21
1 Strategi Komunikasi Badan Otorita Borobudur dalam Place Branding Deloano Glamping Purworejo sebagai Destinasi Wisata Herdianti Isnaini Drs. Widyantoro, M.Si. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRACT Branding is an attempt to mark a product or service. Not only products or services, a city or place also needs branding to be able to get a sign or symbol so that people can get to know the city or place better. Whereas place branding is a marketing activity effort that was first created by marketers to influence consumer decisions to visit these destinations. Deloano Glamping is a new tourist attraction in Purworejo Regency which is still not widely known either by the Purworejo community itself or outside Purworejo. Managed directly by the Badan Otorita Borobudur, Deloano Glamping offers various interesting and different facilities from the others. This study aims to find out the communication strategy carried out by the Badan Otorita Borobudur on Deloano Glamping as a tourist destination. This research uses a case study method and data collection is done by interview and observation. The results of this study indicate that the Badan Otorita Borobudur implements several stages of communication strategies to be able to introduce Deloano Glamping to the public and after going through these stages, they then carry out promotions. It is through this promotion and introduction that the Badan Otorita Borobudur attracts the public to visit. From here, it can be seen whether the place branding implemented by the Borobudur Authority Agency at Deloano Glamping has been carried out well or not. From this research, it can be seen that the Badan Otorita Borobudur has carried out the stages of their communication strategy well and the message to be conveyed to the public can be received well. However, due to the pandemic, they cannot carry out large-scale promotions as planned and are diverted to promotions through social media. Keywords : communication strategy, branding, place branding

Glamping Purworejo sebagai Destinasi Wisata D0216041.pdf · 2021. 1. 27. · Kemudian daerah dataran tinggi Purworejo berbatasan langsung dengan wilayah Wonosobo, Magelang dan Yogyakarta

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    Strategi Komunikasi Badan Otorita Borobudur dalam Place Branding Deloano

    Glamping Purworejo sebagai Destinasi Wisata

    Herdianti Isnaini

    Drs. Widyantoro, M.Si.

    Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    ABSTRACT

    Branding is an attempt to mark a product or service. Not only products or services, a

    city or place also needs branding to be able to get a sign or symbol so that people

    can get to know the city or place better. Whereas place branding is a marketing

    activity effort that was first created by marketers to influence consumer decisions to

    visit these destinations. Deloano Glamping is a new tourist attraction in Purworejo

    Regency which is still not widely known either by the Purworejo community itself or

    outside Purworejo. Managed directly by the Badan Otorita Borobudur, Deloano

    Glamping offers various interesting and different facilities from the others. This study

    aims to find out the communication strategy carried out by the Badan Otorita

    Borobudur on Deloano Glamping as a tourist destination. This research uses a case

    study method and data collection is done by interview and observation. The results of

    this study indicate that the Badan Otorita Borobudur implements several stages of

    communication strategies to be able to introduce Deloano Glamping to the public

    and after going through these stages, they then carry out promotions. It is through

    this promotion and introduction that the Badan Otorita Borobudur attracts the public

    to visit. From here, it can be seen whether the place branding implemented by the

    Borobudur Authority Agency at Deloano Glamping has been carried out well or not.

    From this research, it can be seen that the Badan Otorita Borobudur has carried out

    the stages of their communication strategy well and the message to be conveyed to

    the public can be received well. However, due to the pandemic, they cannot carry out

    large-scale promotions as planned and are diverted to promotions through social

    media.

    Keywords : communication strategy, branding, place branding

  • 2

    Pendahuluan

    Indonesia merupakan negara dengan ribuan pulau yang memiliki daya tarik

    tersendiri. Pada setiap daerahnya memiliki ciri khas yang dapat menarik minat orang

    untuk sekedar berkunjung atau menikmati apa yang disajikan daerah tersebut. Namun

    demikian, daya tarik wisata tetap menjadi yang nomor satu dari semua itu. Daya tarik

    wisata yang dimiliki suatu destinasi wisata atau daerah tujuan wisata yakni sesuatu

    yang dilihat oleh pengunjungnya, misalnya pemandangan alam, peninggalan

    purbakala, pertunjukan atau sesuatu yang dapat dilakukan, contohnya rekreasi,

    olahraga, meneliti, atau sesuatu yang dapat dibeli yakni barang-barang unik atau

    cinderamata.

    Selain itu, dapat pula sesuatu yang dapat dinikmati seperti pemandangan

    alam, udara yang sejuk, suasana yang damai, pelayanan istimewa atau sesuatu yang

    dapat dimakan, seperti makanan atau minuman khas suatu daerah. Artinya daya tarik

    wisata adalah segala sesuatu yang dapat memicu seseorang dan atau kelompok orang

    mengunjungi suatu tempat karena sesuatu itu memiliki makna tertentu, misalnya

    lingkungan alam, peninggalan atau tempat bersejarah peristiwa tertentu.

    Penjelasan mengenai daya tarik wisata dan daerah tujuan parwisata sudah

    diatur dalam Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Daya tarik

    wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang

    berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang

    menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan, sedangkan daerah tujuan pariwisata yang

    selanjutnya disebut destinasi wisata memiliki arti kawasan geografis yang berada

    dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik

    wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling

    terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau dan

    tersebar dari Sabang sampai dengan Merauke. Terdiri dari 34 provinsi dengan ribuan

    Kabupaten dan Kota, menjadikan pariwisata Indonesia tidak perlu diragukan lagi.

    Setiap daerahnya memiliki ciri khas dan pariwisata yang bisa disuguhkan pada para

  • 3

    pengunjungnya. Mulai dari peninggalan sejarah, pemandangan alam, makanan khas,

    budaya leluhur yang masih dijaga dengan baik hingga kearifan lokalnya yang

    membuat orang selalu ingin datang ke tempat itu.

    Begitu pula dengan Purworejo, salah satu Kabupaten yang ada di Jawa

    Tengah ini siap menyajikan pariwisata dan kekhasan yang dimilikinya. Berbatasan

    langsung dengan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Samudera Hindia

    membuat pemerintahnya terus berupaya mengembangkan potensi daerahnya.

    Perbedaan kondisi geografi yang dimiliki wilayah Purworejo justru menjadikan nilai

    tambah tersendiri, mengapa demikian? Purworejo sendiri terdiri dari daerah dataran

    rendah dan dataran tinggi. Daerah dataran rendahnya berbatasan langsung dengan

    Samudera Hindia yang mana bisa diketahui bahwa Purworejo memiliki daerah pantai

    di sebelah selatan kabupaten, bisa dipastikan bahwa hal ini merupakan salah satu

    potensi alam yang paling utama di Purworejo. Kemudian daerah dataran tinggi

    Purworejo berbatasan langsung dengan wilayah Wonosobo, Magelang dan

    Yogyakarta.

    Pada beberapa tempat di daerah dataran tinggi tersebut telah dilakukan banyak

    pengembangan potensi alam dan dijadikan sebagai pariwisata, misalnya, Wisata

    Alam Goa Seplawan yang berada di Kecamatan Kaligesing ini berbatasan langsung

    dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, Curug Muncar yang ada di Kecamatan Bruno

    berbatasan langsung dengan Wonosobo dan juga Wisata Alam Hutan Pinus Kusumo

    Asri yang ada di Kecamatan Bener yang mana berbatasan langsung dengan

    Magelang.

    Tempat-tempat tersebut merupakan bagian kecil dari pariwisata di Purworejo

    yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Karena potensi alamnya yang bagus ini,

    maka pemerintah terutama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terus melakukan

    pengembangan-pengembangan didaerah. Tahun 2019 lalu, Kementerian Pariwisata

    baru saja membuka objek wisata baru yang berada di Kecamatan Loano, Purworejo.

    Tempat ini dikenal dengan Deloano Glamping Purworejo. Glamping sendiri

    merupakan singkatan dari Glamours Camping, yang mana tempat ini merupakan

  • 4

    destinasi wisata yang menarik bagi para wisatawan yang ingin camping namun

    enggan mendirikan tenda sendiri. Di sini terdapat 10 tenda siap inap yang terdiri dari

    satu tenda VIP berkapasitas empat orang dan sembilan tenda reguler dengan kapasitas

    enam orang. Deloano Glamping sendiri merupakan destinasi wiata di Purworejo yang

    dikelola langsung oleh badan yang dibentuk oleh Kementerian Pariwisata yaitu

    Badan Otorita Borobudur.

    Badan Otorita Borobudur merupakan Badan Pelaksana Otorita Borobudur

    yang selanjutnya disebut BOB dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden nomor 46

    Tahun 2017. BOB merupakan satuan kerja dibawah Kementerian Pariwisata dan

    Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. BOB sendiri memiliki tugas otoritatif

    mencakup pengelolaan lahan seluas 309 ha di perbukitan Menoreh, Kabupaten

    Purworejo, Jawa Tengah. Sedangkan tugas koordinatif meliputi 3 kawasan Destinasi

    Pariwisata Nasional (DPN), antara lain Borobudur – Yogyakarta dan sekitarnya, Solo

    – Sangiran dan sekitarnya, Semarang – Karimun jawa dan sekitarnya.

    Pada pelaksanaannya, terdapat strategi komunikasi yang dilakukan oleh

    Badan Otorita Borobudur (BOB) itu sendiri. Strategi komunikasi ini digunakan untuk

    mengenalkan masyarakat mengenai apa itu Badan Otorita Borobudur, kemudian

    mengenalkan apa saja pariwisata yang dikelola dan dikembangkan oleh BOB, salah

    satunya Deloano Glamping ini yang berada pada wilayah otorita Borobudur –

    Yogyakarta. Dari strategi komunikasi yang dilaksanakan oleh BOB ini, nantinya

    dapat diketahui beberapa hal penting sebagai berikut yaitu, pengenalan pihak BOB

    kepada masyarakat, pengenalan Deloano Glamping sebagai tempat wisata baru dan

    ikon baru dari Purworejo dan yang terakhir dapat diketahui strategi komunikasi yang

    dilakukan pihak BOB pada Deloano Gamping sebagai destinasi wisata di Purworejo.

    Rumusan Masalah

    1. Bagaimana Strategi Komunikasi Badan Otorita Borobudur dalam Place

    Branding Deloano Glamping Purworejo sebagai Destinasi Wisata?

    2. Media apa saja yang digunakan Badan Otorita Borobudur dalam Place

    Branding Deloano Glamping Purworejo sebagai Destinasi Wisata?

  • 5

    Kajian Teori

    1. Komunikasi

    Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin

    communis yang berarti “sama” atau communicare yang berarti “membuat sama”

    (Mulyana, 2014: 46). Sama di sini maksudnya adalah sama makna.

    Menurut Carl I. Hovland dalam Effendy (2009: 10), komunikasi adalah: “upaya

    yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi

    serta pembentukan pendapat dan sikap. Komunikasi adalah proses mengubah

    perilaku orang lain.” Definisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi tidak

    sekedar untuk menyampaikan informasi, melainkan juga sebagai pembentuk

    pendapat dan sikap publik. Akan tetapi, seseorang akan mampu mendapatkan

    pengaruh untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku apabila komunikasi yang

    dilakukan efektif.

    Menurut Katz dan Khan dalam Ruslan (2003: 83) mengemukakan komunikasi

    adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna yang menjadi hal utama dari

    suatu sistem sosial atau organisasi. Jadi, komunikasi sebagai proses penyampaian

    informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain.

    Komunikasi dapat dilakukan secara langsung maupun menggunakan media.

    Contoh komunikasi langsung adalah dialog tatap muka, pidato tatap muka, dan lain-

    lain. Sedangkan contoh komunikasi menggunakan media adalah berbicara melalui

    telepon, mendengarkan berita lewat radio atau menonton televisi, dan lain-lain.

    Menurut Effendy (2003: 8), komunikasi dilakukan dengan tujuan untuk perubahan

    sikap (attitude change), perubahan pendapat (opinion change), perubahan perilaku

    (behavior change), dan perubahan sosial (social change).

    2. Strategi Komunikasi

    Tujuan komunikasi adalah memberikan informasi dan menciptakan pemahaman

    terhadap komunikan. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, tentunya dibutuhkan

  • 6

    sebuah strategi agar komunikasi dapat efektif dan pesan dapat tersampaikan dengan

    baik, sehingga dapat memahami dan melaksanakan pesan yang disampaikan. Untuk

    mencapai komunikasi yang efektif diperlukan suatu strategi komunikasi yang baik.

    Arifin (2006: 10) mengemukakan bahwa strategi adalah keseluruhan keputusan

    kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan, jadi

    merumuskan suatu strategi komunikasi berarti memperhitungkan kondisi dan situasi

    yang dihadapi dan yang akan dihadapi, untuk mencapai efektivitas.

    Rogers dalam Cangara (2013: 61) memberi batasan pengertian strategi

    komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku

    manusia dalam skala besar melalui transfer ide- ide baru. Menurut seorang pakar

    perencanaan komunikasi Middleton dalam Cangara (2013: 61) juga membuat

    definisi dengan menyatakan bahwa strategi komunikasi adalah sebuah kombinasi

    terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran

    (media), komunikan, hingga pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai

    tujuan komunikasi yang optimal.

    Totok Mardikanto (2010:196) menyatakan bahwa strategi komunikasi digunakan

    untuk mendefinisikan rancangan operasional yang akan dipilih untuk melaksanakan

    kebijakan-kebijakan dari kegiatannya. Strategi komunikasi merupakan bagian yang

    penting untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dalam penyampaian

    suatu program atau inovasi tersebut kepada masyarakat, komunikator perlu

    merencanakan sebuah strategi dalam berkomunikasi agar tercapai apa yang

    diinginkan.

    Menurut Effendy (2009: 32) strategi pada hakikatnya adalah perencanaan

    (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Demikian

    pula dengan strategi komunikasi yang merupakan panduan perencanaan komunikasi

    (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication

    management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi

  • 7

    harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis. Tetapi untuk

    mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya

    menunjukkan arah saja, melainkan juga harus menunjukkan seperti apa taktik

    operasionalnya, dalam artian pendekatan (approach) bisa berbeda setiap waktu

    tergantung bagaimana situasi dan kondisi. Seperti halnya srategi dalam bidang

    apapun, strategi komunikasi harus didukung oleh teori. Karena teori merupakan

    pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya.

    Banyak teori telah dikemukakan oleh para ahli, namun untuk strategi komunikasi

    akan lebih baik bila menggunakan teori yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell.

    Beliau menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “The Communication of Ideas”

    bahwa cara tepat untuk menjelaskan tindakan komunikasi adalah dengan menjawab

    pertanyaan: Who says What in Which Channel to Whom with What Effects? Seperti

    yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Who adalah untuk menjelaskan siapa

    komunikatornya, What menjelaskan pesan apa yang dikatakan, Which Channel

    menjelaskan media apa yang digunakan, to Whom menjelaskan siapa komunikannya

    dan with What Effects menjelaskan efek apa yang ditimbulkan.

    Dari pengertian-pengertian tersebut maka strategi komunikasi erat kaitannya

    antara tujuan yang akan dicapai dengan konsekuensi- konsekuensi yang harus

    diperhitungkan, kemudian merencanakan bagaimana melaksanakan konsekuensi

    tersebut sesuai dengan hasil yang diharapkan. Perencanaan strategi komunikasi harus

    disusun secara sistematis, sebagai upaya mengubah pengetahuan, sikap, dan tingkah

    laku khalayak.

    Efendy (2003: 35), empat faktor penting yang harus diperhatikan menyusun

    strategi komunikasi:

    1. Mengenal khalayak. Khalayak itu aktif sehingga antara komunikator

    dengan komunikan bukan saja terjadi saling hubungan, tetapi juga saling

    mempengaruhi.

  • 8

    2. Menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam

    mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu membangkitkan

    perhatian. Awal efektifitas dalam komunikasi ialah bangkitnya perhatian

    dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan.

    3. Menetapkan metode, dalam hal ini metode penyampaian, yang dapat

    dilihat dari dua aspek; menurut cara pelaksanaanya dan menurut bentuk

    isinya. Menurut cara pelaksanaanya dapat diwujutkan dalam dua bentuk

    yaitu, metode redundancy (repetition) dan canalizing. Sedangkan yang

    kedua menurut isinya dikenal metode-metode: informatif, persuasif,

    edukatif, kehesif. Metode redundancy adalah cara mempengaruhi khlayak

    dengan jalan mengulang-ulang pesan pada khalayak. Metode canalizing

    yaitu mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan

    kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya

    kearah yang kita kehendaki.

    4. Pemilihan media komunikasi. Kita dapat memilih salah satu atau

    gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan

    dicapat, pesan yang disampaikan dan teknik yang dipergunakan, karena

    masing- masing medium mempunyai kelemahan-kelemahannya tersendiri

    sebagai alat.

    3. Branding

    Branding adalah kegiatan membangun sebuah brand. Membuat identitas,

    termasuk logo, merupakan salah satu kegiatan branding. Branding adalah proses

    mendesain, merencanakan, dan mengkomunikasikan nama serta identitas dengan

    tujuan membangun atau mengelola reputasi (Anholt, 2003:5).

    Merek juga dibagi dalam pengertian lainnya, seperti :

  • 9

    a. Brand name (nama merek) yang merupakan sebagian dari yang dapat

    diucapkan

    b. Brand mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang

    dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan misalnya lambing, desain

    huruf atau warna khusus.

    c. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian

    dari merek yang didilindungi hukum karena kemampuannya untuk

    menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi

    penjual dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek (tanda

    merek).

    d. Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi

    undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya

    tulis, music atau karya seni

    Menurut Philip kotler (1997:13), pengertian merek (brand) adalah : “a brand is

    a name, term, sign, symbol or design or combination of them, intended to identify

    the goods or services of one seller of group of sellers and differentiate them from

    those of competitors”

    Undang-undang merek no.15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1 juga menyebutkan

    bahwa merek merupakan ”tanda yang berupa gambar nama, kata, huruf-huruf

    angka-angkan susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang

    memiliki daya pembeda dan dgunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau

    jasa.

    Diferensiasi adalah alasan adanya branding. Diferensiasi adalah proses

    mengubah komoditas menjadi brand yang kuat. Diferensiasi meliputi:

    a. Menemukan dan memiliki penawaran penjualan yang unik (USP)

    b. Menemukan strategi tepat untuk membantu brand anda mendapat

    keuntungan kompetitif

    c. Menemukan diferensiator yang relevan bagi pembeli anda, menarik dan

  • 10

    dapat dipertahankan.

    4. Place Branding

    Pickton & Broderick, 2001:24 mendefinisikan branding is strategy to

    differentiate products and companies, and to build economic value for both the

    consumer and the brand owner. Artinya, branding adalah strategi untuk

    membedakan produk dan perusahaan, dan membangun nilai ekonomi baik bagi

    konsumen dan pemilik merek.

    Place branding menjadi salah satu dari konsep yang paling populer, umumnya

    dalam pemasaran tempat dan khususnya daerah tujuan turis (Avraham dan Ketter,

    2008:16). Selanjutnya dalam Strategic Place Triangle, Place branding ditempatkan

    ke dalam elemen pemasaran value yang terdiri dari brand, service, dan process, dan

    merupakan cara untuk merebut heart share (hati pelanggan) (Kartajaya dan

    Yuswohady 2005:7).

    Lebih lanjut Blain et.al (Govers dan Frank Go, 2009: 13) mengemukakan

    bahwa:

    “Place branding sebagai kegiatan pemasaran yang

    mendukung penciptaan nama, simbol, logo, word mark atau

    grafis lainnya, baik untuk mengidentifikasi dan membedakan

    tujuan, menyampaikan janji dari pengalaman perjalanan yang

    unik mengesankan terkait dengan destinasi, dan berfungsi

    untuk mengkonsolidasikan serta memperkuat ingatan

    kenangan menyenangkan dari pengalaman destinasi,

    semuanya dengan tujuan untuk menciptakan citra yang

    mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengunjungi

    destinasi tersebut”.

    Berdasarkan pendapat mengenai place branding di atas, dapat disimpulkan bahwa

    tujuan melakukan upaya place branding adalah guna menciptakan citra yang

    mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengunjungi destinasi tersebut.

    Perbedaan place branding dengan citra ialah place branding merupakan upaya

    kegiatan pemasaran yang lebih dulu diciptakan oleh para pemasar, sedangkan citra

  • 11

    dipersepsikan oleh konsumen setelah place branding dilakukan pemasar.

    5. Deskripsi Lokasi Penelitian

    5.1 Badan Otorita Borobudur

    Badan Otorita Borobudur merupakan suatu badan yang dibentuk oleh

    Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Badan Otorita Borobudur

    mengembangkan Zona Otorita seluas 309 Hektar yang merupakan kawasan

    pariwisata eksklusif yang bernuansa alam dan berlokasi di Kabupaten Purworejo

    Jawa Tengah. Kawasan ini akan dikembangkan dengan konsep culture and

    Adventure Eco-Tourism, tentunya dengan mengembangkan aspek kelestarian dan

    keramahan pada alam.

    Zona Otorita ini akan dibangun dengan menyediakan berbagai fasilitas wisata

    bertaraf Internasional. Seperti hotel dengan konsep Glamorous Camping, Eco

    Rort, Fine Dinning Restaurant, MICE, dan didukung dengan kawasan di

    sekitarnya yang sudah mulai berkembang, sehingga dapat meningkatkan nilai

    investasi di Zona Otorita Badan Otorita Borobudur.

    Berdasar Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

    2017 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pelaksana Otorita Borobudur,

    berikut merupakan susunan Struktur Organisasi Badan Otorita Borobudur :

    Badan Pelaksana terdiri atas: Direktur Utama; Direktur Keuangan, Umum, dan

    Komunikasi Publik; Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan

    Kepariwisataan; Direktur Destinasi Pariwisata; Direktur Pemasaran Pariwisata;

    dan Satuan Pemeriksaan Intern.

    5.2 Deloano Glamping

    Deloano Glamping merupakan destinasi wisata baru di kawasan Kabupaten

    Purworejo, Jawa Tengah tepatnya berada di desa Sedayu, Kecamatan Loano,

    Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Menempati area perhutani seluas 309

    hektare, Deloano Glamping dikelola langsung oleh pihak Perhutani yang

    bekerjasama dengan Badan Otorita Borobudur. Deloano Glamping ini berada

  • 12

    pada Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Loano, Perhutanu Kesatuan Pemangkuan

    Hutan (KPH) Kedu Selatan.

    Diresmikan langsung oleh Menteri Pariwisata Arif Yahya pada 14 Februari

    2019. Dinamakan Glamping sendiri, karena destinasi ini memiliki arrti

    Glamorous Camping, yang mana sesuai singkatannya tersebut, Deloano

    Glamping merupakan sebuah area perkemahan yang mewah. Mewah disini

    memiliki arti tenda yang disediakan oleh pidak pengelola bukan tenda kemah

    pada umumnya, melainkan tenda eksklusif yang menyerupai cottage.

    Di sini terdapat 10 tenda siap inap yang terdiri dari satu tenda VIP

    berkapasitas empat orang dan sembilan tenda reguler dengan kapasitas enam

    orang. Tempat ini juga dilengkapi tourism information center, toilet umum, dan

    berbagai spot foto menarik, serta bangku-bangku untuk duduk bersantai

    menikmati alam terbuka yang teduh. Jajaran pohon pinus yang menjulang tinggi,

    menjadi pemandangan lain yang sangat memikat. Di sini ada pula semacam

    pondok kayu yang menyediakan proyektor di ruangan terbuka, sehingga

    pengunjung bisa menonton film sambil lesehan dengan nyaman.

    Metodologi

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yang mana pengumpulan

    data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan mengunakan

    teknik pengamatan (observasi), wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan.

    Peneliti dapat menyesuaikan teknik pengumpulan data yang digunakan dengan

    keadaan di tempat penelitian.

    Menurut Sugiyono, teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

    paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

    mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan, maka peneliti tidak

    akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono,

    2009:308). Pada penelitian ini, nantinya peneliti akan menggunakan teknik

    pengumpulan data dengan dengan wawancara (interview) dan dokumentasi.

  • 13

    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

    interaktif menurut Miles dan Hubberman. Menurut Miles dan Hubberman,

    mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

    interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya

    sudah jenuh.

    Sajian dan Analisis Data

    Place branding bisa dikatakan sebagai strategi yang dilakukan suatu daerah

    atau lokasi guna membuat positioning yang kuat dalam target pasar mereka, seperti

    layaknya positioning yang dilakukan pada sebuah produk atau jasa, sehingga daerah

    atau lokasi itu bisa dikenal oleh masyarakat luas.

    Sebuah place branding yang dilakukan daerah atau lokasi bukan hanya

    sekedar slogan atau promosi, namun seperti yang dikemukakan dalam Blain et.al

    (Govers dan Frank Go, 2009: 13) bahwa, place branding sebagai kegiatan pemasaran

    yang mendukung penciptaan nama, simbol, logo, word mark atau grafis lainnya, baik

    untuk mengidentifikasi dan membedakan tujuan, menyampaikan janji dari

    pengalaman perjalanan yang unik mengesankan terkait dengan destinasi, dan

    berfungsi untuk mengkonsolidasikan serta memperkuat ingatan kenangan

    menyenangkan dari pengalaman destinasi, semuanya dengan tujuan untuk

    menciptakan citra yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengunjungi

    destinasi tersebut. Place branding disini bertujuan untuk mengenalkan suatu objek

    wisata yang menjadi khas suatu daerah, pembeda dari yang lain dan itu merupakan

    sesuatu yang baru.

    Strategi komunikasi Badan Otorita Borobudur dalam Place Branding Deloano

    Glamping sebagai Destinasi Wisata

    Badan Otorita Borobudur merupakan suatu lembaga yang dibentuk oleh

    Kementrian Pariwisata dengan tujuan untuk melaksanakan pengembangan Kawasan

    Pariwisata Borobudur, dimana Deloano Glamping merupakan salah satu destinasi

    wisata yang dikelolanya. Deloano Glamping sendiri beralamatkan di Desa Sedayu,

    Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

  • 14

    Badan Otorita Borobudur yang merupakan pengelola langsung Deloano

    Glamping juga memiliki tugas untuk melakukan branding pada destinasi wisata

    tersebut. Menurut Effendy (2009: 32) strategi pada hakikatnya adalah perencanaan

    (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi,

    untuk bisa mencapai tujuan dari strategi yang dilaksanakan, maka harus bisa

    menjelaskan bagaimana keberjalanan taktik operasionalnya.

    Strategi yang sudah digunakan oleh Badan Otorita Borobudur bisa dibilang

    merupakan strategi above the line dan below the line. Pada pengertiannya above the

    line sendiri memiliki arti pemasaran produk atau jasa melalui media massa. Media

    yang dimaksud disini adalah televisi, media cetak dan internet.

    Kemudian untuk below the line memiliki arti berupa aktifitas promosi yang

    dilakukan ditingkat konsumen dengan salah satu tujuannya yaitu merangkul

    konsumen agar tertarik pada suatu produk. Konsumen yang dimaksud disini

    merupakan masyarakat dan atau wisatawan yang menjadi target utama pemasaran.

    Deloano Glamping sendiri dibuka pada 14 Februari 2019, yang sampai hari

    ini berusia hampir 2 tahun. Akan tetapi karena pandemi yang terjadi di dunia dan

    khususnya Indonesia pada tahun 2020, kemudian menyebabkan seluruh kegiatan

    sosial masyarakat terhenti tak terkecuali sektor pariwisata. Sedangkan jika sesuai

    rencana, di tahun 2020 Badan Otorita Borobudur akan melakukan promosi yang

    lebih besar dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2019.

    Kegiatan besar terakhir yang dilakukan Badan Otorita Borobudur di

    Deloano Glamping sebelum penutupan sektor pariwisata karena pandemi

    merupakan perlombaan sepeda downhill di kawasan Zona Otorita Borobudur.

    Perlombaan ini berlangsung pada bulan Maret 2020, yang rencananya akan

    dilakukan kembali pada sekitar bulan Juni atau Juli 2020 jika tidak ada pandemi.

    Namun akibat terjadinya pandemi, maka semua kegiatan pariwisata yang dilakukan

    di Kawasan Zona Otorita Borobudur dihentikan, terutama Deloano Glamping.

    Akan tetapi, walaupun kegiatan pariwisata ditutup sampai waktu yang

  • 15

    belum bisa ditentukan, Badan Otorita Borobudur tetap melakukan promosi pada

    sektor wisatanya terutama Deloano Glamping. Melalui postingan yang ada pada

    instagram, twitter dan juga youtube milik Badan Otorita Borobudur, mereka

    membagikan berbagai macam infografis terkait Deloano Glamping.

    Pada postingannya, pihak Badan Otorita Borobudur berbagi kenangan

    tentang kegiatan yang sudah terlaksana di Deloano Glamping selama sebelum

    pandemi. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan kembali bahwa Deloano Glamping

    masih ada, hanya saja masyarakat harus sabar menunggu sampai keadaan mulai

    membaik. Mereka juga mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap dirumah dan

    mematuhi protokol kesehatan.

    Kemudian untuk strategi perencanaan kedepannya, Badan Otorita

    Borobudur masih akan melakukan promosi melalui media. Hal ini dilakukan karena

    terjadinya pandemi, yang pada akhirnya tahun 2021 masih belum akan promosi

    besar-besaran, yaitu mengadakan kegiatan besar yang melibatkan banyak orang.

    Sampai saat ini, Deloano Glamping sendiri masih mengalami perbaikan, guna

    mempersiapkan sesuatu yang lebih baik dan baru untuk nanti setelah keadaan

    normal.

    Dalam menyusun strategi komunikasi, terdapat 3 (tiga) langkah untuk

    menciptakan keefektivitasan, di antaranya:

    1. Mengenal khalayak

    Pertama ialah mengenal khalayak terlebih dahulu. Klasifikasi khalayak

    sebagai berikut (Soesanto, 1974: 141) :

    1. Innovator ataupun penemu idea adalah orang-orang yang kaya akan idea

    baru dan karenanya mudah atau sukar menerima idea baru orang lain.

    2. Early adopters atau orang-orang yang cepat bersedia untuk mencoba apa

    yang dianjurkan kepadanya.

    3. Early Majority atau kelompok orang-orang yang mudah menerima idea-

    idea baru asal saja sudah diterima oleh orang banyak.

    4. Majority atau kelompok dalam jumlah terbanyak yang menerima atau

  • 16

    menolak idea baru, terbatas pada suatu daerah.

    Pada penelitian ini, peneliti mengacu pada Wilbur Schramm, dimana beliau

    mengajukan syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut sebagai berikut

    (Fajar, 2009: 193):

    1. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga

    pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju-tuju.

    2. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada

    pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua

    pengertian itu bertemu.

    3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan

    menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.

    4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan

    yang layak bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat digerakkan

    untuk memberikan jawaban yang dikehendaki.

    Kawasan Deloano Glamping sendiri dikembangkan dengan konsep Culture

    and Adventure Eco-Tourism. Melalui konsep tersebut, Badan Otorita Borobudur

    hendak menyampaikan kepada masyarakat, bahwa di kawasan perbukitan menoreh

    terdapat destinasi wisata baru yang mengembangkan aspek kelestarian dan

    keramahan pada alam.

    Selain pada pengembangan aspek kelestarian dan keramahan pada alam,

    Badan Otorita Borobudur juga ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang

    konsep budayanya. Dimana pada pelaksanaannya, mereka melakukan kegiatan

    dengan mengikutsertakan kebudayaan setempat. Diharapkan dengan konsep mewah

    yang mereka tawarkan, tidak akan hilang pula nilai budayanya.

    Kabupaten Purworejo sendiri memiliki banyak sekali objek wisata baik itu

    alam dan budaya. Melalui Badan Otorita Borobudur Purworejo membawa konsep

    baru objek wisata alam yang masih tetap menjunjung nilai budaya setempatnya yaitu

    Deloano Glamping ini.

    2. Menetapkan metode

  • 17

    Pada penjelasan sub bab sebelumnya, Badan Otorita Borobudur melakukan

    penetapan metode melalui dua cara, yaitu menurut pelaksanaan dan isinya.

    Promosi

    Menurut Tjiptono (2015 : 387), promosi merupakan elemen bauran pemasaran

    yang berfokus pada upaya menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan kembali

    konsumen akan merek dan produk perusahaan.

    Dalam melakukan promosi pada Deloano Glamping, pihak Badan Otorita

    Borobudur melakukan branding lewat promosi melalui event yang mereka laksanakan

    dan media. Adapun media yang mereka gunakan adalah media internet dan juga

    media cetak. Selain itu, pada saat pembukaan mereka juga mengundang pihak media

    untuk melaksanakan konferensi pers.

    Public relations

    Frank Jefkins (2004 : 10) menjelaskan bahwa Public relations adalah semua

    bentuk komunikasi yang terencana, baik ke dalam maupun keluar, antara suatu

    organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik

    yang berlandaskan pada saling pengertian.

    Pada pelaksanaannya, pihak Badan Otorita Borobudur bekerja sama dengan

    beberapa pihak yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Purworejo dan Dinas Pariwisata

    Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain dua instansi tersebut, pihak Badan Otorita

    Borobudur juga melakukan kerja sama dengan pihak-pihak yang terkait dengan setiap

    event yang mereka adakan.

    Dalam proses place branding yang dilakukan oleh Badan Otorita Borobudur

    pada Deloano Glamping tentunya memiliki rencana yang akan dilakukan untuk

    mencapai tujuan. Hal ini dilakukan untuk bisa mengenalkan Deloano Glamping pada

    masyarakat luas tidak hanya lingkup masyarakat Purworejo, Jawa Tengah dan Daerah

    Istimewa Yogyakarta saja. Apalagi destinasi wisata ini bertaraf internasional. Dengan

    ini diharapkan Deloano Glamping menjadi destinasi wisata baru yang cukup

    diperhitungkan dan wajib dikunjungi.

    Branding, place branding

  • 18

    Pickton & Broderick, 2001:24 mendefinisikan branding is strategy to

    differentiate products and companies, and to build economic value for both the

    consumer and the brand owner. Artinya, branding adalah strategi untuk membedakan

    produk dan perusahaan, dan membangun nilai ekonomi baik bagi konsumen dan

    pemilik merek.

    Dalam hal ini, branding yang Badan Otorita Borobudur lakukan untuk

    Deloano Glamping yaitu strategi yang mereka lakukan untuk mengenalkan dan

    membedakan identitas dari yang lain. Mereka membranding Deloano Glamping

    melalui media internet. Hal ini dilakukan karena mereka mengikuti perkembangan

    yang ada di masyarakat, dimana masyarakat akhir-akhir ini lebih banyak

    menggunakan media internet.

    Place branding menjadi salah satu dari konsep yang paling populer, umumnya

    dalam pemasaran tempat dan khususnya daerah tujuan turis (Avraham dan Ketter,

    2008:16). Selanjutnya dalam Strategic Place Triangle, Place branding ditempatkan

    ke dalam elemen pemasaran value yang terdiri dari brand, service, dan process, dan

    merupakan cara untuk merebut heart share (hati pelanggan) (Kartajaya dan

    Yuswohady 2005:7).

    Anholt memberikan kerangka untuk mengevaluasi efektivitas place brand,

    sekaligus sebagai perangkat yang terutama membantu dalam upaya penetapan merek.

    Komponen-komponen evaluasi tersebut adalah sebagai berikut (Kavaratzis dan

    Ashworth, 2010: 44):

    1. The Presence, komponen ini menunjuk pada status internasional suatu

    kota dan seberapa besar orang mengenal kota tersebut.

    2. The Place, komponen ini menunjuk pada aspek fisik, misalnya seberapa

    cantik dan menyenangkan kota tersebut.

    3. The Potential, komponen ini menunjuk pada peluang kota tersebut

    untuk menawarkan berbagai aktivitas.

    4. The Pulse, komponen ini menunjuk pada seberapa besar ketertarikan

    orang terhadap kota tersebut.

  • 19

    5. The People, komponen ini menguji populasi lokal dalam hal

    keterbukaan, keramahan, juga masalah keamanan di dalam kota.

    6. The Prerequisites, komponen ini berkaitan dengan kualitas dasar dari

    kota, standar dan biaya akomodasi serta kenyamanan publik.

    2. Media yang digunakan Badan Otorita Borobudur dalam Place

    Branding Deloano Glamping sebagai Destinasi Wisata

    Dalam place branding Deloano Glamping ini, pemilihan media yang

    digunakan oleh Badan Otorita Borobudur sangatlah penting. Karena melalui media

    inilah, pesan disampaikan dari komunikator kepada komunikan. Dalam hal ini

    komunikatornya merupakan Badan Otorita Borobudur, sedangkan komunikannya

    merupakan khalayak yang dituju yaitu masyarakat atau wisatawan. Media yang

    digunakan oleh Badan Otorita Borobudur dalam place branding Deloano Glamping

    sendiri ada koran, televisi dan media sosial (instagram, twitter dan youtube).

    Dalam mempromosikan melalui koran, pihak Badan Otorita Borobudur

    mengundang pihak pers daerah Jawa Tengah – DIY, seperti tribun jogja. Dengan

    penggunaan media yang sesuai pada apa yang masyarakat gunakan, diharapkan

    pesan dibangunnya Deloano Glamping bisa sampai kepada masyarakat dan

    membuat mereka tertarik dan mengunjungi Deloano Glamping.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Badan Otorita Borobudur

    dalam Place Branding Deloano Glamping Purworejo sebagai Destinasi Wisata dapat

    diambil kesimpulan yaitu Badan Otorita Borobudur melakukan berbagai tahapan

    dengan tetap mempertahankan faktor penting strategi komunikasi itu sendiri. Stretagi

    tersebut yaitu berupa mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode, dan

    pemilihan media komunikasi.

    Pada pelaksanaannya, pihak Borobudur tidak hanya melakukan branding

    seorang diri melalui media, akan tetapi turut melibatkan masyarakat, instansi dan juga

    pihak media yang lain. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperluas jaringan,

  • 20

    sehingga lebih mudah dan membuat citra baik pada Badan Otorita Borobudur itu

    sendiri.

    Pada penelitian ini, place branding yang dilakukan oleh Badan Otorita

    Borobudur sudah cukup baik, sudah sesuai apa yang mereka rencanakan sejak

    sebelum dibangunnya Deloano Glamping. Masyarakat sekitar bisa menerima dengan

    baik. Apabila masih ada masyarakat yang belum mengetahui destinasi wisata ini, hal

    ini karena Deloano Glamping sendiri baru dibuka pada tahun 2019 dan sempat tutup

    sampai sekarang akibat pandemi.

    Daftar Pustaka

    Arifin, Anwar. 2006. Ilmu Komunikasi : Sebuah pengantar ringkas. Jakaarta.

    PT.Raja Grafindo Persada

    Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.

    Jakarta: Rineka Cipta

    Avraham, Eli dan Eran Ketter. 2008. Media Strategics for Marketign Places

    in Crisis improving the image of cities, countries dan tourist destinations. UK :

    Elsevier

    Buku Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2017, Tentang

    Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Borobudur

    Bungin, Burhan.2012. Analisa data penelitian kualitatif. Jakarta: Rajawali

    Pers

    Cahyaningtyas, June dan Sri Issundari. 2016. Place Branding Dalam

    Hubungan Internasional. Yogyakarta : Deepublish

    Cangara, Hafied. 2004. Pengantar ilmu komunikasi . Jakarta: PT. Raja

    Grafindo Per sada.

    Effendy, Onong Uchjana. 2009. Komunikasi teori dan praktek. Bandung : PT

    Remaja

    Govers, Robert dan Frank Go. 2009. Place branding glocal, virtual, and

    physical identities, construcyed, imagined an experiences. England : Palgrave

    Macmilan

    Jefkins, Frank. 2004. Public relations(edisi kelima). Jakarta. Erlangga.

    Kavaratzis, Mihalis dan Gregory Asworth. 2010. Towards effective place

    brand management branding european cities and regions. UK : Edward Elgar

    Publishing Limited

    Mardikanto, Totok. 2010. Konsep-konsep pemberdayaan masyarakat.

    Cetakan 1. Surakarta. UNS Press.

  • 21

    Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja

    Rosdakarya

    Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu pengantar. Bandung :

    Remaja Rosdakarya.

    Palmer, Adrian. 2001. Principles of services marketing, 3rd Edition.

    McGraw- Hill Companies, UK

    Rahmanto, Andre. 2020. City Branding : Strategi komunikasi dalam

    memasarkan potensi daerah. Malang : Empatdua Media

    Ruslan, Rosady. 2003. Metode penelitian pr dan komunikasi. Jakarata PT.

    Raja Grafindo Persada.

    Sugiyono, 2009, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung :

    Alfabeta.

    Tjiptono, Fandy. 2015. Strategi pemasaran. Edisi 4. Yogyakarta : Andi