21
1 DAYA SAING MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN ANALISIS TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY PADA PERUSAHAAN PLANTATION DALAM MENGHADAPI AFTA (BERORIENTASI DI ASIA TENGGARA) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) YENSI ANGGRAINI Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma ABSTRACT This study measured the ability of oil palm companies in generating profits in the era globalization and to measure the competitiveness of Indonesia againts alaysia in the Oil Palm Industry. This study has the objectives: 1) To find out how much the value of Total Factor Productivity palm oil industry are listed on the Indonesia Stock Exchange with the calculation of profit margins in its ability to survive in situations of AFTA. 2) To find out how the state of competitiveness of exports of palm oil industry in Indonesia compared to Malaysia as the strongest competitor in the production of palm oil in Southeast Asia. This research uses descriptive analytical tools that reveal profit development and competitiveness in the face of AFTA. To measure a company's ability Palm generate profits by using the Net Profit Margin (NPM) and Gross Profit Margin (GPM), and measure the competitiveness of the oil palm industry using Comaparative Advanatage Revealed (RCA) in the face of competitiveness. Based on Profit Margin analysis using Revealed Comparative Advantage and the competitiveness of Indonesian palm oil industry is still weak compared with Malaysia, making Malaysia more countries outperformed the competition in the oil palm industry. The ability of oil palm companies in generating the maximum profit is also weak. Can be seen from the growth in Net Profit Margin and Gross Profit Margin company is still low. Keywords: Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), Revealed Comparative Advantage (RCA).

DAYA SAING MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN ANALISIS …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1010/1/27209020.pdf · ANALISIS TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY PADA ... 2 Bakrie Sumatera

Embed Size (px)

Citation preview

1

DAYA SAING MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN

ANALISIS TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY PADA

PERUSAHAAN PLANTATION DALAM MENGHADAPI AFTA

(BERORIENTASI DI ASIA TENGGARA) YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

YENSI ANGGRAINI

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

ABSTRACT

This study measured the ability of oil palm companies in generating profits in the

era globalization and to measure the competitiveness of Indonesia againts alaysia

in the Oil Palm Industry. This study has the objectives: 1) To find out how much

the value of Total Factor Productivity palm oil industry are listed on the

Indonesia Stock Exchange with the calculation of profit margins in its ability to

survive in situations of AFTA. 2) To find out how the state of competitiveness of

exports of palm oil industry in Indonesia compared to Malaysia as the strongest

competitor in the production of palm oil in Southeast Asia. This research uses

descriptive analytical tools that reveal profit development and competitiveness in

the face of AFTA. To measure a company's ability Palm generate profits by using

the Net Profit Margin (NPM) and Gross Profit Margin (GPM), and measure the

competitiveness of the oil palm industry using Comaparative Advanatage

Revealed (RCA) in the face of competitiveness. Based on Profit Margin analysis

using Revealed Comparative Advantage and the competitiveness of Indonesian

palm oil industry is still weak compared with Malaysia, making Malaysia more

countries outperformed the competition in the oil palm industry. The ability of oil

palm companies in generating the maximum profit is also weak. Can be seen from

the growth in Net Profit Margin and Gross Profit Margin company is still low.

Keywords: Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), Revealed

Comparative Advantage (RCA).

2

I. Pendahuluan

Dalam era globalisasi sekarang ini, perdagangan internasional merupakan

mata rantai yang saling berkaitan satu sama lainnya. Dengan berkembangnya

sistem perekonomian dunia telah membawa perubahan besar terhadap paradigma

manusia yang menyebabkan peningkatan kompetisi antar dunia. Hal tersebut

ditandai dengan adanya perdagangan bebas oleh AFTA pada tahun 2003. APEC

pada tahun 2010, dan WTO pada tahun 2020. Perusahaan-perusahaan harus mulai

berfikir secara global untuk ikut serta bermain dalam kompetisi yang semakin

tajam (www.jurnalskripsi.com). Sebagai salah satu anggota ASEAN maka

indonesia secara otomatis tergabung dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area).

AFTA (kawasan perdagangan bebas ASEAN) adalah salah satu pasar bebas yang

dibentuk untuk membebaskan segala hal yang menjadi penghambat dalam

melaksanakan transaksi perdagangan antar negara yang terhimpun dalam anggota

ASEAN. Tujuan dari AFTA adalah mengoptimalkan perdagangan antar negara di

kawasan regional (ASEAN) dan meningkatkan efisiensi dari para pelaku kegiatan

usaha sehingga dapat bersaing dipasar global (www.petra.co.id).

Dalam AFTA, peran negara dalam perdagangan sebenarnya akan direduksi

secara signifikan.Sebab, mekanisme tarif yang merupakan wewenang negara

dipangkas. Karena itu, diperlukan perubahan paradigma yang sangat signifikan,

yakni dari kegiatan perdagangan yang mengandalkan proteksi negara menjadi

kemampuan perusahaan untuk bersaing. Tidak saja secara nasional atau regional

dalam AFTA, namun juga secara global. Karena itu, kekuatan manajemen,

efisiensi, kemampuan permodalan, dan keunggulan produk menjadi salah satu

kunci keberhasilan (www.scribd.com).

Kerjasama AFTA merupakan peluang yang cukup terbuka bagi kegiatan

ekspor komoditas pertanian yang selama ini dihasilkan dan sekaligus menjadi

tantangan untuk menghasilkan komoditas yang kompetitif di pasar regional

3

AFTA. Produk Indonesia yang sudah siap menghadapi daya saing globalisasi

salah satunya adalah minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil).

Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan

produksi sebesar 20,6 juta ton yang menguasai hampir separuh dari pangsa pasar

minyak sawit dunia. Selama tiga puluh tahun terakhir, industri kelapa sawit

Indonesia berkembang cukup pesat, hingga mencapai 7,32 juta ha pada tahun

2009. Dengan luas lahan tersebut, lebih dari 80% produksi kelapa sawit nasional

merupakan komoditas ekspor dengan berbagai negara tujuan

(www.bappenas.go.id).

II. Metode Penelitian

1. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di bidang

Plantation yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis memilih industri

kelapa sawit sebagai objek penelitian penulisan skripsi ini. Dibawah ini daftar

perusahaan bergerak di bidang Plantation yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) sebagai berikut:

Tabel 1.1

Daftar Perusahaan Plantation

No Perusahaan Plantation

1 Asia Agro Lestari Plantation Tbk

2 Bakrie Sumatera Plantation Tbk

3 BW Plantation

4 Gozco Plantation Tbk

5 PP London Sumatera Tbk

6 Sampoerna Agro Tbk

7 SMART Tbk

8 Tunas Baru Lampung Tbk

Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI)

4

Tabel dibawah ini merupakan langkah untuk memilih perusahaan yang

akan menjadi objek dari penelitian dalam penulisan ini, sebagi berikut:

Tabel 1.2 Data Perusahaan

Nama

Perusahaan

Laba yang

diperoleh tahun

2009

Laba yang

diperoleh tahun

2010

Pertumbuhan

Laba Keterangan

Perusahaan

yang akan

menjadi objek

penelitian

PT. Astra Agro

Lestari 1.660.649.000.000 2.016.780.000.000 21,45% Sedang Tidak

PT.Bakrie Sumatra

Palantation 252.783.327.000 805.630.448.000 218,7% Tinggi Ya

PT.BW Plantation 167.467.085.000 243.587.564.000 45,45% Sedang Tidak

PT.Gozco

Plantation 204.385.493.454 160.797.203.284 -21,33% Turun Ya

PT. London

Sumatra 286.701.000.000 417.777.000.000 45,72% Sedang Tidak

PT. Sampoerna

Agro 281.766.208.000 451.716.811.000 60,32% Sedang Tidak

PT. Smart Tbk 748.495.000.000 1.260.513.000.000 68,41% Sedang Ya

PT. Tunas Baru

Lampung 250.954.778.000 246.663.187.000 -1,71% Turun Ya

Sumber : Annual Report dari masing-masing perusahaan

Dari 8 perusahaan yang menjadi sampel, dipilih hanya 4 perusahaan yang

mewakili penelitian ini dengan kriteria pertumbuhan laba perusahaan yang

meningkat tinggi, rendah dan pertumbuhan laba yang menurun selama 2 periode

yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2010. Data ini digunakan untuk

mengetahui seberapa besar rasio daya saing ekspor kelapa sawit tiap perusahaan,

apakah sudah ada peningkatan tiap tahunnya, sehingga perusahaan mampu

menghadapi AFTA.

Ke 4 (empat) perusahaan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia yang

menjadi objek penelitian antara lain:

1. PT. Bakrie Sumatra Plantation

2. PT. Gozco Plantation

3. PT. Smart Tbk

5

4. PT. Tunas Baru Lampung

2. Perkembangan Industri Kelapa Sawit di Indonesaia

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit

merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber

penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi

minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong

pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa

sawit. Berkembangnya sub‐sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak

lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif,

terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk

pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR‐Bun dan dalam pembukaan

wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta (www.kppu.go.id).

3. Persaingan Industri Kelapa Sawit Indonesia dengan Malaysia

Perkembangan perkebunan kelapa sawit yang pada tahun 1979/1980 seluas

289.526 Ha dan hanya diusahakan dalam bentuk usaha perkebunan besar,

kemudian berkembang sampai 5.972 Ribu Ha pada tahun 2006 setidaknya

merupakan gambaran keberhasilan kebijakan pemerintah di sektor

bersangkutan dalam percepatan pembangunan perkebunan kelapa sawit di

Indonesia.

Seiring dengan meningkatnya konsumsi dunia, ekspor CPO dalam 5 (lima)

tahun terakhir juga menunjukkan tren meningkat, rata-rata peningkatannya

adalah sebesar 11%. Eksportir terbesar di dunia didominasi oleh Malaysia dan

Indonesia, kedua negara tersebut menguasai 91% pangsa pasar ekspor dunia.

Papua Nugini berada di urutan ke 3 dengan perbedaan share yang cukup jauh

yaitu hanya berkisar 1,3% (Anonymous, 2006).

Diprediksikan peningkatan konsumsi dan ekspor ini akan terus berlanjut

bahkan dalam persentase yang lebih besar mengingat faktor yang mendukung

6

hal tersebut cukup banyak, seperti: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan

industri hilir, perkembangan energi alternatif, dan lain-lainl. Malaysia dan

Indonesia diprediksikan akan terus menjadi pemain utama dalam ekspor CPO

ini, mengingat belum ada perkembangan yang signifikan dari negara pesaing

lainnya. Bahkan Indonesia diprediksikan akan menyalip Malaysia baik dalam

produksi maupun ekspor CPO, karena didukung oleh luas lahan yang tersedia

dimana Malaysia sudah mulai terbatas.

4. Jenis dan Sumber Data

i. Data / Variabel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau data

yang dilaporkan oleh suatu badan dimana badan ini tidak langsung

mengumpulkan sendiri melainkan diperoleh dari pihak lain, yaitu berupa:

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data dalam bentuk bilangan yang dapat diukur

yang terdiri dari beberapa dokumen yang terkait dengan penilaian kinerja

keuangan. Data kuantitatif yang dikumpulkan adalah data keuangan

perusahaan yang diperoleh berupa laporan keuangan tahunan perusahaan.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur yang berupa kalimat.

Data kualitatif yang dikumpulkan berupa data umum perusahaan yang

diperoleh dari prospektus seperti : gambaran umum organisasi dan

kebijakan perusahaan.

ii. Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data eksternal. Data

eksternal umumnya disusun oleh suatu organisasi selain dilakukan oleh

perusahaan, berupa studi kepustakaan dengan mencari informasi yang relevan

dengan topik yang dibahas.

7

Sumber data dalam dalam penelitian adalah sumber data sekunder adalah

sumber data-data yang relevan dengan tujuan penelitian yang tidak langsung

dikumpulkan oleh penulis, melainkan sudah tersediah dalam bentuk dokumen-

dokumen dan laporan-laporan dari sumber-sumber di luar objek penelitian.

Data yang diperlukan adalah data keuangan tahunan perusahaan yang bergerak

di bidang Plantation dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan bidang yang diteliti maka

terdapat 2 (dua) metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian,

yaitu:

1. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan adalah mengumpulkan data-data teoritis dan

mempelajari dengan seksama teori-teori yang berkaitan langsung

dengan permasalahan yang dibahas untuk memberikan wawasan dan

landasan teori yang menjadi dasar untuk menganalisa dan menunjang

pembahasan masalah dalam penulisan skripsi.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data-data dan keterangan-

keterangan yang diperoleh berupa laporan keuangan yang berhubungan

dengan permasalahan dalam penelitian ini. Penulis mengumpulkan

data dengan cara melihat dokumen-dokumen perusahaan yang ada di

website masing-masing perusahaan.

6. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif yang merupakan suatu metode penelitian yang

mengungkapkan data dan mendeskripsikan sesuai dengan apa adanya.

Penelitian deskriptif bermaksud memaparkan suatu fenomena sebagaimana

adanya atau masalah dalam penelitian deskriptif terkait dengan situasi nyata

yang dihadapi.

8

A. Metode dan Teknik Analisis

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode dan teknik analisis

profitabilitas dengan cara membandingkan laporan laba rugi dengan

menunjukkan data absolut (jumlah dalam rupiah), kenaikkan dan penurunan

dalam jumlah rupiah, kenaikkan dan penurunan dalam persen, perbandingan

yang dinyatakan dalam rasio dan persentase dari total.

B. Alat Analisis Data

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan

Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM) dan rasio Revealed

Comparative Advantage (RCA) dengan rumus sebagai berikut:

1. Net Profit Margin (NPM)

Rasio ini menggambarkan secara relatif efisiensi perusahaan setelah

memperhatikan semua biaya dan pajak pendapatan , tetapi tidak termasuk

beban luar biasa.

Formula Net Profit Margin (NPM):

Net Profit Margin = = Net Profit After Tax

X 100 Sales

2. Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin merupakan persentase dari laba kotor (sales – cost

of goods sold) dibandingkan dengan sales. Semakin besar GPM semakin

baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa cost

of goods sold relative lebih rendah dibandingkan dengan sales (Lukman

Syamsuddin, 1985).

9

Formula Gross Profit Margin (GPM):

Gross Profit Margin = = Sales-Cost of Goods Sold

X 100 Sales

Untuk mengukur daya saing suatu komoditas, menggunakan Reveal

Comparative Advantage (RCA), Formulanya sebagai berikut:

Rasio Perbandingan RCA :

X cpo

X total x 100%

10

III Pembahasan

1. Daya Saing Kelapa Sawit Indonesia Menghadapi AFTA

Pada saat ini pengekspor kelapa sawit ada dua negara yaitu, Indonesia dan

Malaysia (www.okezone.com). Dapat diketahui Malaysia mempunyai kendala

untuk mempertahankan pangsa pasarnya dikarenakan keterbatasan lahan untuk

perluasan tanaman. Maka kemapuan Indonesia untuk menggeser pesaing semakin

besar, hal ini disebabkan oleh area perkebunan Indonesia masih bisa diperluas dan

peningkatan produktivitas per unit lahan masih terbuka.

Untuk melihat daya saing industri kelapa sawit Indonesia dapat dilihat dari sisi

penawaran (supply side) dengan melihat biaya produksi yang mencerminkan

efisiensi. Menurut laporan Bank Dunia, industri minyak kelapa sawit Indonesia

adalah industri minyak nabati yang terendah biaya produksinya setelah minyak

kedelai Argentina dan Brazil (Sato, 1997). Menurut Yuri Sato (Sato, 1997),

rendahnya biaya produksi minyak kelapa sawit Indonesia disebabkan oleh

rendahnya tingkat upah buruh di Indonesia, dan karena adanya subsidi pupuk

sehingga harga pupuk menjadi lebih murah.

Indonesia mempunyai daya saing yang kuat dalam industri CPO, bahkan

dengan Malaysia sebagai kompetitor terkuat dalam persaingan di dunia

internasional. Sehingga di antara minyak nabati lainnya, minyak sawit merupakan

minyak nabati yang paling kompetitif di pasar dunia. Apabila kita melihat peluang

Indonesia pada industri minyak nabati, khususnya minyak sawit maka dapat

dikatakan peluang yang ada sangat besar baik pada pasar internasional maupun

domestik. Minyak kelapa yang diproduksi di Indonesia dapat dikatakan stagnan.

Sehingga peran minyak kelapa dalam perdagangan internasional hampir

dikatakan tidak ada, oleh karena itu andalan Indonesia dalam perdagangan

minyak nabati di pasar internasional hanya akan bertumpu pada minyak sawit.

2. Keadaan Industri Kelapa Sawit Indonesia

11

Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang sangat penting

dalam perekonomian Indonesia. Pentingnya kelapa sawit bagi ekonomi Indonesia

bukan saja disebabkan karena kelapa sawit merupakan salah satu sumber

pendapatan devisa negara tetapi kelapasawit juga merupakan sumber makanan

bagi rakyat Indonesia yaitu sebagai bahan baku industri minyak goreng. Produksi

minyak kelapasawit Indonesia meningkat dengan tajam dari 450.000 ton pada

tahun1976 menjadi 12,11 juta ton pada tahun 2005. Indonesia merupakan

produsen kelapa sawit kedua terbesar setelah Malaysia, yangmenyumbangkan

sebesar 34% dari total produksi minyak kelapa sawitdunia pada tahun 2005.

Sementara Malaysia sebagai produsen terbesar minyak kelapa sawit menyumbang

sebesar 54% dari totalproduksi minyak kelapa sawit dunia. Dalam satu dekade

terakhir, rata-rata pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit Indonesia

mencapai21,67% sementara Malaysia tingkat pertumbuhan produksinya hanya

mencapai 7,7%. Hal ini mengisyaratkan ekspansi yang cepat dari luas areal tanam

dan produksi minyak sawit di negeri ini.

Dengan diberlakukannya ASEAN Free Trade Area (AFTA),Indonesia sebagai

salah satu anggota ASEAN harus mengikuti perjanjian untuk menurunkan tarif

berdasarkan kerangka program CEPT. Perubahan ke arah liberalisasi perdagangan

ini diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan pokok terhadap industri

minyak kelapa sawit Indonesia yang merupakan industri yang sudah syarat

dengan campur tangan pemerintah dalam rangka untuk melindungi industri ini.

3. Analisis Daya Saing Ekspor Industri Kelapa Sawit Indonesia dengan

Negara Malaysia

Pada saat ini, Indonesia dan Malaysia merupakan produsen kelapa sawit

terbesar di dunia. Dalam mengahdapi AFTA Indonesia bersaing dengan negara-

negara ASEAN, terutama Malaysia. Malaysia merupakan kompetitor terkuat

dalam persaingan di dunia internasional.

12

Untuk mengukur daya saing industry Kelapa Sawit antar negara penulis

menggunakan rumus berikut :

Contoh perbandingan industry Kelapa Sawit Indonesia dengan Negara Malaysia :

RCA = X cpo

X total x 100%

Ket :

RCA = Revealed Comparative Advantage

Xcpo = Ekspor Kelapa Sawit Indonesia ( nilai )

Xtotal = Ekspor total Indonesia ( nilai )

Tabel 1.3

Data Pencapaian Hasil Ekspor

Negara Indonesia dan Negara Malaysia

Tahun 2010

Negara Total Ekspor

Total Ekspor

Kelapa Sawit

Indonesia Rp. 1.206.590.351.373.000 Rp. 107.096.081.400.000

Malaysia Rp. 1.606.441.221.000.000 Rp. 170.049.236.200.000

Sumber : www.google.com

Tabel data diatas digunakan untuk menganalisis daya saing ekspor tiap negara

yang menghasilkan Minyak kelapa sawit.

Menganalisis daya saing ekspor tiap Negara (RCA)

1. Indonesia

Rp. 107.096.081.400.000 x 100%

Rp. 1.206.590.351.373.000

= 8,88 %

13

Jadi, persentase daya saing ekspor Minyak Kelapa sawit Indonesia tahun

2010 adalah sebesar 8,88% dari keseluruhan ekspor Indonesia.

2. Malaysia

Rp. 170.049.236.200.000 x 100%

Rp. 1.606.441.221.000.000

= 10,59%

Jadi hasil persentase daya saing ekspor Minyak Kelapa sawit Negara

Malaysia pada tahun 2010 adalah 10,59%.

Tabel 1.4 Data Hasil Perhitungan RCA

Negara Reveal Comparative Advantage

(RCA)

Malaysia 10,59%

Indonesia 8,88%

Sumber : Data yang diolah

Dapat dilihat dari tabel diatas RCA Indonesia lebih rendah dari RCA Malaysia,

maka dapat dikatakan hasil dari perbandingan antara total ekspor minyak kelapa

sawit dengan total ekspor keseluruhan tiap negara menyatakan malaysia memiliki

daya saing minyak kelapa sawit lebih unggul dalam menghadapi AFTA daripada

indonesia, karena hasil dari ekspor minyak kelapa sawit mencapai 10,59% dari

total keseluruhan ekspor Malaysia. Dalam Mengahadapi AFTA pada tahun 2010

Industri kelapa sawit Indonesia masih berada di bawah Malaysia.

14

4. Keadaan Daya Saing Ekspor Industry Minyak Kelapa Sawit Indonesia

Dibanding dengan Malaysia Sebagai Kompetitor Terkuat di Asia Tenggara

Kinerja industri kelapa sawit Indonesia dinilai masih kalah dibanding

Malaysia, terutama di industri olahan minyak sawit. Padahal Indonesia merupakan

produsen minyak sawit terbesar di dunia (www.neraca.co.id).

Menurut Sri Hadisetyana sebagai Kepala Sub Direktorat Industri Hasil

Perkebunan Non Pangan Lainnya Kementerian Perindustrian “Lemahnya daya

saing minyak kelapa sawit Indonesia terhadap Malaysia disebabkan Total ekspor

minyak sawit nasional baru 30% minyak sawit olahan, sedangkan sisanya non-

olahan. Sedangkan di Malaysia, sekitar 70% ekspornya adalah minyak sawit

olahan yang memiliki nilai tambah,”. Menurut Sri, untuk mengejar ketertinggalan

tersebut, saat ini sangat dibutuhkan program hilirisasi sawit. Ada beberapa

masalah dinilai masih menghambat kinerja industri sawit nasional, seperti

penerapan Bea Keluar dan keterbatasan teknologi (www.neraca.co.id).

Menurut Fadhil Hasan selaku Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha

Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Salah satu kebijakan yang masih menjadi

kendala adalah bea keluar (BK) ekspor produk sawit yang diterapkan secara

progresif. Menurutnya, BK progresif tidak tepat lagi diterapkan karena telah

melenceng dari tujuan awalnya untuk menstabilkan harga minyak goreng dalam

negeri. Lantaran itu, kebijakan tersebut dinilai tidak efektif mendorong hilirisasi

industri kelapa sawit (www.regionalinvestment.com).

5. Keterkaitan Perusahaan Kelapa Sawit Terhadap Ekspor di Indonesia

Tabel Dibawah ini menggambarkan keterkaitan perusahaan kelapa sawit

terhadap ekspor di indonesia dan perusahaan yang berpengaruh terhadap ekspor

di Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5

15

Pengaruh Orientasi Ekspor Perusahaan Kelapa Sawit

Terhadap Total Ekspor Kelapa Sawit di Indonesia

Tahun 2010

Perusahaan Penjualan Ekspor Pertumbuhan

Laba Orientasi Ekspor

Pengaruh

Terhadap Profit

Margin

Indonesia

PT Bakrie Sumatra

Plantation 3.004.453.565.000 527.424.594.000 218,7%

Tiongkok, Iran

Syria, India

,Taiwan,Turki

Ya

PT Gozco Plantation 454.523.171.818 - -21,33%

Fokus Wilayah

Domestik

Tidak

PT Smart Tbk 20.265.425.000.000 16.415.698.000.000 68,41%

China,Fhilipina,Kor

ea, Rusia, Afrika

Ya

PT Tunas Baru

Lampung 2.783.572.757.000 2.276.511.311.000 -1,71%

Rotterdam,Belanda Rendah

Sumber :Annual Report Masing-masing Perusahaan

Dari tabel diatas dapat dilihat PT.Bakrie Sumatera Plantation memiliki

pertumbuhan laba yang paling tinggi dengan peresentasenya sebesar 218,7% dan

segmen orientasi ekspor tersebar di beberapa negara seperti tiongkok, Iran, Syria,

India ,Taiwan,Turki. Maka dapat dikatakan bahwa ekspor kelapa sawit PT. Bakrie

Sumatera Plantation berpengaruh terhadap total ekspor kelapa sawit Indonesia.

Perusahaan yang juga berpengaruh terhadap total ekspor Kelapa sawit adalah

PT. Smart tbk, dilihat dari tabel diatas PT. Smart Tbk mngalami pertumbuhan

laba yang cukup tinggi sebesar 68,42% dan mempunyai segmen orientasi ekspor

kebeberapa negara seperti China, Fhilipina, Korea, Rusia, Afrika.

PT. Tunas Baru Lampung mengalami pertumbuhan laba yang masih lemah

dengan persentase -1,71% dan segmentasi orientasi ekspornya hanya 2 negara,

meskipun masih lemah dalam menghasilkan laba yang maksimal PT. Tunas Baru

Lampung cukup berpengaruh terhadap total ekspor Kelapa sawit Indonesia.

Sedangkan , PT. Gozco Plantation mengalami pertumbuhan laba yang sangat

lemah. Karena, Perusahaan belum melakukan perluasan pasar atau belum

16

melakukan ekspor dan masih fokus melayani pasar Domestik. Maka dapat

dikatakan perusahaan tidak berpengaruh terhadap total ekspor Kelapa Sawit

Indonesia.

6. Kontribusi Perusahaan Kelapa Sawit Terhadap Total Ekspor Kelapa

Sawit Indonesia.

Tabel dibawah ini menggambarkan berapa besar kontribusi perusahaan

kelapa sawit terhadap total ekspor kelapa sawit Indonesia.

Tabel 1.6

Kontribusi Perusahaan Kelapa Sawit

Terhadap Total Ekspor Kelapa Sawit di Indonesia

Tahun 2010

Perusahaan Ekspor Total Ekspor Kelapa

Sawit Indonesia

Kontribusi Terhadap

Total Ekspor Kelapa

Sawit Indonesia

PT Bakrie Sumatra

Plantation 527.424.594.000 107.096.081.400.000

0,49%

PT Gozco Plantation - 107.096.081.400.000 -

PT Smart Tbk 16.415.698.000.000 107.096.081.400.000

15,39%

PT Tunas Baru

Lampung 2.276.511.311.000 107.096.081.400.000

2,13%

Perusahaan Kelapa

Sawit Indonesia

Lainnya

87.876.447.495.000 107.096.081.400.000 82,05%

Sumber : Annual Report masing-masing perusahaan

Dari tabel diatas PT. Bakrie Sumatera Plantation dan PT. Tunas Baru

Lampung memiliki kontribusi yang masih lemah terhadap Daya saing kelapa

sawit indonesia yaitu masing-masing sebesar 0,49% dan 2,13% disebabkan masih

rendahnya tingkat produksi kelapa sawit yang dihasilkan PT. Bakrie Sumatera

Plantation PT. Tunas Baru Lampung.

PT. Smart Tbk mempunyai kontribusi cukup besar terhadap Daya saing kelapa

sawit Indonesia dengan persentase kontribusi sebesar 15,39% karena PT. Smart

17

Tbk memiliki tingkat produksi yang cukup tinggi. Sedangkan, PT. Gozco

Plantation tidak memiliki kontribusi terhadap Daya saing Kelapa sawit Indonesia

karena masih fokus pada wilaya domestik.

BAB V

18

IV. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Berdasarka analisis yang dilakukan dari empat perusahaan yang mewakili

pengukuran seberapa besar perusahaan menghasilkan laba dengan

menggunakan Net Profit Margin (NPM) dan Gross Profit Margin (GPM)

perusahaan yang dapat bersaing di Industri Kelapa Sawit dengan negara lain

dalam AFTA adalah PT. Bakrie Sumatera Plantation, karena pertumbuhan

NPM dan GPM perusahaan selama periode yang dianalisis yaitu tahun 2009

sampai dengan tahun 2010 selalu mengalami peningkatan dengan persentase

yang lebih tinggi di bandingkan dengan perusahaan lain. Sedangkan PT.

Gozco Plantation mempunyai daya saing yang sangat sangat lemah, karena

selama dua periode tersebut NPM perusahaan mengalami penurunan yang

cukup signifikan yaitu sebesar 14,73%. Dari perusahaan industri kelapa sawit

yang diteliti, perusahaan yang masih lemah dalam menghadapi daya saing

adalah PT. Smart Tbk dan PT. Tunas Baru Lampung, karena kedua

perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba masih lemah.

2. Indonesia dan Malaysia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia.

Dengan demikian, maka Malaysia merupakan kompetitor persaingan terkuat

bagi Indonesia dalam persaingan dalam menghadapi AFTA. Dari perhitungan

Revealed Comparative Advantage (RCA) yang digunakan untuk menentukan

persaingan di Industri Kelapa Sawit antara kedua negara yaitu Indonesia dan

Malaysia yang lebih unggul menghadapi daya saing Industri Kelapa Sawit

pada periode 2009 sampai dengan 2010. Dari perhitungan RCA kedua negara

tersebut, Malaysia memiliki daya saing yang lebih kuat dibandingkan dengan

Indonesia dengan rasio Revealed Comparative Advantage sebesar 10,59%

sedangkan indonesia 8,88%. Lemahnya Indonesia dalam menghadapi daya

saing kelapa sawit terhadap Malaysia disebabkan oleh beberapa masalah yang

19

masih menghambat kinerja industri sawit nasional, seperti penerapan Bea

Keluar dan keterbatasan teknologi.

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan diatas dapat dilihat bahwa produktivitas

kelapa sawit di indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara malaysia

sehingga membuat malaysia lebih unggul dalam industri kelapa sawit, maka

sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan lagi untuk memperluas lahan industri

untuk meningkatkan produktivitas industri kelapa sawit di Indonesia dan harus

tetap mengutamakan kualitas agar tetap bertahan di AFTA.

20

DAFTAR PUSTAKA

Apridar. “ Ekonomi Internasional : Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan

dalam Aplikasinya”, Graha Ilmu, 2009.

Zuhal. “Knowledge & Innovation : Platform Kekuatan Daya Saing”, Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Tandjung, Martolop. “ Aspek dan Prosedur Ekspor-Impor” , Jakarta : Salemba

Empat, 2011.

Nuryanti, Sri. “Nilai Strategis Industri Sawit”, Jurnal Pusat Analisis Sosial

Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2008.

Sari, Dewita Mega. “Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit

(CPO) Indonesia di Pasar Internasional”, Jurnal Ekonomi, 2008.

http://www.depdag.go.id/files/publikasi/djkipi/afta.htm

http://www.scribd.com/doc/23830570/AFTA

http://andriaditya.wordpress.com/2007/06/21/indonesia-dan-afta/

http://organisasi.org/pengertian_definisi_macam_jenis_dan_penggolongan_indust

ri_di_indonesia_perekonomian_bisnis

http://www.export-import-indonesia.com/blog/daftar-produk-utama-

indonesia.html

http://www.bakriesumatera.com/new/index.php?option=com_financialinfo&task=

category&id=23&Itemid=38

http://www.gozco.com/investor/document/annual/Gozco%20Annual%20Report%

202010.pdf

http://www.smart-tbk.com/pdfs/Annual%20Report/AR%20SMART%202010.pdf