.
puterakembara.org.id diakses tanggal 30 Januari 2012.
Winarno, F.G. dan T.S. Rahayu.1994. Bahan Tambahan untuk Makanan
dan Kontaminan. Pustaka Sinar harapan, Jakarta: 101-104.
Windholz dkk, 1976. The Merck Index An Encyclopedia of Chemicals and
Drugs., Ninth Edition. Rahway USA : Merck & CO.,Inc.
Yetti, S. 1983. Penetapan Kadar Formalin yang Terserap pada Tahu
Lunak dan Tahu Keras. Skripsi, 12-13, Yogyakarta.