22
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298X Akreditasi No. 32a/E/KPT/2017 e-ISSN 2548 – 5024 DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i3.2404 303 ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA WANITA PURNA GUNUNG KIDUL UNTUK KEMANDIRIAN Kusuma Chandra Kirana [email protected] UST-Jogja Kusrini M. Idris Purwanto Universitas Amikom Yogyakarta ABSTRACT The Objective the research is, to digging ability and willingness to behave economy of the former maids Gunug Kidul Regency Yogyakarta, so as to provide a way to alleviate poverty in Gunung Kidul in Yogyakarta with a cash endowment fund utilization. Gunung Kidul is part of the territory of Yogyakarta Province which has a vast coastal areas. Poverty that occurs with low education triggers Gunung Kidul resident working as domestic servants both domestically and abroad. Gunung Kidul District, also known as the highest scorer of migrant workers in the province. The method in this study using a sampling method. This research is a quantitative study, samples were taken from the existing population research subjects. The data used in this study are primary data and secondary data that are complementary. The subjects of this research is a former migrant worker in Gunung Kidul, Yogyakarta. Technique data retrieval is done through questionnaires, interviews and documentation. Further- more, the data were analyzed using SPSS software for Windows 15.00. The results of this study, namely, there are fairly strong partial correlation of personality variables, environment and demographics to intention entrepreneurship former migrant worker. Of the three variables greatest correlation exist in the environment variable. Key words: personality, environment, demographi, intention, migrant worker ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk, menganalisis pengaruh kepribadian, lingkungan dan demografi para TKW purna di Kabupaten Gunug Kidul Yogyakarta, dengan mengetahui besarnya pengaruh dari variabel yang diteliti, diharapkan dapat memberikan saran yang tepat untuk membantu mengentaskan kemiskinan di Gunung Kidul Yogyakarta. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode sampling. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, sampel diambil dari populasi subyek penelitian yang ada. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang sifatnya sebagai pelengkap. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah mantan TKW di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Teknik pengambilan data dilakukan dengan melalui kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini yaitu, terdapat korelasi parsial dari variabel kepribadian, lingkungan dan demografi terhadap Intensi kewirausahaan TKW purna, diantara ketiga varibel, lingkungan memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap intensi. Secara simultan menunjukkan adanya korelasi dari variabel kepribadian, lingkungan dan demografi terhadap intensi kewirausahaan TKW purna di Gunung Kidul. Kontribusi dari ketiga variabel terhadap intensi sebesar 23,3%, sedang sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Pengujian hipotesis simultan me- nunjukkan bahwa variabel lingkungan, variabel kepribadian, dan variabel demografi secara bersama- sama berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan TKW purna di Gunung Kidul. Kata kunci : intensi, kewirausahaan, TKW, Gunung Kidul

ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298XAkreditasi No. 32a/E/KPT/2017 e-ISSN 2548 – 5024DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i3.2404

303

ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJAWANITA PURNA GUNUNG KIDUL UNTUK KEMANDIRIAN

Kusuma Chandra [email protected]

UST-JogjaKusrini

M. Idris PurwantoUniversitas Amikom Yogyakarta

ABSTRACT

The Objective the research is, to digging ability and willingness to behave economy of the former maids GunugKidul Regency Yogyakarta, so as to provide a way to alleviate poverty in Gunung Kidul in Yogyakarta with a cashendowment fund utilization. Gunung Kidul is part of the territory of Yogyakarta Province which has a vast coastalareas. Poverty that occurs with low education triggers Gunung Kidul resident working as domestic servants bothdomestically and abroad. Gunung Kidul District, also known as the highest scorer of migrant workers in theprovince. The method in this study using a sampling method. This research is a quantitative study, samples weretaken from the existing population research subjects. The data used in this study are primary data and secondarydata that are complementary. The subjects of this research is a former migrant worker in Gunung Kidul,Yogyakarta. Technique data retrieval is done through questionnaires, interviews and documentation. Further-more, the data were analyzed using SPSS software for Windows 15.00. The results of this study, namely, thereare fairly strong partial correlation of personality variables, environment and demographics to intentionentrepreneurship former migrant worker. Of the three variables greatest correlation exist in the environmentvariable.

Key words: personality, environment, demographi, intention, migrant worker

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk, menganalisis pengaruh kepribadian, lingkungan dan demografi para TKWpurna di Kabupaten Gunug Kidul Yogyakarta, dengan mengetahui besarnya pengaruh dari variabelyang diteliti, diharapkan dapat memberikan saran yang tepat untuk membantu mengentaskankemiskinan di Gunung Kidul Yogyakarta. Metode dalam penelitian ini menggunakan metodesampling. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, sampel diambil dari populasi subyekpenelitian yang ada. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan datasekunder yang sifatnya sebagai pelengkap. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah mantan TKWdi Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Teknik pengambilan data dilakukan dengan melaluikuesioner, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini yaitu, terdapat korelasi parsial darivariabel kepribadian, lingkungan dan demografi terhadap Intensi kewirausahaan TKW purna,diantara ketiga varibel, lingkungan memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap intensi. Secarasimultan menunjukkan adanya korelasi dari variabel kepribadian, lingkungan dan demografi terhadapintensi kewirausahaan TKW purna di Gunung Kidul. Kontribusi dari ketiga variabel terhadap intensisebesar 23,3%, sedang sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Pengujian hipotesis simultan me-nunjukkan bahwa variabel lingkungan, variabel kepribadian, dan variabel demografi secara bersama-sama berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan TKW purna di Gunung Kidul.

Kata kunci : intensi, kewirausahaan, TKW, Gunung Kidul

Page 2: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

304 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 303 – 324

PENDAHULUANKabupaten Gunung Kidul merupakan

bagian wilayah dari Provinsi Daerah Isti-mewa Yogyakarta yang memiliki daerahpesisir pantai yang luas. Kondisi tanah yangtandus membuat Gunung Kidul dinyatakansebagai salah satu wilayah dengan angkakemiskinan yang tinggi. Kemiskinan yangterjadi dengan pendidikan rendah menjadipemicu penduduk Gunung Kidul bekerjasebagai Pembantu Rumah Tangga baik didalam negeri maupun di luar negeri.Gunung Kidul juga dikenal sebagai Kabu-paten pencetak buruh migran tertinggi diYogyakarta. Seperti kebanyakan TKW (Te-naga Kerja Wanita) yang bekerja di luarnegeri motif utama menjadi TKW ke luarnegeri adalah ekonomi. Kemiskinan danpengangguran telah membuat para TKWnekat berangkat mengadu nasib. Disebutnekat, karena sebagian besar mereka tidakmemiliki bekal pengetahuan yang memadaiuntuk bisa bekerja di luar negeri. Sebagiandari mereka memang berhasil mencapaipendapatan yang signifikan untuk mem-bangun kehidupan ekonomi keluarganya,namun tidak sedikit diantara mereka yanggagal. Terlepas dari keberhasilan para TKWini, mereka mempunyai resiko yang samabesar, yaitu penyiksaan dan penganiayaan.Berdasarkan data yang ada di Dinsos-kertrans Gunung Kidul, setidaknya terdapatsebanyak 373 kasus yang menimpa TKWdari Gunung Kidul, dan terdapat ke-cenderungan meningkat pada tiap tahunnya. Situasi ini tentu saja harus menjadiperhatian serius tidak hanya oleh peme-rintah, namun juga oleh para kaum cende-kiawan dan tokoh masyarakat.

TKW di Gunung Kidul, dengan ber-bagai daya tarik dan permasalahan yangmengikutinya, telah mendorong pemerintahDaerah Istimewa Yogyakarta (DIY), untukmengambil tindakan tegas, dengan me-ngeluarkan Perda, yang membatasi danbahkan melarang adanya pengiriman TKWke luar negeri. Adanya arahan dari Guber-nur DIY yang melarang pengiriman TKIinformal ke luar negeri sejak tahun 2014 lalu,

terbukti efektif. Hal ini ditekankan olehkepala Dinsosnakertrans (Dinas Sosial Te-naga Kerja dan Transmigrasi) bahwa, sudahsejak 2 tahun yang lalu, Gunung Kidul tidaklagi membuka perijinan TKW ke luar negeri.Berdasarkan data yang ada pada Dinsos-kertrans Gunung Kidul, Tenaga Kerja Indo-nesia (TKI) selama ini tergolong dalam 2kategori, yaitu TKI formal dan TKI informal.TKI formal, yaitu para tenaga kerja yangbekerja di luar negeri, yang merupakantenaga ahli. Mereka tercatat bekerja di suatuorganisasi bisnis di luar negeri, sebagaitenaga ahli (tenaga medis, mekanik, pen-didik, dan lain-lain), sedangkan TKI infor-mal adalah mereka yang bekerja di luarnegeri, yang mayoritas bekerja sebagaiburuh rumah tangga. Para TKI informal inimayoritas adalah wanita, sehingga sering-kali disebut sebagai Tenaga Kerja Wanita(TKW). Berdasarkan data yang diperolehdari dinas sosial, saat ini jumlah TKW diGunung kidul sebanyak 6.873 orang. Darijumlah tersebut, tercatat sudah purna se-banyak 400 orang dan semuanya adalahwanita. Para TKW informal yang dimaksudrata-rata bekerja di luar negeri sebagai buruhrumah tangga, selama lebih dari 5 tahun.Adapun hasil yang mereka dapatkan selamaini lebih banyak dipergunakan untuk tujuankonsumtif. Itulah sebabnya mengapa setelahmereka tidak mampu lagi bekerja karenausia, mereka kembali miskin. Fenomena inibanyak terjadi pada para TKW di seluruhIndonesia. Hanya sedikit diantara merekayang benar-benar berhasil mencapai ke-mandirian ekonomi. Berlatar belakang situ-asi tersebut, maka peneliti membuat pe-nelitian dengan tujuan untuk memberikanhasil yang dapat dijadikan dasar bagi pe-merintah dan/atau pihak yang membutuh-kan sehingga dapat dijadikan dasar peng-ambilan kebijakan strategis mengenai ke-mandirian ekonomi bagi para TKW khusus-nya di wilayah Gunung Kidul, agar mampumenjadi tuan di negeri sendiri.

Model pemberdayaan ekonomi, paramantan TKW perlu dibuat, sebagai arahtercapainya tujuan pemerintah khususnya

Page 3: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

Analisis Faktor Intensi Kewirausahaan ...– Kirana, Kusrini, Purwanto 305

pemerintah daerah Gunung Kidul, dalammengurangi angka kemiskinan. Hal ini tentusaja akan dengan mudah terwujud, jika adasinergi yang baik antar dinas terkait. Salahsatu upaya dalam memberdayakan masya-rakat miskin di Gunung Kidul yang telahdilakukan adalah dengan memberikan pem-belajaran mengenai kewirausahaan. Banyakpelatihan kewirausahaan yang telah dilaku-kan, namun pencapaiannya dirasa belumoptimal. Salah satu kendala yang dihadapidalam membentuk jiwa kewirausahaan diGunung Kidul, karena penyelenggara pro-gram, tidak menganggap penting adanyaforum, untuk melihat dengan teliti apa yangdibutuhkan masyarakat, sehingga imple-mentasi pelatihan kewirausahaan padamasyarakat menjadi salah sasaran. Yang di-maksud salah sasaran yaitu, banyak pesertapelatihan yang gagal atau tidak mampumengelola usaha dengan baik.

Berpijak pada kegagalan tersebut, makapeneliti mengawali pembentukan modelkemandirian ekonomi para mantan TKW diGunung Kidul dengan menganalisis faktoryang diduga mempengaruhi intensi paraTKW purna di Gunung Kidul pada Kewira-usahaan. Harapannya, dengan mengetahuifaktor-faktor yang berpengaruh terhadapintensi kewirausahaan maka dapat meng-hasilkan model strategi yang tepat, sepertiyang dilakukan oleh Budiati et al. (2012),yang melakukan penelitian serupa denganobyek adalah mahasiswa, yang mana di-ketahui bahwa minat berwirausaha ber-pengaruh pada kesuksesan usaha. Lebihlanjut, tujuan dari penelitian ini adalah, inginmengetahui dan menganalisis faktor yangmempengaruhi intensi kewirausahaan paramantan TKW di Gunung Kidul Yogyakarta.

TINJAUAN TEORETISDefinisi Kemiskinan

Kemiskinan secara epistimologi, adalahsuatu keadaan dimana individu tidakmemiliki kemampuan secara ekonomi untukmemenuhi kebutuhannya. Selama ini me-tode umum yang digunakan untuk meng-hitung jumlah penduduk miskin adalah

metode Head Count Index (HDI). Menurutmetode ini, penduduk yang dikategorikanmiskin adalah mereka yang berada di bawahsuatu batas yang disebut dengan gariskemiskinan. Garis kemiskinan yang di-maksud yaitu nilai rupiah yang harusdikeluarkan seseorang untuk memenuhikebutuhan hidup minimumnya, baik ituuntuk makanan, minuman, perumahan,kesehatan, pendidikan dan transportasi.

Seseorang dikatakan hidup sehat apa-bila telah dapat memenuhi energi minimal2.100 kilo kalori per hari (Standar BPS).Berdasarkan ketentuan BPS tersebut, makabatas kemiskinan untuk makanan adalahnilai rupiah yang dikeluarkan seseoranguntuk dapat memenuhi kebutuhan hidupminimal 2.100 kilo kalori per hari yangdidasarkan atas konsumsi makanan danpenduduk kelas marginal.

Pengertian Kemandirian EkonomiSuatu situasi dimana masyarakat mam-

pu memenuhi kebutuhan ekonomi secaramandiri melalui kegiatan produksi dalamrangka mensejahterakan diri, dan tidaktergantung kepada orang lain (Gamal, 2007).Oleh karena itu, kemandirian ekonomi yangdimaksud dalam penelitian ini adalahkemampuan para mantan TKW di GunungKidul dalam memenuhi kebutuhan ekonominya secara mandiri tanpa dominasi pihaklain.

Pemberdayaan Masyarakat Miskin DaerahIstimewa Yogyakarta

Program yang digagas dan dijalankanoleh pemerintah provinsi Daerah IstimewaYogyakarta (DIY) ini dimulai dari tahun 2010dan berakhir tahun 2011. Tujuan dari pro-gram adalah; meningkatkan fungsi saranaatau prasarana kebutuhan masyarakat, me-ningkatkan kualitas rumah tangga dansanitasi rumah tangga miskin, dan pember-dayaan masyarakat secara aktif, terpadu dangotong royong serta berkelanjutan.

Program ini mampu membangun ber-bagai sarana umum dan memberi kesadaranmasyarakat untuk hidup sehat, namun pada

Page 4: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

306 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 303 – 324

implementasinya program ini belum mam-pu memberdayakan masyarakat miskin diDIY untuk memiliki kemandirian secaraekonomi.

Program Pemberdayaan Potensi DesaTujuan dari program yang dirancang

oleh Bapenas ini adalah, mendorong ter-wujudnya kemandirian masyarakat desamelalui pengembangan potensi unggulandan penguatan kelembagaan serta pem-berdayaan kelompok masyarakat (Pokmas)Rumah Tangga Miskin. Program ini padaawalnya dirasa efektif mampu menemukanpotensi unggulan daerah, namun imple-mentasinya kurang efektif karena banyakmasyarakat miskin yang tidak ikut ber-partisipasi.

PNPM MandiriProgram yang melibatkan salah satu

Bank terbesar di Indonesia ini membantumasyarakat miskin untuk bisa berwira-swasta dengan memberi pinjaman lunak,namun pada implementasinya dirasa terlaluberbelit, sehingga banyak masyarakat mis-kin yang seharusnya lebih membutuhkanmenjadi tidak tersentuh, program hanyaberputar-putar pada masyarakat menengahdan akhirnya lebih mengarah pada orientasikeuntungan di sektor perbankan yangmengusungnya.

Pengembangan SDM industri KecilMenengah

Program ini merupakan program daridisperindagkop, yang mana masyarakatmiskin diberdayakan dengan memberi pe-latihan berproduksi melalui industri kecil,namun program ini juga menjadi kurangefektif, karena tidak semua masyarakatmiskin memiliki minat untuk terjun dibidang industri, terlebih lagi, jika kitamelihat persentase angka kemiskinan yangada, mereka lebih banyak berada di daerahpedesaan, yang notabene orientasi ekonomi-nya adalah bertani bukan berindustri.

Peran Intensi Kewirausahaan DalamMenciptakan Usaha Baru

Intensi kewirausahaan mencerminkankomitmen seseorang untuk memulai usahabaru dan merupakan isu sentral yang perludiperhatikan dalam memahami proseskewirausahaan dalam pendirian usaha baru(Krueger et al. 2000). Akhir-akhir ini semakinbanyak dilakukan penelitian tentang intensikewirausahaan, karena diyakini bahwasuatu intensi atau niat yang berkaitandengan perilaku terbukti dapat menjadicerminan dari perilaku yang sesungguhnya.Dalam teori planned behavior, Ajzen (2006)meyakini bahwa faktor-faktor seperti sikapdan norma subyektif akan membentuk niatseseorang dan selanjutnya secara langsungakan berpengaruh pada perilaku, olehkarena itu pemahaman tentang niat seseorang untuk berwirausaha (entrepreneurialintention) dapat mencerminkan kecenderu-ngan orang untuk mendirikan usaha secarariil. Terdapat beberapa faktor yang mem-pengaruhi intensi kewirausahaan, antaralain: karakteristik kepribadian, karakteristikdemografis, dan karakteristik lingkungan.

Perumusan HipotesisPengaruh Kepribadian (Kep) terhadapIntensi Kewirausahaan (In Kew)

Penelitian terdahulu membuktikan bah-wa faktor kepribadian seperti kebutuhanakan prestasi merupakan faktor yang secarasignifikan mempengaruhi intensi kewira-usahaan. Selain itu, juga disimpulkan bahwasecara umum terdapat perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi Intensi Kewira-usahaan antara satu Negara dengan Negaralainnya, sedangkan hasil analisis statistikmenunjukkan bahwa secara bersama-samaKepribadian, Instrumen dan Demografi ter-bukti signifikan, menentukan Intensi Ke-wirausahaan (Indarti dan Rokhima. 2008).Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipo-tesis penelitian sebagai berikut:H1 : Kepribadian (Kep) berpengaruh ter-

hadap Intensi Kewirausahaan (In Kew)

Page 5: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

Analisis Faktor Intensi Kewirausahaan ...– Kirana, Kusrini, Purwanto 307

Pengaruh Lingkungan (Ling) terhadapIntensi Kewirausahaan (In Kew)

Faktor lingkungan pada penelitian inimengacu pada pendapat Kristiansen et al.(2003), yang menjelaskan bahwa jaringansosial terdiri dari hubungan formal daninformal antara pelaku utama dan pen-dukung dalam satu lingkaran terkait danmenggambarkan jalur bagi wirausaha untukmendapatkan akses kepada sumber dayayang diperlukan dalam pendirian, per-kembangan, dan kesuksesan usaha.

Secara garis besar penelitian seputarintensi kewirausahaan dilakukan denganmelihat tiga faktor lingkungan yang ber-beda-beda. Tiga faktor lingkungan yangdipercaya mempengaruhi wirausaha yaitu(1) akses kepada modal, seperti yang di-kemukakan oleh Indarti dan Rokhima (2008)bahwa masalah dana dirasakan terutamaoleh wirausaha ketika memulai usaha-usahabaru, setidaknya terjadi di negara-negaraberkembang dengan dukungan lembaga-lembaga penyedia keuangan yang tidakbegitu kuat. (2) ketersediaan informasi, me-rupakan faktor penting yang mendorongkeinginan seseorang untuk membuka usaha.Hal ini membuktikan bahwa keinginan yangkuat untuk memperoleh informasi adalahsalah satu karakter utama seorang wira-usaha. (3) kualitas jaringan sosial, Morello etal. (2003) menyebutkan bahwa jaringansosial mempengaruhi intensi kewirausaha-an. Bagi wirausaha, jaringan merupakan alatmengurangi resiko dan biaya transaksi sertamemperbaiki akses terhadap ide-ide bisnis,informasi dan modal. Dari uraian diatasdapat dirumuskan hipotesis penelitian se-bagai berikut:H2 : Lingkungan (Ling) berpengaruh ter-

hadap Intensi Kewirausahaan (InKew).

Pengaruh Demografi (Dem) terhadapIntensi Kewirausahaan (In Kew)

Faktor demografi seperti umur, jeniskelamin, latar belakang pendidikan danpengalaman kerja seseorang juga menjadi

faktor penentu intensi kewirausahaan.Dalam penelitian-penelitian tentang kewira-usahaan terdahulu menunjukkan bahwafaktor-faktor demografis seperti jenis kela-min, umur, pendidikan, dan pengalamanbekerja seseorang berpengaruh terhadapkeinginannya untuk menjadi seorang wira-usaha. Cheraghi, M. dan T. Schott. 2015.Sementara itu, hasil penelitian Oosterbeek etal. (2008) menemukan bahwa wirausahayang sukses memiliki kebutuhan akankekuasaan (the need of power) yang tinggiuntuk mengendalikan orang lain. Seorangwirausaha tahu apa yang mereka inginkandan cara mempengaruhi orang lain untukmencapai tujuannya. Oosterbeek et al. (2008)juga menemukan bahwa wirausaha yangsukses memiliki kebutuhan akan prestasipada tingkat yang tinggi. Dari uraian diatasdapat dirumuskan hipotesis penelitian se-bagai berikut:H3 : Demografi (Dem) berpengaruh ter-

hadap Intensi Kewirausahaan (In Kew)

METODE PENELITIANPendekatan yang akan digunakan untuk

penelitian ini adalah pendekatan penelitiankuantitatif. Populasi dalam penelitian iniadalah para Tenaga kerja wanita (TKW)purna di Kabupaten Gunung Kidul. Hal inididasarkan pada teori planned behavior, Ajzen(2006) menyatakan bahwa faktor-faktor se-perti sikap dan norma subyektif akan mem-bentuk niat seseorang dan selanjutnya secaralangsung akan berpengaruh pada perilaku,oleh karena itu pemahaman tentang niatseseorang untuk berwirausaha (entrepreneu-rial intention) dapat mencerminkan ke-cenderungan orang untuk mendirikan usahasecara riil.

Sampel dalam penelitian ini ditetapkandengan ciri: TKW yang sudah pernah bekerjadi luar negeri dan kembali ke Indonesia,namun masih terkategori miskin dengankurun waktu minimal 1 tahun terhitung daritanggal kepulangannya. Hal ini dimaksud-kan agar TKW purna masih memiliki per-sepsi yang kuat mengenai apa yang di rasa-

Page 6: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

308 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 303 – 324

kan dan dialami selama masa perantauan-nya sehingga dapat meminimalisasi ke-mungkinan adanya bias karena sudah lupaterhadap pengalaman yang dirasakan darinegara dimana dia bekerja sebelumnya.Jumlah sampel yang diteliti adalah 135orang, hal ini didasarkan pada pendapat dariArikunto (2006) yang menyatakan bahwaapabila subjeknya kurang dari seratus, lebihbaik diambil semua sehingga penelitiannyamerupakan populasi, tetapi jika jumlahsubjek besar, dapat diambil antara 10-15%.Jumlah populasi TKW purna di GunungKidul adalah 400 orang, sehingga totalsampel yang digunakan dalam penelitian inisebanyak 135 orang dianggap cukup. Darijumlah 135 orang TKW purna yang dijadikansampel, tersebar di berbagai kecamatan diGunung Kidul.

Pengambilan sampel adalah purposivesampling, yaitu sengaja sampel yang dipilihadalah subjek yang tidak hanya sebagaipelaku langsung akan tetapi juga memahamipermasalahan penelitian yang menjadi fokuskerja peneliti (Ghozali, 2006). Sampel yangdipilih adalah TKW purna yang masihterkategori miskin pada wilayah yang akanditeliti. Teknik pengambilan data yangdilakukan dengan menggunakan kuesioner,wawancara dan dokumentasi. Selanjutnyadata dianalisis menggunakan Software SPSS15,00 for Windows. Penelitian ini merupakanpenelitian kuantitatif dengan metode sam-pling, sampel diambil dari populasi subjekpenelitian yang ada. Sumber data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah dataprimer yang merupakan data yang diambillangsung dari lapangan dan data sekunderyang sifatnya sebagai pelengkap. Lokasipenelitian adalah Kabupaten Gunung Kiduldi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Penelitian mulai dilaksanakan dari bulanPebruari 2016. Adapun jangka waktu efektifpenelitian ini kurang lebih 4 (empat) bulan.

Definisi Operasional VariabelVariabel Intensi Kewirausahaan

Ajzen (2006) meyakini bahwa faktor-faktor seperti sikap dan norma subyektif

akan membentuk niat seseorang dan se-lanjutnya secara langsung akan berpengaruhpada perilaku, oleh karena itu pemahamantentang niat seseorang untuk berwirausaha(entrepreneurial intention) dapat mencermin-kan kecenderungan orang untuk mendirikanusaha secara riil.

Variabel Kepribadian (Kep)Kepribadian sebagai suatu sifat dan

kecenderungan yang tetap (tidak berubah-ubah) yang menentukan persamaan danperbedaan perilaku di masyarakat (Mc.Clelland (dalam Morello et al., 2003)). Dalamkehidupan masyarakat, banyak kebutuhanyang muncul dari kebudayaan yang ada dimasyarakat tersebut. Suatu kebutuhan yangkuat dalam diri seseorang akan memotivasiorang tersebut untuk berperilaku yangmengarah pada pemenuhan kebutuhan ter-sebut. Selanjutnya, Amari dan Abbes, (2014)dalam penelitian yang dilakukannya di-ketahui bahwa faktor kepribadian memilikipengaruh yang paling dominan terhadapIntensi Kewirausahaan individu.

Pendapat dari McClelland dan hasilpenelitian dari Amari tersebut, turut meng-ilhami penelitian tentang intensi kewira-usahaan para TKW purna di Gunung Kidul.TKW purna yang mempunyai intensi untukberwirausaha, kemudian diberikan bekalpelatihan, pendidikan maupun stimulusseperti bantuan modal, informasi, danjaringan sosial.

Variabel Lingkungan (Ling)Lingkungan pada penelitian ini me-

ngacu pada pendapat Kristiansen et al.(2003), yang menjelaskan bahwa jaringansosial terdiri dari hubungan formal daninformal antara pelaku utama dan pen-dukung dalam satu lingkaran terkait danmenggambarkan jalur bagi wirausaha untukmendapatkan akses kepada sumber dayayang diperlukan dalam pendirian, per-kembangan, dan kesuksesan usaha. Secaragaris besar penelitian seputar intensi ke-wirausahaan dilakukan dengan melihat tigafaktor lingkungan yang berbeda-beda. Tiga

Page 7: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

Analisis Faktor Intensi Kewirausahaan ...– Kirana, Kusrini, Purwanto 309

faktor lingkungan yang dipercaya mem-pengaruhi wirausaha yaitu (1) akses merekakepada modal, pada umumnya seseorangyang memulai usaha akan merasakanadanya hambatan yang disebabkan tidakadanya dana atau modal. Hambatan ter-hadap akses atau ketersediaan modal inisebenarnya juga dirasakan oleh wirausahayang sudah lama berusaha, namun karenaadanya hubungan dengan berbagai pemasokdan adanya jaringan sosial, mereka lebihmudah untuk mengatasi masalah modal.Menurut Aliasuddin, (2002) menyatakanbahwa nilai potensi zakat atas tabunganmampu memberikan modal usaha yangrelatif besar untuk orang fakir miskin. (2)ketersediaan informasi, merupakan faktorpenting yang mendorong keinginan sese-orang untuk membuka usaha. Hal inimembuktikan bahwa keinginan yang kuatuntuk memperoleh informasi adalah salahsatu karakter utama seorang wirausaha.Pencarian informasi mengacu pada frekuen-si kontak yang dibuat oleh seseorang denganberbagai sumber informasi. Wirausahaseringkali dihadapkan pada situasi peng-ambilan keputusan dengan informasi yangtidak lengkap. Untuk membantu prosespengambilan keputusan, wirausaha mencaritambahan informasi. Proses pencarian infor-masi akan tergantung pada karakteristikseseorang, seperti tingkat pendidikan dankualitas infrastruktur seperti media dansistem telekomunikasi. (3) kualitas jaringansosial yang harus dimiliki. Konsep dasar darianalisis jaringan sosial (social networking)adalah bagaimana seorang individu dapatterpengaruh di lingkungan sosial merekadengan kejadian yang ada di lingkunganmereka. Menganut pada konsep ini, makaseseorang akan terpengaruh oleh lingku-ngan di mana mereka berada. Kristiansen etal. (2003) yang menjelaskan bahwa jaringansosial terdiri dari hubungan formal daninformal antara pelaku utama dan pen-dukung dalam satu lingkaran terkait danmenggambarkan jalur bagi wirausaha untukmendapatkan akses kepada sumber daya

yang diperlukan dalam pendirian, per-kembangan, dan kesuksesan usaha.

Variabel DemografiKamus Besar Bahasa Indonesia mem-

berikan arti kata demografi sebagai ilmuyang memberikan uraian atau gambaranstatistik mengenai suatu bangsa dilihat darisudut sosial, politik, dan ilmu kepen-dudukan. Faktor-faktor demografi tersebutakan mempengaruhi perilaku hidup se-seorang, termasuk dalam berwirausaha.Variabel demografi pada penelitian ini diisisesuai dengan fakta dari TKW yang ada,yang meliputi kecamatan tempat bermukim,umur, pendidikan terakhir, dan pengalamanberwirausaha.

Ketiga variabel independen dalam pe-nelitian ini ditentukan dengan mengguna-kan skala Likert, dengan skala 1 sampai 5,dengan konversi nilai:1 : Tidak ditekankan2 : Sedikit ditekankan3 : Cukup ditekankan4 : Ditekankan5 : Sangat ditekankan

Model PenelitianPada penelitian ini, model yang di-

gunakan adalah sebagai berikut padagambar 1. Berdasarkan gambar 1 tersebut,dapat dijelaskan sebagai berikut, denganmengetahui kepribadian para TKW purna diGunung Kidul, dan mengenali Lingkungandimana mereka tinggal juga mengetahuidemografi maka dapat diketahui variabelmana yang paling dominan mempengaruhiintensi kewirausahaan para TKW purna diKabupaten Gunung Kidul, serta mengetahuipengaruh masing-masing variabel kepri-badian, lingkungan, dan demografi terhadapintensi kewirausahaan.

Tehnik analisisDalam penelitian ini analisis data

dilakukan secara kuantitatif. Analisis yangdimaksud yaitu:

Page 8: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

310 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 303 – 324

Analisis data kuantitatifAnalisis data kuantitatif adalah analisis

yang digunakan terhadap data yang ber-wujud angka-angka dan cara pembahasan-nya dengan uji statistik.

Analisis statistik yang digunakan dalampenelitian ini adalah analisis regresi ber-ganda. Adapun tahap-tahap analisis kuanti-tatif yang digunakan dalam penelitian iniadalah sebagai berikut:

Gambar 1Model Penelitian

Sumber : Data Penelitian

Uji ValiditasUji Validitas digunakan untuk meng-

ukur sah atau valid tidaknya suatu kuesi-oner. Suatu kuesioner dikatakan valid jikapertanyaan pada kuesioner mampu untukmengungkapkan sesuatu yang akan diukuroleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006). Ujivaliditas dilakukan dengan mengkorelasi-kan antara skor yang diperoleh masing-masing pertanyaan dengan skor total (itemtotal correlation). Skor total adalah skor yangdiperoleh dari hasil penjumlahan semuaskor pertanyaan. Uji validitas menguji apa-kah pertanyaan pada suatu kuesionermampu untuk mengungkapkan sesuatuyang akan diukur untuk kuesioner tersebut.Dengan menggunakan program SPSS, ujivaliditas dilakukan dengan product momentpearson, yakni dengan mencari nilai faktorloading. Apabila faktor loading lebih dari 0,4(>0,4) maka pertanyaan atau pernyataantersebut valid.

Uji ReliabilitasUji reliabilitas merupakan salah satu

cara yang dapat dilakukan untuk mengujisejauh mana pengukuran memberikan hasilyang relatif stabil bila dilakukan peng-ukuran kembali. Suatu kuesioner dikatakanreliabel atau handal jika jawaban seseorangterhadap pertanyaan adalah konsisten ataustabil dari waktu ke waktu. Hasil uji relia-

bilitas akan menentukan apakah alat ukurdapat dipercaya (reliabel) atau tidak. Ujireliabilitas dilakukan dengan mengguna-kan program SPSS dengan mencari nilaikoefisien reliabilitas (alpha). Apabila Cron-bach alpha > 0,6 dan nilainya positif, berartivariabel yang diukur bersifat reliabel.

Uji Asumsi KlasikUji Multikolinearitas

Uji asumsi ini bertujuan untuk mengujimodel regresi ditemukan adanya korelasiantar variabel bebas. Jika ada korelasi, makaterdapat problem multikolinearitas. Pedo-man suatu model regresi yang bebas multi-kolinearitas, yaitu mempunyai angka tole-rance mendekati angka 1 dan mempunyainilai VIF (variance inflation factor) disekitarangka 1.

Uji HeteroskedastisitasUji heteroskedastisitas bertujuan meng-

uji apakah dalam model regresi terjadiketidaksamaan variance dari residual satupengamatan ke pengamatan yang lain. Jikavariance dari residual pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebuthomoskedastisitas dan jika berbeda heteros-kedastisitas. Cara mendeteksinya adalahdengan cara melihat grafik plot antar nilaiprediksi variabel terikat (ZPRED) denganresidualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya

In Kew : Intensi Kewirausahaan

Kep : Kepribadian

Ling : Ligkungan

Dem : Demografi

Page 9: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

Analisis Faktor Intensi Kewirausahaan ...– Kirana, Kusrini, Purwanto 311

heteroskedastisitas dapat dilakukan denganmelihat ada tidaknya pola tertentu padagrafik scaterplot antar SRESID dan ZPRED.Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yangada membentuk pola tertentu yang teratur(bergelombang, melebar, kemudian me-nyempit), maka mengindikasikan telah ter-jadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada polayang jelas, serta titik-titik yang menyebardiatas dan di bawah angka nol pada sumbuY, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji NormalitasUji asumsi ini bertujuan untuk menguji

sebuah model regresi, variabel dependen,variabel independen atau keduanya mem-punyai distribusi normal atau tidak. Modelregresi yang baik adalah distribusi normalatau mendekati normal. Jika data menyebardisekitar garis diagonal dan mengikuti arahgaris diagonal, maka model regresi meme-nuhi normalitas. Jika data yang menyebarjauh dari garis diagonal dan mengikuti arahgaris diagonal, maka regresi tidak me-menuhi normalitas.

Analisis Regresi Linier BergandaAnalisis regresi linier berganda di-

gunakan untuk menganalisis pengaruh be-berapa variabel bebas atau variabel inde-penden terhadap satu variabel tidak bebasatau variabel dependen secara bersama-sama.

Dalam hubungan dengan penelitian ini,variabel independen meliputi Kepribadian(Kep), Lingkungan (Ling), dan Demografi(Dem), sedangkan variabel dependen adalahminat dan bakat kewirausahaan (In Kew).Persamaan regresi berganda dapat di-tuliskan sebagai berikut:In Kew = bo + b1Kep + b2Ling + b3Dem + e

Dimana,In Kew : Intensi KewirausahaanKep : KepribadianLing : LingkunganDem : Demografibo : Konstantab1, b2, b3 : Koefisien masing-masing faktore : Faktor pengganggu

ANALISIS DAN PEMBAHASANKarakteristik Responden Berdasar TempatTinggal

Populasi dalam penelitian ini adalahpara mantan Tenaga Kerja Wanita yangtinggal di Kabupaten Gunung Kidul diDaerah Istimewa Yogyakarta. Dalam pe-nelitian ini obyek penelitian dibatasi padaKecamatan yang memiliki jumlah TKWterbanyak dibandingkan Kecamatan lainnyadi Kabupaten Gunung Kidul.

Kecamatan yang dimaksud yaitu: Patuk,Playen, Tepus, Saptosari, Tepus, Smin,Nglipar, Ngawen, Ngunut dan Pojong.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padaTabel 1 berikut:

Tabel 1Analisis Responden Berdasarkan Tempat Tinggal

Frequency Percent Valid Percent Cumulative PercentValid Patuk 35 23.5 23.5 23.5

Playen 39 26.2 26.2 49.7Saptosari 11 7.4 7.4 57.0Tepus 19 12.8 12.8 69.8Semin 12 8.1 8.1 77.9Nglipar 13 8.7 8.7 86.6Ngawen 14 9.4 9.4 96.0Ngunut 2 1.3 1.3 97.3Pojong 4 2.7 2.7 100.0Total 149 100.0 100.0

Sumber: data penelitian

Page 10: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

312 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 303 – 324

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwajumlah responden terbanyak yang dijadikansampel bertempat tinggal di KecamatanPlayen. Kecamatan Playen saat ini jugamenjadi Pusat pembinaan keterampilankewirausahaan dari para Tenaga KerjaWanita purna di kabupaten Gunung Kidul.Dari obyek penelitian terpilih pada 9Kecamatan tersebut, kemudian dibagikankuesioner kepada seluruh Responden.Kuesioner yang dibagikan berjumlah 210,dan yang kembali berjumlah 149, namundari sejumlah kuesioner yang kembali hanya135 kuesioner yang memenuhi syarat untukdianalisis, sedangkan sisanya tidak bisadianalisis lebih lanjut karena pengisiankuesioner tidak lengkap atau dalam satupertanyaan ada dua jawaban. Berdasar isiankuesioner dari responden, dapat digambar-kan beberapa karakteristik responden se-bagai berikut.

Karakteristik Responden berdasar JenisKelamin

Seluruh responden yang menjadi obyekpenelitian ini adalah perempuan (100%).Berdasarkan data yang diperoleh dari DinasSosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi(Dinsoskertrans) Kabupaten Gunung Kidul,jumlah total mantan TKW informal adalah400 orang. Yang dimaksud dengan TKWinformal adalah mereka yang bekerja di luarnegeri di sektor informal (Pembantu RumahTangga), sedangkan yang dijadikan sampeldalam penelitian ini adalah 135 orang.Mengapa keseluruhan mantan Tenaga KerjaIndonesia yang bekerja di luar negerisebagai pembantu rumah tangga adalahwanita, karena permintaan dari luar negeriuntuk lowongan tersebut adalah untukwanita, sedangkan Tenaga Kerja Indonesiayang berjenis kelamin laki-laki, banyakmenempati pekerjaan di sektor formal,seperti pabrik, perkebunan dan lain-lain.

Karakteristik Responden berdasar UmurApabila dianalisis berdasar umurnya,

nampak bahwa sebagian besar respondenyakni sebanyak 27 orang (20%) berusia di

antara 17–40 tahun dan 108 orang (80%)yang berumur antara 41–59 tahun. Hal inimenunjukkan bahwa sebagian besar TKWyang di Gunung Kidul berusia diatas 40tahun. Berikut adalah tabel 2 yang me-nunjukkan usia responden:

Tabel 2Karakteristik Responden berdasar Umur

No. Umur Jumlah %1 17-40 27 202 41-59 108 30

Total 135 100Sumber: data penelitian

Karakteristik Responden berdasar TingkatPendidikan

Hasil penelitian yang dilakukan Lestaridan Wijaya, (2012) menyimpulkan bahwatingkat pendidikan mempengaruhi IntensiKewirausahaan. Adapun berdasarkan hasilanalisis data penelitian, dapat diketahuiterdapat sebanyak 13 orang (9%) TKW yangmemiliki tingkat pendidikan SekolahLanjutan Tingkat Atas (SLTA), sedangkanjumlah terbanyak adalah lulusan SekolahLanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yaitusebanyak 108 orang (80%), sedang sisanyasebanyak 14 orang (11 %) berpendidikanSekolah Dasar (SD). Secara lebih jelas dapatdilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3Karakteristik Responden berdasar Tingkat

Pendidikan

No. TingkatPendidikan

Jumlah %

1 SLTA 13 92 SLTP 108 803 SD 14 11

Total 135 100Sumber: data penelitian

Analisis Motif Menjadi TKW di LuarNegeri

Hasil analisis data penelitian pada tabel4, dapat diketahui terdapat sebanyak 70orang (42,9%) TKW bekerja di luar negeri

Page 11: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

Analisis Faktor Intensi Kewirausahaan ...– Kirana, Kusrini, Purwanto 313

karena alasan ekonomi (gaji yang lebih besardibanding bekerja di dalam negeri) dansebanyak 39 (28,8%) orang memilih bekerjadi luar negeri karena terbatasnya lapangankerja yang tersedia bagi mereka. Selanjutnyasebanyak 26 orang (19,3%) memilih bekerjadi luar negeri karena kemudahan ijin. Secaralebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4Alasan Memilih Bekerja di Luar Negeri

No. Alasan Bekerja diLN

Jumlah %

1 Gaji besar 70 42,92 Sulit cari kerja di GK 39 28,23 Mudah ijinnya 26 19,3

Total 135 100Sumber: data penelitian

Karakteristik Responden berdasarPengalaman Berwirausaha

Pengalaman menjadi pelajaran yangbaik bagi seseorang, karena dengan pengalaman seseorang tahu mana yang benardan mana yang salah. Karena dari pe-ngalaman akan muncul kreativitas daninovasi untuk melakukan kegiatan usaha.

Tabel 5Karakteristik Responden berdasar

Pengalaman Berwirausaha

No. Keterangan Jumlah %1 Punya Pengalaman 40 302 Tidak punya

Pengalaman95 70

Total 135 100Sumber: data penelitian

Berdasarkan hasil penelitian sepertiyang tercantum di tabel 5, diketahui bahwadari 135 jumlah TKW yang menjadi respon-den, sebanyak 95 orang (70%) tidak mem-punyai pengalaman berwirausaha sedangsisanya 40 orang (30%) mempunyai peng-alaman wirausaha.

Bagaimana para mantan TKW men-dapat pengalaman berwirausaha ini adabeberapa cara, ada yang dengan membantutetangga yang berwirausaha, ada yang

melalui praktek di lingkungan keluarga,atau ada yang mencoba sendiri berwira-usaha. Dengan pangalaman wirausaha ini,para mantan TKW dapat mengetahui bagai-mana menjalankan usaha. Pada umumnyamanusia akan memilih berwirausaha padabidang yang menjadi pengalamannya ataubidang yang ada hubungannya denganpengalaman berwirausaha yang pernahdilakukannya (Kolvereid, 1996).

Hasil Uji Validitas Variabel KepribadianBerdasarkan perhitungan dengan pro-

duct moment pearson menunjukkan adanyasignifikansi korelasi antara masing-masingindikator dengan variabel dengan besarantotalnya diatas 0,7 sedangkan hasil ujivaliditas butir pernyataan 1 sampai dengan5 dikatakan valid karena memiliki faktorloading > 0,4. Dari hasil tersebut disimpul-kan bahwa pernyataan 1 sampai dengan 5benar-benar sebagai indikator kepribadian.

Hasil Uji Validitas Variabel LingkunganBerdasarkan perhitungan dengan

menggunakan analisis faktor menunjukkannilai total faktor loading untuk kelimapertanyaan lingkungan lebih dari 0,4.Dengan demikian butir pernyataan 1 sampaidengan 5 dikatakan valid karena memilikifaktor loading >0,4. Dari hasil tersebutdisimpulkan bahwa pernyataan 1 sampaidengan 5 benar-benar sebagai indikatorlingkungan.

Hasil Uji Validitas Variabel IntensiBerdasarkan perhitungan dengan ana-

lisis faktor terlihat adanya signifikansikorelasi antara masing-masing komponendengan besaran totalnya. Butir pernyataan 1sampai dengan 5 dikatakan valid karenamemiliki faktor loading > 0,4.

Dari hasil tersebut disimpulkan bahwapertanyaan 1 sampai dengan 5 benar-benarsebagai indikator intensi. Dari hasil ujivaliditas masing-masing indikator terhadapvariabel, dapat disimpulkan bahwa kuesio-ner yang diberikan kepada responden, di-nyatakan layak.

Page 12: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

314 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 303 – 324

Hasil Uji ReliabilitasUji reliabilitas dilakukan dengan meng-

gunakan program SPSS dengan mencarinilai koefisien reliabilitas (alpha). ApabilaCronbach alpha >0,6 dan nilainya positif,berarti variabel yang diukur bersifat reliabel.Hasil perhitungan dengan menggunakanprogram SPSS menunjukkan nilai alpha0,8435. Nilai ini lebih besar dari 0,6 sehinggadapat dinyatakan bahwa variabel yangdiukur bersifat reliabel.

Hasil Uji NormalitasUji normalitas dilakukan untuk melihat

apakah ada dalam model regresi variabelendogen dan variabel eksogen keduanyamempunyai distribusi normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah modelregresi yang berdasarkan distribusi normal.Output histogram menunjukkan poladistribusi mendekati normal dan grafiknormal yang menunjukkan penyebarantitik-titik di sekitar garis diagonal danmengikuti arah garis diagonal. Hal inimengindikasikan model regresi memenuhiasumsi normalitas. Berikut gambar 2 adalahhasil uji normalitas.

Sumber: data penelitian

Gambar 2Hasil Uji Normalitas

Hasil Uji MultikolinearitasBerdasarkan hasil analisis data pe-

nelitian, setelah dilakukan uji multikolinea-ritas, menunjukkan hasil nilai angkatolerance mendekati angka 1 dan mempunyainilai VIF (Variance Inflation Factor) disekitarangka 1. Hal ini menunjukkan bahwa tidakterdapat multikolinearitas pada data yangdiperoleh. Berikut adalah hasil uji multi-kolinieritas.

Tabel 6Hasil Uji Multikolinieritas

Model CollinearityStatisticsTolerance

VIF

(Constant)KepribadianLingkunganDemografi

.695

.867

.665

1.4381.1541.504

Sumber: data penelitian

Hasil Uji HeteroskedastisitasHasil uji heteroskedastisitas diketahui

bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar diatas dan dibawahangka nol pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteros-kedastisitas. Berikut adalah hasil ujiHeteroskedastisitas.

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwaseluruh variabel bebas memiliki nilaiprobabilitas yang lebih besar dari tarafsignifikan 0,05. Hal ini berarti bahwa dalammodel regresi tersebut tidak terjadiheterokedastisitas.

Hasil Regresi BergandaModel persamaan regresi berganda

menggambarkan hubungan linier antaradua atau lebih variabel bebas terhadap satuvariabel terikat. Dalam penelitian ini analisisregresi berganda digunakan untuk me-ngetahui pengaruh variabel kepribadian,lingkungan, dan demografi terhadap Intensikewirausahaan.

Proses penghitungan regresi dilakukandengan bantuan SPSS versi 15.0. Hasilperhitungan statistik dengan program SPSS

Page 13: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

Analisis Faktor Intensi Kewirausahaan ...– Kirana, Kusrini, Purwanto 315

Tabel 7Hasil Uji Heteroskedastisitas

diketahui bahwa regresi linier berganda,menghasilkan nilai R sebesar 0,483. Hasil inimenunjukkan adanya korelasi ganda (ke-pribadian, lingkungan dan demografi)dengan intensi kewirausahaan.

Sementara itu nilai Adjusted R Squaresebesar 0,233 menujukkan besarnya peranatau kontribusi variabel kepribadian,lingkungan dan demografi hanya 23,3%,sisanya sebesar 73,7% dipengaruhi variabellain diluar penelitian ini. Dari output SPSSmenunjukkan bahwa persamaan regresiberganda adalah:In Kew = 1,148 + 0,146 Kep + 0,338 Ling +0,247 DemIn Kew: Intensi kewirausahanKep : KepribadianLing : LingkunganDem : Demografi

Konstanta sebesar +1,148 menunjukkanbahwa jika tidak ada variabel kepribadian,lingkungan dan demografi, maka besarnyaintensi kewirausahaan sebesar 1,148. Koefi-sien regresi Kepribadian (Kep) sebesar+0,146 menunjukkan arah hubungan antarakepribadian dengan intensi sama, dalam artiapabila ada perubahan kepribadian akanmenyebabkan perubahan intensi kewira-usahaan, demikian sebaliknya. Besaranangka 0,146 berarti bahwa setiap perubahankepribadian 1 satuan akan meningkatkanintensi kewirausahaan sebesar 0,146 satuan.

Koefisien regresi Lingkungan (Ling)sebesar +0,338 menunjukkan arah hubunganantara lingkungan dengan minat dan bakatsama, dalam arti apabila ada peningkatanlingkungan akan menyebabkan peningkat-an intensi kewirausahaan, demikian sebalik-

nya. Besaran angka 0,338 berarti bahwasetiap peningkatan lingkungan 1 satuanakan meningkatkan intensi kewirausahaansebesar 0,388 satuan. Koefisien regresiDemografi (Dem) sebesar +0,247 menunjuk-kan arah hubungan antara variabel demo-grafi dengan intensi sama, dalam arti apabilaada peningkatan demografi akan menyebab-kan peningkatan intensi kewirausahaan,demikian sebaliknya. Besaran angka 0,247berarti bahwa setiap peningkatan demografi1 satuan akan meningkatkan intensi kewira-usahaan sebesar 0,247 satuan.

Korelasi ParsialKoefisien korelasi parsial digunakan

untuk mengetahui keeratan hubunganantara variabel bebas secara individu, yakniKepribadian, Lingkungan, dan Demografiterhadap variabel terikat.

Analisis Hubungan Antar VariabelPengaruh Kepribadian (Kep)

Besar hubungan antara variabel ke-pribadian (Kep) dengan intensi kewira-usahaan dihitung dengan koefisien korelasisebesar 0,354. Berdasarkan nilai koefisienkorelasi tersebut diketahui bahwa pengaruhkepribadian terhadap intensi para TKWpurna dalam berwirausaha cukup kuat danpositif.

Berarti bahwa kenaikan kepribadianakan menyebabkan kenaikan pada intensikewirausahaan para TKW purna di GunungKidul. Demikian sebaliknya, berkurangnyafaktor kepribadian yang dinyatakan dalambutir-butir pertanyaan atau pernyataan akanmenyebabkan menurunnya intensi kewira-usahaan.

VariabelX Sig α Keterangan Kesimpulan

Kepri 0,776 0,05 Tidak signifikan Tdk ada heteroskedastisitasLingkuDemog

0,7520.831

0,050,05

Tidak signifikanTidak signifikan

Tdk ada heteroskedastisitasTdk ada heteroskedastisitas

Sumber: data penelitian

Page 14: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

316 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 303 – 324

Pengaruh Lingkungan (Ling)Besar hubungan antara variabel lingku-

ngan (Ling) dengan intensi kewirausahaandihitung dengan koefisien korelasi sebesar0,449. Berdasarkan nilai koefisien korelasitersebut diketahui bahwa pengaruh Lingku-ngan terhadap intensi TKW purna diGunung Kidul dalam berwirausaha cukup

kuat dan positif. Berarti bahwa kenaikanfaktor lingkungan akan menyebabkan ke-naikan pada intensi kewirausahaan paraTKW purna di Gunung Kidul. Sebaliknya,berkurangnya faktor lingkungan yang di-nyatakan dalam butir-butir pertanyaan ataupernyataan akan menyebabkan menurun-nya intensi kewirausahaan.

Tabel 9Hasil Uji Korelasi

Keterangan Intensi Kepribadian Lingkungan DemografiPearsonCorrelIntensi .000 .354 .449 .234Kepribadian .354 .000 593 .114Lingkungan .459 .593 .000 .224Demografi.234 .113 .224 .000Sig.(1-tailed)Intensi - .000 .000 .003Kepribadian .000 - .000 .096Lingkungan .000 .000 - .005Demografi .003 .096 .005 -N IntensiIntensi 135 135 135 135Kepribadian 135 135 135 135Lingkungan 135 135 135 135Demografi 135 135 135 135

Sumber : Hasil Penelitian

Pengaruh Demografi (Dem)Besar hubungan antara variabel demo-

grafi (Dem) dengan intensi kewirausahaanditunjukkan dengan nilai koefisien korelasisebesar 0,234. Berdasarkan nilai koefisienkorelasi tersebut diketahui bahwa pengaruhdemografi terhadap intensi kewirausahaanpara TKW purna dalam berwirausaha positifnamun relatif lemah. Berarti bahwa kenaikandemografi akan menyebabkan kenaikanpada intensi kewirausahaan para TKWpurna. Apabila faktor-faktor demografi yangdinyatakan dalam butir-butir pertanyaanatau pernyataan tersebut berbeda maka akanmenyebabkan menurunnya intensi kewira-usahaan. Secara teoritis hubungan lingku-ngan dengan intensi lebih kuat dibanding-kan hubungan antara kepribadian denganintensi maupun hubungan antara demografi

dengan intensi yang ditunjukkan dengannilai koefisien korelasi sebesar 0,449. Tingkatsignifikansi koefisien korelasi menghasilkanangka 0,000. Karena probabilitas jauh dibawah 0,05 maka korelasi antar variabelsangat nyata (signifikan).

Pengujian HipotesisPengujian hipotesis dimaksudkan untuk

membuktikan apakah terdapat pengaruhyang signifikan dari variabel eksogen ter-hadap variabel endogen. Untuk mengujiapakah masing-masing variabel kepribadi-an, lingkungan dan demografi berpengaruhterhadap intensi dilakukan dengan uji t.

Variabel KepribadianNilai probabilitas t-hitung variabel ke-

pribadian sebesar 0,044 < 0,05 menunjukkan

Page 15: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

Analisis Faktor Intensi Kewirausahaan ...– Kirana, Kusrini, Purwanto 317

bahwa H1 yang menyatakan bahwa ke-pribadian berpengaruh terhadap intensikewirausahaan diterima. Menurut Ozaralli(2016), wirausahawan adalah orang yangmemiliki kepribadian yang kuat dari dalamdirinya untuk memperoleh suatu tujuan,suka menguji coba atau bereksperimenuntuk menampilkan kebebasan dirinya diluar kekuasaan orang lain. Selain itu, Suhartidan Sirine (2011), juga menemukan bahwasalah satu faktor yang mempengaruhiintensi kewirausahaan adalah kepribadian.Dari hasil analisis data diketahui bahwa ke-pribadian para TKW purna di Gunung Kidulberpengaruh terhadap intensi berwira-usaha. Menurut Sinha (1996), kepribadianyang tegas, ulet dan pantang menyerahmerupakan faktor kuat dalam membentukjiwa wirausaha yang efektif. Berdasarkanhasil penelitian yang dilakukan oleh nyadisimpulkan bahwa, terdapat tujuh halpenting dalam mengatasi hambatan ke-wirausahaan, salah satunya yaitu karakterkepribadian yang kuat.

Variabel LingkunganNilai probabilitas t-hitung variabel

lingkungan sebesar 0,001 < 0,05 menunjuk-kan bahwa H2 yang menyatakan bahwa

lingkungan berpengaruh terhadap intensikewirausahaan diterima. Dukungan keluar-ga terhadap para TKW purna yang be-rencana menjadi wirausaha, baik berupadukungan moril maupun materiil (modal)dapat menambah keyakinan para TKWpurna dalam memulai usaha. MenurutQureshi et al. (2016), lingkungan keluargadan intervensinya memiliki pengaruh yangkuat terhadap minat berwirausaha dariindividu. Dengan demikian, para TKWpurna yang mempunyai anggota keluargaatau tetangga yang berwirausaha dan men-dukung untuk memulai usaha akan mem-punyai intensi kewirausahaan yang lebihbesar dan lebih siap untuk berwirausaha.Faktor lain yang mendorong TKW purnauntuk berwirausaha juga berasal darituntutan kebutuhan ekonomi keluarga,mereka ingin mencari sumber pendapatanuntuk keluarga.

Sarwono (2011), secara empiris, intensiwirausaha individu banyak dipengaruhioleh tuntutan akan pemenuhan kebutuhanekonomi. Berdasarkan data yang diperoleh,dapat diketahui bahwa sebanyak 55,7%tujuan TKW bekerja di luar negeri adalahuntuk membantu suami mereka dalammemenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Gambar 3Tujuan TKW bekerja di Luar Negeri

Sumber Data Penelitian

Page 16: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

318 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 303 – 324

Dan sebesar 51,7% mereka terpaksa keluar negeri karena kurangnya ketersediaanlapangan kerja di Gunung Kidul. Grafikyang menunjukkan tujuan bekerja di luarnegeri adalah pada gambar 3.

Berdasarkan gambar 3, diketahui apa-bila tersedia lapangan kerja yang cukup,maka minat untuk bekerja di luar negerimenjadi berkurang. Dalam hal ini peme-rintah Kabupaten Gunung Kidul, diharap-kan ikut membantu turun tangan. Salah satukebijakan yang dapat dilakukan untukmembuka lapangan kerja, yaitu denganmembuka peluang usaha. Peluang usahayang dimaksud salah satunya dengan men-dorong masyarakat Gunung Kidul, khusus-nya para TKW purna untuk berwirausaha.Dengan memberikan bimbingan dan pelatih-an yang tepat pada mereka yang memilikiintensi beriwausaha, dalam beberapa tahunke depan, para TKW purna Gunung Kiduldiharapkan akan memiliki kemandirianekonomi.

Variabel DemografiNilai probabilitas t-hitung variabel

demografi sebesar 0,070 > 0,05 menunjukkanbahwa H3 yang menyatakan bahwa demo-grafi berpengaruh terhadap intensi ke-wirausahaan ditolak. Faktor demografi me-liputi jenis kelamin, umur, pendidikan,pelatihan dan pengalaman berwirausahaternyata tidak mempengaruhi TKW purnadalam berwirausaha. Hal ini bisa terjadidikarenakan motif ekonomi dan keinginanyang kuat mereka untuk merantau di luarnegeri, untuk bisa mencapai kemandirianekonomi. Selain itu, faktor mental dankarakter yang berani mengambil resiko(didasarkan atas keberanian mereka yangnekat merantau di luar negeri) membuatsecara demografi, para TKW purna tidaksurut intensinya pada kewirausahaan.Artinya, meskipun mereka berjenis kelaminperempuan, tidak memiliki pendidikan yangtinggi serta kurangnya pengalaman dalamhal berwirausaha, tidak mempengaruhiminat mereka untuk berwirausaha. Hasil ini

berbeda dengan hasil penelitian Cheraghidan Schott, (2015) yang menyatakan bahwapendidikan dan pelatihan kewirausahaan,baik selama dan setelah sekolah formal,sangat bermanfaat dalam mengembangkankompetensi dan selama fase karir yaitu,berniat untuk memulai bisnis, memulaibisnis, dan menjalankan bisnis.

PembahasanPerkembangan terakhir menunjukkan

bahwa Kabupaten Gunung Kidul mulaimengembangkan kewirausahaan sebagaiupaya memberdayakan masyarakat miskin,upaya yang dimaksud antara lain pem-bangunan infrastruktur yang bertujuan me-mudahkan akses jalan menuju lokasi yangsulit. Selain pembangunan jalan, jembatandan infrastruktur lainnya, pemerintah dae-rah Gunung Kidul juga banyak membukaakses jalan untuk peningkatan kunjunganwisata daerah. Karena dengan terbukanyaakses ini, maka akan semakin banyakwisatawan yang datang ke Gunung Kidul,semakin banyak wisatawan yang datang, ituberarti akan membawa dampak yang positifuntuk terbukanya peluang industri wisatalokal. Peluang industri ini, berbareng de-ngan pelatihan keterampilan dan mana-jemen sederhana bagi masyarakat, khusus-nya masyarakat miskin yang memilikiintensi kewirausahaan, maka diharapkandapat membantu program pengentasankemiskinan di wilayah ini.

Beberapa waktu terakhir pemerintahdaerah Gunung Kidul bekerjasama denganpara akademisi baik PTN maupun PTSmembekali para mantan Tenaga KerjaWanita (TKW) dengan kemampuan wira-usaha melalui penelitian dan pelatihan.Diantaranya dengan memberikan pelatihankhusus kewirausahaan baik berupa materiyang diberikan secara klasikal maupundengan praktek. Selain itu pembentukanpaguyuban dan koperasi yang dikelola olehpara mantan TKW dilakukan sebagai wa-hana pelatihan sekaligus praktek wirausaha.Terdapat beberapa koperasi di beberapa

Page 17: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

Analisis Faktor Intensi Kewirausahaan ...– Kirana, Kusrini, Purwanto 319

Kecamatan, yang hampir semuanya mem-punyai unit bisnis yang dikelola oleh paramantan TKW di wilayah Gunung Kidul.

Selama ini masyakarat meyakini, bahwamemulai usaha tidak akan bisa tanpa modalyang memadai, niat dan dukungan saja tidakakan cukup, oleh karenanya, dalam konsepmemandirikan ekonomi rakyat, perlu kerja-sama dan saling memahami, antara berbagaikalangan masyarakat. Khususnya padakasus mencapai kemandirian ekonomi bagipara TKW purna ini. Setelah mengetahuitingkat keinginan mereka untuk berwirausaha, dan juga mengetahui faktor yangdominan mempengaruhi intensi berwira-usaha, langkah selanjutnya adalah, meng-upayakan berbagai hal guna mewujudkanharapan tersebut. Pemerintah, khususnyapemerintah Kabupaten Gunung Kidul, harusberpikir keras untuk memecahkan persoalanini.

Fenomena yang terjadi selama ini,banyak pelaku usaha yang mengeluhkanmengenai sulitnya akses terhadap modal,aliran modal terhambat oleh skema kredityang mensyaratkan agunan, dan keteraturanadministrasi usaha (Indrijatiningrum, 2005).Hal ini artinya pihak perbankan hanyabersedia memberikan pinjaman modal jikapelaku usaha memiliki agunan dan usahasudah berjalan beberapa waktu, sedangkankondisi para TKW purna, belum memilikiusaha dan juga tidak memiliki agunan.Menurut Ozaralli dan Rivenburgh, (2016)terdapat beberapa faktor yang harus di-lakukan untuk membangun kemandirianekonomi, melalui kewirausahaan diantara-nya adalah, membentuk lingkungan usaha,memberikan pelatihan usaha dan bantuanpermodalan. Pertanyaannya adalah bagai-mana pemerintah Kabupaten Gunung Kiduldapat membantu permodalan pada merekauntuk berwirausaha agar dapat mencapaikemandirian ekonomi? Berapa banyak danaAPBD yang harus disalurkan untuk mem-bantu permodalan mereka? MengingatKabupaten Gunung Kidul merupakan Kabu-paten yang menempati urutan kedua dalam

kemiskinan dibanding dengan Kabupatenlainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta,maka memberikan modal dengan meng-andalkan APBD saja tidaklah cukup. Untukitu perlu upaya strategi perolehan bantuanpermodalan dari sektor lain, yang bisamengatasi persoalan kemiskinan ini. Salahsatu alternatif permodalan bagi masyarakatMuslim di Indonesia adalah optimalisasipemanfaatan dana wakaf tunai.

Wacana pemanfaatan penggunaan danawakaf tunai untuk kepentingan pengentasankemiskinan perlu dilakukan, karena, potensidana wakaf tunai di Indonesia, ini cukupbesar, dan belum dioptimalkan penggunaan-nya. Selama ini, masyarakat hanya mengenaladanya wakaf yang berupa tanah danbangunan saja. Padahal di Indonesia, dankhususnya Gunung Kidul, terdapat potensiadanya wakaf tunai yang bisa dimanfaatkan.Pengelolaan wakaf tunai untuk kemandirianekonomi, di Indonesia, selama ini sebenar-nya sudah dilakukan, namun implemen-tasinya masih sangat terbatas (Mughnisani,2015). Menurut Gamal, (2007) selama inimasyarakat Indonesia pada umumnya lebihfamiliar dengan zakat, infaq dan shadaqohsebagai sarana berbagi harta dengan orangmiskin. Padahal wakaf tunai merupakansalah satu cara yang juga dapat dilakukanuntuk menggalang pendanaan demi ke-mandirian ekonomi masyarakat miskin. Halini membuktikan bahwa bukan hal yangtidak mungkin untuk mewujudkan ke-mandirian ekonomi masyarakat, khususnyapara mantan TKW. Hingga saat ini pe-merintah Provinsi DIY dan pemerintahdaerah Gunung Kidul khususnya, hanyakonsentrasi pada pendataan jumlah pen-duduk miskin saja. Berikut adalah data yangmenunjukkan tingkat kemiskinan Kabu-paten di Yogyakarta (Tabel 10).

Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bah-wa Gunung Kidul merupakan daerah ter-miskin di DIY. Berdasarkan data yang digalidari obyek penelitian diketahui bahwaGunung Kidul memiliki jumlah pendudukmiskin sebesar 22,72% dari total penduduk

Page 18: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

320 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 303 – 324

DIY. Angka tersebut berarti bahwa GunungKidul adalah Kabupaten dengan kemiskinannomor 2 dibanding Kabupaten lainnnya.Situasi tersebut dikarenakan kondisi geo-grafis Gunung Kidul yang terletak di pesisirpantai selatan dan kondisi tanah kapurnya,sehingga menjadikan tanah di Gunung kidulkurang subur. Kondisi geografis yang ku-rang menguntungkan dibanding denganKabupaten lainnya, mengakibatkan GunungKidul menjadi daerah dengan angka ke-

miskinan yang tinggi, oleh karenanya,menjadi hal yang tidak mungkin bagi pe-merintah daerah untuk dapat memberikanbantuan modal kepada mereka semua,sehingga perlu dicari alternatif sumberpermodalan bagi mereka.

Salah satu alternatif permodalan yangbisa digunakan dalam mengatasi kemiskin-an di Gunung Kidul, yaitu dengan meng-optimalkan pemanfaatan wakaf tunai.

Tabel 10Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan menurut Kabupaten/Kota di D.I.

Yogyakarta 2011 – 2012

Kabupaten/Kota

September 2011 September 2012

Garis Kemiskinan(Rp/kap/bulan)

Penduduk MiskinGaris Kemiskinan

(Rp/kap/bulan)

Penduduk Miskin

Jumlah(000) % Jumlah

(000) %

1. Kulonprogo 240.301 92,8 23,62 256.575 92,4 23,32

2. Bantul 264.546 159,4 17,28 284.923 158,8 16,97

3. Gunungkidul 220.479 157,1 23,03 238.438 156,5 22,72

4. Sleman 267.107 117,3 10,61 288.048 116,8 10,44

5. Yogyakarta 314.311 37,7 9,62 340.324 37,6 9,38

DIY 257.909 564,3 16,14 270.110 562,1 15,88Sumber : Susenas, Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta diolah

Adapun daerah atau Kecamatan denganangka kemiskinan tertinggi di Gunung Kiduladalah Wonosari (kota Kabupaten), Playen,Semin, Ngawen, Patuk, Saptosari, Pojongdan Nglipar. Kemiskinan yang melanda 7Kecamatan ini, berdampak pada rendahnyatingkat kesehatan dan juga pendidikanpenduduknya, sehingga, banyak pendudukdengan usia kerja yang menganggur, karenatidak mampu bersaing dengan penduduk diwilayah lain yang lebih baik. Hal inimendorong mereka untuk nekat bekerjasebagai tenaga kerja (buruh rumah tangga)ke luar negeri. Berdasarkan data yangdiperoleh 55,7% motif utama bekerja sebagaiburuh di luar negeri adalah desakan eko-nomi. Desakan ekonomi yang dimaksud

adalah, untuk memenuhi kebutuhan keluar-ga (membantu suami mencari nafkahkeluarga) dan sebesar 51,7% TKW memilihbekerja di luar negeri karena kurangnyaketersediaan lapangan pekerjaan yangsesuai. Dilihat dari data yang berhasil di-peroleh, 100% penduduk yang menjadi TKIinformal (buruh rumah tangga) dari GunungKidul adalah wanita. Alasannya, karenalowongan yang dibuka untuk pekerjaanburuh rumah tangga adalah wanita.

Gunung Kidul memang tercatat sebagaidaerah miskin di DIY, akan tetapi bukanberarti tidak ada potensi kekayaan yang ada.Terbukti beberapa tahun terakhir, banyakinvestor yang menginvestasikan dananyauntuk pengembangan wisata di Gunung

Page 19: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

Analisis Faktor Intensi Kewirausahaan ...– Kirana, Kusrini, Purwanto 321

Kidul. Adanya potensi kekayaan di GunungKidul, mengindikasikan adanya potensipenduduk yang menyisihkan dananyauntuk urusan keagamaan. Salah satu bagiandari urusan keagamaan adalah wakaf,karena seperti Kabupaten lainnya di DIY,penduduk di Gunung Kidul mayoritas

beragama Islam. Berdasarkan data yangdiperoleh dari Departemen Agama (Depag)Gunung Kidul, selama ini, angka wakafmenunjukkan kenaikan. Berikut adalahjumlah wakaf di Kabupaten Gunung Kidulterkini (Tabel 11).

Tabel 11Jumlah Wakaf di Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2015

NO Kecamatan Jumlah Satuan Luas (Ha) %1 Wonosari 226 9,46 14,362 Playen 187 12,28 11,893 Paliyan 90 3,67 5,734 Panggang 56 2,96 3,565 Semanu 106 3,49 6,746 Tepus 46 1,84 2,927 Rongkop 77 2,4 4,908 Karangmojo 123 6,1 7,829 Pojong 103 4,57 6,5510 Ngawen 120 4,40 7,6311 Semin 135 4,68 8,5812 Nglipar 87 3,48 5,5313 Patuk 65 2,23 4,1314 Saptosari 136 1,54 2,2815 Gendangsari 142 1,53 2,6716 Girisubo 29 0,85 1,8417 Tanjungsari 30 0,88 1,9018 Purwosari 15 0,46 0,95

Total 1,573 66,81 100Sumber : Dept. Agama GK diolah

Berdasarkan tabel 11 tersebut, dapatdiketahui bahwa wakaf yang ada di GunungKidul masih berupa wakaf benda takbergerak (tanah). Berdasarkan data tersebutdi atas, diketahui bahwa jumlah total wakaftanah di Kabupaten Gunung Kidul ada 66,81ha, dari jumlah tersebut terdapat 9,15% yangbelum tersertifikasi (masih belum adasertifikatnya). Tanah wakaf yang belummemiliki sertifkat inilah yang seringkalimenimbulkan pemasalahan. Menurut Utamidan Munawar (2014), beberapa kasus yangterjadi sebagai dampak dari tanah wakafyang belum bersertifikat, diantaranya ada-

lah, sulit untuk mendapatkan ijin men-dirikan bangunan karena tidak lengkapnyasyarat administrasi (serifikat), adanyatuntutan dari salah satu ahli waris yang tidakmerelakan tanah tersebut diwakafkan,sehingga menimbulkan konflik yang ber-dampak hukum. Kendala utama dari tidakadanya sertifikat, karena wakif yang tidakberkenan untuk mengeluarkan dana tam-bahan untuk pengurusan sertifikat. Hal initentu harus dipikirkan solusinya agar tidakmenimbulkan masalah.

Menurut data di Depag Gunung Kidul,wahana wakaf tunai di Gunung Kidul sudah

Page 20: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

322 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 303 – 324

dicanangkan, hanya saja kurangnya sosiali-sasi kepada masyarakat muslim di GunungKidul, membuat wakaf tunai belum berjalansesuai rencana. Jumlah umat Islam ada diGunung Kidul merupakan aset besar untukpenghimpunan dan pengembangan wakafuang. Menurut Al Arif (2010), jika wakaftunai dapat diimplementasikan maka adadana potensial yang sangat besar yang bisadimanfaatkan untuk pemberdayaan dankesejahteraan umat. Bisa dibayangkan,jika 300.000 umat Islam Gunung Kidul maumengumpulkan wakaf tunai senilai Rp 100ribu setiap bulan, maka dana yang ter-kumpul berjumlah Rp 300.000.000 setiapbulan (3,6 milyar setahun). Jika diinves-tasikan dengan tingkat return 10 persen pertahun maka akan diperoleh penambahandana wakaf sebesar Rp 30 juta setiap bulan(Rp 360 juta) per tahun. Dalam beberapatahun, maka Gunung Kidul akan bebas darikemiskinan. Lebih lanjut, Fanani, (2011)menyatakan bahwa pengelolaan dana wakaftunai di Indonesia, amat memungkinkanuntuk diimplementasikan, yang harus se-gera dilakukan adalah, sosialisasinya kemasyarakat. Jika sosialisasi mengenai wakaftunai ini berhasil maka, permasalahanpermodalan bagi para TKW purna yangmemiliki intensi kuat berwirusaha dapatdiselesaikan. Untuk mewujudkan hal ini,tentu saja membutuhkan kerjasama yangbaik dari berbagai aspek, yaitu dinas terkait,tokoh masyarakat, individu yang inginmewakafkan dananya maupun mereka yangperlu dibantu agar terlepas dari jeratkemiskinan.

Menurut Chamid, (2009) peran peme-rintah sebagai pemimpin umat, amat di-butuhkan dalam mewujudkan kemandirianekonomi. Salah satu upaya yang harusdilakukan yaitu dengan membuka aksespeluang permodalan bagi mereka yangberminat untuk berwirausaha. Selain itu,pelatihan dan pendampingan usaha jugaperlu dilakukan oleh pemerintah melaluidinas terkait. Dalam konteks pemanfaatanwakaf tunai untuk kemandirian ekonomi,peran pemerintah adalah membuat aturan

atau regulasi yang jelas, sehingga dapatdijadikan acuan bagi para pelaksananya.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Beberapa simpulan yang dapat di- ambildari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)Hasil analisis data menunjukkan bahwa ter-dapat korelasi parsial dari variabel ke-pribadian, lingkungan dan demografi ter-hadap intensi kewirausahaan para TKWpurna di Kabubaten Gunung Kidul. Dariketiga variabel tersebut korelasi terbesar adapada variabel lingkungan; (2) Secara simul-tan menunjukkan adanya korelasi darivariabel kepribadian, lingkungan dan demo-grafi terhadap intensi kewirausahaan TKWpurna di Kabupaten Gunung Kidul. Meski-pun demikian kontribusi dari ketiga variabelterhadap intensi hanya sebesar 23,3%,sedang sisanya dipengaruhi oleh variabellain; (3) Pengujian hipotesis parsial me-nunjukkan bahwa dari ketiga variabel bebas,hanya variabel lingkungan yang berpe-ngaruh secara signifikan terhadap minat danbakat kewirausahaan TKW purna di-Kabupaten Gunung Kidul. Dua variabelyang lain, yakni kepribadian dan demografimasing-masing secara parsial tidak ber-pengaruh signifikan terhadap intensi ke-wirausahaan TKW purna di KabupatenGunung Kidul.

Temuan dalam penelitian(1) Para TKW purna di Gunung Kidul

Yogyakarta adalah wanita, sebagian besarberusia di atas 40 tahun, (70%) merekamendapat pengetahuan kewirausahaan daripelatihan atau pendidikan, namun tidakmemiliki pengalaman dalam berwirausaha;(2) Sebesar 55,7% alasan bekerja ke luarnegeri karena desakan ekonomi dan sebesar51,7% karena kurang ketersediaan lapangankerja di wilayah Gunung kidul dan sisanyakarena memang sebagai pencari nafkahutama serta karena mencari modal usaha; (3)Terdapat potensi sumber permodalan yangbisa dilakukan yaitu dengan menggunakandana wakaf tunai; (4) Terdapat potensi dana

Page 21: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

Analisis Faktor Intensi Kewirausahaan ...– Kirana, Kusrini, Purwanto 323

wakaf tunai yang cukup besar di KabupatenGunung Kidul.

SaranBerdasarkan hasil penelitian, maka dapat

diberikan beberapa saran sebagai berikut: (1)Perlu adanya tindak lanjut dengan mem-berikan pelatihan kewirausahaan bagi paraTKW purna mengingat adanya intensikewirausahaan, sehingga dapat dibentuksuatu lingkungan usaha yang semakin me-ningkatkan kemauan berwirausaha. Lingku-ngan usaha perlu di bentuk, mengingatvariabel inilah yang memiliki pengaruhpaling kuat diantara variabel lainnya,terhadap intensi kewirausahaan para TKWpurna di Kabupaten Gunung Kidul; (2)Untuk penelitian selanjutnya, perlu dilaku-kan analisis intensi kewirausahaan denganmenggunakan variabel lainnya.

Saran Berdasarkan Temuan Penelitian(1) Perlu dibentuk suatu model kerja-

sama kemitraan atau koperasi di lingkunganpara mantan TKW sehingga semangat danimplementasi kemandirian ekonomi dapatberkembang luas; (2) Perlu adanya kerja-sama lintas departemen (Dinsoskertrans danDinas Kementrian Agama) untuk mengaturregulasi pemberdayaan kemandirian eko-nomi, melalui kewirausahaan; (3) Peme-rintah daerah Gunung Kidul, melaluiDinsoskertrans diharapkan membuka ke-sempatan wirausaha dengan banyak mem-buka peluang usaha; (4) Pemerintah daerahGunung Kidul melalui dinas KementrianAgama, juga diharapkan segera membuatmekanisme penyaluran bantuan modal dariwakaf tunai yang memiliki potensi cukupbesar di Gunung Kidul.

DAFTAR PUSTAKAAl Arif, M. N. R. 2010. Potensi Wakaf Uang

Serta Dampaknya Terhadap Pereko-nomian. Jurnal Dialog Balitbang KemenagRI 70: 14-23.

Aliasuddin. 2002. Zakat atas Tabungan. MonMata: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial BidangEkonomi 4(2): 89-100.

Amari, F. dan I. Abbes. 2014. The Influenceof Individual Factors The Entrepreneu-rial Intention. International Journal ofManaging Value and Supply Chains(IJMVSC) 5(4): 47-57.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek. PT Renika Cipta.Jakarta.

Ajzen, I. 2006. From Intentions to Actions: aTheory of Planned Behavior. J. Kuhl and J.Beckmann (Eds), Action Control: FromCognition to Behavior. Springer-Verlag.NY: 11-39. New York.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2007–2013.BPS. Jakarta.

Bapeda Gunung Kidul, Program Pem-berdayaan Ekonomi Masyarakat, 2014.Bisnis Indonesia Edisi 16 oktober 2008,http://www.bisnis.com.

Budiati, Y., T. E. Yani, dan N. Universari.2012. Minat Mahasiswa Menjadi Wira-usaha (Studi Pada Mahasiswa FakultasEkonomi Universitas Semarang). JurnalDinamika Sosial Budaya 14(1): 89-100.

Chamid, N. 2009. Membangun MasyarakatMadani: Upaya Mendukung Pember-dayaan Basic Sistem Ekonomi IslamMenurut Ibnu Khaldun EconomicModel. Jurnal Empirisima 18(1): 101-112.

Cheraghi, M. dan T. Schott. 2015. Educationand Trainning Benefiting a Career asEntrepreneur Gender Gaps and Gender-ed Competencies and Benefits. Inter-national Journal of Gender and Entre-preneurship 7(3): 321-343.

Fanani, M. 2011. Pengelolaan Wakaf Tunai.Walisongo Jurnal Penelitian SosialKeagamaan 19(1): 179-195.

Friedrichs, Y. V. dan O. Wahlberg. 2016.Social Entrepreneurship In The RuralAreas-a Sports Club’s Mobilisation ofPeople, Money and Social Capital.International Journal of Entrepreneurshipand Small Business (IJESB) 29(2): 199-216.

Gamal, M. 2007. Sedekah Dalam PerspektifPemberdayaan Ekonomi Umat. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Sedekah+Dalam+Perspektif+Pember

Page 22: ANALISIS FAKTOR INTENSI KEWIRAUSAHAAN TENAGA KERJA …

324 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 303 – 324

dayaan+Ekonomi+Umat&dn=20070321190638. Diakses Tanggal 12 Oktober 2016.

Ghozali, I. 2006. Statistik Non Parametrik.Badan Penerbit UNDIP. Semarang.

Indarti, N. dan R. Rokhima. 2008. IntensiKewirausahaan Mahasiswa: Studi Per-bandingan Antara Indonesia, Jepang,dan Norwegia. Jurnal Ekonomika danBisnis Indonesia 23(4): 1-27.

Indrijatiningrum, M. 2005. Zakat SebagaiAlternatif Penggalangan Dana Masya-rakat Untuk Pembangunan. JurnalEkonomi Keuangan dan Bisnis (EKSIS)1(4).

Kolvereid, L. 1996. Prediction of Employ-ment Status Choice Intentions. Journal ofEntrepreneurship Theory and Practice21(1): 47-57.

Kristiansen, S., B. Furuholt, dan F. Wahid.2003. Internet Cafe Entrepreneurs:Pioneers in Information Disseminationin Indonesia. The International Journal ofEntrepreneurship and Innovation 4(4): 251-26.

Krueger, N. F., M. D. Rielly, dan A. L.Casrud. 2000. Competing Model OfEntrepreneurial Intentions. Journal ofBusiness Venturing 15(5): 411-432.

Lestari, R. B. dan T. Wijaya. 2012. PengaruhPendidikan Kewirausahaan TerhadapMinat Berwirausaha Mahasiswa di STIEMDP, STIMIK MDP, dan STIE MUSI.Jurnal Ilmiah STIE MDP 1(2): 112-119.

Morello, V. L., D. Deschoolmeester, dan E. A.Garcia. 2003. Entrepreneurial Intentionof Undergraduates at ESPOL inEquador. CICYT-ESPOL.

Mughnisani, F. 2015. Pengelolaan WakafTunai di Yayasan Wakaf Umi. JurnalIstisaduna 1(1): 72-80.

Oosterbeek, H., M. Van Praag, dan A.Ijsselstein. 2008. The Impact of Entre-preneurship Education On Entre-preneurship Competencies and Inten-tions: an Evaluation of the JuniorAchievement Student Mini-CompanyProgram. Tinbergen Institute DiscussionPaper No. TI 2008-038/3.

Ozaralli, N. dan N. K. Rivenburgh. 2016.Entrepreneurial Intention: Antecedentsto Entrepreneurial Behavior in The USAand Turkey. Journal of Global Entre-preneurship Research. 6(3). DOI: 10.1186/540497-016.0047.

Qureshi, M. S., S. Saeed, dan S. W. M. Wasti.2016. The Impact of Various Entre-preneurial Interventions During TheBusiness Plan Competition on theEntrepreneur Identity Aspirations ofParticipants. Journal of Global Entre-preneurship Research 6(1): 9. DOI:10.1186/540497-016-0052.0.

Sarwono, E. 2011. Kajian Empiris Entre-preneur Intention Mahasiswa. JurnalEkonomi Bisnis 16(2): 128-130.

Sinha, T. N. 1996. Human Factors in Entre-preneurship Effectiveness. The Journal ofEntrepreneurship 5(1): 23-29.

Suharti, L. dan H. Sirine. 2011. Faktor-Faktoryang Berpengaruh Terhadap Niat Ke-wirausahaan (Entrepreneurial Inten-tion): Studi Terhadap Mahasiswa Uni-versitas Kristen Satya Wacana. JurnalManajemen dan Kewirausahaan 13(2): 124-134.

Utami, A. F. dan I. Munawar. 2014.Implementasi Pengelolaan Wakaf Tunai(Studi Pada Baitul Maal Hidayatullahdan Yayasan Dana Sosial Al-Falah).Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB UniversitasBrawijaya 3(1).