Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
eeee----JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
eeee----journal journal journal journal
FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD Universitas Universitas Universitas Universitas
UdayanaUdayanaUdayanaUdayana
Elektronik Jurnal Peternakan Tropika
dipublikasikan oleh:
Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1
Telp. 0361-235231/222096
email: [email protected]
Volume Nomor Tahun
VII 2 2019
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA
REDAKTUR / KETUA EDITOR
Dr. I Made Mudita, S.Pt., MP
EDITOR
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS
Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS
Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS
Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, MSi
Eny Puspani, SPt., MSi
I Wayan Wirawan, SPt., MP
Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi
Dr. Ir. Ni Wayan Siti, MSi
Dr. Ir. Ni Putu Mariani, MSi
Ir. Ni Putu Sarini, MSc
Dr. Budi Rahayu Tanama Putri, SPt, MM
I Wayan Sukanata, SPt., MSi
ALAMAT REDAKSI:
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleks Lantai 1
Telp. 0361- 222096 / 235231 /087784792574
Email: [email protected]
eeee----JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
eeee----journal journal journal journal
FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD
Universitas Universitas Universitas Universitas
UdayanaUdayanaUdayanaUdayana
PANDUAN BAGI PENULIS
Ketentuan Umum
1. Naskah yang dikirim merupakan naskah asli/orisinil dan belum pernah diterbitkan
(Naskah dari mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir dalam level S1 minimal berasal
dari naskah seminar tugas akhir (Seminar hasil penelitian/Pra-Skripsi) yang telah
disahkan/Acc oleh tim penguji dan pembimbing, sedangkan untuk penulis lain naskah
disesuaikan dengan aturan ilmiah yang berlaku umum)
2. Lingkup ejurnal ini memuat hal-hal yang menyangkut dunia peternakan dalam bentuk
hasil penelitian, kegiatan ilmiah, kajian pustaka dan/atau gagasan dengan topik aktual.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang
ditentukan
4. Penulis mengirim 2 (dua) eksemplar naskah ke redaksi yang dilengkapi dengan softcopy
(berupa CD) atau naskah dapat pula dikirim via email dalam bentuk program Microsoft
Word.
5. Naskah dan Softcopy (CD) dikirim kepada:
Redaksi eJournal Peternakan Tropika
d.a Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Gedung Agrokompleks Lantai 1 Kampus UNUD Denpasar
Jl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali
Telp. 0361-222096 / HP. 087784792574
Email: [email protected]
Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan jarak 1.5 spasi kecuali
Judul, Abstrak, Judul Tabel, Judul Gambar, dan lampiran yang diketik 1 spasi. Naskah
dicetak pada kertas ukuran A4, dengan huruf Time New Roman berukuran 12 point
(kecuali Judul berukuran font 14); margin atas dan margin kiri berukuran 3 cm,
sedangkan margin kanan dan margin bawah berukuran 2 cm.
2. Judul dari Makalah, Abstrak, Abstract, bab (Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil
dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan Terima Kasih), dan Daftar Pustaka
ditulis dengan Huruf Kapital. 12 point (Bold) (kecuali Judul memakai font 14 point).
Font Time New Roman.
3. Nama Penulis, Sub Bab, Institusi, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya. ditulis dengan
diawali dengan Huruf Kapital. 12 point. Time New Roman. Institusi penulisan tidak di
Bold, sedangkan Nama Penulis, Sub Bab, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya,
penulisan di Bold
4. Naskah ditulis maksimum 20 halaman dan setiap halaman tidak perlu diberi nomor
(Nomor akan diisi oleh tim penyusun, disesuaikan dengan urutan publikasi naskah).
5. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan judul, nama penulis dan nama instansi,
alamat korerspondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia), pendahuluan, metode (sosial ekonomi) atau materi dan metode
(eksakta), hasil dan pembahasan, simpulan (+ saran), ucapan terima kasih, dan daftar
pustaka.
Sedangkan naskah kajian pustaka/gagasan aktual disusun dengan urutan judul, nama
penulis dan nama instansi/institusi, alamat korespondensi (email dan No. Telpon/HP),
abstrak (dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), pendahuluan, masalah dan
pembahasan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka.
TATA CARA PENULISAN NASKAH
1. JUDUL, harus singkat, spesifik dan informatif yang menggambarkan isi naskah,
maksimal 20 kata. Untuk kajian pustaka, dibelakang judul agar ditulis: Suatu kajian
Pustaka. Untuk gagasan Aktual, dibelakang judul agar ditulis: Suatu Gagasan Aktual.
Judul ditulis dengan hurup kapital. Time New Roman berukuran 14 point (Bold), jarak
1 (satu) spasi dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.
2. Nama Penulis, ditulis nama lengkap tanpa gelar akademis. Artikel yang ditulis oleh
Mahasiswa melibatkan juga pembimbing dan/atau orang yang terlibat dengan
penelitian/artikel yang ditulis. Sedangkan penulis dari kalangan umum, penulis
mencerminkan pemilik dari artikel/penelitian/gagasan yang akan dimuat. Penulisan
nama penulis pertama artikel dimulai dari nama utama yang akan dimuat, diikuti
dengan pendukung (nama urutan kelahiran/marga/dll) sedangkan penulisan nama
penulis ke-2 dan selanjutnya disusun sesuai dengan urutan nama bersangkutan. Nama
utama ditulis utuh, sedangkan nama pendukung disingkat dengan satu huruf/singkatan
umum yang berlaku.
3. Nama Lembaga/Instansi/Institusi, nama lembaga/institusi ditulis secara lengkap
disertai alamat.
4. Alamat Korespondensi (No. Telpon dan email), No. Telp dan alamat email yang
ditulis adalah yang aktif untuk memudahkan komunikasi terkait artikel yang akan
dipublikasikan
5. ABSTRAK, ditulis dalam Bahasa Indonesia (ABSTRAK) dan Bahasa Inggris
(ABSTRACT). Abstrak ditulis dalam 1 paragraf yang berisikan tujuan penelitian,
metode, hasil dan simpulan. Abstrak tidak lebih dari 250 kata. diketik satu spasi
6. Kata Kunci (key Word), diketik miring, maksimal 5 kata yang merupakan kata-kata
utama dari artikel, 1 (dua) spasi setelah abstrak + 12 pt setelah abstrak.
7. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang permasalahan, fakta/data dari pustaka
mendukung, solusi/alternative solusi serta tujuan penulisan. Dalam mengutip pendapat
orang dipakai sistem nama dan tahun. Contoh: Udayana (2005); Quan et al. (2002)
8. MATERI DAN METODE. ditulis lengkap dan terperinci terutama desain penelitian.
Metode penelitian mengikuti acuan yang berlaku dengan mencantumkan sumbernya.
9. HASIL DAN PEMBAHASAN. Menyajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan
hasil secara jelas dan komprehensif . Penulisan hasil dan pembahasan disatukan
(bukan terpisah hasil saja / pembahasan saja)
Ilustrasi (Tabel, Grafik, Histogram, Sketsa, Gambar)
a. Judul Tabel, grafik, histogram, sketsa, dan/atau gambar diberi nomor urut, judul
singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ditulis menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 12 point (Bold), awal kata menggunakan hurup
kapital (kecuali kata penghubung), dengan jarak 1 (satu) spasi
b. Isi Tabel/Ilustrasi lain ditulis dengan Font Time New Roman 11 - 12 point
(disesuaikan dengan ukuran/isi table). Isi item Tabel/Ilustrasi lain yang
disingkat/istilah khusus dapat diisi notasi baik berupa huruf/angka yang selanjutnya
wajib diberi keterangan terkait notasi tersebut
c. Keterangan Tabel/Ilustrasi ditulis dari disebelah kiri bawah menjulur ke kanan (bisa
dipisah setiap notasi atau menjalur terus untuk kesemua notasi), menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 11 point, dengan jarak 1 (satu) spasi + 6 pt
setelah Ilustrasi. Penulisan tanda atau notasi untuk data yang dianalisis dengaan
analisis statistik menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama
yang menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01)
d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan
tanda koma ( , ), untuk bahasa Inggris digunakan titik ( . ).
e. Grafik, gambar dan Foto: Grafik dibuat dalam program excel, Gambar baik berupa
gambar biasa/foto harus tajam dengan resolusi tinggi
f. Satuan pengukuran menggunakan sistem internasional (SI)
g. Nama Latin, Yunani/Daerah dicetak miring. Istilah asing/khusus diberi tanda petik
10. SIMPULAN DAN SARAN (bila diperlukan). ditulis secara singkat dan jelas
11. UCAPAN TERIMA KASIH. disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu
sehingga penelitian/artikel dapat dihasilkan, misalnya pemberi gagasan, pemilik
proyek/penyandang dana (pembimbing tugas akhir tidak perlu diberi ucapan terima
kasih, pembimbing tugas akhir langsung diisi sebagai penulis) dll
12. DAFTAR PUSTAKA. Memuat nama pengarang yang dirujuk dalam naskah, disusun
menurut abjad pengarang dan tahun penerbitan. Untuk buku dicantumkan semua nama
penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat. Untuk jurnal dicantumkan nama
penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi dan halaman.
Artikel dalam buku dcicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul
buku, penerbit dan tempat. Artikel internet dicantumkan nama penulis, tahun dibuat,
judul tulisan, alamat web, waktu akses.
e-Journal
Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected] e-journal
FAPET UNUD
911
Pengaruh Penggantian Ransum Komersial dengan Tepung Kulit
Kecambah Kacang Hijau terhadap Penampilan Itik Bali Jantan Umur 0-8
Minggu
Laksmana, K. Y. P., N. W. Siti, dan E. Puspani
P S Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali
e-mail: [email protected], Telp +62857 3855 3538
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggantian ransum komersial
dengan tepung kulit kecambah kacang hijau terhadap penampilan itik bali jantan umur 0-8
minggu. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan,
tiap perlakuan menggunakan lima ulangan dan setiap ulangan menggunakan tiga ekor itik bali
jantan. Perlakuan yang diberikan yaitu; P0 (ransum komersial 100%), P1 (penggantian 6%
ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau) dan P2 (penggantian 12%
ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau). Variabel yang diamati dalam
penelitian ini adalah berat badan awal, konsumsi ransum, konsumsi air minum, berat badan
akhir, pertambahan berat badan dan Feed Convertion Ratio. Hasil penelitian menunjukan
bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang
hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, konsumsi air minum,
berat badan akhir, pertambahan berat badan dan FCR. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah
kacang memberikan pengaruh yang sama baiknya dengan itik yang diberikan ransum
komersial.
Kata kunci : Itik bali jantan, tepung kulit kecambah kacang hijau, penampilan, ransum
komersial
The Effect of Commercial Ration with Green Bean Sprout Peels Flour To
Performance of Male Bali Duck Aged 0-8 Weeks
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of commercial ration with green bean sprout
peels flour on performance of male bali duck. Research use completely randomized design
(CRD) with three treatments, each treatment using five replications and each replication using
three male bali duck. The treatments it gives is ; P0 (commercial ration of 100%), P1
(replacement of 6% commercial ration with bean sprout peels flour) and P2 (replacement of
12% of commercial ration with bean sprout peels flour). The variables were observed in this
study is the initial weight, consumption of rations, drinking water consumption, final body
weights, increase of body weight and Feed Conversion Ratio. The results showed that the
replacement of 6% and 12% commercial ration with green bean sprout peels flour effect is not
significant (P>0.05) to consumption of rations, drinking water consumption, final body
Submitted Date: August 26 , 2019 Accepted Date: August 28, 2019 Editor-Reviewer Article;: A.A.Pt. Putra Wibawa & Dsk. P. M. A. Candrawati
Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 912
weights, increase of body weight and Feed Conversion Ratio. Based on the results of this
study concluded the replacement of 6% and 12% commercial ration with green bean sprout
peels flour giving effect same good with commercial rations to performance of male bali duck
aged 0-8 weeks.
Keywords : Male bali ducks, green bean sprout peels flour, performance, commercial
ration
PENDAHULUAN Meningkatnya kebutuhan masyarakat Indonesia mengkonsumsi protein hewani yang berasal
dari daging maupun telur, menuntut ditingkatkannya produktivitas ternak unggas baik secara kualitas
maupun kuntitas. Standar nasional telah mensyaratkan, konsumsi protein asal ternak perkapita/hari
adalah 4,5 g, namun konsumsi protein asal ternak masyarakat Indonesia baru mencapai 4,19
g/kapita/hari (Dirjenak, 2007). Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu ternak unggas
yang perlu dikembangkan selain ayam adalah itik bali. Itik bali (Anas sp.) merupakan plasma nutfah
asli Indonesia harus dijaga kelestariannya dan mempunyai daya tahan hidup yang tinggi sehingga
dapat menyediakan protein yang berkualitas (Siti, 2016). Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan (2016) populasi itik di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Populasi itik
pada tahun 2015 tercatat 45.322.000 ekor dan tahun 2016 meningkat menjadi 47.360.000 ekor.
Populasi itik di Bali tahun 2016 tercatat 674.094 ekor. Produksi daging itik di Bali tahun 2015 tercatat
364 ton, sedangkan tahun 2016 mengalami peningkatan yaitu 378 ton.
Itik bali yang biasanya dimanfaatkan sebagai pedaging adalah itik jantan atau betina afkir.
Menurut Kuspartoyo (1990) bahwa itik jantan dapat menghasilkan daging yang lebih banyak
dibandingkan dengan itik betina afkir. Selain itu kelebihan yang dimiliki itik jantan adalah harga
bibitnya lebih murah, pertumbuhan dan peningkatan berat badannya lebih cepat. Laju pertumbuhan
itik yang optimal terjadi pada umur 6-8 minggu dan umumnya itik jantan sudah siap dipanen pada
umur 8 minggu. Pada saat ini, pemeliharaan itik sudah mengarah ke pemeliharaan secara intensif.
Sistem pemeliharaan seperti ini, kendala utama yang dihadapi adalah tingginya biaya ransum. Yadnya
et al. (2014) menyatakan bahwa biaya ransum dapat mencapai 60% dari total biaya produksi. Untuk
mengatasi masalah tersebut, perlu dicari bahan pakan alternatif yang lebih murah, memiliki kandungan
nutrisi yang baik, terjamin ketersediaanya dan tidak bersaing dengan manusia seperti kulit kecambah
kacang hijau (Rasyaf, 2000). Kulit kecambah kacang hijau adalah limbah dari pembuatan kecambah
kacang hijau, yang ketersediaannya cukup banyak. Belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh
manusia dan kandungan nutrien yang cukup tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Bali (2015) jumlah produksi kacang hijau di Provinsi Bali sebanyak 516 ton. Kacang hijau sebanyak 1
kg dapat menghasilkan 5 kg kecambah, sedangkan 20% - 40% merupakan kulit dari kacang hijau
(Aprilianti et al., 2016). Semakin banyak pembuatan tauge maka semakin banyak limbah yang
dihasilkan yaitu kulit kecambah kacang hijau (Yulianto, 2010). Limbah kulit kecambah kacang hijau
Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 913
mempunyai kadar protein kasar dan serat kasar tinggi, dari hasil analisis laboratorium makanan ternak
Universitas Sebelas Maret dalam penelitian Yulitanto (2010) kulit kecambah kacang hijau
mengandung Energi Metabolis (ME) 2841,67 (kkal/kg), protein kasar 13,56 %, serat kasar 33,07 %,
dan lemak kasar 0,22%, sehingga kulit kecambah ini potensial untuk dimanfaatkan.
Hasil penelitian Yulianto (2010) melaporkan penggantian konsentrat dengan kulit kecambah
kacng hijau 15% dalam ransum tidak mempengaruhi kecernaan bahan kering dan bahan organik
kelinci keturunan Vlams reus jantan. Menurut Aprilianti et al. (2016) melaporkan penggunaan tepung
limbah kecambah kacang hijau hingga taraf 15% belum meningkatkan kecernaan protein kasar,
kecernaan serat kasar dan pertambahan berat badan pada itik magelang jantan umur 4 – 12 minggu.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini perlu dilaksanakan untuk mengetahui
pengaruh penggantian ransum komersial dengan tepung kulit kecambang kacang hijau terhadap
penampilan itik bali jantan umur 0-8 minggu. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi
informasi dan pengetahuan bagi para peternak bahwa penggunaan tepung kulit kecambah kacang hijau
sebagai pakan itik, serta sebagai data ilmiah untuk para peneliti selanjutnya.
MATERI DAN METODE
Ternak
Itik yang di gunakan dalam penelitian ini adalah itik bali jantan umur 3 hari berjumlah
45 ekor dengan berat badan 42,9 g ± 1,98 g. Bibit itik bali ini diperoleh dari peternakan UD.
Erna beralamat di Kediri, Kabupaten Tabanan.
Kandang dan perlengkapan
Penelitian ini menggunakan kandang “Battery Colony” sebanyak 15 petak, kerangka
utama dari bambu dengan ukuran kandang panjang 80 cm, lebar 65 cm, tinggi 50 cm, alas
kandang terbuat dari kawat dengan jarak dari lantai 57 cm dan bagian atap kandang terbuat
dari bambu dan lantai dari beton. Semua petak kandang terletak dalam sebuah bangunan
berukuran 7,96 m x 4,98 m, membujur dari timur ke barat.
Setiap petak kandang di lengkapi dengan tempat pakan yang terbuat dari pipa paralon
dengan ukuran 40 cm dan tempat minum terbuat dari botol minuman mineral 1,5 L. Di bawah
tempat pakan di letakkan nampan untuk menampung ransum yang jatuh. Untuk mengurangi
bau dan kelembaban akibat kotoran itik, serta memudahkan pembersihan, maka lantai
kandang di beri sekam padi yang diganti setiap tiga hari sekali.
Ransum dan air minum
Ransum yang digunakan terdiri dari ransum komersial CP 511 dan tepung kulit
kecambah kacang hijau. Air minum yang digunakan adalah air yang berasal dari PDAM
dengan penambahan 15 ml probiotik ditambah 3 sedok makan gula untuk 20 liter air.
Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 914
Komposisi bahan penyusun ransum dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan kandungan nutrien
ransum terdapat pada Tabel 2.2.
Tabel 1 Komposisi bahan penyusun ransum penelitian
Bahan (%)
Perlakuan1)
P0 P1 P2
CP 511 100 94 88
Tepung Kulit Kecambah Kacang
Hijau 0 6 12
Total 100 100 100
Keterangan:
1) P0: Ransum komersial 100%.
P1: Penggantian 6% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau.
P2: Penggantian 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau.
Tabel 2 Kandungan nutrien ransum
Nutrien Perlakuan
1)
Standar2)
P0 P1 P2
Energi Metabolis (kkal/kg) 3.000 2.990,5 2.981 Min. 2.700
Protein Kasar (%) 23 22,43 21,86 Min. 18
Lemak kasar (%) 5 4,71 4,42 7,0
Serat kasar (%) 5 6,68 8,36 7,0
Kalsium (Ca) (%) 0,9 0,84 0,79 0,9-1,2
Fospor (P) (%) 0,6 0,56 0,52 0,6 – 1,0
Keterangan:
1) P0: Ransum komersial 100%.
P1: Penggantian 6% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau.
P2: Penggantian 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau.
2) Standar SNI 2008.
Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu alat tulis untuk mencatat setiap
kegiatan yang di laksanakan dari awal pemeliharaan sampai akhir pemotongan ternak;
timbangan elektrik 5 kg dengan kepekaan 1 g yang digunakan untuk menimbang berat badan
itik, bahan-bahan penyusun ransum, dan sisa ransum; baskom yang berukuran sedang untuk
mencampur ransum, kantong plastik untuk tempat perlakuan ransum; gelas ukur 1 liter untuk
mengukur volume air dan sisa air; ember yang berukuran besar untuk menampung air dan sisa
air; lembaran plastik dan nampan diletakan di bawah tempat makan dan minum untuk
menampung pakan dan air yang berjatuhan.
Tempat dan lama penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Peternakan, Universitas Udayana
yang berlokasi di jalan Raya Sesetan, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota
Denpasar dan dilaksanakan selama 8 minggu.
Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 915
Rancangan penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) terdiri dari tiga perlakuan yaitu; P0 (Ransum komersial 100%), P1 (Penggantian 6%
ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau), P2 (Penggantian 12% ransum
komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau). Setiap perlakuan diulang sebanyak 5
kali. Setiap ulangan menggunakan 3 ekor itik, sehingga total itik yang digunakan adalah 45
ekor.
Pengacakan itik
Sebelum penelitian dimulai, untuk mendapatkan berat badan itik yang homogen, maka
semua itik sebanyak (65 ekor), ditimbang untuk mencari bobot badan rata-rata (X) dan standar
deviasinya. Itik yang digunakan adalah yang memiliki kisaran berat badan 40,92 g - 44,88 g
sebanyak 45 ekor. Itik tersebut kemudian dimasukan ke dalam 15 unit kandang secara acak
dan masing-masing unit diisi 3 ekor. Selanjutnya dilakukan pengacakan kandang yang
nantinya menjadi identitas unit kandang.
Pembuatan tepung kulit kecambah kacang hijau
Kulit kecambah kacang hijau di jemur di bawah sinar matahari selama 6 jam atau
hingga kering setelah itu di giling sampai halus lalu simpan tepung kulit kecambah kacang
hijau di dalam wadah tertutup dan siap untuk digunakan sebagai pakan ternak.
Pencampuran ransum
Sebelum mencampur ransum terlebih dahulu mempersiapkan alat-alat seperti
timbangan, wadah plastik dan baskom yang sudah di beri label perlakuan. Pencampuran
ransum dilakukan dengan cara menimbang terlebih dahulu bahan-bahan penyusun ransum.
Penimbangan di mulai dari bahan-bahan yang jumlahnya paling banyak dan dilanjutkan
dengan penimbangan bahan yang jumlahnya lebih sedikit. Bahan ransum yang sudah
ditimbang diratakan di atas karung agar tidak berserakan, untuk bahan yang paling banyak
ditempatkan paling awal kemudian bahan yang paling sedikit, dibagi empat bagian aduk satu
persatu setelah itu diaduk secara silang sampai homogen dan di aduk secara menyeluruh,
begitu pula dengan perlakuan berikutnya. Setelah bahan-bahan tercampur rata masukan
ransum pada baskom yang telah beri label.
Pemberian ransum dan air minum
Ransum dan air minum diberikan ad libitum (tersedia setiap saat). Tempat pakan dan
diisi 3/4 untuk menghindari ransum tercecer pada saat itik makan, untuk air minum diberikan
1,6 L setiap harinya.
Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 916
Variabel yang diamati
Selama penelitian berlangsung, variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Berat Badan Awal (g) diukur dengan cara menimbang itik pada awal penelitian untuk mencari
berat badan yang homogen.
2. Konsumsi ransum (g/ekor), diukur dengan cara menghitung jumlah pakan yang diberikan
dikurangi dengan jumlah pakan yang tersisa.
3. Konsumsi air minum (ml/ekor), diukur setiap hari dengan cara mengukur jumlah air minum
yang diberikan dikurangi dengan jumlah air minum yang tersisa.
4. Berat Badan Akhir (g/ekor) diukur dengan cara menimbang itik pada akhir penelitian,
sebelum penimbangan itik terlebih dahulu dipuasakan selama 12 jam.
5. Pertambahan Berat Badan (PBB) (g/ekor), dengan mengurangi antara berat badan akhir dengan
berat badan awal.
6. “Feed Convertion Ratio” (FCR) dengan membagi konsumsi ransum dengan pertambahan
berat badan.
Analisis statistik
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila diantara perlakuan
terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari
Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian penggantian ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau
terhadap penampilan itik bali jantan umur 0-8 minggu antara lain: berat awal, konsumsi ransum,
konsumsi air minum, berat badan akhir, pertambahan berat badan dan Feed Conversion Ratio (FCR)
disajikan pada Tabel 3.
Tabel. 3.. Pengaruh penggantian ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau
terhadap penampilan itik bali jantan umur 0-8 minggu.
Variabel Perlakuan
1) SEM
3) P0 P1 P2
Berat Badan Awal (g) 42,53a2)
43,27a 42,87
a 0,3
Konsumsi Ransum (g/ekor) 4.277,67a 4.390,60
a 4.319,33
a 32,08
Konsumsi Air Minum (ml/ekor) 7.131,11a
7.484,11a 7.396,67
a 76,52
Berat Badan Akhir (g/ekor) 1.454,27a 1.441,47
a 1.396,53
a 10,4
Pertambahan Berat Badan (g/ekor) 1.411,73a 1.398,20
a 1353,67
a 10,36
FCR 3,03a 3,14
a 3,20
a 0,03
Keterangan :
1) P0: Ransum komersial 100%.
P1: Penggantian 6% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau.
P2: Penggantian 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau.
2) Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukan berbeda tidak nyata (P>0,05).
3) SEM (Standart Error of the Treatment Means).
Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 917
Berat badan awal Rataan hasil penelitian menunjukan bahwa berat badan awal pada perlakuan P0 (Ransum
komersial 100%) memiliki berat badan awal 42,53 g (Tabel 3.), sedangkan pada perlakuan
penggantian 6% (P1) sampai 12% (P2) ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau
masing–masing sebesar 1,73% dan 0,79% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P0 dan
perlakuan P2 menghasilkan berat badan awal sebesar 42,87 g lebih rendah 0,93% dibandingkan
dengan perlakuan P1 , secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).
Konsumsi ransum Rataan jumlah ransum yang dikonsumsi selama delapan minggu pada perlakuan P0 yaitu
4.277,67 g/ekor (Tabel 3.), sedangkan pada perlakuan P1 dan P2 meningkat masing – masing 2,64%
dan 0,97% jika dibandingkan dengan perlakuan P0, dan pada perlakuan P2 mengkonsumsi ransum
sebesar 4.319,33 g/ekor lebih rendah 1,65% dibandingkan dengan perlakuan P1, secara statistik
berbeda tidak nyata (P>0,05).
Konsumsi air minum Rataan jumlah air minum yang dikonsumsi selama delapan minggu penelitian pada perlakuan
P0 adalah 7.131,11 ml/ekor (Tabel 3.), sedangkan pada perlakuan P1 dan P2 meningkat masing –
masing 4,95% dan 3,73% lebih tinggi dari perlakuan P0 dan perlakuan P2 mengkonsumsi air minum
sebanyak 7.396,67 ml/ekor lebih rendah 1,18% dibandingkan dengan perlakuan P1, secara statistik
berbeda tidak nyata (P>0,05).
Berat badan akhir Rataan hasil penelitian menunjukan bahwa itik yang diberikan perlakuan P0 mencapai berat
badan akhir 1.454,27 g/ekor (Tabel 3.), sedangkan pada perlakuan P1 dan P2 masing – masing 0,89%
dan 3,97% lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan P0 dan perlakuan P2 memiliki berat
badan akhir sebesar 1.396,53 g/ekor lebih rendah 3,22% dibandingkan dengan perlakuan P1, secara
statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).
Pertambahan berat badan (PBB) Rataan pertambahan berat badan itik selama delapan minggu pada perlakuan P0 adalah
1.411,73 g/ekor (Tabel 3.), sedangkan pada itik yang mendapat perlakuan P1 dan P2 masing – masing
sebesar 0,97% dan 4,29% lebih rendah dibandingkan itik pada perlakuan P0 dan pada perlakuan P2
memiliki pertambahan berat badan sebesar 1353,67 g/ekor lebih rendah 3,29% dibandingkan dengan
perlakuan P1, secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).
FCR Rataan hasil penelitian pada perlakuan P0 menghasilkan FCR 3,03 (Tabel 3.) sedangkan
pada perlakuan P1 dan P2 masing – masing sebesar 3,62% dan 5,44% lebih tinggi dibandingkan
Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 918
dengan perlakuan P0 dan pada perlakuan P2 memiliki FCR sebesar 3,20 lebih tinggi 1,75%
dibandingkan dengan perlakuan P1, secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).
PEMBAHASAN Ternak harus mendapatkan nutrien dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk mendukung
pertumbuhannya (McNamara, 2006). Ratan konsumsi ransum itik selama delapan minggu penelitian
tersaji dalam Tabel 3. Pengaruh penggantian 6% (P1) sampai 12% (P2) ransum komersial dengan
tepung kulit kecambah kacang hijau secara statistik memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Hal ini disebabkan kandungan nutrien dalam ransum masih
dalam standar terutama pada energi metabolis pada setiap perlakuan. Konsumsi ransum pada ternak
sangat dipengaruhi oleh kandungan energinya. Apabila kandungan energi dalam ransum tinggi maka
konsumsi ransum akan turun dan sebaliknya apabila kandungan energi ransum rendah maka konsumsi
ransum akan naik guna memenuhi kebutuhan akan energi. Hal ini disebabkan karena unggas
mengkonsumsi ransum terutama untuk memenuhi energinya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Wicaksana et al, (2015) ternak akan berhenti mengkonsumsi ransum apabila kebutuhan akan energi
sudah terpenuhi walaupun tembolok belum penuh. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Zumiarti et al.
(2017) yang menyatakan konsumsi dipengaruhi oleh kandungan nutrisinya, semakin rendah energi dan
protein yang diberikan semakin tinggi konsumsi ransum karena ternak akan terus makan sampai
energinya terpenuhi dan sebaliknya. Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum adalah kandungan
nutrien ransum terutama energi metabolis, temperatur lingkungan, jenis ternak, berat badan (Suprijatna
et al., 2005), tipe produksi, besar ternak, aktivitas ternak, pemeliharanaan (Wahyu, 1992), fisiologis
ternak, dan gerak laju dari ransum tersebut didalam alat pencernaan ternak (Amrullah, 2004).
Ratan konsumsi air minum itik selama delapan minggu penelitian tersaji dalam Tabel 3.
Pengaruh penggantian 6% (P1) sampai 12% (P2) ransum komersial dengan tepung kulit kecambah
kacang hijau secara statistik memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi
air minum. Hal ini disebabkan konsumsi air minum berbanding lurus dengan konsumsi ransum. Makin
banyak itik mengkonsumsi ransum maka akan semakin banyak memerlukan air. Hal ini disebabkan air
minum sangat diperlukan untuk melarutkan ransum dalam saluran pencernaan ternak (Anggrodi,
1985) dan sebagai alat transportasi zat-zat makanan untuk disebarkan ke seluruh tubuh sehingga
dibutuhkan lebih banyak air dari pada makanannya (Dewi, 2014). Faktor meningkatnya konsumsi air
minum pada unggas dipengaruhi oleh jenis dan jumlah ransum yang dikonsumsi, suhu lingkungan,
serta besar kecilnya tubuh ternak (Wahyu, 2004).
Berdasarkan rataan hasil analisis statistik dapat dilihat bahwa pengaruh penggantian 6% (P1)
sampai 12% (P2) ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau secara statistik
memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan berat badan dan berat
badan akhir itik selama delapan minggu penelitian yang tersaji dalam Tabel 3. Hal ini disebabkan
karena konsumsi ransum pada setiap perlakuan secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Hasil
Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 919
penelitian Aprilianti et al. (2016) menyatakan bahwa pemberian limbah kecambah kacang hijau
sampai taraf 15% dalam ransum tidak mempengaruhi pertambahan berat badan dikarenakan perlakuan
yang diberikan juga tidak mempengaruhi konsumsi ransum. Pendapat tersebut diperkuat oleh Rasyid
(2009) melaporkan bahwa konsumsi ransum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertambahan berat badan, yang berkaitan dengan nutrien yang terkandung dalam ransum dan tingkat
kecernaan ransum tersebut. Menurut Arinati dan Arsyandi (2009) bahwa faktor lain yang
mempengaruhi pertumbuhan antara lain jenis kelamin, sistem pemeliharaan, jumlah konsumsi ransum
dan kandungan nutrien dalam ransum. Penggantian 6% sampai 12% ransum komersial dengan tepung
kulit kecambah kacang hijau memberikan perbadaan dalam kandungan serat kasar pada setiap
perlakuan akan tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi pertambahan berat badan dan berat badan akhir
itik bali jantan umur 0-8 minggu karena itik masih toleran pada kandungan serat kasar 6% sampai
12%.
FCR (Feed Convertion Ratio) merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk
mengetahui efisiensi penggunaan ransum. Semakin rendah nilai FCR, semakin tinggi efisiensi
penggunaan ransum (Anggrodi, 1985). Ratan FCR itik selama delapan minggu penelitian tersaji dalam
Tabel 3. Pengaruh penggantian 6% (P1) sampai 12% (P2) ransum komersial dengan tepung kulit
kecambah kacang hijau secara statistik memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap
FCR. Hal ini disebabkan karena berbeda tidak nyata konsumsi ransum dan pertambahan berat badan
merupakan faktor yang mempengaruhi berbeda tidak nyata nilai FCR pada setiap perlakuan. Nilai
FCR pada penelitian ini lebih rendah dibandingan dengan hasil penelitian Puger et al. (2019) di mana
nilai FCR itik bali jantan yang diberian penggantian tepung ikan dengan keong mas dalam ransum
terhadap penampilan itik bali jantan berkisar antara 3,48-3,66.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Penggantian 6% sampai 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau
memberikan penggaruh yang sama baiknya dengan ransum komersial terhadap penampilan itik bali
jantan umur 0-8 minggu.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan kepada peternak, bahwa penggantian 6%
sampai 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau tidak mempengaruhi
penampilan itik jantan umur 0-8 minggu dan dapat menyamai penampilan dengan yang diberikan
ransum komersial.
UCAPAKAN TERIMAKASIH
Perkenankan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor
Universitas Udayana Prof. Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S, Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir.
Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 920
Ida Bagus Gaga Pratama, MS, Koordinator Program Studi Sarjana Peternakan Dr. Dewi Ayu
Warmadewi, S.Pt, M.Si, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Sarjana Peternakan, Fakultas
Peternakan, Universitas UdayanaPenulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Ni Wayan
Siti, M.Si; Ibu Eny Puspani, S.Pt., M.Si.; Bapak I Wayan Wirawan, S.Pt., MP., atas berbagai saran dan
masukan untuk penyelesaian artikel ini dan Ibu Ir. Cok Istri Putri dan Komang Sri Urdiarni telah
memberikan ijin dan meneliti di Laboratorium Sesetan.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I.K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan III. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor.
Aprilianti E., Mangisah I., dan Ismadi V. D. Y. B. 2016. Pengaruh penggunaan limbah
kecambah kacang hijau terhadap kecernaan protein kasar, kecernaan serat kasar dan
pertambahan bobot badan itik magelang. J Agromedia 35(2): 33-40.
Arianti dan A. Arsyadi. 2009. Performans itik pedaging (lokal x Peking) pada fase starter
yang diberi pakan dengan presentase penambahan air yang berbeda. J. Peternakan. 2
(12) : 71 – 77.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Tanaman Pangan Kacang Hijau. Bali : Badan Pusat
Statistik Provinsi Bali.
Dewi, K. T., I. G. N. G, Bidura, dan D. P. M. A. Candrawati. 2014. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Daun Kelor (Moriga oleifera) Dan Bawang Putih (Allium sativum) Melalui
Air Minum Terhadap Penampilan Broiler Umur 2-6 Minggu. Peternakan Tropika.
Vol. 2. No. 3. Hal 461-475.
Situs internet : https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/18497
Dirjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan. 2016. Produksi Daging Itik Menurut Provinsi.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan. (2007). Statistik Peternakan 2007. Jakarta: Direktorat
Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Republik Indonesia Jakarta.
Ketaren PP, Prasetyo LH. 2007. Pengaruh pemberian pakan terbatas terhadap produktivitas
itik silang Mojosari × Alabio (MA): Masa pertumbuhan sampai bertelur pertama.
JITV. 12:10-15.
Kupspartoyo. 1990. Segi kehidupan itik. Majalah Swadaya Peternakan Indonesia. 59:336- 37.
McNamara JP. 2006. Principles of Companion Animal Nutrition. New Jersey (US): Pearson
Prentice Hall.
Puger, A. W., E. Puspani, I. M. Nuriyasa dan I. W. Yupardhi. 2019. Effect of Replacement of
Fish Mill with Golden Snail Mill in Ratio to Performance of Male Bali Duck.
International Journal of Life Sciences. Vol. 3. No. 1. Page 25-30.
Available at :
https://sciencescholar.us/journal/index.php/ijls/article/view/243
Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 921
Rasyaf, M. 2000. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar Swadaya, Jakarta
Rasyid H. 2009. Performa produksi kelinci lokal jantan pada pemberian rumput lapang dan
berbagai level ampas tahu [skripsi]. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Siregar AP, Sabrani, MH, Sutomoprawiro P. 1986. Teknik beternak ayam pedaging di
Indonesia. Cetakan ke-2. Jakarta (Indonesia): Margie Group.
Siti, N. W., 2016. Meningkatkan Kualitas Daging Itik Dengan Daun Pepaya. Swasta Nulus.
Denpasar.
SNI (Standar Nasional Indonesia). 2008. Kumpulan SNI Bidang Pakan Direktorat Budidaya
Ternak Non Ruminansia, Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian,
Jakarta.
Steel, R. G. D. and J. H. Torrie., 1989. Principles and Procedure of Statistic 2nd Ed. Mc.
Groow – Hill Book Co, London.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Ketiga. Gajah Mada University Press,
Yogjakarta.
Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Kelima. Gajah Mada University Press,
Yogjakarta.
Wicaksana, I. K. A, I. G. N. G. Bidura dan I. A. P. Utami. 2015. Pengaruh Pemberian Kultur
Bakteri Selulotik Rumen Kerbau Dalam Ransum Mengandung 10% Ampas Tahu
Terhdap Penampilan Itik Bali Jantan Umur 0-8 Minggu. Peternakan Tropika. Vol 4.
No 1. Hal 220-233.
Situs internet: https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/22736
Yadnya, T. G. B, Pratma I. B. G, Trisnadewi A. A. A. S, dan Wirawan I. W. 2014. Kajian
Pemanfaatan Kulit Ubi Jalar Unggu (Ipomoea batatas L) Terfermentasi Dalam
Ransum Terhadap Konsumsi dan Nutrisi Ransum dan Efisiensi Penggunaan Ransum
Pada Itik Bali Umur 22 Minggu. Majalah Ilmiah Peternakan, [S.1.], v 18, n 1. ISSN
2656-8373.
Situs internet: https://ojs.unud.ac.id/index.php/mip/article/view/17946
Yulianto, Joko. 2010. Pengaruh Penggunaan Kulit Kecambah Kacang Hijau Dalam Ransum
Terhadap Kecernaan Bahan Kering Dan Organik Pada Kelinci Keturunan Vlaams reus
Jantan. Skripsi. Diterbitkan. Program Studi Peternakan. Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Zurmiati, W. M. H. Abbas, dan M. E. Mahata. 2017. Pengaruh imbangan energi dan protein
ransum terhadap pertumbuhan itik pitalah yang diberi probiotik Bacillus
amyloliquefaciens. J. Peternakan Indonesia. 19 (2) : 78–8.