Upload
febrima-rahayu
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
1/48
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
2/48
adalah penularan melalui gigitan nyamuk 2e. aegypti. 6asa inkubasi ekstrinsik (di dalam
tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 7#% hari, sedangkan inkubasi intrinsik (dalam tubuh
manusia) berkisar antara & hari dan diikuti dengan respon imun.&
enelitian di 8epara dan 9!ungpandang menun!ukkan bah1a nyamuk 2edes spp.
berhubungan dengan tinggi rendahnya infeksi virus dengue di masyarakat3 tetapi infeksitersebut tidak selalu menyebabkan DBD pada manusia karena masih tergantung pada faktor
lain seperti vector capacity, virulensi virus dengue, status kekebalan host dan lainlain. :ector
capacity dipengaruhi oleh kepadatan nyamuk yang terpengaruh iklim mikro dan makro,
frekuensi gigitan per nyamuk per hari, lamanya siklus gonotropik, umur nyamuk dan lamanya
inkubasi ekstrinsik virus dengue serta pemilihan Hospes. Frekuensi nyamuk menggigit
manusia, di antaranya dipengaruhi oleh aktivitas manusia3 orang yang diam (tidak bergerak),
$ kali akan lebih banyak digigit nyamuk 2e. 2egypti dibandingkan dengan orang yang lebih
aktif, dengan demikian orang yang kurang aktif akan lebih besar risikonya untuk tertular
virus dengue. "elain itu, frekuensi nyamuk menggigit manusia !uga dipengaruhi keberadaan
atau kepadatan manusia3 sehingga diperkirakan nyamuk 2e. aegypti di rumah yang padat
penghuninya, akan lebih tinggi frekuensi menggigitnya terhadap manusia dibanding yang
kurang padat. ekebalan host terhadap infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah usia dan status gi;i, usia lan!ut akan menurunkan respon imun dan penyerapan
gi;i. "tatus gi;i yang salah satunya dipengaruhi oleh keseimbangan asupan dan penyerapan
gi;i, khususnya ;at gi;i makro yang berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh. "elain ;at gi;i
makro, disebutkan pula bah1a ;at gi;i mikro seperti besi dan seng mempengaruhi respon
kekebalan tubuh, apabila ter!adi defisiensi salah satu ;at gi;i mikro, maka akan merusak
sistem imun.&
oleh
tubuh untuk berbagai fungsi biologis? =pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliharaan kesehatan, dan lain lain>.&
"tatus gi;i sangat berpengaruh terhadap status kesehatan manusia karena ;at gi;i
mempengaruhi fungsi kiner!a berbagai sistem dalam tubuh. "ecara umum berpengaruh pada
fungsi vital yaitu ker!a otak, !antung, paru, gin!al, usus3 fungsi aktivitas yaitu ker!a otot
bergaris3 fungsi pertumbuhan yaitu membentuk tulang, otot @ organ lain, pada tahap tumbuh
kembang3 fungsi immunitas yaitu melindungi tubuh agar tak mudah sakit3 fungsi pera1atan
!aringan yaitu mengganti sel yang rusak3 serta fungsi "adangan gi;i yaitu persediaan ;at gi;i
menghadapi keadaan darurat.&
nfeksi virus dengue merupakan penyakit virus dari nyamuk yang paling cepat
penyebarannya di dunia. AH melaporkan kasus demam dengue meningkat secara dramatis
dalam 4% tahun terakhir dan virus dan meluas ke negara baru, dan dari kota ke desa. "ekitar
-,4 milyar orang tinggal di negaranegara endemik yang mana #,7 milyar (C5%) di 2sia
bagian selatan dan daerah pasifik bagian barat. ertahun, sekitar 4% !uta orang terinfeksi virus
4
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
3/48
dengue, dan sekitar 4%%.%%% penderita di ra1at di rumah sakit karena DBD, dengan usia
anakanak sebagia penderita paling banyak.$
Eingkungan demografis dan sosial yang berubah seperti !umlah populasi, urbanisasi
dan transportasi modern memainkan peranan penting dalam peningkatan !umlah kasus
demam dengue. "elan!utnya, 1isata1an dari negara non endemik ke negara endemik dengue !uga men!adi resiko perluasan demam dengue, dan menimbulkan ancaman kesehatan untuk
daerah nonendemik di mana vektor nyamuk yang kompeten ditemukan saat itu.$
Eebih dari $, miliar orang diperkirakan sekarang tinggal di daerah tropis dan
subtropis di mana virus dengue memiliki potensi untuk menular. *stimasi secara global
sangat bervariasi, tetapi biasanya sekitar 4%.%%%.%%%-%%,%%%,%%% terinfeksi dengue, 4%%.%%%
dengan dengue berat (DHF / D""), dan lebih dari -%.%%% kematian ter!adi setiap tahunnya.
ambar # menun!ukkan distribusi geografis dari kasus demam dengue yang dilaporkan pada
tahun -%##.-
ada tahun -%#-, demam dengue sekali lagi diklasifikasikan oleh rganisasiesehatan Dunia (AH) sebagai penyakit virus nyamuk yang paling penting di dunia karena
penyebaran geografis yang signifikan dari virus dan vektor ke daerah yang sebelumnya tidak
terpengaruh. Di sebagian besar negara, peningkatan morbiditas dan mortalitas ini terletak
pada anakanak. Dia;Gui!ano dan Aaldman melakukan studi ekologi menyelidiki faktor
faktor penentu tingkat kematian akibat Demam dengue. an!ang endemisitas, curah hu!an,
dan kepadatan penduduk semua terbukti berhubungan dengan angka kematian akibat Demam
dengue di 2merika Eatin dan aribbean. enelitian yang dilakukan Brady et al pada -%#-
menun!ukkan bah1a $I% !uta infeksi dengue ter!adi setiap tahun di seluruh dunia, termasuk
infeksi dengan tanda dan ge!ala yang !elas ataupun tidak.-
#am$ar 1. ountries or areas of the 1orld 1here dengue 1as reported in -%##, as per data
collected by the Aorld Health rgani;ation.
Notes% Jeprinted 1ith permission from the Aorld Health rgani;ation 6ap roduction?
ublic Health nformation and eographic nformation "ystems (") Aorld Health
5
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
4/48
rgani;ation. Dengue, countries or areas at risk, -%##. eneva? Aorld Health rgani;ation
(AH).2vailablefrom?http?//gamapserver.1ho.int/mapEibrary/Files/6aps/lobalKDenguer
ansmissionKHJisk6ap.png. 2ccessed 8uly $%, -%#$. opyright L -%#-.$- he boundaries
and names sho1n and the designations used on this map do not imply the e'pression of any
opinion 1hatsoever on the part of the Aorld Health rgani;ation concerning the legal statusof any country, territory, city or area or of its authorities, or concerning the delimitation of its
frontiers or boundaries. Dotted and dashed lines on maps represent appro'imate border lines
for 1hich there may not yet be full agreement.
2.1..1. &'( Bagian Asia Tenggara
8elaslah bah1a dengue sekarang men!adi perhatian di seluruh dunia. Hampir 54 dari
populasi global terkena DBD tinggal di 2siaacific. Demam dengue merupakan penyebab
utama seseorang dira1at dan penyebab kematian pada anakanak di daerah ini. ingkat
penyakit yang dilaporkan di masingmasing negara "*2 bervariasi. +amun, itu !elas terlihat
dari data yang dikumpulkan oleh AH itu, di "*2 , penyebaran keseluruhan virus dengue
telah ter!adi selama dekade terakhir. ada tahun -%%$, delapan negara di "*2 telah
melaporkan kasus demam dengue dan, pada tahun -%%I, semua negara anggota "*2 kecuali
Jakyat Jepublik Demokratik orea melaporkan kasus yang sama. Aabah terus bertahan
pada siklus $4 tahun secara teratur di sepan!ang "*2, dan !umlah kasus yang dilaporkan
terus meningkat seiring dengan tingkat keparahan kasus. #75.$$$ kasus demam dengue
dilaporkan AH pada tahun -%#%. Delapan negara "*2 sekarang !uga diklasifikasikan
sebagai hiperendemis dengan ditemukannya semua serotipe virus dengue. Demam dengue
yang berat endemik di sebagian besar negara "*2, dengan tingkat dengue berat men!adi #7kali lebih tinggi di 1ilayah ini dibandingkan dengan 2merika.$
2.1..2. &'( Bagian Pasifi) Barat
AH bagian asifik Barat dan "*2 melaporkan demam dengue meningkat selama
dekade terakhir di asifik Barat. $4$.I%5 kasus demam dengue dan #.%5$ kematian
dilaporkan di ka1asan tersebut secara keseluruhan pada -%#%.-
ada +egara seperti ambo!a, Eaos, 6alaysia, Filipina, "ingapor dan :ietnam
dilaporkan bah1a !umlah kasus meningkat selama #% tahun terakhir, dan & !enis serotype
telah teridentifikasi. Dari daerah pasifik, I# kasus demam dengue berasal dari French
olynesia, +e1 aledonia, :anuatu dan 2ustralia. Dua serotipe virus dengue yang
diperkenalkan kembali dari 2merika ke epulauan asifik pada tahun #I& (D*+:$) dan
pada tahun #I5# (D*+:-), setelah hilang selama -4 tahun. Dekade berikutnya
memperlihatkan pengenalan bertahap keempat serotipe dari 2sia, yang tetap beredar saat ini.
2kibatnya, negaranegara di asifik menun!ukkan kerentanan tertentu akan epidemi dengue
dan demam berdarah dengue yang parah. Di 2ustralia, demam dengue termasuk 1abah murni
di Guensland 9tara dimana 2. 2egypti hadir. ada tahun -%%I dan -%#%, lebih dari #%%%
kasus demam dengue dilaporkan di 2ustralia.-
Di ndonesia bila dipetakan ke!adian DBD pada tahun -%#%-%#$ dapat dilihat pada
gambar -. Bali dan D 8akarta sebagai kota dengan angka ke!adian DBD yang paling tinggi.ada tahun -%#$, didapatkan 4 provinsi tertinggi dengan kasus DBD, dengan urutan Bali
6
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
5/48
(#7,4/#%%,%%%), D 8akarta (#%&.%/#%%,%%%), D 0ogyakarta (I.%/#%%.%%%), alimantan
timur (I-.5/#%%,%%%) dan "ula1esi tenggara (.7/#%%,%%%).$
#am$ar 2. Peta #eografis dari ting)at )asus DBD di Indonesia
asus DBD selama &4 tahun belakangan di ndonesia meningkat ta!am dengan
gambaran pergeseran umur penderita dari anakanak ke de1asa (C #4 tahun). ola pergeseran
usia penderita DBD ini harus memiliki konsekuensi untuk mencapai target dalam penga1asan dan pencegahan.$
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus
dengue yaitu ? #). :ektor ? perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor
di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain3 -). e!amu ? terdapatnya
penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan !enis
kelamin3 $). Eingkungan ? curah hu!an, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.#,-
2.1.*. Patogenesa
atogenesis ter!adinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih diperdebatkan.
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bah1a mekanisme imunopatologis
berperan dalam ter!adinya demam berdarah dengue dan sindrom ren!atan dengue.#
Jespons imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah ? a). Jespon
humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisai virus, sitolisis
yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. 2ntibodi terhadap
virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag.
Hipotesis ini disebut antibody dependent enhancment (2D*)3 b). Eimfosit baik Helper
(D &) dan sitotoksik (D 7) berperan dalam respon imum seluler terhadap virus dengue.
Diferensiasi helper yaitu H# akan memproduksi interferon gama, E- dan limfokin,
sedangkan H- memproduksi E&, E4, E dan E#%3 c). 6onosit dan makrofag berperan
dalam fagositosis virus dengan opsinisasi antibodi. +amun proses fagositosis ini
7
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
6/48
menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag3 d). "elain itu
aktivasi komplemen oleh komplemen imun menyebabkan terbentuknya $a dan 4a.#
Halstead pada tahun #I5$ menga!ukan hipotesis secondary heterologous infection
yang menyatakan bila seseorang mendapatkan infeksi sekunder oleh satu serotipe virus
dengue, akan ter!adi proses kekebalan terhadap infeksi serotipe virus dengue tersebut untuk !angka 1aktu yang lama. etapi !ika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder oleh
serotipe virus dengue lainnya, maka akan ter!adi infeksi yang berat. ni ter!adi karena
antibody heterologus yang terbentuk pada infeksi primer, akan membentuk kompleks dengan
infeksi virus dengue serotipe baru yang berbeda yang tidak dapat dinetralisasi bahkan
cenderung membentuk kompleks yang infeksius dan bersifat oponisasi internalisasi,
selan!utnya akan teraktifasi dan memproduksi E#, E , tumor necrosis factoralpha (+F
2) dan platelet activating factor (2F)3 akibatnya akan ter!adi peningkatan (enhancement)
infeksi virus dengue. +F alpha akan menyebabkan kebocoran dinding pembuluh darah,
merembesnya cairan plasma ke !aringan tubuh yang disebabkan kerusakan endothel
pembuluh darah yang mekanismenya sampai saat ini belum diketahui dengan !elas. endapat
lain men!elaskan, kompleks imun yang terbentuk akan merangsang komplemen yang
farmakologisnya cepat dan pendek dan bersifat vasoaktif dan prokoagulan sehingga
menimbulkan kebocoran plasma (syock hipolemik) dan perdarahan. 2nak di ba1ah usia -
tahun yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus dengue dan ter!adi infeksi dari ibu ke anak,
dalam tubuh anak tersebut ter!adi non neutrali;ing antibodies akaibat adanya infeksi yang
persisten. 2kibatnya, bila ter!adi infeksi virus dengue pada anak tersebut, maka akan
langsung ter!adi proses enhancing yang akan memacu makrofag mudah terinfeksi dan
teraktifasi dan mengeluarkan E#, E dan +F alpha !uga 2F.&
#am$ar *. 'i!otesis secondary heterologous infection
ada teori 2D* disebutkan, !ika terdapat antibodi spesifik terhadap !enis virus
tertentu, maka dapat mencegah penyakit yang diakibatkan oleh virus tersebut, tetapi
8
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
7/48
sebaliknya apabila antibodinya tidak dapat menetralisasi virus, !ustru akan menimbulkan
penyakit yang berat. inetik immunoglobulin spesifik virus dengue di dalam serum penderita
DD, DBD dan D"", didominasi oleh g6, g# dan g$.&
"elain kedua teori tersebut, masih ada teoriteori lain tentang pathogenesis DBD, di
antaranya adalah teori virulensi virus yang mendasarkan pada perbedaan serotipe virusdengue yaitu D*+ #, D*+ -, D*+ $ dan D*+ & yang kesemuanya dapat ditemukan pada
kasuskasus fatal tetapi berbeda antara daerah satu dengan lainnya. "elan!utnya ada teori
antigenantibodi yang berdasarkan pada penderita atau ke!adian DBD ter!adi penurunan
aktivitas sistem komplemen yang ditandai penurunan kadar $, & dan 4. Disamping itu,
pada &7 5- penderita DBD, terbentuk kompleks imun antara g dengan virus dengue
yang dapat menempel pada trombosit, sel B dan sel organ tubuh lainnya dan akan
mempengaruhi aktivitas komponen sistem imun yang lain. "elain itu ada teori moderator
yang menyatakan bah1a makrofag yang terinfeksi virus dengue akan melepas berbagai
mediator seperti interferon, E#, E, E#-, +F dan lainlain, yang bersama endotoksin
bertanggung!a1ab pada ter!adinya sok septik, demam dan peningkatan permeabilitas kapiler.&
urane dan *nnis pada tahun #II& merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain3
menyatakan bah1a infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang
memfagositosis kompleks virusantibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di
makrofag. er!adinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi helper dan
sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. nteferon gamma akan
mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti +FM, E#,
2F ( platelet activating factor ), E dan histamin yang mengakibatkan ter!adinya disfungsi
sel endotel dan ter!adi kebocoran plasma. eningkatan $a dan 4a ter!adi melalui aktivasi
oleh kompleks virus antibodi yang !uga mengakibatkan ter!adinya kebocoran plasma.#
rombositopenia pada infeksi dengue ter!adi melalui mekanisme ? #). "upresi sumsum
tulang, dan -). Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. ambaran sumsum tulang
pada fase a1al infeksi (N4 hari) menun!ukkan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit.
"etelah keadaan nadir tercapai akan ter!adi peningkatan proses hematopoesis termasuk
megakariopoeisis. adar trombopoitin dalam darah pada saat ter!adi tromsitopenia !ustru
menun!ukkan ter!adinya stimulasi trombositopoesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap
trombositopenia. Destruksi trombosit ter!adi melalui mekanisme gangguan pelepasan 2D,
peningkatan kadar btromboglobulin dan F& yang merupakan petanda degranulasi
trombosit.#
9
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
8/48
#am$ar +. Imuno!atogenesis demam $erdarah dengue
oagulopati ter!adi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan
disfungsi endotel. Berbagai penelitian menun!ukan ter!adinya koagulopati konsumtif padademam berdarah dengue stadium dan :. 2ktivasi koagulasi pada demam berdarah dengue
ter!adi melalui aktivasi faktor Oa namun tidak melalui aktivasi kontak ( Kalikrein C1-
inhibitor complex).#
2.1.+. #e,ala Klinis
6anifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat berupa
demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue
(""D).
ada umumnya pasein mengalami fase demam selama -5 hari, yang diikuti oleh fase
kritis selama -$ hari. ada 1aktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai
resiko untuk ter!adi ren!atan !ika tidak mendapat pengobatan adekuat.
10
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
9/48
#am$ar -. anifestasi )linis infe)si /irus dengue 0Sum$er % om!rehensi/e #uidelines
for Pre/ention and ontrol of Dengue and Dengue 'aemorrhagi" e/er3 &'( 24115 -
eluhan pokok yang biasanya dialami penderita DBD adalah suhu meningkat tiba
tiba, sakit kepala supra/retroorbital, nyeri otot dan tulang belakang, gusi berdarah saat
menyikat gigi, sakit perut, diare , mual dan muntah. anda penting !uga dapat ditemukan
seperti in!eksi kon!ungtiva, lakrimasi, fotofobi, nyeri tekan pada otot, eksantem pada kulit,
kurva suhu bifasik/ saddle back fever (panas $5 hari, apireksi beberapa !am sampai - hari,
lalu demam kembali), lidah kotor, perdarahn kulit (pteki, purpura, ekimosis), perdarahan ?
epistaksis, melena, hematemesis, hepatomegali, tandatanda syok (tensi rendah, nadi cepat). 4
2.1.-. Diagnosis1
2.1.-.1. 6a$oratorium
emeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam
dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, !umlah trombosit dan
hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun
deteksi antigen virus J+2 dengue dengan teknik JJ (Jeverse ransciptase polymerase
chain reaction), namun karena tekhnik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang
mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, g6 maupun
glebih banyak.
arameter labaoratoris yang dapat diperiksa antara lain ?
Eeukosit? dapat normal atau menurun. 6ulai hari ke$ dapat ditemui limfositosis
relatif (C&4 dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (EB)C#4 dari !umlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
11
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
10/48
rombosit ? umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke $7
Hematokrit ? kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit P-% dari hematokrit a1al, umumnya dimulai pada hari ke$ demam.
Hemostasis ? dilakukan pemeriksaan , 2, Fibrinogen, DDimer, atau FD
pada keadaan yang dicurigai ter!adi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
rotein/albumin ? Dapat ter!adi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. "/" dapat meningkat
9reum, kreatinin ? bila didapatkan gangguan fungsi gin!al
*lektrolit ? sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
olongan darah dan cross match (9!i cocok serasi) ? bila akan diberikan tranfusi
darah atau komponen darah.
munoserologi dilakukan pemeriksaan g6 dan g terhadap dengue. g6 ?
terdeteksi mulai hari ke$4, meningkat sampai minggu ke $, menghilang setelah
%I% hari. g ? pada infeksi primer, g mulai terdeteksi pada hari ke #&, pada
infeksi sekunder g mulai terdeteksi pada hari ke-.
#am$ar 7. 8es!on Primer dan Se)under Infe)si 9irus Dengue 0Sum$er % Demam
Berdarah Dengue % E!idemiologi3 Patogenesis3 dan fa)tor resi)o !enularan. Aspirator .
2414: 9ol. 25
9!i H ? Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
pera1atan, u!i ini digunakan untuk kepentingan surveilans.
+" # ? 2ntigen +" # dapat dideteksi pada a1al demam hari pertama sampai hari
kedelapan. "ensitivitas antigen +"# berkisar $ I$,& dengan spesifitas #%%
sama tingginya dengan spesifitas gold standard kultur virus. Hasil negatif antigen
+"# tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue.
12
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
11/48
#am$ar ;. 9irus Dengue dengan TE i"rogra!h 0Sum$er % Demam
Berdarah Dengue % E!idemiologi3 Patogenesis3 dan fa)tor resi)o !enularan.
Aspirator . 2414: 9ol. 25
2.1.-.2. Pemeri)saan 8adiologis
ada foto dada didapatkan efusi pleura , terutama pada hemitoraks kanan tetapi
apabila ter!adi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat di!umpai pada kedua hemitoraks.
emeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur
pada sisi badan sebelah kanan). 2sites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan 9".
6asa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar & hari (rentang $#& hari), timbul ge!ala
prodromal yang tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah.
2.1.-.. Demam Dengue 0DD5
6erupakan penyakit demam akut selama -5 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut ?
+yeri kepala
+yeri retro orbital
6ialgia
Juam kulit
6anifestasi perdarahan (ptekie atau u!i bendung positif)
Eeukopenia
emeriksaan serologi dengue positif 3 atau ditemukan pasien DD/DBD yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan 1aktu yang sama.
2.1.-.*. Demam Berdarah Dengue 0DBD5
Berdasarkan kriteria AH #II5 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di ba1ah
ini dipenuhi ?
Demam atau ri1ayat demam akut, antara -5 hari, biasanya bifasik
erdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut ?
o 9!i bendung positif
13
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
12/48
o tekie, ekimosis atau purpura
o erdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau
perdarahan dari tempat lain.
o Hematemesis atau melena.
rombositopenia (8umlah trombosit N #%%.%%%/uE)
erdapat minimal satu tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut ?
o eningkatan hematokrit C-% dibandingkan standar sesuai dengan umur
dan !enis kelamin.
o enurunan hematokrit C-% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
o anda kebocoran plasma seperti ? efusi pleura, asites atau hipoprteinemia.
2.1.-.+. Sindrom Sho") Dengue 0SSD5
"eluruh kriteria di atas untuk DBD disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi
nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah turun (Q -% mmHg), hipotensi dibandingkanstandar sesuai umur, kulit dingin dan lembab serta gelisah.
2.1.-.7. Dera,at Pen
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
13/48
kurang dari #. emeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling
penting dalam penanganan kasus DBD. 2supan cairan pasien harus tetap di!aga , terutama
cairan oral. 8ika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan
suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara
bermakana.erhimpunan Dokter 2hli enyakit Dalam ndonesia (2D) bersama divisi
Hematologi dan nkologi 6edik F9 telah menyusun protokol penatlaksanaan DBD pada
pasien de1asa berdasarkan kriteria ?
> enatalaksanaan yang tepat dengan yang dibuat sesuai atas indikasi
> raktis dalam pelaksanaannya
> 6empertimbangkan cost effectiveness
rotokol ini terbagi dalam 4 kategori ?
Proto)ol 1. Penanganan Tersang)a 0!ro$a$le5 DBD De?asa Tan!a S
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
14/48
#4%% S (-% ' (BB dalam g T -%))
ontoh volume rumatan untuk BB 44 g ? #4%% S (-% ' (44 T -%)) U --%% ml. "etelah
pemberian cairan dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap -& !am ?
Bila Hb, Ht meningkat #%-% dan trombosit N #%%.%%%. 8umlah pemberian
cairan tetap seperti rumus di atas tetapi pemantauan Hb, Ht, trombo dilakukan tiap#- !am.
Bila Hb, Ht meningkat C -% dan trombosit N#%%.%%%. 6aka pemberian cairan
sesuai dengan protokol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht C -% .
Proto)ol . Penatala)sanaan DBD dengan !ening)atan 't @ 24
6eningkatnya HtC-% menun!ukkan bah1a tubuh mengalamai defisit cairan
sebanyak 4. ada keadaan ini terapi a1al pemberian cairan adalah dengan memberikan
infus cairan kristaloid sebanyak 5 ml/kg/!am. asien kemudian dipantau setelah $& !am
pemberian cairan. Bila hematokrit turun, frenkuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi
urin meningkat maka !umlah cairan infus dikurangi men!adi 4 ml/kgBB/!am. Dua !am
kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan tetap menun!ukkan perbaikanmaka !umlah cairan infus dikurangi men!adi $ ml/kgBB/!am. Bila dalam pemantauan keadaan
tetap membaik maka pemberian cairan dapat dihentikan -&&7 !am kemudian.
2pabila setelah pemberian terapi cairan a1al 5 ml/!gBB/!am tadi keadaan tetap
tidak membaik, yang ditandai dengan hematokrit dan nadi meningkat, tekanan nadi menurun
N-% mmHg, produksi urin menurun, maka kita harus menaikkan !umlah cairan infus men!adi
#% ml/gBB/!am. Dua !am kemudian dilakukan pemantauan kembali dan dikurangi men!adi
4 ml/gBB/!am dan bila dalam perkembangannya kondisi men!adi memburuk dan
didapatkan tandatanda syok maka pasien ditangani sesuai dengan protokol tatalaksana
sindrom syok dengue pada de1asa. Bila syok telah teratasi maka pemberian cairan dimulai
lagi seperti terapi pemberian cairan a1al.
16
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
15/48
Proto)ol *. Penatala)sanaan Perdarahan S!ontan !ada DBD De?asa
17
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
16/48
erdarahan spontan dan masif pada penderita DBD de1asa adalah ? perdarahan
hidung/epistkasis yang tidak terkendali 1alaupun telah diberikan tampon hidung, perdarahan
saluran cerna (hematemesis dan melena atau hematoke;ia), perdarahan saluran kencing
(hematuria), perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi dengan !umlah perdarahan
sebanyak &4 ml/gBB/!am. ada keadaan seperti ini !umlah dan kecepatan pemberian cairantetap seperti keadaan DBD tanpa syok lainnya. emeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan
dan !umlah urin dilakukan sesering mungkin dengan ke1aspadaan Hb, Ht, dan trombosis
serta hemostasis harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit sebaiknya
diulang setiap & !am.
emberian heparin diberikan apabila secara klinis dan laboratoris didaptkan tanda
tanda koagulasi intravaskular diseminata (D). ranfusi komponen darh diberikan sesuai
indikasi. FF diberikan bila didaptkan defisiensi faktor pembekuan ( dan a yang
meman!ang), J diberikan bila nilai Hb kurang dari #% g/dl. ranfusi trombosit hanya
diberikan pada pasein DBD dengan perdarahan spontan dan masif dengan !umlah trombositN#%%.%%%/mm$ disertai atau tanpa D.
Proto)ol +. Tatala)sana Sindrom S
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
17/48
Bila kita berhubungan dengan "indrom "yok Dengue (""D) maka hal pertama yangharus diingat adalah bah1a ren!atan harus segera diatasi dan oleh karena itu penggantian
cairan intravaskular yang hilang harus segera dilakuakan. 2ngka kematian sindrom syok
dengue sepuluh kali lipat dibandingkan dengan penderita DBD tanpa ren!atan, dan ren!atan
dapat ter!adi karena keterlambatan penderita DBD mendapatkan pertolongan /pengobatan,
penatalaksanaan yang tidak tepat termasuk kurangnya ke1aspadaan terhadap tandatanda
ren!atan dini, dan penatalaksanaan ren!atan yang tidak adekuat.
ada kasus ""D cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. "elain
resusitasi cairan, penderita !uga diberikan oksigen -& liter/menit. emeriksaanpemeriksaan
yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah perifer lengkap (DE), hemostasis, nalisa
gas darah, kadar natrium, kalium dan klorida serta ureum dan kreatinin.
ada fase a1al, cairan kristaloid diguyur sebanyak #%- ml/gBB dan dieavaluasi
setelah #4$% menit. Bila ren!atan telah teratasi (ditandai dengan tekanan darah sistolik #%%
mmHg dan tekanan nadi kurang dari #%% kali per menit volume yang cukup, akral teraba
hangat, dan kulit tidak pucat serta diuresis %,4# ml/kgBB/!am) !umlah cairan dikurangi
men!adi 5 ml/ gBB/!am. Bila dalam 1aktu %#-% menit kemudian keadaan tetap stabil
pemberian cairan men!adi $ml/kgBB/!am. Bila -&&7 !am setelah ren!atan teratasi tanda
tanda vital dan hematokrit tetap stabil serta diuresis cukup maka pemberian cairan perinfus
harus dihentikan (karena !ika reabsorbsi cairan plasma yang mengalami ekstravasasi telah
ter!adi, ditandai dengan turunnya hematokrit, cairan infus terus diberikan maka keadaanhipervolemi, edema paru atau gagal !antung dapat ter!adi).
19
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
18/48
enga1asan dini kemungkinan ter!adinya ren!atan berulang harus dilakuakn terutama
dalam 1aktu &7 !am pertama se!ak ter!adi ren!atan (karena selain proses patogenesis masih
berlangsung, ternyata cairan kristaloid hanya sekitar -% sa!a yang menetap dalam pembuluh
darah setelah # !am saat pemberian). leh karena untuk mengetahui apakah ren!atan telah
teratasi dengan baik, diperlukan pemantauan tanda vital yaitu status kesadaran, tekanandarah, frekuensi nadi, frekuensi !antung dan nafas, pembesaran hati , nyeri tekan daerah
hipokondrium kanan dan epigastrik, serta !umlah diuresis. Diuresis diusahakan -
ml/gBB/!am. emantauan kadar hemoglobin, hematokrit dan !umlah trombosit dapat
dipergunakan untuk pemantauan per!alanan penyakit.
Bila setelah fase a1al pemberian cairan ternyata ren!atan belum teratasi, maka
pemberian cairan kristaloid dapat ditingkatkan men!adi -%$% ml/gBB, dan kemudian
dievaluasi setelah -%$% menit. Bila keadaan tetap belum teratasi, maka perhatikan nilai
hematokrit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti perembesan plasma masih berlangsung
maka pemberian cairan koloid merupakan pilihan, tetapi bila nilai hematokrit menurun,
berarti telah ter!adi perdarahan (internal bleeding) maka pada penderita diberikan tranfusi
darah segar #% ml/kgBB dan daapt diulang sesuai kebutuhan.
"ebelum cairan koloid diberikan maka sebaiknya kita harus mengetahui sifatsifat
cairan tersebut. emberian koloid sendiri mulamula diberikan dengan tetesan cepat #%-%
ml/kgBB dan dievaluasi setelah #%$% menit. Bila keadaan teteap belum teratasi maka untuk
memantau kecukupan cairan dilakukan pemasangan kateter vena sentral, dan pemberian
koloid dapat ditambah hingga !umlah maksimum $% ml/kgBB (maksimal ##,4 R/ hari)
dengan sasaran tekanan vena sentral #4#7 cmH-. Bila keadaan tetap belum teratasi harus
diperhatikan dan dilakukan koreksi terhadap gangguan asam basa, elektrolit, hipoglikemi ,
anemia, D, infeksi skunder. Bila tekanan vena sentral penderita sudah sesuai dengan targettetapi ren!atan tetap belum teratasi maka dapat diberikan obat inotropik/vasopresor.
2.1.;. Diagnoss Banding
Diagnosa banding perlu dipertimmbangkan bilamaana terdapat kesesuaian klinis
dengan demam tifoid, campak, influen;a, chikungunya dan leptospirosis.
20
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
19/48
2.2. Demam Tifoid
2.2.1. Definisi
Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh almonella enterica
serovar typhi ( typhi).#$ almonella enterica serovar paratyphi 2, B, dan !uga dapat
menyebabkan infeksi yang disebut demam paratifoid. Demam tifoid dan paratifoidtermasuk ke dalam demam enterik.5
Demam tifoid termasuk penyakit menular yang tercantum dalam 9ndang undang
nomor ahun #I- tentang 1abah. elompok penyakit menular ini merupakan penyakit
yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan
1abah.#
2.2.2. E!idemiologi
"e!ak a1al abad ke -%, insidens demam tifoid menurun di 9"2 dan *ropa dengan
ketersediaan air bersih dan sistem pembuangan yang baik yang sampai saat ini belum dimiliki
oleh sebagian besar negara berkembang. "ecara keseluruhan, demam tifoid diperkirakan
menyebabkan -#, !uta kasus dengan -#.4%% kematian pada tahun -%%%. nsidens demam
tifoid tinggi (C#%% kasus per #%%.%%% populasi per tahun) dicatat di 2sia engah dan "elatan,
2sia enggara, dan kemungkinan 2frika "elatan3 yang tergolong sedang (#%#%% kasus per
#%%.%%% populasi per tahun) di 2sia lainnya, 2frika, 2merika Eatin, dan ceania (kecuali
2ustralia dan "elandia Baru)3 serta yang termasuk rendah (N#% kasus per #%%.%%% populasi
per tahun) di bagian dunia lainnya.5
6anusia adalah satusatunya pen!amu yang alamiah dan merupakan reservoir untuk
almonella typhi. Bakteri tersebut dapat bertahan hidup selama berharihari di air tanah, air
kolam kolam, atau air laut dan selama berbulanbulan dalam telur yang sudah terkontaminasi
atau tiram yang dibekukan. ada daerah endemik, infeksi paling banyak ter!adi pada musimkemarau atau permulaan musim hu!an. Dosis yang infeksius adalah #%$#% organisme yang
tertelan secara oral. nfeksi dapat ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi
oleh feses. Di ndonesia, insidens demam tifoid banyak di!umpai pada populasi yang berusia
$#I tahun. "elain itu, demam tifoid di ndonesia !uga berkaitan dengan rumah tangga, yaitu
adanya anggota keluarga dengan ri1ayat terkena demam tifoid, tidak adanya sabun untuk
mencuci tangan, menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat
buang air besar dalam rumah.5
Berikut ini gambar mengenai insidens demam tifoid dan usia ratarata pasien dari
studi mengenai demam tifoid di 4 negara 2sia, yang salah satunya adalah ndonesia (lihatgambar di ba1ah.
21
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
20/48
abel -. "urveillance data from sites in fi ve 2sian countries
ambar I. Jentang insidens demam tifoid dan usia pasien di beberapa negara 2sia
22
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
21/48
2.2.. Patogenesa
#am$ar 14. Patogenesa Demam Tifoid
23
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
22/48
atogenesis demam tifoid merupakan proses yang kompleks yang melalui beberapa
tahapan. "etelah kuman almonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap
asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis. Di
usus, bakteri melekat pada mikrovili, kemudian melalui barier usus yang melibatkan
mekanisme membrane ruffl ing , actin rearrangement , dan internalisasi dalam vakuolaintraseluler. emudian almonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk
ke dalam pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer ter!adi pada tahap ini
dan biasanya tidak didapatkan ge!ala dan kultur darah biasanya masih memberikan
hasil yang negatif. eriode inkubasi ini ter!adi selama 5#& hari. 5
Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan berkolonisasi
dalam organorgan sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan sumsum tulang.
uman !uga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. "etelah periode replikasi, kuman
akan disebarkan kembali ke dalam sistem peredaran darah dan menyebabkan bakteremia
sekunder sekaligus menandai berakhirnya periode inkubasi.Bakteremia sekunder
menimbulkan ge!ala klinis seperti demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen.5
Bakteremia dapat menetap selama beberapa minggu bila tidak diobati dengan
antibiotik.$ ada tahapan ini, bakteri tersebar luas di hati, limpa, sumsum tulang, kandung
empedu, dan !eyer"s patches di mukosa ileum terminal. 9lserasi pada !eyer"s patches dapat
ter!adi melalui proses infl amasi yang mengakibatkan nekrosis dan iskemia. omplikasi
perdarahan dan perforasi usus dapat menyusul ulserasi. 5
ekambuhan dapat ter!adi bila kuman masih menetap dalam organorgan sistem
retikuloendotelial dan berkesempatan untuk berproliferasi kembali. 6enetapnya almonella
dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pemba1a kuman atau carrier#5
2.2.*. #am$aran Klinis
enegakan diagnosis sidini mungkin sangat bermanfaat agar bisa diberikan terapi
yang tepat dan meminimalkan komplikasi. engetahuan gambaran klinis penyakit ini sangat
penting untuk membantu mendeteksi secara dini. Aalaupun pada kasus tertentu dibutuhkan
pemeriksaan tambahan untuk membantu mengeakkan diagnosis.#
6asa tunas demam tifoid berlangsung antara #%#& hari. e!alage!ala klinis yang
timbul sangat bervariasi dari ringan hingga berat, dari asimtomatik hingga gambaran penyakit
yang khas disertai komplikasi hingga kematian.#
ada minggu pertama ge!ala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan ge!ala serupa
dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut , batuk dan
epistaksis. ada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat perlahanlahan
dan terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu kedau ge!alage!ala men!adi lebih
!elas berupa demam, bradikardia relatif (peningkatan suhu #o tidak diikuti dengan
peningkatan denyut nadi 7 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan
u!ung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental
berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Joseolae !arang ditemukan pada
orang ndonesia.#
"ekitar #%#4 dari pasien akan mengalami komplikasi, terutama pada yang sudahsakit selama lebih dari - minggu. omplikasi yang sering di!umpai adalah reaktif hepatitis,
24
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
23/48
perdarahan gastrointestinal, perforasi usus, ensefalopati tifosa, serta gangguan pada sistem
tubuh lainnya mengingat penyebaran kuman adalah secara hematogen. Bila tidak terdapat
komplikasi, ge!ala klinis akan mengalami perbaikan dalam 1aktu -& minggu.5
2.2.+. Diagnosis2.2.+.1. Pemeri)saan 8utin1
Aalaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan leukopenia,
dapat pula ter!adi kadar leukosit yang normal atau leukositosis. Eeukositosis dapat ter!adi
1alaupun tanpa disertai infeksi skunder. "elain itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan
trombositopenia. ada pemeriksaan hitung !enis leukosit dapat ter!adi aneusinofilia maupun
limfopenia. Ea!u endap darah pada demam tifoid dapat meningkat.
" dan " seringkali meningkat, tetapi akan kembali men!adi normal setelah
sembuh. enaikan " dan " tidak memerlukan penanganan khusus.
emeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah u!i 1idal dan kultur organisme. "ampai
sekarang, kultur masih men!adi standar baku dalam penegakan diagnostik. "elain u!i 1idal,
terdapat beberapa metode pemeriksaan serologi lain yang dapat dilakukan dengan cepat dan
mudah serta memilki sensitivitas lebih baik seperti u!i 9B*O, typhidot dan disptik.
2.2.+.2. U,i &idal
9!i 1idal dilakuakn untuk deteksi antibodi terhadap kuma ".typhi. ada u!i 1idal
ter!adi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuma ".typhi dengan antibodi yang disebut
aglutinin. 2ntigen yang digunakan pada u!i 1idal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. 6aksud u!i 1idal adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu ? 2glutinin (dari tubuhkuman), 2glutinin H (flagela kuman), 2glutinin :i (simpai kuman).5
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin dan H yang digunakan untuk
didiagnosis demam tifoid. "emakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi
kuman ini. 5
embentukan aglutinin mulai ter!adi pada akhir minggu pertama demam, kemudian
meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu keempat dan tetap tinggi selama
beberapa minggu. ada fase akut mulamula timbul aglutinin , kemudian diikuti dengan
agutinin H.# Biasanya antibodi antigen di!umpai pada hari 7 dan antibodi terhadap
antigen H di!umpai pada hari #%#- setelah sakit. 5 rang yang telah sembuh, antibodi
masih tetap dapat di!umpai setelah & bulan dan antibodi H setelah #%#- bulan. arena itu,
Aidal bukanlah pemeriksaan untuk menentukan kesembuhan penyakit. Diagnosis didasarkan
atas kenaikan titer sebanyak & kali pada dua pengambilan berselang beberapa hari atau bila
klinis disertai hasil pemeriksaan titer Aidal di atas ratarata titer orang sehat setempat.#,5
2da beberapa faktor yang mempengaruhi u!i 1idal yaitu ? #). engobatan dini dengan
antibiotik, -). angguan pembentukan antibodi, dan pemberian kortikosteroid, $). Aaktu
pengambilan darah, &). Daerah endemik atau non endemik, 4). Ji1ayat vaksinasi, )C.
Jeaksi anamnestik, yaitu peningkatan titer aglutinin pada infeksi bukan demam tifoid masa
lalu atau vaksinasi, 5). Faktor tekhnik pemeriksaan antar laboratorium, akibat aglutinasi
silang, dan strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.
25
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
24/48
eran pemeriksaan Aidal (untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen almonella
typhi) masih kontroversial. 5 "aat ini belum ada kesamaan pendapat mengenai titer aglutinin
yang bermakna diagnostik untuk demam tifoid. Batas titer yang sering dipakai hanya
kesepakatan sa!a, hany berlaku setempat dan batas ini bahkan dapat berbeda di berbagai
laboratorium setempat.
2.2.+.. U,i TUBE
9!i 9B*O merupakan u!i semikuantitatif kolometrik yang cepat (beberapa menit)
dan mudah untuk diker!akan. 9!i ini mendeteksi antibodi anti ". yphi I pada serum pasien,
dengan cara menghambat ikatan antara g6 anti I yang terkon!ugasi pada partikel late'
yang ber1arna dengan lipopolisakarida. ". yphi yang terkon!ugasi pada partikel magnetik
late'. Hasil positif u!i 9B*O ini menun!ukkan terdapat infeksi "almonellae serogroup D
1alau tidak secara spesifik menun!uk pada ".yphi. nfeksi oleh ".aratyphi akan
memberikan hasil negatif.
2.2.+.*. U,i T
9!i typhidot dapat mendeteksi antibodi g6 dan g yang terdapat pada protein
membran luar almonella $yphi# Hasil positif pada u!i typhidot didapatkan -$ hari setelah
infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi g6 dan g terhdap antigen
".yphi seberat 4% kD, yang terdapat pada strip nitroselulosa.#
Didapatkan sensitivitas u!i ini sebesar I7, spesifisitas sebesar 5, dan efisiensi
u!i sebesar 7& pada penelitian yang dilakukan opalakhrisnan (-%%-) yang dilakukan pada
#&& kasus demam tifoid. ada penelitian lain yng dilakukan oleh lsen dkk, didapatkan
sesitifitas dan spesifisitas u!i ini hampir sama dengan u!i 9B*O yaitu 5I dan 7I dengan
57 dan 7I.#
"elain itu dikenal typhidot 6, lebih baru lagi dan hanya digunakan untuk mendeteksi
g6 sa!a, yphidot 6 memiliki sensitivitas dan spesifi sitas yang lebih tinggi dibandingkan
yphidot. emeriksaan ini dapat menggantikan Aidal, tetapi tetap harus disertai gambaran
klinis sesuai yang telah dikemukakan sebelumnya.5
2.2.+.+. U,i Ig di!sti")
Uji ini secara khusus mendeteksi antibodi IgM spesifk terhadap S. typhi pada
spesimen serum atau whole blood Uji ini menggunakan strip yang mengandung antigen
lipopolisakarida (LPS) S. typhoid dan anti IgM (sebagai kontrol) reagen deteksi yang
mengandung antibodi anti IgM yang dilekati dengan lateks pe!arna cairan
membasahi strip sebelum diinkubasi dengan reagen dan serum pasien tabung uji.
"omponen perlengkapan ini stabil untuk disimpan selama # tahun pada suhu $%#& ' di′
tempat kering tanpa paparan sinar matahari. Pemeriksaan dimulai dengan inkubasi
strip pada larutan campuran reagen deteksi dan serum selama jam pada suhu kamar.
Setelah inkubasi strip dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Secara semi
kuantitati diberikan penilaian terhadap garis uji dengan membandingkannya
dengan reference strip.*aris kontrol harus ter!arna dengan baik.+
26
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
25/48
,ouse dkk #--+ dan *asem M, dkk #--# meneliti mengenai penggunaan uji
ini dibandingkan dengan pemeriksaan kultur darah di Indonesia dan melaporkan
sensitiitas sebesar /&%001 dan spesifsitas sebesar 2&+--1. Pemeriksaan ini mudah
dan cepat (dalam I hari) dilakukan tanpa peralatan khusus apapun namun akurasi hasil
didapatkan bila pemeriksaan dilakukan I minggu setelah timbulnya gejala.+
2.2.5.6. Kultur Darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan dernam tifoid, akan tetapi hasil negatif
tidak menyingkirkan demam tifoid, karena. mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut
? #). elah mendapat terapi antibiotik. Bila pasien sebelum dilakukan kultur darah telah
mendapat antibiotik, pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil mungkin
negatif, -). :olume darah yang kurang (diperlukan kurang lebih 4 cc darah). Bila darah yang
dibiak terlalu sedikit hasil biakan bisa negatif Darah yang diambil sebaiknya
secara bedside laingsung dimasukkan ke dalam media cair empedu (o'gall) untuk
pertumbuhan kuman3 $). Ji1ayat vaksinasi. :aksinasi di masa lampau menimbulkan antibodi
dalam darah pasien. 2ntibodi (aglutinin) ini dapat menekan bakteremia hingga biakan darah
dapat negatif, &). "aat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat aglutinin
semakin meningkat.
2.2.-. Penatala)sanaan1
"ampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu?#. Istirahat dan !era?atan3 dengan tu!uan mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan.
irah baring dan pera1atan profesional bertu!uan untuk mencegah komplikasi. irah
baring dengan pera1atan sepenubnya di tempat seperti makan, minum, mandi, buang air
kecil, dan buang air besar akan membantu. dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam
pera1atan perlu sekali di!aga kdbersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang
dipakai. osisi pasien perlu dia1asi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik
serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan di!aga.
-. Diet dan tera!i !enun,ang 0simtomati) dan su!ortif53 dengan tu!uan mengembalikan
rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal.Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam
tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gi;i penderita
akan semakin turun dan proses penyembuhan akan men!adi lama.
Di masa lampau penderita demam tifoid diberi diet bubur saring, kemudian
ditingkatkan men!adi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan diet
tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. emberian bubur saring tersebut
ditu!ukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cema atau perforasi usus. Hal
ini disebabkan ada pendapat bah1a usus harus diistirahatkan. Beberapa peneliti
menun!ukkan bah1a pemberian makan padat dini yaltu nasi dengan lank pauk rendah
27
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
26/48
selulosa (menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman
pada pasien demam tifoid.
$. Pem$erian antimi)ro$a3 dengan tu!uan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman
batobat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demarn tifoid adalah
sebagai berikut? Kloramfeni)ol
Di ndonesia kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk mengobati
demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah & ' 4%% mg per hari dapat diberikan secara
per oral atau intravena. Diberikan sampai dengan 5 hari bebas panas. enyuntikan
intramuskular tidak dian!urkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan,
dan tempat suntikan terasa nyeri. Dari pengalaman penggunaan obat ini dapat
menurunkan demam ratarata 5,- hari. enulis lain menyebutkan penurunan dernam
dapat ter!adi ratarata, setelah hari ke4. ada penelitian yang dilakukan selarna -%%-
hingga -%%7 oleh 6oehario EH dkk did:atim I% kuman masih memiliki kAekaan
terh Vda antibiotik ini.
Tiamfeni)ol
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada dernam tifoid hampir sama dengan
kloramfenikol, akan tetapi komplikasi hematoiogi seperti kemungkinan tedadinya
anemia aplastik lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis tiamfenikol
adalah & ' 4%% mg, demarn ratarata menurun pada hari ke4 sampai ke.
Kotrimo)saCol
*fektivitas obat ini dilaporkan hampir sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang
de1asa adalah - ' - tablet ( tablet mengandung sulfametoksa;ol &%% mg dan 7% mg
trimetoprim) diberikan selama - minggu. Am!isilin dan amo)sisilin. emampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih
rendah dibandingkan dengan kloramfenikol, dosis yang dian!urkan berkisar antara
4%#4% mg/kgBB dan digunakan selama - minggu.
Sefalos!orin #enerasi Ketiga
Hingga saat ini golongan sefalosporin generasi ke$ yang terbukti efektif untuk
demam tifoid adalah seftriakson, dosis yang dian!urkan adalah antara $& gram dalam
dekstrosa #%% cc diberikan selama :- !am perinftis sekali sehari, diberikan selama $
hingga 4 hari.
#olongan luoro)uinolon
olongan ini beberapa !enis bahan sediaan dan aturan pemberiannya
o +orfloksasin dosis - ' &%% mg/hari selama #& bari
o "iprofloksasin dosis - ' 4%% mg/hari selama hari
o floksasin dosis - ' &%% mg/hari selama 5 hari
o efloksas dosis &%% mg/hari selama 5 hari
o Fleroksasin dGsis &%% mg/hari selama 5 hari
ACitromisin
28
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
27/48
in!auan yang dilakukan oleh *eva *A dan Bukir1a H pada tahun -%%7
terhadap 5 penelitian yang membandingkan penggunaan a;itromisin (dosis -'4
mg) menun!ukkan bah1a penggunaan obat ini !ika dibandingkan dengan
fluorokuinolon, a;itromisin secara signifikan mengurangi kdgagalan klinis dan durasi
ra1at inap, terutama!ika penelitian mengikutsertakan pula strain 6DJ %multi drug resistance& maupun +2J" %'alidixic (cid )esistant #typhi 8ika dibandingkan
dengan ceftriakson, penggunaan a;itromisin dapat mengurangi angka relaps.
2;itromisin mampu menghasilkan konsentrasi dalam !aringan yang tinggi 1alaupun
konsentrasi dolarn darah cenderung rendah. 2ntibiotika akan terkonsentrasi di dalam
sel, sehingga antibiotika #ni men!adi ideal untuk digunakan dalam pengobatan infeksi
oleh ". typhi yang 1orup2an kuman intraselular. euntungan lain adalah a;itromisin
tersedia dalam bentuk sediaan oral maupun suntikan intravena.
Demam pada umumnya mengalami lisis pada hari ke$ atau men!elang hari ke&.
Hasil penurunan demam sedikit lebih lambat pada penggunaan norfloksasin yang merupakanfluorokuinolon pertama yang memiliki bioavailabilitas tidak sebaik fluorokuinolon yang
dikembangkan kemudian.
2.2.-.1. Pemilihan Antimi)ro$a7
emilihan antibiotik tergantung pada pola sensitivitas isolat almonella typhi
setempat. 6unculnya galur almonella typhi yang resisten terhadap banyak antibiotik
(kelompok 6DJ) dapat mengurangi pilihan antibiotik yang akan diberikan. erdapat -
kategori resistensi antibiotik yaitu resisten terhadap antibiotik kelompok chloramphenicol ,
ampicillin, dan trimethoprimsulfamethoxa*ole (kelompok 6DJ) dan resisten terhadapantibiotik fl uoroquinolone. 'alidixic acid resistant almonella typhi (+2J") merupakan
petanda berkurangnya sensitivitas terhadap fl uoroquinolone. erapi antibiotik yang diberikan
untuk demam tifoid tanpa komplikasi berdasarkan AH tahun -%%$ dapat dilihat tabel di
b1ah ini ?
Ta$el . Anti$ioti)
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
28/48
2ntibiotik golongan fl uoroquinolone (ciprofloxacin, ofl oxacin, dan pefl oxacin)
merupakanterapi yang efektif untuk demam tifoid yang disebabkan isolat tidak resisten
terhadap fl uoroquinolone dengan angka kesembuhan klinis sebesar I7, 1aktu penurunan
demam & hari, dan angka kekambuhan dan fecal carrier kurang dari -. +luoroquinolone
memiliki penetrasi ke !aringan yang sangat baik, dapat membunuh # $yphi intraseluler di
dalam monosit/makrofag, serta mencapai kadar yang tinggi dalam kandung empedu
dibandingkan antibiotik lain.
Berbagai studi telah dilakukan untuk menilai efektivitas fl uoroquinolone dan salahsatu fl uoroquinolone yang saat ini telah diteliti dan memiliki efektivitas yang baik adalah
levofloxacin. "tudi komparatif, acak, dan tersamar tunggal telah dilakukan untuk levofl
oxacin terhadap obat standar ciprofl oxacin untuk terapi demam tifoid tanpa
komplikasi. evofl oxacin diberikan dengan dosis 4%% mg, # kali sehari dan ciprofl oxacin
diberikan dengan dosis 4%%mg, - kali sehari masingmasing selama 5 hari.
esimpulan dari studi ini adalah bah1a pada saat ini levofl oxacin lebih bermanfaat
dibandingkan ciprofl oxacin dalam hal 1aktu penurunan demam, hasil mikrobiologi dan
secara bermakna memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan ciprofl oxacin.5
"elain itu, pernah !uga dilakukan studi terbuka di lingkungan F9 mengenai efi kasidan keamanan levofl oxacin pada terapi demam tifoid tanpa komplikasi.#$ evofl oxacin
diberikan dengan dosis 4%% mg, # kali sehari selama 5 hari. *fi kasi klinis yang di!umpai
pada studi ini adalah #%% dengan efek samping yang minimal. Dari studi ini !uga terdapat
tabel perbandingan ratarata 1aktu penurunan demam di antara berbagai !enis fl
uoroquinolone yang beredar di ndonesia di mana penurunan demam pada levofl oxacin
paling cepat, yaitu -,& hari.
"ebuah metaanalisis yang dipublikasikan pada tahun -%%I menyimpulkan bah1a
pada demam enterik de1asa, fl uoroquinolone lebih baik dibandingkan chloramphenicol
untuk mencegah kekambuhan. +amun, fl uoroquinolone tidak diberikan pada anakanak
karena dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan kerusakan sendi.
30
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
29/48
Chloramphenicol sudah se!ak lama digunakan dan men!adi terapi standar pada
demam tifoid namun kekurangan dari chloramphenicol adalah angka kekambuhan yang
tinggi (45), angka ter!adinya carrier !uga tinggi, dan toksis pada sumsum tulang.##,#4
(*ithromycin dan cefi xime memiliki angka kesembuhan klinis lebih dari I% dengan 1aktu
penurunan demam 45 hari, durasi pemberiannya lama (#& hari) dan angka kekambuhan serta fecal carrier ter!adi pada kurang dari &. 5
asien dengan muntah yang menetap, diare berat, distensi abdomen, atau kesadaran
menurun memerlukan ra1at inap dan pasien dengan ge!ala klinis tersebut diterapi sebagai
pasien demam tifoid yang berat. erapi antibiotik yang diberikan pada demam tifoid berat
menurut AH tahun -%%$ dapat dilihat di tabel berikut ?
Ta$el *. Anti$ioti)
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
30/48
fluorokuinolon maupun kotrirtioksa;ol tidak boleh digunakan untuk mengobati demam tifoid.
bat yang dian!urkan adalah ampisilin, amoksisilin, dan seftriakson.
2.2.7. Kom!li)asi dan tatala)sana1
"ebagai suatu penyakit sistemik maka hampir semua organ utama tubuh dapat
diserang dan berbagai komplikasi serius dapat ter!adi. Beberapa komplikasi yang dapat tedadi
pada demam tifoid yaitu ?
omplikasi intestinal ? erdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, pankreatitis
omplikasi ekstraintestinal ?
o omplikasi kardiovaskular ? gagal sirkulasi perifer, miokarditis,
tromboflebitis.
o omplikasi darah? anemia hemolitik, trombositopenia, D, trombosis.
o omplikasi paru? pneumonia, empierna, pleuritis.
o omplikasi hepatobilier? hepatitis, kolesistitis.
o omplikasi gin!al? glomerulonefritis, pielonefritis, perineffitis.o omplikasi tulang? osteomieitis, periostitis, spondilitis, artritis.
o omplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik.
2.2.7.1. Kom!li)asi Intestinal
2.2.7.1.1. Perdarahan Intestinal
ada plak eyeri usus yang terinfeksi (terutama ileum terminalis) dapat terbentuk
tukak/luka berbentuk lon!ong dan meman!ang terhadap sumbu usus. Bila luka menembus
lumen usus dan, mengenai pembuluh darah maka ter!adi perdarahan. "elan!utnya bila tukak
menembus dinding usus maka perforasi dapat tedadi. "elain karena faktor luka, perdarahan
!uga dapat ter!adi karena gangguan koagulasi darah (D) atau gabungan kedua faktor."ekitar -4 penderita dernam tifoid dapat mengalami perdarahan minor yang tidak membutuhkan transfusi darah. erdarahan hebat dapat ter!adi hingga penderita mengaami
syok. "ecara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan
sebanyak 4 ml/kgBB/!am dengan faktor hemostatis dalam batas normal. 8ika penanganan
terlambat, mortalitas cukup tinggi sekitar #%$-, bahkan ada yang melaporkan sampal 7%.
Bila transfusi yang diberikan tidak dapat mengimbangi perdarahan yang ter!adi, maka
tindakan bedah perlu dipertimbangkan.
2.2.7.1.2. Perforasi Usus
er!adi pada sekitar $ dari penderita yang dira1at. Biasanya timbul pada minggu
ketiga namun dapat pula ter!adi pada minggu pertama. "elain ge!ala umum demam tifoid
yang biasatedadi makapenderita dem1nfifoiddengan perforasi mengeluh nyeri perut yang
hebat terutama di daerah kuadran kanan ba1ah yang kemudian menyebar ke seluruh perut
dan disertai dengan tandatanda ileus. Bising usus melemah pada 4% penderita dan pekak
hati terkadang tidak ditemukan karena adanya udara bebas di abdomen. andatanda perforasi
lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun, dan bahkan dapat syok. Eeukositosis dengan
pergeseran ke kiri dapat menyokong adanya perforasi.
Bila pada gambaran foto polos abdomen (B+/$ posisi) ditemukan udara pada
rongga peritoneum atau subdiafragma kanan, maka hat ini merupakan nilai yang cukupmenentukan terdapatnya perforasi usus pada demam tifoid. Beberapa faktor yang dapat
32
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
31/48
meningkatkan ke!adian adalah perforasi adalah umur (biasanya berumur -%$% tahun), lama
dernam, modalitas pengobatan, beratnya penyakit, dan mobilitas penderita.
2ntibiotik diberikan secara selektif bukan hanya untuk mengobati kuman
". typhi tetapi !uga untuk mengatasi kuman yang bersifat fakultatif dan anaerobik pada flora
usus. 9mumnya diberikan antibiotik spektrum luas dengan kombinasi kloramfenikol danampisilin intravena. 9ntuk kontaminasi usus dapat diberikan gentamisin/ metronida;ol.
airan harus diberikan dalam !umlah yang cukup serta penderita dipuasakan dan
dipasang nasogastric tube# ransfusi darah dapat diberikan bila terdapat kehilangan darah
akibat perdarahan intestinal.
2.2.7.2. Kom!lli)asi E)straintestinal
2.2.7.2.1. Kom!li)asi 'ematologi
omplikasi hematologik berupa trombositopenia hipofibrinogenemia,
peningkatan prothrombin time, peningkatan partial thromboplastin time, peningkatan fibrin
degradation products sampai koagulasi intravaskular diseminata (D) dapat ditemukan pada
kebanyakan pasien demam tifoid. rombositopenia sa!a sering di!umpai, hat ini mungkinteXadi karena menurunnya produksi &ombosit di sumsum tulang selarna proses infeksi atau
meningkatnya destruksi trombosit di Wsistem retikuloendotelial. batobatan!uga memegang
peranan.
enyebab D pada demam tifoid belumlah !elas. Hathat yang sering dikernukakan
adalah endotoksin mengaktifkan beberapa sistern biologik, koagulasi, dan fibrinolisis.
elepasan kinin, prostaglandin dan histarnin menyebabkan vasokonstriksi dan kerusakanendotel pembuluh darah dan selan!utnya mengakibatkan perangsangan mekanisme koagulasi3
baik D kompensata maupun dekompensata.
Bila ter!adi D dekompensata dapat diberikan tranfusi darah, substitusi trombosit
dan/atau faktorfaktor koagulasi bahkan heparin, meskipun ada pula yang tidak sependapat
tentang manfaat pemberian heparin pada demam tifoid.
2.2.7.2.2. 'e!atitis Tifosa
embengkakan hati ringan sampai sedang di!umpai pada 4% kasus dengan dernam
tifoid dan lebih banyak di!umpai karena # typhi daripada # paratyphi# 9ntuk membedakan
apakab hepatitis ini oleh karena tifoid, virus, malaria, atau amuba makaperlu diperhatikan
kelainan fisik, parameter laboratorium, dan bila perlu histopatologik hati. ada dernam tifoid
kenaikan en;im transaminase tidak relevan dengan kenaikan serum bilirubin (untuk
membedakan dengan hepatitis oleh karena virus). Hepatitis tifosa dapat ter!adi pada pasien
dengan malnutrisi dan sistem imun yang kurang. 6eskipun sangat !arang, komplikasi
hepatoensefalopati dapat ter!adi.
2.2.7.2.. Pan)reatitis Tifosa
6erupakan komplikasi yang !arang teXadi pada demam tifoid. ankreatitis sendiri
dapat disebabkan oleh mediator pro inflamasi, virus, bakteri, cacing, maupun ;at;at
33
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
32/48
farmakologik. emeriksaan en;im amilase dan lipase serta ultrasonograafi/ "can dapat
membantu diagnosis penyakit ini dengan akurat.
enatalaksanaan pankreatitis tifosa sama seperti penangananpankreatitis pada
umumnya3 antibiotik yang diberikan adalah antibiotik intravena seperti seftriakson atau
kuinolon.
2.2.7.2.*. io)arditis
6iokarditis ter!adi pada #4penderita demam tifoid sedangkan kelainan
elektrokardiografi dapat ter!adi pada #%#4 penderita. asien dengan miokarditis biasanya
tanpa ge!ala kardiovaskular atau dapat berupa keluhan sakit dada, gagal !antung kongestif,
aritmia, atau syok kardiogenik. "edangkan perikarditis sangat !arang ter!adi. erubahan
elektrokardiografi yang menetap disertai aritmia mempunyai prognosis yang buruk. elainan
ini disebabkan kerusakan miokardium oleh kuman ". typhi dan miokarditis sering sebagai
penyebab kematian. Biasanya di!umpai pada pasien yang sakit berat, keadaan akut dan
fulminan.
2.2.7.2.+. anifestasi Neuro!si)iatri)ffifoid To)si)
6anifestasi neuropsikiatrik dapat berupa delirium dengan atau tanpa ke!ang,
semikoma atau koma, !arkinson rigidityltransient parkinsonism,sindrom otak akut,
mioklonus generalisata, meningismus, ski;ofrenia sitotoksik, mania akut, hipomania,
ensefalomielitis, meningitis, polineuritis perifer, sindrom uillain Barre, dan psikosis.
erkadang ge!ala demam tifoid diikuti suatu sindrom klinis berupa gangguan atau
penurunan kesadaran akut (kesadaran berkabut, apatis, delirium, somnolen, sopor, atau koma)
dengan atau tanpa disertai kelainan neurologis lainnya dan dalam pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal. "indrom klinis seperti ini oleh beberapa peneliti disebut sebagai
tifoid toksik, sedangkan penulis lainnya menyebutnya dengan demam tifoid berat, demam
tifoid ensefalopati, atau demam tifoid dengan toksemia. Diduga faktorfaktor sosial ekonomi
yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah, ras, kebangsaan, iklim, nutrisi, kebudayaan dan
kepercayaan (adat) yang masih terbelakang ikut mempermudah ter!adinya hal tersebut dan
akibatnya meningkatkan angka kematian.
"emua kasus tifoid toksik, atas pertimbangan klinis sebagai demam tifoid berat,
langsung diberikan pengobatan kombinasi kloramfenikol & ' &%% mg ditambah ampisilin & '
gram dan deksametason $ ' 4 6g.
2.2.;. Tifoid Karier1
2.2.;.1. Definisi dan anifestasi Tifoid Karier
Definisi pengidap tifoid (karier) adalah seseorang yang kotorannya (feses atau urin)
mengandung ". typhi setelah satu tahun pascademam tifoid, tanpa disertai ge!ala klinis.
asus tifoid dengan kuman ". typhi masih dapat ditemukan di feses atau urin selama -$
bulan disebut karier pascapenyembuhan. ada penelitian di 8akartadilaporkan bah1a #,#7
(+ U 7) kasus dernam tifoid masih didapatkan kuman ". typhi pada kultur fesesnya.
ifoid karier tidak menimbulkan ge!ala klinis (asimtomatik) dan -4 kasus
menyangkal adanya ri1ayat sakit demam tifoid akut. ada beberapa penelitian dilaporkan
34
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
33/48
pada t#foid karier sering disertai infeksi kronik traktus urinarius. serta terdapat peningkatan
risiko ter!adinya karsinoma kandung empedu, karsinoma kolorektal, karsinoma pankreas,
karsinoma paru, dan keganasan di bagian organ atau!aringan lain. eningkatan faktor risiko
tersebut berbeda bila dibandingkan dengan populasi pascaledakan kasus luar biasa demam
tifoid, hal ini diduga faktor infeksi kronis sebagai faktor risiko ter!adinya karsinoma dan bukan akibat infeksi tifoid akut.
roses patofisiologis dan patogenesis kasus tifoid karier belum !elas. 6ekanisme
pertahanan tubuh terhadap almonella typhi belum !elas. munitas selular diduga punya peran
sangat penting. Hal ini dibuktikan bah1a pada penderita sickle cell disease dan sistemic
1upus eritematosus ("E*) maupun penderita. 2D" bila terinfeksi almonella maka akan
ter!adi bakteremia yang berat. ada pemeriksaan inhibisi migrasi leukosit (E6) dilaporkan
terdapat penurunan respons reaktivitas selular terhadap almonella typhi, meskipun tidak
ditemukan penurunan imunitas selular dan humoral. enelitian lainnya menyatakan bah1a
tidak ada perbedaan bennakna pada sistem imunitas humoral dan selular serta respons
limfosit terhadap almonella typhi antara pengidap tifoid dengan kontrol. emeriksaan
respons imun berdasarkan serologi antibodi g dan g6 terhadap ". typhi antara tifoid karier
dibanding tifoid akut tidak berbeda bermakna.
2.2.;.2. Diagnosis Tifoid Karier
Diagnosis tifoid karier ditegakkan atas dasar ditemukannya kuman almonella
typhi pada biakan feses atau pun urin pada seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau pada
seseorang setelah tahun pascademarn tifoid. Dinyatakan kemungkinan besar bukan
sebagai tifoid karier bila setelah dilakukan biakan secara acak serial minimal kali
pemeriksaan tidak ditemukan kuman # typhi#"arana lain untuk menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan serologi :i, dilaporkan
bah1a sensitivitas 54 dan spesifisitas I- bila ditemukan kadar titer antibodi :i sebesar
#%. +olan 6 dkk (#I7 #) meneliti pengidap tifoid (karier) beserta keluarganya, ditemukan
titer #?&% sampai #?-4% pada 5 kasus biakan positif ". typhi sedangkan pada $5 kasus dengan
kultur # typhi negatif $ kasus tidak ditemukan antibodi :i, kasus dengan antibodi :
positif #?#%.
2.2.;.. Tatala)sana Pada Pengida! Tifoid Karier
asus demam tifoid karier merupakan faktor risiko teXadinya outbreak demam tifoid.
ada daerah endemik dan hiperendemik penyandang kuman ". typhi ini !auh lebih banyak
serta sanitasi lingkungan dan sosial ekonomi rendah semakin mempersulit usaha
penanggulangannya. 2ngka ke!adian demam tifoid di ndonesia sebesaYr #%%%/ #%%.%%%
populasi per tahun, insidens ratarata - di 2sia dan $4 di 2frika dengan mortalitas
rendah -4 dan sekitar $ men!adi kasus karier. Di antara demam tifoid yang sembuh
klinis, pada -% di antaranya masih ditemukan kuman ". typhi setelah - bulan dan #%
masih ditemukan pada bulan ke $ serta $ masih ditemukan setelah satu tahun. asus karier
meningkat seiring peningkatan umur dan adanya penyakit kandung empedu, serta gangguan
traktus urinarius.
esulitan eradikasi kasus karier berhubungan dengan ada tidaknya batu empedu dansikatrik kronik pada saluran empedu. asus karier ini !uga meningkat pada seseorang yang
35
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
34/48
terkena infeksi saluran kencing secara kronis, batu, striktur, hidronefrosis, dan tuberkulosis
maupun tumor di traktus urinarius. leh karena itulah insidens tifid karier meningkat pada
1anita maupun pada usia lan!ut karena adanya faktortersebut di atas.
Ta$el +. Tera!i arier Tifoid
2.2.. Pen"egahan Demam Tifoid1
encegahan demam tifoid melalui gerakan nasional sangat diperlukan karena alcan berdampak cukup, besar terhadap penurunan kesakitan dan kematian akibat demam tifoid,
menurunkan anggaran pengobatan pribadi maupun negara, mendatangkan devisa negara yang
berasal dari 1isata1an mancanegara, karena telah hilangnya predikat negara endemik dan
hiperendemik sehingga mereka tidak takut lagi terserang tifoid saat berada di daerah
kun!ungan 1isata.
2.2..1. Pre/entif dan Kontrol Penularan
indakan preventif sebagai upaya pencegahan penularan dan peledakan kasus luar
biasa (EB) demam tifoid mencakup banyak aspek, mulai dari segi kuman almonella
typhi sebagai agen penyakit dan faktor pe!amu %host& serta faktor lingkungan.
"ecara garis besar ada $ strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu ?
1. Identifi)asi dan eradi)asi Salmonella typhi $ai) !ada )asus dernam tifoid mau!un
)asus )arier tifoid
indakan identifikasi atau penyaringan pengidap kuman ".typhi ini cukup sulit dan
memerlukan biaya cukup besar baik ditin!au dari pribadi maupun skala nasional. ara
pelaksanaannya dapat secara aktif yaitu mendatangi sasaran maupun pasif menunggu bila
ada penerimaan pega1ai di suatu instansi atau s1asta. "asaran aktif lebih diutamakan
pada populasi tertentu seperti pengelola sarana makananminuman baik tingkat usaha
rumah tangga, restoran, hotel sampai pabrik beserta distributomya. "asaran lainnya
36
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
35/48
adalah yang terkait dengan pelayanan masyarakat, yaitu petugas kesehatan, guru, petugas
kebersihan, pengelola sarana umum lainya.
2. Pen"egahan transmisi langsung dari !asien terinfe)si S. typhi a)ut mau!un )arier
egiatan ini dilakukan di rumah sakit, klinik maupun di rumah dan lingkungan
sekitar orang yang telah diketahui pengidap kuman ". typhi#
. Prote)si !ada orang
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
36/48
untuk revaksinasi setiap $ tahun. :aksin ini memberikan efi kasi perlindungan sebesar
5%7%.
:aksin y-#a
:aksin oral ini tersedia dalam sediaan salut enterik dan cair yang diberikan pada anak
usia tahun ke atas. :aksin diberikan $ dosis yang masingmasing diselang - hari.
2ntibiotik dihindari 5 hari sebelum dan sesudah vaksinasi. :aksin ini efektif selama $
tahun dan memberikan efi kasi perlindungan 57-.
- :aksin i-conjugate
:aksin ini diberikan pada anak usia -4 tahun di :ietnam dan memberikan efi kasi
perlindungan I#,# selama -5 bulan setelah vaksinasi. *fi kasi vaksin ini menetap
selama & bulan dengan efi kasi perlindungan sebesar 7I.
2.2.14.2. Pemilihan 9a)sin 1
ada beberapa penelitian vaksin oral y-la diberikan $ kali secara bermakna
menurunkan selama 4 tahun, laporan lain sebesar $$ selama $ tahun. 9sia sasaran
vaksinasi b W erbeda efektivitasnya, dilaporkan insidens turun 4$ pada anak C #% tahun
sedangkan anak usia 4I th insidens turun #5. :aksin parenteral nonaktif relatif lebih
sering menyebabkan reaksi efek samping serta tidak seefektif dibandingkan dengan :i"
maupun y-la oral. lenis vaksin dan !ad1al pemberiannya, yang ada saat ini di ndonesia
hanya :i" (yphim :i).
2.2.14.. Indi)asi /a)sinasi1
indakan preventif berupa vaksinasi tifoid tergantung pada faktor risiko yang
berkaitan, yaitu individual atau populasi dengan situasi epidemiologisnya?
opulasi? anak usia sekolah di daerah endemik, personil militer, petugas rumah sakit,
laboratorium. kesehatan, industri makanan,/minuman.
ndividual? pengun!ung/1isata1ari ke daerah endemik, orang yang kontak erat dengah
pengidap tifoid (karier).
2nak usia -4 tahun toleransi dan respons imunologisnya sama dengan anak usia
lebih besar.
2.2.14.*. Kontraindi)asi 9a)sinasi1
:aksin hidup oral y- a secara teoritis dikontraindikasikan pada sasaran yang alergiatiiii reaksi efek samping berat, penurunan imunitas, dan kehamilan (karena sedlkitnya data).
Bila diberikan bersamaan dengan obat antimalaria (klorokuin, meflokuin) dian!urkan
minimal setelah -&!am pemberian obat baru dilak2an vaksinasi. Dian!urkan tidak
memberikan vaksinasi bersamaan dengan obat sulfonamid atau antimikroba lainnya.
2.2.14.+. Efe) Sam!ing /a)sinasi1
ada vaksin y-# a demam timbul pada orang yang mendapat vaksin %4, sakit
kepala (%X), sedangkan pada :i" efek samping lebib kecil (demam %,-43 malaise
%,4, sakit kepala #,4, ras"h 4, reaksi nyeri lokal #5). *fek samping terbesar pada.
vaksin parenteral adalahheat-phenol inactivated, yaitu demam ,5-&, nyeri kepala I#%
38
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
37/48
dan reaksi lokal nyeri dan edema $$4 bahkan reaksi berat termasuk hipotensi, nyeri dada,
dan syok dilaporkan pernah ter!adi meskipun sporadis dan sangat !arang ter!adi.
2.2.14.-. Efe)ti/itas 9a)sinasi
"erokonversi (peningkatan titer antibodi & kali) setelah vaksinasi dengan :i"ter!adi secara cepat yaitu sekitar #4 hari $ minggu dan I% bertahan.selama $ tahun.
emampuan proteksi sebesar 55 pada daerah endemik (+epal) dan sebesar % untuk
daerah hiperendemik.,
39
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
38/48
BAB
6AP(8AN KASUS
$.#. dentitas asien
+ama ? +y +
9mur ? -7 tahun
8enis elamin ? erempuan
eker!aan ? uru
2lamat ? anyangkalan
anggal masuk ? "abtu, 7 2gustus -%#4 / #-.%% AB
Juangan ? "iti +urbaya O
$.-. 2namnesa
eluhan 9tama ? Demam se!ak $ hari yang lalu sebelum masuk Jumahsakit
Ji1ayat enyakit "ekarang ?
o asien datang ke D dengan keluhan demam se!ak $ hari yang lalu (5
2gustus -%#4). asien mengeluhkan demam terus menerus dan demam
langsung tinggi se!ak hari pertama demam. "e!ak a1al demam pasien
meminum rebusan daun parasetamol (obat tradisional) dan demam turun,
namun demam kemudian naik lagi. asien !uga mengeluhkan lemah seluruh
tubuh bersamaan dengan demam tersebut, nyeri pada sendisendi, sakit kepala,
nyeri pada ulu hati dan mual. 6untah beberapa kali sebelum dira1at berisi apa
yang dimakan. +afsu makan pasien !uga menurun se!ak demam dirasakan.
"elain itu pasien pernah merasakan dari hidungnya keluar sedikit darah dan
berhenti beberapa saat kemudian. asien tidak mengeluh menggigil, batuk,
sesak nafas dan mencret. asien !uga tidak mempunyai kebiasaan makan dan
minum sembarangan. 6enurut pasien, buang air kecil seperti biasa, 1arna
tidak seperti teh, namun buang air besar ber1arna hitam tidak seperti biasanya
saat a1al demam, se!ak saat itu hingga dira1at pasien tidak ada buang air
besar lagi dan perutnya terasa kembung.
Ji1ayat enyakit Dahulu ?
o asien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnyao asien selama beberapa bulan terakhir tidak pernah berpergian keluar kota
o asien menyangkal ri1ayat mimisan, gusi berdarah, kencing manis, darah
tinggi, penyakit !antung ba1aan, penyakit kuning, maag, asma, ri1ayat
pernah menderita demam berdarah dan !uga tifus.
o asien mengaku tidak pernah minum obat dalam !angka 1aktu yang lama,
tidak ada ri1ayat minum obat penghilang nyeri, tidak ada ri1ayat alergi
minum obat.
o asien pernah mengalami #' keguguran saat hamil ke dua (& bulan) dan
dikuret.
40
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
39/48
Ji1ayat enyakit eluarga ?
o idak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa, namun di
daerah tempat tinggalnya sudah - orang dira1at dengan penyakit demam
berdarah.
Jri1ayat psikososial dan kebiasaan ?
o asien telah menikah dan memiliki # orang anak. "eharihari beker!a sebagai
guru dan pega1ai kantor nagari di dearahnya.
o Dera!at aktivitas yang terbilang cukup berat karena pasein dalam # hari harus
beker!a di dua tempat.
o "tatus sosial ekonomi sedang
o "eharihari pasien makan nasi dengan lauk pauk secukupnya dan sedikit sayur,
!arang mengonsumsi buah. 8ad1al teratur, $' sehari dengan porsi sedang.
asien !arang makanmakanan dari luar.o asien menyangkal mengonsumsi rokok dan atau alkohol, begitu pula dengan
ri1ayat free sex maupun drug user .
$.$. emeriksaan Fisik
a. "tatus eneralisata
"aat di D ?
eadaan 9mum ? "akit sedang
esadaran ? ompos 6entis ooperatif
ekanan Darah? #-%/5% mmHg
"uhu ? $I,$o
"aat di ruang A ?
eadaan 9mum ? "akit sedang
esadaran ? ompos 6entis ooperatif
ekanan Darah ? #-%/5% mmHg
+adi ? I#'/menit
+afas ? -4'/menit
"uhu ? $I,$o
Berat Badan ? 5% g
inggi Badan ? #% cm
b. "tatus husus ulit ?
o Aarna putih, turgor baik, tidak ada sianosis dan tidak ada ikterik
epala ?
o +ormocephal, rambut ber1arna hitam pan!ang dan tidak mudah dicabut
6ata ?
o upil isokor, refleks pupil (S/S), palpebra edema (/), Bola mata orthoporia,
kon!ungtiva hiperemis (S/S), sklera ikterik (/)
elinga ?
o +ormotia, nyeri tekan tragus (/), nyeri tarik (/), nyeri ketok
proc.mastoideus (/) Hidung ?
41
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
40/48
o +ormonasi, deviasi septum (), sekret ()
6ulut ?
o Bentuk normal, mukosa bibir basah dan merah, gusi tidak berdarah, tidak
sianosis, lidah kotor tanpa hiperemis di pinggirnya.
Eeher ?
o 8: 4- cmH-, tidak ada pembesaran kelen!ar tiroid, deviasi trakea ()
horak
o aru ?
nspeksi ? Bentuk dada normal simetris kiri dan kanan saat statis
dan dinamis
alpasi ? idak ada nyeri tekan, fremitus taktil normal kanan
dan kiri sama
erkusi ? "onor di kedua lapangan paru
2uskultasi ? suara nafas vesikuler, rhonki (/), 1heee;ing (/)
o 8antung ?
nspeksi ? ktus kordis tidak terlihat
alpasi ? ktus kordis teraba di - !ari medial dari linea
midclavicula J :
erkusi ?
• Batas kanan ? linea sternalis dekstra J :
• Batas kiri ? Einea midclavicularis sinistra J :
• Batas atas ? Einea sternalis sinistra J
• Batas pinggang ? Einea parasternalis sinistra J
2uskultasi ? Bunyi !antung dan murni reguler, bising (), suara
tambahan () 2bdomen ?
o nspeksi ? bentuk datar, sikatrik (), distensi ()
o alpasi ? +yeri tekan epigastrium (S), nyeri lepas (), pembesaran hepar
dan lien (), bimanual (/), ballotement (/), nyeri ketok :2 (/)
o erkusi ? impani pada seluruh lapang abdomen
o 2uskultasi ? Bunyi usus (S)
2nggota gerak ?
o *kstremitas 2tas ? 2kral hangat, u!i torniZuet (SS), pteZie (S)
o *kstremitas ba1ah ? akral hangat, udem ()
$.&. emeriksaan Eaboratorium ("abtu, 7 2gustus -%#4)
Darah Jutin ?
Hemoglobin ? #-,# g/dE
Hematokrit ? $,# g/dE
Eeukosit ? -,5.#%$/uE
rombosit ? #7#.#%$/uE
Faal in!al ?
9reum ? -%, mg/dE
reatinin ? %,7& mg/dEes Aidal ?
42
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
41/48
iter H ? #/$-%
iter ? #/#%
$.4. Diagnosis
Diagnosis rimer ? Demam Dengue S ifoid
Diagnosis Banding ? Demam cikungunya, "J"
$.. erapi dan 2n!uran
erapi di D ?
9mum ? 2sering -% tetes / menit ,
husus ?
eftria'on -'#, iv
Janitidin -'#, iv
ndansentron -'#, iv
urcuma $'# $'#
9lside' $'#
2n!uran ? bservasi
$.5. Follo1 9p Ja1atan
Hari / anggal "ub!ect b!ect 2ssesment, lan dan 2n!uran
6inggu,
I/7/-%#4
asien merasakan?
6ual dan muntah berisi apa yang
dimakan.
Eemah pada seluruh
tubuh.
nyeri pada sendi
sendi.
sakit kepala.
idak selera makan
B2B tidak ada dan
B2 sedikit 1arnakuning.
9 ? "akit sedang
: ? esadaran ? 6
ek.darah ? #%%/7%
mmHg
+adi ? 5%'/menit
+afas ? -%'/menit
"uhu ? $o
asien dengan ?
Diagnosa ? Demam dengueS demam tifoid
DD ? chikungunya
erapi ? lan!ut
"enin,
#%/7/-%#4
6ual masih
dirasakan dan
muntah berisi apa
yang dimakan
erut kembung
+yeri pada sendi
"akit kepala
Batuk kering
B2B tidak ada danB2 seperti biasa
9 ? "akit sedang
: ?
esadaran ? 6
ek.darah ? #%%/5%
mmhg
+adi ? I# '/ menit
+afas ? -& '/ menit
"uhu ? $4,4 o
2ssessment pagi ?
Diagnosa ? demam dengue
S demam tifoid
erapi ?
9mum ? :FD JE
!am/kolf
husus ?
$'# urcuma $'#
43
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
42/48
Hasil Eab siang ? Hb ? #& g/dE
Hct ? &%,5
AB ?
$,5-.#%$/uE
rombosit ?
&.#%$/uE
9lside' $'#
:astigo $'#
Dulcolac #'-
Domperidon $'#
2mbro'ol $'#
Eoratadin #'# eftria'on #'-, iv
Janitidin -'#, iv
lan ?
heck HB, Ht,
Eeukosit dan
trombosit per hari
Bila HB P #- g/dE,
pasang three 1aydengan cairan ? H*"
#- !am/kolf dan Jl 7
!am/kolf.
Bila Hb Q #- g/dE,
ganti dengan JE
!am/kolf.
2ssessment siang ?
rombositopenia ,
leukopenia, Hb dan Hctmeningkat.
Diagnosa ? Demam
berdarah Dengue grade .
erapi ?
emasangan three 1ay
dengan cairan ? H*" #-
!am/kolf dan Jl 7 !am/kolf
"elasa,
##/7/-%#4
%7.%% AB
6ual berkurang,
muntah berisi apa
yang dimakan
erut kembung
Batu kering
+yeri sendi
berukurang
"akit kepala
berkurang
B2B tidak ada
9 ? "akit sedang
: ?
esadaran ? 6
ek.darah ? #%%/5%
mmhg
+adi ? I4'/menit
+afas ? -#'/menit
"uhu ? $,5o
Hasil Eabor "iang ?
Hb ? #-, g/Dl Hct ? $7
2ssessment ?
rombositopenia
Eeukopenia
Hb dan Hct turun
Diagnosa ? Demam
Berdarah Dengue
grade S demam
tifoid
erapi ?
9mum ? :FD Jl 7 !am/kolf dan H*" #- !am/kolf
44
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
43/48
Eeukosit? &,&5.#%$/uE
rombosit? .#%$/uE
husus ?
$'#
urcuma $'#
9lside' $'#
:astigo $'#
Dulcolac #'- Domperidon $'#
2mbro'ol $'#
Eoratadin #'#
eftria'on #'-, iv
Janitidin -'#, iv
Jabu,
#-/7/-%#4
%7.%% AB
6ual dan muntah
berkurang
+yeri sendi
berkurang epala pusing
Batuk kering
embung berkurang,
B2B 6encret -'
agak hitam.
6uncul bintikbintik
merah pada kedua
kaki.
9 ? "akit sedang
: ?
esadaran ? 6
ek.darah ? #%%/%mmHg
+adi ? 7%'/menit
+afas ? -% '/menit
"uhu ? $,#o
Hasil Eab "iang ?
Hb ? #%,$ g/dE
Hct ? $#,5
Eeukosit ? $,I4.#%$/uE
rombosit ? &5. #%$
/uE
2ssessment ?
rombositopenia
Hb dan Ht turun di
ba1ah normal Diagnosa ? Demam
Berdarah Dengue
rade S demam
tifoid
erapi ?
9mum ? H*" dihentikan, JE
!am/kolf
husus ?
$'#
urcuma $'# :astigo $'#
Domperidon $'#
2mbro'ol $'#
Eoratadin #'#
ransamin $'#
:it. (hytomendion)
$'#
eftria'on #'-, iv
Janitidin -'#, iv
amis, #$2gustus -%#4.
%7.%% AB
6ual dan muntah berkurang
+yeri sendi
berkurang
Batuk kering
berkurang
epala using
"elera makan
meningkat
B2B tidak ada
9 ? ukup "ehat,membaik
: ?
esadaran ? 6
ek.darah ? #%%/5%
mmHg
+adi ? %'/menit
+afas ? --'/menit
"uhu ? $,4o
Hasil Eabor "iang ? Hb ? #%,& g/dE
2ssessment ? rombosi naik dalam batas
normal
erapi ?
9mum ? JE !am/kolf
husus ?
$'#
urcuma $'#
:astigo $'# Domperidon $'#
45
8/19/2019 Case. BAB 2 DBD (Autosaved)
44/48
Hct ? $-,-
Eeukosit ? &,#.#%$/uE
rombosit ? #--.
#%$/uE
2mbro'ol $'#
Eoratadin #'#
ransamin $'#
:it. (hytomendion)
$'#
eftria'on #'-, iv Janitidin -'#, iv
8um[at, #&
2gustus -%#4.
%7.%% AB
6ual dan muntah
tidak ada
+yeri sendi tidak ada
Batuk kering tidak
ada
"akit kepala dan
pusing tidak ada
B2B pagi tidak ada
9 ? ukup "ehat,
membaik
: ?
esadaran ? 6
ek.darah ? ##%/5%
mmHg
+adi ? 5%'/menit
+afas ? #I'/menit
"uhu ? $,&o
2ssessment ?
asien dibolehkan pulang
erapi pulang ?
$'#
urcuma $'#
Domperidon $'#
BAB I9
PEBA'ASAN KASUS
asien datang ke D dengan keluhan demam se!ak $ hari yang lalu (5 2gustus
-%#4). asien mengeluhkan demam terus menerus dan demam langsung tinggi se!ak hari
pertama demam. "e!ak a1al demam pasien meminum rebusan daun parasetamol (obat
tradisional) dan demam turun, namun demam kemudian naik lagi. asien !uga mengeluhkan
lemah seluruh tubuh bersamaan dengan demam tersebut, nyeri pada sendisendi, sakit kepala,
nyeri pada ulu hati dan mual. 6untah beberapa kali sebelum dira1at berisi apa yang
dimakan. +afsu makan pasien !uga menurun se!ak demam dirasakan. "elain itu pasien pernah
merasakan dari hidungnya keluar sedikit darah dan berhenti beberapa saat kemudian. asientidak mengeluh menggigil, batuk, sesak nafas maupun mencret. asien !uga tidak mempunya