80
Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id Fakultas Psikologi Skripsi Sarjana 2018 Gambaran Karakteristik Pasien di Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan Tahun 2016-2017 Putra, Haryodi Sarmana Universitas Sumatera Utara http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7580 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara

Gambaran Karakteristik Pasien di Intensive Care Unit Rumah ... · gambaran karakteristik pasien di intensive care unit rumah sakit universitas sumatera utara medan tahun 2016-2017

  • Upload
    others

  • View
    73

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id

Fakultas Psikologi Skripsi Sarjana

2018

Gambaran Karakteristik Pasien di

Intensive Care Unit Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara Medan

Tahun 2016-2017

Putra, Haryodi Sarmana

Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7580

Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN DI INTENSIVE

CARE UNIT RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA MEDAN TAHUN 2016-2017

SKRIPSI

OLEH:

HARYODI SARMANA PUTRA

140100217

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN DI INTENSIVE

CARE UNIT RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA MEDAN TAHUN 2016-2017

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

OLEH:

HARYODI SARMANA PUTRA

140100217

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara

i

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Gambaran Karakteristik Pasien di Intensive Care Unit

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan Tahun

2016-2017

Nama Mahasiswa : Haryodi Sarmana Putra

Nomor Induk : 140100217

Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Komisi Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Pembimbing

dr. Wulan Fadinie, M.Ked(An), Sp.An

NIP. 198503062010122002

Ketua Penguji Anggota Penguji

dr. Vita Camellia, M.Ked(KJ), Sp.KJ Dr. dr. Siska Mayasari Lubis, M.Ked(Ped), Sp.A

NIP: 197804042005012002 NIP : 197905182005012002

Medan, Januari 2018

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)

NIP: 196605241992031002

Universitas Sumatera Utara

ii

ABSTRAK

Latar Belakang. Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri

dengan staf serta perlengkapan yang khusus. Kriteria pasien yang berada di ruang ICU adalah

pasien sakit kritis dengan ketidakstabilan atau kegagalan sistem organ yang membutuhkan

tatalaksana intensif. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik

pasien di ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU) 2016-

2017. Metode. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan rancangan penelitian adalah

cross-sectional. Data diperoleh dari rekam medis RS USU Medan. Teknik pengambilan sampel

adalah total sampling dengan total keseluruhan sampel 82 orang. Data diolah dan disajikan

dalam bentuk tabel. Hasil. Dari 82 orang pasien, terdapat jumlah pasien terbanyak adalah laki-

laki sebanyak 43 orang (52,4%), jumlah pasien dengan golongan usia terbanyak adalah >57-67

tahun sebanyak 36 orang (43,9%), jumlah asal ruangan pasien terbanyak adalah dari rujukan RS

lain sebanyak 34 orang (41,5%), jumlah lama rawatan terbanyak adalah ≤7 hari sebanyak 49

orang (59,8%), prognosis pasien terbanyak adalah meninggal sebanyak 45 orang

(54,9%), jenis penyakit yang diderita pasien ICU terbanyak adalah infeksius dan parasit

(17,6%), pemeriksaan kultur mikroorganisme terbanyak adalah biakan mikroorganisme

aerob medium cair dengan resistensi (29,1%), jenis bakteri terbanyak adalah

Escherichia coli (12,2%), dan jenis antibiotik terbanyak yang digunakan adalah

Cephalosporin Generasi III (41,7%). Kesimpulan. Angka mortalitas pasien ICU di RS

USU masih tinggi.

Kata Kunci: ICU, Karakteristik, Pasien ICU

Universitas Sumatera Utara

iii

ABSTRACT

Background. Intensive Care Unit (ICU) is a special departement of the hospital with

special staffs and equipments. The criteria of ICU patients are the ones who suffer

critical illness with unstable conditions or organ failures that needs help from the ICU’s

modern technology. Objective. This study aims to determine the characteristics of ICU

patients. Methods. This is a descriptive study. The study design is cross-sectional. The

data are collected by reviewing medical records from the University of Sumatera Utara

General Hospital. This study used total sampling technique. Data was processed and

presented in tables. Results. From 82 samples, the highest percentage of patients are men

with the total 43 people (52,4%), most age groups are 58-67 years with 36 people

(43,9%), most patients were come from another hospitals with 34 people (41,5%), most

duration of stay are ≤7 days with with 49 people (59,8%), mostly the patient’s prognosis

are deceased with 45 person (54,9%), patient’s mostly afflicted with infectious and

parasites diseases (17,6%), most microorganism culture examinations are aerob

microorganism with liquid medium and resistant (29,1%), the most bacteria found are

Esherechia coli (12,2%), and mostly used antibiotics are from Cephalosporin 3rd

Generation (41,7%). Conclusion. Mortality rate of ICU Patients are still high.

Keyword: Characteristics, ICU, ICU Patients

Universitas Sumatera Utara

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

dan penyertaan-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Gambaran Karakteristik Pasien di Intensive Care Unit Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara Medan Tahun 2016-2017.”

Penulis menyadari bahwa sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala rasa

hormat, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Azwan Hakmi Lubis, Sp.A., M.Kes, selaku Direktur Utama Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Wulan Fadinie, M.Ked(An), Sp.An, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan banyak arahan dan masukan bagi penulis sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik.

5. dr. Vita Camelia, M.Ked(KJ), Sp.KJ, selaku Ketua Penguji yang telah

memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan

skripsi ini.

6. dr. Siska Mayasari Lubis, M.Ked(Ped), Sp.A, selaku Anggota Penguji yang

telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam

penyempurnaan skripsi ini.

7. dr. Sake Juli Martina, Sp.FK, selaku dosen penasehat akademik selama

menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orang tua tercinta dari penulis, H. Yasarman, S.H., M.H., M.Kn dan Hj.

Nasriwati S.H., kakak kandung penulis, Handryo Persa Sarmana Putra, S.H.,

dan teruntuk paman tercinta dari penulis, dr. H. Nasrul Liza, Sp.B, KBD

Universitas Sumatera Utara

v

beserta seluruh keluarga besar Dt. Pangulu Basa yang selalu memberikan

dukungan berupa arahan, bimbingan, moral, dan material dalam penyelesaian

tahap-tahap pendidikan dari penulis.

9. Para sahabat terdekat penulis, Agung Pratama Wijaya, Amira Habibie

Nasution, Andhika Reza Akbar, Cut Zia Firdina, Denny Japardi, Devi Shilvia,

Dodi Sitepu, Dwi Gunawan Fardhani, Farhan Kurnadi Adlin, Fathy Azwar,

Halisyah Hasyim Lubis, Haznur Ikhwan, Inggrid Hanna, Maruli Liasna,

Razzaqa Prawiranagara, Satria Nugraha, Siti Farisya Tsamara, William

Jonathan, dan seluruh teman-teman FK USU 2014 yang telah banyak

membantu penulis dalam penyelesaian tahap pendidikan preklinis dan juga

skripsi ini.

10. Senior dari penulis, Aziz Achmad, S.Ked, M. Huda Wirautama, S.Ked, M.

Rifqi Mafazi Barus, S.Ked, Moriko Madadoni Sebayang, S.Ked dan para

senior dari penulis yang telah membantu dalam penyelesaian tahap pendidikan

preklinis.

11. Semua pihak yang mendukung, membantu, mendoakan penulis dalam

penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis memahami sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari segi materi yang disampaikan maupun tata cara

penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, segala saran dan

kritik yang membangun dari pembaca sangatlah diharapkan guna

menyempurnakan hasil penelitian skripsi ini.

Medan, 20 Desember 2017

Penulis

Haryodi Sarmana Putra

Universitas Sumatera Utara

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ................................................................................. i

Abstrak ....................................................................................................... ii

Abstract ...................................................................................................... iii

Kata Pengantar ........................................................................................... iv

Daftar Isi ..................................................................................................... vi

Daftar Tabel ............................................................................................... viii

Daftar Gambar ............................................................................................ ix

Daftar Singkatan ......................................................................................... x

Daftar Lampiran ......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 2

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................. 2

1.3.2 Tujuan Khusus................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 3

1.4.1 Bidang Penelitian ............................................................ 3

1.4.2 Bidang Pendidikan .......................................................... 4

1.4.3 Bidang Pelayanan Masyarakat ........................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5

2.1 Intensive Care Unit (ICU) ........................................................ 5

2.1.1 Definisi ICU ................................................................... 5

2.1.2 Klasifikasi ICU ............................................................... 6

2.2 Pasien ICU ............................................................................... 12

2.2.1 Definisi Pasien ICU ........................................................ 12

2.2.2 Indikasi Masuk dan Keluar ICU ..................................... 12

2.2.3 Lama Perawatan ............................................................. 18

2.2.4 Infeksi pada pasien ICU ................................................. 19

2.3 Kerangka Teori ......................................................................... 20

2.4 Kerangka Konsep ..................................................................... 21

Universitas Sumatera Utara

vii

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 22

3.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 22

3.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian.................................................... 22

3.2.1 Waktu Penelitian ............................................................. 22

3.2.2 Lokasi Penelitian ............................................................. 22

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ............................................... 22

3.3.1 Populasi Penelitian .......................................................... 22

3.3.2 Sampel Penelitian ............................................................ 23

3.3.3 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi .......................................... 23

3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 23

3.5 Metode Analisa Data............................................................... .. 23

3.5.1 Pengolahan Data .............................................................. 23

3.5.2 Analisa Data .................................................................... 24

3.6 Definisi Operasional.................................................................. 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 37

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 37

5.2 Saran .......................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 39

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Klasifikasi pelayanan ICU berdasarkan kemampuan

pelayanan ............................................................................... 7

2.2 Klasifikasi pelayanan ICU berdasarkan ketenagaan ............. 8

2.3 Klasifikasi pelayanan ICU berdasarkan desain ..................... 10

2.4 Klasifikasi pelayanan ICU berdasarkan peralatan ................. 11

3.1 Variabel dan Definisi Operasional ........................................ 24

4.1 Distribusi Sampel berdasarkan Karakteristik ........................ 27

4.2 Jenis Penyakit Seluruh Pasien ICU ....................................... 29

4.3 Jenis Penyakit, Lama Rawatan dan Prognosis Pasien ICU ... 30

4.4 Kasus Penyakit Terbanyak dan Prognosis Pasien ICU ......... 31

4.5 Komplikasi Tersering dan Prognosis Pasien ICU.............. 32

4.6 Pemeriksaan Kultur Mikroorganisme dan Jenis Spesimen 33

4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Antibiotik dan

Rata-Rata Durasi Pemberian Obat ........................................ 35

Universitas Sumatera Utara

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 20

2.2 Kerangka Konsep .................................................................. 21

4.1 Peta Bakteri pada Pasien ICU................................................ 34

Universitas Sumatera Utara

x

DAFTAR SINGKATAN

BAL : Bronchoalveolar Lavage

BMC : Biomed Central

BSA : Body Surface Area

CCU : Coronary Care Unit

Ditjen BUK : Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

ICU : Intensive Care Unit

IGD : Instalasi Gawat Darurat

ISICU : Indonesian Society of Intensive Care Unit

JKM : Jurnal Kesehatan Masyarakat

mEq/l : MilliEquivalent per Liter

mg/dl : Milligram per Desiliter

MICU : Medical Intensive Care Unit

mmHg : Millimeter Air Raksa

MOF : Multiple Organ Failure

PaO2 : Partial Pressure of Oxygen in Arterial Blood

pH : potential of Hydrogen

PSMBA : Penyakit Saluran Makanan Bagian Atas

RS : Rumah Sakit

SCCM : Society of Critical Medicine

SICU : Surgical Intensive Care Unit

SMF : Staf Medik Fungsional

SPSS : Statistic Product for Service Solution

USU : Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Biodata Penulis

2 Lembar Orisinalitas

3 Lembar Penelitian

4 Surat Izin Survei Awal Penelitian

5 Ethical Clearance

6 Surat Izin Penelitian

7 Surat Keterangan Selesai Penelitian

8 Data Induk Penelitian

9 Data Statistik SPSS

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri

dengan staf serta perlengkapan yang khusus. ICU ditujukan untuk observasi,

perawatan, dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cedera, atau

penyulit lain yang mengancam nyawa atau berpotensi mengancam nyawa dengan

prognosis dubia (Kepmenkes, 2011). ICU merupakan unit pelayanan yang tidak

bisa dipisahkan dari rumah sakit dan bisa dikatakan suatu unit vital yang ada di

rumah sakit (Avidan et al., 2008).

Kriteria pasien yang berada di ruang ICU adalah pasien sakit kritis dengan

ketidakstabilan atau kegagalan sistem organ yang memerlukan bantuan alat

teknologi canggih ICU seperti bantuan ventilator, multi kompleks infus,

monitoring dan obat-obatan vasoaktif (Avidan et al., 2008).

Walaupun pasien di ICU dirawat dengan keadan penyakit yang berbeda-

beda, tetapi yang menjadi penyebab utama kematian di ICU adalah kegagalan

multiorgan, gagal jantung, dan sepsis. Kegagalan multiorgan memiliki

mortalitas sebesar 15-28% dan saat lebih dari satu sistem organ gagal,

mortalitasnya naik menjadi 61%, di urutan kedua ada sepsis, mempunyai

mortalitas sebesar 51%. Menurut Society of Critical Medicine (SCCM), rata-rata

rasio mortalitas pasien terdaftar di ICU dewasa, yakni 10-29%, tergantung dari

usia dan keparahan penyakitnya. Selama 10 tahun ke depan, mortalitas pasien

yang pernah terdaftar di ICU lebih besar dibandingkan dengan pasien dengan

usia yang sama yang tidak pernah masuk ke ICU (SCCM, 2017).

Di Amerika Serikat, terdapat sekitar 4 juta pendaftar ICU setiap tahunnya dan

pengeluaran tahunan untuk perawatan kritis di ICU adalah sebesar $81.7 Milyar

atau 0,66% dari bruto domestik. Tiap 100.000 pasien ICU di Jerman terdapat 24.6

kasur ICU, di Kanada terdapat 13.5 kasur ICU, di Inggris terdapat 3.5 kasur ICU,

Universitas Sumatera Utara

2

di Afrika Selatan terdapat 8.9 kasur ICU, di Sri Lanka terdapat 1.6 kasur ICU, dan

di Uganda terdapat 0.1 kasur ICU (Marshall et al., 2017).

Saat ini di Indonesia rumah sakit tipe C dan yang lebih tinggi sebagai

penyedia pelayanan kesehatan rujukan harus mempunyai instalasi ICU yang

memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas dengan

mengedepankan keselamatan pasien. Pada instalasi ICU, perawatan untuk pasien

dilakukan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri dari

multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim dengan single management.

Keberadaan ICU dalam rumah sakit perlu dikonsentrasikan dalam satu tempat

dalam unit yang terintegrasi berbentuk instalasi demi efisiensi pelayanan

(Kepmenkes, 2011).

Hal itulah yang mendorong peneliti untuk mengetahui gambaran

karakteristik pasien di ICU Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU)

Medan. Peneliti memilih RS USU sebagai tempat penelitian dikarenakan RS

USU adalah entitas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Dikti yang

pengelolaannya dilaksanakan oleh Universitas Sumatera Utara (USU) dan

merupakan salah satu dari 20 Rumah Sakit (RS) Perguruan Tinggi Negeri

dengan status yang sama dan akan dikembangkan di Indonesia oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Dikti.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah

untuk melihat gambaran karakteristik pasien di ICU RS USU Medan tahun

2016-2017.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 TUJUAN UMUM

Penelitian ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien di ICU

RS USU Medan tahun 2016-2017.

Universitas Sumatera Utara

3

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Diketahuinya gambaran sosiodemografi, yaitu usia dan jenis kelamin pasien

yang dirawat di ICU RS USU Medan pada tahun 2016-2017.

2. Diketahuinya asal ruangan pasien yang dirawat di ICU RS USU Medan pada

tahun 2016-2017.

3. Diketahuinya jenis penyakit terbanyak pada pasien yang dirawat di ICU RS

USU Medan pada tahun 2016-2017.

4. Diketahuinya rata-rata lama rawatan pasien yang dirawat di ICU RS USU

Medan pada tahun 2016-2017.

5. Diketahuinya jumlah pasien yang pindah ke ruangan setelah dirawat di ICU

RS USU Medan pada tahun 2016-2017.

6. Diketahuinya jumlah pasien yang meninggal saat dirawat di ICU RS USU

Medan pada tahun 2016-2017.

7. Diketahuinya hasil pemeriksaan kultur mikroorganisme pada pasien yang

dirawat di ICU RS USU Medan tahun 2016-2017.

8. Diketahuinya jenis antibiotik yang diberikan pada pasien yang dirawat di

ICU RS USU Medan pada tahun 2016-2017.

9. Diketahuinya rata-rata lama penggunaan antibiotik pada pasien yang dirawat

di ICU RS USU Medan tahun 2016-2017.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 BIDANG PENELITIAN

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi khasanah ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang kesehatan dan dapat menjadi data acuan bagi peneliti-

peneliti lain untuk menelaah lebih lanjut mengenai gambaran karakteristik

pasien di ICU RS USU Medan.

Universitas Sumatera Utara

4

1.4.2 BIDANG PENDIDIKAN

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan penelitian lanjut serta

dijadikan bahan literatur bagi institusi pendidikan dan peniliti lain yang

meninjau terkait gambaran karakteristik pasien di ICU RS USU Medan.

1.4.3 BIDANG PELAYANAN MASYARAKAT

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberitahukan serta menambah

wawasan kepada masyarakat tentang gambaran karakteristik pasien di ICU RS

USU Medan. Hasil penelitian ini juga diharapkan sebagai acuan untuk RS USU

dalam meningkatkan pelayanan dan perawatan di ruang ICU.

Universitas Sumatera Utara

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 INTENSIVE CARE UNIT

2.1.1 DEFINISI ICU

ICU adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf dan

peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan

fisiologis yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek fisiologis satu

organ ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis

yang dapat menyebabkan kematian (Pane, 2010).

Bersten & Soni (2009) dalam bukunya yang berjudul “Oh’s Intensive Care

Manual” menyebutkan definisi ICU yaitu suatu area di rumah sakit dimana

dilengkapi oleh staf dan peralatan khusus yang tujuannya untuk memberi

pertolongan pada pasien dengan penyakit, cedera, ataupun komplikasi yang dapat

mengancam kehidupan.

ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri, dengan staf yang

khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan

dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cedera atau penyulit-

penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan

prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan dan saranan,prasarana serta

peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan

keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam

pengelolaan keadaan-keadaan tersebut. Pada ICU, perawatan untuk pasien

dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri dari

multidisiplin ilmu yang bekerjasama dalam tim. Pengembangan tim multidisiplin

yang kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien (Kepmenkes

RI, 2010).

Adapun tujuan pelayanan yang dilakukan di ruang intensive care unit antara

lain sebagai berikut:

1. Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya kematian atau cacat.

Universitas Sumatera Utara

6

2. Mencegah terjadinya penyulit.

3. Menerima rujukan dari level yang lebih rendah & melakukan rujukan ke level

yang lebih tinggi.

4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.

5. Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses

penyembuhan pasien (ISICU, 2012).

2.1.2 KLASIFIKASI ICU

Berdasarkan “Oh’s Intensive Care Manual” (Bersten & Soni, 2009)

disebutkan bahwa ICU diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu:

Tingkat I : Terdapat di rumah sakit daerah. ICU pada level ini memberikan

pelayanan berupa resusitasi dan bantuan cardiorespiratory untuk

waktu yang singkat terhadap pasien kritis serta pelayanana berupa

pengawasan dan pencegahan komplikasi pada pasien yang berisiko

dan juga pasien dengan tindakan pembedahan. ICU ini mampu

menyediakan bantuan ventilator mekanik dan monitor cardiovascular

invasif untuk periode yang singkat. ICU ini dipimpin oleh intensive

care specialist. ICU ini membutuhkan adanya kebijakan dalam hal

rujukan dan transportasi.

Tingkat II : Terdapat di rumah sakit umum. ICU ini memberikan pelayanan

intensif yang tinggi, termasuk bantuan hidup multisistem

(multisystem life support). ICU ini harus mempunyai petugas medis

di tempat dan akses fasilitas farmasi, pathology, dan radiology setiap

waktu dibutuhkan, tetapi tidak harus memiliki semua fasilitas terapi

dan pemeriksaan (misalnya: radiologi, pelayanan bedah jantung).

ICU ini terdiri dari kepala ICU dan konsultan. Sama seperti ICU

tingkat I, ICU tingkat II juga harus memiliki kebijakan dalam hal

rujukan dan transportasi.

Tingkat III : Terdapat pada rumah sakit tersier yang merupakan rumah sakit

rujukan. ICU ini harus memiliki seluruh aspek yang dibutuhkan

Universitas Sumatera Utara

7

untuk pelayanan pasien yang dirujuk untuk jangka waktu yang tidak

ditentukan. Staf yang dibutuhkan oleh intensivis adalah tenaga

terlatih, perawat critical care, seluruh tenaga professional kesehatan

dan staf ahli lainnya.

Sebagian literatur medis mengkategorikan ICU menjadi “open” dan ”close”.

Analisis yang dilakukan oleh Groeger et al., open mengacu pada unit dimana

setiap dokter dapat menulis perintah medis sedangkan close mengacu pada unit

dimana hanya dokter ICU yang dapat menulis perintah medis. Penelitian lain

menambahkan jenis ketiga dari ICU yaitu “transitional” (Brilli et al., 2001).

ICU di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga yaitu primer, sekunder, dan

tersier. Ketiganya dibedakan berdasarkan kemampuan pelayanan, ketenagaan,

disain, dan peralatan (Kepmenkes RI, 2010).

1. Kemampuan Pelayanan

Jenis tenaga dan kelengkapan pelayanan menentukan klasifikasi pelayanan di

rumah sakit tersebut atau sebaliknya seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.1

berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi Pelayanan Icu Berdasarkan Kemampuan Pelayanan

No Kemampuan Pelayanan

Primer Sekunder Tersier

1 Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung paru

2 Pengelolaan jalan

napas, termasuk

intubasi trakeal dan

ventilasi mekanik

Pengelolaan jalan napas,

termasuk intubasi

trakeal dan ventilasi

mekanik

Pengelolaan jalan napas,

termasuk intubasi trakeal

dan ventilasi mekanik

3 Terapi oksigen Terapi oksigen Terapi oksigen

4 Pemasangan kateter

vena sentral

Pemasangan kateter

vena sentral dan arteri

Pemasangan kateter vena

sentral, arteri, Swan Ganz

dan ICP monitor

5 Pemantauan ECG,

pulsoksimeter, dan

tekanan darah non

invasif

Pemantauan ECG,

pulsoksimeter, dan

tekanan darah non

invasif

Pemantauan ECG,

pulsoksimeter, dan tekanan

darah non invasif dan

invasif, Swan Ganz dan

ICP serta echo monitor

6 Pelaksanaan terapi

secara titrasi

Pelaksanaan terapi secara

titrasi

Pelaksanaan terapi secara

titrasi

7 Pemberian nutrisi

enteral dan parenteral

Pemberian nutrisi enteral

dan parenteral

Pemberian nutrisi enteral

dan parenteral

Universitas Sumatera Utara

8

Lanjutan Tabel 2.1 Klasifikasi Pelayanan Icu Berdasarkan Kemampuan Pelayanan

No Kemampuan Pelayanan

Primer Sekunder Tersier

8 Pemeriksaan

laboratorium khusus

dengan cepat dan

menyeluruh

Pemeriksaan laboratorium

khusus dengan cepat dan

menyeluruh

Pemeriksaan laboratorium

khusus dengan cepat dan

menyeluruh

9 Melakukan fisioterapi

dada

Melakukan fisioterapi

dada

Melakukan fisioterapi dada

10 Memberikan

tunjangan fungsi vital

dengan alat-alat

portabel selama

transportasi pasien

gawat

Memberikan tunjangan

fungsi vital dengan alat-

alat portabel selama

transportasi pasien gawat

Memberikan tunjangan

fungsi vital dengan alat-alat

portabel selama transportasi

pasien gawat

11 - Melakukan prosedur

isolasi

Melakukan prosedur isolasi

12 - Melakukan hemodialisis

intermitten dan kontinyu

Melakukan hemodialisis

intermitten dan kontinyu

Sumber : Kepmenkes (2010)

2. Ketenagaan

Tenaga yang terlibat dalam pelayanan di ICU meliputi tenaga dokter

intensivis, dokter spesialis, dokter yang telah mengikuti pelatihan ICU, dan

perawat terlatih di ICU. Tenaga yang terdapat pada masing-masing jenis ICU

tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Klasifikasi Pelayanan ICU Berdasarkan Ketenagaan

No Tenaga

Medis

Kemampuan Pelayanan

Primer Sekunder Tersier

1 Kepala

ICU

1. Dokter

spesialis

anestesiologi

2. Dokter

spesialis lain

yang telah

mengikuti

pelatihan ICU

(jika belum

ada dokter

spesialis

anestesiologi)

1. Dokter intensivist

2. Dokter spesialis

anestesiologi (jika

belum ada dokter

intensivis)

Dokter intensivist

Universitas Sumatera Utara

9

Lanjutan Tabel 2.2 Klasifikasi Pelayanan ICU Berdasarkan Ketenagaan

No Tenaga

Medis

Kemampuan Pelayanan

Primer Sekunder Tersier

2 Tim

medis

1. Dokter

spesialis

sebagai

konsultan

(yang dapat

dihubungi

setiap

diperlukan)

2. Dokter jaga

24 jam

dengan

kemampuan

resusitasi

jantung paru

yang

bersertifikat

bantuan

hidup dasar

dan bantuan

hidup lanjut

1. Dokter spesialis

(yang dapat

memberikan

pelayanan setiap

diperlukan

2. Dokter jaga 24 jam

dengan kemampuan

ALS/ACLS dan

FCCS

1. Dokter spesialis

(yang dapat

memberikan

pelayanan setiap

diperlukan)

2. Dokter jaga 24 jam

dengan kemampuan

ALS/ACLS dan

FCCS

3 Perawat Perawat terlatih

yang bersertifikat

bantuan hidup

dasar dan bantuan

hidup lanjut

Minimal 50% dari

jumlah seluruh perawat

di ICU merupakan

perawat terlatih dan

bersertifikat ICU

Minimal 75% dari

jumlah seluruh perawat

di ICU merupakan

perawat terlatih dan

bersertifikat ICU

4 Tenaga

non

medis

1. Tenaga

administrasi

di ICU harus

mempunyai

kemampuan

mengoperasi

kan komputer

yang

berhubungan

dengan

masalah

administrasi

2. Tenaga

prakarya

3. Tenaga

kebersihan

1. Tenaga administrasi

di ICU harus

mempunyai

kemampuan

mengoperasi kan

komputer yang

berhubungan

dengan masalah

administrasi

2. Tenaga prakarya

3. Tenaga kebersihan

1. Tenaga administrasi

di ICU harus

mempunyai

kemampuan

mengoperasikan

komputer yang

berhubungan

dengan masalah

administrasi

2. Tenaga

laboratorium

3. Tenaga kefarmasian

4. Tenaga prakarya.

5. Tenaga kebersihan

6. Tenaga rekam

medic

7. Tenaga untuk

kepentingan ilmiah

dan penelitian

Sumber : Kepmenkes (2010)

Universitas Sumatera Utara

10

3. Desain

Pelayanan ICU yang memadai juga ditentukan berdasarkan desain yang

baik dan pengaturan ruang yang adekuat. Desain berdasarkan klasifikasi

pelayanan di ICU dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Klasifikasi Pelayanan Icu Berdasarkan Desain

Desain Primer Sekunder Tersier

Area Pasien

Unit terbuka 12-16 m2

Satu tempat cuci

tangan tiap dua

tempat tidur

Satu tempat cuci

tangan tiap dua

tempat tidur

Satu tempat cuci

tangan tiap dua

tempat tidur

Unit tertutup 16-20 m2

Satu tempat cuci

tangan tiap satu

tempat tidur

Satu tempat cuci

tangan tiap satu

tempat tidur

Satu tempat cuci

tangan tiap satu

tempat tidur

Outlet oksigen

Satu

Dua Tiga tiap tempat

tidur

Vakum - Satu Tiga tiap tempat

tidur

Stop kontak Dua tiap tempat

tidur

Dua tiap tempat

tidur

Enam belas tiap

tempat tidur

Area Kerja

Lingkungan Air Conditioned Air Conditioned Air Conditioned

Suhu 23−25°C 23−25°C 23−25°C

Humiditas 50-70% 50-70% 50-70%

Ruang Isolasi - + +

Ruang penyimpanan

peralatan dan barang

bersih

+ + +

Ruang tempat buang

kotoran

+ + +

Ruang perawatan + + +

Ruang staf dokter - + +

Ruang tunggu

keluarga pasien

- + +

Laboratorium Terpusat 24 jam 24 jam Sumber : Kepmenkes (2010)

4. Peralatan

Peralatan yang memadai termasuk kualitas maupun kuantitasnya sangat

membantu kelancaran pelayanan di ICU. Peralatan yang tersedia pada masing-

masing jenis ICU dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut.

Universitas Sumatera Utara

11

Tabel 2.4 Klasifikasi Pelayanan ICU Berdasarkan Peralatan

Peralatan Primer Sekunder Tersier

Ventilasi mekanik

Standard (Sesuai

jumlah bed)

Standard (Sesuai

jumlah bed)

Standard (Sesuai

jumlah bed)

Alat hisap

+ (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

Alat ventilasi manual

dan alat penunjang jalan

nafas

+ (Sesuai jumlah

bed +1)

+ (Sesuai jumlah bed

+1)

+ (Sesuai jumlah

bed +1)

Peralatan akses vaskuler + + +

Peralatan Monitor

Invasif:

- Tekanan darah - +/- (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

- Tekanan vena sentral + + (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

- Tekanan baji arteri

pulmonalis (Swan Ganz) - - + (lima unit)

Non invasif:

- ECG dan laju jantung + (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

- Tekanan darah + (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

- Saturasi oksigen (pulse

oxymeter) + (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

- Kaptograf - + (minimal satu) + (minimal satu)

Suhu + (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

EEG/BIS monitor - + +

Defibrilator + (satu unit) + (satu unit) + (satu unit)

Alat pacu jantung - - +

Alat pengatur suhu

pasien

+ (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

Peralatan drain toraks + + +

Pompa infus dan pompa

syringe +/+

+/+ (2x jumlah bed/

3x jumlah bed)

+/+ (2x jumlah bed/

3x jumlah bed)

Bronchoscopy - Satu unit Satu unit

Echocardiografi - Satu unit Satu unit

Peralatan portabel untuk

transportasi (ventilator +

monitor)

Satu unit Dua unit Dua unit

Tempat tidur khusus ICU + (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

+ (Sesuai jumlah

bed)

Lampu untuk tindakan + (Minimal satu) + (Minimal satu) + (Minimal satu)

Hemodialisis - Satu unit Satu unit

CRRT (Continuous

Renal Replacement

Therapy)

- Satu unit Satu unit

Sumber : Kepmenkes (2010)

Universitas Sumatera Utara

12

2.2 PASIEN ICU

2.2.1 DEFINISI PASIEN ICU

Pasien yang dirawat di ICU adalah pasien yang sakit gawat bahkan dalam

keadaan terminal yang sepenuhnya tergantung pada orang yang merawatnya dan

memerlukan perawatan secara intensif. Pasien ICU yaitu pasien yang kondisinya

kritis sehingga memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara

terkoordinasi, berkelanjutan, dan memerlukan pemantauan secara terus menerus

(Hanafie, 2007; Rabb, 1998).

Pasien ICU tidak hanya memerlukan perawatan dari segi fisik tetapi

memerlukan perawatan secara holistik. Kondisi pasien yang dirawat di ICU

(Hanafie, 2007; Rabb, 1998) yaitu (1) Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang

memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif

melalui infus secara terus menerus, seperti pasien dengan gagal napas berat,

pasien pasca bedah jantung terbuka, dan syok septik (2) Pasien yang

memerlukan bantuan pemantauan intensif sehingga komplikasi berat dapat

dihindari atau dikurangi seperti pasien pasca bedah besar dan luas, pasien

dengan penyakit jantung, paru, dan ginjal (3) Pasien yang memerlukan terapi

intensif untuk mengatasi komplikasi-komplikasi dari penyakitnya seperti pasien

dengan tumor ganas dengan komplikasi infeksi dan penyakit jantung.

2.2.2 INDIKASI MASUK DAN KELUAR ICU

Apabila fasilitas sarana dan prasarana di ICU tidak cukup untuk menampung

seluruh pasien yang ada, maka perlu adanya pemilihan terhadap pasien-pasien

yang memang perlu penanganan dengan segera. Untuk itu perlu adanya kriteria

ataupun indikasi pasien masuk ICU. Selain indikasi masuk ICU juga diperlukan

adanya kriteria ataupun indikasi pasien keluar ICU sehingga pasien yang memang

sudah tidak memerlukan penanganan lagi dapat keluar dari ICU dan digantikan

dengan pasien yang memang lebih memerlukan pelayanan di ICU. Untuk itu,

terdapat beberapa kriteria masuk dan keluar ICU yang telah dibuat oleh

Kepmenkes (2010) yaitu sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

13

1. Kriteria Masuk

Berdasarkan Kepmenkes (2010), pada dasarnya pasien yang dirawat di ICU

adalah pasien dengan gangguan akut yang masih diharapkan reversibel (pulih

kembali). Pasien yang layak dirawat di ICU adalah:

a) Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care.

b) Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara

terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan

yang konstan, terus menerus, dan metode terapi titrasi.

c) Pasien sakit kritis yang memerlukan pantauan kontinyu dan tindakan

segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis.Namun,

karena terdapat adanya keterbatasan dalam hal fasilitas di ICU, maka

berlakulah tiga asas prioritas. Dalam keadaan yang terbatas, pasien yang

memerlukan terapi intensif (prioritas satu) lebih didahulukan dibandingkan

dengan pasien yang hanya memerlukan pemantauan intensif (prioritas

tiga). Perlu diperhatikan bahwa dalam menentukan prioritas pasien masuk

ICU sebaiknya ditentukan berdasarkan penilaian objektif terhadap berat

dan prognosis penyakitnya (Kepmenkes, 2010).

Marik (2015) dalam bukunya yang berjudul “Evidence-Based Critical Care”

menyebutkan bahwa terdapat empat prioritas dalam menentukan pasien masuk ke

ICU. Prioritas pertama yang akan memberikan hasil yang sangat bermanfaat jika

dirawat di ICU sedangkan prioritas empat tidak akan memberikan manfaat sama

sekali jika dirawat di ICU.

1. Prioritas satu

Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis serta tidak stabil yang

memerlukan terapi intensif dan pengawasa yang tidak selalu tersedia di luar

ICU. Contohnya pasien yang membutuhkan bantuan ventilator, pemberian

infus obat vasoaktif yang diberikan secara titrasi terus menerus, dll (Marik,

2015). Suatu institusi juga dapat membuat kriteria spesifik misalnya derajat

hipoksemia ataupun hipotensi dibawah tekanan darah tertentu. Pasien yang

tergolong dalam prioritas satu, umumnya memerlukan terapi yang tidak

mempunyai batas (Kepmenkes, 2010).

Universitas Sumatera Utara

14

2. Prioritas dua

Kelompok ini merupakan pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan

canggih di ICU dan merupakan pasien yang berisiko untuk memerlukan terapi

intensif secara tiba-tiba. Contohnya pasien dengan penyakit jantung, paru-

paru, ginjal, atau penyakit sistem saraf pusat dimana pasien tersebut memiliki

penyakit yang berat dan akut atau pasien yang menjalani bedah mayor (Marik,

2015). Sama halnya dengan pasien yang tergolong dalam prioritas pertama,

pasien yang tergolong dalam prioritas dua juga memerlukan terapi yang tidak

mempunyai batas. Hal ini disebabkan karena kondisi medis pasien golongan

prioritas kedua senantiasa berubah (Kepmenkes, 2010).

3. Prioritas tiga

Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis serta pasien tidak stabil status

kesehatannya sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya

atau penyakit akut yang dapat mengurangi kemungkinan kesembuhan dan

manfaat dari perawatan di ICU. Pasien ini dapat menerima perawatan intensif

untuk mengurangi penyakit akutnya tetapi usaha dengan tujuan terapi

diberhentikan sebentar misalnya untuk pemasangan intubasi atau resusitasi

jantung paru. Contoh pasien pada prioritas tiga ini yaitu pasien dengan

keganasan metastatik dengan komplikasi infeksi, pericardial tamponade atau

obstruksi jalan nafas, atau pasien dengan penyakit jantung atau paru pada

stadium terakhir dengan komplikasi penyakit yang berat dan akut (Marik,

2015). Pasien yang tergolong dalam prioritas tiga mamiliki kemungkinan

sembuh dan/ atau manfaat terapi yang sangat kecil (Kepmenkes, 2010).

4. Prioritas empat

Pasien pada prioritas empat ini merupakan pasien yang secara umum tidak

tepat untuk masuk ICU. Indikasi masuk pasien ini seharusnya berdasarkan

individu tersebut, pada keadaan yang tidak biasa, dan atas kebijaksanaan

pimpinan. Pasien ini dapat digantikan apabila memenuhi kategori berikut:

a) Manfaat perawatan di ICU sedikit atau bahkan tidak ada (dibandingkan

dengan perawatan yang tidak di ICU) yang didasarkan atas intervensi aktif

yang berisiko rendah yang tidak bisa dengan aman dipindahkan ke

Universitas Sumatera Utara

15

ruangan non-ICU. Contohnya: pasien dengan peripheral vascular surgery,

diabetic ketoacidosis dengan keadaan hemodinamik yang stabil, conscious

drug overdose, dan mild congestive heart failure.

b) Pasien dengan penyakit terminal, penyakit yang irreversibel. Contohnya:

pasien dengan kerusakan otak berat yang irreversibel, irreversible

multiorgan sistem failure, keganasan metastatik yang tidak respon

terhadap kemoterapi dan/ atau teapi radiasi, brain dead non-organ donor,

pasien dengan keadaan vegetatif yang menetap, pasien yang tidak sadar

secara menetap, dll. Kelompok ini termasuk pasien yang menolak untuk

dirawat di ICU dan/ atau monitor infasif dan lebih memilih perawatan

yang aman saja. Kelompok ini mengecualikan pada pasien yang

mengalami kematian batang otak tetapi akan mendonorkan organnya

(pasien ini membutuhkan monitor infasif dan/ atau perawatan di ICU).

Prioritas yang disebutkan oleh Marik sama saja dengan prioritas yang

disebutkan oleh Kepmenkes. Namun, terdapat sedikit perbedaan yaitu pembagian

prioritas yang disebutkan oleh Marik terdapat empat prioritas sedangkan menurut

Kepmenkes terdapat tiga prioritas ditambah satu kriteria pasien yang termasuk

dalam pengecualian (yang merupakan prioritas empat menurut Marik).

Adapun kriteria pasien masuk berdasarkan parameter objektif adalah sebagai

berikut (Kariadi, 2013):

1. Tanda Vital

a. Nadi <40 atau >140 kali/menit

b. Tekanan darah sistolik arteri <80 millimeter air raksa (mmHg) atau 20

mmHg di bawah

tekanan darah pasien sehari-hari

c. Mean arterial pressure <60 mmHg

d. Tekanan darah diastolic arteri >120 mmHg

e. Frekuensi napas >35 kali/menit

2. Nilai Laboratorium

a. Natrium serum <110 MilliEquivalent per Liter (mEq/L) atau >170 mEq/L

b. Kalium serum <2,0 mEq/L atau >7,0 mEq/L

Universitas Sumatera Utara

16

c. PaO2 <50 mmHg

d. pH <7,1 atau >7,7

e. Glukosa serum >800 milligram per desiliter (mg/dl)

f. Kalsium serum >15 mg/dl

g. Kadar toksik obat atau bahan kimia lain dengan gangguan

hemodinamik dan neurologis

3. Radiografi/Ultrasonografi/Tomografi

a. Perdarahan vascular otak, kontusio atau perdarahan subarachnoid

dengan penurunan kesadaran atau tanda deficit neurologis fokla

b. Ruptur organ dalam, kandung kemih, hepar, varises esophagus

atau uterus dengan hemodinamik tidak stabil

c. Diseksi aneurisma aorta

4. Elektrokardiogram

a. Infark miokard dengan aritmia kompleks, hemodinamik tidak

stabil atau gagal jantung kongestif

b. Ventrikel takikardi menetap atau fibrilasi

c. Blokade jantung komplit dengan hemodinamik tidak stabil

5. Pemeriksaan Fisik (onset akut)

a. Pupil anisokor pada pasien tidak sadar

b. Luka bakar >10% Body Surface Area (BSA)

c. Anuria

d. Obstruksi jalan napas

e. Koma

f. Kejang berlanjut

g. Sianosis

h. Tamponade jantung

2. Kriteria Keluar

Menurut Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan (Ditjen BUK), beberapa

kriteria yang dapat digunakan untuk mengeluarkan pasien dari pelayanan ICU

adalah sebagai berikut (Ditjen BUK, 2011):

1. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak

Universitas Sumatera Utara

17

membutuhkan terapi atau pemantauan intensif yang lebih lanjut.

2. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak

bermanfaat atau tidak memberikan hasil yang berarti bagi pasien.

Waktu optimal untuk keluar dari ICU penting dikarenakan penundaan

pelepasan dan pelepasan dini berkaitan dengan peningkatan angka kematian.

Peningkatan pemakaian tempat tidur ICU yang lebih tinggi berkaitan dengan

peningkatan resiko kematian dan peningkatan resiko penerimaan kembali pasien

ke ICU. Hal tersebut diduga dikarenakan terjadinya kelebihan kapasitas ICU,

yang dapat mempengaruhi keputusan dokter dan mengakibatkan pelepasan dini

pasien dari ICU (Peltonen, 2015).

3. Tatalaksana Pasien Masuk dan Keluar ICU

Tatalaksana pasien masuk ICU:

Sesuai dengan indikasi medis, pasien yang akan masuk dan dirawat di ICU

dapat berasal dari:

1. Pasien dari kamar bedah

Sudah dibicarakan sebelumnya dengan ahli bedah dan disetujui oleh konsultan

anestesi/ICU atau usul konsulen anestesi/ICU

2. Pasien dari ruang rawat RS

Dengan sistem konsultasi oleh dokter spesialis yang menangani pasien

tersebut atau oleh dokter jaga ruangan atas nama spesialis yang bersangkutan

3. Pasien dari instalasi gawat darurat

Pasien dapat langsung masuk dibawa oleh keluarganya atau dikirim oleh

dokter spesialis/dokter umum. Pasien akan diperiksa atau dinilai oleh unit

gawat darurat (UGD), bila segera membutuhkan tindakan dan perawatan ICU

langsung dikonsulkan ke ICU. Dokter ICU akan segera melihat untuk

penanganan segera sambil menunggu konsultasi dari IGD ke SMF yang

terkait, atau oleh IGD dikonsulkan ke dokter spesialis yang bersangkutan. ICU

untuk penanganan dan perawatan anestesi.

4. Pasien rujukan rumah sakit lain

Dari dokter spesialis melalui IGD, konsultasi ke ICU, lalu disetujui masuk

ICU (Kepmenkes,2010).

Universitas Sumatera Utara

18

2.2.3 LAMA PERAWATAN

Sebuah penelitian menunjukkan semakin lama pasien berada di ICU, maka

kondisinya akan semakin memburuk. Lamanya perawatan berkaitan dengan

peningkatan risiko infeksi nosokomial, efek samping obat, dan kejadian ulkus

dekubitus (Rooij et al, 2005). Rata-rata pasien medikal dirawat di ICU dalam

jangka waktu 4 hari dan penggunaan ventilator 2,5 hari (Farid et al, 2011). Rata-

rata pasien surgikal dirawat di ICU dalam jangka waktu 4 hari dan penggunaan

ventilator 2,5 hari (Putra , 2011).

Dalam penelitian Vera, lama rawat 0-1 hari atau >7 hari mempengaruhi hasil

rawat pasien. Lama rawat responden lebih dari 7 hari kemungkinan disebabkan

sifat penyakit yang kronis, muncul komplikasi, dan faktor biaya. Faktor biaya

merupakan salah satu faktor nonmedis yang turut berperan dalam penanganan

pasien ICU. Responden yang memiliki lama rawat lebih dari tujuh hari sehingga

biaya perawatan lebih besar cenderung memutuskan pulang paksa. Tingginya

biaya ICU memang salah satu kendala di negara berkembang seperti di Indonesia

(Vera et al, 2011).

Sejak tahun 1980, penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa rata-rata

lama perawatan di ICU/CCU adalah 4,2 hari. Lama perawatan di ICU di Amerika

Serikat dilaporkan 0,5 hari lebih panjang daripada CCU (Helbing, 1989). Pada

penelitian Pessi kepada 1001 sampel yang diambil secara consecutive sampling,

pada pasien kategori surgikal, 27% pasien dirawat selama 2 hari, 15% pasien

dirawat lebih dari 10 hari. Pada penelitian Chassin, untuk kategori pasien medical

ICU, 10% pasien dirawat lebih dari 10 hari. Apabila ada pasien yang dirawat lebih

dari 1 bulan, itu indikasi ketidakwajaran perawatan di ICU (Berenson, 1984).

Intensive care unit memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan

dengan ruangan lainnya. Rata-rata tingkat mortalitas pada ruangan ICU di

Amerika adalah 8-19% atau 500.000 kematian per tahun. Berdasarkan penelitian

Siddiqui tahun 2015, dari jumlah 14.500 pasien yang masuk ke 3 ruangan ICU

(MICU,SICU,CCU) per tahun, 1.134 orang diantaranya meninggal dunia. Dari

angka tersebut, perbandingan antara pasien meninggal laki-laki dan perempuan

adalah 60:40, rata-rata usia pasien meninggal pada MICU dan SICU adalah 60-69

Universitas Sumatera Utara

19

tahun, sedangkan CCU adalah 70-79 tahun (Siddiqui, 2015). Hubungan antara

usia dan tingkat kesembuhan paling tinggi adalah pada usia 1-10 tahun, yaitu

50%, sedangkan menurut jenis kelamin, pasien laki-laki menunjukkan angka

kesembuhan yang lebih tinggi (66,7%) dibandingkan dengan pasien perempuan

(Thanaletchumy, 2014)

Lama rawat yang panjang menunjukkan penyakit yang cenderung lebih buruk

atau terdapat komplikasi maupun penyakit penyerta. Semakin lama masa rawatan,

semakin banyak pula biaya yang dikeluarkan. Pasien yang menghabiskan biaya <

10 juta rupiah, sebanyak 34,1% memiliki hasil rawatan yang baik, pasien yang

menghabiskan sebanyak 10-20 juta rupiah memiliki 22,7% hasil rawatan yang

baik, sedangkan pasien dengan biaya rawatan >30 juta hanya 2,3% memiliki hasil

rawatan yang baik (Vera, 2011).

2.2.4 INFEKSI PADA PASIEN ICU

Infeksi nosokomial atau yang dikenal dengan Health care associated

infection merupakan infeksi yang didapatkan oleh pasien saat berada di

pelayanan rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya (Dasgupta, Das, Chawan,

dan Hazra, 2015). Infeksi ini merupakan masalah yang serius pada rumah sakit

di seluruh dunia. Kejadian infeksi ini cukup tinggi pada ruangan ICU

dibandingkan dengan ruangan non-ICU (Naidu et al, 2014).

Jenis-jenis infeksi yang sering terjadi adalah infeksi saluran kemih, infeksi

pembedahan dan pada jaringan lunak, gastroenteritis, meningitis, dan infeksi

pernapasan. Agen penyakit yang biasanya menjadi penyebab pada infeksi ini

adalah Streptococcus spp., Acinetobacter spp., Enterococci., Pseudomonas

aeruginosa, Staphylococcus koagulasi-negatif, Staphylococcus aureus, Bacillus

cereus, Proteus mirablis, Klebsiella pneumonia, Escherichia coli, Serratia

marcescens. Namun diantara bakteri patogen tersebut, Enterococcus,

Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

merupakan bakteri yang memegang peran besar dalam terjadinya infeksi

nosokomial. (Khan, 2015).

Universitas Sumatera Utara

20

Menurut penelitian Pradhan et al di India, dari jumlah 537 pasien di ICU, 32

pasien diantaranya terinfeksi nosokomial (9,6%). Mikroorganisme terbanyak

yang menyebabkan terjadinya infeksi adalah Acinetobacter (34.5%), diikuti

Pseudomonas (32.8%), Klebsiella (13.9%), E Coli (12.1%), Citrobacter (5%)

dan Candida (1.7%). Penicillin merupakan antibiotik yang paling sering

digunakan (37,9%), diikuti dengan Cephalosporin (29.7%), Makrolida (11.3%),

Aminoglikosida (9.2%), Vancomycin (5%), Quinolone (5%) dan Carbapenem

(1.9%) (Pradhan, Bhat, Ghadage,2014). Lamanya penggunaan antibiotika yang

disarankan oleh guidelines adalah 7-10 hari. Namun, infeksi yang disebabkan

oleh Staphylococcus aureus atau Pseudomonas aeruginosa mungkin

membutuhkan waktu yang lebih lama. Penggunaan antibiotik selama 8 hari

sudah terhitung cukup pada pasien ICU, dan dapat kurang dari 8 hari apabila

sumber infeksi sudah dapat dikendalikan (Vincent et al, 2016).

2.3 KERANGKA TEORI

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka kerangka teori penelitian adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Teori

ICU

Pasien ICU

Indikasi Masuk & Keluar Lama Perawatan

Klasifikasi

Pelayanan ICU

1. Primer

2. Sekunder

3. Tersier

1. Prioritas Satu

2. Prioritas Dua

3. Prioritas Tiga

4. Prioritas Empat

Universitas Sumatera Utara

21

2.4 KERANGKA KONSEP

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka kerangka konsep penelitian adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Gambaran Karakteristik

Pasien:

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Asal Ruangan

4. Jenis Penyakit

5. Lama Rawatan

6. Biaya Rawatan

7. Prognosis

8. Hasil Kultur

Mikroorganisme

9. Penggunaan

Antibiotik

Pasien Intensive Care Unit

RS USU

Universitas Sumatera Utara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi deskriptif cross-sectional, yaitu penelitian

yang menggambarkan gambaran karakteristik pasien di Intensive Care Unit

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Rancangan penelitian yang

digunakan adalah potong lintang dengan pengambilan data dalam satu waktu

bersamaan.

3.2 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

3.2.1 WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Agustus sampai

dengan bulan Oktober tahun 2017.

3.2.2 LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil data dari rekam medis Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara Medan dikarenakan masih belum ada

penelitian yang meneliti gambaran karakteristik pasien di Intensive Care Unit

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.3.1 POPULASI PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat di Intensive

Care Unit Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan dimulai dari bulan

April tahun 2016 sampai dengan bulan Maret 2017.

Universitas Sumatera Utara

23

3.3.2 SAMPEL PENELITIAN

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik total

sampling, di mana semua pasien yang dirawat di Intensive Care Unit Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan April 2016 hingga Maret 2017

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.3.3 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

Adapun kriteria inklusi serta eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Kriteria Inklusi

Yang termasuk kriteria inklusi pada penelitian ini adalah semua data rekam

medis pasien yang berusia ≥18 tahun dari ICU RS USU Medan pada tahun

2016-2017.

2. Kriteria Eksklusi

a. Data rekam medis pasien yang berusia <18 tahun.

b. Data rekam medis yang tidak lengkap, tidak dapat dibaca, rusak ataupun

hilang.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang

diperoleh dari pencatatan rekam medis pasien yang dirawat di Intensive Care Unit

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2016-2017.

3.5 METODE ANALISIS DATA

3.5.1 PENGOLAHAN DATA

Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahapan meliputi:

1. Editing

Editing dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan data-data yang telah

dikumpulkan.

Universitas Sumatera Utara

24

2. Coding

Coding dilakukan untuk mengubah data berbentuk huruf dan kalimat menjadi

angka atau bilangan.

3. Entry

Entry dilakukan untuk memasukkan data ke dalam program atau software

computer.

4. Cleaning

Cleaning dilakukan pengecekan kembali dan melihat adanya kemungkinan

kesalahan kode serta ketidaklengkapan data yang selanjutnya dilakukan

koreksi.

3.5.2 ANALISIS DATA

Data yang didapatkan diolah dengan menggunakan program Statistic Product

for Service Solution (SPSS). Data tersebut akan ditabulasi dan dianalisis secara

statistik. Data yang dihasilkan akan disajikan dalam bentuk tabel hasil pengolahan

program SPSS.

3.6 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara

Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

1. Pasien ICU Seluruh pasien yang

masuk di Intensive Care

Unit Rumah Sakit

Universitas Sumatera

Utara

Observasi

sekunder

dari data

rekam

medis

Rekam

Medis

Data pasien yang

berada di

Intensive Care

Unit

Nominal

2. Usia Usia pasien yang dirawat

di ruang Intensive Care

Unit Rumah Sakit

Universitas Sumatera

Utara

Observasi

sekunder

dari data

rekam

medis

Rekam

Medis 1. ≥18-27 tahun

2. >27-37 tahun

3. >37-47 tahun

4. >47-57 tahun

5. >57-67 tahun

Interval

3. Jenis

Kelamin

Jenis kelamin pasien yang

dirawat di ruang Intensive

Care Unit Rumah Sakit

Universitas Sumatera

Utara

Observasi

sekunder

dari data

rekam

medis

Rekam

Medis 1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal

Universitas Sumatera Utara

25

Lanjutan Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional

4. Asal

Ruangan

Jenis ruangan sebelum

pasien dirawat di

Intensive Care Unit

Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara

Observasi

sekunder

dari data

rekam

medis

Rekam

Medis 1. Dari kamar

bedah

2. Pasien dari

ruangan rawat

RS

3. Pasien dari

Instalasi Gawat

Darurat

Nominal

5. Jenis

Penyakit

Seluruh jenis penyakit

yang terdata pada pasien

yang masuk di Intensive

Care Unit Rumah Sakit

Universitas Sumatera

Utara

Observasi

sekunder

dari data

rekam

medis

Rekam

Medis

1. Penyakit

Infeksius dan

Parasit

2. Penyakit

Sistem

Metabolik

3. Penyakit

Sistem Saraf

4. Penyakit

Sistem

Penglihatan

5. Penyakit

Sistem

Pendengaran

6. Penyakit

Sistem

Kardiovaskular

7. Penyakit

Sistem

Respirasi

8. Penyakit

Sistem

Pencernaan

9. Penyakit Kulit

10. Penyakit

Sistem

Muskuloskel

etal

11. Penyakit

Sistem

Perkemihan

12. Lain-lain

Nominal

6. Lama

Rawatan

Durasi rawatan pasien

yang masuk di Intensive

Care Unit Rumah Sakit

Universitas Sumatera

Utara

Observasi

sekunder

dari data

rekam

medis

Rekam

Medis 1. < 7 hari

2. ≥ 7 hari

Ordinal

Universitas Sumatera Utara

26

Lanjutan Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional

7. Prognosis Banyaknya pasien

yang pindah ke

ruangan setelah

dirawat dan pasien

yang meninggal saat

dirawat di Intensive

Care Unit Rumah

Sakit Universitas

Sumatera Utara

Observasi

sekunder

dari data

rekam

medis

Rekam

Medis 1. Pindah ke

Ruangan

Rawat

2. Meninggal

Nominal

8. Pemeriksaan

Kultur

Mikroorganisme

Temuan

mikroorganisme

patogen tertentu dari

hasil pemeriksaan

kultur pada pasien

yang dirawat di

Intensive Care Unit

Rumah Sakit

Universitas Sumatera

Utara

Observasi

sekunder

dari data

rekam

medis

Rekam

Medis Data

mikroorganisme

patogen pada

pasien yang

berada di

Intensive Care

Unit

Nominal

9. Penggunaan

Antibiotik

Jenis antibiotik yang

diberikan pada

pasien di Intensive

Care Unit Rumah

Sakit Universitas

Sumatera Utara

Observasi

sekunder

dari data

rekam

medis

Rekam

Medis Data jenis

antibiotik yang

diberikan pada

pasien yang

berada di

Intensive Care

Unit

Nominal

Universitas Sumatera Utara

27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara yang

berlokasi di Jalan Dr. Mansyur No. 66, Medan, Sumatera Utara. Pengambilan data

dalam penelitian ini dilakukan dengan pembacaan data rekam medis pasien

rawatan ICU pada periode bulan April 2016–Maret 2017, yang telah dikumpulkan

pada bulan September hingga Oktober 2016. Instalasi Rekam Medis menyimpan

data rekam medis seluruh pasien yang dilayani pada rumah sakit ini dan data

rekam medis ini lalu diolah dengan program SPSS.

Karakteristik yang digunakan untuk sampel dalam penelitian ini adalah rekam

medis pasien rawatan ICU di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara periode

April 2016–Maret 2017. Jumlah keseluruhan pasien rawatan ICU yang menjadi

sampel adalah sebanyak 82 sampel.

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik

Karakteristik N %

Jenis Kelamin

Laki – laki 43 52,4

Perempuan 39 47,6

Umur

≥18 - 27 tahun 6 7,3

>27 - 37 tahun 7 8,5

>37 - 47 tahun 13 15,9

>47 - 57 tahun 20 24,4

>57 - 67 tahun 36 43,9

Asal Ruangan

Ruangan Rawat RS 19 23,2

IGD 63 76,8

Lama Rawatan

≤ 1 minggu 49 59,8

> 1 minggu 33 40,2

Prognosis

Sembuh (Pindah Ruangan) 37 45,1

Meninggal 45 54,9

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah pasien laki–laki yang dirawat di ICU

adalah sebanyak 43 orang (52,4%) dan perempuan sebanyak 39 orang (47,6%) dari

keseluruhan sampel sebanyak 82 orang. Pada penelitian yang dilakukan oleh Heny

Universitas Sumatera Utara

28

Armiati di ICU RSUP DR. Kariadi Semarang pada Periode Januari – Mei 2014

didapati persentase pasien ICU jenis kelamin laki-laki adalah 52 orang (53,1%) dan

persentase jenis kelamin perempuan adalah 46 orang (46,9%) (Amriati, 2014).

Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa umur pasien yang dirawat di ICU

paling banyak adalah rentang umur >57-67 tahun sebanyak 36 orang (43,9%)

dan pasien yang paling sedikit dirawat adalah rentang umur ≥18-27 tahun

sebanyak 6 orang (7,3%). Penelitian lain yang dilakukan oleh Heny Amriati di

ICU RSUP DR. Kariadi Semarang pada Periode Januari–Mei 2014 didapati

persentase golongan umur paling banyak dirawat ICU adalah 46-60 tahun

sebanyak 31 orang (31,6%) dan persentase golongan umur paling sedikit dirawat

ICU adalah > 90 tahun sebanyak 1 orang (1,0%) (Armiati, 2014).

Berdasarkan tabel 4.1, didapatkan frekuensi pasien ICU terbanyak adalah

berasal dari IGD sebanyak 63 orang (76,8%), kemudian yang berasal dari

Ruangan Rawat RS sebanyak 19 orang (23,2%). Temuan tersebut menunjukkan

bahwa pasien ICU RS USU mayoritas adalah berasal dari IGD.

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa lamanya pasien yang dirawat di

ICU paling banyak adalah ≤ 1 minggu sebanyak 49 orang (59,8%) dan lama

pasien yang dirawat paling sedikit adalah >1 minggu sebanyak 33 orang (

40,2%). Temuan tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hardisman di Rumah Sakit Dr. Djamil, Padang, di mana didapatkan lama

rawatan ICU paling banyak adalah ≤ 1 minggu adalah sebanyak 387 orang

(85,2%), sedangkan pasien yang dirawat paling sedikit adalah > 1 minggu

dengan jumlah 67 orang (14,8%) (Hardisman, 2015). Tabel tersebut juga

menunjukkan frekuensi prognosis meninggal adalah yang terbanyak dengan

jumlah 45 orang (54,9%), sementara frekuensi prognosis sembuh adalah

sebanyak 37 orang (45,1%). Temuan tersebut sejalan dengan penelitian

Fauziyah, di mana frekuensi prognosis meninggal adalah yang terbanyak dengan

jumlah 85 orang (63,9%) sedangkan frekuensi prognosis pindah/pulang paksa

adalah yang paling sedikit dengan jumlah 48 orang (36,1%). (Fauziyah, 2010).

Temuan tersebut berbeda dengan penelitian Hardisman, di mana didapatkan

pasien meninggal adalah yang paling sedikit dengan jumlah 116 orang (25,6%)

Universitas Sumatera Utara

29

dan pasien yang tidak meninggal adalah yang terbanyak dengan jumlah 338

orang (74,4%). Menurut Hardisman, mortalitas pasien di ICU didapatkan paling

tinggi pada kasus gangguan sirkulasi dan kardiovaskular, penurunan dan

gangguan kesadaran, serta gagal nafas (Hardisman, 2015).

Tabel 4.2 Jenis Penyakit Seluruh Pasien ICU

Jenis Penyakit N %

Infeksius & Parasit

Sepsis 12 15

Sistem Metabolik

DM 3 4

Sistem Saraf

Epidural Hemorrhage 1 1

Guillen Barre Syndrome 1 1

Hidrosefalus Obstruktif 1 1

Intracerebral Hematoma 1 1

Intracerebral Hemorrhage 1 1

Intracranial Hemorrhage 4 5

Meningoensefalitis 1 1

Stroke Hemorrhagic 7 9

Sistem Kardiovaskular

Acute Coronary Syndrome 3 4

Chronic Heart Failure 4 5

Preeklampsia Berat 2 2

ST Elevated Myocard Infark 3 4

Sistem Pernapasan

Edema Paru 2 2

Emfisema Sinistra 1 1

Pneumothorax Recurrent 2 2

Penyakit Paru Obstruktif Kronis 3 4

Sistem Pencernaan

Hepatic Encephalopaty 1 1

Peritonitis 4 5

Penyakit Saluran Makanan Bagian Atas 3 4

Total Mechanical Obstruction 2 2

Sistem Muskuloskeletal

Biomechanical Lesion 1 1

Fraktur Radius Ulna 2 2

Sistem Perkemihan

Chronic Kidney Disease 12 15

Lain-lain

Ca Mammae 1 1

Ca Recti 2 2

Perdarahan Pervaginam 1 1

Total 82 100

Berdasarkan tabel 4.2. dapat dilihat bahwa jenis penyakit golongan infeksius dan

parasit yang paling banyak adalah Sepsis sebanyak 12 orang (15%). Untuk penyakit

Universitas Sumatera Utara

30

sistem metabolik yang paling banyak adalah Diabetes Melitus sebanyak 3 orang

(4%). Untuk penyakit sistem saraf yang paling banyak adalah Stroke Hemorrhage

sebanyak 7 orang (9%). Untuk penyakit sistem kardiovaskular yang paling banyak

adalah Chronic Heart Failure sebanyak 4 orang (5%). Untuk penyakit sistem

respirasi yang paling banyak adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronik sebanyak 3

orang (4%). Untuk penyakit sistem pencernaan yang paling banyak adalah

Peritonitis sebanyak 4 orang (5%). Untuk penyakit sistem perkemihan yang paling

banyak adalah Chronic Kidney Disease sebanyak 12 orang (15%). Untuk penyakit

sistem muskuloskeletal paling banyak adalah Fraktur Radius Ulna sebanyak 2

orang (2%). Untuk penyakit lain-lain yang paling banyak adalah Ca Recti

sebanyak 2 orang (2%).

Pada penggolongan sampel menurut penyakit, persentase golongan penyakit

yang paling banyak dirawat ICU adalah Infeksi dan parasit yaitu sepsis sebanyak

12 orang. Hasil ini sesuai dengan Society of Critical Care Medicine bahwa

penyebab kematian utama di ICU adalah sepsis kemudian berkembang menjadi

Multiple Organ Failure (MOF) kemudian dapat menjadi Gagal Ginjal akut dan

Gangguan Pernafasan (SCCM, 2017).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Astri Gartika di ICU kelas primer RSU

PTPN II Bangkatan pada tahun 2014 didapati persentase golongan penyakit yang

paling banyak dirawat ICU adalah sistem sirkulasi sebanyak 109 orang (59,2%)

dan persentase golongan penyakit yang paling sedikit dirawat ICU adalah

Congenital Malformation sebanyak 1 orang (0,5%) (Gartika, 2016 ).

Tabel 4.3. Jenis Penyakit, Lama Rawatan dan Prognosis Pasien ICU

Jenis Penyakit Lama Rawatan

< 7 Hari

Lama Rawatan

> 7 Hari

Pasien

Sembuh

Pasien

Meninggal

Infeksius dan Parasit 10 3 1 12

Sistem Metabolik 2 1 0 3

Sistem Saraf 6 11 8 9

Sistem Kardiovaskular 10 2 10 2

Sistem Respirasi 6 2 4 4

Sistem Pencernaan 5 5 4 6

Sistem Muskuloskeletal 1 2 2 1

Sistem Perkemihan 7 5 6 6

Lain-lain 2 2 2 2

Total 49 33 37 45

Universitas Sumatera Utara

31

Pada tabel 4.3. terlihat bahwa jenis penyakit dengan lama rawatan di bawah

7 hari terbanyak adalah penyakit Infeksius dan Parasit serta Sistem

Kardiovaskular dengan masing-masing berjumlah 10 orang, dan jenis penyakit

dengan lama rawatan di bawah 7 hari paling sedikit adalah Sistem

Muskuloskeletal dengan yang berjumlah 1 orang. Jenis penyakit dengan lama

rawatan di atas 7 hari terbanyak adalah Sistem Saraf yang berjumlah 11 orang,

dan yang paling sedikit adalah Sistem Metabolik dengan jumlah 1 orang. Jenis

penyakit dengan prognosis sembuh terbanyak adalah Sistem Kardiovaskular

dengan jumlah 10 orang, dan yang paling sedikit adalah Sistem Metabolik

dengan jumlah 0 orang. Jenis penyakit dengan prognosis meninggal terbanyak

adalah Infeksius dan Parasit dengan jumlah 12 orang, dan yang paling sedikit

adalah Sistem Muskuloskeletal dengan jumlah 1 orang.

Tabel 4.4 Kasus Penyakit Terbanyak dan Prognosis Pasien ICU

Jenis Penyakit Kasus Penyakit

Terbanyak

Pasien

Sembuh

Pasien

Meninggal Total

Infeksius dan

Parasit Sepsis 1 (7,7%) 12 (92,3%) 13 (100%)

Sistem Metabolik Diabetes Melitus 0 (0%) 3 (100%) 3 (100%)

Sistem Saraf Stroke Hemorrhagic 2 (28,5%) 5 (71,5%) 7 (100%)

Sistem

Kardiovaskular

Chronic Heart

Failure 3 (75%) 1 (25%) 4 (100%)

Sistem Respirasi Penyakit Paru

Obstruktif Kronis 2 (66,7%) 1 (33,3%) 3 (100%)

Sistem Pencernaan Peritonitis 3 (75%) 1 (25%) 4 (100%)

Sistem

Muskuloskeletal Fraktur Radius Ulna 1 (50%) 1 (50%) 2 (100%)

Sistem Perkemihan Chronic Kidney

Disease 6 (50%) 6 (50%) 12 (100%)

Lain-lain Ca Recti 1 (50%) 1 (50%) 2 (100%)

Total 19 (38%) 31 (62%) 50 (100%)

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kasus penyakit terbanyak dengan prognosis

sembuh paling banyak adalah Chronic Kidney Disease pada sistem perkemihan

dengan jumlah 6 orang (50%), sedangkan kasus penyakit terbanyak dengan

prognosis sembuh paling sedikit adalah Diabetes Melitus dengan tidak ada pasien

Universitas Sumatera Utara

32

sembuh (0%). Kasus penyakit terbanyak dengan prognosis meninggal paling

banyak adalah Sepsis dengan jumlah 12 orang (92,3%), sedangkan kasus penyakit

terbanyak dengan prognosis meninggal paling sedikit adalah Chronic Heart

Failure, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Peritonitis, Fraktur Radius Ulna, dan Ca

Recti masing-masing berjumlah 1 pasien. Berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Gartika (2016), yang menunjukkan bahwa penyakit tersering pada

pasien ICU di RS Bangkatan adalah Stroke dengan jumlah pasien hidup sebanyak

32 orang (55,2%) sedangkan yang meninggal dunia adalah sebanyak 26 pasien

(44,8%), Diabetes Melitus dengan jumlah pasien hidup sebanyak 23 orang

(56,1%) sedangkan yang meninggal dunia adalah sebanyak 18 orang, Sepsis

dengan jumlah pasien hidup 17 orang (53,1%) dan pasien meninggal dunia

sebanyak 15 orang (46,9%). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Niaki

dan Abtahi (2007), dimana kasus tersering pasien yang dirawat di ICU disebabkan

oleh Intra Cranial Hemorrhage yaitu sebanyak 100 pasien (36,5%) dari 274

pasien. Namun, Intra Cranial Hemorrhage pada penelitian tersebut bukan lah

akibat dari angka kematian tertinggi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hardisman (2015), dimana kelompok diagnosis terbanyak yang dirawat di

ICU adalah pasca bedah mayor dengan jumlah 252 pasien (55,5%).

Tabel 4.5 Komplikasi Tersering dan Prognosis Pasien ICU

Jenis Penyakit Komplikasi

Tersering

Pasien

Sembuh

Pasien

Meninggal Total

Infeksius dan Parasit Pneumonia 0 (0%) 6 (100%) 6 (100%)

Sistem Metabolik Sepsis 0 (0%) 3 (100%) 3 (100%)

Sistem Saraf Intra Cranial

Hemorrhage 3 (60%) 2 (40%) 5 (100%)

Sistem

Kardiovaskular

Edema Paru

1 (50%) 1 (50%) 2 (100%)

Sistem Respirasi Pneumonia

2 (66,7%) 1 (33,3%) 3 (100%)

Sistem Pencernaan Perforasi Gaster 2 (66,7%) 1 (33,3%) 3 (100%)

Sistem

Muskuloskeletal Pneumonia 1 (50%) 1 (50%) 2 (100%)

Sistem Perkemihan Anemia 3 (75%) 1 (25%) 4 (100%)

Lain-lain PSMBA 1 (33,3%) 2 (66,7%) 3 (100%)

Total 13 (41,9%) 18 (58,1%) 31 (100%)

Universitas Sumatera Utara

33

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa komplikasi tersering dengan prognosis

sembuh paling banyak adalah Intra Cranial Hemorrhage pada sistem metabolik

dan Anemia pada sistem perkemihan masing-masing berjumlah 3 orang,

sedangkan komplikasi tersering dengan prognosis sembuh paling sedikit adalah

Pneumonia pada Infeksius dan Parasit serta Sepsis pada sistem metabolik

dengan tidak ada pasien sembuh. Komplikasi tersering dengan prognosis

meninggal paling banyak adalah Pneumonia pada Infeksius dan Parasit dengan

jumlah 6 orang, sedangkan kasus penyakit terbanyak dengan prognosis

meninggal paling sedikit adalah Edema Paru pada sistem kardiovaskular,

Pneumonia pada sistem respirasi, Perforasi Gaster pada sistem pencernaan,

Pneumonia pada sistem perkemihan, dan Anemia pada sistem perkemihan

masing-masing berjumlah 1 orang.

Gambar 4.6 Pemeriksaan Kultur Mikroorganisme dan Jenis Spesimen

Jenis Pemeriksaan Jenis Spesimen N %

Sediaan Langsung

Pewarnaan BTA

Sputum, Cairan BAL, Cairan

Pleura 11 10

Biakan Langsung

Pewarnaan Gram

Darah, Sputum, Cairan BAL,

Cairan Pleura, Urin Porsi Tengah,

Urin Catheter, Pus, Swab

14 12,6

Sediaan Langsung

Pewarnaan KOH

Sputum, Cairan BAL, Cairan

Pleura 4 3,6

Biakan Mikroorganisme

Aerob Medium Cair

dengan Resistensi

Darah, Sputum, Cairan BAL,

Cairan Pleura, Urin Porsi Tengah,

Urin Catheter, Pus, Swab

32 28,8

Biakan Mikroorganisme

Anaerob Medium Cair

dengan Resistensi

Darah, Sputum, Cairan BAL,

Cairan Pleura, Urin Porsi Tengah,

Urin Catheter, Pus, Swab

32 28,8

Biakan Jamur Darah, Sputum, Cairan BAL, Cairan

Pleura, Urin Kateter, Urin Porsi

tengah, Pus

18 16,2

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa pemeriksaan terbanyak yang

dilakukan pada pasien rawatan ICU Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

adalah biakan Mikroorganisme Aerob Medium Cair dengan Resistensi (28,8 %)

dan biakan Mikroorganisme Anaerob Medium Cair dengan Resistensi (28,8 %).

Pemeriksaan ini masing-masing menggunakan jenis spesimen Darah, Sputum,

Cairan BAL, Cairan Pleura, Urin Porsi Tengah, Urin Catheter, Pus, dan Swab.

Universitas Sumatera Utara

34

Pemeriksaan yang paling sedikit dilakukan adalah Sediaan Langsung Pewarnaan

KOH (3,6%) menggunakan jenis spesimen Sputum, Cairan BAL, Cairan Pleura.

Dari 82 pasien yang masuk kriteria inklusi, yang menjalani pemeriksaan ini

sebanyak 34 pesien. Tabel tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pemeriksaan

kultur mikroorganisme yang dilakukan adalah biakan Mikroorganisme Aerob

Medium Cair dengan Resistensi. Hal tersebut dikarenakan pasien-pasien rawatan

ICU di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara cukup banyak terinfeksi bakteri

yang dapat diperiksa dalam biakan tersebut.

Gambar 4.1 Peta Bakteri pada Pasien ICU

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa peta bakteri terbanyak pada pasien ICU di

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara adalah bakteri Escherichia coli

sebanyak 10 dengan persentase sebesar 12,2%, di mana jenis spesimen yang

paling banyak diminta adalah jenis spesimen darah (6,1%). Peta bakteri paling

sedikit adalah Streptococcus alphahaemoliticus dan Enterobacter aerogenes

yang masing-masing berjumlah 1 dengan persentase sebesar 1,2% dengan

menggunakan jenis spesimen masing-masing adalah darah (1,2%). Temuan

tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan di RSUP Dr.

1,22

2,44

1,22

2,44

1,22

6,1 1,22

2,44

2,44

1,22

2,44

2,44

3,66

1,22

1,22

2,44

24,4

9,76

4,88 4,88 4,88 7,2

2,44

4,88

0

5

10

15

20

25

30

Darah Sputum Cairan BAL Cairan Pleura

Urin Porsi Tengah

Urin Kateter Pus Swab

Enterobacter aerogenes Kliebsella oxytoca

Staphylococcus aureus Streptococcus alphahaemoliticus

Eschericia coli Kliebsella Pneumonie

Staphylococcus Epidermidis Pseudomonas Aeruginosa

Negatif

Universitas Sumatera Utara

35

Kariadi, Semarang, di mana peta bakteri pasien ICU terbanyak adalah

Enterobacter aerogenes (34%) (Setiawan, 2010).

Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Antibiotik dan Rata-Rata Durasi Pemberian Obat

N %

Jenis Antiobiotik

B-lactam 27 22,5

Fluoroquinolon

Cephalosporin gen-I

19

2

15,8

1,7

Cephalosporin gen-III 50 41,7

Cephalosporin gen-IV 1 0.8

Aminoglikoside

Glikopeptida

Antibiotika lain

15

2

4

12,8

1,7

3,3

Rata-rata Durasi (Hari) 5 -

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa jenis antibiotik yang paling banyak

diberikan kepada pasien rawatan ICU adalah golongan Cephalosporin gen-

III (41,7%) dan yang paling sedikit diberikan adalah Cephalosporin gen-IV

adalah (0,8%). Temuan terbanyak tersebut serupa dengan penelitian yang

dilakukan oleh Fauziyah di ICU Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta, dimana

didapatkan jumlah tertinggi penggunaan antibiotik adalah golongan

Cephalosporin gen-III (Fauziyah, 2010). Cephalosporin gen-III memiliki

kemampuan penetrasi ke seluruh jaringan serta melintasi sawar otak,

sehingga dijadikan sebagai terapi penanganan infeksi berat (Katzung, 2007).

Pemilihan Cephalosporin gen-III juga sering dijadikan sebagai lini pertama

dalam pemberian antibiotik untuk penyakit infeksi berdasarkan formularium

dari Jaminan Kesehatan Askes dan Jamsostek. Hal tersebut dikarenakan

harga dari antibiotik Cephalosporin gen-III relatif murah (Fauziyah, 2010).

Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa rata-rata pemberian antibiotik pada

pasien ICU adalah 5 hari. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Singh dalam penelitian Zilahi, dimana rata-rata pemberian

antibiotik pada penelitian tersebut adalah 10 hari. Setelah dimulai pemberian

antibiotik, pemberian tersebut dilanjutkan dalam rentang waktu 4 hari hingga

20 hari. Menurut Zilahi, semakin panjang durasi pemberian antibiotik,

Universitas Sumatera Utara

36

kemungkinan terjadinya resistensi antibiotik akan lebih tinggi dikarenakan

semakin rendahnya efektivitas antibiotik tersebut atau bahkan tidak efektif

sama sekali. Durasi pemberian antibiotik sebaiknya dikurangi atau dihentikan

jika sudah tidak diperlukan, dan juga sebaiknya pemberian antibiotik tidak

diberikan jika tidak diindikasikan (Zilahi, 2016).

Universitas Sumatera Utara

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian ini,

maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Golongan umur pasien yang paling banyak dirawat ICU adalah >57-67 tahun

sebanyak 36 orang dengan persentase 43,9%.

2. Proporsi pasien laki-laki yang dirawat di ICU lebih tinggi daripada

perempuan, dengan proporsi 52,4% dan 47,6%.

3. Pasien rawatan ICU paling banyak berasal dari IGD yaitu sebanyak 63 orang

dengan persentase 76,8%

4. Penyakit terbanyak yang diderita oleh pasien ICU adalah Sepsis dan Chronic

Kidney Disease masing-masing sebanyak 12 orang dengan persentase 15%.

5. Pasien yang dirawat di ICU paling banyak dengan lama rawatan ≤ 7 hari

sebanyak 49 orang dengan persentase 59,8%.

6. Pasien yang dirawat di ICU yang mengalami kematian sebanyak 45 orang

dengan persentase 54,9%.

7. Pemeriksaan kultur mikroorganisme yang paling banyak dilakukan di ruang

rawat ICU adalah pemeriksaan biakan Mikrorganisme Aerob dan Anaerob

dengan Medium Cair dengan persentase masing-masing sebesar 28,8% dan

yang paling banyak ditemukan pada pemeriksaan tersebut adalah bakteri

Eschericia coli dengan persentase sebesar 12,2%.

8. Jenis antibitiotik yang paling sering diberikan pada pasien di ruang rawat ICU

RS USU adalah golongan Cephalosporin gen-III dengan persentase 41,7% dan

rata-rata durasi pemberian antibiotik adalah selama 5 hari.

Universitas Sumatera Utara

38

5.2. SARAN

1. Bagi Peneliti

Diharapkan bagi peneliti untuk dapat lebih mengembangkan kemampuan

dalam menulis karya ilmiah dan lebih teliti dari berbagai aspek

penyusunannya, supaya di kemudian hari peneliti dapat membuahkan karya

tulis ilmiah yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan bagi peneliti lain

yang membahas topik yang serupa, dan juga peneliti lain diharapkan dapat

membahas lebih komprehensif mengenai ICU secara menyeluruh dalam

pengumpulan jurnal maupun buku teks terkait.

3. Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan bagi pihak-pihak rumah sakit yang bersangkutan dengan

penelitian ini agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas dari rekam medik

yang tersedia, supaya di kemudian hari penelitian dengan topik serupa dapat

memberikan hasil penelitian yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

39

DAFTAR PUSTAKA

Armiati, H. 2014, Hubungan Apache II Score Dengan Angka Kematian Pasien di

ICU RSUP DR. Kariadi. Undergraduate Thesis, Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro [Online] Available from:

http://eprints.undip.ac.id/44656/. pp33-34.

Avidan, M., Barnet, K. M., Hill, L. L. et al. 2008, Intensive Care. Churchill

Livingstone Elsevier. China.

Berenson, Robert A. 1984, ‘Intensive Care Units Clinical Outcomes, Costs, and

Decision Making’, Health Technology Case Study 28 [Internet].

Washington D.C: Congress of The United States Otike of Technology

Assesment; [cited 2012 Sept 3], Washington D.C. Available from:

http://ota.fas.org/reports/8417.pdf

Bersten, A. D. & Soni, N. 2009, Oh’s Intensive Care Manual Sixth Edition. USA:

Elseiver Limited, 3-4.

Brilli, R. J. 2001, ‘Critical Care Delivery in the Intensive Care Unit: Defining

Clinical Roles and the Best Practice Model’. Critical Care Medicine.

Lippincott Williams & Wilkins. 29 (10). p.2007-2019. Available from:

http://www.learnicu.org/Docs/Guidelines/DeliveryIntensiveCare.pdf

[Accesed 26 April 2015]

Dasgupta, S., Das, S., Chawan, N., Hazra, A. 2015, ‘Nosocomial infections in the

intensive care unit: Incidence, risk factors, outcome and associated

pathogens in a public tertiary teaching hospital of Eastern India’, Indian

Journal of Critical Care Medicine 50 No.2, p.14. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25624645

Farid, Salman, Pujo J.L. 2011, Rerata Waktu Penggunaan Ventilator pada Pasien

Medical ICU RS dr. Kariadi Semarang pada Bulan Januari 2010-

Januari 2011 [dissertation]. Semarang (Indonesia): Universitas

Diponegoro; 2011.

Fauziyah, S. 2010, Hubungan Antara Penggunaan Antibiotika pada Terapi

Empiris dengan Kepekaan Bakteri di Ruang Perawatan ICU (Intensive

Care Unit) RSUP Fatmawati Jakarta Periode Januari 2009 – Maret

2010. Tesis, Program Studi Ilmu Kefarmasian, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia [Online] Available

from: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20278120-T%2029036-

Hubungan%20antara-full%20text.pdf

Universitas Sumatera Utara

40

Gartika, A. 2016, Prevalensi Angka Mortalitas berdasarkan Jenis Penyakit di

Intensive Care Unit Kelas Primer RSU PTPN II Bangkatan Tahun 2014.

[Online] Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/56

116

Hanafie, A. 2007, Peranan Ruang Perawatan Intensif (ICU) dalam Memberikan

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Diambil dari

http://www.usu.ac.id/files/pidato/ppgb/2007/ppgb_2007_achsanuddin_ha

n afie.pdf pada 19 April 2009.

Hardisman, H. 2015, Lama Rawatan dan Mortalitas Pasien Intensive Care Unit

(ICU) RS DR. Djamil Padang Ditinjau dari Beberapa Aspek. Artikel

Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Helbing, C. Medicare: Use of and Charges for Accomodation and Ancillary

Services in Short-Stay Hospitals. U.S. Departement of Health and Human

Services, Office of Research, Health Care Financing Administration.

1989.

Indonesian Society of Intensive Care Unit (ISICU). 2012, Pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan ICU dan HCU (Online). [cited 2013 Des

28]. Available from: www.perdici.org/guidelines/

Kariadi, D. R. D. 2013, Panduan Kriteria Pasien Masuk dan Keluar Ruang Rawat

Intensif. RSUP Dr. Kariadi, Semarang.

Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan No. HK.02.04/I/1966/11.

2011, Petujuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit

(ICU) di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. Available at: http://www.perdici.org/wp-

content/uploads/Pedoman- ICU.pdf.

Keputusan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes). 2011,

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Intensive Care

Unit (ICU) di Rumah Sakit. Available at: http://www.perdici.org/wp-

content/uploads/Pedoman-ICU.pdf

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1778/MENKES/SK/XII/2010. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan

Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta. Accesed 15 April 2015, Available at:

http://badanmutu.or.id/index.php?s=file_download&id=233.

Khan H. A., Ahmad A., Mehboob, R. 2015, ‘Nosocomial infections and their

control strategies’, Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, vol. 9,

no.7, pp.509-514.

Universitas Sumatera Utara

41

Marik, P. E., 2015. ‘Evidence-Based Critical Care Third Edition’. Admission-

Discharge Criteria. 3rd

Ed. Switzerland: Springer International Publishing, 40-41.

Marshall, J. C., Bosco, L., Adhikari, N. K. et al. 2017, 'What is an intensive care unit?

A report of the task force of the World Federation of Societies of Intensive

and Critical Car e Medicine', Journal of Critical Care, [Online], accessed 23

June 2017, Available at: http://www.jccjournal.org/article/S0883-

9441(16)30240-4/pdf pp. 270-276.

Naidu, K., Nabose, I., Ram, S., Vinney, K., Graham, S., Bissel, K. 2014, ‘A Descriptive

Study of Nosocomial Infections in an Adult Intensive Care Unit in Fiji:

2011-2012’ Journal of tropical medicine. [Online], accessed 5 july 2017,

Available at: https://www.hindawi.com/journals/jtm/2014/545160/abs/ pp.1

Niaki, A. S., Abtahi, D. 2007, Predicting The Risk of Death in Patients in

Intensive Care Unit. Archive of Iranian Medicine. 10 (3).p.321-326.

Available from: http://www.ams.ac.ir/AIM/07103/008.pdf

Pane, T. H., 2010. Gambaran Kebutuhan Keluarga Pasien yang Menunggu

Keluarganya di Ruang Rawat ICU RSUP Haji Adam Malik Medan.

[Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Available from:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31771/4/Chapter%20II.

pdf [Accesed 7 Mei 2015]

.

Peltonen, L. M., McCallum, L., Siirala, E. et al. 2015. An Integrative Literature

Review of Organisational Factors Associated with Admission and

Discharge Delays in Critical Care. Biomed Research International,

[Online}, accessed July 2 2017, Available at:

https://www.hindawi.com/journals/bmri/2015/868653/

Pradhan, N. P., Bhat, S. M., Ghadage, D. P., 2014. Nosocomial Infections in

the Medical ICU : A Retrospective Study Highlighting their

Prevalence, Microbiological Pro le and Impact on ICU Stay and

Mortality, Journal of the association of physicians of India, [Online],

accessed 5 july 2017, Available at:

http://www.japi.org/october_2014/003_oa_nosocomial_infections_in

.pdf pp18-21

Putra, I.M., Pujo J.L. Rerata Waktu Penggunaan Ventilator pada Pasien

Surgical ICU RS dr.Kariadi Semarang pada Bulan Januari 2010-

Januari 2011 [dissertation]. Semarang (Indonesia): Universitas

Diponegoro; 2011.

Rabb, T., 1998. Agenda Gawat Darurat. Jilid 1. Bandung: PT. Alumni.

Universitas Sumatera Utara

42

Rooij, S., Abu-Hanna, A., Levi, M., Jonge, E. 2005, ‘Factors that predict outcome

of intensive care treatment in very elderly patien: a review’. Critical

Care. [Online] Available at:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1269437/pdf/cc3536.pdf

pp307-14.

Setiawan, M. W. 2010, Pola Kuman Pasien yang Dirawat di Ruang Rawat

Intensif RSUP Dr. Kariadi Semarang. [Online] Available at:

http://eprints.undip.ac.id/23575/

Siddiqui, S. 2015, ‘Mortality profile across our Intensive Care Units: A 5-year

database report from a Singapore restructured hospital’, Indian Journal

of Critical Care Medicine, vol. 19, no. 12, pp.726-727

Society of Critical Care Medicine (SCCM). 2017, Critical Care Statistics. Available

at: http://www.sccm.org/Communications/Pages/CriticalCareStats.aspx

Thanaletchummy. 2014, Hubungan Antara Usia Dan Jenis Kelamin Dengan

Kesembuhan Pasien di ICU Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan

Periode Juli-Oktober 2014, [Online], accessed July 6 2017, Available

at:http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/62033?show=full

Vera, E. E., Richardo Y. 2011, ‘Karakteristik Pasien Usia Lanjut di Ruang Rawat

Intensif Rumah Sakit Immanuel Bandung’. Jurnal Kesehatan

Masyarakat (JKM). 10:110-11

Vincent, J., Bassetti, M., ran ois, B. et al. 2016, Advances in antibiotic therapy

in the critically ill. Critical Care, Biomed Central (BMC) [Online],

accessed July 6 2017, Available at:

https://ccforum.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13054-016-1285-6

Zilahi, G. McMahon, M. A., Povoa, P., et al. 2016, Duration of Antibiotic

Therapy in the Intensive Care Unit. J Thorac Dis. 8(12): 3774-3780.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Biodata Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Haryodi Sarmana Putra

NIM : 140100217

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Maret 1995

Agama : Islam

Nama Ayah : H. Yasarman, S.H., M.H. M.Kn

Nama Ibu : Hj. Nasriwati, S.H.

Alamat : Jl. Kenanga Sari No. 2A, Medan Selayang, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Budi Mulia Tangerang

2. SDN Joglo 10 Jakarta

3. SMPN 75 Jakarta

4. SMAN 78 Jakarta

Riwayat Pelatihan : 1. Penerimaan Mahasiswa Baru FK USU 2014

2. Manajemen Mahasiswa Baru FK USU 2014

3. Seminar Dan Workshop Sirkumsisi SCOPH FK

USU

4. Seminar Kesehatan Jantung dan Workshop EKG

SCOPH FK USU

Riwayat Organisasi : Standing Committee on Public Health FK USU

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Lembar Orisinalitas

PERNYATAAN

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN DI INTENSIVE

CARE UNIT RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA MEDAN TAHUN 2016-2017

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai

syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan

Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar

merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil

karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya

secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penelitian ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian

skripsi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam

bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik

yang penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Medan, Desember 2017

Penulis,

HARYODI SARMANA PUTRA 140100217

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Lembar Penelitian

LEMBAR PENELITIAN

Gambaran Karakteristik Pasien di Intensive Care Unit RS USU

Medan Tahun 2016-2017

Nama Pasien : .....................................................................................................

Tanggal :.....................................................................................................

I. PENGAMATAN DATA REKAM MEDIS PASIEN

1. Nama :

2. Usia :

≥18-27 tahun

>27-37 tahun

>37-47 tahun

>47-57 tahun

>57-67 tahun

3. Jenis Kelamin :

Laki - laki

Perempuan

4. Asal Ruangan :

Dari kamar bedah

Pasien dari ruangan rawat RS

Pasien dari Instalasi Gawat Darurat

5. Jenis Penyakit :

Penyakit Infeksius dan Parasit

Penyakit Sistem Metabolik

Penyakit Sistem Saraf

Penyakit Sistem Penglihatan

Penyakit Sistem Pendengaran

Universitas Sumatera Utara

Penyakit Sistem Kardiovaskular

Penyakit Sistem Respirasi

Penyakit Sistem Pencernaan

Penyakit Kulit

Penyakit Sistem Muskuloskeletal

Penyakit Sistem Perkemihan

Lain-lain

6. Lama Rawatan:

< 7 hari

≥ 7 hari

7. Prognosis

Sembuh (pindah ke ruangan rawat)

Meninggal

8. Pemeriksaan Kultur Mikroorganisme:

…………………………………….

9. Jenis antibiotik yang diberikan: ………………………….

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Surat Izin Survei Awal Penelitian

SURAT IZIN SURVEI AWAL PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Ethical Clearance

ETHICAL CLEARANCE

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian

SURAT IZIN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian

SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8. Data Induk Penelitian

DATA INDUK

Nama Pasien Usia Jenis Kelamin Asal Ruangan Lama Rawatan Prognosis

R 27-37 Perempuan IGD <7 hari Sembuh

J 47-57 Laki-laki IGD >7 hari Sembuh

A 47-57 Laki-laki IGD <7 hari Meninggal

M 57-67 Perempuan Ruangan rawat RS <7 hari Meninggal

S 57-67 Laki-laki IGD <7 hari Meninggal

R 17-27 Laki-laki Ruangan rawat RS <7 hari Sembuh

N 57-67 Perempuan IGD >7 hari Meninggal

N 57-67 Perempuan IGD <7 hari Sembuh

S 37-47 Laki-laki Ruangan rawat RS <7 hari Meninggal

A 27-37 Laki-laki IGD <7 hari Sembuh

M 47-57 Perempuan Ruangan rawat RS <7 hari Sembuh

R 57-67 Perempuan IGD >7 hari Sembuh

R 47-57 Laki-laki IGD >7 hari Sembuh

S 47-57 Perempuan Ruangan rawat RS <7 hari Meninggal

Y 57-67 Perempuan Ruangan rawat RS <7 hari Sembuh

A 57-67 Perempuan IGD >7 hari Meninggal

S 47-57 Laki-laki IGD >7 hari Meninggal

R 57-67 Perempuan Ruangan rawat RS <7 hari Sembuh

N 57-67 Perempuan IGD <7 hari Sembuh

R 37-47- Perempuan IGD <7 hari Sembuh

S 57-67 Laki-laki IGD <7 hari Sembuh

P 47-57 Laki-laki IGD <7 hari Sembuh

Universitas Sumatera Utara

S 57-67 Laki-laki IGD >7 hari Meninggal

T 57-67 Laki-laki IGD >7 hari Meninggal

J 57-67 Perempuan IGD >7 hari Meninggal

T 27-37 Perempuan IGD <7 hari Sembuh

S 57-67 Perempuan IGD <7 hari Meninggal

S 57-67 Laki-laki IGD >7 hari Sembuh

G 57-67 Perempuan Ruangan rawat RS <7 hari Meninggal

T 57-67 Laki-laki IGD <7 hari Meninggal

N 37-47 Laki-laki IGD >7 hari Sembuh

J 57-67 Laki-laki IGD >7 hari Meninggal

L 57-67 Laki-laki IGD <7 hari Meninggal

N 47-57 Laki-laki IGD <7 hari Meninggal

B 57-67 Perempuan IGD <7 hari Meninggal

S 57-67 Perempuan IGD <7 hari Meninggal

T 47-57 Perempuan Ruangan rawat RS <7 hari Sembuh

G 47-57 Laki-laki IGD <7 hari Meninggal

S 57-67 Laki-laki IGD <7 hari Meninggal

J 17-27 Perempuan Ruangan rawat RS <7 hari Sembuh

L 27-37 Perempuan Ruangan rawat RS <7 hari Sembuh

E 17-27 Perempuan IGD <7 hari Sembuh

J 47-57 Laki-laki IGD <7 hari Meninggal

S 47-57 Perempuan IGD <7 hari Meninggal

S 57-67 Perempuan IGD >7 hari Sembuh

A 57-67 Perempuan IGD >7 hari Meninggal

O 17-27 Laki-laki IGD >7 hari Meninggal

I 47-57 Perempuan IGD <7 hari Meninggal

Universitas Sumatera Utara

S 57-67 Laki-laki IGD <7 hari Sembuh

P 57-67 Perempuan Ruangan rawat RS >7 hari Meninggal

A 57-67 Laki-laki Ruangan rawat RS <7 hari Meninggal

R 47-57 Perempuan IGD <7 hari Meninggal

A 37-47 Laki-laki IGD >7 hari Meninggal

R 37-47 Laki-laki IGD <7 hari Sembuh

A 57-67 Laki-laki IGD <7 hari Sembuh

N 27-37 Perempuan Ruangan rawat RS >7 hari Meninggal

Z 27-37 Perempuan IGD >7 hari Meninggal

S 37-47 Laki-laki IGD >7 hari Meninggal

L 37-47 Perempuan IGD >7 hari Meninggal

I 47-57 Perempuan IGD <7 hari Sembuh

B 47-57 Laki-laki IGD <7 hari Meninggal

D 27-37 Perempuan IGD >7 hari Sembuh

N 47-57 Perempuan IGD >7 hari Meninggal

S 37-47 Laki-laki IGD >7 hari Sembuh

P 37-47 Laki-laki IGD >7 hari Sembuh

L 47-57 Perempuan IGD >7 hari Meninggal

R 47-57 Laki-laki IGD <7 hari Sembuh

R 37-47 Perempuan IGD <7 hari Sembuh

F 17-27 Laki-laki Ruangan rawat RS >7 hari Meninggal

S 57-67 Laki-laki Ruangan rawat RS >7 hari Sembuh

R 57-67 Perempuan Ruangan rawat RS <7 hari Meninggal

S 57-67 Laki-laki Ruangan rawat RS >7 hari Meninggal

S 37-47 Laki-laki IGD >7 hari Sembuh

L 37-47 Laki-laki IGD >7 hari Sembuh

Universitas Sumatera Utara

J 47-57 Laki-laki Ruangan rawat RS <7 hari Meninggal

P 57-67 Laki-laki IGD >7 hari Sembuh

I 57-67 Laki-laki IGD <7 hari Sembuh

C 17-27 Laki-laki IGD <7 hari Sembuh

H 57-67 Laki-laki IGD >7 hari Meninggal

S 57-67 Perempuan IGD <7 hari Meninggal

R 57-67 Perempuan IGD <7 hari Meninggal

I 37-47 Laki-laki IGD <7 hari Meninggal

Universitas Sumatera Utara

Nama

Pemeriksaan Kultur Mikroorganisme

Pewarnaan BTA

Pewarnaan Gram Pewarnaan

KOH Biakan Mikroorganisme Aerob Biakan Mikroorganisme Anaerob Biakan Jamur

Rini − coccus gram (+) − Streptococcus alphahaemoliticus − −

Januari − batang gram (-) − □ Eschericia coli −

Arjunaidi □ coccus gram (+) □ □ □ □

Masdalifah − batang gram (-) − □ Proteus mirabilis □

Selamat − − − − − −

Ramadhan − − − − − −

Ningsih − □ − □ □ □

Nurhaima □ coccus gram (+) □ Staphylococcus epidermidis □ □

Simon S − − − − − −

Andrie − − − − − −

Masna − − − − − −

Roslina − − − − − −

Rahmad □ − − − − −

Siu − − − − − −

Yurnida − − − □ Eschericia coli −

Atinah − − − Pseudomonas Aeroginosa Eschericia coli −

Saut − − − □ □ □

Ratna − − − − − −

Nesiana − − − − − −

Rosida □ coccus gram (+) yeast cell

(+) Staphylococcus aureus Eschericia coli

Candida albicans

Syaiful − − − − − −

Parianto − − − Pseudomonas Aeroginosa Eschericia coli −

Universitas Sumatera Utara

Simon P − − − □ Eschericia coli −

Tetap − − − − − −

Jenda − − − − − −

Rita − − − − − −

Suparmi − − − − − −

Sudirman − − − − − −

Gondan − − − − − −

Tukimin − − − − − −

Misgiono − − − − − −

Jasiamen − □ − Kliebsella pneumonia, Staphylococcus

epidermidis □ −

Lintong − − − − − −

Nasruddin − − − − − −

Basaria − − − − − −

Saikem − − − − − −

Tiur − − − − − −

Gitok − − − − − −

Surya − − − − − −

Juliani − − − − − −

Liza − − − − − −

Engelita − − − − − −

Josapat − − − − − −

Suyatik − − − − − −

Sulastri □ coccus gram (-

)&(+) □ Staphylococcus aureus − □

Atinah − − − − − −

Universitas Sumatera Utara

Oktrien − − − − − −

Iramalia − − − − − −

Sofian − − − − − −

Parni □ − − Kliebsella pneumonia Eschericia coli □

Abu − − − □ □ −

Rosita − − − − − −

Agus − − − □ □ −

Robinson − − − − − −

Arnold − − − − − −

Nurjannah − − − − − −

Zainab □ coccus gram (-

)&(+) □ −

Kliebsella oxytoca, Enterobacter aerogenes

Safriyal − − − − − −

Lisda − − − Staphylococcus epidermidis □ □

Istiqomah □ coccus gram (-

)&(+) − − Proteus mirabilis □

Basri − − − □ □ □

Darpiana − − − − − −

Nurni − − − □ □ □

Sangapta □ − − − Proteus mirabilis Candida albicans

Parianto □ batang gram (-) − Pseudomonas Aeroginosa − −

Lelem − − − − − −

Rasuli − − − − − −

Redima − − − − − −

Fauzan − − − Kliebsella pneumoniae − −

Universitas Sumatera Utara

Sutarman − − − − − −

Rumondang − − − − − −

Suharto − − − □ □ −

Sumuang □ coccus gram (-

)&(+) − Kliebsella pneumoniae, Eschericia coli □ −

Lilik □ − − □ Eschericia coli −

Jenta − − − − − −

Parian − coccus gram (+) − Staphylococcus epidermidis □ □

Ismail − − − Pseudomonas Aeroginosa Eschericia coli −

Chairul − − − − − −

Hermansyah − coccus gram (+) − Staphylococcus epidermidis − □

Sriyati − − − − − −

Rafika − − − □ Eschericia coli □

Iwan − − − − Eschericia coli −

Keterangan : □ = melakukan pemeriksaan dan hasil negatif − = tidak melakukan pemeriksaan

Universitas Sumatera Utara

Nama Jenis Antibiotik yang Diberikan

Beta-

lactamase Fluoroquinolon Cephalosporin gen-I Cephalosporin gen-III Cephalosporin gen-IV Aminoglikoside Glikopeptida

Antibiotika

lain

Rini Meropenem − − Ceftriaxone − − − −

Januari − Ciprofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Arjunaidi − Levofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Masdalifah − Ciprofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Selamat − − − − − − − −

Ramadhan Meropenem − − Ceftriaxone − − − −

Ningsih − − − Ceftriaxone − − − −

Nurhaima − − − Ceftriaxone − Gentamycin − −

Simon S − Ciprofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Andrie − − − − − − − −

Masna − − − − − − − −

Roslina − − − Ceftriaxone − − − −

Rahmad − − − Ceftriaxone − − − −

Siu − − − Ceftriaxone − − − −

Yurnida Meropenem − − Cefoperazone − − − −

Atinah Meropenem − − Ceftriaxone − − − −

Saut Meropenem − − − − − − −

Ratna − − − Ceftriaxone − − − −

Nesiana − − − Ceftriaxone − − − −

Rosida − Ciprofloxacin − − − − − −

Syaiful − − − Cefotaxime − − − −

Parianto Meropenem − − − − Amikasin − −

Simon P − Ciprofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Tetap − − − − − − − Fosfomycin

Jenda − − − Ceftriaxone − − − −

Rita − − Cefadroxil Ceftriaxone − − − −

Universitas Sumatera Utara

Suparmi − Ciprofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Sudirman − − − − − − − −

Gondan − − − Ceftriaxone − Metronidazole − −

Tukimin − − − Ceftriaxone − Metronidazole − −

Misgiono − Levofloxacin − − − − − −

Jasiamen − − − Cefixime − − − Glicycyclin

Lintong Meropenem − − Ceftriaxone − Metronidazole − −

Nasruddin − − − Cefotaxime − − − −

Basaria − − − Ceftriaxone − − − −

Saikem Meropenem Ciprofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Tiur − − − − − − − −

Gitok Meropenem Ciprofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Surya − Ciprofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Juliani − − − − − − − −

Liza − − − − − − − −

Engelita Meropenem − − Cefotaxime − − − −

Josapat − − − Ceftriaxone − − − −

Suyatik Meropenem − − − − Metronidazole − −

Sulastri Meropenem − − Ceftriaxone − − − −

Atinah Meropenem Ciprofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Oktrien − − − Ceftriaxone − − − −

Iramalia Meropenem − − − − Amikasin − −

Sofian

− − Ceftriaxone − − − −

Parni Meropenem − − − − − − −

Abu − − − − − − − −

Rosita − − − − − − − −

Agus Meropenem − − Ceftriaxone − − − −

Robinson − − − Ceftriaxone − − − −

Arnold − Ciprofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Universitas Sumatera Utara

Nurjannah − − − Ceftriaxone − Metronidazole − −

Zainab Meropenem − − − − − Vancomycin −

Safriyal Meropenem − − Ceftriaxone − − − −

Lisda Meropenem − − Ceftriaxone − − − −

Istiqomah − − − Ceftriaxone − − − −

Basri − Ciprofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Darpiana − − Cefadroxil Ceftriaxone − Metronidazole − −

Nurni Meropenem − − − − − Vancomycin −

Sangapta − Ciprofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Parianto − − − − − Metronidazole − −

Lelem − − − Ceftriaxone − − − −

Rasuli − − − − − − − −

Redima − − − − − − − −

Fauzan Meropenem − − Ceftriaxone − − − −

Sutarman − − − − − − − −

Rumondang − − − Ceftriaxone − − − −

Suharto − Levofloxacin − Ceftriaxone − − − −

Sumuang − − − − Cefepime − − −

Lilik Meropenem − − − − Metronidazole − −

Jenta − − − Ceftriaxone − − − −

Parian Meropenem Ciprofloxacin − − − Metronidazole − −

Ismail Meropenem − − − − Amikasin − −

Chairul − − − − − − − Tetrasiklin

Hermansyah meropnem Ciprofloxacin − − − Metronidazole − −

Sriyati − − − − − − − −

Rafika Meropenem − − − − Amikasin − −

Iwan Meropenem − − − − amikasin − −

Keterangan : − = tidak diberikan antibiotik

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 9. Data Statistik SPSS

HASIL UJI STATISTIK

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 17-27 6 7,3 7,3 7,3

27-37 7 8,5 8,5 15,9

37-47 13 15,9 15,9 31,7

47-57 20 24,4 24,4 56,1

57-67 36 43,9 43,9 100,0

Total 82 100,0 100,0

Asal Ruangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ruangan Rawat RS 19 23,2 23,2 23,2

IGD 63 76,8 76,8 100,0

Total 82 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 43 52,4 52,4 52,4

Perempuan 39 47,6 47,6 100,0

Total 82 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara

Responses Percent of

Cases N Percent

jenis penyakita Penyakit infeksius dan

Parasit 31 17,6% 37,8%

Penyakit Sistem Metabolik 18 10,2% 22,0%

Penyakit Sistem Saraf 26 14,8% 31,7%

Penyakit Sistem Kardivaskular

28 15,9% 34,1%

Penyakit Sistem Respirasi 24 13,6% 29,3%

Penyakit Sistem Pencernaan 19 10,8% 23,2%

Penyakit Kulit 1 0,6% 1,2%

Penyakit Sistem Muskuloskeletal

4 2,3% 4,9%

Penyakit Sistem Perkemihan 15 8,5% 18,3%

Lain-Lain 10 5,7% 12,2%

Total 176 100,0% 214,6%

a. Dichotomy group tabulated at value 1.

$combinedatt Frequencies

Responses Percent of

Cases N Percent

jenis obata B-Lactam 27 22,5% 39,1%

Fluoroquinolon 19 15,8% 27,5%

Cephalosporin Generasi III 50 41,7% 72,5%

Cephalosporin Generasi IV 1 0,8% 1,4%

Aminoglikosida 15 12,5% 21,7%

Antibiotika Lain 4 3,3% 5,8%

Cephalosporin Generasi I 2 1,7% 2,9%

Glikopeptida 2 1,7% 2,9%

Total 120 100,0% 173,9%

a. Dichotomy group tabulated at value 1.

Universitas Sumatera Utara

Statistics

Durasi Pemberian Antibiotik

N Valid 82

Missing 0

Mean 1,1341

Median 1,0000

Std. Deviation ,34291

Durasi Pemberian Antibiotik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid <7 71 86,6 86,6 86,6

>7 11 13,4 13,4 100,0

Total 82 100,0 100,0

Case Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

$combinedatta 69 84,1% 13 15,9% 82 100,0%

a. Dichotomy group tabulated at value 1.

Universitas Sumatera Utara

$combinedatt Frequencies

Responses Percent of

Cases N Percent

pemeriksaan mikroorganisme

a

Sediaan Langsung Pewarnaan BTA

11 10,0% 33,3%

Biakan Langsung Pewarnaan Gram

14 12,6% 42,4%

Sediaan Langsung Pewarnaan KOH

4 3,6% 12,1%

Biakan Mikroorganisme Aerob Medium Cair dengan Resistensi

32 28,8% 95,5%

Biakan Mikroorganisme Anaerob Medium Cair dengan Resistensi

32 28,8% 95,5%

Biakan Jamur 18 16,2% 54,5%

Total 111 100,0% 333,3%

a. Dichotomy group tabulated at value 1.

Case Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

$combinedatta 33 40,2% 49 59,8% 82 100,0%

a. Dichotomy group tabulated at value 1.

Universitas Sumatera Utara

Jenis Bakteri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Enterobacter aerogenes 1 1,2 1,2 1,2

Eschericia coli 10 12,2 12,2 13,4

Kliebsella oxytoca 2 2,4 2,4 15,9

Kliebsella pneumoniae 3 3,7 3,7 19,5

Pseudomonas aeruginosa 4 4,9 4,9 24,4

Staphylococcus aureus 3 3,7 3,7 28,0

Staphylococcus epidermidis 5 6,1 6,1 34,1

Streptococcus alphahaemoliticus

1 1,2 1,2 35,4

negatif 53 64,6 64,6 100,0

Total 82 100,0 100,0

Lama Rawatan * Prognosis Crosstabulation

Prognosis

Total Sembuh Meninggal

Lama Rawatan <7 hari Count 24 25 49

% of Total 29,3% 30,5% 59,8%

>7 hari Count 13 20 33

% of Total 15,9% 24,4% 40,2%

Total Count 37 45 82

% of Total 45,1% 54,9% 100,0%

Descriptive Statistics

N Mean

Durasi Pemberian Antibiotik 82 4,91

Valid N (listwise) 82

Universitas Sumatera Utara