Click here to load reader
Upload
vicianti1482
View
670
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
1
Buletin Penelitian Hortikultura, Tahun 1987, Volume XV, Nomor (4)
EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK KANDANG PADA USAHATANI LOMBOK
Witono Adiyoga*
ABSTRACT
Adiyoga, W. 1985. Efficiency of Manure Application on Pepper-Farming. Stable manure is important in intensive commercial vegetable farming especially in West Java. It seems that increasing demand of stable manure is not equalized by its availability. This situation is indicated by the tendency that the price of stable manure is going up regularly. It implies that the farmer has to choose the best alternative among the several kinds of stable manures and the dosage which can gives the highest return. By using randomized block design, field experiment was conducted in Lembang from October 1984 to January 1985 to determine the most profitable investment alternative. The treatments consisted of six combinations from three kinds of stable manures (cow, goat and chicken) and two dosages (15 ton/ha and 30 ton/ha). The result showed that cow manure application at the rate of 15 ton/ha gave the highest marginal rate of return. For the farmer who is usually dealing with scarce resources at the margin, this investment alternative is the most profitable choice.
Usahatani Lombok termasuk ke dalam kategori usahatani komersial karena sebagian hasil produksinya dijual ke pasar. Kategori komersial juga mengasumsikan bahwa sasaran petani dalam melakukan usaha taninya adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Asumsi tersebut menimbulkan implikasi bahwa petani harus mampu mengevaluasi setiap tingkat kepuasan yang dpaat menyusun alternatif-alternatif yang ada serta memilihnya berdasarkan urutan preferensi. Sasaran keuntungan maksimal merupakan manifestasi tingkah laku petani yang rasional, karena jika motivasi tersebut tidak melatarbelakangi aktivitas usahatani maka petani komersial yang menjual output serta membeli input pada keadaan persaingan akan gagal dalam mempertahankan eksistensinya. Dalam usaha mencapai sasaran yang dituju, petani harus mempertimbangkan keterbatasan sumberdaya yang tersedia. Pada umumnya sumberdaya yang terbatas tersebut dapat digunakan melalui berbagai cara untuk memproduksi berbagai output. Dengan perkataan lain, petani dihadapkan kepada berbagai alternatif penggunaan sumber daya yang ketersediaannya terbatas, sehingga harus mengambil sumber daya (faktor produksi) tergantung kepada besarnya tingkat pengembalian yang dihasilkan dan dipengaruhi oleh harga pasar input-output. Pupuk kandang merupakan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena penggunaannya akan meningkatkan kadar humus tanah. Disamping mengandung mikro elemen, pupuk kandang juga merupakan pembawa mikro organisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah (Work and Carew, 1970). Penggunaan pupuk kandang juga mencerminkan aspek pemanfaatan limbah usahatani ternak yang akan memberikan dampak positif terhadap “farming system” secara keseluruhan. Tampaknya permintaan yang terus meningkat dari penggunaan pupuk kandang, khususnya pada usahatani sayuran, kurang diimbangi oleh kontinuitas ketersediaannya. Hal ini ditunjukkan oleh adanya kecenderungan semakin meningkatnya harga satuan pupuk kandang.
Harga pupuk kandang yang semakin meningkat merupakan masalah tersendiri bagi petani terutama menyangkut kuantitas yang harus digunakan. Sementara itu ditinjau dari udut kualitas, pada tingkat kematangan tertentu pupuk kandang sapi, kambing dan ayam mempunyai kandungan unsur hara yang berbeda-beda. Dengan demikian petani dihadapkan kepada problema pengambilan keputusan mengenai penentuan dosis (kuantitas) dan pemilihan jenis (kualitas) pupuk kandang secara simultan.
Dikaitkan dengan usaha memperoleh infoirmasi yang dapat digunakan untuk membantu petani bertingkah laku ekonomi secara rasional, maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dosis dan jenis pupuk kandang yang dapat memberikan tingkat pengembalian tertinggi pada usahatani lombok.
* Staf Peneliti Agroekonomi Balithort Lembang
2
BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 1984 – Januari 1985 di Kebun Percobaan
Margahayu Lembang. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diuji merupakan kombinasi dari faktor jenis pupuk kandang dan dodis pupuk kandang. Faktor jenis pupuk kandang terdiri dari A1 = pupuk kandang sapi, A2 = pupuk kandang kambing, dan A3 = pupuk kandang ayam. Faktor dosis terdiri dari B1 = 15 ton/ha dan B2 = 30 ton/ha. Varietas lombok yang digunakan adalah varietas Bengkulu.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung dan mencatat: Data produksi (marketable yield), harga satuan input-output serta biaya berubah (variable cost) yang diakibatkan oleh perlakuan-perlakuan yang berbeda.
Untuk keperluan pembanding (kontrol) dalam analisis anggaran parsial digunakan hasil percobaan terdahulu yang berupa perlakuan tanpa pupuk kandang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil statistik menunjukkan bahwa secara parsial faktor jenis pupuk kandang dan dosis
pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap produksi lombok (Tabel 1). Interaksi antara kedua faktor tersebut menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap produksi lombok. Berdasarkan informasi ini dapat dinyatakan bahwa antara nilai tengah kombinasi perlakuan tidak terdapat perbedaan yang nyata. Akibatnya secara teknis tidak dapat dijelaskan kombinasi perlakuan jenis dan dosis pupuk kandang tertentu yang dapat memberikan hasil/produksi tertinggi.
Walaupun secara teknis kombinasi perlakuan yang terbaik tidak dapat dibuktikan, tetapi secara ekonomis pasti terdapat perbedaan biaya dan pendapatan usahatani akibat adanya perbedaan perlakuan tersebut. Tabel 1 Analisis Ragam (Analysis of Variance)
Sumber keragaman dB JK KT Fhit Ftab 0.01
Ulangan
Jenis pupuk kandang
Dosis pupuk kandang
Interaksi
Galat
2
2
1
2
10
177.38
789.53
72.63
56.98
99.44
88.69
394.96
73.63
28.49
9.94
-
39.72
7.30
2.87
-
-
3.59
4.45
3.59
-
-
6.11
6.40
6.11
-
Total 17 1196.36 - - - -
Dikaitkan dengan masalah rekomendasi, analisis ekonomi dapat digunakan untuk melanjutkan
penelusuran dalam menentukan kombinasi perlakuan yang paling menguntungkan. Hal ini dilakukan sesuai dengan alur pemikiran bahwa perspektif biologis/teknis bukan merupakan kriteria dominan yang digunakan petani dalam mengambil keputusan usahatani.
Untuk mengetahui pengaruh berbagai kombinasi perlakuan terhadap usahatani secara keseluruhan, maka pendapatan usahatani dihitung dengan menggunakan “enterprise budget analysis”. Keuntungan kotor (gross benefit) diperoleh dari hasil perkalian antara produksi (marketable yield) dengan harga satuan produk (money field price). Harga satuan produk sebesar Rp. 842/kg merupakan harga rata-rata tertimbang yang diperoleh dari 15 kali panen. Sementara itu pengembalian per unit modal untuk setiap perlakuan merupakan rasio antara keuntungan kotor dengan biaya variabel total. Besaran rasio ini disebut juga sebagai “rate of capital turnover” yang dapat digunakan sebagai ukuran efisiensi penggunaan modal pada suatu usahatani. Pengembalian per unit modal tertinggi dicapai oleh perlakuan A1B2 (pupuk kandang sapi, 30 ton/ha) (Tabel 2). Jika ketersediaan modal tidak terbatas dan tidak ada lagi alternatif investasi lain yang lebih baik, maka kombinasi perlakuan ini dapat dipilih sebagai
3
anjuran untuk petani. Hal ini tentunya kurang rasional karena pada umumnya masalah yang sering dihadapi oleh petani adalah kelangkaan modal. Oleh karena itu, kombinasi perlakuan di atas kurang tepat untuk disarankan kepada petani karena belum memperhitungkan biaya modal.
Biaya modal (the cost of capital investment) dilibatkan dalam perhitungan melalui “partial budget analysis” yang menetapkan keuntungan bersih (net benefit) sebagai suatu pengembalian terhadap modal yang diinvestasikan. Keuntungan bersih pada analisis anggaran parsial (Tabel 3) masih mengandung biaya tetap, karena yang diperhitungkan dalam analisis adalah biaya berubah yang timbul akibat adanya perlakuan.
Anggaran parsial terdiri dari besaran-besaran input-output yang dapat dievaluasi secara grafis melalui kurva keuntungan bersih (net benefit curve). Kurva ini menggambarkan hubungan antara biaya variabel dengan keuntungan bersih untuk setiap alternatif investasi yang tidak terdominasi. Sementara itu, alternatif investasi yang terdominasi yaitu alternatif yang memerlukan biaya berubah tinggi, tetapi menghasilkan keuntungan bersih lebih rendah dibandingkan dengan alternatif lainnya. Hal ini cukup beralasan karena pada keadaan normal, petani tidak akan memilih alternatif yang terdominasi tersebut. Tabel 2 Produksi, Biaya Variabel, Keuntungan Kotor dan Pengembalian per Unit Modal pada Usahatani Lombok, Lembang 1985 (Yield, Variable Cost, Gross benefit and return per Unit of Capital in Pepper, Lembang 1985).
Biaya Variabel (Variable cost)
Perlakuan (Treatments)
Produksi (Yield) (kg/ha)
Sarana Produksi (Non-labor input)
(Rp./Ha)
Tenaga kerja (Labor input) (Rp./Ha)
Biaya variabel total (Total
variable cost) (Rp/Ha)
Keuntungan kotor (Gross benefit) (Rp./Ha)
Pengembalian/Unit Modal (Return/Unit
of Capital)
Kontrol
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
A3B1
A3B2
2.632
4.022
5.039
3.746
3.632
5.466
6.111
956.315
1.091.315
1.226.315
1.136.315
1.316.315
1.481.315
2.006.315
782.216
820.272
851.138
813.524
857.476
922.847
966.553
1.738.531
1.911.587
2.077.453
1.949.839
2.173.791
2.404.162
2.972.868
2.216.144
3.386.524
4.242.838
3.154.132
3.058.144
4.602.372
5.145.462
1.27
1.77
2.04
1.62
1.41
1.91
1.73
Gambar 1 Kurva keuntungan bersih berdasarkan analisis anggaran parsial (Net benefit curve based upon the partial
budget analysis)
4
Tabel 3 Analisis anggaran parsial perlakuan pupuk kandang pada usahatani lombok, Lembang 1985 (Rp./Ha). (Partial budget analysis of animal manure treatments in pepper, Lembang 1985).
PERLAKUAN (TREATMENTS) Elemen Anggaran (Budget element)
Kontrol A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Keuntungan lapang kotor (Gross field benefit)
2.216.144 3.386.524 4.242.838 3.154.132 3.058.144 4.602.372 5.145.462
Biaya berubah (Variable cost) - Pupuk kandang (animal manure) - Tenaga kerja (labor)
0 0
135.000 22.765
27.000 32.509
180.000 21.354
360.000 29.362
525.000 16.905
1.050.000 31.315
Biaya berubah total (Total variable cost)
0 157.765 302.509 201.354 389.362 541.905 1.081.315
Keuntungan bersih (Net benefit) 2.216.144 3.228.759 3.940.329 2.952.778 2.668.782 4.060.467 4.064.147
Tabel 4 Analisis marjinal alternatif investasi yang tidak terdominasi perlakuan pupuk kandang (per ha) (Marginal analysis
of the undominated investment alternatives of animal manure treatment).
Alternatif investasi (Investment alternative)
Keuntungan bersih
(Net benefit)
Biaya berubah (Variable cost)
Keuntungan bersih marjinal (Marginal increase in net
benefit)
Biaya berubah marjinal (Marginal
increase in variable cost)
Tingkat pengembalian marjinal (Marginal rate
of return) (%)
A3B2
A3B1
A1B2
A1B1
Kontrol
4.067.147
4.060.467
3.940.329
3.228.759
2.216.144
1.081.315
541.905
302.509
157.765
0
6.680
120.138
711.570
1.012.615
-
539.410
239.396
144.744
157.765
-
1.24
50.18
491.60
641.85
-
Kurva keuntungan bersih mengimplikasikan bahwa tingkat pengembalian terhadap investasi pupuk kandang unit yang pertama adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat pengembalian terhadap unit tambahan yang diperlukan untuk mencapai keuntungan bersih maksimum. Untuk memperoleh alternatif investasi yang memberikan pengembalian tertinggi digunakan konsep analisis marjinal.
Perrin et. al. (1976) menyatakan bahwa di negara-negara berkembang pada umumnya, petani akan menerima anjuran teknologi tertentu seandainya tingkat pengembalian investasi dari teknologi tersebut minimal adalah 40%. Tabel 4 menunjukkan bahwa alternatif investasi A3B1, A1B2 dan A1B1 memberikan tingkat pengembalian marjinal di atas 40 persen. Walaupun demikian alternatif investasi yang lebih cenderung dipilih untuk disarankan adalah alternatif A1B1, karena memberikan tingkat pengembalian marjinal tertinggi. Besaran pengembalian ini dapat diartikan bahwa jika biaya berubah ditambah sebesar 1 persen maka keuntungan bersih akan meningkat sebesar 6.4 persen. Dikaitkan dengan masalah keterbatasan modal, alternatif investasi A1B1 merupakan alternatif investasi yang paling efisien.
KESIMPULAN Walaupun tidak dapat dijelaskan secara statistik, tetapi hasil fisik menunjukkan bahwa
kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam (30 ton/ha) memberikan produksi tertinggi. Sementara itu kombinasi perlakuan pupuk kandang sapi (30 ton/ha) menunjukkan rasio output input tertinggi. Dua
5
indikator ini ternyata tidak cukup untuk menjelaskan kombinasi perlakuan yang paling menguntungkan, jika dikaitkan dengan kelangkaan modal yang umumnya dihadapi oleh petani.
Melalui analisis marjinal alternatif investasi yang tidak terdominasi, ternyata kombinasi perlakuan pupuk kandang sapi (15 ton/ha) merupakan alternatif investasi yang paling menguntungkan karena memberikan tingkat pengembalian marjinal tertinggi.
PUSTAKA
Calkins, Peter H. 1976. Four Approaches to Risk and Uncertainty for Management Extension Tech. Bull.
No. 3. AVRDC.
Perrin, et. al. 1976. From Agronomic Data to Farmer Recommendations. Information. Bull. 27. CIMMYT.
Work, P. And John Carew. 1970. Vegetable Production and Marketing. Wiley Eastern Private Limited. New Delhi.