frenektomi+LPF

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Kasus :BEDAH PERIO-ESTETIK: PEMAKAIAN LPF DENGAN FRENEKTOMI UNTUK PENCEGAHAN SCAR ( BEKAS LUKA)

Citation preview

  • 5/28/2018 frenektomi+LPF

    1/8

    BEDAH PERIO-ESTETIK: PEMAKAIAN LPF DENGAN FRENEKTOMI UNTUK PENCEGAHAN SCAR ( BEKAS LUKA)

    Abstrak:Penyimpangan frenum diperkirakan menimbulkan masalah fungsional dan estetik. Frenektomi klasik dari Archer adalah prosedur yang ekstensif mencakup eksisi fiber,papila interdental, dan penyingkapan tulang alveolar sampai ke papila palatina.Menghasilkan penyembuhan yang lambat, kehilangan papila interdental, dan scar abnormal menyebabkan pendekatan konservatif seperti frenektomi Edward, relokasi frenum dengan Z-plasti dan graft gingiva bebas; dengan keterbatasan teknis dan estetis. Pendekatan yang terbaik untuk membuat penutupan primer pada median line d

    an menghindarkan scar tidak estetik dengan menciptakan zona gingiva cekat adalah frenektomi dibantu dengan graft pedikel lateral. Papila interdental tidak diganggu selama pembedahan dan penyembuhan terjadi dengan intensi primer. PenelitianMiller pada 27 subyek, menyatakan bahwa zona gingiva cekat yang baru terbentukmungkin telah memperkuat efek penghambatan terbentuknya diastema kembali. Akan disajikan serangkaian kasus dari teknik ini dengan keuntungan yang berbeda.

    PENDAHULUANFrenum adalah struktur anatomi yang dibentuk oleh lipatan selapu

    t mukosa dan jaringan ikat, kadang-kadang serat otot. Frenum labialis superior berbentuk segitiga dan melekatkan bibir pada mukosa alveolar dan / atau gingiva.Membentang di atas prosesus alveolaris pada bayi dan membentuk raphe yang mencapai papilla palatal.

    Melalui pertumbuhan prosesus alveolar akibat erupsi gigi, perlekatan ini biasanya berubah untuk mengasumsikan konfigurasi dewasa. [1] Taylor telah mengamati bahwa diastema median line adalah normal pada sekitar 98% anak-anak berusia antara enam dan tujuh tahun, namun menurun hingga hanya 7% pada usia 12-18 tahun [2]. Namun pada beberapa kasus, pengaturan infantiledipertahankan. Perlekatan koronal yang tinggi ini umumnya dikaitkan dengan hipertropi frenum. Berdasarkan pada perpanjangan perlekatan serat, frena diklasifikasikan sebagai berikut: [3]1. Mukosa - ketika serat frenal melekat sampai dengan batas mukogingival;2 Gingiva - ketika serat memasuki daerah gingiva cekat;3. Papila - ketika serat meluas ke dalam papila interdental4. Penetrasi papila - ketika serat frenal melewati prosesus alveolaris

    dan meluas ke papila palatina.Secara klinis, frena papila dan penetrasi papila dianggap patol

    ogis dan memiliki hubungan dengan hilangnya papilla, resesi, diastema, kesulitandalam menyikat, penyelarasan gigi, dan gangguan psikologis pada individu. [4,5]

    Frena abnormal atau menyimpang dapat terdeteksi secara visual dengan menerapkan ketegangan di atasnya untuk melihat gerakan ujung papila atau Blanch yang dihasilkan karena iskemia pada daerah ini. [6] Miller merekomendasikan bahwa frenum harus ditandai sebagai patogenik ketika ada zona gingiva cekat yang sangat luas yang tidak seperti biasanya atau tidak ada zona gingiva cekat sepanjang median line atau pergeseran papill interdental ketika frenum ditarik. [7]

    Dalam kasus tersebut, perlu dilakukan frenektomi untuk alasan estetika, psikologis, dan fungsional. Ada banyak teknik bedah untuk menyingkirkanfrenum labial. Pada "frenektomi klasik" oleh Archer [8] dan Kruger, [9] frenum,

    jaringan interdental, dan papila palatina benar-benar dipotong menyebabkan terpaparnya tulang sehingga menyebabkan terbentuknya bekas luka. Meskipun teknik inimengakibatkan terbentuknya bekas luka yang tidak estetis, tetapi pendekatan inidianjurkan untuk menjamin penyingkiran serat otot, yang menghubungkan orbicularis oris dengan papila palatina. Ada anggapan bahwa jika hal ini tidak dilakukan,diastema akan terbentuk kembali.

    Henry dkk yang melakukan penelitian secara histologis pada frenum menemukan adanya jaringan kolagen padat, jaringan ikat longgar, dan serat elastis, tapi tidak ada serat otot.[1] Edward[10] melakukan evaluasi pada 308 orangpasien yang menunjukkan diastema atau frenum abnormal atau kombinasi keduanya, m

  • 5/28/2018 frenektomi+LPF

    2/8

    enganjurkan "prosedur bedah konservatif". Metodenya terdiri dari tiga prosedur:1. Reposisi secara apikal dari frenum (dengan pemaparan tulang alveolar),2. Pemutusan serat transseptal diantara gigi insisivus sentralis yangberdekatan,3. Gingivoplasti jaringan berlebih bagian labial dan / atau palatal padadaerah interdental.

    Salah satu aspek penting dari teknik Edward adalah mempertahankan estetika papila interdental. Tapi penyembuhan dengan terbentuknya bekas luka pada median line tidak estetis bagi pasien.

    Coleton [11] dan Lawrence [12] telah menggunakan graft gingiva

    bebas dikombinasikan dengan frenektomi. Prosedur ini menghindari bekas luka, namun warna gingiva yang tidak sama pada median line dan membutuhkan sisi pembedahan kedua untuk mendapatkan jaringan donor akan mempersulit teknik ini. Laser yangmemiliki kelebihan dan kekurangan relatif telah digunakan oleh berbagai klinisi. [13,14]

    Miller menyarankan kombinasi teknik bedah frenektomi dengan graft pedikel yang diposisikan lateral. Penutupan median line dengan gingiva yang diposisikan lateral dan penyembuhan dengan intensi primer menghasilkan gingiva cekat yang estetis pada median line. Tidak ada upaya untuk membedah serat trans-septal dan karenanya, papilla interdental tetap tidak terganggu. Hasil yang diperoleh lebih baik secara estetis dan fungsional. [7]

    Dalam rangkaian kasus ini diperlihatkan teknik yang digunakan dan hasilnya .

    RANGKAIAN KASUSTeknik bedah ini dilakukan di Kothiwal Dental College and Research Centr

    e, Moradabad. Tindakan bedah ini mendapat persetujuan dari Ethical Committee onHuman and/or Animal SubjectsResearch, Kothiwal Dental College and Research Centre, Moradabad. Subyek menjalani frenektomi untuk alasan fungsional, estetika, periodontal atau ortodontik. Frenum dinilai abnormal jika luasnya tidak biasa dan tidak tampak gingiva cekat pada median line dan papila interdental dapat tertarik oleh frenum. [7]

    LAPORAN KASUSKasus 1Seorang pria berusia 32 tahun mengeluhkan adanya resesi jaringan gingiva di atasregio median line. Pada pemeriksaan klinis, ditemukan papilla berpenetrasi padapertengahan frenum atas [Gambar 1a].

    Setelah dilakukan anestesi lokal, dibuat insisi horisontal untuk memisahkan frenum dari pangkal papilla interdental. Insisi ini diperluas ke apikal sampai ke dalam vestibular untuk benar-benar memisahkan frenum dari mukosa alveolar.Setiap sisa jaringan frenal pada median line dan pada permukaan bawah dari bibir harus dieksisi [Gambar 1b].

  • 5/28/2018 frenektomi+LPF

    3/8

    Insisi vertikal paralel dibuat pada sisi mesial gigi insisivus lateral, 2-3 mm apikal ke margin gingiva, hingga ke dalam vestibular. Gingiva dan mukosa alveolardi antara dua insisi dilakukan diseksi parsial untuk melepaskan flep [Gambar 1c].

    Insisi horisontal dibuat 1-2 mm apikal ke sulkus gingiva pada gingiva cekat yang menghubungkan ujung koronal dari dua insisi vertikal. Flep dilepaskan, digerakkan ke mesial, dan dijahit untuk memperoleh penutupan primer di seluruh median line [Gambar 1d].

    Tidak ada upaya untuk mendiseksi serat transseptal diantara gigi insisivus sentralis yang berdekatan. Dilakukan gingivoplasti pada jaringan berlebih dibagian labial dan/atau palatal pada daerah interdental, menjaga keutuhan papilla interdental. Daerah bedah diberi dressing dengan COE PAKTM (GC America Inc, Alsip, IL, 60803, U.S.A.). Dressing dan jahitan dibuka satu minggu kemudian. Terlihat jelaspenyembuhan zona gingiva cekat tanpa kehilangan papilla interdental [Gambar 1e].

    Kasus 2Dalam hal ini, frenum tinggi dikaitkan dengan hilangnya interdental papi

    lla dan diastema [Gambar 2a]. Diikuti langkah-langkah pembedahan yang sama. Peng

  • 5/28/2018 frenektomi+LPF

    4/8

    amatan sepuluh hari pasca bedah menunjukkan pembentukan dan pematangan gingiva cekat pada median line ( gambar 2b )

    Kasus 3

    Pasien memiliki keluhan ada massa nodular kecil di bagian bawah bibir atas. Pasien terbiasa dengan nodul tersebut. Pada pemeriksaan, ditemukan frenum tinggi dengan nodul [Gambar 3a]. Diikuti langkah bedah yang sama. Gambaran sepuluh hari pasca bedah [Gambar 3b] menunjukkan hilangnya nodul dan penyembuhan dengan epitelisasi pada median line apikal ke papilla interdental.

    Kasus 4Seorang pasien laki-laki berusia 20 tahun dirujuk dari Departemen Ortodonti untuk dilakukan frenektomi. Pada pemeriksaan, ditemukan papilari frenum terkait dengan diastema median line [Gambar 4a]. Frenum tersebut dibedah dengan teknik yang disebutkan di atas. Gambaran dua minggu pasca bedah [Gambar 4b]menunjukkan penyembuhan zona gingiva cekat pada median line.

  • 5/28/2018 frenektomi+LPF

    5/8

    Satu bulan pasca bedah, terlihat penyembuhan dan tidak ada bekas luka [Gambar 4c]. Tiga bulan kemudian menunjukkan hasil yang tetap. Jaringan lebih matang dan mengalami remodeling. Tidak ada kehilangan gingiva interdental. Zona gingiva ceka

    t meningkat dan warnanya sama dengan jaringan yang berdekatan [Gambar 4d].

    HASILHasil dari prosedur pembedahan menunjukkan teknik ini memberikan hasil e

    stetis yang baik. Pembentukan bekas luka pada median line dapat dihindari. Padapenyembuhan, diperoleh zona gingiva cekat yang lebih luas. Warna yang sesuai dengan jaringan sekitarnya. Penyembuhan diperoleh dengan intention primer. Terlihattidak ada kehilangan papilla interdental. Tidak ada komplikasi yang terlihat selama periode penyembuhan. Kepatuhan pasien juga sangat baik.

  • 5/28/2018 frenektomi+LPF

    6/8

    PEMBAHASANDalam era bedah plastik periodontal, teknik yang lebih konservatif dan t

    epat sedang diadopsi untuk membuat hasil yang lebih fungsional dan estetis. Pengelolaan frenum menyimpang telah mengalami perjalanan panjang dari "teknik klasik" frenektomi total Archer [8] dan Kruger ini [9] hingga pendekatan Edward yanglebih konservatif [10]. Teknik terbaru menambahkan relokasi frenal dengan Z-plasti, [15] frenektomi dengan graft jaringan lunak [11,12] dan aplikasi laser [13,14] untuk menghindari bekas luka khas berbentuk berlian dan memfasilitasi penyembuhan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

    Frenum dievaluasi dalam kaitannya dengan kedalaman vestibular, zona darigingiva cekat, papilla interdental, dan diastema. Jika ada zona gingiva cekat y

    ang adekuat, bagian koronal dari frenum tidak memiliki makna klinis. Zona gingiva cekat dianggap dapat mencegah resesi dan juga memberikan penampilan yang estetis.

    Dalam konteks ini, teknik Miller yang dikombinasikan dengan graft pedikel diposisikan lateral [7] dicoba dalam rangkaian kasus karena gambaran yang menyolok. Sebuah luka, yang dihasilkan oleh insisi selama bedah plastik periodontal,mengalami proses penyembuhan yang kompleks dan dinamis serta menghasilkan konfigurasi anatomi dan fungsi estetika yang lebih baik. Tujuan mengangkat jaringan gingiva ketebalan parsial untuk penyembuhan yang cepat dengan edema minimal, tidak ada infeksi lokal atau keluarnya serous, tidak ada pemisahan tepi luka, dan tidak ada atau pembentukan bekas luka minimal. [16] Hal ini berlangsung dalam tigafase yang berbeda. [17]1. Tahap-I: fase inflamasi (hari ke- 1 sampai 5) ditandai dengan gambaran

    inflamasi klasik, eksudasi serum dan migrasi neutrofil diikuti oleh monosit untuk penyingkiran debris pembedahan. Pada bagian akhir dari fase ini, sel-sel epitel dari margin mulai bermigrasi selama insisi. Bersamaan dengan itu, fibroblas memulai merekonstruksi jaringan ikat.

    2. Tahap-II: fase proliferatif (hari ke 5 sampai 14) ada dari migrasi selepitel yang kontinu mendekati luka. Fibroblas melapisi kolagen dan substansi dasar. Limfatik berkanalisasi kembali, pembuluh darah berproliferasi,dan banyak kapiler berkembang.

    Terbentuk jaringan granulasi, tetapi tidak mendapatkan tensile strengthyang cukup. Secara klinis berwarna merah, gembung dan odematus [Gambar 1a dan2a]. Di bagian akhir dari tahap ini, banyak inflamasi dan perubahan proliferatif mulai menghilang. Kontraksi luka dimulai dan jaringan memperoleh tensile

    strength yang cukup [Gambar 4b].3. Tahap-III: Pematangan / fase remodeling (hari ke-14 melalui penyembuhan yangkomplit). Pada saat ini biasanya epitel kontinuitas dipertahankan. Hubunganmenyilang dari serat kolagen menghasilkan tensile strength.

    Peradangan dan edema berkurang. Hal ini terbukti secara klinis padagambaran foto satu bulan pasca bedah [Gambar 4c]. Pematangan dan remodeling dapat terus berlanjut, tergantung pada tingkat keparahan luka. Kontraksiluka terjadi selama periode beberapa minggu dan bulan. [18] Jaringan secara bertahap menjadi normal, penyembuhan selesai dan tidak terlihat bekasluka. Foto tiga bulan pasca bedah, [Gambar 4d] menjadi gambaran dari tahapini.

    Proses penyembuhan diatur oleh sitokin yang berbeda seperti interleukin, platelet derived growth factor, transforming growth factor, fibroblast

    growth factor, epithelial derived growth factor, insulin like growth factor danlain-lain.

    Teknik ini menawarkan dua keunggulan yang berbeda. Pertama, padapenyembuhan, ada sebuah continuous band gingiva melintasi median line bukan berupa bekas luka yang tak estetis. Keuntungan kedua adalah bahwa serat transseptaltidak terganggu oleh pembedahan untuk menghindari trauma apapun pada papilla interdental. Hal ini untuk mencegah kehilangan papilla interdental.

    Dalam sebuah penelitian pada 27 subyek dengan frenum normal yangmenjalani perawatan ortodontik karena diastema, Miller melakukan frenektomi dikombinasikan dengan graft pedikel diposisikan lateral. Tidak ada kehilangan papil

  • 5/28/2018 frenektomi+LPF

    7/8

    a interdental. Ditemukan tidak ada diastema yang kambuh pada 24 kasus dan tiga kasus hanya kambuh minimal (kurang dari 1 mm). Miller menyatakan bahwa gingiva cekat luas yang baru terbentuk berisi serat kolagen yang mungkin memiliki efek menguatkan dan mencegah terbentuknya diastema kembali. Miller juga menyarankan bahwa waktu ideal untuk melakukan bedah ini seharusnya setelah pergerakan ortodontik selesai dan sekitar enam minggu sebelum piranti dilepas. Hal ini tidak hanya memungkinkan untuk penyembuhan dan pematangan jaringan, tetapi juga memungkinkanahli bedah untuk menggunakan piranti ortodontik sebagai sarana mempertahankan dressing periodontal.[7] Observasi ini dapat digunakan selama periode retensi pasca perawatan ortodonti, dan dihasilkannya gingiva cekat di tempat bekas luka dantidak ada kehilangan papila interdental merupakan keuntungan dari teknik ini.

    KESIMPULANPenelitian ini menjelaskan teknik bedah yang menggabungkan frenektomi de

    ngan graft pedikel lateral. Metode ini memiliki beberapa keuntungan yang berbeda:1. Penyembuhan yang terjadi adalah intensi primer2. Zona gingiva cekat, sesuai dengan jaringan yang berdekatan, terbentukpada median line akan menimbulkan kepuasan bagi pasien3. Tidak ada pembentukan bekas luka yang kurang estetik4. Tidak ada resesi papila interdental karena serat transseptal tidakdipotong5. Gingiva cekat di median line mungkin memiliki efek menguatkan yang membantudalam pencegahan kekambuhan ortodontik

    DAFTAR PUSTAKA1. Henry SW, Levin MP, Tsaknis PJ. Histological features of superior labialfrenum. J Periodontol 1976;47:25-8.2. Taylor JE.Clinical observation relating to the normal and abnormalfrenum labii superioris. Am J Orthod Oral Surg 1939;25:646.3. Placek M, Miroslavs, Mrklas L. Significance of the labial frenalattachment in periodontal disease in man. Part 1; Classification and epidemiology of the labial frenum attachment. J Periodontol 1974;45:891-4.4. Dewel BF. The labial frenum, midline diastema and palatine papilla:

    A clinical analysis. Dent Clin North Am 1966;175-84.5. Daz-Pizn ME, Lagravre MO, Villena R. Midline diastema and frenum morphology in the primary dentition. J Dent Child (Chic) 2006;26:11-4.6. Gottsegen R. Frenum position and vestibule depth in relation to gingivalhealth. Oral Surg 1954;7:1069-72.7. Miller PD Jr. The frenectomy combined with a laterally positioned pediclegraft; functional and aesthetic consideration. J Periodontol 1985;56:102-6.8. Archer WH (editor). Oral surgery - a step by step atlas of operativetechniques, 3rd ed. Philedelphia: W B Saunders Co; 1961. p. 192.9. Kruger GO (editor). Oral surgery, 2nd ed. St. Louis: The C.V. Mosby Co;1964. p. 146.10.Edwards JG. The diastema, the frenum, the frenectomy: A clinical study. Am J Ortho 1977;71:489-508.

    11.Colten SM. Mucogingival surgical procedures employed in re- establishing the integrity of the gingival unit (III): The frenectomy and the freemucosal graft. Quintessence Int 1977;8:53-61.12.Lawrence GB, Fowler EB, Moore EA, Murray DJ. The free gingival graftcombined with the frenectomy: A clinical review. Gen Dent 1999;47:514-8.13.Coluzzi DJ. Fundamentals of dental laser, science and instruments. Dent Clin North Am 2004;48:751-70.14.Gontizo F, Navarro RS, Haypek P, Ciamponi AL, Haddad AS.The application of diode and Er;YAG lasers in labial frenectomy in infant

  • 5/28/2018 frenektomi+LPF

    8/8

    patients. J Dent Child 2005;72:10-5.15. Tait CH. Median frenum of upper lip and its influence on spacing ofupper central incisor teeth. N Z Dent J 1929;25:116.16.Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Basic Pathology, 6th ed, New Delhi: HarcourtIndia Private Limited Publication; 1999. p. 47-59.17.Gottrup F, Jensen SS, Andreasen JO. Wound healing subsequent to injury.4th ed, Munksgaard, Denmark: Blackwell Publishing Limited; 2007. p. 1-61.18.Ten Cate AR, Deporter DA, Freeman E. The role of fibroblasts in the remodelling of periodontal ligament during physiologic tooth movement. Am J Orthod 1976;69:155.

    1