57
53 Universitas Indonesia BAB 4 DESKRIPSI CAPITAL FLIGHT INDONESIA 4.1. Capital Flight dan Keterkaitannya dengan Variabel Makroekonomi Pada Bab ini, Capital Flight yang terjadi di Indonesia dilakukan estimasi dengan pendekatan residual yang dikembangkan World Bank dan Erbe (1985) dengan menggunakan data-data yang tersedia dalam Neraca Pembayaran Indonesia periode kuartal pertama tahun 1996 sampai dengan kuartal pertama tahun 2009. Selanjutnya dilakukan analisis secara grafis, untuk melihat keterkaitan antara Capital Flight hasil estimasi dengan peristiwa penting yang terjadi pada kondisi perekonomian maupun sosial politik Indonesia selama kurun waktu penelitian serta keterkaitannya dengan pergerakan variabel makroekonomi Indonesia pada periode waktu yang sama. Capital Flight pendekatan residual menunjukkan selisih antara sumber pendanaan (sources) dengan penggunaan dana (uses) dimana aliran modal ke luar negeri (outward Capital Flight) ditunjukkan dengan hasil perhitungan bertanda positif. Sebaliknya, apabila hasil perhitungan Capital Flight dengan metode residual menunjukkan tanda negatif maka yang terjadi adalah inward Capital Flight. Dalam pencatatan di neraca pembayaran, sources ditunjukkan oleh perubahan hutang luar negeri dan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) sedangkan uses mencakup transaksi berjalan (Current Account) dan perubahan cadangan devisa (Reserve Asset Change). Berdasarkan estimasi Capital Flight dengan pendekatan residual diperoleh perkiraan nilai nominal Capital Flight Indonesia yang terjadi di Indonesia selama periode penelitian 1996:1 sampai dengan 2009:1 sebagaimana Tabel 4.1. sebagai berikut : Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

Digital_133046 T 27833 Analisis Faktor Analisis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lmopinohu

Citation preview

  • 53Universitas Indonesia

    BAB 4

    DESKRIPSI CAPITAL FLIGHT INDONESIA

    4.1. Capital Flight dan Keterkaitannya dengan Variabel Makroekonomi

    Pada Bab ini, Capital Flight yang terjadi di Indonesia dilakukan estimasi

    dengan pendekatan residual yang dikembangkan World Bank dan Erbe (1985)

    dengan menggunakan data-data yang tersedia dalam Neraca Pembayaran

    Indonesia periode kuartal pertama tahun 1996 sampai dengan kuartal pertama

    tahun 2009. Selanjutnya dilakukan analisis secara grafis, untuk melihat

    keterkaitan antara Capital Flight hasil estimasi dengan peristiwa penting yang

    terjadi pada kondisi perekonomian maupun sosial politik Indonesia selama kurun

    waktu penelitian serta keterkaitannya dengan pergerakan variabel makroekonomi

    Indonesia pada periode waktu yang sama.

    Capital Flight pendekatan residual menunjukkan selisih antara sumber

    pendanaan (sources) dengan penggunaan dana (uses) dimana aliran modal ke luar

    negeri (outward Capital Flight) ditunjukkan dengan hasil perhitungan bertanda

    positif. Sebaliknya, apabila hasil perhitungan Capital Flight dengan metode

    residual menunjukkan tanda negatif maka yang terjadi adalah inward Capital

    Flight. Dalam pencatatan di neraca pembayaran, sources ditunjukkan oleh

    perubahan hutang luar negeri dan investasi asing langsung (Foreign Direct

    Investment/FDI) sedangkan uses mencakup transaksi berjalan (Current Account)

    dan perubahan cadangan devisa (Reserve Asset Change).

    Berdasarkan estimasi Capital Flight dengan pendekatan residual diperoleh

    perkiraan nilai nominal Capital Flight Indonesia yang terjadi di Indonesia selama

    periode penelitian 1996:1 sampai dengan 2009:1 sebagaimana Tabel 4.1. sebagai

    berikut :

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 54

    Universitas Indonesia

    Tabel 4.1. Estimasi Capital Flight Indonesia periode 1996:1 2009:1 (dalam Juta USD)

    Periode Sources Uses CF Periode Sources Uses CF 1996:1 4992.03 -3334.00 1658.03 2003:1 -819.19 938.16 118.96 1996:2 1875.81 -3096.00 -1220.19 2003:2 552.97 617.92 1170.88 1996:3 2508.82 -2057.00 451.82 2003:3 148.96 2129.41 2278.37 1996:4 2408.81 -3763.00 -1354.19 2003:4 625.10 163.35 788.44 1997:1 438.24 -3384.21 -2945.98 2004:1 307.41 -3088.75 -2781.34 1997:2 2886.80 -3344.70 -457.89 2004:2 -1694.69 3088.84 1394.15 1997:3 3028.80 -98.98 2929.82 2004:3 -476.05 2306.72 1830.67 1997:4 1312.80 5938.63 7251.44 2004:4 756.92 -69.65 687.26 1998:1 -602.33 5908.83 5306.50 2005:1 -458.95 159.62 -299.33 1998:2 1291.87 -1404.50 -112.63 2005:2 1629.76 2165.72 3795.48 1998:3 780.87 -267.09 513.78 2005:3 979.00 2318.01 3297.01 1998:4 979.87 -2484.27 -1504.40 2005:4 1528.45 -3703.15 -2174.70 1999:1 -1513.04 -466.83 -1979.87 2006:1 1589.87 -2409.90 -820.03 1999:2 -698.29 84.43 -613.86 2006:2 -687.38 2312.98 1625.60 1999:3 -872.74 1513.01 640.28 2006:3 -736.59 1605.77 869.18 1999:4 -1099.47 1360.29 260.82 2006:4 1543.56 2449.00 3992.56 2000:1 -2742.13 -909.77 -3651.90 2007:1 391.06 -1739.28 -1348.22 2000:2 -97.72 983.48 885.76 2007:2 1975.36 -1365.69 609.672000:3 -1205.94 1679.23 473.29 2007:3 1630.36 971.98 2602.342000:4 -1789.10 1197.55 -591.55 2007:4 232.55 -89.88 142.67 2001:1 -1915.96 2781.31 865.36 2008:1 1949.13 1784.79 3733.92 2001:2 -1002.77 1373.17 370.40 2008:2 781.01 -2280.01 -1499.00 2001:3 -826.18 2042.69 1216.51 2008:3 682.72 -795.90 -113.18 2001:4 -1335.48 2081.44 745.96 2008:4 2122.29 3535.28 5657.572002:1 -858.51 1671.26 812.76 2009:1 1755.48 -2161.22 -405.742002:2 380.22 632.02 1012.24 2002:3 77.65 1645.30 1722.94 2002:4 200.23 -147.83 52.40

    Sumber : Hasil perhitungan Capital Flight, Lampiran 1

    Secara grafis, nominal Capital Flight Indonesia selama periode penelitian

    kuartal pertama tahun 1996 sampai dengan kuartal pertama tahun 2009 disajikan

    dalam Gambar 4.1. Outward capital flow atau aliran modal keluar dari Indonesia

    tercatat meningkat secara signifikan pada periode 1997:3 1998:1 yang mencapai

    nominal 7.25 milyar USD. Krisis ekonomi yang terjadi di wilayah Asia Tenggara

    dan melanda Indonesia berdampak pada kondisi perekonomian dalam negeri yang

    tidak kondusif dan sarat risiko diduga mendorong investor lebih memilih

    memindahkan aset/modal yang dimiliki ke luar dari Indonesia. Krisis mata uang

    yang terjadi di Indonesia, dimana mata uang Rupiah mengalami depresiasi nilai

    makin memperkuat kenyataan bahwa investasi di Indonesia kurang

    menguntungkan dibandingkan memegang mata uang lainnya, misalnya USD yang

    pada saat itu terapresiasi terhadap Rupiah. World Development Report (World

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • B

    T

    n

    i

    k

    d

    p

    p

    p

    p

    g

    I

    Bank, 1998

    Tenggara di

    negeri mulai

    1998.

    GrafiSumber : Hasil

    Graf

    inward capi

    kemungkina

    di Indonesia

    pemerintah b

    perbankan d

    penjaminan

    pemulihan fu

    governance

    Indonesia, 2

    -6000

    -4000

    -2000

    0

    2000

    4000

    6000

    800019

    96q1

    8) menyebut

    iyakini menj

    i kuartal kee

    ik 4.1. Pel perhitungan C

    fik 4.1. menu

    ital flight de

    an disebabka

    a semakin k

    bersama-sam

    dalam rangk

    pemerintah

    fungsi interm

    serta penyem

    2001).

    1996

    q319

    97q1

    1997

    q319

    98q1

    tkan pula b

    adi penyeba

    empat tahun

    ergerakan CaCapital Flight,

    unjukkan ba

    ngan nilai n

    an adanya p

    kondusif ka

    ma dengan B

    ka program

    bagi bank u

    mediasi bank

    mpurnaan si

    1998

    q319

    99q1

    1999

    q320

    00q1

    CF

    bahwa krisi

    ab terjadi pe

    1997 hingg

    apital Flight Lampiran 1 (d

    ahwa pada k

    nominal berk

    persepsi posi

    arena diduku

    Bank Indone

    penyehatan

    umum & BPR

    k, pengemban

    istem pengat

    2000

    q320

    01q1

    2001

    q320

    02q1

    2002

    3

    (Juta USD)

    s ekonomi

    larian moda

    ga pertengah

    t Indonesia 1diolah)

    kuartal perta

    kisar 3.65 mi

    itif investor

    ung oleh ke

    esia untuk m

    perbankan.

    R, restruktur

    ngan infrastr

    turan dan pe

    2002

    q320

    03q1

    2003

    q320

    04q1

    2004

    3

    Universitas

    yang terjad

    al besar-besa

    an kuartal k

    1996:1 200

    ama tahun 2

    ilyar USD. K

    bahwa iklim

    ebijakan yan

    melakukan rek

    Program in

    risasi kredit

    ruktur, pener

    engawasan b

    2004

    q320

    05q1

    2005

    q320

    06q1

    2006

    q3

    55

    s Indonesia

    di di Asia

    aran ke luar

    kedua tahun

    09:1

    000 terjadi

    Kondisi ini

    m investasi

    ng diambil

    kapitalisasi

    ni meliputi

    perbankan,

    rapan good

    bank (Bank

    2006

    q320

    07q1

    2007

    q320

    08q1

    2008

    q3

    2008

    q320

    09q1

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 56

    Universitas Indonesia

    Pada kuartal pertama tahun 2004 merupakan tonggak bersejarah dalam

    kehidupan politik dan bernegara bagi Indonesia dimana pada saat itu Indonesia

    berhasil menyelenggarakan pemilihan umum (PEMILU) presiden secara langsung

    untuk pertama kalinya. Masyarakat Indonesia maupun dunia internasional

    menyambut baik pelaksanaan PEMILU pemilihan Kepala Negara di Indonesia

    yang demokratis dan transparan, termasuk juga dalam tataran pelaksanaannya

    yang berlangsung aman dan lancar. Kondisi sosial politik dalam negeri seperti ini

    memberikan keyakinan bagi investor untuk menanamkan dananya di Indonesia

    karena prospektif memberikan keuntungan di masa mendatang.

    Tahun 2005 merupakan tahun yang cukup berat bagi Indonesia karena

    terjadi kembali aksi terorisme yang menelan korban jiwa cukup banyak (Tragedi

    Bom Bali 2) yang kembali membawa citra buruk atas kondisi keamanan di dalam

    negeri. Selain itu, terjadinya krisis pasokan minyak dunia yang mendorong

    lonjakan kenaikan harga minyak mentah dunia hingga mencapai USD 126/barel

    pada tahun 2005 telah mempengaruhi kemampuan dalam negeri untuk

    mengantisipasi kebutuhan bahan bakar minyak yang diperlukan dalam hamper

    sebagian besar kegiatan perekonomian Indonesia sampai dengan level konsumen

    rumah tangga. Pemerintah mengeluarkan kebijakan kenaikan harga BBM hingga

    2 (dua) kali yakni pada bulan Maret 2005 dan Oktober 2005, yang kemudian

    diikuti oleh kenaikan berbagai harga kebutuhan pokok dan memicu terjadinya

    peningkatan inflasi dalam negeri. Sektor-sektor perekonomian yang dalam

    kegiatan produksinya sangat tergantung pada minyak semakin terpuruk. Berbagai

    hal inilah yang direspon secara negatif oleh pemilik dana dengan pemindahan aset

    ke luar negeri (capital outflow).

    Pada kuartal keempat tahun 2006, outward capital yang terjadi di

    Indonesia dengan nilai nominal hampir mencapai 4 milyar USD kemungkinan

    disebabkan adanya kebijakan penurunan tingkat suku bunga SBI dari 11.25%

    pada kuartal ketiga tahun 2006 menjadi sekitar 9.75%. Penurunan suku bunga ini

    mengindikasikan bahwa return penanaman modal di dalam negeri menjadi relatif

    kurang menguntungkan dibandingkan kondisi investasi di luar Indonesia. Investor

    dalam negeri cenderung membeli aset di luar negeri dan investor non residen

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 57

    Universitas Indonesia

    cenderung memindahkan dananya atau kepemilikan SBI ke luar negeri. Hal inilah

    yang menyebabkan aliran modal ke luar.

    Akhir tahun 2008, capital outflow Indonesia kembali mengalami fluktuasi

    hingga mencapai 5.65 milyar USD. Penyebabnya antara lain adalah terjadinya

    krisis ekonomi global yang berawal dari kasus subprime mortgage di Amerika

    dan menyebabkan resesi ekonomi US telah merambat ke seluruh dunia, termasuk

    Indonesia. Krisis ini telah membawa dampak pada perlambatan pertumbuhan

    ekonomi dunia dan besar kemungkinan akan mempengaruhi perekonomian

    Indonesia. Dari sisi ketersediaan dana investasi, semakin sulit untuk memenuhi

    kebutuhan pendanaan yang diperlukan untuk menggerakkan roda perekonomian

    karena keringnya likuiditas hampir di sebagian besar pasar keuangan dunia.

    Kalaupun ada modal yang masuk ke Indonesia sifatnya hanya sementara atau

    jangka pendek untuk menarik keuntungan saja dan bukan investasi yang dapat

    dijadikan modal pembangunan dalam negeri.

    Keterpurukan pasar keuangan di luar negeri berimbas pula pada pasar

    keuangan domestik. Sentimen negatif pasar atas kondisi krisis keuangan global

    mendorong harga saham di bursa Indonesia turut mengalami penurunan nilai

    hingga pemerintah mengambil kebijakan penutupan sementara Bursa Efek

    Indonesia untuk melindungi kepentingan emiten dan mencegah semakin

    anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai akibat keluarnya

    investor asing dari bursa saham dalam negeri. Kepanikan di pasar keuangan inilah

    yang kemungkinan besar memicu capital outflow yang terjadi di Indonesia pada

    kurun waktu kuartal keempat tahun 2008.

    Secara umum peristiwa-peristiwa yang terkait dengan kondisi ekonomi,

    sosial dan politik tersebut di atas sejalan dengan hipotesis yang telah disusun

    dalam penelitian bahwa pergerakan nilai Capital Flight selama periode penelitian

    yang relatif fluktuatif ini dipengaruhi oleh pergerakan variabel makroekonomi

    Indonesia antara lain adalah nilai tukar efektif riil (REER), tingkat suku bunga

    SBI dan tingkat pertumbuhan ekonomi (Growth).

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 58

    Universitas Indonesia

    Pada pemaparan selanjutnya, secara parsial akan dibahas masing-masing

    variabel yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pelarian modal (nilai nominal)

    selama periode penelitian yang dilakukan.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    6000

    4000

    2000

    0

    2000

    4000

    6000

    80001996q1

    1996q3

    1997q1

    1997q3

    1998q1

    1998q3

    1999q1

    1999q3

    2000q1

    2000q3

    2001q1

    2001q3

    2002q1

    2002q3

    2003q1

    2003q3

    2004q1

    2004q3

    2005q1

    2005q3

    2006q1

    2006q3

    2007q1

    2007q3

    2008q1

    2008q3

    2009q1

    CF(JutaUSD)

    REER

    Grafik 4.2. Pergerakan Capital Flight Indonesia 1996:1 2009:1 dan Real Effective Exchange Rate (REER)

    Sumber : Hasil perhitungan Capital Flight, Lampiran 1 dan 2 (diolah)

    Grafik 4.2. menunjukkan pergerakan Capital Flight Indonesia selama

    periode penelitian dimana pelarian modal ke luar negeri tertinggi terjadi antara

    kuartal ketiga tahun 1997 hingga kuartal pertama tahun 1998, sebesar 5- 7 milyar

    US $ pada saat indeks REER yang semula stabil menjadi menurun drastis. Indeks

    REER yang mengalami penurunan berarti bahwa nilai tukar nominal Rupiah

    terhadap mata uang asing (US $) melemah atau terdepresiasi.

    Sebagaimana diketahui bahwa pada periode waktu tersebut telah terjadi

    krisis ekonomi yang melanda wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia dengan

    ditandai munculnya fenomena ekonomi, sosial dan politik yang penting antara

    lain terpuruknya nilai tukar Rupiah terhadap US $ (depresiasi nilai tukar) semakin

    memperburuk kondisi perekonomian Indonesia, gelombang PHK yang tinggi

    sebagai dampak dari banyaknya kegiatan usaha terhenti karena kesulitan

    permodalan atau terjerat hutang denominasi asing, permintaan valas yang

    meningkat untuk keperluan pembayaran hutang jatuh tempo, perbankan

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 59

    Universitas Indonesia

    dihadapkan pada masalah likuiditas karena kepanikan nasabah yang menarik dana

    besar-besaran, meningkatnya harga-harga barang yang disambut dengan aksi

    protes kerusuhan dari masyarakat luas terhadap pemerintah pada masa itu yang

    dianggap tidak mampu mengatasi krisis.

    Kondisi ekonomi dan sosial politik yang tidak stabil dan penuh

    ketidakpastian ini langsung direspon dengan ketidakpercayaan investor asing

    maupun investor pribumi untuk menanamkan dana di dalam negeri.

    Kebijakan otoritas moneter melalui penetapan tingkat suku bunga acuan yang

    diharapkan akan direspon secara positif oleh sektor perbankan. Tingkat suku

    bunga domestik yang rendah sedangkan suku bunga asing lebih tinggi berarti

    bahwa dana yang disimpan di dalam negeri hanya akan menghasilkan keuntungan

    yang lebih kecil dan kurang menarik sehingga mendorong pemilik dana memilih

    menempatkan dananya di luar negeri. Sebaliknya, tingkat suku bunga yang tinggi

    akan memberikan tingkat pengembalian investasi di dalam negeri yang lebih

    menguntungkan dan menahan dana investor tetap berada di Indonesia.

    0.00

    10.00

    20.00

    30.00

    40.00

    50.00

    60.00

    70.00

    6000

    4000

    2000

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    1996q1

    1996q3

    1997q1

    1997q3

    1998q1

    1998q3

    1999q1

    1999q3

    2000q1

    2000q3

    2001q1

    2001q3

    2002q1

    2002q3

    2003q1

    2003q3

    2004q1

    2004q3

    2005q1

    2005q3

    2006q1

    2006q3

    2007q1

    2007q3

    2008q1

    2008q3

    2009q1

    CF(JutaUSD)

    SBI(%)

    Grafik 4.3. Pergerakan Capital Flight Indonesia 1996:1 2009:1 dan Tingkat Suku Bunga SBI

    Sumber : Hasil perhitungan Capital Flight, Lampiran 1 dan 2 (diolah)

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 60

    Universitas Indonesia

    Grafik 4.3. menunjukkan bahwa setelah kuartal ke empat tahun 1997

    hingga kuartal ketiga tahun 1998 saat krisis ekonomi tengah berlangsung di

    Indonesia maupun pada periode pemulihan ekonomi, otoritas moneter

    menetapkan tingkat suku bunga acuan yang lebih tinggi agar diikuti dengan

    meningkatnya suku bunga di pasar keuangan dan dimaksudkan untuk

    menghambat pelarian modal yang lebih besar.

    Variabel makroekonomi lainnya yang diduga memiliki keterkaitan dengan

    pelarian modal ke luar negeri adalah tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

    Kebutuhan modal sangat erat berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi dimana

    negara yang perekonomiannya sedang tumbuh dengan pesat akan memerlukan

    sejumlah modal atau pendanaan yang lebih banyak baik yang bersumber dari

    dalam maupun luar negeri. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga menjadi daya

    tarik tersendiri bagi investor untuk menanamkan investasi di Negara tersebut

    karena perekonomian yang tumbuh ini mencerminkan iklim usaha yang masih

    dapat berkembang dan menjanjikan tingkat keuntungan yang tinggi pula.

    10.00

    8.00

    6.00

    4.00

    2.00

    0.00

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    6000

    4000

    2000

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    1996q1

    1996q3

    1997q1

    1997q3

    1998q1

    1998q3

    1999q1

    1999q3

    2000q1

    2000q3

    2001q1

    2001q3

    2002q1

    2002q3

    2003q1

    2003q3

    2004q1

    2004q3

    2005q1

    2005q3

    2006q1

    2006q3

    2007q1

    2007q3

    2008q1

    2008q3

    2009q1

    CF(JutaUSD)

    GROWTH

    Grafik 4.4. Pergerakan Capital Flight Indonesia 1996:1 2009:1 dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

    Sumber : Hasil perhitungan Capital Flight, Lampiran 1 dan 2 (diolah)

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 61

    Universitas Indonesia

    Pada Grafik 4.4. terlihat bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia

    selama periode penelitian sangat fluktuatif dan mencapai titik terendah pada

    periode krisis ekonomi pada kuartal ke tiga tahun 1997 hingga kuartal ke dua

    tahun 1998. Pada saat yang sama, nominal pelarian modal ke luar negeri

    menunjukkan nilai yang sangat tinggi. Nominal Capital Flight Indonesia mulai

    meningkat kembali pada akhir tahun 2008 yang ditengarai merupakan imbas dari

    kondisi krisis keuangan global yang melanda dunia sehingga investor asing

    maupun domestik mengambil keputusan menunda investasi atau menarik dananya

    dari Negara yang rentan terhadap pengaruh krisis ini.

    4.2. Capital Flight dan Keterkaitannya dengan Variabel Lainnya

    Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, terdapat variabel lain yang telah

    dibuktikan secara empiris mempengaruhi besarnya Capital Flight yang terjadi,

    salah satunya adalah pengaruh hutang luar negeri. Boyce dan Ndikumana (dalam

    Yuniarti, 2005) membagi 4 (empat) kemungkinan hubungan kausalitas antara

    utang luar negeri, yaitu :

    1. Debt Driven Capital Flight, modal meninggalkan suatu Negara sebagai respon

    dari kondisi ekonomi yang berkaitan dengan hutang luar negeri itu sendiri.

    Hutang luar negeri menyebabkan Capital Flight melalui kontribusinya dari

    meningkatnya kemungkinan krisis hutang yang akan memperburuk kondisi

    ekonomi dan memperburuk iklim investasi.

    2. Debt Fueled Capital Flight, hutang luar negeri menyediakan sumber daya

    untuk menyalurkan modal swasta ke luar negeri. Dalam kasus ini dana luar

    negeri tersebut dipinjam oleh pemerintah atau swasta dengan jaminan

    pemerintah kemudian diekspor kembali ke luar negeri sebagai aset swasta.

    3. Flight Driven External Borrowing, capital flight menyebabkan hutang luar

    negeri. Adanya Capital Flight menyebabkan habisnya sumber devisa yang

    diperlukan pemerintah. Untuk menutupinya pemerintah kemudian melakukan

    pinjaman ke luar negeri.

    4. Flight Fueled External Borrowing, capital flight secara langsung

    menyediakan sumber untuk membiayai hutang luar negeri terhadap penduduk

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 62

    Universitas Indonesia

    yang sama yang telah melakukan ekspor modal. Keadaan ini merupakan suatu

    fenomena yang disebut sebagai round tripping atau back- to- back loans

    yang dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh jaminan pemerintah

    terhadap hutang luar negeri, atau oleh keinginan untuk membuat tipu muslihat

    untuk kekayaan yang tidak bisa dijelaskan asal-usulnya.

    Alasan pemerintah melakukan hutang luar negeri selama ini dikarenakan

    hutang luar negeri menjadi salah satu sumber pembiayaan pembangunan ekonomi

    di Indonesia dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan kebijakan pemerintah.

    Peningkatan posisi hutang luar negeri yang diimbangi dengan pengelolaan hutang

    yang benar dan penyerapannya pada kegiatan investasi yang bermanfaat akan

    berpengaruh pada keberhasilan dana asing tersebut dalam menunjang

    pembangunan ekonomi Negara debitur. Meskipun demikian, hutang luar negeri

    dapat menjadi seperti pisau bermata dua. Di satu sisi memberikan manfaat yang

    positif, namun di sisi lain dapat menjadi beban perekonomian Negara pula karena

    akumulasi hutang luar negeri yang semakin besar akan berdampak pada

    kemampuan membayar kembali hutang tersebut pada saat jatuh temponya, baik

    pokok maupun bunga.

    Grafik 4.5. menunjukkan posisi hutang luar negeri pemerintah sejak tahun

    1996 hingga awal tahun 2009. Terjadi peningkatan posisi hutang luar negeri

    pemerintah pasca krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997/1998. Hal

    ini diperkirakan sebagai dampak dari kebutuhan pemerintah akan sumber

    pendanaan yang diperlukan untuk menata kembali perekonomian dalam negeri

    yang terpuruk pasca krisis. Fenomena capital flight mendorong peningkatan

    hutang luar negeri Indonesia terlihat pada periode ini, dimana tingkat pelarian

    modal yang tinggi terjadi pada kuartal keempat tahun 1997 kemudian direspon

    dengan peningkatan posisi hutang luar negeri yang signifikan pada kuartal

    pertama tahun 1998.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 63

    Universitas Indonesia

    0

    10000

    20000

    30000

    40000

    50000

    60000

    70000

    80000

    90000

    6000

    4000

    2000

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    1996

    q119

    96q3

    1997

    q119

    97q3

    1998

    q119

    98q3

    1999

    q119

    99q3

    2000

    q120

    00q3

    2001

    q120

    01q3

    2002

    q120

    02q3

    2003

    q120

    03q3

    2004

    q120

    04q3

    2005

    q120

    05q3

    2006

    q120

    06q3

    2007

    q120

    07q3

    2008

    q120

    08q3

    CF(JutaUSD)

    Govdebt(JutaUSD)

    Grafik 4.5. Pergerakan Capital Flight Indonesia 1996:1 2009:1 dan

    Hutang Luar Negeri Pemerintah Sumber : Hasil perhitungan Capital Flight, Lampiran 1 dan 2 (diolah)

    Dalam hipotesis penelitian ini, variabel lainnya di luar variabel

    makroekonomi yang diperkirakan memiliki pengaruh terhadap pergerakan

    pelarian modal Indonesia adalah perkembangan indeks sovereign rating Indonesia

    atau peringkat kredit Indonesia yang dipublikasikan oleh Standard & Poors.

    Peringkat kredit suatu Negara menjadi salah satu barometer atau alat ukur

    risiko finansial bagi investor sebelum mengambil keputusan dalam melakukan

    kegiatan investasi (penanaman modal). Pentingnya pengaruh rating kredit dalam

    kegiatan investasi finansial ini seperti ungkapan kolumnis New York Times,

    Thomas Friedman, pada wawancaranya dengan David Gergen (editor US News &

    World Report) tanggal 13 Februari 1996, There are two superpowers in the

    world today in my opinion. There's the United States and there's Moody's Bond

    Rating Service. The United States can destroy you by dropping bombs, and

    Moody's can destroy you by downgrading your bonds. And believe me, it's not

    clear sometimes who's more powerful.

    Agen rating seperti Moodys dan Standard & Poors dipandang memiliki

    pengaruh kuat untuk menghancurkan kepercayaan pemilik modal terhadap suatu

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 64

    Universitas Indonesia

    Negara yang mengalami penurunan peringkat bondnya. Peringkat yang rendah

    berarti risiko gagal bayar hutang semakin tinggi sehingga direspon oleh investor

    dengan memindahkan modalnya ke Negara lain yang memiliki rating lebih tinggi.

    Rating kredit yang merefleksikan ukuran kualitas dan tingkat risiko

    keamanan dari sebuah surat utang didasarkan atas kondisi keuangan dari bond

    issuer. Standard & Poor memiliki gradasi penilaian yang mengindikasikan

    seberapa pasti penerbit surat utang mampu membayar kembali pokok pinjaman

    beriku bunganya sesuai waktu yang ditetapkan, mulai dari AAA (kualitas

    tertinggi) sampai dengan D (kualitas terendah). Bond dengan rating di atas BBB

    dapat diartikan surat utang yang masih memenuhi kriteria investasi yang

    menguntungkan secara finansial. Sedangkan surat utang dengan rating B ke

    bawah termasuk kriteria investasi yang relatif spekulatif sehingga sering disebut

    junk bonds karena risiko gagal bayar yang lebih besar. Oleh karenanya, untuk

    menarik investor, maka pihak issuer menawarkan yield yang tinggi.

    Grafik 4.6. menunjukkan pergerakan tingkat pelarian modal selama

    periode penelitian kuartal pertama tahun 1996 hingga kuartal pertama tahun 2009

    dibandingkan dengan peringkat kredit Indonesia yang dipublikasikan Standard &

    Poors. Pada periode krisis ekonomi melanda Indonesia akhir tahun 1997 sampai

    awal tahun 1998, tingkat pelarian modal ke luar Indonesia mencapai puncaknya.

    Namun demikian, Standard & Poors baru memberikan penilaian rating terendah

    (SD) untuk peringkat kredit Indonesia pada tanggal 29 Maret 1999. Hal ini

    kemungkinan dipicu oleh penilaian Standard & Poors dalam melihat situasi politik

    di Indonesia yang memanas menjelang pelaksanaan PEMILU legislatif (MPR,

    DPR dan DPRD) pada bulan Juni 1999 sehingga meningkatkan country risk dari

    sisi stabilitas politik dalam negeri.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 65

    Universitas Indonesia

    Grafik 4.6. Pergerakan Capital Flight Indonesia 1996:1 2009:1 dan Perkembangan Sovereign Rating Indonesia (S&P)

    Sumber : Hasil perhitungan Capital Flight, Lampiran 1 dan 2 (diolah)

    BBB

    BB

    B+

    CCC+

    SD

    B

    -6000

    -4000

    -2000

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    1996

    q119

    96q3

    1997

    q119

    97q3

    1998

    q119

    98q3

    1999

    q119

    99q3

    2000

    q120

    00q3

    2001

    q120

    01q3

    2002

    q120

    02q3

    2003

    q120

    03q3

    2004

    q120

    04q3

    2005

    q120

    05q3

    2006

    q120

    06q3

    2007

    q120

    07q3

    2008

    q120

    08q3

    2009

    q1

    CF (Juta USD)Rating

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 66 Universitas Indonesia

    BAB 5

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    5.1. Analisis Determinan Capital Flight Indonesia

    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Capital Flight di

    Indonesia pada periode pengamatan kuartal I tahun 1996 sampai dengan kuartal I

    tahun 2009 digunakan analisis regresi linier sederhana dengan menggunakan

    persamaan yang didasarkan pada pengembangan model penelitian Cuddington

    (1987) dan Istikomah (2003), sebagai berikut :

    CFRatio = 0 + 1LaggedCFRatio + 2GovDebtRatio + 3REER + 4DINT +

    5FDI + 6GROWTH + 7DRating + 8DKPE +

    5.1)

    dimana,

    CFRatio = Rasio Capital Flight terhadap GDPNominal

    Lagged CFRatio = Rasio Capital Flight terhadap GDPNominal periode

    sebelumnya (lag)

    GovDebtRatio = Rasio Hutang Luar Negeri pemerintah terhadap GDP

    Nominal

    REER = Real Effective Exchange Rate terhadap USD

    DINT = Interest Rate Differential antara Indonesia dengan US

    FDI = Foreign Direct Investment

    GROWTH = Tingkat Pertumbuhan ekonomi

    DRating = Dummy Indeks Sovereign Rating

    DKPE = Dummy Kondisi Ketidakpastian dalam Negeri akibat Krisis

    Ekonomi dan Kondisi Ketidakstabilan Politik

    = Error

    Analisis regresi OLS terhadap model penelitian tersebut dilakukan setelah

    melalui pengujian data time series meliputi uji stasioneritas data menggunakan

    pengujian akar-akar unit variabel yang digunakan, pengujian model terhadap

    pelanggaran asumsi klasik, pengujian secara statistik individual (t-statistik) dan

    pengujian koefisien regresi menyeluruh (F-statistik) dan mengukur seberapa besar

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 67

    Universitas Indonesia

    variasi dalam variabel Capital Flight Indonesia mampu dijelaskan oleh semua

    variabel independennya dengan baik (nilai koefisien determinasi/R2).

    5.1.1. Uji Akar-Akar Unit

    Uji stasioneritas pada data runtun waktu dalam penelitian ini dilakukan

    untuk menghindari regresi lancung (spurious regression) atau hasil regresi yang

    menunjukkan hubungan signifikan antar variabel padahal pada kenyataannya

    tidak ada makna atau hubungan kausalitas sebagai akibat dari regresi yang

    menggunakan variabel tidak stasioner.

    Tabel 5.1. Uji Akar-Akar Unit Model Determinan Capital Flight Indonesia

    Variabel

    Level First Difference

    ADF Stat

    Nilai kritis 1%

    Nilai kritis 5%

    Hasil ADF Stat

    Nilai kritis 1%

    Nilai kritis 5%

    Hasil

    CFRatio -4.69 -3.56 -2.91 Stasioner Lagged CFRatio

    -4.75 -3.56 -2.91 Stasioner

    DINT -8.56 -3.59 -2.93 Stasioner FDI -3.24 -3.56 -2.91 Stasioner

    GovDebtRatio -1.32 -3.57 -2.92 Tidak

    Stasioner -3.50 -3.57 -2.92 Stasioner

    Growth -2.32 -3.57 -2.92 Tidak Stasioner -12.36 -3.57 -2.92 Stasioner

    REER -1.85 -3.56 -2.91 Tidak Stasioner -6.61 -3.56 -2.92 Stasioner

    Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 2.2.

    Hasil pengujian akar-akar unit menggunakan Augmented Dickey Fuller

    (ADF) Test pada tabel 5.1. menunjukkan bahwa sebagian data yang digunakan

    dalam model penelitian ini telah stasioner pada tingkat level, yaitu variabel CFRatio Lagged CFRatio dan DINT pada tingkat kepercayaan 99% dan FDI pada tingkat

    kepercayaan 95%.

    Adapun variabel GovDebtRatio, REER, GROWTH dan REER belum

    stasioner pada tingkat level. Setelah dilakukan diferensiasi pada tingkat beda

    pertama (1st difference), variabel lainnya yang sebelumnya memiliki

    permasalahan akar unit pada tingkat level menjadi stasioner ditunjukkan dengan

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 68

    Universitas Indonesia

    nilai ADF-stat yang lebih besar dibandingkan nilai kritis ADF-table pada tingkat

    kepercayaan 99% dan 95%. Dengan demikian seluruh variabel yang diestimasi

    dalam penelitian ini telah stasioner.

    5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik OLS

    Untuk mendapatkan hasil estimasi regresi linier yang BLUE (Best Linier

    Unbiased Estimator) maka dilakukan pengujian terhadap ada tidaknya

    permasalahan pelanggaran asumsi yang dihadapi model penelitian ini.

    a. Asumsi Non Heteroskedastisitas

    Untuk mengetahui model penelitian telah menghadapi masalah

    pelanggaran asumsi klasik berupa gejala heteroskedasitisitas, maka dilakukan

    pengujian menggunakan uji White Heteroscedasticity Test dengan tahapan sebagai

    berikut :

    i. Formulasi hipotesis

    H0 : tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model

    HA : terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model

    ii. Menentukan tingkat signifikansi/derajat kepercayaan ()

    iii. Menentukan kriteria pengujian

    H0 ditolak, jika probabilitas chi-squared lebih kecil atau sama dengan

    (2 ),

    H0 diterima jika probabilitas chi-squared lebih besar dari (2 > ).

    Hasil pengujian White Heteroscedasticity Test pada model Determinan

    Capital Flight Indonesia sebagaimana berikut :

    Tabel 5.2. Uji Heteroskedastisitas Model Determinan Capital Flight Indonesia

    White Heteroskedasticity Test:

    F-statistic 6.019059 Prob. F(40,11) 0.001443Obs*R-squared 49.72802 Prob. Chi-Square(40) 0.139316

    Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 2.6.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 69

    Universitas Indonesia

    Hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 5.2. menunjukkan bahwa pada

    tingkat kepercayaan 99% ( = 1%), model penelitian tidak menghadapi

    permasalahan pelanggaran asumsi klasik heteroskedastisitas. Artinya varians

    error dalam model penelitian Determinan Capital Flight Indonesia sama dan

    konstan atau homoskedastis sehingga telah memenuhi prasyarat dalam regresi

    linier untuk mendapatkan estimator yang tidak bias.

    b. Asumsi Non Multikolinearitas

    Beberapa literatur ilmu ekonometrika menyebutkan bahwa gejala

    multikolinearitas ditunjukkan dengan adanya koefisien determinasi (R2) model

    yang cukup tinggi (di atas 70%) namun sebagian besar variabel bebas yang

    digunakan setelah diuji signifikansi individu dengan uji t-statistik (uji

    parsial/individu) ternyata tidak signifikan.

    Uji multikolinearitas menggunakan matriks korelasi antara variabel bebas

    untuk melihat ada tidaknya korelasi yang tinggi antara 2 (dua) variabel bebas atau

    lebih dalam model Determinan Capital Flight Indonesia. Untuk melihat adanya

    permasalahan multikolinearitas dari model penelitian dapat dideteksi dari nilai

    korelasi antar variabel bebas. Apabila terdapat korelasi antar variabel bebas

    sebesar 0.8 0.9 (korelasi tinggi) maka model penelitian patut diduga mengalami

    masalah multikolinearitas yang dapat berakibat pada hasil regresi yang

    menghasilkan R2 tinggi namun pengaruh variabel bebas terhadap variabel

    terikatnya tidak dapat dijelaskan.

    Tabel 5.3. Matriks Korelasi Antar Variabel Independen Model Determinan Capital Flight Indonesia

    CFRATIO DINT FDI D(GOVDEBT RATIO)

    D (GROWTH) D(REER) DRATING DKPE

    CFRATIO 1.000000 0.074476 -0.042110 0.324105 -0.281753 -0.432631 -0.141493 0.450438 DINT 0.074476 1.000000 -0.112446 0.027668 0.129347 0.082265 -0.094884 0.465960 FDI -0.042110 -0.112446 1.000000 0.019293 -0.001657 -0.057211 0.476821 -0.250422

    D(GOVDEBT RATIO) 0.324105 0.027668 0.019293 1.000000 -0.260921 -0.692817 0.010107 0.180825

    D(GROWTH) -0.281753 0.129347 -0.001657 -0.260921 1.000000 0.044456 0.079007 -0.036434 D(REER) -0.432631 0.082265 -0.057211 -0.692817 0.044456 1.000000 -0.153549 -0.128672

    DRATING -0.141493 -0.094884 0.476821 0.010107 0.079007 -0.153549 1.000000 -0.039681 DKPE 0.450438 0.465960 -0.250422 0.180825 -0.036434 -0.128672 -0.039681 1.000000

    Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 2.4.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 70

    Universitas Indonesia

    c. Asumsi Non Autokorelasi

    Salah satu permasalahan yang dihadapi data time series adalah

    kemungkinan munculnya data suatu variabel pada periode waktu tertentu (Xt)

    ternyata memiliki keterkaitan atau dipengaruhi oleh data pada periode waktu

    sebelumnya (Xt-1). Gejala ini disebut autokorelasi atau adanya korelasi antar

    variabel dalam model penelitian dipengaruhi variabel tersebut pada observasi

    sebelumnya. Hal ini akan berakibat pada hasil regresi yang bias karena hasil uji

    parsial (t-test) dan uji signifikansi variabel independen dalam model secara

    bersama-sama/serempak (F-test) tidak valid.

    Untuk mengetahui model penelitian Determinan Capital Flight Indonesia

    terdapat masalah pelanggaran asumsi klasik berupa autokorelasi, digunakan uji

    Durbin Watson Statistik (DWstat). Prosedur pengujian DWstat meliputi tahapan-

    tahapan sebagai berikut yaitu (Widarjono, 2008) :

    1. Melakukan regresi linier sederhana model penelitian yang digunakan dan

    didapatkan nilai residualnya.

    2. Memperoleh nilai DWstat yang disediakan secara otomatis dengan bantuan

    program Eviews.

    3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu, tidak

    termasuk konstanta (k), dapat dilihat nilai kritis DWstat batas bawah (dL) dan

    batas atas (dU).

    4. Keputusan ada/tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai DWstat yang

    dihasilkan regresi OLS model penelitian dan dibandingkan dengan uji Statistik

    Durbin Watson berikut ini : Autokorelasi (+) Ragu-Ragu Tidak Ada Autokorelasi Ragu-Ragu Autokorelasi (-)

    0 dL du 2 4-dU 4-dL 4

    Gambar 5.1. Uji DW Statistik Persamaan OLS Capital Flight Sumber : Anonim, 2008

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 71

    Universitas Indonesia

    Nilai DWstat yang dihasilkan pada analisis OLS model penelitian

    Determinan Capital Flight Indonesia sebesar 2,12, sedangkan nilai kritis DWtable [n

    =53; k=6) batas bawah (dL) = 1.334 dan DWtable [n =53; k=6) batas atas (dU) = 1.814.

    Hasil uji DWstat ini menunjukkan tidak adanya autokorelasi dalam sistem

    persamaan.

    Hasil ini diperkuat dengan hasil pengujian menggunakan metode

    Langrange-Multiplier (LM-test) yang dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

    i. Formulasi hipotesis

    H0 : tidak terdapat masalah autokorelasi dalam model

    HA : terdapat masalah autokorelasi dalam model

    ii. Menentukan tingkat signifikansi/derajat kepercayaan ()

    iii. Menentukan kriteria pengujian

    H0 ditolak, jika probabilitas chi-squared lebih kecil atau sama dengan

    (2 ),

    H0 diterima, jika probabilitas chi-squared lebih besar dari (2 > ).

    Hasil pengujian autokorelasi menggunakan metode LM-test pada model

    Determinan Capital Flight Indonesia adalah sebagai berikut :

    Tabel 5.4. Uji Autokorelasi Model Determinan Capital Flight Indonesia

    Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

    F-statistic 0.453289 Prob. F(2,41) 0.638681 Obs*R-squared 1.124933 Prob. Chi-Square(2) 0.569802

    Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 2.5.

    Hasil uji autokorelasi pada tabel 5.4. menunjukkan bahwa pada tingkat

    kepercayaan 99% ( = 1%), model penelitian sudah tidak menghadapi

    permasalahan pelanggaran asumsi klasik autokorelasi. Artinya gejala autokorelasi

    saat ini tidak signifikan sehingga variabel yang digunakan dalam model penelitian

    Determinan Capital Flight Indonesia telah memenuhi prasyarat dalam regresi

    linier untuk mendapatkan estimator yang tidak bias.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 72

    Universitas Indonesia

    5.1.3. Hasil Regresi OLS Model Determinan Capital Flight Indonesia

    Hasil regresi OLS pada model Determinan Capital Flight Indonesia

    dengan periode waktu penelitian kuartal pertama tahun 1996 sampai dengan

    kuartal pertama tahun 2009, diperoleh persamaan sebagai berikut :

    CFRatio = 0.007 + 0.403*CFRatio(-1) - 0.001*DINT + 6.90E-06*FDI (2.605)** (-0.994) (1.11)

    - 0.036*D(GOVDEBTRATIO) 0.002*D(GROWTH) - 0.003*D(REER) (-1.703)*** (-2.09)** (-3.396)*

    - 0.034*D(RATING) + 0.05*DKPE (-1.733)* (3.218)*

    R2 = 0.4968 F-stat = 5.308 DWstat = 2.12

    Keterangan : tanda *, thitung signifikan pada tingkat kepercayaan 99% tanda **, thitung signifikan pada tingkat kepercayaan 95% tanda ***, thitung signifikan pada tingkat kepercayaan 90%

    Adapun hasil pengujian arah hubungan variabel independen terhadap

    variabel dependen dalam model Determinan Capital Flight Indonesia

    dibandingkan dengan hipotesa yang disusun sebelumnya, terlihat pada tabel 5.5.

    berikut :

    Tabel 5.5. Pengujian Arah Hubungan Variabel Model Determinan Capital Flight Indonesia

    Variabel Arah Koefisien

    (Hipotesis) Arah Koefisien (Hasil Regresil)

    Keterangan

    CFRatio(-1) + + Arah sesuai dan signifikan secara statistik ( = 5%)

    DINT - - Arah sesuai dan tidak signifikan secara statistik

    FDI +/- + Arah sesuai dan tidak signifikan secara statistik

    GovDebtRatio +/- - Arah sesuai dan signifikan secara statistik ( = 10%)

    GROWTH - - Arah sesuai dan signifikan secara statistik ( = 5%)

    REER - - Arah sesuai dan signifikan secara statistik ( = 1%)

    DRating - - Signifikan secara statistik DKPE + + Signifikan secara statistik

    Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 2.3.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 73

    Universitas Indonesia

    Uji t koefisien regresi parsial pada Tabel 5.5. terlihat bahwa tidak semua

    variabel independen yang digunakan dalam model Determinan Capital Flight

    berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya. Variabel yang

    berpengaruh terhadap Capital Flight Indonesia adalah variabel Lagged CFRatio

    LaggedCFRatio, GovDebtRatio, GROWTH, REER, Dummy Rating dan Dummy

    Kondisi Ketidakpastian Dalam Negeri akibat Ketidakstabilan Sosial Politik dan

    Krisis Ekonomi. Namun demikian, seluruh variabel penelitian yang digunakan

    memiliki arah yang konsisten dengan hipotesis yang diajukan.

    Sesuai hasil penelitian OLS Capital Flight Indonesia selama periode

    penelitian 1996:1-2009:1, ternyata tingkat pelarian modal di Indonesia yang

    terjadi pada periode sebelumnya terbukti signifikan secara statistik berpengaruh

    terhadap tingkat pelarian modal yang terjadi pada periode berjalan. Uji parsial

    variabel ini menunjukkan bahwa peningkatan CFRatio pada periode pengamatan

    sebelumnya (kuartal sebelumnya) sebesar 1% akan mempengaruhi peningkatan

    CFRatio pada periode kuartal berjalan sebesar 0.40%.

    Hasil empiris tersebut sejalan dengan penelitian tingkat pelarian modal

    pada periode sebelumnya yang secara empiris terbukti mempengaruhi

    peningkatan pelarian modal pada periode berjalan di Negara Amerika Latin pada

    tahun 1974-1984 dan di Negara Tanzania, Afrika selama tahun 1973-1992

    (Cuddington, 1987; Nyoni, 2000). Nyoni (2000) menjelaskan bahwa CFRatio yang

    terjadi pada periode sebelumnya cenderung akan diikuti oleh pelarian modal pada

    periode-periode berikutnya sebagai cerminan efek habit-formation dimana para

    pelaku pelarian modal yang berpengalaman melakukan kegiatan ini akan

    mengulang perbuatannya dari waktu ke waktu. Apabila pelaku pelarian modal

    termasuk otoritas pemerintah maka kondisi ini akan semakin memperburuk

    kerusakan perekonomian dalam negeri dan lebih meningkatkan fenomena pelarian

    modal oleh pelaku lainnya (contagion effect).

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 74

    Universitas Indonesia

    Variabel GovDebtRatio (rasio hutang pemerintah terhadap PDB Nominal)

    signifikan secara statistik dan berpengaruh negatif terhadap Capital Flight sebesar

    0.036 atau setiap peningkatan rasio hutang pemerintah terhadap PDB Nominal

    sebesar 1% (ceteris paribus) maka akan terjadi penurunan rasio Capital Flight

    terhadap GDP Nominal sebesar 0.036%. Sesuai hipotesis yang diuji bahwa

    terdapat 2 (dua) kemungkinan arah hubungan antara hutang luar negeri dengan

    tingkat pelarian modal, yaitu positif atau negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan

    bahwa peningkatan rasio hutang pemerintah Indonesia terhadap PDB Nominal

    akan menyebabkan penurunan rasio Capital Flight Indonesia karena adanya dana

    dari luar negeri yang masuk ke Indonesia sebagai alternatif pembiayaan kegiatan

    perekonomian dalam negeri dan menutup ketiadaan modal dalam negeri yang

    mungkin disebabkan adanya modal yang keluar dari Indonesia.

    Namun demikian, dalam beberapa studi empiris menunjukkan bahwa

    utang luar negeri merupakan salah satu determinan atau faktor yang dapat

    meningkatkan besarnya pelarian modal suatu Negara (hubungan positif/searah).

    Hutang luar negeri yang meningkat memang dapat berdampak pada peningkatan

    aliran modal ke luar negeri, tapi hal tersebut ditengarai terjadi pada saat jatuh

    tempo pembayaran hutang yang dilakukan sebelumnya karena adanya kewajiban

    pelunasan pokok hutang berikut bunganya.

    Cerra et.al. (2005) dan Beja (2006) berdasarkan analisis revolving door

    model mengemukakan bahwa hutang luar negeri memiliki hubungan yang

    signifikan dan positif terhadap tingkat pelarian modal dari suatu Negara atau

    wilayah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa hutang luar negeri diperlakukan sebagai

    aliran modal masuk (capital inflow) atau sumber pendanaan bagi elit

    perekonomian untuk ditransformasikan menjadi aliran modal keluar dalam rangka

    menghindari instabilitas perekonomian.

    Selanjutnya pada saat yang bersamaan, aliran modal yang keluar

    menyebabkan kevakuman likuiditas dalam negeri sehingga diperlukan pendanaan

    dari luar negeri untuk mengatasinya. Kemungkinan dana yang berasal dari hutang

    luar negeri dan ditransformasikan menjadi capital outflow inilah yang kemudian

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 75

    Universitas Indonesia

    dipinjam kembali. Atau dengan kata lain, flight of domestic savings menyebabkan

    kebutuhan pendanaan dari luar negeri.

    Dalam kaitan ini pula, hutang dari luar negeri yang semakin meningkat

    menyebabkan beban yang berat bagi perekonomian dan risiko terjadinya krisis

    hutang atau kesulitan dalam pembayaran kembali hutang tersebut. Hal inilah yang

    menimbulkan ekspektasi negatif dan memberikan alasan yang kuat atau motif

    bagi pemilik dana atau investor untuk melarikan dananya ke luar negeri.

    Variabel nilai tukar yang direpresentasikan oleh REER menunjukkan hasil

    yang signifikan pada taraf nyata 99% dan berpengaruh negatif terhadap CFRatio

    sebesar -0.003 atau setiap peningkatan indeks REER sebesar 1 % maka akan

    terjadi penurunan rasio Capital Flight terhadap PDB Nominal sebesar 0.003 %.

    Peningkatan nilai tukar efektif riil menunjukkan apresiasi riil dari nilai tukar

    Rupiah terhadap nilai tukar lain yang secara relatif diperbandingkan. Kondisi

    apresiasi nilai tukar ini menyebabkan nilai riil asset yang dimiliki investor di

    dalam negeri akan meningkat sehingga investor akan cenderung memilih

    menempatkan modalnya di dalam negeri atau terjadi aliran modal masuk. Hal ini

    sesuai dengan hasil penelitian Istikomah (2003) dan temuan empiris Cuddington

    (1987) bahwa variabel nilai tukar merupakan salah satu faktor yang mampu

    mendorong (saat terjadi depresiasi nilai tukar) dan menghambat (saat terjadi

    apresiasi nilai tukar) terjadinya Capital Flight.

    Variabel GROWTH (tingkat pertumbuhan) signifikan secara statistik dan

    berpengaruh negatif terhadap rasio Capital Flight terhadap PDB Nominal sebesar

    -0.002 pada tingkat kepercayaan 95%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar

    1% dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap (ceteris paribus), akan

    menurunkan rasio Capital Flight Indonesia terhadap PDB Nominal sebesar

    0.002%. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat menghambat

    pelarian modal ke luar negeri karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi

    menunjukkan kondisi ekonomi yang kondusif dan investasi yang menguntungkan

    bagi investor untuk menanamkan modal di dalam negeri.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 76

    Universitas Indonesia

    Dalam analisis ekonominya, beberapa pengamat ekonomi menyatakan

    bahwa selain tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, perbaikan sovereign

    rating Indonesia merupakan salah satu faktor yang mendukung aliran dana masuk

    (capital inflow) ke dalam negeri, terutama dalam bentuk investasi portfolio.

    Namun demikian, belum ada studi empiris yang meneliti pengaruh atau hubungan

    antara peringkat kredit di Indonesia tersebut terhadap aliran modal masuk dan

    keluar. Untuk itu, penulis mengembangkan penelitian mengenai Capital Flight di

    Indonesia dalam model penelitian ini dengan mencoba menguji 1 (satu) variabel

    baru, yakni variabel Dummy Rating dengan mengacu pada predikat sovereign

    rating Indonesia yang diberikan agen pemeringkat Standard & Poors. Peringkat

    kredit Indonesia atau sovereign Rating yang semakin mendekati kategori

    investment grade mengindikasikan bahwa probabilitas risiko kredit untuk gagal

    bayar lebih rendah. Informasi mengenai peringkat ini merupakan salah satu alat

    bantu bagi investor dalam menentukan profil risiko dan mengambil keputusan

    melakukan investasi, disamping analisis finansial lainnya.

    Hasil pengujian parsial untuk variabel Dummy Rating menunjukkan hasil

    signifikan berpengaruh dan berkorelasi negatif dengan rasio Capital Flight

    terhadap PDB Nominal Indonesia. Semakin baik peringkat kredit Indonesia ke

    arah investment grade (BBB-) akan menurunkan rasio Capital Flight Indonesia

    terhadap PDB Nominal. Hal ini dapat dijelaskan bahwa peningkatan peringkat

    kredit yang diberikan agen pemeringkat yang dipercaya investor secara

    internasional memberikan sinyal bahwa biaya investasi (suku bunga) yang murah,

    risiko gagal bayar hutang dari Negara tersebut semakin rendah, tingkat yield dari

    bond yang diterbitkan meningkat dan nilai tukar domestik menguat sehingga

    secara ekonomi dan risiko investasi dipandang sebagai kesempatan

    menguntungkan untuk melakukan kegiatan investasi atau penanaman modal di

    Indonesia. Sebaliknya, penurunan peringkat kredit dari suatu Negara akan

    direspon dengan larinya dana keluar atau fenomena pemindahan modal ke Negara

    dengan peringkat kredit yang lebih tinggi.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 77

    Universitas Indonesia

    Pengujian parsial terhadap variabel Dummy Kondisi Ketidakpastian Dalam

    Negeri akibat Kondisi Ketidakstabilan Politik dan Krisis Ekonomi menunjukkan

    hasil signifikan berpengaruh dan berkorelasi positif terhadap terjadinya Capital

    Flight di Indonesia. Sebagaimana dapat dijelaskan bahwa kondisi politik yang

    tidak stabil pada saat menjelang pemilihan pemimpin nasional dan krisis ekonomi

    yang melanda perekonomian Indonesia memberikan sinyalemen negatif terhadap

    investor yang kemudian bereaksi dengan menarik modalnya ke luar negeri demi

    mengamankan nilai asetnya dari kemungkinan buruk timbulnya kekacauan situasi

    politik yang berimbas pada perekonomian dalam negeri.

    Beberapa penelitian mengenai Capital Flight yang menggunakan indikator

    politik dan governance membuktikan hal yang sama bahwa adanya

    ketidakstabilan dan ketidakpastian politik dan kondisi perekonomian yang rawan

    akan menyebabkan pelarian modal. Dalam Beja (2005) dikemukakan bahwa

    apapun indikator kondisi politik yang bersifat insecure (jumlah demonstrasi buruh

    yang terjadi, pemilihan pimpinan Negara, tingkat korupsi, lemahnya

    institusi/pemerintah) yang digunakan sebagai salah satu variabel penjelas ternyata

    temuan empiris menunjukkan hubungan yang positif meningkatkan jumlah

    pelarian modal ke luar negeri. Sedangkan Fedderke & Liu (2002) membuktikan

    bahwa semakin tinggi ketidakstabilan dan ketidakpastian situasi politik dalam

    negeri yang terjadi di Afrika Selatan karena liberalisasi sistem politik dan proses

    transformasi politik, ternyata semakin menstimulasi aliran modal ke luar (capital

    outflows).

    Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa tingkat kepercayaan

    investor terhadap iklim investasi di dalam negeri yang kondusif, kondisi ekonomi,

    kestabilan sosial politik yang mendukung akan menarik aliran modal masuk ke

    Indonesia. Kondisi saat ini, pemerintah masih perlu melakukan upaya untuk lebih

    memberikan assurance bagi investor untuk menanamkan dananya di Indonesia.

    Sebagaimana pernyataan perwakilan ADB di Indonesia, David Green, bahwa

    investor dan pelaku usaha di Indonesia masih mengeluhkan hambatan dalam

    melakukan investasi seperti ketidakpastian hukum, ekonomi dan kebijakan,

    instabilitas makroekonomi, buruknya infrastruktur (pasokan listrik), ekonomi

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 78

    Universitas Indonesia

    biaya tinggi, tarif pajak yang tinggi dan apabila pemerintah tidak mampu

    mengatasi masalah ini maka bukan lonjakan investasi yang masuk ke Indonesia

    pada tahun-tahun ke depan melainkan penciutan investasi (Kompas, 2006).

    Variabel lainnya dalam model OLS Capital Flight Indonesia ini yang

    secara empiris tidak signifikan berpengaruh terhadap fenomena pelarian modal

    Indonesia, yakni variabel DINT (disparitas tingkat suku bunga) dan variabel FDI

    (Foreign Direct Investment). Kedua variabel ini menunjukkan hasil yang tidak

    signifikan secara statistik memiliki pengaruh terhadap rasio pelarian modal

    terhadap PDB Nominal Indonesia sebagaimana ditunjukkan nilai t-statistik yang

    tidak signifikan (t-statistik < t-tabel). Namun demikian, dilihat dari arah hubungan

    ketiga variabel independen terhadap variabel Capital Flight menunjukkan arah

    yang konsisten sesuai hipotesis yang diuji dalam penelitian ini.

    Disparitas suku bunga domestik dan asing dimana suku bunga dalam

    negeri yang lebih tinggi dibandingkan tingkat suku bunga di luar negeri secara

    teori merupakan daya tarik yang mendorong pemilik modal untuk menanamkan

    investasinya di dalam negeri karena kondisi ini diekspektasikan akan memberikan

    tingkat pengembalian atau keuntungan yang lebih tinggi.

    Berdasarkan perumusan hipotesis dalam model penelitian Capital Flight

    Indonesia, terdapat 2 (dua) kemungkinan arah hubungan variabel FDI dengan

    CFRatio, yaitu positif dan negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

    peningkatan FDI akan menyebabkan peningkatan rasio pelarian modal Indonesia

    terhadap PDB Nominal. FDI yang menunjukkan hubungan positif terhadap

    Capital Flight di Indonesia dapat dijelaskan bahwa terdapat kemungkinan

    kebijakan terkait investasi yang diterapkan di Indonesia bersifat diskriminatif

    terhadap investor domestik (Discriminatory Treatment Perspectives) atau

    memberikan privileges kepada investor asing. Misalnya kelonggaran ketentuan

    dan berbagai kemudahan dalam kegiatan penanaman modal bagi investor asing

    yang tidak diterapkan bagi investor domestik. Misalnya Undang-Undang

    Penanaman Modal yang dianggap beberapa pihak cenderung bersifat liberal dan

    berpihak pada kepentingan investor asing (Berita Indonesia, 2007).

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 79

    Universitas Indonesia

    Variabel FDI yang berdasarkan uji parsial menunjukkan hasil yang tidak

    signifikan secara statistik mempengaruhi pelarian modal Indonesia dapat

    dijelaskan bahwa estimasi pelarian modal dihitung dengan pendekatan selisih

    sources of foreign exchange dan uses of foreign exchange berdasarkan data aliran

    modal yang dicatat di Neraca Pembayaran Indonesia. Sedangkan aliran modal

    yang tercatat pada neraca modal dalam Neraca Pembayaran Indonesia tahun ke

    tahun menunjukkan kecenderungan yang persisten bahwa nominal investasi asing

    langsung relatif lebih rendah dibandingkan investasi portofolio. Arus modal yang

    dapat mengalir keluar-masuk Indonesia dengan cepat dan bebas, lebih didominasi

    oleh investasi portofolio jangka pendek (lebih bersifat volatile) melalui pasar uang

    dan pasar modal. Berbeda dengan FDI atau investasi yang bersifat jangka panjang

    lebih sulit untuk ditarik keluar dari Indonesia.

    Setelah dilakukan uji parsial terhadap variabel-variabel dalam model OLS

    Capital Flight Indonesia sebagaimana tersebut di atas, selanjutnya dilakukan

    pengujian secara serentak atau bersama-sama terhadap variabel independen yang

    digunakan dalam model selama periode penelitian 1996:Q1 s.d. 2009:Q1

    menunjukkan hasil signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen

    (Capital Flight). Hal ini ditunjukkan dengan nilai F-statistic yang lebih besar

    daripada Ftabel (6;47) sebesar 5.31 pada derajat kepercayaan 99% atau kondisi

    penolakan hipotesis null (nilai koefisien variabel independen = 0).

    Adapun pengujian koefisien determinasi (R2) atau pengujian goodness of

    fit dari model OLS Determinan Capital Flight Indonesia menunjukkan bahwa

    49.69% variasi pada variabel dependen CFRatio dapat dijelaskan oleh variabel

    independen yang digunakan dalam model, sedangkan 50.31% sisanya dipengaruhi

    atau dapat dijelaskan oleh variabel penjelas lainnya. Nilai koefisien determinasi

    pada model OLS dalam penelitian ini relatif rendah (R2 semakin mendekati angka

    1 maka garis regresi secara statistik dianggap semakin mampu menjelaskan data

    aktualnya), namun demikian pengujian parsial maupun bersama-sama dari

    variabel-variabel independen dalam model ini secara statistik menunjukkan hasil

    yang signifikan. Sebagaimana disebutkan Widarjono (2007) bahwa koefisien

    determinasi hanyalah sebuah konsep statistik. Rendahnya nilai koefisien

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 80

    Universitas Indonesia

    determinasi dapat terjadi karena beberapa alasan, misalnya terdapat variabel

    independen lainnya yang berpengaruh terhadap variabel dependen namun belum

    dimasukkan dalam model penelitian ini.

    Dalam bagian selanjutnya pada penelitian ini, pengujian Granger

    Casuality dan Vector Auto Regression (VAR) yang melengkapi hasil penelitian ini

    dilakukan untuk menguji hubungan kausalitas dan hubungan jangka panjang

    antara variabel-variabel makroekonomi seperti suku bunga domestik (SBI), nilai

    tukar efektif riil (REER) dan GROWTH dengan Capital Flight secara lebih lanjut.

    5.2. Analisis Hubungan Capital Flight dengan Variabel Makroekonomi

    Indonesia (Estimasi Model VAR)

    Analisis VAR yang digunakan dalam penelitian ini mencoba untuk

    menggambarkan pengaruh antar variabel endogen yang digunakan, yaitu Capital

    Flight Indonesia dengan variabel makroekonomi (nilai tukar riil/REER, suku

    bunga/SBI, dan pertumbuhan ekonomi/GROWTH) serta menganalisis dampak

    dinamis dari gangguan yang bersifat random di dalam sistem persamaan VAR.

    Dalam Widarjono (2008), salah satu analisis penting dalam sistem persamaan

    VAR dimaksud, adalah Impulse Response Function (IRF) yang digunakan untuk

    melacak respon dari variabel endogen yang ditimbulkan karena adanya goncangan

    atau perubahan di dalam variabel gangguan (e). Analisis penting lainnya adalah

    Forecast Error Decomposition of Variance atau Variance Decomposition yang

    menggambarkan relatif pentingnya setiap variabel di dalam sistem persamaan

    VAR karena adanya goncangan (shock) sehingga dapat diprediksi kontribusi

    persentase varian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu di

    dalam sistem VAR.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 81

    Universitas Indonesia

    5.2.1. Uji Stasionaritas Data dan Uji Kointegrasi Johansen

    Sebagaimana analisis model yang menggunakan data time series, maka

    dalam pembentukan model VAR tidak terlepas dari permasalahan stasioneritas

    data dan apakah data memiliki hubungan jangka panjang atau tidak dengan

    pengujian kointegrasi antar variabel didalamnya. Langkah awal yang dilakukan

    dalam estimasi model VAR adalah uji stasioneritas data pada variabel endogen

    melalui uji Augmented Dickey Fuller (ADF).

    Tabel 5.6. Uji Akar-Akar Unit Model VAR Capital Flight Indonesia

    Variabel

    Level First Difference

    ADF Stat

    Nilai kritis 1%

    Nilai kritis 5%

    Hasil ADF Stat

    Nilai kritis 1%

    Nilai kritis 5%

    Hasil

    CFRATIO -4.69 -3.56 -2.92 Stasioner -6.85 -3.56 -2.92 Stasioner

    REER -1.86 -3.56 -2.92 Tidak Stasioner -6.61 -3.56 -2.92 Stasioner

    SBI -10.13 -3.59 -2.93 Stasioner -4.59 -3.59 -2.93 Stasioner

    GROWTH -2.33 -3.57 -2.92 Tidak Stasioner -12.36 -3.57 -2.92 Stasioner

    Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 3.2.

    Pada Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa hasil uji stasioneritas data pada

    variabel endogen yang digunakan dalam sistem persamaan VAR pada penelitian

    ini menunjukkan tidak semua variabel tersebut stasioner pada tingkat level.

    Variabel CFRatio dan SBI stasioner pada tingkat level sedangkan variabel REER

    dan GROWTH tidak stasioner pada tingkat level. Setelah dilakukan

    pendiferensiasian pada tingkat pertama, seluruh variabel telah stasioner.

    Setelah diketahui bahwa karakteristik masing-masing data yang digunakan

    dalam model VAR Capital Flight Indonesia pada penelitian ini melalui uji

    stasionaritas, tahap pengujian selanjutnya adalah uji kointegrasi. Pengujian

    kointegrasi ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi hubungan saling

    mempengaruhi antar variabel dalam jangka panjang. Pengujian dilakukan dengan

    melihat nilai trace statistik dan maximum eigen statistik terhadap critical value of

    max-eigenvalue pada derajat kepercayaan yang digunakan. Apabila nilainya lebih

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 82

    Universitas Indonesia

    besar dibandingkan nilai kritisnya maka keputusannya adalah menolak hipotesis

    null (H0) atau terdapat vektor terkointegrasi dalam model VAR tersebut.

    Untuk mengetahui hubungan saling mempengaruhi melalui uji kointegrasi

    antar variabel dalam model penelitian ini digunakan bantuan program computer

    Eviews 5.1. yang menyediakan uji Johansen-Cointegration, dengan hasil

    sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.7.

    Tabel 5.7. Uji Kointegrasi Johansen pada Model VAR Capital Flight Indonesia

    Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

    Hypothesized No. of CE(s) H0 ; r H1 ; r Eigenvalue

    Trace Statistic

    Critical Value (95%)

    Prob.

    None* r = 0 r = 0 0.563430 86.13284 47.85613 0.0000 At most 1* r < 1 r >1 0.494922 47.17891 29.79707 0.0002 At most 2 r < 2 r > 2 0.207014 15.07592 15.49471 0.0577 At most 3* r < 3 r >3 0.084984 4.174260 3.841466 0.0410 Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)

    Hypothesized No. of CE(s) H0 ; r H1 ; r Eigenvalue

    Max Eigen Statistic

    Critical Value (95%)

    Prob.

    None* r = 0 r = 0 0.563430 38.95393 27.58434 0.0012 At most 1* r < 1 r >1 0.494922 32.10299 21.13162 0.0010 At most 2 r < 2 r > 2 0.207014 10.90166 14.26460 0.1592 At most 3* r < 3 r >3 0.084984 4.174260 3.841466 0.0410 Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 3.6.

    Tabel 5.7. memperlihatkan hasil pengujian kointegrasi Johansen pada

    model VAR Capital Flight Indonesia menunjukkan untuk hipotesa pertama (H0; r

    = 0), hipotesa kedua (H0; r < 1), dan hipotesa ketiga (H0; r < 2), nilai trace-stat

    dan nilai max eigen-stat lebih besar dari nilai kritisnya pada level alpha 5%

    (tingkat kepercayaan 95%). Dengan demikian, keputusan pengujian kointegrasi

    pada hipotesa pertama sampai dengan ketiga adalah menolak H0 atau terdapat 3

    (tiga) vektor terkointegrasi pada derajat kepercayaan 95%.

    Dari hasil pengujian kointegrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

    model VAR Capital Flight Indonesia terdapat 3 (tiga) kombinasi linier

    independen dari variabel yang terdapat dalam model atau adanya hubungan

    kointegrasi dapat diterima.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 83

    Universitas Indonesia

    Berdasarkan hasil uji akar unit dan uji kointegrasi pada model VAR

    Capital Flight Indonesia bahwa data tidak semuanya stasioner pada tingkat level,

    namun setelah proses differencing pada 1st difference menjadi stasioner dan data

    berkointegrasi atau memiliki hubungan jangka panjang maka model VAR yang

    digunakan selanjutnya adalah VECM (Vector Error Correction Model).

    5.2.2. Penentuan Lag Optimal dan Stabilitas Model VAR

    Sebelum melakukan estimasi model VAR dengan VECM terlebih dahulu

    dilakukan penentuan panjang lag (kelambanan) yang optimal untuk menghasilkan

    residual bersifat Gaussian atau terbebas dari permasalahan asumsi autokorelasi

    dan heteroskedastisitas yang mungkin timbul dari regresi data time series yang

    digunakan (Gujarati, 2003).

    Penentuan panjang lag optimal dalam penelitian ini dilakukan dengan

    bantuan EViews 5.1. yaitu VAR Lag Order Selection Criteria menggunakan lag

    yang dipilih oleh kriteria Likelihood Ratio (LR), Final Prediction Error (FPE),

    Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SIC) dan

    Hannan-Quinn Information Criterion (HQ).

    Tabel 5.8. Lag Order Selection Criteria Model VAR Capital Flight Indonesia

    Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

    0 -392.0437 NA 172.4897 16.50182 16.65776 16.56075 1 -345.8892 82.69349 49.25002 15.24538 16.02505 15.54002 2 -319.8270 42.35107 32.87052 14.82613 16.22953 15.35647 3 -253.8826 96.16891 4.259015 12.74511 14.77224* 13.51117 4 -226.5250 35.33695* 2.853749* 12.27187* 14.92274 13.27364*

    Keterangan : * mengindikasikan panjang lag optimum yang dipilih oleh kriteria

    Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 3.5.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 84

    Universitas Indonesia

    Hasil penentuan panjang lag optimal pada Tabel 5.8. dapat diketahui

    bahwa lag optimal 4 pada kriteria LR, FPE, AIC, dan HQ. Pada lag 4 diharapkan

    sistem VAR telah mencapai kondisi stabil. Untuk itu dilakukan pengujian

    stabilitas sistem VAR dengan melihat nilai inverse roots karakteristik AR

    polinominalnya atau nilai modulus di tabel AR roots yang disediakan dalam

    program Eviews 5.1. Jika nilai AR roots kurang dari 1 (satu) dan semuanya

    terletak di dalam unit circle maka sistem VAR dapat dikatakan stabil (Siregar,

    2008).

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 85

    Universitas Indonesia

    Berdasarkan Tabel 5.9. dapat dilihat bahwa seluruh nilai modulus pada

    tabel AR roots bernilai di bawah 1 (satu) dan tidak ada root yang berada di luar

    unit circle maka sistem VAR dapat dinyatakan telah memenuhi prasyarat kondisi

    model yang stabil.

    Tabel 5.9. Uji Stabilitas Model VAR Capital Flight Indonesia

    Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: D(CFRATIO) D(REER) D(SBI) D(GROWTH) Exogenous variables: C Lag specification: 1 4 Date: 07/10/10 Time: 08:00

    Root Modulus

    -0.965383 0.965383 0.037533 - 0.937683i 0.938434 0.037533 + 0.937683i 0.938434 -0.459773 - 0.772179i 0.898694 -0.459773 + 0.772179i 0.898694 -0.767149 - 0.424755i 0.876889 -0.767149 + 0.424755i 0.876889 0.664373 - 0.483607i 0.821747 0.664373 + 0.483607i 0.821747 -0.235915 - 0.758284i 0.794135 -0.235915 + 0.758284i 0.794135 -0.728902 0.728902 0.701700 0.701700 0.288786 - 0.607682i 0.672811 0.288786 + 0.607682i 0.672811 0.230679 0.230679

    No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition.

    Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 3.4.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 86

    Universitas Indonesia

    5.2.3. Uji Kausalitas Granger

    Setelah prosedur pengujian stasionaritas data, uji kointegrasi atau adanya

    hubungan jangka panjang antar variabel yang digunakan dalam sistem VAR

    Capital Flight Indonesia, penentuan selang optimal dari model dan uji stabilitas

    model VAR maka tahapan selanjutnya adalah melakukan identifikasi keterkaitan

    atau hubungan antar variabel dalam sistem dengan uji kausalitas Granger. Gambar

    5.2. menunjukkan sistematika keterkaitan antar variabel dalam sistem VAR yang

    diteliti.

    Gambar 5.2. Keterkaitan antar Variabel dalam Model VAR Capital Flight Indonesia

    Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 3.3.

    Analisa hubungan kausalitas antar variabel dalam model VAR Capital

    Flight Indonesia dibatasi hanya pada pola/karakteristik hubungan kausalitas antara

    variabel yang akan diteliti sesuai tujuan penelitian ini, yaitu nilai tukar riil

    (REER), suku bunga (SBI), pertumbuhan ekonomi (GROWTH) dengan variabel

    Capital Flight, sebagaimana hasil uji kausalitas Granger pada Tabel 5.10.

    0.01 0.01

    0.01

    0.05

    CFRatio

    REER GROWTH

    SBI

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 87

    Universitas Indonesia

    Tabel 5.10. Uji Kausalitas Granger Model VAR Capital Flight Indonesia

    Pairwise Granger Casuality Tests Kesimpulan

    Null Hypothesis: Obs F-

    Statistic Probability Keputusan Arah

    REER does not Granger Cause CFRATIO CFRATIO does not Granger Cause REER

    49 2.24305

    4.12201

    0.08147

    0.00687*

    H0 diterima H0 ditolak

    Hubungan 1 arah dari CFRatio ke REER

    SBI does not Granger Cause CFRATIO CFRATIO does not Granger Cause SBI

    49 2.64944

    10.6958

    0.04717*

    5.5E-06

    H0 ditolak H0 ditolak

    Hubungan 2 arah dari CFRatio ke SBI

    GROWTH does not Granger Cause CFRATIO CFRATIO does not Granger Cause GROWTH

    49 2.00403

    18.6405

    0.11242

    1.0E-08*

    H0 diterima H0 ditolak

    Hubungan 1 arah dari CFRatio ke GROWTH

    Keterangan : Tanda (*) hipotesis null ditolak pada tingkat kepercayaan 99% dan 95%

    Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 3.3.

    Hasil pengujian kausalitas Granger dengan tingkat kepercayaan 95% yang

    pertama sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 5.10. membuktikan adanya

    hubungan satu arah dari variabel CFRatio ke variabel nilai tukar efektif riil (REER).

    Hal ini menunjukkan bahwa pada = 5%, perubahan CFRatio memiliki pengaruh

    terhadap pergerakan REER namun hubungan sebaliknya tidak demikian.

    Perubahan nilai tukar efektif riil tidak mempengaruhi terjadinya pelarian modal

    (one way flow casuality).

    Pengaruh satu arah dari variabel CFRatio ke REER dapat dijelaskan bahwa

    sejalan dengan integrasi keuangan yang menghapus hambatan lalu lintas arus

    keuangan antar Negara dan meningkatnya transaksi keuangan serta globalisasi

    keuangan dunia yang ditandai dengan aliran modal yang lebih bebas keluar dan

    masuk dalam jumlah besar dan dengan tingkat volatilitas tinggi, membawa

    perekonomian Indonesia sangat mudah terpengaruh oleh faktor eksternal melalui

    pasar uang dan pasar modal. Pergerakan nilai tukar dan pergerakan modal menjadi

    saling terkait secara kuat satu sama lain.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 88

    Universitas Indonesia

    Hal ini menngindikasikan bahwa terjadinya capital inflow secara otomatis

    akan berdampak pada penguatan nilai tukar domestik (apresiasi), demikian pula

    sebaliknya, capital outflow akan menyebabkan depresiasi nilai tukar.

    Pergerakan nilai tukar Rupiah yang menurun (depresiasi) atau

    diekspektasikan akan menurun terhadap mata uang asing pada masa mendatang

    akan menyebabkan keengganan pemilik modal untuk memegang mata uang

    Rupiah dan menukarkannya dengan mata uang asing yang lebih stabil nilainya

    untuk mempertahankan nilai aset yang dimilikinya. Hal tersebut dapat

    menjelaskan adanya fenomena hubungan timbal balik (fenomena bi-directional

    casuality) antara variabel nilai tukar efektif riil dengan pelarian modal jika

    pengujian kausalitas Granger pada kedua variabel tersebut menggunakan tingkat

    kepercayaan yang lebih rendah ( = 10%).

    Pengujian kausalitas Granger yang kedua adalah antara tingkat suku bunga

    SBI dengan CFRatio. Uji kausalitas Granger ( = 5%) untuk kedua variabel tersebut

    menunjukkan adanya hubungan yang bersifat dua arah atau terjadi fenomena bi-

    directional antara CFRatio dan SBI.

    Pengaruh variabel CFRatio ke SBI dapat dijelaskan bahwa terjadinya aliran

    modal ke luar menyebabkan likuiditas yang diperlukan untuk mendukung roda

    perekonomian dalam negeri menurun. Fenomena ini mendorong kebijakan

    kenaikan tingkat suku bunga karena secara teoritis, arus masuk kapital berkorelasi

    positif dengan tingkat bunga domestik dan berkorelasi negatif dengan tingkat

    bunga luar negeri (dengan asumsi bahwa nilai tukar tetap) dimana tingkat suku

    bunga domestik yang relatif lebih tinggi dari tingkat bunga luar negeri akan

    menarik modal masuk atau menahan modal untuk keluar.

    Variabel tingkat suku bunga domestik atau besarnya disparitas suku bunga

    domestik relatif terhadap suku bunga asing (misalnya tingkat suku bunga di US)

    merupakan variabel yang standar digunakan dalam banyak penelitian untuk

    menentukan determinan tingkat pelarian modal. Hasil studi empiris dan teoritis

    menunjukkan konsistensi hubungan arus modal dengan tingkat suku bunga

    dimana motif investasi yang mencari return yang lebih tinggi menyebabkan

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 89

    Universitas Indonesia

    modal akan bergerak atas pengaruh atau dipicu oleh pergerakan tingkat suku

    bunga. Hal ini dapat menjelaskan terjadinya pengaruh dari arah sebaliknya yakni

    dari variabel SBI ke CFRatio.

    Pengujian kausalitas Granger yang dianalisis berikutnya adalah antara

    variabel CFRatio dengan GROWTH. Hasil Granger-Casuality Test pada tingkat

    kepercayaan 95% menunjukkan adanya hubungan satu arah dari CFRatio ke

    variabel GROWTH. Arah hubungan ini dapat dijelaskan bahwa tingginya tingkat

    pelarian modal ke luar negeri akan berdampak pada rendahnya ketersediaan

    modal yang dapat membiayai aktivitas atau kegiatan ekonomi dan dorongan untuk

    ekonomi Negara dapat bertumbuh. Beberapa temuan empiris menunjukkan hasil

    yang mendukung hal tersebut, salah satu diantaranya Forgha (2008) yang

    mengemukakan bahwa dampak pelarian modal terhadap pembangunan ekonomi

    di negara berkembang sangat besar dan nyata. Pelarian modal menyebabkan

    penurunan potensi pertumbuhan melalui rendahnya tingkat investasi, rendahnya

    penciptaan kesempatan kerja, rendahnya kapasitas produksi yang dihasilkan dan

    efek negatif penopang pertumbuhan ekonomi lainnya.

    5.2.4. Hasil Estimasi Model VECM Capital Flight Indonesia

    Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, model VAR yang tepat

    untuk menganalisa hubungan antara variabel makroekonomi dan Capital Flight

    Indonesia adalah VECM dengan selang (lag) optimal 4 sesuai kriteria LR, FPE,

    AIC, dan HQ sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5.9. dan uji stabilitas model

    menggunakan nilai inverse roots karakteristik AR polynomial pada tabel 5.10.

    Adapun kebutuhan bentuk urutan variabel (ordering) yang tepat dalam

    model penelitian VAR Capital Flight Indonesia ini merujuk pada literatur

    ekonometri yang menyebutkan bahwa urutan variabel diperlukan apabila

    mayoritas nilai korelasi residual antar variabel di dalam sistem VAR bernilai di

    atas 0.2. Hasil uji nilai korelasi residual antar variabel dalam penelitian ini

    sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 5.11.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 90

    Universitas Indonesia

    Tabel 5.11. Korelasi Residual antar Variabel Model VAR/VECM Capital Flight Indonesia

    CFRATIO REER SBI GROWTH CFRATIO 1.000000 -0.220638 0.070803 -0.245021

    REER -0.220638 1.000000 -0.672675 0.322242 SBI 0.070803 -0.672675 1.000000 -0.318949

    GROWTH -0.245021 0.322242 -0.318949 1.000000

    Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 3.7.

    Tabel 5.11. menunjukkan bahwa mayoritas nilai korelasi residual antar

    variabel bernilai di atas 0.2 maka spesifikasi urutan variabel sesuai teori ekonomi

    atau uji kausalitas perlu dilakukan. Mengacu pada hasil uji kausalitas Granger dan

    Cholesky ordering pada uji Impulse Response Function (IRF) dan uji Variance

    Decomposition pada model VAR/VECM Capital Flight Indonesia maka diperoleh

    bentuk urutan variabel (ordering) sebagai berikut :

    CFRatio REER SBI GROWTH

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 91

    Universitas Indonesia

    Tahapan pengujian pra estimasi VAR/VECM Capital Flight Indonesia

    secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 5.12.

    Tabel 5.12. Pengujian Pra Estimasi Model VAR/VECM Capital Flight Indonesia

    No Uji dalam Estimasi VAR/VECM

    Hasil Keputusan

    1 Penentuan panjang lag optimal

    Lag optimal 4 (kriteria LR, FPE, AIC, HQ)

    Lag optimal 4

    2 Stabilitas Model Nilai modulus AR roots < 1 dan berada dalam unit circle

    Model VAR stabil

    3 Uji kointegrasi Nilai trace-stat dan nilai max eigen-stat lebih besar dari nilai kritisnya pada level signifikan 5% (tingkat kepercayaan 95%) pada hipotesa pertama (H0; r=0)

    3 (tiga) vektor terkointegrasi (terdapat hubungan jangka panjang)

    4 Bentuk urutan variabel (ordering)

    Nilai korelasi residual antar variabel pada residual correlation matrix, secara mayoritas (>50%) lebih dari 0.2

    Urutan variabel dalam sistem VAR/VECM

    5 Asumsi Klasik : a. Serial Correlation b. Heteroscedasticity

    a. Probabilitas pada LM test dengan lag

    optimal 4 (Prob = 0.2781) lebih besar dari nilai yg dipilih ( = 5%)

    b. Nilai probabilitas chi-square (Prob. = 0.3358) lebih besar dari yg dipilih ( = 5%),

    H0 diterima atau tidak ada autokorelasi H0 diterima atau tidak ada heteroskedastisitas

    Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 3.4 s.d. 3.10.

    Hasil estimasi model VECM menunjukkan hubungan atau hasil regresi

    jangka pendek dan jangka panjang hubungan antara variabel Capital Flight

    Indonesia dengan variabel makroekonomi Indonesia yang diteliti berdasarkan

    pengujian kointegrasi (3 vektor kointegrasi). Pada estimasi model VECM ini,

    sebagai variabel dependen adalah variabel Capital Flight (CFRatio), sedangkan

    variabel REER, suku bunga SBI dan pertumbuhan ekonomi (GROWTH) dilihat

    sebagai variabel independennya. Adapun hasil estimasi model VECM Capital

    Flight Indonesia sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.13.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 92

    Universitas Indonesia

    Tabel 5.13. Estimasi Model VECM Capital Flight Indonesia

    Variabel Koefisien t-statistik Kesimpulan Persamaan Jangka Panjang GROWTH(-1) -0.079137 -2.40500* Signifikan C 23.58873 - Persamaan Jangka Pendek D(CFRATIO(-1)) 1.349630 [2.13168]** Signifikan D(CFRATIO(-2)) 1.003565 [1.65461]*** Signifikan D(CFRATIO(-3)) 0.849585 [1.81253]** Signifikan D(CFRATIO(-4)) 0.137614 [0.45567] Tidak Signifikan D(REER(-1)) -0.001988 [-1.61985]*** Signifikan D(REER(-2)) 0.000524 [0.38122] Tidak Signifikan D(REER(-3)) -0.001242 [-0.92313] Tidak Signifikan D(REER(-4)) 0.000486 [0.39843] Tidak Signifikan D(SBI(-1)) -8.03E05 [-0.02739] Tidak Signifikan D(SBI(-2)) 0.001543 [0.62311] Tidak Signifikan D(SBI(-3)) -0.000605 [-0.28085] Tidak Signifikan D(SBI(-4)) 0.003270 [2.05522]** Signifikan D(GROWTH(-1)) 4.19E05 [0.00169] Tidak Signifikan D(GROWTH(-2)) -0.000334 [-0.01901] Tidak Signifikan D(GROWTH(-3)) -0.005883 [-0.54986] Tidak Signifikan D(GROWTH(-4)) -0.006855 [-1.37122]*** Signifikan C 0.363069 [1.93918] FStat = 4.4737 R2 = 0.752215

    Sumber : Hasil Analisis Eviews, Lampiran 3.8.

    Berdasarkan uji F-statistik [Pr (F>3.65) = 0.01; Pr (F>2.53) = 0.05],

    diketahui bahwa persamaan CFRatio menunjukkan hasil yang signifikan pada

    tingkat kepercayaan 99% dengan Fhitung sebesar 4.47.

    Pada analisa persamaan jangka pendek variabel CFRatio dengan variabel

    independen yang diamati dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil pengujian t-

    statistik [Pr (t>2.390) = 0.01; Pr (t>1.671) = 0.05; Pr (t>1.296) = 0.1]

    menunjukkan variabel CFRatio pada lag pertama (satu kuartal sebelumnya) sampai

    dengan lag ketiga secara statistik signifikan mempengaruhi CFRatio pada periode

    (kuartal) berjalan (pada taraf nyata 5% dan 10%). Peningkatan rasio antara

    nominal pelarian modal terhadap PDB Indonesia sebesar 1 % maka CFRatio pada

    periode berjalan akan mengalami penurunan masing-masing sebesar 1.35%

    (pengaruh CFRatio lag pertama), sebesar 1.003% (pengaruh CFRatio lag kedua) dan

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 93

    Universitas Indonesia

    sebesar 0.85% (pengaruh CFRatio lag ketiga). Hal ini menunjukkan fenomena

    contagion effect sebagaimana dikemukakan Nyoni (2000) bahwa terdapat

    kecenderungan pelarian modal pada periode terdahulu diikuti dengan peningkatan

    pelarian modal pada periode berikutnya.

    Sedangkan hasil pengujian t-statistik pengaruhi variabel nilai tukar efektif

    riil terhadap CFRatio pada kuartal berjalan dalam persamaan jangka pendek VECM

    menunjukkan bahwa hanya variabel REER pada lag pertama yang secara statistik

    signifikan mempengaruhi CFRatio pada kuartal berjalan. Pada taraf nyata 1% atau

    tingkat kepercayaan 90% REER pada lag pertama mempengaruhi CFRatio pada

    periode berjalan sebesar -0.002, artinya peningkatan REER atau apresiasi nilai

    tukar efektif riil sebesar 1% akan mempengaruhi penurunan pelarian modal di

    Indonesia pada tahun berjalan sebesar 0.002%.

    Untuk variabel SBI yang mewakili indikator suku bunga dalam negeri

    ternyata hanya tingkat suku bunga SBI pada lag keempat yang secara signifikan

    pada tingkat kepercayaan 95% mempengaruhi CFRatio pada tahun berjalan

    sebesar -0.003. Hal ini berarti apabila tingkat suku bunga pada lag ketiga

    dinaikkan 1%, yang kemudian menjadi sinyal bagi suku bunga pasar untuk

    meningkat pula, maka CFRatio pada tahun berjalan akan menurun sebesar 0.003%.

    Sedangkan variabel independen lainnya yakni tingkat pertumbuhan

    ekonomi Indonesia (GROWTH), hanya tingkat pertumbuhan ekonomi pada lag

    keempat yang secara statistik berpengaruh signifikan dan nyata terhadap CFRatio pada tahun berjalan (taraf nyata 10%). Nilai koefisien yang diperoleh sebesar -

    0.007, berarti bahwa kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada lag

    keempat sebesar 1% maka CFRatio akan mengalami penurunan atau rasio tingkat

    pelarian modal Indonesia terhadap nominal PDB pada tahun berjalan akan

    menurun sebesar 0.007%.

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 94

    Universitas Indonesia

    Hasil analisis jangka pendek persamaan VECM Capital Flight Indonesia

    sebagaimana Tabel 5.13. secara empiris menunjukkan hasil yang searah atau

    mendukung analisis regresi linear sederhana yang telah dilakukan pada model

    Determinan Capital Flight Indonesia pada penelitian ini, dimana terdapat 3 (tiga)

    variabel yang diamati, yaitu Lagged CFRatio, REER dan GROWTH signifikan

    secara statistik berpengaruh terhadap tingkat pelarian modal Indonesia.

    Berdasarkan hasil analisis model VECM Capital Flight Indonesia

    sebagaimana ditunjukkan Tabel 5.13 dapat dilihat bahwa variabel GROWTH atau

    pertumbuhan ekonomi secara statistik berpengaruh negatif terhadap Capital Flight

    di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pada analisis

    jangka panjang, nilai dugaan parameter sebesar 0.079 menunjukkan bahwa

    peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan mempengaruhi penurunan

    tingkat pelarian modal sebesar 0.079%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

    pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang tinggi masih menjadi stimulus positif

    bagi investor untuk menanamkan modalnya baik dalam bentuk investasi langsung

    maupun investasi portofolio ke Negara tersebut.

    Pergerakan nilai tukar efektif riil yang fluktuatif pada umumnya akan

    mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri antara lain melalui sektor

    keuangan. Apresiasi nilai tukar domestik terhadap nilai tukar asing lainnya akan

    berdampak pada keputusan investor untuk mempertahankan asetnya di pasar

    domestik, demikian pula sebaliknya apabila nilai tukar domestik melemah maka

    investor akan mengamankan asetnya dengan memindahkannya kepemilikan

    asetnya keluar negeri.

    Namun demikian, hasil analisis jangka panjang menunjukkan bahwa

    fenomena pergerakan nilai tukar efektif riil secara statistik tidak signifikan

    mempengaruhi tingkat pelarian modal ke luar Indonesia. Hal ini mungkin dapat

    dijelaskan bahwa hubungan atau arah pengaruh yang lebih dominan terjadi justru

    berasal dari arah sebaliknya. Di tengah tekanan arus keuangan global, aliran

    modal keluar yang terjadi secara terus menerus pada jangka panjang akan

    memberikan tekanan yang hebat terhadap nilai tukar melalui defisit neraca modal

    pada neraca pembayaran Indonesia karena adanya ketidakseimbangan supply

    Analisis faktor..., Kus Virgantari, FE UI, 2010.

  • 95

    Universitas Indonesia

    demand yang dipicu permintaan atas valas keluar negeri yang tinggi menyebabkan

    kelangkaan mata uang asing (US $) dan harga US $ meningkat sedangkan Rupiah

    menjadi terdepresiasi (melemah).

    Hasil regresi jangka panjang model VECM CFRatio menunjukkan pula

    bahwa variabel tingkat suku bunga SBI, secara statistik tidak berpengaruh secara

    signifikan terhadap tingkat pelarian modal Indonesia. Tingginya return dari suku

    bunga yang ditawarkan di Negara berkembang atauemerging market pada

    umumnya mampu menarik aliran modal masuk. Namun demikian, return

    hanyalah salah satu dari faktor yang menjadi pertimbangan investor pada saat

    mengambil keputusan untuk melakukan penanaman dana. Faktor lain yang tidak

    kalah penting adalah faktor risiko penanaman modal khususnya untuk kegiatan

    investasi jangka panjang. Risiko-risiko seperti bagaimana ekspektasi

    perekonomian Negara tersebut di masa mendatang, kondisi fundamental ekonomi

    dalam negeri, country risk, ris