antibiotika pascasalin jogja 2003

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/28/2019 antibiotika pascasalin jogja 2003

    1/13

    Perbandingan Penggunaan Antibiotika Pascasalin dengan dan tanpa

    Indikasi di Perjan RS Dr Hasan Sadikin dan RSU Ujung Berung

    Periode 1 Januari-31 Desember 2002

    Gunanegara RF, Susanto H

    Bagian Obstetri dan Ginekologi

    Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

    RS Dr. Hasan Sadikin Bandung

    ABSTRAK

    Latar belakang: Peningkatan jenis antibiotika dan kurang ketatnya kriteria pemberian menyebabkan

    penggunaan antibiotika yang berlebihan. Pemberian antibiotika pascasalin di Perjan RS dr Hasan Sadikin

    dilkakukan secara rutin sedangkan di RS Ujung Berung atas indikasi.

    Tujuan: Membuktikan masih adanya pemberian antibiotika pascasalin di Perjan RS dr Hasan Sadikin

    tanpa indikasi yang jelas. Membuktikan pemberian antibiotika pascasalin atas indikasi lebih baik

    dibandingkan dengan pemberian antibiotika pascasalin secara rutin.Metode: Rekam medis semua persalinan pervaginam di Perjan RS Dr. Hasan Sadikin dan RS Ujung

    Berung selama 1 tahun ditelaah. Dibandingkan pemberian antibiotika pascasalin atas indikasi dan

    pemberian antibiotika pascasalin secara rutin pada kejadian infeksi nifas.Hasil: Pada periode ini terdapat 1157 pasien di Perjan RS Dr. Hasan Sadikin yang memenuhi kriteria

    inklusi dengan 100% pasien mendapatkan antibiotika pascasalin, tidak didapatkan kasus infeksi nifas.

    Pemberian antibiotika tanpa indikasi yang jelas didapatkan pada 516 (44,59%) pasien. Sementara di RS

    Ujung Berung, terdapat 1060 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, hanya 106 (10%) pasien yangmendapatkan antibiotika pascasalin dan terdapat 1 kasus infeksi nifas. Pada pengujian hipotesismenggunakan chi kuadrat tidak didapatkan perbedaan bermakna antara pemberian antibiotika pascasalin

    atas indikasi dengan pemberian antibiotika pascasalin secara rutin pada kejadian infeksi nifas.Kesimpulan: Tingginya proporsi pasien yang mendapatkan antibiotika pascasalin tanpa indikasi yang jelas

    menggambarkan penggunaan antibiotika yang berlebihan di Perjan RS Dr Hasan Sadikin. Pemberian

    antibiotika pascasalin atas indikasi lebih baik dibandingkan dengan pemberian antibiotika pascasalin secara

    rutin.

    Kata kunci: antibiotika, pascasalin

    PENDAHULUAN

    Penggunaan antibiotika telah menjadi topik yang penting di semua lapangan

    praktek medis. Peningkatan jenis antibiotika dan kurang ketatnya kriteria indikasi

    pemberian menyebabkan penggunaan berlebihan dari antibiotika.1 Hal ini menjadi sangat

  • 7/28/2019 antibiotika pascasalin jogja 2003

    2/13

    penting terutama bila dikaitkan dengan faktor ekonomi pada praktek medis1,2 dan juga

    bahaya potensial dari munculnya populasi bakteri resistensi-antibiotika.3,4

    Antibiotika pascasalin sebagian besar digunakan untuk penanganan endometritis,

    dan sebagian kecil untuk infeksi pascasalin lain seperti infeksi saluran kemih, infeksi

    saluran pernafasan dan lain-lain.1,2,3

    Infeksi nifas adalah istilah umum untuk menggambarkan infeksi bakterial pada

    traktus genitalis setelah persalinan.5 Infeksi alat genital dalam masa nifas yang ditandai

    dengan meningkatnya suhu 38 C yang terjadi selama 2 hari berturut-turut dalam waktu

    10 hari pertama paca salin kecuali 24 jam pertama pasca salin. 6 Infeksi nifas dapat

    didiagnosis secara klinis dengan adanya febris, nadi cepat, nyeri perut bagian bawah dan

    subinvolusi rahim. Pada pemeriksaan inspekulo dapat ditemukan lokhia yang berbau.5,6

    Pada kasus ini, pemberian antibiotika spektrum luas merupakan indikasi.

    Pemberian antibiotika haruslah dimulai berdasarkan pengamatan terhadap pasien,

    peningkatan suhu pada masa nifas umunya disebabkan oleh infeksi panggul.5,7 Penyebab

    demam ekstra genital seperti pembengkakan payudara, komplikasi saluran pernafasan,

    pyelonefritis atau tromboflebitis juga harus di evaluasi.5 Pemberian antibiotik dilakukan

    jika ada tanda-tanda infeksi atau pasien demam, pemberian dilanjutkan sampai pasien

    bebas demam selama 48 jam.7 Banyak pasien yang mendapatkan antibiotika pascasalin

    tanpa tanda-tanda infeksi atau indikasi yang jelas, memperlihatkan penggunaanantibiotika yang tidak pada tempatnya.8

    Penggunaan antibiotika yang tidak pada tempatnya dapat menyebabkan sensitisasi

    yang meluas pada penduduk, perubahan flora normal tubuh, menutupi infeksi gawat

    tanpa membasminya, toksisitas obat langsung dan timbulnya resistensi antibiotika pada

    populasi jasad renik9 Salah satu cara mengurangi timbulnya resistensi antibiotika yaitu

    menghindari kontak antara antibiotika dan jasad renik dengan membatasi penggunaannya

    terutama dalam rumah sakit.9,10

    Pemberian antibiotika pascasalin di Perjan RS dr Hasan Sadikin, merupakan

    tindakan yang rutin untuk seluruh pasien yang bersalin, sementara di RSU Ujung Berung

    hanya memberikan antibiotika pada kasus-kasus tertentu saja, kasus dengan infeksi atau

    kecurigaan infeksi.

  • 7/28/2019 antibiotika pascasalin jogja 2003

    3/13

    Identifikasi Masalah

    1. Berapa banyak pemberian antibiotika pascasalin di perjan RS dr Hasan Sadikin

    tanpa indikasi yang jelas?

    2. Apakah pemberian antibiotika pascasalin atas indikasi lebih baik dibandingkan

    dengan pemberian antibiotika pascasalin secara rutin?

    Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Melihat banyaknya pemberian antibiotika pascasalin di perjan RS dr Hasan

    Sadikin tanpa indikasi yang jelas.

    2. Melihat perbandingan pemberian antibiotika pascasalin atas indikasi dan

    pemberian antibiotika pascasalin secara rutin.

    Kegunaan Penelitian

    1. Membuktikan banyaknya pemberian antibiotika pascasalin di perjan RS dr Hasan

    Sadikin tanpa indikasi yang jelas.

    2. Membuktikan pemberian antibiotika pascasalin atas indikasi lebih baik

    dibandingkan pemberian antibiotika pascasalin secara rutin.

    Kerangka Penelitian

    Meningkatnya jenis-jenis antibiotika yang tersedia di pasaran dan kurang ketatnya

    kriteria pemberian antibiotika menyebabkan penggunaan berlebihan antibiotika pada

    praktek medis.1,2 Keadaan ini sangat merugikan bila dihubungkan dengan faktor

    ekonomis pada praktek medis dan bahaya potensial peningkatan dari populasi bakteri

    antibiotika resisten.1,2,3

    Antibiotika pascasalin diberikan pada kasus-kasus persalinan dengan infeksi atau

    tanda-tanda infeksi misalnya pada kasus Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW),

    Infeksi Saluran Kemih (ISK), korioamnionitis dan lain-lain.

    Pemberian antibiotika pascasalin di Perjan RS dr Hasan Sadikin dilakukan secara

    rutin kepada seluruh pasien yang bersalin, sehingga banyak pasien yang mendapatkan

    antibiotika pascasalin tanpa indikasi bahkan tanpa tanda-tanda infeksi yang jelas.

  • 7/28/2019 antibiotika pascasalin jogja 2003

    4/13

    Pemberian antibiotika pascasalin di RS Ujung Berung dilakukan atas indikasi yaitu hanya

    bila terdapat infeksi atau setidaknya tanda-tanda infeksi pada pasien yang bersalin.

    Peneliti ingin membuktikan bahwa pemberian antibiotika pascasalin atas indikasi lebih

    baik dibandingkan pemberian antibiotika pascasalin secara rutin.

    Premis-premis

    1. Terdapat pemberian antibiotika pascasalin tanpa indikasi yang jelas di Perjan RS

    dr Hasan Sadikin

    2. Tidak ada perbedaan bermakna antara kejadian infeksi nifas pada pemberian

    antibiotika pascasalin atas indikasi dan pemberian antibiotika pascasalin secara

    rutin

    Berdasarkan premis-premis diatas diambil suatu hipotesis:

    Pemberian antibiotika pascasalin atas indikasi lebih baik dibandingkan pemberian

    antibiotika pascasalin secara rutin,

    MATERI DAN METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan studi retrospektif pada pasien pasien yang bersalin di

    Perjan RS dr Hasan Sadikin dan RSU Ujung Berung dari tanggal 1 Januari-31 Desember

    2002.

    Pemilihan Kasus

    Materi penelitian adalah semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi

    Kriteria inklusi

    Semua persalinan pervaginam

    Kriteria ekslusi- Persalinan perabdominam

    - Persalinan ganda

    - Persalinan stillbirth

    Variabel Penelitian

  • 7/28/2019 antibiotika pascasalin jogja 2003

    5/13

    Data yang diambil adalah usia pasien, paritas, usia kehamilan, jenis persalinan,

    usia kehamilan, komplikasi persalinan, episiotomi, dan kejadian infeksi nifas.

    Batasan-batasan

    Demam adalah peningkatan suhu badan diatas 37,9 C. Demam intrapartum yaitu

    demam yang terjadi selama kala I persalinan dan tercatat dalam lembar observasi pasien

    selama di kamar bersalin. Demam pascasalin adalah demam yang terjadi setelah kala II

    persalinan, tercatat dalam formulir suhu nadi pada rekam medis Pengambilan suhu

    menggunakan thermometer air raksa standar pada ketiak pasien di ruang rawat nifas.

    Pengambilan suhu dilakukan oleh perawat sebanyak 3 kali dalam sehari. .

    Pada penelitian ini, diagnosis endometritis puerpuralis didasarkan atas diagnosis

    atau diagnosis suspek dari dokter yang merawat pasien yang tertulis pada rekam medis.

  • 7/28/2019 antibiotika pascasalin jogja 2003

    6/13

    HASIL PENELITIAN

    1. Perjan RS dr Hasan Sadikin

    Tabel 1.1. Hubungan antara karakteristik pasien dan cara persalinan

    Persalinan Spontan Persalinan Buatan

    Letak

    kepala

    Letak

    Sungsang

    Ekstraksi

    Vakum

    Ekstraksi

    Forsep

    Usia < 19 37 7 2 5 51

    20 - 29 433 80 17 56 586

    30 - 39 320 67 13 50 450

    > 40 52 5 3 10 70

    Paritas 1 472 65 18 50 605

    2 - 4 322 86 10 59 477

    > 4 48 8 7 12 75

    Usia

    Kehamilan

    20 - 27 12 9 0 0 21

    28 - 36 120 28 0 6 154

    > 36 710 122 35 115 982

    842 159 35 121 1157

    Tabel 1.2. Hubungan antara indikasi pemberian antibiotika dan cara persalinan

    Persalinan Spontan Persalinan Buatan

    Letak kepala Letak

    Sungsang

    Ekstraksi

    Vakum

    Ekstraksi

    Forsep

    Episiotomi 403 55 29 109 596

    Infeksi Nifas 0 0 0 0 0

    KPSW 40 2 0 2 44

    Demamintrapartum

    22 0 0 0 22

  • 7/28/2019 antibiotika pascasalin jogja 2003

    7/13

    Demam

    pascasalin

    33 1 2 4 40

    Tidak disebutkan 399 102 6 12 516

    842 159 35 121 1157

    Jumlah persalinan pervaginam di Perjan RS dr Hasan Sadikin periode 1 Januari-

    31 Desember 2002 adalah 1157 orang. Sesuai dengan kebijaksanaan rumah sakit, seluruh

    pasien (100%) mendapatkan antibiotika pascasalin

    Persalinan pervaginam terdiri dari persalinan spontan 1001 (86,52%) orang dan

    persalinan buatan sebanyak 156 (13,48%) orang. Persalinan spontan dipisahkan lagi

    berdasarkan letak janin, persalinan spontan letak kepala 842 (72,77%) orang dan letak

    sungsang 159 (13,74%) orang. Persalinan buatan dibagi menjadi persalinan dengan

    ekstraksi vakum 35 (3,03%) orang dan ekstraksi forsep 121 (10,46%) orang.

    Berdasarkan indikasi pemberian antibiotika, terdapat 44 (3,80%)orang dengan

    Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW), Selama periode tersebut didapatkan 596

    (51,51%) orang dilakukan episiotomi, 22 (1,90%) orang mengalami demam intrapartum

    dan 40 (3,46%) orang mengalami demam pascasalin.

    Pada periode ini, terdapat 516 (44,59%) orang yang mendapatkan antibiotika

    tanpa indikasi yang jelas, tidak dilakukan episiotomi, tidak ada KPSW dan bahkan tidak

    ada demam selama persalinan maupun pascasalin.

    Pemberian antibiotika pascasalin di Perjan RS dr Hasan Sadikin periode 1

    Januari-31 Desember 2002 efektif, karena tidak didapatkan kasus infeksi nifas. Tapi

    dianggap kurang efisien karena terdapat 516 (44,59%) orang yang mendapatkan

    antibiotika tanpa indikasi yang jelas.

  • 7/28/2019 antibiotika pascasalin jogja 2003

    8/13

    2. RSU Ujung Berung

    Tabel 2.1. Hubungan antara karakteristik pasien dan cara persalinan

    Persalinan Spontan Persalinan Buatan

    Letakkepala

    LetakSungsang

    EkstraksiVakum

    EkstraksiForsep

    Usia < 19 10 0 0 2 12

    20 - 29 430 10 6 6 452

    30 - 39 312 40 56 20 428

    > 40 126 28 8 6 168

    Paritas 1 366 26 46 22 460

    2 - 4 414 52 24 10 500

    > 4 98 0 0 2 100

    Usia

    Kehamilan

    20 - 27 6 0 0 0 6

    28 - 36 92 12 2 0 106

    > 36 780 66 68 34 948

    878 78 70 34 1060

    Tabel 2.2. Hubungan antara indikasi pemberian antibiotika dan cara persalinan

    Persalinan Spontan Persalinan Buatan

    Letak

    kepala

    Letak

    Sungsang

    Ekstraksi

    Vakum

    Ekstraksi

    Forsep

    Episiotomi 282 66 45 28 421

    Infeksi Nifas 1 0 0 0 1

    KPSW 84 14 6 2 106

    Demam

    intrapartum

    66 0 1 0 67

    Demam pascasalin 30 2 4 3 39

    Antibiotika 82 15 6 3 106

  • 7/28/2019 antibiotika pascasalin jogja 2003

    9/13

    Jumlah persalinan pervaginam di RSU Ujung Berung periode 1 Januari-31

    Desember 2002 adalah 1060 orang. Sesuai dengan kebijaksanaan rumah sakit, hanya 106

    (10%) pasien mendapatkan antibiotika pascasalin

    Persalinan pervaginam terdiri dari persalinan spontan 956 (90,19%) orang dan

    persalinan buatan sebanyak 104 (9,81%) orang. Persalinan spontan dipisahkan lagi

    berdasarkan letak janin, persalinan spontan letak kepala 878 (82,83%) orang dan letak

    sungsang 78 (7,36%) orang. Persalinan buatan dibagi menjadi persalinan dengan

    ekstraksi vakum 70 (6,60%) orang dan ekstraksi forsep 34 (0,09%) orang.

    Berdasarkan indikasi pemberian antibiotika, terdapat 106 (10%) orang

    dengan Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW), Selama periode tersebut didapatkan

    421 (39,72%) orang dilakukan episiotomi, 67 (6,32%) orang mengalami demam

    intrapartum dan 39 (3,68%) orang mengalami demam pascasalin

    Pemberian antibiotika di RSU Ujung Berung dilakukan pada kasus dengan infeksi

    atau kecurigaan infeksi. Antibiotika diberikan pada 106 (10%) orang dengan infeksi atau

    kecurigaan infeksi, terdiri dari 65 (61,32%) orang dengan KPSW disertai demam, 14

    (13,20%) orang dengan episiotomi dengan demam, 24 (22,64%) orang dengan KPSW

    dan episiotomi disertai demam, 3 (2,83%) orang dengan demam tanpa sebab yang jelas.

    Didapatkan 1 kasus infeksi nifas, seorang primipara berusia 20 tahun dengan

    persalinan spontan dengan riwayat Ketuban Pecah 6 jam SMRS. Ibu bersalin di RSU

    Ujung Berung dan dirawat selama 2 hari dan pulang tanpa mendapatkan antibiotika. Ibu

    datang 5 hari kemudian dan didiagnosis endometritis puerpuralis.

  • 7/28/2019 antibiotika pascasalin jogja 2003

    10/13

    3. Perjan RS dr Hasan Sadikin dan RSU Ujung Berung

    Tabel 3.1. Perbandingan karakteristik pasien di Perjan RS dr Hasan Sadikin

    (RSHS) dan RSU Ujung Berung (RSUB)

    RSHS

    n=1157

    RSUB

    n=1060

    p

    n % n %

    Usia < 19 51 4,40 12 1,13

  • 7/28/2019 antibiotika pascasalin jogja 2003

    11/13

    Tabel 3.3. Perbandingan cara persalinan spontan dan buatan di Perjan RS dr

    Hasan Sadikin (RSHS) dan RSU Ujung Berung (RSUB)

    RSHS

    n=1157

    RSUB

    n=1060

    p

    n % n %

    Letak kepala 842 72,77 878 82,83 < 0,001

    Letak Sungsang 159 13,74 78 7,36 < 0,001

    Ekstraksi Vakum 35 3,02 70 6,60 < 0,001

    Ekstraksi Forsep 121 10,46 34 3,20 < 0,001

    x2=84,85 p < 0,001

    Tabel 3.4. Perbandingan pemberian antibiotika pascasalin di Perjan RS dr Hasan

    Sadikin (RSHS) dan RSU Ujung Berung (RSUB)

    Pemberian antibiotika

    pascasalin

    RSHS

    n=1157

    RSUB

    n=1060

    n % n %

    (+) 1157 100 106 10

    (-) 0 0 954 90

    x2=1827,84 p

  • 7/28/2019 antibiotika pascasalin jogja 2003

    12/13

    KESIMPULAN

    1. Terdapat 516 (44,59%) pasien yang mendapatkan antibiotika pascasalin tanpa

    indikasi yang jelas

    2. Pemberian antibiotika pasca salin atas indikasi lebih baik daripada pemberian

    antibiotika pascasalin secara rutin.

    SARAN-SARAN

    1. Diperlukan audit periodik pada penggunaan antibiotika pascasalin

    2. Pengembangan protokol untuk memonitor pemberian antibiotika pascasalin

  • 7/28/2019 antibiotika pascasalin jogja 2003

    13/13

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Marr JJ, Moffet HL, Kunin CM. Guidelines for Improving the use of antimicrobialagents in hospitals: a statement by the Infectious Diseases Society ofAmerica.J Infect

    Dis 1998;157:869-76

    2. Quintilani R, Copper BW, Briceland LL, Nightingale CH. Economic impact ofstreamlining antibiotic administration.Am J Med1987;82:391-4

    3. Pelletier LL Jr. Hospital usage of parenteral antimocrobial agents: a graduated

    utilization review and cost containment program.Infect Control1985;6:226-304. Schwartz B,Bell DM, Hughes JM. Preventing the emergence of antimocrobial

    resistance: a call for action by clinicians, public health officials and patients. J Am

    Med Assoc 1997;278:944-5.

    5. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. Williams Obstetrics 21st ed. London :McGraw-Hill, 2001 : 537-45; 646-52.

    6. Wijayanegara H, Suardi A, Wirakusumah FF, Permadi W. Pedoman Diagnosis dan

    Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP dr Hasan Sadikin, Bagian Pertama , Bag/SMFObstetri dan Ginekologi FK-Unpad RSHS, Bandung,1998:114-8

    7. Saifuddin AB, Adriansz G, Wiknjosastro GN, Waspodo J, Buku Acuan Nasional

    Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: JNPKKR-POGI YayasanBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2001: 156-60

    8. Smulian JC, Potash SK, Lai YL, Scorza WE. Appropriateness of antibiotic use in the

    postpartum period. J Matern Fet Med2001;10:312-7

    9. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA.Mikrobiologi untuk profesi kesehatan, Edisi 16,Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995:149-55

    10. Spinnato et al. Antibiotic Prophylaxis at Cesarean Delivery. J Matern Fet Med

    2000;9:348-50