Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
179
Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi, dan Keuangan Publik
Vol 16 No. 2 Juli 2021 : 179 - 202 ISSN : 2685-6441 (Online)
Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jipak.v16i2.8605 ISSN : 1907-7769 (Print)
DETERMINAN FIRM VALUE : FINANCIAL PERFORMANCE
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
1Barbara Gunawan
2Jihan Mawarni 1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstract
This study aims to test the influence of Corporate Social Responsibility and Good
Corporate Governance on Firm Value with Financial Performance as a Moderating
Variable. The object of this research is a manufacturing company of consumer goods
sector listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2019 which amounts to 26
companies. This research uses sampling technique that is using purposive sampling
method. The analysis tool used is Multiple Linear Regression and Moderated Regression
Analysis (MRA) using SPSS 21 software. The results of this study showed that Corporate
Social Responsibility has no effect on firm value, Corporate Governance which is proxed
with institutional ownership negatively affects the firm value, Corporate Governance
which is proxied with managerial ownership has a positive effect on the firm value,
Corporate Governance which is proxy with the remuneration committee has no effect on
the firm value, Financial Performance which is proxies by ROA is not able to strengthen
the influence of Corporate social responsibility on firm value.
Keywords : Corporate Social Responsibility; Corporate Governance; Firm Value;
Financial Performance.
JEL Classification : G30,G32,M14
Submission date : January 12, 2021 Accepted date : July 22, 2021
180 | J I P A K 2 0 2 1
1. PENDAHULUAN
Pada saat ini perkembangan dunia bisnis dan teknologi semakin pesat dan diikuti
oleh persaingan yang semakin ketat. Persaingan bisnis yang sangat kompetitif dapat
menimbulkan persaingan ketat antar perusahaan demi memenangkan persaingan pasar.
Persaingan tersebut dapat berupa persaingan barang maupun modal. Oleh karena itu,
perusahaan perlu berpikir kritis, efisien, dan efektif untuk unggul dalam bersaing.
Perusahaan berusaha agar terus berkembang serta mempunyai financial performance
yang sangat baik dan firm value yang baik, dan terus meningkat seiring berjalannya
waktu. Dalam meningkatkan firm value jangka panjang merupakan salah satu tujuan dari
sebuah perusahaan. Menurut Brigham & Houston (2006) firm value merupakan hal
penting didalam perusahaan, karena tujuan utama perusahaan ialah dapat
memaksimalkan kekayaan serta kesejahteraan shareholders dengan memaksimalkan
firm value.
Implementasi Good Corporate Governance merupakan kunci keberhasilan
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang dan bisa bersaing dengan
baik dalam bisnis global (Windah & Andono, 2013). Penerapan Good Corporate
Governance dengan konsisten akan memperkuat posisi kompetitif perusahaan,
mengelola sumber daya, memaksimalkan firm value, dan mengelola risiko secara lebih
efisien serta efektif yang dapat memperkuat kepercayaan stakeholders dan shareholders.
Fauzi & Suransi (2016) menyatakan bahwa perusahaan memastikan kepada investor
bahwa dana yang telah diinvestasikan untuk kegiatan pembiayaan dan perkembangan
perusahaan digunakan dengan tepat serta efisien, memastikan bahwa manajemen
memberikan yang maksimal untuk kepentingan perusahaan.
Untuk meningkatkan firm value dapat menggunakan perbaikan financial
performance dengan menciptakan laba yang maksimal. Menurut Sri Rahayu dan Andri
(2010) laba ialah indikator yang bisa mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban kepada shareholders dan elemen dalam menciptakan firm value.
Jika perusahaan memperoleh laba yang tinggi, maka perusahaan mampu memenuhi
kewajibannya kepada shareholders relatif tinggi. Hal tersebut dapat menjadi sinyal untuk
investor bahwa perusahaan dalam kondisi yang menguntungkan serta dapat menarik
investor untuk membeli sahamnya.
Guna meningkatkan financial performance, melindungi kepentingan stakeholders
dan meningkatkan kepatuhan terhadap Undang-Undang dan kode etik yang lazim
diterapkan dalam berbisnis, perusahaan wajib menjalankan kegiatan bisnis mereka sesuai
dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Penerapan Good Corporate
Governance menjadi perhatian penting bagi perusahaan. Hal yang sama terjadi pada
krisis ekonomi 2008, yang juga melanda Amerika Serikat (Miralles Marcelo et al., 2013);
(Ledewara & Utami, 2019). Fenomena krisis disebabkan oleh tata kelola yang buruk
sehingga mengantarkan suatu negara ke krisis keuangan. Oleh karena itu, diperlukan
Good Corporate Governance untuk membangun kepercayaan publik dan komunitas
J I P A K 2 0 2 1 | 181
internasional sebagai syarat mutlak bagi perusahaan untuk berkembang dengan baik dan
sehat.
Pentingnya Good Corporate Governance dalam perusahaan, melindungi
kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap hukum dan nilai-nilai
etika yang berlaku umum. Terkait dengan Good Corporate Governance, Corporate
Social Responsibility ialah salah satu strategi guna meningkatkan firm value dengan
membangun citra yang tepat dari sudut pandang stakeholders. Wardoyo & Veronica
(2013) menyatakan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam annual
report perusahaan dapat memperkuat citra perusahaan yang mana menjadi salah satu
pertimbangan yang diperhatikan oleh calon investor serta investor untuk memilih sebuah
investasi. Hal ini disebabkan karena anggapan mereka bahwa perusahaan memberikan
citra yang baik kepada masyarakat dan perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan
saja, akan tetapi memperhatikan masyarakat serta lingkungan sekitarnya.
Adanya risiko serta tantangan yang dihadapi oleh industri sektor barang konsumsi
yang meningkat dari waktu ke waktu sehingga pelaksanaan Good Corporate Governance
(GCG) menjadi sangat penting. Implementasi Good Corporate Governance yang
dilakukan dengan konsisten dapat memperkuat posisi kompetitif perusahaan,
memaksimalkan firm value, mengelola sumber daya dan risiko secara lebih efektif serta
efisien, yang dapat memperkuat kepercayaan shareholders dan stakeholders, sehingga
mereka bisa beroperasi serta berkembang secara berkelanjutan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengangkat judul
“Determinan Firm Value: Financial Performance Sebagai Variabel Moderating”.
Peneliti menggunakan Financial Performance sebagai variabel moderating karena
dengan adanya financial performance yang baik perusahaan diharapkan memiliki tata
kelola yang baik yang mana dapat memberikan sinyal positif bagi investor untuk
berinvestasi pada perusahaan. Dimana investasi ini sangat berguna bagi perusahaan untuk
mengembangkan perusahaan dan memiliki nilai yang tinggi. Financial performance
hadir untuk memperkuat pengaruh pengungkapan Corporate Social Resposibility
terhadap firm value. Dimana financial performance dapat diartikan sebagai prestasi yang
dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang bisa mencerminkan kemampuan
perusahaan serta tingkat kesehatan perusahaan tersebut dalam mengelola dan
mengalokasikan sumber dayanya (Kiranayanti & Erawati, 2016).
Masalah corporate governance muncul karena terjadinya pemisahan antara
kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Pemisahan ini didasarkan pada agency theory
yang dalam hal ini manajer cenderung akan meningkatkan keuntungan pribadinya
daripada tujuan perusahaan. Selain memiliki financial performance yang baik perusahaan
juga diharapkan memiliki tata kelola yang baik. Diharapkan semakin tinggi Return on
Assets yang mana merupakan rasio profitabilitas yang menggambarkan sejauh mana
kemampuan aset yang dimiliki oleh perusahaan dapat menghasilkan keuntungan
(Tandelilin, 2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah
penambahan variable kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan variabel
Good Corporate Governance Perception Index dimodifikasi menjadi komite remunerasi
182 | J I P A K 2 0 2 1
sebagai proksi dari Good Corporate Governance. Perbedaan lainnya terdapat pada
sampel dan tahun yang digunakan dalam penelitian, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan annual report perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi tahun 2016-
2019. Perusahaan yang dipilih ialah perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang
mana dilatarbelakangi bahwa perusahaan manufaktur memiliki konsekuensi klaim dari
masyarakat di lingkungan perusahaan sehingga pertanggungjawaban sosial perusahaan
sangat diperlukan.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh CSR yang diwakili
dengan Corporate Social Responsibility Disclosure Index dan Corporate Governance
yang diwakili oleh rasio kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komite
remunerasi yang mana menggunakan variabel dummy terhadap firm value yang diwaliki
dengan nilai Tobin’s Q dengan Financial Performance sebagai variabel moderating yang
diwakili dengan Return on Asset.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Agency Theory
Menurut M. Jensen & Meckling (1986) mengatakan bahwa hubungan keagenan
terjadi ketika satu atau lebih orang (principal) mempekerjakan orang lain (agen) guna
memberikan layanan serta mendelegasikan wewenang dalam decision making. Teori ini
mengasumsikan bahwa setiap manusia memiliki sifat egois yang mana mementingkan
diri sendiri. Teori ini juga menyiratkan bahwa terdapat asimetri informasi antara manajer
dengan pemilik. Manajer dalam sebuah perusahaan cenderung lebih mengetahui
informasi internal sehingga akan ada ruang informasi antara manajer dengan pemilik.
Pada dasarnya manajer harus bertanggung jawab untuk mengoptimalkan kepentingan
pemilik serta mengesampingkan kepentingan pribadi guna memaksimalkan kepentingan
perusahaan. Disisi lain pemegang saham akan fokus pada peningkatan nilai sahamnya.
Terdapat dua kepentingan yang berbeda dalam perusahaan, di mana masing-masing
pihak berusaha untuk mencapai tingkat kemakmuran yang diinginkan. Menurut Rusydi
& Martani (2014) adanya konflik kepentingan antara keduanya ini yang memicu
munculnya agency theory. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan bersama, principal
harus memberikan insentif yang sesuai guna memotivasi agen untuk melakukan
pengawasan dan mencegah situasi yang tidak diinginkan (M. C. Jensen & Meckling,
1976).
Agency theory mengasumsikan bahwa kepentingan principal dan agen berbeda-
beda, principal dapat mengatur dengan memberikan insentif kepada agen dan
menimbulkan biaya dari operasi yang dimaksudkan untuk memantau dan membatasi
operasi kepentingan pribadi agen M. C. Jensen & Meckling (1976) ; Hill & Jones (1992).
Menurut Bonazzi (2007) dengan memberikan insentif kepada agen dan memantau
kegiatan agen, principal akan memastikan bahwa agen bertindak untuk kepentingan
perusahaan.
J I P A K 2 0 2 1 | 183
Signalling Theory
Signalling Theory ialah suatu langkah yang diambil oleh perusahaan untuk
memberi sinyal atau petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan. Manajer dipandang memiliki informasi tentang perusahaan yang
tidak dimiliki oleh pihak eksternal. Signalling Theory menjelaskan juga alasan
pentingnya perusahaan untuk menyajikan informasi kepada publik. Signalling Theory
menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi
laporan keuangan pada pihak eksternal. Perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja
akan memberikan sinyal pada pasar, sehingga pasar diharapkan dapat membedakan
perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Wulandari, 2018).
Signalling Theory menunjukkan bahwa ketika financial performance sebuah
perusahaan bagus, maka manajer akan memberi tanda kepada investor, stakeholders dan
pasar dengan membuat sebuah pengungkapan, sedangkan perusahaan yang kinerjanya
buruk tidak dapat membuat pengungkapan (Yimenu & Surur, 2019). Dengan
meningkatkan pengungkapan, pemilik perusahaan menerima banyak manfaat yakni
reputasi perusahaan yang lebih baik dan meningkatnya nilai perusahaan. Sebaliknya, jika
perusahaan dengan financial performance yang buruk mungkin memilih untuk tidak
mengungkapkannya.
Perumusan Hipotesis
Corporate Social Responsibility dan Firm Value
Corporate Social Responsibility merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi firm value, hal tersebut disebabkan Corporate Social Responsibility
dianggap sebagai inti etika dalam berbisnis (Maqbool & Zameer, 2018). Penerapan
Corporate Social Responsibility diharapkan mampu meningkatkan firm value yang dapat
diketahui dari harga saham dan laba perusahaan sebagai hasil para investor yang telah
menginvestasikan saham di perusahaan. Hal tersebut berkaitan dengan signalling teory
yang mana adanya pengimplementasian CSR dapat meningkatkan firm value yang mana
ditandai dengan adanya peningkatan harga saham dan laba dari perusahaan. Beberapa
hasil penelitian mengenai Corporate Social Responsibility dan Firm Value yang
dilakukan oleh Gunawan & Utami (2016), Wirakusuma (2017), Puteri et al., (2018) dan
Saifi (2019) mengungkapkan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif
terhadap Firm Value. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Wijaya & Linawati (2015)
dan Natanagara (2015), Suhartanti & Asyik (2015), Mukhtaruddin et al., (2019)
mengungkapkan bahwa Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap
Firm Value. Dari penjelasan yang telah diuraikan tersebut maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
H1 : Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Firm Value
184 | J I P A K 2 0 2 1
Kepemilikan Institusional dan Firm Value
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh
institusi lain seperti perusahaan investasi, perusahaan asuransi, bank dan pemerintah
(Ardiyansyah, 2014). Kepemilikan institusional berperan sebagai monitoring agen yang
mana melakukan pengawasan secara optimal terhadap perilaku manajemen dalam
menjalankan perannya mengelola perusahaan. Hal tersebut berkaitan dengan agency
theory yang mana adanya kepemilikan institusional dapat meminimalisir terjadinya
manipulasi infomasi yang dilakukan oleh pihak agensi karena kepemilikan institusional
ini dapat berperan sebagai monitoring agen. Penelitian yang dilakukan oleh Suprasto
(2016), Wulandari (2018) dan Harjadi et al., (2018) yang mengungkapkan bahwa
kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap firm value. Tetapi dalam
penelitian yang dilakukan oleh Hartoyo & Suwarno (2016) mengungkapkan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap firm value. Meningkatnya
kesejahteraaan pemegang saham yang tercermin dari kenaikan harga saham,
mengindikasikan firm value mengalami peningkatan. Dari penjelasan yang telah
diuraikan tersebut maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap Firm Value
Kepemilikan Manajerial dan Firm Value
Pihak manajer akan bekerja secara maksimal guna meningkatkan profitabilitas
perusahaan (Haruman, 2008). Adanya peningkatan profit perusahaan dapat menarik
investor untuk berinvestasi dan meningkatkan harga saham, sehingga dapat
meningkatkan firm value. Berkaitan dengan agency theory yang mana adanya pihak
agensi yang bisa memaksimalkan kepentingan perusahaan maka dapat mempengaruhi
firm value dari suatu perusahaan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suhartanti
& Asyik (2015), Purnamawati et al. (2017), Satria. et al. (2017), Wulansari (2017),
Suprasto (2016), Wulandari (2018) dan Darmawan Putra (2018) menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap firm value. Tetapi dalam penelitian
yang dilakukan oleh Hartoyo & Suwarno (2016) mengungkapkan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap firm value. Dari penjelasan yang telah diuraikan
tersebut maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap Firm Value
Komite Remunerasi dan Firm Value
Menurut Ayu & Adi (2013) komite remunerasi harus mampu memberikan
penilaian secara objektif terhadap kompetensi yang dimiliki oleh calon pemangku
jabatan, sehingga besaran remunerasi yang ditetapkan sesuai dengan kontribusi yang
telah disumbangkan kepada perusahaan. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan
efektivitas dalam pengambilan keputusan perusahaan, yang secara tidak langsung akan
berimplikasi pada meningkatnya kinerja perusahaan serta nilai perusahaan (Ayu & Adi,
2013). Dengan adanya keberadaan komite remunerasi dapat menciptakan monitoring
serta pengelolaan yang lebih optimal, yang mana berkaitan dengan signalling theory yang
J I P A K 2 0 2 1 | 185
dapat menjadi sinyal untuk para investor berinvestasi di dalam perusahaan karena semua
yang melakukan monitoring serta pengelolaan telah dipilih sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Soedaryono (2011)
mengungkapkan bahwa Good Corporate Governance dengan proksi ukuran dewan
direksi, komite remunerasi dan komite nominasi berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsari (2009) yang
menggunakan variabel komite nominasi dan remunerasi menyatakan bahwa komite ini
tidak berpengaruh terhadap peningkatan firm value. Dari penjelasan yang telah diuraikan
tersebut maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H4 : Komite Remunerasi berpengaruh positif terhadap Firm Value
Financial Performance, Corporate Social Responsibility dan Firm Value
Dengan adanya pengungkapan Corporate Social Resposibility dapat memberikan
sinyal positif bagi investor untuk berinvestasi pada perusahaan. Dimana investasi ini
sangat berguna bagi perusahaan untuk mengembangkan perusahaan dan memiliki nilai
yang tinggi. Kinerja perusahaan hadir untuk memperkuat pengaruh pengungkapan
Corporate Social Resposibility terhadap nilai perusahaan. Dimana kinerja keuangan
dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu
yang bisa mencerminkan kemampuan perusahaan serta tingkat kesehatan perusahaan
tersebut dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya (Kiranayanti & Erawati,
2016). Beberapa hasil penelitian mengenai Corporate Social Resposibility dengan kinerja
keuangan Hermawan (2014) dan Putri (2015) mengungkapkan bahwa pengaruh
pengungkapan Corporate Social Resposibility berpengaruh positif terhadap financial
performance. Tetapi penelitian oleh Rosiana et al. (2013), Fauzi & Suransi (2016), dan
Wahyuni (2018) menyatakan bahwa Corporate Social Resposibility tidak memiliki
pengaruh terhadap Return of Asset. Dari penjelasan yang telah diuraikan tersebut maka
peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H5 : Financial Performance memperkuat pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Firm Value
186 | J I P A K 2 0 2 1
Model Penelitian
Gambar 1.
Model Penelitian
(Sumber: Diolah Penulis, 2020)
3. METODOLOGI
Rancangan Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini ialah perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 sampai 2019. Data
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data yang digunakan yaitu data
sekunder yang data tersebut berupa laporan keuangan tahunan (annual report) yang
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.com. Penelitian ini
menggunakan teknik Purposive Sampling dengan kriteria yang ditetapkan antara lain
perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan (annual report) berturut-turut dari
tahun 2016-2019, perusahaan yang mengungkapkan informasi terkait variabel penelitian
dan perusahaan yang memperoleh laba. Data dikumpulkan dari hasil analisis yang akan
diuji menggunakan software SPSS 21.
Definisi Operasional Variabel
Menurut Azwar (2003) definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel
yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat.
Penelitian ini terdiri dari empat variabel independen, satu variabel moderating yaitu
financial performance, dan satu variabel dependen yaitu firm value. Variabel-variabel
J I P A K 2 0 2 1 | 187
tersebut terdiri dari Corporate Social Responsibility yang diukur menggunakan angka
indeks CSR, kepemilikan institusional yang diukur menggunakan rasio antara jumlah
lembar saham yang dimiliki institusi terhadap jumlah lembar saham perusahaan yang
beredar secara keseluruhan, kepemilikan manajerial yang diukur menggunakan rasio
antara jumlah lembar saham yang dimiliki manajer terhadap jumlah lembar saham
perusahaan yang beredar secara keseluruhan, komite remunerasi yang diukur
menggunakan variabel dummy, firm value yang diukur menggunakan rasio Tobin’s Q dan
financial performance yang diukur dengan menggunakan ROA.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan alat analisis yang dengan regresi linier berganda dan
regresi model moderasi dengan basis interaksi dan uji Moderated Regression Analysis
(MRA). Penelitian ini menggunakan alat analisis linier berganda karena variabel yang
digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu. Dan menggunakan uji MRA atau lebih
dikenal dengan uji interaksi karena dalam penelitian ini terdapat variabel moderating
yaitu Financial Performance (ROA).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah purposive sampling yang
mana pengambilan sampel sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2018).
Sampel awal yang diperoleh berjumlah 104 sampel data, namun setelah diseleksi
berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka diperoleh sampel akhir sebanyak 44 sampel
data.
Tabel 1
Penentuan Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1. Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
26
2. Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang tidak mempublikasikan laporan keuangan tahunan (annual
report) berturut-turut dari tahun 2016-2019.
(3)
3. Perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi terkait tentang variabel yang
digunakan di dalam penelitian selama periode penelitian.
(1)
4. Perusahaan yang tidak memperoleh laba pada tahun 2016-2019. (11)
Perusahaan yang menjadi Sampel 11
Total Sampel 44
Sumber : Data diolah (2020)
188 | J I P A K 2 0 2 1
Statistik Deskriptif
Tabel 2
Hasil Statistik Deskriptif
N Min Max Mean Std. Deviation
Corporate Social Responsibility 44 .1978 .4945 .361143 .0817685
Kepemilikan Institusional 44 .3079 .9201 .663548 .1905144
Kepemilikan Manajerial 44 .0002 .8053 .210864 .2573066
Komite Remunerasi 44 0 1 .82 .390
Firm Value 44 .8644 3.8853 2.180536 .9881912
Financial Performance 44 .0005 .5267 .130548 .1180172
Sumber: Data diolah SPSS (2020)
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh total nilai observasi data sebanyak 44 observasi
yang tersebar dalam 4 tahun penelitian. Sepanjang periode penelitian antara tahun 2016
sampai 2019 jumlah pengungkapan CSR terendah yaitu 19,78% sedangkan jumlah
tertinggi mencapai 49,45%. Secara keseluruhan jumlah pengungkapan CSR rata-rata
seluruh perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi di BEI mencapai 36,11%
pengungkapan CSR dapat disimpulkan bahwa pengungkapan CSR pada perusahaan
observasi kurang baik karena dibawah 50%. Financial Performance sepanjang tahun
2016 sampai 2019 terlihat bahwa rata-rata yang diperoleh pada umumnya perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi di BEI adalah 13,05% relatif kecil dibanding
kepemilikan institusional, kepemilikan nonmanajerial, komite remunerasi dan firm value.
Variabel Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki nilai minimum sebesar
0,1978, nilai maksimum sebesar 0,4945 dan nilai rata-rata sebesar 0,361143 dengan
standar deviasi sebesar 0,0817685. Variabel Kepemilikan Institusional (KI) memiliki
nilai minimum sebesar 0,3079, nilai maksimum sebesar 0,9201 dan nilai rata-rata sebesar
0,663548 dengan standar deviasi sebesar 0,1905144. Variabel Kepemilikan Manajerial
(KM) memiliki nilai minimum sebesar 0,0002, nilai maksimum sebesar 0,8053 dan nilai
rata-rata sebesar 0,210864 dengan standar deviasi sebesar 0,2573066. Variabel Komite
Remunerasi (KR) memiliki nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1 dan nilai
rata-rata sebesar 0,82 dengan standar deviasi sebesar 0,390. Variabel Firm Value diukur
dengan proksi Tobin’s Q memiliki nilai minimum sebesar 0,8644, nilai maksimum
sebesar 3,8853 dan nilai rata-rata sebesar 2,180536 dengan standar deviasi sebesar
0,9881912. Variabel Financial Performance (FP) diukur dengan proksi ROA memiliki
nilai minimum sebesar 0,0005, nilai maksimum sebesar 0,5267 dan nilai rata-rata sebesar
0,130548 dengan standar deviasi sebesar 0,1180172.
Uji Normalitas
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas
Model Kolmogorof-Smirnov Asymp. Sig (2-tailed)
1 0,748 0,630
2 0,704 0,705
Sumber: Data diolah SPSS (2020)
J I P A K 2 0 2 1 | 189
Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas pada model penelitian 1 dan 2
adalah 0,630 dan 0,705. Angka tersebut menunjukkan bahwa hasil uji normalitas > 0,05
yang artinya data berdistribusi normal.
Uji Multikolonieritas
Tabel 4
Hasil Uji Multikolonieritas
Model Variabel Tolerance VIF
1 CSR 0,813 1,230
KI 0,868 1,153
KM 0,868 1,152
KR 0,848 1,179
2 CSR 0,811 1,233
KI 0,825 1,212
KM 0,784 1,276
KR 0,810 1,234
CSR*ROA 0,765 1,307
Sumber: Data diolah SPSS (2020)
Hasil dari uji multikolorienitas pada Tabel 4 menunjukkan bahwa model 1 dan 2
pada tiap variabel nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada mutikolonieritas antar variabel independen pada model 1 dan 2.
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model Variabel Sig.
1 CSR 0,290
KI 0,085
KM 0,740
KR 0,135
2 CSR 0,396
KI 0,84
KM 0,971
KR 0,217
CSR*ROA 0,278
Sumber: Data diolah SPSS (2020)
Tabel 5 menunjukkan bahwa semua variabel pada model 1 dan 2 memiliki nilai sig.
> 0,05 yang berarti variabel dari kedua model regresi bebas dari heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Tabel 6
Hasil Uji Autokorelasi
Model DW DL DU 4-DU
1 1,524 1,3263 1,7200 2,28
2 1,334 1,2769 1,7777 2,2223
Sumber: Data diolah SPSS (2020)
190 | J I P A K 2 0 2 1
Tabel 7
Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Cochrane Orcutt
Model DW DL DU 4-DU
1 1,934 1,3263 1,7200 2,28
2 1,844 1,2769 1,7777 2,2223
Sumber: Data diolah SPSS, 2020
Berdasarkan Tabel 6 terjadi autokorelasi positif pada model 1 dan 2, untuk
mengatasi masalah autokorelasi peneliti menggunakan uji cochrane orcutt. Pada Tabel 7
dapat diketahui bahwa nilai uji DurbinWatson (DW) untuk model 1 dan model 2 adalah
1,934 dan 1,844. Rumus uji autokorelasi DU < DW < 4-DU. Model 1 menunjukkan DU
= 1,7200, 4-DU = 2,28, maka 1,7200 < 1,934 < 2,28 dan pada model 2 menunjukkan DU
= 1,7777, 4-DU = 2,2223, maka 1,7777 < 1,844 < 2,2223 menyatakan bahwa data sudah
lolos uji autokorelasi atau tidak terjadi autokorelasi.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 8
Uji Koefisien Determinasi (R2)
R2 Adjusted R2
0,737 0,710
Sumber: Data diolah SPSS (2020)
Tabel 8 menunjukkan besarnya nilai Adjusted R2 sebesar 0,710. Artinya, variabel
independen yang digunakan mampu mempengaruhi variabel dependen sebesar 0,710%.
Sementara sisanya yaitu 0,29% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Uji Parsial t
Tabel 9
Uji Parsial t
Model
Unstandardized
Coefficients Sig. Keterangan
B Std. Error
1
(Constant) 3.622 .000 .000
Corporate Social
Responsibility -1.683 .134 .134 H1 ditolak
Kepemilikan Institusional -2.412 .000 .000 H2 ditolak
Kepemilikan Manajerial 3.410 .000 .000 H3 diterima
Komite Remunerasi .058 .798 .798 H4 ditolak
Sumber: Data diolah SPSS (2020)
Rumus atau persamaan yang muncul sesuai dengan hasil uji parsial t Tabel 9.
Tobin’s Q = 3,622 – 1,683 CSR – 2,412 KI + 3,410 KM + 0,058 KR + e
J I P A K 2 0 2 1 | 191
Berdasarkan Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa variabel pengungkapan CSR nilai
sig. 0,134 > 0,05 dan nilai koefisien sebesar –1,683 berarah negatif. Ini artinya variabel
Corporate Social Responsibility Disclosure Index tidak berpengaruh terhadap Firm
Value. Hal ini tidak sejalan dengan H1 yang mengungkapkan bahwa Corporate Social
Responsibility Disclosure Index berpengaruh positif terhadap Firm Value serta sekaligus
menyimpulkan H1 ditolak.
Selanjutnya menguji secara individual pengaruh variabel independen yang lainnya
yaitu Good Corporate Govarnance yang diproksi dengan kepemilikan institusional
terhadap variabel dependen yaitu firm value. Hasil uji parsial t Tabel 9 variabel
kepemilikan institusional menunjukkan nilai sig. 0,000 < 0,05 dan menghasilkan nilai
koefisien sebesar –2,412 berarah negatif. Hal ini berarti Corporate Govarnance yang
diproksi dengan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap firm value
sebagai variabel dependen. Hal ini tidak sejalan dengan H2 yang mengungkapkan bahwa
kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap firm value dengan demikian
H2 ditolak.
Selain kepemilikan institusional sebagai proksi dari Good Corporate Govarnance,
terdapat proksi yang lain yaitu kepemilikan manajerial. H3 menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap firm value. Tabel 9 variabel
kepemilikan manajerial menunjukkan nilai sig. 0,000 < 0,05 dan nilai koefisien sebesar
3,410 berarah positif. Artinya variabel Corporate Govarnance yang diproksi dengan
kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap firm value, sehingga hal ini sejalan
dengan hipotesis ketiga yang mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh positif terhadap firm value; dengan demikian H3 diterima.
Adapun proksi lain dari Corporate Govarnance yaitu komite remunerasi. H4
menyatakan bahwa komite remunerasi memiliki pengaruh positif terhadap firm value.
Tabel 9 variabel komite remunerasi menunjukkan nilai sig. 0,798 > 0,05 dan nilai
koefisien sebesar 0,058 berarah positif. Artinya variabel GCG yang diproksi dengan
komite remunerasi tidak berpengaruh terhadap firm value, sehingga hal ini tidak sejalan
dengan hipotesis keempat yang mana mengungkapkan bahwa komite remunerasi
berpengaruh positif terhadap firm value; dengan demikian H4 ditolak.
Uji Moderated Regression Analysis
Tabel 10
Uji Interaksi
Model
Unstandardized
Coefficients Sig. Keterangan
B Std. Error
1
(Constant) 2.504 .067 1.885
Corporate Social
Responsibility -1.041 .790 -.268
Financial
Performance -7.925 .501 -.679
CSR*ROA 23.680 .511 .664 H5 ditolak
Sumber: Data diolah SPSS (2020)
192 | J I P A K 2 0 2 1
Persamaan yang muncul berdasarkan hasil uji Moderated Regression Analysis Tabel 10.
Tobin’s Q = 2,504 – 1,041CSR – 7,925ROA + 23,680CSR*ROA + e
Uji interaksi pada Tabel 10 perkalian dengan variabel moderating menunjukkan
nilai sig. 0,511 > 0,05 dan nilai koefisien sebesar 23,680 berarah positif. Artinya CSR
tidak berpengaruh terhadap firm value yang dimoderasi oleh Financial Performance
(ROA). Hal ini tidak sejalan dengan H5 yang mengungkapkan bahwa Financial
Performance dapat memperkuat hubungan CSR terhadap firm value.
Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Firm Value
Berdasarkan uji regresi linier berganda yang telah dilakukan, hasil uji parsial t pada
Tabel 9 menunjukkan variabel Corporate Social Responsibility Disclosure menunjukkan
nilai sig. 0,134 > 0,05 dan nilai koefisien sebesar –1,683 berarah negatif. Ini artinya
variabel Corporate Social Responsibility Disclosure Index tidak berpengaruh terhadap
Firm Value. Hal ini tidak sejalan dengan hipotesis pertama yang mengungkapkan bahwa
Corporate Social Responsibility Disclosure Index berpengaruh positif terhadap Firm
Value serta sekaligus menyimpulkan H1 ditolak.
Pengaruh negatif yang ditimbulkan Corporate Social Responsibility Disclosure
terhadap firm value dapat disebabkan oleh sebagian investor yang beranggapan bahwa
semakin banyak Corporate Social Responsibility Disclosure yang dilakukan oleh
perusahaan dapat berdampak buruk untuk firm value. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa investor menganggap banyaknya Corporate Social Responsibility yang dilakukan
bukan suatu hal yang dapat merugikan, melainkan sebaliknya Corporate Social
Responsibility yang dilakukan dapat meningkatkan legitimasi perusahaan dimata
stakeholders. Adanya peningkatan legitimasi masyarakat terhadap perusahaan, maka bisa
dipastikan hanya sebagian kecil perusahaan mendapatkan sanksi dan kemungkinan
sedikit pula yang mendapatkan protes serta kritik dari stakeholders.
Secara teori, pengungkapan CSR seharusnya sudah menjadi pertimbangan bagi
para investor sebelum melakukan investasi, karena didalamnya mengandung informasi
terkait kegiatan sosial yang telah dilakukan oleh perusahaan. Adanya informasi tersebut
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan para investor untuk berinvestasi. Akan
tetapi, pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor tidak merespon atas
pengungkapan Corporate Social Responsibility yang telah dilakukan perusahaan.
Terdapat indikasi bahwa para investor tidak perlu melihat pengungkapan Corporate
Social Responsibility, karena terdapat jaminan yang tercantum pada Undang-Undang
Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa perusahaan pasti
melaksanakan CSR serta mengungkapkannya (Wardoyo & Veronica, 2013). Dalam
Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 apabila perusahaan tidak
melaksanakan Corporate Social Responsibility, maka perusahaan akan mendapatkan
sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan sehingga dianggap pengungkapan
J I P A K 2 0 2 1 | 193
Corporate Social Responsibility tidak memberi pengaruh terhadap nilai perusahaan
(Wardoyo & Veronica, 2013).
Semakin banyak perusahaan yang mengimplementasikan Corporate Social
Responsibility, maka akan semakin rendah nilai perusahaanya. Hal ini dikarenakan
investor juga menilai Corporate Social Responsibility dapat menyebabkan biaya ke
perusahaan, yang mana merupakan suatu bentuk pemborosan sumber daya perusahaan
(Mukhtaruddin et al., 2019). Sehingga peningkatan belanja untuk Corporate Social
Responsibility harus diikuti dengan kenaikan rasio keuangan. Peningkatan pengeluaran
perusahaan untuk CSR yang tidak diikuti oleh perubahan rasio keuangan dari perusahaan
seperti profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan, dan rasio yang berbeda
menyebabkan investor mengukur bahwa peningkatan pengeluaran untuk Corporate
Social Responsibility adalah sebuah pemborosan sumber daya perusahaan yang
menyebabkan penurunan firm value (Pramana & Mustanda, 2016).
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat menyebabkan biaya agensi
dan pemborosan biaya tambahan sumber daya perusahaan sehingga merendahkan kinerja
dan nilai perusahaan (Barnea & Rubin, 2010). Biaya-biaya agensi ini muncul karena
konflik kepentingan shareholders yang melihat peningkatan pengeluaran untuk
Corporate Social Responsibility sebagai upaya untuk meningkatkan citra positif
perusahaan yang akan berdampak pada firm value, akan tetapi dapat mengakibatkan
pemborosan sumber daya perusahaan terutama jika tidak diikuti oleh peningkatan kinerja
perusahaan yang signifikan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Barnea &
Rubin (2010), Warsini & Sixpria (2011), Retno & Priantinah (2012), Nurhayati &
Medyawati (2012) Aristo et al., (2013), Casario et al., (2014), Dian & Lidyah (2014),
Wijaya & Linawati (2015) dan Natanagara (2015), Suhartanti & Asyik (2015),
Mukhtaruddin et al., (2019) yang menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility
Disclosure Index tidak berpengaruh terhadap firm value. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa perusahaan yang melakukan Corporate Social Responsibility
Disclosure tidak berpengaruh terhadap firm value karena adanya indikasi bahwa para
investor tidak perlu melihat pengungkapan Corporate Social Responsibility, yang mana
terdapat jaminan yang tertera pada Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun
2007 yang menyatakan bahwa perusahaan pasti melaksanakan CSR serta
mengungkapkannya (Wardoyo & Veronica, 2013).
Pengaruh Corporate Governance (Kepemilikan Institusional) terhadap Firm Value
Berdasarkan uji regresi linier berganda yang telah dilakukan, hasil uji parsial t
Tabel 9 variabel kepemilikan institusional menunjukkan nilai sig. 0,000 < 0,05 dan
menghasilkan nilai koefisien sebesar –2,412 berarah negatif. Hal ini berarti Corporate
Govarnance yang diproksi dengan kepemilikan institusional berpengaruh negatif
terhadap firm value sebagai variabel dependen. Hal ini tidak sejalan dengan H2 yang
mengungkapkan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap firm value; dengan demikian H2 ditolak.
194 | J I P A K 2 0 2 1
Pengaruh negatif yang ditimbulkan kepemilikan institusional terhadap firm value
disebabkan oleh adanya kehadiran investor institusional yang mana memiliki
kepemilikan saham mayoritas yang lebih cenderung berpihak serta bekerja sama dengan
pihak manajemen untuk mendahulukan kepentingan pribadinya dibanding kepentingan
pemegang saham minoritas (Rahma, 2014). Hal tersebut merupakan sinyal negatif untuk
pihak luar karena strategi aliansi investor institusional dengan pihak manajemen yang
cenderung mengambil kebijakan perusahaan yang tidak optimal. Dampaknya tindakan
ini dapat merugikan operasional perusahaan serta investor tidak tertarik lagi untuk
menanamkan modalnya, harga saham perusahaan turun, volume perdagangan saham
menurun serta menurunnya firm value. Tindakan monitoring aktif berubah menjadi pasif
serta opportunistic ketika kepemilikan saham investor institusional semakin besar
(Soebiantoro, 2007).
Hasil ini konsisten dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahma (2014),
Hary Wisnu Purbopangestu & Subowo (2014), Hartoyo & Suwarno (2016), Fadillah
(2017), Tambalean et al. (2018), dan Siregar (2019) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap firm value. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Corporate Govarnance yang diproksi dengan kepemilikan
institusional berpengaruh negatif terhadap firm value karena adanya kehadiran investor
institusional yang mana memiliki kepemilikan saham mayoritas yang lebih cenderung
berpihak serta bekerja sama dengan pihak manajemen untuk mendahulukan kepentingan
pribadinya dibanding kepentingan pemegang saham minoritas (Rahma, 2014).
Pengaruh Corporate Governance (Kepemilikan Manajerial) terhadap Firm Value
Berdasarkan uji regresi linier berganda yang telah dilakukan, H3 menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap firm value. Tabel 9 variabel
kepemilikan manajerial menunjukkan nilai sig. 0,000 < 0,05 dan nilai koefisien sebesar
3,410 berarah positif. Artinya variabel Corporate Govarnance yang diproksi dengan
kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap firm value. Sehingga hal ini sejalan
dengan hipotesis ketiga yang mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh positif terhadap firm value; dengan demikian H3 diterima.
Menurut M. C. Jensen & Meckling (1976) dalam agency theory dijelaskan bahwa
pengelolaan perusahaan dan pemisahan antara kepemilikan dapat menimbulkan agency
problems. Konflik keagenan ini terjadi disebabkan adanya kepentingan yang berbeda
antara principal dan agen untuk memaksimalkan kepentingannya masing-masing. Salah
satu cara untuk menyeimbangkan kepentingan manajamen serta shareholders ialah
dengan kepemilikan saham oleh manajerial. Apabila perusahaan berhasil, maka
manajemen akan mendapatkan manfaat langsung dan sebaliknya. Apabila perusahaan
mengalami kerugian, maka manajemen juga akan menanggung kerugian sebagai
konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Oleh karena itu, pihak manajemen
cenderung lebih giat untuk kepentingan shareholders yang notabennya dirinya sendiri.
Adanya kepemilikan manajerial maka akan meminimalkan tingkat kecurangan
pada perusahaan. Dengan demikian, kepemilikan manajerial akan menyatukan
J I P A K 2 0 2 1 | 195
kepentingan manajer dengan shareholders, hal ini akan berdampak positif dalam
peningkatan firm value. Jika nilai perusahaan meningkat maka nilai kekayaan yang
dimiliki manajerial juga akan ikut meningkat (Purnamawati et al., 2017). Apabila kondisi
suatu perusahaan pada masa mendatang dikategorikan menjanjikan atau menguntungkan,
maka akan ada banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham
dari perusahaan tersebut. Dengan demikian, harga saham naik dan nilai perusahaan akan
ikut meningkat.
Hasil ini konsisten dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhartanti &
Asyik (2015), Purnamawati et al. (2017), Satria. et al. (2017), Wulansari (2017), Suprasto
(2016), Wulandari (2018) dan Darmawan Putra (2018) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap firm value. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa variabel Corporate Govarnance yang diproksi dengan kepemilikan
manajerial berpengaruh positif terhadap firm value. Hal ini disebabkan karena banyaknya
investor yang menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan, sehingga harga
saham naik. Harga saham yang tinggi dapat mencerminkan nilai suatu perusahaan tinggi.
Pengaruh Corporate Governance (Komite Remunerasi) terhadap Firm Value
Berdasarkan uji regresi linier berganda yang telah dilakukan, H4 menyatakan
bahwa komite remunerasi memiliki pengaruh positif terhadap firm value. Tabel 9 variabel
komite remunerasi menunjukkan nilai sig. 0,798 > 0,05 dan nilai koefisien sebesar 0,058
berarah positif. Artinya variabel Good Corporate Govarnance yang diproksi dengan
komite remunerasi tidak berpengaruh terhadap firm value, sehingga hal ini tidak sejalan
dengan hipotesis keempat yang mana mengungkapkan bahwa komite remunerasi
berpengaruh positif terhadap firm value; dengan demikian H4 ditolak.
Adanya komite remunerasi dapat memicu adanya biaya yang lebih besar yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan dan dapat menurunkan laba perusahaan (Murwaningsari et
al., 2009). Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menentukan besaran imbalan
anggota komite remunerasi cukup besar yang mana anggota komite remunerasi harus
memiliki keahlian dalam bidang sumber daya manusia yang diharapkan mampu menilai
direksi dan dewan komisaris agar tetap memenuhi sesuai dengan prinsip dasar GCG yaitu
accountability, transparency, independency, responsibilitas dan fairness, sehingga dapat
berlaku profesional dan objektif. Oleh karena itu, biaya yang lebih besar tersebut akan
cenderung dapat menurunkan firm value.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsari et al.
(2009) yang menyatakan bahwa komite remunerasi tidak berpengaruh terhadap firm
value. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Good Corporate Govarnance
yang diproksi dengan komite remunerasi tidak berpengaruh terhadap firm value. Hal ini
disebabkan karena dapat memicu biaya yang lebih besar yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan.
196 | J I P A K 2 0 2 1
Pengaruh Corporate Social Responsibility yang di Moderasi oleh Financial
Performance (ROA) Terhadap Firm Value
Hasil uji Moderated Regression Analysis (MRA) perkalian dengan variabel
moderating menunjukkan nilai sig. 0,511 > 0,05 dan nilai koefisien sebesar 23,680
berarah positif. Artinya CSR tidak berpengaruh terhadap firm value yang dimoderasi oleh
Financial Performance (ROA). Hal ini tidak sejalan dengan H5 yang mengungkapkan
bahwa Financial Performance dapat memperkuat hubungan CSR terhadap firm value,
dengan demikian H5 ditolak.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh perusahaan
dapat menurunkan firm value ketika kinerja keuangan suatu perusahaan rendah. Ketika
kinerja keuangan suatu perusahaan rendah yang menunjukkan prospek perusahaan yang
kurang baik, sehingga investor akan merespon negatif dan firm value akan menurun
karena perusahaan dinilai semakin buruk di mata investor (Almilia, 2007).
Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba menurun, maka diikuti
dengan harga saham yang akan menurun pula. Dengan demikian semakin rendah rasio
ini maka akan memperburuk posisi perusahaan yang berarti, semakin kecil kemampuan
perusahaan untuk menutupi investasi yang digunakan. Hal ini dapat memungkinkan
perusahaan untuk tidak dapat membiayai investasi dari dana yang berasal dari sumber
internal yang tersedia dalam laba ditahan, sehingga informasi yang tercantum dalam
Return on Assets akan menjadi nilai negatif bagi investor serta bisa menurunkan firm
value (Fauzi & Suransi, 2016).
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Rosiana et al.
(2013), Fauzi & Suransi (2016), dan Wahyuni (2018) yang menyatakan bahwa Financial
Performance (ROA) tidak dapat memperkuat pengaruh CSR terhadap firm value. Dapat
disimpulkan bahwa jika perusahaan memiliki kinerja keuangannya rendah, maka
pengungkapan CSR nya cenderung rendah karena akan mempengaruhi ROA yang mana
dapat menurunkan nilai perusahaan dimana investor akan merespon negatif diikuti
dengan penurunan harga saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pengungkapan CSR
mampu menurunkan firm value pada saat kinerja keuangannya rendah.
5. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate social responsibility
dan corporate governance terhadap firm value dengan financial performance sebagai
variabel moderating. Berdasarkan data yang diperoleh mapun hasil analisis yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Corporate Social
Responsibility tidak berpengaruh terhadap firm value, (2) Corporate Governance yang
diproksi kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap firm value, (3)
Corporate Governance yang diproksi dengan kepemilikan manajerial berpengaruh
positif terhadap firm value, (4) Corporate Governance yang diproksi dengan komite
J I P A K 2 0 2 1 | 197
remunerasi tidak berpengaruh terhadap firm value, (5) Financial Performance tidak dapat
memperkuat pengaruh positif Corporate Social Responsibility terhadap Firm Value
Implikasi
Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa semakin tinggi nilai perusahaan
maka pengungkapan Corporate Social Responsibility dan tata kelola oleh perusahaan
akan semakin tinggi. Hal ini akan menimbulkan beberapa dampak ada yang berdampak
positif ataupun negatif. Untuk itu, dalam pelaksanaan setiap kegiatan CSR ataupun dalam
tata kelola perusahaan harus melibatkan berbagai pihak, baik pihak internal maupun
pihak eksternal perusahaan agar dapat menciptakan kesejahteraan bagi semua pihak.
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka saran
bagi penelitian selanjutnya: (1) Untuk penelitian selanjutnya diharapkan memperpanjang
masa periode penelitian agar memperoleh hasil penelitian yang lebih baik dan
menyeluruh; (2) Untuk penelitian selanjutnya hendaknya tidak dibatasi pada perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi saja, tetapi seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI;
(3)Untuk penelitian selanjutnya diharapkan bisa menambah proksi variabel Corporate
Governance. Adapun saran bagi perusahaan manufaktur yaitu: (1) Sebaiknya semua
perusahaan membuat laporan keberlanjutan perusahaan (sustainability reporting) untuk
memudahkan pengungkapan tanggung jawab sosial; (2) Masih terdapat beberapa
perusahaan yang pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) kurang dari 50%,
sehingga harus ditingkatkan dengan cara melaporkan item-item Corporate Social
Responsibility yang bejumlah 91 item, sehingga dengan Corporate Social Responsibility
Disclosure Index yang lebih tinggi diharapkan firm value menjadi lebih tinggi lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, L. S. & D. W. (2007). Pengaruh Environmental Performance Dan
Environmental Disclosure Terhadap Economic Performance. Jurnal Informasi,
Perpajakan, Akuntansi, Dan Keuangan Publik.
https://doi.org/10.25105/jipak.v9i2.4530
Ardiyansyah, M. (2014). Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Profitabilitas
Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang
Konsumsi yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2013. Jurnal Umrah.
Aristo, Y., Leon, B., Akuntansi, P., Ekonomi, F., & Bhayangkara, U. (2013). Analisis
Perhitungan Variabel-Variabel Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan Yang Menggunakan Metode Rasio
Tobin ’ S Q. Jurnal Akuntansi UBHARA, 72–88.
Ayu, P., & Adi, W. (2013). Karakteristik Good Corporate Governance Dan Kinerja
Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi, 2(3), 594–613.
198 | J I P A K 2 0 2 1
Barnea, A., & Rubin, A. (2010). Center for Responsible Business Conflict Between
Owners Corporate Social Responsibility as a Con fl ict between Owners. Journal
of Business Ethics, April, 1–36.
Bonazzi, L., & Islam, S. M. N. (2007). Agency theory and corporate governance. Journal
of Modelling in Management.
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2006). Dasar-dasar manajemen keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Casario, T. K., Nurhayati, N., & Sukarmanto, E. (2014). Pengaruh Good Corporate
Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Bergerak Di Bidang
Makanan Dan Minuman Periode 2011-2013). E-Jurnal Akuntansi, 1(2004), 6561.
Darmawan Putra, D. R. A. (2018). Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional dan
Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja dan Nilai Perusahaan. Studi Akuntansi
Dan Keuangan Indonesia, 1(1), 1–24. https://doi.org/10.21632/saki.1.1.1-24
Dian, F., & Lidyah, R. (2014). Pengaruh corporate social responsibility, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusi terhadap nilai perusahaan tambang batu bara
yang terdaftar di BEI.
Fadillah, A. R. (2017). Analisis Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan
Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perusahaan Yang
Terdaftar Di Lq45. Jurnal Akuntansi, 12(1), 37–52.
http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jak
Fauzi, A. S., & Suransi, N. K. (2016). Pengaruh GCG dan CSR terhadap Nilai Perusahaan
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Pemoderasi. InFestasi (Jurnal Bisnis Dan
Akuntansi), 12(1), 1–19.
Gunawan, B., & Utami, S. S. (2016). Peran Corporate Social Responsibility dalam Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 7(2), 174–185.
https://doi.org/10.23917/reaksi.v7i2.2616
Harjadi, D., Fajarwati, N., & Fatmasari, D. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional
dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan. Al-Amwal : Jurnal Ekonomi Dan
Perbankan Syari’ah, 10(2), 245. https://doi.org/10.24235/amwal.v10i2.3603
Hartoyo, H., & Suwarno, A. E. (2016). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Dan Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Empiris: Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2010-2013). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Haruman, T. (2008). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan Keuangan
Dan Nilai Perusahaan Survey pada Perusahaan Manufaktur di PT. Bursa Efek
Indonesia.
Hary Wisnu Purbopangestu dan Subowo. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai
Variabel Intervening. Accounting Analysis Journal, 3(3), 321–333.
https://doi.org/10.15294/aaj.v3i3.4202
Hermawan, S. (2014). Afiyah Nurul Maf ulah.(2014). Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan pengungkapan Corporate Social Responsibity
Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Dinamika Akuntansi, 6(2), 103–118.
Hill, C. W. L., & Jones, T. M. (1992). Stakeholder‐agency theory. Journal of
Management Studies, 29(2), 131–154.
Jensen, M. C., & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: managerial behavior, agency
costs and ownership structure En: Journal of Finance Economics. 3.
J I P A K 2 0 2 1 | 199
Jensen, M., & Meckling, W. H. (1986). Agency costs of FCF, corporate finance, and
takeovers. The American Economic Review, 76, 323–329.
Kiranayanti, I. A. E., & Erawati, N. M. A. (2016). Pengaruh Sumber Daya Manusia,
Sistem Pengendalian Intern, Pemahaman Basis Akrual Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Daerah. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16(2), 1290–1318.
Ledewara, A. F. L. N., & Utami, I. (2019). The Effect of Escalation of Commitment and
Project Risk in Resources Allocation Decision. Jurnal Akuntansi & Auditing
Indonesia, 23(1), 52–63. https://doi.org/10.20885/jaai.vol23.iss1.art6
Maqbool, S., & Zameer, M. N. (2018). Corporate social responsibility and financial
performance: An empirical analysis of Indian banks. Future Business Journal, 4(1),
84–93.
Miralles-Marcelo, J. L., Miralles-Quirós, J. L., & del Mar Miralles-Quirós, M. (2013).
Multivariate GARCH models and risk minimizing portfolios: The importance of
medium and small firms. The Spanish Review of Financial Economics, 11(1), 29–
38.
Mukhtaruddin, M., Ubaidillah, U., Dewi, K., Hakiki, A., & Nopriyanto, N. (2019). Good
Corporate Governance, Corporate Social Responsibility, Firm Value, and Financial
Performance as Moderating Variable. Indonesian Journal of Sustainability
Accounting and Management, 3(1), 55. https://doi.org/10.28992/ijsam.v3i1.74
Murwaningsari, E., Ekonomi, F., & Trisakti, U. (2009). Hubungan Corporate
Governance, Corporate Social Responsibilities dan Corporate Financial
Performance Dalam Satu Continuum. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 11(1), 30–
41. https://doi.org/10.9744/jak.11.1.pp.30-41
Natanagara, D. M. & J. (2015). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Terhadap Respon Nilai Perusahaan. Business Accounting Review, 3(2), 271–280.
Nurhayati, M., & Medyawati, H. (2012). Analisis pengaruh kinerja keuangan, good
corporate governance dan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan
yang terdaftar dalam LQ45 pada tahun 2009-2011. Jurnal Akuntansi, Idx, 1–13.
UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, (2007).
Pramana, I., & Mustanda, I. K. (2016). Pengaruh Profitabilitas dan Size Terhadap Nilai
Perusahaan Denagn CSR Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal Manajemen
Unud, 5(1), 561–594.
Purnamawati, I. G. A., Yuniarta, G. A., & Astria, P. R. (2017). Good Corporate
Governance Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan Melalui Corporate
Social Responsibility Disclosure. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 21(2), 276–
286. https://doi.org/10.26905/jkdp.v21i2.505
Puteri, F. A., Lindrianasari, L., Kesumaningrum, N. D., & Farichah, F. (2018). The Effect
of Corporate Social Performance and Financial Performance On Corporate Social
Responsibility (CSR) Disclosure As an Intervening Variable Toward Firm Value.
The Indonesian Journal of Accounting Research, 21(03), 395–422.
https://doi.org/10.33312/ijar.405
Putri, A. O. (2015). Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan
pengungkapan csr sebagai variabel pemoderasi. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen,
4(4), 1–19.
200 | J I P A K 2 0 2 1
Rahma, A. (2014). PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
KEPUTUSAN PENDANAAN DAN NILAI PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Priode 2009-
2012). PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN
PENDANAAN DAN NILAI PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Priode 2009-2012), 23(2),
45–69. https://doi.org/10.14710/jbs.23.2.45-69
Retno, R. D., & Priantinah, D. (2012). Pengaruh good corporate governance dan
pengungkapan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan (studi
empiris pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-
2010). Nominal, Barometer Riset Akuntansi Dan Manajemen, 1(2), 99–103.
Rosiana, G., Juliarsa, G., & Sari, M. M. R. (2013). Pengaruh pengungkapan CSR
terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel pemoderasi. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 5(3), 723–738.
Rusydi, M. K., & Martani, D. (2014). Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap
Aggressive Tax Avoidance. Simposium Nasional Akuntansi XVII, 24–27.
Saifi, H. S. dan M. (2019). PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi Empiris pada
Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 76(1).
https://doi.org/10.21831/nominal.v4i2.8002
Satria., M. A. J., Sunaryo., H., & ABS., M. K. (2017). PENGARUH GOOD
CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN
KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus
Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI
Tahun 2015-2017). E-Jurnal Riset Manajemen Prodi Manajemen, 51–69.
Siregar, I. G. & J. E. P. (2019). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional Dan Return On Equity Terhadap Nilai Prusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Tekstil Dan Garemnt Yang Terdaftar Di Bei Periode 2010 –
2014. Jurnal UMT.
https://repositories.lib.utexas.edu/handle/2152/39127%0Ahttps://cris.brighton.ac.
uk/ws/portalfiles/portal/4755978/Julius+Ojebode%27s+Thesis.pdf%0Ausir.salfor
d.ac.uk/29369/1/Angela_Darvill_thesis_esubmission.pdf%0Ahttps://dspace.lboro.
ac.uk/dspace-jspui/ha
Soebiantoro, U. (2007). Pengaruh struktur kepemilikan saham, leverage, faktor intern dan
faktor ekstern terhadap nilai perusahaan. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan,
9(1), 41–48.
Soedaryono, D. R. dan B. (2011). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan melalui Corporate Social Responsibility.
SRI RAHAYU, S. R., & ANDRI, A. (2010). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan
Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). UNIVERSITAS DIPONEGORO.
J I P A K 2 0 2 1 | 201
Sugiyono, D. (2018). Metode penelitian kuatintatif, kualitatif dan R & D/Sugiyono.
Bandung: Alfabeta, 15(2010).
Suhartanti, T., & Asyik, N. F. (2015). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Ilmu
Dan Riset Akuntansi, 4(8), 1–15.
Suprasto, I. A. S. P. dan B. (2016). PENGARUH TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN DAN MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
15, 667–694.
Tambalean, F. A. K., Manossoh, H., & Runtu, T. (2018). Pengaruh Kepemilikan
Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Di BEI. Jurnal Riset Akuntansi,
13(4), 465–473. https://doi.org/10.32400/gc.13.04.21255.2018
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan aplikasi. Kanisius.
Wahyuni, S. F. (2018). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi.
Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, 1(1), 109–117.
https://doi.org/10.35129/ajar.v3i01.104
Wardoyo & Veronica, T. M. (2013). Pengaruh good corporate governance, corporate
social responsibility & kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Jurnal
Dinamika Manajemen, 4(2), 132–149.
Wardoyo, & Veronica, T. M. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance, CSR dan
Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Dinamika Manajemen, 4(2),
132–149. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm
Warsini, S., & Sixpria, N. (2011). PENGARUH PENGUNGKAPAN TANGGUNG
JAWAB SOSIAL DAN PRAKTIK TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN. 10(2), 95–105.
Wijaya, A., & Linawati, N. (2015). Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.
Finesta, 3(1), 46–51.
Windah, G. C., & Andono, F. A. (2013). Pengaruh penerapan corporate governance
terhadap kinerja keuangan perusahaan hasil survei the Indonesian Institute
Perception Governance (IICG) periode 2008-2011. Calyptra, 2(1), 1–20.
Wirakusuma, N. K. A. P. S. dan M. G. (2017). Pengaruh Adverse Selection dan Negative
Framing Terhadap Kecenderungan Eskalasi Komitmen. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Dan Bisnis, 12 No. 1.
Wulandari, T. D. (2018). PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL,
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FEB, 7(1), 22–36.
Wulansari, R. & S. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan Good
Corporate Governance. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6(8), 498–527.
www.idx.co.id. (n.d.). No Title.
www.Kontan.co.id. (2019). Indeks Saham Sektor Barang Konsumsi Turun.
Yimenu, K. A., & Surur, S. A. (2019). Earning Management: From Agency and
Signalling Theory Perspective in Ethiopia. Journal of Economics, Management
and Trade, 24(6), 1–12. https://doi.org/10.9734/jemt/2019/v24i630181
202 | J I P A K 2 0 2 1