6
Slide 1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN RESIKO TINGGI OLEH PATMAWATI,SKp.M.Kes ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI TETANUS NEONATORIUM Pengertian : -M erupakan penyakitakutyang disebabkan oleh clostodium tetaniyang m enghasilkan eksotoksin yang m asuk m elaluiluka talipusat. E tiologi : -Penyebabnya adalah ibfeksioleh C.tetanim elalui talipusat karena perawatan/tindakan yang tidak m em enuhisyarat Pem otongan talipusatdengan bam bu/gunting yang tidak sterilatau peraw atan tali pusatyang tidak steril. Slide 2 Patofisiologi : -M ikroorganism e yang bersifatanaerog iniakan m engeluarkan toksin yang dapatm enghancurkan sel darah m erah, m erusak leukositdan m erupakan tetanuspasm in yaitu toksin yang neurotropik yang dapatm enyebabkan ketegangan dan spsm e otot, m asa inkubasiuntuk neonatus5 sam pai14 hari. Komplikasi : > B ronkopneum onia > A sfiksia > Sianosis > Sepsisneunatorium Manipestasi klinik: Bayitiba-tiba panas Bayitidak dapatm enetek karena trism us M ulutbayim encucu sepertim ulut ikan(karperm ond) M udah dan sering terjadikejang yang disertai sianosis, suhu tinggi,kaku kuduk dan epistoonus (karena ketegangan otot) Slide 3 ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian : - S.pernapasan : * M eningkatnya sekresipada jalan nafas * sianosis * spasm e ototfaring -S.Pencernaan: * A nak tdk m au m enetek * K aperm ond * Trism us -S.M uskuloskletaldanintegum en: * Epistotonus, suhu m eningkat,kaku kuduk DIAGNOSA KEPERAWATAN/ INTERVENSI 1. Resiko aspirasi b/d peningkatan sekresi,kesukaran menelan dan spasme otot faring. IN TR V E N SI: -Bersihkan jalan nafasdengan pengisapan lendir(suction)dengan hati-hati. - Pertahankan kepatenan jalan nafas,bila perlu berikan 0 2 2. Resiko injury b/d aktivitas kejang. INTERVENSI: -Pasang pengam an tem pattidur -Tem patkan bayipada tem pattiduryang lem but

Bayi resiko tinggi

Embed Size (px)

Citation preview

Slide 1ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI DENGAN RESIKO TINGGI

OLEH

PATMAWATI,SKp.M.Kes

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI

TETANUS NEONATORIUM

Pengertian :

-Merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh

clostodium tetani yang menghasilkan eksotoksin

yang masuk melalui luka tali pusat.

Etiologi :

-Penyebabnya adalah ibfeksi oleh C.tetani melalui

tali pusat karena perawatan/tindakan yang tidak

memenuhi syarat Pemotongan tali pusat dengan

bambu/gunting yang tidak steril atau perawatan tali

pusat yang tidak steril.

Slide 2 Patofisiologi :

-Mikroorganisme yang bersifat anaerog ini akan

mengeluarkan toksin yang dapat menghancurkan sel

darah merah, merusak leukosit dan merupakan

tetanuspasmin yaitu toksin yang neurotropik yang

dapat menyebabkan ketegangan dan spsme otot, masa

inkubasi untuk neonatus 5 sampai 14 hari.

Komplikasi :

> Bronkopneumonia

> Asfiksia

> Sianosis

> Sepsis neunatorium

Manipestasi klinik:

Bayi tiba-tiba panas

Bayi tidak dapat menetek karena trismus

Mulut bayi mencucu seperti mulut

ikan(karpermond)

Mudah dan sering terjadi kejang yang disertai

sianosis, suhu tinggi,kaku kuduk dan epistoonus

(karena ketegangan otot)

Slide 3 ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian :

- S.pernapasan :

* Meningkatnya sekresi pada jalan nafas

* sianosis

* spasme otot faring

- S.Pencernaan:

* Anak tdk mau menetek

* Kapermond

* Trismus

- S.Muskuloskletal dan integumen:

* Epistotonus, suhu meningkat,kaku kuduk

DIAGNOSA KEPERAWATAN/ INTERVENSI

1. Resiko aspirasi b/d peningkatan

sekresi,kesukaran menelan dan spasme otot faring.

INTRVENSI :

- Bersihkan jalan nafas dengan pengisapan

lendir (suction) dengan hati-hati.

- Pertahankan kepatenan jalan nafas,bila perlu

berikan 02

2. Resiko injury b/d aktivitas kejang.

INTERVENSI :

- Pasang pengaman tempat tidur

- Tempatkan bayi pada tempat tidur yang lembut

Slide 4 -Hindari hal-hal yang dapat meningkatkan

rangsangan kejang Mis : Suara,sinar yang terang dan

sentuhan.

-Hindari benda yang membahayakan

-Miringkan posisi bayi ke samping bila terjadi

aktivitas kejang,bila perlu pasang spatel.

-Catat aktifitas kejang

-Pantau pernafasan selama kejang

-Tindakan kolaboratik Pemberian anti kejang

-Istirahatkan bayi dalam ruangan perawatan yang

tenang/khusus .

3. Resiko kurangnya volume cairan b/d intake

cairan yang kurang

INTERVENSI :

- Kaji intake dan output

- Kaji tanda-tanda dehidrasi ubun

ubun,membran mukosa dan turgor kulit

- Berikan cairan perparentral sesuai indikasi

- Monitor berat jenis urine

Slide 54. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubuPngan dengan kesukaran menelan dan

membuka mulut dan dan adanya aktivitas kejang

INTERVENSI :

- Pertahankan intake cairan

- Berikan nutrisi perparental bila perlu

- Timbang BB sesuai protokol

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBIN

Pengertian:

-Adalah meningkatnya kadar bilirubib dalam darah yang lebih dari normal.

Etiologi:

-Peningkatan simpanan bilirubin Berhubungan

dengan:

* Overproduksi bilirubin Polisitemia,penurunan

umur eritrosit, hemolisis darah.

* Peningkatan reabsorbsi dari usus Terlambatnya

pengeluaran meconium, peningkatan aktifitas

enzim,keterlambatan pemberian makanan

oral,swallow blood (penerima darah)

Slide 6 -Penurunan sekresi bilirubin :

@ Gangguan metabolisme Prematuritas

menunjukka immaturitas hepar,penurunan ambilan

bilirubin oleh hepar,tidak adekuatnya perfusi

hepar,penurunan aktivitas enzim.

@ Obstruksi hepar Atresia biliaris,cystis

fibrosis,hiperimentasi,tumor.

PATOFISIOLOGI:

Kebanyakan bilirubin yang diproduksi pada

neonatus berasal dari pemecahan sel darah merah

yang telah tua atau yang abnormal oleh enzim hepar

dan kantung empedu.Hemoglobin pada eritrosit

dipecah menjadi Fe,protein,bilirubin.

Billirubin bebas uan potensial beracun terikat

oleh albumin dan dibawah kehepar lalu

dikonyugasi Sehingga menjadi lebih aman. Dalam

bentuk terkonyugasi tidak diabsorbsi melalui

intestinum Tapi enzim yang ada pada intestinum

neonatus bisa menkonversi kembali bilirubin

menjadi tipe yang tak terkonyugasi Yang bisa

diabsorbsi kedalam aliran drah, proses sangat

berperan dalam jumlah bilirubin dalam darah.

KOMPLIKASI:

@ Bilirubin encephalopathy

@ Kernikterus.

Slide 7 MANIPERTASI KLINIK:

Tampak icterus Pada sklera,kuku,kulit dan

membran mukosa Tampak pada 24 jam pertama

Muntah,fatigue,warna urine gelap,warna tinja

pucat.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ;

Pemeriksaan bilirubin serum;

Ultrasound untuk mngevaluasi anatomi kantong

empedu

Radioisotope Dapat digunakan untuk membantu

membedakan hepatitis dari atresia biliary

PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK.

Fototerafi Berfungsi untuk menurunkan

bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan

oksidasi foto pada billirubin dari biliverdin.

Fenobarbital Mengekskrasika bilirubin dalam

hati dan memperbesar konyugasi, Meningkatkan

sintesis hepatik glukoroniltransferaseMeningkatkan bilirubin konjugasi dan clearence

hepatik.

Antibiotik Apabila ada infeksi

Transfusi tukar Apabila sudah tidak dapat

ditangani dengan fototerafi.

Slide 8 DIAGNOSA KEPERAWATAN / INTERVENSI

1. Resiko injuri (internal) b/d peningkatan serum

bilirubin sekunder dan gangguan ekskresi bilirubin

INTERVENSI :

- Kaji hyperbilirubin tiap 1-4 jam dan catat

- Berikan foto terafi sesuai program

- Monitor kadar bilirubin 4-8 jam sesuai

program

- Antisipasi kebutuhan transfusi tkar

- Monitor Hb dan Ht.

2. Resiko terjadi penurunan volume cairan

b/dhilangnya air tanpa disadari sekunder dari

fototerafi.

INTERVENSI :

- Pertahankan intake cairan yang adekuat

- Berikan minum sesuai jadual

- Monitor intake dan output

- Berikan terafi infus sesuai program bila ada

indikasi Temperatur meningkat,meningkatnya

konsentrasi urine, cairan hilang yang berlebihan.

- Kaji dehidrasi Membran mukos,ubun

ubun,turgor kulit dan mata.

Slide 9 3. Resiko gangguan integritas kulir b/d fototerafi

INTERVENSI :

- Inspeksi kulit setiap jam

- Gunakan sabun bayi saat dimandikan

- Merubah posisi bayi dengan sering

- Gunakan pelindung daerah genetalia

- Gunakan pengaklas tempat tidur yan lembut

4. Rersiko injuri pada mata b/d fototerafi

INTERVENSI :

- Gunakan pelindung mata saat fototerafi

- Pastikan mata sdh tertutup dan hindari

penekanan yang berlebih Kornea dpr tergores.

Slide 10

Slide 11

Slide 12

Slide 13

Slide 14

Slide 15

Slide 16

Slide 17

Slide 18