Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    1/20

    LAPORAN PRAKTIKUM

    DIGITAL SIGNAL PROCESSING

    PRAKTIKUM II

    PEMBANGKITKAN SINYAL

    NAMA : NADYA AMALIA

    NIM : J1D108034

    ASISTEN : JEDIYANU WIGAS TU’U

    PROGRAM STUDI S-1 FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    BANJARBARU

    2011

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    2/20

    PRAKTIKUM II

    PEMBANGKITKAN SINYAL

    I. TUJUAN PERCOBAAN

    Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat membangkitkan

     beberapa jenis sinyal dasar yang banyak digunakan dalam analisis Digital Signal

    Processing.

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sinyal

    Sinyal merupakan sebuah fungsi yang berisi informasi mengenai keadaan

    tingkah laku dari sebuah sistem secara fisik. Meskipun sinyal dapat diwujudkan

    dalam beberapa cara, dalam berbagai kasus, informasi terdiri dari sebuah pola dari

     beberapa bentuk yang bervariasi. Sebagai contoh sinyal mungkin berbentuk 

    sebuah pola dari banyak variasi waktu atau sebagian saja.

    Secara matematis, sinyal merupakan fungsi dari satu atau lebih variabel

    yang berdiri sendiri (independent variable). Sebagai contoh, sinyal wicara akan

    dinyatakan secara matematis oleh tekanan akustik sebagai fungsi waktu dan

    sebuah gambar dinyatakan sebagai fungsi kecerahan (brightness) dari dua variabel

    ruang ( spatial ). Secara umum, variabel yang berdiri sendiri (independent ) secara

    matematis diwujudkan dalam fungsi waktu, meskipun sebenarnya tidak 

    menunjukkan waktu.

    Terdapat 2 tipe dasar sinyal, yaitu:

    1. Sinyal waktu kontinyu (continous-time signal )

    2. Sinyal waktu diskrit (discrete-time signal )

    Pada sinyal kontinyu, variabel independen (yang berdiri sendiri) terjadi

    terus-menerus dan kemudian sinyal dinyatakan sebagai sebuah kesatuan nilai dari

    variabel independen. Sebaliknya, sinyal diskrit hanya menyatakan waktu diskrit

    dan mengakibatkan variabel independen hanya merupakan himpunan nilai diskrit.

    Fungsi sinyal dinyatakan sebagai dengan untuk menyertakan variabel dalam

    tanda (.). Untuk membedakan antara sinyal waktu kontinyu dengan sinyal waktu

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    3/20

    diskrit kita menggunakan symbol   t   untuk menyatakan variabel kontinyu dan

    symbol n  untuk menyatakan variabel diskrit.

    Sebagai contoh sinyal waktu kontinyu dinyatakan dengan fungsi   x(t)   dan

    sinyal waktu diskrit dinyatakan dengan fungsi   (n). Sinyal waktu diskrit hanya

    menyatakan nilai integer dari variabel independen.

    2.2 Sinyal Waktu Kontinyu

    Suatu sinyal x(t) dikatakan sebagai sinyal waktu-kontinyu atau sinyal analog

    ketika dia memiliki nilai real pada keseluruhan rentang waktu   t    yang

    ditempatinya. Sinyal waktu kontinyu dapat didefinisikan dengan persamaan

    matematis sebagai berikut.

     f   (t ) ∈ (− ∞,∞) … (i)

    Fungsi  Step  dan Fungsi Ramp  (tanjak)

    Dua contoh sederhana pada sinyal kontinyu yang memiliki fungsi   step  dan

    fungsi ramp  (tanjak) dapat diberikan seperti pada Gambar 2a. Sebuah fungsi  step

    dapat diwakili dengan suatu bentuk matematis sebagai:

    … (ii)

    Disini tangga satuan ( step) memiliki arti bahwa amplitudo pada  u(t) bernilai

    1 untuk semua t ≥ 0.

    Gambar 1. Fungsi step dan fungsi ramp sinyal kontinyu

    Untuk suatu sinyal waktu-kontinyu x(t), hasil kali   (t)u(t) sebanding dengan

    (t) untuk  t  > 0 dan

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    4/20

    sebanding dengan nol untuk   t  < 0. Perkalian pada sinyal   (t)  dengan sinyal   u(t)

    mengeliminasi suatu nilai non- ero(bukan nol) pada   (t) untuk nilai t  < 0.

    Fungsi ramp (tanjak) r(t) didefinisikan secara matematik sebagai:

    … (iii)

    Catatan bahwa untuk  t  ≥  0,  slope (kemiringan) pada r(t) adalah senilai 1. Sehingga

     pada kasus ini r(t) merupakan “unit slope”, yang mana merupakan alasan bagi r(t)

    untuk dapat disebut sebagai  unit-ramp function. Jika ada variable   K   sedemikian

    hingga membentuk   Kr(t), maka   slope   yang dimilikinya adalah   K   untuk   t   > 0.

    Suatu fungsi ramp diberikan pada Gambar 1b.

    Sinyal Periodik 

    Ditetapkan   T   sebagai suatu nilai real positif. Suatu sinyal waktu kontinyu

    (t) dikatakan periodik terhadap waktu dengan periode  T  jika

    (t + T) = x(t) untuk semua nilai t , − ∞ <  t  <  ∞   … (iv)

    Sebagai catatan, jika   x(t)   merupakan periodik pada periode   T , ini juga periodik 

    dengan   qT , dimana   q   merupakan nilai integer positif. Periode fundamental

    merupakan nilai positif terkecil  T  untuk persamaan (v).

    Suatu contoh, sinyal periodik memiliki persamaan seperti berikut

     x(t) = A cos( ωt +  θ  ) …   (v)

    Disini A  adalah amplitudo, ω adalah frekuensi dalam radian per detik (rad/detik),

    dan θ adalah fase dalam radian. Frekuensi f   dalam hertz (Hz) atau siklus per detik 

    adalah sebesar  f   = ω / 2π.

    Untuk melihat bahwa fungsi sinusoida yang diberikan dalam persamaan (5)

    adalah fungsi

     periodik, untuk nilai pada variable waktu t , maka:

    … (vi)

    Sedemikian hingga fungsi sinusoida merupakan fungsi periodik dengan periode

    2π/ω, nilai ini selanjutnya dikenal sebagai periode fundamentalnya.

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    5/20

    Sebuah sinyal dengan fungsi sinusoida  x(t) = A cos( ωt+θ ) diberikan pada Gambar 

    2 untuk nilai θ =  −π / 2 , dan f   = 1 Hz.

    Gambar 2. Sinyal Periodik Sinusoidal

    2.3 Sinyal Diskrit

    Pada teori system diskrit, lebih ditekankan pada pemrosesan sinyal yang

     berderetan. Pada sejumlah nilai x, dimana nilai yang   ke-   pada deret   x(n)   akan

    dituliskan secara formal sebagai:

    = { (n)}; −∞ <  n  

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    6/20

    Sinyal waktu diskrit mempunyai beberapa fungsi dasar seperti berikut:

    - Sekuen Impuls

    Gambar 4. Sinyal Impuls

    Deret unit sample (unit-sampel sequence),  δ(n), dinyatakan sebagai deret dengan

    nilai

    … (viii)

    Deret unit sample mempunyai aturan yang sama untuk sinyal diskrit dan system

    dengan fungsi impuls pada sinyal kontinyu dan system. Deret unit sample

     biasanya disebut dengan impuls diskrit (discrete-time impulse), atau disingkat

    impuls (impulse).

    - Sekuen Step

    Deret unit step (unit-step sequence), u(n), mempunyai nilai:

    … (ix)

    Unit step dihubungkan dengan unit sample sebagai:

    … (x)

    Unit sample juga dapat dihubungkan dengan unit step sebagai:

    δ(n) = u(n) − u(n− 1) … (xi)

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    7/20

    Gambar 5. Sekuen Step

    - Sinus Diskrit

    Deret eksponensial real adalah deret yang nilainya berbentuk  an, dimana a adalah

    nilai real. Deret sinusoidal mempunyai nilai berbentuk  Asin(ωon +  φ).

    Gambar 6. Sinyal sinus diskrit

    Deret y(n) dinyatakan berkalai (periodik) dengan nilai periode N apabila

    (n) = y(n+N) untuk semua n. Deret sinuosuidal mempunyai periode  2π/ωo hanya

     pada saat nilai real ini berupa berupa bilangan integer. Parameter    ωo   akan

    dinyatakan sebagai frekuensi dari sinusoidal atau eksponensial kompleks

    meskipun deret ini periodik atau tidak. Frekuensi ω0 dapat dipilih dari nilai

     jangkauan kontinyu. Sehingga jangkauannya adalah 0 <  ω0 < 2π (atau -π <  ω0 <  π)

    karena deret sinusoidal atau eksponensial kompleks didapatkan dari nilai  ω0  yang

     bervariasi dalam jangkauan 2πk  <  ω0 < 2π(k+1) identik untuk semua  k  sehingga

    didapatkan ω0 yang bervariasi dalam jangkauan 0 <  ω0 < 2π.

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    8/20

    III. PERANGKAT YANG DIPERLUKAN

    1. 1 (satu) buah PC lengkap sound card dan OS Windows.

    2. 1 (satu) disket 3.5 yang berisi perangkat lunak aplikasi MATLAB.

    IV. PROSEDUR KERJA

    4.1 Pembangkitan Sinyal Waktu Kontinyu Sinusoida

    1. Membangkitkan sinyal sinusoida untuk dengan program seperti berikut:

    Fs=100;t=(1:100)/Fs;s1=sin(2*pi*t*5);plot(t,s1)

    2. Lakukan perubahan pada nilai s1:

    s1=sin(2*pi*t*10);

    Memperhatikan apa yang terjadi, kemudian diulangi untuk mengganti angka

    10 dengan 15, dan 20.

    3. Mengedit kembali program anda sehingga bentuknya persis seperti pada

    langkah 1, kemudian melanjutkan dengan melakukan perubahan pada nilai

    amplitudo, sehingga bentuk perintah pada s1 menjadi:

    s1=2*sin(2*pi*t*5);

    Memperhatikan apa yang terjadi, kemudian melanjutkan dengan merubah

    nilai amplitudo menjadi 4, 5, 6, … sampai 20.

    4. Mengembalikan program menjadi seperti pada langkah pertama. Dan

    melakukan sedikit perubahan sehingga perintah pada s1 menjadi:

    s1=2*sin(2*pi*t*5 + pi/2);

    Mengubah nilai fase awal menjadi 45o, 120o, 180o, dan 225o. Mengamati

     bentuk sinyal sinus terbangkit, dan mencatat hasilnya

    4.2 Pembangkitan Sinyal Persegi

    1. Buat sebuah file baru dan beri nama coba_kotak.m kemudian buat program

    seperti berikut ini.

    Fs=100;t=(1:100)/Fs;s1=SQUARE(2*pi*5*t);plot(t,s1,'linewidth',2)axis([0 1 -1.2 1.2])

    2. Mengubah nilai frekuensi menjadi 10 Hz, 15 Hz, dan 20 Hz.

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    9/20

    3. Mengembalikan bentuk program menjadi seperti pada langkah pertama,

    Kemudian mengubah nilai fase awal menjadi menjadi 45o, 120o, 180o, dan

    225o.

    4.3 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Konstan

    1. Membuat program baru dengan perintah seperti berikut:

    %Pembangkitan Unit Step SekuenL=input('Panjang Gelombang (>=40)=' )P=input('Panjang Sekuen =' )for n=1:Lif (n>=P)

    step(n)=1;else

    step(n)=0;

    endendx=1:L;stem(x,step)

    2. Mengulangi langkah pertama dengan cara me-run   program anda dan

    memasukan nilai untuk panjang gelombang dan panjang sekuen yang

     berbeda-beda.

    4.4 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa

    1. Buat program baru dengan perintah berikut ini:

    %Pembangkitan Sekuen PulsaL=input('Panjang Gelombang (>=40)=' )P=input('Posisi Pulsa =' )for n=1:L

    if (n==P)step(n)=1;

    elsestep(n)=0;

    endend

    x=1:L; stem(x,step)axis([0 L -.1 1.2])

    2. Menjalankan program diatas berulang-ulang dengan catatan nilai L dan P

    dirubah-subah sesuai kehendak dengan perhatikan apa yang terjadi dan

    mencatat apa yang terlihat.

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    10/20

    4.5 Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit

    1. Buat program baru dengan perintah seperti berikut:

    Fs=20;%frekuensi sampling

    t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasis1=sin(2*pi*t*2);stem(t,s1)axis([0 1 -1.2 1.2])

    2. Melakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 30, 40, 50, 60, 70,

    dan 80. Kemudian mencatat apa yang terjadi.

    3. Melakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 18, 15, 12, 10, dan 8.

    Kemudian mencatat apa yang terjadi.

    4.6 Pembangkitan Sinyal Dengan memanfaatkan file *.wav

    1. Membuat file kuat_1.m seperti berikut:

    %File Name: kuat_1.my1=wavread('audio3.wav');Fs=10000;wavplay(y1,Fs,'async') % Memainkan audio sinyal asli

    2. Menampilkan file audio yang telah anda panggil dalam bentuk grafik 

    sebagai fungsi waktu.

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil

    1. Pembangkitan Sinyal Waktu Kontinyu Sinusoida

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    11/20

     Amplitudo=1

    Source code :

    Output :

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    12/20

     Amplitudo=2

    Souce Code :

    Output :

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    13/20

    2. Pembangkitan Sinyal Persegi

    Source code :

    Output :

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    14/20

    3. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Konstan

    Source code :

    Output :

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    15/20

    4. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa

    Source code :

    Output :

    Panjang Gelombang (>=40)=50; Panjang Sekuen =10

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    16/20

    Panjang Gelombang (>=40)=60; Panjang Sekuen =10

    5. Pembentukan Sinyal Sinus aktu Diskrit

    Source code :

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    17/20

    Output :

    6. File wav

    Source code :

    Output :

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    18/20

    5.2 Pembahasan

    1. Pembangkitan Sinyal Waktu Kontinyu Sinusoidal

    Fungsi sinus yang dibangkitkan pertama kali adalah s1=2*sin(2*pi*t*5),

    dengan kata lain fungsi tersebut berfrekuensi f=5 Hz. Ketika nilai

    frekuensinya diganti menjadi f=10 Hz, bentuk sinyal yang dihasilkan adalah

    lebih rapat dari bentuk sinyal yang sebelumnya. Dan ketika hal tesebut

    kembali diulangi untuk nilai f yang lebih tinggi, bentuk sinyal keluaran

    adalah semakin rapat. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai

    frekuensi dari suatu sinyal yang hendak dibangkitkan akan berpengaruh

    terhadap bentuk (kerapatan) sinyal yang dibangkitkan. Semakin tinggi

    frekuensinya, semakin rapat pula sinyal yang dibangkitkannya.

    Sinyal sinus berikutnya dibangkitkan dengan frekuensi yang sama seperti

    sinyal sinus sebelumnya, hanya saja amplitude yang diberikan adalah 2 dan

    fase awal diubah sejauh θ positif . Dari sinyal yang berhasil dibangkitkan

    diketahui bahwa kerapatan sinyal yang berhasil dibangkitkan adalah sama

    untuk nilai frekuensi yang sama, hanya saja lebar antara titik ekstrim

    maksimum dan minimumnya menjadi dua kali lipat. Ketika fase awal

    diubah dengan nilai θ = π/ 4 = 45o

    sinyal yang dihasilkan adalah bergeser 

    sejauh 1/8 gelombang ke kiri dan ketika θ = π/ 2 = 90o sinyal yang

    dihasilkan adalah bergeser sejauh 1/4 gelombang ke kiri dan seterusnya.

    2. Pembangkitan Sinyal Persegi

    Sinyal yang dihasilkan berbentuk persegi, sedangkan untuk pengaruh dari

     perubahan nilai frekuensi dan fase awal adalah sama.

    3. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Konstan

    Panjang gelompang ditetapkan untuk nilai lebih dari atau sama dengan 40,

    maka nilai minimal yang dapat diberikan untuknya (L) adalah 40.

    Sementara itu sepanjang nilai sekuen P, sinyal diskrit diberikan nilai sama

    dengan nol dan selebihnya adalah 1 hingga sejauh L.

    4. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa

    Tidak begitu berbeda dengan pembangkitan sinyal waktu diskrit unuk 

    sekuen pulsa, pulsa bernilai 0 disepanjang L dan akan bernilai 1 hanya pada

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    19/20

    sekuen P.

    5. Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit

    Perubahan pada nilai frekuensi (Fs) sampling berpengaruh terhadap

    kerapatan sampling. Semakin rapat sampling (semakin besar nilai Fs) maka

     bentuk sinyal yang dibangkitkanpun akan semakin jelas dan mendekati

     bentuk sinyal analognya. Sebaliknya, semakin kecil nilai Fs, interval antara

    suatu sinyal sampling dengan sinyal yang laian akan semakin jauh dan

     bentuk asli dari sinyal tersebut akan menjadi tidak jelas (berbeda).

    6. Pembangkitan Sinyal Dengan memanfaatkan file *.wav

    Sinyal audio dinyatakan secara matematis oleh tekanan akustik sebagai

    fungsi waktu.

    VI. KESIMPULAN

    1. Besarnya nilai frekuensi dari suatu sinyal yang hendak dibangkitkan akan

     berpengaruh terhadap bentuk (kerapatan) sinyal yang dibangkitkan.

    Semakin tinggi frekuensinya, semakin rapat pula sinyal yang

    dibangkitkannya.

    2. Pada pembangkitan sinyal diskrit, semakin rapat sampling (semakin besar 

    nilai Fs) maka bentuk sinyal yang dibangkitkanpun akan semakin jelas dan

    mendekati bentuk sinyal analognya. Sebaliknya, semakin kecil nilai Fs,

    interval antara suatu sinyal sampling dengan sinyal yang laian akan

    semakin jauh dan bentuk asli dari sinyal tersebut akan menjadi tidak jelas

    (berbeda).

    3. Sinyal audio dinyatakan secara matematis oleh tekanan akustik sebagai

    fungsi waktu.

  • 8/20/2019 Digital Signal Processing 02. Pembangkitkan Sinyal - Nadya Amalia 2011

    20/20

    DAFTAR PUSTAKA

    Santoso, Tri Budi & Miftahul Huda. 2008.  Dasar-dasar Operasi Matlab: Modul 2 Praktikum Sinyal dan Sistem.

    Meddins, Bob. 2000.  Introduction to Digitl Signal Processing . University of East

    Anglia. United Kingdom.