Upload
lamtu
View
218
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
“Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan
Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012- 2015”
Muhammad Saiful
130462201134
H. Achmad Uzaimi, SE.Ak., Msi
NIDN : 1001067101
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji,
Tanjungpinang.
Email : [email protected]
ABSTRACT
Muhammad Saiful, 2017: Detection Financial Statement Fraud With Analysis Fraud Triangle
On Various Industry Company Listed in Indonesia Stock Exchange
2012- 2015.
The aim of this research is to analyze the factors that influence its implications to financial
statement fraud. The stage is a multiple linear regression to test the influence of the analyze the
factors that affect financial statement fraud. The population of this research was the financial
reporting of various industry company's listed on the Indonesia Stock Exchange in 2012-2015.
The sampling technique is purposive sampling method which results for 13 samples in 2012-
2015.
The results of this research indicated that in the first regression model showed variable of
pressure is financial leverage, financial target, and capital has affect to financial statement
fraud. Meanwhile, variable of pressure is financial stability, variable of opportunity is nature of
industry, and effective monitoring, variable of rationalizatition is opinion audit do not affect
financial statement fraud on company’s.
Keywords : Financial Stability, Financial Leverage, Financial Target, Capital Turn Over,
Nature of Industry, Efective Monitoring, Audit Opini, Pressure, Opportunity,
Rationalization, Financial Statement Fraud.
Pendahuluan
Selama hampir satu dekade belakangan ini terdapat dua jenis kejahatan yang
menggemparkan dunia. Dua jenis kejahatan tersebut adalah terorisme dan kejahatan keuangan
berupa fraud (kecendrungan kecurangan akuntansi). Salah satu kejahatan fraud (kecendrungan
kecurangan akuntansi) yang sangat dikenal yaitu kasus Enron Inc (symbol saham New York
Stock Exchange) pada tahun 2001. Kebangkitan dan kemajuan Enron dapat dikatakan sangat
cepat, secepat pula dengan kejatuhannya karena melakukan tindak fraud yang membawa
kerugian kepada pemegang saham Enron, kreditur, pegawai dan rekan Enron serta pula
menjatuhkan Arthur Andersen yang menjadi Auditor Independen atas laporan keuangan Enron
yang sebenarnya Andersen saat itu merupakan kantor akuntan publik terbesar didunia. Selain
kasus Enron Inc pada tahun 2011 terjadi pula Fraud yang dilakukan Sino-forest Corp di Cina
perusahaan ini berdiri tahun 1994. Tahun 2011 dituduh melakukan fraud dan diselidiki oleh
Royal Canadian Mounted Police dan Ontarino Securities Commision. 30 Maret 2012 Sino-forest
mengajukan bangkrut di Kanada karena Sino go public di Kanada dan mengumumkan akan
dijual atau direstrukturisasi dengan hasilnya untuk membayar kreditur. Pemicunya adalah
kejatuhan harga saham Sino Juni 2011 akibat terbitnya laporan yang negatif oleh Carson Block
of Muddy Research, yang menuduh Sino-forest fraud dengan meninggikan aset dan laba, serta
penggelapan yang substansial.
Laporan keuangan diterbitkan untuk memberikan informasi keuangan mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perusahaan yang akan membantu bagi pihak pemegang
kepentingan untuk membuat suatu keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang tidak
memberikan informasi dengan benar dan akurat akan menyesatkan para pengguna laporan
keuangan dalam membuat keputusan. Akan tetapi, beberapa pihak pelaku bisnis melakukan
fraud atau kecurangan dalam laporan keuangan untuk menampilkan gambaran kondisi keuangan
yang terbaik sehingga dapat menarik keuntungan bagi perusahaan tersebut.
Penerbitan laporan keuangan secara umum bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan. Pelaporan keuangan bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan- keputusan
ekonomi serta menunjukan pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber- sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka (Ikatan Akuntan Indonesia 2007). Oleh karena itu
pelaku bisnis harus dapat memberikan informasi yang akurat dan relevan serta terbebas dari
adanya kecurangan (fraud) yang akan menyesatkan para pengguna laporan keuangan dalam
proses pengambilan keputusan.
Kecurangan (fraud) merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara disengaja dan itu
dilakukan untuk tujuan pribadi atau orang lain, dimana tindakan tersebut adalah telah
menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu atau institusi tertentu. Kecurangan ini merupakan
suatu tindakan yang sudah berada diluar koridor prinsip akuntansi yang berterima umum.
Kecurangan mencakup tindakan ilegal yang sengaja dilakukan, lalu disembunyikan, dan
memperoleh manfaat dengan melakukan pengubahan bentuk menjadi uang, kas, atau barang
berharga lainnya. Tindakan ini dilakukan baik secara internal maupun eksternal, secara sengaja,
dan disembunyikan.
Berkaitan dengan pelaporan keuangan, kecurangan diartikan sebagai tindakan yang
sengaja dilakukan yang mengakibatkan salah saji materil dalam pelaporan keuangan (Generally
Accepted Auditing Standard- GAAS, 2006 dikutip dalam Priantara 2013). Salah saji yang
terdapat dalam laporan keuangan yang curang merupakan salah saji yang disengaja untuk
menipu para pengguna laporan keuangan. Sumber dari salah saji ini meliputi manipulasi atau
pemalsuan catatan akuntansi, salah saji atau penghilang yang disengaja dari laporan keuangan,
dan/atau kesalahan penerapan prinsip akuntansi. Kecurangan pada laporan keuangan di satu sisi
dapat memberikan keuntungan bagi para pelaku bisnis karena mereka dapat melebih- lebihkan
hasil usaha (overstated) dan kondisi keuangan mereka sehingga laporan keuangan mereka
terlihat baik dalam pandangan publik. Akan tetapi, meningkatnya kecurangan laporan keuangan
laporan juga sangat merugikan publik yang sangat menggantungkan pengambilan keputusan
mereka berdasarkan laporan keuangan tersebut.
Bagaimana permainan angka laporan keuangan dapat dicurangkan, dalam aktivitasnya
perusahaan sudah dipastikan ingin mencapai tujuannya dengan sebaik- baiknya. Segala cara
mungkin dilakukan manjemen perusahaan agar tujuannya dapat tercapai. Tujuan perusahaan
yang utama tentunya adalah mencapai keuntungan yang maksimal dengan sumber daya yang
terbatas. Pada perjalanannya tujuan perusahaan mungkin tidak tercapai dengan baik, bahkan
perusahaan mungkin jadi bangkrut. Manajemen perusahaan dengan segala cara menginginkan
kinerjanya dinilai baik. Kondisi perusahaan yang tidak sehat sering kali oleh manajemen ditutupi
dengan menampilkan atau melaporkan kinerja keuangannya tetap baik. Akibat dari kondisi ini
lah manajemen berkolusi dengan akuntan agar kinerjanya tetap bisa dinilai baik oleh para calon
investor, pemilik atau pihak lain yang berkepentingan dengan kinerja perusahaan yang baik.
Akuntan yang diminta oleh manajemen seringkali melakukan permainan angka yang akan
membawa pembaca laporan keuangan menilai laporan keuangannya baik.
Terjadinya kecurangan yang tidak dapat terdeteksi, dapat memberikan efek yang
merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius dan
membawa banyak kerugian. Konsekuensinya adalah deteksi terhadap kecurangan menjadi isu
penting. Kemampuan untuk melakukan indentifikasi kecurangan secara cepat menjadi suatu
kebutuhan. Namun pendeteksian terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi (fraud) tidak
selalu mendapat titik terang karena berbagai motivasi yang mendasarinya serta banyaknya
metode untuk menilai adanya kecurangan tersebut.
Secara umum, kecurangan akan selalu terjadi jika tidak ada pencegahan dan
pendeteksian. Menurut teori Cressey (dikutip oleh Priantara et al., 2013), terdapat tiga kondisi
yang selalu hadir dalam tindakan fraud yaitu pressure, opportunity, dan rationalization yang
disebut sebagai fraud triangle.
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud
Triangle Pada Perusahaan Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2012- 2015”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan penelitian- penelitian terdahulu yang mendukung
variabel- variabel yang telah dirumuskan, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Apakah Financial Stability berpengaruh terhadap financial statement fraud?
2. Apakah Financial Leverage berpengaruh terhadap financial statement fraud?
3. Apakah Financial target berpengaruh terhadap financial statement fraud?
4. Apakah Capital berpengaruh terhadap financial statement fraud?
5. Apakah Nature of industry berpengaruh terhadap financial statement fraud?
6. Apakah Effective monitoring berpengaruh terhadap financial statement fraud?
7. Apakah Opini audit berpengaruh terhadap financial statement fraud?
8. Apakah Financial Stability, Financial Leverage, Financial Target, Capital, Nature Of
Industry, Effective monitoring, Opini Audit berpengaruh terhadap financial statement
fraud?
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kajian Pustaka
Pengertian Fraud (kecurangan)
Dalam literature akuntansi dan auditing, fraud diterjemahkan sebagai praktik
kecurangan dan fraud sering diartikan sebagai irregularity atau ketidak teraturan dan
penyimpangan. Terdapat banyak definisi dan pengertian fraud. Salah satunya adalah definisi
menurut Black Law dalam Priantara et al, (2013) yaitu :
The intentional use of deceit, a trick or some dishonest means to deprive another of his
money, property or legal right, eithers as a cause of action or as a fatal element in the action
itself.
Definisi fraud tersebut dapat diterjemahkan dan diartikan sebagai berikut:
Suatu perbuatan sengaja untuk menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau cara-
cara yang tidak jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik
orang lain baik- baik karena suatu tindakan atau dampak yang fatal dari tindakan itu sendiri.
Sedangkan fraud menurut standar the institute of internal auditors tahun 2013, yaitu :
Any illegal act characterized by deceit, concealment, or violation of trust. These acts
are not dependent upon the threat of violence or physical force. Frauds are perpetrated by
parties and organizations to obtain : money, property, or services; to advoid payment or loss of
services; or to secure personal or business advantage.
Yang dapat diartikan sebagai segala perbuatan yang dicirikan dengan pengelabuan atau
pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan uang, aset, jasa atau mencegah pembayaran atau
kerugian atau untuk menjamin keuntungan/ manfaat pribadi dan bisnis. Perbuatan ini tidak
tergantung pada ancaman kekerasan oleh pelaku terhadap orang lain.
Fraud itu sendiri sebenarnya merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh orang- orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak
lain.
Ada pula yang mendefinisikan fraud sebagai suatu tindak kesengajaan untuk
menggunakan sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk
memperoleh keuntungan pribadi. Dalam bahasa yang lebih sederhana, fraud adalah penipuan
yang disengaja. Hal ini termasuk berbohong, menipu, menggelapkan dan, mencuri. Yang
dimaksud dengan penggelapan disini adalah merubah aset/ kekayaan perusahaan yang
dipercayakan kepadanya secara tidak wajar untuk kepentingan dirinya. Dengan demikian
perbuatan yang dilakukannya adalah untuk menyembunyikan, menutupi, atau dengan cara tidak
jujur lainnya melibatkan atau meniadakan suatu perbuatan atau membuat pernyataan yang salah
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dibidang keuangan atau keuntungan
lainnya atau meniadakan suatu kewajiban bagi dirinyadan mengabaikan hak orang lain.
Fraud Triangle (Segita Fraud)
Konsep segitiga fraud (fraud triangle) saat ini digunakan secara luas dalam praktik
Akuntan publik pada Statement of Auditing Standard (SAS) No. 99. Konsep ini bertumpu pada
riset Donald Cressey (1953) dalam Diaz Priantara (2013) yang menyimpulkan bahwa fraud
mempunya tiga sifat umum.
Cressey tertarik pada pelanggar kepercayaan yakni mereka yang melanggar kepercayaan
atau amanah yang ditipkan kepada mereka. Cresseey secara khusus tertarik kepada godaan ,
karena alasan itu dalam penelitiannya, ia tidak menyertakan mereka yang memang mencari
pekerjaan dengan tujuan mencuri. Dalam perkembangan selanjutnya hipotesa ini lebih dikenal
sebagai fraud triangle.
a. Incentive/ pressure (Tekanan)
Sisi pertama dari segitiga diberi judul pressure yang merupakan dorongan orang untuk
melakukan fraud. Pada umumnya tekanan muncul karena kebutuhan atau masalah finansial, tapi
banyak juga yang hanya terdorong oleh
keserakahan. Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari suatu tekanan
kebutuhan keuangan yang mendesaknya yang menghimpit hidupnya. Adapun Cressey
menemukan enam kelompok yang menyebabkan tekanan :
1. Violation of ascribed obligation, suatu kedudukan atau jabatan dengan tanggung jawab
keuangan, membawa konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan dan juga menjadi
harapan atasan atau majikannya
2. Problems resulting from personal failure, kegagalan pribadi juga menerapkan situasi
yang dipersepsikan oleh orang yang mempunyai kedudukan yang dipercaya dalam
bidang keuangan, sebagai kesalahannya menggunakan akal sehatnya, dank arena itu
menjadi tanggung jawab pribadinya.
3. Business reversals, Cressey menyimpulkan bahwa kegagalan bisnis merupakan
kelompok situasi yang juga mengarah kepada timbulnya tekanan.
4. Physical isolation, secara bebas situasi ini dapat diterjemahkan sebagai keterpurukan
dalam kesendirian.
5. Status gaining, kebiasaan buruk yang tidak ingin mengalah.
6. Employer- employee relation, kekesalan seorang pegawai yang menduduki jabatan yang
dipegangnya namun di sisi lain ia merasa tidak memiliki pilihan.
b. Opportunity (Peluang/ Kesempatan)
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku fraud
percaya bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi. Pada dasarnya ada dua faktor yang dapat
meningkatkan adanya peluang atau kesempatan seseorang berbuat fraud yaitu :
1. Sistem pengendalian intern yang lemah, misal kurang atau tidak ada audit trail (jejak
audit) sehingga tidak dapat dilakukan penelusuran, ketidak cukupan dan ketidak
efektifan aktivas pengendalian pada area dan proses bisnis yang berisiko, sistem dan
kompetensi sumber daya manusia tidak mengimbangi kompleksitas organisasi,
kebijakan daan prosedur SDM yang kurang kondusif. Termasuk ketidaak efektifan
pengendalian adalah adanya kepercayaan berlebih yang diterima pelaku fraud dari
atasan atau pemilik perusahaan atau atasan tidak disiplin menjalankan pengawasan.
2. Tata kelola organisasi buruk seperti tidak ada komitmen yang tinggi dari suri tauladan
yang baik dari lapisan manajemen, sikap manajemen yang lalai, apatis, atau acuh tak
acuh dan gagal mendisiplinkan atau memberikan sanksi pada pelaku fraud atau
pembiaran terhadap pelaku tidak etis atau fraud, tidak mampu menilai kualitas kinerja
karena tidak punya alat atau kriteria pengukurannya, pengawasan dewan komisaris dan
komite audit tidak berjalan semestinya atau tidak berjalan semestinya atau tidak
independensi dan objektif, kode etik, regulasi, standar prosedur internal ada namun
hanya hiasan.
Dari ketiga elemen fraud triangle, kesempatan mengendalikan fraud terbesar adalah
opportunity. Organisasi seharusnya peduli serta mampu untuk membangun sebuah proses,
prosedur, dan kontrol serta tata kelola yang membuat semua personil dalam organisasi tidak
memiliki kesempatan melakukan fraud dan yang efektif dapat mendeteksi fraud jika hal itu
terjadi. Namun opportunity sangat berkaitan dengan integritas seseorang. Jika karyawan daalam
perusahaan memiliki integritas yang rendah dan perusahaan tidak menerapkan pengendalian
intern yang kuat sehinggga memunculkan kesempatan melakukan fraud maka risiko terjadinya
fraud dalam perusahaan tersebut akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.
c. Rationalization (Rasionalisasi)
Rationalization terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas aktifitasnya yang
mengandung farud. Para pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya bukan
merupakan suatu fraud tetapi adalah sesuatu yang memang merupakan haknya, bahkan kadang
pelaku merasa telah berjasa karena telah berbuat banyak untuk organisasi.
Teori lain tentang penyebab fraud dikenal dengan teori GONE oleh G. Jack Bologna
dalam Priantara (2013). Teori ini menggambarkan empat factor pendorong seseorang melakukan
fraud, yaitu greed (keserakahan), opportunity (kesempatan), need (kebutuhan), exposure
(pengungkapan).
Teori MCP merupakan singkatan dari tiga faktor yang dianggap dapat mendukung atau
memicu terjadinya fraud dalam organisasi . Teori MCP terdiri dari motives (motivasi dan motif
yang mendorong seseorang melakukan fraud), capabilities (kemampuan yang dimiliki seseorang
yang memungkinkan melakukan fraud), dan possibility of exposure (kemungkinan tindakan
fraud akan terungkap atau diketahui oleh pihak berwenang dan mendapatkan sanksi) dalam
Priantara (2013).
Faktor- Faktor Risiko Fraud
Priantara (2013), segitiga fraud dari Cressey menjadi rujukan bagi profesi Akuntan
Publik untuk merevisi pendekatan mengidentifikasi risiko dalam melaksanakan audit atas
laporan keuangan. Konsep segitiga fraud dipakai untuk menjelaskan faktor risiko fraud. Faktor-
faktor risiko yang berkaitan dengan penyajian secara salah laporan keuangan dalam nilai material
atau signifikan.
a. Insentif atau Tekanan, stabilitas keuangan atau keuntungan terancam oleh situasi dan
kondisi ekonomi, industri, politik, dan lain- lain termasuk terancam oleh situasi dan
kondisi bisnis entitas yang bersangkutan seperti atau yang diindikasikan oleh tingkat
kompetisi usaha yang sengit atau pasar berada pada titik jenuh yang diikuti oleh
penurunan marjin keuntungan, penurunan yang signifikan pada permintaan pasar, arus
kas negatif yang berulang- ulang dari operasi dan ketidak mampuan menghasilkan arus
kas dari operasi sementara entitas melaporkan keuntungan atau pertumbuhan laba.
Tekanan yang berlebihan terhadap manajemen untuk memenuhi persyaratan dan
harapan pihak ketiga. Informasi yang tersedia menunujukan bahwa situasi finansial
pribadi dewan pengarah atau manajemen terancam oleh kinerja kinerja keuangan
entitas. Adanya tekanan yang berlebihan kepada manajemen atau pegawai.
b. Peluang atau Kesempatan, sifat industri atau sifat operasionalnya entitas memberikan
peluang untuk terlibat dalam fraudulent financial reporting, pemantauan manajemen
yang tidak efektif, terdapat struktur organisasi yang tidak stabil atau kompleks,
komponen pengendalian intern kurang memadai.
c. Sikap atau Rasionalitas, factor sikap factor sikap atau rasionalitas manajemen senior,
anggota dewan pengarah (board of directors), atau pegawai yang menyebabkan mereka
terlibat atau menjustifikasi fraudulent financial reporting, mungkin merupakan hal yang
sulit atau yang tidak dapat dicurigai dengan mudah atau tidak mudah diobservasi oleh
auditor.
The M- Score
Beneish (1999) M-Score adalah model matematika yang merumuskan beberapa rasio
analisis dan terdiri dari delapan variabel untuk mengidentifikasi terjadinya penipuan keuangan
atau kecenderungan untuk terlibat dalam mendapatkan manipulasi. Dan telah diperoleh hasil
perhitungan Beneish M Score yang telah kekal (robust), dengan indikasi jika lebih dari -2,22
diklasifikasikan sebagai perusahaan manipulator, bila kurang dari -2,22 diklasifikasikan sebagai
perusahaan non-manipulator.
Beneish (Financial Analysist Journal, 1999) telah mengembangkan sebuah model untuk
mengklasifikasikan perusahaan menjadi manipulator dan non manipulator. Model ini mencakup
delapan variabel. Output dari model adalah M-score (M singkatan dari "manipulation of
earnings"), yang dapat dikonversi menjadi probabilitas bahwa laporan keuangan mengandung
penipuan.
Menurut Beneish (1999) delapan variabel yang digunakan dalam Beneish
M-Score diantaranya:
1. Days’ Sales in Receivables Index (DSRI)
Jumlah yang besar dalam days sales in receivables dapat berarti akibat dari perubahan
kebijakan kredit untuk memacu penjualan dalam menghadapi persaingan yang meningkat, tetapi
peningkatan yang tidak proporsional dalam piutang juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Jadi,
peningkatan besar dalam DSRI berkaitan dengan kemungkinan bahwa pendapatan dan
penghasilan yang dibesar-besarkan.
2. Gross Margin Index (GMI)
Ketika GMI lebih besar dari 1, margin kotor telah memburuk. Lev dan Thiagarajan dalam
Beneish (1999) menyatakan bahwa margin kotor yang buruk adalah sinyal negatif tentang
prospek perusahaan. Jadi jika perusahaan dengan prospek yang buruk lebih memungkinkan
untuk terlibat dalam manipulasi laba.
3. Asset Quality Index (AQI)
Jika nilai AQI lebih besar dari 1 mengindikasikan perusahaan memiliki
kompetensi untuk meningkatkan biaya tangguhan atau meningkatkan aset tidak berwujud dan
memanipulasi pendapatan. Jadi semakin besar AQI, mengindikasikan penurunan kualitas aset,
semakin besar kemungkinan manipulasi pendapatan.
4. Sales Growth Index (SGI)
Hasil yang lebih besar dari 1 mengindikasikan bahwa penjualan meningkat dari tahun
sebelumnya. SGI bukan merupakan indikasi manipulasi pendapatan, tetapi perusahaan yang
mengalami pertumbuhan penjualan lebih cenderung untuk melakukan manipulasi pendapatan.
5. Depreciation Index (DEPI),
Apabila DEPI lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa tingkat di mana aset yang
disusutkan berkurang-meningkatkan kemungkinan bahwa perusahaan telah merevisi perkiraan
umur manfaat aset atau mengadopsi metode baru yang meningkatkan pendapatan.
6. Sales, General and Administration Expenses Index (SGAI)
Menurut Lev dan Thiagarajan dalam Beneish (1999) jika terjadi peningkatan yang tidak
proporsional dalam penjualan akan memberikan indikasi negatif mengenai prospek perusahaan
masa mendatang.
7. Total Acrual to Total Assets (TATA)
Akrual memberikan kesempatan secara konsisten untuk melakukan kecurangan. Jadi,
hasil positif yang lebih besar berkaitan dengan potensi manipulasi laba.
8. Leverage Index (LEVI)
LVGI adalah rasio total hutang terhadap total aset pada tahun t terhadap rasio
sehubungan di tahun t - 1. LVGI lebih besar dari 1 menunjukkan peningkatan leverage. Oleh
karena itu perusahaan yang memiliki kenaikan pada leverage lebih rentan terhadap manipulasi
pendapatan.
Kerangka Pemikiran
FINANCIAL STABILITY
(ACHANGE)
FINANCIAL LEVERAGE (LEV)
FINANCIAL TARGET (ROA)
CAPITAL (CATO)
NATURE OF INDUSTRY
(RECEIVABLE)
AUDIT CHANGE
(AUDCHANGE)
FINANCIAL
STATEMENT
FRAUD
(FRAUD)
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
H8
EFFECTIVE MONITORING (IND)
Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan dari penelitian maka pengembangan
hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Financial Stability (Stabilitas Keuangan) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan
Laporan Keuangan)
Stabilitas keuangan merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan
perusahaan dari kondisi stabil. Menurut SAS No. 99, ketika stabilitas keuangan (financial
stability) terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi, manajer
menghadapi tekanan untuk melakukan financial statement fraud.
Stabilitas keuangan diproksi dengan tingkat perubahan total aset perusahaan
(ACHANGE). Aset merupakan cerminan kekayaan perusahaan yang dapat menunjukkan outlook
dari suatu perusahaan. Sebuah perusahaan dikatakan besar atau kecil dapat dilihat dari total
asetnya. Semakin banyak aset yang dimiliki, maka perusahaan itu termasuk perusahaan yang
besar dan memiliki citra yang baik. Hal tersebut tentunya menjadi daya tarik bagi para investor,
kreditur, maupun pengambil keputusan lainnya.
Sebaliknya, apabila tingkat perubahan total aset perusahaan semakin kecil atau bahkan
negatif, maka hal tersebut menandakan bahwa kondisi keuangan perusahaan tidak stabil dan
dianggap tidak mampu beroperasi dengan baik. Manajemen seringkali mendapat tekanan untuk
menunjukkan bahwa perusahaan itu telah mampu mengelola aktiva dengan baik sehingga laba
yang dihasilkannya pun juga banyak dan nanti pada akhirnya akan meningkatkan bonus yang
diterimanya dan akan menghasilkan return yang tinggi pula untuk para investor. Karena alasan
itulah, manajemen memanfaatkan laporan keuangan sebagai alat untuk menutupi kondisi
stabilitas keuangan yang buruk dengan melakukan fraud.
Penelitian yang dilakukan Tiffani et.al (2014) menunujukan bahwa persentase
perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh terhadap financial statement fraud.
Financial Leverage (Leverage Keuangan) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan
Laporan Keuangan)
Leverage merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk mendapatkan
pinjaman atau hutang dari pihak ketiga. Saat tekanan berlebihan dari pihak eksternal terjadi,
maka terdapat resiko kecurangan terhadap laporan keuangan. Menurut Arthur et al (2010)
financial leverage adalah praktek pendanaan sebagian aktiva perusahaan dengan sekuritas yang
menanggung beban pengembalian akhir bagi pemegang saham. Perusahaan yang menggunakan
leverage keuangan terjadi ketika mendanai sebagian aktivanya dengan sekuritas yang
mengandung pengembalian tetap. Hadirnya hutang dan atau saham preferen dalam struktur
keuangan perusahaan berarti ada leverage keuangan.
Financial leverage dapat mempengaruhi terjadinya kecurangan pelaporan keuangan.
Dimana kondisi financial leverage suatu perusahaan menjadi tekanan bagi pihak manajemen,
karena ketika perusahaan memiliki rasio leverage yang besar maka direksi dan manajemen
perusahaan akan memilih untuk menggunakan metode akuntansi yang akan mengecilkan rasio
leverage perusahaan dengan cara menggeser laba periode mendatang ke periode saat ini. Hal ini
dilakukan karena kreditur selalu mensyaratkan untuk mempertahankan atau mematuhi tingkat
rasio leverage. Oleh karena itu, untuk menghindari kreditur tidak memberikan pinjaman lagi atau
perusahaan (debitur) dibatasi dalam memberikan deviden terhadap pemegang saham, maka
direksi memilih metode akuntansi yang akan memperkecil rasio leverage perusahaan. Selain itu
tindakan untuk memperkecil rasio leverage dipengaruhi karena manajer merasakan adanya
tekanan sebagai akibat dari kebutuhan dalam mendapatkan tambahan hutang atau pembiayaan
ekuitas dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif.
Sebagai contoh, pendanaan yang akan digunakan untuk meningkatkan biaya riset dan
pengembanganan atau untuk perluasan pabrik dan fasilitas produksi. Christie (1990) mengatakan
bahwa leverage memiliki korelasi dengan kecenderungan perusahaan untuk melakukan
manipulasi laba. Pernyataan dari Christie (1990) tersebut didukung oleh Jones (2004) yang
menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi tidak lagi menggunakan
pinjaman sebagai sumber dananya dan akan beralih ke equity financing.
Oleh karena itu, ketika suatu perusahaan memiliki rasio leverage yang besar maka akan
menciptakan kemungkinan untuk terjadinya kecurangan pelaporan keuangan yang dilakukan
oleh direksi dan manajemen perusahaan. Financial leverage yang besar menunjukan besarnya
aktivitas perusahaan yang dibebankan kepada pihak external ataupun entitas untuk kelangsungan
berjalannya aktivitas perusahaan yang mana akan meningkatkan risiko terjadinya financial
statement fraud.
Manurung et.al (2013) menyatakan bahwa Financial Leverage berpengaruh positif
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, pernyataan tersebut didukung pula oleh
penelitian yang dilakukan Yudhanti et.al.
Financial Target (Target Keuangan) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan
Keuangan)
SAS No.99, financial target adalah risiko adanya tekanan berlebihan pada manajemen
untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen, termasuk tujuan-
tujuan penerimaan insentif dari penjualan maupun keuntungan.
Dalam menjalankan kinerjanya, manajer perusahaan dituntut untuk melakukan performa
terbaik dalam pencapaian target yang telah direncakan. ROA merupakan rasio profitabilitas yang
digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Skousen et al., 2008).
ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan dalam menentukan bonus,
kenaikan upah, dan lain-lain. Oleh karena itu, ROA digunakan sebagai proksi variabel financial
targets. ROA digunakan untuk mengukur manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba
secara keseluruhan. Perusahaan yang dapat menghasilkan ROA yang tinggi disertai dengan
peningkatan ROA dari periode ke periode selanjutnya menunjukkan kinerja perusahaan tersebut
semakin baik dari segi penggunaan asetnya. Hal ini meningkatkan daya tarik investor terhadap
saham perusahaan, sehingga harga saham meningkat.
Analisis ROA diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomi
mengukur perkembangan perusahaan dalam menghasilan laba pada masa lalu. Laba masa lalu
kemudian diproyeksikan ke masa mendatang untuk melihat kemampuan perusahaan
menghasilkan laba pada masa-masa mendatang (Skousen et al., 2009).
Berdasarkan dalam hasil penelitian yang dilakukan Manurung et.al (2013) menyatakan
bahwa financial target berpengaruh terhadap terjadinya financial statement fraud.
Capital (Modal) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan)
Capital menggambarkan tingkat kemampuan penjualan dibandingkan dengan aset
perusahaan. Persons (1999) menyatakan bahwa capital mengukur kemampuan manajemen dalam
menghadapi persaingan usaha. Persons juga menyatakan bahwa manajer dari perusahaan yang
melakukan kecurangan biasanya kurang bisa bersaing dibandingkan dengan manajer perusahaan
yang tidak melakukan kecurangan dalam memanfaatkan aset perusahaan untuk menghasilkan
pendapatan. Hal ini memberikan insentif bagi manajer tersebut untuk melakukan kecurangan
akuntansi.
Berdasarkan hasil penelitian Soselisa dan Mukhlasin (2008) ditemukan bukti empiris
bahwa variabel capital turnover secara signifikan berpengaruh terhadap kcenderungan
kecurangan akuntansi. Dalam penelitian Kara et al. (2013) menyatakan bahwa Capital Turn
Over memiliki hubungan yang berpengaruh terhadap fraudlent fianancial statement.
Nature Of Industry (Keadaan Ideal Industri) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan
Laporan Keuangan)
Nature of industry merupakaan keadaan ideal suatu perusahaan dalam industri. Pada
laporan keuangan terdapat akun- akun tertentu yang besarnya saldo ditentukan oleh perusahaan
berdasarkan suatu estimasi, misalnya akun piutang tak tertagih. Arthur et.al (2010) mencatat
ukuran investasi dalam piutang dagang tergantung pada tiga faktor : persentase penjualan kredit
terhadap penjualan total, tingkat penjualan dan kebijakan kredit serta penagihan. Namun
demikian, hanya variabel kebijakan kredit dan penagihan yang terbuka bagi manajer keuangan.
Penilaian estimasi seperti persediaan yang sudah usang dan piutang tak tertagih
memungkinkan manajemen untuk melakukan manipulasi, seperti memanipulasi umur ekonomis
aset. Hal ini sesuai dengan pendapat Summers dan Sweeney (1998, dalam Skousen et al., 2008)
akun persediaan dan piutang dapat digunakan untuk mengidentifikasi manipulasi laporan ke
uangan. Loebbecke et al., (1989 dalam Skousen et al., 2008) mengamati sejumlah penipuan
melibatkan piutang dan inventaris.
Penelitian yang dilakukan oleh Yudhanti et.al (2016) menunjukan nature of industry
memiliki pengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Piutang tak tertagih pada
perusahaan memberikan kesempatan kepada pelaku untuk melakukan kecurangan pada laporan
keuangan perusahaan.
Effective Monitoring (Keefektifan Pengawasan) dan Financial Statement Fraud
(Kecurangan Laporan Keuangan)
Priantara (2013) fraud dapat diminimalkan salah satunya dengan mekanisme
pengawasan yang baik. Dewan komisaris dipercaya dapat meningkatkan efektivitas pengawasan
perusahaan.
Sehubungan dengan keharusan bagi perusahaan untuk memiliki dewan komisaris
didalam perusahaan, maka pengukuran dewan komisaris tidak lagi diukur dengan ada tidaknya
dewan komisaris tetapi dengan proporsi perbandingan anggota dewan komisaris independen
terhadap jumlah anggota dewan komisaris
secara keseluruhan. Oleh sebab itu, effective monitoring diproksikan dengan proporsi
anggota dewan komisaris independen (IND). Berdasarkan surat edaran Bapepam nomor SE-
03/PM/2002 dinyatakan bahwa dewan komisaris terdiri dari dua orang satu diantaranya adalah
komisaris independen.
Dewan komisaris meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui:
(1) pengawasan dan bertanggung jawab atas pengawasan terhadap kebijakan pengurusan,
jalannya pengurusan pada umumnya, dan memberi nasihat kepada direksi ; (2)
menyelenggarakan RUPS ; (3) melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan itikad baik,
penuh tanggung jawab, dan kehati- hatian; (4) membentuk komite audit dan komite lainnya
untuk membantu tugas dewan komisaris; (5) melakukan evaluasi terhadap kinerja komite yang
membantu pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
Hasilnya mengidikasikan bahwa adanya dewan komisaris memiliki konsekuensi pada
laporan keuangan yaitu: (a) berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak tepat; (b)
berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan tindakan ilegal. Dari penjelasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris dapat mengurangi aktivitas earning management
salah satu bentuk kecurangan laporan keuangan.
Penelitian yang dilakukan Tiffani (2014) menunjukan bahwa effective monitoring (IND)
berpengaruh terhadap financial statement fraud. Fraud dapat diminimalkan salah satunya
dengan mekanisme pengawasan yang baik. Dewan komisaris dipercaya dapat meningkatkan
efektivitas pengawasan perusahaan. Artinya semakin besar proporsi dewan komisaris
independen, maka proses pengawasan yang dilakukannya akan semakin efektif sehingga akan
menurunkan potensi manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan.
Opini Audit dan Financial Statement Fraud(Kecurangan Laporan Keuangan)
Rasionalisasi adalah bagaimana membenarkan pikirannya dalam melakukan tindakan
kejahatan. Menurut Skousen et al. (2008) rasionalisasi adalah faktor yang sulit untuk diukur
untuk mendeteksi kecurangan seperti manajemen laba. Manajemen laba adalah proses
pembuatan keputusan manajemen yang membuka jalan terhadap dorongan atau pemahaman
manajemen atas istilah yang mungkin menuntun pada kecurangan laporan keuangan (Skousen et
al., 2009). Hanya saja auditor lebih mentolerir usaha klien untuk mengelola laba dari waktu ke
waktu. Hal ini didukung oleh pernyataan Sukirman dan Sari (2013) yaitu pihak auditor eksternal
perlu mengidentifikasi dan mempertimbangkan faktor – faktor risiko yang menyebabkan klien
audit mereka melakukan tindakan kecurangan.
Auditor dapat memberikan beberapa opini atas perusahaan yang diauditnya sesuai
dengan kondisi yang terjadi pada perusahaan tersebut. Salah satu opini auditor yang diberikan
adalah wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas. Opini tersebut merupakan bentuk
tolerir dari auditor atas manajemen laba. Hal ini memungkinkan manajemen untuk bersikap
rasionalisasi atau menganggap kesalahan yang dibuatnya tidaklah salah, dikarenakan telah
ditolerir oleh auditor melalui bahasa penjelas tersebut dalam opininya.
Penelitian yang dilakukan Anisya et.al, (2016) menunujukan Opini wajar tanpa
pengecualian dengan bahasa penjelas berpengaruh positif terhadap Fraudulent Financial
Statement.
Financial Stability (ACHANGE), Financial Leverage (LEV), Financial Target (ROA),
Capital (CATO), Nature Of Industry (RECEIVABLE), Effective Monitoring (IND), Opini
Audit (OPINI) berpengaruh terhadap financial statement fraud.
METODOLOGI PENELITIAN
Definisi Operasional Dan Pengukuran Data Variabel
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial statement fraud (kecurangan
laporan keuangan) yang diukur dengan menggunakan model Beneish M-Score. Beneish M-Score
diukur dengan menggunakan 8 (delapan) rasio keuangan untuk mengidentifikasikan apakah
perusahaan memiliki indikasi untuk memanipulasi pendapatan dalam laporan keuangan
(Beneish, 1999).
Setelah dilakukan perhitungan kedelapan rasio tersebut, kemudian diformulasikan
kedalam rumus Beneish M Score Model :
M Score = –4.84 + 0.920*DSRI + 0.528*GMI + 0.404*AQI + 0.892*SGI+ 0.115*DEPI –
0.172*SGAI + 4.679*TATA – 0.327*LEVI
1. Days’ Sales
in Receivables
Index (DSRI)
2. Gross
Margin Index
(GMI)
3. Asset
Quality Index
(AQI)
)
4. Sales
Growth Index
(SGI)
5. Depreciation
Index (DEPI),
6.Sales,
General and
Administration
Expenses
Index (SGAI)
7. Total
Acrual to Total
Assets (TATA)
8. Leverage
Index (LEVI)=
Jika Benesih M-Score lebih besar dari -2.22, dikategorikan sebagai perusahaan yang
melakukan fraud. Sedangkan jika skor lebih kecil dari -2.22, dikategorikan sebagai perusahaan
yang tidak melakukan fraud (non fraud).
Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini merupakan variabel yang dikembangkan dari
ketiga komponen fraud triangle, yaitu (1) Pressure, (2) Opportunity dan (3) Rationalization.
Variabel independen dan pengukurannya disajikan sebagai berikut :
Pressure (Tekanan)
Komponen Pressure (Tekanan) diukur melalui variabel- variabel berikut:
1. Financial Stability (Stabilitas Keuangan)
Financial Stability adalah keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan
dari kondisi stabil. Menurut SAS No. 99, ketika stabilitas keuangan (financial stability)
terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi, manajer
menghadapi tekanan untuk melakukan financial statement fraud.
Dalam penelitian ini, stabilitas keuangan diproksikan dengan rasio perubahan total aset
(ACHANGE), Aset merupakan cerminan kekayaan perusahaan yang dapat menunjukkan
outlook dari suatu perusahaan. Sebuah perusahaan dikatakan besar atau kecil dapat dilihat dari
total asetnya. Semakin banyak aset yang dimiliki, maka perusahaan itu termasuk perusahaan
yang besar dan memiliki citra yang baik. Hal tersebut tentunya menjadi daya tarik bagi para
investor, kreditur, maupun pengambil keputusan lainnya.
Dalam riset ini sebagaimana Skousen et.al (2008) melakukan perhitungan atas
perubahan total aset degan rumus berikut:
2. Financial Leverage (Leverage Keuangan)
Salah satu tekanan yang sering kali dialami manajemen perusahaan adalah kebutuhan
untuk mendapatkan tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif.
Besarnya nilai financial leverage menunjukan pihak eksternal mendanai aktivitas
perusahaan, semakin besar nilai leverage menunjukan perusahaan mampu mendapatkan
pinjaman dari pihak eksternal untuk tetap berkompetitif sehingga menjauhi manajemen dalam
melakukan financial statement fraud.
Dalam riset ini sebagaimana Skousen et al (2008) untuk menghitung leverage
menggunakan formula sebagai berikut :
3. Financial Target (Target Keuangan)
Return on Asset menurut Kamus Besar Akuntansi untuk mengukur produktivitas aktiva-
aktiva dan sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan dalam menentukan bonus,
kenaikan upah, dan lain- lain.
Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan akan menargetkan besaran tingkat laba
yang harus diperoleh atas usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut, kondisi
inilah yang dinamakan financial targets. Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba
yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan adalah dengan menggunakan ROA
karena ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
dalam riset ini sebagaimana Skousen et.al (2008) melakukan perhitungan ROA dengan
rumus sebagai berikut:
4. Capital (Modal)
Persons (1999) menyatakan bahwa Capital Turn Over (perputaran modal) mengukur
kemampuan manajemen dalam mengahadapi persaingan usaha selain itu Capital Turnover
juga menggambarkan tingkat kemampuan penjualan dibandingkan dengan aset perusahaan.
Manajer dari perusahaan yang melakukan kecurangan biasanya kurang bisa bersaing
dibandingkan dengan manajer perusahaan yang tidak melakukan kecurangan dalam
memanfaatkan aset perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.
Dalam riset ini sebagaimana Soselisa et al. (2008) mengukur besarnya Capital Turn
Over suatu perusahaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Opportunity (Peluang/ Kesempatan)
Komponen Opportunity diukur melalui variabel- variabel berikut :
1. Nature of Industry (Keadaan Ideal Industri)
Nature of Industry merupakan keadaan ideal suatu perusahaan dalam industri. Summers
dan Sweeney (1998 dalam Skousen et al., 2008) mencatat bahwa akun piutang dan persediaan
memerlukan penilaian subjektif dalam memper kirakan tidak tertagihnya piutang. Oleh karena
itu, penelitian ini menggunakan Rasio Total Receivable untuk proksi Nature Receivable.
Akun piutang memerlukan penilaian subjektif dalam memperkirakan tidak tertagihnya
piutang. Dalam riset ini sebagaimana Skousen et.al (2008) menggunakan formulasi sebagai
berikut untuk mengitung akun receivable untuk proxy Nature of Industry :
2. Effective Monitoring (Keefektifan Pengawasan)
Ineffective monitoring merupakaan keadaan dimana perusahaan tidak memiliki unit
pengawas yang efektif memantau kinerja perusahaan. Kasus kecurangan atau fraud dapat
diminalkan dengan adanya mekanisme pengawasan yang baik. Dewan komisaris independen
dipercaya dapat meningkatkan efektifitas pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan
dan pengendalian internal dan sejenisnya. Proporsi anggota dewan komisaris independen
lebih besar memiliki tingkatan yang rendah dalam terjadinya fraud Beasly et al. (2002) dalam
Skousen et al. (2009). Hal ini membuktikan bahwa proporsi anggota dewan komisaris
independen mempengaruhi tingkatan fraud pada perusahaan. Effective monitoring diproksikan
dengan IND.
Financial Statement Fraud dapat diminimalkan salah satunya dengan mekanisme
pengawasan yang baik. Dalam riset ini sebagaimana Skousen et al (2008) menggunakan
formula berikut untuk menghitung independensi komite audit yang di proxy kan untuk
Effective Monitoring adalah:
3.3.2.3 Rationalization (Rasionalisasi)
1. Opini Audit
Auditor dapat memberikan beberapa opini atas perusahaan yang diauditnya sesuai
dengan kondisi yang terjadi pada perusahaan tersebut. Salah satu opini auditor yang diberikan
adalah wajar tanpa pengecualian dengan bahasa pen jelas. Opini tersebut merupakan bentuk
tolerir dari auditor atas manajemen laba. Hal ini memungkinkan manajemen untuk bersikap
rasionalisasi atau menganggap kesalahan yang dibuatnya tidaklah salah, dikarenakan telah
ditolerir oleh auditor melalui bahasa penjelas tersebut dalam opini nya.
Apabila perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelas selama periode 2013-2015 maka diberi kode 1, dan apabila per usahaan yang mendapat
selain opini tersebut maka diberi kode 0.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peniliti untuk dipelajari, dan
kemudian ditarik suatu kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan
aneka industri yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012- 2015.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling.
Purposive sampling adalah suatu sampling dimana elemen- elemen untuk menjadi anggota
sampel berdasarkan pada pertimbangan yang tak acak, biasanya sangat subjektif” Siregar (2013).
Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria. Adapun kriteria pemilihan sampel
adalah sebagai berikut:
Kriteria Purposive Sampling
KRITERIA SAMPEL JUMLAH PERUSAHAAN
Perusahaan aneka industry yang
terdaftar di BEI berturut- turut selama
tahun 2012- 2015
41
Laporan keuangan dinyatakan tidak
dalam rupiah
(13)
Perusahaan tidak mengeluarkan annual
report secara berturut- turut selama
tahun pegamatan
(7)
Prusahaan yang melakukan fraud
selama masa penelitian
(8)
TOTAL SAMPEL 13
TOTAL DATA (n) = 13 x 4 PERIODE
= 52
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan
Uji Asumsi Klasik
Hasil Uji Normalitas Pada Model Regresi
Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov
One- Sample Kolmogrov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 52
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation 1.49423288
Most Extreme
Differences
Absolute .214
Positive .105
Negative -.214
Kolmogorov-Smirnov Z 1.543
Asymp. Sig. (2-tailed) .017
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber Output SPSS
Tabel diatas menunjukan bahwa nilai residual terdistribusi secara tidak normal dengan
nilai signifikansi yakni 0.017 < 0.05. Sehingga membuktikan bahwa analisis data tidak dapat
dilanjutkan karena residual tidak terdistribusi normal. Ini berarti menolak Hₒ dan menerima Hₐ
karena data residual tidak berdistribusi normal.
Untuk mengatasi permasalahan diatas maka digunakan data outlier, (Ghozali, 2013)
deteksi terhadap unvariate outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai batas yang akan
dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara mengkonversi nilai data kedalam score
standardized atau yang biasa disebut z-score, yang memiliki nilai means (rata- rata) sama
dengan nol dan standar deviasi sama dengan satu. Menurut Hair (1998) dalam Ghozali (2013)
untuk kasus sampel kecil (kurang dari 80), maka standar skor dengan nilai ≥ 2.5 dinyatakan
outlier.
Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov
One Sample Kolmogrov- Smirnov Test dengan Data Outlier
Unstandardized Residual
N 45
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation .95252482
Most Extreme
Differences
Absolute .110
Positive .110
Negative -.086
Kolmogorov-Smirnov Z .739
Asymp. Sig. (2-tailed) .646
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber output SPSS
Tabel diatas menunjukan bahwa nilai residual terdistribusi secara normal setelah
dilakukan outlier pada 7 data dengan nilai signifikansi yakni 0.646 > 0.05. Sehingga
membuktikan bahwa analisis data dapat dilanjutkan karena nilai residual terdistribusi normal
setelah dilakukan data outlier. Ini berarti menolak Hₐ dan menerima Hₒ karena data residual
berdistribusi normal.
Hasil Uji Multikolonieritas pada model Regresi
Tabel dibawah menunjukan bahwa variabel financial stability (ACHANGE) dengan nilai
tolerance 0.891 dan nilai VIF 1.123, variabel financial leverage (LEV) dengan nilai tolerance
0.516 dan nilai VIF 1.938, variabel financial target (ROA) dengan nilai tolerance 0.432 dan nilai
VIF 2.314, variabel capital dengan nilai tolerance (CATO) 0.410 dan nilai VIF 2.436, variabel
nature of industry (RECEIVABLE) dengan nilai tolerance 0.896 dan nilai VIF 1.116, variabel
effective monitoring (IND) dengan nilai tolerance 0.806 dan nilai VIF 1.240, variabel opini
auditor (OPINI) dengan nilai tolerance 0.842 dan nilai VIF 1.187. Hal ini menunjukan bahwa
nilai tolerance masing- masing variabel lebih dari atau sama dengan 0.10 dan nilai VIF kurang
dari atau sama dengan 10, sehingga analisis data dapat dilanjutkan karena tidak terjadi
multikolonieritas.
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
X1 .891 1.123
X2 .516 1.938
X3 .432 2.314
X4 .410 2.436
X5 .896 1.116
X6 .806 1.240
X7 .842 1.187
a. Dependent Variable: Y
Sumber output SPSS
Hasil Uji Autokorelasi pada Model Regresi
Hasil output SPSS menunjukan bahwa Nilai test adalah -0.16859 dengan probabilitas
0.544 tidak signifikan pada 0.05 yang berarti hipotesis nol diterima. Maka dapat disimpulkan
bahwa residual random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual dan penelitian
dapat dilanjutkan.
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -.16859
Cases < Test Value 22
Cases >= Test Value 23
Total Cases 45
Number of Runs 26
Z .607
Asymp. Sig. (2-tailed) .544
a. Median
Sumber output SPSS
Hasil Uji Heteroskedastisitas pada Model Regresi
Hasil Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constan
t) -2.094 2.165
-.968 .340
X1 1.212 2.506 .077 .483 .632
X2 3.313 1.947 .354 1.701 .097
X3 3.170 9.184 .079 .345 .732
X4 -.633 .964 -.153 -.657 .516
X5 -1.284 .943 -.215 -1.362 .181
X6 -.142 4.068 -.006 -.035 .972
X7 .698 .799 .142 .873 .388
a. Dependent Variable: Lnu2i
Sumber Output SPSS
Hasil tampilan output SPSS tabel diatas dengan jelas menunjukan bahwa tidak ada
satupun variabel independen yang signifikan secara statistic mempengaruhi variabel dependen
nilai Ln U2i (Ln ). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat signifikan
0.05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas
sehingga analisis dapat dilanjutkan.
Hasil Uji Hipotesis
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Berdasarkan Tabel dibawah Menunjukan secara parsial financial stability memiliki
tingkat signifikansi yakni 0.112 > 0.05 dan nilai 1.627 < 2.02619 sehingga Hₐ
ditolak dan menerima Hₒ. Maka dapat disimpulkan financial stability tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap financial statement fraud.
Berdasarkan Tabel Menunjukan secara parsial financial leverage memiliki tingkat
signifikansi yakni 0.000 < 0.05 dan nilai -5.426 > 2.02619 sehingga Hₒ ditolak dan
menerima Hₐ. maka dapat disimpulkan financial leverage berpengaruh secara signifikan terhadap
financial statement fraud.
Berdasarkan Tabel Menunjukan secara parsial financial target memiliki tingkat
signifikansi yakni 0.006 < 0.05 dan nilai -2.890 > 2.02619 sehingga Hₒ ditolak dan
menerima Hₐ. Maka dapat disimpulkan financial target berpengaruh secara signifikan terhadap
financial statement fraud.
Berdasarkan Tabel Menunjukan secara parsial capital memiliki tingkat signifikansi yakni
0.000 < 0.05 dan nilai 12.489 > 2.02619 sehingga Hₐ. diterima dan menolak Hₒ
maka dapat disimpulkan capital berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement
fraud.
Berdasarkan Tabel Menunjukan secara parsial nature of industry memiliki tingkat
signifikansi yakni 0.709 > 0.05 dan nilai -0.377 < 2.02619 sehingga Hₒ diterima
dan menolak Hₐ. maka dapat disimpulkan nature of industry tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap financial statement fraud.
Berdasarkan Tabel Menunjukan secara parsial effective monitoring memiliki tingkat
signifikansi yakni 0.557 > 0.05 dan nilai -0.593 < 2.02619 sehingga Hₒ diterima
dan menolak Hₐ. maka dapat disimpulkan financial target tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap financial statement fraud.
Berdasarkan Tabel Menunjukan secara parsial opini auditor memiliki tingkat signifikansi
yakni 0.250 > 0.05 dan nilai 1.168 < 2.02619 sehingga Hₒ diterima dan menolak
Hₐ. maka dapat disimpulkan financial target tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
financial statement fraud.
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) .038 .916 .041 .967
X1 1.725 1.060 .100 1.627 .112
X2 -4.471 .824 -.438 -5.426 .000
X3 -11.229 3.885 -.255 -2.890 .006
X4 5.096 .408 1.132 12.489 .000
X5 -.150 .399 -.023 -.377 .709
X6 -1.020 1.721 -.038 -.593 .557
X7 .395 .338 .074 1.168 .250
a. Dependent Variable: Y
Sumber Output SPSS
Hasil Uji Simultan (Uji F)
Berdasarkan tabel dibawah dapat dilihat bahwa secara simultan variabel independen
memilki signifikansi 0.000 < 0.05 dan nilai 37.102 > 2.35. Maka Hₐ diterima, jadi
secara simultan variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 280.223 7 40.032 37.102 .000b
Residual 39.921 37 1.079
Total 320.144 44
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X7, X5, X1, X2, X6, X3, X4
Sumber Output SPSS
Hasil Uji Koefisien Determinansi (Adjusted R Square)
Berdasarkan Tabel dibawah, dapat dilihat angka koefisien determinasi yakni 0.852 atau
85.2%. Hal ini menunjukan bahwa variabel independen berupa financial stability, financial
leverage, financial target, capital, nature of industry, effective monitoring, dan opini auditor
dapat menjelaskan variabel dependen financial statement fraud sebesar 85.2% dan sisanya 14.8%
dijelaskan oleh variabel- variabel lain diluar penelitian ini.
Koefisien Determinasi (Adjusted )
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .936a .875 .852 1.038727852024
a. Predictors: (Constant), X7, X5, X1, X2, X6, X3, X4
c. Dependent Variable: Y
Sumber Output SPSS
Analisis Regresi Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dua atau lebih variabel independen
dengan satu variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Perbedaan
dengan regresi linier sederhana yaitu terletak pada jumlah variabel independennya, dimana
regresi linier sederhana hanya satu variabel independen, sedangkan regresi linier berganda
menggunakan dua atau lebih variabel independen yang dimasukan kedalam model regresi.
Hasil Uji Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T
B Std. Error Beta
1
(Constant) .038 .916 .041
X1 1.725 1.060 .100 1.627
X2 -4.471 .824 -.438 -5.426
X3 -11.229 3.885 -.255 -2.890
X4 5.096 .408 1.132 12.489
X5 -.150 .399 -.023 -.377
X6 -1.020 1.721 -.038 -.593
X7 .395 .338 .074 1.168
a. Dependent Variable: Y
Sumber Output SPSS
Berdasarkan analisis hasil penelitian didapatkan semua variabel independen mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen financial statement fraud. Maka
persamaan regresi sebagai berikut :
FRAUD ( = α + β1ACHANGE + β2LEV + β3ROA + β4CATO +
β5RECEIVABLE + β6IND+ β7OPINI + ε
FRAUD = 0.038 + 1.725 ACHANGE – 4.471 LEV – 11.229 ROA + 5.096
CATO - 0.150 RECEIVABLE - 1.020 IND + 0.395 OPINI+ ε
a : Berdasarkan persamaan regresi diatas, nilai konstanta jika variabel independen
bernilai nol maka variabel dependen Y (financial statement fraud) adalah
sebesar 0.038 atau apabila tidak terdapat pengaruh dari variabel independen
atau jika X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 = 0, maka nilai variabel dependen Y
(financial statement fraud) adalah 0.038.
ACHANGE : Koefisien Regresi untuk Financial Stability (Stabilitas Keuangan).
Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel financial stability
yaitu 1.725. Nilai financial stability yang positif menunjukan adanya hubungan
searah dengan financial statement fraud yang artinya jika setiap kenaikan
ketidakstabilan keuangan perusahaan sebesar 1 satuan maka akan
meningkatkan nilai financial statement fraud sebesar 1.725, dengan asumsi
variabel independen lainnya konstan.
LEV : Koefisien Regresi untuk Financial Leverage (Leverage Keuangan)
Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel financial leverge
yaitu -4.471. Nilai financial leverage yang negatif menunjukan adanya
hubungan tidak searah dengan financial statement fraud yang artinya jika
setiap kenaikan leverage kepada perusahaan sebesar 1 satuan maka akan
menurunkan nilai financial statement fraud sebesar -4.471, dengan asumsi
variabel independen lainnya konstan.
ROA : Koefisien Regresi untuk Financial Target (Target Keuangan).
Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel financial target
yaitu -11.229. Nilai financial target yang negatif menunjukan adanya
hubungan tidak searah dengan financial statement fraud yang artinya jika
setiap kenaikan target keuangan yang diproksikan ROA perusahaan sebesar 1
satuan maka akan menurunkan nilai financial statement fraud sebesar -
11.229, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.
CATO : Koefisien Regresi untuk Capital (Modal)
Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel capital yaitu
5.063. Nilai capital yang positif menunjukan adanya hubungan searah dengan
financial statement fraud yang artinya jika setiap kenaikan capital sebesar 1
satuan maka akan meningkatkan nilai financial statement fraud sebesar 5.063,
dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.
RECEIVABLE: Koefisien Regresi untuk Nature of Industry (Keadaan Ideal Industry).
Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel nature of industry
yaitu -0.150. Nilai nature of industry yang negatif menunjukan adanya
hubungan tidak searah dengan financial statement fraud yang artinya jika
setiap kenaikan rasio perubahan dalam piutang usaha sebesar 1 satuan maka
akan menurunkan nilai financial statement fraud sebesar -0.150, dengan asumsi
variabel independen lainnya konstan.
IND : Koefisien Regresi untuk Effective Monitoring (Keefektifan Pengawasan).
Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel effective
monitoring yaitu -1.020. Nilai effective monitoring yang negatif menunjukan
adanya hubungan yang tidak searah dengan financial statement fraud yang
artinya jika setiap kenaikan effective monitoring atau penambahan dewan
komisaris independen sebesar 1 satuan maka akan menurunkan nilai financial
statement fraud sebesar -1.020, dengan asumsi variabel independen lainnya
konstan.
OPINI : Koefisien Regresi untuk Opini Auditor
Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel opini auditor yaitu
0.395. Nilai opini auditor yang positif menunjukan adanya hubungan searah
dengan financial statement fraud yang artinya jika setiap kenaikan opini
auditor berupa wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas sebesar 1
satuan maka akan meningkatkan nilai financial statement fraud sebesar -0.395,
dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.
Pembahasan dan Interpretasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis secara statistic dengan regresi
berganda, maka terdapat hal- hal yang perlu diperhatikan mengenai faktor- faktor yang
berpengaruh terhadap financial statement fraud suatu perusahaan. Berikut ini pembahasan
mengenai temuan hasil penelitian:
Financial Stability (Stabilitas Keuangan) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan
Laporan Keuangan)
Hasil pengujian regresi financial stability (ACHANGE) memilki tingkat signifikansi
yaitu 0.112 > 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa financial stability tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap financial statement fraud. Hal ini mendukung penelitian Yesiriani et.al
(2016).
Financial stability dapat tidak mempengaruhi financial statement fraud ketika
mempunyai tingkat pengawasan sangat baik yang dilakukan oleh Dewan Komisaris untuk
memonitor dan mengendalikan tindakan manajemen yang bertanggung jawab langsung terhadap
fungsi bisnis seperti keuangan, sehingga walaupun menajemen menghadapi tekanan ketika
stabilitas keuangan terancam oleh keadaaan ekonomi, industri dan situasi entitas yang beroperasi
tidak akan mempengaruhi terjadi kecurangan laporan keuangan.
Manajer menghadapi tekanan untuk melakukan financial statement fraud ketika stabilitas
keuangan (financial stability) terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang
beroperasi. Artinya dengan adanya ketidakstabilan keuangan, akan memicu terjadinya
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan manajemen. Dari total aset dapat dilihat ukuran suatu
perusahaan, dengan begitu manajer selalu berusaha untuk menampilkan laporan aset yang baik
sepanjang tahunnya. Kondisi perusahaan yang tidak stabil dapat diakibatkan oleh kinerja
manajemen yang tidak mampu memaksimalkan aset yang dimiliknya sehingga dapat
menimbulkan perubahan aset yang terlalu terlalu tinggi atau bahkan terlalu rendah pada tahun
tertentu. Jumlah aset perusahaan dimasa lalu yang kecil, dapat memotivasi perusahaan untuk
meningkatkan total asetnya, hanya saja perusahaan yang memiliki aset kecil atau memiliki aset
yang besar namun arus kas keluar juga besar, memiliki peluang untuk melakukan manipulasi
agar stabilitas perusahaannya terlihat baik. Kondisi keuangan yang stabil dapat memperkecil
risiko terjadinya kecurangan laporan keuangan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari perubahan
aset yang tidak terlalu signifikan berbeda dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat menjadi tekanan
bagi manajer untuk menampilkan kondisi perubahan aset yang stabil dan menunjukkan stabilitas
perusahaan yang terlihat baik kepada para pengguna laporan keuangan, sebagai upaya menarik
minat investor untuk menanamkan modal diperusahaannya.
Dalam penelitian yang dilakukan Tifani (2014) dan Kusumawardhani (2012) hasilnya
menyatakan bahwa financial stability berpengaruh terhadap financial statement fraud. Hal ini
dapat terjadi dikarenakan perbedaan sampel penelitian.
Financial Leverage (Leverage Keuangan) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan
Laporan Keuangan)
Hasil pengujian regresi financial leverage (LEV) memilki tingkat signifikansi yaitu 0.000
< 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa financial leverage berpengaruh secara signifikan
terhadap financial statement fraud. Hal ini mendukung penelitian Manurung et.al (2014) dan
Tifany (2014).
Tekanan yang sering dialami manajer adalah untuk mendapatkan hutang atau tambahan
modal dari pihak luar sebagai modal aktivitas perusahaan agar terlihat kompetitif dengan
perusahaan lainnya. Financial leverage (LEV) yang lebih besar dapat dikaitkan dengan
kemungkinan yang lebih kecil untuk melakukan pelanggaran dikarenakan menunjukan bahwa
manajer dapat memenuhi kebutuhan perusahaan akan tambahan modal atau hutang dari pihak
eksternal sebagai modal untuk keberlangsungan aktivitas perusahaan. Ketika memiliki total
financial leverage yang besar perusahaan memiliki kemampuan dalam membayar utang –
utangnya maka nilai leverage menjadi lebih rendah, sehingga tidak menjadi tekanan bagi
manajer melakukan fraud, namun pihak manajer perusahaan mendapatkan tekanan untuk
mencari tambahan modal lain, selain dengan perjanjian utang, memilih menerbitkan saham
kembali untuk memperoleh tambahan modal usaha dari investor tanpa harus melakukan
perjanjian utang baru yang menyebabkan beban utang perusahaan besar dan nilai leverage
perusahaan semakin rendah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa financial leverage berpengaruh signifikan
terhadap financial statement fraud, hal tersebut terjadi dikarenakan manajemen merasa tertekan
untuk mendapatkan pinjaman hutang kepada pihak luar agar perusahaan tetap dapat
berkompetitif dengan perusahaan lainnya dan meningkatkan tingkat terjadinya financial
statement fraud.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudhanti et.al (2016) dengan hasil
penelitian bahwa financial leverage tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud.
Financial Target (Target Keuangan) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan
Keuangan)
Hasil pengujian regresi financial target (ROA) memilki tingkat signifikansi yaitu 0.006
< 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa financial target berpengaruh secara signifikan terhadap
financial statement fraud. Hal ini mendukung penelitian Yesiriani (2016).
ROA aktual yang tinggi yang telah dicapai menunjukkan bahwa profitabilitas juga tinggi
yang artinya target perusahaan tercapai. Sehingga mengurangi manajemen untuk melakukan
tindakan fraud menjadi tinggi. Apabila ekspektasi untuk mempertahankan atau memperbaiki
tingkat profitabilitas masa lalu tidak dapat dipenuhi oleh kinerja aktualnya, sehingga hal ini
memberikan motivasi bagi adanya financial statement fraud.
Target keuangan (financial target) adalah resiko adanya tekanan berlebihan pada
manajemen untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen,
termasuk tujuan-tujuan penerimaan insentif dari penjualan maupun keuntungan. Semakin tinggi
target ROA yang didapatkan perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan untuk mencapai
target yang telah ditetapkan. Sebaliknya dengan adanya target keuangan ROA yang tidak
tercapai atau kecil manajer menganggap bahwa besarnya target ROA perusahaan dinilai tidak
wajar dan tidak bisa dicapai. Manajer menganggap bahwa target ROA tersebut sebagai target
keuangan yang sulit untuk dicapai sehingga besarnya target ROA memicu terjadinya kecurangan
laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen.
Hasil yang berbeda dinyatakan oleh penelitian Tifany (2014) bahwa financial target tidak
berpengaruh terhadap financial statement fraud.
Capital (Modal) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan)
Hasil pengujian regresi capital (CATO) memilki tingkat signifikansi yaitu 0.000 < 0.05.
Maka dapat disimpulkan bahwa capital berpengaruh secara signifikan terhadap financial
statement fraud. Hal ini mendukung penelitian Kara et.al (2013).
Capital Turn Over mengukur kemampuan manajemen dalam mengahadapi persaingan
usaha selain itu Capital Turnover juga menggambarkan tingkat kemampuan penjualan
dibandingkan dengan aset perusahaan. Manajer dari perusahaan yang melakukan kecurangan
biasanya kurang bisa bersaing dibandingkan dengan manajer perusahaan yang tidak melakukan
kecurangan dalam memanfaatkan aset perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.
Semakin besar nilai penjualan memberikan tekanan kepada pihak manajemen untuk lebih
meningkatkan lagi penjualan di tahun berikutnya, sehingga menyebabkan semakin tingginya
terjadi financial statement fraud yang dilakukan manajemen. Ketika suatu perusahaan tidak
dapat mempertahankan aktivitas penjualannya maka perusahaan dapat melakukan fraud dengan
cara memanfaatkan aset perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.
Pernyataan berbeda dinyatakan Soselisa (2009) dengan hasil penelitian bahwa capital
tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud.
Nature of Industry (Keadaan Ideal Industri) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan
Laporan Keuangan)
Hasil pengujian regresi nature of industry (RECEIVABLE) memilki tingkat signifikansi
yaitu 0.709 > 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa nature of industry tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap financial statement fraud. Hal ini mendukung penelitian Tifany (2014) dan
Yesirianti (2016).
Hal ini berarti menunjukkan hipotesis ditolak, karena nilai rata-rata perubahan piutang
perusahaan dari tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap perputaran kas perusahaan.
Banyaknya piutang usaha yang dimiliki perusahaan tidak mengurangi jumlah kas yang dapat
digunakan perusahaan untuk kegiatan operasionalnya sehingga rasio perubahan dalam piutang
usaha tidak memicu manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudhanti (2016), piutang tak tertagih
pada perusahaan memberikan kesempatan kepada pelaku untuk melakukan kecurangan pada
laporan keuangan perusahaan.
Effective Monitoring (Keefektifan Pengawasan) dan Financial Statement Fraud
(Kecurangan Laporan Keuangan)
Hasil pengujian regresi effective monitoring (IND) memilki tingkat signifikansi yaitu
0.557 > 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa effective monitoring tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap financial statement fraud, hal ini mendukung penelitianYesiriani et.al (2016).
Fraud dapat diminimalkan dengan pengawasan yang baik, namun dalam hal ini hipotesis
ditolak, karena kemungkinan keberadaan dewan komisaris independen akan memberikan sedikit
jaminan bahwa pengawasan perusahaan akan semakin independen dan objektif serta jauh dari
intervensi pihak- pihak tertentu. Fraud dapat diminimalkan salah satunya dengan mekanisme
pengawasan yang baik. Keberadaan dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan
merupakan suatu faktor yang signifikan dalam peningkatan pengawasan operasional perusahaan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Kusumawardhani (2012) dan Tifani (2014)
dengan hasil penelitian bahwa effective monitoring berpengaruh terhadap financial statement
fraud.
Opini Auditor dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan)
Hasil pengujian regresi opini auditor (OPINI) berupa opini wajar tanpa pengecualian
dengan bahasa penjelas memilki tingkat signifikansi yaitu 0.250 > 0.05. Maka dapat
disimpulkan bahwa opini auditor berupa opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Hal ini mendukug
penelitian Anisya et.al (2014).
Hasil dari pengujian ini adalah opini audit tidak berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement, dikarenakan tambahan bahasa penjelas dalam laporan auditor independen
adalah penjelas dari hal – hal tertentu seperti pendapat wajar yang diberikan sebagian didasarkan
atas laporan independen lain, informasi tambahan yang diharuskan Ikatan Akuntan Indonesia,
dan keadaan tertentu lainnya. Pendapat ini diberikan jika keadaan tertentu yang mengharuskan
auditor menambahkan paragraf penjelas dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi
pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Selain itu, adanya penambahan
bahasa penjelas tidak mempengaruhi materialitas dari laporan keuangan, sehingga tidak
mempengaruhi kemungkinan dilakukannya rasionalisasai atas kecurangan pada laporan
keuangan oleh pihak manajemen perusahaan.
Opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas memberikan pengaruh positif
bila manajemen merasa bahwa apa yang dilakukannya masih ditolerir oleh auditor.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Sukirman (2013) dengan hasil penelitian
bahwa opini auditor berpengaruh terhadap financial statement fraud.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara financial stability, external
pressure, financial target, capital, nature of industry, effective monitoring, dan opini auditor
terhadap financial statement fraud. Berdasarkan hasil penngujian regresi linier berganda yang
digunakan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Financial Stability berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud.
2. Financial Leverage berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement
fraud.
3. Financial Target tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement
fraud.
4. Capital berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud.
5. Nature of Industry tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement
fraud.
6. Effective Monitoring tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement
fraud.
7. Opini Auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud.
8. Secara simultan financial stability, financial leverage, financial target, capital, nature
of industry, effective monitoring dan, opini auditor memilki pengaruh secara
signifikan terhadap financial statement fraud.
DAFTAR PUSTAKA
Annisya, Mafiana. 2016. Pendeteksian Kecurangan Laporang Keuangan Menggunakan
Fraud Diamond. Universitas Lampung. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2016, Hal. 72 –
89 Vol. 23, No. 1 ISSN: 1412-3126.
Ansar, Muhammad. 2012. Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan
Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Universitas Diponogoro- Semarang.
Ardiyos. 2007. “Kamus Standar Akuntansi”. Jakarta: Citra Harta Prima.
Arthur, J. Keown dan John, D Martin. 2010. “Manajemen Keuangan: Prinsip dan
Penerapan Jilid 2”. Jakarta : Indeks
Asward, Ismalia dan Lina. 2013. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap
Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model. Universitas Pelita Harapan.
Chasandra, Nuraini.2016. Pengaruh Debt To Asset Ratio, Pertumbuhan Asset, Return On
Asset, Rasio Dewan Komisaris Independen, Dan Reputasi KAP Terhadap Financial Statement
Fraud Pada Sektor Perusahaan Aneka Industri Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-
2014. Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Christy, Issabella Marsasella, Sugito dan Abdul, Hoyyi. 2015. Penerapan Formula
Beniesh M-Score Dan Analisis Diskriminan Linier Untuk Klasifikasi Perusahaan Manipulator
Dan Nonmanipulator (Studi Kasus Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013). Universitas
Diponegoro. ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015,
Halaman 287 – 293.
Firdaus, Eka F dan Suryandari, Erni.2008. Pengaruh Faktor Kultur Organisasi,
Manajemen, Strategi, Keuangan, Auditor Dan PemerintahanTerhadap Kecendrungan
Kecurangan Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 9 No. 2, halaman: 173-188.
Ghozali, Imam.2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hery. 2013. “Teori Akuntansi Suatu Pengantar”. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Irham, Fahmi. 2012. “Analisis Laporan Keuangan”. Bandung: Alfabeta.
Kara, Suat dan Yereli, Ayse N.2013. Effectiveness of the Financial Ratios in the
Determination of the Fraudulent Financial Statements: Turkey Practice. Journal of Modern
Accounting and Auditing. ISSN 1548-6583 October 2013, Vol. 9, No. 10, 1342-1353.
Kusumawardhani, Prisca.2012. Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis
Fraud Triangle Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI. Universitas Negeri
Surabaya.
Lou, Yung-i and Ming-Long, Wang. 2009. Fraud Risk Factor of the Fraud Triangle
Assessing the Likelihood of Fradulent Financial Reporting. Journal of Business & Economics
Research Vol. 7 No. 2.
Maghfiroh, Nur ,Ardiyani, Komala dan Syafnita. 2015. Analisis Pengaruh Financial
Staability, Personal Financial Need, External Pressure, Dan Ineffective Monitoring Pada
Financial Statement Fr. Dalam Perspektif Fraud. Universitas Pekalongan. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Volume 16. Nomor 01. Maret 2015.
Manurung, Daniel T.H dan Hadian, Niki.2013. Detection Fraud Of Financial Statement
with Fraud Triangle. Proceedings of 23rd
International Business Research Conference 18- 20
November , 2013, Marriot Hotel, Melbourne, Australia, ISBN: 978-1-922069-36-8.
Martantya, Daljono. 2013. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor
Risiko Dan Peluang (Studi Kasus pada Perusahaan yang Mendapat Sanksi dari Bapepam Periode
2002-2006). DIPONEGORO JOURNAL OFACCOUNTING Volume2, Nomor2, Tahun
2013,Halaman1-12 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN(Online): 2337-
3806
Messod D, Beneish 1999. “The Detection of Earnings Manipulation”. Article in
Financial Analysts Journal, September 1999.
Mulyadi. Auditing. Buku 1 edisi 6 Jakarta: PT Salemba empat, 2004.
Nabila, Atia rahma. 2013. Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dalam Perspektif
Fraud Triangle (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2011). Universitas Dipenogoro.Skripsi.
Nooraslinda, Abdul Aris, Rohana Othman, Siti Maznah Mohd Arif, Mohamad Affendi
Abdul Malek dan Normah.2013. Fraud Detection: Benford’s Law vs Beneish Model. IEE
Symposium on Humanities, Science ang Engineering Research.
Parasmita, Ananda A.2014. Pengaruh Kefektifan Pengendalian Iternal Dan Kepuasan
Kerja Terhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi Pada Dinas Pendapatan Dan
PengelolaanAset Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Nominal/ Volume III Nomor 1.
Person, Obeua. 1999. Using Financial Information to Differentiate Failed vs Surviving
Finance Companies in Thailand: An Implication For Emerging Economies. Multinational
Finance Journal. Vol. 3. No.2. pp.127145.
Priantara, Diaz. 2013. “Fraud Auditing & Investigation”. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Riahi, Ahmed dan Belkaoul. 2006. “Buku Satu Accounting Theory Edisi Lima”. Jakarta:
Salemba Empat.
Siregar, Sofyan.2013. “Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS”. Jakarta: Prenamedia Group.
Skousen, J.C., Wright, J.C., Smith Kevin, R. 2008, “Detecting and Predicting Financial
Statement Fraud: The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99.” Advances in
Financial Economics Vol. 12 No.1.
Soselisa, Rangga dan Mukhlasin.2009. Pengaruh Faktor Kultur Organisasi, Manajemen,
Strategik, Keuangan dan Auditor Terhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi: Studi Pada
Perusahaan Publik di Indonesia. UNIKA Atmajaya- Jakarta.
Sugiyono. 2015. “Metode Penelitian Manajemen”. Bandung: Alfabeta.
Sukirman dan Maylia, Pramono Sari. 2013. Model Deteksi Kecurangan Berbasis Fraud
Triangle (Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia). Universitas Negeri Semarang.
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225
Sunyoto, Danang. 2011. “Analisis Regresi dan Uji Hipotesis” . Yogyakarta: CAPS.
Thoyibatun, Siti.2009. “Faktor- Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perlaku Tidak Etis
Dan Kecendrungan Kecuranga Akuntansi Serta Akibatnya Terhadap Kinerja Organisasi”.
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Akreditasi No. 110/DIKTI/Kep/2009 ISSN 1411-0393.
Tiffani, Laila dan Marfuah.2014”Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis
Fraud Triangle Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Universitas Islam Indonesia.
Tunggal, Amin Widjaja. 2011. “Teori Dan Kasus Kecurangan Akuntansi Dan
Keuangan”. Jakarta: Harvarindo.
Yesiariani, Merissa dan Rahayu, Isti.2016. Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Financial Statement Fraud (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010 - 2014) .Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung.
Yudhanti, Nindya Carla dan Suryandari, Erni.2016. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Indikasi Kcurangan Dalam Pelaporan Keuangan Dengan Model Fraud Diamond (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2015).Universitas Muhamaddiyah Yogyakarta.
Zakaria, Heikal Muhammad dan Nurbaiti, Anisa.2016. Pengaruh Fraud Risk Factor
Terhadap Pendeteksian Kemungkinan Fraudlent Financial Statement. Vol. 1 No.01 2016.