35
IMPACT OF FORMALIN TO THE ENVIRONMENTAL AND HEALTH A. Formalin 1. Sejarah singkat Formaldehid awalnya disintesa kimiawan asal Rusia, Alexander Butlerov pada tahun 1859, tetapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1967. Formaldehid dihasilkan dari reaksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hirdokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehid terdapat dalam bentuk gas, larutan, dan padatan. Menurut IPCS (international programme on chemical safety), lembaga khusus dari tiga organisasi PBB yaitu ILO, UNEP dan WHO yang peduli pada keselamatan penggunaan bahan-bahan kimiaawi, secara umum ambang batas aman formaldehid dalam tubuh kita adalah 1 mg per kilogram berat badan 2. Peraturan Pemerintah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1168/MENKES/PER/X/1999 yang merupakan perubahan dari Peraturan Menteri Kesehatan No.722/MENKES/IX/1988 tentang bahan tambahan makanan, telah mengatur jenis bahan tambahan makanan yang diijinkan dan yang dilarang penggunaannya. Pada lampiran dua Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1168/MENKES/PER/X/1999 menyebutkan bahwa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan adalah: asam borat dan senyawaannya, asam

Impact of Formalin to the Environmental and Health

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Formalin

Citation preview

Page 1: Impact of Formalin to the Environmental and Health

IMPACT OF FORMALIN TO THE ENVIRONMENTAL AND HEALTH

A. Formalin

1. Sejarah singkat

Formaldehid awalnya disintesa kimiawan asal Rusia, Alexander

Butlerov pada tahun 1859, tetapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1967.

Formaldehid dihasilkan dari reaksi cahaya matahari dan oksigen terhadap

metana dan hirdokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehid terdapat

dalam bentuk gas, larutan, dan padatan.

Menurut IPCS (international programme on chemical safety), lembaga

khusus dari tiga organisasi PBB yaitu ILO, UNEP dan WHO yang peduli pada

keselamatan penggunaan bahan-bahan kimiaawi, secara umum ambang

batas aman formaldehid dalam tubuh kita adalah 1 mg per kilogram berat

badan

2. Peraturan Pemerintah

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1168/MENKES/PER/X/1999 yang merupakan perubahan dari Peraturan

Menteri Kesehatan No.722/MENKES/IX/1988 tentang bahan tambahan

makanan, telah mengatur jenis bahan tambahan makanan yang diijinkan dan

yang dilarang penggunaannya. Pada lampiran dua Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.1168/MENKES/PER/X/1999 menyebutkan

bahwa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan adalah:

asam borat dan senyawaannya, asam salisilat dan garamnya,

dietilpirokarbonat, dulsin, kalium klorat, kloramfenikol, minyak nabati yang

dibrominasi, nitrofurazon, formalin, kalium bromate.

3. Definisi, Sifat Fisik, dan Sifat Kimia

a) Definisi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) Nomor

1168/MenKes/PER/X/1999, formalin merupakan bahan kimia yang

penggunaannya dilarang untuk produk makanan. Formalin dikenal juga

Page 2: Impact of Formalin to the Environmental and Health

dengan nama formaldehid. Formaldehid (CH2O) merupakan suatu campuran

organic yang dikenal dengan nama aldehyde, membeku pada suhu < 92 C

dan mendidih pada suhu 300 0C. Di pasaran formalin dapat diperoleh dalam

bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan

10 %, serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5

gram.

Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-

beda antara lain: Formol , Morbicid , Methanal , Formic aldehyde, Methyl

oxide, Oxymethylene, Methylene aldehyde, Oxomethane, Formoform,

Formalith, Karsan, Methylene glycol, Paraforin, Polyoxymethylene glycols,

Superlysoform, Tetraoxymethylene, Trioxane.

Formalin merupakan bahan kimia yang sangat berbahaya bagi

kesehatan.

Formalin merupakan nama dagang dari larutan formaldehida. Sebenarnya

formalin adalah desinfektan yang aktif terhadap bakteri, virus dan cendawan,

serta berguna untuk mengawetkan jaringan. Di bidang kedokteran, zat kimia

ini digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi dan mayat. Sedangkan di

bidang industri digunakan pada industri mesin, tekstil, pupuk dan kimia.

Pada setiap kemasan formalin selalu diberi label dengan tanda gambar

tengkorak. Kemasan formalin di dasar kotak berwarna jingga yang berarti

bahan beracun berbahaya.

Bahan dasar formalin yang banyak beredar di pasar umumnya

mempunyai konsentrasi 37-40%. Formalin sebagai antibacterial agent dapat

memperlambat aktivitas bakteri. Dalam makanan yang mengandung banyak

protein, maka formalin bereaksi dengan protein dalam makanan tersebut dan

membuat makanan awet. Tapi ketika masuk ke dalam tubuh, maka dia

bersifat mutagenik dan karsinogenik yang dapat merusak organ tubuh.

Formalin sangat mudah diserap melalui saluran pernapasan dan

pencernaan. Kandungan formalin pada makanan tidak dapat dihilangkan

meskipun sudah dilakukan perendaman atau pencucian dengan air panas.

b) Sifat fisik

Sifat fisik larutan formaldehid adalah merupakan cairan jernih, tidak

berwarna atau hamper tidak berwarna, bau busuk, uap merangsang selapu

Page 3: Impact of Formalin to the Environmental and Health

lender hidung dan tenggorokan dan jika disimpan di tempat dingin dapat

menjadi keruh. Biasanya disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari

cahaya dengan suhu tempat penyimpanan di atas 20 0C.

c) Sifat Kimia

Formaldehid pada umumnya memiliki sifat kimia yang sama dengan

aldehid namun lebih reaktif daripada aldehid lainnya. Formaldehid merupakan

elektrofil sehingga bias dipakai dalam reaksi subsitusi aromatic elektrofilik dan

senyawa aromatic serta bias mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena.

Keadaan analisis basa mengakibatkan formaldehid bias menghasilkan asam

format dan methanol.

Sifat-sifat fisik dan kimia Formaldehid adalah sebagai berikut:

=> berat molekul : 30,03

=> density gas : 1,04

=> melting point : -118 ° C

=> baling point : -19,2 DC (bentuk gas) 960C (bentuk cair)

=> exlosivity range dengan udara : 7 -73 ( vol%) 87-910 (g/m3)

=> konstanta Henry, (H) : 0,02 Pa m3/mol

=> tekanan uap : 101,3 kPa pada -19 °c 52,6 kPa pada-33

°c

=> specific gravity (SG) : 0,815

Faktor Konversi: 1 ppm Formadehid = 1,2 mg/m3 pada 250C, 1066

mbar.1 mg Formaldehyde/m3 = 0,83 ppm.

4. Kegunaan

Formaldehyde merupakan gas yang larut dalam air dengan konsterasi

37 % dan dikenal sebagai formalin. Sudah sejak lama dipakai untuk

mempersiapkan vaksin-vaksin melalui mensterilkan bakteri atau

menginaktifkan barkteri atau toksin maupun virus tanpa merusak

antigenitasnya. Untuk keperluan ini dibutuhkan konsentrasi sampai 0,1 %.

Formaldehid dapat juga digunakan sebagai gas dalam mensterilkan

permukaan-permukaan yang kering, misalnya di dalam kamar dimana pasien

mengalami infeksi yang serius atau jika hendak mempersiapkan penjualan

pemakaian alat-alat plastic dalam laboratorium bakteriologis. Akan tetapi,

Page 4: Impact of Formalin to the Environmental and Health

reaksi yang terjadi pada permukaan itu hanya berdasarkan absorpsi dan

menghasilkan sebuah polimer (paraformaldehid) yang reversible. Proses

absorpsi yang tidak diinginkan : formaldehid tidak dapat menembus

(penetrasi) substansi-substansi yang poreus (berlubang) sehingga

menghasilkan sisa-sisa (residu) yang sukar diuraikan atau dikeluarkan,

karena sifatnya yang sukar memproses depolimerisasi deposit dari

paraformaldehid tersebut. Akibatnya terbentuklah kelembaban yang tinggi

pada permukaan bakteri.

Formaldehid dapat digunakan untuk membasmi sebagian bakteri,

sehingga sering digunakan sebagai disenfektan dan juga sebagai bahan

pengawet. Sebagai desinfektan, formaldehid dimanfaatkan untuk pembersih

lantai, kapal, gudang, dan pakaian. Formaldehid dipakai sebagai pengawet

dal vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan formaldehid dipakai untuk

mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehid

sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk

sementara mengawetkan bangkai.

Beberapa kegunaan lain dari formaldehid adalah :

Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya

Bahan pembuatan sutra sintesis, zat pewarna, cermin, dan kaca

Penegras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia fotografi

Bahan pembuatan pupuk dalam urea

Bahan untuk pembuatan parfum

Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku

Pencegah korosi untuk sumur minyak

Secara lazim formalin banyak digunakan dalam industri dan juga

dalam dunia sanitasi,antara lain digunakan sebagai:

Bahan pengawet mayat dan specimen penelitian.

Untuk membuat toksoid dalam imunolok.

Kadar 8% digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran.

Formalin 8% dalam larutan alcohol 70% untuk sterilisasi sputum

pasien tuberculosis.

Formalin digunakan sebagai desinfektan alat-alat hemodialisis dan

Bahan pengawet dalam pembuatan produk kosmetik termasuk cat

kuku.

Page 5: Impact of Formalin to the Environmental and Health

Bahan pengawet pencuci piring, shampo mobil, lilin, perawat sepatu,

serta produk pembersih rumah tangga dalam kosentrasi di bawah

1%.

Pembasmi lalat dan serangga lainnya (insektisida).

Menghilangkan bakteri yang biasa hidup pada sisik ikan. Bahan

pembuat sutera buatan.

Penguat warna cat pada perabotan rumah tangga termasuk

peralatan makan yang terbuat dari melamin.

Pembuatan cermin kaca.

Dalam fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin

dan kertas.

Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Sebagai campuran bahan peledak.

Bahan pembuatan produk parfum. ¾ Bahan perekat untuk produk

kayu lapis(plywood.)

Pencegah korosi pada sumur minyak bumi.

Dalam konsntrat yang sangat kecil (kurang dari ! %), formalin

digunakan sebgagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti

pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit,

perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.

Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi

polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea,

atau melamina, formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras.

Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk

kayulapis/tripleks atau karpet. Lebih dari 50% produksi formaldehida

dihabiskan untuk produksi resin formaldehida. Untuk mensintesis bahan-

bahan kimia, formaldehida dipakai untuk produksi alkohol polifungsional

seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak.

Turunan formaldehida yang lain adalah metilena difenil diisosianat,

komponen penting dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena

tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX

(bahan peledak).

Page 6: Impact of Formalin to the Environmental and Health

Pemakaian formaldehid pada tekstil

Proses pembuatan tekstil diawali dengan pembuatan benang terlebih

dahulu. Langkah berikutnya benang tersebut diolah dengan mesin tenun

sehingga membentuk kain. Berbagai jenis serat digunakan dalam pembuatan

tekstil, yaitu serat alami, setengah alami dan sintesis.

Hasil produksi serat utama dunia adalah dari kapas (cotton), sedangkan serat

kimia yang terendah adalah wol. Untuk serat buatan khususnya nylon,

polyester dan acrylix saat ini hasilnya sangat tinggi.

Proses terakhir pembuatan tekstil adalah proses pencelupan dan

penyempurnaan (finishing), yang keduanya bertujuan untuk meningkatkan

nilai komersil dari kain. Pada proses ini ditambahkan bahan-bahan dan zat

kimia termasuk air. Bahan kimia untuk menghasilkan efek penyempurnaan

dengan cara adhesi atau pengikatan dengan serat disebut zat untuk

penyempurnaan, yang meliputi minyak penyempurnaan, bahan kanji, zat

penyempurna resin, dan zat penyempurna lain untuk tahan air, lahar api, anti

jamur, anti ngengat, tahan mengkeret, untuk kebersihan dan lain-lain.

Sedangkan air adalah sumber produksi yang penting sekali untuk

pencelupan dan penyempurnaan, dan diperlukan jumlah air yang besar.

Formaldehid digunakan secara langsung untuk anti ngengat dan anti

jamur pada proses finishing. Jenis formaldehid yang juga digunakan adalah

Aminoplastis (Urea formaldehid Resin) yang bermanfaat sebagai anti kusut

pada proses pembuatan kain katun (cotton). Di Amerika (CPSC, 1979) kira-

kira 85% tekstil menggunakan treatment Aminoplastis. Dari hasil analisa

kuantitative pada 112 sample kain tekstil di Industri pakaian wanita American

textile dan distributor, yang menyebutkan bahwa diperoleh kandungan

konsentrasi Formaldehyde berkisar antara 1 -3517 ppm : untuk jenis serat

Cotton 100% diperoleh kandunyan konsentrasi 1560 ppm, sedangkan jenis

serat acrylic diperoleh 160 ppm.

Cara mengedentifikasi keberadaan formalin pada ikan asin

Keberadaan formalin pada ikan asin hanya bisa dibuktikan dengan uji

laboratorium. Metode penentuan dengan menambahkan cairan FeCl3 dan

Page 7: Impact of Formalin to the Environmental and Health

asam sulfat pekat kedalam cairan hasil destilasi dari perebusan ikan asin.

Dikatakan positif mengandung formalin jika timbul cincin warna violet dan

negative bila tidak timbul cincin warna violet.

Standar Kadar Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin

Standar kadar formaldehid pada peralatan rumah tangga yang terbuat

dari bahan melamin umumnya menggunakan standar Food Grade. Food

grade adalah salah satu isitilah untuk menjelaskan golongan material yang

layak dipakai untuk memproduksi perlengkapan makan. Suatu material

dianggap Food Grade apabila material tersebut tidak akan memindahkan atau

mentransfer zat-zat yang berbahaya/beracun ke makanan yang kita makan.

Saat ini di Indonesia standar Food Grade belum tersedia, jadi standar

yang digunakan adalah standard Internasional yaitu ISO 14528-3 tahun 1999,

Pasific- Melamine Formaldehide Powder Molding Campounds yang

menyatakan bahwa jumlah kandungan formaldehid yang boleh terdapat pada

peralatan makan melamin tidak boleh lebih dari 3 ppm.

5. Bahan Tamabahan Makanan, Ketentuan Penggunaan Dan Ambang

batas formalin

a. Bahan Tambahan Makanan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722 Men

Kes/Per/IX/1998 bahan tambahan makanan (BTM) adalah bahan yang

biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan bukan merupakan komposisi

khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja

ditambahkan ke dalam untuk maksud tehnologi (termasuk organoleptik) pada

pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan atau

pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan

(langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat

khas makanan.

1. Bahan tambahan makanan yang diujikan dan dilarang

penggunaannya

dalam jumlah berlebih, melebihi batas maksimum.

a. Bahan tambahan makanan yang diijinkan dalam peraturan

Menteri

Page 8: Impact of Formalin to the Environmental and Health

Kesehatan RI No. 722/Men Kes/ Per/IX/1998 tentang bahan tambahan

makanan yang meliputi anti oksidan (anti oxidan), anti kempal (anti

caking regulator), pengatur keasaman (acidity regulator), pemanis

buatan (artifical sweetener), pemutih dan pematang tepung (flour

treatmusi agen), pengawet (presertive), pengemulsi, pemantap,

pengental (emulsifier, stabilizer, thickener), pengeras (Fiming agen),

pewarna (Colour), penyedap rasa, penguat rasa (Flavour, flavour

enhancer), sekuritrans (sequestrant).

b. Makanan yang diijinkan mengandung lebih dari satu macam anti

oksidan maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas

maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak lebih dari satu.

c. Makanan yang diijinkan mengandung lebih dari satu macam

pengawet, maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas

maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidk boleh lebih dari satu.

d. Batas penggunaan secukupnya adalah penggunaan sesuai

dengan cara produksi yang baik, yang maksudnya jumlah yang

ditambahkan pada

makanan tidak melebihi jumlah yang wajar yang diperlukan sesuai

tujuan penggunaan bahan tambahan makanan tersebut.

e. Pada bahan tambahan makanan golongan pengawet batas

maksimum penggunaan garam benzoat dihitung sebagai asam

benzoat, garam sorbat atau senyawa sulfit sebagai SO2. bahan

tambhan makanan dilarang digunakan dalam makanan berdasarkan

peraturan menteri kesehatan RI No. 722 / Men Kes / Per / IX / 198812)

asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya, asam Salisilat (Salicylic

acid) dan garamnya, diettil pirokarbonat (Diethyl pyrocarbonate /

DEPC), dulcin (dulcin, kalium Klorat (Potasium Chlorate),

klorampenikol (Chloramphenicol), minyak nabati yang dibrominasi,

nitrofurazon (Nitrofurazone), formalin (Formaldehyde).

2. Penggunaan Bahan Tambahan Makanan

Penggunaan bahan tambahan makanan tidak boleh sembarangan

hanya dibenarkan untuk tujuan tertentu saja, misalnya untuk

mempertahankan gizi makanan. Penggunaan bahan tambahan

makanan dibenarkan pula untuk tujuan mempertahankan mutu atau

Page 9: Impact of Formalin to the Environmental and Health

kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat organoleptiknya dari

sifat alami.

Di samping itu juga diperlukan dalam pembuatan, pengolahan,

penyediaan, perlakuan, perawatan, pembungkusan, pemindahan atau

pengangkutan. Selain itu setiap tambahan makanan mempunyai batas-

batas penggunaan maksimum seperti diantaranya diatur dalam

peraturan menteri kesehatan RI No. 722 / Men Kes / Per / IX / 1988.

Pemakaian bahan tambahan makanan diperkenankan bila bahan

tersebut mememnuhi persyaratan sebagai berikut.

a. Pemeliharaan kualitas gizi pangan

b. Peningkatan kualitas lebih stabilitas simpan sehingga

mengurangi kehilangan bahan pangan.

c. Membuat bahan pangan lebih menarik bagi konsumen yang

tidak mengarah pada penipuan.

d. Diutamakan untuk membantu proses pengolahan bahan

pangan. Penggunaan bahan tambahan makanan harus dapat menjaga

produk tersebut dari hal-hal yang merugikan konsumen. Oleh karena

itu pemakaian bahan tambahan makanan ini tidak diperkenankan bila :

1) Menutupi adanya tehnik pengolahan dana penanganan yang

salah

2) Menipu konsumen

3) Menyebabkan penurunan nilai gizi

4) Pengaruh yang dikehendaki bisa diperoleh dengan pengolahan

secara lebih baik dan ekonomis Keamanan pemakaian bahan

tambahan makanan adalah merupakan persyaratan utama.

Pemakaiannya diijinkan dalam bahan pangan harus merupakan

kebutuhan minimum yang ditetapkan. Masalah yang biasa timbul pada

penggunaan bahan tambahan makanan yaitu apabila penggunaannya

melanggar atau menyimpang dari ketentuan yang ada dan

penggunaan bahan tambahan makanan yang melebihi batas

ketentuan.

3. Masalah Penggunaan Bahan Tambahan Makanan Kimiawi

Kasus penyalahgunaan bahan tambahan makanan biasa terjadi

adalah penggunaan bahan tambahan yang dilarang untuk bahan

Page 10: Impact of Formalin to the Environmental and Health

pangan dan penggunaan bahan makanan melebihi batas yang

ditentukan. Masalah yang menyebabkan timbulnya penyalahgunaan

bahan tambahan makanan tersebut adalah kurangnya pengetahuan

produsen terhadap penggunaan bahan tambahan makanan. Penyebab

lain produsen berusaha memenuhi kebutuhan dengan keuntungan

yang besar dan pada dasarnya konsumen ingin mendapatkan bahan

makanan dalam jumlah banyak dengan harga murah. Munculnya

bahan tambahan makanan dipergunakan untuk mempertahankan

kondisi makanan agar tetap baik. Upaya tersebut dilakukan karena

perhitungan waktu distribusi dan daya tahan pangan itu sendiri,

sehingga muncul efek penggunaan bahan-bahan pengawet. Dalam

proses penanganan pangan perlu memperhatikan segi-segi lain seperti

kesehatan manusia sebagai komponen pangan itu sendiri. Dalam arti

bahwa apabila bahan pengawet tersebut ternyata akan berdampak

buruk pada kesehatan manusia maka penggunaannya harus

dipertimbangkan kembali, dihentikan atau diganti dengan bahan

pengawet lain yang lebih aman.

Sesuai dengan undang-undang no. 7 tahun 1997 tentang pangan

atau lazim disebut undang-undang pangan pada pasal 10 ayat

(1berbunyi : setiap orang memproduksi pangan untuk diedarkan

dilarang untuk menggunakan bahan apapun sebagai sebagai bahan

tambahan makanan yang dinyatakan terlarang atau melampaui

ambang batas maksimal. Penjelasan ayat (2) menyebutkan

penggunaan bahan tambahan pangan dalam produksi pangan yang

tidak mempunyai resiko terhadap kesehatan manusia dapat

dibenarkan karena hal tersebut memang lazim dilakukan, namun

penggunaan bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan makanan

atau penggunaan bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan

pangan secara berlebihan sehingga melampaui ambang batas

maksimal tidak dibenarkan karena dapat merugikan atau

membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi pangan

tersebut.

b. Ketentuan Pengunaan Bahan Kimia

Page 11: Impact of Formalin to the Environmental and Health

Penggunaan bahan kimia di lingkungan kerja sulit untuk dihindari.

Walaupun pemakaiannya sudah dilarang atau dibatasi terutama apabila suatu

zat kimia sangat toksik. Sebagian besar bahaya pemakaian bahan kimia di

lingkungan kerja diakibatkan terhirupnya bahan kimia tersebut dan masuk ke

dalam tubuh manusia (inhasi) atau kontak kulit dengan zat- zat tersebut.

Informasi tentang bahan kimia dapat dilihat pada label kemasan bahan

kimia dari produsen, ataupun dari Material Safety Data Sheet (MSDS). Dari

informasi ini dapat diketahui Spesifikasi dari bahan, hasil sampingan, tindakan

safety yang dapat dilakukan serta limbah yang dihasilkan. Pemakai bahan

kimia sudah seharusnya mengetahui informasi tentang bahan yang dipakai.

Keberadaan bahan kimia di lingkungan kerja diupayakan tidak melewati

konsentrasi yang telah diatur.

Di Indonesia perihal batas pemajanan bahan kimia di lingkungan

kerja yang diperbolehkan tertuang dalam surat Edaran Menaker No.SE

02/Menaker/1978 tanggaJ 22 Maret 1978 tentang Nilai Ambang Batas (NAB).

Nilai Ambang Batas atau Threshold Limit Value adalah konsentrasi zat-zat

kimia di udara yang menggambarkan suatu kondisi dimana hampir semua

pekerja mungkin terpapar berulang kali, hari demi hari tanpa menimbulkan

efek yang merugikan. NAB digunakan sebagai pedoman dalam pengendalian

bahaya- bahaya kesehatan, dan tidak dapat digunakan sebagai batas antara

konsentrasi yang aman dan tidak aman.

c. Secara detail NAB terbagi atas 3 kategori yaitu:

1. Threhold Limit Value-Time Weight Average (TLV -TWA) , yaitu

konsentrasi rata-rata untuk 8 jam kerja normal dan 40 jam seminggu, dimana

hampir seluruh pekerja mungkin terpapar berulang-ulang, hari demi hari tanpa

timbulnya gangguan yang merugikan.

2. TL V-Short Term Exposure Limit (TL V-STEL), yaitu konsentrasi

dimana pekerja dapat terpapar terus menerus untuk jangka pendek yaitu 15

menit, tanpa mendapat gangguan berupa iritasi, kerusakan jaringan yang

menahun dan tidak dapat kembali, dan narkonis derajat tertentu dimana

dapat meningkatkan kecelakaan atau mengurangi efisiensi pekerja.

3. TL V-Ceiling (TL V-C) yaitu konsentrasi yang tidak Doleh di lampaui

setiap saat. Nilai Ambang Batas Formaldehyde berdasarkan Surat Edaran

Page 12: Impact of Formalin to the Environmental and Health

Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. SE-02/Men/1978

adalah 2 ppm (nilai KTD). Nilai KTD berarti kadar tertinggi yang

diperkenankan atau disebut ceiling. Threshold Limit Values (TL V) menurut

ASHRAE. (American Society For Healting, Refrigerating and Air Conditioning

Enginer) untuk Indoor Air Quality adalah 0,1 ppm untuk 8 jam kerja (TWA)

dan Ceilillg 0,2 ppm. OSHA, untuk TWA 3 ppm dan ceiling 5 ppm. NIOSH,

untuk TWA 0,016 ppm dan ceiling 0,1 ppm. ACGIH, untuk Ceiling adalah 0,3

ppm. NAB Formaldehyde yang telah disebutkan diatas, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat Tabel 1.

Konsentrasi

formaldehid

TLV, ppm

TWA CEILING

CGIH - 0,3

ASHRAE 0,1 0,2

NAB - 2

BILOSH 0.016 0,1

6. Ciri produk yang mengandung formalin

Ayam potong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah

busuk

Bakso yang tidak rusak sampai 5 hari pada suhu kamar dan

memiliki tekstur yang sangat kenyal

Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar,

insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, bau

menyengat khas formalin.

Ikan asin yang tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu

kamar, warna ikan bersih dan cerah, namun tidak berbau khas

ikan asin.

Tahu yang biasanya berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah

hancur, awet hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari

pada suhu lemari es, bau menyengat khas formalin.

Page 13: Impact of Formalin to the Environmental and Health

Mie Basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar

(25 derajat celcius), bau menyengat, kenyal, tidak lengket dan

agak mengkilap.

7. Pemeriksaan Kualitatif Formalin

Secara kualitatif formalin dapat diperiksa melalui beberapa cara,

yaitu :

1. Reaksi dengan perak amoniakal

Pemeriksaan formaldehid dengan penambahan pereaksi Tollens

dengan pemanasan akan menghasilkan cermin perak pada dinding

tabung reaksi.

Reaksi ini terjadi berdasarkan sifat reduksi gugus aldehid dari formalin

Reaksi :

AgNO3 + NaOH AgOH putih + NaNO3

2 AgOH Ag2O abu-abu + H2O

Ag2O + 4 NH4OH 2 Ag(NH3)2OH + 3 H2O

HCHO + 2 Ag(NH3)2OH + 3 H2O 2 Ag cermin perak +

HCOOH + 4 NH4OH

2. Reaksi dengan asam kromatropat

Reaksi spesifik untuk mengidentifikasi larutan formaldehid adalah

pembentukan warna dengan asam kromatropat. Reaksi ini terjadi

berdasarkan kondensasi formaldehid dengan sistem aromatik dari

asam kromatropat. Sebanyak 5 ml asam kromatropat dimasukkan

dalam tabung reaksi kemudian ditambah 1 ml destilat. Larutan

kemudian dipanaskan dalam penangas air yang mendidih selama 15

menit. Selama pemanasan diamati warna ungu yang terbentuk yang

menunjukkan ada tidaknya kandungan formaldehid.

8. Pemeriksaan kuantitatif formalin

Secara kuantitatif formaldehid dapat diperiksa melalui beberapa cara,

yaitu :

1. Titrasi Asam-Basa

a. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III

Timbangkan seksama 3 gram, tambahkan dengan campuran 25 ml

hidrogen peroksida encer dan 50 ml natrium hidroksida 1 N hangatkan

Page 14: Impact of Formalin to the Environmental and Health

di atas tangas air hingga pembuihan berhenti. Titrasi dengan asam

klorida 1 N menggunakan indikator larutan fenolftalein P. Lakukan

titrasi blangko. 1 ml larutan hidroksida 1 N setara dengan 30,03 mg

CH2O.

b. Metode Spektrofotometri

Metode yang digunakan adalah metode spektrofotometri sinar tampak

dengan menggunakan pereaksi Reagen Nash yang dapat bereaksi

dengan larutan formaldehid menghasilkan warna kuning yang mantap

dan diukur pada panjang gelombang maksimumnya.

B. Sumber

Beberapa sumber dari formaldehid adalah :

Berasal dari pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya

Dari bahan pembuatan sutra sintesis, zat pewarna, cermin, dan kaca

Dari penegras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia fotografi

Dari bahan pembuatan pupuk dalam urea

Dari bahan untuk pembuatan parfum

Dari bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku

C. Efek terhadap kesehatan

Akibat yang ditimbulkan dari pemaparan formalin

a. Bahaya jangka pendek paparan formalin murni

Formalin dalam keadaan murni sering digunakan pada industri kayu lapis,

industri cat, pengawetan mayat, dan lain sebagainya. Untuk itu perlu

diwaspadai

bahaya formalin yang dapat timbul dalam jangka pendek. Uap formalin rentan

untuk terhirup antara lain:

Iritasi, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan.

Batuk-batuk

Gangguan pernafasan

Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti: radang

paru, pembengkakan paru

Tanda-tanda umum: bersin, radang tenggorokan, sakit dada yang

berlebihan, jantung berdebar, mual muntah

Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian

Page 15: Impact of Formalin to the Environmental and Health

Formalin murni atau larutan formalin, berupa cairan yang sangat

mudah terpercik, misalnya saat menuang formalin jika mengenai kulit, maka

pada kulit akan terjadi perubahan warna kulit, kulit terasa terbakar, menjadi

merah, mengeras dan mati rasa.

Jika larutan formalin mengenai mata maka dapat menimbulkan iritasi

mata, mata menjadi merah, sakit, gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan

air

mata.

Pada konsentrasi tinggi menyebabkan rusaknya lensa mata.

Keadaaan yang paling mengkhawatirkan adalah pada saat formalin atau

larutannya tertelan. Hal ini akan mengakibatkan:

Mulut, tenggorokan, perut terasa terbakar

Sakit jika menelan

Mual, muntah, diare

Sakit perut yang hebat

Sakit kepala yang hebat, Tekanan darah turun

Dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, ginjal dan

susunan syaraf pusat

Kejang, tidak sadar hingga koma.

b. Bahaya jangka panjang paparan formalin murni

Bahaya yang kemungkinan akan terjadi pada jangka panjang jika terjadi

pemaparan formalin secara terus menerus adalah :

Radang selaput lendir hidung

Batuk-batuk serta gangguan pernafasan, sensitasi paru

Kanker pada hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak

Luka pada ginjal

Gangguan haid dan kemandulan pada wanita

Efek neuropsikosis : sakit kepala, mual, gangguan tidur, cepat marah,

keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat

berkurang

Hal ini terjadi pada saat uap formalin terhirup secara terus menerus

dalam waktu yang relative lama. Pemaparan formalin murni atau larutannya

pada kulit pada jangka waktu lama akan mengakibatkan terjadinya perubahan

Page 16: Impact of Formalin to the Environmental and Health

warna kulit, kulit terasa terbakar, menjadi merah, mengeras, mati rasa dan

radang kulit yang menimbulkan gelembung dapat merusak jaringan tubuh

serta bahan yang bersifat iritasi yaitu bahan baik padatan maupun cairan

yang jika terjadi kontak secara langsung dan apabila kontak tersebut terus

menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan.

Formalin termasuk bahan yang bersifat iritasi dan karsinogenik.

Pengaruh terhadap badan

Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti

kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena

resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan

salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar

di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan

iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air

mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.

Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum,

bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida

dikonversi menjadi asam format yang meningkatkan keasaman darah,

tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau

sampai kepada kematiannya.

Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh

protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang

percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker

dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh

para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan

apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang

digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik

terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.

Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan

konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haematomesis

(muntah darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis

100 gram dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu 3 jam.

Bahaya formalin

Page 17: Impact of Formalin to the Environmental and Health

Formaldehid yang terhirup lewat pernafasan (inhalasi) akan segera

diabsorbsi ke paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala,

rhinitis, rasa terbakar, dan lakrimasi (keluar air mata dan pada dosis yang

lebih tinggi bias buta), bronchitis edema pulmonary atau pneumonia karena

dapat mengecilkan bronchus dan menyebabkan akumulasi cairan di paru.

Pada orang yang sensitive dapat menyebabkan alergi, asma, dan dermatis.

Jika masuk lewat penelanan (ingestion) sebanyak 30 ml (2 sendok makan)

dari larutan formaldehyde dapat menyebabkan kematian, hal ini disebabkan

sifat korosif larutan formaldehid terhadap mukosa saluran cerna lambung,

disertai mual, muntah, nyeri, pendarahan, dan perforasi. Jika terpapar secara

terus-menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal, dan jantung.

Formalin sangat mudah diserap melalui saluran pernapasan dan

pencernaan. Kandungan formalin pada makanan tidak dapat dihilangkan

meskipun sudah dilakukan perendaman atau pencucian dengan air panas.

Formaldehid inilah zat aktif yang membuat formalin berguna sebagai

bahan baku pabrik-pabrik mesin plastik, peledak, senyawa busa, disinfektan,

dan insektisida.

Namun formaldehid murni (kadar 100%) sangat langka di pasar.

Karena ia

berwujud gas tak berwarna dan berbau sangat tajam, dengan titik leleh -21

dan -92 derajat celcius. Formaldehid sangat beracun dan menyebabkan iritasi

selaput lendir, pada pernapasan atas, mata, juga kulit. Ia juga dapat

mengakibatkan reaksi alergi, kerusakan ginjal, kerusakan gen, dan mutasi

yang dapat diwariskan.

Sifat merusak ini terletak pada gugus Carbon Oksida (CO) atau

aldehid.

Gugus ini bereaksi dengan gugus amina, pada protein menghasilkan

metenamin atau heksametilentetramin.

Formaldehid akan bereaksi dengan Dioxyribosa Nucleic Acid (DNA)

atau

Ribonucleic Acid (RNA) sehingga data informasi genetik menjadi kacau.

Akibatnya, penyakit-penyakit genetik baru mungkin akan muncul. Bila gen-

gen rusak itu diwariskan, maka akan terlahir generasi dengan cacat gen.

Page 18: Impact of Formalin to the Environmental and Health

Tambahan lagi, bila sisi aktif dari protein-protein vital dalam tubuh

dimatikan oleh formaldehid, maka molekul-molekul itu akan kehilangan fungsi

dalam metabolisme. Akibatnya, kegiatan sel akan terhenti. Itu sebabnya,

wadah-wadah formaldehid harus diberi label tengkorak. Artinya beracun. Dan,

perlu kehati-hatian dalam menanganinya. Tapi formaldehid dalam formalin

tidak sereaktif formaldehid murni. Meski larutan yang stabil dengan titik didih

960C ini tetap merupakan pereduksi sangat kuat. Ia juga dapat meracuni

tubuh, baik menyusup lewat pernapasan, pencernaan, maupun kulit.

Konsentrasi terendah formalin yang dapat mematikan manusia lewat

pernapasan adalah 17 mg per meter kubik per 30 menit, dan lewat mulut

sebesar 108 mg per kilogram berat badan.

Saat formalin dipakai mengawetkan makanan, gugus aldehid spontan

bereaksi dengan protein-protein dalam makanan. Jika semua formaldehid

habis bereaksi, sifat racun formalin hilang. Protein makanan yang telah

bereaksi dengan formalin tidak beracun dan tidak perlu ditakuti.

Namun nilai gizi makanan itu menjadi rendah, karena proteinnya

berubah.

Protein-protein dalam tahu berformalin, misalnya, menjadi sukar dihidrolisis

oleh

enzim-enzim pencernaan (tripsin). Modifikasi struktur rantai samping residu

lisin dan arginin akibat reaksi dengan formaldehid membuat pusat aktif tripsin

tidak mampu mengenali sisi spesifik pemutusan ikatan peptida pada protein

tahu. Ini yang membuat tahu berformalin jauh lebih sulit dicerna ketimbang

tahu bebas formalin.

Makanan berformalin akan beracun hanya jika di dalamnya

mengandung sisa formaldehid bebas. Sisa formaldehid bebas (yang tidak

bereaksi) hampir selalu ada dan sulit dikendalikan. Itulah sebabnya, formalin

untuk pengawet makanan tidak dianjurkan karena sangat berisiko. Cara

sederhana untuk menghilangkan sisa formaldehid bebas dalam formalin

adalah penguapan sampai kering (di atas 100 derajat celsius).

Tidak menggunakan formalin untuk bahan pengawet makanan adalah

langkah terbaik. Bahan beracun tak identik dengan bahan tidak bermanfaat.

Formalin memang bukan untuk pengawet makanan. Sifat racun formalin

Page 19: Impact of Formalin to the Environmental and Health

cocok untuk antiseptik toilet, disinfektan, senyawa pembalsem, dan pensteril

tanah.

D. Efek terhadap lingkungan

Efek formalin terhadap lingkungan terhadap penggunaan sebagai

bahan disenfektan sangat banyak digunakan, sehingga ada banyak

komponen lingkungan yang dapat menjadi implikasi seperti tanah, air,

vegetasi yang akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

E. Usaha pencegahan

Pengendalian Formaldehid

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meminimalkan atau jika

mungkin meniadakan efek yang merugikan dari suatu bahan kimia. Untuk

mengetahui kemungkinan bahaya-bahaya di lingkungan kerja yang

diperkirakan dapat menimbulkan efek kesehatan pada pekerja, ditempuh 4

langkah utama, yaitu Antisipasi, Recognisi, Evaluasi dan Pengendalian.

Antisipasi adalah suatu aktifitas untuk memperkirakan potensial hazard

terhadap pekerja yang timbul ditempat kerja dengan suatu metoda tertentu

yang strategis. Dalam langkah antisipasi ini, dapat digunakan data-data

sekunder dari industri, atau dengan study literatur.

Recognisi adalah aktifitas untuk mengindentifikasi dan mengukur

berbagai potensial hazard yang ada di lingkungan kerja untuk memberikan

masukan yang logis dengan metoda yang sistematis sehingga cocok untuk

tindak lanjut. Ada beberapa metoda yang dapat digunakan dalam recognisi,

yang paling populer

adalah "Walk Trough Survey". Untuk survey ini sebaiknya dilakukan oleh

seseorang yang telah berpengalaman, karena bahaya atau resiko yang

terlewatkan untuk dikenali akan terlewatkan dalam evaluasi dan

pengendalian.

Evaluasi lingkungan kerja, dilakukan untuk menguatkan apa yang

ditemukan pada recognisi, menetapkan karakteristiknya dan memberi

gambaran cakupan dan luas pemaparan. Ini diperlukan sebagai dasar untuk

penetapan desain dan langkah pengendaliannya. Setelah didapatkan

gambaran lengkap dan menyeluruh dari pemaparan, kemudian

Page 20: Impact of Formalin to the Environmental and Health

dibandingkan dengan standard kesehatan kerja yang berlaku, misalnya nilai

ambang batas. Pada evaluasi ini juga harus dikemukakan kondisi-kondiir

pemaparan yang meliputi lama pemaparan, berbagai kemungkinan jalan

masuk ke dalam tubuh, jenis dan aktivitas fisik pekerja yang terganggu.

Pengendalian adalah upaya untuk mengurangi atau meniadakan pemaparan

bahan berbahaya di lingkungan kerja. Untuk melakukan pengendalian, dapat

dipilih tehnologi yang paling tepat dan mungkin dilaksanakan, atau tehnologi

yang mudah, murah, dan bermanfaat. Pemilihan teknologi, sebaiknya

mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:

Jenis bahaya yang potensial, sumber serta lokasinya. � Apakah sumber bahaya bisa dihilangkan secara menyeluruh. � Apakah mungkin dilakukan substansi bahan, alaI, atau cara kerja. � Apakah kontak dengan hazard dapat dikurangi. �

Secara hierarkhi, pengendalian hazard yang diutamakan adalah

pengendalian pada sumbernya, lalu lingkungan kerjanya, terakhir adalah

langsung pada pekerjanya. Pengendalian formaldehid pada lingkungan kerja

adalah cara yang dapat dipilih untuk mengurangi efek pemaparan.

Cara yang dipilih adalah Sistem Ventilasi. Di dalam sistem ventilasi

diperlukan 4 komponen besar yaitu:

1. Power supply

2. Sistem Udara Masuk.

3. Sistem Udara Keluar.

4. Enclosure.

Ada dua sistem dalam prinsip aliran udara ini yaitu : supply sistem dan

exhaust sistem. Exhaust sistem prinsipnya adalah untuk memindahkan udara

kontaminan dari ruang kerja, sedangkan supplay sistem adalah

menambahkan udara ke dalam ruang kerja. Selain itu fungsi lain dari sistem

supplay adalah untuk menggerakkan udara kearah yang diinginkan, juga

digunakan untuk mengganti udara yang telah dipindahkan oleh exhaust

sistem. Sehingga apabila ada exhaust sistem dengan sendirinya harus ada

supplay sistem. Pengendalian untuk perseorangan (personal protection)

dapat dilakukan dengan

pemakaian sarung tangan, geogle (kaca mata) dan respirator. Khusus

respirator, yang boleh digunakan adalah respirator yang telah

Page 21: Impact of Formalin to the Environmental and Health

direkomendasikan oleh NIOSH sesuai untuk bahan kimia terutama

Formaldehyde.

F. Usaha pencegahan keracunan

Pertolongan pertama bila terjadi keracunan akut

Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang

dialami korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang aktif (norit) bila

tersedia. Jangan melakukan rangsangan agar korban muntah, karena akan

menimbulkan resiko trauma korosif pada saluran cerna atas. Di rumah sakit

biasanya tim medis akan melakukan bilas lambung (gastric lavage),

memberikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu

penglihatan pada saat endoskopi). Endoskopi adalah tindakan untuk

mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna. Untuk

meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodialisis

(cuci darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tanda-tanda

asidosis metabolik berat

Tindakan Pencegahan Terhadap Formaldehid

Tindakan pencegahan terhadap formaldehid dilakukan berdasarkan jalur

masuk formalin tersebut ke dalam tubuh, yaitu :

1. Terhirup

Untuk mencegah agar tidak terhirup gunakan alat pelindung untuk pernafasan

seperti masker, kain, atau alat pelindungnya yang dapat mencegah

kemungkinan masuknya formaldehid ke dalam hidung atau mulut. Lengkapi

alat ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan.

2. Terkena Mata

Gunakan pelindung mata atau kaca mata, penahan yang tahan terhadap

percikan. Sediakan air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna

apabila terjadi keadaan yang darurat.

3. Terkena Kulit

Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok dan gunakan sarung

tangan yang tahan bahan kimia.

4. Tertelan

Hindari makan, minum, merokok selama bekerja dan cuci tangan sebelum

makan.

Page 22: Impact of Formalin to the Environmental and Health

DAFTAR PUSTAKA

Artha, E. 2007. Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Pada Berbagai

Jenis Peralatan Makan Melamin Di Kota Medan Tahun 2007.

Skripisi, Medan : USU Press.

Baner, Albert. L. 2000. Plastic Packaging Materials for Food. Wiley-

VCH. USA: 34-35.

Page 23: Impact of Formalin to the Environmental and Health

Block, S.S. 1977. Desinfection, Sterilization, and Preservation, Edisi ke-2,

588, Philadelphia.

Burgess, William A, 1981. Recognition Of Health Hazard In Industry. John

Wiley & Sons, NewYork.

Gita, A. 2010. Dampak Formalin Terhadap Kesehatan Dampak

Penggunaan Formalin Dan Borax.

http://githa.student.umm.ac.id/2010/07/02/dampak-formalin-terhadap-

kesehatan/.

Gennaro, 1990. Remington’s Pharmaceutical Science., Eighteenth

Edition. Easton : Mack Publishing Company.

Groliman, A. 1962. Pharmacology and Theyrapetics, Edisi ke-5, Lea

Febiger, Philadelphia.

Horwitz, W., 1970. Official Method of Analysis of Official Analytical

Chemist., Fifteenth Edition. Station Washington D.C.

Kusnawidjaja, 1993. Pengaruh Proses Kimia Terhadap Kesehatan

Masyarakat., Bandung : Penerbit Alumni.

Kusnoputranto, Haryoto., 1995, Toksikologi Lingkungan, FKMUI dan

Puslit Sumber Daya Manusia dan Lingkungan, Jakarta.

Naria, E., Resiko Pemajanan Formaldehid Sebagai Baha Pengawet Teksti

Di Lingkungan Kerja, Medan : USU Press.

Nisma, F., Almawati, S., Ani, K. S. 2012., Pengaruh Suhu Dan Waktu

Perendaman Terhadap Pengurangan Kadar Formaldehid Dalam

Wadah Peralatan Makan Melamin Menggunakan

Spektrofotometer Uv-Vis, Jakarta : Jurusan farmasi. FMIPA.

UHAMKA

Shreve, Norris.,1956., Chemical Process Industries., Edisi Keempat,

Kogakusha : Mc. Graw Hill International Book Company.

Siege et. al 1983, Formaldehyde Risk Assesment for Occupationally

exposed Workers, Regulatory Toxicology and Pharmacology Vol. 3,

No.4.

Theines, C.H., and Haley, T.J. 1955. Clinical Toxicology, Edisi ke-3, 60,

193, 310, Lea & Febiger, Philadelphia.

Page 24: Impact of Formalin to the Environmental and Health

Widyaningsih, T.D., 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk

Pangan., Surabaya : Penerbit Trubus Agrisarana

Widodo, J., 2006. Pengaruh Formalin Bagi Sistem Tubuh.

puterakembara.org.id diakses tanggal 30 Januari 2012.

Winarno, F.G. dan T.S. Rahayu.1994. Bahan Tambahan untuk Makanan

dan Kontaminan. Pustaka Sinar harapan, Jakarta: 101-104.

Windholz dkk, 1976. The Merck Index An Encyclopedia of Chemicals and

Drugs., Ninth Edition. Rahway USA : Merck & CO.,Inc.

Yetti, S. 1983. Penetapan Kadar Formalin yang Terserap pada Tahu

Lunak dan Tahu Keras. Skripsi, 12-13, Yogyakarta.