BAB Epistaksis

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    1/20

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung, bukan merupakan suatu penyakit,

    melainkan suatu keluhan atau tanda, yang merupakan akibat dari kelainan setempat

    atau penyakit umum. Epistaksis sering ditemukan sehari-hari baik pada anak maupun

     pada usia lanjut dan 90% epistaksis dapat berhenti sendiri (spontan) atau dengan

    tindakan sederhana yang dilakukan oleh pasien sendiri dengan cara menekan

    hidungnya tanpa memerlukan bantuan medis. 1,

    !mumnya pada epistaksis terdapat dua sumber perdarahan yaitu dari bagian

    anterior dan bagian posterior. Epistaksis anterior dapat berasal dari "leksus

    #iesselbach atau dari arteri ethmoidalis anterior. $edangkan epistaksis poterior dapat

     berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri ethmoid posterior.1

    "asien yang mengalami perdarahan berulang atau sekret yang berdarah dari

    hidung yang bersiat kronik memerlukan okus diagnostik yang berbeda dengan

     pasien perdarahan hidung akti yang prioritas utamanya adalah menghentikan

     perdarahannya.

    Epistaksis atau perdarahan hidung dilaporkan timbul pada &0% populasi umum.

    "uncak kejadian dari epistaksis didapatkan berupa dua puncak (bimodal) yaitu pada

    usia '10 tahun dan 0 tahun. Epistaksis biasanya terjadi tiba-tiba. "erdarahan

    mungkin banyak dan bisa juga sedikit. "enderita selalu ketakutan sehingga merasa

     perlu untuk memanggil dokter. Epistaksis yang berat , *alaupun jarang dijumpai,

    1

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    2/20

    dapat mengancam keselamatan ji*a pasien. +ahkan dapat berakibat atal bila tidak 

    segera ditolong.1,,

    2

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    3/20

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Hidung

    2.1.1 Anatomi Hidung

    A. Anatomi Hidung Luar

    idung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. idung bagian luar menonjol

     pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas struktur hidung luar dibedakan atas tiga

     bagian / yang paling atas / kubah tulang yang tak dapat digerakkan di ba*ahnya terdapat

    kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling ba*ah adalah lobulus

    hidung yang mudah digerakkan. +entuk hidung luar seperti piramid dengan bagian-

     bagiannya dari atas ke ba*ah / 1) pangkal hidung (bridge), ) batang hidung (dorsum

    nasi), ) puncak hidung (hip), ) ala nasi, ) kolumela, dan &) lubang hidung (nares

    anterior). idung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang ra*an yang dilapisi oleh

    kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berungsi untuk melebarkan atau

    menyempitkan lubang hidung. #erangka tulang terdiri dari / 1) tulang hidung (os nasal) ,

    ) prosesus rontalis os maksila dan ) prosesus nasalis os rontal sedangkan kerangka

    tulang ra*an terdiri dari beberapa pasang tulang ra*an yang terletak di bagian ba*ah

    hidung, yaitu 1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior, ) sepasang kartilago nasalis

    lateralis inerior yang disebut juga sebagai kartilago ala mayor dan ) tepi anterior 

    kartilago septum.()

    Anatomi Hidung Luar

    B. Anatomi Hidung Dalam

    +agian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.internum di

    sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung darinasoaring. #aum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka

    3

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    4/20

    Anatomi Hidung Dalam

    media, dan konka inerior. 2elah antara konka inerior dengan dasar hidung

    dinamakan meatus inerior, berikutnya celah antara konka media dan inerior disebut

    meatus media dan sebelah atas konka media disebut meatus superior.()

    1. Setum Na!i

    $eptum membagi kaum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. +agian

     posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh

    kartilago septum (kuadrilateral), premaksila dan kolumela membranosa bagian

     posterior dan inerior oleh os omer, krista maksila, krista palatine serta krista

    senoid.()

    2. Ka"um Na!i

    #aum nasi terdiri dari / ()

     

    Da!ar #idung

    3asar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksila dan prosesus

    hori4ontal os palatum.

     

    Ata #idung

    5tap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inerior, os nasal,

     prosesus rontalis os maksila, korpus os etmoid, dan korpus os sphenoid.

    $ebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui oleh

    ilament-ilamen n.olaktorius yang berasal dari permukaan ba*ah bulbus

    4

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    5/20

    olaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial

    konka superior.

     

    Dinding Lateral

    3inding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus rontalis os maksila,os lakrimalis, konka superior dan konka media yang merupakan bagian dari os

    etmoid, konka inerior, lamina perpendikularis os platinum dan lamina

     pterigoideus medial.

    • Konka

    6osa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka celah antara

    konka inerior dengan dasar hidung disebut meatus inerior celah antara konka

    media dan inerior disebut meatus media, dan di sebelah atas konka media

    disebut meatus superior. #adang-kadang didapatkan konka keempat (konka

    suprema) yang teratas. #onka suprema, konka superior, dan konka media

     berasal dari massa lateralis os etmoid, sedangkan konka inerior merupakan

    tulang tersendiri yang melekat pada maksila bagian superior dan palatum.

    $. %eatu! !uerior

    7eatus superior atau isura etmoid merupakan suatu celah yang sempit antara

    septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media. #elompok sel-sel etmoid

     posterior bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau beberapa ostium yang

     besarnya berariasi. 3i atas belakang konka superior dan di depan korpus os senoid

    terdapat resesus seno-etmoidal, tempat bermuaranya sinus senoid.()

    &. %eatu! media

    7erupakan salah satu celah yang penting yang merupakan celah yang lebih

    luas dibandingkan dengan meatus superior. 3i sini terdapat muara sinus maksila,

    sinus rontal dan bagian anterior sinus etmoid. 3i balik bagian anterior konka media

    yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulan

    sabit yang dikenal sebagai inundibulum. 5da suatu muara atau isura yang berbentuk 

     bulan sabit yang menghubungkan meatus medius dengan inundibulum yang

    dinamakan hiatus semilunaris. 3inding inerior dan medial inundibulum membentuk 

    tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus. 3i atas

    inundibulum ada penonjolan hemiser yaitu bula etmoid yang dibentuk oleh salah

    satu sel etmoid. 8stium sinus rontal, antrum maksila, dan sel-sel etmoid anterior 

     biasanya bermuara di inundibulum. $inus rontal dan sel-sel etmoid anterior biasanya

     bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila bermuara di posterior muara sinus

    5

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    6/20

    rontal. 5dakalanya sel-sel etmoid dan kadang-kadang duktus nasorontal mempunyai

    ostium tersendiri di depan inundibulum.()

    '. %eatu! In(erior

    7eatus inerior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus, mempunyai

    muara duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara sampai , cm di

     belakang batas posterior nostril.()

    ). Nare!

     ares posterior atau koana adalah pertemuan antara kaum nasi dengan

    nasoaring, berbentuk oal dan terdapat di sebelah kanan dan kiri septum. :iap nares

     posterior bagian ba*ahnya dibentuk oleh lamina horisontalis palatum, bagian dalam

    oleh os omer, bagian atas oleh prosesus aginalis os senoid dan bagian luar oleh

    lamina pterigoideus. 3i bahgian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus

    yang terdiri atas sinus maksila, etmoid, rontalis dan sphenoid. $inus maksilaris

    merupakan sinus paranasal terbesar di antara lainnya, yang berbentuk piramid yang

    irregular dengan dasarnya menghadap ke ossa nasalis dan puncaknya menghadap ke

    arah apeks prosesus 4ygomatikus os maksilla. $inus paranasal adalah rongga-rongga

    di dalam tulang kepala yang berisi udara yang berkembang dari dasar tengkorak 

    hingga bagian prosesus aleolaris dan bagian lateralnya berasal dari rongga hidung

    hingga bagian ineromedial dari orbita dan 4ygomatikus. $inus-sinus tersebut

    terbentuk oleh  pseudostratified columnar epithelium yang berhubungan melalui

    ostium dengan lapisan epitel dari rongga hidung. $el-sel epitelnya berisi sejumlah

    mukus yang menghasilkan sel-sel goblet.()

    *. Komlek! o!tiomeatal +K,%-

    #ompleks ostiomeatal (#87) adalah bagian dari sinus etmoid anterior yang

     berupa celah pada dinding lateral hidung. "ada potongan koronal sinus paranasal

    gambaran #87 terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media dan lamina

     papirasea. $truktur anatomi penting yang membentuk #87 adalah prosesus

    unsinatus, inundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan

    ressus rontal.

    $erambi depan dari sinus maksila dibentuk oleh inundibulum karena sekret

    yang keluar dari ostium sinus maksila akan dialirkan dulu ke celah sempit

    inundibulum sebelum masuk ke rongga hidung. $edangkan pada sinus rontal sekret

    akan keluar melalui celah sempit resesus rontal yang disebut sebagai serambi depan

    sinus rontal. 3ari resesus rontal drainase sekret dapat langsung menuju ke

    6

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    7/20

    inundibulum etmoid atau ke dalam celah di antara prosesus unsinatus dan konka

    media.()

    Komlek! ,!tiomeatal

    . /a!kulari!a!i 0ongga Hidung+agian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari arteri ethmoidalis anterior dan

     posterior sebagai cabang dari arteri otalmika. +agian ba*ah rongga hidung mendapat

     pendarahan  dari arteri maxilaris interna. +agian depan hidung mendapat pendarahan dari

    cabang-cabang arteri fasialis. ;ena hidung memiliki nama yang sama dan berjalan

     berdampingan dengan arterinya.  "leongga hidung bagian lainnya

    mendapat  persaraan sensoris dari nerus ma

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    8/20

     pembau memiliki rambut-rambut halus (silia olaktoria) di ujungnya dan selaput lendir 

    meliputinya untuk melembabkan rongga hidung.()

    1.1.2 ISI,L,I HIDUN

    +erdasarkan teori struktural, teori eolusioner dan teori ungsional, ungsi isiologis

    hidung dan sinus paranasal adalah/ 1) sebagai jalan naas ) pengatur kondisi udara (air 

    conditioning) ) sebagai penyaring dan pelindung ) indra penghidu ) resonansi suara

    &) proses bicara ?) releks nasal.()

    1. $ebagai jalan naas

    "ada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi

    konka media dan kemudian turun ke ba*ah ke arah nasoaring, sehingga aliran udara

    ini berbentuk lengkungan atau arkus. "ada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan

    kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. 5kan tetapi di bagian

    depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran

    dan bergabung dengan aliran dari nasoaring.()

    . "engatur kondisi udara (air conditioning )

    6ungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan

    udara yang akan masuk ke dalam aleolus. 6ungsi ini dilakukan dengan cara / ()

    a. 7engatur kelembaban udara. 6ungsi ini dilakukan oleh palut lendir. "ada

    musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini

    sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.

     b. 7engatur suhu. 6ungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di

     ba*ah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga

    radiasi dapat berlangsung secara optimal. 3engan demikian suhu udara setelah

    melalui hidung kurang lebih ?o 2.

    . $ebagai penyaring dan pelindung

    6ungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri

    dan dilakukan oleh / ()

    8

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    9/20

    •  >ambut (vibrissae) pada estibulum nasi

    •  $ilia

    •  "alut lendir (mucous blanket ). 3ebu dan bakteri akan melekat pada palut

    lendir dan partikel @ partikel yang besar akan dikeluarkan dengan releks

     bersin. "alut lendir ini akan dialirkan ke nasoaring oleh gerakan silia.

    •  En4im yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lyso4ime.

    . Andra penghidu

    idung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa

    olaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum.

    "artikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara diusi dengan palut lendir atau

     bila menarik naas dengan kuat. ()

    . >esonansi suara

    "enting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. $umbatan hidung

    akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.

    ()

    &. "roses bicara

    7embantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana

    rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran

    udara.

    ()

    ?. >eleks nasal

    7ukosa hidung merupakan reseptor releks yang berhubungan dengan saluran

    cerna, kardioaskuler dan pernaasan. 2ontoh / iritasi mukosa hidung menyebabkan

    releks bersin dan naas terhenti. >angsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar 

    liur, lambung dan pankreas.

    2.1 Ei!tak!i!

    2.1.1 De(ini!i

      Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung yang merupakan gejala atau

    maniestasi penyakit lain, penyebabnya bisa lokal atau sistemik. "erdarahan bisa

    ringan sampai serius dan bila tidak segera ditolong dapat berakibat atal. $umber 

     perdarahan biasanya berasal dari bagian depan atau bagian belakang hidung.1,

    2.1.2 Eidemiologi

    9

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    10/20

    Epistaksis adalah gangguan perdarahan yang paling umum dari daerah kepala

    dan leher. +eberapa penelitian yang sangat baik baru-baru ini mengungkapkan

     beberapa karakteristik epidemiologi dan menjelaskan beberapa kesalahpahaman.

    $ebuah surei pemeriksaan kesehatan 5$ dari 19? dari &.&? orang de*asa

    mengungkapkan kejadian ?% sampai 1% dari epistaksis.

    $ebuah surey $kandinaia dari 19? dari 10 orang menemukan kejadian &0%

    dari setidaknya satu episode epistaksis selama satu kali seumur hidup, kejadian &%

    membutuhkan perhatian medis, dan kejadian tahunan sebesar 1% untuk pria dan 9%

    untuk *anita. $ebuah studi 6inlandia dari 19? dari 1.? pasien dengan epistaksis

    mengungkapkan kejadian laki-laki lebih tinggi B% dibandingkan % bagi

     perempuan keseluruhan, ?1% dari pasien lebih dari 0 tahun. 3i Cales, rasio laki-

     perempuan adalah /1 pada pasien berusia 0 sampai 9 tahun tetapi 1/1 terhadap

     pasien 0 dan yang lebih tua. $elain itu, mereka mencatat epistaksis terjadi lebih

    sering selama bulan $eptember sampai 5pril dibandingkan dengan 7ei hingga

    5gustus.

    +aru-baru ini, sebuah studi !$ 7id*est ditemukan epistaksis posterior lebih

    umum selama bulan kelembaban dingin dan lebih rendah dari oember sampai

    7aret dibandingkan dengan bulan 5pril sampai 8ktober-&% ersus %, masing-

    masing. $ebuah studi di Anggris menunjukkan tingkat penerimaan untuk epistaksis

    dari 0,B9 pasien per hari dengan suhu luar ruangan kurang dari D 2 dan 0,&

     pasien per hari untuk suhu antara ,1 dan 10 D 2. +erla*anan dengan kepercayaan

     populer, hipertensi belum terbukti meningkatkan risiko seseorang epistaksis. amun,

    ada penelitian melaporkan epistaksis belakang yang berhubungan dengan

    hipertensi.1,,

    2.1.$ Etiologi

    "erdarahan hidung dia*ali oleh pecahnya pembuluh darah di dalam selaput

    mukosa hidung. 3elapan puluh persen perdarahan berasal dari pembuluh darah

    "leksus #iesselbach (area ittle). "leksus #iesselbach terletak di septum nasi bagian

    anterior, di belakang persambungan mukokutaneus tempat pembuluh darah yang kaya

    anastomosis. Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab lokal dan umum atau

    kelainan sistemik.,,,&

    10

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    11/20

    1- Lokal

    :rauma. Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya

    mengeluarkan sekret dengan kuat, bersin, mengorek hidung, trauma sepertiterpukul, jatuh dan sebagainya. $elain itu iritasi oleh gas yang merangsang dan

    trauma pada pembedahan dapat juga menyebabkan epistaksis.

    Aneksi. Aneksi hidung dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta granuloma

    spesiik, seperti lupus, siilis dan lepra dapat menyebabkan epistaksis.

     eoplasma. Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit

    dan intermiten, kadang-kadang ditandai dengan mukus yang bernoda darah,

    emongioma, karsinoma, serta angioibroma dapat menyebabkan epistaksis

     berat. #elainan congenital. #elainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis

    ialah perdarahan telangiektasis heriditer (hereditary hemorrhagic

    telangiectasiaF8slerGs disease). "asien ini juga menderita telangiektasis di *ajah,

    tangan atau bahkan di traktus gastrointestinal danFatau pembuluh darah paru.

    $ebab-sebab lain termasuk benda asing dan perorasi septum. "erorasi septum

    nasi atau abnormalitas septum dapat menjadi predisposisi perdarahan hidung.

    +agian anterior septum nasi, bila mengalami deiasi atau perorasi, akan

    terpapar aliran udara pernaasan yang cenderung mengeringkan sekresi hidung.

    "embentukan krusta yang keras dan usaha melepaskan dengan jari

    menimbulkan trauma digital. "engeluaran krusta berulang menyebabkan erosi

    membrana mukosa septum dan kemudian perdarahan.

    "engaruh lingkungan.7isalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan

    udara rendah atau lingkungan udaranya sangat kering

    2- Si!temik 

    #elainan darah. 7isalnya trombositopenia, hemoilia dan leukemia, A:",

    diskrasia darah, obat-obatan seperti terapi antikoagulan, aspirin dan enilbuta4on

    dapat pula mempredisposisi epistaksis berulang.

    "enyakit kardioaskuler. ipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti pada

    aterosklerosis, neritis kronik, sirosis hepatis, siilis, diabetes melitus dapat

    menyebabkan epistaksis. Epistaksis akibat hipertensi biasanya hebat, sering

    kambuh dan prognosisnya tidak baik. +iasanya ineksi akut pada demam berdarah, inluen4a, morbili, demam tioid.

    11

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    12/20

    Hangguan endokrin. "ada *anita hamil, menarche dan menopause sering terjadi

    epistaksis, kadang-kadang beberapa *anita mengalami perdarahan persisten dari

    hidung menyertai ase menstruasi.

    3eisiensi ;itamin 2 dan #

    5lkoholisme "enyakit on Cillebrand

    2.1.& Kla!i(ika!i

    1. Epistaksis anterior dapat berasal dari "leksus #iesselbach, merupakan sumber 

     perdarahan paling sering dijumpai anak-anak. 3apat juga berasal dari arteri

    ethmoid anterior. "erdarahan dapat berhenti sendiri (spontan) dan dapat

    dikendalikan dengan tindakan sederhana.,,&

    Epistaksis anterior 

    2. Epistaksis posterior, berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri ethmoid

     posterior."erdarahan cenderung lebih berat dan jarang berhenti sendiri, sehinggadapat menyebabkan anemia, hipoolemi dan syok. $ering ditemukan pada pasien

    dengan penyakit kardioaskular.,,&

    12

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    13/20

    Epistaksis posterior 

    2.1.' Diagno!a

    5namnesis dan menentukan lokasi sumber perdarahan serta menemukan

     penyebabnya harus segera dilakukan. "erdarahan dari bagian anterior kaum

    nasi biasanya akibat mencungkil hidung, epistaksis idiopatik, rinitis anterior dan

     penyakit ineksi. $edangkan dari bagian posterior atau media biasanya akibat

    hipertensi, arteriosklerosis, raktur atau tumor. akukan pengukuran tekanan

    darah dan periksa aktor pembekuan darah.

    "asien yang mengalami perdarahan berulang atau sekret berdarah dari

    hidung yang bersiat kronik memerlukan okus diagnostik yang berbeda dengan

     pasien dengan perdarahan hidung akti yang prioritas utamanya adalah

    menghentikan perdarahan. "emeriksaan yang diperlukan berupa / ,&,?

    • >inoskopi anterior

    "emeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur dari

    anterior ke posterior. ;estibulum, mukosa hidung dan septum nasi,

    dinding lateral hidung dan konkha inerior harus diperiksa dengan

    cermat.

    • >inoskopi posterior

    "emeriksaan nasoaring dengan rinoskopi posterior penting

     pada pasien dengan epistaksis berulang dan sekret hidung kronik 

    untuk menyingkirkan neoplasma.

     

    • "engukuran tekanan darah

    :ekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan diagnosis

    hipertensi, karena hipertensi dapat menyebabkan epistaksis yang

    hebat dan sering berulang.

    • >ontgen sinus dan 2:-$can atau 7>A

    13

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    14/20

    >ontgen sinus dan 2:-$can atau 7>A penting mengenali

    neoplasma atau ineksi.

    • Endoskopi hidung untuk melihat atau menyingkirkan

    kemungkinan penyakit lainnya

    • $krining terhadap koagulopati

    :es-tes yang tepat termasuk *aktu protrombin serum, *aktu

    tromboplastin parsial, jumlah platelet dan *aktu perdarahan.

    • >i*ayat penyakit

    >i*ayat penyakit yang teliti dapat mengungkapkan setiap

    masalah kesehatan yang mendasari epistaksis.

    2.1.) Penatalak!anaan

    :ujuan pengobatan epistaksis adalah untuk menghentikan perdarahan.

    al-hal yang penting dicari tahu adalah/

    1. >i*ayat perdarahan sebelumnya.

    . okasi perdarahan.

    . 5pakah darah terutama mengalir ke tenggorokan (ke posterior)

    atau keluar darihidung depan (anterior) bila pasien duduk tegak.

    . amanya perdarahan dan rekuensinya

    . >i*ayat gangguan perdarahan dalam keluarga

    &. ipertensi

    ?. 3iabetes mellitus

    B. "enyakit hati

    9. Hangguan koagulasi

    10. :rauma hidung yang belum lama

    11. 8bat-obatan, misalnya aspirin, enil buta4on

    :iga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu /

    menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya

    14

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    15/20

    epistaksis. #alau ada syok, perbaiki dulu kedaan umum pasien. &  :indakan

    yang dapat dilakukan antara lain/

    "erbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam posisi duduk kecuali

     bila penderita sangat lemah atau keadaaan syok.

    "ada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat dihentikan

    dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan ke

    arah septum selama beberapa menit (metode :rotter)

      7etode :rotter 

    "ada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas,

    dilakukan kaustik dengan larutan nitras argenti 0%-0%, asam

    trikloroasetat 10% atau dengan elektrokauter. $ebelum kaustik diberikan

    analgesia topikal terlebih dahulu.

    +ila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung,

    diperlukan pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain kasa yang

    diberi aselin yang dicampur betadin atau 4at antibiotika. 3apat juga

    dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga menyerupai pita dengan

    lebar kurang I cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar sampai ke

     puncak rongga hidung. :ampon yang dipasang harus menekan tempat asal

     perdarahan dan dapat dipertahankan selama 1- hari.

    15

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    16/20

     Tampon anterior dan tampon rol anterior

    "erdarahan posterior diatasi dengan pemasangan tampon posterior atau

    tampon +ellocJ, dibuat dari kasa dengan ukuran lebih kurang

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    17/20

     Tampon Bellocq

    $ebagai pengganti tampon +ellocJ dapat dipakai kateter 6oley dengan balon.

    +alon diletakkan di nasoaring dan dikembangkan dengan air 

     Tampon posterior dengan Kateter Foley

    3i samping pemasangan tampon, dapat juga diberi obat-obat hemostatik. 5kan

    tetapi ada yang berpendapat obat-obat ini sedikit sekali manaatnya.

    igasi arteri dilakukan pada epistaksis berat dan berulang yang tidak dapat

    diatasi dengan pemasangan tampon posterior. !ntuk itu pasien harus dirujuk 

    ke rumah sakit.

    17

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    18/20

    2.1.* Komlika!i

    3apat terjadi langsung akibat epistaksis sendiri atau akibat usaha

     penanggulangannya. 5kibat pemasangan tampon anterior dapat timbul sinusitis

    (karena ostium sinus tersumbat), air mata yang berdarah (bloody tears) karena

    darah mengalir secara retrograd melalui duktus nasolakrimalis dan septikemia.

    5kibat pemasangan tampon posterior dapat timbul otitis media, haemotympanum,

    serta laserasi palatum mole dan sudut bibit bila benang yang dikeluarkan melalui

    mulut terlalu kencang ditarik.

    $ebagai akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok dan anemia. :ekanan

    darah yang turun mendadak dapat menimbulkan iskemia otak, insuisiensi koroner 

    dan inark miokard dan akhirnya kematian. arus segera dilakukan pemberian

    inus atau transusi darah.

    2.1.3 Pen4ega#an Perdara#an Berulang

    $etelah perdarahan untuk sementara dapat diatasi dengan pemasangan

    tampon, selanjutnya perlu dicari penyebabnya. "erlu dilakukan pemeriksaan

    laboratorium darah lengkap, pemeriksaan ungsi hepar dan gijal, gula darah,

    hemostasis,. "emeriksaan oto polos atau 2: $25 sinus dicurigai ada sinusitis.

    #onsul ke "enyakit 3alam atau #esehatan 5nak bila dicurigai adanya kelainan

    sistemik.

    2.1.5 Progno!i!

    $embilan puluh persen kasus epistaksis anterior dapat berhenti sendiri. "ada

     pasien hipertensi denganFtanpa arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat, sering

    kambuh dan prognosisnya buruk.

    BAB III

    PENUTUP

    Ke!imulan

    18

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    19/20

    Epistaksis (perdarahan dari hidung) adalah suatu gejala dan bukan suat

     penyakit, yang disebabkan oleh adanya suatu kondisi kelainan atau keadaan tertentu.

    Epistaksis bisa bersiat ringan sampai berat yang dapat berakibat atal. Epistaksis

    disebabkan oleh banyak hal, namun dibagi dalam dua kelompok besar yaitu sebab

    lokal dan sebab sistemik. Epistaksis dibedakan menjadi dua berdasarkan lokasinya

    yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior. 3alam memeriksa pasien dengan

    epistaksis harus dengan alat yang tepat dan dalam posisi yang memungkinkan pasien

    untuk tidak menelan darahnya sendiri.

    "rinsip penanganan epistaksis adalah menghentikan perdarahan, mencegah

    komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis. "emeriksaan yang dapat

    dilakukan untuk memeriksa pasien dengan epistaksis antara lain dengan rinoskopi

    anterior dan posterior, pemeriksaan tekanan darah, oto rontgen sinus atau dengan

    2:-$can atau 7>A, endoskopi, skrining koagulopati dan mencari tahu ri*ayat

     penyakit pasien. :indakan-tindakan yang dilakukan pada epistaksis adalah/

    7emencet hidung

    "emasangan tampon anterior dan posterior 

    #auterisasi

    igasi (pengikatan pembuluh darah)

    DATA0 PUSTAKA

    1. Carta 7edika. 7imisan atau Epistaksis. Carta 7edika Lserial onlineM 00? Kul

    Lcited 009 7ar M 5ailable rom/ http/FF***.*artamedika.comF00?F0?Fmimisan-

    atau-epistaksis.html

    . Cikipedia. Epista

  • 8/16/2019 BAB Epistaksis

    20/20

    . $chlosser >K. Epista