32
36 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI VALUTA ASING, MONEY CHANGER DAN KAWASAN PARIWISATA 2.1 Kajian Tentang Valuta Asing 2.1.1 Pengertian Valuta Asing dan Dasar Hukum Valuta Asing ”Foreign exchange is the system by which the type of money used is exchange from another country’s money”. 1 (Valuta asing adalah mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain atau seluruh kewajiban terhadap mata uang asing yang dapat dibayar di luar negeri). Valuta asing atau foreign exchange merupakan uang yang dikeluarkan sebagai alat pembayaran yang sah, valuta asing sangat erat kaitannya dengan pasar valuta asing yaitu pasar memfasilitasi pertukaran valuta asing untuk mempermudah transaksi-transaksi perdagangan dan keuangan internasional. Kurs valuta asing (Foreign Exchange Rate) adalah tarif dari pertukaran mata uang atau harga suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang yang berbeda dan kuotasi valuta asing adalah suatu pernyataan kesediaan melakukan transaksi jual beli valuta asing pada suatu kurs yang diumumkan. 2 Valuta asing atau foreign exchange merupakan perdagangan mata uang kedua negara yang nilainya berbeda dari waktu ke waktu. 1 Cambridge Iinternational English Dictionary of English, 1995, Cambridge University Press, London, h.549 2 Hafis Mu’addab, 2011, Foreign Exchange Market, Elhaf Publishing, Surabaya, h. 7.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI VALUTA ASING, … II.pdf · 37 Suatu mata uang dikatakan sebagai valuta asing tergantung dari siapa yang melihat, untuk penduduk di negara yang bukan

Embed Size (px)

Citation preview

36

BAB II

TINJAUAN UMUM

MENGENAI VALUTA ASING, MONEY CHANGER DAN KAWASAN

PARIWISATA

2.1 Kajian Tentang Valuta Asing

2.1.1 Pengertian Valuta Asing dan Dasar Hukum Valuta Asing

”Foreign exchange is the system by which the type of money used is

exchange from another country’s money”.1 (Valuta asing adalah mata uang yang

dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain atau

seluruh kewajiban terhadap mata uang asing yang dapat dibayar di luar negeri).

Valuta asing atau foreign exchange merupakan uang yang dikeluarkan

sebagai alat pembayaran yang sah, valuta asing sangat erat kaitannya dengan

pasar valuta asing yaitu pasar memfasilitasi pertukaran valuta asing untuk

mempermudah transaksi-transaksi perdagangan dan keuangan internasional. Kurs

valuta asing (Foreign Exchange Rate) adalah tarif dari pertukaran mata uang atau

harga suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang yang berbeda dan

kuotasi valuta asing adalah suatu pernyataan kesediaan melakukan transaksi jual

beli valuta asing pada suatu kurs yang diumumkan.2 Valuta asing atau foreign

exchange merupakan perdagangan mata uang kedua negara yang nilainya berbeda

dari waktu ke waktu.

1 Cambridge Iinternational English Dictionary of English, 1995, Cambridge University

Press, London, h.549 2 Hafis Mu’addab, 2011, Foreign Exchange Market, Elhaf Publishing, Surabaya, h. 7.

37

Suatu mata uang dikatakan sebagai valuta asing tergantung dari siapa yang

melihat, untuk penduduk di negara yang bukan negara asal mata uang akan

menyebut sebagai valuta asing atau valas dan sebaliknya penduduk di negara asal

mata uang tidak akan menyebut demikian.3 Sebagai contoh bagi orang Indonesia

mata uang US Dollar adalah valuta asing, sedangkan bagi orang Amerika mata

uang US Dollar tentunya bukan valuta asing. Secara lebih luas Valuta Asing dapat

juga diartikan sebagai seluruh kewajiban terhadap mata uang asing yang dapat

dibayar diluar negeri, baik berupa simpanan pada bank luar negeri maupun

kewajiban dalam mata uang asing.

Makna daripada valuta asing adalah uang asing. Uang asing adalah uang

yang diterbitkan sebagai alat bayar yang sah suatu negara, di dalam maupun di

luar wilayah negaranya, dengan bahan fisik dan penanda tertentu. Alat bayar

adalah alat untuk melakukan pembayaran atau penukaran dengan barang dan jasa.

Uang menurut Byrns dan Stone uang adalah : … the device to buy goods or

resources and by which we measure our income, wealth, and the price we pay.4

(Alat yang digunakan untuk membeli barang atau sumber daya dan dengan mana

seseorang mengukur pendapatannya, kekayaannya, dan harga-harga yang harus

dibayar dalam suatu transaksi).

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka posisi uang yang utama

adalah sebagai alat pembayaran atau media transaksi yang bersifat sangat vital,

karena mempermudah memperoleh dan memilih barang dan jasa yang diinginkan

3 Heli Charisma Berlianta, 2006, Mengenal Valuta Asing, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, h. 9.

4 Ralph T. Byrns and Gerald W. Stones,1984, Economics, Second Edition, Scott, Foresman and Company, Glenview, Illions, h. 319.

38

secara cepat, mempermudah menentukan nilai (harga) barang dan jasa,

memperlancar proses transaksi perdagangan dan jual beli pada umumnya, dan

merupakan media untuk menimbun kekayaan.5 Uang mencakup beberapa fungsi,

yaitu :

a. Sebagai alat tukar;

b. Sebagai satuan hitung;

c. Sebahgai penimbun kekayaan; dan

d. Sebagai standar pembayaran (utang dan kewajiban lainnya).6

Uang asing merupakan alat pembayaran resmi yang diterbitkan oleh suatu

negara untuk memenuhi kewajiban di luar wilayah negaranya atau di dalam

wilayah negara lain. Setiap negara berdaulat menerbitkan alat bayarnya sendiri

dan umumnya melarang penggunaan mata uang asing sebagai alat bayar umum di

dalam wilayah negaranya. Orang asing yang berada di dalam wilayah suatu

negara, untuk dapat melakukan transaksi, terlebih dahulu harus menukarkan mata

uang negaranya dengan mata uang domestik negara tempat ia melakukan

transaksi. Namun demikian, asas kebebasan berkontrak (freedom of contract),

yang telah diterima secara umum di seluruh dunia. Membuka peluang bagi setiap

orang untuk secara bebas memperjanjikan penggunaan mata uang asing dalam

transaksi yang mereka buat, terutama dalam hal salah satu pihaknya adalah orang

asing. Kebebasan untuk menggunakan mata uang asing sebagai alat bayar dalam

suatu kontrak transaksi bersifat terbatas, yaitu sebatas rasio kontrak atau rasio

5 Kasmir, 2006, Manajemen Perbankan , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 14. 6Ibid, h. 13.

39

transaksi yang mendukung penggunaan mata uang demikian itu.7 Secara umum,

alat bayar resmi yang berlaku di dalam wilayah suatu negara adalah alat bayar

yang secara resmi diterbitkan oleh negara bersangkutan.

Sebagai alat tukar resmi yang diterbitkan oleh suatu negara, mata uang

asing umumnya ditandai dengan berbagai penanda mata uang sebagai alat tukar,

antara lain nomor seri, indikasi dan desain tertentu. Ketiga persyaratan minimal

itu merupakan persyaratan minimal pada umumnya diatur di dalam ketentuan

hukum negara bersangkutan di bawah hukum tentang persyaratan, penerbitan

(pencetakan), peredaran dan pengendalian nilai tukar uang. Setiap mata uang

asing yang diadakan secara tidak memenuhi kedua persyaratan minimal demikian

itu merupakan mata uang yang tidak memenuhi persyaratan hukum dan karena

berpeluang menjadi obyek penegakan hukum.

Pasal 19 UU BI menyatakan bahwa Bank Indonesia berwenang

menetapkan macam, harga, ciri-ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang akan

digunakan serta tanggal mulai berlakunya uang tersebut sebagai alat pembayaran

yang sah. Ketentuan Pasal 20 UU BI menyebutkan pula bahwa Bank Indonesia

merupakan satu-satunya lembaga yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan

dan mengedarkan rupiah serta menjaga stabilitas perekonomian.

Kewenangan Bank Indonesia dalam valuta asing dapat dilihat melalui

keberadaan beberapa instrumen hukum yang mengatur langsung maupun tidak

langsung kewenangan Bank Indonesia, antara lain :

7 Ralph H Folsom dkk, 1992, International Business Transaction, West Publishing Co, ST

Paull, Minn, USA, h. 133.

40

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kewenangan Bank Indonesia dalam pengaturan perdagangan valuta asing

dapat ditelusuri melalui beberapa ketentuan UUD 1945 tidak menentukan posisi

dan kewenangan Bank Indonsia melainkan kewenangan lembaga itu secara

implisit di dalam alokasi kewenangan moneter negara, Pasal 23 ayat (3) dan ayat

(4) UUD 1945. Pasal 23 ayat (3) menentukan bahwa macam dan harga mata uang

ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 23 ayat (4) menentukan bahwa hal

keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang. Kedua ketentuan itu

masing-masing masuk menjadi ketentuan Pasal 23 B dan Pasal 23 C UUD Negara

Republik Indonesia 1945 secara eksplisit menentukan posisi dan fungsi Bank

Indonesia. Negara mempunyai bank sentral yang mana susunan, kedudukan,

kewenangan, tanggung jawab, serta independensinya diatur oleh undang-undang.

Ketentuan Pasal 23 D UUD Negara Republik Indonesia telah ditindaklanjuti

dengan pembentukan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

yang kemudian diubah dengan adanya Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang

Perubahan Atas Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

Sehingga bentuk organik dari konstruksi kewenangan itu harus ditelusuri melalui

Undang-Undang Bank Indonesia, baik yang tahun 1999 maupun 2004.

2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan

Sistem Nilai Tukar

UU Nomor 24 Tahun 1999 ini mengatur tentang devisa dan sistem nilai

tukar. Devisa menurut ketentuan ini adalah aset dan kewajiban finansial yang

41

digunakan dalam transaksi internasional (Pasal 2). UU ini mengatur sistem nilai

tukar dan memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk melaksanakan

kebijakan nilai tukar yang terlebih dahulu ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah. Posisi Bank Indonesia dalam penetapan nilai tukar adalah sebagai

lembaga teknis yang diberi kewenangan untuk mengajukan sistem nilai tukar.

Selain kewenangan itu, ketentuan ini juga mengatur tentang kewenangan

Bank Indonesia untuk meminta keterangan dan data mengenai kegiatan lalu lintas

devisa. Kewengangan-kewenangan Bank Indonesia yang diatur di dalam

ketentuan ini sepenuhnya berkenaan dengan lalu lintas devisa.

3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Sebagaimana

Telah Diubah Dengan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998

Beberapa ketentuan di dalam UU ini mengatur tentang konstruksi

kewenangan Bank Indonesia untuk mengatur perdagangan valuta asing, hanya

saja kewenangan yang demikian terbatas pada perdagangan valuta asing oleh

bank. Pasal 7 huruf a menentukan bahwa Bank Indonesia mengemban

kewenangan untuk menetapkan ketentuan tentang kegiatan valuta asing, tetap

terbatas pada perdagangan valuta asing oleh bank. Pasal 7 menentukan antara lain,

Bank Umum dapat melakukan kegiatan valuta asing dengan memenuhi ketentuan

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.8

8 Rachmadi Usman, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, h.197.

42

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun

2004 tentang Perubahan atas Undang-Uundang Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 mengatur kewenangan Bank

Indonesia sebagai Bank Sentral. Kewenangan Bank Indonesia mencakup : (a)

menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter; (b) mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran; dan (c) mengatur dan mengawasi Bank (Pasal 8).

Kewenangan dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter diatur di

dalam Pasal 10 menentukan bahwa Bank Indonesia berwenang :

a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju

inflasi

b. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang

termasuk tetap tidak terbatas pada

1. Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing;

2. Penetapan tingkat diskonto;

3. Penetapan cadangan wajib minimum;

4. Pengaturan kredit atau pembiyaan;

Pasal 10 ayat (1) b menunjukkan bahwa kewenangan pengendalian

moneter yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia tidak dapat dibatasi pada subjek

sebagaimana secara eksplisit disebutkan di dalam Pasal 18 (valuta asing dalam

sistem devisa atau pembayaran dan bank) melainkan harus diperluas mencakup

seluruh unsur yang berpengaruh langsung terhadap stabilitas moneter. Demikian

43

juga mengenai cara-caranya, tidak dapat dibatasi hanya pada cara-cara yang

secara eksplisit disebutkan di dalam Pasal 10 ayat (1) b.

Bank Indonesia melaksanakan kewenangan tersebut dalam rangka

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah (Pasal 7). Pasal 2 menentukan

bahwa Rupiah (Rp) merupakan satuan mata uang dan alat pembayaran yang sah di

wilayah negara Republik Indonesia (Pasal 2). Pasal 2 atat (3) menentukan bahwa

setiap perbuatan yang menggunakan uang atau mempunyai tujuan pembayaran

atau kewajiban yang harus dipenuhi dengan uang jika dilakukan di wilayah negara

Republik Indonesia wajib menggunakan uang rupiah.

2.1.2 Karakteristik Valuta Asing

Pada umumnya jenis uang yang beredar di seluruh dunia dilihat dari segi

pembuatannya hanya ada 2 (dua) macam yaitu uang logam dan uang kertas.

Demikian pula dengan Indonesia uang Rupiah terdiri atas Rupiah logam dan

Rupiah kertas (Pasal 2 ayat (2) UU Perbankan).

Ada tiga macam nilai yang dimiliki logam, yaitu :

a. Nilai intrinsik, yaitu nilai bahan untuk membuat mata uang;

b. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum pada mata uang atau cap harga yang

tertera pada mata uang;

c. Nilai tukar, nilai tukar adalah kemampuan uang untuk dapat ditukarkan

dengan suatu barang atau jasa (daya beli uang).

Uang Kertas adalah uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan cap

tertentu dan merupakan alat pembayaran yang sah. Menurut penjelasan Undang-

Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang dimaksud dengan

44

uang kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang terbuat dari bahan kertas

atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas).9

Valuta asing memiliki karakteristik yang mencakup :

a. Fisik uang;

b. Nilai dalam suatu fisik uang; dan

c. Kewajiban yang berkenaan dengan mata uang asing

Fisik uang yang berhubungan dengan bahan logam atau kertas. Bahan

uang biasanya memiliki kaitan dengan nilai uang. Uang logam dapat terbuat dari

aluminium, kopronikel, bronze, emas, perak, perunggu. Uang kertas terbuat dari

kertas dan biasanya kertas khusus yang berkualitas tinggi, yang tahan air, tidak

mudah robek, dan tidak mudah luntur. Fisik uang dengan tahun terbitan lebih

lama dan dengan tampilan kotor dan terlipat biasanya dihargai lebih rendah

dibandingkan dengan uang asing terbitan lebih baru dan dengan tampilan lebih

bersih dan kencang.10

Di samping tampilan atau kualitas fisik, nilai mata uang juga berpengaruh

terhadap harga suatu mata uang asing. Mata uang asing dengan nilai lebih besar

biasanya mempunyai harga jual atau beli lebih tinggi dibanding mata uang dengan

nilai pecahan. Perlakuan ekonomi demikian itu terhadap valuta asing merupakan

ciri khusus dari setiap pasar valuta asing dan hanya terdapat di Indonesia.

Mata uang dapat dikelompokkan atas dua jenis, yaitu : Hard Currencies,

yaitu mata uang yang bebas dipertukarkan (freely exchangable), karena diterima

di banyak atau bahkan di seluruh negara di dunia dan Soft Currecies, yaitu mata

9 URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Uang. Diakses Pada Tanggal 10 Maret 2015. 10 Jack Weatherf, 2005, Sejarah Uang, Bentang Pustaka, Jakarta, h. 53.

45

uang yang agak sulit dipertukarkan (which are not freely exchangable), karena

tidak diterima atau ditolak kapasitasnya sebagai alat tukar suatu negara.

Kandungan sifat politik dari uang asing dan lembaga penukaran uang asing layak

dipertimbangkan utama dalam pengaturan lembaga penukaran uang bukan bank

mengingat fungsi preventif hukum, yaitu fungsi hukum sebagai pencegah masalah

sosial, politik, dan ekonomi, dan fungsi hukum sebagai pengendali potensi buruk

dari sifat politik uang. Kedua fungsi ini berhubungan erat dengan posisi dan

fungsi uang sebagai media penimbun kekayaan dan alat spekulasi untuk

mengakumulasikan modal dan kekayaan.11

Valuta asing merupakan uang asing yang berfungsi sebagai alat tukar sah

yang diterbitkan secara resmi oleh suatu negara. Untuk dapat dikatagorikan

sebagai alat tukar yang sah, suatu mata uang asing harus memenuhi sekurang-

kurangnya 3 (tiga) persyaratan :

a. Diterbitkan oleh suatu negara;

b. Memenuhi persyaratan fisik dan nilai tertentu; dan

c. Berfungsi sebagai alat tukar resmi di negara bersangkutan.

Sebagai obyek perdagangan, valuta asing tunduk pada berbagai peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang :

a. Persyaratan valuta asing sebagai alat tukar resmi yang diterbitkan oleh suatu

negara tertentu;

b. Persyaratan badan usaha dan penyelenggaraan usaha perdagangan valuta asing

oleh pedagang valuta asing;

11 Bank Indonesia, 2011, Buletin Hukum Perbankan dan Kesentralan, Volume 9, Nomor 1,

Januari-April 2011, h. 13.

46

c. Persyaratan dan prosedur transaksi;

d. Hak-hak pengguna jasa pertukaran uang (buyer), termasuk perlindungan hak

dan penegakan hak mereka.

Terdapat beberapa pelaku pasar yang berinteraksi dengan beragam

kepentingan, adapun siapa saja yang melakukan transaksi jual beli valuta asing di

pasar atau peserta pasar dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Dealer disebut juga pembentuk pasar (market maker) yang berfungsi membuat pasar valuta asing lebih ramai. Dealer umumnya mengkhususkan pada mata uang tertentu dan menetapkan tingkat persediaan tertentu pada mata uang tersebut. Mereka mendapat keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli valuta asing. Istilah Pedagang (Dealer) dalam hal ini berbeda dengan pedagang valuta asing (money changer) yang hanya berfungsi menjual dan membeli valuta asing secara fisik dan tunai.

2. Perusahaan atau Perorangan, merupakan individu dapat melakukan transaksi perdagangan valuta asing. Yang termasuk kelompok ini adalah eksportir, importir, investor domestik, investor internasional, perusahaan multinasional, dan lain-lain.

3. Spekulan dan Arbitator, bertindak atas kehendak mereka sendiri dan mereka tidak memiliki kewajiban untuk melayani konsumen serta tidak menjamin kelangsungan pasar, hal ini berbeda dengan dealer. Spekulan juga pelaku pasar yang akan meramaikan transaksi di pasar uang atau pasar valas. Para spekulan mendapat keuntungan dari fluktuasi harga valas (capital gain). Sedangkan arbitrator memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan perbedaan harga di berbagai pasar.

4. Bank Sentral, fungsi Bank Sentral (misalnya Bank Indonesia) dalam pasar valuta asing umumnya adalah sebagai stabilitator nilai tukar mata uang lokal. Bank Sentral memanfaatkan pasar valuta asing untuk mendapatkan atau membelanjakan cadangan valuta asingnya agar dapat mempengaruhi stabilitas nilai tukar mata uang sehingga berdampak positif bagi perekonomia negara yang bersangkutan.

5. Piang (broker) bertindak sebagai perantara yang mempertemukan penawaran dan permintaan terhadap mata uang tertentu. Agar dapat melaksanakan tugas dengan baik, perusahaan pialang harus punya akses langsung dengan para dealer dan bank melakukan perdagangan valuta di seluruh dunia.12

12 R. Serfianto Purnomo, Op Cit, h. 128.

47

2.2 Kajian tentang Money Changer

2.2.1 Pengertian Money Changer dan Dasar Hukum Money Changer

Pasar uang dan pasar valuta asing dapat dijumpai transaksi jual beli valuta

asing secara fisik dan tunai melalui pedagang valuta asing (money changer).

Pedagang valuta asing hanya berjualan valuta asing secara fisik dan tidak

melayani perdagangan instrumen derivatif. Jual beli valuta asing melalui

pedagang valuta asing sebagian besar tidak untuk lindung nilai atau spekulasi,

tetapi banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan transaksi pembayaran.

Kegiatan penukaran valuta asing atau money changer adalah perusahaan bank

atau non bank yang melakukan jual beli uang kertas asing dan melakukan

pembelian cek perjalanan atau Traveller’s Cheque (TC).

Mata uang yang biasanya diperdagangkan dalam foreign exchange adalah

mata uang negara-negara maju seperti Dollar Amerika (USD), Yen Jepang (JPY),

Swiss Franc (CHF), Poundsterling Inggris (GBP), Autralian Dollar (AUD), dan

Euro (EUR). Perdagangan valas bukan bank merupakan suatu bentuk kegiatan

kekuangan dalam bentuk penukaran uang jual beli antara si peyedia jasa

penukaran (penjual) dengan si pemakai jasa penukaran (pembeli) yang bersifat

khas, khusus (particular) yang berlangsung di dalam pasar valas bukan bank.

Sifat khas perdagangan valuta asing bukan bank membuat perdagangan valuta

asing bukan bank tidak dapat dimasuk kedalam jenis kegiatan pasar uang lainnya,

seperti: perdagangan valuta asing pada umumnya, perdagangan valuta asing oleh

bank, ataupun sistem pembayaran.

48

Perdagangan valuta asing bukan bank merupakan kegiatan perdagangan

uang yang nyata ada, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan masyarakat yang

merupakan lembaga perdagangan uang yang sangat vital dalam penyelenggaraan

perdagangan jasa pariwisata yang praktis, cepat, nyaman, dan efisien, berposisi

sebagai media penukaran uang yang sangat dlbutuhkan oleh wisatawan dan

masyarakat, secara nyata memberi jawaban konkret terhadap kebutuhan

masyarakat terhadap tempat penukaran uang yang cepat, praktis, nyaman, dan

efisien.

Kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank atau disebut juga

money changer merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang berkembang

sangat pesat dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat, memerankan fungsi-

fungsi ekonomi dan moneter yang penting dan strategis, terutama dari segi fungsi

uang sebagai alat tukar dan alat pemenuhan. Secara yuridis pengertian daripada

Lembaga Keuangan Bukan Bank dapat ditemukan pada ketentuan Pasal 1 angka 1

huruf a SK Menteri Keuangan No. KEP-38/MK/IV/1/1972 yang menyatakan :

Lembaga Keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan tersebut dalam Pasal 3, secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkan kedalam masyarakat, terutama guna membiayai investasi perusahaan-perusahaan.

Ketentuan pasal 4 yang menentukan “Lembaga Keuangan tidak diperkenankan

menerima simpanan baik dalam bentuk giro, deposito, maupun tabungan”.

Dengan demikian Lembaga Keuangan Bukan Bank atau Lembaga Keuangan non-

Perbankan dapat diartikan sebagai “Lembaga keuangan selain dari bank yang

49

kegiatan usahanya tidak diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari

masyarakat dalam bentuk simpanan”.

Ketentuan Pasal 2 PBI Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan

Bank, kegiatan usaha yang dilakukan oleh Penyelenggara KUPVA Bukan

Bank meliputi kegiatan penukaran yang dilakukan dengan mekanisme jual dan

beli UKA dan pembelian cek pelawat, dalam ketentuan pasal 3 menyatakan dalam

melaksanakan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Penyelenggara KUPVA Bukan Bank wajib menerapkan ketentuan mengenai anti

pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme, yang mana hal ini

tercantum dalam UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian

Uang.

Ketentuan UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian

Uang dalam bagian menimbang menyatakan “Bahwa pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang memerlukan landasan hukum,

efektivitas penegakan hukum, serta penelusuran dan pengembalian harta kekayaan

hasil dari tindak pidana” dalam Bab IV pasal 17 mengenai pelaporan dan

pengawasan kepatuhan menyatakan salah satu pihak pelapor adalah pedagang

valuta asing atau money changer.

2.2.2 Syarat dan Perizinan Jasa Money Changer

Secara yuridis, mengenai syarat dan perizinan kegiatan penukaran valuta

asing dalam hal ini money changer diatur dalam PBI Nomor 16/15/2014 tentang

Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank sebagaimana diatur dalam

ketentuan Pasal 7 ayat 1 bahwa ”Badan usaha bukan Bank yang akan

50

melakukan kegiatan usaha sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank wajib

terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia”. Dalam Pasal 5 Ketentuan

lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara permohonan izin sebagai

Penyelenggara KUPVA Bukan Bank diatur dalam Surat Edaran Bank

Indonesia.

Persyaratan menjadi jasa moner changer sesuai dengan Surat Edaran No.

15/23/DASP mengenai semua bank dan badan usaha berbadan hukum dan badan

usaha berbadan hukum bukan bank adalah : Permohonan izin sebagaimana

dimaksud harus dilengkapi dengan dokumen dan/atau persyaratan sebagai

berikut:

1. Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam butir harus dilengkapi dengan dokumen dan/atau persyaratan sebagai berikut: a. Dokumen terkait kelembagaan dan kondisi keuangan yang terdiri atas:

1. fotokopi akta pendirian badan usaha dan perubahannya, jika ada, yang telah memperoleh pengesahan dari instansi yang berwenang, yang mencantumkan secara tegas kegiatan transfer dana atau kegiatan pengiriman uang sebagai kegiatan atau salah satu kegiatan dari badan usaha yang bersangkutan;

2. asli surat keterangan domisili badan usaha dari instansi yang berwenang;

3. asli dokumen yang menjelaskan susunan direksi, dewan komisaris atau pengawas, dan pemegang saham badan usaha sesuai dengan kondisi terakhir;

4. asli surat pernyataan dari masing-masing direksi, dan komisaris atau pengawas bahwa yang bersangkutan: a. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi

atau komisaris/pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu badan usaha dinyatakan pailit dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum mengajukan permohonan;

b. tidak pernah dihukum atas tindak pidana di bidang perbankan, keuangan, dan/atau pencucian uang berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap;

c. tidak tercantum dalam daftar kredit macet pada saat mengajukan permohonan;

51

d. tidak masuk dalam daftar hitam nasional penarik cek/bilyet giro kosong yang ditatausahakan Bank Indonesia pada saat mengajukan permohonan

Dengan mengacu pada contoh 1 dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini;

5. bukti setoran modal, dengan ketentuan sebagai berikut: a) untuk Pemohon yang menyediakan sistem yang dapat digunakan

oleh Penyelenggara lain, besar modal disetor paling kurang Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah); atau

b) untuk Pemohon yang tidak menyediakan sistem yang dapat digunakan oleh Penyelenggara lain, besar modal disetor paling kurang Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

6. dokumen yang menjelaskan kondisi keuangan Pemohon berupa: a) laporan keuangan Pemohon posisi 3 (tiga) tahun terakhir, bagi

Pemohon yang telah berdiri selama 3 (tiga) tahun atau lebih; b) laporan keuangan Pemohon posisi 2 (dua) tahun terakhir atau

kurang, sesuai dengan masa berdirinya Pemohon, bagi Pemohon yang berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun; atau

c) laporan keuangan, neraca, daftar aktiva dan pasiva, atau dokumen lainnya yang menjelaskan kondisi keuangan, bagi Pemohon yang baru berdiri.

b. Dokumen terkait kesiapan operasional yang terdiri atas: 1) Kebijakan dan prosedur tertulis yang paling kurang mencakup:

a) pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana, baik pengiriman maupun penerimaan, yang telah menerapkan prinsip kewenangan berjenjang;

b) monitoring Dana yang dikirim dan/atau diterima; dan c) penerapan prinsip perlindungan konsumen sesuai peraturan

perundang-undangan; 2) mekanisme penerapan manajemen risiko, yang meliputi antara lain

risiko keuangan, risiko operasional, dan risiko hukum; 3) kebijakan dan prosedur tertulis mengenai penerapan program anti

pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

4) bukti kesiapan operasional yang paling kurang meliputi aspek teknis (infrastruktur sistem dan jaringan komunikasi), sumber daya manusia (struktur organisasi, uraian tugas dan tanggung jawab), dan kesiapan tempat usaha;

5) bukti keamanan dan keandalan sistem atau mekanisme penyelenggaraan Transfer Dana, paling kurang berupa : a) fotokopi laporan hasil audit teknologi informasi dari auditor

independen internal atau eksternal, bagi Pemohon yang menyediakan sistem yang dapat digunakan oleh Penyelenggara lain; atau

b) asli surat pernyataan dari direksi dan dewan komisaris atau pengawas mengenai keamanan dan keandalan sistem atau

52

mekanisme penyelenggaraan Transfer Dana,bagi Pemohon yang tidak menyediakansistem yang dapat digunakan oleh Penyelenggara lain, dengan mengacu pada contoh 2 dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini;

6) konsep perjanjian kerja sama dengan Penyelenggara lain dan/atau pihak ketiga terkait penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana,termasuk kerja sama dengan Tempat Penguangan Tunai, apabila ada;

7) rincian informasi mengenai kantor cabang, identitas Penyelenggara lain dan/atau pihak lain yang bekerjasama dengan Penyelenggara terkait penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana,termasuk informasi mengenai Tempat PenguanganTunai, apabila ada; dan

8) kebijakan dan prosedur tertulis penanganan keadaan darurat (disaster recovery plan) dan kesinambungan kegiatan usaha (business continuity plan) yang efektif dalam mengatasi dan meminimalkan permasalahan yang timbul dari kejadian yang tidak diperkirakan yang dapat mengganggu kelancaran operasional penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana.

c. Persyaratan bahwa direksi dan dewan komisaris atau pengawas Pemohon memiliki integritas yang baik, antara lain berupa: 1) memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain ditunjukkan

dengan memiliki sikap mematuhi ketentuan yang berlaku; 2) memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-

undangan yang berlaku; dan 3) memiliki komitmen terhadap pengembangan penyelenggaraan

kegiatan Transfer Dana yang dilakukan oleh Pemohon. Pada saat mengajukan permohonan perizinan, persyaratan ini antara lain dipenuhi dengan menyampaikan asli surat pernyataan dengan mengacu pada contoh 1 dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

d. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c harus disampaikan dalamBahasa Indonesia.

2. Bank Indonesia dapat melakukan uji kepatutan dan kelayakan antara lain melalui wawancara dengan direksi, dewan komisaris atau pengawas, dan/atau pemegang saham atau pemilik pengendali Pemohon sebagai bagian dari persyaratan yang harus dipenuhi oleh Pemohon.

Proses Perizinan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank

sesuai dengan Surat Edaran No. 15/23/DASP mengenai semua bank dan badan

usaha berbadan hukum dan badan usaha berbadan hukum bukan bank :

53

Gambar 2: Proses Perizinan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan

Bank 2.2.3 Money Changer Illegal

Izin mempunyai arti yang begitu penting bagi pemegangnya (pelaku

kegiatan) dalam melakukan hubungan hukum, baik dengan pemerintah maupun

Pemeriksaan administratif terhadap kelengkapan, kebenaran dan kesesuaian dokumen yang diajukan pemohon.

Pemeriksaan (on site visit) ke pemohon untuk melakukan verifikasi atas kebenaran dan kesesuaian dokumen yang dianjurkan, serta memastikan kesiapan operasiaonal, jika diperlukan.

Setelah pemeriksaan administrasi dokumen dan atau memeriksa (on site visit), bank indonesia memberikan tanggapan berupa persetujuan atau penolakan permohonan, atau meminta permohonan untuk melengkapi dokumen permohonan.

Tanggapan bank indonesia sebagaimana dimaksud disampaikan secara tertulis paling lambat 35 (tiga puluh lima) hari terhitung sejak dokumen yang dipersyaratkan diterima secara lengkap.

Dalam hal bank indonesia menyetujui permohonan izin, maka pemberian izin tersebut dilalukan dengan penyampaian surat yang disertai dengan tanpa izin.

54

pihak lain. Urgensi izin adalah sebagai landasan hukum, sebagai instrumen untuk

menjamin kepastian hukum, sebagai instrumen untuk melindungi kepentingan,

dan sebagai alat bukti dalam hal klaim.13

Ketidaktaatan atau penyimpangan dan pengelakan sebenarnya berkaitan

dengan hukum yang berisikan larangan atau suruhan yang diatur dalam PBI No.

16/15/PBI/2014. Money changer haruslah melihat kewajiban dan larangan dalam

menjalankan usahanya. Mengenai larangan money changer dalam pasal 3,

Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank dilarang:

a. Bertindak sebagai agen penjual Cek Pelawat;

b. Melakukan kegiatan margin tranding, spot, forward, swap dan transaksi

derivatif lainnya baik untuk kepentingan nasabah maupun kepentingan

Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank;

c. Melakukan transaksi jual dan beli uang kertas asing serta pembelian cek

pelawat dengan Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan

Bank yang tidak memiliki izin dari Bank Indonesia;

d. Melakukan kegiatan penyelenggaraan transfer dana atau kegiatan usaha

pengiriman uang; dan

e. Melakukan kegiatan usaha lainnya di luar kegiatan usaha sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

Dalam PBI tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing, sebagimana

diatur dalam ketentuan Pasal 4 juga menyebutkan larangan Kegiatan Usaha

Pedagang Valuta Asing Bukan Bank, antara lain:

13 Y. Sri Pudyatmoko, 2009, Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan, PT. Grasindo,

Jakarta, 2009, h. 22.

55

1. Selain larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank dilarang : a. Menjadi pemilik penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing

tidak berizin; b. Melakukan kerja sama dengan penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang

Valuta Asing tidak berizin; dan c. Melakukan kegiatan usaha melalui penyelenggara Kegiatan Usaha

Pedagang Valuta Asing tidak berizin. 2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula untuk Direksi,

Dewan Komisaris, dan/atau pemegang saham Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank.

Kewajiban Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan

Bank pasal 17:

1. Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing wajib memasang : a. Logo Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing berizin yang

dikeluarkan oleh Bank Indonesia; b. Sertifikat izin usaha yang diterbitkan oleh Bank Indonesia; dan c. Tulisan ”Penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Berizin”

(”Authorized Money Changer”), dan nama Perseroan Terbatas Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing, di tempat yang mudah terlihat pada lokasi usaha.

2. Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bbukan Bank wajib menggunakan tulisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dalam setiap bentuk dokumen, korespondensi, maupun bentuk lainnya.

3. Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank dapat menggunakan nama dagang ketentuan sebagi berikut : a. Hanya memiliki 1 (satu) nama dagang; dan b. Nama dagang mencerminkan nama Perseroan Terbatas dari Penyelenggara

Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank. Berikut adalah contoh beberapa money changer yang terindikasi sebagai

money changer illegal terdapat pada Kabupaten Badung:

56

Gambar 3 : Money Changer Illegal Tujuan dari sistem perizinan menurut spelt dan ten berge, motif-motif

untuk menggunakan sistem izin dapat berupa keinginan mengarahkan

(mengendalikan/sturen) aktivitas-aktivitas tertentu, keinginan melindungi objek-

objek tertentu dan mengarahkan dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-

aktivitas.14 Dalam hal ini, terkait money changer pemerintah mengarahkan

14Ibid, h. 11

57

masyarakat pelaku usaha melalui instrumen yuridis berupa izin. Setelah izin

diproses, masih dilakukan pengawasan, pemegang izin diwajibkan menyampaikan

laporan secara berkala dan sebagainya. Pemerintah melakukan pengendalian

terhadap kegiatan masyarakat dengan instrumen perizinan. Izin dapat

dimaksudkan untuk mencapai baerbagai tujuan tertentu.

2.3 Kajian tentang Kawasan Pariwisata

2.3.1 Pengertian Pariwisata dan Dasar Hukum Pariwisata

Pariwisata (tourism) merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil

industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi

wisatawan. McIntosh menyatakan bahwa pariwisata adalah “…. a composite of

activities, services and industries that delivers a travel experience: transportation,

accomodation, eating and drinking establishment, shops, entertainment, activity,

and other hospitality service available for individuals or group that are away

from home”.15 (gabungan dari kegiatan, jasa dan industri yang memberikan

pengalaman perjalanan : transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, toko,

hiburan, aktivitas, dan layanan perhotelan lain yang tersedia bagi individu atau

kelompok yang berada jauh dari rumah). Unsur pembentuk pengalaman

wisatawan yang utama adalah daya tarik dari suatu tempat atau lokasi, di sisi yang

lain, WTO mendefinisikan pariwisata sebagai “the activities of persons travelling

to and staying in places outside their usual environment for not more than one

concecutive year for leisure, business and other purposes” (berbagai aktivitas

15 Muljadi A.J, 2009, Kepariwisataan dan Perjalanan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,

h. 7.

58

yang dilakukan orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk tinggal di luar

kebiasaan lingkungannya dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk

kesenangan, bisnis dan keperluan lain). Sedangkan pengertian pariwisata menurut

UU Kepariwisataan Pasal 1 Ayat 3 adalah “Berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah”.

Berdasarkan UU Kepariwisataan, pengertian wisatawan adalah orang yang

melakukan kegiatan wisata, sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat

tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan

daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu yang sementara.

Jenis dan macam wisatawan yang terlihat dari sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana wisata itu dilakukan, wisatawan dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Wisatawan asing (foreign tourist) yaitu orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang ke suatu negara lain yang bukan merupakan negara dimana wisatawan tersebut menetap. 2) Domestic Foreign Tourist yaitu wisatawan asing yang menetap pada suatu negara untuk berwisata di wilayah negara tempat tinggalnya. Wisatawan tersebut bukan warga negara dimana ia berada, melainkan adalah warga negara asing yang karena tugasnya hingga kedudukannya menetap dan tinggal pada suatu negara serta memperoleh penghasilan dengan mata uang negara asalnya; 3) Domestic Tourist yaitu seorang warga negara ya.ng berwisata dalam batas wilayah negaranya sendiri; 4) Indigenous Foreign Tourist yaitu warga negara suatu negara tertentu yang bertugas atau menjabat di luar negeri, kembali ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri; 5) Transit Tourist yaitu wisatawan yang berwisata ke suatu negara, yang menggunakan transportasi dan terpaksa singgah pada suatu pemberhentian seperti stasiun, bandar udara, dan stasiun bukan atas keinginan sendi.ri; 6) Business Tourist yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan untuk tujuan lain bukan untuk berwisata akan tetapi perjalanan wisata akan dilakukan setelah tujuan utamanya telah terselesaikan.16

16 I Gusti Agung Ketut Satrya Wijaya, 2014, Pengaruh Kunjungan Wisatawan, Jumlah

Tingkat Hunian Kamar Hotel, dan Jumlah Kamar Hotel, Tterhadap Pendapatan Asli Daerah

59

Fasilitas dan daya tarik serta aktivitas pariwisata merupakan komponen

pariwisata yang sangat penting untuk menarik wisatawan berkunjung ke suatu

daerah atau kawasan pariwisata. Mengingat pentingnya peranan komponen

pariwisata tersebut di atas perlu kiranya mengetahui atau meneliti sejauh mana

penilaian wisatawan terhadap kompnen pariwisata. Prasarana Kepariwisataan

adalah semua fasilitas yang mendukung agar sarana pariwisata dapat hidup dan

berkembang seta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan guna memenuhi

kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Sarana kepariwisataan adalah

perusahaan-perusahaan yang memberikan pelanan kepada wisatawan, baik secara

langsung atau tidak langsung dan kelangsungan hidupnya, tergantung dari

wisatawan yang datang.

Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait

dalam menghasilkan barang dan / atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan

pada penyelenggaraan pariwisata. Dalam industri pariwisata terdapat berbagai

usaha pariwisata yaitu usaha yang menyediakan barang dan / atau jasa bagi

pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggara pariwisata. Usaha pariwisata

merupakan kegiatan bisnis yang berhubungan langsung dengan kegiatan wisata

sehingga tanpa keberadaannya, pariwisata tidak berjalan dengan baik.

Jenis jenis sarana pokok kepariwisataan antara lain : perusahaan perjalanan

(Travel Agent atau Biro Perjalanan Wisata), perusahaan angkutan wisata,

perusahaan akomodasi, perusahaan makanan dan minuman, perusahaan daya tarik

wisata dan hiburan dan perusahaan cindramata atau art shop, pada umumnya

(PAD) di Kabupaten Badung, Gianyar, Tabanan, dan Kota Denpasar Tahun 2001-2010, Jurnal Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, h. 3.

60

perusahaan-perusahaan tersebut merupakan fasilitas yang harus tersedia pada

suatu daerah tujuan wisata. Jika satu tidak ada, maka dapat dikatakan perjalanan

wisata yang dilakukan oleh wisatawan tidak berjalan sebagaimana yang

diharapkan. Bagi wisatawan, dengan tersedianya sarana kepariwisataan di atas

belum sepenuhnya dianggap mencukupi kebutuhannya, sehingga perlu adanya

industri lain sebagai industri pendukung, antara lain seperti bank/ATM, money

changer, kantor pos, rumah sakit, warung, telepon, supermarket dan fasilitas

umum.

Dasar hukum mengenai pariwisata diatur dalam UU Kepariwisataan

kemudian kaitannya dengan pemerintah daerah Kabupaten Badung dalam hal

perizinan money changer, diatur melalui Peraturan Daerah Kabupaten Badung

Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan dilanjutkan dengan Peraturan

Bupati Badung Nomor 13 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha

Pariwisata dan Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 55 Tahun 2012

tentang Perizinan Teknis dan Persyaratan Administrasi Usaha Kepariwisataan.

Pembangunan Kepariwisataan di Indonesia dilakukan secara terpadu melalui

koordinasi lintas sektoral agar pembangunan terpadu melalui koordinasi lintas

sektoral agar pembangunan pariwisata dapat mencapai keberhasilan yang

maksimal.

2.3.2 Karakteristik Kawasan Pariwisata

”There are four major types of tourism : Internal tourism, residents of

country visiting other parts of their own country, Domestic tourism, inbound

tourism plus internal tourism, International tourism, inbound tourism which are

61

visits to a country or region by nonresidents, Ountbound tourism, visit by

residents of country or region to another country or region.”17 (Ada empat jenis

utama pariwisata : pariwisata internal, warga negara mengunjungi bagian lain dari

negara mereka sendiri, pariwisata domestik, inbound ditambah pariwisata internal

pariwisata Internasional, inbound yang kunjungan ke suatu negara atau wilayah

oleh bukan penduduk, iuntbound pariwisata, mengunjungi warga negara atau

wilayah ke negara lain atau wilayah.

Destinasi wisata menurut Burkart dan Medlik adalah “the geographical

unit visited by tourist may be a selft contained center, a village or city, ditrict or

region, an island, a country, or continent”. (Suatu unit geografis yang dapat

berupa suatu pusat wilayah, suatu desa atau kota, daerah, pulau, suatu negara atau

kontinen). Selanjutnya dijelaskan, “how important any geographical unit is as a

destination, is determined by theree prime factors; attractions, accessibility, and

amenties”. Seberapa penting suatu unit geografis sebagai suatu destinasi

pariwisata, ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu atraksi, aksesibilitas dan

fasilitas. Keseluruhan komponen ini akan sekaligus merefleksikan kualitas dari

detinasi wisata tersebut.18

Mengenai bentuk partisipasi, harus diakui bahwa untuk menggali secara

utuh bentuk, makna dan faktor-faktor yang mendorong masyarakat lokal

melakukan partisipasi dalam pengembangan kawasan pariwisata bukanlah

pekerjaan yang mudah. Secara etik, dibutuhkan pemahaman teori dan konsep

17 Jhon E Walker and Josielyn T.Walker, 2011, Tourism Concepts and Practices, Pearson Education, Inc, New Jersey, h. 11.

18 I Nyoman Madiun, 2010, Model Pengembangan Kawasan Pariwisata Modern, Udayana Press University, Denpasar, h.54.

62

yang jelas, relevan, mendasar, serta terkait erat dengan obyek penelitian yakni

partisipasi masyarakat. Selain itu diperlukan diskusi yang intensif dengan

masyarakat lokal yang memang mengetahui dan terlibat langsung dalam proses

pembangunan kawasan, ketika proses penggalian informasi tentang partisipasi

masyarakat dilakukan.

Holloway berpendapat bahwa, salah satu elemen penting dalam perjalanan

adalah menikmati segala aktivitas selama berada di daerah tujuan, karena daerah

tujuan tersebut menyediakan berbagai atraksi wisata yang tidak dimiliki oleh

wisatawan di daerah asal mereka. Secara teoritis, agar sumber daya yang dimiliki

dapat memberikan manfaat kepada masyarakat pemiliknya, maka sumber daya

alam yang potensial tersebut harus diubah menjadi sumber daya alam yang aktual

sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.19

Eksistensi atau keberadaan suatu daerah yang kaya akan sumber daya

namun masih bersifat potensial, tidak akan mempunyai arti signifikan bagi

masyarakat yang bermukim di daerah tersebut. Agar nilai sumber daya dapat

menyentuh kepentingan masyarakat, maka tidak ada pilihan lain kecuali

mengubah sumber daya yang potensial tersebut menjadi sumber daya yang aktual

sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh masyarakat yang

bersangkutan, sebagai contoh faktor yang menunjang antara lain menyediakan

fasilitas jasa money changer untuk memudahkan orang asing bertransaksi di

kawasan pariwisata.

19Ibid, h. 59.

63

2.3.3 Hubungan Hukum antara Money Changer dan Kawasan Pariwisata

Uang (money) dilihat dari teori struktural fungsional sebagai salah satu

elemen yang membuat masyarakat berfungsi lebih baik. Uang memperlancar

anggota masyarakat untuk melakukan semua aktivitas kehidupan : ekonomi,

sosial, budaya, politik dan agama dalam aktivitas ekonomi, uang mempermudah

transaksi, investasi, dan penyimpan kekayaan.20 Misalnya dalam aktivitas sosial

uang dapat menggantikan aktivitas gotong royong, ronda dan arisan. Uang dapat

memudahkan orang dalam hal ini wisatawan dalam melakukan transaksi

ekonominya, hubungan tersebut dapat dilihat bagaimana masyarakat

mempengaruhi uang dan sebaliknya bagaimana uang mempengaruhi masyarakat.

Keterkaitan uang dengan sektor pariwisata akan menyebabkan

perekonomian masyarakat lokal menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan

menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi

lainnya. Pengalaman di beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah

destinasi wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk

memberikan pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata.

Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi

dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal

dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku

bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas

pendapatan suatu destinasi. Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata

terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang

20 Damsar, 2006, Sosiologi Uang, Andalas University Press, Padang, h. 32.

64

yang diimport dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung,

dengan semakin meningkatnya daya beli wisatawan, maka perputaran uang yang

muncul akibat aktivitas pariwisata akan semakin meningkat.

Pertambahan uang di dalam daerah tersebut diharapkan dapat membantu

pemerintah daerah untuk lebih berkembang serta kesejahteraan masyarakat di

dalamnya menjadi lebih baik. Tentunya dengan semakin sejahteranya suatu

daerah, maka perbaikan terhadap fasilitas umum seperti infrastruktur,

telekomunikasi, transportasi, dan lainnya akan menjadi lebih baik guna

mendukung perkembangan dunia pariwisata. Pada beberapa negara yang telah

mengembangkan sektor pariwisata, terbukti bahwa sektor pariwisata secara

internasional berkontribusi nyata terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan

usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, klub, taxi, dan

usaha kerajinan seni souvenir.

Produk industri pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur yang

merupakan suatu paket yang satu sama lain tidak terpisah. Produk industri

pariwisata adalah semua jasa-jasa (service) yang dibutuhkan wisatawan semenjak

ia berangkat meninggalkan rumah sampai di daerah tujuan wisata yang telah

dipilihnya, sampai ia kembali ke rumah di mana biasanya ia tinggal.21 Peraturan

Pemerintah No. 67 Tahun 1996, menjelaskan usaha pariwisata adalah kegiatan

yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, usaha sarana pariwisata dan

usaha lain yang terkait dengan bidang tersebut. Rincian dari rumusan tersebut

diuraikan dalam Pasal 4, menggolongkan usaha pariwisata menjadi tiga golongan

21 Muljadi, Ibid, h. 49.

65

yaitu : usaha jasa pariwisata, pengusahaan objek dan daya tarik pariwisata

(ODTW) dan usaha sarana pariwisata. Golongan besar dari usaha pariwisata atau

dikenal dengan komponen pariwisata tersebut terus berkembang maju sesuai

dengan perkembangan teknologi dan pariwisata itu sendiri. Berkembangnya suatu

pariwisata tidak terlepas dari adanya dukungan prasana dan usaha pendukung

lainnya, mengingat karakteristik pariwisata yang berdemensi banyak.

Berdasarkan Pasal 14 UU Kepariwisataan, bahwa usaha pariwisata

meliputi, antara lain:

a. Daya tarik wisata; b. Kawasan pariwisata; c. Jasa transportasi wisata; d. Jasa perjalanan wisata; e. Jasa makanan dan minuman; f. Penyediaan akomodasi; g. Penyelenggara kegiatan hiburan dan rekreasi; h. Penyelenggara pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran; i. Jasa informasi pariwisata; j. Jasa konsultan pariwisata; k. Wisata tirta; dan l. Spa.

Usaha pendukung yang terkait erat dengan pengembangan pariwisata

meliputi : usaha perternakan, usaha pertanian, usaha perindustrian, usaha

perbankan dan sebagainya. Yang termasuk dalam jasa pendukung ini adalah

fasilitas atau sarana penunjang yang dapat menunjang kebutuhan wisatawan bila

sewaktu-waktu diperlukan, sehingga dengan tersedianya sarana penunjang akan

lebih membantu memperlancar perjalanan, yang termasuk komponen penunjang

antara lain kantor pos dan telepon, kantor bank, tempat pelayanan kesehatan,

keamanan, dan penukaran uang (money changer).

66

Mengenai badan usaha pada kawasan pariwisata memiliki persyaratan

yaitu wajib:

a. Membangun dan menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas lain, termasuk melakukan pematangan lahan yang akan digunakan untuk kegiatan usaha pariwisata.

b. Mengendalikan kegiatan pembangunan dan pengelolahan sarana dan prasarana dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

c. Mengurus perizinan yang diperlukan bagi pihak lain yang akan memanfaatkan kawasan pariwisata menyelenggarakan kegiatan usaha pariwisata.

d. Memperhatikan kebijaksanaan pengembangan wilayah yang berlaku dan memberikan kesempatan kepada masyarakat di sekitarnya untuk berperan serta dalam kegiatan usaha pariwisata di kawasan pariwisata.

Paraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Kepariwisataan Daerah Bali Pasal 21 menyebutkan “Usaha Pariwisata adalah

usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata”.

Dalam UU Kepariwisataan, Pasal 10 menyebutkan “Kawasan Strategis

Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki

potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting

dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,

pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta

pertahanan dan keamanan.

Paraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Kepariwisataan Daerah Bali (selanjutnya disebut Perda Kepariwisataan Daerah

Bali) Pasal 16 Menyebutkan “Destinasi Pariwisata Bali merupakan satu kesatuan

destinasi pariwisata yang terdiri atas sejumlah kawasan pariwisata, kawasan daya

tarik wisata khusus dan kawasan lainnya yang mempunyai daya tarik wisata

67

sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali”. Pasal 18

menyebutkan “Kawasan Pariwisata adalah kawasan strategis pariwisata yang

berada dalam geografis satu atau lebih wilayah administrasi desa/kelurahan yang

di dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi,

ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata serta aktivitas sosial budaya

masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan.