17
Laboratorium / SMF Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut Journal Reading Program Pendidikan Dokter Universitas Mulawarman RSUD A.W.Sjahranie Samarinda An experiment on the attrition of acid demineralized dentine in vitro OLEH Amaliaturrahmah 06.55372.00315.09 PEMBIMBING Drg. Elliana Martalina, Sp.Pros 1

atrisi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: atrisi

Laboratorium / SMF Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut Journal ReadingProgram Pendidikan Dokter Universitas MulawarmanRSUD A.W.Sjahranie Samarinda

An experiment on the attrition of acid demineralized dentine in vitro

OLEHAmaliaturrahmah06.55372.00315.09

PEMBIMBINGDrg. Elliana Martalina, Sp.Pros

Dipresentasikan Dalam RangkaTugas Kepaniteraan Klinik

Pada Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut

2011

1

Page 2: atrisi

Penelitian pada Atrisi karena Asam yang Mengakibatkan Demineralisasi pada Dentin

secara in vitroH Li,*__ MC Liu,_ M Deng,_ R Moazzez,_ DW Bartlett_

Abstrak

1. Latar Belakang: Sebuah penelitian laboratorium ini dirancang untuk menguji

hipotesis bahwa asam meningkatkan tingkat keausan yang disebabkan oleh

gesekan pada dentin.

Metode: bagian dentin dari 10 gigi yang telah dipoles, dibersihkan di dalam celupan

ultrasonik dan dibagi menjadi 8 ukuran area yang sama. Ujung oklusal gigi,

ditempatkan secara vertikal dalam mesin aus dan dibebankan pada 150 N, bergerak

berlawanan terhadap setiap bagian dentin dengan 5000 gaya kembali dengan saliva

buatan yang bertindak sebagai pelumas. Setiap bagian dentin dibagi menjadi 8 bagian

dan setengahnya secara acak direndam dalam larutan asam sitrat 1% (pH 2.3) selama

20 menit. Daerah yang aus memproduksi 8 bekas luka aus pada total tiap sampel

dentin.. Volume setiap bekas luka keausan diukur dengan menggunakan Profilometer

kontak digitalisasi

Hasil: Sebanyak 80 bekas luka keausan yang diproduksi dengan 40 diberi perlakuan

dengan asam dan 40 bertindak sebagai kontrol. Rata-rata untuk volume aus pada

bekas luka dentin dengan asam adalah 4,84 pM 3 (1,38) dan untuk permukaan non-

asam adalah 2,95 pM 3 (0,86). Perbedaan ini secara statistik bermakna (p <0,05).

Kesimpulan: Hasil ini mendukung hipotesis bahwa asam meningkatkan tingkat

keausan yang disebabkan oleh gesekan pada dentin.

2

Page 3: atrisi

Pengantar

Pengausan gigi umumnya dikenal menjadi kondisi multifaktorial dengan

kontribusi dari erosi, abrasi dan atrisi. Namun, peranan dari atrisi adalah keausan

yang terjadi pada dua permukaan gigi yang mengadakan kontak, telah relatif di

bawah-investigasi karena sulitnya mengembangkan model yang sesuai laboratorium.

Fluorida mungkin memiliki peran preventif dalam perkembangan dari keausan yang

disebabkan oleh abrasi, tetapi ada sedikit data relatif yang menggambarkan

dampaknya terhadap atrisi. Studi laboratori kami baru-baru ini menunjukkan bahwa

vernis Duraphat ® (Colgate Ltd, Inggris) secara acak diterapkan untuk memoles

bagian dentin dan diperlakukan untuk pengausan atrisi dari titik puncak dari sebuah

premolar atas yang secara statistic menyebabkan gigi lebih aus dari pada control.

Kami mendalilkan bahwa alasan untuk hal ini adalah kerendahan pH (pH 3.4) atau

efek pelumas dari vernis. Tidak ada perbedaan yang terlihat pada keausan antara

sampel dentin terlihat pada gambar SEM dan dengan cara yang sama, microhardness

secara statistik tidak berbeda antara Duraphat ® vernis memperlakukan sampel dan

kontrol sampel. Pertanyaan yang tersisa adalah tentang bagaimana cara asam

menyebabkan atrisi pada dentin dan apakah mempercepat keausan gigi. Baru-baru

ini, Ranjitkar et al. mengembangkan model atrisi dan menunjukkan bahwa asam

pelumas pada pH 3,0 dan 6,1 ditempatkan di antara bagian yang berlawanan dari

dentin statistik tidak signifikan mempengaruhi keausan. Para penulis menyimpulkan

bahwa gesekan tidak dipengaruhi oleh asam dalam model laboratorium mereka.

Namun, ini bertentangan dengan pengalaman klinis dan menunjukkan bahwa

diperlukan penyelidikan lebih lanjut.

Ada peningkatan bukti bahwa soft drink menyebabkan erosi gigi. studi Klinis

dan berbagai laboratorium model telah menunjukkan bahwa makanan asam dan

minuman meningkatkan tingkat keausan pada gigi. Dari data penelitian prevalensi

menunjukkan bahwa umumnya sebagian besar gigi yang terkena adalah permukaan

oklusal molar pertama dan ujung-ujungnya insisal dari gigi insisivus atas dan bawah.

3

Page 4: atrisi

Keausan pada permukaan oklusal dari geraham dan gigi seri hampir pasti melibatkan

erosi bersama dengan atrisi,dan karena itu informasi yang lebih diperlukan mengenai

efek yang mungkin dari gabungan keduanya. Dalam rangka untuk mengungkap

mekanisme aus dari atrisi, penyelidikan laboratorium dirancang untuk menguji

hipotesis bahwa asam meningkatkan tingkat keausan yang disebabkan oleh gesekan

(atrisi) pada dentin.

Bahan dan metode

Diekstraksi gigi molar ketiga manusia yang bebas karies, asalnya tidak

diketahui (Guy's and St. Thomas's NHS Foundation Trust Research Ethics Approval

REC04/Q0704/57) dibelah secara horizontal untuk menghilangkan akar,

meninggalkan bagian koronal. Enamel dari 10 gigi molar ketiga kemudian

dikeluarkan dengan hati-hati, sampai tampak dentin yang mendasari dan bagian yang

tertanam dibilas di blok akrilik mengikuti protokol yang telah diterbitkan

sebelumnya. Bagian permukaan dentin yang terbuka dipoles dengan 600 sampai 2000

amplas grit untuk membentuk permukaan datar yang halus. Setelah persiapan

spesimen, sampel dibersihkan pada bak ultrasonik selama 2 menit pada suhu kamar

dan permukaan dentin sewenang-wenang dibagi menjadi 8 secara sama dengan

ukuran 1 mm 3 zona. Dari sini, 4 secara acak dipilih oleh angka yang dihasilkan

komputer untuk aplikasi asam dan yang lain sebagai zona kontrol. Selanjutnya, ujung

dari puncak gigi bukal dari gigi premolar yang utuh ditempatkan secara vertikal di

mesin aus Enduratec (TEC ELF Model 3300, Bose, Eden Prairie, MN, USA) dan

diposisikan sehingga bergerak melawan bagian dentin menggunakan protokol yang

dijelaskan dalam studi sebelumnya.

Setiap gesekan mesin Enduratec terdiri atas beban 150 N, frekuensi 10 Hz,

panjang gesekan 1 mm. selanjutnya dilanjutkan untuk total 5000 gesekan kembali

dengan saliva buatan bertindak sebagai pelumas. Saliva buatan diformulasikan sesuai

dengan metode yang dijelaskan oleh Eisenburger dan berisi bahan berikut dalam air

4

Page 5: atrisi

deionisasi: (CaCl 2 .2 H 2 O 0,7 mmol / l, MgCl2 0.2 mmol / l, KH 2 PO 4 4,0 mmol / l ,

HEPES penyangga (bentuk asam) 20,0 mmol / l, KCl 30,0 mmol / l) dengan pH 7,0

disesuaikan dengan menggunakan natrium hidroksida yang dititrasi.

Titik puncak premolar menghasilkan bekas luka aus pada permukaan dentin

dalam zona yang digambarkan. Sampel dikeluarkan dari mesin dan kembali

diposisikan ke zona baru yang kira-kira 1 mm dari sebelumnya untuk menghasilkan

bekas luka aus yang baru. Proses ini diulang untuk menghasilkan 4 bekas luka.

Selanjutnya, 4 zona yang akan mengalami atrisi hanya ditutupi dengan pita dan setiap

sampel direndam dalam larutan asam sitrat 1% (pH 2.3) selama 20 menit, dicuci

dengan air suling dan 4 selanjutnya bekas luka aus yang diproduksi menggunakan

protokol yang sama. Daerah yang mengalami aus memproduksi total 8 bekas luka per

sampel, 4 dari yang telah direndam dalam asam dan 4 bertindak sebagai kontrol.

Volume setiap bekas luka keausan diukur dengan menggunakan Profilometer

digitalisasi (Renishaw plc, Gloucestershire, UK). True Map 3 software (Renishaw

plc, Gloucestershire, UK). Volume bekas luka keausan dihitung dengan

menggunakan permukaan dentin berdekatan unworn sebagai area referensi dan

pengukuran diulang 3 kali dan dihitung nilai rata-rata. Pengukuran volume diulang

lagi untuk semua 8 luka per sampel dentin dan kemudian untuk semua 10 bagian..

Keakuratan dan kemampuan untuk memproduksi hasil scan dan perangkat lunak

sebelumnya telah diterbitkan dan memiliki resolusi maksimum ± 1 pM dan

pengulangan dari ± 5 pM. Dua sampel yang dipilih secara acak didehidrasi dan

dipercikkan dilapisi dengan emas untuk diperiksa dengan mesin SEM (JSM-5900LV,

JEOL Ltd, Tokyo, Jepang) pada 20 KV.

Analisis Statistik

Digunakan SPSS for Windows Versi 11,5 untuk analisa data statistik. Data

digambarkan menggunakan mean dan standar deviasi (sd). Efek pengobatan

dievaluasi dengan menggunakan uji sampel berpasangan pada α = 0,05.

5

Page 6: atrisi

Hasil

Sebanyak 80 bekas luka aus yang diproduksi 40 diberikan perlakuan dengan

asam dan 40 bertindak sebagai kontrol ( Tabel 1 ). Mean (SD) untuk volume aus pada

bekas luka dentin dengan asam adalah 4,84 pM 3 SD (1,38) dan untuk permukaan

non-asam 2,95 pM 3 SD (0,86). Perbedaan ini secara statistik bermakna (p <0,05).

Tabel 1. Perbandingan volume keausan yang diambil dentin yang diberikan

perlakuan dengan asam dan tanpa asam (μm 3)

perlakuan Tanpa Asam Dengan asam

Volume keausan 2.95 ± 0.86 4.84 ± 1.38*

*p < 0.05. Signifikan secara statistik perbedaan antara kedua kelompok

Pencitraan SEM dari bekas luka aus dari gesekan tanpa asam ditunjukkan

pada Gambar 1 dan efek gesekan pada perlakuan asam didentin ditunjukkan pada

Gambar 2. Di tengah dari sampel yang diberi asam, bekas luka aus menunjukkan

sebagian tubulus dentin terbuka seperti terlihat dalam pembesaran tinggi ( Gambar 2b

). Di perbatasan bekas luka, dentin memiliki margin tajam dan tampak hancur dan

dikupas jauh dari jaringan dasar ( Gambar 2c ).

Namun, pada bagian tengah permukaan sampel kontrol banyak tubulus dentin

yang tertutup bila dilihat di bawah perbesaran yang sama ( Gambar 1b ). Di

perbatasan bekas luka, dentin itu kurang rapuh, kurang hancur dan dasarnya relatif

kompak dan utuh. Tubulus dentin diolesi dengan debris-debris kecil ( Gambar 1c ).

6

Page 7: atrisi

Gambar 1. (A) Gambar SEM menunjukkan bahwa bekas luka dari atrisi yang tanpa diberi perlakuan asam adalah kecil. (B) Pada pusat dari permukaan sampel kontrol, sebagian besar tubulus dentin ditutup di bawah perbesaran yang lebih tinggi. ( (C) Pada perbatasan bekas luka, dentin kurang tajam, ada kurang hancur bawah dentin dan dasar dentin relatif kompak dan utuh. Tubulus dentin yang diolesi dengan debris-debris kecil

Gambar 2. (A) gambar SEM menunjukkan bahwa bekas luka aus dari atrisi yang diberi perlakuan asam lebih besar. (B-c) Atrisi dari permukaan yang diperlakukan dengan asam lebih besar dengan banyak tubulus dentin yang terbuka di bawah perbesaran yang lebih tinggi (C) Pada perbatasan bekas luka, dentin ini rapuh, hancur ke bawah dan terkupas dari dasar jaringan dentin

Diskusi

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggunakan model laboratorium untuk

menunjukkan bagaimana asam mempengaruhi keausan yang disebabkan oleh

gesekan; gigi terhadap keausan gigi. pasangan Friksional dibuat menggunakan

spesimen dentin yang dibelah dan dipoles dan titik puncak gigi premolar yang

7

Page 8: atrisi

berlawanan untuk mewakili kepalan dan gilingan. secara relatif solusi pH asam yang

rendah digunakan untuk meniru demineralisasi dentin.. memakai situasi yang relevan

dengan situasi klinis, misalnya setelah minum minuman ringan dengan pH rendah

seperti lemon, cola atau jus jeruk dan kemudian menggiling gigi. Penelitian di

laboratorium ini menunjukkan demineralisasi oleh asam dikombinasikan dengan

gerakan gigi dengan gigi mengakibatkan hilangnya dentin dan secara klinis

kombinasi dari kedua faktor tersebut cenderung untuk mempercepat keausan gigi..

Namun, ada pertanyaan yang masih belum terjawab mengenai interval waktu antara

kontak asam dan onset atrisi, efek dari beban yang berbeda dan kekuatan asam dan

efek pada antagonis.

Penelitian kami sebelumnya menunjukkan bahwa penerapan Duraphat ®

pernis untuk mengatrisi dentin meningkatkan jumlah keausan karena sifat asam.

Dalam penyelidikan ini, relatif asam yang kuat (pH 2.3) menggantikan Duraphat ®

pernis fluoride. Model percobaan adalah sama terlepas dari kenyataan bahwa asam

diterapkan sebelum proses gesekan. Perbedaan lainnya adalah bahwa Duraphat ®

pernis adalah asam lemah dengan waktu perlakuan lebih panjang, sedangkan

penelitian ini termasuk asam kuat dan waktu yang lebih singkat.

Besarnya bekas luka aus dari demineralisasi asam terhadap dentin

menunjukkan peningkatan keausan yang disebabkan oleh asam. Asam sitrat dipilih

karena memiliki pH perkiraan umum ditemukan dalam makanan dan minuman

seperti jus lemon dan cola. Peran asam dalam erosi telah sangat kuat kaitannya

dengan bukti dari laboratorium dan studi klinis, secara klinis, umumnya tempat erosi

terjadi pada permukaan oklusal.

Dentin lebih lembut daripada email dan sesudah diberi perlakuan dengan

asam akan relatif mudah untuk dihancurkan. Bagian luar dentin yang terkelupas dan

memungkinkan asam untuk menembus lebih dalam ke jaringan.. Siklus ini bisa terus

berkesinambungan, mengakibatkan kerusakan parah. Tapi masih ada kekurangan

informasi dalam literatur tentang mekanisme attritisi dan sebagian dari apa yang kita

tahu itu hanya berasal dari penilaian klinis. Selama siklus mengunyah, gigi

8

Page 9: atrisi

dipisahkan dengan makanan, dan gigi atas dan bawah biasanya hanya berkontakan

sebentar pada akhir siklus mengunyah atau selama menelan. Oleh karena itu Atrisi

tidak mungkin terjadi berikut makan normal dan mengunyah.. Ausnya gigi

merupakan hasil dari mengepal dan menggiling dalam kondisi seperti bruxism dan

terjadi dalam kontak yang berlebihan tidak wajar antara gigi atas dan bawah pada

beban yang lebih tinggi. Jika asam berhubungan dengan gigi pada suatu interval

waktu yang tidak diketahui sebelumnya, potensi untuk aus yang lebih besar ada.

Langkah berikutnya adalah untuk mengetahui pengaruh waktu.

Makanan dan minuman asam telah dilaporkan mengakibatkan erosi gigi.

Biasanya baik sebagai hasil dari konsumsi yang berlebihan, hubungan berlebihan

asam dengan gigi karena kebiasaan kibasan dan sisa dan, atau kurangnya air liur.

Sebuah kombinasi dari pelunakan dentin dengan asam yang diikuti oleh model atrisi

bisa menyerupai asupan makanan atau minuman asam atau memang episode refluks

gastro-esofagus, diikuti oleh gilingan dan mengepalkan dalam situasi klinis. Attin et

al. Telah menunjukkan dalam sebuah abrasi / erosi in vitro dan studi klinis bahwa

efek terhadap eksposur asam bisa memakan waktu hingga 30 menit untuk

memperbaiki. Meskipun erosi dan abrasi cenderung berperilaku berbeda dalam mulut,

pengaruh waktu kemungkinan berarti bahwa efek paparan, terutama dari asam kuat,

akan bertahan untuk beberapa waktu.. Serupa dengan dampak karies, keterlambatan

minum makanan dan minuman asam di malam hari mungkin memiliki dampak di

kemudian hari dalam tidur, terutama pada pasien yang menderita bruxism.

Penggunaan saliva buatan dirancang untuk bertindak terutama sebagai

pelumas dan juga sebagian sebagai agen remineralisasi. Meskipun saliva buatan tidak

ideal, mereka umumnya diformulasikan untuk memberikan potensi remineralisasi..

Namun, saat ini diyakini, khususnya dengan enamel, bahwa pengaruh ludah mungkin

melindungi keadaan . Dalam investigasi ini dentin dipilih sebagai substrat dan tidak

diketahui mengapa, jika dampak apapun, pengaruh yang kuat pada jaringan ini.

Kesimpulan

9

Page 10: atrisi

Berdasarkan hasil dari penelitian laboratorium kami, demineralisasi asam

dapat meningkatkan potensi keausan gigi. Mekanisme keausan erosi dan dentin asam

didemineralisasi dianggap menjadi pelunakan, pelarutan dan penghancuran dentin.

Implikasi klinis adalah bahwa waktu kontak antara asam dan dentin harus

diminimalkan dengan mengurangi asupan asam dan menahan diri dari menjaga

makanan atau minuman asam dalam mulut untuk waktu yang lama sebelum menelan.

Setelah asupan asam, upaya sadar harus dilakukan untuk mengendalikan clenching

and grinding (kepalan dan gilingan)

DAFTAR PUSTAKA

10

Page 11: atrisi

Dugmore CR , Rock WP . A multifactorial analysis of factors associated with dental erosion . Br Dent J 2004 ; 196 : 283 – 286 . Li H , Watson T , Sherriff

Fares J , Chiu K , Ahmad N , Shirodaria S , Bartlett DW . A new idex of tooth wear. Reproducibility and application to a sample of 18–30 year old university students . Caries Res 2009 ; 43 : 119 – 125 .

Grippo, j o, simring, m, schreiner, s. 2004. Attrition, abrasion, corrosion and abfraction revisited A new perspective on tooth surface lesions . J Am Dent Assoc, Vol 135, No 8, 1109-1118. American Dental Association

M , Curtis R , Bartlett D . 2007. The influence of fluoride varnish on the attrition of dentine .

Milosevic A , Bardsley PF , Taylor S . Epidemiological studies of tooth wear and dental erosion in 14-year-old children in North West England. Part 2: The association of diet and habits . Br Dent J 2004 ; 197 : 479 – 483 .

Ranjitkar S , Kaidonis JA , Townsend GC , Vu AM , Richards LC . 2008. An in vitro assessment of the effect of load and pH on wear between opposing enamel and dentine surfaces .

Yulianto, M. 2006. Hubungan Antara Lama Paparan uap Belerang dengan derajat erosi gigi. FK UnDip. Semarang

11