16
1 EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN LOBAK (Raphanus sativus Landra. var. hortensis Back.) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST SEBAGAI KANDIDAT ANTIKANKER DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPISNYA TOXICITY EFFECT BIOACTIVE COMPOUND OF LOBAK (Raphanus sativus Landra. var. hortensis Back.) LEAVES WITH BRINE SHRIMP LETHALITY TEST METHOD AS ANTICANCER CANDIDATE AND THAT THIN LAYER CRHOMATOGRAPHY PROFILE Yustin Nur Khoiriyah, Rita Rakhmawati, Endang Anggarwulan Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta. ABSTRACT Cancer have a great rank position to cause of people death in developing country (Indrayani et al., 2006). The synthetic drug of cancer to healing trade have been give side effects and almost expensive relatively. This reason is push ahead to discover a new source drug of cancer. Indonesia have a great potency in this case. One of the plant which have potency to be a new source drug of anticancer candidate is Lobak (Raphanus sativus L.). This vegetables as drug usefull have various bioactive compound on this leaves and tuber, and it has been used empirical for anticancer drugs. The new source drug as a candidate of anticancer require to be proved scientifically. In this research was conducted toxicity effect from bioactive compound of Lobak (Raphanus sativus L.) leaves with BST method as pre screening to discover an anticancer compound. The brine shrimp lethality test as toxicity test has been done by including ten larva A. salina Leach into flacon contain test sampel. Death percentage of A. salina Leach larva was counted 24 hours after giving of test sampel rate series, then made equation of linear line to determine values of LC 50-24 hours . The result of toxicity test showed that methanol extract more toxic than chloroform extract. The partition result of methanol extract showed that insoluble fraction of ethyl acetate more toxic than soluble fraction of ethyl acetate. Insoluble fraction of acetate ethyl as toxic fraction, then be partitionated with acetonitril. The test result of partition with acetonitril by BST showed that insoluble fraction acetonitril is more toxic than soluble fraction of acetonitril with values of LC 50-24 hours = 90,54 g/mL. TLC chromatogram with various specific reagent showed that insoluble fraction of acetonitril found a phenolic compound. Keyword : Raphanus sativus L. var hortensis Back, toxicity, BST, and anticancer

EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

1

EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN LOBAK (Raphanus

sativus Landra. var. hortensis Back.) DENGAN METODE BRINE SHRIMP

LETHALITY TEST SEBAGAI KANDIDAT ANTIKANKER DAN PROFIL

KROMATOGRAFI LAPIS TIPISNYA

TOXICITY EFFECT BIOACTIVE COMPOUND OF LOBAK (Raphanus

sativus Landra. var. hortensis Back.) LEAVES WITH BRINE SHRIMP

LETHALITY TEST METHOD AS ANTICANCER CANDIDATE AND

THAT THIN LAYER CRHOMATOGRAPHY PROFILE

Yustin Nur Khoiriyah, Rita Rakhmawati, Endang Anggarwulan

Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,

Sebelas Maret University, Surakarta.

ABSTRACT

Cancer have a great rank position to cause of people death in developing

country (Indrayani et al., 2006). The synthetic drug of cancer to healing trade have

been give side effects and almost expensive relatively. This reason is push ahead

to discover a new source drug of cancer. Indonesia have a great potency in this

case. One of the plant which have potency to be a new source drug of anticancer

candidate is Lobak (Raphanus sativus L.). This vegetables as drug usefull have

various bioactive compound on this leaves and tuber, and it has been used

empirical for anticancer drugs. The new source drug as a candidate of anticancer

require to be proved scientifically.

In this research was conducted toxicity effect from bioactive compound of

Lobak (Raphanus sativus L.) leaves with BST method as pre screening to discover

an anticancer compound. The brine shrimp lethality test as toxicity test has been

done by including ten larva A. salina Leach into flacon contain test sampel. Death

percentage of A. salina Leach larva was counted 24 hours after giving of test

sampel rate series, then made equation of linear line to determine values of LC50-24

hours.

The result of toxicity test showed that methanol extract more toxic than

chloroform extract. The partition result of methanol extract showed that insoluble

fraction of ethyl acetate more toxic than soluble fraction of ethyl acetate. Insoluble

fraction of acetate ethyl as toxic fraction, then be partitionated with acetonitril.

The test result of partition with acetonitril by BST showed that insoluble fraction

acetonitril is more toxic than soluble fraction of acetonitril with values of LC50-24

hours = 90,54 �g/mL. TLC chromatogram with various specific reagent showed that

insoluble fraction of acetonitril found a phenolic compound.

Keyword : Raphanus sativus L. var hortensis Back, toxicity, BST, and anticancer

Page 2: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

2

PENDAHULUAN

Kanker menempati peringkat tertinggi sebagai penyebab kematian di

negara berkembang (Indrayani et al., 2006). Usaha penyembuhan dengan obat

kanker sintetis umumnya masih relatif mahal dan memiliki efek samping yang

besar. Hal tersebut mendorong dilakukannya pencarian sumber obat baru yang

berasal dari alam sebagai salah satu kandidat yang berkhasiat antikanker.

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai sumber obat baru untuk

kandidat antikanker adalah tanaman Lobak (Raphanus sativus L.). Tanaman sayur

berkhasiat obat ini, umbi dan daunnya mengandung berbagai kandungan kimia

seperti saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta

bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat tersebut

mengandung antibiotik terhadap beberapa jenis bakteri dan antioksidan (Mursito,

2007; Kumalaningsih, 2008). Beberapa penelitian Lobak telah dilaporkan tentang

ekstrak metanol 95% akar Lobak segar, telah diisolasi satu senyawa penangkap

radikal DPPH dengan EC50 0,701 mg/mL yang diduga sebagai turunan

isotiosianat (Ervina et al., 2001). Senyawa isotiosianat sendiri diketahui sanggup

berperan memblok aktivasi pembentukan metabolit karsinogen dan meningkatkan

detosifikasi karsinogen (Yulianto, 2005), sehingga berkhasiat sebagai

hepatoprotektor dan mencegah kanker.

Lee et al., (2006) melaporkan hasil penelitiannya bahwa ekstrak metanol

kecambah Lobak mampu menginduksi Quinon Reductase (QR) yang berperan

penting untuk melindungi dari karsinogen dan xenobiotik lain. Zat aktif Indole-3-

carbinolnya, berkhasiat anti tumor, khemopreventif terhadap tumor payudara,

menghambat karsinogenesis terhadap cell line estrogen responsive,

imunomodulator dan mampu meningkatkan produksi TNF (Tumor Necrosis

Factor) sehingga sangat berguna dalam pencegahan terhadap tumor (Weng et al.,

2008). Serat di dalamnya dapat mencegah risiko kanker usus besar (kolon)

(Raharjo, 2004).

Page 3: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

3

Berdasarkan hal tersebut, Lobak berpotensi sebagai sumber obat baru

kandidat antikanker, namun agar dapat dipertanggungjawabkan, diperlukan

penelitian ilmiah lebih lanjut tentang komponen bioaktif dari daun Lobak.

Uji toksisitas sebagai skrining awal senyawa bahan alam yang diduga

berkhasiat antikanker yaitu dengan menggunakan hewan uji Artemia salina

Leach. yang dikenal dengan Brine Srhimp Lethality Test (BST) (McLaughlin et

al., 1998). Senyawa toksik pada BST mempunyai korelasi terhadap uji sitotoksik,

mengingat sifat toksik terhadap sel (sitotoksik) harus dimiliki suatu senyawa

kandidat antikanker. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya efek

toksisitas dari komponen bioaktif daun Lobak dengan metode BST sebagai

skrining awal pencarian senyawa antikanker.

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah rotary evaporator

(Heidolp vv 2000, Germany), Oven (Memert, Germany), lampu UV, syringe, pipa

kapiler, bejana pengembang, alat-alat gelas, mikropipet 10-1000 µL, mikropipet

20-250 µL, flakon, gelas ukur 50 mL, vortek, lampu 5 watt, neraca analitik,

spatula, pipet tetes, wadah penetasan dengan 2 tipe ruang (terang dan gelap),

aerator dan refraktometer.

Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah daun Lobak (R.

sativus L.) yang diambil dari Tawangmangu, pelarut penyari metanol dan

kloroform berderajat pro analisis dari E. Merck, plat silica gel 60 GF254, etil

asetat, kloroform, asetonitril, aseton, telur A. salina Leach, air laut dengan kadar

garam 5%, suspensi ragi (Fermipan®), aquades, Serium (IV) sulfat, reagent

dragendorf, FeCl3, vanilin asam sulfat, lieberman-burchad, anisaldehid, uap

amonia dan uap iodium.

Page 4: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

4

Cara Kerja

1. Persiapan sampel

Daun segar yang telah dibersihkan dari kontaminan bahan lain

dikeringkan menggunakan sinar matahari tidak langsung dengan cara ditutup

kain hitam, selanjutnya daun yang sudah kering diserbuk dengan

menggunakan blender.

2. Pemisahan komponen bioaktif

Pemisahan komponen bioaktif daun Lobak meliputi beberapa tahapan

yaitu ekstraksi dan partisi. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan

penyari metanol dan kloroform. Ekstrak teraktif dipartisi dengan etil asetat

untuk memperoleh dua fraksi, yaitu fraksi larut dan fraksi tidak larut etil

asetat. Fraksi teraktif dari hasil partisi dengan etil asetat selanjutnya dipartisi

kembali dengan asetonitril. Pada tiap tahap pemisahan dimonitoring dengan

KLT untuk mengetahui hasil pemisahan kandungan kimia dan BST sebagai

bioassay guided extraction and partition.

3. Uji toksisitas dengan Metode BST

Telur udang Artemia salina L. ditetaskan dalam wadah yang terdiri dua

ruang (gelap dan terang) dan berisi air laut. Telur A. salina dimasukkan dalam

air laut yang telah diaerasi dan diberi penerangan dengan cahaya lampu 5 watt.

Setelah 24 jam telur akan menetas dan siap dipindahkan dalam wadah baru

sampai umur 24 jam. Setelah 24 jam, didapatkan nauplius A. salina berumur

24 jam yang siap digunakan untuk uji toksisitas.

Larutan uji yang dibuat dengan berbagai konsentrasi (50, 75, 100, 500,

1000 µg/mL), dalam kloroform:metanol (1:1 v/v) kemudian dimasukkan

dalam flakon. Pembuatan kontrol uji dilakukan dengan memasukkan pelarut

kloroform:metanol (1:1 v/v) dalam flakon sebagai kontrol uji. Flakon tersebut

dan flakon kontrol uji diuapkan sampai tidak berbau pelarut, selanjutnya diisi

dengan 1 mL air laut dan dihomogenisasi dengan menggunakan vortek.

Sepuluh ekor A. salina yang bergerak aktif secara acak dimasukkan ke

dalam flakon-flakon yang telah diisi sampel dengan konsentrasi tertentu, air

Page 5: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

5

laut ditambahkan hingga volume mencapai 5 mL. Makanan yang digunakan

adalah ragi Saccharomyces cerevisae dengan konsentrasi 3 mg/5 mL air laut,

sebanyak 1 tetes di masukkan ke dalam masing-masing flakon. Flakon-flakon

tersebut diletakkan di bawah lampu penerangan selama 24 jam dan kemudian

dihitung jumlah larva A. salina yang mati. Jumlah larva yang mati dihitung

setelah 24 jam waktu kontak. Larva dikategorikan mati bila sudah tidak

bergerak lagi. Setiap kadar uji dilakukan pengujian dengan lima kali

pengulangan untuk mendapatkan data yang valid. Meyer et al. (1982),

menyatakan bahwa suatu senyawa dikatakan toksik jika mempunyai nilai LC50

di bawah 1000 µg/ mL.

4. Penentuan Golongan Senyawa Fraksi Teraktif

Fraksi teraktif dianalisa kandungan senyawa kimianya dengan ditotolkan

pada lempeng KLT silica gel 60 GF254. Jarak pengembangan 7,5 cm dengan

fase gerak yang sesuai. Hasilnya dideteksi dengan sinar UV254 nm dan UV366

nm serta disemprot Serium (IV) sulfat untuk mendeteksi keberadaan senyawa

organik secara umum, dan deteksi spesifik Lieberman-burchad, reagent

Dragendorf, FeCl3, Vanilin asam sulfat, Serium (IV) sulfat, Anisaldehid, uap

amonia dan uap iodium.

Analisis data

Uji toksisitas dianalisis dengan menghitung jumlah A. salina yang mati

setelah 24 jam perlakuan dengan rumus:

% Kematian = jumlah larva A. salina mati x 100%

jumlah larva uji

Dari hasil tersebut dapat dihitung nilai LC50 dengan membuat persamaan

garis linier. Bila ada kematian pada kontrol dapat dikoreksi dengan rumus Abbot’s

yaitu:

% Kematian = jumlah larva A. salina (Mati-kontrol) x 100%

jumlah larva uji

Page 6: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

6

Suatu senyawa atau ekstrak dikatakan toksik apabila menunjukkan LC50 <

1000µg/ml pada uji dengan BST (McLaughlin dan Ferrigni, 1983; Carballo et al.,

2002).

Penentuan golongan fraksi komponen kandidat antikanker dideteksi

dengan kromatografi lapis tipis dengan fase gerak dan fase diam yang sesuai serta

pereaksi semprot yang spesifik. Profil kromatografi lapis tipis hasil deteksi

semprot spesifik dianalisis secara kualitatif dengan analisis deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persiapan Sampel

Daun Lobak segar yang diperoleh disortir untuk mengurangi jumlah

pengotor yang ikut terbawa dalam bahan utama. Debu dan mikroba yang melekat

pada bahan dihilangkan dengan pencucian. Pengeringan dilakukan dibawah sinar

matahari tidak langsung di tempat ternaung dengan tujuan untuk mencegah

kerusakan senyawa akibat proses oksidasi, atau reaksi enzimatis lain seperti

dekomposisi, perubahan pH yang akan menyebabkan hidrolisis senyawa iridoid

dan flavonoid glikosida (Cannell, 1998). Daun yang sudah kering diserbuk dengan

cara diblender. Pembuatan serbuk bertujuan untuk memperluas permukaan

partikel yang berinteraksi dengan pelarut (Cannell, 1998).

Pemisahan Komponen Bioaktif dan Uji Brine Shrimp Lethality Test (BST)

Serbuk diekstraksi menggunakan metode maserasi yang merupakan proses

penyarian yang sederhana baik cara pengerjaan maupun peralatan yang

digunakan. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk daun Lobak dalam

pelarut kloroform untuk menarik senyawa-senyawa yang bersifat non polar dan

sebagian senyawa semi polar yang terkandung dalam daun Lobak. Proses

maserasi dengan kloroform dilakukan selama 3 kali 24 jam disertai pengadukan

agar terjadi interaksi yang merata antara cairan penyari dengan seluruh permukaan

masing-masing serbuk. Selain itu menurut Cannell (1998), pengadukan pada

Page 7: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

7

proses maserasi ditujukan untuk meningkatkan efisiensi metode maserasi supaya

kejenuhan pelarut terjadi lebih cepat dan maserat yang diperoleh lebih homogen.

Ampas sisa maserasi dengan kloroform yang tidak berbau pelarut,

kemudian dimaserasi dengan metanol dengan langkah sama seperti di atas dan

didapatkan ekstrak metanol kental dengan berat sebesar 49 gram.

Profil kandungan senyawa-senyawa yang terdapat dalam masing-masing

ekstrak dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kromatogram hasil KLT ekstrak kloroform dan ekstrak metanol

daun Lobak (A) Visibel (Sinar tampak) (B) dengan deteksi UV254,

(C) UV366, (D) Serium (IV) sulfat.

Fase diam : silika gel GF254

Fase gerak : CHCl3 : EtOAc 3:1 (v/v)

Keterangan : 1. Ekstrak CHCl3

2. Ekstrak MeOH

Hasil KLT menunjukkan bahwa ekstraksi yang dilakukan menunjukkan

profil yang berbeda pada sistem fase gerak CHCl3 : EtOAc (3:1 (v/v)). Terlihat

dengan tidak adanya tumpang tindih (overlapping) senyawa-senyawa pada kedua

ekstrak. Hal ini berarti bahwa proses ekstraksi dengan kloroform berhasil menarik

2 2 2 2 1 1 1 1

B A C

1,00

0,25

0

0,5

0,75

D

Rf

Page 8: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

8

senyawa-senyawa yang bersifat semi polar dan non polar, sedangkan ekstraksi

dengan metanol berhasil menarik senyawa-senyawa yang bersifat lebih polar.

Bioassay guided extraction dilakukan untuk menentukan ekstrak mana

yang lebih aktif. BST merupakan metode uji hayati yang sederhana, cepat, mudah

dan reproducible yang secara tidak langsung dapat mencerminkan toksisitas suatu

senyawa atau bahan (Astuti et al., 2002).

Hasil uji BST menunjukkan bahwa ekstrak metanol memberikan

persentase kematian yang lebih besar terhadap larva A. salina, dengan persentase

kematian sebesar 80% dibandingkan ekstrak kloroform dengan persentase

kematian 6% pada konsentrasi larutan uji 1000 �g/mL. Sehingga tahap partisi

selanjutnya dilakukan terhadap ekstrak metanol.

Hasil uji BST ekstrak kloroform dan ekstrak metanol daun Lobak dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji BST ekstrak kloroform dan ekstrak metanol daun Lobak

Sampel uji Konsentrasi

(µµµµg/mL) (% kematian)

Ekstrak metanol 1000 80

500 64

100 10

Ekstrak kloroform 1000 6

500 10

100 12

Kontrol 0

Penelitian Lee et al., (2006) melaporkan bahwa ekstrak metanol kecambah

Lobak ternyata mampu menginduksi Quinon reductase yang berperan penting

dalam perlindungan terhadap penyebab kanker kimia yaitu pada sel mutan

Hepa1c1c7 dan xenobiotik lain.

Ekstrak metanol dipartisi dengan menggunakan pelarut etil asetat sehingga

dihasilkan dua fraksi, yaitu fraksi terlarut dan fraksi tidak larut etil asetat. Partisi

ini dimaksudkan untuk menyari senyawa-senyawa yang lebih polar agar masuk

dalam fraksi larut etil asetat (indeks kepolaran 4,4). Etil asetat sebagai pelarut

Page 9: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

9

partisi diperoleh dari partisi pendahuluan dengan berbagai pelarut yang

sebelumnya dipilih berdasar indeks kepolaran.

Profil KLT hasil partisi dengan etil asetat dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kromatogram hasil KLT (1) fraksi larut etil asetat dan (2) fraksi tidak

larut etil asetat dengan deteksi Serium (IV) sulfat.

Fase diam : silika gel GF254

Fase gerak : CHCl3 : EtOAc 3:1 (v/v)

Berdasarkan bioassay guided partition menggunakan Brine Shrimp

Lethality Test (BST), fraksi tidak larut etil asetat memberikan persentase kematian

yang lebih besar dari fraksi larut etil asetat (Tabel 2). Hal ini berarti senyawa

teraktif berdasarkan metode BST berada pada fraksi tidak larut etil asetat yang

selanjutnya akan dipartisi lebih lanjut dengan asetonitril.

Tabel 2. Hasil uji BST fraksi larut etil asetat dan fraksi tidak larut etil asetat

daun Lobak.

Konsentrasi Larutan Uji

(µµµµg/mL)

Persentase kematian (%)

Fraksi larut

etil asetat

Fraksi tidak larut

etil asetat

100 10 84

Kontrol (Metanol 10µL/mL) 0

0

0,25

0,50

0,75

1,00

2 1

Rf

Page 10: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

10

Berdasarkan indeks kepolaran dari asetonitril (5,8) (Cannell, 1998) maka

senyawa yang terlarut dalam fraksi larut asetonitril merupakan senyawa semi

polar, dan fraksi tidak larut asetonitril berupa senyawa yang lebih non polar. Profil

kandungan senyawa fraksi larut asetonitril dan tidak larut asetonitril terlihat pada

Gambar 3.

Gambar 3. Kromatogram hasil KLT (1) fraksi larut asetonitril, (2) tidak larut

asetonitril (A) Visibel (Sinar tampak) (B) dengan deteksi UV254, (C)

UV366, (D) Serium (IV) sulfat.

Fase diam : silika gel GF254

Fase gerak : EtOAc:Etanol:H2O (9:1:12 (v/v))

Profil kandungan senyawa kimia pada fraksi larut dan tidak larut

asetonitril berdasarkan deteksi UV254, UV366 dan Serium (IV) sulfat tidak

menunjukkan adanya kesamaan bercak (overlapping) pada kedua hasil partisi,

sehingga uji toksisitas dengan BST dapat dilakukan pada kedua fraksi.

Hasil uji BST menunjukkan bahwa fraksi tidak larut asetonitril

memberikan persentase kematian yang lebih besar dari fraksi terlarut asetonitril

(Tabel 3). Melihat ketoksikan fraksi tidak larut asetonitril dibandingkan fraksi

larut asetonitril, konsentrasi 100µg/mL menyebabkan kematian A. salina sebesar

2 1

0

0,25

0,50

0,75

1,00

Rf

2 1 2 1 1 2

A D C B

Page 11: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

11

56%, sedangkan pada fraksi larut asetonitril tidak menyebabkan kematian dari

konsentrasi 10-100µg/mL. Maka disimpulkan bahwa fraksi tidak larut asetonitril

merupakan kandidat antikanker yang perlu diteliti lebih lanjut.

Tabel 3. Hasil uji BST fraksi larut asetonitril dan fraksi tidak larut

asetonitril daun Lobak.

Konsentrasi Larutan Uji

(µµµµg/mL)

Persentase kematian (%)

Fraksi larut

asetonitril

Fraksi tidak larut

asetonitril

100 0 56

75 0 40

50 0 28

20 0 8

10 0 2

Kontrol (Metanol 10µL/mL) 0

Berdasarkan persentase kematian fraksi tidak larut asetonitril dapat

dihitung nilai LC50 dengan membuat persamaan garis linier y = bx + a.

Persamaan garis linier diperoleh dari kurva hubungan antara konsentrasi

dan persen kematian larva A. salina dapat dilihat pada Gambar 4.

��������������� �

�����������

��

��

��

��

��

� �� � �� �� ��� ���

� ��� ������ �� ��

����������

Gambar 4. Grafik hubungan persentase kematian dan konsentrasi larutan uji fraksi

tidak larut asetonitril

Nilai LC50 ditentukan dengan persamaan garis lurus di atas (y=0,5759x-

2,1434) dengan memasukkan nilai y=50 ke dalam persamaan persamaan garis

lurus, dan diperoleh konsentrasi yang menyebabkan 50% kematian yaitu sebesar

Page 12: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

12

90,54 µg/mL. LC50 menunjukkan konsentrasi yang menyebabkan kematian pada

50% hewan uji. Nilai LC50 yang diperoleh mencerminkan toksisitas senyawa

terhadap hewan uji. Semakin kecil nilai LC50 suatu senyawa maka semakin tinggi

toksisitasnya, dan sebaliknya semakin besar nilai LC50 suatu senyawa maka

semakin rendah tingkat toksisitasnya. Meyer et al., (1982) menyatakan bahwa

suatu senyawa dikatakan toksik jika mempunyai nilai LC50 di bawah 1000 µg/mL.

Meskipun uji toksisitas dengan BST tidak dapat secara langsung menggambarkan

kemampuan toksiknya terhadap sel kanker tertentu, namun metode ini sudah

banyak dilaporkan bermanfaat untuk uji skrining senyawa aktif antikanker (Astuti

et al., 2002). Mc Laughlin et al., (1998) menemukan adanya korelasi positif antara

BST dgn uji sitotoksik 9KB (karsinoma nasofaring manusia), ditunjukkan dengan

hasil uji sitotoksik yang memberi nilai ED50 9KB sama dengan 1/10 dari nilai

LC50 hasil uji BST.

Penentuan Golongan Senyawa Fraksi Teraktif

Penentuan golongan senyawa fraksi tidak larut asetonitril digunakan

berbagai pereaksi semprot antara lain Lieberman-burchad, reagen Dragendorf,

FeCl3, Vanilin asam sulfat, Serium (IV) sulfat, Anisaldehid, dan uap amonia

(Tabel 4).

Tabel 4. Hasil deteksi dengan berbagai deteksi semprot fraksi teraktif tidak

larut asetonitril

Warna

bercak

Deteksi Perkiraan senyawa

UV

254

UV

366

AD DD VA FeCl3 LB SS A

- - - merah - coklat Kuning Fenolik (Rf 0,07)

biru - - - - - coklat - Ikatan rangkap

terkonjugasi (Rf 0,4)

Keterangan :

1. AD = Anisaldehid

2. DD = Dragendorf

3. VA = Vanilin

4. LB = Lieberman-burchard

5. SS = Serium (IV) sulfat

6. A = Amonia

Page 13: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

13

Kandungan kimia fraksi tidak larut asetonitril dengan berbagai deteksi

senyawa spesifik terlihat pada kromatogram (Gambar 5).

Gambar 5. Kromatogram fraksi tidak larut asetonitril

Fase diam : silika gel GF254

Fase gerak : CHCl3:aseton 1:1 (v/v)

Deteksi : A. Visibel (Sinar tampak)

B. Amonia

C. UV254

D. UV366

E. Anisaldehid

F. Dragendorf

G. Serium (IV) sulfat

H. Lieberman burchad

I. FeCl3

J. Vanillin asam sulfat

Hasil positif pada deteksi senyawa amonia ditandai dengan berubahnya

warna bercak menjadi warna kuning (Gambar 5.B), yang menunjukkan bahwa

kandungan senyawa dalam fraksi tersebut terdapat golongan senyawa fenolik.

Hasil positif terjadi pula pada pereaksi semprot FeCl3 yang merupakan deteksi

senyawa fenol. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna totolan sampel fraksi

(A) (C) (B) (D) (F) (E) (G) (H) (I)

0

0,25

0,50

0,75

1,00

Rf

(J)

Page 14: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

14

tidak larut asetonitril menjadi merah. Pereaksi semprot FeCl3 merupakan cara

klasik deteksi senyawa fenol sederhana yang menimbulkan warna hijau, merah,

ungu, biru atau hitam yang kuat, tetapi kebanyakan fenol (terutama flavonoid)

dapat dideteksi pada kromatogram berdasarkan warnanya atau flouresensinya di

bawah lampu UV, warnanya diperkuat atau berubah bila diuapi amonia. Senyawa

fenol berupa senyawa aromatik sehingga semua menunjukkan serapan kuat di

daerah spektrum UV (Harborne, 1987). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5,

dimana pada spektrum UV366 tampak bercak biru. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa di dalam fraksi tidak larut asetonitril terdapat senyawa golongan fenolik.

Senyawa fenolik yang berhasil dideteksi pada penelitian ini dapat dikatakan

sebagai salah satu golongan senyawa yang ikut bertanggung jawab terhadap

kematian A. salina. Namun tidak menutup kemungkinan ada golongan senyawa

lain yang ikut bertanggung jawab terhadap efek toksik A. salina yang belum

terdeteksi.

Senyawa fenolik dilaporkan mempunyai sejumlah aktifitas biologis

termasuk antioksidan. Menurut Duthie et al., (2007) terdapat hubungan antara

proses terjadinya kanker (karsinogenesis) dengan senyawa antioksidan yang erat

kaitannya dengan kerusakan oksidatif DNA. Dengan menekan reaksi oksidatif

radikal bebas, kerusakan mitokondria sebagai organel penyedia energi dalam sel

dapat dicegah. Antioksidan dapat melindungi disfungsi mitokondria dan gangguan

lain yang dapat menyebabkan penyakit lain (Poon et al., 2004).

KESIMPULAN

1. Fraksi tidak larut asetonitril dari ekstrak metanol dari fraksi tidak larut etil

asetat mempunyai efek toksisitas tertinggi terhadap A. salina dengan nilai

LC50-24 jam sebesar 90,54 µg/mL.

2. Senyawa toksik yang terdapat dalam fraksi tidak larut asetonitril daun Lobak

yang diduga ikut bertanggungjawab menyebabkan kematian larva Artemia

salina Leach. adalah golongan senyawa fenolik.

Page 15: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

15

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada PHK A-2 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

tahun 2008 atas dukungan dana penelitiannya dan segenap tim pengurusnya.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, P., Alam, G., Hartati, M.S., Sari, D. dan Wahyuono, S. 2005. Uji

Sitotoksik Senyawa Alkaloid dari Spons Petrosia sp.: Potensial

Pengembangan Sebagai Antikanker. Majalah Farmasi Indonesia, 16 (1):

58-62

Cannel R.J.P. 1998. Natural Products Isolation. New Jersey: Humana Press

Carballo, J.L., Inda, Z.L.H., Perez, P, Gravalos, M.D.G. 2002. A comparison

between two brine shrimp assays to detect in vitro cytotoxicity in marine

natural products. BMC Biotechnology 2 (17) : 1-5

Duthie, G.G, S.J. Duthie, and J.A.M. Kyle. 2000. Plant polyphenol in cancer and

heart disease; implications as nutritional antioxidant. Nutrition Research

Rreview 13: 79-106

Ervina, M., Soediro, I.S., Kusmardiyani, S. 2001. Telaah Fitokimia Akar Lobak

(Raphanus sativus L. var, Hortensis Back.) sebagai Penangkap Radikal

Bebas. Laporan Penelitian. Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terbitan Kedua. Penerjemah:

Padmawinata, K. dan I. Sudiro. Bandung: Penerbit ITB

Indrayani, L.; Soetjipto, H., dan Sihasale, L. 2006. Skrining Fitokimia dan Uji

Toksisitas Ekstrak Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl)

Terhadap Larva Udang Artemia salina Leach. Berk. Penel. Hayati 12 : 57–

61.

Kumalaningsih, S. 2008. Super Oksida Dismutase (SOD).

http://antioxidantcentre.com/index.php?option=com_rss&feed=RSS2.0&no

_html=1. [13 Agustus 2008]

Lee, S.O. and Lee, I.S. 2006. Induction of Quinone Reductase, The Phase 2

Anticarcinogenic Marker Enzyme, in Hepa1c1c7 Cells by Radish Sprouts,

Raphanus sativus L. Journal of Food Science 71 (2) : S144-S148.

Page 16: EFEK TOKSISITAS KOMPONEN BIOAKTIF DAUN … saponin, flavonoid dan polifenol, minyak atsiri, vitamin A dan C serta bijinya mengandung 30-40% minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat

16

Mc Laughlin, J.L., and Ferrigni, N.R. 1983. Potato dises and brine shrimp: Two

Simple bioassays for antitumor prescreening and fractionating monitoring.

Proceeding of symposium on discovery and development of naturally

occurring antitumor agents, National Cancer Institute, Frederick, Maryland

: 9-12

Mc Laughlin, J.L, Rogers, L.L, Anderson, J.E. 1998. The Use of Biological

Assays to Evaluate Botanicals. Drug Information Journal 32 : 513-524

Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putnam, J.E., Jacobsen, L.B., Nichols D.E,

McLaughlin, J.L. 1982. Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for

Active Plant Constituents. Plant Medica 45 : 31-34.

Mursito, D dan Kajawi. 2007. Pengaruh Kerapatan Tanaman dan Kedalaman Olah

Tanah Terhadap Hasil Umbi LobakI. Laporan Penelitian. Fakultas

Pertanian UNS, Surakarta.

Poon, H.F., Calabrese, V., Butterfield, D.A. 2004. Free radicals and brain aging.

Clinical Geriatri Medical 20;329-359

Raharjo, S. 2004. Era Baru Ilmu Pangan dan Gizi. http://[email protected].

[29 Juli 2008]

Weng, J., Tsai, C., Kulp S.K., Chen, C. 2008. Indole-3-carbinol as a

chemopreventive and anti-cancer agent. Cancer Letters 262:2, 153-163

Yulianto, W. A. 2005. Kubis sebagai Kemopreventif Kanker.

http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2005/0304/kes1.html. [29

Juli 2008]