14
ECSOFiM: Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07 (01): 16-29 e-ISSN: 2528-5939 Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ecsofim.2019. 007.01.02 Cite this as: Abidin, Z. and M. Meitasari (2019). Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish Marketing System at Fish Auction “PPN Muara Angke”, North Jakarta. ECSOFiM: Economic and Social of Fisheries and Marine Journal. 07(01):16-29 Available online at http://ecsofim.ub.ac.id/ 16 DOES MARKETING SYSTEM INFLUENCE ON CONSUMER SATISFACTION?: STUDY OF MARINE FISH MARKETING SYSTEM AT FISH AUCTION “MUARA ANGKE”, NORTH JAKARTA APAKAH SISTEM PEMASARAN BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN?: KAJIAN SISTEM PEMASARAN IKAN LAUT DI TPI MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA Zainal Abidin *1 and Melati Meitasari 2 1 Fisheries Agribusiness, Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University. Jl. Veteran, Malang, Jawa Timur. 2 Business-preneur in Tangerang, Indonesia Received: November 12, 2018/ Accepted: August 07, 2019 ABSTRACT Market performance in the form of marketing efficiency is the result of a good marketing system which then affects consumer satisfaction. This research was conducted to analyze: 1) satisfaction of marine fish consumers at fish auction PPN Muara Angke, 2) influence of market performance on consumer satisfaction, 3) differences in marketing efficiency between fishermen and traders, 4) differences in satisfaction of fishermen and merchant’s consumers. The research method used is a qualitative and quantitative descriptive research type. The population in this study are ship owners or fishermen, auction participants which include wholesalers, wholesalers, processors, and retail traders. Sample determination technique using purposive sampling and snowball sampling with a sample of 42 people. The analysis technique used is descriptive, simple linear regression, and one-way ANOVA real difference test. Based on the results of the study that marine fish consumer satisfaction in Muara Angke it can be said to be satisfied and market performance affects consumer satisfaction. The marketing efficiency of fishermen and traders is equally efficient but more efficient marketing of fishermen and the satisfaction of fishermen and traders are equally satisfying but more satisfied by fishermen consumers. Keywords: marketing system, marketing efficiency, consumer satisfaction, Muara Angke. ABSTRAK Penampilan pasar berupa kondisi efisiensi pemasaran merupakan hasil dari sistem pemasaran yang baik yang kemudian berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tentang: 1) kepuasan konsumen ikan laut di TPI PPN Muara Angke, 2) pengaruh penampilan pasar terhadap kepuasan konsumen, 3) perbedaan efisiensi pemasaran antara nelayan dan pedagang, 4) perbedaan kepuasan konsumen nelayan dan pedagang. Metode penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitaif. Populasi pada penelitian ini adalah pemilik kapal atau nelayan, peserta lelang yang meliputi pedagang besar, pedagang grosir, pengolah dan pedagang pengecer. Teknik penentuan sampel menggunakan teknik purposive dan snowball sampling dengan sampel yang berjumlah 42 orang. Teknik analisis deskriptif digunakan mencapai tujuan ke-1, analisis regresi linier sederhana untuk tujuan ke-2, sedangkan uji beda nyata one way anova untuk mencapai tujuan ke-3 dan ke-4. Berdasarkan hasil penelitian kepuasan konsumen ikan laut di Muara Angke dapat dikatakan puas dan penampilan pasar berupa efisiensi pemasaran berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Efisiensi pemasaran nelayan dan pedagang sama-sama efisien namun lebih efisien pemasaran nelayan dan kepuasan konsumennya nelayan dan pedagang sama-sama memuaskan namun lebih puas konsumennya nelayan. Kata kunci: sistem pemasaran, efisiensi pemasaran, kepuasan konsumen, Muara Angke. * Corresponding author: Zainal Abidin, [email protected] Fisheries Agribusiness, Marine and Science Faculty, Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 167, Malang

DOES MARKETING SYSTEM INFLUENCE ON CONSUMER …

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ECSOFiM: Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07 (01): 16-29 e-ISSN: 2528-5939 Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ecsofim.2019. 007.01.02

Cite this as: Abidin, Z. and M. Meitasari (2019). Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish Marketing System at Fish Auction “PPN Muara Angke”, North Jakarta. ECSOFiM: Economic and Social of Fisheries and Marine Journal. 07(01):16-29 Available online at http://ecsofim.ub.ac.id/

16

DOES MARKETING SYSTEM INFLUENCE ON CONSUMER SATISFACTION?: STUDY OF MARINE FISH MARKETING SYSTEM AT FISH AUCTION “MUARA ANGKE”, NORTH JAKARTA

APAKAH SISTEM PEMASARAN BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN?:

KAJIAN SISTEM PEMASARAN IKAN LAUT DI TPI MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA

Zainal Abidin*1 and Melati Meitasari2

1Fisheries Agribusiness, Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University. Jl. Veteran, Malang, Jawa Timur. 2Business-preneur in Tangerang, Indonesia

Received: November 12, 2018/ Accepted: August 07, 2019

ABSTRACT

Market performance in the form of marketing efficiency is the result of a good marketing system which then affects consumer satisfaction. This research was conducted to analyze: 1) satisfaction of marine fish consumers at fish auction PPN Muara Angke, 2) influence of market performance on consumer satisfaction, 3) differences in marketing efficiency between fishermen and traders, 4) differences in satisfaction of fishermen and merchant’s consumers. The research method used is a qualitative and quantitative descriptive research type. The population in this study are ship owners or fishermen, auction participants which include wholesalers, wholesalers, processors, and retail traders. Sample determination technique using purposive sampling and snowball sampling with a sample of 42 people. The analysis technique used is descriptive, simple linear regression, and one-way ANOVA real difference test. Based on the results of the study that marine fish consumer satisfaction in Muara Angke it can be said to be satisfied and market performance affects consumer satisfaction. The marketing efficiency of fishermen and traders is equally efficient but more efficient marketing of fishermen and the satisfaction of fishermen and traders are equally satisfying but more satisfied by fishermen consumers.

Keywords: marketing system, marketing efficiency, consumer satisfaction, Muara Angke.

ABSTRAK Penampilan pasar berupa kondisi efisiensi pemasaran merupakan hasil dari sistem pemasaran yang

baik yang kemudian berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Penelitian ini dilakukan untuk

menganalisis tentang: 1) kepuasan konsumen ikan laut di TPI PPN Muara Angke, 2) pengaruh

penampilan pasar terhadap kepuasan konsumen, 3) perbedaan efisiensi pemasaran antara nelayan

dan pedagang, 4) perbedaan kepuasan konsumen nelayan dan pedagang. Metode penelitian yang

digunakan yaitu jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitaif. Populasi pada penelitian ini adalah

pemilik kapal atau nelayan, peserta lelang yang meliputi pedagang besar, pedagang grosir,

pengolah dan pedagang pengecer. Teknik penentuan sampel menggunakan teknik purposive dan

snowball sampling dengan sampel yang berjumlah 42 orang. Teknik analisis deskriptif digunakan

mencapai tujuan ke-1, analisis regresi linier sederhana untuk tujuan ke-2, sedangkan uji beda nyata

one way anova untuk mencapai tujuan ke-3 dan ke-4. Berdasarkan hasil penelitian kepuasan

konsumen ikan laut di Muara Angke dapat dikatakan puas dan penampilan pasar berupa efisiensi

pemasaran berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Efisiensi pemasaran nelayan dan

pedagang sama-sama efisien namun lebih efisien pemasaran nelayan dan kepuasan konsumennya

nelayan dan pedagang sama-sama memuaskan namun lebih puas konsumennya nelayan.

Kata kunci: sistem pemasaran, efisiensi pemasaran, kepuasan konsumen, Muara Angke.

* Corresponding author: Zainal Abidin, [email protected]

Fisheries Agribusiness, Marine and Science Faculty, Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 167, Malang

Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 17

PENDAHULUAN

Potensi rata-rata hasil perikanan tangkap mengalami kenaikan setiap tahunnya pada 5 tahun

terakhir ini. Pada tahun 2016 produksi perikanan mencapai 6,83 juta ton dengan nilai Rp 125,3 triliun,

Pada 2015, produksi perikanan 6,52 juta ton dengan nilai mencapai Rp 116,3 triliun. Adapun pada

2014, produksi perikanan tangkap 6,21 juta ton dengan nilai Rp 108,5 triliun, pada 2013 produksinya

5,86 juta ton dengan nilainya Rp 85,1 triliun, dan produksi 2012 hanya 5,84 juta ton dengan nilai

Rp 79,3 triliun (KKP, 2016).

Dalam upaya pengembangan sektor perikanan, pemerintah memiliki peran penting dalam hal

penyediaan berbagai fasilitas yang dapat memberikan kemudahan dalam melakukan usaha

perikanan. Pembangunan beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia merupakan salah satu upaya

pemerintah dalam mengembangkan sektor perikanan. Terkait dengan pendaratan hasil tangkapan

dan jaminan pemasaran, salah satu sarana yang digunakan untuk mendukung pengembangan

sektor perikanan khususnya kegiatan penangkapan ikan adalah tersedianya Tempat Pelelangan Ikan

(TPI). Menurut sejarahnya, TPI didirikan dan diselenggarakan oleh Koperasi Perikanan terutama di

pulau Jawa dengan tujuan untuk melindungi nelayan dari permainan harga yang dilakukan oleh

tengkulak, membantu nelayan mendapatkan harga yang layak dan juga membantu nelayan dalam

mengembangkan usahanya (TPI Muara Angke, 2018).

TPI merupakan salah satu jenis kelembagaan formal yang diharapkan dapat membantu para

nelayan memperlancar pemasaran hasil tangkapannya. Namun apakah TPI sudah berfungsi seperti

yang sudah dijelaskan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan? Data Kementrian Kelautan

Perikanan tahun 2016 menunjukkan potensi rata-rata perikanan tangkap mengalami kenaikan setiap

tahunnya jika dibandingkan dengan volume hasil perikanan tangkap yang dijual di TPI seluruh

Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Jika dipersentasekan tidak sampai 10 persen

volume total produksi hasil tangkapan yang dijual di TPI melainkan sisanya dijual di luar TPI.

Persoalan pada sistem pemasaran hasil perikanan laut di TPI dapat menyebabkan inefisiensi

pemasaran. Menurut Dyanasari et al. (2010), efisiensi sistem pemasaran dapat didekomposisi ke

dalam komponen struktur, perilaku dan penampilan pasar sesuai dengan variabel pada tingkat

komponen. Secara teoritis ketiga komponen tersebut berinteraksi dan saling mempengaruhi, dimana

kinerja pemasaran merupakan hasil interaksi struktur dan perilaku pasar. Kemudian kinerja pasar

dapat mempengaruhi kepuasan konsumen dan pelaku pemasaran di TPI.

Kepuasan konsumen adalah kepuasan maksimum yang diterima karena harga dari suatu

barang itu sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan ada dalam jangkuan daya belinya (Eviyati

dan Wahyuni, 2011). Dengan demikian untuk tercipta kepuasan konsumen dapat ditempuh dengan

cara menciptakan penampilan pasar yang efisien, antara lain ditunjukkan atau dicirikan oleh margin

pemasaran yang rendah. Rendahnya margin pemasaran akan dirasakan konsumen atau pembeli

berupa harga yang terjangkau, yaitu harga yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan. Dengan

kata lain, pemasaran yang efisien berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.

Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 18

RS = m − n

b

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui, medeskripsikan dan menganalisis:

1. Kepuasan konsumen ikan laut di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara

(PPN) Muara Angke, Jakarta Utara.

2. Pengaruh penampilan pasar terhadap kepuasan konsumen.

3. Perbedaan efisiensi pemasaran antara nelayan dan pedagang.

4. Perbedaan kepuasan konsumennya nelayan dan kepuasan konsumennya pedagang.

METODE PENELITIAN

Penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif ini dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara. Teknik pengumpulan data

dengan wawancara dengan panduan kuesioner, juga observasi dan dokumentasi yang

menghasilkan data sekunder dan primer.

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah pemilik kapal atau nelayan (1.600 orang), peserta lelang

yaitu pedagang besar (40 orang), pedagang grosir (23 orang), pengecer (35 orang) dan pengolah

(24 orang). Teknik penentuan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling dan teknik

snowball sampling. Jumlah sampel ditentukan dengan teknik disproportioned sampling, dimana

sampel untuk tujuan pertama dan kedua sebesar 42 orang yang terdiri dari 20 orang pedagang

besar, 10 orang pengolah, 6 orang pedagang grosir dan 6 orang pengecer. Sampel untuk tujuan

ketiga berjumlah 20 pasang nilai efisiensi pemasaran antara nelayan dan pedagang dari setiap ikan

yang diteliti dan untuk tujuan keempat sampel berjumlah 42 pasang kepuasan konsumennya

nelayan dan pedagang.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi:

1. Analisis deskriptif atas kepuasan konsumen menggunakan skala likert

Analisis ini digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengetahui kepuasan konsumen

ikan laut di TPI PPN Muara Angke, Jakarta Utara. Menurut Azwar (2003), skala Likert merupakan

metode pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai.

Penggunaan skala interval dalam penelitian ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui seberapa kuat

responden setuju atau tidak setuju dengan pernyataan yang ada dalam kuesioner melalui skala likert.

Analisis ini diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata kuesioner kepuasan konsumen dengan

menggunakan skala likert yang diambil dari 42 orang konsumen di TPI PPN Muara Angke yang

meliputi pedagang besar, pengolah, pedagang grosir dan pengecer.

Menurut Putra et al. (2014), rumus yang digunakan pada skala likert untuk mengetahui nilai

interval penilaian dan pengukuran kepuasan konsumen skala yaitu sebagai berikut:

Nilai Interval Penilaian

(1)

Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 19

Keterangan: RS = Rentang Skala m = Angka tertinggi dalam pengukuran n = Angka terendah dalam pengukuran b = Banyaknya kelas atau kategori yang dibentuk

Pengukuran Kepuasan Konsumen Skor = Jumlah total dari masing – masing variabel (2) Rata - rata = (Skor SS x 4) + (Skor S x 3) + (Skor TS x 2) + (Skor STS x 1) / Jumlah responden

2. Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis ini digunakan untuk mejawab tujuan kedua yaitu mengetahui pengaruh penampilan

pasar terhadap kepuasan konsumen. Menurut Putra (2014), analisis regresi sederhana merupakan

teknik statistik untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, tujuan

menggunakan analisis ini adalah untuk melihat pengaruh penampilan pasar berupa efisiensi

pemasaran (X) terhadap kepuasan konsumen (Y) dengan formula sebagai berikut:

(3)

Keterangan: Y = kepuasan konsumen a = konstanta b = koefisien regresi X = efisiensi pemasaran.

Efisiensi pemasaran diukur dengan rumus = 𝐵𝑃

𝐻𝑒 𝑥 100% (Abidin, Z. dkk. 2017).

Dimana BP = biaya pemasaran (Rp/unit), He = Harga eceran (Rp/unit)

3. Uji beda nyata One Way Anova

Analisis ini digunakan untuk menjawab tujuan ketiga yaitu mengetahui perbedaan efisiensi

pemasaran antara nelayan dan pedagang dan tujuan keempat yaitu mengetahui perbedaan

kepuasan konsumennya nelayan dan pedagang. Menurut Riduwan (2008), tujuan dari uji anova satu

arah adalah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata, sedangkan gunanya untuk menguji

kemampuan generalisasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan laporan tahunan UPT. PPP Muara Angke (2017), kawasan Pelabuhan Perikanan

Muara Angke merupakan pusat pembinaan kepada lebih 30.000 orang yang bergantung pada

kegiatan perikanan. Luas lahan Muara Angke saat ini sebesar 63,34 Ha. Dengan SK Gub. No. 1263

tahun 2006 tentang panduan Rancang Kota Kawasan Pembangunan Terpadu (UDGL) Muara

Angke, diproyeksikan akan diperluas dengan kawasan reklamasi menjadi seluas 71,7 Ha. Secara

astronomis terletak pada posisi 6°6′21″ LS, 106°46′29.8″ BT.

Kawasan Muara Angke mempunyai ketinggian dari permukaan laut antara 0 - 1 meter. Daerah ini

tergolong strategis karena letaknya yang berada di tengah-tengah kawasan bisnis dan pemukiman elit

daerah Jakarta Utara. Mudahnya akses menuju kawasan Muara Angke ditunjang sarana transportasi

berupa angkutan kota, metromini maupun bus antar kota antar provinsi (UPT PPP Muara Angke, 2017).

Y = a + bX

Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 20

Muara Angke terletak di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara dengan jumlah

penduduk 52.392 jiwa, yang terdiri dari 25.901 jiwa laki – laki dan 26.491 jiwa perempuan dengan

jumlah kepala keluarga sebesar 18.312 (Laporan Bulan Februari Kelurahan Pluit, 2018). Jumlah

penduduk Muara Angke yang tergolong dalam usia produktif (20-39) tahun yaitu sebesar 18.066

jiwa yang dapat dikatakan sudah bisa mendapatkan pekerjaan. Untuk yang sedang menempuh

pendidikan (5-19) tahun yaitu sebesar 12.628 jiwa dan yang sudah memasuki masa pensiun (>55)

tahun sebesar 4.272 jiwa. Struktur penduduk di Muara Angke sendiri terbagi menjadi 2 kelompok

yaitu Penduduk tetap dan Penduduk Musiman. Pendidikan penduduk didominasi lulusan

SLTA/sederajat (43%) dengan jumlah 22.496 jiwa dan terendah pada tingkatan Tamat Akademi/ PT

yaitu sebanyak 8% dengan jumlah 4.041 jiwa (Laporan Bulan Februari Kelurahan Pluit, 2018).

Jumlah penduduk Muara Angke berdasarkan pekerjaan yang memiliki jumlah tertinggi pada

pekerjaan lain- lain dengan presentase 32% dan berjumlah 16.478 jiwa, pekerjaan lain-lain di Muara

Angke seperti wirausaha karena banyak penduduk disini yang menjadi wirausaha. Pekerjaan

terendah yaitu sebagai fakir miskin dengan persentase 0,4% dan berjumlah 204 jiwa. Penyerapan

tenaga kerja yang terserap di kawasan PPN Muara Angke adalah lebih dari 40.000 orang yang terdiri

dari tenaga kerja di unit produksi, unit pengolahan, unit pemasaran dan unit penunjang. Unit produksi

meliputi nelayan, tenaga bongkar muat, pengangkut ikan, koperasi, dan peserta lelang. Unit

pengolahan meliputi tenaga pengepakan, pengolah ikan, warung penunjang, tenaga di cold storage,

dan workshop pengolahan ikan. Tabel 1 tentang gambaran jumlah penduduk Kelurahan Pluit.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tani - - Karyawan Swasta/Pemerintah/ TNI 14.327 27

Pedagang 8.094 15 Nelayan 1.712 3

Buruh Tani - - Pensiunan

Pertukangan Pengangguran

Fakir Miskin Lain-lain

5.148 6.100

261 204

16.478

10 12

0.6 0.4 32

Total 52.324 100

(Sumber: TPI Muara Angke, 2018) Keadaan Umum Perikanan

Profil Tempat Pelelangan Ikan

Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan TPI Muara Angke, penyelenggaran kegiatan

pelelangan ikan di Muara Angke sebelum diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah seperti saat ini,

kegiatan pelelangan diselenggarakan oleh Koperasi Mina Jaya yang berdiri pada tanggal 30 Desember

dan pada tanggal 9 Juni 1975. Pada tanggal 21 Desember 1995 dilaksanakan Rapat Anggota

Perubahan Anggaran Dasar untuk penyesuaian dengan UU 25 tahun 192 tentang perkoperasian yang

kemudian disahkan dengan Hak Badan Hukum Nomor 172/BH/PAD/KWK/9/VI/1996 dan rapat

memutuskan serta menetapkan Koperasi Mina Jaya DKI Jakarta.

Sejak Bulan Oktober 2015 sampai sekarang Tempat Pelelangan Ikan di Muara Angke

Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 21

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah yaitu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Muara Angke dan retribusi pelelangan juga dihapuskan. Pelaksanaan pelelangan

ikan di TPI Muara Angke sehari-hari dipimpin oleh Kepala TPI dan bertanggung jawab kepada

Satuan Pelaksana Kepelabuhan Perikanan Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Nusantara

Muara Angke. Kepala TPI diwajibkan melaporkan secara tertulis mengenai volume produksi, nilai

produksi, jumlah peserta lelang dan jumlah armada penangkapan. Kepala TPI dibantu oleh

bawahannya yang dibagi menjadi 5 bagian yaitu Mutu Tempat Pelelangan Ikan, Pelaporan Data

Pelelangan, Juru Bakul dan Kasir, Juru Timbang dan Juru Lelang. Struktur organisasi pada TPI

termasuk dalam bentuk organisasi Lini dimana wewenang dari atasan disalurkan langsung secara

vertikal kepada bawahan. Begitu juga sebaliknya, pertanggungjawaban dari bawahan secara

langsung ditujukan kepada atasan.

Profil Nelayan di Lokasi Penelitian

Nelayan adalah orang yang aktif melakukan pekerjaan dalam operasi walaupun mereka tidak

secara langsung melakukan penangkapan di laut. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah

satu fungsi utama dalam kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu fungsi utama dalam

kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakan dan meningkatkan

usaha dan kesejahteraan nelayan (Widayati, 2008).

Menurut laporan Bulan Februari Kelurahan Pluit jumlah penduduk yang berprofesi sebagai

nelayan berjumlah 1.712 jiwa, yaitu berjumlah 3% dari total jumlah penduduk di Kelurahan Pluit.

Nelayan di Muara Angke sendiri terbagi menjadi 2 yaitu nelayan dengan kapal < 10 GT dan nelayan

pemilik dengan kapal 10–60 GT. Nelayan dengan kapal < 10 GT berada di kawasan kali adem dan

nelayan dengan kapal 10–60 GT mendarat di kawasan TPI Muara Angke. Menurut Mentri Kelautan

dan Perikanan nelayan pemilik tidak bisa disebut nelayan karena pendapatannya seperti pengusaha.

Armada Penangkapan

Armada penangkapan yang digunakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke

menggunakan kapal yang berkapasitas <10 sampai >30 Gross Ton (GT). Jumlah kapal yang berada

di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke kurang lebih sebanyak 1.600 kapal. Untuk

lebih jelasnya berikut merupakan grafik armada penangkapan di Muara Angke berdasarkan Gross

Ton (GT) kapal pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Persentase Jumlah Kapal Berdasarkan Gross Ton (GT) (Sumber: TPI Muara Angke, 2018)

10 - 30 GT

(60%)

> 30 GT(39%)

< 10 GT(1%)

Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 22

Jumlah armada yang terbanyak di Muara Angke adalah Kapal yang berkapasitas 10 – 30 GT,

karena kapal dengan kapasitas 10 – 30 GT merupakan kapal yang berkapasitas sedang dan dapat

dipakai berlabuh selama 1-2 bulan.

Jenis Alat Tangkap

Jenis Alat Tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke

saat ini antara lain Bouke Ami (Jaring Cumi), Gill Net, Purse seine, Bubu dan Pengangkut. Grafik

persentase jumlah kapal sebanyak 1.600 berdasarkan alat tangkap yang disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Persentase Jumlah Kapal Berdasarkan Alat Tangkap (Sumber: TPI Muara Angke, 2018)

Jenis dan Jumlah Produksi Ikan

Ikan hasil tangkapan yang didaratkan di TPI Muara Angke terdapat berbagai macam jenis. Tidak

semua hasil tangkapan tersebut dilelang di TPI melainkan ada yang langsung disimpan di Cold

Storage untuk di ekspor ke Negara China, Singapura, Taiwan, Hongkong dan Malaysia. Ikan yang di

ekspor sebagian besar hasil tangkapan Bouke Ami (Jaring Cumi) yaitu Cumi-cumi, Tenggiri, Kakap,

Kerapu dan lain–lain. Ikan yang dilelang terdapat berbagai macam jenis namun yang lebih dominan

yaitu Kerapu, Kakap, Bawal, Tongkol, Manyung, Cendro, Kembung, Teri, Cucut, Pari, Kwe, Baronang,

Layur, Selar, Como, Golok-golok, Tembang, Sontong, Udang dan Campur.

Selama 5 tahun terakhir dari tahun 2013 sampai 2017, ikan yang didaratkan di TPI Muara Angke

sebesar 169.441.159 kg dengan nilai sebesar Rp 3.569.811.942.715. Setiap tahunnya jumlah

produksi ikan yang dilelang tidak stabil. Dari tahun 2013 sampai tahun 2016 mengalami kenaikan

setiap tahunnya namun pada tahun 2017 mengalami penurunan sebanyak 8.666.836 kg volume

ikan dan nilai Rp 83.236.858.860. Hal ini dipengaruhi oleh cuaca yang tak menentu sehingga

mempengaruhi jumlah penangkapan ikan. Untuk lebih jelasnya jumlah produksi ikan yang dilelang

di TPI Muara Angke dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Produksi Ikan di Tempat Pelelangan IKan Muara Angke Tahun 2013 - 2017

Tahun Ikan Yang dilelang

Volume (kg) Nilai (Rp)

2013 20.520.709 81.645.909.145 2014 24.574.079 100.908.566.055 2015 32.507.207 437.428.496.600 2016 50.253.000 1.566.987.197.915 2017 41.586.164 1.483.750.339.055

Jumlah 169.441.159 3.569.811.942.715

(Sumber: TPI Muara Angke, 2018).

Bouke Ami (Jaring Cumi)

(65%)

Bubu(1%)

Pengangkut(15%)

Gill Net(3%)

Purse Seine(16%)

Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 23

Kepuasan Konsumen Ikan Laut di TPI PPN Muara Angke, Jakarta Utara

Kepuasan konsumen merupakan perasaan senang atau kecewa yang dirasakan seseorang dari

evaluasi mengenai layanan yang diberikan suatu organisasi dengan apa yang diharapkannya

(Zeithaml, V., dan Bitner, M. (2003). Kepuasan konsumen ikan laut di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Muara angke diteliti dengan panduan kuesioner yang dirancang dengan skala likert. Skala

pengukuran untuk tingkat kepuasan 1 (Sangat Tidak Setuju), 2 (Tidak Setuju), 3 (Setuju) dan 4

(Sangat Setuju). Sebelum menghitung kepuasan konsumen maka harus diketahui nilai interval

penilaian, nilai interval yang didapat sebesar 0,75 dengan perhitungan sebagai berikut:

RS = 4 − 1

4= 0,75

Tabel 3. Interval Skala Likert Sangat Setuju SS 3,25 ≤ x ≤ 4

Setuju S 2,5 ≤ x ≤ 3,25

Tidak Setuju TS 1,75 ≤ x ≤ 2,5

Sangat Tidak Setuju STS 1 ≤ x ≤ 1,75

Dari hasil perhitungan interval di atas maka dapat dibuat tabel perhitungan kepuasan konsumen

ikan laut di TPI Muara Angke dengan hasil pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Skala Likert Kepuasan Konsumen Ikan Laut

Pernyataan*) SS S TS STS Rata- rata Interpretasi

1 18 22 2 0 3,38 Sangat Setuju

2 24 17 1 0 3,55 Sangat Setuju

3 31 8 3 0 3,67 Sangat Setuju

4 11 16 15 0 2,90 Setuju

5 17 24 1 0 3,38 Sangat Setuju

*) Keterangan: 1. Kualitas ikan yang dijual baik, 2. Harga sesuai kualitas ikan & terjangkau, 3. Pelayanan memuaskan, 4. Ketersediaan ikan selalu ada, 5. Penentuan harga sesuai daya beli & dapat dijual kembali

Berdasarkan hasil Tabel 4, pengukuran kepuasan konsumen berdasarkan pernyataan 1 dapat

dikatakan sangat setuju karena diinterpretasikan hasil rata-rata berkisar 3,25 ≤ x ≤ 4 yaitu sebesar

3,38. Pernyataan 2 dapat diinterpretasikan sangat setuju karena didapatkan hasil rata-rata berkisar

3,25 ≤ x ≤ 4 yaitu sebesar 3,55. Pernyataan 3 dapat diinterpretasikan sangat setuju karena

didapatkan hasil rata-rata berkisar 3,25 ≤ x ≤ 4 yaitu sebesar 3,67. Pernyataan 4 dapat

diinterpretasikan dikatakan setuju karena didapatkan hasil rata-rata berkisar 2,5 ≤ x ≤ 3,25 yaitu

sebesar 2,90. Pernyataan 5 dapat diinterpretasikan sangat setuju karena didapatkan hasil rata-rata

berkisar berkisar 2,5 ≤ x ≤ 3,25 yaitu sebesar 3,38. Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas bahwa

kepuasan konsumen terhadap ketersediaan ikan berdasarkan pernyataan ke 4 ketersediaan ikan

tidak selalu ada walaupun dihasilkan setuju karena berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang

ketersediaan ikan menjadi faktor penghambat usaha.

Dari hasil kuesioner diatas yang menjadi penyebab menurunnya kepuasan konsumen di TPI

Muara Angke adalah ketersediaan ikan yang tidak selalu terjaga. Pihak TPI sebaiknya

memperhatikan utility of time agar ketersediaan ikan selalu terjaga. Menurut Chandra (2001), utilitas

Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 24

waktu (time utility) yakni ketersediaan produk atau jasa saat diinginkan oleh pelanggan tertentu.

Pihak TPI bisa memfasilitasi cold storage gratis kepada nelayan untuk menyimpan ikannya agar

stok ikan setiap harinya selalu terjaga. Dari sini jika ketersediaan ikan selalu terjaga maka harga

pun demikian, karna jika ikan banyak maka harga akan rendah dan sebaliknya jika ikan sedikit ikan

harga ikan tinggi namun jika jumlah ikan stabil maka harga ikan akan stabil yang nantinya harga

akan mempengaruhi margin pemasaran dan efisiensi pemasaran kemudian kepuasan konsumen.

Pengaruh Penampilan Pasar (Efisiensi Pemasaran) terhadap Kepuasan Konsumen

Pengaruh penampilan pasar terhadap kepuasan konsumen dianalisis dengan cara

meregresikan variabel independent (X) yaitu efisiensi pemasaran dan variabel dependent (Y) yaitu

kepuasan konsumen dengan analisis regresi linear sederhana. Variabel independent (X) efisiensi

pemasaran dengan variabel indikator margin pemasaran, biaya pemasaran dan keuntungan.

Variabel dependent (Y) kepuasan konsumen didapatkan dari kuesioner yang diisi oleh para

konsumen yang berada di TPI Muara Angke. Sebelum dilakukan analisis regresi linier sederhana

maka harus dilakukan uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Uji validitas dilaksanakan dengan rumus korelasi bivariate person dengan program SPSS.

Adapun ringkasan hasil uji validitas sebagaimana data dalam Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Validitas No Item Pernyataan*) rhitung rtabel 5% (42) Kriteria

1 0,757 0,304 Valid 2 0,741 0,304 Valid 3 0,745 0,304 Valid 4 0,752 0,304 Valid 5 0,779 0,304 Valid

*) Keterangan: 1. Kualitas ikan yang dijual baik, 2. Harga sesuai kualitas ikan & terjangkau, 3. Pelayanan memuaskan, 4. Ketersediaan ikan selalu ada, 5. Penentuan harga sesuai daya beli & dapat dijual kembali

Hasil pehitungan uji validitas menunjukan bahwa semua nilai rhitung lebih besar datai nilai rtabel

pada nilai signifikasi 5% yaitu sebesar 42. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua item

dalam angket penelitian ini valid sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan alat bantu program SPSS versi 21. Adapun

ringkasan hasil uji reliabilitas sebagaimana data dalam tabel 6. Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai

alpha lebih besar dari nilai 0,60 yaitu sebesar 0,801. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

semua angket dalam penelitian ini reliabel atau konsisten, sehingga dapat digunakan sebagai

instrumen penelitian.

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas: Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

0,801 5

Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa model regresi linier sederhana yang

dihasilkan tidak bias. Berdasarkan uji asumsi klasik, semua uji dinyatakan lolos dan maknanya

model regresi linier yang dihasilkan layak digunakan untuk menduga kepuasan konsumen

menggunakan efisiensi pemasaran. Berdasarkan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test

Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 25

diperoleh nilai Asymp.sig. lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,109 maka dapat disimpulkan data

berdistribusi normal. Uji linearitas menunjukkan bahwa nilai signifikasi variabel yang dihubungkan

sebesar 0,073, atau dapat dikatakan linear karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa antara varibel X (efisiensi pemasaran) berhubungan linear dengan

variabel Y (kepuasan konsumen). Berdasarkan uji heteroskedastisitas dengan metode glesjer

diperoleh nilai signifikansi lebih besar 0,05 yaitu sebesar 0,905, sehingga dapat disimpulkan data

tidak terjadi masalah heterokedastisitas.

Analisis Regresi Sederhana: Pengaruh Efisiensi Pemasaran terhadap Kepuasan Konsumen

Setelah lolos uji asumsi klasik, data diregresi linier sederhana untuk menganalisis apakah

penampilan pemasaran (yang diukur melalui efisiensi pemasaran) mempengaruhi kepuasan

konsumen. Hasil regresi linear sederhana sebagaimana data dalam Tabel 7.

Tabel 7. Analisis Regresi Linear Sederhana Variabel Koefisien Regresi t Sig

Konstanta 18,487 X -1,144 -5,010 0,000

R2 = 0,386

Berdasarkan tabel 7 diperoleh persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut:

Y= 18,487 - 1,144 X + e

Adapun interpretasi dari persamaan regresi linear sederhana tersebut adalah:

a = 18,487 menyatakan bahwa jika nilai efisiensi pemasaran (X) tidak mengalami perubahan naik

atau turun maka nilai konsistensi kepuasan konsumen (Y) sebesar 18,487.

b = -1,144 menyatakan bahwa jika nilai efisiensi pemasaran (X) bertambah (makin tidak efisien),

maka kepuasan konsumen (Y) akan mengalami penurunan sebesar -1,144.

Dari hasil regresi linier sederhana dan intepretasi diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan

penampilan pasar berupa efisiensi pemasaran dan kepuasan konsumen bersifat negatif, artinya

semakin rendah nilai efisiensi pemasaran maka pemasaran semakin efisien dan kepuasan

konsumennya semakin tinggi. Pemasaran yang efisien ditunjukkan oleh biaya pemasaran yang

rendah dan harga yang terjangkau. Sesuai dengan pendapat Dahl and Hammond (1977), dengan

menggunakan konsep biaya tataniaga, suatu sistem tataniaga dikatakan efisien bila dapat

dilaksanakan dengan biaya yang rendah.

Menurut Abidin et al (2017), margin pemasaran rendah, biaya rendah, keuntungan tinggi dan

pemasaran yang rendah (EP<50%) maka pemasaran tersebut semakin efisien dan semakin tinggi

kepuasan konsumen. Tinggi rendahnya margin pemasaran tergantung dari panjangnya saluran

pemasaran dan seberapa besar biaya produk itu mulai tahap transportasi, pengolahan,

penyimpanan dan lain-lain hingga penjualan. Margin pemasaran, biaya pemasaran, keuntungan

pemasaran dan efisiensi pemasaran saling berkaitan. Biaya pemasaran disebabkan oleh struktur

pasar yang tidak kompetitif, rendahnya pengetahuan pasar dan informasi pasar yang tidak merata.

Dengan demikian, margin pemasaran yang rendah, biaya pemasaran yang rendah, dan efisiensi

pemasaran yang rendah maka kepuasan konsumen akan tinggi, hal ini seperti pendapat Eviyati dan

Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 26

Wahyuni (2011), kepuasan konsumen adalah kepuasan maksimum yang diterima karena harga dari

suatu barang itu sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan ada dalam jangkauan daya belinya.

Harga yang terjangkau dan biaya yang rendah mempengaruhi kepuasan konsumen.

Berdasarkan analisis data menggunakan SPSS diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar

0,386. Hal ini bermakna bahwa besarnya kemampuan penampilan pemasaran berupa efisiensi

pemasaran dalam menjelaskan variasi perubahan kepuasan konsumen sebesesar 38,6 % sedangkan

sisanya sebesar 61,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti seperti kualitas ikan sesuai

dengan pendapat Kotler dan Amstrong (2004), kualitas produk yang baik merupakan harapan

konsumen yang harus dipenuhi oleh perusahaan, karena kualitas produk yang baik merupakan kunci

perkembangan produktivitas perusahaan. Pelayanan penjual juga mempengaruhi kepuasan

konsumen menurut Tjiptono (2002) dalam Putra et al. (2017), pada umumnya pelayanan yang bertaraf

tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Kemudian

ketersediaan ikan juga mempengaruhi kepuasan konsumen menurut Putra et al. (2017), ketersediaan

ikan sangat penting bagi konsumen dan penilaian kepuasannya sangat baik bagi konsumen,

konsumen akan merasa puas karena menganggap ketersediaan ikan sangat baik karena tetap stabil

walaupun terdapat beberapa hari hujan yang dapat menyebabkan jumlah stok ikan menurun.

Efisiensi Pemasaran antara Nelayan dan Pedagang

Perbedaan efisiensi pemasaran yang dilakukan nelayan dan pedagang dianalisis

menggunakan uji one way anova. Uji one way anova dalam penelitian ini dilakukan dengan alat

bantu program SPSS. Hasil output uji one way anova dengan SPSS tersaji di Tabel 8.

Tabel 8. One Way Anova untuk Efisiensi Pemasaran antara Nelayan dan Pedagang Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 0,214 6 0,214 0,073 0,788 Within Groups 224,693 33 2,956 Total 224,907 39

Berdasarkan output Anova diketahui nilai sig sebesar 0,788 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa rata-rata efisensi pemasaran antara nelayan dan pedagang adalah tidak berbeda secara

nyata atau sama–sama efisien yaitu kedua nilai efisiensi pemasarannya <50%. Berikut merupakan

nilai dari efisiensi pemasaran antara nelayan dan pedagang dalam bentuk grafik yang disajikan pada

Gambar 3.

Gambar 3. Perbedaan Efisiensi Pemasaran (EP) Nelayan dan Pedagang

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Efi

sie

nsi

Pem

asara

n (

%)

EP Nelayan EP Pedagang

Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 27

Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat nilai efisiensi pemasaran dan pedagang tidak ada yang

lebih dari 50% maka dapat dikatakan pemasaran yang dilakukan nelayan dan pedagang (pedagang

besar, pedagang grosir, pengolah dan pengecer) di TPI Muara Angke masih cenderung efisien.

Pemasaran yang efisien ditunjukan dengan biaya yang rendah dan harga yang terjangkau.

Terlihat bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang (besar dan grosir) lebih rendah

daripada nelayan, sedangkan biaya pemasaran nelayan lebih rendah daripada pengolah dan

pedagang pengecer. Hal ini sesuai Mubyarto (1975), sistem pemasaran dianggap efisien jika

mampu menyampaikan hasil-hasil petani kepada konsumen dengan biaya serendah-rendahnya.

Namun jika dilihat berdasarkan harga, nelayan lebih efisien karena harga yang ditawarkan

nelayan lebih rendah dan terjangkau dari pedagang karena melalui sistem lelang, hal ini sependapat

dengan pernyataan Maulidi (1994) yaitu semakin tinggi harga pembelian akan mengurangi marjin

pemasaran yang berarti pula akan meningkatkan efisiensi pemasaran. Berdasarkan hal tersebut,

dapat disimpulkan bahwa pemasaran oleh nelayan lebih efisien.

Kepuasan Konsumennya Nelayan dan Pedagang

Analisis perbedaan kepuasan konsumennya nelayan dan pedagang menggunakan uji one way

anova dengan SPSS. Adapun ringkasan hasil uji one way anova dengan SPSS sebagai berikut:

Tabel 9. One Way Anova untuk Kepuasan Konsumen antara Nelayan dan Pedagang

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 46,252 7 6,607 1,757 0,129 Within Groups 127,867 34 3,761 Total 174,119 41

Berdasarkan output Anova (Tabel 9), diketahui nilai sig sebesar 0,129 > 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa rata-rata kepuasan konsumennya nelayan dan pedagang adalah tidak berbeda

nyata atau sama-sama merasa puas. Berikut merupakan total kepuasan konsumen dari setiap

konsumennya nelayan dan pedagang yang berada di Muara Angke dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Rata - rata Tiap Butir Pernyataan Kepuasan Konsumen

Berdasarkan gambar 4 diatas dapat dilihat rata – rata tiap butir kepuasan konsumen dari

konsumennya nelayan dan pedagang semua pernyataan menunjukan setuju atau puas karena tidak

ada nilai yang kurang dari 2,5 karena nilai ≤ 2,5 menunjukan ketidakpuasan konsumen. Dapat

3,33 3,47 3,66

2,853,383,48 3,28

3,52

2,57

3,23

00,511,522,533,54

P1 P2 P3 P4 P5

Skala

In

terv

al

Butir Pernyataan

Kepuasan Konsumennya Nelayan Kepuasan Konsumennya Pedagang

Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 28

disimpulkan bahwa kepuasan konsumennya nelayan dan pedagang sama–sama puas namun lebih

besar tingkat kepuasan konsumennya nelayan yaitu peserta lelang yang terdaftar di TPI seperti

pedagang besar, pedagang grosir, pengolah dan pengecer karena nilai rata–rata kepuasan konsumen

dari ke 5 pernyataan hanya pada pernyataan ke 1 kepuasan konsumennya nelayan lebih rendah dari

pedagang dan untuk 4 pernyataan lain kepuasa konsumennya nelayanlah yang lebih besar.

Implikasi pada penelitian ini adalah nelayan dan pedagang perantara mampu menciptakan

sistem pemasaran yang efisien dengan segala fasilitas yang ada di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Muara Angke. Nelayan dan pedagang perantara dapat menciptakan sistem pemasaran yang efisien

dengan cara menekan biaya pemasaran dan memberikan harga yang terjangkau yang masih sesuai

jangkauan daya beli konsumen ikan laut yang berada di Muara Angke namun masih mendapatkan

keuntungan yang rasional karena sesuai dengan hasil penelitian bahwa efisiensi pemasaran

mempengaruhi kepuasan konsumen, pemasaran yang efisien ditunjukan dengan biaya pemasaran

yang rendah dan harga yang terjangkau.

Pihak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke juga mampu menjaga kestabilan marjin

pemasaran, efisiensi pemasaran dan kepuasan konsumen tetap terjaga karena ketersediaan ikan

merupakan faktor penghambat usaha yang nantinya berkaitan dengan kepuasan konsumen.

Ketersediaan ikan di sini dapat mempengaruhi harga ikan yang nantinya akan mempengaruhi marjin

pemasaran dan efisiensi pemasaran, karena semakin banyak ikan maka harga semakin rendah dan

sebaliknya kemudian jika harga rendah maka marjin pemasaran semakin rendah dan pemasaran

makin efisien dan sebaliknya. Pihak TPI bisa memfasilitasi cold storage gratis atau dengan subsidi

kepada nelayan untuk menyimpan ikannya agar stok ikan setiap harinya selalu terjaga. Jika

ketersediaan ikan selalu terjaga maka harga pun demikian karena jika jumlah ikan stabil maka harga

ikan akan berpeluang stabil yang nantinya harga akan mempengaruhi margin pemasaran dan

efisiensi pemasaran kemudian kepuasan konsumen.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal mengenai

sistem pemasaran dan kepuasan konsumen di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta utara sebagai berikut: a). Kepuasan konsumen ikan laut di

TPI Muara Angke cenderung puas. Ketersediaan ikan yang tidak selalu ada menjadi faktor

menurunnya kepuasan konsumen; b). Penampilan pemasaran berupa efisiensi pemasaran memiliki

hubungan negatif terhadap kepuasan konsumen, artinya semakin rendah nilai efisiensi pemasaran

(semakin efisien), maka kepuasan konsumen semakin tinggi; c). Efisiensi pemasaran antara

nelayan dan pedagang sama-sama efisien. Namun demikian, karena biaya pemasaran yang

dikeluarkan pedagang (pedagang besar dan pedagang grosir) lebih rendah daripada oleh nelayan,

sedangkan sebaliknya biaya pemasaran nelayan lebih rendah daripada oleh pengolah dan

pedagang pengecer. Jika dilihat dari harga jual, maka harga yang ditawarkan nelayan lebih rendah

Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 29

dari pedagang, sehingga pemasaran nelayan cenderung lebih efisien; d). Kepuasan konsumennya

nelayan dan pedagang sama-sama puas. Namun lebih puas konsumennya nelayan karena lebih

tingginya nilai rata-rata tiap butir pernyataan kepuasan konsumennya nelayan.

Saran

Berdasarkan temuan penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah: a). Lelang Murni:

pihak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) lebih mengoptimalkan peraturan dan pengawasan sistem

lelang murni; b) Lelang Non Murni (opow): perlu adanya pantauan khusus dari pihak Tempat

Pelelangan Ikan (TPI) terhadap sistem lelang opow agar harga yang ditetapkan oleh PT yang berada

dikawasan Muara Angke tidak terlalu menekan harga dari nelayan; c). Pihak Tempat Pelelangan

Ikan (TPI) dan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke: perlu memperbaiki fasilitas

dan pelayanan di TPI agar lebih nyaman dan dibangun cold storage milik TPI sebagai sarana untuk

nelayan menyimpan ikan agar kualitas dan ketersediaan ikan selalu terjaga serta meningkatkan

kepuasan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z, Harahab, N, Asmarawati, L. 2017. Pemasaran Hasil Perikanan. UBPress: Malang.

Azwar, Saiffudin. 2003. Metode Penelitian Cetakan Ke-enam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chandra, Gregorius. Pemanasan Global, edisi pertama. Yogyakarta: Andi, 2001.

Dahl, C. D. and Hammond, J. W., 1977. Market Place Analysis The Agryculture Industry. MC. Graw-Hill Book Company. New York.

Dyanasari, Wahyunindyawati, Asnah, Kasijati, F. 2010. Pendekatan SCP (Structure, Conduct, and Performance) pada Pengukuran Efisiensi Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Probolinggo. Buana Sains Vol.10/ No.1:57-66: Malang.

Eviyati, R, dan Wahyuni, S. 2011. Kepuasan Konsumen Terhadap Pemilihan Kualitas dan Rasa Beras. Jurnal Agrijati Vol. 16 No. 1. Cirebon Jawa Barat.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2016. Laporan Tahunan Kementrian Kelautan Perikanan 2016. Jakarta (ID): KKP.

Kotler dan Armstrong. 2004. Prinsip-prinsip Pemasaran. Alih Bahasa oleh Wisnu Chandra Kristiaji.

Jilid 2. Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga

Mubyarto. 1975. Masalah Beras di Indonesia. Lembaga Penelitian Ekonomi, Fakultas Ekonomi. UGM: Yogyakarta.

Putra, Eko. 2014. Pengaruh Harga terhdap Kepuasan Konsumen pada Citra Swalayan dengan Variabel Intervening Service Quality. E-Jurnal Apresiasi Ekonomi Volume 2 No 2. STIE: Pasaman Barat

Riduwan, 2008. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfa Beta.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke. 2018. Data Produksi Ikan Armada Serta Alat Tangkap. Jakarta.

Zeithaml, V., and Bitner, M. (2003). Service Marketing: Integrating Customer Focus across the Firm. 3th Ed. New York: McGraw-Hill.