13
57 JHNMSA Vol. 1 No. 2, Desember 2020, ISSN: 2746-4636 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET TRAINING ANAK USIA TODDLER (2-3 TAHUN) DI DESA AJALLASSE KECAMATAN CENRANA KABUPATEN BONE Nirmawati Darwis Universitas Puangrimaggalatung [email protected] Fitriani Universitas Puangrimaggalatung [email protected] Ery Wardanengsih Universitas Puangrimaggalatung [email protected] ABSTRACT Toilet training in children is basically a process of training and instilling a habit in children to urinate and defecate in their place, on the toilet. Toilet training is the beginning of a child's process towards independence, where children begin to learn to do small things on their own. The lack of success in toilet training for children cannot be separated from the parenting styles that parents apply to their children. Many factors affect the success of toilet training in children and what this study examines is parenting. The purpose of this study was to determine the relationship between parenting and the success of toilet training for toddlers (2-3 years) in Ajallasse village, Cenrana district, Bone district. The design used in this study is descriptive analytic with a cross sectional study approach. Sampling in this study using total sampling method with a total sample of 36 people. The research instrument used was a questionnaire and the data were analyzed using the SPSS 21 program. Bivariate analysis obtained Asymp sing (2-sided) in ρ = 0.00 <α = 0.05. So it can be concluded that there is a parenting pattern with the success of toilet training for toddlers (2-3 years) in the village of Ajallasse, Cenrana district, Bone district. There are suggestions for parents to pay more attention to their children and to be able to apply good and proper parenting to their children so that children are easier to control, such as in the case of toilet training. Keywords: Parenting Pattern, Toilet Training

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

57

JHNMSA Vol. 1 No. 2, Desember 2020, ISSN: 2746-4636

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET TRAINING ANAK USIA TODDLER (2-3 TAHUN) DI DESA

AJALLASSE KECAMATAN CENRANA KABUPATEN BONE

Nirmawati Darwis

Universitas Puangrimaggalatung [email protected]

Fitriani Universitas Puangrimaggalatung

[email protected] Ery Wardanengsih

Universitas Puangrimaggalatung [email protected]

ABSTRACT

Toilet training in children is basically a process of training and instilling a habit in children to urinate and defecate in their place, on the toilet. Toilet training is the beginning of a child's process towards independence, where children begin to learn to do small things on their own. The lack of success in toilet training for children cannot be separated from the parenting styles that parents apply to their children. Many factors affect the success of toilet training in children and what this study examines is parenting. The purpose of this study was to determine the relationship between parenting and the success of toilet training for toddlers (2-3 years) in Ajallasse village, Cenrana district, Bone district. The design used in this study is descriptive analytic with a cross sectional study approach. Sampling in this study using total sampling method with a total sample of 36 people. The research instrument used was a questionnaire and the data were analyzed using the SPSS 21 program. Bivariate analysis obtained Asymp sing (2-sided) in ρ = 0.00 <α = 0.05. So it can be concluded that there is a parenting pattern with the success of toilet training for toddlers (2-3 years) in the village of Ajallasse, Cenrana district, Bone district. There are suggestions for parents to pay more attention to their children and to be able to apply good and proper parenting to their children so that children are easier to control, such as in the case of toilet training.

Keywords: Parenting Pattern, Toilet Training

Page 2: HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

58

Pendahuluan

Anak adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan diarahkan sejak dini agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri, dan sejahtera menjadi sumber daya yang berkualitas dan dapat menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Usia toddler merupakan usia emas karena perkembangan anak di usia toddler ini yaitu usia 2-3 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Jika usia toddler ini mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya maka akan berpengaruh besar pada kehidupan anak selanjutnya (Wong 2008).Toddler dihadapkan pada penguasaan beberapa tugas penting, khususnya meliputi deferensiasi diri dari orang lain terutama ibunya, toleransi terhadap perpisahan dengan orang tua, kemampuan untuk menunda pencapaian kepuasan, pengontrolan fungsi tubuh, penguasaan perilaku yang dapat diterima sacara sosial, komunikasi memiliki makna verbal, dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang tidak terlalu egosentris. Apabila kebutuhan untuk membentuk dasar kepercayaan telah terpuaskan mereka siap meninggalkan ketergantungan menjadi memiliki kontrol, mandiri, dan otonomi (Wong 2008).

Toilet training merupakan salah satu tugas utama orang tua dalam peningkatan kemandirian tahap perkembangan pada anak usia (2-3 tahun). Dimana pada usia ini anak berada pada tahap awal (anal stage) yaitu kepuasan anak berfokus pada lubang anus. Toilet training bertujuan untuk melatih agar anak mampu mengontrol buang air besar dan buang air kecil. Toilet training terdiri dari bowel control (control buang air besar) dan bladder control (control buang air kecil). Saat yang tepat untuk memulai melatih anak melakukan Toilet training adalah setelah anak mulai bisa berjalan (sekitar usia 1-5 tahun). Anak mulai bisa dilatih control buang air besar setelah 18-24 bulan dan biasanya lebih cepat dikuasai dari pada control buang air kecil, tetapi pada umumnya anak bisa melakukan control buang air besar saat usia sekitar 3 tahun (Maidartati,2018). Choby & George (2008) mengemukakan bahwa di Amerika serikat usia toilet training telah meningkat selama empat decade dari usia rata-rata dimulai antara 21 dan 36 bulan menjadi 18 bulan. Penguasan keterampilan yang diperlukan untuk perkembangan toilet training terjadi setelah 24 bulan.Anak perempuan biasanya menyelesaikan pelatihan lebih awal dari pada anak laki-laki. American Academy of pediatrics menggabungkan komponen dari pendekatan anak yang berorientasi ke pedoman toilet training (Dentistry, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 267 orang tua yang mempunyai anak berusia 15 sampai 24 bulan di eropa menyebutkan bahwa 31% orang tua memulai pengajaran tentang toilet training pada anak berumur 18n sampai 22 bulan, 27% memulai pada saat anak berumur 23 sampai 27 bulan, 16 % memulai pada saat anak berumur 28 sampai 32 bulan, dan 2% memulai pada saat anak berumur lebih dari 32 bulan.(Mueser dalam fitria,2010). Menurut penelitian American Psychiater Association,dilaporkan bahwa 10-20% anak usia 5 tahun 5% anak usia 10 tahun hampir 2% anak usia 12 –14 tahun,dan 1 % anak usia 18 tahun masih mengompol (nocturnal enuresis) dan jumlah anak laki-laki yang mengompol lebih banyak anak perempuan. Menurut Child development institute toilet training (Medicatore dalam wahyuningsih 2008). Di Indonesia diperkirakan jumlah balita mencapai 30% dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia, dan menurut survey kesehatan rumah tangga (SKRT) nasional diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol BAB dan BAK di usia toddler sampai prasekolah mencapai 75 juta anak. Fenomena ini dipicu karena banyak hal, pengetahuan ibu yang kurang tentang cara melatih BAB dan BAK, pemakaian DIAPERS ( popok sekali pakai ), hadirnya saudara baru dan masih banyak lainnya ( Wawan & Dewi, 2010 ).

Page 3: HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

59

Berdasarkan survei lapangan yang peneliti lakukan, data di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone, jumlah ibu yang mempunyai balita 2-3 tahun berjumlah 36 ibu. Dan masih ada sebagian ibu tidak menerapkan toilet training dengan alasan tidak ada waktu untuk mengajarkan dan ibu tidak memahami peran dari pola asuh dalam masalah berkemih pada anak. Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan pola asuh dengan keberhasilan Toilet training anak usia toddler (2-3 tahun) di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone.

Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pola asuh demokratis dengan keberhasilan toilet training anak usia toddler (2-3 tahun) di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone, diketahuinya bagaimana hubungan pola asuh otoriter dengan keberhasilan Toilet training usia toddler (2-3 tahun) di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone, diketahuinya hubungan pola asuh permisif dengan keberhasilan toilet training anak usia toddler (2-3 tahun) di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone.

Kajian Pustaka

a. Kajian tentang Toilet Training

Toilet training merupakan salah satu tugas utama pada anak usia toddler. Anak usia toddler harus mampu mengenali rasa untuk mengeluarkan dan menahan eliminasi serta mampu mengkomunikasikan sensasi BAK dan BAB pada orang tua ( Alexandra, 2008 ).

Latihan BAB dan BAK termasuk dalam perkembangan psikomotorik karena latihan tersebut membutuhkan kematangan otot-otot pada daerah pembuangan kotoran ( anus dan saluran kemih ). Latihan tersebut hendaknya dimulai pada waktu anak berusia 15 bulan dan kurang bijaksana bila anak pada usia kurang dari 15 bulan dilatih karena dapat menimbulkan pengalaman-pengalaman traumatic. Toilet training merupakan latihan moral yang pertama kali diterima anak dan sangat berpengaruh pada perkembangan moral anak selanjutnya ( Suherman 2010 ).

Salah satu persiapan utama tentang toilet training dalah kapan waktu yang tepat bagi orang tua untuk melatih toilet training. Sebenarnya tidak ada patokan umur anak yang tepat dan baku untuk toilet training ini karena setiap anak mempunyai perbedaan dalam hal fisik dan proses biologisnya. Sehingga mengetahui kapan waktu yang tepat bagi anak untuk dilatih buang besar dngan benar. Anak harus memiliki kesiapan terlebih dahulu sebelum menjalani toilet training dan bukan orang tua yang menentukan kapan anak harus memulai proses ini. Hal ini untuk mencegah terjadinya beberapa hal yang

tidak diinginkan seperti pemaksaan dari orang tua atau anak yang trauma melihat toilet. Pada prinsipnya terdapat 4 aspek dalam tahap persiapan dan perencanaan

toilet training yaitu (John, 2001) : 1) Gunakan istilah yang mudah di mengerti oleh anak yang menunjukkan

perilaku BAK/BAB misal piki untuk BAK dan pupu untuk BAKnya. 2) Memperlihatkan penggunaan toilet pada anak. 3) Berikan kenyamanan pada anak dengan segera mengganti popok yang sudah

basah atau kotor. 4) Meminta pada anak untuk memberitahukan atau menunjukkan bahasa tubuhnya

apabila ia ingin BAK/BAB. 5) Mendiskusikan tentang toilet training dengan anak dalam perbincangan ini orang tua

bisa menunjukkan dan menekankan bahwa pada anak kecil memakai popok dan pada anak besar memakai celana dalam. Orang tua juga bisa membacakan cerita tentang cara yang benar dan tepat ketika buang air.

Page 4: HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

60

6) Menunjukkan penggunaan toilet dalam hal ini orang tua harus melakukannya sesuai dengan jenis kelamin anak (ayah dengan anak laki-laki dan ibu dengan anak perempuan). Orang tua juga bisa meminta kakaknya untuk menunjukkan pada adiknya bagaimana menggunakan toilet dengan benar (disesuaikan juga dengan jenis kelaminnya).

7) Membeli pispot yang sesuai dengan kenyamanan anak. Pispot ini gunanya untuk melatih anak sebelum ia bisa dan terbiasa untuk di toilet. Kalau langsung menggunakan toilet orang dewasa ada kemungkinan anak akan takut karena terlalu lebar dan terlalu tinggi untuk anak atau tidak merasa nyaman.

8) Terbiasa dulu buang air di pispotnya baru kemudian diarahkan ke toilet yang sebenarnya. Ketika membeli pispot usahakan untuk melibatkan anak sehingga dia bisa menyesuaikan keadaan pispotnya atau bisa memilih warna, gambar atau bentuk yang ia suka. Pilih dan rencanakan metode reward untuk anak, untuk suatu proses panjang dan tidak mudah seperti toilet training ini, sering kali dibutuhkan suatu bentuk reward atau reinforcement yang bisa menunjukkan kalau ada kemajuan yang dilakukan anak. Dengan sistem reward yang tepat anak juga bias melihat sendiri kalau dirinya bisa melakukan kemajuan dan bisa mengerjakan apa yang sudah menjadi tuntutan untuknya, sehingga hal ini akan menambah rasa mandiri dan rasa percaya dirinya. Orang tua bisa memilih metode peluk cinta dan pujian di depan anggota keluarga yang lain ketika dia berhasil melakukan sesauatu atau mungkin orang tua menggunakan system bintang yang ditempelkan di bagian keberhasilan anak. Bagian yang paling penting dalam tugas perkembangan mengasuh anak adalah

mencurahkan kasih sayang dan mencurahkan waktu dan energi yang mendukung

anak-anak. Namun kasih sayang saja tidak cukup, tanpa pemahaman tentang

kebutuhan anak-anak mereka secara elektif. Dalam hal ini John Gray mengembangkan

filsafat “ Anak-anak berasal dari surga “ yang isinya mengungkapkan bahwa anak

merupakan anugerah terindah yang mengajarkan pada kita tentang bergulirnya

kehidupan” (John, 2001). Anak akan selalu meniru apa yang dilakukan orang di luar

dirinya. Oleh karena itu dalam mengajarkan sesuatu maka orang tua harus memilih

strategi yang tepat agar pesan yang disampaikan dapat dirterima oleh anak. Terdapat

beberapa strategi yang dapat dilakukan orang tua dalam di antaranya yaitu :

1) Dengan mengunakan metode bermain/bercerita. 2) Dengan mengunakan media misal gambar atau TV. 3) Dengan rule model atau teladan dan orang-orang dewasa di sekitarnya

(Safaria, 2004).

b. Kajian tentang Pola Asuh Pola asuh adalah cara atau teknik yang dipakai oleh orang tua di dalam mendidik

dan membimbing anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang berguna dan sesuai dengan yang diharapkan. Pola asuh merupakan proses dari tindakan yang mempunyai tujuan untuk dicapai sedang masa tersebut dimulai dari masa kehamilan (wong, 2008). Suardiman (Iswantini, 2002) mengatakan pola asuh adalah suatu cara orang tua menjalankan peranan yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya, dengan member bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan agar anak dapat menghadapi kehidupan yang akan datang dengan sukses, sebab di dalam keluarga yang merupakan kelompok sosial dalam kehidupan individu, anak akan belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial dalam hubungan dan interaksi dengan kelompok. Pada dasarnya tujuan utama pengasuhan orang tua adalah untuk

Page 5: HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

61

mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatakan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakini. Kemampuan orang tua atau keluarga menjalankan peran pengasuhan ini tidak dipelajari secara formal melainkan berdasarkan pengalaman dalam menjalankan peran tersebut secara trial dan error atau mempengaruhi orang tua/keluarga lain terdahulu (Yupi supartini, 2004).

Orang tua adalah ayah dan ibu yang melahirkan manusia baru (anak) serta mempunyai kewajiban untuk mengasuh, merawat, dan mendidik anak tersebut guna menjadi generasi yang baik, orang tua mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan mental dan spiritual anaknya seperti : 1) Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar agar anak tidak tertekan. 2) Mengajarkan kepada anak tentang dasar-dasar pola hidup pergaulan yang benar. 3) Memberikan contoh perilaku yang baik dan pantas bagi anak– anaknya, hal ini

disebabkan orang tua khususnya, dalam ruang lingkup keluarga merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi, sehingga dalam proses sosialisasi tersebut orang tua mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anaknya agar manjadi manusia yang baik-baik. Orang tua memiliki pola asuh yang berbeda-beda. Terdapat 3 macam pola asuh

orang tua menurut Baumrind (2002) yaitu : 1) Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang Tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

2) Pola asuh otoriter Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, pemerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.

3) Pola asuh permisif Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Dampak/pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak (Ary, 2009) Merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah

cara yang dipakai oleh orang tua dalam mendidik dan memberi bimbingan pengalaman serta memberikan pengawasan kepada anak- anaknya agar kelak menjadi orang yang berguna, serta memenuhi kebutuhan fisik dan psikis yang akan menjadi factor penentu bagi remaja dalam menginter pretasikan, menilai dan mendeskripsikan kemudian memberikan tanggapan dan menentukan sikap maupun berperilaku.

Page 6: HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

62

c. Kajian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Toilet Training Pada Anak

Usia Toddler Keberhasilan toilet training pada anak terutama usia toddler dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah: 1) Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan ibu turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh (Kodyat, 1996). Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap adanya masalah perkembangan anak salah satunya penerapan toilet training di dalam keluarganya. Tingkat pendidikan berpengaruh pada pengetahuan ibu tentang penerapan toilet training, apabila pendidikan ibu rendah akan berpengaruh pada pengetahuan tentang penerapan toilet training sehingga berpengaruh pada cara melatih secara dini dengan penerapan toilet training. (Notoatmodjo, 2010).

2) Pekerjaan Ibu Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan penerapan toilet training secara dini pada anak usia toddler, di mana pekerjaan ibu dapat menyita waktu ibu untuk melatih anak melakukan toilet training secara dini sehingga akan berdampak pada terlambatnya anak untuk mendiri melakukan toilet training.

3) Kualitas Perhatian Ibu Kasih sayang dan perhatian ibu yang dimiliki mempengaruhi kualitas dalam penerapan toilet training secara dini, di mana ibu yang perhatian akan memantau perkembangan anak usia toddler, maka akan berpengaruh lebih cepat dalam melatih anak usia toddler melakukan toilet training secara dini. Dengan dukungan perhatian ibu maka anak akan lebih berani atau termotivasi untuk mencoba karena mendapatkan perhatian dan bimbingan.

4) Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki ibu pada dasarnya dapat berpengaruh pada cepat atau lambatnya ibu melakukan penerapan toilet training, di mana ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang toilet training akan berdampak pada cepatnya ibu melatih toilet training secara dini pada anak usia toddler, hal ini berdampak positive bagi ibu maupun anak usia toddler yaitu anak dapat mandiri melakukan toilet training.

5) Lingkungan Lingkungan berpengaruh besar pada cepat atau lambatnya penerapan toilet training,

di mana ibu akan memperhatikan lingkungan sekitar apakah anak seusia sudah dilatih

toilet training atau belum.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pendekatan dimana variabel-variabel yang masuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Penelitian ini dilakukan di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia toddler di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone. Berdasarkan data yang diperoleh dari Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana jumlah ibu yang mempunyai anak usia toddler (2-3) tahun berjumlah 36 orang anak. Sampel penelitian dipilih menggunakan teknik pengambilan total sampling. Total sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi yaitu sebanyak 36 orang anak.

Page 7: HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

63

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data primer diperoleh dari responden dengan cara memberikan kuesioner kepada responden secara langsung sedangkan data sekunder diperoleh lewat pihak puskesmas, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan program computer SPSS 21 melalui langkah- langkah pengolahan meliput editing, coding, entry data. Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Data yang diperoleh melalui kuesioner selanjutnya dilakukan uji statistik C-Square Test. Analisa data dilakukan dengan bantuan komputer dengan nilai α = 0,05. Dalam penelitian ini diterapkan etika yang meliputi meliputi lembar persetujuan ( informed consent), tanpa nama (anonimity) dan kerahasiaan (confidentally).

Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data primer diperoleh dari responden dengan cara memberikan kuesioner kepada responden secara langsung sedangkan data sekunder diperoleh lewat pihak puskesmas, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya.

Hasil dan Pembahasan a. Karakteristik Responden

1) Umur Responden

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden Di Desa Ajallasse Kec. Cenrana

Kab. Bone

Umur Jumlah

F %

26-30 19 52,8

31-35 17 47,2

Total 36 100

Sumber : Data Primer 2020 Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa dari 36 responden, terdapat

19 (52,8%) responden yang memiliki kelompok umur 26-30 tahun, dan kelompok umur 31-35 tahun sebanyak 17 (47,2%) responden.

2) Jenis Kelamin Responden

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Di Desa Ajallasse Kec.

Cenrana Kab. Bone

Jenis Kelamin Jumlah

F %

Laki-Laki 0 0

Perempuan 36 100

Total 36 100

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa dari 36 responden, terdapat 0 (0%) responden yang berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 36 (100%) responden yang berjenis kelamin perempuan.

Page 8: HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

64

3) Pendidikan Responden

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden Di Desa Ajallasse Kec.

Cenrana Kab. Bone

Pendidikan Jumlah

F %

SD 16 44,4

SMP 14 38,9

SMA 6 16,7

Total 36 100

Sumber : Data Primer 2020 Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa dari 36 responden, terdapat

16(44,4%) responden yang berpendidikan SD, berpendidikan SMP sebanyak 14(38,9%) responden, dan berpendidikan SMA sebanyak 6(16,7%) responden.

b. Analisa Univariat 1) Variabel Independen

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Asuh Responden Di Desa Ajallasse Kec.

Cenrana Kab. Bone

Pola Asuh Jumlah

F %

Demokratis 30 83,3

Otoriter 3 8,3

Permisif 3 8,3

Total 36 100

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa dari 36 responden, terdapat 30 (83,3%) responden dengan pola asuh demokratis, 3 (8,3%) responden dengan pola asuh otoriter dan 3 (8,3%) responden dengan pola asuh permisif.

2) Variabel Dependen Tabel 5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Toilet Training Responden Di Desa Ajallasse Kec. Cenrana Kab. Bone

Toilet Training Jumlah

F %

Baik 30 83,3

Kurang Baik 6 16,7

Total 36 100

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa dari 36 responden, terdapat 30(83,3%) responden dengan toilet training baik, dan kurang baik sebanyak 6 (16,7%) responden.

c. Analisa Bivariat Tabel 6

Analisis Bivariat Berdasarkan Hubungan Pola Asuh Dengan Keberhasilan Toilet Training Anak Usia Toddler (2-3 Tahun) Di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone.

Page 9: HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

65

Pola Asuh

Keberhasilan Toilet Training

Total P

Baik Kurang Baik

F(%) F(%) F(%)

Demokratis 30(83,3) 0(0) 30(83,3)

0,000 Otoriter 0(0) 3(8,3) 3(8,3)

Permisif 0(0) 3(8,3) 3(8,3)

Total 30(83,3) 6(16,7) 36(100)

Sumber : Data Primer 2020

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa dari 36 responden, terdapat 30(83,3%) responden yang memiliki pola asuh demokratis dengan keberhasilan toilet training baik, 0(0%) responden yang memiliki pola asuh demokratis dengan keberhasilan toliet training kurang baik, 3(8,3%) responden yang memiliki pola asuh otoriter dengan keberhasilan toilet training kurang baik, 0(0%) responden yang memiliki pola asuh otoriter dengan keberhasilan toilet training baik, 3(8,3%) responden yang memiliki pola asuh permisif dengan keberhasilan toilet training kurang baik, 0(0%) responden yang memiliki pola asuh permisif dengan keberhasilan toilet training baik.

d. Pembahasan Hubungan Pola Asuh Demokratis Dengan Keberhasilan Toilet Training Anak Usia Toddler (2-3 Tahun) Di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone

Pola asuh demokratis adalah salah satu jenis pola asuh dimana orang tua memprioritaskan kepentingan anak, tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis cenderung lebih memperhatikan dan memprioritaskan kemauan anaknya namun tidak segan menegur anaknya jika anaknya melakukan kesalahan. Hal ini membuat pola asuh yang di terapkan orang tua di Desa Ajallasse kepada anaknya dalam hal toilet training bisa terlaksana dengan baik dan anak tidak merasa tertekan dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suteja (2017), mengenai Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial-Emosional Anak yang menyatakan bahwa ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial-Emosional Anak dengan nilai hasil uji Chi-Square 𝜌 = 0,002 < 𝛼 = 0,05 dan penelitian Ningsih (2018), mengenai Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia 18-36 Bulan yang juga menyatakan bahwa ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia 18-36 Bulan dengan nilai hasil uji Chi-Square Square 𝜌 = 0,002 < 𝛼 = 0,05. Hubungan Pola Asuh Otoriter Dengan Keberhasilan Toilet Training Anak Usia Toddler (2-3 Tahun) Di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone

Pola asuh ototriter cenderung terlalu memaksakan kehendeknya bahkan terkadang bersikap keras kepada anaknya. Namun hal ini membuat anak merasa tertetekan dengan pola asuh yang diterapkan orang tuanya. Sehingga penerapan pola asuh yang di terapkan orang tua di Desa Ajallasse kepada anaknya tidak begitu berjalan dengan baik dalam hal ini toilet training. Sejalan dengan hasil penelitian Safitri & Hidayati (2013), mengenai Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Dengan Tingkat Depresi Remaja Di SMK 10 November Semarang yang menyatakan ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Dengan Tingkat Depresi Remaja Di SMK 10 November Semarang dengan

hasil nilai uji Chi- Square 𝜌 = 0,003 < 𝛼 = 0,05 dan penelitian Madyarini et al.(2011), mengenai Hubungan antara pola asuh otoriter orang tua dengan depresi pada remaja di SMAN 2 Purworejo yang menyatakan ada Hubungan antara pola asuh otoriter orang tua

dengan depresi pada remaja di SMAN 2 Purworejo dengan hasil nilai uji Chi- Square 𝜌 =0,002 < 𝛼 = 0,05.

Page 10: HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

66

Hubungan Pola Asuh Permisif Dengan Keberhasilan Toilet Training Anak Usia Toddler (2-3 Tahun) Di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone

Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif tidak begitu memperhatikan anaknya. Anaknya dibebaskan melakukan sesuatu tanpa adanya teguran dan pengawasan dari orang tua. Tentu saja hal ini membuat orang tua di Desa Ajallasse tidak bisa menerapkan pola asuh tentang toliet training kepada anakanya dengan baik. Sejalan dengan hasil penelitian Riati (2016), mengenai Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Karakter Anak Usia Dini yang menyatakan terdapat Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Karakter Anak Usia Dini dengan hasil nilai uji Chi-Square 𝜌 = 0,002 < 𝛼 = 0,005 dan penelitian Rahman et al.(2015), mengenai Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Orang Tua Dan Kecerdasan Emosional Siswa Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa yang menyatakan ada Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Orang Tua Dan Kecerdasan Emosional Siswa Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan hasil nilai uji Chi-Square 𝜌 = 0,002 < 𝛼 = 0,005.

Dari ketiga jenis pola asuh diatas peneliti menyimpulkan bahwa pola asuh demokratis adalah pola asuh yang paling baik. Pola asuh ini tidak membuat anak merasa tertekan sehingga penerapan toilet training bisa terlaksana dengan baik. Dari hasil penelitian didapatkan responden dengan Pola Asuh baik dengan keberhasilan Toilet Training baik sebanyak 30(83,3%) responden. Hal ini terjadi karena responden sering memberikan nasihat dan arahan kepada anaknya tentang toilet training. Sehingga responden bisa menerapkan pola asuh kepada anaknya dengan sangat baik. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Eka Sarofah Ningsih (2018) mengatakan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia 18-36 bulan. Pola asuh merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan fisik dan psikologis tetapi juga norma-norma yang berlaku.

Toilet Training pada anak pada dasarnya merupakan proses melatih dan menanamkan kebiasaan pada anak untuk melakukan aktivitas buang air kecil dan besar pada tempatnya, di toilet. Toilet training menjadi awal dari proses anak menuju kemandirian, di mana anak mulai belajar melakukan hal-hal kecil sendiri. Toilet Training juga membantu anak mengenali bagian-bagian tubuh serta fungsinya (anatomi) tubuhnya. Keberhasilan Toliet Training dapat dicapai jika orang tua menerapkan pola asuh secara baik dan tepat kepada anaknya. Dari hasil penelitian didapatkan responden dengan Pola Asuh kurang baik dengan keberhasilan Toilet Training kurang baik sebanyak 6(16,7%) responden. Hal ini terjadi karena kesadaran dan pengetahuan pada diri orang tua akan pentingnya Toliet Training pada anak masih kurang. Sehingga responden tidak begitu menerapkannya pola asuh dengan baik terhadap anaknya terutama mengenai toilet training. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Ari Damayanti Wahyuningrum (2016) mengenai Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk Aisyiyah Surabaya dengan nilai p=0.00 yang menunjukkan terdapat Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk Aisyiyah Surabaya.

Berdasarkan pembahasan di atas peneliti berasumsi bahwa kurangnya keberhasilan toilet training pada anak usia toddler (2-3 tahun) disebabkan kurangnya penerapan pola asuh orang tua kepada anak secara baik dan tepat, serta orang tua tidak terlalu memperhatikan anaknya. Tingkat pendidikan dan umur orang tua juga mempengaruhi pola asuh terhadap keberhasilan toilet training. Orang tua dengan tingkat pendidikan rendah cenderung tidak begitu mengetahaui tentang toilet training. Selain itu umur orang tua yang masih terbilang muda dan baru memiliki anak pertama belum begitu menerapkan pola asuh dengan baik dalam hal toilet training. Sedangkan tercapainya

Page 11: HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

67

keberhasilan toilet training pada anak usia toddler (2-3 tahun) disebabkan orang tua menerapkan pola asuh kepada anaknya secara baik dan tepat, orang tua selalu memperhatikan anaknya, kesadaran dan pengetahuan orang tua tentang toliet training sudah sangat baik. Orang tua dengan tingkat pendidikan tinggi lebih mengetahui tentang toilet training sehinga bisa menerapkannya kepada anaknya. Selain itu orang tua yang sebelumnya sudah memiliki anak dapat dengan mudah menerapkan pola asuh dengan baik dalam hal toilet training. Hal ini sejalan dengan teori Hurlock (1998) yang menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu kepribadian orang tua, persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua, agama atau keyakinan, pengaruh lingkungan, pendidikan orang tua, usia orang tua, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kemampuan anak, dan situasi. Sebaiknya toilet training sejak dini harus sudah diterapkan dengan baik. Dengan memberikan pemahaman arti pentingnya toilet training, memberikan dukungandan pola asuh yang baik, serta menyediakan sarana dan prasarana maka toilet training akan mudah terlaksana dengan baik. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Cut Aja Nuri (2015), dalam penelitiannya mengenai Hubungan Pola Asuh Keluarga Dengan Penerapan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Di Paud Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh yang menyatakan tidak ada Hubungan Pola Asuh Keluarga Dengan Penerapan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Di Paud Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh dan penelitian Ari Damayanti Wahyuningrum (2016), mengenai Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk Aisyiyah Surabaya yang juga menyatakan tidak ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk Aisyiyah Surabaya. Berdasarkan hasil Uji Chi-Square dengan Pearson Chi-Square diperoleh nilai hitung 𝜌 = 0,00 < 𝛼 = 0,05 dan analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha diterima atau ada Hubungan Pola Asuh Dengan Keberhasilan Toilet Training Anak Usia Toddler (2-3 Tahun) Di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone.

Simpulan dan Rekomendasi Terdapat hubungan pola asuh demokratis dengan keberhasilan toilet training anak usia

toddler (2-3 tahun) di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone dengan nilai 𝜌 =0,000 < 𝛼 = 0,05. Terdapat bagaimana hubungan pola asuh otoriter dengan keberhasilan Toilet training usia toddler (2-3 tahun) di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone dengan nilai 𝜌 = 0,000 < 𝛼 = 0,05. Terdapat hubungan pola asuh permisif dengan keberhasilan toilet training anak usia toddler (2-3 tahun) di Desa Ajallasse Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone dengan nilai 𝜌 = 0,000 < 𝛼 = 0,05 . Saran bagi institusi pendidikan agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan dokumentasi ilmiah, diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya, Bagi orang tua, peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan pada orang tua tentang pola asuh orang tua dengan keberhasilan toilet training dan orang tua mampu menerapkan toilet training pada anak dengan baik dan untuk peneliti selanjutnya diharapkan agar bisa lebih luas lagi dalam hal ruang lingkup penelitiannya seperti menambahkan jumlah sampel penelitian dan desain penelitian.

Referensi Alexandra. 2008. Keperawatan Anak dan Tumbuh Kembang (Pengkajian dan

Pengukuran ).Yogyakarta : Nuha Medika Anonim. 2000. Metodologi Penelitian Toilet Training. Jakarta. Sagung Seto Anwar. 2000. Mengenal Pola Asuh Anak, Petunjuk Bagi Orang Tua. Jakarta

Page 12: HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

68

Ary. 2009. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan dan Pengaruh Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta. Edisi 2. Graha Ilmu

Baumerind. 2002. Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua. Jakarta. Edisi 2. Salemba Medika

Baumerind. 2002. Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua. Jakarta. Edisi 2. Salemba Medika Dahlan. 2016. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta. Salemba Medika Dharma. 2011. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta.EGC Hidayat, Alimul. A. 2010. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta. EGC John. 2001. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta.Edisi 1. Graha Ilmu Madyarini, P., Karini, S. M., & Karyanta, N. A. (2011). Hubungan antara pola asuh otoriter

orang tua dengan depresi pada remaja di SMAN 2 Purworejo. In Psychoidea. Kodyat. 1996. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta. Salemba Medika Maidartati.2018.Pengetahuan Orang Tua Toilet Training Pada Anak Usia Toddler.

Jakarta. EGC Ningsih, E. S. (2018). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet

Training Pada Anak Usia 18-36 Bulan. Jurnal Midpro. https://doi.org/10.30736/midpro.v10i2.80

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2004. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta. Cetakan I. PT. Renika

Cipta Nursalam, Susilaningrum & Utami. 2005. Konsep dan Penulisan Riset

Keperawatan .Yogyakarta. Edisi 1. Graha Ilmu Rahman, U., Mardhiah, & Azmidar. (2015). Hubungan antara pola asuh permisif orangtua

dan kecerdasan emosional siswa dengan hasil belajar matematika siswa. Auladuna Riati, I. K. (2016). Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Karakter Anak Usia Dini. Jurnal

Pendidikan Safaria. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Jakarta. Edisi II. EGC Safitri, Y., & Hidayati, N. E. (2013). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan

Tingkat Depresi Remaja Di Smk 10 November Semarang. Jurnal Keperawatan Jiwa. Saryono. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan.

Jakarta.Nuha Medika Sears. 2006. The baby books. Jakarta : Serambi Suardiman, Iswanti. 2002. Metode Penelitian Keperawatan Anak dan Pola Asuh. Jakarta.

Salemba Medika Suherman, 2010. Buku Ajar Perkembangan Anak. Jakarta : EGC Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. EGC Suteja, J. (2017). DAMPAK POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN

SOSIAL-EMOSIONAL ANAK. AWLADY : Jurnal Pendidikan Anak. https://doi.org/10.24235/awlady.v3i1.1331

Suwono. 2008. Metodologi Penelitian Pola Asuh. Jakarta.Sagung Seto

Soetjiningsih. 2002. Tumbuh kembang anak. Jakarta. EGC

Wong. 2008. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Pola Asuh, dan Praktik.

Jakarta. EGC

Wawan & Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.

Yogyakarta: Nuha Medika

Page 13: HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEBERHASILAN TOILET …

69

Wahyuningsih, S. 2008.Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Dengan Kesiapan Toilet Training

Pada Toddler. Yogyakarta. EGC