12
18 EMOSI POSITIF ANAK USIA DINI DAN STIMULASI “AKU ANAK CERIA” Riana Mashar Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Abstract. The objective of this research was to study the influences of positive emotional stimulation which is organized in module of “Aku Anak Ceria” stimulation to increase early child’s positive emotion. The research’s subject is chosen by purposive random sampling, the research’s design was the untreated control group design with pretest and posttest. Experiment group consist of seven research subject. Experiment group got the treatment of “Aku Anak Ceria” Stimulation. Positive emotion was assessed by positive emotional observation. The result suggest that Z-score was -2,371 with p = 0,009 (p<0,01), its means that there was increase difference of positive emotional scores significantly between pretest and posttest. Key words: positive emotion, early child, positive emotion stimulation Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stimulasi emosi positif yang disusun dalam modul Stimulasi “Aku Anak Ceria” terhadap peningkatan emosi positif anak usia dini. Subjek penelitian dipilih secara purposive random sampling, Penelitian dilakukan dengan desain eksperimen with pretest and posttest group, Kelompok eksperimen terdiri dari tujuh subjek penelitian, yang mendapat perlakuan berupa Stimulasi “Aku Anak Ceria”. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi emosi positif. Skor hasil observasi dianalisis dengan menggunakan metode statistic nonparametric dengan bantuan program SPSS for Windows versi 10.0. Berdasar hasil uji beda peningkatan skor emosi positif antara tes awal dan tes akhir diperoleh hasil nilai Z sebesar -2,371 dengan p = 0,009 (p<0,01), yang berarti bahwa terdapat perbedaan peningkatan skor emosi positif antara tes awal (pretest) dengan tes akhir (posttest) secara signifikan. Kata kunci: emosi positif, anak usia dini, stimulasi emosi positif

Emosi Positif Di Kalangan Anak Usia Dini

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Psikologi anak-anak

Citation preview

  • 18

    EMOSI POSITIF ANAK USIA DINI DAN STIMULASIAKU ANAK CERIA

    Riana Mashar

    Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    Abstract. The objective of this research was to study the influences of positive emotionalstimulation which is organized in module of Aku Anak Ceria stimulation to increaseearly childs positive emotion. The researchs subject is chosen by purposive randomsampling, the researchs design was the untreated control group design with pretest andposttest. Experiment group consist of seven research subject. Experiment group got thetreatment of Aku Anak Ceria Stimulation. Positive emotion was assessed by positiveemotional observation. The result suggest that Z-score was -2,371 with p = 0,009(p

  • 19

    Penelitian ini memfokuskanpengamatan pada ranah emosi karenabanyaknya permasalahan dalam ranahtersebut. Emosi dapat diartikan sebagaiaktivitas badaniah secara eksternal, baikberupa reaksi menyenangkan maupuntidak menyenangkan terhadap peristiwaatau suatu kondisi mental tertentu.Reaksi menyenangkan terkait denganemosi positif sedangkan reaksi yang tidakmenyenangkan terkait dengan emosinegatif (Lewis dan Haviland-Jones,2000).

    Beberapa penelitian mengenaimasalah emosi anak usia dini dapatdiamati dari hasil survei yang dilakukanIzzaty (2005) di Taman Kanak-kanak diYogyakarta. Hasil tersebutmenunjukkan adanya permasalahanumum yang sering ditemui yaituagresivitas, kecemasan, temper tan-trum, sulit konsentrasi, gagap ataukesulitan berkomunikasi, menarik diri,enuresis dan encopresis, berbohong,menangis berlebihan, tergantung,pemalu, dan takut berlebihan. Hasilsurvei tersebut dipertegas dengan hasilpenelitian mengenai masalah-masalahperilaku pada anak usia TK di manamasalah yang paling banyak munculterdapat pada area conduct/restlessyang salah satunya adalah perilakuagresif, kemudian disusul denganpermasalahan pada area emotional/mis-erable, dan terakhir permasalahan yang

    termasuk area isolated/immature(Izzaty, 2006). Anak dengankarakteristik khusus tersebut dapatmenimbulkan kesulitan tersendiri dalamproses pembelajaran. Foot, Woolfson,Terras, dan Norfolk (2004)mencantumkan bahwa kesulitan sosial,emosi, dan perilaku akan menghambatanak untuk berpartisipasi secara penuhdalam kurikulum prasekolah dankesempatan memperoleh pendidikan,serta dalam memaksimalkankemampuan mereka.

    Menurut Ashiabi (2000) danLawhan dan Lawhon (2000), prediktortimbulnya permasalahan perkembangananak prasekolah yang diindikasikandengan adanya perilaku yang tidakadaptif, dapat diamati dari kurangnyakemampuan pendidik TK dalammenstimulasi perkembangan emosi dansosial anak. Shonkoff, dkk (2006) jugamenyatakan bahwa keterbatasan gurudan pengasuh untuk mengevaluasi danmenangani anak-anak yang mengalamimasalah emosi dan perilaku dalam pro-gram pendidikan dan tempat-tempatpengasuhan anak usia dini, menimbulkankesenjangan antara apa yang diketahuimengenai perkembangan emosionalyang sehat dan manajemen kesulitanperilaku, dengan apa yang dilakukandalam kebijakan publik dan program-pro-gram kegiatan bagi anak. Hasil penelitianIzzaty (2006) meunjukkan bahwa

    Emosi Positif Anak Usia Dini Dan Stimulasi Aku Anak Ceria

    Riana Mashar

  • 20Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi

    Vol. 9, No. 1, Mei 2007: 18-29

    terdapat hubungan yang signifikan danmemberi sumbangan sebesar 21.45%kemampuan pendidik dalammenstimulasi perkembangan emosi dansosial anak terhadap permasalahanperilaku anak usia TK.

    Uraian mengenai permasalahanemosi anak usia dini di atas, sesuaidengan hasil FGD (Focus Group Dis-cussion) dan survei awal yang penelitilakukan. Focus Group Discussionterhadap anggota HIMPAUDI(Himpunan Pendidik dan TenagaKependidikan Anak Usia Dini)Kabupaten Magelang pada tanggal 29April 2006, menunjukkan bahwapermasalahan yang paling sering ditemuipara pendidik anak usia dini adalahkesulitan dalam menangani anakterutama terkait dengan masalah emosi,misalnya anak ngambek, rewel,mengamuk, mudah marah, malas,ketakutan berpisah dengan orang tua,sehingga mempengaruhi aktivitas belajaranak di mana anak tidak mau mengikutiberbagai kegiatan yang ditawarkan guru.

    Berdasar hasil survei peneliti padatanggal 2 Mei 2006 terhadap guru-guruTK di Kabupaten Magelang danPurworejo; 80% permasalahan siswayang ditemui guru adalah masalah emosidan 51% guru menyatakan mengalamikesulitan dalam memperoleh pedomanpenyusunan kegiatan yang terkaitdengan aspek emosi; dan di antara ranah

    daya pikir, daya cipta, bahasa, emosi,sosial, fisik, dan motorik, 28% respondenmenganggap ranah emosi sulit untukdistimulasi. Beberapa kondisi tersebuttentu saja mengakibatkan stimulasi emositidak dapat diberikan secara optimal,sehingga sangat mungkin tidak sesuaidengan prinsip-prinsip pembelajaranemosi bagi anak.

    Berbagai kondisi di atas mendorongperlunya penanganan yang dilakukansejak dini guna meningkatkan kondisiemosi yang kondusif agar anak memilikikompetensi emosi yang lebih baik padamasa selanjutnya. Shonkoff, dkk (2006)menegaskan bahwa kemampuan kanak-kanak awal untuk mengelola emosi amatpenting tidak hanya sebagai pondasiuntuk masa depan tetapi juga memilikifungsi sosial anak dengan orangtua, guru,dan teman sebaya. Anak yang sejak usiadini telah mengembangkan dominasiemosi positif dalam diri akan berkembangmenjadi pribadi yang memiliki dominasiemosi positif pada masa dewasa(Hurlock, 1991).

    Lazarus (1991) dan Hurlock (1991)menyatakan bahwa perkembanganemosi anak, yang menurut Plutchik(2003) sebagai emosi positif maupunnegatif, dipengaruhi oleh dua faktorpenting yaitu adanya proses maturationatau kematangan dan faktor belajar.Namun dari kedua faktor tersebut,Hurlock lebih menekankan pentingnya

  • 21

    pengaruh belajar bagi perkembanganemosi anak, karena belajar merupakanfaktor yang dapat dikendalikan. Meskidemikian, Hurlock (1991) tetapmemandang pentingnya faktorkematangan pada masa kanak-kanakterkait dengan masa kritisperkembangan (critical period), yaitusaat-saat ketika anak siap menerimasesuatu dari luar. Kematangan yangtelah dicapai dapat dioptimalkan denganpemberian rangsangan yang tepat(Patmonodewo, 1993). Contoh dalamperkembangan emosi, pengendalian polareaksi emosi yang diinginkan perludiberikan kepada anak gunamenggantikan pola emosi yang tidakdiinginkan, sebagai tindakan preventif.Apabila pola reaksI emosi yang tidakdiinginkan dipelajari dan membaur dalampola emosi anak, akan semakin sulitmengubahnya dengan pertambahan usiayang dialami anak. Bahkan mungkinreaksi tersebut akan tertanam hinggamasa dewasa dan membutuhkanbantuan ahli untuk mengubahnya(Hurlock, 1991).

    Menurut Kostelnik, Soderman, danWhiren (1999), selama masa kanak-kanak terdapat beberapa peluang waktuyang berubah secara signifikan dalamperkembangan anak. Perubahan-perubahan tersebut mengacu padainteraksi yang kompleks antara strukturtubuh internal anak dengan otak dan

    pengalaman secara fisik denganlingkungan sosial. Selama masa-masatersebut, yang selanjutnya disebutsebagai windows of opportunity fordevelopment and learning, pengaruhlingkungan akan lebih diterimadibandingkan pada masa-masa lain.Kegagalan dalam berbagai pengalamanpada masa windows of opportunityakan menyebabkan anak tidaktermotivasi atau tidak mampu meraihpotensi-potensi di kemudian hari. Win-dows of opportunity untuk aspekemosi terjadi pada saat anak lahir sampaidengan usia lima tahun.

    Stimulasi identik dengan pemberianrangsangan yang berasal dari lingkungandi sekitar anak guna lebihmengoptimalkan aspek perkembangananak. Menurut Mnks, Knoers, danHaditono (1999), pemberian stimulasiyang tepat dapat mempertinggikemampuan aspek-aspekperkembangan, namun apabila stimulasiyang diberikan tidak tepat, akanmemberi akibat yang tidak baik. Sepertipemberian stimulasi visual yang tepatpada anak akan meningkatkan perhatiananak terhadap sekeliling, namun bilastimulus terlalu banyak dapat berakibatsebaliknya, perhatian berkurang dananak akan menangis. Dalam pemberianstimulasi verbal, anak pada periodetahun pertama yang sering diajakberbicara dengan ibu dan menyebut

    Emosi Positif Anak Usia Dini Dan Stimulasi Aku Anak Ceria

    Riana Mashar

  • 22

    nama benda-benda yang ada disekelilingnya mendapatkan tingkatperkembangan yang lebih tinggi daripadamereka yang tidak memperolehperlakuan semacam itu. Tetapisebaliknya stimulasi auditif yang terlalubanyak juga memberikan akibat yangtidak baik. Misalnya anak yang hidupdalam lingkungan yang terlalu ributdengan banyak suara simpang siur akantidak dapat membedakan stimulasiauditif yang diperlukan. Demikian puladalam pemberian stimulasi taktil.Stimulasi taktil yang tepat akanmeningkatkan kemampuan sosial,emosional, dan motorik. Namun deprivasitaktil dapat menimbulkan tingkah lakuagresif.

    Pemberian stimulasi ataurangsangan diharapkan tetapmemperhatikan proses kematangan(maturation) khususnya periode kritisanak. Menurut Hurlock (1991), stimulasidiperlukan untuk perkembangan yangoptimal. Kemampuan bawaan anakharus dirangsang atau didorong unutkberkembang, terutama pada saat anakberkembang secara normal.

    Pemberian stimulasi bertujuanuntuk: (1) Mempercepat danmeningkatkan kualitas aspekperkembangan; (2) Meningkatkanmekanisme integrasi antar aspekperkembangan; (3) Membantu anakmengeksplorasi kemampuan yang

    dimiliki; (4) Melindungi anak dariperasaan tidak nyaman, merasadihukum, dipersalahkan, direndahkan,karena gagal melakukan sesuatu; (5)Membantu anak mengembangkanperilaku adaptif dan terarah -intelligentbehavior (Ekowarni, 2005).

    Materi dalam modul Stimulasi AkuAnak Ceria disusun berdasar empatarea emosi positif yang terdiri dariperasaan joviality, self-assuredness,contentment, dan love (Fredericksondalam Lucas, dkk, 2003; Plutchik, 2003).Joy merupakan bagian dari kebahagiaanyang berperan mengembangkanketrampilan intelektual, sosial, dan fisik.Menurut Mayne dan Bonnano (2001)joy dapat berupa happiness, amuse-ment, elation, dan gladness sebagaikondisi yang muncul berkaitan dengankecenderungan aksi berupa aktivitasbebas seperti anak yang melompat,berlari, bermain, atau aktivitas bermainyang sengaja diciptakan tidak hanyamelibatkan permainan fisik dan sosialnamun melibatkan pula permainanartistik dan intelektual. Contentmenttidak dikaitkan dengan melakukansesuatu tetapi terkait dengan perasaanseseorang terhadap dunia dan pandanganyang lebih terintegrasi antara diri dandunia. Contentment berhubungandengan suatu kesadaran emosi yangmencakup kesadaran diri danketerbukaan terhadap pengalaman.

    Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi

    Vol. 9, No. 1, Mei 2007: 18-29

  • 23

    Contentment biasanya diidentikkandengan perasaan tenang. Love berperandalam menguatkan ikatan sosial dankelekatan. Love merupakan gabunganberbagai emosi positif mencakup inter-est, joy, dan contenment dengan or-ang lain dalam memfasilitasi interaksisosial dan kedekatan pada setiap tahappembentukan hubungan.

    Atas pertimbangan tersebut,peneliti tertarik untuk mengkaji emosianak usia dini khususnya terkait denganstimulasi bagi perkembangan emosipositif anak. Pemberian stimulasi emosiyang dikemas dalam konsep belajarsambil bermain sebagai penerapan teoribelajar sosial, peneliti lakukan didasarioleh beberapa pendapat mengenaipengaruh lingkungan terhadap emosi.

    Konsep penyusunan materi dalammodul stimulasi emosi diterapkan sesuaidengan tahap perkembangan kognitifanak yang masih berada pada tingkat praoperasional, dimana simbol-simboldigunakan dalam proses pengolahaninformasi yang diterima melalui aktivitasimitasi tidak langsung, permainansimbolis, menggambar, gambaran men-tal dan bahasa ucapan (Papalia, Olds,Fildman, 2002; Padmonodewo, 2000; danSantrock, 1995).

    Selain sesuai dengan tahapperkembangan kognitif anak, teoribelajar sosial dikemas dalam konseplearning by playing, karena sesuai

    dengan karakteristik masa usia dinisebagai masa bermain, dimana hampirseluruh kegiatan pada usia pra sekolahmelibatkan unsur bermain (Semiawan,2000;Arthur, dkk, 1998; Hurlock, 1991;Morrison, 1988). Menurut Papalia, Olds,dan Feldman (2002) dalam proses belajarsosial, anak belajar melalui kontekssosial, dengan mengembangkankemampuan baru melalui observationallearning dengan mengamati orang lain.Dalam teori belajar sosial kognitif,terdapat empat proses belajar yang harusdilalui anak agar proses meniru perilakumodel dapat terbentuk, yaitu attention,retention, motoric reproduction, danmotivation.

    Proses attention membutuhkanmodel yang cukup menarik dan perilakuyang bermakna untuk ditiru untukmengikat perhatian anak (Salkind, 2002;Ormrod, 2004). Berdasar konsep atten-tion tersebut, maka model serta materidalam penyusunan modul diupayakanmerupakan figur yang dekat dengan anakdan memiliki kekuatan untuk mengikatperhatian anak, sehingga model utamadalam pemberian stimulasi emosi positifadalah guru kelas dan tokoh-tokoh ceritayang menarik bagi anak. Penyajianmateri disesuaikan dengan minat anakusia dini terhadap cerita bergambar ataucerita dengan boneka tangan, danpermainan-permainan yang sesuaidengan taraf perkembangan anak.

    Proses retention sebagai tahap

    Emosi Positif Anak Usia Dini Dan Stimulasi Aku Anak Ceria

    Riana Mashar

  • 24

    kedua dalam belajar sosial kognitif dapatdiperoleh dengan adanya pengulanganterhadap kegiatan stimulasi secaraberkali-kali. Guna lebih mengefektifkanproses kedua ini maka stimulasi AkuAnak Ceria dirancang dalam 15kegiatan.

    Proses motor reproductionsebagai replikasi perilaku yang telahdidemonstrasikan model diterapkandengan mengajak anak beraktivitassesuai dengan tujuan yang akan dicapai,sehingga anak dapat lebihmenginternalisir perilaku model yangtelah diamati. Kegiatan yang dilakukananak dapat berupa mengikuti instruksifasilitator untuk melakukan suatukegiatan seperti memberi senyumansesuai yang dilakukan model, membagibenda yang dimiliki, bermain bersama,dan kegiatan lain yang terdapat dalammodul.

    Proses motivation sebagai tahapterakhir dalam belajar sosial kognitif yangditerapkan dalam modul Stimulasi AkuAnak Ceria dilakukan fasilitatordengan memberi dorongan pada anaksehingga anak diharapkan memilikimotivasi internal.

    Keempat proses belajar sosialkognitif tersebut secara sederhana dapatditerapkan dalam modul Stimulasi AkuAnak Ceria dengan melibatkanberbagai aktivitas bermain bagi anak usiadini seperti bernyanyi, bercerita,

    menggambar, mencari pasangan,bermain sosial, dan menari. Keempatproses tersebut dapat dilalui anak denganmemperhatikan karakteristik anak usiadini sebagai masa bermain. Melaluipermainan anak akan menunjukkanperhatian, mengulang-ulang permainan,tertarik untuk menirukan, dan terdoronguntuk berperilaku sesuai dengan modelyang ada dalam proses permainan anak.

    Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui pengaruh stimulasi emosipositif yang disusun dalam modulStimulasi Aku Anak Ceria terhadappeningkatan emosi positif anak usia dini.

    METODE PENELITIAN

    Subjek dalam penelitian iniditentukan dengan menggunakan tekniksampling yang disebut purposive sam-pling, berdasar karakteristik yang telahditentukan. Secara rinci karakteristiksubjek penelitian adalah:1. Siswa Taman Kanak-kanak kelas

    B yang berusia antara 4-7 tahun2. Merupakan siswa Taman Kanak-

    kanak Zaid bin Tsabit.3. Memiliki dominasi emosi negatif

    yang ditandai oleh kecenderunganmenunjukkan emosi sedih(cengeng), marah, takut, dan malu.Kondisi tersebut diperkuat denganhasil observasi ekspresi emosipositif awal dengan kategori rendah

    Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi

    Vol. 9, No. 1, Mei 2007: 18-29

  • 25

    atau sangat rendah.

    Pengumpulan data dilakukandengan menggunakan dua macam teknikpengumpulan data, yaitu observasi dandokumentasi. Data dokumenterdibutuhkan untuk mengetahui siswa yangmemiliki dominasi emosi negatif selamadi sekolah. Kecenderungan emosinegatif tersebut diperoleh berdasar hasilcatatan guru dalam laporanperkembangan siswa setiap harinya.Adapun pedoman observasi emosipositif disusun berdasar empat dimensiemosi positif, yaitu joy, contentment,love, dan self assuredness, yangdisajikan dalam bentuk checklist. Gunameminimalkan pengaruh subjektivitasdalam pemberian skor antar rater, teknikreliabilitas yang diterapkan adalahinterrater reliability, dengan koefisienkorelasi berkisar antara 0,992 sampaidengan 1.00, dimana p

  • Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi

    Vol. 9, No. 1, Mei 2007: 18-2926

    perkembangan emosi anak dapat diamatidari hubungan antar manusia yangkompleks dalam kehidupan. Selainorangtua, pengaruh lingkungan yangcukup signifikan terhadap prosesperkembangan emosi anak usia diniadalah peran teman sebaya. MenurutLaFreniere (2000), peran teman sebayadalam meningkatkan perkembanganemosi anak dapat diamati berdasar teorimultitheoretical, ethologis, teori sociallearning, dan teori perkembangankognitif. Menurut teori ethologis,perkembangan emosi anak denganteman sebaya dapat terjadi melalui vig-orous play, memfasilitasi regulasiperilaku agresif, dan menyediakankesetaraan peran jenis melaluipermainan-permainan bebas gender.Berdasar teori social learning, peranteman sebaya dalam perkembangankognitif terkait dengan proses sosialmengenai reinforcement, punishment,dan modelling untuk menjelaskanakuisisi budaya dalam pembentukanketrampilan sosial, penerapan peraturan-peraturan emosi dan peran gender.Dengan demikian, penggunaan settingsekolah dalam penelitian ini, ternyatadapat meningkatkan interaksi anakdengan teman sebaya dalam kelompokeksperimen sehingga berpengaruhterhadap peningkatan emosi positif anak.

    Faktor kedua terkait dengan peranguru sebagai fasilitator yangmempengaruhi pula pola guru dalamberinteraksi dengan siswa. Guru secara

    tidak langsung akan memiliki harapan(teacher expectations) terhadap kondisiemosi positif siswa dalam kelompokeksperimen. Papalia, Olds, dan Feldman(2002) menyatakan bahwa self-fulfill-ing prophecy siswa sangat dipengaruhioleh harapan dari guru (teacher expec-tations). Guru yang overestimateterhadap kemampuan anak,menunjukkan kemampuan anak yanglebih kompeten, mandiri, asertif, danmemperlihatkan ketertarikan, sebaliknyaguru yang underestimate terhadapkemampuan anak, membuat anakmenunjukkan ketidakmatangan dan rasatidak aman.

    Dengan demikian, stimulasi emosipositif diperlukan guna meningkatkanemosi positif anak, hal tersebut sesuaidengan pendapat Bornstein (2002) yangmenyatakan bahwa pengasuhan yangpositif akan mendukung perkembangankarakter dan nilai positif pada anak.Akan menjadi sebuah keuntungan besarbagi seorang anak yang dibesarkan sejakusia dini dengan pola dan pembelajarandini disertai dengan kualitas lingkunganyang memberi kontribusi untukmendorong karakteristik dan nilai positifpada anak. Selain itu dipertegas pulaoleh Suveg, Zeman, Flannery-Schroeder& Cassano (2005) yang menyatakanbahwa pendidikan emosi pada anakdapat dilakukan melalui pengajaransecara langsung, dapat pula secara tidaklangsung seperti melalui modeling, iklimemosi dalam keluarga, referensi sosial,

  • 27

    komunikasi, dan pengungkapan stimulusemosi.

    Stimulasi identik dengan pemberianrangsangan yang berasal dari lingkungandi sekitar anak guna lebihmengoptimalkan aspek perkembangananak. Menurut Mnks, Knoers, danHaditono (1999), pemberian stimulasiyang tepat dapat mempertinggikemampuan aspek-aspekperkembangan, namun apabila stimulasiyang diberikan tidak tepat, akanmemberi akibat yang tidak baik. Dengandemikian dapat disimpulkan bahwastimulasi emosi positif dibutuhkan gunameningkatkan emosi positif pada anak.

    SIMPULAN

    Berdasar hasil analisis data dapat

    ditarik kesimpulan bahwa pemberianStimulasi Aku Anak Ceriaberpengaruh terhadap peningkatanemosi positif anak usia dini. Hal tersebutditandai dengan adanya peningkatan skoremosi positif yang signifikan pada subjekkelompok eksperimen sebelum dansesudah pemberian Stimulasi AkuAnak Ceria dilakukan.

    SARAN

    Berdasar hasil peningkatan skoremosi positif setelah pemberian StimulasiAku Anak Ceria pada kelompokeksperimen, bagi anak yang memilikidominasi emosi positif yang rendah, anakperlu lebih banyak diberi rangsangan ataustimulasi mengenai emosi positif yangdilakukan oleh guru di sekolah, yangmasih berada pada lingkungan mikro

    anak, dengan memperhatikan karakteristik perkembangan anak usia dini.DAFTAR RUJUKAN

    Ashiabi, G. S. (2000). Promoting theEmotional Development ofPreschoolers. Early ChildhoodEducational Journal, Vol. 28. No.2.

    Arthur, L., Beecer, B., Dockett, S.,Farmer, S., & Death, E. (1998).Programing and Planning inEarly Childhood Settings. Sydney:Harcourt Brace.

    Ekowarni, E. (2005). Peranan StimulasiPsikologis dalam MengoptimalkanTumbuh Kembang Anak Usia Dini.Buletin PADU, Jurnal IlmiahAnak Dini Usia , edisi khusus2005. Jakarta: Direktorat PAUD.

    Foot, H.,Woolfson, L., Terras, M.,Norflok, C. (2004). Handling Hardto Manage Behaviors in Prescholl:Provision, A System Approach.Journal of Early ChildhoodResearch. Vol. 2(2), P. 115-138.

    Emosi Positif Anak Usia Dini Dan Stimulasi Aku Anak Ceria

    Riana Mashar

  • 28

    Hurlock, E. (1991). PsikologiPerkembangan Anak. Jilid 1(terjemahan). Jakarta: PenerbitErlangga.

    Izzaty, R. E. (2006). PrediktorPermasalahan Perilaku Anak UsiaTaman Kanak-Kanak. Thesis, tidakditerbitkan. Yogyakarta: ProgramPasca Sarjana Universitas GadjahMada.

    _______. (2005). MengenaliPermasalahan Perkembangan AnakUsia Taman Kanak-Kanak. BukuAjar Bidang PGTK. Jakarta:Direktorat Jenderal PendidikanTinggi.

    Kostelnik, M.J., Soderman, A.K., danWhiren, A.P. (1999).Developmentally AppropriateCurriculum, Best Practices inEarly Childhood Education. NewJersey: Prentice Hall.

    LaFreniere, Peter J. (2000). EmotionalDevelopment, A BiosocialPerspective. USA: WadsworthThomson Learning.

    Lawhon, T dan Lawhon, D.C. (2000).Promoting Social Skill in YoungChildren. Early ChildhoodEducation Journal Vol. 28 No. 2,P. 105-110.

    Lazarus, R.S. (1991). Emotion andAdaptation. New York: OxfordUniversity Press.

    Lewis, M dan Haviland-Jones. (2000).Handbook of Emotion. SecondEdition. New York: The GuilfordPress.

    Lucas, R.E., Diener, Ed., Larsen, R.J.(2003). Measuring PositiveEmotions, Positive PsychologycalAssesment, A Handbook ofModels and Measures, edited byLopez, S.J., & Snyder, C.R..Washington DC: APA.

    Mayne, T.J. & Bonanno, G.A. (2001).Emotion, Current Issues andFuture Directions. New York: TheGuilford Press.

    Mnks, F.J., Knoers, A.M.P., &Haditono, S.R. (1999). PsikologiPerkembangan, Pengantar dalamBerbagai Bagiannya, cetakan 12.Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress

    Morrison, G.S. (1988). EarlyChildhood Education Today,Fourth Edition. Merlbourne: MerrilPublishing Company.

    Ormrod, J.E. (2004). HumanLearning. New Jersey: PearsonPrentice Hall Inc.

    Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi

    Vol. 9, No. 1, Mei 2007: 18-29

  • 29

    Papalia, D.E., Olds, S.W., dan Feldman,R.D. (2002). A Childs World,Infancy through Adolescence.Ninth Edition. Boston: McGrawHill.

    Patmonodewo, S. (2000). PendidikanAnak Prasekolah. Jakarta:Departemen Pendidikan danKebudayaan & PT Rineka Cipta.

    Plutchik, R. (2003). Emotion and Life,Perspectives from Psychology,Biology, and Evolution.Washington, DC: AmericanPsychological Association.

    Santrock, J.W. (2002). Life SpanDevelopment, PerkembanganMasa Hidup, Jilid I (terjemahan).Jakarta: Penerbit Erlangga.

    ________. (1995). Children 2 ndedition. Dubuque: Wm.C, BrownPublisher.

    Salkind, N.J. (2002). ChildDevelopment. New York:MacMillan Reference USA.

    Semiawan, C.R. (2000). Belajar danPembelajaran dalam Taraf UsiaDini (Pendidikan Pra Sekolahdan SD). Jakarta: PT Prenhallindo.

    Shonkoff, etc. (2006). ChildrensEmotional Development is Built intoThe Architecture of Their Brain.National Scientific Council on TheDeveloping Child. Available http:// www. Developingchild.net.Diakses 11 Maret 2006.

    Suveg, C., Zeman, J., Flannery-Schoeder, E., Cassano, M. (2005).Emotional Socialization in Familiesof Children with an AnxietyDisorder, Journal of AbnormalChild Psychology, April2005.http://www.findarticles.com/p/articles. Diakses 22 Oktober 2006.

    Emosi Positif Anak Usia Dini Dan Stimulasi Aku Anak Ceria

    Riana Mashar