116

ERA NEW NORMAL - pustakailmu.co.id

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

CV. Pustaka Ilmu Group

N u r l a e l a , M.A g .

B A PAIUKU JAR

C -19OVIDPERGURUAN

TINGGIuntuk

ERA NEW NORMAL

Perspektif Sosiologis dan

Nilai-Nilai Kearifan Lokal

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggiiv

Penulis:Nurlaela, M.Ag.Copyright © Nurlaela, M.Ag. 2020xii+104 halaman; 14,5 x 21 cmHak cipta ada Pada Penulis

ISBN: 978-623-7066-54-5

Penulis: Nurlaela, M.Ag.Editor: Ahmad ZayyadiPerancang Sampul: Nur AfandiPewajah Isi: Tim Pustaka Ilmu

Penerbit Pustaka IlmuGriya Larasati No. 079 Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta Telp/Faks: (0274)4435538 E-mail: [email protected]: https:// www.pustakailmu.co.idLayanan WhatsApp: 081578797497

Anggota IKAPI

Cetakan I, Oktober 2020

Marketing:Griya Larasati No. 079 Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta Telp/Faks: (0274)4435538 E-mail: [email protected]: https:// www.pustakailmu.co.idLayanan WhatsApp: 0815728053639

© Hak Cipta dilindungi Undang-undangAll Rights Reserved

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Penerbit

Pustaka Ilmu Yogyakarta

N u r l a e l a , M.A g .

B A PAIUKU JAR

C -19OVIDPERGURUAN

TINGGIuntuk

ERA NEW NORMAL

Perspektif Sosiologis dan

Nilai-Nilai Kearifan Lokal

Nurlaela, M.Ag. v

PENGANTAR PENULIS

Bismilahirrahmanirrahim,Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena berkat rahmat, hidayah dan ma’unahnya, penulisan buku ajar yang berjudul “Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi: Perspektif Sosiologis dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal” ini dapat diselesaikan, meskipun penulis mengalami sedikit kesulitan mengingat ini adalah buku penting untuk para mahasiswa dan masyarakat umum terkait kajian Covid-19 yang didesain untuk perguruan tinggi dan mayarakat. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada pejuang kita, Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang senantiasa mengikutinya.

Kami yakin, atas petunjuk rabb pula sehingga ada beberapa pihak yang bersedia memberikan bantuan guna memudahkan kami dalam penyusunan buku ajar ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Terimakasih pula kepada para kolega dan teman diskusi yang telah banyak menemani kami untuk publikasi karya ini. Buku ajar ini kami susun berdasarkan realita covid-19 yang melanda kehidupan kita saat, yang sudah menimbulkan keprihatinan kita bersama.

Kami menyadari bahwa buku ajar ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang mebangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan buku ini dan sebuah karya yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggivi

Akhirul kalam, semoga karya ini bisa bermanfaat untuk siapa saja yang membacanya. Amin

Purwokerto, 12 Agustus 2020

Penulis

Nurlaela, M.Ag. vii

PENGANTAR EDITOR:

Ahmad Zayyadi, M.A., M.H.I(Dosen Fakultas Syariah IAIN Purwokerto dan Direktur Indonesian

Academy of Social Science and Religious Risearch Yogyakarta)

Indonesia di landa pandemi covid-19 sejak awal tahun 2020 tepatnya bulan februari. Dari penyebaran ini akhirnya

berdampak pada semua sektor mulai dari sosial, agama, budaya, politik, dan ekonomi. Dari fenomena tersebut, penulis menggagas penulisan covid-19 untuk perguruan Tinggi dalam perspektif sosiologis, fiqh kesehatan masyarakat, maqashid al-Syariah, dan sosiologis karena dalam rangka memberikan pandangan sebagai syadz al-zyariah (pencegahan preventif) terhadap masyarakat agar bisa terhindar dari virus covid-19.

Buku ajar ini disajikan penulis khusus merespon fenomena pandemi covid-19 di lingkungan perguruan tinggi dengan tujuan memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang covid-19 dalam berbagai perspektif. Terutama fiqh kesehatan, kemashlahtan ummat yang tercover dan fiqh maqhashid al-Syariah, fiqh muamalah dan fiqh ibadah masa Covid-19 berikut dalil-dalil al-Quran dan Sunnah terkait rukhshah-nya era pandemi Covid-19.

Pendekatan dalam buku ini adalah menggunakan kacama fiqh kesehatan masyarakat dan maqasih al-syariah dengan memadukan dengan unsur sosiologis sebagai bentuk kajian empiris di masyarakat terkait dampak, harapan, dan tantangan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Dampak yang paling kelihatan, yaitu dampak sosial, politik, budaya, agama, ekonomi

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggiviii

dan dampak-dampak lainnya terhadap masyarakat. Semoga buku ini bermafaat bagi masyarakat Indonesia, khususnya kalangan mahasiswa di Indonesia.

Editor

Nurlaela, M.Ag. ix

DAFTAR ISI

PENGANTAR PENULIS ...................................................... vPENGANTAR EDITOR: ....................................................... viiDAFTAR ISI ......................................................................... ix

BAGIAN ICOVID-19, ISLAM, DAN KEARIFAN LOKAL ERA PANDEMI .................................................................... 1A. Sejarah Pandemi dalam Islam ..................................... 1B. Tradisi Berkumpul Saat Idu fitri Era Pandemi ........... 5C. Kearifan Lokal Masyarakat Sumatera Barat .............. 8D. Kearifan Lokal Warga Aceh......................................... 9

BAGIAN IICOVID-19 DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM .......... 11A. Wabah dalam Hadits ................................................... 11B. COVID-19 dalam Fiqh Ibadah .................................... 13C. Fatwa MUI Tentang Covid-19..................................... 17D. Pencegahan Wabah Covid-19 ..................................... 20

BAGIAN IIIADAPTASI BERIBADAH UMAT ISLAM ERA PANDEMI DAN NEW NORMAL ......................................... 21A. Adaptasi Ibadah .......................................................... 21B. Definisi New Normal ................................................... 23C. Landasan Dalil ............................................................. 26

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggix

BAGIAN IVISLAM DAN KEARIFAN LOKAL MASA PANDEMI COVID-19 ............................................................................ 31A. Kearifan Lokal dalam Islam ........................................ 31B. Pencegahan Wabah Covid-19 sebagai Shadz al-Zari’ah untuk Kemashlahatan Masyarakat............ 44C. Kearifan Lokal dalam Melawan Covid-19 .................. 47

BAGIAN VCOVID-19 DALAM PANDANGAN MAQASHID AL-SYARI’AH ........................................................................ 55A. Covid-19 Perspektif Maqashid Al-Syari’ah ................ 55B. Covid-19 dalam Perlindungan Agama (Hifdzu Din).. 58C. Covid-19 dan Perlindungan Terhadap Jiwa (Hifdzu Nafs) ............................................................... 58D. Covid-19 dan Perlindungan Terhadap Akal (Hifdzul ‘Aql) ............................................................... 59E. Covid-19 dan Perlindungan Terhadap Harta Benda (Hifdzul Mal) .................................................... 58F. Covid-19 dan Perlindungan Terhadap Keturunan (Hifdzu Nasab) ............................................................ 60

BAGIAN VITOLERANSI ANTARA UMAT BERAGAMA ERA PANDEMI COVID-19 .......................................................... 63A. Toleransi dalam Agama Islam ..................................... 64B. Toleransi dalam Sejarah Piagam Madinah ................. 65C. Dalil al-Qur’an tentang Toleransi Masa Pandemi Covid-19 ...................................................................... 68

Nurlaela, M.Ag. xi

BAGIAN VICOVID-19 DAN FIQH LINGKUNGAN HIDUP ................. 77A. Latar Belakang ............................................................. 77B. Hasil Pembahasan ....................................................... 81

TENTANG PENULIS ........................................................... 103

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggixii

Nurlaela, M.Ag. 1

BAGIAN I

COVID-19, ISLAM, DAN KEARIFAN LOKAL ERA PANDEMI

A. Sejarah Pandemi dalam Islam

Salah satu bagian yang mewarnai identitas masyarakat adalah kearifan lokal. Secara historis kearifan lokal meskipun berlaku sebelum hadirnya agama di masyarakat lokal setempat, akan tetapi kearifan lokal sarat dengan nilai-nilai agama, karena dari segi asal- usulnya, budaya kearifan lokal merupakan proses cipta rasa manusia yang berpusat dari hati nurani yang jujur, ikhlas, amanah dan cerdas yang memancar di akal pikiran manusia, dan dilaksanakan dengan tindakan dan perbuatan. Nilai-nilai kemanusiaan bersifat universal. Budaya kearifan lokal yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan tidak akan diterima oleh masyarakat. Salah satu yang menjadi inspirasi dan energi dalam kearifan lokal adalah hukum Islam. Hubungan sinergi antara hukum Islam dan kearifan lokal adalah menjadi suatu kenyataan historis, namun demikian dalam implementasinya terjadi distorsi. Untuk menilai, ada tidaknya syariat Islam dalam kearifan lokal dapat diidentifikasi

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi2

dari ada tidaknya nilainilai-nilai universal dalam kearifan lokal tersebut.

Nabi Muhammad SAW, dalam sejarah pengembangan nilai-nilai Islam dalam dakwahnya, baik di Mekkah maupun di Medinah tidak langsung meninggalkan seluruh apalagi menghancurkan budaya kearifan lokal yang ada dan berlaku dalam masyarakat sebelum kehadirannya. Sikap tersebut didasarkan pada Al-Qur`an juga menyiratkan hal itu sebagaimana tersebut dalam Q.S.Ibrahim/14:4 yang artinya :

“Kami tidak mengutus seorang Rasul-pun, melainkan dengan bahasa (budaya kearifan lokal) kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”

Nabi Muhammad SAW, hadir secara bijak dalam menyikapi budaya dan kearifan lokal, karena masyarakat memiliki berbagai budaya kearifan lokalnya masing-masing. Budaya kearifan lokal yang baik diteruskan dan disempurnakan. Budaya yang tidak sesuai lagi dengan kondisi zaman disesuaikan dengan pemuatan nilai-nilai iman, Islam, tauhid dan makrifah yang melahirkan perilaku akhlak mulia (akhlakul karimah).

Coronavirus 2019 (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (Sars-CoV-2). Penyakit ini pertama kali ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei China, dan sejak itu menyebar secara global, mengakibatkan pandemi coronavirus 2019- 2020. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan wabah koronavirus 2019- 2020 sebagai Kesehatan Masyarakat Darurat Internasional (PHEIC)pada

Nurlaela, M.Ag. 3

30 Januari 2020, dan pandemi pada 11 Maret 2020. Wabah penyakit ini begitu sangat mengguncang masyarakat dunia, mengingat hampir 200 Negara di Dunia terjangkit oleh virus ini termasuk Indonesia. Berbagai upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19 pun dilakukan oleh pemerintah di negara-negara di dunia guna memutus rantai penyebaran virus Covid-19 ini.

Jauh sebelum kasus ini muncul, telah terdapat juga sebuah wabah yang dikenal dengan istilah Tho’un. Lalu apakah Corona bisa disamakan dengan tho’un. Melihat definisi para Ulama, wabah Corona ini tidak bisa dikategorikan tho’un, karena tho’un lebih khusus dan spesifik dibandingkan dengan wabah, namun walaupun berbeda dari sisi penamaan, penyakit ini sama-sama berbahaya dan menular yang tidak bisa disepelekan. Jika dirunut dari sejarah terjadinya, penyakit-penyakit wabah semacam corona ini atau pun tho’un, sudah ditemukan sejak masa Nabi Muhammad SAW. dan bahkan jauh sebelum Nabi diutus, yaitu pada zaman Bani Isra’il.3 Sehingga pada akhirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan Fatwa Nomor 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah di rumah dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-19.

Meskipun wabah penyakit Covid-19 dalam catatan sejarah Islam masih menjadi perdebatan dan kontroversial baik di kalangan ulama, kyai, ustadz, bahkan di mediamedia sosial, dan cenderung di kait-kaitkan satu sama lain. Namun faktanya wabah penyakit Covid-19 ini memang sangat mirip kasusnya seperti wabah penyakit yang menyerang kaum muslim di masa lalu.

Misalnya dalam sejarah Islam bisa kita simak tentang wabah penyakit yang terjadi pada masa kaum muslimin menaklukkan Irak dan Syam. Setelah Peperangan yang sangat sengit di Yarmuk, kemudian kaum muslimin menetap di

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi4

Negeri Syam. Setelah itu datanglah wabah penyakit korela yang menelan kurang lebih 25.000 jiwa pada saat itu.10 Oleh karena itulah tidak heran jika para ulama, kyai, ustadz, peneliti dan yang lainnya mengaitkan peristiwa ini dengan wabah penyakit Covid-19. Karena memang wabah penyakit tersebut secara sekilas sangat mirip dengan wabah Covid-19 yang terjadi saat ini yang menelan puluhan ribu jiwa.

Kajian Islam ilmiah pun disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 14 Rajab 1441 H / 09 Maret 2020 M. saat ini manusia banyak membicarakan tentang suatu musibah yang besar yang ditakuti oleh kebanyakan manusia, yaitu virus yang terkenal dengan virus Corona. Yang mana manusia banyak membicarakan tentang pengaruh dan bahaya yang ditimbulkan oleh virus ini. Juga mereka membicarakan tentang cara untuk menghindar dan selamat dari virus tersebut. Kemudian beliau memaparkan tentang petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan cara-cara yang dapat menerangkan jalan seorang mukmin untuk menghadapi permasalahan seperti ini. Diantara petunjuk-petunjuk Al-Qur’an yang sangat agung yaitu bahwasanya seorang hamba tidak akan ditimpa suatu musibah kecuali Allah telah menuliskan dan mentakdirkan musibah tersebut. Allah SWT. berfirman:

“Katakanlah: Tidak akan menimpakan kami kecuali apa yang Allah telah tuliskan untuk kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah[9]: 51).

Allah SWT. juga berfirman:

“Tidak ada musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barangsiapa yang beriman kepada Allah

Nurlaela, M.Ag. 5

Subhanahu wa Ta’ala, akan Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (QS. At-Thaghabun[64]: 11)

Allah SWT. juga berfirman:

“Tidak ada suatu musibah yang turun di bumi juga yang menimpa diri-diri kalian kecuali telah dituliskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Hadid[57]: 22)

Maka tidaklah seorang hamba ditimpa satu musibah kecuali apa yang Allah telah tuliskan kepadanya. Maka sungguh seorang hamba sangat butuh dalam kondisi seperti ini untuk selalu memperbaharui keimanannya, memperbaharui keyakinannya terhadap takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bahwasanya semua yang ditulis pasti terjadi. Dan apa yang menimpa seorang hamba tidak akan meleset darinya dan apa yang meleset dari seorang hamba tidak akan menimpanya dan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala inginkan pasti terjadi dan apa yang Allah tidak inginkan tidak akan terjadi.

B. Tradisi Berkumpul Saat Idu fitri Era Pandemi

Idul Fitri biasanya diramaikan dengan  shalat Idul Fitri  berjamaah bersama berbagai elemen masyarakat, lalu dilanjutkan dengan kegiatan saling berkunjung antar individu. Berbagai kegiatan seperti halal bi halal atau sekedar silaturahim menjadi kegiatan utama setelah shalat Idul Fitri. Dalam situasi pandemi, kegiatan berkumpul dengan banyak orang seyogyanya dihindari. Lalu bagaimana hukum bersilaturahim dengan cara saling berkunjung saat pandemi? Tidak diragukan lagi bahwa silaturahim dengan cara berkunjung ke sanak kerabat atau sahabat dekat saat Idul Fitri merupakan kebiasaan yang baik.

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi6

Bahkan hal itu merupakan salah satu syariat Islam. Dalam kitab Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah (31/117) disebutkan satu bab khusus tentang anjuran saling mengunjungi pada saat hari raya. Berikut penjelasannya :

ل عل

ورد ما يد

دم، وق

سلا

ي الإ

فوع � اور م�ش ف : ال�ت

ف �ي

عيدي ال

فاور � ف ال�ت

ت: ال

ا ق ع�ف الل ي ر�ف

ة

روي عن عائش

د

قعيد، ف

ي ال

فرة � �ي ة الز وعي م�ش

يان نغ

يتان ت وعندي جار يه وسل

عل الل

صل

ي رسول الل

ل عل

دخ

ر بك بو

أ ل

ودخ ه، و�ج ل وحو فراش

ال

عل جع

اضط

ف بعاث. بغناء

بل قأ؟ ف يه وسل

عل الل

صل

ي �ج الن

ان عند

يط

ال مزمار الش

، وق ي

ر�ف �تان

ف

ام:

ي رواية هش ف

اد �

ما ز ال: دعق ف يه وسل

عل الل

صل

يه رسول الل

عل

: ” وجاء ولتح: ق

في ال

فال �

ق

�ف

ا عيد

ا، وهذ

وم عيد ق

لك

ر إن

�ج بك

�ي أ

ه جاء ن أ ر ” وك

بو بك

ي أ

ل عل

” دخ

عروة

ف ام �ج

ي رواية هش ف

ر ” و�بو بك

أ

بيته يه وسل عل الل

صل

ي �ج ل الن

دخ

ن أ

ا بعد ا ل ا�أ

ز

“Saling berkunjung saat hari raya. Saling berkunjung merupakan perkara yang disyariatkan dalam Islam. Terdapat hadis yang menunjukkan disyariatkannya saling berkunjung saat hari raya. Diriwayatkan dari Aisyah RA yang berkata, “Rasulullah SAW mengunjungiku, di sampingku ada dua orang perempuan yang sedang menyanyikan lagu-lagu perang Bu’ats. Lalu beliau rebahan di atas alas tidur, beliau memalingkan wajahnya. Abu Bakar masuk rumah mengunjungiku, lalu dia membentakku. Ia berkata, ‘Apakah pantas seruling-seruling setan ada di samping Nabi SAW?’

Nurlaela, M.Ag. 7

Rasulullah SAW memandang Abu Bakar lalu berkata, ‘Biarkan merek berdua –dalam riwayat Hisyam ditambahkan keterangan, wahabi Abu Bakar, setiap kaum punya hari raya. Ini adalah hari raya kita.’ Imam Ibnu Hajar berkata dalam kitab Fathul Bari, ‘Abu Bakar datang’ dan dalam riwayat Hisyam bin Urwah ‘Abu Bakar masuk mengunjungiku.’ Seakan-akan Abu Bakar datang mengunjungi Aisyah, setelah Rasulullah SAW mengunjungi Aisyah.

Sampai di sini jelas bahwa tradisi saling mengunjungi pada saat hari raya merupakan tradisi para sahabat Nabi SAW. Karenanya, terdapat anjuran untuk berkunjung saat hari raya. Tetapi yang harus digarisbawahi adalah hukum berkunjung saat hari raya hanya sebatas anjuran, tidak bersifat wajib. Berkunjung saat hari raya juga merupakan ajang mempererat tali silaturahim antara sesama Muslim. Dalam melaksanakan kesunnahan, hendaknya kita juga mempertimbangkan kemaslahatan yang lebih besar. Terlebih jika pelaksanaan kesunnahan bertentangan dengan perkara yang diwajibkan. Ada sebuah kaidah dalam ilmu fikih yang mengatakan, “Perkara fardhu lebih utama dibanding perkara sunnah”. Jika pelaksanaan ibadah fardhu bertentangan dengan ibadah sunnah, maka yang lebih utama dilaksanakan adalah ibadah fardhu. Hal ini mengingat sejumlah hal.

1. kekuatan perintah dalam ibadah fardhu lebih kuat dibanding perintah dalam ibadah sunnah.

2. bentuk pahala dalam ibadah fardhu lebih besar dibanding ibadah sunnah.

3. hukuman yang diberikan kepada orang yang me-ninggalkan ibadah fardhu lebih berat dibanding orang yang meninggalkan perkara sunnah. Bahkan, tidak melaksanakan ibadah sunnah tidak ada dosa sama sekali.

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi8

Berdasarkan kaidah ini, jika pelaksanaan ibadah sunnah justru bertentangan dengan pelaksanaan kewajiban, maka hendaknya pelaksanaan sunnah ditunda terlebih dahulu. Terlebih jika melaksanakan kesunnahan justru mendatangkan bahaya. Pelaksanaan kesunnahan bisa menjadi terlarang. Hal ini jika memang betul-betul bertentangan.

Kaidah fikih lain mengatakan, “Perkara wajib hanya bisa ditinggalkan sebab melaksanakan perkara wajib.” Artinya, sebuah kewajiban tak boleh ditinggalkan untuk mendapatkan kesunnahan.

Dalam kasus berkunjung pada saat hari raya kita bisa katakan hukumnya sunnah. Sedangkan menjaga diri dari bahaya Covid-19 adalah sebuah kewajiban. Kewajiban menjaga diri dari bahaya Covid-19 merupakan bersifat dzatiyah (berdasarkan esensinya). Adanya himbauan pemerintah dan ulama untuk menghindari kerumunan merupakan penguat kewajiban ini.

Jadi, kegiatan saling berkunjung pada hari raya di era pandemi Covid-19 dapat dikatakan perkara sunnah yang pe-laksanaannya bertentangan dengan perkara wajib. Kesunnahan ini boleh ditinggalkan agar kita dapat melak sanakan yang wajib.

C. Kearifan Lokal Masyarakat Sumatera Barat

Pemerintah telah berusaha dengan maksimal dalam penanganan Covid-19. Terbukti dengan adanya kecenderungan penurunan kasus terinfeksi Covid-19 di berbagai daerah, salah satunya di Sumatera Barat. Pola hidup masyarakat di Sumatera Barat berbasiskan kearifan lokal sehingga berperan dalam pencegahan kasus Covid-19. “Kasus Covid-19 di Sumatera Barat terkendali karena menerapkan local wisdom, pola hidup sehat berbasis kearifan lokal,” papar Kepala Staf Kepresidenan Dr.

Nurlaela, M.Ag. 9

Moeldoko pada acara webinar Kesiapan Nagari/Desa Menuju Era New Normal dalam Pandemic Covid-19, di Gedung Bina Graha, Jakarta, Jumat (5/06).

Moeldoko menjelaskan kebiasan tersebut seperti mengam-bil air wudhu saat hendak salat. Selain itu juga menutup hidung saat bersin. “Warga Sumatera Barat yang sebagian besar muslim tanpa disadari dengan berwudhu itu membersihkan diri dimana dalam sehari setidaknya dilakukan lima kali. Pemenuhan nutrisi lokal untuk meningkatkan daya tahan tubuh masyarakat dengan mengkomsumsi tanaman lokal seperti jahe, kunyit dan lainnya” jelasnya. Karena kunci pencegahan COVID ini adalah cuci tangan, jaga jarak, menggunakan masker dan menjaga daya tahan tubuh.

D. Kearifan Lokal Warga AcehMenurut ulama Aceh Tgk Faisal Ali mengatakan, semua

kasus positif di Aceh bukan bersumber dari penularan secara transmisi lokal, melainkan warga yang memiliki riwayat ke daerah zona merah virus Corona dan terkonfirmasi positif setiba di Aceh.

Menurutnya, Aceh yang dianggap berhasil dalam menekan penyebaran virus Corona itu, karena kepatuhan masyarakat atas anjuran pemimpin dalam berbagai hal. Salah satunya seruan yang disampaikan para ulama.

“Kemudian patuh dalam hal menjaga kewajiban beragama. Jadi masyarakat Aceh sangat mendengar apa yang disampaikan oleh para ulama, karena memang masyarakat Aceh itu sangat dekat dengan ulama,” katanya di Banda Aceh, awal pekan.

Ia menjelaskan selain berikhtiar yang bersifat manusia, yakni dengan menjaga petunjuk kesehatan, masyarakat Aceh juga mengutamakan memanjat doa kepada Allah SWT, baik

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi10

dalam salat wajib lima waktu, maupun di luar salat wajib, dalam rangka menolak bala.

“Jadi kalau dalam saalat itu membaca (doa) qunut nazilah. Kalau di luar saalat itu ada kearifan lokal itu yang membaca (ayat) waqulja al haqqu.., juga membaca (doa) ya latif.., dan berbagai model bacaan lain terkait dengan tolak bala,” katanya.

Hal demikian merupakan bentuk-bentuk yang dilakukan oleh orang Muslim dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai upaya menjauhi bala atau bencana nonalam, Covid-19. 

“Maka bukan hanya untuk masyarakat Aceh yang kita berdoa, tetapi juga untuk masyarakat lain yang di luar Aceh telah memanjatkan doa kepada Allah SWT,” ujar wakil ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh itu.

DAFTAR PUSTAKA

Suparji. 2019. Eksistensi Hukum Islam dan Kearifan local. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI H U M A N I OR A . Vol 5 (1).

Supriatna, E. 2020. Wabah Corona Virus Disease Covid 19 dalam Pandangan Islam. Jurnal Sosial & Budaya Syar-i. Vol 7 (6).

https://www.kompasiana.com/arisheruutomo/5e8a7362d541df5a97102192/kearifan-lokal-cegah wabah-penyakit?page=3 Diakses Pada tanggal 9 Juli 2020

https://harakah.id/hukum-saling-mengunjungi-kerabat-saat-idul-fitri-di-musim-pandemi-begini penjelasannya/ Diakses Pada tanggal 9 Juli 2020

https://www.liputan6.com/news/read/4270113/cara-aceh-tekan-penyebaran-virus-corona-dengan kearifan-lokal-salat-dan-berzikir Diakses Pada tanggal 9 Juli 2020

Nurlaela, M.Ag. 11

COVID-19 DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Wabah dalam Hadits

Istilah Virus Corona dalam konteks sejarah Islam adalam termasuk wabah atau disebut dengan tha’un (pandemik global) yang dapat menimbulkan mafsadah, karena dapat mengancam (dharar) bagi kehidupan manusia.  Oleh karena itu, dalam konteks pandemi covid-19 ini merupakan wabah menular bagi manusia, sehingga langkah pencegahannya adalah dengan melakukan physical dan social distancing atau menjaga jarak dengan sesama. Tentunya dalam kondisi ini mempunyai Konsekwensi yang berorientasi pada mashlahah yaitu dengan meniadakan sementara ritual ibadah dan aktifitas sosial secara berjamaah untuk menghindari mafsadah (penularan) daripada mengerjakan kebaikan (mashalih). Seperti shalat berjaah dirumah, shalat jumat di rumah bahkan dalam hal ibadah haji pun ditiadakan pada masa pandemi covid-19 ini.

. Sehingga dari sinilah ada sebuah pergeseran hukum terkait persoalan-persoalan ibadah dan bahkan muamalah.

BAGIAN II

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi12

Hadis Rasulallah SAW

• ا سألت تنا أ�ف ا أخ�ج ي صل الله عليه وسل أ�ف عن عائشة زوج الن�ج

ي الله صل ها ن�ج رسول الله صل الله عليه وسل عن الطاعون فأخ�ج

عله الله جف

الله عليه وسل أنه كن عذا�ج يبعثه الله عل من يشاء �

ا ي بلده صا�جف

ف فليس من عبد يقع الطاعون فيمكث � رحمة للمؤمن�ي

يد يعل أنه لن يصيبه إل ما كتب الله ل إل كن ل مثل أجر ال�ش

• “Dari Aisyah RA, ia berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha‘un, lalu Rasulullah SAW memberitahukanku, dahulu, tha’un adalah azab yang Allah kirimkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Maka tiada seorang pun yang tertimpa tha’un, kemudian ia menahan diri di rumah dengan sabar serta mengharapkan ridha-Nya seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan menimpanya selain telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid,”

• (HR. Bukhari, Nasa’i dan Ahmad).

• أنه كن عذا�ج يبعثه الله عل من يشاء

“Dahulu, tha’un adalah azab yang Allah berikan kepada orang yang dikehendaki” 

Narasi Historis bahwa wabah penyakit menular bukanlah masalah baru. Posisioning Wabah dulu adalah azab dan orang yang terkena wabah bagian dari iradah Allah

Nurlaela, M.Ag. 13

• ف عله الله رحمة للمؤمن�ي جف

• Wabah bagi orang mukmin adalah rahmat (ada hikmah yang tersembunyi yang perlu dipahami). Ada perubahan paradigm posisioning wabah dari Azab dan menjadi Rahmat.

• ا ي بلده صا�جف

فيمكث �

• Protokol Kesehatan yang dianjurkan adalah berdiam di rumah (stay at home) dengan penuh kesabaran. Berdiam di wilayah atau rumah adalah perintah Nabi sebagai bagian dari ihtiar menghindari penyakit.

• يد إل كن ل مثل أجر ال�ش

• Sikap sabar menghadapi wabah bagian dari komitmen keagamaan seseorang dan siapa saja yang mempu melaksanakanya Nabi memberi apresiasi pahala syuhada.

B. COVID-19 dalam Fiqh Ibadah

Covid-19 adalah suatu hal yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya, virus endemik ini muncul di tengah masyarakat bahkan banyak yang memperkirakan bahwa virus ini tidak akan musnah sepenuhnya. Pejabat jaringan peringatan dan respon wabah global WHO mengatakan bahwa vaksin covid-19 kemungkinan akan siap pada akhir tahun 2021. Hal tersebut membuat seluruh dunia dilematis, setelah hampir empat bulan pasca diterapkannya pembatan sosial berskala besar (PSBB) pemerintah Indonesia kini bersiap kembali untuk memutar roda ekonomi yang sempat turun karena dampak wabah covid-19. Istilah yang sedang menjadi pembicaraan banyak orang yaitu “new normal” atau kenormalan baru (Kurniadi, 2020).

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi14

Pada bulan Desember tahun 2019, kasus pneumonia misterius dilaporkan pertama kali di Wuhan China. Menurut sampel yang diteliti menunjukan penyakit etiologi coronavirus baru, pada tanggal 11 Februari 2020 WHO mengumumkan nama baru yaitu COVID-19 (Susilo dkk, 2020). Coronavirus merupakan virus RNA yang utamanya menginfeksi hewan termasuk kelelawar dan unta. Terdapat 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1, severe acute respiratory illness coronavirus (SARS-CoV) dan middle east respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV). Coronavirus yang menjadi etiologi Covid-19 termasuk ke dalam golongan betacoronavirus (Susilo dkk, 2020).

Peristiwa ini dengan wabah covid-19 (Supriyatna, 2020). Dalam kajian islam yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr, beliau memaparkan mengenai petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan cara yang dapat menerangkan seorang mukmin dalam menghadapi wabah ini, diantara petunjuk Al-Qur’an yaitu bahwasanya seorang hamba tidak akan ditimpa suatu musibah kecuali Allah telah menuliskan dan mentakdirkan musibah tersebut. Allah SWT berfirman:

“Katakanlah (Muhammad) : Tidak akan menimpakan kami kecuali apa yang Allah telah tuliskan untuk kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah[9]9:51)

Nurlaela, M.Ag. 15

Allah SWT juga berfirman dalam Q.S At-Thaghabun[64] ayat 11 yang berbunyi:

“Tidak ada musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barangsiapa yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya.”

Maka tidaklah seorang hamba yang ditimpa musibah melainkan telah Allah takdirkan kepadanya. Maka seorang hamba harus selalu meningkatkan keimanannya dalam kondisi seperti ini karena sesuatu yang telah Allah tulis pasti terjadi.

Dispensasi (rukhsah dalam Ibadah)

ـــــــــه •نأ ـــــــاس عـــــــب

ف �ج

الل عــــــبــــــد عـــــــــن

د �ش

أ الل

إل إل

ل

ن

أ

د �ش

ت أ

لا ق

إذ ي يوم مط�ي

فنه �

ذ

ؤ ل

ال

ق

ي بيوتك ف

وا � صل

ل

ة ق

لا الص

عل

حي

لق ت

لا

ف

الل

ا رسول

د م م

ن

أ

عل

ف

د

ا ق

من ذ

عجبون

ت أ

ال

ق ف

اك

روا ذ

نك

اس است الن

ن

أ ك

ف

ال

ق

رجك

خ أ

ن

رهت أ

ي ك

وإ�ف

عزمة

معة ج

ال

ي إن

م�ف �ي

ا من هو خ

ذ

حض

والدف �ي

ي الط

فوا �

تمش

ف

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi16

Artinya: Dari Abdullah bin Abbas dia mengatakan kepada muadzinnya ketika turun hujan (pada siang hari Jum’at), jika engkau telah mengucapkan “Asyhadu an laa ilaaha illallaah, asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, ” maka janganlah kamu mengucapkan “Hayya alash shalaah, ” namun ucapkanlah shalluu fii buyuutikum (Shalatlah kalian di persinggahan kalian).” Abdullah bin Abbas berkata; “Ternyata orang-orang sepertinya tidak menyetujui hal ini, lalu ia berkata; “Apakah kalian merasa heran terhadap ini kesemua? Padahal yang demikian pernah dilakukan oleh orang yang lebih baik dariku (maksudnya Rasulullah saw). Shalat jum’at memang wajib, namun aku tidak suka jika harus membuat kalian keluar sehingga kalian berjalan di lumpur dan comberan.” (HR. Bukhari Muslim dari Abdullah ibn Abbas).

• MuhammadKhudhariBikdalamkitabnyaUshulal-fiqh

• الناس ويشمل الصلي الكم هو عاما ة حكما العز�ي تكون

اطب به يعا والك مف حمج

• واما الرخصة فليست الكم الصلي بل هي حكم جاء مانعا

ك�ش الحوال ي اف

ي الكم الصلي وهي �ف

من استمرار اللزام �

حة تنقل الكم من مرتبة اللزوم الي مرتبة ال�ج

• وقد تنقلها الي مرتبة الوجوب

• Azimahadalahhukumyangbersifatumumdanmerupakanhukum asal yang berlaku kepada seluruh manusia. Sedangkan Ruhshah adalah bukan hukum dasar dan

Nurlaela, M.Ag. 17

merupakan hukum yang sudah berubah dari hukum asal. Perubahan atau pergeseran hukum dari dilarang menjadi boleh atau banhkan bisa bergeser ke hukum wajib.

• Imam al-Ghazali membagi ruhshah yang harus dikerjakan dan ruhshah yang opsional

• - (1 / 192)

• ارط

ف إ

وال يتة ال

ك

أ ك �ت

ك كه ب�ت يعص ما

س إل

نق

ت ص

خ الر

ف

صقار وال

ط

ف إ

ل

يعص ك

ما ل

ك ، وإل

لا وف ال

خ

عند

C. Fatwa MUI Tentang Covid-19

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 14 Tahun 2020

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 17 Tahun 2020Prosedur Tatacara shalat bagi Tenaga Medis

Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020 Prosedur pengurusan Jenazah Muslim yang terinfeksi Covid 19

Fatwa MUI No. 28 tahun 2020 Tentang Kaifiyat Takbir dan Shalat Idul Fitri 1441 H.

Tausiyah (rekomendasi) Nomor: Kep.1065/DP-MUI/IV/2020 tentang tata cara beribadah di bulan suci Ramadhan pada saat pandemi corona (Covid-19)

Taujihat MUI Tentang Shalat Jumat di Era Tatanan Kehidupan Baru ( New Normal Life)

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi18

EDARA KEMENTERIAN AGAMA RI TENTANG COVID-19

KEMENTERIAN AGAMAI

Surat Edaran Nomor 6 tahun 2020 tentang Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriah di tengah Pandemi Wabah Covid-19.

Surat Edaran Nom. 15 Tahun 3020 Tentang Panduan Penyelenggaraan Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah Dalam Mewujudkan Masyarakat produktf dan Aman Covid di Masa Oandemi

Alasan Pemerintah dalam Social Distancing1. Melaksanakan aktifitas ibadah berjamaah di masjid

hukumnya sunnah2. Menghindari wabah penyakit menular adalah perintah

Allah SWT dan Nabi SAW yang hukumnya wajib. Demikian juga Taat kepada ulil Amri (pemerintah) hukukmnya wajib

Maka “ Perkara Sunnah tidak boleh mengalahkan perkara wajib” 

Kaidah Fikih Menyebutkan:

شباه والنظا�أ ج: 1 ص: 145أ ال

الفرض أفضل من النفل

(Hukum fardu/wajib lebih utama daripada Sunnah)

ك إل لواجب الواجب ل ي�ت

(Hukum Wajib hanya bisa ditinggalkan oleh hukum wajib lain)

Nurlaela, M.Ag. 19

Kebijakan pemrintah Social distancing adalah instrumen hukum yang niscaya (wasilah wajibah) untuk menghindari wabah Covid 19. Menghindari wabah Covid 19 tidak akan berhasil maksimal tanpa Social distancing , maka hukum Social distancing hukum wajib.

Dalam Kaidah Fiqh (islamic legal maxim) disebutkan

و واجب ف

ما ل ي�ت الواجب إل به �

و واجب • ف �ف ك ال

به وهو فعل

واجب إل

ال

إل

ل يتوص

ما ل

Kewajiban tidak akan berjalan sempurna, tanpa adanya sesuatu yang lain, maka sesuatu itu hukumnya wajib.

للوسائل حكم المقاصد

Hukum sarana (wasilah) mengikuti tujuan hukum yang ingin dicapai

Covid-19 Sesuai Asas-asas dalam Hukum IslamNafyul Haraj (Meniadakan kepicikan/kesempitan)

(Surat al-Hajj: 78)

(Surat al-Baqarah : 286)

(al-Hadits)

(Al-Hadits)

(al-Hadits)

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi20

D. Pencegahan Wabah Covid-19

Nabi Muhammad SAW pernah mengingatkan kita dalam menghadapi wabah penyakit ini seperti diriwayatkan dalam hadits “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu” (HR Bukhari)

Maka wabah corona yang terjadi saat ini jika kita merujuk pada kisah nabi merupakan wabah yang sudah terjadi dengan kondisi yang hampir sama sehingga penanganan yang dilakukanpun sama yaitu isolasi dan karantina terhadap penderita. Sebagai seorang muslim, kita juga diwajibkan untuk ikhtiar dengan “social distancing”. Social distancing masih harus kita lakukan disaat new normal ini karena meskipun kita sudah kembali diperbolehkan ibadah di masjid, tetapi social distancing ini merupakan suatu upaya kita berikhtiar kepada Allah Swt. Dengan adanya wabah penyakit ini diharapkan kita dapat terus mendekatkan diri kepada Allah Swt, berdoa dan berusaha dengan selalu melibatkan-Nya berharap wabah ini cepat berakhir (Supriatna, 2020).

Nurlaela, M.Ag. 21

ADAPTASI BERIBADAH UMAT ISLAM ERA PANDEMI DAN

NEW NORMAL

A. Adaptasi Ibadah

Dalam upaya mencegah penyebaran virus covid-19 saat new normal ini kita harus memperhatikan protokol kesehatan termasuk saat kita menjalankan ibadah di masjid. Menurut Kyai Didi yang membawahi Komisi Fatwa MUI Jakarta menuturkan bahwa diantara pedoman beribadah yang diekluarkan oleh MUI DKI Jakarta diantaranya yaitu membawa sajadah sendiri, sudah berwudhu di rumah sebelum berangkat ke masjid, mengatur jarak antar jamaah minimal 1 meter, selalu menggunakan masker, cuci tangan menggunakan sabun ketika masuk dan keluar masjid, tidak bersalam-salaman setelah sholat atau setelah kegiatan keagamaan lainnya, tidak datang ke tempat ibadah jika sakit, anak-anak dan orang lanjut usia tidak datang ke tempat ibadah dan membiasakan memasukan alas kaki ke kantong plastic sendiri lalu menyimpannya di tempat yang telah disediakan. Selain hal yang harus dilakukan para jamaah,

BAGIAN III

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi22

ada pula hal yang harus dilakukan oleh pengurus masjid atau majelis taklim yaitu harus melakukan pengecekan suhu tubuh jamaah setiap ada yang masuk masjid dan menyediakan sabun atau handsanitizer (Kelana, 2020).

Dalam Surat Edaran Menteri Agama Nomor 15 Tahun 2020 mengatur kewajiban jamaah yaitu jamaah pergi ke masjid dalam keadaan sehat, yakin bahwa masjid telah memiliki surat keterangan aman covid-19, menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan menggunakan sabun atau handsanitizer, menghindari kontak fisik seperti bersalaman, menjaga jarak jamaah minimal satu meter, menghindari berdiam lama di rumah ibadah, melarang anak-anak dan lansia datang ke tempat ibadah karena rentan terkena penyakit, danikut peduli terhadap penerapan pelaksanaan protocol kesehatan dirumah ibadah. Adapun kewajiban bagi para pengurus masjid yaitu menyiapkan pengawasan terhadap protocol kesehatan, melakukan pembersihan desinfektan secara berkala di area masjid, menyediakan fasilitas cuci tangan/ handsanitizer di pintu masuk dan pintu keluar masjid, menyediakan alat pengecekan suhu, mengatur jumlah jamaah, menerapkan pembatasan jarak dengan memberi tanda khusus di lantai atau di kursi dengan minimal jarak satu meter, mempersingkat waktu pelaksanaan ibadah tanpa mengurangi kekhusyuk-an dan kesempurnaan ibadah, memasang him-bauan mengenai protocol kesehatan, dan memberlakukan penerapan protocol kesehatan kepada tamu yang datang dari luar lingkungan rumah ibadah (Fallahnda, 2020)

Oleh karena itu, wabah covid-19 merupakan hal yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, saat munculnya wabah ini pemerintah langsung mengambil tindakan lockdown

Nurlaela, M.Ag. 23

dan PSBB di beberapa titik dimaksudkan untuk mencegah penyebaran covid-19, hal ini membuat masjid harus ditutup sementara dan jamaah beribadah dirumah masing-masing. Saat ini pemerintah sudah memberlakukan new normal sehingga para jamaah boleh beribadah kembali di masjid. Namun ada beberapa hal yang harus dipatuhi yaitu perlunya memperhatikan protokol kesehatan agar ibadah yang dijalankan tetap khusyuk, sempurna, dan aman.

B. Definisi New Normal

Menurut Kementerian Kesehatan RI, yang dimaksud dengan new normal adalah tatanan, kebiasaan dan perilaku yang baru berbasis pada adaptasi untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara rutin cuci tangan pakai sabun, pakai masker saat keluar rumah, jaga jarak aman dan menghindari kerumunan.

Istilah new normal muncul di Indonesia setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan masyarakat harus bisa berkompromi, hidup berdampingan, dan berdamai dengan Covid-19 agar tetap produktif. Lalu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebut istilah new normal lebih menitikberatkan perubahan budaya masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dengan selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), memakai masker jika keluar rumah, mencuci tangan dan seterusnya. Sedangkan eorang epidemiolog dari Griffith University Australia, dr. Dicky Budiman, memaparkan bahwa new normal merupakan bagian dari strategi yang diterapkan selama belum ditemukannya vaksin atau obat untuk virus corona (COVID-19) dengan melakukan pembatasan jumlah kerumunan, batasan

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi24

jarak, keharusan memakai masker di manapun dan bisa dilakukan skrining suhu.

Kemunculan virus COVID-19 diawal tahun 2020 mengejutkan dunia. Dalam waktu singkat, virus ini menyebar dan menyerang hampir seluruh negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Iklim Indonesia yang hangat sepanjang tahun membuat mobilitas paparan virus ini berlangsung dengan cepat. Tak terasa hampir tiga bulan sudah masyarakat disibukkan dengan karantina mandiri selagi mempelajari protokol kesehatan yang dicanangkan pemerintah. Adaptasi kebiasaan baru yakni menerapkan kebersihan di setiap aspek kegiatan sehari-hari menjadi salah satunya.

Akhir-akhir ini hampir setiap orang membicarakan era new normal sebagai fase tindak lanjut dari karantina mandiri dan beberapa protokol kesehatan yang telah dilaksanakan berbulan-bulan ini. New normal secara faktual dinilai sebagai cara hidup baru masyarakat di tengah pandemi virus corona yang belum terlihat hilal berakhirnya.

Islam memandang fenomena New Normal sebagai Al-Ta’ayusy atau hidup berdampingan dengan COVID-19. Tidak dapat dipungkiri bahwa kita akan selamanya memiliki risiko terpapar virus ini apabila vaksin dari virus ini belum juga ditemukan sampai sekarang. Kita harus belajar untuk walaupun COVID-19 tetap menjadi musuh kita. Seperti kata pepatah, hidup harus terus berjalan. Pedal kehidupan harus terus dikayuh sehingga roda perekonomian bisa berjalan. Apabila roda perekonomian telah berjalan, semua aspek dalam kehidupan dapat mengikuti. Kegiatan sehari-hari yang telah menjadi rutinitas sebelum COVID-19 menyerang pun harus terus dilakukan.

Nurlaela, M.Ag. 25

Namun demikian, istilah hidup berdampingan tidak memiliki arti bahwa kita berdamai dengan virus ini. Kita tetap berperang melawan virus ini dan mengusahakan yang terbaik untuk menang di medan perang. Jadi, selagi para ahli berusaha untuk menciptakan vaksin atau obat-obatan yang mampu memusnahkan virus ini, kita sebagai orang awam harus menerapkan komitmen sikap kehati-hatian dan tetap menjalankan protokol kesehatan agar angka populasi penderita COVID-19 dapat ditekan.

Rasulullah SAW 1.400 tahun lalu telah memberi petunjuk sebagai protokol kesehatan dan rujukan dalam kondisi wabah yang sedang menerpa. Pada kondisi tersebut, Rasulullah menyebutkan bahwa umat Islam hendaknya tidak melakukan hal yang dapat mencelakakan orang lain. Perbuatan tersebut adalah dharar dan dhirar.

Al-Khasyani mengartikan dharar itu perbuatan yang menguntungkan diri pribadi, tetapi mencelakakan orang lain, sedangkan dhirar adalah perbuatan yang yang tidak menguntungkan kepada diri pribadi, tetapi bisa membahayakan orang lain. Ibnu ‘Utsaimin mengartikan dharar itu perbuatan yang membahayakan tanpa disengaja, sedangkan dhirar adalah perbuatan yang membahayakan yang direncanakan. Terlepas dari berbagai pemaknaan tersebut, baik dharar ataupun dhirar dilarang oleh ajaran Islam.

Dalam lingkup beribadah, para ulama telah mendiskusikan hal-hal terkait pelaksanaan ibadah. Sebagaimana kita ketahui bahwa sholat wajib berjamaah, sholat jumat, dan kegiatan ibadah lainnya banyak dilakukan di masjid. Banyak orang berpendapat bahwa masjid dan mushala adalah tempat orang berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga tidak usah diberlakukan protokol kesehatan. Pada era new normal ini kita

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi26

tetap harus memikirkan bahwa keramaian di masjid dapat membahayakan jamaahnya karena virus dapat dengan mudah menular. Oleh karena itu protokol kesehatan harus diutamakan sehingga berbagai kemungkinan masuknya virus corona yang membahayakan sebisa mungkin ditolak. Jika semua masyarakat bisa disiplin berpegang teguh pada kaidah-kaidah, secara pelan tetapi pasti rantai penyebaran virus corona bisa diputus.

Untuk ibadah-ibadah wajib yang khusus seperti shalat jumat, pada pelataran masjid/halaman masjid disediakan sabun pencuci tangan beserta air yang mengalir. Jika memungkinkan masker juga disediakan sehingga semua orang yang akan masuk ke masjid menggunakan masker dan tetap menjaga jarak.

C. Landasan Dalil

Kebiasaan yang perlu dilakukan oleh masyarakat dalam masa new normal tidak lepas dari menjaga kebersihan diri. Hal ini tidak lepas dari bentuk transmisi virus COVID-19 sendiri yang menular melalui sentuhan dan droplet (saliva/cairan hidung). Masyarakat diimbau oleh Pemerintah untuk senantiasa menerapkan pola hidup bersih untuk memutus rantai transmisi virus. Implementasi dari menjaga kebersihan diri bisa dengan rajin mencuci tangan, membawa handsanitizer ketika berada di luar rumah, dan membersihkan diri setelah berkegiatan di luar.

Jauh sebelum merebaknya virus COVID-19 ke seluruh dunia, Islam telah mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan diri maupun lingkungan. Hal ini tercermin dalam sebuah hadist populer yang berbunyi, Kebersihan Adalah Sebagian dari Iman. Perilaku hidup bersih merupakan salah satu cerminan menjaga kebersihan diri sebagai identitas kita sebagai muslim. Dalam Agama Islam, kita mengenal adanya istilah

Nurlaela, M.Ag. 27

bersuci. Bersuci (thoharoh) adalah kegiatan menyucikan diri dari hadas dan najis yang melekat pada diri seseorang. Hukum bersuci menurut Islam adalah wajib, apalagi jika kegiatan yang akan kita lakukan mengandung suatu bentuk ibadah di dalamnya, seperti salat, mengaji, dll.

Allah SWT menyukai keindahan dan kebersihan. Firman Allah SWT:

Artinya: “Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (Q.S At-Taubah 9:108)

Selain menyukai kebersihan dan keindahan, Allah SWT juga menyukai orang yang menyucikan diri. Firman Allah SWT:

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Q.S Al-Baqarah 2:22)

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi28

Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa kita perlu menjaga diri sendiri dan tidak membahayakan orang lain. Dalam sebuah hadits, yakni:

ي الله عنه قال: قال رسول الله صل الله عليه وسل: ة ر�ف ي هر�ي عن أ�ج

شاق الله عليه

من ضار ضار الله به . ومن شاق

Artinya: Dari Abi Hurairah RA dia berkata: bahwa Rasulullah SAW bersabda: «Barang siapa membahayakan orang lain maka Allah akan membalas bahaya kepadanya dan barang siapa menyusahkan atau menyulitkan orang lain maka Allah akan menyulitkannya.» (HR al-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

الله

رسول

نأ عنه الله ي ري ر�ف

د ف ال سنان

ف �ج

سعد سعيد ي �جأ عن

ار �فر ول �ف

: ل

ال

ق الله عليه وسل

صل

Artinya: Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Sinan al-Khudri RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: «Tidak boleh melakukan perbuatan yang bisa membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain.» (HR Ibnu Majah, No 2340 dan 2341).

Hadits tersebut dapat menjadi salah satu panduan kita bahwa di era pandemi COVID-19 seperti saat ini, kita hendaknya menghindari hal-hal yang membahayakan diri sendiri dan orang lain agar transmisi virus COVID-19 dapat dihentikan dan pandemi ini segera berakhir.

Artinya era new normal merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi penyebaran COVID-19 yang makin tidak terkendali. Pemerintah berharap dengan adanya new normal maka diharapkan masyarakat bisa kembali menjalankan rutinitas yang diiringi dengan protokol

Nurlaela, M.Ag. 29

kesehatan yang disiplin, sehingga kehidupan tetap berjalan meskipun diiringi dengan pandemi COVID-19. Selain itu, wacana atau narasi yang dibangun oleh elit agama mungkin memiliki daya dorong yang lebih besar, namun politik Islam di masa pandemi juga menggambarkan fungsi elit atau otoritas bisa dikesampingkan jika memang aksi tersebut bisa mempersatukan sebuah komunitas. Islam mengajarkan kemudahan beribadah bagi umatnya, bahkan di masa krisis sekalipun.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI, 2020. Vaksin Covid-19 Belum Ditemukan, Pemerintah Siapkan Skenario New Normal. https://www.kemkes.go.id/article/view/20052900001/vaksin-covid-19-belum-ditemukan-pemerintah-siapkan-skenario-new-normal.html [diakses pada 12 Juli 2020 pukul 12.05]

Nawawi, I., 2018. Islam itu Bersih. https://republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/18/11/29/piwyyf313-islam-itu-bersih [diakses pada Sabtu, 11 Juli 2020 pukul 19.12].

Qalyubi, S., 2020. Prinsip New Normal Dijelaskan Rasulullah 14 Abad Silam. https://republika.co.id/berita/qbf8kt320/prinsip-emnew-normal-emdijelaskan-rasulullah-14-abad-silam [diakses pada Jumat, 10 Juli 2020 pukul 19.03].

Supriansyah, 2020. New Normal dan Dinamika Baru Politik Islam. https://news.detik.com/kolom/d-5060357/new-normal-dan-dinamika-baru-politik-islam [diakses pada Jumat, 10 Juli 2020 pukul 19.34].

Tambunan, A., 2020. New Normal: Kesehatan dalam Perspektif Islam. https://republika.co.id/berita/qaz3ur349/new-

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi30

normal-kesehatan-dalam-perspektif-islam [diakses pada Jumat, 10 Juli 2020 pukul 18.52].

Larassaty, L., 2020. Beredar Istilah New Normal: di Tengah Pandemi Covid-19, Apa Artinya? https://health.grid.id/read/352157964/beredar-istilah-new-normal-di-tengah-pandemi-covid-19-apa-artinya?page=all [diakses pada Minggu, 12 Juli 2020 pukul 12.15]

Kurniadi., 2020. Covid-19: Indonesia, New Normal, dan Sebuah Pembelajaran. Universitas Tanjungpura. Pontianak. Diakses di http://www.untan.ac.id/covid 1 9 indonesia-new-normal-dan-sebuah-pembelajaran/ pada tanggal 6 Juli 2020

Asrinaldi, A., 2020. New normal dan “kepasrahan” pemerintah. Jurnal Sumbar

Susilo, A., Rumende, M., Pitoyo, C, W., Santoso, W, D., dkk., 2020. Coronavirus disease 2019: tinjauan literature terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Vol 7 (1)

Supriatna, E., 2020. Wabah corona virus disease covid 19 dalam pandangan islam. SALAM: Jurnal Sosial & Budaya Syar-i. Vol 7 (6)

Kelana, I., 2020. MUI DKI: Laksanakan pedoman beribadah saat new normal. NUSANTARA. Diakses di https://republika.co.id/berita/qbtpos374/mui-dki l a k s a n a k a n -pedoman-beribadah-saat-new-normal pada tanggal 6 Juli 2020

Fallahnda, B., 2020. Panduan new normal untuk kegiatan di rumah ibadah. Tito.id. diakses di https://tirto.id/panduan-new-normal-untuk-kegiatan-di-rumah ibadah-fFAQ pada tanggal 6 Juli 2020

Nurlaela, M.Ag. 31

ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL MASA PANDEMI COVID-19

A. Kearifan Lokal dalam Islam

Kearifan lokal (local wisdom) merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal (local wisdom) biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut. Kearifan lokal ada di dalam cerita rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan rakyat. Kearifan lokal sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan diintegrasikan dengan pemahaman terhadap budaya dan keadaan alam suatu tempat.

Indonesia yang memiliki ribuan pulau dengan berbagai etnik tidak dapat disangkal juga memilki kearifan lokal yang amat kaya dan melimpah. Kearifan secara harfiah, berasal dari bahasa Arab dari akar kata /‘arafa-ya’rifu berarti memahami atau menghayati, kemudian membentuk kata “kearifan” yang bisa diartikan dengan sikap, pemahaman, dan kesadaran yang tinggi terhadap sesuatu.

BAGIAN IV

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi32

Kearifan adalah kebenaran yang bersifat universal sehingga jika ditambahkan dengan kata lokal maka bisa mereduksi pengertian kearifan itu sendiri. Setiap kali kita berbicara tentang kearifan maka setiap itu pula kita berbicara tentang kebenaran dan nilai-nilai universal. Menentang kearifan lokal berarti menolak kebenaran universal.

Kebenaran universal itu sesungguhnya akumulasi dari nilai-nilai kebenaran lokal. Tidak ada kebenaran universal tanpa kearifan lokal. Jadi tidak tepat memperhadap-hadapkan antara kearifan lokal dan kebenaran universal.

Itulah sebabnya di dalam Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 104 Allah SWT. berfirman:

عن

ون وي�ف عروف لٱ�ج

مرون

أ و�ي �ي ف ٱل

إل

عون

يد

ة م

أ نك م ن

تك

ول

لحون

ف ٱل

ه

ئك

ول

ر وأ

نك ٱل

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali ‘Imran/3:104)

Untuk urusan kebaikan Allah menggunakan kata me-nyerukan ( /yad’una) dan untuk kata makruf digunakan istilah menyuruh ( /ya’muruna). Kata makruf ( /ma’ruf) dapat disinonimkan dengan kearifan yang disepakati ke benarannya oleh umumnya komunitas. Sedangkan kebaikan

/al-khair) adalah kebenaran yang belum serta-merta diterima oleh sebagian orang non-Islam. Indonesia yang memiliki ribuan pulau dengan berbagai etnik tidak dapat disangkal juga memilki kearifan lokal yang amat kaya dan melimpah. Kearifan secara harfiah, berasal dari bahasa Arab

Nurlaela, M.Ag. 33

dari akar kata /‘arafa-ya’rifu berarti memahami atau menghayati, kemudian membentuk kata “kearifan” yang bisa diartikan dengan sikap, pemahaman, dan kesadaran yang tinggi terhadap sesuatu.

Setiap aturan-aturan, anjuran, perintah tentu saja akan memberi dampak positif dan setiap larangan yang diindahkan membawa keberuntungan bagi hidup manusia. Salah satu larangan yang akan membawa maslahat bagi manusia adalah menjauhkan diri dari kebiasaan-kebiasaan nenek moyang terdahulu yang bertentangan dengan ajaran Islam. Hal tersebut sebagaimana yang Allah firmankan dalam AlQur’an :

ء�ف

يه ءا�جينا عل

فل أ

بع ما

ت ن

بل

وا

ال

ق ٱلل

فل �ف

أ

ما

بعوا

م ٱت ل

ا قيل

وإذ

ون

تد �ي

ا ول ـ ي

ش

ون

يعقل

ل

ه

ؤ

ءا�ج

ن

و كول

أ

Artinya: “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya).” Padahal,nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun dan tidak mendapat petunjuk.” (QS Al-Baqarah:170)

�ف

حسبنا ما وجدوا

ال

سول ق ٱلر

وإل ٱلل

فل �ف

أ

ما إل

وا

عال

م ت ل

ا قيل

وإذ

ون

تد �ي

ا ول ـ ي

ش

ون يعلم

ل

ه

ؤ

ءا�ج

ن

و كول

أ

ء�ف يه ءا�ج

عل

Artinya : “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya).” Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi34

moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” (QS Al-Maidah:104)

Kedua ayat tersebut menjelaskan kepada kita tentang orang-orang yang lebih patuh pada ajaran dan perintah nenek moyangnya daripada Syariat yang diwahyukan oleh Allah didalam Al-Qur’an. Seperti adanya kepercayaan-kepercayaan tertentu pada ritual-ritual yang menjanjikan keselamatan, ketenangan hidup, penolak bala yang menjadi salah satu tradisi masyarakat Indonesia di berbagai daerah.

Perkembangan agama islam di Indonesia khusunya dipulau jawa tidak lepas dengan adanya sebuah akulturasi budaya yang dimana telah ada secara turun temurun sejak zaman sebelum masuknya islam. Islam tersebar diseluruh negeri terkhusus di pulau jawa melalui peran dari para wali yang biasa disebut wali songo. Sangat menarik apabila kita mendengar kisah bagaimana para wali tersebut dapat mengajakan islam secara damai dan dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat. Para Sunan tersebut mengingat betul bahwa islam merupakan agama yang Rahmatallilalamin yang sangat menghindari aaya kekerasan dan pertentangan,sehingga mereka mengajarkan ajaran yang sesuai dengan aqidah namun tetap dapat diterima dengan baik. Metode yang dilakukan adalah dengan akulturasi serta asimilasi budaya. Terlepas dari sejarah masuknya islam, perlu kita ketahui bahwa budaya pada masyarakat dijaga secara turun-teurundari generasi ke generasi dimana pada setiap daerah memiliki budaya dan kebiasaan masing-masing, hal ini dapat kita sebut dengan kearifan lokal.

Kearifan lokal erat kaitannya dengan keadaan alam setempat. Pada masa pandemic covid 19 masyarakat dihadapkan dengan susunan social serta kebiasaan kesehatan yang baru

Nurlaela, M.Ag. 35

dimana hal ini juga akan berdampak pada pengelolaan baik sumber daya alam maupun interaksi social yang ada. Sebagai muslim hendaknya kita dapat memposisikan diri dengan mengikuti anjuran yang telah disampaikan oleh pemerintah yang notabene-nya adalah para pemimpin. Dimana dijelaskan pada QS,an-Nisaa, ayat 59 ;

إن ف مر منك

أولي ال

وأ

سول طيعوا الر

وأ طيعوا الل

ف آمنوا أ ذ�ي

ا ال �ي

�ي أ

يوم وال

لل �ج

منون

ؤ

ت ن�ت

ك

سول إن والر

الل

وه إل رد

ء ف

ي ي �ش

ف� ع�ت

ناز

ت

ويلا )٥٩(أ حسن �ت

وأ �ي

خ

لك

خر ذ

آال

59.  Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya( QS,an-Nisaa, ayat 59)

Dari ayat tersebut tentunya pemerintah sebagai ulil amri harus kita patuhi aturan-aturan nya,demi kemaslahatan kita bersama. Salah satu protocol kesehatan yang harus kita taati adalah dengan menjaga jarak fisik kurang lebih 1,5 meter guna mencegah penularan dari covid 19, selanjunta adalah larangan kontak fisik dengan orang lain seperti bersalaman,berpelukan dan lain sebagainya. Secara tidak langsung budaya seperti berjabat tangan dan silaturahmi ikut bergeser , namun bukan berarti kita harus menutup diri dari lingkungan kita tetap berkewajiban untuk dapat menjalin tali silaturahmi dengan

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi36

sesama muslim serta dengan cara yang berbeda seperti salah satunya adalah dengan menggunakan teknologi yang telah berkembang saat ini. Pada saat bertepatan dengan hari raya , seperti Hari Raya Idul Fitri ada satu kebiasaan dimana kita akan mengelilingi lingkungan sekitar rumah, bersalam-salaman denga tetangga dan sanak saudara, namun sekali lagi pada masa pandemic ini kita tidak dapat melakukan hal tersebut demi menjaga satu sama lain.

Kearifan lokal sangat bergantung pada sumber daya alam yang tersedia. Dengan situasi yang sedang tidak memunkinkan karena adanya wabah, tentunya berdampak pada semua aspek kehidupan salah satunya adalah perkonomian. Kita tentunya harus dapat berinovasi untuk dapat tetep memiliki penghasilan. Memanfaatkan sumber daya alam sekitar dapat menjadi pilihan yang baik bukan hanya saja dilihat dari segi ekonomi namun pemanfaatan yang juga dapat berdampak positif pada lingkungan sekitar kita sehingga akan memberikah kebermanfaatan bagi orang banyak. Perlu diingat pada masa sulit seperti ini sangat banyak orang yang terdampak secara ekonomi, banyak alasan yang mendasari hal tersebut salah satu nya adalah pemutusan kerja. Dengan tidak adanya pendapatan yang mencukupi tentunya hal ini juga akan berpengaruh terhadap pemeuhan kebutuhan sehari-hari. Sebagai sesama makhluk, kita umat muslim harus senantiasa tolong-menolong, yang dimana tolong menolong juga telah menjadi budaya khas bangsa Indonesia. Bersikap besar hati serta ringan untuk menolong orang lain akan memberikan pengaruh yang baik pada lingkungan masyarakat sekitar. Berbagi makanan atau dapat dengan memberikan orang lain pekerjaan atau mengajarkan kemampuan yang dimiliki yang nantinya dapat dipergunkan sebagai jalan untuk mencari nafkah. Selain itu,

Nurlaela, M.Ag. 37

tolong menolong ini jug dapatberkaitan dengan tradisi gotong royong , untuk dapat mengembalikan keadaan pandemic ini menjadi seperti keadaan normal sebelumnya khususnya secara ekonomi. Seperti yang dijelaskan pada Q.S Al-Maidah (2)

وا اللقوان وات

عد

وال

�ش إ

ال

وا علعاون

ت

وى ول

ق والت

�ج ال

وا عل

عاون

وت

ابعق

ال

ديد

ش الل

إن

Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya. – (Q.S Al-Maidah: 2)

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa kita harus saling tolong menolong dalam hal kabajikan. Budaya tenggang rasa pada diri seorang muslim serta sebgai semsama warga NKRI perlu kita junjung kembali guna saling menguatkan antara satu sama lain untuk dapat memerangi pandemic Covid 19.

Menjaga kelestarian alam sekitar erlu kita lakukan salah satunya adalah dengan menjaga kebersihan baik diri sendiri atau lingkungan luar. Ditengah wabah ini kita harus dapat mencegah penyebaran virus yang dapat menjangkiti tubuh kita bukan hanya Virus Corona namun juga berlakuk untuk segala jenis bakteri dan kuma lainnya. Karena kesehatan lingkungan yang baik akan menjadikan suasana yang nyaman dan positif bagi yang tinggal disekitarnya. Mebuang sampah pada tempatnya, menjaga serta menanam tumbuhan untuk memperbaiki kualitas udara dan ditambah dengan melakukan desinfektan pada lingkungan sekitar dan pada diri sendiri. Ada 3 anjuran cara menjag kebersihan lingkungn berdasarkan Al-Qur’an dan hadist

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi38

1. Menjaga kebersihan pakaianWahyu kedua yang diterima Nabi Muhammad Saw adalah QS. Al-Mudatsir ayat 1-7, salah satu ayatnya memuat anjuran membersihkan pakaian. Allah Swt berfirman:

ر هط

ف

وثيابك

“Dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al-Mudatsir: 4)

Imam Nawawi Al-Bantani dalam  Tafsir Marah Labid me nyebutkan, ayat ini menyatakan perintah mem-bersihkan pakaian dari najis-najis.Ada pula pendapat yang mengatakan anjuran memendekkan pakaian agar terhindar dari najis, sebab saat itu Bangsa Arab seringkali memanjangkan pakaian hingga menyapu jalan. 

2. Larangan meludah dan membuang dahak di dalam masjidPerpindahan virus korona dapat terjadi melalui percikan ludah. Oleh karena itu, janganlah membuang ludah atau dahak sembarangan, sesuai dengan hadist berikut.

Rasulullah Saw bersabda; “Barangsiapa yang masuk masjid ini dan meludah atau berdahak di dalamnya, maka hendaklah dia gali lubang kemudian pendamlah ludah atau dahak itu. Jika tidak, maka meludahlah di kainnya kemudian keluarlah dengannya.” (HR Abu Daud)

Yang dimaksud dengan memendam ludah di sini adalah menguburnya dengan tanah di masjid itu, sebab lantai masjid di masa Nabi masih berupa tanah. Begitu pula di kondisi seperti ini, jika ludah atau dahak bisa mengotori sekitar, bahkan menjadi sarana penyebaran virus, maka

Nurlaela, M.Ag. 39

janganlah membuang ludah sembarangan. Jika meludah di tanah, maka kuburlah ludah tersebut agar tak terinjak atau tersentuh oleh orang lain. 

3. Larangan buang air di jalan, di tempat umum, dan dalam air yang tak mengalirDari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: “Takutlah terhadap dua orang yang terlaknat.”Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah dua orang yang terlaknat itu?”

Beliau menjawab: “Orang yang buang hajat di jalanan atau di tempat berteduhnya mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Ash-Shan’ani dalam  Subulus Salam  mengutip perkataan Al-Khatabi menyatakan, yang dimaksud dengan dua perbuatan yang dilaknat adalah tindakan yang menyebabkan orang mengutuknya (karena jengkel). Jalan dan tempat berteduh adalah kawasan umum yang sering dilewati orang, sehingga harus dijaga untuk kenyamanan bersama. Jangan sampai orang lain terganggu karena bau tak sedap dari kotoran.

Rasulullah Saw juga bersabda: “Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian kencing pada air yang tidak mengalir, lalu mandi darinya.” (HR Bukhari)

Dari ketiga anjuran tersebut tentunya sangat relevan dengan kedaan pandemic saat ini. Kita perlu menjaga kebersihan serta kelestarian lingkungan agar tidk tercemar dari polusi atau limbah tertentu. Sejatinya, Islam adalah agama yang amat memperhatikan kebersihan. Bahkan beberapa syarat ibadah harus dimulai dengan bersuci. Bersuci dapat dilakukan salah satunya adalah dengan berwudhu.secara tidak

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi40

sadar berwudhu telah menjadi kebiasaan di masyrakat muslim dikarenakan karena adanya tuntunan untuk menjalakan ibadah dan ini menjadi budaya serta kearifan lokal secara tidak langsung pada umat muslim. Berwudhu menjadi suatu kewajiban muslim sebelum melaksanakan sholat,atau dapat digantikan dengan bertayamum pada keadaan tertentu. Secara ilmiah berwudhu memiliki manfaat yang sangat baik untuk menjaga kebersihan dan kesehatan Berikut sejumlah manfaat berwudhu seperti dilansir  quranreading, dikutip Kamis (5/3/2020) :1. Wudhu dibuktikan oleh penelitian para ilmuwan bisa

menghilangkan kelompok bakteri dari tubuh.Wudhu mengontrol tekanan darah dan menjaga sistem peredaran darah kita.

2. Wudhu dapat menyegarkan tubuh. Nabi Muhammad telah menyarankan untuk berwudhu sebelum tidur. Cuci tangan, lengan, mulut, kaki, alat kelamin, dan mata sebelum tidur dengan air dingin agar bisa tidur nyenyak. Yang mana hal ini juga disarankan oleh para ahli Yoga

3. .Mencuci hidung dalam wudhu dapat mencegah penyakit mikroba. Hal ini juga bisa mencegah debu dan kuman terperangkap di tubuh.

4. Wudhu merangsang ritme biologis tubuh. Yang mana manfaatnya mirip dengan ide di balik terapi Reflexo Cina.

5. Mencuci tangan dalam wudhu bisa membersihkan semua kuman yang ada di tangan. Hal ini juga dapat mencegah penyebaran virus.

6. Selama wudhu, Muslim membilas mulut mereka untuk menghilangkan partikel makanan dan bakteri dari mulut.

Nurlaela, M.Ag. 41

7. Mencuci wajah secara teratur seperti yang dipraktikkan dalam wudhu dapat menguatkan kulit dan mengurangi perasaan berat dan kelelahan di kepala.

8. Dengan melakukan wudhu kita dapat melindungi kulit dari bakteri dan beberapa penyakit kulit. Tahukah Anda? Jika kedua alis mata seseorang sering dibasuh air maka seseorang itu dapat dilindungi dari penyakit berbahaya seperti kebutaan.

9. Mencuci tangan juga mengurangi infeksi pernapasan dengan menghilangkan infeksi yang ditemukan di tangan.Mencuci lengan membantu sirkulasi darah. Aktivitas mencuci tangan selama

10. Wudhu meningkatkan sirkulasi darah membuat orang tersebut merasa tidak tertekan.

Dengan berwudhu kita telah dapat mengurangi penyebaran covid 19. Kebiasaan berwudhu telah dirasakan oleh masyrakat di Sumatera Barat ,menurut Moeldoko pada salah satu kesempatan, beliau menyatakan bahwa Pola hidup masyarakat di Sumatera Barat berbasiskan kearifan lokal sehingga berperan dalam pencegahan kasus Covid-19.

“Kasus Covid-19 di Sumatera Barat terkendali karena menerapkan local wisdom, pola hidup sehat berbasis kearifan lokal,” papar Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko pada acara webinar Kesiapan Nagari/Desa Menuju Era New Normal dalam Pandemic Covid-19, di Gedung Bina Graha, Jakarta, Jumat (5/06).Moeldoko menjelaskan kebiasan tersebut seperti mengambil air wudhu saat hendak salat. Selain itu juga menutup hidung saat bersin.

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi42

Selain kebiasaan serta budaya yang berkembang dimasyarakat ,kearifan lokal juga berkaitan dengan sumber alam yang tersedia di lingkungan sekitar. Sumber daya alam tersebut dapat berupa tumbuh-tumbuhan herbal ayang dapat dioalah menjadi obat untuk meningkatkan imunitas tubuh. Dalam bukunya Fattah(2016) menjelaskan bahwa salah satu tanaman yang memiliki manfaat yang lua biasa untuk tubuh adalah tumbuhan papaya dimana buah dan daunnya dapat dikonsumsi oleh manusia terlebih lagi pada daun pepaya mengandung molekul Th 1 yang dikenal sebagai sitokin yang dapat meningkatkan sitem imun tubuh.

Setiap daerah tentunya memiliki tanaman khas nya masing-masing yang apabila dapat diolah dengan baik akan menghasilkan manfaat yag besar bagi masyarakat setempat,apalagi dengan kondisi dimana kita sedang menghadapi krisis kesehatan karena wabah covid 19, walaupun secara ilmiah belum ditemukan obat serta vaksin untuk virus tersebut namun alangkah baiknya kita mencegahnya dengan cara memperkuat imunitas tubuh kita. Selain yang sudah dijelaskan masih banyak jenis tumbuhan lain seperti Jahe,

Dijelaskan pada QS. Yunus ayat 24,yaitu

رض أ ٱل

بات

بهۦ ن

ط

تل

ٱخ

ء ف

ما ه من ٱلس

نل ف �ف

ء أ

ا يا ك

ن

يوة ٱلد

ٱل

ل

ا مث إ�ف

ن

ت وظن ي

ا وٱز ر�ف

خ

ز

رض

أ ت ٱل

ذ

خ

أ

ا إذ م ح�ت

ع

ن أ اس وٱل ٱلن

ك

أ ا �ي م

ن لأ ا ك

ا حصيد

�فعل ج

فارا � و �ف

أ

يلا

ل

مر�ف أ

ا �

ت أ

ا �ي

عل

درون

م ق �ف

أ

ها

هل

أ

رونك

وم يتف

ت لق

ءاي

ٱل

ل ص

ف ن

لك

ذ

مس ك

أ ل

ٱن �ج

غ

ت

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu

Nurlaela, M.Ag. 43

tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus ayat 24)

Perlu diingat kembali bahwa seluruh hal yang terjadi berasal dari Allah SWT dan akan kembali kepada-nya.Disebutkan dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

اء شف ل

فل �ف

أ

الله داء إل

فل �ف

ما أ

“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari).

Dari ayat dan hadist tersebut umat muslim seharusnya senantiasa berikhtiar serta bertawakal dalam melewati musbah seperti ini, Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa salah satu tanaman yang dapat menjadi obata adalh jahe dimana minuman jahe atau yang biasa kita sebut dengan wedang jahe sudah menjadi minuman tradisional yang telah ada keberadaanya sejak bertahun-tahun silam.

Dengan kearifan lokal umat muslim tentunya harus dapat menyesuaikan diri untuk dapat mendapatkan manfaat dari hal tersebut sehingga dapat dirasakan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. Keraifan lokal bukan sekedar berupa objek seperti

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi44

sumber daya alam, namun juga dapat bersifat tradisi,budaya dan adat-istiadat masyarakat lokal yang ada dan berkembang secara turun temurun. Menjaga kelestarian lingkungan menjadi kewajiban seluruh umat manusia, dengan begitu kearifan lokal di setiap wilayah pun dapat terjaga, dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal dan tepat guna bukan tidak mungkin kita dapat menang melawan virus corona ini. Tetaplah berihktiar dan bertawakan memohon petunjuk dari sang Maha Kuasa Allah SWT.

B. Pencegahan Wabah Covid-19 sebagai Shadz al-Zari’ah untuk Kemashlahatan Masyarakat

Wabah Corona Virus Disease atau lebih dikenal dengan nama virus Corona atau covid-19 yang pertama kali terdeteksi muncul di Cina tepatnya di Kota Wuhan Tiongkok pada akhir tahun 2019. Virus ini kemudian mendadak menjadi teror mengerikan bagi masyarakat dunia, terutama setelah merenggut ribuan nyawa manusia dalam waktu yang relatif singkat. Hampir kurang lebih 200 Negara di Dunia terjangkit virus corona termasuk Indonesia. Berbagai upaya dalam rangka pencegahan, pengobatan, dan sebagainya pun telah dilakukan dalam mencegah penyebaran virus corona, hingga lockdown dan social distancing di kota-kota besar sudah dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus korona. Dalam Islam wabah virus korona ini merupakan sebuah ujian bagi suatu kaum agar selalu mendekatkan diri kepada Allah. Islam juga mengajarkan istilah lockdown dan social distancing dalam rangka pencegahan penularan penyakit, sebagian para ulama menyebutkan Istilah penyakit ini disebut dengan Tho’un yaitu wabah yang mengakibatkan penduduk sakit dan berisiko menular.

Nurlaela, M.Ag. 45

Nabi Muhammad SAW juga pernah memperingatkan umatnya untuk tidak dekat dengan wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya jika berada di dalam tempat yang terkena wabah dilarang untuk keluar. Seperti diriwayatkan dalam hadits berikut ini: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).

Dikutip dalam buku berjudul ‘Rahasia Sehat Ala Rasulullah SAW: Belajar Hidup Melalui Hadist-hadist Nabi’ oleh Nabil Thawil, di zaman Rasulullah SAW jikalau ada sebuah daerah atau komunitas terjangkit penyakit Tha’un, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan untuk mengisolasi atau mengkarantina para penderitanya di tempat isolasi khusus, jauh dari pemukiman penduduk. Tha’un sebagaimana disabdakan Rasulullah saw adalah wabah penyakit menular yang mematikan, penyebabnya berasal dari bakteri Pasterella Pestis yang menyerang tubuh manusia. Jika umat muslim menghadapi hal ini, dalam sebuah hadits disebutkan janji surga dan pahala yang besar bagi siapa saja yang bersabar ketika menghadapi wabah penyakit. “Kematian karena wabah adalah surga bagi tiap muslim (yang meninggal karenanya). (HR Bukhari)

Selain Rasulullah, di zaman khalifah Umar bin Khattab juga ada wabah penyakit. Dalam sebuah hadist diceritakan, Umar sedang dalam perjalanan ke Syam lalu ia mendapatkan kabar tentang wabah penyakit. Hadist yang dinarasikan Abdullah bin ‘Amir mengatakan, Umar kemudian tidak melanjutkan perjalanan. Berikut haditsnya: “Umar sedang dalam perjalanan menuju Syam, saat sampai di wilah bernama Sargh. Saat itu Umar mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam. Abdurrahman

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi46

bin Auf kemudian mengatakan pada Umar jika Nabi Muhammad SAW pernah berkata, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhori). Dalam hadits yang sama juga diceritakan Abdullah bin Abbas dan diriwayatkan Imam Malik bin Anas, keputusan Umar sempat disangsikan Abu Ubaidah bin Jarrah. Dia adalah pemimpin rombongan yang dibawa Khalifah Umar. Menurut Abu Ubaidah, Umar tak seharusnya kembali karena bertentangan dengan perintah Allah SWT. Umar menjawab dia tidak melarikan diri dari ketentuan Allah SWT, namun menuju ketentuan-Nya yang lain. Jawaban Abdurrahman bin Auf ikut menguatkan keputusan khalifah tidak melanjutkan perjalanan karena wabah penyakit.

Wabah virus corona yang terjadi saat ini, jika kita rujuk pada sejarah nabi merupakan wabah yang sudah terjadi dengan kondisi yang hampir sama, sehingga penanganannya pun sama. Oleh karena itu, untuk mengatasi wabah tersebut salah satunya adalah dengan menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Ketika itu Rasul memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para penderita kusta. Dengan demikian, metode karantina telah diterapkan sejak zaman Rasulullah untuk mencegah wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain. Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Rasul membangun tembok di sekitar daerah wabah. Rasulullah juga pernah memperingatkan umatnya untuk jangan mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka dilarang untuk keluar. Kebijakan karantina dan isolasi khusus yang jauh dari pemukiman penduduk apabila terjadi wabah penyakit menular. Ketika diisolasi, penderita diperiksa secara detail. Lalu dilakukan

Nurlaela, M.Ag. 47

langkah-langkah pengobatan dengan pantauan ketat. Selama isolasi, diberikan petugas medis yang mumpuni dan mampu memberikan pengobatan yang tepat kepada penderita. Petugas isolasi diberikan pengamanan khusus agar tidak ikut tertular. Pemerintah pusat tetap memberikan pasokan bahan makanan kepada masyarakat yang terisolasi.

C. Kearifan Lokal dalam Melawan Covid-19

Kearifan lokal mempunyai nilai dan manfaat tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Sistem tersebut dikembangkan karena adanya kebutuhan untuk menghayati, mempertahankan, dan melangsungkan hidup sesuai dengan situasi, kondisi, kemampuan, dan tata nilai yang dihayati di dalam masyarakat yang bersangkutan.

Dengan kata lain, kearifan lokal tersebut menjadi sebuah bagian dari cara pandang atau hidup mereka yang arif untuk memecahkan suatu permasalahan hidup yang ada di kehidupan. Mereka dapat melangsungkan kehidupannya, dan berkembang secara berkelanjutan berkat kearifan lokal.

Di tengah pandemi corona saat ini, ada beberapa kearifan lokal yang menunjukkan bagaimana leluhur atau orang-orang tua kita pada zaman dahulu sudah mengajarkan dan mempraktikkan kearifan lokal dalam memelihara kesehatan lingkungan dan warganya.

1. Kearifan lokal dalam Penyediaan Gentong Air Atau Pa-dasan di Pedesaan Jawa

Padasan merupakan salah satu cara pencegahan Covid-19 dengan kearifan lokal. Padasan yang berarti gentong atau tempayan berisi air yang terbuat dari tanah liat. Padasan, yang

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi48

biasanya dilengkapi gayung dari batok kelapa, diletakkan di luar pagar rumah sebelum masuk ke pekarangan atau rumah. Fungsi padasan adalah untuk mencuci tangan, kaki, dan membasuh muka. Siapapun pejalan kaki atau orang-orang yang lewat bisa memanfaatkan air di dalam padasan.

Dari padasan atau gentong air kita bisa melihat nilai-nilai luhur yang diajarkan dan dipraktikkan para orang-orang tua kita yaitu keikhlasan dan kerelaan berbagi dari pemilik rumah yang menyediakan padasan.

Sedangkan bagi pengguna, padasan mengajarkan tentang perlunya menahan keinginan untuk tidak menggunakan air secara berlebihan, meski tidak ada aturan mengenai penggunaan padasan. Secara umum padasan juga mengajarkan kita untuk hidup bersih dengan rajin mencuci tangan agar terhindar dari pandemi.

2. Kearifan Lokal Masyarakat Sumatera Barat

Pemerintah telah berusaha dengan maksimal dalam penanganan Covid-19. Terbukti dengan adanya kecenderungan penurunan kasus terinfeksi Covid-19 di berbagai daerah, salah satunya di Sumatera Barat.

Pola hidup masyarakat di Sumatera Barat berbasiskan kearifan lokal sehingga berperan dalam pencegahan kasus Covid-19. “Kasus Covid-19 di Sumatera Barat terkendali karena menerapkan local wisdom, pola hidup sehat berbasis kearifan lokal,” papar Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko pada acara webinar Kesiapan Nagari/Desa Menuju Era New Normal dalam Pandemic Covid-19, di Gedung Bina Graha, Jakarta, Jumat (5/06).

Nurlaela, M.Ag. 49

Moeldoko menjelaskan kebiasan tersebut seperti mengam-bil air wudhu saat hendak salat. Selain itu juga menutup hidung saat bersin. “Warga Sumatera Barat yang sebagian besar muslim tanpa disadari dengan berwudhu itu membersihkan diri dimana dalam sehari setidaknya dilakukan lima kali. Pemenuhan nutrisi lokal untuk meningkatkan daya tahan tubuh masyarakat dengan mengkomsumsi tanaman lokal seperti jahe, kunyit dan lainnya” jelasnya. Karena kunci pencegahan COVID ini adalah cuci tangan, jaga jarak, menggunakan masker dan menjaga daya tahan tubuh.

3. Cairan Desinfektan Alami Berbahan Daun Sirih dan Jeruk Nipis

Di wilayah adat Banualemo di Sulawesi Selatan, para perempuan bergotong royong meracik cairan desinfektan alami berbahan daun sirih dan jeruk nipis. Cairan itu digunakan sebagai bahan penguapan di sebuah tempat yang mereka sebut ‘bilik sterilisasi’, yang dibangun oleh para pemuda.

Baso’, anggota masyarakat adat Banualemo yang tinggal di Desa Bone Lemo, Bajo Barat, Luwu, Sulawesi Selatan, menuturkan cara ini adalah ilmu yang dianjurkan oleh leluhur secara temurun untuk membasmi kuman dan penyakit yang kemudian dimodifikasi sesuai perkembangan zaman untuk memerangi virus corona yang mulai mewabah.

“Kita dari awal tidak menginginkan menggumakan bahan kimia untuk manusia. Dulu pengobatan menggunakan dengan model pengasapan, ini yang kita modifikasi pengasapannya,” ujar Baso’ kepada BBC News Indonesia.

Dia menjelaskan jika dulu pengasapan menggunakan tungku, kini masyarakat adat Banualamo di desa Bone Lemo

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi50

memodifikasinya dengan menggunakan penguap burung walet. “Kita membuat itu dan meminta semua warga untuk melakukan pengasapan atau istilah populer yang kita pakai hari ini, bilik sterilisasi,” kata dia.

4. Aceh dalam Mencegah Covid-19 dengan Kearifan Lokal Sholat dan Berdzikir

Disamping warga disiplin mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah, masyarakat daerah berjulukan Serambi Mekkah itu juga sangat kental dengan nilai religi dalam menangkal sebuah wabah atau bala. Bahkan, daerah provinsi lain yang ada di Indonesia juga diminta untuk mencontohi daerah Tanah Rencong dalam penanganan COVID-19. Ulama Aceh Tgk Faisal Ali mengatakan semua kasus positif COVID-19 di Aceh bukan bersumber dari penularan secara transmisi lokal, melainkan warga yang memiliki riwayat ke daerah zona merah virus corona dan terkonfirmasi positif setiba di Aceh. Menurutnya, Aceh yang dianggap berhasil dalam menekan penyebaran COVID-19 itu, karena kepatuhan masyarakat atas anjuran pemimpin dalam berbagai hal, menjaga hingga mematuhi protokol kesehatan yang ada.

“kemudian patuh dalam hal menjaga kewajiban beragama. jadi masyarakat aceh sangat mendengar apa yang disampaikan oleh para ulama, karena memang masyarakat aceh itu sangat dekat dengan ulama,” katanya, di banda aceh, awal pekan. ia menjelaskan selain berikhtiar yang bersifat manusia, yakni dengan menjaga petunjuk kesehatan, masyarakat aceh juga mengutamakan memanjat doa kepada allah swt, baik dalam shalat wajib lima waktu, maupun di luar shalat wajib, dalam rangka menolak bala.

Nurlaela, M.Ag. 51

“jadi kalau dalam shalat itu membaca (doa) qunut nazilah. kalau di luar shalat itu ada kearifan lokal itu yang membaca (ayat) waqulja al haqqu.., juga membaca (doa) ya latif.., dan berbagai model bacaan lain terkait dengan tolak bala,” katanya.

Ulama yang akrab disapa Lem Faisal itu juga menyebutkan, masyarakat Aceh meyakini tidak ada penyebaran Covid-19 di masjid-masjid, mengingat seseorang yang mendatangi masjid ialah orang yang telah bersih dan suci.

“Semuanya mengamalkan kearifan lokal dalam kita mencegah bala, itu yang membuat kita di Aceh tidak terproduksi Covid-19, hanya ada dari luar daerah. Tapi alhamdulillah mereka yang dari luar juga diberikan kesembuhan oleh Allah SWT,” katanya.

Dalam rangka menyambut normal baru di Aceh, ulama mengingatkan juga masyarakat untuk tidak pernah berhenti membaca qunut nazilah dalam setiap salat, serta tetap mengumandangkan ayat-ayat dan zikir terkait dengan tolak bala.

“Juga kita perlu memperhatikan protokol kesehatan di dalam keseharian kita, jadi dua hal ini doa dan ikhtiar kemanusiaan itu harus kita jalankan, tapi sebagai orang yang beriman memperbanyak doa itu harus diutamakan,” ujar Lem Faisal.

Indonesia yang memiliki ribuan pulau dengan berbagai etnik tidak dapat disangkal juga memilki kearifan lokal yang amat kaya dan melimpah. Kearifan secara harfiah, berasal dari bahasa Arab dari akar kata /‘arafa-ya’rifu berarti memahami atau menghayati, kemudian membentuk kata «kearifan» yang bisa diartikan dengan sikap, pemahaman, dan kesadaran yang tinggi terhadap sesuatu. Kearifan adalah

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi52

kebenaran yang bersifat universal sehingga jika ditambahkan dengan kata lokal maka bisa mereduksi pengertian kearifan itu sendiri.

Dalam Islam wabah virus korona ini merupakan sebuah ujian bagi suatu kaum agar selalu mendekatkan diri kepada Allah. Kearifan lokal mempunyai nilai dan manfaat tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, kearifan lokal tersebut menjadi sebuah bagian dari cara pandang atau hidup mereka yang arif untuk memecahkan suatu permasalahan hidup yang ada di kehidupan. Mereka dapat melangsungkan kehidupannya, dan berkembang secara berkelanjutan berkat kearifan lokal.

Nurlaela, M.Ag. 53

DAFTAR PUSTAKA

Fattah, M.2016.Mukjizat Herbal Dalam Al Quran Vol 2.Mirqat. Jakarta

Mukhsin M.2015.Kedahsyatan Manfaat Air Wudhu: Panduan Wajib Untuk Setiap Keluarga

Muslim. Lati. Jakarta Rasik Sunhu.2017.Nilai Akhlak Berbasis Kearifan Lokal. IAIN

Bengkulu .al-Bahtsu: Vol. 2,No. 1. TIM Kantor Staf Presiden.2020 .Kearifan masyarakat lokal

cegah covid-19.http://ksp.go.id/kearifan-lokal-masyarakat-cegah-penyebaran-

covid-19/index.html. diakses pada 6/11/2020Antara News, 2020. Aceh mencegah covid 19 dengan kearifan

lokal. Dapat diakses di: https://www.antaranews.com/berita/1532344/aceh-mencegah-covid-19-dengan kearifan-lokal. [Diakses 10 Juli 2020].

Jejak Rekam, 2019. Islam dan Kearifan Lokal bagian 1. Dapat diakses di: https://jejakrekam.com/2019/11/06/islam-dan-kearifan-lokal-1/. [Diakses 10 Juli 2020].

Kompasiana, 2020. Kearifan Lokal Cegah Wabah Penyakit. Dapat diakses di: https://www.kompasiana.com/arisheruutomo/5e8a7362d541df5a97102192/kearifan l o k a l -cegah-wabah-penyakit?page=3. [Diakses 10 Juli 2020].

Rajab, A.J., Nurdin, M.S. and Mubarak, H., 2020. Tinjauan Hukum Islam pada Edaran Pemerintah dan MUI dalam Menyikapi Wabah Covid-19. BUSTANUL FUQAHA: Jurnal Bidang Hukum Islam, 1(2), pp.156-173.

Mukharom, H. A., 2020. Kebijakan Nabi Muhammad SAW. menangani wabah penyakit menular dan

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi54

implementasinya dalam conteks menanggulangi coronavirus covid-19. Jurnal Sosial & Budaya Syar-i FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Vol. 7 (3) : 65 66.

Supriatna, E., 2020. Wabah corona virus disease covid – 19 dalam pandangan Islam. Jurnal Sosial & Budaya Syar-i FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Vol. 7 (3) : 556-557.

Nurlaela, M.Ag. 55

COVID-19 DALAM PANDANGAN MAQASHID AL-SYARI’AH

A. Covid-19 Perspektif Maqashid Al-Syari’ah

139 :الموافقات ج: 1 ص

يعة عل اعتبار المصالح أن الشارع وضع ال�ش

78 :اج ج: 3 ص �ج الإ

صالح العباد أن الغالب أحكم الله تعال معللهت �ج

6 :الموافقات ج: 2 ص

جلآي العاجل وال

فا هو لمصالح العباد �

فائع إ� أن وضع ال�ش

62 :م ج: 2 ص �فأي مصالح ال

فحكم �

أقواعد ال

التكليف كلها راجعة إل مصالح العباد

Maqashid Al-Syari’ah menurutAhli Ushul fiqh Maqashid Al-Syari’ah merupakan kata majmuk (idlafî) yang terdiri

BAGIAN V

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi56

dari dua kata yaitu Maqosid danal-syariah. Secara etimologi, Maqosid merupakan bentuk jamak (plural) dari kata maqshid. yang terbentuk dari huruf qaf, shad dan dal, yang berarti kesengajaan atautujuan. Sedangkan kata al-syariah secara etimologi berasal dari kata syara’a yasyra’u syar’an yang berarti membuat shari’at atau undang-undang, menerangkan serta menyatakan. Dikatakan syara’a lahum syar’an berarti ia telah menunjukkan jalan kepada meraka atau bermakna sanna yang berarti menunjukkan jalan atau peraturan. Sedangkansyariah secara terminologi ada beberapa pendapat.

Menurut Asaf A.A. Fyzee menjelaskan bahwa syariah adalah canon law of Islam, yaitu keseluruhan perintah Allah yang berupa naskh-naskh. Sedangkan Satria Effendi menjelaskan bahwa syariah al-nushush al-muqaddasah yaitu nash yang suci yang terdapat dalam Al-Qur’an dan al-Hadits al-Mutawatirah, yang belum tercampuri oleh pemahaman manusia. sehingga cakupan syariah ini meliputi bidang i’tiqadiyyah,‘amaliyah dan khuluqiyah.

Demikianlah makna syariah, akan tetapi menurut ulama-ulama mutaakhirin telah terjadi penyempitan makna syariah. Mahmud Syalthuth memberikan uraian tentang makna syariah, bahwa syariah adalah hukum-hukum dan tata aturan yang dishari’atkan oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya agar dipedomani manusia dalam mengatur hubungan dengan Tuhan, dengan sesama antar manusia, alam dan seluruh kehidupan. Sedangkan Ali al-Sayis menjelaskan bahwa syariah adalah hukum-hukum yang diberikan oleh Tuhan untukhamba-hamba-Nya agar merekapercaya dan mengamalkanya demi kepentingan mereka di dunia dan akhirat.1

1 Teori Maqosid Syariah dan Hubungan Dengan Metode Istinbat Hukum, kanun l, Vol, 19, No. 3 (Agustus 2107), Hal. 549

Nurlaela, M.Ag. 57

Tujuan maqashid Syariah syatibi berpandangan bahwa tujuan utama dari Syariah ialah untuk menjaga dan memperjuangkan tiga kategori hukum yang disebutnya sebagai daruriyyat-hajiyyat-dan-tahsiniyyat tujuan dari masing-masing kategori tersebut adalah untuk memastikan bahwa kemaslahatan kaum muslimin baik di dunia maupun diakhirat.

a. Daruriyat secara bahasa berarti kebutuhan yang mendesak yang mengandung lima prinsip yang disebutkan sebelumnya dan dapat dikatakan sebagai aspek aspek hukum yang sangat dibutuhkan demi perlangsungan urusan-urusan agama dan keduniaan manusia secara baik. daruriyat diwujudkan dalam dua pengertian pada satu sisi kebutuhan itu harus diwujudkan dan diperjuangkan sementara di sisi lain segala hal yang dapat menghalangi pemenuhan kebutuhan tersebut harus disingkirkan. ibadah misalnya bertujuan untuk mempertahankan Agama dan hukum sesuai dengan keimanan dan aspek-aspek ritualnya seperti salat puasa dan haji adat dan kehidupan sehari-hari yang diatur oleh hukum juga dimaksudkan untuk mempertahankan jiwa dan akal manusia sesuai dengan ekstensi duniawi separti sandang, papan, pangan bertujuan untuk mempertahankan keturunan dan harta kekayaan, disisilain hal-hal buruk yang diperkirakan dapat mengancam terwujudnya hal-hal yang bersifat daruriyat harus dicegah oleh hukuman dengan berbagai bentuknya, sehingga dapat dipastikan lima prinsip universal dapat digolongkan sebagai daruriyat. (Hallaq, 2000: 247).

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi58

B. Covid-19 dalam Perlindungan Agama (Hifdzu Din)

Perlindungan agama ini merupakan tujuan pertama hukum Islam. Sebabnya adalah karena agam merupakan pedoman hidup manusia, dan di dalam agama Islam selain komponen-komponen akidah yang merupakan pegangan hidup setiap Muslin serta akhlak yang merupakan sikap hidup seorang Muslim. (Q.S Al- baqaroh: 256)

Dalam konteks pandemi covid-19 Maqashid Al-Syari’ah dalam konteks perlidungan agama menjadi sangat penting terutama terkiat dengan fiqh tasamuh (toleransi) antara umat beragama di Indonesia.

Cara-cara menghadapi new normal masa covid-19 masyarakat dituntut untuk lebih dewasa untuk lebih toleran dalam keberagamaan, trutama dalam pencegahan covid-19 ini kaum beragama tetap mecerminkan nilai-nilai luhur seperti yang dituangkan dalam piagam madinah nabi Muhammad Saw untuk menyerukan toleransi. Dalam konteks ini agama tidak terlalu penting, karena yang ada hanyalah ummah (sociey atau komunitas/masyarakat beragama) sebagai ummatan wahidah.Artinya, sebagai ummatan wahidah (ummat yang satu) tetap bersatu dalam mencegah dan melawan covid-19 tidak pandang bulu, suku, ras, dan agama.

C. Covid-19 dan Perlindungan Terhadap Jiwa (Hifdzu Nafs)

Pemeliharaan ini merupakan tujuan kedua hukum Islam, karena itu hukum Islam wajib memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Untuk itu hukum islam melarang pembunuhan sebagai uoaya menghilangkan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang dipergunakan

Nurlaela, M.Ag. 59

oleh manusia dan mempertahankan kemaslahatan hidupnya. Alloh berfirman dalam Al-Qur’an (Q.S Al- Isra:33)

Arinya dalam konteks ini, pencegahan covid-19 wajib hukumnya bagi umat Islam, karena menyangkut keselamatan jiwa seseorang untuk menjagan keberlangsungan hidup. Bahkan dalam hal ibadah pun mendapat rukhsah (keringanan) semisal shalat jumat di rumah, shalat ied di rumah dan seterusnya.

D. Covid-19 dan Perlindungan Terhadap Akal (Hifdzul ‘Aql)

Akal merupakan sumber hikmah (pengetahuan), sinar hidayah, cahay matahari, dan media kebahagian manusia di dunia dan akhirat. Dengan akal, surat perintah dari Allah disampaikan, dengannya pula manusia berhak pemimpin di muka bumi, dan dengannya manusia menjadi sempurna, mulia, dan berbeda dengan makhluk lainnya. Dalam konteks ini mejaga kesehatan akal masa covid-19 sangat dianjurkan untuk tidak stres dan depresi. Artinya masyarakat muslim tetap harus tenangkan pikiran dalam menghadapi masa pandemi covid-19 dengan tetap semangan dan tetap mengikuti anjuran pemerintah seperti memakai masket, cuci tangan pakai sabun dan menjaga social distancing.

E. Covid-19 dan Perlindungan Terhadap Harta Benda (Hifdzul Mal)

Harta merupakan salah satu kebutuhan inti dalam kehidupan, manusia tidak akan bisa terpisah darinya.seperti dalam (QS. Al-Kahfi : 46) yang artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Dalam konteks ini,

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi60

masyakat Indonesia tetap hidup hemat (tidak boros) dalam rangka menjaga keberlansungan ekonomi keluarga dan ekonomi masyarakat. Semangat bekerja tetap harus di jaga sesuai tugasnya masing-masing, tetapi tetap menjaga jarak. Dalam konteks pembelajaran, tetap berlangsung meskipun dengan cara sekolah/kuliah daring dan lain sebagainya demi keberlangsungan sistem pembelajaran kita, meskipun terdapat kelebihan dan kekurangan dalam sistem daring ini. Bagi masyarakat dakwah, tetap mengikuti pengajian dengan cara daring dan atau jijka terpaksa melaksanajkan aktivitas di luar, tetap mengikuti protokol kesehatan. Dan, masih banyak lagi contoh-contoh di masyarakat kita sesuai karir pekerjaan masing-masing seperti bertani, ojek, kuli bangunan, wirausaha dan seterusnya tetap mengikuti protokol kesehatan dari pemerintah.

F. Covid-19 dan Perlindungan Terhadap Keturunan (Hifdzu Nasab)

Maksud ini Islam mensyariatkan larangan perzinaan, munuduh zina, terhadap perempuan. Agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelanjutan umat manusia dapat diteruskan. Dalam konteks covid-19 ini hifdzu nasab mempunyai arti melestarikan keberlangsungan hidup dalam keluarga dengan mendidik anak turunya untuk tetap diberikan kesadaran untuk selalu hidup sehat, menjaga jarak sesuai protokol kesehatan dari pemerintah.

Hajiyyat secara bahasa berarti kebutuhan, adalah aspek-aspek hukum yang dibutuhkan untuk meringankan beban yang teramat berat sehingga hukum dapat dilaksanakan.Tanpa rasa tertekan dan terkekang kebolehan jual beli dengan

Nurlaela, M.Ag. 61

cara yang halal dan benar. Dalam bertransaksi misalnya lebih baik dengan jual beli online adalah solusi pada masa pandemi covid-19 agar terhindari dari covid-19 ini. Dalam konteks ibadah yang mengandung risiko dalam keadaan terjepit atau sakit atau dalam kondisi pandemi covid-19 adalah tiga contoh penyederhanaan hukum saat hal-hal yang darurat muncul dalam kehidupan sehari-hari keringanan keringanan hukum seperti ini diperlukan agar kehidupan dan hukum yang dimiliki umat Islam dapat diterima. Dalam konteks beribadah di masjid dengan cara bergerumun sekiranya menimbulkan mudharat, maka diwajibkan untuk shalat jamaah di rumah saja atau jika terpaksa tetap harus menjaga jarak. Bahkan dalam shalat berjamaah di masjid saja dalam keputusa MUI boleh ditingkalkan dengan alasan syar’ie, yaitu mencegah terjadinya keramaian dan penularan covid-19.

Tabsiniyyat secara bahasa berarti hal-hal yang muncul pada aspek-aspek hukum seperti anjuran untuk memerdekakan budak, berwudhu sebelum sholat, bersedekah kepada orang miskin dan sebagainya. Hal tersebut bukanlah merupakan kebutuhan mendesak dalam pengertian apabila tidak dilaksanakan maka hukum menjadi tidak berjalan dan tidak lengkap tidak melaksanakannya tidaklah merugikan Daruriyat dan Tashiniyyat namun mereka sangat berarti dalam memberikan nilai tambah bagi karakter syariah secara umum (Hallaq, 2000: 249).

Kesimpulannya dalam konteks pembahasan covid-19 perspekti maqasid al-Syari’ah ini menjadi penting yang tujuan utamanya adalah mencegah terjadinya wabah covid-19 sekaligus meminimalisir terjadinya penularan secara massal.

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi62

DAFTAR PUSTAKA

Teori Maqosid Syariah dan Hubungan Dengan Metode Istinbat Hukum, kanun l, Vol, 19, No. 3, Agustus 2107

Wael,Hallaq. Sejarah hukum Islam, A History of Islamic Legal Theories, Kusnadiningrat dan Abdul Haris. Jakarta: Raja Grafindo, 2000

Nurlaela, M.Ag. 63

TOLERANSI ANTARA UMAT BERAGAMA ERA PANDEMI

COVID-19

Menurut KBBI Toleransi adalah batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih

diperbolehkan. Toleransi berasal dari bahaya Yunani yaitu tolerantia berarti kelembutan hati, keringanan hati, dan kesabaran. ( Hornby, 1995)

Toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan dalam diri manusia yang berhubungan dengan akidah atau ketuhanan yang diyakininya. Seseorang harus diberikan kebebasan untuk meyakini dan memeluk agama (mempunyai akidah) yang dipilihnya masing-masing serta memberikan penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut atau diyakininya (Eliade., dkk, 1959)

Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius. Apalagi

BAGIAN VI

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi64

toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah. Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dari Islam.

A. Toleransi dalam Agama Islam

Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya, ‘dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”

Selanjutnya, di Surah Yunus Allah menandaskan lagi, yang artinya: “Katakan olehmu (ya Muhamad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun sawā atau common values) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak pula memperserikatkan-Nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai “tuhan-tuhan” selain Allah!”. Ayat ini mengajak umat beragama (terutama Yahudi, Kristiani, dan Islam) menekankan persamaan dan menghindari perbedaan demi merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini juga mengajak

Nurlaela, M.Ag. 65

untuk sama-sama menjunjung tinggi tawhid, yaitu sikap tidak menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep toleransi antar-umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi konflik’.

B. Toleransi dalam Sejarah Piagam Madinah

Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.

Dilihat dari penjelasan di atas, menunjukkan bahwa baik al-Qur’an maupun Sunnah Nabi secara otentik mengajarkan toleransi dalam artinya yang penuh. Ini jelas berbeda dengan gagasan dan praktik toleransi yang ada di barat. Toleransi di barat lahir karena perang-perang agama pada abad ke-17 telah mengoyak-ngoyak rasa kemanusiaan sehingga nyaris harga manusia jatuh ke titiknadir. Latar belakang itu menghasilkan kesepakatan-kesepakatan di bidang Toleransi Antar-agama yang kemudian meluas ke aspek-aspek kesetaraan manusia di depan hukum.Lalu, apa itu as-samahah (toleransi)? Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain:

1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan3. Kelemah lembutan karena kemudahan

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi66

4. Muka yang ceria karena kegembiraan5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena

kehinaan6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah) tanpa

penipuan7. Menggampangkan dalam berda’wah ke jalan Allah

tanpa basa basi8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu

wa Ta’ala.

Dalam sejarah Islam adalah sejarah toleransi. Perkembangan Islam ke wilayah-wilayah luar Jazirah Arabia yang begitu cepat menunjukkan bahwa Islam dapat diterima sebagai rahmatal lil’alamin (pengayom semua manusia dan alam semesta). Ekspansi-ekspansi Islam ke Siria, Mesir, Spanyol, Persia, Asia, dan ke seluruh dunia dilakukan melalui jalan damai. Islam tidak memaksakan agama kepada mereka (penduduk taklukan) sampai akhirnya mereka menemukan kebenaran Islam itu sendiri melalui interaksi intensif dan dialog. Kondisi ini berjalan merata hingga Islam mencapai wilayah yang sangat luas ke hampir seluruh dunia dengan amat singkat dan fantastik.Memang perlu diakui bahwa perluasan wilayah Islam itu sering menimbulkan peperangan. Tapi peperangan itu dilakukan hanya sebagai pembelaan sehingga Islam tak mengalami kekalahan. Peperangan itu bukan karena memaksakan keyakinan kepada mereka tapi karena ekses-ekses politik sebagai konsekuensi logis dari sebuah pendudukan. Pemaksaan keyakinan agama adalah dilarang dalam Islam. Bahkan sekalipun Islam telah berkuasa, banyak agama lokal yang tetap dibolehkan hidup.

Nurlaela, M.Ag. 67

Meski praktik toleransi sering mengalami interupsi, namun secara doktrin tak ada dukungan teks syari’ah. Ini berarti kekerasan yang terjadi atas nama Islam bukanlah otentisitas ajaran Islam itu sendiri. Bahkan bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa pemerintah-pemerintah Muslim membiarkan, bekerjasama, dan memakai orang-orang Kristen, Yahudi, Shabi’un, dan penyembah berhala dalam pemerintahan mereka atau sebagai pegawai dalam pemerintahan.

Selanjutnya, dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, ia dilakukan melalui perdagangan dan interaksi kawin-mawin. Ia tidak dilakukan melalui kolonialisme atau penjajahan sehingga sikap penerimaan masyarakat Nusantara sangat apresiatif dan dengan suka rela memeluk agama Islam. Sementara penduduk lokal lain yang tetap pada keyakinan lamanya juga tidak dimusuhi. Di sini, perlu dicatat bahwa model akulturasi dan enkulturasi budaya juga dilakukan demi toleransi dengan budaya-budaya setempat sehingga tak menimbulkan konflik. Apa yang dicontohkan para walisongo di Jawa, misalnya, merupakan contoh sahih betapa penyebaran Islam dilakukan dengan pola-pola toleransi yang amat mencengangkan bagi keagungan ajaran Islam.Secara perlahan dan pasti, islamisasi di seluruh Nusantara hampir mendekati sempurna yang dilakukan tanpa konflik sedikitpun. Hingga hari ini kegairahan beragama Islam dengan segala gegap-gempitanya menandai keberhasilan toleransi Islam. Ini membuktikan bahwa jika tak ada toleransi, yakni sikap menghormati perbedaan budaya maka perkembangan Islam di Nusantara tak akan sefantastik sekarang.

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi68

C. Dalil al-Qur’an tentang Toleransi Masa Pandemi Covid-19

Ditengah pandemi COVID 19 yang makin parah, toleransi dalam beragama haruslah diperhatikan. Agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan mengenai kesenjangan rasa toleransi dalam beragama. Di Indonesia, beberapa perayaan umat Berama seperti idul Fitri, paskah, dan Waisak yang dirayakan ditengah pandemi masih tetap berjalan dengan baik dan lancar walau dibeberapa daerah terdapat perbedaan dalam prosesi perayaan mengingat terdapat prosedur kesehatan yang harus dijalankan pihak pemerintah daerah dan kementerian agama agar tidak meningkatkan angka penyebaran COVID 19. Selain dalam masalah perayaan dan ibadah masing-masing umat beragama, ada pula mengenai kebudayaan kita orang Indonesia yaitu gotong royong.

Dalam masa pandemi butuh kerja sama gotong royong demi menopang masing-masing sektor. Dimana dokter,perawat dan tenaga kesehatan sebagai garda terdepan harus menerapkan sikap toleransi. Selain dalam bidang ekonomi, banyak orang-orang yang kehilangan pekerjaan sehingga sulit dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam hal ini Masyarakat saling bantu membahu dalam bentuk sumbangan sosial, dimana semua tidak memandang agama.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, ditandai dengan banyaknya etnis, suku, agama, bahasa, budaya, dan adat-istiadat. Untuk persoalan agama, negara Indonesia bukanlah sebuah negara teokrasi, melainkan secara konstitusional negara mewajibkan warganya untuk memeluk satu dari agama-agama yang diakui eksistensinya sebagaimana tercantum di dalam pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945.

Nurlaela, M.Ag. 69

Negara memberi kebebasan kepada penduduk untuk memilih salah satu agama yang telah ada di Indonesia yaitu agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu. Kenyataan ini dengan sendirinya memaksa negara untuk terlibat dalam menata kehidupan beragama.

Tiap pemeluk agama mendapatkan kesempatan untuk menjalankan agama dan menciptakan kehidupan beragama sesuai dengan ajaran agama masingmasing. Pengembangan agama dan kehidupan beragama tidak boleh menjurus ke arah tumbuhnya pemikiran dan pemahaman agama yang sempit karena hal ini akan menimbulkan konflik antar agama. Maka untuk menghindari konflik antar umat beragama akan dibutuhkan toleransi antarumat beragama.

Kata toleransi berasal dari bahasa Latin tolerare yang berarti bertahan atau memikul. Toleran di sini diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai; atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat. Dengan demikian toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan untuk menerima kenyataan adanya orang lain yang berbeda.

Kata toleransi dalam bahasa Arab adalah kata tasamuh. Tasamuh dalam bahasa Arab berarti membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan dan saling memudahkan. Dari kata tasamuh tersebut dapat diartikan agar di antara mereka yang 5 berbeda pendapat hendaknya bisa saling memberikan tempat bagi pendapatnya. Masingmasing pendapat memperoleh hak untuk mengembangkan pendapatnya dan tidak saling menjegal satu sama lain.

Toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah rasional, praktis, dan mudah dipahami serta dimengerti. Namun, dalam

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi70

persoalan keyakinan (akidah) dan ibadah, Islam memiliki konsep yang jelas. Toleransi diharuskan oleh Islam. Karena Islam secara definisi adalah damai, selamat dan menyerahkan diri.Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam alQur’an Allah berfirman

Perbedaan perbedaan fisik pada tiap umat manusia, misalnya pada Qs. ar-Rum 30: 22 dan al-Hujurat 49: 13

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS. Al-Hujurat: 13)

Kedua ayat di atas memberikan isyarat penting pertama, Allah menciptakan perbedaan bahasa dan warna kulit sebagai

Nurlaela, M.Ag. 71

bukti bahwa Dia Maha Kuasa menjadikan perbedaan itu. Kedua, dalam surah al-Hujura>t/49: 13 Allah Yang Maha Menghendaki perbedaan itu ingin seluruh manusia yang tercipta dari banyak bangsa dan suku agar mau dan saling mengenal (li ta’a>rafu>). Melalui tujuan perbedaan inilah manusia sebenarnya harus menyadari secara penuh bahwa perbedaan itu tercipta berkat sifat rahmah-Nya (kasih sayang) agar manusia belajar dari perbedaan dan mau melengkapi satu sama lain—sebab dasarnya, tiada satu manusiapun yang sempurna, kita saling membutuhkan satu dengan lainnya.

Lalu pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, toleransi uga masih bisa dilakukan oleh masyarakat antar umat beragama. Dalam Fiqh, diajarkan ketika terjadi suatu wabah di suatu negeri maka tidak ada gunanya pergi dari tempat tersebut jika penyebabnya juga dirinya sendiri, dianjurkan untuk memperbanyak do’a qunut nazilah sebagai do’a untuk menolak wabah penyakit, orang terkena wabah penyakit yang mematikan tersebut sebagai adzab hukuman yang dikirimkan Allah kepada siapapun yang dikehendaki-Nya, tetapi Allah menjadikan itu sebagai Rahmat bagi orang-orang yang beriman.

لا

ا ف

�ج �تنرض وأ

أع �ج

ا وق

وها، وإذ

ل

خ

د

ت

لا

رض ف

أاعون �ج

لط �ج ع�ت ا س

إذ

ا رجوا م�فف �ت

“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari)

Terkait dengan Covid-19 dan Islam, Ibn Qayyim pun mengajarkan kita untuk menghindari potensi apapun yang bisa membuat seseorang terinfeksi wabah tersebut, senantiasa

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi72

menjaga kesehatan dengan baik sebagai modal hidup di dunia dan akhirat, menghindari menghirup udara yang telah tercemar kuman penyakit irus tersebut, menjaga jarak dengan seseorang yang terinfeksi atau menerapkan (social distancing), berfikir positif, bertawakkal kepada Allah, berhati-hati, melakukan pencegahan, memperbanyak mengingat Allah dengan   ibadah serta pengetahuan. Wallahu a’lam bisshawab.

Agama adalah pelipur lara bagi miliaran orang yang menghadapi pandemi di mana para ilmuwan, presiden, dan dunia sekuler tampaknya, sejauh ini, hanya memiliki beberapa jawaban. Dengan persediaan pembersih dan kepemimpinan yang terbatas, ketakutan terhadap virus corona telah mendorong umat beriman di dunia lebih dekat dengan agama dan ritual.

Pandemi ini akan menyebabkan banyak kemudaratan. Tentu selain membawa kemudaratan, pandemi ini juga membawa banyak kemaslahatan di antaranya tidak adanya lagi perbedaan terlihat, namun rasa toleransi dan nilai nasionalisme yang semakin kuat. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya perbedaan dalam pemberian pertolongan kepada pasien penderita COVID-19, semua orang senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan, pekerja-pekerja muslim maupun non muslim yang bekerja di kantor pemerintahan, swasta ataupun perusahaan asing juga menerapkan bekerja dari rumah (WFH), semua tingkat pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi dengan basis muslim maupun non-muslim meliburkan siswanya dan menerapkan pembelajaran online dari rumah

Pasca pandemi covid-19, kegiatan keagamaan juga dilakukan secara daring atau online, atau dibatasi. Contohnya adalah agama islam, pemerintah menganjurkan bahwa umat agama islam tidak boleh solat berjamaah di masjid atau

Nurlaela, M.Ag. 73

pembatasan jumlah jamaah solat di masjid, hal itu tentunya merupakan sebuah peraturan yang sangat dianjurkan pemerintah guna untuk kesehatan dari kita semua agar tidak terkena virus covid-19, selain itu umat islam juga tidak boleh atau dibatasi dalam solat jumat di masjid, pembatasan dan pelarangan solat idul fitri secara jamaah dimasjid, dll sebagainya.

Banyak agama beradaptasi dengan realitas baru.Rumah ibadah ditutup atau kosong. Air suci disiram dari botol-botol individual dan bukan tempat minum bersama. Salat Jumat ditiadakan di seluruh negara Timur Tengah. Muadzin di Tepi Barat dan Kuwait menyerukan warga Muslim tidak salat di masjid tapi di rumah masing-masing.

Pemerintah menganjurkan umat agama islam beribadah di rumah masing masing demi keselamatan dirinya. Tidak hanya umat islam, umat agama yang lain juga dianjurkan oleh pemerintah Indonesia untuk beribadah dari rumah secara daring, misalnya umat kristen ,ibadah minggunya dilakukan secara daring dan acara ibadah yang lain juga secara daring. Umat aama lain juga beribadah secara daring di rumah masing masing demi menjaga keselamatan.

Penganut Kristen Koptik di Mesir, Monica Medhat (26) mengatakan dia tetap melakukan pencegahan atas virus, tapi persekutuan peribadatan adalah hal yang utama baginya dan tak bisa terinfeksi virus apapun.

Di dalam Al-Qur’an Allah telah menjelaskan pentingnya kita bersabar jika kita menerima cobaan karena sesunguhnya lewat sabar Allah yang akan menolong dan melindungi kita. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 153 yang berbunyi :

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi74

ف - ١٥٣ �ي �ج مع الص الل

لوة ان والص�ج لص منوا استعينوا �ج

ف ا ذ�ي

ا ال �ي

�ي

Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.

Dari ayat tersebut kita harus bisa menyimpulkan bahwa kita harus bisa bersabar dengan adanya pandemi virus covid-19 ini , karena ini merupakan cobaan dari Allah SWT. Dan kita harus bisa tetap menjunjung tinggi toleransi antar beragama di Indonesia selama pandemi ini.

Dengan munculnya virus Covid-19 ini akan terlihat apakah di dalam suatu masyarakat memiliki sikap toleransi atau tidak, dan terbukti bahwa kerjasama antar masyarakat adalah bentuk dari sikap toleransi tanpa memandang status sosial dan keyakinan masing-masing individu.

Kesimpulan dari penjelasan di atas tentang toleransi antar umat beragama pasca covid 19 , yaitu toleransi dalam bahasa Arab adalah kata tasamuh. Tasamuh dalam bahasa Arab berarti membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan dan saling memudahkan. Dari kata tasamuh tersebut dapat diartikan agar di antara mereka yang 5 berbeda pendapat hendaknya bisa saling memberikan tempat bagi pendapatnya. Masingmasing pendapat memperoleh hak untuk mengembangkan pendapatnya dan tidak saling menjegal satu sama lain.

Toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah rasional, praktis, dan mudah dipahami serta dimengerti. Namun, dalam persoalan keyakinan (akidah) dan ibadah, Islam memiliki konsep yang jelas. Toleransi diharuskan oleh Islam. Karena Islam secara definisi adalah damai, selamat dan menyerahkan diri. Lalu pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini,

Nurlaela, M.Ag. 75

toleransi juga masih bisa dilakukan oleh masyarakat antar umat beragama.

Pasca pandemi covid-19, kegiatan keagamaan juga dilakukan secara daring atau online, atau dibatasi. Contohnya adalah agama islam, pemerintah menganjurkan bahwa umat agama islam tidak boleh solat berjamaah di masjid atau pembatasan jumlah jamaah solat di masjid, hal itu tentunya merupakan sebuah peraturan yang sangat dianjurkan pemerintah guna untuk kesehatan dari kita semua agar tidak terkena virus covid-19, selain itu umat islam juga tidak boleh atau dibatasi dalam solat jumat di masjid, pembatasan dan pelarangan solat idul fitri secara jamaah dimasjid, dll sebagainya.

Banyak agama beradaptasi dengan realitas baru.Rumah ibadah ditutup atau kosong. Air suci disiram dari botol-botol individual dan bukan tempat minum bersama. Salat Jumat ditiadakan di seluruh negara Timur Tengah. Muadzin di Tepi Barat dan Kuwait menyerukan warga Muslim tidak salat di masjid tapi di rumah masing-masing.

Namun kita harus bersabar untuk menghadapi pandemi covid ini dan terus menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama baik jika ada pandemi ataupun jika hidup normal.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud. 1986. Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum, Sosial dan Politik. Jakarta: CV Wirabuana

Ihsan, Bakir. 2009. Menebar Toleransi Menyemai Harmoni. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi76

Moleong, Lexi J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nisvilyah Lely.2013. Toleransi Antarumat beragama . Jurnal FIS UNESA. Vol 1 No 2

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tarmizi Taher. (1998). “Kerukunan Hidup Umat Beragama Dan Studi Agama-Agama”. Makalah: LPKUB IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Wahono, S.Wismoady. 2001. Pro-Eksistensi: Kumpulan Tulisan untuk Mengacu Kehidupan Bersama. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia

AS, Hornby. Oxford Advanced Learner’sDictionary. Oxford: University Printing House, 1995.

Eliade, Mircea. The Sacred and The Profan. New York, 1959.https://www.tagar.id/merajut-toleransi-saat-pandemi-

covid19-di-in donesia (diakses 12 Juli 2020)https://www.merdeka.com/dunia/berpaling-ke-agama-

saat-pandemi-corona-bisa-adi-penawar-atau-malah-berbahaya.html (diakses 12 Juli 2020)

https://republika.co.id/berita/q9wyru313/menyemai-toleransi-di-masa-pandemi (diakses 12 Juli 2020)

https://www.kompasiana.com/afifahastri/5e7cecc7097f3610804c5852/virus-coro na-memunculkan-sikap-toleransi-dan-sabar?page=3 (diakses 12 Juli 2020)

https://radarbali.jawapos.com/read/2020/04/08/187738/antara-wabah-corona-dan-toleransi-beragama (diakses 12 Juli 2020)

Nurlaela, M.Ag. 77

COVID-19 DAN FIQH LINGKUNGAN HIDUP

A. Latar Belakang

Allah menciptakan  alam  beserta isinya untuk diper-gunakan dan diambil manfaatnya oleh manusia. Alam itu merupakan ruang hidup yang teratur dalam bentuk yang serasi dan selaras dengan kepentingan mereka. Namun, manusia memiliki kecenderungan merusak ekosistem alam. Kerusakan yang terjadi pada alam, hakikatnya, akibat ulah manusia yang telah merusak keseimbangan itu. “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan oleh perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS ar-Ruum [30]: 41).

Semestinya keserasian dan keselarasan itulah yang perlu terus dipelihara agar tercipta apa yang diistilahkan Alquran dengan keseimbangan (al mizan). Konsistensi dan komitmen memelihara alam itu agar terhindar dari bencana di jagat raya. Allah SWT berfirman, “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu

BAGIAN VI

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi78

jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (QS ar-Rahman [55]: 7-9).

Selaras memposisikan alam tidak hanya sebatas obyek tapi sebuah subyek dan selaras juga dapat diartikan sebagai suatu hubungan yang tidak ada benturan kepentingan. Kata dalam keselarasan alam dan manusia menjadi sebuah penegasan yang tidak dapat di pisahkan. Manusia sejatinya memposisikan sebagai perwalian dari pada alam, andaikan bahwa alam sebagai subjek bisa-bisa berbicacra dan berfikir situasinya menjadi hak manusia atas lingkungan atau alam dirubah menjadi hak lingkungan atau alam atas manusia (Abdillah, 2011)

Masalah lingkungan hidup merupakan masalah global yang semakin disadari sebagai masalah yang kompleks dan serius yang dihadapi oleh umat manusia di dunia. Semakin padatnya jumlah penduduk, terbatasnya sumber daya alam, dan penggunaan teknologi modern untuk mengeksploitasi alam secara semena-mena, membawa kepada semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup. Erosi, pengurasan sumber-sumber daya alam, lapisan ozon yang rusak, pengotoran dan perusakan lingkungan, menghasilkan ketidakseimbangan ekologis, yang pada gilirannya akan sangat membahayakan kelangsungan hidup umat manusia (Azra, 2015).

Pendidikan lingkungan telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Adalah Abu Darda’, sahabat yang pernah dijuluki sebagai prajurit berkuda terbaik di Perang Uhud oleh Rasulullah itu, pernah menceritakan bagaimana para sahabat mendapatkan pelajaran dan pendidikan tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam. Rasulullah menekankan agar bercocok tanam dan menghijaukan kembali tanah-tanah mati. Oleh tokoh ulama terkemuka masa kini,

Nurlaela, M.Ag. 79

Syekh Yusuf Al Qaradhawi, ikhtiar penghijauan tersebut di kategorikan sebagai amalan yang mendatangkan pahala. Dan, memakmurkan bumi adalah ibadah mulia di sisi-Nya (Abdullah, 2017).

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sem-purna, karena memiliki unsur-unsur ketuhanan. Oleh sebab itu manusia berupaya untuk menemukan jalan untuk kembali kepada asal muasalnya, menemukan jati dirinya, dan akan ke mana ia setelah mati (sangkan paraning dumadi). Konsep inilah yang melandasi orang kejawen untuk melakukan olah rasa, berusaha menemukan keselamatan dan kebahagiaan hidup yang abadi.

Lingkungan Hidup merupakan karunia Allah SWT yang berupa sistem dari ruang waktu, materi, keasuasana, nekaragaman, dan alam fikiran serta prilaku manusia dan seluruh makhluk lainnya. Islam merupakan agama sempurna yang berisi petunjuk serta pedoman bagi para pemeluknya tentang bagaimana manusia harus bersikap dan berperilaku dalam kehidupan. Petunjuk ini secara sempurna telah digariskan oleh ajaran Islam dalam kitab suci, al-qur’an dan hadist – hadist Nabi SAW. Petunjuk ini mengatur umatnya bagaimana harus hidup bahagia dan sejahtera, di dunia dan akhirat, di samping itu petunjuk ini juga mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, sang penciptanya. Hubungan antar manusia dan manusia dengan alam semesta termasuk bumi yang di anugrahkan oleh Allah bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan makhluk hidup (Yalfie, 2006).

Berdasarkan konsep manusia pada hakekatnya dapat menjadi insan kamil inilah yang kemudian mengilhami berbagai laku ritual atau spiritual untuk meraih derajat ruhaniah tertinggi, jumbuh atau manunggal dengan Tuhan. Bagi orang

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi80

kejawen, menjaga keselarasan hubungan antara manusia dengan alam adalah kewajiban sesuai dengan falsafah “memayu hayuning bawana” (menjaga keseimbangan alam). Keselarasan hubungan manusia dengan alam fisik dan alam ruhani (semua makhluk gaib termasuk Tuhan), merupakan hal pokok untuk mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Selain itu juga harus ditunjang dengan kerukunan dan rasa hormat terhadap sesama dalam kehidupan sosial (Suseno, et al., 1985).

Alam ini diciptakan oleh Allah SWT dengan sangat sempurna. Hal ini demi mengatur kelangsungan kehidupan makhlukNya di muka bumi, Allah telah memberikan kepercayaan kepada manusia untuk memakmurkan dan menge-lolanya dengan cara yang baik sehingga tidak terjadi bencana di muka bumi

“dan kepada Tsamud( kami utus )saudara mereka shaleh .Shaleh berkata: “Hai kaumku ,sembahlah Allah ,sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia .Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya ,Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan doa hamba-Nya” (QS. Hud [11]: 61).

Bagi orang Jawa, menjaga keselarasan hubungan antara manusia dengan alam adalah kewajiban “memayu hayuning bawana”. Menjaga keharmonisan hubungan dengan alam sama artinya menjaga keharmonisan dengan Tuhan, sebagai Sang Pencipta Semesta. Dengan demikian keselarasan hubungan

Nurlaela, M.Ag. 81

manusia dengan alam fisik dan alam ruhani (semua makhluk gaib termasuk Tuhan), menjadi jalan untuk Jumbuh atau manunggal, mendapat kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat (Samidi, 2016).

Perihal menjaga keselarasan manusia dan lingkungan, Nabi juga mengingatkan umat manusia melalui salah satu sabda Beliau:

Artinya: Dari Muadz berkata, saya mendengar Rosulallah bersabda: takutlah kalian pada tiga perbuatan yang dilaknat. Pertama, buang air besar di jalan, kedua, di sumber air dan ketiga di tempat berteduh. (HR. Ibnu Majah).

Bahkan di hadis yang lain ditambahkan, Rosulullah juga melarang buang air besar di lubang binatang dan di bawah pohon berbuah. Apresiasi Nabi terhadap kelestarian lingkungan amatlah jelas. Sisi gelap manusia terhadap alam sebagaimana disinyalir Tuhan diatas, kiranya menyadarkan manusia akan kekhilafannya itu. Jangankan merusak lingkungan seperti menebang pohon, mengganggu atau mencemari alam sekitar saja tidak dibenarkan (Masruri, 2014).

B. Hasil Pembahasan

1. Keterkaitan topik dengan segi ekonomiSebagaimana pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar 45 bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkadung di dalamnya dikuasai Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan hal

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi82

tersebut maka Sumber Daya Alam dimanfaaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pertumbuhan ekonomi (resource based economy) dan penompang sistem kehidupan (life support system). Atas dasar fungsi ganda tersebut, sumber daya alam senantiasa harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan nasional (Aida, 2017).

Manusia hidup di muka bumi harus bertanggung jawab mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam berdasarkan asas konservasi untuk mencapai kemakmuran agar dapat memenuhi kebutuhannya. Disebutkan dalam al-Qur’an, bahwa hamparan bumi dan semua yang ada di dalamnya diciptakan Allah untuk kebutuhan manusia. Hal ini termaktub dalam Q.S. al-Hijr [15]: 19-20 berikut ini:

ء ي

�ش

ك من ا ف�ي نا بت

نوا

روا�ي ا ف�ي ينا قلوا ا د�ف

مد

رض

وال

ف - ٢٠ ازق�ي �ج ل س�ت

ومن ل

ا معايش ف�ي ك

نا ل

ون - ١٩ وجعل

وز م

Dan Kami telah menghamparkan bumi dan Kami pancangkan padanya gunung-gunung serta Kami tumbuhkan di sana segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan padanya sumber-sumber kehidupan untuk keperluanmu, dan (Kami ciptakan pula) makhluk-makhluk yang bukan kamu pemberi rezekinya.

Namun kalau kita memperhatikan dan melihat keadaan saat ini, kerusakan lingkungan semakin bertambah parah, dan hampir tiap hari dapat dilihat kelalaian dan dominasi

Nurlaela, M.Ag. 83

manusia terhadap alam, serta pengelolaan lingkungan yang tidak beraturan membuat segala unsur harmoni dan sesuatu yang tumbuh di alam berubah menjadi kacau dan sering berakhir menjadi bencana. Berbagai permasalahan muncul dan memicu terjadinya kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga dikhawatirkan berdampak besar bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Islam telah menjelaskan sebab kerusakan sumber daya alam akibat ulah manusia sebagaimana dijelaskan dalam surah Ar-Ruum ayat 41 dan 42

Artinya : Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia , supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar. Katakanlah “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu, kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan Allah.

Dari sisi ekonomi ada tiga alasan utama mengapa pembangunan ekonomi harus berkelanjutan, pertama menyangkut alasan moral, karena penggunaan barang dan jasa kini sangat tinggi sehingga secara moral perlu memperhatikan ketersediaan sumber daya alam untuk generasi mendatang. Kedua menyangkut alasan ekologi, keanekaragaman hayati memiliki nilai yang sangat tinggi oleh karena itu semestinya aktivitas ekonomi

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi84

terus berjalan dengan diiringi pengendalian agar tidak mengancam fungsi ekologi. Ketiga alasan ekonomi, alasan ini masih menjadi perdebatan karena seperti yang telah diketahui bahwa dimensi ekonomi berkelanjutan sendiri cukup kompleks, sehingga aspek berkelanjutan dari sisi ekonomi hanya dibatasi pada pengukuran kesejahteraan antar generasi (Aida, 2017).

Untuk itu perlu dipertimbangkan kebutuhan yang wajar secara social dan kultural, menyebarluaskan nilai-nilai yang dapat menciptakan standar konsumsi yang berbeda dalam baatas kemampuan lingkungan, serta secara wajar semua orang harus mampu mengendalikan hawa nafsunya dalam mengkonsumsi atau menggunakan sumber daya alam, yang pada akhirnya akan terjadi keseimbangan alam secara alamiah.

2. Keterkaitan topik dengan segi agamaIndonesia sedang menghadapi masalah-masalah serius seperti pencemaran sungai, pencemaran udara, pe-nebangan liar, kebakaran hutan, kerusakan terumbu karang, pencemaran laut, perdagangan satwa liar dan masih banyak lagi. Semuanya merupakan dampak akibat ulah manusia yang harus dibayar sangat mahal karena terabaikannya aspek lingkungan. Semuanya disebabkan oleh hilangnya sikap responsibilitas dan kredibelitas terhadap masalah lingkungan. Sains dan teknologi memang diperlukan dalam menyelesaikan masalah tersebut, namun perlu keterlibatan agama untuk keluar dari krisis lingkungan (Ghufron dan Sabarudin, 2007). Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rum / 41:30:

Nurlaela, M.Ag. 85

Terjemahnya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa orang – orang yang telah mengadakan kerusakan baik di laut dan di bumi maka akan di ingatkan langsung oleh Allah SWT, dunia dengan banjir, kekeringan, kekurangan pangan, kebakaran hutan, agar manusia mau kembali kejalan yang benar dan bertaubat tetapi setelah Allah memberikan peringatan di dunia manusia tidak menghiraukannya, maka Allah memperingatkan kepada mereka menunggu hari pembalasan (Pratama, 2015).

Islam merupakan agama yang berisi petunjuk serta pedoman bagi para pemeluknya tentang bagaimana manusia harus bersikap dan berperilaku dalam kehidupan. Petunjuk dan pedoman ini secara sempurna telah digariskan oleh ajaran Islam dalam kitab sucinya, al-qur’an dan hadist Nabi SAW. Di samping itu petunjuk ini juga mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, sang penciptanya. Hubungan antar manusia dan manusia dengan alam semesta di anugrahkan oleh Tuhan yang Maha Pemurah dan Pengasih bagi kesejahteraan hidupnya. Islam secara jelas mengajarkan tanggung jawab manusia bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan makhluk hidup lainnya (Pratama, 2015). Dalam QS.Al-Araf /56:7 telah di jelaskan mengenai menjaga kelestarian lingkungan hidup:

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi86

Terjemahnya : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Menurut Yusuf al–Qardhawi, menjaga lingkungan hidup sama dengan menjaga jiwa, akal, keturunan, dan harta. Rasionalitasnya adalah bahwa jika aspek tersebut rusak, maka eksistensi manusia dalam lingkungan menjadi ternoda. Yusuf al Qaradhawi merumuskan beberapa prinsip etika lingkungan yang berdasarkan Islam (Islamic ecoreligious). Prinsip-prinsip ini mencakup lima hal, diantaranya (Ghufron dan Sabarudin, 2007):

a) Prinsip Hormat Terhadap Alam

Manusia dan alam serta komponen-komponenya merupakan bukti nyata ciptaan Allah. Mereka hidup dalam satu kesatuan, yaitu kesatuan komunitas ekologis. Dalam hal ini kedudukan manusia sama dalam hal menyembah dan bersujud kepada Penciptanya. Sudah sepatutnya, jika manusia menghormati ciptaan makhluk Allah yang lainnya. Terlepas dari kedudukannya sebagai mahluk yang diberikan amanah Allah untuk menjadi khalifah di alam ini, secara ekologis, manusia hidup dalam

Nurlaela, M.Ag. 87

satu kesatuan komunitas ekologis yang di dalamnya berlaku hukum alam.

b) Prinsip Tanggung Jawab

Kedudukan manusia yang sejajar dengan makhluk lain, baik secara vertikal (transenden) maupun horizontal (sesama anggota ekologis lainnya), mengharuskan manusia harus hormat kepadanya. Namun manusia tidak lepas begitu saja dari makhluk lainnya, karena manusia diserahi amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah, yakni bertanggung jawab terhadap alam secara keseluruhan, menjaga dan memeliharanya. Hakekat dari amanah ini merupakan konsekuensi karena apabila manusia melakukan penyelewengan dan penyalahgunaan terhadap amanah tersebut, maka manusia harus menerima segala resikonya, baik di dunia maupun di akhirat.

c) Prinsip Kasih Sayang dan KepedulianSebagai sesama anggota komunitas ekologis, dalam kerangka hubungan vertikal dan horizontal, manusia digugah untuk menyayangi dan peduli kepada alam dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi. Manusia perlu berlaku sayang dan peduli terhadap lingkungannya, yaitu dengan memelihara, merawat, melindunginya dari sesuatu yang men-cemari, ataupun merusaknya.

d) Prinsip KesederhanaanManusia diizinkan Allah untuk memakan rizki-Nya, namun dalam memanfaatkannya ada aturan main yang harus dipegang oleh manusia, di antaranya adalah tidak boleh memanfaatkan dengan tanpa

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi88

batas dan tanpa aturan. Karena kerusakan lingkungan hidup yang terjadi banyak disebabkan oleh gaya hidup manusia yang konsumtif dan eksploitatif. Manusia belum sadar akan dampak yang diperbuat terhadap lingkungan hidup untuk generasi selanjutnya. Maka prinsip moral hidup sederhana harus tertanam, salah satunya yaitu bagaimana memanfaatkan sumber daya alam dengan memperhatikan dan mempertimbangkan dampak yang ditimbulkannya.

e) Prinsip Keadilan dan KebaikanPrinsip keadilan dan kebaikan harus dimiliki manusia, baik dalam hubunganya dengan manusia sendiri maupun dengan lingkungan.

Melihat kelima prinsip etika lingkungan di atas, pemikiran etika lingkungan senantiasa mem-perhatikan relasi antara Allah, manusia dan alam dalam hubungan yang harmonis dan seimbang. Dalam hubungan harmonis dan seimbang ini, Allah menempati posisi sentral selaku Pencipta, sedangkan manusia selaku wakilNya diserahi tugas memakmurkan alam secara bertanggung jawab. Adanya relasi seperti ini menjadikan pemikiran etika lingkungan Yusuf al-Qaradhawi betbeda dengan teori-teori etika lingkungan lainnya, yang hanya membahas relasi antara manusia dengan alam, di mana posisi manusia hanya bagian dari anggota ekologis (Ghufron dan Sabarudin, 2007).

3. Keterkaitan topik dengan segi kesehatanIslam diturunkan sebagai sebuah pedoman, tujuannya agar manusia dapat menentukan mana yang baik dan yang

Nurlaela, M.Ag. 89

batil. Islam merupakan agama samawi yang ajarannya berisi perintah, larangan, dan petunjuk untuk kebaikan manusia. Islam menganggap manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab kepada Tuhan dan menjamin hak individu. Islam juga mengembangkan rasa tanggung jawab sosial dalam diri manusia. Islam pun memberi petunjuk bagi seluruh kehidupan manusia, termasuk dalam memperlakukan alam dan lingkungan hidup. Muslim mempunyai panduan jelas dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Mereka didorong untuk ramah pada lingkungan dan tak merusaknya (Yalfie, 2000).

Menjaga lingkungan sama dengan menjaga jiwa. Sebab, rusaknya lingkungan, pencemaran, dan pelecehan terhadap keseimbangannya akan membahayakan kehidupan manusia. Menjaga lingkungan juga sama dengan menjaga keturunan dan juga kesehatan kita dan anak cucu kita. Kerusakan yang dibuat sekarang akan diwariskan kepada generasi mendatang. Tak hanya itu, menjaga lingkungan sama dengan menjaga harta. Allah SWT membekali manusia dengan harta untuk menjalani kehidupan di bumi. Harta itu bukan uang, tetapi juga bumi, pohon, dan tanaman (Yalfie, 2000).

Menjaga lingkungan erat hubungannya dengan kesehatan. Karenanya dengan kebersihan dan kesehatan dapat terwujud individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rohani, dan sosial, sehingga mampu menjadi umat pilihan dan khalifah Allah untuk memakmurkan bumi. Kesehatan merupakan salah satu rahmat dan karunia Allah yang sangat besar yang diberikan kepada umat manusia, karena kesehatan adalah modal pertama dan utama dalam kehidupan manusia. Tanpa kesehatan

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi90

manusia tidak dapat melakukan kegiatan yang menjadi tugas serta kewajibannya yang menyangkut kepentingan diri sendiri, keluarga dan masyarakat maupun tugas dan kewajiban melaksanakan ibadah kepada Allah swt.

Masalah lingkungan hidup saat ini banyak menuai perhatian masyarakat dunia karena alam dari hari ke hari semakin rusak. Hutan-hutan yang memberikan oksigen dari hari kehari semakin sedikit, air laut dan air sungai kini telah tercemar, begitu pula tanah juga ikut tercemar oleh zat-zat kimia yang berbahaya, lapisan ozon semakin menipis, dan masih banyak lagi masalah lainnya. semua ini berakibat fatal bagi keberlangsungan hidup kita dan seluruh makhluk hidup lainnya di muka bumi ini. Maka dari itu menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga, merawat dan melestarikannya. Janganlah saling merugikan, cintailah alam untuk generasi penerus kita. Jangan sampai generasi penerus kita tidak bisa melihat pohon-pohon hijau yang rindang dan asri dan binatang binatang di masa depan nanti (Wardhana, et al., 1993).

Manusia berpikir bagaimana mengeruk sebanyak-banyaknya kekayaan alam, jika tidak mereka khawatir kehabisan. Padahal jika mereka mengetahui bahwa Allah itu Maha Kaya pastilah mereka tidak khawatir dan tidak akan tamak karena kekayaan Allah tidak akan pernah habis. Namun itu semua adalah tabiat manusia sebagaimana firman Allah :

جزوعا - ٢٠ ر ه الش اذا مس ١٩ - وعا

هل

لق

خ

سان

ن

ال

ان ۞

ير منوعا - ٢١ خه ال اذا مس و

Nurlaela, M.Ag. 91

“Sungguh Manusia diciptakan bersifat suka mengeluh, Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (Harta) dia jadi kikir”. (QS. 70 Al-Ma’arij : 19-21).

Dari keterangan diatas ada Empat prinsip yang harus kita tanamkan pada diri kita masing-masing, agar alam tetap terus terjaga dan lestari (Yalfie, 2000) :a) Sikap Hormat Terhadap Alam

Di dalam Al Qur’an surat Al-Anbiya 107, Allah SWT berfirman :

“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.Rahmatan lil ‘alamin bukanlah sekedar motto Islam, tapi merupakan tujuan dari Islam itu sendiri. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka sudah sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan alam dan lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut. Selain melarang membuat kerusakan di muka bumi, Islam juga mempunyai kewajiban untuk menjaga lingkungan dan menghormati alam semesta yang mencakup jagat raya yang didalamya termasuk manusia, tumbuhan, hewan, serta makhluk hidup lainnya.

b) Tanggung JawabManusia mempunyai tanggung jawab baik terhadap alam semesta seluruhnya dan integritasnya, maupun terhadap keberadaan dan kelestariannya Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dengan tujuannya masing-masing, terlepas

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi92

dari apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak. Oleh karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung jawab pula untuk menjaga dan melestarikannya.

c) SolidaritasTerkait dengan kedua prinsip moral tersebut adalah prinsip solidaritas. Sama halnya dengan kedua prinsip itu, prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Lebih dari itu, dalam perspektif ekofeminisme, manusia mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua makhluk lain di alam ini. Kenyataan ini membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama makhluk hidup lain.

d) Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap AlamApabila sudah tertanam prinsip ini pada setiap hati manusia maka pasti yang ada hanya rasa untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.Manfaat lingkungan bersih nantinya bisa banyak

dirasakan antara lain lingkungan di sekitar tempat tinggal anda menjadi lebih sejuk, bebas dari polusi udara, terhindar dari penyakit disebabkan oleh lingkungan kotor serta tidak sehat, sumber air menjadi lebih bersih dan aman untuk dikonsumsi. Orang dimana tinggal dalam lingkungan

Nurlaela, M.Ag. 93

bersih dan sehat jauh lebih bahagia dan tidak mudah terserang penyakit dibandingkan mereka yang tinggal di lingkungan kotor dan kumuh. Menimbang manfaat positif dari menjaga kebersihan lingkungan maka mulai dari sekarang mulailah menamkan kesadaran serta kepedulian yang tinggi untuk menjaga kebersihan lingkungan, sesuai dengan hadist yang berbunyi : (Wardhana, et al., 1993)

Artinya : “Bersihkanlah halaman rumah kalian karena orang-orang Yahudi tidak suka membersihkan halaman rumah mereka”  (HR. Ath Thabarani dalam Al Ausath, 4/231, dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, no.236).

Upaya menjaga keselarasan dengan alam atau menata lingkungan hidup dan kehidupan dapat dilakukan oleh semua orang, seluruh lapisan masyarakat; bisa dikerjakan oleh semua umat manusia tanpa membedakan perbedaan SARA, tingkat pendidikan, status sosial, dan lain-lain. Upaya itu bisa dimulai dengan hal-hal yang sederhana, misalnya penyediaan tempat sampah di area-area umum dan terbuka; menanam bunga atau pohon di sepanjang jalan raya; membuat taman-taman kota atau menciptakan hutan dalam kota. Dengan menjaga keselarasan alam maka kita juga menjaga kesehatan kita sendiri dan anak cucu kita serta menjadi muslim yang taat, karena sesungguhnya semua pedoman dalam kehidupan sudah ada di dalam Agama Islam dan sesungguhnya Islam adalah agama yang sempurna (Wardhana, et al., 1993).Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, maka

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi94

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut bahwa lingkungan adalah anugerah dari Allah SWT. Maka sudah sepatutnya kita untuk menjaga kelestarian lingkungan. Kelestarian lingkungan akan memberikan berbagai dampak yang positif bagi kehidupan semua umat.

Kelestarian lingkungan perlu dijaga karena lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian. Lingkungan merupakan sumber daya alam yang memiliki peran sebagai modal pertumbuhan ekonomi dan penopang sumber kehidupan. Terjaganya alam dari kerusakan membuat perekonomian tetap berjalan dan kebutuhan semua umat manusia akan tercukupi.

Allah SWT telah memperingatkan manusia agar menjaga lingkungan sekitar. Dalam QS.Al-Araf /56:7, Allah SWT telah menjelaskan bahwa kerusakan alam yang ada di muka bumi ini disebabkan oleh ulah tangan manusia. Prinsip menjaga alam ada lima, yaitu prinsip hormat terhadap alam, tanggung jawab, kasih sayang dan kepedulian, kesederhanaan, serta keadilan dan kebaikan. Lingkungan yang terjaga sangat erat kaitannya dengan kesehatan manusia. Lingkungan yang rusak akan menimbulkan pencemaran yang bisa membahayakan kehidupan dan kesehatan manusia. Prinsip menjaga alam yang harus ditanamkan pada diri sendiri ada empat, yaitu sikap hormat terhadap alam, tanggung jawab, solidaritas, kasih sayang dan kepedulian terhadap alam

Upaya menjaga keselarasan alam adalah kewajiban semua manusia tanpa membedakan status sosial, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Hal positif yang dilakukan oleh manusia akan mendatangkan keberkahan dari Allah SWT dan hal negatif akan mendatangkan azab dari Allah SWT. Sebaik-baiknya manusia adalah yang selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.

Nurlaela, M.Ag. 95

Pengelolaan Sampah Medis dalam Kesehatan LingkunganKebersihan dan kesehatan lingkungan merupakan sebuah

hal yang patut dijaga oleh tiap umat manusia. Lingkungan yang bersih dan sehat akan membawa kebaikan dan keberuntungan bagi para penghuninya. Lingkungan yang bersih dan sehat tidak akan menjadi tempat berkembangnya bakteri dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit yang merugikan bagi manusia. Beberapa penyakit itu seperti DBD, skabies, diare, dan berbagai penyakit lainnya. Hal ini menjadikan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan menjadi salah satu fokus utama bagi manusia.

Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan ciri lingkungan seorang muslim. Seorang muslim tentunya tidak akan asing dengan kalimat “Kebersihan adalah sebagian dari iman”. Hal ini seperti yang terfirman dalam QS. At-Taubah ayat 108 yang berbunyi:

وم فيه فيه رجا ق ت

ن

ا

حق

ل يوم ا و

وى من ا

ق الت

س عل س

ا

سجد ل

ف ر�ي هط ب ال

�ي روا وا لل ه

تط ي

ن

ا

ون ب

�ي

ل

“Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan sholat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. At-Taubah (9): 108)

Pada surat tersebut, diakhiri dengan penyataan bahwa Allah Ta’ala menyukai orang-orang yang bersih. Bahkan di beberapa tafsir, disebutkan bahwa yang dimaksud adalah “sangat bersih” bukan “bersih” semata.

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi96

”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”  Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah (2): 30).

Dalam surah ini Allah SWT menugaskan manusia sebagai khalifah untuk memakmurkan  bumi  dan  melestarikan lingkungan, usaha pengelolaan sampah juga menjadai sarana melestarikan lingkungan

Lalu bagaimana ciri-ciri lingkungan yang bersih dan sehat? Ciri-cirinya yaitu asri, bebas sampah dan bersih, rindang, nyaman, bebas polusi, sungai bersih dan bebas sampah, saluran air tidak tersumbat, rumah dengan lantai bersih dan sirkulasi udara lancar. Salah satu faktor yang membuat lingkungan tidak bersih dan sehat adalah sampah dan yang akan dibahas di sini adalah sampah medis.

Sampah atau limbah medis adalah buangan dari suatu proses kegiatan medis yang dilakukan fasilitas kesehatan contohnya rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan laboratorium medis. Sekitar 70 – 90 % limbah padat yang berasal dari instalasi kesehatan merupakan limbah umum

Nurlaela, M.Ag. 97

yang menyerupai limbah rumah tangga dan tidak mengandung risiko. Sisanya sekitar 10 – 25 % merupakan limbah yang dapat menimbulkan berbagai jenis dampak kesehatan karena dipandang berbahaya, diantaranya yaitu masker disposable, sarung tangan disposable, jarum suntik, spuit, kassa/kapas terkontaminasi, plabot, selang infus, alkohol swab, ampul, kateter, botol obat, reagen kimia, siringe, sisa obat, celemek terkontaminasi, pembalut bekas, vial, jaringan tubuh, darah, cairan tubuh, pembungkus alat, urin bag, selang, jerigen HD, alat tester, dan sludge IPAL. (Purwanti, 2018).

Sampah medis perlu pengelolaan yang baik. Apabila, sampah medis tidak dikelola dengan baik, maka akan meningkatkan potensi sampah tersebut untuk mencemari lingkungan, menularkan penyakit, serta mengakibatkan kecelekaan kerja. Sampah atau limbah medis menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.56 Tahun 2015 termasuk dalam limbah bahan Berbahaya dan Beracun (B3) oleh karena itu pengelolaannya juga harus disesuaikan dengan pengelolaan limbah B3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.56 Tahun 2015 menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang meliputi pengurangan dan pemilahan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, penguburan, dan/atau penimbunan limbah B3. Pengelolaan limbah yang buruk merupakan faktor penghambat pelaksanaan tugas serta fungsi sebuah fasilitas kesehatan. Pengelolaan limbah B3 sangat diperlukan karena apabila limbah B3 tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak antara lain: mengakibatkan cedera, pencemaran lingkungan, serta menyebabkan penyakit nosokomial. Pengelolaan limbah B3 yang baik diharapkan dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan tersebut (Himayati, 2018).

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi98

Lalu penyakit apa saja yang bisa disebabkan oleh limbah medis? Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang termasuk ke dalam limbah medis dapat menyebabkan infeksi nosokmial. Infeksi nosokmial atau Hospital Acquired Infection (HAI) adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang selama pasien di rawat di rumah sakit. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang berisiko mengalami infeksi nosokmial karena infeksi ini dapat menular, dari pasien ke pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien. (Kasumayanti, 2017).

Salah satu benda yang termasuk ke dalam sampah medis ialah jarum suntik. Jika, jarum suntik yang telah menjadi sampah medis kontak dengan manusia, maka dapat menyebabkan infeksi hepatitis B dan C serta HIV. Buangan sampah rumah sakit lainnya juga dapat meyebabkan penyakit seperti kolera, tifoid, malaria, dan penyakit kulit. (Purwanti, 2018).

Karena bahaya-bahaya dari limbah medis seperti yang telah dibahas, maka perlu dilakukan usaha agar lingkungan tetap bersih dan sehat. Dalam sudut pandang Islam, hubungan manusia dengan lingkungan merupakan hubungan yang dibingkai dengan konsep akidah, yakni konsep kemakhlukan yang sama-sama tunduk dan patuh pada aturan Allah swt yang pada akhirnya semua kembali kepada-Nya. Dalam konsep kemakhlukan ini manusia memperoleh izin dari Allah swt. untuk memperlakukan lingkungan dengan dua macam tujuan. Pertama, pendayagunaan, baik dalam arti konsumsi langsung maupun dalam arti memproduksi. Kedua, mengambil pelajaran (itibar) terhadap fenomena yang terjadi dari hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, maupun hubungan antara lingkungan itu sendiri (ekosistem), baik yang berakibat

Nurlaela, M.Ag. 99

konstruktif (ishlah) maupun yang berakibat destruktif (ifsad) (Rahmasari, 2017).

Dari perspektif Al-Qur’an dan hadis, ditegaskan bahwa Islam memberikan perhatian terhadap kesehatan diri manusia sebagai bagian dari lingkungan, dan kesehatan alam sebagai tempat kehidupan manusia. Dalam al-Qur’an, Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan orang-orang yang suci.” (Q.S. al-Baqarah/2: 222), dan “beruntunglah orang-orang yang menyucikannya, dan merugilah orang-orang yang mengotorinya.” (Q.S. al-Syams/91: 8-9). Kedua ayat ini menegaskan bahwa seorang Muslim harus menjaga dan memelihara kesehatan jasmani maupun kesehatan rohaninya. Kemudian, Rasulullah saw. bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah.”

Dalam Shahîh Muslim, disebutkan hadis dari Abû Hurairah yang mengatakan, “Rasulullah saw. bersabda: ‘Hindarilah dua hal yang terkutuk.’ Mereka bertanya: ‘Ya Rasulullah, apakah dua hal terkutuk itu?’ Beliau menjawab, ‘Orang yang buang air di jalan (tempat lalu lalang orang) dan tempat orang berteduh.’” Kedua hadis tersebut menegaskan bahwa Nabi meminta umatnya untuk menjadi mukmin yang kuat, dan melarang mereka untuk merusak dan mencemari lingkungan misalnya dengan buang air kecil di jalan dan di tempat manusia lain berteduh. Dalam Islam, air yang tercemar najis bahkan tidak bisa digunakan untuk bersuci yang menjadi syarat diterimanya ibadah seorang Muslim. Berbagai ayat al-Qur’an dan hadis tersebut menjadi satu di antara berbagai argumen bahwa Islam menilai penting sikap menjaga dan memelihara kesehatan diri manusia dan alam sekitarnya, dan menjaga kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani (Efendy, 2016).

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi100

Dari semua penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kebersihan lingkungan yang termasuk dasar ilmu kedokteran modern harus selalu dijaga. Khususnya pada pembahasan artikel ini yaitu tentang sampah medis harus selalu dijaga dengan cara diolah terlebih dahulu sebelum dibuang dan lain-lain. Karena jika kuman penyebab penyakit menemukan lingkungan yang cocok untuk bersarang, ia akan tumbuh dan berkembang biak. Dunia sekarang sedang menghadapi pencemaran lingkungan. Oleh karena itu kebersihan dan kesehatan lingkungan dalam ilmu kesehatan memiliki misi yaitu pertama, meningkatkan kemampuan manusia untuk hidup serasi dengan lingkungannya dan mewujudkan hak asasinya untuk mencapai kualitas hidup yang optimal yang memiliki kesalehan sosial dan kesalehan lingkungan. Kedua, memengaruhi cara interaksi manusia dengan lingkungannya sehingga dapat melindungi dan meningkatkan kesehatan mereka (Rahmasari, 2017).

Nurlaela, M.Ag. 101

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Mujiono. 2011. Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur’an Jakarta: Paramadina.

Abdullah, Muhamad Yatimin. 2017. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur`an. Jakarta: Penerbit Amzah.

Aida, Amanah. 2017. Sumber Daya Alam Dalam Pembangunan Berkelanjutan Perspektif Islam. El Jizya (Jurnal Ekonomi Islam). Vol 5(1):1-24.

Azra, Azyumardi. 2015. Global Warning dan Kesadaran Peduli Lingkungan. Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam ed.1. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ghufron dan Sabarudin. 2007. Islam dan Konservasi Lingkungan (Telaah Pemikiran Fikih Lingkungan Yusuf Al-Qaradhawi). Millab. Vol 6 (2) hal 56-75.

Masruri, Ulin Niam. 2014. Pelestarian Lingkungan dalam Perspektif Sunnah Oleh. Jurnal at-Taqaddum. Vol. 6 (2) : 411-428

Pratama, Linggar K.A. 2015. Lingkungan Hidup Dalam Pandangan Hukum Islam (Perspektif Maqashid Al-Syariah). Makassar : UIN ALAUDDIN

Samidi. 2016. Tuhan, Manusia, dan Alam: Analisis Kitab Primbon Atassadhur Adammakna. Sahih Vol. 1(1) : 13-26.

Suseno dan Frans Magniz. 1985. Etika Jawa Sebuah Analisis Falsafi tentang Kebijaksanaan Orang Jawa, Jakarta: Gramedia.

Wardhana, Arya, dan Wisnu. 1993. Dampak Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Akademika Pressindo.

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi102

Yalfie, Alie. 2000. Menggagas Fiqih Sosial : Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi, dan Dakwah. Bandung : Mizan.

Yafie, Alie. 2006. Merintis Fiqih Lingkungan Hidup. Jakarta : Yayasan Amanah.

Efendy, Ismail. 2016. Konstruksi Pendidikan Kesehatan Lingkungan dalam Perspektif Islam. Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, XL(2): 328-348.

Himayati Nila, Tri Joko, & Hanan Lanang Dangiran. 2018. Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis Padat Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Di Rumah Sakit Tk. II 04.05.01 Dr. Soedjono Magelang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 6 (4) : 485-495.

Kasumayanti, Erna. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Infeksi Nosokmial pada Pengolahan Limbah Medis Padat (Cleaning Service) di RSUD Bangkinang Tahun 2016. Jurnal NERS Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. Vol. 1(2): 20-32.

Purwanti, Alvionita A. 2018. Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Sakit di RSUD Dr.Soetomo di Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 10(3): 291-298.

Rahmsari, Bekti. 2017. “Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan dalam Perspektif Hadis”. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Nurlaela, M.Ag. 103

TENTANG PENULIS

Nurlaela, M. Ag., lahir d Banyumas 5 Mei 1968 adalah putri dari 12 bersaudara. Terlahir di lingkungan pesantren dari pasangan bapak Mohamad Diryat dan Ibu Saliyem Hasanah. Jejak Pendidikan dari SDN Tinggar Jaya, SMPN 1 Wangon, kemudian melanjutkan di MAN 1 Purwokerto. Kemudian penulis melanjutkan Stata satu (S1) di Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (sekarang UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), lulus tahun 1995, S2 di UIN Syarif Hidayatullah, lulus tahun 2000. Disamping sebagai Dosen Agama Islam (PAI) di Fakultas Kedokteran, Unsoed Purwokerto, Penulis juga aktif dalam bidang penelitian, pengabdian, dan organisasi. Dalam bidang organisasi aktif di Muslimat NU Banyumas sejak tahun 2008 sampai sekarang.

Penulis juga salah satu pendiri LPA Jawa Tengah tahun 1999 dan termasuk Tim peneliti UNICEF untuk penelitian anak-anak yang di lacurkan pada tahun 2000-2004. Sempat menjadi aktivis Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) Yogyakarta. Saran dan kritik dapat dialamatkan melalui e-mail: [email protected]

Buku Ajar PAI Era New Normal Covid-19 untuk Perguruan Tinggi104