22
PENDAHULUAN Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam masa perkembangan anak, dimana terjadi kerusakan sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif. Walaupun bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral. Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau asfiksia neonatorum. Sir William Olser adalah orang yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile cerebral paralysis. Di Indonesia, prevalensi penderita cerebral palsy diperkirakan sekitar 1 – 5 per 1.000 kelahiran hidup. Laki–laki lebih banyak daripada perempuan. Seringkali terdapat pada anak pertama. Hal ini mungkin dikarenakan 1

Cerebral Palsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

unram

Citation preview

PENDAHULUAN

Cerebral palsyadalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam masa perkembangan anak, dimana terjadi kerusakan sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif. Walaupun bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral.

Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilahcerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau asfiksia neonatorum. Sir William Olser adalah orang yang pertama kali memperkenalkan istilahcerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilahInfantile cerebral paralysis.

Di Indonesia, prevalensi penderita cerebral palsy diperkirakan sekitar 1 5 per 1.000 kelahiran hidup. Lakilaki lebih banyak daripada perempuan. Seringkali terdapat pada anak pertama. Hal ini mungkin dikarenakan kelahiran pertama lebih sering mengalami kelahiran macet. Angka kejadiannya lebih tinggi pada bayi berat badan lahir rendah dan kelahiran kembar. Umur ibu seringkali lebih dari 40 tahun, terlebih lagi pada multipara.

Walaupun sulit, etiologicerebral palsy perlu diketahui untuk tindakan pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan.

Winthrop Phelps menekankan pentingnya pendekatan multi disiplin dalam penanganan penderitacerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar biasa. Di samping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.

Berikut akan dibahas refleksi kasus mengenai cerebral palsy yang didapatkan di poli klinik bagian anak RSUD Undata Palu.

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama: An. F

Tanggal Lahir/ Umur: 7 Juni 2013 ( 11 bulan)

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat: Jl. Mangun Sarkoro

Tanggal pemeriksaaan: 2 Mei 2014

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama: Lemah seluruh badan

Riwayat Penyakit Sekarang

Lemah seluruh badan dirasakan 4 bulan yang lalu. Lemah dirasakan secara mendadak setelah anak mengalami kejang. Sampai saat ini pasien belum bisa mengangkat kepala. Anak juga belum bisa membalikkan badan dan tengkurap. Gerakan anak juga tidak aktif.

Riwayat Penyakit Terdahulu

Pada umur 6 bulan pasien mengalami demam tinggi dan kejang Kejang terjadi 2 kali dengan interval waktu 10 menit. Kejang timbul diseluruh tubuh dengan mata mendelik ke atas.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama

Riwayat Kehamilan & Kelahiran

Saat hamil, ibu pasien sering mengalami demam. Riwayat minum obat-obatan selama hamil disangkal.

Lahir secara spontan di rumah sakit. Saat lahir bayi tidak langsung menangis, berat badan lahir 2000 gram. Lahir belum cukup bulan (prematur 8 bulan). Saudara kembar pasien meninggal dunia beberapa jam setelah lahir.

Anamnesis makanan

Pasien mendapatkan ASI sampai umur 7 bulan

Umur 7 bulan sampai sekarang diberikan bubur saring dan susu formula.

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sakit sedang, kesadaran compos mentis

BB: 9 kg

TB: 97 cm

Status Gizi: Z Score ( (-2) - ( -3) SD )

Gizi Kurang

Vital Sign

Nadi: 116x/menit

Pernapasan : 30x/menit

Suhu: 36,70 C

Kepala

Wajah : Normocephal

Deformitas : tidak ada kelainan

Rambut : hitam

Mata : - Konjungtiva : tidak anemis

Sclera : tidak ikterik

Pupil : isokor

Leher

Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Tonsil : T1-T1

Faring : Tidak hiperemis

Massa lain : Tidak terdapat massa lain

Thoraks

Inspeksi : Simetris dada kiri dan kanan, tidak ada retraksi

Palpasi : vokal fremitus normal

Perkusi : sonor

Auskultasi : bunyi napas bronkhovesikuler, tidak ada bunyi napas tambahan

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak pada ICS V linea midclavicularis

Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V midclavicularis

Perkusi : jantung dalam batas normal

Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni reguler

Bunyi tambahan tidak ada

Abdomen

Inspeksi : Kesan datar, tidak tampak massa

Auskultasi : Peristaltik usus (+), kesan normal

Perkusi : Timpani

Palpasi : Tidak ada massa, nyeri tekan tidak ada, tidak ada organomegali

Anggota gerak

Atas : Akral hangat, lengan sulit ditekuk

Bawah : Akral hangat, tungkai kaku dan sulit ditekuk

Resume

Seorang anak laki-laki, umur 11 bulan, masuk dengan keluhan lemah seluruh badan. Lemah seluruh badan dirasakan 4 bulan yang lalu. Lemah dirasakan secara mendadak setelah anak mengalami kejang saat usia 6 bulan. Sampai saat ini pasien belum bisa mengangkat kepala, membalikkan badan dan tengkurap. Gerakan anak juga tidak aktif. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status gizi kurang, leher pasien lemah, kaku pada lengan dan ke-2 tungkai.

Diagnosis Kerja

Cerebral Palsy

Penatalaksanaan

Fisioterapi

Anjuran

CT scan

Elektroensefalogram (EEG)

Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)

DISKUSI

Cerebral palsy adalah sekelompok gangguan non progresif akibat kerusakan otak yang terjadi selama kehamilan (fetus) maupun pada awal kehidupan (bayi) dan ditandai oleh adanya paralisis, spastik, atau gangguan pergerakan atau postur tubuh (gangguan koordinasi atau keseimbangan).1, 2, 3

Klasifikasi Cerebral palsy terbagi sebagai berikut :

1. Berdasarkan gangguan motorik

a. Spastik, merupakan bentuk yang terbanyak (70-80%), ditandai dengan tonus otot yang hipertonik selama gerakan volunter, otot mengalami kekakuan dan secara permanen kontraktur serta melawan untuk bergerak. Pada anak-anak yang mengalami tipe ini harus bekerja keras untuk berjalan dan bergerak. Jika kedua tungkai mengalami spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai tampak bergerak kaku dan lurus. Gambaran klinis ini membentuk karakterisitik berupa ritme berjalan yang dikenal dengan scissor gait.2,6

b. Atetoid/diskinetik, ditandai dengan timbulnya gerakan-gerakan involunter pada tubuh. Cerebral palsy tipe atetoid terjadi pada 10% - 15% penderita cerebral palsy. Anak yang mengalami tipe ini mempunyai gerakan-gerakan yang tidak terkontrol. Gerakan ini tidak dapat dicegah sehingga dapat mengganggu aktivitas. Gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki, lengan atau tungkai dan pada sebagian besar kasus otot muka dan lidah, menyebabkan anak tampak selalu menyeringai dan selalu mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama periode peningkatan stress dan hilang pada saat tidur. Penderita juga mengalami masalah koordinasi otot lidah.2,6

c. Ataksia, gangguan koordinasi dan keseimbangan. Jarang dijumpai, < 15% yang menderita tipe ini. Gangguan atau hilangnya kesimbangan dan koordinasi. penderita akan bergoyang ketika sedang berdiri, pasien memiliki masalah dengan keseimbangan yang menyebabkan penderita berjalan dengan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan untuk menghindar dari jatuh. Penderita juga sering mengalami tremor dan bicara yang tidak teratur.2,6

d. Tipe campuran, sering ditemukan pada seorang penderita yang mempunyai lebih dari satu bentuk cerebral palsy yang telah dijelaskan di atas. Bentuk campuran yang sering dijumpai adalah spastic dan gerakan atetoit tetapi kombinasi lain juga dapat di jumpai.2

2. Berdasarkan lokasi gangguan:

a. Monoplegia

Pada tipe ini, hanya satu ekstremitas saja yang mengalami spastik. Umumnya terjadi pada lengan / ekstremitas atas.

b. Diplegia

Tipe diplegia sering terjadi pada kasus dengan prematuritas. Hal ini disebabkan oleh spastik yang menyerang traktus kortikospinal bilateral atau lengan pada kedua sisi tubuh saja. Sedangkan sistemsistem lain normal.

c. Hemiplegia

Spastik melibatkan traktus kortikospinal unilateral yang biasanya menyerang ekstremitas atas/lengan atau menyerang lengan pada salah satu sisi tubuh.

d. Quadriplegia

Spastik yang tidak hanya menyerang ekstremitas atas, tetapi juga ekstremitas bawah dan juga terjadi keterbatasan pada tungkai.

3. Berdasarkan derajat keparahan, Gross Motor Function Classification System (GMFCS):3, 5

1. Derajat I : berjalan tanpa hambatan, keterbatasan terjadi pada gerakan motorik kasar yang lebih rumit.

2. Derajat II : berjalan tanpa alat bantu, keterbatasan dalam berjalan di luar rumah dan di lingkungan masyarakat.

3. Derajat III : berjalan dengan alat bantu mobilitas, keterbatasan dalam berjalan di luar rumah dan di lingkungan masyarakat.

4. Derajat IV : kemampuan bergerak sendiri terbatas, menggunakan alat bantu gerak yang cukup canggih untuk berada di luar rumah dan di lingkungan masyarakat.

5. Derajat V : kemampuan bergerak sendiri sangat terbatas, walaupun sudah menggunakan alat bantu yang canggih.

Pada kasus ini, pasien mengalami gangguan motorik berupa adanya spastik karena dilihat dari gejala klinis yang ada pada pasien yatu kekakuan pada tungkai atas dan bawah. Pasien mengalami delay dalam tumbuh kembang, karena seharusnya pada usia ini anak sudah dapat duduk 2,4

Cerebral palsy dapat disebabkan karena perkembangan anomali dari sistem saraf pusat atau cedera otak selama masa prenatal, natal, dan postnatal.

1. Prenatal

Infeksi intrauterine: Potensi yang mungkin terjadi pada masa prenatal adalah infeksi pada masa kehamilan. Infeksi merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan kelainan pada janin misalnya infeksi TORCH dan sifilis.

Asfiksia intrauterine: abrupsio plasenta, plasenta previa, anoksia maternal, kelainan umbilicus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, anemia dan lain-lain.

Radiasi

Toksemia gravidarum

DIC oleh karena kematian prenatal pada salah satu bayi kembar.

2. Perinatal

Pada masa bayi dilahirkan ada beberapa resiko yang dapat meningkatkan terjadinya cerebral palsy, antara lain:

Anoksia/hipoksia

Perdarahan otak

Prematuritas

Hiperbilirubinemia

Bayi kembar

3. Postnatal

Pada masa postnatal bayi bayi beresiko mendapatkan paparan dari luar yang dapat mempengaruhi perkembangan otak, yang mungkin dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada otak. Kerusakan yang terjadi pada jaringan otak setelah proses kelahiran yang mengganggu perkembangan dapat menyebabkan cerebral palsy. Misalnya pada :

Trauma kepala

Meningitis/ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan.

Pada kasus ini di curigai pasien mengalami cerebral palsy yang didapatkan pada masa perinatal yang disebabkan oleh prematuritas bayi, mengingat pasien prematur 8 bulan serta bayi yang lahir kembar.

Secara garis besar, penanganan cerebral palsy terdiri dari medikamentosa dan rehabilitasi medik. Penanganan medikamentosa pada penderita cerebral palsy hanya bersifat simptomatik dan tidak ada pengobatan kausal yang spesifik. Jika anak mengalami kejang, dapat diberikan antikonvulsan, misalnya luminal atau diazepam.

Rehabilitasi medik meliputi fisioterapi seperti latihan gerak sendi, latihan penguatan dan peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihan pindah, latihan jalan. 2

Penderita cerebral palsy tidak dapat disembuhkan, tetapi dengan program rehabilitasi medik, sebagai bagian dari terapi cerebral palsy, dapat memberi pemecahan masalah yang dihadapi penderita.5

Perlu ditekankan pada orang tua dari anak dengan kelainan ini, bahwa tujuan pengobatan bukan membuat anak menjadi seperti anak normal lainnya. Tetapi mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut seoptimal mungkin, sehingga diharapkan anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan. 1,2,3,4,5

Secara garis besarnya penatalaksanaan pada cerebral palsy sebagai berikut:

a. Memonitoring pertumbuhan, nutrisi, penglihatan, pendengaran dan kemampuan sensoriknya

b. Terapi fisik dan okupasi, latihan untuk memperbaiki gerakan dan kekuatan dan latihan untuk melakukan aktifitas sehari-hari, evaluasi penggunaan alat-alat bantu, latihan keterampilan tangan dan aktivitas.

c. Injeksi toksin botulinum untuk mengurangi spastisitas

d. Pemberian baclofen untuk mengurangi spastisitas pada distonik dan quadriplegia

e. Penggunaan brace untuk stabilitas terutama bracing untuk tungkai dan tubuh, mencegah kontraktur, mencegah kembalinya deformitas setelah operasi, agar tangan lebih berfungsi.

Terapi pembedahan ortopedi untuk stabilitas, bertujuan melemahkan otot yang terlalu kuat. Salah satu indikasi dilakukan tindakan ortopedi jika sudah terjadi deformitas akibat proses spasme otot atau telah terjadi kontraktur pada otot dan tendon. Dalam hal ini harus dipertimbangkan secara matang beberapa faktor sebelum melakukan tindakan bedah.

Beberapa faktor berpengaruh terhadap prognosis penderita cerebral palsy seperti tipe klinis, adanya refleks patologis dan adanya defisit intelegensi, sensoris dan gangguan emosional. Kesembuhan dalam arti regenerasi dari otak yang sesungguhnya, tidak bisa terjadi pada cerebral palsy. Tetapi akan terjadi perbaikan sesuai dengan tingkat maturitas otak yang sehat sebagai kompensasinya. Prognosis paling baik pada derajat fungsional ringan, sedangkan bertambah berat apabila disertai dengan retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan pendengaran.1,4,6

DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson Textbook of Pediatrics 19th. Cerebral palsy. 2005.

2. http://www.nhs.uk/conditions/cerebral-palsy/pages/introduction.aspx

3. http://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Cerebral_Palsy_an_overview/

4. CDC. Cerebral palsy [serial online]. 2013. Available on: www.cdc.gov/ncbddd/cp/diagnosis.html?mobile=nocontent

5. Kaufman's Clinical Neurology for Psychiatrists. 7th edition : 2013

6. X-plain. Cerebral palsy. The patient education istitute, Inc: 2011.

7. CDC. Cerebral palsy [serial online]. 2013. Available on: www.cdc.gov/ncbddd/cp/diagnosis.html?mobile=nocontent

8. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 1995.

9