Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
S A R I A M A N M | 1
ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN
PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI
BUDAYA TRADISIONAL DALAM PEMBUATAN
ULOS BATAK TOBA DI KABUPATEN TOBASA
JURNAL
Oleh
SARIAMAN MARPAUNG
167011063/M.Kn
MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
S A R I A M A N M | 2
S A R I A M A N M | 3
ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN PENGETAHUAN
TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL
DALAM PEMBUATAN ULOS BATAK TOBA
DI KABUPATEN TOBASA
SARIAMAN MARPAUNG
Jl. Pelita Psr IX Medan Krio – Sumatera Utara
Email : [email protected]
ABSTRACT
The objective of the research was to find out the system of protection for
traditional knowledge and traditional culture expression in making Batak Toba ulos in
Tobasa (Toba Samosir) Regency. Central government and local government play an
important role in socializing understanding the importance of protection for knowledge
to ulos craftsmen in Tobasa Regency. From its definition and scope, traditional
knowledge is closely related to the ownership and characteristics of ulos communal
ownership. It also reflects the concept of ulos legal ownership. It becomes new problems
in Indonesia because Indonesia has not had specific regulation which regulates
Protection for Traditional Knowledge so far. The research used juridical normative and
descriptive analytic method by analyzing legal provisions such as Law No. 28/2014 on
Copyright, Law No. 13/2016 on Patent Rights, and Law No. 5/2017 on Advancing
Culture. It was done in Toba Samosir Regency.
Keywords: Batak Toba, Ulos, Legal Protection, Traditional Knowledge, Traditional
Culture Expression
PENDAHULUAN
Semenjak kemerdekaan, bangsa Indonesia bertekad untuk mewujudkan
suatu masyarakat adil, makmur, sejahtera spiritual dan material seperti yang di
cita-citakan bersama. Selaras dengan komitmen bangsa Indonesia untuk ikut
mewujudkan ketertiban dunia sebagaimana tertera dalam pembukaan Undang–
Undang Dasar 1945, Indonesia mempunyai kebutuhan nasional untuk
menyelaraskan dan memberi tempat yang layak bagi pengaturan berbagai
kekayaan intelektualnya yang sesuai dengan aturan–aturan universal.
S A R I A M A N M | 4
Pengetahuan tradisional (traditional knowledge) ialah karya masyarakat
tradisional (adat) yang dapat berupa ulos atau sering juga disebut kain ulos salah
satu busana khas masyarakat Batak, budaya, karya seni, dan teknologi yang secara
turun-temurun telah digunakan sejak jaman nenek moyang dan menjadi milik
bersama masyarakat adat yang dijaga dan dilestarikan.1 Termasuk dalam lingkup
karya intelektual yang bersumber dari ide, gagasan, atau penemuan kelompok
masyarakat suatu negara. Ruang lingkup pengetahuan tradisional itu sendiri
menunjuk pada kesusasteraan berbasis tradisi, karya artistik atau ilmiah,
pertunjukan, invensi, penemuan ilmiah, desain, merek, nama dan simbol,
informasi yang tidak diungkapkan, dan semua inovasi dan kreasi berbasis tradisi
lainnya yang disebabkan oleh kegiatan intelektual dalam bidang-bidang industri,
ilmiah, kesusasteraan atau artistik.
Dalam dokumen World Intellectual Property Organization (WIPO) ,
pengetahuan tradisional tidak terbatas pada satu pengetahuan tertentu tetapi
merujuk pada berbagai pengetahuan yang sangat luas. Pengetahuan Tradisional
dengan pengetahuan- pengetahuan yang lain dipisahkan oleh keterikatannya
dengan komunitas tertentu, dan karakteristik inilah yang memberikan sifat
tradisional (diturunkan dari generasi ke generasi).
Sebagai bagian dari kekayaan bangsa indonesia,Pengetahuan Tradisional
dan Ekspresi Budaya Tradisional (PTEBT) patut dilestarikan sebagai wujud
pelestarian bangsa. Sunaryani Hartono mengemukakan bahwa terdapat dua cara
untuk mengartikan kelestarian bangsa yaitu pertama,mempertahankan keadaan
yang sudah ada (preservation), yang melarang diadakannya perubahan-perubahan,
kedua, kelangsungan hidup bangsa indonesia, yang mengandung dinamika yang
besar sehingga dari masa ke masa dapat mengembangkan diri dan
mempertahankan diri terhadap perubahan-perubahan dan serangan-serangan yang
1 Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, Kajian
Hukum terhadap Kekayaan Intelektual dan Kajian Komparatif Hukum Paten, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2005), Hlm.245.
S A R I A M A N M | 5
datang dari luar negeri, tetapi juga dari dalam dan malah yang datang memberi
sumbangan kepada kebahagiaan dan kelangsungan hidup masyarakat dunia. 2
Negara memberikan pelindungan hukum atas HKI dengan tujuan
menghindari penyalahgunaan hak kakayaan intelektual oleh orang yang tidak
berhak. Unsur-unsur pelindungan HKI, meliputi:3
a. Subyek hukum terdiri dari: pemilik atau pemegang hak; aparat penegak
hukum; pejabat pendaftaran HKI, dan pelanggar hukum.
b. Obyek yang dilindungi adalah semua jenis HKI yang diatur oleh Undang-
Undang.
c. Pendaftaran pelindungan merupakan unsur penting dalam HKI karena HKI
yang dilindungi terbatas pada HKI yang sudah didaftarkan dan dibuktikan
dengan sertifikat pendaftaran, kecuali jika Undang-Undang menentukan
lain.
d. Jangka waktu pelindungan. Masing-masing HKI memiliki jangka waktu
pelindungan sebagaimana ditentukan dalam undang-undang yang
mengaturnya.
e. Tindakan hukum pelindungan. Apabila terbukti terjadi pelanggaran HKI,
terhadap pelanggar dikenai sanksi pidana dan/atau perdata.
Pasal 39 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
menyatakan bahwa hak cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh
Negara. Negara wajib menginventarisasi, menjaga dan memelihara ekspresi
budaya tradisional.4 Dalam Pasal 39 ayat (4) Undang-undang Nomor 28 Tahun
2014 menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang
dipegang oleh Negara atas ekspresi budaya tradisional diatur dengan Peraturan
Pemerintah, akan tetapi Hak Cipta terkait ekspresi budaya tradisional yang
2Sunarhayati Hartono,Penelitian hukum di Indonesia pada akhir abad ke20,Penerbit
PT Alumni Bandung,1994, dalam Afrillyanna Purba, Pemberdayaan Perlindungan Hukum
Pengetahuan Tradisional Dan Ekspresi Budaya Tradisional sebagau Sarana Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia, Penerbit PT Alumni Bandung,2012,hlm.112. 3Muhammad Abdulkadir, Kajian Hukum Ekonomi HKI, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2001), hlm. 144-145.
4Pasal 39 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
S A R I A M A N M | 6
dipegang oleh Negara belum ada Peraturan Pemerintahnya. 5
Berdasarkan
Perumusan Pasal 39 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014, tidak mencakup
perlindungan terhadap Hak Cipta, Pengetahuan Tradisional masyarakat adat,
sehingga sangat rentan untuk dieksploitasi oleh pihak lain, karena merupakan
sumber pengetahuan yang dapat dikomersialkan.
Dalam undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, tidak
menyebutkan penyelesaian sengketa atas pelanggaran ekspresi budaya tradisional
seperti ulos tradisional, dimana negara sebagai pemegang Hak Cipta. Dalam RUU
PTEBT diatur penyelesaian sengketa atas pelanggaran PTEBT. Penyelesaian
sengketa kepemilikan atau pemanfaatan PTEBT dilakukan dengan 2 (dua) bentuk
pengakuan yang menyebutkan sumber PTEBT dan masyarakat pengembannya
serta adanya benefit sharing.
Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian dan agar menjadi jelas
terarah serta dapat memberikan pembatasan sehingga terbentuk hubungan dengan
masalah yang dibahas serta mencapai hasil yang dikehendaki maka perlu adanya
perumusan masalah-masalah yang akan dibahas secara sistematis. Beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana ruang lingkup dan bentuk perlindungan hukum Hak Kekayaan
Intelektual ulos Batak Toba?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat adat pengrajin ulos
di Kabupaten Tobasa perlu melestarikan Pengetahuan Tradisional ulos
Batak Toba sebagai salah satu seni Budaya Bangsa?
3. Bagaimana peran dan tanggungjawab Pemerintah Daerah atas
pengembangan Pengetahuan Tradisional terhadap ulos Batak Toba?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat Perspektif Analitis atau metode untuk mencapai
tujuan dengan memaparkan ketentuan hukum dan menerapkannya ke dalam kasus
5Pasal 39 ayat (4) UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
S A R I A M A N M | 7
yang terjadi di masyarakat dan berbeda dengan Deskriptif Analitis yang
memberikan hasil. Jenis penelitian penelitian ini mempergunakan metode
penelitian Yuridis Normatif yaitu penelitian yang didasarkan oleh studi terhadap
bahan-bahan kepustakaan / studi terhadap dokumen berupa peraturan tertulis dan
bahan-bahan hukum lainnya.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran secara menyeluruh dan sistematis mengenai perlindungan pengetahuan
tradisional dan ekspresi budaya dalam pembuatan ulos Batak Toba di Kabupaten
Tobasa Sumatera Utara dan terhadap data yang diperoleh selanjutnya akan
dilakukan analisis dari aspek yuridis yang berkaitan dengan permasalahan
tersebut.
Sumber data dalam penelitian menggunakan data sekunder yang terdiri
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier.Teknik pengumpulan data menggunakan 2 (dua) cara yaitu studi
kepustakaan (library research) dan studi lapangan (field research). Sedangkan
alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen
dan pedoman wawancara.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah data primer
dan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan (library research) maka
dilakukan pemeriksaan dan evaluasi untuk mengetahui validitasnya, kemudian
data dikelompokkan atas data yang sejenis. Terhadap data yang sifatnya kualitatif
ditafsirkan secara yuridis, logis, sistematis dengan menggunakan metode deduktif
dan metode induktif, data primer yang diperoleh dilapangan setelah dihubungkan
dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan hukum atas hak
kekayaan intelektual.
S A R I A M A N M | 8
PEMBAHASAN
Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016, ruang lingkup
perlindungan Hak Paten meliputi:6
1. Paten, diberikan untuk lnvensi yang baru, mengandung langkah inventif, dan
dapat diterapkan dalam industri
2. Paten sederhana, diberikan untuk setiap Invensi baru, pengembangan dari
produk atau proses yang telah ada, dan dapat diterapkan dalam industri.
Invensi yang Dapat Diberi Paten berdasarkan Pasal 5 UU No 13 Tahun 2016
tentang Paten, meliputi :
a. Invensi dianggap baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) jika
pada Tanggal Penerimaan, Invensi tersebut tidak sama dengan teknologi
yang diungkapkan sebelumnya.
b. Teknologi yang diungkapkan sebelumnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan teknologi yang telah diumumkan di Indonesia atau di
luar Indonesia dalam suatu tulisan, uraian lisan atau melalui peragaan,
penggunaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang ahli
untuk melaksanakan Invensi tersebut sebelum:
1) Tanggal Penerimaan; atau
2) tanggal prioritas dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak
Prioritas.
c. Teknologi yang diungkapkan sebelumnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mencakup dokumen Permohonan lain yang diajukan di Indonesia
yang dipublikasikan pada atau setelah Tanggal Penerimaan yang
pemeriksaan substantifnya sedang dilakukan, tetapi Tanggal Penerimaan
tersebut lebih awal daripada Tanggal Penerimaan atau tanggal prioritas
Permohonan.
Berdasarkan konsep Paten diatas maka dalam hal ini inventor adalah
Pengrajin ulos yang mendaftarkan Paten ke Dirjen HKI. Suati invensi yang bisa
dipatenkan dalam hal ini adalah ulos sebagai dimaksud, lalu ulos bisa dipatenkan
6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Hak Paten.
S A R I A M A N M | 9
untuk produk atau proses yang dipergunakan dalam pembuatan ulos misalnya alat
tenun dan proses penenun.
Dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta,
ruang lingkup hak cipta meliputi:7
1) Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan,
seni, dan sastra, terdiri atas:
a) buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lainnya;
b) ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c) alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d) lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e) drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f) karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g) karya seni terapan;
h) karya arsitektur;
i) peta;
j) karya seni batik atau seni motif lain;
k) karya fotografi;
l) potret;
m) karya sinematografi;
n) terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o) terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional;
p) kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan Program Komputer maupun media lainnya;
7 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
S A R I A M A N M | 10
q) kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli;
r) permainan video; dan
s) Program Komputer.
2). Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n dilindungi sebagai
Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.
3). Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk
pelindungan terhadap Ciptaan yang tidak atau belum dilakukan Pengumuman
tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang memungkinkan
Penggandaan Ciptaan tersebut.
ulos merupakan ciptaan yang dilindungi hak cipta yang masuk dalam
kategori karya seni batik atau seni motif lain yang diatur pada Pasal 40 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta huruf (j). Disamakan dengan
pengertian seni batik karena ulos adalah kain tenun khas Batak yang dibuat secara
konvensional oleh Pencipta tenun ulos sebagai bentuk ciptaan tersendiri. Pencipta
Karya-karya seperti itu memperoleh perlindungan karena mempunyai nilai seni,
baik pada ciptaan motif maupun komposisi warnanya. Ulos adalah pengetahuan
tradisional dan dapat juga disamakan dengan seni songket, ikat dan lain-lain yang
dewasa ini terus dikembangkan. Sebagai salah satu ciptaan yang dilindungi
berdasarkan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
“berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh)
tahun setelah itu Pencipta meninggal dunia terhitung mulai tanggal 1 Januari
tahun berikutnya”.Pemegang Hak Cipta atas PTEBT merupakan milik bersama
(komunal) suku bangsa pemiliknya, tidak ada individu yang memiliki ekspresi
budaya tradisional secara pribadi karena masyarakat secara bersama yang
membuat ekspresi budaya tradisional itu hidup. Sebagai milik komunal maka
ekspresi budaya tradisional dianggap bebas untuk digunakan dan diperbanyak
oleh siapa saja, sepanjang penggunaan dan perbanyakan itu tidak melanggar
aturan dari masyarakat pemilik ekspresi budaya tradisional. Namun demikian,
meskipun ekspresi budaya tradisional dianggap sebagai milik bersama masyarakat
S A R I A M A N M | 11
pemiliknya akan tetapi hak cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh
negara dan tertuang dalam Pasal 39 Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta.
Sedangkan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 Tentang
Pemajuan Kebudayaan, ruang lingkup Pemajuan Kebudayaan meliputi :
1) tradisi lisan;
2) manuskrip;
3) adat istiadat;
4) ritus;
5) pengetahuan tradisional;
6) teknologi tradisional;
7) seni;
8) bahasa;
9) permainan rakyat; dan
10) olahraga tradisional.
Karya-karya seperti itu memperoleh perlindungan karena mempunyai nilai
seni, baik pada ciptaan motif atau gambar maupun komposisi warnanya dan
dilakukan dengan cara inventarisasi objek pemajuan kebudayaan melalui sistem
pendataan kebudayaan terpadu, pengamanan (Pasal 22), pemeliharaan (Pasal 24),
penyelamatan (Pasal 26), publikasi (Pasal 28) dan pengembangan (Pasal 30).
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai faktor penyebab masyarakat
pengrajin ulos di Kabupaten Tobasa perlu melestarikan ulos batak toba sebagai
salah satu seni budaya bangsa, penulis telah melakukan beberapa wawancara
secara langsung dengan beberapa nara sumber.
1. Faktor Kebudayaan
Ulos mempunyai peranan yang sangat penting dalam kebudayaan
masyarakat adat Batak Toba. Ulos adalah kain tenun Batak yang berbentuk
selendang, dengan panjang dan lebar tertentu”. Panjang dan lebar kain Ulos ini
disesuaikan dengan pemakaiannya, yakni untuk dililitkan di kepala (dililithon), di
S A R I A M A N M | 12
sampirkan pada satu atau dua bahu (sampe-sampe atau dihadang), sebagai sarung
(diabithon) dan dikaitkan ketat pada pinggang.8 Ulos merupakan ciri khas
kebudayaan Batak Toba tradisional yang berwujud kebudayaan artefaks (konkrit),
Ulos adalah jenis pakaian dari orang Batak pada zaman dahulu kala. Menurut
Linda Boru Marpaung, cara memakai ulos ialah dengan melilitkannya di badan
sampai batas pinggang bagi pria dan sebatas dada bagi wanita. Sepotong lagi dari
jenis Ulos yang lain dipakai sebagai penutup dada dan punggung. Adapun cara
berpakaian seperti ini umumnya masih berlangsung hingga sekitar tahun 1850.
Secara umum pembuatan ulos adalah sama, yang membedakannya adalah nama,
corak, atau motif dan sifat kedudukan pemakaiannya yang harus sesuai dengan
jenis upacara adat ketika memberikannya.9
Dalam acara adat Batak Toba jenis kain ulos yang digunakan laki-laki
tidak sama dengan kain ulos yang digunakan perempuan. Adapun jenis kain ulos
yang digunakan perempuan dalam menghadiri undangan dalam upacara adat
yaitu;
a) Ulos Bintang Maratur, dipakai sebagai selendang
b) Ulos Mangiring, dipakai sebagai hohop (dililitkan seperti sarung), dan
dipakai sebagai selendang
c) Ulos Sitolu-tuho, dipakai sebagai selendang
d) Ulos Ragi Hotang, dipakai sebagai selendang
Sedangkan untuk laki-laki jenis ulos yang dipakai adalah:
a) Ulos Runjat dipakai sebagai hohop
b) Ulos Ragi Hotang dipakai sebagai selendang
c) Ulos Ragi idup dipakai sebagai hohop
Pemberian kain ulos dalam upacara adat pernikahan perkawinan pada
oarang Batak pada umumnya, merupakan suatu pranata, yang tidak hanya
8 Wawancara dengan Saut Maruli Situmorang, pengrajin ulos, tanggal 29 Agustus 2018,
di Desa Pasar Porsea, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir. 9Wawancara dengan Linda Boru Marpaung,pengrajin ulos, tanggal 29 Agustus 2018, di
Desa Pasar Porsea, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir.
S A R I A M A N M | 13
mengikat seorang laki-laki dengan seorang wanita, tetapi juga mengikat dalam
suatu hubungan yang tertentu, kaum kerabat dari si laki-laki (paranak dalam
bahasa Toba) dengan kaum kerabat dari si wanita (parboru dalam bahasa toba).
Kita ketahui acara adat perkawinan Dalihan Natolu dilakukan oleh dua Hasuhuton
Bolon yakni Hasuhuton Parboru dan Paranak. Pada acara adat hanya ada satu
Hasuhuton. Jenis ulos yang digunakan dalam upacara adat pernikahan yaitu :10
1) Ulos Pasamot, diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada oarang
tua pengantin laki-laki pada saat pesta unjuk, sebagai pemberian awal dari
dimulainya hubungan kekerabatan. Ulos yang diberikan ialah ulos Sibolang.
Ulos ini kemudian akan menjadi milik anaknya, yaitu hela dari si pemberi
ulos.
2) Ulos Hela, adalah ulos dari orang tua perempuan kepada kedua pengantin.
Ulos pertama yang diperoleh seseorang sebagai pengukuhan bahwa yang
bersangkutan sudah masuk dalam lingkungan paradaton. Adapun jenis
ulosnya adalah ulos Ragi Hotang. Pada jaman dahulu ulos ini dibawa secara
khusus oleh ibu pengantin, dan langsung diuloskan kepada pengantin dengan
doa atau permohonan kepada Tuhan- mulajadi nabolon, kiranya pengantin
dapat berkat. Dan jenis ulos yang sering diberikan oleh tamu undangan ialah
ulos Sadum.
Pada upacara kelahiran biasanya ulos yang diberikan ialah ulos tondi. Ulos
tondi atau ulos mula gabe adalah ulos yang diberikan orang tua kepada anak
perempuan yang hamil pertama kalinya. Biasanya setelah umur kandungan di atas
tujuh bulan. Karena ulos yang akan diberikan adalah ulos Ragi idup. Adapun
maksud dari pemberian ulos ini yakni memberi semangat kepada yang hamil dan
meminta kepada sang pencipta agar bayi yang akan lahir adalah bayi yang sehat,
baik dan kemudian akan menjadi orang yang berguna bagi masyarakat. Selain
pemberian ulos pada saat menikah orang tua juga memberi ulos kepada anak
perempuannya pada saat mengandung dan pada saat setelah memperoleh anak
pertama.
10Wawancara dengan Hamonangan Sirait,pengrajin ulos, tanggal 30 Agustus 2018, di
Desa Paindoan, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir.
S A R I A M A N M | 14
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Batak Toba belum
mendaftarkan ciptaan motif ulosnya disebabkan ketidaktahuan pengrajin ulos
mengenai Undang-Undang Nomor 13 tahun 2016 tentang Hak Paten dan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Selain itu belum
adanya kesadaran hukum dari pihak pengrajin ulos terhadap pendaftaran atas hak
cipta hasil kerajinannya, pengrajin partonunan ulos bekerja hanya untuk
membuat ulos untuk mencari nafkah dan melaksanakan kebiasaan adat, selain itu
pengrajin partonunan ulos tidak merasa dirugikan apabila hasil karyanya dijiplak
ataupun dicontoh oleh pengrajin partonunan ulos lainnya.
Untuk itu dilakukan wawancara dan mengajukan kuisioner yang telah
diisi oleh para penenun guna memperoleh informasi dan data yang digunakan
dalam tesis ini, hal tersebut dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :
Tabel 1. Pengetahuan Pengrajin Tentang Hak Kekayaan Intelektual
No Pengetahuan Pengrajin Tentang Hak Paten dan Hak Cipta Jumlah
1. Tahu 2
2. Tidak Tahu 8
3. Pernah Mendengar 2
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan
Dalam hal ketidaktahuan pengrajin ulos mengenai Undang-Undang Hak
Cipta dikarenakan tidak adanya perhatian yang serius dari aparatur pemerintah
yang terkait mengenai pendaftaran hak cipta atas motif ulos. Belum pesatnya
perkembangan penciptaan terhadap motif-motif ulos baru, disebabkan karena
masih kurangnya pengetahuan pengrajin partonunan ulos mengenai bahan, jenis
pewarnaan, dan motif-motif yang berkembang dewasa ini, masih banyak para
pengrajin ulos yang menggunakan metode-metode pembuatan ulos dengan cara
lama sehingga memperlambat perkembangan dari ragam motif ulos yang
S A R I A M A N M | 15
dibuat.Oleh karena itu diperlukan kerjasama antara dua departemen yaitu
Departemen Budaya dan Parawisata dan Departemen Hukum dan Hak Azasi
Manusia untuk mempertimbangkan bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki
keanekaragaman etnik/suku bangsa dan kebudayaan yang memerlukan
perlindungan terhadap pemanfaatan oleh pihak asing.
Ulos sebagai salah satu hasil kebudayaan bangsa, tentunya memiliki nilai
ekonomi yang tinggi ketika di perjual belikan. Ketika ulos Batak Toba telah
didaftarkan, maka akan memiliki nilai yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh
proses pembuatannya yang masih bersifat tradisional dan kelangkaan. Mengingat
proses pembuatan motif ulos bukanlah hal yang mudah, maka ulos yang memiliki
motif yang beragam memiliki nilai essensi bagi pemiliknya. Bukan hanya sekedar
nilai essensi saja, akan tetapi yang paling penting adalah nilai ekonomi yang
dihasilkan oleh ulos tersebut dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat
pengrajin ulos khususnya masyarakat Adat Batak Toba yang ada di Sumatera
Utara khususnya di Kabupaten Tobasa.
Indonesia memiliki banyak komoditas asli. Akan tetapi, semuanya tak
berarti apa-apa jika komoditas itu dicuri pihak asing. Sudah beberapa kali produk
asal negara kita dibajak negara lain terutama Malaysia, yang gencar
mempromosikan diri sebagai "'Truly Asia". Salah satu kasus yang dapat dikatakan
paling menonjol adalah kasus pemanfaatan lagu 'Rasa Sayange' yang terasa riang,
sederhana, dan amat menyenangkan jika dinyanyikan bersama-sama. Dimana
semua sepakat ketika menyanyikan lagu itu terbayang di pelupuk mata betapa
indahnya Ambon di Maluku sana. Pantas bila kemudian hampir seluruh warga
Indonesia terperanjat saat secara tiba-tiba Malaysia menjadikan lagu yang
berirama sama persis dengan 'Rasa Sayange' sebagai "jingle" promosi pariwisata
negeri jiran itu. Meski syair lagunya tidak sama, 'Rasa Sayange' versi Malaysia
yang berjudul 'Rasa Sayang Hey' itu memiliki notasi dan irama yang hampir sama
persis dengan lagu 'Rasa Sayange' yang lebih dahulu ada di Indonesia. Malaysia
juga mengklaim tarian Reog Ponorogo sebagai warisan budaya mereka. Kasus itu
muncul dalam website Kementerian Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan
S A R I A M A N M | 16
Malaysia.11
Gambar dadak merak reog terpampang di website itu dan di depannya
terdapat tulisan "Malaysia". Tari Reog Ponorogo versi Malaysia ini bernama tari
Barongan, dimana cerita yang ditampilkan dalam tarian Barongan, mirip dengan
cerita pada tarian Reog Ponorogo.
Pemerintah Indonesia harus mengambil inisiatif melakukan berbagai
langkah guna melindungi kepentingan warga bangsanya, khususnya warga
masyarakat lokal yang hidup tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Langkah
tersebut harus tetap mengacu pada sistem nilai, baik yang berkembang di dalam
lingkungan warga masyarakat lokal maupun dengan tuntutan pergaulan antar
bangsa-bangsa di dunia. Berbagai alternatif langkah yang dimaksud antara lain
melalui perangkat hukum, baik menciptakan perangkat hukum baru maupun
memperbaiki ketentuan hukum yang sudah ada. Bentuk tanggung jawab antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebenarnya tidak jauh berbeda.
Pemerintah pusat dalam melakukan perannya bertanggung jawab untuk
mengawasi setiap ketentuan atau aturan yang dibuat, sedangkan pemerintah
daerah bertanggung jawab untuk menjalankannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Ruang lingkup dan Bentuk Perlindungan Hukum Hak Kekayaan
Intelektual ulos batak toba meliputi Perlindungan Hak Cipta yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Perlindungan Hak Paten
diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 dan Undang-undang
Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan. Perlindungan
Hukum Hak Kekayaan Intelektual dengan mendaftarkan Hak Milik
11 website Kementerian Perpaduan, Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia,
http://www.heritage.Qov.mv, diakses tanggal 2 April 2011.
S A R I A M A N M | 17
Intelektual ke Dirjen Hak Kekayaan Intelektual demi kepastian hukum
kepemilikan ulos Batak Toba.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan Pengrajin ulos di Kabupaten Tobasa
melestarikan Pengetahuan Tradisional Ulos Batak Toba sebagai salah satu
seni budaya bangsa adalah sebagai berikut: a. Untuk menghindari upaya
negara asing dalam mengklaim ulos sebagai seni budayanya, b. Nilai
essensial dari sistem kekerabatan masyarakat adat Batak Toba dalam
penggunaan ulos, c. Nilai royalti dalam menambah pendapatan masyarakat
adat Batak Toba khususnya pengrajin ulos .
3. Adapun Peran dan tanggungjawab Pemerintah Daerah atas pengembangan
Pengetahuan Tradisional ulos Batak Toba adalah sebagai berikut:
a. Pemerintah Pusat dan Daerah campur tangan melalui aturan hukum
yang dibuat.
b. Pemerintah Daerah mengawasi dan melaksanakan aturan hukum yang
dibuat.
A. Saran
1. Pemerintah dalam hal ini Dirjen HaKI, agar lebih mensosialisakan
Undang-Undang yang melindungi Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi
Budaya Tradisional kepada masyarakat adat/lokal dan khususnya
pengrajin ulos Batak Toba. Dengan demikian masyarakat yang awam
dapat mengetahui apa saja fungsi lembaga tersebut Karena masih banyak
karya tradisional masyarakat yang belum mendapatkan perlindungan
hukum.
2. Kepada Pengrajin Ulos khususnya Kabupaten Toba Samosir diharapkan
dengan segera mendaftarkan motif atau corak ulos yang baru ke Lembaga
Dirjen HaKI, demi kepastian hukum hasil ciptaannya .
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir yang terkait dalam, perlu
melakukan penyuluhan di bidang Haki dan Hukum, agar masyarakat adat
dan pengrajin ulos mengerti dan paham mengenai perlindungan atas hasil
karyanya.
S A R I A M A N M | 18
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir, Muhammad, 2001, Kajian Hukum Ekonomi HKI, Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Purwaningsih, Endang, 2005,Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights,
Kajian Hukum terhadap Kekayaan Intelektual dan Kajian Komparatif
Hukum Paten, Bogor: Ghalia Indonesia.
----------------------------2015, Seri Hukum Hak Kekayaan Intelektual,Bandung,
Mandar Maju
Hartono, Sunarhayati, 1994, Penelitian hukum di Indonesia pada akhir abad ke
20,Penerbit PT Alumni Bandung.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2016 Tentang Paten
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan
http://www.heritage.Qov.mv/2011 04/11/ Perpaduan-Kebudayaan-Kesenian-da-
Warisan Malaysia, diakses tanggal 2 April 2011
Wawancara, tanggal 29 Agustus 2018, Linda Boru Marpaung, di Desa Pasar
Porsea, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir
Wawancara, tanggal 29 Agustus 2018, Saut Maruli Situmorang, di Desa Pasar
Porsea, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir.