Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Annual Report 2014
117
BAB VIII
PENGELOLAAN SAMPAH
BERBASIS RENEWABLE ENERGY
8.1. Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, telah meningkatkan konsumsi energi
untuk kehidupan sehari-hari. Sampai saat ini, sumber energi utama yang dikonsumsi
adalah minyak bumi. Namun disadari bahwa persedian minyak bumi semakin menipis
sehingga apabila dieksploitasi terus-menerus akan habis. Oleh karena itu perlu
dilakukan efisiensi energi dan memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan.
Pada sisi lain, jumlah timbulan (produksi) sampah di lingkungan perkotaan terus
meningkat. Umumnya, sampah kota didominasi oleh sampah organik dengan komposisi
berkisar antara 55-70 persen. Kedua permasalahan tersebut telah memacu penelitian
untuk mencari sumber energi terbarukan dengan memanfaatkan jumlah sampah yang
melimpah di lingkungan perkotaan.
Pemikiran tersebut diatas muncul karena sampah kota merupakan sumberdaya
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. Teknik pemanfaatan
sampah sebagai sumber energi yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah dengan me-
recovery gas metan dari TPA dan memfermentasi sampah secara anaerobik dalam
digester kedap udara.
Recovery gas metan TPA merupakan hal yang sangat penting dalam rangka
upaya mencegah emisi gas metan yang berkontribusi dalam pemanasan global. Teknik
recovery gas metan dan pemanfaatannya dapat dilakukan dengan berbagai cara tetapi
perlu diadaptasikan dengan kondisi TPA di Indonesia yang open dumping. Sementara
itu, teknik pemanfaatan sampah sebagai sumber energi melalui fermentasi anaerobik
juga perlu rekayasa teknik terkait dengan sifat dan karakter sampah kota yang berbeda
dengan limbah peternakan yang sudah popular dimanfaatkan menjadi biogas. Teknik
biogas sampah saat ini sedang mulai berkembang.
Skala pengolahan sampah organik menjadi biogas melalui fermentasi anaerobik
dapat dilakukan secara tersentralisasi di pusat pengolahan sampah atau
terdesentralisasi tersebar di dekat sumber-sumber sampah. Pengolahan sampah
menjadi biogas yang tersentralkan umumnya berkapasitas besar dan membutuhkan
Annual Report 2014
118
biaya investasi, operasi dan pemeliharaan yang tinggi dengan operasi yang mekanis.
Hal tersebut menjadi kendala utama pembangunannya. Sementara itu, pengolahan
sampah menjadi biogas yang tersebar di dekat sumber-sumber sampah biayanya relatif
murah, padat karya, keterlibatan masyarakat tinggi, dan teknologinya tepat guna.
Kegiatan penelitian Pengelolaan Sampah Berbasis Renewable Energy dilakukan
di kota Probolinggo, sebagai tindak lanjut adanya MoU antara BPPT dengan Walikota
Probolinggo dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Direktur Pusat Teknologi
Lingkungan-BPPT dengan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) kota Probolinggo.
Kajian ini telah dimulai tahun 2013, dengan kegiatan yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
Menyusun disain prototipe teknologi anaerobic digestion sampah organik perkotaan
skala rumah tangga dan komunal.
Mengkaji performansi kinerja prototipe instalasi teknologi anaerobic digestion
sampah organik perkotaan skala rumah tangga dan komunal.
Kegiatan tersebut telah dapat dilaksanakan dengan baik dan menjadi dasar
dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2014. Sedangkan kajian yang telah dilakukan untuk
tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Studi recovery dan instalasi alat purifikasi gas metan TPA.
Instalasi dan diseminasi food digester skala rumah tangga.
Disain instalasi digester biogas sampah skala kawasan.
8.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
Mengkaji dan mengembangkan teknologi pengelolaan sampah organik
perkotaan menjadi biogas melalui teknologi anaerobic digestion.
Mengkaji dan mengembangkan teknik recovery dan instalasi alat purifikasi gas
metan TPA.
Melakukan pendampingan dalam instalasi dan diseminasi food digester skala
rumah tangga.
Merancang disain instalasi digester biogas sampah skala komunal.
Sedangkan sasaran kegiatan adalah:
Diperolehnya teknik recovery dan terpasangnya alat purifikasi gas metan TPA
Terdesiminasinya food digester skala rumah tangga.
Annual Report 2014
119
Diperolehnya disain instalasi digester biogas sampah skala komunal.
8.3. Hasil Kegiatan
8.3.1. Pengkajian dan Pengembangan Teknik Recovery dan Instalasi
Alat Purifikasi Gas Metan TPA
8.3.1.1. Studi Teknik Recovery dan Instalasi Gas Metan TPA
Studi teknik recovery dan instalasi gas metan TPA didahului dengan studi
literatur untuk mengetahui teknik recovery, purifikasi dan pemanfaatan gas metan TPA
yang berkembang di dunia. Studi ini juga mencakup kegiatan survei ke beberapa TPA
di Indonesia untuk mengetahui best practices yang dilakukan misalnya di TPA Supit
Urang (Kota Malang), TPA Talangagung (Kab. Malang), TPA Bantargebang (Bekasi)
dan TPA Sumur Batu (Bekasi).
Dari studi ini diketahui:
Teknik recovery gas TPA yang sesuai dengan kondisi TPA open dumping dan
kondisi sosio-ekonomi Kab/Kota di Indonesia.
Teknik purifikasi gas metan TPA yang menjadi dasar untuk mendisain dan
menginstalasi alat purifikasi gas metan.
Distribusi penggunaan gas metan TPA untuk memasak untuk masyarakat sekitar
TPA.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan maka teknik recovery dan instalasi gas
metan TPA yang dilakukan di TPA Supit Urang Kota Malang dan TPA Talang Agung
Kabupaten Malang, menarik untuk dikaji dan dievaluasi.
Kedua TPA tersebut menggunakan metoda yang sama dan sangat cocok dan
sesuai untuk digunakan di TPA yang sudah selesai operasi di kota-kota dan kabupaten
di Indonesia, karena alasan sebagai berikut:
Sesuai dengan kondisi TPA open dumping.
Sesuai dengan kondisi sosio-ekonomi Kab/Kota di Indonesia.
Menggunakan teknologi yang tepat guna dan peralatan yang sederhana.
Serta dapat dilakukan oleh tenaga ahli yang ada di TPA itu sendiri.
Instalasi recovery gas dan pemanfaatannya pada kedua TPA tersebut meliputi:
Sumur gas
Jaringan pemipaan antar sumur
Annual Report 2014
120
Tower water trapping
Suction blower
Filter arang aktif
Sarana pemanfaatan internal (kompor gas, genset listrik, dan kompresor
penabungan gas)
Jaringan transmisi dan distribusi gas
Gambar 8.1. Jaringan Pemipaan (kiri) dan Tower Water Trapping (kanan).
Gambar 8.2. Pipa Transmisi (kiri) dan Pipa Distribusi Gas (kanan).
Annual Report 2014
121
Gambar 8.3. Gas TPA Dimanfaatkan untuk Memasak
8.3.1.2. Disain dan Pembuatan Alat Purifikasi Gas Metan TPA
Alat purifikasi yang didisain adalah yang cocok dengan kondisi daerah di
Indonesia. Dari purifikasi ini diharapkan kandungan metannya meningkat dari 30 persen
menjadi 95 persen. Capaian tersebut bermanfaat untuk digunakan sebagai BBG
kendaraan bermotor. Tanpa purifikasi yang baik pemanfaatan gas TPA untuk
penggerak gas engine akan mengakibatkan cepatnya kerusakan gas engine. Tanpa
dipurifikasi gas metan TPA hanya dapat didistribusikan ke rumah tangga di sekitar TPA
untuk digunakan memasak pengganti LPG.
Diantara berbagai metode purifikasi biogas, water scrubber dipilih untuk diteliti
karena water scrubber merupakan metode yang paling mudah dilakukan di daerah
rural. Air adalah pelarut CO2 yang baik. Kelarutan CO 2 di air dibentuk oleh variasi
tekanan dan temperatur.
Teknologi water scrubber merupakan suatu metode penyerapan untuk memisahkan
CO2 dari aliran gas. Selain CO2, water scrubber juga dapat memisahkan H2S dan NH3
Untuk mendisain water scrubber, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
Asumsi data dasar volume dan komposisi biogas.
Material balance dan penentuan laju air yang akan digunakan sebagai scrubber.
Seleksi packing material di dalam kolom scrubber.
Penentuan diameter kolom.
Penentuan tinggi kolom.
Penentuan rangka pendukung dan distribusi air.
Annual Report 2014
122
Gambar 8.4. Alat Purifikasi Gas Metan TPA Sistem Water Scrubber
8.3.2. Pendampingan dalam Instalasi dan Diseminasi Food Digester
Skala Rumah Tangga
Food digester skala rumah tangga yang diinstalasi dan diseminasi merupakan
hasil riset tahun 2013. Sistem yang digunakan dalam food digester adalah sistem
kontinyu dan low solid dengan input sampah makanan dari dapur, kantin, restoran, dan
sebagainya. Start up dilakukan dengan menggunakan kotoran sapi dan dilanjutkan
dengan input yang berupa sampah makanan.
Digester ini mempunyai performansi yang baik dalam menangani sampah
makanan dan memproduksi biogas. Gas yang dihasilkan setiap harinya dapat untuk
memasak sekitar satu jam dan slurry nya digunakan untuk memupuk tanaman. Oleh
kerena performansi yang baik tersebut food digester diperbanyak, kemudian diuji coba
untuk diterapkan di beberapa lokasi, seperti di rumah warga, kantin perkantoran, dan
TPS 3R di wilayah Kota Probolinggo.
Digester tersebut kelihatannya dapat menjadi alternatif yang baik dimasa depan untuk
menangani sampah makanan di kota-kota lainnya di Indonesia.
Annual Report 2014
123
Gambar 8.5. Food Digester yang Siap Didistribusikan (kiri) dan Sudah
Didistribusikan (kanan)
Untuk tahun 2014 telah dibuat 4 buah food digester dan 1 buah sudah
didistribusikan kepada Bapak Mahmudi yang beralamat di Jalan Ciwulan, Kelurahan
Kareng, Kecamatan Wonoasih. Terlihat pada gambar food digester yang ditempatkan di
halaman depan rumah Bapak Mahmudi. Saat ini biogas hasil food digester tersebut
sudah digunakan untuk memasak.
8.3.3. Disain Instalasi Digester Biogas Sampah Skala Komunal
Disain instalasi digester biogas sampah skala kawasan juga berbasiskan hasil
riset tahun 2013. Sistem yang digunakan adalah digester perkolasi dengan sistem
batch dan high solid (TS diatas 20%). Input yang dipakai berupa sampah taman dan
sampah pasar. Kapasitas digester untuk cakupan layanan 500 - 1000 KK dengan
jumlah sampah sekitar 5 m3 perhari. Digester yang didesain merupakan sistem modular
berupa serial bak dari beton. Masa tinggal sampah (padat) sekitar 40 hari di dalam
digester untuk dipanen gasnya. Biogas yang dihasilkan direncanakan untuk
dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik di lokasi tersebut. Sedangkan sisa
padatannya akan digunakan sebagai pupuk kompos.
8.3.3.1. Sistem yang Dipergunakan
Teknologi pengolahan sampah menjadi biogas skala komunal sangat beragam.
Berdasarkan pertimbangan teknis, ekonomis dan lingkungan, sistem yang dipakai
sebagai dasar desainnya adalah kombinasi sistem anaerobik–aerobik.
Annual Report 2014
124
Yang dimaksud dengan kombinasi anaerobik–aerobik adalah memproses atau
mengolah sampah secara anaerobik dahulu untuk menghasilkan biogas dan setelah itu
prosesnya dilanjutkan secara aerobik untuk menghasilkan kompos.
Sistem anaerobik yang dipilih adalah sistem yang meliputi:
High Solid Anaerobic Digestion (HSAD).
Single stage.
Batch.
Mesofilik.
Sistem HSAD adalah sistem anaerobik pengolahan sampah menjadi biogas
dalam kondisi material sampah yang difermentasikan kandungan padatannya di atas 25
persen sehingga disebut pula sebagai sistem padat atau kering (dry). Sistem ini
berbeda dengan sistem Low Solid Anaerobic Digestion (LSAD), di mana kandungan
padatannya sekitar # persen yaitu dengan cara dibuburkan dulu dengan penambahan
air.
Kemudian yang dimaksud dengan single stage yaitu bahwa seluruh reaksi
hidrolisis hingga pembentukan metan (metanogenesis) direkayasa berlangsung dalam
digester yang sama.
Prosesnya sistem batch, bukan kontinyu yakni sampah organik dimasukan ke
dalam digester kemudian ditutup rapat dan setelah proses fermentasi selesai sampah
dikeluarkan dari digester dan digester tersebut diisi kembali. Digester yang
dipergunakan terdiri atas beberapa serial bak.
Selanjutnya, kondisi temperatur yang dipergunakan dalam proses adalah kondisi
mesofolik atau temperatur kamar.
Sementara itu, lanjutan dari sistem anaerobik yang diterapkan adalah sistem
aerobik. Sistem aerobik yang dipilih adalah komposting sistem static pile yang
dilengkapi dengan injeksi udara menggunakan blower.
Kelebihan dari sistem anaerobik dan aerobik yang dipergunakan meliputi:
Toleran terhadap kontaminan yang terdapat di dalam sampah organik seperti
serpihan plastik, pecahan kaca, pasir dan sebagainya.
Dalam proses fermentasi, material berada menetap di dalam bak digester
sehingga tidak diperlukan peralatan pendorong atau pemindah seperti halnya
pada sistem kontinyu.
Annual Report 2014
125
Proses batch dan stasioner memudahkan pengendalian untuk menghasilkan
energi yang optimal.
Proses berlangsung closed loop liquid cycle untuk cairan yang dihasilkan.
Mereduksi produksi CO2 melalui penggunaan biogenic energy
Produksi gas berlangsung kontinyu karena fermentasi berlangsung di dalam
serial bak digester.
Keseluruhan proses tidak menghasilkan limbah, karena langsung
dimanfaatkan. Padatan yang dihasilkan dikomposkan secara langsung.
Teknologinya tangguh dan dapat diandalkan.
Biaya reparasi dan pemeliharaan rendah.
Biaya konsumsi energi rendah yaitu sekitar 5-10%
8.3.3.2. Kapasitas
Kapasitas olah sampah plant biogas ini adalah sebesar 1,89 ton atau 5,71 m3
sampah. Plant ini dirancang untuk melayani sekitar 673 KK.
8.3.3.3. Ouput Proses
Output dari proses pengolahan sampah menjadi biogas berupa:
Biogas (418 m3/hari)
Kompos (0,66 ton/hari)
Recycled material (kertas, plastik, logam)
Secara lebih lengkap, spesifikasi disain instalasi digester biogas sampah skala
komunal, dapat dilihat pada Tabel 8.1.
Tabel 8.1. Spesifikasi Pengolahan Sampah Menjadi Biogas Skala Komunal
Spesifikasi Tempat Pengolahan Sampah Menjadi Biogas Skala Komunal
Kapasitas Input sampah 1,89 ton/ 5,71 m3
Cakupan Layanan 673 KK
Sistem Kombinasi Sistem Anaerobik – Aerobik
Sistem Anaerobik : - High Solid Anaerobic
Digestion (HSAD)
Annual Report 2014
126
- Single stage
- Batch
- Mesofilik
Sistem Komposting : Static Pile with air injection
Output Proses Biogas (untuk pembangkitan listrik)
Kompos
Recycled material (kertas, plastik, logam)
Output Biogas (perhari) 418 m3
Output Energi dari Biogas 30,4 kWh
Output Kompos (perhari) 0,66 ton
Bak Digester Aaerobik Jumlah 40 buah
Ukuran setiap digester 2 m3
Waktu tinggal 40 hari
Gas holder Sistem floating
Menyatu dengan penampungan lindi
Volume 12 m3
Bak Komposting Jumlah 4 buah
Ukuran setiap bak panjang 4 m, lebar 2 m dan
tingggi 1,3 m
Di lantai bak dipasang perforated pipe untuk aerasi
Aerasi dibantu dengan blower
Bak Recycled Material
Kotainer Truk Sampah Ukuran 8 m3
Genset Biogas Spesifikasi:
Mesin Pencacah Sampah Spesifikasi:
Mesin Pengayak Kompos Spesifikasi:
Blower Spesifikasi:
Pompa resirkulasi lindi Spesifikasi:
Unit purifikasi metan Spesifikasi:
Luas Kebutuhan Lahan
Total Investasi
Annual Report 2014
127
8.3.3.4 Diskripsi Proses Pengolahan Sampah Menjadi Biogas
Bagan alir proses pengolahan sampah menjasi biogas disajikan pada Gambar
berikut.
Gambar 8.6. Bagan Alir Proses Pengolahan Sampah Menjadi Biogas
Sampah yang masuk ke dalam plant biogas terlebih dahulu dipilah secara
manual. Sampah yang laku jual (recycled material) dikumpulkan untuk dipres. Sampah
residu dikumpulkan untuk dibuang ke TPA. Sementara itu sampah organiknya
kemudian dicacah sebelum dimasukkan ke digester.
Sistem yang dipergunakan dalam pengolahan sampah menjadi biogas adalah
sistem batch yang menggunakan sistem dry anaerobic digestion dalam kondisi
temperatur mesofilik. Material input (sampah organik) dimasukkan ke dalam bak
digester kedap udara. Material tersebut kandungan padatannya relatif tinggi yaitu
sekitar 25-35 persen sehingga proses fermentasinya disebut dry anaerobic digestion.
Material sampah berada dalam bak digerster selama 30-40 hari.
Ke dalam tumpukan material tersebut disiramkan cairan perkolasi yang berasal
dari lindi tumpukan sampah itu sendiri dan cairan mengandung bakteri metan. Cairan
Annual Report 2014
128
disiramkan melalui bagian atas tumpukan dengan sprinkler. Cairan tersebut berperan
sebagai inokulum karena mengandung bakteria anaerobik.
Material input digester tersebut antara lain sampah makanan, sampah taman,
sampah pasar, dan sampah organik lainnya. Sampah dimasukan ke dalam digester
pertama, dan pada hari selanjutnya sampah dimasukan ke dalam digester berikutnya.
Berbagai reaksi kimia pembentukan biogas (hidrolisisi, asidifikasi, dan metanisasi) akan
berlangsung dalam satu tahap di setiap bak.
Biogas yang dihasilkan ditampung dalam gas holder yang merupakan bagian
dari penampung cairan tersebut.
Setelah proses dry fermentation, padatan yang dihasilkan dipindahkan ke dalam
bak komposting untuk diproses menjadi kompos secara aerobik. Tumpukan padatan di
dalam bak komposting di aerasi dengan blower. Padatan tersebut volumenya telah
tereduksi hingga 40% dan telah terdekomposisi secara anaerobik sehingga lanjutan
proses kompostingnya hanya berlangsung sekitar 7-14 hari saja.
8.3.3.5. Ruangan dan Peralatan
Tata letak dari komponen-komponen ruangan dan peralatan yang dipergunakan,
seperti tertera pada Gambar 8.7, antara lain berupa:
Ruang penurunan sampah
Ruang pemilahan sampah
Bak recycled material
Serial bak digester
Tanki perkolasi dan gasholder
Bak komposting
Kantor
Ruang purifikasi gas
Pompa
Suction blower
Gas Holder
Gas flow meter
Genset
Purifikator Gas
Annual Report 2014
129
Gambar 8.7. Tata Letak Instalasi Digester Biogas Sampah Skala Kawasan.
8.4. Manfaat Kegiatan
8.4.1. Bagi BPPT
Diperolehnya model teknologi pengelolaan sampah organik perkotaan menjadi
biogas skala rumah tangga dan skala komunal/kawasan.
Diperolehnya model teknik recovery gas metan TPA, khususnya TPA open
dumping paska operasi.
Diperolehnya model teknik purifikasi gas metan, dengan menggunakan sistem
water scrubber.
Penguatan kompetensi teknologi pengelolaan sampah organik perkotaan
menjadi biogas melalui teknologi anaerobic digestion.
Memperkuat jejaring dengan Pemerintah Daerah.
8.4.2. Bagi Mitra (Pemerintah Kota Probolinggo).
Peningkatan kapasitas SDM melalui proses transfer of knowledge.
Tersedianya digester biogas sampah skala rumah tangga.
Dapat memperbaiki teknik recovery gas metan TPA Probolinggo.
Dapat mempurifikasi gas metan dari TPA.
Annual Report 2014
130
8.4.3. Bagi Masyarakat.
Pemanfaatan sampah menjadi biogas baik yang dengan me-recovery gas metan
dari TPA ataupun yang memfermentasi sampah secara anaerobik dalam digester
kedap udara, dapat mengurangi pemakaian LPG, sehingga dapat menghemat
biaya bahan bakar untuk memasak bagi masyarakat penggunanya.
Penggunaan gas metan dari TPA, dapat mengurangi pencemaran lingkungan
akibat gas metan yang secara alamiah dihasilkan dari TPA.
8.5. Kesimpulan dan Rekomendasi
Teknik recovery gas metan model TPA Supit Urang di Kota Malang dan TPA
Talang Agung di Kabupaten Malang, cocok untuk digunakan di kota-kota dan
kabupaten di Indonesia yang sudah selesai operasi, karena sesuai dengan kondisi TPA
open dumping dan sosial ekonomi kabupaten/kota, menggunakan teknologi yang tepat
guna, peralatan yang sederhana dan dapat dilakukan oleh tenaga ahli yang ada di TPA
itu sendiri. Gas metan yang dihasilkan dari TPA, khususnya TPA kota Probolinggo perlu
di purifikasi lebih lanjut untuk mendapatkan kualitas gas metan yang lebih baik.Teknik
purifikasi yang dipilih menggunakan sistem water scrubber, karena dianggap cocok
dengan kondisi di Indonesia. Untuk itu alat purifikasi gas metan yang dirancang dan
dibuat menggunakan teknik water scrubber. Beberapa parameter yang digunakan
dalam teknik purifikasi ini antara lain tekanan input gas dan air, laju alir gas dan air,
kadar garam air yang digunakan, dan dimensi tabung scrubber.
Dengan menggunakan food digester biogas, sampah makanan yang dihasilkan
dari rumah tangga dapat ditangani dengan baik menjadi gas pengganti LPG dan
menjadi pupuk cair. Food digester yang telah dibuat untuk didesiminasikan sebanyak 4
buah. Satu diantaranya telah dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat untuk
memasak. Pemanfaatan sampah makanan menjadi biogas bermanfaat pagi
pencegahan pencemaran lingkungan, penggunaan energi terbarukan dan memiliki nilai
ekonomis.
Penelitian digester perkolasi dengan sistem padat dan batch untuk sampah
pasar dan sampah daun telah menjadi dasar dalam mendisain instalasi digester biogas
sampah skala komunal. Sistem yang dipergunakan dalam pengolahan sampah menjadi
biogas adalah sistem batch yang menggunakan sistem dry anaerobic digestion dalam
kondisi temperatur mesofilik. Material input (sampah organik) dengan padatan yang
Annual Report 2014
131
relatif tinggi dimasukkan ke dalam bak digester kedap udara, selama 30-40 hari.
Kapasitas olah sampah plant biogas yang dirancang adalah sebesar 1,89 ton atau 5,71
m3 sampah, untuk melayani sekitar 673 KK. Dengan kapasitas tersebut akan dihasilkan
418 m3 perhari biogas, 0,66 ton perhari kompos dan recycled material (kertas, plastik
dan logam).
Dari hasil penelitian yang diperoleh selama ini dapat disarankan yaitu perlunya
penelitian lanjutan pembuatan biogas dari sampah organik baik skala rumah tangga
maupun skala kawasan memiliki prospek yang sangat baik. Untuk itu penelitian-
penelitian lanjutan sangat diperlukan. Selain itu juga purifikasi gas metan perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan gas metan dengan kualifikasi yang
lebih baik.
Annual Report 2014
132
Daftar Pustaka
1. Apriandi N., 2012. Pemurnian Biogas terhadap Gas Pengotor Kanrbon dioksida
(CO2) dengan Teknik Absorbsi Kolom Manometer (Manometer Colkumn). Fakultas
Teknik Mesin, Universitas Udayana.
2. Badan Lingkungan Hidup, 2014. Laporan Akhir Studi Purifikasi Gas Metan dan
Pemanfaatannya. Pemerintah Kota Probolinggo.
3. Endang K., 2007. Pemurnian Biogas dari Kandungan Hidrogen Sulfida (H2S)
Menggunakan Larutan Absorben dari Besi Bekas (Besi Rongsok). Fakultas Teknik
UNS.
4. Pusat Teknologi Lingkungan, 2013. Laporan Penelitian Pengelolaan Sampah
Berbasis Renewable Energy Tahun 2013. Pusat Teknologi Lingkungan-BPPT.
5. Tchobanouglous, G., H. Theisen and S. Vigil, 1993. Integrated Solid Waste
Management, Engineering Principles and Management Issues. Mc Graw-Hill Inc.,
USA.
6. Themelis, N.J. and P.A. Ulloce, 2007. Methane Generation Landfills. Science Direct
Renewable Energy.
7. Vijay V.K., 2007. Biogas Refining for Production of Bio-Methane and Its Bottling for
Automotive Application and Holistic Development. Proceedings of International
Symposium on Eco Topia Science, ISETS07.
8. Vijay V.K., 2012. Biogas Purification Using Water Scrubbing Systems. Centre for
Rural Development & Technology Indian Institute of Technology, New Delhi, India.