Click here to load reader
Upload
lythuan
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DISTRIBUSI DAN SPESIASI TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) DI SEDIMEN
PANTAI KOTA MAKASSAR
Distribution and Speciation of Lead (Pb) and Cadmium (Cd) in coastal sediment of Makassar
Shinta Werorilangi1, A. Tahir1, A. Noor2, M.F. Samawi1
1)Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin2) Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
ABSTRAK
Kehadiran logam di sedimen, bisa memberikan dampak negatif pada biota bentik dan biota lainnya pada rantai makanan, akan tetapi total konsentrasi logam yang ada di perairan tidak selalu berkorelasi positif dengan respon yang timbul pada biota. Oleh karena itu penelitian tentang distribusi dan spesiasi logam Pb dan Cd dilakukan di sedimen pantai Kota Makssar pada bulan Januari 2011.
Metode fraksinasi dilakukan dengan menggunakan metode BCR-three steps sequential extraction yang menghasilkan tiga fraksi, yaitu fraksi yang mudah larut dalam asam (acid soluble, F1), fraksi yang mudah tereduksi (reducible, F2), dan fraksi yang mudah teroksidasi (oxidazible, F3). Hasil penelitian menunjukkan Pb didominasi oleh fraksi 2, sedangkan Cd didominasi oleh fraksi 1dan 2 pada hampir semua lokasi penelitian. Lokasi kanal Paotere merupakan daerah yang paling rawan pencemaran kedua logam, karena Pb dan Cd terdeteksi tinggi pada fraksi 1 (the most bioavailable).
Kata kunci : timbal (Pb), kadmium (Cd), sedimen, fraksinasi, pantai, Kota Makassar
ABSTRACT
The presence of metals in sediment, could have an adverse effect on benthic biota and other organisms in the food chain, but the total concentration of metals in the water are not always positively correlated with the responses that arise in biota. Therefore, research on metal distribution and speciation of Pb and Cd conducted in coastal sediments Makssar City in January 2011.
Fractionation method used was the method of BCR-three sequential extraction steps that resulted in three fractions, namely acid soluble fraction(acid soluble, F1), easily reducible fraction (reducible, F2), and the fractions were easily oxidized (oxidazible, F3 ). Results showed Pb dominated by fractions 2 and 3, while Cd is dominated by the fraction 1 and 2 at almost all sites. Canal Paotere is the most prone to contamination of both metals, as Pb and Cd in fraction 1 (the most bioavailable) appear high in that area.
Keywords : lead (Pb), cadmium (Cd), sediment, speciation, coastal, Makassar City
PENDAHULUAN
Pergerakan logam serta ketersediaannya (bioavailability) di lingkungan perairan
sangat dipengaruhi oleh bentuk dan tipe perikatan logam tersebut. Sedimen yang
merupakan tempat akhir senyawa di lingkungan perairan sangat memegang peranan
penting dalam menentukan bentuk-bentuk logam di perairan. Menurut Yu, et al. (2010),
logam di sedimen bisa berada dalam berbagai bentuk dan perikatan, antara lain, sebagai
ion bebas dan berikatan dengan karbonat, logam bentuk ini disebut sebagai logam yang
sangat labil sehingga mudah lepas ke perairan serta mudah diserap oleh organisme
(bioavailable). Logam juga bisa berikatan dengan oksida Fe/Mn dan disebut sebagai
bentuk yang tereduksi (reducible). Perikatan dengan bahan organik serta sulfida juga
bisa menghasilkan logam dalam bentuk yang mudah teroksidasi (oxidizable).
Sedangkan logam dalam bentuk perikatan yang kuat dengan struktur kristal mineral di
sedimen disebut bentuk residual.
Keterikatan senyawa logam dengan komponen geokimia sedimen disebut juga
spesiasi. Spesiasi suatu senyawa kimia dapat didefenisikan sebagai suatu proses
identifikasi dan kuantifikasi berbagai spesies, bentuk dan fase yang terdapat pada suatu
media (Davidson, et al., 1994 dan Yang, et al., 1999).
Kehadiran logam di sedimen, bisa memberikan dampak negatif pada biota
bentik dan biota lainnya pada rantai makanan. Akan tetapi total konsentrasi logam yang
ada di perairan tidak selalu berkorelasi positif dengan respon yang timbul pada biota
(Nowierski, et.al, 2002; Janssen, et.al., 2005). Penelitian menunjukkan logam yang
berasosiasi pada fraksi easily exchangeable umumnya yang berkorelasi kuat dengan
konsentrasi logam pada biota (Stecko and Bendell-Young, 2000; Wang, et al., 2002;
Reboreda and Cacador, 2007; Hendozko et al., 2010).
Timbal (Pb) dan kadmium (Cd) merupakan logam beracun bagi organisme laut,
dimana peningkatan input ke perairan sangat dipengaruhi oleh hasil kegiatan manusia
(antropogenik).
Perairan pantai kota Makassar, termasuk dua muara sungai yang mengapit, yaitu
Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo mendapat banyak input logam dari badan sungai
dan daratan utama, berupa limbah industri dan limbah perkotaan. Hasil penelitian
konsentrasi logam di sedimen sekitar perairan Kota Makassar, yaitu di muara Sungai
Tallo memperlihatkan tren yang meningkat, data pada tahun 2006 menunjukkan
konsentrasi logam Pb sebesar 18,01 ppm (Roem, 2007) dan pada tahun 2007 sebesar
27,23 ppm (Widyasari, 2007). Sedangkan data hasil penelitian Wulandari (2008),
menunjukkan konsentrasi logam Cd di sedimen Teluk Pantai Losari pada tahun 2008
sebesar 4,18 ppm dan logam Pb sebesar 4,77 ppm. Data tahun 2010 memperlihatkan
konsentrasi Pb di sedimen Pulau Lae-Lae sebesar 11.95 ppm (Rizal, 2011). Oleh karena
itu penelitian tentang ketersediaan jenis logam pada sedimen yang secara biologis dapat
terserap oleh biota di perairan Pantai Kota Makassar dan sekitarnya menjadi sangat
penting dilakukan, juga karena penelitian tentang fraksi logam yang tersedia secara
biologis (bioavailable) belum pernah dilakukan sebelumnya.
2
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Perairan pantai Kota Makassar adalah merupakan daerah pantai di Kota
Makassar yang paling terkena oleh dampak aktivitas manusia, seperti reklamasi,
rekreasi, aktivitas pelabuhan, transportasi, pembuangan akhir limbah dari 13 kanal kota
Makassar. Sampling dilakukan di bulan Januari 2011, pada beberapa titik sepanjang
muara Sungai Jeneberang sampai muara Sungai Tallo (Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Metode
Analisis paramater sedimen, pH dan potensi redoks, dilakukan secara insitu,
sedangkan analisis kandungan bahan organik, DOM (dissolved organic matter) dan
TOC (total organic carbon) serta ukuran partikel sedimen dilakukan di Laboratorium
Kimia Oseanografi, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
UNHAS. Sampel sedimen untuk analisis konsentrasi logam total dan fraksi pada Pb dan
Cd dianalisis di Laboratorum Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL),
Departemen Kesehatan, Jakarta.
3
SEDIMEN
Saring kering < 63 um
Analisis logam dilakukan pada sedimen yang berukuran < 63 μm. Peningkatan
partikel sedimen halus dengan ukuran <63 μm sejalan dengan peningkatan logam di
sedimen, dan umumnya sejalan dengan peningkatan input logam secara antropogenik
(Scouller et al., 2006). Contoh sedimen yang diambil hanya pada permukaan sedimen,
yaitu bagian oksik dengan kedalaman 1 – 3 mm, dengan menggunakan Van Veen Grab
Sampler. Contoh sedimen diambil pada bagian tengah grab untuk mencegah
kontaminasi dr bagian logam pada grab sampler lalu dimasukkan kedalam kemasan
plastik dan disimpan di dalam cool box selama transportasi. Sebelum proses esktraksi
sampel disimpan dalam kantong palstik dan dibekukan dalam freezer pada suhu – 20oC
untuk mencegah proses biokimiawi yang bisa merusak sampel. Sebelum proses
fraksinasi contoh sedimen disaring dalam keadaan kering (dry sieving) untuk
mendapatkan fraksi lanau atau silt (< 63 um). Spesiasi logam dilakukan dengan metode
fraksinasi Three-Steps Sequential (Sekuensi Tiga Tahap) yang digunakan oleh Ure et
al., (1993) dalam Davidson et al., (1994), Yuan et al., (2004) dan Zhou et al., (2010).
Metode fraksinasi dan prosedur kerjanya dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2.
Tabel 1. Metode Ekstraksi Sekuensi Tiga Tahap
Tahap Fraksi Komponen yangDiekstrak
Prosedur
1 Terlarut dalam asam (Acid
Soluble)
Ion exchangeable dan karbonat 40 ml CH3COOH ditambahkan pada 1 gram
sedimen kering (<63 um). 16 jam shaker
2 Tereduksi (Reducible)
Oksida Fe-Mn 40 ml NH2OH.HCl (pH 2 dgn HNO3), 16 jam shaker
3 Teroksidasi (Oxidizible)
Bahan organik dan sulfit 10 ml H2O2, 1 jam disgestion , 1 jam water bath, tambahkan 10 ml H2O2, 1 jam water bath,
tambahkan 50 ml CH3COONH4 (pH 2 dgn
HNO3)
4
Gambar 2. Prosedur kerja fraksinasi logam di sedimen
Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan semua stasiun kedalam empat
(4) lokasi dan perbedaan konsentrasi logam pada setiap lokasi diuji dengan
menggunakan Analisis Ragam (one way ANOVA). Keterkaitan kualitas air dengan
keberadaan logam pada setiap lokasi dianalisis dengan menggunakan Analisis
Komponen Utama (Principal Component Analysis, PCA).
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Hasil
Walaupun kandungan logam total tidak memberikan informasi yang cukup
berarti pada dampak bahaya logam bagi organisme, akan tetapi informasi tersebut
sangat penting dalam mengindentifikasi sumber logam di perairan. Gambar 3
memperlihatkan konsentrasi logam total pada lokasi penelitian, hasil analisis ragam
tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata diantara lokasi pada masing-masing
logam (p>0,05). Akan tetapi terlihat pola konsentrasi total logam Pb lebih tinggi
daripada Cd pada semua lokasi penelitian. Logam Pb terlihat tinggi pada lokasi Losari,
Benteng, dan Paotere, sedangkan konsentrasi Cd merata pada semua lokasi. Kisaran
konsentrasi logam Pb dan Cd di lokasi penelitian adalah 0.38-2.58 μg/g dan 0.05-0.25
μg/g. Konsentrasi kedua logam di Pulau Bonetambung, sebagai lokasi kontrol, terlihat
paling rendah diantara semuanya.
Gambar 3.
Konsentrasi logam Pb dan Cd di sedimen (<63 μm)
Berbagai fraksi Pb di sedimen perairan pantai kota Makassar dapat dilihat pada
Gambar 4. Pada semua lokasi terdekteksi ketiga fraksi Pb di sedimen, dimana fraksi
yang mudah tereduksi (F2) terlihat paling tinggi pada semua lokasi, kemudian diikuti
oleh fraksi yang mudah teroksidasi (F3) dan fraksi larut dalam asam (F1). Pulau
Bonetambung sebagai lokasi kontrol memperlihatkan konsentrasi yang minor pada
fraksi 2 dan fraksi 3; sedangkan fraksi 1 tidak terdeteksi. Hasil sidik ragam
memperlihatkan hanya lokasi Muara Sungai Jeneberang (Jene), Tanjung Merdeka (TM),
serta Muara Sungai Tallo (Tallo) yang menunjukkan perbedaan konsentrasi yang nyata
(p<0,05) pada setiap fraksi Pb di sedimen. Fraksi geokimia Pb didominasi oleh fraksi 2
(64-78%) dan fraksi 3 (16-33%), sedangkan fraksi 1 hanya berkisar 0-7% (Gambar 5).
0.76 0.78
2.57 2.582.41
0.78
0.38
0.07 0.14 0.10 0.13 0.25 0.14 0.050.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
Jene TM Losari Benteng Paotere Tallo Btambung(kontrol)
Kon
sent
rasi
loga
m d
i sed
imen
(μg/
g)
Pb
Cd
6
Gambar 4. Rata-rata konsentrasi fraksi Pb di sedimen
Konsentrasi Cd pada berbagai fraksi di lokasi penelitian dapat dilihat pada
Gambar 6. Berbagai fraksi Cd terdapat pada semua lokasi, tetapi hanya pada lokasi
Benteng ketiga fraksi terdeteksi. Lokasi TM hanya mengandung fraksi 2; sedangkan
pada lokasi Losari hanya terdeteksi fraksi 1, dan pada Pulau Bonetambung, sebagai
stasiun kontrol, tidak terdeteksi ketiga fraksi Cd. Hampir pada semua lokasi, terdeteksi
fraksi 1 dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Akan tetapi analisis sidik ragam pada
setiap lokasi tidak memperlihat perbedaan yang siginikan antara fraksi (p<0,05).
Kadmium pada fraksi 1 dan 2 (0-100%) mendominasi pada hampir semua stasiun,
sedangkan fraksi 3 hanya ditemukan di lokasi Benteng dengan proporsi 13 % (Gambar
7).
Gambar 5. Persentasi fraksi Pb di sedimen
Keterkaitan lokasi dan fraksi Pb dengan paramater fisik-kimia sedimen
digambarkan dengan menggunakan analisis komponen utama (PCA). Beberapa
0.050.28 0.1 0.21
0.50.21 0.00
2.85
4.01
1.5
4.45
0.701.09
0.84 0.74
1.38
2.431.93
0.35
4.515.02
0
1
2
3
4
5
6
7
Jene TM Losari Benteng Paotere Tallo Btambung(kontrol)
Lokasi
Kon
sent
rasi
Pb
(ug/
g)
Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3
a
b
ca
b
ca
a aa
a
a
a
b
a
b
c
a
0%
25%
50%
75%
100%
Jene TM Losari Benteng Paotere Tallo Btambung(kontrol)
Per
sent
asi P
b (%
)
Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3
7
parameter yang diduga terkait dengan keberadaan logam di sedimen adalah, ukuran
partikel sedimen, kandungan bahan organik total (BOT), kandungan total organik
karbon (TOC), potensi redok (Eh), pH dan suhu. Hasil PCA (Gambar 8) membentuk
dua kelompok, dimana dua sumbu utama tersebut mampu menjelaskan 72 % variasi
pada lokasi penelitian. Kelompok 1 diiwakili oleh lokasi Jene, TM, dan Tallo, yang
dicirikan dengan tingginya Pb fraksi 2, TOC, dan Eh. Sedangkan kelompok 2 diwakili
oleh lokasi Benteng dan Paotere, yang dicirikan oleh tingginya Pb total, Pb fraksi 1,
fraksi 2, fraksi 3, TOC, ukuran partikel sedimen (GS<63 μm), serta potensi redoks (Eh)
yang rendah.
Gambar 6. Rata-rata konsentrasi fraksi Cd di sedimen
Hasil analisis komponen utama (PCA) untuk logam Cd membentuk 3 kelompok
pada sumbu 1 dan 2, dimana kedua sumbu tersebut mampu menjelaskan 72% variasi
yang terjadi (Gambar 9). Kelompok 1 diwakili oleh lokasi Paotere yang dicirikan oleh
tingginya fraksi 1, fraksi 2 dan Cd total, serta Eh yang sangat rendah (kondisi anoksik).
Sedangkan kelompok 2 yaitu lokasi Jeneberang, TM serta Bonetambung terkait dengan
Eh dan pH yang tinggi serta menunjukkan fraksi 1 dan 2 yang rendah (fraksi 3 tidak
terdeteksi). Kelompok 3 diwakili oleh lokasi Benteng yang terkait dengan fraksi 3 serta
TOC dan ukuran partikel halus (GS< 63 μm) yang tinggi.
0.040.078
0.223
0.05
0.147
0.020.027 0.030.03
0.0530.03
00.050.1
0.150.2
0.250.3
0.350.4
Jene TM Losari Benteng Paotere Tallo Btambung(kontrol)
Lokasi
Kon
sent
rasi
Cd
(μg/
gr)
Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3
ns
ns
ns ns
ns ns
0%
25%
50%
75%
100%
Jene TM Losari Benteng Paotere Tallo Btambung(kontrol)
Kon
sent
rasi
Cd
(%)
Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3
8
Gambar 7. Persentasi fraksi Cd di sedimen
Pembahasan
Timbal (Pb)
Menurut Levy, et al (1992), pada sedimen yang secara antropogenik terpolusi,
logam Pb akan dominan berada pada fraksi 2, hal ini terlihat pada lokasi Benteng, Tallo
dan Paotere, yang merupakan muara dari kanal-kanal kota Makassar serta Sungai Tallo
di utara kota. Tingginya konsentrasi Pb pada fraksi 2 (Gambar 4 dan 5) di penelitian ini
sejalan dengan beberapa penelitian pada daerah pesisir yang menyimpulkan bahwa Pb
pada sedimen laut umumnya berada pada fase tereduksi terutama jika konsentrasi total
Fe dan Mn di sedimen tinggi. Fraksi 2 terkait dengan logam yang terikat pada oksida
Fe-Mn. Hal ini disebabkan Pb membentuk senyawa kompleks yang stabil dgn Fe dan
Mn oxyde (Gao, et al., 2008; Turki, 2007; Morillo, et al., 2004). Penelitian spesiasi
logam di perairan Indonesia sudah dilakukan oleh Arifin dan Fadhlina (2010) yang
menemukan logam Pb di Teluk Jakarta didominasi oleh fraksi oksidisable (F3) dan
fraksi reducible (F2), sedangkan Takarini , et al., (2004) memperlihatkan bahwa Pb di
perairan Semarang lebih banyak ditemukan pada fraksi reducible (F2).
Walaupun tidak terdapat perbedaan yg signifikan pada masing-masing fraksi di
setiap lokasi (Gambar 4), akan tetapi terlihat bahwa Pb pada fraksi 1 (terlarut dlm asam
= most bioavailable) paling tinggi ditemukan pada lokasi kanal Paotere dan TM,
kemudian diikuti oleh Benteng dan Tallo. Logam yang terkait pada fraksi 1
dikategorikan sebagai logam yang sangat mudah lepas ke perairan, oleh karena itu kanal
Paotere serta Tanjung Merdeka bisa dikategorikan lokasi yang rawan akan pencemaran
Pb.
Keterkaitan perubahan Eh pada spesiasi logam Pb sudah diteliti oleh Gou, et al.
(1997a), dimana pada penelitian tersebut ditemukan bahwa pada Eh tinggi (kondisi
teroksidasi) Pb akan berasosiasi dengan fraksi Fe dan Mn oksida (F2); sedangkan pada
9
kondisi Eh rendah (tereduksi), Pb akan lebih banyak berasosiasi pada sulfit, bahan
organik bermolekul besar (humus) dan karbonat. Pada penelitian ini, di lokasi Paotere,
selain konsentrasi Pb total yang berkontribusi pada tingginya fraksi 1, 2, dan 3; kondisi
tereduksi dengan Eh yang sangat rendah juga menyumbangkan fenomena tingginya
fraksi 1 dan 3 (Gambar 8). Keterkaitan Pb fraksi 3 (fase teroksidasi) pada lokasi
Benteng, Paotere dan Tallo sejalan dengan tingginya konsentrasi bahan organik pada
lokasi tersebut. Hal ini juga ditemukan oleh Chakraborty, et al (2012), yang
menemukan Pb tinggi pada fraksi 3. Hal ini sejalan dengan preferensi logam pada fraksi
3 karena disebabkan oleh tingginya kandungan bahan organik di sedimen terkait.
Gambar 8. Keterkaitan fraksi Pb dengan parameter lingkungan sedimen
Kadmium (Cd)
Kadmium pada penelitian ini didominasi oleh fraksi 1 dan 2 pada hampir semua
lokasi (Gambar 6 dan 7). Tingginya Cd pada fraksi 1 menunjukkan bahwa logam Cd
dominan berada dalam bentuk terlarut serta kemungkinan terkait dengan kandungan
karbonat (Naji et al, 2010), yang memiliki mobilitas yang tinggi di perairan. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Forstner dan Whittman (1983), bahwa Cd di sedimen
perairan dominan dalam bentuk CdCO3. Penelitian Liu, et al (2011) juga menunjukkan
bahwa Cd pada fraksi 1 (exchangeable) umumnya tinggi disebabkan oleh kemampuan
Cd dalam membentuk kompleks molekul Cd-Cl dengan klorida (Cl-), dengan
konsentrasi ion klorida yang tinggi di perairan sekitar, Cd bisa lepas dari sedimen dan
meningkat pada fraksi 1. Hal ini didukung oleh pernyataan Carol, et al. (2002), yang
mengatakan bahwa Cd di perairan laut, 99 % berbentuk kompleks dengan klorida.
GS < 63 um
TOC
suhu
Eh
pH
Pb total
Pb3
Pb2
Pb1
Btambung (kontrol)
Tallo
Paotere
Benteng
Losari
TM
Jene
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5
sumbu 1 (50 %)
sumbu 2 (22%)
10
Sedangkan fraksi 2 mengindikasikan Cd terikat pada Fe dan Mn oxide dimana
pergerakan akan terbatas kecuali jika terjadi perubahan potensi redoks (Eh).
Hasil analisis PCA (Gambar 9) pada penelitian ini memperlihatkan pengaruh
perubahan potensi redoks (Eh) pada keberadaan fraksi, dimana terlihat pada Eh yang
sangat rendah di lokasi Paotere, fraksi 1 dan 2 terlihat tinggi. Penelitian Guo, et al
(1997b) tentang pengaruh perubahan potensi redok pada spesiasi Cd, memperlihatkan
pada Eh yang rendah, yaitu kondisi tereduksi (anoksia), Cd lebih banyak berasosiasi
dengan karbonat dan sulfit. Pada penelitian ini, fraksi 1 adalah fraksi yang larut dalam
asam dan yang berasosiasi dengan karbonat. Akan tetapi, konsentrasi Cd total yang
tinggi pada lokasi Paotere juga menyumbangkan pengaruh yang besar akan tingginya
fraksi 1 dan 2. Hal ini juga menandakan bahwa sumber logam Cd umumnya berasal dari
kegiatan manusia (antropogenik). Lokasi Benteng merupakan satu-satunya lokasi yang
mengandung fraksi 3, fraksi yang mudah teroksidasi serta terkait dengan sulfit di
sedimen. Fraksi ini sangat terkait dengan kandungan bahan organik di sedimen dan
pada penelitian ini terlihat bahwa lokasi Benteng memiliki ukuran partikel halus (<63
μm) dan kandungan TOC yang paling tinggi , masing-masing 4,28 % dan 2,27 %.
Sudah banyak diketahui bahwa bahan-bahan organik lebih banyak ditemukan pada
partikel halus sedimen (Luoma dan Rainbow, 2008; Ujevic et al., 2000).
Gambar 9.Keterkaitan fraksi Cd dengan parameter lingkungan di sedimen
KESIMPULAN DAN SARAN
Cd total
GS < 63 um
TOC
suhuEh
pH
Cd3
Cd2Cd1
Btambung (kontrol)
Tallo
Paotere
Benteng
Losari
TM
Jene
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5
sumbu 1 (48%)
sumbu 2 (24 %)
11
Pola spesiasi logam timbal (Pb) pada lokasi penelitian di sedimen perairan
pantai kota Makassar, terutama pada lokasi kawasan Kanal Benteng, Kanal Paotere dan
muara sungai Tallo, didominasi oleh fraksi yang berasosiasi dengan oksida Fe dan Mn
(fraksi 2), dan terkait dengan tingginya konsentrasi Pb total, bahan organik (TOC), dan
ukuran partikel halus pada sedimen, serta rendahnya potensi redoks di sedimen.
Sedangkan pola spesiasi logam kadmium (Cd), terutama pada kawasan Kanal Paotere,
didominasi oleh fraksi 1 acid soluble (bioavailibilitas paling tinggi) dan fraksi 2, dan
terkait dengan tingginya konsentrasi Cd di sedimen serta potensi redoks yang rendah.
Penelitian ini belum menganalisis beberapa faktor yang terkait dengan spesiasi
logam di sedimen, sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu mengalisis kandungan
besi, mangan, karbonat, dan sulfit di sedimen agar keterkaitan fraksi geokimia logam
pada komponen sedimen lebih jelas terlihat.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z., dan D. Fadhlina. 2009. Fraksinasi Logam Berat Pb, Cd, Cu dan Zn dalam Sedimen dan Bioavailabilitasnya bagi Biota di Perairan Teluk Jakarta. Ilmu Kelautan Maret Vol. 14 (1): 27-32
Caroll, S., P.A. O’Day, B. Esser, dan S. Randall. 2002. Speciation and fate of trace metals in estuarine and oxidized conditions, Seaplane Lagoon, Alameda Naval Air Station (USA). Geochem.Trans 3(10) : 81-101.
Chakraborty, P., P.V. R. Babu, dan V.V. Sarma. 2012. A study of lead and cadmium speciation in some estuarine and coastal sediments.Chemical Geology 294-295 217–225Che,Y., Q. He, & W-Q. Lin. 2003. The Distributions of Particulate heavy metals and its indication to the transfer of sediments in the Chanjiang Estuary and Hangzhou Bay, China. Mar Poll Bulletin 46: 123-131.
Chen, Z., Y. Zhao, O.Li, J. Oiao, O. Tian, dan X. Liu. 2009. Heavy metal contents and chemical speciation in sewage-irrigated soils from the eastern suburb of Beijing, China. Journal of Food, Agriculture & Environment Vol. 7 : 690 – 695.
Davidson, C.M., R.P. Thomas, S.E. McVey, R. Perala, D. Littlejohn, dan A.M. Ure. 1994. Evaluation of a sequential extraction procedure for the speciation of heavy metals in sediments. Analytica Chemica Acta 291: 277 – 286.
Forster U., dan GTW .Whittmann. 1983. Metal Pollution in the Aquatic Environment. Springer- Verlag, Berlin.
Gao, X., S.Chen, dan A. Longa. 2008. Chemical speciation of 12 metals in surface sediments from the northern South China Sea under natural grain size. Marine Pollution Bulletin 56: 770–797
Guo, T., R.D. DeLaune, dan W.H. Patrick, Jr. 1997. The influence of sediment redox chemistry on chemically active forms of arsenic, cadmium, chromium, and zinc in estuarine sediment. Environment International Vol. 23. No. 3 : 305-316.
12
Hendozko, E., P.Szefer, & J. Warzocha. 2010. Heavy metals in Macomabalthica and extractable metals in sediments from the southern Baltic Sea. Ecotoxicology and Environmental Safety 73: 152–163
Janssen, C.R., D.G. Heijerick, K.A.C. De Schamphelaere, & H.E. Allen. 2003. Environmental risk assessment of metals : tools for incorporating bioavailibility. Environment International 28: 793 – 800
Levy, D.B., K.A. Barbarick, E.G. Siemer, dan L.E. Sommers. 1992. Distribution and Partitioning of Trace Metals in Contaminated Soils near Leadville, Colorado. Journal of Environmental Quality Vol. 21 No. 2 : 185-195
Liu, B., J.Yang, K.Hu, X. Luo, Z. Jiang, dan A. Liu. 2011. Distribution and enrichment of heavy metals in a sediment core from the Pearl River Estuary. Environ Earth Sci 62:265–275
Luoma, S.N. and P.S. Rainbow. 2008. Metal Contamination in Aquatic Environments : Science and Lateral Management. Cambrdige University Press. New York. USA.
Matagi, S.V., D. Swai, and R. Mugabe. 1998. A Review of Heavy Metal Removal Mechanisms iWetlands. Afr J Trop Hydrobiol Fish, 8: 23-35.
Morillo, J., J. Usero, dan I.Gracia. Heavy metal distribution in marine sediments from the southwest coast of Spain. Chemosphere 55: 431–442
Naji, A., A. Ismail, dan A.R.Ismail. 2010Chemical speciation and contamination assessment of Zn and Cd by sequential extraction in surface sediment of Klang River, Malaysia. Microchemical Journal 95 : 285–292
Nowierski, M., G. Dixon, dan U. Borgman, 2002. Effect of water source on metal bioavailability and toxicity from field collected sediments. Proceeding SETAC, Salt Lake City 16-20 November 2002.
Rizal, M. 2011. Kandungan logam berat Cu dan Pb pada lamun (Enhalus acoroides di perairan Kepulauan Spermonde. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.Makassar.
Reboreda, R., & I. Cacador. 2007. Copper, zinc, and lead speciation in salt marsh sediments colonised by Halimione portulacoides and Spartina maritima. Chemosphere 69: 1655-1661
Roem, M., 2007. Distribusi Pb pada beberapa organ ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch, 1890) dari perairan muara Sungai Karajae Pare-Pare dan muara Sungai Tallo Makassar. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.Makassar.
Scouller, R.C., I.Snape, J.S. Stark, dan D.B. Gore. 2006. Evaluation of geochemical methods for discrimination of metal contamination in Antarctic marine sediments: A case study from Casey Station. Chemosphere 65 : 294–309
Stecko, J.R.P & L.I. Bendell-Young. 2000. Contrasting the geochemistry of suspended particulate matter and deposited sediments within an estuary. Applied Geochemistry 15 : 753 – 775
Takarina, N.D., D.R. Browne, dan M.J. Risk. 2004. Speciation of heavy metals in coastal sediments of Semarang, Indonesia. Marine Pollution Bulletin 49: 854–874
Turki, A.J.2007. Metal Speciation (Cd, Cu, Pb and Zn) in Sediments from Al Shabab Lagoon, Jeddah, Saudi Arabia. Marine Science 18 : 191-210
13
Wang, W.X., Q.L. Yan, W. Fan, & Y. Xu. 2002. Bioavailibility of sedimentary metals from a contaminated bay. Marine Ecology Progress Series 240 : 27 – 38
Widyasari, A., 2007. Analisis pencemaran logam berat : timbel dan kadmium kaitannya dengan karakter ekologi makrozoobentos dan bioindikator di beberapa muara sungai Propinsi Sulawesi Selatan. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Wulandari, S., 2008. Konsentrasi logam berat Pb, Cd dan Cu pada berbagai ukuran kerang dasah (Anadara granosa) di perairan Teluk Losari Makassar. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.Makassar.
Yang, Z, dan J. Zhang. 1999. Chemical speciation and coordination chemistry in aquatic environment. Symposia Papers Presented Before the Division of Environmental Chemistry America Society. Anheim, CA, March 21-25.
Yuan, C., J. Shi, B. He, J. Liu, L. Liang, dan G. Jiang. 2004. Spesiation of heavy metals in marine sediments from the East China Sea by ICP-MS with sequential extraction. Environment International, 30 : 769 - 783
Yu, X., Y. Yana, W. Wang. 2011. The distribution and speciation of trace metals in surface sediments from the Pearl River Estuary and the Daya Bay, Southern China. Marine Pollution Bulletin 60 : 1364–1371
Zhou, Y., B. Zhao, Y. Peng, dan G. Chen. 2010. Influence of mangrove reforestation on heavy metal accumulation and speciation in intertidal sediments. In Press. Mar Poll Bulletin.
Ujevic, I., N. Odzak, dan A. Baric. 2000. Trace metals accumulation in different grain size fractions of the sediments from a semi enclosed bay heavily contaminated by urban and industrial wastewaters. Water Research vol 34 no 11 : 3055-3061
14