Upload
ngokhanh
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MONITORING CONTROL AND SURVEILLANCE NATIONAL MANUAL:
ENGLISH AND INDONESIAN VERSION (DRAFT)
C-1-A-216-1142-DRA-004
1 CITATION This Document may be cited as:-
A copy of this report can be from:- COREMAP, Program ManagemOffice LIPI Building, Jl. Raden SalehJakarta 10330, Indonesia Tel: + 62 021 314 3080 Fax: + 62 021 327 958 E-mail: [email protected].
MONITORING SURVE
NATIONAENGLISH AND IND
(DR
C-1-A-216-1
06th Septe
COREMAP-ACIL (2000bi). Monitoring Control and Surveillance National Manual: English and Indonesia Version. Pp. 144, Appendices 17. COREMAP-WBA-C-1-A-216-1142-DRA-004-06:09:00. COREMAP Secretariat, Jakarta, Indonesia.
MCS National Manual: English and IndoneC-1-A-216-1142-DRA-004
CONTROL AND ILLANCE L MANUAL: ONESIAN VERSION AFT)
142-DRA-004 mber 2000
Disclaimer:- This document reflects the opinions of the authors and not necessarily the opinion or policy of the COREMAP PMO or Government of Indonesia. Any questions concerning the contents of this report should be addressed to the Authors.
obtained
ent
, 43
id
sian Version (Draft) 06th September 2000 Page 1 of 1
INDONESIA ENGLISH
PENDAHULUAN A. Prinsip-prinsip berikut ini harus dicatat
dalam mengeluarkan dan memelihara dokumen Manual MCS ini:
1. Manual ini merupakan dokumen hidup
dan hendaklah diperbarui dan dapat berubah sesuai dengan tantangan yang dihadapi MCS Terumbu Karang.
2. Kemaskini dan perubahan-perubahan
memerlukan input dari semua badan lain yang terkait.
3. Menteri Kelautan dan Perikanan
sebagai instansi yang memperoleh mandat proyek ini hendaklah menetapkan badan yang terkait untuk memelihara, kemaskini, dan menyediakan perubahan untuk semua yang dikeluarkan manual. Khususnya Kepala Satuan Nasional MCS yang bertanggung jawab untuk menerima, mengatur, dan mengeluarkan semua perubahan (Perubahan berwenang M&E/Audit dan kepatuhan) manual ini, baik material dan lokasi manual.
4. Satu kali dalam setahun Kepala
Satuan Nasional MCS hendaknya menulis kepada rekan-rekan sejawat di dalam badan yang terlibat dalam pengelolaan terumbu karang dan perikanan untuk mendapatkan masukan yang diusulkan untuk diubah. Pada bulan January setiap tahun, perubahan baru dan daftar perubahan hendaknya dikeluarkan, termasuk perubahan-perubahan dari badan lain. Perubahan lainnya sebaiknya diproses sesuai kebutuhan, tetapi pada umumnya tidak lebih dari seperempat tahun.
5. Kepala Satuan Nasional MCS
hendaknya memelihara satu master
PREFACE
A. The following principles must be noted in
the production and maintenance of these MCS manuals:
1. These are living documents and
should be updated and amended regularly to remain current with the challenges facing coral reef (MCS).
2. Updates and changes require input
from all marine partner agencies.
3. The Ministry of Marine and Fisheries as the key beneficiary of this project should be the designated line agency to maintain, update and provide amendments for all issued manuals. Specifically the Head of the National MCS Unit of Fisheries should be the responsible party for receiving, logging and issuing all amendments (the Amendment Authority M&E/Audit and compliance) for these manuals, both material and site specified manuals.
4. Once per year the Head of the
National MCS Unit should write to his colleagues / counterparts in each partner agency involved in coral reef and fisheries management seeking input for suggested amendments. In January of each year the new amendments and amendment list should be issued, including other agency suggestions. Other amendments should be processed as required, but normally not more than quarterly.
5. The Head of the National MCS Unit should maintain a master copy of the
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 - i -
salinan referensi pokok. Semua perubahan harus dicatat dan dipelihara di kantor pusat bila sewaktu-waktu diperlukan untuk bahan referensi di pengadilan.
B. Personil MCS berkewajiban menjadi
teladan untuk konservasi dan mempraktekan environmental yang terbaik, dengan demikian dapat dipahami dan mengikuti hukum adat dan Undang-Undang Konservasi. Dalam kapasitas satuan MCS, aset, dan personil, hendaknya memelihara peralatan dengan tingkat efisiensi yang tinggi, kebersihan dan mengikuti praktek lingkungan yang terbaik. Sampah, limbah, dan minyak sebaiknya tidak dibuang ke laut. Termasuk di dalamnya produk “non biodegradable” – besi, plastik, dan lain-lain. Semua produk yang tidak ramah terhadap lingkungan sebaiknya dikumpulkan di tempat yang tertutup dan selanjutnya dibuang ke tempat yang telah disediakan.
1. Kerusakan terhadap terumbu karang
oleh jangkar hendaknya dihindarkan dengan membuang jangkar ke pasir. Kapal-kapal hendaknya tidak berputar di kawasan karang yang dangkal.
2. Setiap manual propinsi sebaiknya diambil dari versi terbaru sesuai dengan Nasional manual.
3. Hanya manual “terbaru” yang digunakan.
NASIONAL TEMPLATE
NASIONAL / PROPINSI SATUAN MCS DRAFT MCS DOKUMEN NASIONAL
NASIONAL / PROPINSI MCS BADAN TERKAIT
DOKUMEN TERBARU
manuals for use as a base reference. All Amendments must be recorded and retained in the National office in case there is need for reference by the courts.
B. As MCS personnel it is incumbent on us
to set the example for conservation and adherence to best environmental practices, therefore particular effort should be made to understand and follow traditional and formal conservation law. In this capacity the MCS Unit, assets and personnel, should maintain their equipment to the highest level of efficiency, cleanliness and in accordance with specified best environment practices. Garbage, waste products and oil should not be thrown overboard at sea. This especially includes any non-biodegradable products-metals, plastics, etc. All such non-environmentally friendly products should therefore be retained in appropriate closed storage for proper disposal after docking.
1. Damage to coral reefs by anchoring
should be avoided by anchoring on sand. Boats should not be maneuvered in shallow reef areas.
2. Each provincial manual should be derived from the current version of its respective National manual. Only “current” manuals should be used.
NATIONAL TEMPLATE
NATIONAL / PROVINCIAL NATIONALMCS DRAFT MCS DOCUMENT UNIT
NATIONAL / PROVINCIAL MCS LINE AGENCIES
CURRENT DOCUMENT
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 - ii -
1. Diperlukan notifikasi yang jelas untuk PERUBAHAN “DARURAT”
2. Tujuan MCS adalah membantu
mendapatkan kumpulan kapasitas kekayaan terumbu karang bagi pengelolaan manfaat di masa kini dan untuk generasi Indonesia di masa depan. Indonesia juga merupakan bagian dari Konservasi Internasional yang memerlukan pengelolaan, dan MCS sebagai sumber pemerintah Indonesia untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Semua kantor MCS diharuskan
memberitahu atasannya tentang cara untuk memperbaiki operasi dari perspektif lingkungan.
1. There is a requirement for a clear
notification system for “EMERGENCY” AMENDMENTS
2. The purpose of MCS is to help
ensure that the wealth generating capacity of coral reefs is managed for the benefit of present and future generations of Indonesians. Indonesia is also party to an International Conversion that requires this management, and MCS is the resource of Government of Indonesia to achieved this goal.
3. Each and every MCS office is asked to notify his superior of any way of improving operation from an environmental perspective.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 - iii -
MCS OPERATIONS MANUAL CORAL REEF MANAGEMENT FOR THE REPUBLIC OF
INDONESIA
(MANUAL OPERASIONAL MCS PENGELOLAAN TERUMBU KARANG UNTUK
REPUBLIK INDONESIA)
AMENDMENTS (PERUBAHAN) AMENDMENT NO
(NOMOR PERUBAHAN) CHAPTER AND PAGE
NUMBER (BAB DAN NOMOR
HALAMAN)
DATE OF AMENDMENT LIST
(TANGGAL LEMBARAN PERUBAHAN)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 - iv -
GLOSSARY
Abbreviations
Full Name
Adm. Administration A.O Arresting Officer A.T.U Air Traffic Unit Binnos Binoculars Comm. Communication CH Channel COREMAP Coral Reef Rehabilitation and Management Project CRITC Coral Reef Information and Training Center CRMP Coral Reef Management Plan COFOPS Chief of Fisheries Operations COP Complete Operation Plan FV Fishing Vessel GPS Global Positioning System GT Gross Tonnage HF High Frequency Info Information I.O Investigation Officer Khz Kilo hertz Log. Logistic MABES ABRI Central Command Armed Forces of Republic Indonesia MCS Monitoring, Control and Surveillance M&E Monitoring and Evaluation NAV Navigation NGO Non-Government Organization NT Net Tonnage Ops. Operation O/C Officer in-Charge OOD Officer On Duty P.P Public Prosecutor RX Receiving S&E Surveillance and Enforcement SOP Standard Operations Procedures TRG Training TWA Taman Wisata Alam (Tourist Nature Park) TN Taman Nasional (National Park) TBR Taka Bone Rate TX Transmit UHF Ultra High Frequency UNCLOS United Nations Convention Law of the Sea VHF Very High Frequency
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 - v -
TABLE OF CONTENTS (DAFTAR ISI)
PREFACE (KATA PENGANTAR) …………………………………………………….. i AMENDMENTS (PERUBAHAN) …………………………………………………….… iv GLOSSARY ……………………………………………………………………………… v TABLE OF CONTENTS (DAFTAR ISI) ..…………………………………………….. vi CHAPTER 1 INTRODUCTION …………………………………………………... 1 (BAB 1) (PENDAHULUAN) CHAPTER 2 ORGANIZATION CHART FOR MARINE ENFORCEMENT AGENCIES …………………………………………………………. 3 (BAB 2) (BAGAN ORGANISASI AGENSI-AGENSI PENEGAKAN DI LAUT) CHAPTER 3 GENERAL CORAL REEF AND FISHERIES MANAGEMENT PRINCIPLES / POLICIES AND MANAGEMENT PLANS……… 7 (BAB 3) (PRINSIP-PRINSIP UMUM KEBIJAKAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DAN PERIKANAN SERTA RENCANA PENGELOLAAN) CHAPTER 4 AUTHORITIES OF AGENCIES ………………………………….. 10 (BAB 4) (KEWENANGAN AGENSI) CHAPTER 5 CODE OF CONDUCT FOR CORAL REEF AND FISHERIES PERSONNEL ………………………………………………………. 15 (BAB 5) (PETUNJUK PELAKSANAAN UNTUK PERSONIL TERUMBU KARANG DAN PERIKANAN) CHAPTER 6 CORAL REEF MANAGEMENT PLAN FOR THE AREA / REGION …………………………………………………………….. 19 (BAB 6) (RENCANA PENGELOLAAN TERUMBU KARANG UNTUK LOKASI / KAWASAN) CHAPTER 7 LICENSING SYSTEM ……………………………………………… 21 (BAB 7) (SISTEM PERIZINAN) CHAPTER 8 MCS OPTIONS FOR IMPLEMENTATION OF MANAGEMENT PLAN …………………………………………………………………. 29 (BAB 8) (OPSI-OPSI MCS UNTUK IMPLEMENTASI RENCANA PENGELOLAAN) CHAPTER 9 PREVENTATIVE MCS MEASURES ………………………………34 (BAB 9) (TINDAKAN-TINDAKAN PREVENTIF MCS)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 - vi -
CHAPTER 10 REEF WATCH ……………………………………………………… 40 (BAB 10) (PENGAMAT TERUMBU KARANG) CHAPTER 11 DATA COLLECTION SYSTEMS (MONITORING) ……………… 44 (BAB 11) (SISTEM PENGUMPULAN DATA – MONITORING) CHAPTER 12 THE FISHERIES PATROL SURVEILLANCE AND ENFORCEMENT …………………………………………………… 71 (BAB 12) (PATROLI PENGAWASAN DAN PENEGAKAN PERIKANAN) CHAPTER 13 DETENTION, ARREST, AND COURT ACTION ………………… 84 (BAB 13) (PENAHANAN, PENANGKAPAN, DAN TINDAKAN PENGADILAN) CHAPTER 14 MCS EQUIPMENT ………………………………………………... 113 (BAB 14) (PERALATAN MCS) CHAPTER 15 MCS COMMUNICATIONS ……………………………………….. 137 (BAB 15) (KOMUNIKASI MCS) CHAPTER 16 ADMINISTRATION REPORTS AND FORMATS …………….... 144 (BAB 16) (ADMINISTRASI LAPORAN-LAPORAN DAN FORMULIR- FORMULIR)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 - vii -
APPENDIX LIST
(DAFTAR LAMPIRAN) I. Acknowledgment and Inspection of Ship Papers 30 GT and Below-PPK 29
(Tanda Terima dan Pemeriksaan Dokumen Kapal 30 GT dan di bawah PPK 29)
II. Acknowledgment and Inspection of Ship Papers 30 GT and Above-PPK 27/29 (Tanda Terima dan Pemeriksaan Dokumen Kapal 30 GT dan di atas-PPK 27/29)
III. Reef Watcher Operation Orders-MCS NAT 01/99 (Perintah Operasi – MCS Nat. 01/99)
IV. Reef Watcher Daily Report-MCS NAT 02/99 (Laporan Harian Pengamat Karan – MCS Nat. 02/99)
V. Briefing Format-MCS NAT 03/99 (Formulir Briefing – MCS Nat. 03/99)
VI. Debriefing Format-MCS NAT 04/99 (Formulir Briefing Ulang – MCS Nat. 04/99)
VII. Investigation Papers Formats PPNS / SERSE 1-10.01 (Formulir Investigasi PPNS / SERSE 1-10.01)
VIII. Police Report PL – 03 (Laporan Polici PL-03)
IX. List of Suspect PL – 05 (Daftar Tersangka PL-05)
X. List of Witnesses PL – 06 (Daftar Saksi-Saksi PL-06)
XI. List of Exhibits PL – 07 (Daftar Barang Bukti PL-07)
XII. List of Documentary Exhibits PL – 08 (Daftar Barang Bukti PL-08)
XIII. Report of Fish Died Due to Bombing and Poisoning-MCS NAT 05/99 (Laporan Ikan yang Mati karena di Bom dan di Racun – MCS Nat. 05/99)
XIV. Boarding and Searching Certificate-MCS NAT 06/99 (Sertifikat Boarding dan Penggeledahan – MCS Nat. 06/99)
XV. Certificate of Seized Equipment and Fish-MCS NAT 07/99 (Sertifikat Sitaan Peralatan dan Ikan – MCS Nat. 07/99)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 - viii -
XVI. Auction of Seized Catch-MCS NAT 08/99 (Lelang Ikan yang Disita – MCS Nat. 08/99)
XVII. Official Letter for Departmental Travelling-MCS NAT 09/99 (Surat Perintah Perjalanan Dinas – MCS Nat. 09/99)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 - ix -
INDONESIA ENGLISH
BAB 1 1 MANUAL OPERASIONAL MCS DAN
ADMINISTRASI NASIONAL
P E N D A H U L U A N Maksud: Manual operasional MCS dimaksudkan untuk: 1. Menjamin perencanaan serta prosedur
operasional standar bagi pelaksanaan rencana-rencana pengelolaan terumbu karang mengikuti hukum-hukum perundangan pemerintah yang ada; dan
2. Menyiapkan suatu mekanisme standar
guna menjamin penyampaian petunjuk operasi MCS yang lengkap untuk perwira-perwira di tingkat nasional dan lapangan.
3. Menyediakan manual-manual spesifik
untuk setiap lokasi Tujuan: Terdapat empat tujuan bagi suatu manual operasi MCS yang lengkap untuk pengelolaan perikanan dan terumbu karang. Adapun tujuan tersebut adalah: 1. suatu mekanisme bagi persiapan
petunjuk operasi standar kepada perwira-perwira tingkat nasional dan lapangan;
2. suatu alat pelatihan bagi personil
operasional yang baru; 3. suatu arahan dan peringatan bagi
perwira-perwira di lapangan, kantor dan kapal-kapal selama masa pembuatan perencanaan dan latihan-latihan operasi; dan
CHAPTER 1 1 MCS OPERATIONS AND
ADMINISTRATION NATIONAL MANUAL
I N T R O D U C T I O N
Objectives: The objectives of the MCS Operational Manual are to: 1. Ensure complete planning and
standard operational procedure for the implementation of coral reef management plans in accordance with the appropriate laws of the Government; and
2. Provide a standard mechanism for
ensuring the delivery of MCS operational directives for national and field officers.
3. Provide site-specific operations
manuals for each site. Purposes: There are four purposes for a developing a complete MCS operations manual for coral reef and fisheries management. These include for use as: 1. a mechanism for providing standard
operational direction to the national and field officers;
2. a training tool for new, operational
personnel; 3. a guideline and reminder for officers in
the field, office and patrol vessels, during their planning and operations exercises; and
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 1
4. Merupakan satu set bahan-bahan
referensi operasional yang lengkap dan menyeluruh untuk briefing dan diskusi dengan pejabat-pejabat luar lainnya tentang masalah-masalah perikanan dan terumbu karang MCS, seperti staf hukum, KAMLA, Polisi dan TNI AL.
Kerangka Kerja: Manual ini mencakup topik-topik sebagai berikut: 1. Operasi-operasi Umum 2. Tindakan-tindakan Pencegahan MCS 3. Pengamat Terumbu Karang 4. Sistem Pengumpulan Data
(Pemantauan) 5. Patroli Pengawasan dan Penegakan
Perikanan 6. Penahanan, Penangkapan, dan
Tindakan Pengadilan 7. Peralatan MCS 8. Administrasi Dokumen Hidup: Merupakan suatu persyaratan mutlak bahwa selalu ada sistem amendemen standar untuk manual ini yang dapat diverifikasi pada waktunya serta merupakan petunjuk-petunjuk yang dapat mendukung tujuan manual yakni menyediakan mekanisme operational atau pun pelaksanaannya bagi rencana pengelolaan kawasan COREMAP.
4. a complete and comprehensive set of
operational reference materials for each office for briefings and discussion with officials from other departments on coral reef and fisheries MCS matters, e.g., legal staff, Coast Guard, Police and Navy.
Frameworks: The Manual includes the following subjects: 1. General Operations 2. Preventative MCS Measures 3. Reef Watch 4. Data Collection System
(Monitoring) 5. The Fisheries Patrol Surveillance and
Enforcement 6. Detention, Arrest and Court Action 7. MCS Equipment 8. Administration Living Document: It is an absolute requirement that there be a standard amendment system for this manual which can be verified for timeliness and up to date instruction and further to serve its purpose of providing the implementation / operational mechanism for the COREMAP areas management plan.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 2 of 2
INDONESIA ENGLISH
BAB 2 2 BAGAN ORGANISASI AGENSI-
AGENSI PENEGAKAN DI LAUT Tujuan: : Mempererat hubungan kerja diantara
perikanan dengan agensi-agensi penegakan di laut lainnya.
: Secara bersama melaksanakan upaya
pengawasan dan penegakan. : Meyatukan semua agensi-agensi
penegakkan melaui pemakaian bersama data base dan sumber daya-sumber daya yang lain.
: Mendirikan jaringan / hubungan kerja
dengan para nelayan untuk melibatkan mereka dalam pelatihan pengelolaan perikanan serta perencanaan pelaksanaan
Kegunaan: Saling pengertian antara perikanan dengan agensi-agensi penegakan di laut lainnya mengenai tujuan, kebijaksanaan dan pentingnya sumber daya yang lestari dalam kawasa terumbu karang COREMAP akan sangat membantu dalam kegiatan MCS. Perlu sekali ditekankan, bahwa MCS untuk COREMAP adalah merupakan tindakan sipil yang berkonsekwensi bahwa penggunaan militer sebagai kekuasaan pelaksana dari negara sangat tidak diharapkan khususnya tidak boleh terlibat langsung dalam tugas operasi, namun bantuan dan dukungan dari TNI AL dan Polisi untuk aksi sipil ini sangat dihargai. 2.1. STRUKTUR ORGANISASI : Dua jenis struktur organisasi terlampir
menunjukkan koordinasi dari agensi-agensi penegakan di laut dengan Perikanan yang mewakili COREMAP. Penjelasan singkat tentang personil juga diberikan terlampir.
CHAPTER 2 2 ORGANISATION CHARTS FOR
MARINE ENFORCEMENT AGENCIES
Objectives: : To fostering the relationship between
the fisheries and other marine enforcement agencies.
: To join force for surveillance and
enforcement purposes. : To co-operate all enforcement agencies
through search data base and share resources.
: To establish the appropriate links with
fishers to involve them in fisheries management and implementation planning exercises.
Significance: The understanding between the fisheries and other marine enforcement agencies, on the COREMAP objective, policies and importance of the sustainable resources in the coral areas can be of considerable assistance in MCS activities. It must be stressed that MCS for COREMAP is a civil action, consequently the use of the military as the final executive power of the state may not really be appropriate for direct involvement in this task as it may appear a direct escalation from a civil action to a national security level action. 2.1. STRUCTURE OF ORGANIZATION : Two structures of organization attached shows the coordination of the marine enforcement agencies and the Fisheries as represented in COREMAP. A brief description of personnel is also attached.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 3 of 3
2.2. MARINE ENFORCEMENT AGENCIES
(AGENSI PENEGAKAN HUKUM LAUT)
COREMAP
NATIONAL MCS
PROVINCE (PROPINSI) MCS
DISTRICT MCS
SEA TRANS POLICE (POLISI)
NAVY (AL)
BANGDA FISHERY (PERIKANAN)
FORESTRY (KEHUTANAN)
NAVY (AL)
POLICE (POLISI)
SEA TRANS PEMDA DKI
FISHERY (PERIKANAN)
FORESTRY (KEHUTANAN)
FORESTRY (KEHUTANAN)
FISHERY (PERIKANAN)
KAMLA SEA TRANS POLICE (POLISI)
NAVY (AL)
BEA CUKAI
BEA CUKAI
BEA CUKAI
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 4 of 4
2.3. ORGANIZATION CHART OF MCS NATIONAL UNIT (SATUAN ORGANISASI MCS NASIONAL)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 5 of 5
DG OF SEA ENFORCEMENT AND PROTECTION (DIRJEN PENEGAKAN HUKUM DAN PERLINDUNGAN LAUT)
DIRECTOR OF SEA ENFORCEMENT AND PROTECTION (DIREKTUR PENEGAKAN HUKUM DAN PERLINDUNGAN LAUT)
CHIEF OF MCS UNIT (KEPALA SATUAN MCS)
OPERATIONS SECTIONS (SEKSI OPERASI)
GENERAL OPERATION
(OPERASI UMUM)
AIR SURVEILLANCE OPERATION (OPERASI PENGAWASAN
UDARA)
REEF WATCHERS OPERATIONS
(OPERASI PENGAMAT KARANG)
LEGAL / INFORMATION/ COMMUNICATION SECTION(SEKSI HUKUM / INFORMASI / KOMUNIKASI)
LEGAL MATTERS (MASALAH HUKUM)
DATABASE
RADIO COMMUNICATION
(RADIO KOMUNIKASI)
ADMINISTRATION/ LOGISTIC/TRAINING SEC. (SEKSI ADM. / LOGISTIK/ PELATIHAN)
FINANCE/ PERSONNEL
MATTERS (KEUANGAN/
SUPPLIES / EQUIPMENT
(SUPLAI/PERALATAN)
TRAINING (PELATIHAN)
PROVINCIAL MCS (PROPINSI MCS)
DISTRICT (SITE) MCS
SITE 1 (LOKASI 1)
SITE 2 (LOKASI 2)
SITE 3 (LOKASI 3)
MARINE ENFORCEMENT AGENCIES (AGEN PENEGAKAN HUKUM LAUT)
FIELD FUNCTIONAL
UNITS
2.4. MCS UNIT PERSONNEL AND FUNCTIONS (FUNGSI-FUNGSI DAN PERSONIL SATUAN MCS NASIONAL)
NO NAME OF POST NO. OF POST FUNCTIONS REMARKS1 Director of Sea Services
Enforcement and Protection (Direktur Pelayanan, Penegakan dan Perlindungan Laut)
1 To direct and supervise the operations of the MCS units at National, Provincial and Base (district) levels. (Mengarahkan dan mensupervisi operasi-operasi unit MCS di Tingkat Nasional, Propinsi dan Kabupaten)
One of the tasks of Director of Sea Services Government and Protection (Salah satu tugas Direktur Pelayanan dan Perlindungan Laut Pemerintah)
2 Chief of MCS Units (Kepala Unit-unit MCS)
1 To take direction from The Director of Resource Management on the implementation and operations of MCS Units, to coordinate operations orders with Provincial and District Levels. (Menerima pengarahan dari Direktur Pengelolaan Sumber tentang pelaksanaan dan operasi satuan MCS, menyiapkan Perintah Operasi dalam koordinasi dengan pejabat Propinsi dan Kabupaten terkait). To plan and organize operations. To liaise and coordinate with all the marine enforcement agencies on MCS operations in the marine parks. (Merencanakan dan mengorganisasikan operasi-operasi. Menghubungi dan berkoordinasi dengan semua unsur agensi operasi penegakan laut (MCS) terkait di kawasan Taman Laut).
Use present post of sub-division of MCS (Protection) for staffing (Memakai post sub bagian MCS (Perlindungan) untuk pekerjaan staf)
3 Chief of Operations (Section) (Kepala Operasi/Seksi)
1 To execute the operations orders and to oversee all operational matters conform with proper procedures. (Melaksanakan perintah-perintah operasi serta menangani semua persoalan operasi berdasarkan petunjuk pelaksanaan yang tersedia).
Appoint one officer from MCS sub-division. (Menunjuk satu perwira dari sub bagian MCS)
4 Chief of Legal/Information (Data Base) and Communication (Kegiatan seleksi Hukum/ Informasi (Data Base) dan Komunikasi)
1 Study the cases, make recommendation of the cases. Act as Prosecution Officer. Seek legal advice from the legal office. Record the dates and information of the cases, licensing, landing of catches, check all the reports and make sure that the reports received follow the standard reporting procedures. (Mempelajari kasus-kasus, memberi rekomendasi kasus tersebut. Bertindak sebagai Perwira Penuntut. Mencari nasihat hukum dari Kantor Penasihat Hukum. Merekam data dan informasi kasus-kasus, perizinan pendaratan ikan, mengecek semua laporan dan memastikan bahwa laporan yang diterima telah mengikuti prosedur pelaporan)
Appoint one officer from MCS sub-division. (Menunjuk seorang Perwira dari sub bagian MCS)
5 Chief of Administration, Logistic and Training (Section) (Kepala Seksi Administrasi, Logistik, dan Pelatihan)
1 Administer and handle the financial and personnel matters. Make logistic arrangements for supplies and equipment. (Melaksanakan administrasi serta menangani masalah keuangan dan personalia. Mengatur kebutuhan logistik dan peralatan) Organize Training Program and Personnel for Training. (Training serta personil pelatihan)
Appoint one officer from MCS sub-division. (Menunjuk seorang Perwira dari sub bagian MCS)
6 Supporting Staff (Staff Pendukung) 6.1 Operations (Operasi) MCS 6.2 Legal / Information / Communication (Hukum/Informasi/Komunikasi) 6.3 Administration/Logistic/Training
(Administrasi/Logistik/Pelatihan)
6.4 Radio Wireless Operator (Operattor Radio Wireless)
1 1 1 1
To assist and execute the operations and to liaise with the Provincial / District sites. (Membantu dan melaksanakan operasi dan sebagai penghubung dengan Propinsi dan Kabupaten) To assist in investigation, prosecution, information and communication, e.g., both preventative and deterrent enforcement activities (Membantu dalam investigasi, penuntutan, informasi dan komunikasi, seperti kegiatan penegakan, pencegahan dan deterrent) To assist in running the administration, finance matters and logistic and supplies and training at the Provincial/District levels. (Membantu menjalankan administrasi, keuangan serta dukungan logistik dan pelatihan di tingkat Propinsi dan Kabupaten) To receive and send messages. To monitor the radio communication. To record incoming and outgoing messages. (Menerima dan mengirim berita-berita. Memonitor komunikasi radio, mereka dan mencatat berita-beritanya yang masuk dan yang keluar)
Appoint one junior officer from MCS sub-division. (Menunjuk seorang perwira muda dari sub bagian MCS) Appoint one junior officer from MCS sub-division. (Menunjuk seorang perwira muda dari sub bagian MCS) Appoint one junior office from the MCS sub-division. (Menunjuk seorang perwira muda dari sub bagian MCS) Assigned the present Radio Wireless Operator from the sub-division. (Menunjuk seorang perwira muda dari sub bagian MCS)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 6 of 6
INDONESIA ENGLISH
BAB 3 3 PRINSIP-PRINSIP UMUM KEBIJAKAN
PENGELOLAAN TERUMBU KARANG (TERANG) DAN PERIKANAN SERTA RENCANA PENGELOLAAN
Tujuan COREMAP: : Meningkatkan kesadaran rakyat terhadap
pentingnya Terang dan mendorong rakyat untuk terlibat aktif dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya secara lestari.
: Menambahkan kemampuan kelembagaan
dan memperkuat koordinasi antar lembaga dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan terang.
: Membangun pengelolaan berbasis
masyarakat melalui peningkatan kepasitas para pengguna terang.
: Mendirikan jaring monitoring dan sistem
informasi untuk diseminasi informasi tentang hasil monitoring dan aktivitas-aktivitas riset demikian pula dengah hasil-hasil evaluasi tentang status terang.
: MCS (Prefentatif dan penegakan hukum)
untuk memastikan dipenuhinya dengan rencana manajemen.
Yang Menerima Manfaat: Bermanfaat bagi sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya mereka yang berdiam di kawasan pesisir pantai. Dalam periode waktu tertentu, berkurangnya kualitas terang diharapkan dapat kembali dan mencapai kapasitasnya sebagai sumber alam yang mampu menyediakan makanan dan kebutuhan lain, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk yang sumber hidupnya tergantung pada terang. 3.1. PRINSIP-PRINSIP: • Perlindungan terhadap kerusakan dari
bahaya alam serta penangkapan ikan secara destruktif.
CHAPTER 3 3 GENERAL CORAL REEF AND
FISHERIES MANAGEMENT PRINCIPLES/POLICIES AND MANAGEMENT PLANS
COREMAP Objectives: : To enhance people’s awareness on the
importance of coral reef to foster people’s active participation in the management and sustainable utilisation of the resources.
: To increase institutional capability and
strengthen inter- institutional co-ordination in the planning and policy implementation affecting coral reefs.
: To develop community management
boards through capacity enhancement of reef users.
: To set up a network of monitoring and
information systems for dissemination of information on the results of monitoring and research activities as well as results of evaluation on the status of coral reef.
: MCS (Preventative and Law
enforcement) to ensure compliance with management plans.
Beneficiaries: Benefit a large proportion of the Indonesian people, especially those who live in the coastal areas. Within a given time period, degraded coral reefs are expected to recover and regain their capacity as natural resources that are able to provide food and basic necessities for survival, thereby increasing the welfare of the reef-dependent population. 3.1. PRINCIPLES: • Protection of damage from natural
hazards and destructive fishing.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 7 of 7
•
•
•
•
•
Rehabilitasi yang memerlukan pengelolaan khusus dan pendekatan perencanaan.
Pemanfaatan terumbu karang yang lestari dan ekosistem yang terkait yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat pantai.
3.2. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
PERIKANAN:
Pengembangan perikanan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan seluruh sektor pertanian yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan, bahan dasar untuk industri, eksport dan peningkatan kesempatan kerja dalam rangka meningkatkan standar hidup dan kesejahteraan rakyat untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional.
Mengatur dan melindungi nelayan-nelayan pantai yang merupakan kelompok kecil masyarakat ekonomi lemah yang terkonsentrasikan sebagai akibat pelarangan penggunaan alat-alat penangkap ikan modern seperti trawlers, dan pendirian koperasi-koperasi nelayan.
Pemanfaatan pantai atau pembangunan pantai dimaksudkan untuk meningkatkan preservasi dan fungsi-fungsi ekosistem pantai, mengontrol pengrusakan lingkungan daerah pantai, serta untuk meningkatkan kemampuan masyarakat pantai dalam mengelola laut dan kawasan-kawasan pantai.
3.3. KEBIJAKAN UMUM: Kebijakan umum dari pengelolaan lingkungan hidup digaris bawahi dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang menegaskan bahwa “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Sehubungan dengan kebijakan dasar di atas maka pengembangan dan pengelolaan lingkungan
• Rehabilitation which requires special management and planning approaches.
• Sustainable utilization of coral reefs
and associated ecosystems in Indonesia which in turn enhance the welfare of coastal communities.
3.2. FISHERIES DEVELOPMENT
POLICIES: •
•
•
The development of fisheries in Indonesia is part of the development of the whole agricultural sector which is directed to meeting the need of food, security, poverty and materials, industry, export and expanding employment opportunities in the framework of improving the standard of life and welfare of the people and guaranteeing the continuity of the national development program.
Regulate and protect coastal fishermen which form the small economically weak population – concentrated through the prohibition of the use of modern fishing equipment and establishment of co-operatives.
Coastal utilization or development is directed towards increasing the preservation and functions of the coastal ecosystems, controlling the damage of coastal areas environment, as well as improving the capability of the coastal communities in managing the sea and coastal areas.
3.3. GENERAL POLICY: The general policy of the management of the living environment is underlined in Article 33 para 3 of the 1945 Constitution which stated that “The land, water and natural resources, contained therein shall be controlled by the state and exploited for the highest benefit of the people”. In line with this policy the development and management of the environment is directed towards improving human
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 8 of 8
diarahkan kepada peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan kemampuan aparat pemerintahan, termasuk juga kemampuan masyarakat dalam mengelola lingkungan dan meningkatkan fungsi-fungsi ekosistem guna mendukung pembangunan yang lestari. 3.4. PENGELOLAAN: Di bawah COREMAP, Pemerintah Indonesia untuk pengelolaan laut (termasuk terumbu karang) dan untuk mencegah aktivitas-aktivitas destruktif terhadap lingkungan laut, direncanakan lima (5) komponen pengelolaan: i) Kesadaran Masyarakat (Umum) ii) Pengelolaan Berbasis Masyarakat iii) Pembangunan Institusional iv) Monitoring dan Evaluasi v) Sistem monitoring, Kontrol, dan Sistem
Pengawasan (MCS) Diantara kelima komponen tersebut, sistem MCS merupakan bagian yang lebih penting dalam pengertian bahwa MCS memerlukan tiga karakteristik mendasar yaitu: 1. Kemampuan untuk mengetahui apa
yang sedang terjadi pada tiap waktu. 2. Mekanisme atau cara untuk
mendistribusikan informasi secara tepat, dan
3. Kemampuan untuk melaksanakan
undang-undang yang mendukung terang.
Hal ini membawa pertanyaan tentang kesadaran dan kompetensi informasi. Kesadaran adalah merupakan kemampuan untuk mengumpulkan informasi yang dapat dipercaya, tepat dan berkesinambungan tentang situasi yang bagaimanapun dan dimanapun, apakah itu bermanfaat ataupun yang merusak terhadap lingkungan seutuhnya. Kompetensi informasi adalah kemampuan untuk menyampaikan informasi yang benar secara bijaksana kepada pengambil keputusan yang benar pada waktu yang tepat dan dalam format yang benar.
resources capability and capability of government officers, as well as the community, in managing the environment and enhancing the ecosystem functions to support sustainable development. 3.4. MANAGEMENT: Under the COREMAP the Government of Indonesia for an effective coral reef management and to avoid destructive activities to the marine environments, planned five management components: i) Public awareness ii) Community Based Management iii) Institutional Building iv) Monitoring and Evaluation v) Monitoring, Control and Surveillance
System Among these five components, the MCS Systems is considered importance in the sense that it needs three fundamental characteristics: 1. The capability to see what is
happening at all times. 2. The mechanism to distribute
information appropriately; and 3. The capability to enforce the
legislation supporting coral reef engagement.
This brings us to the question of awareness and information competencies. Awareness is the ability to reliably, accurately and continuously collect information on the situation anywhere, whether it is beneficial or detrimental to the marine environment. Information competence is the ability to intelligently route the right information to the right decision-maker at the right time in the right format.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 9 of 9
INDONESIA ENGLISH BAB 4 4 KEWENANGAN AGENSI Tujuan: - Membentuk jaringan satuan
Pengawasan dan Penegakan hukum (MCS) pada tingkat Nasional dan Propinsi.
- Mempercepat koordinasi operasi-
operasi antar agensi, membuat kebijaksanaan bersama, memperjelas tugas dan peranan yang tumpang tindih demi mencapai pendekatan-pendekatan MCS laut yang sesuai dengan kebijakan nasional serta mendukung keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian Internasional.
Kegunaan: Untuk pengelolaan kawasan terumbu karang, sumber daya yang di laut harus mempunyai tanggung jawab penegakan hukum di laut terutama yang berkaitan dengan terumbu karang dan kawasan pantai. 4.1. Agensi Inti yang Terlibat dalam
COREMAP National: BAPPENAS (Badan
Perencanaan Nasional), PERIKANAN, KLH, DKN (Dewan Kelautan Nasional), LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional), BANGDA, BAPEDAL, MENDAGRI (Menteri Dalam Negeri), BAKORKAMLA, PHPA, Bea Cukai dan Imigrasi.
Regional: BAPPEDA, BAPELDALDA,
DINAS PERIKANAN, BKSDA.
CHAPTER 4 4 AUTHORITIES OF AGENCIES Objectives: - To establish, over time, a network of
Surveillance and Enforcement Units at the national and provincial levels.
- To foster interagency operations, co-
ordination, joint policy making, clarification of overlapping roles and mandates to achieve constituency in marine surveillance and enforcement approaches in accordance with national policies and to support Indonesia’s participation in international agreements.
Significance: For management of coral reef areas, the sea going resources have a marine enforcement responsibility to address coral reef and coastal area concerns. 4.1 Key Agencies Involve In COREMAP National: BAPPENAS - (National
Development Planning), DGF - (Directorate General of Fisheries), KLH - (Ministry of state for Environment), DKN - (National Marine Council), BANGDA - (Directorate General of Regional Development), LIPI - Indonesian Institution of Science BAPEDAL-Indonesian Pollution Control Agency, MENDAGRI - Department of Internal Affairs, BAKORKAMLA - Marine Security Coordinating Board, PHPA – Forestry, Bea Cukai – Customs, Immigrasi-Immigration
Regional: BAPPEDA - Provincial
Development Board,
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 10 of 10
Lain-lain: Universitas, LSM, dan
masyarakat setempat. 4.2. Mekanisme Antar Agensi di Tingkat
Propinsi Perhatian utama harus ditujukan pada legislasi melalui penyesuaian terhadap undang-undang dan peraturan tentang agensi penegakan di laut seperti, AL, Polisi, Perikanan dalam hal prosedur standar penegakan, operasi-operasi dan petunjuk-petunjuk mengenai hukum dan strategi pengelolaan di kawasan COREMAP. Agensi lain yang berwenang seperti Pemda, Bappeda, dan Kehakiman yang memberi dukungan hukum kepada COREMAP dalam mekanisme pelaksanaan rehabilitasi Terumbu Karang yang terintegrasi, terkoordinasi guna mendukung rencana pengelolaan dan kebijakan dalam koordinasi kegiatan-kegiatan operasional di tingkat nasional dan propinsi. Catatan: Sistem MCS tidak mungkin berhasil tanpa komitmen politik pemerintah serta kontribusi di setiap tingkat. 4.3. Instrument-Instrument Hukum Instrument hukum dalam situasi perundang-undangan seperti sekarang ini yang mempengaruhi proyek COREMAP; definisi daripada kapasitas armada laut (mandat penuh atau sebagian tanggung jawab); proses penghukuman, pengadilan resmi dan pengadilan administratif; institusi-institusi pengawasan pantai dan laut dan fungsi-fungsi keamanan antara nasional dan propinsi yang semuanya terlibat. Regulasi-regulasi kunci yang tersedia sekarang adalah sebagai berikut:
i) UU No. 23 / 1997 ii) UU No. 9 / 1985 – Ps. 1 ayat 1, 2,
12, 13, 14, 15, & 16 dan Ps. 2, 6,7&8 iii) UU No. 5 / 1990 – Ps. 1 ayat 1, 2, 5,
9, 11 & 13 dan Ps. 2, 3, 4, 5, 6, & 16.
BAPELDALDA - Regional Agency for Environment Impact Management, DINAS PERIKANAN - Fisheries Tkt. I & II, BKSDA - Provincial Natural Resources
Other Non-Government Agencies: Universities, NGO’s and local communities 4.2. Inter Agencies Mechanism At
Provincial Level Prime concerns in the legislation must be addressed through adjustment to the laws and regulations. For marine authorities enforcement agencies such as Navy, Police and Fisheries standard enforcement procedures, operations and guidance are needed to address the legal and management strategies in COREMAP areas. Other authority agencies need to be involved such as PEMDA, BAPPEDA and the legal office for COREMAP as to create a legally supported, coordinated and integrated coral reef rehabilitation implementing mechanism to support the management plans and policies and for coordination of operational activities at the national, regional and provincial levels. Note: The MCS system cannot succeed without political and government commitment and contribution at all levels. 4.3. Legal Instruments The legal instruments in the current state of legislation which will impact on COREMAP project; the definition of the marine fleet capacity (full or part mandate responsibility); the penalty process, official court and administrative processes; sea and coastal surveillance institutions, and the security functions between national and provincial functions are all involved. The existing key regulations which, are in force are as follow: i) Law No. 23/1997 ii) Law No. 9/1985 - Art. 1 Para 1,2,12,
13, 14, 15 & 16 and Art. 2, 6, 7 & 8 iii) Law No. 5/1990 - Art. 1 Para 1,2,5,9,11
& 13 and Art 2,3,4,5,6 & 16
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 11 of 11
4.4. HIERARCHY OF LEGISLATION AND REGULATIONS (PERATURAN DAN HIERARKI LEGISLASI) 1945 CONSTITUTION
(UUD 1945)
PARLIAMENTARY LAW/ACTS (UNDANG-UNDANG)
REGIONAL/PROVINCIAL DECREE (PERDA TK I-SURAT PERATURAN DAERAH TINGKAT I)
DIRECTORATE GENERAL DECREE (SURAT KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL)
GOVERNMENT REGULATIONS (PERATURAN PEMERINTAH)
PRESIDENTIAL DECREES (KEPRES-KEPUTUSAN PRESIDEN)
MINISTERIAL DECREES (KEPMEN-SURAT KEPUTUSAN MENTERI)
DISTRICT DECREE (PERDA TK II)
VILLAGE COMMUNITY EDICT (ADAT LAW)
GOVERNOR/HEAD OF REGION DECREE (SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 12 of 12
INDONESIA ENGLISH
1. Taman Laut TBR dan Kepulauan Padaido akan ditetapkan sebagai “Suaka Perikanan” atau “Kawasan Terlindung” dibawah Peraturan Pemerintah dari UU perikanan No. 9 Tahun 1985.
1. The Taka Bonerate National Marine Park and Padaido Islands area will be designated as a “Suaka Perikanan” or “Protected Area” under the new Government Regulation under authority of the Fisheries Law No. 9 of 1985.
2. Sesuai Peraturan Pemerintah, Menteri
menetapkan perwira-perwira MCS (Perikanan, Kehutanan, Polisi, TNI AL)
2. Under this Government Regulation authorities of Minister and designated MCS officers (Fisheries, Forestry, Police, Navy) shall be established.
3. Hukuman berat hendaklah diterapkan untuk pemilikan, dsb (lihat memo 9 Maret 2000)
3. Critical penalties shall be included-possession, etc (see memo of 09th March 2000)
4. Peraturan Pemerintah harus ditaati masyarakat, kabupaten dan propinsi untuk membangun dan menetapkan legislasi yang diperlukan untuk implementasi rencana-rencana pengelolaan untuk tiap kawasan pengelolaan laut dan diperlukan keterlibatan stakeholder dalam rencana pengelolaan di kawasan penangkapan tradisional yang di luar kawasan jurisdiksi mereka (sebagai contoh: TBR 4 mil laut dan Propinsi 12 mil laut).
4. The Government Regulation shall authorize the communities, district and provinces to develop and pass appropriate legislation to implement management plans for their respective areas of marine management, and further-require all levels of government to involve all stakeholders (traditional) in the development of management plans for areas of traditional harvesting that are outside their direct areas of jurisdiction, eg., traditional fisher for TBR outside community (4 nm) and provincial (12 nm) jurisdiction.
5. Peraturan Pemerintah harus mencatat
bahwa kawasan terlindung TBR tertutup untuk semua pelayaran kapal dengan draf lebih dari 3 meter.
5. The Government Regulation should note that the TBR Protected Area is closed to all shipping with a draught greater then 3 m.
6. Peraturan Pemerintah harus menetapakan 4 pintu akses ke kawasan yang telah ditentukan dalam Rencana Pengelolaan Menteri dan nelayan tradisional yang memasuki pintu tersebut melapor kepada petugas yang ditunjuk.
6. The Government Regulation should note that there are 4 access “gates” to the “area” as will be designated in the Minister’s management Plan and all traditional fisheries intending to enter the “area” must use only these “gates” and report to the local designated authority or entering and prior to exiting.
7. Bagi yang melanggar rencana
pengelolaan dan ketentuan ini dianggap pelanggar dan dihukum dengan hukuman administrative tidak
7. Failure to comply with any terms of the Management Plan not covered by other specific regulations shall be considered and offense under the law
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 13 of 13
melebihi Rp 100,000,000 dan kehilangan ikan, alat penangkapan dan kapal penangkapan sebagaimana ditetapkan Menteri.
punishable through an administrative penalty system not to exceed Rp 100,000,000 and loss of fish, gear and vessel as decided by the Minister.
8. Pelanggar dapat memohon kepada
Menteri atas keputusannya tersebut dalam 30 hari. Tidak ada pengajuan dalam jangka waktu tersebut maka otomatis hukum diberlakukan.
8. The violator may appeal the Minister is decision within 30 days. Failure to appeal or respond within the established time limits shall result in automatic buying of the penalty or render the penalty void.
9. Peraturan Pemerintah menetapkan
kawasan untuk Kepulauan Padaido
9. The Government Regulation should also designated the area in question for Padaido Island
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 14 of 14
INDONESIA ENGLISH
BAB 5 5 PETUNJUK PELAKSANAAN UNTUK
PERSONIL TERUMBU KARANG DAN PERIKANAN
Tujuan: Menyediakan kerangka kerja yang sesuai bagi upaya national dan regional (lokasi) untuk mencapai explotasi yang lestari dari sumber daya hayati perairan dalam keharmonisan dengan lingkungan di kawasan terumbu karang (COREMAP) Kegunaan: Juklak mengatur prinsip-prinsip dan standar internasional dan pada sikap serta tingkah laku untuk praktek-praktek yang bertanggung jawab dengan tujuan untuk menjamin adanya konservasi yang efektif, pengelolaan dan pengembangan daripada sumber daya hayati, dengan memperhatikan ekosistem dan biodiversitas. Ruang Lingkup: Ruang lingkupnya luas dan yang dimaksudkan adalah pemerintah dan non pemerintah, dan semua orang yang terlibat dengan konservasi sumber daya perikanan serta pengelolaan dan pengembangan perikanan, seperti nelayan, yaitu mereka yang terlibat dalam pengolahan dan pemasaran ikan dan hasil-hasil perikanan dari para pengguna lingkungan perairan yang berkaitan dengan perikanan. 5.1. Prinsip Umum : Para pengguna sumber daya hayati
perairan harus memperhatikan konservasi ekosistem perairan. Hak untuk menangkap ikan harus dibarengi dengan kewajiban memperhatikan aspek konservasi sebagai tanggung jawab dalam menjamin adanya konservasi yang efektif dan pengelolaan sumber daya hayati perairan.
: Pengelolaan perikanan harus
meningkatkan pemeliharaan kualitas,
CHAPTER 5 5 CODE OF CONDUCT FOR CORAL
REEF AND FISHERIES PERSONNEL Objective: To provide a necessary framework for national and regional (site) efforts to ensure sustainable exploitation of aquatic living resources in harmony with the environment in the coral reef areas (COREMAP). Significance: The code sets one set of principles and international standards of behavior for responsible practices with view to ensuring the effective conservation, management and development of living resources, and with due respect for the ecosystem and biodiversity. Scope: The scope is wide and is directed to governmental and non governmental, and all persons concerned with conservation of fisheries resources and management and development of fisheries, such as fishers, those engaged in processing and marketing of fish and fishery products and other users of the aquatic environment in relation to fisheries. 5.1. General Principles : Users of living aquatic resources should
conserve their aquatic ecosystems. The right to fish carries with it the obligation to do so in a responsible manner so as to ensure effective conservation and management of the living aquatic resources.
: Fisheries management should promote
the maintenance of the quality, diversity
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 15 of 15
diversitas dan availabilitas daripada sumber daya perikanan dalam jumlah yang cukup utnuk generasi masa kini dan generasi yang akan datang berkaitan dengan kemanan makanan, pengentasan kemiskinan serta pengembangan yang lestari.
: Para pejabat terkait harus mencegah
terjadinya overfishing, menilai kapasitas penangkapan dan penangkapan ikan yang destruktif serta mengimplementasikan upaya-upaya pengelolaan guna sedapat mungkin dan bila perlu segaris dan searah dengan tujuan pembentukan COREMAP.
: Pejabat perikanan harus melarang
penggunaan dinamit, bahan racun dan praktek-praktek penangkapan yang merusak lainnya di kawasan terumbu karang.
: Perikanan hendaknya mengambil
langkah-langkah yang perlu untuk menyakinkan bahwa dokumentasi yang berkaitan dengan operasi guna penangkapan ikan, membatasi penangkapan spesies-spesies tertentu yang biasanya kemudian di buang, informasi yang diperlukan untuk stock assessment sebagaimana telah diatur oleh badan-badan pengelola terkait yang dikumpulkan dan diajukan secara sistematis kepada badan-badan tersebut.
5.2. Tindakan Pengelolaan : Penangkapan ikan yang melaui kapasitas
perlu dihindari dan eksploitasi dari stok-stok dapat diteruskan bilamana secara ekonomi mungkin.
: Biodiversitas habitat perairan dan
ekosistem di konservasi spesies-spesies langka dilindungil.
: Pengaruh lingkungan yang merugikan
terhadap sumbe daya dari aktivitas-aktivitas manusia perlu dinilai dan dimana perlu dikoreksi.
5.3. Implementation
and availability of fishery resources in sufficient quantities for present and future generations in the context of food security, poverty alleviation and sustainable development.
: Authorities should prevent over fishing,
excess fishing capacity and destructive fishing, and should implement management measures to rehabilitate populations as far as possible, and when appropriate in line with the establishment of COREMAP plans.
: Fisheries should prohibit dynamiting,
poisoning and other comparable destructive fishing practices in coral reef areas.
: Fisheries should make every effort to
ensure that documentation with regard to fishing operations, retained catch of fish species and discard that the information required for stock assessment (as decided by relevant and appropriate management bodies), is collected and forwarded systematically to those bodies.
5.2. Management Measures : Excess fishing capacity is avoided and
exploitation of the stocks remains economically viable.
: Biodiversity of aquatic habitats and
ecosystems is conserved and endangered species are protected.
: Adverse environment impacts on the
resources from human activities are assessed and, where appropriate, corrected.
5.3. Implementation
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 16 of 16
: Perikanan hendaknya menjamin bahwa satuan MCS di tingkat lokal dan nasional menjadi kerangka kerja legal dan administratif yang efektif bagi konservasi sumber daya perikanan dan pengolahan perikanan di kawasan COREMAP.
: Perikanan harus melaksanakan tindakan-
tindakan MCS dan penegakan hukum yang efektif termasuk program pengamat karang, pemantauan penangkapan ikan di laut, dan pelabuhan, serta boarding dan inspeksi.
5.4. Operasi-operasi Perikanan Perikanan harus mempunyai keyakinan bahwa penangkapan ikan dilakukan dengan persyaratan IMO dan memperhatikan keselamatan hidup manusia. 5.5. Integrasi Perikanan Kedalam
Kawasan COREMAP Adopsi kebijakan yang sesuai, kerangka kerja hukum dan kelembagaan untuk mencapai pemanfaatan sumber daya yang lestari dan terintegrasi dengan memperhatikan fragility ekosistem pantai dan batas alamiah dari aneka sumber daya mereka. 5.6. Pengumpulan Data dan Advis
Pengelolaan Untuk menjamin pengelolaan perikanan yang lestari dan demi tercapainya tujuan-tujuan sosial ekonomi dan faktor-faktor kelembagaan melalui pengumpulan analisis dengan riset data. Pengelolaan organisasi perikanan tingkat propinsi dan kabupaten perlu ditata dan ditingkatkan. 5.7. Personil Perikanan Kekuasaan Perwira Perikanan ataupun pejabat yang berwenang di utus oleh legislasi nasional dan menentukan parameter-parameter umum tentang aspek-aspek teknis perikanan pengeluaran
: Fisheries should ensure that MCS units at local and national levels becomes effective; legal and administration framework for fisheries resources conservation and fisheries management in the COREMAP areas are in effect.
: Fisheries should implement effective MCS
presentative and deterrent law enforcement measures including: reef watchers program, monitoring of catches at sea and in port, boarding and inspection.
5.3. Fishing Operation Fisheries should ensure that fishing is conducted with due regard to the safety of human life at sea and IMO requirements. 5.5. Integration of Fisheries
Management Into COREMAP Areas Adoption of an appropriate policy, legal and institutional framework to achieve the sustainable and integrated use of the resources, taking into account the fragility of coastal ecosystem and the finite nature of their resources. 5.6. Data Gathering and Management
Advice In order to ensure sustainable management of fisheries and to enable social and economic objectives to be achieved, sufficient knowledge of social, economic and institutional factors should be developed through data gathering, analysis and research. Regional and Sub regional fisheries management organizations or arrangements should be established. 5.7. Fisheries Personnel The powers of fisheries officers or authorized officers are confirmed by national legislation which defines the general parameters on the technical aspect of the fisheries, permission, responsibilities,
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 17 of 17
izin, tanggung jawab, kewajiban-kewajiban serta infraksi-infraksi dari peraturan perikanan. Wewenang khusus dan kekuasaan setiap anggota kunci perikanan pada umumnya semakin nyata, terutama yang berkaitan dengan autoritas pengelolaan serta tanggung jawab dan kuasa menghukum, monitoring dan kebutuhan pengumpulan data dan penegakan (boarding dan inspeksi). Disamping setiap autoritas formalnya para perwira juga perlu diperlengkapi kartu identitas yang mendukung dan sebagai tanda bukti autoritas mereka. Kartu identitas ini harus selalu dibawa bilamana diperlukan untuk ditunjukkan ketika boarding dan inspeksi kapal terutama bila terjadi di laut. Selanjutnya adalah sangat membantu bila para perwira berpakaian dinas agar dapat dikenali langsung oleh ABK Kapal yang diinspeksi. Aspek penting lainnya tentang sikap perwira dan kebutuhan untuk membantu dalam melaksanakan tugas adalah bahwa ia harus mengetahui betul peraturan dan mampu memahami dan mendalami proses pengadilan. Memahami operasi perikanan juga merupakan bagian lain yang penting bagi perwira perikanan dalam melakukan boarding dan inspeksi dan juga perlu mengetahui semua elemen yang terkait dengan setiap generasi. Hal lainnya dari perwira yang ditugaskan adalah ia harus punya pengetahuan dan kemahiran tentang navigasi laut yang diperlukan dalam memberi komando kapal patroli. Semua perwira MCS dan Perikanan hendaknya memahami prinsip-prinsip pengelolaan konservasi dan perlindungan sehingga mampu menerangkan dan mendapatkan dukungan dari nelayan dan masyarakat.
obligations and infractions of fisheries law. The specific authorities and powers of each key member of the fisheries department are normally amplified with respect to management authority and punitive responsibility and powers, monitoring, and data collection requirement and enforcement (Boarding and Inspection) along with any formal authorization. The officers should be issued with a picture identification card, a certificate attesting to their authority. This card should always be available to produce on demand wherever boarding and inspecting a vessel, particularly when at sea. Further is very helpful if the officers wear uniform as it immediately identifies them to the crew of the vessel. Another important aspect; and necessary to assist in discussing the officers’ duties is that they must be familiar with the law and be capable of with standing judicial examination. Knowing the fishing operation is another duty of fisheries officer in exercising boarding and inspections needs to know all the elements involved in each operation the officer. Another role the authorized officer should have is knowledge and skill in navigation. This requirement necessary in commanding the patrol boat as well as evidence gathering. All MCS/Fisheries officers must also know the principles of marine resource management, conservation and protection to be able to explain and gain the support of the fishers and the communities.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 18 of 18
INDONESIA ENGLISH
BAB 6 6 RENCANA PENGELOLAAN
TERUMBU KARANG UNTUK LOKASI / KAWASAN
Tujuan: Membangun kapasitas masyarakat
untuk merancang rencana pengelolaan terumbu karang terintegrasi.
Memberdayakan masyarakat untuk
melaksanakan, mengatur, dan memonitor rencana.
Memfasilitasi pengembangan kegiatan-
kegiatan alternatif yang mendatangkan penghasilan sebagai sarana yang menyediakan insentiv bagi keluarga- keluarga yang terlibat dalam praktek- praktek destruktif demi mencapai pengelolaan sumber daya yang lestari dalam kehidupan sehari-hari.
Mendorong kedisiplinan sukarela (MCS
Pencegahan) dengan rencana-rencana Pengelolaan dan kegiatan-kegiatan pendukung penegakan (MCS deterrent) guna menjamin adanya ketaatan kepada Undang-undang Perikanan.
Kegunaan: Pelaksanaan rencana pengelolaan terumbu karang akan menghasilkan sejumlah indikator-indikator terukur. Kelompok yang berdikari dibentuk di
lokasi. Diidentifikasi dan dilaksanakan proyek-
proyek yang memberikan alternatif penghasilan yang potensial.
Rencana pengelolaan terumbu karang
dibuat dan disetujui oleh masyarakat Didirikan program pengamatan
terumbu karang masyarakat Pemantauan berbasis desa terhadap
CHAPTER 6 6 CORAL REEF MANAGEMENT PLAN
FOR THE AREA/REGION Objectives: build community capacity to design
integrated coral reef management plan.
empower the community to implement,
manage and monitor the plan. facilitate the development of alternative
income generation activities as a means of providing incentives for households engaged in destructive practices to adopt sustainable resource management practices.
Foster voluntary compliance
(preventive MCS) with the management plans, and support enforcement (deterrent MCS activities to ensure compliance with fisheries laws.
Significance: The implementation of CRMP would result in a number of reasonable indicators: self help groups established at the
sites potential alternative income generation
projects identified and implemented reef management plan finalized and
agreed by the community community Reef Watch program
established village-based monitoring of coral reef
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 19 of 19
kondisi terumbu karang dan upaya mendapatkan izin penangkapan disedikan
Peraturan pengelolaan terumbu karang
dilaksanakan dengan efektif. 6.1. RENCANA TAKA BONE RATE
1999-2000 (MASUKAN DARI KEHUTANAN)
Rencana zonasi untuk
pemanfaatan Terumbu karang dan perairan sekitar termasuk identifikasi dan zonasi kawasan terlindung dan suaka menggunakan masukan dari masyarakat
Pengawasan dan penegakan di
Taman Nasional Riset sumber daya alam laut
Pengembangan pemanfaatan
lestari sumber laut dan ekosistemnya dalam bentuk konsumtif (sumber daya ikan dan budidaya) dan non konsumtif (wisata bahari, pendidikan, dan penelitian)
Pengembangan dan pemantapan
sarana pengelolaan di kantor dan di lapangan
Pembinaan partisipasi
masyarakat melalui pembinaan daerah penyangga dan pelatihan masyarakat nelayan
Promosi dan informasi Taman
Nasional melalui pembuatan brosur, leaflet, booklet, video, pameran konservasi dan papan interpretasi
Peningkatan koordinasi dengan
instansi terkait
Pengembangan kemitraan bidang konservasi
conditions and catch per unit effort established
reef management rules implemented
effectively. 6.1. CRMP TAKA BONE RATE 1999-
2000 (INPUTS FROM FORESTRY)
Zonation Plan for utilization of the reefs and surrounding waters, including the identification and zonation of sanctuaries
Surveillance and Enforcement of National Park
Marine resources research
Enhancing sustainable marine resources and ecosystems in the form of consumptive fish resources and non consumptive activities (Tourist, education and research)
Extension and development of infra structure office and field stations.
Participation community development
Information and promotion of National Park through brochures, booklets, pamphlets, videos, conservation exhibitions and sign boards
Enhancing coordination between related agencies for MCS to counter illegal activities by some “ maritime enforcement agencies”.
Conservation development
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 20 of 20
Penyusunan database Taman
Nasional Taka Bone Rate untuk keperluan internet.
6.2. KEPULAUAN PADAIDO DAN
PERAIRAN SEKITARNYA (Masukan dari Bappeda Irian Jaya) Aspek Sosial Mengidentifikasi serta
mengembangkan kebutuhan komunikasi dan transportasi guna melancarkan distribusi produk masyarakat
Memberikan prioritas kesempatan kerja
kepada masyarakat setempat Memberdayakan kelompok-kelompok
kerja sosial yang ada Mempersempit kesenjangan sosial
ekonomi masyarakat Memperkenalkan teknologi tepat guna
Mengikutsertakan lembaga masyarakat
dalam pembangunan Mengidentifikasi dan mengembangkan
kebutuhan infrastruktur sosial masyarakat
Aspek Konservasi Perencanaan terpadu Menerapkan dan menegakkan
peraturan dengan konsisten Mempertahankan ekosistem dalam
kawasan penyangga Membuat zonasi pemanfaatan Mengidentifikasi objek dan jenis habitat
konservasi Merehabilitasi ekosistem yang rusak Memperkuat kelembagaan LSM
Aspek Ekonomi Mendata potensi sumber daya dan
analisa pengembangan
Structuring Database of TBR National Park for Internet use.
6.2. PADAIDO ISLANDS AND
SURROUNDING WATERS (Input from Bappeda Irian Jaya)
Social Aspect Identify and provide communication
and transportation for distribution of community products
Provides jobs for local community
Encourage social working group
Enhance social-economic of local
community Introduce new applied technologies for
non-destruction fishing Participation of local community in the
development activities Identify and provide social
infrastructure for the local community to address CRM planning
Aspect Conservation Integrated Planning Consistency of regulations and their
implementation To safeguard the ecosystem in the
buffer zone around the Park Develop management zonation plans Identify the object and types of habitat
conservation activities to be suggested Rehabilitate damaged ecosystems Strengthen the NGO institutions
Economic Aspect Establishment of informal monitoring
(data) of reefs and resources
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 21 of 21
Mencari / Mengembangkan mata pencaharian baru atau alternatif
Bentuk Pokja untuk peluang
mengarahkan kepedulian pengelolaan dan peningkatan ketaatan secara sukarela bagi rencana pengelola dan dukungan legislasi
Mendidik dan melatih pekerja industry
untuk melakukan praktek-praktek non-destruktif
Pengembangan pendekatan multi
program untuk area pengelolaan perikanan
Mendorong penyertaan modal
Tingkatkan promosi wsata
Aspek Administratif Inventarisasi dan evaluasi hukum dan
peraturan Meningkatkan operasi-operasi
penegakan hukum Diseminasi dan sosialisasi dari manfaat
CRM dan kebutuhan MCS Penerapan sanksi dan pemberian
hadiah bagi yang berprestasi di bidang lingkungan
Kebijaksanaan dan komponen-komponen hukum dari Projek akan mengupayakan fasilitasi rencana-rencana konservasi dalam alokasi dari hak-hak pengguna sumber daya perikanan dan terumbu karang bagi masyarakat setempat oleh pejabat-pejabat tingkat propinsi.
Identify and develop new livelihood or alternative opportunities
Form working groups to address
management concerns and promote voluntary compliance for management plans supported by legislation
Educate and train the industry in non-
destruction practices. Develop multi program approach to
area management fishery Enhance capital investment
Enhancing tourist promotion
Administration Aspect Review and evaluate the law and
regulations Awards for outstanding and good
performance in environment Dissemination and socialization of
benefits from sustainable CRM and need for MCS
Increase the law enforcement
operations The Policy and legal component of the project will seek to facilitate these conservation plans and in the allocation of user rights to reefs and fishery resources to local communities by appropriate provincial authorities the CRM and MCS components will assist the communities in developing, explaining, suggesting and enforcing local area management plans.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 22 of 22
INDONESIA ENGLISH
BAB 7 7 SISTEM PERIZINAN Tujuan: : Menjamin bahwa sumber daya perikanan
tetap mencapai hasil optimum. : Memastikan maximasi penangkapan-
penangkapan dan memperbesar tingkat pemasukan dari nelayan pantai.
: Mencegah terjadinya konflik antar
sektoral dan kompetisi tidak sehat melalui pengalokasian sumber daya.
: Memberikan kontribusi terhadap
komponen monitoring daripada MCS melalui kebutuhan untuk base, operasional, data dan yang akan dipakai untuk menyediakan pendanaan untuk tindakan-tindakan tambahan pengawasan.
Kegunaan: Perizinan merupakan salah satu dari dokumen / alat yang sangat berkuasa dalam pengelolaan perikanan, karena hal ini memberikan kepada para nelayan privelasi untuk menuai sumber daya penting tetapi juga memberikan persyaratan-persyaratan yang harus dituruti. Disamping menyediakan database yang berkaitan dengan kegiatan perikanan, perizinan merupakan alat pokok yang diperlukan untuk memperoleh sumber daya bagi hak menangkap ikan di perairan negara. 7.3. JENIS-JENIS PERIZINAN Terdapat dua jenis perizinan yang berlaku sekarang ini. Izin untuk kapal penangkapan ikan yang dikeluarkan oleh Dirjen Perhubungan Laut, sedangkan izin Penangkapan ikan dikeluarkan oleh Dirjen Perikanan. i) Izin kapal ikan: Terbagi dalam dua
kategori sesuai GT kapal:
CHAPTER 7 7 LICENSING SYSTEM Objectives: :To maintain fishery resources to achieve optimum sustainable yield (OSY).
:To ensure the maximization of catches and to increase the level of income of the inshore fisher folks within OSYs.
:To eliminate competition and inter-sector conflict through allocation of resources.
:To contribute to the monitoring and control components of MCS through the requirement for basic, operational data be used to direct for additional surveillance measures in a cost-effective manner.
Significance: The License is one of the most powerful documents/tools in fisheries management, for it provides the fishers with the privilege to harvest an important resource, but it also sets the terms and conditions under which they may do so. Other than providing base data regarding fisheries activities, it is the main tool which will serve to obtain the resource rent for the privilege of fishing in the state’s waters. It is also the base field document stating the scope of the privilege and becomes the key field control mechanism supporting the approved fisheries management plan. 7.1. TYPES OF LICENSE There are two Types of licenses presently issued. The Department of Communications issues the fishing vessel licenses whereas the Department of fisheries issues the fishing licenses for gear. i) Fishing vessels licenses: The licenses
are divided into 2 categories of Gross
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 23 of 23
a) 30 Gross ton ke bawah b) 30 Gross to dan lebih
(Untuk kapal komersial)
Pejabat yang mengeluarkan izin untuk kapal ikan dapat dibuat pada tingkat Propinsi dan Kabupaten untuk yang 30 Gross ton ke bawah. Sedangkan bagi kapal 30 Gross ton dan ke atas / lebih Pejabat Pemberi Izin di tingkat Nasional (Pusat). Perkecualian diberikan kepada kapal ikan yang 5 to dan ke bawah untuk nelayan tradisional. Tidak ada biaya / ongkos yang diminta tetapi mereka harus mendaftarkan kapalnya dan pass warna biru sehingga registrasi diberikan. Semua kapal ini di catat dalam daftar registrasi. Izin dikeluarkan berdasarkan prosedur perizinan dari Peraturan Pengawalan Kapal Ikan 1993/1994. Untuk maksud perizinan makan terdapat dua format perizinan yang berbeda, menurut Gross ton yang telah disebutkan di atas seperti pasa lampiran I dan II. Persyaratan untuk mendapatkan izin registrasi adalah: surat sertifikasi pengukuran, nilai dari kapal dan surat kesaksian dari Kantor Pelabuhan.
ii) Izin Alat Penangkap Ikan: Alat
penangkap ikan dikategorikan sebagai yang tradisional dan alat penangkap yang komersial yang izinnya dikeluarkan oleh Dirjen Perikanan utnuk komersial di tingkat Propinsi dan Kabupaten oelh Dinas Perikanan terkait untuk alat penangkap tradisional. Untuk kapal ikan gross ton ke bawah perizinan diberikan tanpa bayar. Kapal-kapal 5 Gross ton adalah nelayan pantai dengan alat penangkap yaitu: gill / drift net, bag nets, traps, lift nets, hooks dan lines serta berries nets. Sedangkan alat penangkap komersial seperti: tuna long lines dan purse seines, Perizinan dilaksanakan berdasarkan Undang-
Tonnage (GT):
a) 30 Gross ton and below b) 30 Gross ton and above
(Commercial fishing vessels)
The authority for the issue of fishing vessels licenses are done at regional and district level for 30 Gross ton and below. For the vessels of 30 Gross ton and above the authority of issuing the licenses is at the National (Headquarters). An exception is given to the fishing vessels of 5 Gross ton and below for traditional fisherman. There are no fees charged but they have to register their vessel and a pass of blue in color and registration is given. These vessels are recorded in the register. The licenses are issued under licensing procedures of Manning Fishing Vessel Regulation of 1993/1994. For the purpose of licensing; two different formats are used according to the gross tonnage mentioned above. The formats are as Appendix I and II. The requirement for licensing registration are the Certified Letter of measurement, Value of the Vessel and Letter of Witness by port office. This system should be computerized for ease of tracking of vessel movements, linked to the fisheries fishing gear system and other components of the MCS Data System.
ii) Fishing Gears licenses/permits: The
fishing gears are categorized as traditional and commercial gears and are licensed by DELP by regional and district offices for traditional gears, and for commercial gears by National (Headquarters). For the fishing vessels of 5 gross ton and below the licenses for any traditional gears are free of charge (FOC). These 5 Gross ton vessels are coastal fisherman and the gears are: gill / drift nets, bag nets, traps, lift nets, hooks and lines and berries nets. The commercial gears are tuna long lines, and purse seines. The license/permits are issued under the Fisheries Act No. 9 of 1985 section 10 (1) and (2) and through the
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 24 of 24
undang Perikanan No. 9 tahun 1985 pasal 10 (1) dan (2) serta Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1990.
Marking Alat Tangkap: Makin dirasakan perlunya bagi para nelayan untuk memberikan tanda pada alat tangkap mereka yang bertujuan: • •
•
Identifikasi kepemilikan Identifikasi dari posisi penyebaran alat tangkap di laut Memfasilitasi aspek-aspek pemantauan dan pengawasan dari kegiatan-kegiatan MCS.
Direktif: Alat tangkap ikan harus diberi tanda menurut peraturan perundangan nasional agar supaya pemiliknya dapat diidentifikasikan. Persyaratan untuk pemberian tanda harus memperhatikan kesamaan dengan sistem tanda-tanda yang dipakai secara internasional. Sistem pemberian tanda alat tangkap harus berlaku bagi semua jenis alat-alat tangkap dan berlaku bagi semua nelayan. Pemberian tanda pada alat tangkap ikan harus menjadi bagian yang termasuk dalam pemberian otorisasi utnuk menangkap ikan. Dalam keadaan seperti ini dapat saja lebih rinci serta mencakup perikanan yang berbeda, otorisasi penangkapan ikan umumnya termasuk persyaratan agar disertakan informasi tentang: nama dan alamat orang-orang yang diberi kewenangan untuk menangkap ikan, jenis alat penangkapan, wilayah / kawasan operasinya serta spesies- spesies ikan yang jadi target utama. Instruksi: Pejabat yang berwenang dapat mengeluarkan instruksi-instruksi kepada pemilik guna mentaati sistem pemberian tanda dari alat penangkapan dalam melakukan hal-hal berikut: i) Menyebarkan alat penangkapan
dengan menggunakan tanda-tanda sebagaimana yang disyaratkan dalam otorisasi / pemberian izin penangkapan.
Government Regulation No. 15 of 1990.
Gear Marking: An increasingly common requirement for fishers is to mark their fishing gear. The purposes are: • identification of ownership • the identification of the position of
deployed gear in the sea and • to facilitate the monitoring and
surveillance aspects of MCS activities.
Directives: Fishing gear should be marked in accordance with national legislation in order that the owner of the gear can be identified. Gear marking requirements should take into account uniform and internationally recognizable gear marking systems. The gear marking system should apply to all types of fishing gears and fishing implements as well as to all fisheries. The marking of fishing gear should be a condition of an authorization to fish. Whereas such a condition may vary in detail and extent with regard to the different fisheries, the authorization to fish should, in general, include a requirement for the following information to be given: name and address of person(s) authorized to fish, gear type, area operations and principal target species seasons, closed areas.
Instruction: The competent authority may impose instructions on an owner for compliance with the marking system of gears and fishing implements in particular for:
i) deploying fishing gear by displaying the mark so required as a condition of an authorization to fish.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 25 of 25
ii) Memakai tanda yang sudah
dialokasikan.
iii) Menyediakan informasi tentang alat-alat penangkapan yang dipakai, yang hilang, yang rusak ataupun tertinggal.
iv) Para pemilik, nasional / asing
harus diberitahukan bila ditemukan alat penangkap yang punya tanda jelas ataupun tanda lain, serta pengaturan agar mengambil kembali alat tangkap mereka.
Usulan Revisi terhadap Sistem Perizinan yang Berlaku Sekarang: Untuk maksud kontrol maka sistem perizinan telah dibuat utnuk peningkatan pemasukan serta menjaga tingkat exploitasi. Seperti disebutkan sebelumnya terdapat dua lembaga yang terlibat dalam pemberian izin di tingkat nasional dan propinsi / kabupaten untuk pengelolaan program melalui perannya masing-masing dalam perizinan serta Penegakan Agensi. Penguasa Pelabuhan bertanggung jawab mengeluarkan izin kapal ikan sehingga dengan demikian mengklarifikasikannya sebagai kapal komersial (termasuk kapal komersial). Sedangkan Dirjen Perikanan bertanggung mengeluarkan izin untuk alat penangkap sehingga dengan demikian menetapkan alat tangkap apakah komersial ataukah tradisional. Dalam menerapkan sistem MCS guna mencapai keberhasilan pelaksanaan sistem perizinan daerah maka disarankan agar sistem perizinan untuk kapal ikan harus ditangani juga oleh Dirjen Perikanan. Hal tersebut merupakan suatu kebutuhan nyata demi keberhasilan penerapan ketentuan perizinan dengan memperhatikan keinginan bersama dalam konservasi sumber daya hayati serta kelestarian perikanan. Hal berikutnya adalah
ii) use of mark allocated
iii) providing information on the use, loss, abandonment or disposal of fishing gear.
iv) Owners, national or foreign, should be informed of gear recovered (where appropriately marked) any liens on the gear and arrangements for them to collect the gear.
Proposed Revisions On the Current Licensing System: For Control purposes, the licensing systems were formulated to increase incomes and maintain level of exploitation. As mentioned above, there are two agencies involved in licensing in the national and regional/district fisheries management programs through their roles in licensing and enforcement. One agency that is the port office which is responsible for issuing fishing vessel licenses and in turn, classifies the vessel as commercial and non-commercial, including traditional. DELP, the agency responsible for marine resources, issues permits/licenses for fishing gears which in turn determines the gears as traditional or commercial. With the MCS system being introduced for the successful implementation of the fisheries licensing system at both national and Regional/District level, it is proposed that the licensing system of fishing vessels be taken over by the Fisheries, with copies supplied to the Port Authority, or alternatively a joint licensing office for the two authorities. There is a very real need to successfully implement the licensing schemes in the manner for which they were intended on the basis of conservation of the resources and sustainability of the fisheries. The second point is the existing law that will impact on the vessel licensing system.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 26 of 26
bahwa peraturan perundangan yang ada memberi dampak terhadap sistem perizinan kapal . Maka disarankan bahwa Dirjen Perikanan perlu mempersiapkan rancangan UU/PP tentang registrasi dan perizinan kapal dalam pengawasan keseluruhan dari perkara. Upaya ini dapat menjadi mekanisme revenue generating tambahan mengingat bahwa sekarang ini hanya satu sumber dari izin alat tangkap. Memperhatikan maksud dan tujuan perizinan – enumerasi, revenues, koleksi data dan pengawasan maka banyak keuntungan dapat memfasilitasi proses yang melindungi sistem terhadap pengaruh negatif seperti pemalsuan dokumen, pengukuran gross ton yang tidak benar, termin dan persyaratan perwira yang tidak betul dan bermasalah serta informasi dan data yang tidak benar. Dalam hal ini Dirjen Perikanan sedang bergerak maju ke arah yang benar dalam mengelola sumber daya laut.
Usul-usul untuk dipertimbangkan mencakup:
1. Penetapan zona-zona
penangkapan ikan dalam wilayah ZEE guna mengawasi gerakan kapal dan volume kegiatan dalam kawasan tersebut. Zona-zona ini dapat merupakan zona penangkapan sebagaimana diisyaratkan dalam surat izin sebagai pelaksanaan rencana pengelolaan dan
2. Suatu sistem identifikasi dan
pemberian tanda kapal yang standar dan jelas bagi kapal penangkap ikan yang memfasilitasi aktivitas MCS (Sistem di Malaysia yang mengkombinasikan sistem FAO ditingkatkan dan disesuaikan dengan keadaan setempat, sangat direkomendasikan.
Disarankan agar dipertimbangkan
langkah-langkah berikut ini dalam mengadopsi secara penuh sistem
It is suggested however, DELP introduce new legislation for registering and licensing of vessels for total control for fisheries. This move is an additional revenue generating mechanism, as presently is there one source only for fisheries i.e. the gear licenses. Note the purpose of licensing – enumeration, revenues, data collection and controls. This process will protect the system against negative influences such as falsification and tampering documents, incorrect measurement of gross tonnage, incorrect and conflicting terms and conditions for the licenses and incorrect data information. Within this context the Fisheries Department is moving towards the right direction in managing the resources. Suggestions for consideration include:
1. The establishment of fishing zones in Indonesia EEZ to control vessel movement and volume of activity in any one area. These zones could become authorized fishing zones under the license as required to implement the management plan; and
2. A standardized and clear vessel identification and marking system for fishing vessels to facilitate MCS activities. (The Malaysian system which combines the FAO system enhanced for the local situation is highly recommended.
It is suggested that the following steps
be considered for full adoption of a comprehensive fisheries licensing
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 27 of 27
perizinan perikanan yang komprehensif untuk perikanan:
1. Bila perikanan menerima arsip-
arsip perizinan kapal di penguasa pelabuhan maka penguasa pelabuhan setuju untuk seterusnya tidak lagi mengeluarkan izin kepada kapal penangkap ikan dan sebagai gantinya akan menerima pertukaran Data Perizinan kapal Perikanan untuk tugas-tugas mereka.
2. Semua pengeluaran surat perizinan
dibekukan pada tingkat sekarang ini. Para nelayan tradisional didorong untuk mendaftarkan selama dua tahun guna mempertahankan status mereka.
3. Suatu tinjauan tentang sistem
perizinan perikanan regional yang lebih sesuai dengan mekanisme di Indonesia.
4. Suatu uji coba sistem yang dipakai
di lokasi COREMAP
5. Perluasan dari sistem pilot tersebut bagi semau propinsi dari selama dua tahun yang mencakup:
- perikanan asing - joint venture asing - penelitian/riset - komersial - tradisional - substansi perikanan
system for fisheries.
1. As fisheries accepts the vessel licensing activities from the Port Authority, the latter agrees not to license further fishing vessels in return for a link and full exchange of the Fisheries Licensing Data for their duties.
2. All licenses for all categories be frozen at current levels. Traditional fishers be encouraged to register over the next two years to maintain their status.
3. A review of regional fisheries licensing systems to chose an appropriate mechanism for Indonesia
4. A test of the adopted system for the COREMAP sites
5. An expansion of the pilot system to
all provinces over two year period to cover:
- foreign fishery - foreign joint ventures - research - commercial - traditional - substance fisheries
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 28 of 28
INDONESIA ENGLISH
BAB 8 8 OPSI-OPSI MCS UNTUK
IMPLEMENTASI RENCANA PENGELOLAAN
Objective: Memahami kepatuhan Perikanan terhadap sistem MCS didasarkan pada pelaksanaan rencana-rencana pengelolaan. Kegunaan: Efektif dan efisiennya pengelolaan sumber daya perikanan tergantung kepada kemampuan untuk mempertahankan sumber daya dan melindungi habitat perikanan. Dalam kaitan ini maka implementasi rencana pengelolaan MCS tidaklah mudah dan sederhana khususnya bukan saja tentang menangkap orang yang melanggar peraturan namun mengenai pengaruh dan perubahan dan kebiasaan dan sikap masyarakat melalui penghubung pengguna/pemakai sumber daya perikanan, pendidikan dan penegakan. 8.3. EVOLUSI Nelayan akan tunduk dengan undang-undang dan peraturan perikanan hanya bilamana pihaknya merasakan mendapatkan manfaat dari padanya ataupun menganggap tidak harus tunduk bilamana mendatangkan kerugian bagi mereka. Persepsi-persepsi mereka tentang resiko akan termasuk peluang-peluang untuk dapat dideteksi, ditahan, dituntut dan dihukum serta ancaman hukuman sosial dan ekonomi lainnya. Setiap sistem “tunduk peraturan” yang efektif harus meningkatkan pemahaman terhadap undang-undang perikanan dan menambah resiko yang tidak tunduk peraturan dalam pikiran para penangkap ikan. Terbatasnya sumber daya perikanan yang tunduk seta sikap-sikap sekarang ini dari pengguna sumber daya perikanan menunjukkan bahwa cara yang terbaik yang cost-effective dalam penegakan hukum
CHAPTER 8 8 MCS OPTIONS FOR
IMPLEMENTATION OF MANAGEMENT PLAN
Objective: To understand fisheries compliance and the MCS system based on implementation of management plans. Significance: The effective and efficient management of the fisheries resources depends upon on the ability to sustain the resource and protect fisheries habitats. In this context the implementation of MCS management plans is not simply about catching people breaking the law, but about influencing people’s behavior through fisheries resource user liaison, education and deterrence. 8.1. EVOLUTION Fishers will comply with fisheries laws and regulations only to the extent they feel they will benefit or to the extent they consider non-compliance to be more costly than compliance. Their perceptions of the risk will include the chances of being detected, apprehended, prosecuted, and convicted, and likely social and economic penalties. Any effective compliance system must enhance the understanding of fisheries law and increase the risks of non-compliance in the fishermen’s mind. The limitation on fisheries compliance resources and the present attitudes of fisheries resource users dictate that the most cost-effective way of enforcing fisheries law is with a strong emphasis on a two-pronged approach of preventative (community awareness, support and voluntary compliance) and deterrent activities (increased patrols, penalties and reduced
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 29 of 29
perikanan adalah dengan memberi penekanan yang kuat pada dua arah pendekatan yakni pencegahan (kesadaran masyarakat, dukungan dan sukarela untuk mentaati aturan) serta kegiatan penangkalan (meningkatkan patroli, memberi hukuman dan mengurangi KKN dan agensi penegakan) harus dilakukan. 8.2. PENEGAKAN PENCEGAHAN Suatu sistem penegakan hukum yang berhasil bilamana itu tidak selalu mahal dan tidak represif haruslah tergantung terbesar dari persetujuan masyarakat setempat dimana sistem tersebut diberlakukan. Dalam perikanan ini berarti sangat kritikal bahwa para pengguna sumber daya, disamping sanggahan-sanggahan yang wajar dan patut bila sistem tersebut menjadi hambatan bagi nelayan secara individu diyakinkan mengenai kegunaan dari undang-undang serta adilnya perihal sistem tunduk terhadap aturan. Semakin tunduk aturan perikanan semakin adanya keterlibatan melindungi interest daripada usaha rekreasi tradisional dan usaha nelayan terhadap para tengkulak yang secara ilegal mencuri ikan-ikan karang yang bernilai tinggi seperti groupers, snappers, lobsters, dan napoleon dan sering kali melakukan perusakan habitat laut. Ini merupakan suatu area dimana COREMAP dapat mengharapkan mendapat dukungan sepenuhnya dari para nelayan setempat. Sekalipun dimana terdapat pengakuan umum dari para pemakai sumber daya bahwa solidaritas dengan para nelayan setempat bahwa peraturan itu adil dan sebagiannya dapat dilaksanakan, serta solidaritas dengan masyarakat nelayan yang begitu kuat sehingga akan sangat jarang untuk menerima keluhan-keluhan khusus mengenai kegiatan illegal. Dengan program COREMAP serta identifikasi hak penangkapan ikan kepada individual maka suatu perubahan sikap akan terjadi bila para nelayan sendirilah yang menjadi korban. Keefektifan dari ketaatan perikanan akan secara substansial bertambah bilamana sikap tersebut dirubah.
corruption within the enforcement agencies) be pursued. 8.2. PREVENTIVE ENFORCEMENT A successful law enforcement system, if it is not to be too costly and repressive must depend largely on the consent of the public to which it is applied. In fisheries this means it is critical that the resource users, despite the inevitable complaints when the system acts as a constraint on the individual fisherman, are convinced of the soundness of the law and the fairness of the compliance system. Increasingly, fisheries compliance is involved in protecting the interests of genuine traditional recreational and commercial fishermen from commercial poachers, who illegally take high value coral reef fish such as groupers, snappers, lobsters and napoleon and in so doing often destroy the marine habitat. This is one area where the COREMAP can expect the whole-hearted support of bone fide fisherman. However even where there is general recognition by the resource users that the law is fair and impartially administered, the sense of solidarity with fishing communities is so strong that it is rare to receive specific complains about illegal activity. With the COREMAP program and identification of fishing rights to individuals a change in this attitude will occur as fisherman become direct victims. The effectiveness of fisheries compliance will be substantially enhanced if this former attitude is changed.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 30 of 30
8.3. PENGAKUAN DETEREN YANG
EFEKTIF Di bawah rencana-rencana pengelolaan MCS yang didasarkan pada upaya / masukan kontrol (seperti waktu / penutupan daerah, larangan-larangan spesies dan alat tangkap) maka penegakan perikanan memfokuskan pada surveillance yakni menempatkan orang pada posisinya untuk mengamati pelanggaran yang terjadi. Keluaran yang didasarkan pada rencana-rencana pengelolaan (kuota, pendaratan dan produksi) memerlukan sistem-sistem penegakan yang lebih sah. Sementara masih memerlukan surveillance terdapat kebutuhan lanjutan untuk monitoring yang kompleks serta kemampuan-kemampuan pengadilan. Efektivitas suatu sistem penegakan dapat diukur oleh kemampuannya mencapai hasil dalam deteksi dan penuntutan dari para pelanggar. Tindakan yang keras oleh pengadilan dan para administrator diperlukan bilamana hendak diupayakan dan dipertahankan sustu deterent yang efektif. Kemandirian hakim adalah suatu hal yang mutlak, dan tidak sepantasnya mempengaruhi langsung dari besarnya hukuman yang dikeluarkan oleh pengadilan sekalipun beberapa penangkapan ikan illegal dapat dianggap sebagai pedagang ikan curang kelas tinggi terutama bila ikan kualitas dengan harga tinggi yang jadi objek yang dapat diperoleh karena permintaan pasar, stoknya berada di bawah tekanan serta berada dalam wilayah penangkapan terlarang, konservasi negatif serta dampak sosial ekonomis terhadap sumber daya dan masyarakat, perlu dikomunikasikan kepada para jaksa penuntut dan para hakim. 8.4. PENGGUNAAN KEKUATAN Suatu pendekatan penegakan garis lurus yang didasarkan pada surveillance dan penyidikan tingkat tinggi dengan target tertentu, yang kadang-kadang diperlukan seperti pada waktu kapal ikan tidak mengikuti perintah berhenti guna inspeksi
8.3. EFFECTIVE & DETERRENT
ENFORCEMENT Under the MCS management plans based on effort/input control (e.g. time/area closures, species and gear restrictions) fisheries enforcement focuses on surveillance i.e. having people in a position to observe offences being committed. Output based management plans (e.g. quotas, landings and production) require more sophisticated enforcement systems. While still requiring surveillance there is a further need for complex monitoring and investigation capabilities. The effectiveness of any enforcement system can be measured by its ability to achieve results in the detection and prosecution of offenders. Strong actions by the courts and administrators are also necessary if an effective deterrent is to be attained. The independence of the Judiciary is absolute, and it could be inappropriate to seek to directly influence the penalties imposed by the courts. However some illegal fishing can be regarded as highly lucrative commercial fraud, particularly where large high qualities are involved and high prices can be obtained because of demand, stocks are under pressure and are subject to fishing restrictions. The negative impact on conservation, as well as social and economic impacts on the resources and the community, need to be communicated to the prosecutors and judiciary. 8.4. USE OF FORCE A hard line enforcement approach based on a high level targeted surveillance and investigation is sometimes required, such as where fishing vessels do not comply with orders to halt for fisheries inspection. This scenario may result if no other
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 31 of 31
perikanan. Skenario ini dapat memberi hasil jika tidak tersedia strategi dan mekanisme penegakan lainnya untuk memberi jaminan untuk mentaati. Masalah konsekuensi di sinsi adalah penggunaan pasukan agresif untuk menangkap para pelanggar. Mempertimbangkan hal ini, pemakaian senjata api merupakan suatu keharusan bagi pejabat pengawasan dan penegakan dalam pelaksanaan tugasnya guna melindungi keamanan anggotanya. Terdapat berbagai larangan yang perlu dituruti ketika berlatih menggunakan senjata api. Yang terpenting adalah proteksi diri dari anggota komandonya, proteksi atas kerusakan potensial dan harta milik pemerintah dan luka potensial terhadap para pelanggar. Secara legal kekuatan pasukan dibatasi untuk menjamin ketundukan dengan pejabat berwenang, dalam hal ini perwira perikanan atau perlindungan bagi staf bila diperlukan jumlah anggota pasukan yang dianggap wajar senantiasa merupakan penilaian subjektif namun kekuatan yang berlebihan mengakibatkan bila kasusnya ke pengadilan, tidak akan mendapat dukungan. Perlu diingat bahwa para perwira MCS adalah perwira sipil dan terikat/tunduk kepada undang-undang senjata dan amunisi. Aspek penting lainnya tentang pemakaian senjata api adalah hal training/pelatihan serta kebutuhan akan training setiap tahun. Hal ini sangat kritikal guna konfidensi para perwira dan anak buahnya dalam pemakaian senjata yang benar serta keselamatan pribadi mereka sendiri disamping juga meningkatkan sikap sesuai dalam membawa dan menyimpan senjata api oleh penegak sipil. 8.5. STRATEGI-STRATEGI TIDAK PAKAI
KEKUATAN Sedang bertumbuh perkembangan dalam lingkungan operasi MCS untuk mencari “strategy no force”. Maksudnya adalah menyediakan sarana-sarana MCS yang dapat melakukan kontrol monitoring dan surveillance yang secukupnya terhadap sumber daya perikanan guna menjawab
enforcement strategies and mechanisms are in place to ensure compliance. The matter of consequence here is the use of aggressive force to apprehend the offender. Considering this matter, the use of firearms is often regarded as a necessity for MCS officials to conduct their business to ensure adequate personal protection. There are many restrictions to be followed when exercising the use of firearms. Foremost is the self- protection of the men under your command, the potential damage to government property, and the potential injury to offenders. Legally this force should be limited to ensure compliance with legal authorities, in this case the fisheries officer, or for protection of staff as appropriate. The amount of force that is deemed appropriate is always one of the subjectivity, but excessive force may result in a case not being supported. It must be remembered that MCS officers are civilian officers and are bounded by the Weapons and Ammunitions Act. Another major aspect of using firearms is the training and the need for on going training, at least annually to maintain proffesionalism and assess attitudes towards the use of firearms. This is critical for the confidence of the officers and men in the proper use of the weapon and their own personal safety as well as enhancing the appropriate attitude for the carriage of firearms for civilian enforcement. 8.5. “NO FORCE” STRATEGIES There has been a growing trend in MCS operations, to seek “No force” strategies. The intent here is to provide those MCS tools, which can exercise sufficient monitoring and surveillance controls over the fisheries resources to meet government needs at the lowest cost
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 32 of 32
kebutuhan pemerintah dengan biaya serendah mungkin. “Strategy no force” yang paling terkenal kelihatannya ialah penggunaan registrasi nasional atau regional dari peralatan dan sarana yang dipakai. Hanya kapal-kapal yang beregistrasi yang berhak diberikan izin diperairan yang ditetapkan. Informasi yang dimasukkan dalam register adalah identification kapal serta spesifikasi master kapal dan catatan kemajuan serta ketaatan di sektor penangkapan ikan. Alat-alat dan sarana lainnya dalam kategori mekanisme strategi “no-force” termasuk inspeksi pelabuhan, tanggung jawab negara berbendera terhadap tindakan kapalnya di zone tersebut serta mengobservasi program-program. Strategi tanpa paksaan ditingkatkan melalui:
1. tekanan secara halus untuk mematuhi
2. kemauan politik untuk menentukan penegakan yang keras
3. peraturan yang sesuai 4. pendekatan professional dan
integritas yang tinggi dalam penegakan yang keras dalam kegiatan MCS
possible. The most popular “No Force” strategies seem to be use of a national or regional register of good standing. Only vessels on this list would be eligible for licenses to fish in the waters of concern. Information included in the register is the identification of the vessel and master, vessel specifications, and record of performance and compliance in the fishing sector. Other tools in this category of “no force” strategy mechanisms include port inspections, flag state responsibility for actions of its vessel in the zone and observer programs. These “no force” strategies are enhanced by:
1. peer pressure for compliance; 2. political will to exercise appropriate
deterrence; 3. appropriate legislation; and 4. a professional approach and high
integrity in “deterrent” MCS/ enforcement activities
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 33 of 33
INDONESIA ENGLISH
BAB 9 9 TINDAKAN-TINDAKAN
PREVENTATIF MCS Tujuan: Mendayagunakan masyarakat asli setempat yang berdiam di wilayah kawasan COREMAP serta dalam keseimbangan dengan sumber daya yang tersedia dan menjaga serta mempertahankan gaya hidup mereka. Menyediakan akses umum pada tingkat dan jenis yang akan mendukung kesejahteraan fisik dan rohani dari para pengunjung serta menjaga kualitas kekhasan kawasan COREMAP untuk generasi kini dan akan datang, dan perlindungan yang cukup untuk sumber daya alam dan habitatnya Kegunaan: Pentingnya tindakan preventatif MCS dalam kawasan COREMAP diarahkan guna mencapai empat tujuan: i) memenuhi kebutuhan para pemakai ii) memecahkan problem-problem
pengelolaan iii) membangun kesadaran dan dukungan
untuk konservasi yang berguna untuk mengembangkan mekanisme guna tercipta hubungan yang lebih sehat serta saling pengertian dengan masyarakat; dan
iv) menyiapkan mekanisme bagi
kesadaran masyarakat, pengertian dan dukungan untuk kegiatan-kegiatan pengelolaan perikanan yang lestari yang mendukung ketaatan sukarela terhadap peraturan perundangan dan mendukung kegiatan MCS “pencegahan”.
9.1. KESADARAN MASYARAKAT: Hal ini merupakan tugas keterlibatan publik lainnya dari program COREMAP. Suatu
CHAPTER 9 9 PREVENTATIVE MCS MEASURES Objectives: To enable indigenous human communities living in at low density (COREMAP areas) and in balance with available resources to maintain their life style. To provide for public access at levels and of a type which will serve best the physical and spiritual well being of visitors and maintain the wilderness qualities of the COREMAP AREA for present and future generations, and permit sustainable resource harvesting levels with adequate protection of the resource and its habitat. Significance: The importance of Preventive MCS measures in COREMAP areas is directed towards achieving four basic purposes: i) meeting user needs ii) solving management problems; iii) building awareness and support for
conservation in developing mechanisms to create closer ties and understanding with the communities; and
iv) Providing a mechanism for community
awareness, understanding and support for sustainable fisheries management activities, and thus support for both voluntary compliance with legislation (peer pressure) and supporting “deterrent” MCS activities.
9.1. COMMUNITY AWARENESS: This is another task of the COREMAP public awareness and participation
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 34 of 34
program penyadaran masyarakat yang komprehensif merupakan komponen Program COREMAP yang amat penting sebab program tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan serta keterlibatan dari masyarakat umum. Suatu dukungan masyarakat umum pada akhirnya akan mendorong serta menghasilkan adanya kegiatan di kawasan COREMAP. Beberapa contoh dari kesadaran masyarakat termasuk program-program lingkungan adalah: - Hari-hari pembersihan pantai - Program sekolah - Program-program alamiah dan
pertunjukan film, TV and videos - Peristiwa-peristiwa khusus (hari spesies
yang hampir punah) - Pusat informasi seperti CRITC - Program sukarela masyarakat seperti
program terumbu karang. Kebanyakan dari pekerjaan kontak publik masuk ke dalam “interpretasi” dan “Ekstensi”. Interpretasi merupakan term yang banyak digunakan oleh agensi-agensi konservasi alam. Komunikasi diterjunkan langsung terutama kepada pemakai/pengguna dari kawasan terlindung. Ekstensi sering dipakai untuk menjelaskan komunikasi yang ditujukan terhadap pengguna-pengguna non-rekreasi dan ditujukan kepada kelompok-kelompok interest tertentu seperti para nelayan yang aktivitasnya berkaitan dengan Kawasan Terlindung. Masyarakat yang memahami tentang manfaat pelaksanaan praktek-praktek pengelolaan perikanan yang lestari akan turut memfasilitasi pelaksanaan projek serta pencapaian sasaran-sasaran MCS. 9.2. PENDIDIKAN DAN PERTEMUAN
MASYARAKAT Hal ini merupakan proses dua arah
program. A comprehensive awareness program is an extremely important component of COREMAP because it is aimed at gaining the support and co-operation of the general public. A supportive public will ultimately make or break the conservation and MCS activities in the COREMAP areas. Some examples of community awareness including environmental programs are: - beach clean-up days - school programs - nature programs - film show, TV &
Videos - special events ( e.g. save endangered
species days) - information centre such as CRITIC - community volunteered programs such
as The Reef Watchers Program.
Much of this public contact work falls under the banner of “Interpretation” and “Extension”. “Interpretation” is the most widely used term with nature conservation agencies. Communication is directed primarily at users of protected areas. “Extension” - is often used to refer to communication directed towards non-recreational users and designed to address specific management issues. The receivers may be special interest groups e.g. fisherman, whose activities relate to protected areas. Community understand of the benefits of implementing sustainable fisheries management practices will facilitate project implementation and achievement of MCS goals. 9.2. EDUCATION & COMMUNITY
SESSIONS This is a two way process with COREMAP
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 35 of 35
dimana COREMAP menyajikan informasi kepada publik tentang rencana-rencana bagi kawasan terumbu karang sedangkan dari publik / masyarakat diberikan informasi tentang pengguna dan sumber daya dan atau kegiatan ilegal serta kelompok masyarakat pendukung program. Program-program kontak publik berupaya mendapatkan semakin banyak kerjasama pengguna serta dukungannya bagi pengelolaan yang bertujuan memberikan kepada umum informasi yang mereka perlukan agar: (a) mendukung konsep COREMAP (b) memahami dan memberi masukan
dalam peraturan konservasi (c) mentaati peraturan-peraturan
COREMAP Metode mengajar langsung kepada masyarakat tentang COREMAP (yakni menjelaskan tentang peraturan perundangan dan menuntut rakyat mematuhinya) tidak selalu merupakan cara yang berhasil untuk mencapai sasaran-sasaran pengelolaan. Perikanan kepada rakyat diberikan informasi-informasi dengan cakupan yang luas maka akan sangat lambat berkembangnya rasa memahami serta komitmen masyarakat. Yang menarik adalah bahwa proses pendidikan publik dengan informasi mempunyai kemanfaatan spin-off apabila masyarakat mulai menyediakan informasi dan respon. Proses berbagi informasi akan mengarah kepada kerjasama (koperasi) yang pendekatan-pendekatan baru dan pengelolaan gabungan/kepemilikan dari sumber daya antara pemerintah dan komuniti. Beberapa informasi dasar yang perlu diketahui para pengguna adalah: - bahwa COREMAP itu ada - bahwa COREMAP itu berguna bagi
mereka dalam hal tertentu - bahwa mereka harus menyesuaikan
aktivitasnya untuk mentaati persyaratan-persyaratan pengelolaan yang diperlukan di mana mereka mengembangkan pada areanya;
presenting information to the public about the plans for the coral reef areas and the public providing information about users and value of the resources and/or illegal activities and the inter-relation of the two resulting of the resources and/or illegal activities in a community-supported program. The Public Contact programs seek to achieve the greatest possible user co-operation and support for management and its objectives by providing people with the information they need to: (a) support the concept of COREMAP (b) understand and input into conservation
regulations (c) comply with COREMAP regulations;
and The direct method of teaching people about the COREMAP (i.e. stating the regulations and demanding that people comply with them) is not always the most successful way to achieve the management goals. If one provides people with a broad range of information about the COREMAP, one will slowly develop a sense of understanding and commitment from the community. Interestingly, this process of educating the public with information has spin-off benefit as the community will begin to provide more information as well. This process of sharing can lead to co-operative, new approaches to management issues and foster a joint management / ownership of the resources between government and the communities. Some very basic information users need to know includes: - that the COREMAP exists - that the COREMAP will benefit them in
some way; and - that they have to modify their activities
to comply with sustainable management requirements many of which they will develop for their areas;
- the cost of infringing the management
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 36 of 36
- harga daripada pelanggaran terhadap rencana-rencana pengelolaan akan lebih besar melampaui manfaat-manfaat yang didapat bilamana menurutinya.
Proses pengembangan kontrak publik untuk konservasi wilayah pesisir dan terumbu karang adalah wewenang semua karyawan yang ditunjukkan oleh keahlian sehingga diperlukan pelatihan, praktek lapangan, evaluasi, serta upgrading. 9.3. BERBAGAI KETERLIBATAN PUBLIK : Jangkauan dari kemungkinan keterlibatan
yang bisa intensif sebagai berikut: • menasehati publik – komunikasi satu
arah dan libatkan COREMAP tentang apa saja yang disarankan dan apa yang telah diputuskan.
• Berbagi informasi dengan komunikasi
dua arah antar agensi, join pengembangan rencana-rencana dan peraturan dan menginformasikan tentang agensi-agensi pengguna serta nilai-nilainya.
• Akses bersama – melibatkan agensi
dalam upaya rekonsiliasi tuntutan-tuntutan yang berkonflik dari kelompok-kelompok pengguna melalui suatu proses negosiasi dan mediasi.
• Pembuatan keputusan bersama
termasuk membuat rencana dan merundingkan dengan semua kelompok yang mempunyai kepentingan (para stakeholder) agar mencapai keputusan musyawarah mufakat dimana semua kelompok menerima dan merasa terikat untuk mentaati.
• Berbagi pengelolaan yang berarti
agensi yang telah berunding dengan kelompok pengguna kawasan, setuju tentang bagaimana mengelola kawasan yang lalu terlibat dalam berbagi kekuasaan pengaturan melalui misalnya kontrak-kontrak serta persetujuan atau delegasi bersama untuk kekuasaan-
plans will exceed the benefits of complying with it.
The process of developing the public contract for conservation of the coastal and reef areas is the domain of all employees and as such, it must be seen as a skill, which needs training, practice, evaluation and upgrading. 9.3. VARIOUS PUBLIC INVOLVEMENT : The range of possible involvements that
can be intensive are as follows: • Advising the public - one way
communications and involves the COREMAP what is proposed and what has been decided.
• Information sharing two way
communication between the agency, joining development of the plans and regulation and the public informing the agency of users and values.
• Shared access - involve the agency in
attempting to reconcile conflicting demands of the user groups through a process of negotiation and mediation.
• Joint decision making - involves
planning and negotiating with all groups who have an interest in the area (stakeholders) and seeking to reach unanimous decisions with which all groups accept and feel bound to comply.
• Share of management - means the
agency has negotiated with groups using the area, agreed on how the area should be managed and then entered into authority sharing arrangements through e.g. contracts and agreement or formal delegation of legislative powers.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 37 of 37
kekuasaan legislatif. Akses bersama, pembuatan keputusan dan berbagi pengelolaan di atas semuanya memerlukan kesabaran serta keahlian yang cukup dalam resolusi konflik dan perundingan. 9.4. BERBAGI PENDEKATAN • Pendirian pusat-pusat COREMAP di
kawasan-kawasan terumbu karang. • Mengembangkan dan memajukan
media interpretatif pertunjukkan tiga dimensional, audio visual, pembuatan video bawah air dan darat yang tersedia pusat-pusat COREMAP
• Program-program publik serta
pendidikan dan training intensif mengenai semua aspek COREMAP kawasan terumbu karang disertai promosi media ekstensif dan pemakaian pusat-pusat pameran.
• Provisi informasi melalui poster-poster
interpretati, billboards, brosur, peta-peta, panel, flat sheets, dsb.
• Persatuan nelayan/anggota koperasi
yang menjual souvenir dan alat-alat selam.
• Program sukarela, program aktual,
camping zoologikal. • Kontes menggambar dan foto • Pameran-pameran travelling • Promosi-promosi melalui radio, TV,
poster, T-shirts dan benda souvenir lainnya.
9.5. PROGRAM-PROGRAM COREMAP
JANGKA PANJANG Keberhasilan setiap rencana-rencana pengelolaan tergantung pada persiapan-persiapan dan komitmen orang-orang yang diharapkan mentaatinya. Pengetahuan poster-poster dan
Shared access, joint decision making and shared management all require patience and considerable skill in conflict resolution and negotiation. 9.4. VARIOUS APPROACHES •
•
•
•
•
•
•
•
•
Establishment of COREMAP centers at Coral Reef areas. Advance in interpretative media such as three-dimensional displays, audio-visual displays, underwater and on land video recordings will be made available at the COREMAP centers.
Public programs and intensive education and training on all aspects of COREMAP Coral Reef areas with extensive media promotion and use of Exhibition centers.
Provision of information through interpretative posters, billboards, brochures, maps, panel displays, flat sheets etc.
Fishermen’s association/co-operative participation in sales of approved souvenirs and diving equipment.
Volunteer programs, school outreach programs, zoological camps, etc
Drawing and photography contest
Travelling Exhibits
Promotion through Radio/TV, posters, T-shirts and other souvenir items.
9.5. LONG TERM OF COREMAP
PROGRAMS The success of any management plans depends on preparation and commitment from the people who are asked to comply with it. Knowledge fosters professionalism in
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 38 of 38
profesionalisme dalam pendekatan dapat memberikan motivasi masyarakat untuk menerima bagian peraturannya dalam melayani/menjaga sumber daya pesisir sebagai mitra dengan pemerintah. Partisipasi dan pengertian para nelayan dalam pengembangan rencana pengelolaan di kawasan akan meningkatkan ketaatan secara sukarela dimana para nelayan sendiri akan memahami sepenuhnya dan mendukung legislasi yang kemudian tentulah mentaatinya. Pendekatan penegakan preventif akan memberikan hasil yang lebih tinggi dari ketaatan dan karena itu memerlukan tingkat upaya yang lebih rendah dari penegakan deterrent yang memberikan penghematan biaya dalam penegakan keseluruhannya.
approach and can serve to motivate the community into accepting its stewardship role of its coastal resources in partnership with the government. The participation and understanding of the fishers in the development of the management plan for the area will promote voluntary compliance whereby the fishers themselves fully understand the rationale behind the legislation, and hence usually comply. The preventive enforcement approach can result in the high degree of compliance and thereby require a lower level of effort for deterrent enforcement, thus realize cost savings in overall enforcement to maintain adequate levels of compliance.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 39 of 39
INDONESIA ENGLISH BAB 10 10 PENGAMAT TERUMBU KARANG Tujuan: Mengumpulkan data intelejen mengenai apa yang terjadi dan yang dikerjakan di kawasan pantai yang berakibat negatif terhadap hidupnya terumbu karang. Mendorong anggota masyarakat agar dapat dilibatkan dalam konservasi terumbu karang, misalnya mengambil peran sebagai penjaga dari sumber daya pantainya. Kegunaan: Keterlibatan anggota masyarakat dalam program reef watchers dengan tanggung jawab pokok sebagai mata dan telinga dari masyarakat dalam melindungi terumbu karang. 10.1. FUNGSI Mengamati, mencatat, dan melaporkan aktivitas-aktivitas di terumbu karang seperti penangkapan ikan, penyelaman, penambangan terumbu karang, pengumpulan karang, dan lain-lain, aktivitas di kawasan selama patroli. 10.2. SELEKSI Pengamat karang dipilih dari
masyarakat setempat Pengamat karang harus mempunyai
kemampuan bicara yang baik Pengamat karang harus mampu
mengisi formulir RW dan melaporkan dari patroli RW dan
Pengamat karang adalah anggota
masyarakat yang dihormati di lingkunganya sebagai orang yang suka bergaul dengan kesadaran dan kepedulian terhadap sistem terumbu karang pantainya, walaupun kemungkinan pengalaman masa lalu
CHAPTER 10 10 REEF WATCH Objective: To gather intelligence as to what is being done in the coastal areas which impacts on the health of the coral reefs; To encourage members of the community to become involved in the conservation of their reefs, e.g. accept the stewardship role of their coastal resources. Significance: The involvement of members of the community in a Reef Watchers Program with basic responsibilities to be the front “eyes and ears” of the community in the protection of their reefs. 10.1. FUNCTION OBSERVE, RECORD AND REPORT activities on the coral reef e.g. fishing, diving, coral reef mining, collection of corals, etc, activities in the areas during patrols. 10.2. SELECTION Reef Watchers shall be selected from
the local communities; Reef Watchers shall have good verbal
skills; Reef Watchers shall have the ability to
complete the reef watcher formats and reports from the patrol; and
Reef Watchers shall be respected
members in their municipalities as community-minded persons with an awareness and concern for their coastal reef system, despite possible past practices due to lack of knowledge.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 40 of 40
yang disebabkan ketidaktahuannya. 10.3. STRUKTUR Pengamat karang akan berada langsung di bawah komando kepala seksi operasi MCS dan melapor kepada Bupati/Bappeda melalui seksi operasi MCS. Satuan MCS dan Manajemen Berbasis Masyarakat (CBM) akan bekerja sama dalam menseleksi Pengamat Karang (Reef Watcher) dan setelah mereka dimobilisasi maka para RW langsung di bawah satuan MCS. Struktur organisasi RW ditunjukkan pada gambar di bawah dan perinciannya lihat lampiran: 10.4. TRAINING Para RW harus dilatih oleh tim MCS Nasional/Propinsi dalam berbagai aspek observasi, pencatatan, dan pelaporan serta penyediaan informasi kepada pejabat penegakan mengenai kegiatan ilegal di kawasan terumbu karang. Para RW juga harus dilatih bagaimana berbicara dengan baik dan jelas, hubungan masyarakat, komunikasi radio, dan operasi serta perawatan peralatan. Selanjutnya juga harus dilatih untuk menjadi saksi yang dapat dipercaya dalam kasus di pengadilan ataupun dalam administrasi hukum yang diperlukan sebagai akibat dari kegiatan mereka. Selesai pelatihan, para RW yang telah dilatih dinyatakan kompeten untuk tugas patroli di kawasan dan menjadi penghubung dengan masyarakat berkaitan dengan hal terumbu karang dan perikanan.
10.3. STRUCTURE The reef watchers would come directly under the command and operation of site MCS and will report to the Bupati/Bappeda through the above channel. MCS unit and CBM units will work together in selecting the Reef Watchers and when they are mobilized they will be directly under the care of the MCS unit. The structure of organization the Reef Watchers as shown below and the coordinated structure as appeared below: 10.4. TRAINING Reef Watchers shall be trained by the National/Provincial MCS Teams in various aspects of Observation, Recording and Reporting and also to provide information to enforcement authorities on illegal activities in the coral reef areas. The Reef Watchers will also be trained in public speaking, public relations, radio communications, maintenance, operations of equipment. Further, Reef Watchers shall be trained to be credible witnesses in cases where court action or administrative legal procedures are taken as a result of their activities. On completion, the trained Reef Watchers will be competent to patrol the assigned areas and liaise with the community on coral reef and fisheries matter.
RW
Sat. Operasi MCS
Unit Komunikasi
Adm.
Satuan MCS
Bupati/Bappeda
MCS Unit
MCS Operation
Communication unit
Adm.
RW
Bupati/Bappeda
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 41 of 41
10.5. OPERASIONAL Satuan MCS bertanggung jawab untuk mengatur program RW di setiap kawasan. Program di maksud termasuk patroli mingguan dan operasi bersama dengan satuan MCS. Prosedur operasi sederhana pada lampiran III untuk digunakan para RW melaksanakan tugas operasi. Para Reef Watcher diharapkan untuk melapor kepada satuan MCS hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mereka. Formulir laporan yang digunakan para Reef Watcher ditunjukkan dalam lampiran IV. Formulir Reef Watcher adalah merupakan laporan harian dimana data masukannya diurutkan berdasarkan urutan kegiatan. Para Reef Watcher harus mengisi nama mereka, nomor perahu, satuan MCS, dan sektor patroli. Untuk tanggal, jam, dan kegiatan akan diisi per kolom, sedangkan peristiwa-peristiwa dalam bentuk kunci sehingga menyederhanakan laporan. Laporan harus diserahkan kepada unit MCS setiap saat para Reef Watcher menyelesaikan tugasnya. Contoh formulir yang sudah terisi dalam lampiran IV. 10.6. PROGRAM INSENTIF Dari pelaksanaan yang berhasil maka diperlukan adanya pembentukan suatu program insentif nasional sebagai bagian dari COREMAP untuk penghargaan bagi pencapaian yang luar biasa dari para anggota dan para peserta dalam program. Para Reef Watcher juga harus dimasukkan dalam bagian program ini. Selanjutnya diharapkan agar para Reef Watcher menerima tunjangan untuk kegiatan-kegiatan patroli mereka dalam jumlah yang pantas yang sedang diproses dengan pihak pemerintah, tetapi yang direkomendasikan masing-masing Rp 20.000 per hari kegiatan. 10.7. PERALATAN Para Reef Watcher memerlukan peralatan untuk melaksanakan tugasnya baik untuk
10.5. OPERATIONAL The MCS unit will be responsible for arranging the program for the Reef Watchers in each area: The program will include weekly patrols and joint operations with the MCS unit. Simple operational procedures as appears in appendix III for the Reef Watchers are to be used in the carrying out the operations. The reef watchers are expected to report to the MCS unit regarding their activities. Reporting formats will be introduced for the use of Reef Watchers. The format to be used is as appeared in Appendix IV. The Reef Watcher format is a daily report where entries are made subsequent to the activities. The Reef Watchers are required to fill in their name, Perahu number, MCS unit and Sector Patrol. The entries for date, time and events will be in columns, and events will be in key forms in order to simplify the reports. The report will be submitted to the MCS unit each time the Reef Watcher completes their duties. The sample of filled format is shown in Appendix IV. 10.6. INCENTIVE PROGRAM As a matter of appreciation, there shall be a national incentives program established as part of COREMAP for outstanding performance of members and participants in the program. Reef Watchers should be included in a portion of this incentive program. Further, it is intended that Reef Watchers would receive an honorarium for their patrol efforts in an amount yet to finalized with the government, but recommended at Rp 20.000 per day activity. 10.7. EQUIPMENT Reef Watchers shall, for both operations and safety, require equipment to carry out
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 42 of 42
operasi maupun untuk keselamatan mereka. Peralatan yang demikian ditangani melalui unit MCS di site: i) Perahu lokal ii) Radio VHF iii) Teropong iv) Kamera v) GPS
their duties, such equipment being assigned through the site MCS unit. The equipment are: i) Local perahu ii) VHF Radio iii) Binocular iv) Cameras v) Global Positioning System (GPS)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 43 of 43
INDONESIA ENGLISH
BAB 11 11 SISTEM PENGUMPULAN DATA
(MONITORING) Tujuan: Untuk memberikan gambaran tentang proses pembangunan sistem data dalam mendukung kebutuhan manajemen perikanan pada tingkat kotamadya, kawasan dan nasional, menyangkut aktivitas perencanaan strategis, pengendalian manajemen, dan pengendalian operasional. Konsep ini memperhatikan sistem yang sedang berjalan dan kemudian dari sudut pandang manajemen menelusuri upaya-upaya yang bermanfaat bagi Indonesia, disamping memperhatikan peranan teknologi mutakhir yang dapat diserap. Manfaat: Data merupakan tulang punggung dari sistem manajemen atas dasar mana suatu sistem informasi yang sesuai dalam mendukung pelaksanaan operasional, pengendalian manajemen, dan perencanaan serta formulasi kebijaksanaan dalam rangka pengamatan dan penegakan hukum dapat dicapai. Penggunaan informasi strategik ditujukan bagi formulasi rencana jangka panjang dan penentuan kebijaksanaan, sedangkan pengendalian sistem data operasional dirancang untuk mendukung dan dipakai dalam menunjang pengoperasian manajemen perikanan, khusus-nya manajemen pengoperasian perikanan, yang dalam hal ini ditujukan bagi MCS dalam rangka menunjang aktivitas pengamatan serta operasi penegakan hukum, dalam kaitan mana terkandung kegiatan memonitor dan mendukung perencanaan masa kini maupun masa depan. 11.1. KONSEP UMUM Kebutuhan bagi perencanaan pada dasarnya sudah terkandung dalam suatu
CHAPTER 11 11 DATA COLLECTION SYSTEMS
(MONITORING) Objective: To give insight on the process of establishing required data systems for fisheries management at the municipal, regional and national levels covering strategic planning, management control and operational control activities. The concept considers existing systems and conceptualizes from a generic suite of management measures which may be useful in Indonesia, while taking into consideration the latest technological progress that can be absorbed. Significance: Data is the backbone of a management system on which base a well suited information systems for supporting operational decision, management control, planning and policy formulation of MCS purposes can all be established. Strategic information usage is aimed towards long range planning and policy formulation, while Operational Data Systems is designed and used to support daily fisheries management operations, primarily surveillance and enforcement operations. This is but includes monitoring and control functions to further support current and future management and operational planning. 11.1. GENERAL CONCEPT The planning needs are basically embedded into the system called “Decision
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 44 of 44
konsep sistem yang dinamakan “Sistem Dukungan Keputusan (SDK)”, dan kebutuhan bagi pengendalian operasional didalam Sistem Data Operasional (SDO). Di-mensi dari kebutuhan informasi SDK berorien-tasi kemasa depan. SDO dipihak yang bersebe-rangan sarat teknologi dalam mendukung akti-vitas operasional harian. Hal ini menyebabkan cakrawala waktunya ber-sifat mutakhir dan segar. Masih terdapat aktivitas lain yang terletak diantara kedua kategori itu untuk mendukung fungsi-fungsi pengendalian manajemen. Dalam hal-hal tertentu jenis aktivitas manajemen ini dapat dinaikkan keatas kedalam tingkat kategori informasi, sehingga masuk dalam kawasan SDK. Sebaliknya bagian bawah dari pengendalian manajemen dapat diturunkan dan masuk kedalam kawasan kategori pengendalian operasional. Tergantung kepada besar kecilnya organisasi serta kebutuhan informasinya, suatu sistem data yang diarahkan dapat dikonfigurasikan. Bilamana sistem data seperti itu diperlukan, maka ia dapat diserap kedalam konsep Pengolahan Transaksi Data, ditunjang oleh komponen teknologis seperti perangkat keras, perangkat lunak, komunikasi, serta basis data (data base). Semua komponen ini termasuk juga SDK, SDO, dan basis data merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konsep Sistem Informasi Manajemen. Gmb-1 memperlihatkan bagaimana konsep ini mengaitkan semua komponenya dalam satu kesatuan yang utuh dan bagaimana kedudukan dari ketiga aspek yang disebutkan itu berada. Segitiga ini dinamakan segitiga SIM (Sistem Informasi Manajemen) yang diturunkan dari Anthony1 dan disebutkan juga sebagai piramida SIM. Dari model ini dapat dilihat bahwa semakin rendah kedudukan yaitu pada tataran operasional, data dan kebutuhan informasi lebih bersifat terstruktur dan segar berkaitan dengan waktu. Makin tinggi kedudukan fungsi pembuatan keputusan, makin berjangka panjang visi keputusan itu berorientasi. Dari kedua orientasi ini dengan mudah
Support System (DSS)”, and the operational control requirements through Operational Data System (ODS). The dimension of DSS information requirement is oriented toward the future. ODS on the other extreme is heavily technical in supporting the daily operational activities. This makes its time horizon requirement to be current and up to date. There is still another activity that lies between these two categories to support the management control functions. This type of management activity can be escalated into the upper level of information category, which fall within the DSS domain. The lower part of management control activity can consequently be deescalated to Operation Control function and thus falls within the domain of ODS. Depending on the size of the organization and its information needs a dedicated data system can be configured. If such data system is needed, then it will be absorbed by the concept of Data Transaction Processing, supported by technological components including hardware, software, communications and data base. All these components, including DSS, ODS and the Data Base are embedded in the concept of a Management Information System. Exhibit-1 shows how this concept relates all its components into an integrated whole and how the three aspects are positioned in the concept. This triangle is called the MIS triangle derived from the MIS pyramid of Anthony1. From the model we can see that the lower the position which is at the operational level, data and information requirements are more structured and current with respect to its time dimension. The higher the decision making function, the longer range its decision vision is oriented. From these two orientations it can easily be predicted that the freshness of data for ODS is close to real time. Real time means that the data, facts, or events received or accessed is close to its happenings. In other words time elapsed between the data collected and accessed is relatively short. In ideal cases, data are collected and stored in the database, and derived from
1Gordon B. Davies and Margrete Olson, Management Information Systems, McGraw-Hill, New York, 1979, p 6-9
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 45 of 45
dapat diduga bahwa kesegaran data bagi SDO itu mendekati waktu nyata (real time). Waktu nyata mengandung arti bahwa data, fakta, atau kejadian yang diterima atau diakses sangat dekat kepada kejadiannya. Dengan lain kata beda waktu antara data yang dikumpulkan terhadap diakses relatif kecil. Dalam keadaan yang ideal maka data dikumpulkan, kemudian disimpan dalam basis data. Dari data ini, informasi untuk berbagai keperluan diturunkan. Bagi organisasi yang besar (seperti Direktorat Jenderal Perikanan) akan cukup kompleks untuk memelihara kesegaran data. Karenanya data dikumpulkan secara langsung untuk mendukung perencanaan jangka panjang dan memformulasikan kebijaksanaan. Karena sifat pengumulan, maka data tidak membutuhkan kemutakhiran sampai pada kesegaran hari, atau minggu, atau bahkan bulan, bertentangan dengan apa yang dipersyaratkan bagi SDO. Sebelum kondisi ini tercapai, basis data bagi sistem operasional mengandalkan kepada sistem pelaporan adhok yang menuntut tanggapan segera.
these data, information for various needs are processed. For a large organization (like the Ministry of Sea and Fisheries) it is relatively complex to keep the currency of data. That is why data are collected directly in support strategic long range planning and policy formulation. These data do not require timeliness up to the day or week or even month, contrary to what is required for ODS. Before this condition is achieved. However, the data base for operational system relies on adhoc “near real time” reporting systems which require immediate response or action.
D a t a B a s e
O p e r a t i o n a l
C o n t r o l
ManagementControl
StrategicPlanning
ManagementInformationSystems (MIS)
DecisionSupportSystem (DSS)
OperationalData System (ODS)
Exhibit-1
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 46 of 46
11.2. KEBUTUHAN PENGUMPULAN DATA-PERALATAN, OPERASI DAN PERENCANAAN Pada dasarnya kebutuhan data dirancang dari penilaian kebutuhan informasi, dan dikumpulkan dari sumber data. Jenis data serta sumbernya bisa saja betumpuk pada kedua sistem informasi yaitu SDO dan SDK. Sistem data yang sedang berjalan dalam mendukung kebutuhan perencanaan tingkat manajemen pada Departemen Pertanian dibawah supervisi Sekretaris Jenderal dan yang dinamakan SIM (Sistem Infor-masi Manajemen) tergolong je-nis SDK. Demikian juga infor-masi statistik yang dihasilkan setiap bulan oleh Direktoral Jen-deral Perikanan, dan menjadi sa-lah satu masukan penting dari SIM. Peralatan yang digunakan bagi kedua sistem SDO dan SDK bisa saja dari komputer yang sama atau tergolong kepada kelompok komputer yang sama. Komputer ini dapat desebarkan kedalam berbagai klaster yang berbeda yang dihubungkan satu terhadap yang lain ataupun terpisahkan sama sekali dari sisi perangkat keras maupun dari sisi perangkat lunak dan aplikasi. Dari sisi kaca mata manajemen, kebebasan manajemen pada tingkat bawah dapat mengarah kepada ketidak efisienan. Untunglah, bahwa masalah ini tidak selalu benar, melihat bahwa sistem data terpencar menjadi dambaan dari kecenderungan baru dan selalu makin populer berkembang. Banyak organisasi melihat model baru ini sebagai sebagai landsekap masa depannya, karena sumber data yang sejak masa lalu terus saja mengkontribusikan diri dalam memenuhi kewajiban pelaporan keatas, pada akhirnya memperoleh kesempatan untuk dapat juga mengecap data bagi keperluannya sendiri. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi operasi dan perencanaan, maka organisasi sumber data ini dapat menjadi lebih berdaya dan memperhatikan data mereka sendiri,
11.2. DATA COLLECTING
REQUIREMENTS-EQUIPMENT, OPERATIONS AND PLANNING
Basically data requirement is designed from information needs assessment, and collected from data sources. The data types and sources may overlap in both DSS and ODS type of information. The existing data system supporting the level of Department of Agriculture’s planning requirement under the supervision of the Secretary General and is named SIM (Sistem Informasi Manajemen) is a DSS type. So is the statistical information that the Directorate of Fisheries is monthly producing, and is one of the important input data sources of SIM. These systems need to be upgraded and expanded to meet the needs of the new Ministry. Equipment used for both the DSS and ODS can be the same computer or belonging to the same group of computers. It can be spread out to different clusters connected to one another or totally separated, not only for hardware but also in terms of its software and application. From the management point of view. However, equipment, operations and planning control, management sovereignty at the lower sites was traditionally seen to lead toward inefficiency. Fortunately, this is not always true, because distributed data systems, is one form of a new trend and is steadily growing in popularity. Many organizations see this type of configuration as the new model of its information landscape future, because sources of data which always contribute in fulfilling their reporting duty upward, are now finally being given the chance to enjoy the data for their own local use and planning. In carrying out operation and planning functions these data source organizations will become more empowered and attentive with respect to the data, because of its role in fulfilling their own local interest as well2. There needs to be central policies of standardization with respect to the
2 Supported by the concept behind the Autonomy Laws.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 47 of 47
sebab peranan data itu juga dalam memenuhi kebutuhan lokalnya sendiri. Namun demikian, masih diperlukan kebijaksanaan terpusat menyangkut masalah pembakuan dalam pemggunaan perangkat lunak paket, utilitas pemasukan data serta beberapa model-model pengendalian dan perencanaan termasuk perlindungan dan pengamanan. Format-format pemasukan data serta lain-lain petunjuk teknis yang terkait maupun petunjuk pelatihan perlu juga menjadi bagian yang integral. Bilamana jejaring (network) terlibat, maka protokol serta piranti pemprograman perlu dikendalikan secara terpusat mengingat pengamanan menjadi perhatian utama. Keputusan Menteri seperti “Undang-undang Perikanan No. 5 tahun 1985, tentang perairan perlindungan perikanan, perlidungan hutan alam, serta sejumlah 21 peraturan yang ada mengandung informasi yang perlu dianalisis untuk memperoleh data yang relevan dalam menunjang kebutuhan informasi pengamatan dan penegakan hukum (MCS). Skala ekonomi menentukan pilihan perangkat keras dan suatu kendali terpusat perlu menjadi pilihan sebagai pemegang peran karena disamping pertimbangan ekonomi maka dukungan dan kemampuan agen lokal dalam memberikan jasa pelayanan dapat memperpanjang siklus usia sistem dan menjadi perhatian pusat.
software packages used, the entry utilities and some controlling and planning models including security protection. Forms of data entry and other related technical guides and training manuals should also become an integral part of a data system for compatibility and consistency, hence reliability. When networking is involved then the protocol and programming tools or means should also be centrally guided since security is of concern. Ministerial decrees such as “Fishery Law No 5, 1985, Fishery Protection waters, Natural Forest Protection, and some 21 other existing legal decrees” contain information that should be analyzed to derive relevant data in supporting MCS information needs. Economics of scale will dictate the selection of hardware, and centralized options should play a decisive role because, besides economic considerations, the local supporting agency capability in providing service can prolong the system life cycle and also become the central concern for continuity of the system.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 48 of 48
11.3. PENGUMPUL DATA, TITIK-TITIK
DATA, TITIK-TITIK PENGUMPULAN, DAN FORMAT/LAPORAN
MCS melibatkan tidak kurang dari enam organisasi. Organisasi ini dikoordinasikan dalam BAKORKAMLA, sebuah oragnisasi koordinasi untuk menjalankan fungsi-fungsi MCS. TNI-AL adalah koordinatornya. Polisi Air bersama Bea Cukai, Perikanan, Pengamatan laut oleh TNI-AU, serta Penguasa Pelabuhan adalah anggauta dari badan ini. Petunjuk ini memusatkan perhatian pada sisi pengumpulan data dari fungsi-fungsi MCS dengan titik berat perhatian diletakkan pada rehabilitasi dan manajemen terumbu karang serta aspek perikanan yang terkait pada terumbu karang, namun pada tingkat tertentu memberikan perhatian juga kepada pengendalian kapal-kapal, lisensi, ijin masuk dan keluar serta kewajiban melaporkan pada pangkalan serta pengawasan dan pemeriksaan yang terkait serta dengan monitoring dan pengamatan, dimana relevan. Informasi hasil pengamatan ditambah informasi teperinci
11.3. DATA COLLECTORS, DATA
COLLECTION POINTS, AND DATA FORMATS/REPORT MCS involves not less than six organizations. These organizations are coordinated by “Bakorkamla”, a coordinating body to carry out MCS functions. The Indonesian Navy acts as the coordinator of Bakorkamla. The water police together with the customs, the fisheries, surface surveillance of the air force, and seaports are members of the body. This guide focuses primarily on the Data Collecting System for MCS functions emphasizing coral reef rehabilitation and management and reef-related fisheries aspects. It also addresses the control of vessels, licenses, entry and exit permits, and mandatory port calls and inspections and catch reporst which are accompanied by close monitoring and surveillance, wherever relevant. Regular surveillance information, plus detailed information on catch effort and fishing practices which can give large amounts of biological sampling information to support assessment and management analysis, may also be of
Decision Support System
Operational Data System
Management ControlDomain
ODSDATA BASE
DSSDATA BASE
Exhibit-2
MCS National Manual: English and Indonesian VC-1-A-216-1142-DRA-004
ersion 06th September 2000 Page 49 of 49
menyangkut usaha penangkapan ikan dan praktek-prakteknya yang dapat memasukkan informsi dalam jumlah yang besar bagi sampel biologis juga menjadi perhatian. Berikut, adalah aktivitas pemasukan data serta pengumupl data. Juga terkandung titik-titik pengumpulan serta jejak kearah bentuk-bentuk formulir dari sudut pandang yang luas. 11.3.1 Pengumpulan dan pemasukan data Pengumulan data diawali dari menangkap data dan dilanjutkan dengan pemasukan data. Bagi aspek manajemen Terumbu Karang dan Perikanan terkait Terumbu Karang, pengumpul yang juga bertindak sebagai pengumpul data melaporkan hasil pengamatannya mengikuti rantai hirarkhis. Panjang rantai ini tergantung sekali kepada lokasi dari pengumpul dilihat dari sudut logikal maupun fisikal. Lokasi fisikal pengumpul/pelapor terhadap unit pemasukan data menentu-kan konfigurasi komunikasi. Bilamana jaraknya itu secara fisik dapat dica-pai dengan mudah oleh pengumpul data dalam meneruskan datanya kepada pemasukan data sehingga tidak memerlukan insfrastruktur saluran komuni-kasi data yang kompleks, maka ia tergolong pada sistem pengumpulan data yang sederhana. Namun bilamana jarak fisikalnya sukar untuk dicapai secara sederhana, maka berbagai cara dan dengan perangkat tertentu harus ditempuh agar bisa dicapai. Kacuali aspek fisikal masih terdapat aspek logikal yang perlu mendapatkan perhatian. Jarak antara sumber data terhadap pemasukan data dapat saja dekat secara fisik, namun bisa saja dari sudut komunikasi data mereka teripisah secara jauh karena hambatan prasarana ataupun sumber daya lainnya, dibandingkan misalnya dengan Jakarta. Dalam hal ini maka Jakarta secara logikal dekat, dan pemasukan data dapat dilaksanakan di Jakarta melalui komunikasi data, ataupun dalam keadaan tertentu diposkan diskettenya ataupun salinan dokumen tertulis-nya.
interest. Following are the data collection activities and data collector requirements. This also contains the collecting points and hints toward a suitable format. 11.3.1. Data capture and data entry Data collecting starts with data capture and follow through data entry. For the coral reefs and fisheries management aspects, collectors which become data sources report their observations through a hierarchical chain. The length of the chain depends on the logical and physical site location of the collector. Physical distance between the collector and the data processing unit denotes the configuration of communication. When the distance is within physical reach data gathering can send the data to be entered into the data entry facility without depending too much on the communication infrastructure. If the (physical) distance is impracticable to be reached with ease, then various means can be utilized. Beside physical, there is logical distance to be considered. The distance between data collector and the data entry facility may be physically near, but from the data communication point of view they are separated far apart because of the lack of infrastructure or other resources, compared to Jakarta for instance. In that case Jakarta is logically closer, and the data entry can be carried out in Jakarta while the collectors send their observation directly by data communication or in certain cases even by mailing the diskette or hard copy to Jakarta.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 50 of 50
11.3.2. Verifikasi data Data yang dimasukkan kedalam mekanisme pemasukan data dapat mengandung derajad kebersihan tertentu. Data ini dapat membawa kesalahan (error), ataupun atribut ganda dengan lembar pemasukan data lainnya yang dimasukkan sebelumnya. Juga dapat mengandung lain-lain unsur yang tidak diinginkan. Verifikasi data serta penyaringannya adalah penting untuk diselipkan kedalam sistem. Setelah diverifikasi, maka data kemudian dimasukkan kedalam basis data. 11.3.3 Pemeliharaan data Suatu sistem pengumpulan data dinamis adalah suatu sistem yang dirawat sepanjang siklus usianya. Pemeliharaan data akan menjaga data yang ada dalam suatu tatanan yang terstruktur sehingga mudah dicari. Sistem pemutakhiran data perlu masuk sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari prosedur. Ini terutama penting bagi bagi jenis data SDO karena sifatnya yang hampir sama dengan waktu nyata (real time) untuk mendukung respon kegiatan-kegiatan MCS. 11.3.4. Pengolahan data Media yang terletak diantara daerah pemasukan data dengan formulasi kebijaksanaan serta pengambilan keputusan, adalah pengolahan data menjadi informasi. Terdapat jenis pengambilan keputusan tertentu seperti yang dikemukakan pada awal naskah ini, yaitu SDK dan SDO yang masing-masing mendukung pengambilan keputusan pada tingkat strategik dan tingkat operasional/teknis. Keluaran dari basis data digunakan oleh pengambil keputusan jenis ini untuk melaksanakan tugasnya. 11.3.5. Format data/laporan Format pengumpulan data dari terumbu karang serta manajemen perikanan merupakan turunan dari spesifikasi sistem yang umumnya sudah terancang. Bagi Indonesia format ini dapat ditemui pada
11.3.2. Data Verification Data, which is input to the data entry mechanism, may contain certain degrees of cleanness. These data can bear errors, or duplicated attributes with other entry sheets submitted before, or other unwanted elements. Data verification and filtering is thus important to be inserted into the system. After verification, the data is then entered into the data base. 11.3.3. Data Maintenance A dynamic data collecting system is a system that is maintained consistently. Data maintenance will keep the existing data in a well-structured arrangement so that it can easily be retrieved. The updating system should also be embedded in the procedure. This is most important for ODS type of data system because of its “near real time” nature to support responses for MCS activities. 11.3.4. Data processing The inter-media is between data entry domain and that of decision-making and policy formulation is the processing of the data into information. There are certain types of decision making as presented in the beginning of this document i.e. DSS and ODS which respectively support decision making at the strategic level and that at the operational or technical level. Output from the data base are used by these types of decision makers to carry out their tasks. 11.3.5. Data formats / reports Formats for data collection of coral reefs and fisheries management are usually the derivation of system specifications that are done as part of the system design. For Indonesia these formats can be found in
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 51 of 51
buku-III “prosedur kerja pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data statistik perikanan”, diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1980. Belum ada edisi baru, sehingga jelaslah akan kebutuhan menyempurnakannya dimana perkembangan teknologi perlu diberikan perhatian apalagi dengan perkembangan komunikasi saat ini serta muncul-nya konsep-konsep teknologi informasi yang baru. Disamping format ini semua masih terdapat lagi sekitar 20 jenis bentuk lainnya, beberaa diantaranya diperinci lebih lanjut dan format-format yang lebih rinci berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 428/Kpts/IK.120/4/1999 tentang per-ubahan keputusan No. 815/Kts/IK.120/11/90 tentang perijinan perusahaan perikanan. Keputusan ini berlaku bagi perikanan laut maupun darat. Sebagian besar dari keputusan ini mencakup perikanan pada umumnya termasuk untuk laut dalam. Tujuan utama dari bentuk-bentuk pengisian ini adalah untuk memonitor dan mengamati aspek yang jelas-jelas mendukung fungsi MCS bagi terumbu karang serta perikanan yang terkait pada terumbu karang. Terkandung juga beberapa elemen data yang tidak secara langsung memberikan kontribusi pada manajemen terumbu karang serta perikanan yang terkait pada terumbu karang. Untuk memenuhi tujuannya, maka format baru ini perlu ditinjau kembali untuk dirancang kembali dari bentuk-bentuk yang ada sekarang sehingga mempermudah pengummpulan serta pemasukan data.
the book-III “working procedure of statistical data collecting, processing and presentation”; method of field implementation/ data collection => “Ketentuan Kerja Pengumpulan, Pengolahan, dan Penyajian Data Statistik Perikanan”, edited by the Directorate General of Fisheries of Department of Agriculture, Jakarta, 1980. A newer edition is not yet available so it is well past time for updating, review and re-design noting the advances in the telecommunication infrastructure and the information technology. Besides these forms, there are more than 20 others, some with breakdown sub-forms derived from the Decree of the Minster of Agriculture No. 428/Kpts/IK.120/4/1999 regarding the amendment of the existing decree No. 815/ Kpts/IK.120/11/90 concerning Fishery Business Permits. These forms are for fresh water fisheries and Marine together. Most of the forms cover fisheries in general including the deep sea. The forms main purpose are for monitoring and surveillance which are MCS supportable since information needs in the coral reefs management and reef related fisheries can be addressed. It also contains other data elements that do not contribute to coral reefs and coral reef related fisheries management purpose requirements directly. To meet the objective new formats should be designed or existing ones rearranged to ease data gathering and entry at the field.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 52 of 52
Fill-in form guide UtilizationType of form/list used Object FrequencySub-sector / form code/list.a. Marine fish SL-0 Business category List of fishing/motor boat used by Fishery business Annually fisheries business SL-1 Fishing/motor boat cards All vessels Annually SL-2 List of fisheries family in the village Villagers Quarterly SL-3 Business product/document at auction Business/auction Monthly SL-4 Report of Boat/Vessel at port of entry PPU* Weekly SL-5 Product report of boat/vessel at entry PPU(boat/vessel) Weekly SL-6 Total # of trips and production of RTP** In the village Quarterly
at village estimation* PPU = main port ; ** in situation where there are : (1) fishing/motor boat use form SL-1 (2) many business bodies for ex-port and availability of aucdiction, use form SL-3;(3) Any PPU, use SL-4 and SL-5.
Table-1
11.4. ARUS DATA SERTA
PENYAMPAIANNNYA KE PROPINSI DAN TINGKAT NASIONAL
Organisasi Departemen Kelautan dan Perikanan yang berhubungan dengan terumbu karang dan perikanan yang terkait pada terumbu karang diemban oleh Direktorat Jenderal Perikanan dan dapat diuraikan selanjutnya sbb.
11.4.1. Direktorat Jenderal Penegakan dan Perlindungan Laut mengeluarkan model statistik berdasarkan laoran statistik dari kotamadya serta kabupaten yang dilaporkan melalui pembina fungsi perikanan ditingkat propinsi.
11.4.2. Pembina fungsi perikanan pada
tingkat propinsi merancang soal perikanan serta aspek terkaitnya yang akan disurvai menurut kondisi lokalnya, sejalan dengan garis-garis kebijaksanaan Direktur Jenderal dan kemudian memberikan supervisi pada tingkat yang lebih rendah dalam propinsi bagi pengumpulan data. Kantor
11.4. DATA ROUTING AND DELIVERY TO DISTRICT, PROVINCIAL AND NATIONAL HEADQUARTERS
The organization in the Department of Sea and Fisheries that relates to Coral Reefs and Coral Reefs Related Fisheries comprises the following structure: 11.4.1. The Directorate General of Sea
Enforcement and Protection. Produces statistical models based on the local municipal and sub district statistical reports submitted via the fisheries agency at the district level.
11.4.2. The Fisheries function bearer at
the provincial level designs fisheries and its related aspects to be surveyed and managed according to the local condition, in line with the Directorate General’s guidelines and then supervises the lower level Echelon within the province for the statistical data collection. The office of fisheries
3 “Warehouse” adalah istilah sistem informasi yang berkaitan dengan tempat data disimpan. Ia bisa berbentuk basis data (data base), namun data yang disimpan itu tidak terstruktur secara tertentu. Data apa saja yang dapat diperoleh disimpan dalam data base itu, tanpa perduli dengan waktu dikumpulkannya yang berhubungan dengan kemutakhiran-nya. Data dlm warehouse bisa lama bisa juga baru, tetapi yang derajad kesegarannya tidak terlampau menjadi peraha-tian utama. Data Base SIM pada kantor Sekjen Pertanian tergolong didalam Warehouse ini, demikian juga data pada pusat data statistik Dirjen Perikanan.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 53 of 53
perikanan tingkat propinsi kemudian mengolah laporan statistik dan meneruskan ke kantor Direktur Jenderal. Termasuk didalamnya tabulasi dan kompi-lasi, analisis dan penyajian serta merawat sejarah statistik dan sekali-gus kompilasi, analisis dan juga presentasi.
11.4.3. Kantor perikanan didaerah tingka-
II serta kotamadya memberikan supervisi pengumpulan data lapangan, dan mengolah data lokal yang dikumpulkan bagi keperluan laporan statistik, dan kemudian menerus-kan laporan yang dihasilkan ketingkat propinsi diatasnya.
11.4.4. Pengamat lapangan atau
pengumpul, mengumpulkan data sesuai yang digariskan oleh kantor pada daerah lokasi yang bersangkutan. Prosedur hirarkhis ini telah diterapkan sejak tahun 1990. Basis data pada tingkat Direktorat Jenderal di Jakarta sangat jelas bersifat mendukung SDK(DSS), dengan lingkup yang terbatas bagi dukungan fungsi perencanaan jangka panjang dan perkiraan masa depan. Hal ini disebabkan data sudah relatif daluwarsa menurut ukuran operasional/teknis dan tertinggal sejauh bulanan atau kwartalan. Basis data (data base) ini lebih cenderung bersifat “warehouse”3. Kelangkaan tenaga trampil terutama pengumpul, mendesak kantor Direktorat Jenderal untuk bekerja sama dengan organisasi LSM, dan Universitas dalam pengumpulan data. Data ini kemudian diteruskan ketingkat kabupaten untuk penanganan selanjutnya. Jumlah pengumpul yang banyak ini dapat mengarah kepada data yang rangkap. Hal ini tambah dipersulit karena tiadanya peralatan GSP di lapangan. Gmb.3 memperlihatkan arus laporan dari tingkat terendah keatas sampai
in the Province then processed the statistical report and submitted to the Directorate General. This includes the tabulation and compilation, analysis and presentation as well as the maintenance of statistical history for continuing use at the provincial level.
11.4.3. Fisheries office at the district
levels and municipal supervise field data gathering, and processes the local data collected for statistical report, and submits the finished report upward to the provincial office.
11.4.4. Field surveyor or collector collects
data as guided by the office in the location area. This hierarchical procedure has been implemented since 1990. The data base at the Directorate General’s level in Jakarta is obviously almost purely for DSS purposes with a limited corridor for long range planning and future forecasting function. This is because the data is relatively out of date in operational terms and is a month or a quarter delayed. This database has a more “warehouse” nature. Reports of scarcity of skilled human resources especially collectors, pushed the DG to conclude agreements with NGO’s and Universities organizations for collection of data. The data are then reported to the district level for further handling. The number of collectors can cause redundancies of data occur. This becomes more difficult since almost no GPS equipment is available in the field. Exhibit-3 shows the report flow from the lowest level upward to the Directorate General Office, which is the Headquarters. This database is “Warehouse” orientation. Reports from Fishing
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 54 of 54
pada tingkat Direktorat Jenderal dikantor pusat. Data ini berorientasi “warehouse”. Laporan dari pangkalan ikan yaitu dipelabuhan perikanan juga disampaikan kekantor Ditjen Penegakan dan Perlindungan Laut secara reguler. Taman-taman laut juga ikut berkontribusi.
Ports are also submitted regularly to the Directorate General of Sea Enforcement and Protection . National Parks are contributing as well.
SIM Dept. Level
MCC-1
SIPData Center
Data Center (Dept. data Warehouse)
Dir.Gen. Level(DG Data Warehouse)
ProvincialData Center
National ParkGroup
District reporting level
Field Data Collector
FisheriesPort
Fishermenat sea
Existing systemdata flow fromthe field up toNational level
Exhibit-3
S National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 -A-216-1142-DRA-004 Page 55 of 55
11.5. PEMASUKAN DATA DAN
ANALISIS BAGI MANAJEMEN TERUMBU KARANG DAN MANAJEMEN PERENCANAAN DAN OPERASI TERUMBU KARANG
Prasarana data dan penanganan informasi yang ada sekarang pada tingkat nasional (Sekjen Pertanian) sudah memasuki teknologi baru. Sekalipun demikian kualitas data dan informasi masih perlu ditingkatkan. Hal ini perlu agar dapat memperoleh manfaat dari perkembangan baru. Pendekatan “data warehouse” yang hanya memungkinkan aplikasi yang terbatas perlu direkayasa ulang. Bagi kepentingan MCS yang melindungi terumbu karang serta perencanaan manajemen dan pengoperasian perikanan hal ini benar-benar sangat menantang. “Website” yang diinstalasikan pada pusat SIM4 dan terhubung dengan pusat SIP merupakan langkah tepat yang sudah diambil dan mengandung visi kedepan yang cukup maju. Aplikasi pengendalian manajemen dapat dibangun dari data base yang ada. Ia akan merupakan landasan pokok bagi suatu aplikasi pengendalian operasional pada tingkat Departemen. Komponen laporan dari lapangan yang mengandung jenis data operasional, akan memutakhirkan jenis aplikasi yang sama dan karena adanya website pada komputer induk, maka pengalihan data kemudian akan dapat dilaksanakan dengan mudah. Pandangan kedepan berikut ini bagi manajemen terumbu karang dan perencanaan serta operasi perikanan adalah untuk antar-hubungkan prasarana website yang ada dengan model sistem data secara layak.
11.5. DATA ENTRY AND ANALYSIS FOR CORAL REEF MANAGEMENT AND FISHERIES MANAGEMENT PLANNING AND OPERATIONS
The current data and information handling infrastructures at National level (Secretary General and Directorate General) is embarking on the state of the art technology. However, data and information quality should be improved. This is to cope with the promising advantages of the new trend. The data warehouse approach which provides only limited application should be re-engineered. For the case of MCS dedicated to coral reefs and fisheries management planning and operations this means real business. The website installed at SIM7 Center and connects to SIP Center is the right initiative with future vision. Management control applications can be designed from the existing database. It will become the ground base of an operational control application at the Department level. The report component from the field containing operational data type will update the same type of application and because the website is resident at the central computer, future data transfer will be carried out more easily. The following development outlook of the coral reef management and fisheries management planning and operation is thought to interconnect the existing website infrastructure with feasible data system model.
4 SIM pada tingkat SEKJEN mengumpulkan data statistik dari Dirjen Perikanan didalam Departemen
Pertanian dan juga berada pada website internet. Komunikasi antara eselon melalui internet. Terdapat rencana untuk menginstalasi Sistem Intranet baru. Alamat Homeage adalah : http://www.deptan.go.id . P dalam SIP adalah Perikanan. Sama seperti SIM, maka SIP juga mengumpulkan data statistik dari lapangan (jumlahnya 11), lalu mengolah informasi statistik buatu perencanaan strategis. Keluarannya disampaikan kepada SIM dan dimasukkan kedalam basis data (data base) SIM.
5 HTML adalah suatu program yang diakai didalam Internet. 6 ODBC adalah singkatan dari Open DataBase Connectivity = kemampuan hubungan data base dgn konsep terbuka.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 56 of 56
11.5.1. Multi-Tier Client/Server Terdapat dua isu yang perlu dipertimbangkan dalam strategi pemba-ngunan suatu sistem informasi. 11.5.1.1. Memulai dari sistem yang ada dan kemudian mengembangkan dengan menambah sistem serta aplikasi yang baru. Pendekatan ini sepintas kelihatannya ekonomis, karena sistem yang ada tetap tidak berubah, dan unsur tambahan serta komponen yang baru dipilih agar antar muka dengan spesifikasi dari sistem yang berjalan. Tantangan dari pendekatan ini adalah bahwa dalam waktu yang tidak terlampau lama keseluruhan sistem akan menjadi daluwarsa, dan ketidak efisiensi akan muncul kepermukaan. Pendekatan demikian ini biasanya terjadi karena pemakai berada ditempat tanpa banyak pilihan karena demikian besarnya aplikasi dan data sehingga tidak sempat memberikan kesempatan lain bagi pemakai. 11.5.1.2. Pendekatan kedua disebutkan sebagai muli-tier client/server yang lebih menarik, terutama bila telah dimilikinya data base terpusat dan dilandaskan pada sarana perangkat lunak umum ataupun bilamana suatu sistem informasi sedang berkembang. Melihat kondisi dan status sistem informasi saat ini di Departemen Kelautan dan Perikanan, maka pendekatan kedualah yang dinilai lebih tepat. Hal ini disebabkan karena “warehouse” pada tingkat Departemen dan demikian pula pada tingkat Ditjen Penegakan dan Perlindungan Laut belum lama dibangun dimana data basenya masih terus tumbuh, sedangkan pembangunannya sudah memperhitungkan antra muka dengan teknologi baru terma-suk website. Multi-tier client/server dapat dipandang sebagai sinonim dari data base terpencar (distributed) yang kebetulan juga merupakan wujud nyata dari visi konsep terbuka (open system). Client/server yang bebas (independent) dapat dibangun dan selalu dapat dihubungkan dengan data base. Setiap client/server yang memiliki hak akses dapat dengan mudah dibangun
11.5.1. The Multi-Tier Client/Server Two issues are involved in determining the developmental strategy of an information system. 11.5.1.1. To start with the existing system and expand it by adding new systems and applications into it. This approach looks ostensibly economical because the existing system stays as it is, and the new additional elements and components are selected to interface with the specifications of the existing system. The challenge to this approach is, that in the near future the whole system may become legacy, and inefficiency will occur. This approach sometimes places the user without any other alternative because of the application and the database that is normally huge and no other choice remains. 11.5.1.2. The second approach is the Multi-Tier Client/Server approach, which is more amenable especially when a central database exists that is based on the new common software platform or when a new system is being developed. With the existing condition and the status of the information system in the Department of Sea and Fisheries, the second approach is more the appropriative. This is because the warehouse at the department level as well as that at the DG of Sea Enforcement and Protection is only recently established and the data base is still expanding, while its set-up is also considering interfacing with the new state of the art technology including the website. This multi-tier client/server is synonymous to a distributed database which again is the state of the art concept with open system vision. Independent Client/Servers can be established and can always link to the database. Any Client/Server that has the accessible right can easily be set-up to talk with the database via a HTML program. The connection can be activated through the driver or via ODBC (Open Data Base Connectivity). For security reasons a
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 57 of 57
untuk saling berbicara dengan data base melalui suatu program HTML5. Koneksinya dapat dipicu melalui pemicu (driver) atau melalui ODBC6. Untuk keperluan pengamanan suatu server berlapis jamak (multilayer) sebagai peranta-ra dapat diselipkan antara data base dan pemakai (client). 11.5.2. Basis Data (data base) Terumbu
Karang dan Perikanan yang terkait pada terumbu karang
Basis data terumbu karang dan perikanan yang terkait pada terumbu karang perlu mendaat alokasi tempat dalam kawasan basis data SIM. Suatu server SQL dapat dimuati kedalam server sehingga server SQL dapat mengakses dan memanggil data dari data base. Perangkat Lunak Microsoft Windows/NT dan Unix/Linux perlu dipertimbang-kan. Hal ini disebabkan karena SQL server hanya berjalan pada NT sedangkan Oracle dapat berjalan pada NT maupun Unix/Linux. Bagi multi-pemakai NT diharuskan dimiliki, dimana pengamanan yang terkandung dalam susunan internet dapat juga melindungi klaster client/server lainnya. 11.5.3. Pemasukan data serta verifikasi
data Biasanya aktivitas pemasukan data berada disekitar daerah sumber data karena efisiensi penuh diharapkan dapat tercapai. Sayangnya dalam banyak hal tidak terkecuali pada manajemen terumbu karang serta perikanan yang terkait pada terumbu karang, kurangnya sarana dan prasarana, mengarah kepada hasil yang berseberangan. Fungsi pemasukan data dapat juga dilaksanakan pada fasilitas dipusat. Secara logik, maka kendalinya masih tetap berada ditangan manajemen sumber data. Dapat juga dianggap adanya pelimpahan wewenang keatas oleh sumber data. Dalam hubungan jejaring (net- work) maka antarhubungan yang demikian adalah biasa, tergantung kepada maksud dan tujuannya. Pilihan terkahir adalah cocok, setidaknya pada tahap perkembangan awalnya, sementara memberikan sistem cukup napas untuk
multilayer server as a mediator may be inserted between the Data Base and the users (clients). 11.5.2. The Coral Reefs & Coral Reefs
related Fisheries Data Base The coral reefs data base and coral reef related fisheries should be given workspace allocation in the SIP data base domain. A SQL data base server can be loaded into the server so that the SQL server can access and retrieve data from the data base. Microsoft Windows/NT and Unix/Linux Software should be considered to be loaded into the server. This is because the SQL server only runs on NT and the Oracle can both run NT or Unix/Linux. For Multi-user NT is a must where security is embedded in the Internet setting where it can also be connected to any other Client/Server cluster. 11.5.3. Data entry and data verification Normally, data entry activity is activated in the proximity of the data source because optimum efficiency will be achieved. Unfortunately, in some cases including the coral reefs and coral reefs related fisheries management, the lack of infrastructure may lead to an opposite result. Data entry functions can also be done at the central facility. Logically, the control is still in the hands of the data source management. It can also be considered that the data entry right be delegated by the data source. In network relations such interaction is common, depending on the purpose and objective of the relations. The last option is suitable, at least in its early development phase while giving the system sufficient time to grow into maturity. Data gathering is carried out by collectors on the coast, at sea or from any observation location. The data is then sent
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 58 of 58
mematangkan diri. Pengumpulan data dilaksanakan oleh pengumpul dipantai, dilaut atau disalah satu tempat observasi. Data kemudian dikirimkan ketitik antara tertentu dalam daerah kawasan kewenangan untuk diperiksa dan ditata. Data kemudian dikirimkan ketitik antara tertentu dalam daerah kawasan kewenangan untuk diperiksa dan ditata. Data selanjutnya diperiksa (verified) dan dimasukkan kedalam perangkat pemasukan data bilamana tersedia. Identitas pengumpul serta pemeriksa, maupun lokasi serta waktu pengamatan perlu ditentukan secara jelas untuk menghindari terjadinya kerangkapan atau duplikasi data dengan pelapor data lainnya. Penentu lokasi yang potabel pada saat sekarang tersedia dipasaran yang dapat menangkap standard sinyal lokasi GSP dari satelit. Instrumen ini hanya dipakai secara terbatas oleh beberapa kapal, namun dimasa depan dekat mendatang tentu akan menjadi cukup populer. Dalam hal tidak tersedianya fasilitas pemasukan data, data dapat diteruskan kekesatuan yang lebih tinggi dan bilamana inipun tidak siap, dapat diteruskan ketingkat lebih tinggi lagi sepanjang tangga hirarkhi, dengan catatan bahwa komunikasi tidak menjadi masalah dari sistem yang bersangkutan. Bilamana hal inipun masih ada masalah, maka data dapat dikirimkan melalui cara yang biasa sepeti melalui pos dalam wujud media digital (diskette, atau lainnya) ataupun dalam bentuk dokumen, misalnya dengan melalui fax. Verifikasi data dapat saja dilakukan dimana saja sepanjang jalur hirarkhi tergantung kepada ketersediaan sumber daya ataupun kemudahan penanganannya. Konfigurasi berikut ini menawarkan beberapa opsi pilihan.
to certain intermediate control points within the area of authority for inspection and rearrangement. The data is then verified and entered into the data entry devices if available. The identity of the collector and the inspector, as well as the location and time of observation should be clearly defined to avoid any duplication from other data reporters. Portable scale location identifiers are now available which can catch signals from the satellite showing GPS based standard locations. This instrument is only used by some boats that can afford to possess it, but will definitely be common in the future. In cases, when there is no data entry facility available, the data can be sent to an upper unit or if that is also not ready, it is then passed-on further upward along the hierarchical ladder, providing that communications is not of the system’s concern. If it is, then the data should be sent by ordinary means through ordinary mail, either in the form of digital media (diskette, etc.) or documents (hard copy), or even using fax machine. How is data verified? The further from the source, the more difficult the data verification. Data verification can also be done anywhere along the hierarchical path depending on the availability of the resources or the ease of handling. The following configuration offers several options for selection.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 59 of 59
11.5.3penuh(termakomundilaksdiperikkesatuditingkdilakaverifikpemakebenterutaketelitsistempenguditangmembbeberdimas
8 Intra
bahnammejejaden
Dept. of Agriculture DB
MCS C-1-A
.1. Sumber data dengan kebebasan
. Hal ini berarti bahwa sumber daya suk tenaga terampil) serta fasilitas ikasi tersedia. Pengumpulan data
anakan oleh pengumpul, kemudian sa dan disampaikan kepada an pengendali masukan data at kabupaten atau propinsi untuk
saan verifikasi selanjutnya. Selesai asi, data dimasukkan kedalam media sukan data. Tentu saja ketelitian dan aran data sangatlah penting ma utnuk data SDO yang menuntut ian tinggi dibandingkan terhadap data DSK. Di lapangan, mupul data dapat saja berada an orang yang sama. Untuk dapat edakan antara kedua kelas data, apa tanda pengenal perlu ukkan. Pendekatan lainnya adalah
11.5.3.1. Data source with full capability for data sovereignty. This means the resources (including skilled personnel) and telecommunication facilities availability. Data collecting are carried out by collectors then checked and submitted to the data input control office at the district or area for further verification. After verification the data is entered into the data entry media. Accuracy of the data is obviously important especially for ODS data which requires high degree of accuracy compared to DSS system. In the field, data collector may be the same person. To distinguish between the two different classes of data some kind of identifier needs to be clarified. Another approach is by treating all data the same at the collecting end. All data should be treated as ODS data to avoid ambiguity
net, sama dengan Internet, yaitu menggunakan semua metoda dan kaidah-kaidah Internet dengan perbedaan wa Intranet hanya terbatas dalam satu landsekap organisasi (termasuk kantor pusat dan cabang-cabangnya) un terkendalikan langsung oleh kantor pusat. Hubungna hanya boleh antara pihak2 dalam organisasi itu yang
mperoleh wewenang utk itu. Hubungan ini ketat terkendalikan, sedangkan hubungan keluar Intranet (mis. ke ring Internet), diatur oleh atura pengaman. Demikian juga hubungan dari luar. Ekstranet adalah Intranet, namun gan jangkaun yang lebih luas yaitu antara organisasi dengan mitranya dan tetap terkendalikan secara ketat.
SIM Data BaseConnected
Coral Reefs &CR related Fisheries
Data Base
ODBC
Central DB S
SQL/Server
DSS/EIS
Web Server
ODS
National Parks
Provinces
Other Observation Posts
New developmentapplication
GIS
Financial
OtherConservation
Local Users
Exhibit-4
National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 -216-1142-DRA-004 Page 60 of 60
dengan melayani semua data itu seolah dari jenis data SDO untuk menghindari keraguan dan pekerjaan tambahan pada titik terendah. Masalah kemudian terletak pada jumlah pengumpul yang berada pada berbagai organisasi yang berbeda-beda. Identitas organisasi, pengumpulnya, maupun lokasi pengamat serta waktu observasi bilamana secara setia asas diisi, dapat membantu penelusuran pasangan data mana yang dilaporkan secara terpisah itu sebenarnya adalah data yang sama. Sekalipun masih terdapat banyak lagi masalah untuk mengatasi hal ini dan perlu diselesaikan sesuai situasi dan kondisinya, usaha ini perlu ditempuh. Hal ini bukalah masalah yang sederhana, karena sudah demikian banyak pihak yang terlibat, dimana tidak kurang dari sembilan universitas, selusin LMS, serta beberapa pengamat lokal, serta para nelayan terdapat, sedanghkan hubungan antara kelompok ini umumnya adalah longgar. Pendekatan dimbil oleh Direktorat Jenderal Per-ikanan beberapa tahun silam karena kelangkaan pengumpul serta keterbatasan dana. Seperti dijelaskan sebelumnya, maka pendekatan seperti ini hampir tidak dapat menunjang kebutuhan data operasional. 11.5.3.2. Untuk mengatasi isu yang dimuat pada bagian terakhir dari titik 11.5.3.1 diatas, maka dengan masuk kedalam anjungan teknologi baru, akan dapat membuka cakrawala baru. Data yang dimasukkan itu dikirimkan lewat jejaring Internet kepada data base terumbu karang dan perikanan yang terkait pada terumbu karang melalui "webserver". Web selanjutnya menangani masukan berikutnya kedalam data base melalui server SQL atau melalui ODBC. Bilamana aplikasi SDK dan SDO sudah dibangun, ia dapat menempatkan data itu kedalam kawasan masing-masing yang bersangkutan dalam data base. Dalam hal ketelitian data menjadi perhatian utama, suatu sistem pemasukan data rangkap (double entry system) dapat dipertimbangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa, cara terakhir ini untuk mengatasi kesalahan hanya ekonomis
and extra work at the lowest end. Problems lie in the number of collectors belonging to different organizations. Identifier of the organization, the collector, the location of observation and the time of observation if consistently and completely filled in, can help to identify which pairs of data reported separately are in fact the same data. Although there are a lot of problems to overcome this ambiguity, it still remains to be solved with respect to time and situation, and the effort is worth while, to have a credible system. This is not a simple issue, because many parties were already involved; not less than nine universities, a dozen NGO’s, some number of local observers and fisherman are taking part, while relations are loosely coupled among these groups. This approach was initiated by the Directorate General of Fisheries some years back due to the scarcity of collectors and funds. As described before, such an approach of collecting data can not meet operational data requirements. 11.5.3.2. To overcome the issue presented in the last part of point-11.5.3.1 above, embarking on new technology may open up horizons. The entered data is sent via Internet network to Coral Reefs & Coral Reefs related Fisheries (CR&CRF) data base through the web server. The Web will take care of further input to the data base via the SQL server or through the ODBC (Open Data Base Connectivity). When the DSS and ODC application is already established, it can also place the data into its respective domain in the data base. If the accuracy of data is of concern, a double entry method may be considered. It should however be noted, that double entry system to guard against erroneous entry is only economical if the volume of data is large. For small and simple
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 61 of 61
bilamana volume data adalah besar. Untuk data yang kecil dan sederhana, maka pemasukan data rangkap ini terlampau mewah. Namun bilamana tetap sangat penting, maka prose-dur untuk memasukkan data sebanyak dua kali oleh operator yang sama merupakan suatu alternatif. Tentu saja hal ini akan memperlambat pemasukan data dua kali lebih lambat. 11.5.3.3. Sumber data tanpa kemampuan pemasukan data. Data yang dikumpulkan harus segera disampaikan ke Jakarta, dan pemasukan serta verifikasinya dilakukan pada lokasi dipusat oleh operator yang ditugaskan. Struktur organisasi SIP dan SIM perlu distrukturkan kembali untuk menyerap pemasukan dan verifikasi data terpusat ini dari sumber data yang jauh letaknya. 11.5.3.4. Struktur sistem informasi Para manajer dikantor pusat tidak hanya membutuhkan data statistik saja namun juga informasi untuk melayani pengendalian manajemen serta fungsi-fungsi operasional. Pada tingkat SIM maka SIKU (sistem informasi keuangan) dan SIKEP(sistem informasi kepegawaian) adalah jenis operasional. Sistem operasional serta pengendalian manajemen dari MCS perlu juga diberikan perhatian, mengingat SIKU dan SIKEP itu lebih untuk menunjang kebutuhan internal pengelolaan kantor Departemen, sedangkan data base MCS adalah untuk menunjang tugas pokok dari Departemen. Para manajer ditingkat pusat dapat mengakses data melalui kunci-kunci fungsional untuk menunjang tugas-tugas para manajer itu sendiri. Kunci ini bersifat jinak pemakai sehingga mudah dioperasikan sendiri. Gmb.4 adalah diagram balok yang menjelaskan. 11.5.3.5. Piranti dan sistem baru untuk pembangunan dan pengem-bangan. Gmb.4 juga memperlihatkan kemungkinan perkembangan melalui berbagai jenis sistem dan piranti yang berbeda-beda. Bilamana GIS (Geographical Information System) dinilai penting, maka ia dapat
volume of data, double entry by dedicated data entry is rather luxurious. If that is still needed then the procedure to enter the data twice by the same operator is another alternative. Obviously, this will slow down the speed of entry by 50% or more. 11.5.3.3. Data source without the capability of data entry. Collected data, must be sent to Jakarta immediately for entry and the verification will be done at the CR & CRF by the operator attached to the central data base organization. The SIP and SIM organizational structure may need to be restructured to absorb these centralized entries and verification of data from the remote data sources. 11.5.3.4. The information system structure. Managers at the head office not only need statistical data but information for handling management control and operational functions as well. At the SIM level SIKU (Sistem Informasi Keuangan = Financial Information System) and SIKEP (Personnel Information System) are operational. MCS operational system and its management control function is also important enough to be awarded attention. This is because SIKEP and SIKU is more oriented toward the department own internal needs i.e. to support the routine operation of the office, while MCS SR & CRF application is to support the main mission of the Department Managers at the Department level. It can retrieve data via the SQL function keys to support management’s own function. Exhibit-4 provides a self explanatory block diagram. 11.5.3.5. New development tools and systems Exhibit-4 also shows the possibility of expansion by different kinds of systems and tools. If the GIS (Geographical Information System) is considered important, then it can easily be developed or loaded into the data base
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 62 of 62
dibangun dan dimuati kedalam data base dengan mudah melalui gerbang ODBC. Demikain juga bagi sistem serta piranti aplikasi lainnya. 11.5.3.6. Komunikasi dan pengamanan. Untuk tahap pembangunan pertama, maka Internet merupakan sarana yang tersedia untuk transportasi data. Piranti pengaman mengandalkan kepada kata sandi (password) serta beberapa metoda pengaman. Sekalipun demikian perlu disusun rencana untuk menerapkan Intranet8 dan Extranet dimana pengamanan lebih terjamin. Pagar pengaman (fire-wall) perlu dirancang dalam kedaan ini ataupun diakses dari sumber-sumber yang kompeten. 11.5.3.7. Sistem Informasi terumbu karang serta perikanan yang terkait pada terumbu karang. 11.5.3.7.1. SDK adalah keluaran dari data yang dikumpulkan secara periodik (mingguan, bulanan. kwartalan, dan tahunan). Data ini mengandung atribut dengan entitas berikut. Kesatuan keluarga/usaha perikanan diperinci menurut jenis usaha seperti : a. Perahu ikan/kapal motor menurut
ukuran dan beratnya.
b. Unit penagkap ikan menurut peralatan penagkapan yang dipakai
c. Jumlah dan arah perjalanan
d. Berat produksi menurut jenis ikan
e. Nilai produksi menurut jenis ikan
f. Jumlah produksi menurut jenis tangkapan
g. Bentuk SL-0 s/d SL-6 mengandung data yang relatif banyak yang perlu dikumpulkan
h. Jumlah dan jenis ikan yang ditangkap
via the ODBC gate. So is it with other systems, applications or tools. 11.5.3.6. Communication and security For the initial development phase, Internet is the only available means for data transportation. The security means reliying on a well controlled password and other security methods. However plans should be set-up to implement an Intranet7 or Extranet network where security is more protected. Fire-walls should in this case be designed or accessed from reputable sources. 11.5.3.7. The Coral Reefs and Coral Reefs related Fisheries Information. 11.5.3.7.1. DSS information is the output of the data collected by periodic (weekly, monthly, quarterly and annually) time frame. The data contains attributes with the following entities. Family / business unit breakdown according to business type: a. Fishing vessel/boat according to its
size and tonnage b. Catching unit according to the catch
equipment used c. Number and the direction of the trip d. Production weight according to fish
types e. Production value according to fish
types f. Number and production value
according to seedbed g. Forms SL-0 to SL-6 contain most of
the data that need to be collected. h. Number and type of fish caught
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 63 of 63
i. Penangkap ikan
j. Lokasi dan waktu tangkapan
k. Log book juga merupakan sumber data yang pokok.
11.5.3.7.2. File tanaman laut serta file karakteristik serta terumbu karang. Tanaman laut serta terumbu karang sangat minim dicakup dalam surat keputusan serta undng-undang konservasi, sehingga perlu diklarifikasikan lebih lanjut kemudian. Indikator dari tanaman laut perlu ditentukan secara jelas disamping terumbu karang dan ikan. Peralatan pengumpulan tanaman laut atau yang dapat merusakkan keberadaannya perlu pula didokumentasikan. Termasuk didalamnya antara lain: Guilding barrier, stow nets, alat penangkap kecil, pengumpul ikan karang, pengumpul tanaman laut, jala, harpoon dan sejenisnya. Ini semua masuk didalam kategori file karakteristik dan untuk aplikasi yang terbatas dapat dipakai sebagai “kamus data”. 11.5.3.7.3. Informasi SDO sangat dibutuhkan oleh pelaksanaan fungsi penegakan hukum. Sebagian dari data yang dibutuhkan untuk SDO diuraikan pada 11.5.1.1 diatas. Hal ini disebabkan karena dari sudut pengum-pul, maka data SDK dan SDO rekatif tidak mudah untuk dibedakan. Karenanya penyaringan dilaksana-kan pada tingkat yang lebih tinggi. 11.5.3.7.4. Implementasi dari sistem data terdistribusi. Dari tiga jenis sistem data terdistribusi (konfigurasi distribuasi data non-rangkap, setengah rangkap dan kerangkapan penuh) maka konfigurasi data base terumbu karang sebaiknya memilih jenis kedua. Hal ini disebabkan karena kondisi dari sumber data yang masih pada tahap awal. Dengan cara ini seperti yang ditayangkan pada gmb.5, beberapa kerangkapan data yang terjadi pada simpul-simpul data dari pengolahan data menjamin keandalan data serta dukungan yang dapat diberikan kepada lokasi-lokasi yang jauh.
i. Fish Collector j. The location and time of catch k. Log book is also one source of data
gathering. 11.5.3.7.2. Sea weed files and other character files and coral reefs. Seaweed and coral reef is minimally covered in the decrees and the conservation law as well, and thus needs to be classified in the future. Indicators of seaweed need to be defined beside coral reef and fish. The equipment used for collecting seaweed or that which may harm its existence need also to be collected. These are among others: Guilding barrier, stow nets, portable traps, shellfish collection, seaweed collection, cast nets, harpoon, etc. These fall into the category of characteristic files and for certain limited application acts as a “data dictionary”. 11.5.3.7.3. ODS information is most demanded by the activation of the enforcement function. Part of the data needed for ODS is described in 11.5.1.1 above. This is because from the collector point of view DSS and ODS data is not relatively easy to distinguish. That is why the filtering would be done at the upper level. 11.5.3.7.4. Distributed data base implementation. Out of the three classifications of distributed data base (non-redundant distributed configuration, partially redundant configuration and fully redundant one) Coral Reef data base configuration should select the second one. This is because of the condition of the data source which is still in its infancy stage. This way as is shown in the exhibit-5, some redundancy of data occurred at the nodes of data processing to ensure that reliable data is kept and assistance can be provided to remote sites.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 64 of 64
1 SMdmpbredddypdkamhBpdb 1PsmMwin 1w
No Indicator Description Means of Verification1.0 Indicator Grouper Fish Guide
No Indicator Description Means of Verification1.0 Indicator Grouper Fish Guide
MC
1.5.4. Pemenuhan Pertukaran Informasi 11.5.4.Transitional Information Fulfillment
istem informasi yang baru seperti CSIS hanya boleh dilaksanakan dan iadopsi setelah beberapa tahun dimana emerlukan kesanggupan dari semua ihak yang terlibat dan tergantung pada anyak factor. Pada saat ini secara latifnya banyak aspek yang perlu
iatasi. Ini menyebabkan ketidaktentuan alam pengembangannya, terutama alam mengatur sumber perancangan ang akan dilibatkan pada fase engembangan MCSIS. MCSIS hanya apat diadakan sekiranya semua omponen utama tersedia. MCSIS dalah teknologi dependen tanpa emenuhi komponen dasar, dan MCSIS anya merupakan teoritikal saja. erdasarkan pada pengamatan erpindahan informasi yang diperlukan apat diatasi dengan rencana sebagai erikut:
New information systems like MCSIS can only be implemented and adopted after several years of dedication which requires commitments from all parties involved and depends on so many factors. At this point of time there are relatively many aspects to be overcome. This create some uncertainties in its development, especially in the arrangement of resource planning which affect phases of the MCSIS development. MCSIS can only be set up if all its fundamental components be made available. MCSIS is technology dependent, and without the basic component fulfilled, and MCSIS systems is obviously only theoretical. Based on this observation a transitional information needs can be met by the following plan:
1.5.4.1. Sesuai dengan rencana engembangan MCS, sistem data tatistik dan strategi yang mana bisa enjawab keperluan informasi di tingkat enteri untuk pembentukan kebijakan alaupun tergantung secara relatif pada formasi.
11.5.4.1. In parallel with the MCS Development plan, ephizing the Strategic and Statistical data systems which can answer the information needs at the Ministrial Level for policy formulation although based only on relatively coarse information.
1.5.4.2. Pengumpulan data selama aktu perpindahan ini dibuat dengan
11.5.4.2. Data gathering during this transitional period is done by direct
1.1 Quantity Number Count1.2 Quantity Not cyanide collected Cyanide Test1.3 Target Group Fisherman License Number1.4 Time/period Data Collection Logbook1.5 Location Georeference GPS
1.7 Overall verification Fisheries Officer Form
1.1 Quantity Number Count1.2 Quantity Not cyanide collected Cyanide Test1.3 Target Group Fisherman License Number1.4 Time/period Data Collection Logbook1.5 Location Georeference GPS
1.7 Overall verification Fisheries Officer Form
No Indicator Description Means of Verification1.0 Indicator Grouper Fish Guide1.1 Quantity Number Count1.2 Quantity Not cyanide collected Cyanide Test1.3 Target Group Fisherman License Number1.41.51.61.71.8 Time/period Data Collection Logbook1.9 Location Georeference GPS1.10 Overall verification Fisheries Officer Form
TBR
JKT
PDO
Exhibit-5
CS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 -1-A-216-1142-DRA-004 Page 65 of 65
pemungutan suara secara langsung atau laporan dari sumber lokasi. Ini jelas tidak menunjukkan akurasi dan lain dari keadaan sebenarnya sekitar 20% s/d 50%. Ini hanyalah buat sementara saja. Sistem Pengumpulan Data Statistik sekarang perlu direkonstruksi untuk dilanjutkan dan digunakan di waktu perpindahan.
collection or reports from sources on site by several means. This is obviously not very accurate and can deviate away from reality by 20 % to 50 %. That is why this should only be temporary. The current Statical Data Collecting Systems which need to be reengineered can be continued and used during the transitional period.
11.5.4.3. Tabel indicator yang berisi informasi MCSIS adalah untuk memberi gambaran keseluruhan jenis informasi yang MCSIS dapat dikirimkan jika semua komponen tersebut telah komplit dikembangkan. Sekiranya tidak, yaitu hanya tergantung kepada sebagian dari komponen MCS yang tersedia dan hanya dari informasi yang berhubungan dari tabel yang bisa diproses dan diperlihatkan sebagai output.
11.5.4.3. Table indicators which contain MCSIS information is meant to give an overall view on the kind of information that the MCSIS can delivered if all its components are completely developed. Otherwise depending on which part of the MCS components are available and instead only some related information from the table can be processed and presented as output.
11.5.4.4. Indikator yang bisa diolah. Enam indicator teridentikasi. Semua dapat dikategorikan sebagai:-
11.5.4.4. Verifiable Indicators. Six indicators are identified. These can then be sub-categorised/developed as appropriate:-
Patroli: Perjalanan kapal yang tidak dapat dikenal pasti;
Patrol: the vessel trip which may not identify an;
Insiden: Suatu catatan tentang patroli
yang bisa atau tidak bisa diikuti; Incident: something noted on the
patrol which may or may not lead to an;
Penyidikan: Bagi insiden yang bisa
atau tidak bisa diikuti; Investigation: of the incident which
may or may not lead to an;
Penangkapan: Bagi pihak yang melakukan kesalahan dalam insiden yang bisa atau tidak bisa diikuti;
Arrest: of offending part(ies) involved in the incident which may or may not lead to a;
Penuntutan: Dari pihak yang
ditangkap atas insiden yang bisa atau tidak bisa diikuti;
Prosecution: of arrested parties to the incident which may or may not to lead to;
Keputusan Pengadilan: Denda,
penjara, sitaan, kasus dibuang, dll. Court Decision: fine, imprisonment,
confiscation, case dismissal etc.
Indikator-indikator ini membenarkan audit pragmatic tentang efektivitas operasi MCS dan memberi informasi untuk kebenaran bagi prioritas dan alokasi semula sumber daya untuk memaksimalkan efektivitas operasional.
These indicators allow for pragmatic audit of the effectiveness of MCS operations and provide information to allow for prioritization and re-allocation of resources to maximize operational effectiveness.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 66 of 66
INDONESIA ENGLISH 11.6. PELATIHAN PERSONIL Untuk mengawaki sistem data MCS, personil yang sesuai perlu teridentifikasi. Analis sistem informasi serta personil pengolahan data lainnya dengan kualifikasi yang tepat perlu dilatih. Rencana pelatihan harus menyertai rencana sistem pengumpul-an data MCS. Rencana personil serta pelatihan perlu diintegrasikan kedalam keseluruhan rencana. Peren- ponen-komponen sistem informasi seperti perangkat keras, perangkat lunak, personil, data base, prosedur serta komunikasi. Akhirnya alat bantu institusional serta latihan yang biasanya dilupakan, perlu memper-oleh tempat yang layak dalam perencanaan.*
11.6. PERSONNEL TRAINING To crew the MCS data systems, appropriate personnel must be identified. Information System analyst and other data processing personnel with proper qualifications need to be trained. A Training plan must come along with the other MCS data collecting system. The personnel and training plan should be integrated into the whole plan of system revision and update. The plan clearly defined the information system components consisting of: Hardware, Software, Data Base, Procedures, Personnel and Communication. Finally the training and instructional aids which are usually left behind, must receive appropriate attention in the plan.*
* In the intern, a consideration may be to contract out the entire data management component until competent staff
can be trained.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 67 of 67
No Descriptor Description Means of verification - 8 1
Indicator Patrol Patrol Logbook
2
Quantity Duration, Distance travelled etc.
Patrol Logbook
3
Quality Planned Patrol completed, cancelled etc.
Patrol Logbook
4
Target group Patrol Plan Patrol Logbook
5
Time/period Date, Patrol start time, Patrol finish time.
Patrol Logbook
6
Location Patrol Route (georeferences over time)
Patrol Logbook
7
Overall Verification Patrol Logbook Signatures
Patrol Logbook/Verifying Officer (OIC*, CO*, ACO*)
*OIC = Officer in charge, *CO = Commanding Officer, *ACO = Audit and Compliance Officer. No Descriptor Description Means of verification - 8 1
Indicator Incident Incident Report Form
2
Quantity Number and Size (area damaged, blasts recorded, fish killed etc)
Incident Report Form
3
Quality Extent of damage etc. Incident Report Form
4
Target group Perpetrator of Incident (Vessel, Crew, Individual)
Incident Report Form (License ID etc).
5
Time/period Date and time of incident. Incident Report Form
6
Location Incident Location Incident Report Form (georeferences)
7
Overall Verification Incident Report Form Signatures
Incident Report Form. Verifying Officer (OIC*, CO*, ACO*)
*OIC = Officer in charge, *CO = Commanding Officer, *ACO = Audit and Compliance Officer.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 68 of 68
No Descriptor Description Means of verification - 8
Indicator Investigation Investigation Officer Diary
2
Quantity Duration, Number samples etc.
Investigation Officer Diary
3
Quality Quality of sample…. Robust, questionable etc.
Investigation Officer Diary
4
Target group Sample…evidence (test, witness report, ID etc)
Investigation Officer Diary
5
Time/period Sampling time Investigation Officer Diary
1
6 Sampling location (georeferences)
Investigation Officer Diary Location 7 Investigation Officer Diary
Signatures Investigation Officer Diary /Verifying Officer (OIC*, CIO*, ACO*)
Overall Verification
*OIC = Officer in charge, *CIO = Chief Investigating Officer, *ACO = Audit and Compliance Officer. No Descriptor Description Means of verification - 8 1
Indicator Arrest Arrest Report
2
Quantity Number/size etc. arrested, Search List.
Arrest Report
3
Quality Type of arrest
4
Target group Arrested part(ies), ID number etc.
Arrest Report
5
Time/period Time of arrest Arrest Report
6
Location Location of arrest (georeferences)
Arrest Report
7
Overall Verification Arrest Report Signatures Arrest report/Verifying Officer (OIC*, CIO*, ACO*)
Arrest Report
*OIC = Officer in charge, *CIO = Chief Investigating Officer, *ACO = Audit and Compliance Officer.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 69 of 69
No Descriptor Description Means of verification - 8 1
Indicator Prosecution Court Record
2
Quantity Numbers prosecuted. Court Record
3
Quality Type of prosecution Court Record
4
Target group Prosecuted part(ies), ID number etc.
Court Record
5
Time/period Date and time of start and finish of prosecution.
Court Record
6
Location Location of Prosecution (georeferences/address)
Court Record
7
Overall Verification Court Record Signatures Court record/Verifying Officer (OIC*, CO*, ACO*)
*OIC = Officer in charge, *CO = Court Officer, *ACO = Audit and Compliance Officer. No Descriptor Description Means of verification - 8 1
Indicator Court Decision Court Record
2
Quantity Duration of Imprisonment, Size of Fine, Confiscation etc.
Court Record
3
Quality Type of decision Court Record
4
Target group Part(ies) affected, ID number etc.
Court Record
5
Time/period Date and time of Court Decision.
Court Record
6
Location Location of Court decision (georeferences/ address)
Court Record
7
Overall Verification Court Record Signatures Court record/Verifying Officer (OIC*, CO*, ACO*)
*OIC = Officer in charge, *CO = Court Officer, *ACO = Audit and Compliance Officer.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 70 of 70
INDONESIA ENGLISH
BAB 12 12 PATROLI PENGAWASAN DAN
PENEGAKAN PERIKANAN
Tujuan: Menunjukkan hak dan kewenangannya dalam eksplorasi, eksplotasi, konservasi, dan pengelolaan sumber daya hayati dalam kawasan COREMAP, mengambil tindakan-tindakan mencakup boarding inspeksi, penangkapan dan penuntutan yang diperlukan untuk menjamin ketundukan terhadap hukum dan peraturan perundangan nasional. Kegunaan: Patroli Perikanan merupakan suatu alat pengelolaan untuk MCS. Inspeksi-inspeksi laut menyajikan pengetahuan akan kegiatan-kegiatan kapal serta menentukan pola-pola penangkapan, jumlah yang ditangkap, dan memverifikasi ikan-ikan di dalam kapal. Aspek penting di sini adalah verifikasi tentang ketundukan kepada peraturan perundangan perikanan. Tindakan ini merupakan element spesifik dari kontrol Perikanan yang termasuk dalam peraturan dan yang menjadi fokus untuk kegiatan-kegiatan pengawasan. Strategi-Strategi: : Patroli- patroli laut serta inspeksi
terhadap kapal. : Inspeksi ke pelabuhan ikan terhadap
kapal. 12.1. PERENCANAAN PATROLI
PESISIR DAN LAUT Patroli-patroli perikanan akan lebih berdayaguna bilamana direncanakan dengan dasar pandangan pengawasan sumber daya terintegrasi untuk mencapai hasil-hasil yang terbaik. Semua patroli harus dilaksanakan dengan pra perencanaan, briefing dan debriefing.
CHAPTER 12 12 THE FISHERIES PATROL
SURVEILLANCE AND ENFORCEMENT
Objective: To exercise its sovereign rights to explore, exploit, conserve and manage the living resources in the COREMAP areas, take such measures, including boarding, inspection, arrest and prosecution, as may be necessary to ensure compliance with the national laws and regulations. Significance: The Fisheries Patrol is a key management tool for monitoring, control and surveillance. The sea inspection provides knowledge of the activities of the vessel and determines the fishing pattern, catches, and verification of the fish onboard the vessel. The important aspect is the verification of compliance with fisheries legislation. This measure of the specific elements of fisheries control which are embodied in regulations and which become a focus for surveillance activities. Strategies: :Sea patrols and inspection of the vessel. : Fishing port inspection of the vessel. 12.1. PATROL PLANNING COASTAL
AND SEA Fisheries patrols can be more cost effective if planned with the view of integrating the surveillance resources to achieve the best results. All patrols should commence with pre-planning, a briefing and debriefing.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 71 of 71
Patroli-patroli pesisir dan laut merupakan unsur utama dari pada setiap sistem kontrol terhadap kegiatan penangkapan ikan. Mereka harus mengontrol dan menjamin pengamatan dari semua tindakan-tindakan pengelolaan oleh kapal-kapal penangkap yang mempunyai izin. Adalah jelas bahwa karena semua kegiatan penangkapan ikan berlangsung di laut, tidak ada tindakan pengawasan lain, seperti laporan radio, memberi izin, program para pengamat terhadap pelabuhan pendaratan, yang akan efektif kecuali bilamana tersedia kapal-kapal patroli yang menjamin ketundukan dengan semua tindakan. Perlu ditekankan di sini bahwa pada umumnya patroli perikanan yang efektif membutuhkan kehadiran yang tetap di laut. Penghadangan terbaik terhadap kegiatan penangkapan ikan ilegal adalah suatu kesadaran bahwa setiap saat pelanggar potensial dapat ditemukan / terlihat oleh kapal patroli atau dipilih untuk kebebasan inspeksi ke atas kapal yang mana sangatlah sulit dan bahkan tidak mungkin dicapai bilamana kapal yang ditempatkan dalam tugas perikanan dipakai utnuk tugas-tugas lain lagi. Oleh sebab itu maka dibutuhkan lagi jumlah sejumlah kapal dari agensi-agensi penegakan di laut di zone penangkapan ikan dan kawasan terumbu karang yang dikhususkan bagi fungsi perikanan. Kapal-kapal patroli akan dipandang sebagai platforma darimana tim inspeksi yang kompeten dapat naik dan kembali dengan selamat ke dan dari suatu kapal ikan untuk dapat menegakkan peraturan dan intel perikanan. Perencanaan patroli pantai yang harus dipertimbangkan cost efektif mencakup: 1. Laporan intel – laporan pengamat
terumbu karang 2. Aset (kapal patroli) dan dukungan
logistik (bahan bakar) 3. Kekuatan manusia - kelompok kecil 4. Kawasan-kawasan Terumbu Karang 5. Inspeksi-i) Tanggal – Proses Entry ii) Pelanggaran-Pendakwaan Perencanaan – Patroli Laut yang perlu mempertimbangkan cost efective
Coastal and sea patrols are the main part of any control system on fishing activity. They must control and ensure observance of all management measures by licensed fishing vessels. It is obvious that since all fishing activities take place at sea, no other control measure - radio reporting, licensing, observers programme or landing at ports - will be effective unless patrol vessels are available to ensure compliance with all measures. It should be stressed here that in general, effective fisheries patrol requires a constant presence at sea. The best deterrent to illegal fishing activity is an awareness that at anytime the potential offender may be sighted by a patrol vessel or selected for on board inspection and this is very difficult, if not impossible to achieve if the vessel allocated to the fisheries task is likely to be diverted to other tasks. There is therefore a need for a specific number of marine enforcement agencies vessels in the fishing zone and coral reef areas to be dedicated to fisheries functions. The patrol vessels are seen as launching platforms from which competent inspection teams may be safely embarked and disembarked to and from a fishing vessel in order to enforce fisheries laws and fisheries intelligence. Planning Coastal Patrols must be considered cost-effective 1. Intelligence Report - Reef Watchers
report 2. Asset (patrol vessel) and logistic
supply fuel 3. Manpower - small group 4. Areas - Coral Reef area 5. Inspection-i) Dates - Entry process ii) Infringement-Prosecution Planning - Sea patrols must be considered cost-effective
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 72 of 72
1. Laporan intel – Program pengamat 2. Aset / kapal-kapal patroli serta
dukungan logistik (bahan bakar) 3. Kekuatan manusia-anggota minimum 4. Kawasan-kawasan offshore 5. Inspeksi: i) Data – Proses entry ii) Pelanggaran-Dakwaan Sehubungan dengan rencana operasi maka perencanaan patroli ini memberikan arahan bagi kegiatan-kegiatan pengawasan dan penegakan. 12.2. BRIEFING PATROLI Briefing Patroli biasanya dilakukan ketika peserta berkumpul untuk memastikan bahwa nantinya dalam patroli tidak ada yang terkejut selama patroli yang sungguhan, dan ada debriefing setelah selesai patroli dengan dokumentasi yang diperlukan untuk tugas pencatatan/perekaman ataupun langkah tindak lanjut jika diperlukan. Komandan operasi akan mengundang semua perwira yang terlibat dalam operasi untuk briefing. Materi briefing mencakup perintah umum operasi yang telah dikeluarkan yang berkaitan tiap site dan kawasan sebagai berikut: i) Kawasan Patroli yang ditetapkan
untuk operasi ii) Teknik-teknik operasi yang
digunakan iii) Target-target yang dituju yang akan
dilihat ataupun diboarding dan diinspeksi
iv) Operasi terkoordinasi dengan
pesawat surveillance udara (bila ada)
v) Kapal target yang diperkirakan
(lengkap dengan deskripsinya) dilengkapi denga foto-fot bila ada
vi) Kehadiran dari agensi-agensi
kawan lainnya selama operasi Selama briefing para perwira MCS harus
1. Intelligence Report - observer program 2. Assets (patrol vessel) and logistics (
fuel supply) 3. Manpower - minimum personnel 4. Offshore areas 5. Inspection-i) Data - Entry process ii) Infringement-Prosecution Within the context of operational plans, this patrol planning provides direction for surveillance and enforcement activity 12.2. PATROL BRIEFING Patrol briefing is usually done when every participant meets to ensure that there are no surprises during the actual patrol, and a debriefing on completion, with appropriate documentation for record purposes or follow up action as required. The commanding officer for the operation will invite the officers participating in the operation for the briefing. The briefing is to cover the general operations orders that has been issued in regard to each site and area as follows: i) The proposed patrol areas of
operations ii) The proposed techniques of operations iii) Expected targets to be
sighted/boarding and inspection iv) Coordinated operation with air
surveillance aircraft (if any) v) Targeted vessel of interest (with
descriptions) provided with photos vi) Presence of other friendly Agencies
during the operations. During the briefing, the MCS officers
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 73 of 73
telah diperlengkapi dengan data dan informasi mutakhir tentang licensing (izin kapal) serta laporan intel. Di bawah ini hal-hal / data-data yang diperlukan untuk digunakan selama operasi. i) Daftar izin kapal untuk menangkap
ikan ii) Satu copy registrasi regional (alat-alat
penangkapan) iii) Peta laut (admiralty) yang menunjuk
kawasan patroli serta posisi kapal penangkap ikan.
iv) Peta laut yang menunjukkan batas-
batas ZEE / kawasan tertutup, zona terbatas, taman laut / taman terumbu karang.
v) Jadwal komunikasi serta konfirmasi
call sign/tanda panggil dan frekuensi yang digunakan.
vi) Operasi-operasi SAR vii) Pengaturan titik temu (rendevous) di
laut (bila diperlukan) viii) Tugas khusus bila terjadi
perkembangan terbaru sesuai informasi yang diterima selama dalam operasi
ix) Dukungan dari satuan lain x) Laporan emergensi:
- Bila ada terbakar (siapa/posisi) - Kecelakaan di laut / SAR / dll
Formulir Briefing dan Debriefing diabaikan dalam lampiran V dan VI. 12.3. TEKNIK-TEKNIK MENDEKATI DAN
BOARDING Objektif: Mengupayakan agar kapal mentaati peraturan perundangan, data MCS, serta mengumpulkan alat bukti yang berkaitan dengan inspeksi.
should equip themselves with the latest data of information on licensing and intelligence reports. These are requirements for the briefing and to be used during operations. The data are: i) A list of vessels licensed to fish ii) A copy of the Regional Register
(fishing appliances) iii) Admiralty Charts showing the patrol
areas and fishing vessel positions. iv) Charts should have boundaries of EEZ
/ closed areas, Restricted Zones, Marine/Coral Reef Park and areas.
v) Communication schedule and
confirmation call sign and channels/frequencies to be used
vi) Search and Rescue operations vii) Arranging the meeting point
(Rendevous) at sea (where appropriate).
viii) Special task when due to latest
information received while in operations.
ix) Support from other units. x) Emergency reports:
- Fired Upon (who / location) - At-sea Accident / SAR; etc.
The Briefing and Debriefing formats as appeared in Appendix V and VI. 12.3. APPROACH AND BOARDING
TECHNIQUES Objective: To make the vessel comply with the rules and regulations gather MCS data and to gather evidence in the course of inspection.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 74 of 74
Kegunaan: Perlunya terus berlangsungnya pengecekan kegiatan yang berhubungan dengan operasi ikan dalam meningkatkan kontrol demi terjaminnya perikanan yang lestari. Hal mana merupakan cara efektif untuk menangkap para pelanggar hukum. 12.3.1. Jenis-jenis Boarding dan Inspeksi Terdapat dua jenis boarding yang dipraktekkan: i. boarding rutin ii. Boarding untuk penangkapan 12.3.2. Prinsip Boarding Prinsip boarding merupakan suatu seri langkah-langkah yang diambil untuk memonitor pelanggaran, serta data, dan mengamankan operasi dalam menegakkan dominasi hukum atas kapal-kapal pelanggar yang dapat mencapai titik kulminasi dimana dalam situasi tertentu dapat menggunakan kekuatan senjata. Langkah-langkah berikut ini perlu diambil1: i. Bila mendekati Kapal Tersangka (KT),
kapal kita diupayakan mendarat ke kapal musuh dan memerintahkan KT untuk berhenti menggunakan loud hailer / sistem PA.
ii. Kelilingi (KT) dan mendekati dari sebelah laut (leeward) untuk naik bila dianggap aman dan tidak ada perlawanan.
iii. Jika ada perlawanan maka semprotlah dengan jet air kepada mereka disetiap pintu hingga ruang mesin.
iv. Bilamana iii gagal, tembakkan gas air mata dan lampu sorot di setiap pintu namun janganlah langsung kepada crew ataupun yang terkonsentrasi di kawasan boarding untuk perlindungan1 (direkomendasikan agar tim boarding kedua disiagakan untuk boarding segera bila dimungkinkan dimana kapal patroli siap melindungi tim boarding).
Significance: It is important to maintain constant checks upon the activities and fishing operations in order to maintain control and to ensure sustainable fisheries. It is an effective way of catching lawbreakers. 12.3.1. Types of Boarding and Inspection There are two types of boardings being practiced: i. Routine Boarding ii. Boarding for Apprehension 12.3.2. Principle of Boarding The principle of boarding is a series of steps taken to monitor compliance, gather data, and to secure the operation of, or to assert lawful domination over an offending vessel, culminating in certain circumstances in the use of force. The following steps are to be taken 1: i. When approaching the Suspect Vessel
(SV), ship are to close up boarding station and order SV to stop, using loud hailer / PA (Public Addressing) system.
ii. Circle the SV and make approach to Leeward to board when there is no resistance and it safe to do so.
iii. It any resistance Hose down with water jet into openings to the engine room.
iv. If para (iii) failed, shoot smoke tear gas and thunder flashes at any openings but not to be directed at the crew, or concentrated in boarding area for cover1.
1 It is recommended that the secondary boarding boat be used for boarding whenever possible with the main patrol
vessel standing off to protect the boarding crew.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 75 of 75
12.3.3. Komposisi Tim Boarding 1. Komandan / Perwira / Pa-SE 2. Perekam x 1 3. ARF: - Helsman x 1
- Engineman x 2 - Dekhand x 2
12.3.4. Hal-hal Inti bagi Perwira-perwira
Boarding: 1. Pengetahuan yang baik tentang
legislasi sumber daya kelautan saat ini. 2. Kerja kapal praktis 3. Gunakan alat keselamatan 4. Prosedur untuk periksa jaring / alat
tangkap 5. Pemeriksaan surat-surat kapal 6. Prosedur penahanan 7. Pengumpulan alat bukti 8. Peralatan esensial 9. Sistem komunikasi 10. Prosedur-prosedur penyelamatan
terhadap kapal ikan 11. Laporan boarding 12.3.5. Persiagaan Boardin 1. Apresiasi pre-boarding 2. Pertanyaan pre-boarding 3. Informasi Intel 4. Menetapkan tingkat resiko 5. Membuat rencana boarding 6. Prosedur keselamatan dan peralatan 7. Gear-gear boarding 8. Briefing regu boarding 9. Catatan yang diambil untuk
kapal/patroli
12.3.3. Composition of Boarding Party 1. Commanding officer (CO)/Officer-in-
charge (OC)/ Surveillance and Enforcement officer (MCS).
2. Recorder x 1 3. Crew: - Helsman x 1
- Engineman x 2 - Deckhand x 2
12.3.4. Core Ingredients for Boarding
Officers: 1. Excellent knowledge of current
legislation re-marine resources 2. Practical boat work 3. Use of safety equipment 4. Procedures for checking nets/gears 5. Examination of the ship papers 6. Detention procedure 7. Collection of Evidence 8. Essential equipment 9. Communication system 10. Safety procedures on fishing boats 11. Boarding Report 12.3.5. Boarding Preparation 1. Pre-boarding appreciation 2. Pre-boarding questions 3. Intelligence Information 4. Determining degree of risk 5. Making a boarding plan 6. Safety procedures and equipment 7. Boarding gears safety equip and signals8. Briefing-boarding party 9. Note taken for mother ship/patrol
vessel
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 76 of 76
12.3.6. Aksi Regu Boarding (Teknik-teknik 1. Regu boarding tempati posisi 2. Kumpulkan dan awasi ABC/periksa
badan 3. Amankan senjata 4. Periksa dokumen 5. Selesaikan laporan boarding 6. Salinan untuk Kapten kapal 7. Hasil-hasil log 8. Inspeksi dan penggeledahan untuk alat
bukti 9. Tentukan pelanggaran jika ada 10. Penangkapan 11. Tahan kapal dan peralatan 12. Rencana sketsa kapal yang ditahan 13. Eskort kapal yang ditahan ke base 14. Kembali ke kapal patroli 12.4. PENTINGNYA BUAT CATATAN Sebuah catatan dianggap alat kunci dalam grup-grup boarding yakni merekam dan mencatatat kejadian yang terjadi selama boarding dan inspeksi berlangsung. Hal itu dijadikan sebagai referensi guna mengingat kejadian yang terjadi secara kronologis sehingga membantu para waktu menyiapkan laporan tertulis ataupun statement pernyataan. Notebook yang ideal adalah yang dijilid, hard cover, dan ada batas antara garis dengan kolom. Dengan ukuran yang dapat dimasukkan ke dalam saku baju dinas ataupun kemeja biasa dan tidak sulit untuk dikelurkan serta sudan dberi nomor. 12.4.1. Tujuan-tujuan i. Membantu dalam memberi kesaksian
di pengadilan ii. Mengingat banyak hal kecil tapi detail
yang penting iii. Memutuskan arah tindakan lanjutan
yang akan diambil iv. Menyiapkan laporan-laporan resmi
12.3.6. Boarding Party Action (Techniques) 1. Boarding party take position 2. Gather and control over the
crews/body search 3. Securing weapons 4. Checking documents 5. Complete boarding report 6. Copy to master 7. Log results 8. Inspection and searching for
evidence 9. Determine the offences if any 10. Arrest 11. Seize the vessel and equipment 12. Sketch plan of the detained vessel 13. Escorting the detained vessel to base 14. Return to patrol boat 12.4. IMPORTANCE OF NOTE TAKING Note taking is considered as a key tool for boarding parties in recording the events in the course of boarding and inspection. It acts as a reference to recall events in a chronological order and helps in making a written report or statement. The ideal notebook is a bound, hard cover, lined pages and with columns. It should fit easily into a uniform or civilian suit pocket with pages difficult to remove and numbered. 12.4.1. Purposes: i. To assist in giving testimony in court ii. To recall many small but important
details
iii. To decide a course of action to be taken
iv. To prepare official reports
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 77 of 77
12.4.2. Aturan-aturan Umum tentang Catatan dan Buku Catatan
i. Tiap data masuk (entry) mempunyai
tanggal, waktu, dan tempat kejadian ii. Tiap entry harus berurutan dan tiap
kejadian harus dinomor iii. Tulis pada setiap garis dan jangan ada
garis yang kosong iv. Tulis bersih dan jelas sehingga dapat
dibaca yang lain dan / atau digunakan di pengadilan
v. Tulis dalam bahasa yang dianggap
sesuai, gunakan kode, atau steno sepanjang hal tersebut konsisten, bersih, teliti, dan dapat dimengerti secara umum/bebas
vi. Harus teliti dalam semua entry dan
catat semua yang dilihat yang ditentukan. Diagram dan sketsa akan sangat membantu.
vii. Catat fakta saja dan bukan opini-opini
yang dikemukakan atau spekulasi atas fakta.
viii. Janganlah merobek halaman-halaman
karena itu akan menunjukkan adanya usaha menghilangkan / menghancurkan alat bukti ataupun peryataan yang akan berguna untuk mendakwa / terdakwa.
ix. Menggunakan notebook hanya untuk
tujuan resmi saja. x. Jangan menghapus sesuatu di
notebook. Bila salah, coret dengan membuat garis pada kalimat/inisial yang salah tersebut. Buatlah perbaikan setelahnya.
12.4.2. General Rules concerning Notes and Notebooks
i. Each entry should have the date, time
and place of the event noted ii. Entries should be in sequence and
each event should be numbered iii. Write on each line and do not leave
blank lines. iv. Write neatly and clearly as it may be
read by others and/or used in court. v. Write in any language you feel
comfortable with, use codes or shorthand as long as they are consistent, neat and precise and able to be freely understood.
vi. Be accurate in all entries and note the
scene as it is found. Diagram and sketches will be helpful.
vii. Record the facts only and do not
record opinions or speculate on the facts.
viii. Do not tear out pages as this could
indicate an intent to destroy evidence or statements that may be helpful to the accused.
ix. Use notebook for official purposes only x. Do not erase anything in the notebook.
If a mistake is made draw a line through the error and initial it. Make the correction after it.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 78 of 78
12.4.3. Sample of Note Taking (Contoh Cara Membuat Catatan)
Date & Time Events
1. 29 June 99 09:00
Left Biak Fisheries jetty by SBI for TWA with 3 crew members – Mr. A, B, and C. Course 900, sp 20 knots. Weather – fine, Sea – Stake 1, Wind 10 –15 knots. Visibility – very good. No activities sighted from Biak to Wundi
2. 10: 30
11:00 11:15
Arrived Wundi – met Kep. Desa. Received information on activities in TWA. Left Wundi and proceeded to Sector Bravo. Sighted 5 x FV in the area. Directed skipper to approach nearest sighted vessel ahead.
3. 11:25 Alongside FV – No number. Identified and boarded. Checked document. Fishing without permit using Gill Net in TWA –position taken. Found 3 persons including skipper. Net inside the water and floats seen. 10 big fishes – grouper and snapper 5 pcs each. Photos taken. Ordered net to be hauled. Informed F’men they are under arrest for fishing without license. Signed boarding certificate and searched list. Attached one crew Mr. A on arrested FV and ordered them to Wundi for further action.
4. 11:45 11:50
Instructed the skipper of SBI to proceed to another FV ahead. Alongside the second FV. Identified and Boarded.
Tanggal/Waktu Kejadian-kejadian 1. 24 Juni 99
09:00
Berangkat dari dermaga perikanan Biak dengan Speed Boat I (SBI) ke Taman Wisata Alam (TWA) dengan 3 anggota – Tuan A, B, C. Arah 900 dengan kecepatan 20 knots. Cuaca baik, laut tenang – stake 1, angin 10-15 knots. Penglihatan amat baik. Tidak ada kejadian yang dilihat dari Biak hingga Wundi.
2. 10: 30
11:00 11:15
Tiba di Wundi. Bertemu Kades. Terima info tentang kegiatan di TWA. Berangkat dari Wundi meneruskan ke sektor Bravo. Melihat 5 x Kapal ikan (KI) di daerah itu. Perintahkan skiper mendekati KI terdekat di depan.
3. 11:25 Berlayar disebelah KI – tidak ada nomor. Diidentifikasi dan diboarded. Periksa dokumen. Penangkapan tanpa izin pakai Gill Net di TWA posisi dicatat. Temukan tiga orang termasuk skiper. Jaring dalam air dan pelampungnya terlihat. 10 ekor ikan besar – grouper dan snapper masing-masing 5 ekor. Difoto, diperintahkan agar jaring ditarik. Beritahu para penangkap bahwa mereka ditangkap sebab menangkap ikan tanpa izin. Tanda tangan sertifikat boarding serta daftar geledah. Biarkan satu anggota ABK Mr. A di kapal KI dan perintahkan mereka ke Wundi guna tindakan lanjutan.
4. 11:45 11:50
Instruksikan skipper SBI melanjutkan ke KI yang lain mendekati sebelah KI kedua – Diidentifikasikan dan diboarding.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 79 of 79
12.5. TEKNIK-TEKNIK INSPEKSI Keselamatan suatu tim inspeksi merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan. Tim tersebut perlu dipersiapkan dengan baik menyangkut keahlian di bidang inspeksi khusus serta teknik-teknik penggeledahan untuk bekerja dengan baik dalam kerjasama yang diperlukan. Teknik-teknik inspeksi yang aman hendaknya digunakan disetiap waktu. Intensitas penggunaan teknik-teknik inspeksi tergantung kepada tingkat perkiraan bahaya dan resikonya. Dalam situasi beresiko tinggi seluruh teknik-teknik ini digunakan sepenuhnya, sedangkan bila resikonya rendah dapat dilakukan modifikasi seperlunya. 12.5.1. Penggunaan Teknik yang Tepat Salah satu cara melakukannya ialah dengan perencanaan teknik-teknik inspeksi yang mencakup tiga langkah: i. Menilai resiko di kawasan yang akan
dilaksanakan inspeksi ii. Membuat rencana inspeksi iii. Melakukan inspeksi sesuai rencana Ketika melaksanakan rencana maka tiap anggota tim inspeksi harus betul-betul mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Teknik- teknik inspeksi menurut rencana adalah sebagai berikut: • Bekerjasama sebagai tim. Satu orang
bertindak sementara yang lain siap menjaga serta hanya satu orang yang bergerak pada suatu saat.
• Bergerak secara sistematis demi
menjaga konsistensi dan keberlangsungan dalam mengecek setiap ruang seperti menggeledah satu ruangan pada satu waktu.
• Mempertimbangkan seorang anggota
kru senior dengan meneliti tim untuk memasuki bagian pertama
• Mengambil posisi dalam kondisi aman
12.5. INSPECTION TECHNIQUES The safety of your inspection team is a prime concern. This team should be skilled in special inspection (search) techniques, work well and often together. Safe inspection techniques should be used all the time. The intensity with which inspection techniques are used depends on the security of risk. In a high-risk situation, you will use these techniques fully. In lower risk situations, you may only note these techniques. 12.5.1. Using Appropriate Techniques One way you can do this is planning your inspection techniques. This involves three steps: Access to risk in the areas you are going
to inspect. ii. Make a plan on how to inspect iii. Follow the plan When executing the plan, ensure that everyone in the inspection team knows their responsibilities. The inspection techniques according to plan are as follows: • Working together as team. One person
works while the other covers and only one person moves at a time.
• Move systematically to ensure
consistency and thoroughness in checking all spaces e.g. search one compartment at a time.
• Consider taking a senior crew member
with the search team to enter compartments first
• Positioning in safety condition by
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 80 of 80
dengan membuat trianggulasi serta menghindari arah penembakan
• Menggunakan penutup atau memakai
pakaian pengaman yang sesuai • Bila memasuki ruangan kapal pertama-
tama periksa sekitarnya bila terdapat ancaman mendadak dan segera bertindak menghancurkan ancaman / teknik quick peek atau slicing the pie.
• Setelah itu masuk ruangan itu
menggunakan cara-cara sebagai berikut: i) Buttonhook – posisi dan
pengkoveran di tiap sisi pintu. ii) Crisscross – posisi dan
pengkoveran berdiagonal ke pintu
• Ketika bergerak dalam kamar ataupun
sepanjang gang kapal senantiasa mengikuti pemimpin dan mengkover anggota yang bergerak
• Ketika memasuki lubang palka
menggunakan teknik menerangi seluruh ruangan sebelum masuk. Gunakan tangga disaat turun atau naik dan diperhatikan bahwa selalu ada yang mengkover bila turun atau naik tangga
• Bilamana inspeksi dan menemukan ada
yang sembunyi, jangan langsung mendekati orang tersebut tapi beritahukan dirimu dan perintahkan angkat tangan dan tanyakan sebab bersembunyi.
• Teknik-teknik memindahkan orang
yakni suruh berbalik dengan tangan dikepala, perintahkan untuk berlutut membelakangi. Bila dirasa aman, baru keluar dan melakukan penggeledahan tubuh, mengecek adakah senjata kemudian diperintahkan dipindah serta kumpulkan mereka bersama.
• Bila inspeksi selesai dan aman,
making triangulation and avoid lines of fire.
• Use cover or wear appropriate
protective clothing • When entering compartment, check the
area of immediate threat first and make a quick peek or slicing the pie.
• After the quick peek or slicing the pie
techniques, you want to enter the compartments, the following method applies: i) Buttonhook - position and covers
on either side of the door way ii) Crisscross - positions and covers
on crossing the door way • When moving within the compartment or
passageway always follow the leader and give cover to the person’s movement.
• When entering hatches the techniques
is to illuminate the entire compartment before entering. Use ladders in ascending and descending and make sure when ascending another person covers. Where possible use the accompanying crew as the forward “guinea pig” to enter batches or compartments.
• While inspecting you encounter with
people inside hiding. Take cover, do not approach the person, identify yourself, demand to see their hands and why they are there.
• The technique to remove a person is by
the person to face away from you, put their hands on their head, get to their knees and back towards you. When the person is in a position where you feel safe, come out from your cover, make a body search and check for weapons. Escort the person and group them together.
• When all your inspections are
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 81 of 81
pastikan bahwa orang yang ditahan dikawal tim boarding serta gunakan kekuatan seminimum mungkin tapi tahanan menuruti.
12.5.2. Inspeksi / Pengawasan dan
Transisi ke Penegakan Proses pengawasan dan inspeksi menghasilkan suatu transisi penegakan sering diperlukan keputusan tentang langkah yang sesuai yang diperlukan untuk tindakan bila pelanggaran hukum terjadi. Terdapat lima prosedur yang harus diikuti: i) Bebaskan – jika tidak terdapat
pelanggaran hukum, bebaskan kapal dan crew-nya utnuk melanjutkan bisnis/urusan mereka.
ii) Dokumentasi – merupakan bentuk
rekaman yang permanen dari beberapa aspek dalam kegiatan penegakan. Dokumentasi dibuat setelah masing-masing inspeksi dengan berupa seperti berikut: Laporan-laporan intel Laporan boarding dan inspeksi Catatan-catatan laporan Log entries Video dan foto-foto Pernyataan tertulis
iii) Penahanan barang dan orang –
menangkap orang ataupun barang dalam penahanan SEMENTARA untuk tujuan keselamatan dan interogasi.
Hal-hal ini diperlukan jika perwira boarding memperkirakan adanya pelanggaran dan telah menuduh dan memenuhi penyidikan lanjutan tapi tidak dalam kepastian bahwa akan penangkapan sejauh hal ini masih dalam tahap inspeksi dan penahanan sementara untuk investigasi guna mendapatkan alat bukti tapi belum sampai pada penyitaan.
completed and safe, make sure that the detained persons are guarded by the boarding party and always use the minimum force necessary to get compliance.
12.5.2. Inspection/Surveillance and
Transition to Enforcement The process of surveillance and inspection that resulted in the transition to Enforcement often decides on the appropriate action to take when a violation of law occurs. There are five procedures to be followed: i) Release - if there is no violation of law,
you can release the vessel and crew to continue about their business.
ii) Documentation - is any form of
permanent record of any aspect of the enforcement activity. The documentation is to be made after each inspection is being made and are as follows: • intelligence reports • report of boarding and inspection • field notes • log entries • videos and photographs • written statements
iii ) Detention of property and persons -
the taking of an item or person into TEMPORARY custody for safety or investigation reasons.
These requirements are appropriate when the boarding officer suspects that a violation has occurred and needs to temporarily deprive someone of his/her freedom of action for further investigation, but is not certain that an arrest is called for. As for the item it is part of the inspection and is temporarily taken for the safety of the person investigation for evidence but is not certain that a seizure is required at this time.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 82 of 82
iv) Penangkapan adalah mengambil seseorang menjadi penahanan resmi untuk menjawab “tuntutan kejahatan” dan ini akan dikuti oleh penyitaan barang yaitu pengambilan barang bukti ke dalam penahanan resmi untuk mendukung penuntutan bagi tersangka / pelanggar
iv) Arrest is the taking of a person into official custody to answer a criminal charge and this is followed by seizure of property, that is taking evidence into official custody in order to facilitate the prosecution of an offence.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 83 of 83
INDONESIA ENGLISH
BAB 13 13 PENAHANAN, PENANGKAPAN,
DAN TINDAKAN PENGADILAN Objektif: : Untuk membantu perwira-perwira
pengawasan dan penegakan untuk pengelolaan sumber daya perikanan yang lebih baik di tiap-tiap kawasan COREMAP yang ada.
: Membiasakan perwira-perwira MCS
dengan legislasi-legislasi yang berkaitan dengan prosedur-prosedur penahanan dan penangkapan: pengumpulan bukti, preservasi dan handling, penyitaan peralatan dan ikan, pembuangan ikan sitaan, penanganan hasil pendapatan, menginterview, menetapkan tuntutan, serta perwira yang bertanggung jawab, bersalah atau tidak bersalah yang berkaitan dengan barang-barang bukti dan dimulai dari penjualan ikan.
: Untuk menjadikan perwira-perwira
penegakan yang berhasil dan profesional dalam program MCS.
Kegunaan: Efektivitas dari setiap sistem penegakan dapat diukur dengan kemampuan sistem tersebut mencapai hasil-hasil dalam mendeteksi dan penuntutan terhadap terdakwa dan merupakan langkah pertama yang penting dalam program MCS. Kepeduliannya terhadap konservasi sumber daya telah menyadari dari kemungkinan besarnya keuntungan finansial dari aktivitas illegal yang menimbulkan akibat yang besar terhadap program COREMAP. Seperti pendekatan penegakan dengan garis keras yang didasarkan pada suatu pengawasan dan penyidikan dengan target tingkat tinggi bila dibutuhkan. 13.1. PROSES Untuk penyidikan, yang dilaksanakan oleh
CHAPTER 13 13 DETENTION, ARREST AND COURT
ACTION Objective: : To assist surveillance and enforcement officers to better manage fisheries resources in their respective COREMAP areas.
: To familiarize the MCS officers with the legislation which covers detention and arrest procedures: evidence gathering, preservation and handling; seizure of equipment and fish; disposal of fish seized; and handling of proceeds; interviewing, laying of charges; Pre-court preparation; court action and officer responsibilities, Post trial-guilty or not guilty with respect to goods and proceeds from fish sales.
: To be successful and professional enforcement officers in the MCS program.
Significance: The effectiveness of any enforcement system can be measured by its ability to achieve results in the detection and prosecutions of offenders and these are important first steps in the MCS program. The concern for conservation of the resources and the recognition of the large financial gains possible from illegal activity have significant impact on the COREMAP program. As such a hard-line enforcement approach based on a high level of targeted surveillance and investigation is sometimes required to deter further illegal activities. 13.1. PROCESS For investigation, which is conducted by
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 84 of 84
PPNS, perwira MCS haruslah mengikuti petunjuk yang dikeluarkan oleh Polri, (Pol. No.:JUKLAP/ 05/XII/1988). Petunjuk-petunjuk tersebut adalah: i) Petunjuk Lapangan – “JUKLAP” ii) Petunjuk Teknis – “JUKNIS”
Bagan dari proses tersebut seperti terlampir dan formulir yang digunakan dalam proses tersebut seperti yang ditunjukkan dalam lampiran VII (formulir 1-24). Prosedur-prosedur terperinci mengenai penahanan, pengadilan terdapat di dalam KUHAP.
Dalam kasus penyidikan oleh TNI AL dan POLRI terhadap setiap pelanggaran perikanan di perairan Indonesia diatur dalam UU No. 9/85 pasal 24, 25, 26, dan 27, prosesnya dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Pangab No. Skep / 185 / V / 1995. Berbagai formulir yang diperlukan tergambar dalam proses penyidikan yang tampak pada lampiran VII sampai XII. 13.2. KEKUASAAN PARA PERWIRA1 1. PENANGKAPAN 1.1. Sesuai dengan KUHAP – kekuasaan
diberikan kepada perwira penyidik untuk tujuan penyidikan dan melaksanakan penangkapan.
1.2. Dalam kasus tertangkap tangan,
dimana perwira yang melaksanakan penangkapan (tanpa surat perintah) harus segera menyerahkan tersangka dengan barang bukti yang disita kepada Perwira Penyidik terdekat ataupun kepada asistennya.
1.3. Perintah untuk menangkap
tersangka kejahatan didasarkan pada barang bukti yang cukup dan kuat dan dalam periode waktu satu hari.
1.4. Satu copy surat perintah
penangkapan harus disampaikan kepada keluarga segera setelah dilakukan penangkapan
the civil government, (Pol. No.: JUKLAP/ 05/XII/1988) MCS officers shall follow the guidelines published by the Army/Police Central Command: The guidelines are: i) Field Guidelines – “JUKLAP” ii) Technical Guidelines – “JUKNIS” flow
chart of the process as appeared page on 80and the formats to be used are noted in Appendix VII (1-24 formats). Detailed procedures of Detention, Arrest, Investigation and court action are written in The Penal Code (KUHAP).
In the case of Investigation by The Navy and the Police of any fisheries offence in Indonesia Waters under Law No. 9/85 section 24,25,26 and 27, the process is in accordance with Decree letter No. Skep/185/V/1995 issued by the Armed Forces. Various formats are drawn in the process of investigation as appears in Appendix VIII to XII. 13.2. POWERS OF OFFICERS 1 1. ARREST 1.1. Under the KUHAP - (Penal Code),
powers are given to designated investigation officers for the purpose of investigation and to execute the arrest.
1.2. In the case of caught in the act, the
officer who made the arrest (without warrant) the arresting officer should immediately hand over the suspect with evidence which he has taken to the nearest investigation officer or assistant.
1.3. Order to arrest on the suspect of
committing an offence is based on the initial strong and sufficient evidence and within a day period of the offense.
1.4. A copy of the warrant (or letter of
authority) of arrest should be given to the family immediately after the arrest is made.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 85 of 85
1.5. Setelah tersangka dilepaskan tidak
boleh diadakan penangkapan lagi kecuali bila ia telah dipanggil dua kali berturut-turut dan tidak memberi respon.
2. DETENTION 2.1. Untuk tujuan penyidikan, perwira
penyidik atau asistennya atas petunjuk penyidik mempunyai kekuasaan untuk menahan tersangka.
2.2. Untuk tujuan penuntutan, Penuntut
Umum mempunyai kekuasaan untuk menahan dan memperpanjang waktu penahanan.
2.3. Untuk tujuan jalannya pengadilan,
Hakim mempunyai kekuasaan untuk menahan terdakwa.
2.4. Penahanan dilakukan atas tersangka
karena: a. keseriusan pelanggaran
berdasarkan bukti yang cukup; b. tersangka akan melarikan diri
secara diam-diam; c. merusakkan barang bukti, dan
atau mengulang kejahatan yang sama.
2.5. Surat Perintah Penahanan
dikeluarkan olah Pengadilan dan harus dilaksanakan terhadap tersangka ataupun terdakwa dengan menjelaskan alasan penahanan dan satu copy harus disampaikan kepada keluarga.
2.6. Penahanan berlaku untuk
pelanggaran dimana ancaman hukumannya 5 tahun atau lebih.
2.7. Jenis-jenis Penahanan
2.7.1. Penjara 2.7.2. Tahahan Rumah 2.7.3. Tahanan Kota
2.8. Hakim atau penuntut umum
berwenang memindahkan
1.5. Once the suspect is released there
shall be no arrest except where he/she is being called (subpoena) twice continuously and does not respond.
2. DETENTION 2.1. For the purpose of investigation, the
investigation officer or assistant under the direction of investigator has the power to detain the suspect.
2.2. For the purpose of prosecution, the
Public Prosecutor shall have the power to detain and extend the detention.
2.3. For the purpose of court proceeding,
the judge shall have the power to detain the accused.
2.4. Detention is executed on the suspect
because: a. the seriousness of the offence
based on sufficient evidence; b. the suspect will abscond; c. destroying or tampering the
exhibit/evidence and/or repeat the same offence.
2.5. Warrant of detention issued by the
court shall be served on the suspect or the accused giving reasons on the detention and a copy shall be given to the family.
2.6. Detention is applied for any offence
where the penalty is 5 years or more. 2.7. Types of Detention
2.7.1. Prison 2.7.2. House Detention (Arrest) 2.7.3. City Detention
2.8. The judge or the public prosecutor
has the power to transfer the
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 86 of 86
penahanan dari satu tempat ke tempat lain dan perintah-perintah dilaksanakan terhadap tersangka atau tertuduh dengan satu copy diberikan kepada keluarga.
2.9. Lamanya Penahanan 2.9.1. Penyidik hanya 1-20 hari akan
tetapi dapat diperpanjang oleh Penuntut Umum menjadi 40 hari disebabkan belum selesainya sidang pengadilan.
2.9.2. Bila sidang pengadilan dapat
diselesaikan sebelum enam puluh hari maka tersangka / terdakwa harus segera dilepaskan.
2.9.3. Penahanan berlanjut sesuai dengan
lamanya sidang dan tergantung atas keputusan hakim. Bagan alir – Proses Penahanan dan Penangkapan oleh PPNS terlampir.
3. PENGGELEDAHAN -Tempat, rumah,
kapal, kendaaraan, Badan, dan lain-lain.
3.1. Untuk maksud penyidikan,
penggeledahan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur-prosedur hukum di bawah ini:
3.1.1. Usahakan Surat Perintah
dari Pengadilan. 3.1.2. Dalam kasus khusus surat
tugas tertulis dari penyidik. 3.1.3. Setiap saat dilakukan
pencarian, agar senantiasa disertai dua orang saksi yang telah disetujui oleh tersangka atau orang lain yang hadir di tempat pada saat itu.
3.1.4. Daftar tertulis barang yang
detention from one place to another and the orders to be served on the suspect or accused and a copy be given to the family.
2.9. Period of Detention 2.9.1. Investigator (I.0) - 20 days only but
can be extended by Public Prosecutor for 40 days due to incomplete proceedings.
2.9.2. If the proceeding can be completed
before the 60 days the suspect / accused should be released immediately on completion of the proceeding.
2.9.3. Continuous detentions are
according to the period of proceedings and depend on the decision by the judge. Flow chart – Process of Detention and Arrest by civil government investigation officer is attached.
3. SEARCH - Place, house, vessel,
vehicle and body etc. 3.1. For the purpose of investigation, the
search must be conducted according to procedures of the law as follows:
3.1.1. Search warrant from the court. 3.1.2. In a special case a written letter
of direction from the investigator.
3.1.3. Every time conducting a
search, there must be accompanied by two persons as witnesses agreed by the suspect or any person who is present at the particular place at that time.
3.1.4. A written search list be
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 87 of 87
digeledah dipersiapkan ketika pencarian telah dilakukan dan copy-nya harus diberikan kepada tersangka.
3.1.5. Dalam kasus dimana ada
sedikit waktu atau kesulitan mendapatkan surat perintah, I.O. masih dapat memproses penggeledahan bilamana dianggap bahwa penggeledahan tersebut diperlukan untuk mendapatkan bukti atau keterangan yang berhubungan dengan pelanggaran dan segera melapor ke pengadilan untuk memperoleh persetujuan.
3.1.6. Perwira Inspeksi (I.O.)
dapat melaksanakan penggeledahan badan terhadap tersangka bila diperlukan – lihat Appendix XIV tentang Formulir Board dan Daftar Penggeledahan.
Catatan: Semua perwira MCS memiliki sertifikat training dalam menjalankan tugasnya. 4. PENYITAAN
4.1. Penyitaan harus dilakukan dengan surat penyitaan yang dikeluarkan pengadilan.
4.2. Bila situasi tidak mengizinkan
disebabkan keadaan tak terduga ataupun tidak mungkin bagi Perwira Inspeksi mendapatkan surat penyitaan, maka ia diizinkan menyita dan segera setelah itu melapor ke Pengadilan untuk mendapatkan persetujuan.
4.3. Peralatan dan ikan yang boleh
disita adalah sebagai berikut:
prepared when the search has been done and a copy must be given to the suspect.
3.1.5. In a case where there is little
time or difficulties in getting the search warrant, the Investigatin Officers (I.O) can still proceed with the search provided the search is for evidence in connection with the offence and Immediately report to the court for approval.
3.1.6. The I.O. is allowed to carry out
a body search on the suspect if he thinks fit to do so - see Appendix XIV for sample of Board and search list format.
Note: All MCS officers require PPNS Training certification to be able to carry out their duties. 4. SEIZURE 4.1. Seizure can only be done by seizure
warrant issued by the court. 4.2. Where situation warranted due to
unforeseen circumstance or no way the I.O. can obtain the seizure warrant, is allowed to seize and immediately make a report to the court and get the approval.
4.3. Equipment and fish allowed to be
seized are as follows:
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 88 of 88
4.3.1. Peralatan atau bagian peralatan yang berhubungan dengan pelanggaran yang dibuat oleh tersangka atau tergugat.
4.3.2. Peralatan yang secara
langsung dipakai dalam melakukan pelanggara
4.3.3. Peralatan yang
mengganggu/menghambat proses penyidikan.
4.3.4. Peralatan khusus yang
dibuat untuk perbuatan pelanggaran.
4.3.5. Peralatan lainnya yang
punya kaitan dengan pelanggaran.
4.3.6. Bila terdapat ikan, maka
ikan tersebut harus dilelang dan uang hasil pelelangan disimpan sebagai alat bukti di pengadilan. Tanda terima harus di berikan kepada pembeli.
4.4. Bagi penangkapan yang tertangkap
tangan (sedang melanggar) setiap peralatan yang dapat dijadikan alat bukti harus disita apapun kondisinya termasuk dokumen Kantor Pos atau Telekomunikasi – Lihat Appendix VI untuk contoh formulir penyitaan.
5. IDENTIFIKASI BARANG BUKTI
1. Primer 2. Sekunder 3. Cukup 4. Memuaskan 5. Langsung 6. Sirkumstansial 7. Lisan-oral 8. Dokumenter 9. Nyata 10. Asli 11. Tidak jelas
4.3.1. Equipment or part of equipment that are connected to the offence committed by the suspect or the accused.
4.3.2. Equipment directly used in
committing the offence(s) 4.3.3. Equipment that are distracting
to the investigation process 4.3.4. Special equipment that were
fabriated to commit the offence
4.3.5. Any other items which have a
connection with the offence. 4.3.6. If there are fish, the fish are to
be auctioned, cash from the sale of fish are to be kept in the safe until produced in court. A receipt should be given to the buyer.
4.4. As for the caught in the act, any items
termed as evidence shall be seized in whatever condition including documents from Post Office or Telecommunication - See Appendix VI for sample of seized catch format.
5. IDENTIFICATION OF EVIDENCE
1. Primary 2. Secondary 3. Sufficient 4. Satisfactory 5. Direct 6. Circumstantial 7. Oral 8. Documentary 9. Real 10. Original 11. Hearsay
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 89 of 89
Catatan: Bukti Foto dianggap sebagai bukti dokumenter.
13.3. PEMOTRETAN UNTUK BUKTI 13.3.1. PENDAHULUAN “Pepatah tua yang mengatakan bahwa satu gamabar dapat bercerita seribu kata”. Dimanapun bila dimungkinkan maka gambar / tata dapat diambil dalam segala kejadian dan gambar tersebut penting walaupun kelihatannya disaat kejadian tidak ada kaitannya. Namun foto-foto/gambar itu dapat saja memberi petunjuk tentang orang, atau benda ataupun kapal yang terlihat yang bisa menjadi sangat penting pada tahap-tahap kemudian. Seseorang tidak akan pernah mengambil terlalu banyak gambar/foto. 13.3.2. HANDLING OF PHOTOS 1. Bilamana satu film selesai difoto,
keluarkan dari kamera dan simpan dengan label dalam kontainer penyimpan film.
2. Sekalipun belum semua film telah
dipakai sesegera mungkin foto yang penting yang telah direkam dikeluarkan lebih dahulu.
3. Serahkan film kepada komandan
sesuai perintah. Atau bila tidak upayakan sendiri untuk segera dicucikan.
4. Langkah-langkah komandan:
• Penomoran tiap film • Memberi label dengan jelas • Langsung dicucikan • Masing-masing dicetak rangkap
tiga • Nomori dibelakang tiap gambar
sebagai bila ada keputusan Perwira Penuntut foto mana yang dijadikan sebagai barang bukti.
Note: Photographic evidence is considered as documentary evidence.
13.3. PHOTOGRAPHIC EVIDENCE
13.3.1 INTRODUCTION
“The old saying that one picture can save a thousand words applies here”. Whenever possible photographs should be taken of all events and scenes even if they do not appear relevant at the time of the event. They may well show associated people or vehicles or vessels at a scene that will become very important at a later stage. One can never take too many photographs. 13.3.2. HANDLING OF PHOTOS 1. When you have completed a film,
remove it from the camera. Seal it in a container and label it immediately.
2. Even if the film is not all used up as
soon as possible the necessary photographs have been taken, remove it as before.
3. Give the film to the Officer
Commanding the investigation as an Exhibit if appropriate. Otherwise personally deliver it to the developer to have it developed.
4. The O/C in possession of the Exhibits
is to:
• Number each film • Ensure it is properly labelled • Have it developed promptly • Get three sets of prints • Number it on the back for reference
when Prosecuting Officer has decided, which photos are wanted for evidence with date, time area and photographer.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 90 of 90
5. Ukuran foto – apakah postcard atau 13 x 18 cm dan harus dilampirkan / diatur seperti album.
6. Foto-foto tersebut harus dinomori. 7. Buku foto atau album diberi nomor
kasus di halaman mukanya. 8. Halaman penutup belakang harus
ditulis BARANG MILIK DKP. 13.4. MENGINTERVIEW TERSANGKA
• Menemukan apakah telah terjadi kejahatan
• Mendapatkan siapa yang
bertanggung jawab
• Mendapatkan kualitas pengetahuan yang diperoleh
• Membuktikan persoalan yang
sesungguhnya
• Memastikan apakah terdapat suatu kemajuan
13.4.1. Urut-urutan Pertanyaan
• Sebelum kejadian (insiden) • Selama insiden • Setelah insiden
13.4.2. Peryataan-pernyataan Sering terjadi, beberapa perwira membuat pernyataan atau perlu mempersiapkan pernyataannya secara kurang sempurna sebagaimana sesuatu yang penting. Sebuah pernyataan merupakan sesuatu alat yang penting dimana seorang prosekutor harus bekerja dan menggambarkan keseluruhan informasi yang dapat diberikan/disajikan oleh seorang saksi. Walaupun tidak tersedia formula ataupun proforma yang harus diikuti namun dalam penyiapan atau presentasi suatu pernyataan terdapat beberapa peraturan dasar yang perlu diperhatikan antara lain:
5. Photos size – postcard or 13 cm by 18 cm and should be attached/arranged as the album.
6. Photos must be numbered. 7. The photos book or album should have
front over with Case No. 8. Rear cover – should be written
PROPERTY OF DKP. 13.4. INTERVIEW / INTERROGATION OF
SUSPECTS
• To establish whether an offence has been committed
• To establish who was responsible
• To establish quality knowledge • To prove essential point
• To ascertain if there were any accomplices
13.4.1. Sequences of Questioning
• Before the incident • During the incident • After the incident
13.4.2. Statements Too often, some officers treat a statement, or rather, its preparation, with something less than the appropriate degree of importance it deserves. A statement is, perhaps, one of the most important tools a prosecutor has to work with, and, accordingly, it should represent the entirety of information a witness has to offer.
While there can be no set formula or proforma to follow in the preparation or presentation of a statement, there are some basic rules to observe. These are:
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 91 of 91
Pernyataan harus memberikan
ringkasan singkat tentang sesuatu dan pengalaman originator dan memberikan kualifikasinya sebagai ekspert dibidangnya, bilamana dianggap bahwa ia terbaik di bidangnya tersebut. Perlu diingatkan bahwa bila menurutmu, kamu yang terbaik dan mempunyai pengalaman dan kualifikasi yang sesuai untuk mendukung klaim, dan terhadap pemeriksaan silang yang berbahaya.
Pembukaan pernyataan harus
menuruti prosedur “saya pernah”, “saya melihat”, “saya melakukan”, dimaksudkan bahwa orang yang mempersiapkan pernyataan pada tanggal tertentu, waktu tertentu, tempat diatas kapal, dalam patroli, melihat sesuatu yang mengakibatkan untuk melakukan atau mengatakan sesuatu kepada orang lain sebagai hasil dari observasi. Isi pernyataan harus mulai dari sana sesuai dengan urutan dan kejadian, pembicaraan dan observasi, dan termasuk SEGALANYA!. Pernyataan harus tidak pernah menjadi deskripsi emosional dari suatu kejadian. Hanya mengandung informasi dari fakta-fakta.
13.4.3. Catatan-catatan / Rekaman
Interview Menginterview kapten kapal (dan setiap orang lain yang dianggap oleh perwira penyidik berada dalam posisi dapat memberikan informasi yang diperlukan) harus diselesaikan sesegera mungkin. Telah ditemukan bahwa lebih lama menunda melakukan interview makin berkurang peluang mengumpulkan pengakuan-pengakuan yagn berharga yang diperlukan. Sedangkan dalam banyak hal pengakuan tidak diperoleh maka rekaman / catatan interview dapat dipakai sebagai sebagai medium agar kapten kapal menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya yang sering mendiskriditkan dirinya sendiri dengan jalan memberikan jawaban yang berbeda
The statement should commence with
a brief summary of the originators history and experience, and, ideally would go so far as to qualify the originator as an expert in his own particular field. Modesty has no place in such procedures, and, if one thinks he is the very best in his field, he should say so. A word of caution, if you think you are the best, you should have appropriate experience and qualification to support the claim, and to sustain severe cross examination.
The preamble of a statement should
follow a procedure of, “I was”, “I saw” and, “I did”. That is to say, that the person preparing the statement was e.g. one particular date, at a particular time, at a place, on a ship, on a patrol, saw something, which prompted him to do something, or to say something to another person as a result of the observation. The body of the statement follows from there, in order of sequence and events, conservation and observations, and include EVERYTHING!.
13.4.3. Records of Interview Interviews with the master, (and anyone else who the investigating officer considers may be in a position to offer worthwhile information) should be completed as soon as possible. It has been found that the longer the delay in carrying out the interview, the less chance there is of obtaining any worthwhile admissions. While (in many cases) admissions may not be forthcoming, the record of interview serves as a medium to allow the master to answer questions so put to him, and, more often than not, will discredit himself by giving different answers to the same questions when put to him in different ways. Items found during the search of the vessel may be brought to the defendant’s
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 92 of 92
terhadap pertanyaan yang sama yang disampaikan kepadanya dengan cara yang berbeda. Benda-benda yang ditemukan selama penggeledahan kapal dapat diangkat untuk menjadi perhatian terdakwa selama perekaman interview. Pentingnya pertanyaan yang terinci menyangkut hal-hal tersebut adalah kadang-kadang mengikat terdakwa kepada suatu kejadian pada waktu / tanggal sebelumnya. Juga sangat penting menghubungkan lebih dekat dengan jaksa penuntut. Ia dapat saja menginginkan agar penyidik tertentu dibiarkan, karena itu melindungi atau menjaga elemen lanjutan, untuk pembelaan selama hearing. Hal yang sangat penting diingat adalah bahwa bila hendak terjadi kejutan maka kejutan tersebut untuk terdakwa dan bukan penuntutan. Pendek kata, beritahu penuntut SEGALANYA, betapun itu merugikan kasusmu. Ia akan berada dalam posisi yang lebih baik daripada penyidik untuk mengeruk persoalan tersebut. Pada rekaman interview yang formal, tim penyidik harus diupayakan sekecil mungkin untuk menghindari suasana intimidasi dan juga tidak kelihatan menciptakan kebosanan. Ditemukan jumlah anggota maksimum yang diperlukan adalah empat orang, ditambah tersangka, temannya, penterjemah (bila diperlukan), perwakilan kedutaan atau konsulat dan undangan perlu disampaikan kepada perwakilan tim pembela untuk hadir bila diinginkan. Keempat anggota tim pemerintah adalah perwira penginterview (tidak harus perwira penyidik), juru ketik, asisten dan interpreter. Pada pelaksanaan Pencatatan Interview harus diperjelas kepada semua yang hadir dalam sidang pengadilan bahwa kepantasan yang ketat harus diperhatikan . Yang perlu dikatakan, no comments, meresponi pertanyaan-pertanyaan cepat terdakwa, penyisipan / penyalipan dan lainnya yang ditolerir dan orang yang tidak mengikuti persyaratan ini harus dikeluarkan dari kawasan. Harus diingat bahwa kontrol terhadap catatan interview
attention during the interview. The importance of detailed questioning concerning such matters is that it sometimes ties the defendant down to a story at an early date. It is also very important to liaise very closely with the prosecuting attorney. He may wish the investigator to pursue a point or he may wish a particular topic to be left alone and therefore protect an element of surprise to the defence during the hearing. A very important point to remember point is that if there are to be any surprises, let them be at the expense of the defence and not the prosecution. In short, tell the prosecutor EVERYTHING, however so damaging to your case. He is in a far better position than the investigator to salvage the point. At the formal Record of Interview, the investigating team should be kept to a minimum and therefore not be seen to creating an overbearing or intimidating atmosphere from the defendants perspective. It has been found that the maximum numbers required are four, in addition to the defendant, his friend, and interpreter (if required), a representative of the respective Consulate or Embassy and an invitation should be extended to government team members are; the interviewing officer, (not essentially the officer in charge of the investigation) a typist, an assistant/runner, and (if required) an interpreter. At the commencement of the Record of Interview, (ROI), it should be made clear to all attending the proceedings that strict decorum is to be observed.
That is to say, no comments, responses to questions prompting the defendant, interjections and the like will be tolerated and persons not observing this requirement will be removed from the area. It should be remembered that control of the ROI is an important facet of the
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 93 of 93
merupakan segi yang penting dari prosedur penyidikan dan setiap langkah keluar darinya akan membahayakan keberhasilan interview bila tidak dikatakan sebagai hasil atau akibat dari kasus. Memperkenalkan Record of Interview (ROI) haruslah sederhana dan dengan jelas. Perwira penginterview harus memperkenalkan diri dengan menunjukkan surat perintah untuk dibacakan. Orang yang diinterview harus pula diidentifikasi dan menunjukkan identitasnya. Peraturan yang baik yang perlu diikuti selama proses ini adalah jangan sampai terperangkap dengan pertanyaan-pertanyaan yang banyak dalam bagian yang sama dan jangan menanyakan pertanyaan arahan. Ingat, satu pertanyaan biasanya diikuti satu jawaban dan diharapkan bahwa pertanyaan harus dalam kerangka mendapat jawaban yang diperlukan perwira penginterview. 13.5. PENGUMPULAN BUKTI,
PRESERVASI DAN PENANGANAN 13.5.1. DETEKSI PEMBOMAN IKAN 13.5.1.1. Penampakan Fisik
13.5.1.1.1. Ikan yang berada di dekat titik pemboman mengalami luka-luka badan seperti pada sisik, ekor, mata lepas dan pecah perut.
13.5.1.1.2. Titik-titik darah ditemukan
disekujur badan terutama penutup insang.
13.5.1.1.3. Bagian dalam badan
terkuak keluar dari berbagai lubang dari badan.
13.5.1.1.4. Kulit badan ikan menjadi
lembut dan mudah ditekan disebabkan oleh tulang
investigation procedure and any departure from this would jeopardise the success of the interview, if not the outcome of the case. The introduction to the ROI should be simple and straight forward. The interviewing officer should identify himself and prove his identity by producing his warrant for perusal. The person being interviewed should then be identified and antecedents established. The caution should then be administered, and the interview commenced. A good rule to follow during interviews is to not ask the same question twice and do not ask leading questions. Remember, one question is normally met with one answer, and hopefully the question will be framed to get the answer, which is required by the interviewing officer. Everything that is said at the ROI should be recorded, however so insignificant it seems. The prosecuting counsel will determine the degree of importance, or otherwise, of the result of the ROI and use them to his best advantage. 13.5. EVIDENCE GATHERING,
PRESERVATION AND HANDLING 13.5.1. FISH BOMBING – DETECTION 13.5.1.1. Physical Appearances
13.5.1.1.1. Fish nearer to the bombing spot - the body injuries like scales, tail, eggs and intestines are dropped and broken.
13.5.1.1.2. Blood spots found all over
the body especially at the gills cover.
13.5.1.1.3. The internal parts of body
comes out from the various holes of the body
13.5.1.1.4. The body tissues of the fish
becomes soft and easily pull a part due to broken bones.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 94 of 94
yang hancur. 13.5.1.2. Penampakan Di dalam
13.5.1.2.1. Ikan didekat titik pemboman – ususnya hancur menjadi pecah dan bercampur dengan darah.
13.5.1.2.2. Tulang belakan ikan juga
hancur terpotong-potong.
13.5.1.2.3. Bila tulang lainnya patah maka daging ikan hancur sehingga peredaran darah berhenti sehingga darah membeku dan ikan berubah warnanya.
13.5.1.2.4. Jika tulang-tulang lain
tidak patah maka peredaran darah di tulang belakang akan berhenti dan terjadi pendarahan disekitarnya.
13.5.1.2.5. Sisikan ikan biasanya sisik
samping akan rusak dan akan keluar darah.
13.5.1.2.6. Darah mengalir di bagian badan dalam yang akan hancur menyebabkan pembekuan darah sehingga darah keluar dari bagian usus.
13.5.1.2.7. Oleh karena besarnya
akibat pemboman maka bagian organ dalam ikan seperti hati akan mengalami kerusakan.
13.5.1.2.8. Jika ikan sedang makan
disaat pemboman maka makanan yang sedang tercernakan terutama makanan yang keras akan melukai bagian usus ikan.
13.5.1.2.9. Badan ikan berubah warna
sebagai akibat kehabisan
13.5.1.2. Internal Appearances
13.5.1.2.1. Fish nearest to the bombing spot - the intestines broken into pieces and mixed with blood.
13.5.1.2.2. Backbone of the fish also
breaks into pieces. 13.5.1.2.3. When the skeleton is
broken, the meat will break off and the circulation of the blood will become frozen and the fish will change color.
13.5.1.2.4. If the skeleton is not
broken the circulation of blood at the backbone will stop and outflows of blood in the area.
13.5.1.2.5. The fins usually the pectoral fins will break and blood can be seen at the spot.
13.5.1.2.6. The blood will flow inside
the internal organ will break and forced the blood to become frozen and blood will also come out from the intestines.
13.5.1.2.7. Due to strong impact of the
bombing, the internal organs such as liver and eggs damage.
13.5.1.2.8. If the fish just ate, their food is yet to be digested especially the hard food will cause injuries to the intestines.
13.5.1.2.9. Flesh is discolored due to blood seepage
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 95 of 95
darah. 13.6. PRESERVASI DAN PENANGANAN 13.6.1. CONTOH-CONTOH IKAN 13.6.1.1. Contoh-contoh ikan yang diambil
dari laut ataupun kapal haruslah dalam kondisi segar, kerusakan-kerusakan luar harus dijaga dalam bentuk asli. Foto harus dibuat pada saat contoh ikan diambil.
13.6.1.2. Setiap contoh yang diambil
harus diberi tanda dan dinominasi
13.6.1.3. Contoh-contoh ikan diambil oleh
perwira penyidik. 13.6.1.4. Tanggal, waktu dan tempat
dimana contoh diambil harus dicatat (Format dalam lampiran XIII).
13.6.1.5. Mengidentifikasi spesiesnya
(nama setempat dan nama ilmiahnya).
13.6.1.6. Mengadakan pengukuran
terhadap contoh ikan tersebut. 13.6.1.7. Identifikasi kapal (bila contoh
diambil dari kapal) 13.6.1.8. Sebelum mendinginkan contoh
ikan, harus dilakukan autopsi eksternal terhadap contoh dan catat hal-hal sebagai berikut: - besarnya luka, seperti mata,
sisik dan perut - usus yang terluka - sisik yang hilang dan yang
terlepas sendiri - lokasi darah segar dan darah
beku terutama dibagian kulit dari ikan contoh
- keterangan lain, tanggal, waktu auptopsi
- nama pejabat yang melakukan autopsi
13.6.1.9. Contoh tersebut harus disimpatn
13.6. PRESERVATION AND HANDLING 13.6.1. FISH SAMPLES 13.6.1.1. Fish samples taken from the
water or vessel should be in fresh condition, external damages and still in shape. Photos should be taken to show the condition of the fish samples.
13.6.1.2. Every sample taken should be
marked and numbered. 13.6.1.3. Samples should be taken by
the investigation officer. 13.6.1.4. Date, time and place where the
samples are taken should be noted (Format as Appendix XIII)
13.6.1.5. Identifying the species - local
and scientific name 13.6.1.6. Take measurements of the fish
sample 13.6.1.7. Identification of the vessel if the
samples are taken from a vessel.
13.6.1.8. Before icing the sample,
external autopsy should be done on the samples and record the following: - extent of injury such as
eyes, fins and abdomen - broken intestines - scales loose and peeled off - area of fresh blood and
frozen blood especially on the skin for the fish samples.
- other remarks, dates and times of the autopsy.
- name of the officer who conducted the autopsy.
13.6.1.9. Samples should be kept frozen
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 96 of 96
dalam pendingin dan langsung dikirim segera ke laboratorium untuk autopsi detail.
13.6.1.10. Hasil autopsi, laporan foto dan x-
film harus dimasukkan dalam pembahasan perkara untuk proses pengadilan.
13.7. PERACUNAN IKAN
13.7.1. DETEKSI 13.7.1.1. Penampakan Fisik
13.7.1.1.1. Ikan mati dalam jumlah besar
13.7.1.1.2. Banyak spesies yang mati
(tidak hanya satu spesies)
13.7.1.1.3. Tidak hanya ikan yang mati tetapi juga binatang lain seperti kodok dan binatang air lainnya.
13.7.1.1.4. Tidak saja ikan kecil yang
mati tapi juga ikan besar ikut mati
13.7.1.1.5. Ikan mengapung dan
cenderung membusuk
13.7.1.1.6. menimbulkan bau yang tak sedap
13.7.1.1.7. mata ikan berubah
menjadi warna merah. 13.7.2. PRESERVASI DAN
PENANGANAN 13.7.2.1. Contoh-contoh Ikan
13.7.2.1.1. Contoh ikan diambil dari laut ataupun kapal harus dalam kondisi segar, luka eksternal (mata) dan masih dalam keadaan semula.
13.7.2.1.2. Setiap contoh harus ditandai
dan dinomori. 13.7.2.1.3. Contoh diambil oleh Perwira
and sent immediately to the laboratories for detailed autopsy.
13.6.1.10. Result of the autopsy reports,
photos and x-ray films should be kept in investigation papers for court proceedings.
13.7. FISH POISONING 13.7.1. DETECTION 13.7.1.1. Physical appearances
13.7.1.1.1. Fish died in abundance 13.7.1.1.2. Many species died (not
single specie)
13.7.1.1.3. Not only fish dies but also frogs and other waterborne creatures
13.7.1.1.4. Not only big fish but also small fish dies
13.7.1.1.5. Fish floats and tend to rot
13.7.1.1.6. When rotten the fish gives bad smell
13.7.1.1.7. The eyes of the fish turn
red in color. 13.7.2. PRESERVATION AND
HANDLING 13.7.2.1. Fish Samples
13.7.2.1.1. Fish samples taken from the water or vessel are to be in fresh condition, external injury (eyes) are still in shape.
13.7.2.1.2. Every sample taken should
be marked and numbered
13.7.2.1.3. Samples should be taken
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 97 of 97
Penyidik 13.7.2.1.4. Mengidentifikasi spesies
dari contoh 13.7.2.1.5. Tanggal, waktu dan tempat
dimana ikan mati. 13.7.2.1.6. Perkiraan jumlah ikan yang
mati 13.7.2.1.7. Kondisi dan warna air laut
ketika kejadian 13.7.2.1.8. Contoh ikan harus disimpan
dalam alat pendingin dan dalam keadaan beku
13.7.2.1.9. Segera dikirim ke
laboratorium untuk analisis 13.7.2.2. Contoh Air
13.7.2.2.1. Contoh air harus diambil di lokasi dimana diperkirakan terjadi
13.7.2.2.2. Contoh air harus diambil
menggunakan botol
13.7.2.2.3. Tandai dan catat waktu, tanggal dan tempat pengambilan contoh air
13.7.2.2.4. Perlu diperhatikan bahwa air
laut bebas dari pencemaran lain dan botol yang dipakai betul-betul bersih.
13.7.2.2.5. Contoh air dan contoh ikan harus diambil pada waktu bersamaan-simultan
13.7.2.2.6. Mengirim segera contoh air
dan contoh ikan bersama-sama ke laboratorium.
Catatan: Metode pengambilan contoh air
digunakan sesuai Buku Inspeksi Industri 1999 oleh H. Hamrad Hamid SH.
by investigation officer
13.7.2.1.4. Identifying the species and injuries
13.7.2.1.5. Date, time and place where
the fish died and the area.
13.7.2.1.6. Quantity of fish died (estimate)
13.7.2.1.7. State of water, color and
condition
13.7.2.1.8. Fish samples should be kept in the freezer and frozen.
13.7.2.1.9. Send immediately to the
laboratory for analysis. 13.7.2.2. Water samples
13.7.2.2.1. Water samples should be
taken where the suspect area of poisoning.
13.7.2.2.2. Water samples should be
taken by using bottle sample.
13.7.2.2.3. Mark and record the time,
date and place where the water are taken
13.7.2.2.4. Make sure that the water is
not polluted with other unwanted Foreign Object (FO) and the bottle is covered and sealed.
13.7.2.2.5. Water samples and fish
samples should be taken simultaneously.
13.7.2.2.6. Send the water and fish
samples together immediately to the laboratory.
Note: Water sampling method written for
industrial inspection by H. Hamrad Hamid SH. Published 1999 can be used as guideline and also I.M.A
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 98 of 98
Guidelines for destructive fishing practices.
13.8. BOARDING AND INSPECTION
PROCEDURES 13.8.1. ROUTINE BOARDING
Check List:
13.8.1.1. Is vessel licensed to fish? 13.8.1.2. Boarding Officer and
Recorder.
13.8. PROSEDUR-PROSEDUR
BOARDING DAN INSPEKSI 13.8.1. BOARDING RUTIN
Check List:
13.8.1.1. Apakah kapal punya izin penangkapan ikan?
13.8.1.2. Perwira Boarding dan
Perekam
a. Pengecekan diruang Kapten:
1) Nama kapal/ Pemilik kapal
2) Izin No.
3) Di laut inspeksi Log-2
copy teratas diambil setelah ditanda tangani. Perhatikan agar pemeriksaan izin dan logbook telah dilakukan dengan baik.
4) Logbook penangkapan
a) Tanda tangan halaman terakhir, catat tanggal, waktu dan posisi
b) Catat berat total tangkapan
b. Cek-deck, spesies ikan,
ukuran, alat penangkap ikan
c. Gudang ikan – cek
spesies, berat, proses perubahan bentuk, pengepakan, penyimpanan, dan lain-lain
13.8.2. BOARDING PENANGKAPAN (Minimum 6 orang dalam
kelompok)
a. Masters Cabin: Check: 1) S/N Posn./Own ship
Posn. 2) License No.
3) At sea inspection Log-2
top copies retain after signature. Notate that license check & logbook has been sighted.
4) Catch Log Book
a) Sign last page, date, time, position.
b) Record total weight of catch.
b. Deck-Check fish species, size, fishing gear
c. Fish Hold / Storage /
Processing – Check Species, Weights, processed form conversion rates used, packaging, storage, etc.
13.8.2. APPREHENSIVE BOARDING
(Min. of 6 in Party)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 99 of 99
Daftar Cek
13.8.2.1. Apakah kapal punya izin menangkap ikan?
13.8.2.2. Dalam pelayaran ke
kapal perlu diperhatikan:a) Keadaan laut b) Apakah kapal
sedang berhenti?
c) Putaran radar
d) Peralatan penangkapan yang sedang di laut dan tipenya
e) Bila ada jala
penangkap ikan, maka bagaimana dan apa isinya
f) Sisa-sisa ikan di
dek dibersihkan
g) Beroperasinya pabrik makanan ikan
h) Kegiatan di atas dek
i) Berkumpulnya ABK
di dek sesuai perintah, dsbnya.
13.8.2.3. Di atas Kapal
Penangkap Ikan (rekaman untuk ditulis semua kejadian) a) Cari Kapten Kapal
untuk perkenalkan dirinya.
b) Ke Kabin. Cek: 1) Alat
Navigasi/GPS/VMS. Perhatikan: a) Berapa
jumlahnya b) Buatan &
Model c) Bila ada
Check List
13.8.2.1. Is vessel licensed to fish?
13.8.2.2. On way to vessel. Note:
a) Sea State / weather b) Is vessel stationary?
c) Radar Rotating d) Fishing equipment in
water & type
e) If hauling nets & how & what it contains
f) Fish residue being
washed overboard g) Fish meal factory
operating (if applicable)
h) Activity on deck
i) Crew being
assembled on deck as ordered, etc.
13.8.2.3. On board FFV (Recorder to write
everything down)
a) Get Master to identify himself.
b) Go to Cabin. Check:
1) Satnav / GPS / VMS.Note: a) How many b) Make & Model c) If on, record
posn. & check with own
d) If off, check to see if warm
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 100 of 100
catatan pemeriksaan
d) Bila tidak sedang kerja perhatikan apakan baru dimatikan
2) Radar:
a) Bila off periksa apakah baru dimatikan (masih hangat)
3) Peta-peta:
a) Catat nomor-nomor peta dan jenis, cek tanda EEZ
b) Kapten
menunjukan posisi kapal
c) Ambil peta
jika diperlukan
4) Radio
a) Catat bila ada peralatan DF
b) Frekuensi yang digunakan
5) Buku-buku
a) Log ABK b) Buku Log-
disita sebagai bukti
c) Kamera
c) Catatan di atas
Dek: 1) Dek yang
2) Radar:
a) If off, is it warm?
3) Chart:
a) Record No. & type & if AFZ is on it
b) Master to
indicate his posn.
c) Take charts as
required if violation
4) Radios. Note:
a) Any DF equipment
b) Frequency dialed up
5) Books: a) Crewman Logs b) Log Books -----
TAKE AS EVIDENCE if violation dectected
c) Camera
c) Upper decks Note: 1) Decks wet
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 101 of 101
2) Blood, fresh fish, evidence of processing
basah 2) Darah, ikan
segar, bukti pengolahan
3) Jaring basah 4) Jumlah suar &
radio beacons 5) Ukuran jaring,
ukuran kail, ikan di atas dek
d) Pendingin. Periksa
isi pendingin; 1) Berdarah 2) Kelunakan 3) Kesegaran 4) Catat
jumlahnya Catatan pegangan 1) Jangan yang ditutupi es 2) Metode penyimpanan:
- es - Pembekuan garam di tanki
3) Ukuran ikan: - Perhatikan bentuk produk dan berat contoh: • •
Ikan Pengepakan – cek spesies jika ikan masih hidup
Lengkapi formulir boarding: - temukan kapten untuk tanda tangan,
tinggalkan copy. NB: 1. Ambil gambar setiap yang bisa difoto,
seperti alat navigasi/GPS, dengan petunjuk kapten, pendingin, ikan segar, ruang dek/lubang ikan.
2. Perhatikan agar semua yang bisa
dijadikan bukti ditandatangani Kapten (SERTIFIKAT BOARDING/DAFTAR YANG DISITA)
13.9. MENETAPKAN TUDUHAN 13.9.1. SURAT PENYIDIKAN LENGKAP
(SPL) 13.9.1.1. Setelah terima (SPL) dari ID
maka PP mempelajari kasus.
3) Nets wet 4) No. of lights &
radio beacons
5) Measure nets, hook sizes, any fish on deck
d) Freezers. Note: Snap-handle product is it;
1) Bloody 2) Pliable 3) Fresh 4) Note quantity by
fraction
Holding-Note 1) Not covered in ice 2) Storage Method:
- ice - Frozen salt live s/w brine tanks
3) Measure fish: - note product forms sample weights: • fish • packages - check species if live fish
Complete boarding form: - get captain to sign, leave copy. NB: 1. Take photos of everything e.g. satnav /
GPS with Masters Lead, Snap Freezers, Fresh Fish, Deck Space / Fish holes.
2. Make sure that all gear that is collected
for evidence that Master signs. (BOARDING CERTIFICATE / SEIZURE LIST)
13.9. LAYING OF CHARGES 13.9.1. COMPLETED INVESTIGATION
PAPER 13.9.1.1. After receiving the completed
Investigation Paper (I.P) from the Investigation Officer (I.O), the
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 102 of 102
13.9.1.2. Bila PP berpendapat sudah
cukup bukti mendakwa, ia sesegera mungkin menyiapkan berkas tuduhan.
13.9.1.3. Bila PP berpendapat tidak
cukup bukti untuk menuduh maka PP memerintahkan mengeluarkan perintah mengenai hal tersebut. Tersangka harus dibebaskan segera. Keluarga tersangka harus diberitahu.
13.9.1.4. Dalam hal terakhir bila terjadi
ada dasar bukti baru maka PP dapat mendakwa tersangka.
13.9.1.5. Dalam mendakwa maka PP
menetapkan dakwaan sebagai berikut:
13.9.1.5.1. Tanggal Dakwaan 13.9.1.5.2. Nama tersangka (penuh) 13.9.1.5.3. Tempat tanggal lahir 13.9.1.5.4. Tanggal lahir dan umur 13.9.1.5.5. Jenis kelamin 13.9.1.5.6. Kebangsaan 13.9.1.5.7. Alamat 13.9.1.5.8. Agama 13.9.1.5.9. Pekerjaan tersangka
13.9.1.6. Unsur tuduhan
13.9.1.6.1. Rincian dari pelanggaran yang disebutkan waktu, tanggal, dan tempat melakukan pelanggaran, seksi undang-undang mengenai pelanggaran hukumannya.
13.9.1.6.2. PP menandatangani
lembar/ berkas tuduhan di bagian bawah tuduhan
13.9.1.7. Registrasi tuduhan
Public Prosecutor (P.P) will study the case.
13.9.1.2. If, in the opinion of the P.P. there
is enough evidence to prosecute, he/she should as soon as possible prepare the charge sheet.
13.9.1.3. In the opinion of the P.P. if there
is not enough evidence to prosecute the P.P. will order no further action (NFA) and immediately issue a standing order to that effect. The suspect should be released immediately. The family of the suspect should be informed.
13.9.1.4. In the latter part, if there then
appears to be new grounds on evidence, the P.P. can prosecute the suspect.
13.9.1.5. In proceeding with the
prosecution the P.P. will lay out the charges as follows:
13.9.1.5.1. Date of the charge 13.9.1.5.2. Name of the suspect (in
full) 13.9.1.5.3. Place of Birth 13.9.1.5.4. Date of Birth and age 13.9.1.5.5. Sex 13.9.1.5.6. Nationality 13.9.1.5.7. Address 13.9.1.5.8. Religion 13.9.1.5.9. Occupation of the suspect
13.9.1.6. Ingredient of the charge
13.9.1.6.1. Details of the offence
mentioning the time, date and place of committing the offence, section of laws for the offence and penalty.
13.9.1.6.2. The P.P. will sign the
charge sheet underneath the charge.
13.9.1.7. Registration of the charge
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 103 of 103
13.9.1.7.1. PP menyampaikan berkas
tuduhan ke pengadilan untuk registrasi
13.9.1.7.2. PP dapat merubah
tuduhan bilamana terdapat tambahan tindakan sebelum ada panggilan penyidangan
13.10. PRA PERSIAPAN PENGADILAN
BAGI PERWIRA PENYIDIK DAN JAKSA PENUNTUT
13.10.1. BRIEF PENUNTUTAN
13.10.1.1. Pada penyelesaian penyidikan perwira penyidik menyiapkan brief yang mencakup semua fakta dan daftar bukti-bukti. Semua ini harus mengikuti format standar yang merupakan bentuk dari dokumen yang lebih memberikan kejelasan kasus dimata jaksa penuntut. Brief yang baik bisa dapat dipakai “verbatim” oleh penuntut dalam memberikan kasus. Ingatlah bahwa jaksa penuntut tidak hadir pada waktu penangkapan ataupun proses penyidikan sehingga ia bisa saja tidak harus tahu pengalaman yang dipunyai perwira perikanan. Karena itu brief lebih dimaksudkan memberikan gambaran bagi prosekutor guna memudahkan tugasnya dan kewajibannya di pengadilan hukum. Brief harus secara individual didaftar sebagai berikut:
13.10.1.2. Saksi-saksi dengan nama
dan pekerjaan
13.9.1.7.1. The P.P. will submit the
charge sheet to the court to be registered.
13.9.1.7.2. The P.P. can amend the
charge if there is any additional charges before the call for the case to be heard.
13.10. PRE COURT PREPARATION
FOR THE INVESTIGATION OFFICER AND PROSECUTOR
13.10.1. PROSECUTION BRIEF
13.10.1.1. At the completion of the investigation, the officer conducting the investigation should prepare a brief, which highlights all the facts and lists the exhibits. This should follow a standard format and constitute a form of document, which would contribute to making the case much clearer in the eyes of the prosecutor. A good “brief” may even be used verbatim by the prosecutor during the presentation of his case. Remember, the prosecutor was not present during the apprehension or the investigation process and he would not necessarily have the background or experience of the fisheries officer. Therefore, the brief is merely intended to “paint a picture” for the prosecutor which makes the task much easier for him and his responsibilities in the court of law. The Brief should individually list the following:
13.10.1.2. Witnesses by name and
occupation.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 104 of 104
13.10.1.3. Dokumentasi lampiran (copy pernyataan, ROI, log kapal, log penangkapan ikan, dll)
13.10.1.4. Foto-foto (bernomor) dan
daftar foto-foto menjelaskan tiap foto
13.10.1.5. Daftar bukti-bukti
13.10.1.6. Ringkasan kejadian datang
ke penangkapan dan akibat-akibatnya.
13.10.1.7. Rekomendasi
13.10.1.8. Rekaman para pembela
sebelum penghukuman dan pendahuluan (jika diketahui)
Informasi tambahan dalam Brief mencakup; 13.10.1.9. Anteseden kapal 13.10.1.10. Nilai kapal
13.10.1.11. Nilai alat penangkapan
13.10.1.12. Nilai hasil tangkapan
13.10.1.13. Prevalensi jenis pelanggaran terkait
13.10.1.14. Kerusakan lingkungan
akibat kegiatan (termasuk berkurangnya dan tidak bertambahnya spesies seperti Giant Clam)
13.10.1.15. Kemungkinan keuntungan
keuangan pembela bisa mengakibatkan dia melarikan barang bukti.
13.10.1.16. Dampak negatif sosio
ekonomi di kawasan tersebut adalah masyarakat pesisir.
13.10.1.3. Enclosed documentation (copies of statement, ROI, ships logs, fishing-logs etc.
13.10.1.4. Photographs (numbered)
and a photographic list explaining each photo.
13.10.1.5. Exhibits list 13.10.1.6. Summary of events leading
up to apprehension and the sequels.
13.10.1.7. Recommendation. 13.10.1.8. Defendants records of prior
convictions and antecedents (if known).
Additional information in the Brief may include; 13.10.1.9. The antecedents of the
vessel 13.10.1.10. The value of the vessel 13.10.1.11. The value of the fishing
gear 13.10.1.12. The value of the catch 13.10.1.13. The prevalence of the type
of offence/s concerned 13.10.1.14. The environmental harm
caused by the activity (including the scarcity and “grow-out” time of the species e.g. Giant Clam)
13.10.1.15. The likely financial gain the
defendant might have made had he escaped detection.
13.10.1.16. The negative
socioeconomic impact of the activity on the rural, coastal community.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 105 of 105
13.11. TUGAS JAKSA PENUNTUT
13.11.1. Jaksa Penuntut Umum merupakan orang yang terpenting dalam prosekusi terutama bilamana berkuasa untuk mendakwa setiap pelanggaran yang ada ditangannya. Dari tingkat permulaan sampai akhir penyidikan, jaksa penuntut umum punya kata akhir apakah kasus tersebut diteruskan atau tidak sebab ia mewakili pemerintah dalam menegakkan hukum yang sedang diprosesnya dan menjamin bahwa keadilan dilaksanakan sebelum masuk pengadilan. Berikut ini langkah-langkah yang perlu diambil jaksa penuntut umum dalam persiapan pre pengadilan.
13.11.2. Setelah memutuskan bahwa
terdapat cukup bukti untuk menuntut maka jaksa penuntut menyiapkan dakwaan.
13.11.3. Dalam mengkaitkan dakwaan
dengan undang-undang, sertakan ayat-ayatnya yang terkait.
13.11.4. Jaksa penuntut mengecek
bersama Perwira Penyidik dengan kehadiran para saksi dan mengatur dalam urutannya.
13.11.5. Jaksa penuntut memeriksa
alat-alat bukti yang akan diperlihatkan sesuai dokumen Perwira Penyidik dan meyakini bahwa semua alat bukti telah diatur dengan baik sebelum pengadilan.
13.11.6. Jaksa penuntut telah
menyiapkan pejabat-pejabat hukum dan majalah-majalah yang diperlukan untuk
13.11. THE PROSECUTOR TASK
13.11.1. The Public Prosecutor is the most important person in prosecution especially whereas the power to prosecute of any offences lies with him/her. From the initial stage to the ending of the investigation, the public prosecutor has the say whether each case can proceed or not because he/she represents the government in upholding the law that is being enforced and making sure that justice is done before going to court. The following are steps taken by the Public Prosecutor in pre-court preparation.
13.11.2. After deciding that there is sufficient evidence to prosecute, the prosecutor will lay the charge.
13.11.3. In framing the charge relevant
laws are to be applied with all the particular components.
13.11.4. The prosecutor will check with
the I.O on the attendance of the witnesses and arrange in sequence.
13.11.5. The prosecutor will check the
exhibits to be tendered in accordance with the documents in the I.P. and make sure that exhibits are arranged in proper order before the court.
13.11.6. The prosecutor will make
available the law authorities and journals in order to assist the court when deciding the case.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 106 of 106
membantu pengadilan dalam memutuskan kasus.
13.11.7. Jaksa penuntut harus
menjamin betul bahwa tersangka hadir (dan pelaut jika tersangka memberi uang jaminan) dan mengecek apakah tersangka diwakili oleh pembela.
13.11.8. Bila semua tugas-tugas ini
telah ditempuh jaksa penuntut memerintahkan perwira penyidik untuk mendaftarkan kasus pada pengadilan.
13.11.9. Berbagai dokumen dalam
lampiran XIV s/d XVI merupakan Dokumentasi Alat Bukti dan juga lampiran VIII merupakan Laporan Polisi
Lampiran IX – Daftar Tersangka Lampiran X – Daftar Para Saksi Lampiran XI – Alat-alat Bukti Lampiran XII – Daftar Dokumentasi Alat
Bukti (Lampiran-lampiran ini dikeluarkan oleh MABES ABRI) 13.12. AKSI PENGADILAN DAN
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN PERWIRA
13.12.1. PROSES
Proses Pengadilan dimulai dengan membuka kasus perkara, mengecek kehadiran saksi serta memerintahkan para saksi tidak boleh berbicara antar sesama mereka sebelum memberikan kesaksian kepada hakim. Yang pertama disebutkan adalah apakah ada keberatan untuk bersedia disumpah bahwa ia akan berkata benar dan hanya kebenaran yang diucapkan. Hakim kemudian menjelaskan hal pribadi mengenai saksi, kemudian saksi memulai kesaksiannya dengan menceritakan kejadian-kejadian /
13.11.7. The prosecutor will make sure
that the suspect is present (and sailor if the suspect is on bail) and check whether the suspect is represented by the defense counsel.
13.11.8. When all these tasks have been
done the prosecution will order the I.O. to register the case with the court.
13.11.9. The various documents appear
in the Appendix XIV to XVI are documentary evidence and also Appendix VIII Police Report
Appendix IX List of Suspects Appendix X List of Witnesses Appendix XI Exhibits Appendix XII List of Documentary Exhibits (These Appendices are produced by the MABES ABRI)
13.12. COURT ACTION AND OFFICER’S
RESPONSIBILITIES
13.12.1. PROCEEDING The court proceeding will start off by calling for the case, check the attendance of witnesses and make the order to the witnesses not to speak to each other before giving evidence to the court. First to be called is the complaintant and he/she has to take the oath and swears that he / she will tell the truth, nothing but the truth. The judge will take down the personnel details of the witness. The witness then will start his testimony by giving a narrative of the incident. Every time the witness finishes his/her testimony, the court will ask the
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 107 of 107
cerita mengenai insiden. Setiap kali saksi mengakhiri kesaksian, hakim menanyakan terdakwa atau pembela hal-hal yang berkaitan dengan bukti yang disampaikan saksi. Penuntut atau pembela dan terdakwa yang diberikan kesempatan bertanya kepada saksi dan terdakwa melalui hakim. Hakim akan memutuskan apakah menolak atau mengizinkan pertanyaan-pertanyaan. Proses akan berulang lagi dengan proses dan cara yang sama hingga saksi terakhir. Bilamana terdapat perbedaan antara bukti yang dikirimkan ke pengadilan dan peryataan yang dibuat perwira penyidik terhadap saksi yang sama, maka hakim memperingatkan saksi dan meminta klarifikasi. Pengadilan akan merekam dalam catatan prosiding, yang akan dipakai sebagai dasar memutuskan perkara. Pertanyaan yang mengarahkan terdakwa / saksi tidak dikeluarkan. Setelah memberikan kesaksian para saksi tidak boleh dibebaskan sampai seluruh prosiding selesai serta tidak membahayakan perkara. Hakim akan mempertimbangkan bila terdapat permohonan tambahan oleh jaksa penuntut ataupun pembela namun diperlukan alasan-alasan yang kuat dan mendasar. Setelah selesai proses pemeriksaan perkara tersebut ditutup, dan jaksa penuntut mengajukan tuntutan terhadap terdakwa serta tuntutan hukumannya. Demikian juga Tim Pembela menyangkal dakwaan dan meminta pembebasan bagi terdakwa. Hakim ketua menunda sidang dan mengadakan rapat antar mereka untuk memutuskan perkara. Keputusan para hakim didasarkan atas mayoritas dalam keputusan sidang. Keputusan dapat ditetapkan
accused or the defense with regard to the evidence given by the witness the prosecution or the defense counsel will be given the opportunity to ask questions to the witness and the accused through the judge. The judge will make the ruling whether to object or allow the questions. The proceeding will go on the same process until the last witness. If there are differences between evidence given to the court and statements made to the I.O by the same witness, the court will warn the witness and ask for clarification. The court will record in the note of proceeding, which is to be used when deciding the case. Any Leading questions are not allowed. Witnesses after finishing giving evidence, shall not be released until the whole proceeding is over so as not to jeopardise the case. The court will consider if there is any additional application made by the prosecutor or defense, but valid reasons will be required. After the process of examination is completed the case presentation is completed, the Prosecution will submit there is a case against the accused and ask for conviction. Likewise, the defense counsel will submit no case to answer, but ask for discharge and for acquittal of the accused. The judges will adjourn the sitting and convene a meeting among them to decide on the case. The decision of the judges is based on the majority and they will set the ruling. The judge may give the decision on the same day or if on any other day.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 108 of 108
The decision will be in two categories: i) Guilty as per charged, and will sentence
or convict the accused in the form of fines and imprisonment and order the forfeiture of exhibits to the proper authority in according to the law.
ii) Not guilty and order the accused to be discharged and acquitted and order the exhibits or proceeds to be returned to the rightful owner.
13.13. OFFICERS RESPONSIBILITIES
(TIPS):
i. Well dressed, clean and ready during every court appearance (uniformed personnel should wear uniform)
ii. Stand and sit in alert confident
manner.
iv. Speak clearly and concisely.
vi. Correct any mistake as soon as
possible.
vii. Be courteous and respectful to all person.
viii. Do not look as though you are trying
to convict.
ix. Do not hurry and volunteer information.
x. Answer the question asked.
xi. Do not twist the facts. xii. Be fair and maintain credibility and
professionalism at all times.
pada hari itu juga atau hari yang lain.
Keputusan sidang dalam dua kategori: i) Bersalah sebagaimana dituduhkan dan
terdakwa dihukum dalam bentuk dengda dan hukuman penjara dan pemerintah menyerahkan alat bukti kepada jawatan terkait sesuai hukum
ii) Tidak bersalah dan perintahkan
terdakwa dibebaskan dari dakwaan dan dibebaskan serta memerintahkan semua alat bukti dikembalikan kepada pemilik yang berhak.
13.13. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN
PERWIRA (TIPS):
i. Berpakaian rapi, bersih, dan nyata selama hadir di setiap sidang pengadilan (petugas resmi harus memakai seragam)
ii. Berdiri dan duduk dalam sikap siaga iii. Ambil sumpah dengan semangan
tinggi iv. Berbicara jelas dan singkat v. Katakan kebenaran dengan kata-
katamu sendiri vi. Segera perbaiki setiap kesalahan kata
yang diucapkan vii. Bersikap wajar/tegas dan penuh
hormat kepada semua orang viii. Jangan sampai engkau seperti
berusaha menghukum ix. Jangan tergesa dan memberi
informasi yang tidak perlu x. Jawab pertanyaan yang ditanyakan xi. Jangan memutarbalikkan fakta-fakta xii. Jujur dan jaga kredibilitas dan
profesionalisme setiap saat
iii. Take the oath with confidence.
v. Tell the truth and in your own words.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 109 of 109
FLOW CHART OF PROCESS OF INVESTIGATION BY CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER (PROSES PENYIDIKAN OLEH PEGAWAI PENYELIDIK NEGERI SIPIL)
JUKLAP – JUKNIS
RECEIVED INFORMATION (TERIMA LAPORAN) WRITE REPORT USING FORMAT
(MEMBUAT LAPORAN – PPNS:A1)
INFO LEGAL DEPT. THROUGH POLICE USING FORMAT (BERITAHU PENUNTUT UMUM MELALUI POLRI – PPNS:A2)
PREPARATION OF INVESTIGATION – ASSISTANCE FROM POLICE (MELAKUKAN PENYIDIKAN – BANTUAN POLRI)
SUBPOENA TO THE ACCUSED/WITNESSES (PEMANGGILAN TERSANGKA/SAKSI – PPNS:A3)
1. EXAMINATION - PEMERIKSAAN
ARREST- ASSISTANCE FROM POLICE EXCEPT WHEN CAUGHT IN THE ACT (PENANGKAPAN – BANTUAN POLRI KECUALI TERTANGKAP BASAH – PPNS:A3)
DETENTION – ASSISTTANCE FROM POLICE (PENAHANAN – BANTUAN POLRI – PPNS:A5 – SEKSE A6:06)
SEARCH – WARRANT (PERINTAH PENGGELEDAHAN) PPNS:A7 KEPADA PENGADILAN (COURT)
PPNS:A7.02 – POLRI – POLICE (ASSISTANCE) POLRI SERSE A:A:7-03 KEPADA PENGADILAN
JOINT INSPECTION – PPNS: A7.01 (BERSAMA POLRI)
SEIZURE – WARRANT FROM COURT
PERINTAH PENYITAAN DARI PENGADILAN – PPNS:A8
INSPECTION – ACCUSED AND WITNESSES PEMERIKSAAN – PENUNTUT UMUM-(POLRI) – TERSANGKA/SAKSI
EXHIBITS – LAB./BARANG BUKTI – LAB.
COMPLETION AND HANDING OVER I.P (PENYELESAIAN DAN PENYERAHAN PERKARA)
PUBLIC PROSECUTOR THROUGH POLICE (PENUNTUT UMUM MELALUI POLRI)
SERSE: C.1.05 14 days – No Action from PP
14 hari – tidak ada tindakan P.U – Berita Acara (PPNS A.9.01)
INVESTIGATION CEASED (PENGHENTIAN PENYIDIKAN) – PPNS: A.10.1.0 – INFO PP THROUGH POLICE – PPNS:A.10
(BERITAHU PENUNTUT UMUM MELALUI POLRI) DECISION NFA – INFO ACCUSED/PP/POLICE/FAMILY/LAWYER
KETETAPAN TIDAK TERUSKAN KASUS (BERITAHU TERSANGKA/PENUNTUT UMUM/POLRI/KELUARGA/PENGACARA)
ADMINISTRATIVE INVESTIGATION – COMPLETE ADM. PAPERS ADMINISTRASI PENYIDIKAN – LENGKAPI KERTAS-KERTAS KASUS
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 110 of 110
FLOW CHART OF DETENTION AND ARREST CASE
CAUGHT IN THE ACT RECEIVED INFO AN OFFENCE TERTANGKAP TANGAN BEING COMMITTED
TERIMA PENGADUAN ADA TINDAK PIDANA
HAND OVER CASE TO I.O.
SERAHKAN KASUS KEPD PPNS
I.O. START AND GATHER EVIDENCE
INVESTIGATION PAPER 1.0 HANDOVER TO PUBLIC PROSECUTOR(PP)
SERAH BERKAS PERKARA KEPADA PENUNTUT UMUM
RECEIVE ORDER FROM P.P. TO
PROCEED WITH THE CASE TERIMA PERINTAH DARI PU UNTUK TERUSKAN KASUS
(BAGAN ALIR KASUS PENAHANAN DAN PENANGKAPAN)
PPNS MULA DAN KUMPUL BUKTI
INVESTIGATION COMPLETED ARREST & DETENTION MADE
PENYELIDIKAN USAI TANGKAPAN/PENAHANAN DIBUAT
COMPLETED I.P. HANDOVER TO P.P.
COURT PENGADILAN
PENGHAPUSAN BARANG KEPUTUSAN PENGHUKUMAN BUKTI KASUS VONIS – NON VONIS DIHUKUM-DIBEBASKAN
B.P. USAI SERAH KEPADA P.U.
DISPOSAL OF EXHIBIT DECISION CONVICTION
SUSPECT DETAINED
TERSANGKA DITAHAN 24 JAM/1 HARI
IF NO CASE STOP INVESTIGATION AND REALEASE
ACCUSED (TIDAK ADA KASUS
BERHENTI PENYIDIKAN)
C K O O O O R R D D W D I E T N H G A P N O L P I O C L E R I
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 111 of 111
BAGAN ALIR KOORDINASI PENYIDIK MABES ABRI – PANGAB
ARMED FORCES HQ - GOC
DIFFICULTIES
SATUAN PO
FLOW CHART COORDINATION OF INVESTIGATION
NO
KASUS TINDAK PIDANA PERIKANAN – UU 9/85
FISHERIES OFFENCE CASES
POLICE – ARREST – RECEIVED INFO POLRI – TANGKAPAN – TERIMA LAPORAN
NAVY – ARREST – RECEIVED INFOAL – TANGKAPAN – TERIMA LAPORAN
PUBLIC PROSECUTOR
PENUNTUT UMUM
KEADAAN SULIT
TIADA SARANA
INFRASTRUCTURE
PENYIDIK I-AL-NAVY I.O.I
PENYIDIK II-POLRI-POLICE I.O.II
PENYIDIK AL-I.0-NAVY. PROSES PENYIDIK
INVESTIGATION PROCESS
NON-FISHERIES HENCE BUT ARRESTED TOGETHER
BUKAN TINDAK PIDANA
PERIKANAN TETAPI TANGKAP BERSAMA LRI
POLICE UNIT 4 X 24 JAM (HOURS)
PROSES PENYIDIKAN NAVY – AL
PENYIDIK II – SERAH KASUS KPD – NAVY – AL A.I.O – HAND OVER CASE
TO NAVY
AL – NAVY PENYIDIK I
I.O.I PROSES PENYIDIK
INVESTIGATION PROCESS
COUNTER CHECK I.P PERIKSA KEMBALI BERKAS PERKARA
SERAH KASUS KEPADA POLRI
HAND OVER CASE TO THE POLICE
PROSES PENYIDIKOLEH POLRI
INVESTIGATION BY POLICE
Note: NAVY currently investigates all foreign fisheries vessel cases.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 112 of 112
INDONESIA
CHAPTER 14 14 PERALATAN MCS
Tujuan: Untuk memahami pentingnya peranan peralatan MCS dalam pengelolaan COREMAP serta makna keterlibatan peralatan tersebut. Kegunaan: Peralatan MCS merupakan prioritas utama dalam operasi MCS, dan adalah sangat penting bahwa setiap perwira MCS menyadari betul akan peran yang dimainkan alat-alat dan hubungannya dengan fungsi pengelolaan.
Keperluan peralatan dalam MCS umumnya merupakan kegiatan terbesar dan termahal untuk pembiayaan, namun perlu diingat bahwa untuk kegiatan-kegiatan MCS Internasional terdapat persyaratan-persyaratan menurut UNCLOS bahwa semua peralatan pengawasan secara jelas diberi tanda identifikasi sebagai peralatan pelayanan pemerintah. Keperluan tersebut sering ditunjukkan melalui pemberian tanda oleh pemerintah pada semua peralatan pengawasan dengan besar dan lebih jelas. Hal ini pula sering ditambahkan dengan bendera putih pada kapal patroli laut lepas yang juga melaksanakan tugas-tugas pengawasan perikanan dari pemerintah. Keperluan peralatan adalah sebebagai berikut:
CHAPTER 14
Objective: To understand the important roles and uses of MCS Equipment in the COREMAP management and what it involves.
MCS Equipment is regarded as top priority in the MCS operation. It is essential that the MCS officers appreciate what the equipment role really is and how it relates to management function. 14.1. REQUIREMENTS Equipment requirement in the MCS is usually the largest and most expensive activity to fund, but one must remember that for international MCS activities, there is a requirement under the UNCLOS that all surveillance equipment be clearly marked and identifiable as on government service. This requirement is often addressed through large highly visible, government markings on all surveillance equipment. This is often supplemented on sea going patrol vessels by a fisheries flag which also denotes government surveillance on fisheries duties. Equipment requirement is as follows:
ENGLISH
14 MCS EQUIPMENT
Significance:
14.1. KEPERLUAN-KEPERLUAN
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 113 of 113
MCS EQUIPMENT (PERALATAN MCS)
CAPITAL (KAPITAL)
MISCELLANEOUS (LAIN-LAIN)
SAFETY (KEAMANAN)
PATROL CRAFT COMMUNICATION WEAPONS AND
(KAPAL PATROLI) (KOMUNIKASI) (SENJATA DAN) AIRCRAFT NAVIGATIONAL AND AMMUNITIONS
(KAPAL TERBANG) (NAVIGASI DAN) (AMUNISI) VEHICLE ELECTRONIC FLARES
(KENDARAAN) (ELEKTRONIK) (FLARES) COMPUTER LIFE JACKET (KOMPUTER) (PELAMPUNG) CAMERA & VIDEO (KAMERA & VIDEO) BINNOS (TEROPONG)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 114 of 114
14.2. MCS EQUIPMENT DISTRIBUTION LISTS (DAFTAR DISTRIBUSI PERALATAN MCS) ITEM
NUMBER (NO.ITEM)
BRIEF DESCRIPTION (RINGKASAN PERALATAN)
QUANTITY (JUMLAH)
NATIONAL TAKA BONE RATE
PADAIDO AMBON
1.1
Transport Vessel
(2) (Kapal Angkut)
1 1
__
1
1
__
1.2 Speed Boat Type, Small Patrol Boats
(10) (Speed Boat Kecil)
4 4 2
__
4
4
2
1.3 Traditional designed vessel – Perahu Type for Coast Watchers
(21) (Perahu Tradisional untuk
Pengamat Karang)
8 8 5
__
8
8
5
2.1 SSB/HF Radio Sets and antenna
(23) (Alat Radio SSB/HF)
2 8 8 5
2
8
8
5
2.2 VHF Base Radio Sets (27)
(Alat Radio VHF Base)
2 8 8 9
2
8
8
5
2.3
VHF Hand Held Radio Sets (41) (Alat Radio VHF
Genggam)
3 15 15 8
3
15
15
8
2.4 GPS Hand Held Sets (26)
(GPS Genggam)
2 8 8 8
2
8
8
8
2.5 Binoculars (66) Teropong
2 24 24 16
2
24
24
16
2.6 Binoculars – Night Vision (5)
(Teropong Malam)
2 2 1
__
2
2
1
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 115 of 115
ITEM
NUMBER (NO.ITEM)
BRIEF DESCRIPTION (RINGKASAN PERALATAN)
QUANTITY (JUMLAH)
NATIONAL TAKA BONE RATE
PADAIDO AMBON
2.7
Loud Hailers (18) (Pembesar Suara)
8 8 2
__
8
8
2
2.8
Emergency
Flare Set (18) (Alat Tanda
Bahaya Darurat)
8 8 2
__
8
8
2
2.9 Lifejackets (120) (Jaket
Keselamatan)
50 50 20
__
50
50
20
2.10 Identification Vests (120)
(Jaket Pengenal)
50 50 20
__
50
50
20
2.11 Heavy Flashlight (21)
(Lampu Jenis Berat)
8 8 5
__
8
8
5
2.12 Flood Lights (21)
(Lampu Banjir)
8 8 5
__
8
8
5
2.13 Spotlights (21) (Lampu
Setempat)
8 8 5
__
8
8
5
2.14 Radar (Small Commercial) (6)
(Radar Kecil)
3 3
__
3
3
__
2.15 Solar Battery (Charges (14)
(Solar Aki Charger)
8 3 3
__
8
3
3
2.16 Diesel Generator (11)
(Generator Diesel)
5 4 2
__
5
4
2
3.1 Typewriter (26) (Mesin Ketik)
1 8 8 4
1
8
8
4
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 116 of 116
ITEM
NUMBER (NO.ITEM)
BRIEF DESCRIPTION (RINGKASAN PERALATAN)
QUANTITY (JUMLAH)
NATIONAL TAKA BONE RATE
PADAIDO AMBON
3.2 Cellular Telephone (22)
(Telepon Selular)
3 10 9
__
3
10
9
3.3 Sign boards (50) (Papan Tanda)
20 20 20
__
20
20
10
3.4
Maps (21)
(Peta)
5 8 8
__
5
8
8
3.5 Maps (4) (Peta)
1 1 1 1
1
1
1
1
4.1 Photocopier (1) (Mesin Foto
Copy)
__
__
1
__
__
4.2 Personal Computer (7) (Komputer)
1 3 3
1
3
3
__
4.3 Printer (7)
1 3 3
1
3
3
__
4.4 Modem (7) 1 3 3
1
3
3
__
4.5 Camera/Zoom (48)
19 19 10
__
19
19
10
4.6 Fax (1)
1 1 __
__ __
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 117 of 117
INDONESIA ENGLISH
14.3. JADWAL DAN LAPORAN INSPEKSI
DAN PEMELIHARAAN PERALATAN MCS
14.3.1. KAPAL TRANSPORT (F&R)
14.3.1.1. Lambung Kapal i) Untuk kapal fiberglass maka perlu di
perhatikan lapisan teratas dari lambung “Gelcoat” yang sering rusak disebabkan oleh osmosis.
ii) Pengecatan dengan cat sesuai untuk
badan lambung iii) Bersihkan dek dengan air 2-3 kali sehari
dan gunakan sikat kawat iv) Alirkan keluar air kotor dari dasar kapal
sekurangnya sekali dalam sehari v) Periksa pompa air kotor dasar kapal dan
menservis satu bulan sekali vi) Periksa setiap kebocoran pada lambung
kapal
14.3.1.2. Mesin – Sebelum mesin dihidupkan:
i) Periksa oli mesin dan oli gear box dan
yakinkan tidak tebal (viskositas) dan warnyanya.
ii) Periksa ukuran air tawar di tanki
pendingin dan kondisi air iii) Bersihkan dan keringkan air tangki
dengan water separator dan drain cock. iv) Periksa dan keraskan semua
sambungan kabel serta kepala aki termasuk air aki dan densitasnya
v) Periksa dan kencangkan tali pengikat
pompa air dan dinamo alternator
14.3. MCS EQUIPMENT MAINTENANCE
AND INSPECTION SCHEDULE AND REPORT
14.3.1. TRANSPORT VESSEL (F&R)
14.3.1.1. Hull i) For fibreglass vessel, attention must
be made the top layer of the hull “Gelcoat” which is usually damaged due to the ‘Osmosis’.
ii) Proper scheme paint should be used
for the hull body. iii) Wash the deck with water 2 -3 times a
day and use stiff brush. iv) Flush out water from the bilge until dry
at least once a day. v) Check the bilge pump and service
once a month. vi) Check any leakage at the hull
14.3.1.2. Engine - Before the start of the engines:
i) Check the engine oil and gearbox oil
and make sure it is not thick. ii) Check the level of fresh water in the
tank (cooler) and the condition of the water.
iii) Clear up and drain out the water in the
tank through water separator and the drain cock.
iv) Check and tighten all cable joints and
the batteries head including the battery water and its density.
v) Check and tighten the belting of the
water pump and alternator / dynamo tight.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 118 of 118
vi) Periksa dan kencangkan semua sekrup penghubung
vii) Buka fuel cock dan cock air laut viii) Sebelum mulai menghidupkan mesin
putar crankshaft 2-3 kali dengan tangan untuk memastikan bahwa oli naik dan memproteksi mesin
ix) Hindari menghidupkan mesin di perairan
dangkal dan kawasan tercemar. Bila perlu, perlambat rpm ke yang terendah sehingga kotoran ataupun pasir tidak memasuki mesin yang menyebabkan mesin panas.
Setelah mesin hidup – i) Periksa tekanan lub oil dan pastikan
bahwa normal dan tidak di bawah 40 psi ii) Biarkan mesin pada RPM rendah
selama 10-15 menit iii) Pastikan bahwa pompa air laut dalam
kondisi baik sehingga pembuangan air tidak berkurang dan yakinkan bahwa panas di tanki pendingin menurun karena didinginkan oleh air tawar ataupun air laut
iv) Periksa suhu air dan pastikan bahwa
normal atau di bawah 950F. v) Periksa alat petunjuk lainnya termasuk
warna asap yang keluar serta jalannya mesin apakah normal, hunting, bergetar ataukan mati sendiri.
vi) Periksa mesin dan gear box bila terdapat
kebocoran atau longgar. Matikan mesin bila terjadi, untuk menghindari kerusakan.
vii) Selama mesin hidup maka juru mesin
selalu memeriksa semua alat pengukur yang berkaitan dengan mesin
viii) Sebelum matikan mesin secara
perlahan-perlahan turunkan kecepatan sampai ½ selama 5 menit, kemudian
vi) Check and tighten all the connection hoses, bolts and nuts including screws if they are loose.
vii) Open the fuel cock and sea water
cock. viii) Before the start of the engine turn the
engine crankshaft 2-3 times by hand to make sure that the oil goes up and gives protection to the engine.
ix) Avoid starting the engine in shallow
and polluted area. If required, slow down the rpm to the lowest load so that any waste or sand does not stick in the engine to avoid the engine overheating.
After the engine started - i) Check the lub oil Pressure and make
sure it is normal not below 40 psi. ii) Keep the engine idling at low RPM for
10-15 minutes. iii) Make sure the sea water pump is in
good condition so that the water discharge is not less and make sure that the heat in the water cooler tank is being cooled by fresh or sea water.
iv) Check the water temperature and
make sure it is normal or below 950F. v) Check other meters and color of
exhaust smoke including the running of the engine whether it is ‘Normal’, Hunting, vibrates or dies on its own.
vi) Check the engine and gearbox if any
leakage’s or loose connections and shut off the engine to avoid any damages.
vii) During the running of the engine, the
engineman must always check all the meters that are fixed with diligence.
viii) Before shutting off the engine, slow
down the engine to the level of 1/2 speed for 5 minutes then level it down
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 119 of 119
makin rendah 5-10 menit guna mendinginkan mesin.
Setelah Mesin dimatikan: i) Tutup fuel cock dan cock air laut i) Periksa ketinggian oli dan gear box
termasuk jumlah oli / diesel dalam tanki ii) Ambil tindakan yang perlu bila ada
kesalahan dan bagian kerja alat lainnya yang perlu diperbaiki.
14.3.2. SPEED BOAT
14.3.2.1. Lambung – sama seperti kapal transport
14.3.2.2. Mesin Outboard
i) Sebelum hidupkan mesin keluarkan air
kotor hingga kering ii) Periksa dan kencangkan kepala aki
termasuk tinggi air aki iii) Periksa remote control serta sambungan
mesin dan posisi kontrol pada netral untuk menghidupkan mesin. Jangan masukkan gigi maju atau mundur bila mesin tidak hidup.
iv) Periksa spark plugs dan sistem kabel
serta hubungan dengan kabel apakah sudah betul disambungkan ke plug
v) Periksa kemudian dengan
menggerakannya dengan tangan sendiri vi) Periksa sambungan, belts, screw dan
nets termasuk hose dan kencangkan yang longgar.
vii) Pastikan bensin bersih/tidak kotor dan
tidak tercampur air, campuran fuel dan pelumas adalah 50:1 (liter)
viii) Jangan menghidupkan mesin di air
to the ‘low idle’ for 5 to 10 minutes to cool down the engine.
After the Engine dies off: i) Close the fuel cock and sea water cock ii) Check the level of oil and gearbox
including the amount of diesel in the tank.
iii) Take necessary action to correct any
faulty and any other works that need to be repaired.
14.3.2. SPEED BOAT
14.3.2.1. Hull - Same as Transport vessel
14.3.2.2. Outboard Engine (Petrol)
i) Before starting the engine, flush out
water from the bilge until dry. ii) Check and tighten the battery heads
including level of battery water. iii) Check the remote control and the
joints to the engines and position the control to neutral to start the engines. Do not shift the Shift Lever to forward or astern when the engine is not running.
iv) Check the spark plugs and the wiring
system and the connection between the spark plugs and the cable to ensure they are correctly connected to the plugs.
v) Check the flywheel by turning it using
your hand. vi) Check the joints, belts, screws and
nets including hose and tighten it if it is loose.
vii) Make sure the petrol is clean and not
mixed with water, mixture of fuel and lub is 50: 1 (liter)
viii) Do not start the engine in shallow
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 120 of 120
dangkal dan jangan pindahkan kecepatan terlalu tinggi.
14.3.2.3. Setelah mesin dihidupkan: i) Periksa pompa air laut bila mesin sudah
hidup. Bila tidak terdapat air buangan maka mesin harus segera dimatikan. Bila terdapat kejanggalan maka buka gear box dan periksa rumah pompa air dan impeller.
ii) Bila mundur maka pastikan bahwa
mesin tidak menabrak sesuatu di air. Dalam situasi ini mesin tidak pakai tilt otomomatis kerja.
iii) Periksa suhu air dan catat di buku log,
suhu tidak boleh melebihi 950F atau melampaui tanda merah.
iv) Bila mesin mati pada kecepatan kurang
dari 1000 RPM maka:
(a) Bersih/ganti filter oli bila sudah kotor. (b) Periksa sistem fuel apakah ada
kebocoran pada fuel line, value dan value assembly
(c) Periksa sistem ignisi seperti spark plug, power pack dan coil ignisi
(d) Servis karburator, pompa bahan bakar, dan periksa kerja choke dan sinkronasi throttle dan ignisi.
14.3.2.4. Sebelum mesin dimatikan: i) Biarkan mesin hidup pelan selama 5-10
menit ii) Matikan mesin segera iii) Secara baik bersihkan mesin dan
pastikan bahwa mesin pada posisi yang benar
iv) Tutup mesin dengan penutup kanvas
water and do not shift the throttle level to high.
14.3.2.3. After the Engine Started:
i) Check the seawater pump when the
engines have started. If there is no water discharge from the
exhausts the engine should be shut off immediately. If there is any rubbish take it out and if necessary open the gearbox and check water pump housing and impeller.
ii) When reverse make sure the engine
does not hit any objects in the water. In this situation, the engine is not in tilt automatic operations.
iii) Check the water temperature and
record in the logbook. Do not let the temperature rise to more
than 900F or the red (danger) mark. iv) If the engines are not running at high
speed or less than 1000 RPM:
(a) Clean/change fuel/filter if it is dirty. (b) Check fuel system whether there
is any leakage on the fuel line, valve and the valve assembly.
(c) Check the ignition system, e.g. the spark plug, power pack and ignition coil.
(d) Service carburetor, fuel pump and check the choke operation and synchronization of the throttle and ignition.
14.3.2.4. Before shutting off the
Engines: i) Keep the engines idling for 5-10
minutes ii) Switch off the engines immediately iii) Properly tilt up the engines and make
sure the engines are in correct position.
iv) Cover the engines with canvas cover
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 121 of 121
14.3.3. PERAHU TRADISIONAL
14.3.3.1. Lambung i) Untuk lambung kayu, perhatikan untuk
mendempul/menutup batas antar papan badan perahu (caulking) dengna bahan lem yang baik.
ii) Selalu bersihkan dan cuci lambung dan
dek 2-3 kali sehari iii) Keringkan air dari dalam perahu iv) Periksa kebocoran di seluruh lambung
14.3.3.2. Mesin i) Periksa garis bahan bakar sebelum
menghidupkan mesin ii) Periksa manual starter iii) Periksa oli dan filter dan bila perlu
diganti iv) Periksa plugs dan bila kotor dibersihkan
dan bila rusak diganti v) Setelah hidup mesin biarkan jalan
sendiri selama 5-10 menit. vi) Selalu cek pompa air dan pastikan
pembuangan air normal selama mesin hidup
vii) Bila mesin dimatikan, periksa mesin dan
sistem air dan pastikan tidak ada kerusakan
14.3.3. TRADITIONAL BOATS (PERAHU)
14.3.3.1. Hull i) For wooden hull, attention must be
made on the caulking of the body, which usually leaks due to glue that comes out easily.
ii) Always clean and wash the hull and
deck, 2 - 3 times a day. iii) Drain out the water from the holes until
dry. iv) Check other leakage all over the hull
14.3.3.2. Engine i) Check the fuel line before starting the
engine ii) Check the manual starter iii) Check the oil and filter if necessary
change the oil and filter iv) Check the plugs, and if dirty clean it, or
if faulty change for a new one v) After starting the engine let it idle at
low level for 5 - 10 min. vi) Always check the water pump and
make sure the water discharges properly during running the engine
vii) When shutting off the engine, check
the engine and water system for faults.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 122 of 122
14.4. INSPECTION SCHEDULES AND REPORTS
(JADWAL INSPEKSI DAN LAPORAN)
14.4.1. INSPECTION SCHEDULES (JADWAL INSPEKSI)
14.4.1.1. Transport, speedboat and Perahu
Daily
(Harian)
Weekly
(Mingguan)
Monthly (Bulanan)
Yearly
(Tahunan)
(i) Start the engine
(Hidupkan mesin) /
(ii) After operations check and clean
the engines and auxiliary engines (if any) including the bilge (Periksa dan bersihkan mesin sesudah operasi dan alat bantu mesin (bila ada) termasuk bilge)
/ / /
(iii) Check the zinc anode or zinc plug
and water filter in the water cooler and exhaust manifold. Replace if required. (Periksa timah anoda, seng plug dan filter air dalam pendingin air dan manifold exhaust, gantikan bila perlu)
/
(iv) Clean the water cooler and change
the water. Add additive with rust inhibitor (Bersihkan pendingin air dan ganti air. Tambahkan additive dengan rust inhibitor)
/
(v) Charge batteries for almost 10
hours and check the water/acid levels (Cas aki untuk waktu sekurangnya 10 jam dan periksa air / muka acid)
/
(vi) Top up lub oil and grease the
bearings and joints (Top up lub oil dan berikan gemuk pada bearing dan sambungan)
/
(vii) Check the manifold gaskets for any
leakage. Change if there is a leak (Periksa manifolds dan cari jika bokor. Ganti bila bocor)
/ /
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 123 of 123
viii) Spray with penetration oil for all electrical systems including starter and alternator & joints including linkage. Outer layer to be cleaned with diesel (Semprot dengan penetrasi untuk semua sistem elektrikal dan alternator dan sambungan termasuk kebocoran. Outlayer dibersihkan dengan minyak diesel)
/
ix) Change of oil according to engines
manual (Ganti oli sesuai manual mesin)
/
x) Shipping/Unshipping for general
servicing or top overhaul (Shipping/Unshipping untuk servis umum ataupun overhaul)
/
14.4.2. REPORTS (LAPORAN) 14.4.2.1. Transport Vessel, Speed
boat, perahu (Kapal transport, Speed boat, perahu)
Daily (Harian)
Weekly (Minggu
an)
Monthly (Bulanan)
Yearly (Tahunan)
i. Maintenance report
(Laporan Pemeliharaan) /
ii. Inspection report
(Laporan Inspeksi) / /
iii. Repair report
(Laporan Perbaikan) / /
iv. Docking report /
(Laporan Docking)
v. Operation report
(Laporan Operasi) / / /
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 124 of 124
INDONESIA ENGLISH
14.4.2.2. Laporan di atas harus dikirimkan
kepada satuan MCS terkait dan kepada Kepala Divisi Kapal dan Pemeliharaan atau Logistik dari Agensi yang bertanggung jawab.
14.4.2.3. Daftar checklist pemeliharaan
dan inspeksi peralatan MCS dan laporan diberikan pada lampiran selanjutnya
14.4.2.4. Untuk peralatan MCS yang lain
termasuk elektronik pemeliharaan inspeksi dan pelaporan disiapkan untuk tindakan melalui checklist
14.4.2.2. The above reports should be
sent to the respective MCS Chief and the Head of Ship Division or Maintenance or Logistic unit of the responsibility Agency.
14.4.4.3. The checklist of MCS
Equipment maintenance and inspections and reports as on next pages
14.4.2.4. For other MCS Equipment
including the electronic the maintenance, inspection and reporting is listed for action the checklist.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 125 of 125
MCS EQUIPMENT OPERATIONS, MAINTENANCE
(Tanggal)
14.4.2.5. Inspection List for Transport Vessel
(Nama Serang) (Nama Teknisi) A
AND INSPECTION SCHEDULE AND REPORTS
Date : ___________
(Daftar Pemeriksaan Kapal Angkut) Name of Vessel : _________________ Types of Main Engine : _______________ (Nama Kapal) (Tipe Mesin Utama) Name of Skipper : _________________ Name of Engineman : _______________
Main Engine (Bagian Mesin Utama)
1. a) Level of Lubricant Oil (Tingkat Minyak Pelumas)
Full / Surplus / Low (Cukup / Lebih / Kurang)
(Penggantian Minyak dan Penyaring Mengikuti Jadwal)
a)
b) Change of Gear Oil According to Schedule
a)
(Level Air pada Heat Exchanger) Additive NAL 2000 Yes / No
Condition of Zinc Anode at Cooler and Manifold
(Keadaan Belting Pump / Alternator)
b) Hose/Pipe Joints Good/ Leak / Need to be Changed
b) Change of Oil and Filter
According to Schedule
Yes / No / Dirty Oil (Mengikuti / Tidak Mengikuti / Minyak Kotor)
2. Level of Gear Box Oil (Tingkat Minyak Kotak Gear)
Full / Surplus / Low (Cukup / Lebih / Kurang)
(Penggantian Minyak Roda Gigi Mengikuti Jadwal)
Yes / No / Dirty Oil (Mengikuti / Tidak Mengikuti / Minyak Kotor)
3. Level of Water at The Heat Exchanger
Full / Low (Cukup / Kurang)
b) (Pencampuran NAL 2000)
(Dibuat / Tidak Dibuat)
c)
(Keadaan Zinc Anode pada Cooler dan Manifold)
Good / Bad / Never Changed (Baik / Tidak Baik / Tidak Pernah Diganti)
4. a) Condition of Belting-Pump / Alternator
Good / Need to be changed / Need to be tighten (Baik/ Perlu Ditukar / Perlu Dipererat)
(Sambungan Hose/Pipa) (Baik/Bocor/Perlu Ditukar
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 126 of 126
c) Condition of Air Filter
Condition of Water Filter
(Bersih/Perlu Diservis/Tidak Pernah Diservis)
(Rapi/Perlu Diperbaiki/Kurang Dirawat/Berbahaya)
B
(Keadaan Penyaring Udara) Good/Need to be Changed / Need to be serviced (Baik/Perlu Ditukar/Perlu Diservis)
d) (Keadaan Penyaring Air)
Clean/To be Serviced/ Never Service
e) Condition of Exhaust
Manifold (Keadaan Exhaust Manifold pada End Cover)
Good/Bad/Need to be changed (Baik/Tidak Baik/Perlu Ditukar)
5. a) Condition of Engine Room (Keadaan Ruangan Mesin)
Good/Need to arranged/Dirty (Baik/Perlu Disusun/Kotor)
b) Condition Wiring/Meters (Kondisi Wiring/Meter)
Tidy/Need to be repaired/Less Maintenance/Dangerous
c) Navigation Light
(Lampu Pelayaran) Good/Need to be Repaired (Baik/Perlu Diperbaiki)
Spare Parts for the Main Engine (Barang-Barang Cadangan untuk Mesin Utama)
a) Water Pump Impeller/Repair Kit/Belting (Pompa air impeller/Alat Perbaikan)
In stock/No stock
(Penyaring Minyak Pelumas/Minyak Diesel)
(Ada/Tidak Ada)
(Ada/Tidak Ada)
b) Oil Filter In stock/No stock (Ada/Tidak Ada)
c) Heat Exchanger Zinc Anode
In stock/No stock
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 127 of 127
C General Maintenance (Penyelenggaraan Umum)
a)
Under Water Hull
(Baik/Sederhana/Bayak Siput)
(Keadaan Sterntube) Good/Leak/Hot
Clean/Dirty
(Keadaan Bagian Dalam Mesin) Good / Need to be organised / Dirty
Maintenance of Log Book (Penyelenggaraan Buku Log)
Good/To be updated/Never entered (Baik/Perlu Dikemaskini/Tidak Dibuat)
b) (Bagian Badan Boat /Bawah Air)
Good/Fair/A lot of Barnacles
c) Condition of Sterntube
(Baik/Bocor/Panas)
d) Running of Vessel (Perjalanan Kapal)
Good/Vibrate/Less Speed (Baik/Bergoyang/Kurang Cepat)
e) Condition of Bilges/Water Patch (Keadaan Bilges/Air Petak) (Bersih/Kotor)
f) Deck Good/Leak/Dirty (Baik/Bocor/Kotor)
g) Fibber glass Part (Bagian Fiber Glass)
Good/Crack/Fair (Baik/Retak/Sederhana)
h) Condition Inside The Engine
(Baik/Perlu dikemaskini/Kotor)
D Maintenance of Safety Equipment (Penyelenggaraan Alat Keselamatan)
(Baik/Perlu Diservis)
b) (Pelampung Bulat)
Life Jackets Good/Insufficient/Never Maintained
Good/Need to be serviced/Never Maintenance
e)
(Kotak P3K) (Baik/Kurang/Tidak pernah Dirawat)
a) Life Raft (Rakit Keselamatan)
Good/Need to be Serviced
Life Buoy
Good/Damage/Insufficient/Never Maintained (Baik/Rusak/Tidak Cukup/Tidak pernah Dirawat)
c) (Jaket Keselamatan) (Baik/Tidak Cukup/Tidak pernah
Dirawat)
d) Fire Extinguisher (Pemadam Api)
(Baik/Perlu diservis/Tidak pernah Dirawat)
First Aid Kit Good/Insufficient/Never Maintenance
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 128 of 128
E Maintenance of Electronic Equipment (Penyelenggaraan Alat-Alat Electronik)
a) Good/Not Working/Need to be serviced
b)
Inspected By ___________________ Signature _________________
Radio Set (Wireless Set)
(Baik/Rusak/Perlu Diservis)
Radar Good/Not Working/Need to be serviced (Baik/Rusak/Perlu Diservis)
c) Echo-sounder Good/Not Working/Need to be serviced (Baik/Rusak/Perlu Diservis)
d) GPS Good/Not Working/Need to be serviced (Baik/Rusak/Perlu Diservis)
(Diperiksa Oleh) (Name) (T.Tangan)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 129 of 129
Date: _____________
(Tanggal)
14.4.2.6. Inspection Lists for Speed (Patrol) Boat (Daftar Pemeriksaan Kapal Patroli)
(Nama Serang) (Nama Teknisi) A
Name of Patrol Boat: _________________ Types and Model PORT: __________ (Nama Kapal Patroli) (Tipe dan Model) Name of Skipper : _________________ Name of Engineman : __________
Engine Part (Bagian Mesin)
1.
Cleanness of The Engine
b)
Idling (Min.)
Good / Very Low _______RPM (Baik / Kurang Baik)
Propeller
(Shaft) Scratches / No Scratch
f)
(Sistem Minyak Pelumas)
a) (Sambungan Oil Line)
b) (Penyaring)
Tight / Loose (Ketat / Longgar)
Condition of The Engine (Keadaan Mesin) a)
(Kebersihan Mesin)
Clean / Dirty / Salty (Bersih / Kotor / Bergaram)
(Sewaktu Dihidupkan)
Idling (Max.)
Good / Very Low _______RPM (Baik / Kurang Baik)
c) (Kipas)
Good / Bent (Baik / Bengkok)
d) Stern Tube (Tube Bawah)
Good / Need to be changed (Baik / Perlu ditukar)
e) Shaft
(Ada Guratan / Tidak Ada Guratan)
Bolt for Tighter Electrical Component (Baut Pengikat Komponen Listrik)
Tight / Loose (Ketat / Longgar)
2.
Lubricant Oil System
Oil Line Joints
Leak / Not Leaking (Bocor / Tidak Bocor)
Filter
c) Level of Lubricant Oil (2T) (Tingkat Minyak Pelumas) Remote Tank
Full / Not Full (Penuh / Tidak Penuh)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 130 of 130
3.
a) Water Pump
b) Stuck / Free
Cleanness of Gear Box
Change of Gear Oil @ 50 hours
(Mengikuti Jadwal / Tidak mengikuti jadwal)
5.
(Keadaan Trim Rod)
Scratch / With Spots
b) (Keadaan Power Trim)
Leaking / No Leaking
Cooling System (Sistem Pendinginan)
(Pompa Air) Good / Not Good (Baik / Tidak Baik)
Pipe (Pipa) (Tersumbat / Tidak tersumbat)
4. Gear Box
a)
(Kebersihan Gear Box) Clean / With Spots (Bersih / Ada Bintik-bintik)
b)
(Penggantian Minyak Roda Gigi setiap 50 jam)
Follow Schedule / Not Following
Unit Power Trim
a) Condition of Trim Rod
(Ada Guratan / Berbintik-bintik)
Condition of Power Trim (Bocor / Tidak bocor)
B Battery (Baterai)
1) (Tingkat Air) (Penuh / Kurang)
Water Level
Full / Low
2) Charger (Cas)
High / Weak (Kuat / Lemah)
3) Battery Terminal (Terminal Baterai)
Tight / Loose (Ketat / Longgar)
4) Date of Acquired Battery (Tanggal Perolehan Baterai)
_______________
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 131 of 131
C Body Part (Bagian Badan Kapal/Boat )
1) (Berair / Kering)
(Bagian Tengah Boat ) Good/Not Good/Need to be Repaired
(Bagian Bawah air) Good / With Spots
5) Canopy
(Baik / Kurang / Perlu Diganti)
Frame and Front Screen (Bingkai dan Cermin Hadapan)
(Baik / Kurang / Perlu Diganti)
7) Condition of Fenders Good / Not Good / Need to be Replaced
Bilges / Water Bilges (Bilges / Air Petak)
Fill With Water / Dry
2) Floor Board (Lantai Pijak)
Good/Fair/Need to be Replaced (Baik/Sederhana/Perlu Diganti)
3) Ship Side
(Baik / Tidak Baik / Perlu Diperbaiki)
4) Under Water Hull
(Baik / Berbintik)
(Tudung Kanvas) Good / Not Good / Need to be Replaced
6) Good / Not Good / Need to be
Replaced
(Keadaan Fender) (Baik / Kurang / Perlu Diganti)
8) Condition of the Boat (Keadaan Kapal/Boat)
Clean / Dirty (Bersih / Kotor)
D Safety Equipment (Alat-alat Keselamatan)
Life Buoy
Date of Expiry of Fire Extinguisher
4) Life Jackets
1)
(Pelampung Bulat) Good / Not in Good Shape (Baik / Rusak)
2) Fire Extinguisher (Pemadam Api)
Good / Damage (Baik / Rusak)
3) (Tanggal Kadaluarsa Pemadam Api)
_______________
(Jaket Keselamatan) Good / Not in Good Shape (Baik / Rusak)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 132 of 132
E Spare Parts (Alat-Alat Ganti)
1) Propeller In Stock / No Stock
Impeller (Ada / Tidak Ada)
Spark Plug (Ada / Tidak Ada)
4) (Alat-alat Kerja)
F Electronic / Electrical Equipment
(Ada / Tidak Ada)
2) In Stock / No Stock
3) In Stock / No Stock
Tools Complete / In complete (Lengkap / Tidak Lengkap)
Radio Set (Wireless Set) (Baik / Rusak)
2)
(Lampu Pelayaran) (Baik / Rusak)
Panel Switch
Commpass
(Baik / Rusak)
G
(Alat-alat Elektronik/Listrik)
1) Good / Not Working
Mast Light (Lampu Tiang)
Good / Damage (Baik / Rusak)
3) Anchor Light (Lampu Jangkar)
Good / Damage (Baik / Rusak)
4) Navigation Light
Good / Damage
5)
Good / Not Working (Baik / Rusak)
6)
Good / Not Working
7) Clear View Screen
(Layar Pandangan Jelas)
Good / Not Working (Baik / Rusak)
Log Book Updated / Not Updated
(NAMA PEGAWAI PEMERIKSA)
(Buku Log) (Dikemaskini / Tidak)
NAME OF INSPECTION OFFICER : __________________________________
SIGNATURE : __________________________________ (TANDA TANGAN)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 133 of 133
14.4.2.7. FISHERIES VESSEL LOG BOOK FOR RUNNING OF MAIN ENGINES (BUKU LOG PERJALANAN MESIN UTAMA KAPAL PERIKANAN) Name of Vessel: ……………… Name of Engineman: …………… Signature: ………………..……. (Nama Kapal) (Nama Juru Mesin) (TandaTangan) Checked by MCS off./O/C: ………………………… Signature: …………………….. (Diperiksa Oleh C/O atau O/C) (Tanda Tangan)
Consumption of Fuel and Oil (Penggunaan Minyak)
(Mesin Utama)
Start (Waktu Mulai)
Time Stop (Waktu Berhenti)
Total Hours (Jumlah Jam Jalan)
Engine Speed (Kecepatan Mesin)
Lub Oil Pressure (Tekanan Minyak Lincir)
Water Tempera-ture
Color of Smoke (Warna
Date (Tanggal) Running
Port
Stbd Stbd Port Stbd Port Stbd Port Stbd
Diesel Top of Lub Oil (Tambahan Minyak Lincir)
Port Stbd Port Stbd Port Stbd Port
Remark (Keterangan)
Total (Jumlah)
Main Engines
Time
(Suhu Air) Ekzos)
Date of Commission – Fix New Engine/Over haul Port Stbd
(Tanggal Komisi – Pemasangan Mesin Baru/Pemeriksaan) Total Hours/Over haul (Jumlah jam/Pemeriksaan) Port Stbd
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 134 of 134
14.4.2.8. FISHERIES VESSEL LOG BOOK FOR RUNNING OF GENERATOR SET (BUKU LOG PERJALANAN MESIN GENERATOR KAPAL PERIKANAN) Name of Vessel: ……………… Name of Engineman: …………… Signature: ………………..……. (Nama Kapal) (Nama Juru Mesin) (TandaTangan) Checked by MCS off./O/C: ………………………… Signature: …………………….. (Diperiksa Oleh C/O atau O/C) (Tanda Tangan)
Consumption of Fuel and Oil (Penggunaan Minyak)
Date (Tanggal) Running
Generator (Generator Yang Berjalan Port/Stbd)
Time
Mulai)
Total
Jam Jalan)
(Tambahan Minyak Lincir)
(Kecepatan Mesin) Minyak
Lincir)
Remark Start (Waktu
Time Stop (Waktu Berhenti)
Hours (Jumlah
Diesel Top of Lub Oil
Engine Speed
Lub Oil Pressure (Tekanan
Water Tempera-ture (Suhu Air)
Color of Smoke (Warna Ekzos)
(Keterangan)
Total (Jumlah)
Date of Commission – Fix New Engine/Over haul Port Stbd (Tanggal Komisi – Pemasangan Mesin Baru/Pemeriksaan) Total Hours/Over haul (Jumlah jam/Pemeriksaan) Port Stbd
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 135 of 135
14.4.2.9. RECORD OF OPERATION FOR SPEED BOAT OF FISHERIES (RECORD UNTUK PERJALANAN SPEED BOAT PERIKANAN) Name / No. of Speed Boat: ………………… Name of Engineman: ………………….… Name of Skipper: …………………… (Nama/No. Speed Boat) (Nama Juru Mesin) (Nama Serang) Engine Serial No. Port: ………………….……… Date of Fix Port: …………………………. (No. Serial Mesin) Stbd: …………………………… Stbd: …………………………….
Engine (Mesin) Rekod Bacaan Meter Quantity Consumption of Fuels (Kuantiti Penggunaan Minyak)
Time Start (Waktu Mulai)
Time Stop (Waktu Berhenti)
Total Hours (Jumlah Jam)
Max. Speed (Kecepatan Mesin Max.)
Water Temp. (Suhu Mesin) Normal/Hot (Biasa/Panas)
Water Pressure (Tekanan Air)
Date (Tanggal)
Port Stbd Stbd Stbd
Benzene
Port Stbd
Port Port Port Stbd
Port Stbd
(Petrol)
2T
Remarks: (Keterangan) i. State why boat is not in
operation (Nyatakan sebab boat tidak digunakan)
ii.State date of maintenance (Nyatakan tanggal perawatan)
Total (Jumlah) Total (Jumlah)
Total Hours of Operation: (Jumlah Jam Perjalanan) After Overhaul : (Sesudah Diperiksa)
Hours (Jam): Minute (Menit): Checked by MCS Off. : (Dicek oleh O.C)
Hours (Jam): Minute (Menit): Signature: (TandaTangan)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 136 of 136
INDONESIA ENGLISH
BAB 15 15 KOMUNIKASI MCS
Nasional – sistem komunikasi untuk pengawasan operasi tingkat nasional merupakan Pusat Komando atau Pusat Kontrol. Pusat kontrol memberi komando tentang aliran komunikasi dari satu base ke base yang lain. Distribusi informasi yang keluar dan berita dari Pusat Kontrol harus disampaikan dalam bentuk atau urutan tanda panggil. Demikian pula berita masuk dari basis dan sub-basis harus mengikuti cara yang sama. Pusat kontrol harus menjaga dengan mengecek secara terus menerus terhadap komunikasi antara basis dan sub-basis sedemikian rupa sehingga berita yang tidak terkait/perlu dapat dihindari. Berita-berita resmi harus ditransmit dan berita yang tidak berkaitan dengan operasi secara total
Komunikasi: Sistem komunikasi yang digunakan adalah telepon dan radio komunikasi yang sesuai dan memadai untuk semua pusat perikanan (Nasional dan lokal) serta platform yang bergerak di lapangan dalam pengawasan operasi dan keselamatan. Beberapa sistem MCS menggunakan sistem komunikasi satelit dalam jaringan mereka walaupun hal itu lebih mahal, seperti Sistem Monitoring Tracking Kapal (VTMS), Fleet location dan graphic system (FLAGS), dll. Sistem radio HF yang modern di pasaran sekarang ini dapat membantu dalam mendapatkan alat yang efektif dengan harga yang wajar, khususnya dengan sistem digital.
dilarang.
BAB 15
Communications: The communication network would ideally have telephone and appropriate radio telecommunications to all Fisheries centres (National and sites) and mobile platforms in the field for control operations and safety. Some MCS systems also use satellite communications on their networks, but it is very expensive e.g. Vessel Tracking and Monitoring System (VTMS), Fleet locations and graphic systems (FLAGS) etc. The modern HF Radio systems on the market today could possibly assist in keeping cost to a minimum without losing effectiveness, especially with a digital system link. 15.1. LINES OF COMMUNICATION
National - in the system of communication for controlling the operations the National unit or the headquarters is the control center. This control center will command the flow of communication from one base station to another. The distribution of out-going information and messages from control center will be passed in order or sequence of the call sign. Similarly the feedback from the bases and sub-bases will also follow the order. The control center will maintain constant check of the communication between bases and sub-bases in order that unauthorized messages are being prevented. Official messages only are to be transmitted and messages not in connection with the operations are not allowed. Every outgoing and incoming message has to be verified by the designated officer who is in charge of the operations room. A register for recording of messages has to be maintained and standard formats are to be used. The operator must make sure that the communication equipment in the control center is always in operation. A high standard of radio discipline has to be
15 MCS COMMUNICATIONS
15.1. GARIS-GARIS KOMUNIKASI
Setiap berita yang dikirim dan yang diterima harus diverifikasi oleh perwira yang bertugas di ruang operasi. Perlu diperhatikan registrasi setiap berita dengan menggunakan formulir standar. Operator harus selalu menjaga agar semua peralatan komunikasi di Pusat Kontrol dalam kondisi siap operasi. Standar tinggi dalam disiplin pembicaraan radio harus
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 137 of 137
tetap dijaga dan diupayakan.
Dalam sistem komunikasi radio, aliran berita dari Pusat Kontrol / Nasional akan ke bawah ke base di Propinsi. Disebabkan luasnya kawasan komunikasi maka basis di propinsi perlu menjaga agar berita dapat mencapai sub base dari base yang bergerak. Sistem operasi di basis propinsi hampir sama seperti yang di Pusat Kontrol.
Base di Kabupaten ataupun Lokasi merupakan base yang terpenting dalam operasi sistem komunikasi. Dalam kenyataannya harus beroperasi 24 jam komunikasi terutama bilamana sedang berlangsung operasi laut. Radio komunikasi di tingkat lokasi distrukturkan untuk tugas-tugas berikut: i) Gerakan kapal-kapal patroli ii) Informasi tentang operasi perikanan,
boarding dan inspeksi iii) Data tentang kegiatan penangkapan
ikan vi) Keamanaan di laut
Kapal-kapal patroli, pesawat terbang, kendaraan, merupakan sumber komunikasi dari basis. Hubungan keberbagai ‘gerakan’ dari sumber-sumber di atas yang menyediakan informasi bagi patroli dan operasi perikanan. Keperluan daripada base (pantai) yang diberi kewenangan untuk ‘mobile platforms’ melaporkan tentang hal-hal berikut: i) Melihat secara umum dan
mengidentifikasikan kapal penangkap ikan
ii) Melihat kapal yang mencurigakan
yang sedang beroperasi
maintained at all sites.
15.2. PROVINCIAL REGIONAL COMMUNICATION
In with Radio Communication system, the flows from the Control Center (National) will go down to Provincial base. Due to wide areas of communication, the provincial base is necessary in making sure the messages reach the sub-bases and mobile bases. The operations system at the provincial base is almost the same as the control center. 15.3. DISTRICT (SITES)
COMMUNICATION The district or the site base is the most important in the operation of the communications system. The site in should operate 24 hours communication / day – 7 days per week and at least at all times that sea operations are on going. This is critical for safety of field teams. The radio communications at the site level are suited for the following tasks:
15.4. MOBILE PLATFORMS Patrol Vessels, aircraft and vehicles are the sources of shore (base) communications. This links to various movements of the above sources that provide the information on patrols and fishing operations. The requirement from the base (shore) authority for the mobile platforms to report info on the followings:
15.2. KOMUNIKASI PROPINSI/REGIONAL
15.3. KOMUNIKASI UNTUK KABUPATEN
i) Movement of the patrol vessel ii) Information on fishing operations
boarding & inspection iii) Date of fishing activity iv) Safety at sea
15.4. PLATFORM-PLATFORM YANG BERGERAK
i) General sighting and identification of fishing vessels
ii) Sighting any suspicious vessel in operation
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 138 of 138
iii) Gerakan dari kapal yang dicurigai iv) Mengidentifikasikan kapal
Garis-garis komunikasi digambarkan dalam garis dengan rantai komando dari organisasi ataupun satuan khususnya bila sistem dalam operasional. Satuan Nasional atau Pusat Kontrol memberi komando pada setiap aspek sistem komunikasi sampai pada kawasan operasi. Bagan di bawah menunjukkan garis-garis alir daripada komunikasi dari Pusat Kontrol kepada Basis atau Sub basis.
15.5. LINES OF COMMUNICATIONS The lines of communications are drawn in line with the chain of command of the organization or unit especially when the system is operational. The national unit or the headquarters is the command of every aspect of the communication system till right down to the operations area. The chart below shows the flow of the lines of communications from the control center to all the bases and sub-bases.
iii) Movement of the suspected vessel
iv) Identify the vessel
v) Decision on the boarding and inspection
v) Keputusan tentang boarding dan inspeksi
vi) Progress dari boarding dan inspeksi
vii) Result of boarding and inspection
viii) If there is any arrest made, confirm the evidence
ix) Escorting the vessel to the base.
vi) Progress of the boarding and inspection
vii) Hasil Boarding dan Inspeksi
viii) Bila ada penangkapan, berikan konfirmasi alat bukti
ix) Mengawal kapal ke base
15.5. GARIS-GARIS KOMUNIKASI
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 139 of 139
Lines of Comm.: Transmit (Kirim) Receiving (Terima)
Provincial Base (Base
Propinsi)
Other Marine Enforcement
Agencies (Agensi Penegakan
Laut Lainnya)
District/SiteBase (Base
Kabupaten/ Lokasi)
Control Center (HQ)
(Pusat Kontrol)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 140 of 140
INDONESIA ENGLISH
Pusat komando menetapkan jam-jam akses dalam mentransmit berita ke Base. Hal ini untuk menghindari gangguan frekuensi. Bilamana Pusat Kontrol sedang mengirim berita ke stasiun lain ataupun base lain maka stasiun yang tidak disebutkan harus juga ikut memonitor ataupun standby atau tetap diam. Proses ini perlu dipatuhi oleh basis bila mentransmit berita. Jam-jam akses yang ditetapkan haruslah sama dengan stasiun lainnya kecuali dalam kasus emergensi maka diikuti sebagai berikut: Patroli Rutin: SITREM 08 00 – 09 00 MISREP 15 00 – 16 00 Patroli Operasi: SITREP 08 00 – 09 00; dan 20 00 – 21 00 OPREP 09 00 – 20 00 21 00 – 08 00 Emergensi - setiap saat pada 21 82 HF
atau pada 16 VHF
Frekuensi-frekuensi yang sampai sekarang ditetapkan untuk perikanan akan terus digunakan sedangkan pengaturan jam akses perlu ditetapkan dengan administrasi. Untuk maksud operasi selalu digunakan 2 frekuensi, satunya untuk operasional dan lainnya standby. Dibawah ini channel yang dioperasikan di Perikanan di mana Pusat Kontrol di Muara Baru, Jakarta Utara: CH 1 - 15807.3 Khz CH 2 - 12227.4 Khz CH 3 - 7437.5 Khz CH 13 - 13968.3 Khz Channel-channel operasi adalah CH 1 dan CH 3 yang sekarang digunakan oleh Pusat
15.6. HOURS OF ACCESS The central command will fix the hours of Access in transmitting regular operations messages to bases. This is to avoid jamming the programme if the control center is sending the message to another station or base, the unmentioned station should be monitoring, standby, or remain silent. This process is to be followed by bases when transmitting messages. The suggested hours of access should be the same with all the stations except in the case of emergencies and are as follows: Routined Patrols: SITREP 08 00 – 09 00 (Situation report) MISREP 15 00 – 16 00 (Mission report) Operational Patrol: SITREP 08 00 – 09 00; and 20 00 – 21 00 OPREP 09 00 – 20 00 (Operational
report) 21 00 – 08 00 Emergencies - anytime on 2182 HF or
channel 16 VHF 15.7. FREQUENCIES
CH 1 - 15807.3 Khz
The present established frequencies of fisheries continue to be used and arrangement of hours of access should be allocated with the administration. For the purpose of operations there should always be two frequencies in use i.e. one in operational and another on standby. There are four channels operated by the fisheries where the control center is at Muara Baru, Jakarta Utara. The channels are:
CH 2 - 12227.4 Khz CH 3 - 7437.5 Khz CH 13 - 13968.3 Khz The operational channels are the CH 1 and CH 3 which, are presently used by the
15.6. JAM-JAM AKSES
15.7. FREKUENSI
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 141 of 141
Kontrol. Satuan MCS dapat menggunakan CH 2 dan CH 13 untuk operasi MCS.
Penggunaan: Operator radio yang mengoperasikan radio-radio VHF dan HF perlu menuruti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Pusat Kontrol. Prinsip-prinsip dasar adalah: i) Hidupkan dalam keadaan standby
beberapa menit yang kemudian siap jalan
ii) Pastikan bahwa channel yang biasa
dipakai muncul di panel, bila tidak putar untuk dapatkan channel (saluran) yang diperlukan
control centre. MCS unit should use the CH 2 and CH 13 for MCS operation. 14.9. HOW TO USE& MAINTAIN THE
COMMUNICATIONS EQUIPMENT Use: The Radio Operator who operates the Radios VHF and he should follow the guidelines set by the control center. The basic principals are:
15.8. CARA MENGGUNAKAN DAN MEMELIHARA PERALATAN KOMUNIKASI
i) Switch on to standby for a few seconds and then to the ON
ii) Make sure that the common channel appears on the panel, and if not, tune to the required channel.
iii) Lakukan test panggilan ke stasiun dan base lalu catat panggilan dalam log radio. Bila yang ditransmit kurang jelas, coba memperbaiki dudukan antena sampai suara menjadi jelas.
iii) Make test call to stations and bases and record the calls in the radio log. If the transmitting is poor for that day, try to adjust the antenna tuner to get the base.
iv) Gunakan tanda panggil taktis sedapat
mungkin sedangkan dalam operasi penggunaan tanda panggil menjadi keharusan. Kerahasiaan harus dijaga.
iv) Make use of the tactical call sign. In operations, it is a must that only tactical call signs are to be used. Security has to be maintained.
v) Standar disiplin yang tinggi perlu dipelihara oleh semua operator dalam TX dan RX serta usahakan menghindari kata-kata yang tidak perlu.
v) High standard of discipline should be maintained by all operators in Transmit (TX) and Receive (RX) and try not to utter unnecessary words.
vi) Manfaatkan pemakaian format yang tepat bila TX dan RX.
vi) Make use of the proper format when in TX and RX
vii) Dalam keadaan darurat putar ke gelombang 2180 Khz dan 16 VHF. Stasiun ini akan siap dan memonitor setiap waktu.
vii) In case of emergencies tune on to the fixed channel 2182 Khz for HF and channel 16 VHF. These stations should be on standby and monitored at all times.
viii) Hanya operator-operator yang bertugas ataupun para perwira yang berwenang diusulkan menggunakan radio.
viii) Only authorized operators or officers are allowed to use the radio.
ix) Memberi respon kepada panggilan
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 142 of 142
yang tidak jelas
Pemeliharaan: Komunikasi harus dipelihara dengan baik sesuai dengan Manual serta petunjuk-petunjuk yang ditetapkan Pusat Kontrol. Prinsip-prinsip umum dalam pemeliharaan peralatan komunikasi adalah sebagai berikut: i) Peralatan harus beroperasi dalam
ruangan AC ii) Buat daftar invetaris peralatan
termasuk spare part yang tersedia
Maintenance: The communication should be well maintained according to the Manuals and the guidelines set by the control centre. The general principals in maintenance of the communication equipment are as follows: i) The equipment should be operated in
an air conditioned room. ii) List out the equipment in the inventory
including the attached part or any parts thereof.
iii) Clean the set every time on the start of
the duty. Never use unnecessary detergent to wipe the set.
iv) Check the cable system and make
sure it is not broken and any part eaten by rats.
v) Check the switches on the set and also
the antenna tuner. vi) If the set is battery operated, check the
battery water using the gauge at least once a week
vii) Check the antenna (dipole or whip)
and make sure it is not broken. viii) Check also the anti-lightning device to
make it in working condition.
x) Make sure the set is switched off when not in use.
x) Ikuti prosedur-prosedur suara bila berkomunikasi
ix) Any faulty or damage to the equipment contact the supplier immediately.
ix) Do not respond to unidentified call unless it is a Mayday.
x) Follow proper the voice procedure when communicating.
iii) Bersihkan peralatan setiap kali memulai kerja. Tidak boleh memakai detergent yang tidak perlu untuk membersihkan alat komunikasi
iv) Periksa sistem kabel dan perhatikan agar tidak rusak atau putus digigit tikus.
v) Periksa tombol on dan juga pengatur antena
vi) Bila menggunakan aki, periksa air aki minimal setiap minggu sekali.
vii) Periksa antena dan yakinkan bahwa tidak rusak
viii) Periksa juga peralatan anti-kilat dan pastikan bahwa dalam kondisi kerja
ix) Setiap kerusakan atau ketidak kerjaannnya peralatan maka kontak supplier secepatnya.
x) Pastikan listrik alat dimatikan bila tidak dipakai.
* Further information is contained in the radio communications manual. ** The SAR and International standards for radio communications requires the use of English
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 143 of 143
INDONESIA ENGLISH BAB 16
Tujuan: : Digunakan sebagai suatu bagian yang
terpadu maka formulir-formulir operasi dan Administrasi MCS dengan tindakan-tindakan pengelolaan dan konsekwensi.
: Dipakai sebagai suatu petunjuk bagi
subjek-subjek teknik spesifik dimana bagian-bagian tertentu dari pandangan didasarkan pada peraturan perundangan yang terkait.
: Agar supaya mampu mendokumentasi
pelanggaran-pelanggaran, melakukan penggeledahan dan penangkapan sehingga di atas semuanya dapat menghentikan operasi-operasi penangkapan ikan illegal di kawasan COREMAP.
: Memberikan jaminan sebagai petunjuk
selanjutnya bahwa orang-orang yang terlatih baik, berpengalaman dan dengan bukti-bukti jelas (ijasah) yang ditetapkan dan diberi tanggung jawab dalam pelaksanaan pelaporan dan pengisian formulir tersebut
: Menyediakan standar pelaporan dan
pengisian formulir dalam memastikan produktivitas lestari maksimum dari sumber daya MCS.
Kegunaan: Standar laporan dan bentuk formulir dibuat sepraktis mungkin dalam assesment MCS untuk menunjang pengelolaan dan konservasi perikanan yang efektif karena sistem pelaporan yang komprehensif sangat potensial akan lebih mendukung pengelolaan. Formulir Format Laporan : Lampiran 16.1.
CHAPTER 16
: To adapt as an integral part, the formats of the MCS operations and Administration with Conservation and Management Measures.
: To serve as guidelines on specific technical subjects and certain parts of it are based on relevant rules of law.
16 ADMINISTRATION REPORTS AND FORMATS
Objectives:
: To be able to document violations,
make seizures and arrests and above all, to stop illegal fishing operations in COREMAP areas.
: To ensure further guidance that only
trained, experienced and, where appropriate, certified persons are placed in charge of applications of reporting and formatting.
: To provide standards for reporting and
formatting in ensuring maximum sustained productivity of the MCS resources.
Significance: These standard report forms and formats are figured significantly in MCS assessment to effective fisheries conservation and management because comprehensive reporting system have the potential to greatly assist the management. Adoptive Report Forms And Formats : Attached as List of Appendix 16.1.
16 ADMINISTRASI LAPORAN-LAPORAN DAN FORMULIR-FORMULIR
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 144 of 144
World Bank COREMAP Appendix I
For Vessel 30 Gross Tonnage and Below
PORT OFFICE SUNDA KELAPA (KANTOR ADPEL SUNDA KELAPA SUB SIE KESYAHBANDARAN / LALA)
ACKNOWLEDGMENT OF INSPECTION OF SHIP PAPERS (TANDA TERIMA DAN PEMERIKSAAN DOKUMEN KAPAL)
NAME OF VESSEL : NO. REG PPK 29: (NAMA KAPAL) FLAG : TOTAL CREW : (BENDERA) (JUMLAH ABK) CAPACITY : GT. NT. NO. / FROM: (ISI KOTOR) (DARI) CAPTAIN : OWNER/AGENT: (NAKHODA) (PEMILIK/AGEN) No. Types of Ship Papers (Jenis Surat Kapal)
Issued By
(Diberikan Oleh)
Date
(Pada Tanggal)
Valid Until
(Berlaku s/d Tanggal)
01. Minor Pass
(Pas Kecil) Annual Pass (Pas Tahunan) Temporary Annual Pass (Pas Tahunan Sementara)
02. Letter of Measurement
(Surat Ukur)
03. Certificate of Competency
(Sertifikat Kesempurnaan)
04. SIUP / SIKP / SPI
05. Captain Capability
(Nakhoda) SKK: Miles (Mil): KKM. SKK: Miles (Mil):
On behalf (A/N): On behalf (A/N):
Arrival of Vessel (Kapal Tiba Tanggal): Officer In-Charge of Port Office: (Petugas Syahbandar)
Remarks: (Catatan)
Owner (Pemilik)/Agent (Agen):
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA 004 Page 1 of 1
World Bank COREMAP Appendix II
For Vessel 30 Gross Tonnage and Above PORT OFFICE SUNDA KELAPA (KANTOR ADPEL SUNDA KELAPA SUB SIE KESYABANDARAN / LALA)
ACKNOWLEDGMENT OF INSPECTION ON SHIP PAPERS (TANDA TERIMA DAN PEMERIKSAAN DOKUMEN KAPAL)
Name of Vessel : Reg. PPK 27/29: No. (Nama Kapal) Flag : Total Crew : (Bendera) (Jumlah ABK) Tonnage : Last Letter of Seaworthiness: (Isi Kotor) (SIB Terakhir) Captain : Owner / Agent : (Nakhoda) (Pemilik / Agen) No. Types of Ship Papers
(Jenis Surat Kapal)
Issued By (Diberikan Oleh)
Date (Pada Tanggal)
Valid Until (Berlaku s/d
Tanggal) 1. Letter of Nationality of the Vessel
(Surat Tanda Kebangsaan Kapal) a. Sea Certificate (Surat Laut) b. Annual Pass (Pas Tahunan) c. Minor Pass (Pas Kecil)
2. Letter of Measurement (Permanent / Temporary) (Surat Ukur – Tetap / Sementara)
3. Certificate of Seaworthiness and Manning Regulation of Fishing Vessel / Certificate of Competency (Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan Kapal Penangkap Ikan / Sertifikat Kesempurnaan)
4. S N P P O M / I O P P 5. Radio Certificate (Sertifikat Radio) 6. Class of Certificate (Sertifikat Kelas)
a. Capacity (Garis Muat) b. Engine (Mesin) c. Lambung (Hull)
7. Derecthing / Free Rats Certificate (Sertifikat Bebas Tikus)
Officers Particulars (Keterangan Perwira) 8. P P K A 9. S I O P N P 10. Discharge Certificate for Seamen (Buku Sijil) 11. SIKP / SPI / SIPI 12. Captain Grade I/II (Nakhoda SKK/MPL Tk. I/II) 13. Pilot Grade I/II (Mualim I SKK/MPL Tk. I/II) 14. KKM SKK/AMKPL Tk. I/II 15. Masinis I SKK/AMKLP Tk. I/II Arrival of Vessel: Hours: (Kapal Tiba Tanggal) (Jam)
Remarks: (Catatan)
Reporting (Melapor)
Arr. (Tiba)
Dep. (Berangkat)
Date (Tgl.)/Hours (Jam) Officer’s In-Charge Sign. (Petugas SYB T. Tangan)
Full Name (Nama Jelas) Owner (Pemilik) / Agent Signature (Tanda Tangan) Full Name (Nama Jelas)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 1
World Bank COREMAP Appendix III
SAMPLE MCS NAT. 01/99 (CONTOH)
APPENDIX III (LAMPIRAN III)
REEF WATCHERS
OPERATION ORDERS (PERINTAH OPERASI)
From (Dari): S&E Officer (Perwira S&E)
To (Kepada): RW UJANG
Info (Pemberitahu): C-OPS. S&E UNIT-BIAK
Date/Time (Tanggal/Waktu): 15 July 1999
Alfa : You have to patrol in sector A (Anda berpatroli di sektor A) On 090799 at 09:00 to 19:00 (Pada 090799 waktu 09:00 s/d 19:00 Bravo : You have to bring along VHF Radio, Bino, and Safety Equipment, Food,
Fuel, etc. (Anda hendaknya membawa VHF Radio, Teropong, Alat Keselamatan,
Makanan, Bahan Bakar, dan sebagainya). Charlie : You have to report to various stations following the RW format for any
incidents at sea. Time of reporting incidents at sea. Time of reporting sending to the fixed schedules of reporting.
(Anda hendaknya melapor ke stasiun-stasiun dan memakai formulir RW untuk setiap insiden di laut. Waktu melapor sebagaimana ditetapkan dengan jadwal melapor)
Delta : For your info, there are some activities going on in that area. (Sebagai informasi untuk anda, ada aktivitas-aktivitas yang sedang
berlangsung di kawasan itu). Echo : EXECUTE THE ORDER (LAKSANAKAN PERINTAH)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 1
World Bank COREMAP Appendix IV
MCS NAT. 02/99
LAPORAN HARIAN PENGAMAT KARANG
REEF WATCHER DAILY REPORT
Tanggal:
Date
Nama/Name: ______________________ Nomor Perahu : Dari: From MCS Unit: Perahu Number Patroli/Sektor : Sector/Patrol Kepada/To : Base/Sub/Patrol Boat: Bil: No
Tanggal & Waktu
Lokasi Location
Insiden Incident
Bilangan Perahu
Bilangan Orang
Tindakan Action
Date & Time
001 002 003 004 005 No. of Vessel
No. of Person
A B C D E
Petunjuk – Key Petunjuk - Key
001- Memancing/Hook & Line
Jaring/Fishing Net V - Kapal (Vessel) / Boat P - Orang (Person)
002- Bom Ikan/Fish Bombing A - Laporan ke Base (Report to Base) B - Informasikan ke Kapal Patroli (Info Patrol Boat)
003- Racun Ikan/Poisoning C - Informasikan ke KAMLA (Info KAMLA) D - Foto diambil (Photo Taken)
004- Jaring Ilegal/ Illegal Net E - Aktivitas berlanjut (Continuing Activities)
005-
MCSC-1-
Pengambilan Karang/ Taking Corals
Tanda tangan RW: ___________________ RW Signature
National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 1
World Bank COREMAP Appendix V
MCS NAT 03/99
APPENDIX V (LAMPIRAN V)
BRIEFING FORMAT
(FORMULIR BRIEFING/BERITA ACARA)
ALFA : ………………………………………………………………………… Date/Time/Place of Briefing (Tanggal/Waktu/Tempat Briefing) BRAVO : ………………………………………………………………………… Name of MCS officer/vessel/Agency (Nama pengawas MCS/kapal patroli/Agensi) CHARLIE : ………………………………………………………………………… General Preparation of Operating (Ops, Comm, Adm. & Logistic) (Persediaan Umum Operasi / Ops, Kom., Adm. & Logistik) DELTA : ………………………………………………………………………… Chains of Command/Information – data/Intel reports (Rangkaian Perintah/Informasi – data/ Laporan intel) ECHO : ………………………………………………………………………… Rules of Engagement/SOP/Operations (Peraturan Penglibatan/SOP/Teknis Operasi) FOXTROT : ………………………………………………………………………… Enforcing Laws/Regulation (Penegakan Hukum/Peraturan) GOLF : ………………………………………………………………………… SAR/RU/Assistance (MXM/TP/Bantuan) ……………………………………… Signature of MCS (O/C) (Tanda Tangan Pengawas MCS)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 1
World Bank COREMAP Appendix VI
MCS NAT 04/99
APPENDIX VI (LAMPIRAN VI)
DEBRIEFING FORMAT
(FORMULIR BREFING ULANG) ALFA : ………………………………………………………………………… Date/Time/Plan of De-briefing (Tanggal/Waktu/ Rencana briefing ulang) BRAVO : ………………………………………………………………………… Name of MCS officer/Vessel/Agency (Nama Pengawas MCS/Kapal Patroli/Agensi) CHARLIE : ………………………………………………………………………… Operation Summary (Ringkasan Operasi) DELTA : ………………………………………………………………………… Specific Issues (Isu-isu Khas) ECHO : ………………………………………………………………………… Achievement (Keberhasilan) FOXTROT : ………………………………………………………………………… Enforcing Law/Regulation (Penegakan Hukum/Peraturan) GOLF : ………………………………………………………………………… Other matters (Sighting, Boarding & Inspection, Evidence Gathering,
Attach appropriate formats) (Hal-hal lain (Penglihatan, Boarding dan Pemeriksaan, Pengumpulan
Bukti, Lampiran Formulir tertentu) ……………………………………… Signature of MCS (O/C) (Tanda tangan Pengawas MCS)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 1
World Bank COREMAP Appendix VII
PPNS / SERSE 1-10.1
DAFTAR: LAMPIRAN CONTOH FORMULIR ADMINISTRASI PENYIDIKAN PPNS (ATTACHMENT SAMPLES ADMINISTRATION INVESTIGATION FORMATS
CGIO)
NO KODE (CODE)
KETERANGAN FORMULIR (FORMAT INFORMATION)
1.
PPNS: A.l.
Laporan Kejadian. (Incident Report)
2. PPNS: A.2. Pemberitahuan dimulainya Penyidikan. (Notification of Start of Investigation)
3. Serse: A.3.04 Surat Pengantar Pemberitahuan dimulainya penyidikan kepada penuntut umum. (Letter Notification Despatch to Public Prosecutor on the Start of Investigation)
4. PPNS: A.3. Surat Panggilan. (Subpoena)
5. PPNS: A.4. Permintaan bantuan Penangkapan. (Request Assistance for Arrest)
6. Serse: A.5.01 Rujukan Permintaan Bantuan Penangkapan. (Reference Request Assistance for Arrest)
7. PPNS: A.5. Permintaan Bantuan Penahanan. (Request Assistance for Detention)
8. Serse : A.6.06 Rujukan Permintaan Bantuan Penahanan. (Reference Request Assistance for Detention)
9. PPNS: A.6. Berita Acara Penyerahan Penyidikan. (Process Program of Handing Over Investigation)
10. PPNS: A.7. Permintaan izin Penggeledahan. (Request Warrant of Search)
11. PPNS:A.7.02 Permintaan Bantuan Penggeledahan. (Request assistance for Search)
12.
Serse: A.7.02
Rujukan Permintaan Bantuan Penggeledahan. (Reference Request assistance for Search)
13. Serse: A.7.03 Permintaan izin Ketua Pengadilan Negeri. (Request Warrant of Search from Chief Justice)
14. PPNS: A.7.01 Surat Perintah Penggeledahan. (Warrant of Search)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 1
World Bank COREMAP Appendix VII
15. PPNS: A.8
Permintaan lzin / Izin Khusus Penyitaan. (Request Permission / Special Permission for Search)
16. PPNS:A.8.01 Surat Perintah Penyitaan. (Warrant of Seizure)
17. PPNS:A.8.02 Permintaan Bantuan Penyitaan. (Request Assistance for Seizure)
18. Serse :A.8.03 Persetujuan/Penolakan Bantuan Penyitaan. (Agreed/Disagreed to Request of Seizure)
19. PPNS:A.8.04 Surat Tanda Penerimaan Benda Sitaan. (Acknowledgement Letter of Receiving Seized Items)
20. PPNS: A.9. Pengiriman Berkas Perkara Tersangka. (Despatch of Suspect Investigation Papers)
21. PPNS:A.9.01 Berita Acara Serah Terima Tersangka dan Barang Bukti. (Process Program Handing Over of Suspect and Exhibits)
22. Serse :C.1.05 Rujukan Pengiriman Berkas Perkara kepada Penuntut Umum oleh Polri. (Reference of Despatch Investigation Papers to the Public Prosecutor)
23. PPNS: A.10. Ketetapan Penghentian Penyidikan. (Confirmation of Leased Investigation)
24. PPNS:A.10.01 Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan. (Letter of Notification of Leased Investigation)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 2 of 2
World Bank COREMAP Appendix VII
………………………… PPNS: A.1. ………………………… a)
LAPORAN KEJADIAN (INCIDENT REPORT)
No: ……………………………. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- PELAPOR (COMPLAINANT): 1. N a m a (Name) : …………………………………………………………… 2. Umur/Jenis Kelamin : ……………………………………… tahun/L/P. b) DOB (Age/Sex) 3. Pekerjaan (Occupation) : …………………………………………………………… 4. Tempat tinggal (Address) : …………………………………………...………………. 5. Kebangsaan (Nationality) : …………………………………………………………… --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- PERISTIWA YANG DILAPORKAN: (INCIDENT REPORTED) 1. Waktu kejadian (Time) : Hari (Day) ……… Tanggal (Date) ………jam (hrs) ….. 2. Ternpat kejadian (Location) : …..…………………………………………………………. 3. Yang teriadi : …………………………..…………………………………. (What Incident) melanggar pasal ………. Undang-Undang …………… (Contravene section) (Law) 4. Pelaku tersangka : ..…………………………………….………………………. (Offenders) 5. Modus Operandi : ………………………………………………………. c) 6. Saksi-saksi (Witnesses) : …………………………………………………………. 7. Barang bukti (Evidence) : …………………………………………………………. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- URAIAN SINGKAT KEJADIAN: (BRIEF OF INCIDENT) …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… TINDAKAN YANG DIAMBIL: (ACTION TAKEN) ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Demikian laporan kejadian ini dibuat dengan sebenarnya, kemudian ditutup dan ditandatangani di ……………………………………pada tanggal ……………………….. (This incident is reported and truth, later closed and signed ………………………………. dated ……………………….). Mengetahui Pelapor (Informed) (Complainant)
PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER) ..................... ................. …………………….. ………………………….
NIP: ……………… MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 3 of 3
World Bank COREMAP Appendix VII
…………………………… PPNS: A.2. …………………………… a) ……………, ……….198 …. Nomor (Number) : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Appendix) : Perihal (Subject) : Pemberitahuan dimulainya Penyidikan. (Information of start of investigation) Kepada (To) Yth. KEPALA KEJAKSAAN…… (Hon. CHIEF PROSECUTOR) ……………………………… Melalui (Through) KEPALA KEPOLISIAN……. (CHIEF OF POLICE) ...................……… ……….b) di (at) JAKARTA
1. Dengan ini diberitahukan ahwa pada hari ……………tanggal …………..…. tahun 198 … telah dimulai penyidikan tindak pidana ………….……………….…. Undang-Undang/Peraturan (This is to inform you that on the day …………………….… date …………….. year 19 ….. that the investigation started of criminal offence …………………………….…………. Law/Regulation) ………………………………………………………..………... c)
Atas nama tersangka (In the name of suspects): a. ………………………………………….. b. ………………………………………….. c. …………………………………………..
2. Dasar penyidikan (Investigation based on):
a. Laporan Kejadian No.: …………………… (Incident Report No.)
b. Berita Acara ( Subject Case) ……………… Tanggal (Date) ……………tahun (year) … c. …………………………terlampir (attached).
3. Demikian untuk menjadi maklum.
(This is to be make known) PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL d) (CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER) …………………………………………………………… …………………………… NIP: ………..…….
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 4 of 4
World Bank COREMAP Appendix VII
………………………………….. SERSE: A.3.04 KEPOLISIAN …………………. …..…………, .. ….19 …. ………………………………. a) ___________________________ No. Pol. (Police No.) : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Appendix) : Pemberitahuan dimulainya Penyidikan (Information on the start of Investigation) Kepada (To) Yth. KEPALA KEJAKSAAN …... (Hon. CHIEF PROSECUTOR) …….………………………… di (at) ………………..
1. Bersama ini diteruskan surat pemberitahuan dimulainya penyidikan oleh PPNS ………………………………… No.: ……………………... tanggal ……………….tentang telah dimulainya penyidikan oleh PPNS terhadap tindak pidana di bidang …………………………………………………… Sebagaimana dimaksud dalam pasal …………………………………... Undang-Undang/Peraturan ……………………………………….… b) atas nama tersangka : c) (Attached herewith is the letter of information on the start of investigation by the civil government investigation officer (CGIO) ……….No.:………… date ……………… in connection with the start of investigation by the CGIO of the criminal offence in the field of ………………………………. As stated in the section …………………….. Law/Regulation …….…..b) in the name of the suspects : c) a. ………………………………… b. ………………………………… c. ………………………………… d. …………………………………
2. Demikian untuk menjadi maklum.
(This is to be known).
KEPALA KEPOLISIAN ……… d) (CHIEF OF POLICE)
Selaku (As) PENYIDIK (INVESTIGATOR) Tembusan (C.C): (Tanda lampiran) 1. Kesatuan atas Polri (Police Unit) ………………………… 2. PPNS (CGIO) …………… NRP …………..
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 5 of 5
World Bank COREMAP Appendix VII
…………………………….. PPNS: A.3 …………………………….. a) ________________________ PRO YUSTITIA
SURAT PANGGILAN (SUBPOENA)
NO. : …………………….. Pertimbangan : Guna kepentingan pemeriksaan dalam rangka penyidikan tindak
pidana, (Consideration) perlu memanggil seseorang untuk didengar keterangannya. (For the purpose of inspection in the process of investigation of
criminal offence, hereby subpoena in person to hear your statement). D a s a r (Based) : 1. Pasal (Section) 112 (1) dan (and) (2) dan pasal (section) 113
KUHAP. 2. Pasal (Section) ………… Undang-Undang (Law) …….….……... b) 3. Laporan kejadian (Incident Report) No.:
……………………………… tanggal (date) ………………...………..
MEMANGGIL (SUBPOENA)
Nama (Name) : ………………………………………………… Pekerjaan (Occupation) : ………………………………………………… Alamat (Address) : …………………………………………………
U n t u k (For) : Menghadap kepada …………. di ……………… Jl ………………………
pada hari ………… tanggal ……….… tahun ………jam ……… kamar No.: ……………... untuk didengar keterangannya sebagai tersangka / saksi, c) dalam perkara pidana di bidang ………………………………… Sebagaimana dimaksud dalam pasal ……… Undang-Undang ……………...
(Present to ………….….. at ……..…………… Jl. ……………………. day ………… date …………….. year …… hours ………… room no.: ……. to hear your statement as suspect/witness, c) in the offence related to ………… As stated in the section …………….. Law …………………………………)
…….………….…….19 ….. d) PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER) ……………………………. Pada hari ini ……………….. tanggal …….……….19 ………. Satu lembar dari surat panggilan ini telah diterima oleh yang bersangkutan. (This day ……………….. date ………….19….. A copy of this subpoena has been received by the person concerned). Yang menerima Yang menyerahkan (Receiver) (Sender) …………..………. …………………… Nip. : ……………
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 6 of 6
World Bank COREMAP Appendix VII
...........………………….. a) PPNS: A.4 _____________________ NOMOR (NUMBER) : Klasifikasi (Klasification) : Lampiran (Appendix) : Perihal (Subject) : Permintaan bantuan pengangkapan. (Application for assistance for the arrest) Kepada (To) Yth. KEPALA KEPOLISIAN …… (Hon. CHIEF OF POLICE) ………………………………. di (at) …………………
Up KEPALA …………………………………… RESERSE. (Att. CHIEF) 1. Berdasarkan (Based on):
a. Laporan kejadian No.: ………………………. tanggal …………... (Incident Report No.) (date) b. Laporan kemajuan penyidikan No.: ……………………………… (Progress report of Investigation No.) tanggal (date) ..……………………………… …….………………. c. …………………………………………………………………….. b) Maka tersangka (The Suspect): N a m a (Name) : ………………………………….... Tempat/tgl.lahir (Place and DOB) : …………………………………… Pekerjaan (Occupation) : …………………………………… Alamat (Address) : …………………………………… Jenis Kelamin (Sex) : …………………………………… Diduga keras berdasarkan bukti permulaan yang cukup, telah melakukan tindak pidana di bidang ……………………………..……. sebagaimana dimaksud dalam pasal ………………..…Undang-Undang ……………… jo pasal 112 ayat (2) KUHAP. (Seriously suspected based on initial sufficient evidence, have committed criminal offence regarding ………………………as stated in section ………. Law ……….. of section 112-verse (2) Criminal Procedure Code.
2. Terhadap tersangka telah dipanggil secara sah dua kali berturut-
turut tetapi tidak memenuhi panggilan tanpa alasan yang sah. (That the suspect has been subpoenaed legally twice but failed to attend without valid reason).
3. Untuk kepentingan penyidikan diperlukan tindakan hukum berupa
penangkapan terhadap tersangka pada angka satu di atas. (For the purpose of investigation, it is required legal action in the form of Arrest against the suspect as mentioned in number 1 above).
4. Guna keperluan tersebut dimohon bantuan Kepala untuk melakukan penangkapan terhadap tersangka/saksi tersebut. (For the above mentioned requirement, assistance is needed from the chief to execute the arrest on the suspect/witness stated).
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 7 of 7
World Bank COREMAP Appendix VII
5. Demikian untuk menjadi maklum dan mengharapkan kabar hasilnya. (This is to be known and looking forward for the result).
PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL c) (CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER) ………………………………… NIP.: ……………………
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 8 of 8
World Bank COREMAP Appendix VII
…………………………….. SERSE A.5.01. ……………………………… a) ………, ……….... 19 ... _________________________ Nomor (Number) : Klasifikasi (Klasification) : Lampiran (Appendix) : Perihal (Subject) : Permintaan bantuan penangkapan (Request Assistance for Arrest) Kepada (To)
Yth. KEPALA …………………… (Hon. CHIEF) ……………………………… di (at) ……………………………….
Up. PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL …………………………… (Att. CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER)
1. Rujukan Surat Saudara tanggal ……………………….…. 19 ….....
No. : ………………. perihal sebagaimana tersebut pada pokok surat di atas dengan ini diberitahukan bahwa: (Refer to your letter dated …………………….... 19 …. No.: ……………. in connection with the above, this is to inform that:) a. Setelah mempelajari surat permintaan tersebut beserta
lampirannya berkesimpulan bahwa terdapat / tidak terdapat b) bukti permulaan yang cukup untuk dilakukan penangkapan.
(After going through the application and appendix that there is/there is not initial sufficient evidence to proceed with the arrest).
b. Menyetujui/menolak c) permintaan bantuan penangkapan atas nama tersangka. (Agreed / Disagreed on the application for Assistance for arrest against the suspect). a. N a m a (Name) : …………………………… b. Tempat/tanggal lahir (Place/DOB) : …………………………… Pekerjaan (Occupation) : …………………………… Alamat (Adress) : …………………………… Jenis kelamin (Sex) : ………………………… d) (tindasan Surat Perintah Penangkapan terlampir). d) (Warrant of arrest attached)
2. Demikian untuk maklum.
(This is to be known)
KEPALA KEPOLISIAN ………………… (CHIEF OF POLICE)
SELAKU PENYIDIK (AS INVESTIGATOR)
................................................. NIP: …………………..
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 9 of 9
World Bank COREMAP Appendix VII
……………………………… PPNS: A.5 ………………….................... a) ________________________ NOMOR (NUMBER) : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Attachment) : Perihal (Subject) : Permintaan bantuan penahanan (Request assistance for detention) Kepada (To) Yth. KEPALA KEPOLISIAN ………… (Hon. CHIEF OF POLICE) ………………………………… b) di (at) …………………………………….
UP. KEPALA ……………………………………… RESERSE (ATT. CHIEF ………………………………………. UNIT) 1. Berdasarkan hasil pemeriksaan diperpleh bukti yang cukup,
bahwa tersangka diduga melakukan tindak pidana yang dapat dilakukan penahanan dan dikhawatirkan akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana. (As a result of the investigation there is enough evidence that the suspect committed criminal offence and as in need for detention to avoid absconding, destroy and lose the exhibits, and or repeat the offence).
2. Tindak Pidana yang dilakukan tersangka telah melanggar pasal …………… Undand-undang……………………….jo Pasal 21 (4) KUHAP. (The criminal offence committed by the suspect contravenes the section …………….. Law ……………… Section 21 (4) Criminal Procedure Code).
3. Untuk kepentingan pemeriksaan dimohon bantuan Kepala untuk melakukan penahanan terhadap tersangka yang dimaksud: (For the purpose of investigation it is to request the assistance from chief to detain the suspect): Nama (Name) : …………………..……… Tempat/Tanggal Lahir (Place/DOB) : ………………………….. Pekerjaan (Occupation) : ………………………….. Jenis Kelamin (Sex) : ………………….……….
4. Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini dilampirkan Lapju hasil penyidikan tindak pidana yang bersangkutan. (For consideration, attached herewith the Investigation Report)
5. Demikian untuk menjadi maklum dan mengharapkan khabar hasilnya. (This is to be known and looking forward for the reply).
PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
(CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER) ……………………………………………. c) ………………………….
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 10 of 10
World Bank COREMAP Appendix VII
………………………………... SERSE: A.6. 06 ...................…....................... a) ……………., ….… 19 … ________________________ NOPOL (POLICE NO. : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Attachment) : Perihal (Subject) : Permintaan bantuan penahanan (Request Assistance for Detention)
Kepada (To) Yth. KEPALA ………………… (Hon.CHIEF)
……………………………. di (at) …………………………….
Up. PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL …………………………. (Att. CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER) 1. Rujukan Surat Saudara tanggal ………………, ……………. 19 …..
No.: ……………………… perihal sebagaimana tersebut pada pokok surat di atas dengan ini diberitahukan bahwa: (Refer to your letter dated …….., ……………. 19 ….No.: …………….. on the above subject, this is to inform that:) a. Setelah mempelajari surat permintaan tersebut beserta
lampirannya, berkesimpulan bahwa terdapat/tidak terdapat b) cukup bukti untuk dilakukan penahanan. (After going through your letter of request above together with attachments, it is decided that there is/there is not sufficient evidence to proceed with the detention).
b. Menyetujui/menolak c) permintaan bantuan penangkapan atas nama tersangka: (Agreed/Disagreed to the request assistance for detention against the suspect). Nama (Name) : ……………………………… Tempat/tanggal lahir (Place/DOB) : ……………………………… Pekerjaan (Occupation) : ……………………………… Alamat (Address) : ……………………………… Jenis Kelamin (Sex) : ………………………….…..
2. Demikian untuk menjadi maklum.
(This is to be known). KEPALA KEPOLISIAN ……. (CHIEF OF POLICE) Selaku (As) PENYIDIK (INVESTIGATOR) ………………………………... Pangkat ……. Nrp ……….
(Rank)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 11 of 11
World Bank COREMAP Appendix VII
………………………………… PPNS: A.6 ………………………………… a) __________________________ PRO YUSTITIA
BERITA ACARA PENYERAHAN PENYIDIKAN (PROCESS PROGRAM HANDLING OVER INVESTIGATION)
Pada hari ini ( On this day) ……………… tanggal (date) ……… bulan (month)
……………..… tahun (Year) ……….. 19… jam (hours) ……… saya (I am) ……………………... Pangkat (Rank) …………………… Nip …………….. Jabatan (Designation) …….…… dari kantor tersebut di atas selaku Penyidik Pegawai Negeri Sipil berdasarkan (From above department as Civil Government Investigation Officer based on) :
1. Surat Permintaan bantuan penahanan No.: …………………………………… tanggal
…………………. an. Tersangka …………………………... (Letter of Request detention No.: ……………………. dated ……………………….. and Suspect ………………………..).
2. Surat pemberitahuan keputusan tentang persetujuan pemberian bantuan penahanan
dari Kepala Kepolisian ………………………………………………. No ………………………. tanggal ………………… an. tersangka ……………. (Letter of decision to inform that it is agreed to give assistance to detention from Chief of Police ……………………… No ………………….. dated ………………and suspect ………………..)
Untuk kepentingan kelancaran jalannya proses penyidikan, menyerahkan penyidikan selanjutnya terhadap tersangka …………………………………… dalam perkara tindak pidana di bidang ……………... sebagaimana diatur dalam pasal ………………………… Undang-Undang ……………………… b) kepada : ……………………………………… (For the purpose of the process of investigation, please to hand over the further investigation against suspect …………………… regarding the criminal offence in the aspect of …………………. as stoled in the section ………………………. Law ……………….b) to: …………………………)
N a m a (Name) : ……………………………………………………………………… Pangkat/Nrp (Rank) : ……………………………………………………………………… Jabatan (Designation) : Kepala Kepolisian (Chief of Police ……………………………….
selaku penyidik (as investigation). beserta kelengkapan administrasi penyidikan yang telah dilakukan berupa: (attached with complete administration investigator which has been done as follows:)
1. Laporan kejadian. (Incident report) 2. Surat pemberitahuan dimulainya penyidikan. (Letter informing the start of Investigation) 3. Hasil pemeriksaan. (Result of Investigation) 4. Barang-barang bukti yang disita. (Exhibits Seized) 5. ………………………………… 6. …………………………………
Serah terima ini dilakukan di Kantor Kepolisian ……………………………. dengan cara kedua belah pihak meneliti terlebih dahulu kelengkapan penyerahan penyidikan sebagaimana tersebut di atas dan disaksikan oleh kedua orang saksi masing-masing: (Handing over process taken place at Police Department ……………………… with both parties read through first the complete handing over investigation as stated above and witnessed by two witnesses respectively).
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 12 of 12
World Bank COREMAP Appendix VII
1. N a m a (Name) : ………………………………………………… Pangkat (Rank) : …………………………………………………
Jabatan (Designation) : ………………………………………………… Alamat (Address) : …………………………………………………
(dari Instansi PPNS). (from Intitution CGIO).
2. N a m a (Name) : ………………………………………………… Pangkat/Nrp (Rank/No.) : ………………………………………………… Jabatan (Designation) : ………………………………………………… Alamat (Address) : …………………………………………………
(dari Kepolisian). (from the Police).
Demikian Berita Acara Penyerahan Penyidikan ini dibuat dengan sebenarnya atas
kekuatan sumpah jabatan. Kemudian ditutup dan ditandatangani pada hari, tanggal dan tahun sebagaimana tersebut di atas oleh kedua belah pihak serta para saksi.
(This Notification of Handing over Investigation is made truly on official oath. Latter is closed and signed this day, date and year as stated above by both parties including the witnesses).
Yang menerima, Yang menyerahkan, (Receiver) (Giver) …………………………… …………………………….. Nrp ……………………… Nip …………………
Saksi (Witnesses): 1. …………………………….. 2. ……………………………..
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 13 of 13
World Bank COREMAP Appendix VII
……………………………… PPNS: A.7 ……………………………… a) ……………, ……. 19 … ________________________ NOMOR (NUMBER) : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Attachment) : Perihal (Subject) : Permintaan izin Penggeledahan (Request for Permission to Search/Search Warrant) Kepada (To) Yth. KETUA PENGADILAN NEGERI (Hon. CHIEF JUSTICE) …………………………………… di (at) ……………………………………
1. Berdasarkan (Based): a. Laporan Kejadian (Incident Report) ……………………………
No.: …………………….. tanggal (date): ……………..……….. b. Berita Acara (Process Program): c. ………………………………………………………………..……. (terlampir)/(attached)
Tersangka (Suspect): N a m a (Name) : ……………………………… Tempat/tanggal lahir (Place/DOB) : ……………………………… Pekerjaan (Occupation) : ……………………………… Alamat (Address) : ………………………………
Diduga telah melakukan (Suspected committing) ………………………… Sebagaimana dimaksud dalam pasal (as stated in section) ……….. Undang-Undang (Law) ……..…………………………………………... b)
2. Untuk kepentingan penyidikan diperlukan tindakan hukum berupa
pengeledahan rumah yang terletak di ………………………………… (For the purpose of investigation legal action is required in the form of searching the house located at ………………………..)
3. Demikian untuk menjadi maklum dan mengharap keputusan.
(This is to be known and looking for the decision). PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER) ………………………..…………………….. c) ……………………..…………………………………… Tembusan (copy to): Nip : …………………. Kepala Kepolisian ……………… (Chief of Police)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 14 of 14
World Bank COREMAP Appendix VII
………………………………… PPNS : A 702 ………………………………… a) ………….., ……… 19….. __________________________ NOMOR (NUMBER) : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Attachment) : Perihal (Subject) : Permintaan bantuan Penggeledahan (Request for Permission to Search/Search Warrant) Kepada (To) Yth. KEPALA KEPOLISIAN …… (Hon.CHIEF OF POLICE) ………………………………. di (at) ……………………………….
1. Berdasarkan (Based on): a. Laporan Kejadian (Incident Report) ………………………………
No.: ……………………… tanggal (date) …………………………. b. Berita Acara (Process Program): …………………………………. c. …………………………………………………………………………. Tersangka (Suspect)
Nama Name : ………………………... Tempat/tgl. Lahir (Place/DOB) : ………………………… Pekerjaan (Occupation) : ………………………… Alamat (Address) : …………………………
Diduga telah melakukan tindak pidana ……………………………… sebagaimana dimaksud dalam pasal ………………………Undang-undang …………………………b) (Suspected committing criminal offence …………………………… as stated in the section ……………………………… Law …………)
2. Untuk kepentingan penyidikan diperlukan tindakan hukum berupa Penggeledahan: (For the purpose of investigation the legal action in the form of search): a. ……………………………………….. c) b. ……………………………………….. c. ………………………………………..
3. Untuk keperluan tersebut pada butir 2 di atas, diminta bantuan Kepala Kepolisian …………………..………………………… guna melakukan penggeledahan dan sebagai bahan pertimbangan dilampirkan laporan kemajuan penyelidikannya. (For the above requirement as stated in pare 2 above, it is requested from the Chief of Police ……………. For search and as matter of consideration attached herewith attached herewith the progress report of investigation).
4. Demikian untuk menjadi maklum dan mengharap kabar hasilnya. (This is to be known and looking forward for the reply)
PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER) ....................................……... ………………………… Nip: ……………..
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 15 of 15
World Bank COREMAP Appendix VII
………………………………… SERSE: A.7.02 ………………………………… a) No. Pol (Police No.) : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Attachment) : Perihal (Subject) : Permintaan izin Penggeledahan Kepada Yth. KEPALA ……………… b) (Hon. CHIEF ….) ……………………………. di (at) ……………………………..
Up. PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL c) (Att. CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER) 1. Rujukan Surat Saudara tanggal ……………………………………
No.: ………………………………….. perihal sebagaiman tersebut pada pokok surat di atas, dengan ini diberitahukan bahwa:
a. Setelah mempelajari surat permintaan tersebut beserta
lampirannya, berkesimpulan bahwa terdapat/tidak terdapat c) cukup alasan untuk dilakukan penggeledahan. (After learning the request letter and the attachment, decided that there is/there is not sufficient grounds to execute the search).
b. Menyetujui/menolak permintaan bantuan penggeledahan (Agreed/Disagreed with the request assistance for search).
…………………………………………………………………….d)
2. Demikian untuk menjadi maklum. (This is to be known)
KEPALA KEPOLISIAN ………………. (CHIEF OF POLICE ……………………) Selaku (As) PENYIDIK (INVESTIGATOR) …………………………………… NRP ……………………
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 16 of 16
World Bank COREMAP Appendix VII
……………………………………. SERSE: A.7.03 ……………………………………. a) __________________________ No. Pol (Police No.) : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Attachment) : Perihal (Subject) : Permintaan izin Penggeledahan (Request Permission for Search) Kepada (To) Yth. KETUA PENGADILAN NEGERI (Hon.CHIEF OF JUSTICE) …………………………………… di (at) ……………………………………
1. Berdasarkan (Based on): a. Laporan kejadian dari PPNS ……………No. ……………………
tanggal……………………….. (Incident report from CGIO …………………………………… No. ………………….. date ………………….)
b. Surat permintaan bantuan penggeledahan dari PPNS No. ………………… tanggal …………………. (foto copy terlampir). (Letter of request for search from CGIO No. ..………………. date …………….(attached fotocopy).
c. ………………………………………………………..……………… d. …………………………………………………………..…………… Tersangka:
Nama (Name) : ……………………………….…. Tempat/tgl. lahir (Place/DOB) : ………………………………….. Pekerjaan (Occupation) : ………………………………….. Alamat (Address) : …………………………………..
Diduga telah melakukan Tindak Pidana …………………………… sebagaimana dimaksud dalam pasal ……………………………… Undang-Undang …………………………………………………… b) (Suspected committing criminal offence ……………………………. as stated in section ………Law ………… b)
2. Untuk kepentingan penyidikan diperlukan tindakan hukum berupa
penggeledahan ……………………………………………………….. (For the purpose of investigation legal action is required in the form of search ……………………..).
3. Guna keperluan tersebut diharapkan Ketua dapat menerbitkan Surat Izin yang dimaksud. (For the above requirement and hope that your Honour can issue the Search Warrant).
4. Demikian untuk menjadi maklum dan mengharap keputusan.
(This is to be known and looking forward for the reply).
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 17 of 17
World Bank COREMAP Appendix VII
KEPALA ………………………… (CHIEF) Selaku (As) PENYIDIK (INVESTIGATOR)
Tembusan (C.c): Kepala (Chief)……………….. …………………………………… Selaku/Up. PPNS ……. Nrp …………….. (As/Att. CGIO)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 18 of 18
World Bank COREMAP Appendix VII
KANTOR (OFFICE)…………… PPNS : A.8 …………………………………. a) ……..………, ….…… 19 ... ________________________ NOMOR (NUMBER) : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Attachment) : Perihal (Subject) : Permintaan ijin/ijin khusus penyitaan (Request Permission/Special Permission for Search) Kepada (To) Yth. KETUA PENGADILAN NEGERI (Hon. Chief Justice) …………………………………… di (at) ……………………………………
1. Berdasarkan (Based upon): a. Laporan kejadian No.: ……………… tanggal ………………...
(Incident report No.:………………. date ………………………) b. Hasil pemeriksaan: ………………………………………………
(Result of investigation: …………………………………………) c. ………………………………………………………………………
Tersangka (Suspect): Nama (Name) : ……………………………… Tempat/tgl. lahir (Place/DOB) : ……………………………… Pekerjaan (Occupation) : ……………………………… Alamat (Address) : ………………………………
Diduga telah melakukan tindak pidana di bidang ………………… sebagaimana dimaksud dalam pasal …………………………… Undang-Undang/Peraturan …………..………………………….. b) (Suspected committing criminal offence ……………………………. as stated in section …………Law/Regulation ..………………….b)
2. Untuk kepentingan penyidikan diperlukan tindaka hukum penyitaan barang bukti berupa: ………………………………….. c) (For the purpose of investigation legal action is required for seizure exhibits in the form)
3. Guna keperluan penyitaan diharapkan kiranya Ketua dapat menerbitkan surat ijin/ijin khusus dimaksud. (For the purpose of seizure and hope your honour will issue search warrant /special search warrant as stated).
4. Demikian untuk menjadi maklum dan mengharap keputusan. (This is to be known and looking forward for the decision).
PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER) ……………………………… d) ………………………… Tembusan (C.C): Kepala Kepolisian ………….. (Chief of Police)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 19 of 19
World Bank COREMAP Appendix VII
………………………………. PPNS: A.8.01 ………………………………. a) ________________________ PRO YUSTITIA
SURAT PERINTAH PENYITAAN (SEIZURE WARRANT)
No.: ………………………. Pertimbangan : Untuk kepentingan penyidikan tindak pidana yang menjadi lingkup tugas dan (Consideration) wewenang PPNS …….…………………… perlu dilakukan tindakan penyitaan. (For the purpose of investigation of criminal office to the overall duty and
powers of CGIO ………………………… is required to seize). D a s a r (Based) : 1. Pasal (Section) ……………Undang-Undang (Law) ……….…………… b) 2. Laporan kejadian Nomor : …………... tanggal ……………………………..
(Incident report Number: ………………. date ……………) 3. Surat ijin Penyitaan dari ketua Pengadilan Negeri ………… nomor ………
tanggal …………… (Search Warrant from Chief Justice of ……. Number ……. date …..…...…
D I P E R I N T A H K A N
(ORDER)
K e p a d a (To) : 1. Nama (Name) : ………………………………………………………….. Pangkat (Rank) : ………………………………………………………….. Jabatan (Designation) : …………………………………..…. selaku Penyidik Pegawai Negeri Sipil (as Civil Government
Investigation Officer) ……..………………………… 2. Nama (Name) : ………………………………………………………….. Pangkat (Rank) : ………………………………………………………….. Jabatan (Designation) : …………………………..…………………..…. selaku Penyidik Pegawai Negeri Sipil (as Civil
Government Investigation Officer) ………………… U n t u k (For) : 1. Melakukan penyitaan barang bukti berupa: (To seize exhibits in the form of:)
a) ………………………………………………………………. c) b) ………………………………………………………………….. c) ………………………………………………………………….. di …………………………………………………………………..
2. Setelah melaksanakan Surat Perintah ini segera membuat Berita Acara. (After executing the Search Warrant immediately make News Program). 3. Melaksanakan perintah ini dengan seksama dan penuh rasa tanggung
jawab. (Execute the order with responsibilities and be fair). 4. Surat Perintah ini berlaku dari tanggal ……… sampai tanggal …………… (Search Warrant valid from date …………………. to …………………..)
DIKELUARKAN DI (ISSUED AT) ….…………… PADA TANGGAL (DATED) …….…….………… PENYIDIKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
(CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER) ...................................................... d)
……………………… Nip: …………………
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 20 of 20
World Bank COREMAP Appendix VII
………………………………… PPNS: A.8.02 ………………………………… a) ……………., ………..19…. ________________________ NOMOR (NUMBER) : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Attachment) : Perihal (Subject) : Permintaan bantuan Penyitaan (Request Assistance for Seizure) Kepada (To) Yth. KEPALA KEPOLISIAN …….… (Hon. CHIEF OF POLICE …………..) ………………………………….. di (at) …………………………………..
1. Berdasarkan (Based Upon): a. Laporan kejadian (Incident report) ………………….. No.: …………………..
tanggal (date) …………………….……………….……………………………… b. Berita Acara (Process Program) ..……………………………………………… c. ……………………………..………………………………………….……………
Tersangka (Suspect): N a m a (Name) : ………………………………………………….....
Tempat/tgl. lahir (Place/DOB) : ……………………………………………………. Pekerjaan (Occupation) : …………………………………………………….
Alamat (Address) : ……………………………………………………. diduga telah melakukan tindak pidana ………………………………………..…… sebagaimana dimaksud dalam pasal …………Undang-Undang …………… b) (suspected committing criminal offence ……………………….as stated in section …………Law……………b)
2. Untuk kepentingan penyidikan diperlukan tindakan hukum berupa penyitaan barang bukti:
(For the purpose of investigation legal action is needed in the form of seizure exhibit:) a. ……………………………………… b. ……………………………………… c. ………………………………………
3. Untuk keperluan tersebut pada butir 2 di atas, diminta bantuan Kepala Kepolisian …………………………………………. guna melakukan penyitaan dan sebagai bahan pertimbangan dilampirkan laporan kemajuan Penyidikannya.
(For the requirement of No. 2 above, request assistance from Chief of Police ……….. to execute the seizure and as a matter of consideration attached herewith the progress report of the investigation).
4. Demikian untuk menjadi maklum dan mengharap khabar hasilnya (This is to be known and looking forward for the reply) ……………………………………………………………………………………………
PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER)
................................................
...................................... Nip : ……………….
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 21 of 21
World Bank COREMAP Appendix VII
KEPOLISIAN (POLICE)….….. SERSE: A.8.03 …………………...................... a) _________________________ No. Pol. (Police No.) : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Attachment) : Perihal (Subject) : Permintaan bantuan Penyitaan (Request Assistance for Seizure) Kepada (To) Yth. KEPALA …………...………………… (Hon.CHIEF …….………………………….) …..……………………………………... b) di (at) ………………………………………...
Up. PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL……………………………. (Att. CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER …………) a. Rujukan surat Saudara tanggal ………………… No
…………………… perihal sebagaimana tersebut pada pokok surat di atas, dengan ini diberitahukan bahwa : (Refer to your letter dated ………….No. …………. Regarding above subject of the letter, hereby inform you that: 1. Setelah mempeiajari surat permintaan tersebut beserta
fampirannya, berkesimpulan bahwa terdapat/tidak terdapat c) cukup alasan untuk dilakukan penyitaan. (After learning the request letter and the attachment, decided that there is/there is not sufficient grounds to issue the seizure warrant).
2. Menyetujui/menolak c) permintaan bantuan penyitaan batang bukti berupa : (Agreed/Disagreed to c) the request assistance for seizure on the exhibits in the form of:)
a) ……………………………………………………………... b) ……………………………………………………………… c) ………………………………………………………………. d)
b. Demikian untuk menjadi maklum. (This is to be known).
KEPALA KEPOLISIAN …………. (CHIEF OF POLICE)
Selaku (As)
PENYIDIK (INVESTIGATOR)
………........................ .....…. Nrp ………
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 22 of 22
World Bank COREMAP Appendix VII
KANTOR (DEPARTMENT)….. PPNS: A.8.04 …………………....................... a) __________________________ PRO YUSTITIA
SURAT TANDA PENERIMAAN (ACKNOWLEDGE LETTER)
No.: ………………………………
Yang bertanda tangan di bawah ini (nama, Nip) …………………………………. b) dalam jabatan sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil ………………………………., telah menerima penyerahan barahg-barang atau surat lain dari pemilik/yang menguasai:
(The signature underneath (name,NRK) …………………b) designation as Civil Government Investigation Officer letter from the owner of in custody:)
Nama (Name) : ………………………………………………….……….. Tempat/tgl. lahir (Place/DOB) : …………………………………………………………… Pekerjaan (Occupation) : …………………………………………………………... Tempat tinggal (Address) : …………………………………………………………...
dengan disaksikan oleh : (nama, umur, pekerjaan, alamat) (witnessed by) : (name, age, occupation, address) a. N a m a (Name) : …………………………………………………………………… Umur (Age) : …………………………………………………………………… Pekerjaan (Occupation) : ……………………………………………………………….…..
Tempat tinggal (Address) : …………………………………………………………………... b. N a m a (Name) : …………………………………………………………………...
Umur (Age) : …………………………………………………………………... Pekerjaan (Occupation) : …………………………………………………………………... Tempat tinggal (Address) : …………………………………………………………………... Barang-barang atau surat tersebut, sebagai barang bukti dalam perkara tersangka ……………………………………..…………… yang diduga melakukan tindak pidana bidang ……………………………………… sebagaimana dimaksud dalam pasal ……………………… Undang-Undang/Peraturan………..…………… Barang-barang atau surat tersebut adalah sebagai berikut: (Exhibits and letters mentioned, as the exhibit of the suspect ……………………suspected committing criminal offence in the field ………………….. as stated in section ………….Law/Regulation…………… Exhibits and document mentioned as follows:
a. …………………………………………………………………………………… b. …………………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………………… d. ………………………………………………………………………………………
(Barang atau surat lain tersebut dicatat menurut jumiah, berat, jenis, ciri-ciri atau sifat khas masing-masing). (Exhibits or document mentioned being recorded according the total, weight, types appearance and special characteristic respectively).
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 23 of 23
World Bank COREMAP Appendix VII
…………………, ………19 ……. Yang menyerahkan Yang menerima (Handling Over) (Receiver) 1. Nama (Name) :
2. Nip (NIRL) : 3. Jabatan selaku PPNS : (Designation as CGIO)
(…………………..) 4. Tanda tangan : (Signature) Saksi-saksi (Witnesses) 1. …………………. 2. …………………. ___________________
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 24 of 24
World Bank COREMAP Appendix VII
…………………………… PPNS: A.9 …………………………… a) ………………….., …………. 19 .... ______________________ Nomor (Number) : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Attachment) : Perihal (Subject) : Pengiriman berkas perkara tersangka (Dispatch of Investigation Papers of the Suspect) ………………….. _______________ Kepada (To) Yth. KEPALA KEJAKSAAN (Hon. CHIEF PROSECUTOR) ……………………………………
Melalui (Through)
KEPALA KEPOLISIAN (CHIEF OF POLICE) ………………………………… di (at) ……………………………………..
1. Bersama ini dikirimkan Berkas Perkara No.: …………………………
tanggal …………………… dalam rangkap tiga atas nama Tersangka :
(Please to dispatch Investigation Papers No.: ………………………….. date ……………… in three sets under the name of the Suspect:)
Nama (Name) : ………….……………………………… Umur (Age) : ………..……………………………….. Pekerjaan (Occupation) : ..……………………………………….. Alamat (Address) : ……………………..………………….. Dalam perkara pidana bidang ……………………………………… d) (In the criminal subject in the field)
2. Tersangka tersebut di atas ditahan/tidak ditahan c) (Suspect mentioned above detained/not detained)
…..………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………. d)
3. Barang-barang bukti yang tertebut dalam daftar barang bukti
disimpan di ………………………………………………………………. (Exhibits as mentioned in registered exhibit is saved at ……………) 4. Demikian untuk menjadi maklum den mohon kabar perkembangan
selanjutnya. (This is to be known and looking forward for the reply)
PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER)
………………………………………..e) Tembusan (C.C): ………………………. Ketua Pengadilan Negeri……………… Nip…………………...
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 25 of 25
World Bank COREMAP Appendix VII
………………………………….. PPNS:A.9.01 ………………………………….. a) ___________________________ PRO YUSTITIA
BERITA ACARA SERAH TERIMA TERSANGKA DAN BARANG BUKTI (NOTIFICATION OF HANDING OVER
SUSPECT AND EXHIBITS)
Pada hari ini, …………… tanggal …………bulan ………… tahun 1900 …………… pukul ……………… saya : ------------------------------------ ………………………….. -------------------------------- Pangkat …………………….. Nip …………………………... jabatan ………………… sebagai Penyidik PNS pada kantor tersebut di atas, berdasarkan surat pengantar No.: ……………………… tanggal …………………… perihal pengiriman tersangka dan barang bukti, telah menyerahkan dalam keadaan lengkap dan baik. -----------------------------------------------------------------------------------------------
(This day, …………….. date ……………… month ……………. year 1900 …………… hours ……………… I: -------------------------------------- ……………………………. --------------------------------- Rank …………………… Nip ………………………. designation …………….. as CGIO from the above department, based on the letter sent regarding the sending of suspect and exhibits, handed over in full and good condition. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------) 1. Tersangka atas nama ……………………………………… (dkk) seperti terlampir dalam
berkas No.: ……………………………….tanggal…………………………….. (Suspect under the name ……………………………………. as attached the I.P. No.: ……………… date ………………………)
2. Barang-barang bukti seperti terlampir dalam daftar barang bukti dan dalam berkas
perkara No.: ……………………………. tanggal ………………………..… kepada penyidik Polri yang diterima oleh: (Exhibits as attached are registered exhibits and in the I.P. No.: ……………….. date ……………… to Police I.O received by:)
Nama (Name) : …………………………………………………………… Pekerjaan (Occupation) : …………………………………………………………… Pangkat/Jabatan (Rank/Designation) : ……………………………………………………………
Serah terima ini dilakukan di ………………... disaksikan oleh …………………………… (Handing over is done at …………………….. witnesses by ………………………………)
a. Nama (Name) : …………………………………………………… Pekerjaan (Occupation) : …………………………………………………… Pangkat/Jabatan (Rank/Designation) : ……………………………………………………
Alamat (Address) : ……………………………………………………
b. Nama (Name) : …………………………………………………… Pekerjaan (Occupation) : …………………………………………………… Pangkat/Jabatan (Rank/Designation) : …………………………………………………… Alamat (Address) : ……………………………………………………
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 26 of 26
World Bank COREMAP Appendix VII
Demikian Berita Acara serah terima tersangka dan barang bukti ini dibuat dengan sebenarnya atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani di ………………………pada tanggal …………………bulan ………………………………….. tahun ……………………………………………
(The Notification of handing over of the suspect and exhibits is done according to the truth and in the name of official oath and then is closed as signed at ……………….. date ……….month……….year……) Yang menerima Yang menyerahkan (Receiver) (The handling over) PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER)
…………………….. ……………………………….
..……...NRP…….… NIP …………………………. Saksi-saksi (Witnesses): 1. ……………………… 2. ………………………
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 27 of 27
World Bank COREMAP Appendix VII
KEPOLISIAN (POLICE)..……. SERSE: C.1.05 …………………………………. Jakarta, ……………….…. 19 ... __________________________ No.Pol. (Police No.) : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Attachment) : Satu rangkap dua (One or two statement) Perihal (Subject) : Pengiriman berkas perkara PPNS………. (Despatching the Investigation Papers CGIO) A.n. Tersangka ……. (For Suspect) Kepada (To) Yth. KEPALA KEJAKSAAN NEGERI (Hon.CHIEF OF JUSTICE) …………………………………… di (at) ……………………………………
1. Bersama ini diteruskan Berkas Perkara dari PPNS : ……………………. No.: ………………… tanggal …………………………. dalam rangkap dua atas nama Tersangka: (Attached herewith is the Investigation Papers from CGIO: ……………. No.: ………………… date ……………. In two statements in the name of suspect:)
Nama (Name) : Umur (Age) : Pekerjaan (Occupation) :
dalam perkara pidana bidang ………………………………… (diuraikan jenis tindak pidana yang disangka dilakukan waktu dan tempat kejadian serta pasal pidana dan Undang-Undang yang dilanggar). (in the subject of criminal aspect ………………………………. (explanation on the types of criminal offence committed and place of incident including section offence and against the law)).
2. Tersangka tersebut di atas ditahan/tidak ditahan di ………………….
……………………………… (kalau ditahan, Surat Perintah Penahanan, Surat Perintah Perpanjangan Penahanan dan lain-lain).
(Suspect mentioned above detained/is not detained at ………………(if detained, attached warrant of detain, extention, etc.)
3. Barang-barang bukti yang tersebut dalam daftar barang bukti
disimpan di (Exhibits mentioned in the Registration of Exhibits at) …………………………………………………………………………...
4. Selain melanggar pasal-pasal dalam Undang-Undang tersebut di
atas, disarankan juga untuk dikaitkan dengan pasal-pasal (Apart from contravening section of the law mentioned above, it is
suggested also to relate with the section of the) ..................................………………………… KUHP (Criminal Code).
5. Demikian untuk menjadi maklum dan mohon kabar perkembangan
selanjutnya. (This is to be known and looking forward for your reply).
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 28 of 28
World Bank COREMAP Appendix VII
KEPALA KEPOLISIAN…………………… (CHIEF OF POLICE) Selaku (As) PENYIDIK (INVESTIGATOR) Tembusan (C.C): 1. Kesatuan atas Polri (Police Unit) Pangkat ……………..Nrp………………… 2. PPNS (CGIO) (Rank)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 29 of 29
World Bank COREMAP Appendix VII
…………………………………… PPNS:A.10 …………………………………… a) ____________________________
SURAT – KETETAPAN (LETTER OF CONFIRMATION)
No.: ……………………..
Tentang (Inconection)
PENGHENTIAN PENYIDIKAN
(LEASED INVESTIGATION) Menimbang : Bahwa berdasarkan hasil penyidikan terhadap tersangka, saksi dan (Consideration) barang-barang bukti ternyata bahwa peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana di bidang …………………………………………………b) yang dipersangkakan kepada tersangka, tidak cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum sehingga perlu menghentikan penyidikan atas perkara tersebut.
(That based on the result of investigation against the suspect, witnesses and exhibits it is clear that the incident as suspected committed criminal offence in the aspect …………..b)
Memperhatikan : 1. Surat No.: ………………………………………tanggal perihal (Observation) dimulainya penyidikan atas nama tersangka ………………………c)
yang diduga telah melakukan tindak pidana ……... ………………… sebagaimana dimaksud dalam pasal ……...…………………………d)
(Letter No.: …………………………dated on the subject investigation in the name of the suspect …………………..c) that is suspected committed the criminal offence …………….. as stated in the section………………d)
2.Berita Acara Pemeriksaan tersangka/saksi atas nama ………………
tanggal …………………………... (The process of Inspection the suspect/witness in the name
………………. dated …………….……) D a s a r : Pasal 109 ayat (2) KUHAP. (Based) (Section 109 para (2) criminal code.
M E M U T U S K A N (DECIDED)
Menetapkan : Menghentikan penyidikan perkara atas nama: (Confirmed) (Ceased investigation on subject in the name:)
Nama (Name) : …………………………….…………. Jenis kelamin (Sex) : ………………………………………..
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 30 of 30
World Bank COREMAP Appendix VII
Tempat/tgi. Lahir (Place/DOB) : ……………………………………. Pekerjaan (Occupation) : …………………………………… Tempat tinggal (Address) : …………………………………… Terhitung mulai tanggal ……………….…………tahun…………….
(Counted from the date……………….………year………………..) DIKELUARKAN DI : ...………………………
(ISSUED AT) PADA TANGGAL : ………………………... (DATE) ______________________________________ PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER) ………………………………………e) …………………………………
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 31 of 31
World Bank COREMAP Appendix VII
……………………………….. PPNS: A.10.01 ……………………………….. a) …………….., ………….19… _________________________ Nomor (Number) : Klasifikasi (Clasification) : Lampiran (Attachment) : Perihal (Subject) : Pemberitahuan Penghentian Penyidikan. (Notification of Leased Investigation) Kepada (To) Yth. 1. KEPALA KEPOLISIAN ……….. (Hon. CHIEF OF POLICE) 2. KEPALA KEJAKSAAN ……….. (CHIEF OF JUSTICE)
di (at) ……………………………………..
1. Sehubungan dengan surat kami No.: ……………………………
tanggal ……………………………… perihal Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan tindak pidana di bidang …………………………………….. sebagaimana dimaksud dalam pasal ……………………………………. Undang-Undang ………………………………………………………..b) atas nama tersangka ……………………………….c) dengan ini diberitahukan bahwa terhitung mulai tanggal ……….tahun …… penyidikan dihentikan oleh karena: d) (Referring to our letter No.: …………………… dated ……………. on the Notification started of Investigation of criminal offence in the aspect of…………………….as stated in the section…………… Law……………..b) in the suspect………………….c) with this to inform that calculated from the date………………….year………... investigation leased due to:d) a. Tidak cukup bukti. (Insufficient evidence) b. Bukan merupakan tindak pidana. (Is not criminal offence) c. Demi hukum. (Legal aspect)
2. Dasar (Based): a. Surat ketetapan No.: ………………………
tanggal …………… tentang penghentian penyidikan. (Letter of confirmation No.:………………. date…..…regarding leased investigation)
b. Resume hasil penyidikan tanggal …………………………………. terlampir. (Resume of result of investigation dated ………. …………attached).
3. Demikian untuk menjadi maklum.
(This is to be known). PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
(CIVIL GOVERNMENT INVESTIGATION OFFICER) ………………………………………..e) ……………………………. NIP.
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 32 of 32
World Bank COREMAP Appendix VIII
PL-03
APPENDIX VIII (LAMPIRAN VIII)
KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA -------------------------------------------------- DEMI KEADILAN (FOR JUSTICE) BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA (GOD IS GREAT)
________LAPORAN POLISI________ (POLICE REPORT)
No.: LP/ / / 19 …
Macam Kejahatan : ……………………….. (Types of Offence) Melanggar Pasal : ……………………….. (Offence Section)
Pada hari ini: ……………….. tanggal……………….. 19…... sekitar pukul ……… telah datang melapor pada saya:
(This day: ………………….. date………………….. 19….. at about …………. has attend to report to me:
………………………………….
Pol/Nrp. (Police No.) Pangkat (Rank) ………………. Pol/NRP (Police No.) ………………… Jabatan (Dept.) ……………………. Kesatuan (Unit) …………………… seorang laki-laki yang belum / sudah say kenal dan mengaku bernama (one person which I know / don’t know and admit by name):
………………………………… Tempat tanggal lahir: ………………………………. Pangkat/NRP: …………………… (Place date of birth) (Rank/No) Pekerjaan: ………………… Jabatan: …………………… Kesatuan: …………………… (Occupation) (Dept.) (Unit) Nama Kapal …………………………. Tempat tinggal …………………………………... (Name of Vessel) (Address) Inti laporan adalah sebagai berikut: (This is my report as follows) ----------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------------------------------------------------- -----------------------------------------------------------------------------------------------------------
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 2
World Bank COREMAP Appendix VIII
------------------------------------------------------------------------------------------------------------ ------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Untuk bukti atas kebenaran laporan tersebut pelapor membubuhkan tanda tangannya di bawah ini:
(As confirmation of the report, the complainant signed underneath) Pelapor (Complainant) -------------------------------
Demikian laporan Polisi ini dibuat dengan sebenarnya dengan mengingat Sumpah
Jabatan, kemudian ditutup dengan tanda tangan di …………………….. pada hari dan tanggal tersebut di atas.
(This report hereby is made and truth with reference to official oath, certified close with signature below at ………………………. And as dated above. Penerima Laporan (Receiver of the report) ----------------------------- Pol/Nrp. (Police No.) Tembusan (C.c): 1. ………………… 2. …………………
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 2 of 2
World Bank COREMAP Appendix IX
PL-05
LAMPIRAN IX (APPENDIX IX)
---------------------------------------- ---------------------------------------- ------------------------------------------------------ DEMI KEADILAN (FOR JUSTICE) BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA (GOD IS GREAT)
DAFTAR TERSANGKA (LIST OF SUSPECTS)
No NAMA
(NAME) TGL.
LAHIR (DOB)
KELAMIN (SEX)
KEBANGSAAN (NATIONALITY)
TEMPAT TINGGAL
(ADDRESS)
KETERANGAN (REMARKS)
1 2 3 4 5 6 7
----------------------------------- Penyidik : (Investigator) ---------------- -------------------------------------
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 1
World Bank COREMAP Appendix X
PL-06
LAMPIRAN X (APPENDIX X)
---------------------------------- ---------------------------------- ------------------------------------------------ DEMI KEADILAN (EXAMPLE) (FOR JUSTICE) BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA (GOD IS GREAT)
DAFTAR SAKSI-SAKSI LIST OF WITNESSES
No NAMA
(NAME) TGL.
LAHIR (DOB)
KELAMIN (SEX)
KEBANGSAAN (NATIONALITY)
TEMPAT TINGGAL
(ADDRESS)
KETERANGAN (REMARKS)
1 2 3 4 5 6 7
--------------------------- Penyidik: (Investigator) ----------------- --------------------------
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 1
World Bank COREMAP Appendix XI
PL-07
LAMPIRAN XI (APPENDIX XI)
---------------------------------- ---------------------------------- ------------------------------------------------ DEMI KEADILAN (FOR JUSTICE) BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA (GOD IS GREAT)
DAFTAR BARANG BUKTI LIST OF EXHIBITS
A. BERUPA BARANG (TYPES OF ITEM) No NAMA
(NAME) TGL.
LAHIR (DOB)
KELAMIN (SEX)
KEBANGSAAN (NATIONALITY)
TEMPAT TINGGAL
(ADDRESS)
KETERANGAN(REMARKS)
1 2 3 4 5 6 7
-------------------------- Penyidik: (Investigator) -----------------
--------------------------------
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 1
World Bank COREMAP Appendix XII
PL-08
LAMPIRAN XII (APPENDIX XII)
---------------------------------- ---------------------------------- ------------------------------------------------ DEMI KEADILAN (FOR JUSTICE) BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA (GOD IS GREAT)
DAFTAR BARANG BUKTI LIST OF DOCUMENTARY EXHIBITS
B. BERUPA SURAT-SURAT (TYPES OF DOCUMENT) No NAMA
(NAME) TGL.
LAHIR (DOB)
KELAMIN (SEX)
KEBANGSAAN (NATIONALITY)
TEMPAT TINGGAL
(ADDRESS)
KETERANGAN (REMARKS)
1 2 3 4 5 6 7
-------------------------- Penyidik: (Investigator) -----------------
---------------------------------
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 1
World Bank COREMAP Appendix XIII
MCS NAT 05/99
APPENDIX XIII (LAMPIRAN XIII)
REPORT OF FISH DIED DUE TO
BOMBING AND POISONING (To be filled by I.O)
LAPORAN IKAN YANG MATI KARENA DI BOM DAN DI RACUN
(Diisi oleh CGIO)
ALFA : Date/Time of Report …………………………………………..…………. (Tanggal/Waktu Laporan) BRAVO : Sources of Info (e.g. public / media / operations etc) ………………… (Sumber Informasi (massa / media / operasi, dsb)) ………………………………………………………………………………………………..…… CHARLIE : Date / Time of incident …………………………………………………... (Tanggal / Waktu kejadian) DELTA : Location (position – Lat & Long) ……………………………………….. (Lokasi (posisi – Lat & Long)) ECHO : Place / Area (Coral Reef / Coastal etc) ……………………………….. (Tempat/Kawasan (Karang/Pesisir Pantai, dsb) ……………………………………………………………………………………………………. FOXTROT : Tidal and depth of water ………………………………………………… (Pasang surut air dan kedalaman) GOLF : Species of fish …………………………………………………………… (Spesi ikan) ……………………………………………………………………………………………………. HOTEL : Types of Injury …………………………………………………………… (Jenisi Cedera) ……………………………………………………………………………………………………. INDIA : Quantity of Fish (estimate) ……………………………………………… (Banyaknya ikan) JULIET : Causes and state of water ……………………………………………… (Sebab-sebab dan keadaan air)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 2
World Bank COREMAP Appendix XIII
KILO : Types of Explosives / Cyanide ……………………………………….. (Jenis ledakan / Sinida) LIMA : Response from the communities ……………………………………... (Sambutan dari masyarakat) NOTE: This Format should be attached to I.P. – PPNS A 1 (Format ini harus dilampikan kepada PPNS A 1
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 2 of 2
World Bank COREMAP Appendix XIV
MCS NAT 06/99
APPENDIX XIV (LAMPIRAN XIV)
FISHING VESSEL BOARDING AND SEARCHING CERTIFICATE (SERTIFIKAT BOARDING DAN PENGGELEDAHAN)
1. I, the undersigned, do hereby declare that my vessel …………………………. was
this day, date …………………….time……………………boarded and searched by the Boarding Party of patrol vessel: ……………………………… (Saya, yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa kapal saya …………………………….. pada hari ini, tanggal ………………pukul…………… dinaiki dan digeledah oleh Tim Boarding Kapal patroli: ……………………………)
2. I further declare that during Boarding and Searching my vessel suffered no damage, my crew suffered no injury and no articles of any description were removed by the Boarding Party. (Saya selanjutnya menyatakan bahwa selama boarding dan digeledah, kapal saya tidak mengalami kerusakan, ABK tidak ada yang cedera, dan tidak ada barang yang dipindah oleh Tim Boarding).
3. Boarding and searching occurred at chart position: Lat : __ __ __ 0__ __ __ Long: __ __ __ 0__ __ __ (Boarding dan penggeledahan berlaku di posisi peta) 4. Nationality (Kebangsaan): Vessel: …………………………………………………... Crew : ..…………………………………………………. 5. The vessel was bound from: …………………………………… to : …………………………………… 6. My business and cargo was: ………………………………………………………….
(Bisnis dan Kargo saya adalah:) 7. Remarks by Captain:
(Catatan oleh Kapten): ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 2
World Bank COREMAP Appendix XIV
Signature or right thump print of Captain Signature of witness (Tanda tangan atau cap ibu jari Kapten) (Tanda tangan saksi)
1. ……………………………… ……………………………………………
2. ……………………………… 3. ………………………………
8. Remarks by Officer In Charge of Boarding Party:
(Catatan oleh Ketua Tim Boarding) ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… Signature of Officer In Charge of Boarding Party (Tanda tangan Ketua Tim Boarding) ………………………………………………….. Name (Nama): ………………….……… Date: __ __ / __ __ / __ __ Time: _ _ _ _ NIP No.: __ __ __ __ __ __ __ NIP No.: __ __ __ __ __ __ - __ __ - __ __ __ __ Note: This format should be attached to I.P. (Format ini harus dilampirkan di Berkas Perkara)
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 2 of 2
World Bank COREMAP Appendix XV
MCS NAT 07/99
APPENDIX XV (LAMPIRAN XV)
CERTIFICATION OF SEIZED EQUIPMENT AND FISH
(SERTIFIKAT SITAAN PERALATAN DAN IKAN) ORIGINAL OF SEIZED EQUIPMENT AND FISH (ASAL DARI PENYITAAN PERALATAN DAN IKAN) Date (Tanggal): ……………. Time (Pukul) : …………….
CASE NUMBER : (NOMOR KASUS) POLICE REPORT NUMBER : (NOMOR LAP. POLISI) VESSEL/VEHICLE NO : (NO. KAPAL/KENDARAAN)
Part 1 : Equipment (Bagian 1 Peralatan) No: Type
(Tipe) Number of Unit
(Jumlah) Type & Serial No. (if any)
(Jenis dan Seri) Location (Where found)
Lokasi ( dimana ditemukan)
Part 2 : Fish (Bagian 2 Ikan) No. Species
(Spesies) Commercial (Komersial)
Non Commercial (Tidak Komersial)
Coral Reef Fish(Ikan Karang)
Kg
Kg Kg
Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Part 3 : The above equipment and fish were seized in accordance with the law
related to illegal fishing operation.
MCS National Manual: English and Indonesia Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 2
World Bank COREMAP Appendix XV
(Peralatan dan ikan tersebut disita mengikuti perundang-undangan yang berkaitan dengan penangkapan secara ilegal).
Signature of the officer ……………… Signature of Witness…………… (Tanda tangan pegawai) (Tanda tangan saksi) Name and Designation ………………. Name and Designation ………… (Nama dan Jabatan) (Nama dan Jabatan) Name of patrol Boat ………………..… Name of Patrol Boat …………… (Nama Kapal Patroli) (Nama Kapal Patroli) Part 4 : The equipment and fish seized form my vessel by the personal of the
Fisheries Department was true and correct. (Peralatan dan ikan yang disita dari kapal saya oleh personil dari Dinas
Perikanan adalah betul dan benar) Signature of Shipper……………….. Signature of Witness …………….. (Tanda tangan shipper) (Tanda tangan saksi) Name ………………………………. Name …………………………….. (Nama) (Nama)
MCS National Manual: English and Indonesia Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 2 of 2
World Bank COREMAP Appendix XVI
MCS NAT 08/99
APPENDIX XVI (LAMPIRAN XVI)
AUCTION OF SEIZED CATCH
(Administrative Procedure Form) (LELANG IKAN YANG DISITA) (Formulir Administratif Prosedur)
ORIGINAL OF SEIZED CATCH (ASAL DARI IKAN YANG DISITA)
CASE NUMBER: (NOMOR KASUS)
……………/…… /……./………...…...
POLICE REPORT NUMBER: (NO. LAPORAN POLISI)
……………/…… /……./………...…...
Part 1 : Description of fish seized (Bagian 1 Deskripsi ikan yang disita) 1. Storage location (Lokasi Simpanan): ………………………………………………… 2. Type of catch (Jenis Tangkapan) :
Major comm. Fish: a) ………………. ……..kg Prawn : ……………..kg (Ikan komersial) b) ………………. ……..kg Squid : ……………..kg c) ………………. ……..kg Crab : ……………..kg d) ………………. ……...kg Others : ……………..kg
3. Condition of the catch: ………………………………………………………………. (Kondisi Tangkapan)
Part 2 : Buyer’s proposals (Bagian 2 Penawaran Pembeli) Auction Attempt No. (No. Percobaan Pelelangan) No. Name of buyer
(Nama pembeli) I/c. No (KTP)
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 Chosen buyer: ….…………………………………… Price offered: $ ………………….. (Pembeli yang terpilih) (Harga tawaran) Address : ………………………………………………………………………….… …………………………………………………………………………….
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 2
World Bank COREMAP Appendix XVI
Postcode: ……………………… City: …………………………….. Tel. No. : ……………………………… Fax No.: ………………………………... Signature of the buyer Signature of Investigation
Officer (Tanda tangan pembeli) (Tanda tangan Pegawai Penyelidik
Negeri Sipil) ……………………………….. ……………………………………. Date: ……………Time: …….. Date: ……………Time: …………. (Tanggal) (Waktu) (Tanggal) (Waktu) Note: This format should be attached to I.P. (format ini harus dilampirkan bersama di Berkas Perkara).
MCS National Manual: English and Indonesian Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 2 of 2
World Bank COREMAP Appendix XVII
OFFICIAL LETTER FOR DEPARTMENTAL TRAVELLING (SURAT PERINTAH PERJALANAN DINAS)
Number (No.): 1. Name of official that gives authorized : (Pejabat berwenang yang memberi perintah) 2. Name of official travelling :
(Nama pegawai yang diperintahkan) 3. a. Rank and Grad : a.
(Pangkat dan golongan menurut) b. Designation : b. (Jabatan) c. Level of instruction of Departmental Travelling : c. (Tingkat menurut peraturan perjalanan Dinas)
4. Purpose of Departmental Travelling :
(Maksud perjalanan dinas) 5. Means of transport to be used :
(Alat pengangkutan yang dipergunakan) 6. a. Place of Departure (Tempat Berangkat) : a.
b. Place of Destination (Tempat Tujuan) : b. 7. a. Duration of Departmental Travelling : a. (Lama Perjalanan Dinas) b. Date of Departure : b. (Tanggal Berangkat) c. Date of Return : c. (Tanggal Harus Kembali) 8. Accompany (Pengikut):
Number Name Age Next of Kin/Remarks (No.) (Nama) (Umur) (Hub.keluarga/Ket.) 9. Cost (Pembebanan anggaran):
a. Institution (Instansi) : a. b. Estimate Cost (Mata anggaran) : b.
10. Other remarks (Keterangan lain-lain) : Issued at (Dikeluarkan di): Date (Pada tanggal) : MCS National Manual: English and Indonesia Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 1 of 1
World Bank COREMAP Appendix XVII
Depart from : ………………………………… (Berangkat dari) (tempat kedudukan) Date : ………………………………… (Pada Tanggal) To (Ke) : ………………………………… Chief (Kepala) : …………………………………
II. Arrived at : ………………………………… (Tiba di) Date : ………………………………… (Pada tanggal) Chief : ………………………………… (Kepala)
Depart from : ………………………………… (Berangkat dari) To (Ke) : ………………………………… Date (Pada tgl.) : ………………………………… Chief (Kepala) : …………………………………
III. Arrived at : ………………………………… (Tiba di) Date : ………………………………… (Pada tanggal) Chief : ………………………………… (Kepala)
Depart from : ………………………………… (Berangkat dari) To (Ke) : ………………………………… Date (Pada tgl.) : ………………………………… Chief (Kepala) : …………………………………
IV. Arrived at : ………………………………… (Tiba di) Date : ………………………………… (Pada tanggal) Chief : ………………………………… (Kepala)
Depart from : ………………………………… (Berangkat dari) To (Ke) : ………………………………… Date (Pada tgl.) : ………………………………… Chief (Kepala) : …………………………………
V. Tiba kembali : ………………………………… (tempat kedudukan) Pejabat yang memberi perintah,
Telah diperiksa dengan keterangan bahwa perjalanan tersebut di atas benar dilakukan atas perintahnya dan semata mata untuk kepentingan jabatan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Pejabat yang memberi perintah:
VI. Other remarks (Catatan lain-lain)
VII. ATTENTION (PERHATIAN): Authorized official who issued this letter SPPD, the official who is on departmental travelling, the official who certify date of departure/arrival including the Finance shall be responsible based on the regulations of National finance when the nation is suffering lost due to mistakes carelessness and intention (figure 8, attachment letter of minister of finance dated 1974 B. 206/MK/I/4/1974. (Pejabat yang berwenang menertibkan SPPD, pegawai yang melakukan perjalanan dinas, para pejabat yang mengesahkan tanggal berangkat/tiba serta bendaharawan bertanggung jawab berdasarkan peraturan-peraturan keuangan negara apabila negara menderita rugi akibat kesalahan, kelalaian dan kealpaannya (angka 8, lampiran surat edaran Menteri Keuangan tanggal 30 April 1974 No. B. 206/MK/I/4/1974).
MCS National Manual: English and Indonesia Version 06th September 2000 C-1-A-216-1142-DRA-004 Page 2 of 2