9
1 ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN TEKNOLOGI MPLS dan FRAME RELAY PADA LAYANAN VPN Dian Adi Sanjaya (087006159) , Irfan Darmawan , Nur Widiyasono Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Email : [email protected] ABSTRACT Recently, the reliable and reasonable internet access development is required especially for enterprise. The requirement can be accomaodated by one of the internet development technology namely VPN (Virtual Private Network). By using VPN the necessary internet access can be more reliable and reasonable. It is reliable by using public network channel but the sent data is in one tunnel so that it will be difficult to be interrupted. Meanwhile, it’s reasonable because the cost is cheap rather than constructing own network channel or leased line. There are two technologies which used by operator to give provided VPN. They are MPLS and Frame Relay. MPLS is point to point improvement and private WAN of IP which offer some advantages theoretically, one of them is scale and low cost. Meanwhile, Frame Relay is WAN protocol that used in feature application of layer 2 to optimize network. To know performance of technology, the topology is developed by using technology both MPLS and Frame Relay in tools of GNS3 simulator. The result of developed topology shows VPN Frame Relay is better than VPN MPLS. It is proved by differences between parameter score for trafik VoIP sample codec G.711.1 dan G.729.2, in which each jitter is 0,579 ms and 1,667 ms compare 1,571 ms and 2,908 ms on MPLS, packet loss 0 % for technology both MPLS and Frame Relay, and also throughput 68,92 kbps and 11,22 kbps compare 67,86 kbps and 11,22 kbps on MPLS. Keywords: MPLS , Frame Relay , VPN , GNS3 ABSTRAK Perkembangan akan kebutuhan akses internet yang lebih reliable dan reasonable khsusnya bagi kalangan enterprise sangat dibutuhan dewasa ini . Kebutuhan tersebut bisa diakomodir oleh salah satu dari sekian banyak perkembangan tekonologi internet yaitu VPN ( Virtual Private Network ) . Dengan adanya VPN , kebutuhan akan akses internet yang lebih reliable dan reasonable bisa terpenuhi . Reliable karena walaupun memanfaatkan kanal jaringan publik tetapi data-data yang dihantarkan didalamnya berada pada suatu tunnel tertentu sehingga akan sangat sulit untuk diganggu , sedangkan reasonable dikarenakan biaya yang lebih murah daripada harus membangun kanal jaringan sendiri ataupun leased line . Dalam perkembangannya , ada dua teknologi yang sering digunakan oleh operator untuk dijadikan basis bagi penyediaan layanan VPN yang mereka tawarkan . Dua teknologi tersebut adalah MPLS dan Frame Relay . MPLS merupakan pengembangan dari point to point dan IP private WAN yang secara teori menawarkan sejumlah kelebihan , salah satunya skalabilitas dan biaya yang rendah . Sedangkan di lain sisi Frame Relay merupakan salah satu protokol WAN yang lebih menekankan kepada penerapan feature di layer 2 yang memungkinkan pengoperasian jaringan yang lebih cepat . Untuk mengetahui performansi dari masing-masing teknologi , maka dalam penelitian tugas akhir ini dikembangkan sebuah topologi dengan memanfaatkan kedua teknologi tersebut dalam tools simulator GNS3 . Hasil dari analisis kinerja terhadap topologi yang dikembangkan dengan teknologi MPLS dan Frame Relay tersebut menunjukan unjuk kerja VPN yang dibangun pada jaringan Frame Relay lebih baik daripada VPN yang dibangun pada jaringan MPLS . Hal ini dibuktikan dengan besarnya nilai parameter untuk sample trafik VoIP codec G.711.1 dan G.729.2 , dimana nilai masing-masing untuk jitter adalah 0,579 ms dan 1,667 ms berbanding 1,571 ms dan 2,908 ms pada MPLS , packet loss 0 % untuk kedua teknologi , serta throughput 68,92 kbps dan 11,22 kbps berbanding 67,86 kbps dan 11,22 kbps pada MPLS . Kata kunci : MPLS , Frame Relay , VPN , GNS3

ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN

1

ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN

TEKNOLOGI MPLS dan FRAME RELAY

PADA LAYANAN VPN

Dian Adi Sanjaya (087006159) , Irfan Darmawan , Nur Widiyasono

Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Siliwangi

Email : [email protected]

ABSTRACT

Recently, the reliable and reasonable internet access development is required especially for enterprise. The

requirement can be accomaodated by one of the internet development technology namely VPN (Virtual Private

Network). By using VPN the necessary internet access can be more reliable and reasonable. It is reliable by using public

network channel but the sent data is in one tunnel so that it will be difficult to be interrupted. Meanwhile, it’s reasonable

because the cost is cheap rather than constructing own network channel or leased line. There are two technologies

which used by operator to give provided VPN. They are MPLS and Frame Relay. MPLS is point to point improvement

and private WAN of IP which offer some advantages theoretically, one of them is scale and low cost. Meanwhile,

Frame Relay is WAN protocol that used in feature application of layer 2 to optimize network. To know performance of

technology, the topology is developed by using technology both MPLS and Frame Relay in tools of GNS3 simulator.

The result of developed topology shows VPN Frame Relay is better than VPN MPLS. It is proved by differences

between parameter score for trafik VoIP sample codec G.711.1 dan G.729.2, in which each jitter is 0,579 ms and 1,667

ms compare 1,571 ms and 2,908 ms on MPLS, packet loss 0 % for technology both MPLS and Frame Relay, and also

throughput 68,92 kbps and 11,22 kbps compare 67,86 kbps and 11,22 kbps on MPLS.

Keywords: MPLS , Frame Relay , VPN , GNS3

ABSTRAK

Perkembangan akan kebutuhan akses internet yang lebih reliable dan reasonable khsusnya bagi kalangan

enterprise sangat dibutuhan dewasa ini . Kebutuhan tersebut bisa diakomodir oleh salah satu dari sekian banyak

perkembangan tekonologi internet yaitu VPN ( Virtual Private Network ) . Dengan adanya VPN , kebutuhan akan akses

internet yang lebih reliable dan reasonable bisa terpenuhi . Reliable karena walaupun memanfaatkan kanal jaringan

publik tetapi data-data yang dihantarkan didalamnya berada pada suatu tunnel tertentu sehingga akan sangat sulit untuk

diganggu , sedangkan reasonable dikarenakan biaya yang lebih murah daripada harus membangun kanal jaringan

sendiri ataupun leased line . Dalam perkembangannya , ada dua teknologi yang sering digunakan oleh operator untuk

dijadikan basis bagi penyediaan layanan VPN yang mereka tawarkan . Dua teknologi tersebut adalah MPLS dan Frame

Relay . MPLS merupakan pengembangan dari point to point dan IP private WAN yang secara teori menawarkan

sejumlah kelebihan , salah satunya skalabilitas dan biaya yang rendah . Sedangkan di lain sisi Frame Relay merupakan

salah satu protokol WAN yang lebih menekankan kepada penerapan feature di layer 2 yang memungkinkan

pengoperasian jaringan yang lebih cepat . Untuk mengetahui performansi dari masing-masing teknologi , maka dalam

penelitian tugas akhir ini dikembangkan sebuah topologi dengan memanfaatkan kedua teknologi tersebut dalam tools

simulator GNS3 . Hasil dari analisis kinerja terhadap topologi yang dikembangkan dengan teknologi MPLS dan Frame

Relay tersebut menunjukan unjuk kerja VPN yang dibangun pada jaringan Frame Relay lebih baik daripada VPN yang

dibangun pada jaringan MPLS . Hal ini dibuktikan dengan besarnya nilai parameter untuk sample trafik VoIP codec

G.711.1 dan G.729.2 , dimana nilai masing-masing untuk jitter adalah 0,579 ms dan 1,667 ms berbanding 1,571 ms dan

2,908 ms pada MPLS , packet loss 0 % untuk kedua teknologi , serta throughput 68,92 kbps dan 11,22 kbps berbanding

67,86 kbps dan 11,22 kbps pada MPLS .

Kata kunci : MPLS , Frame Relay , VPN , GNS3

Page 2: ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN

2

I. Pendahuluaan

Perkembangan internet dewasa ini telah

memberikan begitu banyak manfaat baik bagi kita

selaku pengguna akhir maupun bagi industri-industri

yang memanfaatkannya sebagai medium komunikasi

yang murah , efektif , dan efisien . Dengan semakin

berkembangnya internet dan berbagai teknologi yang

mengiringinya maka hal itu berbanding lurus juga

dengan kebutuhan akan pemakaian internet yang lebih

reliable dan reasonable . Reliable dari segi

pengoperasian dan kemanfaatannya serta reasonable

dari segi biaya atau investasi yang harus dikeluarkan .

Kebutuhan tersebut bisa diakomodir oleh salah satu

dari sekian banyak perkembangan teknologi internet

yaitu VPN ( Virtual Private Network ) . Dengan adanya

VPN , kebutuhan akan akses internet yang lebih reliable

dan reasonable bisa terpenuhi . Dalam

perkembangannya , ada dua teknologi yang sering

digunakan oleh operator untuk dijadikan basis bagi

penyediaan layanan VPN yang mereka tawarkan . Dua

teknologi tersebut adalah MPLS dan Frame Relay.

Untuk mengetahui performansi dari masing-masing

teknologi , maka dalam penelitian tugas akhir ini

dikembangkan sebuah topologi dengan memanfaatkan

kedua teknologi tersebut dalam tools simulator GNS3 .

Sehingga diharapkan mampu memberikan penjabaran

secara lebih jelas mengenai performance teknologi

mana yang terbaik khususnya dalam topologi yang

dikembangkan .

Berdasarkan latar belakang tersebut , maka

rumusan masalah yang akan dibahas di dalam

penyusunan laporan tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

a. Bagaimana cara memanfaatkan Teknologi

MPLS dan Frame Relay pada Layanan VPN

dengan topologi jaringan yang dikembangkan .

b. Bagaimana cara melakukan simulasi penerapan

Teknologi MPLS dan Frame Relay pada

Layanan VPN dengan topologi yang

dikembangkan .

c. Apa teknologi VPN terbaik yang bisa

diterapkan pada topologi jaringan yang

dikembangkan diantara MPLS dan Frame

Relay .

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini ,

adalah :

a. Teknologi VPN yang dibahas adalah MPLS

dan Frame Relay .

b. Analisa dilakukan untuk topologi jaringan yang

dikembangkan yaitu star topology .

c. Simulasi dilakukan dengan menggunakan

GNS3 0.8.3 for linux , microcore linux brezular

3.8.2 sebagai image qemu , dan IOS C2691-

AD_2.bin .

d. Contoh trafik yang diukur adalah VoIP dengan

codec G.711.1 dan G.729.2 yang dihasilkan

tools D-ITG .

Penelitian yang dilakukan ini sendiri mempunyai

tujuan sebagai berikut :

a. Mengetahui bagaimana cara memanfaatkan

Teknologi MPLS dan Frame Relay pada

Layanan VPN dengan topologi jaringan yang

dikembangkan .

b. Mengetahui bagaimana cara melakukan

simulasi Teknologi MPLS dan Frame Relay

pada Layanan VPN menggunakan GNS3

dengan topologi jaringan yang dikembangkan .

c. Untuk mengetahui teknologi VPN yang terbaik

pada topologi jaringan yang dikembangkan

diantara MPLS dan Frame Relay .

II. Landasan Teori.

A. Jaringan Komputer

Jaringan komputer adalah himpunan interkoneksi

antara dua komputer autonomous atau lebih yang

terhubung dengan media transmisi kabel atau tanpa

kabel ( wireless ) . Bila sebuah komputer dapat

membuat komputer lainnya restart , shutdown , atau

melakukan kontrol lainnnya , maka komputer-komputer

tersebut bukan autonomous ( tidak melakukan kontrol

terhadap komputer lain dengan akses penuh ) ( Melwin

Syafrizal , 2005 ) .

B. Jenis Jaringan Komputer

Menurut Iwan Sofana ( 2010 ) dalam bukunya

Cisco CCNA & Jaringan Komputer , jenis-jenis jaringan

komputer dapat dibedakan berdasarkan beberapa

kriteria . Seperti luas area , media transmisi , serta pola

pengoperasiannya .

Berdasarkan luas area :

a. PAN ( Personal Area Network )

b. LAN ( Local Area Network )

c. MAN ( Metropolitan Area Network )

d. WAN ( Wide Area Network )

Berdasarkan media transmisi :

a. Jaringan dengan kabel ( Wire Network )

b. Jaringan tanpa kabel ( Wireless Network )

Berdasarkan pola pengoperasian :

a. Peer to Peer

b. Client Server

C. Topologi Jaringan Komputer

Topologi Jaringan Komputer adalah gambaran

design yang merepresentasikan bagaimana tata letak

fisik node-node sehingga membentuk sebuah network

yang utuh . Menurut Iwan Sofana ( 2010 ) ada 4 “bentuk

dasar” topologi fisik dari sebuah jaringan komputer

yaitu :

a. Topologi Bus

b. Topologi Star

c. Topologi Ring

d. Topologi Mesh

Page 3: ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN

3

D. OSI Layer

Model OSI ( Open Systems Interconnection )

sering digunakan untuk menjelaskan cara kerja jaringan

komputer secara logika . Secara umum model OSI

membagi berbagai fungsi network menjadi 7 lapisan .

Sedangkan lembaga yang mempublikasikan model OSI

adalah International Organization for Standardization (

ISO ) .

Layer Fungsi Contoh

Protokol

Application Menyediakan

service aplikasi

network

HTTP , SMTP

, Telnet , FTP

Presentation Mengatur konversi

dan translasi

format data

MPEG , ASCII

Session Mengatur sesi

yang meliputi

establishing ,

maintaining , dan

terminating antar

entitias

presentation layer

SQL ,

NetBIOS , X

Window

Transport Menyediakan end

to end

communication

protocol .

TCP , UDP ,

IPX

Network Menentukan rute

yang dilalui oleh

data .

IP , BGP

Data Link Menentukan

pengalamatan fisik

, error notifiaction

, frame flow

control , dan

topologi network .

Channel ,

Token Ring

Physical Layer ini

menentukan

masalah

kelistrikan /

gelombang /

medan yang

berkaitan dengan

fisik .

DSL ,

802.11a/b/g/n ,

SONET

Tabel 2.1 Model OSI ( Iwan Sofana , 2010 )

E. TCP/IP

Pada masa ARPANET protokol yang

digunakan untuk komunikasi data adalah NCP (

Network Communication Protocol ) . Semakin lama

ukuran ARPANET semakin membesar dan NCP tidak

sanggup menampung node komputer yang lebih besar .

DARPA kemudian mendanai pembuatan protokol

komunikasi yang lebih umum . Protokol ini dinamakan

TCP/IP . Departemen Pertahanan Amerika menyatakan

TCP/IP menjadi standar untuk jaringannya pada tahun

1982 . Protokol ini kemudian diadopsi menjadi standar

ARPANET pada tahun 1983 . Perusahaan Bolt Beranek

Newman (BBN) membuat protokol TCP/IP supaya

dapat berjalan di atas komputer dengan sistem operasi

UNIX . Pada saat itulah dimulai perkawinan antara

UNIX dan TCP/IP ( Iwan Sofana , 2010 ) .

Layer-layer dalam TCP/IP

a. Network Access Layer

b. Internet Layer

c. Transpor Layer

d. Application Layer

F. VPN ( Virtual Private Network )

VPN atau Virtual Private Network adalah

teknologi jaringan komputer yang memanfaatakan

media komunikasi publik ( open connection atau virtual

circuit ) seperti internet untuk menghubungkan

beberapa jaringan lokal . Informasi yang berasal dari

node-node VPN akan “dibungkus” ( tunneled ) dan

kemudian mengalir melalui jaringan publik . Sehingga

informasi menjadi aman dan tidak mudah dibaca oleh

yang lain ( Iwan Sofana , 2010 ) .

G. Frame Relay

Frame Relay adalah salah satu protokol WAN

yang paling banyak diminati saat ini . Frame Relay

relatif murah dan dapat diandalkan atau reliable . Frame

Relay termasuk dalam metode koneksi packet switching

. Kecepatan transfer data yang dapat dicapai sekitar 45

Mbps . Protokol Frame Relay bekerja pada layer Data

Link dan bersifat connection-oriented . Virtual circuit (

jalur virtual ) harus dibentuk dulu sebelum data dikirim

. Data dapat dikirim secara full-duplex . Namun protokol

Frame Relay tidak memiliki error detection dan flow

control ( Iwan Sofana , 2010 ) .

Operasi-operasi pada frame relay

a. Komputer user yang ingin mengirimkan data

ke komputer tujuan ( remote network )

mengirimkan sebuah frame yang berisi

header alamat gateway ( router ) lokal dan

packet yang berisi IP address tujuan .

b. Router menangkap frame tersebut dan

mengekstrak packet lalu menghapus frame .

Router melihat tujuan IP address yang ada

pada packet dan mencari rute untuk

mencapai network tujuan . Informasi rute ini

dapat diketahui melalui tabel routing yang

dimiliki oleh router . Jika rute ini diketahui

artinya data dapat diteruskan , jika tidak

diketahui maka data akan dihapus .

c. Koneksi WAN menggunakan Frame Relay

biasanya ditangani oleh interface serial .

Router melakukan enkapsulasi Frame Relay

, menambahkan nomor DLCI yang

diasosiasikan dengan interface serial ,

menentukan virtual circuit apakah akan

menggunakan PVC atau SVC . Kemudian

bersiap-siap untuk bergabung dengan router-

router lain yang membentuk network Frame

Relay . Jadi , sebelum data sesungguhnya

dikirim akan ada proses pembentukan virtual

circuit . Pada tahap ini sudah terbentuk

frame baru hasil enkapsulasi .

d. Perangkat CSU/DSU menerima sinyal digital

dan melakukan encoding menjadi sinyal

yang dapat dipahami oleh perangkat switch

Page 4: ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN

4

yang disebut Packet Switc Exchange ( PSE )

. Perangkat CSU/DSU ini terhubung dengan

demarcation ( demarc ) .

e. CO kemudian menerima frame dan

mengirimkannya ke network Frame Relay .

Network Frame Relay terdiri atas beberapa

buah ( mungkin juga puluhan ) perangkat

switch yang dapat melihat IP address tujuan

dan nomor DLCI . Nomor DLCI inilah yang

membedakan masing-masing virtual circuit .

Biasanya proses mapping IP-to-DLCI ini

dilakukan secara statis oleh ISP . Biasanya

nomor DLCI dimulai dari angka 16 . Namun

, bisa juga ditentukan secara dinamis oleh

protokol Inverse ARP ( IARP ) .

f. Setelah melalui perjalanan panjang akhirnya

frame mencapai perangkat switch yang

paling dekat dengan network tujuan . Frame

diteruskan ke CSU/DSU milik network

tujuan . Kemudian diterima oleh router .

Router mengekstrak packet dari frame lalu

menggantinya dengan frame baru hasil

deenkapsulasi dan meneruskannya ke host

tujuan .

H. MPLS ( Multiprotocol Label Switching )

MPLS adalah teknologi jaringan WAN yang

bekerja dengan cara menyisipkan label ke setiap paket

yang akan dikirimkan lewat jaringannya . MPLS label

digunakan antar router sehingga bisa membentuk label-

to-label mapping . Label yang disisipkan kepada paket

IP tersebut , memungkinkan router untuk

meneruskannya berdasarkan label dan bukan IP address

tujuan . Jadi , paket diteruskan berdasarkan label

switching bukan IP switching ( Luc De Ghein , 2010 ) .

Operasi-operasi pada MPLS

a. IGP atau eBGP digunakan untuk

mengirimkan IPv4 route dari CE menuju PE

asal .

b. IPv4 route dimasukkan ke dalam VRF tabel .

c. IPv4 diteruskan lewat MP-BGP . RD

dimasukkan untuk membuatnya menjadi

VPNv4 route . Di sini juga RTs

dimasukkan .

d. iBGP digunakan untuk mengirimkan VPNv4

route dengan MPLS label dan RTs .

e. RTs menunjukkan ke VRF mana route akan

di import . RD dihapus dari VPNv4 route .

f. IPv4 route dimasukkan ke VRF tabel .

g. IGP atau eBGP digunakan untuk

mengirimkan IPv4 route dari PE ke CE

network tujuan .

I. GNS3

GNS3 adalah program graphical network

simulator yang dapat mensimulasikan topologi jaringan

yang lebih kompleks dibandingkan dengan simulator

lainnya . Program ini dapat dijalankan pada berbagai

macam sistem operasi ( multi platform ) . Prinsip kerja

dari GNS3 adalah mengemulasi Cisco IOS pada

komputer , sehingga PC kita dapat berfungsi layaknya

sebuah atau beberapa router bahkan switch

sesungguhnya . Ada beberapa router simulator yang

beredar di pasaran , tetapi terbatas pada command

linenya . Dengan GNS3 semua itu bisa teratasi. Jadi apa

yang kita lihat dan lakukan merupakan representasi dari

perintah-perintah yang didukung oleh IOS tersebut (

Joko Saputro , 2010 ) .

J. Linux Microcore Brezular 3.8.2

Microcore Brezular Qemu adalah sebuah

distribusi linux yang merupakan hasil remastering dari

tinycore linux dan dibentuk dalam sebuah qemu image .

Microcore Brezular Qemu sendiri telah memasukkan

beberapa paket tambahan seperti D-ITG , Iperf dan lain

sebagainya . Distribusi ini lebih menekankan kepada

bagaimana penggunaan core yang seminimal mungkin

untuk bisa melakukan booting ke dalam x-terminal

dengan dukungan akses wired internet . Sehingga

seperti pada tinycore , versi dasar dari microcore tidak

memberikan dukungan terhadap berbagai jenis

hardware . Dan diharapkan pengguna dapat dengan

sepenuhnya mengontrol sistem agar optimal sesuai

dengan spesifikasi perangkat keras yang mereka

gunakan(distro.ibiblio.org/tinycorelinux/welcome/html,

2008 )

III. Metodologi Penelitian

A. Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian

tugas akhir ini adalah metodologi klausal komparatif .

Yaitu metode penelitian yang digunakan untuk

membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari

suatu variabel tertentu . Penelitian Komparatif ,

sebagaimana penelitian lainnya dilakukan dalam lima

tahap :

a. Penentuan masalah penelitian . Dalam

penelitian ini masalah penelitian yang

ditentukan adalah mengenai performansi

teknologi VPN . Penentuan masalah ini sendiri

mengacu kepada hasil pengamatan dari

semakin berkembangnya penyediaan layanan

VPN oleh operator untuk mengakomodasi

kebutuhan pelanggan khususnya kalangan

enterprise .

b. Penentuan kelompok yang memiliki

karakteristik . Dalam penelitian ini

karakteristik yang ingin dibahas adalah

mengenai teknologi backbone VPN yang

mengutamakan QoS tinggi ( trusted model ) .

c. Pemilihan kelompok pembanding .

Berdasarkan karakteristik yang telah

ditentukan sebelumnya , maka kelompok yang

dibahas adalah MPLS dan Frame Relay .

d. Pengumpulan data . Data yang dikumpulkan

sebagai bahan acuan validitas pada tahap

analisis data . Data-data tersebut adalah

spesifikasi jitter , dan packet loss yang

Page 5: ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN

5

dikeluarkan oleh ITU-T serta throughput yang

dikeluarkan oleh University of Napoli .

e. Analisis data . Analisis data dilakukan untuk

memperoleh validitas terhadap data-data

sehingga diperoleh hasil akhir yang mengacu

kepada tahap sebelumnya untuk penentuan

rekomendasi .

B. VPN over MPLS

Dalam perancangan simulasi topologi VPN over

MPLS ada beberapa langkah yang harus dilakukan ,

yaitu :

a. Mengkonfigurasi semua interface pada P , PE ,

dan CE router .

b. Mengkonfigurasi protokol routing pada router

P dan PE agar routing di masing-masing router

bisa terpopulasi .

c. Mengaktifkan BGP pada router PE , karena

pada langkah selanjutnya akan diperlukan

extension dari BGP standar yaitu MP-BGP

agar MPLS VPN bisa berjalan .

d. Mengaktifkan MPLS di router P dan PE agar

interface yang telah dikonfigurasi tadi bisa

meng-impose label .

e. Membuat router virtual pada PE untuk

mengatasi adanya IP prefix yang sama dari

costumer .

f. Mengkonfigurasi routing protocol untuk router

virtual pada PE .

g. Mengaktifkan MP-BGP sebagai extension dari

BGP standar pada router PE .

h. Mengkonfigurasi routing protocol pada CE

untuk mempopulasikan tabel routing .

i. Mengkonfigurasi interface kartu jaringan client

dan routing table pada linux microcore di

GNS3 . Konfigurasi ini dimaksudkan untuk

pemberian ip address terhadap client dan

pengaturan routing table agar bisa bergabung

dalam jaringan VPN over MPLS yang

sebelumnya telah terbentuk .

C. Desain Topologi VPN Over MPLS

Gambar 3.1 Desain Topologi VPN over MPLS

Ada empat komponen hardware utama yang

membentuk sebuah layanan VPN over MPLS , yaitu :

a. CE ( Costumer Edge ) Router

CE merupakan router yang diletakan untuk

berhubungan langsung dengan sisi pelanggan

. Dalam topologi yang dikembangkan ini ,

yang berperan sebagai CE adalah router

CE_Jakarta dan CE_Bandung . CE juga

mempunyai hubungan langsung dengan PE

router . CE tidak harus menjalankan MPLS

karena CE dan PE router berinteraksi pada

layer 3 sehingga yang dibutuhkan adalah

routing protocol ( baik statik maupun

dinamis ) antar kedua router tersebut .

b. PE ( Provider Edge ) Router

PE merupakan router yang diletakan pada

sisi provider . Dalam topologi yang

dikembangkan ini , yang berperan sebagai

PE adalah router PE_Jakarta dan

PE_Bandung . Selain berhubungan langsung

dengan CE pada layer 3 , PE juga harus

menjalankan MPLS agar dapat

mendistribusikan label dengan P router .

c. P ( Provider ) Router

P merupakan router provider atau sering

juga disebut sebagai router core yang harus

menjalankan MPLS agar dapat

mendistribusikan label dengan PE router .

Dalam topologi yang dikembangkan ini ,

yang bertindak sebagai P ( Provider ) router

adalah P_Cloud .

d. Client ( End User )

Client merupakan perangkat akhir atau end

user device yang digunakan oleh pelanggan

untuk melakukan berbagai macam

pertukaran data pada sebuah network service

. Dalam topologi VPN over MPLS yang di

kembangan ini , yang bertindak sebagai

client adalah user1 dan user2 .

Selain hardware , hal lain yang perlu

diperhatikan dalam perancangan topologi VPN over

MPLS adalah media transmisi . Dalam topologi yang

dikembangkan ini , media transmisi yang digunakan

adalah serial . Pemilihan media tranmisi serial ini

sendiri adalah karena kemampuan dan kehandalannya

dalam mendistribusikan data pada kecepatan tinggi .

Terlebih data kritis seperti yang mengalir pada layanan

VPN . Sedangkan untuk koneksi antara client dan CE

digunakan media Fast Ethernet .

D. VPN Over Frame Relay Dalam perancangan simulasi topologi VPN over

Frame Relay ada beberapa langkah yang harus

dilakukan , yaitu :

a. Mengkonfigurasi DLCI pada Frame Relay

Switch DCE ( Data Circuit-Terminating

Equipment ) untuk mengidentifikasi virtual

circuit .

b. Mengkonfigurasi interface router DTE ( Data

Terminal Equipment ) yang terhubung

langsung dengan Frame Relay Switch DCE .

Konfigurasi router bertujuan untuk

memberikan ip address dan frame relay

encapsulation pada interface yang dimaksud .

c. Mengkonfigurasi interface router DTE yang

terhubung langsung dengan client . Dalam

konfigurasi ini tidak diperlukan frame relay

encapsulation , karena frame relay

Page 6: ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN

6

encapsulation hanya akan diadvertise pada sisi

cloud provider .

d. Mengkonfigurasi routing dinamis pada masing-

masing router DTE .

e. Mengkonfigurasi interface kartu jaringan client

dan routing table . Konfigurasi ini

dimaksudkan untuk pemberian ip address

terhadap client dan pengaturan routing table

agar bisa bergabung dalam jaringan VPN over

Frame Relay yang sebelumnya telah terbentuk .

E. Analisis Topologi VPN over Frame Relay

Gambar 3.2 Analisis Topologi VPN over Frame Relay

Ada tiga komponen hardware utama yang

membentuk sebuah layanan VPN over Frame Relay ,

yaitu :

a. DTE ( Data Terminal Equipment )

DTE adalah peralatan yang diperlukan pada

sisi end user atau sering juga disebut sebagai

end device network . Router merupakan

salah satu contoh dari DTE yang banyak

digunakan . Router yang bertindak sebagai

DTE tersebut bisa dimiliki sendiri oleh

konsumen maupun disewakan oleh ISP yang

menyediakan jasa Frame Relay . Dalam

topologi yang dikembangkan ini , router

Jakarta dan Bandung bertindak sebagai DTE

device .

b. DCE ( Data Circuit-Terminating

Equipment )

DCE device berfungsi menyediakan supply

clocking signal dan fungsi sinkronisasi untuk

melakukan hubungan dengan DTE .

Beberapa peralatan DCE mendukung proses

switching dan transmit melewati jaringan

Frame Relay . Frame Relay Switch

merupakan salah satu contoh peralatan DCE

. Dalam topologi yang dikembangkan ini ,

FR_Switch bertindak sebagai DCE device .

c. Client ( End User )

Client merupakan perangkat akhir atau end

user device yang digunakan oleh pelanggan

untuk melakukan berbagai macam

pertukaran data pada sebuah network service

. Dalam topologi VPN over Frame Relay

yang dikembangan ini , yang bertindak

sebagai client adalah user1 dan user2 .

Selain hardware , hal lain yang perlu

diperhatikan dalam perancangan topologi VPN over

Frame Relay adalah media transmisi . Dalam topologi

ini media transmisi yang digunakan adalah serial untuk

sisi network frame relay . Pemilihan media tranmisi

serial ini sendiri adalah karena kemampuan dan

kehandalannya dalam mendistribusikan data pada

kecepatan tinggi . Terlebih data kritis seperti yang

mengalir pada layanan VPN . Sedangkan untuk

kebutuhan pada sisi client yang terhubung langsung ke

network frame relay menggunakan media fast ethernet .

Pada tahap ini media fast ethernet dirasa sudah cukup

kredibel untuk menangani lalu lintas data .

F. Analisis Permasalahan

Quality of Service ( QoS ) merupakan suatu

mekanisme yang ditujukan untuk mengetahui

kemampuan sebuah jaringan dalam menyediakan

layanan bagi trafik yang melewatinya . Quality of

Service suatu network merujuk ke tingkat kecepatan dan

keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di

dalam suatu komunikasi . Terdapat beberapa parameter

QoS , yaitu :

a. Jitter

Jitter merupakan variasai delay antar paket

yang terjadi pada jaringan IP . Dalam

dokumennya , ITU-T memberikan nilai

standarisasi untuk jitter sebagai berikut :

Kualitas Besar Jitter

Baik 0 – 20 ms

Cukup 20 – 50 ms

Buruk > 50 ms

Tabel 3.2 Standarisasi Jitter menurut ITU-T G.114

Nilai standarisasi tersebut digunakan untuk

mendefinisikan QoS yang masih bisa

ditoleransi dalam perancangan suatu network

untuk berbagai jenis traffic ( video

conference , audio/video streaming , query

database , dan lain sebagainya ) .

b. Packet Loss

Packet loss merupakan suatu bagian paket

data yang hilang dari keseluruhan paket data

yang di kirim selama proses pengiriman dari

client menuju ke server dan kembali lagi ke

client selama rentang waktu tertentu . Dalam

dokumennya , ITU-T memberikan nilai

standarisasi untuk jitter sebagai berikut :

Kualitas Besar Jitter

Sangat Baik 0 %

Baik 1,5 %

Buruk > 1,5 %

Tabel 3.3 Standarisasi Packet Loss menurut ITU-T

G.114

Nilai standarisasi tersebut digunakan untuk

mendefinisikan QoS yang masih bisa

ditoleransi dalam perancangan suatu network

untuk berbagai jenis traffic ( video

conference , audio/video streaming , query

database , dan lain sebagainya ) .

c. Throughput

Throughput merupakan kemampuan

sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan

Page 7: ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN

7

pengiriman data. Sementara throughput

sifatnya adalah dinamis tergantung trafik

yang sedang terjadi. Semakin besar bitrate

maka akan semakin besar pula throughput-

nya, semakin besar nilai throughput nya

menunjukkan semakin bagus pula

kemampuan jaringan dalam

mentransmisikan file . Untuk mengetahui

nilai throughput maka digunakan rumus :

throughput = ukuran file / waktu download

typical

Throughput bisa dikatakan ideal , jika nilai

yang dihasilkan mendekati dari apa yang

diharapkan agar suatu jenis traffik bisa

mengalir dengan lancar . Untuk VoIP

dengan spesifikasi codec G.711.1 , payload

80 , paket per detik 100 , dan tanpa VAD ,

merujuk kepada dokumen University of

Napoli nilai throughput ideal adalah 70,4

kbps hasil dari 80 nilai frame size * 100

packet per sec * 8 byte RTP header .

Sedangkan untuk VoIP dengan spesifikasi

codec G.729.2 nilai throughput idealnya

adalah 11,2 kbps hasil dari (10*2+8)*50*8 .

Dalam melakukan pengukuran Quality of Service

dari topologi VPN over MPLS dan VPN over Frame

Relay ini , digunakan bantuan image linux microcore

3.8.2 hasil kompilasi dari Brezular yang didalamnya

telah ditanamkan tools D-ITG ( Distributed Internet

Traffic Generator ) . Image linux ini sendiri dijalankan

pada qemu yang telah terintegrasi dalam GNS3 .

Adapun perintah-perintah yang bisa digunakan untuk

mengenerate traffic dengan bantuan tools D-ITG adalah

sebagai berikut :

a. ITGRecv

ITGRecv –l nama_file

Dimana ITGRecv adalah perintah awal dari

fungsi ITGRecv , sedangkan –l

mendeskripsikan bahwa hasil dari

pengukuran akan ditampung dalam sebuah

log file dengan nama_file . ITGRecv harus

dijalankan terlebih dahulu pada sisi penerima

sebelum sender mengirimkan perintah

ITGSend .

b. ITGSend

ITGSend –a –m VoIP –x –h

Dimana ITGSend adalah perintah awal dari

fungsi ITGSend , -a mendeskripsikan

network address tujuan , -m

mendeskripsikan meter type apakah one way

delay ( OWDM ) atau round tripe time (

RTTM ) , VoIP mendeskripsikan tipe paket

yaitu VoIP , -x mendeskripsikan tipe codec

yang digunakan , dimana default adalah

G.711.1 , -h mendeskripsikan protokol yang

digunakan , dimana default adalah RTP .

c. ITGDec

ITGDec nama_file

Dimana ITGDec adalah perintah awal dari

fungsi ITGDec , sedangkan nama_file

mendeskripsikan nama log file yang

ditentukan pada awal perintah ITGRecv .

ITGDec dijalankan pada sisi penerima

setelah ada pemberitahuan bahwa pengujian

aliran trafik telah selesai dilakukan .

IV. Hasil dan Pembahasan

A. Implementasi Topologi VPN over MPLS

Gambar 4.1 Topologi VPN over MPLS

Dalam implementasi topologi VPN over MPLS

yang dikembangkan ini , ada beberapa langkah

konfigurasi yang harus dilakukan agar masing-masing

node bisa saling terhubung satu sama lain dalam

backbone MPLS itu sendiri . Langkah-langkah yang

harus dilakukan tersebut adalah : a. Mengkonfigurasi semua interface pada

P_Cloud , PE_Jakarta , PE_Bandung ,

CE_Jakarta , dan CE_Bandung .

b. Mengkonfigurasi protokol routing pada router

P_Cloud , PE_Jakarta , dan PE_Bandung .

Untuk kemudahan dan skalabilitas digunakan

dynamic routing protocol yaitu OSPF .

c. Mengaktifkan BGP pada router PE_Jakarta dan

PE_Bandung , karena pada langkah selanjutnya

akan diperlukan extension dari BGP standar

yaitu MP-BGP agar MPLS VPN bisa berjalan .

d. Mengaktifkan MPLS di router P_Cloud ,

PE_Jakarta , dan PE_Bandung agar interface

yang telah dikonfigurasi tadi bisa meng-impose

label .

e. Membuat router virtual pada PE_Jakarta dan

PE_Bandung untuk mengatasi adanya IP prefix

yang sama dari costumer .

f. Mengkonfigurasi routing protocol untuk router

virtual pada PE_Jakarta dan PE_Bandung .

Dengan alasan kemudahan dan skalabilitas

digunakan dynamic routing protocol yaitu RIP

.

g. Mengaktifkan MP-BGP sebagai extension dari

BGP standar pada router PE_Jakarta dan

PE_Bandung .

h. Mengkonfigurasi routing protocol pada

CE_Jakarta dan CE_Bandung untuk

mempopulasikan tabel routing . Dengan alasan

kemudahan dan skalabilitas digunakan

dynamic routing protocol yaitu RIP .

i. Mengkonfigurasi interface kartu jaringan user1

dan user2 serta routing table pada linux

microcore di GNS3 . Konfigurasi ini

dimaksudkan untuk pemberian ip address

terhadap client dan pengaturan routing table

agar bisa bergabung dalam jaringan VPN over

MPLS yang sebelumnya telah terbentuk .

Page 8: ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN

8

B. Implementasi Topologi VPN over Frame Relay

Gambar 4.2 Implementasi Topologi VPN over Frame

Relay

Dalam implementasi topologi VPN over Frame

Relay yang dikembangkan ini , ada beberapa langkah

konfigurasi yang harus dilakukan agar masing-masing

node bisa saling terhubung satu sama lain dalam

backbone Frame Relay itu sendiri . Langkah-langkah

yang harus dilakukan tersebut adalah :

a. Mengkonfigurasi DLCI pada FR_Switch untuk

mengidentifikasi virtual circuit .

b. Mengkonfigurasi interface router Jakarta dan

Bandung yang terhubung langsung dengan

FR_Switch . Konfigurasi router bertujuan

untuk memberikan ip address dan frame relay

encapsulation pada interface yang dimaksud .

c. Mengkonfigurasi interface router Jakarta dan

Bandung yang terhubung langsung dengan

user1 dan user2 . Dalam konfigurasi ini tidak

diperlukan frame relay encapsulation , karena

frame relay encapsulation hanya akan

diadvertise pada sisi cloud provider .

d. Mengkonfigurasi RIP sebagai routing dinamis

pada masing-masing router Jakarta dan

Bandung .

e. Mengkonfigurasi interface kartu jaringan user1

dan user2 dan routing table pada linux

microcore di GNS3 . Konfigurasi ini

dimaksudkan untuk pemberian ip address

terhadap client dan pengaturan routing table

agar bisa bergabung dalam jaringan VPN over

Frame Relay yang sebelumnya telah terbentuk .

C. Pengujian QoS ( Quality of Service )

Topologi MPLS

Parameter Jitter Packet

Loss Throughput

Hasil 1,571 ms 0 % 67,86 kbps

Tabel 4.1 QoS VPN over MPLS VoIP G.711.1

Topologi Frame Relay

Parameter Jitter Packet

Loss Throughput

Hasil 0,579 ms 0 % 68,92 kbps

Tabel 4.2 QoS VPN over Frame Relay VoIP G.711.1

Topologi MPLS

Parameter Jitter Packet

Loss Throughput

Hasil 2,908 ms 0 % 11,22 kbps

Tabel 4.3 QoS VPN over MPLS VoIP G.729.2

Topologi Frame Relay

Parameter Jitter Packet

Loss Throughput

Hasil 1,667 ms 0 % 11,22 kbps

Tabel 4.4 QoS VPN over Frame Relay VoIP G.729.2

D. Kelebihan dan Kekurangan Topologi

Kelebihan topologi VPN over MPLS dan Frame

Relay yang dikembangkan :

a. Menggunakan IOS real dengan bantuan

GNS3 , sehingga semua fitur pada router

sesungguhnya dapat disimulasikan dengan

baik dan mendekati keadaan sebenarnya

yang sering kita temui di lapangan .

b. Analisis salah satu contoh beban trafik kritis

yaitu VoIP yang mewakili tujuan utama dari

penggunaan VPN .

Sedangkan kekurangan topologi VPN over

MPLS dan Frame Relay yang dikembangkan adalah :

a. Topologi yang kurang mewakili GAN

karena keterbatasan perangkat keras yang

digunakan untuk melakukan emulasi .

b. Parameter pengukuran QoS yang kurang

lengkap dikarenakan kendala dalam meng-

compile ulang image linux microcore untuk

penambahan fitur NTP . Dimana hal ini

melenceng jauh diluar pembahasan yang

dilakukan .

c. Tidak digunakannya teknik pengoptimalan

QoS seperti traffic shaping dan lain

sebagainya .

V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian

topologi yang dilakukan , maka dapat disimpulkan :

a. Dapat diketahui bagaimana cara

memanfaatkan Teknologi MPLS dan Frame

Relay pada Layanan VPN dengan topologi

jaringan yang dikembangkan .

b. Dapat diketahui bagaimana cara melakukan

simulasi Teknologi MPLS dan Frame Relay

pada Layanan VPN menggunakan tools

simulasi GNS3 dengan topologi jaringan

yang dikembangkan .

c. Pada pengujian paket VoIP yang dihasilkan

oleh D-ITG dengan spesifikasi codec

G.711.1 , frame size 80 , sample 1 , packet

per sec 100 , dan VAD no , topologi VPN

over Frame Relay mampu memberikan

unjuk kerja yang lebih baik dengan nilai

rata-rata dari lima kali uji coba yaitu : jitter

0,579 ms , packet loss 0 % , dan throughput

Page 9: ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN

9

68,92 kbps . Pada pengujian paket VoIP

yang dihasilkan oleh D-ITG dengan

spesifikasi codec G.729.2 , frame size 10 ,

sample 2 , packet per sec 50 , dan VAD no ,

topologi VPN over Frame Relay mampu

memberikan unjuk kerja yang lebih baik

dengan nilai rata-rata dari lima kali uji coba

yaitu : jitter 1,667 ms , packet loss 0 % , dan

throughput 11,22 kbps .

B. Saran

Dalam penelitian yang dilakukan ini , masih

terdapat banyak kekurangan baik dari segi teori maupun

praktik sendiri . Oleh karena itu , sebagai bahan

penelitian lebih lanjut diharapkan :

a. Digunakannya rancangan topologi yang lebih

bisa mewakili sebuah Global Area Network .

b. Dilengkapinya salah satu parameter Quality of

Service yaitu delay .

c. Digunakannya teknik pengoptimalan Quality of

Service seperti traffic shaping dan lain

sebagainya .

DAFTAR PUSTAKA

Ario. Situs ario's - MPLS Setting dan Konfigurasi

Dasar ,

www.mfanies.multiply.com/journal/item/120?

&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

, 10 Februari 2013.

Avallone, Stefano , et al. 2004). Proceedings of the

Eighth IASTED International Conference

INTERNET AND MULTIMEDIA SYSTEM

AND APPLICATIONS. A Practical

Demonstration of Network Traffic Generation.

Kauai,Hawaii: Dipartimento di Informatica e

Sistemitica , University of Napoli "Federico II"

( Italy ),141-142.

Avallone, Stefano, et al. 2009. D-ITG V.2.7.0-Beta2

Manual. Napoli: University of Napoli Federico

II.

Chin, Jonathan. 2004. Cisco Frame Relay Solution

Guide. Indianapolis: Cisco Press.

Ghein, Luc De. 2007. MPLS Fundamentals.

Indianapolis: Cisco Press.

GNS3. Quick Start Guide for Linux Users - GNS3,

www.gns3.net/gns3-quick-start-linux , 01

Januari 2013.

ITU-T. 2003.G.114 SERIES G: TRANSMISSION

SYSTEMS AND MEDIA.Geneva.ITU-T

Switzerland.

Rasyid, Rafdian. 2008. EXPERIMENT Cisco MPLS-

L3VPN. Jakarta : Ilmukomputer.com.

Rautanen, Jaakko. Using Microcore Linux in GNS3,

www.docs.google.com/document/pub?id=1a1

ABEBibKWSWDW3smbI-

NoYCgasXRGLU6dsn9MYmyWg, 24

Desember 2012.

Saputro, Joko. 2010. Praktikum CCNA di Komputer

Sendiri menggunakan GNS3. Jakarta:

mediakita.

Sofana, Iwan. 2010. Cisco CCNA & Jaringan

Komputer. Bandung: Informatika.

Syafrizal, Melwin. 2005. Pengantar Jaringan

Komputer. ANDI: Yogyakarta.

Microcore.Tiny Core Linux, Micro Core Linux, 12MB

Linux GUI Desktop, Live,

Frugal,Extendable,www.distro.ibiblio.org/tiny

corelinux/welcome.html, 27 Februari 2013.

vipergt. GNS3 • View topic - How to Configure GNS3

0.8.2 ubuntu & mint X64,

www.forum.gns3.net/topic4690.html,08

Januari 2013.