12
62 Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine Divice Di Puskesmas Loceret Kabupaten Nganjuk Tahun 2016 Program Studi DIV Bidan Pendidik, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri Jalan Selomangleng No.1 Kota Kediri, Jawa Timur Email: [email protected] ABSTRACT The current government policy on family planning leads to the use of the Long Term Contraception Method (MKJP). Intrauterine Device (IUD) is one of the most effective ways of prioritizing its use by BKKBN. But in January-March the incidence of drop outs on IUD family planning acceptors at Puskesmas Loceret Nganjuk District in 2016 is still high. The purpose of this research is to know the Determinant Factor of Drop Out IUD Acceptors at Puskesmas Loceret Nganjuk District 2016. Research design based on objectives including correlational analytics with cross sectional approach. The population is All IUD acceptor in Loceret Nganjuk District 2016. The number of samples is 30 respondents. The sampling technique used is total sampling. Data collection using primary and secondary data. Data were analyzed by using mulptiple regression test with α = 0,05. The result of statistic test using mulptiple regression test with significant level α = 0,05 found that the change factor of menstrual cycle with pvalue (sig) = 0.599, menstrual disorder factor with pvalue (sig) = 0.001, Pain factor with pvalue (sig) = 0.009, IUD Expulsion factor with pvalue (sig) = 0.020. From the test results can be analyzed and in the conclusion that menstrual disturbance factor is the most dominant factor cause Drop Out IUD Acceptors in Loceret Nganjuk District 2016. Keywords: IUD Contraception, Drop Out, Determinant Factor

Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine

62

Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine Divice Di Puskesmas Loceret Kabupaten Nganjuk Tahun 2016

Program Studi DIV Bidan Pendidik, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri

Jalan Selomangleng No.1 Kota Kediri, Jawa Timur Email: [email protected]

ABSTRACT

The current government policy on family planning leads to the use of the Long Term

Contraception Method (MKJP). Intrauterine Device (IUD) is one of the most effective ways of prioritizing its use by BKKBN. But in January-March the incidence of drop outs on IUD family planning acceptors at Puskesmas Loceret Nganjuk District in 2016 is still high. The purpose of this research is to know the Determinant Factor of Drop Out IUD Acceptors at Puskesmas Loceret – Nganjuk District 2016.

Research design based on objectives including correlational analytics with cross sectional approach. The population is All IUD acceptor in Loceret Nganjuk District 2016. The number of samples is 30 respondents. The sampling technique used is total sampling. Data collection using primary and secondary data. Data were analyzed by using mulptiple regression test with α = 0,05.

The result of statistic test using mulptiple regression test with significant level α = 0,05 found that the change factor of menstrual cycle with pvalue (sig) = 0.599, menstrual disorder factor with pvalue (sig) = 0.001, Pain factor with pvalue (sig) = 0.009, IUD Expulsion factor with pvalue (sig) = 0.020. From the test results can be analyzed and in the conclusion that menstrual disturbance factor is the most dominant factor cause Drop Out IUD Acceptors in Loceret Nganjuk District 2016.

Keywords: IUD Contraception, Drop Out, Determinant Factor

Page 2: Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine

63

PENDAHULUAN

Pemerintah Indonesia telah

mencanangkan berbagai progam

untuk menangani masalah

kependudukan yang ada. Salah

satu progamnya dengan Keluarga

Berencana Nasional sebagai

integral dari pembangunan

Nasional yang mempunyai tujuan

ganda yaitu mewujudkan

pembangunan yang berwawasan

kependudukan dan mewujudkan

keluarga kecil bahagia sejahtera.

Keadaan ini dapat dicapai dengan

menganjurkan PUS untuk

mengikuti Progam Keluarga

Berencana (BKKBN,2011).

Kebijakan pemerintah

tentang KB saat ini mengarah

pada pemakaian Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang

(MKJP). Alat Kontasepsi Dalam

Rahim (AKDR) atau Intra Uterine

Device (IUD) merupakan salah

satu cara efektif yang sangat

diprioritaskan pemakaiannya oleh

BKKBN. Hal ini dikarenakan

tingkat keefektifannya cukup tinggi

yaitu 0,1-1 kehamilan per 100

perempuan (BKKBN, 2008).

AKDR adalah suatu alat

kontrasepsi yang di masukkan

kedalam Rahim yang memiliki

bentuk AKDR bermacam-macam.

Alat kontrasepsi ini efektif,

reversibel dan berjangka panjang

(dapat sampai 10 tahun:

CuT380A). KB IUD ini dapat di

pakai oleh semua perempuan usia

produktif (Saifuddin,2010). Hampir

10,9% pada tahun 2005 yang

menggunakan kontrasepsi ini

(Manuaba, 2008). Di Wilayah

Kerja Puskesmas Loceret

menggunakan IUD dan berbading

Terbalik dengan angka drop out,

hal ini menyebabkan upaya

pemerintah menurunkan angka

total fertility rate (TFR) tidak

berhasil.

Faktor penyebab teoritis dari

drop out yaitu karena efek

samping yang ditimbulkan seperti

perubahan siklus haid, gangguan

haid, nyeri saat lebih nyeri dan

ekspulsi (Syaifuddin, 2006).

Sedangkan penyebab dari drop

out secara emperis diantaranya

karena Efek samping (Gangguan

Menstruasi) sebanyak 2 orang

(33.3%) pada saat awal

pemasangan kontrasepsi IUD

terjadi spoting (haid yang sedikit

tapi berlangsung lama) sehingga

terasa tidak nyaman, rasa sakit

pada sebelum dan saat haid

bahkan pada saat berhubungan

intim sehingga merasakan tidak

nyaman sebanyak 3 orang (40%)

dan ekspulsi sebanyak 1 orang

(16.7%). Seperti yang

dikemukakan oleh Yusuf, dkk

(2012), Mufadlilah dan Kanthi

(2016); pada penelitian mereka,

menyatakan bahwa drop out IUD

disebabkan karena pengetahuan

kurang, efek samping, sikap dan

dukungan suami. Faktor lain yang

diperkirakan berpengaruh adalah

perlukaan selaput lendir rahim

karena kontraksi rahim. Hal ini

disebabkan ketidaksetaraan

antara ukuran AKDR dan rongga

rahim (Andi, 2008). Dampak yang

bisa terjadi akibat drop out

Page 3: Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine

64

tersebut adalah resiko kehamilan

yang tidak direncanakan sehingga

akan menambah beban psikologi

bagi kedua pasangan, atau karena

pindah kontrasepsi akibat

kontrsepsi yang mengganggu di

rasakan oleh akseptor. (Sumawan

dan Ernawati, 2006)

Secara teoritis untuk

mengatasi problem keluarga

berencana tersebut maka petugas

kesehatan (dokter maupun bidan)

wajib memberikan informed choice

sebelum akseptor membuat

keputusan dan memilih alat

kontrasepsi. Memudahkan calon

peserta untuk memilih alat

kontrasepsi yang sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi kesehatan

mereka, pemberian informed

choice juga secara signifikan

dapat mencegah drop out

pemakaian kontrasepsi sehingga

dapat meningkatkan jumlah

peserta KB aktif (PA) (BKKBN

2012). Usia, jumlah anak,

pendidikan, pekerjaan, dan

mendiskusikan KB dengan suami;

terbukti signifikan mampu

mencegah terjadi drop out

akseptor IUD (Permatasari, dkk,

2013).

Berdasarkan fenomena

tingginya angka kejadian drop out

akseptor KB IUD di Puskesmas

Loceret Kabupaten Nganjuk

Tahun 2016, peneliti tertarik untuk

meneliti ”Faktor determinan dari

penyebab drop out akseptor KB

IUD di Puskesmas Loceret – Kab.

Nganjuk tahun 2016”.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian yang

digunakan adalah berdasarkan

lingkup penelitian menggunakan

rancangan inferensial,

berdasarkan tempat penelitian

termasuk jenis penelitian

lapangan, berdasarkan cara

pengumpulan data termasuk jenis

penelitian survey, berdasarkan

waktu pengumpulan data

termasuk jenis rancangan

penelitian cross sectional,

berdasarkan ada tidaknya

perlakuan termasuk jenis

rancangan expost facto,

berdasarkan tujuan penelitian

termasuk jenis rancangan

penelitian Analitik korelasi,

berdasarkan sumber data

termasuk rancangan penelitian

primer dan sekunder.

Populasi dan sampel dalam

penelitian ini adalah Semua

akseptor IUD di Puskesmas

Loceret Kabupaten Nganjuk pada

bulan April-Mei tahun 2016

sebanyak 30 responden. Teknik

pengambilan sampel

menggunakan total sampling.

Pengumpulan data pada penelitian

ini menggunakan data sekunder

untuk mendapatkan data akseptor

drop out IUD dan data primer,

dimana pengambilan data diambil

peneliti sendiri, pengambilan data

dengan menggunakan kuisioner.

Data yang telah dikumpulkan di uji

dengan Uji Regresi Linear

Ganda/Multiple Regression Linear,

pengolahan uji statistik

menggunakan program SPSS for

Windows.

Page 4: Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine

65

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dibawah ini data penelitian primer yang terkumpul dengan menggunakan kuesioner dari bulan April hingga bulan Mei 2016. Semua data dibawah ini

merupakan data varibel-variabel yang dianggap oleh peneliti terkait dengan tujuan penelitian, baik itu berupa data umum maupun data khusus:

Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden

Variabel Jumlah

n (30) %

Umur (Tahun)

<20 2 6.7

20 – 35 15 50.0

>35 13 43.3

Pendidikan

Dasar 6 20.0

Menengah 15 50.0

Tinggi 9 30.0

Pekerjaan

IRT 16 53.3

Swasta 4 13.3

Wiraswasta 3 10.0

PNS 7 23.3

Jumlah kelahiran

Pimipara 2 6.7

Multipara 22 73.3

Grandemultipara 6 20.0

Drop Out

DO 9 30.0

Tidak DO 21 70.0

Perubahan siklus Haid

Berubah 5 16.7

Tidak berubah 25 83.3

Gangguan Haid

Tidak 13 43.3

Aminore 4 13.3

Spoting 6 20.0

Menorhargia 7 23.3

Keluhan rasa nyeri/kram setelah penggunaan IUD

Nyeri 7 23.3

Page 5: Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine

66

Tidak nyeri 23 76.7

Ekspulsi IUD

Ekspulsi 1 3.3

Tidak ekspulsi 29 96.7

Sumber : Data Primer 2016

Tabel 2 Tabulasi silang faktor Determinan Drop out Akseptor IUD

Perubahan Siklus Drop Out

Σ DO Tidak DO

Berubah 2(40%) 3 (60%) 5(100%) Tidak berubah 7 (28%) 18 (72%) 25(100%)

Sig= 0.599, α=0.05

Gangguan Menstruasi Tidak 0(0%) 13(100%) 23(100%) Aminore 1 (25%) 3(75%) 4(100%) Spoting 1 (16.7%) 5 (83.3%) 6(100%) Menorhargia 7 (100%) 0 (0%) 7(100%)

Sig= 0.001, α=0.05

Nyeri karena IUD Nyeri 6(85.7%) 1(14.3%) 7(100%) Tidak nyeri 3(13%) 20(87%) 23(100%)

Sig= 0.009, α=0.05

Ekspulsi IUD Ekspulsi 1 (100%) 0 (0%) 1(100%) Tidak ekspulsi 8 (27.6%) 21 (72.4%) 29(100%)

Sig= 0.020, α=0.05

Berdasarkan tabel diatas

menunjukkan bahwa dari 25 responden yang tidak mengalami perubahan siklus didapatkan 28% mengalami DO, dari 7 responden yang mengalami menorragia sebanyak 100% mengalami DO, dari 7 responden yang mengalami nyeri sebanyak 85.7% mengalami DO dan dari 29 responden yang IUD nya tidak ekspulsi sebanyak 27.6% mengalami DO. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji mulptiple regresi dengan taraf signifikan α = 0,05 dengan bantuan SPSS for window’s didapatkan bahwa factor Perubahan siklus menstruasi dengan pvalue (sig)= 0.599, gangguan menstruasi dengan

pvalue (sig)= 0.001, Nyeri dengan pvalue (sig)= 0.009, Ekspulsi IUD dengan pvalue (sig)= 0.020. dari hasil uji tersebut dapat di analisis dan di tarik kesimpulan bahwa faktor gangguan menstruasi merupakan faktor yang paling dominan menimbulkan Drop Out Akseptor IUD di Puskesmas Loceret Kabupaten Nganjuk Tahun 2016.

Pembahasan

Drop out akseptor IUD Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan bahwa 21 responden (70%) tidak DO sebagai akseptor IUD, dan 9 (30.0%) mengalami DO sebagai akseptor IUD. IUD merupakan suatu alat kontrasepsi

Page 6: Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine

67

yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon progesteron. Adapun keuntungan dari IUD adalah efektivitasnya tinggi, AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu di-ganti). Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil, tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A), tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir), tidak ada interaksi dengan obat (Saifuddin, 2006).

Sedangkan kerugian dari IUD adalah tidak mencegah IMS termasuk HIV, tidak baik digunakan pada wanita dengan IMS atau sering berganti pasangan, prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelivik perlu dilakukan dalam pemasangan AKDR dan beberapa wanita mungkin takut dengan prosedur ini, sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan AKDR, klien tidak dapat melepas AKDR sendiri. Pelepasan AKDR dilakukan oleh petugas terlatih, wanita harus

memeriksa posisi benang AKDR (Saifuddin, 2006).

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil mengalami drop out sebagai akseptor IUD, hal ini bisa disebabkan karena IUD mempunyai beberapa kelemahan di antaranya adalah sedikit nyeri dan perdarahan/ gangguan menstruasi, sehingga akseptor merasa tidak cocok dengan alat kontrasepsi tersebut dan akibatnya IUD-nya di lepas. Gangguan menstruasi yang tersering pada pemakaian IUD yang membuat para akseptor cemas dan akhirnya melepaskan IUDnya adalah menorrhagia. Menorrhagia merupakan perdarahan menstruasi yang lebih besar dari 5 sendok makan per bulan (ganti pembalut 4-5 X/hari). Pola yang paling umum dari menorrhagia adalah perdarahan yang berlebihan yang terjadi pada siklus menstruasi yang teratur dan dengan ovulasi yang normal.

Munculnya keluhan tersebut bagi akseptor merupakan suatu ketidakcocokan dengan alat kontrasepsi tersebut, apalagi didukung oleh tingkat pendidikan akseptor yang setengahnya responden 15 (50.0%) responden berpendidikan menengah. Dengan pendidikan menengah sudah cukup bagi seseorang untuk bisa menganalisis permasalahan kesehatan yang dianggapnya mungkin berbahaya, sehingga sangatlah wajar jika akseptor tersebut melepas, dan selanjutnya memilih dan menggantinya dengan alat kontrasepsi yang lebih cocok untuk dirinya.

Perubahan siklus menstruasi

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh

Page 7: Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine

68

responden 25(83.3%) tidak mengalami perubahan siklus menstruasi. Siklus menstruasi pada wanita biasa terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari (Siswosudarmo, 2007). Menurut Panduan Pelayanan Kontrasepsi (2006) Efek samping yang ditimbulkan pada pemakaian IUD adalah: perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), gangguan menstruasi, nyeri saat haid dan ekspulsi.

Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak mengalami perubahan siklus menstruasi, hal ini karena tidak semua efek samping yang di timbulkan akibat pemakaian IUD terjadi pada akseptor, jadi setiap individu mempunyai respon yang berbeda pada setiap alat kontrasepsi, dan tidak semua efek samping itu muncul pada setiap individu. Dengan tidak adanya efek samping tersebut bisa menjadi pertimbangan akseptor untuk tidak mengganti IUD dengan alat kontrasepsi yang lain, sehingga akseptor lebih bertahan untuk menggunakan IUD dalam waktu yang lebih lama, sehingga akan mengurangi tingkat kejadian drop out bagi pemakainya.

Gangguan menstruasi akibat

pemakaian IUD

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hampir setengahnya responden 7 (23.3%)

mengalami menorhargia. Pada penggunaan IUD sering mengeluh pendarahan. Pendarahan ini gejalanya bisa berupa pendarahan haid yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya (menorragia) atau pendarahan berupa tetesan (spotting). Hal ini diperkirakan karena kerja enzim yang terkonsentrasi diselaput lendir rahin yang bersifat fibrinolik (menghancurkan fibrin). Fibrin adalah zat yang berguna untuk membekukan darah. Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh adalah perlukaan selaput lendir rahim karena kontraksi rahim. Ini disebabkan ketidaksetaraan antara ukuran IUD dan rongga rahim. Keluhan terbanyak para pemakai KB IUD adalah gangguan perdarahan (Raffel, 2009).

Hampir 40% kasus mengeluh ganguan haid pada pemakaian IUD. Perdarahan bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian, tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami pendarahan makin banyak dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2007). Menurut Panduan Pelayanan Kontrasepsi (2006) Efek samping yang ditimbulkan pada pemakaian IUD adalah: perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), gangguan menstruasi, nyeri saat haid dan ekspulsi.

Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden mengalami menorrhagia. Menorrhagia memang merupakan salah satu factor penyebab DO IUD dan merupakan salah satu efek samping dari pemakaian IUD, hal ini bisa di sebabkan karena

Page 8: Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine

69

karena kerja enzim yang terkonsentrasi diselaput lendir rahin yang bersifat fibrinolik (menghancurkan fibrin). Fibrin adalah zat yang berguna untuk membekukan darah.

Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh adalah perlukaan selaput lendir rahim karena kontraksi rahim maka akan menimbulkan perdarahan. Disatu sisi pada saat terjadi fase sekretorik, dimana LH terus dilepaskan selama beberapa hari dan kemudian kadarnya menurun dengan cepat, sehingga pada ovarium, korpus ovarii dan kemudian kadarnya menurun dengan cepat, sehingga korpus luteum berkembang dari folikel yang ruptur dan menghasilkan progesteron serta sejumlah estrogen, progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium sehingga menjadi lebih tebal dan mengandung sangat banyak pembuluh darah, dimana kadar estrogen yang rendah menstimulasi produk FSH sehingga pertumbuhan dan sekresi endometrium berhenti, dan terjadi iskemia lapisan permukaan sel, sel mati dan terjadi perdarahan.

Pada saat terjadi gangguan menstruasi berupa perdarahan tersebut maka akseptor akan berusaha untuk mengambil langkah dan tindakan serta memutuskan bahwa hal itu terjadi karena merupakan efek dari pemakaian IUD, sehingga hal inilah yang memicu akseptor tersebut untuk melepas IUD, dan mungkin akan mengganti dengan alat kontrasepsi yang lebih cocok untuk dirinya.

Nyeri/kram akseptor IUD

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh responden 23 (76.7%) tidak mengalami nyeri saat memakai IUD. Setelah pemasangan KB IUD maka akseptor akan merasa nyeri dibagian perut dan ini karena IUD merupakan benda asing. Menurut Panduan Pelayanan Kontrasepsi (2006) Efek samping yang ditimbulkan pada pemakaian IUD adalah: perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), gangguan menstruasi, nyeri saat haid dan ekspulsi.

Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak mengalami nyeri saat memakai IUD, hal ini karena tidak semua efek samping yang di timbulkan akibat pemakaian IUD terjadi pada akseptor, jadi setiap individu mempunyai respon yang berbeda pada setiap alat kontrasepsi, dan tidak semua efek samping itu muncul pada setiap individu. Dengan tidak adanya efek samping tersebut bisa menjadi pertimbangan akseptor untuk tidak mengganti IUD dengan alat kontrasepsi yang lain, sehingga akseptor lebih bertahan untuk menggunakan IUD dalam waktu yang lebih lama, sehingga akan mengurangi tingkat kejadian drop out bagi pemakainya.

Ekspulsi IUD

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh responden 29 (96.7%) tidak mengalami ekspulsi saat pemakaian IUD. IUD merupakan suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada

Page 9: Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine

70

yang dililit tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag). Keluarnya IUD secara spontan dari tempatnya disebabkan karena pemasangan yang tidak tepat, terjadi perdarahan setelah pemasangan (Varney, 2007).

Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak mengalami ekspulsi saat pemakaian IUD, hal ini karena pemasangan IUD sudah dilakukan oleh tenaga yang profesional yang sangat kompeten, dengan mengacu pada prosedur tindakan yang tepat, sehingga kemungkinan kecil untuk bisa keluar/ekspulsi. Walupun factor ini sebagai salah satu penyebab terjadinya drop out, akan tetapi dalam penelitian ini akseptor hampir seluruhnya tidak mengalami ekspulsi artinya kalupun terjadi drop out, ekspulsi bukanlah penyebab utama kebanyakan akseptor untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi IUD.

Faktor Determinan Drop out

Akseptor IUD

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 responden yang tidak mengalami perubahan siklus didapatkan 28% mengalami DO, dari 7 responden yang mengalami menorragia sebanyak 100% mengalami DO, dari 7 responden yang mengalami nyeri sebanyak 85.7% mengalami DO dan dari 29 responden yang IUD nya tidak ekspulsi sebanyak 27.6% mengalami DO.

Berdasarkan uji statistik menggunakan uji mulptiple regresi dengan taraf signifikan α = 0,05

dengan bantuan SPSS for window’s didapatkan bahwa factor Perubahan siklus menstruasi dengan pvalue (sig)= 0.599, gangguan menstruasi dengan pvalue (sig)= 0.001, Nyeri dengan pvalue (sig)= 0.009, Ekspulsi IUD dengan pvalue (sig)= 0.020. dari hasil uji tersebut dapat di analisis dan di tarik kesimpulan bahwa faktor gangguan menstruasi merupakan faktor yang paling dominan menimbulkan Drop Out Akseptor IUD di Puskesmas Loceret Kabupaten Nganjuk Tahun 2016.

Menurut Panduan Pelayanan Kontrasepsi (2006) Efek samping yang ditimbulkan pada pemakaian IUD adalah: perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), gangguan menstruasi, nyeri saat haid dan ekspulsi.

Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistic tersebut diatas didapatkan bahwa faktor gangguan menstruasi merupakan faktor yang paling domina menimbulkan Drop Out Akseptor IUD di Puskesmas Loceret Kabupaten Nganjuk Tahun 2016, hal ini sesuai dengan teori bahwa hampir 40% kasus mengeluh ganguan haid pada pemakaian IUD. Perdarahan bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian, tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami pendarahan makin banyak dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2007). Pada penggunaan IUD sering mengeluh pendarahan. Pendarahan ini gejalanya bisa berupa pendarahan haid yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya (menorragia ) atau

Page 10: Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine

71

pendarahan berupa tetesan (Spotting).

Gangguan Haid berupa perdarahan, hal ini diperkirakan karena kerja enzim yang terkonsentrasi diselaput lendir rahin yang bersifat fibrinolik (menghancurkan fibrin). Fibrin adalah zat yang berguna untuk membekukan darah. Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh adalah perlukaan selaput lendir rahim karena kontraksi rahim. Ini disebabkan ketidaksetaraan antara ukuran IUD dan rongga rahim. Keluhan terbanyak para pemakai KB IUD adalah gangguan perdarahan.

Sedangkan ekspulsi merupakan factor penyebab drop out, tetapi bukan merupakan factor dominan penyebab terjadinya drop out akseptor KB IUD, akan tetapi dalam penelitian ini pvalue lebih besar dari pvalue gangguan menstruasi artinya kalaupun terjadi drop out, ekspulsi bukanlah penyebab utama kebanyakan akseptor untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi IUD. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

dari 30 responden ibu hamil di

Puskesmas Loceret Kabupaten

Nganjuk tahun 2016 dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Drop out akseptor IUD

didapatkan sebagian besar

(70%) responden tidak DO

sebagai akseptor IUD.

2. Perubahan siklus menstruasi

didapatkan hampir seluruh

responden (83.3%) tidak

mengalami perubahan siklus

menstruasi.

3. Gangguan menstruasi

didapatkan hampir setengahnya

responden (23.3%) mengalami

menorrhargia.

4. Nyeri/kram saat pemakaian IUD

didapatkan hampir seluruh

responden (76.7%) tidak

mengalami nyeri saat memakai

IUD.

5. Ekspulsi IUD didapatkan hampir

seluruh responden (96.7%)

tidak mengalami ekspulsi saat

pemakaian IUD.

6. Faktor gangguan menstruasi

merupakan faktor yang paling

dominan menimbulkan Drop

Out Akseptor IUD di

Puskesmas Loceret Kabupaten

Nganjuk Tahun 2016.

SARAN

1. Bagi Puskesmas Loceret

Kabupaten Nganjuk

Hendaknya lebih intens dalam

memberikan penyuluhan

tentang KB IUD pada calon

akseptor terutama tentang efek

samping sehingga akseptor

memahami segala sesuatu

yang terkait dengan IUD.

2. Bagi Masyarakat Khususnya

akseptor IUD

Hendaknya sebelum memakai

IUD konsultasi secara matang

agar bisa mengerti dan

memahami tentang fungsi,

manfaat, serta efek samping

kontrasepsi IUD sehingga

pengetahuan masyarakat

semakin bertambah. Bagi

akseptor hendaknya

mengkonsultasikan setiap

Page 11: Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine

72

keluhan yang disebabkan oleh

karena pemakaian IUD.

3. Bagi Peneliti

Dengan melihat pada

keterbatasan, maka peneliti

selanjutnya hendaknya

memperluas jangkauan

penelitian dan waktu penelitian

lebih diperpanjang sehingga

sampel yang diambil lebih

representatif.

Page 12: Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine

73

DAFTAR PUSTAKA

Andi. 2009. Penggunaan AKDR, http://www.balipost.com/02/04/2009

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Arni. 2008. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Jakarta: Widya Medika.

BKKBN. 2011. Kebijakan dan Strategi Operasional Program Kepedulian dan KB. Jakarta

Emi. 2008. Kondisi-Kondisi yang Menyebabkan Perdarahan Vagina yang Abnormal pada Wanita-Wanita yang Berevulasi, http://www.totalkesehatananda.com

Gressa. 2008. Batasan Perdarahan Uterus Abnormal, http:// www.pratamargi. multiply.com/02/04/2009

Gupta 2008. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Jakarta: Widya Medika.

Hamit. 2000. Buku Riset Keperawatan, Jakarta: Widya Medika.

Hartanto. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Hasan, B. 2001. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta.

Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Kartono, K. 2001. Pengantar Metodologi, Bandung: EGC

Ksuhemi. 2008. Nyaman Dengan KB IUD, medianers.blogspot.com/2012/03

Nursalam. 2003. Kosep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta: Rinika

Nining. 2008. Kelainan/Gangguan Menstruasi. medianers.blogspot.com/2012/03

Octavia. 2008. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, alatkontrasepsi.org/alat-kontrasepsi-dalam-rahim

Permatasrari, dkk. 2013. Determinann penghentian penggunaan IUD di Indonesia. Jurnal Pustaka Kesehatan, vol 1 (no.1). September 2013

Raffel. 2009. Perdarahan Berlebihan Saat menstruasi, 05/07,2009

Riduwan. 2008. Dasar – dasar Statistik, Bandung, Alfabeta

Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka

Speroff. 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi, Jakarta: EGC

Sugiyono. 2004. Statistik Non Parametris, Bandung: CV. Alfabetha

Windy. 2008. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, ryandefinta.blogspot.com/.../alat-kontrasepsi-dalam-rahim-akdr_6.htm