13
FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE 1 Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan Harga Diri Remaja Perempuan Pengguna Skin care di Kota Surakarta The Relationship between Body Image and Lifestyle Consumptive with Self-esteem Adolescent Girls Who Uses Skin care in Surakarta City Welly Dwiga Fitriandari, Machmuroch, Pratista Arya Satwika Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebalas Maret ABSTRAK Harga diri merupakan dimensi global dari diri yang merupakan penilaian positif atau negatif yang dibuat individu, yang menunjukkan sejauh mana individu menyukai diri sebagai individu yang mampu, penting dan berharga. Harga diri remaja tidak terlepas dari pandangan remaja terhadap kondisi fisiknya atau body image, sedangkan remaja menggunakan berbagai macam barang dan jasa yang mengarah pada gaya hidup konsumtif untuk menunjang penampilan diri yang terkait dengan harga dirinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara body image, gaya hidup konsumtif, dan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta. Penelitian dilakukan pada lima skin care di kota Surakarta, yaitu: skin care N di Surakarta bagian Barat, skin care E di Surakarta bagian Timur, skin care E di Surakarta bagian Selatan, skin care LB di Surakarta bagian Utara, dan skin care L di Surakarta bagan Tengah, teknik pemilihan skin care dengan menggunakan teknik cluster sampling. Sampel penelitian ini sebanyak 80 remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive insidental sampling. Alat ukur yang digunakan ada 3 skala, yaitu skala harga diri, skala body image, dan skala gaya hidup konsumtif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS versi 23.0. Berdasarkan hasil analisis terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan gaya hidup konsumtif dengan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta dengan signifikansi 0,000 (p<0,05), dan Fhitung=15,033 > Ftabel=3,115. Terdapat hubungan yang signifikan antara body image dengan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta dengan signifikansi 0,000 (p<0,05) dan Thitung=3,610 > Ttabel=1,991. Terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup konsumtif dengan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta, dengan signifikansi 0,002 (p<0,05), dan Thitung=3,218 > Ttabel= 1,991. Kata kunci: Harga diri, Body image, Gaya hidup konsumtif. PENDAHULUAN Seiring dengan bertambahnya usia dan berkembangnya fisik yang dialami manusia dalam menjalani kehidupan, manusia akan melalui masa yang disebut dengan masa remaja. Santrock (2003) mendefinisikan remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak menuju masa dewasa yang dimulai dari usia 10 tahun sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 tahun sampai 22 tahun, yang ditandai dengan perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Perubahan biologis mencakup perubahan dalam hakikat fisik individu. Perubahan kognitif meliputi

Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE

1

Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan Harga Diri Remaja

Perempuan Pengguna Skin care di Kota Surakarta

The Relationship between Body Image and Lifestyle Consumptive with Self-esteem

Adolescent Girls Who Uses Skin care in Surakarta City

Welly Dwiga Fitriandari, Machmuroch, Pratista Arya Satwika

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebalas Maret

ABSTRAK

Harga diri merupakan dimensi global dari diri yang merupakan penilaian positif atau negatif yang dibuat individu, yang menunjukkan sejauh mana individu menyukai diri sebagai individu yang mampu, penting dan berharga. Harga diri remaja tidak terlepas dari pandangan remaja terhadap kondisi fisiknya atau body image, sedangkan remaja menggunakan berbagai macam barang dan jasa yang mengarah pada gaya hidup konsumtif untuk menunjang penampilan diri yang terkait dengan harga dirinya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara body image, gaya hidup konsumtif, dan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta.

Penelitian dilakukan pada lima skin care di kota Surakarta, yaitu: skin care N di Surakarta bagian Barat, skin care E di Surakarta bagian Timur, skin care E di Surakarta bagian Selatan, skin care LB di Surakarta bagian Utara, dan skin care L di Surakarta bagan Tengah, teknik pemilihan skin care dengan menggunakan teknik cluster sampling. Sampel penelitian ini sebanyak 80 remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive insidental sampling. Alat ukur yang digunakan ada 3 skala, yaitu skala harga diri, skala body image, dan skala gaya hidup konsumtif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS versi 23.0.

Berdasarkan hasil analisis terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan gaya hidup konsumtif dengan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta dengan signifikansi 0,000 (p<0,05), dan Fhitung=15,033 > Ftabel=3,115. Terdapat hubungan yang signifikan antara body image dengan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta dengan signifikansi 0,000 (p<0,05) dan Thitung=3,610 > Ttabel=1,991. Terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup konsumtif dengan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta, dengan signifikansi 0,002 (p<0,05), dan Thitung=3,218 > Ttabel= 1,991.

Kata kunci: Harga diri, Body image, Gaya hidup konsumtif.

PENDAHULUAN

Seiring dengan bertambahnya usia dan

berkembangnya fisik yang dialami manusia

dalam menjalani kehidupan, manusia akan

melalui masa yang disebut dengan masa

remaja. Santrock (2003) mendefinisikan remaja

sebagai masa perkembangan transisi antara

masa anak-anak menuju masa dewasa yang

dimulai dari usia 10 tahun sampai 13 tahun dan

berakhir antara usia 18 tahun sampai 22 tahun,

yang ditandai dengan perubahan biologis,

kognitif, dan sosial-emosional. Perubahan

biologis mencakup perubahan dalam hakikat

fisik individu. Perubahan kognitif meliputi

Page 2: Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE

2

perubahan dalam pikiran, inteligensi dan

bahasa tubuh. Perubahan sosial-emosional

meliputi perubahan dalam hubungan individu

dengan manusia lain, yang meliputi emosi,

kepribadian, dan peran dari konteks sosial

perkembangan.

Perkembangan fisik yang dialami pada masa

remaja akan menimbulkan berbagai efek

psikologis. Hanya sedikit remaja yang

mengalami kateksis tubuh atau merasa puas

dengan tubuhnya. Ketidakpuasan terhadap

perubahan fisik tersebut menjadi salah satu

penyebab timbulnya konsep diri yang negatif

dan kurangnya harga diri pada masa remaja

(Hurlock, 2004). Harga diri merupakan sikap

terhadap diri sendiri yang diartikan sebagai

suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya

yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang

bernilai positif maupun negatif (Baron dan

Byrne, 2004). Selama masa transisi hidup,

harga diri individu seringkali mengalami

penurunan. Harga diri mengalami penurunan

dari awal atau pertengahan hingga akhir SMA,

dan dari SMA hingga memasuki dunia kampus

(Santrock, 2007)

Grafik 1. Harga Diri Sepanjang Masa Hidup

Salah satu faktor yang mempengaruhi harga

diri individu adalah body image atau citra tubuh

(Santrock, 2007). Widyatama (2010)

menjelaskan bahwa body image merupakan

gambaran jasmani, citra mental seseorang

mengenai tubuhnya sendiri. Individu dengan

body image negatif akan menganggap adanya

kekurangan dalam segi fisik. Hal ini menjadi

salah satu alasan para remaja untuk melakukan

perawatan di skin care. Oleh karena itu, tidak

heran jika saat ini banyak skin care, salon, spa

atau sejenisnya yang menawarkan berbagai

perawatan tubuh yang dapat menunjang

penampilan seseorang.

Skin care merupakan sebuah klinik kecantikan

yang menawarkan pelayanan jasa di bidang

perawatan kesehatan dan kecantikan kulit,

rambut, kuku, yang ditangani oleh dokter

spesialis. Berdasarkan hasil survey pra-

penelitian yang telah dilakukan di salah satu

skin care di kota Surakarta, perawatan tersebut

dilakukan karena mereka ingin mengikuti

trend, dan untuk menunjang penampilan fisik

agar lebih cantik dan menarik sehingga dapat

diterima dan dihargai oleh orang-orang di

sekitarnya.

Perhatian terhadap penampilan diri merupakan

minat yang besar pada usia remaja, hal ini

ditunjukkan dengan perilaku membeli terhadap

barang-barang yang dapat merawat dan

meningkatkan penampilan dirinya (Hurlock,

2004). Perilaku membeli barang dan

menggunakan jasa tersebut dapat menimbulkan

suatu gaya hidup konsumtif (Djudiyah dan

Hadipranata, 2002). Triyaningsih (2011)

Page 3: Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE

3

menyatakan bahwa gaya hidup konsumtif

merupakan sebuah perilaku membeli dan

menggunakan barang yang tidak didasarkan

pada pertimbangan yang rasional dan memiliki

kecenderungan untuk mengonsumsi sesuatu

tanpa batas dimana individu lebih

mementingkan faktor keinginan daripada

kebutuhan yang dapat memberikan kepuasan

dan kenyamanan fisik.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai

“Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup

Konsumtif dengan Harga Diri Remaja

Perempuan Pengguna Skin care di kota

Surakarta”.

DASAR TEORI

1. Harga Diri

Harga diri adalah dimensi global dari diri

yang merupakan penilaian positif atau

negatif yang dibuat individu. Tentang hal

yang berkaitan dengan dirinya, yang

menunjukkan sejauh mana individu

menyukai dirinya sebagai individu yang

mampu, penting dan berharga. Secara

singkat harga diri adalah “personal

judgment” mengenai perasaan berharga atau

berarti yang di ekspresikan dalam sikap-

sikap individu terhadap dirinya.

Burn (1993) menyatakan ada lima faktor

yang memengaruhi harga diri seseorang,

yaitu: Pengalaman, pola asuh, lingkungan

sosial, sosial ekonomi, dan body image.

Coopersmith (1998) menyebutkan bahwa

aspek-aspek yang terkandung dalam harga

diri yaitu :

a. Power (kekuatan)

Kekuatan dapat diukur berdasarkan

kemampuan individu mempengaruhi

orang lain melalui penguasaan

perilakunya. Kekuatan ini juga bisa

ditunjukkan dalam penghargaan,

penerimaan, dan penghormatan dari orang

lain. Individu yang mempunyai kekuatan

ini akan menunjukkan sikap asertif

mempunyai semangat yang tinggi.

b. Significance (keberartian)

Keberartian yang didapat individu dapat

dilihat dari penerimaan, perhatian,

penghargaan, dan adanya kasih sayang

dari orang lain.

c. Virtue (kebajikan)

Kebajikan ditunjukkan individu dengan

adanya kesesuaian dengan moral dan etika

yang berlaku di lingkungan sekitarnya.

d. Competence (kompetensi)

Kompetensi dilihat pada individu yang

mempunyai kemampuan atau skill yang

cukup.

2. Body Image

Body image adalah pikiran, perasaan,

persepsi dan evaluasi individu terhadap

tubuh dan penampilan dirinya, yang

digambarkan dengan kepuasan tubuh dan

penampilan fisik secara keseluruhan

meliputi penilaian kehalusan wajah,

kelangsingan tubuh, berat tubuh, dan tinggi

tubuh, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

biologis, psikologis, historis, sosiokultural

Page 4: Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE

4

dan faktor individual.

Thompson (1990) mengemukakan bahwa

body image dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu: tahap perkembangan, berat

badan dan persepsi derajat kekurusan dan

kegemukan, tren yang berlaku di

masyarakat, dan sosialisasi.

Cash dan Pruzinsky (2002) menyebutkan

bahwa aspek-aspek body image adalah:

a. Evaluasi penampilan (appearance

evaluation)

Penilaian individu terhadap penampilan

tubuh secara keseluruhan, perasaan

menarik atau tidak menarik, memuaskan

atau tidak memuaskan, kenyamanan dan

ketidaknyamanan terdahap penampilan

tubuh.

b. Orientasi penampilan (appearance

orientation)

Orientasi penampilan ditunjukkan

individu dalam tingkat perhatian

terhadap penampilan diri, serta berbagai

usaha yang dilakukan untuk

memperbaiki dan meningkatkan

penampilan diri agar mencapai tingkat

yang memuaskan.

c. Kepuasan terhadap bagian atau area

tubuh (body area satisfaction)

Merupakan perasaan puas atau tidak

puas individu terhadap bagian tubuh

tertentu secara spesifik.

d. Kecemasan menjadi gemuk (overweight

occupation)

Kecemasan individu terhadap

kegemukan dan kewaspadaan terhadap

berat badan yang digambarkan melalui

perilaku nyata dalam aktivitas sehari-hari

e. Pengkategorian ukuran tubuh (self

classified weight)

Menggambarkan bagaimana seseorang

mempersepsikan, memandang, dan

menilai mengenai berat badan mereka,

apakah kurus atau gemuk.

3. Gaya Hidup Konsumtif

Gaya hidup konsumtif adalah pola perilaku

atau tindakan individu untuk mengonsumsi

barang atau jasa yang bukan merupakan

prioritas kebutuhannya dan tanpa

diperhitungkan secara rasional sehingga

sifatnya menjadi berlebihan, yang dapat

memberikan kepuasan, kenyamanan fisik

dan hasrat untuk memenuhi kesenangan.

Gaya hidup konsumtif tidak terlepas dari

berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Menurut Kotler (2000) faktor yang dapat

mempengaruhi gaya hidup konsumtif ada

dua, yaitu: faktor internal (usia, kepribadian,

keadaan ekonomi, motivasi, persepsi, dll)

dan faktor eksternal (kebudayaan, kelas

sosial, keluarga, kelompok acuan, peran dan

status). Menurut Lina dan Rosyid (1997)

aspek-aspek gaya hidup konsumtif, yaitu:

a. Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif ditunjukkan dengan

adanya perilaku membeli yang semata-

mata didasari atas keinginan sesaat yang

dilakukan tanpa mempertimbangkan

terlebih dahulu dan tidak memikirkan apa

yang akan terjadi ke depannya atau efek

jangka panjang.

Page 5: Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE

5

b. Pemborosan

Gaya hidup konsumtif sebagai salah satu

perilaku yang ditandai dengan

menghamburkan uang tanpa didasari

adanya kebutuhan yang jelas.

c. Mencari kesenangan

Pembelian barang didasari atas

kesenangan semata, dan didasari atas

kenyamanan dan kebutuhan fisik.

METODE PENELITIAN

1. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel

bebas dan satu variabel tergantung. Variabel

tergantung dalam penelitian ini adalah harga

diri, sedangkan variabel bebasnya adalah

body image dan gaya hidup konsumtif.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 80 remaja

perempuan pengguna skin care di kota

Surakarta, yang dipilih dengan teknik

purposive insidental sampling, dan

memenuhi kriteria sbb: remaja perempuan

dengan rentang usia antara 15 sampai 21

tahun, telah menggunakan produk atau jasa

di skin care lebih dari dua tahun,

berpendidikan minimal SMP (bisa membaca

dan menulis).

Sedangkan teknik pemilihan skin care dalam

penelitian ini menggunakan teknik cluster

sampling, yaitu: skincare N di Surakarta

bagian Barat, skincare E di Surakarta bagian

Timur, skicare E di Surakarta bagian

Selatan, skincare LB di Surakarta bagian

Utara, dan skincare L di Surakarta bagan

Tengah.

3. Alat Ukur Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian

ini terdiri dari tiga skala yaitu skala harga

diri, skala body image, dan skala gaya hidup

konsumtif. Model skala yang digunakan

adalah skala likert yang terdiri dari respon

jawaban sangat sesuai (SS). Sesuai (S), tida

sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS).

Pernyataan dalam skala penelitian ini

mengandung aitem favourable dan

unfavourable. Uji validitas dilakukan

menggunakan teknik Product Moment

Pearson, sedangkan uji reliabilitas

menggunakan formula Alpha Cronbach

dengan program Statistical Product and

Service Solution (SPSS) versi 23.0.

4. Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi

berganda, untuk mengetahui pengaruh atau

hubungan antar ketiga variabel penelitian.

Penggunaan teknik analisis regresi ganda

karena penelitian ini terdiri dari dua variabel

bebas, yaitu body image dan gaya hidup

konsumtif, serta satu variabel tergantung,

yaitu harga diri. Perhitungan dilakukan

dengan program Statistical Product and

Service Solution (SPSS) versi 23.0.

Page 6: Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE

6

HASIL- HASIL

1. Uji Asumsi Dasar

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk

mengetahui apakah dalam model regresi

variabel penganggu atau residual

memiliki ditribusi normal, dengan

melihat nilai Kolmogorov-Smirnov Test

dengan taraf signifikansi 0,05 atau 5%.

Data dinyatakan berdistribusi normal

jika nilai signifikansi lebih besar dari

0,05 atau 5% (Ghozali, 2012). Nilai

signifikansi yang dihasilkan adalah

0,685 (p>0,05), yang berarti bahwa

dalam model regresi variabel penganggu

atau residual memiliki distribusi normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk

mengetahui dua variabel mempunyai

hubungan linear atau tidak secara

signifikan. Pengujian linieritas dalam

penelitian ini menggunakan test of

linierity dengan bantuan program

Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 23.0. Dua variabel

dikatakan linear jika signifikansinya

(linearity) kurang dari 0,05.

Hubungan antara body image dengan

harga diri menunjukan hubungan yang

linier, dikarenakan nilai signifikansi

(linearity) adalah 0,000 (p<0,05).

Sedangkan, hubungan antara gaya hidup

konsumtif dengan harga diri menunjukan

hubungan yang linier, dikarenakan nilai

signifikansi (linearity) adalah 0,000

(p<0,05).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan

linear antar variabel bebas dalam model

regresi. Uji multikolinieritas dilakukan

dengan melihat nilai Variance Inflation

Factor (VIF) pada model regresi.

Apabila nilai VIF > 5 mengindikasikan

terjadi multikolinieritas. Hasil uji

multikolinieritas mendapatkan nilai

Variance Inflation Factor (VIF) kurang

dari 5, maka mengindikasikan tidak

terjadi multikolinearitas.

b. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari

residual. Metode pengujian untuk uji

heteroskedastisitas pada penelitian ini

adalah dengan melihat titik-titik pada

pola scatterplots.

Gambar 1. Scatterpot

3210-1-2-3

Regression Standardized Predicted Value

4

2

0

-2

-4

Reg

ress

ion

Stu

de

nti

ze

d R

es

idu

al

Dependent Variable: Harga Diri

Scatterplot

Pola scatterplots tidak membentuk pola

yang jelas, titik-titik menyebar di atas

Page 7: Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE

7

dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,

maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi dalam penelitian ini

menggunakan uji Durbin Watson (DW)

dengan bantuan program komputer

Statistical Product And Service Solution

(SPSS) versi 23.0. berdasarkan hasil

perhitungan diketahui bahwa nilai DW =

1,996, yaitu terletak di antara dU dan (4-

dU) atau 1,662 ≤ DW ≤ 2,338, maka

tidak terdapat autokorelasi, jadi model

regresi telah memenuhi asumsi

autokorelasi.

3. Uji Hipotesis

a. Uji Simultan F

Berdasarkan perhitungan menggunakan

Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 23.0. diketahui bahwa nilai

signifikansi (p-value) pada kolom

signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05),

sedangkan nilai Fhitung=15,033 >

Ftabel=3,115, sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel bebas body image dan

gaya hidup konsumtif secara berpengaruh

terhadap variabel tergantung harga diri

remaja perempuan pengguna skin care di

kota Surakarta.

b. Analisis Korelasi Ganda (R)

Hasil analisis korelasi ganda (R)

diperoleh nilai R sebesar 0,530, maka

hubungan yang terjadi antara body image

dan gaya hidup konsumtif dengan harga

diri remaja perempuan pengguna skin

care di kota Surakarta termasuk dalam

kategori sedang. Besarnya R square

adalah 0,281. Hal tersebut berarti 28,1%

variansi harga diri dapat dijelaskan oleh

variabel-variabel terikat body image dan

gaya hidup konsumtif. Sedangkan sisanya

(100% - 28,1% = 71,9%) dijelaskan oleh

faktor-faktor lain di luar variabel

penelitian.

c. Uji Parsial t

Nilai signifikansi (p-value) body image

terhadap harga diri pada kolom sig adalah

sebesar 0,001 (p<0,05), sedangkan nilai

Thitung=3,610 > Ttabel= 1,991 . Sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara body image

dengan harga diri remaja perempuan

pengguna skin care di kota Surakarta.

Nilai signifikansi (p-value) gaya hidup

konsumtif terhadap harga diri pada

kolom sig adalah sebesar 0,002 (p<0,05),

sedangkan nilai Thitung=3,218 > Ttabel=

1,991 . Sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan

antara gaya hidup konsumtif dengan

harga diri diri remaja perempuan

pengguna skin care di kota Surakarta.

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

diketahui pula persamaan regresi, Y =

60,276 + 0,218 X1 + 0,182 X2 yang

artinya sebagai berikut : Konstanta X1

adalah 0,218 artinya bila nilai variabel

body image dinaikan 1 % maka akan

menaikan nilai variabel harga diri sebesar

0,218%. Konstanta X2 adalah 0.182

artinya jika nilai gaya hidup konsumtif

Page 8: Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE

8

dinaikan 1 % maka akan menaikan nilai

variabel harga diri sebesar 0,182%.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji

hipotesis menggunakan teknik analisis regresi

berganda, membuktikan bahwa hipotesis

pertama dalam penelitian ini terpenuhi. Hasil

uji F menunjukkan nilai signifikansi 0,000

(p<0,05), dan Fhitung= 15,033 > Ftabel =3,115

maka ada hubungan yang signifikan antara

variabel body image dan gaya hidup konsumtif

dengan harga diri remaja perempuan pengguna

skincare di kota Surakarta. Nilai R pada

penelitian ini yaitu sebesar 0,530 maka

hubungan yang terbentuk antara body image

dan gaya hidup konsumtif dengan harga diri

termasuk dalam kategori sedang. Besarnya R

Square adalah 0,281 nilai ini menandakan

bahwa sumbangan pengaruh yang diberikan

variabel body image dan gaya hidup konsumtif

secara bersama-sama terhadap harga diri adalah

sebesar 0,281 yang berarti 28,1% variansi harga

diri dapat dijelaskan oleh variabel-variabel

bebas body image dan gaya hidup konsumtif,

sedangkan sisanya 71,9% dijelaskan oleh

faktor-faktor lain di luar kedua variabel

tersebut.

Perkembangan fisik yang dialami pada masa

remaja akan menimbulkan berbagai efek

psikologis. Hanya sedikit remaja yang

mengalami kateksis tubuh atau merasa puas

dengan tubuhnya. Ketidakpuasan terhadap

perubahan fisik tersebut menjadi salah satu

penyebab timbulnya konsep diri yang negatif

dan kurangnya harga diri pada masa remaja

(Hurlock, 2004). Harga diri merupakan sikap

terhadap diri sendiri yang diartikan sebagai

hasil penilaian individu terhadap dirinya sendiri

yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang

bernilai positif maupun negatif (Baron dan

Byrne, 2004).

Salah satu faktor yang mempengaruhi harga

diri individu adalah body image atau citra tubuh

(Santrock, 2007). Remaja memperhatikan dan

mengembangkan citra (image) tentang seperti

apa tubuh mereka. Menurut Papalia, Olds, dan

Feldman (2001) body image adalah suatu

gambaran dan evaluasi mengenai penampilan

dirinya sendiri.

Perhatian yang besar terhadap penampilan diri

merupakan minat yang besar pada usia remaja,

perhatian ini ditunjukkan dengan perilaku

membeli terhadap barang-barang yang dapat

merawat dan meningkatkan penampilan remaja

(Hurlock, 2006). Perilaku membeli barang-

barang tersebut dapat memicu timbulnya gaya

hidup konsumtif. Triyaningsih (2011)

menjelaskan bahwa gaya hidup konsumtif

merupakan sebuah perilaku membeli dan

menggunakan barang yang tidak didasarkan

pada pertimbangan yang rasional dan memiliki

kecenderungan untuk mengonsumsi sesuatu

tanpa batas dimana individu lebih

mementingkan faktor keinginan daripada

kebutuhan yang dapat memberikan kepuasan

dan kenyamanan fisik.

Body image dan gaya hidup konsumtif secara

bersama-sama dapat mempengaruhi harga diri

Page 9: Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE

9

individu. Individu dengan body image positif

akan merasa puas terhadap tubuh dan

penampilan fisiknya, serta kecenderungan gaya

hidup konsumtif yang dimiliki individu untuk

mendapatkan barang sesuai keinginan, hal

tersebut dapat menigkatkan harga diri.

Uji hipotesis juga menunjukkan bahwa

hipotesis kedua diterima. Hasil penelitian yang

telah dilakukan pada remaja perempuan

pengguna skin care di kota Surakarta,

didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang

signifikan antara body image dengan harga diri

dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05), dan

Thitung=3,610 > Ttabel= 1,991. Dimana ada

kecederungan semakin tinggi nilai body image

maka akan semakin tinggi pula harga diri pada

remaja perempuan pengguna skin care di kota

Surakarta. Sumbangan relatif body image

terhadap harga diri yaitu sebesar 54,7% dan

sumbangan efektif sebesar 15,4%.

Goldenberg dkk, (dalam Baron dan Byrne,

2004) menyatakan bahwa tubuh seseorang

dapat menjadi sumber harga diri, dan saat

mereka diingatkan oleh orang lain mengenai

perubahan tubuhnya, hal ini akan meningkatkan

upaya individu dalam memperjuangkan harga

dirinya. Menurut Tambunan (dalam Wardhani,

2009) remaja dengan harga diri rendah akan

mencari perhatian dan pengakuan atas

keberadaannya dari orang lain, salah satu upaya

yang dilakukannya adalah dengan

meningkatkan penampilan fisiknya.

Penampilan fisik seseorang berkaitan dengan

body image atau citra tubuh. Body image adalah

pikiran, perasaan, persepsi dan evaluasi

individu terhadap tubuh dan penampilan

dirinya, yang digambarkan dengan kepuasan

tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Sari (2012) yang meneliti

tentang hubungan antara citra tubuh dan harga

diri pada dewasa awal tuna daksa, hasilnya

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

antara body image dan harga diri pada dewasa

awal tuna daksa.

Pengujian hipotesis juga menunjukkan bahwa

hipotesis ketiga diterima. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan pada remaja

perempuan pengguna skin care di kota

Surakarta, didapatkan hasil bahwa ada

hubungan yang signifikan antara gaya hidup

konsumtif dengan harga diri, dengan nilai

signifikansi 0,000 (p<0,05), dan Thitung=3,218 >

Ttabel= 1,991. Dimana ada kecederungan

semakin tinggi nilai gaya hidup konsumtif

maka akan semakin tinggi pula harga diri pada

remaja perempuan pengguna skin care di kota

Surakarta. Sumbangan relatif gaya hidup

konsumtif terhadap harga diri yaitu sebesar

45,3% dan sumbangan efektif sebesar 12,7%.

Menurut Wagner (dalam Shohibullana, 2014)

gaya hidup konsumtif yang dilakukan oleh para

remaja tidak lain hanya untuk bisa diterima dan

menjadi bagian dari lingkungan mereka.

Remaja hanya membeli barang dan

menggunakan jasa untuk memenuhi hasrat

kesenangannya, tanpa memperhatikan penting

atau tidaknya barang tersebut. Kecenderungan

untuk membeli barang-barang tersebut

Page 10: Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE

10

dilakukan para remaja untuk memenuhi kondisi

psikologis tertentu salah satunya adalah harga

diri. Hal ini ditegaskan oleh Sears, dkk (1991)

bahwa perilaku membeli berpengaruh pada

harga diri seseorang. Remaja cenderung mudah

dipengaruhi oleh iklan dan akan membeli

barang-barang yang diinginkan untuk

mendapatkan penghargaan dari lingkungan

sosialnya. Secara tidak langsung, untuk

memenuhi tuntutan agar mendapatkan

penampilan yang sempurna, tentu saja didorong

oleh gaya hidup konsumtif agar individu

memperoleh barang-barang yang dapat

menunjang penampilan sesuai keinginannya,

sehingga mereka mempunyai harga diri yang

tinggi.

Remaja mempunyai karakteristik mudah

terbujuk oleh hal-hal yang menyenangkan dan

mudah mengikuti hal yang mereka inginkan,

mereka menjadi pelaku utama dari perilaku

konsumtif. Tidak jarang dari remaja yang

mengatakan pola hidup konsumtif sudah

melekat pada dirinya. Mereka melakukan hal

tersebut demi menjaga penampilan untuk

mendapat pengakuan dari lingkungannya

sehingga mempunyai harga diri tinggi (Taufik,

2006).

Hasil penelitian ini didukung penelitian yang

dilakukan oleh Liestianingsih (2002)

berdasarkan laporan penelitian mengatakan

bahwa pada umumnya perubahan fisik pada

saat pubertas menyebabkan remaja putri kurang

puas terhadap penampilan fisiknya

dibandingkan dengan remaja putra. Hal tersebut

membuat kaum perempuan lebih cenderung

memiliki gaya hidup konsumtif untuk membeli

barang sesuai hasrat keinginannya sehingga

mereka mempunyai harga diri yang tinggi.

PENUTUP

a. Simpulan

1. Terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara body image dan gaya

hidup konsumtif dengan harga diri

remaja perempuan pengguna skin care

di kota Surakarta, hal ini berarti

semakin tinggi nilai body image dan

gaya hidup konsumtif yang dimiliki

individu, maka semakin tinggi pula

harga diri yang dimilikinya.

2. Terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara body image dengan

harga diri remaja perempuan pengguna

skin care di kota Surakarta, hal ini

berarti semakin tinggi nilai body image

yang dimiliki individu, maka semakin

tinggi pula harga diri yang dimilikinya.

3. Terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara gaya hidup konsumtif

dengan harga diri remaja perempuan

pengguna skin care di kota Surakarta,

hal ini berarti semakin tinggi individu

yang memiliki gaya hidup konsumtif,

maka semakin tinggi pula harga diri

yang dimilikinya.

b. Saran

1. Bagi remaja

Bagi remaja yang mengalami

pertumbuhan fisik yang pesat, mereka

perlu mengetahui, mensyukuri, dan

Page 11: Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE

11

menerima fase-fase dalam

perkembangan tubuhnya, sehingga

mereka dapat membentuk body image

yang positif salah satunya dengan

menjaga dan memelihara kondisi fisik

melalui perawatan tubuh. Selain itu,

diharapkan dapat meningkatkan harga

diri yang dimiliki, dengan selalu

berusaha untuk menerima kekurangan

dan kelebihan yang ada pada dirinya.

Misalnya menghindari kalimat negatif

dalam pikiran seperti “aku tidak

mampu” “ini hanya impian” kata-kata

ini dapat merusak harga diri, tidak

selalu tergantung dengan respon negatif

orang lain mengenai kondisi fisiknya,

dan meyakinkan bahwa dirinya pantas

untuk dicintai dan dihargai.

2. Bagi orang tua

Bagi orang tua, diharapkan dapat

memahami pentingnya harga diri dalam

perkembangan psikologis, sehingga

dapat memberikan gambaran dan

pengetahuan dalam mendidik anak.

Orang tua dapat membentuk pola pikir

anak bahwa perkembangan dan

pertumbuhan fisik pada masa remaja

tidak selalu menimbulkan efek yang

negatif, memberikan pengarahan dan

kontrol kepada remajanya untuk

menggunakan barang dan jasa sesuai

kebutuhan agar tidak berlebihan.

3. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian dengan pokok

bahasan yang sama, penelitian ini

diharapkan dapat menjadi referensi

dalam penelitiannya. Mengingat hasil

sumbangan variabel body image dan

gaya hidup konsumtif yang sebesar

28,1 % dan masih banyak faktor lain di

luar variabel penelitian yang

mempengaruhi harga diri, maka

peneliti selanjutnya yang akan

mengadakan penelitian mengenai harga

diri disarankan untuk meneliti faktor-

faktor harga diri yang lain seperti

dukungan sosial, kesuksesan dalam

mencapai tujuan, pengetahuan, usia,

dan lain-lain. Peneliti selanjutnya juga

diharapkan dapat memperluas ruang

lingkup penelitian atau populasi

sehingga diharapkan dapat

meningkatkan kualitas penelitian, agar

hasil penelitian menjadi lebih

komprehensif. Hal lain yang perlu

diperhatikan adalah dengan

menggunakan data tambahan melalui

wawancara atau observasi, agar hasil

yang di dapatkan lebih mendalam,

karena tidak semua hal dapat diungkap

dengan menggunakan skala psikologi.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. (2006). Psikologi

Perkembangan. Bandung: Refika

Aditama.

Astuti, Puji., Puspitawati, Ira. (2009). Hubungan

Antara Sikap Remaja Putri Terhadap

Produk Multi Level Marketing dengan

Perilaku Konsumtif dalam Pembelian

Page 12: Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE

12

Barang Kosmetik. Jurnal Online

Psikologi. 01 (03). 2.

Azwar, Saifuddin. (2010). Metode Penelitian.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. (2013). Tes Prestasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, Robert A & Byrne, Donn. (2004).

Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Branden , N. (2001). Kiat Jitu Meningkatkan

Harga Diri. Jakarta: Delaprasata.

Burn, R. B. (1993). Konsep diri: Teori,

Pengukuran, Perkembangan, dan

Perilaku (Eddy Pengalih Bahasa). Jakarta:

Arcan.

Cash, T. F & Pruzinsky, T. (2002). Body Image:

A Handbook of Theory, Research, and

Clinical. New York: Guilford

Publications.

Cicillabaika, Ratna. (2014). Hubungan antara

Kepuasan Citra Tubuh dengan Harga Diri

pada Laki-Laki yang Melakukan Fitness.

Laporan Penelitian. (tidak

dipublikasikan). Malang: Universitas

Brawijaya.

Coopersmith, S. (1998). The Antecendent of Self

Esteem. San Fransisco: W. H. Freeman

Company.

Dacey, J. & Kenny, M. (1997). Adolesence

development. Second edition. United

States of America: Times Mirror Higher

Education Group Inc.

Daradjat, Z. (1992). Kesehatan Mental. Jakarta:

Gunung Agung.

Davison,T.E. & McCabe, M.P. (2005). Adolescent

Body Image and Psychosocial Functioniong. Deakin University :

Australia.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Djudiyah dan Hadipranata, Asip F. (2002).

Hubungan antara Pemantauan Diri, Harga

Diri, Materialisme, dan Uang Saku

dengan Pembelian Impulsif pada Remaja.

Jurnal Psikodinamik. 4 (2), 59.

Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Hurlock, E.B. (2004). Psikologi Perkembangan:

Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

. (2006). Psikologi

Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:

Erlangga.

Jersild, A. T. (1978). The Psychology of

Adolesence (Third Edition). New York:

Macmillan Publishing.

Keliat. (1998). Citra Tubuh. Jakarta: Gramedia.

Koentjoro. (1989). Perbedaan Harga Diri

Remaja di Daerah Miskin Penghasil

Pelacur & Bukan Penghasil Pelacur:

Laporan Penelitian. (tidak

dipublikasikan). Fakultas Psikologi

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Lina dan Rosyid. (1997). Perilaku Konsumtif

berdasarkan Locus of Control pada

Remaja Putri. Jurnal Pemikiran dan

Penelitian Psikologi. (4). 5-13.

Liestianingsih, Dwi. (2002). Ideologi Gender

dalam Iklan Kosmetik di Televisi.

Surabaya: Lembaga Penelitian Universitas

Airlangga.

Masheb, Robin. (1997). The Nature of Body

Image Disturbance in Patients with Binge

Eating Disorder. International Jurnal of

Eating Disorder. (33). 334-335.

Monks, F.J; Knoers, A.M.P; Haditono S.R.

(2004). Psikologi Perkembangan:

Pengantar Psikologi dalam Berbagai

Bagiannya. Alih bahasa: Haditono, S.R.

Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas

Press.

Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan

Organisasi. Jakarta: Universitas

Indonesia.

Murdianingsih, Siti. (2008). Gaya Hidup

Konsumtif dan Pencitraan Diri Pelajar

Pengguna Handphone di Sma Negeri 1

Sambi Boyolali. (Skripsi tidak

dipublikasikan), Universitas Sebelas

Maret, Surakarta.

National Eatng Disorders Association. (2005).

What is Body Image?.

Page 13: Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan

FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE

13

http://www.nationaleatingdisorders.org/w

hat-body-image. diakses 23 Januari 2015.

Papalia, Old, & Feldman. (2008). Human

Development (Psikologi Perkembangan).

Jakarta: Kencana.

Priyatno, Duwi. (2011). Belajar Cepat Olah

Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta:

Andi.

. (2012). Cara Kilat Belajar

Analisis Data dengan SPSS 20.

Yogyakarta: Andi.

. (2014). SPSS 22: Pengolah

Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi.

Purwanto. (2008). Metodologi Penelitian

Kuantitatif untuk Psikologi dan

Pendidikan. Yogjakarta: Pustaka Belajar.

Rudd, N.A. & Lennon S. J. (2000). Body Image

and Appearance: Management Behaviors

in College Woman. Clothing and Textiles

Research Journals, (32). 615-625.

Rutjee. (2009). Seputar Tentang Kehidupan

Mahasiswa. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John. W. (2003). Adolesence:

Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

. (2007). Remaja Edisi

Kesebelas. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2004). Psikologi

Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Sari, Dahlia N. P. (2012). Hubungan antara

Body Image dan Self Esteem pada

Dewasa Awal Tuna daksa. Jurnal Ilmiah,

1 (1).

Sears, O., Freedman, L., Peplau, A. (1991).

Psikologi Sosial 2 (penerjemah: Ardyanto,

M). Jakarta : Erlangga.

Shohibullana, Imam Hoyri. (2014). Kontrol Diri

dan Perilaku Konumtif pada Siswa SMA

(Ditinjau Dari Lokasi Sekolah). Jurnal

Online Psikologi. 02 (01). 2-3.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum.

Bandung: Pustaka Setia.

Subandy. (1997). Ecstasy Gaya Hidup. Jakarta:

Grasindo.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif,

Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumartono. (2002). Terperangkap Dalam Iklan.

Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. (2006). Pengembangan

Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi.

Swastha, B. (1999). Saluran Pemasaran.

Yogyakarta: BPEE.

Tambunan, R. (2001). Harga Diri Remaja.

http://www.epsikologi.com/remaja/24090

1. htm diakses 22 Januari 2015.

Taufik, A. (2006). Peran dan Tanggung Jawab

Mahasiswa. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Thompson, J. K. (1990). Body Image

Disturbance. New York: Pergamon Press

Inc.

Triyaningsih, SL. (2011). Dampak On Line

Marketing melalui facebook terhadap

perilaku konsumtif masyarakat. Jurnal

Ekonomi & Kewirausahaan. 11 (2). 172-

177.

Wahidah, Nurul. (2013). Pengaruh Perilaku

Konsumtif terhadap Gaya Hidup

Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP

UNTAN. (Skripsi tidak dipublikasikan),

Universitas Tanjung Pura, Pontianak.

Wahyudi. (2013). Tinjauan tentang Perilaku

Konsumtif Remaja Pengunjung Mall

Samarinda Central Plaza. E-Journal

Sosiologi. 1 (4). 1-2

Wardhani, Maida Devi. (2009). Hubungan

antara Konformitas dan Harga Diri

dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja

Putri. (Skripsi tidak dipublikasikan),

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Widyatama. (2010). Kamus Psikologi. Jakarta:

Widyatama.

Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi

Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.