Upload
haduong
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Stres Kerja
2.1.1. Pengertian stres kerja
Menurut Beehr and Newman ( 1978)
”work stress is an internal state that deviates from the normal
function of that caused by the physical demands, work environment,
social situation” Stres kerja adalah Suatu keadaan internal yang
menyimpang dari fungsi normal yang di timbulkan oleh adanya
tuntutan fisik, lingkungan kerja, situasi sosial. Suatu keadaan yang
berasal dari dalam diri yaitu sikap manusia yang menyimpang dari
fungsi normalnya yang di pengaruhi oleh adanya tuntutan fisik,
lingkungan kerja dan situasi sosial. Karyawan bekerja maksimal
delapan jam sehari diwaktu normal, tetapi karena tuntutan fisik
kerja maka karyawan harus bekerja 10 jam sehari dan waktu
beristirahat kurang, sehingga penyimpangan dari segi fisik
karyawan mudah lelah, jam tidur mereka berkurang, dan rentan
terkena penyakit. Pekerjaan yang memakan banyak tenaga atau
lingkungan kerja buruk, dimana karyawan tersebut melakukan
pekerjaanya, dapat menjadi stressor, Lingkungan kerja fisik yang
buruk berpotensi membuat karyawan mudah jatuh sakit, sulit
berkonsentrasi, menurunnya produktifitas kerja. Kondisi fisik
9
lingkungan mempunyai pengaruh terhadap kondisi fisik dan
psikologis karyawan hal ini diungkap Beehr dan Newman (1978)
menyatakan bahwa lingkungan yang kotor dan tidak sehat
merupakan faktor pembangkit stres.
Selain kondisi lingkungan kerja yang kotor dan tuntutan
pekerjaan melebihi kemampuan pekerja akan menyebabkan
tergganggunya fungsi normal fisik maupun psikologis sang pekerja.
Karena tuntutan pekerjaan yang berlebih mengakibatkan pekerja
kelelahan dan menurunnya stamina. Dari segi psikologis ada rasa
tertekan karena ditargetkan pekerjaan selesai dalam waktu yang
singkat, takut akan gagal, atau kecemasan.
2.1.2. Aspek stres kerja
Beehr dan Newman (1978) menyatakan ada 3 aspek stres
kerja yaitu:
a. Aspek Psikologis
Kecemasan, kebosanan, menurunya rasa percaya
diri,kehilangan daya konsentrasi, menurunya harga
diri,kegelisahan
b. Aspek fisik
Mudah lelah secara fisik, lebih sering berkeringat, kepala
pusing, gangguan lambung, mudah terluka, serta problem tidur
( seperti sulit tidur atau kebanyakan tidur).
c. Aspek perilaku
Menunda ataupun menghindari pekerjaan, penurunan prestasi
dan produktifitas, meningkatnya penggunakan minuman keras
atau obat, meningkatnya frekuensi absensi, perilaku makan
yang tidak normal (kebanyakan atau kurang nafsu), kehilangan
nafsu makan dan penurunan drastis berat badan, meningkatnya
perilaku yang beresiko tinggi seperti ngebut, berjudi,
meningkatnya agresivitas dan kriminalitas, penurunan kualitas
hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman.
10
2.1.3. Faktor faktor pembangkit stres (stressors)
Beehr and Newman (1978) menyebutkan bahwa stres
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Lingkungan kerja
Kondisi kerja yang tidak baik berpotensi menjadi
penyebab karyawan stres, sulit berkonsetrasi, dan menurunya
produktifitas kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik meliputi
peralatan kerja sirkulasi udara, penerangan atau pencahayaan,
kebisingan, tata ruang letak. Lingkungan pekerjaan berpotensi
sebagai stressor kerja. Lingkungan kerja, terutama lingkungan
kerja fisik merupakan hal yang utama dalam sebuah pekerjaan,
para pekerja membutuhkan lingkungan kerja yang nyaman.
Lingkungan pekerjaan ada yang mempunyai sistem
terbuka dan ada yang tetutup atau di ruangan, apabila di
perusahaan mempunyai tipe ruangan kerja yang tertutup dan
tidak terkena sinar matahari langsung perlu di perhatikan
lingkungan di dalamnya, ada ventilasi yang cukup untuk
pertukaran udara sehingga udara segar bisa masuk, cahaya perlu
diperhatikan apalagi pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi
tinggi dan pekerjaan yang dilakukan malam hari. Tingkat
kebisingan antar ruangan satu dengan yang lain, jika saling
berdekatan perlu peredam suara agar suara bising tidak masuk ke
ruangan yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Kelembaban
11
atau suhu, tiap ruangan mempunyai pengatur suhu berapa suhu
ideal untuk berada di dalam ruangan tersebut. Ruangan yang
terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam
menjalankan pekerjaannya. Begitu juga ruangan yang terlalu
dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara
tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Kebisingan juga memberi
andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang
sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain. Lingkungan
kerja fisik adalah yang paling utama karena para pekerja bekerja
setiap hari bekerja di tempat tersebut. Apabila tidak di
perhatikan maka para pekerja bisa jenuh dan mengalami stres.
b. Tuntutan Pekerjaan
Penelitian Beehr and Newman (1978) menunjukan bahwa
beban kerja yang melebihi batas merupakan sumber stres.
Pekerjaan yang melebihi target banyak dikeluhkan para
karyawan, jam lembur yang meningkat dan pekerjaan yang
bertambah. Dengan tuntutan kerja yang tinggi dari pihak atasan
untuk menyelesaikan tugas yang harus segera diselesaikan, maka
orang tersebut akan mengalami kondisi kerja di bawah tekanan
baik secara fisik maupun psikologis. Jika pekerja dibebani
pekerjaan yang berlebih dan membutuhkan konsentrasi yang
tinggi pekerja akan tertekan fisiknya pekerja akan mulai
kelelahan, dan membuat tekanan secara psikologis pekerja akan
12
mudah marah, tersinggung dan terjadi kesalahan jika kehilangan
konsetrasi.
c. Tuntutan fisik
Pekerjaan yang mengharuskan karyawan mengerahkan
banyak tenaga misal menjalankan mesin yang membutuhkan
tenaga, dan konsentrasi tinggi.
d. Situasi sosial
Situasi dimana karyawan harus berinteraksi dengan
karyawan yang lain, adanya hubungan yang kurang baik dengan
karyawan lainya atau dengan atasan sering kali menumbuhkan
stres kerja. hubungan tidak baik antara karyawan di tempat kerja
adalah faktor yang potensial sebagai penyebab munculnya stres
kerja.
Hubungan yang baik antar personal perlu di ciptakan
terutama dengan teman sesama pekerja dan atasan. Sehingga
tercipta hubungan yang nyaman dan harmonis dalan bekerja, hal
ini memberikan efek positif bagi orang tersebut. Dukungan
sosial juga sangat mempengaruhi. Tidak adanya dukungan sosial
stres akan cenderung muncul stres dalam pekerjaan. Dukungan
sosial dapat berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun
lingkungan keluarga. Menurut pendapat Beehr dan Newman
(1978) para karyawan yang mengalami stres kerja adalah
karyawan yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari
13
keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan
semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh
dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun
bawahan) akan cenderung lebih mudah terkena stres. Hal ini
disebabkan oleh tidak adanya dukungan sosial yang
menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan
tugasnya.
e. Pelecehan seksual.
Kontak atau komunikasi yang berhubungan atau
dikonotasikan dengan seks yang tidak diinginkan dapat menjadi
pemicu munculnya stres di tempat kerja. Pelecehan seksual
dapat dimulai dari yang paling kasar seperti memegang bagian
badan yang sensitif, mengajak kencan dan semacamnya sampai
yang paling halus berupa rayuan, pujian bahkan senyuman yang
tidak pada konteksnya. Pelecehan seksual yang sering
menyebabkan stres kerja adalah perlakuan kasar dari lawan jenis
dan janji promosi jabatan namun tak kunjung terwujud hanya
karena seorang wanita.
Stres akibat pelecehan seksual banyak terjadi pada negara
yang tingkat kesadaran warga (khususnya wanita) terhadap
persamaan jenis kelamin cukup tinggi dan perusahaan yang
mayoritas tenaga kerjanya wanita.
14
f. Manajemen yang tidak sehat.
Karyawan dapat mengalami stres dalam pekerjaan
karena gaya kepemimpinan para manajernya menggunakan
manajemen konflik, tidak percaya orang lain (khususnya
bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau
peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di
tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan,
membesarkan peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan
semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan
pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres
g. Supervisor yang kurang pandai. Seorang karyawan dalam
menjalankan tugas sehari-harinya biasanya di bawah
pengawasan supervisor. Jika seorang supervisor pandai dan
menguasai tugas bawahan, ia akan membimbing dan memberi
pengarahan atau instruksi secara jelas, baik dan benar.
Faktor Stresor dapat menyebabkan stres, seseorang jatuh
sakit, tidak saja datang dari satu macam stresor, tetapi dari beberapa
stressor karena sebagian besar dari waktu manusia adalah bekerja.
Oleh karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap kesehatan dan tingkat stres seseorang yang bekerja.
15
2.1.4. Dampak dari stres kerja
Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun
merugikan bagi perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh
yang menguntungkan perusahaan diharapkan akan memacu
karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-
baiknya. Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi bersifat
psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stres
akan menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku tcrjadi
pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi
stres dapat berupa perilaku melawan stres(fight) atau freeze,
berdiam diri (Beehr and Newman,1978).
Menurut Beehr and Newman (1978) ada dua jenis stres yaitu :
a. Stres yang baik (tekanan positif) : tekanan yang mendorong
seseorang untuk berprestasi. Tekanan dari luar membuat
karyawan itu terpacu dan mendorong karyawan untuk bekerja
lebih baik lagi.
b. Tekanan yang merusak ( tekanan negatif ) : stres yang merusak
atau negatif, akan merusak kehidupan sehari-hari dan hanya
akan mengakibatkan trauma pada diri sendiri.
16
Beehr and Newman (1978) menyatakan dampak bagi
perusahaan dan individu
a. Psikologis
Stres yang berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan
kekhawatiran yang terus menerus. Karyawan akan merasa
ketakutan dan was - was dalam bekerja takut tidak bisa
mengerjakan tugasnya dengan baik. Orang yang sedang stres
akan lebih peka dibandingkan orang yang tidak dalam kondisi
stres.
b. Dampak bagi Individu
Tubuh manusia pada dasarnya dilengkapi dengan
sistem kekebalan untuk mencegah serangan penyakit.
Sistem kekebalan tubuh manusia ini bekerja sama secara
baik dengan sistem fisiologis lain, dan kesemuanya
berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh, baik fisik
maupun psikis yang cara kerjanya di atur oleh otak. Jadi,
tidak heran jika orang yang mudah stres, mudah pula
terserang penyakit seperti pusing, gangguan perut, gangguan
pernafasan.
c. Dampak bagi Perusahaan
Beehr and Newman (1978) mengidentifikasi beberapa
perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap
17
organisasi. Stres yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi
dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran
kerja, serta resiko mengalami kecelakaan. Secara singkat
dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja adalah :
1) Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen
maupun operasional kerja.
2) Mengganggu kenormalan aktivitas kerja.
3) Menurunkan tingkat produktivitas.
4) Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.
5) Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak
imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang
dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan dan fasilitas
lainnya.
6) Banyaknya karyawan yang tidak masuk kerja dengan
berbagai alasan atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya
entah karena kelambanan ataupun kerena banyaknya
kesalahan yang berulang.
2.1.5. Manajemen stres kerja
Beehr dan Newman (1978) mengungkapkan Stres kerja tidak
dapat dihindari. Namun demikian dengan memahami stressor dan
stres kerja itu sendiri, kita dapat meminimalkan stres yang tidak
diperlukan caranya yang Buatlah usaha nyata untuk mengalihkan
fokus pikiran yang mengarah ke emosi, misalnya dengan sesekali
18
bersendau gurau dengan pekerja lain, Melakukan perenggangan
otot, hal ini biasa dilakukan agar tidak trjadi kram setelah seharian
duduk melakukan pekerjaanya, minimal 2 jam sekali lakukanlah
perenggangan otot., menjaga kesehatan tubuh sebaik mungkin,
memelihara hubungan yang baik dengan sesama karyawan maupun
di luar tempat kerja, memanfaatkan waktu kerja dengan baik.
2.2. Lingkungan Kerja Fisik
2.2.1. Pengertian lingkungan kerja fisik
Pengertian Lingkungan kerja fisik menurut Tiffin dan
Mc.Cormick (1975) adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi kinerja,
kondisi fisik dan psikologis karyawan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.
Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan
antara lain fasilitas perusahaan yang menunjang dan masih layak
pakai, jika ada mesin yang sudah tua seringkali bermasalah, hal ini
membuat kinerja karyawan tidak optimal, dan produktifitas menurun.
Lalu lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi fisik antara lain
sirkulasi udara , misalnya jika udara di sekitarnya pengap maka perlu
ventilasi yang mengatur keluar masuknya udara sehiungga pada saat
bekerja karyawan tidak merasa panas dan sesak nafas. Lingkungan
kerja fisik yang mempengaruhi kondisi psikologis antara lain apabila
pekerjaan mereka tertunda karena ada salah satu mesin yang rusak,
19
atau suasana panas , pengap maka akan menimbulkan reaksi stres
seperti kecemasan, ketakutan, marah.
Menurut Tiffin dan Mc.Cormick (1975) Lingkungan kerja
menjadi salah satu sumber stres baik lingkungan kerja fisik maupun
non fisik.
2.2.2. Beberapa aspek lingkungan kerja fisik menurut Tiffin dan
Mc.Cormick
a. Peralatan kerja, perlengkapan yang tersedia merupakan komponen
yang menunjang aktivitas kerja antara lain mesin penunjang
pekerjaan, pakaian khusus, alat alat kerja.
b. Sirkulasi udara, seperti ventilasi dan tempat pembuangan asap
dari proses produksi. Seperti diketahui udara disekitar
mengandung sekitar 21% Oksigen, 0,03% Karbondioksida dan
0,9% gas lainnya (campuran). Oksigen terutama merupakan gas
yang dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama untuk menjaga
kelangsungan hidupnya (proses metabolisme). Udara di sekitar
dikatakan kotor bila kadar oksigen di udara telah berkurang dan
bercampur dengan gas-gas lain yang berbahaya bagi kesehatan.
Jika kita menghirup udara kotor kita akan marasa sesak dan akan
lebih cepat merasa lelah. Sirkulasi udara dengan memberikan
ventilasi yang cukup akan menggantikan udara yang kotor dengan
udara yang bersih.
20
Demikian juga dengan menaruh tanaman akan mampu
membantu memberi kebutuhan akan oksigen yang cukup.
Lingkungan kerja yang sirkulasi udaranya kurang mengakibatkan
terjadinya stres dan gangguan kesehatan, untuk menimbulkan
situasi udara yang baik, ventilasi udara harus diperhatikan. Jika
kondisi didalam ruang kantor yang memungkinkan penuh dengan
karyawan, sangat lah perlu diperhatikan mengenai pertukaran
udara, karena dengan adanya pertukaran udara yang cukup akan
memberikan kesegaran fisik bagi karyawan. Selain memberikan
kesegaran fisik sirkulasi udara juga berguna untuk menghilangkan
bau limbah atau bau yang ditimbulkan dari asap mesin terutama di
bagian pengolahan agar udara bisa masuk dan sirkulasi. Sehingga
karyawan tidak mengalami ganguan pada pernafasan.
c. Penerangan atau pencahayaan, lampu penerangan, tata letak
lampu penerangan, perawatan lampu. Pencahayaan sangat
mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek secara
jelas dan cepat tanpa melakukan kesalahan. Pencahayaan yang
kurang mengakibatkan pekerja mudah lelah karena mata akan
berusaha melihat dengan cara membuka lebar-lebar.
Lelahnya mata akan mengakibatkan pula kelelahan mental
dan lebih jauh bisa merusak mata. Kemampuan mata untuk
melihat objek dengan jelas akan ditentukan oleh ukuran objek,
derajat kontras antara objek dengan sekelilingnya, luminensi
21
(brightness) serta lamanya waktu untuk melihat objek tersebut.
Untuk menghindari silau (glare) karena letak dari sumber cahaya
yang kurang tepat, maka sebaiknya mata tidak secara langsung
menerima cahaya dari sumbernya akan tetapi cahaya tersebut
harus mengenai objek yang akan dilihat yang kemudian
dipantulkan oleh objek tersebut ke mata kita. Fasilitas penerangan
dalam ruangan yang cukup memadai akan mendukung kelancaran
dalam bekerja. Pencahayaan adalah faktor penting dalam
lingkungan kerja karena dengan pencahayaan yang baik akan
membantu karyawan dalam menyelesaikan tugan dengan lebih
baik. Pencahayaan pada dasarnya di bagi dalam 2 jenis yaitu
cahaya alami dari sinar matahari dan pencahayaan buatan dari
lampu listrik menurut Tiffin Dan Mc.Cormick (1975). Bangunan
ruang kantor harus memiliki desain tata cahaya yang baik dalam
konstruksinya terutama dalam mempertimbangkan jumlah sinar
matahari yang masuk kedalam, selain sinar matahari sumber
penerangan lainya ialah lampu neon. Lampu neon merupakan
sumber pencahayaan pada malam hari terutama untuk ruangan
kerja yang gelap tetapi tak jarang lampu neon digunakan pada
siang hati sebagai pengganti sinar matahari yang masuk.
Ada juga ruangan kerja yang tidak boleh terkena sinar
matahari dikarenakan ada bahan berbahaya yang mudah terbakar
jika terkena sinar matahari.
22
Macam- macam Tehnik pencahayaan menurut Tiffin dan
Mc.Cormick(1975)
1. Pencahayaan Langsung
Cahaya ini langsung dari sumbernya kearah permukaan
ruangan, apabila dipakai lampu biasa, cahaya bersifat tajam
dan bayangan yang ditimbulkan sangat tegas.
2. Cahaya setengah langsung
Cahaya ini memancar dari sumbernya dengan melalui tudung
lampu.
3. Pencahayaan setengah tak langsung
Bekerja pada ruangan yang gelap dan samar-samar akan
menyebabkan ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang
tepat dapat membantu pegawai dalam mempelancar aktivitas
kerjanya. Tingkat yang tepat dari intensitas cahaya juga
tergantung pada usia pegawai. Pencapaian prestasi kerja pada
tingkat penerangan yang lebih tinggi adalah lebih besar untuk
pegawai yang lebih tua dibanding yang lebih muda.
d. Kebisingan atau suara gaduh, bising yang ada dalam lingkungan
kerja akan mengganggu konsentrasi. Menurut Tiffin dan Mc.
Cormick (1975) bising mempengaruhi tingkat stres karyawan,
pada pekerjaan yang memerlukan konsentrasi atau kewaspadaan
tinggi.
e. Tata ruang kerja, Jarak antara tempat kerja satu ketempat kerja
lain, letak peralatan satu dengan yang lain, alat alat kerja yang
berdekatan dengan fasilitas lain seperti toilet dan tempat
pembuangan limbah.
23
2.3. Hubungan Antara Lingkungan Kerja Fisik Dengan Stres Kerja
Karyawan
Lingkungan kerja fisik mempunyai hubungan erat dengan tingkat stres
kerja karyawan akan tetapi semua itu tergantung bagaimana karyawan
tersebut mengelola stresnya, stres bisa menjadi ancaman dan merugikan
diri sendiri serta pekerjaan, akan tetapi jika stres dikelola dengan baik
maka stres itu justru akan jadi positif dan menjadi pemicu agar karyawan
tersebut lebih baik lagi.
Hasil Pra penelitian antara hubungan lingkungan kerja fisik dengan
stres kerja karyawan menunjukan adanya hubungan yang signifikan yaitu
rxy= -,287* dan p=0,043 p< 0,05. Berarti, semakin Tinggi skor kondisi
lingkungan kerja fisik maka skor stres kerja pada karyawan bagian Dyeing
akan meningkat dan sebaliknya jika Skor lingkungan kerja fisik rendah
maka skor stres kerja pada karyawan bagian dyeing akan tinggi.
Hasil pra penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sudiyanto
(2010) dengan subyek penelitian 121 orang karyawan Di bagian Weaving
PT. Buana Inti Sari Garmen didapat hasil rxy= -0,467 dengan p= 0,045 <
0,05 ada hubungan yang signifikandengan arah negatif antara lingkungan
kerja fisik dengan stres kerja karyawan.
Sedangkan penelitian Yudhistira (2002) yang dilakukan terhadap 95
orang karyawan di Industri kerajinan enceng gondok Bejalen, didapat hasil
rxy= -,044 dengan p = 0,728 > 0,05 tidak ada hubungan yang signifikan
antara lingkungan kerja fisik dengan stres kerja karyawan.
24
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih harus diuji
kebenaranya melalui penelitian, sebagaimana yang dikemukakan Arikunto
(1998) bahwa Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbuka melalui data
yang terkumpul.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Ada hubungan
yang signifikan antara Lingkungan kerja fisik dengan stres kerja karyawan
bagian Sizing PT.TIMATEX salatiga