Upload
christie
View
7
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Trauma Oculi (Subconjunctival Hemorrhage)
1. ANATOMI MATA
1. Dinding bola mata
Sclera , lapisan fibrous luar ( tersusun atas sabut kolagen yang tersusun rapat
- Cornea ( bagian anterior sclera, terdiri dari jaringan ikat transparan
- Cribriform plate ( titik terlemah pada area circular yang ditembus oleh N.II
Tunica vascularis, lapisan tengah
- Choroid ( posterior 2/3 dari lapisan, tersusun dari pembuluh darah untuk nutrisi retina dan
pigment
- Corpus cilliaris dengan musculus cilliaris yang involunter (otot polos) tesusun pada 2 bidang dan
processus cilliaris
- Iris ( anterior dilapisi oleh endotelium, terisi dengan jaringan ikat, sel
pigment, dan musculi sphincter et dilator pupillae. Pupil terletak di tengahnya
Retina, bagian dalam ( 2 lapisan utama : retina proper (dalam) dan lapisan pigment (luar). Dapat
dibagi menjadi :
- Pars optica ( peka cahaya, meluas mulai dari polus posterior. Fovea centralis adalah area tipis
dimana reseptornya mudah terpapar cahaya
- Pars caeca ( bagian nonsensitif terletak rostral terhadap ora serrata
- Pars ciliaris ( memiliki lapisan epitel dalam yang tipis dan sebuah lapisan pigmen luar
- Pars iridica ( dimana kebanyakan lapisan pigment dibentuk otot polos, sementara lapisan dalam
mengandung pigment
2. Pembagian (Divisi) bola mata
Camera oculi ( pada bagian depan lensa dan lig. Suspensorium. Dibagi lagi menjadi camera anterior
et posterior oleh iris
Corpus vitreous ( di belakang lensa dan ligament-nya
3. Media Refraktif
Cornea : bagian rostral dari sklera yang transparan
Aqueous humor : cairan yang mengisi camera oculi anterior et posterior
Lensa crystalina : terdiri dari kapsul elastik yang mengandung serat2 lensa. Lensa menggantung
pada proc. Cilliaris oleh lig. Suspensorium lentis (zonula fibers)
Corpus vitreous : jelly transparan yang terkandung pada membrana hyaloid yang tipis
4. Pembentukan dan sirkulasi aqueous humor
Cairan meninggalkan anyaman kapiler di processus cilliaris dari camera oculi posterior ( mengalir ke
medial ( menuju tepi dari pupil dan memasuki camera oculi anterior ( mengalir ke lateral menuju angulus
iridocornealis ( memasuki meshwork dari spatium fontana dari angulus ini ( memasuki sinus vena scleral
(canal of Schlemm)
Vaskularisasi
A. Ophtalmica
Asal : a. carotis interna
MOOCAPage 1
Cabang :
1. Pada cavum orbita (untuk bagian sekelilingnya)
- A. Lacrimalis dekat foramen optica, sepanjang margo m. rectus lateralis menuju glandula
lacrimalis, palpebra dan conjunctiva
- A. Supraorbital melintas secara rostral, sepanjang tepi medial m. rectus superior,
melewati incisura supraorbitalis menuju frontal
- Anterior dan posterior ethmoidal menuju sinus2 dan cavum nasi
- A. palpebralis media : 1 untuk masing2 palpebra
- Supratrochlear : meninggalkan cavum orbita dengan n. supratrochlearis menuju frontal
- A. Dorsalis nasi : menuju permukaan dinding luar hidung
2. Pada cavum orbita, untuk bola mata
- A. centralis retina : meninggalkan jalur utamanya, menyilang N.II, menembus dan
menuju pusat bola mata dan menyebar pada retina
- Aa. Cilliares tersusun dalam 3 grup:
o Cilliaris posterior brevis
o Cilliaris posterior longus
o A. cilliaris anterior
Distribusi a. centralis pada retina
Pada bola mata, segera bercabang memberi cabang superior dan inferior. Kedua cabang membagi lagi menjadi
cabang lateral dan medial. membentuk anyaman kapiler halus. Macula mendapat 2 cabang kecil dari cabang
temporal dan sedikit langsung dari a. centralis.
Drainase vena bola mata
Retina mendrainase vena yang bersama2 cabang dan truncus dari a. Centralis
Lapisan luar drainase oleh vena vorticosa pada lapisan luar dari choroid. Vena2 ini menyatu menjadi 4 atau
5 truncus, menembus sclera antara N.II dan corneoscleral junction untuk mendrainase menuju v.
Ophtalmica superior.
2. HISTOLOGI
Struktur conjunctiva
Secara histologis, konjungtiva terdiri atas 3 lapisan :
1. Lapisan Epitelium
Marginal conjunctiva memiliki epitel pipih 5 lapis
Tarsal conjunctiva memiliki epitel 2 lapis; lapisan superfisial (sel silindris) dan lapisan profundus (sel
pipih)
Fornix dan bulbar conjunctiva memiliki epitel 3 lapis; lapisan superfisial (sel silindris);
lapisan tengah (sel polyhedral); dan lapisan profundus (sel kubis).
Limbal conjunctiva (5-6 lapis epitel berlapis pipih).
2. Lapisan adenoid
terdiri atas retikulum jaringan ikat yang halus dalam jala tempat lymphocyte berada.
lapisan yang paling berkembang dalam fornix.
MOOCAPage 2
tidak muncul sejak lahir namun berkembang setelah 3-4 bulan kehidupan ( inflamasi
conjunctiva pada bayi yang baru lahir (infant) tidak menghasilkan reaksi folikuler (follicular
reaction).
3. Fibrous layer
Terdiri atas jalinan (meshwork) sabut elastis dan kolagen, lebih tebal daripada lapisan adenoid, kecuali
pada regio tarsal conjunctiva. Lapisan ini mengandung pembuluh darah dan saraf conjunctiva, bergabung
dengan kapsula Tenon yang berada di bawah pada regio bulbar conjunctiva.
Kelenjar conjunctiva
Terdiri atas 2 tipe kelenjar:
1) Mucin secretory glands
Kelenjar ini adalah sel goblet (Kelenjar uniseluler yang terletak dalam lapisan epitel), Kripta Henle (ada di
tarsal conjunctiva) dan kelenjar Manz (ditemukan dalam limbal konjungtiva). Kelenjar-kelenjar ini
mensekresikan mucus yang penting untuk membasahi cornea dan conjunctiva.
2) Accessory lacrimal glands
Kelenjar ini adalah:
- Glands of Krause (ada di jaringan ikat subconjunctiva pada fornix; sekitar 42 kelenjar di fornix superior
dan 8 kelenjar di fornix inferior, dan
- Glands of Wolfring (tampak disepanjang margo superior dari tarsus superior dan di sepanjang margo
inferior dari tarsus inferior)
Plica semilunaris
Suatu lipatan menyerupai bulan sabit di conjunctiva, nampak pada medial canthus. Batas bebas di sebelah lateral
berbentuk cekung. Struktur ini adalah sebuah struktur vestigeal pada manusia dan menunjukkan nictitating
membrane (membran untuk berkedip) (disebut juga palpebra ketiga) pada hewan yang tingkatannya lebih
rendah.
Caruncle
massa kecil, ovoid, berwarna pink yang terletak di dalam medial canthus, di sebelah medial dari plica
semilunaris. Caruncula adalah suatu bagian kulit yang termodifikasi dan ditutupi dengan epitel berlapis pipih
dan mengandung kelenjar keringat, kelenjar sebacea, dan folikel rambut.
3. FISIOLOGI
Inflamasi akut
- Inflamasi → reaksi pertahanan organisme dan jaringannya terhadap stimuli luka.
- Tujuan → memperbaiki kerusakan, membatasinya, menghilangkan penyebabnya (contoh : bakteri
atau benda asing).
Penyebab suatu inflamasi dapat berupa:
1. Mikroorganisme (IA) → bakteri, virus, jamur, atau parasit
2. Benda asing → Protein asing, contoh: serbuk bunga/pollen, asbes, atau kristal silikon)
3. Kerusakan jaringan dengan pembentukan debris jaringan, contoh akibat :
MOOCAPage 3
Kerusakan mekanis → terpotong, tusukan, goresan, atau benda asing
Senyawa kimia → asam atau basa
Pengaruh fisik → dingin, panas, radiasi (UV, X-rays, radioaktif)
Penyebab endogen → sel tumor yang hancur, darah ekstravaskular, reaksi autoimun, atau kristal
dari substansi yang mengendap dalam tubuh (asam urat,kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan
kolesterol) .
Reaksi inflamasi
a. reaksi lokal → nyeri (dolor), bengkak (tumor), merah (rubor), dan panas (calor)
b. reaksi inflamasi general (respon fase akut, lihat dibawah ini)
Aktivasi cepat dari sel mast (dalam jaringan atau yang ada di dalam darah), leukosit basofil, atau
basofil → reaksi inflamasi akut yang sangat kuat (reaksi hipersensitivitas tipe I).
Jika sebelumnya tubuh telah bersentuhan dengan antigen (=allergen, contoh : protein bisa-lebah) →
sel B akan disensitisasi sebagai reaksi dengan antigen (kerjasama dengan sel TH2).
Sel plasma memproduksi IgE yang berikatan dengan reseptor Fcᵋ dari sel mast.
Antigen akan berikatan dengan antigen-specific Fab-ends IgE (antibody cross-linking).
Cross-linking antibody oleh antigen membebaskan second messenger di mast cell (Cgmp, inositol
phosphate, Ca2+) → degranulasi cepat mast cell → eksositosis mediator inflamasi dan chemokines
yang disimpan dalam granul2 (histamine, IL-8, eotaxin, neutrophylic chemotactic factor [NCF], dll).
Ca2+ → mengaktivasi fosfolipase A2, membebaskan Phospholipid Platelet Activating Factor (PAF),
mediator inflamasi dan hemostatic penting lainnya.
Dalam proses reaksi inflamasi lebih lanjut leukotrin dan PAF juga dilepaskan dari eosinophil dan
neutrophil, dari makrofag dan juga PAF dari trombosit → menguatkan reaksi dan inklusi system
hemostatic. Sel-sel ini tertarik secara kemotaksis.
Mediator-mediator ini menyebabkan:
1. Vasodilatasi
penyebab kemerahan dan rasa hangat pada tempat inflamasi
penurunan kecepatan aliran darah → kemotaksis leukosit ke endothel dekat daerah inflamasi.
Endotel yang telah teraktivasi oleh, antara lain, IL-4 (dari TH2-limfosit) mendorong selectin
keluar ke lumen. Selectin ini menyebabkan leukosit menggelinding sepanjang endotel →
mengaktivasi molekul adhesi yang lain (integrin; ICAM-1, VCAM) → leukosit melekat pada
dinding pembuluh darah (marginasi).
2. Peningkatan permeabilitas endotel → (longgarnya hubungan antar sel endotel) memungkinkan
leukosit untuk keluar ke ekstravaskuler (diapedesis).
3. Stimulasi nociceptor
MOOCAPage 4
Cairan kaya protein (eksudat inflamatori) mencapai interstitial → pembengkakan edema
(edematous swelling). Pada kasus yg lebih ekstrem, eritrosit keluar dari pembuluh darah (inflamasi
hemoragik). Akhirnya, timbul nyeri.
Neutrofil memfagosit pathogen penyebab inflamasi dan mendigesti mereka dengan lisosom. Aktifitas
fagosit ini ditingkatkan oleh IgG atau C3b.
Sistem komplemen juga diaktivasi oleh inflamasi. Komplemen C3b dibentuk → mengopsonisasi antigen
dan menyebabkan polimerasi komponen lain (C5-C9) pada membrane sel pathogen yang membentuk
membrane-attack complex dan demikian menimbulkan lisis pathogen.
Makrofag diaktivasi terutama oleh eksotosin patogen, endotoksin, komplek antigen-antibodi, C5a,
kristal dan oleh fagositosis. Kemudian oksidan seperti O2-, OH-, 1O2 dan H2O2 dilepaskan dan merusak
patogen. Makrofag juga melepaskan mediator inflamasi, sebagai contoh, PAF, leukotrin, prostaglandin,
IL-1, IL-6 dan TNF α. Yang terakhir (TNF α) tidak hanya beraksi secara lokal dan secara kemotaktik,
tetapi juga termasuk keseluruhan organisme dalam reaksi radang (respon fase akut).
Dimediasi oleh IL-1, IL-2 dan TNF α, bagian yang tersebut dibawah ini terjadi melalui reseptor spesifik:
o Reaksi tidur diinisiasi oleh otak (keletihan, kelelahan) (ing=fatigue,tiredness)
o Set point dari temperatur tubuh bergeser ke arah level yang lebih tinggi (demam)
o Sumsum tulang distimulasi untuk melepaskan lebih banyak leukosit
o Liver distimulasi untuk menyerap lebih banyak besi (mengambilnya dari bakteri di dalam plasma)
dan distimulasi untuk memproduksi acute phase protein (diantara dari mereka: C reactive protein
(CRP) dan serum amyloid A (SAA) )
o Sistem imun distimulasi (pembentukan antibodi)
o Lipolisis dan katabolisme diinisiasi kehilangan berat badan)
Perbaikan Jaringan (Tissue Repair). Setelah formasi transien dari sel yang kaya jaringan granulasi
(macrofag), maka dikarakteristikan oleh proses budding pembuluh darah, platelet derived growth factor (PDGF)
dan mediator lainnya yang menstimulasi proliferasi dan imigrasi dari fibroblas. Mereka memproduksi
glikosaminoglikan yang membengkak dan mendeposit dirinya sendiri pada fiber kolagen. Kolagen baru juga
dibentuk; mengkerutnya (shrinking) dari kolagen ini menutup dari batas luka. Akhirnya, fiber kolagen (scar)
digantikan oleh jaringan normal dari bagian tersebut (restitution ad integrum). Pada kasus parah yg infeksi,
Kematian jaringan ini (nekrosis) yang bisa menyebabkan pembentukan abses.
gangguan dari penyembuhan luka terjadi ketika prose inflamasi dan penyembuhan mengalami
keseimbangan satu sama lain. (inflamasi kronik contoh perokok bronkitis, atau kerusakan hati
disebabkan alcohol). Jika kolagen dalam jumlah besar dibentuk, hasilnya berupa fibrosing inflamation
(contoh liver cirrhosis).
Jika jaringan scar dari kualitas yang inferior, contohnya, ketika sintesis kolagen terganggu oleh
kortikoid atau adanya sebuah abnormalitas dari cross-link gen kolagen didalam defisiensi vitamin C,
stres lokal bisa menyebabkan terbukanya kembali dari luka.
4. TERMINOLOGI OCULAR TRAUMA, CLOSED GLOBE INJURY & OPEN GLOBE INJURY
MOOCAPage 5
1. Closed Globe Injury, istilah di mana “eyewall” (sklera dan kornea) tidak memiliki luka ketebalan penuh
tapi ada kerusakan intraokular. Hal ini termasuk:
- Contusio (Memar) → closed globe injury akibat trauma tumpul. Kerusakan dapat terjadi di lokasi
benturan(injury) atau di lokasi yang jauh.
- Lamellar laceration → closed globe injury yang dikarakteristikkan dengan adanya luka ketebalan
sebagian pada “eyewall” yang disebabkan oleh benda tajam atau trauma tumpul.
2. Open Globe Injury, berhubungan dengan luka ketebalan penuh pada sclera atau kornea atau keduanya. Ini
termasuk ruptur dan laserasi pada dinding mata (eye wall).
- Ruptur mengarah pada luka ketebalan penuh dari dinding mata (eye wall) disebabkan oleh dampak dari
trauma tumpul. Luka terjadi karena peningkatan tekanan intraokular oleh inside-outside injury
mechanism.
- Laserasi mengacu pada luka ketebalan penuh dari dinding mata(eyewall) yang disebabkan oleh benda
tajam. Luka terjadi di lokasi dampak oleh inside-outside injury mechanism. Hal ini termasuk:
Penetrating injury mengarah pada laserasi tunggal eyewall yang disebabkan oleh benda tajam.
Perforating injury mengarah pada dua laserasi ketebalan penuh (satu masuk dan satu keluar) dari
eyewall yang disebabkan oleh benda tajam atau peluru. Kedua luka pasti disebabkan oleh agen
yang sama.
- Cedera benda asing intraokular secara teknis termasuk cidera penetrasi (penetrating injury) terkait
dengan tertahannya benda asing intraokular. Namun, dikelompokkan secara terpisah karena berbeda
implikasi klinisnya.
5. TRAUMA TUMPUL (Khurana)
Trauma tumpul dapat terjadi sebagai berikut:
Pukulan langsung ke bola mata dengan kepalan tangan, bola atau benda tumpul seperti tongkat, dan batu-
batu besar.
Kecelakaan trauma tumpul pada bola mata juga bisa terjadi pada kecelakaan di jalan, kecelakaan mobil,
cedera pertanian dan alat industri / mesin dan jatuh tertimpa benda tumpul
6. MEKANISME TRAUMA TUMPUL PADA MATA
Dampak langsung pada bola mata, menghasilkan kerusakan maksimal pada titik dimana pukulan diterima
Compression wave force: gaya ini disalurkan melalui cairan ke semua arah dan menghantam sudut dari
camera anterior, mendorong diafragma iris-lensa dari posterior, menghantam retina dan choroid. Hal ini
dapat menyebabkan kerusakan yang cukup berat. Kadang-kadang gelombang kompresi mungkin begitu
eksplosif, dan kerusakan maksimal dapat dihasilkan pada titik yang jauh dari tempat dampak sebenarnya.
Hal ini disebut contre-coup damage
Reflected compression wave force: setelah menghantam lapisan luar gelombang, kompresi ini akan
terpantul (reflected) ke bagian posterior dan dapat mengakibatkan kerusakan fovea
Rebound compression wave force: setelah menghantam dinding posterior dari bola mata, gelombang
kompresi memantul kembali (rebound) ke arah anterior. Gaya ini merusak retina dan choroid oleh gaya
tarik kedepan dan merusak diafragma iris-lensa karena terdorong ke bagian depan
MOOCAPage 6
Indirect force: kerusakan ocular dapat disebabkan oleh gaya yang tidak langsung yang dihasilkan oleh
tulang2 dan materi elastik dari orbita, ketika bola mata menghantam struktur-struktur ini.
7. MODE OF DAMAGE
Gaya yang berbeda dari trauma tumpul yang dijelaskan di atas dapat menyebabkan kerusakan pada struktur bola
mata oleh satu atau lebih dari cara berikut:
Robekan mekanis pada jaringan bola mata
Kerusakan jaringan dapat menyebabkan gangguan aktivitas fisiologis
Kerusakan vaskular mengarah ke iskemia, edema, dan perdarahan
Trophic changes (trophic: promoting cellular growth, differentiation and survival) karena gangguan dari
suplai saraf
Delayed complication dari trauma tumpul seperti glaucoma sekunder, hemophthalmitis, late rossete
cataract dan retinal detachment
8. LESI TRAUMATIK BENDA TUMPUL
Lesi traumatik yang diakibatkan oleh trauma tumpul dapat dikelompokkan menjadi:
Closed globe injury
Globe rupture
Extraocular lesions
9. CLOSED GLOBE INJURY
Tidak ada luka kornea atau scleral sama sekali (memar/contusio) atau hanya luka ketebalan sebagian (lamellar
laceration). Contusional injury (luka memar) bervariasi dalam tingkat keparahannya mulai dari simple corneal
abrasion hingga extensive intraocular damage. Lesi yang terlihat pada closed globe injury diantaranya:
Cornea
Simple abration: menyakitkan dan didiagnosis dengan pewarnaan fluorescein. Biasanya
sembuh dalam waktu 24 jam dengan 'pad and bandage' digunakan setelah pemberian salep
antibiotik
Recurent corneal erosion(recurent keractalgia): merupakan akibat dari simple abration,
utamanya disebabkan oleh garukan kuku. Terjadi kekambuhan rasa sakit akut dan lakrimasi
pada saat membuka mata di pagi hari akibat perlekatan epitel dan bowman’s membrane yang
abnormal. Penangangan: perlekatan epitel yang longgar dapat dibersihkan dengan debridement
dan penggunaan ‘pad and bandage’ selama 48 jam, jadi ikatan yang kuat dapat terbentuk
Partial corneal tears (lamellar corneal laceration): dapat terjadi karena trauma tumpul
Blood staining of cornea: berkaitan dengan hifema dan peningkatan tekanan intra okular.
Kornea berwarna merah kecoklatan atau berwarna kehijauan serta pada stadium lanjut dapat
menyebabkan terjadinya dislokasi lensa ke camera oculi anterior.
Deep corneal opacity: akibat edema stroma cornea atau terkadang dari lipatan descemet’s
membrane
Sclera
MOOCAPage 7
Penebalan parsial luka sclera (laserasi lamellar sclera) dapat terjadi sendirian atau berhubungan dengan
lesi lain dari closed-globe injury
Anterior chamber
Traumatic hyphaema (darah pada anterior chamber): akibat cedera iris atau pembuluh darah
ciliary body.
Exudates: mengumpul pada anterior chamber mengikuti traumatic uveitis
Iris, pupil dan ciliary body
Traumatic miosis: akibat iritasi dari nervus ciliaris. Dapat berhubungan dengan spasme
akomodasi
Traumatic mydriasis (Iridoplegia): permanen dan dapat berhubungan dengan traumatic
cycloplegia
Iridodialysis: pelepasan iris dari akarnya pada ciliary body sering terjadi
Lensa
Traumatic zonular cataract (jarang)
Diffuse (total) concussion cataract
Early maturation of senile cataract
Subluxation of the lens: akibat sobekan parsial dari zonule. Subluxated lens sedikit bergeser
tetapi masih ada pada area pupil
Dislocation of the lens: terjadi saat rupture dari zonule sempurna. Dapat intraocular (umumnya)
atau ekstraocular (terkadang)
Vitreous
Vitreous haemorrhage
Vitreous herniation pada anterior chamber dapat terjadi dengan subluxation atau dislokasi lensa.
Choroid
Rupture of the choroid: Rupture koroid terkonsentrasi pada diskus optikus dan letaknya
temporal dari itu. Rupture dapat single atau multiple.
Choroidal haemorrhage: dapat terjadi di bawah retina (subretinal) atau bahkan memasuki
vitreous jika retina juga robek
Choroidal detachment
Retina
Perdarahan retina: perdarahan multiple termasuk flame-shaped dan preretinal (subhyaloid) D-
shaped haemorrhage berhubungan dengan retinopati traumatic
Retinal detachment (terlepasnya retina): mengikuti robekan retina atau pita traksi vitreo-retinal.
10. PERUBAHAN TEKANAN INTRAOCULAR PADA CLOSED GLOBE INJURY
Glaukoma traumatic, dapat terjadi disebabkan banyak faktor
Hipotoni traumatic, Mengikuti kerusakan korpus siliaris dan bahkan merupakan hasil dalam phthisis bulbi
11. PERUBAHAN REFRAKSI PADA TRAUMA
1. Miopi mungkin mengikuti spasme siliaris atau rupture zonula atau pergeseran lensa ke anterior.
MOOCAPage 8
2. Hipermetropi dan hilangnya akomodasi mata mungkin hasil dari kerusakan korpus siliaris (cycloplegia).
12. RUPTUR BOLA MATA
Rupture bola mata adalah luka pada seluruh ketebalan dinding mata karena benda tumpul. Ruptur bola mata
dapat terjadi dalam 2 cara :
1. Rupture langsung/direct dapat terjadi pada tempat injuri, meskipun jarang.
2. Rupture tidak langsung/ indirect lebih umum dan terjadi karena kompresi tekanan. Hasilnya adalah
peningkatan sementara tekanan intraocular dan injuri dalam-luar pada bagian dinding mata yang terlemah,
contoh: di sekitar Canal Schlemm konsentris ke limbus. Limbus superonasal adalah tempat paling umum
terjadinya rupture bola mata (efek countercoup- kuadran temporal bawah paling terekspos terhadap trauma).
Ruptur bola mata berhubungan denga prolaps jaringan uvea, hilangnya vitreous, perdarahan intraocular dann
dislokasi lensa.
Treatment: Kerusakan bola mata yang parah harus di enukleasi. Pada kasus yang kurang parah, perbaikan harus
dilakukan dengan anestesi umum. Atropine, antibiotic dan steroid postoperasi perlu diberikan.
13. LESI EKSTRAOKULER
Lesi ekstraokular disebabkan oleh trauma tumpul sebagai berikut :
1. Lesi konjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva sangat sering terjadi. Tampak sebagai spot merah. Kemosis
dan luka laserasi konjungtiva juga sering.
2. Lesi kelopak mata. Ekimosis kelopak mata sering terjadi. Karena merupakan jaringan longgar subcutan,
darah mudah terkumpul dalam kelopak mata dan menghasilkan ‘mata hitam’. Mungkin juga terjadi laserasi
atau avulse pada kelopak. Ptosis traumatic mungkin mengikuti kerusakan otot levator.
3. Lesi apparatus lakrimal. Termasuk dislokasi glandula lakrimalis dan laserasi jalur lakrimal terutama
kanalikuli.
4. Injuri saraf optikus. Banyak berhubungan dengan fraktur basis crania. Bisa dalam bentuk papillitis
traumatic, laserasi nervus optikus, perdarahan selubung nervus optikus dan avulsi nervus optikus dari
belakang mata.
5. Injuri orbital. Dapat terjadi fraktur dinding orbital, paling sering ‘blow out fracture’ dari dasar orbital.
Perdarahan orbital dapat memicu proptosis yang tiba-tiba. Emfisema orbital dapat terjadi mengikuti rupture
sinus ethmoidalis.
14. INJURI PENETRASI DAN PERFORASI
Injuri penetrasi → luka tunggal yang mencapai ketebalan penuh dinding mata dikarenakan benda tajam. Injuri
perforasi → dua luka ketebalan penuh dinding mata (1 masuk dan 1 keluar) dikarenakan benda tajam atau
peluru.
Hal-hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan parah pada mata dan harus ditangani sebagai kegawatdaruratan
yang serius.
15. MACAM INJURI :
MOOCAPage 9
1. Trauma alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, paku, panah, obeng, bolpoin, pensil, kompas, pecahan
gelas dll.
2. Trauma benda asing berkecepatan tinggi seperti peluru dan besi pada pekerja mesin bubut.
16. EFEK INJURI PENETRASI/PERFORASI
Kerusakan struktur okuli dapat terjadi dengan efek sebagai berikut :
1. Efek mekanis trauma atau perubahan fisik. Akan dijelaskan nanti.
2. Infeksi. Kadang, organisme piogenik memasuki mata selama injuri perforasi, multiplikasi di sana dan dapat
menyebabkan bermacam-macam tingkatan infeksi tergantung pada virulensi dan mekanisme pertahanan
host. Meliputi : ring abses kornea, sloughing cornea, purulent iridocyclitis, endophthalmitis atau
panophthalmitis. Jarang: tetanus dan infeksi oleh organisme penghasil gas (Clostridium welchii)
3. Post-traumatic iridocyclitis. Sering terjadi dan bila tidak diterapi dengan baik, menyebabkan kerusakan.
4. Symphatetic ophthalmitis. Jarang tapi merupakan komplikasi luka perforasi yang sangat berbahaya.
17. EFEK MEKANIK
Efek mekanik dari trauma penetrasi/perforasi pada berbagai struktur ocular dengan manajemennya antara lain
1. Luka konjungtiva. Ini umum terjadi dan biasanya disertai perdarahan subkonjungtiva. Luka lebih dari
3 mm harus dijahit.
2. Luka kornea.
i. Luka kornea uncomplicated. Tidak ada hubungannya dengan prolaps dari materi-materi
intraokular. Tepi luka membengkak dan menyebabkan penutupan secara otomatis dan
pemulihan anterior chamber. Terapi : luka sentral yang kecil tidak perlu dijahit. Terapi yang
diperlukan hanyalah bantalan dan perban dengan atropin dan salep antibiotik. Luka kornea
yang besar (lebih dari 2 mm) harus dijahit.
ii. Luka kornea complicated. Disertai dengan prolaps iris, kadang materi lensa bahkan vitreous.
Terapi : luka kornea dengan prolaps iris harus dijahit dengan teliti setelah membuang iris. Iris
yang sudah prolaps tidak boleh dikembalikan; karena akan menyebabkan infeksi. Ketika lensa
luka dan vitreous hilang, mungkin perlu dilakukan lensectomy dan anterior vitrectomy dengan
perbaikan luka kornea
3. Luka sklera. Biasa disertai dengan luka kornea dan diterapi seperti cara di atas. Robekan corneo-
scleral, jahitan pertama di limbus
4. Luka lensa. Ruptur lensa luas dengan kehilangan vitreous harus diterapi seperti di atas. Luka kecil
pada kapsul anterior menyebabkan katarak traumatik; baik dalam bentuk localised stationary cataract,
early or late rosette cataract, atau katarak komplit (total).
5. Luka Mata Parah. Robekan kornea-sklera yang luas disertai prolaps jaringan uveal, ruptur lensa,
hilangnya vitreous dan luka pada retina dan koroid. Biasanya tidak ada kesempatan perbaikan
penglihatan pada kasus ini. Jadi sebaiknya kedua mata dieksisi (dikeluarkan).
18. Symptomatic Condition of Conjunctiva
Hyperaemia konjungtiva
MOOCAPage 10
Chemosis konjungtiva
Ecchymosis konjungtiva
Xerosis konjungtiva
Discoloration (perubahan warna) konjungtiva
19. Simple Hyperemia of Congjunctiva
Adalah kongesti pembuluh konjungtiva tanpa disertai penyakit yang mendasari.
a) Etiologi
1. Acute transient hyperaemia
Akibat iritasi sementara yang disebabkan oleh :
Iritan langsung seperti benda asing, misdirected cilia (silia yang salah arah), concretions,
debu, uap kimia, asap, angin kencang, cahaya terang, dingin ekstrim, panas ekstrim dan
menggosok mata dengan tangan
Refleks hyperaemia akibat ketegangan mata, inflamasi cavum nasi, passage lakrimal dan
kelopak
Hiperemi berkaitan kondisi febril sistemik
Inflamasi non spesifik konjungtiva
2. Recurrent atau chronic hyperaemia
Pada perokok kronis, pecandu alkohol kronis, orang yang bertempat tinggal di daerah berdebu,
ruangan dengan ventilasi buruk, pekerja yang terpapar panas dalam jangka waktu lama, dan pada
pasien insomnia atau tidurnya kurang.
b) Manifestasi Klinis
Mengeluh merasa tidak nyaman, berat, lelah dan sesak pada mata
Lakrimasi ringan dan keluarnya sedikit mukoid
Pada pemeriksaan konjungtiva tampak normal, namun eversi kelopak mata mungkin menunjukkan
kongesti ringan-sedang
c) Management
Menyingkirkan penyebab hyperaemia pada acute transient hyperaemia dengan menghilangkan iritan
(co. misdirected cilia). Untuk meringankan gejala simptomatik dapat diberikan topikal dekongestan
(co. 1: 10.000 tetes adrenalin) atau tetes astringent (co. tetes asam zinc-boric).
20. Chemosis Conjunctiva
Chemosis atau edema konjungtiva sering terjadi akibat kelemahan jaringan.
a) Etiologi
1. Kondisi inflamasi lokal
2. Obstruksi lokal pada aliran darah dan/atau limfe
Mungkin terjadi pada pasien tumor orbital, cysts, endocrine exophthalmos, orbital pseudotumour,
trombosis sinus cavernosus, fistula carotico-cavernosus, buntu limfatik orbital setelah operasi
orbital, acute congestive glaucoma.
3. Penyebab sistemik
MOOCAPage 11
Meliputi anemia berat dan hipoproteinemia, congestive heart failure, sindroma nefrotik, urtikaria,
dan angioneurotic edema.
21. Echymosis Conjunctiva
Sering terjadi
Bervariasi ( perdarahan petechia kecil ( ekstensif menyebar di seluruh konjungtiva bulbi & menyebabkan
sklera tidak tampak )
a) Etiologi
1. Trauma
Penyebab paling sering dari perdarahan subkonjungtiva. Bisa dalam bentuk
Trauma lokal konjungtiva misalnya karena operasi dan injeksi subkonjungtiva.
2. Inflamasi konjungtiva
3. Kongesti vena kepala mendadak
Perdarahan subkonjungtiva bisa terjadi karena rupturnya kapiler konjungtiva yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan yang mendadak. Kondisi yang umum terjadi antara lain batuk rejan, epilepsi,
strangulasi (terjepitnya) atau penekanan vena jugularis dan penekanan keras thorax dan abdomen.
4. Ruptur spontan kapiler yang mudah pecah
Pada penyakit vaskular seperti arteriosklerosis, hipertensi dan diabetes melitus.
5. Gangguan perdarahan seperti purpura, hemofilia dan scurvy.
6. Infeksi sistemik febril akut seperti malaria, typhoid, difteri, meningococcal septicaemia, campak
dan scarlet fever.
b) Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan, tampak seperti selapis warna merah terang yang homogen dengan batas
posterior yang jelas.
Perdarahan terabsorbsi sempurna dalam 7-21 hari (terjadi perubahan warna: merah terang ( orange (
kuning). Pada kasus yang parah, terdapat sisa pigmentasi setelah absorbsi.
22. MANAGEMENT PERDARAHAN SUBCONJUNCTIVA
Tangani penyebab ketika ditemukan
Terapi placebo dengan tetes mata astringent
Psikoterapi dan menjamin pasien merupakan bagian terpenting terapi
Kompresi dingin untuk memeriksa perdarahan pada tahap awal dan kompres panas membantu absorpsi
darah pada tahap lanjut.
23. FARMAKOLOGI TETES MATA EPINEPHRINE
Epinephrine (adrenalin)
agonis pada reseptor α dan β
vasokonstriktor yang sangat poten dan stimulan jantung
Peningkatan tonus otot polos vaskular mengurangi kemampuan tekanan darah untuk melebarkan
diameter vaskular oleh karenanya mengurangi aliran darah ke organ2.
MOOCAPage 12