107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i Analisis Pengaruh Normative Susceptibility, Value Consciouness, Colletivism, dan Novelty Seeking terhadap Behavior dalam Repurchase Intention of Fashion Counterfeit SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : PUTRI FITRIA F1210052 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

Analisis Pengaruh Normative Susceptibility, Value Consciouness,

Colletivism, dan Novelty Seeking terhadap Behavior dalam

Repurchase Intention of Fashion Counterfeit

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat

guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh :

PUTRI FITRIA

F1210052

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ABSTRAK Analisis Pengaruh Normative Susceptibility, Value Consciouness, Collectivism,

dan Novelty Seeking terhadap Behavior dalam Repurchase Intention of Fashion Counterfeit

PutriFitria

NIM: F1210052

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pribadi (normative susceptibility dan value consciouness) dansosial (collectivism dan novelty seeking) pada attitude toward counterfeit. Selain itu menguji pengaruh attitude toward counterfeit pada repurchase intention. Serta menguji pengaruh repurchase intentionpadabehavior.

Survei dilakukan pada menyebarkan kuesioner pada 230 responden yang diperoleh dengan metod enon probability samplin g dan menggunakan tehnik convenience sampling pada mahasiswa Universitas Sebelas Maret yang berniat untuk membeli kembali produk fashion tiruan. Analisis yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas uji validitas, uji reliabilitas, serta uji alat analisis Structrural Equation Model (SEM).

Berdasarkan hasil pengujian dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa normative susceptibility tidak berpengaruh pada attitude toward counterfeit. Value consciousness berpengaruh pada attitude toward counterfeit. Collectivism dan juga novelty seeking tidak keseluruhan berpengaruh pada attitude toward counterfeit. Attitude toward counterfeit tidak berpengaruh pada repurchase intention. Sedangkan repurchase intention berpengaruh pada behavior.

Keterbatasan penelitian ini adalah hanya mengobservasi fenomena yang terjadi di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, sehingga perlu menggunakan sampel yang lebih luas guna mengukur tingkat pembelian kembali produk fashion tiruan. Kata kunci: Repurchase Intention, Fashion Counterfeit, Structrural Equation Model (SEM).

Page 3: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO

”Patience is not the ability to wait but the ability to keep a good attitude while

waiting. God has the solution. Don’t worry.”

Hakuna Matata

Karya ini kupersembahkan untuk:

(Alm.) Bapak dan Mama tercinta

Kakak tersayang

Teman seperjuangan, Yustisia

Almamaterku FE UNS

Page 6: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

karunia dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

”Analisis Pengaruh Normative Susceptibility, Value Consciouness, Colletivism,

dan Novelty Seeking terhadap Behavior dalam Repurchase Intention of Fashion

Counterfeit”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak sekali

petunjuk, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, dengan

segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Haryanto, SE, MSi., selaku Pembimbing Skripsi yang telah sabar memberikan

bimbingan dan saran-saran yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.

2. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret.

3. Dr. Hunik Sri Runing Sawitri, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Reza Rahardian, SE, M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

5. (Alm.) Bapak dan Mama tercinta yang selalu memberi doa dan dukungan

hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Kakak tersayang yang selalu menjadi sumber inspirasi dan motivasi sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

7. Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

tanggung jawab.

8. Teman-teman Manajemen (transfer) angkatan 2010 yang telah memberikan

keceriaan disetiap momen bersama.

9. Semua pihak yang telah membatu demi terlaksananya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi pernaikan dan juga

kesempurnaan karya sederhana ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya

sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 20 Desember 2012

Putri Fitria

Page 8: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

ABSTRAK ....................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUANPEMBIMBING ............................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN DANMOTTO ............................................. v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……….…………………………….…………................... 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………...…………....................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………........…….……….. 5

1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………..…....…………... 6

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 TinjauanPustaka..................……………….............................................. . 7

2.1.1 Penelitian Perilaku (Behavior) …...................................................... 7

2.1.2 Theories of Behavior Intention ……………………..…..………..… 7

2.1.3 Theory of Planned Behavior……………………………..………… 9

2.1.4 Keputusan Pembelian Konsumen ………………………..……… 16

2.1.5 Pemalsuan (Counterfeit) ………....................................................... 23

2.2 Penelitian Terdahulu ……..…………………...……………....................... 30

2.3 KerangkaPemikiran ……….……………...………………...……..…....... 34

Page 9: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

2.4 Hipotesis ………………………….……………...…………….…….....… 35

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian….……….....………………..……………………….…. 42

3.1.1 Populasi …………………………………………………..…….… 42

3.1.2 Sampel ………..……….…………………………………….…….. 43

3.1.3 Teknik sampling ……………….…………………………..……… 43

3.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran …………………….....…… 44

3.2.1 Definisi Operasional …………………………………...................... 44

3.2.2 Skala pengukuran ………………………………..………......…… 48

3.3 Sumber Data …………………………………………..……...……...…… 48

3.4 Metode Pengumpulan Data ………………………….….……………… 48

3.5 Metode Analisis Data ……..…………………………..………………… 49

3.5.1 Analisis deskriptif ………...……………………………………… 49

3.5.2 Uji Penelitian …………………………………………..…....….… 49

3.5.3 Analisis Structural Equation Model (SEM) ………….…….……… 51

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif Responden ………….…………….…………………. 57

4.2 Pengujian Instrumen Penelitian …………………...……………………… 62

4.2.1 Pretest ……..………………………………………......…..……… 62

4.2.2 Uji Validitas Sampel Besar ….………………..……….………….. 66

4.2.3 Uji Reliabilitas …………..……………………….………..………. 68

4.3 Analisis Data ……………………………………………………………. 69

4.3.1 Uji Kecukupan Sampel ……………………….…..……………… 69

4.3.2 Uji Normalitas …………………………………………..…....…… 69

4.3.3 Uji Outlier …………………………………………………..…… 71

4.3.4 Pengujian 198 Sampel …………………………………………… 73

4.3.5 UjiGoodness of Fit ……………………………………..………… 74

Page 10: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

4.4 Pengujian Hipotesis ………………………….…………….……...……… 76

4.5 Interpretasi hasil dan pembahasan ………………………….….……… 84

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan …………………………………………..…..….…....……… 90

5.2 Keterbatasan Penelitian ………….…………………...………..……..… 91

5.3 Saran …………………………….………………...……………………… 92

5.4 Implikasi………………………………………………………………… 93

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Tingkat Turnover Pemalsuan pada Beberapa Industri….…….………. 26

Tabel II.2. Ringkasan Penelitian Terdahulu …………………………………… 33

Tabel III.1. Indeks Goodnes-of-Fit Model …………………………………….... 56

Tabel IV.1. Distribusi Responden Jenis Kelamin………………………….…… 58

Tabel IV.2. Distribusi Responden Usia………..……………………………..…. 59

Tabel IV.3. Distribusi Responden Pendidikan Yang Sedang Ditempuh…….…... 59

Tabel IV.4. Distribusi Responden Jurusan …………………………………....... 59

Tabel IV. 5. Distribusi Responden Pengeluaran Perbulan………………….....… 61

Tabel IV.6. Hasil Uji Validitas Pretest Tahap 1 ………………………...….…… 63

Tabel IV.7. Hasil Uji Validitas Pretest Tahap 2 …………………..……..…..….. 63

Tabel IV.8. Hasil Uji Validitas Pretest Tahap 3 …………………………….…… 65

Tabel IV.9. Hasil Uji Validitas Sampel Besar Rotated Component Matrix(a) …. 67

Tabel IV. 10. Hasil Uji Reliabilitas ……………………………………………….. 68

Tabel IV. 11. Hasil Uji Normalitas……………………...……………...…………. 70

Tabel IV. 12. Hasil Uji Outliers 1 ……………………….………..………………. 71

Tabel IV. 13. Hasil Uji Outliers 2 …..…………………………………...………… 72

Tabel IV.14. Hasil Uji Outliers 3 ………………………..…………..……………. 72

Tabel IV.15. Hasil Uji Goodness of Fit Model Struktural …………..…………… 74

Tabel IV. 16. Hasil Estimasi Model Struktural …………………………….………. 78

Page 12: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 2 Theory of Planned Behavior ……………………………….....……… 10

Gambar II. 3 Tahapan Pemecahan Masalah Konsumen ………………..…….……. 17

Gambar II.3. Kerangka Pemikiran ………………..……………………….……….. 34

Page 13: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku konsumen dalam membeli adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan tindakan dan perilaku dalam menggunakan ataupun membeli

produk. Menurut Liden dalam Wisgeek (2012), konsumen membeli produk dengan

berbagai cara, yaitu konsumen membeli produk yang digunakan secara langsung

ataupun konsumen yang akan membeli produk mahal akan terlebih dahulu melakukan

penelitian dan perencanaan, sebelum melakukan pembelian. Liden berpendapat

bahwa konsumen potensial barang mahal akan menentukan jenis produk dan meneliti

alternatifnya kemudian memutuskan produk spesifik setelah itu konsumen

mengevaluasi produk.

Menurut hasil riset yang telah dilakukan Frontier pada tahun 2008 menyatakan

bahwa konsumen di Indonesia menyukai produk buatan luar negeri daripada produk

lokal. Kondisi ini disebabkan karena mereka menganggap produk luar negeri lebih

bergengsi dan berkualitas tinggi jika dibandingkan produk lokal (Putri, 2008). Produk

luar negeri ini tentunya memiliki harga jual yang relatif tinggi, tetapi disaat yang

bersamaan, sebagian besar daya beli masyarakat Indonesia relatif rendah. Adanya gap

antara permintaan produk luar negeri dan rendahnya daya beli masyarakat Indonesia

menyebabkan timbulnya permintaan pada produk tiruan.

Menurut Wee, dkk. (1995), produk tiruan (counterfeit) adalah produk yang

identik dengan produk asli termasuk merek dagang dan juga pelabelannya. Wang,

Page 14: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dkk. (2005), mendefinisikan produk tiruan sebagai beberapa produk yang diproduksi

semirip mungkin dengan produk yang asli, baik dari segi kemasan, bentuk dan merek.

Beberapa produsen dengan sengaja membuat logo dan trademark yang sama persis

dengan tujuan mengelabui atau membohongi konsumen yang tidak terlalu paham dan

sadar akan bentuk produk asli. Berdasarkan data yang diperoleh Direktorat Jendral

Hak Kekayaan Intelektual (HaKI), produk yang tergolong barang tiruan di Indonesia

seperti tekstil, elektronik, farmasi dan kosmetika, piranti lunak (software), CD/DVD

musik dan film, spare-part otomotif, serta produk fashion.

Penelitian yang dilakukan Jurnalnet pada tahun 2007, mengenai pembelian

barang tiruan di Indonesia, dapat diketahui bahwa sekitar 63,4% responden mengakui

pernah membeli barang tiruan dan 82,9% diantaranya mengetahui bahwa barang yang

dibeli adalah tiruan. Alasan harga lebih murah menjadi alasan utama pembelian

barang tiruan (68%). Wirausahanews pada tahun 2011 mengungkapkan bahwa tas

merupakan salah satu produk fashion tiruan yang laris dipasaran. Harga tas tiruan

dengan berbagai merek seperti Hermes, Guess, Esprit, Prada, Burberry, Louis Vuiton,

dan Gucci hanya dipatok pada kisaran harga Rp. 50.000,- hingga Rp. 2.000.000,-

bergantung klasifikasi kualitas tiruannya (Koran Jakarta, 2012).

Padahal harga yang lebih murah, secara tidak langsung akan berhubungan

dengan kualitas yang dimiliki oleh produk. Sebanyak 38,2% responden mempunyai

kejadian yang buruk akibat produk tiruan tersebut. Sebanyak 56,3% mengatakan

bahwa produk tidak tahan lama, 27,1% responden menyatakan produk tidak nyaman

dipakai, bahkan sekitar 11,5% responden mendapatkan ejekan saat mengenakan

barang tiruan tersebut. Namun, 71,9% responden mengaku bahwa kejadian buruk

tersebut tidak membuatnya jera dan tetap mempertahankan kebiasaan dalam membeli

Page 15: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

produk tiruan tersebut apapun kekurangan atas produk tiruan yang mereka beli

(Jurnalnet, 2007).

Saat ini pemerintah telah mengeluarkan aturan hukum guna menjerat produsen

barang tiruan, dalam UU No 15 Tahun 2010 pasal 90 disebutkan, bahwa:

“ barang siapa secara sengaja tanpa hak menggunakan merek yang sama

pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk

barang dan/ atau jasa sejenis yang diproduksi dan/ atau diperdagangkan

dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan/ atau denda

paling banyak satu milyar rupiah”.

Konsumen barang tiruan juga dapat dijerat dengan Pasal 481 KUHP karena dianggap

sengaja membeli barang yang diperoleh dari kejahatan dengan ancaman pidana

penjara maksimal selama tujuh tahun.

Menurut penelitian yang dilakukan Ang, dkk. (2001), sikap terhadap barang

palsu dipengaruhi oleh beberapa faktor personal dan sosial diantaranya normative

susceptibility (kerentanan normatif), informative susceptibility (kerentanan

informatif), value consciousness (nilai kesadaran), integrity (integritas) dan personal

gratification (kepuasan personal). Sikap terhadap barang palsu sebagai variabel

mediator dan purchase intention (niat pembelian) sebagai variabel dependennya. Pada

penelitiannya dijelaskan bahwa kerentanan normatif menyoroti masalah keputusan

pembelian berdasarkan ekspektasi yang membuat orang lain terkesan. Kerentanan

informatif menyoroti masalah keputusan pembelian berdasarkan pendapat para ahli.

Nilai kesadaran menyoroti membayar harga yang murah. Integritas menggambarkan

etika konsumen pada ketaatan hukum. Kepuasan personal menyoroti kebutuhan untuk

suatu pengakuan sosial.

Page 16: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Berdasarkan hasil penelitian Ang, dkk. (2001), menunjukan hanya hubungan

antara kepuasan personal dan sikap terhadap barang palsu terhadap niat pembelian

yang hasilnya signifikan. Kemudian Wang, dkk. (2005) melakukan adaptasi dan

perubahan pada konstruksi penelitian yang telah dilakukan oleh Ang, dkk. (2001)

dengan menambahkan variabel kolektivitas dan mencari jenis baru. Penelitian Wang,

dkk. (2005), menunjukan hasil yang negatif pada variabel kerentanan normatif,

kerentanan informatif, integritas dan kepuasan personal. Kemudian menurut Wang,

dkk. (2005), berdasarkan hasil penelitiannya bahwa untuk mengukur pengaruh sikap

konsumen lebih penting menggunakan variabel kerentanan normatif dan nilai

kesadaran daripada variabel kerentanan informatif dan kepuasan personal.

Penjualan produk fashion tiruan di Indonesia belakangan ini semakin marak dan

telah menjadi perhatian banyak masyarakat, pelaku bisnis dan pemerintah. Lebih

disukainya produk tiruan – terutama pada produk fashion – daripada produk asli oleh

konsumen Indonesia, menjadi permasalahan mendasar sulitnya menghapuskan

perdagangan produk tiruan tersebut. Berdasarkan hal itu, perlu dicarikan jalan keluar

untuk mencarikan masalah tersebut. Fenomena seperti ini menjadi sangat menarik

untuk diteliti akibat semakin maraknya penjualan barang-barang tiruan terutaman

produk fashion bermerek di Indonesia terutama di beberapa kota besar seperti Jakarta,

Semarang, Surabaya dan kini merambat ke Solo.

Penelitian ini, merupakan modifikasi model dari penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Wang, dkk. (2005) dengan variabel indipendennya adalah informative

susceptibility, normative susceptibility, value consciousness, integrity, personal

gratification, collectivism, novelty seeking, attitude toward piracy dan variabel

dependennnya adalah purchase intentiondan Ajzen (1991) dengan variabel

Page 17: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

indipendennya adalah attitude toward behavior, subjective norm, perceived control,

intention dan variabel dependennya adalah behavior dengan tujuan mengkonfirmasi,

yang disesuaikan dengan kondisi dan setting yang ada di Indonesia. Berdasarkan

uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Normative

Susceptibility, Value Consciouness, Colletivism, dan Novelty Seeking terhadap

Behavior dalam Repurchase Intention of Fashion Counterfeit (Studi pada Mahasiswa

Fakultas Ekonomi UNS)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Apakah normative susceptibility berpengaruh pada attitude toward counterfeit?

2. Apakah value consciousness berpengaruh attitude toward counterfeit?

3. Apakah collectivism berpengaruh pada attitude toward counterfeit?

4. Apakah novelty seeking berpengaruh pada attitude toward counterfeit?

5. Apakah attitude toward counterfeit berpengaruh pada repurchase intention?

6. Apakah repurchase intention berpengaruh pada behavior

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk menguji pengaruh normative susceptibility terhadap attitude toward

counterfeit.

2. Untuk menguji pengaruh consciousness terhadap attitude toward counterfeit.

3. Untuk menguji pengaruh collectivism terhadap attitude toward counterfeit.

Page 18: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

4. Untuk menguji pengaruh novelty seeking terhadap attitude toward counterfeit.

5. Untuk menguji pengaruh attitude toward counterfeit terhadap repurchase

intention.

6. Untuk menguji pengaruh repurchase intention terhadap behavior.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Bagi teoritis

Penelitian ini berdasarkan suasana yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu,

pengaruh yang terjadi terbatas pada teori dapat digunakan sebagai acuan dalam

membahas di bidang pemasaran, terutama pada perilaku konsumen dalam

pembeli produk fashion tiruan. Sehingga diharapkan dapat memperkaya

pemahaman teoritis dalam penelitian pemasaran.

1.4.2 Bagi praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai perilaku

konsumen Indonesia dalam membeli produk fashion tiruan. Oleh karena itu

dapat digunakan untuk dapat memahami dan mengatur perilaku konsumen

terhadap produk fashion tiruan.

1.4.3 Bagi peneliti yang akan datang

Penelitian inisebagai sarana pendalaman materi kuliah dan penerapan pada

dunia nyata dari teori-teori yang telah dipelajari sebelumnya pada perkuliahan.

Page 19: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penelitian Perilaku (Behavior)

Theory of planned behavior adalah ekspansi dari Theory of reasoned action

(TRA) yang juga dikembangkan oleh Ajzen (1991). Theory of Reasoned Action

pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (people.umass.edu/aizen/). Teori

ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang

sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tesedia. Pada TRA ini, Ajzen

(1980) menyatakan bahwa niat seseorang melakukan suatu perilaku menentukan akan

dilakukanya atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Lebih lanjut Ajzen

mengemukakan bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu

dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap

(attitude towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu

norma subjektif (subjective norms).

Selanjutnya upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif

terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi

TRA ini dengan keyakinan (beliefs). Dikemukakannya pendapat bahwa sikap berasal

dari keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan norma subjektif

berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs).

Page 20: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Selain dari kedua variabel dalam TRA terdapat faktor lain yang juga

mempengaruhi intensi selain sikap dan norma subyektif yaitu PBC (perceived

behavior control) dan teorinya yang dikenal dengan planned behavior theory (Ajzen,

1990). PBC adalah persepsi individu mengenai mudah atau tidaknya individu untuk

melakukan perilaku dan diasumsikan merupakan refleksi dari pengalaman yang telah

terjadi sebelumnya juga hambatan-hambatan yang diantisipasi (Ajzen, 1990).

TRA menekankan perilaku yang rasional yaitu perilaku dimana individu

memiliki kontrol. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sheppard (1988) TRA tidak

dapat menutupi faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu perilaku. Pertimbangan

tersebut peneliti menggunakan TPB sebagai dasar teori untuk menentukan faktor

yang mempengaruhi intensi. Theory of PlannedBehavior (TPB) adalah ekstensi dari

theory of reasoned action (TRA). TPB dirancang untuk menentukan dan mengetahui

perilaku konsumen yang lebih spesifik (Ajzen 1991) oleh karena itu peneliti

menggunakan TPB.

2.1.2 Theories of Behavior intention (Teori Intensi Berperilaku)

Intensi berperilaku adalah kemauan konsumen atau kecenderungan konsumen

untuk melakukan pembelian. Intensi berperilaku merupakan hal yang paling mudah

untuk diketahui dalam pengukuran tindakan konsumen yang sebenarnya (Ajzen &

Fishbain. 1975). Bagi pemasar ini merupakan hal penting dimana pemasar dapat

mempengaruhi konsumen untuk menarik minat melakukan pembelian terhadap

sebuah produk.

Page 21: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2.1.3 Theory of Planned Behavior(TPB)

Faktor yang mempengaruhi intensi selain sikap dan norma subyektif adalah

PBC (perceived behavior control) dan teorinya yang dikenal dengan plannedbehavior

theory (Ajzen, 1990). PBC adalah persepsi individu mengenai mudah atau tidaknya

individu untuk melakukan perilaku dan diasumsikan merupakan refleksi dari

pengalaman yang telah terjadi sebelumnya juga hambatan-hambatan yang diantisipasi

(Ajzen, 1990).

TRA menekankan perilaku yang rasional yaitu perilaku dimana individu

memiliki kontrol. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sheppard (1988) TRA tidak

dapat menutupi faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu perilaku. Dengan

pertimbangan tersebut peneliti menggunakan TPB sebagai dasar teori untuk

menentukan faktor yang mempengaruhi intensi. Theory of Planned Behavior (TPB)

adalah ekstensi dari Theory of Reasoned Action (TRA). TPB dirancang untuk

menentukan dan mengetahui perilaku konsumen yang lebih spesifik (Ajzen 1991).

Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap

perilaku. Berdasarkan teori tersebut variabel terpenting perilaku seseorang adalah

intensi untuk berperilaku. Jika TRA dapat diaplikasikan kepada individu yang di

bawah kendali sendiri atau termotivasi dari norma subyektifnya, TPB dikembangkan

untuk memprediksi perilaku yang sepenuhnya tidak didasari oleh kemauan diri

sendiri.

TPB didasarkan pada asumsi manusia sebagai makhluk rasional, yang

menggunakan informasi yang membantunya berpikir secara sistematis. Setiap

individu harus bisa meramalkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka

memutuskan untuk melakukan atau tidak perilaku tersebut.

Page 22: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

TPB percaya bahwa semakin kuat intensi seseorang melakukan sesuatu maka

semakin kuat seseorang akan melakukannya. Di samping itu perbedaan dasar yang

dimiliki TPB dan TRA adalah penentu intensi atau variabel ketiga yang

mempengaruhi timbulnya kemauan yaitu perceived behavioral control (PBC).

Sumber: Ajzen, Icek. (1991).

Gambar II. 2 Theory of Planned Behavior

2.1.3.1 Sikap terhadap Perilaku (Attitude TowardsBehavior)

Fishbein dan Ajzen (1975) menjelaskan sikap adalah afektif atau evaluasi pada

dasarnya dan dapat dikonsepkan sebagai jumlah ketertarikan atau ketidak pedulian

terhadap suatu objek. Hal ini merupakan tingkat dimana seseorang mengevaluasi atau

menilai suatu perilaku secara suka atau pun tidak suka (Ajzen, 1991). Dengan kata

lain, bagaimana performa dari suatu perilaku dinilai secara positif atau negatif. Sesuai

dengan expectancy value model yang menyebutkan bahwa sikap tumbuh dari

kepercayaan seseorang mengenai suatu obyek sikap, attitudetoward behavior

ditentukan oleh keseluruhan behavioral beliefs yang dapat dimanfaatkan yang

menghubungkan perilaku dengan beberapa hasil and atribut lain.

Secara umum, kepercayaan akan suatu obyek dibentuk dengan

mengasosiasikannya dengan atribut tertentu (Ajzen, 1991). Semenjak atribut yang

Attitude Toward Behavior

Subjective Norm Intention Behavior

Perceived Behavioral contol

Page 23: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dihubungkan dengan perilaku sudah dinilai secara positif maupun negatif, secara

langsung dan bersamaan kita bisa memperoleh attitude towardsbehavior.

2.1.3.1.1 Attitude toward fashion counterfeiting (sikap terhadap produk fashion tiruan)

Sikap (attitude) sebagai suatu hal yang mendasari dan berkorelasi tinggi

dengan keinginan (intention) seseorang, dimana hal tersebut merupakan suatu

penyebab munculnya perilaku seseorang (Ajzen dan Fishbein, 1980). Ang, dkk.

(2001), menyimpulkan bahwa setiap sikap konsumen pada pembajakan

mempengaruhi keinginan pembelian mereka secara signifikan. Keinginan seseorang

terhadap suatu objek dipengaruhi oleh faktor-faktor individual dan interpersonal.

Menurut Matos, dkk. (2007), evaluasi konsumen terhadap pemalsuan akan menjadi

penentu utama terhadap keinginan mereka untuk membeli barang tiruan tersebut.

Seperti yang dikemukakan oleh Wee, dkk. (1995), konsumen yang pernah

membeli barang tiruan tentunya mereka memiliki sikap positif terhadap barang tiruan.

Mereka membeli barang tiruan untuk menempatkan diri mereka pada suatu kelas

sosial tertentu, karena mereka tidak mampu membayar mahal untuk bisa

mendapatkan barang yang asli. Selain itu, terdapat presepsi diantara konsumen bahwa

membeli barang tiruan merupakan soft crime dan hal ini dapat diterima oleh

masyarakat sosial di region Asia (Cordell, 1996).

Konsumen akan mencari nilai tertinggi dari penawaran yang ada di pasar.

Nilai tersebut mereka ukur dari manfaat yang mereka dapatkan dari suatu barang

dibandingkan dengan biaya yang mereka keluarkan untuk mendapatkan barang

tersebut. Biasanya, konsumen akan merancang nilai terbaik yang mengkombinasikan

antara harga dan kualitas yang mereka peroleh (Cordell dkk, 1996). Sehingga Wang,

dkk. (2005) dapat menyimpulkan bahwa konsumen mungkin tidak mengharapkan

Page 24: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kualitas yang sangat baik dikarenakan mereka berfikir akan lebih memilih barang

tiruan dibandingkan dengan barang yang asli jika terdapat keunggulan harga (price

advantage) di dalamnya.

Penelitian ini, dijelaskan atribut-atribut dari sikap konsumen dalam membeli

barang tiruan (attitude toward counterfeit) yang terdiri dari sikap pada perilaku

pembelian (attitude toward purchasing behavior) dan sikap terhadap barang fashion

tiruan (attitude toward counterfeit fashion).

2.1.3.1.2 Attitude Toward Purchasing Behavior (Sikap Terhadap Perilaku Pembelian)

Sikap konsumen terhadap perilaku pembelian (attitude toward purchasing

behavior) menjelaskan pandangan konsumen terhadap pemalsuan dari segi etika dan

evaluasi resiko terhadap perilaku pembelian mereka pada barang-barang tiruan

tersebut. Menurut Wang, dkk. (2003), sikap konsumen terhadap perilaku pembelian

ini merupakan faktor penting dalam proses pengambilan keputusan oleh konsumen.

2.1.3.1.3 Attitude Toward Counterfeit Goods (Sikap Terhadap Produk Fashion Tiruan)

Menurut Wee, dkk. (1995), sikap konsumen terhadap barang fashion tiruan

merupakan evaluasi yang dilakukan oleh konsumen untuk membandingkan antara

barang fashion yang asli dengan yang tiruan. Wee, dkk. (1995), menemukan bahwa

produk atribut sangat penting dalam menjelaskan keinginan kosumen untuk membeli

barang tiruan. Dalam penelitian ini, evaluasi konsumen terhadap barang fashion

tiruan akan menjadi penentu utama yang mempengaruhi keinginan orang tersebut

untuk membeli barang tiruan. Faktor-faktor yang menjadi fokus perhatian konsumen

untuk mengevaluasi produk fashion tersebut adalah harga, kualitas dan risk

awareness. Sesuai dengan Huang, dkk. (2004), semakin kuat hubungan antara harga

Page 25: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dan kualitas bagi konsumen, maka akan semakin rendah kualitas presepsi dari

konsumen terhadap produk fashion tiruan. Sikap positif terhadap pemalsuan biasanya

akan memiliki hubungan yang positif juga dengan kesedian konsumen untuk membeli

produk fahion tiruan.

2.1.3.1.4 Attitude Toward Social Consequences (Sikap Terhadap Konsekuensi Sosial)

Menurut Wang, dkk. (2005), sikap konsumen terhadap konsekuensi sosial

merupakan evaluasi konsumen terhadap konsekuensi yang timbul dari barang tiruan

bagi masyarakat sosial. Sedangkan menurut Vida (2007), mengartikan bahwa

presepsi konsumen terhadap resiko sosial yang mungkin muncul dari pembelian dan

penggunaan barang tiruan. Terdapat dampak negatif yang timbul akibat pemalsuan

terhadap masyarakat sosial. Pemalsuan dapat mengurangi keuntungan dari inovasi

sehingga mengurangi insentif dari inovasi itu sendiri yang berakibat pada

berkurangnya pertumbuhan ekonomi. Selain itu, barang-barang tiruan seperti obat-

obatan palsu, suku cadang kendaraan palsu, dan lainnya dapat mengancam

keselamatan, kesehatan, dan bahkan nyawa dari konsumen itu sendiri (OECD, 2007).

2.1.3.2 Norma subyektif (Subjective Norm)

Norma subyektif adalah cara untuk mengukur tingkat pengaruh sosial dalam

membentuk perilaku seseorang sebagai contoh dalam memenuhi ekspektasi keluarga

(Ha, 1998). Oleh karena itu norma subyektif sangat berpengaruh dalam menentukan

intensi seseorang dalam melakukan pembelian (Ajzen dan Fishbein, 1980).

Ajzen (1991) mengatakan bahwa norma ini merujuk kepada tekanan sosial yang

dirasa untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Dengan kata lain,

norma ini menilai sejauh mana seseorang mempunyai motivasi untuk mengikuti

pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya. Apabila individu merasa

Page 26: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

hal tersebut adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan,

bukan ditentukan oleh orang lain yang berada disekitarnya, maka dia akan

mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukannya. Fishbein

dan Ajzen (1980), menggunakan istilah “motivationto comply” untuk

menggambarkan keadaan ini, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain

yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak

Norma subyektif menjelaskan bahwa pengaruh dari pandangan lingkungan

sosial kita terhadap semua perilaku kita yang menjadikan seorang konsumen memiliki

kecenderungan untuk mengikuti aturan yang sebelumnya telah ada di lingkungan

tersebut yang menjadikanya normative belief.

Normative belief adalah kepercayaan ini menekankan pada kemungkinan setuju

atau tidak setujunya individu atau kelompok referensi dalam melakukan suatu

perilaku (Ajzen, 1991). Secara tidak langsung, hal ini berkaitan dengan pengaruh

lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi keputusan individu. Pengaruh ini dapat

timbul dari individu lain ataupun kelompok yang berada di sekitar seperti pasangan,

keluarga, teman, ataupun bisa juga berasal dari populasi tetap individu berada, seperti

guru, dokter, atasan, dan sebagainya. Dapat diasumsikan bahwa normative beliefs,

dikombinasikan dengan motivasi seseorang untuk sesuai dengan referensi yang

berbeda akan menentukan subjective norm yang berlaku.

Normative beliefs memiliki dua masalah. Pertama, bagaimana norma ini

membantu memprediksi variabel lain (subjective norm and intention). Kedua, untuk

pemasaran penting untuk melakukan intervensi, dapat membantu menentukan kapan

seorang pemasar harus fokus dalam melakukan sebuah intervensi; usaha ini dapat

Page 27: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

membantu dalam memprediksi kemampuan norma subyektif dengan mengetahui

pengaruh norma yang ada di masyarakat dalam sisi afeksi dari konsumen.

Sebagai mana norma mempengaruhi tingkah laku seseorang baik dalam

kehidupan sosial maupun dalam transaksi hal ini menjadi celah untuk pemasar dalam

melakukan intervensi. Peran keluarga, teman, atau kerabat dekat lainnya menjadikan

sisi normatif menjadi cara untuk langsung mempengaruhi sisi afeksi konsumen.

2.1.3.3 Perceived Behavior Control (PBC)

PBC mengindikasikan bahwa motivasi seseorang berdasarkan kemampuan atau

kemudahan individu dalam melakukan suatu perilaku. Jika seseorang memiliki

control beliefs yang kuat untuk faktor–faktor yang kuat dalam memfasilitasi suatu

perilaku, maka individu tersebut memiliki persepsi yang tinggi akan kemampuanya

melakukan sesuatu. Namun sebaliknya apabila individu tersebut tidak memiliki

persepsi yang kuat maka individu tersebut tidak memiliki kemampuan untuk

mengendalikan suatu perilaku (Ajzen, 1992).

2.1.3.4 Hubungan Intensi dengan Theory of Planned Behavior

Theory of planned behavior merupakan alat untuk menghitung kecenderungan

seseorang melakukan perilaku. Dengan menggunakan sikap, norma subyektif, dan

perceived behavior control. Menurut TPB variabel PBC dapat langsung

mempengaruhi terhadap perilaku, namun dalam beberapa kasus ditemukan bahwa

PBC juga masih mempengaruhi intensi sebelum melakukan suatu perilaku.

Semakin positif sikap dan norma subyektif terhadap suatu perilaku, dan

semakin positif persepsi terhadap suatu perilaku, maka semakin tinggi intense

seseorang untuk melakukan perilaku tersebut. Tingkat intensi terhadap suatu perilaku

bervariasi menurut demografi individu tersebut, artinya dalam beberapa penelitian

Page 28: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

ditemukan hanya sikap yang lebih berpengaruh terhadap suatu perilaku, atau variable

lain yang juga mempengaruhi dilakukannya suatu perilaku.

2.1.4 Keputusan Pembelian Konsumen

Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa

keputusan. Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan di antara dua atau lebih

alternatif tidakan (atau perilaku). Pemasar mengacu pada pilihan antara objek

(produk, merek atau toko), walaupun sebenarnya memilih di antara perilaku alternatif

yang berkaitan dengan objek tersebut.

Menurut Liden dalam Wisgeek (2012), perilaku pembelian konsumen adalah

istilah untuk menggambarkan tindakan dan perilaku orang-orang yang membeli dan

menggunakan produk. Konsumen membeli berbagai jenis produk dalam berbagai

cara, seperti produk yang akan dikonsumsi langsung melibatkan keputusan cepat atau

on-the-spot. Sedangkan sebagian konsumen melakukan perencanaan untuk membeli

produk mahal yang akan digunakan selama jangka waktu yang lama.

Dalam melakukan suatu proses pembelian sebuah produk, baik secara sadar

maupun tidak sadar sebenarnya konsumen telah menjalani serangkaian tahapan guna

memenuhi kebutuhan dan keinginan yang mereka miliki. Apapun jenis produknya,

tentunya konsumen akan melewati beberapa tahapan dalam melakukan sebuah

pembuatan keputusan pembelian, yaitu :

a) Pemahaman adanya masalah.

b) Pencarian alternatif pemecahan

c) Evaluasi alternatif

d) Pembelian

e) Penggunaan pasca pembelian dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih

Page 29: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Saat ini, permasalahan yang sering ditemui oleh konsumen adalah consumer

hyper choice yaitu terlalu banyaknya pilihan produk yang tersedia di pasar. Hal ini

secara tidak langsung mengakibatkan terjadinya pemilihan yang berulang-ulang

sehingga pada akhirnya mampu menurunkan kemampuan konsumen dalam

memberikan keputusan pembelian yang terbaik.

Sumber : Setiadi (2003)

Gambar II. 3 Tahapan Pemecahan Masalah Konsumen

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pelanggan. Faktor-

faktor tersebut dibedakan menjadi 2 bagian yaitu faktor-faktor yang berasal dari

dalam diri pribadi seorang konsumen dan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan

sekitar seorang konsumen. Adapun yang mempengaruhi faktor-faktor perilaku

konsumen antara lain, kekuatan sosial budaya terdiri dari faktor budaya, tingkat

sosial, kelompok anutan (small reference groups) dan keluarga. Sedangkan kekuatan

psikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan.

Menganalisis perilaku konsumen akan berhasil apabila kita dapat memahami

aspek-aspek psikologis manusia secara keseluruhan. Perilaku konsumen adalah studi

Problem Recognation

Evaluation of Alternatives

Information Search

Product Choice

Outcomes

Page 30: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,

menggunakan, dan bgaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan mereka (Setiadi, 2003).

Menurut (Setiadi, 2003) berdasarkan jenisnya, keputusan pembelian produk

oleh konsumen dapat dirinci sebagai berikut:

1. Keputusan jenis produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah tas atau

menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan harus

memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli tas serta

alternatif lain yang mereka pertimbangkan.

2. Keputusan bentuk produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli bentuk tas tertentu.

Keputusan tersebut menyangkut ukuran, mutu bahan, corak dan sebagainya.

Dalam hal ini perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk mengetahui

kesukaan konsumen mengenai produk bersangkutan agar dapat memaksimalkan

daya tarik merknya.

3. Keputusan merek

Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli.

Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan

harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.

4. Keputusan penjualnya

Konsumen harus mengambil keputusan di mana tas tersebut akan dibeli. Dalam

hal ini, produsen, pedagang besar, dan pengecer harus mengetahui bagaimana

konsumen memilih penjual tertentu.

Page 31: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

5. Keputusan jumlah produk

Konsumen dapat mengambil keputusan seberapa banyak produk yang akan

dibelinya. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu unit. Dalam hal ini

perusahaan harus mempersiapkan banyak produk sesuai dengan keinginan yang

berbeda-beda dari para pembeli.

6. Keputusan waktu pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan

pembelian. Masalah ini akan menyangkut tersedianya uang untuk membeli radio.

Oleh karena itu perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan konsumen dalam penentuan waktu pembelian. Dengan demikian

perusahaan dapat mengatur waktu produksi dan kegiatan pemasarannya.

7. Keputusan cara pembayaran

Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran

produk yang dibeli, apakah secara tunai atau dengan cicilan. Keputusan tersebut

akan mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah pembeliannya. Dalam

hal ini perusahaan harus mengetahui keinginan pembeli terhadap cara

pembayarannya.

Keputusan pembelian produk oleh konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah kebudayaan yang dianut oleh konsumen, pengaruh sosial terhadap

kensumen tersebut, serta individu konsumen tersebut (Setiadi, 2003). Faktor-faktor

yang mempengaruhi keputusan konsumen tersebut dirinci sebagai berikut:

1. Faktor Kebudayaan

Menurut Peter (2000), Budaya (culture) secara luas sebagai makna yang dimiliki

bersama oleh masyarakat dalam suatu kelompok sosial. Kebudayaan merupakan

Page 32: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Pemasar

harus memperhatikan nilai-nilai budaya untuk memahami cara terbaik

memasarkan produk.

Konsumen membeli produk sebagai suatu cara untuk mengakui sisi makna

budaya yang selanjutnya akan digunakan untuk membentuk identitas pribadi

mereka. Konsumen memiliki banyak kebebasan untuk menciptakan pribadi-

pribadi yang berbeda melalui pilihan atas gaya hidup, lingkungan maupun

produk-produk yang mereka sukai. Walaupun produk dapat mentransfer makna

penting kepada konsumen, barang tidak dapat menyediakan semua makna yang

dibutuhkan konsumen untuk membangun konsep pribadi yang sehat. Sebagian

besar orang memiliki benda-benda pribadi yang sangat disukai yang berisikan

makna yang sangat penting dan berlevansi pribadi. Mereka pada umumnya

memiliki tingkat keterlibatan yang sangat tinggi dengan objek demikian (Peter,

2000).

2. Faktor sosial

Menurut Peter (2000) kelas sosial (social class) adalah sebuah hirarki status

nasional di mana kelompok dan individu dibedakan dalam hal gengsi dan nilai

diri. Kelas sosial adalah sebuah gabungan dari berbagai ciri personal dan sosial

ketimbang sebuah ciri-ciri tunggal seperti pendapatan atau pendidikan. Pada

tingkatan konseptual, kelas sosial sangat bermanfaat untuk menyelidiki proses di

mana konsumen mengembangkan kepercayaan, nilai dan pola perilaku yang

beragam. Faktor sosial ini dipengaruhi oleh beberapa kelompok dilingkungan

konsumen, yaitu:

Page 33: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

1.) Kelompok referensi

Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (kelompok keanggotaan)

atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Pemasar

berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok referensi dari konsumen

sasaran mereka.

2.) Keluarga

Organisasi pembelian konsumen yang paling dalam masyarakat dan anggota

keluarga mempresentasikan kelompok referensi utama yang paling

berpengaruh. Dalam keluarga perlu dicermati pola perilaku pembelian yang

menyangkut pengaruh, pembuat serta pelaku keputusan untuk membeli.

Pengaruh sosial memiliki pengaruh besar pada pengambilan keputusan bagi

konsumen. Sikap konsumen juga dapat dipengaruhi oleh tekanan sosial

tergantung pada tingkat kerentanan mereka. Dalam penelitian ini faktor-faktor

yang dapat mempengaruhinya yaitu normative susceptibility (kerentanan

normatif) dan collectivism (kolektivitas).

1. Normative susceptibility

Menurut Wang, dkk. (2005), kerentanan normatif adalah suatu kejadian

dimana konsumen dalam membeli barang bukan berdasarkan opini atau

pendapat orang lain, namun didasari oleh keinginan untuk membuat orang

lain terkesan. Dalam hal ini, citra diri berperan sangat besar karena

pembelian produk palsu tidak menggambarkan kesan yang baik (Pens dan

Stottinger, 2005). Dalam studi ini, kerentanan normatif diperkirakan

memiliki hubungan negatif dengan sikap terhadap pembelian barang palsu.

Page 34: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Hal ini didasarkan pada premis jika membeli produk palsu tidak membuat

kesan yang baik pada orang lain sementara itu citra yang baik merupakan hal

penting dan sikap membeli barang bajakan kurang baik.

2. Colletivism

Menurut Wang, dkk. (2005), budaya kolektif menjelaskan perbedaan tingkat

pemalsuan produk dan etika pengambilan keputusan konsumen antara

negara-negara timur dan barat sehingga hasil dari keputusan yang mereka

ambil pun akan bermacam-macam. Menurut Hofstede (1991), negara yang

kental akan kebudayaan, cenderung memiliki perkembangan ekonomi yang

lambat sehingga mereka akan cenderung membeli barang imitasi daripada

membeli barang asli. Sehingga Phau dan Teah (2009), menyimpulkan

kolektivitas menjadi salah satu faktor yang ada pada masyarakat Asia,

khususnya di Indonesia dimana mereka menerima dengan adanya produk

bajakan dan produk imitasi.

3. Faktor pribadi

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Faktor pribadi

meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup pembeli, pekerjaan dan keadaan

ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta gaya hidup dan nilai. Banyak dari

karakteristik ini yang mempunyai dampak yang sangat langsung terhadap

perilaku konsumen. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi

kepribadian adalah value consciousness (nilai kesadaran) dan novelty seeking

(mencari jenis baru).

Page 35: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

1.) Value consciousness (nilai kesadaran)

Menurut Lichtenstein, dkk. (1990), value consciousness sebagai suatu

kesadaran untuk membayar suatu barang dengan harga rendah walaupun

terdapat quality coinstraint didalamnya. Konsumen yang memilki kesadaran

tinggi biasanya memiliki sikap yang positif terhadap barang tiruan. Hal ini

disebabkan konsumen menganggap harga lebih murah pada barang tiruan,

merupakan kelebihan bagi mereka jika membeli barang tiruan tersebut

dibandingkan membeli barang yang asli. Ketika harga turun maka

permintaan akan naik. Barang bajakan menyediakan biaya penghematan

yang besar kepada konsumen, meskipun terdapat beberapa kompromi dalam

kualitas akan tetapi nilai yang dirasakan tinggi.

2.) Novelty seeking (mencari jenis baru)

Menurut Midlgey, dkk. (1978), mencari jenis baru merupakan derajat atau

tingkat seseorang menerima sebuah ide baru dan membuat keputusan yang

inovatif secara bebas dari pengaruh orang lain. Mencari jenis baru

merupakan alasan kedua setelah faktor harga yang memicu konsumen untuk

membeli barang tiruan (Wang, dkk., 2005). Mencari jenis baru memiki

pengaruh atau berdampak positif terhadap sikap konsumen pada barang

tiruan (Huang, dkk., 2006).

2.1.5 Pemalsuan (Counterfeit)

Pemalsuan adalah tindakan pelanggaran atau penyalahan terhadap hak legal dari

sang pemilik intelektual properti (OECD, 2007). Clark (dalam OECD, 1998)

menjelaskan bahwa pemalsuan merujuk hanya pada kasus pelanggaran hak merek

Page 36: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

dagang (trademark), namun dalam prakteknya pemalsuan juga mencakup tindakan

pembuatan sebuah barang yang dimana bentuk fisiknya sengaja dibuat sangat mirip

dengan barang aslinya. Hal ini terkadang dapat menyesatkan konsumen dalam

mencari yang asli yang ingin mereka beli.

Selain itu, counterfeiting juga bisa diartikan sebagai penggunaan hak merek,

hak cipta dan hak paten tanpa izin dari sang pemilik (Hung, 2003). Pemalsuan

merujuk pada proses pembuatan dan pendistribusian barang-barang tiruan

(counterfeited goods). Counterfeited goods itu sendiri adalah suatu barang yang

dibuat tanpa memiliki pengakuan hak merek (trademark) dari merek yang

dimilikinya. Suatu barang yang menyandang sebuah merek harus mendaftarkan hak

merek (trademark) mereka terlebih dahulu sebelum barang tersebut mulai dipasarkan,

agar barang tersebut valid untuk diperdagangkan (BRIDGE, 2007).

Wang, dkk. (2005), mendefinisikan pemalsuan sebagai barang-barang yang

diproduksi semirip mungkin dengan barang yang asli, baik dari segi kemasan, bentuk

dan merek. Beberapa produsen dengan sengaja membuat logo dan trademark yang

sama persis dengan tujuan mengelabui atau membohongi konsumen yang tidak terlalu

paham dan sadar akan bentuk barang yang asli.

Pemalsuan tidak lepas dari adanya peran konsumen yang turut membeli barang-

barang tiruan tersebut. Aktivitas pemalsuan juiga terkait dengan perilaku konsumen

(“Pembentukan dan Pengubahan Sikap Konsumen”, 2007). Penting untuk dibedakan

antara perceptive dan non-perceptive counterfeit. BRIDGE (2007) juga memaparkan

bahwa perceptive counterfeits merupakan suatu kondisi dimana konsumen tahu

bahwa barang yang akan dibelinya antara high-quality counterfeits dan low-quality

counterfeits. High-quality counterfeits adalah barang tiruan yang memiliki kualitas

Page 37: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

hampir sama atau identik dengan barang yang asli dan bahkan dapat mengelabui

konsumen yang sudah berpengalaman sekalipun. Sedangkan, low-quality counterfeits

adalah barang imitasi yang memiliki penampilan kurang bagus sehingga dapat dengan

mudah disadari oleh orang yang mengetahui merek dan desain barang yang aslinya,

bahwa barang tiruan (BRIDGE, 2007).

Counterfeiting juga merupakan masalah yang signifikan dan berkembang di

seluruh dunia, baik terjadi di Negara yang belum berkembang maupun di Negara

yang sudah berkembang (Matos, dkk. 2007) dan merupakan ancaman tradisional bagi

merek dagang dan hak paten (Benjamin 2003). Ada 2 jenis transaksi yang terlibat

dalam pemalsuan:

1. Deceptive counterfeiting, keadaan dimana konsumen tidak sadar/tidak tahu ketika

dia sedang membeli produk palsu. Jadi, konsumen percaya bahwa produk yang dia

beli merupakan asli.

2. Non-deceptive counterfeiting, keadaan dimana konsumen benar-benar sadar/tahu

bahwa dia sedang membeli produk palsu.

Berdasarkan data yang didapat oleh OECD (2007), jumlah total dari

pemalsuan hingga saat ini telah mencapai sekitar 5 hingga 7 persen dari total

perdagangan dunia. Data statistik yang disediakan oleh bea cukai setempat

mendukung kesimpulan bahwa hingga kini masalah pemalsuan ini sudah berkembang

dengan sangat pesat dan tidak hanya tertuju pada barang tertentu saja, melainkan

secara menyeluruh. Selain pembajakan pada CD music dan software, pemalsuan juga

terjadi pada industri barang mewah, obat-obatan, automotif dan mainan. Badan

statistika setempat mengindikasikan bahwa sumber utama dari barang-barang tiruan

ini berasal dari Asian, sekitar 50 persen berasal dari Cina (OECD, 2007).

Page 38: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2.1.5.1 Penyebaran Counterfeiting di Beberapa Industri

Pemalsuan saat ini menjadi permasalahan yang marak diperbincangkan karena

persebarannya kini telah menyentuh berbagai macam sektor industri. Untuk

menggambarkan perkembangan atau penyebaran dari pemalsuan dalam beberapa

industri berbeda. Menurut European Brands Association (AIM) mengenai proporsi

nilai dari pemalsuan terhadap turnover di beberapa industri berbeda.

Tabel II.1. Tingkat TurnoverPemalsuan pada Beberapa Industri

Keterangan Presentase

computer software 35%

audio-video 25%

textiles and clothing 22%

toys 12%

perfumes 10%

pharmaceuticals 6%

watches 5%

Sumber : BRIDGE (2007)

2.1.5.2 Penyebab Munculnya Pemalsuan

Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi dalam bertambahnya tingkat atau

jumlah pemalsuan dalam beberapa tahun terakhir. OECD (2007), menjelaskan bahwa

perkembangan pemalsuan ini merupakan salah satu efek samping dari munculnya tren

dunia. Tren inilah yang berperan sebagai pemicu dari timbulnya pemalsuan.

Tren-tren tersebut yaitu :

1. Perkembangan dalam teknologi

Perkembangan teknologi ini telah memungkinkan para pemalsu untuk

menciptakan yang namanya produk berteknologi tinggi (high-tech product).

Page 39: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Dengan proses produksi yang canggih, para pemalsu dapat membuat barang tiruan

dengan kualitas yang bagus dan kemudian menetapkan harga yang tinggi untuk

barang tersebut.

2. Kenaikan perdagangan dunia

Setiap negara bagian berlomba-lomba untuk meningkatkan arus perdagangan

mereka demi meraih keuntungan. Hal ini membuat mereka menghalalkan segala

cara agar bisa meningkatkan arus perdagangan mereka dan meraup keuntungan

besar.

3. Bermunculannya pasar-pasar

Pasar-pasar ini kini bermunculan sebagai tempat berkumpulnya produsen dan

konsumen barang tiruan dalam jumlah besar. Asia timur hingga saat ini masih

dijadikan sebagai sumber utama dari pemalsuan.

Faktor-faktor penyebab yang telah dijelaskan di atas merupakan hal yang

berada diluar control/pengawasan perusahaan maupun pemerintahn, dan bahkan

dengan adanya hal-hal tersebut membuat pemerintah dan perusahaan semakin sulit

saja untuk membasmi pemalsuan. Selain itu Commission of the European

Communities telah mengidentifikasikan faktor lainnya yang berkontribusi dalam

peningkatan perdagangan barang palsu. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Meningkatnya permintaan terhadap barang bermerek dan barang mewah. Para

pemalsu (counterfeiters) selalu menetapkan target mereka pada jenis-jenis barang

ini karena menurut mereka jenis barang ini mendatangkan keuntungan margin

yang tinggi.

2. Semakin kompleksnya supply chains. Semakin kompleksnya supply chains

sepanjang pertumbuhan aktivitas outsourcing. Perkembangan internet yang

Page 40: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

begitu pesat, terutama dalam kegunaanya sebagai salah satu saluran distribusi,

membuat perdagangan barang-barang gelap ini menjadi sulit diawasi.

3. Resiko rendah dan profit tinggi yang dihasilkan dan memproduksi dan menjual

barang tiruan yang ditunjukkan oleh beberapa Negara dalam aksi mereka

memproduksi dan menjual barang tiruan.

4. Keahlian dan profesionalisme yang bertambah dari para pemalsu merupakan

faktor penting dalam peningkatan jumlah barang yang dipalsukan hingga saat ini.

5. Stabilitas politik suatu negara yang akan membantu meningkatkan pertukaran

barang-barang tiruan secara cepat.

Faktor-faktor yang sudah dijelaskaan diatas tidak dapat diawasi dan dikontrol

secara penuh oleh pemilik nama merek tersebut. Namun, perusahaan secara bersama-

sama dapat meredakan persebaran pemalsuan ini dengan cara membuat anti-

pemalsuan yang efisien (Bridge, 2007).

2.1.5.3 Dampak Buruk Pemalsuan

Jika membicarakan mengenai kualitas dari barang-barang tiruan tidak sebaik

kualitas barang asli. Hal ini disebabkan karena prosen produksi yang tidak

terstandarisasi dan penggunaan bahan material yang berkualitas rendah (Huang,

2004). BRIDGE (2007), juga telah menjelaskan berbagai macam dampak negatif

yang akan muncul dari adanya pemalsuan. Pemalsuanmengakibatkan dampak negatif

baik secara langsung maupun tidak langsung bagi perusahaan yang bisa merugikan

konsumen maupun masyarakat sosial.

Page 41: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2.1.5.4 Produk Fashion dan Barang Mewah Sebagai Barang Tiruan

Produk fashion yang juga barang mewah merupakan gabungan dari berbagai

macam produk seperti jam tangan, sepatu, parfum, aksesoris, pakaian bermerek dan

tas. Barang mewah ditandai dengan merek yang kuat yang mengkomunikasikan

desain, kualitas, kehandalan atau tampilan yang superior atau berkelas jika

dibandingkan dengan barang subtitusi lainnya (BRIDGE, 2007).

Dalam artian secara luas, hamper semua barang yang berkualitas tinggi dan harga

mahal dikatakan sebagai barang mewah. Barang mewah bukan merupakan kebutuhan

utama seseorang atau barang primer, oleh karena itu permintaan akan barang mewah

muncul dan meningkat seiring dengan meningkatnya kemakmuran seseorang.

Penawaran akan barang mewah akan sangat dibatasi oleh produsen dengan tujuan

sebagai keekslusifan barang tersebut (BRIDGE, 2007).

Pemalsuan (counterfeit) dan pembajakan (piracy) merupakan kejahatan

ekonomi duni yang kini tengah berkembang pesat dan marak di Indonesia. Saat ini,

Negara Indonesia tengah berjuan melawan berbagai isu seperti status quo, KKN

(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pelanggaran undang-undang secara misal,

kehakiman/peradilan yang tidak konsisten, dan dugaan keterkaitan polisi dan militer

terhadap tindakan penyelundupan dan pemalsuan. Dengan segudang krisis yang

sedang dialami Indonesia ini, maka Indonesia bisa menjadi tempat

perlindungan/pelarian yang aman bagi para pelaku pemalsuan yang merasakan

tekanan terhadap pembasmian tindakan pemalsuan di Negara tetangga, seperti Cina

dan Thailand (sumaryano, 2008).

Menurut Sumaryano (2008) pemalsuan telah menyentuh semua sektor sosial,

dan sebagai hasilnya, hanya kerjasama yang baik antara pemerintah, pebisnis, dan

Page 42: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

masyarakat sekitar yang dapat secara efektif membasmi kegiatan kriminal ini dan

menjaring semua barang tiruan yang ada.

2.2 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian Ang, dkk. (2001) mengemukakan bahwa attitude terhadap

produk palsu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Variabel anteseden dari attitude

tersebut antara lain informative susceptibility, value consciousness, integrity, dan

personal gratification. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukan

bahwa kelima faktor tersebut secara signifikan berpengaruh negatif pada attitude.

Pada penelitian Wang, dkk. (2005) menyatakan bahwa attitude terhadap

produk palsu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Variabel anteseden dari attitude

tersebut antara lain informative susceptibility, value consciousness, integrity, personal

gratification, novelty seeking dan collectivism. Hasil penelitian tersebut menunjukan

bahwa Informative, nomative susceptibility, integrity dan personal gratification

berpengaruh negatif pada attitude towards piracy. value consciouness, novelty

seeking dan collectivism berpengaruh positif pada attitude towards piracy. attitude

towards piracy siginifikan pada purchase intention.

Penelitian yang berhubungan dengan pemalsuan yang ditinjau dari sisi

permintaan masih sangat terbatas dimana penelitian bertemakan pemalsuan pada

umumnya ditinjau dari sisi penawaran. Matos, dkk. (2007), melakukan penelitian

studi mengenai produk palsu yang ditinjau dari sisi permintaan. Penelitian tersebut

memiliki konstruk price-quality inference, risk avereness, subjective norms,

perceived risk, integrity, personal gratification dan previous experience sebagai

variabel antiseden dari attitude kemudian mempengaruhi behavioral intentions. Hasil

penelitian tersebut ditemukan hubungan negatif antara perceived risk, integrity,

Page 43: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

personal gratification terhadap attitude. Faktor perceived risk, previous experience,

subjective norms, integrity, price-quality inference, personal gratification memiliki

pengaruh kuat terhadap attitude. Hanya risk avereness yang merupakan non-

significant antecedent karena dari pengujian menunjukan hasil hubungan yang tidak

signifikan terhadap attitude. Ditemukan pula bahwa previous experience tidak

berpengaruh signifikan terhadap behavioral intentions.

Pada penelitian Phau dan Teah (2009), menguji faktor sosial etika (normative

susceptibility, informative susceptibility dan collectivism) dan faktor kepribadian

(value consciousness, novelty seeking, integrity, personal gratification dan status

consumption) pada sikap dan niat beli fashion bajakan. Ditemukan bahwa integrity

dan status consumption memiliki pengaruh yang paling signifikan dalam menentukan

sikap mereka terhadap fashion bajakan, disamping itu normative susceptibility,

informative susceptibility, value consciousness, dan novelty seeking mempunyai

pengaruh yang rendah. Ditemukan pengaruh attitude toward counterfeits of luxury

brands pada purchase intention. Penelitian ini tidak ditemukan pengaruh antara

collectivism pada attitude toward counterfeits of luxury brands. Ringkasan penelitian

terdahulu yang membahas mengenai kepustusan seseorang dalam membeli barang

tiruan tertera pada tabel berikut ini.

Page 44: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tabel II.2. Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti

Variabel Metode

Hasil Indipenden Dependen

Ang, dkk. (2001)

social influence (informative and nomative susceptibility), personal charateristic (value consciouness, integrity, personal gratification), dan demographic

attitude towards piracy (mediator), purchase intention

SPSS (Regresi , Uji F, dan Uji T)

Menunjukan bahwa kelima faktor tersebut secara signifikan berpengaruh negatif pada attitude.

Wang, dkk. (2005)

social influence (informative and nomative susceptibility), personal charateristic (value consciouness, integrity, personal gratification), novelty seeking dan collectivism

attitude towards piracy (mediator), purchase intention

SPSS (Regresi , Uji F, dan Uji T)

Informative, nomative susceptibility, integrity dan personal gratification berpengaruh negatif pada attitude towards piracy. value consciounes, novelty seeking dan collectivism berpengaruh positif pada attitude towards piracy. attitude towards piracy siginifikan pada purchase intention

Matos, dkk. (2007)

price-quality inference, risk avereness, subjective norms, perceived risk, integrity, personal gratification dan previous experience

behavioral intentions

AMOS (SEM)

Menunjukan hubungan negatif antara perceived risk, integrity, personal gratification terhadap attitude. Faktor perceived risk, previous experience, subjective norms, integrity, price-quality inference, personal gratification memiliki pengaruh kuat terhadap attitude. Hanya risk avereness yang merupakan non-significant anteseden karena dari pengujian menunjukan hasil hubungan yang tidak signifikan terhadap attitude. Ditemukan pula bahwa previous experience tidak berpengaruh signifikan terhadap behavioral intentions.

Page 45: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Phau dan Teah (2009)

faktor sosial etika (normative susceptibility, informative susceptibility dan collectivism) dan faktor kepribadian (value consciousness, novelty seeking, integrity, personal gratification dan status consumption)

attitude toward counterfeits of luxury brands (mediator), purchase intention

SPSS (Regresi)

Ditemukan bahwa integrity dan status consumption memiliki pengaruh yang paling signifikan dalam menentukan sikap mereka terhadap fashion bajakan, disamping itu normative susceptibility, informative susceptibility, value consciousness, dan novelty seeking mempunyai pengaruh yang rendah. Ditemukan pengaruh attitude toward counterfeits of luxury brands pada purchase intention.

Sumber: Jurnal yang diolah, 2012.

Page 46: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2.2

Ker

angk

a P

emik

iran

Ber

dasa

rkan

stu

di te

rhad

ap b

eber

apa

pene

liti

an te

rdah

ulu,

mak

a ke

rang

ka p

emik

iran

yan

g pe

nuli

s gu

naka

n un

tuk

pene

liti

an in

i.

(sum

ber:

Wan

g, d

kk. 2

001

dan

Ajz

en 1

991)

Gam

bar I

I.3.

Ker

angk

a P

emik

iran

Ker

enta

nan

Nor

mat

if

Nila

i Kes

adar

an

Penc

aria

n T

erha

dap

Jeni

s B

aru

Kol

ektif

itas

Faktor Sosial Faktor Personal

Sika

p Te

rhad

ap

“Per

ilaku

Pem

belia

n”

Prod

uk T

irua

n

Sika

p Te

rhad

ap

“Kon

seku

ensi

Sos

ial”

ak

an P

rodu

k T

irua

n

Sika

p Te

rhad

ap

“Pro

duk

Tir

uan”

te

rseb

ut

Atti

tude

Tow

ard

Cou

nter

feit

“Nia

t” M

embe

li Pr

oduk

Tir

uan

Kem

bali

“Tin

daka

n”

Mem

beli

Prod

uk

Tir

uan

Kem

bali

H1a

H1b

H1c

H3a

H3b

H3c

H2a

H2b

H2c

H4a

H

4b H

4c

H5a

H5b

H5c

H6

Co

mm

en

t [i

1]:

Dis

uruh

nga

sih

tulis

an “

H1a

bc,

H2a

bc…

H6”

Page 47: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dapat diketahui bahwa hipotesis yang

diambil dalam penelitian ini berfokus pada empat faktor sosial dan personal yang

akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap pemalsuan barang fashion yang pada

akhirnya akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian barang fashion

tiruan.

Berikut adalah penjelasan atas variabel-variabel tersebut

2.3.1 Kerentanan Normatif (Normative Susceptibility)

Variabel ini menjelaskan kerentanan konsumen terhadap pengaruh sosial,

sehingga Ang, dkk. (2001), menjelaskan bahwa kerentanan normatif merupakan

keputusan pembelian yang didasari bukan oleh opini/saran dari orang lain, melainkan

berdasarkan ekspektasi untuk membuat orang lain terkesan. Menurut Wang, dkk.

(2005), kerentanan normatif merupakan sebuah proses keputusan pembelian, dimana

keputusan pembelian ini didasari oleh ekspektasi/harapan untuk membuat orang lain

terkesan. Wang, dkk. (2005) menemukan bahwa konsumen dengan kerentanan yang

tinggi pada pengaruh sosial dapat menghasilkan hubungan yang negatif pada sikap

terhadap produk tiruan.

Menurut pendapat Phau dan Teah (2009), sebagai citra diri yang memainkan

peran besar, pembelian produk tiruan tidak meningkatkan kesan yang baik bagi orang

lain. Sehingga dari ketiga peneliti tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan

antara kerentanan normatif pada sikap terhadap produk tiruan namun pengaruhnya

negatif. Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik

hipotesis sebagai berikut:

Page 48: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

2.3.1.1 H1a = variabel normative susceptibility (kerentanan normatif) berpengaruh

terhadap attitude toward purchasing behavior (sikap terhadap perilaku

pembelian).

2.3.1.2 H1b = variabel normative susceptibility (kerentanan normatif) berpengaruh

terhadap attitude toward fashion counterfeit (sikap terhadap barang fashion

tiruan).

2.3.1.3 H1c = variabel normative susceptibility (kerentanan normatif) berpengaruh

terhadap attitude toward social consequence (sikap terhadap konsekuensi

sosial).

2.3.2 Nilai Kesadaran (Value Consciousness)

Variabel ini menerangkan mengenai kesadaran konsumen atas value yang

akan mereka dapatkan jika membeli barang tiruan. Menurut pendapat Ang, dkk.

(2001) serta Wang, dkk. (2005), value consciousness sebagai suatu kesadaran untuk

membayar suatu barang dengan harga yang rendah, walaupun terdapat quality

constraint di dalamnya. Konsumen yang memiliki kesadaran tinggi akan value

consciousness, biasanya memiliki sikap yang positif terhadap barang fashion tiruan.

Hal ini disebabkan konsumen menganggap harga yang lebih murah pada barang

tiruan, merupakan nilai bagi mereka jika membeli barang fashion tiruan tersebut

dibandingkan membeli barang asli. Kemudian hasil penelitian mereka didapatkan

adanya hubungan yang positf pada sikap terhadap produk tiruan.

Phau dan Teah (2009) menyatakan bahwa pemalsuan barang bermerek

biasanya memberikan fungsi yang sama seperti barang asli tapi pada tingkatan harga

mereka lebih baik. Penelitian yang dilakukan oleh Phau dan Teah (2009) menunjukan

Page 49: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

tidak ada hubungan antara nilai kesadaran pada sikap terhadap produk tiruan.

Berdasarkan penelitian tersebut, maka hipotesinya sebagai berikut:

2.3.2.1 H2a = variabel value consciousness (nilai kesadaran) berpengaruh terhadap

attitude toward purchasing behavior (sikap terhadap perilaku pembelian).

2.3.2.2 H2b = variabel value consciousness (nilai kesadaran) berpengaruh terhadap

attitude toward fashion counterfeit (sikap terhadap barang fashion tiruan).

2.3.2.3 H2c = variabel value consciousness (nilai kesadaran) berpengaruh terhadap

attitude toward social consequences (sikap terhadap konsekuensi sosial).

2.3.3 Kolektivitas (Collectivism)

Menurut Ang, dkk. (2001), variabel ini menjelaskan suatu budaya yang dianut

secara bersama-sama oleh suatu masyarakat mengenai cara pandang mereka terhadap

bajakan ataupun tiruan. Kemudian menurut Wang, dkk. (2005) kolektivitas

merupakan faktor utama yang berkontribusi pada tingginya tingkat pemalsuan.

Pendapat peneliti yang lain dalam Wang, dkk. (2005) (Husted, 2000; Marron dan

Steel, 2000) menyebutkan terdapat hubungan yang kuat pada tingkat makro budaya

kolektif terhadap pemalsuan. Dan menurut Swinyard, dkk. (1990) dalam Wang, dkk

(2005), pada tingkat mikro, budaya yang popular digunakan sebagai alasan untuk

menjelaskan adanya perbedaan sikap dan keputusan pada sebuah kelompok.

Kemudian pada hasil penelitian terdapat hubungan yang positif pada sikap terhadap

produk tiruan.

Menurut Phau dan Teah (2009) kolektivitas menjadi salah satu faktor yang

ada di masyarakat Asia khususnya di Indonesia yang dapat menerima kehadiran

produk bajakan dan produk imitasi. Penelitian yang dilakukannya tersebut

mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang terjadi pada sikap terhadap

Page 50: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

produk tiruan. Sehingga berdasarkan beberapa kesimpulan sebelumnya dapat ditarik

hipotesis sebagai berikut:

2.3.3.1 H3a = variabel collectivism (kolektivitas) berpengaruh terhadap attitude

toward purchasing behavior (sikap terhadap perilaku pembelian).

2.3.3.2 H3b = variabel collectivism (kolektivitas) berpengaruh terhadap attitude

toward fashion counterfeit (sikap terhadap barang fashion tiruan).

2.3.3.3 H3c = variabel collectivism (kolektivitas) berpengaruh terhadap attitude

toward social consequences (sikap terhadap konsekuensi sosial).

2.3.4 Mencari Jenis Baru (Novelty Seeking)

Menurut beberapa peneliti (Hawkins, dkk. 1980; Wang, dkk. 2005) novelty

seeking adalah rasa ingin tahu pada individu untuk mencari variasi dan perbedaan.

Cheng Sims dan Teegen (dalam Wang, dkk. 2005), mencari jenis baru merupakan

alasan kedua setelah faktor harga yang memicu konsumen dalam membeli barang

tiruan. Variabel ini diperkirakan memiliki pengaruh atau dampak yang positif

terhadap sikap konsumen pada barang fashion tiruan (Huang dan Fen, 2006). Pada

penelitian Wee, dkk. (1995), mencari jenis baru untuk pembelian bajakan dapat

mempengaruhi kalangan muda (pelajar) tapi tidak mempengaruhi pada kalangan

dewasa.

Phau dan Teah (2009) menjelaskan konsumen yang cenderung mencoba

produk baru kemungkinan mempunyai hubungan positif sikap terhadap produk tiruan

kemudian hasil temuan yang didapatkan adalah adanya hubungan positif walaupun

cenderung rendah pada sikap terhadap barang tiruan. Berdasarkan hasil penelitian

yang dijelaskan sebelumnya tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

Page 51: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

2.3.4.1 H4a = variabel novelty seeking (mencari jenis baru) berpengaruh terhadap

attitude toward purchasing behavior (sikap terhadap perilaku pembelian).

2.3.4.2 H4b = variabel novelty seeking (mencari jenis baru) berpengaruh terhadap

attitude toward fashion counterfeit (sikap terhadap barang fashion tiruan).

2.3.4.3 H4c = variabel novelty seeking (mencari jenis baru) berpengaruh terhadap

attitude toward social consequences (sikap terhadap konsekuensi sosial).

2.3.5 Sikap terhadap Tiruan (Attitude toward Counterfeit)

Sikap terhadap fashion tiruan yang telah dijabarkan menjadi tiga yaitu, sikap

terhadap perilaku pembelian, sikap terhadap barang fashion tiruan dan sikap terhadap

konsekuensi sosial.

2.3.5.1 Sikap terhadap Perilaku Pembelian (ttitude towards Purchasing Behavior)

Variabel ini menjelaskan mengenai pandangan konsumen terhadap pemalsuan dari

segi etika serta evaluasi resiko terhadap perilaku pembelian mereka pada barang

tiruan tersebut. Faktor ini penting dipertimbangkan dalam proses pengambilan

keputusan (Wang, dkk. 2001), maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H5a = variabel attitude toward purchasing behavior (sikap terhadap perilaku

pembelian) berpengaruh terhadap repurchase intention (niat pembelian

kembali).

2.3.5.2 Sikap terhadap Barang Fashion Tiruan (Attitude towards counterfeit fashion

goods)

Variabel ini menjelaskan mengenai evaluasi yang dilakukan oleh konsumen

untuk membandingkan antara barang fashion yang asli dengan yang tiruan (Wee dkk,

1995). Dalam penelitian Wee, dkk. (1995), ditemukan bahwa produk atribut sangat

penting dalam menjelaskan keinginan konsumen untuk membeli barang tiruan yaitu

Page 52: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

harga, kualitas, kemasan, dll. Berdasarkan penelitian tersebut dapat ditarik hipotesis

sebagai berikut:

H5b = variabel attitude toward fashion counterfeit (sikap terhadap produk fashion

tiruan) berpengaruh terhadap repurchase intention (niat pembelian kembali).

2.3.5.3 Sikap terhadap Konsekuensi Sosial (Attitude towards Social Consequences)

Variabel ini merupakan evaluasi konsumen terhadap konsekuensi yang timbul

dari barang tiruan bagi masyarakat social (Wang, dkk. 2005). Sedangkan menurut

Vida (2007), mendefinisikan bahwa attitude toward social consequences merupakan

persepsi konsumen terhadap resiko sosial yang muncul dari pembelian dan pengguaan

barang tiruan. Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan sebelumnya dapat ditarik

hipotesis sebagai berikut:

H5c = varibel attitude toward social consequences (sikap terhadap konsekuensi

sosial) berpengaruh terhadap repurchase intention (niat pembelian kembali).

2.3.6 Niat Pembelian Kembali (Re-purchase Intention)

Variabel ini menjelaskan mengenai keinginan konsumen untuk melakukan

pembelian ulang terhadap barang fashion tiruan. Menurut Ang, dkk. (2001),

keinginan ini timbul dipengaruhi oleh sikap konsumen dan faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap tersebut. Menurut Ajzen (1991), semakin positif sikap dan

norma subyektif terhadap suatu perilaku, dan semakin positif persepsi terhadap suatu

perilaku, maka semakin tinggi intensi seseorang untuk melakukan perilaku tersebut.

Tingkat intensi terhadap suatu perilaku bervariasi menurut demografi individu

tersebut, artinya alam beberapa penelitian ditemukan hanya sikap yang lebih

berpengaruh terhadap suatu perilaku, atau variable lain yang juga mempengaruhi

Page 53: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dilakukannya suatu perilaku. Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan

sebelumnya tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H6 = variabel repurchase intention (niat pembelian kembali) berpengaruh terhadap

behavior (perilaku).

Page 54: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang berniat membeli kembali produk fashion tiruan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey yang dilakukan pada

responden yang mempunyai niat untuk membeli kembali produk fashion yang

tergolong barang tiruan. Dilihat dari hubungan antar variabel, penelitian ini

merupakan penelitian kausal atau sebab akibat, yaitu penelitian yang diadakan untuk

menjelaskan hubungan antar variabel, variabel yang satu menyebabkan atau

menentukan nilai variabel yang lain. Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini

dikategorikan ke dalam penelitian cross sectional, artinya sebuah studi yang

dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan mungkin selama periode

harian, mingguan atau bulanan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian

(Sekaran, 2006).

3.1.1 Populasi

Populasi mengacu ada keseluruhan kelompok orang, kejadian, hal minat, yang

ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006). Target populasi dalam penelitian adalah

mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berniat

untuk membeli kembali produk fashion yang tergolong barang tiruan. Mahasiswa

merupakan perwakilan kelompok umur remaja yang telah memiliki kebebasan dalam

memilih barang yang akan dipakai, namun dalam kelompok umur tesebut memiliki

Page 55: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

keterbatasan dalam kepemilikan uang sementara keinginan untuk memiliki barang

tetap ada sehingga mereka mencari alternatif lain seperti produk tiruan.

3.1.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota

yang terpilih dari populasi., dapat dikatakan dengan kata lain sejumlah tapi tidak

semua, elemen populasi akan membentuk sampel (Sekaran, 2003). Syarat utama

pemilihan sampel adalah harus bisa mewakili target populasi. Menurut Sekaran dalam

Ferdinand (2002), analisis SEM membutuhkan sampel paling sedikit 5 kali jumlah

variabel indikator yang digunakan. Memberikan pedoman ukuran sampel yang

diambil, yaitu:

3.1.2.1 100 – 200 sampel untuk tehnik Maximum Likehood Estimation.

3.1.2.2 Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi.

3.1.2.3 Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel

laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 – 10.

3.1.2.4 Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih tehnik estimasi.

Berdasarkan pedoman di atas maka target sampel adalah sebanyak 230

responden, jumlah ini memenuhi kriteria di atas.

3.1.3 Teknik sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan non probability sampling yaitu dengan tehnik covenience sampling, hal

ini dilakukan berdasarkan faktor spontanitas, artinya orang yang mudah ditemui atau

berada pada waktu yang tepat, serta mudah dijangkau (Sekaran, 2006).

Page 56: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Responden yang memenuhi kriteria sampel yang sesuai telah ditetapkan oleh

peneliti adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi S1 dan D3 Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang mempunyai niat untuk membeli kembali produk fashion yang

tergolong barang tiruan.

3.2 Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

3.2.1 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi pada suatu variabel dengan cara

memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu operasional

yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.2.1.1 Variabel Indipenden

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel indipenden adalah :

3.2.1.1.1 Kerentanan Normatif (Normative Susceptibility)

Penelitian ini, kerentanan normatif didefinisikan sebagai keputusan

pembelian konsumen yang didasari keingingan untuk membuat orang lain

terkesan. Indikator variabel kerentanan normatif dalam penelitian ini

adalah:

1. Penting untuk membeli merek yang juga disukai oleh orang lain.

2. Jika orang lain melihat produk/merek yang digunakan, maka akan

membeli produk/merek yang mereka harapkan saya memilikinya.

3. Mengetahui produk dan merek apa yang memberikan kesan baik

kepada orang lain.

Page 57: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

4. Jika saya ingin menjadi seperti orang lain, saya akan membeli

produk/merek yang sama seperti yang mereka miliki.

3.2.1.1.2 Nilai Kesadaran (Value Consciousness)

Penelitian ini, nilai kesadaran didefinisikan sebagai perhatian dari

konsumen untuk membayar harga dari suatu produk yang berhubungan

dangan kualitas produk tersebut. Indikator variabel nilai kesadaran (Value

Consciousness)dalam penelitian ini adalah :

1. Peduli terhadap harga dari suatu merek.

2. Peduli terhadap kualitas dari suatu merek.

3. Membandingkan harga yang terbaik.

4. Mencoba mengoptimalkan nilai uang yang dikeluarkan.

3.2.1.1.3 Kolektivitas (Collectivims)

Penelitian ini, kolektivitas didefinisikan sebagai tingkat kebersamaan tiap

individu dengan kelompoknya. Indikator variabel membagi informasi

mengenai produk secara bersama dalam penelitian ini adalah:

1. Membagi informasi tentang suatu produk pada orang lain, saya akan

dihargai; jika tidak, saya dijauhi.

2. Suka bercerita pada orang lain mengenai produk yang dibeli.

3. Berharap orang lain bercerita mengenaiproduk yang dibeli kepada

saya.

4. Semakin terbuka orang dalam menceritakan produk yang digunakan

maka nilai produk tersebut akan semakin baik.

Page 58: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

3.2.1.1.4 Mencari Jenis Baru (Novelty Seeking)

Penelitian ini, mencari jenis baru didefinisikan sebagai rasa keingintahuan

bagi konsumen untuk mencari produk baru dan berbeda. Indikator variabel

mencari jenis baru dalam penelitian ini adalah:

1. Menjadi orang pertama dalam mencoba produk fashion baru.

2. Membeli produk fashion yang menarik.

3. Memiliki produk fashion terkenal dalam jumlah yang banyak.

4. Mengikuti perkembangan produk fashion.

3.2.1.1.5 Sikap terhadap Produk Tiruan (Attitude toward Counterfeit)

Penelitain ini, sikap terhadap produk tiruan didefinisikan sebagai sikap

suka dan tidak suka dari konsumen atas adanya produk bajakan.

Sikap terhadap Perilaku Pembelian Produk Tiruan (Attitude toward Purchasing

Behavior on Counterfeit). Indikator variabel sikap terhadap perilaku pembelian

adalah :

1. Membeli barang tiruan merupakan tindakan melanggar hukum.

2. Membeli barang tiruan merupakan tindakan tidak terpuji.

3. Membeli barang tiruan berisiko tinggi.

Sikap terhadap Produk Fashion Tiruan (Attitude toward Counterfeit Fashion

Goods). Indikator variabel sikap terhadap produk fashion tiruan adalah:

1. Barang tiruan memberikan manfaat yang hampir sama/mirip dengan

barang asli.

2. Barang tiruan memiliki kualitas yang hampir sama/mirip dengan

barang asli.

Page 59: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

3. Barang tiruan sama awetnya dengan barang asli.

Sikap terhadap Konsekuensi Sosial (Attitude toward Social Consequences).

Indikator variabel sikap terhadap konsekuensi sosial adalah:

1. Barang tiruan melanggar hak cipta.

2. Barang fashion tiruan merugikan industri fashion di Indonesia.

3. Adanya barang tiruan menurunkan nilai barang asli.

3.2.1.1.6 Niat Pembelian Kembali Barang Tiruan (Re-purchase Intention for

Counterfeit)

Penelitian ini, niat pembelian kembali didefinisikan sebagai keinginan

konsumen untuk melakukan pembelian ulang terhadap barang fashion

tiruan. Indikator variabel niat pembelian kembali dalam penelitian ini

adalah :

1. Merekomendasikan produk tiruan pada orang lain.

2. Apabila diminta, akan mempertimbangkan membeli produk tiruan untuk

teman.

3. Saya akan membeli produk tiruan.

4. Saya akan membeli produk tiruan dari penjual/pedagang.

3.2.1.2 Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel terikat yang dijelaskan atau dipengaruhi

oleh variabel independen (Umar, 2003). Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah perilaku (behavior). Indikator dalam penelitian ini adalah:

1. Memiliki niat untuk menjaga produk ini.

2. Lingkungan mempengaruhi dalam pembelian barang tiruan.

3. Pendapatan mempengaruhi dalam pembelian barang tiruan.

Page 60: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

3.2.2 Skala pengukuran

Pengukuran variabel menggunakan skala interval dengan pendekatan 4 poin

likert yang secara spesifik menggunakan empat pilihan (Sekaran, 2006), yaitu:

1. Skala 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

2. Skala 2 = Tidak Setuju (TS)

3. Skala 3 = Setuju (S)

4. Skala 4 = Sangat Setuju (SS)

3.3 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer

adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh

peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik dalam studi

(Sekaran, 2006). Data ini diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan dan diisi oleh

responden. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 dan D3 di Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berniat membeli produk fashion

tiruan. Data inilah yang nantinya akan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan

metode analisis yang telah ditentukan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dioleh dalam rangka pengujian hipotesis berupa data primer. Data

tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden atas daftar pertanyaan (kuesioner)

yang bersifat tertutup yang disebarkan kepada responden. Kuesioner adalah kumpulan

pertanyaan tertulis yang dirumuskan sebelumnya dimana responden dimana

responden mencatat jawaban, biasanya dalam alternatif yang disusun secara cukup

tertutup (Sekaran, 2006).

Page 61: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Metode pengumpulan data kuesioner pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode personnnally administrated survey, yaitu peneliti

menyampaikan sendiri kuesioner kepada responden dan mengambil sendiri kuesioner

yang telah diisi oleh responden. Metode ini bertujuan supaya tingkat pengembalian

kuesioner dapat terjaga di dalam periode waktu yang relatif pendek (Sekaran, 2006).

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis deskriptif

Analisis ini meliputi transformasi data mentah ke dalam bentuk yang akan

memberi informasi untuk menjelaskan sekumpulan faktor dalam situasi (Sekaran,

2006). Analisi deskriptif ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan yang

memudahkan peneliti dalam menginterpretasikan hasil analisis data dan

pembahasannya. Pada penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis

profil respoden dan tanggapan reponden terhadap setiap item pertanyaan yang

diajukan untuk mendukung penelitian ini.

3.5.2 Uji Penelitian

3.5.2.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan bahwa instrumen

atau alat ukur, teknik, atau proses yang digunakan untuk mengukur suatu konsep

benar-benar melakukan fungsi ukurnya yaitu konsep yang diinginkan (Sekaran,

2006). Semakin tinggi validitas suatu fungsi ukur, semakin tinggi pengukuran

mengenai sasarannya. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian validitas isi

(content validity) melalui pemeriksaan terhadap butir-butir pengukuran yang

digunakan (face validity). Content validity memastikan bahwa pengukuran konstruk

Page 62: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

atau variabel terdiri dari butir-butir pengukuran yang mencukupi dan

mempresentasikan konsep yang ingin diukur, sedangkan face validity merupakan

pengujian dasar dari content validity yang mengindikasikan bahwa butir-butir yang

digunakan unttuk mengukur suatu konsep tersebut (Sekaran, 2006).

Untuk memperoleh validitas kuesioner, usaha dititik beratkan pada pencapaian

validitas isi. Validitas tersebut menunjukkan sejauh mana perbedaan yang diperoleh

dengan instrumen pengukuran merefleksikan perbedaaan sesungguhnya pada

responden yang diteliti. Untuk uji validitas digunakan alat uji Confirmatory Factor

Analysis dengan bantuan spss for windows versi 11.5. Sedangkan kriteria data yang

dapat dianalisis dengan factor analysis menurut Hair, dkk. (1999) adalah data yang

menunjukan KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) Barletts Test of sphencity (BTS)

signifikan rendahnya validitas suatu angket atau kuesioner dengan

melihat FL (factor loading) dengan bantuan program SPSS for windows versi 11.5

sebagai berikut :

3.5.1.2.1 Jika FL (factor loading) suatu item > 0,4 maka item tersebut valid.

3.5.1.2.2 Jika FL (factor loading) suatu kuesioner < 0,4 maka item tersebut tidak

valid.

3.5.2.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas dari sebuah alat ukur menunjukan tingkat dari sebuah ukuran

terbebas dari kesalahan sehingga memberikan pengukuran yang konsisten pada

kondisi yang berbeda dan pada masing-masing butir dalam instrumen (Sekaran,

2006). Pada penelitian ini uji reliabilitas instrumen menggunakan Cronbach’s alpha

dengan derajat kepercayaan 5%. Reliability test dilakukan dengan menggunakan

perangkat lunak SPSS 11.5. Reliability test dinyatakan dengan kooefisien Alpha,

Page 63: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

mempunyai rentang antara 0 sampai 1. Semakin mendekati angka satu berarti

semakin tinggi reliabilitasnya. Pedoman dalam penggunaan koefisien Alpha menurut

(Sekaran, 2006) sebagai berikut :

3.5.2.2.1 Koefisien Alpha antara 0,7 sampai 0,8 dianggap reliabilitasnya dapat

diterima.

3.5.2.2.2 Koefisien Alpha lebih dari 0,8 dianggap mempunyai reliabilitas yang

baik.

3.5.3 AnalisisStructural Equation Model (SEM)

Analisis Structural Equation Model bertujuan untuk mengestimasi beberapa

persamaan regresi terpisah, akan tetapi masing-masing memiliki hubungan simultan

atau bersamaan. Analisis ini dimungkinkan terdapat lebih dari satu variabel dependen,

dan variabel ini dimungkinkan menjadi variabel independen bagi variabel dependen

lainnya. Pada prinsipnya model struktural bertujuan untuk menguji hubungan sebab

akibat antar variabel, sehingga jika salah satu variabel diubah akan terjadi perubahan

pada variabel lain juga. Studi ini, data diolah dengan menggunakan software Analysis

of Moment Stucture atau AMOS.

Analisis Structural Equation Model memungkinkan perhitungan estimasi

seperangkat persamaan regresi yang simultan, berganda, dan saling berhubungan.

Karakteristik penggunaan model ini adalah sebagai berikut: (1) kemampuannya untuk

mengestimasi hubungan dependen ganda yang saling berkaitan, (2) kemampuannya

untuk memunculkan konsep yang tidak teramati dalam hubungan serta dalam

menentukan kesalahan pengukuran dalam proses estimasi, dan (3) kemampuannya

untuk mengakomodasi seperangkat hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen serta mengungkap variabel laten (Hair, dkk., 1998).

Page 64: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

3.5.3.1 Evaluasi Asumsi SEM

3.5.3.1.1 Asumsi Kecukupan Sampel

Sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini berjumlah 100 hingga

200 sampel atau 5 kali estimated parameter yang digunakan (Hair, dkk.,

1998).

3.5.3.1.2 Asumsi Normalitas

Asumsi yang paling fundamental dalam analisis multivariate adalah

normalitas, yang merupakan bentuk suatu distribusi data pada suatu

variabel metrik tunggal dalam menghasilkan distribusi normal (Hair, dkk.

Dalam Ghozali dan Fuad, 2005). Apabila asumsi normalitas tidak

dipenuhi dan penyimpan yang normalitas tersebut besar, maka akan

mengakibatkan hasil uji statistik yang bias.

Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas

dipenuhi sehingga data dapat digunakna untuk analisi lebih lanjut.

Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat

diuji dengan metode statistik. Uji normalitas ini perlu dlakukan baik

untuk normalitas univariate dan multivariate dimana beberapa variabel

digunakan sekaligus dalam analisis akhir. Cara menentukan normalitas

data dilihat dengan membandingkan nilai critical ratio (cr) pada skewness

dan kurtosis lebih dari ± 2,58 pada level 0,01 berarti distribusi tidak

normal. Jika terdapat nilai critical ratio (cr) yang lebih besar dari nilai

kritis maka distribusi datanya adalah tidak normal (Ferdinand, 2006).

Page 65: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

3.5.3.1.3 Asumsi Outliers

Uji outliers adalah data yang memiliki karateristik unik yang terlihat

sangat jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk

nilai ekstrim. Outliers merupakan hasil-hasil observasi yang menunjukan

nilai-nilai ekstrim dalam distribusinya (Ghozali, 2005). Outliers adalah

observasi atau data yang memilki karateristik yang unik terlihat sangat

berbeda jauh dari obsevasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk

nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi

(Hair, dkk. dalam Ferdinand, 2002). Uji terhadap multivariate outliers

dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p

< 0.001. Jarak mahalonobis itu d 2 pada

derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian

(Ferdinand, 2002). Evaluasi outliers ini dilakukan dengan bantuan

program komputer AMOS 18.00.

Structural Equation Model (SEM) memiliki dua tujuan utama dalam

analisisnya. Tujuan pertama adalah untuk menetukan model tersebut fit

berdasarkan data yang dimiliki. Sedangkan tujuan kedua adalah menguji

berbagai hipotesis yang telah dibangun sebelumnya (Ghozali, 2005).

3.5.3.2 Evaluasi atas Kriteria Goodness of Fit

Dalam konteks penilaian model fit, Ghozali (2005) menerangkan bahwa

secara keseluruhan goodness of fit dari suatu model dapat berdasarkan beberapa

ukuran fit, yaitu :

Page 66: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

3.5.3.2.1 Chi-Square

Chi-Square merupakan ukuran mengenai buruknya fit suatu model. Nilai

chi-square sebesar 0 menunjukkan model memiliki fit yang sempurna.

Probabilitas chi-square diharapkan tidak signifikan. Probabilitas

menunjukkan penyimpangan (deviasi) besar sebagaimana ditunjukkan

nilai chi-square. Sehingga nilai chi-square yang signifikan (< 0.05)

menunjukkan data empiris yang diperoleh memiliki perbedaan dengan

teori yang dibangun. Sedangkan nilai probabilitas yang tidak signifikan

adalah yang diharapkan, yang menunjukkan data empiris sesuai dengan

model.

3.5.3.2.2 Goodness of Fit Indices (GFI)

GFI merupakan derajat keseuaian secara keseluruhan yaitu residual yang

dikuadratkan (R2) dari data yang diprediksi dibandingkan dengan dta

aktual namun tidak disesuaikan dengan degree of freedom-nya. Semakin

tinggi nilai GFI maka mengindikasikan fit yang semakin baik. Model

dikatakan fit yang baik jika nilai GFI

3.5.3.2.3 Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

RMSEA adalah indeks yang digunaan untuk mengukur fit model

menggantikan chi square statistik dalam jumlah sampel yang besar. Nilai

RMSEA 0 mengindikasi indeks yang baik untuk menerima

kesesuaian sebuah model (Ferdinand, 2006).

Page 67: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

3.5.3.2.4 Adjusted Goodness of Fit Index ( AGFI)

AGFI adalah GFI yang disesuaikan dengan rasio antara degree of freedom

model yang diajukan dengan degree of freedom dari null model (model

konstruk tunggal dengan semua indikator pengukuran konstruk). Nilai

yang direkomendasikan adalah AGFI AGFI,

maka semakin baik kesesuaian yang dimiliki model (Ghozali, 2005).

3.5.3.2.5 Comparative Fit Index (CFI)

CFI merupakan indeks kesesuaian incremental yang membandingkan

model yang diuji dengan null model. Besaran indeks ini adalah dalam

rentang 0 sampai dengan 1, dan nilai yang mendekati 1 mengindikasi

model memiliki tingkat kesesuaian model yang baik. Indeks ini sangat

dianjurkan untuk dipakai karena indeks ini relatif tidak sensitif terhadap

besarnya sampel dan kurang dipengaruhi oleh kerumitan model. Nilai

penerimaan yang direkomendasikan adalah CFI

3.5.3.2.6 Normed Chi Square (CMIN/DF)

CMIN/DF adalah ukuran yang diperoleh dari nilai chi square dibagi

dengan degree of freedom. Indeks ini merupakan indeks kesesuaian

parsimonious yang mengukur hubungan goodness of fit model dan

jumlah-jumlah koefisien estimasi yang diharapkan untuk mencapai

tingkat kesesuaian. Nilai yang direkomendasikan untuk menerima

kesesuaian model adalah CMIN/DF 2,0.

Page 68: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

3.5.3.2.7 Trucker Lewis Index (TLI)

TLI merupakan indeks kesesuaian incremental yang membandingkan

model yang diuji dengan null model. Nilai penerimaan yang

direkomendasikan adalah nilai TLI

kesesuaian yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel (Ferdinand,

2006).

3.5.3.2.8 Normed Fit Index (NFI)

Indeks ini juga merupakan indeks kesesuaian incremental. Nilai yang

direkomendasikan

Tabel III.1. Indeks Goodnes-of-Fit Model

Kriteria Cut of Value

X2 Chi Square Diharapkan kecil

X2 Significance Probability

GFI

RMSEA

AGFI

TLI

CFI

CMIN/DF 0

Sumber: Ferdinand (2006) dan Ghozali (2005).

Page 69: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif Responden

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui karateristik dan tanggapan

responden terhadap butir-butir pertanyaan dalam kuesioner. Responden dalam

penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang

mempunyai niat membeli kembali produk fashion tiruan oleh karena itu, jumlah

anggota populasi ini diketahui secara pasti, sehingga sampel diambil dengan metode

non probably sampling. Berdasarkan pada karateristik populasi yang ada dan tujuan

penelitian ini, maka penentuan responden yang dilakukan pada penelitian ini

menggunakan metode convenience sampling.

Pengambilan data dilakukan dengan metode survey, yaitu dengan memberikan

kuesioner kepada responden secara langsung. Kuesioner yang dibagikan sebanyak

230 lembar dan kuesioner yang kembali sebanyak 230. Hal ini berarti bahwa

response rate (tingkat pengembalian) kuesioner oleh responden sebesar 100%.

Kemudian jumlah kuesioner yang bisa diolah sebanyak 210 dikarenakan 20 kuesioner

tidak diisi lengkap oleh responden.

Gambaran umum mengenai responden diperoleh dari data diri yang terdapat

dalam kuesioner pada bagian identitas responden yang meliputi jenis kelamin, usia,

pendidikan yang sedang ditempuh, jurusan dan pengeluaran perbulan. Gambaran

tersebut dapat dilihat dalam table distribusi frekuensi

Page 70: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

4.1.1 Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelaminnya, responden dari penelitian ini didominasi oleh

wanita (87,14% atau 183 responden) dan sisanya adalah pria (12,86% atau 27

responden)

Tabel IV.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-Laki 27 12.86%

Wanita 183 87.14%

Total 210 100%

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan Tabel IV.1 tersebut dapat dikatakan bahwa pada umumnya

penyuka produk fashion adalah wanita, dan pernah membeli lebih dari sekali produk

fashion tiruan.

4.1.2 Responden berdasarkan Berdasarkan Usia

Responden pada penelitian ini merupakan mahasiswa dengan rentang umur 18

– 23 tahun, dengan responden terbanyak berada pada usia 19 Tahun (52 orang atau

24,6%). Distribusi ini sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa usia remaja

adalah usia yang menjadi pasar produk fashion bermerek. Namun karena belum

mandiri secara finansial, umumnya tidak memikirkan originalitas produk fashion

yang dimilikinya. Usia responden dapat dilihat pada tabel IV.2 Comment [i2]: Suruh bikin kalimat yg bener -_- (bikinnya keburu2)

Page 71: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel IV.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Presentase

18 Tahun 47 22.38%

19 Tahun 52 24.76%

20 Tahun 41 19.52%

21 Tahun 25 11.90%

22 Tahun 9 4.29%

23 Tahun 36 17.14%

Total 210 100%

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

4.1.3 Responden berdasarkan Pendidikan Yang Sedang Ditempuh

Distribusi responden menurut jenjangnya, maka dapat diketahui bahwa

sebagian besar responden adalah mahasiswa S1 (63,81% atau 134 responden) dan

sisanya adalah mahasiswa D3 (36,19% atau 76 responden). Pendidikan yang sedang

ditempuh responden dapat dilihat pada tabel IV.3

Tabel IV.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Yang Sedang

Ditempuh

Pendidikan Yang Sedang Ditempuh Frekuensi Persentase

Mahasiswa D3 76 36.19%

Mahasiswa S1 134 63.81%

Total 210 100%

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

4.1.4 Responden berdasarkan Jurusan

Berdasarkan jurusan pendidikan yang dijalaninya, hampir separuh responden

berasal dari Jurusan Akutansi (40,48% atau 85 responden). Pada peringkat kedua

Page 72: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

adalah responden yang berasal dari Jurusan Manajemen (19,52% atau 41 responden).

Tiga jurusan selanjutnya memiliki perentasi berdekatan yaitu Jurusan Ekonomi

Pembangunan (12,38%), Jurusan Manajemen Pemasaran (10,95%), dan Jurusan

Bisnis Internasional (9,52%). Dan sebagian kecil sisanya adalah responden yang

berasal dari Jurusan Perpajakan (38,1%) dan Jurusan Keuangan Perbankan (3,33%).

Sebaran responden menurut jenis jurusan pendidikannya dapat disajikan pada

Tabel IV.4

Tabel IV.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jurusan

Jurusan Frekuensi Persentase

Akuntansi 85 40.48%

Manajemen 41 19.52%

Ekonomi Pembangunan 26 12.38%

Keuangan Perbankan 7 3.33%

Bisnis Internasional 20 9.52%

Manajemen Pemasaran 23 10.95%

Perpajakan 8 3.81%

Total 210 100%

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

4.1.5 Responden berdasarkan Pengeluaran Perbulan

Distribusi responden menurut pengeluaran perbulan yang dilakukan pada

penelitian ini dapat dilihat pada tabel IV.5

Page 73: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel IV.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengeluaran Perbulan

Pengeluaran Perbulan Frekuensi Persentase

83 39.52%

1,1 – 2 Juta 112 53.33%

2,1 – 3 Juta 6 2.86%

9 4.29%

Total 210 100%

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan Tabel IV.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki pengeluaran perbulan sebesar 1,1 – 2 Juta atau 53,33%,

responden atau 39,52%, – 3 Juta sebesar 6

responden atau 2,86%.

Jika membandingkan Tabel IV.2 dan Tabel IV.5 maka remaja yang menjadi

target utama produk fashion jika berada pada tingkat ekonomi relatif rendah

(pengeluaran maksimal 2 juta perbulan) maka akan membeli produk fashion tiruan

sebagai alternatif produk fashion bermerek.

4.2 Pengujian Instrumen Penelitian

4.2.1 Pretest

Pretes dilakukan peneliti sebelum melakukan penyebaran sampel besar.

Sebanyak 50 responden dilibatkan pada pretes tahap pertama demikian pretes tahap

kedua yang melibatkan 47 responden. Reponden yang dilibatkan adalah Mahasiswa

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Pretes ditujukan untuk menguji apakah

item-item dalam kuesioner mampu bekerja dengan tepat. Pengujian validitas

Page 74: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

dilakukan untuk mengukur apakah intrumen pertanyaan benar-benar mampu

mengukur konstruk yang digunakan.

Tehnik analisis yang dipakai dalam uji validitas dilakukan dengan

menggunakan confirmatory factor analysis (CFA) dengan bantuan software SPSS for

windows versi 11.5. dalam CFA kita juga harus melihat pada output dari rotated

component matrix yang harus secara ekstrak sempurna. Jika masing-masing item

pertanyaan belum ekstrak sempurna, maka proses pengujian validitas dengan factor

analysis harus diulang dengan cara menghilangkan item pertanyaan yang memiliki

nilai ganda. Hasil pengujian pada tahap pertama dengan sampel 50 responden dapat

dilihat dalam tabel berikut

Page 75: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel IV.6. Hasil Uji Validitas Pretest Tahap 1

Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KN1 .576 KN2 .781 KN3 .898 KN4 .734 NK1 .587 NK2 .727 NK3 .866 NK4 .885 K1 .724 K2 .655 K3 .906 K4 .906 MJB1 .768 MJB2 .509 .517 MJB3 -.506 MJB4 -.736 SPP1 .691 SPP2 .801 SPP3 .594 SBRT1 .589 SBRT2 .853 SBRT3 .831 SKS1 .671 SKS2 .708 SKS3 .786 PKBT1 .616 PKBT2 .706 PKTB3 .715 PKTB4 .667 P1 .713 P2 .700 P3 .773

Sumber: Data primer yang diolah, 2012.

Berdasarkan hasil faktor analisis seperti yang terlihat pada tabel IV.6

menunjukan belum memenuhi kriteria uji validitas. Selanjutanya, peneliti melakukan

penyebaran ulang sebanyak 47 sampel, namun sebelumnya peneliti telah melakukan

Page 76: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

perbaikan pada kalimat yang dianggap kurang dimengerti atau terkesan ambigu oleh

responden. Hasil uji validitas pretest kedua adalah sebagai berikut:

Tabel IV.7. Hasil Uji Validitas Pretest Tahap 2

Component

1 2 3 4 5 6 7 8 9

KN1 .648 KN2 .817 KN3 .813 KN4 NK1 .536 NK2 .804 NK3 .713 NK4 .831 K1 -.611 K2 .743 K3 .679 K4 .650 MJB1 .898 MJB2 MJB3 .794 MJB4 .812 SPP1 .531 SPP2 .813 SPP3 .728 SBFT1 .869 SBFT2 .849 SBFT3 .715 SKS1 .621 SKS2 .593 SKS3 .684 PKBT1 .703 PKBT2 .742 PKBT3 .846 PKBT4 .750 P1 .685 P2 .781 P3 .745

Sumber: Data primer yang diolah, 2012.

Page 77: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Hasil factor analysis seperti yang terlihat pada tabel IV.7 menunjukan

perbaikan hasil validitas, akan tetapi ada butir pertanyaan yang belum memenuhi

validitas. Peneliti memutuskan untuk menghapus butir pertanyaan KN4, NK2, K1,

K2, MJB2, SPP3, SKS2, PKBT3, PKBT4, dan P1 dengan pertimbangan selain butir

pertanyaan tersebut belum valid, butir pertanyaan yang lain sudah cukup menjadi

konstruk variabelnya. Hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel IV.8. Hasil Uji Validitas Pretest Tahap 3

Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9

KN1 .675 KN2 .928 KN3 .802 NK1 .585 NK3 .748 NK4 .860 K2 .796 K3 .775

MJB1 .881 MJB3 .793 MJB4 .867 SPP1 .808 SPP2 .756

SBFT1 .870 SBFT2 .866 SBFT3 .725 SKS1 .853 SKS3 .901

PKBT1 .840 PKBT2 .858

P2 .867 P3 .870

Sumber: Data primer yang diolah, 2012.

Tabel IV.8 menunjukan bahwa semua butir pertanyaan telah memenuhi syarat

kriteria uji validitas yang ditetapkan yaitu nilai factor loading lebih dari atau sama

dengan 0,50 dan butir-butir yang telah menjadi anggota satu faktor tidak menjadi

anggota faktor lain. Dengan demikian butir-butir tersebut, benar-benar mengukur apa

Page 78: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

yang seharusnya diukur. Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid, kemudian

peneliti melakukan pencarian responden dalam sampel besar yaitu sebanyak 230

responden. Hasil pengujian sampel besar dapat dilihat pada tabel IV.9

4.2.2 Uji Validitas Sampel Besar

Pengujian instrumen penelitian dilakukan dengan uji validitas untuk

mengindikasikan seberapa baik intrumen tersebut mengukur konsep yang diharapkan.

Serta untuk mengetahui apakah pertanyaan pada kuesioner sesuai konsep atau tidak.

Pengujian validitas dilakukan menggunakan confirmatory factor analysis (CFA),

dimana setiap instrumen pertanyaan harus mempunyai factor loading

(Ghozali). Confirmatory factor analysis (CFA) harus dipenuhi, karena merupakan

salah satu syarat untuk dapat menganalisis model dengan structural equation

modeling (SEM).

Tehnik yang digunakan adalah dengan melihat output dari rotated component

matrix yang harus terekstrak sempurna. Apabila masing-masing item pertanyaan

belum terekstrak sempurna, maka proses pengujian validitas dengan factor analysis

harus diulang dengan cara menghilangkan item pertanyaan yang memilki nilai ganda.

Berdasarkan hasil perhitungan confirmatory factor analysis (CFA) yang disajikan

pada menunjukan convergent validity yang bisa diterima karena semua item

mempunyai factor loading diatas 0,50.

Hasil faktor analisis pertama sampel besar terdapat beberapa item pertanyaan

yang masih memiliki nilai ganda. Nilai ganda tersebut dimiliki oleh item pertanyaan

sehingga dianggap item pertanyaan tersebut tidak mampu mengukur konstruk dengan

baik seperti yang diharapkan. Peneliti perlu mengeluarkan item-item pertanyaan yang

memilki nilai ganda agar persyaratan validitas dapat terpenuhi.

Page 79: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Peneliti mencoba menghilangkan beberapa item pertanyaan dengan metode

trial and error. Adapun pertanyaan yang dihilangkan adalah KN4, NK2 dan NPK3

setelah item pertanyaaan dikeluarkan maka didapatkan hasil faktor analisis akhir yang

menunjukan validitas untuk semua variabel.

Tabel IV.9. Hasil Uji Validitas Sampel Besar

Rotated Component Matrix(a)

Component

1 2 3 4 5 6 7 8 9 KN1 .808 KN2 .779 KN3 .677 NK1 .700 NK3 .743 NK4 .727 K1 .739 K2 .756 K3 .650 K4 .853 MJB1 .841 MJB2 .650 MJB3 .695 MJB4 .759 SPP1 .722 SPP2 .871 SPP3 .811 SBFT1 .818 SBFT2 .828 SBFT3 .737 SKS1 .836 SKS2 .731 SKS3 .741 NPK1 .850 NPK2 .701 NPK4 .660 P1 .721 P2 .798 P3 .692

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Page 80: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

4.2.3 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan uji untuk mengetahui tingkat konsistensi terhadap

instrumen-instrumen yang mengukur suatu konsep. Indikator pengukuran reliabilitas

menurut Sekaran (2006) yang membagi tingkatan reliabilitas dengan kriteria sebagai

berikut:

Jika alpha arau r hitung:

1. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik

2. 0,6-0,99 = Reliabilitas diterima

3. Kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik

Hasil dari pengujian reliabilitas sampel besar dengan menggunakan bantuan software

SPSS versi 11,5, didapatkan nilai Cronbarch Alpha sebagai berikut:

Tabel IV. 10. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach's Alpha Normative Susceptibilty 0.7012 Value Consciousness 0.6153 Collectivism 0.7763 Novelty Seeking 0.7344

Attitude toward Purchasing Behavior 0.8020

Attitude toward Fashion Counterfeit 0.7680

Attitude toward Social Consequence 0.7246

Repurchase Intention 0.6378

Behavior 0.6410 Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Page 81: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

4.3 Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode statistic multivariate

structural equation modeling (SEM). Dalam menggunakan structural equation

modeling (SEM) ada beberapa asumsi yang harus diperhatikan sebelum melakukan

pengujian model dengan pendekatan structural equation modeling.

4.3.1 Uji Kecukupan Sampel

Jumlah reponden dalam penelitian ini sebanyak 210 responden. Jumlah

sampel tersebut merupakan responden yang memenuhi syarat dalam menjawab

kuesioner yang diberikan. Jumlah tersebut juga dinilai memenuhi, karena jumlah

sampel minimal bagi penelitian yang menggunakan alat statistik SEM dengan

prosedur maximum likehood estimate (MLE) yaitu sebesar 5 - 10 observasi untuk

setiap parameter yang disetimasi atau 100 - 200 responden.

4.3.2 Uji Normalitas

Nilai statistik untuk menguji normalitas menggunakan critical ratio atau C.R

dari nilai skewness dan kurtosis sebaran data. Bila nilai C.R lebih besar dari nilai

kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai kritis untuk C.R

dari skewness adalah di bawah 2,58 dan nilai C.R kurtosis di bawah 7. Normalitas

unvariate dan multivariate terhadap data yang digunakan dalam analisis ini diuji

dengan menggunakan AMOS 18. Hasil uji normalitas adalah seperti yang disajikan

dalam Tabel IV. 11

Page 82: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel IV. 11. Hasil Uji Normalitas

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r. p1 1 4 -1.153 -6.621 3.281 9.424 p2 1 4 -0.561 -3.222 0.95 2.728 p3 1 4 -0.752 -4.317 2.339 6.717 npk4 1 4 -0.17 -0.975 -0.148 -0.426 npk2 1 4 0.027 0.153 -0.29 -0.832 npk1 1 4 -0.041 -0.234 -0.531 -1.525 spp3 1 4 -0.811 -4.66 1.06 3.043 spp2 1 4 0.14 0.806 -0.319 -0.916 spp1 1 4 0.305 1.753 -0.208 -0.599 sbft1 1 4 -0.007 -0.042 -0.236 -0.676 sbft2 1 4 -0.176 -1.012 0.457 1.313 sbft3 1 4 -0.216 -1.243 0.05 0.143 sks1 2 4 -0.119 -0.684 2.063 5.926 sks2 2 4 -0.124 -0.714 0.35 1.005 sks3 2 4 -0.071 -0.408 0.271 0.778 mjb1 1 4 0.37 2.127 0.19 0.545 mjb2 1 4 -0.011 -0.063 -0.588 -1.688 mjb3 1 4 0.232 1.33 -0.426 -1.225 mjb4 1 4 -0.323 -1.854 -0.548 -1.573 k1 1 4 -0.395 -2.27 1.379 3.96 k2 2 4 -0.006 -0.034 -0.134 -0.384 k3 1 4 -0.051 -0.292 4.037 11.595 k4 2 4 -0.032 -0.183 2.656 7.63 nk1 2 5 -0.029 -0.168 -0.401 -1.151 nk3 2 5 0.773 4.442 -0.349 -1.003 nk4 2 4 -0.381 -2.191 -0.716 -2.057 kn1 1 4 -0.149 -0.853 -0.28 -0.804 kn2 1 4 -0.161 -0.926 -0.444 -1.276 kn3 1 4 -0.306 -1.76 -0.033 -0.096 Multivariate 99.464 16.503

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Tabel IV. 11 dapat dilihat bahwa secara unvariate nilai skewness seluruh

konstruk mempunyai nilai C.R. di atas ±2.58. Kurtosis semua konstruk memiliki nilai

di atas 7 yang berarti bahwa secara unvariate sebaran data tidak normal. Selanjutnya

dapat digunakan untuk estimasi pada analisis lainnya tehnik maximum likehood

Page 83: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

estimate (MLE) yang digunakan dalam penelitian ini tidak terlalu terpengaruh

terhadap data yang tidak normal (Ghozali dan Fuad, 2005) sehingga analisis

selanjutnya masih dapat dilakukan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data yang disajikan apa adanya dari penelitian yang berasal dari data primer

berdasarkan jawaban responden yang sangat beragam sehingga sulit untuk

memperoleh data yang mengikuti distribusi normal multivariate secara sempurna.

4.3.3 Uji Outlier

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim yang

memiliki karakteristik unik yang sangat berbeda dari observasi lainnya dan muncul

dalam betuk nilai ekstrim baik untuk variabel tunggal maupun variabel kombinasi.

Dalam analisis multivariate adanya outlier dapat diuji dengan statistik chi square (X2)

terhadap nilai mahalanobis distance squared pada tingkat signifikansi 0,01 dengan

degree of freedom sejumlah vaiabel yang digunakan dalam penelitian. Dalam hal ini

variabel yang dimaksud adalah jumlah item pengukuran paada model. Dalam

penelitian ini jumlah variabel yang digunakan sebanyak 32 indikator variabel.

Dengan demikian, apabila terdapat nilai mahalanobis squared yang lebih besar dari

CHIINV(32, x 0.001) = 62,4822 maka nilai tersebut termasuk outlier multivariate.

Tabel IV. 12. Hasil Uji Outliers 1

Observation number

Mahalanobis d-squared p1 p2

14 81.468 0 0 4 75.403 0 0

28 66.041 0 0 143 65.802 0 0 26 65.793 0 0 47 64.193 0 0

1 63.38 0 0 179 62.358 0 0 184 62.289 0 0

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Page 84: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tabel IV. 13. Hasil Uji Outliers 2

Observation number

Mahalanobis d-squared p1 p2

177 67.865 0 0.012 172 65.388 0 0

32 63.833 0 0 95 62.015 0 0

127 61.233 0 0 16 56.652 0.002 0

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Tabel IV.14. Hasil Uji Outliers 3

Observation number

Mahalanobis d-squared p1 p2

81 67.652 0 0.013 126 65.101 0 0

94 62.25 0 0 72 58.955 0.001 0 16 57.888 0.001 0

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan tabel IV. 14 Nilai observasi yang dianggap sebagai outliers

multivariate adalah nilai yang tercetak tebal dan cetak miring. Berdasarkan kriteria

mahalanobis distance squared tersebut, terdeteksi nilai yang dianggap outliers

sebanyak 12 outliers. Dengan demikian jumlah sampel yang akan digunakan tetap

sebanyak 198 sampel.

4.3.4 Pengujian 198 Sampel

4.3.4.1 Validitas 198 sampel

Setelah mengeluarkan responden yang masuk kategori outlier, kemudian

dilakukan pengujian validitas kembali guna mengetahui kelayakan sampel untuk

pengujian selanjutnya.

Page 85: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel IV.15. Hasil Uji Validitas 198 Sampel

Rotated Component Matrix(a)

Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KN1 .779 KN2 .792 KN3 .680 NK1 .671 NK3 .746 NK4 .749 K1 .734 K2 .734 K3 .723 K4 .872 MJB1 .855 MJB2 .699 MJB3 .689 MJB4 .790 SPP1 .763 SPP2 .852 SPP3 .787 SBFT1 .773 SBFT2 .794 SBFT3 .716 SKS1 .841 SKS2 .745 SKS3 .764 NPK1 .853 NPK2 .685 NPK4 .665 P1 .773 P2 .781 P3 .615

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

4.3.4.2 Reliabilitas 198 sampel

Hasil dari pengujian reliabilitas sampel besar dengan menggunakan bantuan

software SPSS versi 11,5, didapatkan nilai Cronbarch Alpha sebagai berikut:

Page 86: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Tabel IV. 16. Hasil Uji Reliabilitas 198 Sampel

Variabel Cronbach's Alpha

Normative Susceptibilty 0.6729

Value Consciousness 0.6112

Collectivism 0.7884

Novelty Seeking 0.7656

Attitude toward Purchasing Behavior 0.7896

Attitude toward Fashion Counterfeit 0.7071

Attitude toward Social Consequence 0.7475

Repurchase Intention 0.6115

Behavior 0.6525

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

4.3.5 Uji Goodness of Fit

Sebelum melakukan tehnik pengujian hipotesis, langkah yang pertama adalah

menilai kesesuaian goodness of fit. Kriteria penilaian untuk goodness of fit pada

model tertera pada tabel IV. 13. Sementara itu, kriteria untuk uji hipotesis adalah

hipotesis mengenai hubungan kausal dalam model akan diterima jika mempunyai

nilai C.R

Tabel IV.17. Hasil Uji Goodness of Fit Model Struktural

Kriteria Cut of Value Hasil Evaluasi

X2 Chi Square Diharapkan kecil 345.889 Baik

X2 Significance Probability 0.067 Baik

GFI 0.901 Baik

RMSEA 0.025 Baik

AGFI 0.86 Marginal

TLI 0.972 Baik

CFI 0.979 Baik

CMIN/DF 1.123 Baik

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Page 87: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Pada tabel IV.17, dapat dilihat bahwa chi-square yang benilai 345.889

dengan tingkat probabilitas sebesar 0,067 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan analisis

terhadap goodness of fit secara umum dapat menunjukan bahwa model pengukuran

yang digunakan dapat diterima. CMIN/DF adalah nilai chi-square dibagi dengan

degree of freedom (Ghozali, 2008). Pada penelitian ini nilai CMIN/DF sebesar 1.123

menunjukan model ini fit.

GFI (goodness of fit index) menunjukan tingkat kesesuaian model secara

keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari model yang dipresiksi

dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai yang mendekati 1 menunjukan bahwa

model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik. Pada penelitian ini terdapat nilai

GFI sebesar 0,901 hal ini menunjukan fit yang lebih baik dan dapat diterima karena

nilai diatas 90%.

Adjusted goodness of fit index (AGFI) merupakan pengembangan dari GFI

yang disesuaikan denganratio degree of freedom untuk proposed model dengan

degree of freedom untuk null model (Ghozali, 2008). Pada penelitian ini terdapat nilai

AGFI sebesar 0,860 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai AGFI memiliki tingkat

kesesuaian yang marginal dikarenakan di bawah nilai yang telah direkomendasikan

adalah sama atau > 0,90.

Comparative fit index (CFI) adalah indeks kesesuaian incremental yang

membandingkan model yang diuji dengan null model. Besaran indeks ini adalah

dalam rentang 0 sampai 1 dannilai yang mendekati 1 mengindikasikan model

memiliki tingkat kesesuaian yang baik. Indeks ini sangat dianjurkan untuk dipakai

karena indeks relatif tidak sensitif terhadap besarnya sampel dan kurang dipengaruhi

oleh kerumitan model. Dengan memperhatikan nilai yang direkomendasikan

Page 88: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

maka nilai CFI yang terdapat pada penelitian ini sebesar 0.979 menunjukan bahwa

model ini memiliki kesusaian yang baik.

The root mean square error of approximation (RMSEA) merupakan ukuran

yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistik chi-square menolak model

dengan jumlah sampel besar (Ghozali, 2008). Nilai RMSEA yang direkomendasikan

adalah

yang baik.

Tucker lewis index (TLI) merupakan ukuran yang menggabungkan ukuran

parsimonykedalam indeks komparasi antara proposed model dan null model (Ghozali,

2008). Nilai TLI yang direkomendasikan adalah sama atau > 0,90. Pada penelitian ini

nilai TLI sebesar 0,972 sehingga dapat disimpulkan bahwa model menunjukan

tingkat kesesuaian yang baik.

Normed fit index (NFI) merupakan ukuran perbandingan antara proposed

model dan null model (Ghozali, 2008. Nilai yang direkomendasikan adalah sama atau

> 0,90. Pada penelitian ini nilai NFI sebesar 0,842 sehingga dapat disimpulkan bahwa

model menunjukan nilai fit yang marginal.

4.4 Pengujian Hipotesis

Setelah kriteria goodness of fit dapat terpenuhi atas model struktural yang

diestimasi, selanjutnya analisis terhadap hubungan-hubungan struktural model

(pengujian hipotesis) dapat dilakukan. Hubungan antar konstruk dalam hipotesis

ditunjukan oleh nilai standardized regression weights.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis tingkat signifikansi

hubungan kausalitas antar konstruk dalam model yang didasarkan pada nilai C.R (z

hitung) lebih besar dari atau sama dengan nilai z tabel. Kemudian dengan melihat

Page 89: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

standardized structural (path) coefficients dari setiap hipotesis terutama pada

kesesuaian arah hubungan path dengan arah hubungan yang telah dihipotesiskan

sebelumnya. Jika arah hubungan sesuai dengan yang dihipotesiskan dan nilai C.Rnya

juga memenuhi persyaratan makan dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diuji

terbukti. Pada jumlah sampel lebih dari 120 maka nilai z tabel untuk masing-masing

tingkat signifikansi adalah:

a) 1% = 2,56

b) 5% = 1,96

c) 10% = 1,645

Page 90: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Tabel IV. 18. Hasil Estimasi Model Struktural

Regression Weight C.R S.E Attitude toward Purchasing

Behavior Normative Susceptibility

-0.187 0.104 Attitude toward Fashion

Counterfeit Normative Susceptibility

1.517 0.05 Attitude toward Social

Consequence Normative Susceptibility

-0.259 0.091 Attitude toward Purchasing

Behavior Value Consciousness

-3.126 0.161 Attitude toward Fashion

Counterfeit Value Consciousness

2.449 0.14 Attitude toward Social

Consequence Value Consciousness

-3.866 0.195 Attitude toward Purchasing

Behavior Collectivism

-1.142 0.087 Attitude toward Fashion

Counterfeit Collectivism

-2.035 0.044 Attitude toward Social

Consequence Collectivism

3.957 0.085 Attitude toward Purchasing

Behavior Novelty Seeking

1.929 0.057 Attitude toward Fashion

Counterfeit Novelty Seeking

-2.309 0.031 Attitude toward Social

Consequence Novelty Seeking

-0.904 0.045

Repurchase Intention Attitude toward Purchasing

Behavior 0.202 0.088

Repurchase Intention Attitude toward Fashion

Counterfeit 1.103 0.149

Repurchase Intention Attitude toward Social

Consequence -1.595 0.139

Behavior Repurchase Intention 2.604 0.084 Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Pada pengujian model struktural didapatkan hasil pengujian yang tidak

signifikan pada pengaruh kerentanan normatif pada sikap terhadap perilaku

pembelian, pengaruh kerentanan normatif pada sikap terhadap barang fashion tiruan,

pengaruh kerentanan normatif pada sikap terhadap konsekuensi sosial, pengaruh

kolektivitas pada sikap terhadap perilaku pembelian, pengaruh mencari jenis baru

Page 91: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

pada sikap terhadap konsekuensi sosial, pengaruh sikap terhadap perilaku pembelian

pada niat pembelian kembali, pengaruh sikap terhadap barang fashion tiruan pada niat

pembelian kembali dan pengaruh sikap terhadap konsekuensi sosial pada niat

pembelian kembali.

4.4.1 Hubungan Antara Kerentanan Normatif Pada Sikap Terhadap Fashion

Tiruan

4.4.1.1 Variabel normative susceptibility (kerentanan normatif) tidak

berpengaruh terhadap attitude toward purchasing behavior (sikap

terhadap perilaku pembelian).

Berdasarkan Tabel IV. 18 menunjukan bahwa pengaruh antara kerentanan

normatif pada sikap terhadap perilaku pembelian didapatkan CR negatif

sebesar 0,187 dengan S.E sebesar 0,104. Karena CR < 1,645 maka

menunjukan hipotesis 1a ditolak.

4.4.1.2 Variabel normative susceptibility (kerentanan normatif) tberpengidak

aruh terhadap attitude toward fashion counterfeit (sikap terhadap barang

fashion tiruan).

Pada Tabel IV. 18 diperoleh hasil bahwa pengaruh antara kerentanan normatif

pada sikap terhadap barang fashion tiruan didapatkan CR positif sebesar 1,517

dengan S.E sebsar 0,050. Karena CR < 1,645 maka menunjukan bahwa

hipotesis 1b ditolak.

4.4.1.3 Variabel normative susceptibility (kerentanan normatif) tidak

berpengaruh terhadap attitude toward social consequence (sikap terhadap

konsekuensi sosial).

Page 92: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Dilihat pada Tabel IV. 18 menunjukan hasil perhitungan bahwa pengaruh

antara kerentanan normatif pada sikap terhadap konsekuensi sosial didapatkan

CR negatif sebesar 0,259 dengan S.E 0,091. Karena CR < 1,645 maka

menunjukan bahwa hipotesis 1 ditolak.

4.4.2 Hubungan Antara Nilai Kesadaran Pada Sikap Terhadap Fashion

Tiruan

4.4.2.1 Variabel value consciousness (nilai kesadaran) berpengaruh terhadap

attitude toward purchasing behavior (sikap terhadap perilaku pembelian).

Berdasarkan Tabel IV. 18 menunjukan bahwa pengaruh antara nilai kesadaran

pada sikap konsumen terhadap perilaku produk tiruan didapatkan CR negatif

sebesar 3,126 dengan S.E sebesar 0,161. Karena CR > 2,56 maka menunjukan

hipotesis 2a diterima

4.4.2.2 Variabel value consciousness (nilai kesadaran) berpengaruh terhadap

attitude toward fashion counterfeit (sikap terhadap barang fashion tiruan).

Tabel IV. 18 menunjukan bahwa kesadaran pada sikap terhadap produk

fashion tiruan didapatkan CR positif sebesar 2,449 dengan S.E sebesar 0,140.

Karena CR > 1,96 maka menunjukan hipotesis 2b diterima pada tingkat

4.4.2.3 Variabel value consciousness (nilai kesadaran) berpengaruh terhadap

attitude toward social consequences (sikap terhadap konsekuensi sosial).

Diketahui pada Tabel IV. 18 bahwa kesadaran pada sikap terhadap

konsekuensi sosial didapatkan CR negatif sebesar 3,866 dengan S.E sebesar

0,195. Karena CR > 2,56 maka hipotesis 2c diterima pada tingkat signifikan

Page 93: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

4.4.3 Hubungan Antara Kolektivitas Pada Sikap Terhadap Fashion Tiruan

4.4.3.1 Variabel collectivism (kolektivitas) tidak berpengaruh terhadap attitude

toward purchasing behavior (sikap terhadap perilaku pembelian).

Tabel IV. 18 menunjukan bahwa kolektivitas pada sikap terhadap perilaku

pembelian didapatkan CR negatif sebesar 1,142 dengan S.E sebesar 0,087.

Karena CR < 1,645 maka menunjukan hipotesis 3a ditolak.

4.4.3.2 Variabel collectivism (kolektivitas) berpengaruh terhadap attitude toward

fashion counterfeit (sikap terhadap barang fashion tiruan).

Berdasarkan Tabel IV. 18 menunjukan bahwa hipotesis kolektivitas pada

sikap terhadap produk fashion tiruan diterima dengan CR negatif sebesar

2,035 dengan S.E sebesar 0,044. Karena CR > 1,96 maka menunjukan bahwa

4.4.3.3 Variabel collectivism (kolektivitas) berpengaruh terhadap attitude toward

social consequences (sikap terhadap konsekuensi sosial).

Kolektivitas pada sikap terhadap konsekuensi sosial didapatkan CR positif

sebesar 3,866 dengan S.E sebesar 0,085. Karena CR > 2,56 maka menunjukan

bahwa hipotesis 3c diterima

dilihat pada Tabel IV. 18.

4.4.4 Hubungan Antara Mencari Jenis Baru Pada Sikap Terhadap Fashion

Tiruan

4.4.4.1 Variabel novelty seeking (mencari jenis baru) berpengaruh terhadap

attitude toward purchasing behavior (sikap terhadap perilaku pembelian).

Page 94: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Ditemukan hasil pada Tabel IV. 18 bahwa mencari jenis baru pada sikap

terhadap perilaku pembelian didapatkan CR positif sebesar 1,929 dengan S.E

sebesar 0,057. Karena CR > 1,645 maka menunjukan bahwa hipotesis 4a

diterima

4.4.4.2 Variabel novelty seeking (mencari jenis baru) berpengaruh terhadap

attitude toward fashion counterfeit (sikap terhadap barang fashion tiruan).

Berdasarkan Tabel IV. 18 menunjukan bahwa mencari jenis baru pada produk

fashion tiruan didapatkan CR negatif sebesar 2,309 dengan S.E sebesar 0,031.

Karena CR > 1,96 maka menunjukan bahwa hipotesis 4b diterima pada

4.4.4.3 Variabel novelty seeking (mencari jenis baru) tidak berpengaruh

terhadap attitude toward social consequences (sikap terhadap konsekuensi

sosial).

Tabel IV. 18 bahwa mencari jenis baru pada sikap terhadap konsekuensi sosial

didapatkan CR negatif sebesar 0,904 dengan S.E sebesar 0,045. Karena CR <

1,645 maka menunjukan bahwa hipotesis 4c ditolak.

4.4.5 Hubungan Antara Sikap Terhadap Fashion Tiruan Pada Niat Pembelian

Kembali

4.4.5.1 Variabel attitude toward purchasing behavior (sikap terhadap perilaku

pembelian) tidak berpengaruh terhadap repurchase intention (niat

pembelian kembali).

Temuan yang dapat dilihat pada Tabel IV. 18 menunjukan bahwa sikap

terhadap perilaku pembelian pada niat pembelian kembali, CR positif sebesar

Page 95: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

0,202 dengan S.E sebesar 0,088. Karena CR < 1,645 maka menunjukan

bahwa hipotesis 5a ditolak.

4.4.5.2 Variabel attitude toward fashion counterfeit (sikap terhadap produk

fashion tiruan) tidak berpengaruh terhadap repurchase intention (niat

pembelian kembali).

Berdasarkan Tabel IV. 18 bahwa sikap terhadap produk fashion tiruan pada

niat pembelian kembali menunjukan bahwa hipotesis 5b ditolak dikarenakan

CR positif sebesar 1,103 dengan S.E sebesar 0,149 dengan syarat CR < 1,645

4.4.5.3 Variabel attitude toward social consequences (sikap terhadap konsekuensi

sosial) tidak berpengaruh terhadap repurchase intention (niat pembelian

kembali).

Berdasarkan Tabel IV. 16 menunjukan bahwa sikap terhadap konsekuensi

sosial pada niat pembelian kembali didapatkan CR negatif sebesar 1,595

dengan S.E sebesar 0,139. Karena CR < 1,645 maka menunjukan bahwa

hipotesis 5c ditolak.

4.4.6 Hubungan Antara Niat Pembelian Kembali Berpengaruh Pada Perilaku

Variabel repurchase intention (niat pembelian kembali) berpengaruh

terhadap behavior (perilaku).

Berdasarkan Tabel IV. 18 menunjukan bahwa niat pembelian kembali pada

perilaku didapatkan CR positif sebesar 2,604 dengan S.E sebesar 0,084.

Karena CR > 2,56 maka menunjukan bahwa hipotesis 6 diterima pada

Page 96: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

4.5 Interpretasi Hasil dan Pembahasan

4.5.1 Hubungan Antara Kerentanan Normatif Pada Sikap Terhadap Fashion

Tiruan

Penelitian ini menguji adanya hubungan antara kerentanan normatif pada

sikap terhadap fashion tiruan yang telah dijabarkan menjadi tiga yaitu, sikap terhadap

konsekuensi sosial, sikap terhadap perilaku pembelian, dan sikap terhadap barang

fashion tiruan. Hubungan antara kerentanan normatif terhadap ketiga atribut sikap

terhadap produk fashion tiruan ini tidak ada.

Kondisi ini menunjukan bahwa apapun kesan yang ingin ditunjukan

responden terhadap lingkungan tidak berpengaruh terhadap sikap responden terhadap

perilaku pembelian produk tiruan, sikap responden terhadap produk fashion tiruan

tersebut dan sikap responden terhadap konsekuensi sosial yang didapat dari produk

tiruan. Hal ini menunjukan bahwa responden tidak mempedulikan anggapan orang

lain dalam membeli barang.

Sehingga dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa temuan di atas

menunjukan bahwa kondisi tersebut berbeda dengan penelitian Ang, dkk. (2001) dan

Wang, dkk. (2005). Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa semakin rentan

seseorang terhadap pendapat lingkungan maka semakin rendah penilaiannya terhadap

produk tiruan.

4.5.2 Hubungan Antara Nilai Kesadaran Pada Sikap Terhadap Fashion

Tiruan

Penelitian ini menguji adanya hubungan antara nilai kesadaran padasikap

terhadap fashion tiruan yang telah dijabarkan menjadi tiga yaitu, sikap terhadap

Page 97: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

perilaku pembelian, sikap terhadap barang fashion tiruan dan sikap terhadap

konsekuensi sosial. Ketiga atribut dalam variabel ini memiliki hubungan signifikan

terhadap nilai kesadaran terhadap produk. Kesadaran konsumen terhadapa hara dan

kualitas suatu produk mempengaruhi sikap responden terhadap barang tiruan.

Terjadi perbedaan arah hubungan pada ketiganya. Hubungan negatif

ditunjukkan pada hubungan antara nilai kesadaran terhadap sikap responden terhadap

perilaku pembelian produk tiruan. Semakin responden dapat mengoptimalkan

uangnya untuk mengkombinasikan harga dan kualitas produk yang dibeli, maka

responden semakin tidak peduli bahwa membeli produk tiruan merupakan tindakan

yang melanggar hukum, tidak terpuji, serta berbahaya. Hubungan negatif juga

ditemukan pada hubungan antara nilai kesadaran terhadap sikap responden terhadap

konsekuensi sosial yang didapat. Semakin responden dapat mengoptimalkan uangnya

untuk mengkombinasikan harga dan kualitas produk yang dibeli, maka responden

semakin tidak mempedulikan bahwa membeli produk tiruan melanggar hak cipta,

merugikan industri fashion, dan juga menurunkan nilai barang asli. Namun

ditemukan hasil yang positif antara nilai kesadaran terhadap sikap responden terhadap

barang fashion tiruan, dimana semakin responden mampu mengoptimalkan uangnya

untuk mengkombinasikan harga dan kualitas produk yang dibeli, maka responden

semakin menganggap kualitas, manfaat, dan keawetan barang tiruan tersebut hampir

sama dengan barang asli.

Adanya hal demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa nilai

kesadaran terhadap sikap responden terhadap perilaku pembelian produk tiruan dan

nilai kesadaran terhadap sikap responden terhadap konsekuensi sosial sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ang, dkk. (2001) yang menyebutkan adanya pengaruh

Page 98: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

negatif antara nilai kesadaran terhadap sikap terhadap produk tiruan. Kemudian nilai

kesadaran terhadap sikap terhadap produk fashion tiruan sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Wang, dkk. (2005) dan Phau dan Teah (2009) yang menyatakan

bahwa terdapat hasil positif pada nilai kesadaran terhadap sikap responden terhadap

produk tiruan.

4.5.3 Hubungan Antara Kolektivitas Pada Sikap Terhadap Fashion Tiruan

Penelitian ini menguji adanya hubungan antara kolektivitas pada sikap

terhadap fashion tiruan yang telah dijabarkan menjadi tiga yaitu, sikap terhadap

perilaku pembelian, sikap terhadap barang fashion tiruan dan sikap terhadap

konsekuensi sosial. Hubungan terhadap ketiganya memiliki hasil yang beragam.

Kolektivitas dalam hal ini ditunjukkan dengan adanya sharring informasi

tentang produk fashion, mampu mempengaruhi pendapat dan pengetahuan

konsekuensi sosial terhadap produk tiruan. Terdapat hubungan negatif antara

kolektivitas dengan sikap terhadap produk fashion tiruan, dimana semakin tinggi

tingkat kolektivitas seseorang terhadap produk fashion tiruan maka akan semakin

rendah sikap terhadap produk fashion tiruan. Hal ini menunjukan bahwa semakin

tinggi sharring informasi pada produk fashion maka akan semakin rendah nilai

produk tiruan tersebut. Kondisi ini disebabkan karena responden mengetahui

informasi bahwa produk tiruan tidak memberikan manfaat yang sama dengan barang

asli, tidak memiliki kualitas yang hampir sama dengan barang asli, serta barang tiruan

tidak sama awetnya dengan barang asli. Informasi tersebut diperoleh dari sharring

informasi di lingkungan. Kemudian terdapat hubungan positif ditunjukkan oleh

hubungan kolektivitas dengan sikap terhadap konsekuensi sosial. Semakin tinggi

sharring informasi yang didapatkan responden di lingkungannya maka akan

Page 99: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

meningkatkan kesadaran responden akan konsekuensi sosial yang ditimbulkan jika

membeli produk tiruan. Responden menyadari bahwa membeli barang tiruan

melanggar hak cipta, barang fashion tiruan merugikan industri fashion di Indonesia

dan adanya barang tiruan menurunkan nilai barang asli.

Temuan di atas sejenis dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang, dkk.

(2005) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara kolektivitas dengan sikap

terhadap produk tiruan, kecuali terhadap atribut tindakan pembelian terhadap produk

tiruan. Hal ini sejalan juga dengan pendapat Teah (2009) menyimpulkan bahwa

kolektivitas menjadi salah satu faktor yang ada di masyarakat di Asia.

Namun kolektivitas tersebut belum sampai mempengaruhi tindakan responden

dalam membeli produk tiruan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya temuan bahwa

tidak ada hubungan antara kolektivitas terhadap kegiatan pembelian produk tiruan.

Hal ini dimungkinkan karena walaupun responden telah mengetahui informasi

mengenai produk fashion, namun tidak menjadi pengaruh terhadap kegiatan terhadap

pembelian produk tiruan. Perbedaan temuan dari penelitian terdahulu pada atribut

tindakan pembelian terhadap produk tiruan terhadap variabel kolektifitas dapat

dimungkinkan karena terdapat perbedaan lokasi dan karakter responden yang diteliti

pada penelitian ini.

4.5.4 Hubungan Antara Mencari Jenis Baru Pada Sikap Terhadap Fashion

Tiruan

Penelitian ini menguji adanya hubungan antara mencari jenis baru pada sikap

terhadap fashion tiruan yang telah dijabarkan menjadi tiga yaitu, sikap terhadap

perilaku pembelian, sikap terhadap barang fashion tiruan dan sikap terhadap

konsekuensi sosial. Sama dengan variabel sebelumnya, hubungan variabel mencari

Page 100: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

jenis baru terhadap ketiga atribut yang mempengaruhi sikap terhadap produk fashion

tiruan memiliki hasil yang beragam.

Terjadi perbedaan arah hubungan pada hasil penelitian ini, keterkaitan positif

antara mencari jenis baru terhadap sikap responden terhadap perilaku pembelian

produk tiruan. Semakin tinggi rasa keingintahuan bagi konsumen untuk mencari

produk baru dan berbeda, maka semakin sadar bahwa membeli barang tiruan

merupakan tindakan melanggar hukum, tidak terpuji, dan berbahaya. Terjadi

hubungan negatif antara mencari jenis baru terhadap sikap terhadap produk fashion

tiruan. Semakin tinggi rasa keingintahuan bagi konsumen untuk mencari produk baru

dan berbeda, maka responden tidak menganggap kualitas, manfaat, serta keawetan

barang tiruan tidak sama dengan barang asli. Namun temuan berbeda terjadi terhadap

kaitannya dengan konsekuensi sosial. Pada penelitian ini menemukan hubungan

antara mencari jenis baru dengan konsekuensi sosial. Hasil penelitian ini

dimungkinkan karena rasa keingintahuan bagi responden tidak berkaitan dengan

pengetahuan terhadap konsekuensi sosial yang timbul.

Adanya hal demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa

mencari jenis baru pada sikap terhadap perilaku pembelian sesuai dengan penelitian

Wang, dkk. (2005), yang menyebutkan adanya hubungan positif pada sikap terhadap

barang tiruan. Kemudian hipotesis mencari jenis baru pada sikap terhadap produk

fashion tiruan sejalan dengan penelitian Wee, dkk. (1995) yang menjelaskan bahwa

pentingnya produk atribut dalam menjelaskan keinginan konsumen. Sementara pada

hipotesis mencari jenis baru pada sikap terhadap konsekuensi sosial tidak

mendapatkan hasil yang serupa dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Wang, dkk. (2005) hal ini dimungkinkan karena adanya perbedaan setting dan

Page 101: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

karakter responden yang menjadi objek penelitian. Para konsumen lebih suka mencari

jenis baru produk asli dibanding produk palsu ketika mereka sudah merasa puas.

4.5.5 Hubungan Antara Sikap Terhadap Fashion Tiruan Pada Niat Pembelian

Kembali

Semua atribut yang menyusun sikap terhadap produk tiruan memiliki

hubungan yang tidak signifikan terhadap niat pembelian kembali produk tiruan.

Temuan ini menunjukkan bahawa apapun sikap responden terhadap perilaku membeli

barang tiruan, sikap responden dalam menilai barang tiruan tersebut, serta sikap

responden terhadap konsekuensi sosial atas pembelian barang tiruan tidak

mempengaruhi niat responden untuk membeli kembali barang tiruan.

Kondisi ini disebabkan kuatnya variabel sosial dan personal yang menentukan

niat terhadap pembelian kembali. Perbedaan sikap terhadap produk asli maupun

produk tiruan tidak menjadi pertimbangan yang menciptakan niat pembelian produk.

Responden cenderung akan membeli kembali produk berdasarkan, keinginannya

untuk membuat orang lain terkesan, responden yang mengoptimalkan uang untuk

mengkombinasikan harga dan kualitas produk yang dibeli, responden yang gemar

sharring informasi produk fashion, dan juga mengandalkan rasa keingintahuannya

untuk mencari produk baru dan berbeda.

Hasil demikian dapat disimpulkan dari pada penelitian ini berbeda dengan

penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Ang, dkk. (2001) dan Wang, dkk.

(2005) yang sama-sama menyatakan adanya hubungan antara sikap terhadap produk

tiruan pada niat pembelian. Hal ini dimungkinkan karena adanya perbedaan setting

penelitian dan karakter responden.

Page 102: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

4.5.6 Hubungan Antara Niat Pembelian Kembali Berpengaruh Pada Perilaku

Berdasarkan analisis yang dilakukan antara niat pembelian kembali pada

produk tiruan terhadap perilaku pembelian kembali produk tiruan, ditemukan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara keduanya. Kondisi ini dimungkinkan terjadi

karena konsumen yang memiliki niat untuk membeli kembali produk tiruan

cenderung akan membeli kembali barang tiruan yang lain dan merekomendasikan

pada pihak lain tentang barang tiruan tersebut.

Temuan ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Ajzen (1991) yang

menyebutkan bahwa niat untuk membeli kembali sebuah produk akan diwujudkan

oleh orang tersebut dan diceritakan/direkomendasikan pada orang lain.

Page 103: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

BAB V

PENUTUP

Pada bagian ini dipaparkan kesimpulan, keterbatasan penelitian, saran dan

implikasi manajerial yang diharapkan berguna bagi semua pihak yang berkepentingan

sebagai akhir dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Kerentanan normatif tidak berpengaruh pada sikap terhadap barang fashion

tiruan, karena responden tidak mempedulikan anggapan orang lain dalam

membeli barang.

2. Nilai kesadaran berpengaruh pada sikap terhadap barang fashion tiruan.

Semakin responden dapat mengoptimalkan uangnya untuk mengkombinasikan

harga dan kualitas produk yang dibeli, maka responden semakin tidak

mempedulikan bahwa membeli produk tiruan merupakan tindakan yang

melanggar hukum, tidak terpuji serta berbahaya; semakin juga tidak

mempedulikan bahwa membeli produk tiruan melanggar hak cipta, merugikan

industri fashion dan jugamenurunkan nilai barang asli; serta semakin

menganggap kualitas dan manfaat barang tiruan hampir sama dengan barang

asli dan barang tiruan sama awetnya dengan barang asli.

3. Hubungan antara kolektivitas pada sikap terhadap fashion tiruan memiliki hasil

yang beragam. Tidak ditemukan hubungan antara kolektivitas dengan kegiatan

Page 104: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

pembelian produk tiruan. Walaupun berbeda arah hubungan, tetapi ditemukan

hubungan antara kolektivitas dengan sikap terhadap produk tiruan dan terhadap

terhadap konsekuensi sosial. Hubungan negatif ditemukan pada hubungan

antara kolektivitas dengan sikap terhadap produk tiruan, dimana semakin tinggi

tingkat kolektivitas seseorang terhadap produk fashion tiruan maka akan

semakin rendah sikap mereka terhadap produk fashion tiruan tersebut.

Sedangkan hubungan positif ditunjukkan oleh hubungan kolektivitas dengan

sikap terhadap konsekuensi sosial, dimana semakin tinggi sharring informasi

yang didapatkan responden di lingkungan maka kesadaran responden akan

konsekuensi sosial pun meningkat.

4. Hubungan antara mencari jenis baru pada sikap terhadap fashion tiruan

memiliki hasil yang beragam. Terdapat keterkaitan positif antara mencari jenis

baru terhadap sikap responden terhadap perilaku pembelian produk tiruan,

dimana semakin tinggi rasa keingintahuan bagi konsumen untuk mencari

produk baru dan berbeda, maka semakin sadar bahwa membeli barang tiruan

merupakan tindakan melanggar hukum, tidak terpuji dan berbahaya.

Keterkaitan negatif ditemukan pada hubungan antara mencari jenis baru

terhadap sikap terhadap produk fashion tiruan. Dimana semakin tinggi rasa

keingintahuan bagi konsumen untuk mencari produk baru dan berbeda, maka

responden semakin tidak peduli dengan kualitas dan manfaat barang dengan

barang asli. Namun terdapat temuan yang berbeda terhadap kaitannya dengan

konsekuensi sosial, yaitu tidak ditemukannya hubungan antara mencari jenis

baru dengan konsekuensi sosial.

Page 105: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

5. Sikap terhadap fashion tiruan tidak berpengaruh pada niat pembelian. Kondisi

ini disebabkan kuatnya variabel sosial dan personal yang menentukan niat

terhadap pembelian kembali. Adanya perbedaan sikap terhadap produk asli

maupun produk tiruan tidak menjadi pertimbangan yang menciptakan niat

pembelian produk. Responden cenderung akan membeli kembali produk

berdasarkan, keinginannya untuk membuat orang lain terkesan, responden yang

mengoptimalkan uang untuk mengkombinasikan harga dan kualitas produk

yang dibeli, responden yang gemar sharring informasi produk fashion, dan juga

mengandalkan rasa keingintahuannya untuk mencari produk baru dan berbeda.

6. Niat pembelian kembali berpengaruh pada perilaku, maka dapat disimpulkan

responden yang membeli kembali barang fashion tiruan akan menjaganya dan

juga merekomendasikan kepada rekan lain.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan ini mempunyai keterbatasan dan kekurangan.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menguji variabel normative susceptibility (kerentanan

normatif), value consciousness (nilai kesadaran), collectivism (kolektivitas),

novelty seeking (mencari jenis baru), attitude toward counterfeit (sikap terhadap

pemalsuan), repurchase intention (niat pembelian kembali) dan behavior

(perilaku). Peneliti menyadari masih ada variabel lainnya yang mampu

mempengaruhi perilaku pembelian kembali produk fashion tiruan.

2. Peneliti hanya mengobservasi fenomena yang terjadi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret. Untuk penelitian selanjutnya lebih baik

Page 106: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

menggunakan sampel yang lebih luas guna mengukur tingkat pembelian

kembali barang tiruan yang lebih jelas.

3. Peneliti hanya mengobservasi fenomena pada satu titik waktu tertentu.

Sehingga penelitian tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika

perubahan kondisi.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan untuk penelitian yang akan datang yaitu:

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya mengukur hubungan langsung antara faktor

sosial dan faktor personal dengan repurchase intention. Hal ini dikarenakan

pada studi ini belum adanya pengukuran pada variabel tersebut.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel economic conditions

untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku pembelian

kembali terhadap produk fashion tiruan. Hal ini didukung oleh penelitian

Rahman, dkk. (2011) yang mendapatkan hasil bahwa economic conditions

berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku pembelian terhadap produk

tiruan. Untuk lebih membedakan lagi antara sikap terhadap perilaku pembelian

dengan sikap terhadap konsekuensi sosial, karena sejauh ini terdapat pertanyaan

yang cenderung memilki arti yang serupa.

3. Menggunakan objek penelitian lain yang berhubungan dengan barang tiruan

selain di bidang fashion, seperti software yang telah diteliti oleh Suki, dkk.

(2011), musik oleh Festcherin (2009) dan VCD oleh Shaari dan Halim (2006).

Hal ini disebabkan karena semakin maraknya kasus pemalsuan yang telah

terjadi.

Page 107: Analisis Pengaruh Normative Susceptibility Value .../Analisis... · Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan ... Tim CDC yang telah memberikan banyak motivasi dan pengalaman mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

5.4 Implikasi

Studi ini diharapkan mampu memberikan implikasi untuk pengembangan

teori yang telah dibahas oleh peneliti. Perlu meningkatkan kesadaran

konsumen pada produk fashion tiruan karena pada penelitian ini ditemukan

adanya pengaruh yang berkaitan dengan repurchase intention pada produk

fashion tiruan seperti memberikan sosialisasi mengenani produk atau dengan

mengkampanyekan produk asli. Hal ini agar masyarakat menyadari bahwa

membeli produk fashion tiruan adalah perbuatan yang tidak terpuji.