49
DAFTAR PUSTAKA Fitri, A. B. 2008. Kontrol Ekspresi Gen Dead Ringer pada Embrio Drosophila melanogaster. Jakarta: UNJ. C. de Abreu Fonseca et al. 2006. Polymerase Chain Reaction in Comparison with Serological Tests for Early Diagnosis of Human Leptospirosis. Tropical Medicine and International Health Volume 11 No 11 PP 1699-1707 November 2006. Ketaren, H. S. 2009. Karakteristik dan Kondisi Lingkungan Rumah Penderita Penyakit Leptospirosis pada Beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi NAD Tahun 2007. Medan: USU. Kusmiyati; S.M, Noor dan Supar. 2005. Leptospirosis pada Hewan dan Manusia. Wartazoa Vol. 15 No. 4. Ningsih, R. 2009. Faktor Risiko Lingkungan terhadap Kejadian Leptospirosis di Jawa Tengah. Semarang: UNDIP. Poloengan, M dan I, Komala. 2011. Mewaspadai Leptospirosis di Indonesia sebagai Penyakit Zoonosis. Bogor: IPB. Rejeki, D. S.S. 2005. Faktor Risiko Lingkungan yang Berpengaruh terhadap Kejadian Leptospirosis Berat. Semarang: UNDIP.

Daftar Pustaka Dan Lampiran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

daftar

Citation preview

DAFTAR PUSTAKA

Fitri, A. B. 2008. Kontrol Ekspresi Gen Dead Ringer pada Embrio Drosophila melanogaster. Jakarta: UNJ.

C. de Abreu Fonseca et al. 2006. Polymerase Chain Reaction in Comparison with Serological Tests for Early Diagnosis of Human Leptospirosis. Tropical Medicine and International Health Volume 11 No 11 PP 1699-1707 November 2006.

Ketaren, H. S. 2009. Karakteristik dan Kondisi Lingkungan Rumah Penderita Penyakit Leptospirosis pada Beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi NAD Tahun 2007. Medan: USU.

Kusmiyati; S.M, Noor dan Supar. 2005. Leptospirosis pada Hewan dan Manusia. Wartazoa Vol. 15 No. 4.

Ningsih, R. 2009. Faktor Risiko Lingkungan terhadap Kejadian Leptospirosis di Jawa Tengah. Semarang: UNDIP.

Poloengan, M dan I, Komala. 2011. Mewaspadai Leptospirosis di Indonesia sebagai Penyakit Zoonosis. Bogor: IPB.Rejeki, D. S.S. 2005. Faktor Risiko Lingkungan yang Berpengaruh terhadap Kejadian Leptospirosis Berat. Semarang: UNDIP.Setiawan, I. M. 2008. Klasifikasi dan Teknik Klasifikasi Bakteri Leptospira. Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 2 Tahun 2008. Sulistyaningsih, E. 2007. Polymerase Chain Reaction (PCR): Era Baru Diagnosis dan Managemen Penyakit Infeksi. Biomedis, Vol. 1 No.2.

Supriyanto A. 2005. Waspada Leptospirosis, Jauhi Genangan Air. Tempo Interaktif. Jakarta.Suratman. 2006. Analisis Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku yang Berpengaruh terhadap Kejadian Leptospirosis Berat di Kota Semarang. Semarang: UNDIP.

Widarso, Wilfried dan Siti G. 2005. Penanggulangan Leptospirosis di Indonesia. Pusat Data Informasi-Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. Jakarta.

Wirohadidjojo, Y. W. 1991. Polymerase Chain Reaction untuk Deteksi M. leprae. Yogyakarta: UGM.Lampiran 1. Struktur Organisasi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

Lampiran 2. Gambar Alat-alat yang Terdapat di Instalasi Bakteriologi

Mesin Sentrifugasi dan Thermocycling untuk Proses PCR

Alat Elektroforesis Agar

Gel DocumentationLampiran 3. Jadwal Kegiatan Magang di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

JADWAL KEGIATAN MAGANG MAHASISWA

DI BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARANoHari/TanggalKegiatan

1Rabu, 1 Februari 2012Izin pulang dari Semarang ke Banjarnegara

2Kamis, 2 Februari 2012Orientasi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, pre test, pengenalan GPS dan GIS, pengenalan entomologi

3Jumat, 3 Februari 2012Rearing mencit, pre test entomologi, rearing nyamuk, identifikasi spesies nyamuk Anopheles dan pembedahan kelenjar ovari nyamuk.

4Sabtu, 4 Februari 2012Libur

5Minggu, 4 Februari 2012Libur

NoHari/TanggalKegiatan

1Senin, 6 Februari 2012Materi bakteriologi (pengenalan, pemeriksaan pes dan leptospirosis)

2Selasa, 7 Februari 2012Materi rodentologi (pengenalan, cara survei dan identifikasi spesies tikus)

3Rabu, 8 Februari 2012Materi parasitologi (pengenalan, pemeriksaan malaria, filariasis dan endoparasit)

4Kamis, 9 Februari 2012Materi entomologi (pengenalan bionomik nyamuk, identifikasi genus nyamuk)

5Jumat, 10 Februari 2012identifikasi pinjal dan post test

6Sabtu, 11 Februari 2012Libur

7Minggu, 12 Februari 2012Libur

NoHari/TanggalKegiatan

1Senin, 13 Februari 2012Materi bakteriologi tentang pengenalan dan pemeriksaan leptospirosis)

2Selasa, 14 Februari 2012Pembuatan awetan cacing dan identifikasi spesies nyamuk Anopheles

3Rabu, 15 Februari 2012Pewarnaan awetan cacing dan pendalaman tentang parasit plasmodium

4Kamis, 16 Februari 2012Pendalaman materi tentang pemeriksaan leptospirosis dengan menggunakan PCR

5Jumat, 17 Februari 2012Prinsip kerja PCR dalam pemeriksaan mikroorganisme penyebab penyakit

6Sabtu, 18 Februari 2012Libur

7Minggu, 19 Februari 2012Libur

NoHari/TanggalKegiatan

1Senin, 20 Februari 2012Pembuatan awetan kutu rambut dan kutu busuk,Konsultasi laporan magang

2Selasa, 21 Februari 2012Rearing mencit dan penimbangan mencit pada minggu terakhir kegiatan magang dan konsultasi laporan magang

3Rabu, 22 Februari 2012Pelengkapan data pada instalasi bakteriologi yang mendukung pembuatan laporan magang

4Kamis, 23 Februari 2012Penyelesaian laporan magang dan konsultasi laporan magang serta pembuatan kontribusi

5Jumat, 24 Februari 2012Penyerahan laporan akhir magang kepada pembimbing lapangan dan ACC laporan magang dari pembimbing lapangan

6Sabtu, 25 Februari 2012Libur

7Minggu, 26 Februari 2012Libur

Banjarnegara, 24 Februari 2012

Pembimbing Lapangan

Rr.Anggun Paramita Djati,SKM,MPHLampiran 4. Kegiatan Magang di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

AKTIVITAS MAGANG PADA MINGGU PERTAMAA. Rabu, 1 Februari 2012

Izin pulang dari Semarang ke Banjarnegara untuk melanjutkan kegiatan magang dari PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Semarang ke Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.

B. Kamis, 2 Februari 2012Kegiatan:

1. Orientasi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

2. Pre-test

3. Penggunaan GPS dan pengenalan GIS

4. Pengenalan entomologiHasil:

1. Pengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung kantor (gedung kuning) dan gedung laboratorium (gedung hijau).

Struktur organisasi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara adalah sebagai berikut:

Setelah orientasi melalui presentasi, juga diberi materi tentang epidemiologi penyakit leptospirosis. Epidemiologi suatu penyakit sangat dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu, host, agent dan environment. Selain itu, juga dengan memperhatikan aspek 5W+1H (What, Where, When, Why, Who, How). Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira interogans yang ditularkan melalui kencing tikus. Penularan biasanya terjadi melalui luka yang terkena kencing tikus yang terkontaminasi bakteri leptospira. Faktor resiko penyakit leptospirosis antara lain adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial budaya dan musim.

2. Pre-test dilakukan untuk menilai pengetahuan mahasiswa tentang Balai Litbang P2B2 Banjarnegara serta pengetahuan tentang penyakit menular dan harapan yang ingin diperoleh selama magang di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.

3. Pengenalan cara penggunaan GPS dan cara memasukkan data dari GPS kedalam komputer. Pengenalan GIS dilakukan dengan pembuatan peta dan teknik-teknik sederhana dalam pembuatan sebuah peta.

4. Pengenalan entomologi dilakukan dengan identifikasi nyamuk Anopheles. Diantara nyamuk yang diidentifikasi, antara lain:

a. Nyamuk Anopheles vagus, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya pucat4) Femur dan tibia tidak berbercak5) Tarsi kaki depan dengan gelang lebar6) Gelang pucat diujung palpi panjangnya sekurang-kurangnya 3 kali panjang gelang gelap dibawahnya, proboscis mempunyai bagian yang pucat diujungnya.

b. Nyamuk Anopheles barbirostris, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 3 atau kurang noda-noda pucat

2) Palpi tanpa gelang-gelang pucat.C. Jumat, 23 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Pre-test entomologi

3. Rearing nyamuk

4. Identifikasi spesies nyamuk Anopheles5. Pembedahan kelenjar ovari pada nyamuk

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa potongan-potongan wortel.

2. Memberi makan jentik nyamuk dengan dog foods, menghitung jumlah jentik yang mati (jika ada), memindahkan pupa dari nampan ke kandang nyamuk, memberi makan nyamuk dewasa dengan meletakkan hewan marmut kedalam kandang nyamuk sebagai umpan agar nyamuk dapat mematangkan telurnya untuk meneruskan keturunannya.

3. Pre-test entomologi dilakukan dengan mengerjakan 50 soal tentang nyamuk

4. Identifikasi spesies nyamuk Anopheles yang dilakukan, menunjukkan bahwa spesies nyamuk Anopheles yang didapat meliputi:

a. Nyamuk Anopheles vagus, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya pucat4) Femur dan tibia tidak berbercak5) Tarsi kaki depan dengan gelang lebar6) Gelang pucat diujung palpi panjangnya sekurang-kurangnya 3 kali panjang gelang gelap dibawahnya, proboscis mempunyai bagian yang pucat diujungnya.

b. Nyamuk Anopheles maculatus, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Femur dan tibia tidak berbintik pucat.

c. Nyamuk Anopheles kochi, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap

4) Femur dan tibia berbercak bintik-bintik pucat

5) Sekurang-kurangnya ada 4 gelang pucat pada palpi

6) Pada sternit II sampai VII dari abdomen terdapat sikat-sikat yang terdiri dari sisik gelap, gelang-gelang pucat pada tarsi kaki belakang pucat.

d. Nyamuk Anopheles aconitus, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap

4) Femur dan tibia tidak berbercak

5) Tarsus kaki depan tidak bergelang atau dengan gelang sempit

6) Setengah dari ujung proboscis pucat.e. Nyamuk Anopheles flavirostris, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap

4) Femur dan tibia tidak berbercak

5) Tarsus kaki depan tidak bergelang atau dengan gelang sempit

6) Bagian distal yang pucat disebelah ventral proboscis tidak menentu.

5. Pembedahan kelenjar ovari nyamuk, dilakukan untuk mengetahui adanya dilatasi dalam ovari nyamuk yang menunjukkan berapa kali nyamuk tersebut telah bertelur. Selain itu juga dapat digunakan untuk menentukan umur nyamuk yang dapat digunakan sebagai dasar pengendalian vektor yang akan dilakukan.AKTIVITAS MAGANG PADA MINGGU KE-2A. Senin, 6 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Pemberian materi tentang penyakit Pes

4. Melakukan pinning nyamuk CulexHasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran jagung, kacang hijau dan beras merah

2. Memberi makan jentik, menghitung jumlah jentik yang berubah menjadi pupa, memberi makan nyamuk pada kandang dengan memberi umpan berupa seekor marmut dan memberi larutan gula pada nyamuk.3. Pemeriksaan Pes:

a. Pemeriksaan Bakteriologi

1) Strain yang digunakan

a) Yersinia pestis

b) Klebsiela pneumoniae

c) Yersinia pseudo tbc

2) Isolasi pada Media : BHI, BP dan MC 3) Uji Biokimia : Gula Gula, Urea, Nitrat, Arginine dan MIO

4) Uji Penegasan : Katalase, Oksidase, Coagulase, Bakteriophage

b. Serologi1) Jenis Spesimen a) Filter paper Nobuto

b) Serum > 0,5 cc

2) Penyimpanan seruma) 2-8 0 C = 7 hari

b) - 4 0 C = 1 bulan

c) - 20 0 C = 5-6 bulan

3) Penyimpanan filter paper2-8 0 C = 6 bulan

c. Cara kerja:

Persiapan serum atau plasma1) Inaktif serum/plasma di 56 0 C selama 30 menit

2) Tambahkan 50 l SRBC pada tiap 0,5 ml sampel, biarkan 30-60 menit pada suhu ruangan atau semalam pada 4 0 C

3) Sentrifuse 2500 rpm 10 menit, pindah sampel ke vial baru (siap diperiksa), atau simpan di 4 0 C bila belum siap dikerjakan d. Persiapan tes plate:

e. Pemeriksaan 4 well PHA (tes skrining):

1) Bila sampel banyak ( skrining PHA terlebih dahulu

2) Tambahkan 25 l HA diluent ke dalam semua well

3) Pada masing-masing well pertama masukkan 20 l sampel

4) Pengenceran serial : mengambil 25 l dari masing-masing well sampai well ke-4, buang 25 l dari well terakhir

5) Tambahkan 25 l sSRBC yg telah dilarutkan ke dalam semua well, campur perlahan, tutup permukaan plate, inkubasi RT selama 4 jam atau semalam pada suhu 4 C

6) Baca hasil keesokan hari, bila ada yang positif teruskan pemeriksaan HI.f. Pemeriksaan Standard (8 well PHA dan 4 well PHI):

1) Bagi 96 well plate menjadi 2 bagian secara vertikal (8-4)

2) Tandai plate: PHA 8x8 dan PHI 4x8. Tambahkan 25 l larutan HA pada masing-masing well dibagian 8x8 dan 25 l larutan HI pada masing2 well dibagian 4x8

3) Tambahkan 25 l sampel pada well pertama yg berhubungan dengan kolom HA, 25 l pada well pertama yg berhubungan dgn kolom HI

4) Secara serial larutkan sample HA 8x, buang 25 l terakhir

5) Secara serial larutkan sample HI 4x, buang 25 l terakhir

6) Tambahkan 25 l 0,5% sSRBC yg telah diencerkan pada masing-masing well dari plate HA/HI dan goyang secara perlahan

7) Tutup plate untuk menghindari penguapan, inkubasi 4 jam pada suhu 22-25 0 C atau semalam pada suhu 4 0 Cg. Pembacaan dan Penghitungan Titer:

1) Titer serum 1:10 ( positif untuk reaksi antigen F1. Karena titrasi dalam tes adalah 2x mulai 1:4, 1:8 ( negatif dan 1:16 ( positif

2) Aglutinasi penuh dalam well terakhir dianggap positif

3) Well negatif memiliki bentuk seperti kancing

4) Hasil pengurangan PHA PHI adalah titer terakhir, mis. PHA 6 well PHI 4 well; 6-2 = 4 ( 1:32

5) Nilai diagnostik pes adalah 1:1284. Melakukan pinning nyamuk Culex dengan cara menusukkan potongan kertas yang dibuat dengan pin punch pada jarum pin, kemudian diolesi dengan kutek dan melekatkan nyamuk pada kertas tersebut untuk selanjutnya diidentifikasi dibawah mikroskop.B. Selasa, 7 Februari 2012Kegiatan:1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Materi rodentologi tentang survei rodent4. Pembedahan tikus

5. Pinning nyamuk

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa potongan-potongan wortel.

2. Memberi makan jentik, menghitung jumlah jentik yang berubah menjadi pupa, memberi makan nyamuk pada kandang dengan memberi umpan berupa seekor marmut dan memberi larutan gula pada nyamuk.

3. Survei rodent dapat dilakukan dengan cara:

a. Live trap

Yaitu pengambilan sampel hubungannya dengan tikus sebagai penular penyakit pada manusia. Live trap merupakan suatu metode untuk mendapatkan tikus dalam keadaan hidup yang akan diambil darahnya (serologi) untuk mengetahui adanya bibit penyakit pada tikus tersebut.

b. Snap trap

Merupakan metode untuk mendapatkan tikus dalam keadaan mati

c. Sticky-board trap

Merupakan metode penangkapan tikus dengan menggunakan perekat

d. Gin trap

Merupakan metode penangkapan tikus dengan cara menjerat hewan sasaran dengan menggunakan tali

e. Pit fall trap

Merupakan metode penangkapan tikus dengan cara membuat jebakan pada tanah.

Identifikasi jenis tikus dapat dilakukan berdasarkan identifikasi luar tubuh baik secara kuantitatif melalui pengukuran pada ekor, tubuh, telinga dan telapak kaki, maupun secara kualitatif melalui warna rambut, bentuk rambut pengawal, rumus puting susu, ekor dan gigi. Tikus yang akan diidentifikasi dibius dengan menggunakan antropin dan ketamin yang disuntikkan pada bagian paha. Hasil identifikasi tikus yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

Kode

: 29 DK

Jumlah pinjal

: 4

Spesies pinjal

: Xenopsylla cheopisBerat:

: 60 gram

Panjang total

: 300 mm

Panjang ekor

: 165 mm

Panjang telapak kaki: 33 mm

Panjang telinga: 22 mm

Jenis kelamin

: jantan

Panjang testis

: 20 mm

Lebar testis

:12 mm

Spesies tikus

: Rattus tanezumi

4. Untuk mengetahui adanya endoparasit pada tikus, maka dilakukan pengambilan serum melalui pengambilan darah tikus dan pengambilan organ pada tikus seperti limfa dan hati. Pengambilan organ tersebut dilakukan melalui pembedahan tikus. Setelah tikus dibius dan diidentifikasi, selanjutnya tikus dibedah dengan cara menggunting bagian perut sedikit demi sedikit sampai semua bagian perut terbuka dan dapat mengambil organ-organ yang dibutuhkan dengan mudah.

5. Melakukan pinning nyamuk Culex dengan cara menusukkan potongan kertas yang dibuat dengan pin punch pada jarum pin, kemudian diolesi dengan kutek dan melekatkan nyamuk pada kertas tersebut untuk selanjutnya diidentifikasi dibawah mikroskop.C. Rabu, 8 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Identifikasi spesies nyamuk CulexHasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran jagung, kacang hijau dan beras merah

2. Memberi makan jentik, menghitung jumlah jentik yang berubah menjadi pupa, memberi makan nyamuk pada kandang dengan memberi umpan berupa seekor marmut dan memberi larutan gula pada nyamuk.

3. Berdasarkan hasil identifikasi spesies nyamuk Culex yang telah dilakukan, diperoleh hasil:

a. Culex quinquefasciatus, dengan ciri-ciri:

1) Proboscis tanpa gelang putih

2) Tergit pada abdomen dengan gelang basal yang sempit

3) Integument dari pleuron berwarna pucat merata

b. Culex tritaeniorynchus, dengan ciri-ciri:

1) Proboscis dengan gelang putih

2) Tergit abdomen selalu dengan basal putih, jarang tanpa gelang, tidak ada gelang apikal dan tanpa bercak-bercak

3) Scutum tertutup sisik-sisik coklat merata atau dengan beberapa sisik kuning keemasan

4) Sayap tanpa noda berupa sisik-sisik putih yang jelasc. Culex vishnui, dengan ciri-ciri:

Ciri-ciri sama seperti nyamuk Culex tritaeniorynchus, ditambah pada kaki tidak terdapat noda berwarna pucat (gelap).

d. Culex sitiens

Ciri-ciri sama seperti nyamuk Culex tritaeniorynchus, ditambah pada kaki terdapat noda bewarna pucat.

D. Kamis, 9 Februari 2012Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Materi tentang parasit cacing

4. Pewarnaan cacing cestoda

5. Pencarian cacing cestoda pada organ tikus yang telah diawetkan

6. Pembuatan larutan AFA

7. Pembuatan awetan cacing cestoda

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa potongan potongan wortel.

2. .Memberi makan jentik, menghitung jumlah jentik yang berubah menjadi pupa, memberi makan nyamuk pada kandang dengan memberi umpan berupa seekor marmut dan memberi larutan gula pada nyamuk.3. Cacing dibagi kedalam filum-filum yang dapat dilihat pada diagram berikut:

Morfologi Cestoda:

a. Semua cestoda bersifat parasit

b. Tubuh pipih dorso-ventral, memanjang seperti pita, bersegmen-segmen

c. Tidak memiliki: rongga tubuh, saluran pencernakan, sistem sirkulasi

d. Panjang beberapa mm sampai beberapa meter

e. Tubuh dibagi menjadi tiga bagian: Scolex, collum/leher dan tubuh/strobila yang tediri dari banyak segmen. Scolex pada Eucestoda terdapat rostellum dan Acetabulum sementara scolex pada Cotyloda terdiri dari Bothria. Tubuh atau stobila terdiri dari segmen-segmen (proglotid), proglotid dibentuk mulai dari leher, tiap proglotid mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi ,sistem ekskresi: canalis ekskretorius dan berakhir pada kantong ekskretorius pada segmen terakhir. Siklus hidup:

Secara umum memeliki siklus hidup tidak langsung (membutuhkan hospes intermedier). Hymenolepis nana memiliki siklus hidup langsung. 4. Pewarnaan cacing cestoda:

a. Menyiapkan tempat pewarnaan yang berisi banyak cekungan (gelas arloji).

b. Melepaskan cacing dari himpitan obyek glass

c. Memasukkan cacing berturut-turut dalam larutan berikut masing-masing selama 15 menit:

1) Akuades

2) Alkohol 30%

3) Alkohol 50 %

4) Alkohol 70%

d. Memasukkan 15 tetes alkohol 70% dan 15 tetes semichons carmine dan diaduk menggunakan ujung jarum.

e. Merendam cacing dalam larutan tersebut selama 1 jam.

f. Memindahkan cacing berturut-turut dalam larutan berikut: alkohol 70%, 80% dan 95% masing-masing 15 menit.

g. Memasukkan kedalam alkohol 95% ditambah 3 tetes HCl (waktu relatif)

h. Alkohol 100%

i. Xylol

j. Pewarnaan selesai dan cacing diawetkan dengan lem entalan.

5. Pencarian cacing cestoda pada organ dalam tikus dilakukan dengan memotong sedikit demi sedikit organ tikus yang meliputi usus, hati, lambung dan limfa dengan menggunakan pinset. Pencarian dilakukan dengan teliti agar dapat menemukan cacing pada organ dalam tikus dan agar cacing yang diperoleh tidak putus karena ukuran cacing yang cukup panjang.

6. Pembuatan larutan AFA dilakukan dengan cara mencampur 10 ml formalin, 50 ml alkohol 95%, 23 ml acetic acid glacial dan 40 ml akuadses kedalam botol oksigen dan dihomogenkan dengan cara dikocok.7. Pembuatan awetan cacing dilakukan dengan cara:

a. Memotong bagian cacing cestoda kurang lebih 1 cm (dipilih bagian kepala dan proglotid)

b. Cacing dipress diantara dua obyek glass kemudian ditali dengan karet agar tipis.

c. Kemudian dimasukkan kedalam larutan AFA didalam cawan petri tertutup selama 24 jam.E. Jumat 10 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Post test di instalasi parasitologi

4. Identifikasi parasit plasmosdium pada sampel sediaan darah positif malaria.

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran jagung, kacang hijau dan beras merah

2. Memberi makan jentik, menghitung jumlah jentik yang berubah menjadi pupa, memberi makan nyamuk pada kandang dengan memberi umpan berupa seekor marmut dan memberi larutan gula pada nyamuk.3. Mengerjakan soal-soal tentang parasit yang telah dipelajari selama kegiatan magang.

4. Identifikasi dilakukan untuk lebih mendalami tentang morfologi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax pada darah. Plasmodium falciparum stadium tropozoit dalam darah berbentuk cincin, inti berwarna merah sedangkan sitoplasmanya berwarna biru. Sementara itu, pada stadium gametosit, berbentuk seperti bulan sabit.

Plasmodium vivax dalam darah memiliki sitoplasma yang ameboid yang berwarna biru dengan inti berwarna merah. Pada sediaan darah yang diperiksa, tidak ditemukan Plasmodiun vivax stadium gametosit.

AKTIVITAS MAGANG PADA MINGGU KE-3A. Senin, 13 Februari 2012Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing tikus

3. Pendalaman identifikasi parasit Plasmodium

4. Pembuatan awetan pinjal

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa potongan-potongan wortel.

2. Memberi makan jentik, menghitung jumlah jentik yang berubah menjadi pupa, memberi makan nyamuk pada kandang dengan memberi umpan berupa seekor marmut dan memberi larutan gula pada nyamuk.

3. Pendalaman materi dilakukan dengan melakukan pemeriksaan sediaan darah positif malaria. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, diperoleh hasil adanya Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax pada sampel darah yang diperiksa. Pada Plasmodium falciparum, diperoleh stadium tropozoit dan stadium gametosit. Ciri-ciri stadium tropozoid pada Plasmodium falciparum yaitu berberntuk cincin, inti berwarna merah dan sitoplasma berwarna biru. Sementara itu, stadium gametosit pada Plasmodium falciparum memiliki ciri-ciri berbentuk bulan sabit, yang jantan agak kemerah-merahan dengan kromatin kasar dan yang yang betina agak kebiru-biruan dengan kromatin difus. Selain Plasmodium falciparum, juga ditemukan Plasmodium vivax stadium tropozoit dengan ciri-ciri sitoplasma ameboid, inti berwarna merah dan sitoplasma berwarna biru.

4. Pembuatan awetan pinjal dilakukan dengan cara:

a. Mengambil pinjal dengan pinset kemudian direndalm didalam gelas arloji yang berisi aquades selama 4 jam.

b. Mengambil dan memindahkan kedalam larutan KOH 10% dan direndam selama 24 jam.

c. Memindahkan pinjal dan merendamnya kedalam larutan NaOH 5 % selama 4 jam.

d. Memindahkan kedalam aquades dan direndam selama 4 jam.

e. Kemudian dipres dan ditambah dengan alkohol 96% dan dibiarkan selama 4 jam.

f. Memindahkan dalam aquades dan direndam selama 4 jam

g. Mengambil pinjal dan ditaruh dalam object glass dan ditetesi dengan entelan kemudian ditutup dengan cover glass.

h. Biarkan hingga kering dan siap untuk diidentifikasi.

B. Selasa, 14 Februari 2012Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk3. Pemeriksaan bakteri leptospira dengan PCR4. Pembuatan awetan lalatHasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran jagung, kacang hijau dan beras merah dan menimbang berat badan mencit untuk mengetahui pertumbuhannya.2. Mengamati apakah masih ada nyamuk hasil rearing yang hidup atau tidak.3. PCR merupakan salah satu cara untuk memperbanyak DNA suatu organisme dengan menggunakan enzim polimerase yang diarahkan oleh potongan urutan DNA yang spesifik bagi DNA mikroorganisme tersebut. Potongan DNA yang urutannya spesifik bagi mikroorganisme dikenal dengan istilah probe karena berperan sebagai penyidik atau primer yang mengawali dan menuntun perbanyakan DNA tersebut. Pita ganda DNA didenaturasi (dipisahkan) dengan pemanasan 920C selama 1 menit, kemudian ditambahkan oligonukleotid sintesis sebagai primer untuk memulai polimerase pada region spesifik dari masing-masing pita tunggal DNA yang telah dipisahkan. Untuk proses annealing, yaitu menempelnya primer pada region spesifik pada DNA pita tunggal, dibutuhkan pemanasan 600C selama 2 menit. Pada anelling ini berlaku rumus A-T, T-A, C-G dan G-C. Selanjutnya proses elongasi terjadi bila campuran dipanaskan selama 2 menit pada suhu 720 C. Elongasi terjadi karena dalam campuran tadi selain enzim polymerase, sebelumnya juga ditambah 4 macam deoxynucleotide phosphate yaitu: deoxycytosinetriphosphate (dATP), deoxyguanidinetriphosphate ( dGTP ), deoxycytosinetriphosphate (dCTP) dan deoxythyminetriphosphate (dTTP). Siklus tersebut dilakukan berulangkali dan pada silkus ke-25 didapatkan perbanyakan DNA menjadi 105 kali dari sebelumnya. 4. Pembuatan awetan lalat dilakukan dengan cara:a. Menancapkan jarum minutien pada bagian thorax lalat yang telah di kloroform.b. Menancapkan jarum pinning pada plastik mika sebagai tempat lalat.c. Menancapkan jarum minutien yang telah ditancapkan pada torak lalat pada plastik mika yang telah dibuat.C. Rabu, 15 Februari 2012Kegiatan:

1. Rearing mencit2. Rearing nyamuk3. Pencarian materi pembuatan laporan magangHasil:

1. Memberi makan mencit berupa potongan-potongan wortel, membersihkan kandang mencit, member bedak khusus pada mencit untuk menghilangkan ektoparasit yang mungkin ada pada mencit.2. Mengamati perkembangan telur nyamuk yang sedang di rearing dan perilaku nyamuk yang sedang di rearing.3. Pencarian materi laporan magang untuk pembuatan laporan akhir magang dan pencarian informasi pada instalasi bakteriologi yang berhubungan dengan hasil laporan magang.D. Kamis, 16 Februari 2012Kegiatan:

1. Rearing mencit2. Pembuatan laporan magang3. Pembuatan awetan kutu rambut dan kutu busukHasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran jagung, kacang hijau dan beras merah.2. Penyusunan Bab I laporan magang dan pencarian materi yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan magang sesuai tema.3. Pembuatan awetan kutu rambut dilakukan dengan cara:a. Merendam kutu rambut kedalam larutan aquades selama 4 jam b. Kemudian dipindah kedalam larutan KOH 10% selama 4 jam menggunakan pipet.c. Kemudian dipingah lagi pada larutan NaOH 5% selama 4 jam menggunakan pipet.d. Dipindahkan kedalam larutan aquades menggunakan pipet.e. Memindahkan kutu pada objek glass dengan posisi ditengah serta mengatur posisi tubuh kutu seperti posisi kakinya.f. Menetesi kutu rambut yang berada pada objek glass tersebut dengan entelan dan ditutup dengan cover glass.g. Biarka awetan yang sudah jadi sampai kering dan jangan menyentuhnya agar posisinya tidak berubah.Sementara itu, pembuatan awetan kutu busuk dilakukan dengan cara:

a. Merendam kutu busuk kedalam larutan aquades selama 4 jam b. Kemudian dipindah kedalam larutan KOH 10% selama 4 jam menggunakan pipet.c. Kemudian dipingah lagi pada larutan NaOH 5% selama 48 jam menggunakan pipet.d. Dipindahkan kedalam larutan aquades menggunakan pipet.E. Jumat, 17 Februari 2012Kegiatan:

1. Membersihkan kandang mencit2. Rearing mencit3. Konsultasi laporan magang di instalasi bakteriologiHasil:

1. Membersihkan kandang mencit dengan mencuci box yang digunakan untuk kandang mencit, mencuci tempat makan mencit, mengganti serbuk gergaji yang digunakan sebagai alas pada kandang mencit.2. Memberi makan mencit dengan potongan-potongan wortel dan campuran jagung, beras merah dan kacang sekaligus.3. Konsultasi kepada petugas instalasi bakteriologi tentang proses yang terjadi pada metode PCR, penentuan suhu PCR dan komponen-komponen PCR.Proses yang terjadi pada PCR meliputi:

a. Denaturasi, pada proses ini DNA dipisahkan dari sampel yang dilakukan dengan pemanasan 920C selama 1 menit. Kemudian ditambahkan oligonukleotid sintesis sebagi primer untuk memulai polymerase pada region spesifik dari masing-masing pita tunggal DNA yang telah dipisahkan.

b. Annealing, yaitu menempelnya primer spesifik pada DNA pita tunggal yang dibutuhkan pemanasan 600C selama 2 menit.

c. Elongasi, terjadi bila campuran tadi dipanaskan selama 2 menit pada suhu 720C.

Komponen-komponen yang dibutuhkan untuk PCR antara lain fragmen DNA yang akan diamplifikasi (template DNA), sepasang primer oligonukleotida sintetik, enzim DNA polymerase yang tahan panas (Taq polymerase), semua macam nukleotida (dATP, dGTP, dCTP dan dTTP) serta buffer reaksi yang mengandung MgCl2, enzim reverse transcriptase, yang dapat mengubah RNA menjadi DNA komplementernya. Alat yang digunakan untuk proses PCR adalah thermocycler, disini reaksi PCR akan berlangsung. Alat ini secara cepat mengubah temperatur yang dibutuhkan untuk siklus berulang PCR.AKTIVITAS MAGANG PADA MINGGU KE-4

A. Senin, 20 Februari 2012Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Pinning nyamuk Culex4. Pembuatan awetan kutu rambut5. Pembuatan awetan kutu busukHasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran jagung, beras merah dan kacang hijau.

2. Membersihkan kandang nyamuk yang telah digunakan.

3. Melakukan pinning nyamuk Culex dengan cara menusukkan potongan kertas yang dibuat dengan pin punch pada jarum pin, kemudian diolesi dengan kutek dan melekatkan nyamuk pada kertas tersebut untuk selanjutnya diletakkan pada kotak awetan yang telah disediakan.

4. Pembuatan awetan kutu rambut dilakukan dengan cara:a. Merendam kutu rambut kedalam larutan aquades selama 4 jam b. Kemudian dipindah kedalam larutan KOH 10% selama 4 jam menggunakan pipet.c. Kemudian dipindah lagi pada larutan NaOH 5% selama 4 jam menggunakan pipet.d. Dipindahkan kedalam larutan aquades menggunakan pipet.e. Memindahkan kutu rambut pada minyak cengkeh.f. Memindahkan kutu rambut pada larutan xylol untuk mengeringkan.g. Memindahkan kutu pada objek glass dengan posisi ditengah serta mengatur posisi tubuh kutu seperti posisi kakinya.h. Menetesi kutu rambut yang berada pada objek glass tersebut dengan entelan dan ditutup dengan cover glass.i. Biarka awetan yang sudah jadi sampai kering dan jangan menyentuhnya agar posisinya tidak berubah.5. Pembuatan awetan kutu busuk dilakukan dengan cara:

e. Merendam kutu busuk kedalam larutan aquades selama 4 jam f. Kemudian dipindah kedalam larutan KOH 10% selama 4 jam menggunakan pipet.g. Kemudian dipindah lagi pada larutan NaOH 5% selama 48 jam menggunakan pipet.h. Dipindahkan kedalam larutan aquades menggunakan pipet.i. Memindahkan kutu rambut pada minyak cengkeh.j. Memindahkan kutu rambut pada larutan xylol untuk mengeringkan dan kemudian di press. k. Memindahkan kutu pada objek glass dengan posisi ditengah serta mengatur posisi tubuh kutu seperti posisi kakinya.l. Menetesi kutu busuk yang berada pada objek glass tersebut dengan entelan dan ditutup dengan cover glass.m. Biarka awetan yang sudah jadi sampai kering dan jangan menyentuhnya agar posisinya tidak berubah.B. Selasa, 21 Februari 2012Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Pinning nyamuk

3. Konsultasi cara pembuatan DNA, penentuan primer dan pengambilan data pendukung pembuatan laporan magang.

4. Pembuatan Bab V laporan magang.

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa potongan-potongan wortel dan menimbang berat badan mencit.

2. Melakukan pinning nyamuk dengan cara menusukkan potongan kertas yang dibuat dengan pin punch pada jarum pin, kemudian diolesi dengan kutek dan melekatkan nyamuk pada kertas tersebut untuk selanjutnya diletakkan pada kotak awetan yang telah disediakan.

3. Cara pembuatan DNA yang dilakukan di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara dengan sampel berupa ginjal tikus adalah:

a. Pemecahan atau Pencampuran

Pada tahan ini, dilakukan dengan cara menggerus sampel berupa ginjal tikus dengan menggunakan mortar. Homogenkan 25-50 mg sampel ginjal tikus dalam 1 ml DNAzol. Kemudian ambil sebanyak 5-10 mg sampel ginjal yang telah halus dengan mikro pipet dan dimasukkan kedalam tabung kemudia dibiarkan selama 5-10 menit pada suhu kamar. Untuk meminimalisir kerusakan DNA, maka dilakukan pemcampuran atau vortex dengan beberapa bahan tambahan yang meliputi: proteinase K ( untuk mempermudah dan memperbaiki kerusakan isolasi DNA akibat proses homogenisasi). Cernakan sampel ginjal tikus (25-100 mg) dalam 0,5 ml DNAzol tambahan dengan proteinase K (100 g/ml) selama 4-24 jam pada suhu kamar.

b. Sentrifugasi

Endapan yang dihasilkan dari tahap pertama dihomogenkan dengan alat sentrifugasi selama 10 menit pada suhu 4-25 0C dengan kecepatan 10.000 rpm. Setelah itu, pindahkan cairan kental (supernatant) yang dihasilkan, pada tabung yang baru. Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan fragmen-fragmen jaringan yang tidak dapat dipecahkan, sebagian cairan RNA dan kelebihan polisakarida dari cairan.

c. Pengendapan DNA

Mengendapkan DNA dari cairan dengan menambahkan 0.5 ml ethanol 100% dalam 1 ml DNAzol yang digunakan untuk isolasi. Campur sampel dengan cara membalikkan tabung beberapa kali dan didiamkan pada suhu kamar selama 1-3 menit. Pastikan DNAzol dan ethanol tercampur dengan baik untuk membentuk larutan sejenis. DNA dengan cepat akan tampak sebagai endapan yang keruh. Kemudian pindahkan DNA pada tabung yang bersih. Letakkan tabung secara tegak lurus selama 1 menit dan hilangkan sisa ciaran dari dasar tabung. Kemudian disentrifugasi pada suhu 4-25 0C dengan kecepatan 5.000 rpm selama 5 menit.

d. Pencucian DNA

Cuci DNA dengan 0.8-1 ml ethanol 70%. Letakkan tabung secara vertikal selama 0,5 -1 menit sampai DNA dapat mencapai dasar tabung. Kemudian hilangkan ethanol dengan pipet atau dituang.

e. Pelarutan DNA

Hilangkan sisa alkohol dari dasar tabung menggunakan pipet. Selanjutnya, DNA dilarutkan dalam air. Tambahkan 8 mM NaOH atau air untuk mendekati konsentrasi DNA sebesar 0,2-0.3 g/l. Pada keadaan khusus untuk sampel jaringan, tambahkan 0,2-0,3 ml dari NaOH 8 mM atau air kedalam isolasi DNA dari 10-20 mg sampel ginjal. Kemudian disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 12.000 rpm.

Sementara itu, untuk penentuan primer yang digunakan untuk proses PCR di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara adalah sesuai penelitia yang dilakukan oleh Fonseca (2006) yaitu dengan urutan primer G1 (5- CTG AAT CGC TGT ATA AAA GT-3) dan G2 (5-GGA AAA CAA ATG GTC GGA AG-3). Pengambilan data juga dilakukan untuk melengkapi hasil kegiatan magang berupa foto hasil pembacaan pada gel documentation terhadap sampel ginjal tikus yang diperiksa.

4. Membuat Bab V laporan kegiatan magang berdasarkan data-data yang diperoleh.C. Rabu, 22 Februari 2012Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Konsultasi laporan magang

3. Pinning nyamuk

4. Pembuatan awetan jentik

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran kacang hijau, beras merah dan jagung.

2. Konsultasi bab I-VI dari laporan magang.

3. Melakukan pinning nyamuk dengan cara menusukkan jarum pinning pada kertas point, kemudian diolesi dengan kutek dan melekatkan nyamuk pada kertas tersebut untuk selanjutnya diletakkan pada kotak awetan yang telah disediakan.

4. Pembuatan awetan jentik dilakukan dengan cara:

a. Merendang jentik pada air panas ( 800C), tunggu beberapa saat sampai jentiknya mati semua.

b. Kemudian merendam jentik pada alkohol 70% selama 24 jam.

c. Kemudian dipindah pada alkohol 80% selama 10 menit.

d. Direndam kedalam alkohol 900C selama 10 menit.

e. Dipindah dan direndam dalam minyak cengkeh selama 30 menit

f. Kemudian diberi xylol untuk menghilangkan sisa minyak cengkeh supaya sampel jentik tidak berwarna coklat saat diberi entelan.

g. Meletakkan jentik pada objek glass.

h. Kemudian memberi entelan secukupnya.

i. Tutup dengan cover glass, dan tunggu hingga kering.

D. Kamis, 23 Februari 2012Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Pinning nyamuk Anopheles

3. Identifikasi nyamuk Anopheles

4. Konsultasi dan revisi laporan magang

5. Penyerahan buku kerja magang pada pembimbing lapangan.

Hasil:

1. Memberi makan mencit dengan potongan-potongan wortel

2. Membuat pinning nyamuk dengan cara menusukkan jarum pinning pada kertas point, kemudian diolesi dengan kutek dan melekatkan nyamuk pada kertas tersebut untuk selanjutnya diletakkan pada kotak awetan yang telah disediakan.

3. Hasil identifikasi terhadap nyamuk Anopheles yang diperoleh, didapatkan beberapa spesien nyamuk Anopheles antara lain:

a. Nyamuk Anopheles vagus, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya pucat

4) Femur dan tibia tidak berbercak

5) kaki depan dengan gelang lebar

6) Gelang pucat diujung palpi panjangnya sekurang-kurangnya 3 kali panjang gelang gelap dibawahnya, proboscis mempunyai bagian yang pucat diujungnya.

b. Nyamuk Anopheles kochi, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap

4) Femur dan tibia berbercak bintik-bintik pucat

5) Sekurang-kurangnya ada 4 gelang pucat pada palpi

6) Pada sternit II sampai VII dari abdomen terdapat sikat-sikat yang terdiri dari sisik gelap, gelang-gelang pucat pada tarsi kaki belakang pucat.

c. Nyamuk Anopheles aconitus, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat 2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap4) Femur dan tibia tidak berbercak5) Tarsus kaki depan tidak bergelang atau dengan gelang sempit6) Setengah dari ujung proboscis pucat.

d. Nyamuk Anopheles flavirostris, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap4) Femur dan tibia tidak berbercak5) Tarsus kaki depan tidak bergelang atau dengan gelang sempit6) Bagian distal yang pucat disebelah ventral proboscis tidak menentu.

4. Konsultasi laporan magang dan perbaikan pada bagian-bagian pada laporan magang yang telah dikoreksi.

5. Penyerahan buku kerja magang kepada pembimbing lapangan untuk penilaian kegiatan magang yang dilakukan.

E. Jumat, 24 Februari 2012Kegiatan:1. Rearing mencit

2. Post test

Hasil:

1. Memberi makan mencit dengan campuran beras merah, kacang hijau dan jagung.

2. Mengerjakan soal-soal post test yang diberikan oleh pihak Balai Litbang P2B2 Banjarnegara sebagai kegiatan terakhir pada magang yang dilakukan di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.

LOG HARIAN JAM KERJANoHariJam Kerja

1Senin 8

2Selasa 8

3Rabu 8

4Kamis 8

5Jumat 3,5

6Sabtu -

7Minggu -

HELMINTH

FILUM NEMATHELMINTHES

CLASS TREMATODA

CLASS EUCESTODA

CLASS

COTYLODA

FILUM PLATYHELMINTHES

CLASS

NEMATODA

FILUM ACANTHOCEPHALA

Telur cacing

Hospes intermedier

(vertebrata/invertebrata)

METACESATODA

Cacing dewasa

Hospes definitif