Upload
vukhuong
View
221
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN IMBALAN DENGAN KEPUASAN KERJA DAN KINERJA PERAWAT
PELAKSANA
RELATIONSHIP OF LEADERSHIP STYLE, ORGANIZATIONAL CULTURE AND BENEFITS WITH NURSE JOB SATISFACTION AND IMPLEMENTING
PERFORMANCE
Hilda1, Alimin Maidin², Indrianty Sudirman³
1Dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur ²Bagian Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit FKM Universitas Hasanuddin
³Bagian Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Alamat Koresponden: Jl. PM Noor Perum Bumi Sempaja Blok FM No. 9 Samarinda Kalimantan Timur Hp. 081396065616 Email: [email protected]
ABSTRAK
Tingginya keluhan masyarakat terhadap pelayanan di rumah sakit pemerintah menggambarkan rendahnya kinerja SDM. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Data primer diperoleh dari jawaban responden yang berjumlah 110 orang. Data yang terkumpul kemudian dianalisa menggunakan teknik analisis Model persamaan Struktural – Structural Equation Modeling (SEM) dengan sofware AMOS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja (CR=1,996, p=0,042), ada hubungan budaya organisasi dengan kepuasan kerja (CR=2,211, p=0,027), ada hubungan imbalan dengan kepuasan kerja (CR=1,197, p=0,048), ada hubungan kepuasan kerja dengan kinerja (CR=2,196, p=0,024), ada hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja (CR=2,339, p=0,034), ada hubungan budaya organisasi dengan kinerja (CR=1,960, p=0,049), ada hubungan imbalan dengan kinerja (CR=2,514, p=0,047). Atas dasar hasil tersebut, disarankan kepada RSUD AWS untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas agar dapat lebih memprioritaskan tugas, menciptakan budaya yang menuntut ketelitian, analisis dan perhatian pada detail dari perawat pelaksana, memberi perhatian kepada perawat pelaksana yang sudah melaksanakan tugas melebihi standar dengan memberi penghargaan.
Kata Kunci : Gaya kepemimpinan, budaya organisasi, imbalan, kepuasan kerja dan kinerja perawat pelaksana.
ABSTRACT The high public complaints against the services in government hospitals illustrates the poor performance of HR . This study uses a quantitative approach with a cross-sectional design . Primary data obtained from respondents who totaled 110 people . The collected data is then analyzed using Structural Equation Modeling analysis technique - Structural Equation Modeling ( SEM ) with AMOS 16 software .The results showed that there is a relationship of leadership style and job satisfaction ( CR = 1.996 , p = 0.042 ) , no correlation with performance leadership style ( CR = 2.339 , p = 0.034 ) . no relationship with job satisfaction organizational culture ( CR = 2.211 , p = 0.027 ) , no correlation with the performance of organizational culture ( CR = 1.960 , p = 0.049 ) . No reward relationship with job satisfaction ( CR = 1.197 , p = 0.048 ) , no correlation with the performance reward ( CR = 2.514 , p = 0.047 ) . No relationship of job satisfaction with performance ( CR = 2.196 , p = 0.024 ). On the basis of these results , it is suggested to AWS hospitals to improve job satisfaction and performance by applying task -oriented leadership style in order to be able to prioritize tasks , create a culture that demands precision , attention to detail and analysis of nurses , caring for nurses who already perform tasks beyond the standard reward . Keywords : Leadership style , organizational culture , rewards , job satisfaction and performance of nurses .
PENDAHULUAN
Kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi pada dasarnya adalah prestasi para anggota
yang ada dalam organisasi itu sendiri mulai dari tingkat eksekutif sampai pada pegawai
operasional. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset vital pada hampir semua jenis
organisasi termasuk organisasi rumah sakit. SDM merupakan pilar utama sekaligus penggerak
roda organisasi dalam upaya mewujudkan visi dan misinya. (Homedes dan Ugalde dalam
Awaness 2006; Bass dkk.,1993).
Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai kespesifikan dalam
hal SDM, sarana prasarana dan peralatan. Pada dasarnya rumah sakit merupakan kumpulan
dari berbagai unit pelayanan. Kinerja rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja unit yang
terdiri dari kumpulan individu di dalamnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa perawat
merupakan tenaga profesional di rumah sakit dengan jumlah terbanyak, sehingga kinerjanya
secara langsung akan mempengaruhi kinerja rumah sakit. Kwang dan Ayuningtyas dalam
jurnal manajemen pelayanan kesehatan (2011) menyebutkan bahwa keluhan pasien terhadap
pelayanan perawat di RS M. H. Thamrin Salemba menempatkan bagian keperawatan dalam
urutan kedua sebagai bagian yang paling banyak di komplain.
RSUD A Wahab Sjahranie (RSUD AWS) bersama dengan LAN pada tanggal 12 – 21
April 2010 melakukan survei indeks pengaduan masyarakat (IPM), sebanyak 3643 orang
masyarakat berpartisipasi dalam survei tersebut. Survei IPM bertujuan untuk mengetahui
keluhan masyarakat sekaligus membantu manajemen dalam memecahkan masalah yang
berkaitan dengan manajemen keluhan sehingga citra pelayanan publik yang melekat pada
RSUD AWS dapat ditingkatkan. Dari hasil survei tersebut diperoleh data tentang keluhan
masyarakat terhadap pelayanan oleh perawat.
Pada survei awal terhadap 20 orang pasien di 4 ruang rawat inap, pada bulan Juli 2013
diperoleh bahwa perawat tidak disiplin (45,%), kurang memperhatikan keluhan pasien (46%)
dan memanfaatkan mahasiswa yang praktek dalam memberi pelayanan kepada pasien
(46,5%). Perawat jaga malam sering ketiduran (50%), perawat kurang ramah (55%), adanya
kasus infus habis (20,6%).
Keluhan dari pelanggan sebenarnya merupakan gejala dari fenomena masalah yang
tampak pada permukaan. Keluhan - keluhan tersebut merupakan indikator adanya
ketidakpuasan pada layanan rumah sakit, apakah itu pelayanan dokter, perawat, pelayanan
administrasi. Ketidakpuasan terhadap pelayanan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain : 1) aspek dokter meliputi kompetensi, ketersediaan dan kualitas layananan dan
empati, 2) aspek perawat meliputi kecepatan respons, kerjasama perawat dalam membantu
menyelesaikan masalah pasien, 3) kecepatan pelayan penunjang seperti laboratorium,
administrasi termasuk keuangan, dan 4) aspek lain seperti sarana, peralatan, kebersihan
gedung (Supriyanto dkk., 2011).
Kinerja perawat pelaksana merupakan serangkaian kegiatan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan yang merupakan suatu proses atau kegiatan praktik keperawatan yang
diberikan oleh perawat pada pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standart keperawatan dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Hamid, 2001) sehingga didapatkan mutu
pelayanan keperawatan yang baik. Oleh karena itu seorang perawat perlu melakukan berbagai
langkah yang terstruktur dan sistematis berdasarkan proses keperawatan. Proses keperawatan
inilah yang nantinya dapat dijadikan tolak ukur evaluasi kinerja perawat (Rijadi, 2007).
Kinerja yang baik merupakan cerminan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan.
Terbentuknya kinerja perawat yang baik dapat dipengaruhi oleh sistem nilai bersama yang
ada pada budaya rumah sakit dan gaya kepemimpinan para manajer rumah sakit yang diterima
(Rijadi, 2007). Disamping itu imbalan juga menempati posisi penting dalam meningkatkan
kinerja karyawan, maka dalam pelaksanaannya harus mendapatkan perhatian sungguh-
sungguh dari para manajer. Jika hal ini kurang diperhatikan maka semangat kerja, sikap dan
loyalitas karyawan akan menurun sehingga pengadaan, pengembangan dan pembinaan yang
telah dilakukan dengan baik menjadi kurang berarti untuk menunjang tercapainya tujuan
institusi (Simamora, 2004).
Kepala ruangan sebagai pemimpin memiliki kesempatan yang lebih besar dalam
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Gillies (1996) menjelaskan
bahwa seorang perawat pimpinan merupakan penggerak bawahannya agar mau bekerja sesuai
dengan filosofi, visi dan misi yang ada pada organisasi. Bass 1994 dalam Cahyono (2005),
menyatakan bahwa kualitas dari pemimpin sering kali dianggap sebagai faktor terpenting
yang menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Kouzes & Posner (2010) juga
menyatakan bahwa pimpinan mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan organisasi.
Guritno (2004) dalam Waridin dkk (2006) menyatakan bahwa perilaku (misalnya pola atau
gaya) kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Whitmore (2009) menyatakan
bahwa gaya kepemimpinan menentukan kinerja staf dan dengan pendekatan pembinaan akan
memberikan kinerja yang tinggi bagi karyawan.
Menurut Mondy (1990) dalam Soetopo (2010), gaya kepemimpinan (leadership style)
secara meyakinkan mempengaruhi budaya kelompok atau organisasi. Jika pemimpin menjaga
jarak (aloof) dengan bawahan, maka sikap semacam ini menimbulkan dampak negatif
terhadap organisasi. Sikap dan perilaku individu dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan
organisasi juga didasarkan pada sistem nilai yang berlaku yang dikenal dengan budaya
organisasi. Budaya organisasi akan mempengaruhi semua aspek organisasi dan perilaku
anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja anggota dan organisasi (Wirawan,
2007). Hasil penelitian Yafang Tsai (2011) menyatakan bahwa budaya organisasi dapat
meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
Hasil penelitian Adjie (2002) dalam Royani (2010), menemukan bahwa faktor imbalan
berhubungan dengan kinerja perawat, dimana perawat yang menilai besarnya imbalan tidak
sesuai dengan peran dan beban kerja berpeluang mempunyai kinerja kurang baik 20,9 kali
dibandingkan dengan perawat yang menilai besar imbalan sesuai dengan peran kerja.
Berdasarkan teori-teori dan beberapa penelitian yang dikemukan diatas peneliti tertarik
untuk meneliti hubungan gaya kepemimpinan dalam hal ini adalah gaya kepemimpinan
kepala ruang rawat inap, budaya organisasi dan imbalan dengan kepuasan kerja dan kinerja
perawat pelaksana di RSUD AW Sjahranie. Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis
faktor-faktor gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan imbalan terhadap kepuasan kerja
dan kinerja perawat pelaksana di RSUD A Wahab Sjahranie.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD AWS Samarinda yang terletak di jalan Palang Merah.
RSUD AWS dipilih sebagai tempat penelitian dengan alasan bahwa RSUD AWS merupakan
rumah sakit rujukan terbesar di provinsi Kalimantan Timur yang sudah terakreditasi serta
menjadi lahan praktek bagi mahasiswa institusi pendidikan kesehatan yang ada di Samarinda.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang
atau cross sectional yang menunjukkan bahwa fenomena yang digambarkan terjadi pada satu
waktu tertentu karena menggunakan data yang dikumpulkan pada satu waktu tertentu saja.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antar variabel. Metode yang
digunakan adalah metode survei. Penelitian didesain untuk menganalisis pengaruh gaya
kepemimpinan, budaya organisasi dan imbalan terhadap kepuasan kerja dan kinerja perawat
pelaksana di RSUD AWS.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok individu yang tinggal di wilayah yang sama, atau
sekelompok individu atau objek yang memiliki karakteristik yang sama (Chandra, 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
AWS yang berjumlah 263 orang. Sampel adalah sebagian populasi yang memiliki
karakteristik yang relatif sama dan bisa mewakili populasi ( Arikunto, 2010). Karena
indikator dalam penelitian ini berjumlah 22 maka sampel yang diambil minimal 110 sampel.
Kriteria sampel adalah perawat pelaksana yang telah memiliki pengalaman kerja tiga tahun
atau lebih karena telah mengalami penyesuaian yang relatif stabil terhadap gaya
kepemimpinan dan budaya organisasi.
Metode Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung kepada responden. Peneliti memberi
penjelasan mengenai tujuan survei dan pernyataan yang kurang dipahami oleh responden.
Kuesioner dapat langsung dikumpulkan setelah selesai diisi oleh responden. Hasil dari
kuesioner digunakan untuk mendapatkan data tentang dimensi-dimensi dari konstruk-
konstruk yang sedang dikembangkan dalam penelitian ini.
Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner diukur dengan menggunakan skala likert (
likert scale), untuk mendapatkan data yang bersifat interval dengan rentang 1 – 4 , dimana
nilai 1 adalah sangat tidak setuju, dan nilai 4 adalah sangat setuju.
Analisis Data
Analisis ini bertujuan mendapatkan gambaran mengenai jawaban responden mengenai
variabel-variabel yang diteliti yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis indeks
yang menggambarkan persepsi responden atas item-item pertanyaan yang diajukan. Dengan
jumlah responden 110 orang. Peneliti menentukan indeks persepsi responden terhadap
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis inferensi berbasis model
persamaan struktural (SEM) yang dioperasikan melalui program AMOS.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Responden Penelitian
Analisis ini bertujuan untuk memperoleh data karakteristik demografik responden
penelitian, yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lama kerja. Karakteristik
demografik responden penelitian digambarkan dalam tabel 1.
Dari data yang disajikan dalam tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden
(89%) berumur 20 - 40 tahun. Hasil ini mempunyai arti bahwa umur rata-rata perawat
pelaksana pada rentang usia produktif. Hasil analisis jenis kelamin perawat pelaksana yang
paling banyak adalah wanita (79%). Pendidikan responden sebagian besar adalah D3
Keperawatan yaitu 90% dan lama kerja responden sebagian besar kurang dari 10 tahun
(75,5%).
Pengujian Hipotesis
Setelah semua asumsi dapat dipenuhi, selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis ini didasarkan atas pengolahan data penelitian dengan menggunakan
analisis SEM, dengan cara menganalisis nilai regresi yang ditampilkan pada tabel 25
(Regression Weights Analisis Structural Equation Modeling). Pengujian hipotesis ini adalah
dengan menganalisis nilai Critical Ratio (CR) dan nilai probability (P) hasil olah data,
dibandingkan dengan batasan statistik yang disyaratkan yaitu diatas 1,96 untuk nilai CR dan
dibawah 0,05 untuk nilai P (probabilitas). Apabila hasil olah data menunjukkan nilai yang
memenuhi syarat tersebut, maka hipotesis penelitian yang diajukan dapat diterima. Secara
rinci pengujian hipotesis penelitian akan dibahas secara bertahap sesuai dengan hipotesis yang
telah diajukan.
Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis 1 pada penelitian ini adalah ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan
kepuasan kerja. Berdasarkan dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR pada hubungan
antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap
RSUD AWS seperti tampak pada tabel 25 adalah sebesar 1.998 dengan nilai p sebesar 0,042.
Hasil dari kedua nilai ini memberikan informasi bahwa terdapat hubungan antara gaya
kepemimpinan kepala ruang rawat inap dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang
rawat inap RSUD AWS, karena memenuhi syarat diatas 1,96 untuk CR dan dibawah 0,05
untuk nilai p, dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis 1 penelitian ini diterima.
Pengujian Hipotesis II
Hipotesis 2 pada penelitian ini adalah ada hubungan antara budaya organisasi dengan
kepuasan kerja. Berdasarkan dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR pada hubungan
antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
AWS seperti tampak pada tabel 25 adalah sebesar 2,211 dengan nilai p sebesar 0,027. Hasil
dari kedua nilai ini memberikan informasi bahwa terdapat hubungan antara budaya organisasi
dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD AWS, karena memenuhi
syarat diatas 1,96 untuk CR dan dibawah 0,05 untuk nilai p, dengan demikian dapat dikatakan
bahwa hipotesis 2 penelitian ini dapat diterima.
Pengujian Hipotesis III
Hipotesis 3 pada penelitian ini adalah ada hubungan antara imbalan dengan kepuasan
kerja. Berdasarkan dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR pada hubungan antara
imbalan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD AWS seperti
tampak pada tabel 25 adalah sebesar 1,197 dengan nilai p sebesar 0,048. Hasil dari kedua nilai
ini memberikan informasi bahwa terdapat hubungan antara imbalan dengan kepuasan kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD AWS, karena memenuhi syarat diatas 1,96
untuk CR dan dibawah 0,05 untuk nilai p, dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis
3 penelitian ini diterima.
Pengujian Hipotesis IV
Hipotesis 4 pada penelitian ini adalah ada hubungan antar kepuasan kerja dengan
kinerja perawat pelaksana di RSUD AWS. Berdasarkan dari pengolahan data diketahui bahwa
nilai CR pada hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja perawat pelaksana di ruang
rawat inap RSUD AWS seperti tampak pada tabel 25 adalah sebesar 2,196 dengan nilai p
sebesar 0,024. Hasil dari kedua nilai ini memberikan informasi bahwa terdapat hubungan
antara kepuasan kerja dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD AWS,
karena memenuhi syarat diatas 1,96 untuk CR dan dibawah 0,05 untuk nilai p, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis 4 penelitian ini dapat diterima.
Pengujian Hipotesis V
Hipotesis 5 pada penelitian ini adalah ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan
kinerja perawat pelaksana di RSUD AWS. Berdasarkan dari pengolahan data diketahui bahwa
nilai CR pada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja perawat pelaksana di
ruang rawat inap RSUD AWS seperti tampak pada tabel 25 adalah sebesar 2,339 dengan nilai
p sebesar 0,034. Hasil dari kedua nilai ini memberikan informasi bahwa terdapat hubungan
antara gaya kepemimpinan dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
AWS, karena memenuhi syarat diatas 1,96 untuk CR dan dibawah 0,05 untuk nilai p, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis 5 penelitian ini dapat diterima.
Pengujian Hipotesis VI
Hipotesis 6 pada penelitian ini adalah ada hubungan antara budaya organisasi dengan
kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR pada
hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap
RSUD AWS seperti tampak pada tabel 25 adalah sebesar 1,960 dengan nilai p sebesar 0,049.
Hasil dari kedua nilai ini memberikan informasi bahwa terdapat hubungan antara budaya
organisasi dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD AWS, karena
memenuhi syarat diatas 1,96 untuk CR dan dibawah 0,05 untuk nilai p, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa hipotesis 6 penelitian ini diterima.
Pengujian Hipotesis VII
Hipotesis 7 pada penelitian ini adalah ada hubungan antara imbalan dengan kinerja
perawat pelaksana. Berdasarkan dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR pada
hubungan antara imbalan dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD AWS
seperti tampak pada tabel 25 adalah sebesar 2,514 dengan nilai p sebesar 0,047. Hasil dari
kedua nilai ini memberikan informasi bahwa terdapat hubungan antara imbalan dengan
kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD AWS, karena memenuhi syarat diatas
1,96 untuk CR dan dibawah 0,05 untuk nilai p, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
hipotesis 7 penelitian ini dapat diterima. Selanjutnya hasil uji dari tiap-tiap hipotesis di atas
akan disajikan secara ringkas pada tabel 2 tentang kesimpulan hipotesis. Berdasarkan tabel 2
menunjukkan bahwa dari tujuh hipotesis yang diuji dalam penelitian ini semua hipotesis dapat
dibuktikan dan diterima secara statistik.
Hubungan Langsung dan Tidak Langsung
Analisis hubungan ditujukan untuk melihat seberapa kuat hubungan suatu variabel
dengan variabel lainnya baik secara langsung, maupun secara tidak langsung. Interpretasi dari
hasil ini akan memiliki arti yang penting untuk mendapatkan suatu pemilihan strategi yang
jelas. Sesuai dengan kajian teoritis dan hasil pengujian hipotesis sebelumnya, gaya
kepemimpinan, budaya organisasi dan imbalan akan memiliki efek langsung maupun tidak
langsung terhadap kinerja karyawan. Hubungan tidak langsung dari variabel tersebut adalah
dengan terlebih dahulu melewati kepuasan kerja, yang selanjutnya berhubungan dengan
kinerja perawat pelaksana. Hasil pengujian hubungan langsung dan tidak langsung tersebut
dapat diringkas pada table 3.
Hubungan masing-masing variabel eksogen dengan variabel endogen secara
menyeluruh dari analisis standardized total effects menunjukkan bahwa hubungan dari
variabel imbalan dengan kepuasan kerja sebesar 0,34, hubungan variabel budaya organisasi
dengan kepuasan kerja sebesar 0,948, dan hubungan gaya kepemimpinan dengan kepuasan
kerja sebesar 0,23. Jadi, kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa budaya organisasi
mempunyai hubungan yang paling besar terhadap kepuasan kerja. Demikian juga hubungan
budaya organisasi dengan kinerja nampak lebih besar jika dibandingkan dengan hubungan
gaya kepemimpinan dan imbalan. Hubungan budaya organisasi dengan kepuasan kerja lebih
besar (0,948) dari pada hubungan budaya organisasi dengan kinerja (0,532). Hubungan
kepuasan dengan kinerja sebesar 2,227 , berarti kepuasan kerja mampu memoderasi gaya
kepemimpinan, budaya organisasi dan imbalan untuk mempengaruhi kinerja perawat
pelaksana di RSUD AWS.
Hubungan langsung antara variabel eksogen dengan variabel endogen dari analisis
standardized direct effects pada tabel 33 terlihat bahwa hubungan budaya organisasi dengan
kepuasan kerja dan kinerja lebih besar jika dibandingkan dengan hubungan antara gaya
kepemimpinan dan imbalan dengan kepuasan kerja dan kinerja perawat pelaksana di RSUD
AWS.
Hubungan tidak langsung antara variabel eksogen dengan variabel endogen dari analisis
standardized indirect effect menunjukkan bahwa hubungan antara imbalan dengan kinerja
secara tidak langsung adalah sebesar 0,075 , hubungan budaya organisasi dengan kinerja
secara tidak langsung adalah sebesar 2,111 dan hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja
secara tidak langsung adalah sebesar 0,52. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel
budaya organisasi mempunyai hubungan yang lebih besar dengan kinerja dibandingkan
dengan variabel gaya kepemimpinan dan imbalan.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa Ada hubungan positif antara gaya kepemimpinan
kepala ruang rawat inap dengan kepuasan kerja perawat pelaksana. Gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas dengan indikator memberi arahan dan petunjuk dalam melakukan
pekerjaan merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kepuasan kerja perawat pelaksana
di ruang rawat inap RSUD AWS. Ada hubungan positif antara budaya organisasi dengan
kepuasan kerja perawat pelaksana. Budaya organisasi yang berorientasi manusia merupakan
faktor penting dalam meningkatkan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap
RSUD AWS. Ada hubungan positif antara imbalan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana.
Jasa pelayanan yang diberikan sesuai dengan beban pekerjaan merupakan hal penting dalam
meningkatkan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD AWS. Ada
hubungan positif antara kepuasan kerja dengan kinerja perawat pelaksana. Hubungan dengan
teman sekerja merupakan faktor penting dalam meningkatkan kepuasan kerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSUD AWS. Ada hubungan positif antara gaya kepemimpinan
dengan kinerja perawat pelaksana. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dengan
indikator memberi arahan dan petunjuk dalam melakukan pekerjaan merupakan hal yang
penting untuk meningkatkan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD AWS.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis telah membuktikan terdapat hubungan antara
gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana. Melalui hasil perhitungan
yang telah dilakukan diperoleh nilai C.R = 1,998 dengan probabilitas = 0,042 (p < 0,05),
hipotesis 1 diterima. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Rezvan (2013) yang
menyatakan bahwa ada korelasi positif antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja
pada tingkat signifikansi p < 0,05.
Uji hipotesa hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja diperoleh nilai C.R =
2,339 dengan probabilitas = 0,034 (p < 0,05) dengan demikian hipotesis 5 diterima berarti ada
hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian
Abd Rahman A tentang kinerja perawat (2013) yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif
dan signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja perawat. Dalam hal ini berarti gaya
kepemimpinan dalam mengarahkan, membina, berpartisipasi, dan mendukung bawahan
dalam bekerja mampu memberikan kepuasan kerja dan meningkatan kinerja perawat
pelaksana yang lebih baik dalam mencapai tujuan yaitu memberikan pelayanan keperawatan
di RSUD AWS. Gaya kepemimpinan berperan penting dalam memberikan petunjuk kepada
karyawan secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tugas - tugasnya.
Menurut Tjiptono (2001), gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan
pimpinan dalam berinteraksi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola
dasar yaitu yang mementingkan pelaksanaan tugas, yang mementingkan hubungan kerjasama
dan yang mementingkan hasil yang dapat dicapai.
Gaya kepemimpinan pada penelitian ini menggunakan teori Fiedler dimana gaya
kepemimpinan dibentuk oleh dua dimensi yaitu : gaya yang berorientasi kepada tugas dan
gaya yang berorientasi kepada hubungan kemanusiaan. Dalam penelitian ini analisis SEM
menggambarkan bahwa dimensi yang paling kuat membentuk gaya kepemimpinan adalah
gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dengan indikator memberi arahan dan
petunjuk dalam melakukan pekerjaan keperawatan (X4) sebesar 0,725. Hal ini berarti
semakin sering kepala ruangan memberikan arahan dan petunjuk maka kepuasan kerja dan
kinerja perawat pelaksana akan semakin baik.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis telah membuktikan terdapat hubungan antara
budaya organisasi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana. Pengujian menunjukkan nilai
C.R = 2,211 dengan probabilitas = 0,027 (p < 0,05). Hipotesis 2 diterima. Hasil tersebut
sesuai dengan penelitian Yafang Tsai (2011) yang menyatakan bahwa budaya organisasi
berhubungan positif dengan kepuasan kerja (b = 0,66 , p < .001).
Hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja diperoleh nilai C.R = 1,960 dengan
probabilitas = 0,049 (p < 0,05). Hal ini berarti Hipotesis 6 diterima dimana terdapat hubungan
antara budaya organisasi dengan kinerja. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Winardi,
dkk (2012) yang menyatakan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh positif sebesar
0,83 terhadap kinerja karyawan dengan tingkat signifikan yang baik (P = 0,015).
Menurut Robbins (2010), budaya organisasi adalah nilai-nilai, prinsip-prinsip, tradisi
dan cara-cara bekerja yang dianut bersama oleh para anggota organisasi dan memengaruhi
cara mereka bertindak. Bila nilai-nilai pokok organisasi dapat dipahami secara jelas dan
diterima secara luas , para karyawan akan mengetahui apa yang harus dikerjakan dan apa
yang diharapkan dari diri mereka, sehingga mereka dapat bertindak dengan cepat untuk
mengatasi berbagai permasalahan.
Budaya organisasi dibentuk oleh tujuh dimensi, yaitu : inovasi, perhatian pada detail,
orientasi hasil, orientasi manusia, orientasi tim, agresivitas dan stabilitas. Berdasarkan hasil
analisis SEM dimensi yang paling kuat membentuk budaya organisasi adalah orientasi
manusia sebesar 0,694. Hal ini berarti bahwa budaya organisasi yang berorientasi pada
manusia, menitik beratkan pada seberapa jauh organisasi bersedia mempertimbangkan faktor
manusia didalam pengambilan keputusan manajemen. Hal ini akan menciptakan budaya
organisasi yang positif yang dapat meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja perawat
pelaksana.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis telah membuktikan terdapat hubungan antara
imbalan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana. Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai
C.R = 1,197 dengan probabilitas = 0,048 (p < 0,05), berarti hipotesis 3 diterima. Hasil
tersebut sesuai dengan penelitian Khalid, K, dkk (2011) tentang pengaruh imbalan dan
motivasi terhadap kepuasan kerja yang menyatakan bahwa ada hubungan positif yang
signifikan antara imbalan karyawan dan kepuasan kerja (β = 0,57, p < 0,05).
Hubungan antara imbalan dengan kinerja diperoleh nilai C.R = 2,514 dengan
probabilitas = 0,047 (p < 0,05). Dengan demikian Hipotesis 7 diterima yaitu terdapat
hubungan antara imbalan dengan kinerja. Imbalan dibentuk oleh tiga dimensi, yaitu : jasa
pelayanan, insentif, dan penghargaan. Pada penelitian ini dimensi yang paling kuat
membentuk variabel imbalan adalah dimensi jasa pelayanan dengan indikator jasa yang
diterima sesuai dengan beban pekerjaan sebesar 0,639 . Semakin sesuai jasa pelayanan yang
diterima dengan beban pekerjaan , maka semakin meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD A Wahab Sjahranie.
Hasil pengujian hipotesis 4 membuktikan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja
dengan kinerja. Pengujian menunjukkan nilai C.R = 2,196 dengan probabilitas = 0,024 (p <
0,05). Hal ini berarti Hipotesis 4 diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Anuar (2011) tentang hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja
karyawan di kelompok perusahaan yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara
kepuasan kerja komponen promosi , pekerjaan itu sendiri , pengawasan dan rekan kerja
kecuali gaji terhadap kinerja kerja karyawan .
Kepuasan Kerja dibentuk oleh lima dimensi, yaitu : Gaji, pekerjaan itu sendiri,
pengawasan, promosi, dan hubungan dengan teman sekerja. Berdasarkan hasil analisis
diketahui bahwa hubungan dengan teman sekerja merupakan indikator dari kepuasan kerja
yang paling kuat (0,695). Hal ini memberikan pemahaman bahwa keberadaan teman sekerja
yang kompak dan saling mendukung sangat berdampak pada kinerja perawat pelaksana di
ruang rawat inap RSUD AW Sjahranie.
KESIMPULAN DAN SARAN
Ada hubungan positif antara budaya organisasi dengan kinerja perawat pelaksana.
Budaya organisasi yang berorientasi manusia merupakan faktor penting dalam meningkatkan
kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD AWS. Ada hubungan positif antara
imbalan dengan kinerja perawat pelaksana. Jasa pelayanan yang diberikan sesuai dengan
beban pekerjaan merupakan hal penting dalam meningkatkan kinerja perawat pelaksana di
ruang rawat inap RSUD AWS. Memperbaiki imbalan yang akan meningkatkan kepuasan
kerja dan kinerja perawat pelaksana. Tinjauan terhadap indikator penyusun variabel imbalan
menunjukkan bahwa kurangnya penghargaan bagi perawat pelaksana di ruang rawat inap
RSUD AWS yang sudah melaksanakan tugas melebihi standar karena memiliki skor
penilaian yang relatif paling rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa perlu memberi perhatian
kepada perawat pelaksana yang sudah melaksanakan tugas melebihi standar dengan memberi
penghargaan. Kepuasan kerja dan kinerja perawat pelaksana akan meningkat apabila mereka
di beri kesempatan untuk mengembangkan karir pada pekerjaan yang lebih baik. Tinjauan
terhadap indikator penyusun variabel kepuasan kerja yang memiliki skor penilaian yang
relatif paling rendah adalah promosi. Menurut persepsi perawat pelaksana kesempatan untuk
bekerja di area pengembangan jarang diberikan. Maka perlu memberikan kesempatan bagi
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD AWS untuk bekerja di area pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi 2010. Jakarta
: PT. Rieneka Cipta. Awases MH. (2006).Factor Affecting Performance of Professional Nursesin Namibia. Doctor
of Literature and Philosophy. Health Studies, University of South Africa. http:// uir.unisa.ac.za/bitstream/handle/10500/2358/ thesis.pdf? sequence=1 Diakses pada tanggal 13 Oktober 2013.
Bass, Bernard M and Avolio, Bruce J. (1993). “Tansformational Leadership And Organizational Culture,” Public Administration Quarterly, 17:1, 112-121.
Cahyono, Suharto. (2005). “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Sumberdaya Manusia Di Sekretariat DPRD Propinsi Jawa Tengah, JRBI, Vol.1.
Chandra, Budiman.(2008). Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta, EGC : halaman . 20 Gillies, D.A.(1996). Nursing management : A System Approach. Second Edition.
Philadelphia: WB Saunders Company. Hamid, A.Y.S.(2001). Peran Profesi Keperawatan Dalam Meningkatkan Tangung Jawab
Perawat Untuk Memberikan Asuhan Keperawatan Profesional Sehubungan Dengan Undang-Undang Konsumen. 005/BS/PPNI.
Kouzes J.M & Posner B.Z. (2010). The Leadership Challenge, Avtivities Book, Pfeiffer. www.pfeiffer.com
Riyadi, Kusnanato. (2007). Motivasi Kerja dan Karakteristik Individu Perawat di RSD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Madura. WPS No.18 April 2007.
Robbins S, Coulter M. (2010). Manajemen. Edisi kesepuluh, Jilid I. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Royani. (2010). Hubungan Sistem Penghargaan dengan Kinerja Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon Banten. Tesis Program Pascasarjana FIK UI, tidak dipublikasikan.
Simamora, Henry.(2001). Manajemen SDM. Cetak ketiga belas, Bumi Aksara, Jakarta. 2004. Manajemen SDM. STIE YKPN, Jakarta. Halaman : 443
Soetopo H.(2010). Perilaku Organisasi ( Teori dan Praktik di bidang Pendidikan), Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
Supriyanto S, Wulandari RD. (2011). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Health Advocacy. Surabaya : Percetakan Pohon Cahaya. Halaman : 180.
Tjiptono, Fandy. (2001). Total Quality Manajemen. Andi, Yogyakarta. Waridin dan Masrukhin. (2006). Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya
Organisasi, dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai, EKOBIS, Vol. 7 No. 2 Winardi, Ma’ruf J, Musnadi. (2012). Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Terhadap
Kinerja Karyawan dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Internening (Studi pada Dinas Pengairan Provinsi Aceh). Jurnal Ilmu Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.
Wirawan. (2007). Budaya dan Iklim Organisasi Teori : Aplikasi dan Penelitian. Jakarta : Penerbit Salemba
Whitmore J. (2009). Coaching for Performance, Growing human potential and purpose. The principles and practice of coaching and leadership. Nicholas Brealey publishing, London – Boston , Fourt edition.p :176
Yafang Tsai. (2011). Relationship between Organizational Culture, Leadership Behavior and Job Satisfaction , Tsai BMC Pelayanan Kesehatan Penelitian 2011, 11: 98
LAMPIRAN
Tabel 1. Data Demografik Responden Penelitian di RSUD AWS, Tahun 2013
No Uraian Frekwensi Prosentase 1 Umur :
20 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun Jumlah
49 49 12
110
44,5 44,5 10,9 100
2 Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan Jumlah
19 91
110
17,3 82,7 100
3 Pendidikan : D3 D4 S1 Keperawatan Jumlah
90 8 12
110
81,8 7,3 10,9 100
4 Lama Kerja < 10 tahun 11 – 20 tahun 21 – 30 tahun > 31 tahun
Jumlah
83 20 6 1
110
75,5 18,2 5,5 0,9 100
Sumber : Data Primer
Tabel 2. Kesimpulan Hipotesis
Hipotesis
Nilai CR dan P Hasil Uji
H1 Ada hubungan gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja
CR = 1,998 P = 0,042
Diterima
H2 Ada hubungan budaya organisasi dengan kepuasan kerja
CR = 2,211 P = 0,027
Diterima
H3 Ada hubungan imbalan dengan kepuasan kerja
CR = 1,197 P = 0,048
Diterima
H4 Ada hubungan kepuasan kerja dengan kinerja
CR = 2,196 P = 0,024
Diterima
H5 Ada hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja
CR = 2,339 P = 0,034
Diterima
H6 Ada hubungan budaya organisasi dengan kinerja
CR = 1,960 P = 0,049
Diterima
H7 Ada hubungan imbalan dengan kinerja CR = 2,514 P = 0,047
Diterima
Tabel 3. Standardized Total Effects
Imbalan Budaya Gaya Kepuasan Kinerja
Kepuasan ,034 ,948 ,023 ,000 ,000
Kinerja ,282 ,532 ,185 2,227 ,000
Sumber : Data primer yang diolah, 2013