Upload
ryzaamirethasani
View
135
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 1/30
Case Report
PENATALAKSANAAN REGIONAL ANESTESI DAN
TERAPI CAIRAN PADA PREEKLAMPSI BERAT
Oleh:
Mellissa Tantia (0618011074)
RA Ermita Putri Astriani(110.2004.201)
Annimi FM Siregar (110.2004.026)
Pembimbing :
dr. Achmad Assegaf , Sp.An
dr. Undang Komarudin, Sp.An
dr. Putu Yunita Palupi, Sp.An
dr. Indra Faisal, Sp. An
dr. M. Dandy, Sp. An
SMF ANESTESI
RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
JUNI 2011
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 2/30
1
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Sumberejo Lamtim
No. RM : 147600
Tanggal masuk RSAM : 04 Mei 2011Tanggal operasi : 05 Mei 2011
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis (05 Mei 2011)
Keluhan utama : hamil cukup bulan dengan darah tinggi
Keluhan tambahan : kaki bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan perut terasa mulas sejak 1 hari SMRS yang
dirasakan makin lama makin sering dan kuat. Keluhan disertai dengan keluar
darah dan lendir dari kemaluan dan kedua kakinya membengkak.
Karena keluhan ini pasien berobat ke bidan dan dikatakan pasien menderita sakit
darah tinggi, dengan tekanan darah 170/110 mmHg, kemudian oleh bidan pasien
dirujuk ke RSAM. Riwayat darah tinggi sebelum hamil disangkal pasien. Pasien
mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih dirasakan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak mempunyai riwayat darah tinggi sebelumnya.
Riwayat Alergi Obat
Tidak ada
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 3/30
2
Riwayat Konsumsi Alkohol dan Merokok
Tidak ada
Riwayat Minum Obat Penenang
Tidak ada
Riwayat Operasi
Tidak ada
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS ANESTESI
Primary Survey dan Resusitasi
Primary Survey
A = Airway :
Kesadaran : Compos Mentis
Look, Listen, Feel : Nafas spontan
Gerak Dada : (+)
Gerak otot nafas tambahan : (-)
Warna kulit, mukosa, kuku : Asianosis
B = Breathing :
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suara Nafas : Vesikuler
Suara Nafas Tambahan : (-)
C = Circulation
TD : 170/110 mmHg
Nadi : 85 x / menit
Suhu : 36.50
C
Cappilary refill : < 2 detik
Akral : Hangat
Cor : BJ I & II tunggal, murmur (-/-), gallop (-/-)
D = Disability
(-)
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 4/30
3
E = Exposure :
(-)
Secondary Survey
Breathing (B1) : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Bleeding (B2) : (-)
Brain (B3) : GCS 15, tenang, pupil isokor, reflex cahaya (+/+),
lateralisasi (-)
Bladder (B4) : s 100 cc, kateter terpasang, warna kuning keruh
Bowl (B5) : BU (+), asites (-)
Bone (B6) : Intak
STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Luar : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah processus xypoideus
(34cm), memanjang, kepala, bagian yang masuk pintu
janin
4/5, his (2/10¶/20¶¶), DJJ 120 x/mnt, taksiran berat janin
3300
gram.
Pemeriksaan dalam : Portio lunak, posterior, pembukaan kuncup, kepala H I-II,
petunjuk belum dapat dinilai.
STATUS GENERALIS
Kepala
Bentuk : Bulat simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Palpebra oedem (+/+), konjungtiva ananemis, sklera
anikterik, lensa jernih, pupil isokor, reflek cahaya (+/+),
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung ,septum tidak
deviasi,
sekret (-), mukosa tidak hiperemis
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 5/30
4
Mulut : Bibir tidak kering, bibir sianosis (-), lidah kotor (-),
faring tidak hiperemis
Leher : Tidak ada kelainan
Thorak
PARU
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri simetris
Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler seluruh lapang paru, wheezing (-/-) ronkhi (-/-)
JANTUNG
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas : sela iga III parasternal kiri
Batas kanan : sela iga V parasternal kanan
Batas kiri : sela iga VI midklavikula kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I - II reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Status Obstetri
Genitalia externa
Kelamin : Wanita, perdarahan pervaginam (+).
Ekstremitas
Superior : Oedem (+/+), sianosis (-)
Inferior : Oedem (+/+), sianosis (-)
Diagnosis Pre Operasi
G5P4A0 hamil aterm inpartu kala II dengan Pre Eklampsia Berat Janin Tunggal
Hidup Presentasi Kepala
Rencana Operasi
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 6/30
5
Sectio Sesarea
Kesan
Status Fisik ASA III E
Jenis Anestesi
Anestesi umum
Teknik Anestesi
Induksi Anestesi Intravena dilanjutkan dengan intubasi endotracheal tube No. 7.5
dan dipasang guedel.
Persiapan Operasi
Surat izin operasi
Puasa 6-8 jam sebelum operasi
Tidak memakai perhiasan / kosmetik
Memakai gigi palsu
Memakai baju khusus kamar bedah
Pemeriksaan Dikamar Operasi
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 170/110mmHg
Nadi : 85 x/mnt
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu : 37 rC
Hasil Laboratorium
Darah Rutin
Hb : 15,1 gr/dl ( 12,0-16,0 gr/dl)
Hematokrit : 42 % ( 38-47 %)
Leukosit : 19.700/mm3 (4.500-10.700/ul)
Hitung jenis :
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 7/30
6
Basofil : 0 % (0-1 %)
Eosinofil : 0 % (0-3 %)
Netrofil batang : 1 % (2-6 %)
Netrofil segmen : 92 % (50-70 %)
Limfosit : 5 % (20-40 %)
Monosit : 2 % (2-8 %)
LED : 40 mm/jam (0-20 mm/jam)
Masa perdarahan : 3 menit (1-7 menit)
Masa pembekuan : 10 menit (9-15 menit)
Trombosit : 257.000/uL (150.000-400.000/IU)
Kimia Darah
Ureum : 29 mg/dl (10-40 mg/dl)
Creatinine : 1,5 mg/dl (0,9-1,5 mg/dl)
Bilirubin total : 0,5 mg/dl (0,2-1,0 mg/dl)
Bilirubin direk : 0,1 mg/dl (0-0,25 mg/dl)
Biliribun indirek : 0,3 mg/dl (0,1-0,6 mg/dl)
Alkali phospatase : 217 U/L (64-300 U/L)
GDS : 104 mg/dl (70-200 mg/dl)
SGOT : 21 U/L (6-25 U/L)
SGPT : 13 U/L (6-35 U/L)
LDH : 520 U/L
Urine Lengkap
Warna : merah
Kejernihan : keruh
Berat jenis : 1,015
pH : 7
Leukosit : 500 /ul
Nitrit : -
Protein : 500 mg/dl
Glukosa : -
Keton : -
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 8/30
7
Urobilinogen : -
Bilirubin : -
Darah Samar : 250/ul
Sedimen leukosit : tidak terhitung
Erytrocyt : tidak terhitung
Epitel : +
Bakteri : -
Kristal : -
Silinder : -
Anestesi
Premedikasi
Fentanyl 50 mg
Ulceranin 50 mg
Induksi
Propofol 150 mg
Relaksasi otot
Tracurium 35 mg
Medikasi
Dexametason
Pitocyn 20 mg
Metergin
Maintenance
O 2,5 liter/ menit
NO 2 liter/ menit
Sevofluran 1 Vol %
Nafas terkendali
Tekhnik Anestesi
Setelah alat disiapkan dan pasien posisi terlentang (supine), dipasang infus RL
1 jalur.
Setelah itu diberikan injeksi ulceranin 50 mg.
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 9/30
8
Sungkup muka kemudian dipasang dengan pemberian oksigen 100 %
sebesar 2,5 l / menit selama 5 menit.
Setelah s 5 menit, diberikan obat pelumpuh otot Tracrium 25 mg dan mulai
dilakukan induksi dengan propofol 150 mg ( IV ).Intubasi dengan endotracheal tube no.7.5 dengan cuff dan guedel terpasang.
N2O mulai diberikan 4 l/menit dengan O2 2 l/menit, bersamaan dengan ini
sevofluran dibuka sampai 1 % dan sedikit demi sedikit (sesudah 5-10 kali
tarikan nafas) dinaikkan dengan 1-3 %
Setelah diyakini anestesi berhasil dan aman untuk dilakukan operasi,, operasi
di mulai dengan Insisi ( SC ).
Kontrol TD, nadi dan respirasi setiap 5 menit.
± 15 menit kemudian bayi lahir lalu diberi Pitocyn 20 IU dalam RL 500 cc.
Pada lapangan operasi terjadi perdarahan.
15 menit kemudian TD menjadi 130/70 mmHg.
15 menit kemudian TD menjadi 160/80 mmHg.
Lalu diberikan pethidin 50 mg IV.
TD tidak stabil, saat operasi selesai TD 120/70 mmHg.
Setelah operasi selesai dilakukan pengisapan lendir, ekstubasi setelah nafas
spontan, kemudian sevofluran dan NO dimatikan diberi O sebanyak 6l/ menit
sampai diyakini jalan nafas bebas.
Pasien diobservasi di RR.
Lama Operasi
2 jam 5 menit
Perawatan Diruang Pemulihan
Setelah 10 menit di ruang pulih sadar :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Somnolen
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Os dikirim keruang perawatan dalam keadaan baik
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 10/30
9
Penatalaksanaan
Pemberian oksigen 3 ltr/menit
RESUME
Pasien wanita 40 thn, datang dengan keluhan perut mules sejak s 1 hari yang lalu
dan disertai keluhan keluar darah dan lendir dari kemaluan dan kedua kakinya
membengkak. Riwayat darah tinggi sebelum hamil disangkal pasien. Pasien
mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih dirasakan.
D/ Pre Operasi : Pre Eklampsia BeratRencana Operasi : SC
Kesan : Status fisik ASA III E
Jenis Anestesi : General anestesi
Tekhnik Anestesi : Endotracheal tube no. 7.5 dengan cuff dan guedel, dan
nafas
terkendali
Pemeriksaan fisik di kamar operasi
TD : 170 / 110 mmHg
N : 85 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 37 rC
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 11/30
10
Premedikasi : Ulceranin 50 mg, Fentanyl 50 mg
Induksi : Propofol 150 mg i.v
Relaksasi Otot : Tracurium 35 mg
Medikasi : Deksamethason
Pitocyn
Maintenance
O 2,5 liter / menit
NO 2 liter / menit
Sevofluran 1 Vol %
Nafas terkendali
Lama operasi : 2 jam 5 menit
Perawatan di ruang pemulihan
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Belum sadar penuh / somnolen
TD : 140 / 90 mmHg
Nadi : 86 x/mnt
Pernapasan : 20 x/mnt
Penatalaksanaan : O2 3 ltr/mnt
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 12/30
11
DISKUSI
Pada pasien ini di diagnosis Pre Eklampsia Berat setelah dilakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik di RSAM. Kemudian dilakukan SC.
Persiapan Operasi pada pasien ini :
Tidak menggunakan gigi palsu dan pasien tidak makan dan minum selama 7 jam,
yang merupakan indikasi untuk dilakukan tindakan anestesi.
Persiapan Pre Anestesi :
Pemeriksaan fisik didapatkan TD 170/110 mmHg, nadi 85 x/mnt, respirasi 20
x/mnt, suhu 37 rC. Pasien dilakukan Anestesi Umum dengan Propofol 140 mg
yang sebelumnya diberikan premedikasi Ulceranin 50 mg.
Tehnik anestesi yang dipilih adalah anestesi umum dengan endotracheal tube
karena diperkirakan operasi akan berlangsung lebih dari 60 menit dan agar lebih
mudah mengontrol pernafasan, diberikan muscle relaxan karena obat ini sangat
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 13/30
12
membantu dalam pelaksanaan anestesi umum dan mengurangi cidera tindakan
Laringoscopy dan intubasi tracheal, dengan pelumpuh otot jangka panjang berupa
Tracurium 35 mg i.v untuk mencegah nafas spontan dan merelaxasikan otot dalam
waktu yang lebih lama.
Pasien ini mendapatkan premedikasi yaitu Ulceranin yang berisi Ranitidin (Gol.
Antagonis Reseptor H2 ) yang bermanfaat untuk mengurangi produksi asam
lambung pada pasien ini.
Induksi dilakukan dengan menggunakan Propofol yang merupakan gol.
Nonbarbiturat, yang memiliki efek pada CVS. Propofol menurunkan TD
dikarenakan efek simpatolitik atau vagotonik dan diikuti perubahan pada Cardiac
Output atau Resistensi Vascular Sistemik.
Pada dasarnya aspirasi lebih mudah terjadi pada pasien obstetrik karena faktor
yang tidak menguntungkan, hal ini karena terdapat penurunan tonus sficnter tonus
gastroesofageal, pengosongan lebih lambat dan tekanan lambung pada saat
tertentu lebih tinggi, sehingga segera dilakukan pembebasan dan pembersihan
jalan nafas, pemberian Bronkodilator dan Kortikosteroid. Pada pasien ini selama
operasi berlangsug kurva tekanan darah tidak stabil (naik turun ).
Operasi berlangsung selama 2 jam 5 menit, setelah operasi selesai Sevofluran dan
NO dihentikan dan diberikan O 100% 6-8 liter/menit untuk mencegah hipoksia
difusi. Setelah nafas spontan pasien dibawa ke ruang pulih sadar untuk
diobservasi.
Terapi Cairan
Diberikan cairan lewat kanula vena pada tangan kanan berupa :
1. Cairan kristaloid (RL) sebanyak 1500 ml
2. Cairan koloid (Fima Hess) sebanyak 500 ml
Total cairan yang masuk sebanyak 2000 ml
Perhitungan cairan yang diberikan :
Cairan keluar
Perdarahan (tabung suction + duk + kassa) : 700 cc
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 14/30
13
Insessible loss (1,5 2 cc/kgBB/jam) : 280 cc
Urin : 100 cc
Kebutuhan pemeliharaan selama operasi 6 cc/kgBB/jam : 840 cc
Total Cairan yang Keluar : 1920 cc
Berat badan pasien 70 kg
EBV = 65 ml / kgBB = 65 x 70 = 4550 ml
Kehilangan darah = 700 x 100 % = 15,4 % (Grade II)
-----------------
4550
Penggantian darah selama operasi = 3 ml kristaloid : 1 ml koloid
Terapi cairan ( diluar kehilangan darah) :
Kebutuhan cairan rutin selama pembedahan :
= ( 4ml x 10 x 2) + ( 2ml x 10 x 2) + (1 ml x 50 x 2)
= 80ml + 40ml + 100ml
= 220 ml
Penggantian cairan pemeliharaan
= 6 ml/Kg BB / jam
= 6 ml x 70 x 2 jam
= 840 ml
Jadi, kebutuhan cairan selain penggantian kehilangan darah adalah 1060 ml untuk
menggantikan kehilangan cairan berupa urin, IWL dan cairan pemeliharaan
selama operasi yaitu 1220 ml
Selisih cairan keluar dan masuk
2000 cc 1920 cc = 80 cc (balance +)
Kesan : Tatalaksana yang diberikan selama operasi pada pasien ini telah dapat
menggantikan kehilangan darah selama operasi cairan yang diberikan pada pasien
ini sesuai kebutuhan.
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 15/30
14
PREEKLAMPSI BERAT
Pengertian
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia
berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 16/30
15
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
K Perawatan Aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assesment (NST & USG).
Indikasi (salah satu atau lebih)
a. Ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan
desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala
status quo (tidak ada perbaikan).
b. Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
Adanya tanda IUGR
c. Laboratorium
Adanya ³HELLP syndrome´ (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia).
K Pengobatan Medisinal
Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat yaitu :
Segera masuk rumah sakit
Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit,
refleks patella setiap jam.
Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-
125cc/jam) 500 cc.
Antasida
Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 17/30
16
Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru,
payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid
injeksi 40 mg/im.
Antihipertensi diberikan bila :
Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg
atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan
diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan
menurunkan perfusi plasenta.
Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada
umumnya.
Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapatdiberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu),
catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc
cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-
5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang
sama mulai diberikan secara oral.
Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
Lain-lain :
Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.
Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5 derajat
celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau
alkohol atau xylomidon 2 cc IM.
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 18/30
17
Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6
jam/IV/hari.
Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi
uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-
lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
K Pemberian Magnesium Sulfat
Cara pemberian magnesium sulfat :
1. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 1
gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit).
Diikuti segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 %
dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi
nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin
pada suntikan IM.
2. Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam
pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6
jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
3. Syarat-syarat pemberian MgSO4
Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram (10%
dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
Refleks patella positif kuat
Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam).
4. MgSO4 dihentikan bila :
Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan
dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-
otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuatadalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10
mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan
dan lebih 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.
Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat
a. Hentikan pemberian magnesium sulfat
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 19/30
18
b. Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10cc) secara IV
dalam waktu 3 menit.
c. Berikan oksigen.
d. Lakukan pernapasan buatan.
Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan
sudah terjadi perbaikan (normotensif).
Pengobatan Obstetrik Cara Terminasi Kehamilan yang Belum Inpartu
1. Induksi persalinan
Tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan dengan
fetal heart monitoring.
2. Seksio sesaria bila :
Fetal assesment jelek
Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5)
atau
adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif.
Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio
sesaria.
Cara Terminasi Kehamilan yang Sudah Inpartu Kala I
1. Fase laten
6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.
2. Fase aktif :
Amniotomi saja
Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka
dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin).
Cara Terminasi Kehamilan yang Sudah Inpartu Kala II
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 20/30
19
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah
pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang; bila
keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan
kortikosteroid.
Perawatan Konservatif
1. Indikasi
Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal
Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanyaloading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler
saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan.
3. Pengobatan obstetri
Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre
eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan
medisinal gagal dan harus diterminasi.
Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih
dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
Penderita dipulangkan bila :
Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklampsia
ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan
: penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia
ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 21/30
20
ANESTESIA UMUM
Pendahuluan
Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anesthesia
yang ideal terdiri dari : hipnotik, analgesia, relaksasi otot.
Metode Anesthesia Umum
1. Parenteral
Anestesia umum yang diberikan secara parenteral baik intravena maupun
intramuscular biasanya digunakan untuk tindakan yang singkat atau untuk induksi
anesthesia.
2. Perektal
Anestesia umum yang diberikan melalui rectal kebanyakan dipakai pada anak,
terutama untuk induksi anesthesia atau tindakan singkat
3. Perinhalasi
Anesthesia inhalasi ialah anesthesia dengan menggunakan gas atau cairan
anestetika yang mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetika melalui
udara pernafasan. Zat anestetika yang dipergunakan berupa suatu campuran gas (
dengan O2) dan konsentrasi zat anestetika tersebut tergantung dari tekanan
parsialnya. Tekanan parsial dalam jaringan otak menentukan kekuatan daya
anestesi, zat anestetika disebut kuat bila dengan tekanan parsial rendah sudah
mampu memberi anesthesia yang adekuat.
Anestesia inhalasi masuk dengan inhalasi/inspirasi melalui peredaran darah
sampai ke jaringan otak. Faktor-faktor lain seperti respirasi, sirkulasi dan sifat-
sifat fisik zat anestetika mempengaruhi kekuatan maupun kecepatan anesthesia.
Ruang lingkup kerja anestesi :
1. Ruang operasi
2. ICU
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 22/30
21
3. UGD
Persiapan Anestesi
Tujuan :
1. Mempersiapkan mental dan fisik penderita secara optimal
2. Merencanakan & memilih tehnik & obat-obat anestesi yang sesuai
3. Mengurangi angka kesakitan
4. Mengurangi angka mortalitas
Tahap :
1. Informed consent
2. Periksa keadan ummum pasien :
Anamnesis
Fisik diagnostic
Pemeriksaan Lab
Kelas / status penyakit
3. ASA Menentukan grade operasi
4. Masukan oral dibatasi ( Puasa )
5. Tehnik operasi
6. Resiko operasi
7. Premedikasi
Tujuan Premedikasi :
1. Menenangkan penderita
2. Mengurangi rasa sakit
3. Memudahkan induksi
4. Mengurangi dosis obat- obat anestesi
5. Menngurangi refleks yang tidak diinginkan
6. Mengurangi sekresi kelainan mulut & saluran nafas
7. Mencegah mual dan muntah pasca bedah
8. Mencegah penderita ingat situasi selama operasi ( menciptakan amnesia )
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 23/30
22
Obat obatan Premedikasi :
1. Sedativa, transquilizer
2. Analgetika narkotika
3. Alkaloid belladona :
Anti sekresi
Mengurangi efek vagal terhadap jantung dari obat-obat
Impuls afferent abdomen, thorax, mata
4. Anti emetic
Klasifikasi Status Fisik :
ASA I : Pasien normal / sehat
ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan
ASA III : Pasien dgn peny. Sistemik berat sehingga aktivitas rutin terbatas
ASA IV : Pasien dengan peny. Sistemik berat tidak dapat melakukan
aktivitas
rutin dan penyakitnya mengancam kematian
ASA V : Pasien emergensi / muribund, dengan atau tanpa operasi hidupnya
tidak lebih dari 24 jam
Anestesi Umum
Tehnik :
1. Inhalasi
2. Intravena
3. Intra Muscular
Pada operasi anak anak
Operasi yang sebentar
Tehnik Penguasaan jalan nafas :
S ungkup dibagi 2 :
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 24/30
23
Triple
Manuver
Indikasi :
Untuk operasi yang sebentar
Untuk pasien yang posisinya tidak sulit
I ntubasi ( ETT ) ada 2 :
Spontan adalah nafas sendiri tanpa muscle relaxan
Kontrol adalah dengan muscle relaxan
Indikasi Intubasi :
Pasien operasi
Pasien bukan operasi ( Contoh : Stroke, gagal nafas dan koma )
Komplikasi Intubasi :
Pada saat intubasi yaitu sudah terjadi kompilkasi
Selama Intubasi :
AspirasiTrauma gigi geligi
Laserasi bibir, gusi, laring
Hipertensi, takikardi
Spasme Bronchus
Setelah Intubasi :
Spasme laring
Aspirasi
Gangguan fonasi
Edema glotis sunglotis
Infeksi laring, faring, trakhea
Indikasi anestesi umum :
1. Infant dan anak usia muda
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 25/30
24
2. Dewasa yang memilih anestesi umum
3. Pembedahannya luas / eskstensif
4. Penderita sakit mental
5. Pembedahan lama
6. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan
7. Riwayat penderita toksik atau alergi obat anestesi lokal
8. Penderita dengan pengobatan antikoagulantia
Masalah-masalah anestesi umum untuk pembedahan darurat yang harus
diperhatikan oleh ahli anestesi adalah :
1. Lambung terisi penuh
2. Hipotensi
3. Kegagalan pernafasan
4. Tamponade kardiac
5. CNS (Central Nervous System)
Masalah tersebut diatas harus dapat dihindari atau diminimalisasikan oleh ahli
anestesi agar dapat dicapai suatu keberhasilan dalam melakukan pembedahan
darurat dan mengurangi risiko akibat dari pemberian anestesi umum, syarat
pemberian anestesi umum harus memperhatikan masalah-masalah tersebut diatas
dan pasien harus sudah dalam keadaan stabil hemodinamikanya.
Pencegahan Aspirasi
Untuk mencegah terjadinya aspirasi dari isi lambung dapat dilakukan cara :
Posisi head down selama trakea tidak diintubasi. Posisi head down juga
setelah trakea diintubasi, kecuali bila ada trauma kapitis atau kenaikan tekanan
intrakranial.
Tube nasogastrik diisap bersih lalu dilepas sebelum diinduksi, dipasang
kembali setelah intubasi dan cuff dipasang.
Siapkan suction yang kuat dan bekerja baik dan kateter besar.
Induksi : head up crash intubation (40°) untuk tenaga yang sudah trampil
intubasi. Penderita dengan trauma maksilofasial yang sukar jalan nafasnya dan
berdarah terus-menerus jangan memakai cara ini. Periode head up dilakukan
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 26/30
25
sependek mungkin agar perfusi otak tidak terganggu. Bila fasikulasi selesai
cepat relaksasi rahang, cepat intubasi, pasang cuff, kembali head down, nafas
buatan. Selama intubasi dan cuff belum terpasang, jangan berikan nafas
buatan kecuali intubasi gagal, segera rubah head down dan beri nafas buatan
untuk mengatasi hipoksia.
Intubasi head down merupakan pilihan lainnya jika cara head up tidak dapat
dilakukan. Bila perlu penderita tidur miring dulu, baru ditelentang waktu akan
laringoskopi. Pada cara intubasi diatas tetap ada saja pasien yang muntah dan
aspirasi masif. Pada trauma maksilofasial atau kesulitan jalan nafas
pertimbangkan intubasi sadar. Boleh spray lidokain 2% pada lidah dan faring,
tetapi jangan kena plika vocalis. Diazepam 0,1 - 0,2 mg/kg IV dapat diberikan
untuk mengurangi stres penderita dan memudahkan intubasi.
Obat-obat anestesi umum yang digunakan pada pembedahan darurat :
Oksigenasi 10 L/menit selama minimal 3 menit
Pentotal 3 - 5 mg/kg BB, suksinilkoline 1 - 2 mg/kgBB (jangan terlalu sedikit
suksinilkoline). Kompresi krikoesofageal dilakukan saat ini, bila terlalu pagi
justru merangsang muntah.
Diazepam 0,2 mg/kg BB iv sebagai pengganti pentotal bila tekanan darah labil
atau pada penderita asma bronkiale, karena pentotal atau tiopental dalam dosis
yang berlebihan dapat menyebabkan hipotensi akibat depresi pusat motor dan
henti nafas karena depresi pusat pernafasan.
Ketamin 1 - 2 mg/kg BB pada penderita dengan shock atau trauma status III
asalkan tidak ada kenaikan tekanan intrakranial.
Metode prelurarisasi dapat saja digunakan asalkan semua cara-cara tersebut
diatas tidak dikurangi atau diubah
Hilangnya kesadaran akan disertai penurunan tonus simpati dan hipotensi.
Karena itu sedapat mungkin jangan mulai anestesi, bila volume replacementmasih belum cukup
Lidokain spray tidak dipakai untuk plika vocalis trakea, karena refleks
protektif jalan nafas tidak boleh hilang, kecuali pada pembedahan intrakranial.
Halotan disertai suplement narkotik intra vena merupakan alternatif lain dan
merupakan obat pilihan untuk toraktomi bila hemodinamik mengijinkan.
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 27/30
26
Karena halotan menyebabkan relaksasi uterus, hati-hati dengan bahaya
hemoragia post partum pada SC, forceps ekstraksi dan lain-lain.
Ketamin selain untuk induksi juga dapat dipakai sebagai obat maintenance (IV
½ - 1 mg/kg BB tiap 10 - 15 menit). Merupakan pilihan yang baik pada
keadaan dimana gangguan hemodinamik tidak dapat diatasi sebelum/selama
pembedahan. Kecuali untuk penderita dengan kenaikan tekanan
intrakranial/kraniotomi, sebab ketamin menaikkan tekanan intra kranial.
N2O2 dan O2 dipakai hanya untuk kraniotomi dengan tambahan pentotal atau
diazepam, droperidol semua diberikan secara intra vena.
Untuk torakotomi mutlak dipakai O2 100%
Relaksan dipakai dalam kombinasi dengan salah satu obat anestesi diatas.
Dosisnya diatur agar tidak terjadi 100% blok supaya reversal nanti mudah.Prostigmin, Atropin dengan perbandingan 2 : 1 dalam satu semprit disuntikkan
iv perlahan-lahan (2 - 3 menit).
Untuk kraniotomi diberikan suksinilkoline (100 mg iv pada orang dewasa),
pada waktu kepala akan dibalut dan ekstubasi. Nafas buatan diberikan secara
perlahan-lahan, awasi kemungkinan regurgitasi, bila perlu dipakai tube
nasofaring.
Setelah nafas spontan kembali, reversal diberikan untuk menghilangkan sisa
relaksan, siap suction yang kuat. Kecuali pada kraniotomi maka semua
ekstubasi dilakukan setelah penderita sadar/cukup sadar untuk menjaga jalan
nafasnya dari aspirasi. Minimal bisa melakukan head lift selama 5 detik
setelah obat relaksasi otot diberi anti dotum.
Penderita dengan penyakit-penyakit khusus sebagai penyulit dari masalah
bedahnya sering dijumpai seperti :
1. Penyakit jantung koroner
Usahakan oksigen demand tidak meningkat oleh infeksi, gelisah, nyeri dan
eksitasi. Usahakan tekanan darah tetap stabil seperti pada waktu sadar atau dapat
turun atau naik ± 10 - 20 mmHg. Monitoring EKG dengan mengawasi segmen
ST, arah T dan timbulnya aritmia yang berbahaya.
2. Penyakit jantung dekompensasi
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 28/30
27
Usahakan depresi myokard serangan mungkin dengan menghindari halotan
konsentris tinggi. Usahakan tekanan darah tidak turun banyak. Pada mitral
stenosis yang sempit, takikardi dapat memacu timbulnya dekompensasi. Usahakan
nadi senormal mungkin pasang CVP kateter dan digitalisasi cepat preoperasi
harus diusahakan.
3. Diabetes mellitus
Periksa kadar gula darah, korelasikan dengan reduksi urin yang sedang menetes
dari kateter. Kadar diusahakan 150 - 200 mg%, jangan berusaha membuat normal.
4. Asma bronkiale
Anamnesis yang teliti tentang berapa berat penyakitnya, seberapa sering serangan,
obat apa yang biasa dipakai. Beri aminofilin IV, kadang penambahan oradexon 1
ampul IV dapat membantu. Jangan intubasi sebelum refleks hilang, pentotal
suksinil kurang tepat disini. Kalau bisa anestesi didalamkan dengan halotan
sampai refleks jalan nafas hilang, baru diintubasi. Ekstubasi juga dilakukan
sebelum refleks timbul lagi, posisi tetap head down.
Komplikasi
1. Aspirasi paru
2. Gangguan respirasi
3. Gangguan kardiovasculer
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 29/30
28
DAFTAR PUSTAKA
Kristanto, Analgesia Regional d .8alam Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif FKUI, Jakarta, 1989, hal.123-128.
Suntoro, Adji, Terapi Cairan Perioperatif d alam Anestesiologi, Bagian
Anestesiologi
dan Terapi Intensif FKUI, Jakarta, 1989, hal 7-92.
5/9/2018 CR Anestesi Bdi Kdk Plp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/cr-anestesi-bdi-kdk-plp 30/30
29