Upload
pinqr
View
175
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Atonia uteri, Seksio sesarea dilanjutkan dengan histerektomi
Citation preview
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
1/21
LAPORAN KASUS
PENANGANAN ATONIA UTERI PADA SAAT SEKSIO SESAREA
Oleh
Grace Pingkan Diane Reppi
Pembimbing
dr. Rudy A. Lengkong, SpOG(K)
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1
BAGIAN/SMF OBSTETRI GINEKOLOGI
FK UNSRAT/RSUP PROF Dr. R.D. KANDOU
MANADO
2011
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
2/21
PENDAHULUAN
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal berkontraksisetelah kelahiran bayi. Secara fisiologis perdarahan yang terjadi post partum
dikontrol oleh konstriksi dari serat-serat miometrium di sekitar pembuluh darah
yang menyuplai tempat implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi bila miometrium
tidak berkontraksi sebagai mana mestinya, sehingga tonus otot uterus post partum
tidak dapat menyediakan hemostasis, akibatnya terjadi perdarahan post partum.
1,2,3
Perdarahan post partum didefinisikan sebagai kehilangan darah yang lebih
dari 500 cc pada partus per vaginam atau lebih dari 1000 cc pada seksio sesarea.
Sebenarnya terdapat kesulitan untuk benar-benar memperkirakan kehilangan
darah yang terjadi pada persalinan atau seksio sesarea. Definisi lain yang
dikemukan oleh Gilstrap dan Ramin untuk perdarahan post partum adalah
perdarahan yang bermakna secara klinis yang memberikan gejala-gejala dan
tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik.3,4
Perdarahan post partum dibagi menjadi :5,6,7
a. Perdarahan post partum primer atau dini, yaitu perdarahan yang terjadi dalam
24 jam pertama setelah melahirkan
b. Perdarahan post partum sekunder atau lanjut, yaitu perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam sampai 6 minggu setelah melahirkan
Perdarahan post partum merupakan penyebab paling sering kehilangan
darah pada kehamilan dan persalinan, dan sebagian besar transfusi pada wanita
hamil dilakukan untuk mengganti darah yang hilang pada persalinan. Perdarahan
adalah penyebab ketiga terbesar mortalitas maternal di Amerika Serikat,
sedangkan di negara-negara berkembang perdarahan adalah penyebab utama
kematian maternal. Beberapa penyebab perdarahan obstetri dan kontribusinya
pada morbiditas dan mortalitas maternal dapat dilihat pada gambar 1.1,2
Untuk memudahkan mengingat penyebab perdarahan post partum, dikenal
istilah 4 T, yaitu : Tonus, Tissue, Trauma, dan Thrombin. 8,9
1
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
3/21
Tabel 1 menunjukkan penyebab perdarahan post partum.
Di antara penyebab perdarahan post partum, atonia uteri merupakan penyebab
yang tersering.1,2,3
Gambar 1. Penyebab perdarahan dalam obstetri dan kontribusinya terhadap
morbiditas dan mortalitas1
Tabel 1. Penyebab perdarahan post partum9
Tonus (Atonia uteri)
Overdistensi uterus : multiparitas, pollihidramnion, makrosomiaRelaksan uterus : nifedipin, magnesium, beta-mimetik, indomethacin, nitrit oksida
Partus presipitatus atau partus lamaInduksi/augmentasi persalinan dengan oksitosin
Korioamnionitis
Anestesia halotanUterus fibroid
Tissue
Retensi plasenta
Abnormalitas plasenta : plasenta akretaRiwayat operasi uterus : miomektomi atau seksio sesarea
Kala III memanjangTraksi berlebihan pada tali pusat
Trauma
Cedera vulvovaginalEpisiotomi/robekan
Thrombin (koagulopati)
Trombositopenia pada sindroma HELLP, DIC, hipertensi pada kehamilan, sepsisHerediter
Terapi antikoagulan
2
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
4/21
Bagan 1. Alur penanganan perdarahan post partum dan retensi plasenta5
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
5/21
Alur penanganan perdarahan post partum menurut rekomendasi WHO
dapat dilihat pada bagan 1. Dalam bagan tersebut ditunjukkan bahwa penanganan
akhir suatu atonia uteri adalah dengan histerektomi.
Cesarean hysterectomy pertama kali dilakukan pada tahun 1869. Pada
awalnya tindakan ini hanya dilakukan pada situasi darurat, tetapi pada awal abad
ke-20, cara ini diterima juga sebagai salah satu metode sterilisasi.4
Cesarean hysterectomy emergensi diindikasikan terutama pada ruptura
uteri, abnormal plasentasi dan atonia uteri dengan perdarahan yang terjadi sesudah
bayi dilahirkan. Tindakan ini merupakan tindakan definitif untuk mengatasi
perdarahan yang tidak teratasi dengan medikamentosa dan tindakan lainnya.3,4,10
Fona et al11 mengevaluasi insiden, faktor risiko, indikasi, luaran dan
komplikasi yang terjadi pada emergency hysterectomy yang dilakukan sesudah
seksio sesarea (cesarean hysterectomy) dan partus per vaginam (postpartum
hysterectomy) di sebuah rumah sakit rujukan di Atlanta, Georgia, dan
mendapatkan bahwa atonia uteri merupakan indikasi paling sering dilakukannya
histerektomi. Angka kejadian peripartum hysterectomy adalah 0,8 dari 1000
persalinan, di mana indikasi histerektomi karena atonia uteri adalah 56,4 %.
Bateman BT et al12
melakukan analisis terhadap peripartum hysterectomy
selama tahun 1994 2007, mendapatkan bahwa selang 14 tahun terjadi
peningkatan 15 % angka kejadianperipartum hysterectomy di Amerika Serikat, di
mana histerektomi karena atonia uteri meningkat hampir empat kali lipat pada
seksio sesarea ulangan, dua setengah kali lipat pada seksio sesarea primer dan satu
setengah kali lipat pada persalinan per vaginam.
Berikut ini akan dilaporkan suatu kasus atonia uteri yang ditangani
dengan cesarean hysterectomy di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi FKUnsrat/RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado.
4
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
6/21
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. Julia Ansar
Umur : 20 tahun
Alamat : Pateten Dua Lingkungan IV Bitung
Status : Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk Rumah Sakit : 2 Agustus 2011, jam 02.00
ANAMNESIS
Pasien dirujuk dari RS Budi Mulia, Bitung dengan diagnosis : G1P0A0, 20 tahun,
hamil 40-41 minggu + gagal oksitosin drips; Janin intra uterin tunggal hidup letak
kepala. Rencana seksio sesarea
Anamnesis Utama
Pasien telah dilakukan oksitosin drips di RS Budi Mulia Bitung, dari jam
11.45, hingga jam 23.00 sebanyak 2 labu, namun tidak ada kemajuan.
Direncanakan seksio sesarea tapi petugas anestesi tidak ada sehingga dirujuk
ke RS Prof R D Kandou
Nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan sejak jam 16.00 (1 Agustus
2011)
Pelepasan lendir campur darah (+)
Pelepasan air dari jalan lahir (+) Sejak jam 23.00 ( 31 Juli 2011)
Pergerakan janin masih dirasakan saat MRS
Riwayat penyakit jantung, paru-paru, ginjal, hati, kencing manis, darah
tinggi, disangkal
BAB/BAK biasa
5
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
7/21
Anamnesis Kebidanan
Menarche usia 15 tahun, siklus haid teratur, lamanya + 5 hari
HPHT : 24 Oktober 2010 TTP : 31 Juli 2011
PAN : 9 kali di PKM Pateten Tinumbala
Kawin : 1 kali selama 5 bulan KB : (-)
Riwayat kehamilan G1P0A0
PEMERIKSAAN FISIK
Status praesens :Keadaan umum : Sedang Kesadaran : CM
Tekanan Darah : 130/80 mmHg Nadi : 112 x/mt
Respirasi : 32 x/mt Suhu : 37,8 0 C
Konjungtiva : anemis (-) Sklera : ikterik (-)
C/P : dalam batas normal Ekstremitas : edema (-)
Status Obstetrik :
TFU : 37 cm Letak janin : letak kepala U
punggung kiri
BJJ : 15-14-14 His : jarang jarang
TBBA : 3800
Meteorismus : (+)
Pemeriksaan Dalam
Eff 90%, pembukaan 3-4 cm, Ketuban (-) slight meconium, PP kepala H I-II,
Kaput (+), foetor (-)
LABORATORIUM
Hb 13,1 g/dl, leukosit 18.000/mm3, trombosit 295.000/mm3, PCV 38,6 %
GDS 82 mg/dl
6
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
8/21
RESUME MASUK
G1P0A0, 20 tahun, masuk rumah sakit tanggal 2 Agustus 2011 jam 02.00 dirujuk
dari RS Budi Mulia Bitung dengan diagnosis: G1P0A0, 20 tahun, hamil 40-41
minggu + gagal oksitosin drips; Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala.
Rencana seksio sesarea. Riwayat dilakukan oksitosin drips, dimulai + 14 jam
sebelum masuk rumah sakit selama + 11 jam. Tanda-tanda inpartu (+) sejak + 10
jam sebelum masuk rumah sakit. Pecah ketuban (+) sejak + 26 jam sebelum
masuk rumah sakit. Pergerakan janin (+). RPD (-). HPHT 24/11/2010, TTP
31/7/2011. PAN (+) 9 x di Puskesmas. Status praesens : Tekanan Darah : 130/80
mmHg, Nadi : 112 x/mt, Respirasi : 32 x/mt, Suhu : 37,8 0 C. Status obstetrik :
TFU : 37 cm, letak janin : letak kepala U punggung kiri, BJJ : 15-14-14, His :
jarang jarang, Meteorismus : (+). PD : Eff 90%, pembukaan 3-4 cm, Ketuban
(-) slight meconium, PP kepala H I-II, Kaput (+), foetor (-).
DIAGNOSIS
G1P0A0 20 tahun hamil 40-41 minggu, Inpartu kala I + gagal oksitosin drips +
Maternal exhaustion
Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala H I-II
SIKAP
Rehidrasi, antibiotika
Seksio Sesarea Cito
Konseling, informed consent, cross match
Sedia donor, setuju operasi
Observasi Vital Sign, His, BJJ
Lapor Konsulen
advis : Seksio Sesarea
Observasi:
7
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
9/21
Jam 02.00 03.00 His: jarang - jarang BJJ: 15-14-14
Jam 03.00 03.30 His: jarang - jarang BJJ: 15-14-14
Jam 03.30 : Penderita didorong ke OK Cito
Jam 04.03 : Operasi dimulai, dilakukan SCTP
Jam 04.08 : Lahir bayi laki-laki, BBL: 4250 gram, PBL: 51 cm, AS: 7-9
Lahir plasenta kesan lengkap dengan selaputnya, BPL 600 gr
Kontraksi uterus (-), TD: 110/70 mmHg, N: 100x/mnt,
perdarahan 700 cc
Ass. : Atonia uteri
Sikap : - Masase uterus
- Uterotonika : - Oksitosin 1 amp i.v
- Oksitosin drips 2 amp dalam RL 500 cc
- Metil ergometrin maleat 1 amp i.v
Jam 04.15 : Kontraksi uterus (-) TD: 90/60 mmHg, N: 120x/mnt
Sikap : - Transfusi
- Masase uterus
- Uterotonika (oksitosin 1 amp i.v, metil ergometrin maleat 1 amp i.v)
- Misoprostol 4 tablet per rektal
- Resusitasi oleh bagian anestesi
Lapor konsulen
Advis: - Masase uterus
- Uterotonika
Jam 04.20 : Kontraksi uterus (-), TD: 120/80 mmHg, N: 108x/mnt
Sikap : - Masase uterus
- Uterotonika ( Oksitosin 2 ampul intramural )Jam 04.25 : Kontraksi uterus (-) TD: 100/60 mmHg, N: 110x/mnt
Sikap : - Kompresi uterus
- Uterotonika
Jam 04.30 : Kontraksi uterus (-) Tensi ; 80/50 mmHg, Nadi: 120x/mnt
Sikap : - Histerektomi subtotal
- Konseling, informed consent
8
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
10/21
- Lapor konsulen
Setuju histerektomi subtotal
Jam 04.30: Histerektomi subtotal dimulai
Jam 07.00: Operasi selesai
LAPORAN OPERASI
Penderita dibaringkan terlentang di atas meja operasi, dilakukan tindakan anestesi
spinal. Selanjutnya dilakukan tindakan a dan antisepsis pada daerah abdomen dan
sekitarnya, ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi. Dilakukan insisi
linea mediana inferior, insisi diperdalam lapis demi lapis sampai fascia. Fascia
dijepit dengan dua kocher, diperlebar ke atas dan ke bawah. Otot disisihkan secara
tumpul ke lateral. Identifikasi peritoneum, dijepit dengan dua pinset, setelah yakin
usus tidak ikut terjepit di bawahnya, digunting kecil dan diperlebar ke atas dan ke
bawah. Setelah peritoneum dibuka tampak uterus gravidarum. Identifikasi plika
vesikouterina, digunting kecil dan diperlebar ke kanan dan ke kiri, vesika urinaria
disisihkan ke bawah dan dilindungi dengan haak abdomen. Identifikasi SBR,
diinsisi semilunar, insisi diperdalam dan ditembus secara tumpul dengan jari,
keluar cairan slight meconium sedikit. Identifikasi bayi letak kepala, dilahirkan
dengan cara meluksir kepala. Jam 04.08 lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 51
cm, AS 7-9. Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat diklem di dua tempat
kemudian digunting di antaranya, selanjutnya bayi diserahkan kepada sejawat
neonati untuk penanganan selanjutnya. Luka SBR dijepit dengan beberapa
ringtang, identifikasi plasenta implantasi di fundus, plasenta dilahirkan dengan
tarikan ringan pada tali pusat. Kavum uteri dibersihkan dari sisa selaput dan
bekuan darah. Luka SBR dijahit secara jelujur dua lapis. Evaluasi lanjut kontraksiuterus (-) dilakukan masase uterus dan pemberian uterotonika. Dievaluasi lanjut
kontraksi uterus (-) dilakukan pemberian ulangan uterotonika intravena dan
misoprostol tablet per rektal sambil tetap dilakukan masase uterus. 5 menit
kemudian kontraksi uterus (-) dilakukan pemberian uterotonika intramural sambil
tetap dilakukan masase uterus. Dievaluasi kembali kontraksi uterus (-) dilakukan
kompresi uterus dan pemberian uterotonika ulang. Evaluasi ulang 5 menit
9
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
11/21
kemudian, kontraksi uterus tetap (-) diputuskan dilakukan histerektomi subtotal
dalam general anestesi. Ligamentum rotundum kiri dijepit dengan dua klem,
digunting dan dijahit. Demikian pula sisi sebelahnya. Ligamentum latum dibuat
jendela pada bagian avaskuler, lalu tuba pars ismika, mesosalfings dan
ligamentum ovarii proprium kiri dijepit dengan 2 klem, digunting dan dijahit.
Demikian pula sisi sebelahnya. Identifikasi arteri uterina, arteri uterina dijepit
dengan 3 klem, digunting dan dijahit double ligasi. Kontrol perdarahan (-).
Selanjutnya SBR dijepit dengan 2 klem bengkok, digunting kemudian uterus
dikeluarkan. Selanjutnya uterus dijahir secarea jelujur interlocking dengan benang
dexon no. 1. Kontrol perdarahan (-). Dilakukan retroperitonealisasi. Kontrol
perdarahan (-). Kavum abdomen dibersihkan dari sisa darah dan bekuan darah.
Peritoneum dijahit secara jelujur dengan plain catgut, otot dijahir secara simpul
dengan plain catgut, fascia dijahit secara jelujur dengan dexon no. 1, lemak dijahit
secara simpul dengan plain catgut, kulit dijahit sub kutikuler dengan chromic
catgut. Luka operasi ditutup kasa betadine. Operasi selesai
Keadaan Post operasi
Kesadaran : CM
TD : 140/90 N : 96x/m R : 24x/m S : 36,9o C
Perdarahan : 1700 cc Diuresis : 600cc
Durante operasi dan post operasi transfusi 3 kantong WB
Instruksi pasca bedah
1) Kontrol perdarahan
2) Puasa sampai peristaltik usus normal
3) Infus Ringer Laktat : Dextrose 5% 2:2
4) Antibiotik : - Cefrtiaxone inj 3 x 1 gr IV
- Metronidazole inj 2 x 0,5 gr drips IV
5) Vitamin C 1 x 1 amp
6) Kaltrofen Supp 1x II per rektal
7) Cek Hb 2 jam dan 6 jam post operasi, bila Hb < 10 gr/dL transfusi
10
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
12/21
Laboratorium :
Hb 11,9 g/dl, leukosit 21.000/mm3, trombosit 261.000/mm3, PCV 35,5 %
FOLLOW UP
Tanggal 3 Agustus 2011
S : Keluhan (-), flatus (+)
O : Status praesens
KU = Cukup Kes = CM
TD : 110/80 mmHg, Nadi: 88x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,7C
Status Puerpuralis :
Mammae : laktasi +/+, infeksi -/-
Abdomen : Datar, lemas, luka operasi tertutup gaas, peristaltik (+)
normal, nyeri tekan (-), massa (-)
Laboratorium :
Hb 11,1 g/dl, leukosit 17.700/mm3, trombosit 248.000/mm3, PCV 31,6 %
A : P1A0 20 tahun, post SCTP ai gagal oksitosin drips + maternal
exhaustion + histerektomi subtotal ai atonia uteri (H1)
Lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 52 cm, AS 7-9
P : - Infus Ringer Laktat : Dextrose 5% ; 2:2
- Ceftriaxone inj 3 x 1 gr IV
- Metronidazole inj 2 x 0,5 gr drips IV
- Ascorbic acid 3 x 100 mg
- Mobilisasi
- Minum bebas/makan lunak
Tanggal 4 Agustus 2011
S : Keluhan (-)
O : Status praesens
KU = Cukup Kes = CM
TD : 120/80 mmHg, Nadi: 84x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,5C
Status Puerpuralis :
11
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
13/21
Mammae : laktasi +/+, infeksi -/-
Abdomen : Datar, lemas, luka operasi kering, pus (-)
A : P1A0 20 tahun, post SCTP ai gagal oksitosin drips + maternal
exhaustion + histerektomi subtotal ai atonia uteri (H2)
Lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 52 cm, AS 7-9
P : - Cefixime 2 x 100 mg
- Metronidazole 3 x 500 mg
- SF 1 x 1 tab
- Ascorbic acid 3 x 100 mg
- Mobilisasi
- Minum/minum biasa
- Rawat luka
Tanggal 5 Agustus 2011
S : Keluhan (-)
O : Status praesens
KU = Cukup Kes = CM
TD : 120/80 mmHg, Nadi: 88x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,5C
Status Puerpuralis :
Mammae : laktasi +/+, infeksi -/-
Abdomen : Datar, lemas, luka operasi tertutup gaas
A : P1A0 20 tahun, post SCTP ai gagal oksitosin drips + maternal
exhaustion + histerektomi subtotal ai atonia uteri (H3)
Lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 52 cm, AS 7-9
P : - Cefixime 2 x 100 mg- Metronidazole 3 x 500 mg
- SF 1 x 1 tab
- Ascorbic acid 3 x 100 mg
Tanggal 6 Agustus 2011
S : Keluhan (-)
12
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
14/21
O : Status praesens
KU = Cukup Kes = CM
TD : 110/80 mmHg, Nadi: 84x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,5C
Status Puerpuralis :
Mammae : laktasi +/+, infeksi -/-
Abdomen : Datar, lemas, luka operasi kering, tanda-tanda infeksi (-)
A : P1A0 20 tahun, post SCTP ai gagal oksitosin drips + maternal
exhaustion + histerektomi subtotal ai atonia uteri (H4)
Lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 52 cm, AS 7-9
P : - Cefixime 2 x 100 mg
- Metronidazole 3 x 500 mg
- SF 1 x 1 tab
- Ascorbic acid 3 x 100 mg
- Rawat luka
Tanggal 7 Agustus 2011
S : Keluhan (-)
O : Status praesens
KU = Cukup Kes = CM
TD : 120/80 mmHg, Nadi: 84x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,6C
Status Puerpuralis :
Mammae : laktasi +/+, infeksi -/-
Abdomen : Datar, lemas, luka operasi tertutup gaas
A : P1A0 20 tahun, post SCTP ai gagal oksitosin drips + maternal
exhaustion + histerektomi subtotal ai atonia uteri (H5)Lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 52 cm, AS 7-9
P : - Cefixime 2 x 100 mg
- Metronidazole 3 x 500 mg
- SF 1 x 1 tab
- Ascorbic acid 3 x 100 mg
- Rencana pulang
13
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
15/21
DISKUSI
Pada kasus ini akan didiskusikan mengenai :
1. Atonia uteri pada pasien
2. Penanganan yang dilakukan
Atonia Uteri pada Pasien
Dari anamnesis, pemeriksaaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien
saat masuk rumah sakit didiagnosis dengan G1P0A0 20 tahun hamil 40-41
minggu, Inpartu kala I + gagal oksitosin drips + Maternal exhaustion; Janin intrauterin tunggal hidup letak kepala H I-II. Selanjutnya direncanakan untuk
dilakukan seksio sesarea cito. Operasi dimulai 2 jam setelah pasien masuk rumah
sakit, lahir bayi laki-laki, BBL 4250 gr, PBL 52 cm, AS 7-9. Setelah bayi dan
plasenta lahir, dievaluasi ternyata kontraksi uterus tidak ada. Sehingga dilakukan
pasien ditangani sebagai atonia uteri.
Atonia uteri pada pasien ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Makrosomia
2. Induksi persalinan dengan oksitosin drips
Dalam kepustakaan disebutkan beberapa hal yang dapat menyebabkan atonia uteri
adalah overdistensi uterus (multiparitas, pollihidramnion, makrosomia), relaksan
uterus (nifedipin, magnesium, beta-mimetik, indomethacin, nitrit oksida), partus
presipitatus atau partus lama, induksi/augmentasi persalinan dengan oksitosin,
korioamnionitis, anestesia halotan, dan uterus fibroid.1,9
Pada suatu penelitian yang dilakukan di tiga belas rumah sakit universitas
di Amerika Serikat beberapa hal yang berhubungan dengan terjadinya atonia uteri
pada seksio sesarea, baik berdiri sendiri maupun dalam kombinasi adalah :13
1. Induksi/augmentasi persalinan > 12 jam
2. Ras hispanik
3. Korioamnionitis
4. Berat lahir > 4000 gr
14
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
16/21
5. Kehamilan ganda
Pada makrosomia terjadi overdistensi dari. Uterus yang mengalami
overdistensi cenderung hipotonik setelah persalinan. Otot-otot miometrium tetap
dalam keadaan relaksasi setelah isi uterus dikeluarkan sehingga tidak berkontraksi
sebagaimana mestinya.1,9
Paparan terhadap oksitosin yang lama merupakan salah satu faktor yang
penting dalam patofisiologi atonia uteri. Oksitosin memediasi kontraksi uterus
melalui reseptor oksitosin pada miometrium. Pada penggunaan oksitosin yang
lama dapat terjadi desensitisasi dari reseptor oksitosin, sehingga membatasi
respons kontraksi uterus yang dimediasi oleh oksitosin selanjutnya. Hal ini dapat
menjelaskan mengapa pada induksi atau augmentasi persalinan dengan oksitosin
dapat menyebabkan atonia uteri.14
Atonia uteri dapat diprediksi sebelumnya apabila faktor risiko atonia uteri
dikenali. Meskipun demikian, dalam praktek klinis kemampuan untuk
mengidentifikasi pasien yang mungkin mengalami atonia uteri terbatas. Dalam
suatu penelitian ditunjukkan bahwa pada setengah dari wanita yang mengalami
atonia uteri setelah seksio sesarea bahkan tidak memiliki faktor risiko.1
Dengan memprediksi atonia uteri, antisipasi terhadap atonia uteri yang
dapat menyebabkan perdarahan postpartum perlu dilakukan. Dalam European
Consensus on Prevention and Management of Postpartum Hemorrhage, beberapa
hal yang berhubungan dengan pencegahan perdarahan postpartum pada seksio
sesarea adalah sebagai berikut :9
- Setiap wanita yang menjalani seksio sesarea, mengalami peningkatan risiko
perdarahan post partum sehingga transfusi darah mungkin diperlukan
- Dianjurkan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir- Perkiraan akurat kehilangan darah pada seksio sesarea sulit ditentukan.
Meskipun demikian kehilangan darah per vaginam maupun per abdominal
harus diukur
- Pada seksio sesarea yang telah diperkirakan mengalami risiko lebih besar
terjadi perdarahan post partum, direkomendasikan kehadiran dokter spesialis
senior
15
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
17/21
Penanganan yang dilakukan
Setelah diagnosis atonia uteri ditegakkan pada kasus ini, rangkaian
penanganan yang telah dilakukan adalah :
1. Masase uterus
2. Pemberian uterotonika
- Oksitosin bolus IV, drips IV, intramural
- Metil ergometrin maleat IV
- Misoprostol per rektal
3. Kompresi uterus
4. Histerektomi subtotal
Sesuai dengan alur penanganan perdarahan post partum dari WHO (bagan
1), langkah-langkah yang harus diambil bila diagnosis atonia uteri ditegakkan
adalah :5
1. Atasi atonia uteri dengan :
- Masase uterus
- Obat-obatan uterotonika
- Oksitosin
- Ergometrin
- Prostalandin : misoprostol & prostaglandis F2
2. Bila perdarahan berlanjut :
- Kompresi uterus non bedah :
- Kompresi uterus bimanual
- Tamponade balon atau kondom kateter
- Asam traneksamat3. Bila perdarahan berlanjut :
- Kompresi uterus dengan jahitan/pembedahan
- Ligasi arteri
- Embolisasi arteri
4. Bila perdarahan berlanjut :
- Histerektomi
16
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
18/21
- Bila masih ada perdarahan intra-abdominal setelah histerektomi
pertimbangkan tampon abdomen
Pada kasus ini langkah-langkah sesuai rekomendari WHO telah diikuti
sebagaimana mestinya, meskipun intervensi kompresi uterus dengan pembedahan
dan ligasi arteri tidak dilakukan. Keputusan histerektomi pada saat seksio sesarea
dilakukan adalah tepat untuklive-savingdari pasien yang bersangkutan. Meskipun
di kemudian hari pasien menjadi infertil, keselamatan pasien pada saat terjadi
atonia uteri dengan perdarahan tidak terkontrol harus diambil tindakan definitif
dengan histerektomi.
Pasien dirawat selama 5 hari pasca operasi dan dipulangkan dalam
keadaan cukup (Hb 11,1 gr/dL).
17
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
19/21
KESIMPULAN
Telah dilaporkan suatu kasus atonia uteri yang ditangani dengan cesarean
hysterectomy di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi FK Unsrat/RSUP Prof. dr. R.D.
Kandou Manado.
Atonia uteri disebabkan oleh makrosomia dan induksi persalinan dengan
oksitosin. Keputusan melakukan histerektomi adalah tepat sebagai tindakan live-
savingpada atonia uteri dengan perdarahan post partum yang tidak teratasi.
18
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
20/21
KEPUSTAKAAN
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al eds. Williams obstetrics, 23rd
edition. Chapter 35. Obstetrical hemorrhage. United states of America : The
McGraw-Hill Companies, Inc. 2010. e-book version.
2. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N eds. Current diagnosis
& treatment obstetrics & gynecology, tenth edition. Chapter 31. Postpartum
hemorrhage & abnormal puerperium. Obstetrical hemorrhage. United states
of America : The McGraw-Hill Companies, Inc. 2007. e-book version.
3. Szymanski LM, Bienstock JL. Complication of labor and delivery. In :
Fortner KB, Szymanski, LM, Fox, HE, Wallach EE. John Hopkins manual
of gynecology and obstetrics, The 3rd edition. New York : LippincottMilliams & Wilkins. 2007. e-book version.
4. Graves Cr. Obstetrics problems. In : Rock JA, Jones HW. Te Lindes
operative gynecology, 10th edition. New York : Lippincott Milliams &
Wilkins. 2007. e-book version.
5. WHO. WHO guidelines for the management of postpartum haemorrhage
and retainde placenta. France : WHO Press. 2009
6. Bayer-Zwirello LA. The third stage. In : OGrady JP, Gimovski ML, Bayer-
Zwirello L, Giordano K eds. Operative obstetrics, 2nd edition. Cambridge :
Cambridge university press. 2008 : 257-296
7. Pitkin J, Peattie AB, Magowan BA. Obstetrics and gynecology an illustrated
colour text. London : Churchill livingstone. 2003 : 60-61
8. Leduc D, Senikas V, Lalonde AB. Active management of third stage of
labour : prevention and treatment of postpartum hemorrhage. SOGC clinical
practice guideline. JOGC. Oktober 2009 : 980-993
9. B-Lynch Ch, Keith LG, Lalonde AB, Karoshi M eds. A textbook of
postpartum hemorrhage, a comprehensive guide to evaluation, management
and surgical intervention. Dumfriesshire UK : Sapiens publishing. 2006
10. OGrady JP, Fitzpatrick TK. Cesarean delivery and surgical sterilization. In:
OGrady JP, Gimovski ML, Bayer-Zwirello L, Giordano K eds. Operative
obstetrics, 2nd edition. Cambridge : Cambridge university press. 2008 : 509-
607
11. Forna F, Miles AM, Jamieson DJ. Emergency peripartum hysterectomy : a
comparison of cesarean and pospartum hysterectomy. Am J Obstet Gynecol
2004, 190 : 1440-1444
19
7/16/2019 Hysterectomy After Cesarean
21/21
12. Bateman BT, Mhyre JM, Callaghan WM, K/uklina EV. Peripartum
hysterectomy in United States : nationwide 14-year expperience. Am J
Obstet Gynecol, 2011. Manuscript
13. Rouse DJ et al. The MFMU cesarean registry : uterine atony after primarycesarean section. Am J Obstet Gynecol 2005, 193 : 1056-1060
14. Grotegut CA et al. Oxytocin exposure during labor among women with
postpartum hemorrhage secondary to uterine atony. Am J Obstet Gynecol
2011, Research 56.e1-6
20