Hysterectomy After Cesarean

  • Upload
    pinqr

  • View
    175

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Atonia uteri, Seksio sesarea dilanjutkan dengan histerektomi

Citation preview

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    1/21

    LAPORAN KASUS

    PENANGANAN ATONIA UTERI PADA SAAT SEKSIO SESAREA

    Oleh

    Grace Pingkan Diane Reppi

    Pembimbing

    dr. Rudy A. Lengkong, SpOG(K)

    PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1

    BAGIAN/SMF OBSTETRI GINEKOLOGI

    FK UNSRAT/RSUP PROF Dr. R.D. KANDOU

    MANADO

    2011

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    2/21

    PENDAHULUAN

    Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal berkontraksisetelah kelahiran bayi. Secara fisiologis perdarahan yang terjadi post partum

    dikontrol oleh konstriksi dari serat-serat miometrium di sekitar pembuluh darah

    yang menyuplai tempat implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi bila miometrium

    tidak berkontraksi sebagai mana mestinya, sehingga tonus otot uterus post partum

    tidak dapat menyediakan hemostasis, akibatnya terjadi perdarahan post partum.

    1,2,3

    Perdarahan post partum didefinisikan sebagai kehilangan darah yang lebih

    dari 500 cc pada partus per vaginam atau lebih dari 1000 cc pada seksio sesarea.

    Sebenarnya terdapat kesulitan untuk benar-benar memperkirakan kehilangan

    darah yang terjadi pada persalinan atau seksio sesarea. Definisi lain yang

    dikemukan oleh Gilstrap dan Ramin untuk perdarahan post partum adalah

    perdarahan yang bermakna secara klinis yang memberikan gejala-gejala dan

    tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik.3,4

    Perdarahan post partum dibagi menjadi :5,6,7

    a. Perdarahan post partum primer atau dini, yaitu perdarahan yang terjadi dalam

    24 jam pertama setelah melahirkan

    b. Perdarahan post partum sekunder atau lanjut, yaitu perdarahan yang terjadi

    setelah 24 jam sampai 6 minggu setelah melahirkan

    Perdarahan post partum merupakan penyebab paling sering kehilangan

    darah pada kehamilan dan persalinan, dan sebagian besar transfusi pada wanita

    hamil dilakukan untuk mengganti darah yang hilang pada persalinan. Perdarahan

    adalah penyebab ketiga terbesar mortalitas maternal di Amerika Serikat,

    sedangkan di negara-negara berkembang perdarahan adalah penyebab utama

    kematian maternal. Beberapa penyebab perdarahan obstetri dan kontribusinya

    pada morbiditas dan mortalitas maternal dapat dilihat pada gambar 1.1,2

    Untuk memudahkan mengingat penyebab perdarahan post partum, dikenal

    istilah 4 T, yaitu : Tonus, Tissue, Trauma, dan Thrombin. 8,9

    1

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    3/21

    Tabel 1 menunjukkan penyebab perdarahan post partum.

    Di antara penyebab perdarahan post partum, atonia uteri merupakan penyebab

    yang tersering.1,2,3

    Gambar 1. Penyebab perdarahan dalam obstetri dan kontribusinya terhadap

    morbiditas dan mortalitas1

    Tabel 1. Penyebab perdarahan post partum9

    Tonus (Atonia uteri)

    Overdistensi uterus : multiparitas, pollihidramnion, makrosomiaRelaksan uterus : nifedipin, magnesium, beta-mimetik, indomethacin, nitrit oksida

    Partus presipitatus atau partus lamaInduksi/augmentasi persalinan dengan oksitosin

    Korioamnionitis

    Anestesia halotanUterus fibroid

    Tissue

    Retensi plasenta

    Abnormalitas plasenta : plasenta akretaRiwayat operasi uterus : miomektomi atau seksio sesarea

    Kala III memanjangTraksi berlebihan pada tali pusat

    Trauma

    Cedera vulvovaginalEpisiotomi/robekan

    Thrombin (koagulopati)

    Trombositopenia pada sindroma HELLP, DIC, hipertensi pada kehamilan, sepsisHerediter

    Terapi antikoagulan

    2

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    4/21

    Bagan 1. Alur penanganan perdarahan post partum dan retensi plasenta5

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    5/21

    Alur penanganan perdarahan post partum menurut rekomendasi WHO

    dapat dilihat pada bagan 1. Dalam bagan tersebut ditunjukkan bahwa penanganan

    akhir suatu atonia uteri adalah dengan histerektomi.

    Cesarean hysterectomy pertama kali dilakukan pada tahun 1869. Pada

    awalnya tindakan ini hanya dilakukan pada situasi darurat, tetapi pada awal abad

    ke-20, cara ini diterima juga sebagai salah satu metode sterilisasi.4

    Cesarean hysterectomy emergensi diindikasikan terutama pada ruptura

    uteri, abnormal plasentasi dan atonia uteri dengan perdarahan yang terjadi sesudah

    bayi dilahirkan. Tindakan ini merupakan tindakan definitif untuk mengatasi

    perdarahan yang tidak teratasi dengan medikamentosa dan tindakan lainnya.3,4,10

    Fona et al11 mengevaluasi insiden, faktor risiko, indikasi, luaran dan

    komplikasi yang terjadi pada emergency hysterectomy yang dilakukan sesudah

    seksio sesarea (cesarean hysterectomy) dan partus per vaginam (postpartum

    hysterectomy) di sebuah rumah sakit rujukan di Atlanta, Georgia, dan

    mendapatkan bahwa atonia uteri merupakan indikasi paling sering dilakukannya

    histerektomi. Angka kejadian peripartum hysterectomy adalah 0,8 dari 1000

    persalinan, di mana indikasi histerektomi karena atonia uteri adalah 56,4 %.

    Bateman BT et al12

    melakukan analisis terhadap peripartum hysterectomy

    selama tahun 1994 2007, mendapatkan bahwa selang 14 tahun terjadi

    peningkatan 15 % angka kejadianperipartum hysterectomy di Amerika Serikat, di

    mana histerektomi karena atonia uteri meningkat hampir empat kali lipat pada

    seksio sesarea ulangan, dua setengah kali lipat pada seksio sesarea primer dan satu

    setengah kali lipat pada persalinan per vaginam.

    Berikut ini akan dilaporkan suatu kasus atonia uteri yang ditangani

    dengan cesarean hysterectomy di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi FKUnsrat/RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado.

    4

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    6/21

    LAPORAN KASUS

    IDENTITAS PENDERITA

    Nama : Ny. Julia Ansar

    Umur : 20 tahun

    Alamat : Pateten Dua Lingkungan IV Bitung

    Status : Menikah

    Agama : Kristen

    Pendidikan terakhir : SMA

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Masuk Rumah Sakit : 2 Agustus 2011, jam 02.00

    ANAMNESIS

    Pasien dirujuk dari RS Budi Mulia, Bitung dengan diagnosis : G1P0A0, 20 tahun,

    hamil 40-41 minggu + gagal oksitosin drips; Janin intra uterin tunggal hidup letak

    kepala. Rencana seksio sesarea

    Anamnesis Utama

    Pasien telah dilakukan oksitosin drips di RS Budi Mulia Bitung, dari jam

    11.45, hingga jam 23.00 sebanyak 2 labu, namun tidak ada kemajuan.

    Direncanakan seksio sesarea tapi petugas anestesi tidak ada sehingga dirujuk

    ke RS Prof R D Kandou

    Nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan sejak jam 16.00 (1 Agustus

    2011)

    Pelepasan lendir campur darah (+)

    Pelepasan air dari jalan lahir (+) Sejak jam 23.00 ( 31 Juli 2011)

    Pergerakan janin masih dirasakan saat MRS

    Riwayat penyakit jantung, paru-paru, ginjal, hati, kencing manis, darah

    tinggi, disangkal

    BAB/BAK biasa

    5

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    7/21

    Anamnesis Kebidanan

    Menarche usia 15 tahun, siklus haid teratur, lamanya + 5 hari

    HPHT : 24 Oktober 2010 TTP : 31 Juli 2011

    PAN : 9 kali di PKM Pateten Tinumbala

    Kawin : 1 kali selama 5 bulan KB : (-)

    Riwayat kehamilan G1P0A0

    PEMERIKSAAN FISIK

    Status praesens :Keadaan umum : Sedang Kesadaran : CM

    Tekanan Darah : 130/80 mmHg Nadi : 112 x/mt

    Respirasi : 32 x/mt Suhu : 37,8 0 C

    Konjungtiva : anemis (-) Sklera : ikterik (-)

    C/P : dalam batas normal Ekstremitas : edema (-)

    Status Obstetrik :

    TFU : 37 cm Letak janin : letak kepala U

    punggung kiri

    BJJ : 15-14-14 His : jarang jarang

    TBBA : 3800

    Meteorismus : (+)

    Pemeriksaan Dalam

    Eff 90%, pembukaan 3-4 cm, Ketuban (-) slight meconium, PP kepala H I-II,

    Kaput (+), foetor (-)

    LABORATORIUM

    Hb 13,1 g/dl, leukosit 18.000/mm3, trombosit 295.000/mm3, PCV 38,6 %

    GDS 82 mg/dl

    6

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    8/21

    RESUME MASUK

    G1P0A0, 20 tahun, masuk rumah sakit tanggal 2 Agustus 2011 jam 02.00 dirujuk

    dari RS Budi Mulia Bitung dengan diagnosis: G1P0A0, 20 tahun, hamil 40-41

    minggu + gagal oksitosin drips; Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala.

    Rencana seksio sesarea. Riwayat dilakukan oksitosin drips, dimulai + 14 jam

    sebelum masuk rumah sakit selama + 11 jam. Tanda-tanda inpartu (+) sejak + 10

    jam sebelum masuk rumah sakit. Pecah ketuban (+) sejak + 26 jam sebelum

    masuk rumah sakit. Pergerakan janin (+). RPD (-). HPHT 24/11/2010, TTP

    31/7/2011. PAN (+) 9 x di Puskesmas. Status praesens : Tekanan Darah : 130/80

    mmHg, Nadi : 112 x/mt, Respirasi : 32 x/mt, Suhu : 37,8 0 C. Status obstetrik :

    TFU : 37 cm, letak janin : letak kepala U punggung kiri, BJJ : 15-14-14, His :

    jarang jarang, Meteorismus : (+). PD : Eff 90%, pembukaan 3-4 cm, Ketuban

    (-) slight meconium, PP kepala H I-II, Kaput (+), foetor (-).

    DIAGNOSIS

    G1P0A0 20 tahun hamil 40-41 minggu, Inpartu kala I + gagal oksitosin drips +

    Maternal exhaustion

    Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala H I-II

    SIKAP

    Rehidrasi, antibiotika

    Seksio Sesarea Cito

    Konseling, informed consent, cross match

    Sedia donor, setuju operasi

    Observasi Vital Sign, His, BJJ

    Lapor Konsulen

    advis : Seksio Sesarea

    Observasi:

    7

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    9/21

    Jam 02.00 03.00 His: jarang - jarang BJJ: 15-14-14

    Jam 03.00 03.30 His: jarang - jarang BJJ: 15-14-14

    Jam 03.30 : Penderita didorong ke OK Cito

    Jam 04.03 : Operasi dimulai, dilakukan SCTP

    Jam 04.08 : Lahir bayi laki-laki, BBL: 4250 gram, PBL: 51 cm, AS: 7-9

    Lahir plasenta kesan lengkap dengan selaputnya, BPL 600 gr

    Kontraksi uterus (-), TD: 110/70 mmHg, N: 100x/mnt,

    perdarahan 700 cc

    Ass. : Atonia uteri

    Sikap : - Masase uterus

    - Uterotonika : - Oksitosin 1 amp i.v

    - Oksitosin drips 2 amp dalam RL 500 cc

    - Metil ergometrin maleat 1 amp i.v

    Jam 04.15 : Kontraksi uterus (-) TD: 90/60 mmHg, N: 120x/mnt

    Sikap : - Transfusi

    - Masase uterus

    - Uterotonika (oksitosin 1 amp i.v, metil ergometrin maleat 1 amp i.v)

    - Misoprostol 4 tablet per rektal

    - Resusitasi oleh bagian anestesi

    Lapor konsulen

    Advis: - Masase uterus

    - Uterotonika

    Jam 04.20 : Kontraksi uterus (-), TD: 120/80 mmHg, N: 108x/mnt

    Sikap : - Masase uterus

    - Uterotonika ( Oksitosin 2 ampul intramural )Jam 04.25 : Kontraksi uterus (-) TD: 100/60 mmHg, N: 110x/mnt

    Sikap : - Kompresi uterus

    - Uterotonika

    Jam 04.30 : Kontraksi uterus (-) Tensi ; 80/50 mmHg, Nadi: 120x/mnt

    Sikap : - Histerektomi subtotal

    - Konseling, informed consent

    8

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    10/21

    - Lapor konsulen

    Setuju histerektomi subtotal

    Jam 04.30: Histerektomi subtotal dimulai

    Jam 07.00: Operasi selesai

    LAPORAN OPERASI

    Penderita dibaringkan terlentang di atas meja operasi, dilakukan tindakan anestesi

    spinal. Selanjutnya dilakukan tindakan a dan antisepsis pada daerah abdomen dan

    sekitarnya, ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi. Dilakukan insisi

    linea mediana inferior, insisi diperdalam lapis demi lapis sampai fascia. Fascia

    dijepit dengan dua kocher, diperlebar ke atas dan ke bawah. Otot disisihkan secara

    tumpul ke lateral. Identifikasi peritoneum, dijepit dengan dua pinset, setelah yakin

    usus tidak ikut terjepit di bawahnya, digunting kecil dan diperlebar ke atas dan ke

    bawah. Setelah peritoneum dibuka tampak uterus gravidarum. Identifikasi plika

    vesikouterina, digunting kecil dan diperlebar ke kanan dan ke kiri, vesika urinaria

    disisihkan ke bawah dan dilindungi dengan haak abdomen. Identifikasi SBR,

    diinsisi semilunar, insisi diperdalam dan ditembus secara tumpul dengan jari,

    keluar cairan slight meconium sedikit. Identifikasi bayi letak kepala, dilahirkan

    dengan cara meluksir kepala. Jam 04.08 lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 51

    cm, AS 7-9. Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat diklem di dua tempat

    kemudian digunting di antaranya, selanjutnya bayi diserahkan kepada sejawat

    neonati untuk penanganan selanjutnya. Luka SBR dijepit dengan beberapa

    ringtang, identifikasi plasenta implantasi di fundus, plasenta dilahirkan dengan

    tarikan ringan pada tali pusat. Kavum uteri dibersihkan dari sisa selaput dan

    bekuan darah. Luka SBR dijahit secara jelujur dua lapis. Evaluasi lanjut kontraksiuterus (-) dilakukan masase uterus dan pemberian uterotonika. Dievaluasi lanjut

    kontraksi uterus (-) dilakukan pemberian ulangan uterotonika intravena dan

    misoprostol tablet per rektal sambil tetap dilakukan masase uterus. 5 menit

    kemudian kontraksi uterus (-) dilakukan pemberian uterotonika intramural sambil

    tetap dilakukan masase uterus. Dievaluasi kembali kontraksi uterus (-) dilakukan

    kompresi uterus dan pemberian uterotonika ulang. Evaluasi ulang 5 menit

    9

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    11/21

    kemudian, kontraksi uterus tetap (-) diputuskan dilakukan histerektomi subtotal

    dalam general anestesi. Ligamentum rotundum kiri dijepit dengan dua klem,

    digunting dan dijahit. Demikian pula sisi sebelahnya. Ligamentum latum dibuat

    jendela pada bagian avaskuler, lalu tuba pars ismika, mesosalfings dan

    ligamentum ovarii proprium kiri dijepit dengan 2 klem, digunting dan dijahit.

    Demikian pula sisi sebelahnya. Identifikasi arteri uterina, arteri uterina dijepit

    dengan 3 klem, digunting dan dijahit double ligasi. Kontrol perdarahan (-).

    Selanjutnya SBR dijepit dengan 2 klem bengkok, digunting kemudian uterus

    dikeluarkan. Selanjutnya uterus dijahir secarea jelujur interlocking dengan benang

    dexon no. 1. Kontrol perdarahan (-). Dilakukan retroperitonealisasi. Kontrol

    perdarahan (-). Kavum abdomen dibersihkan dari sisa darah dan bekuan darah.

    Peritoneum dijahit secara jelujur dengan plain catgut, otot dijahir secara simpul

    dengan plain catgut, fascia dijahit secara jelujur dengan dexon no. 1, lemak dijahit

    secara simpul dengan plain catgut, kulit dijahit sub kutikuler dengan chromic

    catgut. Luka operasi ditutup kasa betadine. Operasi selesai

    Keadaan Post operasi

    Kesadaran : CM

    TD : 140/90 N : 96x/m R : 24x/m S : 36,9o C

    Perdarahan : 1700 cc Diuresis : 600cc

    Durante operasi dan post operasi transfusi 3 kantong WB

    Instruksi pasca bedah

    1) Kontrol perdarahan

    2) Puasa sampai peristaltik usus normal

    3) Infus Ringer Laktat : Dextrose 5% 2:2

    4) Antibiotik : - Cefrtiaxone inj 3 x 1 gr IV

    - Metronidazole inj 2 x 0,5 gr drips IV

    5) Vitamin C 1 x 1 amp

    6) Kaltrofen Supp 1x II per rektal

    7) Cek Hb 2 jam dan 6 jam post operasi, bila Hb < 10 gr/dL transfusi

    10

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    12/21

    Laboratorium :

    Hb 11,9 g/dl, leukosit 21.000/mm3, trombosit 261.000/mm3, PCV 35,5 %

    FOLLOW UP

    Tanggal 3 Agustus 2011

    S : Keluhan (-), flatus (+)

    O : Status praesens

    KU = Cukup Kes = CM

    TD : 110/80 mmHg, Nadi: 88x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,7C

    Status Puerpuralis :

    Mammae : laktasi +/+, infeksi -/-

    Abdomen : Datar, lemas, luka operasi tertutup gaas, peristaltik (+)

    normal, nyeri tekan (-), massa (-)

    Laboratorium :

    Hb 11,1 g/dl, leukosit 17.700/mm3, trombosit 248.000/mm3, PCV 31,6 %

    A : P1A0 20 tahun, post SCTP ai gagal oksitosin drips + maternal

    exhaustion + histerektomi subtotal ai atonia uteri (H1)

    Lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 52 cm, AS 7-9

    P : - Infus Ringer Laktat : Dextrose 5% ; 2:2

    - Ceftriaxone inj 3 x 1 gr IV

    - Metronidazole inj 2 x 0,5 gr drips IV

    - Ascorbic acid 3 x 100 mg

    - Mobilisasi

    - Minum bebas/makan lunak

    Tanggal 4 Agustus 2011

    S : Keluhan (-)

    O : Status praesens

    KU = Cukup Kes = CM

    TD : 120/80 mmHg, Nadi: 84x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,5C

    Status Puerpuralis :

    11

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    13/21

    Mammae : laktasi +/+, infeksi -/-

    Abdomen : Datar, lemas, luka operasi kering, pus (-)

    A : P1A0 20 tahun, post SCTP ai gagal oksitosin drips + maternal

    exhaustion + histerektomi subtotal ai atonia uteri (H2)

    Lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 52 cm, AS 7-9

    P : - Cefixime 2 x 100 mg

    - Metronidazole 3 x 500 mg

    - SF 1 x 1 tab

    - Ascorbic acid 3 x 100 mg

    - Mobilisasi

    - Minum/minum biasa

    - Rawat luka

    Tanggal 5 Agustus 2011

    S : Keluhan (-)

    O : Status praesens

    KU = Cukup Kes = CM

    TD : 120/80 mmHg, Nadi: 88x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,5C

    Status Puerpuralis :

    Mammae : laktasi +/+, infeksi -/-

    Abdomen : Datar, lemas, luka operasi tertutup gaas

    A : P1A0 20 tahun, post SCTP ai gagal oksitosin drips + maternal

    exhaustion + histerektomi subtotal ai atonia uteri (H3)

    Lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 52 cm, AS 7-9

    P : - Cefixime 2 x 100 mg- Metronidazole 3 x 500 mg

    - SF 1 x 1 tab

    - Ascorbic acid 3 x 100 mg

    Tanggal 6 Agustus 2011

    S : Keluhan (-)

    12

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    14/21

    O : Status praesens

    KU = Cukup Kes = CM

    TD : 110/80 mmHg, Nadi: 84x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,5C

    Status Puerpuralis :

    Mammae : laktasi +/+, infeksi -/-

    Abdomen : Datar, lemas, luka operasi kering, tanda-tanda infeksi (-)

    A : P1A0 20 tahun, post SCTP ai gagal oksitosin drips + maternal

    exhaustion + histerektomi subtotal ai atonia uteri (H4)

    Lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 52 cm, AS 7-9

    P : - Cefixime 2 x 100 mg

    - Metronidazole 3 x 500 mg

    - SF 1 x 1 tab

    - Ascorbic acid 3 x 100 mg

    - Rawat luka

    Tanggal 7 Agustus 2011

    S : Keluhan (-)

    O : Status praesens

    KU = Cukup Kes = CM

    TD : 120/80 mmHg, Nadi: 84x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,6C

    Status Puerpuralis :

    Mammae : laktasi +/+, infeksi -/-

    Abdomen : Datar, lemas, luka operasi tertutup gaas

    A : P1A0 20 tahun, post SCTP ai gagal oksitosin drips + maternal

    exhaustion + histerektomi subtotal ai atonia uteri (H5)Lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 52 cm, AS 7-9

    P : - Cefixime 2 x 100 mg

    - Metronidazole 3 x 500 mg

    - SF 1 x 1 tab

    - Ascorbic acid 3 x 100 mg

    - Rencana pulang

    13

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    15/21

    DISKUSI

    Pada kasus ini akan didiskusikan mengenai :

    1. Atonia uteri pada pasien

    2. Penanganan yang dilakukan

    Atonia Uteri pada Pasien

    Dari anamnesis, pemeriksaaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien

    saat masuk rumah sakit didiagnosis dengan G1P0A0 20 tahun hamil 40-41

    minggu, Inpartu kala I + gagal oksitosin drips + Maternal exhaustion; Janin intrauterin tunggal hidup letak kepala H I-II. Selanjutnya direncanakan untuk

    dilakukan seksio sesarea cito. Operasi dimulai 2 jam setelah pasien masuk rumah

    sakit, lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 52 cm, AS 7-9. Setelah bayi dan

    plasenta lahir, dievaluasi ternyata kontraksi uterus tidak ada. Sehingga dilakukan

    pasien ditangani sebagai atonia uteri.

    Atonia uteri pada pasien ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

    1. Makrosomia

    2. Induksi persalinan dengan oksitosin drips

    Dalam kepustakaan disebutkan beberapa hal yang dapat menyebabkan atonia uteri

    adalah overdistensi uterus (multiparitas, pollihidramnion, makrosomia), relaksan

    uterus (nifedipin, magnesium, beta-mimetik, indomethacin, nitrit oksida), partus

    presipitatus atau partus lama, induksi/augmentasi persalinan dengan oksitosin,

    korioamnionitis, anestesia halotan, dan uterus fibroid.1,9

    Pada suatu penelitian yang dilakukan di tiga belas rumah sakit universitas

    di Amerika Serikat beberapa hal yang berhubungan dengan terjadinya atonia uteri

    pada seksio sesarea, baik berdiri sendiri maupun dalam kombinasi adalah :13

    1. Induksi/augmentasi persalinan > 12 jam

    2. Ras hispanik

    3. Korioamnionitis

    4. Berat lahir > 4000 gr

    14

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    16/21

    5. Kehamilan ganda

    Pada makrosomia terjadi overdistensi dari. Uterus yang mengalami

    overdistensi cenderung hipotonik setelah persalinan. Otot-otot miometrium tetap

    dalam keadaan relaksasi setelah isi uterus dikeluarkan sehingga tidak berkontraksi

    sebagaimana mestinya.1,9

    Paparan terhadap oksitosin yang lama merupakan salah satu faktor yang

    penting dalam patofisiologi atonia uteri. Oksitosin memediasi kontraksi uterus

    melalui reseptor oksitosin pada miometrium. Pada penggunaan oksitosin yang

    lama dapat terjadi desensitisasi dari reseptor oksitosin, sehingga membatasi

    respons kontraksi uterus yang dimediasi oleh oksitosin selanjutnya. Hal ini dapat

    menjelaskan mengapa pada induksi atau augmentasi persalinan dengan oksitosin

    dapat menyebabkan atonia uteri.14

    Atonia uteri dapat diprediksi sebelumnya apabila faktor risiko atonia uteri

    dikenali. Meskipun demikian, dalam praktek klinis kemampuan untuk

    mengidentifikasi pasien yang mungkin mengalami atonia uteri terbatas. Dalam

    suatu penelitian ditunjukkan bahwa pada setengah dari wanita yang mengalami

    atonia uteri setelah seksio sesarea bahkan tidak memiliki faktor risiko.1

    Dengan memprediksi atonia uteri, antisipasi terhadap atonia uteri yang

    dapat menyebabkan perdarahan postpartum perlu dilakukan. Dalam European

    Consensus on Prevention and Management of Postpartum Hemorrhage, beberapa

    hal yang berhubungan dengan pencegahan perdarahan postpartum pada seksio

    sesarea adalah sebagai berikut :9

    - Setiap wanita yang menjalani seksio sesarea, mengalami peningkatan risiko

    perdarahan post partum sehingga transfusi darah mungkin diperlukan

    - Dianjurkan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir- Perkiraan akurat kehilangan darah pada seksio sesarea sulit ditentukan.

    Meskipun demikian kehilangan darah per vaginam maupun per abdominal

    harus diukur

    - Pada seksio sesarea yang telah diperkirakan mengalami risiko lebih besar

    terjadi perdarahan post partum, direkomendasikan kehadiran dokter spesialis

    senior

    15

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    17/21

    Penanganan yang dilakukan

    Setelah diagnosis atonia uteri ditegakkan pada kasus ini, rangkaian

    penanganan yang telah dilakukan adalah :

    1. Masase uterus

    2. Pemberian uterotonika

    - Oksitosin bolus IV, drips IV, intramural

    - Metil ergometrin maleat IV

    - Misoprostol per rektal

    3. Kompresi uterus

    4. Histerektomi subtotal

    Sesuai dengan alur penanganan perdarahan post partum dari WHO (bagan

    1), langkah-langkah yang harus diambil bila diagnosis atonia uteri ditegakkan

    adalah :5

    1. Atasi atonia uteri dengan :

    - Masase uterus

    - Obat-obatan uterotonika

    - Oksitosin

    - Ergometrin

    - Prostalandin : misoprostol & prostaglandis F2

    2. Bila perdarahan berlanjut :

    - Kompresi uterus non bedah :

    - Kompresi uterus bimanual

    - Tamponade balon atau kondom kateter

    - Asam traneksamat3. Bila perdarahan berlanjut :

    - Kompresi uterus dengan jahitan/pembedahan

    - Ligasi arteri

    - Embolisasi arteri

    4. Bila perdarahan berlanjut :

    - Histerektomi

    16

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    18/21

    - Bila masih ada perdarahan intra-abdominal setelah histerektomi

    pertimbangkan tampon abdomen

    Pada kasus ini langkah-langkah sesuai rekomendari WHO telah diikuti

    sebagaimana mestinya, meskipun intervensi kompresi uterus dengan pembedahan

    dan ligasi arteri tidak dilakukan. Keputusan histerektomi pada saat seksio sesarea

    dilakukan adalah tepat untuklive-savingdari pasien yang bersangkutan. Meskipun

    di kemudian hari pasien menjadi infertil, keselamatan pasien pada saat terjadi

    atonia uteri dengan perdarahan tidak terkontrol harus diambil tindakan definitif

    dengan histerektomi.

    Pasien dirawat selama 5 hari pasca operasi dan dipulangkan dalam

    keadaan cukup (Hb 11,1 gr/dL).

    17

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    19/21

    KESIMPULAN

    Telah dilaporkan suatu kasus atonia uteri yang ditangani dengan cesarean

    hysterectomy di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi FK Unsrat/RSUP Prof. dr. R.D.

    Kandou Manado.

    Atonia uteri disebabkan oleh makrosomia dan induksi persalinan dengan

    oksitosin. Keputusan melakukan histerektomi adalah tepat sebagai tindakan live-

    savingpada atonia uteri dengan perdarahan post partum yang tidak teratasi.

    18

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    20/21

    KEPUSTAKAAN

    1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al eds. Williams obstetrics, 23rd

    edition. Chapter 35. Obstetrical hemorrhage. United states of America : The

    McGraw-Hill Companies, Inc. 2010. e-book version.

    2. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N eds. Current diagnosis

    & treatment obstetrics & gynecology, tenth edition. Chapter 31. Postpartum

    hemorrhage & abnormal puerperium. Obstetrical hemorrhage. United states

    of America : The McGraw-Hill Companies, Inc. 2007. e-book version.

    3. Szymanski LM, Bienstock JL. Complication of labor and delivery. In :

    Fortner KB, Szymanski, LM, Fox, HE, Wallach EE. John Hopkins manual

    of gynecology and obstetrics, The 3rd edition. New York : LippincottMilliams & Wilkins. 2007. e-book version.

    4. Graves Cr. Obstetrics problems. In : Rock JA, Jones HW. Te Lindes

    operative gynecology, 10th edition. New York : Lippincott Milliams &

    Wilkins. 2007. e-book version.

    5. WHO. WHO guidelines for the management of postpartum haemorrhage

    and retainde placenta. France : WHO Press. 2009

    6. Bayer-Zwirello LA. The third stage. In : OGrady JP, Gimovski ML, Bayer-

    Zwirello L, Giordano K eds. Operative obstetrics, 2nd edition. Cambridge :

    Cambridge university press. 2008 : 257-296

    7. Pitkin J, Peattie AB, Magowan BA. Obstetrics and gynecology an illustrated

    colour text. London : Churchill livingstone. 2003 : 60-61

    8. Leduc D, Senikas V, Lalonde AB. Active management of third stage of

    labour : prevention and treatment of postpartum hemorrhage. SOGC clinical

    practice guideline. JOGC. Oktober 2009 : 980-993

    9. B-Lynch Ch, Keith LG, Lalonde AB, Karoshi M eds. A textbook of

    postpartum hemorrhage, a comprehensive guide to evaluation, management

    and surgical intervention. Dumfriesshire UK : Sapiens publishing. 2006

    10. OGrady JP, Fitzpatrick TK. Cesarean delivery and surgical sterilization. In:

    OGrady JP, Gimovski ML, Bayer-Zwirello L, Giordano K eds. Operative

    obstetrics, 2nd edition. Cambridge : Cambridge university press. 2008 : 509-

    607

    11. Forna F, Miles AM, Jamieson DJ. Emergency peripartum hysterectomy : a

    comparison of cesarean and pospartum hysterectomy. Am J Obstet Gynecol

    2004, 190 : 1440-1444

    19

  • 7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean

    21/21

    12. Bateman BT, Mhyre JM, Callaghan WM, K/uklina EV. Peripartum

    hysterectomy in United States : nationwide 14-year expperience. Am J

    Obstet Gynecol, 2011. Manuscript

    13. Rouse DJ et al. The MFMU cesarean registry : uterine atony after primarycesarean section. Am J Obstet Gynecol 2005, 193 : 1056-1060

    14. Grotegut CA et al. Oxytocin exposure during labor among women with

    postpartum hemorrhage secondary to uterine atony. Am J Obstet Gynecol

    2011, Research 56.e1-6

    20