Upload
nguyendang
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
`
RENCANA STRATEGIS BADAN PENGAWASAN KEUANGAN
DAN PEMBANGUNAN 2015 – 2019
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR 2 TAHUN 2015 TANGGAL 2 APRIL 2015
`
Membangun Renstra Milik Bersama BPKP
Dengan Due Proses
Launching Assignment, April 2013
Visioning BPKP, May 2013
Brainstorming Pengawasan Intern BPKP, September 2013
Leadership For Result Workshop, September 2013
Scenario Planning, September 2013
Mapping Strategy, September 2013 - April 2014
Internal Consultancies with newly S2 Graduate, 2013
Bappenas’s Technical Concultancies, 2013-2014
Expert Concultancies, 2013-2014
Quickwins in Four Areas including: Policy Evaluation
Workshop, Food Security Program Evaluation & Poverty
Alleviation Program Evaluation, May 2014
Sharing among other agencies in Aparatur Community
including BPK-RI, 2014
Series of All Excecutive Meetings and Discussions, August -
October 2014
Purposive Excecutive Meeting, September 2014
Enterprise Architecture Change Management,
October 2014
National Summit of BPKP, 2014
Allignments with Data Architecture ADIK-DJA,2014
Bappenas Assesments, 2014
National Summit for Strategy and Policy, Januari 2015
The Excecutive Touch
Menuju Auditor Pemerintah RI Berkelas Dunia
i
`
RENCANA STRATEGIS
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2015 – 2019
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BPKP
NOMOR 2 TAHUN 2015 TANGGAL 2 APRIL 2015
ii
`
THIS PAGE IS INTENTIONALLY BLANK
iii
`
KATA PENGANTAR
Sebagai upaya mengefektifkan upaya pengarahan seluruh sumber
daya BPKP dalam mewujudkan peran BPKP sebagai mitra strategis
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dan Korporasi
(KLPK) dalam membantu Presiden menyukseskan pembangunan
serta untuk memenuhi kewajiban BPKP dalam menyusun Rencana
Strategi (Renstra) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014
tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra
Kementerian/Lembaga Tahun 2015–2019, BPKP menyusun
Renstra. Renstra BPKP Tahun 2015–2019 ini merupakan dokumen
perencanaan pengawasan periode 2015–2019 yang berisi visi yaitu
keadaan umum yang diinginkan pada akhir tahun 2019 atau setelahnya, misi atau rumusan umum
tentang upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi, strategi atau program-
program indikatif untuk mencapai visi dan misi.
Visi BPKP sebagai “Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional” merupakan kondisi impian
yang diharapkan dapat mendorong seluruh pimpinan dan pegawai untuk melaksanakan setiap
kegiatan dengan kualitas kelas dunia. Pengawasan dapat menghasilkan rekomendasi strategis,
proses pelaksanaan pengawasan sesuai dengan standar profesi, kegiatan dukungan secara sinergis
dan terintegrasi menghasilkan nilai tambah pada pengelolaan keuangan negara/daerah dan
pembangunan nasional. Kualitas hasil dan proses tersebut diindikasikan oleh Tingkat Kapabilitas
BPKP sebagai Aparat Pengawasan Intern RI berkelas dunia, yaitu paling tidak pada level 3 dari 5
level yang ada.
Perumusan visi, misi dan komponen lain Renstra ini telah melibatkan berbagai lapisan pegawai
dan pimpinan. Pelibatan seluruh lapisan personel ini diharapkan untuk mengajak dan
menyadarkan semua pegawai bahwa Renstra ini adalah milik bersama dan tanggung jawab
bersama. Setelah TOR Penyusunan Renstra diajukan April 2013, pegawai struktural dan
fungsional pusat dalam bentuk Satgas Perencanaan dilibatkan mulai dari Visioning BPKP Mei
2013, Workshop Leadership For Result September 2013, Brainstorming Penyusunan Renstra,
penyusunan scenario planning, pembahasan strategy map, hingga pembahasan rumusan dan alur
logika visi, misi, sasaran strategi, tujuan hingga program dan kegiatan. Di samping itu, kegiatan
perumusan indikator kinerja untuk komponen yang mewakilinya, yaitu sasaran strategis (impact),
sasaran program (outcome) dan sasaran kegiatan (output). Indikator kinerja atas komponen inilah
yang diukur dan dikelola secara internal untuk mewakili pencapaian misi dan tujuan serta
dipantau secara eksternal terutama oleh Kementerian Pembangunan Nasional/Bappenas dan
iv
`
Kementerian Keuangan dan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi PAN dan RB).
Pelibatan sejak awal narasumber Bappenas, pembahasan secara aktif dengan anggota paguyuban
aparatur negara di Bappenas, termasuk dari Kementerian PAN dan RB serta dari Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dan terakhir dengan penelaahan yang dilakukan oleh
Bappenas. Pembahasan strategy map bahkan melibatkan konsultan yang didukung oleh World
Bank. Pelibatan berbagai pihak baik internal maupun eksternal ini sekaligus menunjukkan bahwa
due process penyusunan Renstra ini telah cukup memadai dan berada dalam koridor konsepsi dan
ketentuan renstra.
Namun demikian, upaya tersebut tidaklah cukup. Pemahaman dan penyesuaian oleh seluruh
pihak akan dokumen perencanaan pengawasan ini, dengan kondisi keberpengawasan intern yang
ada, masih merupakan keharusan agar Renstra ini dapat berfungsi dan bertumbuh sebagai
dokumen yang hidup dalam dapat menggerakkan kegiatan pengawasan menuju visi BPKP.
Semoga visi tersebut menjadi tantangan sekaligus leverage untuk bekerja meningkatkan kualitas
pengawasan intern BPKP, yaitu bermanfaatnya output assurance dan output consultancy oleh
Presiden dan kabinetnya dalam menyukseskan pembangunan dan pemerintahan untuk
kesejahteraan rakyat.
Jakarta, April 2015
Kepala,
ARDAN ADIPERDANA
NIP 19590616 197911 1001
v
`
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
A. KONDISI UMUM: KUALITAS AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA ................................................. 2 1. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Negara ...................................................................................... 2 2. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara & Pengelolaan Aset .................................................. 3 3. Akuntabilitas Pewujudan Iklim bagi Kepemerintahan yang Baik dan Bersih .................................... 4 4. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral ......................................................................... 4
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN .................................................................................................................. 5 1. Potensi dan Permasalahan Pengawasan Intern ............................................................................... 6 2. Peluang dan Tantangan Pengawasan Intern .................................................................................... 7
C. POSITIONING PENGAWASAN INTERN BPKP 2015 - 2019 ............................................................................. 10 1. Skenario World Class Supervisory ................................................................................................... 11 2. Strategi Pengawasan: Fokus pada Sasaran Pembangunan Nasional ............................................. 12 3. Milestone Menuju Worldclass Supervisory ..................................................................................... 13 4. Strategy Map BPKP 2015 – 2019 ................................................................................................... 13 5. Empat Wilayah Prioritas Sebagai Quick Win Prarenstra 2015-2019 .............................................. 14
BAB II VISI MISI DAN TUJUAN BPKP ....................................................................................................... 15
A. GAMBARAN VISI BPKP ......................................................................................................................... 15 1. Auditor Internal Pemerintah RI ....................................................................................................... 15 2. Auditor Berkelas Dunia ................................................................................................................... 16 3. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional ............................................... 19 a. Auditor Internal Pemerintah RI yang Selalu Hadir .......................................................................... 19 b. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih ..................................................................... 20 c. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif ..................................................................... 20 d. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Terpercaya ............................................................. 21
B. URAIAN MISI BPKP .............................................................................................................................. 21 1. Misi Pertama dan Penjelasannya .................................................................................................... 21
a. Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan........................................ 22 b. Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif .......................................................... 25
2. Misi Kedua dan Penjelasannya ....................................................................................................... 25 3. Misi Ketiga dan Penjelasannya ....................................................................................................... 26
C. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BPKP 2019 .......................................................................................... 27 1. Tujuan dan Sasaran Strategis Satu ................................................................................................. 27 2. Tujuan dan Sasaran Strategis Dua .................................................................................................. 28 3. Tujuan dan Sasaran Strategis Tiga .................................................................................................. 29
D. NILAI-NILAI BPKP ............................................................................................................................... 30 E. PROBLEMATIKA PENGAWASAN INTERN BPKP ............................................................................................ 32
1. Pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan Wajib Unggulan dan Pendukung ................................ 34 a. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Pendidikan ....................................................................... 34 b. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kesehatan ........................................................................ 36 c. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Infrastruktur Dasar........................................................... 36 d. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kedaulatan Pangan .......................................................... 38 e. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kemaritiman .................................................................... 38 f. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kedaulatan Energi ............................................................ 39 g. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Perhubungan ................................................................... 40 h. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Perlindungan Sosial .......................................................... 41 i. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Pariwisata ........................................................................ 42
vi
`
2. Kekurangan Ruang Fiskal ................................................................................................................ 42 a. Penerimaan Negara/Daerah .................................................................................................................... 42 b. Alokasi Anggaran ..................................................................................................................................... 43 c. Pengelolaan Aset dan Kekayaan Negara/Daerah .................................................................................... 44 d. Pengelolaan Hutang ................................................................................................................................ 44 e. Pengelolaan Subsidi................................................................................................................................. 44 f. Pengelolaan Korporasi............................................................................................................................. 45
3. Pengamanan Keuangan Negara Secara Efektif .............................................................................. 45 4. Peningkatan Kualitas Tata Kelola Publik (Governance) .................................................................. 45 5. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan ................................................................................................. 45
F. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN ................................................................................................................ 46 G. RISIKO STRATEGIS ................................................................................................................................ 47
BAB III ARAH KEBIJAKAN STRATEGI KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN BPKP ........ 49
A. KEBIJAKAN NASIONAL PENGAWASAN INTERN ............................................................................................. 49 1. Kebijakan Nasional Pengawasan Intern .......................................................................................... 50 2. Hasil Pengawasan Untuk Perencanaan Pembangunan .................................................................. 52
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPKP .................................................................................................... 53 1. Arah Kebijakan Pengawasan BPKP ................................................................................................. 54 2. Strategi Pengawasan BPKP ............................................................................................................. 55 3. Program BPKP ................................................................................................................................. 57 4. Subprogram BPKP ........................................................................................................................... 57 5. Kegiatan Pengawasan BPKP ........................................................................................................... 60 6. Alur Logika Program Pengawasan .................................................................................................. 63
C. KERANGKA REGULASI ............................................................................................................................ 63 D. PENGARUSUTAMAAN GOVERNANCE DI BPKP ............................................................................................... 65
1. Rasionalisasi dan Penilaian Kelembagaan ...................................................................................... 65 a. Perbandingan Visi dan Perubahan Misi Antar Renstra BPKP ................................................................... 66 b. Perubahan Misi dari Renstra 2010 – 2014 .............................................................................................. 66 c. Penempatan Misi PASs Dalam Indonesia’s Incorporated Architecture ................................................... 67 d. Output dan Indikator Output: Informasi Assurance dan Rekomendasi .................................................. 68 e. Redesign Sistem Informasi Hasil Pengawasan ......................................................................................... 68 f. Informasi Pengawasan Untuk Shareholder: Presiden RI.......................................................................... 69 g. Identifikasi Stakeholders dan Kebutuhan Informasi Pengawasan ........................................................... 69
2. Penataan Fungsi dan Struktur Organisasi ....................................................................................... 69 a. Perumusan Detil Fungsi Rendal ............................................................................................................... 69 b. Restrukturisasi Organisasi Perwakilan ..................................................................................................... 71 c. Penataan Fungsi Perencanaan dan Penganggaran .................................................................................. 71
3. Penataan Bussiness Process dan Tata Laksana .............................................................................. 71 a. Bussiness Prosess Hasil Pengawasan Untuk Perencanaan Pembangunan .............................................. 72 b. Bussiness Process Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan ..................... 72 c. Bussiness Process Peningkatan Maturitas SPIP ....................................................................................... 73 d. Bussiness Process Peningkatan Kapasitas Pengawasan Intern ................................................................ 73 e. Framework Pemantauan – Evaluasi Lima Tahunan ................................................................................. 74 f. Standarisasi Untuk Penganggaran Berbasis Kinerja ................................................................................ 75
4. Analisis SDM Aparatur Sipil Negara BPKP ....................................................................................... 75 a. Reinventing Posisi Unik Pengawasan Intern BPKP: Agen Perubahan ...................................................... 75 b. Perekrutan Tenaga Ahli ........................................................................................................................... 76
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN ............................... 77
A. TARGET KINERJA .............................................................................................................................. 77 1. Pengukuran Kinerja ......................................................................................................................... 77
vii
`
2. Target Kinerja Sasaran Strategis ..................................................................................................... 78 3. Target Kinerja Sasaran Program ..................................................................................................... 78 4. Target Kinerja Sasaran Kegiatan (Output) ...................................................................................... 79 5. Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik ............................................................... 79
B. KERANGKA PENDANAAN......................................................................................................................... 84 1. Analisis Pendanaan BPKP 2014-2015 .............................................................................................. 84 2. Perkiraan Pendanaan 2015-2019.................................................................................................... 85
BAB V PENUTUP ..................................................................................................................................... 87
LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 89
viii
`
THIS PAGE IS INTENTIONALLY BLANK
1
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), BPKP wajib menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan pengawasan
dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan
bersifat indikatif. Penyusunan Renstra berpedoman pada Peraturan Menteri PPN/Bappenas
Nomor 5 Tahun 2014. Tahapan RPJMN tahun 2015–2019 dalam kerangka RPJPN 2005–2025,
memasuki tahapan ketiga, diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan dengan
menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan pada
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pembangunan pengawasan yang dilakukan oleh BPKP, merupakan
bagian dari pembangunan bidang aparatur dan hukum sebagaimana disebutkan dalam agenda
prioritas kedua RPJMN 2015–2019, yaitu membuat pemerintah selalu hadir dalam membangun
tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya, serta agenda prioritas
keempat RPJMN 2015–2019, yaitu memperkuat kehadiran negara dalam reformasi dan
penegakan hukum. Namun demikian, sebagai aparat Presiden, BPKP diamanatkan untuk
melakukan pengawasan terhadap seluruh Sasaran Pokok Pembangunan yang dirumuskan
berdasarkan Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP melakukan (a) pengawasan intern atas
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara;
dan (b) pembinaan penyelenggaraan SPIP. Sesuai dengan kondisi umum penyelenggaraan
pemerintahan, sejauh ini, pelaksanaan tugas BPKP terfokus pada akuntabilitas pelaporan
keuangan baik dari sudut pengawasan intern maupun dalam pembinaan SPIP untuk peningkatan
kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.
Melalui Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, BPKP mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan
pembangunan nasional. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPKP menyelenggarakan dua
fungsi utama yaitu fungsi pengarahan dan pengoordinasian pengawasan intern dan fungsi
pengawasan intern. Fungsi pertama meliputi (a) fungsi perumusan kebijakan nasional
pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional
meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan
penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain
berdasarkan penugasan dari Presiden dan (b) fungsi pengoordinasian dan sinergi penyelenggaraan
pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional
bersama-sama dengan aparat pengawasan intern pemerintah lainnya.
2
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Fungsi kedua berupa pengawasan intern yang terdiri dari: (a) pelaksanaan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran
keuangan negara/daerah serta pembangunan nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau
sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara/daerah dan/atau subsidi termasuk badan
usaha dan badan lainnya yang di dalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain
dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, serta akuntabilitas pembiayaan keuangan
negara/daerah; (b) pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset
negara/daerah; (c) pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian intern,
dan tata kelola terhadap instansi/badan usaha/badan lainnya dan program/kebijakan pemerintah
yang strategis; (d) pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan
yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga, audit klaim,
audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan
negara/daerah, audit perhitungan kerugian keuangan negara/daerah, pemberian keterangan ahli
dan upaya pencegahan korupsi; (e) pelaksanaan reviu atas laporan keuangan dan laporan kinerja
pemerintah pusat; dan (f) pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, dan konsultansi
penyelenggaraan sistem pengendalian intern kepada instansi pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan badan lainnya.
A. KONDISI UMUM: KUALITAS AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Hasil penyelenggaraan pengawasan BPKP ditunjukkan oleh kualitas akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara dalam empat perspektif akuntabilitas yaitu: (a) pelaporan
keuangan negara, (b) kebendaharaan umum negara dan pengelolaan aset, (c) perwujudan
iklim kepemerintahan yang baik dan bersih, dan (d) pengelolaan program lintas sektoral.
1. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Negara
Untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan Negara, BPKP melakukan reviu atas
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan melakukan asistensi terkait dengan
Laporan Keuangan (LK) Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian/Pemda
(K/L/Pemda). Berdasarkan data hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan tahun
2013 sampai dengan akhir September 2014, dari 87 Kementerian/Lembaga (K/L) yang
telah diaudit oleh BPK sebanyak 65 atau 75,58% K/L memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP). Dari total 33 provinsi sebanyak 16 atau 48,48% memperoleh opini
WTP dan dari 491 kabupaten/kota sebanyak 156 atau 31,77% memperoleh opini WTP.
Opini WTP dari BPK atas LK K/L/Pemda Tahun 2008–2013 menunjukkan peningkatan
kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan sebagaimana terlihat pada Peraga 1.1
Peraga 1.1 tersebut menunjukkan bahwa, berdasarkan opini WTP BPK, terjadi peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah. Kenaikan opini WTP, atau kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Negara, lebih baik di tingkat K/L baru di tingkat pemerintah provinsi dan terakhir di tingkat pemerintah kabupaten/kota. Masih banyaknya LK yang belum memperoleh opini WTP juga disebabkan oleh kurang andalnya SPIP, belum tertibnya pengelolaan aset daerah, dan ketidakpatuhan terhadap peraturan dalam pengelolaan keuangan daerah.
3
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Peraga 1. 1. Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah
2. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara & Pengelolaan Aset
Pengawasan akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum negara diprioritaskan untuk
mengoptimalkan penerimaan dan penghematan pengeluaran keuangan negara. Hasil yang
diperoleh adalah potensi penerimaan keuangan negara berasal dari pajak, bea cukai, dan
PNBP sebesar Rp399,50 miliar; potensi penghematan pengeluaran keuangan negara
sebesar Rp14,12 triliun, koreksi atas tagihan pihak ketiga senilai Rp6,47 triliun, verifikasi
Imbal Jasa Penjaminan Kredit Usaha Rakyat sebesar Rp41 miliar, dan koreksi atas klaim
dana Jaminan Kesehatan Masyarakat sebesar Rp31,48 miliar.
Selain itu, telah dilakukan pengawasan atas Dana Alokasi Khusus (DAK) berupa
monitoring di seluruh provinsi se-Indonesia, serta verifikasi output tahun 2013 dan
advance payment DAK Reimbursement tahun 2014 pada 5 provinsi. Hasil verifikasi
menunjukkan Value of Qualifying Reimbursement (VQR) atau nilai yang layak untuk
diganti (reimbursed) oleh Bank Dunia adalah sebesar Rp638,60 miliar dari Rp761,73
miliar yang diverifikasi.
Pengawasan juga dilakukan terhadap Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan
Statusnya (BPYBDS) yang sudah dioperasikan oleh BUMN, tetapi masih tercatat sebagai
aset K/L. Nilai BPYBDS yang diusulkan menjadi penyertaan modal pemerintah pada
BUMN sebesar Rp2,21 triliun. Sebagai tindak lanjut audit terhadap nilai buku aset pada
PT Indonesia Aluminium (PT Inalum), telah dilakukan pembahasan dengan pihak
Toshiba dan Mitsubishi-Hitachi mengenai kondisi mesin peralatan PLTA milik PT Inalum
dan direkomendasikan untuk melakukan pengujian agar dapat menghasilkan tingkat
utilisasi yang optimal.
2,65% 2,86%5,70%
11,61%
20,77%
27,45%
0,00%3,03%
18,18%
30,30%
51,52%48,48%
41,10%
57,53% 56,16%
65,33%
70,93%75,58%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Kab/Kota
Provinsi
KL
4
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Tingginya capaian optimalisasi penerimaan dan besarnya potensi penghematan
pengeluaran keuangan negara di atas masih bisa ditingkatkan di masa yang akan datang.
Namun demikian, BPKP masih belum dapat melaksanakan pengawasan BUN ini secara
optimal karena masih dibatasi oleh pembatasan peraturan yaitu harus berdasarkan
penetapan Menteri Keuangan selaku BUN. Penetapan ini dilakukan dalam jangka waktu
pendek sehingga upaya peningkatan potensi penerimaan oleh BPKP tidak maksimal.
3. Akuntabilitas Pewujudan Iklim bagi Kepemerintahan yang Baik dan Bersih
Kualitas akuntabilitas perspektif ini difokuskan pada pengawasan yang bersifat preventif-
edukatif diantaranya melalui pendampingan penyelenggaraan SPIP, penerapan fraud
control plan, sosialisasi program anti korupsi, asesmen GCG, penilaian BUMN Bersih,
peningkatan kapabilitas APIP, fasilitasi peran Asosiasi Auditor Internal Pemerintah
Indonesia (AAIPI) dan Asosiasi Auditor Forensik Indonesia (AAFI), serta pemantauan
terhadap transparansi proses PBJ. Kegiatan pengawasan yang bersifat represif dalam
rangka pemberantasan KKN dilakukan melalui kegiatan audit investigatif, audit dalam
rangka penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli.
Kegiatan pengawasan represif ini telah berhasil mengungkap pelanggaran yang diduga
merugikan keuangan negara dalam jumlah yang cukup signifikan, yaitu sebesar Rp3,11
miliar dan USD33.52 juta atau total setara dengan Rp3,45 triliun.
Dalam rangka penguatan upaya pemberantasan korupsi, BPKP bekerja sama dengan
KPK telah melakukan koordinasi dan supervisi pencegahan korupsi pada 33 provinsi dan
beberapa kabupaten/kota, serta koordinasi dan supervisi penindakan korupsi berupa
peningkatan kapasitas Aparat Penegak Hukum dalam penanganan perkara tindak pidana
korupsi.
Untuk mewujudkan iklim kepemerintahan yang baik dan bersih, diperlukan antara lain
kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengawasan yang memadai dan
kompeten. Secara kuantitas, sampai dengan saat ini, jumlah PFA adalah sebanyak 12.755
orang yang tersebar pada 57 APIP pusat dan 350 APIP daerah, tetapi hanya memenuhi
27,39% dari kebutuhan auditor sebanyak 46.560 auditor.
Dalam rangka percepatan peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan penguatan
SPIP, termasuk transfer of knowledge di bidang akuntansi dan pengawasan, BPKP juga
telah menugaskan 323 pegawai untuk dipekerjakan, yaitu sebanyak 224 orang pada 46
K/L dan sebanyak 99 orang pada 68 Pemda.
4. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral
Akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral difokuskan untuk menilai efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan program/kegiatan yang mendukung prioritas pembangunan nasional.
Kualitas akuntabilitas perspektif ini ditunjukkan oleh hasil pengawasan BPKP, di antaranya
sebagai berikut:
a. Evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi (RB) tahun 2014 pada 5 K/L oleh BPKP
sebagai Tim Quality Assurance Reformasi Birokrasi Nasional (TQA-RBN)
5
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
menghasilkan bahan pertimbangan dalam rangka penyesuaian tunjangan kinerja pada
K/L tersebut;
b. Reviu atas perencanaan dan penganggaran dana optimalisasi tahun 2014 pada 32 K/L
dengan membuat pengaturan lebih lanjut mengenai mekanisme pemanfaatan dana
optimalisasi;
c. Monitoring atas implementasi Rencana Aksi Prioritas Pembangunan Nasional untuk
posisi per 31 Desember 2013, meliputi 34 provinsi, 173 kabupaten, dan 4.355 titik
lokasi kegiatan 8 K/L menunjukkan bahwa secara umum implementasi rencana aksi
yang dimonitor telah berjalan dengan baik, meskipun pada beberapa titik lokasi
masih dijumpai permasalahan;
d. Monitoring atas implementasi BPJS Kesehatan untuk periode Januari-Maret 2014
dilakukan terhadap 32 Rumah Sakit Vertikal (RSV), 192 Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD), dan 1.174 puskesmas di 189 kabupaten/kota pada 34 provinsi menunjukkan
bahwa kesiapan implementasi BPJS Kesehatan rumah sakit lebih baik dibandingkan
dengan kesiapan puskesmas, dengan jumlah rujukan ke rumah sakit meningkat;
e. Inventarisasi atas pemanfaatan Rumah Khusus (Rusus) menunjukkan bahwa
penghuni Rusus eks pengungsi Timor-Timur bukan oleh pihak yang berhak,
sehingga disarankan agar dihuni dan dimanfaatkan oleh masyarakat berpenghasilan
rendah;
f. Reviu atas Hibah Pemerintah Republik Indonesia atas pembelian dan renovasi masjid
Indonesian Muslim Associationin America (IMAAM) Center Maryland di Amerika
Serikat dan pembangunan Asrama Mahasiswa Indonesia di Kampus Universitas Al-
Azhar Kairo Mesir memastikan bahwa secara umum proses pemberian hibah
pemerintah telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
g. Audit kinerja atas pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP)
menunjukkan bahwa kinerja penyelenggaraan PPIP tahun 2013 termasuk dalam
kategori cukup berhasil meskipun masih dijumpai permasalahan; dan
h. Mediasi hambatan kelancaran pembangunan yang menghasilkan 28 laporan, salah
satunya adalah kegiatan pengalihan aset dan mekanisme pembiayaan dari PT
Angkasa Pura I kepada Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi
Penerbangan Indonesia.
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Indonesia sedang menapaki kehidupan bernegara dengan menerapkan demokrasi secara lebih
nyata. Demokrasi ini secara nyata melibatkan lapisan masyarakat dalam penentuan arah
pembangunan termasuk di dalamnya turut serta mengawasi pemerintahan. Dengan
mengumumkan target-target yang terukur di RPJMN dan turunannya, pemerintah
memberikan pintu bagi masyarakat, yang sering diwakili oleh lembaga swadaya masyarakat
(LSM) untuk menilai, termasuk scrutinize hasil pekerjaan pemerintah. Kondisi ini harus
diimbangi oleh peran pengawasan intern sehingga masyarakat diberi informasi yang simetris
6
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
ditandingkan dengan informasi dari LSM, yang biasanya opposite terhadap pemerintah.
Untuk menghasilkan informasi simetris dimaksud, kapabilitas pengawasan perlu ditingkatkan
dalam rangka memaksimalkan peran pengawasan serta perlunya penajaman fokus
pengawasan pada sasaran pokok pembangunan.
1. Potensi dan Permasalahan Pengawasan Intern
Dengan teknik analisis SWOT, analisis lingkungan internal menghasilkan identifikasi
potensi dan permasalahan pengawasan BPKP. Potensi pengawasan internal BPKP antara
lain adalah sebagai berikut:
a. BPKP memiliki SDM pengawasan yang kompeten, berpengalaman, berintegritas,
inovatif, adaptif, dan terpercaya yang tersebar di 33 perwakilan seluruh Indonesia,
sehingga cukup untuk melaksanakan pengawasan sesuai dengan mandat yang
dimilikinya;
b. BPKP memiliki core competency unggulan di bidang pengawasan yang dapat
diandalkan untuk melakukan pengawasan intern terhadap seluruh stakeholders;
c. Adanya PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP dan Peraturan Presiden Nomor 192
Tahun 2014 menandakan bahwa BPKP memiliki mandat untuk melakukan lingkup
penugasan yang bersifat makro dan strategis, pembinaan penyelenggaraan SPIP,
penyedia laporan pengawasan yang berskala nasional ke Presiden, dan pembinaan
penyelenggaraan JFA;
d. Adanya dukungan dan komitmen yang cukup kuat dari top executive BPKP untuk
melakukan pengawasan intern dan pembinaan APIP terhadap seluruh stakeholders;
e. BPKP mempunyai peran melakukan pengawasan intern dan bertanggungjawab
langsung kepada Presiden;
f. Adanya produk-produk unggulan yang dibutuhkan oleh stakeholders (GCG, KPI, PE,
FCP, SAKD, MR, SIMDA) yang memungkinkan BPKP melakukan penugasan sesuai
dengan kebutuhan stakeholders;
g. BPKP memiliki sistem informasi dan infrastruktur Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) yang cukup mumpuni, sehingga BPKP dapat memberikan data
yang terkait dengan hasil pengawasan intern;
h. BPKP memiliki jejaring yang cukup baik terhadap stakeholders dan mencakup
seluruh sektor;
i. BPKP memiliki pengalaman berupa task force yang melaksanakan evaluasi kebijakan
atau evaluasi program; dan
j. BPKP mempunyai karakter organisasi pembelajar, hal ini terbukti dengan dipilihnya
BPKP sebagai salah satu instansi dari 10 finalis MAKE Study.
7
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Pelaksanaan pengawasan intern BPKP bukan tanpa masalah. Perubahan paradigma
pengawasan intern dari watchdog menjadi quality assurance atau consultant,
memerlukan pengelolaan perubahan yang memadai karena beberapa permasalahan
keterbatasan pengawasan antara lain:
a. Dalam kaitannya dengan SDM, kegiatan recruitment, seleksi dan proses regenerasi
SDM yang dilakukan BPKP belum berjalan secara optimal;
b. Berkaitan dengan penugasan pengawasan intern baik itu assurance maupun
consulting, BPKP belum memiliki komposisi SDM yang ideal baik kuantitas
maupun kualitas;
c. Dalam melaksanakan peran sesuai dengan mandat yang dimilikinya, BPKP belum
mempunyai strategi pengawasan memadai;
d. Untuk memotivasi SDM agar mempunyai kinerja yang baik perlu didukung
dengan adanya reward and punishment system, namun dalam hal ini BPKP belum
dapat mengimplementasikannya secara optimal;
e. Demikian juga dengan pola mutasi, promosi, dan karier masih perlu ditingkatkan
untuk mendorong motivasi kerja pegawai BPKP;
f. Dalam melaksanakan peran BPKP dalam hal melakukan pengawasan lintas
sektoral, metodologi pengawasan lintas sektoral yang digunakan oleh BPKP masih
perlu ditingkatkan;
g. Peran pengawasan intern yang dilakukan BPKP saat ini membutuhkan kompetensi
pengetahuan makro yang harus dimiliki oleh SDM BPKP, namun kompetensi
pengetahuan makro tersebut kurang dimiliki oleh SDM BPKP;
h. Dalam mendukung peran BPKP saat ini, organisasi, tatalaksana dan SDM BPKP
belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan peran yang dimandatkan oleh
pemerintah; dan
i. Belum terbangunnya sistem informasi hasil pengawasan intern nasional yang
terintegrasi.
2. Peluang dan Tantangan Pengawasan Intern
BPKP mempunyai kedudukan yang strategis karena mempunyai kewenangan yang tidak
dimiliki oleh APIP lainnya. Pertama, kewenangan pengawasan lintas sektoral yang
memberikan keleluasaan untuk melakukan pengawasan nasional yang bersifat lintas
sektoral dan mengawasi pelaksanaan pembangunan nasional di instansi pemerintah yang
saling terkait dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Kedua, kewenangan untuk
melakukan audit tujuan tertentu terhadap program-program strategis nasional yang
mendapat perhatian publik dan menjadi isu terkini. Ketiga, kewenangan untuk melakukan
pembinaan sistem pengendalian intern dan pengembangan kapasitas APIP di instansi
pemerintah.
8
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Peluang dan tantangan penyelenggaraan pengawasan intern BPKP juga mempunyai
magnitude yang sama. Visi dan misi pengawasan yang dimiliki oleh Presiden dapat
dioptimalkan BPKP dalam melakukan dan mengembangkan peran pengawasan intern,
peningkatan akuntabilitas keuangan negara serta peningkatan penyelenggaraan sistem
pengendalian intern pemerintah.
Perhatian pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf
Kalla, terhadap peran pengawasan membuka peluang yang cukup terbuka untuk secara
efektif menyelenggarakan pembangunan pengawasan nasional dan pengawasan
pembangunan nasional terkait dengan terwujudnya pemerintah yang transparan, efektif
dan efisien yaitu “Meningkatkan kapasitas pemerintah nasional untuk lebih menjalankan
fungsi pembinaan dan pengawasan”. Perhatian pemerintah tersebut adalah gambaran
utama peluang besar bagi BPKP untuk menyelenggarakan fungsinya. Peluang
lengkapnya sebagai berikut:
a. Adanya dukungan yang jelas dari Presiden, termasuk beberapa stakeholders,
menunjukkan bahwa BPKP diharapkan berperan sesuai dengan mandat yang
diberikan oleh pemerintah;
b. Tingginya komitmen pemerintah untuk menyelenggarakan negara yang bersih,
tertib, dan bertanggung jawab (clean government and good governance), menjadi
peluang BPKP untuk dapat berperan dalam pengawasan intern;
c. Meningkatnya permintaan jasa assurance dan consultancy dari instansi
pemerintah, membuat BPKP berpeluang melaksanakan pengawasan intern;
d. Reputasi dan kinerja BPKP dari hasil pengawasan yang telah dilakukan selama ini
memberikan kepercayaan bagi instansi pemerintah yang memerlukan jasa
pengawasan yang tidak dapat dilakukan oleh APIP-nya sendiri;
e. Masih banyak satuan kerja pemerintah yang belum menerapkan tata kelola
kepemerintahan yang baik;
f. Dengan terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008 dan Peraturan Presiden Nomor 192
Tahun 2014, maka memungkinkan peran baru yang dapat dilaksanakan oleh
BPKP;
g. Dalam kondisi masih banyaknya kasus korupsi, masih besar pula harapan instansi
penyidik meminta BPKP untuk melakukan audit investigatif atas kasus TPK;
h. Meningkatnya kesadaran untuk mengedepankan penciptaan nilai dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah;
i. Meningkatnya permintaan atas pembinaan pengawasan yang bersifat spesifik
(tailor made). Selain pengawasan intern yang dilakukan BPKP secara umum, saat
ini banyak stakeholder yang membutuhkan peran BPKP untuk melakukan
pengawasan yang bersifat spesifik;
9
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
j. Meningkatnya tuntutan atas standar mutu dan proses kegiatan pengawasan oleh
stakeholder, membuka peluang bagi BPKP untuk melaksanakan perannya dengan
sebaik-baiknya;
k. Presiden sangat membutuhkan peran BPKP dalam bidang pengawasan, sehingga
BPKP semakin sering dilibatkan dalam rapat kabinet;
l. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga yang salah satu fungsinya
adalah melakukan pengawasan juga menuntut peran BPKP yang lebih baik. Hal ini
terlihat dengan adanya forum rapat dengar pendapat dengan DPR yang menuntut
peningkatan pengawasan BPKP; dan
m. Dalam bidang pengetahuan ilmu akuntansi, adanya kompetensi akuntansi relative,
membuka peluang bagi BPKP untuk memenuhi kebutuhan stakeholders.
Dalam periode 2010–2014, banyak penugasan pengawasan dalam rangka memenuhi
permintaan stakeholders yang sering tidak dapat diantisipasi oleh BPKP. Hal ini
membuat rencana pengawasan untuk penguatan akuntabilitas keuangan sesuai risiko
pencapaian tujuan pembangunan nasional sangat rentan untuk dibatalkan. Kegagalan
melaksanakan pengawasan berbasis risiko merupakan permasalahan konseptual
pengawasan. Permasalahan pengawasan secara lebih lengkap yaitu:
a. Masih adanya sebagian kelompok birokrasi yang belum memahami dan belum
dapat menerima pentingnya peran BPKP yang baru sesuai dengan PP Nomor 60
Tahun 2008 atau Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014;
b. Banyaknya peraturan-peraturan yang tumpang tindih dan tidak sinkron dalam
mendukung peran BPKP;
c. Banyak tenaga BPKP yang potensial keluar dari BPKP akibat tingginya minat dan
permintaan tenaga BPKP;
d. Munculnya alternatif penyedia jasa dari konsultan independen atau pihak lain yang
produknya sejenis dengan produk BPKP, sehingga banyak stakeholders BPKP
menggunakan jasa konsultan tersebut;
e. Adanya jabatan fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah
menimbulkan keraguan bagi K/L/Pemda tentang peran BPKP sebagai Pembina
APIP;
f. Timbulnya arus pemikiran yang mempertanyakan relevansi keberadaan BPKP
yang masih beranggapan tumpah tindih dengan lembaga pengawasan lain (BPK);
g. Munculnya keraguan instansi menerima jasa pengawasan BPKP karena
meningkatnya faktor persaingan dan/atau peraturan perundangan;
h. Ketidakterbukaan K/L tentang database ekonomi, demografi, sosial dan potensi
daerah; dan
i. Mulai berkurangnya pasokan tenaga lulusan dari STAN untuk mengisi formasi
CPNS di lingkungan BPKP.
10
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
C. POSITIONING PENGAWASAN INTERN BPKP 2015 - 2019
Kemungkinan peran BPKP di dalam administrasi pemerintahan 2015–2019 telah
digambarkan dalam BPKP’s mission plausible berdasarkan konsep scenario planning. Fokus
pembahasan atau focal concern dalam scenario planning ini adalah “Bagaimana BPKP
dapat meningkatkan kualitas hasil pengawasan yang menjangkau isu-isu strategis dan
penting agar dapat memberikan jasa yang berguna bagi peningkatan efektivitas
pengelolaan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat”. Dua variabel yang signifikan (driving forces) dalam membahas focal
concern tersebut adalah (a) dukungan stakeholder atas peran pengawasan nasional dan (b)
regulasi pengawasan intern. Scenario planning menghasilkan empat skenario atau situasi
pemberian pelayanan pengawasan (supervisory) sebagai berikut: (a) world class supervisory¸
(b) extended supervisory, (c) defined supervisory, atau (d) artificial supervisory.
Skenario world class supervisory tampak compatible dengan administrasi pemerintahan
Jokowi-JK. Polarisasi positif kekuatan dua driving forces tersebut menggambarkan situasi
sebagai berikut:
Regulasi yang mendukung keberhasilan BPKP adalah regulasi yang terkait dengan peran,
fungsi dan pelaksanaan pengawasan intern yaitu:
1. Terbitnya UU yang mengatur Sistem Pengawasan Intern Pemerintah;
2. Peninjauan kembali UU/peraturan yang menghalangi BPKP atau yang membuat
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Korporasi (selanjutnya disingkat KLPK)
menolak BPKP; dan
3. Terbitnya peraturan pelaksana bagi efektifnya PP 60/2008.
Dukungan stakeholder kepada BPKP adalah:
1. Presiden peduli akan pentingnya peran pengawasan intern nasional demi keberhasilan
pemerintahannya;
2. Presiden menggunakan/memanfaatkan hasil pengawasan BPKP dalam kebijakan
nasionalnya;
3. KLPK peduli akan pemerintahan yang bersih dan terbuka bagi BPKP dalam pembinaan
tata kelola dan terutama dalam koordinasi lintas sektoral dengan instansi terkait lainnya
serta komitmen untuk menyelenggarakan SPIP;
4. KLPK peduli akan hasil pengawasan BPKP dan bersedia melakukan TL; dan
5. APIP KLPK bersedia diajak bekerjasama dalam memperluas cakupan pengawasan lintas
sektoral.
1. Skenario World Class Supervisory
Dalam skenario World Class Supervisory, BPKP sudah terkategori sebagai lembaga
internal audit pemerintah berkelas dunia (world class government internal auditor). Hal
11
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
tersebut dapat dilihat dari kemampuan BPKP dalam memberikan assurance tentang
pencapaian keberhasilan pemerintah dan dalam memberikan rekomendasi strategis
kepada Presiden dan mitra kerja BPKP. Karena tugas pemerintah adalah untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat, maka tagline yang tepat untuk menggambarkan
kondisi ini adalah “Mitra Strategis Kementerian/Lembaga/Pemda dalam Menyukseskan
Pembangunan dan Pemerintahan untuk Kesejahteraan Rakyat” sebagaimana disajikan
dalam Peraga 1.2 berikut.
Dalam posisi World Class Supervisory, BPKP tanpa diminta, dapat dengan segera
memberi sinyal khusus kepada Presiden tentang data dukung yang sedang hangat
dibicarakan, sebagai penyeimbang pendapat para pakar atau LSM yang biasanya paling
lantang menyuarakan kesalahan pemerintah. BPKP juga dapat menyajikan ke masyarakat
hasil pengawasan kinerja pemerintah yang menunjukkan upaya pemerintah untuk
mengatasi masalah dalam kasus terkait. Dalam kondisi normal, secara periodik, BPKP
dapat melaporkan kepada Presiden tentang kinerja pemerintahan melalui indeks
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan (APKP).
Peran di atas dapat dipercaya jika BPKP dapat memberi rekomendasi strategis dengan
dukungan SDM yang profesional dan etos kerja yang tinggi, dukungan SPIP dengan
maturitas yang memadai, dan dukungan APIP dengan kapabilitas yang mumpuni.
2. Strategi Pengawasan: Fokus pada Sasaran Pembangunan Nasional
Fungsi pengawasan pembangunan nasional ke depan dititikberatkan pada pengawasan
yang bersifat makro strategis, yaitu pengawasan atas akuntabilitas kinerja pada tingkat
outcome dan impact dalam rangka pengawalan pembangunan nasional, baik di pusat
LINGKUNGAN BPKP HASIL PENGAWASAN MANFAAT PENGAWASAN DAMPAK BAGI MASYARAKAT
Peraga 1.2. Skenario Worldclass Supervisory
KARAKTERISTIK BPKP & PENGAWASAN
MANFAAT PENGAWASAN DAMPAK KE MASYARAKAT LUAS
1. Kompetensi unggul dibanding konsultan di luar BPKP
2. Anggaran mencukupi3. Skope luas4. Permintaan jasa pengawasan tinggi
1. Pencegahan fraud2. Pengelolaan keuangan meningkat3. Program pembangunan berhasil4. SPM meningkat5. Mitigasi risiko memadai
1. Kemudahan berusaha2. Perijinan cepat3. PDB meningkat & berkualitas4. Fraud berkurang
REGULASI MENDUKUNG
• SUMBER DAYA MEMADAI
• HAMBATAN BERKURANG
• KESIMPULAN MAKRO
• PERBAIKAN SIGNIFIKAN
• PROGRAM/KEGIATAN EFEKTIF
• FRAUD TURUN
• KEMUDAHAN BERUSAHA
• KESEJAHTERAAN MENINGKAT
BPKPPRESIDEN,
DPR & K/L/PD/ BUMN/D
PUBLIK
Persepsi:IPK, IPM,
SPM, Daya Saing
Tingkat Dukungan Presiden & DPR
Ekspektasi K/L/Pemda/BUMN/D
Tingkat KKN
Kualitas layanan Publik
Integrasi Kebijakan Pembangunan
Pengawasan Nasional
Diskresi Birokrasi
Komitmen Penyelenggaraan
SPIP
Akses Sistem Informasi Keuangan dan Pembangunan
Persetujuan Anggaran Kemenkeu-Bappenas
Sinergisitas dengan APIP lain
Profesionalisme BPKP
Tingkat keandalan IT Pengawasan
Tingkat Efektivitas Sistem Manajemen
Pengawasan
Tingkat Kualitas Publikasi Organisasi
12
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
maupun daerah. Pengawasan pembangunan nasional tersebut tidak hanya bersifat post
audit, akan tetapi juga pada hal-hal yang bersifat pre audit, mulai dari tahap perencanaan,
guna memberikan keyakinan yang memadai bahwa proses pembangunan berjalan dengan
baik (lihat Peraga 1.3).
Untuk memberikan hasil pengawasan yang lebih optimal dan efektif, diperlukan strategi
pengawasan pembangunan nasional yang memuat arah dan kebijakan pembangunan
pengawasan nasional dan pengawasan pembangunan nasional, baik yang bersifat mikro
maupun makro dalam rangka mendorong good governance dan clean government.
Strategi penguatan pengawasan pembangunan nasional tersebut mencakup penguatan
payung hukum, peningkatan profesionalisme SDM pengawasan, dan penajaman fokus
pengawasan.
Penguatan payung hukum dilaksanakan melalui penyusunan ketentuan perundangan
tentang sistem pengawasan pembangunan nasional yang mengatur antara lain mengenai
struktur lembaga pengawasan yang lebih independen, ruang lingkup tugas dan fungsi,
tanggung jawab dan dukungan anggaran, serta kewenangan yang memadai. Peningkatan
profesionalisme SDM pengawasan dilakukan melalui peningkatan kompetensi dan
penguatan profesi. Pengawasan pembangunan nasional lebih difokuskan pada
pengawasan kebijakan, antara lain pengawasan atas kebijakan pendapatan negara/daerah,
kebijakan alokasi anggaran, kebijakan manajemen pembiayaan, dan kebijakan
manajemen aset (BMN/BMD). Untuk memperkuat pengawalan pembangunan nasional,
sistem pengawasan pembangunan nasional perlu dikoordinasikan dan diintegrasikan
dengan sistem penegakan hukum (Criminal Justice System-CJS), sehingga dapat
berfungsi secara efektif sebagai early warning system dan sistem pencegahan korupsi.
3. Milestone Menuju Worldclass Supervisory
Kehadiran Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP tidak mengurangi
arti dari milestone strategi untuk skenario World Class Supervisory dalam Peraga 1.4
K/L
PEMDAKORPORASI
NEGARA
SDM & BUDAYA KERJA
PROSESTEKNOLOGI
KEMENPAN/ KEMENDAGRI
DPRSEKRETRIAT
KABINET
LINGKUNGAN BPKP HASIL PENGAWASAN MANFAAT PENGAWASAN DAMPAK BAGI MASYARAKAT
Peraga 1.3. Strategi Skenario Worldclass Supervisory
REGULASI MENDUKUNG
• SUMBER DAYA MEMADAI
• HAMBATAN BERKURANG
• KESIMPULAN MAKRO
• PERBAIKAN SIGNIFIKAN
• PROGRAM/KEGIATAN EFEKTIF
• FRAUD TURUN
• KEMUDAHAN BERUSAHA
• KESEJAHTERAAN MENINGKAT
KEMITRAANJEJARING
PERATURAN YANG MENDUKUNG PERAN &
FUNGSI BPKP
PERATURAN YANG MENGHAMBAT
MASUKNYA BPKP KE PEMDA
PENGUATAN INTERNAL
TRANSPARANSI
SINERGI PENGAWASAN
OPTIMALISASI PROSES BISNIS
RESOURCES 3EDUKUNGAN ANGGARAN Pengawasan berbasis IT
SDM berwawasan makro strategis
13
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
berikut. Milestone tersebut menjadi bahan acuan bagi BPKP untuk menyusun dan
mengimplementasikan strateginya, menggerakkan sumber daya pengawasan dan
menyesuaikan Renstra sesuai dengan perkembangan lingkungan pengawasan intern.
4. Strategy Map BPKP 2015–2019
Untuk memastikan bahwa cakupan pelaksanaan pengawasan intern telah diarahkan pada
kepentingan stakeholder dan pengembangan bussiness process dan penguatan kapasitas
internal yang seimbang, Peraga 1.5 di bawah menjadi map acuan oleh BPKP dalam
mengembangkan, mengimplementasi dan merevisi Renstra 2015–2019. Strategy Map
tersebut menunjukkan bahwa BPKP melaksanakan sebagian fungsi pengawasan untuk
kesejahteraan rakyat. Presiden sebagai Kepala Negara, dan sebagai representasi
masyarakat serta sebagai representasi pemerintahan mendapatkan dampak dari
penggunaan output assurance dan output consulting.
Value chain yang ada dalam Strategy Map tersebut menunjukkan adanya suatu
keterkaitan antara unsur-unsur pengawasan yang menghasilkan informasi pengawasan
yang relevan. Kualitas setiap strategi dalam proses bisnis internal tersebut mempengaruhi
secara berantai kualitas strategi lainnya, yaitu kualitas output assurance dan consultancy.
Pada akhirnya hal tersebut akan mempengaruhi President Trust.
5. Empat Wilayah Prioritas Sebagai Quick Win Prarenstra 2015-2019
Menjadi Worldclass BPKP, menjadi auditor Pemerintah RI, membutuhkan upaya yang
tak putus-putus dan membutuhkan bukti yang real bahwa atribut worldclass itu dapat
Peraga 1.4. Milestone Menuju Worldclass Supervisory
2015 2016 2017 2018 2019
30% lembaga terbuka bekerja sama
rancangan UU pengawasan nasional telah dibahas intensif
kajian perundang-undangan yang
menghambat
tersusun jadwal pelatihan dan
sertifikasi & telah dimulai
Konsep integrasi pengawasan berbasis IT
UU pengawasan nasional berlaku
50% perundang-undangan yang
menghambat disesuaikan
70% lembaga terbuka bekerja
sama
50% SDM meningkat
kompetensinya
Pengawasan berbasis IT
dikembangkan & diimplementasikan
100% perundang-undangan yang
menghambat disesuaikan
100% lembaga terbuka bekerja
sama
Pengawasan berbasis IT
diimplementasikan dan integrasi dg
50% lembaga
100% SDM meningkat
kompetensinya
Pengawasan berbasis IT
diimplementasikan dan integrasi dg 100% lembaga
30% SDM penyegaran
kompetensi per tahun
Hasil was telah 100% makro strategis & LS
30% SDM penyegaran
kompetensi per tahun
Indeks APKP Level 1Maturitas SPIP Level 1
IACM Level 1
Indeks APKP Level 1Maturitas SPIP Level 1,5
IACM Level 1
Indeks APKP Level 1Maturitas SPIP Level 1
IACM Level 1
Indeks APKP Level 2Maturitas SPIP Level 2
IACM Level 2
Indeks APKP Level 2Maturitas SPIP Level 2,5
IACM Level 2,5
Indeks APKP Level 3Maturitas SPIP Level 3
IACM Level 3
14
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
tercapai. Untuk memberi bukti, BPKP telah menyiapkan empat quick wins sebagai
wilayah yang diprioritaskan dilaksanakan. Dua di antaranya telah selesai dilaksanakan di
tahun 2014, yaitu (1) piloting Evaluasi Program Ketahanan Pangan dan Evaluasi Program
Pengentasan Kemiskinan dan (2) Pengembangan Kapasitas Evaluasi Program, sedangkan
dua lainnya masih dalam proses, yaitu Asesmen IACM BPKP dan Penyusunan SPI untuk
Program Lintas. Keempat wilayah prioritas dimaksud terlihat secara ringkas pada Peraga
1.6.
STA
KE
HO
LD
ER
E
XP
EC
TA
TIO
NIM
PA
CT
INT
ER
NA
L B
USI
NE
SS P
RO
CE
SSL
EA
RN
ING
&
GR
OW
TH
RE
SOU
RC
ES
Peraga 1.5. Strategy Map BPKP 2015 - 2019
Adequacy and Effective Use of Resources (Budget & Infrastructure)
Develop Knowledge Based
Information Systems
PRESIDENT TRUST
Develop staff with increased Profesionalism
& Integrity
Human Capital Information Capital
Develop ICS, BR and appropriate
Work Culture
Mandated Organizational Capital
INNOVATION SYNERGYQUALITY COMMUNICATION & EDUCATION
Corrective & Better Practices Advice and Recommendation Implemented
INCREASE COMPETITIVENESS ENHANCE ECONOMIC PROSPERITYIMPROVE PEOPLE WELFARE
GOVERNMENT AND STATE CORPORATE GOVERNANCE, RISK MANAGEMENT AND CONTROL SYSTEM WELL IMPLEMENTED
SCOPE OF WORK
Increase Efficiency
& Effectiveness
of Methods Compliance With• IIA Standards or
Standards set ByAAIPI
• Iinternal Quality Control Process
• Thematic Review•Cross Sectoral Approach•Respons to Presidential & Treasury Request
•Internal Control System Specialization
•Others Strategic Assignment
Supervisory Synergy with
other Internal Auditors
Effective• Communication• Publication• Advocacy
Capacity Development
User Need &
Responsive
Peraga 1.6. Empat Wilayah Prioritas Pra Renstra 2015-2019
Pengembangan Kapasitas Evaluasi Program
Piloting Evaluasi:
- Program Ketahanan Pangan
- Program Pengentasan Kemiskinan
Assesment IACM BPKP
Implementasi SPIP:
- Program Ketahanan Pangan
- Program Pengentasan Kemiskinan
Auditor Pemerintah RI
Berkelas Dunia
15
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
BAB II
VISI MISI DAN TUJUAN BPKP
Visi, misi dan tujuan BPKP yang diuraikan di bab ini merupakan gambaran besar tentang tekad
besar BPKP pada tahun 2019 atau setelahnya. Bersama-sama dengan sasaran strategis, visi misi
dan tujuan tersebut diharapkan dapat menggerakkan penggunaan seluruh sumber daya
pengawasan BPKP ke satu arah yang sama, yaitu Visi Pembangunan Nasional 2015–2019:
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berdasarkan Gotong
Royong”.
A. GAMBARAN VISI BPKP
Melalui proses dan tahapan yang melibatkan berbagai lapisan pegawai hingga pimpinan
tertingginya, BPKP menetapkan suatu komitmen untuk mewujudkan visi BPKP ke depan
yaitu:
“Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional”
Pernyataan visi ini sekaligus mengartikan bahwa visi BPKP ini telah konsisten dengan visi
Presiden yang telah berwujud menjadi visi pembangunan nasional.
Sebagai gambaran yang diimpikan tahun 2019 atau setelahnya, visi BPKP diharapkan
menjadi acuan bagi setiap pegawai BPKP di semua tingkatan untuk melaksanakan tugasnya.
Beberapa kata kunci perlu diberi makna secara khusus agar dapat membangun persepsi yang
sama di antara insan pegawai di lingkungan BPKP.
1. Auditor Internal Pemerintah RI
Terdapat dua kata kunci dalam frase auditor internal pemerintah RI yaitu audit intern dan
auditor pemerintah RI.
i) Audit Intern
Audit atau pengawasan intern yang diadopsi oleh BPKP mengacu pada definisi
Institue of Internal Auditor (IIA) tentang internal auditing yaitu “an independent,
objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an
organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by
bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness
of risk management, control, and governance processes”.
16
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Sesuai definisi tersebut, dua peran BPKP dalam melaksanakan pengawasan intern
yaitu sebagai pemberi jasa assurance dan pemberi jasa consultancy. Melihat
pendekatannya, pengawasan intern dimaksud menuntut jasa assurance dan
consultancy yang diperoleh dengan pendekatan yang sistematis dan metodologis
untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian
dan proses governance. Lebih spesifik lagi, untuk program atau kebijakan
pembangunan nasional, pengawasan intern BPKP menuntut penerapan pendekatan
evaluasi (riset sosial) untuk menghasilkan rekomendasi perbaikan atas ketiga hal
tersebut.
ii) Auditor Pemerintah RI
Auditor pemerintah RI mengacu kepada posisi BPKP sebagai aparat pengawasan
intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden sebagai
pemegang kekuasaan Pemerintah RI dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sebagai Auditor Pemerintah RI, BPKP merupakan mata dan telinga
Presiden yang difungsikan untuk melihat dan mendengar secara langsung fakta
lapangan dan memberikan respon berupa informasi assurance melalui suatu sistem
pengawasan, dalam hal ini sistem informasi akuntabilitas.
Menteri atau Kepala Lembaga atau Kepala Daerah atau pada tataran tertentu,
Direktur Utama BUMN, adalah pembantu Presiden atau delegatee kekuasaan
Presiden. Demi kepentingan Presiden, BPKP juga berfungsi sebagai mitra strategis
KLPK dalam hal pemberian jasa consultancy. Jika informasi assurance di atas
menunjukkan adanya risiko terhadap pencapaian tujuan program pemerintah, maka
BPKP berfungsi memberikan rekomendasi perbaikan untuk memitigasi risiko, dan
memastikan tujuan program pemerintah, dalam hal ini sasaran pembangunan
nasional, dapat tercapai.
Dalam posisi sebagai Auditor Presiden, BPKP mengemban amanah dan tanggung
jawab yang besar karena dituntut mampu mendeteksi berbagai potensi ataupun
simtom-simtom kelemahan maupun penyimpangan di bidang keuangan negara.
Dalam konteks tersebut, BPKP harus konsekuen untuk meyakini bahwa alasan
keberadaannya terutama bukan hanya untuk melaksanakan fungsi atestasi terhadap
asersi manajemen, tetapi juga menekankan upaya perbaikan manajemen risiko,
sistem pengendalian dan proses governance.
Visi BPKP sebagai Auditor Internal Pemerintah RI merupakan visi yang strategis
dalam rangka meningkatkan prinsip independensi, baik in fact maupun in appearance
terhadap semua instansi di bawah Presiden yaitu kementerian, lembaga dan
pemerintah daerah dan korporasi. Dengan demikian, diharapkan informasi yang
dihasilkan dari proses/kegiatan pengawasan oleh BPKP bersifat obyektif, tidak bias
dan tidak diintervensi oleh pihak-pihak lain yang menciderai penegakan prinsip
independensi.
2. Auditor Berkelas Dunia
Terdapat tiga aspek yang menunjukkan kualitas BPKP sebagai auditor internal berkelas
dunia yaitu aspek SDM, aspek organisasi dan aspek produk.
17
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
i) Profesionalisme Sumber Daya Manusia
Sumber daya Manusia (SDM) BPKP wajib menerapkan due professional care dalam
setiap pelaksanaan penugasan pengawasan dan wajib memenuhi persyaratan
minimal. Kedua persyaratan tersebut biasanya ditetapkan dalam standar pengawasan
yang berlaku bagi BPKP sebagai organisasi profesi.
SDM BPKP yang memiliki kompetensi minimal dalam bidang pengawasan,
diarahkan menjadi personel yang lebih memiliki kompetensi sesuai tujuan dan
sasaran strategis BPKP. Kompetensi yang memungkinkan kemahiran profesional
dalam pelaksanaan pengawasan intern, berdasarkan standard operating procedure
(SOP) yang berlaku dan memperhatikan standar audit dari AAIPI atau IIA, dengan
quality assurance berjenjang untuk memastikan kualitas proses pelaksanaan
pengawasan. Pemilihan obyek pengawasan dilakukan sejak perencanaan stratejik
sampai dengan perencanaan tahunan dengan memperhatikan risiko (risk based
planning). Demikian juga, pelaksanaan pengawasannya tetap memperhatikan risiko
pengawasan (risk based audit) untuk melindungi timbulnya gugatan pihak ketiga.
ii) Kewenangan dan Kapabilitas Organisasi
Kewenangan BPKP dalam pengawasan program lintas di kementerian, lembaga dan
pemerintah daerah mampu memberikan penilaian yang independen dan obyektif atas
pengendalian intern yang diterapkan dalam sertifikasi profesi pengawasan. Setiap
auditor BPKP memiliki keahlian dan kapasitas yang memadai dalam koordinasi dan
kerjasama tim, paham atas budaya organisasi serta sistem dan proses yang berlaku di
BPKP. Di samping itu, BPKP selalu mengusahakan peningkatan kompetensi dengan
kemampuan komunikasi, kemampuan dalam mengidentifikasi masalah dan solusinya
serta memahami perubahan peraturan terkait dan standar baru di bidang pengawasan.
Pengelolaan sumber daya manusia BPKP telah direncanakan untuk memenuhi
kebutuhan pengawasan dalam mencapai pengelolaan risiko, proses governance yang
efektif dan efisien serta tercapainya tujuan dan sasaran. Laporan yang disampaikan
kepada Menteri, Ketua Lembaga atau Kepala Pemerintahan Daerah yang
bertanggung jawab langsung terhadap keberhasilan program, diarahkan agar dapat
memenuhi harapan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan RI terkait dengan
kebijakan stratejik yang perlu diperbaiki dari pelaksanaan program pembangunan
nasional. Pelaksanaan peran pengawasan intern tersebut telah dinyatakan dalam audit
charter yang telah mendefinisikan kewenangan, ruang lingkup dan tanggung jawab
BPKP. Pelaksanaan peran tersebut telah disetujui Presiden sebagaimana tertuang
dalam berbagai peraturan yang mendukung peran BPKP serta menjadi landasan dan
pedoman pelaksanaan peran pengawasan intern.
Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pengawasan selalu dilakukan reviu dan
melakukan pembelajaran dari proses pengawasan yang berlangsung di negara-negara
lain (best practices benchmarking) melalui studi literatur maupun studi ke organisasi
internal audit yang bersangkutan. Dengan perbaikan yang terus-menerus tersebut
diharapkan BPKP dapat menjadi pembina yang lebih kompeten bagi aparat
pengawasan pemerintah lainnya.
18
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Kapabilitas pengelolaan organisasi dan profesional pengawasan BPKP diarahkan
pada kerangka penilaian Internal Audit Capability Model dengan target minimal
kapabilitas pada level 3 pada tahun 2019, dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Peran dan jasa pengawasan untuk mewujudkan peran efektif BPKP dalam
assurance & consulting menuju kepada peran sebagai penggerak perubahan
(Service and Role of Internal Audit Element).
2) Pengelolaan SDM BPKP diarahkan untuk membangun pegawai yang
profesional, meningkatkan koordinasi serta meningkatkan kompetensi dan
kerjasama tim (People Management Element).
3) Pengawasan intern BPKP dalam rencana strategi pengawasan berfokus pada
kebutuhan shareholder dan stakeholder dengan memperhatikan fokus prioritas
dan risiko. Memperbaiki metodologi pengawasan berdasarkan perbaikan proses
internal maupun praktek-praktek terbaik pengawasan (Professional Practices
Element).
4) Mengembangkan manajemen kinerja pengawasan baik organisasi maupun
individu, melalui SIM HP dan SIM Monev Pengawasan untuk kepentingan
manajemen hasil pengawasan maupun untuk manajemen sumber daya
pengawasan (Performance Management and Accountability Element).
5) Sinergi dengan aparat pengawasan intern pemerintah dalam pengawasan lintas
sektor dan mitra pemerintah dalam tindak lanjut perbaikan manajemen hasil
pemeriksaan BPK RI. Sementara itu, hasil pengawasan BPKP untuk
menghasilkan rekomendasi kepada Presiden dan pimpinan KLPK untuk
mewujudkan hubungan yang harmonis dan efektif dengan mitra kerja
(Organizational Relationship and Culture Element).
6) Dalam kedudukannya sebagai auditor Presiden, BPKP melakukan pengawasan
secara independen dengan kewenangan dan kekuasaan mandiri walaupun sebatas
kegiatan lintas sektoral. BPKP aktif untuk melakukan pengawasan dalam rangka
meningkatkan pengendalian intern dalam memitigasi risiko, meningkatkan
kepatuhan dan mendorong tercapainya tujuan organisasi (Governance Structure
Element).
Pengembangan kapabilitas dan kapasitas pengawasan intern BPKP senantiasa
dilakukan dengan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah, untuk memberi
keyakinan bahwa tujuan BPKP dapat tercapai. Penerapan sistem pengendalian intern
diarahkan pada penyelenggaraan yang efektif dengan kerangka penilaian kematangan
implementasi SPIP. Maturitas penyelenggaraan SPIP ditargetkan berada padal level
3, dengan karakteristik bahwa BPKP telah menetapkan kebijakan dan prosedur
pengendalian untuk semua kegiatan pokok BPKP, sebagai media pengendalian
(control design). Kebijakan dan prosedur atas kegiatan pengelolaan keuangan dan
atas beberapa kegiatan operasional telah mulai dilaksanakan dan didokumentasikan
secara konsisten.
iii) Leverage Rekomendasi Hasil Pengawasan
Dari sudut perannya, hasil pengawasan internal BPKP dapat berupa informasi
assurance dan/atau consultancy. Informasi assurance memberikan jaminan kepada
19
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Presiden dan pembantunya bahwa proses penyelenggaraan pemerintah atau program
pembangunan dikelola sesuai dengan standar, aturan, kebijakan atau instrumen
operasional manajemen risiko dan governance lainnya. Lebih spesifik lagi bahwa
Sasaran Pokok Pembangunan dalam RPJMN 2015–2019 dapat tercapai. Informasi
consultancy berwujud rekomendasi tentang perbaikan manajemen risiko, aktivitas
pengendalian dan proses governance dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
program pembangunan. Kualitas informasi assurance dan rekomendasi strategis
tersebut harus sedemikian rupa sehingga mempunyai daya ungkit (leverage) yang
cukup signifikan dalam meningkatkan kinerja pemerintahan dan program
pembangunan.
3. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
Terdapat dua ruang lingkup utama terkait dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan. Pertama, terkait dengan fungsi manajemen lingkup pengawasan intern
yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban. Kedua, terkait dengan lingkup APBN, pengawasan intern akan
meliputi fungsi penerimaan, program prioritas nasional dan kebijakan fiskal. Pengawasan
BPKP dilakukan untuk merespon permasalahan yang mengemuka pada pembangunan
nasional yang menjadi perhatian Presiden atau masyarakat luas. Uraian lebih rinci dapat
dilihat di tujuan dan sasaran strategis.
Dengan kualitas tersebut, BPKP diharapkan dapat menjadi mitra srategis KLPK dalam
mensukseskan pembangunan nasional untuk kesejahteraan rakyat.
Visi BPKP yaitu“Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional” sejalan dengan Visi
Pembangunan Nasional Tahun 2015–2019. Hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya
persinggungan antara peran BPKP dengan beberapa agenda prioritas (NAWA CITA) antara
lain agenda kedua yang isinya adalah membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun
tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Dalam lingkup
yang lebih spesifik, mempertimbangkan perubahan yang dinamis serta tugas dan fungsi yang
dilaksanakannya, BPKP mengambil peran penting yang mengerucut sebagai Auditor Internal
Pemerintah RI yang Selalu Hadir dalam Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih,
Efektif dan Terpercaya.
Peran penting BPKP sebagai auditor internal pemerintah RI yang selalu hadir dalam
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya tersebut dapat
diuraikan secara rinci sebagai berikut:
a. Auditor Internal Pemerintah RI yang Selalu Hadir
Selalu hadir mempunyai makna suatu tindakan proaktif yang sudah sampai pada tataran
sebuah kebiasaan untuk berada pada suatu tempat, setiap saat dibutuhkan oleh
pemerintah dan masyarakat. Dalam pemahaman ini, selalu hadir diartikan sebagai
keberadaan BPKP sebagai auditor internal pemerintah selalu ada atau hadir untuk
memberikan jawaban kepada masyarakat dan pemerintah di bidang pengawasan
pembangunan dan pembangunan pengawasan.
20
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Kehadiran fungsi pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada pelaporan akuntabilitasnya. Selain itu
pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP diharapkan juga dapat menghasilkan
informasi hasil pengawasan yang sifatnya strategis sebagai masukan penting bagi
Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, beserta kabinetnya. Program atau
kegiatan tersebut misalnya terhadap program pembangunan yang bersifat lintas dan
program kegiatan yang menjadi curent issue di masyarakat luas. Kehadiran fungsi
pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP pada akhirnya diharapkan dapat
memberikan nilai tambah atau added value yang mempunyai makna mendorong
pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan.
b. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih
Membangun tata kelola pemerintah yang bersih didefinisikan sebagai membangun suatu
kondisi pemerintahan yang para penyelenggaranya menjaga diri dari perbuatan korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan tools pengawasan berupa sosialiasi, bimbingan
teknis, diklat, audit, evaluasi, verifikasi dan pemantauan. Terkait dengan Nawacita
keempat, fungsi pengawasan internal BPKP dilakukan melalui tindakan represif untuk
preventif, membantu Aparat Penegak Hukum dalam memberantas Tindak Pidana
Korupsi (TPK) dan memberi rekomendasi untuk mencegah TPK berulang.
Untuk membangun sebuah tata kelola pemerintahan yang bersih, BPKP dapat
memfasilitasi dan mendorong KLPK dengan cara membangun SPIP serta mendorong
peningkatan level maturitas SPIP pada setiap KLPK yang telah menerapkan SPIP. Hal
penting lainnya yang harus dilakukan adalah SPIP juga harus diterapkan pada Program
Lintas. Di samping itu, tindakan lain yang dapat dilakukan adalah mendorong dan
memfasilitasi APIP untuk meningkatkan kapabilitas pengawasan intern masing-masing
APIP. Jika beberapa upaya penting di atas dapat terlaksana dengan baik maka tata kelola
pemerintahan di Indonesia akan semakin bersih.
c. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif
Membangun tata kelola pemerintahan yang efektif didefinisikan sebagai upaya yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan hasil pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan tujuan awal dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat luas.
Terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam bentuk penyediaan barang/jasa dalam
jumlah yang cukup dan kualitas yang tepat merupakan salah satu indikator pemerintahan
yang efektif.
Kehadiran fungsi pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP hendaknya dapat
memastikan bahwa program dan kegiatan pembangunan nasional dapat menghasilkan
output yang tepat secara jumlah dan kualitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam
kondisi demikian, pengawasan internal sejak tahap perencanaan menjadi sangat penting
dilakukan oleh BPKP. Upaya ini dilakukan untuk menghindari terjadinya missing link
antara kebutuhan masyarakat dengan barang/jasa yang tersedia. Di samping itu,
pengawasan internal oleh BPKP dilakukan untuk memastikan efektifitas pelaksanaan
program tersebut.
21
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
d. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Terpercaya
Membangun tata kelola pemerintahan yang terpercaya didefinisikan sebagai upaya yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memulihkan kepercayaan publik pada instansi
pemerintah. Praktek birokrasi selama ini dirasakan oleh sebagian masyarakat sebagai
profil yang lambat dalam memberikan pelayanan, berbelit dan berbudaya koruptif.
Pemerintah pun berupaya keras melakukan perbaikan agar kesan negatif tersebut tidak
terus-menerus menguat yang pada akhirnya menurunkan kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah.
Kehadiran fungsi pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP diharapkan dapat
mengurangi perilaku koruptif para penyelenggara pemerintahan dan mendorong aparatur
pemerintah untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Kehadiran BPKP
sebagai auditor internal yang berpartisipasi dalam rekruitmen CPNS melalui Computer
Assisted Test (CAT) merupakan salah satu contoh nyata bahwa pemerintah sudah mulai
berubah dari perilaku KKN menjadi lebih obyektif dan transparan. Hal ini juga disambut
dengan optimisme dan suka cita masyarakat atas langkah yang sedang digalakkan oleh
pemerintah.
B. URAIAN MISI BPKP
Misi BPKP merupakan pengejawantahan tugas dan fungsi yang diamanatkan dalam peraturan
perundang-undangan, yaitu sebagai pelaksana fungsi pengawasan intern sebagaimana
diamanatkan oleh Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, Instruksi Presiden Nomor 9
Tahun 2014, serta Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008. Wilayah tugas dan
kewenangan BPKP juga dinyatakan dalam Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002 dan
Undang Undang Nomor 20 Tahun 1997. Rumusan misi BPKP adalah:
1) Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan
Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang
Bersih dan Efektif;
2) Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang Efektif; dan
3) Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan
Kompeten.
1. Misi Pertama dan Penjelasannya
Misi pertama BPKP yaitu “Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung
Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif”. Misi ini
mengandung dua hal yaitu tugas dan fungsi BPKP serta manfaat BPKP. Tugas dimaksud
adalah “Pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan” dan manfaatnya yaitu “mendukung tata kelola pemerintahan dan
korporasi yang bersih dan efektif.
22
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
a. Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan
Akuntabilitas
Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan dalam
misi ini akan bermuara pada pemberian informasi assurance dan rekomendasi atas
penyelenggaraan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah dan
pembangunan nasional. Prinsip dari akuntabilitas adalah kesiapan pemerintah
memberikan kemampuan merespon terhadap pertanyaan (scrutiny) masyarakat dan
stakeholder lainnya tentang pelaksanaan mandat dan penggunaan sumber daya yang
diamanatkan kepada penyelenggara pemerintahan.
Untuk kesiapan ini, dan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014,
serta peraturan perundang-undangan lainnya tentang fungsi pengawasan, BPKP
menjadi mitra kerja Menteri dan Kepala KLPK melalui jasa assurance, jasa
consultancy dan pelaksanaan pengawasan intern. Jasa assurance mencakup
pemberian informasi kepada Presiden tentang capaian pelaksanaan tugas dari para
mitra kerja BPKP tersebut. Sedangkan jasa consultancy berwujud rekomendasi yang
strategis yaitu rekomendasi yang mempunyai daya ungkit dalam peningkatan kinerja
KLPK sebagai mitra kerja BPKP. Perwujudan peran pengawasan intern tersebut
sekurang-kurangnya harus memberikan keyakinan yang memadai melalui informasi
assurance atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah dan sasaran pembangunan
nasional. Dengan informasi assurance tersebut dan/atau ditambah dengan
rekomendasi pengawasan intern, BPKP harus berperan aktif dalam memberikan
peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan atau kecurangan,
inefektivitas manajemen risiko, dan absensi kualitas proses tata kelola
penyelenggaraan pemerintahan dan risiko tidak tercapainya Sasaran Pembangunan
Nasional dalam RPJMN 2015–2019.
Jasa assurance dan consultancy dihasilkan melalui pelaksanaan kegiatan assurance
dan konsultansi. Kegiatan dimaksud dapat mengacu kepada PP 60 Tahun 2008,
Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2014
maupun pada konsepsi internal auditing yang digagas oleh Internal Auditing
Assosiation. PP 60/2008 memberi batasan pengawasan intern sebagai seluruh proses
kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan
yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan
Sebagai auditor internal yang bertanggung jawab kepada Presiden, BPKP
melaksanakan fungsi pengawasan intern di jalur pengelolaan keuangan dan
pembangunan. Jika dalam periode sebelumnya fokus pengawasannya banyak di jalur
pengelolaan keuangan, dalam hal ini pelaporan keuangan, maka pada periode 2015–
23
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
2019, sesuai misi ini, BPKP akan melaksanakan fungsi pengawasan intern bukan
hanya pada jalur pengelolaan keuangan (baik pembiayaan, kebijakan fiskal, maupun
kebijakan alokasi atau transfer daerah) tetapi juga pengelolaan pembangunan, mulai
dari perencanaan kinerja, pelaksanaan hingga pelaporan akuntabilitas.
Pengelolaan Keuangan Keuangan Negara dan Daerah
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan mengikuti kerangka APBN.
Dalam hal pengelolaan keuangan, pengawasan intern BPKP akan berupaya
meningkatkan kualitas akuntabilitas Presiden sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahan tertinggi di bidang keuangan dan atau Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara. Keuangan Negara kemudian diimplisitkan dalam Perpres
192/2014 yang terdiri dari Keuangan Negara dan Keuangan Daerah. Akuntabilitas
pengelolaan keuangan dimaksud akan mencakup kualitas pelaporan keuangan dan
kualitas kebijakan fiskal.
Dalam hal pengawasan intern atas kualitas pelaporan, BPKP mendorong mitra
kerjanya untuk memenuhi persyaratan minimal kualitas laporan keuangan (LK) yang
direpresentasikan oleh opini WTP dari audit BPK atas LK KLPK. Dengan demikian,
kalaupun dilaksanakan, kegiatan pengawasan intern ini akan diarahkan bagi KLPK
yang LK-nya belum mendapatkan opini WTP dari BPK. Arah kebijakan pengawasan
ini sekaligus untuk memberi kepercayaan bagi KLPK untuk mempertahankan
kualitas pelaporannya dan memberi koridor bagi BPKP untuk mengawasi efektivitas
program pembangunan.
Pengawasan intern atas kualitas kebijakan fiskal diarahkan baik kepada penerimaan
negara dan belanja negara termasuk kebijakan yang diterapkan untuk
mengalokasikan belanja negara dan kebijakan pembiayaan. Dalam kaitan ini
pengawasan intern diarahkan untuk menghasilkan rekomendasi perbaikan kebijakan
Kebendaharaan Umum Negara baik dari substansi formulasi maupun implementasi
kebijakan pengelolaan keuangan negara/daerah termasuk korporasinya. Kegiatan
pengawasan atas pengelolaan keuangan negara/daerah ini akan mencakup antara lain
kebijakan: (a) Pengawasan terhadap Peningkatan Penerimaan Negara/Daerah untuk
meningkatkan ruang fiskal, (b) Kebijakan Alokasi Anggaran (transfer) daerah, (c)
Perencanaan dan Pelaksanaan Pemanfaatan Aset dan Kekayaan Negara/Daerah, (d)
Pengelolaan Hutang, (e) Pengelolaan Subsidi, dan (f) Pengelolaan Korporasi.
Pengelolaan Pembangunan Nasional
Terkait dengan pembangunan nasional, pengawasan intern dilakukan secara
menyeluruh mengikuti tahapan pengelolaan keuangan negara, namun terfokus pada
implementasi strategi pembangunan nasional. Strategi pembangunan nasional
membedakan tiga dimensi pembangunan, yaitu: (1) dimensi pembangunan manusia
yang sifatnya wajib, (2) dimensi pembangunan sektor unggulan yang sifatnya
prioritas; dan (3) dimensi pemerataan dan kewilayahan. Untuk melaksanakan strategi
ini perlu menciptakan kondisi pendukung sebagai prasyarat minimal yang harus
terpenuhi. Indikator pencapaian sasaran strategi pembangunan tersebut dituangkan
dalam Sasaran Pokok Pembangunan RPJMN 2015–2019.
24
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Masih terdapat missing link dalam pelaksanaan program bersifat lintas sektor dalam
APBN 2015 dan dalam RPJMN 2015–2019. Sasaran pokok pembangunan dirancang
dilaksanakan oleh satu atau lebih KLPK, namun tidak ada suatu entitas sistem yang
memadai untuk mengintegrasikan process bussiness program dan kegiatan tersebut.
Untuk tujuan pengawasan intern, BPKP akan memastikan bahwa process business
Program Lintas Bidang dalam RPJMN adalah berbasis risiko. Arah Pengawasan
BPKP selanjutnya adalah melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pengawasan
sinergis bersama APIP KLPK serta pengawasan terintegrasi dengan sistem
perencanaan dan penganggaran untuk mengawal pencapaian Sasaran Program yang
bersifat program lintas bidang dalam RPJMN.
Dengan kebijakan ini, pengawasan nasional pemerintah diarahkan untuk melakukan
pengawasan keuangan negara, keuangan daerah dan pembangunan nasional secara
komprehensif, sinergis dan integratif. BPKP bersama APIP terkait mengawal
pencapaian sasaran pembangunan lintas sektor dalam RPJMN, APIP mengawal
pencapaian sasaran pembangunan terkait KLPK-nya masing-masing, sedangkan
BPKP meningkatkan kapabilitas pengawasan intern APIP.
Pengawasan intern terhadap tahapan penyelenggaraan kegiatan pembangunan juga
mengikuti fungsi manajerial, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban. Pengawasan intern diarahkan
untuk memastikan bahwa pengendalian intern sebagai proses yang integral dengan
kegiatan utama. Tindakan manajemen dalam tahapan ini harus dirancang dan
dilakukan secara memadai yang melibatkan semua pihak untuk mencapai tujuan
kegiatan, dalam kerangka pengelolaan keuangan negara melalui pelaksanaan kegiatan
secara efisien dan efektif. BPKP berupaya memberi kepastian bahwa
penyelenggaraan pembangunan telah memenuhi aspek ketaatan, kehematan, efisiensi,
dan efektivitas dalam mencapai Sasaran Pokok Pembangunan dalam RPJMN 2015–
2019.
Fokus pengawasan pada sasaran pembangunan nasional harus konsisten dengan
amanah pengawasan yang ditugaskan kepada BPKP yaitu program atau kegiatan
yang bersifat lintas sektor. Dengan melakukan pengawasan intern terfokus pada
pembangunan nasional dan yang menjadi prioritas dan perhatian pemerintah, BPKP
berkontribusi pada pencapaian tujuan pemerintah dan pembangunan yaitu
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tiga Strategi Pembangunan Nasional, Sembilan Agenda Prioritas (Nawacita) dan
Enam Sasaran Pokok Pembangunan merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan
pemerintah. Dalam program ini terdapat dua atau lebih KLPK yang bertanggung
jawab mengelola keuangan untuk pembangunan nasional. Masing-masing
dibebankan tanggung jawab untuk menyukseskan tujuan pembangunan nasional.
Tanggung jawab ini mengikuti struktur dan birokrasi KLPK sesuai dengan
kewenangan masing-masing. Pelaksanaan kewenangan ini sering menghambat
sinergisitas yang pada akhirnya menghambat pencapaian tujuan semula. Kehadiran
peran pengawasan intern yang berkualitas dari BPKP diharapkan dapat menghasilkan
rekomendasi untuk peningkatan kinerja program pembangunan pusat, daerah dan
25
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
korporasi, termasuk rekomendasi perbaikan untuk mengatasi hambatan kelancaran
pembangunan.
b. Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif
Pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan
diselenggarakan untuk mendukung tata kelola pemerintah yang bersih dan efektif,
termasuk tata kelola korporasi. Pengawasan intern BPKP diarahkan untuk
memastikan bahwa governance process dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan telah berjalan secara partisipatif, akuntabel, transparan dan efektif. Di
samping itu, terdapat struktur organisasi dan mekanisme yang melibatkan
stakeholder kunci dalam menetapkan dan mengawasi (oversee) tujuan pemerintah
dan pembangunan termasuk korporasi. Masyarakat juga diberi akses yang cukup
terhadap informasi anggaran dan target pemerintahan dan pembangunan serta laporan
pertanggungjawaban yang memungkinkan mereka mengetahui sejauh mana tujuan
pemerintahan dan pembangunan tercapai. Dengan kerangka transparansi tersebut,
para penyelenggara menyiapkan diri untuk menjelaskan capaian targetnya dan
menjelaskan jika terjadi kegagalan, alasan kegagalan pengelolaan keuangan dan
pembangunan atau menjelaskan ukuran pencapaian efektivitas pencapaian tujuan
dimaksud. Dengan menjaga partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas
tersebut diharapkan tercipta tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih dan
efektif.
2. Misi Kedua dan Penjelasannya
Misi kedua BPKP yaitu “Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah yang Efektif”. Misi dua ini terkait erat dengan Misi Satu. Untuk menjamin
pelaksanaan tujuan suatu organisasi, termasuk organisasi pemerintahan dan
pembangunan, dibutuhkan suatu sistem pengendalian intern yang dapat memberi
keyakinan memadai bahwa kegiatan berjalan efektif dan efisien, diikuti dengan pelaporan
keuangan yang handal, penanganan aset yang aman dan taat terhadap peraturan
perundang-undangan. Berdasarkan PP 60 Tahun 2008, sistem yang dimaksud adalah
SPIP. Sesuai dengan PP tersebut, BPKP diberikan mandat untuk melakukan pembinaan
penyelenggaraan SPIP.
Sesuai dengan PP 60 Tahun 2008, selama ini pembinaan penyelenggaraan SPIP yang
dilakukan oleh BPKP berfokus pada penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan,
sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan konsultansi SPIP. Pada periode
2015–2019, pembinaan penyelenggaraan SPIP diarahkan untuk meningkatkan maturitas
SPIP di tingkat KLPK bahkan hingga tingkat program (prioritas) pembangunan nasional.
Penyelenggaraan SPIP KLPK memang bukan tanggung jawab BPKP, tetapi tanggung
jawab masing-masing KLPK. Namun, sebagai implementasi tanggung jawab pembinaan,
BPKP dan seluruh insan pengawasan di BPKP diarahkan untuk meningkatkan kualitas
pembinaan dari sekedar pelaksanaan tugas penyusunan pedoman dan pelatihan SPIP,
menjadi pengawal implementasi seluruh elemen SPIP di seluruh kegiatan utama dan
tindakan manajemen KLPK. Hal tersebut dilakukan dengan membudayakan pengenalan
dan pengendalian risiko oleh semua personel dan pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan
utamanya yang dituangkan dalam kebijakan dan prosedur pelaksanaan kegiatan (SOP).
26
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Pengkomunikasian dan evaluasi reguler terhadap konsistensi kebijakan dan pelaksanaan
kegiatan sesuai SOP diharapkan menyadarkan personel dan pimpinan akan pencapaian
tujuan pemerintahan dan pembangunan, yang pada akhirnya akan meningkatkan
kematangan implementasi SPIP secara keseluruhan di KLPK.
Dengan demikian, misi pembinaan penyelenggaraan SPIP ini terkait langsung dengan
misi 1 yaitu pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan guna mewujudkan tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih dan
efektif. Akan tetapi, terdapat perbedaan karakteristik antara keduanya. Misi 1
menyangkut penggunaan sumber daya pengawasan untuk penyelenggaraan fungsi
pengawasan keuangan dan pembangunan (pengawasan fungsional), sedangkan misi 2
menyangkut penggunaan sumber daya pengawasan untuk membangun sistem
pengawasan itu sendiri, dalam hal ini Sistem Pengendalian Intern. Sistem pengendalian
intern, dalam sejarahnya adalah bentuk lanjutan dari pengawasan melekat.
3. Misi Ketiga dan Penjelasannya
Misi ketiga BPKP yaitu “Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern
Pemerintah yang Profesional dan Kompeten”. Misi ini juga terkait dengan Misi Dua
dan Misi Satu. Salah satu unsur penting SPIP, yaitu Lingkungan Pengendalian,
mewajibkan setiap pimpinan instansi pemerintah untuk membentuk dan memelihara
lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk
penerapan budaya pengendalian di lingkungan organisasinya. Upaya pembentukan
budaya kendali ini antara lain diselenggarakan melalui perwujudan peran aparat
pengawasan intern pemerintah (APIP) yang efektif. Untuk mewujudkan peran APIP
sebagai aparat pengawasan intern diperlukan kapabilitas untuk menjalankan tugas dan
fungsinya.
Peraga 2. 1. Kaitan Antar Misi BPKP
Melanjutkan pembinaan yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya, tugas dan
fungsi pengembangan kapabilitas pengawasan intern tersebut, sesuai dengan PP 60
Tahun 2008, difokuskan pada peningkatan kapabilitas APIP. Kapabilitas APIP diarahkan
untuk peningkatan kapasitas organisasi APIP maupun peningkatan kompetensi
auditornya. Peningkatan kapabilitas APIP diarahkan pada peningkatan enam elemen
1. Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola Pemerintahan Dan Korporasi Yang Bersih dan Efektif
2. Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang Efektif
3. Mengembangkan KapabilitasPengawasan Intern Pemerintah Yang Profesional & Kompeten
PENGAWASAN PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN PENGAWASAN
27
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
kapabilitas APIP yaitu (a) peran APIP dalam organisasi; (b) pola pengembangan auditor
APIP; (c) praktek profesionalisme pengawasan intern; (d) eksistensi manajemen kinerja
dan akuntabilitas; (e) kualitas hubungan Inspektur dengan pimpinan atasan dan pimpunan
satuan kerja lainnya; dan (f) struktur tata kelola APIP termasuk kualitas independensi
APIP.
Bersama-sama dengan misi 2, misi 3 ini juga mendukung pencapaian misi 1 sebagaimana
ditunjukkan oleh Peraga 2.1 di atas.
C. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BPKP 2019
Dalam menyelenggarakan misinya, BPKP menetapkan tiga tujuan, yaitu kondisi yang ingin
dicapai oleh BPKP pada tahun 2019 yaitu:
1) Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
yang Bersih dan Efektif;
2) Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; dan
3) Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten.
1. Tujuan dan Sasaran Strategis Satu
Tujuan 1: Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif
Sasaran Strategis
1 Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
Penyelenggaraan misi “Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola
Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif” secara kualitatif dan
kuantitatif perlu diukur. Ukuran kualitatif pencapaian misi ini adalah adanya
“Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
yang Bersih dan Efektif”. Peningkatan kualitas akuntabilitas inilah yang diharapkan
tercapai di akhir tahun 2019. Ukuran kualitas tujuan ini linear dengan ukuran sasaran
strategisnya yaitu “Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan
Pembangunan Nasional”.
Sasaran strategis BPKP merupakan kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh BPKP
pada tahun 2019 yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil
(outcome) dari program teknis BPKP yaitu pengawasan intern akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara dan pembangunan nasional. Sasaran strategis ini sekaligus menjadi
indikator untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan “Peningkatan Kualitas
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional yang Bersih dan
Efektif”.
28
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Untuk dapat mengelola (manage) secara efektif pencapaian tujuan dan sasaran strategis
di atas, disusun indikator akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dan pembangunan
nasional, sebagai ukuran kuantitatif peningkatan kualitas dimaksud. BPKP mengusulkan
indikator pengukuran sasaran ini sebagai Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
dan Pembangunan (APKP). Indeks APKP ini merupakan indikator yang menunjukkan
level assurance BPKP tentang kemampuan institusi publik untuk menyiapkan respon
yang akuntabel tentang pencapaian atau kegagalan pencapaian tujuan pemerintahan dan
pembangunan sebagai akibat pengelolaan uang negara yang diamanatkan kepadanya.
Indeks APKP ini akan menunjukkan keyakinan kualitas pelaksanaan kewenangan sebagai
pengelola keuangan negara dan keyakinan keberhasilan program pembangunan yang
menjadi tanggung jawabnya.
2. Tujuan dan Sasaran Strategis Dua
Tujuan 2: Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Sasaran Strategis
2 Meningkatnya Maturitas Sistem Pengendalian Intern pada Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah dan Korporasi dan Program Prioritas Pembangunan Nasional
Penyelenggaraan misi “membina penyelenggaraan SPIP yang efektif” secara kualitatif
dan kuantitatif perlu diukur. Ukuran kualitatif pencapaian misi ini adalah adanya
“Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah”.
Peningkatan kualitas pembinaan penyelenggaraan SPIP dan korporasi inilah yang
diharapkan tercapai di akhir tahun 2019. Ukuran kualitas tujuan ini linear dengan ukuran
sasaran strategisnya yaitu “Meningkatnya Maturitas Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah pada Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah dan Korporasi dan Program
Prioritas Pembangunan Nasional”.
Sasaran strategis Pembinaan Penyelenggaraan SPIP KLPK oleh BPKP merupakan
kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh KLPK pada tahun 2019 yang mencerminkan
pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome) dari berbagai kegiatan
pembinaan SPIP terhadap KLPK bahkan program prioritas nasional. Sasaran strategis ini
sekaligus menjadi indikator untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan “Peningkatan
Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah”.
Untuk dapat mengelola (manage) secara efektif pencapaian tujuan dan sasaran strategis
di atas, disusun indikator Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah, sebagai ukuran kuantitatif peningkatan kualitas dimaksud. BPKP
menetapkan indikator pengukuran sasaran ini, yaitu Tingkat Maturitas SPIP. Tingkat
Maturitas SPIP ini merupakan kerangka kerja yang menunjukkan karakteristik dasar
kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur dan berkelanjutan yang dapat
digunakan sebagai instrumen evaluatif dan panduan generik peningkatan efektivitas
SPIP.
Pembinaan penyelenggaraan SPIP pada program prioritas pembangunan nasional menjadi
perhatian Presiden karena merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan nasional yaitu
29
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. BPKP akan melakukan pembinaan SPI
kepada kementerian, lembaga, pemerintah daerah dan korporasi yang terlibat dalam
pembangunan nasional. Fokus pembangunan nasional yang akan menjadi prioritas
perhatian BPKP adalah program pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan,
infrastruktur, kedaulatan pangan, kemaritiman, kedaulatan energi, perhubungan,
perlindungan sosial dan pariwisata. Penyelenggaraan ini mencakup:
a) Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada Kementerian,
Lembaga, Pemerintah Daerah dan upaya pencegahan korupsi pada Kementerian,
Lembaga, Pemerintah Daerah
Tujuan penyelenggaraan SPIP di Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah
adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara/daerah, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Terkait dengan upaya pencegahan korupsi, BPKP akan secara aktif menawarkan
antara lain kegiatan fraud control plan dan sosialisasi pemahaman anti korupsi.
b) SPI Korporasi dan Upaya Pencegahan Korupsi pada Korporasi
SPI korporasi sebagaimana layaknya internal auditor diharapkan dapat meningkatkan
peran dan tugasnya dalam memberikan nilai tambah kualitas tata kelola dan
pengelolaan risiko korporasi di Indonesia. Di samping hal tersebut peran SPI
korporasi diharapkan dapat mendorong upaya pencegahan korupsi di sektor
korporasi, sehingga dapat meningkatkan kontribusi korporasi terhadap APBN. BPKP
sesuai dengan perannya akan berperan aktif dalam membantu dan bekerjasama
dengan korporasi untuk meningkatkan kapabilitas SPI korporasi sehingga peran
korporasi semakin nyata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Tujuan dan Sasaran Strategis Tiga
Tujuan 3: Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang
Profesional dan Kompeten
Sasaran Strategis 3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern
Pemerintah pada Kementerian, Lembaga dan
Pemerintah Daerah serta Korporasi
Penyelenggaraan misi “Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah
yang Profesional dan Kompeten” perlu diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Ukuran
kualitatif pencapaian misi ini adalah adanya “Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern
Pemerintah yang Profesional dan Kompeten”. Peningkatan kapabilitas pengawasan intern
pemerintah yang profesional dan kompeten inilah yang diharapkan tercapai di akhir tahun
2019. Ukuran kualitas tujuan ini linear dengan ukuran sasaran strategisnya yaitu
30
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
“Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementerian, Lembaga
dan Pemerintah Daerah serta Korporasi”.
Sasaran strategis Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah pada KLPK
oleh BPKP merupakan kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh APIP KLPK pada
tahun 2019 yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome)
dari berbagai kegiatan pembinaan APIP. Sasaran strategis ini sekaligus menjadi indikator
untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan “Peningkatan Kapabilitas Pengawasan
Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten”.
Untuk dapat mengelola (manage) secara efektif pencapaian tujuan dan sasaran strategis
di atas, disusun indikator Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang
Profesional dan Kompeten, sebagai ukuran kuantitatif peningkatan kualitas dimaksud.
BPKP menetapkan indikator pengukuran sasaran ini, yaitu Tingkat Kapabilitas APIP.
Tingkat Kapabilitas APIP ini merupakan suatu kerangka kerja untuk memperkuat atau
meningkatkan pengawasan intern melalui langkah-langkah untuk maju dari tingkat
pengawasan intern yang kurang kuat menuju kondisi yang kuat, efektif dengan organisasi
yang lebih matang dan kompleks.
Dalam PP 60 Tahun 2008 dinyatakan bahwa peran aparat pengawasan intern pemerintah
(APIP) yang efektif merupakan perwujudan dari unsur lingkungan pengendalian. Peran
tersebut sekurang-kurangnya harus:
a) memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan
efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah;
b) memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; dan
c) memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah.
D. NILAI-NILAI BPKP
Nilai-nilai atau keyakinan, merupakan landasan perilaku dan motivasi setiap pegawai BPKP
yang akan membentuk karakter BPKP sebagai auditor internal berkelas dunia. Nilai-nilai
yang dijunjung tinggi dan diyakini sebagai sesuatu yang bersifat mulia, peranannya sangat
penting dalam mewujudkan visi dan misi BPKP. Nilai-nilai BPKP dirangkum dari nilai-nilai
yang luhur di masyarakat dan diurutkan menjadi sesuatu yang bermakna dan mudah diingat
yaitu PIONIR yang berarti pemrakarsa. Kata PIONIR dapat dimaknai juga sebagai semangat
dan keinginan untuk selalu berinovasi guna memberikan rekomendasi yang bernilai tambah
bagi para pemangku kepentingan. Nilai-nilai BPKP adalah:
P rofesional I ntegritas O rientasi pada pengguna N urani dan akal sehat I ndependen R esponsibel
31
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Profesional menjadi kunci utama bagi keberhasilan pelaksanaan tugas BPKP, karena
profesionalitas menjadi dasar bagi pengembangan citra BPKP untuk menjadi auditor internal
berkelas dunia. BPKP sebagai suatu lembaga pemerintah, selain bekerja berdasarkan pada
kaidah-kaidah dan standar-standar yang dibangun oleh komunitas profesi juga bekerja
berdasarkan pada kaidah-kaidah birokrasi. Kedua hal tersebut harus diakomodasikan secara
seimbang, sehingga terdapat kesesuaian antara identitas anggota organisasi dengan identitas
profesional birokrat. Profesionalitas melekat pada kegiatan pengawas intern pemerintah yang
memiliki persyaratan kompetensi dan pengalaman untuk menerapkan ilmu tersebut dengan
metodologi yang sistematis dan sikap kerja yang berintegritas, serta senantiasa berorientasi
kepada penciptaan nilai tambah dalam pencapaian tujuan organisasi. Profesionalitas juga
menuntut auditor untuk terus memelajari teknologi audit terbaik, agar dapat mengimbangi
dinamika perkembangan kebutuhan stakeholders yang beraneka ragam dan tuntutan standar
kualitas yang meningkat dari waktu ke waktu.
Integritas adalah nilai yang mengandung makna gabungan dari kejujuran, objektivitas,
keberanian, konsistensi, dan konsekuensi. Nilai pengawasan, selain bergantung pada
kompetensi auditor, juga sangat dipengaruhi oleh integritas. Auditor yang kompeten akan
dapat menyalahgunakan ilmunya ketika tidak disertai dengan integritas. Integritas merupakan
kombinasi dari keteguhan sikap dalam mempertahankan prinsip dan etika profesionalisme,
konsistensi dalam menjaga dedikasinya pada pelaksanaan tugas, dan kemampuan untuk
memberikan pertanggungjawaban yang dilandasi dengan kejujuran, yang mencakup masalah
etika dan spiritual, dan nilai keteladanan. Oleh karena itu, integritas merupakan hal yang
paling fundamental dan akan mempengaruhi perilaku individu dan kelompok dalam
melaksanakan setiap kewajiban dan memberikan tanggung jawab atas tugas-tugas yang
diembankan kepadanya.
Orientasi pada pengguna, nilai ini sangat konsisten dengan arus besar perubahan
manajemen pemerintahan saat ini. Dengan dipraktikkannya manajemen pemerintahan
berbasis kinerja, nilai ini adalah nilai yang paling jelas menunjukkan bahwa BPKP berani
menangkap dan mengembangkan spirit kewirausahaan. BPKP memiliki misi untuk dapat
memberi manfaat/nilai tambah kepada stakeholders, auditan dan pengguna jasa. Oleh karena
itu, orientasi kepada pengguna merupakan faktor kunci untuk menentukan dan merancang
kegiatan pengawasan BPKP yang diperlukan dan memberikan nilai tambah/manfaat kepada
stakeholders.
Nurani dan akal sehat, nilai yang dikekalkan dari nurani dan akal sehat adalah nilai untuk
bertindak proporsional, menghindari diri dari praktik pengawasan yang berlebihan. Dengan
mempertimbangkan nurani dan akal sehat, auditor ditantang untuk menerapkan etika
pengawasan pada tahap yang tertinggi, bukan hanya sekedar sebuah kekakuan sikap untuk
menaati peraturan dan sikap mengukuhi kebenaran bagi orang banyak sebagai kebenaran
tertinggi, yang pada struktur sosial yang timpang akan mengekalkan tirani mayoritas. Auditor
yang berintegritas mestinya mampu mengedepankan suara nurani dan akal sehat. Nurani
merupakan sumber pertimbangan kebaikan etika pada tahap tertinggi. Dengan platform etika
seperti ini, jika memang auditor intern konsisten dan konsekuen hendak mentransformasikan
manajemen pemerintahan ke arah manajemen yang disemangati oleh kewirausahaan, maka
auditor harus berani mengutamakan esensi kinerja daripada kepatuhan hukum, jika ternyata
hukum justru tidak sejalan dengan pencapaian kinerja yang optimal.
32
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Independensi tetap diperlukan bagi aparat auditor intern. Sebagai contoh praktik di Amerika
Serikat, karena berada dalam lingkungan pemerintahan yang sarat dengan peraturan dan
persaingan politis, mekanisme cek dan cek ulang antara parlemen dan eksekutif memang
mengharuskan nilai independensi tetap dianut oleh internal auditor (Inspectorate General).
Inspectorate General (IG) harus menyajikan laporannya baik kepada pimpinan eksekutif
maupun kepada parlemen sekaligus. BPKP dalam posisi mengambil sikap sesuai dengan
perkembangan IG di atas. Selain menyampaikan laporan langsung kepada para pemimpin
lembaga eksekutif, BPKP pun tidak dapat mengelak dari kewajiban untuk memaparkan hasil
pengawasannya kepada DPR manakala diminta, tentu saja dengan tetap memperhatikan kode
etik profesi. Dengan demikian jelas bahwa penyajian dua arah ini akan mengharuskan BPKP
mengambil sikap independen. Terlepas dari arah pertanggungjawaban di atas, independensi
mencakup independensi dalam sikap dan dalam penampilan. Mungkin secara organisatoris
keberadaan BPKP di bawah Presiden tetap tak akan pernah menjadikannya independen
terhadap Presiden. Namun, ketika BPKP secara partisipatoris dapat menentukan agenda
pengawasan sesuai dengan kebutuhan Presiden, maka terhadap apapun yang diawasi oleh
BPKP, sikap independensi secara faktual dapat dilaksanakan.
Responsibel adalah sikap seorang yang mengakui adanya tanggung jawab yang bermula pada
dirinya (obligation to act). Ini adalah salah satu sikap yang dipercaya sebagai komponen dari
proses good governance. Dengan adanya kejelasan tanggung jawab, seseorang akan dapat
bekerja secara terarah sesuai dengan kewenangan dan kewajibannya. Pada akhirnya,
responsibilitas akan membimbing seseorang untuk menuntaskan tanggung jawabnya melalui
upaya akuntabilitas (obligation to answer). Sebagai auditor internal, responsibilitas
merupakan nilai yang memungkinkan seluruh staf BPKP mengidentifikasikan dirinya sebagai
bagian tak terpisahkan dari manajemen pemerintahan, yaitu bersama-sama dengan
manajemen mengupayakan tercapainya tujuan. Tersirat di sini bahwa BPKP merupakan
mitra, yang turut memahami dan berniat menanggung responsibilitas manajemen
pemerintahan, khususnya dalam mewujudkan good governance, meningkatkan pelayanan
publik dan mewujudkan iklim manajemen yang bebas dari praktik KKN.
E. PROBLEMATIKA PENGAWASAN INTERN BPKP
Sesuai dengan RPJPN, tahapan ketiga RPJMN 2015–2019 diarahkan untuk lebih
memantapkan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terwujudnya daya saing
perekonomian berlandaskan pada keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia
serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat. Arah pembangunan tersebut
menjadi acuan bagi seluruh instansi pemerintah dalam rencana ke depan termasuk BPKP.
Melihat beberapa kondisi yang telah dikemukakan di muka, seperti pelayanan publik yang
masih belum memuaskan, pembangunan manusia yang belum maksimal, tingkat pendidikan
dan standar hidup serta daya saing yang masih perlu diperbaiki, kualitas lembaga publik yang
perlu ditingkatkan, demikian juga dengan persepsi korupsi yang masih tinggi, maka BPKP
akan lebih fokus untuk melakukan pengawasan dan pembinaan yang terkait dengan program
pembangunan sumber daya manusia baik dari sisi birokrasi maupun dari sisi obyek
pembangunan nasional yaitu pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar pendukungnya.
33
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Untuk memberikan keyakinan terhadap keberhasilan arah pembangunan, BPKP akan aktif
menjadi mitra kerja kementerian, lembaga dan pemerintah daerah serta korporasi melalui
pembinaan dan penyelenggaraan SPIP untuk memberikan keyakinan memadai atas
keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Dengan tekad BPKP untuk menjadi Mitra Strategis Pemerintah dalam Mensukseskan
Pembangunan dan Pemerintahan untuk Kesejahteraan Rakyat sekaligus sebagai lembaga
internal audit pemerintah yang berkelas dunia maka:
BPKP akan memberikan assurance tentang pencapaian keberhasilan pemerintah dan
memberikan rekomendasi strategis kepada Presiden dan mitra kerja terutama pada
Strategi pembangunan dengan (1) dimensi pembangunan manusia (wajib), (2) dimensi
unggulan (prioritas), (3) dimensi pemerataan dan kewilayahan, serta (4) kondisi
pendukung. Bidang pembangunan dalam ketiga strategi tersebut mencakup bidang
pendidikan dasar, kesehatan, perlindungan sosial dan infrastruktur dasar dan
perhubungan, kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan kelistrikan, kemaritiman,
pariwisata dan industri.
BPKP dapat lebih mengutamakan memberikan rekomendasi strategis (policy advise)
untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan, pengelolaan risiko dan pengendalian
internal.
BPKP secara periodik dan sewaktu-waktu dapat menyediakan informasi kinerja
pemerintahan bagi Presiden melalui indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan, serta indikator keberhasilan pembangunan nasional.
BPKP mampu merumuskan dan menerapkan sistem pencegahan korupsi dari hasil
pembinaan SPIP dan sistem pencegahan kecurangan (fraud control plan/FCP).
BPKP dapat menyajikan dan menilai keberhasilan pembangunan manusia, nilai
keberhasilan pendidikan, nilai keberhasilan kesehatan dan kesiapan infrastruktur dasar
serta program prioritas lainnya, pemenuhan standar pelayanan minimal, efisiensi
anggaran dan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan kualitas akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara.
Untuk mencapai hasil pengawasan tersebut di atas, kualitas pengawasan dan kualitas
rekomendasi yang dihasilkan dari pengawasan akan ditingkatkan agar dapat menjadi
komitmen stakeholder dalam menindaklanjuti perbaikan tata kelola, pengendalian intern dan
pengelolaan risiko. Untuk mewujudkan hal tersebut akan dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
Redefinisi dan perbaikan proses pengawasan intern agar efektif dan efisien terutama
dalam menilai keberhasilan pembangunan nasional serta mengembangkan standar
pengawasan intern berdasarkan standar pengawasan internasional.
Peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam mempersiapkan para auditor
melalui training, coaching dan mentoring atas kompetensi yang diperlukan agar dapat
34
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
melakukan pengawasan yang berkualitas dan menghasilkan rekomendasi yang bernilai
tambah.
Mengembangkan organisasi yang berbudaya kerja unggul, volunteer dalam perubahan
yang bersifat positif dan perubahan paradigma sebagai auditor yang berwawasan luas.
Akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional merupakan indikator
yang menunjukkan level keyakinan pertanggungjawaban institusi publik atas pengelolaan
keuangan negara dan pembangunan nasional. Hal ini akan menunjukkan keyakinan kualitas
pelaksanaan kewenangan sebagai pengelola keuangan negara dan keyakinan keberhasilan
program pembangunan yang menjadi tanggung jawabnya.
Untuk mendorong peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan nasional yang bersih dan efektif, maka BPKP akan menilai (assurance)
beberapa aspek, antara lain akuntabilitas pelaporan keuangan, kebijakan terkait
kebendaharaan umum negara, peningkatan kinerja program pembangunan nasional dan
pendukungnya atas keberhasilan pembangunan nasional. Di samping kegiatan assurance,
BPKP juga akan aktif dalam memberikan rekomendasi dalam bidang-bidang tersebut terkait
pengelolaan keuangannya dari hasil kegiatan consulting.
1. Pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan Wajib Unggulan dan Pendukung
Dalam dinamika penyelenggaraan negara, semua unsur negara telah berpartisipasi secara
terbuka menyikapi kebijakan dan program pemerintah termasuk terhadap dokumen
perencanaan pembangunan tersebut. Di satu sisi, partisipasi tersebut wajib dikelola secara
baik oleh pemerintah dalam suatu tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya sebagaimana tertuang dalam Sembilan Agenda Pemerintah
(Nawacita). Di sisi lain, kewajiban untuk menghadirkan tata kelola bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya ini membawa suatu kegamangan bagi pemerintah, khususnya
bagi pimpinan KLPK yang minim latar belakang birokrasi. Kegamangan ini secara
koinsiden berjalan dengan belum optimalnya fungsi pengawasan intern di lingkungan
pemerintah. Untuk tujuan ini, strategi dan kebijakan nasional Pengawasan Intern
Pemerintah diarahkan untuk mengawal pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan
Nasional dari Sembilan Agenda Pembangunan dalam RPJMN berbasiskan pada risiko
dan kepemilikan risiko penyelenggaraan RPJMN. Dalam hal ini APIP lebih tepat
membangun pengendalian untuk memitigasi risiko yang menghambat pencapaian tujuan
pembangunan nasional.
Kinerja program yang menjadi fokus pengawasan ke depan adalah pengawasan pada
program pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar, kedaulatan pangan, kemaritiman,
kedaulatan energi, perlindungan sosial dan perhubungan serta pariwisata. Bidang-bidang
ini menjadi perhatian pemerintah nasional dan memberikan dampak yang luas bagi
masyarakat.
a. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Pendidikan
Keberhasilan pembangunan manusia ditunjukkan dengan nilai indeks pembangunan
manusia (human development index/HDI). Menurut penilaian dari UNDP, tahun
35
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
2013 Indonesia memperoleh nilai 0,629 dengan kategori menengah, berada pada
peringkat 121 dari 187 negara. Nilai HDI Indonesia menunjukkan bahwa angka
harapan hidup berada pada 69,8 tahun, akses pengetahuan ditunjukkan dengan
lamanya bersekolah 12,9 tahun dan rata-rata lama sekolah 5,8 tahun dan tingkat
hidup layak sebesar 4.154 dollar per kapita.
Berdasarkan Buku Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014 dari Bappenas, masih
terdapat beberapa permasalahan yang merupakan tantangan ke depan yang harus
dipecahkan. Secara umum, permasalahan yang masih dihadapi antara lain: (1) masih
belum meratanya akses pendidikan, (2) masih rendahnya kualitas, relevansi, dan
daya saing pendidikan, (3) masih rendahnya proporsi guru yang memiliki kualifikasi
akademik minimal S1/D4 serta telah tersertifikasi, (4) belum meratanya distribusi
guru, dan (5) belum optimalnya pendidikan karakter bangsa. Kewajiban pemerintah
seperti yang diatur dalam UUD 1945 adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan untuk membangun manusia seutuhnya. Melalui APBN, setiap
tahunnya pemerintah telah berusaha meningkatkan pembangunan yang menyentuh
kesejahteraan rakyat dan pembangunan manusia melalui pembangunan di bidang
pendidikan dan kesehatan serta infrastruktur pendukungnya.
Untuk mendapatkan penilaian yang tinggi yang sekaligus merupakan keberhasilan
pembangunan manusia Indonesia, pembangunan pada sektor sumber daya manusia
pada sektor pendidikan perlu dilakukan pengawasan dan dibangun sistem
pengendalian internal untuk mencapai tujuan pembangunan.
Untuk itu, BPKP akan berperan penting dalam melakukan pengawasan yang
diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategis kepada pemerintah atas
permasalahan di bidang pendidikan. Rekomendasi BPKP tersebut diharapkan akan
membantu menyelesaikan permasalahan substantif yang terjadi di lapangan selain itu
juga dapat lebih mempertajam fokus arah pembangunan di bidang pendidikan.
Adapun sasaran pokok pembangunan di bidang pendidikan keberhasilannya antara
lain akan diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019
sebagaimana Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1. Sasaran Pokok Pembangunan Bidang Pendidikan No. Indikator Base Line 2014 Sasaran 2019
1. Rata-rata lama sekolah penduduk di atas 15
tahun
8,1 tahun 8,8 tahun
2. Rata-rata angka melek aksara penduduk usia di
atas 15 tahun
94,10% 96,10%
3. Prodi perguruan tinggi minimal terakreditasi B 50,40% 68,40%
4. Persentase SD/MI berakreditasi minimal B 68,70% 84,20%
5. Persentase SMP/MT berakreditasi minimal B 62,50% 81,00%
6. Persentase SMA/MA berakreditasi minimal B 73,50% 84,60%
7. Persentase Kompetensi Keahlian SMK
berakreditasi minimal B
48,20% 65,00%
8. Rasio APK SMP/MTs antara 20% penduduk
termiskin dan 20% penduduk terkaya
0,85% 0,90%
9. Rasio APK SMA/MA antara 20% penduduk
termiskin dan 20% penduduk terkaya
0,53% 0,60%
36
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
b. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kesehatan
Kebutuhan mendasar masyarakat selain pangan dan sandang yang tidak kalah
penting adalah aksesibilitas untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan bagi sebagian besar masyarakat perdesaan dan daerah terpencil seringkali
menjadi komoditas mahal bagi mereka. Tidak mengherankan apabila untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan mereka masih bergantung kepada dukun atau
paranormal. Jarak yang relatif jauh untuk sampai ke lokasi pelayanan terdekat
seringkali menjadi hambatan tersendiri bagi mereka. Secara umum permasalahan
kesehatan sampai dengan saat ini masih didominasi oleh beberapa persoalan
mendasar, misalnya keterbatasan dan tidak proporsionalnya distribusi tenaga medis
dan paramedis di daerah, jarak jangkau tempat tinggal masyarakat ke Puskesmas, dan
rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat serta
keterbatasan sarana/prasarana kesehatan.
Walaupun pemerintah sudah mencanangkan program kesehatan gratis bagi
masyarakat miskin, masih banyak persoalan yang harus diselesaikan agar masyarakat
benar-benar mendapatkan pelayanan kesehatan yang semakin baik. Masalah
aksesibilitas, penyederhanaan prosedur pelayanan, ketersediaan kamar dan obat serta
kecepatan untuk mendapatkan pelayanan merupakan hal pokok yang harus
diselesaikan sebagaimana dambaan masyarakat saat ini.
Untuk itu, BPKP akan berperan penting dalam melakukan pengawasan yang
diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategis kepada pemerintah atas
permasalahan di bidang kesehatan. Rekomendasi BPKP tersebut diharapkan akan
membantu menyelesaikan permasalahan substantif yang terjadi di lapangan. Selain
itu, rekomendasi BPKP juga dapat lebih mempertajam fokus arah pembangunan di
bidang kesehatan. Adapun sasaran pokok pembangunan di bidang kesehatan
keberhasilannya antara lain akan diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada
RPJMN 2015–2019 sebagaimana Tabel 2.2 di halaman berikut.
c. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Infrastruktur Dasar
Infrastruktur dasar seperti pemenuhan kebutuhan perumahan, listrik, sanitasi dan air
bersih merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi agar dapat
hidup layak dan sejajar sebagaimana bangsa-bangsa lain di dunia. Upaya
peningkatan aksesibilitas bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk mendapatkan
hunian layak, aman dan terjangkau terus-menerus dilakukan oleh pemerintah. Usaha
tersebut dilakukan melalui berbagai terobosan misalnya penyediaan rumah murah
dan kredit dengan bunga rendah, namun usaha tersebut belum dapat menyelesaikan
permasalahan hunian bagi masyarakat yang kurang mampu tersebut. Demikian
halnya dengan pembangunan infrastruktur khususnya sanitasi penting untuk
diselesaikan oleh pemerintah mengingat hampir 7% masyarakat Indonesia belum
dapat mengakses sarana tersebut. Di samping itu, penyediaan pasokan energi listrik
saat ini juga belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat baik secara individu
maupun masyarakat industri. Hal ini terbukti dari seringnya terjadi pemadaman
listrik pada beberapa tempat di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan pulau
lainnya yang tentu saja dapat menghambat proses pembangunan.
37
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Tabel 2.2. Sasaran Pokok Pembangunan Bidang Kesehatan
No. Indikator Base Line 2014 Sasaran 2019 1. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup
346 306
2. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran
hidup
32 24
3. Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita
(persen)
19,6 17
4. Prevalensi stunting (pendek dan sangat
pendek) pada anak baduta (persen)
32,90 28
5. Prevalensi Tuberkulosis per 100.000
penduduk (persen)
297 245
6. Prevalensi HIV (persen) 0,46 <0,5
7. Prevalensi tekanan darah tinggi (persen) 25,80 23,40
8. Prevalensi obesitas penduduk usia 18+ tahun
(persen)
15,40 15,40
9. Persentase merokok penduduk usia ≤ 18
tahun (persen)
7,2 5,4
10. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal
satu puskesmas terakreditasi
- 5.600
11. Persentase kabupaten/kota yang mencapai
80 persen imunisasi dasar lengkap pada bayi
(persen)
- 95
12. Jumlah puskesmas yang minimal memiliki
lima jenis tenaga kesehatan
1.015 5.600
Untuk itu, BPKP akan berperan penting dalam melakukan pengawasan yang
diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategis kepada pemerintah atas
permasalahan pembangunan infrasruktur dasar. Rekomendasi BPKP tersebut
diharapkan akan membantu menyelesaikan permasalahan substantif yang terjadi di
lapangan selain itu juga dapat lebih mempertajam fokus arah program pembangunan
infrastruktur dasar. Adapun sasaran pokok pembangunan infrastruktur dasar
keberhasilannya antara lain akan diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada
RPJMN 2015–2019 sebagaimana Tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3. Sasaran Pokok Pembangunan Infrastruktur Dasar No. Indikator Base Line 2014 Sasaran 2019
1. Kapasitas pembangkit (GW) 50,7 86,6
2. Rasio elektrifikasi (%) 81,50 96,6
3. Konsumsi listrik perkapita (KWH) 843 1.200
4. Kawasan permukiman kumuh perkotaan
(ha)
38.431 0
5. Kekurangan tempat tinggal (backlog)
berdasarkan perspektif menghuni (juta)
7,6 5
6. Akses air minum layak (%) 70 100
7. Akses Sanitasi layak (%) 60,90 100
38
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
d. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kedaulatan Pangan
Indonesia sebagai negara agraris saat ini menghadapi permasalahan pangan yang
sangat serius. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya penggunaan produk
bahan pangan dari impor yang menguras devisa. Hal tersebut tentu saja tidak baik
dari sisi ketahanan nasional karena ketergantungan yang sangat besar pada negara
lain untuk kebutuhan dasar berupa pangan. Oleh karena itu, dalam program
pemerintah ke depan di bidang pangan, akan dilakukan pengawasan secara
berkelanjutan dan komprehensif sehingga mampu mengawal keberhasilan program
tersebut untuk lebih mensejahterakan masyarakat. Program yang akan dilakukan
pengawasan antara lain meliputi pencetakan lahan pertanian (karena terjadi defisit
lahan pertanian 40 ribu hektar per tahun), subsidi benih, subsidi pupuk dan bantuan
kredit untuk para petani. Di samping itu, program pendukung di bidang pangan yang
tidak kalah penting misalnya pendidikan dan latihan bagi petani/peternak, dukungan
teknologi, dan investasi di sektor pangan. Dengan pengawasan secara komprehensif
atas ketahanan pangan diharapkan terdapat rekomendasi strategis untuk pemerintah
sehingga perbaikan dapat dilakukan secara menyeluruh untuk memperkuat
kedaulatan pangan nasional.
Sasaran pokok pembangunan ketahanan pangan keberhasilannya antara lain akan
diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019 sebagaimana
Tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.4. Sasaran Pokok Pembangunan Kedaulatan Pangan
No. Indikator Base Line 2014 Sasaran 2019 1. Produksi padi (juta ton) 70,60 82,00
2. Produksi jagung (juta ton) 19,13 24,10
3. Produksi kedelai (juta ton) 0,92 2,60
4. Produksi gula (juta ton) 2,60 3,80
5. Produksi daging sapi (ribu ton) 452,70 755,10
6. Produksi ikan ( juta ton) 12,40 18,80
7. Pembangunan dan peningkatan jaringan
irigasi air permukaan, air tanah dan rawa
(juta ha)
8,9 9,89
8. Rehabilitasi jaringan irigasi permukaan, air
tanah, dan rawa (juta ha)
2,71 3,01
9. Pembangunan dan peningkatan irigasi
tambak (ribu ha)
189,75 304,75
10. Pembangunan waduk 21 49
e. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kemaritiman
Potensi sumber daya maritim Indonesia yang diagendakan oleh pemerintah adalah
untuk meningkatkan hasil dari kemaritiman dan mengoptimalkan transportasi yang
berbasis pada kemaritiman.
Indonesia mempunyai potensi kemaritiman yang tidak terbantahkan. Hal ini ditandai
oleh besarnya pengiriman barang melalui laut pada tingkat internasional yang
39
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
melewati perairan Indonesia kurang lebih 60%. Tidak hanya itu saja potensi
perikanan dan perhubungan juga belum tergarap secara optimal untuk mendukung
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu program pembangunan di bidang
kemaritiman yang akan menjadi prioritas nasional harus dilakukan pengawasan
mulai sejak perencanaan sampai dengan pemanfaatan hasil program tersebut. Adanya
pengawasan secara komprehensif yang akan dilakukan BPKP diharapkan dapat
memberikan feed back bagi pemerintah dalam mendorong keberhasilan pelaksanaan
program ini.
Adapun sasaran pokok pembangunan bidang kemaritiman keberhasilannya antara
lain akan dapat diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019
sebagaimana Tabel 2.5 berikut ini.
Tabel 2.5. Sasaran Pokok Pembangunan Bidang Kemaritiman No. Indikator Base Line 2014 Sasaran 2019
1. Penyelesaian pencatatan/deposit pulau-pulau
kecil ke PBB
13.466 17.466
2. Penyelesaian batas maritim antar negara
(negara)
1 9
3. Meningkatnya ketaatan pelaku perikanan
(%)
52 87
4. Pembangunan pelabuhan untuk menunjang
tol laut (pelabuhan)
-- 24
5. Pengembangan pelabuhan penyeberangan
(pelabuhan)
210 270
6. Pembangunan kapal perintis (unit) 50 104
7. Produksi hasil perikanan (juta ton) 22,4 40-50
8. Pengembangan pelabuhan perikanan (unit) 21 24
9. Peningkatan Luas kawasan konservasi laut
(juta ha)
15,70 20
f. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kedaulatan Energi
Pengawasan terhadap program ketahanan energi dalam lima tahun ke depan juga
menjadi prioritas penting yang harus dilakukan agar dapat mendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Permasalahan ketahanan energi sudah di depan mata
antara lain masalah subsidi BBM yang terus membengkak nilainya dan dinikmati
oleh sebagian besar masyarakat berpenghasilan menengah ke atas. Di samping itu,
masalah ketergantungan pada impor BBM sebagai akibat produksi minyak dalam
negeri yang semakin menurun dan perlunya reviu terhadap kontrak-kontrak baru
serta kebijakan di bidang energi yang dirasakan kurang berpihak pada masyarakat.
Berbagai masalah tersebut akan segera dipecahkan melalui agenda pembangunan
lima tahun ke depan. Oleh karena itu, BPKP dengan peran yang dimilikinya berusaha
membantu pemerintah dalam mengawal dan mengawasi pelaksanaan pembangunan
di bidang ketahanan energi. Dengan peran pengawasan yang diemban oleh BPKP
diharapkan lahir rekomendasi strategis yang berguna bagi pemerintah untuk memacu
keberhasilan pembangunan di bidang ketahanan energi.
40
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Sasaran pokok pembangunan kedaulatan energi keberhasilannya antara lain diukur
berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019 sebagaimana Tabel 2.6
berikut ini.
Tabel 2.6. Sasaran Pokok Pembangunan Kedaulatan Energi No. Indikator Base Line 2014 Sasaran 2019
1. Produksi minyak bumi (ribu SBM/hari) 818 i 700
2. Produksi gas bumi(ribu SBM/hari) 1.224 1.295
3. Produksi batubara (juta ton) 421 400
4. Penggunaan gas bumi dalam negeri (%) 53 64
5. Penggunaan batubara dalam negeri 24 60
6. Pembangunan FSRU (unit) 2 7
7. Jaringan pipa gas (km) 11.960 18.322
8. Pembangunan SPBG (unit) 40 118
9. Jaringan gas kota (sambungan rumah) 200 ribu 1,1 juta
10. Pembangunan kilang bumi (unit) - 1
g. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Perhubungan
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta orang di satu sisi merupakan
modal potensial untuk melaksanakan pembangunan. Namun di sisi lain besarnya
jumlah penduduk tersebut juga menuntut disediakannya sarana dan prasarana
perhubungan yang memadai. Mobilitas penduduk Indonesia baik melalui laut, darat
dan udara sangat tinggi. Hal ini tentu saja tidak berlebihan mengingat jumlah pulau
di Indonesia mencapai lebih dari 13.446 pulau yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke. Kondisi ini mengharuskan pemerintah untuk memfasilitasi penyediaan
sarana perhubungan darat, laut dan udara yang cukup agar lalu lintas arus barang dan
orang dapat berjalan secara lancar.
Konsentrasi penduduk Indonesia yang lima puluh persen lebih tinggal di Pulau Jawa,
juga menjadi permasalahan tersendiri. Banyaknya konsentrasi penduduk pada suatu
pulau mengharuskan pemerintah untuk menyediakan prasarana darat yang
mendukung kecepatan transportasi darat berupa jalan tol. Demikian halnya dengan
arus komunikasi antara pusat dan daerah, serta antar daerah harus difasilitasi oleh
pemerintah melalui sarana internet untuk mempercepat proses pembangunan.
Untuk itu, BPKP akan berperan penting dalam melakukan pengawasan yang
diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategis kepada pemerintah atas
permasalahan di bidang perhubungan. Rekomendasi BPKP tersebut diharapkan akan
membantu menyelesaikan permasalahan substantif yang terjadi di lapangan selain itu
juga dapat lebih mempertajam fokus arah pembangunan di bidang tersebut.
Sasaran pokok pembangunan bidang perhubungan keberhasilannya antara lain akan
dapat diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019
sebagaimana Tabel 2.7 di halaman berikut.
h. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Perlindungan Sosial
Masalah perlindungan sosial merupakan permasalahan penting yang harus difasilitasi
oleh pemerintah. Hal ini merupakan amanat UUD 1945 (perubahan keempat) pasal
41
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
28 H yang intinya bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya sebagai tindak lanjut dari
mandat UUD 1945 tersebut, Pemerintah bersama-sama dengan DPR telah
mengeluarkan kebijakan berupa Undang Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Hal tersebut dilakukan untuk memastikan
bahwa pelaksanaan program perlindungan sosial bagi masyarakat luas tersebut dapat
berjalan dengan baik. Mengingat jumlah penduduk di Indonesia yang terus
bertambah maka pelaksanaan program perlindungan sosial harus terus-menerus
dilakukan pengawalan agar tidak terjadi penyimpangan dan tepat sasaran.
Tabel 2.7. Sasaran Pokok Pembangunan Bidang Perhubungan (Konektivitas) No. Indikator Base Line 2014 Sasaran 2019
1. Kondisi mantap jalannasional (%) 94 98
2. Pengembangan jalan nasional (km) 38.570 45.592
3. Pembangunan jalan baru (kumulatif 5 tahun) Km 1.202 2.650
4. Pengembangan jalan tol (kumulatif 5 tahun) Km 807 1.000
5. Panjang jalur rel kereta api (Km) 5.434 8.692
6. Pengembangan pelabuhan 278 450
7. Dwelling time pelabuhan 6-7 hari 3-4 hari
8. Jumlah bandara 237 252
9. On- time performance penerbangan (%) 75 95
10. Kab/Kota yang dijangkau broadband(%) 82 100
11. Jumlah dermaga penyeberangan (unit) 210 275
12. Pangsa pasar angkutan umum perkotaan (%) 23 32
BPKP sebagai pengawas intern pemerintah akan mengambil peran penting dalam
rangka memastikan keberhasilan pelaksanaan program perlindungan sosial. Dengan
peran yang dilaksanakan, BPKP diharapkan menghasilkan informasi penting berupa
rekomendasi strategis untuk mengawal pelaksanaan program tersebut sehingga tidak
terjadi salah kelola. Adapun sasaran pokok pembangunan perlindungan sosial
keberhasilannya antara lain diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN
2015–2019 sebagaimana Tabel 2.8 berikut ini.
Tabel 2.8. Sasaran Pokok Pembangunan Perlindungan Sosial (Kesejahteraan Rakyat) No. Indikator Base Line 2014 Sasaran 2019
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 73,80 76,30
2. Indeks Pembangunan Masyarakat 0,55 Meningkat
3. Indeks Gini 0,41 0,36
4. Meningkatnya presentase penduduk yang
menjadi peserta jaminan kesehatan melalui
SJSN Bidang Kesehatan (%)
51,80 Min. 95
5. Kepesertaan Program SJSN
Ketenagakerjaan
Pekerja formal (juta)
Pekerja informal (juta)
29,50
1,30
62,40
3,50
42
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
i. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Pariwisata
Pembangunan di bidang pariwisata mendapatkan cukup perhatian dalam RPJMN
2015–2019. Hal tersebut didasari sebuah realitas banyaknya potensi pariwisata di
Indonesia yang belum digarap secara profesional serta masih banyak destinasi
pariwisata yang belum dikelola secara optimal untuk memberikan kontribusi
peningkatan perolehan devisa. Oleh karena itu isu strategis dalam pembangunan di
bidang pariwisata adalah peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang
memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terdapat tiga
ukuran daya saing di bidang pariwisata yaitu kunjungan wisatawan manca negara,
pengeluaran wisatawan manca negara dan sikap penduduk terhadap wisatawan asing.
Rangkaian ketiga hal ini dan atribut rinci di dalamnya sudah seharusnya menjadi
bagian penting yang diperhatikan dalam program pembangunan di bidang pariwisata.
BPKP sebagai pengawas intern pemerintah akan mengambil peran penting dalam
rangka memastikan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan di bidang
pariwisata. Dengan peran yang dilaksanakan, BPKP diharapkan menghasilkan
informasi penting berupa rekomendasi strategis untuk mengawal pelaksanaan
program pembangunan di bidang tersebut sehingga tidak terjadi salah kelola. Adapun
sasaran pokok pembangunan di bidang pariwisata keberhasilannya antara lain diukur
berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019 sebagaimana Tabel 2.9
berikut ini.
Tabel 2.9. Sasaran Pokok Pembangunan Bidang Pariwisata No. Indikator Base Line 2014 Sasaran 2019
1. Kontribusi terhadap PDB Nasional (%) 4,2 8
2. Wisatawan manca Negara (juta orang) 9 20
3. Wisatawan nusantara (juta kunjungan) 250 275
4. Devisa (triliun rupiah) 120 260
2. Kekurangan Ruang Fiskal
Terkait dengan Kebendaharaan Umum Negara/Daerah terdapat beberapa permasalahan
yang perlu mendapat perhatian BPKP, yaitu optimalisasi penerimaan negara, alokasi
anggaran, pengelolaan aset, pengelolaan hutang, pengelolaan subsidi dan pengelolaan
korporasi yang keseluruhannya mempengaruhi ruang fiskal. BPKP harus melaksanakan
tugas pengawasannya terkait dengan fungsi Kementerian Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara.
a. Penerimaan Negara/Daerah
Penerimaan pemerintah merupakan sumber utama dalam pembiayaan pembangunan
nasional. Penerimaan pemerintah masih didominasi dari penerimaan pajak selain
penerimaan negara dari bukan pajak. Negara sebesar Indonesia masih memerlukan
sumber-sumber pembiayaan yang besar untuk mempercepat peningkatan
kesejahteraan rakyat di samping penyelamatan dan optimalisasi penerimaan dari
sumber-sumber yang sudah ada. Meskipun penerimaan negara terbesar dari
penerimaan pajak, namun tax ratio belum maksimal yang pada tahun 2013 baru
43
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
mencapai 11,47%. Berdasarkan data OECD, tax ratio ini masih masih tergolong
rendah. Demikian juga PNBP dari hasil pertambangan dan perminyakan masih perlu
dinaikkan perolehannya.
Berdasarkan data yang terkumpul, masih terdapat kelemahan dalam penerimaan
pajak dan penerimaan bukan pajak baik dari sisi kebijakannya maupun dari sisi
penyelewengannya. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan yang berkualitas dalam
meningkatkan dan memperluas sumber-sumber penerimaan negara dan
mengoptimalkan penerimaan negara.
b. Alokasi Anggaran
Alokasi anggaran atau dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
adalah untuk lebih meningkatkan kapasitas fiskal daerah, mengurangi kesenjangan
fiskal antara pusat dan daerah, serta kesenjangan antar daerah. Di samping itu, juga
untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi
kesenjangan pelayanan publik antar daerah, meningkatkan sinkronisasi antara
rencana pembangunan nasional dengan pembangunan daerah serta meningkatkan
perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan. Dalam
lima tahun terakhir perkembangan besarnya dana transfer ke daerah adalah sebagai
berikut:
Grafik 2. 1. Perkembangan Dana Transfer ke Daerah
Data APBD tersebut menunjukkan bahwa dana transfer merupakan porsi terbesar
dari sisi penerimaannya. Untuk itu, perlu diperhatikan efektifitas penggunaan dana
transfer demi pemanfaatan pembangunan dan pemerintahan yang efektif dan efisien.
Demikian juga perlu dijaga keselarasan antara pembangunan nasional dan
pembangunan di daerah dari pemanfaatan dana transfer tersebut. Pengawasan intern
seperti audit, evaluasi, reviu dan pendampingan diperlukan untuk memberikan
-
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
300,0
350,0
2010 2011 2012 2013 2014
DAU 203,6 225,5 273,8 311,1 341,2
DAK 21,0 24,8 25,9 31,7 33,0
DBH 92,2 96,9 111,5 102,7 113,7
Dana Otsus 9,1 10,4 11,9 13,4 16,2
Dana Penyesuaian 18,9 53,7 57,4 70,4 88,0
Triliun
344,8 411,3 480,5 529,3 592,03
44
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
keyakinan atas pencapaian tujuan pemerintah daerah. Demikian juga efektivitas
penggunaan dana transfer, karena terkait dalam pembangunan nasional yang
melibatkan berbagai instansi dan bermacam kegiatan agar saling mendukung dan
terwujud efisiensi dan efektivitas.
c. Pengelolaan Aset dan Kekayaan Negara/Daerah
Pengelolaan aset yang belum tepat terkait pencatatan dan pelaporannya, masih
menjadi penghambat diperolehnya opini terbaik atas laporan keuangan kementerian,
lembaga dan pemerintah daerah dari BPK RI. Demikian juga dalam LKPP
permasalahan aset menyebabkan masih diperolehnya opini WDP. Pemanfaatan dan
penguasaan aset yang tidak tepat juga akan menyebabkan tidak berfungsinya aset
sesuai dengan tujuan pemanfaatan aset.
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset sesuai dengan peruntukkannya,
pengawasan intern diperlukan untuk mendorong agar aset dicatat dan
dipertanggungjawabkan dengan tepat dan dimanfaatkan untuk pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat.
d. Pengelolaan Hutang
Posisi Hutang Luar Negeri (HLN) Indonesia (swasta dan pemerintah) menurut data
Bank Indonesia, pada akhir Juni 2014 tercatat sebesar 284,9 miliar dollar AS (atau
3.334 triliun dengan kurs 11.700), sementara rasio HLN terhadap produk domestik
bruto (PDB) sebesar 33,86 persen. Dari jumlah tersebut, posisi hutang pemerintah
per Agustus 2014 menurut data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang adalah
sebesar 2.532 triliun dengan rasio hutang terhadap produk domestik bruto (PDB)
sebesar 25,6%. Sedangkan rasio pembayaran terhadap PDB dalam lima tahun
terakhir masih berada dibawah 2%. Posisi HLN yang tinggi menimbulkan risiko atas
fluktuasi mata uang yang dapat berimbas pada krisis ekonomi.
Penarikan hutang merupakan sumber pembiayaan untuk menutup defisit APBN.
Namun demikian, hutang yang semakin besar akan membebani baik pembayaran
pokok maupun bunganya, jika tidak dapat menjadi leverage pembangunan nasional.
Pengelolaan hutang erat kaitannya dengan keberhasilan pengelolaan keuangan
negara dimana pengeluaran yang telah dilakukan melalui pembangunan nasional
dapat memicu kembali dan mempercepat tumbuhnya perekonomian nasional dan
pada akhirnya akan menurunkan kebutuhan pembiayaan dari hutang luar negeri
periode berikutnya. Pengawasan intern diperlukan untuk lebih mengefisienkan dan
mengefektifkan pengelolaan hutang demi keberhasilan pembangunan nasional dan
kesejahteraan masyarakat dan untuk mengantisipasi terjadinya krisis ekonomi akibat
fluktuasi mata uang asing.
e. Pengelolaan Subsidi
Subsidi merupakan alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga
yang memproduksi, menjual barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang
banyak sedemikian rupa, sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat.
45
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Dalam APBN 2014 setidaknya terdapat delapan bentuk subsidi yang jumlahnya
mencapai 333 triliun yaitu: 1) subsidi BBM, 2) subsidi listrik, 3) subsidi pangan,
4) subsidi pupuk, 5) subsidi benih, 6) subsidi dalam rangka Public Service
Obligation (PSO), 7) subsidi bunga kredit program dan 8) subsidi pajak ditanggung
pemerintah.
Pengawasan intern atas pengelolaan subsidi diarahkan untuk memastikan bahwa
kebijakan subsidi telah tepat dilakukan, dan telah memperhatikan aspek
keberpihakan kepada masyarakat yang kurang mampu serta untuk meningkatkan
hasil pembangunan nasional.
f. Pengelolaan Korporasi
Pengelolaan korporasi berkaitan dengan pengelolaan dana pemerintah pusat/daerah
yang dipisahkan dalam korporasi untuk memberikan pelayanan maupun untuk
menghasilkan penerimaan negara/daerah.
Pengawasan intern atas pengelolaan korporasi diarahkan untuk menilai pengelolaan
korporasi dalam meningkatkan kinerjanya.
3. Pengamanan Keuangan Negara Secara Efektif
Hambatan dan kecurangan dalam pengelolaan keuangan negara dan pembangunan
nasional sangat mungkin terjadi. Dalam rilis daya saing oleh world economic forum
(WEF), korupsi dan birokrasi yang tidak efisien menempati urutan teratas yang
menghambat daya saing Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan intern
untuk memastikan pembangunan nasional dapat terlaksana tanpa hambatan yang berarti
serta kecurangan dapat diminimalisasi.
BPKP juga dapat berperan mewakili kehadiran negara dalam membangun sistem
pengendalian yang dapat mencegah, mendeteksi dan menangkal korupsi, melalui
pelaksanaan pengawasan keinvestigasian untuk mengamankan keuangan negara secara
efektif melalui (a) pengawasan debottlenecking dan clearing house, (b) pengawasan
represif untuk preventif; dan (c) pencegahan dan pemberantasan korupsi.
4. Peningkatan Kualitas Tata Kelola Publik (Governance)
Selain dalam mengawasi pembangunan itu sendiri, pengawasan BPKP juga diarahkan
untuk membangun kapasitas pengawasan demi terciptanya tata kelola publik atau
governance yang memadai untuk meyakinkan bahwa pemerintah selalu hadir dalam
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya. Pembangunan
pengawasan ini berupa pembinaan penyelenggaraan SPI KLPK dan peningkatan
kapabilitas APIP.
5. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan
Salah satu upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar
46
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Penyusunan dan penyajian
laporan keuangan dimaksud adalah dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam
pengelolaan keuangan negara/daerah, termasuk prestasi kerja yang dicapai atas
penggunaan anggaran.
Penilaian kualitas akuntabilitas terkait dengan pelaporan keuangan ditunjukkan dengan
diperolehnya opini WTP dari BPK RI atas LKPP, LKKL maupun LKPD. Seperti
diuraikan dalam bab sebelumnya, masih banyak instansi pemerintah yang laporan
keuangannya belum memperoleh opini WTP. Jumlah instansi pemerintah yang telah
memperoleh opini WTP baru mencapai 73% untuk kementerian dan lembaga (dari 92
kementerian/lembaga) dan 23% untuk pemerintah daerah (dari 523 pemeritah daerah).
Dengan demikian, masih terdapat 24 kementerian/lembaga dan 403 pemerintah daerah
yang masih harus memperbaiki penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan yang berlaku. Permasalahan yang disampaikan
BPK RI dalam laporan pemeriksaan terhadap LKPP, LKKL dan LKPD antara lain adalah
masalah pencatatan aset dan pengendalian intern yang belum efektif. Ke depan,
permasalahan pelaporan keuangan menjadi semakin kompleks dengan mulai berlakunya
akuntansi berbasis akrual dan Undang-Undang Desa.
Dengan pengawasan intern yang akan dilakukan oleh BPKP seperti pendampingan,
workshop atau reviu dan disertai dengan peningkatan kapabilitas pengelolaan keuangan
diharapkan kementerian, lembaga dan pemerintah daerah dapat memperbaiki
pertanggungjawaban pelaporan keuangannya. Pelaksanaan pengawasan intern ini
diselenggarakan sebagai bagian dari pembinaan penyelenggaraan SPIP.
F. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
Terwujudnya visi, misi dan tujuan BPKP memerlukan upaya dan kerja keras dari seluruh
pegawai BPKP dan juga dukungan dari mitra kerja BPKP. Ada beberapa faktor kunci
keberhasilan yang akan sangat menentukan keberhasilan visi, misi dan tujuan BPKP, yaitu:
1) Komitmen Pimpinan terhadap Fokus Pengawasan yang Signifikan dan Berbasis Risiko
Komitmen Pimpinan BPKP untuk tetap fokus pada obyek-obyek pengawasan yang
mempunyai dampak besar dan berisiko tinggi merupakan faktor penting dalam
mengarahkan dan memberi semangat pencapaian visi, misi dan tujuan BPKP. Komitmen
pimpinan yang kuat akan mampu membangun integritas organisasi dan menggerakkan
komitmen seluruh jajaran organisasi untuk melaksanakan tugas selaras dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Pimpinan BPKP mampu berkomunikasi dan menjalin hubungan yang harmonis dengan
mitra kerja BPKP namun tetap profesional dan berintegritas dalam melayani permintaan
pengawasan mitra kerja, serta tidak hanyut dalam permintaan pengawasan yang
diarahkan oleh kepentingan atau tujuan-tujuan tertentu. Setiap pemilihan obyek
pengawasan harus dapat dikembalikan untuk mencapai visi dan misi BPKP sebagai
auditor kelas dunia.
47
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
2) Penerapan Standar Kualitas Pengawasan yang Ketat
Standar kualitas merupakan prasyarat pertama suatu pekerjaan untuk dapat memenuhi
tujuan yang diharapkan. Penerapan standar juga akan meminimalkan terjadinya risiko
profesi yang melekat dalam setiap pekerjaan. Sebagaimana organisasi internasional kelas
dunia lainnya, penerapan standar yang konsisten dalam setiap pekerjaannya akan
melegitimasi pekerjaan sesuai dengan standar internasional untuk pengawasan intern.
Oleh karena itu, sebagai auditor yang berkelas dunia, BPKP harus menerapkan standar
pengawasan dalam setiap kegiatan pengawasannya sehingga kualitas hasil pengawasan
dapat dipertanggungjawabkan dan memberikan nilai tambah bagi stakeholders.
3) Komitmen KLPK
Pengawasan BPKP merupakan pekerjaan yang melibatkan pihak lain dan ukuran
keberhasilan pekerjaan BPKP hanya dapat dinilai jika hasil pengawasan BPKP
ditindaklanjuti dan diterapkan oleh KLPK.
G. RISIKO STRATEGIS
Kurun waktu lima tahun ke depan, banyak ketidakpastian yang dapat menyebabkan tidak
tercapainya tujuan yang diinginkan dalam Renstra BPKP. Oleh karena itu, identifikasi risiko
strategis yang mungkin terjadi diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
risiko tersebut sehingga dapat mempersiapkan diri dalam mengelola risiko tersebut. Risiko
strategis yang mungkin terjadi adalah:
1) Pengawasan lintas sektoral tidak diperlukan jika sistem pemantauan dan evaluasi atas
kinerja program dan kegiatan dari masing-masing kementerian, lembaga dan pemerintah
daerah telah difasilitasi oleh suatu sistem teknologi informasi yang terpadu sehingga
dapat termonitor oleh kementerian penanggung jawab program atau kementerian
koordinator yang membawahinya.
2) Kompetensi pegawai BPKP tidak memadai, terutama dalam mengevaluasi dan mengkaji
permasalahan strategis dan bersifat makro ekonomi.
3) BPKP kehilangan kepercayaan jika pelaksanaan pengawasan dan pembinaan yang
dilakukan tidak memberikan dampak yang optimal bagi stakeholder utama para
stakeholder lainnya.
4) Penataan aparat pengawasan intern tidak sejalan dengan peningkatan peran APIP.
48
`
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
THIS PAGE IS INTENTIONALLY BLANK
49
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
BAB III
ARAH KEBIJAKAN STRATEGI KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN BPKP
Dalam RPJMN 2015–2019, program dan kegiatan pengawasan BPKP berkaitan erat dengan
agenda pembangunan bidang hukum dan aparatur. Hal tersebut merupakan agenda prioritas
pembangunan nasional lima tahun ke depan dalam rangka membangun tata kelola pemerintahan
sebagai salah satu perwujudan dari Sembilan Agenda Prioritas (NAWA CITA), yaitu agenda
kedua yang berbunyi “membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya”. Arah kebijakan dan strategi untuk program
tersebut menjadi acuan dalam merumuskan arah pembangunan pengawasan intern. Namun
kebijakan dan strategi pengawasan BPKP untuk mengawal pencapaian Sasaran Pokok
Pembangunan menyangkut seluruhnya yaitu Sembilan Agenda Prioritas dan Enam Sasaran Pokok
Pembangunan.
A. KEBIJAKAN NASIONAL PENGAWASAN INTERN
Terkait dengan program dan kegiatan pengawasan BPKP, sasaran pembangunan tata kelola
pemerintahan dan pembangunan bidang aparatur negara dalam RPJMN 2015–2019 adalah
meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya. Sasaran
tersebut diarahkan untuk mencapai (1) pemerintah yang bersih dan akuntabel, (2)
pemerintahan yang transparan, efektif dan efisien dan (3) pelayanan publik yang berkualitas.
Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan akuntabel, akan dicapai dengan arah kebijakan 1)
peningkatan integritas birokrasi; 2) peningkatan independensi, profesionalisme dan sinergi
pengawasan; 3) peningkatan akuntabilitas keuangan dan kinerja pemerintah dan 4)
peningkatan kualitas pengadaan barang/jasa pemerintah. Penerapan pengawasan yang
independen, profesional dan sinergis dilaksanakan dengan strategi antara lain i) penguatan
pengawasan internal: independensi, integritas, profesionalisme, dan transparansi tindak lanjut
hasil pengawasan; ii) peningkatan sinergitas antar APIP dan antara APIP dengan pengawas
eksternal; dan iii) pemantapan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah.
Terwujudnya pemerintahan yang transparan, efektif, dan efisien, dapat dicapai dengan arah
kebijakan 1) mewujudkan kelembagaan pemerintah yang efektif, efisien, dan sinergis; 2)
mewujudkan bisnis proses pemerintahan yang sederhana, transparan, partisipatif berbasis e-
government; 3) menerapkan manajemen ASN yang transparan, kompetitif, dan berbasis
merit; 4) menerapkan sistem manajemen kinerja pembangunan nasional yang efektif; 5)
mewujudkan pengelolaan kebijakan yang transparan, partisipatif, efektif dan efisien; 6)
50
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
mewujudkan kepemimpinan birokrasi yang visioner, berkomitmen tinggi, dan transformatif;
7) meningkatkan efisiensi penyelenggaraan birokrasi; dan 8) memantapkan kualitas
pengelolaan reformasi birokrasi KLPK. Penerapan sistem manajemen kinerja pembangunan
nasional yang transparan, efektif, efisien, dan akuntabel dilakukan dengan strategi antara lain
i) Penguatan pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pembangunan yang efektif,
sinergis, dan terintegrasi dengan sistem perencanaan dan penganggaran; dan ii) transparansi
dalam manajemen kinerja pembangunan nasional.
Sedangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, akan dicapai dengan arah
kebijakan 1) penguatan kelembagaan pelayanan publik dan 2) penguatan kapasitas
pengendalian kinerja pelayanan publik.
Adapun strategi yang ditempuh oleh pemerintah untuk mencapai sasaran terwujudnya
pemerintah yang bersih dan akuntabel antara lain: pencegahan tindakan korupsi melalui
Sistem Integritas Nasional (SIN) dan menutup peluang terjadinya korupsi dalam sistem
penyelenggaraan pemerintahan; harmonisasi berbagai kebijakan yang mengatur mengenai
pengawasan; pembentukan Undang-Undang Sistem Pengawasan Intern Pemerintah;
peningkatan kapasitas pengawasan melalui peningkatan independensi APIP; peningkatan
jumlah, kompetensi, dan integritas auditor intern. Strategi lainnya adalah peningkatan
sinergitas antara pengawasan intern dengan pengawasan ekstern; peningkatan transparansi
dalam pengawasan dan pengelolaan tindak lanjut hasil pengawasan; penyusunan rencana
pengawasan intern nasional terpadu dan terfokus pada pengawalan prioritas pembangunan;
serta penerapan SPIP khusus pada pengadaan besar dan pelaksanaan probity audit.
Sedangkan untuk mendorong terwujudnya pemerintahan yang transparan, efektif, dan efisien
dilakukan strategi antara lain: harmonisasi dan penguatan kebijakan yang mengatur tentang
sistem manajemen kinerja pembangunan nasional; pengendalian belanja pegawai dan belanja
operasional kantor; penetapan kebijakan pengawasan nasional untuk menjamin tercapainya
sasaran pembangunan nasional; meningkatkan kapasitas pemerintah nasional untuk lebih
menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan bagi daerah otonom secara lebih maksimal;
dan peningkatan kelembagaan APIP untuk mendukung implementasi SPIP.
Selanjutnya guna mewujudkan sasaran meningkatnya kualitas pelayanan publik, strategi yang
dilakukan antara lain adalah: memastikan kepatuhan terhadap Undang-Undang Pelayanan
Publik; peningkatan manajemen pelayanan dan percepatan information computer technology
(e-government); penguatan fungsi Inspektorat dalam monitoring dan evaluasi kinerja
pelayanan publik di KLPK; penguatan sistem pengaduan masyarakat yang efektif dan
terintegrasi secara nasional; dan penerapan reward and punishment terhadap kinerja
pelayanan publik.
1. Kebijakan Nasional Pengawasan Intern
Arah pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan periode 2015–2019
telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019. Semua unsur negara
berpartisipasi secara terbuka menyikapi kebijakan dan program pemerintah dalam
RPJMN tersebut. Di satu sisi, partisipasi tersebut wajib dikelola secara baik oleh
pemerintah dalam suatu tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan
terpercaya sebagaimana tertuang dalam Sembilan Agenda Pemerintah (Nawacita).
51
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Di sisi lain, fungsi APIP belum optimal dalam menghadirkan tata kelola bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya ini membawa suatu kegamangan bagi pemerintah, khususnya
bagi pimpinan KLPK dengan minim latar belakang birokratis. Untuk tujuan ini strategi
dan kebijakan nasional Pengawasan Intern Pemerintah diarahkan untuk mengawal
Pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan Nasional dari Sembilan Agenda Pembangunan
dalam RPJMN berbasiskan pada magnitut dan kepemilikan risiko penyelenggaraan
RPJMN. Risiko dimaksud adalah risiko yang menghambat pencapaian tujuan
pembangunan nasional.
Dengan kebijakan ini maka, pengawasan nasional pemerintah diarahkan untuk
melakukan pengawasan keuangan negara, keuangan daerah dan pembangunan nasional
sebagai secara komprehensif, sinergis dan integratif. BPKP bersama APIP terkait
mengawal pencapaian sasaran pembangunan lintas sektor dalam RPJMN, APIP
mengawal pencapaian pencapain sasaran pembangunan terkait khusus KLPKnya dan
BPKP meningkatkan Kapabilitas pengawasan intern APIP. Bersama-sama dengan
pembinaan SPIP maka kebijakan nasional pengawasan intern adalah sebagaimana tersaji
pada Peraga 3.1.
Jika kebijakan nasional pengawasan intern dioperasionalkan terhadap Strategi
Pembangunan Nasional dalam RPJMN maka fokus pengawasan yang menjadi tanggung
jawab APIP Nasional adalah sebagai mana tersaji pada Tabel 3.1. Fokus BPKP adalah
pada program pembangunan yang bersifat lintas bidang dan fokus APIP KLPK adalah
pada program pembangunan yang hanya menyangkut KLPK. Namun BPKP mempunyai
tanggung jawab untuk membuat APIP berdaya atau mempunyai kapasitas dan kapabilitas
untuk melakukan pengawasan intern terhadap program pembangunan tersebut.
Peraga 3.1 Kebijakan Nasional Pengawasan Intern
• APIP mengawal Pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan Nasional dari Sembilan Agenda Pembangunan dalam RPJMN
• BPKP bersama APIP terkait mengawal pencapaian sasaran pembangunan lintas sektor dalam RPJMN
• APIP mengawal pencapaian sasaran pembangunan terkait KLPK
• BPKP mendorong peningkatan kualitas sistem pengendalian intern dan kapabilitas pengawasan intern
Eksekutif Tidak
Gamang, APIP
Optimal
• Tatakelola Pemerintahan dan Reformasi BirokrasiKondisi
Yang Perlu
Tujuan Arah yang diambil Untuk Mencapai Tujuan
52
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Tabel 3.1. Arah Kebijakan Nasional Pengawasan Intern
No Arah Pengawasan Penang-
gung Jawab APIP Lain
Keterangan
A. Dimensi Pembangunan Manusia 1. Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran
Pokok Pembangunan Pendidikan BPKP APIP
terkait Wajib
2. Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Program Kesehatan
BPKP APIP terkait
Wajib
3. Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Pokok Program Pembangunan Perumahan
BPKP APIP terkait
Wajib
4. Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Pokok Program Pembangunan Mental/Karakter Bangsa
BPKP APIP terkait
Wajib
B Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan 1 Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran
Pokok Program Kedaulatan Pangan BPKP APIP
terkait Prioritas
2 Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Pokok Program Pembangunan Kedaulatan Energi dan Kelistrikan
BPKP APIP terkait
Prioritas
3 Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Pokok Program Pembangunan Kemaritiman
BPKP APIP terkait
Prioritas
4 Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Pokok Program Pembangunan Pariwisata dan Industri
BPKP APIP terkait
Prioritas
C Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan 1 Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran
Pokok Program Pembangunan Antar Wilayah Desa, Pinggiran, Luar Jawa dan Kawasan Timur
BPKP APIP terkait
D Lingkup Kementerian/Lembaga/Pemerintah/Daerah/Korporasi 1 Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran
Program dan Sasaran Kegiatan K/L APIP K/L -
2 Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan Pemda
APIP Pemda -
3 Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan Korporasi
SPI Korporasi _
2. Hasil Pengawasan Untuk Perencanaan Pembangunan
Mengikuti model sederhana manajamen dalam planning, organizing, actuating dan
controlling, hasil pengawasan menjadi salah satu instrumen atau mekanisme manajemen
RPJMN 2015–2019, khususnya dalam pelaksanaan tahunan APBN. Hasil Pengawasan
yang jelas berupa produk assurance BPKP terhadap capaian target kinerja KLPK, atau
produk assurance APIP terhadap capaian kinerja unit kolegialnya, menjadi acuan
konsultatif dalam Perencanaan dan Penganggaran Kinerja. Dalam posisi tertentu, BPKP
53
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
atau APIP, sesuai lingkup kajiannya, sudah harus sedia dengan rekomendasi alternatif
tentang pengarahan alokasi anggaran berdasarkan output consultingnya.
Untuk dapat efektif, alokasi anggaran dilakukan berdasarkan capaian kinerja dan
penyerapan anggaran. Efektivitas alokasi ini diharapkan menutupi adanya fakta bahwa
Negara mengalami kekurangan anggaran sementara fakta lain menunjukkan bahwa Silpa
Pemda cukup signifikan. Mekanisme alokasi ini sudah saatnya dioptimalkan dalam
perencanaan kinerja dan penganggaran. Mekanisme ini adalah bentuk lain dari
akuntabilitas dari Menteri/Pimpinan lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang terbukti
melakukan penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang
APBN/Peraturan Daerah tentang APBD. Penjelasan tentang ayat ini secara gamblang
menyebutkan bahwa kebijakan “tercermin pada manfaat/hasil yang harus dicapai dengan
pelaksanaan fungsi dan program kementerian negara/lembaga/pemerintahan daerah yang
bersangkutan”.
Strategi memasukkan hasil pengawasan dalam mekanisme perencanaan dan
penganggaran kinerja ini juga konsisten dengan peraturan pemerintah lainnya. Pertama,
Pasal 9 PP Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah. Laporan evaluasi
tentang kinerja program menjadi pertimbangan untuk analisis anggaran tahun berikutnya.
Kedua, untuk memenuhi Pasal 7 PP Nomor 21 Tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang menuntut bahwa “dalam penyusunan
anggaran berbasis kinerja diperlukan … evaluasi kinerja dari setiap program dan
jenis kegiatan”, menteri atau pimpinan lembaga melakukan wajib melakukan evaluasi.
Evaluasi ini adalah penilaian atas relevansi dan efektivitas, serta konsistensi program dan
atau kegiatan terhadap tujuan kebijakan termasuk pencapaian Sasaran Program
Pembangunan.
Komunikasi tentang peran pengawasan dalam perencanaan pembangunan harus
dilakukan secara efektif. Pola dan efektivitas kegiatan musyawarah perencanaan
pembangunan dijadikan sebagai ajang dan acuan untuk menghadirkan aspek pengawasan
secara seimbang dengan aspek perencanaan pembangunan. Dengan demikian, dalam
rangkaian dan serial Musrenbang, outlook ekonomi yang dipandang secara makro ke
depan oleh Kementerian Keuangan harus ditandingkan dengan realitas nyata assurance
pengawasan terhadap hasil pembangunan. Produk assurance dari pengawasan adalah
missing link yang selama ini dinanti kehadirannya dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional untuk kesejahteraan masyarakat.
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPKP
Memerhatikan peran BPKP dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
SPIP, BPKP diberi amanat besar dalam melakukan pengawasan intern dan dalam pembinaan
SPIP termasuk pembinaan APIP. Amanat ini dieksplisitkan dan diperbaharui lagi dalam
Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014.
Peran BPKP yang mengemuka adalah kewajiban melakukan sinergi dan koordinasi dengan
APIP lain.
54
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Rumusan arah kebijakan dan strategi pengawasan BPKP terkait antara satu dengan lainnya.
Kebijakan BPKP merupakan penjabaran urusan pengawasan intern nasional sesuai dengan
visi dan misi pembangunan nasional yang berisi satu atau beberapa upaya untuk mencapai
sasaran strategis penyelenggaraan dan pembangunan pengawasan intern dengan indikator
kinerja yang terukur1. Untuk mencapai sasaran strategis yang dirumuskan sebelumnya,
dibuatlah strategi2 BPKP sebagai langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif
untuk mewujudkan visi dan misi BPKP.
Arah kebijakan dan strategi pengawasan BPKP menjadi salah satu pendukung terwujudnya
sasaran pembangunan nasional yaitu, pembangunan tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis dan terpercaya. Hakekat pengawasan intern berperan penting dalam
meningkatkan tata kelola, memperbaiki pengelolaan risiko dan menguatkan sistem
pengendalian intern. Dengan demikian, pembangunan tata kelola pemerintahan dan aparatur
tidak dapat lepas dari pengawasan intern yang akan diperankan oleh BPKP dalam lingkup
nasional.
1. Arah Kebijakan Pengawasan BPKP
Untuk mengefektifkan penggunaan sumber daya pengawasan BPKP, dibutuhkan
penetapan arah pokok (kebijakan) pengawasan BPKP yang menjadi pedoman bagi BPKP
untuk merencanakan dan mengarahkan kegiatan pengawasan intern (Peraga 3.2)
1Adopsi dari Peraturan Menteri PPN Nomor 5 Tahun 2014 2Adopsi dari Peraturan Menteri PPN Nomor 5 Tahun 2014
Peraga 3.2 Arah Kebijakan Pengawasan BPKP
• Penguatan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pengawasan sinergis bersama APIP KLPK dan pengawasan terintegrasi dengan sistem perencanaan dan penganggaran untuk mengawal pencapaian Sasaran Program bersifat program lintas bidang RPJMN
Process BusinessProgram Lintas Bidang RPJMN Berbasis Risiko
• Pengawasan untuk Meningkatkan Penerimaan Negara/Daerah
• Pengawasan untuk Efisiensi Pengeluaran Negara/Daerah
• Pengawasan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset Negara/Daerah
• Pengawasan Pembiayaan Keuangan Negara/Daerah
• Pengawasan Alokasi Keuangan Daerah (Dana Transfer)
Ruang Fiskal Cukup
• Debottlenecking dan Clearing House
• Penugasan Represif untuk Preventif
• Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Pengamanan Keuangan Negara/Daerah Efektif
• Pemantapan penerapan Sistem Pengendalian Intern KLPK
• Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern dan Sinergitas APIP
GovernanceMemadai
• Penguatan profesionalisme, integritas, objectivitas, netralitas, independensi dan responsibilitas
• Penguatan fungsi pengawasan internal BPKP
• Inovasi pengawasan internal dan SPIP
• Enterprice-Architecture-Bussiness Architecture Based ITC
• Peningkatan Sarana Prasarana
Penguatan Kapasitas Internal
Tujuan Arah yang diambil Untuk Mencapai Tujuan
55
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Dengan mengacu pada kerangka kebijakan dan strategi di atas, pengawasan
pembangunan dan pembangunan pengawasan yang dilakukan oleh BPKP diarahkan
untuk mencapai sasaran terwujudnya kualitas tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif dan terpercaya. Secara rinci kebijakan pengawasan BPKP juga diarahkan untuk
mencapai terwujudnya penguatan kebijakan sistem pengawasan intern pemerintah,
penguatan pengawasan terhadap kinerja pembangunan nasional, kebijakan dalam
penerapan pengawasan intern yang independen, profesional dan sinergis, serta kebijakan
penerapan sistem manajemen kinerja pembangunan nasional yang efisien dan efektif.
Arah kebijakan pengawasan BPKP secara rinci sebagai berikut:
a. Penguatan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pengawasan sinergis bersama-sama
dengan APIP kementerian, lembaga, pemerintah daerah dan korporasi serta
pengawasan terintegrasi dengan sistem perencanaan dan penganggaran untuk
mengawal pencapaian sasaran program pembangunan yang bersifat lintas bidang di
RPJMN 2015–2019;
b. Peningkatan ruang fiskal negara melalui pengawasan untuk meningkatkan
penerimaan negara/daerah; pengawasan untuk efisiensi pengeluaran negara/daerah;
pengawasan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset negara/daerah; pengawasan
pembiayaan keuangan negara/daerah; dan pengawasan alokasi keuangan daerah
(dana transfer);
c. Pengamanan keuangan negara/daerah yang efektif melalui debottlenecking dan
clearing house; pengawasan represif untuk preventif serta pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi;
d. Peningkatan tata kelola atau governance yang memadai melalui pemantapan
penerapan sistem pengendalian intern KLPK serta peningkatan kapabilitas
pengawasan intern dan sinergitas APIP; dan
e. Penguatan kapasitas internal melalui penguatan profesionalitas, integritas,
obyektivitas, netralitas, independensi, dan responsibilitas penguatan fungsi
pengawasan internal BPKP; inovasi pengawasan intern dan SPIP; enterprise-
architecture-bussiness architecture based ITC; serta peningkatan sarana prasarana.
2. Strategi Pengawasan BPKP
Strategi pengawasan BPKP terdiri dari strategi eksekutif maupun strategi operasional.
Strategi eksekutif diharapkan menjadi acuan terutama bagi pimpinan BPKP di pusat
maupun daerah untuk membangun kemitraan dan jejaring pengawasan dan perencanaan
pembangunan nasional. Keseluruhan strategi BPKP 2015 terlihat pada Peraga 3.3 di
halaman berikut.
Strategi operasional mengindikasikan kegiatan dan langkah-langkah dalam program
teknis pengawasan BPKP, Program 06 yaitu Program Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah. Karena hanya terdapat satu program teknis di BPKP, untuk
pembagian intern tugas pengawasan, Program 06 ini dipecah sesuai dengan kedeputian
teknis yang ada di BPKP.
56
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Strategi pengawasan BPKP dalam kurun waktu 2015–2019 adalah memfokuskan
peningkatan kualitas hasil pengawasan terhadap isu-isu strategis melalui penguatan SPIP,
penguatan kapasitas APIP dan penguatan kapasitas sumber daya manusia BPKP. Sebagai
program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, secara lebih spesifik strategi
tersebut tertuang dalam tiga butir strategi (fokus dan sinergis) sebagaimana terlihat pada
Peraga 3.1.
a) Pemokusan pengawasan intern pada isu strategis atau program pembangunan
nasional bersifat lintas bidang dalam RPJMN 2015–2019;
b) Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi;
c) Penguatan penerapan SPI/governance program pemerintah pada kementerian,
lembaga, pemerintah daerah, dan korporasi;
d) Peningkatan kapasitas pengawasan intern yang mendukung sinergi pengawasan
terhadap program pemerintah.
Guna mendukung tiga butir strategi tersebut terdapat strategi internal (supporting), yaitu:
a) Peningkatan kompetensi SDM BPKP dan ketaatan terhadap standar serta SOP
berbasis risiko;
Peraga 3.3 Strategi Pengawasan BPKP
• Pembangunan Kemitraan dan Jejaring Pengawasan dan Perencanaan Pembangunan Nasional
Strategi Eksekutif
• Pemfokusan pengawasan intern pada isu strategis atau program pembangunan nasional bersifat lintas –RPJMN
• Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
• Peningkatan Kapasitas Pengawasan Intern yang mendukung Sinergi Pengawasan Program Pemerintah
• Penguatan penerapan SPI/Governance Program Pemerintah (Wajib, Prioritas & Pendukung) dan SPIKLPK
Strategi Operasional
•Peningkatan Kompetensi SDM BPKP dan Ketaatan Terhadap Standar dan SOP Berbasis Risiko
•Peningkatan Kapasitas Information and Communication Technology (ICT) berbasis BPKP’s Enterprise Arhitecture dan Pengawasan’s Bussiness Architecture
•Peningkatan Sarana Prasarana
Penguatan Kapasitas Internal
57
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
b) Peningkatan kapasitas information and communication technology (ICT) berbasis
BPKP’s Enterprise Architecture dan Bussiness Architecture untuk setiap sasaran
strategis pengawasan; dan
c) Peningkatan sarana dan prasarana.
Sebagai tindak lanjut dari strategi di atas, maka langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam program dan kegiatan BPKP selalu bertumpu pada tujuh substrategi tersebut
dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia. Secara substantif
langkah-langkah pencapaian visi misi sampai dengan optimalisasi sumber daya BPKP
dapat dideskripsikan dalam Peraga 3.4 di halaman berikut.
3. Program BPKP
Program BPKP merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi BPKP
yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi BPKP dan berisikan kegiatan untuk
mencapai hasil pengawasan dengan indikator kinerja yang terukur3. Kegiatan-kegiatan ini
sekaligus penjabaran tugas dan fungsi BPKP untuk mewujudkan sasaran strategis yang
telah ditetapkan sebelumnya. Program BPKP tersebut terdiri dari:
1. Program pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembangunan
nasional serta pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah
(Program 06);
2. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (Program 01).
Program 01 bersifat generik antar K/L yaitu, Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPKP. Program ini ditujukan untuk memastikan
terciptanya kondisi yang diperlukan dalam melaksanakan tugas teknis pengawasan oleh
kedeputian teknis. Baik program teknis pengawasan (Program 06) maupun program
dukungan (Program 01) akan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan oleh unit
kerja atau satuan kerja di lingkungan BPKP.
4. Subprogram BPKP
Program Teknis BPKP adalah tunggal yaitu Program Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah. Program tunggal ini konsisten dengan eselonisasi tunggal di BPKP.
Dalam rangka lebih menyelaraskan seluruh aktivitas sesuai dengan bidang pengawasan
masing-masing unit kedeputian, program-program indikatif dibagikan ke subprogram
Pengawasan BPKP. Dari Program Pengawasan BPKP hasil restrukturisasi program dan
kegiatan, yaitu Program Pengawasan Intern atas Akuntabilitas Keuangan Negara dan
Pembinaan Penyelenggaraan SPIP dirumuskan 15 subprogram dengan uraian sebagai
berikut:
3Adopsi dari Peraturan Menteri PPN Nomor 5 Tahun 2014
58
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Peraga 3.4. Keterkaitan Strategi dengan Misi dan Visi BPKP
1. Subprogram Pengawasan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik
assurance maupun consulting yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan di
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah daerah dalam mewujudkan opini atas
Laporan Keuangan.
59
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
2. Subprogram Pengawasan Kebendaharaan Umum Negara
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik
assurance dan consulting yang berkaitan dengan peran Kementerian Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara dan peran KLPK dalam pengelolaan keuangan
yang bersifat strategis, antara lain: Penerimaan Negara/Daerah, alokasi anggaran,
pengelolaan aset dan kekayaan negara/daerah, pengelolaan hutang, pengelolaan
subsidi dan pengelolaan korporasi.
3. Subprogram Pengawasan Korporasi (BUMN/D/BLU/D/BUL)
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik
assurance dan consulting untuk mendorong implementasi yang harmonis antara
governance, risk, dan control di lingkup korporasi khususnya pada BUMN, BUMD,
dan BLUD serta badan usaha lainnya.
4. Subprogram Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik
assurance dan consulting yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah
dengan fokus pada efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan.
5. Subprogram Pengawasan Infrastruktur, Pendidikan dan Kesehatan, serta Fokus
Pembangunan Nasional Lainnya.
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik
assurance dan consulting yang berkaitan dengan pembangunan yang strategis yang
memberikan aksesibilitas bagi masyarakat atas beberapa kebutuhan pelayanan dasar
dan pengawasan strategis lainnya yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat
dan perekonomian rakyat.
6. Subprogram Pengawasan Keinvestigasian & Penyelesaian Hambatan Kelancaran
Pembangunan.
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan yang
bersifat represif guna mendukung peran aparat penegak hukum. Selain itu,
subprogram ini juga diarahkan pada penyelesaian berbagai hambatan kelancaran
pembangunan.
7. Subprogram Pembinaan SPIP Program Prioritas Nasional (Infrastruktur, Pendidikan
dan Kesehatan serta Fokus Pembangunan Nasional Lainnya)
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik
assurance maupun consulting dalam membina terwujudnya efektivitas SPIP pada
program lintas.
8. Subprogram Pembinaan SPIP K/L
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik
assurance maupun consulting dalam membina terwujudnya efektivitas SPIP pada
K/L.
60
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
9. Subprogram Pencegahan Korupsi pada K/L
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pencegahan korupsi pada K/L baik
preemptive, preventif maupun edukatif guna meminimalkan terjadinya fraud pada
K/L.
10. Subprogram Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Pemerintah Daerah
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik
assurance maupun consulting dalam membina terwujudnya efektivitas SPIP pada
Pemerintah Daerah.
11. Subprogram Pencegahan Korupsi pada Pemerintah Daerah
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pencegahan korupsi pada Pemerintah
Daerah baik preemptive, preventif maupun edukatif guna mendukung peran
Pemerintah Daerah yang lebih signifikan dalam penerimaan negara, pelayanan publik
dan pembangunan perekonomian.
12. Subprogram Pembinaan Penyelenggaraan SPI pada Korporasi
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik
assurance dan consulting yang berkaitan dengan pembinaan Satuan Pengawas Intern
korporasi yang lebih efektif.
13. Subprogram Pencegahan Korupsi pada Korporasi
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pencegahan korupsi pada korporasi baik
preemptive, preventif maupun edukatif guna mendukung peran korporasi yang lebih
signifikan dalam penerimaan negara, pelayanan publik dan pembangunan
perekonomian.
14. Subprogram Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern K/L
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik
dan consulting yang berkaitan dengan pembinaan kapabilitas APIP K/L baik
pembinaan Jabatan Fungsional Auditor maupun tata kelola APIP.
15. Subprogram Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemda
Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik
assurance dan consulting yang berkaitan dengan pembinaan kapabilitas APIP Pemda
baik pembinaan Jabatan Fungsional Auditor maupun tata kelola APIP.
5. Kegiatan Pengawasan BPKP
Untuk menjaga konsistensi nomenklatur perencanaan dan penganggaran, kegiatan
pengawasan BPKP disesuaikan dengan nomenklatur yang rumusannya mencerminkan
tugas dan fungsi eselon II/satker yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai
keluaran dengan indikator kinerja yang terukur. Kegiatan dari masing-masing eselon II
teknis akan menghasilkan rekomendasi sebagai indikator kinerja pengawasannya.
Rekomendasi dihasilkan melalui pelaksanaan komponen kegiatan, baik komponen teknis
pengawasan dengan menggunakan berbagai alat (tools) pengawasan seperti audit, reviu,
evaluasi, pemantauan maupun komponen yang mendukung langsung kegiatan seperti
penyusunan dan diseminasi pedoman, pemantauan pelaksanaan pengawasan, tabulasi dan
61
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
lain-lain. Selain itu, terdapat pelaksanaan dukungan pengawasan meliputi penyiapan
kultur organisasi, penyiapan profesionalisme SDM, penyiapan SOP pelaksanaan
kegiatan, penyiapan sarana dan prasana dan lain-lain yang mendukung secara tidak
langsung kegiatan teknis pengawasan. Penyediaan sarana dan prasarana pengawasan juga
termasuk di dalamnya.
Konsisten dengan nomenklatur perencanaan dan penganggaran, terdapat 26 kegiatan
pengawasan (program 06) dan 6 kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya (program 01) di lingkungan BPKP, yaitu:
1. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
Kementerian/Lembaga Bidang Fiskal dan Investasi;
2. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
Kementerian/Lembaga Bidang Industri dan Distribusi;
3. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
Kementerian/Lembaga Bidang Produksi dan Sumber Daya Alam;
4. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP pada
Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri;
5. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
Kementerian/Lembaga Bidang Perekonomian Lainnya;
6. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
Kementerian/Lembaga Bidang Pertahanan dan Keamanan;
7. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
Kementerian/Lembaga Bidang Penegakan Hukum dan Sekretariat Lembaga Tinggi
Negara;
8. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
Kementerian/Lembaga Bidang Kesejahteraan Rakyat;
9. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
Kementerian/Lembaga Bidang Polsoskam Lainnya;
10. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi
Pemerintah Daerah Wilayah Sumatera dan Kalimantan;
11. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi
Pemerintah Daerah Wilayah Jawa dan Bali;
62
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
12. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi
Pemerintah Daerah Wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua;
13. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Agrobisnis, Jasa Konstruksi,
dan Perdagangan;
14. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Keuangan dan
Manufaktur;
15. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Perhubungan, Pariwisata,
Kawasan Industri dan Jasa Lainnya serta Kementerian;
16. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Milik Daerah;
17. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha/Lembaga Perminyakan dan
Gas Bumi;
18. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Terkait
Investigasi pada BUMN/D;
19. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Terkait
Hambatan Kelancaran Pembangunan;
20. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Terkait
Investigasi pada Kementerian/Lembaga;
21. Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan
Pembinaan Penyelenggaraan SPIP–di Perwakilan;
22. Pengawasan Intern BPKP;
23. Penelitian dan Pengembangan Pengawasan;
24. Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor dan Tata Kelola APIP;
25. Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan;
26. Penyelenggaraan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan Pemerintah/Presiden dan
Internal BPKP;
27. Penyusunan dan Evaluasi Rencana;
28. Pengelolaan Kepegawaian dan Organisasi;
29. Pengelolaan Anggaran dan Sistem Akuntansi Pemerintah;
30. Pembinaan Hukum dan Pengelolaan Kehumasan;
31. Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana BPKP, Pembinaan Administrasi dan
Pengelolaan Perlengkapan serta Pembayaran Gaji/Tunjangan–BPKP; dan
63
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
32. Pelaksanaan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya–di
Perwakilan.
6. Alur Logika Program Pengawasan
Kegiatan-kegiatan dalam program pengawasan BPKP ditata mengikuti alur logika
program pengawasan mulai dari komponen (sub) kegiatan hingga visi misi sebagai mana
terlihat pada Peraga 3.5 berikut:
Peraga 3.5. Alur Logika Program Pengawasan
C. KERANGKA REGULASI
Untuk memfasilitasi penyelenggaraan fungsi pengawasan intern sebagaimana diuraikan di
atas, sesuai pedoman penyusunannya, Rencana Strategis BPKP memuat kerangka regulasi.
Pemuatan ini memungkinkan perwujudan atas regulasi dimaksud dapat dipantau baik oleh
Bappenas maupun pemangku kepentingan lainnya. Regulasi dibutuhkan untuk memfasilitasi,
mendorong, dan mengatur perilaku masyarakat, dalam hal ini masyarakat pengawasan dan
penyelenggara negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara4. Pengawasan intern yang
dimandatkan kepada BPKP diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan fungsi pemerintah
untuk mencapai tujuan bernegara.
4Adopsi dari Peraturan Menteri PPN Nomor 5 Tahun 2014
Visi
Misi
Tujuan
SasaranProgram
(Outcome)
Sasaran Strategis
STRATEGI
PROGRAM
KEGIATAN
SUBKEGIATAN
Sasaran Kegiatan
SasaranSubkegiatan
INDIKATOR
• Indeks Akuntabilitas pengelolaanKeuangan dan Pembangunan
• Tingkat Maturitas SPIP• Level IACM
• Perbaikan Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah dan Program Pembangunan Nasional
• Peningkatan Efektivitas SPIP• Peningkatan Kapasitas Wasintern
• Rekomendasi Pengawasan
• Laporan Hasil Pengawasan
SASARAN
Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
1. Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif;
2. Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang Efektif;3. Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional
dan Kompeten.
1. Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif
2. Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
3. Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten
64
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Bentuk penguatan pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan oleh BPKP akan dibakukan
dalam suatu ketentuan atau regulasi yang akan mengikat pihak-pihak yang terlibat dalam
pengawasan intern demi terlaksananya peran pengawasan intern yang dijalankan oleh BPKP.
Regulasi yang dibutuhkan adalah regulasi yang terkait dengan pelaksanaan peran pengawasan
dan terkait ruang lingkup pengawasan BPKP, yaitu regulasi pengawasan terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan oleh Presiden RI; regulasi yang
mengatur tentang pengawasan kebendaharaan umum negara; regulasi pengawasan terkait aset
negara di luar LKPP dan LKPD; dan regulasi yang mengatur BPKP sebagai reviewer
Laporan Keuangan Republik Indonesia (konsolidasi antara LKPP dan LKPD).
Regulasi akan memberikan penguatan mandat pengawasan kepada BPKP agar dapat
mempromosikan kepada pemerintah tentang kredibilitas, kesetaraan, perilaku yang pantas
bagi aparat pemerintah serta mengurangi risiko terjadinya korupsi. Rencana pembentukan
regulasi dimaksud adalah sebagai berikut (Tabel 3.2):
Tabel 3.2. Rencana Pembentukan Regulasi
NO
ARAH KERANGKA REGULASI
DAN/KEBUTUHAN REGULASI
URGENSI BERDASARKAN EVALUASI REGULASI
EXISTING KAJIAN DAN PENELITIAN
UNIT PENANGGUNG
JAWAB UNIT TERKAIT
TARGET PENYE LESAIAN
1 Penetapan Regulasi pengawasan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan oleh Presiden RI
Informasi pengawasan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan belum tersedia berdasarkan siklus pengelolaan keuangan dan pembangunan, yaitu: pengelolaan atas penerimaan negara, alokasi anggaran negara untuk program nasional, pembiayaan program nasional, dan aset nasional.
BPKP (Sekretariat Utama, Kedeputian Teknis, Pusat)
Sekretariat Negara, Bappenas, Kemenkeu , Kemendagri, Kemenkum HAM, Kemenpan & RB
Perpres Nomor
192/2014 merupakan
bentuk nyata dari regulasi
ini. Masih perlu adanya
Perpres tentang arah
pokok pengawasan
intern selama lima tahuan
2 Penetapan penugasan Menteri Keuangan terkait pengawasan Kebendaharaan Umum Negara
Pengawasan terselenggara secara sporadis baik penetapan tema maupun inisiasinya sehingga berisiko tidak tersedia informasi pengawasan kebendaharaan umum negara yang tepat substansi dan waktu untuk kebijakan kebendaharaan umum negara.
BPKP (Sekretariat Utama, Kedeputian Teknis, Pusat)
Kemenkeu , Bappenas, Kemenkum HAM
Tahun 2015
65
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
NO
ARAH KERANGKA REGULASI
DAN/KEBUTUHAN REGULASI
URGENSI BERDASARKAN EVALUASI REGULASI
EXISTING KAJIAN DAN PENELITIAN
UNIT PENANGGUNG
JAWAB UNIT TERKAIT
TARGET PENYE LESAIAN
3 Penetapan penugasan
pengawasan terkait
aset negara di luar
LKPP dan LKPD.
Informasi terkait hasil
pengawasan dalam
rangka melindungi dan
memanfaatkan
kekayaan negara yang
tidak tercatat dalam
LKPP dan LKPD belum
tersedia.
BPKP
(Sekretariat
Utama,
Kedeputian
Teknis, Pusat)
Kemenkeu , BPN,
Kemenhut,
Kementerian ESDM,
Kementerian Kelautan
dan Perikanan,
Kemendikbud,
Kemenkum HAM
Tahun 2015
4 Penetapan regulasi
Presiden yang
menunjuk BPKP
sebagai reviewer
Laporan Keuangan
Republik Indonesia
(konsolidasi antara
LKPP dan LKPD).
Laporan Keuangan
Republik Indonesia
(LKRI) harus segera
dibuat sebagai
akuntabilitas
pengelolaan keuangan
secara nasional serta
untuk melindungi aset
NKRI.
BPKP
(Sekretariat
Utama,
Kedeputian
Teknis dan
Puslitbang)
Kemenkeu,
Kemendagri,
Kemenkumham, serta
K/L lainnya
Tahun 2016
5 Undang-undang yang
mengatur pengawasan
intern secara nasional
Perlu balancing antara
pengawasan ekstern
dan pengawasan
intern.
BPKP dan
Kemenpan & RB
Bappenas, Kemenkeu,
Kemendagri dan K/L
lainnya
Tahun 2015
D. PENGARUSUTAMAAN GOVERNANCE DI BPKP
Perubahan visi dan misi BPKP membawa konsekuensi logis pada perubahan kelembagaan
yang digunakan untuk mencapai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan
pengawasan pembangunan dan pembangunan pengawasan BPKP sesuai dengan tugas dan
fungsi BPKP5. Inti dari kerangka kelembagaan ini adalah rasionalisasi kelembagaan BPKP.
Kerangka kelembagaan ini terdiri dari tiga tahap perubahan yaitu (1) persiapan rasionalisasi;
(2) penilaian, dan (3) rasionalisasi dalam kerangka pengarusutamaan tata kelola pemerintahan
(governance) di lingkungan BPKP.
1. Rasionalisasi dan Penilaian Kelembagaan
Tahap ini merupakan tahap peninjauan ulang konsep Renstra BPKP ini. Peninjauan
dilakukan untuk memastikan visi, misi, tujuan, strategi dan program yang dirumuskan
sudah merupakan hasil rumusan bersama berdasarkan metodologi yang memadai,
termasuk dengan scenario planning. Salah satu skenario adalah adanya polarisasi positif
antara dukungan regulasi dan dukungan stakeholder yang fit dengan gambaran
pemerintahan Presiden Joko Widodo–Jusuf Kalla tahun 2014–2019 ini. Sebagaimana alur
gerak skenario, Renstra ini telah terkait dan sejalan dengan visi-misi Presiden, yaitu
khususnya dengan implementasi visi-misi presiden (lebih khusus lagi, agenda nawacita
5Adopsi dari Peraturan Menteri PPN Nomor 5 Tahun 2014
66
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
kedua). Penjabaran visi-misi-tujuan BPKP dalam Renstra ini juga sudah dijabarkan dari
tugas pokok & fungsi berlandaskan pada Perpres 192 Tahun 2014 tentang BPKP.
a. Perbandingan Visi dan Perubahan Misi Antar Renstra BPKP
Visi BPKP pada Renstra 2010–2014 dan pada Renstra 2015–2019 mempunyai
rumusan yang berbeda namun mengandung substansi yang sama. Kandungan arah
yang dituju dalam Visi sebagai “Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan
Terpercaya untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang
Berkualitas” pada Renstra sebelumnya mengandung arah yang diimpikan dalam visi
“Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional”. Walau
mengandung kandungan yang sama, perubahan rumusan ini menjadi relevan untuk
untuk dapat memberi daya gerak terhadap implementasi misi dengan substansi yang
sama namun dengan pengukuran yang secara drastis berbeda.
b. Perubahan Misi dari Renstra 2010–2014
Terdapat empat rumusan misi di Renstra 2010–2014 dan tiga misi di Renstra 2015–
2019. Dari sudut substansi, tiga misi pertama di Renstra 2010–2014 menjadi tiga misi
Renstra 2015–2019. Walau substansi keduanya sama, rumusan masing-masing misi
tersebut sudah dilengkapi dengan rumusan logis dan SMART untuk mencapai
keberhasilan pencapaian misi. Rumusan misi dan ukuran keberhasilan ini sekaligus
sudah dapat menjadi Indikator Kinerja Utama Organisasi BPKP.
Kesamaan substansi misi antar renstra sekaligus menunjukkan bukti bahwa misi
BPKP 2015–2019 telah disusun berdasarkan dugaan ekplanatoris tentang posisi
pengawasan intern BPKP dalam scenario planning-nya dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
SPIP. Dengan demikian, kehadiran Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014
tentang BPKP, dalam scenario planning tersebut, pada prinsipnya bukan lagi
merupakan perubahan lingkungan yang mengakibatkan perubahan rumusan visi misi
dan tujuan, namun menjadi peraturan perundangan yang bersifat konfirmatif terhadap
diskripsi skenario yang fit dengan kondisi pemerintahanan saat ini. Penataan
kelembagaan selanjutnya harus dapat mendukung peningkatan pencapaian indikator
kinerja utama organisasi. Dalam ketiga misi tersebut terdapat kejelasan dan ketepatan
urusan utama fungsi BPKP dalam Perpres 192 Tahun 2014 sebagai pelaksana tugas
pemerintahan di bidang pengawasan.
Sudah tegas dan jelas bahwa pengawasan intern sudah menjadi portofolio BPKP.
BPKP harus membangun kebijakan agar pengawasan intern BPKP tidak tumpang
tindih dengan pengawasan intern APIP lain. BPKP harus menjabarkan fungsi
regulator sebagai pelaksana fungsi koordinasi dan sinergi pengawasan intern untuk
membedakan lembaga profesional ini dari fungsi eksekusi pengawasan intern
terhadap kegiatan lintas bidang dan terhadap akuntabilitas pengeluaran keuangan
negara, keuangan daerah, dan pembangunan nasional.
67
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
BPKP harus jelas memperkuat fungsi regulasi dan/atau eksekusi pengawasan intern.
Fungsi regulasi dan fungsi eksekusi pengawasan intern dibangun dengan kejelasan
tugas-fungsi dan akuntabilitas, termasuk kejelasan pertanggungjawaban akuntabilitas
pelaksanaan. Penataan kelembagaan harus dilaksanakan dengan pendelegasian
otoritas yang jelas sehingga tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi.
Pengaturan tugas-fungsi unit organisasi, harus disusun dengan diferensiasi tugas dan
fungsi yang jelas dan tegas antar unit organisasi.
Setelah itu, BPKP perlu merencanakan untuk menangkap pandangan dari pemangku
kepentingan, membuat konsensus dengan para pemangku kepentingan. Untuk
mendukung konsensus ini, BPKP perlu memastikan jenis informasi pengawasan yang
diharapkan oleh shareholder (Presiden) dari BPKP.
c. Penempatan Misi PASs Dalam Indonesia’s Incorporated Architecture
Misi ke empat BPKP di Renstra 2010–2014 berbunyi “Menyelenggarakan sistem
dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/Pemerintah”. Misi ini
diturunkan sifatnya menjadi kondisi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi
BPKP, dalam arti kegiatan ini memang mutlak dibutuhkan untuk menjalankan misi
BPKP. Namun karena ketiadaan atau absensi dasar hukum yang tegas tentang misi,
akhirnya mempersulit perumusan ukuran kinerja utama BPKP sebagai suatu
lembaga.
Pengarusutamaan tentang penataan kelembagaan di RPJMN 2015–2019, menjadi
argumentasi konfirmatif tentang penempatan misi ini ke tingkat kegiatan di BPKP.
Namun demikian, hal itu perlu dikaitkan dengan penyediaan informasi bagi Presiden,
baik sebagai Kepala Pemerintahan maupun Kepala Negara dalam kerangka
pencapaian tujuan bernegara.
Penyediaan informasi untuk pengambilan keputusan dalam kerangka mencapai
tujuan bernegara juga merupakan kondisi yang perlu untuk pelaksanaan tugas
pemerintahan, mulai dari Presiden dan seluruh KLPK-nya yang tergabung dalam
pemerintahan eksekutif, namun juga lingkup legislatif dan lingkup yudikatif.
Keseluruhan kebutuhan informasi ini perlu dibangun melalui penetapan suatu
arsitektur sistem yang terintegrasi dalam suatu konsep Indonesia’s Incorporated
Architecture.
Fungsi pemerintahan yang terkait dengan penyusunan Indonesia’s Incorporated
Architecture bukan berada di BPKP namun terkait dengan misi ke empat di Renstra
periode sebelumnya yaitu membangun “Presiden Accountability Sistems atau PASs
yang memang ditujukan untuk menyediakan informasi bagi Presiden”. Akibatnya
sulit mempertahankan agumentasi substantif kepada pemangku perencanaan untuk
mengembangkan misi ini ke dalam tujuan dan indikator BPKP sebagai lembaga,
sehingga sulit mendapatkan alokasi anggaran lewat pelaksanaan tugas dan fungsi
BPKP.
Karena keberadaan PASs merupakan kondisi yang perlu, sedangkan pengembangan
PASs ini secara peraturan bukan tugas utamanya, BPKP wajib berkoordinasi dengan
68
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Kementerian Informasi dan Komunikasi atau K/L lainnya untuk menjadikan Sistem
Informasi Hasil Pengawasan, saat ini dikenal sebagai SIMA atau Sistem Informasi
Management Akuntabilitas, sebagai salah satu unsur PASs. PASs yang dibangun
berdasarkan Indonesia’s Incorporated Architecture tersebut terintegrasi dengan
SIMA yang dibangun berdasarkan BPKP’s Enterprise Architecture (EA BPKP).
Subunsur selanjutnya, dibangun terintegrasi dengan EA BPKP. Namun
pembangunannya hendaknya taat metodologis. Setelah EA dibangun, dilanjutkan
dengan pengembangan Bussiness Architecture, yang sifatnya masih operasionalisasi
misi, baru dilanjutkan dengan penyusunan arsitektur teknis kegiatan pengawasan
seperti SOP dan pendukung pengawasan, khususnya ICT seperti Application
Architecture, Infrastructure Architecture, Data Architecture dan lain sebagainya.
d. Output dan Indikator Output: Informasi Assurance dan Rekomendasi
Penilaian LAKIP BPKP 2010-2013 menunjukkan inkonsistensi kinerja di BPKP.
Capaian output selalu di atas 100%, namun capaian ini tidak dibarengi dengan
capaian outcome yang sesuai. Oleh sebab itu, terdapat perubahan definisi output
BPKP sebagaimana dikenalkan di Renstra 2015–2019 ini.
Perbedaan signifikan antara Renstra 2010–2014 dengan Renstra 2015–2019 adalah
pada pendefinisian kegiatan dan output kegiatan. Pertama, batasan kegiatan di
Renstra 2015–2019 konsisten dengan batasan kegiatan yang digunakan oleh
Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan. Batasan serupa tidak
ditemukan di Renstra sebelumnya. Output BPKP di Renstra sebelumnya adalah
Laporan Hasil Pengawasan (LHP), sedangkan ouput di Renstra 2015–2019 adalah
informasi assurance dan rekomendasi perbaikan. Rekomendasi perbaikan menjadi
indikator output kegiatan. Indikator inilah yang dibiayai dengan anggaran berbasis
kinerja.
Perubahan output ini juga yang menjadi leverage Renstra 2015–2019 untuk
membawa ke arah perubahan menuju pencapaian misi dan visi BPKP dan seterusnya
hingga mencapai visi misi Presiden.
e. Redesign Sistem Informasi Hasil Pengawasan
Kinerja pengawasan BPKP terus dipantau baik dampaknya bagi stakeholder maupun
dari sisi progress untuk menghasilkan rekomendasi hasil pengawasan. Kegiatan
penugasan dari tim harus bisa di rekam dalam teknologi informasi hasil pengawasan.
Bersama dengan hasil pengawasan APIP lainnya dapat diolah menjadi hasil
pengawasan intern nasional sebagai salah satu bahan pembuatan rekomendasi hasil
pengawasan untuk Presiden dan kabinetnya. Informasi hasil pengawasan tersebut
harus diolah mengikuti Enterprise Architecture yang telah dibuat, dilanjutkan dengan
perancangan Bussiness Architecture untuk masing-masing jenis pengawasan dalam
misi BPKP, dan diharapkan memperhatikan konsep perancangan ICT-Indonesia
Incorporated Architecture.
69
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
f. Informasi Pengawasan Untuk Shareholder: Presiden RI
Shareholder BPKP adalah Presiden. Informasi pengawasan yang diharapkan oleh
Presiden diharapkan berupa informasi yang dapat berkontribusi secara maksimal
dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan memberi dampak langsung yang
sebesar-besarnya pada rakyat Indonesia. Dengan asumsi ini, pengawasan intern akan
lebih mengutamakan pada pengawalan pembangunan dan pengawasan lintas bidang.
Fungsi pengawasan berfokus pada pengawasan yang bersifat makro strategis yaitu
pengawasan atas akuntabilitas kinerja pada tingkat outcome dan impact dalam rangka
pengawalan pembangunan nasional di pusat dan daerah. Artinya, BPKP juga perlu
menyelenggarakan pengawasan Program Kerja Presiden Jokowi-Jusuf Kalla.
g. Identifikasi Stakeholders dan Kebutuhan Informasi Pengawasan
Dua kategori stakeholder utama BPKP yaitu: KLPK dan APIP di lingkungan
Kementerian (K), Lembaga (L) dan Pemerintah Daerah (P) serta BUMN/D di pusat
dan daerah. Untuk memenuhi kepentingan stakeholders-nya, BPKP harus
berkedudukan di ibukota Negara (Kepala BPKP yang didukung Kedeputian) dan di
dukung oleh Perwakilan BPKP di seluruh ibukota Provinsi. Adapun informasi yang
dibutuhkan adalah informasi assurance dan rekomendasi perbaikan dalam tiga pilar
pengawasan yaitu risk management, control, dan process governance.
2. Penataan Fungsi dan Struktur Organisasi
Dengan ditetapkannya Perpres 192 Tahun 2014 tentang BPKP, proses reorganisasi BPKP
harus dituntaskan untuk mengimbangi perubahan dinamis yang terjadi di pemerintahan.
Beberapa perubahan yang harus segera diambil langkah oleh BPKP antara lain terkait
dengan penambahan nomenklatur Kementerian Koordinator Kemaritiman dan
Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Perubahan nomenklatur dua Kemenko tersebut dengan sendirinya juga mengubah
kementerian yang berada dalam koordinasinya. Mengingat Kementerian/Lembaga
merupakan mitra kerja BPKP dalam melaksanakan pengawasan intern, maka tata ulang
struktur organisasi kedeputian adalah sebagai konsekuensi atas penataan baru mitra kerja
BPKP tersebut. Selain itu penguatan peran dan kewenangan BPKP dalam melaksanakan
audit investigatif juga menjadi titik penting untuk menata ulang struktur organisasi
Deputi Investigasi.
a. Perumusan Detil Fungsi Rendal
Pelaksanaan pengawasan lintas sektor untuk menghasilkan rekomendasi strategis
membutuhkan perencanaan pengawasan yang matang di direktorat. Pekerjaan ini
membutuhkan SDM yang memadai di direktorat dengan kompetensi yang memiliki
pemahaman yang komprehensif baik tentang substansi maupun tentang metodologi
pengawasan. Oleh karena itu, upaya yang harus segera dilakukan adalah pemberian
pendidikan dan pelatihan mengenai penugasan pengawasan komprehensif,
perencanaan serta pengendaliannya.
70
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Untuk menghasilkan rekomendasi pengawasan yang mendukung pengambilan
keputusan Pimpinan Pemerintah dalam penyempurnaan sistem, kebijakan, diperlukan
fungsi perencanaan dan pengendalian (Rendal) pengawasan yang kuat. Oleh karena
itu, fungsi Rendal BPKP Pusat (Kedeputian) perlu dirumuskan business process-nya
secara rinci.
Jika Kedeputian bertindak sebagai pelaksana operasional pengawasan ke K/L/BUMN
dengan cara pelaksanaan kegiatan sebagaimana Perwakilan melaksanakan kegiatan
operasional pengawasan, maka perlu menambah kapasitas perencanaan dan
pengendalian pengawasan di kedeputian. Perumusan indikatif sasaran permasalahan
pengawasan didesain oleh kedeputian beserta dengan kerangka acuan pengawasan di
awal rencana pengawasan dan dalam pelaksanaan pengawasan. Kedeputian juga
bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mengendalikan tercapainya sasaran
pengawasan sebagai kinerja hasil pengawasan BPKP.
1) Hakekat Rendal: Desainer Perbaikan Program Pembangunan
Informasi assurance dan/atau rekomendasi perbaikan program pembangunan
dalam RPJMN 2015–2019 harus didukung oleh suatu metodologi perencanaan
pengawasan yang komprehensif. Perencanaan dimaksud harus sistematis sesuai
dengan jiwa dan definisi internal auditing. Untuk dapat menyelenggarakan esensi
fungsi ini, direktorat di kedeputian harus kembali ke khittah atau hakekatnya.
Direktorat harus berfungsi sebagai penyusun rencana induk (desain)
pengawasan atas seluruh aspek pengawasan intern terhadap program
pembangunan lintas yang berada di bawah direktoratnya, serta sebagai
pengendali pelaksanaan audit agar berjalan untuk mencapai tujuannya,
mengawal sasaran program pembangunan, sesuai dengan desainnya. Karena
masa program pembangunan berjalan lima tahun, maka desain dimaksud berlaku
untuk lima tahun pengawasan.
Fungsi utama direktorat adalah melakukan observasi problematika pembangunan
K/L/Daerah binaannya. Observasi ini menjadi bahan penyusunan kerangka acuan
pengawasan yang akan dikendalikannya kemudian. Lingkup observasi tentunya
sesuai dengan program pengawasan pembangunan yang telah diidentifikasi di
renstra ini.
2) Organisasi Matriks Untuk Audit Lintas Bidang
Arah pengawasan intern yang dilakukan oleh BPKP adalah pada pencapaian
sasaran pembangunan nasional. Pelaksanaan audit ini akan bersifat lintas bidang,
dalam arti besar kemungkinan akan melibatkan satu atau lebih KLPK. Secara
internal, hal ini berarti bahwa pelaksanaan audit lintas bidang akan melibatkan
direktorat lain baik di satu kedeputian maupun antar kedeputian di BPKP. BPKP
harus membuat organisasi penugasan sedemikian rupa sehingga dapat menembus
sekat organisasi antar direktorat atau antar kedeputian. Organisasi penugasan ini
harus juga diselenggarakan dalam suatu sistem mengikuti business process yang
didukung oleh IT system tanpa terhambat oleh sekat organisasi sekaligus dapat
digunakan dari tahun ke tahun.
71
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
b. Restrukturisasi Organisasi Perwakilan
Penataan ulang organisasi perlu dilakukan secara berkesinambungan dan dengan
bijak. Percontohan perubahan struktur organisasi yang telah dilakukan terhadap (a)
Perwakilan BPKP Provinsi Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi
Sulawesi Tenggara; (b) Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau, Bangka
Belitung, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat,
Maluku Utara dan Papua Barat; dan (c) Perwakilan BPKP Provinsi Banten dan
Provinsi Bali perlu dipelajari dan dievaluasi dengan seksama untuk melanjutkan
perubahan struktur pada 20 Perwakilan BPKP yang tersisa.
Struktur kelembagaan Perwakilan BPKP sampai dengan saat ini baru menyelesaikan
sebelas Perwakilan BPKP dengan model Koordinator Pengawasan (Korwas)
menggantikan peran Kepala Bidang, dari 33 Perwakilan BPKP yang ada. Kondisi
ini sudah seharusnya segera disikapi oleh segenap jajaran pimpinan dan pegawai
BPKP mengingat keberadaan Perwakilan BPKP sebagai garda depan dalam
melaksanakan tugas pengawasan di daerah.
Terkait dengan restrukturisasi tersebut, personel di korwas bidang Prolap dan APIP
diharapkan mempunyai kompetensi yang memadai, baik di bidang IT maupun
bidang pengawasan.
Perwakilan BPKP Daerah Khusus Ibukota Jakarta harus diperlakukan khusus. Jika
sepakat bahwa fungsi direktorat adalah perencanaan dan pengendalian, dan tidak
operasional, maka Perwakilan BPKP Provinsi DKI harus disiapkan sebagai
pelaksana operasional pengawasan intern untuk KLPK yang terdapat di wilayah
ibukota Jakarta.
c. Penataan Fungsi Perencanaan dan Penganggaran
Struktur organisasi unit kerja di bawah Sekretariat Utama dan Pusat-Pusat juga akan
terus ditata ulang mengingat adanya kedekatan fungsi dalam suatu unit kerja,
nomenklatur jabatan yang sudah tidak relevan lagi, dan tugas ketatausahaan yang
ditempelkan pada fungsi utama kebiroan, serta perlunya pemecahan karena terjadi
kelebihan beban pekerjaan atau overload.
Untuk memperlancar bussiness process yang dilakukan melalui IT System,
hendaknya hambatan organisasi yang menyekat fungsi perencanaan dari
penganggaran dihilangkan dengan menjadikan kedua fungsi tersebut di satu Biro di
Kesetmaan. Namun demikian upaya penataan tersebut harus terlebih dahulu dibahas
secara komprehensif dan seksama agar menghasilkan solusi yang tepat bagi BPKP
secara keseluruhan.
3. Penataan Bussiness Process dan Tata Laksana
Penataan kelembagaan BPKP akan dilakukan dengan dalam tiga aspek atau perangkat,
yaitu: (a) fungsi dan struktur organisasi; (b) bussiness process dan tata laksana; dan (c)
analisis SDM aparatur sipil negara di BPKP. Penataan aspek fungsi dan struktur
72
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
organisasi sudah diutarakan di atas. Penataan bussiness process dan tata laksana berikut
menyangkut penataan kegiatan perorangan hingga pencapaian sasaran organisasi.
a. Bussiness Prosess Hasil Pengawasan Untuk Perencanaan Pembangunan
Penyatuan tempat berkantor Kepala BPKP bersamaan dengan Kepala Bappenas di
Kantor Kepresidenan mengandung arti bahwa hasil pengawasan wajib dimanfaatkan
untuk perencanaan pembangunan dan penganggarannya. Pemanfaatan hasil
pengawasan untuk pembangunan dan penganggaran konsisten dengan tujuan
pengawasan intern yaitu untuk perbaikan program pemerintah. Untuk itu harus
dibangun bussiness process6 pemanfaatan hasil pengawasan untuk meningkatkan
efektivitas perencanaan pembangunan.
Mekanisme hubungan antara Bappenas dan BPKP ini dibuat untuk memastikan
sinergitasnya. Mekanisme perencanaan dan penganggaran selama ini sudah berjalan
secara reguler namun tanpa aspek pemanfaatan hasil pengawasan. Pengawasan yang
bersifat post audit selama ini, harus diimbangi dengan pengawasan pre audit
terhadap perencanaan pembangunan, khususnya perencanaan kinerja yang diajukan
KLPK pada saat trilateral meeting.
b. Bussiness Process Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan
Menyangkut penjabaran manajemen kinerja pembangunan, BPKP juga perlu
membangun bussiness process7 untuk tujuan organisasi, dalam hal ini sasaran
strategis, yang telah ditetapkan di renstra ini, yaitu: (1) Peningkatan Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan (diukur dengan Indeks APKP); (2)
Peningkatan Kematangan Implementasi SPIP (diukur dengan Tingkat Maturitas
SPIP); dan (3) Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern (diukur dengan Indeks
Kapabilitas APIP). Ketiga sasaran strategis ini merupakan ukuran keberhasilan BPKP
sebagai lembaga, sekaligus merupakan ukuran keberhasilan Kepala BPKP.
Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan (Indeks APKP)
merupakan ukuran keberhasilan BPKP terkait dengan misi “Menyelenggarakan
Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan
Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi
yang Bersih dan Efektif”. Seluruh kegiatan BPKP hendaknya terkait dengan misi ini,
mulai dari tingkat pelaksana di bawah, tim teknis, pejabat pengawas, administratur,
pejabat tinggi pratama, pimpinan tinggi madya hingga pimpinan tinggi utama
(Kepala BPKP).
Bangunan bussiness process peningkatan Indeks APKP ini perlu dilanjutkan dengan
tata laksana atau SOP untuk masing-masing kegiatan yang ada di dalamnya.
6 Bussiness Dictionary, bussiness process is a series of logically related activities or tasks (such as planning, production and sales) performed together to produce a defined set of result. 7 Margareth Rouse, bussiness process is activity or set of activities that will accomplis a spesific organisational goal.
73
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
c. Bussiness Process Peningkatan Maturitas SPIP
Peningkatan kualitas penyelenggaraan SPIP ditandai dengan peningkatan
kematangan implementasi (maturitas) SPIP atau Indeks SPIP. Indeks SPIP ini
merupakan ukuran keberhasilan BPKP sebagai lembaga, (ukuran keberhasilan
Kepala BPKP), terkait misi 2 yaitu “Membina Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah yang Efektif”. Seluruh kegiatan BPKP hendaknya
terkait dengan misi ini, mulai dari tingkat pelaksana di bawah, tim teknis, pejabat
pengawas, administratur, pejabat tinggi pratama, pimpinan tinggi madya hingga
pimpinan tinggi utama (Kepala BPKP). Bangunan bussiness process peningkatan
Indeks SPIP ini perlu dilanjutkan dengan tata laksana atau SOP untuk masing-masing
kegiatan yang terdapat di dalamnya.
Sudah saatnya penggunaan pedoman pelaksanaan SPIP yang telah dihasilkan selama
lima tahun periode renstra 2010–2014, diintensifkan secara fundamental. Indeks SPIP
merupakan ukuran keberhasilan Kepala BPKP dalam membina penyelenggaraan SPI
KLPK. Penyelenggaraan SPIP seyogyanya dilaksanakan secara komprehensif
menyangkut seluruh kegiatan pokok instansi pemerintah (unit organisasi, SKPD)
dengan menggunakan Pedoman Penyusunan Design penyelenggaraan SPIP dan
diukur juga dengan secara paralel, menyangkut seluruh kegiatan pokok instansi
pemerintah (unit organisasi, SKPD) dengan Pedoman Penilaian Tingkat Maturitas
SPIP (komprehensif).
d. Bussiness Process Peningkatan Kapasitas Pengawasan Intern
Peningkatan kapasitas Pengawasan Intern ditandai dengan Kapabilitas APIP atau
Indeks APIP. Indeks APIP ini merupakan ukuran keberhasilan BPKP sebagai
lembaga, (ukuran keberhasilan Kepala BPKP), terkait misi 3 yaitu “Mengembangkan
Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten”.
Seluruh kegiatan BPKP hendaknya terkait dengan misi ini, mulai dari tingkat
pelaksana di bawah, tim teknis, pejabat pengawas, administratur, pejabat tinggi
pratama, pimpinan tinggi madya hingga pimpinan tinggi utama (Kepala BPKP).
Bangunan bussiness process peningkatan Indeks APIP ini perlu dilanjutkan dengan
tata laksana atau SOP untuk masing-masing kegiatan yang ada di dalamnya.
APIP pada KLPK diperlukan sebagai tuntutan organisasi modern. Untuk memenuhi
kebutuhan APIP yang handal, BPKP harus memposisikan diri sebagai Pembina APIP
(sebagai pelaksanaan Misi ke-3). Oleh karena itu, mendesak adanya fungsi Pusbin
APIP. Fungsi pembinaan JFA (auditor) yang selama ini dilaksanakan oleh Pusbin
JFA, perlu ditingkatkan menjadi fungsi pembinaan APIP untuk meningkatkan
kapabilitas APIP (internal dan eksternal BPKP) dengan cara antara lain:
1) Mengusulkan dibuatnya Internal Audit Charter bagi APIP;
2) Membangun metodologi pengukuran kinerja APIP;
3) Mendesain peningkatan kompetensi APIP sebagai upaya untuk peningkatan
kapabilitas APIP;
4) Memberdayakan Asosiasi APIP;
5) Evaluasi terhadap IACM Level ;
74
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
6) Sinergitas penugasan dan metodologi pengawasan.
Penempatan pegawai BPKP di KLPK lainnya, khususnya APIP, dilakukan paling
tidak meningkatkan Indeks APIP ini.
e. Framework Pemantauan–Evaluasi Lima Tahunan
Pengawasan intern (dengan multi tools pengawasan seperti audit, reviu, dan
pemantauan), menyangkut program pembangunan dalam RPJMN 2015–2019,
melibatkan APIP KLPK, dan lintas tahun, serta menyangkut aspek perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, harus dibangun secara khusus
dalam suatu kerangka kerja pengawasan intern. Hal tersebut dilakukan untuk
menjamin integritas dan kontinuitas pelaksanaan pengawasan intern sebagaimana
terlihat pada Peraga 3.6 berikut.
Untuk setiap sasaran program pembangunan yang terpilih untuk diaudit secara lintas
bidang dan lintas sektor, dibangun suatu kerangka kerja yang menyangkut pemetaan
logis target lima tahunan, tahunan dan triwulanan. Keseluruhan capaian target ini
dipantau secara reguler, termasuk realisasi anggaran (dan realisasi input lainnya)
masing-masing dalam suatu sistem yang berjalan selama lima tahun. Dengan
kerangka kerja yang telah menampung penggunaan input, pengukuran output dan
bahkan pengukuran outcome. Berdasarkan data-data tersebut, tanpa upaya
pengumpulan data yang signifikan, BPKP dapat melakukan analisis efisiensi dan
Peraga 3.3 Strategi Pengawasan BPKP
• Pembangunan Kemitraan dan Jejaring Pengawasan dan Perencanaan Pembangunan Nasional
Strategi Eksekutif
• Pemfokusan pengawasan intern pada isu strategis atau program pembangunan nasional bersifat lintas –RPJMN
• Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
• Peningkatan Kapasitas Pengawasan Intern yang mendukung Sinergi Pengawasan Program Pemerintah
• Penguatan penerapan SPI/Governance Program Pemerintah (Wajib, Prioritas & Pendukung) dan SPIKLPK
Strategi Operasional
•Peningkatan Kompetensi SDM BPKP dan Ketaatan Terhadap Standar dan SOP Berbasis Risiko
•Peningkatan Kapasitas Information and Communication Technology (ICT) berbasis BPKP’s Enterprise Arhitecture dan Pengawasan’s Bussiness Architecture
•Peningkatan Sarana Prasarana
Penguatan Kapasitas Internal
2015 2016 2017 2018 2019
Bas
elin
e 2
01
4
Targ
et 2
01
5
Targ
et 2
01
6
Targ
et 2
01
7
Targ
et 2
01
8
Targ
et 2
01
9
Realisasi OP 2015
Rea
lisas
i 20
16 R
ealis
asi 2
01
7
Rea
lisas
i 20
18 Rea
lisas
i 20
19
: Realisasi output: Target output
Realisasi target diukur oleh K/L (pendampingan BPKP, jika perlu) dan Diberi assurance oleh BPKP melalui monitoring atau survey
Mo
nit
or
Triw
I 20
15
Mo
nit
or
Triw
II 2
01
5
Mo
nit
or
Triw
III 2
01
5
Mo
nit
or
Triw
IV 2
01
5
Wilayah Audit dan/atau Evaluasi untuk
Perbaikan Program Jika ada Gap Realisasi-Target
Wilayah Audit/ Evaluasi untuk Akuntabilitas Pro-gram /RPJM Berikutnya
Peraga 3.6. Framework Monitoring-Evaluation
OP1 OP2 OP3 OP4
: Realisasi Anggaran
75
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
efektivitas. Jika terdapat masalah capaian, berupa gap antara target dan realisasi,
evaluasi program dapat dilakukan secara lebih mudah.
f. Standarisasi Untuk Penganggaran Berbasis Kinerja
Guna memberikan kemudahan dalam penganggaran, BPKP harus melanjutkan
penerapan anggaran berbasis kinerja yang sudah dilakukan dalam Rencana Kerja
Anggaran (RKA) BPKP Tahun 2014 meliputi Program Teknis, Pengawasan Intern
dan Pembinaan SPIP. Dalam RKA Tahun 2014, fokus standarisasi masih dari aspek
kegiatan (audit, evaluasi, reviu dan seterusnya), anggaran untuk setiap penugasan
adalah sama (persentase tertentu dari standar yang diajukan BPKP ke Kementerian
Keuangan) untuk seluruh unit organisasi BPKP. Anggaran penugasan berbeda dari
satu unit ke unit organisasi lainnya, tergantung tingkat kesulitan wilayah kerjanya.
Proses standarisasi tersebut perlu dikaji ulang atau dilanjutkan untuk mendekati
penerapan Anggaran Berbasis Kinerja di BPKP.
4. Analisis SDM Aparatur Sipil Negara BPKP
Penjabaran atas amanat pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang pengawasan
sebagaimana diamanatkan dalam Perpres 192/2014 harus dikaitkan dengan Reformasi
Birokrasi di BPKP, dan dilakukan dalam mekanisme implementasi kebijakan RB tingkat
nasional. Demikian juga kebutuhan jumlah ASN sedang dilakukan melalui proses
Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja. Terkait dengan jumlah SDM ASN yang
dibutuhkan oleh BPKP dilakukan melalui proses analisis jabatan dan analisis beban kerja
yang jelas dan detil dalam kurun waktu lima tahunan.
Penjabaran rencana peningkatan kompetensi dan profesionalisme ASN akan dilakukan
khususnya terkait dengan pelaksanaan pengawasan intern yang bersifat makro.
Peningkatan pendidikan JFA harus disusun dengan memerhatikan rencana peningkatan
kompetensi dan profesionalitas SDM dalam kurun waktu lima tahunan.
Mekanisme penilaian kinerja individu di BPKP saat ini telah menggunakan aplikasi
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang dikembangkan oleh BKN. SKP ini sangat kaku
mengikuti struktur organisasi sehingga perlu dijabarkan atau disesuaikan agar mekanisme
Penilaian Kinerja Individu SDM BPKP sesuai dengan sifat pekerjaan BPKP itu sendiri,
khususnya lintas bidang.
a. Reinventing Posisi Unik Pengawasan Intern BPKP: Agen Perubahan
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya BPKP perlu memerankan dirinya
sebagai agen perubahan pada KLPK. Perubahan diukur dengan peningkatan kinerja
KLPK dengan mengutamakan integritas (lihat Peraga 3.7). Dengan konsep tersebut,
mempekerjakan pegawai BPKP di KLPK pada prinsipnya merupakan bentuk
penugasan. Dengan demikian, perlu dipertimbangkan untuk meminta laporan hasil
penugasan kepada pegawai yang bersangkutan tentang perbaikan kinerja di KLPK-
nya masing-masing. Secara penugasan, mereka diharapkan dapat berperan sebagai
agen perubahan di lingkungan KLPK.
76
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Aktivitas pengawasan BPKP sungguh unik dan strategis. Penempatan staf BPKP di
KLPK diharapkan menguatkan penerapan akuntabilitas dengan integritas yang tinggi,
mengacu kepada sistem di BPKP yang sudah teruji, termasuk dalam clearing house
dan debottlenecking. Posisi ini, secara teori, memuluskan pelaksanaan fungsi
pengawasan lintas bidang dengan pendekatan multi APIP dan multi metodologi
pengawasan.
Peraga 3. 7. Integritas Sebagai Prasyarat Kinerja Unggul
b. Perekrutan Tenaga Ahli
Pelaksanaan pengawasan lintas bidang membutuhkan keahlian lintas bidang dan
bahkan lintas metode. Untuk kebutuhan ini Kedeputian BPKP perlu
mengidentifikasi tenaga ahli yang dibutuhkan agar penyediaannya dapat dilakukan
dalam waktu yang memadai.
Uraian lebih rinci penataan kelembagaan dimaksud dituangkan dalam Lampiran 2
Renstra ini.
ORGANIZATION PERFORMANCE NEEDS INTEGRITY
4
“integrity as what it takes for a person to be whole and complete.
Integrity creates workability.Without integrity, the workability declines; and as workability
declines, the opportunity for performance declines.Therefore,
integrity is a necessary condition for maximum performance” *)
*) Jensen (2009)
Promoting integrity is a prerequisite for all public sector reform,and the progress in achieving performance is considered as proof
of the willingness and commitment toward good governance
Integrity is composed of value, moral commitment, ethic, attitude, ethos, spirit, etc.
77
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN
Pada bab sebelumnya telah diuraikan tentang visi, misi dan tujuan BPKP yang pencapaiannya
diukur dari pencapaian sasaran strategis, sasaran program dan sasaran kegiatan. Bab ini
menguraikan mengenai target-target kinerja dan kerangka pendanaan untuk mencapai sasaran-
sasaran tersebut.
A. TARGET KINERJA
Tiga jenis kinerja yang perlu diukur untuk memudahkan pengelolaannya yaitu kinerja sasaran
strategis (impact), kinerja sasaran program (outcome) dan kinerja sasaran kegiatan (output).
Sebelumnya diuraikan tentang pengukuran kinerja.
1. Pengukuran Kinerja
Pengelolaan pencapaian visi, misi dan tujuan tersebut ditentukan oleh pengelolaan
pencapaian sasaran strategis, sasaran program dan sasaran kegiatan. Kemampuan
pengelolaan pencapaian visi, misi dan tujuan tersebut ditentukan oleh kualitas
pengukuran kinerja sasaran strategis, sasaran program dan sasaran kegiatan. Pengukuran
kinerja merupakan langkah penting yang harus dilakukan oleh BPKP untuk dapat
mengetahui sejauh mana rencana dalam Renstra BPKP berhasil dicapai. Faktor-faktor
mana yang berkontribusi dalam menghambat capaian kinerja, sekaligus dapat ditemukan
akar permasalahan tidak tercapainya suatu rencana. Lingkup pengukuran kinerja meliputi
pengukuran kinerja sasaran strategis, kinerja program dan kinerja kegiatan. Sudah barang
tentu bahwa pengukuran ketiga kinerja tersebut disamping harus saling terkait juga harus
menunjukkan alur logikanya sehingga pencapaian sasaran kegiatan adalah untuk
mencapai sasaran program dan pencapaian sasaran program adalah dalam rangka
mencapai sasaran strategis.
Untuk dapat mengukur sasaran strategis, sasaran program dan sasaran kegiatan,
ditentukan indikator pencapaian dan target capaian atau yang dikenal dengan target
kinerja. Spesifiknya, target BPKP merupakan hasil dan satuan hasil yang direncanakan
akan dicapai BPKP dari setiap indikator kinerjanya1. Target-target kinerja ditentukan di
awal tahun perencanaan. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara
target dengan realisasinya. Agar memudahkan dalam pengukuran kinerja baik pada level
1Adopsi dari Peraturan Menteri PPN Nomor 5 Tahun 2014
78
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
sasaran strategis, program, maupun kegiatan maka satuan hasil indikator yang dibangun
telah memenuhi kaidah-kaidah Spesific, Measurable, Achievable, Relevant dan Time
bound atau disingkat SMART. Tatacara pengukuran target kinerja untuk ketiga kinerja di
atas dituangkan dalam Profil Pengukuran Kinerja BPKP.
2. Target Kinerja Sasaran Strategis
Terdapat tiga sasaran strategis sebagai indikator pencapaian tujuan BPKP. Pencapaian
sasaran strategis ini merupakan cermin dari dampak yang ditimbulkan dari pemanfaatan
atau capaian outcome program yang diselenggarakan. Untuk mengetahui dan dapat
menilai keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran strategis ditetapkan target
sasaran strategis sebagai kondisi nyata pada tahun 2019 untuk tiga sasaran strategis
BPKP yaitu (Tabel 4.1):
Tabel 4.1. Target Kinerja Sasaran Strategis BPKP
3. Target Kinerja Sasaran Program
Arah kebijakan pengawasan BPKP akan dilaksanakan dengan progam pengawasan intern
akuntabilitas keuangan negara dan pembangunan nasional serta pembinaan SPIP dan…
Tabel 4.2. Target Kinerja Sasaran Program
Uraian Target 2019
SS1 Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan dan
Pembangunan Nasional
Indeks Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Dan
Pembangunan
3 dari skala 5
Level Maturitas SPIP Lintas 3 dari skala 5
Level Maturitas SPIP
K/L/Pemda
3dari skala 5
Efektifitas SPI Korporasi 3dari skala 5
Level APIP K/L 3 dari skala 5
Level APIP Pemda 3 dari skala 5
Kode Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Sasaran Strategis
SS2 Meningkatnya Maturitas SPI pada
KLPK dan Program Lintas
SS3 Meningkatnya Kapabilitas
Pengawasan Intern K/L/Pemda
Uraian Target
2015
Target
2016
Target
2017
Target
2018
Target
2019
SP1 Perbaikan pengelolaan
Keuangan Negara
Perbaikan tata kelola, manajemen risiko
dan pengendalian intern Pengelolaan
Keuangan Negara
40 50 60 70 80
SP2 Meningkatnya Kualitas
Penerapan SPIP pada
Program Prioritas Nasional
Diterapkannya kelima Unsur SPIP
Program Prioritas Nasional secara
memadai
40 40 40 50 50
SP3 Meningkatnya Kualitas
Penerapan SPI KLPK serta
Meningkatnya Upaya
Pencegahan Korupsi
Diterapkannya kelima Unsur SPIP pada
K/L/Pemda/Efektivitas SPI Korporasi
secara memadai
50 60 70 80 80
Kapabilitas APIP K/L (level 3) 4.17% 4.17% 20.83% 45.83% 79.17%
Kapabilitas APIP Pemprov (level 3) 5.0% 10.0% 20.0% 30.0% 50.0%
Kapabilitas APIP Pemkab/kot (level 3) 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0%
SP5 Meningkatnya Kualitas
Layanan Dukungan Teknis
Pengawasan
Persepsi Kepuasan Layanan Kesetmaan
(Skala Likert 1-10)
7 7 7 8 8
Kode Sasaran Program
Indikator Kinerja Program (Outcome)
SP4 Meningkatnya Kapabilitas
Pengawasan Intern K/L/P
79
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Program pertama
dilaksanakan dengan kegiatan utama pengawasan intern atas akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara dan pembangunan nasional; pembinaan penyelenggaraan SPIP serta
pembinaan kompetensi aparat pengawasan intern pemerintah, sasaran yang akan dicapai
dari program-program tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2 di atas.
4. Target Kinerja Sasaran Kegiatan (Output)
Sasaran program pengawasan BPKP diharapkan dapat dicapai terlaksananya kegiatan-
kegiatan utama pengawasan intern atas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,
keuangan daerah dan pembangunan nasional; pembinaan penyelenggaraan SPIP serta
pembinaan kompetensi aparat pengawasan intern pemerintah. Sasaran yang akan dicapai
dari kegiatan tersebut terlihat seperti pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3. Tabel Target Kinerja Sasaran Kegiatan (Output)
Untuk mendukung ketercapaian sasaran program pengawasan, kegiatan dan sasaran
kegiatan dukungan pengawasan yang dilaksanakan BPKP adalah sebagai terlihat pada
Tabel 4.4.
5. Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) telah menjadi isu sentral dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Kualitas tata kelola pemerintahan
adalah prasyarat tercapainya sasaran pembangunan nasional, baik jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang. Selain itu, penerapan tata kelola pemerintahan yang
baiksecara konsisten akan turut berkontribusi pada peningkatan daya saing Indonesia di
lingkungan internasional. Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara konsisten
ditandai dengan berkembangnya aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi,
supremasihukum, keadilan, dan partisipasimasyarakat.
Konsep good governance di Indonesia menguat pada era reformasi ketika terdapat
desakan untuk mengurangi peran pemerintah yang dianggap terlalu dominatif dan tidak
efektif (bad government). Untuk mengatasi hal ini negara perlu membagi kekuasaan yang
dimiliki dengan aktor lain yakni swasta (private sector) dan masyarakat sipil (civil
society). Interaksi diantara ketiga aktor ini dalam mengelola kekuasaan dalam
penyelenggaraan pembangunan disebut governance. Interaksi dimaksud mensyaratkan
adanya ruang kesetaraan (equality) diantara aktor-aktor terkait sehingga prinsip-prinsip
seperti transparansi, akuntabilitas, partisipasi, dan lain sebagainya dapat terwujud.
Uraian Target
2015
Target
2016
Target
2017
Target
2018
Target
2019
1 Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Jumlah Rekomendasi Hasil
Pengawasan
3.796 3.796 3.796 3.796 3.796
2 Tersedianya Informasi
Penyelenggaraan SPIP
Jumlah Rekomendasi Hasil
Pembinaan SPIP
1.267 1.267 1.267 1.267 1.267
3 Tersedianya informasi
Kapabilitas Pengawasan
Intern K/L/P
Jumlah Rekomendasi
Pembinaan Kapabilitas
Pengawasan Intern K/L/P
151 151 151 151 151
5.214 5.214 5.214 5.214 5.214
No Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja Kegiatan (Output)
Jumlah
80
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Tabel 4.4 Sasaran Kegiatan Dukungan Pengawasan
Uraian Target
2015
Target
2016
Target
2017
Target
2018
Target 2019
Laporan audit, evaluasi dan
review
132 106 108 110 114
Tindak lanjut laporan hasil
pemeriksaan dan pengaduan
masyarakat
79% 84% 89% 89% 89%
Hasil pembinaan jabatan
Fungsional Auditor
62 Lap,
3.000
penetapa
n, 2.100
sertf, 1
sistem
62 Lap,
3.000
penetapa
n, 2.100
sertf, 1
sistem
62 Lap,
3.000
penetapan
, 2.100
sertf, 1
sistem
62 Lap,
3.000
penetapan
, 2.100
sertf, 1
sistem
62 Lap,
3.000
penetapan,
2.100 sertf,
1 sistem
Pengembangan kapasitas
APIP dan PKN STAR
4.542
orang, 10
Paket
3.096
orang, 10
Paket
722
orang, 10
Paket
- -
Pengembangan kapasitas,
kualitas SDM dan kompetensi
7.550 8.400 8.010 6.320 6.570
Standardisasi/sertifikasi,
Perencanaan dan Monev
Kinerja
6 6 6 5 5
Hasil riset dan pengembangan
penerapan/pemanfaatan
12 13 15 13 13
Perencanaan, monev dan
pengembangan kapasitas
sumber daya
8 8 8 8 8
Pembinaandan koordinasi
kelitbangan
1 1 1 1 1
Perencanaan/program,
penganggaran, dan
pengendalian
5 5 5 5 5
Pemantauan, analisa, dan
evaluasi
44 44 44 44 44
Penyusunan peraturan
perundang-undangan dan
pembinaan hokum
15 15 15 15 15
Pertimbangan atau opini
hukum dan pendampingan
hukum
30 30 30 30 30
Kehumasan, hubungan
kelembagaan dan
keprotokolan
31 31 31 31 31
Perencanaan, pembinaandan
manajemen kepegawaian
5.795 5.915 6.035 6.165 6.265
Organisasi, tata laksana dan
reformasi birokrasi
3 3 3 3 3
Penganggaran 40 40 40 40 40
Perbendaharaan 12 12 12 12 12
Akuntansi /laporan keuangan
dan barang milik negara
9 9 9 9 9
Pelayanan umum
kerumahtanggaan dan
perlengkapan
1 1 1 1 1
Pengelolaan aset BMN
(administrasi dan
Pemeliharaan)
79 79 79 79 79
8 Pengelolaan Kepegawaian
dan Organisasi
9 Pengelolaan Anggaran dan
Sistem Akuntansi
Pemerintah
10 Pengadaan dan
Penyaluran Sarana dan
Prasarana BPKP,
Pembinaan Administrasi
dan Pengelolaan
Perlengkapan serta
Pembayaran
5 Penelitian dan
Pengembangan
Pengawasan
6 Penyusunan dan Evaluasi
Rencana
7 Pembinaan Hukum dan
Pengelolaan Kehumasan
9 dan
6.840
9 dan
6.840
3 Pembinaan Jabatan
Fungsional Auditor
4 Penyelenggaraan dan
Pengembangan
Pendidikan dan Pelatihan
Pengawasan
2 Penyelenggaraan Sistem
Informasi Pengawasan
Pelayanan pengelolaan data
dan teknologi informasi
9 dan
6.840
9 dan
6.840
9 dan
6.840
No Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja Kegiatan (Output)
1 Pengawasan Intern BPKP
81
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Namun demikian, dalam perkembangannya penerapan good governance belum mampu
membuka ruang serta mendorong keterlibatan masyarakat dalam penyelengaraan
pemerintahan dan pengelolaan pembangunan. Di sisi lain, peran pemerintah sebagai
aktor kunci (key actor) pembangunan cenderung berkurang dikarenakan pembagian
peran dengan swasta.
Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendorong perluasan
partisipasi masyarakat sebagai aktor pembangunan,yaitu dengan terbitnya UU Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang menjadi landasan untuk
memantapkan penerapan prinsip-prinsip governance dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Selain itu, untuk menginstitusionalisasi keterbukaan informasi publik,
telah terbentuk lembaga Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di BPKP.
Dari sisi penguatan kapasitas pemerintahan (birokrasi), BPKP terus berupaya
memantapkan kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi (RB) di segala area perubahan
yang disasar, baik kebijakan, kelembagaan, SDM aparatur, maupun perubahan mind set
dan culture set. Reformasi birokrasi diharapkan dapat menciptakan birokrasi yang
bermental melayani yang berkinerja tinggi sehingga kualitas pelayanan BPKP kepada
stakeholders akan meningkat.
1) Sasaran
Sasaran pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik di BPKP adalah (i)
meningkatnya keterbukaan informasi dan komunikasi publik, (ii) meningkatnya
partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik, (iii) meningkatnya
kapasitas birokrasi, dan (iv) meningkatnya kualitas pelayanan publik.
2) Arah Kebijakan dan Strategi
Untukmencapaisasaran tersebut dilakukan melalui arah kebijakan dan strategi
sebagai berikut:
1. Peningkatan keterbukaan informasi dan komunikasi publik, diantaranya
melalui pembentukan pembentukan PPID dalam rangka Keterbukaan Informasi
Publik;
2. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan, diantaranya
melalui penciptaan forum-forum konsultasi publik;
3. Peningkatan kapasitas birokrasi, diantaranya melalui perluasan pelaksanaan
Reformasi Birokrasi;
4. Peningkatan kualitas pelayanan publik, di antaranya melalui penguatan
pengawasan oleh masyarakat.
Untuk itu, ditetapkan indikator pengarusutamaan tatakelola pemerintahan yang
perlu diterapkan di BPKP seperti disajikan dalam Tabel 4.5 berikut ini.
82
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Tabel 4.5 Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan di BPKP
No.
Isu/
Kebijakan
Nasional
Kebijakan dalam
Renstra Indikator
Sasaran
2015 2016 2017 2018 2019
Peningkatan keterbukaan informasi dan komunikasi publik
1 Pembentukan
Pusat Pelayanan
Informasi dan
Dokumentasi
(PPID) dalam
rangka
Keterbukaan
Informasi Publik
Pembentukan PPID
pada setiap unit
organisasi
PPID di BPKP
Pusat
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
% PPID di
Perw. BPKP
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
Kerjasama dengan
media massa dalam
rangka public
awareness campaign
(PAC)
% unit kerja
yang melaku-
kan kerjasama
dengan media
massa
20 %
40 %
60 %
80 %
100 %
Publikasi semua
proses perencanaan
dan penganggaran ke
dalam website BPKP
% unit kerja
yang mempu-
blikasi proses
perencanaan &
penganggaran
30 %
60 %
100 %
100 %
100 %
Publikasi informasi
penggunaan
anggaran
% unit kerja
yang
mempublikasi
penggunaan
anggaran
30 %
60 %
100 %
100 %
100 %
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan
1 Pencipt
aan ruang-ruang
partisipasi dan
konsultasi publik
Pembentukan forum
konsultasi publik
dalam perumusan
kebijakan
% unit kerja
yang melaksa-
nakan forum
konsultasi
publik
20 %
40 %
60 %
80 %
100 %
Pengembangan
sistem publikasi
informasi proaktif
yang dapat diakses
dan mudah dipahami
% unit kerja
yang memiliki
sistem publikasi
informasi dan
mudah
dipahami
20 %
40 %
60 %
80 %
100 %
Pengembangan
website yang
berinteraksi dengan
masyarakat
% unit kerja
yang memiliki
website yang
interaktif
50 %
100 %
100 %
100 %
100 %
Peningkatan kapasitas birokrasi melalui reformasi birokrasi
1 Penyusunan
Grand Design
dan Road Map
Reformasi
Birokrasi
Penyusunan Grand
Design dan Road
Map Reformasi
Birokrasi BPKP
Tersusunnya
Grand Design
dan Road Map
Reformasi
Birokrasi
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
83
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
BPKP
2 Penataan
kelembagaan
instansi
Pemerintah yang
mencakup
penataan fungsi
dan struktur
organisasi
Melakukan
restrukturisasi
organisasi dan tata
kerja instansi untuk
rightsizing di
dasarkan pada
sasaran dan
kebijakan RPJMN
% tersusunnya
struktur
organisasi dan
tata kerja yang
proporsional,
efektif, efisien
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
3 Penataan
ketatalaksanaan
instansi
pemerintah
Penyederhanaan
proses bisnis dan
penyusunan SOP
utama khususnya
yang berkaitan
dengan pelayanan
kepada masyarakat
% SOP utama
telah tersusun
sesuai dengan
proses bisnis
organisasi
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
4 Penerapan SPIP Percepatan
penerapan SPIP di
setiap unit organisasi
pemerintah
% jumlah unit
kerja yang
menerapkan
SPIP
100% 100% 100% 100% 100%
5 Akuntabilitas
pengelolaan
keuangan negara
Penyusunan laporan
keuangan yang
akuntabel dan sesuai
dengan SAP
Opini WTP
BPKP
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
6 Sistem seleksi
PNS melalui
CAT System
Penerapan sistem
seleksi berbasis CAT
system
% penggunaan
CAT system
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
7 Pengembangan
dan penerapan e-
Government
Pengembangan dan
penerapan e-
Government
% jumlah unit
kerja yang
membangun dan
menerapkan e-
Government
40 %
55 %
65 %
75 %
90 %
8 Penerapan e-
Arsip
Penerapan e-Arsip di
BPKP
% unit kerja
yang telah
menerapkan
manajemen
arsip secara
lebih efektif
8% 20 % 40 % 60 % 80 %
9
Penyelenggaraan
Sistem
Akuntabilitas
Kinerja Aparatur
Penerapan sistem
akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah
berbasis TI
% penerapan
SAKIP yang
berbasis TI
20 %
40 %
60 %
80 %
100 %
Penyusunan LAKIP
yang berkualitas
LAKIP BPKP
memperoleh
nilai A
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
1 Pembentukan
unit pengaduan
masyarakat yang
Penerapan
manajemen
pengaduan berbasis
% unit
pengaduan
masyarakat
50 %
100 %
100 %
100 %
100 %
84
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
berbasis TI TI yang efektif pada
setiap unit pelayanan
publik
berbasis TI
2
Membangun
sistem
pengelolaan dan
layanan
informasi
publikyang andal
dan profesional
Mengembangkan
sistem publikasi
informasi proaktif
yang dapat diakses,
dengan bahasa yang
mudah dipahami
% unit kerja
yang memiliki
sistem publika-
si informasi
proaktif yang
dapat diakses,
dan mudah
dipahami
100%
100 %
100 %
100 %
100 %
Mengembangkan
website yang
berinteraksi dengan
masyarakat
% unit kerja
yang memiliki
website yang
interaktif
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
B. KERANGKA PENDANAAN
Kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kerangka kebutuhan dana organisasi dalam
rangka mencapai sasaran strategisnya selama lima tahun ke depan. Perhitungan dibuat
berdasarkan proyeksi dalam lima tahun. BPKP dalam menyusun kerangka pendanaan
memperhatikan sumber dana yang dapat diperoleh dan target program yang dicanangkan
selama lima tahun. Sumber dana pendanaan BPKP diperoleh dari sumber APBN, penerimaan
negara bukan pajak (PNBP), dan pembiayaan hibah bantuan luar negeri (PHLN). Jumlah
anggaran tahun 2015, dan perkiraan kebutuhan anggaran tahunan dari tahun 2016–2019
disajikan pada Lampiran 1 Renstra ini. Dalam Lampiran tersebut, output kegiatan yang
menjadi basis pengalokasian anggaran masih dibuat merata dengan pertimbangan bahwa
sinyal kenaikan ruang fiskal negara masih incremental. Perhitungan anggaran tahunan tetap
mengikuti kebijakan umum penganggaran yang ditetapkan setiap tahun oleh Kementerian
Keuangan.
1. Analisis Pendanaan BPKP 2014-2015
Analisis dana yang dikelola BPKP dalam tahun 2014, proporsi APBN mencapai 90%
sedang sisanya diperoleh dari PHLN (8,8%) dan PNBP (0,6%). Proporsi tersebut relatif
sama untuk tahun 2015, yakni porsi terbesar berasal dari APBN mencapai 87,3%,
sedangkan porsi PHLN sebesar 11,9% dan porsi PNBP tetap sebesar 0,8%.
Tabel 4.6 Analisis Pendanaan BPKP 2014–2015 Menurut Sumber Pendanaan
(milyar Rp) % (milyar Rp) %
1 Rupiah Murni (APBN) 1.334 87,30% 1.153 90,60%
2 PNBP 12 0,80% 7 0,60%
3 PHLN 182 11,90% 112 8,80%
1.528 100% 1.272 100%
Sumber PendanaanNo
Total
20142015
85
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Efektif Februari 2013, BPKP menyelenggarakan kegiatan State Accountability
Revitalization (STAR) untuk meningkatkan SDM dari pengelola keuangan negara/daerah
(bagian dari pembinaan penyelenggaraan SPIP) dan aparat pengawasan intern (bagian
dari peningkatan kapasitas APIP). Kegiatan ini dibiayai oleh Loan ADB Nomor 2927
INO hingga tahun 2017. Karena STAR ini tidak mungkin mencakup kebutuhan
pembiayaan peningkatan kapasitas pengelola keuangan, sejak 2016 BPKP perlu
mengusulkan anggaran dari Rupiah Murni.
Analisis pendanaan untuk mencapai sasaran program dibedakan menjadi dua program
utama, yakni program pengawasan dan program dukungan pengawasan. Program
pengawasan BPKP ditujukan dalam rangka program pengawasan intern akuntabilitas
keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP, sedangkan program dukungan
pengawasan merupakan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya.
Porsi dana untuk mencapai program pengawasan mengalami peningkatan 6% pada tahun
2015 yang mencapai 30% dari total dana. Adapun porsi program dukungan pengawasan
adalah sebesar 70%. Besarnya dukungan pengawasan ini adalah konsekuensi logis dari
BPKP sebagai lembaga profesional yang menggunakan banyak SDM dibanding sumber
daya lainnya.
Tabel 4.7 Analisis Pendanaan BPKP 2014-2015 Menurut Program
2. Perkiraan Pendanaan 2015–2019
Perhitungan pendanaan BPKP 2015–2019 harus memperhatikan sasaran strategis yang
hendak dicapai, besar keluaran hasil pengawasan yang ditargetkan, dan ketersediaan
dana. Analisis terhadap ketersediaan dana bahwa dana PHLN hanya sampai tahun 2017
sedangkan ketersediaan dana APBN relatif meningkat secara gradual disesuaikan dengan
tingkat inflasi dan ketersediaan dana. Adapun PNBP bersifat stagnan karena kapasitas
Pusdiklatwas yang relatif tetap. Perkiraan pendanaan terlihat pada Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8. Perhitungan Pendanaan 2015–2019
(milyar Rp) % (milyar Rp) %
1 Program Dukungan Manajemen &
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
1.068 69,9 966,72 76
2 Program Pengawasan Intern
Akuntabilitas Keuangan Negara &
Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
460 30,1 305,28 24
1.528 100 1.272,00 100
2015 2014
Total
ProgramNo
2015 2016 2017 2018 2019
1 Program Dukungan Manajemen &
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
1.068 1.129 1.191 1.254 1.313
2 Program Pengawasan Intern
Akuntabilitas Keuangan Negara &
Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
460 488 516 544 574
1.528 1.617 1.707 1.798 1.887
No
Total
Program(milyar Rp)
86
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
THIS PAGE IS INTENTIONALLY BLANK
87
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
BAB V
PENUTUP
Rencana strategis BPKP merupakan dokumen perencanaan pengawasan internal terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional. Dokumen tersebut menjadi
rancangan kerja yang memberikan arah dan tujuan dari pelaksanaan program dan kegiatan dari
setiap unit organisasi di BPKP.
Visi BPKP sebagai auditor internal pemerintah RI berkelas dunia untuk meningkatkan
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional adalah impian sekaligus leverage
(daya ungkit) peningkatan kualitas pengawasan intern sehingga dapat berujung pada peningkatan
kinerja keuangan dan pembangunan, yang pada akhirnya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kinerja Pembangunan Nasional secara kuantitatif tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Untuk
berubah (meningkatkan kualitas), diperlukan kerja keras dan usaha bersama dari seluruh pegawai
BPKP baik dari pimpinan maupun dari pegawai fungsional dalam seluruh tingkatan.
Visi tersebut harus menjadi visi bersama dan menjadi sesuatu yang harus diingat dari setiap
kegiatan dan tindakan agar dapat mencerminkan kualitas kompetensi dan kualitas karakter
sebagai auditor berkelas dunia. Oleh karena itu, setiap pegawai perlu memahami kemana arah
pengawasan BPKP ke depan.
Seluruh pimpinan dan pegawai BPKP diharapkan hadir menjadi wakil pemerintah di bidang
pengawasan, selalu hadir dalam membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis dan terpercaya. Pengawasan yang dapat memberi output assurance dan output
consultancy kepada Presiden dan kabinetnya sehingga keseluruhan Pemerintah dapat memastikan
pencapaian Enam Sasaran Pokok Pembangunan yang dirancang sebagai indikator peningkatan
kesejahteraan rakyat.
88
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
THIS PAGE IS INTENTIONALLY BLANK
89
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
LAMPIRAN
Lampiran 1-1 : Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah BPKP 2015-2019 (Program
06)
Lampiran 1-2 : Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah BPKP 2015-2019 (Program
01)
Lampiran 2 : Kerangka Kelembagaan BPKP
90
`
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
THIS PAGE IS INTENTIONALLY BLANK
LA
MP
IRA
N 1
-1
KL
PR
OG
KE
G2
01
52
01
62
01
72
01
82
01
92
01
52
01
62
01
72
01
82
01
9
08
90
6
Men
ing
ka
tny
aK
ua
lita
sA
ku
nta
bil
ita
s
Pen
gel
ola
an
Keu
an
ga
nd
an
Pem
ba
ng
un
an
Na
sio
na
lIn
dek
sA
kun
tabi
lita
sP
eng
elol
aan
Keu
ang
an
dan
Pem
ban
gu
nan
Pro
gra
mP
rior
itas
dal
am
Naw
a C
ita
11
22
3
Men
ing
katn
ya
Mat
uri
tas
SP
IP
Lev
elM
atu
rita
sS
PIP
Pro
gra
mP
rior
itas
dal
am N
awa
Cit
a
20
,0%
30
,0%
40
,0%
50
,0%
60
,0%
Mat
uri
tas
SP
IP K
/L(L
evel
3)
4,1
7%
12
,50
%2
5,0
0%
75
,00
%8
7,5
0%
Mat
uri
tas
SP
IPP
emer
inta
hP
rov
insi
(Lev
el
3)
10
,0%
15
,0%
20
,0%
40
,0%
50
,0%
Mat
uri
tas
SP
IPP
emer
inta
hK
abu
pat
en/K
ota
(Lev
el 3
)
5,0
%1
0,0
%1
5,0
%2
0,0
%2
5,0
%
Efe
kti
fita
s S
PI
Ko
rpo
rasi
:
BU
MN
(Cap
aian
Kin
erja
BU
MN
min
imal
A=
40
%)
20
,0%
30
,0%
30
,0%
35
,0%
40
,0%
BU
MN
(C
apai
an R
OA
min
imal
A=
40
%)
3,0
%3
,0%
4,0
%4
,0%
5,0
%
BL
UD
(Cap
aian
Pro
por
siD
ana
Mas
yar
akat
sebe
sar
50
%te
rhad
apto
tal
pen
gel
olaa
nd
ana
pad
a 2
0%
BL
UD
)
15
,0%
15
,0%
16
,0%
18
,0%
20
,0%
Men
ing
ka
tny
aK
ap
ab
ilit
as
Pen
ga
wa
san
Inte
rn
Pem
erin
tah
K/
L/
Pem
da
Kap
abil
itas
AP
IP K
/L (
Lev
el 3
)4
,17
%4,17%
20,83%
45,83%
79,17%
Kap
abil
itas
AP
IPP
emer
inta
hP
rov
insi
(Lev
el
3)
5,0
%10,0%
20,0%
30,0%
50,0%
Kap
abil
itas
AP
IPP
emer
inta
h
Kab
up
aten
/Kot
a(L
evel
3)
5,0
%1
0,0
%1
5,0
%2
0,0
%2
5,0
%
08
90
6
Per
ba
ika
n p
eng
elo
laa
n
pro
gra
m
stra
teg
is/
Pro
gra
m P
rio
rita
s N
asi
on
al
Per
sen
tase
per
baik
an t
ata
kelo
la,
man
ajem
en
risi
ko d
an
pen
gen
dal
ian
in
tern
Pen
gel
olaa
n
pro
gra
m s
trat
egis
40
%5
0%
60
%7
0%
80
%
Per
ba
ika
n p
eng
elo
laa
n
Keu
an
ga
n N
ega
ra
Per
sen
tase
per
baik
an t
ata
kelo
la,
man
ajem
en
risi
ko d
an
pen
gen
dal
ian
in
tern
Pen
gel
olaa
n
Keu
ang
an N
egar
a
40
%5
0%
60
%7
0%
80
%
Men
ing
ka
tny
a K
ua
lita
s P
ener
ap
an
SP
IP p
ad
a
Pro
gra
m P
rio
rita
s N
asi
on
al
P
erse
nta
se d
iter
apka
nn
ya
keli
ma
Un
sur
SP
IP
Pro
gra
m P
rior
itas
nas
ion
al s
ecar
a m
emad
ai
40
%4
0%
40
%5
0%
50
%
Men
ing
ka
tny
a K
ua
lita
s P
ener
ap
an
SP
IP
K/
L/
Pem
da
/E
fek
tiv
ita
s S
PI
Ko
rpo
rasi
ser
ta
Men
ing
ka
tny
a U
pa
ya
Pen
ceg
ah
an
Ko
rup
si
Per
sen
tase
dit
erap
kan
ny
a ke
lim
a U
nsu
r S
PIP
/
pad
a K
/L/P
emd
a/E
fekt
ivit
as S
PI
Kor
por
asi
seca
ra m
emad
ai
50
%6
0%
70
%8
0%
80
%
Men
ing
ka
tny
a K
ap
ab
ilit
as
Pen
ga
wa
san
In
tern
K/
L/
P
Kap
abil
itas
AP
IP K
/L (
Lev
el 3
)4
,17
%4,17%
20,83%
45,83%
79,17%
Kap
abil
itas
AP
IPP
emer
inta
hP
rov
insi
(Lev
el
3)
5,0
%10,0%
20,0%
30,0%
50,0%
Kap
abil
itas
AP
IPP
emer
inta
h
Kab
up
aten
/Kot
a(L
evel
3)
5,0
%1
0,0
%1
5,0
%2
0,0
%2
5,0
%
Men
ing
ka
tny
a K
ua
lita
s P
ela
ya
na
n D
uk
un
ga
n
Tek
nis
d
ala
m P
eng
aw
asa
n B
PK
P
Per
sep
si K
epu
asan
Lay
anan
Kes
esm
aan
(Ska
la
Lik
ert
1-1
0)
77
78
8
08
90
63
67
11
32
La
p,
79
%
10
6 L
ap
,
84
%
10
8 L
ap
,
89
%
11
0 L
ap
,
89
%
11
4 L
ap
,
89
%
3,3
75
0
3
,69
38
3,8
78
4
4
,07
24
4
,27
60
1
9,3
0
La
po
ran
Au
dit
, E
va
lua
si d
an
Rev
iew
13
2
1
06
1
08
11
0
1
14
3
,27
50
3,4
38
8
3
,61
07
3,7
91
2
3,9
80
8
Jum
lah
Lap
oran
Has
il E
val
uas
i1
02
76
78
8
0
84
1,5
55
9
1
,63
37
1,7
15
4
1
,80
12
1
,89
12
Jum
lah
Lap
oran
Has
il R
eviu
3
3
3
3
3
0
,11
44
0,1
20
2
0
,12
62
0,1
32
5
0,1
39
1
Jum
lah
Lap
oran
Has
il A
ud
it
27
2
7
2
7
27
2
7
1
,60
47
1,6
84
9
1
,76
91
1,8
57
6
1,9
50
5
Tin
da
k L
an
jut
La
po
ran
Ha
sil
Pem
erik
saa
n d
an
Pen
ga
du
an
Ma
sya
rak
at
79
%8
4%
89
%8
9%
89
%0
,10
00
0,2
55
0
0
,26
78
0,2
81
1
0,2
95
2
MA
TR
IKS
RE
NC
AN
A P
EM
BA
NG
UN
AN
JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
BP
KP
20
15
-20
19
(P
RO
GR
AM
06
)
TO
TA
L A
LO
KA
SI
20
15
-20
19
(R
p.
Mil
iar)
KO
DE
PR
OG
RA
M/K
EG
IAT
AN
SA
SA
RA
NIN
DIK
AT
OR
Ta
rge
tA
lok
asi
(R
p M
ily
ar)
Pro
gra
m P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
an
gu
na
n N
asi
on
al
sert
a P
emb
ina
an
Sis
tem
Pen
gen
da
lia
n I
nte
rn P
emer
inta
h
Pro
gra
m P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
an
gu
na
n N
asi
on
al
sert
a P
emb
ina
an
Sis
tem
Pen
gen
da
lia
n I
nte
rn P
emer
inta
h
Pen
ga
wa
san
da
n P
enin
gk
ata
n A
ku
nta
bil
ita
s A
pa
ratu
r B
PK
P
Hal
aman
1/1
- 6
KL
PR
OG
KE
G2
01
52
01
62
01
72
01
82
01
92
01
52
01
62
01
72
01
82
01
9
TO
TA
L A
LO
KA
SI
20
15
-20
19
(R
p.
Mil
iar)
KO
DE
PR
OG
RA
M/K
EG
IAT
AN
SA
SA
RA
NIN
DIK
AT
OR
Ta
rge
tA
lok
asi
(R
p M
ily
ar)
Ter
sed
ian
ya
Sis
tem
Pel
apor
an G
rati
fika
si8
0%
90
%1
00
%1
00
%1
00
%-
0
,05
00
0,0
52
5
0
,05
51
0
,05
79
Ter
sed
ian
ya
Sis
tem
Pen
gad
uan
Mas
yar
akat
80
%9
0%
10
0%
10
0%
10
0%
-
0,0
50
0
0
,05
25
0,0
55
1
0,0
57
9
Per
sen
tase
Tin
dak
Lan
jut
Pen
gad
uan
Mas
yar
akat
80
%8
0%
80
%8
0%
80
%-
0
,05
00
0,0
52
5
0
,05
51
0
,05
79
Per
sen
tase
Tin
dak
Lan
jut
Tem
uan
BP
K7
5%
75
%7
5%
75
%7
5%
0,1
00
0
0
,10
50
0,1
10
3
0
,11
58
0
,12
16
08
90
63
67
2P
eny
elen
gg
ara
an
Sis
tem
In
form
asi
Pen
ga
wa
san
9 d
an
6.8
40
9 d
an
6.8
40
9 d
an
68
40
9 d
an
6.8
40
9 d
an
6.8
40
18
,86
51
4
3,8
10
9
36
,87
90
3
0,5
70
5
3
1,0
86
6
1
61
,2
Pel
ay
an
an
Pen
gel
ola
an
Da
ta d
an
Tek
no
log
i
Info
rma
si
9 d
an
6.8
40
9 d
an
6.8
40
9 d
an
68
40
9 d
an
6.8
40
9 d
an
6.8
40
18
,86
51
4
3,8
10
9
36
,87
90
3
0,5
70
5
3
1,0
86
6
Jum
lah
Lap
oran
Pen
yaj
ian
In
form
asi
kep
ada
Pih
ak E
kste
rnal
2
3
3
3
3
0
,24
87
20
,24
87
2
0,2
48
7
20
,24
87
20
,24
87
Jum
lah
Pak
et P
eny
ajia
n I
nfo
rmas
i ke
pad
a
Pih
ak I
nte
rnal
2
2
2
2
2
1
,52
26
1,5
98
8
1
,67
87
1,7
62
7
1,8
50
8
Jum
lah
Sis
tem
In
form
asi
yan
g T
erot
omat
isas
i4
4
4
4
4
0,9
60
3
1
,00
83
1,0
58
8
1
,11
17
1
,16
73
Jum
lah
Sis
tem
In
form
asi
Man
ajem
en
Aku
nta
bili
tas
(SIM
A)
yan
g T
erot
omat
isas
i
(ST
AR
)
1
1
1
1
1
9
,70
00
14
,20
00
6
,80
00
-
-
Tin
gka
t L
ayan
an P
eng
elol
aan
In
fras
tru
ktu
r
TI
(jam
/tin
gka
t la
yan
an/t
ahu
n)
6.8
40
6.8
40
6.8
40
6.8
40
6.8
40
6,4
33
4
6
,75
50
7,0
92
8
7
,44
74
7
,81
98
08
90
63
67
3P
emb
ina
an
Ja
ba
tan
Fu
ng
sio
na
l A
ud
ito
r 1
55
,97
85
19
2,4
17
8
6
5,3
37
9
15
,03
49
15
,47
16
44
4,2
Ha
sil
Pem
bin
aa
n J
ab
ata
n F
un
gsi
on
al
Au
dit
or
62
La
p,
3.0
00
pen
eta
pa
n
, 2
.10
0
sert
f, 1
sist
em
info
rma
si
62
La
p,
3.0
00
pen
eta
pa
n
, 2
.10
0
sert
f, 1
sist
em
info
rma
si
62
La
p,
3.0
00
pen
eta
pa
n
, 2
.10
0
sert
f, 1
sist
em
info
rma
si
62
La
p,
3.0
00
pen
eta
pa
n
, 2
.10
0
sert
f, 1
sist
em
info
rma
si
62
La
p,
3.0
00
pen
eta
pa
n,
2.1
00
sert
f, 1
sist
em
info
rma
si
7,5
45
5
1
4,2
22
8
14
,61
89
1
5,0
34
9
1
5,4
71
6
Lap
oran
Pem
bin
aan
JF
A
33
3
3
3
3
33
3
3
4
,19
65
4,4
06
3
4
,62
66
4,8
58
0
5,1
00
9
Jum
lah
PN
Sy
ang
Dib
erik
anP
erse
tuju
an
Tek
nis
Pen
gan
gka
tan
dal
am J
FA
1.0
00
1.0
00
1.0
00
1.0
00
1.0
00
0,1
24
0
0
,13
02
0,1
36
7
0
,14
35
0
,15
07
Jum
lah
Ser
tifi
kat
Au
dit
or T
erbi
t/ta
hu
n2
.10
0
2
.10
0
2
.10
0
2
.10
0
2
.10
0
1
,40
80
1,4
78
4
1
,55
23
1,6
29
9
1,7
11
4
Jum
lah
Pen
etap
anK
iner
jaA
ud
itor
(PA
K/t
ahu
n)
2.0
00
2.0
00
2.0
00
2.0
00
2.0
00
0,8
80
0
0
,92
40
0,9
70
2
1
,01
87
1
,06
96
Lap
oran
Up
Dat
ing
Dat
a J
FA
(p
er t
riw
ula
n)
4
4
4
4
4
0
,33
00
0,3
46
5
0
,36
38
0,3
82
0
0,4
01
1
Pee
ng
emba
ng
an s
iste
m n
form
asi
JFA
-
1
1
1
1
6
,30
00
6,3
00
0
6
,30
00
6
,30
00
Jum
lah
Lap
oran
Ev
alu
asi
Pen
erap
an J
FA
25
2
5
2
5
25
2
5
0
,60
70
0,6
37
4
0
,66
92
0,7
02
7
0,7
37
8
Pen
gem
ba
ng
an
Ka
pa
sita
s A
PIP
da
n P
KN
ST
AR
4.5
42
ora
ng
, 1
0
Pa
ket
3.0
96
ora
ng
, 1
0
Pa
ket
72
2
ora
ng
, 1
0
Pa
ket
-
-
1
48
,43
30
17
8,1
95
0
5
0,7
19
0
-
-
Jum
lah
pes
erta
Pro
gra
m D
egre
e (O
ran
g
sem
este
r)-
ST
AR
4.4
22
2.9
76
60
2
-
-
11
0,8
84
0
1
01
,65
10
15
,38
00
-
-
Jum
lah
pes
erta
Tra
inin
gO
ver
seas
(Ora
ng
)-
ST
AR
80
8
0
8
0
11
,25
50
2
2,3
28
0
10
,12
30
-
-
Jum
lah
Pes
erta
TO
T-
ST
AR
40
4
0
4
0
-
-
9
,99
00
19
,81
90
7
,72
00
-
-
Jum
lah
Pak
etIm
ple
men
tasi
Was
Inte
rnL
inta
s
Sek
tora
l -
ST
AR
1
1
1
-
-
1
,20
00
2,1
00
0
1
,20
10
-
-
Ter
laks
aan
ny
aK
egia
tan
Pen
du
kun
gS
TA
R-
Pak
et
1
1
1
-
-
4
,61
60
-
-
-
-
Jum
lah
Pak
et P
IU M
onit
orin
g -
ST
AR
5
5
5
-
-
5
,55
10
20
,07
50
7
,42
20
-
-
Jum
lah
Pak
et K
onsu
ltan
Man
ajem
en -
ST
AR
3
3
3
-
-
4
,93
70
12
,22
20
8
,87
30
-
-
08
90
63
67
4P
eny
elen
gg
ara
an
da
n P
eng
emb
an
ga
n P
end
idik
an
da
n P
ela
tih
an
Pen
ga
wa
san
7.5
50
da
n
6 L
ap
8.4
00
da
n
6 L
ap
8.0
10
da
n
6 L
ap
6.3
20
da
n
5 L
ap
6.5
70
da
n
5 L
ap
78
,96
29
9
9,4
24
4
72
,78
85
6
1,0
61
5
6
2,8
89
0
3
75
,12
64
Pen
gem
ba
ng
an
Ka
pa
sita
s, K
ua
lita
s S
DM
da
n
Ko
mp
eten
si
7.5
50
8.4
00
8.0
10
6.3
20
6.5
70
61
,32
27
8
1,7
93
5
55
,62
75
4
8,9
75
7
5
0,1
98
9
Jum
lah
Pes
erta
Dik
lat
Ked
inas
an(R
M)
24
0
2
40
2
40
24
0
2
40
5
,93
17
6,2
28
3
6
,53
97
6,8
66
7
7,2
10
0
Jum
lah
Pes
erta
Dik
lat
Tek
nis
Su
bsta
nsi
(R
M)
1.8
60
1.8
60
1.8
00
2.0
00
2.2
50
10
,29
00
1
0,8
04
5
11
,34
47
2
4,5
12
0
2
4,5
12
0
Jum
lah
Pes
erta
Dik
lat
Tek
nis
Su
bsta
nsi
(PN
BP
)
1.9
50
1.9
50
2.3
40
2.3
40
2.3
40
3,6
89
7
3
,87
42
4,0
67
9
4
,27
13
4
,48
49
Jum
lah
Pes
erta
Dik
lat
Fu
ng
sion
al A
ud
itor
(RM
)
96
0
9
60
9
60
96
0
9
60
8
,25
92
8,6
72
2
9
,10
58
9,5
61
1
10
,03
91
Jum
lah
Pes
erta
Dik
lat
Fu
ng
sion
al A
ud
itor
(PN
BP
)
66
0
6
60
7
80
78
0
7
80
3
,25
21
3,4
14
7
3
,58
54
3,7
64
7
3,9
52
9
Jum
lah
Pes
erta
Dik
lat
Tek
nis
Su
bsta
nsi
(ST
AR
)
92
0
1
.53
0
1
.14
0
-
-
10
,80
00
1
9,2
51
9
6,8
42
8
-
-
Jum
lah
Pes
erta
Dik
lat
Fu
ng
sion
al A
ud
itor
(ST
AR
)
96
0
1
.20
0
7
50
-
-
1
9,1
00
0
29
,54
77
1
4,1
41
1
-
-
Hal
aman
1/2
- 6
KL
PR
OG
KE
G2
01
52
01
62
01
72
01
82
01
92
01
52
01
62
01
72
01
82
01
9
TO
TA
L A
LO
KA
SI
20
15
-20
19
(R
p.
Mil
iar)
KO
DE
PR
OG
RA
M/K
EG
IAT
AN
SA
SA
RA
NIN
DIK
AT
OR
Ta
rge
tA
lok
asi
(R
p M
ily
ar)
Sta
nd
ard
isa
si/
Ser
tifi
ka
si,
Per
enca
na
an
da
n
Mo
nev
Kin
erja
6
6
6
5
5
1
7,6
40
2
17
,63
10
1
7,1
61
0
12
,08
58
12
,69
01
Ju
mla
h L
apor
an P
eny
elen
gg
araa
n U
jian
3
3
3
3
3
3,6
17
6
3
,79
85
3,9
88
4
4
,18
78
4
,39
72
Ter
sed
ian
ya
Sis
tem
Dik
lat
Ber
basi
s
Kom
pet
ensi
(P
aket
)_R
M
1
1
1
1
1
3
,75
93
3,9
47
3
4
,14
46
4,3
51
9
4,5
69
5
Ter
sed
ian
ya
Sis
tem
Dik
lat
Ber
basi
s
Kom
pet
ensi
(P
aket
)_P
NB
P
1
1
1
1
1
3
,06
33
3,2
16
5
3
,37
73
3,5
46
2
3,7
23
5
Ter
sed
ian
ya
Sis
tem
Dik
lat
Ber
basi
s
Kom
pet
ensi
(P
aket
)_S
TA
R
1
1
1
-
-
7
,20
00
6,6
68
8
5
,65
07
-
-
08
90
63
67
5P
enel
itia
n d
an
Pen
gem
ba
ng
an
Pen
ga
wa
san
13
La
p,
8
peg
w
13
La
p,
8
peg
w
15
La
p,
8
peg
w
13
La
p,
8
peg
w
13
La
p,
8
peg
w
2,9
97
0
5
,24
69
5,2
56
8
5
,28
28
8
,31
01
2
7,0
93
6
Ha
sil
Ris
et d
an
Pen
gem
ba
ng
an
Pen
era
pa
n/
Pem
an
faa
tan
12
1
3
1
5
13
1
3
2
,80
70
5,0
47
4
5
,04
74
5,0
62
9
5,0
79
2
Jum
lah
Lap
oran
has
il l
itba
ng
1
0
11
13
1
1
11
2,5
11
5
4
,73
71
4,7
37
1
4
,73
71
4
,73
71
Jum
lah
Lap
oran
Pem
anfa
atan
2
2
2
2
2
0,2
95
5
0
,31
03
0,3
10
3
0
,32
58
0
,34
21
Per
enca
na
an
, M
on
ev d
an
Pen
gem
ba
ng
an
Ka
pa
sita
s S
um
ber
Da
ya
8
8
8
8
8
0
,14
00
0,1
47
0
0
,15
44
0,1
62
1
3,1
70
2
Jum
lah
peg
awai
yan
g m
eng
iku
ti
pen
gem
ban
gan
kom
pet
ensi
di
LN
3
3
3
3
3
0,0
40
0
0
,04
20
0,0
44
1
0
,04
63
3
,04
86
Jum
lah
peg
awai
yan
g m
eng
iku
ti
pen
gem
ban
gan
kom
pet
ensi
di
DN
5
5
5
5
5
0
,10
00
0,1
05
0
0
,11
03
0,1
15
8
0,1
21
6
Pem
bin
aa
n d
an
Ko
ord
ina
si K
elit
ba
ng
an
1
1
1
1
1
0
,05
00
0,0
52
5
0
,05
51
0,0
57
9
0,0
60
8
Jum
lah
Lap
oran
Pem
bin
aan
1
1
1
1
1
0
,05
00
0,0
52
5
0
,05
51
0,0
57
9
0,0
60
8
08
90
63
67
9
8
4
84
8
4
8
4
84
1
,55
22
1,6
29
8
1
,71
13
1,7
96
9
1,8
86
7
8,5
76
9
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
In
ves
tig
asi
BU
MN
/D
84
8
4
84
84
8
4
1,5
52
2
1,6
29
8
1,7
11
3
1
,79
69
1,8
86
7
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an K
ein
ves
tig
asia
n
BU
MN
/D
84
8
4
8
4
84
8
4
1
,55
22
1,6
29
8
1
,71
13
1,7
96
9
1,8
86
7
08
90
63
68
07
9
79
79
7
9
79
1,6
08
81
,68
92
1,7
73
71
,86
24
1,9
55
58
,88
96
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Inv
esti
ga
si H
am
ba
tan
Kel
an
cara
n
Pem
ba
ng
un
an
79
4
8
48
48
4
8
1,6
08
81
,68
92
1,7
73
71
,86
24
1,9
55
5
Rek
omen
das
i H
asil
Pen
gaw
asan
ata
s
Ham
bata
n K
elan
cara
n P
emba
ng
un
an
79
4
8
4
8
48
4
8
1
,60
88
1,6
89
21
,77
37
1,8
62
41
,95
55
08
90
63
68
11
60
16
01
60
16
01
60
2,8
60
53
,00
35
3,1
53
73
,31
14
3,4
77
01
5,8
06
1
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Inv
esti
ga
si I
nst
an
si P
emer
inta
h
1
60
16
0
1
60
1
60
16
0
2,8
60
53
,00
35
3,1
53
73
,31
14
3,4
77
0
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an K
ein
ves
tig
asia
n
Inst
ansi
Pem
erin
tah
16
0
1
60
1
60
16
0
1
60
2
,86
05
3,0
03
53
,15
37
3,3
11
43
,47
70
08
90
63
68
2
1
7
17
1
7
1
7
17
1
,07
99
1,1
33
9
1
,19
06
1,2
50
1
1,3
12
6
5,9
67
1
Ter
sed
ian
ya
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
Ba
da
n U
sah
a A
gro
bis
nis
, Ja
sa
Ko
nst
ruk
si,
da
n P
erd
ag
an
ga
n
17
1
7
17
17
1
7
1,0
79
9
1
,13
39
1,1
90
6
1
,25
01
1
,31
26
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
adan
Usa
ha
Ag
robi
snis
, Ja
sa K
onst
ruks
i, d
an
Per
dag
ang
an
12
1
2
1
2
12
1
2
0
,41
00
0,4
30
5
0
,45
20
0,4
74
6
0,4
98
4
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
I
Kor
por
asi
5
5
5
5
5
0
,66
99
0,7
03
4
0
,73
86
0,7
75
5
0,8
14
3
08
90
63
68
3
1
7
17
1
7
1
7
17
1
,19
05
1,2
50
0
1
,31
25
1,3
78
2
1,4
47
1
6,5
78
3
Ter
sed
ian
ya
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
Ba
da
n U
sah
a J
asa
Keu
an
ga
n d
an
Ma
nu
fak
tur
17
1
7
17
17
1
7
1,1
90
5
1,2
50
0
1,3
12
5
1
,37
82
1,4
47
1
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
adan
Usa
ha
Jasa
Keu
ang
an d
an M
anu
fakt
ur
10
1
0
1
0
10
1
0
0
,94
05
0,9
87
5
1
,03
69
1,0
88
7
1,1
43
2
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
I
Kor
por
asi
7
7
7
7
7
0
,25
00
0,2
62
5
0
,27
56
0,2
89
4
0,3
03
9
08
90
63
68
4
2
2
22
2
2
2
2
22
1
,49
47
1,5
69
4
1
,64
79
1,7
30
3
1,8
16
8
8,2
59
2
Ter
sed
ian
ya
H
asi
l P
eng
aw
asa
n p
ad
a
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
Ba
da
n U
sah
a J
asa
Per
hu
bu
ng
an
, P
ari
wis
ata
, K
aw
asa
n I
nd
ust
ri
da
n J
asa
La
inn
ya
ser
ta K
emen
teri
an
22
2
2
22
22
2
2
1,4
94
7
1
,56
94
1,6
47
9
1
,73
03
1
,81
68
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
adan
Usa
ha
Jasa
Per
hu
bun
gan
, P
ariw
isat
a, K
awas
an I
nd
ust
ri
dan
Jas
a L
ain
ny
a se
rta
Kem
ente
rian
10
1
0
1
0
10
1
0
1
,43
97
1,5
11
7
1
,58
73
1,6
66
6
1,7
50
0
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
Ter
ka
it I
nv
esti
ga
si p
ad
a B
UM
N/
D
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
Ter
ka
it H
am
ba
tan
Kel
an
cara
n
Pem
ba
ng
un
an
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
Ter
ka
it I
nv
esti
ga
si p
ad
a
Kem
ente
ria
n/
Lem
ba
ga
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PI
Ba
da
n U
sah
a A
gro
bis
nis
, Ja
sa
Ko
nst
ruk
si,
da
n P
erd
ag
an
ga
n
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PI
Ba
da
n U
sah
a J
asa
Keu
an
ga
n d
an
Ma
nu
fak
tur
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PI
Ba
da
n U
sah
a J
asa
Per
hu
bu
ng
an
,
Pa
riw
isa
ta,
Ka
wa
san
In
du
stri
da
n J
asa
La
inn
ya
ser
ta K
emen
teri
an
Hal
aman
1/3
- 6
KL
PR
OG
KE
G2
01
52
01
62
01
72
01
82
01
92
01
52
01
62
01
72
01
82
01
9
TO
TA
L A
LO
KA
SI
20
15
-20
19
(R
p.
Mil
iar)
KO
DE
PR
OG
RA
M/K
EG
IAT
AN
SA
SA
RA
NIN
DIK
AT
OR
Ta
rge
tA
lok
asi
(R
p M
ily
ar)
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP K
/L d
an S
PI
Kor
por
asi
12
12
12
12
12
0,0
55
0
0
,05
78
0,0
60
6
0
,06
37
0
,06
69
08
90
63
68
5
2
0
20
2
0
2
0
20
1
,20
76
1,2
68
0
1
,33
14
1,3
97
9
1,4
67
8
6,6
72
8
Ter
sed
ian
ya
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
Ba
da
n U
sah
a M
ilik
Da
era
h
20
2
0
20
20
2
0
1,2
07
6
1
,26
80
1,3
31
4
1
,39
79
1
,46
78
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
adan
Usa
ha
Mil
ik
Dae
rah
6
6
6
6
6
0
,86
66
0,9
09
9
0
,95
54
1,0
03
2
1,0
53
4
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
I
Kor
por
asi
14
1
4
1
4
14
1
4
0
,34
10
0,3
58
1
0
,37
60
0,3
94
8
0,4
14
5
08
90
63
68
6
2
0
20
2
0
2
0
20
1
,33
32
1,3
99
9
1
,46
99
1,5
43
3
1,6
20
5
7,3
66
8
Ter
sed
ian
ya
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
Ba
da
n U
sah
a P
erm
iny
ak
an
da
n
Ga
s B
um
i
20
2
0
20
20
2
0
1,3
33
2
1
,39
99
1,4
69
9
1
,54
33
1
,62
05
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
adan
Usa
ha
Per
min
yak
an d
an G
as B
um
i
20
2
0
2
0
20
2
0
1
,33
32
1,3
99
9
1
,46
99
1,5
43
3
1,6
20
5
08
90
63
68
7
2
0
20
2
0
2
0
20
1
,20
25
1,2
62
6
1
,32
57
1,3
92
0
1,4
61
6
6,6
44
3
20
2
0
20
20
2
0
1,2
02
5
1
,26
26
1,3
25
7
1
,39
20
1
,46
16
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
idan
g F
iska
l d
an
Inv
esta
si
10
1
0
1
0
10
1
0
0
,76
49
0,8
03
1
0
,84
33
0,8
85
4
0,9
29
7
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP
4
4
4
4
4
0
,18
36
0,1
92
8
0
,20
24
0,2
12
5
0,2
23
2
Rek
omen
das
i P
embi
naa
n K
apab
ilit
as
Pen
gaw
asan
In
tern
K/L
6
6
6
6
6
0
,25
40
0,2
66
7
0
,28
00
0,2
94
0
0,3
08
7
08
90
63
68
81
50
15
0
15
0
1
50
15
0
7,3
17
3
7
,68
29
8,0
67
0
8
,47
03
8
,89
39
4
0,4
31
3
15
0
1
50
1
50
15
0
1
50
7
,31
70
7,6
82
9
8,0
67
0
8,4
70
3
8
,89
39
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an K
egia
tan
OP
N1
50
15
0
15
0
1
50
15
0
7,3
17
0
7
,68
29
8,0
67
0
8
,47
03
8
,89
39
08
90
63
68
94
4
4
4
4
1,0
00
0
1
,05
00
1,1
02
5
1
,15
76
1
,21
55
5
,52
56
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
PK
D W
ila
ya
h S
ula
wes
i,
Nu
sa T
eng
ga
ra,
Ma
luk
u d
an
Pa
pu
a (
Sa
tga
s
SP
IP)
4
4
4
4
4
1
,00
00
1,0
50
0
1
,10
25
1,1
57
6
1,2
15
5
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP
4
4
4
4
4
1
,00
00
1,0
50
0
1
,10
25
1,1
57
6
1,2
15
5
Rek
omen
das
i H
asil
Pen
gaw
asan
Cu
rren
t
Issu
es
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
08
90
63
69
03
23
4
3
4
34
3
4
1
,76
17
2,6
29
7
2
,64
62
2,6
63
5
2,6
81
7
12
,38
29
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
P
eng
aw
asa
n I
nd
ust
ri
da
n D
istr
ibu
si
32
3
4
34
34
3
4
1,7
61
7
2,6
29
7
2,6
46
2
2
,66
35
2,6
81
7
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
idan
g I
nd
ust
ri
dan
Dis
trib
usi
17
1
9
1
9
19
1
9
0
,64
77
1,5
00
0
1
,50
00
1,5
00
0
1,5
00
0
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
idan
g
Infr
astr
ukt
ur
dan
Per
hu
bun
gan
2
2
2
2
2
0
,80
00
0,8
00
0
0
,80
00
0,8
00
0
0,8
00
0
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP
6
6
6
6
6
0
,15
74
0,1
65
3
0
,17
35
0,1
82
2
0,1
91
3
Rek
omen
das
i P
embi
naa
n K
apab
ilit
as
Pen
gaw
asan
In
tern
K/L
7
7
7
7
7
0
,15
66
0,1
64
5
0
,17
27
0,1
81
3
0,1
90
4
08
90
63
69
1
3
6
38
3
8
3
8
38
1
,90
70
2,7
21
9
2
,73
74
2,7
53
8
2,7
71
0
12
,89
11
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
L
emb
ag
a P
emer
inta
h
Bid
an
g K
esej
ah
tera
an
Ra
ky
at
36
3
8
38
38
3
8
2,7
07
0
2,7
21
9
2,7
37
4
2
,75
38
2,7
71
0
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an L
emba
ga
Pem
erin
tah
Bid
ang
Kes
ra
17
1
9
1
9
19
1
9
1
,61
00
1
,61
00
1
,61
00
1,6
10
0
1
,61
00
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
idan
g P
end
idik
an
dan
Per
lin
du
ng
an S
osia
l
2
2
2
2
2
0
,80
00
0
,80
00
0
,80
00
0,8
00
0
0
,80
00
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP
12
1
2
1
2
12
1
2
0
,28
20
0
,29
61
0
,31
09
0,3
26
5
0
,34
28
Rek
omen
das
i P
embi
naa
n K
apab
ilit
as
Pen
gaw
asan
In
tern
K/L
5
5
5
5
5
0
,01
50
0,0
15
8
0,0
16
5
0
,01
74
0,0
18
2
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
Fis
ka
l d
an
Inv
esta
si
Ter
sed
ian
ya
H
asi
l P
eng
aw
asa
n
Keu
an
ga
n d
an
Pem
ba
ng
un
an
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
Fis
ka
l d
an
In
ves
tasi
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PI
Ba
da
n U
sah
a M
ilik
Da
era
h
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PI
Ba
da
n U
sah
a/
Lem
ba
ga
Per
min
ya
ka
n
da
n G
as
Bu
mi
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
Kem
ente
ria
n/
Lem
ba
ga
Bid
an
g F
isk
al
da
n I
nv
esta
si
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
Kem
ente
ria
n/
Lem
ba
ga
Bid
an
g F
isk
al
da
n I
nv
esta
si (
OP
N)
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PI
Inst
an
si P
emer
inta
h D
aer
ah
Wil
ay
ah
Su
law
esi,
Nu
sa T
eng
ga
ra,
Ma
luk
u,
da
n P
ap
ua
(S
PIP
)
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
Kem
ente
ria
n/
Lem
ba
ga
Bid
an
g
Ind
ust
ri d
an
Dis
trib
usi
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
Kem
ente
ria
n/
Lem
ba
ga
Bid
an
g
Kes
eja
hte
raa
n R
ak
ya
t
Hal
aman
1/4
- 6
KL
PR
OG
KE
G2
01
52
01
62
01
72
01
82
01
92
01
52
01
62
01
72
01
82
01
9
TO
TA
L A
LO
KA
SI
20
15
-20
19
(R
p.
Mil
iar)
KO
DE
PR
OG
RA
M/K
EG
IAT
AN
SA
SA
RA
NIN
DIK
AT
OR
Ta
rge
tA
lok
asi
(R
p M
ily
ar)
08
90
63
69
2
3
6
36
3
6
3
6
36
1
,97
51
2,0
73
9
2
,17
75
2,2
86
4
2,4
00
7
10
,91
37
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
L
emb
ag
a P
emer
inta
h
Bid
an
g P
eneg
ak
an
Hu
ku
m d
an
Kes
ekre
tari
ata
n
Lem
ba
ga
Ter
tin
gg
i d
an
Tin
gi
Neg
ara
36
3
6
36
36
3
6
1,9
75
1
2,0
73
9
2,1
77
5
2
,28
64
2,4
00
7
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
idan
g P
eneg
akan
Hu
kum
dan
Kes
ekre
tari
atan
Lem
bag
a
Ter
tin
gg
i d
an T
ing
i N
egar
a
16
1
6
1
6
16
1
6
1
,33
41
1,4
00
8
1
,47
08
1,5
44
4
1,6
21
6
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP
10
1
0
1
0
10
1
0
0
,36
50
0,3
83
3
0
,40
24
0,4
22
5
0,4
43
7
Rek
omen
das
i P
embi
naa
n K
apab
ilit
as
Pen
gaw
asan
In
tern
K/L
10
1
0
1
0
10
1
0
0
,27
60
0,2
89
8
0
,30
43
0,3
19
5
0,3
35
5
08
90
63
69
33
43
5
3
5
35
3
5
1
,83
87
1,8
52
6
1
,86
73
1,8
82
6
1,8
98
8
9,3
40
0
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
Lem
ba
ga
Pem
erin
tah
Bid
an
g P
erek
on
om
ian
La
inn
ya
34
3
5
35
35
3
5
1,8
38
7
1,8
52
6
1,8
67
3
1
,88
26
1,8
98
8
Rek
omen
das
i P
eng
awas
anB
idan
g
Per
ekon
omia
n L
ain
ny
a
16
1
7
1
7
17
1
7
1
,16
00
1,1
60
0
1
,16
00
1,1
60
0
1,1
60
0
Rek
omen
das
i P
eng
awas
anB
idan
g P
ariw
isat
a1
1
1
1
1
0,4
00
0
0
,40
00
0,4
00
0
0
,40
00
0
,40
00
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP
12
1
2
1
2
12
1
2
0
,17
87
0,1
87
6
0
,19
70
0,2
06
9
0,2
17
2
Rek
omen
das
i P
embi
naa
n K
apab
ilit
as
Pen
gaw
asan
In
tern
K/L
5
5
5
5
5
0
,10
00
0,1
05
0
0
,11
03
0,1
15
8
0,1
21
6
08
90
63
69
4
3
5
37
3
7
3
7
37
1
,97
51
2,0
09
2
2
,04
49
2,0
82
4
2,1
21
9
10
,23
35
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
Lem
ba
ga
Pem
erin
tah
Bid
an
g P
erta
ha
na
n d
an
Kea
ma
na
n
36
3
7
3
7
37
3
7
1
,97
51
2,0
09
2
2
,04
49
2,0
82
4
2,1
21
9
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
idan
g H
anka
m1
6
17
17
1
7
17
0,8
94
1
0,8
94
1
0,8
94
1
0
,89
41
0,8
94
1
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an P
emba
ng
un
an
Kes
ehat
an
1
1
1
1
1
0
,40
00
0
,40
00
0
,40
00
0,4
00
0
0
,40
00
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP
15
1
5
1
5
15
1
5
0
,38
10
0
,40
01
0
,42
01
0,4
41
1
0
,46
31
Rek
omen
das
i P
embi
naa
n K
apab
ilit
as
Pen
gaw
asan
In
tern
K/L
4
4
4
4
4
0
,30
00
0,3
15
0
0,3
30
8
0
,34
73
0,3
64
7
08
90
63
69
5
3
7
37
3
7
3
7
37
2
,75
59
2,8
93
7
3
,03
84
3,1
90
3
3,3
49
8
15
,22
81
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
Bid
an
g P
ols
osk
am
La
inn
ya
37
3
7
37
37
3
7
2,7
55
9
2,8
93
7
3,0
38
4
3
,19
03
3,3
49
8
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
idan
g P
olso
skam
Lai
nn
ya
16
1
6
1
6
16
1
6
2
,24
69
2,3
59
2
2
,47
72
2,6
01
1
2,7
31
1
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP
17
1
7
1
7
17
1
7
0
,43
70
0,4
58
9
0
,48
18
0,5
05
9
0,5
31
2
Rek
omen
das
i P
embi
naa
n K
apab
ilit
as
Pen
gaw
asan
In
tern
K/L
4
4
4
4
4
0
,07
20
0,0
75
6
0
,07
94
0,0
83
3
0,0
87
5
08
90
63
69
62
12
1
2
1
21
2
1
1
,75
24
1,8
40
0
1
,93
20
2,0
28
6
2,1
30
1
9,6
83
1
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
PK
D W
ila
ya
h S
um
ate
ra
da
n K
ali
ma
nta
n
21
2
1
21
21
2
1
1,7
52
4
1,8
40
0
1,9
32
0
2
,02
86
2,1
30
1
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an P
KD
Wil
I1
2
12
12
1
2
12
1,4
58
4
1
,53
13
1,6
07
9
1
,68
83
1
,77
27
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP
6
6
6
6
6
0
,28
80
0,3
02
4
0
,31
75
0,3
33
4
0,3
50
1
Rek
omen
das
i P
embi
naa
n K
apab
ilit
as
Pen
gaw
asan
In
tern
Pem
da
3
3
3
3
3
0
,00
60
0,0
06
3
0
,00
66
0,0
06
9
0,0
07
3
08
90
63
69
7
3
6
36
3
6
3
6
36
2
,20
44
2,3
14
6
2
,43
04
2,5
51
9
2,6
79
5
12
,18
07
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
PK
D W
ila
ya
h J
aw
a d
an
Ba
li
36
3
6
36
36
3
6
2,2
04
4
2,3
14
6
2,4
30
4
2
,55
19
2,6
79
5
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an P
KD
Wil
II
24
2
4
2
4
24
2
4
1
,87
44
1,9
68
1
2
,06
65
2,1
69
9
2,2
78
3
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP
8
8
8
8
8
0
,25
00
0,2
62
5
0
,27
56
0,2
89
4
0,3
03
9
Rek
omen
das
i P
embi
naa
n K
apab
ilit
as
Pen
gaw
asan
In
tern
K/L
dan
Pem
da
4
4
4
4
4
0
,08
00
0,0
84
0
0
,08
82
0,0
92
6
0,0
97
2
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
Kem
ente
ria
n/
Lem
ba
ga
Bid
an
g
Pen
ega
ka
n H
uk
um
da
n S
ekre
tari
at
Lem
ba
ga
Tin
gg
i N
ega
ra
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
Kem
ente
ria
n/
Lem
ba
ga
Bid
an
g
Per
eko
no
mia
n L
ain
ny
a
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
Kem
ente
ria
n/
Lem
ba
ga
Bid
an
g
Per
tah
an
an
da
n K
eam
an
an
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
Kem
ente
ria
n/
Lem
ba
ga
Bid
an
g
Po
lso
ska
m L
ain
ny
a
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PI
Inst
an
si P
emer
inta
h D
aer
ah
Wil
ay
ah
Su
ma
tera
da
n K
ali
ma
nta
n
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PI
Inst
an
si P
emer
inta
h D
aer
ah
Wil
ay
ah
Jaw
a d
an
Ba
li
Hal
aman
1/5
- 6
KL
PR
OG
KE
G2
01
52
01
62
01
72
01
82
01
92
01
52
01
62
01
72
01
82
01
9
TO
TA
L A
LO
KA
SI
20
15
-20
19
(R
p.
Mil
iar)
KO
DE
PR
OG
RA
M/K
EG
IAT
AN
SA
SA
RA
NIN
DIK
AT
OR
Ta
rge
tA
lok
asi
(R
p M
ily
ar)
08
90
63
69
83
33
3
3
3
33
3
3
2
,17
02
2,2
78
7
2
,39
26
2,5
12
3
2,6
37
9
11
,99
17
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
PK
D W
ila
ya
h S
ula
wes
i,
Nu
sa T
eng
ga
ra,
Ma
luk
u d
an
Pa
pu
a
3
3
33
3
3
3
3
33
2
,17
02
2
,27
87
2
,39
26
2,5
12
3
2
,63
79
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an P
KD
Wil
III
25
2
5
2
5
25
2
5
1
,83
82
1,9
30
1
2
,02
66
2,1
27
9
2,2
34
3
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP
5
5
5
5
5
0
,14
40
0,1
51
2
0
,15
88
0,1
66
7
0,1
75
0
Rek
omen
das
i P
embi
naa
n K
apab
ilit
as
Pen
gaw
asan
In
tern
Pem
da
3
3
3
3
3
0
,18
80
0
,19
74
0,2
07
3
0
,21
76
0
,22
85
08
90
63
69
95
75
7
5
7
57
5
7
1
,78
11
1,8
70
2
1
,96
37
2,0
61
8
2,1
64
9
9,8
41
7
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
Pin
jam
aa
n d
an
Ba
ntu
an
Lu
ar
Neg
eri
57
57
57
5
7
57
1,7
81
1
1
,87
02
1,9
63
7
2
,06
18
2
,16
49
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
idan
g P
inja
man
dan
Ban
tuan
L
uar
Neg
eri
57
5
7
5
7
57
5
7
1
,78
11
1,8
70
2
1
,96
37
2,0
61
8
2,1
64
9
08
90
63
70
03
63
9
3
9
39
3
9
1
,91
45
3,1
41
6
3
,17
01
3,1
99
9
3,2
31
3
14
,65
74
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Dir
ekto
rat
Pen
ga
wa
san
Pro
du
ksi
da
n S
um
ber
Da
ya
Ala
m
36
3
9
39
39
3
9
1,9
14
5
3,1
41
6
3,1
70
1
3
,19
99
3,2
31
3
Rek
om
end
asi
Pem
ba
ng
un
an
Bid
an
g
ket
ah
an
an
Pa
ng
an
, K
ema
riti
ma
n d
an
Ket
ah
an
an
En
erg
i
3
3
3
3
3
1,2
00
0
1,2
00
0
1,2
00
0
1
,20
00
1,2
00
0
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an B
idan
g P
rod
uks
i
dan
Su
mbe
r D
aya
Ala
m
25
2
8
2
8
28
2
8
0
,17
25
1,3
72
5
1
,37
25
1,3
72
5
1,3
72
5
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP
10
1
0
1
0
10
1
0
0
,49
20
0,5
16
6
0
,54
24
0,5
69
6
0,5
98
0
Rek
omen
das
i P
embi
naa
n K
apab
ilit
as
Pen
gaw
asan
In
tern
K/L
1
1
1
1
1
0
,05
00
0,0
52
5
0
,05
51
0,0
57
9
0,0
60
8
08
90
63
70
1
4
.22
8
4.2
28
4
.22
8
4.2
28
4.2
28
1
56
,16
98
26
9,4
66
8
2
72
,83
91
27
6,3
80
1
27
9,9
93
1
1.2
54
,84
90
Ter
sed
ian
ya
In
form
asi
Ha
sil
Pen
ga
wa
san
pa
da
Per
wa
kil
an
BP
KP
(se
luru
h I
nd
on
esia
)
4.2
28
4
.23
0
4.2
30
4
.23
0
4
.23
0
15
6,1
69
8
26
9,4
66
8
27
2,8
39
1
2
76
,38
01
27
9,9
93
1
Rek
omen
das
i P
eng
awas
an o
leh
Per
wak
ilan
BP
KP
3.0
09
3.0
09
3.0
09
3.0
09
3.0
09
13
0,0
29
8
2
02
,01
98
20
2,0
19
8
2
02
,01
98
2
02
,01
98
Rek
omen
das
i P
erba
ikan
Pen
yel
eng
gar
aan
SP
IP
1.1
20
1.1
20
1.1
20
1.1
20
1.1
20
23
,86
00
2
5,0
53
0
26
,30
57
2
7,6
20
9
2
9,0
02
0
Rek
omen
das
i P
embi
naa
n K
apab
ilit
as
Pen
gaw
asan
In
tern
Pem
da
99
9
9
9
9
99
9
9
2
,28
00
2,3
94
0
2
,51
37
2,6
39
4
2,7
71
4
Rek
omen
das
i H
asil
Pen
gaw
asan
Cu
rren
t
Issu
es
-
2
2
2
2
-
4
0,0
00
0
42
,00
00
4
4,1
00
0
4
6,2
00
0
Jum
lah
46
0,2
31
6
6
62
,62
57
50
7,4
66
5
4
44
,90
64
4
56
,64
90
2
.53
1,8
79
1
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
(P
erw
ak
ila
n B
PK
P s
elu
ruh
In
do
nes
ia)
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PI
Inst
an
si P
emer
inta
h D
aer
ah
Wil
ay
ah
Su
law
esi,
Nu
sa T
eng
ga
ra,
Ma
luk
u,
da
n P
ap
ua
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
pa
da
Keg
iata
n y
an
g D
ibia
ya
i D
ari
Pin
jam
an
da
n B
an
tua
n L
ua
r N
eger
i
Pen
gen
da
lia
n/
Pel
ak
san
aa
n P
eng
aw
asa
n I
nte
rn A
ku
nta
bil
ita
s K
eua
ng
an
Neg
ara
da
n P
emb
ina
an
Pen
yel
eng
ga
raa
n S
PIP
Kem
ente
ria
n/
Lem
ba
ga
Bid
an
g
Pro
du
ksi
da
n S
um
ber
Da
ya
Ala
m
Hal
aman
1/6
- 6
LA
MP
IRA
N 1
-2
KL
PR
OG
KE
G2
01
52
01
62
01
72
01
82
01
92
01
52
01
62
01
72
01
82
01
9
08
90
1
089
Pem
bin
aan
H
uk
um
dan
Pen
gel
ola
an
Keh
um
asan
1Ju
mla
h L
ayan
an A
nal
isis
Pen
yu
sun
an P
eng
elo
laan
dan
Pen
yeb
arlu
asan
Per
atu
ran
Per
un
dan
g-U
nd
ang
an
(keg
iata
n)
1515
1515
15
3.4
83,0
3
.65
7,2
3.8
40
,0
4.0
32
,0
4.2
33
,6
19
.24
5,8
2Ju
mla
h L
ayan
an P
enel
aah
an d
an B
antu
an H
uk
um
(Keg
iata
n h
uk
um
/la
p)
3030
3030
30
3Ju
mla
h L
ayan
an K
ehu
mas
an d
an H
ub
un
gan
An
tar
Lem
bag
a (L
apo
ran
)31
3131
3131
4Ju
mla
h L
ayan
an P
eny
usu
nan
Pro
gra
m/
Ren
can
a K
erja
dan
Ev
alu
asi
(Keg
iata
n)
11
11
1
089
1Ju
mla
h p
egaw
ai y
ang
mem
ilik
i k
om
pet
ensi
yan
g
dit
entu
kan
(o
ran
g)
5995
5995
5995
5995
5995
23.1
08,0
2
4.2
63
,4
25
.47
6,6
26
.75
0,4
28
.08
7,9
12
7.6
86
,3
2Ju
mla
h S
K P
eng
ang
kat
an P
egaw
ai,
Ken
aik
an P
ang
kat
dan
Jab
atan
yan
g S
eles
ai T
epat
Wak
tu (
SK
)66
1426
0026
0026
0026
00
3Ju
mla
h L
apo
ran
Keg
iata
n P
elay
anan
Kep
egaw
aian
dan
Org
anis
asi
(Lap
)47
4747
4747
089
1K
etep
atan
Pen
gu
sula
n A
ng
gar
an (
Do
ku
men
)32
3232
3232
3.9
78,0
4
.17
6,9
4.3
85
,7
4.6
05
,0
4.8
35
,3
21
.98
1,0
2P
enca
iran
dan
a y
ang
cep
at d
an t
epat
(K
egia
tan
)12
1212
1212
3Ju
mla
h L
apo
ran
Keu
ang
an y
ang
ses
uai
den
gan
Sta
nd
ar A
ku
nta
nsi
Pem
erin
tah
(S
AP
) (L
apo
ran
)9
99
99
089
1Ju
mla
h L
ayan
an S
iste
m I
nfo
rmas
i P
eren
can
aan
(bu
lan
)12
1212
1212
3.7
17,0
3
.90
2,9
4.0
98
,0
4.3
02
,9
4.5
18
,0
20
.53
8,8
2Ju
mla
h L
ayan
an P
eren
can
aan
Jan
gk
a M
enen
gah
(keg
iata
n)
22
22
2
3Ju
mla
h L
ayan
an P
eny
usu
nan
a P
eren
can
aan
Tah
un
an
(keg
iata
n)
66
66
6
4Ju
mla
h L
ayan
an H
asil
Ev
alu
asi
(keg
iata
n)
4747
4747
47
089
0136
76F
asi
lita
si D
uk
un
ga
n M
an
aje
men
BP
KP
1
Lap
ora
n D
uk
un
gan
Man
ajem
en B
PK
P (
Lap
ora
n)
34
34
34
34
34
54.6
30,4
5
7.3
61
,9
60
.23
0,0
63
.24
1,5
66
.40
3,6
30
1.8
67
,4
08
901
36
78
Pen
ga
da
an
da
n P
eny
alu
ran
Sa
ran
a d
an
Pra
sara
na
BP
KP
11
9.2
28
,1
12
5.4
64
,6
13
1.5
84
,7
1
37
.57
9,4
1
44
.45
8,3
6
58
.31
5,0
1
Ter
sed
ian
ya
Ken
dar
aan
Op
eras
ion
al R
od
a 4
80
00
0
2T
erse
dia
ny
a M
eub
elai
r P
erw
akil
an B
PK
P P
erw
akil
an
Tip
e B
38
00
00
0
3T
erla
ksa
nan
ya
Reh
abil
itas
i B
erat
Lan
tai
12 G
edu
ng
Kan
tor
Pu
sat
(m2)
20
00
00
00
4T
erla
ksa
nan
ya
Pem
ban
gu
nan
Ko
nst
ruk
si G
edu
ng
Per
wak
ilan
BP
KP
Go
ron
talo
(L
an
juta
n)
10
00
0
5T
erla
ksa
nan
ya
Reh
abil
itas
i B
erat
Ru
mah
Neg
ara
Per
wak
ilan
BP
KP
5
00
00
6T
erla
ksa
nan
ya
Reh
abil
itas
i B
erat
Mes
s P
usd
ikla
t
Cab
ang
Den
pas
ar (
m2)
30
50
00
0
7T
erla
ksa
nan
ya
Reh
abil
itas
i K
anto
r P
erw
akil
an B
PK
P
(un
it)
30
00
0
8T
erse
dia
ny
a al
at p
eng
ola
h d
ata
BP
KP
(U
nit
)5
03
00
00
9T
erse
dia
ny
a al
at r
um
ah t
ang
ga
BP
KP
(u
nit
)4
78
00
00
10T
erse
dia
ny
a sa
ran
a p
rasa
ran
a B
PK
P (
Un
it)
18
00
00
11T
erse
dia
ny
a P
eral
atan
dan
Fas
ilit
as P
erk
anto
ran
Pu
sdik
latw
as B
PK
P (
un
it)
94
00
00
20
8.1
44
,5
21
8.8
26
,8
22
9.6
15
,0
2
40
.51
1,2
2
52
.53
6,7
1
.14
9.6
34
,2
Ca
tata
n:
Di
da
lam
ma
trik
s te
rseb
ut
tid
ak
ter
ma
suk
keg
iata
n u
ntu
k p
emb
ay
ara
n g
aji
da
n t
un
jan
ga
n k
iner
ja p
ega
wa
i
MA
TR
IKS
RE
NC
AN
A P
EM
BA
NG
UN
AN
JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
BP
KP
20
15
-20
19
(P
RO
GR
AM
01
)
Ter
man
faat
kan
ny
a as
set
seca
ra o
pti
mal
01 0136
68P
eny
usu
na
n d
an
Ev
alu
asi
Ren
can
a
0136
66P
eng
elo
laan
kep
egaw
aian
dan
org
anis
asi
PR
OG
RA
M/
KE
GIA
TA
N
3665
KO
DE
SA
SA
RA
N
0136
67P
eng
elo
laan
An
gg
aran
dan
Sis
tem
Ak
un
tan
si P
emer
inta
h
Pro
gra
m D
uk
un
gan
Man
aje
me
n d
an
Pe
lak
san
aa
n T
ug
as
Te
kn
is L
ain
ny
a B
PK
P
TO
TA
L A
LO
KA
SI
20
15
-20
19
(R
p
Juta
an
)
Ter
fasi
lita
sin
ya
du
ku
ng
an
man
ajem
en B
PK
P
Pen
gel
ola
an k
euan
gan
yan
g b
erk
ual
itas
Men
ing
kat
ny
a k
ual
itas
Sis
tem
ak
un
tab
ilit
as k
iner
ja
Men
ing
kat
ny
a k
om
pet
ensi
dan
In
teg
rita
s P
egaw
ai
Men
ing
kat
ny
a la
yan
an
hu
ku
m
dal
am
pen
gaw
asan
BP
KP
TA
RG
ET
AL
OK
AS
I (J
uta
Ru
pia
h)
IND
IKA
TO
R
Hal
aman
1 -
1
Lam
pir
an 2
K
eran
gka
Kel
emb
agaa
n
Hal
aman
1
LA
MP
IRA
N 2
KE
RA
NG
KA
KE
LE
MB
AG
AA
N
No.
Su
bst
an
si K
era
ng
ka
Kel
emb
ag
aan
P
enje
lasa
n
Asp
ek S
tru
ktu
r O
rga
nis
asi
da
n F
un
gsi
1
Kej
elas
an d
an k
eter
kai
tan
tu
gas
pokok
fungsi
BP
KP
den
gan
vis
i m
isi
Pre
siden
Pen
ataa
n k
elem
bag
aan y
ang a
kan
dil
akukan
ole
h B
PK
P a
dal
ah d
alam
ran
gka
men
du
ku
ng p
enca
pai
an v
isi
dan
mis
i pem
ban
gunan
nas
ional
yai
tu T
erw
uju
dnya
Ind
on
esia
yan
g B
erd
aula
t, M
and
iri
dan
Ber
kep
rib
adia
n
Ber
das
arkan
Goto
ng R
oyo
ng d
an m
em
ber
ikan
kon
trib
usi
nyat
a u
ntu
k m
erea
lisa
sikan
keh
adir
an p
emer
inta
h
untu
k se
lalu
had
ir den
gan
m
em
ban
gun ta
ta kel
ola
p
emer
inta
han
yan
g b
ersi
h,
efek
tif,
d
emo
kra
tis,
d
an
terp
erca
ya.
K
ontr
ibusi
yan
g
dib
erik
an
ole
h
BP
KP
ber
up
a p
engaw
asan
in
tern
te
rhad
ap
pro
gra
m
pem
ban
gunan
dal
am
RP
JMN
2015
-2019
bai
k
mel
alui
pen
gaw
asan
pem
ban
gu
nan
d
an
pem
ban
gu
nan
pen
gaw
asan
.
2
Pen
jabar
an v
isi
mis
i tu
juan
pri
ori
tas
ke
dal
am t
ugas
dan
fu
ngsi
BP
KP
Pen
ataa
n
kel
embag
aan
BP
KP
dil
akukan
den
gan
fo
ku
s p
ada
tugas
dan
fu
ngsi
B
PK
P
seb
agai
ap
arat
pan
gaw
as i
nte
rn p
emer
inta
h d
engan
men
gac
u p
ada
Per
atu
ran
Pem
erin
tah
No
mo
r 6
0 T
ahu
n 2
008
ten
tan
g
Sis
tem
Pen
gen
dal
ian I
nte
rn P
emer
inta
h d
an P
erat
ura
n P
resi
den
No
mo
r 1
92
Tah
un
20
14 t
enta
ng B
adan
Pen
gaw
asan
Keu
angan
dan
Pem
ban
gunan
.
3
Kin
erja
uta
ma
org
anis
asi
Pen
ataa
n k
elem
bag
aan B
PK
P d
ilak
ukan
dal
am r
angka
mew
uju
dkan
pen
cap
aian
in
dik
ator
uta
ma
kin
erja
BP
KP
se
bag
aim
ana
term
uat
dal
am
RP
JMN
2015
-20
19
yai
tu
terc
apai
nya
Tin
gkat
K
apab
ilit
as
Ap
arat
Pen
gaw
as I
nte
rn p
ada
Kem
ente
rian
/Lem
bag
a/P
emd
a d
an K
orp
ora
si (
KL
PK
) p
ada
Sko
r 3
, d
an T
ingkat
Kem
atan
gan
Im
ple
men
tasi
SP
I pad
a K
LP
K p
ada
Sko
r 3
pad
a ta
hun
20
19
4
Kej
elas
an d
an k
etep
atan
uru
san
uta
ma
fungsi
BP
KP
Pen
ataa
n k
elem
bag
aan B
PK
P d
ilak
ukan
den
gan
tet
ap m
em
per
hat
ikan
dan
mem
per
tim
ban
gkan
tu
gas
dan
fungsi
K
/L
lain
di
bid
ang
pen
gaw
asan
, se
hin
gga
dap
at
dih
ind
ari
tum
pan
g
tin
dih
d
alam
p
elak
san
aan
pen
gaw
asan
di
lapan
gan
. O
leh k
aren
a kem
itra
an d
engan
AP
IP K
LP
K m
eru
pak
an s
ebu
ah k
enis
cayaa
n y
ang
har
us
dit
empuh o
leh B
PK
P s
ehin
gga
terw
uju
d h
arm
on
i d
alam
pel
aksa
an t
ugas
pen
gaw
asan
inte
rn.
5
Pen
jabar
an f
un
gsi
: re
gu
lato
r-ekse
kuto
r P
enat
aan
kel
embag
aan
BP
KP
ju
stru
ak
an
mem
per
jela
s fu
ngsi
ek
seku
si
pel
aksa
naa
n
pen
gaw
asan
di
lapan
gan
, m
isal
nya
terk
ait
den
gan
pen
gaw
asan
inte
rn t
erhad
ap p
rogra
m p
emb
angu
nan
lin
tas
KL
PK
yan
g
sela
ma
ini
tidak
sat
upun e
nti
tas
pen
gaw
asan
yan
g d
iber
i ta
nggu
ngja
wab
un
tuk m
elak
ukan
pen
gaw
asan
ata
s
pro
gra
m t
erse
but.
Dem
ikia
n h
alnya
den
gan
tugas
au
dit
in
ves
tigat
if B
PK
P y
ang s
elam
a in
i se
rin
g d
igu
gat
dan
dip
erso
alkan
men
gen
ai k
ewen
angan
ata
s au
dit
ter
seb
ut.
6
Kej
elas
an t
ugas
dan
fu
ngsi
dan
akunta
bil
itas
Pen
ataa
n
kel
embag
aan
BP
KP
dil
akukan
den
gan
m
em
per
jela
s tu
gas
, fu
ngsi
dan
o
utp
ut
yan
g
akan
dih
asil
kan
ole
h
mas
ing-m
asin
g
unit
ker
ja.
Seb
uah
ko
nse
psi
si
apa
mel
aku
kan
ap
a d
an
ou
tputn
ya
apa
mer
upak
an f
akto
r pen
ting y
ang d
iper
tim
ban
gkan
dal
am
pen
ataa
n k
eelm
bag
aan
BP
KP
. D
engan
dem
ikia
n
akunta
bil
itas
mas
ing
-mas
ing u
nit
ker
ja m
enja
di
lebih
jel
as d
an t
eru
ku
r.
7
Ren
tan
g k
end
ali
Pen
ataa
n k
elem
bag
aan B
PK
P d
ilak
ukan
den
gan
mem
per
hat
ikan
pen
del
egas
ian o
tori
tas
atau
kew
enan
gan
Lam
pir
an 2
K
eran
gka
Kel
emb
agaa
n
Hal
aman
2
kep
ada
pej
abat
ata
u p
egaw
ai y
ang b
erad
a pad
a le
vel
di
baw
ahn
ya.
Den
gan
dem
ikia
n p
elak
sanaa
n t
ugas
dan
fungsi
mas
ing-m
asin
g u
nit
ker
ja d
an k
eber
langsu
ngan
nya
seca
ra k
esel
uru
han
dih
arap
kan
tid
ak t
ergan
ggu
.
8
Pen
gat
ura
n t
ugas
fu
ngsi
unit
org
anis
asi
Pen
ataa
n k
elem
bag
aan B
PK
P d
ilak
ukan
den
gan
mem
per
hat
ikan
dif
eren
sias
i tu
gas
dan
fu
ngsi
sec
ara
jela
s
dan
teg
as a
nta
r unit
org
anis
asi.
Lan
gkah
ini
dil
aku
kan
un
tuk m
engh
ind
ari
terj
adin
ya
du
pli
kas
i tu
gas
yai
tu
ouput
yan
g s
ama
dik
erja
kan
ole
h d
ua
atau
leb
ih u
nit
org
anis
asi
yan
g b
erbed
a.
Asp
ek T
ata
La
ksa
na
1
Hubun
gan
mekan
ism
e an
tar
lem
bag
a
Mel
alui
pen
ataa
n k
elem
bag
aan i
ni,
BP
KP
mem
punyai
bek
al y
ang k
uat
un
tuk b
ersa
ma-s
am
a d
engan
Ap
arat
Pen
gaw
as
Inte
rn
KL
PK
m
elak
ukan
si
ner
gi
dal
am
ran
gka
men
gaw
al
pen
gaw
asan
p
emb
angu
nan
dan
pem
ban
gunan
pen
gaw
asan
di
Indones
ia.
Luas
wil
ayah
Rep
ub
lik I
nd
on
esia
den
gan
ber
bag
ai p
erm
asal
ahan
yan
g dih
adap
i ole
h ban
gsa
in
i m
eneg
uhkan
si
kap
B
PK
P u
ntu
k se
lalu
m
eng
edep
ankan
si
ner
gi
den
gan
ber
bag
ai k
om
ponen
ban
gsa
ini,
ti
dak
ter
kec
ual
i K
LP
K.
Mek
anis
me
hu
bu
ngan
an
tar
lem
bag
a te
ntu
saj
a
akan
dig
ambar
kan
sec
ara
jela
s nan
tinya
agar
tid
ak t
erja
di
ove
rla
pp
ing
dal
am p
elak
san
aan
pen
gaw
asan
.
2
Tat
a kel
ola
pem
bu
atan
kep
utu
san
Mek
anis
me
pen
gam
bil
an k
eputu
san y
ang d
ilak
ukan
di
BP
KP
san
gat
ter
gan
tun
g p
ada
leve
l k
epu
tusa
n y
ang
akan
dia
mbil
dan
m
agnit
ude
sebuah
kep
utu
san
at
as
suat
u
per
mas
alah
an
yan
g
akan
d
ipu
tusk
an.
Pen
gam
bil
an
kep
utu
san
ole
h
pim
pin
an
BP
KP
dap
at
saja
dil
aku
kan
m
elalu
i se
bu
ah
rapat
pim
pin
an
(men
guik
uts
erta
kan
se
luru
h es
elon I)
yan
g se
bel
um
nya
tela
h m
end
engar
kan
as
pir
asi
dar
i par
a p
ejab
at
stru
ktu
ral
esel
on I
II,
IV d
an p
ara
peg
awai
lai
nnya.
3
Tat
a kel
ola
eval
uas
i
Tat
a la
ksa
na
eval
uas
i te
rhad
ap pen
ataa
n kel
emb
agaa
n d
ilak
ukan
se
cara
ak
un
tab
el.
Keg
iata
n in
i ak
an
dil
akukan
m
elal
ui
tim
evalu
asi
pen
ataa
n k
elem
bag
aan
yan
g ko
mp
eten
, m
eng
gu
nak
an m
eto
do
logi
yan
g
seca
ra
kei
lmuan
dap
at
dip
erta
nggungja
wab
kan
, se
rta
m
engik
uts
erta
kan
p
eran
ak
tif
par
a fi
hak
yan
g
ber
kep
enti
ngan
dal
am s
uat
u u
nit
ker
ja.
4
Man
ajem
en k
iner
ja p
emb
angu
nan
Pen
ataa
n
kel
embag
aan
BP
KP
dil
akukan
den
gan
tu
juan
uta
ma
men
ing
kat
kan
p
eran
B
PK
P
dal
am
mem
ber
ikan
kontr
ibusi
nya
terh
adap
keb
erhas
ilan
pen
cap
aian
po
gra
m p
emb
angu
nan
(w
ajib
, pri
ori
tas
dan
unggula
n),
se
bag
aim
ana
dia
man
atkan
dal
am
RP
JMN
2
01
5-2
01
9.
Sec
ara
lebih
sp
esif
ik
pen
ataa
n
kel
embag
aan
dia
rahkan
ag
ar
BP
KP
m
endap
atkan
la
nd
asan
yan
g
ku
at
dal
am
men
gaw
al
pro
gra
m
pem
ban
guan
nas
ional
dan
pen
ingkat
an k
iner
ja p
emb
angu
nan
mel
alu
i fu
ngsi
pen
gaw
asan
nya.
5
Mek
anis
me
pen
angan
an k
on
flik
an
tar
unit
org
anis
asi
Seb
agai
seb
uah
org
anis
asi
pen
gaw
asan
BP
KP
yan
g h
amp
ir b
eru
sia
32
tah
un t
entu
saj
a B
PK
P m
em
pu
nyai
pen
gal
aman
yan
g
cukup
lam
a dal
am
ber
org
anis
asi.
N
am
un
d
em
ikia
n
BP
KP
ju
ga
ber
usa
ha
sela
lu
men
yia
pkan
per
angkat
yan
g d
iper
lukan
guna
men
gan
tisi
pas
i te
rjad
inya
ko
nfl
ik i
nte
rnal
. L
angkah
ter
sebu
t
dil
akukan
m
elal
ui
pem
bag
ian
tugas
dan
fu
ngsi
se
rta
tan
ggu
ngja
wab
se
cara
te
gas
d
an
jela
s se
rta
makan
ism
e la
in b
erupa
pen
guat
an v
alu
e dan
buday
a o
rgan
isas
i B
PK
P.
6
Kej
elas
an t
ata
laksa
na
den
gan
kes
esu
aian
per
atu
ran
per
und
angan
Pen
ataa
n ta
ta la
ksa
na
di
BP
KP
diu
sahak
an
agar
se
lalu
d
idas
arkan
p
ada
ket
entu
an
per
un
dan
gan
yan
g
ber
laku.
PP
60 T
ahun 2
008 t
enta
ng S
PIP
, P
erat
ura
n P
resi
den
No
mo
r 1
92 T
ahun
20
14
ten
tan
g B
PK
P,
dan
Inpre
s 9 T
ahun 2
014 m
enja
di
pij
akan
uta
ma
dal
am p
enyu
sun
an t
ata
laksa
na
di
BP
KP
bai
k u
ntu
k k
egia
tan
Lam
pir
an 2
K
eran
gka
Kel
emb
agaa
n
Hal
aman
3
pen
gaw
asan
mau
pun k
egia
tan d
ukungan
pen
gaw
asan
.
7
Mek
anis
me
tahap
an p
ener
apan
pri
nsi
p
tata
kel
ola
pem
erin
tahan
yan
g b
aik
atau
go
od
gove
rna
nce
Pen
ataa
n k
elem
bag
aan B
PK
P d
ianta
ranya
dil
akukan
un
tuk m
em
per
cep
at i
mp
lem
enta
si p
rinsi
p-p
rin
sip t
ata
kel
ola
pem
erin
tahan
yan
g
bai
k
atau
good
gove
rna
nce
. M
elal
ui
nil
ai
“PIO
NIR
” m
em
per
tegas
d
an
men
eguh
kan
sik
ap B
PK
P u
ntu
k m
enula
rkan
dan
m
engim
ple
men
tasi
kan
tat
a kel
ola
kep
emer
inta
han
yan
g
bai
k d
i li
ngkungan
KL
PK
.
Asp
ek S
DM
AS
N
1
Pel
aksa
naa
n y
ang b
erkel
anju
tan
ter
kai
t
refo
rmas
i bir
okra
si
Dal
am p
enat
aan k
elem
bag
aan B
PK
P j
uga
akan
mem
per
hat
ikan
SD
M A
SN
dal
am k
on
teks
imp
lem
enta
si
keb
ijak
an re
form
asi
bir
okra
si ti
ngkat
nas
ional
. K
ebij
akan
te
rseb
ut
anta
ra la
in m
enyan
gku
t re
kru
itm
en
peg
awai
ber
bas
is kom
pet
ensi
m
elal
ui
Com
pute
r A
ssis
ted
T
est
(CA
T)
Sys
tem
, ca
reer
p
ath
, a
pp
rais
al
per
form
ance
dal
am b
ingkai
com
pet
ency
base
d h
um
an
res
ourc
es m
an
ag
emen
t (C
BH
RM
). B
erb
agai
lan
gkah
dal
am m
anaj
emen
sum
ber
day
a m
anusi
a A
SN
ter
seb
ut
dil
aku
kan
un
tuk m
em
per
ole
h p
rofi
l peg
awai
AS
N
BP
KP
yan
g k
om
pet
en &
pro
fesi
onal
yan
g m
em
enu
hi
ku
alif
ikas
i K
no
wle
dg
e, S
kill
dan
Att
itu
de
(KS
A)-
nya.
2
Keb
utu
han
ju
mla
h A
SN
mela
lui
pro
ses
Anal
isis
Jab
atan
dan
An
alis
is B
eban
Ker
ja
Anal
isis
jab
atan
dan
anal
isis
beb
an k
erja
sel
ama
ini
tela
h d
ilak
ukan
sec
ara
regu
ler
ole
h B
PK
P.
Outp
ut
atas
keg
iata
n t
erse
but
dig
unak
an u
ntu
k b
erbag
ai k
ebutu
han
dal
am r
ang
ka
pen
gel
ola
an m
anaj
emen
SD
M d
i
BP
KP
, m
isal
nya
untu
k k
eper
luan
muta
si p
egaw
ai a
nta
r P
erw
akil
an B
PK
P,
pen
gan
gkat
an d
alam
ja
bat
an
fungsi
onal
, se
rta
usu
lan p
endid
ikan
pel
atih
an p
enje
nja
ngan
ata
u e
ntr
y le
vel
JFA
. D
emik
ian
hal
nya
un
tuk
pen
ataa
n k
elem
bag
aan B
PK
P s
ecar
a oto
mat
is a
kan
men
ggu
nak
an d
an m
em
per
hat
ikan
has
il a
nal
isis
jab
atan
dan
anal
isis
beb
an k
erja
.
3
Ren
can
a p
enin
gkat
an k
om
pet
ensi
dan
pro
fesi
on
alis
me
AS
N
Pen
ataa
n k
elem
bag
aan B
PK
P j
uga
diu
sahak
an s
emak
sim
al m
un
gkin
dik
aitk
an d
engan
ren
can
a pen
ingkat
an
ko
mpet
ensi
dan
pro
fesi
onal
itas
AS
N B
PK
P.
Untu
k k
epen
tin
gan
ter
seb
ut
BP
KP
tel
ah m
emil
iki
pan
du
an
ber
upa
Hum
an C
apit
al
Dev
elopm
ent
Pla
n (
HC
DP
), n
amu
n p
and
uan
ter
seb
ut
har
us
sela
lu
dip
erb
ahar
ui
guna
men
dap
atkan
pet
a ko
mpet
ensi
S
DM
yan
g
tep
at,
un
tuk
pen
gu
atan
kap
asit
as
inte
rnal
d
alam
men
dukun
g f
ungsi
pen
gaw
asan
inte
rn B
PK
P.
4
Mek
anis
me
pen
ilai
an k
iner
ja i
ndiv
idu
AS
N d
an K
/L
Untu
k m
elak
ukan
pen
ilai
an i
ndiv
idu p
egaw
ai,
BP
KP
tel
ah m
emil
iki
dan
mem
fun
gsi
kan
ap
likas
i S
KP
yan
g
dap
at d
iakse
s ole
h s
emua
peg
awai
sec
ara
on-l
ine.
Sei
rin
g d
engan
pen
ataa
n k
elem
bag
aan
, B
PK
P
juga
mel
aku
kan
beb
erap
a pen
yem
purn
aan te
rhad
ap
apli
kas
i S
KP
se
hin
gga
dih
arap
kan
to
ols
te
rseb
ut
dap
at
men
g-c
aptu
re kin
erja
peg
awai
sec
ara
tepat
dan
peg
awai
dap
at m
engak
sesn
ya
seca
ra m
ud
ah.
5
Keb
utu
han
an
ggar
an u
ntu
k b
iaya
ruti
n
AS
N
Pen
ataa
n k
elem
bag
aan B
PK
P j
uga
mem
per
tim
ban
gkan
keb
utu
han
bia
ya
ruti
n u
ntu
k m
engel
ola
SD
M A
SN
BP
KP
. S
trat
egi
yan
g d
item
puh t
erkai
t den
gan
lan
gkah
in
i d
apat
dil
aku
kan
mel
alu
i re
alo
kas
i S
DM
yan
g a
da
saat
ini,
ata
upun d
engan
mel
akukan
rek
ruit
men
peg
awai
bar
u s
esuai
den
gan
form
asi
yan
g d
itet
apkan
ole
h
Kem
anpan
dan
R
B.
Nam
un
dem
ikia
n
keb
utu
han
b
iaya
ruti
n
un
tuk
SD
M
AS
N
BP
KP
te
tap
har
us
dip
ersi
apkan
jum
lahnya
seca
ra c
erm
at a
gar
tid
ak m
eng
gan
ggu
pel
aksa
naa
n t
ugas
dan
fu
ngsi
BP
KP
sec
ara
kes
eluru
han
.