Upload
rido-maulana
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
1/17
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatosis eritroskuamosa ialah penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya
eritema dan skuama, salah satu nya yaitu Psoriasis.1
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik dan meradang yang diidentifikasi sejak tahun
1841 namun kemunculannya telah diketahui beberapa abad sebelumnya.2
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-
lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kbner.1
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan
kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat bahwa
perjalanannya menahun dan residif.1
Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua
usia, tetapi umumnya pada orang dewasa. Psoriasis biasanya dialami oleh individu berusia
sekitar 20 tahunan namun bisa juga lebih muda.1,2
Faktor genetik berperan. Bila orangtuanya tidak menderita psoriasis risiko mendapat
psoriasis 12%, sedangkan jika salah seorang orangtuanya menderita psoriasis risikonya
mencapai 34-39%.1
Faktor imunologik juga berperan. Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan
pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau
keratinosit.1
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
2/17
2
BAB II
KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama :Tn. E. R.
Umur :55 tahun
Jenis Kelamin :Laki-laki
Agama :Islam
Pekerjaan :Buruh
Alamat : Dsn. Kertahayu RT 05/12, Ds. Sindangrasa, Ciamis
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 6 Maret 2014
2.2 ANAMNESIS (Auto Anamnesis pada tanggal 6 Maret 2014)
Keluhan Utama :
Bercak kemerahan disertai sisik kasar yang terasa gatal pada kulit di wajah,
leher, badan, punggung, kedua lengan dan kedua tungkai sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang laki-laki usia 55 tahun datang ke Poliklinik Rumah Sakit Umum Kota
Banjar dengan keluhan bercak kemerahan disertai sisik kasar yang terasa gatal pada
kulit di wajah, leher, badan, punggung, kedua lengan dan kedua tungkai sejak 1
bulan yang lalu. Awalnya, pasien mengatakan timbul bercak kemerahan yang kecil
sebesar biji jagung. Kemudian bercak kemerahan ini bertambah besar dan menyebar
hampir di seluruh tubuh. Gatal hilang timbul yang dirasakan pasien membuat pasien
menggaruknya dan jika digaruk bercak kemerahan mengelupas seperti serpihan
ketombe, namun gatal tidak bertambah hebat saat berkeringat. Rasa panas dan nyeri
pada lokasi timbulnya becak kemerahan disertai sisik kasar maupun kulit di bagian
tubuh lain tidak dirasakan pasien. Tidak ada cairan yang keluar dari bercak
kemerahan. Tidak terdapat riwayat kontak dengan bahan iritan seperti detergen dan
bahan kimia lainnya.
Pasien mengatakan sebelum timbul bercak kemerahan seperti ini tidak
mengkonsumsi obat-obatan maupun jamu.
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
3/17
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
4/17
4
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran :Composmentis
Keadaan umum :Tampak sakit ringan
Tanda-tanda vital:o TD : 120/80 mmHg
o Nadi : 88 x/menit
o RR : 20 x/menit
o Suhu : 36,5C
Status Generalisata:
o Kepala : Normochepal
o Mata : Konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik(-/-), refleks pupil(+/+)
o Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-)
o Mulut : Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-)
o Leher : Pembesaran KGB (-)
o Thorax : Paru : Pergerakan dada simetris, vesikuler (-/-)
o Jantung : Ictus cordis teraba di ICS 5, BJ I dan II normal
o Abdomen : Tampak datar, supel, bising usus (+) normal, organomegali (-)
o Ekstremitas : Deformitas (-/-), akral hangat (+/+), edema (-/-)
Status Dermatologikus
Distribusi Generalisata
A/R Wajah, leher, badan, punggung, kedua lengan dan kedua tungkai
Lesi
Lesi multiple, bentuk sebagian bulat, sebagian tidak beraturan,
batas sebagian sirkumskrip, sebagian difus, sebagian menimbul di
permukaan kulit, kering, ukuran miliar sampai plakat
Efloresensi Plak, makula eritema, hiperpigmentasi, skuama kasar (putih)
Tes manipulasi : Fenomena tetesan lilin : (+)
Auspitz : (+)
Kbner : tidak dapat dinilai
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
5/17
5
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
6/17
6
2.4 RESUME
Anamnesis :o Seorang laki-laki usia 55 tahun datang keluhan bercak kemerahan disertai sisik
kasar yang terasa gatal pada kulit di wajah, leher, badan, punggung, kedua lengan
dan kedua tungkai sejak 1 bulan yang lalu.
o Awalnya, timbul bercak kemerahan yang kecil sebesar biji jagung. Kemudian
bercak kemerahan ini bertambah besar dan menyebar hampir di seluruh tubuh.
o Gatal hilang timbul membuat pasien menggaruknya dan jika digaruk bercak
kemerahan mengelupas seperti serpihan ketombe.
o Pasien sudah berobat ke dokter, keluhan berkurang namun bercak kemerahan
disertai sisik belum hilang semua. Pasien memakai daun sirih yang diusapkan pada
kulit di setiap lokasi timbulnya gatal dan gatal berkurang.
o Pasien mempunyai riwayat keluhan bercak kemerahan disertai sisik kasar yang
terasa gatal pada kulit sejak 8 tahun yang lalu dan sering kambuh.
o Pasien bekerja sebagai buruh. Pasien merasa tidak seharusnya masih bekerja
sebagai buruh diusianya saat ini, tetapi tetap harus bekerja untuk mencari nafkah.
Lingkungan rumah pasien kurang bersih. Pasien merokok namun jarang.
Pemeriksaan Fisik :
Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan:
- Distribusi: Generalisata
- A/R: Wajah, leher, badan, punggung, kedua lengan dan kedua tungkai
- Lesi: multiple, bentuk sebagian bulat, sebagian tidak beraturan, batas sebagian
sirkumskrip, sebagian difus, sebagian menimbul di permukaan kulit, kering, ukuran
miliar sampai plakat.
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
7/17
7
- Efloresensi: Plak, makula eritema, hiperpigmentasi, skuama kasar (putih)
Tes manipulasi : Fenomena tetesan lilin : (+)
Auspitz : (+)
2.5 DIAGNOSIS BANDING
Psoriasis
Dermatofitosis
Dermatitis seboroik
2.6 DIAGNOSIS KERJA
Psoriasis
2.7 RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Pemeriksaan darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol dan asam urat.
o Pemeriksaan histopatologi
2.8 PENATALAKSANAAN
oNon-Medikamentosa:
1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya yang dialami,
penyebab, perjalanan penyakit dan prognosis penyakit.
2. Menghindari faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit dan faktor-faktor
yang dapat memperberat penyakit (infeksi lokal, gangguan metabolik, trauma
(fenomena Kbner).
o Medikamentosa:
Topikal : Clobetasol propionate cream 0,05%
Sistemik : Metotreksat 3 x 2,5 mg dalam seminggu
2.9 PROGNOSIS
o Quo Ad Vitam : Ad Bonam
o Quo Ad Functionam : Ad Bonam
o Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
8/17
8
BAB III
ANALISIS KASUS
3.1 Bagaimana cara mendiagnosis Psoriasis?
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan
melihat gambaran klinis dan lokasi terjadinya lesi serta ditemukan fenomena tetesan
lilin, Auspitz dan Kobner pada penderita psoriasis.1,3
Anamnesis pada Kasus:
o Keluhan bercak kemerahan disertai sisik kasar yang terasa gatal pada kulit di wajah,
leher, badan, punggung, kedua lengan dan kedua tungkai sejak 1 bulan yang lalu.
o Awalnya, timbul bercak kemerahan yang kecil sebesar biji jagung. Kemudian bercak
kemerahan ini bertambah besar dan menyebar hampir di seluruh tubuh.
o Gatal hilang timbul membuat pasien menggaruknya dan jika digaruk bercak
kemerahan mengelupas seperti serpihan ketombe.
o Pasien mempunyai riwayat keluhan bercak kemerahan disertai sisik kasar yang
terasa gatal pada kulit sejak 8 tahun yang lalu dan sering kambuh.
Anamnesis pada kasus sesuai dengan teori, yaitu:
Sebagian penderita Psoriasis datang dengan keluhan rasa gatal ringan di daerah
predileksi, kelainan kulit berwarna kemerahan dengan adanya pengelupasan kulit
diatasnya berwarna putih. Keadaan umum, umumnya baik kecuali jika diawali
dengan infeksi misalnya streptococcus. Dan biasanya kelainan psoriasis akan
berulang jika terkena faktor pencetus. 1,3,4
Pemeriksaan Dermatologi Pada Kasus ditemukan:
-
Distribusi: Generalisata
- A/R: Wajah, leher, badan, punggung, kedua lengan dan kedua tungkai
- Lesi: Lesi multiple, bentuk sebagian bulat, sebagian tidak beraturan, sebagian
sirkumskrip, sebagian difus, sebagian menimbul di permukaan kulit, kering,
ukuran miliar sampai plakat
- Efloresensi: Plak, makula eritema, hiperpigmentasi, skuama kasar (putih)
- Tes manipulasi : Fenomena tetesan lilin : (+)
Auspitz : (+)
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
9/17
9
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
10/17
10
Pemeriksaan dermatologi pada kasus sesuai dengan teori, yaitu:
Tempat predileksi Psoriasis yaitu pada scalp, perbatasan daerah tersebut dengan
muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut, dan daerah
lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi
(plak) dengan skuama di atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada
stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya
terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika,
serta transparan. Pada psoriasis terdapat ditemukan fenomena tetesan lilin, Auspitz
dan Kobner.1,3,4
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih
pada goresan, seperti lilin yang digores disebabkan oleh berubahnya indeks bias.
Cara menggores dapat menggunakan pinggir gelas alas.1,4,5
Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang
disebakan oleh papilomatosis. Cara megerjakannya : skuama yang berlapis-lapis
itu dikerok, bisa dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka
pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak
perdarahan yang berbintik-bintik melainkan perdarahan yang merata.1,4,5
Fenomena Kobner dapat terjadi 7-14 hari setelah trauma pada kulit penderita
psoriasis, misalnya garukan dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan
kelainan psoriasis.1,4,5
Rencana Pemeriksaan Penunjang pada Kasus:
o Pemeriksaan darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol dan asam urat.
o Pemeriksaan histopatologi
Rencana pemeriksaan pada kasus sesuai dengan teori, yaitu:
- Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah untuk menganalisis penyebab
terjadinya Psoriasis dengan pemeriksaan darah rutin, kimia darah, gula darah,
kolesterol dan asam urat.6
- Pemeriksaan histopatogi:
Gambaran Histopatologi Psoriasis
Psoriasis memberi gambaran histopatologik yang khas, yakni parakeratosis dan
akantosis.
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
11/17
11
Perpanjangan (akantosis) reteridges dengan bentuk clubike, perpanjangan papila
dermis, lapisan sel granuler menghilang, parakeratosis, mikro abses munro
(kumpulan netrofil leukosit polimorfonuklear yang menyerupai pustul spongiform
kecil) dalam stratum korneum, penebalan suprapapiler epidermis (menyebabkan
tanda Auspitz), dilatasi kapiler papila dermis dan pembuluh darah berkelok-kelok,
infiltrat inflamasi limfohistiositik ringan sampai sedang dalam papila dermis atas.7
3.2 Apa saja etiologi dari Psoriasis?
o Penyebab Psoriasis yang mungkin pada kasus adalah:
Faktor trauma karena pasien menggaruk lesi
Faktor stress karena pasien bekerja sebagai buruh namun pasien merasa tidak
seharusnya masih bekerja diusianya saat ini.
Penyebab yang mungkin pada kasus sesuai dengan teori, yaitu
Penyebab psoriasis hingga saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi
genetik tetapi secara pasti cara diturunkan tidak diketahui. Psoriasis tampaknya
merupakan suatu penyakit keturunan dan tampaknya juga berhubungan dengan
kekebalan dan respon peradangan.
Ada beberapa faktorfaktor yang dapat mencetuskan psoriasis, yaitu: .1,3,5
Trauma: Dilaporkan bahwa berbagai tipe trauma kulit dapat menimbulkan
psoriasis, seperti akibat gesekan atau garukan.
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
12/17
12
Stres: Dalam penyelidikan klinik, sekitar 30-40 % kasus terjadi perburukan oleh
karena stres. Stres bisa merangsang kekambuhan psoriasis dan cepat menjalar bila
kondisi pasien tidak stabil. Stres psikis merupakan faktor pencetus utama.5,7
Tidak ditemukan gangguan kepribadiaan pada penderita psoriasis. Adanya
kemungkinan bahwa stres psikologis dapat mengakibatkan menurunnya
kemampuan menerima terapi dan dapat menyebabkan deteriorasi terutama pada
kasus berat.11
Terdapat tiga teori yang potensial dapat menjelaskan efek negatif stres
psikologis pada kulit
1. Disfungsi psikoneuroimunoendokrin: terjadi peningkatan neuropeptida pro
inflamasi dan produksi sitokin dengan atau tanpa melalui jalur Hipotalamus-
Hipofisis-Adrenal.11
2. Peningkatan kadar glukokortikoid endogen plasma yang disebabkan aktivasi jalur
Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal.11
3.
Sistem steroidogenik kulit, melalui produksi lokal Corticotropin Releasing
Factor (CRF) yang merupakan mediator terhadap timbulnya efek lebih lanjut
stres psikologis.11
Efek merugikan stres psikologis dan peningkatan kadar plasma glukokortikoid
endogen terhadap fungsi permeabilitas kulit disebabkan karena mekanisme inhibisi
sintesis lemak di epidermis. Hal ini menyebabkan penurunan produksi badan lamellar
epidermis, suatu organel fungsional yang bertugas menghantarkan lemak, enzim-
enzim deskuamasi dan peptida antimikroba ke celah-celah stratum korneum yang
berperan menjaga permeabilitas dan fungsi pertahanan terhadap mikroorganisme.11
Kondisi stres psikologis menyebabkan perubahan struktur dan fungsi stratum
korneum lapisan epidermis yang menimbulkan perubahan ekspresi peptide
antimikrobial di epidermis sehingga secara langsung meningkatkan risiko infeksi
kulit. 11
3.3 Apa saja diagnosis banding dari Psoriasis?
Pada kasus, diagnosis banding yang diambil adalah:
- Psoriasis
-
Dermatofitosis
- Dermatitis seboroik
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
13/17
13
Diagnosis banding pada kasus dapat disingkirkan sesuai dengan teori, yaitu
1. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)
Pada stadium penyembuhan psoriasis dijelaskan bahwa eritema dapat terjadi
hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya adalah
skuama umumnya pada perifer lesi dengan gambaran khas adanya central
healing, keluhan pada dermatofitosis gatal sekali dan pada sediaan langsung
ditemukan jamur.1,4,5
2. Dermatitis Seboroik
Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga, sternum
dan fleksura. Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama lutut
dan siku serta kepala. Skuama pada psoriasis kering, putih, mengkilap,
sedangkan pada Dermatitis Seboroik skuama berminyak, tidak bercahaya.
Psoriasis tidak lazim pada wajah dan jika skuama diangkat tampak basah
bintik perdarahan dari kapiler (Auspitz sign), dimana tanda ini tidak
ditemukan pada dermatitis seboroik.1,4,5
3.4 Bagaimana penatalaksanaan pada Psoriasis?
Penatalaksanaan pada kasus:
o
Non-Medikamentosa:
o Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya yang dialami,
penyebab, perjalanan penyakit dan prognosis penyakit.
o Menghindari faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit dan faktor-faktor
yang dapat memperberat penyakit (infeksi lokal, gangguan metabolik, trauma
(fenomena Kbner).
o
Medikamentosa:
Topikal : Clobetasol propionate cream 0,05%
Sistemik : Metotreksat 3 x 2,5 mg dalam seminggu
Penatalaksanaan pada kasus sesuai dengan teori, yaitu:
Oleh karena penyebab pasti belum jelas, maka diberikan pengobatan simtomatis
sambil berusaha mencari / mengeliminasi faktor pencetus.
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
14/17
14
Topikal
Kortikosteroid1,8,9,12
Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu:
1. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.
2. Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler.
3.
Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang
peranan dan steroid topikal dapat menurunkan inflamasi.
Preparat hidrokortison 1%-2,5% harus digunakan pada fase akut dan sebagai
pengobatan maintenance.
Kortikosteoid tersedia dalam bentuk gel, lotion, solution dan krim, serta
ointment dimana pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi efek samping.
Efek samping berupa atrofi, erupsi akneiformis, striae, telangiektasis di muka,
dapat terjadi pada pemakaian topikal potensi kuat, terutama bila digunakan under
occlusion. Kadang-kadang pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi
hypothalamic pituitary adrenal axis (HPA) sehingga dianjurkan pemeriksaaan
level serum kortisol.
Sedangkan Klobetasol propionat merupakan terapi topikal lini pertama pada
pengobatan Psoriasis tipe plak (vulgaris) yang dapat menurunkan sintesis dan
sekresi berbagai sitokin. Interleukin (IL)-17 adalah sitokin proinflamasi yang
diduga berperan penting dalam patogenesis Psoriasis vulgaris.8,9,12
Sistemik
Sitostatik1,8,9,12
Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Indikasinya
ialah untuk Psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan
Psoriasis Eritroderma yang sukar terkontrol dengan obat. Dosis 3 x 2,5 mg,
dengan interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. Jika tidak
tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg 5 mg per minggu. Biasanya dengan
dosis 3 x 5 mg per minggu telah tampak perbaikan.
Setiap 2 minggu diperiksa: Hb, jumlah leukosit, hitung jenis, jumlah
trombosit, dan urin lengkap. Setiap bulan diperiksa: fungsi ginjal dan hati. Bila
jumlah leukosit kurang daripada 3.500, metotreksat agar dihentikan.
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
15/17
15
Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat
dihidrofolat reduktase dan dengan demikian menghasilkan kerja antimitotik pada
epidermis. Penyelidikan in vitro akhir-akhir ini, metotreksat 10-100 kali lebih
efektif dalam menghambat proliferasi sel-sel limfoid.
Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoietik,
kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum, kolitis
ulserosa, dan psikosis. Efek samping metotreksat berupa nyeri kepala, alopesia,
kerusakan kromosom, aktivasi tuberkulosis, nefrotoksik, juga terhadap saluran
cerna, sumsum tulang belakang, hepar, dan lien. Pada saluran cerna berupa
nausea, nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan diare. Jika hebat dapat terjadi
enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Sumsum tulang berakibat timbulnya
leukopenia, trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi
fibrosis portal dan sirosis hepatik.
Metotreksat (MTX) adalah satu dari obat anti psoriasis yang efektif untuk
psoriasis tipe plak kronik sedang sampai berat.13
Meskipun dikatakan bersifat hepatotoksik tetapi aman digunakan pada
sebagian besar penderita jika sesuai dengan ketentuan.13
3.5
Bagaimana prognosis pada Psoriasis?
Prognosis pada kasus yaitu:
o Quo Ad Vitam : Ad Bonam tidak ada gejala atau tanda dari Psoriasis yang
mengarah pada ancaman kematian. Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital
pasien masih dalam batas normal.
o Quo Ad Functionam: Ad Bonam Psoriasis tidak menimbulkan lesi kulit
yang mengganggu fisiologis kulit secara bermakna.
o
Quo Ad Sanationam: Dubia Ad Bonam Psoriasis bersifat kronik dan
residif.
Prognosis pada kasus sesuai dengan teori yaitu:
Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat, serta
mengetahui faktor yang mempengaruhi timbulnya psoriasis. Meskipun psoriasis
tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronik dan residif.1,6
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
16/17
16
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Psoriasis adalah penyakit kronik yang residif yang hingga saat ini belum diketahui
secara pasti penyebabnya. Psoriasis bisa terjadi pada semua umur, umumnya terjadi pada
orang dewasa. Pada penderita psoriasis tidak mempengaruhi keadaan umum, penderita
hanya mengeluh gatal ringan, lesi pada kulit berupa eritema dan skuama yang berlapis-
lapis.
Selain itu psoriasis dapat menyebabkan kelainan kuku dan kelainan pada sendi.
Kebanyakan psoriasis yang onsetnya di mulai pada anak-anak biasanya menjadi berat
pada usia dewasa. Pengobatan agresif dan edukasi dapat mengurangi beratnya penyakit
ini. Dengan kontrol teratur dapat memberi kesembuhan, walaupun pada beberapa
penderita dapat terjadi penyembuhan spontan namun dapat juga berlangsung lama
(kronis)
8/10/2019 CASE Psoriasis, Meka
17/17
17
DAFTARPUSTAKA
1.
Djuanda, Adhi.Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2010 : 189-95.
2.
Corwin, Elizabeth J.Integumen. Dalam:Patofisiologi: buku saku. Jakarta: EGC; 2009 :
111
3. Kartowigno S. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Edisi Pertama. Palembang : Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya; 2011 : 167-173.
4. Fitzpatrick TB, Johnson RA, and Wolff K, ed. Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. NewYork: Mc-Graw Hill; 1997 : 1646-60.
5.
Weller R, Hunter J and Savin J. Infestations. In: Weller R, Hunter J, and Savin J, ed.
Clinical Dermatology. 4thed. Oxford: Blackwell; 2008 : 262-6.
6. Siregar R.S: Psoriasis. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, edisi kedua.
Jakarta: EGC; 2005 : 94-5
7. Wardana SH, Sularsito SA. Gambaran Histopatologik Berbagai Lesi Psoriasis
Vulgaris pada seorang penderita. MDVI; 1993 : XX (55) :1020.
8.
Krueger JG. The immunologic basis for the treatment of psoriasis with new biologic
agents. J am acad dermatol; 2002 : 46 (1) : 1-23.
9. Gordon KB, Langley RG. Remittive effects of intramuscular alefacept in psoriasis. J
drugs dermatol; 2003 : 2 (6) : 624-28.
10. Christophers E, Mrowietz U.Psoriasis. In : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen
KF, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrick TB eds. Fitzpatrick's dermatology in general
medicine. 5 thed, vol 1. New York : McGraw-Hill Companies; 1999 : 495-521.
11. Altemus M, Rao B. Stres-Induced Changes in Skin Barrier Function in Healthy
Women. J Invest Dermatol; 2001 : 309-17.
12.
Gottlieb AB, Lebwohl M, Totoritis MC, Abdulghani AA, Shuey SR, Romano P.
Clinical and histologic response to single-dose treatment of moderate to severe
psoriasis with an antiCD 80 monoclonal antibody. J am acad dermatol; 2002 : 47 (5) :
692-99.
13. Chladek J, Grim J, Martinkova J, Simkova M, Vaniekova J, Koudelkova V, Noiekova
M. Pharmacokinetics and pharmacodynamics of low-dose methotrexate in the
treatment of psoriasis. Br J clin pharmacol; 2002 : 54(2) : 147-56.