Upload
karina-mega-w
View
232
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
JOURNAL READING
“Length Of Peritoneal End Of Shunt Catheters In Hydrocephalus
In Children And Rate Of Complications”
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Pembimbing :
Mayor CKM dr. Aditya Wicaksana, Sp.BS
Oleh :
Karina Mega Wulansari
(01.211.6428)
ILMU BEDAH RST DR.SOEDJONO TINGKAT II MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
JOURNAL READING
“Length Of Peritoneal End Of Shunt Catheters In Hydrocephalus In
Children And Rate Of Complications”
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Disusun oleh :
Karina Mega Wulansari
(01.211.6428)
Telah disetujui dan disahkan oleh :
Dokter Pembimbing
Mayor CKM dr. Aditya Wicaksana, Sp.BS
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya dan tidak lupa sholawat dan salam yang senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan journal reading ini dengan judul “Length Of Peritoneal
End Of Shunt Catheters In Hydrocephalus In Children And Rate Of
Complications”.
Journal reading ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai “Length Of Peritoneal End Of Shunt Catheters In Hydrocephalus In
Children And Rate Of Complications”dan merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Pada kesempatan ini penulismengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing,dr. Aditya Wicaksana, Sp.BS yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing dan memberikan pengarahan dalam penyusunan journal
reading ini dari awal hingga selesai. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
journal reading ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritikan yang membangun dan saran demi perbaikan dimasa yang
akan datang. Semoga journal reading ini dapat berguna bagi kita semua.
Magelang, Oktober 2015
Penulis
iii
PANJANG AKHIR KATETER SHUNT PERITONEAL HIDROSEFALUS
PADA ANAK-ANAK DAN TINGKAT KOMPLIKASI
Mahesh Gupta, Naseeb C. Digra1, Narendra Sharma2, Subhash Goyal, Amit
Agrawal
Department of Surgery, M.M. Institute of Medical Sciences and Research,
Mullana, Ambala, Haryana,
1Departments of Surgery, 2Radiodiagnosis, Government Medical College,
Jammu, India
Abstrak:
Tujuan:
Dalam penelitian ini, kami meninjau pengalaman kami dengan panjang
tekanan rendah dan menengah shunt peritoneal dan dicatat komplikasi tambahan /
manfaat yang disebabkan oleh penggunaan shunt tersebut.
Bahan dan Metode:
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei 2005 sampai Desember 2006 di
Departemen Bedah, Rumah Sakit Medical College Pemerintah, Jammu. Selama
masa penelitian, semua anak-anak yang menjalani shunt ventriculoperitoneal
untuk hidrosefalus dimasukkan dalam penelitian. Shunt ventriculoperitoneal
ditempatkan di semua kasus dengan menggunakan Chhabra 'celah n semi' sistem
hidrosefalus shunt. Dalam semua kasus, shunt ditempatkan pada sisi kanan
dengan teknik umum penyisipan. Dalam penelitian ini, panjang kateter distal
ditempatkan di rongga peritoneal dalam semua kasus. Sebelum menempatkan
kateter peritoneal ke dalam perut, panjang selang peritoneal dimasukkan diukur.
Semua pasien ditindaklanjuti pada dua minggu dasar untuk pertama tiga bulan dan
selanjutnya pada tiga bulanan.
Hasil:
1
Sebanyak 30 anak-anak menjalani pemasangan shunt ventriculoperitoneal
sebelah kanan untuk hidrosefalus kongenital selama masa penelitian. Usia rata-
rata pasien adalah 11,1 bulan (kisaran: 1-36 bulan, SD: 11,0963, median: 7 bulan).
Terdapat 16 laki-laki dan 14 pasien perempuan dan 75% anak-anak kurang dari 17
bulan. Pada saat Penelitian ini, panjang penuh kateter distal ditempatkan ke
dalam rongga peritoneum dan diamati bahwa panjang minimum dari kateter distal
ditempatkan di dalam adalah 44 cm dan panjang maksimum adalah 52 cm. Dua
puluh lima anak-anak (83,3%) memiliki shunt yang normal berfungsi tanpa ada
bukti klinis atau radiologis komplikasi shunt pada tindak lanjut pada satu tahun.
Lima anak (16,6%) memiliki fitur kerusakan shunt dan dievaluasi lebih lanjut.
Kesimpulan:
Sesuai dengan literatur, kita menemukan bahwa panjang kateter peritoneal
shunt selang tidak meningkatkan tingkat komplikasi distal. Namun, penggunaan
panjang yang memadai dari kateter peritoneal tidak menghilangkan kebutuhan
untuk memperpanjang kateter peritoneal sebagai anak tumbuh.
Kata kunci: pergeseran alas lemak Perut, hidrosefalus, komplikasi shunt, migrasi
subkutan, ventriculoperitoneal shunt
PENDAHULUAN
Karena upaya pertama dari prosedur shunting peritoneal untuk pengalihan
cerebrospinal fluid (CSF) pada anak dengan hidrosefalus, berbagai macam
prosedur pengalihan telah dicoba. Dengan meluasnya penggunaan kateter silastic,
rute ventriculoperitoneal telah menjadi prosedur yang disukai pengalihan CSF
dengan tingkat rendah secara keseluruhan komplikasi dan revisi. Dalam penelitian
ini, kami meninjau pengalaman kami dengan panjang penuh tekanan rendah dan
menengah shunts peritoneal dan dicatat komplikasi tambahan / manfaat yang
disebabkan oleh penggunaan shunt tersebut.
2
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan dari Mei 2005 sampai Desember 2006 di
Departemen Bedah, Rumah Sakit Medical College Pemerintah, Jammu. Selama
masa penelitian, semua anak yang menjalani shunt ventriculoperitoneal untuk
hidrosefalus dimasukkan. Sebuah rincian riwayat penyakit tercatat pada saat
masuk untuk semua anak-anak yang menderita hidrosefalus sesuai pra proforma
dirancang. Riwayat diambil dari ibu atau dari anggota yang bertanggung jawab
dari keluarga menghadiri anak. Rincian mencatat usia saat lahir, perubahan
ukuran kepala, baik secara bertahap atau pembesaran yang cepat, riwayat mual,
muntah, kejang, dan gerakan anggota badan normal, Rincian riwayat kelahiran
termasuk peristiwa perinatal, dan rincian riwayat keluarga yang relevan, terutama
untuk keluhan yang signifikan dalam keturunan lainnya. Sebuah rinci
pemeriksaan fisik dan neurologis adalah dilakukan termasuk ukuran kepala,
kondisi ubun anterior, apakah terbuka atau tertutup, longgar atau tegang, garis
jahitan apakah menyatu atau terpisah, Kehadiran setting-sun sign, dan
pemeriksaan motorik dan sensorik. Investigasi yang relevan termasuk hemogram,
elektrolit serum, USG kepala, atau computed tomography (CT) scan untuk
memastikan diagnosis hidrosefalus, luasnya ventrikel dilatasi, ketebalan korteks,
dan rasio ventrikel belahan otak dilakukan. Shunt ventriculoperitoneal
ditempatkan di semua kasus menggunakan Chhabra 'celah n semi' hydrocephalus
sistem shunt. Dalam semua kasus, shunt ditempatkan di sisi kanan dengan teknik
umum penyisipan. Dalam penelitian ini, panjang penuh kateter distal ditempatkan
di rongga peritoneum di semua kasus. Sebelum menempatkan kateter peritoneal
ke dalam perut, panjang selang peritoneal diukur. Semua pasien ditindaklanjuti
secara dua minggu untuk tiga bulan pertama dan sesudahnya secara tiga bulanan.
HASIL
Sebanyak 30 anak-anak menjalani shunt ventriculoperitoneal untuk
congenital hidrosefalus selama masa penelitian. Berarti usia pasien adalah 11,1
bulan (kisaran: 1-36 bulan, SD: 11,0963, median: 7 bulan). Ada 16 laki-laki dan
14 pasien perempuan, dan 75% anak-anak yang kurang dari 17 bulan. Semua
3
pasien hidrosefalus kongenital (pencitraan menemukan sugestif dari saluran air
stenosis); di lumbosakral Selain itu, sembilan anak telah dikaitkan
mengingomyelocele. Dari 30 kasus, 24 adalah mengaku dengan gejala
peningkatan ukuran kepala, sembilan kasus memiliki tanda-tanda tekanan
intracranial (sakit kepala, muntah, edema papil), dan tujuh kasus memiliki tanda-
tanda neurologis termasuk ‘setting-sun’ sign , abducens kelumpuhan saraf, dan
gangguan pernapasan. Fitur dari tekanan intrakranial yang sebagian besar terlihat
pada pasien dari kelompok usia yang lebih tua. Dari 30 kasus, 50% dioperasikan
pada dengan lowpressure pirau dan 50% dengan media-tekanan shunt. Patensi dan
fungsi shunt adalah dikonfirmasi oleh aliran CSF gratis intraoperatif sebelum
penempatan ke dalam rongga peritoneum. Tekanan CSF tinggi pada anak-anak
yang lebih tua. Pemeriksaan CSF adalah normal dalam semua kasus. Dalam
penelitian ini, seluruh panjang kateter distal ditempatkan ke rongga peritoneum
dan diamati bahwa panjang minimum dari kateter distal ditempatkan di dalam
adalah 44 cm dan panjang maksimum adalah 52 cm [Tabel 1]. Dua puluh lima
anak (83,3%) memiliki yang normal shunt berfungsi tanpa bukti klinis atau
radiologis komplikasi shunt pada tindak lanjut pada satu tahun. Lima anak
(16,6%) memiliki fitur shunt kerusakan dan dievaluasi lebih lanjut [Tabel 2].
4
DISKUSI
Sejak saat Ames dibahas pengalaman klinis dan menemukan bahwa
rongga peritoneum cocok untuk CSF shunting, shunt ventriculoperitoneal telah
menjadi metode pilihan untuk CSF pengalihan bayi. Meskipun prosedur
pengalihan berbagai CSF telah mengurangi defisit neurologis terkait dan kematian
secara signifikan dan meskipun pembangunan berkelanjutan dari desain katup
baru, penempatan shunt untuk pengobatan hidrosefalus belum memenuhi semua
harapan shunt ventriculoperitoneal banyak disukai karena kelebihannya terkenal,
seperti:. Infeksi potensi sistem shunting memiliki risiko yang mengancam jiwa
sistemik lebih rendah dibandingkan dengan pirau ke dalam sistem vena, pada
anak-anak, sejumlah besar tabung dapat ditempatkan intraperitoneal,
meminimalkan kebutuhan untuk pemanjangan elektif dengan pertumbuhan, dan
operasi aman, mudah untuk melakukan , dan tidak memakan waktu. Seperti di seri
ini, komplikasi yang paling umum adalah penyumbatan sistem di peritoneal akhir
oleh omentum atau pengembangan parut fibrosa di ujung ujung kateter;
komplikasi kurang umum lainnya adalah infeksi shunt dan obstruksi usus,
perforasi kolon, CSF pseudokista dari kantung kecil, subphrenic CSF loculation,
5
perforasi usus dengan pembentukan CSF fistula enterik, migrasi intratoraks dari
ujung shunt, dan ascites CSF, dan, jarang, migrasi ujung shunt melalui apatent
prosesus vaginalis ke dalam skrotum. Penyebab umum kegagalan shunt adalah
infeksi shunt, dengan kejadian dilaporkan 5-15%, tetapi tidak ada kasus infeksi
shunt dalam seri ini. Obstruksi usus dilaporkan karena band perekat di wilayah
tubing daripada panjang kateter peritoneal.
Beberapa artikel dalam literatur membahas masalah panjang kateter
peritoneal dan komplikasi yang berkaitan dengan itu. Sebagai anak tumbuh,
kateter peritoneal mungkin akan diblokir, karena menjadi relatif singkat dan
keluar dari rongga peritoneum. Dengan menggunakan panjang penuh peritoneal,
masalah penyumbatan dan revisi pemasangan shunt karena pertumbuhan anak
menurun. Penggunaan selang shunt panjang telah terbukti efektif dalam
pencegahan, dislokasi, atau pemutusan tabung. Dalam situasi yang tidak biasa,
migrasi proksimal kateter peritoneal dapat mengakibatkan pergerakan kateter ke
dalam jaringan subgaleal. Berbagai faktor dapat berkontribusi untuk migrasi
proksimal kateter peritoneal, dan telah direkomendasikan bahwa dalam
penempatan cermat kateter subcutan antara pad lemak subcutan dan otot dinding
perut, tidak ada tas tali jahitan diperlukan, tetapi peritoneum harus ditutup rapat
dan panjang biasa bagian intaperitoneal kateter mungkin cukup untuk mencegah
komplikasi ini.
KESIMPULAN
Ini berlaku bahwa untuk mencegah kerusakan dari shunt, penempatan
optimal kateter ventrikel dalam ventrikel lateral, pencegahan infeksi, menghindari
kontaminasi oleh serat kapas, rambut, atau bedak, dan perbaikan dalam
biokompatibilitas bahan ditanamkan adalah faktor penting. Sesuai dengan
literatur, kami menemukan bahwa panjang kateter peritoneal dari tabung shunt
tidak meningkatkan tingkat komplikasi distal; Namun, penggunaan panjang yang
memadai dari peritoneal kateter tidak menghilangkan kebutuhan untuk
memperpanjang kateter peritoneal sebagai anak tumbuh. Namun, karena jumlah
6
kasus dan periode follow-up dalam penelitian kami kecil, kami menyarankan
bahwa penelitian yang lebih besar selama jangka tindak lanjut dilakukan untuk
menilai komplikasi spesifik yang berhubungan dengan menggunakan panjang
penuh kateter distal.
Critical Appraisal
Judul dan Pengarang
No Kriteria Ya (+), Tidak (-)
1 Jumlah kata dalam judul, < 12 kata - (15 kata)
2 Deskripsi Judul Menggambarkan isi utama
penelitian dan tanpa singkatan
3 Daftar penulis sesuai aturan jurnal +
4 Korespondensi penulis +
5 Tempat & waktu penelitian dalam
judul
Tempat (+), Waktu (+)
Abstrak
No Kriteria Ya (+), Tidak
(-)
1 Abstrak 1 paragraf +
2 Mencakup IMRC +
3 Secara keseluruhan informatif +
4 Tanpa singkatan selain yang baku +
5 Kurang dari 250 kata - (346)
Pendahuluan
No Kriteria Ya (+), Tidak (-)
1 Terdiri dari 2 bagian atau 2 paragraf -
2 Paragraf pertama mengemukakan alasan dilakukan penelitian +
7
3 Paragraf ke 2 menyatakan hipotesis atau tujuan penelitian -
4 Didukung oleh pustaka yang relevan +
5 Kurang dari 1 halaman +
Bahan dan Metode Penelitian
No Kriteria Ya(+), Tidak
(-)
1 Jenis dan rancangan penelitian +
2 Waktu dan tempat penelitian +/ +
3 Populasi Sumber +
4 Teknik sampling +
5 Kriteria inklusi +
6 Kriteria eksklusi +
7 Perkiraan dan perhitungan besar sempel -
8 Perincian cara penelitian +
9 Blind -
10 Uji Statistik -
11 Program komputer -
12 Persetujuan subjektif -
Hasil
No
.
Kriteria Ya (+) Tidak
(-)
1 Jumlah Subjek +
2 Tabel Karakteristik -
3 Tabel Hasil Penelitian +
4 Komentar dan Pendapat Penulis ttg hasil +
5 Tabel Analisisdata dengan Uji -
8
Bahasan, Kesimpulan dan Daftar Pustaka
No
.
Kriteria Ya (+) Tidak
(-)
1 Pembahasan dan kesimpulan terpisah +
2 Pembahasan dan kesimpulan di paparkan dengan jelas +
3 Pembahasan mengacu dari penelitian sebelumnya +
4 Pembahasan sesuai dengan landasan teori +
5 Keterbatasan Penelitian +
6 Simpulan berdasarkan penelitian +
7 Saran Penelitian +
8 Penulisan Daftar Pustaka sesuai aturan +
9
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Struktur anatomi yang berkaitan dengan hidrosefalus, yaitu
bangunan-bangunan dimana CSS berada. Sistem ventrikel otak dan kanalis
sentralis.
1. Ventrikel lateralis
Ada dua, terletak didalam hemispherii telencephalon.
Kedua ventrikel lateralis berhubungan denga ventrikel III
(ventrikel tertius) melalui foramen interventrikularis (Monro).
2. Ventrikel III (Ventrikel Tertius)
Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk
oleh thalamus dengan adhesio interthalamica dan hypothalamus.
Recessus opticus dan infundibularis menonjol ke anterior, dan
recessus suprapinealis dan recessus pinealis ke arah kaudal.
Ventrikel III berhubungan dengan ventrikel IV melalui suatu
lubang kecil, yaitu aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri).
3. Ventrikel IV (Ventrikel Quartus)
Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa
rhomboidea antara cerebellum dan medulla serta membentang
sepanjang recessus lateralis pada kedua sisi. Masing-masing
recessus berakhir pada foramen Luschka, muara lateral ventrikel
IV. Pada perlekatan vellum medullare anterior terdapat apertura
mediana Magendie.
4. Kanalis sentralis medula oblongata dan medula spinalis
Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang
memanjang sepanjang korda spinalis, dilapisi sel-sel ependimal.
Diatas, melanjut ke dalam medula oblongata, dimana ia
membuka ke dalam ventrikel IV.
1. Ruang subarakhnoidal
10
Merupakan ruang yang terletak diantara lapisan
arakhnoid dan piamater.
B. HYDROCEPHALLUS
1. Patofisiologis
CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel
lateral ke dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke
ventrikel IV. Di sana cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis
externum melalui foramen lateralis dan medialis dari ventrikel IV.
Pengaliran CSS ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi
arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus venosus atau ke dalam lacuna
laterales; dan sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis, tempat
terjadinya peralihan ke dalam plexus venosus yang padat dan ke dalam
selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus lymphaticus).
Kecepatan pembentukan CSS 0,3-0,4 cc/menit atau antara 0,2-0,5%
volume total per menit dan ada yang menyebut antara 14-38 cc/jam.
Sekresi total CSS dalam 24 jam adalah sekitar 500-600cc, sedangkan
11
jumblah total CSS adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi pertukaran
atau pembaharuan dari CSS sebanyak 4-5 kali/hari. Pada neonatus jumblah
total CSS berkisar 20-50 cc dan akan meningkat sesuai usia sampai
mencapai 150 cc pada orang dewasa.
Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi
dengan absorpsi dan gangguan sirkulasi CSS.
PRODUKSI SIRKULASI ABSORPSI
Meningkat
c/o : Papilloma plexus
choroideus
Normal Normal
Normal Terhambat
Aquaductus silvii
Foramen Magendi
& Luscha
(sindrom Dandy-
Walker)
Ventrikel III
Ventrikel IV
Ruang
subarachnoid
disekitar medula-
oblongata, pons,
dan mesensefalon
Menurun
Trauma
Subarachnoid
hemorrhage
Gangguan
pembentukan villi
arachnoid
Post meningitis
Kadar protein CSS
yang sangat tinggi
12
Selain akibat gangguan pada produksi, absorpsi, dan sirkulasi,
hidrosefalus juga dapat timbul akibat : Disgenesis serebri dan atrofi serebri.
13
2. Klasifikasi
Hidrosefalus dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, antara lain :
1. Berdasarkan Anatomi / tempat obstruksi CSS
Hidrosefalus tipe obstruksi / non komunikans
Terjadi bila CSS otak terganggu (Gangguan di dalam atau
pada sistem ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran
CSS dalam sistem ventrikel otak), yang kebanyakan disebabkan
oleh kongenital : stenosis akuaduktus Sylvius (menyebabkan
dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel IV biasanya
normal dalam ukuran dan lokasinya). Yang agak jarang ditemukan
sebagai penyebab hidrosefalus adalah sindrom Dandy-Walker,
Atresia foramen Monro, malformasi vaskuler atau tumor bawaan.
Radang (Eksudat, infeksi meningeal). Perdarahan/trauma (hematoma
subdural). Tumor dalam sistem ventrikel (tumor intraventrikuler,
tumor parasellar, tumor fossa posterior).
14
Hidrosefalus tipe komunikans
Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau
gangguan penyerapan (Gangguan di luar sistem ventrikel).
Perdarahan akibat trauma kelahiran menyebabkan perlekatan lalu
menimbulkan blokade villi arachnoid.
Radang meningeal
Kongenital :
o Perlekatan arachnoid/sisterna karena gangguan pembentukan.
o Gangguan pembentukan villi arachnoid
o Papilloma plexus choroideus
2. Berdasarkan Etiologinya :
A. Tipe obstruksi
a. Kongenital
a.1.Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai penyebab.
Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan selama kehidupan fetal; stenosis
kongenital sejati adalah sangat jarang.
(Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German measles, X-
linked hidrosefalus).
a.2.Sindrom Dandy-Walker
15
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi
baru lahir dengan hidrosefalus. Etiologinya tidak
diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik
ventrikel IV dan hipoplasia vermis serebelum.
Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh
hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga
subarachnoid yang tidak adekuat; dan hal ini
dapat tampil pada saat lahir, namun 80%
kasusnya biasanya tampak dalam 3 bulan
pertama. Kasus semacam ini sering terjadi
bersamaan dengan anomali lainnya seperti agenesis
korpus kalosum, labiopalatoskhisis, anomali
okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
a.3.Malformasi Arnold-Chiari
Anomali kongenital yang jarang dimana 2
bagian otak yaitu batang otak dan cerebelum
mengalami perpanjangan dari ukuran normal dan
menonjol keluar menuju canalis spinalis
a.4.Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat
kelahiran, tetapi secara normal tidak dapat
dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan.
Hal ini terjadi karena vena Galen mengalir di
atas akuaduktus Sylvii, menggembung dan
membentuk kantong aneurisma. Seringkali
menyebabkan hidrosefalus.
a.5.Hidrancephaly
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak
ada dan diganti dengan kantong CSS.
b. Didapat (Acquired)
16
b.1.Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau
perdarahan)
Infeksi oleh bakteri Meningitis ,
menyebabkan radang pada selaput (meningen) di
sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus
berkembang ketika jaringan parut dari infeksi
meningen menghambat aliran CSS dalam ruang
subarachnoid, yang melalui akuaduktus pada
sistem ventrikel atau mempengaruhi penyerapan
CSS dalam villi arachnoid. Jika saat itu tidak
mendapat pengobatan, bakteri meningitis dapat
menyebabkan kematian dalam beberapa hari.
Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi
demam, sakit kepala, panas tinggi, kehilangan
nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus yang
ekstrim, gejala meningitis ditunjukkan dengan
muntah dan kejang. Dapat diobati dengan
antibiotik dosis tinggi.
b.2.Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial
b.3.Hematoma intraventrikuler
Jika cukup berat dapat mempengaruhi
ventrikel, mengakibatkan darah mengalir dalam
jaringan otak sekitar dan mengakibatkan
perubahan neurologis. Kemungkinan hidrosefalus
berkembang disebabkan oleh penyumbatan atau
penurunan kemampuan otak untuk menyerap CSS.
b.4.Tumor (ventrikel, regio vinialis, fosa posterior)
Sebagian besar tumor otak dialami oleh
anak-anak pada usia 5-10 tahun. 70% tumor ini
terjadi dibagian belakang otak yang disebut fosa
posterior. Jenis lain dari tumor otakyang dapat
17
menyebabkan hidrosefalus adalah tumor
intraventrikuler dan kasus yang sering terjadi
adalah tumor plexus choroideus (termasuk
papiloma dan carsinoma). Tumor yang berada di
bagian belakang otak sebagian besar akan
menyumbat aliran CSS yang keluar dari ventrikel
IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk
mengobati hidrosefalus yang berhubungan dengan
tumor adalah menghilangkan tumor penyebab
sumbatan.
b.5.Abses/granuloma
b.6.Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang
tertutup yang berisi cairan. Jika terdapat kista
arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi
dengan jaringan pada membran arachnoid. Kista
biasanya ditemukan pada anak-anak dan berada
pada ventrikel otak atau pada ruang subarachnoid.
Kista subarachnoid dapat menyebabkan
hidrosefalus non komunikans dengan cara
menyumbat aliran CSS dalam ventrikel
khususnya ventrikel III. Berdasarkan lokasi kista,
dokter bedah saraf dapat menghilangkan dinding
kista dan mengeringkan cairan kista. Jika kista
terdapat pada tempat yang tidak dapat dioperasi
(dekat batang otak), dokter dapat memasang
shunt untuk mengalirkan cairan agar bisa
diserap. Hal ini akan menghentikan pertumbuhan
kista dan melindungi batang otak.
3. Berdasarkan Usia
18
Hidrosefalus tipe kongenital / infantil ( bayi )
Hidrosefalus tipe juvenile / adult ( anak-anak / dewasa )
Selain pembagian berdasarkan anatomi, etiologi, dan usia,
terdapat juga jenis Hidrosefalus Tekanan Normal ; sesuai
konvensi, sindroma hidrosefalik termasuk tanda dan gejala
peninggian TIK, seperti kepala yang besar dengan penonjolan
fontanel. Akhir-akhir ini, dilaporkan temuan klinis hidrosefalus
yang tidak bersamaan dengan peninggian TIK.
Seseorang bisa didiagnosa mengalami hidrosefalus
tekanan normal jika ventrikel otaknya mengalami pembesaran,
tetapi hanya sedikit atau tidak ada peningkatan tekanan dalam
ventrikel. Biasanya dialami oleh pasien usia lanjut, dan sebagian
besar disebabkan aliran CSS yang terganggu dan compliance otak
yang tidak normal.
Pada dewasa dapat timbul “hidrosefalus tekanan normal” akibat dari :
a).Perdarahan subarachnoid, b).meningitis, c).trauma kepala, dan d).idiopathic.
Dengan trias gejala :
a).gangguan mental (dementia)
b).gangguan koordinasi (ataksia),
c).gangguan kencing (inkontinentia urin)
3. Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang
disusul oleh gangguan neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat yang
menyebabkan hipotrofi otak.
Hidrosefalus pada bayi (sutura masih terbuka pada umur kurang dari 1
tahun) didapatkan gambaran :
- Kepala membesar
- Sutura melebar
- Fontanella kepala prominen
- Mata kearah bawah (sunset phenomena)
19
- Nistagmus horizontal
- Perkusi kepala : “cracked pot sign” atau seperti semangka masak.
Ukuran rata-rata lingkar kepala
Lahir
Umur 3 bulan
Umur 6 bulan
Umur 9 bulan
Umur 12 bulan
Umur 18 bulan
35 cm
41 cm
44 cm
46 cm
47 cm
48,5 cm
Gejala pada anak-anak dan dewasa:
- Sakit kepala
- Kesadaran menurun
- Gelisah
- Mual, muntah
- Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
- Gangguan perkembangan fisik dan mental
- Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat
mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
20
Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah
menutup, nyeri kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas
fisik dan mental secara bertahap akan menurun dengan gangguan mental
yang sering dijumpai seperti : respon terhadap lingkungan lambat, kurang
perhatian tidak mampu merencanakan aktivitasnya.
4. Pemeriksaan dan Diagnosis
Gejala klinis
X Foto kepala, didapatkan
- Tulang tipis
- Disproporsi kraniofasial
- Sutura melebar
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantil
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup
maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran
kenaikan tekanan intrakranial.
Transiluminasi ; penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari
batas, frontal 2,5 cm, oksipital 1 cm
Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel / punksi
fontanela mayor. Menentukan :
- Tekanan
- Jumlah sel meningkat, menunjukkan adanya
keradangan / infeksi
- Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan
- Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan
kuman dan kepekaan antibiotik.
Ventrikulografi ; yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2 murni
atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanella
anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk
langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel
21
yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup
ontuk memaukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada
karanium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat
sulit dan mempunyai resiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah
memiliki fasilitas CT scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
CT scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT scan sering menunjukkan
adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat
terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang
besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan
densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan
dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang
subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
Keuntungan CT scan :
o Gambaran lebih jelas
o Non traumatik
o Meramal prognose
o Penyebab hidrosefalus dapat diduga
22
USG
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka.
Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang
melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita
hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkanoleh karena USG tidak dapat
menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya
pada pemeriksaan CT scan.
5. Diagnosis Banding
Higroma subdural ; penimbunan cairan dalam ruang subdural akibat
pencairan hematom subdural
Hematom subdural ; penimbunan darah di dalam rongga subdural
Emfiema subdural ; adanya udara atau gas dalam jaringan subdural.
Hidranensefali ; sama sekali atau hampir tidak memiliki hemisfer
serebri, ruang yang normalnya di isi hemisfer dipenuhi CSS
Tumor otak
Kepala besar
o Megaloensefali : jaringan otak bertambah
o Makrosefali : gangguan tulang
Dalam proses diagnostik, diagnosis banding penting bagi pakar neuro
( saraf ) dan bedah neuro untuk menentukan prognosis dan terapetik.
Komplikasi hidrosefalus :
- Atrofi otak
- Herniasi otak yang dapat berakibat kematian.
6. Penatalaksanaan
A. Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya
mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan
resorpsinya.
23
Dapat dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat-pusat
kesehatan dimana sarana bedah sarf tidak ada.
Obat yang sering digunakan adalah:
Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari,
dosis ini dapat ditingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari
Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari
atau injeksi iv 0,6 mg/kgBB/hari
Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi.
a. Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan
progresivitas hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi
lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara
intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis
akan lebih mudah.
Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan
terutama pada hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan
subarakhnoid, periventrikular-intraventrikular dan meningitis TBC.
Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt
tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi herniasi
(impending herniation)
24
Cara:
a. LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace
L2-3 atau L3-4 dan CSS dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gaya
gravitasi.
b. LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang
memakai cara setiap LP CSS dikeluarkan 3-5 ml.
c. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang
dari 5 ml, LP diperjarang (2-3 hari).
d. Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap minggu.
e. LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT
scan 3 minggu berturut-turut.
f. Tindakan ini dianggap gagal jika :
o Dilatasi ventrikel menetap
o Cortical mantel makin tipis
o Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks
o Dilatasi ventrikel yang progresif
Komplikasi : herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi, hipoproteinemia dan
gangguan elektrolit.
B. Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada
penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus
0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
1. “Third Ventrikulostomi”/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma
optikum, dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang
sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.
2. Operasi pintas/”Shunting”
Ada 2 macam :
Eksternal
25
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat
hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-
ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
- Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna
magna (Thor-Kjeldsen)
- Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
- Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis
superior
- Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
- Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke
mediastinum
- Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga
peritoneum
b. “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke
rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan
jarum Touhy secara perkutan.
Komplikasi Shunting
Infeksi
Hematoma subdural
Obstruksi
Keadaan CSS yang rendah
Asites
Kraniosinostosis
26
Gambar: VP-Shunt
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Czosnyka M, Pickard JD. Monitoring and interpretation of intracranial pressure. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2004 Jun. 75(6):813-21. [Medline].
2. Damasceno BP, Carelli EF, Honorato DC, Facure JJ. The predictive value of cerebrospinal fluid tap-test in normal pressure hydrocephalus. Arq Neuropsiquiatr. 1997 Jun. 55(2):179-85. [Medline].
3. Hamilton MG. Treatment of hydrocephalus in adults. Semin Pediatr Neurol. 2009 Mar. 16(1):34-41.[Medline].
4. Hattingen E, Jurcoane A, Melber J, Blasel S, Zanella FE, Neumann-Haefelin T. Diffusion tensor imaging in patients with adult chronic idiopathic hydrocephalus. Neurosurgery. 2010 May. 66(5):917-24. [Medline].
5. Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi ke 2. Jakarta : EGC, 2004
6. Oertel JM, Mondorf Y, Baldauf J, Schroeder HW, Gaab MR. Endoscopic third ventriculostomy for obstructive hydrocephalus due to intracranial hemorrhage with intraventricular extension. J Neurosurg. 2009 May 8. [Medline].
7. Partington MD. Congenital hydrocephalus. Neurosurg Clin N Am. 2001 Oct. 12(4):737-42, ix. [Medline].
8. Poca MA, Mataro M, Del Mar Matarin M, Arikan F, Junque C, Sahuquillo J. Is the placement of shunts in patients with idiopathic normal-pressure hydrocephalus worth the risk? Results of a study based on continuous monitoring of intracranial pressure. J Neurosurg. 2004 May. 100(5):855-66. [Medline].
9. Rekate HL. A contemporary definition and classification of hydrocephalus. Semin Pediatr Neurol. 2009 Mar. 16(1):9-15. [Medline].
10. Vinchon M, Rekate HL, Kulkarni AV. Pediatric hydrocephalus outcomes: a review. Fluids Barriers CNS. 2012 Aug 27. 9(1):18. [Medline].
11. Vogel TW, Bahuleyan B, Robinson S, Cohen AR. The role of endoscopic third ventriculostomy in the treatment of hydrocephalus. J Neurosurg Pediatr. 2013 Jul. 12(1):54-61. [Medline].
12. Woodworth GF, McGirt MJ, Williams MA, Rigamonti D. Cerebrospinal fluid drainage and dynamics in the diagnosis of normal pressure hydrocephalus. Neurosurgery. 2009 May. 64(5):919-25; discussion 925-6.[Medline].
28